Kemampuanmanajerialkepalasekolah-100814111751-phpapp02

108
KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN KARYA ILMIAH KAJIAN TEORI SEBAGAI PESERTA DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH TINGKAT SD, SMP, SMA DAN SMK KOTA MATARAM TAHUN 2007/2008 Oleh H. M. SARTONO, S.Pd Pembina IV/a NIP : 19601231 198601 1 055 SMA NEGERI 2 MATARAM 1

Transcript of Kemampuanmanajerialkepalasekolah-100814111751-phpapp02

KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAHDALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN

KARYA ILMIAH KAJIAN TEORI SEBAGAI PESERTA DIKLAT CALON KEPALASEKOLAH TINGKAT SD, SMP, SMA DAN SMK KOTA MATARAM

TAHUN 2007/2008

OlehH. M. SARTONO, S.Pd

Pembina IV/a NIP : 19601231 198601 1 055

SMA NEGERI 2 MATARAM

1

2007KATA PENGANTAR

Fungsi Kepala sekolah memegang peranan pentingdalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yangdiberikan tenggung jawab untuk melakukanpengelolaan penuh terhadap pengaturan jalannyaroda kependidikan di sekolah. Peran utama KepalaSekolah adalah sebagai pemimpin yang mengendalikanjala nnya penyelenggaraan pendidikan di manapendidikan itu sendiri berfungsi pada hakekatnyasebagai sebuah transformasi yang mengubah inputmenjadi output. Hal ini menentukan suatu prosesyang berlangsung secara benar, terjaga sesuaidengan ketentuan dari tujuan kependidikan itusendiri. Untuk menjamin terselenggaranyapendidikan di sekolah seorang pemimpin sebagaitop manajer sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah.Kepala Sekolah tentunya memerlukan manajerial yangbaik dalam rangka menjamin kualitas agar sesuaidengan tujuan pendidikan.

Kepala Sekolah sekolah disamping berfungsisebagai top manager sekolah, juga tak kalahpentingnya berfungsi sebagai pengawas sekolah. Inidimaksudkan bahwa seorang seorang top menajeradalah faktor penentu dalam sukses atau gagalnyasuatu organisasi atau usaha, dan merupakan kuncipembuka suksesnya organisasi. Seorang manajer yangsukses artinya memilki kemampuan dan mampumengelola organisasinya, mampu mengantisipasiperubahan tiba-tiba, mengoreksi kelemahan-kelemahan serta sanggup membawa organisasinyakepada sasaran jangka waktu yang ditetapkan. Hallain adalah Kepala Sekolah sebagai supervisordisekolah. Ini berarti bahwa ia berfungsi sebagai

2

pengawas utama, pengontrol tertinggi yangmelakukan supervisi dalam menemukan ataumengidentifikasi kemampuan atau ketidakmampuanpersonil (guru, pegawai tata usaha, siswa, danmitra kerja “komite sekolah) dan memberikanpelayanan kepada semua kompinen warga sekolah gunameningkatkan kemampuan keahliannya dan mengelolasecara lebih efektif untuk memperbaiki, danmengelola secara lebih efektif untukmemperbaiki situasi belajar mengajaar agar(siswa) dapat mencapai prestasi hasil belajaryang lebih menungkat.

Maka dalam rangka peningkatan mutu pendidikan ,Kepala sekolah yang paling terdepan melaksanakansupervisi melekat di lingkungan sekolahnya. Dalammakalah komprehensif ini dibahas pila tentangkinerja guru pendidikan jasmani. Pendidikanjasmani sebagai salah satu mata pelajaram disekolah mempunyai peran yang sangat strategis dansignifikan dalam pembentukan kepribadian kesehatanjasmani dan rohani peserta didik.

Kepribadian sehat jasmani dan rohani menjaditolak ukur dan faktor yang paling dominan bagiterselenggaranya pendididkan khususnya di sekolah-sekolah. Seseorang yang memilki kepribadian sehatjasmani dan rohani dapat menyesuaikan diri dalamsituasi sosial dalam berinteraksi danberkomunikasi antara satu dengan yang lainnya.Kepribadian sehat jasmani dan rohani secaralangsung maupun tidak langsung mempengaruhiprilaku seseorang. Guru yang sehat jasmani danrohani menjadi persyaratan utama dalampenyelenggaraan pendidikan di sekolah danmempengaruhi kinerjanya. Guru dan siswa memilikikualitas keperibadian sehat jasmani dan rohani

3

mempengaruhi efektifitas upaya peningkataninteraksi belajar mengajar. Di lingkunganpendidikan khususnya di sekolah-sekolah, peranguru pendidikan jasmani sangat dibutuhkan sebagiujung tombak untuk memenuhi harapan agar pesertadidik memiliki kepribadsian yang andal yangdilandasi oleh kualitas kesehatan jasmani danrohani dalam rangka mensukseskan tujuanpendidikan nasional membentuk manisia Indonesiayang sehat jasmani dan rohani.

Salah satu upaya memenuhi harapan tersebutdipandang perlu penulis menyusun karya Ilmiahdengan judul “ kemampuan manajerial kepala sekolahdalam upaya peningkatan kinerja Tenaga Pendidikdan Kependidikan ” untuk dapat dijadikan acuansebagai bahan bahan secara teoritis dalampenyusunan karya tulis ilmiah pada tahapberikutnya sebagi persyaratan dalam melaksanakanDiklat Calon Kepala Sekolah dan hasilnya dapatbermanfaat bagi kami dan pengembangan sekolah,ilmu pengetahuan serta pengembangan ilmupendidikan khususnya.

Akhirnya semoga upaya ini, meskipun dalam bentuksederhana mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin

PENULIS

H. SARTONO

4

Abstract The managerial of headmaster competence is depended upon his attitudeand appropriate behavior. Basically, competence is a suffusion ability ofadequate skills; and managerial is a system of management handled byheadmaster which is probably the most complex problems. One of the mainproblems facing by headmaster is how to manage, to increase, to control, tocoordinate, and evaluate. The teacher workable, especially the teacher ofSMAN 2 Mataram in terms of applying his profession at school. This study istrying to identify, to observe, and investigate how far the managerial ofheadmaster competence and workable of teacher of SMAN 2 Mataram. Thefact that almost educational management tasks in school environment hasbeen done by headmaster. The educational management tasks such asplanning, organizing, controlling, coordinating and evaluating of all schoolactivities are needed professional competence that must be owned byheadmaster. At least the headmaster must have managerial skills, those are:(1) skills concept (2). Skill of humanity (3) skill of organization environment(4). Skill of technique and strategy, necessarily, the headmaster in his /herwork environment is influenced by the situation where he/ she is working.Mainly, will be influenced by his/her attitude or behavior then behaviorism ofthe teacher may consist of: (1) Hindering (2) Limitation (3) Pressure of result(4) intimating, while the headmaster behaviorism namely: (a) distance (b)pressure of result (c) Consideration (d) Support, stated by Halpin, Croft 1962

5

BAB I Pendahuluan

A. Latar belakang.

1. Pembangunan nasional di bidang pendidikan merupakan upayamencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitasmanusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju,adil dan makmur. Hal ini sejalan dengan rumusan tujuanpendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI no. 2 tahun1989 yang berbunyi:

“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya , yaitumanusia yang berilmu dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang MahaEsa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan ,

6

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadianyang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab terhadapkemasyarakatan, kebangsaan”

2. Kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada sumberdaya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumberpada modal intelektual , modal sosial, dan kredibilitas.Fungsi pendidikan diperluas sebagai hak asasi manusia yangmendasar, modal ekonomi, sosial dan politik, alatpemberdayaan kelompok yang kurang beruntung, landasanbudaya damai dan sebagi jalan utama menuju masyarakatbelajar sepanjang hayat. Sesuai dengan paradigma barupendidikan khususnya pendidikan jasmani yang lebihmenekankan pada pengembangan individu secara menyeluruh,dalam arti pengembangan keterampilan intelektual,kterampilan afektif termasuk pembangunan moral spiritual ,pengembangan keterampilan fisik dan kesegaran jasmanimelalui aktivitas jasmani yang terseleksi, terprogram danatau terarah. Ungkapan diatas dikutip dari kurikulumberbasis kompetensi mata pelajaran pendidikan jasamani(dalam Depdiknas, Balitbang, Puskur jakarta 2002).

3. Lebih jauh diungkapkan bahwa pengertian dari pendidikanjasmani merupakan bagian integral pendidikan secarakeseluruhan yang mampu mengembangkan anak secara utuhdalam arti mencakup aspek-aspek jasmaniah, dan moralspiritual, yang dalam proses pembelajarannya mengutamakanaktivitas jasmani dan pembiasaan pola hidup sehat (1-2)

4. Ketika UU No. 22/1999 dan No. 25/1999 diberlakukan dandisusul dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasionaltentang sistem manajemen berbasis sekolah dan pemberiankewenangan terhadap daerah (bahkan sekolah) dalam mengelolapendidikan, timbul secercah harapan akan semakin membaiknyapembangunan pendidikan. Model pembangunan pendidikan yangsangat bersifat sentralistik dan monolitik serta menafikanperbedaan, secara drastis mestinya berubah menjadidesentralistik dan pluralistik sehingga kepentingan dankebutuhan serta potensi dan kemampuan daerah menjadi lebihterperhatikan dan terbangkitkan.

5. Dengan desentralisasi pendidikan yang direpresentasikanmelalui model pengelolaan Manajemen Berbasis Sekolah danManajemen Berbasis Masyarakat, segenap komponen sekolahmenjadi semakin berperan. Penyusunan kurikulum nasional

7

yang mengabaikan akar budaya dan kebutuhan masyarakatsetempat, dengan pemberian kewenangan besar kepada daerah,mestinya tidak akan terulang kembali. Pemberian kewenanganyang besar kepada para guru melalui manajemen berbasissekolah dan kurikulum berbasis kompetensi pun diasumsikanakan mengembalikan harga diri dan rasa percaya diri padaguru yang di masa lalu sangat terpuruk akibat sistem yangbersifat sangat instruktif. Akan tetapi, melihat kebijakanDepdiknas akhir-akhir ini, harapan yang mulai timbultampaknya akan layu sebelum berkembang. Salah satu contohyang paling aktual adalah pelaksanaan Ujian Akhir Nasional(UAN) yang penuh kontroversial. UAN sebagai alat uji bagisiswa kelas terakhirSMP dan SMA/SMK dalam kenyataannyatidak lain merupakan manifestasi keengganan pusatmelepaskan kewenangannya dalam pengelolaan pendidikan.Celakanya, keengganan tersebut tidak dibarengi dengankesiapan yang cukup sehingga muncullah kebijakankontroversial yang sangat membingungkan menyangkut hal-halseperti soal ujian ulang dan hak siswa tak lulus ujianuntuk melanjutkan pendidikan.

6. Banyak kalangan berasumsi dan berpendapat bahwa terjadinyaperubahan kurikulum dimana implikasinya menuntut guru agarmemiliki kemampuan namun sebaliknya guru hanyalah dikiaskansebagai kelinci percobaaan sehingga terjadilah kemerosotanpendidikan kita dan sudah terasakan selama bertahun-tahun,untuk kesekian kalinya kurikulum dituding sebagaipenyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubahkurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum1984, kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994.Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulumtetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dankeengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjangkelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangatdipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internalyang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaituberkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana,serta berbagai latihan yang dilakukan guru.

7. Sebuah pendekatan baru dalam pengelolaan sekolah untukpeningkatan mutu adalah MANAJEMEN PENINGKATAN MUTUBERBASIS SEKOLAH /MPMBS. Hal ini disebabkan oleh adanyaPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa

8

perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimanaberbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali denganupaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan danteknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satusisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalamera persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperandalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perluterus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber dayamanusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukansecara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisiendalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa inikalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.

7. Drs. Umaedi, M.Ed (April 1999) menyatakan bahwa : Konsepyang menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah,masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing -masing ini, berkembang didasarkan kepada suatu keinginanpemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibatsecara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatankualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolahyang ada dan lebih jauh ia menyatakan : Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikanmemegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatankualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikanmerupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatankualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnyaproses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintahbersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupayamewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunanpendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangandan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan saranapendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, sertapelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi padakenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalammeningkatkan kuailtas pendidikan. Salah satu indikator kekurangberhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan NEM siswa untukberbagai bidang studi pada jenjang SLTP dan SLTA yang tidakmemperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakankonstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah denganjumlah yang relatif sangat kecil.( Dalam Pendidikan Network 2003 )

9

8. Kemudian ia menegaskan bahwa Bervariasinya kebutuhan siswaakan belajar, beragamnya kebutuhan guru dan staf lain dalampengembangan profesionalnya, berbedanya lingkungan sekolahsatu dengan lainnya dan ditambah dengan harapan orangtua/masyarakat akan pendidikan yang bermutu bagi anak dantuntutan dunia usaha untuk memperoleh tenaga bermutu,berdampak kepada keharusan bagi setiap individu terutamapimpinan kelompok harus mampu merespon dan mengapresiasikankondisi tersebut di dalam proses pengambilan keputusan. Inimemberi keyakinan bahwa di dalam proses pengambilankeputusan untuk peningkatan mutu pendidikan mungkin dapatdipergunakan berbagai teori, perspektif dan kerangka acuan(framework) dengan melibatkan berbagai kelompok masyarakatterutama yang memiliki kepedulian kepada pendidikan. Karenasekolah berada pada pada bagian terdepan dari pada prosespendidikan, maka diskusi ini memberi konsekwensi bahwasekolah harus menjadi bagian utama di dalam prosespembuatan keputusan dalam rangka peningkatan mutupendidikan. Sementara, masyarakat dituntut partisipasinyaagar lebih memahami pendidikan, sedangkan pemerintah pusatberperan sebagai pendukung dalam hal menentukan kerangkadasar kebijakan pendidikan. Dan lebih jauh lagi memaparkantentang “Konsep manajemen peningkatan mutu berbasissekolah” dengan tujuan adalah ; a) Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutuberbasis sekolah khususnya kepada masyarakat. b) Memperolehmasukan agar konsep manajemen ini dapat diimplentasikandengan mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesiayang memiliki keragaman kultural, sosio-ekonomi masyarakat dankompleksitas geografisnya. c) Menambah wawasan pengetahuanmasyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu yangpeduli terhadap pendidikan, khususnya peningkatan mutupendidikan. d) Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat danberpikir mengenai peningkatan mutu pendidikan/pada sekolahmasing - masing. e) Menggalang kesadaran masyarakat sekolahuntuk ikut serta secara aktif dan dinamis dalam mensukseskanpeningkatan mutu pendidikan. f) Memotivasi timbulnya pemikiran -pemikiran baru dalam mensukseskan pembangunan pendidikandari individu dan masyarakat sekolah yang berada di garis palingdepan dalam proses pembangunan tersebut. g) Menggalangkesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan

10

tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan fokuspeningkatan mutu yang berkelanjutan (terus menerus) padatataran sekolah. Mempertajam wawasan lagi bahwa mutu pendidikan pada tiapsekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan targetmutu yang harus dicapai setiap tahun. 5 tahun,dst,sehinggatercapai misi sekolah kedepan

Pendidikan Jasmani Belum Efektif , Jakarta, Kompas -Penyelenggaraan pengajaran pendidikan jasmani di sekolahmasih belum efektif. Padahal pendidikan jasmani yangdilaksanakan sebagai bagian dari pedagogis sebagaimanamestinya, akan menunjang tercapainya tujuan pendidikan secarakeseluruhan. Sebab, aktivitas pendidikan jasmani akanmelibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosional, dansosial.Demikian antara lain isi orasi ilmiah Prof Dr Aip SyarifuddinMPd yang berjudul "Upaya Meningkatkan Kualitas PendidikanJasmani" ketika dikukuhkan sebagai guru besar IlmuKeolahragaan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Jakarta,Rabu (12/6). Selain Aip, sidang terbuka Senat UNJ yangdipimpin Rektor UNJ Prof Dr Sutjipto, juga mengukuhkan ProfDr Ida Sinambela Tampubolon MEd sebagai guru besar Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam. "Cara pendidikan jasmani yanghanya menekankan pada aspek pemberian informasi dandemonstrasi bentuk keterampilan gerak, sistem penilaian yanghanya menagih kemampuan mengingat dan mendemonstrasikankembali bentuk-bentuk keterampilakan gerakan, tidak relevandengan tujuan pendidikan yang bersifat komprehensif,"ujarnya. Menurut Aip, pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah umumnya masih dilakukan secara konvensional. Hampirsemua kegiatan didominasi guru dengan menggunakan pendekatansecara keolahragaan. Pendekatan semacam ini, sama halnyadengan pembinaan keterampilan gerak yang sudah umum dilakukandalam pelatihan-pelatihan pada suatu cabang olahraga.Padahal, dalam pendidikan jasmani tidak dipentingkan prestasisiswa dalam cabang olahraga tertentu, tetapi untuk merangsangpertumbuhan dan perkembangan anak. "Karena itu, tidak adapendidikan jasmani yang tidak mempunyai sasaran pedagogis,dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikanjasmani. Gerak sebagai aktivitas jasmani merupakan dasar bagi

11

manusia untuk belajar mengenal dunia dan dirinya sendiri,"katanya. Masalah utama yang dihadapi pendidikan jasmani,menurut Aip, justru terletak pada minimnya kemampuan gurupendidikan jasmani. Tidak heran kalau guru pendidikan jasmanitidak bisa melaksanakan tugas pembelajaran secara efektif,apalagi kreatif."Padahal, pendidikan jasmani membutuhkanadanya kreativitas guru untuk memodifikasi olahraga sebagaisuatu pendekatan alternatif dalam pengajaran pendidikanjasmani," ujarnya. Aip lahir di Cimahi 15 Maret 1939 danmenyelesaikan Sekolah Guru Pendidikan Jasmani di Bandungtahun 1960. Tahun 1969, ia memperoleh gelar sarjana olahragadari Sekolah Tehnik Olahraga. Memperoleh Akta Mengajar V dariIKIP Jakarta tahun 1982. Gelar Magister Pendidikan diperolehdari Pascasarjana IKIP Jakarta jurusan Teknologi Pendidikantahun 1988. Sepuluh tahun kemudian, ia meraih gelar doktordari IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Olahraga. Lapangan Kerja Dalam orasi ilmiah yang berjudul "CareerPlanning Development Program dan Prospeknya di LembagaPendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), Prof Dr Ida SinambelaTampubolon mengatakan, sangat sedikit lulusan LPTK yanglangsung terjun dan berkarir di kependidikan. Sebagian besarjustru harus menunggu waktu yang cukup lama untuk dapatmenapaki karir di bidang kependidikan. Apalagi pemerintahtelah menerapkan kebijakan zerro growth dalam pengangkatanpegawai negeri sipil. Berangkat dari kenyataan seperti inilahmahasiswa LPTK membutuhkan perencanaan karir. Soalnya selamaini karir dalam bidang kependidikan lebih sering diartikansecara sempit dengan hanya menjadi guru. Padahal, karir dalambidang kependidikan juga meliputi berbagai jenis pekerjaan,termasuk di bidang nonkependidikan.Ida Sinambela Tampubolon, lahir di Tarutung 8 April 1942.Tamat dari SMA Negeri di Padangsidempuan tahun 1960, iamelanjutkan ke Pendidikan Biologi FKIP Universitas SumateraUtara dan memperoleh gelar sarjana muda 1964. Gelar sarjanapendidikan diperoleh dari IKIP Bandung 1973. Tahun 1994,berhasil memperoleh gelar doktor di bidang TeknologiPendidikan dari UNJ. (MAM)

B. Dasar pemikiran1. Perubahan manajemen pendidikan

1.1) Dengan berlakunya UU nomor 22 tahun 1999 tentangotonomi daerah (otoda), maka terjadi perubahan berbagai

12

kewenangan Pemerintah Pusat (Depdiknas) dalam berbagai halkhususnya yang berkaitan dengan pendidikan.  Hal tersebutakan berdampak pada pengelolaan pendidikan di daerah.  Disatu sisi upaya otonomi pendidikan akan berpengaruhterhadap berkembangnya sekolah sebagai lembaga pendidikan.  Di sisi lain, keragaman potensi sumber daya daerah(termasuk kualitas manajemen kepala sekolah) akanmenyebabkan kualitas hasil pendidikan di masing-masingdaerah bervariasi.  Oleh karena itu, dirasa perlu melakukanpendekatan baru untuk mengatasi berbagai permasalahanpengelolaan sekolah yang selama ini dihadapi yang antaralain melalui pemberian kewenangan yang seluas-luasnya bagidaerah dan kepala sekolah untuk mengelola dan mengembangkanberbagai sumber daya sekolah untuk mengembangkan programsekolah sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.  Belajar dari pengalaman terhadap kebijakan sentralistik,disinyalir ada beberapa dampak sistem top-down, yaitu: (a)keterbatasan kewenangan kepala sekolah dalam mengelolasumber daya pendidikan sekolah yang dipimpinnya, (b)kemampuan manajemen kepala sekolah dalam mengembangkanprogram pendidikan belum optimal, (c) pola anggaran yangkurang memungkinkan memberikan imbalan guru yangprofesional memadai, (d) peran serta masyarakat dalampengelolaan sekolah terbatas.  Dengan demikian, reformasipengelolaan pendidikan perlu diarahkan untuk dapatterciptanya kondisi yang desentralistik, baik pada tatananbirokrasi maupun pengelolaan sekolah.  Khusus pada tingkatsekolah, melalui otonomi yang luas, partisipasi masyarakatperlu ditingkatkan terutama dalam hal perencanaan danpengelolaan program sekolah melalui konsep manajemenberbasis sekolah.  Pada dasarnya pendidikan di sekolahmemiliki peranan penting, bertanggung jawab untukmempersiapkan generasi bangsa menghadapi masa sekarangdan masa yang akan datang lebih berkualitas (susanto, 1998

1.2) Agus Darma (dalam arikelnya tertanggal 30 april2003) mengungkapkan “ sejak bebrapa tahun terakhir ini,manajemen pendidikan mengalami perubahan, kita kenal denganpendekatan “baru” dalam manajemen sekolah yang diacysebagai manajemen berbasis sekolah ( school basedmanagent). Gagasan ini muncul karena dipicu olehketidakpuasan atau kegerahan para pengelola pendidikan

13

ada level operasional atas adanya keterbatasan kewenanganyang mereka miliki untuk dapat mengelola sekolah secaramandiri. Umumnya dipandang bahwa kepala sekolah merasatidak berdaya karena terperangkap dalam ketergantunganberlebihan terhadap konteks pendidikan, akibatnya peranutama mereka sebagai pemimpin pendidikan di sekolahsemakin dikerdilkan dengan rintisan urusan birokrasi yangmenimbulkan kreativitas dan inovasi. Agus Darma, lebih jauhmengungkapkan : Gagasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)ini muncul sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerahsebagai paradigma baru dalam pengoprasian sekolah, yangselama ini sekolah hanya kepanjangan tangan birokrasipemerintah pusat untuk urusan politik pendidikan. Parapengelola sekolah sama sekali tidak banyak memilikikelonggaran untuk pengoprasian sekolahnya secara mandiri.

1.3). Perubahan Peraturan perundang Undangan denganadanya pemberlakuan Pelaksanaan otonomi dalampenyelenggaraan pendidikan merupakan konsekwensi dariUndang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.Berdasarkan undang-undang, pelaksanaannya paling lambatpada tahun 2001, yaitu dua tahun setelah ditetapkannyakedua undang-undang tersebut. Waktu selama dua tahuntersebut digunakan oleh pemerintah untuk menyiapkanperaturan-peraturan teknis, sedangkan bagi masyarakatpendidikan waktu tersebut dapat digunakan sebagai wacanapembahasan isu-isu yang berkaitan dengan harapan-harapantentang visi, misi, strategi dan kebijakan seharusnyadimiliki oleh pemerintah dalam penyelenggaraan otonomipemerintahan dan perimbangan alokasi keuangan antara pusatdan daerah. Salah satu komponen penyelenggaraanpemerintahan yang akan desentralisasikan ke daerah TingkatI (Propinsi) dan Tingkat II (Kabupaten) adalah dalam bidangpenyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah yang mencakupSD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA. Mengingat luasnya dampakkebijakan tentang pelayanan pendidikan dasar dan menengahterutama pada golongan masyarakat akar rumput, topik iniperlu dibahas secara khusus sebagai wacana terbuka untukdicermati oleh semua pihak yang berkepentingan denganpendidikan yaitu para siswa/mahasiswa, orang tua, guru,

14

tokoh masyarakat, pengusaha, birokrat, mentri hinggaPresiden. Sedangkan otonomi untuk penyelenggaraanpendidikan tinggi selain cakupan layanannya hanya terbataspada masyarakat menengah ke atas, pelaksanaan otonomitersebut telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 61tahun 1999 yang memungkinkan perguruan tinggi menjadi suatubadan hukum.

2. Profesionalisme guru memasuki abad 21 2.1. Dra. Ani M. Hasan (13 juli 2003) dalam sebuahartikelnya berjudul “ pengembangan profesionalisme guru diabad pengetahuan “. Ia mengatakan bahwa dalam memasuki abad21 yang dikenal dengan abad pengetahuan , menjadi landasanutama segala aspek kehidupan yang meupakan suatu era dengantuntutan lebih rumit dan memnantang, dimana suatu erasangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Disatusisi kemerosotan pendidkan sudah terasakan selama bertahuntahun, dan untuk sekian kalinya kurikulumlah yang ditudingsebagi penyebab tibulnya kemerosotan tersebut. Kemerosotanpendidikan bukan hanya dilakuykan kurikulum akan tetapikurangnya profesionalisme guru dan keengganan belajarsiswa. Profesionalisme sebagi penunjang kelancaran gurudalam melaksanakan tugasnya namun sangat dipengaruhi olehdua factor besar, yaitu Fakto internal meliputi minat danbakat, dan factor eksternal yang berkaitan denganlingkungan sekitar, sarana. Prasarana serta berbagailatihan training dan penataran yang dilakukan guu.Profesinalisme guru dan tenaga kependidikan memasuki abad21 belumlah memadai terutama dalam hal keilmuannya, kendatitenaga pendidik sudah cukup banyak akan tetapi mutu danprofesionalismenya belum sesuai harapan

2.2. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa Pengembanganprofesionalisme guru menjadi perhatian secara global,karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikaninformasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi,melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahandalam era hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantupeserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadapberbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembangdalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputiaspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial,emosional, dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat

15

karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi mudamemasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkandiri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagaiprofessional Faktor-faktor Penyebab RendahnyaProfesionalisme Guru Kondisi pendidikan nasional kitamemang tidak secerah di negara-negara maju. Baik institusimaupun isinya masih memerlukan perhatian ekstra pemerintahmaupun masyarakat.

2.3. Dalam pendidikan formal, selain ada kemajemukanpeserta, institusi yang cukup mapan, dan kepercayaanmasyarakat yang kuat, juga merupakan tempat bertemunyabibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu penyemaianyang baik. Pekerjaan penyemaian yang baik itu adalahpekerjaan seorang guru. Jadi guru memiliki peran utamadalam sistem pendidikan nasional khususnya dan kehidupankita umumnya. Guru sangat mungkin dalam menjalankanprofesinya bertentangan dengan hati nuraninya, karena iapaham bagaimana harus menjalankan profesinya namun karenatidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau komandomaka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan dalamtindakan nyata. Guru selalu diinterpensi. Tidak adanyakemandirian atau otonomi itulah yang mematikan profesi gurudari sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi ataupenatar. Bahkan sebagai penatarpun guru tidak memilikiotonomi sama sekali. Selain itu, ruang gerak guru selaludikontrol melalui keharusan membuat satuan pelajaran (SP).Padahal, seorang guru yang telah memiliki pengalamanmengajar di atas lima tahun sebetulnya telah menemukan polabelajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kalimengajar membuat SP maka waktu dan energi guru banyakterbuang. Waktu dan energi yang terbuang ini dapatdimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya

3. Implikasi abad pengetahuan (abad ke 21 )

a Prof.Dr.Azis Wahab,M.A.(Ed) Direktur ProgramPascasarjanaUniversitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalamorasi ilmiahnya (2003), menyampaikan bahwa:

(1)“Gejolak perubahan yang penuh dengan ketidakpastianmembawa kita semua kepada upaya memilih danmenetapkan alternatif-alternatif yang paling baik bagi setiap

16

orang. Dalam menghadapi perubahan yang cepat tersebutsatu-satunya cara untuk tetap dapat berada pada posisi yangbaik dalam situasi perubahan yang begitu cepat dan hampir-hampir tak terkendalikan itu adalah “belajar secara cepat”pada semua bidang kehidupan tak terkecuali bidangpendidikan.

(2). Kecepatan perubahan yang diistilahkan dengan“accellerated change”, ‘tumultuous change.” “rapid change”dan kita semua yang hidup dalam abad informasi, eraglobalisasi yang diwarnai oleh revolusi teknologi komunikasidan informasi mendorong setiap individu, lembaga danorganisisasi serta institusi pendidikan untuk melakukanrepositioning agar senantiasa dapat exist dalam era yangpenuh dengan “uncertainty”, “continuity” dan “confrontation”yang jika tidak dihadapi dengan penuh kearifan, kesiapandan “kecerdasan” akan membawa malapetaka yang akansulit mengatasinya.

(3). diperlukan alat yang tepat dan manajemen yang baikagar keberadaan kita dalam situasi itu selain dapatmengikuti juga sekaligus diharapkan dapat mempengaruhidan mengarahkan perubahan itu.

(4). Adanya suatu kemampuan hanya dapat dimilikidengan memahami sebaik-baiknya perilaku dan sifatteknologi komunikasi dan informasi agar dapatdimaksimalkan pemanfaataannya bagi berbagai kepentingandan khususnya di bidang pendidikan mungkin, selain denganmemahami perilaku dan sifat teknologi komunikasi daninformasi juga harus dipahami dengan sebaik-baiknya kaitanyang kuat antara teknologi komunikasi informasi denganpendidikan.

.(5) Peranan teknologi informasi dapat dimaksimalkandengan mengkaji kemungkinan-kemungkinan yang dapatdilakukan untuk pendidikan dengan memanfaatkannyasecara maksimal.

(6). Perannya dalam berbagai segi kehidupan umumnyatelah banyak dikenal atau bahkan telah digunakan olehberbagai kalangan tidak terkecuali dalam bidang pendidikan.Itulah sebabnya percepatan dalam perubahan harusdiimbangi dengan kecepatan dalam belajar sebab mileniumIII lebih diwarnai oleh perubahan kecenderungan yang amat

17

kuat dari mengajar kepada belajar sebagaimana telahdikemukakan”

b. Rose dan Nicholl (1997) menyatakan bahwa:“manpower” telah digantikan perannya oleh “mindpower/brainpower/intellectual power” sebab perubahan-perubahan yangcepat termasuk apa yang disebut revolusi teknologikomunikasi dan informasi ditandai dengan perubahan yangcepat (accellerated change) dan untuk itu perlu diimbangidengan kecepatan di dalam belajar (accellerated learning).

c. Prof.Dr.Azis Wahab,M.A.(Ed)( 2003) lebih jauhmengungkapkan bahwa kecepatan didalam belajar dapatdilakukan antara lain dengan memperhatikan prinsip-prinsipberikut : 1. Belajar gaimana belajar (learning how tolearn); 2. memahami dengan baik teknik belajar sendiri(natural learning style); 3.  memiliki kemampuan/keterampilan dalam memanfaatkan teknologi informasi; 4. mengkaji informasi dengan cepat, memahaminya dan diingatdengan baik. Mengkaji dan mengimplementasikan prinsip-prinsip di atas diharapkan dapat membantu percepatan dalambelajar yang juga sekaligus merupakan tuntutan erainformasi yang dipacu lebih cepat melalui revolusiteknologi komunikasi dan informasi sebagaimana telahdiutarakan. Karena itu prinsip-prinsip di atas jugasekaligus merupakan langkah-langkah penting, yang perludikaji dalam pelaksanaan desentralisasi daerah dan otonomipendidikan yang didasari oleh pendidikan yang berbasismasyarakat (Community-Based Education – CBE) dan padaakhirnya mengarah pada pengelolaan berbasis sekolah(School-Based Management).

d. Prof.Dr.Azis Wahab,M.A.(Ed) juga menyatakan bahwadalam memanfaatkan berbagai kemudahan dari teknologikomunikasi dan informasi hanya mungkin terjadi jikadikelola dengan baik, dimana telah dipahami:

(1). “kepemimpinan adalah inti manajemen, dan oleh sebab itumeningkatkan kemampuan manajemen merupakan sebuahkeharusan jika keberhasilan pelaksanaan pendidikan dalam eradesentralisasi daerah dan desentralisasi pendidikan diharapkanberhasil.

(2). Kemampuan manajemen dapat dilakukan melaluikepemimpinan yang dapat menciptakan situasi yang kondusifbagi terjadinya inovasi dan perubahan-perubahan dengan

18

menggunakan berbagai perangkat teknologi komunikasi daninformasi, dikarenakan sifat yang melekat pada teknologikomunikasi dan informasi, membuka kemungkinan bagipemanfaatannya secara luas dalam bidang pendidikan baik padatingkat perencanaan dan pembuatan keputusan (decision supportsystem) tentang suatu kebijakan pendidikan sampai padaimplementasinya dalam mendukung proses pendidikan tersebutdan dimungkinkan oleh besarnya peluang untuk mengaksesinformasi secara cepat dalam waktu singkat dan dari sumber-sumber informasi yang bervariasi dengan tingkat akurasi yangtinggi.

(3). Hal hal yang berkaitan dengan masalah jarak dan jumlahinformasi yang diperlukan tidak lagi menjadi persoalan yangjustru selama ini menjadi sebab utama terjadinya kesenjanganantara pusat dan daerah sebagai akibat langsung dari sifatpengelolaan pendidikan yang sentralistik dan diperparah olehperalatan dan sistim informasi manajemen yang amat sederhana,hanya mungkin diatasi dengan pemanfaatan teknologikomunikasi dan informasi secara baik.

(4). Revolusi informasi global telah berhasil menyatukan kemampuankomputasi, televisi, radio dan telefoni secara terintegrasi Hal inijuga merupakan hasil dari suatu kombinasi revolusi dibidangkomputer personal, transmisi data dan kompresi, lebar pita(bandwidth), teknologi penyimpanan data (data storage) danpenyampai data (access) integrasi multimedia dan jaringankomputer. Konvergensi dari revolusi teknologi tersebut telahmenyatukan berbagai media, yaitu suara (voice,audio), video,citra (image) grafik dan teks”.

Dengan demikian pendidikan diharapkan akanmenjadi “lokomotif” pembangunan daerah. Melihat pada volumeinformasi yang diperlukan dan dihubungkan denganketerbatasan teknologi yang dimilki sekolah untuk mengelolainformasi menyebabkan sedikit sekali terjadi perubahan disekolah. Dan Implikasi yang terjadi bahwa keadaan sekarangyang kurang bergantung pada informasi yang dimilikiseseorang di dalam kepalanya menganggap tidak selalu mudahuntuk mengaksesnya., karena pada umumnya nampak bahwakepala sekolah tidak selalu dapat mengawasi danmemanfaatkan dengan baik penyimpanan informasi di sekolah,pada hal untuk pengambilan keputusan yang cepat dan tepat

19

diperlukan penanganan informasi yang baik terutama padaberlakunya desentralisasi pendidikan benar-benar telahterjadi .

e. Mintzberg lebih jelas mengungkapkan bahwa “The effective handling of information is of central important

to the decision-making role of the principal. Unorganized anddifficult-to-access information is the great enemy of effectiveschools decision making.” Pandangan ini menunjukkan peran yangamat penting dalam pengelolaan informasi bagi pengambilankeputusan di sekolah. Dalam perkembangannya memang amatdiperlukan informasi yang cepat dan tepat bagi pengambilankeputusan yang akan dilakukan oleh pimpinan dalam hal ini kepalasekolah. Untuk itu kedepan dengan perkembangan teknologikomunikasi dan informasi khususnya Sistem Informasi Manajemenakan diperlukan sebagai Decision Support System, yaitu denganmemilih bentuk pengelolaan pendidikan berbasis sekolah sebagaikonsekuansi dari demokratisasi pendidikan dan dengan dukunganmasyarakat maka peran kepala sekolah sebagai pemimpinpendidikan di sekolah akan semakin penting.

f. Azis Wahab,M.A.(Ed) mangungkapkan bahwa dalammelaksanakan tugas “informational role”-nya, kepala sekolahharus dapat menetapkan langkah-langkah kongkrit dalampengelolaan informasi sebagai hal yang pokok dalampengelolaan pendidikan berbasis sekolah yaitu : (a).Memanfaatkan system penggunaan teknologi komunikasi daninformasi, yaitu “computer” dalam pengelolaan pendidikan(b). “……………………….it was argued that principals and in-schooladministrators should use computing systems to enchancecommunications between all groups involved in thefunctioning of the school, and to streemline administrationand curriculum support.” Jadi dimaksudkan bahwa Kepalasekolah hendaknya selalu menggunakan pengadaan perangkatkomputer dan memiliki pengetahuan pengoprasiannya dalampemanfaatannya sehingga sudah merupakan sesuatu keharusanterutama dalam abad ke 21 ini dan dalam rangkamempersiapkan diri menerima wewenang otonomi pendidikansebab paling tidak karena beberapa hal sebagaimana Aziz AWahab memaparkan antara lain :

1.   Informasi yang disimpan secara elektronik memiliki fleksibilitasdalam mengkakses dan dalam pemanfaatannya yang sudah tidak

20

mungkin dilakukan melalui sistem penanganan informasi dengancara lama. Komputer juga menyediakan begitu banyak kemudahandalam mengelola informasi dalam arti menyimpan, mengambilkembali dan pemutahiran informasi.

2.    Komputer juga merupakan alat yang memiliki kemampuan luarbiasa dalam membantu memanfaatkan informasi itu dalam rangkapengambilan keputusan dan pemecahan masalahan secara kreatif.Kemampuan komputer juga untuk memanipulasi dan menyusunkembali informasi untuk kepentingan khusus pemakaimenjadikannya menjadi alat yang efektif dalam tugas menganalisisdan menanfsirkan kecenderungan yang terjadi, pengujianhipotesisi dan identifikasi kecenderungan baru program-programsekolah.

3.   Dengan menempatkan komputer di bawah kendali langsung kepalasekolah akan menjadi alat yang amat ampuh untuk pengelolaandan pemrosesan informasi sebuah kemampuan yangmengantarkan langsung informasi secara cepat kehadapan kepalasekolah dan juga kepada pimpinan lainnya.

4.  Komputer sebagai alat untuk memproses informasi, dan memilikitingkat aplikasi dalam setiap langkah proses manjemen –perencanaa, mengkumunikasikan mengorgan isasikan,pengawasan dan memotivasi, memperhatikan berbagai halberkenaan dengan pemanfaatan teknologi komunikasi daninformasi untuk pendidikan dalam rangka otonomi daerah danotonomi pendidikan Pemerintah Daerah dengan menempatkanpendidikan sebagai titik sentral pelaksanaan pembangunan daerahmelalui kebijakan pengembangan dan pemanfaatan sumber dayamanusia berkualitas untuk pembangunan, melibatkan orangtuadan masyarakat dalam setiap langkah kebijakan akanmeningkatkan perhatian dan partisipasi masyarakat dalamberbagai bidang kehidupan masyarakat umumnya dan pendidikankhususnya.

g. Ani H Hasan (2003 ), mengutip penapat Naisbit ( 1995)menyatakan bahwa ada beberapa factor yang mempengaruhidunia pendidikan dalam segala aspek memasuki abadpengetahuan antara lain : (1). Dari Negara berkembang kejaringan (2). Dari tuntutan eksper ke tuntutan konsumen(3). Dari pengaruh barat ke cara Asia (4). Dari kelompokpemerintah ketuntutan pasar. (5). Dari desa ke metropolitab6). Dari padat karya ke teknologi canggih (7). Dari

21

dominasi kaum pria ke nunculnya kaum wanita (8). Daribarat hingga ketimur menjamurnya pengetahuan modern melaluiteknologi dan informasi.

5. Perkembangan IPTEK dan Informasi

a). Banyak kalangan para ahli berpendapat bahwa dampaklangsung terhadap dunia pendidikan adalah berkembangpesatnya IPTEK dan Informasi yang terus menerus dalamsegala aspek kehidupan manusi , sehingga tidak jarang parailmuan mengalami kesulitan dalam menghadapinya danahkirnya timbul berbagai persepsi dalam hasil karyanya .Adanya IPTEK dan informasi dimaksud, diasumsikan bahwasejauhmana para individu dapat mengembangkan dirinya dalammenyesuaikan diri terutama para praktisi pendidikanberdasarkan tujuan pendidikan dalam membantu setiapindividu mengembangkan penyesuaian dirinya dalam memperolehkematangan kematangan berfikir. Perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampirsemua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahanhanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan danpeningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaatbagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut jugatelah membawa manusia ke dalam era persaingan global yangsemakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global,maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan danmeningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karenaitu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakankenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah,intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan,kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalaniera globalisasi tersebut. Situasi inilah yang membawa kitakepada keadaan yang sejalan dengan kecenderungan globalyang ditandai dengan era informasi, era keterbukaan, erademokratisasi, deregulasi dan desentraralisasi. Namundemikian euphoria kebebasan dan perubahan inii jangansampai membawa kita sebagai bangsa tenggelam di dalamperubahan-perubahan yang amat cepat itu tetapi bagaimanakita sebagai individu dan kelompok baik pada tingkat lokal,

22

nasional maupun global memposisikan diri dalam menghadapigejolak perubahan tersebut. Itulah sebabnya percepatandalam perubahan harus diimbangi dengan kecepatan dalambelajar sebab milenium III lebih diwarnai oleh perubahankecenderungan yang amat kuat dari mengajar kepada belajarsebagaimana telah dikemukakan oleh Rose dan Nicholl (1997)di mana manpower telah digantikan perannya olehmindpower/brain power/intellectualpower sebab perubahan-perubahan yang cepat termasuk apa yang disebut revolusiteknologi komunikasi dan informasi ditandai denganperubahan yang cepat (accellerated change) dan untuk ituperlu diimbangi dengan kecepatan di dalam belajar(accellerated learning).

b) Azis Wahab,M.A.(Ed) Direktur Program PascasarjanaUniversitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengungkapkandalam orasi ilmiahnya ( 2003 ) adalah : beberapa prinsipcara belajar dalam memperoleh Kecepatan didalam belajardapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut : 1.  belajar bagaimana belajar (learninghow to learn) 2.     memahami dengan baik teknik belajarsendiri (natural learning style) 3.     memilikikemampuan/keterampilan dalam memanfaatkan teknologiinformasi; 4.     mengkaji informasi dengan cepat,memahaminya dan diingat dengan baik. Dilematisnya,berkembang pesatnya IPTEK dan informasi disatu sisi namundisi lain terjadilah kemerosotan pendidikan kita sudahterasakan selama bertahun-tahun, untuk kesekian kalinyakurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermindengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti lagi dengankurikulum 1994 hal ini sebagai akibat dari :

c) Nasanius (1998) mengungkapkan bahwa kemerosotanpendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi olehkurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keenggananbelajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaranguru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi olehdua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minatdan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan denganlingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagailatihan yang dilakukan guru.

23

d). Sumargi, 1996) Profesionalisme guru dan tenagakependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidangkeilmuannya. Misalnya guru Biologi dapat mengajar Kimiaatau Fisika. Ataupun guru IPS dapat mengajar BahasaIndonesia. Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatifsudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belumsesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidakberkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehinggamereka tidak atau kurang mampu menyajikan danmenyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas(Dahrin, 2000).

e). Adisasono, (2000) menyatakan bahwa Teknologikomunikasi dan informasi pada dasarnya adalah :

(1) .memungkinkan dan memudahkan manusia untuk dapatsaling berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau sertamemiliki potensi untuk membangun masyarakat yang demokratis,dan salah satu dampak terbesarnya adalah demokratisasi dibidang pendidikan, ditandai dengan adanya hubungan antaraguru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, bahkan antaraguru dengan guru dan antara guru, siswa, orangtua danmasyarakat dalam kaitannya dengan proses pendidikan di dalamdan di luar sekolah”.

(2) sifat-sifat teknologi komunikasi dan infromasi yang membukapeluang besar bagi pemerintah daerah dan kota untuk dapatmenyiapkan diri membangun sebuah sistem informasi yangmemungkinkan terjadinya proses pemanfaatan teknologikomunikasi dan informasi bagi kemajuan pendidikan di daerah dankota.

(3). Kkonsekwensi dari ketersediaan jenis teknologi yangdimaksud dalam pelaksanaan otonomi daerah, yang berarti bahwamelalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi tersebutkhususnya internet kendala keterjangkauan dan ekspose terhadapinformasi antar berbagai wilayah di seluruh Indonesia dapatdiatasi dan keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesiadapat tetap terjaga.

(4) Keadaan yang dibutuhkan adalah jawab moral setiappenyedia (provider) dan pengguna teknologi komunikasi dan

24

informasi tersebut karena selain diperoleh kemudahan juga akanberjalan seiring dengan dampak negatif yang akan ditimbulkannyaseaindainya pemanfaatannya itu tidak didasari nilai-nilai keimanandan ketaqwaan, etika, estetika dan kearifan para pemakainya

(5). Mengembangkan nilai-nilai seperti itu dampak negatif daripemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi khususnyainternet dapat diminimalkan khususnya bagi generasi muda yangmasih dalam pertumbuhan dan pancaroba.

(6). Membangun sebuah keterbatasan dalam bersentuhandengan teknologi komunikasi dan informasi tersebut hampir tidakmungkin karena begitu terbukanya berbagai sumber informasiyang disana sini diwarnai dengan berbagai “trick” yangmengundang keterlibatan semua orang termasuk generasi mudauntuk terlibat kedalam sistem teknologi komunikasi dan informasiyang “mereka” bangun.

(7). Intervensi, teknologi komunikasi dan informasi dapatmembantu mentransformasikan mereka yang selama ini beradapada posisi marjinal di banyak daerah dengan peralatan sebuahkomputer multi media dapat berubah dari posisi pengamatmenjadi menjadi posisi partisipan aktif, dan disinilah sebenarnyaperanan teknologi informasi terhadap dunia pendidikan dalamproses demokratisasi pendidikan menjadi sangat signifikan.Dengan berkembangnya teknologi informasi tersebut batas-batasantar negara menjadi hilang (borderless nations) demikian pulaantara bisnis, pendidikan dan bahkan media.

f). Berkembangnya IPTEK dan informasi begitu dahsyatsehingga hampir tidak ada aspek kehidupan (pendidikan,perdagangan, semua segi usaha, hiburan, pemerintahan, polakerja, pola produksi dan bahkan pola hubungan antarmanusia) yang terlepas dari pengaruh atau bahkan dampakyang ditimbulkannya yang pada saat sekarang ini menjadiperhatian serius Namun apa yang pada mulanya sulit dicapaioleh daerah khususnya daera-daerah yang terpencil hampirdapat dipastikan tidak ada kendala lagi sepanjang perangkatteknologi yang butuhkan memang tersedia. Pada abad ke-21ini, hampir semua negara didunia bertanya tentang masadepan dunia yang mengalami perubahan dengan cepat itudalamrangka memahami persoalannya dengan baik”. (Azis

25

Wahab( dalam orasi ilmiah Pendidikan Network 2003) Ia jugamenyatakan tentang manfaat mengunakan teknologi komputerdalam mengelola pendidikan adalah, dengan menggunakaninternet dengan segala fasilitasnya akan memberikankemudahan untuk mengakses berbagai informasi untukpendidikan yang secara langsung dapat meningkatkanpengetahuan siswa bagi keberhasilannya dalam belajar.Melalui teknologi informasi yang dimiliki baik oleh daerahmaupun oleh individual sekolah, dapat memanfaatkannyadiantaranya untuk : (1).     penelusuran dan pencarianbahan pustaka; (2).  membangun Program ArtificialIntelligence (kecerdasan buatan) untuk memodelkan sebuahrencana pengajaran; (3). memberi kemudahan untuk mengaksesapa yang disebut dengan virtual clasroom ataupun virualuniversity (4). pemasaran dan promosi hasil karyapenelitian; Kegunaan-kegunaan seperti diatas itu dapatdiperluas bergantung kepada peralatan komputer yangdimiliki jaringan dan fasilitas telepon yang tersedia danprovider yang bertanggung jawab untuk tetap terpeliharanyapenggunaan jaringan komunikasi dan informasi tersebut.(5). Dari waktu kewaktu jika dilihat dari jumlahpemakaian yang makin meningkat secara eksponensial setiaptahunnya memungkinkan fasilitas yang pada mulanya hanyadapat dinikmati segelintir orang, dan sekelompok kecilsekolah terkemuka dengan biaya operasional yang tinggi,kedepan besar kemungkinan biaya yang besar itu akan dapatditekan sehingga pemanfaatannya benar-benar dapat menjadipenunjang utama bagi pengelolaan pendidikan khususnya bagipendidikan di daerah. (6). Pemanfaatan teknologiinformasi tersebut dapat memberikan hasil yang maksimalmaka juga dibutuhkan kemampuan pengelola teknologikomunikasi dan informasi yang baik yang dapat diperolehmelalui pelatihan baik untuk tingkat pembuat kebijakanpendidikan di daerah maupun pada tingkat sekolah (7).Pemahaman dan kemampuan manajerial kepala sekolah berkaitandengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan infomasitersebut merupakan salah satu persyaratan pokok dalampemilihan kepala sekolah.

6. Peratuturan perundang-undangan yang berlaku.

26

(a). Undang- undang no 22 tahun 1999 tetnang otonmidaerah. Implementasinya diberlakukan bahwa otonomi daerahmerupakan rentetan dari suatu proses pembaharuandemokratisasi, tata cara dalam kehidupan mermasyarakatberbangsa dan bernegara. Undang undang tersebut secaratersirat mengatur akan perubahan sentralisasi menjadidesentralisasi mencakup dunia pendidikan yang merupakanbagian dari salah satu unsur diotomidaerahkan, dalammencerdaskan kehidupan bangsa. Namun tidak semua orangdapat memahami adanya perubahan tersebut. Disatu sisimereka berhadapan dengan keadaan yang dialami dan di sisilain, komponen komponen lembaga pendidikan baik daritingkat TK dasar dan menengah saja yang diatur dalam undngundang dimaksud dimana semua aspek kegiatannya diaturberdasarkan peraturan pemerintah daerah kabupaten ataukota. Dilemetisnya, komponen kom[ponen lembag lembagapendidikan di tingkat tinggi atau propinsi termasukdidalamnya kmpnen komponen lembaga perguruan tinggi secarahirarki masih bernaung pada peratuaran pemerintah pusat.Dan se[erti kita keahui bahwa semua lembaga pendidikanmemgang peranan yang sangat strategis sebagi pilar utamamecerdaslkan kehidupan bangsa. Lembaga pendidikan jugasangat dibutuhkan untuk menggembleng dan meningkatkankualitas mutu bangsa secara menyeluruh. Kendati demikian,pemberlakuan Undang undang otonomi daerah sangat berdampaknyata pada semua lembaga kependidikan sehingga diharuskanmemiliki kemampuan merespon kebutuhan otonomi daerah,kebutuhan regional, nasional dan kebutuhan global.

(b). Undang undang sisdiknas yang berlaku dimanadisahkan pada tahun 2003 belum semua lembaga kependidikanmelaksanakan dan mengetahuinya dan belem mampu mencermatiketentuan ketentuan system pendidikan national yang baru.

(c). Undang undang nomor 2 tahun1989 pasal 30 ayat 2yang mengatur tentangf tenaga kependidikan berhakmemperoleh bimbingan karir, kemudian pasal 30 ayat 4menyatakan bahwa tenaga kependidikan berkewajibanmeningkatkan kemampuan professional sesuai dengan tuntutanperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sertaperkembangan bangsa.

27

(d). Undang undang nomor 2 tahun 2000 yang mengaturtentang program pembangunan nasional secara tersiratmenyebutkan salah satu tujuan pembinaan sekolah, mulai dariprasekolah sampai sekolah menengah dalam rangkamensukseskan terselenggaranya manajemen peningkatan mutuberbasis sekolah dan manajemen berbasis sekolah (MBS)dengan tujuan bahwa sekolah diberikan otonmi seluas luasnyadalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Namun halini sangat bergantung pada sumber daya manusia yanmgdimiliki sekolah dalam mempersiapkan dirinya denganpemahaman bersamaatas visi misi tujuan, dan sasran yangingin dicapai oleh sekolahnya. Dan sebagai penggerak utamaMPMBS atau MBS adalah kepala seklah, kemudian guru dankomponen warga sekolah lainnya yang menjadi penentuberhasil tidaknya penyelenggaraan pendidikan berdasarkanundang undang dimaksud. Secar tersirat pula berarti bahwakepala sekolah sebagai top manajer disekolah diharapkandapat melaksanakan pembinaan, menumbuhkembangkan komponenwarga sekolah termasuk profesionalisme dan kinerja guru disekolah.

(e) Ketetapan Ketetapan MPR :

Sebagaimana makna yang tertuang dalam Ketetapan MPR nomorII/MPR/1988, mengatur tentang GBHN, secara tegas menuangkantentang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :(a). “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuanuntuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berimandan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekertiluhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,bertanggungjawab, mandiri, cerdas, trampil serta shatjasmani dan rohani” (b). Ketetapan dimaksud sejalandengan tujuan pendidikan, secara tersirat dan tersuratterungkap bahwa pendidikan tidak hanya menyangkut aspekintelektual semata melainkan menyangkut pula seluruh aspekkepribadian manusia yang ingin diproduk sebagaimana telahdiatur dalam ketetapan tersebut antara lain : (1) manusiayang beriman (2). Bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,(3) berbudi pekerti luhur, (4). Berkepribadian, (5).Berdisiplin, (6). Bekerja keras, (7). Tangguh, (8).Bertanggungjawab (9). Mandiri (10). Cerdas. (11) trampil,

28

serta (12). Sehat jasmani dan rohani. (c). Tujuanpendidikan tersebut diatas, tidak terlepas dari upayapengembangan aspek aspek SDM, yang terlibat langsung tidakhanya Kepala sekolah akan tetapi juga para guru, karyawan,orang tua siswa , siswa dan masyarakat lingkungansekitarnya. Kemudian makna sehat jasmani dan rohani dalamketetapan MPR tersebut secara tersirat mengandungpengertian bahwa para guru khususnya mutlak sebagaipersyaratan utama disamping memiliki persyaratan lainberupa kemampuan kognitif, aktuatif/ psikomotorik danafektif.

7. Hak dan kewajiban penyelenggara sekolah.

1. Tuntutan peranan strategis kepala sekolah adalahkemampuan manejerial, perencanaan, dan kemapuankepemimpinan, keterampilan, knsep serta teknik dalammenciptak iklim organisasi di sekolah yang kondusif,nyaman damai harmonis sehingga guru[un dapat memilkikinerja yang baik. Untuk merencanakan program pengajranyang baik, melaksanakan tugas belajar mengajar ,melaksanakan program evaluasi hasil belajar siswa. Dimanaperan guru di sekolah sebagi pembimbing, fasilitator danjuga sebagi supervisor sehingga dituntut pula memilkikemampuan agar dapat melaksanakan tugas serta pekerjannyasesuai dengan pengetahuan ,keterampilan yang dimiliki,memilki semangat etos kerja yang tinggi, mampu mengatasimasalah masalah yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

2. Hak dan kewajiban dapat diartikan sebagai satukemampuan yang ditunjukkkan baik oleh kepala sekolah maupunguru melaksanakan tugas pekerjaanya sebagaimanadiungkapkan oleh Bernadin dan Russel yaitu kemampuan suatukinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatantertentu yang didalamnya terdapat tiga aspek yaitukemampuan dalam melaksanakan kejelasan tugas atau pekerjaanyang menjadi tanggung jawabnya, kemampuan akan kejelasanahasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsiwaktu yang dperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaanagara hasil yang diharapkan dapat terwujud (pendapattersebut dikutip oleh H, A. Qodri A. Azizi, juli 2003)

29

3. Problema yang dihadapi kepala sekolah adalahmenurunnya mutu pendidikan dewasa ini sebagaimanadiungkapkan oleh Eman Suparman ,Widyaiswara PPPG TertulisBidang Studi IPS (dalam artikel 2003) memaparkan bahwa:Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa iniadalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dansatuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain memlaluiberbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru,penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana pendidikan, sertapeningkatan mutu manajemen sekolah. Ia mengungkapkan pulabahwa : berbagai indikator mutu pendidikan belummenunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah,terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu yangcukup menggembirakan, namun Sebagian lainnya masihmemprihatinkan. Dari berbagai pengamatan dan analisis,sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikantidak mengalami peningkatan secara merata antara lain :

Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasionalmenggunakan pendekatan educational production function yangtidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwalembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabiladipilih semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatanproduksi tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan outputyang dikehendaki. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yangdiharapkan tidak terjadi, mengapa? Karena selama ini dalammenerapkan pendekatan education production function terlalumemusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikanpada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangatmenentukan output pendidikan.

Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik,sehingga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangattergantung pada keputusan birokrasi, yang kadang-kadangkebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolahsetempat. Dengan demikian sekolah kehilangan kemandirian,motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan diri.

C. TUJUAN PENULISAN30

Kemampuan manajerial di bidang pendidikan khususnya disekolah dalam upaya mempertegas pelaksanaan OtonomiDaerah, yang menjadi peranan yang sangat fundamental dalampengelolaan penyelenggaraan kependidikan di sekolah Halitu dimaksudkan bahwa kiat melaksanakan manajerial sebagaisalah satu upaya pengembangan gagasan guna membangun suatukesiapan perangkat pendidikan yang ada di daerah padaumumnya dan di sekolah pada khususnya, dalam pelaksanaanpemberlakuan otonomi daerah yang beralngsung sejak tahun2001. Sesuai dengan apa yang disampaikan pemerintah tentangotonomi daerah, ditegaskan bahwa pelaksanaannya adalah padaJanuari 2001, kurang lebih tiga tahun berjalan sampaidengan sekarang bukanlah waktu yang panjang bagi upayapelaksanaan yang sempurna bagi pelaksanaan sebuah sistemyang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan secarakeseluruhan. Mengingat begitu pentingnya adanya kemampuanmanajerial penyelenggara pendidikan disekolah, maka penulismencoba mengungkap dan melakukan kajian kajian secarateoritis berdasarkan latarbelakang, dasar dasar pemikiran,kosep manajemen pendidikan kompetensi kepala sekolah danguru yang diuraikan diatas

Adapun tujuan dari kajian pustaka dalam makalahkomprehensip ini adalah membahas secara teoritis tentang“Kemampuan manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja GuruPendidikan jasmani dan Kesehatan”, dibahas pula secaralebih spesifik , terinci akan hal hal sebagai berikut :

a. Ketrampilan Manajerial Kepala Sekolah yangmenyangkut tentang :

1. Ketrampilan Konseptual 2. Ketrampilan manusiawi

3. Ketrampilan Organisasi 4. Ketrampilan Teknik

BAB II

KAJIAN UMUM

31

Konsep Manajemen Kependidikan

1). Abdul Aziz ( juli 2003 ) mengungkapkan bahwa :Manajemen Pendidikana di lingkungan sekolah yang pertamakali dibebankan kepada Kepala Sekolah dalam upayapemberdayaan SumberDaya Manusia (SDM) dan Sumber DayaKependidikan (SDK) di sekolah

2) Ia lebih jauh mengungkapkan bahwa tidak jarang KepalaSekolah mengalami kesulitan sebagai manajer di sekolah,karena dewasa ini menghadapi begitu kompleksnya terutamasumberdaya kependidikan, diakibatkan oleh hamper semuatugas manajerial dilaksanakan dilaksanakan olehnya disekolah dalam memberdayakan SDM. Sehingga individu kepalasekolah dituntut agar memiliki kemampuan merencanakan,mengorganisaikan, memonitor, dan mengevaluasi sertamemberikan penilaiansemua aspek kegiatan sekolahsecarainternal maupun eksternal, selain dari tuntutan tersebutkepala sekolah dituntut memiliki kemampuan ketrampilankonsep, ketrampilan manusiawi, termasuk kemampuan mengaturiklim organisasi, serta ketrampilan teknik. Disamping itu,kemampuan manejerial kepala sekolah sangat dipengaruhi olehkinerja guru guru sebagai pelaksana utama pembinaan pesertadidik yang merupakan kader kader generasi bangsa danberhasil tidaknya pendidikan , para guru yang bekerjasesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki berpengaruh pulaoleh keadaan iklim dan suasana dimana mereka bekerja .

3). Manajemen pendidikan yang modern dan profesional denganbernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan diharapkanmampu mewujudkan peranannya secara efektif dengankeunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajarmengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan,iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatanorang tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosokpenampilan guru yang ditandai dengan keunggulan dalamnasionalisme dan jiwa juang, keimanan dan ketakwaan,penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin, profesionalisme,kerjasama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasanmasa depan, kepastian karir, dan kesejahteraan lahir batin.Pendidikan mempunyai peranan yang amat strategis untukmempersiapkan generasi muda yang memiliki keberdayaan dan

32

kecerdasan emosional yang tinggi dan menguasai megaskillsyang mantap. Untuk itu, lembaga penidikan dalam berbagaijenis dan jenjang memerlukan pencerahan dan pemberdayaandalam berbagai aspeknya.

4) Menurut Makagiansar (1996) memasuki abad 21 manejemenpendidikan sudah mengalami pergeseran perubahan paradigmayang meliputi pergeseran paradigma: (1) dari belajarterminal ke belajar sepanjang hayat, (2) dari belajarberfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik, (3)dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatifke citra hubungan kemitraan, (4) dari pengajar yangmenekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanankeseimbangan fokus pendidikan nilai, (5) dari kampanyemelawan buta aksara ke kampanye melawan buat teknologi,budaya, dan komputer, (6) dari penampilan guru yangterisolasi ke penampilan dalam tim kerja, (7) darikonsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerjasama. Dengan memperhatikan pendapat ahli tersebut nampakbahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan untukmenghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalammenghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifatkompetitif. Gambaran Pembelajaran di Abad Pengetahuan,praktek pembelajaran yang terjadi sekarang masih didominasioleh pola atau paradigma yang banyak dijumpai di abadindustri. Pada abad pengetahuan paradigma yang digunakanjauh berbeda dengan pada abad industri.

5). Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pendekatanpembelajaran yang digunakan pada abad pengetahuan adalahpendekatan campuran yaitu perpaduan antara pendekatanbelajar dari guru, belajar dari siswa lain, dan belajarpada diri sendiri.

6) Kardinata ( LM Tauhid, 1987 : 7 ) memaparkan bhwaManajemen peningkatan mutu pendidikan pada dasarnyadimaksudkan upaya pengembangan kemampuan pengembangankemampuan kognitif atau kecerdasan, kemampuan psikomotorikatau ketrampilan afektifdilandasi budi pekerti yang tinggi,dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam mncapaikualitas IPTEK dan IMTAQ yang handal, ditandai dengankematangan emosional, intelektual, kematangan social,

33

kematangan moral dan tanggung jawab. Guru merupakan salahsatu factor penentu manajemen peningkatan mutu pendidikan.

7). Manajemen pendidikan akan berhasil apabila apabilatercapainya kinerja professional guru dan keberhasilanbelajar siswa. Namun demikian sangat bergantung padaindividu masing masing . sebagaimana Kost dan RosenerWeight (1981) menjelaskan bahwa setiap guru berada padatingkat yang berbeda kinerjanya. Tingkat kinerjanya beradadalam suatu komitmen yang terentang dari tingkat rendahsampai tingkat tinggi. Para guru yang tingkat kinerjarendah ditunjukkan oleh : (1). Tidak memiliki keampuanmerencanakan program pengajaran. (2) tidak memilikikemampuan tugas mengajarsesuai dengan program yang telahdisusunnya (3) tidak memiliki kemampuan melaksanakanevaluasi hasil belajar siswa. Sedangkan guru yang tingkatkinerjanya tinggi ditunjukkan oleh : (1) adanya kemampuanmerencanakan program pengajaran (2) adanya kemampuanmelaksanakan tugas sesuai dengan program yang telahdisusunnya (3). adanya kemampuan melaksanakan programhasil evaluasi belajar siswa.

8). Agus Dharma ( dalam artikel, 2003 ) menyatakan bahwa MBSdipandang sebagai alternatif dari pola umum pengoperasiansekolah yang selama ini memusatkan wewenang di kantor pusatdan daerah. MBS adalah strategi untuk meningkatkanpendidikan dengan mendelegasikan kewenangan pengambilankeputusan penting dari pusat dan dearah ke tingkat sekolah.Dengan demikian, MBS pada dasarnya merupakan sistemmanajemen di mana sekolah merupakan unit pengambilankeputusan penting tentang penyelenggaraan pendidikan secaramandiri. MBS memberikan kesempatan pengendalian lebih besarbagi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua atas prosespendidikan di sekolah mereka. Lebih jauh ia mengungkapkanbahwa dalam pendekatan ini, tanggung jawab pengambilankeputusan tertentu mengenai anggaran, kepegawaian, dankurikulum ditempatkan di tingkat sekolah dan bukan ditingkat daerah, apalagi pusat. Melalui keterlibatan guru,orang tua, dan anggota masyarakat lainnya dalam keputusan-keputusan penting itu, MBS dipandang dapat menciptakanlingkungan belajar yang efektif bagi para murid. Dengan

34

demikian, pada dasarnya MBS adalah upaya memandirikansekolah dengan memberdayakannya

9). A.R Tilaar (1999) dikutip oleh Agus Dharma,(dalam artikel2003) mengungkapkan tentang paradigma baru sistempendidikan nasional tersebut di antaranya meliputi;Pertama, pengembangan dan pemantapan sistem pendidikannasional dengan menitikberatkan pada pemberdayaan lembagapendidikan melalui pemberian otonomi seluas-luasnya.Kedua, pengembangan sistem pendidikan nasional yang terbukabagi keragaman budaya dan masyarakat dalam implementasinya.Ketiga, program pendidikan nasional hendaknya dibatasihanya pada upaya pelestarian integritas bangsa. Lebih jauhia mengungkapkan bahwa untuk terlaksananya paradigma diatas diperlukan program-program yang mendukung, diantaranya adalah:

Pertama, mempersiapkan lembaga-lembaga pendidikan danpelatihan di daerah yang meliputi SDM, organisasi, fasilitas danprogram kerja sama antarlembaga di daerah.

Kedua, debirokratisasi (demokratisasi) penyelenggaraan pendidikandengan restrukturisasi departemen pusat agar lebih efisien dansecara bersangsur-angsur memberikan otonomi dalampenyelenggaran pendidikan pada tingkat sekolah (otonomilembaga).

Ketiga, desentralisasi penyelenggaraan pendidikan nasionalyang dilakukan bertahap, mulai dari provinsi, kabupaten/kotadengan penyediaan SDM, dana, sarana dan prasarana yang memadaipada daerah disertai dengan adanya panduan, arahan danmonitoring dari pusat.

Keempat, penghapusan peraturan perundang-undangan yangmenghalangi inovasi dan eksperimen menuju sistem pendidikanyang berdaya saing di masa depan.

Kelima, otonomi bagi sekolah untuk mengatur diri sendiri dan peranmasyarakat untuk ikut menentukan kebijakan pendidikan yangdiwadahi dalam bentuk Dewan Sekolah. Fungsi pengawasan yangdiarahkan untuk meningkatkan profesionalisme guru serta adanya

35

otonomi guru untuk menentukan metode dan sistem evaluasibelajar.

10). Umaedi, (April 1999) mengungkapkan bahwa ada duafaktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutupendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil :

“ Pertama´ strategi pembangunan pendidikan selama ini lebihbersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandarkepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telahdipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alatbelajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dantenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembagapendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran)yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategiinput-output yang diperkenalkan oleh teori education productionfunction (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya dilembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalaminstitusi ekonomi dan industri.

“ Kedua”, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya,banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidakterjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro(sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwakomleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidakdapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

11) Ki Gunawan , Judul Artikelnya “UAN Dalam PerspektifDesentralisasi Pendidikan “ ( 12 Juli 2003) yang memaparkantentang Sistem Evaluasi yang ditinjau dari UU No.22/1999 dan No. 25/1999 diberlakukan dan disusul dengankebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang sistemmanajemen berbasis sekolah dan pemberian kewenanganterhadap daerah (bahkan sekolah) dalam mengelolapendidikan, ia menjelaskan bahwa :

(a). Timbul secercah harapan akan semakin membaiknya pembangunanpendidikan, model pembangunan pendidikan yang sangat bersifatsentralistik dan monolitik serta menafikan perbedaan, secara drastismestinya berubah menjadi desentralistik dan pluralistik sehingga

36

kepentingan dan kebutuhan serta potensi dan kemampuan daerahmenjadi lebih terperhatikan dan terbangkitkan.

(b) Dengan desentralisasi pendidikan yang direpresentasikan melaluimodel pengelolaan Manajemen Berbasis Sekolah dan ManajemenBerbasis Masyarakat, segenap komponen sekolah menjadi semakinberperan.

(c). Penyusunan kurikulum nasional yang mengabaikan akar budaya dankebutuhan masyarakat setempat, dengan pemberian kewenangan besarkepada daerah, mestinya tidak akan terulang kembali.

(d) Pemberian kewenangan yang besar kepada para guru melaluimanajemen berbasis sekolah dan kurikulum berbasis kompetensi pundiasumsikan akan mengembalikan harga diri dan rasa percaya diri padaguru yang di masa lalu sangat terpuruk akibat sistem yang bersifatsangat instruktif.

(e) Kebijakan Depdiknas akhir-akhir ini, harapan yang mulai timbultampaknya akan layu sebelum berkembang. Salah satu contoh yangpaling aktual adalah pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) yang penuhkontroversial.

(f) UAN sebagai alat uji bagi siswa kelas terakhir SLTP dan SMU/SMKdalam kenyataannya tidak lain merupakan manifestasi keenggananpusat melepaskan kewenangannya dalam pengelolaan pendidikan.Celakanya, keengganan tersebut tidak dibarengi dengan kesiapanyang cukup sehingga muncullah kebijakan kontroversial yang sangatmembingungkan menyangkut hal-hal seperti soal ujian ulang dan haksiswa tak lulus ujian untuk melanjutkan pendidikan. Berbeda denganujian, evaluasi bermakna penilaian secara terus-menerus,komprehensif, dan berkelanjutan terhadap kemampuan siswa selamabelajar di sekolah dan merupakan bagian integral dari prosespembelajaran di sekolah.

(g). Kerangka kurikulum berbasis kompetensi, Depdiknas sendirimenggariskan bahwa penilaian berkelanjutan dan komprehensifmenjadi sangat penting dalam dunia pendidikan. Penilaianberkelanjutan mengacu kepada penilaian yang dilaksanakan oleh guruitu sendiri dengan proses penilaian yang dilakukan secara transparan.

(h). Penilaian dilakukan secara komprehensif dan mencakup aspekkompetensi akademik dan keterampilan hidup. Proses perencanaan,pelaksanaan, sampai dengan penilaian dilaksanakan oleh para gurudengan penanggung jawab Kepala Sekolah sehingga kinerja seluruhkomponen sekolah benar-benar dinilai dan kemampuan gurumerancang, memilih alat evaluasi, menyusun soal, dan memberipenilaian benar-benar diuji. Dari sisi siswa, evaluasi jelas akan

37

merupakan sebuah proses yang 'biasa' yang tidak memerlukanpersiapan khusus yang menyita seluruh energinya karena evaluasitersebut dijalankan oleh sekolahnya, gurunya, dan yang terpentingbahan evaluasi adalah apa yang telah diperoleh selama prosespembelajaran.

(i) UAN yang menempatkan Pusat sebagai otoritas yangberwewenang secara penuh mulai dari perencanaan, pelaksanaan,sampai dengan tindak lanjutnya melalui SPO (Standar ProsedurOperasional) yang sangat rinci dan ketat. Dibandingkan denganEBTANAS yang masih memperhitungkan nilai yang diperoleh siswapada semester-semester sebelumnya dalam penentuan nilai kelulusan,model UAN sekarang menempatkan nilai UAN murni sebagai satu-satunya nilai penentu kelulusan siswa.

(j). Semasa EBTANAS diberlakukan, segenap komponen pendidikanseolah diburu untuk mengejar pencapaian nilai EBTANAS murni yangtinggi sehingga semua daya dan dana benar-benar terkuras. Dapatdibayangkan apa yang terjadi sekarang dengan evaluasi model UAN.Belum lagi dengan kebijakan-kebijakan yang saling bertentanganperihal pemahaman 'lulus' dan 'tamat' yang diberlakukan Depdiknashanya karena ketidakmampuannya mengantisipasi berbagaikemungkinan yang terjadi.

(k). Sungguh mengherankan UAN yang jelas-jelas sangatbertentangan dengan prinsip evaluasi dibebani tujuan dan fungsi yangsangat penting SK 017/U/2003 menyebutkan tujuan UAN adalah untukmengukur pencapaian hasil belajar siswa; mengukur mutu pendidikandi tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah/madrasah;dan mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan secaranasional, provinsi, kabupaten/kota, sekolah/madrasah, kepadamasyarakat.

(l). UAN berfungsi sebagai alat pengendali mutu pendidikan secaranasional; pendorong peningkatan mutu pendidikan; bahan dalammenentukan kelulusan siswa; dan bahan pertimbangan dalam seleksipenerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Tujuan dan fungsi tersebut tidak berbeda jauh dengan fungsi EBTANASdulu, tujuan dan fungsi yang tampaknya tidak pernah dievaluasi,bahkan beberapa sebetulnya tak berjalan sebagaimana mestinya.Salah satu tujuan dan fungsi UAN yang berhubungan dengan mutu,misalnya. Sejauh ma na hasil UAN (sebelumnya selama bertahun-tahun hasil EBTANAS) digunakan sebagai pendorong peningkatanmutu. Selama ini hasil EBTANAS sampai dengan UAN dari tahun ketahun tidak pernah meningkat secara signifikan.

38

(m). Kegunaan hasil UAN sebagai pertimbangan dalam seleksimasuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi pun nyatanya tidakpernah terlaksana. Lulusan SLTP tetap harus mengikuti tes masukSLTA dan lulusan SLTA pun tetap harus mengikuti tes masuk PerguruanTinggi. Ditinjau dari pemberdayaan guru dan siswa, UAN sama sekalitidak berguna.

(n) Otoritas guru untuk merencanakan, menyusun, danmemberikan penilaian kepada siswa-siswanya sebagai bagian integraldari tugasnya telah direbut. Seperti di masa-masa lalu guru tetaptidak dipercaya mampu melakukan tugasnya dengan baik. UAN lalumenjadi semacam pusat perhatian dalam proses pembelajaran. Dan,seperti juga EBTANAS di masa lalu, seluruh proses pembelajarandipusatkan kepada upaya untuk sukses dalam UAN sehingga hakikatproses pembelajaran menjadi terabaikan. Mestinya UAN yang jelas-jelas bertentangan secara diametral dengan prinsip-prinsipdesentralisasi pendidikan dan menghabiskan dana yang lumayanbesar mulai tahun depan dihapus saja. Biarkan sekolah mengevaluasisendiri hasil kerjanya. Kalau Pemerintah ingin melakukan kontrolterhadap kualitas pendidikan dapat saja setiap tahun terhadap siswa-siswa setiap kelas di semua jenjang pendidikan diberikan semacam tesstandar dengan pemilihan sekolah peserta tes diambil dengan cararandom sample di tiap daerah yang dianggap dapat mewakili rata-rata nasional. Tes standar semacam ini selain untuk mengetahuikualitas pendidikan juga dapat dijadikan semacam tes diagnostikuntuk ditindaklanjuti.

BAB III KAJIAN KHUSUS

A. KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH

39

1. Pengertian Kemampuan a. Agus Dharma ( 2003 ) mengungkapkan bahwa Berbicara

masalah kemampuan manajerial kepala sekolah tentunya harusmempedomani persyaratan kompetensi dari individu kepalasekolah itu sendiri sebagaimana telah dipersyaratkankompetensinya yang secara rinci diuraikan dalam babpendahuluan tentang “Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru”dimana persyaratan dimaksud adalah : Memiliki Landasan danWawasan Pendidikan,  Memahami Sekolah sebagai Sistem,Memahami Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),MerencanakanPengembangan Sekolah,  Mengelola Kurikulum,Mengelola TenagaKependidikan,Mengelola Sarana dan Prasarana, MengelolaKesiswaan, Mengelola Keuangan, Mengelola Hubungan Sekolah-Masyarakat,Mengelola Kelembagaan, Mengelola SistemInformasi Sekolah, Memimpin Sekolah, Mengembangkan BudayaSekolah, Memiliki dan Melaksanakan Kreatifitas, Inovasi danJiwa Kewirausahaan, Mengembangkan Diri,  Mengelola Waktu,Menyusun dan Melaksanakan Regulasi Sekolah,  MemberdayakanSumberdaya Sekolah, MelakukanKoordinasi/Penyerasian,Mengambil Keputusan secara Terampil,Melakukan Monitoring dan Evaluasi,  Melaksanakan Supervisi(Penyeliaan), Menyiapkan, Melaksanakan dan MenindaklanjutiHasil Akreditasi Membuat Laporan Akuntabilitas Sekolah.Namun kiranya dipandang perulu juga beberapa pengertian dandefinisi dari istilah “ Kemampuan, Manajerial dan KepalaSekolah, dimana para ahli memiliki pandangan yang berbedabeda . Ada yang memiliki pandangan bahwa kemampuan dapat didefinisikan dalam artian yang sama dengan kualitas.

b. H. Muchlas Samani, Dalam Studi Kasus Pengetahuan danKetrampilan ( Model Model Manajemen Pendidikan (2003 )menyatakan : :Definisi mengenai kualitas yang diterimasecara universal, dari definisi-definisi yang ada terdapatbeberapa kesamaan, yaitu: (1). Kualitas adalah konsep yangdinamis dan mempunyai pengertian yang pasti (2). Kualitasmencakup produk, jasa manusia , proses, dam lingkungan (3).Kualitas adalah suatu konsep yang digunakan untuk memenuhiatau melebihi harapan pelanggan. Kualitas merupakan suatukondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasamanusia , proses, dan lingkungan yangmemenuhi atau melebihiharapan . ia menambahkan bahwa Kualitas adalah suatupemikiran, dimana pemunculannya, yang menstandarkan

40

kualitas sebagai pelayanan utamanya pendidikan , munculnyagerakan kualitas kemudian diadopsi oleh dunia pendidikanuntuk mendapatkan kepuasan pelanggan (customer) pendidikan

1.1. John Camingham (2002 ) menidefinisikan arti darikemampuan sebagai berikut

“ Competency is the skills, knowledge and attitudethat people must demonstrade in their jobs to meet required “( Kemampuan adalah ketrampilan, pengetahuan, prilaku yangorang orang harus menunjukkannya dalam pekerjaanpekerjaannya )

1.2. Robert L Chapman (1992) mendefinisikan kemampuansebagai berikut “Competency is the sufficient ability, a modest

income of having the necessary qualities or skills” ( Kemampuanadalah suatu kecukupan kecakapan, kesederhanaan,pengetahuan yang dimiliki dilandasi atas kualitas ketrampilan

1.3.. Honey (1989 ) mendefinisikan tentang kemampuan adalahmerupakan ketrampilan (skills) untuk melakukan tugastertentu dalam rangka mendapatkan hasil yang berguna

Dari pemaparan pengertian tersebut tidak terdapatperbedaan yang signifikan, sama sama menekankan artikemampuan itu adalah ketrampilan yang dimiliki seseorang .Maka dapat dipadukan pengertiannya menjadi : Kemampuan adalahKecukupan kecakapan kesederhanaan prilaku seseorang yangdilandasi dengan suatu kualitas ketrampilan dalammelaksanakan pekerjaannya.mendapatkan hasil yang berguna

Kaitannya dengan kemampuan kepala sekolah mengandung artibahwa Kepala Sekolah sebagai individu yang melaksanakanpekerjaannya tentunya memiliki kecukupan kecakapankesederhanaan prilaku dalam melaksanakan fungsinya yangdilandasi dengan kualitas ketrampilan sebagaimana ketentuanpersyaratan kompetensi kepala sekolah yang telah dijelaskandiatas. Kerpala Sekolah sebagai individu merupakan komponensekolah yang paling utama di sekolah berfungsi menjadipemimpin (top manager) dalam menentukan sukses dan gagalnyasuatu organisasi sekolah. Sebagai seorang pemimpin yangsukses dapat dipastikan memiliki kemampuan mengelolaorganisasinya dan mampu mengantisipasi perubahan yang secaratiba tiba, juga dapat mengoreksi kelemahan kelemahan, serta

41

sanggup membawa organisasinya kepada sasaran dalam jangkawaktu tertentu .

2. Pengertian Kompetensi

a. LM. Tauhid (1987 : 7 ) menjelaskan bahwa Kompetensiartinya sangat identik dengan kemampuan dan Kemampuansetiap individu didasari oleh kemampuan kemampuankognitif/ kecerdasan , kemampuan psikomotorik/ aktuatifdan kemampuan afektif . memaparkan bahwa pengembangankemampuan kogniti, psikomotor, dan afektif harusdilandasi oleh Budi Pekerti yang tinggi dan bertaqwaterhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga para individudapat mencapai kualitas IPTEK dan IMTAQ yang handal ,ditandai dengan kematangan emosional, intelektual,kematangan social serta kematangan moral dan tanggungjawab.

b.Dahler dan Kartini Kartono(1983), menjelaskan tentangseorang individu dalam memperoleh kemampuan ataukompetensi hendaknya memiliki suatu karakteristiksebagai berikut : (1) Kematangan Inetektual yangartinya Kemampuan mengarahkan diri, memperoleh wawasandiri, belajar dari pengalaman dan kenyataan hidup sertakemampuan menyumbangkan inisiatif (2). Kemampuanemsional. Artinya kemampuan unyuk santai, gembira untukmenyatakan perasaan, percaya diri dan bersemangat sertakemampuan kemantapan dalam hidup bersama (3).Kematangan ssial artinya kemampuan berinteraksi,terdorng untukberpartisipasi dalam suasan harminis danrealita social dan kemampuan kepemimpinan. (4).Kematangan moral dan tanggung jawab, artinya kemampuanmemilki semangat kerja dan jujur serta sanggupmemperjuangkan nilai-nilai kehidupan, memilki semangatderajat disiplin yang tinggi dan kemampuan mengambilkeputusan

c. Kepala sekolah dalam melaksanakan manajerial sekolahyang berfungsi sebagai top manajer disekolah harusmemiliki dua puluh lima persyaratan kompetensi kepalasekolah sebagaimana dipaparkan dalam ulasan “NetworkPendididikan” Balitbang puspendik sebagai berikut :  

42

1. Kompetensi dalam memiliki Landasan dan Wawasan Pendidikan 

(a) Memahami landasan pendidikan: filosofi, disiplin ilmu(ekonomi, psikologi, sosiologi, budaya, politik), dan ilmiah. (b)Memahami dan menghayati hakikat manusia, hakikat masyarakat,hakikat pendidikan, hakikat sekolah, hakikat guru, hakikat pesertadidik dan hakikat proses belajar mengajar (c) Memahami aliran-aliran pendidikan (d) Menerapkan pendekatan sistem dalamsekolah (e) Memahami, menghayati, dan melaksanakan tujuan danfungsi pendidikan nasional (f) Memahami kebijakan, perencanaan,dan program pendidikan nasional, propinsi, dan kabupaten/kota (g)Memahami kebijakan, perencanaan, dan program pendidikan

  2.    Kompetensi dalam memahami Sekolah sebagai Sistem

(a) Menggunakan sistem sebagai pegangan cara berfikir, caramengelola dan cara menganalisis sekolah (b) Mengidentifikasi danmengembangkan jenis-jenis input sekolah (c) Mengembangkanproses sekolah (proses belajar mengajar, pengkoordinasian,pengambilan keputusan, pemberdayaan, pemotivasian,pemantauan, pensupervisian, pengevaluasian danpengakreditasian). (d) Meningkatkan output sekolah (kualitas,produktivitas, efisiensi, efektivitas, dan inovasi) (e) Memahami danmenghayati Standar Pelayanan Minimal (SPM) (f) MelaksanakanSPM secara tepat (g) Memahami lingkungan sekolah sebagaibagian dari sistem sekolah yang bersifat terbuka  3. Kompetensi dalam memahami Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS)  (a) Memahami dan menghayati hakikat otonomi pendidikan (b)

Memahami dan menghayati hakikat pendidikan berbasismasyarakat (community based education). (c) Memahami danmenghayati arti, tujuan dan karakteristik manajemen berbasissekolah (school based management) (d) Memahami kewenangansekolah dalam kerangka otonomi pendidikan (e) Memahami,menghayati, dan melaksanakan tahap-tahap implementasimanajemen berbasis sekolah (f) Mengevaluasi tingkatkeberhasilan manajemen berbasis sekolah. 4. Kompetensi dalam merencanakan Pengembangan Sekolah

43

  (a) Mengidentifikasi dan menyusun profil sekolah (b)Mengembangkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah (c)Mengidentifikasi fungsi-fungsi (komponen-komponen) sekolah yangdiperlukan untuk mencapai setiap sasaran sekolah (d) Melakukananalisis SWOT terhadap setiap fungsi dan faktor-faktornya (e)Mengidentifikasi dan memilih alternatif-alternatif pemecahansetiap persoalan (f) Menyusun rencana pengembangan sekolah (g)Menyusun program, yaitu mengalokasikan sumberdaya sekolahuntuk merealisasikan rencana pengembangan sekolah ( h)Menyusun langkah-langkah untuk merealisasikan rencanapengembangan sekolah (i) Membuat target pencapaian hasil untuksetiap program sesuai dengan waktu yang ditentukan (milestone)  5.  Kompetensi dalam mengelola Kurikulum  (a) Memfasilitasi sekolah untuk membentuk danmemberdayakan tim pengembang kurikulum (b)Memberdayakan tenaga kependidikan sekolah agar mampumenyediakan dokumen-dokumen kurikulum (c) Memfasilitasiguru untuk mengembangkan standar kompetensi setiap matapelajaran (d) Memfasilitasi guru untuk menyusun silabus setiapmata pelajaran (e) Memfasilitasi guru untuk memilih bukusumber yang sesuai untuk setiap mata pelajaran (f)Mengarahkan tenaga kependidikan untuk menyusun rencanadan program pelaksanaan kurikulum (g) Membimbing gurudalam mengembangkan dan memperbaiki proses belajarmengajar (h) Mengarahkan tim pengembang kurikulum untukmengupayakan kesesuaian kurikulum dengan kemajuan ilmupengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), tuntutan dankebutuhan masyarakat, dan kebutuhan peserta didik (i)Menggali dan memobilisasi sumberdaya pendidikan (j)Mengidentifikasi kebutuhan bagi pengembangan kurikulumlokal (k) Mengevaluasi pelaksanaan kurikulum  6.  Kompetensi dalam mengelola Tenaga Kependidikan  (a) Mengidentifikasi karakteristik tenaga kependidikan yangefektif (b) Merencanakan tenaga kependidikan sekolah(permintaan, persediaan, dan kesenjangan) (c) Merekrut,menyeleksi, menempatkan, dan mengorientasikan tenagakependidikan baru (d) Mengembangkan profesionalisme tenagakependidikan (e) Memanfaatkan dan memelihara tenagakependidikan (f) Menilai kinerja tenaga kependidikan (g)Mengembangkan sistem pengupahan, reward, dan punishmentyang mampu menjamin kepastian dan keadilan (h)

44

Melaksanakan dan mengembangkan sistem pembinaan karir (i)Memotivasi tenaga kependidikan (j) Membina hubungan kerjayang harmonis (k) Memelihara dokumentasi personel sekolahatau mengelola administrasi personel sekolah (l) Mengelolakonflik (m) Melakukan analisis jabatan dan menyusun uraianjabatan tenaga kependidikan (n) Memiliki apresiasi, empati,dan simpati terhadap tenaga kependidikan 7. Kompetensi dalam mengelola Sarana dan Prasarana 

(a) Mengupayakan ketersediaan dan kesiapan sarana danprasarana sekolah (laboratorium, perpustakaan, kelas,peralatan, perlengkapan, dsb.) (b) Mengelola programperawatan preventif, pemeliharaan, dan perbaikan sarana danprasarana (c) Mengidentifikasi spesifikasi sarana dan prasaranasekolah (d) Merencanakan kebutuhan sarana dan prasaranasekolah (e) Mengelola pembelian/pengadaan sarana danprasarana serta asuransinya (f) Mengelola administrasi saranadan prasarana sekolah (g) Memonitor dan mengevaluasi saranadan prasarana sekolah  

8. Kompetensi dalam Mengelola Kesiswaan  (a)Mengelola penerimaan siswa baru (b) Mengelolapengembangan bakat, minat, kreativitas dan kemampuan siswa(c) Mengelola sistem bimbingan dan konseling yang sistematis(d) Memelihara disiplin siswa (e) Menyusun tata tertib sekolah (f)Mengupayakan kesiapan belajar siswa (fisik, mental) (g)Mengelola sistem pelaporan perkembangan siswa (h)Memberikan layanan penempatan siswa dan mengkoordinasikanstudi lanjut  9.  Kompetensi dalam Mengelola Keuangan

  (a) Menyiapkan anggaran pendapatan dan belanjasekolah yang berorientasi pada program pengembangan sekolahsecara transparan (b ) Menggali sumber dana dari pemerintah,masyarakat, orangtua siswa dan sumbangan lain yang tidakmengikat (c) Mengembangkan kegiatan sekolah yangberorientasi pada income generating activities (d) Mengelolaakuntansi keuangan sekolah (cash in and cash out) (e) Membuataplikasi dan proposal untuk mendapatkan dana daripenyandang dana (f) Melaksanakan sistem pelaporanpenggunaan keuangan  10. Kompetensi dalam Mengelola Hubungan Sekolah-

Masyarakat 

45

(a)  Memfasilitasi dan memberdayakan DewanSekolah/Komite Sekolah sebagai perwujudan pelibatanmasyarakat terhadap pengembangan sekolah (b) Mencari danmengelola dukungan dari masyarakat (dana, pemikiran, moraldan tenaga, dsb) bagi pengembangan sekolah (c) Menyusunrencana dan program pelibatan orangtua siswa dan masyarakat( d) Mempromosikan sekolah kepada masyarakat (e) Membinakerjasama dengan pemerintah dan lembaga-lembagamasyarakat (f) Membina hubungan yang harmonis denganorangtua siswa

  11. Kompetensi dalam Mengelola Kelembagaan (a) Menyusun sistem administrasi sekolah (b)

Mengembangkan kebijakan operasional sekolah (c)Mengembangkan pengaturan sekolah yang berkaitan dengankualifikasi, spesifikasi, prosedur kerja, pedoman kerja, petunjukkerja, dsb. (d) Melakukan analisis kelembagaan untukmenghasilkan struktur organisasi yang efisien dan efektif (e)Mengembangkan unit-unit organisasi sekolah atas dasar fungsi  12.  Kompetensi dalam Mengelola Sistem Informasi

Sekolah (a) Mengembangkan prosedur dan mekanisme layanan sistem

informasi, serta sistem pelaporan (b) Mengembangkanpangkalan data sekolah (data kesiswaan, keuangan,ketenagaan, fasilitas, dsb) (c) Mengelola hasil pangkalan datasekolah untuk merencanakan program pengembangan sekolah(d) Menyiapkan pelaporan secara sistematis, realistis dan logis(e) Mengembangkan SIM berbasis komputer

13. Kompetensi dalam Memimpin Sekolah  (a) Memahami teori-teori kepemimpinan (b) Memilihstrategi yang tepat untuk mencapai visi, misi, tujuan, dansasaran sekolah (c) Memiliki power dan kesan positif untukmempengaruhi bawahan dan orang lain (d) Memilikikemampuan (intelektual dan kalbu) sebagai smart schoolprincipal agar mampu memobilisasi sumberdaya yang ada dilingkungannya (e) Mengambil keputusan secara terampil (cepat,tepat dan cekat) (f) Mendorong perubahan (inovasi) sekolah (g)Berkomunikasi secara lancar (h) Menggalang teamwork yangkompak, cerdas dan dinamis (h) Mendorong kegiatan yangbersifat kreatif (i) Menciptakan sekolah sebagai organisasibelajar (learning organization)

46

14.   Kompetensi dalam Mengembangkan Budaya Sekolah (a) Menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan

sekolah yang demokratis (b) Membentuk budaya kerjasama(school corporate culture) yang kuat (c) Menumbuhkan budayaprofesionalisme warga sekolah (d) Menciptakan iklim skeolahyang kondusif-akademis (e) Menumbuhkembangkan keragamanbudaya dalam kehidupan sekolah (f) Mengembangkan budayakewirausahaan sekolah

15. Kompetensi dalam Memiliki dan MelaksanakanKreatifitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan 

(a) Memahami dan menghayati arti dan tujuan perubahan(inovasi) sekolah (b) Menggunakan metode, teknik dan prosesperubahan sekolah (c) Menumbuhkan iklim yang mendorongkebebasan berfikir untuk menciptakan kreativitas dan inovasi(d) Mendorong warga sekolah untuk melakukan eksperimentasi,prakarsa/keberanian moral untuk melakukan hal-hal baru (e)Menghargai hasil-hasil kreativitas warga sekolah denganmemberikan rewards (f) Menumbuhkan jiwa kewirausahaanwarga sekolah  16. Kompetensi dalam mengembangkan Diri

(a) Mengidentifikasi karakteristik kepala sekolah tangguh(efektif) (b) Mengembangkan kemampuan diri pada dimensitugasnya (c) Mengembangkan dirinya pada dimensi proses(pengambilan keputusan, pengkoordinasian/ penyerasian,pemberdayaan, pemrograman, pengevaluasian, dsb.) (d)Mengembangkan dirinya pada dimensi lingkungan (waktu,tempat, sumberdaya dan kelompok kepentingan) (e)Mengembangkan keterampilan personal yang meliputiorganisasi diri, hubungan antarmanusia, pembawaan diri,pemecahan masalah, gaya bicara dan gaya menulis 17.Kompetensi dalam mengelola Waktu

(a). Mengelola waktu belajar (b) Mengelola waktu bimbingandan konseling (c) Mengelola waktu penilaian (d) Mengelolawaktu ekstra kurikuler (e) Mengelola waktu rekreasi (f)Mengelola waktu hari-hari besar/libur 18. Kompetensi dalam menyusun dan Melaksanakan Regulasi

Sekolah  (a) Merumuskan regulasi sekolah

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berl aku (b)Melaksanakan regulasi sekolah secara tepat dan mendorongpenegakan hukum (law enforcement) (c) Menjamin adanya

47

kepastian dan keadilan untuk memperoleh layanan pendidikanbagi warga sekolah (d) Menjamin pemerataan dan kesempatanyang sama untuk memperoleh pendidikan (equity and equality ofeducational opportunity)

  19. Kompetensi dalam memberdayakan SumberdayaSekolah 

(a) Mengidentifikasi potensi-potensi sumberdaya sekolahyang dapat dikembangkan (b) Memahami tujuan pemberdayaansumberdaya (c) Mengemukakan karakteristik sekolah berdaya(d) Mengemukakan contoh-contoh yang dapat membuat sekolahberdaya (e) Merencanakan cara-cara memberdayakan sekolah(f) Melaksanakan pemberdayaan sekolah (g) Menilai tingkatkeberdayaan sekolah  20. Kompetensi dalam melakukan Koordinasi/Penyerasian 

(a) Mengkoordinasikan/menyerasikan sumberdayasekolah dengan tujuan sekolah (b) Menyiapkan inputmanajemen untuk mengelola sumberdaya (c) Mengintegrasikanpermasalahan dan menyinkronkan ketatalaksanaan program (d)Menyusun mekanisme koordinasi antar unit-unit organisasisekolah

  21. Kompetensi dalam mengambil Keputusan secara Terampil 

(a) Menjaring informasi berkualitas sebagaibahan untuk mengambil keputusan (b) Mengambil keputusansecara terampil (cepat, tepat, cekat) (c) Memperhitungkanakibat pengambilan keputusan dengan penuh perhitungan (leastcost and most benefit) (d) Menggunakan sistem informasisekolah sebagai dasar dalam pengambilan keputusan  22.   Kompetensi dalam melakukan Monitoring dan

Evaluasi  (a) Memahami dan menghayati arti, tujuan dan teknik

monitoring dan evaluasi (b) Mengembangkan sistem monitoringdan evaluasi sekolah (c) Mengidentifikasi indikator-indikatorsekolah yang efektif dan menyusun instrumen (d) Menggunakanteknik-teknik monitoring dan evaluasi (e) Menyosialisasikan danmengarahkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi (f)Menganalisis data monitoring dan evaluasi (g) Memilikikomitmen kuat untuk memperbaiki kinerja sekolah berdasarkanhasil monitoring dan evaluasi  

  

48

23.  Kompetensi dalam melaksanakan Supervisi(Penyeliaan) 

(a) Memahami dan menghayati arti, tujuan dan tekniksupervisi (b) Menyusun program supervisi pendidikan (c)Melaksanakan program supervise (d) Memanfaatkan hasil-hasilsupervisi (e) Melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi

  24.  Kompetensi dalam menyiapkan,Melaksanakan &Menindaklanjuti Hasil Akreditasi 

(a) Memahami dan mensosialisasikan aspek-aspek yangdiakreditasi (b) Melakukan evaluasi diri (c) Memfasilitasipelaksanaan akreditasi ( d) Menindaklanjuti hasil akreditasiuntuk meningkatkan mutu sekolah

  25.  Kompetensi dalam membuat LaporanAkuntabilitas Sekolah 

(a) Menyebutkan dan memahami konsep-konsep laporan (b)Membuat laporan akuntabilitas kinerja sekolah (c)Mempertanggungjawabkan hasil kerja sekolah kepadastakeholders (d) Membuat keputusan secara cepat, tepat, dancekat berdasarkan hasil pertanggungjawaban (e) Memperbaikiperencanaan sekolah untuk jangka pendek, menengah danpanjang

3. Pengertian Kepala Sekolah Kepala Sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin/ topmanajer di sekolah, maka dipandang perlu mengutipbeberapa pendapat para ahli tentang pemimpin adalah sebagaiberikut :

3.1. Kartini Kartono( 1983 ) menjelaskan tentangpengertian pemimpin dalam perspektif baru pada dunia moderndan kehidupan demokrasi ( di negara negara demokratis ),menyatakan bahwa : pengertian dari seorang pemimpin adalahseseorang yang selalu menstimulir setiap individu untukberpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan berorganisasi danikut memikul beban tanggungjawab kemanusiaan dalammemikirkan menerapkan nilai nilai kontribusi sosial masingmasing pada kehidupan bersama . Pemimpin melakukan suatukegiatan melalui proses evaluasi diri yang didukung olehkesadaran dalam mengembangkan kreativitas kehidupan bersamasebagai aktualisasi segenap bakat dan kemampuan dalambentuk berbagai macam kegiatan dan hasil karya.

49

3.2. Abdurrachman (1971) memaparkan tentang tugaspemimpin, terkait dengan tugas dan tanggunggjawabkepemimpinandan mutu organisassi adalah menggerakkan ranglain yang disebabkan oleh tiga factor : (1) adanya dorongandorongan untuk mengikuti pimpinan sehingga perananmenentang atau perasaan menolak bahkan hasrat melawandariseorang bawahan untuk tidak mengikuti pimpinan dengan mudahdiatasi (2) adanya sifat sifat pada diri pimpinan yangmempengaruhi jiwa orang orang menjadi kagumatau tertarikkepada pemimpin (3) adanya kemampuan pada pemimpinmenggunakan dan melaksanakan kepemimpinan

3.3. Terry (1954 ) mengungkapkan bahwa Kepemimpinanadalah keseluruhan aktivitas / tindakan untuk mempengaruhiserta menggiatkan orang orang dalam usaha bersama untukmencapai tujuan, namun berbeda dengan pendapatnya Hoy (1956) , menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu seni untukmempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuan untukmembimbing orang orang. Hal ini berarti bahwa apabilakepemimpinan itu sebagai suatu seni dan ketrampilan untukmempengaruhi orang orang disekitarnya maka yangdimaksudkanialah seorang pemimpin yang memiliki seni dalammempengaruhi orang orang yang ada disekelilingnya agar maudan bersedia mengikuti jejak kehendak keinginan pemimpinyang bersangkutan

3.4. Dari uraian pengertian tentang pemimpin tersebut,dapat diperoleh gambaran bahwa kepala sekolah sebagai topmanajer disekolah diharapkan memiliki kemampuan dasar yangfundamental dalam mengelola sekolah khususnya dinegara kitayang menganut system demokrasi kepemimpinan, dan fungsikepala sekolah melaksanakan usaha bersama serentak dansistematis mencapai tujuan bersama . Makadari pendapat pendapat tersebut diatas tergambarlah bahwapengertian Kepala sekolah adalah seorang individu menjadipemimpin sekolah yang menjalankan roda kepemimpinan.

3.5. Muchlas Samani.(2003). memaparkan tentangkepemimpinan adalah sebagai berikut : Kepemimpinanmerupakan factor kesuksesan sekolah khususnya sekolah yangmenerapkan system Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ). DanMBS menekankan pada (a) Pemberian Instruksi yang baik dariseorang pemimpin berubah menjadi fasilitator yang baik. (b)Dalam meresterukturisasi sekolah, Kepala Sekolah harus

50

menjadi seorang pemimpin yang baik terhadap sekolah sebagaitempat pembelajaran bagi masyarakat. Namun dilematisnyaterjadi bahwa

(1) Kepala Sekolah dalam memperjuangkan sekolah seringmempergunakan caranya sendiri dibandingkan menurut pendapatorang lain yang akhirnya akan menolak berbagai langkahlanhkah prinsip kepemimpinan sekolah. (2) Kepala Sekolahsering melupakan peran utama dalam berbagai aktivitas dalampembelajaran dan pengembangan pengetahuan Ketrampilan,mengharapkan para guru dapat berpartisipasi di sekolah,mencari informasi mengenai proses belajar siswa danmemberikan penghargaan. Kesuksesan Sekolah berartikesuksesan MBS dalam rangka melindungi para guru yangmempunya perhatian atau keahlian dalam peningkatan prosesbelajar mengajar. Penekanan MBS adalah Kepala Sekolah harusberfungsi sebagai fasilitator dan pemimpin serta sebagaipendukung karyawan untuk inovasi sekolah. (2003)

4. Manajerial Kepala Sekolah

a. Mintzberg mengemukan peran manajerial pemimpin memilikiperanan peranan yang sangat strategis yang meliputi :(1) informational roles menempatkan manager sebagaimonitor, disseminator dan spokes person, (2) decisionalroles yang melibatkan manager sebagai entrepreneur,disturbance handler, allocator dan negotiator (3)interpersomal roles melibatkan manager sebagai figurhead,liason dan leader. (4) Pemanfaatan teknologi sepertidisebutkan di atas akan lebih besar kemungkinannya dalampengelolaan pendidikan yang berbasis sekolah School – basedManagement (SBM), salah satu bentuk pengelolaan yang kelakakan dilakukan oleh sekolah-sekolah dalam kerangkadesentralisasi pendidikan atau otonomi pendidikan.(5)Kemungkinan keberhasilan bentuk pengelolaan pendidikan disekolah seperti itu akan lebih besar jika didukung olehpendidikan yang berbasis masyarakat Community – basedEducation (CBE) sehingga terjadi hubungan yang sinergiantar sekolah, orang tua, pemerintah dan masyarakat bagipengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di daerah.

51

b. Siagian (1989 ) mendefinisikan tentang Manajerial adalahkemampuan dan ketrampilan untuk memproleh suatu hasil dalamrangka pencapaian tujuan melalui kegiatan yang dilakukanoleh orang lain . Sedangkan Blanchard yang dikutip olehAgus Dharma (1992) menyatakan bahwa manajerial adalah suatuprses kerja sama melalui orang orang dan kelompok untukmencapai tujuan organisasi

c. Kats & Dill ( 1984 ), mengutip pendapat Goston (1976),membagi kemampuan manajerial dalam tiga jenis ketrampilanmanajerial yang perlu dikuasai oleh pemimpin pendidikankhususnya Kepala Sekolah yang terdiri dari : (1)Ketrampilan konseptual ,artinya kemampuan/ketrampilan yangdiperlukan seorang pemimpuin untuk memahami danmengoprasikan organisasi. (2) Ketrampilan hubunganmanusiawi , dapat diartikan sebagai ketrampilan untukbekerja sama, memotivasi dan memimpin organisasi.(3).Ketrampilan teknik artinya ketrampilan dalammenggunakan pengetahuan, metode , strategi, teknik tertentudalam organisasi.

d. Kats (dalam Stoner 1992 ) mengungkapkan bahwa manajemenpada umumnya ada tiga tingkatan antara lain : (1)manajemen tingkat atas (top management) (2). Manajementingkat menengah ( Middle Management) (3). Manajementingkat bawah ( Lower Management ) . Selanjutnya IndriyoGito Sudarmo (1988) bahwa manajemen tingkat bawah dituntutadanya penguasaan ketrampilan yang lebih banyak padatingkatan yang lebih tinggi. Semakin tinggi tingkatanseorang pimpinan makin banyak memerlukan ketrampilankonseptualnya. Seorang pemimpin harus memiliki ketrampilandalam hubungannya dengan manusia . Usaha manajerial denganmenggunakan ketrampilan ini dapat disebut sebagaiketrampilan manusiawi untuk itu semakin rendah tingkatannyadituntut ketrampilan tekniknya.

e. Terry GR dalam bukunya “ The principle of Management”mengutip definisi management dari orang lain sebagaiberikut : a) Management is the force that runs anenterprise and is responsible for its success or failure( manajemen adalah kekuasaan yang mengatur suatu usaha dantanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan dari

52

padanya ) b) Management is the performance ofconceiving and achieving of utilizing human talents andresources ( manajemen adalah penyelenggaraan usahapenyusunan dan pencapaian hasil yang diinginkan denganmenggunakan bakat bakat dan sumber sumber manusia ) c)Management is the simply getting things done through people( manajemen secara sederhana adalah melaksanakan perbuatanperbuatan tertentu dengan tenaga orang lain Danselanjutnya ia menyatakan tentang fungsi fungsi manajemenyang meliputi empat peristiwa antara lain :

a) Perencanaan (Planning ) : Merupakan kegiatanyang ditentukan sebelumnya akan sasaran yang ingin dicapaidan memikirkan sarana sarana pencapaiannya. Perencanaanadalah kegiatan menentukan terlebih dahulu apa yang harusdilakukan, bagaimana cara melakukannya dan siapa yangharus melaksanakan semua kegiatan . perencanaan dimaksudmeliputi segi segi teknik, ekonomi, sosial dan layananatau service. Jadi perencanaan mengandung pengertian :rencana dalam menjembatani status sekarang dengan sasaranyang ingin dicapai pada masa mendatang, sasaran yang ingindicapai sebagai parameter (ukuran perbandingan) bagisetiap pemimpin untuk menentukan sederetan aktivitas yangharus dilakukan agar setiap pengikut dan atau bawahandapat memberikan kontribusi maksimal serta positif. Ialebih jauh menyatakan bahwa Perencanaan meliputi :perkiraan masa mendatang, dan perkiraan perkiraankemungkinan kemungkinan yang akan terjadi dengan jalanmemperhitungkan semua sumber yang tersedia, menentukantujuan (sasaran atau objective) , menetapkan kebijakan,menetapkan prosedur dan metode metode yang tepat , logisdansestimatis untuk pendayagunaan semua energi sertakegiatan secara maksimal.

b) Pengorganisasian ( Organizing ) adalah pengurusansemua sumber dan tenaga yang ada dengan landasan konsepsiperencanaan yang tepat dan penentuan masing masing fungsiyang menyangkut ( persyaratan tuga, tatakerja,penanggungjawab, dan antar relasi dari fungsi fungsi )pada bagian lainnya. Pengorganisasian dapat diartikan :(a) membagi tugas kerja (b) menentukan kelompok kelompok

53

unit kerja (c) menentukan tingkatan otoritas yaitukewibawaan dan kekuasaan untuk bertindak secarabertanggung jawab.

c) Aktualisasi/pengarahan ( Actuating ) merupakankegiatan penggerakan, pengendalian semua sumber dalamusaha pencapaian sasaran sehingga tujuan dapat dicapaidengan lancer dan lebih efisien.

d) Pengawasan/supervise (supervision) merupakanpengontrolan dengan melaksanakan supervisi agar parapengikut dapat bekerja samadengan baik kearah pencapaiansasaran sasaran dan tujuan umum organisasi . Pengawasandilakukan untuk mengukur hasil pekerjaan dan menghimpunpenyimpangan penyimpangan , bila perlu segera melakukantindakan korektif terhadap penyimpangan tersebut.Pengawasan juga termasuk penilaian atau evaluasimengandung arti bahwa peninjauan kembali, pengontrolantugas, agar semua tugas berlangsung dengan tepat , sesuaidengan norma norma dan standar yangsudah digariskan dalamperencanaan. Setiap prestasi kerja dinilai dan diukur ,dipertimbangkan standar standar untuk mengetahuikekurangan dan penyimpangan untuk segera dilakukan koreksirevisi . Apabila control evaluasi lemah biasanyamengakibatkan gagalnya menemukan kesalahan.

f. Kartini Kartono ( 1983 : 114 – 115 ) selanjutnya lebihjauh mengungkapkan bahwa manajemen dapat disebut pulasebagai suatu pengendalian usaha yang merupakan : (1)proses pendelegasian, pelimpahan suatu usaha wewenangkepada beberapa penanggung jawab dengan tugas tugaskepemimpinan. (2) proses penggerakan serta bimbinganpengendalian semua sumberdaya manusia dan sumberdaya bmateriil dalam kegitan pencapaian tujuan organisasi,menciptakan kerjasama yang baik demi kelancaran danefektifitas kerja untuk mempertinggi daya guna semuasumber dan mempertinggi hasil guna

g. Ssejalan dengan uraian pendapat diatas, maka dapatlahdijadikan acuan untuk mengetahui secara teoritiskemampuan manajerial kepala sekolah sebagai top manajerdi sekolah , namun secara operasional sangat bergantungdan dipengaruhi oleh : (a) factor pribadi, sejauh manaseorang pemimpin memiliki intelegensi, inisiatif,kemampuan melaksankan manajerial, kemampuan mengambil

54

keputusan yang tepat pada waktu dan kondisi yang tepat.(b). factor posisi, hal ini dimaksudkan adalah dimanaseorang pemimpin memiliki satu posisi kedudukan sesuiadengan fungsi dan tugas atau pekerjaannya , secarapribadi memiliki berbagai karakteristik dan atau citra,gambaran mengenai prilaku pribadinya (c) factor situasi/tempat : dimaksudkan adalah tempat seorang pemimpinmelaksanakan manajerial yang khusus membutuhkan tipekepemimpinan dan tempat manajerialnya sangat tergantungpada lingkungan tempat kerjanya ( Kartini Kartonomengutip pendapat CF. John R.P. French Bertran Revendalam “The Bases of Social Power Group Dinamies 1960, pp:607 – 621 )

h. O Jeff Haris , John Willey & Son ( dalam people of work1976 , inc USA) menjelqaskan bahwa dalam usaha bersamayang bertujuan secara sistematis , memerlukan seorangpemimpin dalam suatu organisasi yang dilandasi lehkemampuan manajerial sebagai berikut : (1) Kemauan untukmemikul tanggung jawab (2) Kemampuan menjadi perseptif(3) Kemampuan menanggapi secara obyektif (4) Kemampuanuntuk menetapkan prioritas secara tepat (5 ) kemampuanuntuk berkomunikasi ,

i. Kartini Kartono (1983 : 150 – 152 dalam Pemimpin danKepemimpinan ) lebih jauh menjelaskan tentang hal haltersebut diatas bahwa : (a) Kemauan untuk memikul tanggungjawab artinya seorang yang diserahi sebagai pemimpinberani memikul tanggungjawab bagi setiap tingkah lakunyasehubungan dengan tugas tugas dan peranan yang harusdilakukannya, mau menerima tanggung jawab, sanksi sanksitertentu apabila ia tidak mampu mencapai hasil yangdiharapkan, sebab peranan seorang pemmpin memilikipersyaratan yangcukup berat , mau tidak mau suka tidaksuka harus mempertanggung jawabkan apa yang tela dilakukandalam mencapai sasaran manajerial dengan segala( keleluasaannya, kewibawaannya, mendapatkan status posisipenghargaan tertentu, motivasi pribadi, mampu membawapengikutnya pada pencapaian tujuan organisasi )(b).Kemampuan untuk menjadi perseptif , dimaksudkan bahwapersepsi merupakan kemampuan untuk melihat dan menanggapirealita yang benar benar nyata, artinya seorang pemimpinharus memiliki daya persepsi terhadap semua situasi

55

organisasi yang dibawahinya dengan cara mengamati segisegi kekuatan dan kelemahan (strenghteness andweakness ), kemudian mampu mengadakan intrspeksi melihatkedalam diri sendiri ia mengenali segi segi kekuatan dankelemahan sendiri dikaitkan dengan beratnya tugas tugasdan besarnya tanggungjawab yang harus dipikulnya. (c)Kemampuan untuk menanggapi secara obyektif dimaksudkanadalah obyektifitas merupakan kemampuan untuk melihatmasalah masalah secara rasional, impersonal dan tanpaprasangka yang merupakan kelanjutan dari perseptivitasdengan cara mengabaikan factor factor pribadi danemusional yang mengakibatkan kaburnya kenyataan.Obyektivitas merupakan juga unsure penting dalampengambilan keputusan secara analisis. Pengambilankeputusan yang bijaksana dan melakukan satu seni tindakanyang konsisten . (d) Kemampuan untuk menetapkan prioritassecara tepat, hal ini dimaksudkan bahwa kemampuan,kemahiran, pandai memilah dan memilih mana bagian yangpenting dan harus dilakukan dan dimana bagian yang kurangpenting sehingga dapat ditunda pelaksanaannya dalamartian bahwa kemampuan memilih keputusan dari kesekianbanyak alternative dengan tepat (e). Kemampuan untukberkomunikasi dimaksudkan adalah kemampuan untukmemberikan informasi dengan cermat, cepat dan jelas danjuga kemampuan menerima informasi dengan kepekaan tinggi,kemampuan mengatakan bahasa policy apabila terjadikomunikasi tidak lancar akan menimbulkan perasaanterisolasi dan dipisahkan dari organisasi akibat darikecemasan, ketegangan bathin, individu menjadi terdampar,peka (oversensitive) dan mudah berkonflik dengan orangorang disekitarnya, disebabkan juga oleh kesulitan dankesalahfahaman akibat dari tidak dapat dipecahkan dandidiskusikan permasalahannya yang akhirnya anak buah ataupengikutnya menjadi frustasi , menambah beban psikologisterhadap dirinya sebagai pemimpin.

j. Owen ( 1981 ) menjelaskan tentang kebermaknaanperencanaan pemimpin, dimaksudkan apabila didukung dandijalankan secara harmonis bersama sama dengan fungsimanajerial lainnya seperti pengelolaan sebuah organisasiyang selalu ada pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya melalui fungsi fungsi manajerial yang meliputi :

56

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, motivasi danevaluasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkandalam perencanaan pelaksanaan kegiatan bersama yangmerupakan perencanaan manajerial. Berdasarkan hal tersebutdapat disimpulkan bahwa setiap pemimpin diharapkan dapatmemikirkan menerapkan dan menilai kembali kontibusi sosialmasing masing kehidupan bersama, karena semua kegiatanorganisasinya akan selalu dimunculkan oleh dorongan vitaldan dorongan aktualisasi diri yang dimiliki setiappemimpin. Tuntutan seorang pemimpin harus memilikiinisiatif dan bekerja sama secara kooperatif karenapemimpinlah letak jaminan kesejahtraan lahir bathin darisuatu masyarakat yang masuk ke dalam organissasidipimpinnya dalam rangka mempertinggi produktiv\itas danefektivitas usaha bersama. Sebagaiu seorang pemimpin jugamemilki perencanaan yang matang dalam melaksanakanmanajerial kepemimpinannya mengingat begitu pentingnyasebuah perencanaan sebagai langkah awal dari pelaksanaandari suatu kegiatan, merencanakan suatu program kegaiatanyang sistematis sebagai upaya pencapaian tujuansecaralebih efektif dan efisiien sehingga memilkikebermaknaan dari suatu perencanaan yang telah disusunnya.

5. Keberhasilan Manajerial Kepala sekolah1. Peter F. Drucker, judul bukunya “ the practice of

management, Harper and Row, New York 1954, halaman 157-158 yang dikutip oleh kartini Kartono (1983; 157-158)memaparkan tentang kriteria keberhasilan kemampuanmanajeial antara lain: (1) Meningkatkan hasil- hasilproduksi dan layanana yang dicapai organisasi dalam bentukaspek ekonomis dan teknis (2). Semakin rapinya systemadministrasi dan semakin efektifnya manajerial. Manajerialyang efektif dimaksud adalah: (a). penelitian sumber dayamanusia, alam, dana, sarana, dan waktu yang makin ekonomisdan efisien. (b) The right in the right place dengandeliegation of authority/ pendelegasian wewenang yangluas. (c) Struktur organisasi sesuai denga kebutuhanorganisasi dan integrasi dari semua bagian (d) target dansasaran yang ingin dicapai selalu terpenuhi sesuai denganpenentuan jadwal waktu. (e) organisasi dengan cepat dantepat dapat menyesuaikan diri pada tuntutan tuntutanperkembangan dan perubahan dari luar organisasi

57

( masyarakat, situasi dan kondisi sosial, politik danekonomi (3). Semakin meningkatnya aktifitas- aktifitasmanusiawi atau aspek sosial yang sifatnya lebih manusiawidimaksudkan adalah: (a) Iklim psikis yang mantap sehingaorang merasa aman dan senang bekerja. (b) Adanya disiplinkerja, disiplin diri, tanggung jawab dan moral yang tinggidalam organisasi (c0 Terdapat suasana saling mempercayai,kerja sama, kooperatif, etnik, dan etos kerja yang tinggi(d) Komunikasi formal dan informal yang lancar serta akrab(e) Adanya kegairahan kerja dan loyalitas tinggi terhadaporganisasi (f) Tidak banyak terdapat penyelewengan dalamorganisasi (g) adanya jaminan jaminan sosial tertentu.Persaingan dunia dalam segala hal yang begitu kompleksdengan kondisi sumber daya manusia yang memprihatinkan,menghawatirkan kita akan pergolakan-pergolakan kondisiyang terjadi. Keprihatinan kondisi ini memicu terciptanyasuasana etos keja organsasi apapun menjadi menurunterutama bagi pelaksana organissi itu sendiri yang tidakmemiliki kesiapan sama sekali dan atau tidak memilkipengembangan keterampilan untuk melaksanakanpekerjaannya.

2. Departemen Pndidkan Nasional (1989) berupaya meningkatkankualitas suber daya manusia, diman pendidikan secara terusmenerus melakukan perubahan dan inovasi termasuk melaluiperubahan kurikulum. Depdiknas (2000) dengan UU no. 25tshun 2000 telah berupaya pula melakukan programpembangunan nasional dalm pembinaan sekolah denganmenyelenggarakan program pningkatan mutu berbasis sekolahdan mayarakat ( school and community based Education)

3. Jadi dapat diperoleh suatu pengertian bahwa Kepalasekolah dengan kemampuan manapjerialnya menyusunperencanaan yang matang sebagaimana dimaksudkan dalampemaparan sebelumnya memilki hal-hal pokok sebagaiberikut: (1) Jalannya pendidikan dan pengajaran (2).Penyusunan dan implementasi program pendidikan danpengajaran di sekolah (3) persiapan dan penerpanadministrasi sekolah yang rapi teratur danberkesinambungan (4). Menciptakan kewibawaan, keperibadiantinggi, tanggung jawab, etos kerja, bersih, transparan,dan akuntabilitas terhadap keleluasaan yang dimilkinyaserta bersikap demokratis. (5). Menciptakan kerjasama yang

58

baik antara sekolahnya dan sekolah lainnya serta instansiterkait lainnya (60. mengatur, mengorganisasikan suatukebijaksanaan sekolah yang menyangkut kegiatanintrakurikuler dan ekstrakurikuler (7). Menciptakan kerjasama dalam suasana kondusif dengan semua komponen-komponen warga sekolah (guru, orang tua murid, siswa,dewan sekolah dan masyarakat lingkungan sekitarnya)sebagaimana dinyatakan oleh Qodri Azizy, 2003 ( dalamkendali mutu pendidikan ).

4. Berbeda dengan perundang- undangan berlaku sebelumnya,kepala sekolah tidak lagi memiliki jabatan structuralnamun kepala sekolah hanya memilki jabatan tugas tambahansebagai kepala sekolah sedangkan tugas pokoknya adalahsebagi guru yang merupakan jabatan fungsional guru. Tugasjabatan tambahan tersebut, kepala sekolah tetap perfungsisebagai top manager di sekolah di mana kepala sekolahdituntut memilki profesinalisme yangtinggi sebagaipimpinan/penanggung jawab utama sekolah, maka berdasarkanhal ini tergambarlah dengan jelas bahwa setiap kepalasekolah selaku top manager sekolah kendati mengemban tugastambahan dimaksud merupakan tulang punggung pelaksanaankependidikan di sekolah dengan tunutan agar tugas dantanggung jawab serta wewenangnya dapat melakukan kegiatanmanagerial pada satuan unit pendidikan. Dan dapatdiperoleh suatu pandangan bahwa Tuntutan kemampuanprofessional managerial sebagai mana diuraikan diatasdapat diartikan menjadi suatu tuntutan kemampuanprofessional di bidang teknis kependidikan (educativetechnique) dan teknik administrative ( administrationtechnique). Kepala sekolah yang mengemban jabatan guruterlihat berperan utama sebagai pimpinan tertinggi disekolah untuk melaksanakan upaya peningkatan mutupendidikan dan pencapaian sasaran akademik serta yangmenjadi subyeknya adalah siswa, guru, karyawan. Tingkatkemampuan kinerja guru, prestasi belajar siswa dan kinerjapegawai sekolah memilki peranan penting dalam tugasakademik yang sesuai dengan disiplin serta kualifikasipendidikan keprofesionalannya. Fokus perhatian setiapupaya peningkatan mutu akademik terletak padakarakteristik dan potensi siswa, karakteristik dan

59

kemampuan guru serta interaksi antara keduanya (gurudengan siswa), ligkungan yang kondusif..

5. Craig (1987) menguraikan tentang kemampuan kepala sekolahdapat berhasil melaksanakan tugasnya sebagaimana tugasseorang pengawas dan berfungsi sebagai seorang supervisoryang dikutif oleh Yusuf A. Hasan dan Muhammad Idrus (dalmPedoman Pengawasan untuk madarasah dan sekolah umum,2003) adalah sebagai berikut: (1). Membuat perencanaankerja (2). Memecahkan masalah (3). Mengendalikan pekerjaan(4). Mengumpulkan dan memanfaatkan masukan umpan balik( performance feedback) (5). Melatih dan membimbing (6).Memotivasi (7). Mengatur waktu (8). Komunikasi lisanmaupun tulis. (9). Mengembangkan kemampuan diri (10).Mewakili lembaga (11). Menghadiri dan menyelenggarakanrapat-rapat (halaman 9).

6. Abdul Aziz Drs, MA. (2003) menyatakan bahwa kepalasekolah sebagai pemegang policy dalam menentukan kebijakandi lingkungan sekolah, diharapkan mampu mendorong kegiatanlayanan kependidikan antara lain (a). Menjadi pioneermenegakkan prilaku dan sikap yang dilandasi oleh nilai-nilai moral dan akhlak yang mulia, (b). Menyediakanberbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana pendidikan(c). Melakukan monitoring baik langsung atau tidaklangsung terhadap berbagai bentuk kegiatan pendidikan disekolah (d). Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dankegagalan kegiatan pendidikan yang selanjutnya menjadibahan laporan kepada instaansi atasan.

7. Atembun (1975) memaparkan tentang fungsi kepala sekolahsebagai supervisor bertanggung jawab melaksanakanapembinaan kearaha perbaikan situasi pendidikan danpeningklatan mutu belajar mengajar. Kepal sekolah harusmenyadari betul bahwa pengembangan dan pembinaanpendidikan yang merupakabn bidang operasional dalammelaksanakan supervise untuk peningkatan kualitaspendidikan di sekolah menjadi tanggung jawabkewenangannya. Fungsi kepala sekolah sebagai supervisorterbatas dilingkungan sekolah dengan tugas dan tanggungjawabnya serta ruang lingkup garapannya yang sangat luasdan kompleks.

8. Qodri A. Azizy (2003): 17-19 mengungkapkan tentang ruanglingkup tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor

60

antara lain : (1) Ruang lingkup administrasi tata laksanasekolah seperti (a) Organisasi dan struktur pegawai tatausaha (b). Otorisasi dan anggaran belanja sekolah (APBS)(c). masalah kesejahteraan personalia sekolah (d). masalahperlengkapan dan perbekalan sekolah (e). Keuangan danpembukuannya (f). Korespondensi surat menyurat dankearsipan (g) Masalah kepegawaian (h) Laporan (i)Pengangkatan, pemindahan, penempatan , pemberhentianpegawai guru honorer, (j) Pengisian buku pokok klapper danraport serta lainnya. (2). Ruang lingkup administrasi gurudan pegawai sekolah. Seperti (a) Seleksi guru dan pegawaisekolah (b). rencana orientasi bagi guru baru. (c).Penilaian atas kondite guru atau pegawai (d). Pelatihandan penataran guru-guru (e) Kesejahteraan guru pegawaisekolah (3) Ruang lingkup supervisi seperti (a) Menilaidan membina guru serta seluruh staf sekolah dalam bidangteknik edukatif, administratif. (b) uasaha uasaha dengancara mencari dan mengembangkan serta menggunakan berbagaimetode untuk peningkatan belajar mengajar yang lebih baikdengan mengembangkan aspek kognitif, afektif danpsicomtorik siswa (c). Kerja sama antara semua komponenwarga sekolah (d) Pengembangan kerja sama sekolah melaluliKKG, MGMP, dan atau K3S (e). Peningkaan kualitas gurumelalui pelatihan dan penataran lainnya (4) Ruang lingkuppembinaan kurikulum, seperti: (a) Mempedomani danmenjabarkan apa yang tercantum pada kurikulum dalam prosesbelajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan danpengajaran (b). Organisasi kurikulum beserta materi,sumber-sumber dan metode yang disesuaikan dengan perubahandan pembaharuan kurikulkum tersebut. (c). Implementasikurikulum yang tidak begitu saja dijiplak secara mutlakakan tetapi untuk dipedomani agar guru dapat melaksanakanprogram pengajaan dengan baik. (5) Ruang lingkup prilakuindividu kepala sekolah di lingkungan kerjanya yang selamaini sulit untuk dipecahkan karena adanya kompleksitas darikomponen waga sekolah yang dapat menyatu dengan individukepala sekolah sendiri dalam hal hal yang menyangkut: (a)Rintangan (b) Keterbatasan (c) Semangat / etos kerja (d)tekanan pada hasil (e) Kesenjangan (f) Pertimbangan yangkurang tepat (g) Kurangnya motivasi dan dorongan (h).

61

Disiplin dan ketidakdisiplinan (i) keakraban danketidakakraban.

9. Pherson, Crowson dan Pinter (1986) menyatakan bahwamanajerial kepala sekolah sangat tergantung pada tenagaguru yang professional dengan memilki tingkat berfikiryang abstrak, dan memilki komitmen yang tinggi terhadaptugasnya, disamping itu kepala sekolah hendaknyamengetahui guru yang memilki kinerja professional dantidak akan pernah melihat pertanggung jawaban publiksebagi suatu ancaman yang dapat melunturkan semangat untukbekerja dengan baik, kendati sorotan masyarakat dimaksudharus dijadikan sebagai suatu motivasi untuk dapatmengembangkan peluang dalam hal yang menyangkut tentangpengembangan citra profesi guru, anmun keterbatasanterkadang menjadikan sorotan yang berlebihan dan dapatmempengaruhi stabilitas diri sehingga tidak jarang kepalasekolah yang memiliki persepsi bahwa ada sebagian guruyang disoroti masyarakat dapat dijadikan acuan untukmenjadi cambuk dalam meningkatkan kinerjakeprofesionalannya. Komitmen lembaga pendidikan baik daritingkat pusat sampai tingkat daerah sudah lamamengupayakan peningkatan kinerja penyelenggara pendidikan,namun sampai sekarang masing jauh dari harapan dantujuannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor nyataantara lain terjadinya krisis multidimensional yangberkepanjangan, adanya keterbatasan sarana prasarana yangmendukung keprofesionalan penyelenggaraan kependidikan

10. Fungsi kepala sekolah sebagai top manager sebagai manadiuraikan oleh Krtini Kartono,1983 (dalam Pemimpin danKepemimpinan) menyatakan bahwa sebagai pemimpin dan jugaberfungsi sebagi su[pervisor dimana tugas pokoknyamelakukan pengawasan dengan melaksanakan hal-hal sebagaiberikut : (a) Meningkatkan semangat kerja guru dan staffsekolah yang berada di bawah tanggung jawab dankewenagannnya. (b) mendorong aktifitas dan kreatifitasserta dedikasi seluruh personil sekolah (c). Mendorongterciptanya suasana kondusif di dalam dan di luarlingkungan sekolah. (d) Menampung melayani danmengkoordinir segala mmacam keluhan kompnen warga sekolah(e) Membantu dan mengembangkan kegiatan intrakurikulersetaekstrakurikuler disekolah (f) menampilkan sikap

62

keteladanan sebagi top manaje sekolah dan atau fungsinyasebagi supervisor.

Berdasarkan beberapa pemamaparan penjelasan tentangkemampuan manajerial kepala sekolah sebagaimana diuraikandiatas tergambarlah bahwa kepala sekolah sebagai topmanajer berfungsi pula sebagin supervisor di man dituntutmemilki suatu kemampuan yang ditunjukkan oleh diri kepalasekolah itu dan dengan keperibadiannya akan mencerminkankemampuan manajerial dalam melaksanakan tugas ataupekerjaan yang diimbannya. Kemampuan manajerial yangdimaksud dapat diamti melalui prilaku dan kepribadiankepala sekolah yang ditampilkan melalui kontribusiperbagai aktifitas melekat pada dirinya. Keberhasilanmengelola, memimpin da atau mensupervisi seluruh kompnenwarga sekolah bergantung pada sejauh man ia melaksanakanketentuan , karakteristik kepribadiannya serta etoskerjanya dalanm melaksanakan manajerial yang ditunjukkanoleh sejauhman keprofesionalannya. Kepala sekolah sebagaitop manajer dapat diukur keberhasilannya apabila memilkikemampuan memimpin, merencanakan, mengaktualisasikan,mengkoordinasikan, mengorganisasikan, mengontrol, danmengawasi serta mengevaluasi dengan cara memberi penilaiansesuai dengan prencaanaan yang telah ditentukan yangdilakukan leh para guru, pegawai tata usaha menggunakanteknik-teknik yang dipakai dalam memproses pesaerta diddiksejak dilakukan proses belajar mengajar sampai selesaimenggunakan keterampilan teknik seperti keterampilanproses belajar mengajar serta keterampilan ketatausahaan(Pidata, 1988). Selanjutnya PIdata lebih jauhmengungkapkan bahwa kepala sekolah sebagai top manajerdapat melasnakan tugas-tugasnya dalam rangka mewujudkanhubungan manusiawi untuk membina dan mengembangkankemampuan mengajar guru, komunikasi antara kepala sekolahdan para guru serta dapat bekerja sama dalam mencapaitujuan pengajaran. Pidarta memandang dari sisi laintentangkemampuan kepala sekolah dalam membina guru diharapkandapat menggunakan berbagai cara: (a) Mempersiapkankebutuhan guru yang diperlukan leh peserta didik sebelumproses belajr dimulai (b) Membina guru dalam rangkamengarajhkan siswa mematuhi tat tertib dan cara belajar.(c). Mempersiapkan alokasi mengajar guru dengan menyusun

63

jadwal pelajaran (d). Menunjang kesejahteraan guru berupapemberian transportasi guru ke lokasi belajar (e) menyusundam membuat forma presensi kehadiran guru (f)Memmpersiapkan guru untuk membuat format catatan pelajaranyang sudah dipelajari (g) Mengarahkan guru untukmenggunakan metode penilaian yang baik. (h). menyedioakanformat hasil belajar. Disamping kegiatan operasionaldimaksud, kepala sekolah juga harus menitikberatkan kepadabimbingan guru dalam proses KBM, bimbingan gurumelaksanakan bimbingan konseling terhadap sisiwa danbimbingan guru melaksanakn administrasi sekolah.

B. Ketrampilan Konseptual Kepala Sekolah1. Agus Dharma, 2003 (dalam Artikel Pendidikan Network )

mengutip penadapat Yulk (1989) memaparkan bahwa makna yangtersirat dalam ulasanya adalah tentang pengertianKetrampilan Konseptual : “Ketrampilan Konseptual adalahlemampuan memahami kompleksitas organisasi dan penyesuaianbidang gerak unit kerja masing masing kedalam bidangoperasional organisasi secara menyeluruh”.

Ketrampilan ini sangat penting terutama bagiKepala Sekolah sebagai seorang pemimpin dalammelaksanakan tanggung jawab manajerialnya terutama dalamperencanaan, pengorganisasian, menentukan kebijakan,pemecahan masalah dan pengembangan program yang efektif disekolah

2. Sementara Indriyo Gito Sudarmo (1988) memberikanpengertian tentang ketrampilan konseptual dimaksud denganmembagi dalam dua aspek yaitu : a) Aspek ketrampilanpengaturan mengandung arti bahwa suatu ketrampilan dimanaseorang pemimpin dapat melakukan pengaturan ataumenciptakan aturan aturan konsep konsep bagi perkembanganserta pembangunan pada organisasi yang dipimpinnya Dankonsep konsep tersebut berasal dari dirinya sendiri maupunkonsep dari instansi lain dan atau orang lain. Pengaturanyang telah dibuatnya akan tidak berjalan apabila tidakdilanjutkan dengan tindakan tindakan berikutnya . b).Aspek Ketrampilan untuk memimpin artinya seorang pemimpinberusaha menggerakkan orang lain agar rencana yang telahdibuatnya dapat terselesaikan tergantung dari kemampuandasar dan prilaku yang ditunjukkan sebagai seorang

64

pemimpin yang melaksanakan tugas kepemimpinannya mengaturjalannya usaha organisasi yang dipimpinnya.

Terkait dengan pendapat tersebut diatas, maka bagisetiap Kepala sekolah selaku pimpinan sekolahnya harusmemiliki ketrampilan dimaksud , agar dapat menentukansuatu strategi merencanakan dan membuat suatu kebijakandalam merumuskan sesuatu khususnya dalam pengembangansystem pengajaran dengan cara menetapkan rencana danstrategi yang matang terhadap apa yang akan dilakukannya,disamping pengembangan kerja sama diantara guru, stafadministrasi dan siswa demi kelancaran dan peingkatanproses Belajar Mengajar di sekolah yang dipimpinnya .

3. Pidarta (1988 ) menjelaskan tentang pengembangan strategidari Ketrampilan konseptual yang mempunyai tujuan agarpelaksanaan pendidikan dengan memanfaatkan kopetensinyasecara maksimal sesuai dengan fasilitas yang disediakanoleh lembaga, dimana strateginya termasuk pelayanan dengancara memberikan pelayanan terbaik terhadap kebutuhan, baikkebutuhan guru atau siswa, dan juga memberikan bimbinganbelajar serta memberikan wawasan kedepan yang akandihadapi oleh siswa

4. Robins (1982 ) memaparkan tentang KetrampilanKonseptual yang berkaitan dengan strategi pengembangan dankebijaksanaan, sebab ada kalanya kebijaksanaanmemungkinkan dapat terlaksana apabila didukung dengankebijaksanaan tertentu. Kebijaksanaan itu sendirimerupakan bimbingan yang tidak pasti untuk mengambilkeputusan yang dapat memberikan kesempatan kepada manajeruntuk memberikan pertimbangan pertimabangan pribadi dalammengatasinya apabila ada rintangan rintangan yangmenghambat.

5. Massie ( 1973 ) menyampaikan suatu konsep kebijaksanaanyang dibuat pada lembaga pendidikan perlu mempertimbangkansecara matang sebelum dilaksanakan. Ia menyarankan untukmemperhatikan cirri cirri suatu kebijaksanaan sebagaiberikut : a). Kebijaksanaan hendaknya berhubungan dengantujuan organisasi. b). Kebijaksanaan itu hendaknnya dapatdifahami dalam bentuk tulisan maupun lisan c)Kebijaksanaan harus dijelaskan secara gamblang agar dapatdilaksanakan dimasa yang akan datang d) Kebijaksanaandapat menyesuaikan diri dengan arah stabilitas lembaga

65

agar tidak terganggu. e) Kebijaksanaan dapatdiinterpretasikan oleh orang yang mengendalikan .

6. Yulk (1989 ) mengemukakan bahwa pimpinan ( KepalaSekolah ), untuk mengembangkan agenda yang mengandungtujuan tujuan, berkaitan dengan rencana rencana yangberhungan dengan tugas guru disertai dengan kebutuhankebutuhan yang berkembang dewasa ini, maka diperlukanpengembangan strategi ketrampilan konseptual berupaperencanaan yang matang . Kepala sekolah dengan menerapkanketrampilan konseptual dalam menyusun perencanaannya,merupakan salah satu fungsi pengorganisasian atau fungsipembagian kerja pada sekolah yang dipimpinnya.Pengorganisasian itu sendiri sebagai mana menurut pendapatHasibuan ( 1984 ) dapat diartikan sebagai penentuanpekerjaan pekerjaan yang harus dilakukan

7. Kepala Sekolah dengan konsep perencanaannya dapat membuatpengelempokan pengelompokan tugas dan membagi bagikanpekerjaan kepada para guru serta menentukan hubunganhubungan antara pribadi sekolah tersebut dan disusun dalamstruktur organisasi yang jelas sehingga tergambar hbungankerja yang kompak antara komponen komponen warga sekolahdalam mencapai tujuan dan setelah terlaksana pembagiantugas pekerjaan dimaksud, sewaktu waktu Kepala Sekolahmengadakan evaluasi seberapa jauh tujuan tujuanyangditetapkan tercapai.

8. Tilaar (1992) menjelaskan tentang fungsi evaluasi yangberkaitan dengan hal tersebut diatas dengan memaparkanpengertian dari Evaluasi dalam proses pendidikan adalah :mengontrol sejauh mana hasil yang telah dicapai denganprogram yang telah direkayasa dalam kurikulum. Iamenjelaskan pula bahwa evaluasi adalah suatu proses dalamrangka mencari informasi terhadap apa yang sedang dansudah dilaksanakan dalam pelaksanaan program pendidikan disekolah.

9. Berkaitan dengan konsep Kepala sekolah, Sucipto ( 1991)memberi pandangan tentang tujuan evaluasi programsekolah : Evaluasi berfungsidan bertujuan : a) untukmemperoleh informasi apakah pada akhir priode tertentu,pekerjaan telah berhasil. b). menjamin cara kerja yangefektif dan efisien c). memperoleh fakta fakta tentangkesukaran kesukaran untuk menghindari situasi yang dapat

66

merusak d) memejukan kesanggupan para guru dan orangtuamurid dalam pengembangan organisasi sekolah .

C. Ketrampilan Manusiawi Kepala Sekolah a). Firman Allah SWT dalam Alqu’an yang maksudnya “manusia

telah diciptakan oleh Allah SWT , memiliki harkat danmartabat yang mampu mengemban kodrat Allah dan sebagaipribadi individu juga sebagai mahluk sosial. Sebagaimahluk pribadi manusia dapat berdiri sendiri mampubertindak, berbuat apa saja dimuka bumi ini menurut hatinuraninya, dan manusia yang memiliki akal yang waras mampumenentukan pekerjaan yang dilakukan , mana yang baik danmana yang buruk . Namun sebaga mahluk sosial membutuhkanpribadi individu lainnya dan menunjukkan salingketergantungannya , hal ini dapat pula dijadikan sebagaidasar untuk mengkaji sejauh mana pengertian dariketrampilan manusiawi dan hubungan manusiawi yangmembutuhkan suatu niat baik antara sesama individu . Makadasar ini juga , bagi seorang pemimpin khususnya kepalasekolah tanpa melihat posisinya sebagai atasan jugabawahan karena dengan cara kemampuan berfikir sepertiinilah akan diperlukan untuk memperlihatkan perasaan,mengikuti dan mempertahankan kepentingannya yang sukaataupun tidak suka harus menerima setiap individu sebagaibagian dari kelompok organisasi dilingkungan kerjanya,saling menghargai tugas dan kewajibannya masing masingsehingga hasil hasil yang dicapai berkat adanya kerjasama

b) Davis ( 1962 ) mengemukakan bahwa pemimpin sebagaianggota organisasi dapat bekerja secara efektif denganseluruh karyawan apabila pemimpin menempatkan merekasebagai manusia . Kendati tidak mudah memahami sifatmanusia, karena setiap individu berbeda satu dengan yanglainnya, biarpun begitu sifat dan tabiat manusia perludipelajari agar dapat menjadikan hubungan manusiawi secaraefektif. Berdasarkan uraian ini dapat memperoleh suatupenjelasan bahwa sebagai seorang pemimpin ( KepalaSekolah) selaku individu harus mampu menjalin kerjasamadengan guru karyawan dan siswa serta anggota masyarakatlingkungan sekitarnya berinteraksi mengatasi segala bentukpermasalahan yang terjadi di sekolah

c) Effendi (1979 ) memaparkan bahwa ketrampilan manusiawimerupakan kemampuan seseorang pemimpin ( Kepala Sekolah )

67

didalam bekerjasama dan melalui orang lain secaraefektif . Kepala sekolah dalam mencapai kemampuan iniharus dapat mengenal dirinya dan orang lain . Ketrampilanmanusiawi ini merupakan suatu kemampuan yang dimiliki olehsetiap individu dalam melaksanakan hubungan manusiawisaling mempengaruhi satu dengan yang lainnya untuk dapatbekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dimana seorangpemimpin/ kepala sekolah penekanan tertentu dengan banyakterlibat dalam kotak kontak manusiawi.

d) Davis ( 1962 ) memokuskan pandangangannya tentangpengertian hubungan manusiawi dalam arti yang luas dansempit menjelaskan sebagai berikut : “a). Hubunganmanusiawi yang diterapkan secara luas pada setiapinteraksi didalam kegiatan bisnis, pemerintahan,kelompokkelompok sosial, sekolah dan rumah dilakukan oleh setiaporang tidak hanya terbatas pada satu organisasi ataukelompok kelompok tertentu, dan tidak dibatasi denganadanya birokrasi , melainkan bisa dilaksanakan dimana sajamelalui interaksi dan saling pengertian serta memperolehkepuasan bathin”. “b) hubungan manusia yang diterapkansecara sempit adalah interaksi antaraseseorang denganorang lain, akan tetapi interaksi ini hanyalah dalamsituasi kerja didalam organisasi

e) Effendi (1979 ) memberikan pandangan tentang hubunganmanusiawi dalam artian sempit adalah : bagaimana orangdalam berinteraksi dengan mitra kerjanya maupun dalammenciptakan suasana menyenangkan, sehingga muncul adanyapengakuan dan penghargaan atas pelaksanaan tugas, dengansikap keterbukaan, keakraban, serta bagaiman perasaansaling harga menghargai dapat dipupuk dan dibina dalamlingkungan kerjanya masing masing

f) Yulk ( 1989 ), memiliki pandangan yang berbeda denganpendapat tersebut diatas, tentang ketrampilan manusiawidimaksud. Ia melihat dari sudut pandang pemimpin yangharus memiliki profilprilaku kepemimpinan sebagaiberikut :

1). Perhatian terhadap prestasi artinya denganmemperhatikan pentingnya prestasi kerja para bawahan,pemimpin berusaha meningkatkan produktivitas danefisiensi dan menunjukkan kepada bawahan untuk bekerjasesuai dengan kapasitas yang ada

68

2). Tenggang rasa artinya membina sikap yang ramah sertamembangun sikap obyektifitas dan keterbukaan kepadabawahannya,

3). Inspiratif artinya pemimpin perlu mendorong antusiasbawahannya dalam mengerjakan tugas kelompok,mendorong rasa percaya anggota kelompok terhadapkemampuannya untuk melaksanakan tugas tugas dengansukses dan dapat mencapai tujuan

4). Penghargaan beupa pengakuan artinya pemimpin menekanperhatian kepada penghargaan dan pengalamanterhadap prestasi bawahan secara efektif denganmenunjukkan penghargaan terhadap hasil hasil khususdan kontribusi yang telah diberikan kepada organisasi,dengan cara meyakinkan bawahan yang jelas,memberikan penilaian yang positif terhadap ide ide dansaran saran yang bermanfaat .

5) Merancang kemungkinan kemungkinan penghargaanartinya menghargai prestasi bawahan secara efekti berupapemberian keuntungan nyata seperti kenaikan upah,promosi, tugas tugas yang lebih banyak serta pengaturankerja yang lebih baik .

6). Partisipasi Keputusan artinya pemimpin berkonsultasidengan bawahan dan memberikan kesempatan kepadabawahan untuk mempengaruhi keputusan pimpinan.

7). Pelatihan artinya pemimpin menetapkan kebutuhanpelatihan bawahan dan memberi kesempatan untukmengikuti pelatihan sesuai dengan keperluan.

8). Fasilitas Kerja artinya perhatian pimpinan terhadapkelengkapan peralatan , jasa pendukung serta berbagaisumber lainnya yang dapat melancarkan tugas tugasbawahannya.

9) Fasilitas Interaksi artinya perhatian pimpinan untukmemberikan suatu kondisi yang memungkinkan tiap tiapbawahan dapat saling berinteraksi secara kekeluargaan,bekerjasama saling tukar informasi dan ide ide serta salingmembantu.

10). Pengelolaan Konflik artinya perhatian pimpinan untukmencegah timbulnya bawahan yang saling berselisih secaraemosional dan mendorong pemecahan konflik , serta

69

membantu menyelesaikan konflik yang dialamibawahannya

g). Sutisna (1993) mengungkapkan bawa hubungan manusiawi

dalam bidang pendidikan adalah dimana seorang kepalasekolah mampu memberikan komunikasi dua arah yang terbukadengan personal sekolah dan anggota masyarakat lainnyauntuk menciptakan suasana yang kondusif disekolah dalamrangka meningkatkan kinerja guru.

h). Else Bree ( 1967 ) menjelaskan hubungan manusiawi dalamkonteks pandangan yang berbeda yaitu ketrampilan hunganmanusiawi merupakan kemampuan kepala sekolah untuk bekerjasama dengan individu individu dan kelompok untukmenyelesaikan konflik antara orang orang didalam sekolahdan dalam rangka menyelenggarakan ketrampilannya secaraefektif.

i) Oliva ( 1984) mengungkapkan tentang keharusan kepalasekolah untuk memiliki karakteristik prilaku hubunganmanusia sebagai berikut : 1). Meciptakandan memelihara hubungan yang positif dengan guru2)menciptakan dan memelihara hubungan yang positif denganpersonil sekolah lainnya 3) Menciptakan hubungan yangpositif dengan masyarakat 4). Mendukung program sekolahdan 5). Menerima kritik yang konstruktif.

j). Dari pendapat pendapat yang telah diuraikan tersebutdiatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa Kepala sekolahselaku individu yang memiliki ketergantungan atas tugasdan tanggungjawab yang diembankan kepadanya harus memilikikemampuan /ketrampilan manusiawi dalam melakukan hubunganmanusiawinya adalah sebagai berikut :

1) menciptakan iklim yang kompetitif diantara guru,Pegawai Tata Usaha, siswa, orangtua siswa, dan masyarakatlingkungan sekitarnya 2). Menjalin kerjasama dengankomponen warga sekolah guru, karyawan , siswa, oaring tuasiswa , komite sekolah dan masyarakat lingkungansekitarnya serta instasi atau sekolah lainnya . 3).Menjalin komunikasi yang baik diantara semua komponensekolah yang terkait. 4). Memberikan bimbingan dan bantuandalam menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada guru ataukaryawan. 5). Membangun semangat moral etos kerja yangtinggi terhadap bawahannya . 6). Memberikan penghargaan

70

kepada guru , karyawan dan atau siswa yang berprestasi .7). Mengikutsertakan para guru maupun karyawan dalammerumuskan keputusan . 8). Menghormati peraturansekolah .9). dan tidak membebani tugas tugas tambahan yangberlebihan pada guru ataupun karyawan sekolah.

D. Ketrampilan Organisasi Kepala Sekolah 1. Mulyadi, (1997).mengungkapkan bagaimana kemampuan

organisasi menyatakan bahwa : Kemampuan mengelola suatuorganisasi untuk bertahan hidup (survive) sangatditentukan oleh kemampuan komponen dari suatu organisasiuntuk berubah, menyesuaikan diri dengan perubahanlingkungannya yang dihadapi atau menyesuaikan diridengan perubahan potensial yang akan terjadi di masamendatang. Kemampuan manajerial organisasi untukberkembang ditentukan oleh kemampuan penyelenggaraorganisasi dalam menciptakan perubahan. Kemampuanorganisasi untuk berubah ditentukan oleh seberapa berdayapersonil organisasi dalam melakukan perubahan. Konsepemployee empowerment menjadi prasyarat untuk membangun hi-flex organization suatu organisasi yang mampu beradaptasidengan cepat,bahkan dengan cepat menciptakan perubahanuntuk merespon perubahan lingkungan yang telah terjadiatau potensial akan terjadi (dikutip dari PendidikanNetwork 2003).

2. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentangketrampilan/ kemampuan organisasi maka dipandang perlumenjelaskan terlebih dahulu tentang pengertian organisasiitu sendiri , mengutip pendapat beberapa para ahli sebagaiberikut:

a). Owens ( 1991 ) mengungkapkan perbedaan karakteristiksuatu organisasi sekolah yang satu dengan sekolahlainnya , sebagaimana dinyatakan oleh davis dan newstrom (1985 ) adalah : keadaan organisasi lingkungan sekolah yangsatu dimana manusia melakukan pekerjaan akan berbedadengan organisasi lingkungan sekolah lainnya yang manusiamelakukan pekerjaan .

b). Dimiyati ( 1988 ) menjelaskan bahwa organisasimerupakan system sosial yang didalamnya terdapat individuindividu saling berinteraksi , interaksi antar individuataupun peribadi di sekalah yang menimbulkan suatu

71

hubungan organisasi dinamis yang mewarnai situasiorganisasi sekolah .

c). Hoy dan miskel ( 1987 ) mengungkapkan bahwa systemorganisasi adalah system sosial yang dapat di pengaruhioleh tiga unsure pokok interaksi sosial didalam organisasiitu sendiri antara lain : 1. institusi 2. budaya 3.individu.

d). Halpin dan croft ( 1964 ) dengan memperkuat teorinyamemaparkan latar belakang persekolahan . hasilpenelitiannya sebagaimana di gambarkan oleh hoy dan miskel( 1987 ) sebagai berikut : 1. rintangan ( hindrance )berkenaan dengan peranan para guru bahwa kepala sekolahmembebani mereka dengan tugas tugas rutin , pekerjaan ,kepanitiaan , dan keperluan lainnya yang dianggap guruguru sebagai pekerjaan yang tidak menyenangkan karenatidak menunjang pelaksanaan tugas pokoknya. 2.keterbatasan ( disgagement ) berkenaan dengan adanyakecendrungan guru guru untuk melakukan pekerjaan asalasalan saja tanpa disertai tanggung jawab sebagai manadiharapkan.3. semangat ( exspirite ) berhubungan dengankemauan untuk mengupayakan tercapainya pekerjaan dankepuasan karena telah terpenuhinya kebutuhan sosialmereka.4. keakraban ( intimacy ) berkaitan dengan hubunganantar pribadi guru yang erat dan menyenagkan sehinggamemperlancar pelaksanaan tugas mereka. 5. tekanan padahasil ( production emphisis ) yaitu adanya pelaksanaansupervise yang bersifat tertutup dari kepala sekolah .dalam hal ini kepala sekolah bersikap sangat mengarahkandan kurang menanggapi umpan balik yang diberikan oleh guru. guru juga tidak terhadap keadaan dan kemampuan guru. 6.kejauhan ( affarness ) berkenaan dengan perilaku kepalasekolah yang tidak akrab dan bersikap formal ,mengutamakan peraturan peraturan dan dirujukan secaratertulis , serta senantiasa menjaga jarak dengan paraguru.7. pertimbangan (evusi oeration ) hal ini berkaitandengan perilaku kepala sekolah yang menciptakan suasanakerja yang hangat dan akrab. Kepala seklah bersediamembantu memenuhi permintaan guru guru sebataskemampuannya. 8. dorongan ( thrust ) hal ini berkenaandengan prilaku kepala sekolah yang dinamis dalam usaha

72

menggerakan organisasi dengan memberikan keberadaan yangpatut di contoh guru.

e). Sergiovanini dan starrat ( 1983 ) menitik beratkanpada sebuah organisasi sangat di pengaruhi subjectivitoniklim yang lazim dirasakan dalam system organisasi formalyang mengangkat keyakinan sikap dan motivasi orang orangyang bekerja pada organisasi tersebut. pengaruh yangdirasakan oleh subyek dari system formal , gaya informaldari pimpinan serta factor lingkungan terjadi dalamorganisasi tersebut.

f). Keadaan / iklim dari pada organisasi juga merupakanperluasan konsep moral kerja, bila moral kerja hanyamenyangkut individu atau kelompok dalam bekerja makamencakup keadaan praktek, tradisi dan kebiasaan bekerjadalam organisasi sebagaimana dinyatakan oleh Pidarta( 1986 ) adalah bahwa iklim organisasi lembaga lembagadengan keadaan lembaga lembaga organisasi lainnya dapatmempengaruhi prilaku organisasi di mana anggota tersebutmelaksanakan tugas tugas organisasinya.

Berdasarkan penjelasan tentang perbedaan karakteristikdari suatu organisasi sekolah, organisasi sebagai systemsosial, pengaruh system sosial dari suatu organisasi , halhal yang melatarbelakangi dunia persekolahan, pengaruhsubyek dalam iklim organisasi sebagaimana diuraikan diatas secara singkat maka penulis memperoleh suatu gambaransejauh mana pengertian dari keterampilan organisasi yangbertumpu pada implementasi dari keterampilan manusia dalamartian bahwa keterampilan organisai dimaksudkan sebagaisuatu organisasi sekolah di mana pimpinan sekolah dapatmempengaruhi prilaku individu-individu yang tergabungdalam organisasi sekolah tersebut, dapat memberikankontribusi yang positif maupun negatif dalam menciptakaniklim organisasi di sekolah yang dipimpinnya. Kepalasekolah dengan menggunakan keterampilannya dalamorganisasi sekolah dapat memainkan peran kunci untukmencapai keberhasilan dan menciptakan keadaan dari suatuorganisasi sekolah yang dipimpinnya.

E. Ketrampilan teknik Kepala Sekolah

73

a). Pidarta, (1988) mengutip pendapat Katz mengungkapkantentang keterampilan teknik tersebut yang mengandung duahal yaitu: (a) Teknik atau keahlian manajemen, contohnyapengetahuan membuat anggaran atau penghitungan keuangan(b). Keahlian yang dipraktekkan seseorang sebelummenjadi seorang pimpinan . Lebih jauh ia mengungkapkanbahwa keterampilan teknik dimaksud perlu diketahuioleh kepala sekolah sebab ia selalu berhadapan denganpara petugas pendidikan terutama dengan para guru atauinstruktur (Pidarta, 1988). Selanjutnya menyatakan bahwasebagai seorang kepala sekolah berkewajiban membina danmembimbing para guru agar mampu melaksanakan proses ajarmengajar dengan baik. Dalam kesempatan yang sama jugaberkewajiban mengontrol cara mengajar yang dilakukanoleh para guru.

b). Pidarta (1988) menyatakan pula bahwa sebagai seorangkepala sekolah kiranya dapat membimbing dan mengontrolcara kerja kerja yang dilakukan oleh para guru, maupunstaf administrasi di sekolah untuk mengimplementasikandirinya sebagai pemimpin atau kepala sekolah, maka perlumemahami teknik teknik yang dipakai memproses pesertadidik mulai diadakan proses belajar mengajar sampaiselesai. Pada garis besarnya teknik ini dapat digolongkanmenjadi dua yaitu: (a) teknik yang berkaitan dengan prosesbelajar mengajar (b). teknik ketatausahaan. Lebih jauh iamemaparkan juga tentang pelaksanaan tugas tuigas yangdilaksanakan oleh kepala sekolah selaku supervisorpendidikan di sekolah dalam mengadakan dan mewujudkanhubungan manusiawi, membina serta mengembangkan kemampuanmengajar para guru. Terjadinya proses komunikasi antarakepala sekolah dengan para guru merupakan suatuketerampilan teknik komunikasi di mana akian terjadi kerjasama yang baik dalam p0encapaian pengajaran. Kepalasekolah yang melaksanakan pembinaan para guru dapatmempergunakan hal-hal sebagai berikut: (a) persiapan yangdiperlukan oleh peserta didik sebelum proses belajarmengajar dimulai (b). Mengarahkan tata tertib mengajar(c). Memberikan jadwal mengajar (d). Memberikantransportasi ke lokasi belajar (e) Format presensi guru(f) Format pencatatan bahan pelajaran yang sudah

74

dilaksanakan (g). Format hasil belajar (h) Model ucapanterima kasih

Sejalan dengan uraian singkat yang dijabarkandi atas maka pengertian dari keterampilan teknik dapatdiartikan sebagai kemampuan yang diperlukan oleh kepalasekolah yang merupakan suatu kemampuan kepala sekolahyang berkaitan dengan kegiatan kegiatan operasionalpendidikan dan pengajaran, dititikberatkan pada hal-halsebagai berikut: (a) Membimbing para guru dalam prosesbelajar mengajar (b) Membimbing para pegawai tata usahadalam melaksanakan administrasi ketatausahaan di sekolah(c). Membimbing para guru dalam melaksanakan penyusunan,pembuatan administrasi sekolah atau kelas, (d) Membimbingpara guru dalam melaksanakan bimbingan konseling terhadapsiswa.

c). Hoy dan Miskel (1987) meyatakan bahwa kepala sekolahhendaknya memberikan kebebasan kepada guru denganmelaksanakan teknik pengendalian dan pemeriksaan mendetaildalam rangka menunjukkan kepemimpinannya, menyingkirkankesia-siaan birokratis sehingga para guru akanmenunjukkan interaksi yang terbuka dan professional , jugapara guru akan saling menghormati satu sama lainnya sertamewujudkan keakraban di antara mereka. Ia juaga memaparkanpernyataan dari Rochedan Edward tentang bagaimana seorangkepala sekolah dengan menggunakan teknik transparansi(keterbukaan) terhadap personilnya, mewaspadai penyebabadanya konflik konflik dan bagaimana cara mengatasinya.Disamping itu kepala sekolah dapat memecahkan masalahsebagai dasar menggunakan teknik pengambilan keputusansecara terbuka yang dilakukan bersama dan menampung semuaide dan saran serta keterlibatan semua personil.

d). Piet A. Suhertian dan Frans Mataheru (1982) memilkikpandangan tentang keterampilan teknik dari seorang kepalasekolah yang berfungsi sebagai supervisor menyatakan bahwa: (a) Teknik supervisi bersifat individu, dimaksudkanadalah kunjungan kelas, observasi kelas, percakapanpribadi, saling mengunjungi kelas, menilai diri sendiri.(b). teknik supervisi bersifat kelompok. Yaitu teknik yangdigunakan untuk dilaksanakan secara bersama sama olehkepala sekolah selaku supervisor dan sejumlah guru didalam satu kelompok.

75

F. KINERJA TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN 1. Pengertian Kinerja

Banyak kalangan berpendapat bahwa kinerja dapatdiartikan sebagai unjuk kerja dan ada pula yang menyebukansebagai performance kerja istilah ini, walaupun berbedadalam pengungkapannya, akan tetapi mempunyai maksud yangsama .

1. Snell dan Wexley (1992) menyatakan bahwa kinerjamerupakan kulminasi dari elemen elemen yang salingberkaitan yakni : ketrampilan, upaya sifat keadaan dankondisi external. Ketrampilan merupakan bahan mentahyang dibawa oleh seseorang ketempat kerja berupapengalaman, kemampuan kemampuan, kecakapan kecakapaninterpersonal serta kecakapan teknik. Sedangkanelemenupaya sifat keadaan dapat diartikan sebagai motivasiyang diperlihatkan seseorang dalam menyelesaikanpekerjaannya. Kemudian kondisi eksternal dapattdiartikan sebagai kondisi yang berasal dari luarseseorang untuk mendukung produktivitas kerja.

2. Dengan demikian secara sederhana dapat diprolehpengertian bahwa Kinerja merupakan kemampuan dalammelaksanakan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengansikap, pengetahuan tugas dan keterampilan serta motivasikerja. Kinerja memilki beberapa karakteristik antaralain: 1) Melaksanakan tugas sesuai dengan harapanorganisasi 2) Personal yang menggunakan peralatan yangtersedia 3) Personal mempunyai semangat tinggi4)Personal mempunyai hubuingan baik dengan atasan maupundengan teman sejawatnya 5) Personal dapat mengatasimaslah masalah yang berkaitan dengan tugas tugas rutinyang dilaksanakan setiap hari ( Hoy dan Miskel,1978).

3. Eysench, wurburg dan Meili, 1972, menyatakan bahwapengertian kinerja dapat disamakan dengan performance.Kinerja/performance adalah hasil kerja yang dapatdicapai seseorang atau sekelompok orang lain dalam suatuorganisai sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabmasing masing dlam rangka upaya mencapai tujuanorganisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggarhukum dan sesuai dengan moral maupun etika( Purwanto,1999).

76

4. Echols dan Shadely (1993) mengungkapkan tentang kinerjayang digunakan dewasa ini ada tiga istilah (1). Unjukkerja (2) Performansi kerja dan (3). Kinerja. Kendatiistilahnya berbeda namun sebenarnya mempunyai maksudyang sama, yang istilah aslinya dalam bahasa Inggrisdisebut “ work performance”

5. Landy dan Faar (1983) mengungkapkan bahwa pengertiandari kinerja adalah performance dan dengan hasilnyamempunyai peranan utama dalam mengambil keputusan –keputusan oleh seseorang. Keputusan tersebut mengarahpada hasil yang dicapai sebagai upaya untukmerealisasikan tujuan organisasi.

6. Tempe A Dale (1992). Mengutip pendapat Bernadin bahwapengertian kinerja adalah hasil dan fungsi pekerjaanatau kegiatan tertentu di dalamnya terdiri dari tigaaspek yaitu: (1). Kejelasan tugas atau npelajaran yangmenjadi tanggung jawabnya (2). Kejelasan hasil yangdiharapkan dari suatu pekerjaan (3). Fungsi waktu yangdiperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan agarhasil yang diharapkan dapat terwujud.

7. Eyseack, Wurburg dan Meile ( dalam Encyclopedia ofpsycology, 1972) menyebutkan bahwa kinerja dapatdiartikan sdebagi tingkah laku keterampilan ataukemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan .Kinerja dapat disamakan dengan “ performance(penampilan).

8. Snell dan Wexley (1992) juga menyatakan bahwakinerja mengandung pengertian “ kulminasi dari tigaelemen yang saling berkaitan yaitu : (1). Keterampilan(2). Upaya sifat keadaan (3) dan kondisi external.Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dibawaoleh seseorang ke tempat kerja seperti pengalaman,kemampuan kecakapan- kecakapan interpersonal sertasuatu sistem operasional dalam organisasi yang mencakupiklim, kebudayaan organisasi dan daya pengelolaan.Sehingga kinerja dapat diartikan sebagai suatu tingkatdimana seseorang telah mampu melaksanakan tugas dengankriteria yang telah ditentukan.

9. Kast dan Rosenzweig (1979) menyatakan bahwa kinerjadiartikan sebagai suatu kemampuan melaksanakan tugasatau pekerjaan yangs esuai dengan sikap, pengetahuan

77

dan keterampilan serta motivasi. Karakteristik darikinerja antara lain: (1). Melaksanakan tugas sesuaidengan harapan organisasi (2). Menggunakan peralatankantor yang tersedia (3) Mempunyai semangat tinggi (4).Mempunyai hubungan kerja sama yang baik dengan atasanmaupun dengan teman sejawat, dan (5). Dapat mengatasimasalah- maslah yang berkaitan dengan tugas-tugas rutinyang dilaksanakan setiap hari.

10. Pengertian kinerja menurut pendapat Prawiroentono(1999) mengungkapkan bahwa kinerja/performance adalahhasil yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompokorang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dantanggung jawab masing- masing, dalam rangka upayamencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legaltidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupunetika.

11. Pengertian kinerja menurut Hoy dan Miskel (1978)mengemukakan bahwa kinerja merupakan suatu kemampuandalm melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengansikap, pengetahuan dan keterampilan serta motivasikaryawan. Berdasarkan pengertian diatas penulismemperoleh suatu gambaran bahwa kinerja merupakanperformancy penampilan yang ditampilkan oleh kemampuanseseorang melaksanakan tugas- tugasnya dan sebagai hasildari suatu prestasi pekerjaan yang dilakukan seseorang.Sehubungan dengan hal tersebut, kinerja guru dapatdiartikan sebagi suatu kemampuan personel dari hasilyang ditunjukkan atas suatu pekerjaan proses belajarmengajar.

12. Medley (1984) memaparkan tentang kinerja guru yangterkait dengan efektifitas guru yaitu memiliki pribadikooperatif, daya tarik, penampilan, minat besar,pertimbangan dan kepemimpinan, menguasai metode mengajaryang baik, memiliki tingkah laku yang baik saatmengajar, menguasai berbagai kompetensi dalam mengajar.

13. Sebagai tolak ukur dari kemampuan kinerja guru yangprofesional adalah : pemahaman terhadap kurikulum yangberlaku, kemampuan dalam mengelola proses belajarmengajar termasuk pendekatan, strategi, metode, teknikyang digunakan, penguasaan terhadap kegiatan evaluasi,

78

penilaian dalam rangka mengukur proses dan haasilbelajar siswa. Penilaian dimaksud termasuk kognitif,afektif dan psikomotorik

14. Gagne (1976) mengungkapkan bahawa kineja menagandungarti kapabilitas yang harus diamati. Sebagai hail prosesdiperoleh tipe-tipe kekuatan yaitun macam macamkapabilitas yang dipelajari. Kapabilitas dimaksudadalah: (1) Intelektual skilll yaitu kemampuan yangmenggunakan simbul (2) verbal information yaitukemampuan menjelaskan informasi (3) Cognitif strategiyaitu keterampilan untuk mengetahui daya belajar, dayaingat , daya fikir (4) Motor skill yaitu gerakan –gerakan yang merupakan sejumlah tindakan motorik yangterorganisir. (5) Attitude mental yang merupakan pilihanterhadap aksi atau tindakan personil

15. Dari pendapat- pendapat yang diuraikan diataspenulis memperoleh suatu kejelasan tentang pengertiankinerja. Dan dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakanunjuk kerja , performansi kerja dari unsur-unsur prilakuyang ditampilkan oleh seseorang sehubungan denganpekerjaannya. Kinerja juga berarti tingkah lakuketerampilan atau kemampuan seserang dalam menyelesaikansuatu kegiatan,. Denga kata lain kinerja merupakanunjuk kerja atau performance yang dapat dicapai olehseseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasisesuai dengan wewenang tanggung jawabnya, bersangkutansecara legal tidak melanggar hukum atau sesuai denganmoral maupun etika. Secara lebih spesifik bahwa kinerjaguru merupakan hasil dan fungsi pekerjaan atau kegiatanbelajar mengajar yang ditentukan oleh tingkatketerampilan dan kemampuan didasari oleh sikap,motivasi, kapabilitas intelektualnya, kemampuanmenyebarkan informasi, mengetahui daya belajar, dayaingat, daya fikir dan gerakan-gerakan motorik ,attitude mental terhadap suatu pekerjaan proses belajarmengajarnya

2. Kompetensi Guru 1. Sumargi, 1996) mengungkapkan bahwa : Profesionalisme

guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanyadalam hal bidang keilmuannya. Misalnya guru Biologi dapatmengajar Kimia atau Fisika. Ataupun guru IPS dapat mengajar

79

Bahasa Indonesia. Memang jumlah tenaga pendidik secarakuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu danprofesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyakdiantaranya yang tidak berkualitas dan menyampaikan materiyang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampumenyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benarberkualitas

2. Dahrin, 2000), dan lebih jauh ia menyatakan bahwa :Banyak faktor yang menyebabkan kurang profesionalismenyaseorang guru, sehingga pemerintah berupaya agar guru yangtampil di abad pengetahuan adalah guru yang benar-benarprofesional yang mampu mengantisipasi tantangan-tantangandalam dunia pendidikan. Pendidikan di Abad Pengetahuan Danhal ini terjadi sampai dengan sekarang dibeberapa daerahyang masih kekurangan guru. Para ahli mengatakan bahwa abad21 merupakan abad pengetahuan karena pengetahuan menjadilandasan utama segala aspek kehidupan. Dan

3. Menurut Naisbit (1995) ada 10 kecenderungan besar yangakan terjadi pada pendidikan di abad 21 yaitu; (1) darimasyarakat industri ke masyarakat informasi, (2) dariteknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi, (3) dariekonomi nasional ke ekonomi dunia, (4) dari perencanaanjangka pendek ke perencanaan jangka panjang, (5) darisentralisasi ke desentralisasi, (6) dari bantuaninstitusional ke bantuan diri, (7) dari demokrasiperwakilan ke demokrasi partisipatoris, (8) dari hierarki-hierarki ke penjaringan, (9) dari utara ke selatan, dan(10) dari atau/atau ke pilihan majemuk. Pada AbadIndustri dahulu, guru dituntut memiliki kemampuan mengimplementasikan proses pembelajaranya dengan persyaratan 1.Guru sebagai pengarah 2. Guru sebagai smber pengetahuan 3.Belajar diarahkan oleh kuri- kulum. 4. Belajar dijadualkansecara ketat dengan waktu yang terbatas 5.Terutamadidasarkan pd fakta 6. Bersifat teoritik, prinsip- prinsipdan survei 7. Pengulangan dan latihan 8. Aturan danprosedur 9. Kompetitif 10. Berfokus pada kelas 11. Hasilnyaditentukan sebelumnya 12. Mengikuti norma 13. Komputer sbgsubyek belajar 14. Presentasi dgn media statis 15.Komunikasi sebatas ruang kelas. 16. Tes diukur dengannorma, sedangkan pada abad pengetahuan ( abad 21 ) dituntutdengan persyaratan : 1. Guru sebagai fasilitator,

80

pembimbing, konsultan 2. Guru sebagai kawan belajar 3.Belajar diarahkan oleh siswa kulum. 4. Belajar secaraterbuka, ketat dgn waktu yang terbatas fleksibel sesuaikeperluan 5. Terutama berdasarkan proyek dan masalah 6.Dunia nyata, dan refleksi prinsip dan survei 7.Penyelidikan dan perancangan 8. Penemuan dan penciptaan 9.Colaboratif 10. Berfokus pada masyarakat 11. Hasilnyaterbuka 12. Keanekaragaman yang kreatif 13. Komputersebagai peralatan semua jenis belajar 14. Interaksi multimedia yang dinamis 15. Komunikasi tidak terbatas ke seluruhdunia 16. Unjuk kerja diukur oleh pakar, penasehat, kawansebaya dan diri sendiri. Jadi dapatlah disimpulkan bahwatuntutan kompetensi guru berbeda apabila kita melihatfakta pada abad industri berbeda dengan abad pengetahuanyaitu : 1. Pada abad industri banyak dijumpai belajarmelalui fakta, drill dan praktek, dan menggunakan aturandan prosedur-prosedur. Sedangkan di abad pengetahuanmenginginkan paradigma belajar melalui proyek-proyek danpermasalahan-permasalahan, inkuiri dan desain, menemukandan penciptaan. 2 Betapa sulitnya mencapai reformasi yangsistemik, karena bila paradigma lama masih dominan, dampakreformasi cenderung akan ditelan oleh pengaruh paradigmalama. 3. Meskipun telah dinyatakan sebagai polaritas,perbedaan praktik pembelajaran Abad Pengetahuan dan AbadIndustri dianggap sebagai suatu kontinum. Namun perludiingat dalam melakukan reformasi pembelajaran, metode lamatidak sepenuhnya hilang. 4. Praktek pembelajaran di AbadPengetahuan lebih sesuai dengan teori belajar modern.Melalui penggunaan prinsip-prinsip belajar berorientasipada proyek dan permasalahan sampai aktivitas kolaboratifdan difokuskan pada masyarakat, belajar kontekstual yangdidasarkan pada dunia nyata dalam konteks ke peningkatanperhatian pada tindakan-tindakan atas dorongan pembelajarsendiri. 5. Pada Abad Pengetahuan nampaknya praktekpembelajaran tergantung pada piranti-piranti pengetahuanmodern yakni komputer dan telekomunikasi, namun sebagianbesar karakteristik Abad Pengetahuan bisa dicapai tanpamemanfaatkan piranti modern. Meskipun teknologi informasidan telekomunikasi merupakan katalis yang penting yangmembawa kita pada metode belajar Abad Pengetahuan, perludiingat bahwa yang membedakan metode tersebut adalah

81

pelaksanaan hasilnya bukan alatnya. Kita dapat melengkapiperalatan lembaga pendidikan kita dengan teknologi canggihtanpa mengubah pelaksanaan dan hasilnya.

4. Akhirnya yang paling penting, paradigma baru pembelajaranini memberikan peluang dan tantangan yang besar bagiperkembangan profesional, baik pada preservice daninservice guru-guru kita., paradigma ini menggam-barkanredefinisi profesi pengajaran dan peran-peran yangdimainkan guru dalam proses pembelajaran. Meskipunkebutuhan untuk merawat, mengasuh, menyayangi danmengembangkan anak-anak kita secara maksimal itu akanselalu tetap berada dalam genggaman pengajaran, tuntutan-tuntutan baru Abad Pengetahuan menghasilkan sederet prinsippembelajaran baru dan perilaku yang harus dipraktikkan.Pengembangan Profesionalisme Guru menurut para ahlimenyatakan bahwa profesionalisme menekankan kepadapenguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemenbeserta strategi penerapannya.

3. Profesi Guru Ditinjau dari pemberdayaan guru dan siswa,

UAN sama sekali tidak berguna. Otoritas guru untukmerencanakan, menyusun, dan memberikan penilaian kepadasiswa-siswanya sebagai bagian integral dari tugasnya telahdirebut. Seperti di masa-masa lalu guru tetap tidakdipercaya mampu melakukan tugasnya dengan baik. UAN lalumenjadi semacam pusat perhatian dalam proses pembelajaran.Dan, seperti juga EBTANAS di masa lalu, seluruh prosespembelajaran dipusatkan kepada upaya untuk sukses dalam UANsehingga hakikat proses pembelajaran menjadi terabaikan.Biarkan sekolah mengevaluasi sendiri hasil kerjanya. Untukmelakukan kontrol terhadap kualitas pendidikan dapatdilakukan dengan pemberian tes standar setiap tahun padasiswa-siswa setiap kelas di semua jenjang pendidikan .Dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalampelaksanaan sebagaimana kiat yang dimaksudkan diatas.

1. Qodry A. Azizy ( 2003: 24) mengungkapkan bahwa gurumenempati peranan yang suci dan mulia dalam mengelolakegiatan pembelajaran. Peranan ini dapat diemban apabilaguru memilki tingkat kinerja dan kemampuan profesionalnyayang tinggi. Kemampuan dan kinerja profesionalnya tidakdapat diukur dari kemampuan atau kinerja intelektualnya

82

melainkan pula harus memilki keunggulan dalam aspek moral,keimanan dan ketaqwaan, disiplin yang tinggi, tanggungjawab serta keleluasaan wawasan kependidikannya dalammengelola kegiatan pembelajaran, juga memiliki keleluasaanpendidikan yang bercirikan tumbuhnya semangat keterbukaandalam profesi yang diembannya. Keleluasaan dandiversifikasi layanan berdasarkan tugas profesionalnya jugamenjadikan persyaratan ,dan persyaratan yang lain yangharus dimiliki adalah sebagai berikut: (a) . Sudah dewasa(b) Sehat jasmani dan rohani (c). Mempunyai kompetensiyang cukup (d). Memilki keahlian dalam mendidik danmengajar (e). Bermoral serta berdedikaisi tinggi.Selanjutnya Qodri mengutip pendapat Zakiah Darajat yangmengkolaboasikan peranan guru dengan persyaratan untukmenjadi guru dititikberatkan pada” Bermral dan berdedikasitinggi”, mengandung pengertian : (a). Mentaati jabatannasebagi guru (b). Bersikap adil terhadap semua muridnya(c). Berlaku sabar dan tenang (d). Berwibawa (e). Gembira(f). Bersifat manusiawi (g) Bekerja sama denganmasyarakat.

Dalam pendapatnya juga menyatakan bahwa tidakmmudah mengetahui guru mana yang memiliki peranan yangsuci dan mulia tersebut kendati memilki persyaratan pokoksebag diuraikan diatas. Selanjutnya Qodri mengutip pendapatMuhammad Yunus (2003), di samping memiliki persyaratan diatas peranan guru harus pula memilliki persyaratan sebagaiberikut : (a). Kasih sayang kepada anak didiknya (b) lemahlembut (c) Rendah diri (d). Menghormati yang bukanpegangannya (e). Besikap dan berlaku adil (f ).Menyenangi ijtihad (g). Konsisten (h). Sederhana.

Lebih jauh ia mengungkapakan bahwa peran gurusebagai pelaksana pendidikan disekolah tentunya dapatmemenuhi persyaratan persyaratan tersebut dan diharapkanmampu mendong , memotivasi para peserta didiknya untukaktif terhadap kegiatan kegiatan belajarnya. Mutu dan hasilbelajar murid sangat tergantung bagaimana guru berperandalam mempersiapkan kemasan pelajaran dan metodologi yangdigunakannya.

2 Ketetapan MPR no II/MPR/ 1988 bertujuanmeningkatkan kualitaas manusia ……… sehat jasmani danrohani, mengandung pengertian yang mendalam bahwa peranana

83

guru khususnya guru pendidikan jasmani, dipersyaratkanmemilki kualitas utama adalah “ Sehat jasmani dan rohani”dan tidak hanya guru, namun siswapun harus memilki kualitastersebut. Memiliki kualitas sehat jasmani dan rohani (gurudan siswa) sangat mempengaruhi upaya peningkatan kualitaskemampuan akademiknya.

Guru dan siswa yang memilki kualiotas sehatjasmani dan rohani yang andal secara langsung maupun tidaklangsung mempengaruhi pula prilaku yang ditunjukkan olehmasing-masing individu kendati setiap individu memilkiipotensi/ kemampuan dasar yang berbeda- beda. Jikaindividu benar- benar memperhatikan faktor kesehatanjasmani dan rohaninya akan menjadi motivasi dalam kegiatanbelajar mengajar dan prestasinya akan mendekati optimalsesuai dengan kemampuan dan tingkat kecerdasan masing-masing dalam hal ini berlaku bagin semua guru dan siswayang melakukan kegiatan belajar mengajar. Apalah artinyaperanan guru, jika tidak memperhatikan dan tidak memilkifaktor kesehatan jasmani dan rohani begitu juga siswa,sebaik apapun dan sesempurna apapun tujuan pendidikankalau pelaku pendidikan ( guru dan siswa ) termasukkategori tidak memilki faktor kesehatan jasmani dan rohani,maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai.

3. Sejalan dengan uraian di atas maka fokus perhatianuntk para guru penjas khususnya yang memiliki peranan dalampencapaian peningkatan mutu akademik siswa terletak pada:(a). karakteristik kesehatan jasmani cara fisik dan rohaniserta potensi yang dimilki (b). Karakteristik kesehatanjasmani dan rohani guiru serta kemampuan profesionalnya.(c). Interaksi antara guru dan siswa (d). Suatu lingkunganyang kondusif. (e). sarana prasarana serta fasilitas yangdimililki masing- masing sekolah. Pendapat ini munculkarena didasari oleh penglaman penulis secara pribadiselaku guru pendidikan jasmani (dikutip dati buku KBK,2002). Banyak kalangan para ahli memperdebatkan bahwapendidikan jasmani cukup diberikan melalui kegiatanekstra kurikuler saja mengingat terbatasnya waktupengajarannya. Maka timbullah suatu polemik , mana yangharus diutamakan . Sebetulnya hal itu tidak perlu terjadidan menurut pendapat dan pengalaman penulis di lapangansebagai guru pendidikan jasmani,. Sebagai tolak ukur

84

keberhasilan peningkatan kualitas mutu pendidikan itutergantung pada (a). efektifitas pengajaran (b).Menekankan pada penguasaan materi dan kompetensi dasarserta (c). Penguasaan cara-cara belajar. Ketiga haltersebut merupakan strategi utama yang harus ditempuh agarpengajaran menjadi efektif dengan syarat: (1). Upaya gurulebih bersungguh sungguh bekerja lebih keras sertabersemangat mengajar. disamping itu siswa mau mempelajaridan menyenangi pelajaran. (20. Guru harus berupayaseoptimal mungkin agar siswa benar benar menguasai apayang telah diajarkan. (3). Guru dalam mencapai tujuanpengajarannya hendaknya disertai dengan “support” yangmemadai dengan keberhasilan tugasnya (buku KBK, 2002.)

4. Peranan guru. Peran dan fungsi guru serta tugas guru sebagai salahsatu faktor determinan bagi keberhasilan pendidikan, makakeberadaan dan peningkatan profesi guru menjadi wacanayang sangat penting. Pendidikan di abad pengetahuanmenuntut adanya manajemen pendidikan modern danprofesional dengan bernuansa pendidikan. Namun Kemerosotanpendidikan telah terjadi bukan diakibatkan oleh kurikulumtetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dankeengganan belajar siswa. Profesionalisme menekankankepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuanmanajemen beserta strategi penerapannya. Profesionalismebukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapilebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebihdari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilanyang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yangdipersyaratkan.

Guru yang profesional pada dasarnya ditentukan olehattitudenya yang berarti pada tataran kematangan yangmempersyaratkan willingness dan ability, baik secaraintelektual maupun pada kondisi yang prima.Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terusmenerus. Usaha meningkatkan profesionalisme guru merupakantanggung jawab bersama antara LPTK sebagai pencetak guru,instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdiknas atauyayasan swasta), PGRI dan masyarakat.

85

Keberadaan guru sebagai pengajar berfungsi pula sebagikomunikator, sumber dan penyedia informasi denganmemperhatikan keadaan belajar, tingkat pertumbuhan danperbedaan individu yang yang terdapat diantara mereka.Oleh karena itu, keberadaan dari guru dituntut un\tukmempersiapkan hal-hal sebagi berikut; (1). Keberadaanguru diharuskan untuk menentukan “ Instructionalobjektives” yang hendak dicapai pada jam pelajaranbersangkutan dan (2). Instructional objectives terseburdipaparkan dalam penyusunan Rencana pembelajaran (3).Menetukan “entering behavior “ ( kondisi siswa dalam artikondisi kesiapan kemampuan belajarnya). (4). Mengenalimurid dan siapa murid itu, bagaimana latar belakanagkeluarga, lingkungan sosialnya, fisik dan menalnya sampaipada kesiapan untuk menerima pelajaran. (5). Gurumenentukan langkah- langkah prosedural dalam mengajarkanmateri pelajaran. (6). Menentukan cara dan teknik evaluasisetelah proses belajar mengajar (17) Guru mempedomanilangkah langkah tersebut dalm memperkecil kesalahankesalahan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.(8). Guru hendaknya selalu mengacu pada persyaratan/persiapan tersebut guna mengetahui sejauh mana kinerjayang dilakukan dalam melaksanakan profesinya. Guru yangprofesional tentunaya memiliki tingkat berfikir kreatif,inovatif dan madani serta memilki komitmen tinggi terhadaptugasnya, selalu menjunjung tinggi citra profesi guruKosenu Weight (1981) menyatakan bahwa guru memilikitingkat kemamppuan berbeda-beda: 1. Guru yang tigkatkinerjanya rendah memiliki ciri-ciri sebaagai berikut: a)Taidak memikliki kemampuan melaksanakan tugas mengajarsesuai progaram yang telah disusunya b) tiodak memilkikemampuan menemukan program pengajaran c) tiadak memilikikemampuan dalam melaksanakan program hasil belajar siswa2. Guru yang tinggat kinerjanya tinggi memilikikarakteristik sebagai berikut: a) memilki kemampuanmerencanakan progaram pengajaran b). Memilkikemampuanmelaksanakan tugas mengajar sesuai program yanagtelah disusunnya. c) memilki kemampuan melaksanakanevaluasi belajar Persyaratan guru yang profesionalsebagaimana diungkapkan oleh Usman (2001 ) 1) Menuntutadanya aketerampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu

86

pengetahuan yang mendalam 2) Memilki keahlian di bidangtertentu sesuai dengan bidang profesinya 3) Memilikikelayakan pendidikan 4) Memilki kepekaan terhadap dampakyang terjadi di masyarakat dari pekerjaan yangdilaksanakan 5) Sejalan dengan pengemabangan dinamikakehidupan 6) Memilki kode etik sebagaia acuan melaksanakantugas dan fungsinya. 7) Memilki objek layanan yang tetap8) Diakui oleh masyarakat karena diperlukan jasanya.Untuk menjadi guru yang profesional dituntut memilkipersyaratan tersebut di atas. Hal ini dimaksudkan bahwaguru mampu bekerja dengan baik sesuai dengan tuntutanpekerjaannya dan norma – norma yang berlaku, memilkikemampuan teoritis dan praktis serta motivasi kerja., disamping itu juga memilki kemampuan melaksanakan fungsikhusus yaitu membuat dan melaksanakan keputusan-keputusandalam pembelajaran peserta didik memiliki dedikasi yangtinggi penuh tanggung jawab mengutamakan nilai kemanusiaandaripada nilai material. Jabatan guru secara hakiki adalahpanggilan untuk melayanuin peserta didiknya yangdiserahkan tanggung jawab kepada mereka, suka atau tidasuka guru harus sanggup untuk bersikap profesional yangmeliputi: (a)Pengetahuan mereka terhadap murid yangdibimbingnya, (b). Terhadap pelajaran yang diajarkan (c).Keterampilan guru dalam memotivasi dan membimbing caramurid belajar. (d)Kecakapan dalam menerangkan danmenyesuaikan pelajaran dengan kemapuan anak mulai darianak yang lambat sampai anak yang pandai (e).Cara menilaihasil belajar anak (f). Cara menangani masalah disiplin(g)Cara menilai pertumbuhan dan perkembangan anak. (h)Cara mengikutsertakan anak dalam merencanakan kegiatanbelajar. dan car berkomunikasi dengan orang tua.

5. Profesionalisme Guru Keterkaitannya dengan profesionalisme Guru dimana

jabatan Kepala Sekolah hanya merupakan tugas tambahan,tugas pokok dan atau profesinya adalah sebagai guru dansejauh mana kompetensi profesionalnya dan sebagai gambaransecara umum penulis mengutip beberapa pendapat para ahli

87

tentang kompetensi professional guru beserta tinjauanpermasalahannya :

(a). Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalismebukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapilebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebihdari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yangtinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yangdipersyaratkan, dengan memperhatikan kualitas guru diIndonesia memang jauh berbeda dengan dengan guru-guru yangada di Amerika Serikat atau Inggris.

b) Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996)mengungkapkan bahwa. Di Amerika Serikat pengembanganprofesional guru harus memenuhi empat standar standarpengembangan profesi guru yaitu;

(1) Standar pengembangan profesi A adalah pengembanganprofesi untuk para guru sains memerlukan pembelajaran isi sainsyang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui sebuah prosesobservasi fenomena alam, membuat penjelasan-penjelasan danmenguji penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan fenomenaalam;

(2) Standar pengembangan profesi B adalah pengembanganprofesi untuk guru sains memerlukan pengintegrasianpengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa, jugamenerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains. Padaguru yang efektif tidak hanya tahu sains namun mereka juga tahubagaimana mengajarkannya. Guru yang efektif dapat memahamibagaimana siswa mempelajari konsep-konsep yang penting,konsep-konsep apa yang mampu dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan pengalaman,contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa belajar; (3) Standar pengembangan profesi C adalah pengembanganprofesi untuk para guru sains memerlukan pembentukanpemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran sepanjangmasa. Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan memilihprofesi guru, mereka telah berkomitmen untuk belajar sepanjangmasa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga guruberkesempatan terus untuk belajar;

(4) Standar pengembangan profesi D adalah program-programprofesi untuk guru sains harus koheren (berkaitan) dan terpadu.Standar ini dimaksudkan untuk menangkal kecenderungan

88

kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasidan tidak berkelanjutan.

c) Supriadi (dalam jurnal Educational Leadership 1998)mengungkapkan bahwa apabila guru di Indonesia telahmemenuhi standar profesional guru sebagaimana yang berlakudi Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya ManusiaIndonesia semakin baik. Selain memiliki standar profesionalguru, dijelaskan bahwa untuk menjadi profesional seorangguru dituntut untuk memiliki lima hal:

(1) Guru mempunyai komitmen pada siswa danproses belajarnya, (2) Guru menguasai secara mendalambahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta caramengajarnya kepada siswa, 3) Guru bertanggung jawabmemantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi,(4) Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yangdilakukannya dan belajar dari pengalamannya, (5) Guruseyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalamlingkungan profesinya.

(d) Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yangprofesional dipersyaratkan mempunyai;

(1) dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadapmasyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21;(2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksispendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanyamerupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan prosesyang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikanhendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakatIndonesia; (3) pengembangan kemampuan profesionalberkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yangberkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTKdengan praktek pendidikan. Lebih jauh ia mengatakan bahwakekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnyaprogram pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratisyang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah. Jadi denganadanya persyaratan profesionalisme guru dimaksud , perlu adanyaparadigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yangprofesional di abad 21 yaitu; (1) memiliki kepribadian yang matangdan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilanuntuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan(4) pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat

89

aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapatdipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikutmempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional. Iamenambahkan bahwa dimensi lain dari pola pembinaan profesi guruadalah : (1) hubungan erat antara perguruan tinggi denganpembinaan SLTA; (2) meningkatkan bentuk rekrutmen calon guru; (3)program penataran yang dikaitkan dengan praktik lapangan; (4)meningkatkan mutu pendidikan calon pendidik; (5) pelaksanaansupervisi; (6) peningkatan mutu manajemen pendidikan berdasarkanTotal Quality Management (TQM); (7) melibatkan peran sertamasyarakat berdasarkan konsep linc and match; (8) pemberdayaanbuku teks dan alat-alat pendidikan penunjang; (9) pengakuanmasyarakat terhadap profesi guru; (10) perlunya pengukuhanprogram Akta Mengajar melalui peraturan perundangan; dan (11)kompetisi profesional yang positif dengan pemberian kesejahteraanyang layak.

(d) Semiawan (1991) mengungkapkan bahwa: Apabilasyarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhiakan mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guruyang kreatif dan dinamis, pemenuhan persyaratan guruprofesional akan mengubah peran guru yang semula sebagaiorator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalammenciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yanginvitation learning environment.

e) Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, gurumemiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator,informator, komunikator, transformator, change agent,inovator, konselor, evaluator, dan administrator (Soewondo,1972 dalam Arifin 2000).

f) Mereka menyatakan pula bahwa : Pengembanganprofesionalisme guru menjadi perhatian secara global,karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikaninformasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi,melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahandalam era hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantupeserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadapberbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembangdalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputiaspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial,emosional, dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat

90

karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi mudamemasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkandiri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagaiprofesional.

g) Faktor-faktor Penyebab Rendahnya ProfesionalismeGuru dan Kondisi pendidikan nasional kita memang tidaksecerah di negara-negara maju. Baik institusi maupun isinyamasih memerlukan perhatian ekstra pemerintah maupunmasyarakat. Dalam pendidikan formal, selain ada kemajemukanpeserta, institusi yang cukup mapan, dan kepercayaanmasyarakat yang kuat, juga merupakan tempat bertemunyabibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu penyemaianyang baik. Pekerjaan penyemaian yang baik itu adalahpekerjaan seorang guru. Jadi guru memiliki peran utamadalam sistem pendidikan nasional khususnya dan kehidupankita umumnya. guru sangat memungkinkan dalam menjalankanprofesinya bertentangan dengan hati nuraninya, karena iapaham bagaimana harus menjalankan profesinya namun karenatidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau komandomaka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan dalamtindakan nyata.

h) Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya kemandirianatau otonomi itulah yang mematikan profesi guru darisebagai pendidik menjadi pemberi instruksi atau penatar.Bahkan sebagai penatarpun guru tidak memiliki otonomi samasekali. Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrolmelalui keharusan membuat satuan pelajaran (SP). Padahal,seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar diatas lima tahun sebetulnya telah menemukan pola belajarnyasendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali mengajarmembuat SP maka waktu dan energi guru banyak terbuang.Waktu dan energi yang terbuang ini dapat dimanfaatkan untukmengembangkan dirinya.

i) Akadum (1999) menyatakan bahwa dunia guru masihterselimuti oleh dua masalah yang memiliki mutual korelasiyang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaanbeberapa pihak terutama pengambil kebijakan; hal inidisebabkan oleh : (1) profesi keguruan kurang menjaminkesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gajiberimplikasi pada kinerjanya; (2) profesionalisme gurumasih rendah. selain itu disebabkan oleh antara lain; (a)

91

masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secarautuh. Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja diluar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untukmeningkatkan diri tidak ada; (b) belum adanya standarprofesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negaramaju; (c) kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruantinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asaljadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangansehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadapetika profesi keguruan; (d) kurangnya motivasi guru dalammeningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untukmeneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen diperguruan tinggi Ia juga mengemukakan bahwa ada limapenyebab rendahnya profesionalisme guru; (1) masih banyakguru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2)rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma danetika profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmupendidikan dan keguruan masih setengah hati daripengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal initerbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetaktenaga keguruan dan kependidikan, (4) masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yangdiberikan kepada calon guru, (5) masih belum berfungsi PGRIsebagai organisasi profesi yang berupaya secara makssimalmeningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRIbersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutamauntuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkankesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatangPGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme paraanggo-tanya. Dengan melihat adanya faktor-fak tor yangmenyebabkan rendahnya profesionalisme guru, pemerintahberupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkanprofesi guru. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru. DanPemerintah telah berupaya untuk meningkatkanprofesionalisme guru diantaranya meningkatkan kualifikasidan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagitenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruantinggi. Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guru SD,Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagiguru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak

92

bermakna banyak, kalau guru tersebut secara entropi kurangmemiliki daya untuk melakukan perubahan. Selain diadakannyapenyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintahadalah program sertifikasi. Program sertifikasi telahdilakukan oleh Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi AgamaIslam (Dit Binrua) melalui proyek Peningkatan MutuPendidikan Dasar (ADB Loan 1442-INO) yang telah melatih 805guru MI dan 2.646 guru MTs dari 15 Kabupaten dalam 6wilayah propinsi yaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur, NTB dan Kalimantan Selatan (Pantiwati, 2001).lebih jauh ia mengungkapkan bahwa selain sertifikasi upayalain yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkanprofesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru,dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guruuntuk berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-masalahyang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi,1998) memaparkan, profesionalisasi harus dipandang sebagaiproses yang terus menerus. Dalam proses ini, pendidikanprajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran,pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja,penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakankode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calonguru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukanpengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.Dengan demikian usaha meningkatkan profesionalisme gurumerupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagaipenghasil guru, instansi yang membina guru (dalam hal iniDepdiknas atau yayasan swasta), PGRI dan masyarakat.

Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah diatas, faktor yang paling penting agar guru-guru dapatmeningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakanbanyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yangakan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah,jelaslah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru akanmencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya.Tidak heran kalau guru-guru di negara maju kualitasnyatinggi atau dikatakan profesional, karena penghargaanterhadap jasa guru sangat tinggi. Dalam Journal PAT (2001)dijelaskan bahwa di Inggris dan Wales untuk meningkatkanprofesionalisme guru pemerintah mulai memperhatikanpembayaran gaji guru diseimbangkan dengan beban kerjanya.

93

Di Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku sehinggatidak heran kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadipola anutan negara-negara ketiga. Di Indonesia telahmengalami hal ini tetapi ketika jaman kolonial Belanda.Setelah memasuki jaman orde baru semua ber ubah sehinggakini dampaknya terasa, profesi guru menduduki urutanterbawah dari urutan profesi lainnya seperti dokter, jaksa,dll. Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagaisalah satu faktor determinan bagi keberhasilan pendidikan,maka keberadaan dan peningkatan profesi guru menjadi wacanayang sangat penting. Pendidikan di abad pengetahuanmenuntut adanya manajemen pendidikan modern dan profesionaldengan bernuansa pendidikan. Kemerosotan pendidikan bukandiakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuanprofesionalisme guru dan keengganan belajar siswa.Profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmupengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategipenerapannya. Profesionalisme bukan sekadar pengetahuanteknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisibukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapimemiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Guru yangprofesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yangberarti pada tataran kematangan yang memper syaratkanwillingness dan ability, baik secara intelektual maupunpada kondisi yang prima. Profesionalisasi harus dipandangsebagai proses yang terus menerus. Usaha meningkatkanprofesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersamaantara LPTK sebagai pencetak guru, instansi yang membinaguru (dalam hal ini Depdiknas atau yayasan swasta), PGRIdan masyarakat.

g). Guru yang professional sangatlah identik dengankemampuan Kinerjanya, akan tetapi kemampuan kinerja bagisetiap guru memiliki tingkat kemampuan yang berbeda bedasebagaimana diungkapkan oleh Kost dan Rosener Weight(1981) yaitu : Tingkat kinerja guru dapat digambarkanberada dalam suatu kontinum yang terentang dari tingkatrendah sampai tiingkat tinggi . Tingkatan Guru guru yangrendah kinerjanya ditunjukkan dengan : (1) tidak memilikikemampuan merencanakan program pengajaran (2) tidakmemiliki kemampuan dalam tugas mengajar sesuai dengan

94

program yang telah disusunnya (3) tidak memiliki kemampuandalam melaksanakan program evaluasi hasil belajar siswa.Sedangkan guru guru yang tingkat kinerjanya tinggiditunjukkan dengan (1) adanya kemampuan melaksanakan tugaspengajaran (2) adanya kemampuan melaksanakan tugas mengajarsesuai dengan program yang telah disusunnya (3) adanyakemampuan dalam melaksanakan program evaluasi hasil belajarsiswa .

h). Poster ,1982 menyatakan bahwa kinerja personalberbeda antara yang satu dengan yang lainnya ,perbedaan itudi pengaruhi oleh berbagai factor . perbedaan kinerjapersonal memiliki karakteristis personal yang berbeda pulasebagaimana diungkapkan oleh Schineiders (dalam dekdikbud1983 : 54 -61 ) yang membagi karakteristik umum personal(individu) yang baik dalam enam ciri antara lain : (1)persepsi realita dimaksudkan setiap individu dapatmenginterpretasikan realita dengan cermat (2) hidup denganmasa lalu dan masa depan, dimana individu dapat menarikkeuntungan dari pengalaman masa lalu sehingga dapatberimbang antara masa lalu dengan masa sekarang serta masadepan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan untukmemproleh kepuasan dalam kehidupan dewasa inisambil tetapmemperhatikan masa depan . (3) Pekerjaan dari para individumemperoleh kepuasan dan memproleh hasil pekerjaan dalammelaksanakan tugas dari suatu pekerjaannya dengan seluruhkonsekwensi nya sehingga dapat dipertanggungjawabkan dalamberbagai bentuk pekerjaan. (4) hubungan hubungan socialpribadi yang sehat dilaksanakan bahwa secara intim dalamhubungan social yang memiliki kapasitas dengan membentukpersahabatan mencintai sesama, senang berinteraksi denganorang lain, hubungannya didasarkan atas salingketergantungan (5) Pengalaman emosional dalam arti sesuaidengan kewajaran dan situasi yang terjadi serta merasakankegembiraan, kebahagiaan, kesedihan, kesalahan, kecintaan,kemarahan, dan sebagainya dalam mengatur perasaannya tidaksering mengalami perasaan yang berlebih lebihan atau tidaktepat. (6) Self confidence (percaya diri) dimana diripribadi para individu memandang dirinya secara positif dandipandang orang lain sama, dapat menerima dirinya atassegala kekurangan atau kelebihan yang dimilikinya, sertacermat dalam prespsi diri.

95

i). Sementara Lawrance E. Cole ( dalam depdikbud 1983) memandang karakteristik personal tersebut dalam aspekkependidikan antara lain : (1) Aspek afektif emusionalyaitu : (a) sikap emosi yang mantap, dengan memancarkanrasa aman dan percaya terhadap diri sendiri,memilikikeseimbangan antara kebutuhan (needs) dan kemampuan(b) kematangan hidup bersama orang lain , dan memilikihasrat untuk diterima serta diakui masyarakat. (c)kemampuanmengasihi dan menerima kasihsayang, serta mamdumengembangkan diri. (d) kemampuan untuk hidup rilex,gembira dan rasa humor yang sehat (e) kemampuan menghadapimasalah secara rasional, tidak egois, memiliki rasatanggung jawab dan kemampuan menerima serta mengerti oranglain. (2) Aspek itelektual adalah : (a) Kemampuan memahamikekuatan dan kelemahan dirinya, memahami motiivasi untukmencapai realisasi diri, mampu belajar dari kenyataan hidupserta memiliki wawasan diri. (b) kosep diri yang tidakbertentangan dengan konsep tentang keadaan lingkungan (c)memiliki ketrampilan sosial yang merujuk kepada kemampuanberkomunikasi (d) kemampuan mengarahkan diri (e)memilikifalsafah hidup tertentuyang merujuk pada cita cita. (3)Aspek sosial adalah : (a) berkarakterproduktif yang merujukpada kemampuan mengembangkan potensi tanpa ada efeksampingan (b) mampu merealisasikan diri (c) kemampuanberpartisipasi dalam arti dapat mengaktualisasikan gagasan(d) tidak merugikan orang lain dalam pergaulan (e) memilikirencana dan tujuan hidup yang realistic

6. Kinerja Guru Kinerja guru sangatlah erat kaitannya dengan

bagaimana guru itu sendiri melaksanakan fungsi utamakeprofessionalannya sebagai berikut : 1. merencanakankegiatan belajar mengajar 2. melaksanakan kegiatan belajrmengajar 3. melaksanakan hubungan antar pribadi 4.mengadakan penilaian.

Sejalan dengan fungsi tersebut diatas, maka untukmengetahui sejauh mana mana kinerja guru perlumemperhatikan hal- hal pokok akan keberhasilan atautidaknya upaya kinerja guru dimaksud dengan memperhatikanmasalah-masalah kemungkinan terjadi sebagai berikut:

1. Masalah wawasan dan kemampuan profesionalnya 2.masalah persiapan mengajar mulai dari penyusunan analsisi

96

materi pelajaran, program tahunan , smester, programsatuan pelajaran sampai dengan persiapan an mengajarharian ataua pengajaran 3. Masalah pencapaian targetkurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler. 4. masalah kerjasama guru dengan siswa dan atau sama guru, pegawai tatausaha sreta akepala sekolah. 5. masalah hubungan tri pusatpendidikan ( sekolah, keluarga dan masyarakat) 6. masalahaktifitas dan kehadiran guru di sekolah dan di luarlingkungan sekolah 7. masalah kemajuan belajar siswa 8.masalah sarana dan prasaran fasilitas guru 9. masalahstrategi, metodologi dan teknik pengjaran 10. maslahkesejahteraan guru dan lain- lainnya.

(dikutip dari buku pedoman pelaksanaan kegiatansupervisi pendidikan yang disususn oleh Prof. Dr. H.A.Qodri A. Azizy, MA. Juli 2003) Kinerja guru dapat puladiartikan sebagi unjuk kerja seorang guru yang diharapkandapat menampilkan diri melaksanakan fungsinya danperanannya terutama guru pendidikan jasmani dan kesehatansebagaimana telah diuraikan diatas tentang peranan dankeberadaan guru terdahulu dapat ditarik kesimpulankemampuan profesional guru sebagai berikut : (1)Guru harusmemiliki kemampuan dalam penguasaan materi (2) Guru harusmemilki kemampuan penguasaan landasan profesionalkeguruan dan pendididkan (3) guru harus memiliki kemampuandan penguasaan proses belajar mengajar. (4). Guru harusmemiliki kemampuan dalam menguasai kondisi (5) Gurumemilki kepribadian yang matang. Disamping ia memilkikemmpuan –kemampuan tersebut di atas, guru juga merupakansalah satu komponen manusia yang tidak dapat terpisah darikomponen- komponen lainnya di sekolah terutama dalam prosesbelajar mengajar, yang berakibat langsung padapembemntukan sumber daya manusia yang berpotensial dibidang pendidikan , sehingga dengan kemampuannya dapatmenempatkan kedudukan nya secara profesional sesuai dengantuntutan masyarakat yang semakin bekembang. Namun demikiansetiap guru terletak pada tanggung jawabnya untuk membawasiswanya menuju kedewasaan taraf tertentu. Maka dalamrangka memperoleh gambaran tentang pengertian kinerjaguru, khususnya guru pendidikan jasmani dan kesehatan,perlu untuk diketahui syarat syarat tertentu dari gurusebagaimana yang dikemukan oleh Sardiamn (1986) antara

97

lain: (1) Persyaratan administrasi (2) Persyaratan teknis(3) Persyaratan psikis (4) Persyaratan fisik. Iamenjabarkan secara singkat yaitu : WNI, umur sekurang-kurangnya 18 tahun, harus berijazah pendidikan guru/ aktakeguruan, dinilai mampu mengajar, mempunyai jiwapengabdian, bersifat pragmatis dan filosofis, memilkipandangan mendasar, mematuhi norma-norma dan nilai-nilaiyang berlaku, memilki semangat membangun, memilki badansehat tidak cacat tubuh yang mengganggu pekerjaannya,tidak empunyai penyakit menular, mengajar sesuai denganbidang tugas profesionalnya, memilki keperibadiankapasitas intelektual dan memilki sifat edukatif sosial.Lebih jauh Sadiman (1986) mengutip bebrapa pendapat paraahli tentang peranan guru: Prey Kerlz menggambarkanperanan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapatmemberikan nasehat- nasehat, motivator sebagai pemberiinspirasi dan dorongan , pembimbingh dalam pengembangansikap dan tingkah laku serta nilai nilai yang menguasaibahan yang diajarkan. James W. Brown mengemukakan tentangtugas dan peranan guru antara lain : meguasai danmengembangkan materi pelajaran, merencanakan danmempersiapkan pelajaran sehari hari, megontrol danmengevaluasi kegiatan siswa.

Tentunya tingkatan kemampuan danketrampilannya berbeda beda dan latarbelakang pendidikannyabelum tentu dapat dijadikan sebagai suatu ukuran Kinerjanyasebab persyaratan tentang kinerja seorang guru pada umumnyasama dimana pengertian dari kinerja itu sendiri sebagaimanatelah diuraikan tentang pengertian kinerja tersebut diatasdapat diartikan sebagai unjuk kerja dari kelompok atauindividu professional yang merupakan kualitas layanan yangdisebut mutu. Singkatnya, kinerja Guru dapatlah diartikansebagai unjuk kerja professional individu ataupun kelompokdalam unjuk kerja atau melaksanakan kegiatan proses belajarmengajar

Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggirendahnya mutu hasil pendidikan. Keberhasilanpenyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauhmana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknyamelalui kegiatan belajar-mengajar. Namun demikian, posisistrategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan

98

sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional mengajar dantingkat kesejahteraannya. Untuk memperoleh masukan-masukankebijakan yang dapat digunakan sebagai rujukan dan acuanupaya peningkatan mutu guru dalam pembangunan pendidikan,Pusat Inovasi Badan Penelitian dan Pengembangan DepartemenPendidikan Nasional telah menyelenggarakan "SeminarPeningkatan Kemampuan Profesional dan Kesejahteraan Guru"beberapa waktu yang lalu. Seminar ini terutama ditujukanuntuk memperoleh masukan-masukan tentang: (1) persepsikemampuan profesional dan kesejahteraan guru dalam prosespenyelenggaraan pendidikan; (2) pengalaman operasional dilapangan yang melibatkan para guru maupun dari hasil-hasilsurvai atau action research yang terkait dengan lingkupkemampuan profesional maupun kesejahteraan guru sebagaitopik-topik utama pembahasan; (3) pengalaman langsungtentang pembinaan kemampuan profesional dan kesejahteraanguru dari para pendidik atau organisasi profesikependidikan. Pada dasarnya hasil-hasil seminar ini dapatdikelompokkan pada tiga kategori permasalahan, yaitu: (1)Pelatihan; (2) Kemampuan Profesional; dan (3) Profesi,Jenjang Karier, dan Kesejahteraan.

Pendidikan Network ( Juli 2003 ) mengungkaptentang :

Pertama; sistem pelatihan guru yang ada selama ini belum berhasilmeningkatkan kinerja guru yang memadai untuk meningkatkan mutupendidikan, karena selain terdapat kegiatan-kegiatan pelatihan guruyang menyimpang dari rambu-rambu pelaksanaannya, ternyata belumada monitoring dan evaluasi yang sistematik dan terprogram untukmenindaklanjuti hasil-hasil pelatihan yang telah dilaksanakan. Disamping itu, belum nampak adanya upaya yang konkrit untukmendesentralisasikan pelatihan dalam rangka otonomi daerah;

Kedua; dari sisi kemampuan profesional, terdapat keterbatasankesempatan yang diberikan kepada para guru dalam meningkatkankemampuan mengajar, di samping rendahnya penguasaan materipelajaran dari guru-guru pada semua jenjang, terutama pada mata-mata pelajaran Matematika dan IPA, belum adanya tolok-ukur baku(benchmark) yang dapat digunakan untuk mengukur mutu guru secaranasional. Dalam konteks ini, guru dinilai terlalu banyak diberikanaturan/kewajiban yang cenderung membatasi guru untukmengembangkan kreativitasnya secara optimal, di samping fungsi

99

pengawasan pengelolaan sekolah yang berlangsung selama inicenderung lebih bersifat administratif daripada teknis-edukatif;

Ketiga; dari sudut pandang profesi, jenjang karier dan kesejahteraan,permasalahan guru yang paling aktual antara lain: rendahnya apresiasimasyarakat terhadap profesi guru, tidak sinkronnya antara peraturanmengenai Credit point dengan penetapan jenjang karier, terlalurendahnya pendapatan guru, serta kecilnya peluang mereka untukmemperoleh pendapatan tambahan dibandingkan dengan tenagadosen.

Implikasinya adalah : 1. Adanya sistem pelatihan guru yang didahuluidengan "need assessment" sesuai kondisi daerah masing-masing. 2.Adanya sistem monitoring penyelenggaraan pelatihan guru yangdikoordinasikan dengan lembaga-lembaga pengelola pendidikan (a.l.:Kanwil, Dinas P dan K, Perguruan Tinggi); 3. Adanya lembaga swastayang independen yang bertugas untuk melakukan penilaian-penilaianproses (formative evaluation), hasil (output/summative evaluation), dandampak (outcome/impact evaluation) pelatihan guru, untukmenemukan model-model pelatihan guru yang efektif dan efisien dalammeningkatkan mutu pendidikan; 4. Pembentukan dan pemberdayaansentra-sentra pelatihan guru di kabupaten/kota yang juga bertugasuntuk mengembangkan konten dan strategi mengajar tepat guna yangmampu meningkatkan kinerja guru dalam mengelola PBM; 5.Pemberdayaan MGMP sebagai organisasi profesi guru yang berbasismata pelajaran secara lebih profesional, terprogram, dan secara khususdiarahkan untuk mengembangkan standardisasi konten dan penilaianmata pelajaran secara nasional, terutama untuk mata-mata pelajaranMatematika dan IPA; 6. Adanya program-program alternatifpeningkatan kemampuan profesional guru dari organisasi ini, melaluimodul-modul/publikasi-publikasi yang diterbitkan secara berkala, dandibahas dalam kegiatan-kegiatan tutorial; 7 Pengembangan StandarKompetensi Guru (SKG) sebagai tolok ukur (benchmark) kemampuanmengajar yang diberikan oleh organisasi profesi ini; 8. Adanyaaturan/kebijakan yang lebih fleksibel dan leluasa serta mampumemberikan motivasi bagi guru untuk semakin mengembangkankreativitasnya; 9. Adanya keterlibatan perguruan tinggi/universitasdalam mengembangkan konsep dan memberdayakan PengawasanPengelolaan Sekolah, sebagai media alternatif peningkatan mutu guru;10. Melakukan pemetaan kemampuan guru di tingkat nasional secararutin melalui "needs assessment"; 11. Adanya pelatihan penelitiantindakan kelas (action research) bagi para guru, sebagai produk kerjasama antara MGMP (yang telah diberdayakan), dengan perguruan-

100

perguruan tinggi dan lembaga penelitian lainnya; 12. Adanya creditpoint system terhadap karya penelitian guru, yang memberikanmotivasi bagi para guru untuk semakin meningkatkan minat dankegiatan penelitiannya. 13. Persyaratan akta mengajar bagi mereka,yang bukan lulusan ilmu kependidikan untuk mengajar SLTP (A2 atauAkta 2) dan SLTA (A3 atau Akta 3) agar dilaksanakan secara konsekuen;14. . Perlunya suatu peraturan jenjang karier tenaga guru, baik secarastruktural maupun fungsional, yang setara dengan tenaga pengajarperguruan tinggi; 15. Adanya kenaikan anggaran Pendidikan yangprioritasnya ditekankan pada peningkatan penghasilan guru; 16..Adanya mekanisme penganggaran serta pendanaan yang secara rutin,sistematik dan bertahap memberikan peluang bagi guru untukmeningkatkan pendapatannya secara signifikan. 17. Penyempurnaanketentuan/peraturan mengenai sistem credit point yang fleksibel danmemberikan motivasi bagi guru untuk meningkatkan jenjang karier.(dikutip dari akses article : Pengembangan Peningkatan Profesionalismedan Kesejahtraan Guru Pendidikan Network, 2003 )

101

BAB IV PENUTUP 1. Fungsi Kepala sekolah memegang peranan penting dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang diberikan tenggungjawab untuk melakukan pengelolaan penuh terhadap pengaturanjalannya roda kependidikan di sekolah. Peran utama KepalaSekolah adalah sebagai pemimpin yang mengenmdalalikan jalnnyapenyelenggaraan pendidikan di mana pendidikan itusendiriberfungsi pada hakekatnyasebagai sebuah transformasi yangmengubah input menjadi output. Hal ini menentukan suatuprosesyang berlangsung secara benar, terjaga sesuai denganketentuan dari tujuan kependidikan itu sendiri. Untuk menjaminterselenggaranya pendidikan di sekolah seorang pemimpinsebagai top manajer sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah.Kepala Sekolah tentunya memerlukan manajerial yang baik dalamrangka menjamin kualitas agar sesuai dengan tujuan pendidikan,berdasarkan Kompetensi kompetensi yang telah dipersyaratkannya .

2. Kepala Sekolah sekolah disamping berfungsi sebagai top managersekolah, juga tak kalah pentingnya berfungsi sebagai pengawassekolah. Ini dimaksudkan bahwa seorang seorang top menajeradalah faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatuorganisasi atu usaha, dan merupakan kunci pembuka suksesnyaorganisasi. Seorang manajer yang sukses artinya memilkikemampuan dan mampu mengelola organisasinya, mampumengantisipasi perubahan tiba-tiba, mengoreksi kelemahan-kelemahan serta sanggup membawa organisasinya kepada sasaranjangka waktu yang ditetapkan. Hal lain adalah Kepala Sekolahsebagai supervisor disekolah. Ini berarti bahwa ia berfungsisebagai pengawas utama, pengontrol tertinggi yang melakukansupervise manajerial dalam menemukan atau mengidentifikasikemampuan atau ketidakmampuan personil (guru, pegawai tatausaha, siswa, dan mitra kerja “komite sekolah) dan memberikanpelayanan kepada semua komponen warga sekolah guna meningkatkankemampuan keahliannya dan mengelola secara lebih efektif untukmemperbaiki, dan mengelola secara lebih efektif untukmemperbaiki situasi belajar mengajaar agar (siswa) dapatmencapai prestasi n hasil belajar yang lebih menungkat.Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaram di sekolahmempunyai peran yang sangat strategis dan signifikan dalampembentukan kepribadian kesehatan jasmani dan rohani pesertadidik. Kepribadian sehat jasmani dan rohani menjadi tolak ukurdan faktor yang paling dominan bagi terselenggaranya pendididkankhususnya di sekolah-sekolah. Seseorang yang memilki kepribadiansehat jasmani dan rohanimdapat menyesuaikan diri dalam situasisosial dalam berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan

102

yang lainnya. Kepribadian sehat jasmani dan rohani secaralangsung maupun tidak langsung mempengaruhi prilaku seseorang.Guru yang sehat jasmani dan rohani menjadi persyaratan utamadalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan mempengaruhikinerjanya. Guru dan siswa memiliki kualitas keperibadian sehatjasmani dan rohani mempengaruhi efektifitas upaya peningkataninteraksi belajar mengajar. Di lingkungan pendidikan khususnyadi sekolah-sekolah, peran guru prndidikan jasmani sangatdibutuhkan sebagi ujung tombak untuk memenuhi harapan agarpeserta didik memiliki kepribadsian yang andal yang dilandasioleh kualitas kesehatan jasmani dan rohani dalam rangkamensukseskan tujuan pendidikan nasional membentuk manisiaIndonesia yang sehat jasmani dan rohani.Salah satu upaya memenuhi harapan tersebut dipanang perlupenulis menyusun makalah komperehensif dengan judul “ kemampuanmanajerial kepala sekolah dan kinerja guru penguji” untuk dapatdijadikan acuan sebagai bahan bahan secara teoritis dalampenyusunan karya tulis ilmiah “tesis” pada tahap berikutnyasebagi persyaratan penyelesaian studi dan hasilnya dapatbermanfaat bagi kami dan pengembangan sekolah, Sebagai tolak ukur dari kemampuan kinerja guru yang profesionaladalah : pemahaman terhadap kurikulum yang berlaku, kemampuandalam mengelola proses belajar mengajar termasuk pendekatan,strategi, metode, teknik yang digunakan, penguasaan terhadapkegiatan evaluasi, penilaian dalam rangka mengukur proses danhaasil belajar siswa. Penilaian dimaksud termasuk kognitif,afektif dan psikomotorik

Daftar Rujukan Pustaka Agus Dharma (30 April 2003) Staf Administrasi di Pusdiklat

Depdiknas dalam Artikel: Manajemen BerbasisSekolah ( MBS ) , Pusdiklat Pegawai DepdiknasPendidikan Netwoirk , Jakarta

Ani M.Hasan Dra.,M.Pd (Mahasiswi di PPs Universitas NegeriMalang Juli 2003 Judul Artikel: Pengembangan Profesionalisme Gurudi Abad Pengetahuan

103

Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. SuaraPembaharuan. (Online) (http://www.suarapembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd, diaksesoleh pendidikan network7 Juni 2001).

Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis WacanaReformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi.Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muham-madiyah Malang, diakses oleh pendidikan network 25-26 Juli 2001.

Azis Wahab, 2003 ( Direktur Program Pascasarjana UniversitasPendidikan Indonesia (UPI) dalam artikel :”MEMBANGUN KEMAMPUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN MELALUIPEMANFAATAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASIDALAM RANGKA OTONOMI DAERAH DAN OTONOMIPENDIDIKAN, Pendidikan Network Jakarta

Bucher CB, 1983, Fundation of phisycal Education & SportNine edition, London Mosby Company.

Balitbank, Puspendik, 2002 Ketentuan Umum Pendidikan JasmaniSDMi, SMPMTs dan, SMA /M, Depdiknas Jakarta .

_________________ 2003 final KBK Pendidikan jasmani,Depdiknas Jakarta

_________________2002 MBS , Depdiknas Jakarta _________________1999 MPMBS, Depdiknas JakartaCF. John R.P. French Bertran Reven dalam “The Bases of

Social Power Group Dinamies 1960, pp: 607 – 621Davis, Ivor K ( 1971 ) The management of learning London MC

Grrow Hill Book CompanyHoy & C Miskel, Education Administration , New York Random

Prentice Hall IncPherson, RB, RI, & Pinter, N, 1986 Managing Uncertainly

Administrative Theory in Education, London A Bell &Howell Company

Pidarta Made 1998, Perencanaan Pendidikan Participationdengan Pendekatan System Rineka Cipta Surabaya.

Porter Wlynen, 1982 Behavior in Organization New York Mc.Grow Hill Company

104

Suhertian A Piet, Dimensi Administrasi Pendidikan, MataramMuda Jakarta

____________ , 2000 Konsep Dasar dan Teknik SupervisiPendidikan, Mataram Muda Jakarta

Tempe A Dale, 1992, Kinerja Jakarta PT Gramedia Asri Mulia Terecy WR, 1971 Designing Training & Development System,

amirican Management Assosiation Inc. Vunvor.z 1989, Depdiknas Jakarta, Bumi Aksara .Pidarta Made , 1990 Perencanaan Pendidikan participation

dengan System Pendidikan Rineka Cipta.Tilaar, HAA, 2001, Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Masa

depan Bandung , PT Renaji Kosdakarya Muchlas, 2003 , Model Model Manajemen, Studi Kasus Daya

Pengetahuan dan Ketrampilan , UNESA Surabaya.Dahler F 1983, Menuju Kesehatan Psikis dan Pengantar

Kepemimpinan Pendidikan , Usaha Nasional Surabaya.Tauhid LM, 1986 Kepribadian Kretif Keterkaitannya dengan

Kualitas Interaksi Guru dan Siswa ( Orasi IlimiahDiesNatalis Universitas Mataram )

Zakiah Derajat, 1986, Kesehatan Mental Guru, Agung Jakarta Effendi, 1979 Human Relation and Public Relation dalam

Manajemen Bandung Gorton RN, 1976 School Administration Indiana dubuquh, Wra C

Brown Company publisher.Halpin A W & Croft, 1983 The organization climate of school

University of Chicago Medlelist AdministrationCenter.

Dahrin, D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan NasionalSecara Komprehensip: Transformasi Pendidikan.Komunitas, Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24pendidikan network 25-26 Juli 2001.

Degeng, N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki EraDesentralisasi dan Demokrasi. Jurnal GetengkaliEdisi 6 Tahun III 1999/2000. Hlm. 2-9.

Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: TheLink Between Computer-Based Technology and Future

105

Skill Sets. Educational Technology Nopember-Desember 1999. Hlm. 14-22.

Hadiyanto dan Subijanto (2003 ), dalam artikel PengembalikanKebebasan Guru untuk Mengkreasi Iklim Kelas dalam Manajemen BerbasisSekolah (MBS) diakses melalui Pendidikan NetworkMaju tak gentar membela yang benar

Honey (1989 )Kartini Kartono (1983 : 150 – 152 dalam Pemimpin danKepemimpinanKi Gunawan (12 Juli 2003) seorang Pengamat di Yogyakarta ,

dalam Judul Artikel: UAN Dalam PerspektifDesentralisasi Pendidikan Topik: Sistem Evaluasi ,Pendidikan Network Jakarta

Kats & Dill ( 1984 ),Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free

Press. Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma andThe Teacher of Tomorrow, 17th. Convention of theAsean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember,1996, Republic of Singapore.

Mulyadi (1997) Manajemen Perubahan. Jurnal Ekonomi dan BisnisIndonesia. Vol.12. No. 3.pp. 51-74.

Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asiayang Mengubah Dunia, (Alih bahasa oleh DananTriyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramdeia.

Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru danSiswa Yang Berperan Besar, Bukan Kurikulum. SuaraPembaharuan. (Online) (http://www.suarapembaharuan.com/News/1998/08/230898, diakses 7 Juni2001).Hlm. 1-2.

NRC. 1996. Standar for Professional Development for TeacherSains. Hlm. 59-70

Pantiwati, Y. 2001. Upaya Peningkatan Profesionalisme GuruMelalui Program Sertifikasi Guru Bidang Studi(untuk Guru MI dan MTs). Makalah Dipresentasikan.Malang: PSSJ PPS Universitas Malang. Hlm.1-12.

106

Journal PAT. 2001. Teacher in England and Wales.Professionalisme in Practice: the PAT Journal.April/Mei 2001. (Online) (http://members.aol.com/PTRFWEB/journal1040.html, diakses 7 Juni2001)

O Jeff Haris , John Willey & Son ( dalam people of work 1976, inc USA)

Semiawan, C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan PendidikanNasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo.

SIXTUS TANJE (3 Oktober 2002 | 609 dalam artikel berjudul “KURIKULUM BERBASIS REALITAS”, Pendidikan NetworkJakarta

Stiles, K.E. dan Loucks-Horsley, S. 1998. ProfessionalDevelopment Strategies: Proffessional LearningExperiences Help Teachers Meet the Standards. TheScience Teacher. September 1998. hlm. 46-49).

Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan.Suara Guru No. 3-4/1996. Hlm. 9-11

Susanto, A.B. (1998) Tinjauan Pendidikan Tinggi DalamMemasuki Milenium Ketiga : Aspek Pembaharuan DuniaPendidikan. Universitas Atma Jaya YogyakartaIndonesia Memasuki Milenium Ke-3. Yogyakarta. AndiOffset. pp. 77-88.

Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru.Jakarta: Depdikbud.

Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru MenghadapiPendidikan Abad ke-21n (I); Organisasi & Profesi.Suara Guru No. 7/1998. Hlm. 15-17.

Terry GR dalam bukunya “ The principle of ManagementTilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan

Nasional Dalam Perspektif Abad 21. Magelang:Indonesia Tera.

Trilling, B. dan Hood, P. 1999. Learning, Technology, andEducation Reform in the Knowledge Age or "We'reWired, Webbed, and Windowed, Now What"? EducationalTechnology may-June 1999. Hlm. 5-18.

107

Th. Agung M. Harsiwi (30 Juli 2003 ) Dosen di Yogyakarta,Judul Artikel: Pemahaman Manajemen Perubahan dalamPerspektif Agen Perubahan Pendidikan Tinggi( managing change, change process, fundamentalaspects of change) Pemahaman Manajemen PerubahanDalam Perspektif Agen Perubahan Pendidikan TinggiPendidikan Network Jakarta

Umaedi, Drs. M.Ed (April 1999 ) dalam artikel ManajemenPeningkatan Mutu Berbasis Sekolah Sebuahpendekatan baru dalam pengelolaan sekolah untukpeningkatan mutu Direktur Pendidikan Menengah UmumDEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDRALPENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHDIREKTORAT PENDIDIKANMENENGAH UMUM, Pendidikan Network Jakarta

108