kualitas pelayanan bpjs kesehatan puskesmas kota wilayah utara kota kediri
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of kualitas pelayanan bpjs kesehatan puskesmas kota wilayah utara kota kediri
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal penting dalam kehidupan
masyarakat karena berkaitan dengan kelangsungan hidup.
Namun realitanya kesehatan di Indonesia masih jauh
tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga.
Salah satu hal yang menunjukan bahwa tingkat kesehatan
masih menurun adalah angka kematian ibu (AKI).
Berdasarkan laporan Indeks Pembangunan Manusia yang
dikeluarkan Program Pembangunan PBB 2013, AKI Indonesia
masih 220 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara negara
tetangga di ASEAN, seperti Singapura, mencatatkan angka
3, Brunei 24, Malaysia 29, Thailand 48, Vietnam 59, dan
Filipina 99. Indonesia hanya lebih baik dari Kamboja,
Laos, dan Timor Leste.(kompas.com: 12 Januari 2015 )
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama
2
dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan. Selanjutnya pada ayat (2) ditegaskan bahwa
setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
Berdasarkan undang undang tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa kesehatan merupakan suatu yang esensi
dan merupakan hak asasi manusia untuk memperoleh
pelayanana kesehatan yang layak.
Realita yang terjadi saat ini pelayanan kesehatan
masih dikatakan buruk, fenomena pelayanan yang buruk
dapat dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi
mengenai pelayanan kesehatan. Sekitar 30 persen dari
257 kasus pengaduan masyarakat yang diterima Yayasan
Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI)
diduga kuat tergolong mal praktik. Meski hal itu belum
bisa dibuktikan benar-benar mal praktik, namun tetap
saja pasien yang menjadi korban atas buruknya pelayanan
kesehatan terus bertambah. Kasus lain juga dapat
dilihat mengenai pelayanan kesehatan masyarakat miskin,
3
untuk warga kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang memuaskan adalah hal yang amat sulit.
Meskipun pasien tersebut mengalami sakit parah dan
membutuhkan pertolongan secepatnya. Berbagai macam
syarat yang ditentukan oleh pihak rumah sakit harus
dipenuhi terlebih dahulu. Syarat tersebut mempersulit
pasien dari kalangan yang kurang mampu untuk memperoleh
pelayanan kesehatan. (www.indosiar.com )
Pada kelompok masyarakat miskin pengetahuan
tentang kesehatan sangatlah minim, salah satu penyebab
minimnya pengetahuan tentang kesehatan yaitu kurangnya
sosialisasi tentang kesehatan yang layak untuk kalangan
bawah dan mahalnya biaya kesehatan yang layak. Hal
tersebut menjadi faktor penyebab tidak setaranya
derajat kesehatan yang dimiliki antara orang miskin dan
orang kaya. Mahalnya fasilitas kesehatan yang berada di
Rumah Sakit Umum yang menyebabkan kesempatan yang tidak
sama bagi setiap orang untuk menikmati hak-haknya di
bidang kesehatan.
4
Pemerintah bertanggung jawab untuk menjamin
terpenuhnya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk
Indonesia yang mampu maupun penduduk miskin atau tidak
mampu, bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya
di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan terjaminnya hidup
sehat, kewajiban pemerintah dalam menjamin rakyatnya
dalam hal kesehatan juga di amanatkan oleh Undang-
undang No. 40 tahun 2004 bahwa pemerintah seharusnya
menjamin kesehatan seluruh masyarakat termasuk rakyat
tidak mampu dan miskin. Oleh sebab itu maka perlu
menyediakan program pembangunan dibidang kesehatan. Hal
inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab perlunya
peningkatan kualitas kesehatan yang ada di Indonsia.
Sesuai Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dengan adanya JKN
( Jaminan Kesehatan Sosial ), maka seluruh masyarakat
Indonesia akan dijamin kesehatannya. Dengan adanya
Undang-undang seperti tersebut maka pemerintah
5
membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau yang
terkenal dengan sebutan BPJS.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan dahulu
bernama Jamsostek merupakan program pemerintah dalam
kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. BPJS yang
dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Kedua BPJS tersebut pada dasarnya
mengemban misi negara untuk memenuhi hak konstitusional
setiap orang atas jaminan sosial dengan
menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan memberi
kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Penyelenggaraan jaminan
sosial yang kuat dan berkelanjutan merupakan salah satu
pilar Negara untuk menuju kesejahteraan, disamping
pilar lainnya, yaitu pendidikan bagi semua masyarakat,
lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan
ekonomi yang stabil.
6
Salah satu BPJS adalah BPJS Kesehatan (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan). BPJS kesehatan
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan
memiliki tugas khusus dari pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri
Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,
Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1
Januari 2014. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), secara
tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU
BPJS adalah badan hukum publik. UU BPJS menentukan
bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN
( Sistem Jaminan Sosial Negara ) diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta
7
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Dalam bidang kesehatan Kota Kediri adalah salah
satu kota yang sangat memperhatikan kesejahteraan
masyarakatnya terutama dalam bidang kesehatan dan
pelayanan masyakatnya. Dengan munculnya kebijakan
pemerintah mengenai peningkatan taraf kesehatan melalui
program BPJS Kesehatan, pemerintah Kota Kediri merespon
postif dengan mendukungnya program tersebut. Beberapa
rumah sakit dan puskemas pemerintah sudah menggunakan
pelayanan BPJS Kesehatan. Tetapi, dalam pelaksanaan
program tersebut mucul masalah terkait dengan kualitas
pelayanan.
Seperti yang diamati pada puskesmas Kota wilayah
utara Kota Kediri pada awal pelaksaan atau tahun
pertama pelaksanaan BPJS Kesehatan. Berdasarkan
pengamatan dan wawancara awal dengan pengguna BPJS di
puskesmas wilayah utara Kota Kediri masih ada beberapa
kendala atau keluhan yang dirasakan oleh pasien
8
mengenai pelayanan BPJS pengguna kartu BPJS Kesehatan.
Keluhan tersebut berkaitan dengan tidak sistematisnya
waktu mengantri dalam pelayanan BPJS yang dilakukan
karena masih menggunakan fasilitas yang manual atau
dengan cara manual, hal ini mengakibatkan pasien
mengeluh karena lamanya antrian dan sistematis data
yang belum lengkap. Dari adanya program BPJS ini malah
mengakibatkan kualitas pelayanan BPJS menurun karena
banyaknya aturan baru yang membuat pelayanan tidak
maksimal, seperti ada beberapa resep obat yang harus di
beli di luar puskesmas. Terbatasnya fasilitas BPJS
Kesehatan ini yang kurang menunjang pelayanan BPJS
Kesehatan di puskesmas wilayah utara Kota Kediri.
Kemudian keluhan berkaitan dengan pemberian 1
SEP(Surat Elegibilitas Peserta) kepada pasien.
Sehingga pemeriksaan hanya bisa dilakukan di satu jenis
pelayanan saja. Dari berbagai masalah yang terjadi
diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang fenomena kualitas pelayanan BPJS Kesehatan di
Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri. Dengan
9
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian deskriptif.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka
permasalahan yang ingin di teliti penulis adalah
bagaimana Kualitas pelayanan BPJS Kesehatan di
puskesmas kota wilayah utara Kota Kediri ?
C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan peneliti adalah menjawab
permasalahan yang muncul dari fenomena yang ada dan
kemudian di jadikan objek penelitia. Dan berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah mendiskripsikan bagaimana Kualitas pelayanan
BPJS Kesehatan di puskesmas kota wilayah utara Kota
Kediri.
D. Manfaat Penelitian
10
Dalam suatu penelitian pasti ada manfaat yang
diharapkan dapat tercapai. Adapun manfaat yang
diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi perkembangan Teori Administrasi Negara dalam
bidang kajian Pelayanan public.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Unesa
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan tambahan refrensi dalam rangka
menambah dan memperkaya kajian tentang kualitas
pelayanan public yang dibuat oleh pemerintah.
b. Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan
masukan bagi pelaksanaan Program BPJS Kesehatan di
Puskesmas Kota wilayah utara Kota Kediri, agar
meningkatnya pelayanan kesehatan di Kota Kediri
dan sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan-
11
kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat.
BAB II
Kajian Pustaka
A. Pelayanan Publik
Menurut UU No.25 Tahun 2009,yang dimaksud dengan
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
12
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga Negara dan penduduk atas barang dan jasa, dan
atau pelayanan administrasi yangdisediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik
Pelayanan publik merupakan pelayanan yang
diselenggarakan oleh pemerintah untuk melayani
keperluan orang atau masyarakat yang yang telah
ditetapkan. Pelayanan publik merupakan produk birokrasi
publik yang diterima oleh warga pengguna maupun
masyarakat secara luas. Oleh mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara
karena itu, pelayanan publik dapat didefinisikan
sebagai serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh
birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga
pengguna (Subarsono, 2008:136). Pengguna yang
dimaksudkan di sini adalah warga negara yang
membutuhkan pelayanan publik baik secara langsung
maupun tidak langsung.
13
Pendapat lain tentang pelayanan publik diungkapkan
oleh Pasolong, yang menjelaskan pelayanan publik adalah
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
mengguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait
pada suatu produk secara fisik (Pasolong, 2007:128).
Ratminto (2006:5) menjelaskan bahwa pelayanan publik
adalah sebuah pelayanan yang diberikan kepada publik
oleh pemerintah baik berupa barang atau jasa publik.
Pelayanan publik yang disediakan pemerintah bagi
masyarakat meliputi pelayanan yang berupa barang, jasa,
dan pelayanan administratif. Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik bertujuan
untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan prima
sesuai dengan harapan masyarakat sebagai pengguna
layanan.
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah
14
pelayanan yang telah diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat terdapat berbagai bidang kehidupan. Setiap
pelayanan publik yang diberikan diharapkan sesuai
dengan keinginan dan harapan masyarakat. Oleh karena
itu pemerintah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik, yang berkewajiban untuk
melaksanakan berbagai tuntutan masyarakat dalam
memberikan pelayanan publik yang diharapkan oleh
masyarakat. Pelayanan publik dengan demikian dapat
diartikan sebagai pemberi layanan (melayani) keperluan
orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara
yang telah diterapkan.
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
(Tjiptono, 2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan
dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam
15
mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono dan Chandra,
2005). Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui
dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas
pelayanan yang nyata-nyata mereka terima atau peroleh
dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan atau
inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu
instansi.
Dalam Kemenpan Nomer 63 Tahun 2003 setiap
penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar
pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya
kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan
merupakan ukuran yang dilakukan dalam penyelenggaraan
pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan
atau penerima pelayanan. Standar pelayanan, sekurang-
kurangnya meliputi:
a. Prosedur pelayananProsedur pelayanan yang dbakukan bagi pemberi danpenerima pelayanan termasuk pengaduan
b. Waktu penyelesaianWaktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saatpengajuan permohonan sampai dengan penyelesaianpelayanan termasuk pengaduan
c. Biaya pelayanan
16
Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yangditetapkan dalam proses pemberian pelayanan
d. Produk pelayananHasil pelayanan yang akan diterima sesuai denganketentuan yang telah ditetapkan
e. Sarana dan prasaranaPenyediaan sarana dan prasarana pelayanan yangmemadai oleh penyelenggara pelayananpublik
f. Kompetensi petugas pemberi pelayananKompetensi petugas pemberi pelayanan harusditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan,keahlian, keterampilan, sikap, dan prilaku yangdibutuhkan.Sinambela (2008:6) secara teoritik menjelaskan
tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan
masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut
kualitas pelayanan prima yang tercermin dari:
1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifatterbuka, mudah dan dapat diakses oleh semuapihak yang membutuhkan dan disediakan secaramemadai serta mudah dimengerti
2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapatdipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengankondisi dan kemampuan pemberi dan penerimapelayanan dengan tetap berpegang pada prinsipefisiensi dan efektivitas.
4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapatmendorong peran serta masyarakat dalampenyelenggaraan pelayanan publik denganmemperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapanmasyarakat.
17
5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidakdiskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnyasuku, ras, agama, golongan, status sosial, danlainlain;
6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayananyang mempertimbangkan aspek keadilan antarapemberi dan penerima pelayanan publik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara No. 63 Tahun 2003 tentang pedoman umum
penyelenggaraan pelayanan publik, standar kualitas
pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:
1. Prosedur Pelayanan. Prosedur pelayanan yangdibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanantermasuk pengaduan.
2. Waktu Penyelesaian. Waktu penyelesaian yangditetapkan sejak saat pengajuan permohonansampai dengan penyelesaian termasuk pengaduan.
3. Biaya Pelayanan. Biaya/ tarif pelayanan termasukrinciannya yang ditetapkan dalam prosespemberian layanan.
4. Produk Pelayanan. Hasil pelayanan yang akanditerima sesuai dengan ketentuan yang telahditetapkan.
5. Sarana dan Prasarana. Penyediaan sarana danprasarana pelayanan yang memadai olehpenyelenggaraan pelayanan publik.
6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan PublikKompetensi petugas pemberi pelayanan harusditetapkan dengan tepat sesuai berdasarkanpengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap danprilaku yang dibutuhkan
18
Dimensi Servqual digunakan dalam penelitian ini
sebagai indikator ukuran kepuasan pelanggan yang
terletak pada 5 dimensi kualitas pelayanan untuk
mengukur tingkat keberhasilan dalam memberikan
pelayanan (Zeithaml, dkk., dalam Umar, 2005:153), yaitu
:
a. Tangibles (Kualitas pelayanan berupa sarana fisikperkantoran, komputerisasi administratif, ruangtunggu, tempat informasi)
b. Reliability (Kemampuan dan kendala untuk menyediakanpelayanan yang terpercaya)
c. Responsiveness (Kesanggupan untuk membantumenyediakan pelayanan secara cepat dan tepatserta tanggap terhadap keinginan pelanggan)
d. Assurance (Kemampuan dan keramahan serta sopansantun pegawai dalam menyakinkan kepercayaanpelanggan)
e. Empathy (Sikap tegas tetapi juga memberikanperhatian dari pegawai terhadap pelanggan).
Berdasarkan definisi-definisi tentang kualitas
pelayanan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang
dilakukan oleh instansi guna memenuhi harapan konsumen
atau pasien.
19
Sedangkan Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik bahwa penyelenggaraan
pelayanan publik harus berasaskan yakni :
1. Kepentingan umumAdalah kepentingan orang banyak yang untukmengaksesnya, tidak mensyaratkan beban tertentu.Kepentingan yang harus didahulukan darikepentingan-kepentingan yang lain dengan tetapmemperhatikan proporsi pentingnya dan tetapmenghormati kepentingan-kepentingan lain.
2. Kepastian hukumPelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikandalam kurun waktu yang telah ditentukan. Keadaandimana perilaku manusia, baik individu, kelompok,maupun organisasi, terikat dan berada dalam koridoryang sudah digariskan oleh aturan hukum.
3. Kesamaan hakTidak diskriminatif dalam arti tidak membedakansuku, ras, agama, golongan, gender dan statusekonomi.
4. Keseimbangan hak dan kewajibanPemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhihak dan kewajiban masing-masing pihak.
5. KeprofesionalanSuatu keahlian dan kemampuan dalam mengerjakan suatupekerjaan dalam satu bidang
6. PartisipatifMendorong peran serta masyarakat dalampenyelenggaraan pelayanan publik denganmemperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapanmasyarakat.
7. Persamaan perlakuan atau tidak diskriminatifPerlakuan yang didapat dari para pelayan publik samarata dan tidak melihat dari strata sosial masyarakattersebut.
20
8. KeterbukaanSemua proses pelayanan wajib diinformasikan secaraterbuka agar mudah diketahui dan dipahami masyarakatbaik yang diminta ataupun tidak.
9. AkuntabilitasPelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkansesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompokFasilitas yang didapat setiap orang sama, tidak adaperlakuan khusus bagi kelompok tertentu.
11. RentanPelayanan publiknya mudah terpengaruh oleh hal-hal
yang mengakibatkanketidakpercayaan masyarakat.
12. Ketepatan waktuTarget waktu pelayanan dapat diselesaikan dalamwaktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggarapelayanan.
13. Kecepatan, kemudahan dan kejangkauanTempat dan lokasi serta sarana pelayanan yangmemadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dapatmemanfaatkan teknologi telekomunikasi informatika
Dari asas-asas tersebut terlihat bahwa dalam
pelaksaaannya pelayanan publik ditujukan kepada semua
masyarakat termasuk masyarakat dengan kebutuhan
khusus. Pelayanan publik yang terbaik adalah pelayanan
yang dapat menjangkau semua elemen masyarakat. Dengan
keadaan tersebut pelayanan publik akan mempermudah
masyarakat dalam aktivitasnya. Dalam proses kegiatan
pelayanan diatur juga mengenai prinsip pelayanan
21
sebagai pegangan dalam mendukung jalannya kegiatan.
Adapun prinsip pelayanan publik menurut keputusan
MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 antara lain adalah
:
1. Kesederhanaan Prosedur pelayanan publik tidak berbelit- belit,mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan Persyaratan teknis dan administrative pelayananpublik; unit kerja atau pejabat yang berwenangdan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanandan penyelesaian keluhan atau persoalan dansengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;rincian biaya pelayanan publik dan tata carapembayaran.
3. Kepastian waktu Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikandalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi Produk pelayanan publik diterima dengan benar,
tepat dan sah. 5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasaaman dan kepastian hukum.
6. Tanggung jawab Pimpinan penyelenggara pelayanan publik ataupejabat yang ditunjuk bertanggung jawab ataspenyelenggaraan pelayanan dan penyelesaiankeluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayananpublik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana Tersedianya sarana dan prasarana kerja danpendukung lainnya yang memadai termasukpenyediaan sarana teknologi telekomunikasi daninformatika.
22
8. Kemudahan akses Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yangmemadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dandapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi daninformatika.
9. Kedisiplinan, kesopan dan keramahan Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopandan santun, ramah, serta memberikan pelayanandengan ikhlas.
10. Kenyamanan Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih,rapi, lingkungan yang indah dan sehat sertadilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayananseperti parker, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.
B. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat (Azwar, 2007).
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo pelayanan
kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan)
23
dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran
masyarakat.
Menurut Levey dan Loomba (dalam Azwar, 2007)
pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah,
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Jadi
pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan
kesehatan yang tujuan utamanya adalah promotif
(memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif
(pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi
(pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok
atau masyarakat, lingkungan.
Pelayanan kesehatan yang disediakan untuk
masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga (Notoatmodjo,
2003:91), yaitu :
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
24
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan
mereka atau promosi kesehatan. Contohnya :
Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)
diperlukan untuk kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe
D.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan sekunder. Contohnya: Rumah Sakit tipe A
dan Rumah sakit tipe B.
C. Kajian Penelitian Terdahulu tentang Pelayanan
Publik di Bidang Kesehatan
Afriyanti (2014) melakukan penelitian mengenai
BPJS dengan fokus penelitian transformasi PT ASKES
(Persero) menjadi badan penyelenggaraan jaminan sosial
25
(BPJS) kesehatan di kantor BPJS kesehatan cabang
Mojokerto. ujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan transformasi PT ASKES (Persero) menjadi
BPJS Kesehatan melalui implementasi program Jaminan
Kesehatan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan
di kantor BPJS Kesehatan Cabang Mojokerto. Teknik
analisis yang digunakan dengan pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan teori Van Metter dan Van Horn yang terdiri
dari ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya,
karakteristik agen pelaksana, sikap pelaksana,
komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana
serta lingkungan ekonomi, sosial dan politik.
Implementasi program Jaminan Kesehatan di BPJS
Kesehatan Cabang Mojokerto telah memenuhi keenam
variabel tersebut meskipun masih ada beberapa
kekurangan seperti respon negatif yang diberikan
masyarakat yang mempengaruhi antusiasme masyarakat
untuk ikut serta dalam program Jaminan Kesehatan
26
sehingga dibutuhkan sosialisasi yang lebih untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam
program ini.
Tabel 2.1Perbandingan Penelitian terdahulu dengan
Penelitian BPJSNama/Tahun
Judul Metode
Hasil Perbedaandengan
penelitianBPJS
Afriyanti (2014)
Transformasi PT ASKES (Persero) menjadiBPJS Kesehatan di Kantor BPJS kesehatan cabang Mojokerto.
Jenispenelitiandeskriptifdengan pendekatankualitatif
Tujuan kebijakan,sumber daya,karakteristik agenpelaksana, sikappelaksana,komunikasi antarorganisasi danaktivitas pelaksanaserta lingkunganekonomi, sosial danpolitik.Implementasiprogram JaminanKesehatan di BPJSKesehatan CabangMojokerto telahmemenuhi keenamvariabel tersebutmeskipun masih adabeberapa kekuranganseperti responnegatif yangdiberikanmasyarakat yang
Penelitian Afriani lebih membahas dengan kesiapan untuk menganti program dari ASKES ke BPJS, tetapi penelitian ynag dilakukan oleh peneliti lebih kepada bagaimana kualitas program BPJS yang telah
27
mempengaruhiantusiasmemasyarakat untukikut serta dalamprogram JaminanKesehatan sehinggadibutuhkansosialisasi yanglebih untukmenumbuhkankesadaranmasyarakat untukikut serta dalamprogram ini.
berlangsungselama 1 Tahun
D. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1Kerangka Berfikir
Latar Belakang
Kesehatan merupakan hakmanusia yang harusdieujudkan oleh negarasesuai dengan cita citanegara yang ada di UUD1945, yaknimensejahterahkan bangsa
Mahalnya biaya perawatankesehatan menimbulkankurangnya masyarakat miskinmendapakan fasilitaskesehatan yang layak
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berlakunya Undang-Undang Nomor24 Tahun 2011 tentang BadanPenyelenggara Jaminan Sosial(UU BPJS). Banyak keuhan yangditerima tentang pelayanan BPJS
seperti belum lengkapnyafasilitas BPJS.
Kualitas Pelayanan BPJSKesehatan
Indikator kualitas pelayanan(Zeithaml 2005)
1. Tangibles 2. Reliability 3. Responsiveness 4. Assurance 5. Emphaty
29
Penelitian kualitas pelayanan BPJS ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
deskriptif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan
penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya.( (Arikunto
2006: 12). Sedangkan jenis penelitian deskriptif
merupakan merupakan penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan antar variabel yang satu dengan yang
lain(Sugiono 2006 :11). Alasan peneliti memilih jenis
penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
deskriptif adalah karena penelitian ini mengambarkan
dan memberikan fakta kejadian secara sistematis
mengenai kualitas pelayanan BPJS Kesehatan di Puskesmas
Kota Kediri.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian kualitas pelayanan BPJS Kesehatan
ini di Puskesmas Kota wilayah utara Kota Kediri. Alasan
30
pemilihan lokasi penelitian karena pertimbangan bahwa
puskesmas Kota wilayah utara Kota Kediri merupkan
puskesmas yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
tetapi berdasarkan observasi awal di lapangan banyak
pasien pengguna BPJS Kesehatan mengeluh mengenai
pelayanan puskesmas seperti pasien hanya diberikan 1
SEP(Surat Elegibilitas Peserta), sehingga pemeriksaan
hanya bisa dilakukan di satu jenis pelayanan, kedua ada
beberapa resep obat yang harus di beli diluar apotek
puskesmas, minimnya sarana dan prasarana seperti untuk
mengumumkan panggilan juga sangat minim sehingga
terkadang pasien yang sedang menunggu antrian tidak
mendengar jika sudah mencapai urutan penggunan kartu
BPJS Kesehatan Sehingga perlunya mengetahui bagaimana
kualitas pelayanan BPJS Kesehatan yang sebenarnya di
Puskesmas Kota wilayah utara Kota Kediri.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
31
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian diambil
kesimpulan(Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh pasien di puskesmas Sentono Betek
yang menggunakan BPJS Kesehatan dalam kurun berlakunya
BPJS Kesehatan Hingga di lakukan Penelitian yakni pada
bulan mei 2013 hingga Januari 2015. Jumlah populasi
yang terdapat di Puskesmas Kota wilayah utara Kota
Kediri dalam kurun waktu yakni berjumlah ±500pasien.
2. Sampel
Sampel merupkan sebagian wakil populasi yang
diteliti (Arikunto 2010). Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah simple random sampling. simple
random sampling merupakan teknik sampling yang memberikan
peluang yang sama bagi individu yang menjadi anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Untuk menentukan
jumlah sampel penelitian berpedoman kepada Teknik
32
pengambilan sampel berpedoman dari Arikunto (2006:134),
yaitu besarnya sampel yang akan diambil adalah 10% dari
jumlah populasi yakni msayarakat yang menjadi pasien di
Puskesmas Kota wilayah utara Kota Kediri yang
menggunakan kartu BPJS Kesehatan.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan peneliti untuk
memperoleh data. Instrumen yang dikembangkan dalam
penelitian ini adlaha dengan menggunakan angket, angket
merupakanserangkaian pertanyaan yang digunakan untuk
menggungkapkan informasi, baik menyangkut fakta atau
pendapat. Dalam penelitian ini angket akan disebarkan
kepada pasien di Puskesmas Kota wilayah utara Kota
Kediri. Berikut adalah kisi-kisi instrumen penelitian
yang akan digunakan dalam penelitian kualitas Pelayanan
BPJS Kesehatan di Puskesmas Kota wilayah utara Kota
Kediri.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
33
Variabel
Indikator Item Pertanyaan
Kualitas
a. Tangibles (Kualitaspelayanan berupasarana fisikperkantoran,komputerisasiadministratif,ruang tunggu,tempatinformasi)
1. Pegawai Puskesmas menyediakan sarana fisik dengan layak
2. Pegawai Puskesmas memberikan informasiBPJS kesehatan dengan Jelas
3. Pegawai Puskesmas memberi pelayanan administrasi dengan transparan
b. Reliability(Kemampuan dankendala untukmenyediakanpelayanan yangterpercaya)
4. Pegawai Puskesmas menangani permasalahan mengenai BPJS kesehatan dengan cepat
5. Pegawai Puskesmas memberikan pelayanansecara terpercaya
c. Responsiveness(Kesanggupanuntuk membantumenyediakanpelayanan secaracepat dan tepatserta tanggapterhadapkeinginanpelanggan)
6. Pegawai Puskesmas membantu dengan tepat mengenai pelayanan
7. Pegawai Puskesmas tepat memberikan hakdari pasien penggunaBPJS kesehatan
8. Pegawai Puskesmas cepat tanggap dalam memberikan pelayanan
d. Assurance(Kemampuan dankeramahan sertasopan santunpegawai dalammenyakinkan
9. Pegawai puskesmas ramah dalam memberikan pelayananbagi pasien penggunan kartu BPJSKesehatan
34
kepercayaanpelanggan) .
10. Pegawai Puskesmas sopan santun dalam memberipelayanan
e. Empathy (Sikap tegas tetapi juga memberikan perhatian dari pegawai terhadappelanggan)
11. Pegawai puskesmas tegas dalam memberikan pelayanan
12. Pegawai puskesmas memberikanperhatian terhadapa pasien yang menggunakan BPJS Kesehatan
Sesuai dengan kisi-kisi angket maka pengukuran
yang digunakan dalam instrumen adalah skala likert.
Skala likert disebut sebagai metode rating yang jumlahnya
adalah metode peskalaan yang digunakan pada respon
setuju-sangat tidak setuju sebagai dasar penentuan
nilai. Pada penelitian ini skala likert digunakan untuk
memberikan arti bagi responden berdasarkan atribut
pertanyaan dengan kriteria peneliaian sebagai berikut:
1. Nilai 1 (satu) untuk jawaban sangat kurang setuju
(SKS)
2. Nilai 2 (dua) untuk jawaban Kurang setuju (KS)
35
3. Nilai 3 (tiga) untuk jawaban Cukup Setuju (CS)
4. Nilai 4 (empat) untuk jawaban Setuju (S)
5. Nilai 5 (lima) untuk jawaban Sangat Setuju (SS)
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pegumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
melalui beberapa cara,
yaitu sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancaara dalam penelitian ini digunakan di awal
ketika melakukan observasi awal. Wawancara awal ini
dilakukan kepada pegawai puskesmas dan pasien yang
menggunakan pelayanan BPJS Kesehatan. Wawancara ini
digunakan untuk mengetahui permasalahan atau keluhan
awal terhadap pelayanan BPJS Kesehatan di Puskesmas
Setono Betek, Kota Kediri
2. Observasi
Observasi Pengumpulan data melalui data pengamatan
atau observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi
36
yang dapat melengkapi data kuesioner yaitu dengan
melihat kondisi tempat penelitian.
3. Angket atau Kuesioner
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitas
pelayanan BPJS Kesehatan di Puskesmas Kota wilayah
utara Kota Kediri adalah dengan menggunakan angket,
angket akan diberikan kepada pengguna jasa pelayanan.
Angket yang disebarkan merupakan angket tentang
kualitas pelayanan dengan indikator, tangibel, reability,
responsif, assurence, dan empaty
5. Uji Validitas dan Uji Reabilitas
Kuesioner dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat Kualitas Pelayanan penerimaan
pengaduan kabupateb Sidoarjo. Namun untuk mengetahui
sejauh mana ketepatan dan kecermatan kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini, maka harus dilakukan
dulu suatu uji validitas dan reabilitas. Untuk itu
perlu dilakukan pengujian terhadap kuesioner tersebut,
yaitu:
1. Uji Validitas
37
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa
yang akan diukur, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono
(2006:137) bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen penelitian sebagai alat ukur
dalam mendapatkan data yang sesuai dengan korelasi
masing masing pernyataan dengan skor total.
Arikunto (2006) juga menyatakan bahwa validitas
merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah.Uji validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan data. Suatu
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud.
38
Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah
yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal
sebagai korelasi product moment.Penelitian ini
menggunakan rumus korelasi dengan angka kasar.
rXY= N.∑XY−∑X.∑Y
√ {N.∑X2−(∑X )2} {N.∑Y2−(∑Y )2}
dengan:
X : Skor per item
Y : Skor total item
Kriteria valid: jika r hitung > r table item
dikatakan valid, dan sebaliknya. Uji validitas
ditujukan sebagai uji tentang kemampuan suatu angket,
sehingga benar-benar dapat mengukur apa yang ingin
diukur. Sebuah instrument valid jika mampu mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validita menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan
39
tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud.
2. Uji realibilitas
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai,
maka instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data
seharusnya merupakan data yang valid dan reliabel. Maka
setelah dilakukan uji validitas pada instrumen
penelitian, akan dilakukan uji reliabilitas pada
instrumen penelitian.
Arikunto (2002) mengartikan reliabilitas sebagai
suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik.Instrumen yang baik tidak bersifat
tendensius dan mengarahkan responden untuk memilih
jawaban tertentu. Secara garis besar, ada dua jenis
reliabilitas, yakni reliabilitas eksternal dan
internal. Reliabel instrumen merupakan syarat untuk
pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun
instrumen yang valid umumnya reliabel, tetapi pengujian
relibilitas instrumen perlu dilakukan. Dengan kata lain
40
bahwa instrumen penelitian yang reliabel merupakan
instrumen penelitian yang konsisten dan bisa
diandalkan. Untuk mengetahui apakah instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini reliabel atau tidak
(Sugiono 2006:138)
Penelitian ini menggunakan jenis reliabilitas
internal dengan rumus Spearman-Brown. Dalam teknik ini
terdapat dua cara, yaitu belah ganjil-genap dan belah
awal-akhir. Penelitian ini menggunakan teknik belah
ganjil-genap. Rumus Spearman-Brown yang digunakan
adalah:
r11=2×rXY
(1+rXY)
Dengan rXY merupakan indeks korelasi dua belahan
instrumen.
6. Teknik Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian
ini yaitu analisis deskriptif kuantitatif.Teknik
analisis deskriptif kuantitatif menggunakan metode
41
prosentase. Adapun rumus analisis data yang dipakai
sebagai berikut:
P=nNx100% Keterangan: P = hasil akhir dalam
prosentase
N
= skor maksimal
n = skor total yang
diperoleh dari hasil angket
Adapun kriteria penilaian dengan menggunakan rumus
Sugiyono (2013:228) adalah data terbesar dikurangi data
terkecil dibagi dengan kelas interval. Dalam penelitian
ini yakni: (100%-10%) : 5 sama dengan 18% tiap
intervalnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
tabel penilaian berikut:
Tabel 3.2Kriteria Penilaian
NO SKOR KRITERIA PENILAIAN
42
.
1 10%-28%Sangat Kurang
Setuju
2 29%-46% Kurang Setuju
3 47%-64% Cukup Setuju
4 65%-82% Setuju
583%-
100%Sangat Setuju
(Sumber: Sugiyono, 2013:228)
Kriteria penelitian ini sebagai pengkategorian
dari hasil prosentase yang akan digunakan sebagai tolak
ukur dalam hasil penelitian tentang masalah yang
diteliti. Dengan menggunakan teknik ini, dimana
hasilnya berupa prosentase, maka akan dapat
menggambarkan keadaan sampel dan selanjutnya dapat
ditarik kesimpulan sehingga dapat menjelaskan keadaan
yang sebenarnya dari suatu populasi
43
Daftas Pustaka
Arief. 2007. Pemasaran jasa dan kualitas pelayanan.Jakarta: Banyumedia publishing
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2005. Metode penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
BPJS Kesehatan. Buku Panduan Layanan Bagi Peserta BPJSKesehatan : online
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metedologi penelitian danteknik penyusunan skripsi. Jakarta: Rineka Cipta
Ibrahim, Amin. 2008. Teori dan konsep pelayanan publikserta implementasinya. Bandung: Mandar Maju
Maksum, Ali. 2012. Metodologi Penelitian. Surabaya : UNESA
university press
Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
44
Moenir. 2006. Manajemen pelayanan umum di Indonesia.Jakarta: Bumi aksara
Mutaqin, Ahmad. 2006. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Pelanggan Bus Po. Timbul Jaya di Wonogiri, diakses dari http://diglib.unnes.ac.id/gsdt/collect/skripsi.1/import/2936.pdf
Purwoko, B. 2012. Implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Untuk Kesejahteraan Rakyat: Antara Harapan Dan Tantangan.(Online (http://www.djsn.go.id/Perlunya%20penerapan%20SPS%20dalam%20implementasi%20SJSN,%205%20Juli%202012.pdf) Diakses 4 September 2014
Shihab, A. 2012. Hadirnya Negara di Tengah Rakyatnya Pasca Lahirnya Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. (Online) (http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/2289_jli.pdf) Diakses pada tanggal 5 Oktober 2014
Sugiono. 2006. Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta
Sugiono. 2011. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta.
Online
Muhsinatih , Fitri dkk.2013. Perlindungan Hukum Bagi PegawaiNegeri Sipil Dalam Pelayanan Kesehatan. Makasar : UniversitasHasanuddin
Putri, Riegel dkk. 2013. Kesiapan PT Askes (Persero) CabangManado Dalam Bertransformasi Menjadi Badan PenyelenggaraJaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Manado : Universitas SamRatulangi Manado
45
Retnaningsih, ekowati, dkk. 2013. Kajian Kelayakan BadanLayanan Umum Dan Alternatif Bentuk Penyelenggaraan JamsoskesSumatera Selatan Semesta Sesuai Undang-Undang Sistem JaminanSosial Nasional. Palembang : Universitas Sriwijaya
Usman, S. 2013. Pelaksanaan Pemberian Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan Bagi Peserta Jamkesmas (Studi Implementasi Pasal 19 Ayat (2) Pasal 20 Ayat (1) Pasal 22 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Kota Malang). (Online) (http://hukum.ub.ac.id/wpcontent/uploads/2013/01/Jurnal-Syarifah-Usman-0910113195.pdf) Diakses 4 Oktober 2014
Zaelani. 2012. Komitmen Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional. (Online) (http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/2289_jli.pdf) Diakses pada tanggal 4 Oktober 2014
Dokumen Perundang Undangan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun2013 tentang Jaminan Kesehatan
Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BadanPenyelenggara Jaminan Sosial
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SistemJaminan Sosial Nasional