MOTIF PENGGUNAAN TELEVISI DIKALANGAN MASYARAKAT ABANGAN SANTRI DAN PRIYAYI KECAMATAN PARE -KEDIRI...

12
MOTIF PENGGUNAAN TELEVISI DIKALANGAN MASYARAKAT ABANGAN SANTRI DAN PRIYAYI KECAMATAN PARE - KEDIRI MOTIVE BEHIND THE USE OF TELEVISION IN ABANGAN SANTRI AND PRIYAYI SOCIETIES OF PARE - KEDIRI SUBDISTRICT Adinda Natasya Agnestuti, Rachmat Kriyantono Ph.D., Yun Fitrahyati, S.I.Kom., M.I.Kom Brawijaya University Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI) Makassar JL. Prof. Abdurrahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0441-4660084 [email protected] Abstrak Penelitian tentang motif penggunaan televisi di kalangan masyarakat abangan, santri, dan priyayi Kecamatan Pare Kediri ini penting dilakukan, sebab popularitas televisi di Indonesia tergolong sangat tinggi dibandingkan media massa lainnya, selain itu karakteristik khalayak massa di Pare Kediri yang heterogen, yakni masyarakat abangan, santri, dan priyayi yang juga merupakan khalayak aktif dalam menggunakan media khususnya televisi. Mereka tentunya memiliki motof-motif atau dorongan-dorongan dalam menggunakan televisi. Dilihat dari tiga varians yang berbeda, maka motif dalam menggunakan televisi juga berbeda Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui, mendeskripsikan dan menggambarkan motif penggunaan televisi di kalangan masyarakat abangan santri dan priyayi Kecamatan Pare-Kediri. Metode penelitian ini menggunakan metode survai, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif tipe deskriptif dengan teknik sampling cluster sampling dengan jumlah sampelnya 100 responden melalui rumus yamane. Selanjutnya dari 100 responden tersebut, akan dilakukan pembagian tiga varians masyarakat melalui kuesioner pendahuluan yang berisikan daftar pertannyaan mengenai cirri-ciri masyarakat abangan, santri, dan priyayi yang penelitiannya dilakukan oleh Geertz. Dari situlah, didapati 34 masyarakat abangan, 33 masyarakat santri, dan 33 masyarakat priyayi. Teknik pengumpulan datanya diperoleh melalui data primer meliputi lembar kuesioner. analisis data menggunakan statistik deskriptif, yaitu analisis distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Teori yang digunakan adalah teori Uses and Gratification dan akan dianalisis dengan menggunakan kategori motif: 1. informasi, identitas pribadi, menjalin integrasi dan interaksi sosial, dan hiburan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosentase tertinggi motif penggunaan televisi di kalangan masyarakat abangan, santri, dan priyayi adalah sebagai hiburan dan informasi. Keywords : motif; televisi; masyarakat abangan, santri, dan priyayi Abstract - The background of this research is the superior of television's populariy among of other mass medias in Indonesian society. Related of public characteristics, heterogeneous of society supposed like abangan, santri, and priyayi societies who live in Pare Subdistrict, are the active consuments of media especially televisions. They definetely have motivations or urges behind the use

Transcript of MOTIF PENGGUNAAN TELEVISI DIKALANGAN MASYARAKAT ABANGAN SANTRI DAN PRIYAYI KECAMATAN PARE -KEDIRI...

MOTIF PENGGUNAAN TELEVISI DIKALANGAN

MASYARAKAT ABANGAN SANTRI DAN PRIYAYI

KECAMATAN PARE - KEDIRI

MOTIVE BEHIND THE USE OF TELEVISION IN

ABANGAN SANTRI AND PRIYAYI SOCIETIES OF

PARE - KEDIRI SUBDISTRICT

Adinda Natasya Agnestuti, Rachmat Kriyantono Ph.D., Yun Fitrahyati, S.I.Kom., M.I.Kom

Brawijaya University

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI)

Makassar JL. Prof. Abdurrahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0441-4660084

[email protected]

Abstrak – Penelitian tentang motif penggunaan televisi di kalangan masyarakat abangan,

santri, dan priyayi Kecamatan Pare – Kediri ini penting dilakukan, sebab popularitas televisi di

Indonesia tergolong sangat tinggi dibandingkan media massa lainnya, selain itu karakteristik khalayak

massa di Pare – Kediri yang heterogen, yakni masyarakat abangan, santri, dan priyayi yang juga

merupakan khalayak aktif dalam menggunakan media khususnya televisi. Mereka tentunya memiliki

motof-motif atau dorongan-dorongan dalam menggunakan televisi. Dilihat dari tiga varians yang

berbeda, maka motif dalam menggunakan televisi juga berbeda Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui, mendeskripsikan dan menggambarkan motif penggunaan televisi di kalangan masyarakat

abangan santri dan priyayi Kecamatan Pare-Kediri. Metode penelitian ini menggunakan metode survai,

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif tipe deskriptif dengan teknik sampling cluster sampling

dengan jumlah sampelnya 100 responden melalui rumus yamane. Selanjutnya dari 100 responden

tersebut, akan dilakukan pembagian tiga varians masyarakat melalui kuesioner pendahuluan yang

berisikan daftar pertannyaan mengenai cirri-ciri masyarakat abangan, santri, dan priyayi yang

penelitiannya dilakukan oleh Geertz. Dari situlah, didapati 34 masyarakat abangan, 33 masyarakat

santri, dan 33 masyarakat priyayi. Teknik pengumpulan datanya diperoleh melalui data primer

meliputi lembar kuesioner. analisis data menggunakan statistik deskriptif, yaitu analisis distribusi

frekuensi dan tabulasi silang. Teori yang digunakan adalah teori Uses and Gratification dan akan

dianalisis dengan menggunakan kategori motif: 1. informasi, identitas pribadi, menjalin integrasi dan

interaksi sosial, dan hiburan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosentase tertinggi motif

penggunaan televisi di kalangan masyarakat abangan, santri, dan priyayi adalah sebagai hiburan dan

informasi.

Keywords : motif; televisi; masyarakat abangan, santri, dan priyayi

Abstract - The background of this research is the superior of television's populariy among

of other mass medias in Indonesian society. Related of public characteristics, heterogeneous of society

supposed like abangan, santri, and priyayi societies who live in Pare Subdistrict, are the active

consuments of media especially televisions. They definetely have motivations or urges behind the use

of television. As it's seen from three different variants, no wonder that motives behind the use of

television are certainly different too. This research purpose is to know and describe Motive Behind

The Use of Television In Abangan Santri And Priyayi Societies of Pare- Kediri Subdistric. This

researchis using survai method and quantitative approach in descriptive type with cluster sampling as

sampling technique that has 100 respondents as total sample through yamane formula. Then, from the

100 respondents will be divided as 3 variants of society through questionary a preface that contains

question list about characteristics of abangan, santri, and priyayi societies which had researched by

Geertz. The result from that point are 34 abangan societies, 33 santri societies, and 33 priyayi

societies. The technique of gathering data is gotten through primary data by questionary sheet. The

data analysis method is using statistic descriptive analysis of frequency distribution and cross

tabulation.We use the Uses and Gratification theory of this research. Moreover, it will be examined

and analyzed by using some motive chategories: 1. information, personal identity make integration

and social interaction, and entertainment. The result of this research shows that the highest

percentages of motives behind the use of television in abangan, santri, and priyayi are as

entertainment and information.

Televisi di Indonesia merupakan

barang kebutuhan pokok bagi kehidupan

masyarakat nusantara untuk mengakses

informasi (Kuswandi, 1996: 33). Di

tengah ketatnya persaingan media yang

dipicu oleh hadirnya new media, dengan

teknologi digital, hingga saat ini

popularitas televisi belum bisa tertandingi

Hastjarjo (2007). Selain itu media televisi

juga sebagai sarana hiburan bagi

khalayaknya (Mondry, 2008: 91). Saat ini

jumlah pesawat televisi di Indonesia

diperkirakan mencapai 40 juta buah,

dengan jumlah penonton mencakup

hampir seluruh masyarakat Indonesia.

Keinginan memiliki televisi jauh lebih

besar daripada keinginan untuk membeli

buku atau berlangganan koran (Nugroho,

2009: 14).

Penelitian yang dilakukan di

Indonesia, tentang Potret Penggunaan

Media Televisi Pada Kalangan Remaja

Menuju Dewasa Awal di Yogyakarta,

hasilnya menunjukkan bahwa, sebagian

besar responden (83,87%) menghabiskan

waktu mereka untuk menonton TV dalam

rentang prime time – (17,00-22,30).

mereka menghabiskan tidak kurang dari

180-239 menit atau 4,5 jam sehari untuk

menonton TV Parwadi (2005). Sebuah

penelitian oleh BBG (Broadcasting Board

of Governors)1 pada tahun 2012,

menemukan bahwa televisi masih menjadi

media yang dominan di Indonesia, dimana

95 persen orang dewasa Indonesia

menggunakan media ini untuk

mendapatkan berita. Dibandingkan

dengan media lain, 87 persen penduduk

Indonesia menggunakan televisi untuk

mendapatkan berita, 36 persen melalui

sms, 11 persen memperoleh informasi

dari radio dan hanya tersisa 7 persen yang

masih menggunakan Koran atau majalah

untuk mendapatkan berita (BBG, 2012).

Adanya kepopularitasan televisi

menunjukkan bahwa khalayak aktif

memilih media yang akan digunakan

sesuai dengan kebutuhan demi tercapainya

suatu tujuan tertentu khususnya media

televisi.

1Penelitian dilakukan oleh BBG (Broadcasting Board of Governors) pada tahun (2012), BBG merupakan sebuah badan yang menaungi lembaga-lembaga penyiaran internasional milik Amerika dan perusahaan riset Gallup

Beberapa literatur seperti Brown,

dkk (2012); Harwood (1999); Papacharissi

& Mendelso (2007); Rubin & Perse

(1987) telah melakukan penelitian tentang

penggunaan televisi oleh khalayak,

dengan menggunakan teori uses and

gratification hasilnya menyebutkan

bahwa: Penelitian tentang motif yang

dilakukan oleh Brown dkk (2012)

menghasilkan bahwa, tiga variabel

independen (umur, jenis kelamin,

frekuensi kejahatan drama viewing) diuji

terhadap empat variabel dependen (rasa

ingin tahu /informasi, identifikasi,

interaksi sosial, dan hiburan). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa frekuensi

menonton drama kejahatan adalah

prediktor signifikan secara statistik hanya

rasa ingin tahu/informasi.

Kemudian dalam riset yang

dilakukan oleh Harwood (1999),

menemukan hasil tentang adanya

keterkaitan hubungan antara identifikasi

usia dan identitas sosial dalam menonton

televisi. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Papacharissi & Mendelso,

(2007) menunjukkan bahwa khalayak

menonton program acara reality show,

hasilnya menyebutkan bahwa, media

televisi mampu memenuhi kebutuhan

pribadi dan sosial khalayak terhadap

informasi maupun interaksi sosial

tergolong tinggi. Penelitian tentang

penggunaan televisi oleh khalayak, yang

dilakukan Rubin & Perse (1987) dengan

menggunakan teori uses and gratification

hasilnya menyebutkan bahwa, khalayak

menonton berita di televisi adalah untuk

mendapatkan informasi.

Penelitian yang dilakukan oleh

Rubin (dikutip Tubbs, L. Steward &

Moss, Sylvia, 1996: 212) mengenai

menggunakan televisi menunjukkan

beberapa pola demografik: kaum wanita

cenderung menggunakan televisi sebagai

teman; orang-orang lebih muda untuk

menghabiskan waktu; kelompok usia

menengah untuk menghabiskan waktu dan

mencari informasi; dan kaum lebih tua

untuk mencari informasi.” Namun bila

kaum lebih tua tinggal dalam rumah

tangga yang lebih besar, mereka kurang

cenderung mencari persahabatan dengan

menyetel televisi; kaum lebih tua yang

berinteraksi banyak dengan lainnya

menggunakan televisi untuk memperoleh

hiburan, dan mendapat topik-topik

percakapan. Penelitian tersebut sesuai

dengan asumsi uses and gratification

yaitu, komponen pertama yang

menyebutkan khalayak aktif dan

penggunaan medianya berorientasi pada

tujuan.

Penelitian yang dilakukan oleh

Herlina, & Amalia (2009) menyimpulkan

bahwa apa yang diberikan Global TV

khususnya dalam tayangan Be A Man

dapat diterima pemirsa dalam memberikan

informasi serta wawasan tentang waria,

menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitarnya dan dapat memberikan hiburan

bagi pemirsanya. Hasil penelitian di atas

sesuai dengan asumsi dasar teori uses and

gratifications komponen pertama yaitu,

khalayak aktif dan penggunaan medianya

berorientasi pada tujuan. Ningrum dkk

(2012); Yuwono, (2013) yang

memfokuskan pada tayangan Opera Van

Java (OVJ) dan Dahsyat pada stasiun

televisi swasta Trans7 di RCTI, pada

umumnya memperoleh hasil yang sangat

tinggi untuk memenuhi kebutuhan

khalayak, khususnya pada bidang hiburan

dalam penggunaan media televisi.

Pencapaian ini dapat dilihat dari apreasi

pemirsa terhadap tayangan program Opera

Van Java (OVJ), ditinjau dari aspek

kognitif, emotif, dan evaluatif tergolong

sangat tinggi. Penelitian tersebut sesuai

dengan asumsi kelima dari teori uses and

gratification yang menunjukkan penilaian

mengenai nilai isi media hanya dapat

dinilai oleh khalayak. Pada dasarnya

ada beberapa pengklasifikasian motif

menggunakan media seperti berikut:

Hasil riset untuk mengukur motif anak

dalam menggunakan atau menonton

televisi, diantaranya adalah: Informasi

(mempelajari sesuatu /untuk pendidikan

diri sendiri ); mempelajari diri

(meningkatkan pemahaman tentang diri

sendiri); Hiburan (mengisi waktu,

melupakan kesulitan, memberikan

rangsangan, bersantai, mencari

persahabatan, dan kebiasaan saja). (Rubin,

Palmgreen, & Sypher, 2004: 371).

Hasil riset/ penelitian untuk

mengetahui motif khalayak dalam

menonton reality show dilakukan di

kalangan mahasiswa. Penelitian tentang

motif ini diukur dengan kategori motif,

sebagai berikut ini: Diversi (sebagai

hiburan, relaksasi, menghabiskan waktu

luang, pelengkap); Interaksi sosial

(sebagai interaksi sosial dengan yang lain)

Papacharissi & Mendelson (2007).

Daftar motif memang tidak

terbatas. Tetapi pengklasifikasian motif

milik Blumler (dalam Rakhmat, 2012: 66)

agak praktis untuk dijadikan petunjuk

penelitian. Blumler menyebutkan tiga

orientasi: orientasi kognitif (kebutuhan

informasi, surveillance, atau eksplorasi

realitas); diversi (kebutuhan akan

pelepasan dari tekanan dan kebutuhan

akan hiburan); serta identitas personal

(yakni, “menggunakan isi media untuk

memperkuat/menonjolkan sesuatu yang

penting dalam kehidupan atau situasi

khalayak sendiri”).

Brown dkk (2012); Herlina &

Amalia (2009); Mc Quail (1996) sebagai

berikut: Informasi (mencari berita tentang

peristiwa yang berkaitan dengan

lingkungan masyarakat, memperoleh rasa

damai melalui penambahan pengetahuan,

dan pendidikan diri sendiri); Identitas

Pribadi (menemukan penunjang nilai-

nilai pribadi dan menemukan model

perilaku); Integrasi dan Interaksi Sosial

(Menemukan bahan percakapan dan

interaksi sosial, dan membantu

menjalankan peran sosial); Hiburan

(melepaskan diri dari permasalahan,

hiburan/ketenangan, bersantai dan mengisi

waktu luang, menampis rasa jenuh).

Penelitian tentang motif

penggunaan televisi di kalangan

masyarakat abangan, santri, dan priyayi

kecamatan Pare ini penting dilakukan,

dalam kaitannya dengan karakteristik

khalayak massa. Karakteristik khalayak

massa adalah besar, heterogen, dan sangat

tersebar, dan anggotanya tidak saling

mengenal dan tidak dapat mengenal satu

sama lain (McQuail, 2011: 147).

Begitupula dengan karakteristik khalayak

massa di Pare yang sangat heterogen

yakni; masyarakat abangan, santri dan

priyayi yang juga merupakan khalayak

aktif dalam menggunakan media. Mereka

tentunya memiliki motif- motif atau

dorongan-dorongan dalam menggunakan

televisi. Dilihat dari tiga varians yang

berbeda maka motif-motif dalam

menggunakan televisi juga pasti berbeda

pula. Adanya perbedaan tentang seputar

pilihan tontonan televisi di kalangan

masyarakat abangan, santri, dan priyayi

bisa berimplikasi pada motif Permana

(2010). Peneliti terdahulu seperti Brown

dkk (2012), Papacharissi & Mendelso

(2007), Herlina & Amalia (2009)

melakukan penelitian pada masyarakat

perkotaan dan mahasiwa. Sedangkan

Rubin dkk (2004) dalam penelitiannya

mengenai motif untuk menggunakan

televisi objeknya ditujukan pada anak-

anak. Berdasarkan dari data Penelitian

terdahulu yang didapatkan oleh peneliti

belum pernah ada yang meneliti atau

membahas tentang motif pada

karakteristik khalayak massa masyarakat

abangan, santri, dan priyayi yang

dilakukan oleh Geertz. Oleh karena itu

perlu adanya suatu penelitian yang

berfokus pada bagaimana motif

penggunaan televisi di kalangan

masyarakat abangan santri dan priyayi

Kecamatan Pare. Penelitian ini dilakukan

oleh peneliti dengan harapan

menghasilkan gambaran tentang motif

penggunaan televisi oleh golongan

masyarakat abangan, santri dan priyayi di

kecamatan Pare sebagai khalayak aktif

menggunakan media televisi.

Seorang peneliti dari Pensylvania

AS telah membagi masyarakat jawa ke

dalam 3 kategori karakteristik masyarakat

yaitu abangan, santri, dan priyayi.

Menurut Geertz golongan masyarakat

abangan adalah, golongan masyarakat

kelas yang paling terendah mereka pada

umumnya masih memegang kultur jawa

yakni selametan, percaya terhadap adanya

tahayul dan kekuatan sihir & magi para

tabib (Geertz, 2014: 117). Masyarakat

priyayi adalah kaum ningrat keturunan

raja-raja, serta pejabat – pejabat tinggi

yang memiliki jabatan atau kedudukan

resmi di kantor pemerintahan (Geertz,

2014: 329). Seiring dengan kemajuan

zaman, orang-orang yang memiliki gelar

karena prestasi, juga termasuk dalam

golongan priyayi, karena cara pandang

dan berfikirnya serta tingkah lakunya

berbeda dengan orang-orang yang tidak

memiliki gelar karena prestasi (Geertz,

2014: 332).

Lebih lanjut menurut Geertz

(2014: 179), golongan masyarakat santri

adalah golongan masyarakat pondok

pesantren yakni para Kyai besar dan para

ulama yang menjadi guru sekaligus

panutan, beserta murid – murid santri.

Golongan santri juga dimanifestasikan

dalam satu kompleks organisasi –

organisasi sosial amal dan politik seperti

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama.

Dengan adanya karakteristik masyarakat

yang unik di Pare menjadi alasan peneliti

memilih Pare sebagai lokasi penelitian,

serta mengingat pentingnya sebuah

penelitian mengenai riset khalayak dalam

komunikasi massa, diharapkan dengan

adanya penelitian ini eksistensi ilmu

komunikasi akan semakin berkembang

pesat. Media massa akan lebih aktif dan

efisien dalam memenuhi kebutuhan

khalayaknya (Sari, 1993: 31).

Televisi merupakan media

komunikasi massa, berupa kotak ajaib

yang dapat menyiarkan segala macam

informasi untuk dapat memenuhi

kebutuhan khalayaknya yang sangat

beragam. Berbagai macam kelebihan

televisi, salah satunya adalah, televisi

mampu menghasilkan gambar bergerak,

dan suara (audio-visual) sehingga mampu

menarik khalayaknya yang sangat

heterogen untuk menggunakan televisi.

Karena khalayak televisi sangat beragam

dan tersebar luas, maka mau tidak mau

pengelola televisi bekerja keras supaya

kebutuhan khalayaknyadapat terpenuhi.

Apabila televisi tidak bisa memenuhi

kebutuhan khalayaknya, maka televisi

lama-lama akan ditinggalkan, sebaliknya

jika televisi mampu memenuhi kebutuhan

khalayaknya secara stabil, maka individu

akan terus menggunakan televisi untuk

mengakses informasi karena dapat

bermanfaat bagi dirinya

Oleh karena itu, media yang

mampu memenuhi kebutuhan

khalayaknya disebut media yang efektif.

Setiap individu pasti mempunyai

kebutuhan – kebutuhan yang harus

dipenuhi. Dalam hal ini menyangkut

kebutuhan dalam hal penggunaan media

massa televisi, meliputi kebutuhan

kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan

integratif personal, kebutuhan integrasi

sosial, dan kebutuhan untuk melepaskan

ketegangan. Kebutuhan-kebutuhan inilah

yang menyebabkan timbulnya motif -

motif yang mendorong aktivitas individu

menggunakan media tertentu, dalam hal

ini adalah media elektronik televisi.Jadi,

disini adalah khalayak yang aktif dalam

menggunakan media.Dalam penelitian ini

khalayak aktif yang dimaksudkan oleh

peneliti adalah masyarakat abangan,

santri, dan priyayi kecamatan Pare.

Penelitian ini berangkat dari teori

uses and gratification sebagai dasar teori

dalam penelitian tentang motif

penggunaan televisi dikalangan

masyarakat abangan, santri, dan priyayi

dan akan dikaji dan diukur dengan

menggunakan operasional konsep motif

milik Blumler (dalam Rakhmat 2012);

Brown dkk (2012); Herlina, & Amalia

(2009) Kriyantono (2006); Mc Quail

(1996); Papacharissi & Mendelso (2007);

Rubin & Perse (1987) dan Rubin,

Plmgreen dkk (2004). Dari sinilah akan

diperoleh hasil tentang bagaimana motif

penggunaan televisi di kalangan

masyarakat abangan, santri, dan priyayi

kecamatan Pare. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada kerangka konseptual

sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Metode yang digunakan adalah

metode survai. Metode riset dengan

menggunakan kuesioner sebagai

instrument pengumpulan datanya

(Kriyantono, 2006: 60), dengan

pendekatan penelitian adalah kuantitatif

tipe deskriptif. Sedangkan Isaac dan

Michael, 1981 dalam (Rakmat, 2012: 27)

mengungkapkan bahwa dengan metode

deskriptif, kita menghimpun data,

menyusun secara sistematis, faktual dan

cermat.

Sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul representative

((Sugiyono, 2010: 116) Dengan kata lain

bahwa penarikan sampel untuk

memperoleh ukuran sampel dipilih dan

diambil dari jumlah populasi secara

keseluruhan untuk dijadikan objek

penelitian oleh peneliti yang berjumlah

18.102 ribu jiwa di Pare. Setelah

diketahui ukuran sampel yang berjumlah

100 responden, selanjutnya akan

dilakukan pembagian/ pengelompokan

responden kedalam tiga varians

masyarakat abangan, santri, dan priyayi

yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan

kuesioner pendahuluan yang berisikan

pernyataan mengenai cirri-ciri 3 varians

masyarakat abangan, santri, dan priyayi

dari penelitian Geertz.

Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

statistik deskriptif. Statistik deskriptif

digunakan untuk menggambarkan

peristiwa, perilaku atau obyek tertentu

lainnya. Jenis yang termasuk kategori

tatistik deskriptif yang sering digunakan

antara lain tabel distribusi frekuensi

(Kriyantono, 2006: 165). Karena

penelitian ini merupakan suatu penelitian

deskriptif kuantitatif, maka alat analisis

yang bisa digunakan dalam penelitian ini

adalah distribusi frekuensi dan tabulasi

silang. Statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisa data

dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi

(Sugiyono, 2010: 206). Analisis pada

penelitian ini merupakan jawaban

responden atas sejumlah pertanyaan yang

diajukan dalam angket ke dalam bentuk

tabel (Sugiyono, 2010: 147).

Tabulasi Silang

Tabel 1. Tabulasi silang motif dengan masyarakat abangan, santri, priyayi

Motif Abangan Santri Priyayi

Mendapat Informasi Frekuensi 12 14 12

Persentase 35.3% 42.4% 36.4%

Memperoleh identitas pribadi Frekuensi 2 5 3

Persentase 5.9% 15.2% 9.1%

Menjalin Integrasi dan

Interaksi sosial

Frekuensi 5 5 4

Persentase 14.7% 15.2% 12.1%

Memperoleh Hiburan Frekuensi 15 9 14

Persentase 44.1% 27.2% 42.4%

Total 100% 100% 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat

diketahui bahwa dari 34 masyarakat

kecamatan Pare, Kediri yang berasal dari

kelompok masyarakat abangan yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini

sebagian besar menggunakan TV untuk

memperoleh hiburan sebesar 44.1%.

Kemudian 35.3% masyarakat kecamatan

Pare, Kediri yang berasal dari kelompok

masyarakat abangan yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini

menggunakan TV untuk mendapatkan

informasi. Selanjutnya 14.7% masyarakat

kecamatan Pare, Kediri yang berasal dari

kelompok masyarakat abangan yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini

menggunakan TV untuk menjalin

integrasi dan interaksi sosial, dan hanya

5.9% masyarakat kecamatan Pare, Kediri

yang berasal dari kelompok masyarakat

abangan yang telah berpartisipasi dalam

penelitian ini menggunakan TV untuk

memperoleh identitas pribadi.

Berikutnya dari 33 masyarakat

kecamatan Pare, Kediri yang berasal dari

kelompok masyarakat santri yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini

sebagian besar menggunakan TV untuk

mendapat informasi sebesar 42.4%.

Kemudian 27.2% masyarakat kecamatan

Pare, Kediri yang berasal dari kelompok

masyarakat santri yang telah berpartisipasi

dalam penelitian ini menggunakan TV

untuk memperoleh hiburan. Selanjutnya

15.2% masyarakat kecamatan Pare, Kediri

yang berasal dari kelompok masyarakat

santri yang telah berpartisipasi dalam

penelitian ini menggunakan TV untuk

memperoleh identitas diri dan menjalin

integrasi dan interaksi sosial.

Selanjutnya dari 33 masyarakat

kecamatan Pare, Kediri yang berasal dari

kelompok masyarakat priyayi yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini

sebagian besar menggunakan TV untuk

memperoleh hiburan sebesar 42.4%.

Kemudian 36.4% masyarakat kecamatan

Pare, Kediri yang berasal dari kelompok

masyarakat priyayi yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini

sebagian besar menggunakan TV untuk

mendapat informasi. Selanjutnya 12.1%

masyarakat kecamatan Pare, Kediri yang

berasal dari kelompok masyarakat priyayi

yang telah berpartisipasi dalam penelitian

ini sebagian besar menggunakan TV untuk

menjalin integrasi dan interaksi sosial, dan

hanya 9.1% masyarakat kecamatan Pare,

Kediri yang berasal dari kelompok

masyarakat priyayi yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini

sebagian besar menggunakan TV untuk

memperoleh identitas pribadi.

Gambar 2. Motif berdasarkan varians masyarakat

Hasil penelitian pada motif

penggunaan televisi di kalangan

masyarakat abangan, santri, dan priyayi

menunjukkan bahwa prosentase tertinggi

adalah untuk motif informasi dan hiburan.

Jadi disini masyarakat abangan, santri, dan

priyayi secara aktif menggunakan televisi

untuk mendapatkan informasi berita

tentang sosial-politik, ekonomi, dan

perkembangan teknologi informasi &

komunikasi, mendapatkan rasa damai

melalui penambahan pengetahuan,

memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan

pendidikan diri sendiri, serta untuk

memperoleh bahan informasi yang tidak

didapatkan dari buku, koran, majalah,

radio, dll. Motif penggunaan televisi

selanjutnya adalah untuk hiburan, mengisi

waktu luang, bersantai & menenangkan

diri, menghilangkan rasa jenuh dan tidak

ingin merasa kesepian.

Uraian pada tabel dan gambar di

atas sesuai dengan uraian teori uses and

gratification yang menyatakan bahwa

35,3% 5,9% 14,7% 44,1%

42,4%

15,2% 15,2% 27.2%

36,4%

9,1% 12,1%

42,4%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

MendapatInformasi

Memperolehidentitas pribadi

MenjalinIntegrasi dan

Interaksi sosial

MemperolehHiburan

Motif berdasarkan Varians Masyarakat

Abangan

Santri

Priyayi

pada dasarnya setiap individu memiliki

kebutuhan yang harus dipenuhi.

Kebutuhan- kebutuhan inilah yang

memunculkan motif penggunaan media

massa, khususnya dalam hal ini adalah

televisi. Motif adalah dorongan-dorongan

yang ditimbulkan dari sejumlah kebutuhan

yang ingin dicapai individu dari suatu

objek tertentu yang menimbulkan perilaku

individu. Menurut Elihu Katz dan Jay G

Blummler dalam (Nurudin, 2007: 192)

teori uses and gratification menjelaskan

bahwa penggunaan media memainkan

peran aktif untuk memilih dan

menggunakan media tersebut.

Pada dasarnya pendekatan uses and

gratification tidak tertarik pada apa yang

dilakukan media pada diri orang, tetapi

tertarik pada apa yang dilakukan orang

terhadap media. Sehingga media massa

tidak memiliki kekuatan yang besar untuk

mempengaruhi individu. Anggota

khalayak dianggap secara aktif dalam

menggunakan media untuk memenuhi

kebutuhan, dari sinilah timbul istilah uses

and gratification, penggunaan dan

pemenuhan kebutuhan. Khalayak

dianggap memiliki kuasa dalam memilih

media massa, yakni selektif menggunakan

isi media untuk memenuhi kebutuhannya,

memiliki motif tertentu, memiliki tujuan

dalam penggunaan media dan memiliki

kekuatan untuk tidak dipengaruhi

meskipun semenarik dan sebagus apapun

media tersebut.

Pembahasan di atas sesuai dengan

asumsi dasar teori uses and gratification

sebagaimana dikemukakan Katz, Jay G.

Blummer dan Michael Gurevitch, (dalam

West and Turner, 2008: 104) bahwa:

khalayak aktif dan penggunaaan medianya

berorientasi pada tujuan. Masyarakat

abangan, santri, dan priyayi sebagai

khalayak aktif media televisi mempunyai

cukup kesadaran diri akan penggunaan

media mereka, minat dan motif sehingga

dapat memberikan sebuah gambaran yang

akurat mengenai kegunaan tersebut

kepada peneliti.

Berdasarkan bab sebelumnya (Bab

IV), yaitu hasil dan pembahasan yang

juga telah ditunjukkan oleh penyajian data

dalam bentuk tabel pada tabulasi silang,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut: Motif penggunaan televisi di

kalangan masyarakat berdasarkan tiga

varian masyarakat yaitu, abangan, santri,

dan priyayi, menunjukkan bahwa

masyarakat yang berasal dari kelompok

masyarakat Abangan di kecamatan Pare,

Kediri cenderung menggunakan televisi

untuk memperoleh hiburan. Kemudian

masyarakat yang berasal dari kelompok

masyarakat Santri di kecamatan Pare,

Kediri cenderung menggunakan televisi

untuk memperoleh informasi dan

masyarakat yang berasal dari kelompok

masyarakat Priyayi di kecamatan Pare,

Kediri cenderung menggunakan televisi

untuk memperoleh hiburan.

Peneliti menyarankan untuk

penelitian selanjutnya, dilakukan tentang

penelitian yang berkaitan dengan khusus

konsumsi media massa di kalangan

masyarakat santri. Bukanlah sesuatu yang

mudah untuk mengelola, dan mengemas

media televisi apalagi di era globalisasi

memunculkan persaingan yang ketat

antara media elektronik, cetak, maupun

new media. Untuk itu saran dari peneliti

adalah, orang- orang praktisi komunikasi

massa yang bekerja di media televisi

mampu memberikan porsi informasi dan

hiburan yang lebih inovatif mengetahui

bahwa karakteristik khalayak televisi yang

heterogen seperti masyarakat abangan,

santri, dan priyayi cenderung motif dalam

penggunaan televisinya adalah untuk

mencari informasi, dan untuk hiburan.

Oleh sebab itu diperlukan keseriusan,

kerja keras, kreativitas, dan disiplin tinggi,

agar informasi dari televisi yang nantinya

akan dipublikasikan kepada khalayaknya

dapat direspon baik oleh masyarakat dan

ikut membantu mencerdaskan kehidupan

bangsa sekaligus menghibur, serta

meningkatkan mutu dan kualitas tayangan

televisi Indonesia kedepannya.

Peneliti mengucapkan terima kasih

kepada Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Komunikasi dan

informatika (BBPPKI) Makassar yang

telah bersedia untuk mempublikasikan

penelitian ini serta kepada seluruh rekan

yang telah berkontribusi dalam

memberikan saran demi kesempurnaan

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, D., Lauricella, S., Douai, A., &

Zaidi, A. (2012). Consuming

Television Crime Drama : A Uses

and Gratification Approach.

American Communication Journal

2012 WINTER, Vol 14, issue 1.

Dewi, M.N., Atwar, B., dan Asep, S.

(2012).Apresiasi pemirsa terhadap

tayangan opera van java (OVJ) di

Trans 7. Jurnal UNPAD, Vol. 1,

No. 1 2012.

Harwood, J. (1999). Age

identification, social identity

gratifications, and television

viewing.Journal of

Broadcasting & Electronic

Media, 43(1), pp. 123-136.

Hastjarjo, S. (2007) Teknologi digital

dan dunia penyiaran, Jurnal

Komunikasi Massa UNS, Vol.

1, No. 1, Juli 2007.

Herlina., Amalia. D (2009). Motif

Pemirsa Menonton Reality

Show Be A Man di Global TV.

Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol 1.

No.2.

Papacharissi, Z,. Mendelson., Andrew.

L. (2007).An exploratory study

of reality appeal : Uses and

Gratifications of reality TV

shows. Journal of Broadcasting

& Electronic Media, 51 (2), pp.

355-370.

Parwadi, R. (2005). Potret

penggunaan media televisi

pada kalangan remaja menuju

dewasa awal di

Yogyakarta.Jurnal Mediator,

Vol. 6, No. 1, Juni 2005.

Permana, S.Y., Kontestasi Abangan-

Santri Pasca Orde Baru di

Pedesaan Jawa. Jurnal Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik , Vol 14, Nomor, 1 Juli 2010.

Rubin, M., Alan.,& Perse, M.E.

(1987). Audience activity and

television news

gratifications.Journal

Communication Research, Vol.

14 No. 1, February 1987 58-54

Yuwono, E. (2013). Kepuasan

masyarakat surabaya dalam

menonton program variety

show “Dahsyat” di RCTI.

Jurnal E-Komunikasi, Vol I.

No. 1 2013.

Kuswandi, W. (1996).Komunikasi

massa sebuah analisis media

televisi. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Kriyantono, R. (2006) Teknik praktis

riset komunikasi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Mondry. (2008). Pemahaman teori

dan praktik jurnalistik. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Nugroho. (2009). Televisi Komunitas

Pemberdayaan dan Media

Literasi. Jakarta: Ford

Foundation Combine Resource

Institution Program Studi Ilmu

Komunikasi FPSB UII Fakultas

Film dan Televisi IKJ.

Nurudin.(2013).Pengantar komunikasi

massa. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Rakhmat, J. (2012). Metode penelitian

komunikasi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Rivers, W.L. & Jay W. J.T.P.

(2003).Media massa&

masyarakat modern. Edisi

Kedua. Terjemahan oleh Haris

Munandar & Dudy Priatna.

2003. Jakarta: Kencana.

Rubin, B.R, Palmgreen, P & Sypher,

E.H. (2004). Communication

research measures A

sourcebook. London: Lawrence

Erlbaum Associates.

Sari, E.S. (1993).Audience Research:

Pengantar studi penelitian

terhadap pembaca,

pendengar, dan pemirsa.

Yogyakarta: Andi Offset.

Mc.Quail, D. (2011). Teori

komunikasi massa.

Jakarta:SalembaHumanika.

Geertz, C (2014). Agama Jawa

Abangan Santri Priyayi

Dalam Kebudayaan Jawa.

Depok: Komunitas Bambu.

Sugiyono.(2010). Metode

penelitian bisnis. Bandung:

Alfabeta.

West, R. & Turner, H.L.

(2008).Pengantar teori

komunikasi analisis dan

aplikasi. Jakarta: Salemba

Humanika.

Potensi penonton TV bertambah

8% di bulan

ramadhan.(2011). Nielsen

newsletter Edisi 20-26

Agustus 2011. Diakses 25

Februari 2014, dari Web

Page

http://www.agbnielsen.net/

Uploads/Indonesia/Nielsen

_Newsletter_Aug_2011-

Ind_.pdf