Rangkum uu
Transcript of Rangkum uu
MANAJEMEN KONSTRUKSI LANJUT
REGULASI TERKAIT JASA KONSTRUKSI
Oleh:
ANNISA PURNAMASARI
120902518
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
ANNISA PURNAMASARI1209025018
DAFTAR ISI
DAFTAR IS................................................i
RESUME REGULASI UU DAN PP BESERTA REVISINYA.............1
STRUKTUR UUJK DAN KAITAN DENGAN REGULASI...............24
STRUKTUR ISI REGULASI .................................27
DAFTAR PUSTAKA
i
ANNISA PURNAMASARI1209025018
RESUME REGULASI UU DAN PP BESERTA REVISINYA
1. UU RI NO 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KOSNTRUKSI
BAB 1 KETENTUAN UMUM
Pasal 1 : Pengertian dari jasa konstruksi, pekerjaan
konstruksi, pengguna jasa, penyedia jasa, kontrak
kerja konstruksi, kegagalan bangunan, farum jasa
kosntruksi, registrasi, perencana konstruksi,
pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi
BAB II ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2 : Landasan pengaturan jasa konstruksi
Pasal 3 : Tujuan pengaturan jasa konstruksi
BAB III USAHA JASA KONSTRUKSI
Bagian Pertama Jenis, Bentuk dan Bidang Usaha
Pasal 4 : Jenis usaha jasa konsruksi meliputi perencanaan
knstruksi, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan
konstruksi
Pasal 5 : Bentuk usaha jasa konstruksi
Pasal 6 : Bidang usaha jasa konstruksi
Pasal 7 : Ketentuan lebih lanjut tentang Jenis, Bentuk, dan
Bidang Usaha Jasa Kosntruksi
Bagian Kedua Persyaratan Usaha, Keahlian, dan Keterampilan
Pasal 8 : Persyaratan badan usaha konstruksi
Pasal 9 : Persyaratan sertifikat keahlian dan keterampilan
usaha jasa konstruksi
1
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Pasal 10 : Ketentuan lebih lanjut tentang Persyaratan
Usaha, Keahlian, dan Keterampilan usaha jasa
konstruksi
Bagian Ketiga Tanggung Jawab Profesional
Pasal 11 : Tanggung jawab professional badan usaha jasa
konstrksi
Bagian Keempat Pengembangan Usaha
Pasal 12 : Pengembangan usaha jasa konstruksi
Pasal 13 : Mitra pengembangan usaha jasa konstruksi
BAB IV PENINGKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Bagian Pertama Para Pihak
Pasal 14 : Para Pihak pekerjaan konstruksi
Pasal 15 : Pengguna jasa pekerjaan konstruksi
Pasal 16 : Penyedia jasa pekerjaan konstruksi
Bagian Kedua Pengikat Para Pihak
Pasal 17 : Pengikatan para pihak pekerjaan konstruksi
Pasal 18 : Kewajiban pengguna dan penyedia jasa dalam
pengikatan
Pasal 19 : Sanksi pembatalan pengikatan pengguna maupun
penyedia jasa
Pasal 20 : Larangan pengguna jasa kepada penyedia jasa
Pasal 21 : Ketentuan lebih lanjut tentang Pengikatan Para
Pihak pekerjaan konstruksi
Bagian Ketiga Kontrak Kerja Konstruksi
Pasal 22 : Kontrak Kerja Konstruksi yang memuat
Para pihak yang jelas, rumusan pekerjaan, masa
pertanggungan dan/atau pemeliharaan, tenaga ahli,
2
ANNISA PURNAMASARI1209025018
hak dan kewajiban, cara pembayaran, cidera janji,
penyelesaian perselisihan, pemutusan kontrak kerja,
keadaan memaksa (force majeure), kegagalan bangunan,
perlindungan pekerja, aspek linkungan.
BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Pasal 23 : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
Pasal 24 : Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bagi
penyedia jasa
BAB VI KEGAGALAN BANGUNAN
Pasal 25 : Tangung jawab pengguna jasa dan penyedia jasa
atas kegagalan bangunan kontruksi (paling lama 10
tahun terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi)
Pasal 26 : Tanggung jawab penyedia jasa atas kegagalan
konstruksi
Pasal 27 : Tanggung jawab pengguna jasa atas kegagalan
konstruksi
Pasal 28 : Ketentuan lebih lanjut tentang Kegagalan
Bangunan
BAB VII PERAN MASYARAKAT
Bagian Pertama Hak dan Kewajiban
Pasal 29 : Hak masyarakat terhadap pekerjaan jasa
konstruksi
Pasal 30 : Kewajiban masyarakat terhadap pekerjaan jasa
konstruksi
Bagian Kedua Masyarakat Jasa Konstruksi
3
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Pasal 31 : Masyarakat jasa konstruksi
Pasal 32 : Forum masyarakat jasa konstruksi
Pasal 33 : Lembaga masyarakat jasa konstruksi
Pasal 34 : Ketentuan lebih lanjut tentang Forum dan Lembaga
Jasa Konstruksi
BAB VIII PEMBINAAN
Pasal 35 : Pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk
pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan
BAB IX PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Pertama Umum
Pasal 36 : Penyelesaian sengketa jasa konstruksi
Bagian Kedua Penyeleain Sengketa di Luar Pengadilan
Pasal 37 : Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar
pengadilan
Bagian Ketiga Gugatan Masyarakat
Pasal 38 : Gugatan masyarakat akibat penyelenggaraan
pekerjaan kosntruksi
Pasal 39 : Gugatan masyarakat berupa tuntutan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan
Pasal 40 : Tata cara pengajuan gugatan masyarakat mengacu
kepada Hukum Acara Perdata
BAB X SANKSI
Pasal 41 : Sanksi penyelenggaraanpekerjaan konstruksi
Pasal 42 : Sanksi administratif penyelenggara pekerjaan
konstruksi
4
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Pasal 43 : Sanksi bagi perencana, pelaksana, dan pengawasan
pekerjaan konstruksi
BAB XI KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 44 : Ketentuan peraturan peralihan peundang-undangan
kegiatan jasa konstruksi
BAB XII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45 : Ketentuan tidak berlakunya undang-undang lain
yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan ini
Pasal 46 : Undang-undang berlaku sejak diundangkan
5
ANNISA PURNAMASARI1209025018
2. PP RI NO 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN
MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 : Pengertian dari lembaga, klasifikasi,
kualifikasi, sertifikasi, sertifikat, akreditasi,
badan usaha, dan menteri
Pasal 2 : Lingkup pengaturan usaha dan peran masyarakat
jasa konstruksi
BAB II USAHA DAN JASA KONSTRUKSI
Bagian Pertama Jenis, Bentuk dan Bidang Usaha
Pasal 3 : Cakupan usaha jasa konstruksi
Pasal 4 : Jenis usaha jasa konsruksi meliputi jasa
perencanaan, jasa pelaksanaan, dan jasa pengawasan
konstruksi
Pasal 5 : Lingkup layanan usaha jasa konstruksi
Pasal 6 : Bentuk usaha jasa konstruksi
Pasal 7 : Bidang usaha jasa konstruksi
Bagain Kedua Klasifikasi dan Kualifikasi Usaha
Pasal 8 : Klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa kostruksi
Pasal 9 : Klasifikasi dan kualifikasi pekerjaan perencana,
pelaksana, dan pengawasan konstruksi
Pasal 10 : Kriteria resiko, teknologi, dan biaya pekerjaan
konstruksi
Pasal 11 : Klasifikasi dan kualifiksi tenaga kerja
konstruksi
6
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Bagian Ketiga Registrasi Badan Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 12 : Persyaratan registrasi badan usaha jasa
konstruksi
Bgian Keempat Akreditasi Asosiasi Perusahaan Jasa
Konstruksi
Pasal 13 : Persyaratan akreditasi asosiasi perusahaan jasa
konstruksi
Bagian Kelima Perizinan Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 14 : Persyaratan perizinan usaha jasa konstruksi
BAB III TENAGA KERJA KONSTRUKSI
Bagian Pertama Sertifikasi Keterampilan Kerja dan
Sertifikasi Keahlian Kerja
Pasal 15 : Sertifikasi keterampilan kerja dan sertifikasi
keahlian kerja untuk tenaga kerja
Bagian Kedua Klasifikasi, Kualifikasi, dan Registrasi
Tenaga Kerja Konstruksi
Pasal 16 : Klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja
Pasal 17 : Registrasi tenaga kerja konstruksi
Pasal 18 : Ketentuan llebih lanjut tentang sertifikasi,
klasifikasi, kualifikasi, dan registrasi tenaga
kerja
Bagian Ketiga Akreditasi Asosiasi Profesi dan Institusi
Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 19 : Akreditasi asosiasi profesi dan institusi
pendidikan dan pelatihan
7
ANNISA PURNAMASARI1209025018
BAB IV PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI
Bagian Pertama Forum Jasa Konstruksi
Pasal 20 : Pengertian forum jasa konstruksi
Pasal 21 : Unsur dan fungsi forum jasa konstruksi
Pasal 22 : Fasilitas penyelenggaraan forum jasa konstruksi
Pasal 23 : Pendanaan kegiatan forum jasa konstruksi
Bagian Kedua Lembaga Jasa Konstruksi
Pasal 24 : Wakil lembaga jasa konstruksi
Pasal 25 : Pembentukan lembaga jasa konstruksi
Pasal 26 : Lembaga tingkat nasional dan lembaga tingkat
daerah
Pasal 27 : Sumber biaya lembaga jasa konstruksi
Pasal 28 : Tugas dan hak lembaga jasa konstruksi
Pasal 29 : Kewenangan dan tanggung jawab lembaga jasa
konstruksi
BAB V SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 30 : Sanksi administratif pelanggaran peraturan
pemerintah
Pasal 31 : Sanksi administratif pelanggaran oleh badan
usaha jasa konstruksi
Pasal 32 : Sanksi administratif pelanggaran oleh penanggung
jawab teknik
Pasal 33 : Sanksi administratif pelanggaran oleh asosiasi
perusahaan
Pasal 34 : Sanksi administratif pelanggaran oleh badan
usaha nasional maupun asing
8
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Pasal 35 : Sanksi administratif pelanggaran oleh badan
usaha
BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 36 : Sanksi administrasi sesuai dengan pelanggaran
Pasal 37 : Ketentuan lembaga masyarakat jasa konstruksi
BAB VII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 38 : Ketentuan berlakunya peraturan perundang-
undangan sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan pemerintah
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40 : Undang-undang berlaku sejak diundangkan
PP RI NO 04 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PP NO 28 TH
2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI
PASAL I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No 28 Th 2000
tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. diubah
sebagai :
1) Ketentuan Pasal 1 angka 2 diubah, yaitu tentang
pengertian klasifikasi
2) Pada pasal 5 ditambahkan ayat (2a) dan ayat (5), serta
ayat (3) diubah, yaitu tentang Lingkup layanan usaha
jasa konstruksi
9
ANNISA PURNAMASARI1209025018
3) Ketentuan Pasal 7 diubah, yaitu tentang bidang usaha
jasa konstruksi
4) Ketentuan Pasal 8 diubah, yaitu tentang badan usaha jasa
konstruksi
5) Ditambahkan 4 pasal yakni Pasal 8A, Pasal 8B, Pasal 8C,
Pasal 8D, yaitu tentang klasifikasi dan kualifikasi
usaha jasa konstruksi
6) Ketentuan Pasal 9 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diubah, ayat (4) dihapus, yaitu tentang klasifikasi dan
kualifikasi pekerjaan perencana, pelaksana, dan
pengawasan konstruksi
7) Ketentuan Pasal 10 ayat (4) diubah, yaitu tentang
ketentuan lebih lanjut pada ayat-ayat pasal 9
8) Ketentuan Pasal 11 ayat (1) diubah, yaitu tentang
klasifikasi dan kualifiksi tenaga kerja konstruksi
9) Ketentuan Bab II Bagian Keempat dihapus
10) Ketentuan Bab III dihapus
11) Ketentuan Pasal 22 tetap dan penjelasannya diubah,
yaitu tentang fasilitas penyelenggaraan forum jasa
konstruksi
12) Ketentuan Pasal 23 dihapus
13) Ketentuan Pasal 24 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diubah,dan ayat (4) sampai dengan ayat (8) dihapus,
yaitu tentang lembaga pengembangan jasa konstruksi
14) Ketentuan Pasal 25 ayat (1) tetap, penjelasannya
diubah, ketentuan Pasal 25 ayat (2) dan ayat (3) diubah,
yaitu tentang pembentukan lembaga jasa konstruksi
10
ANNISA PURNAMASARI1209025018
15) Ketentuan Pasal 26 diubah, yaitu tentang lembaga
tingkat nasional dan lembaga tingkat provinsi
16) Ketentuan Pasal 27 ayat (2) diubah, yaitu tentang
sumber dana lembaga jasa konstruksi
17) Ditambahkan 3 pasal yakni Pasal 28A, Pasal 28B, dan
Pasal 28C, yaitu tentang unit sertifikasi badan usaha
nasional dan peovinsi
18) Ketentuan Pasal 29 huruf a dan huruf d diubah, yaitu
tentang kewenangan dan tanggung jawab lembaga jasa
konstruksi
19) Ditambahkan 2 pasal yakni Pasal 29A dan Pasal 29B,
yaitu tentang sekretariat yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan tugas lembaga nasional maupun provinsi
20) Ketentuan Pasal 31 diubah, yaitu tentang sanksi
administratif pelanggaran oleh badan usaha jasa
konstruksi
21) Ketentuan Pasal 38 diubah, yaitu tentang ketentuan
peraturan pengurus lembaga tingkat nasional maupun
tingkat provinsi
PASAL II
Peraturan Pemerintah mulai berlaku sejak diundangkan
PP RI NO 92 TH 2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PP NO 28
TH 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI
PASAL I
11
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No 28 Th 2000
tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
4 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi, diubah sebagai :
1) Ketentuan Pasal 10 ayat (4) dihapus, yaitu tentang
Kriteria resiko, teknologi, dan biaya pekerjaan
konstruksi
2) Ketentuan Pasal 26 dihapus, yaitu tentang lembaga
tingkat nasional dan lembaga tingkat provinsi
3) Ketentuan Pasal 29A dihapus
4) Ketentuan Pasal 29B dihapus
yaitu tentang sekretariat yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan tugas lembaga nasional maupun provinsi
PASAL II
Peraturan Pemerintah mulai berlaku sejak diundangkan
12
ANNISA PURNAMASARI1209025018
3. PP RI NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA
KONSTRUKSI
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 : Pengertian dari pelelangan umum, pelelangan
terbatas, pemilihan langsung, penunjukan langsung,
lembaga, dan menteri yang berhubungan dengan
penyelenggara jasa konstruksi
Pasal 2 : Lingkup pengaturan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi
BAB II PEMILIHAN PENYEDIA JASA
Bagian Pertama Umum
Pasal 3 : Pemilihan penyedia jasa, pemilihan perencana, dan
pemilihan pengawas konstruksi
Bagian Kedua Perencana Konstruksi dan Pengawas Konstruksi
Pasal 4 : Syarat dan tata cara pemilihan perencana
konstruksi dan pengawas konstruksi dengan cara
pelelangan umum
Pasal 5 : Pemilihan perencana konstruksi dapat dilakukan
melalui sayembara terbuka atau terbatas
Pasal 6 : Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi dengan cara pelelangan terbatas
Pasal 7 : Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi dengan cara pemilihan langsung
Pasal 8 : Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi dengan cara penunjukan langsung
13
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Bagian Ketiga Pelaksana Konstruksi
Pasal 9 : Syarat dan tata cara pemilihan pelaksana
konstruksi dengan cara pelelangan umum
Pasal 10 : Syarat dan tata cara pemilihan pelaksana
konstruksi dengan cara pelelangan terbatas
Pasal 11 : Syarat dan tata cara pemilihan pelaksana
konstruksi dengan cara pemilihan langsung
Pasal 12 : Syarat dan tata cara pemilihan pelaksana
konstruksi dengan cara penunjukan langsung
Pasal 13 : Kriteria, syarat, dn tata cara pemilihan
penyedia jasa terintegrasi
Pasal 14 : Pelaksanaan pemilihan penyedia jasa dirumuskan
oleh lembaga
Bagian Keempat Kewajiban dan Hak Pengguna Jasa
Pasal 15 : Kewajiban pengguna jasa dalam pemilihan penyedia
jasa
Pasal 16 : Hak pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa
Bagian Kelima Kewajiban dan Hak Penyedia Jasa
Pasal 17 : Kewajiban penyedia jasa dalam pemilihan penyedia
jasa
Pasal 18 : Hak penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa
Bagian Keenam Penetapan Penyedia Jasa
Pasal 19 : Penetapan penyrdia jasa oleh [engguna jasa
BAB III KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
Pasal 20 : Kontrak kerja konstruksi dibuat sesuai tahapan
perencana, pelaksana, dan pengawasan konstruksi
14
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Pasal 21 : Kontrak kerja konstruksi dibedakan berdasarkan
bentuk imbalan
Pasal 22 : Dokumen yang harus ada pada kontrak kerja
konstruksi
Pasal 23 : Uraian yang harus ada pada kontrak kerja
konstruksi
BAB IV PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Bagian Pertama Umum
Pasal 24 : Tahap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
Bagian Kedua Tahap Perencanaan
Pasal 25 : Lingkup tahap perencanaan pekerjaan konstruksi
Pasal 26 : Perencanaan pekerjaan konstruksi dengan
pekerjaan risiko
Pasal 27 : Perencanaan pekerjaan konstruksi bagi penyedia
dan pengguna jasa
Bagian Ketiga Tahap Pelaksanaan Beserta Pengawasannya
Pasal 28 : Lingkup tahap pelaksanaan dan pengawasan
pekerjaan konstruksi
Pasal 29 : Pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan konstruksi
bagi penyedia dan pengguna jasa
Bagian Keempat Standar Keteknikan, Ketenaga Kerjaan, dan
Tata Lingkungan
Pasal 30 : Penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib
memenuhi standar keteknikan, ketenaga kerjaan, dan
tata lingkungan
15
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Bagian Kelima Kegagalan Pekerjaan Konstruksi
Pasal 31 : Pengertian kegagalan pekerjaan konstruksi
Pasal 32 : Kegagalan pekerjaan konstruksi baik karena
perencana, pelaksana, pengawas, maupun penyedia jasa
Pasal 33 : Kegagalan pekerjaan konstruksi yang
mengakibatkan keselamatan umum
BAB V KEGAGALAN BANGUNAN
Bagian Pertama Umum
Pasal 34 : Pengertian kegagalan bangunan
Bagian Kedua Jangka Waktu Pertanggungjawaban
Pasal 35 : Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan
bangunan
Bagian Ketiga Penilaian Kegagalan Bangunan
Pasal 36 : Penilaian Kegagalan Bangunan oleh penilai ahli
yang profesional
Pasal 37 : Penilai ahli yang memiliki sertifikat
Pasal 38 : Tugas penilai ahli
Pasal 39 : Wewenang penilai ahli
Bagian Keempat Kewajiban dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa
Pasal 40 : Kewajiban dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa dalam
kegagalan bangunan
Pasal 41 : Penyimpanan dokumen bagi penyedia jasa pada
kegagalan konstruksi
Pasal 42 : Sanksi profesi dan adminsitratif pada badan
usaha penandatangan kontrak kerja konstruksi
16
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Pasal 43 : Sub penyedia jasa bertanggung jawab kepada
penyedia jasa utama pada kegagalan konstruksi
Pasal 44 : kegagalan konstruksi dari dokumen perencanaan
Bagian Kelima Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengguna Jasa
Pasal 45 : Kewajiban dan tanggung jawab pengguna jasa pada
kegagalan konstruksi
Bagian Keenam Ganti Rugi dalam Hal Kegagalan Bangunan
Pasal 46 : Ganti rugi dalam hal kegagalan bangunan dengan
pertanggungan pihak ketiga
Pasal 47 : Penetapan besarnya kerugian oleh penilai ahli
Pasal 48 : Biaya penilai ahli
BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 49 : Cara penyelesaian sengketa berupa, melalui pihak
ketiga, arbitrase melalui Lembaga Arbitrase
Pasal 50 : Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa
mediasi dibantu dengan mediator
Pasal 51 : Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa
konsiliasi dibantu dengan konsiliator
Pasal 52 : Kesepakatan tertulis dalam penyelesaian sengketa
Pasal 53 : Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa
arbitrase dikakukan dengan arbitrase
Pasal 54 : Tata cara penyelesaian sengketa melalui mediasi,
konsiliasi, dan arbitrase
BAB VII LARANGAN PERSEKONGKOLAN
17
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Pasal 55 : Larangan persekongkolan pengguna jasa dan atau
penyedia jasa dan atau pemasok
BAB VIII SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 56 – pasal 62 : Pelanggaran terhadap Peraturan
Pemerintah ini dikenakan sanksi administratife baik bagi
pengguna jasa maupun penyedia jasa
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63 : Ketentuan berlakunya peraturan perundang-
undangan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
pemerintah
BAB X KETENTUAN PENUTUP
Pasal 64 : Undang-undang berlaku sejak diundangkan
18
ANNISA PURNAMASARI1209025018
PP RI NO 59 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PP NO 29 TH
2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PASAL I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No 29 Th 2000
tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. diubah sebagai :
1) Ketentuan Pasal 1 angka 1 dan 2 diubah, yaitu tentang
pengertian pelelangan umum dan pelelangan terbatas
2) Ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah,
yaitu tentang syarat dan tata cara pemilihan perencana
konstruksi dan pengawas konstruksi
3) Ketentuan Pasal 6 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah,
ayat (2) huruf f dihapus, dan ditambahkan ayat (2a),
yaitu tentang pemilihan perencana konstruksi dan
pengawas konstruksi dengan cara pelelangan terbatas
4) Ketentuan Pasal 7 ayat (3) diubah, yaitu tentang tata
cara pemilihan langsung perencana konstruksi dan
pengawas konstruksi
5) Ketentuan Pasal 8 ayat (3) diubah, yaitu tentang tata
cara penunjukan langsung perencana konstruksi dan
pengawas konstruksi
6) Ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) diubah, yaitu
tentang syarat dan tata cara pemilihan pelaksana
konstruksi dengan cara pelelangan umum
7) Ketentuan Pasal 10 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah,
yaitu tentang syarat dan tata cara pemilihan pelaksana
konstruksi dengan cara pelelangan terbatas
19
ANNISA PURNAMASARI1209025018
8) Ketentuan Pasal 11 ayat (3) diubah, yaitu tentang tata
cara pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara
pemilihan langsung
9) Ketentuan Pasal 12 ayat (3) diubah, yaitu tentang tata
cara penunjukan langsung pelaksana konstruksi
10) Ketentuan Pasal 13 ayat (3) huruf a dan ayat (4)
diubah, yaitu tentang syarat dan tata cara pemilihan
penyedia jasa terintegrasi
11) Ketentuan Pasal 15 huruf a, huruf b, dan huruf k
diubah, yaitu tentang kewajiban pengguna jasa dalam
pemilihan penyedia jasa
PASAL II
Peraturan Pemerintah mulai berlaku sejak diundangkan
20
ANNISA PURNAMASARI1209025018
4. PP RI NO 30 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN
JASA KONSTRUKSI
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 : Pengertian dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, lembaga, pembinaan dan menteri
Pasal 2 : Lingkup pengaturan pembinaan jasa konstruksi
BAB II PENYELENGGARAAN PEMBINAAN
Bagian Pertama Umum
Pasal 3 : Bentuk pembinaan jasa konstruksi
Pasal 4 : Pembinaan jasa konstruksi terdiri atas penyedia
jasa, pengguna jasa, dan masyarakat
Bagian Kedua Pembinaan terhadap Penyedia Jasa
Pasal 5 : Tujuan pembinaan jasa konstruksi terhadap
penyedia jasa
Pasal 6 : Pembinaan jasa konstruksi melalui pengaturan,
pemberdayaan dan pengawasan
Pasal 7 : Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, dan
Pemerintah Kota menyelenggarakan pembinaan jasa
konstruksi terhadap penyedia jasa
Bagian Ketiga Pembinaan terhadap Pengguna Jasa
Pasal 8 : Tujuan pembinaan jasa konstruksi terhadap
pengguna jasa
Pasal 9 : Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota
menyelenggarakan pembinaan jasa konstruksi terhadap
pengguna jasa
21
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Bagian Keempat Pembinaan terhadap Masyarakat
Pasal 10 : Tujuan pembinaan jasa konstruksi terhadap
masyarakat
Pasal 11 : Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota
menyelenggarakan pembinaan jasa konstruksi terhadap
masyarakat
Bagian Kelima Tata Laksana Pembinaan
Pasal 12- Pasal 13 : Tata pelaksanaan pembinaan jasa
konstruksi terhadap penyedia jasa, pengguna
jasa, dan masyarakat
BAB III PEMBIAYAAN
Pasal 14 : Pembiayaan untuk pembinaan jasa konstruksi yang
dilakukan oleh Pemerintah
BAB V KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 15 : Ketentuan berlakunya peraturan perundang-
undangan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
pemerintah
BAB VI KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16 : Undang-undang berlaku sejak diundangkan
22
ANNISA PURNAMASARI1209025018
5. PERATURAN MENTERI PU NO: 207/PRT/M/2005 TENTANG PEDOMAN
PENGADAAN JASA KONSTRUKSI PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK
Pasal 1 : Pengertian dari pengadaan jasa konstruksi secara
elektronik
Pasal 2 : Proses peningkatan transparansi pengadaan jasa
konstruksi secara elektronik
Pasal 3 : Pengadaan jasa konstruksi yang sebagian dilakukan
secara elektronik terdiri dari jasa pemborongan dan jasa
konsultasi
Pasal 4 : Penerapan pengadaan Jasa Konstruksi secara
elektronik di lingkungan instansi Pemerintah
ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Menteri/Sekretaris Utama/Sekretaris Daerah
Pasal 5 : Peraturan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
23
ANNISA PURNAMASARI1209025018
6. PERATURAN MENTERI PU NO : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR
DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA
KONSULTANSI
Pasal 1 : Pengertian dari pengguna anggaran (PA), kuasa
pengguna anggaran (KPA), satuan kerja (Satker),
kepala satuan kerja (Kasatler), pejabat pembuat
komitmen (PPK), unit pelayanan pengadaan (ULP),
pejabat pengadaan, panitia/pejabat penerima hasil
pekerjaan, penyedia barang/jasa, pekerjaan
konstruksi, jasa konsultansi, pekerjaan kompleks,
kontrak kerja konstruksi, ahli hukum kontrak,
pemerintah pusat, pejabat eselon I
Pasal 2 : Tujuan Peraturan Menteri dalam pelaksanaan
pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi
Pasal 3 : Ruang lingkup pengadaan pekerjaan konstruksi dan
jasa konsultansi
Pasal 4 : Ketentuan para pihak yang terkait dalam
pelaksanaan pengadaan barang/jasa
Pasal 5 : Ketentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pasal 6 : Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
dilakukan berdasarkan metode pelaksanaan/kerja dan
spesifikasi teknis
Pasal 7 : Kontrak untuk pekerjaan konstruksi dan jasa
konsultansi harus memperoleh pendapat Ahli Hukum
Kontrak
24
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Pasal 8 : Pendapat dari Ahli Hukum kontrak atau dari Tim
Pendapat/Opini Hukum Kontrak
Pasal 9 : Standar dan pedoman pengadaan pekerjaan
konstruksi dan jasa konsultansi
Pasal 10 – Pasal 11 : Tidak berlakunya Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: 43/PRT/M/2007 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi dan Jasa Konsultansi
Pasal 12 : Peraturan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
25
ANNISA PURNAMASARI1209025018
PERATURAN MENTERI PU NO : 14/PRT/M/2013 TENTANG PERUBAHAN
PERMEN PU NO : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN
PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI
PASAL I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi diubah sebagai :
1) Ketentuan Pasal 1 angka 1, angka 6, angka 7, dan angka
13 diubah, ditambahkan angka 6a, angka 12a, dan 12b,
yaitu tentang pengertian unit pelayanan pengadaan (ULP),
Pokja ULP, pejabat pengadaan, pekerjaan konstruksi
terintegrasi, mata pembayaran utama, dan kontrak
2) Ditambahkan pasal 3a, yaitu tentang ketentuan pemilihan
penyedia barang/jasa secara elektronik
3) Ketentuan Pasal 4 diubah, yaitu tentang para pihak yang
terkait dalam pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi
dan jasa konsultansi
4) Ditambahkan pasal 4a, 4b, dan pasal 4c, yaitu tentang
nilai paket pekerjaan konstruksi dan jasa konstruksi
5) Ketentuan Pasal 6 ayat (2) dicabut, yaitu tentang
Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dilakukan
berdasarkan metode pelaksanaan/kerja dan spesifikasi
teknis
6) Ditambahkan pasal 6a, 6b, 6c, 6d, 6e, dan pasal 6f,
yaitu tentang pemilihan pekerjaan konstruksi dalam hal
pelelangan/seleksi/ pemilihan langsung, evaluasi dokumen
26
ANNISA PURNAMASARI1209025018
penawaran, bahaya dan tingkat risiko K3, serta dalam hal
jawaban sanggahan banding
7) Ditambahkan pasal 8a, 8b, dan 8c, yaitu tentang
pembayaran bulanan/termin pada pekerjaan konstruksi,
keterlambatan penyelesaian pekerjaan, penyesuaian harga
(Price Adjustment)
8) Ketentuan Pasal 9 ayat (1) diubah, yaitu tentang standar
dan pedoman pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa
konsultansi
PASAL II
Peraturan Menteri mulai berlaku sejak diundangkan
27
ANNISA PURNAMASARI1209025018
PERATURAN MENTERI PU NO : 07/PRT/M/2014 TENTANG PERUBAHAN
KEDUA PERMEN PU NO : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN
PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI
PASAL I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi diubah sebagai :
1) Ketentuan dalam Pasal 1 angka 9 diubah, yaitu tentang
pengertian penyedi barang/jasa
2) Ketentuan Pasal 4b diubah, yaitu tentang penggunaan
surat jaminan pekerjaan konstruksi
3) Ketentuan Pasal 6d ditambahkan 2 (dua) ayat, yakni ayat
(4) dan ayat (5), yaitu tentang ketentuan nilai paket
pekerjaan konstruksi
PASAL II
Penandatanganan seluruh kalimat sanggahan yang diajukan
peseta
Peraturan Menteri mulai berlaku sejak diundangkan
28
ANNISA PURNAMASARI1209025018
7. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 28 /PRT /M
/2006 TENTANG PERIZINAN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA
KONSTRUKSI ASING
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 : Pengertian dari jasa konstruksi, badan usaha jasa
konstruksi asing (BUJKA), Perwakilan Badan Usaha
Jasa Konstruksi Asing, Kepala Perwakilan, Usaha
Kerja Sama, Izin Badan Usaha Jasa Konstruksi,
Sertifikat Badan Usaha, Izin Perwakilan Badan
Usaha Jasa Konstruksi Asing, Tim Pengawas Badan
Usaha Jasa Konstruksi Asing (TP BUJK), Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
Pasal 2 – Pasal 4 : Perizinan Badan Usaha Jasa Konstruksi
Asing
BAB II KEWENANGAN PEMBERI IZIN DAN PERSETUJUAN
Pasal 5 : Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing
dan Persetujuan Usaha Kerjasama diberikan oleh Menteri
BAB III PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN IZIN
Pasal 6 – Pasal 9 : Persyaratan dan tata cara pengajuan
permohonan izin perwakilan badan usaha jasa
konstruksi asing
BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN
29
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Pasal 10 : Hak dan kewajiban perwakilan badan usaha jasa
konstruksi asing
BAB IV JANGKA WAKTU
Pasal 11 dan Pasal 12 : Jangka waktu izin perwakilan badan usahajasa konstruksi asing
BAB V SANKSI
Pasal 13 : Sanksi administrative bagi Badan Usaha Jasa
Konstruksi Asing yang melanggar ketentuan
Bagian Pertama Jenis Pelanggaran
Pasal 14 : Jenis pelanggaran ringan dan pelanggaran berat
Bagian Kedua Jenis Sanksi
Paal 15 : Jenis sanksi bagi pelanggar ketentuan Badan Usaha
Jasa Konstruksi Asing
Bagian Ketiga Tim Pengawasan Badan Usaha Jasa Konstruksi
Asing
Pasal 16 : Ketentuan tentang pengawasan kegiatan usaha
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing
BAB VII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17 : Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi
Asing yang telah diperoleh sebelum dikeluarkannya
Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku
dengan syarat mentaati ketentuan
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
30
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Pasal 18 : Tidak berlakunya Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 50/PRT/1991 tentang Perizinan Perwakilan
Usaha Jasa Konstruksi Asing
Pasal 19 : Peraturan Menteri ini akan diatur kemudian
31
ANNISA PURNAMASARI1209025018
8. KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
NOMOR 339/KPST/M/2013
Mengenai Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi
Oleh Instansi Pemerintah
a) Tujuan dari petunjuk pelaksanaan pengadaan jasa
konstruksi oleh instansi pemerintah untuk memberikan
pedoman dalam pengadaan jasa konstruksi oleh instansi
pemerintah
Ruang Lingkup petunjuk ini meliputi pengadaan jasa
konstruksi oleh instansi pemerintah serta pengadaan
jasa konstruksi bidang permukiman dan prasarana
wilayah yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dari
APBN/APBD
b) Persiapan Pengadaan Jasa Konstruksi
- Pengumuman Rencana Pengadaan dilakukan secara
terbuka melalui media elektronik, cetak dan
pengumuman resmi
- Sertifikat Keahlian Pengadaan Jasa Konstruksi
Pemerintah kepada pengguna jasa dan panitia/pejabat
pengadaan wajib memenuhi persyaratan Sertifikasi
Keahlian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
- Pemaketan Pekerjaan ditentukan dengan memaksimalkan
penggunaan produksi dalam negeri dan harus
dtetapkan kompetensi (klasifikasi dan kualifikasi)
32
ANNISA PURNAMASARI1209025018
- Pekerjaan Kompleks yaitu pekerjaan yang memerlukan
teknologi tinggi, beresiko dan berbiaya tinggi
c) Proses Pengadaan Jasa Konstruksi
- Persyaratan Penyedia Jasa Konstruksi harus memiliki
izin usaha jasa konstruksi (IUJK), sertifikat badan
usaha (SBU), sertifikat tenaga ahli/trampil, dan
untuk pekerjaan khusus harus memiliki setifikat
manajemen mutu ISO
- Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi dilakukan
dengan cara pelelangan umum, pelelangan terbatas,
penilaian langsung dan penunjukan langsung
d) Penilaian Kualifikasi
- Penilaian Administrasi (lulus atau gugur)
- Jasa Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi (Pemborongan)
meliputi penilaian keuangan, penilaian pengalama,
penilaian kemampuan teknis, ambang lulus (passing
grade) dan sisa kemampuan paket (SKP)
- Jasa Perencanaan dan Jasa Pengawasan Pekerjaan
Konstruksi (Konsultansi)
1. Penilaian Tenaga Ahli dilakukan dengan cara
kualifikasi pendidikan, lama waktu (pengalaman
kerja), profesi/keahlian
2. Cara menyusun rangking kelulusan peserta
prakualifikasi
33
ANNISA PURNAMASARI1209025018
STRUKTUR ISI UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI NO 18 TH 1999 BESERTA REGULASI
34
Tanggung jawab oleh
penyelenggara
memiliki
tahapan
oleh
acuan
dalam bentuk
PP NO 28/2000
Permen NO
207/2005
Permen NO
07/2011
PP NO 28/2000
PP NO 29/2000
Permen NO
07/2011
PP NO
29/2000
PP NO
28/2000
PP NO
30/2000
PP NO
29/2000
PP NO 28/2000
PP NO 29/2000
Permen NO
28/2006
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Penjelasan Struktur Isi UUJK No 18 Tahun 1999
UUJK memiliki beberapa bab yang yang isinya meliputi :
- Usaha Jasa konstruksi; pada bagian pertama menjelaskan
jenis bentuk dan bidang usaha konstruksi; pada bagian
kedua menjelaskan tentang persyaratan usaha, keahlian,
dan keterampilan yang harus dimiliki oleh badan usaha
konstruksi; bagian ketiga menjelaskan tentang tanggung
jawab professional yang harus dimiliki badan usaha;
dan bagian keempat yang menjelaskan tentang
pengembangan usaha konstruksi
- Pengikatan Pekerjaan Konstruksi; menjelaskan tentang
para pihak yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa yang
selnjutnya dilakukan pengikatan para pihak dengan
menggunakan kontrak kerja konstruksi agar hubungan
kerja dapat terjalin dan usaha konstruksi bisa
berjalan
- Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi; meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan
oleh penyedia jasa
- Kegagalan Bangunan; kegagalan bangunan yang terjadi
merupakan tanggung jawab dari penyedia jasa maupun
pengguna jasa
- Peran Masyarakat; masyarakat jasa konstruksi adalah
masyarakat yang memiliki kepentingan atau hubungan
dengan usaha konstruksi, masyarakat jasa konstruksi
juga memiliki hak dan kewajibannya kepada jasa
konstruksi36
ANNISA PURNAMASARI1209025018
- Pembinaan; pembinaan jasa konstruksi berupa
pengaturan, pengawasan, dan pemberdayaan
- Penyelesaian Sengketa ; penyelesaian sengketa bisa
melalui pengadilan atau diluar pengadilan dan
masyarakat yang merasa dirugikan akibat
penyelenggaraan konstruksi bisa melakukan gugatan ke
pengadilan
- Sanksi; penyelenggara pekerjaan konstruksi yang
melakukan pelanggaran terhadap UU akan dikenai sanksi
administratif
Regulasi atau peraturan-peratuan lainnya berhubungan dengan
UUJK No 18 th 1999,
PP NO 28 Th 2000 berhubungan dengan UUJK karena sama-sama
membahas tentang Usaha dan Jasa Konstruksi, Pengikatan Jasa
Konstruksi,Peran Masyarakat dan Sanksi bagi pelanggar
peratura.
PP NO 29 Th 2000 berhubungan dengan UUJK karena sama-sama
membahas tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi, Kegagalan Bangunan,
Kontrak Kerja Konstruksi yang berada pada bagian Pengikat
Pekerjaan Konstruksi dalam UUJK, Penyelesaian Sengketa dan
Sanksi bagi pelanggar peraturan jasa konstruksi.
37
ANNISA PURNAMASARI1209025018
PP NO 30 Th 2000 berhubungan dengan UUJK karena sama-sama
membahas tentang Penyelenggaraan Pembinaan usaha jasa
konstruksi.
PERMEN PU NO 207 Th 2005 berhubungan dengan UUJK karena
membahas tentang Pengadaan Jasa Konstruksi hanya saja
penyelenggaraan dilakukan secara elektronok.
PERMEN PU NO 07 Th 2011 berhubungan dengan UUJK karena
sama-sama membahas tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
jasa konstruksi yang di UUJK sama halnya dengan Persyaratan
pada subbab Usaha Jasa Konstruksi, dan juga membahas
Kontrak Pengadaan Jasa Konstruksi yang di UUJK berada pada
subbab Pengikatan Pekerjaan Konstruksi.
PERMEN PU NO 28 Th 2006 berhubungan dengan UUJK karena
sama-sama membahas tentang Sanksi yang diberikan oleh
pelanggar peraturan pada Badan Usaha Jasa Konstruksi hanya
saja peraturan ini membahas Jasa Konstruksi Asing.
38
ANNISA PURNAMASARI1209025018
STRUKTUR ISI PP RI NO 28 TH 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI BESERTA
39
PP RI NO 28 TH 2000
PP RI No 04 Th 2010
Usaha dan Jasa
KonstruksiJenis, Bentuk,
dan Bidang UsahaKlasifikasi
dan Kualifikasi
UsahaRegistrasi Badan Usaha
Jasa KonstruksiAkreditasi Asosiasi
Perusahaan Jasa
KonstruksiPerizinan Usaha Jasa Konstruksi
Tenaga Kerja
Konstruksi
Sertifikasi Keterampilan dan Keahlian
KerjaKlasifikasi, Kualifikasi,
dan Registrasi
tenaga kerjaAkreditasi
Asosiasi Profesi dan Institusi Pendidikan dan
Pelatihn
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
Forum Jasa Konstruksi
sebagai sarana
aspirasi
Lembaga Jasa
Konstruksi
Tingkat Nasional dan
Daerah
Pengembangan Jasa
Konstruksi
Sanksi Administra
tif
Pemerintah,
Lembaga, dan
Asosiasi
PP RI NO 92 Th 2010
terdiri
tujua
ditetapkan oleh
mengalami
DIHAPUS
DIHAPUS
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Penjelasan Struktur Isi PP RI NO 28 TH 2000 tentang Usaha
dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
Peraturan ini memiliki beberapa bab yaitu
- Usaha dan Jasa Konstruksi; bagian pertama membahas
tentang jenis, bentuk dan bidang usaha jasa
konstruksi; bagian kedua mengenai klasifikasi dan
kualifikasi usaha yang harus dimiliki oleh badan usaha
jasa konsrruksi; bagian ketiga badan usaha jasa
konstruksi harus mengikuti registrasi oleh lembaga;
bagian keempat yaitu lembaga melakukan akreditasi
terhadap asosiasi perusahaan jasa konstruksi; bagian
kelima yaitu usaha jasa konstruksi harus memiliki izin
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
- Tenaga Kerja Konstruksi; tenaga kerja konstruksi harus
memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja
yang sudah melewati tahap klasifikasi, kualifikasi,
dan registrasi tenaga kerja kkonstruksi
- Peran Masyarakat Konstruksi; bisa melalui forum
sebagai aspirasi masyarakat ataupun bisa melalui
Lembaga Nasional maupun Lembaga Daerah. Forum dan
lembaga memiliki tujuan yang sama yaitu pengembangan
jasa konstruksi
- Sanksi Administrtif; bila melakukan pelanggaran
terhadap undang-undang akan kena sanksi administrasi
Peraturan ini melakukan dua kali perubahan yang petama
perubahan PP RI No 14 Th 2010 yang menetapkan bab dari
Tenaga Kerja Konstruksi dihapus. Dan perubahan kedua PP RI
41
ANNISA PURNAMASARI1209025018
No 92Tahun 2010 hanya menyempurnakan pasal-pasal sebelumya.
Walaupun telah mengalami dua kali perubahan tetapi yang
dibahas tetap sama yaitu tentang Usaha dan Peran Masyarakat
Jasa Konstruksi.
42
ANNISA PURNAMASARI1209025018
STRUKTUR ISI PP RI NO 29 TH 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI BESERTA REGULASI
43
PP RI NO 29 TH 2000
Pemilihan Penyedia
Jasa
Perencana dan
Pengawas Konstruksi
Pelelangan Umum/
Terbatas dan
Pemilihan Langsung
Penetapan Penyedia
Jasa
Pelaksana
Konstruksi
Kontrak Kerja
Konstruksi
Kontrak Pekerjaa
n Perencan
aKontrak Pekerjaa
n Pelaksan
aKontrak Pekerjaa
n Pengawas
an
Penyelenggaraan
Pekerjaan Konstruksi
Tahap Perencanaa
n
Tahap Pelaksanaa
n dan Pengawasan
Standar Keteknikan,
Tenaga Kerja, dan
Tata Lingkungan
Kegagalan Pekerjaan Konstruksi
Kegagalan Bangunan
Jangka Waktu
Pertanggung- jawaban
Penilaian Kegagalan Bangunan
KewajIban dan Tanggung
Jawab Penyedia
JasaKewajIban
dan Tanggung Jawab
Pengguna Jasa
Ganti Rugi
Penyelesaian Sengketa
Mediasi
Konsiliasi
Arbitrase
Larangan Persekongkola
nSanksi
Administrasi
Pemerintah, Lembaga, dan
Asosiasi
Kewajiban dan Hak
Pengguna dan Penyedia
Jasa
dipisah menjadi dengan
cara ditetapkan oleh
mengalami perubahan
dengan
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Penjelasan Struktur Isi PP RI NO 29 TH 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Peraturan ini memiliki beberapa bab yaitu,
- Pemilihan Penyedia Jasa; Penyedia jasa yang dipilih
yaitu perencana, pelaksana, dan pengawas konstruksi
yang dipilih melalui pelelangan umum, pelelangan
terbatas, ataupun pemilihan langsung yang selanjutnya
ditetapkan penyedia jasa yang masing-masing memiliki
hak dan kewajiban yang berbeda
- Kontrak Kerja Konstruksi; dipisah sesuai pekerjaan
yairu Kontrak Pekerjaan Perencana, Kontrak Pekerjaan
Pelaksana, dan Kontrak Pekerjaan Pengawasan
- Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi; penyelenggaraan
melalui beberapa tahapan yaitu tahapan perencanaan,
tahapan pelaksanaan, dan tahapan pengawasan yang harus
sesuai dengan standar keteknikan, tenaga kerja maupun
tata lingkungan. Jaika penyelenggaraan tidak sesuai
standar maka akan terjadi kegagalan konstruksi
- Kegagalan Bangunan, bangunan dikatakan gagal jika
melewati batas waktu pekerjaan konstruksi dan setelah
dilakukan penilaian kegagalan oleh para ahli
dibidangnya. Yang bertanggung jawab dalam kegagalan
bangunan adalah penyedia jasa dan pengguna jasa dan
dilakukan ganti rugi sesuai dengan kesalahan
- Penyelesaian Sengketa; dilakukan dengan cara medisi,
konsiliasi, dan arbitrase
44
ANNISA PURNAMASARI1209025018
- Larangan Persekongkolan; dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi dilarang melakukan persekongkolan para
pihak dalam bentuk apapun
- Sanksi Administratif, sanksi diberikan kepada pihak
yang melanggar peraturan. Sanksi ditetapkan oleh
Pemerintah, Lembaga atau Asosiasi
Peraturan ini mengalami perubahan PP RI No 59 Th 2000 yang
hanya menyempurnakan pasal-pasal sebelumya tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan tidak ada subbab yang
dihapus.
45
ANNISA PURNAMASARI1209025018
STRUKTUR ISI PP RI NO 30 TH 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI
46
PP RI NO 30 TH 2000
Umum
Lingkup
Bentuk Pembinaan
Pihak yang dibina
Pernyelenggara pembinaan
Pembiayaan
Bentuk Pembinaan
Pembinaan terhadap Penyedia Jasa
Pembinaan terhadap Pengguna Jasa
Pembinaan terhadap Masyarakat
Tata Laksana
Pembinaan
Penyelenggaraan Pembinaan Pembiayaan
Pemerintah Nasional
Pemerintah Propinsi
Pemerintah Kabupaten/Ko
ta
dbiayai
ANNISA PURNAMASARI1209025018
PP RI NO 30 TH 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi
Peraturan ini memiliki beberapa bab yaitu,
- Lingkup Penyelenggaraan Pembinaan berupa bentuk
pembinaan, pihak yang dibina, penyelenggaraan
pembinaan, dan pembiayaan
- Bentuk Pembinaan dilakukan terhadap penyedia jasa
maupun pengguna jasa, dan juga dilakukan pembinaan
terhadap masyarakat agar mengetahui tentang
penyelenggaraan konstruksi yang selanjutnya dilakukan
tata laksana pembinaan
- Pembiayaan; penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi
dibiayai oleh Pemerintah Nasional, Pemerintah
Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
47
ANNISA PURNAMASARI1209025018
48
PERMEN PU NO 207/PRT TH 2005
Jasa Konstruksi Secara
Elektronik
Penayangan Hasil Kerja
Pengadaan secara
Elektronik Sebagian
Jasa Konsultasi
Penilaian Klasifikasi
SeleksiEvaluasi Penawaran Pelelangan
Jasa Pemboroga
nPenilaian Klasifikas
i PelelanganEvaluasi Penawaran Pelelangan
Pengadaan secara
Elektronik Sepenuhnya
Proses transparansi
Pedoman
Sekretaris Jendral/Menteri/Daera
h/Umum
ditetapkan
penjelasan lebih lanjut
Surat Edaran Menteri PU RI No:
07/SE/M/2012
STRUKTUR ISI PERMEN PU NO 207 TH 2005 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI PEMERINTAHSECARA ELEKTONIK BESERTA REGULASI
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Struktur Isi PERMEN PU NO 207 Th 2005 tentang Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi Oleh Pemerintah Secara
Elektronik
Peraturan ini memiliki isi,
- Proses transparansi pengadaan konstruksi secara
elektronik yaitu dengan penayangan hasil kerja,
pengadaan secara elektronik sebagian, dan pengadaan
secara elektronik sepenuhnya
- Pedoman pengadaan secara elektronik sebagian dengan
jasa pemborongan dan jasa konsultasi; dimana jasa
pemborongan dilakukan penilaian klasifikasi pelelangan
dan evaluasi pelelangan; pan dimana pada jasa
konsultasi dilakukan penilaian klasifikasi seleksi dan
evaluasi penawaran pelelangan
- Proses transparansi pengadaan konstruksi secara
elektronik penerapannya ditetapkan oeh Sekretaeris
Jendral/ Sekretaris Menteri/ Sekretaris Daerah/
Sekretaris Umum
Penjelasan lebih lanjut tentang Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi Oleh Pemerintah Secara Elektronik terdapat pada
Surat Edaran NO 07 Th 2012 tentang Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (E-Procurement)
49
ANNISA PURNAMASARI1209025018
STRUKTUR ISI PERMEN PU NO 07/PRT/M/ 2011 TENTANG STANDART DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN
50
PERMEN PU NO 07/ PRT/M/ 2011
Tujuan
lebih operasioanl dan efektif
sebagai acuan
Ruang Lingkup
Anggaran Pembangun
an Pemerinta
hPinjaman
atau hibah dalam negeri
Ketentuan Para Pihak terkait
Penetapan Harga
- metode pelaksanaan/ kerja
- spesifikasi teknis harga pasar
Kontrak
Pendapat dari Ahli
Hukum
Kontrak Lum Sump
Kontrak Harga Satuan
Standar dan
PedomanPengadaa
n Pekerjaa
n Konstruk
si
Pengadaan Jasa Konstruksi
Lampiran Peraturan Menteri
biaya
mengalami
berdasark
DITAMBAHKAN
ANNISA PURNAMASARI1209025018
PERMEN PU NO 07 Th 2011 Tentang Standart dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi
Peraturan ini memiliki isi,
- Peraturan ini berperan sebagai acuan dan memiliki
tujuan agar pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa
konstruksi sesuai dengan standar
- Pembiayaan pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa
konsultasi berasal dari anggaran pembangunan
pemerintahan dan juga dari pinjaman atau hibah dalam
negeri
- Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa harus mematuhi ketentuan yang sudah
ditetapkan
- Penetapan harga pengadaan pekerjaan konstruksi dan
jasa konsultasi berdasarkan metode pelaksanaan/ kerja
dan spesifikasi teknis harga pasar
- Kontrak pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa
konsultasi harus sesuai pendapat para ahli hokum dan
kontrak itu berupa Kontrak Lum Sump serta Kontrak
Harga Satuan
- Pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultasi
harus sesuai standard an pedoman yang sudah ditetapkan
peraturan
Peraturan ini mengalami dua kali perubahan yang petama
perubahan PP RI No 14 Th 2013 yang ditambahkan penjelasan
Standart dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan
Jasa Konsultasi lebih dijelaskan pada Lampiran Peraturan
52
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Menteri. Perubahan kedua PP RI No 07 Th 2014 hanya
menyempurnakan pasal-pasal sebelumya dan tidak ada pasal
yang dihapus.
53
ANNISA PURNAMASARI1209025018
STRUKTUR ISI PERMEN PU NO 28/PRT/2006 TENTANG BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING BESERTAREGULASI
54
PERMEN PU NO 28/ PRT/M/ 2006
Kewenangan Pemberi Izin
dan Persetujuan
Menteri
Persyaratan dan Tata Cara
Pengajuan Permohonan
Izin
Kelengkapan
Dokumen
Data Badan Usaha dan
Biaya Administrasi
Hak dan Kewajiban
Jangka Waktu
berlaku 3 tahun
batas perpanjangan maks. 90 hari
Sanksi
Jenis Pelanggara
n
Jenis Sanksi
Tim Pengawasan Badan Usaha
Jasa Konstruksi
Asing
oleh
berupa
penjelasan lebih lanjut
Surat Edaran Menteri PU RI No:
13/SE/M/2006
ANNISA PURNAMASARI1209025018
Penjelasan Isi PERMEN PU NO 28/PRT/2006 Tentang Badan Usaha
Jasa Konstruksi Asing
Peraturan ini memiliki beberapa bab yaitu,
- Kewenangan Pemberi Izin dan Persetujuan Badan Usaha
Jasa Konstruksi Asing dilakukan oleh Menteri
- Persyaratan dan Tata Cara Pengajuan Permohinan Izin
harus telah memiliki kelengkapan dokumen berupa data
badan usaha dan menyelesaikan biaya administrasi
- Hak dan Kewajiban perwakilan badan usaha jasa
konstruksi asing telah ditetapkan dalam peraturan
- Jangka Waktu perizinan perwakilan badan usaha jasa
konstruksi asing berlaku 3 tahun dan dapat
diperpanjang maksimal 90 hari setelah waktu perizinan
berakhir
- Sanksi diberikan kepada perwakilan badan usaha jasa
konstruksi asing yang tidak memenuhi peraturan dan
Menteri memberikan tim pengawas terhadap kegiatan
badan usaha jasa konstruksi asing
Penjelasa lebih lanjut tentang Badan Usaha Jasa Konstruksi
Asing terdapat pada Surat Edaran NO 13 Th 2006 perihal
Persyaratan Perusahaan Asing dalam Mengikuti Proses
Pengadaann Barang/Jasa di Indonesia.
55
ANNISA PURNAMASARI1209025018
DAFTAR PUSTAKA
Kepmen PU RI Nomor: 339/KPTS/M/2003 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi
Pemerintah
Permen PU RI Nomor: 07 / Prt/M/2014 Tentang Perubahan Kedua
Atas Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011 Tentang Standar Dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi
Permen PU RI Nomor: 14/Prt/M/2013 Tentang Perubahan Atas Permen
PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011
Permen PU RI Nomor: 207/PRT/M/2005: Pedoman Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi Pemerintah Secara ElektronikPermen PU RI Nomor: 28/PRT/M/2006: Perizinan Perwakilan Badan
Usaha Jasa Konstruksi Asing.
PP No. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi
PP No. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
PP No. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
KonstruksiPP No. 4/2010 Tentang Perubahan Atas PP No. 28/2000
PP No. 92/2010 Tentang Perubahan Atas PP No. 29/2000
PP No. 92/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 28/2000
Surat Edaran Menteri PU RI Nomor: 07/SE/M/2012: Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara Elekronik (e-
Procurement)
Surat Edaran Menteri PU RI Nomor: 13/SE/M/2006: Persyaratan
Perusahaan Asing dalam Mengikuti Proses Pengadaan Barang/Jasa di
Indonesia
56