Indonesia on ASEAN Cyber Security Cooperation
Transcript of Indonesia on ASEAN Cyber Security Cooperation
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cyber crime merupakan ancaman yang serius seiring dengan
perkembangan teknologi dan globalisasi, banyak sekali
negara-negara yang dapat ancaman serius dengan adanya cyber
crime tersebut. Pada dasarnya cyber attack itu sendiri (yang
biasanya dilakukan dengan teknologi) bisa menyebabkan secara
tepatnya dampak yang besar1. Karena adanya problema tersebut
ini akan mengancam kepada keamanan suatu negara. Dalam
konteks ini dinamakan Cyber Security.
Bagan I. Sistem Keamanan Negara
1 Adam P. Liff, “Cyberwar: a new ‘absolute weapons’? The Proliferation of cyber warfare capabilities and interstate war, vol 3”, (London: Routledge, 2002), hal. 403.
1
National SecurityCyber Security
E- Gorvernment
E- Commerce
Melihat situasi yang kini dihadapi oleh Indonesia
sendiri, bahwa cyber crime itu sendiri Indonesia telah membuat
sebuah team khusus baik itu dalam birokrasi pemerintah
maupun suatu komunitas resmi yang sampai saat sekarang telah
menyumbang banyak kontribusi dalam menanggapi isu cyber crime.
Bagan II. Struktur Organisasi2
MCIT sendiri yang telah dibuat pada April 2010
merupakan lembaga yang bekerja sebagai tim informasi
keamanan yang bekerja sama dengan pihak pemerintah dalam
menekan hal yang ahli maupun praktis dalam dunia teknologi
dan informasi3.
Indonesia Comunication Emergency Respone Team (ID-CERT)
sendiri yang juga sebagai lembaga support yang kini juga
bekerja sama dengan pihak pemerintah dalam hal khusus untuk
perkembangan keamanan (cyber) di Indonesia yang juga sebagai
lembaga pendukung untuk organisasi pemerintah4, seperti
2 Farisya Setiadi, Yudhi G. Sucahyo, Zainal A. Hasibuhan, “An Overview of the Development Indonesia National Cyber Security”, International Journal of Information Technology & Computer Science (IJITCS), 2012, hal. 6 3 ibid4 ibid
2
Indonesia Security Incident Respones Team on Infrasctructure
(ID-SIRTII) yang dibuat berlandaskan atas tugasnya team
tersebut kepada terbentuknya peraturan Menteri Komunikasi
Indonesia NO.8/20125.
November 2012, Kementerian Pertahanan Indonesia
sendiri juga telah fokus kepada dari ancaman cyber threat
tersebut yakni dengan membuat operasi bernama The Cyber Defense
Operations Center (CDOC) yang dikhususkan secara bekerjasama
dengan pihak-pihak kementerian lain untuk menanggapi cyber
crime6.
Polisi Indonesia sendiri juga membuat beberapa
kegiatan yang terfokus kedalam penanganan tentang ancaman
tersebut dengan membuat dan perlu adanya menambah peraturan
untuk memperkuat cyber security yang ada pada negara7. Dalam
konteks ini digunakan National Center Bureau International Police (NCB
Interpol).
Dalam beberapa dekade terakhir bahwa populasi
meningkat begitu besarnya, sehingga ini juga akan berdampak
kepada pengguna internet atau internet users. Indonesia sebagai
negara dengan populasi terbanyak ke-4 pada umumnya. Dilain
itu bahwa, Indonesia pada saat kini telah concern terhadap
isu-isu yang terjadi dalam dunia internasioal.
5 Kim Andreason (DAKA Advisory), “Meeting the cyber security challenge in Indonesia: An analysis ofthreats and responses” (Jakarta: British Embasy, 2013) . hal. 266 ibid, hal. 277 Ibid, hal. 28
3
Bagan III. Grafik Perkembangan Populasi dan Pengguna
Internet8
Hal yang dilakukan oleh Indonesia dalam menjaga keamanan
atau cyber security nya antara lain dengan cara kerja sama baik
itu secara bilateral maupun multilateral pada suatu International
Regional Organization, yang dalam ini kita sudutkan pada kawasan
Indonesia berasal yakni Asociation of South East Asia Nations (ASEAN).
Dalam pertemuan ASEAN Regional Forum (ARF) tahun 2006 yang
sudah fokus kepada ancaman cyber crime yang pada saat itu
bertema “ARF Statement on Cooperation in Fighting Cyber Attack and Terrorist
Misuse of Cyber Space” yang kemudian workshop dilakukan pada
pertemuan di Vietnam Maret tahun 20129.
Sebelumnya pada konferensi yang dilakukan di Kuala Lumpur,
Malaysia 13-14 Januari 2011 yang pada hasilnya sepakat untuk
membentuk suatu komunitas untuk meningkatkan cyber secuirty di8 Ibid, hal 10.9 Seketariat ASEAN, “Hasil Laporan Co-Chairs”, http://www.coe.int/t/dghl/cooperation/economiccrime/Source/Cybercrime/Octopus2013/Presentations/Workshop1/ASEAN%27s_Cooperation_on_Cybercrime_and_Cybersecurity.pdf diakses pada tanggal 26 Mei 2014 pukul 22.00 WIB
4
Kawasan Asia Tenggara dengan bekerja samanya CERT membentuk
ASEAN-CERT dan pada konferensi di Mactan Nebu, Filipina 15-16
November 2012 sepakat untuk melanjutkan dan pengembangan pada
CERT tersebut dalam menjalankan tugasnya10.
Inilah kemudian Indonesia mengembangkan mengenai cyber
security nya dalam bekerja sama dengan ASEAN dan juga tetap akan
konsisten sampai apa yang akan terjadi pada tahun 2015 dalam
pembentukan ASEAN Community.
B. Landasan Teori
Untuk melihat bagaimana Indonesia bergerak maka teori
Realisme akan tepat sebagai pisau analisis fenomena
internasional tersebut. Realisme pada umunya adalah suatu
paham dimana tujuan suatu negara adalah power. Dalam studi Imu
Hubungan Internasional, power adalah salahsatu konsep yang
paling sering digunakan (mainstream) sekaligus pula menjadi
salah satu konsep yang paling kontroversial dan sulit di
definisikan11.
Negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional
yang bersifat rasional dan monolith jadi bisa memperhitungkan
cost dan benefit dari setiap tindakannya demi kepentingan keamanan
nasional sehingga fokus dari penganut Realisme adalah strugle of
power12. Suatu negara akan memperhatikan kedaulatan negara itu
sendiri dengan distribusikan power-nya ke negara-negara
lainnya.
10 ibid11 Anak Agung Banyu Perwita, Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 13.12 Ibid, hal. 25.
5
Konsep munculnya kebijakan-kebijakan dalam menekan
keamanan suatu negara tentu akan bersinggungan dengan adanya
National Interest dari negara yang bersangkutan. Hal ini
menyebabkan perubahan dinamika yang ditandai dengan perilaku
kebijakan internasional suatu negara.
Berikut ini adalah beberapa poin-poin penting dalam
perspektif realism :
1. Negara berdaulat merupakan aktor kunci dalam hubungan
internasional;
2. Negara-negara dimotivasi oleh sebuah dorongan untuk
kekuasaaan serta mengejar kepentingan nasional;
3. Masalah utama dalam hubungan internasional adalah
kondisi anarki yang berarti tiadanya sebuah ototritas
kedaulatan pusat untuk mengatur berbagai hubungan di
antara negara-negara;
4. Niat agresif dari berbagai negara, ditambah dengan
tidak adanya pemerintahan dunia, yang berarti bahwa
konflik merupakan realitas yang selalu ada dalam
hubungan internasional;
5. Sebuah persamaan mengenai tatanan dan keamanan bisa
dipelihara dengan membentuk aliansi-aliansi antar
negara yang mencegah satu negara manapun menjadi
adikuasa dan, sehingga, menjadi ancaman bagi perdamaian
dan keamanan bagi negara-negara lainnya;
6. Institusi-institusi dan hukum internasional memainkan
peran penting dalam hubungan internasional, tetapi
6
hanya bisa efektif jika didukung oleh kekuatan atau
sanksi efektif13.
Dari beberapa poin-poin atau asumsi-asumsi dari
perspektif realism diatas, bahwa pandangan yang akan dilakukan
oleh Indonesia dalam National Interest nya akan terlihat dengan
paradigma realism ini. Selain itu dalam kebijakan ini juga
terlihat bagaimana Indonesia memanfaatkan organisasi
internasional dalam meningkatkan cyber security yakni pada poin 5
diatas mengenai tatanan keamanan dan juga untuk mencegah
konflik yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara .
C.Tujuan Analisa
Dari data-data yang diperoleh dalam analisa diharapkan
dapat ditarik pemahaman mengenai bagaimana dinamika Indonesia
dalam Meningkatkan Cyber Security melalui terjadinya transformasi
konflik, mempengaruhi efektifitas peran pihak ketiga dalam
mengupayakan peningkatan dari National Interest yang ada pada
Indonesia.
D. Manfaat Analisa
Analisa ini diharapkan memberi sumbangan tentang
efektifitas dan dinamika kerjasa Indonesia dalam mengembangkan
National Security dalam konteks Cyber Security. Dalam ruang lingkup
yang lebih praktis, analisa ini dapat menjadi pijakan bagi
mereka yang ingin meneliti hal yang sama guna mempertajamkan,
menyangkal atau mengembangkan temuan.
13 Jill Steans, Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal 52-53.
7
BAB II
ISI
A. National Interest
Kebijakan dengan bekerja sama dengan ASEAN sebagaimana
dengan National Security dari suatu tatanan kestabilan suatu
negara. Dalam hal ini diobjekan sebagai cyber security, mengenai
cyber security itu sendiri didefinisikan sebagai suatu kumpulan
alat, kebijakan, konsep keamanan, penjaga keamanan, pedoman,
pendekatan manajemen risiko, tindakan, pelatihan, praktik,
jaminan dan teknologi yang dapat digunakan oleh Organisasi dan
aset pengguna termasuk perangkat komputer yang terhubung,
personil, infrastruktur, aplikasi, layanan, telekomunikasi
pemeliharaan sifat keamanan organisasi dan pengguna
tujuan umum keamanan yang terdiri dari antara lain14:
1. Availability
2. Integrity
3. Confidentiality
Definisi menurut Andrew Heywood yang isinya bahwa
kepentingan nasional mengacu kepada kebijakan luar negeri,
tujuan atau kebijakan preverensi yang menguntungkan masyarakat
14 Kim Andreason (DAKA Advisory), “Meeting the cyber security challenge in Indonesia: An analysis ofthreats and responses” (Jakarta: British Embasy, 2013) . hal. 14
8
secara keseluruhan15. Yang berlandaskan bahwa kebijakan yang
ada pada tubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu
sendiri pada dasarnya atas kepentingan nasional untuk
menguntungkan kepada ancaman-ancaman secara massive, terlebih
dar itu adalah ancaman keamanan negara yang dirugikan kepada
setiap kalangan masyarakat.
B. Two Level Game
Robert Putnam (1999) dalam buku yang ditulis oleh Alex
mintz mengemukakan bahwa apabila suatu kerjasama telah
disepakati dalam ruang lingkup Internasional baik itu
kerjasama bilateral maupun multilateral ini akan dilihat dalam
tingkat internasional maupun tingkat domestik suatu negara.
Game ini secara terlihat kepada kedua tingkat tersebut
yang menurut Boukhair sendiri tentang hal tersebut yakni
cenderung untuk menekan negosiator dari kedua kubu menjadi
situasi yang rumit dimana mereka harus mendamaikan tekanan
domestik secara intensif dengan dorongan dan tarikan
internasional. Dua jenis tekanan yang berbeda secara
fundamental dan batasan yang dikenakan tidak akan ditemui pada
saat itu jika negosiasi ditahan dalam zona nasional atau
internasional permainan16.
C. Faktor Internal
a. Populasi (Individu) sebagai Pertumbuhan Pemakai
Internet
15 Andrew Heywood, “Global Poltics”, New York:2011, hal 13016 Alex Mintz, “Understanding Foreign Policy Decision Making”, (United Kingdom: Cambridge University Press, 2010), hal 133.
9
Dalam hal ini pengaruh domestik pada suatu negara
terlihat kepada tingkat populasi yang dialami suatu negara.
(Lihat bagan 3)
Bagan IV. Data Indonesia Tahun 201217
Terlihat bahwa dari data tersebut tidak dapat dipungkiri
bahwa kejahatan cybercrime akan menjadi marak terjadi apabila
tidak menjadi perhatian dari pemerintah. Peningkatan akan
17 Kim Andreason (DAKA Advisory), “Meeting the cyber security challenge in Indonesia: An analysis ofthreats and responses” (Jakarta: British Embasy, 2013) . hal. 11
10
terjadi seiring terjadinya peningkatan populasi masyarakat
yang terjadi di Indonesia. Peningkatan ini akan berimbas
kepada pertumbuhan perekonomian yang terjadi suatu saat nanti
yang akan tertimpa pada Indonesia.
Bagan V. Data Penggunaan Internet Tahun 201118
Aktifitas tersebut akan bersinggungan dengan cyber world
itu sendiri yang dimana Indonesia pada saat ini adalah negara
yang menjadi objek kejahatan siber (cyber crime). Faktor
Pendorong dalam ruang lingkup domestik ini tentu akan
mempermudah dan hasilnya dengan leluasa cyber crime akan sangat
mudah, terlebih dari itu cyber security Indonesia akan kesulitan
untuk menahan ancaman cyber threat.
b. Tingkat Pendidikan
Indonesia dikemukakan memiliki tingkat pendidikan yangkurang dalam dunia teknnologi, informasi dan komunikasi (TIK)/Pada dasarnya untuk mengetahui tingkat perkembangan teknologidi
Indonesia memerlukan beberapa aspek yakni dalam pemahamantentang teknologi yang berkaitan dengan cyber world.
18 Kementerian Komunikasi dan Informatika, Indikator TIK, 2011. hal 94
11
Tabel VI. Kurikulum Pelajaran Keterampilan Dasar Tahun 201119
Kelemahan dalam sektor pendidikan ini adalah upaya
pemerintah selanjutnya, kerjasama antara pihak ASEAN adalah
langkah kebijakan untuk membuka peluang dalam meningkatkan
kualitas pendidikan dalam hal ini yakni pendidikan dalam
pengajaran TIK, bisa terlihat dalam kurikulum yang sampai saat
ini tidak dikembangkan yang tertuju pada siswa maupun
Mahasiswa kelak yang ingin intense memiliki skill dalam hal TIK,
sehingga dapat meningkatkan daya kualitas sumber daya manusia
yang berguna dalam penanganan cyber crime.
D. Faktor Eksternal
a. Cyber Threat
Pada dasarnya kebijakan dengan mendalami kerjasama pada
ASEAN juga diperkuat dengan adanya ancaman dari luar atau
eksternal factor. Faktor ancaman dari luar yang paling kuat adalah
19 Kementerian Komunikasi dan Informatika, Indikator TIK, 2011. hal 87
12
adanya cyber threat, yang dimana Indonesia adalah negara nomor
satu dengan tingkat cyber crime paling banyak di dunia.
Bagan VII. Diagram Cyber Threat20
Diterangkan bahwa dalam data tersebut bahwa ancaman yangakan besar dari luar mengenai cyber threat yang akan dialamiIndonesia jauh akan mengalami masa jauh dari kata aman. Dimanaini akan berdampak kepada cyber security, terlebih dari ituIndonesia bekerjasama dengan ASEAN mengenai penanganan lebihlanjut seputar cyber threat tersebut. Peningkatan ini pula akanjauh lebih buruk melihat bahwa Cina sebagai negara dengantingkat populasi yang lebih tinggi daripada Indonesia beradadipuncak sebelum Indonesia dalam konteks cyber threat ini.
b. Alliance
Aliansi dengan bekerjasama dengan ASEAN merupakan faktoreksternal dimana Indonesia sebagai salahsatu founding fathersdalam asosisasi tersebut. Disebutkan bahwa ASEAN sendiri punberpengaruh kepada dinamika global atau dunia, selain daripadaUni Eropa dan juga para pemegang hak veto dalam Dewan KeamananPerserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB). ASEAN juga disebuktansebagai rangkaian kekuatan kolektif di Asia Tenggara.
Kerja sama Indonesia dengan ASEAN dalam hal keamanantelah disebutkan sebagai komtimen tersendiri bagi Indonesiadalam mewujudkan 3 pilar yakni masyarakat ekonomi ASEAN,masyarakat budaya ASEAN, dan tentu masyarakat keamanan ASEAN.Ini juga diperlukan dengan penguatan ARF dalam mencanangkanketiga pilar tersebut. Indonesia disebut juga sebagaisalahsatu negara yang pemrakarsa perjanjian dan kerjasama atautreaty of amity and cooperation (TAC). Secara substansi bahwa sesamanegara anggota saling menyerang dan menyelesaikan konfliksecara damai21.
20 Akamai Faster Foward, “The State of Internet, volume 6 number” Second quater, 2013 report. http://www. akamai.com/solutions. 21Departemen Pertahanan Republik Indonesia, Buku Putih Dephan, 2008. hal. 6,42, 58.
13
Inilah mengapa bahwa Indonesia dan ASEAN dengan konsistensebagai mitra untuk bekerjasama dalam hal khusus sektorpertahanan. Selain dengan adanya kontribusi ASEAN kepadaIndonesia juga ini menunjang adanya beberapa ancaman lain.Terlebih dalam konteks ini adalah kerjasama dalam ARF dalampenanganan cyber crime yakni dengan meningkatan daya keamananyang lebih menunjang dalam sektor yakni dengan meningkatandaya keamanan yang lebih menunjang dalam sektor cyber secuirtynegara.
c. Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK)
Indonesia dibilang dalam pemberdayaan teknologi terbilangrendah dalam tingkat informasi. Cyber Crime disini melihat objekberdasarkan individu-individu yang dimana diperlukan sumberdaya manusia itu sendiri dalam pembukaan wawasan teknologi.Terlebih dari itu dibandingkan dengan negara ASEAN lainnyaditambah dengan keseimbangan dari populasi, Indonesia termasuklemah dalam TIK. Ancaman dari cyber world akan melihat bahwa
teknologi adalah faktor eksternal yang sangat menentukanbagaimana kualitas dalam industri Indonesia(lihat bagan IX danX).
14
Bagan VIII. Proporsi Industri TIK Terhadap Industri
Manufaktur22
Bagan IX. Kontribusi Nilai Tambah Indsutri TIK TerhadapIndsutri Manufaktur23
Industri TIK dan manufaktur tersebut akan berimplikasikepada cyber security yang ada di Indonesia saat ini. Walaupunkini akan terus berkembang, namun itu jauh apabila dibandingandengan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi di Indonesiayang dapat akan terkesan tidak seimbang.
Bagan X. Data Mengenai TIK Kawasan Asia Pasifik dan PotensiAncamannya Tahun 201324
22 Ibid, hal 9623 ibid24 Akamai Faster Foward, “The State of Internet, volume 6 number” Second quater, 2013 report. http://www. akamai.com/solutions.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disini secara keseluruhan bahwa Indonesia mengalamikondisi yang dimana memerlukan adanya kerjasama antara pihaknegara lain baik secara bilateral maupun multilateral. Darianalisis diatas menyimpulkan bahwa ancaman yang besar bukanlahdari dalam (domestik) melainkan besarnya ancaman dari luaratau global. Bahwa, cyber crime itu sendiri menargetkanindividu-individu sebagai dari berbagai ancaman yang ada danbeberapa sektor baik keamanan, ekonomi, maupun sosial.
Dilihat dari respon indonesia sendiri atas kerjasamatersebut dengan ASEAN dalam pertemuan ARF tersebut yaknipemerintah Indonesia menggunakan dan memaksimalkan beberapakementerian untuk melakukan tindakan masing-masing. (lihat
16
bagan XI)
Bagan IX. Grafik Birokrasi Kerja Penanganan Cyber Security diIndonesia
Sebagai rangkaian selanjutnya akan dari bagian-bagiantersebut akan dikemukakan oleh ID-SIRTI dan ID-CERT untukmenajalankan penanganan mengenai cyber secuirty di Indonesia.Adanya kerjasama dalam ARF ini mengelangsungkan untukkerjasama ID-CERT tersebut menjadi ASEAN-CERT dari negara-negara di Asia Tenggara. Kerjasama lainnya yang terbentukkarena ASEAN adalah kerjasama dalam Interpol se-Asia tenggaraterhadap cyber crime di Indonesia.
Selain itu pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi-regulasi khusus mengenai penanganan cyber crime yang telahterjadi di Indonesia. Contoh halnya adalah regulasi yangdilakukan oleh kemenkoinfo yang telah berjalan sejak tahun2012 dan diikuti ID-SIRTII sebagai lembaga atau tim yangmengawasi jalannya regulasi atau peraturan tersebut. Tingkatpendidikan yang rendah juga merupakan suatu keganjalan bagi
17
KemenkopolhukamHomeland SecurityKemenkoinfoInteligenceBadan Intelejen NasionalKemendikbudLemsanegLaw EnforcementPolriKejaksaanDefenseTNIKemhan
terjadinya dan maraknya cyber crime di suatu negara tanpa kecualiIndonesia sebagai negara dengan tingkat populasi yang tinggidan akan terus meningkat.
Ancaman dari dunia cyber ini akan terus berlanjut dan akanmenjadi ancaman serius apabila tidak ’ditindaki’. Bagaimanatidak, akibat dari cyber crime tersebut akan melemahkan darisektor manapun baik itu sektor keamanan, ekonomi, sosial, danlainnya. Diperkuat bahwa pada zaman ini tingkat pendidikanmendorong kita untuk lebih cerdas dan menekan kita untukmengikuti arus globalisasi yang semakin lama akan semakinmemperparah keadaan. Pada akhirnya Cyber World akan menjadi lahanuntuk mendorong suatu negara mencari peluang atau akan menjadisebuah tantangan karena adanya ancaman-ancaman yang seriusapabila negara do nothing.
B. Saran
Diharapkan dari adanya kerjasama multilateral antaraIndonesia dengan ASEAN membuka teknologi dan menguatkan cybersecurity yang ada. Namun disini perlu adanya kerjasama yanglebih menglobal. Dikarenakan bahwa cyber crime ini merupakanbentuk ruang lingkup yang lebih luas layaknya kehidupan padaumumnya, dianatara kata lain bahwa cyber crime itu sendiridatang dari mana saja.
Kerjasama ini akan terlihat sia-sia apabila Indonesiasendiri tidak melihat sektor paling rendah yakni pergerakanpendidikan itu sendiri. Karena kerjasama akan menjadi blunderbesar apabila tidak ada terjadinya interdepedensi melainkandepedensi atau ketergantungan pada suatu negara yang menyebabkannegara tersebut akan selalu dibawah diantara kata lain adalahnegara atas akan memanfaatkan negara bawah. Paradigma realismmengemukakan bahwa proses tersebut adalah akibat dari proseshegemoni pada suatu bangsa yang dimana suatu negara tidak bisamengendalikan atas lingkungan internasional atau global ataubisa disebutkan bahwa tujuan negara adalah survival.
18