Buletin Prophetic Intelligence Ed. 2

12
Buletin Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien EKSISTENSI AZALI MANUSIA telah dibentuk dengan sempurna. Kemudian Allah Ta’ala meniup- kan ruh-Nya ke dalam postur Adam. Para malaikat ta- waduk, sujud dan memberikan penghor- matan kepada Nabi Adam as. atas titah Allah SWT., kecuali Iblis, ia enggan dan tidak bersedia untuk sujud bersama-sama para malaikat-Nya. Se- bab Iblis merasa kesal, mengapa Allah Ta’ala memilih Nabi Adam as. sebagai wakil-Nya untuk mengurus aktivitas kehidupan di bumi dan bukan dirinya. Setelah Allah Ta’ala meniup- kan ruh-Nya ke dalam jasad Nabi Adam as., maka lenyaplah unsur- unsur keairan dan ketanahan yang berbau tidak sedap dan kotor. Jadilah ia sebagai wadah yang me- nampakkan eksistensi Diri-Nya. Tu- buh Nabi Adam as. menjadi suci Asal-usul Bapak Manusia “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman ke- pada para malaikat: ‘Se- sungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah me- nyempurnakan kejadi- annya, dan telah meni- upkan ke dalamnya ruh- Ku, maka tunduklah kamu kepa- danya dengan bersujud.’ Maka ber- sujudlah para malaikat itu semua- nya bersama-sama, kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (ma- laikat) yang sujud itu.” (Q.S. Al-Hijr 15:28-31). N abi Adam as. adalah ba- pak jasad manusia. Allah Ta’ala menjadikannya dari campuran air dan tanah liat yang kering dari lumpur hitam yang Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H MEJA REDAKSI PROPHETIC INTELLIGENCE Pengasuh : KH. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey Pimpinan Redaksi : Harun Nur Rosyid Bendahara: Syahrul Munir Fotografi : A. Sulaiman Fachri A. Ilustrasi: Nur Habib Rizqillah Redaktur : Fadhil Huda Asmul Fauzi Alamat : Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Jl. Cangkringan KM. 04 Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta Telp. (0274) 7111514 Mengenal Asal-usul dan Potensi Dasar Manusia 1 Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H ) KH. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey

Transcript of Buletin Prophetic Intelligence Ed. 2

Buletin Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien

EKSISTENSI AZALI MANUSIA

telah dibentuk dengan sempurna. Kemudian Allah Ta’ala meniup-kan ruh-Nya ke dalam postur Adam.

Para malaikat ta-waduk, sujud dan memberikan penghor- matan kepada Nabi Adam as. atas titah Allah SWT., kecuali Iblis, ia enggan dan tidak bersedia untuk sujud bersama-sama para malaikat-Nya. Se-bab Iblis merasa kesal,

mengapa Allah Ta’ala memilih Nabi Adam as. sebagai wakil-Nya untuk mengurus aktivitas kehidupan di bumi dan bukan dirinya.

Setelah Allah Ta’ala meniup- kan ruh-Nya ke dalam jasad Nabi Adam as., maka lenyaplah unsur- unsur keairan dan ketanahan yang berbau tidak sedap dan kotor. Jadilah ia sebagai wadah yang me-nampakkan eksistensi Diri-Nya. Tu- buh Nabi Adam as. menjadi suci

Asal-usul Bapak Manusia

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman ke- pada para malaikat: ‘Se- sungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah me-nyempurnakan kejadi-annya, dan telah meni-upkan ke dalamnya ruh- Ku, maka tunduklah kamu kepa-danya dengan bersujud.’ Maka ber- sujudlah para malaikat itu semua-nya bersama-sama, kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (ma-laikat) yang sujud itu.” (Q.S. Al-Hijr 15:28-31).

Nabi Adam as. adalah ba-pak jasad manusia. Allah Ta’ala menjadikannya dari

campuran air dan tanah liat yang kering dari lumpur hitam yang

Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

MEJA REDAKSI

PROPHETIC INTELLIGENCE

Pengasuh :KH. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey

Pimpinan Redaksi :Harun Nur Rosyid

Bendahara:Syahrul Munir

Fotografi :A. Sulaiman Fachri A.

Ilustrasi:Nur Habib Rizqillah

Redaktur :Fadhil HudaAsmul Fauzi

Alamat :

Pondok Pesantren Raudhatul MuttaqienJl. Cangkringan KM. 04 Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta

Telp. (0274) 7111514

Mengenal Asal-usul dan Potensi Dasar Manusia

1Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

)

KH. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey

dan menyatu dengan totalitas hidup dan kehidupan Tuhannya.

Asal-usul Anak Cucu Nabi Adam as.

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-

baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari

tanah. Kemudian Dia menjadi-kan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia

menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh-

Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur

(Q.S. As-Sajdah 32:7-9)

Begitu pula dengan anak cucu Nabi Adam as. yang Allah Ta’ala ciptakan berasal dari air mani yang hina. Kemudian Allah Ta’ala menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ruh-Nya ke da-lam janin yang berada dalam kandungan seorang perempu-an. Dengan masuknya ruh Allah itu, maka hakikat tubuh janin yang berasal dari air mani yang hina itu pun menjadi suci dan le-nyaplah kehinaannya dan men- jadi kemuliaan. Sebagaimana

dan memiliki ilmu dan penge-tahuan ketuhanan. Dengan ilmu dan pengetahuan itu ia dapat menyebutkan dan menjelaskan tentang nama dan karakteristik segala sesuatu yang terdapat di bumi ini kepada para malaikat yang meragukan akan kredibi-litasnya sebagai wakil Allah di permukaan Bumi ini. Dalam fir-man-Nya yang lain:

Bacalah dengan nama Tu-hanmu Yang menciptakan, Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah Yang Maha Pemu-rah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa saja yang belum diketahuinya.

(Q.S. Al-Alaq 96:1-5)

Ayat ini menerangkan kepa-da kita bahwa pada hakikinya, Allah SWT. sudah mengajarkan kepada jiwa yang telah meneri-ma limpahan ruh-Nya di alam azali, apa saja yang belum atau tidak di ketahui. Dia sudah meng- ajarkan kepada manusia (insan)melalui pena. Yaitu melalui tu-lisan yang terhampar hidup dalam kehidupan yang ada di bumi dan di langit (kawniyat), dan tulisan yang termuat dalam Al-Qur’an (qawliyat).

Nabi SAW. bersabda: “Setiap bayi yang dilahirkan itu suci, akan tetapi bapak dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasra- ni dan Majusi.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra.).

Hakikinya, asal-usul makhluk Allah Ta’ala yang bernama ma-nusia adalah berasal dari kesu-cian Ruh Tuhannya yang bersifat nuriyyah (bercahaya), ahadiyyah (keesaan), lathifiyyah (kelembut-an), qudsiyyah (kesucian), dan gaybiyyah (tidak tampak).

Potensi Fitri Manusia

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-

benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada

para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku

nama benda-benda itu jika kamu memang benar

orang-orang yang benar!’”

(Q.S. Al-Baqarah 2:31)

Ayat ini menerangkan ke-pada kita bahwa bapak moyang kita adalah guru bagi para ma-laikat. Setelah Allah Ta’ala meni-upkan ruh-Nya ke dalam per-wujudannya, ia langsung hidup

2

“Setelah Allah Ta’ala meniupkan ruh-Nya ke dalam perwujud-annya, ia langsung

hidup dan memiliki ilmu dan penge-

tahuan ketuhanan.”

Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

Hakikinya, setiap jiwa yang telah menerima limpahan ruh Allah SWT., maka ia telah ter-sucikan dari unsur kemakhlukan dan telah menerima ilmu dan pemahaman tentang berbagai hal. Mengapa demikian? Sebab Allah SWT. akan menjadikan ma-nusia sebagai pengganti Diri-Nya yang bersifat rububiyyah, yakni mengurus atau memenej hidup dalam kehidupan di per-mukaan bumi ini. Bagaimana mungkin seorang manusia mam- pu mengurus alam ini jika tidak memiliki potensi-Nya?

Dalam makna batin, Allah SWT. telah menjadikan manusia dalam bentuk rupa-Nya atau per-wujudan-Nya. Hal ini disebab- kan karena manusia sebagai hamba-Nya merupakan wadah atau tempat Dia menampakkan dan memperkenalkan eksistensi potensi-Nya kepada makhluk-Nya.

Karakteristik Fitri Manusia

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. (Tetaplah atas) fitrah

Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama

yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

(Q.S. Ar-Rum 30:30)

kan, menghidupkan bahkan yang akan mematikan dirimu.”

Ironisnya, sangat sedikit ma-nusia yang mengetahui tentang karakteristik dasar ini. Mengapa demikian? Sebab hati dan pikir-an orang-orang kebanyakan saat ini telah terjebak ke dalam akti-vitas dan paradigma hidup yang bersifat materialisme, rasional-isme dan sekularisme. Mereka sudah menganggap bahwa ma-teri, akal dan kehidupan bebas adalah tujuan hidup sesungguh- nya.

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa karakteristik dasar manusia adalah cenderung tun-duk dan patuh kepada Pencipta-Nya. Sebab Allah SWT. menjadi- kan diri manusia ini di atas fitrah atau kesucian-Nya. Dan kesuci- an itu tidak akan pernah ber-ubah sedikit pun. Itulah karak-teristik ketauhidan yang selalu eksis dan bergema di dalam hati setiap manusia.

Sejahat apapun seseorang pada lahirnya, akan tetapi jauh di dalam lubuk hatinya “hidup” kebenaran sejati. Ia selalu meng-ajak diri ini kembali kepada Rabb- nya, kembali kepada ketaatan dan kebenaran. Itulah nurani yang bagaikan “ad-din al-qayy-im”, agama atau kecenderungan yang lurus. Lurus dan konsisiten untuk kembali kepada Rabbnya.

Ketika diri ini sedang tertim-pa bencana atau musibah dan tidak ada seorang pun yang da-pat memberikan pertolongan kepadanya, maka apa yang akan dilakukan diri ini? Pasti dalam ha- tinya bersuara: “Tidak ada yang dapat menolongmu kecuali Allah SWT. Zat yang telah mencipta-

3

“Sejahat apapun seseorang pada

lahirnya, akan tetapi jauh di dalam lubuk

hatinya ‘hidup’ kebenaran sejati.”

Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

Maqam dan Martabat Fitri Manusia

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,

Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas

kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

(Q.S. Al-Isra`, 17:70)

dungan ibunya, pasca kelahiran hingga menjelang ajalnya, mere- ka sudah memiliki rencana be-sar, yakni menyesatkan perja-lanan pulangnya untuk kembali kepada Penciptanya.

Jin dan manusia telah men-jadi media Iblis dan setan me-nampakkan dan memperkenal-kan eksistensinya. Mereka akan melaksanakan rencana besar-nya, yakni mentransformasi asal- usul, potensi, karakteristik, ke-dudukan dan martabat manusia dari martabat ketuhanan (Nur) kepada eksistensi mereka (zulu-mat).

Allah Pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluar-

kan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pelindung-

pelindungnya ialah tagut, yang mengeluarkan mereka

dari cahaya kepada ke- gelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka

kekal di dalamnya. (Al-Baqarah 2:257)

(Bersambung). ■

Ayat ini telah menjelaskan kepada kita bahwa sejatinya ma- nusia adalah makhluk Allah SWT. yang telah diberi kedudukan dan martabat yang mulia, diberi fasilitas hidup yang baik, sehat dan alamiah. Bahkan kedudukan dan martabat manusia di atas kebanyakan ciptaan-Nya, seper-ti malaikat, jin, hewan, tumbuh-an, benda-benda dan lainnya.

Kehancuran yang terjadi da-lam hidup dan kehidupan ini baik di permukaan bumi kecil (diri manusia) ataupun bumi be-sar (alam semesta), disebabkan oleh karena manusia tidak mam-pu mengeksplorasi, mengem-bangkan dan memberdayakan anugerah yang telah diberikan oleh Rabbnya. Ketidakmampuan itu disebabkan oleh adanya kon- spirasi musuh besarnya yaitu iblis dan setan yang akan selalu menghadang dan menghancur-kan jalan-jalan kebenaran yang terhampar di hadapan perjalan-an hidupnya.

Tiga ratus enam puluh pen-juru kehidupan manusia telah mereka kuasai. Sejak awal pem-buahan dari sperma, dalam kan-

4 Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

“Manusia adalah

makhluk Allah SWT. yang telah diberi kedudukan dan

martabat yang mulia, diberi fasilitas hidup yang baik, sehat dan

alamiah.

” INSPIRASI DAN MOTIVASI

5Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

Ya Allah, berselawatlah untuk Muhammad,

hingga tiada lagi tersisa selawat-Mu.

Œ

Ya Allah, Kasihilah Muhammad hingga

tiada lagi tersisa kasih sayang-Mu.

Œ

Ya Allah, berkatilah Muhammad hingga

tiada lagi tersisa satu pun dari berkat-Mu .

Sumber lainnya menyebut-kan, telah terjadi irhāşāt (tanda-tanda awal yang menunjukkan akan diutusnya nabi) ketika ke- lahiran beliau SAW., di antara-nya adalah jatuhnya empat belas beranda istana kekaisaran Persia, padamnya api yang biasa disem-bah oleh kaum Majusi dan ro-bohnya gereja-gereja di sekitar danau Sawa setelah airnya me-nyusut. Riwayat tersebut dilansir oleh aţ-Ţabarī, al-Bayhaqī dan yang lainnya.

Œ

Siti Aminah (Ibu Rasulullah SAW.) menuturkan kesaksiannya seperti berikut: “Lewat enam bu-lan sejak kehamilanku, aku me- lihat dalam mimpi seorang ber-kata kepadaku: ‘Hai Aminah, engkau sedang mengandung ma- nusia termulia di jagad raya. Bila ia lahir namailah dia Muham-mad, tetapi sekarang janganlah engkau beritahukan kepada si-apa pun’.”

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul

dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya

penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,

amat belas kasihan lagi penyayang terhadap

orang-orang mukmin.

(Q.S. At-Tawbah 128)

bnu Sa’ad meriwayatkanbahwa ibunda Rasulullah SAW. pernah mencerita-

kan, “Ketika aku melahirkan-nya, dari faraj-ku (kemaluanku) keluarlah cahaya yang karena-nya istana-istana di negeri Syam tersinari. Ia lahir dengan tangan menyangga badannya, kemudi-an mengambil segenggam tanah lalu mengangkat ke arah langit.” Ţabrānī menuturkan pula hadits serupa dan mengatakan, beliau SAW. lahir dalam keadaan tangan menggenggam, sedangkan ibu jarinya menunjuk lurus seperti orang yang sedang bertasbih.

NABI MUHAMMAD SAW.SANG SAMUDERA CAHAYA

Hikayat Kehidupan dan Mukjizat Rasulullah SAW. (1)

)

INSPIRASI DAN MOTIVASI)

Aş-Şalawāt Al-KubrāAsy-Syaykh ‘Abd al-Qādir al-Jaylānī

Oleh: Fadhil Huda

I

Ketika itu Siti Aminah se-dang sendirian di rumah dan ia mendengar suara gemuruh. Ke-mudian ia melihat sayap burung berwarna putih mengusap-usap hatinya sehingga ia tidak merasa takut. Dia menoleh, tiba-tiba ada minuman berwarna putih jernih di dekatnya, lalu ia minum.

Dilihatnya juga cahaya terang benderang menjulang tinggi di atasnya. Dalam cahaya itu tam-pak sejumlah wanita bertubuh tinggi. Wanita-wanita itu mem-perkenalkan nama-namanya ke-pada Aminah : “Kami ini adalah isteri Fir’aun, Maryam binti Im-ran dan yang lain-lain itu adalah bidadari-bidadari.” Mendengar hal itu Aminah terperanjat.

Tak lama kemudian ia men-dengar suara gemuruh lagi, lebih dahsyat dari yang ia dengar per-tama. Tiba-tiba Aminah melihat busana sutra putih terbentang di antara langit dan bumi. Ia mendengar suara berkata: “Pa-kailah itu, jangan dilihat orang lain.” Ketika ia mendongak ke atas, dilihatnya sejumlah pria se-dang berdiri di angkasa, masing-masing membawa kendi-kendi perak.

Aminah juga melihat burung yang begitu banyaknya berda-tangan hingga nyaris memenuhi kamarnya. Paruh burung itu lak- sana zamrud, dan sayapnya ba-gaikan yakut. Kemudian Allah menajamkan penglihatan Ami-nah sehingga ia melihat tiga ben- dera terpancang tinggi. Bendera pertama terpancang di bagian timur, bendera kedua terpan-cang di bagian barat, dan ben-dera ketiga terpancang di atas Ka’bah.

Œ

Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bahwasanya Rasu-lullah SAW. didatangi malaikat Jibril as. saat beliau tengah ber-main bersama teman-teman se-bayanya. Jibril menangkap dan merebahkan beliau di atas tanah lalu membelah jantungnya, ke- mudian mengeluarkannya, dari jantung ini dikeluarkan segum-pal darah. Jibril berkata, “Ini ada- lah bagian setan yang ada pada dirimu!”

Kemudian ia mencuci jan-tung tersebut dengan air zam-zam di dalam baskom yang ter- buat dari emas, lalu memperbai-kinya dan menaruhnya di tem-pat semula. Teman-teman seba-yanya tersebut berlarian mencari ibu susuannya seraya berkata, “Muhammad telah dibunuh!” Mereka akhirnya beramai-ramai menghampirinya dan menemu-kannya dengan rona muka yang sudah berubah. Anas (periwayat hadits) berkata: “Sungguh aku telah melihat bekas jahitan itu di dada beliau SAW.”

Duhai junjungan kami, wahai Rasulullah, engkau-

lah tujuan dari seluruh penciptaan, engkaulah

tuan dari segala yang dilahirkan dan

yang melahirkan.

Selawat Asy-Syaykh Abū al-Mawāhib Asy-Syāżilī

Saat Nabi Muhammad SAW. berusia 5 tahun, beliau diajak oleh Halimah pergi naik unta, hendak ia serahkan kembali ke- pada ibundanya, Aminah. Sam-pai di depan pintu masuk kota Makkah, tempat itu dikerumuni

Ya Allah, limpahkanlah sentuhan selawat-selawat-

Mu dan kedamaian salam-Mu, kepada sang wujud

awal yang keluar dari awan rabbani, dan penurunan

(ilahiah) terakhir yang ke-luar dalam bentuk insani.

Œ

Titik huruf ba` pada kali-mat basmalah yang meng-himpun segala yang akan, sedang dan telah tercipta,

dan titik perintah yang menggerakkan perputaran

seluruh alam semesta.

Selawat Asy-Syaykh Al-AkbarMuĥyiddīn Ibn ‘Arabī

Al-Ĥāfiź bin Abū Bakr bin A’idz dalam kitab Maulid yang di-tulisnya, berdasarkan berita yang diperoleh dari Ibnu ‘Abbās ra. dan yang kemudian dikutip oleh Az-Zarkasyī di dalam Syarĥ Al-Bur-datul Mādiĥ, menuturkan bah-wa pada saat Muhammad SAW. lahir, malaikat Riďwān membisi-ki telinga beliau : “Hai Muham- mad, semua ilmu dan pengetahu- an (tentang hal-hal ghaib) yang ada pada para nabi dan rasul se-belum engkau, Allah akan mem-berikannya kepadamu, bahkan engkau akan mempunyai ilmu dan pengetahuan lebih banyak daripada semua yang mereka miliki dan engkau akan menjadi Nabi yang paling tabah dan be-rani.”

6 Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

orang banyak. Nabi Muhammad diturunkan dari unta dan di- tinggal sebentar untuk keperlu-an buang hajat.

Setelah Halimah kembali ke tempat tadi, Muhammad SAW. tak ada lagi di tempatnya. Hali-mah gelisah dan bertanya kepa- da orang-orang yang ada di situ, tetapi mereka tidak tahu keber- adaan Muhammad SAW. Segera-lah Halimah melapor kepada datuk Nabi Muhammad SAW., Abdul Muthalib.

Kemudian Abdul Muthalib keluar dengan pedang terhunus dan mencari keberadaan cucu- nya bersama orang-orang Qu-raisy. Tetapi semua itu sia-sia dan mereka tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Mu-hammad SAW. Ketika Abdul Muthalib hampir putus harapan, ia berdoa agar cucunya segera kembali. Tiba-tiba dari angkasa ada suara memanggil-manggil: “Hai orang-orang Quraisy, kalian tak usah ribut, Tuhannya Mu- hammad tidak akan menghi-langkannya!” Abdul Muthalib menyahut: “Hai, siapakah yang hendak mengembalikannya ke-pada kami, di manakah ia?” Su-ara itu menjawab : “Dia di Wādī Tihāmah (Lembah Makkah), de- kat pohon Barakah (Syajāratul-Yumn)”.

Berangkatlah Abdul Mutha-lib ke tempat yang disebut oleh suara itu. Ternyata benar Mu-hammad SAW. berada di bawah pohon sedang menarik-narik dahannya dan bermain-main de- ngan daunnya. Beliau segera di- bawa pulang dan kemudian di-serahkan kepada Halimah As-Sa’diyyah. Halimah pun sangat gembira putera asuhannya telah kembali.

Œ

malu, sangat jujur, sangat ama-nah, serta terhindar dari per-buatan keji dan jahat. Sehingga beliau mendapatkan gelar al-Amīn (orang yang terpercaya).

Sekalipun usianya saat itu baru dua belas tahun, tapi dia sudah mempunyai persiapan ke- besaran jiwa, kecerdasan dan ke-tajaman otak, sudah mempunyai tinjauan yang begitu dalam dan ingatan yang cukup kuat serta segala sifat-sifat semacam itu yang diberikan alam kepadanya sebagai suatu persiapan akan menerima risalah maha besar yang sedang menantinya. ■

Dan engkau adalah per-mata yang tak ternilai yang menjadi pusat perputaran seluruh unsur yang ada. Engkaulah cahaya yang

benderang sinarnya menyinari tujuh lapis

bumi dan langit.Selawat Asy-Syaykh

Abū al-Mawāhib Asy-Syāżilī

Saat Nabi Muhammad SAW. berusia 9 tahun, beliau diajak pa- mannya Abū Ţālib berdagang ke negeri Syam. Ketika rombong- an dagang berhenti di Bashra (ba-gian dari wilayah Syam). Mere- ka bertemu dengan seorang ra-hib (pendeta) bernama Buhaira. Ketika ia memegang tangan Ra-sulullah SAW., Buhaira berkata, “Inilah penghulu alam semesta, inilah utusan Rabb alam semes-ta, dia diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi alam semesta ini.”

Abū Ţālib dan pemuka kaum Quraisy bertanya kepadanya, “Bagaimana Anda tahu hal itu?” Dia menjawab, “Sesungguhnya ketika kalian muncul dan naik dari bebukitan, tiada satu pun dari bebatuan ataupun pepo-honan melainkan bersujud ter-hadapnya, dan keduanya tidak akan bersujud kecuali terhadap seorang Nabi, dan sesungguhnya aku dapat mengetahuinya me- lalui tanda kenabian yang terle-tak pada bagian bawah tulang rawan pundaknya yang bentuk-nya seperti apel. Sesungguhnya kami mengetahui hal tersebut dari kitab suci kami.” Ia berkata: “Bawalah anak saudaramu ini pulang ke negerinya dan jagalah dirinya dari ancaman-ancaman kaum Yahudi. Karena sesung-guhnya akan terjadi sesuatu yang besar pada anak saudaramu ini.” Lalu Abū Ţālib membawa Mu-hammad pulang ke Makkah da-lam keadaan selamat.

Œ

Rasulullah SAW. tumbuh dan berkembang dalam lindungan Allah SWT., jauh dari kotoran-kotoran dan budaya-budaya ja- hiliyah. Maka jadilah beliau se-orang manusia yang mulia harga dirinya di antara kaumnya, pa- ling baik akhlaknya, sangat pe-

7Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

MAKSUD (QAŞD) DAN NIAT (NIYYAH) DALAM TAHARAH

Maksud (qaşd), yang juga disebut denganniat (niyyah), adalah syarat keabsahanuntuk apa yang kita pelajari kali ini

(taharah), dengan masih terdapat ikhtilaf tentang- nya. Allah SWT. berfirman: “Bertayamumlah1 de-ngan menggunakan şa’īd (tanah) yang baik.” (Q.S. 5:6, 4:43), yang juga berarti “carilah (lakukan qaşd) debu” yang tidak terkandung di dalamnya sesuatu yang menghalangi pemakaiannya untuk ibadah ini (taharah) dari sesuatu yang najis.

Namun Allah tidak berkata demikian untuk taharah yang memakai air. Sesungguhnya yang Allah maksud dengan air adalah air mutlak, bu-kan air yang tercampur sesuatu. Karena, menurut orang Arab, air yang tercampur sesuatu akan ter-paut pada apa yang mencampurinya. Jika kamu berkata kepada seorang Arab: “Berikan aku air!”, maka dia akan memberikan kepadamu air yang

tidak tercampur dengan apapun (air mutlak). Ti-daklah seorang Arab memahaminya selain seperti itu. Dan tidak akan diutus seorang rasul dan tidak akan diturunkan sebuah kitab kecuali dengan ba- hasa kaumnya. Rasulullah SAW. bersabda: “Se-sungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan mengguna-kan bahasaku”, yaitu dengan bahasa Arab yang jelas. Allah Ta’āla berfirman: “Sesungguhnya kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab agar ka-lian menggunakan akal” (Q.S. 43:3).

Oleh karena itu, Al-Qur’an tidak berbicara ten- tang qaşd untuk air, karena air adalah “rahasia ke-hidupan”. Air dapat memberikan kehidupan me-lalui zatnya, baik disertai dengan qaşd maupun tidak. Sedangkan debu masih menjadi ikhtilaf, karena jika orang yang bertayamum belum ber-qaşd untuk “tanah yang baik”, maka tanah itu tidak akan bisa digunakan. Karena tanah adalah benda yang padat dan tidak mengalir, dan ruhnya adalah qaşd, lantaran qaşd merupakan makna ruhani.

TENTANG RAHASIA-RAHASIA TAHARAH (2)

Seri Terjemahan Kitab Al-Futuhat Al-Makkiyyah Karya Syaikh Muhyiddin Muhammad bin Ali Ibn Arabi

Œ

Betapa banyak mereka yang bersuci,namun tiada bersifat dengan kesucian.

Jika mereka menjauh dari lautan ladunnī dan berpantang terhadapnya.

Œ

Lihatlah dengan seksama! Niscaya akankau lihat rahasia taharah dengan jelasnya.

Hal yang mudah bagi mereka yang memiliki keterjagaan dan kecerdasan.

8 Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

Œ

Biarpun mereka menyelam dalam lautan air asin seumur hidup mereka,

namun belum mereka berfana dalam lautan hakikat, tiada mungkin mereka menjadi suci.

Maka orang yang bertayamum memerlukan qaşd khusus untuk debu dan tanah, meskipun hal ini juga masih menjadi perselisihan. Sedangkan orang yang berwudu tidak memerlukan qaşd khusus un-tuk air –yang hal ini juga masih menjadi perseli-sihan. Allah berfirman (dalam ayat tentang wudu Q.S. Al-Maidah 5:6): “basuhlah!”, dan tidak ber-kata “carilah (tayammam) air yang bersih” (yang menyiratkan perlunya qaşd untuk itu).

Jika ada yang berkata bahwa (ada hadits yang mengatakan): “Sesungguhnya semua amal (tindak-an) harus didahului dengan niat”, sedang-kan niat adalah qaşd, dan wudu adalah sebuah tindakan, maka kami akan berkata: “Kami sepakat dengan pendapat anda, dan kami juga berpendapat demikian.” Tetapi “niat” pada hadits di atas ter-kait dengan tindakan, bukan dengan air, dan air bukanlah tindakan. Maka qaşd yang di-tekankan di atas adalah untuk tanah (şa’īd).

Menurut hadits di atas, wu-du memang memerlukan niat dari segi ia adalah “tindakan”, namun bukan dari segi bahwa ia adalah sebuah tindakan yang dilakukan dengan air. Maka air di sini hanya mengikuti tindak- an, dan yang menjadi sasaran utama niat adalah tindakan (wudu). (Pada tayamum) di atas, qaşd ditujukan untuk tanah yang baik, sedangkan bagi tindakannya adalah hal selanjutnya yang memerlukan niat yang lain ketika tindakan tersebut hendak dilaksanakan.

Seperti halnya wudu dan mandi besar dengan air, dan seluruh tindakan syari’at lainnya mem-butuhkan kepada keikhlasan sesuai yang diperin-tahkan. Keikhlasan adalah niat, meskipun hal itu juga masih diperselisihkan. Allah SWT. berfirman: “Dan mereka tidaklah diperintahkan kecuali untuk menghamba kepada Allah dengan mengikhlaskan seluruh kecenderungan kepada-Nya.” (Q.S. 98:5). Ayat ini sungguh menuntut perenungan. Namun (sayangnya) masalah ini tidak pernah ditahkik oleh para ahli fiqih dengan metode (ţarīqah) yang

kami jalani dan yang kami bertahkik dengannya. Maka pahamilah!

Al-Qur’an tidak mengatakan untuk air: “carilah (tayammamū) air!”, sehingga (seakan-akan) air me-merlukan ruh yang terdapat pada niat. Karena air itu sendiri adalah ruh, dan ia memberikan kehi-dupan melalui zatnya. Allah SWT. berfirman: “Dandari air kami menjadikan segala sesuatu menjadi hidup.” (Q.S. Al-Anbiyā` 21:30). Dan “segala se-suatu” adalah hidup, karena sesungguhnya segala sesuatu selalu bertasbih memuji Allah, dan tidak-

lah bertasbih kecuali sesuatu yang hidup, dan air adalah sumber kehidupan bagi segala

sesuatu. Karena inilah terjadi ikhtilaf di antara para ulama’ syari’at ten-

tang “niat dalam wudu”, apa- kah niat tersebut menjadi sya-rat sahnya wudu atau tidak. Dan rahasianya telah kami jelaskan.

PEMBAGIAN AIR DAN PEM-BAGIAN ILMU

Ketahuilah bahwa air (mut-lak) ada dua macam. Ada air yang terhaluskan dan tersaring hingga termurnikan dan be-ning, yaitu air hujan. Air ini se- sungguhnya adalah air yang berubah dari uap padat yang melalui penurunannya terha-puslah semua kepadatan yang

terkait dengannya. Seperti itulah kiranya ilmu syari’at yang ladunī.2 Ilmu

ini bisa diperoleh melalui riyāďah, mujāhadah, dan takhlīş (keikhlasan). Maka sucikanlah zat di-rimu dengannya untuk ber-munājah kepada Tu-hanmu.

Air yang lain adalah air yang tidak memiliki ke-halusan seperti air yang pertama, yaitu air sumber dan air sungai. Air ini keluar dari bebatuan dan tercampur dengan apa yang ada pada tanah atau bongkahan batu tempatnya terpancar dan menga-lir. Rasanya pun bermacam-macam, sebagian te-rasa tawar dan segar (‘ażbun furāt), sebagian lain-nya asin lagi getir (milĥun ujāj), dan sebagian lain terasa pahit dan maung. (Sebaliknya), air hujan

9Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

Dan ini adalah taharah para ‘arif.Jika engkau termasuk dalam

golongan mereka,maka akan kau dapatkan

kedekatan orang-orang pilihan.

memiliki kondisi yang sama, yaitu air yang enak, bening, murni dan lezat diminum.

(Air jenis kedua ini bagaikan) ilmu-ilmu yang berasaskan pada pikiran sehat dan akal. Sesung-guhnya ilmu akal yang diambil dari pikiran akan tercemari dengan perubahan, karena ilmu-ilmu ini sesuai dengan kondisi bawaan (mizāj) si pe-mikir yang memakai akal. Karena pikiran tidak-lah melihat kecuali pada data-data inderawi yang ada dalam imajinasi. Dengan cara seperti inilah ilmu tersebut mengambil bukti-buktinya, sehingga pendapat mereka bisa berbeda-beda untuk satu persoalan yang sama. Atau bahkan satu orang bisa mengambil kesimpulan yang berbeda-beda untuk satu hal yang sama di saat yang berbeda. Hal itu terjadi karena beragamnya mizāj, sifat dan pera-saan yang ada dalam bentuk penciptaan mereka. Akibatnya, pendapat-pendapat mereka senantiasa berbeda-beda dalam satu persoalan yang sama, dan dalam prinsip-prinsip yang darinya bercabang pendapat-pendapat mereka.

Akan tetapi, ilmu ladunī Ilahi yang berdasar-kan syari’at hanya memiliki satu rasa yang sama. Meskipun indra perasanya berbeda-beda, namun tidak ada perbedaan dalam kebaikan rasa airnya. (Yang ada adalah) baik dan lebih baik. Dan ilmu ini adalah murni (khāliş) dan tidak tercampuri dengan kekeruhan, karena ilmu ini telah termurnikan dari sifat-sifat mizāj tabiati dan bekasan-bekasan sum-bernya. Maka para nabi, auliya’ dan orang-orang yang mengabarkan tentang Allah, pasti memiliki perkataan yang sama mengenai Allah. Mereka ti-dak menambah-nambahi, tidak mengurangi mau-pun berselisih, dan mereka saling membenarkan satu sama lain. Sebagaimana air hujan yang tidak tercampur dengan apapun ketika diturunkan.

Maka Jadikanlah sandaran dan kesucian hatimu seperti ilmu ini, yaitu ilmu dengan syari’at yang diumpamakan dengan air hujan. Jika kamu tidak melakukannya, maka engkau belum memurnikan jiwamu. Akibatnya, dirimu dan kesucianmu akan sesuai dengan keadaan tanah atau bongkahan batu tempat bersumbernya air (ilmu) tersebut.

Apabila kamu masih bisa membedakan manis dan asinnya air itu, maka ketahuilah bahwa indra perasamu masih baik adanya. Ini adalah persoalan yang aku belum menemukan seorang pun yang memperingatkan tentangnya. Ketika seseorang me-

makan gula dia akan merasakan manisnya gula itu sebagaimana adanya (dengan lidah yang bersih), namun (jika lidahnya terkena) getah pohon yang pahit, maka dia akan salah (merasakan manisnya gula).3 Hal ini tidak perlu untuk dipertanyakan lagi oleh akal. Kami telah memperingatkanmu, dan jika kamu telah menyadarinya, maka renungkanlah!

Kemudian wahai sahabatku, perbaikilah pene-rapan ilmu-ilmu syari’at dalam dirimu, juga ilmu- ilmu para wali dan orang-orang berakal –yang me-reka mengambilnya dari Allah–, dengan berbagai riyāďah, khalwāt, mujāhadah, dan pengekangan diri dari pengaruh-pengaruh fisik dan bersitan-bersitan (khawāţir)4 nafsu-nafsu. Jika kau tidak lagimampu membedakan rasa air-air ini, ketahuilah bahwa mizāj-mu dalam keadaan yang buruk. Kamu telah dikuasai oleh sebuah unsur dari unsur-unsur dirimu. Tidak ada yang bisa kami lakukan kepa-damu, kecuali jika Allah SWT. sudi memperbaiki dirimu dengan rahmat-Nya. Apabila kamu telah memakai air dari ilmu-ilmu ini dalam taharahmu –yaitu ilmu syari’at seperti yang telah kutunjukkan kepadamu–, niscaya kamu bisa menyucikan sifat-sifatmu dan ruhaniahmu dengannya seperti hal-nya kamu menyucikan anggota-anggota tubuhmu dengan air dan membersihkannya. ■

Catatan kaki1. Tayamum berasal dari kata yammama yang berarti me-

nyengaja, menuju kepada, atau berkehendak untuk. Ibn Manźūr dalam Lisān al-’Arab berkata, tayamum berarti wa-kha-ya (bercita-cita, berniat atau menetapkan sesuatu sebagai tujuan).

2. Ibn Manźūr berkata, “Al-Layś mengatakan bahwa ladun berarti min ‘indi (dari sisi).” Jenis ilmu yang disandar-kan kepada ayat Allah tentang Nabi Khiďr : “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (ladunnā)” (Q.S. 18:65). Yaitu ilmu tentang mak-na dan rahasia Al-Qur’an yang didapatkan langsung dari Allah tanpa memakai pengamatan pikiran dan penilaian rasional. Ban. Sufi Path Of Knowledge hal. 235.

3. Keraguan tentang “merasakan (żawq)” di kalangan ahli żawq adalah seperti orang yang lidahnya diliputi oleh empedu dan merasakan madu sebagai pahit. Akan tetapi, madu tidaklah pahit. Yang membuat lidahnya merasakan pahit adalah air empedu.

4. Segala yang terlintas dalam hati, baik yang berasal dari bisikan rabbānī (Allah), malakī (malaikat), nafsī (diri sen-diri) atau syayţānī (syaitan). Rasāil Ibn ‘Arabī hal. 414.

10 Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H

Prophetic Intelligence Edisi 2 Ahad 02 November 2014 M/ 09 Muharam 1436 H 11

PONDOK PESANTREN RAUDHATUL MUTTAQIEN Jl. Cangkringan Km.04 Babadan, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta

LAPORAN INFAQ PENGAJIAN AHAD PAGI

No. Tanggal Keterangan Penerimaan Pengeluaran Saldo

1. 13 Oktober 2014 Saldo awal Rp. 96.000,- Rp. 96.000,-2. 19 Oktober 2014 Infak pengajian Ahad pagi Rp. 215.000,- Rp. 311.000,-3. 20 Oktober 2014 Tambahan rekening listrik Rp. 300.000,- Rp. 11.000,-4. 26 Oktober 2014 Infak pengajian Ahad pagi Rp. 393.000,- Rp. 404.000,-5. 29 Oktober 2014 Biaya cetak buletin dan ATK Rp. 350.000,- Rp. 54.000,-

Saldo Kas Rp. 706.000,- Rp. 650.000,- Rp. 54.000,-

Pada masa khalifah Abu Bakar,

Khalid bin Walid pergi ke suatu

kampung.

Penduduk kampung itu menyuruh Abdul Masih

menyambutnya dengan membawa minuman yang mengandung racun ganas.

Atas izin Allah, air beracun tersebut

tidak dapat mencelakai Khalid.

Maka Abdul Masih kembali ke kaumnya dan menceritakan kejadian tersebut.

Gambar Hikmah

Khalid bin WalidMenghalau Racun dengan Doanya

Ilustrasi oleh: Nur Habib Rizqillah

Selamat datang wahai Khalid!

Abdul Masih menyambut Khalid.

Dia memberi Khalid segelas air yang mengandung racun ganas. Meski tahu, Khalid tetap menerimanya.

Berikanlah air itu Abdul Masih!

Sebelum meminumnya, Khalid membaca do’a.

“Dengan menyebut nama Allah, Tuhan langit dan bumi.

Dengan menyebut nama Allah yang tidak akan mencelakakan hamba-Nya, karena nama-Nya

mengandung obat.”

Kemudian Khalid meneguk minuman beracun itu.

Setelah mendengar cerita itu, akhirnya kaum itu berdamai dengan orang-orang Muslim.

Hai kaumku, ia telah

meminum racun ganas itu, tetapi ia tidak

apa-apa.

RaudhatulMuttaqien

1

2 3

4

5

6

7 8 9

10 11 12

Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien: 1. Suasana Pondok Pesantren. 2. Pengasuh Ponpes KH. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey. 3. Pengajian rutin Ahad pagi. 4. Kerajinan Batik Tulis. 5. Program Pendidikan D3 Bersubsidi Latief Founda-tion. 6. Masjid Pondok Pesantren. 7. Budidaya ikan lele. 8. Madrasah Diniyah Takmiliyah. 9. Suasana Pondok Pesantren. 10. Air Mineral Amanah Air Alkali TDS rendah. 11. Fazan Studio Recording & Rehearsal. 12. Fazan Music & Magic School.