MOTIF PENGGUNAAN TELEVISI DIKALANGAN MASYARAKAT ABANGAN SANTRI DAN PRIYAYI KECAMATAN PARE -KEDIRI...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of MOTIF PENGGUNAAN TELEVISI DIKALANGAN MASYARAKAT ABANGAN SANTRI DAN PRIYAYI KECAMATAN PARE -KEDIRI...
MOTIF PENGGUNAAN TELEVISI DIKALANGAN
MASYARAKAT ABANGAN SANTRI DAN PRIYAYI
KECAMATAN PARE - KEDIRI
MOTIVE BEHIND THE USE OF TELEVISION IN
ABANGAN SANTRI AND PRIYAYI SOCIETIES OF
PARE - KEDIRI SUBDISTRICT
Adinda Natasya Agnestuti, Rachmat Kriyantono Ph.D., Yun Fitrahyati, S.I.Kom., M.I.Kom
Brawijaya University
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI)
Makassar JL. Prof. Abdurrahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0441-4660084
Abstrak – Penelitian tentang motif penggunaan televisi di kalangan masyarakat abangan,
santri, dan priyayi Kecamatan Pare – Kediri ini penting dilakukan, sebab popularitas televisi di
Indonesia tergolong sangat tinggi dibandingkan media massa lainnya, selain itu karakteristik khalayak
massa di Pare – Kediri yang heterogen, yakni masyarakat abangan, santri, dan priyayi yang juga
merupakan khalayak aktif dalam menggunakan media khususnya televisi. Mereka tentunya memiliki
motof-motif atau dorongan-dorongan dalam menggunakan televisi. Dilihat dari tiga varians yang
berbeda, maka motif dalam menggunakan televisi juga berbeda Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui, mendeskripsikan dan menggambarkan motif penggunaan televisi di kalangan masyarakat
abangan santri dan priyayi Kecamatan Pare-Kediri. Metode penelitian ini menggunakan metode survai,
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif tipe deskriptif dengan teknik sampling cluster sampling
dengan jumlah sampelnya 100 responden melalui rumus yamane. Selanjutnya dari 100 responden
tersebut, akan dilakukan pembagian tiga varians masyarakat melalui kuesioner pendahuluan yang
berisikan daftar pertannyaan mengenai cirri-ciri masyarakat abangan, santri, dan priyayi yang
penelitiannya dilakukan oleh Geertz. Dari situlah, didapati 34 masyarakat abangan, 33 masyarakat
santri, dan 33 masyarakat priyayi. Teknik pengumpulan datanya diperoleh melalui data primer
meliputi lembar kuesioner. analisis data menggunakan statistik deskriptif, yaitu analisis distribusi
frekuensi dan tabulasi silang. Teori yang digunakan adalah teori Uses and Gratification dan akan
dianalisis dengan menggunakan kategori motif: 1. informasi, identitas pribadi, menjalin integrasi dan
interaksi sosial, dan hiburan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosentase tertinggi motif
penggunaan televisi di kalangan masyarakat abangan, santri, dan priyayi adalah sebagai hiburan dan
informasi.
Keywords : motif; televisi; masyarakat abangan, santri, dan priyayi
Abstract - The background of this research is the superior of television's populariy among
of other mass medias in Indonesian society. Related of public characteristics, heterogeneous of society
supposed like abangan, santri, and priyayi societies who live in Pare Subdistrict, are the active
consuments of media especially televisions. They definetely have motivations or urges behind the use
of television. As it's seen from three different variants, no wonder that motives behind the use of
television are certainly different too. This research purpose is to know and describe Motive Behind
The Use of Television In Abangan Santri And Priyayi Societies of Pare- Kediri Subdistric. This
researchis using survai method and quantitative approach in descriptive type with cluster sampling as
sampling technique that has 100 respondents as total sample through yamane formula. Then, from the
100 respondents will be divided as 3 variants of society through questionary a preface that contains
question list about characteristics of abangan, santri, and priyayi societies which had researched by
Geertz. The result from that point are 34 abangan societies, 33 santri societies, and 33 priyayi
societies. The technique of gathering data is gotten through primary data by questionary sheet. The
data analysis method is using statistic descriptive analysis of frequency distribution and cross
tabulation.We use the Uses and Gratification theory of this research. Moreover, it will be examined
and analyzed by using some motive chategories: 1. information, personal identity make integration
and social interaction, and entertainment. The result of this research shows that the highest
percentages of motives behind the use of television in abangan, santri, and priyayi are as
entertainment and information.
Televisi di Indonesia merupakan
barang kebutuhan pokok bagi kehidupan
masyarakat nusantara untuk mengakses
informasi (Kuswandi, 1996: 33). Di
tengah ketatnya persaingan media yang
dipicu oleh hadirnya new media, dengan
teknologi digital, hingga saat ini
popularitas televisi belum bisa tertandingi
Hastjarjo (2007). Selain itu media televisi
juga sebagai sarana hiburan bagi
khalayaknya (Mondry, 2008: 91). Saat ini
jumlah pesawat televisi di Indonesia
diperkirakan mencapai 40 juta buah,
dengan jumlah penonton mencakup
hampir seluruh masyarakat Indonesia.
Keinginan memiliki televisi jauh lebih
besar daripada keinginan untuk membeli
buku atau berlangganan koran (Nugroho,
2009: 14).
Penelitian yang dilakukan di
Indonesia, tentang Potret Penggunaan
Media Televisi Pada Kalangan Remaja
Menuju Dewasa Awal di Yogyakarta,
hasilnya menunjukkan bahwa, sebagian
besar responden (83,87%) menghabiskan
waktu mereka untuk menonton TV dalam
rentang prime time – (17,00-22,30).
mereka menghabiskan tidak kurang dari
180-239 menit atau 4,5 jam sehari untuk
menonton TV Parwadi (2005). Sebuah
penelitian oleh BBG (Broadcasting Board
of Governors)1 pada tahun 2012,
menemukan bahwa televisi masih menjadi
media yang dominan di Indonesia, dimana
95 persen orang dewasa Indonesia
menggunakan media ini untuk
mendapatkan berita. Dibandingkan
dengan media lain, 87 persen penduduk
Indonesia menggunakan televisi untuk
mendapatkan berita, 36 persen melalui
sms, 11 persen memperoleh informasi
dari radio dan hanya tersisa 7 persen yang
masih menggunakan Koran atau majalah
untuk mendapatkan berita (BBG, 2012).
Adanya kepopularitasan televisi
menunjukkan bahwa khalayak aktif
memilih media yang akan digunakan
sesuai dengan kebutuhan demi tercapainya
suatu tujuan tertentu khususnya media
televisi.
1Penelitian dilakukan oleh BBG (Broadcasting Board of Governors) pada tahun (2012), BBG merupakan sebuah badan yang menaungi lembaga-lembaga penyiaran internasional milik Amerika dan perusahaan riset Gallup
Beberapa literatur seperti Brown,
dkk (2012); Harwood (1999); Papacharissi
& Mendelso (2007); Rubin & Perse
(1987) telah melakukan penelitian tentang
penggunaan televisi oleh khalayak,
dengan menggunakan teori uses and
gratification hasilnya menyebutkan
bahwa: Penelitian tentang motif yang
dilakukan oleh Brown dkk (2012)
menghasilkan bahwa, tiga variabel
independen (umur, jenis kelamin,
frekuensi kejahatan drama viewing) diuji
terhadap empat variabel dependen (rasa
ingin tahu /informasi, identifikasi,
interaksi sosial, dan hiburan). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa frekuensi
menonton drama kejahatan adalah
prediktor signifikan secara statistik hanya
rasa ingin tahu/informasi.
Kemudian dalam riset yang
dilakukan oleh Harwood (1999),
menemukan hasil tentang adanya
keterkaitan hubungan antara identifikasi
usia dan identitas sosial dalam menonton
televisi. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Papacharissi & Mendelso,
(2007) menunjukkan bahwa khalayak
menonton program acara reality show,
hasilnya menyebutkan bahwa, media
televisi mampu memenuhi kebutuhan
pribadi dan sosial khalayak terhadap
informasi maupun interaksi sosial
tergolong tinggi. Penelitian tentang
penggunaan televisi oleh khalayak, yang
dilakukan Rubin & Perse (1987) dengan
menggunakan teori uses and gratification
hasilnya menyebutkan bahwa, khalayak
menonton berita di televisi adalah untuk
mendapatkan informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh
Rubin (dikutip Tubbs, L. Steward &
Moss, Sylvia, 1996: 212) mengenai
menggunakan televisi menunjukkan
beberapa pola demografik: kaum wanita
cenderung menggunakan televisi sebagai
teman; orang-orang lebih muda untuk
menghabiskan waktu; kelompok usia
menengah untuk menghabiskan waktu dan
mencari informasi; dan kaum lebih tua
untuk mencari informasi.” Namun bila
kaum lebih tua tinggal dalam rumah
tangga yang lebih besar, mereka kurang
cenderung mencari persahabatan dengan
menyetel televisi; kaum lebih tua yang
berinteraksi banyak dengan lainnya
menggunakan televisi untuk memperoleh
hiburan, dan mendapat topik-topik
percakapan. Penelitian tersebut sesuai
dengan asumsi uses and gratification
yaitu, komponen pertama yang
menyebutkan khalayak aktif dan
penggunaan medianya berorientasi pada
tujuan.
Penelitian yang dilakukan oleh
Herlina, & Amalia (2009) menyimpulkan
bahwa apa yang diberikan Global TV
khususnya dalam tayangan Be A Man
dapat diterima pemirsa dalam memberikan
informasi serta wawasan tentang waria,
menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya dan dapat memberikan hiburan
bagi pemirsanya. Hasil penelitian di atas
sesuai dengan asumsi dasar teori uses and
gratifications komponen pertama yaitu,
khalayak aktif dan penggunaan medianya
berorientasi pada tujuan. Ningrum dkk
(2012); Yuwono, (2013) yang
memfokuskan pada tayangan Opera Van
Java (OVJ) dan Dahsyat pada stasiun
televisi swasta Trans7 di RCTI, pada
umumnya memperoleh hasil yang sangat
tinggi untuk memenuhi kebutuhan
khalayak, khususnya pada bidang hiburan
dalam penggunaan media televisi.
Pencapaian ini dapat dilihat dari apreasi
pemirsa terhadap tayangan program Opera
Van Java (OVJ), ditinjau dari aspek
kognitif, emotif, dan evaluatif tergolong
sangat tinggi. Penelitian tersebut sesuai
dengan asumsi kelima dari teori uses and
gratification yang menunjukkan penilaian
mengenai nilai isi media hanya dapat
dinilai oleh khalayak. Pada dasarnya
ada beberapa pengklasifikasian motif
menggunakan media seperti berikut:
Hasil riset untuk mengukur motif anak
dalam menggunakan atau menonton
televisi, diantaranya adalah: Informasi
(mempelajari sesuatu /untuk pendidikan
diri sendiri ); mempelajari diri
(meningkatkan pemahaman tentang diri
sendiri); Hiburan (mengisi waktu,
melupakan kesulitan, memberikan
rangsangan, bersantai, mencari
persahabatan, dan kebiasaan saja). (Rubin,
Palmgreen, & Sypher, 2004: 371).
Hasil riset/ penelitian untuk
mengetahui motif khalayak dalam
menonton reality show dilakukan di
kalangan mahasiswa. Penelitian tentang
motif ini diukur dengan kategori motif,
sebagai berikut ini: Diversi (sebagai
hiburan, relaksasi, menghabiskan waktu
luang, pelengkap); Interaksi sosial
(sebagai interaksi sosial dengan yang lain)
Papacharissi & Mendelson (2007).
Daftar motif memang tidak
terbatas. Tetapi pengklasifikasian motif
milik Blumler (dalam Rakhmat, 2012: 66)
agak praktis untuk dijadikan petunjuk
penelitian. Blumler menyebutkan tiga
orientasi: orientasi kognitif (kebutuhan
informasi, surveillance, atau eksplorasi
realitas); diversi (kebutuhan akan
pelepasan dari tekanan dan kebutuhan
akan hiburan); serta identitas personal
(yakni, “menggunakan isi media untuk
memperkuat/menonjolkan sesuatu yang
penting dalam kehidupan atau situasi
khalayak sendiri”).
Brown dkk (2012); Herlina &
Amalia (2009); Mc Quail (1996) sebagai
berikut: Informasi (mencari berita tentang
peristiwa yang berkaitan dengan
lingkungan masyarakat, memperoleh rasa
damai melalui penambahan pengetahuan,
dan pendidikan diri sendiri); Identitas
Pribadi (menemukan penunjang nilai-
nilai pribadi dan menemukan model
perilaku); Integrasi dan Interaksi Sosial
(Menemukan bahan percakapan dan
interaksi sosial, dan membantu
menjalankan peran sosial); Hiburan
(melepaskan diri dari permasalahan,
hiburan/ketenangan, bersantai dan mengisi
waktu luang, menampis rasa jenuh).
Penelitian tentang motif
penggunaan televisi di kalangan
masyarakat abangan, santri, dan priyayi
kecamatan Pare ini penting dilakukan,
dalam kaitannya dengan karakteristik
khalayak massa. Karakteristik khalayak
massa adalah besar, heterogen, dan sangat
tersebar, dan anggotanya tidak saling
mengenal dan tidak dapat mengenal satu
sama lain (McQuail, 2011: 147).
Begitupula dengan karakteristik khalayak
massa di Pare yang sangat heterogen
yakni; masyarakat abangan, santri dan
priyayi yang juga merupakan khalayak
aktif dalam menggunakan media. Mereka
tentunya memiliki motif- motif atau
dorongan-dorongan dalam menggunakan
televisi. Dilihat dari tiga varians yang
berbeda maka motif-motif dalam
menggunakan televisi juga pasti berbeda
pula. Adanya perbedaan tentang seputar
pilihan tontonan televisi di kalangan
masyarakat abangan, santri, dan priyayi
bisa berimplikasi pada motif Permana
(2010). Peneliti terdahulu seperti Brown
dkk (2012), Papacharissi & Mendelso
(2007), Herlina & Amalia (2009)
melakukan penelitian pada masyarakat
perkotaan dan mahasiwa. Sedangkan
Rubin dkk (2004) dalam penelitiannya
mengenai motif untuk menggunakan
televisi objeknya ditujukan pada anak-
anak. Berdasarkan dari data Penelitian
terdahulu yang didapatkan oleh peneliti
belum pernah ada yang meneliti atau
membahas tentang motif pada
karakteristik khalayak massa masyarakat
abangan, santri, dan priyayi yang
dilakukan oleh Geertz. Oleh karena itu
perlu adanya suatu penelitian yang
berfokus pada bagaimana motif
penggunaan televisi di kalangan
masyarakat abangan santri dan priyayi
Kecamatan Pare. Penelitian ini dilakukan
oleh peneliti dengan harapan
menghasilkan gambaran tentang motif
penggunaan televisi oleh golongan
masyarakat abangan, santri dan priyayi di
kecamatan Pare sebagai khalayak aktif
menggunakan media televisi.
Seorang peneliti dari Pensylvania
AS telah membagi masyarakat jawa ke
dalam 3 kategori karakteristik masyarakat
yaitu abangan, santri, dan priyayi.
Menurut Geertz golongan masyarakat
abangan adalah, golongan masyarakat
kelas yang paling terendah mereka pada
umumnya masih memegang kultur jawa
yakni selametan, percaya terhadap adanya
tahayul dan kekuatan sihir & magi para
tabib (Geertz, 2014: 117). Masyarakat
priyayi adalah kaum ningrat keturunan
raja-raja, serta pejabat – pejabat tinggi
yang memiliki jabatan atau kedudukan
resmi di kantor pemerintahan (Geertz,
2014: 329). Seiring dengan kemajuan
zaman, orang-orang yang memiliki gelar
karena prestasi, juga termasuk dalam
golongan priyayi, karena cara pandang
dan berfikirnya serta tingkah lakunya
berbeda dengan orang-orang yang tidak
memiliki gelar karena prestasi (Geertz,
2014: 332).
Lebih lanjut menurut Geertz
(2014: 179), golongan masyarakat santri
adalah golongan masyarakat pondok
pesantren yakni para Kyai besar dan para
ulama yang menjadi guru sekaligus
panutan, beserta murid – murid santri.
Golongan santri juga dimanifestasikan
dalam satu kompleks organisasi –
organisasi sosial amal dan politik seperti
Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama.
Dengan adanya karakteristik masyarakat
yang unik di Pare menjadi alasan peneliti
memilih Pare sebagai lokasi penelitian,
serta mengingat pentingnya sebuah
penelitian mengenai riset khalayak dalam
komunikasi massa, diharapkan dengan
adanya penelitian ini eksistensi ilmu
komunikasi akan semakin berkembang
pesat. Media massa akan lebih aktif dan
efisien dalam memenuhi kebutuhan
khalayaknya (Sari, 1993: 31).
Televisi merupakan media
komunikasi massa, berupa kotak ajaib
yang dapat menyiarkan segala macam
informasi untuk dapat memenuhi
kebutuhan khalayaknya yang sangat
beragam. Berbagai macam kelebihan
televisi, salah satunya adalah, televisi
mampu menghasilkan gambar bergerak,
dan suara (audio-visual) sehingga mampu
menarik khalayaknya yang sangat
heterogen untuk menggunakan televisi.
Karena khalayak televisi sangat beragam
dan tersebar luas, maka mau tidak mau
pengelola televisi bekerja keras supaya
kebutuhan khalayaknyadapat terpenuhi.
Apabila televisi tidak bisa memenuhi
kebutuhan khalayaknya, maka televisi
lama-lama akan ditinggalkan, sebaliknya
jika televisi mampu memenuhi kebutuhan
khalayaknya secara stabil, maka individu
akan terus menggunakan televisi untuk
mengakses informasi karena dapat
bermanfaat bagi dirinya
Oleh karena itu, media yang
mampu memenuhi kebutuhan
khalayaknya disebut media yang efektif.
Setiap individu pasti mempunyai
kebutuhan – kebutuhan yang harus
dipenuhi. Dalam hal ini menyangkut
kebutuhan dalam hal penggunaan media
massa televisi, meliputi kebutuhan
kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan
integratif personal, kebutuhan integrasi
sosial, dan kebutuhan untuk melepaskan
ketegangan. Kebutuhan-kebutuhan inilah
yang menyebabkan timbulnya motif -
motif yang mendorong aktivitas individu
menggunakan media tertentu, dalam hal
ini adalah media elektronik televisi.Jadi,
disini adalah khalayak yang aktif dalam
menggunakan media.Dalam penelitian ini
khalayak aktif yang dimaksudkan oleh
peneliti adalah masyarakat abangan,
santri, dan priyayi kecamatan Pare.
Penelitian ini berangkat dari teori
uses and gratification sebagai dasar teori
dalam penelitian tentang motif
penggunaan televisi dikalangan
masyarakat abangan, santri, dan priyayi
dan akan dikaji dan diukur dengan
menggunakan operasional konsep motif
milik Blumler (dalam Rakhmat 2012);
Brown dkk (2012); Herlina, & Amalia
(2009) Kriyantono (2006); Mc Quail
(1996); Papacharissi & Mendelso (2007);
Rubin & Perse (1987) dan Rubin,
Plmgreen dkk (2004). Dari sinilah akan
diperoleh hasil tentang bagaimana motif
penggunaan televisi di kalangan
masyarakat abangan, santri, dan priyayi
kecamatan Pare. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada kerangka konseptual
sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Metode yang digunakan adalah
metode survai. Metode riset dengan
menggunakan kuesioner sebagai
instrument pengumpulan datanya
(Kriyantono, 2006: 60), dengan
pendekatan penelitian adalah kuantitatif
tipe deskriptif. Sedangkan Isaac dan
Michael, 1981 dalam (Rakmat, 2012: 27)
mengungkapkan bahwa dengan metode
deskriptif, kita menghimpun data,
menyusun secara sistematis, faktual dan
cermat.
Sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representative
((Sugiyono, 2010: 116) Dengan kata lain
bahwa penarikan sampel untuk
memperoleh ukuran sampel dipilih dan
diambil dari jumlah populasi secara
keseluruhan untuk dijadikan objek
penelitian oleh peneliti yang berjumlah
18.102 ribu jiwa di Pare. Setelah
diketahui ukuran sampel yang berjumlah
100 responden, selanjutnya akan
dilakukan pembagian/ pengelompokan
responden kedalam tiga varians
masyarakat abangan, santri, dan priyayi
yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan
kuesioner pendahuluan yang berisikan
pernyataan mengenai cirri-ciri 3 varians
masyarakat abangan, santri, dan priyayi
dari penelitian Geertz.
Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
statistik deskriptif. Statistik deskriptif
digunakan untuk menggambarkan
peristiwa, perilaku atau obyek tertentu
lainnya. Jenis yang termasuk kategori
tatistik deskriptif yang sering digunakan
antara lain tabel distribusi frekuensi
(Kriyantono, 2006: 165). Karena
penelitian ini merupakan suatu penelitian
deskriptif kuantitatif, maka alat analisis
yang bisa digunakan dalam penelitian ini
adalah distribusi frekuensi dan tabulasi
silang. Statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono, 2010: 206). Analisis pada
penelitian ini merupakan jawaban
responden atas sejumlah pertanyaan yang
diajukan dalam angket ke dalam bentuk
tabel (Sugiyono, 2010: 147).
Tabulasi Silang
Tabel 1. Tabulasi silang motif dengan masyarakat abangan, santri, priyayi
Motif Abangan Santri Priyayi
Mendapat Informasi Frekuensi 12 14 12
Persentase 35.3% 42.4% 36.4%
Memperoleh identitas pribadi Frekuensi 2 5 3
Persentase 5.9% 15.2% 9.1%
Menjalin Integrasi dan
Interaksi sosial
Frekuensi 5 5 4
Persentase 14.7% 15.2% 12.1%
Memperoleh Hiburan Frekuensi 15 9 14
Persentase 44.1% 27.2% 42.4%
Total 100% 100% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa dari 34 masyarakat
kecamatan Pare, Kediri yang berasal dari
kelompok masyarakat abangan yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini
sebagian besar menggunakan TV untuk
memperoleh hiburan sebesar 44.1%.
Kemudian 35.3% masyarakat kecamatan
Pare, Kediri yang berasal dari kelompok
masyarakat abangan yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini
menggunakan TV untuk mendapatkan
informasi. Selanjutnya 14.7% masyarakat
kecamatan Pare, Kediri yang berasal dari
kelompok masyarakat abangan yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini
menggunakan TV untuk menjalin
integrasi dan interaksi sosial, dan hanya
5.9% masyarakat kecamatan Pare, Kediri
yang berasal dari kelompok masyarakat
abangan yang telah berpartisipasi dalam
penelitian ini menggunakan TV untuk
memperoleh identitas pribadi.
Berikutnya dari 33 masyarakat
kecamatan Pare, Kediri yang berasal dari
kelompok masyarakat santri yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini
sebagian besar menggunakan TV untuk
mendapat informasi sebesar 42.4%.
Kemudian 27.2% masyarakat kecamatan
Pare, Kediri yang berasal dari kelompok
masyarakat santri yang telah berpartisipasi
dalam penelitian ini menggunakan TV
untuk memperoleh hiburan. Selanjutnya
15.2% masyarakat kecamatan Pare, Kediri
yang berasal dari kelompok masyarakat
santri yang telah berpartisipasi dalam
penelitian ini menggunakan TV untuk
memperoleh identitas diri dan menjalin
integrasi dan interaksi sosial.
Selanjutnya dari 33 masyarakat
kecamatan Pare, Kediri yang berasal dari
kelompok masyarakat priyayi yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini
sebagian besar menggunakan TV untuk
memperoleh hiburan sebesar 42.4%.
Kemudian 36.4% masyarakat kecamatan
Pare, Kediri yang berasal dari kelompok
masyarakat priyayi yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini
sebagian besar menggunakan TV untuk
mendapat informasi. Selanjutnya 12.1%
masyarakat kecamatan Pare, Kediri yang
berasal dari kelompok masyarakat priyayi
yang telah berpartisipasi dalam penelitian
ini sebagian besar menggunakan TV untuk
menjalin integrasi dan interaksi sosial, dan
hanya 9.1% masyarakat kecamatan Pare,
Kediri yang berasal dari kelompok
masyarakat priyayi yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini
sebagian besar menggunakan TV untuk
memperoleh identitas pribadi.
Gambar 2. Motif berdasarkan varians masyarakat
Hasil penelitian pada motif
penggunaan televisi di kalangan
masyarakat abangan, santri, dan priyayi
menunjukkan bahwa prosentase tertinggi
adalah untuk motif informasi dan hiburan.
Jadi disini masyarakat abangan, santri, dan
priyayi secara aktif menggunakan televisi
untuk mendapatkan informasi berita
tentang sosial-politik, ekonomi, dan
perkembangan teknologi informasi &
komunikasi, mendapatkan rasa damai
melalui penambahan pengetahuan,
memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan
pendidikan diri sendiri, serta untuk
memperoleh bahan informasi yang tidak
didapatkan dari buku, koran, majalah,
radio, dll. Motif penggunaan televisi
selanjutnya adalah untuk hiburan, mengisi
waktu luang, bersantai & menenangkan
diri, menghilangkan rasa jenuh dan tidak
ingin merasa kesepian.
Uraian pada tabel dan gambar di
atas sesuai dengan uraian teori uses and
gratification yang menyatakan bahwa
35,3% 5,9% 14,7% 44,1%
42,4%
15,2% 15,2% 27.2%
36,4%
9,1% 12,1%
42,4%
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
MendapatInformasi
Memperolehidentitas pribadi
MenjalinIntegrasi dan
Interaksi sosial
MemperolehHiburan
Motif berdasarkan Varians Masyarakat
Abangan
Santri
Priyayi
pada dasarnya setiap individu memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kebutuhan- kebutuhan inilah yang
memunculkan motif penggunaan media
massa, khususnya dalam hal ini adalah
televisi. Motif adalah dorongan-dorongan
yang ditimbulkan dari sejumlah kebutuhan
yang ingin dicapai individu dari suatu
objek tertentu yang menimbulkan perilaku
individu. Menurut Elihu Katz dan Jay G
Blummler dalam (Nurudin, 2007: 192)
teori uses and gratification menjelaskan
bahwa penggunaan media memainkan
peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut.
Pada dasarnya pendekatan uses and
gratification tidak tertarik pada apa yang
dilakukan media pada diri orang, tetapi
tertarik pada apa yang dilakukan orang
terhadap media. Sehingga media massa
tidak memiliki kekuatan yang besar untuk
mempengaruhi individu. Anggota
khalayak dianggap secara aktif dalam
menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhan, dari sinilah timbul istilah uses
and gratification, penggunaan dan
pemenuhan kebutuhan. Khalayak
dianggap memiliki kuasa dalam memilih
media massa, yakni selektif menggunakan
isi media untuk memenuhi kebutuhannya,
memiliki motif tertentu, memiliki tujuan
dalam penggunaan media dan memiliki
kekuatan untuk tidak dipengaruhi
meskipun semenarik dan sebagus apapun
media tersebut.
Pembahasan di atas sesuai dengan
asumsi dasar teori uses and gratification
sebagaimana dikemukakan Katz, Jay G.
Blummer dan Michael Gurevitch, (dalam
West and Turner, 2008: 104) bahwa:
khalayak aktif dan penggunaaan medianya
berorientasi pada tujuan. Masyarakat
abangan, santri, dan priyayi sebagai
khalayak aktif media televisi mempunyai
cukup kesadaran diri akan penggunaan
media mereka, minat dan motif sehingga
dapat memberikan sebuah gambaran yang
akurat mengenai kegunaan tersebut
kepada peneliti.
Berdasarkan bab sebelumnya (Bab
IV), yaitu hasil dan pembahasan yang
juga telah ditunjukkan oleh penyajian data
dalam bentuk tabel pada tabulasi silang,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: Motif penggunaan televisi di
kalangan masyarakat berdasarkan tiga
varian masyarakat yaitu, abangan, santri,
dan priyayi, menunjukkan bahwa
masyarakat yang berasal dari kelompok
masyarakat Abangan di kecamatan Pare,
Kediri cenderung menggunakan televisi
untuk memperoleh hiburan. Kemudian
masyarakat yang berasal dari kelompok
masyarakat Santri di kecamatan Pare,
Kediri cenderung menggunakan televisi
untuk memperoleh informasi dan
masyarakat yang berasal dari kelompok
masyarakat Priyayi di kecamatan Pare,
Kediri cenderung menggunakan televisi
untuk memperoleh hiburan.
Peneliti menyarankan untuk
penelitian selanjutnya, dilakukan tentang
penelitian yang berkaitan dengan khusus
konsumsi media massa di kalangan
masyarakat santri. Bukanlah sesuatu yang
mudah untuk mengelola, dan mengemas
media televisi apalagi di era globalisasi
memunculkan persaingan yang ketat
antara media elektronik, cetak, maupun
new media. Untuk itu saran dari peneliti
adalah, orang- orang praktisi komunikasi
massa yang bekerja di media televisi
mampu memberikan porsi informasi dan
hiburan yang lebih inovatif mengetahui
bahwa karakteristik khalayak televisi yang
heterogen seperti masyarakat abangan,
santri, dan priyayi cenderung motif dalam
penggunaan televisinya adalah untuk
mencari informasi, dan untuk hiburan.
Oleh sebab itu diperlukan keseriusan,
kerja keras, kreativitas, dan disiplin tinggi,
agar informasi dari televisi yang nantinya
akan dipublikasikan kepada khalayaknya
dapat direspon baik oleh masyarakat dan
ikut membantu mencerdaskan kehidupan
bangsa sekaligus menghibur, serta
meningkatkan mutu dan kualitas tayangan
televisi Indonesia kedepannya.
Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi dan
informatika (BBPPKI) Makassar yang
telah bersedia untuk mempublikasikan
penelitian ini serta kepada seluruh rekan
yang telah berkontribusi dalam
memberikan saran demi kesempurnaan
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, D., Lauricella, S., Douai, A., &
Zaidi, A. (2012). Consuming
Television Crime Drama : A Uses
and Gratification Approach.
American Communication Journal
2012 WINTER, Vol 14, issue 1.
Dewi, M.N., Atwar, B., dan Asep, S.
(2012).Apresiasi pemirsa terhadap
tayangan opera van java (OVJ) di
Trans 7. Jurnal UNPAD, Vol. 1,
No. 1 2012.
Harwood, J. (1999). Age
identification, social identity
gratifications, and television
viewing.Journal of
Broadcasting & Electronic
Media, 43(1), pp. 123-136.
Hastjarjo, S. (2007) Teknologi digital
dan dunia penyiaran, Jurnal
Komunikasi Massa UNS, Vol.
1, No. 1, Juli 2007.
Herlina., Amalia. D (2009). Motif
Pemirsa Menonton Reality
Show Be A Man di Global TV.
Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol 1.
No.2.
Papacharissi, Z,. Mendelson., Andrew.
L. (2007).An exploratory study
of reality appeal : Uses and
Gratifications of reality TV
shows. Journal of Broadcasting
& Electronic Media, 51 (2), pp.
355-370.
Parwadi, R. (2005). Potret
penggunaan media televisi
pada kalangan remaja menuju
dewasa awal di
Yogyakarta.Jurnal Mediator,
Vol. 6, No. 1, Juni 2005.
Permana, S.Y., Kontestasi Abangan-
Santri Pasca Orde Baru di
Pedesaan Jawa. Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik , Vol 14, Nomor, 1 Juli 2010.
Rubin, M., Alan.,& Perse, M.E.
(1987). Audience activity and
television news
gratifications.Journal
Communication Research, Vol.
14 No. 1, February 1987 58-54
Yuwono, E. (2013). Kepuasan
masyarakat surabaya dalam
menonton program variety
show “Dahsyat” di RCTI.
Jurnal E-Komunikasi, Vol I.
No. 1 2013.
Kuswandi, W. (1996).Komunikasi
massa sebuah analisis media
televisi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Kriyantono, R. (2006) Teknik praktis
riset komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Mondry. (2008). Pemahaman teori
dan praktik jurnalistik. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Nugroho. (2009). Televisi Komunitas
Pemberdayaan dan Media
Literasi. Jakarta: Ford
Foundation Combine Resource
Institution Program Studi Ilmu
Komunikasi FPSB UII Fakultas
Film dan Televisi IKJ.
Nurudin.(2013).Pengantar komunikasi
massa. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Rakhmat, J. (2012). Metode penelitian
komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Rivers, W.L. & Jay W. J.T.P.
(2003).Media massa&
masyarakat modern. Edisi
Kedua. Terjemahan oleh Haris
Munandar & Dudy Priatna.
2003. Jakarta: Kencana.
Rubin, B.R, Palmgreen, P & Sypher,
E.H. (2004). Communication
research measures A
sourcebook. London: Lawrence
Erlbaum Associates.
Sari, E.S. (1993).Audience Research:
Pengantar studi penelitian
terhadap pembaca,
pendengar, dan pemirsa.
Yogyakarta: Andi Offset.
Mc.Quail, D. (2011). Teori
komunikasi massa.
Jakarta:SalembaHumanika.
Geertz, C (2014). Agama Jawa
Abangan Santri Priyayi
Dalam Kebudayaan Jawa.
Depok: Komunitas Bambu.
Sugiyono.(2010). Metode
penelitian bisnis. Bandung:
Alfabeta.
West, R. & Turner, H.L.
(2008).Pengantar teori
komunikasi analisis dan
aplikasi. Jakarta: Salemba
Humanika.
Potensi penonton TV bertambah
8% di bulan
ramadhan.(2011). Nielsen
newsletter Edisi 20-26
Agustus 2011. Diakses 25
Februari 2014, dari Web
Page
http://www.agbnielsen.net/
Uploads/Indonesia/Nielsen
_Newsletter_Aug_2011-
Ind_.pdf