Bahasa dan Sastra Babad Demak Pesisiran - Repositori ...

238

Transcript of Bahasa dan Sastra Babad Demak Pesisiran - Repositori ...

TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM

Penelitian

Bahasa dan Sastra

Babad Demak Pesisiran

00000335

M

Penelitian

Bahasa dan Sastra

Babad Demak Pesisiran

Oleh:

Suripan Sadi Hutomo

E. Yono Hudiyono

Tontowi Djamaludin

Hari Astuti

p E R p ypusn i

i p M G E M 3 A G A . .. ■ ; - ;i: DEP^ RT p .' i.. ,I DAW KEBUGAVAmW |

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Jakarta

1984

m

Hak cipta pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Perpusiakaan Pi;s.at Pcmkinaan d-an F

Ko. Klas^^usi rJo. liidiik

rei^)

:

Tid .

f

iilL

Naskah buku ini semula merupakan hasil Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia

dan Daerah Jawa Timur 1981/1982, disunting dan diterbitkan dengan dana ProyekPenelitian Pusat.

Staf inti Proyek Pusat: Dra. Sri Sukesi Adiwimarta (Pemimpin), Drs, Hagmi Dini (Benda-harawan), Drs. Lukman Hakim (Sekretaris), Prof. Dr. Haryati Soebadio, Prof. Dr. AmranHalim, dan Dr. Astrid Susanto (Konsultan).

Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang digunakan atau diperbanyak dalam bentukapa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal kutipan untuk keperluan pe-nulisan artikel atau karangan ilmiah.

Alamat penerbit: Pusat Pembinaan dan Pengembangan BahasaJalan Daksinapati Barat VI, Rawamangun, Jakarta Timur.

IV

PRAKATA

Dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (1979/1980—1983/1984)telah digariskan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kebudayaan na-sional dalam berbagai seginya. Dalam kebijaksanaan ini, masalah kebahasaandan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaanmasional yang perludigarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk ms-tranya, tercapai. Tujuan akhir itu adalah berkembangnya bahasa Indonesiasebagai sarana komunikasi nasional dengan baik di kalangan masyarakat luas.

Untuk mencapai tujuan akhir itu, perlu dUakukan kegiatan kebahasaandan kesastraan, seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan peristdahanmelalui penehtian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, penyusunan berbagai kamus Indonesia dan kamus daerah, penyusunan berbagai kamus istilah,serta penyusunan buku pedoman ejaan, pedoman tata bahasa, dan pedomanpembentukan istilah, (2) penyuluhan bahasa Indonesia melalui berbagaimedia massa, (3) penerjemahan karya sastra daerah yang utama, sastra dunia,dan karya kebahasaan yang penting ke dalam bahasa Indonesia, (4) pengembangan pusat informasi kebahasaan dan kesastraan melalui penehtian, inventa-risasi, perekaman, pendokumentasian, dan pembinaan jaringan informasi, dan(5) pengembangan tenaga, bakat, dan prestasi dalam bidang bahasa dan sastramelalui penantaran, sayembara mengarang, serta pemberian bea siswa danhadiah atau tanda penghargaan.

Sebagai salah satu tindak lanjut kebijaksanaan itu, dibentuklah olehPemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ProyekPenehtian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa (Proyek Penehtian Pusat) pada tahun 1974. Proyekini bertugas mengadakan penehtian bahasa dan sastra Indonesia dan daerahdalam segala aspeknya, termasuk peristilahan untuk berbagai bidang hmupengetahuan dan teknologi.

Karena luasnya masalah kebahasaan dan kesastraan yang perlu dijang-

kau sejak tahun 1976 Proyek Penelitian Pusat ditunjang oleh 10 proyek pene-litian tingkat daerah yang berkedudukan di 10 propinsi, yaitu (1) DaerahIstimewa Aceh, (2) Sumatra Barat, (3) Sumatra Selatan, (4) Jawa Barat, (5)Daerah Istimewa Yogyakarta, (6) Jawa Timur (7) Kalimantan Selatan, (8)Sulawesi Selatan, (9) Sulawesi Utara, dan (10) Bali. Selanjutnya, sejak tahim1981 telah diadakan pula proyek penelitian bahasa di 5 propinsi lain, yaitui

(1) Sumatra Utara, (2) Kalimantan Barat, (3) Riau, (4) Sulawesi Tengah, (5)Maluku. Pada tahun 1983 ini telah diadakan pula proyek penelitian bahasa di5 propinsi lain, yaitu (1) Jawa Tengah, (2) Lampung, (3) Kalimantan Tengah,'(4) Irian Jaya, dan (5) Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian, pada saat initerdapat 20 proyek penelitian tingkat daerah di samping Proyek PenelitianPusat, yang berkedudukan di Jakarta.

Program kegiatan proyek penelitian bahasa di daerah dan Proyek Penelitian Pusat sebagian disusun berdasarkan Rencana Induk Pusat Pembinaandan Pengembangan Bahasa dengan memperhatikan isi buku Pelita dan usul-usul yang diajukan oleh daerah yang bersanglcutan.

Proyek Penelitian Pusat bertugas, antara lain sebagai koordinator,pengarah administratif dan teknis proyek penelitian daerah serta menerbitkanhash penelitian bahasa dan sastra. Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa berkedudukan sebagai pembina proyek, baik proyek penelitiantingkat daerah maupun Proyek Penelitian Pusat.

Kegiatan penelitian bahasa dilakukan atas dasar keija sama dengan per-guruan tinggi, baik di daerah maupun di Jakarta.

Hingga tahun 1983 ini Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesiadan Daerah telah menghasilkan lebih kurang 652 naskah laporan penelitianbahasa dan sastra, pengajaran bahasa dan sastra, dan 43 naskah kamus dandaftar istilah berbagai bidang ilmu dan teknologi. Atas dasar pertimbanganefisiensi keija sejak tahun 1980 penelitian dan penyusunan kamus dan daftaristilah serta penyusunan kamus Irahasa Indonesia dan bahasa daerah ditanganioleh Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, PusatPembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Dalam rangka penyediaan sarana kerja sama buku-buku acuan bagi ma-hasiswa, dosen, guru, tenaga peneliti, serta masyarakat umum, naskah-naskahlaporan hasil penelitian itu diterbitkan setelah dinilai dan disunting.

Buku Penelitian Bahasa dan Sastra Babad Demak Pesisiran ini semulamerupakan naskah laporan penelitian yang berjudul "Penelitian Bahasa dan

vi

Sastra Babad Demak Pesisiran" yang disusun oleh tim peneliti FKSS-KIPMalang dalam rangka kerja sama dengan Proyek Penelitian Bahasa dan SastraIndonesia dan .Daerah Jawa Timur tahun 1981/1982. Setelah melalui proses

penilaian dan disunting oleh Sdr. Sugeng Maulana dari Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa, naskah ini diterbitkan dengan dana yang disediakanoleh Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia Daerah-Jakarta.

Akhirnya, kepada Dra. Sri Sukesi Adiwimarta, Pemimpin Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta (Proyek PenelitianPusat) beserta staf, tim peneliti, serta semua pihak yang memungkinkan ter-bitnya buku ini, kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga.

Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra di Indonesia .

Jakarta, Januari 1984 Amran HalimKepala Pusat Pembinaandan Pengembangan Bahasa

vu

KATAPENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan banyak teiima kasih kepada PemimpinProyek Penelitian Bahasa dan Sastia Indonesia dan Daerah Jawa Timur yangtelah memberi kepeicayaan kepada kami untuk .meneliti naskah "BabadDemak Pesisiran".

Penelitian naskah "Babad Demak Pesisiran" yang kami keijakan ini ber-tujnan ingin mengetahui fimgsi dan aiti naskah pada zamannya. Fungsi danarti itu didasarkan pada informasi latar belakang sosial budaya dankeagama-an orang Jawa yang digambarkan oleh pemihsnya lewat unsur-unsur bahasadan sastra yang terkandung dalam naskah. Dengan demikian, penelitian inibersifat filologis.

Hasil penelitian ini sebetulnya belum timtas sebab apabila ditemukannaskah lain yang serupa dengan naskah ini (versi lain), tentulah akan mem-buka penelitian baru. Walaupun demikian, hasilnya tidaklah akan terbiungpercuma sebab naskah ini akan tetap menjadi bahan pertimbangan.

Penelitian naskah ini tidaklah semudah yang kami bayan^n semula.Penelitian naksah ini banyak menyerap tena^ dan pikiran. Di samping itu,banyak pula tantangan dan rintangan yang kami alami. Akan tetapi, syukur-lah kami dikaruniai pikiran yang sehat oleh Tuhan Yang Mahaesa sehinggapada akhirnya penelitian ini dapat kami selesaikan.

Kepada Bapak Banun Mansur, BA., pemilik naskah "Babad DemakPesisiran", yang telah merelakan naskahnya kami sajikan objek penelitian,kami ucapkan banyak terima ka^ih.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan hasilpenelitian ini.

Surabaya, 1 Januari 1982 Ketua Tim

Suripan Sadi Hutomo

ix

...• •• ■ - ■ ■ '-IS:!; - -ir .■ . S! . ■ s

; h' ■''

s;:-. ■: -

y^if. i i!- :. : -: S

,S;."rv:J , ■

-y. . •■•• ,•■ I' ; .

■;i;- /!ij !'v!j-

■ ■ s '- 'y y '• ■ - '■ '-y.

--■: .' ■ ■

. ,- J ■■■/■ S- .

- y]' yiisyy~iy-y'

yyyyyM ' /

y.y y- .y

/v:

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA V

PENGANTAR ^DAFTAR ISI • • • ^

KETERANGAN TANDA

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang ^1.2 Masalah 313 Tujuan ^1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis 41.5 KerangkaTeori 41.6 Metode dan Teknik ^1.7 Populasi dan Sampel ^

Bab II Identifikasi Naskah 7

2.1 Nama Naskah ; 7

2.2 Nama Pengarang 7

23 Ukuran dan Keadaan Naskah 10

2.4 Waktu Penulisan II

2.5 Wujud dan Isi Naskah 12

2.6 Tuhsan Naskah ; 14

Bab III Garis Besar Isi Naskah 17

3.1 Pupuh "Asmarandana" 1732 Pupuh "Dhandhanggula" • • • 203.3 Pupuh "Sinom" 22

XI

3.4 Pupuli'Tangkur" • 233.5 Pupuh "Asmarandana" 243.6 Pupuh "Kinanthi" 253.7 Pupuh "Sinom" 263.8 Pupuh "Durma" 273.9 Pupuh "Dhandhanggula" 28

Bab IV Bahasa Naskah 29

4.1 Bahasa Jawa 29

4.2 Bahasa Krarm daaNgoko 29

4.3 Unsur Bahasa Jawa Pesisiran 41

4.4 Unsur-unsur Bahasa Kawi 44

4.5 Unsur-unsur Bahasa Asing 48

Bab V Tinjauan Umum Sastra Babad 53

5.1 Sastra Babad 53

5 2 Fungsi dan Kedudukan Naskah 5453 StrukturBabad 58

5.3.1 Struktur Babad Demak Pesisiran" 58

532 Alur . . 58

533 Amanat 60

5.3.4 Perwatakan 64

5.4 Struktur Puisi Nadcah 67

53 Gaya Bahasa .' 7153.1 PenggunjaanInversi • • ..7153.2 Perbandi^ata . 72533 Sinonim . ' 72

5 3.4 Variasi Bentuk Kat% . 74

533 Kata-kata dan Kalimat-kalimat Klise . 74

Bab VI Kesimpulan dan Saran 77

6.1 Kesimpulan .. 77

6.2 Saran . . . . . . . . . 79

DAFTAR PUSTAKA 81

xu

LAMPIRAN : ;

1. Lampiran 1 Pengantar Transliterasi 85

2. Lampiran 2 Teks "Babad Demak Pesisiran" 873. Lampiran 3 Kritikus Aparatus 1914. Lampiran 4 Teijemahan Kutipan .j207

xiii

KETERANGAN TANDA

1. Tan da " ... " digunakan untuk kutipan langsung yang tidak berasal dari"Babad Demak Pesisiran".

2. Tanda ' ... ' digunakan untuk kata atau istilah yang belum umum dipa-kai dalam bahasa Indonesia.

3. Pemakaian angka:

(1) dalam (1.2.1), dibaca;1. menunjuk urutan pupuh

2. menunjuk urutan pada

3. menunjuk urutan

(2) ', yang terdapat dalam analisis, berarti menunjuk pada urutankutipan yang diterjemahkan dan terjemahannya dikumpuUcandalam lampiran.

(3) 1, yang terdapat dalam teks, berarti menunjuk urutan datayang akan dibetulkan dalam kritikus aparatus.

XV

>1 /\iw/

/• »

'x/^'<- ' -i''

xvn

•' "• *' ^ '' " '-^ >'

i'0-^,9^) ̂ «:^

(^:>J;>^L^'S^ u ̂^JaJ^) > ̂ 3J' ).y • vy ':;y ^ yy '-CPi'ff 'A "^.

^

»/ ;y)/jipy ' ♦'^

.> y ,; / . >.'X ^- • ^

"^i,l> u'^5> in 2 » - ■'''- (r'

, »• V ^ '^ , -V - ^Cj^aP"-^ iSJV(j5il

^p9}> ̂ •> tc-' <>^-^• • y,»i .^' ** z*

' •/* • y ^ ' A ^/y , j>/ ̂ \j Lzf

• • y« x*-^' X'^Vff ^ » "'^ '' ̂ i KtLjji' t/j^ 1p ,I'»x. ̂ J'(j=»:».'

IO—' !> 4It ,

xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Plato, sastra adalah reflection of society" (Laurenson,1971:23). Bila hal ini benar, penelitian kesusastraan Jawa Pesisiran tentu akanmenghasilkan gambaran masyarakat Jawa di daerah pantai. Hal semacam initidak dUakukan oleh Margaret J. Kartomi (1973:23) dalam Pasisir literaryPeriod". Akan tetapi, penelitian S. Soebardi (1975) tentang Serat Cebolekmenggambarkan nilai-nilai kebudayaan Jawa beserta fungsinya dalam masyarakat zamannya, terutama bagi mereka yang mengikuti kebatinan.

Mengenai kesusastraan Jawa Pesisiran, kesusastraan ini dimulai sejakabad ke-14, yaitu sejak orang-orang Islam mengembangkan agamanya didaerah pantai ulara Jawa Timur, terutama di daerah Tuban, Gresik, danSurabaya.

Salah seorang wali yang sangat berjasa dalam pengembangan kesusastraan Jawa Pesisiran adalah Sunan Girl. Menurut Mangunwijaya, Sunan Girilahyang pertama kali menulis tembang macapat, yang kemudian diikuti olehpara wali lainnya (Kartomi, 1973:25).

Pengembangan agama Islam di pantai utara Jawa Timur tidak merata.Hal ini menimbulkan adanya daerah-daerah tertentu yang tetap memperta-hankan agama Hindu-Buda dengan segala aspeknya. Oleh karena itu, didaerah pantai utara Jawa Timur terdapat dua macam kesusastraan, yaitukesusastraan yang bernafaskan agama Islam dan kesusastraan yang tidak ber-

nafaskan agama Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua macam kesusastraan itu bercampur sehingga melahir kesusastraan sinkretisme, yaitu

1

kesusastraan yang meng^ndung unsur-unsur campuran antara agama Hindudan Islam. Hal itu tampak dalam kesusastraan JaWa lisan yang berkembangdi daerah pantai utara Jawa Timur.

Hasd-hasd kesusastraan Jawa Pesisiran belum banyak diungkapkanorang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (I) fcarya-karya iniumumnya ditulis dalam aksara Arab Pegon dan aksara Arab Gondhil yangsulit dibaca orang awam; (2) naskah-naskah dari daerah pesisir itu telah banyak yang hilang (Pigeaud, 1967:134).

"Babad Demak" yang ditemukan di Gresik, yang seterusnya disebut"Babad Demak Pesisiran" berbeda dengan babad-babad Demak lainnya.Misalnya, "Babak Demak" karangan Atmodarminta yang terbit di Yogya-karta. Naskah ini diperkirakan ditulis oleh pujangga Jawa pada akhir zamanMataram (Atmodarminta, 1955).

Buku Babad Demak edisi Yayasan Penerbitan Pesat Yogyakarta inibukanlah sebuah karangan ilmiah, tetapi dapat memberi gambaran len^aptentang isi naskah Babad Demak" tulisan tangan yang terdapat di Yogyakarta. Isi naskah babad ini lebih lengkap daripada isi naskah "Babad Demak"yang berasal dari Gresik. Babad Demak" yang berasal dari Yogyakarta ituberisi sejarah tanah- Jawa, sejak dari Nabi Adam sampai Jaka Tingte menjadiraja di Pajang; sedangkan naskah "Badan Demak" yang berasal dari Gresikberisi sejarah tanahJawa, sejak dari Nabi Adam sampai Perang Demak me-lawan Majapahit.

Naskah Babad Demak yang berasal dari Gresik itu sebenarnya belumselesai sebab bagian yang terakhir tampaknya hilang. Meskipun demikian,naskah ini tetap berharga sebagai naskah pesisiran sebelum naskah yang lebihlengkap diketemukan. Oleh karena itu, naskah ini perlu diteliti.

Penelitian "Babad Demak Pesisiran" ini tidak hanya akan mengung-kapkan perihal keadaan sosial budaya dan keagamaan orang Jawa daerahpesisir, tetapi juga berguna untuk keperluan lain. Naskah ini dapat dijadikankarangan populer seperti karangan "Babad Demak" yang dituUs oleh Atmodarminta atau dapat juga bagian-bagian tertentu (episode) babad itu dijadikan cerita tersendiri dalam bentuk balada, yaitu puisi cerita yang bersifatdramatis, terutama tokoh-tokoh yang bernUai positif bagi pembangunanbangsa (Hutomo, 1978). Dari segi teori sastra, sumbangan penehtian ini akanbanyak bagi pengembangan teori filologi modern. Teori ini sedang diperkenal-kan di Indonesia sebagaimana terlihat dari hasil studi Achdiati Ikram tentang"Hikayat Sri Rama" (Ikram, 1980).

Bagi dunia pengajaran, penelitian "Babad Demak Pesisiran" ini akan me-nunjang pengajaran sastra lama di sekolah. Menurut A. Ikram (1976:8),pada waktu sekarang murid sekolah tidak diberi kesempatan mengenal sastralama. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya buku-buku dan bahan-bahannyapun belum diolah serta belum dipublikasikan.

1.2 Masalah

Filologi adalah "ilmu yang menyelidiki perkembangan kerohanian suatubangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkanbahasa dan kesusastraannya" (Sulastin, 1981:250).

Berdasarkan batasan di atas, bahasa dan sastra itu bukanlah tujuan yangutama. Bahasa dan sastra itu hanyalah merupakan sarana untuk mengetahuilatar belakang kebudayaan suatu bangsa di suatu tempat tertentu dan padasuatu waktu tertentu.

TuUsan yang dipergunakan oleh penulis dalam suatu naskah juga ikutdiperhatikan sebab tulisan itu juga merupakan sarana. Jadi, tulisan yang me-makai aksara Jawa, aksara Arab Gondhil, aksara Arab Pegon, aksara Bah,dan Iain-lain, juga mengandung latar belakang kerohanian suatu bangsa. De-ngan demikian, tidaklah benar apabila seorang peneliti melupakan masalahtuUsan ini dalam peneUtian filologi.

Di atas dikatakan bahwa bahasa dan sastra itu hanyalah merupakansarana. Hal ini tidak berarti bahwa bahasa dan sastra itu tidak penting. Seorang penehti yang tidak mengetahui bahasa dan sastra suatu naskah, ia tak-kan dapat memahami naskah itu secara baik. la tidak akan dapat membeda-kan antara unsur-unsur bahasa dan sastra yang mencerminkan keadaan sosialbudaya dan keagamaan, serta unsur-unsur bahasa dan sastra yang tidak mencerminkan keadaan sosial budaya dan keagamaan. Menurut Teeuw. (1978),peneliti harus mengetahui kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya bangsayang sedang diteliti karya sastranya.

Naskah "Babad Demak Pesisiran" adalah karya sastra Jawa pesisiran.Sebagai karya sastra Jawa pesisiran naskah ini tentulah berbeda dengan karyasastra yang berasal dari kraton. Ia tentu mempunyai kode bahasa, kode sastra,dan kode budaya tersendiri, yaitu yang bersangkutan dengan orang-orangJawa yang tinggal di daerah pesisir.

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini meliputi; pertama, deskripsi naskah, yang men-fungsi dan arti "Babad Demak Pesisiran" pada zamannya. Fungsi dan arti itudidasarkan atas informasi mengenai latar belakang sosial budaya dan keagama-an orang Jawa yang digambarkan oleh penulisannya.

Tujuan penelitian ini meliputi, pertama deskripsi naskah, yang men-cakup ukuran naskah, tulisan naskah, keadaan naskah, penulis naskah, usianaskah, wiqud naskah, dan isi naskah; kedua, transliterasi naskah, yaitu dariArab Pegon ke aksara Latin; ketiga, bahasa naskah, yang berupa penggunaanngoko dan kromo, ada tidaknya unsur bahasa pesisiran, unsur bahasa asing;dan keempat, sastra naskah, yang berupa sastra babad, fungsi dan kedudukannaskah, struktur cerita (alur, amanat, perwatakan), struktur puisi tembangmacapat, dan gaya bahasa.

Semua unsur yang terdapat dalam jangkauan tujuan di atas akan di-bahas satu per satu berdasarkan bahan bacaan yang diperoleh dari studi ke-pustakaan dengan mengingat bahwa sebuah karya sastra adalah sebuah duniayang bulat. Adapun basil yang diharapkan adalah informasi yang bulat danutuh mengenai "Babad Demak Pesisiran".

1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis

Penelitian ini merupakan penelitian filologi yang bersifat studi kasus.Oleh karena itu, penelitian ini tidak menggunakan anggapan dasar dan hipotesis.

1.5 Keran^ Teori

Dalam penelitian naskah "Babad Demak Pesisiran" ini dipergunakanbeberapa teori.

Teori Paul Maas digunakan untuk pedoman penggarapan naskah. Me-nurut Paul Maas (1972:22), naskah yang ditransliterasikan perlu diberi tanda-tanda khusus.

Penggunaan teori Paul Maas dalam penelitian "Babad Demak Pesisiran" itu sangat relevan sebagai model sebab transliterasi naskah perlu adakritik teks. Akan tetapi, dalam penerapannya teori ini mengalami penyim-pangan sebab semua tanda yang disarankan oleh Paul Maas tidak digunakan. Hal ini terjadi sebab naskah "Babad Demak Pesisiran" hanya satu danbagian naskah yang rusak hanya satu, yaitu yang terdapat pada halamanpertama. Untuk hal ini digunakan tanda ( ..... ), artinya bagian yang ada

dalam kurung itu rusak. Tanda ini buatan peneliti sendiii.

Teori strukturali digunakan untuk meneliti unsur-unsur yang ter-dapat dalam naskah "Badan Demak Pesisiran". Menurut teori ini, karyasastra adalah sebuah totalitas. Totalitas ini lebih panting daripada unsur-unsurnya. Totalitas itu dibangun oleh hubungan-hubungan yang ada antaraunsur-unsurnya. Struktur yang ada di baUk kenyataan empiris lebih pantingdaripada struktur permukaannya sebab yang terKhat adalah terdengar ituhanyalah merupakan hasU atau bukti adanya struktur. Analisis ditekankanpada struktur yang sinkronis, bukan pada struktur diakronis. Metode pende-katannya haruslah metode pendekatan yang antikausal sebab hukum per-ubahan bentuk itu lebih penting daripada hukum sebab-akibat (Damono,1978:38; Fokkema, 1977; Scholes, 1974).

Penggunaan teori struktural sangat relevan sebab sesuai dengan pan-dangan filologi modern, yaitu memandang sebuah naskah sebagai karya sastrayang otonom.

Menurut Teeuw, setiap naskah atau teks adalah sebuah benda pakai,yang dalam penyambutannya ditafsirkan dan dihayati sesuai dengan keper-luan dan minat pembaca serta manfaat naskah atau teks itu sendin (Sulastin,1981:256). Variasi-variasi dalam naskah dapat dipandang sebagai pencipta-an kembali atau penghayatan oleh masyarakat pembaca berturut-turut(Sulastin, 1981:256).

Di samping teori Paul Maas dan teori strukturalis, teori lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Poerbatjaraka (1952:10), teoriHardjowirogo, dan teori Suminta. Teori Poerbatjaraka yang digunakan adalahteorinya yang berkaitan dengan bahasa pesisir. Menurut Poerbatjaraka,Serat Menak karya Ki Carik Narowita mengandung kata-kata bahasa pesisir.

Teori Hardjowirogo (1952:4-5) digunakan untuk menganaUsis struktur puisi naskah "Babad Demak Pesisiran". Menurut Hardjowirogo, tembangTTUiccLpat yang baik haruslah digubah berdasarkan aturan tertentu. Aturan itudluraikan panjang lebar dalam bukunya yang berjudul Pathokuning Nye-karaken, yang artinya kaidah untuk menggubali tembang macapat (Padmo-soekotjo, 1958,1960; Slametmuljono, 1954).

Teori Suminta (1975,1-2) digunakan untuk memahami unsur-unsuryang ada kaitarmya dengan dakwah agama Islam. Menurut Suminta, adaempat unsur dakwah, yaitu da'i, artinya 'orang yang memberi dakwah';mudda'a alaih, artinya 'orang yang diberi dakwah'; dakwah, artinya 'suatu

pesan yang diberikan da'i kepada mudda'a alaih'; dan ahtud dakwah, yaitu'alat yang digunakan dalam berdakwah'.

1.6 Metode dan Teknik

Metode yang digunakan dalam penelitian "Babad Demak Pesisiran" ada-lah metode deskriplif yang berlaku dalam fllologi.

Cara melaksanakan metode ini dengan jalan mendeskripsi semua datayang terkandimg dalam teks naskah. Pendeskripsian itu menyangkut masalahjudul naskah, ukuran dan keadaan naskah, tulisan naskah dan pemilik nasVahsebagaimana dianjurkan oleh Edwar Djamaris (1977).

Pendeskripsian yang lain adalan penetransliterasian naskah "BabadDemak Pesisiran", yaitu pengubahan aksara Arab Pegon ke aksara latin dengan terlebih dahulu melakukan pendekatan pada naskah secara mertdalamuntuk mengambil sikap tertentu. Sikap ini kemudian dituan^an rfalamBab VII.

Sehubungan dengan metode dan keqa itu, digunakan dua macaminstrumen, yaitu (a) kartu berkode khusus (ukuran 16 x 11) dan (b) daftarisian data. Kartu berkode khusus (ukuran 16 x 11) digunakan untuk memper-mudah pengumpulan data dari naskah "Babad Demak Pesisiran". Mengenaidaftar isian data digunakan untuk memeriksa dan mengklasifikasikan data-data yang telah terkumpul. Jadi, instrumen pertama menunjang instrumenkedua.

1.7 Populasi dan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian filologi yang bersifat studi kasus.Oleh karena itu, penelitian ini tidak menggunakan populasi dan sampel.

Tanda yang dianjurkan oleh Maas adalah tanda-tanda sebagai berikut:a. tanda < > mXvk conjectural additions;

b. tanda [ ] atau ( ) untuk conjectural deletions;

c. tanda [ ] untuk suplements in the case of physical.

BAB n roENTIFIKASI NASKAH

2.1 Nama Naskah

Nama naskah "Babad Demak Pesisiran" ini terdiri dari Babad Demakdan Pesisiran. Nama "Babad Demak" didasarkan pada isi naskah, yaitu me-ngenai berdirinya kerajaan Islam di Demak.

Ksta pesisiran merupakan kata lisan untuk kata pasisimn. Hal inipada tempat asal ditemukannya naskah, yaitu di kota Gresik. Kota

ini termasuk kota yang terletak di pantai utara Jawa Timur, yang merupakansalah satu pusat yang penting dalam hubungannya dengan kesusastraan Jawapesisiran. Hal ini terbukti dari keteranganPigeaud (1967:134).

Dari keterang^n Pigeaud itu dapat ditarik kesimpukn bahwa kotaGresik adalah salah sdtu pusat kegiatan kebudayaan Jawa pesisir. Walaupundemikian, tidaklah setiap naskah yang ditemukan di kota Gresik dapatdiklasifikasikan sebagai sastra Jawa pesisiran. Sehubungan dengin ini, dalampemberian predikat pesisir pada naskah "Babad Demak" digunakan juga

lain. Alasan itu adalah alasan bahasa. Hal ini diuraikan secara khususHalam Bab IV, Sub 3, yaitu perihal unsur bahasa Jawa Pesisiran.

2.2 Nama Pengarang

Istilah pengarang yang digunakan di sini sebenarnya kurang tepat.Istilah ini mengandung arti 'orang yang mengarang (cerita dan sebagainya)';'penulis' (Poerwadarminta, 1976:445). Den^n demikian, istilah ini berkaitandengan masalah orisinalitas (keaslian) penciptaan.

Pada mulanya sebuah naskah memang ditulis oleh seorang pengarang.Oleh Paul 1^""^ (1972:5), naskahpertama disebut sebagai naskah yang original Naskah ini kemudian disalin orang. Naskah salinan ini dikenal dengannama archetype. Salinannya disalin orang lain. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai variasi naskah.

Berdasarkan pendapat Paul Maas, tidak pada tempatnyalah penurun-penurun naskah itu disebut pengarang. Akan tetapi, kalau diperhatikandengan seksama sebagaimana studi-studi yang pernah dikeijakan orang,tampak bahwa masing-masing naskah itu satu sama lain tidak sama. Masing-masing penurun melakukan perubahan, baik besar maupun kecil, berdasarkanvisi mereka masing-masing. Perubahan-perubahan itu sebenarnya dapat di-pandang sebagai improvisasi. Dalam hubungan ini, penurun dapat dianggapsebagai orang dalang. Sang dalang bercerita berdasarkan stable skeleton (Lord,1968). la menciptakan sesuatu berdasarkan yang telah ada. Sehubungandengan ini, tidak salah kiranya apabila Kratz (1979:3) mengatakan, "apa yangdulu dipandang sebagai kelalaian atau kecerobohan penyalin, kiranya dapatdianggap sebagai proses kreativitas, sebagai kebebasan penyalin untuk me-nyambut teks yang dihadapinya."

Pendapat Kratz termasuk apa yang dinamakan orang sebagai pendapataliran filologi modern. Pendapat ini sejajar dengan pendapat Teeuw (1980:1),bahwa setiap teks adalah benda pakai. Yang dimaksud deng3n istilah bendapakai adalah setiap teks merupakan benda yang mempunyai fungsi tertentudalam masyarakat. Kalau kita menerima pendapat ini, setiap penyalin ataupenurun naskah dapat dipandang sebagai pengarang. Pengertian pengarangseperti inilah yang dianut penelitian dalam penelitian.

Dalam pada ketiga, baris terakhir pupuh 1, halaman 114, dijelaskanbahwa "kang nulls nama Marsuf punika" (yang menulis bernama Marsur).

Dari keterangan ini jelas kiranya bahwa yang nulls (menulis, mem-buat) naskah "Babad Demak Pesisiran" itu bernama Marsuf. Akan tetapi,betulkah Marsuf itu sebagai pembuat yang pertama kah? Ataukah dia hanyasekedar penurun belaka, yaitu menurunkan dari naskah yang telah adasebelumnya.

Dalam pada kelima, baris kelima dan keenam pupuh 1, halaman 115terdapat keterangan sebagai berikut.

Sampun geguyu kang nurun,kang nurat dereng pespada

Artinya dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut.'Jangan tertawakan yang menurun (babad ini) sebab penulis masih sedikitpengetahuannya'.

Dari data ini jelas kiranya bahwa Marsuf itu hanyalah sebagai penurunnaskah yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian, dapat pula disimpul-

kan bahwa di samping naskah "Babad Demak Pesisiran" ini tentu masih adababad Demak yang lain yang isinya lebih tua daripada "Babad Demak Pesisiran."

Kalau demikian habiya, perlnkah kita bertanya, patutkah Marsuf itudisebut seorang pengarang? Sebelum menjawab pertanyaan ini, baiklah ke-nyataan yang telah teijadi dalam kesusastraan Jawa lama.

Naskah-naskah kesusastraan Jawa lama pada umumnya terdiri daribeberapa versi. Itulah sebabnya, ahli-ahli filologi lama selalu berusaha mencarisalah satu naskah yang dianggap tua dan orisinal. Naskah inilah yang kemu-dian ditransliterasikan dan dianaUsis. Dalam hal ini, orang lupa bahwa padamasing-masing versi itu terkandung visi penurun. Itulah sebabnya, antara satunaskah dengan naskah yang lain tidak sama. Yang membuat perbedaan ituadalah visi penurun naskah.

Berpegang pada visi ini dapatlah ditetapkan bahwa setiap naskah adalahorisinal atau otonom. Naskah yang dianggap lebih tua hanyalah sekedar bahanuntuk menuUs naskah yang baru. Atas dasar pemikiran ini dapatlah ditetapkan bahwa Marsuf adalah pengarang naskah "Babad Demak Pesisiran". Dengan demikian, segala sesuatu yang ditulis dalam naskah ini adalah tanggungjawab Marsuf. Dalam hubungan ini, jauh-jauh Marsuf telah berkata dalampada kelima baris pertama sampai ketiga pupuh l,halaman 115,sebagaiberikut.

Penedhane kangamlis,

maring samk kang atnaca,den agung pengapurane 1.

Marsuf sebagai pengarang naskah "Babad Demak Pesisiran" dapatlahditetapkan sebagai orang Islam atau setidak-tidaknya sebagai orang yangsudah berkenalan dengan agama Islam. Hal ini dapat dilihat pada awal naskahini, yaitu pengarang memulai karyanya dengan menyebut BismiUahirroh-manirohim sebag3imana kebiasaan orang Islam memulai pekeqaan.

Dalam pada kedua baris kedua sampai keenam pupuh 1 .halaman 114,pengarang mengatakan:

amuji nabi Muhammadkelawan kawula wargane

sekabat sekawan ika ingkang nama AbubakarNgumar Ngusman kaping telukaping pat Ngali Murtala 2.

10

Sebagai orang yang telah memeluk agama Islam, pengarang belum me-lepaskan diri dari tradusi keagamaan sebelumnya. Hal ini terbukti dengan pe-makaian perkataan Yang Sukma dan Yang Mdi sebagai berikut.

In^n amimiti arnujianebut nama YangSukma {l .1.1 -2)Sampune muji Yang Widi (1.2.1) 3.

Perkataan Yang Sukma dan Yang Widi adalahsama dengan perkataanAllah atau Tuhan. Penggunaan kedua perkataan itu mengandung maksud ter-tentu, Hal ini akan dibicarakan dalam Bab VjSub 3 3.

23 Ukuran dan Keadaan Naskah

Naskah "Babad Demak Pesisiran" ditulis pada kerta berukuran 17,5 cmX 21,3 cm.

Letak tulisan pada kertas tidak sama, terutama pada halaman 1 dan 2.Tulisan pada kedua kalimat ini diberi f bingkai atau hiasan. Tulisannya besardan jelas sehingga mudah dibaca.

Letak tulisan pada kertas sebagai berikut.(1) pada halaman 1:

dari atas : 5 cm

darikiri: P/i cm

dari bawah : 5 cm

dari kanan : 5 cm

Jaai, halaman yang bertulisan 18,5 cmKpanjang) dan 10,5 cm (lebar)(2) pada halaman 2:

dari atas :5 cm

darikiri:5cm

dari bawah : 5 cm

dari kanan ; 1?^ cm

Jadi, halaman yang bertulisan 10,5 cm (panjang) dan 10,5 cm (lebar)(3) pada halaman 3 sampai halaman 143.

dari atas : 3 cm

dari kiri: 4 cm

dari bawah : 3 cm

dari kanan : IH cm

11

Jadi, halaman yang bertuliskan berukuran : 14i6, cm (panjang) dan 12 cm(lebar).

Angka halaman memakai an^a Arab. Angka ini pada uniumnya ditulisdi sebelah atas halaman, diatur sedemikian rupa sehingga terletak di tengahhalaman. Untuk halaman 1 dan halaman 2, jarak dari tepi kertas sebelah atas

cm; dari sebelah kiri 10^^ cm; dan dari sebelah kanan 7 cm; sedangkan daribaris pertama 1^ cm.

Untuk halaman 3 sampai halaman 143, jarak dari tepi kertas sebelahatas 2 cm; dari tepi kiri 9 cm; dari tepi kanan 8 cm; sedangkan jarak daribarispertama 1 cm.

Keadaan naskah sudah agak rusak. Naskah itu sudah tidak mempunyaikulit buku lagi sehingga diberi kulit sendiri oleh pemiliknya dengan kertasmanila berwarna kuning.

Naskah "Babad Demak Pesisiran" yang diteliti terdiri ̂ ri 143 halaman.Halaman 1 sudah rusak sehingga halaman itu ditempelkan (dengan cara dilem)pada kulit buku.

Naskah "Babad Deihak Pesisiran" memakai kertas cokelat tidak bergaris

dan sudah tua. Tuli^nnya memakai tinta berwarna hitam. Tulisan padanomor halaman tidak kelihatan lagi sehingga ditebalkan sendiri oleh pemiliknya dengan tinta.

2.4 Waktu Penulisan

Dalam pada ketig^ baris pertama sampai ketujuh pupuh 1 halaman 114dijelaskan:

Tatkala wiwite nulis

ingdintenSabtu punikayPon iku pasaranesasiRuwahpunikatanggalipun kaping pat likur punikasongalashaiya iku taunipun

4.

Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa naskah "BabadDemak Pesisiran" mulai ditulis pada :

hari

pasaran

bulan

tanggal

tahun

Sabtu

Pen

Ruwah

dua puluh empat

sembilan belas

12

Pemberitaan mengenai tahun penulisan sangat gelap bagi kita. Di sinipenulis tidak menyebut dengan jelas tahun berapa tahun sembilan belas itu,mungjcin tahun 1919,1819,1719,1619, dan seterusnya.

2 i Wujud dan Isi Naskah

Naskah "Babad Demak Pesisiran" ditulis dalam bentuk puisi tembangmacapat. Yang dimaksud dengan puisi tembang macapat adalah puisi Jawatradisional yang terikat oleh kaidah-kaidah tertentu (Hardjowirogo, 1952).

Puisi tembang macapat itu terdiri dari (1) "Dhandhanggula", (2) "Si-nom", (3) "Asmarandana," (4) "Kinanthi," (5) "Pangkur", (6) "Durma",(7) "Pucung". (8) 'Mji", dan (9) "Maskumambang". Dari sembilan macampuisi tembang macapat ini yang terdapat dalam naskah "Babad Demak Pesisiran", yaitu "Asmaradana," "Dhandhanggula". "Sinom", 'Pangkur", "Kinanthi", dan 'Durma."

Dalam naskah "Babad Demak Pesisiran" nama-nama puisi tembangmacapat ada yang disebut dengan nama lain. Nama lain itu adalah :

'Peksi Natal" untuk 'Dhandhanggula,""Dhandhang"uniak "Dhandhanggula","Roning Kamal" untuk "Sinom ","Asmaran"\intuk "Asmaradana",

"Kinanthi"\mX\xk "Kinanthi",

Nama kinathi untuk kinanthi merupakan perusakan dari nama kinanthi Gejala penghilangan /n/ banyak terdapat dalam naskah.

Naskah "Babad Demak Pesisiran" yang diteliti terdiri dari delapanbuah impuh len^ap dan sebuah pupuh yang tidak lengkap. Yang dimaksudden^n pupuh adalah bagian suatu babad atau cerita yang ditulis dalam satubentuk puisi tembang macapat. Masing-masing pupwli itu terdiri dari beberapapada (bait puisi); dan masing-masing pada itu terdiri dari beberapa gatrar(baris puisi).

Urut-urutan pupuh "Babad Demak Pesisiran" beserta jumlah pada-nyzsebagai berikut.

1. "Asmaradana" terdiri dari 64 pada2. 'TeksiNala" terdiri dari 63 pada3. "RoningKamal" terdiri dari 46 pada4. 'Pangkur" terdiri dari 27 pada

13

5. "Asmaran"XQv&\xi dari 73 pada6. "Kinanthi" terdiri dari 32 pada7. "Roning KamaVUrdm dari 38 pada8. "ZJi/rma"terdiri dari 89 parfa , i \9. "Dhandhang"texA\x\Az.n5 pada lebih 2Vi gatra (tidak lengkap).Pupuh nomor 1, yang ditulis dalam kurung pada naskah tidak disebut

namanya. Nama pupuh ini dikenal berdasarkan ciri-ciri yang terdapat dalammasing-masing pada yang terdapat pada pupuh itu. Dengan demikian, nama"Asmaradana" yang terdapat pada tanda itu bukanlah asli dan naskah, me-lainkan pemberian dari peneliti.

Penulisan pada dan gatra dalam naskah "Babad Demak Pesisiran se-ring kacau. Dua pada sering ditulis menjadi satu pada, satu gptra ditulismenjadi dua gatra atau lebih, atau dua gatra ditulis menjadi satu gatra. Halini disebabkan oleh keteledoran penulis. Keteledoran penulis ini dicoba di-betulkan melalui kritikus aparatus.

Contoh :

(1) dua pada ditulis menjadi satu pada, halaman 139:2.19 Lembu Peteng rtulya awotsari

maserahem ingkangjiwa raga

mila nyuwita karsaneKi Tarub mesem gumuyu

Lembu Peteng dipun-tingaliKetara jahita natera

1271 winangwang ing semubocah iki terahing nata

nulya tanya Ki Tarub sarwi bebisikkulup ingsun takon ing sirapinangkanya sira saking ngendilawan sapa ingkang dherbeni puteraLembu Peteng matur age

adhuh gusti awak ingsunanakipun bok wandhang Kuning 5.

(2) satu gatra ditulis menjadi dua gatra:1.3.6 sangalas (sembilan belas)137 haiya iku taunipun (itu adalah tahunnya)

(3) dua gatra ditulis menjadi satu gatra:1.7.5 nabiSis sampun peputera kfl/iftsam//a/Mnipun (NabiSisberputra

dua orang laki-laki).

14

22.8 ingkang mma Raden Damar pimyungan tamh Palembang negc^(yang bernama Raden Damar diberi hadiah tanah Palembang.

Di samping itu, jumlah wanda (suku kata) masing-masing ffitra padaumumnya lebih satu wandb.

Naskah "Babad Demak Pesisiran" tidak lenglkap, misalnya. bagian bela-kang naskah hilang. Deng^n demikian, kita tidak mengetahui dengah past!mengenai akhir babad ini.

Naskah Babad Demak Pesisiran" berisi bermacam-macam episode seja-rah tanah Jawa, khususnya sejarah sebelum | berdirinyaKerajaan Demak.Episoda itu dirangjcaikan menjadi satu sedemikian rupa sehingga mftlahirlfifnsebuah babad yang bulat, yaitu sejak dari Nabi Adam sampai pada peperaitg-an antara tentara Islam £>emak melawanUentaraMajapahit.Epidose-episodeitu sebenamya telah ada yang dikenal dalam babad yang lain, terutama dalamBabad Tamh Jawi (Balai Pustaka, 1939; Olthof, 1941). Akan tetapi, ada jugahal-hal lain yang ditambahkan sesuai dengan visi penulisnya.

Mengenai ikhtisar isi naskah "Babad Demak Pesisiran" diuraikan Halap.Bab III. Ikhtisar itu berdasarkan pupuh demi pupuh.

2.6 Tulisan Naskah

Tulisan naskah Babad Demak Pesisiran" adalah tulisan Arab Pegofi,yaitu aksara Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dengan diserta'itanda-tanda baca agar orang mudah membacanya. Apabila tulisan itu diteliti

(1) Tidak semua aksara Arab dipakai untuk menulis bahasa Jawa. AksaraArab yang tidak dipakai itu adalah ;

(2) Aksara yang dipakai untuk menulis bahasa Jawa adalah ;

sjr j

^ ̂ 03

15

(3) Aksara Arab yang tidak dipakai untuk menulis bahasa Jawa digunakanuntuk menulis:

a) kata-kata bahasa Jawa yang berasal dari bahasa Aiaib;b) kata-kata yang dirasa masih berbau kata-kata Arab tulen.

(4) Disesuaikan dengan bahasa Jawa; ada aksara Arab yang diubah denganmemberi tambahan tanda pada atas dan bahwa aksara. Aksara yangmengalami perubahan itu adalah:

j menjadi j untuk dh (d titik bawah)j3 menjadi ^ untuk

menjadi -4? untuk th (t titik bawah).*• A

menjadi ^ ̂ untvkng^ menjadi ^ untnk c^ menjadi ^ untuk ny

Perubahan vokal terlihat sebag?ii berikut.(1) M : selain diberi domah — kadang-kadang masih diberi, ̂(2) i: selain diberi kasrah _ kadang-kadang masih diberi O,-(3) e : memaksiifathah — dan O-(4) e : mem2ksiifathah — dan(5) e : memakai tanda(6) o : memakai rafak atau dhormh ditambah(7) 3 : memakai fatah ditambah ̂(8) a : memakai fatah —^ ditambah f(9) diftong ai, au, tidak ada.

Hal-hal lain akan diuraikan dalam Bab VII, yaitu dalam Bab "Pengain-tar Transliterasi".

BAB III GARIS BESAR ISI NASKAH

3.1 Pupuh "Asmaradana"

Penulis babad memuji Yang Suksnia (Yang Widi), Nabi Muhammad,sahabat Nabi, yaitu Abubakar, Ngusman, Ngumar, dan Ngali. Babad ditulispada hari Sabtu Pon, tanggal 24, bulan Ruwah, tahun 19. Penulis memintamaaf kepada pembaca atas segala kekurangannya. Dalam pupuh ini dicerita-kan tentang cerita yang kuno-kuno, dimulai dari Nabi Adam sampai Ibrahim Asmara yang menurunkan Raja Pandhita, Raden Rahmat, dan Dewi Zai-nab. Adapun urutannya sebagai berikut :

Nabi Adam berputera Nabi Sis.Nabi Sis berputera Raden Anwas dan Nurcahya.Raden Anwas berputera Raden Kinad.Raden Kinad berputera Raden Mustahil.Raden Mustahil berputera Raden Madjid.Raden Majid berputera Nabi Idris.Nabi Idris berputera Raden Sahur.Raden Sahur berputera Raden Musalik.Raden Musalik berputera Nabi Nub.Nabi Nuh berputera Raden Sam.Raden Sam berputera Raden Sangid.Raden Sangit berputera Raden Palwa.Raden Palwa berputera Raden Rangu.Raden Rangu berputera Raden SarahRaden Sarah berputera Raden Pahur.Raden Pahur berputera Patih Azar.Patih Azar berputera Nabi Ibrahim.Nabi Ibrahim berputera Nabi Ismail.Nabi Ismail berputera Raden Sabit.Raden Sabit berputera Raden Yasyab.Raden Yasyab berputera Raden Yarab.

17

18

Raden Yarab berputera Raden Pahur.Raden Pahur berputera Raden Mutawab.Raden Mutawab berputera Raden Ngadnan.Raden Ngadnan berputera Raden Mungadi.Raden Mungadi berputera Raden Najar.Raden Najar berputera Raden Mapar.Raden Mapar berputera Raden Ilyas.Raden Ilyas berputera Abuthalib.Abuthalib berputera Ki Hujimah.Ki Hujimah berputera Ki Kunanah.Ki Kunanah berputera Kiai Tafsir.Kiai Tafsir berputera Kiai Faqir.Kiai Faqir berputera Kiai Ghalib.Kiai Ghalib berputera Ki Ngabdul Manab.Ki Ngabdul Manab berputera Kiai Hasim.Kiai Hasim berputera Ngabdul Muntalib.Ngabdul Muntalib berputera Ki Ngabdullah.Ki Ngabdullah berputera Nabi Muhammad.Nabi Muhammad berputera Siti Fatimah.Siti (Dewi) Fathimah berputera Sayid Husen.Sayid Husen berputera Zainal Ngabidin.Zainal Ngabidin berputera Zainal Ngalim.Zainal Ngalim berputera Zainal Kubra.Zainal Kubra berputera Zainal Kusen.Zainal Kusen berputera Mahmud Alkubra.Mahmud Alkubra berputera Jumadi Alkubra.Jumadi Alkubra berputera Maulana Ishaq, Ibrahim Asmara, dan SitiAsfah (menjadi isteri Ngabdul Majid, raja Ngerum).

Nurcahya, adik Anwas, berputera Nurrasa, Nurrasa berputera SangYang Wenang.Sang Yang Wenang berputera Sang Yang Wening.Sang Yang Wening berputera Sang Yang Tunggal.Sang Yang Tunggal berputera Benthara Guru.Bentara Guru berputera Bentara Wesnu.Bentara Wesnu berputera Serig^ti (Raja Gilingwesi).Serigati berputera Yang Terwasthi (Raja Mendhang Andhong).Yang Terwasthi berputera Parikena.Parikena berputera Manumanawasa.

19

Manumanawasa berputera Raden Sutapa.Raden Sutapa berputera Raden Sekutram.Raden Sekutrem berputera Sekari.Sekari berputera Palasara.Palasara berputera Abiyasa.Abiyasa berputera Pandhudewa.Pandhudewa berputera Ki Arjuna.Ki Arjuna berputera Abimanyu.Abimanyu berputera Parikesit.Parikesit berputera Udayana.Uday?ina berputera Jayadarma.Jayadarma berputera Jayamijaya.Jayamijaya berputera Gendroyana.Gendroyana berputera Sumawicitera.Sumawicitera berputera Citerasuma.Citerasuma berputera Pancaderiya.Pancaderiya berputera Selajala.Selajala berputera Serimapunggung.Serimapunggung berputera Gendhiawan.Gendhiawan berputera Resi Genthayu (Raja Koripan).Resi Genthayu berputera LembumUuhur (Raja Jenggala).Lembumiluhur berputera Rawisrengga (Raja Jenggala),Rawisrengga berputera Raden Laiyan (Raja Pejajaran).Laiyan (Laliyan) berputera Mundhisari.

Mundhisari berputera Mundhingwangi (Raja Pejajaran) dan Arya Ban-jaran (Patih Pejajaran).Mundhingwangi berputera empat orang, yaitu : (1) Ratna Kusuma,(2) Raden Ayu Himuk, (3) Raden Suruh, dan (4) Ciyung Wanara (ibu-nya ampean, selir).

Raden Suruh melapor kepada ayahnya bahwa Ratna Kusuma mencintaidirinya. Mundhingwangi marah. Ratna Kusuma diusir. la pergi ke GummgKombang bertapa. Kemudian, ia menjadi raja di laut selatan.

Raden Ayu Himuk sakit-sakit. Oleh ayahnya ia dibuang ke PulauOnderus. Ia diambil anak oleh Raja England yang kemudian menurunkanRaja Kumpeni di tanah England, Peresman, dan Sopahnyol.

Sesudah Mundhingwangi wafat, Ciyung Wanara menjadi raja di Pejajaran; sedangkan Raden Suruh menjadi raja di Majalengka (Majapahit), berge-lar Berawijaya.

20

Raden Suruh berputera Berakumara.Barakumara berputera Raden Wijaya.Raden Wijaya berputera Kartawljaya.Kartawijaya berputera Anggawijaya (Berawijaya terakhir).

Raja Kunthara, RajaCempa, memerintah Kujing, Kalicare, Kalikut,Gur, dan Mulebar. la berputra tiga orang, yaitu (1) Derawati Muratningerum(menjadi istri raja Berawijaya), (2) Raden Ayu Cederawulan (menjadi istriIbrahim Asmara), dan (3) Raden Cingkera. Ketika Raja Kunthara wafat,Raden Cingkera menggantikan ayahnya.

Ibrahim Asmara tiba di Campa. Setiba di Campa ia menghadap rajaKunthara. Waktu ditanyai oleh Raja Kunthara tentang maksud kedatang-annya di Campa, ia menyatakan bahwa ia ingin mengajak Raja Kuntharamemeluk agama Islam, agama yang suci. Raja Kunthara bersedia memelukagama Islam. Akhirnya, seluruh keluarga dan rakyatnya memeluk agamaIslam. Semua berhala yang terdapat di Campa dihancurkan oleh Raja Kunthara.

Ibrahim Asmara dijadikan menantu oleh Raja Kunthara. Ia dijodoh-kan dengan Conderawulan.

Ibrahim Asmara berputera tiga orang, yaitu (1) Raden Raja Pandhita,(2) Raden Rahmat, dan (3) Dewi Zainab.

3.2 Pupuh "Dhandhanggula"

Putra Raja Berawijaya, yang ibunya dari Cempa, ada tiga orang, yaitu(1) Putri Adi (menjadi istri Adipati Adiyaningrat), (2) Lembu Peteng (ber-tempat .tinggal di Madura); dan (3) Raden Gugur. Dari istri raksasa. RajaBrawijaya berputra Raden Damar atau Ki Arya Damar. Dari istrinya yang ber-asal dari Panaraga, Raja Brawijaya berputra dua orang, yaitu (1) BentharaKatong (bertempat tinggal di Panaraga), dan (2) Adipati Lunu. Dari istrinyayang berasal dari Pekgelan, Raja Brawijaya berputra Ki Jaran Penelih. Ia bertempat tinggal di Balega dan memerintah di Sumenep serta Bambang.

Prabu Brawijaya sangat mencintai istrinya yang berasal dari Cina.Prabu Brawijaya memberikan istrinya kepada anaknya yang bernama AryaDamar di Palembang. Pada waktu itu sang istri sedang hamil tua. PrabuBrawijaya berpesan, sebelum anak dalam kandungannya lahir, Arya Damardilarang menyetubuhinya.

21

Raden Rahmat berputra lima orang, yaitu (1) Siti Saripah, (2) Muth-mainah Sumendhi, (3) Siti Haspah, (4) dan (5) Raden Kosim. Kelima anak ituadalah putra Raden Rahmat dengan istrinya yang berasal dari Tuban. Dariistrinya yang bernama Mas Karimah, putra Ki Bang Kuning, ia berputradua orang, yaitu (1) Mas Murtasiyah, dan (2) Murtasimah.

Nawangsih, putra Ki Tarub, bersuamikan Lembu Peteng. Ia berputraseorang bernama Gethas Pendhawa. Sesudah Ki Tarub meninggal dunia,Lembu Peteng menjadi pengganti Ki Tarub.

Dewi Nawangsari, putra Ki Tarub yang nomor dua, istri Raden Ja-kandar, berputra dua orang, yaitu (1) Dewi Isah dan (2) Dewi Irah.

Nawangarum, putra Ki Tarub nomer tiga, istri Raden Sukur, berputra dua orang, yaitu (1) Dewi Sari, dan (2) Raden Syukur.

Ciyung Manara, putra Mundhingsari dari selir, berputra Raden BabangWecana. Babang Wecana berputra Babang Pemengger. Babang Pemenggerberputra I Menak Pergola berputra Menak Sembuyu. Ia menjadi raja di Bala-bangan.

Molana Eshaq berputra dua orang, yaitu (1) Raden Bagus NgabdulQodir, dan (2) Dewi Sarah. Walaupun anak-anaknya masih kecil, ia pergi ber-layar ke Pulau Jawa, yaitu ke Gresik. Sewaktu tiba di Ngampel Denta, RadenRahmat sedang salat asar bersama Ki Wirajaya, Aburerah, dan Bang Kuning.Molana Eshaq menunggu di luar.

Sesudah salat, Raden Rahmat menemui Molana Eshaq. Molana Eshaqbercerita bahwa ia masih saudara ayah Raden Rahmat. Raden Rahmat diberigelar Sunan Mangdum. Orang yang bertempat tinggal di daerah Surabayabanyak yang memeluk agama Islam.

Molana Eshaq pergi ke Banyuwangi. Di Banyuwangi, di Gunung Se-langu, ia bertapa.

Putri Menak Sembuyu yang bernama Sekardadu, sakit parah. Ayahnya,Raja Belabangan, mengadakan sayembara bahwa barang siapa yang dapatmenyembuhkan anaknya ia akan dijodohkan dengan anaknya itu. MolanaEshaq dapat menyembuhkan Sekardadu. Ia dijodohkan dengan Sekardadu.

Setelah lama tinggal di Banyuwangi, Molana Eshaq mengajak MenakSembuyu memeluk agama Islam. Menak Sembuyu marah. Molana Eshaqakan dibunuhnya. Molana Eshaq lari ke gunung. Pada waktu itu istrinya telahmengandung tujuh bulan.

22

Istri Raja Brawijaya yang telah dibeiikan kepada Arya Damar itu ke-mudian melahirkan anak. Oleh Arya Damar anak itu diberi nama RadenPatah. Dari puteri Gina ini pula Arya Damar berputra Raden Husen.

Raja Brawijaya sakit lumpuh. Kata pujangg^, ia dapat sembuh apabilaia mau menyetubuhi Wandhan Kuning. Raja Brawijaya mengikuti saran sangpujangga sehingga penyakit Raja Brawijaya sembuh. Wandhan Kuning hamil.

Wandhan Kuning melahkkan seorang anak laki-laki. Oleh karena r^aMajapahit merasa malu, anak Wandhan Kuning dititipkan kepada /wrw sawahdi desa Karangjambu. Mula-mula anak ini diberi nama Bondan Kejawen,lalu diubah menjadi Lembu Peteng.

Lembu Peteng bertapa. Sesudah bertapa ia menghambakan diri kepadaKi Tarub. Lama kelamaan Lembu Peteng diambil menantu olehKi Tarub. Iadikawinkan dengan Nawangsih.

Istri Raja Brawijaya yang berasal dariCempa mengatakan kepada suami-nya bahwa ia mempunyai saudara yang cantik molek. Saudaranya itu ber-nama Coderasasi. Raja Brawijaya lalu menyuruh Arya Bangah, putra KiRandhukuning, melamar Coderasasi. W Cempaka Arya Bangan mendengarberita bahwa Raja Cempa telah meninggal dunia dan Coderasasi telah diper-istri oleh Ibrahim Asmara. Ia sudah berputra tiga orang. Yang menjadi rajadi Cempa adalah Raden Cingkara. Arya Bangah pulang kembali ke Majapahit.

Istri Raja Brawijaya, Darawati Murtiningrum, susah hatinya manakalamendengar ayahnya telah meninggal dunia.

Raja Pandhita dan Raden Rahmat pergi ke Pulau Jawa ingin menengokbibinya, yaitu Dewi Murtiningrum. Mereka membawa seorang pembantu ber-nama Aburerah. Dalam perjalanan dari Kucing ke Gresik, perahunya pecahterkena karang. Ketiga orang itu ditawan oleh Raja Kamboja. Kemudian mereka menyuruh orang Kamboja ke Majapahit memberi tahu Raja Brawijaya.Raja Majapahit menyuruh Arya Bangah melepaskan mereka. Setelah bebasmereka dibawa oleh Arya Bangah ke Majapahit. Di Majapahit, Raja Panthita,Raden Rahmat dan pembantunya diolok-olok orang Majapahit sebab merekatak suka makan katak dan babi. Namun, mereka tidak marah.

3.3 Pupuh "Sinom"

Arya Banjaran, adik Mundingsari, putra Pejajaran berputra Arya Men-tahun. Arya Mentahun berputera Arya Randhu Guting.

Arya Randhu Guting berputra tiga orang, yaitu (1) Arya Galuh; (2)Arya Tanduran; dan (3) Arya Bangah.

23

Arya Galuh berputra dua orang, yaitu (1) Arya Penanggungan dan (2)Ranggalawe.

Arya Penanggungan berputra tiga orang, yaitu (1) Arya Baribin, (2)Arya Teja, dan (3) Ki Tarub.

Arya Baribin berputra dua orang, yaitu (1) Maduretna, dan (2) Jakan-dar. Arya Teja berputra dua orang, yaitu (1) Ni Jonderawati, dan (2) RadenSyukur.

Ki Tarub berputra tiga orang, yaitu: (1) Nawangsih, (2) Raden AyuNawangsari dan (3) Raden Ayu Nawangwulan.

Putra ^egeri Cempa (Raja Pandhita) minta diri kepada Raja Majapahit.Raja Majapahit tidak mengizinkannya karena negara Cempa telah diserangoleh Raja Dhustan. Negara lain yang telah ditaklukan oleh Raja Dhustan ada-lah Kucing, Kalikut, Kalijare, Mulebar, dan Kemagur. Raja Pandhita tundukkepada kehendak Raja Brawijaya. Kemudian Raja Pandhita menjadi menantuArya Baribin di Resbaya.

Raden Rahmat beristrikan Raden Ayu Conderawati, putri Arya Teja,menteri di Ruban. Raden Rahmat bertempat tinggal di Ngampel Denta.

Aburerah, pembantu Raja Pandhita, diambil menantu oleh Kiai Kusendi Ngampel Denta. Nama istrinya mBok Samirah.

Raja Pandhita berputra tiga orang, yaitu (1) Haji Ngusman, (2) RadenNgusman Haji, dan (3) Nyai Ayu Gedhe Tandha.

3.4 Pupuh "Pan^ur"

Molana Eshaq bersembunyi di hutan. la berdoa agar Kerajaan Bela-bangan mendapat musibah. Permohonan Molana Eshaq terkabul. RakyatBelabangan banyak yang meninggal dunia. Akibatnya, setelah puteri Sem-buyu melahirkan, anaknya dibuang ke laut oleh Raja Belabangan sebab anakitu dianggap penyebab malapetaka.

Peti yang berisi bayi ditemukan oleh seorang nakhoda Nyi Gedhe Patihdari Gresik. Kapal mereka kemudian berlayar ke Tandhes (Gresik). Olehnakhoda bayi diberikan kepada Nyi Gedhe Patih. Bayi itu diberi nama RadenPaku.

Molana Eshaq kembaU ke Pasai (Pasyeh). Tak lama kemudian ia meninggal dunia.

Dua orang putra Molana Eshaq, yaitu Ngabdul Kadir dan Dewi Sarah,pergi ke Pulau Jawa. Mereka naik kapal. Mula-mula mereka berangkat daritanah Ngadan, lalu ke KeUng, kemudian ke Pulau Jawa. Sesampai di Pulau

24

Jawa mereka langsung menghadap Sunan Ngampel Denta, saudara laki-Iakiayahnya.

Raden Jakandar bertapa di Demung. Setelah itu, ia menjadi wali. labergelar Sunan Malaya.

3.5 Pupuh "Asmaradana"

Ngabdul Kadir kawin dengan Dewi Isah putra Sunan Jakandar. Ia ber-tempat tinggal di Gunung Jati, Cirebon. Setelah bertapa, kemudian ia menjadi wali. Ia bergelar Sunan Gimung Jati.

Ngabdul Kadir berputra dua orang, yaitu (1) Ngabdul Jalil dan (2)Supiyah.

Ada tip orang keturunan Rasullah dari Yaman, yaitu (1) Sayid Muksin,(2) Sayid Ahmad, dan (3) Halifah Husen. Mereka datang ke Pulau Jawa.ES Pulau Jawa mereka menghambakan diri pada Sunan Npmpel Denta.

Putra Sunan Ngampel Denta yang bernama Siti Syarifah diperistrioleh Haji Ngusman, putra Raja Pandhita. Haji Ngusman bertempat fingg.1di Man3airan. Setelah lama bertapa, kemudian ia menjadi wali. Haji Ngusmanberputera Amir Hasan.

Siti Muthamainah, putri Sunan Npmpel Denta, diperistri oleh SayidMuksin. Setelah bertapa Sayid Muksin di Gunung Pept, menjadi waU. Putra-nya bernama Amir Hamzah.

Siti Hasyifah, putri Sunan Ngampel Denta, diperistri Ki Sayid Ahmad.Sayid Ahmad bertempat tinggal di Gunung Kemelaka. Setelah ia bertapaselama tip tahun, kemudian ia menjadi wali.

Raden Ibrahim, putra Sunan Ngampel Denta, kawin denpn Dewi Irah,putri Ki Jakandar. Putera Raden Ibrahim bernama Dewi Rahil.

Raden Ibrahim bertempat tinggal di Bonang. la menjadi imam di daerahTuban dan Lasem. Setelah bertapa, ia menjadi wali. la bergelar Sunan Bonang.

Sunan Npmpel Denta masih mempunyai seorang putra lagi bernamaRaden Kasim. Selain itu, ia berputera dua orang puteri dari selir, yang nama-nya tidak disebutkan.

Ngusman Haji, putra Raja Pandhita, memperistri Dewi Sari, putriTumenggung di Wilatikta. ia bertempat tingpl di Ngudung dan mengimamidaerah Jipang dan Panolan. Setelah bertapa, ia menjadi wali. la bergelarSunan Ngudung. Putranya ada dua orang, yaitu (1) Dewi Sujinah dan (2)Amir Haji.

25

Nyai Tandha, putri Raja Pandhita, diperistri olehHalifahHusen. Hali-fah Husen bertempat tinggal di Kertayasa. la mengimanii daerah Madura.Putranya bernama Halifah Mungra. Setelah bertapa di Gunung Yodhi selama3 bulan, Elalifah Mungra menjadi wall. la bergelar Sunan Kertayasa.

Raden Sahid, putra Radon Tumenggung, kawin dengan Dewi Sarah,puteri Molana Eshaq. la berputra tiga orang, yaitu (1) Raden Sangid, (2)Dewi Rukiyah, dan (3) Dewi Rufingah.

Raden Sangid bertempat tinggal di Kalijaga dan menjadi imam daerahDermayu serta Manukan. Setelah ia bertapa di Pupureh, ia menjadi wall. labergelar Sunan Kalijaga.

Ngabdul Jalil, Amir Hasan, Amir Haji, Raden Sangid, dan Amir Hamzahmenghambakan diri kepada Sunan Ngampel Denta.

Raden Paku, putera Nyi Patih (Nyi Gedhe Pinatih), setelah berumur15 tahun belajar mengaji kepada Sunan Ngampel (Raden Rahmat). Nyi Patihsendiri yang mengantarkan ke Ngampel Denta.

Sunan Ngampel Denta teringat pada Molana Eshaq. Raden Paku adalahputera Molana Eshaq.

Raden Patah dan Raden Husen menghambakan diri kepada SunanNgampel Denta. Raden Patah lebih pandai daripada Raden Husen.

Setelah lama tinggal di Ngampel Denta, Raden Husen mengajak RadenPatah menghambakan diri kepada Raja Brawijaya. Raden Patah tidak berse-dia. Raden Husen berangkat sendiri.

3.6 Pupuh *'Kinanti"

Raden Husen menghambakan diri pada Raja Majapahit. Murtasiyah,putri Sunan Ngampel dari selir, diperistri oleh Raden Paku. Raden Paku bertempat tinggal di Tandhes, kemu^an di Giri. Setelah ia bertapa di GunungTukangan, ia menjadi wali. Ia bergelar Sunan Giri. Putranya empat orang,yaitu (1) Raden Perabu, (2) Raden Misani, (3) Raden Guwa, dan (4) Ratna-wati.

Murtasimah, putra kedua Sunan Ngampel dari selir, diperistri olehRaden Patah. Raden Patah bertempat tinggal di Bintara dan negaranyabernama Demak. Setelah ia bertapa, ia menjadi wali. Ia bergelar Sunan Bintara. Putranya enam orang, yaitu (1) Raden Teranggana, (2) Bagus Sidakali,(3) Gendhuruhan, (5) Dewi Ratih, dan (6) tidak disebutkan namanya.

Raden Kasim, putra. Sunan Giri dari istrinya yang berasal dari Tuban,mempeiristri putra. Sunan Gunungjati. Ia menjadi imam di Lawangan dan

26

Sedayu. Tempat tinggalnya di Derajad. Setelah ia bertapa di Jongpangkah,ia menjadi wali. Ia bergelar Sunan Derajat. Ia berputra tiga orang, yaitu(1) Pangeran Teranggana, (2) Pangeran Sandi, dan (3) Dewi Wuryan.

Amir Hasan, putera Haji Ngusman, diambil menantu oleh Sunan Kali-jaga. Ia dijodohkan dengan putrinya yang bernama Rukiyah.

Raden Amir Hamzah, putra Said Muksin, diambil menantu olehSunan Kalijaga. Ia dijodohkan dengan putrinya yang bernama Rupingah.

Raden Sangit, putra Sunan Kalijaga, diambil menantu oleh KiyahiHaji Ngremo. Ia dijodohkan dengan putrinya yang bernama Dewu Sujinah.

Raden Sangit bertempat tinggal di Murya. Setelah bertapa di Sapta-rengga, ia menjadi waU. Ia bergelar: Sunan Murya. Adapun putranya bernama ■ Pangeran Sateri. Pangeran ini bertempat tinggal di Kadilangu, danbernama Pangeran Yahi.

Raden Bagus Amir Haji, putera Sunan Ngudung, memperistri putraSunan Bonang yang bernama Dewi Ruhil. Ia bertempat tinggal di Kudus.Setelah bertapa di rumah, ia menjadi wali. la bergelar Sunan Kudus.

3.7 Pupuh "Sinom"

Ngabdul Jalil beruguru kepada Sunan Gunung Jati. la belajar soalwahdah tauhid, ngelmu umludin, ngelmu makrifat dan ngelmu sufi. Setelah tamat mengaji pada Sunan Gunung Jati, ia bertempat tinggal di Siti Jenar.Setelah Sunan Ngampel wafat, para wali datang dan Sunan Giri menjadiimam.

Sesudah Sunan Ngampel wafat, para wali, yaitu Sonan Bonang, SunanGiri, Sunan Kalijaga, Sunan Derajat, Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus, SunanWisi, Sunan Manyoran, Sunan Demak, Sunan Ngudung, Sunan Melaya, danSunan Kertayasa berapat di Ngampel Denta. Yang dibicarakan adalah masalahpengangkatan khaHfah. Sunan Giri mengusuUcan agar Sunan Demak diang-kat menjadi seraja (khalifah). Para wali setuju.

Sunan Demak pulang ke Demak. Di demak ia mengajak para waliberperang sabil melawan Raja Majapahit sebab Raja Majapahit masih kafir.Para wali setuju. Atas usul Sunan Giri, Sunan Ngudung dipilih menjadii seno-pati. Sunan Ngudung berangkat menyerang Majapahit didampingi oleh Amu-Hasan dan Amir Hamzah.

Arya Tanduran berputra tiga orang, yaitu (1) Ki Gajah Mada, (2)Gajah Wila, dan (3) Gajah Sena. Tiga orang putra Arya Tanduran ini menjadi patih Raja Brawijaya.

27

Raden Gugur, putra Raja Majapahit, diberi gelar Pangeran Dipati, se-bagai wakil sang raja. la berputra dua orang, yaitu (1) Lembu Niseraya dan(2) Lembu Kanigara. Kedua orang ini diangkat oleh Raja Majapahit sebagaiTumenggung di Majapahit. Mereka menierintah para arya dan menteri.

-Raden Husen, putra Ki Arya Damar, menghambakan diri pada RajaMajapahit. la diangkat menjadi Adipati di Terung. la bergelar Ki Pecat Tan-dha.

Raden Dhandhang Wacana, putra dari Panaraga, ipar sang raja, menghambakan diri kepada Raja Berawijaya. la diangkat menjadi Tumenggungdi Majapahit. la berputra Raden Banjar. Raden Banjar bertempat tinggaldi Tingkir, dan bergelar Dhandhang Wurahan. la berpangkat arya.

Wulung Kembang, ipar Berawijaya, diangkat menjadi Tumenggungdi Berangkal.

Sunan Ngudung beraogkat menyerang Majapahit bersama Amir Hasandan Amir Hamzah. Sesampainya di hutan Tunggarana, mereka berhenti.Sunan Ngudung menuUs surat kepada Raja Majapahit. Isi surat menyebut-kan bahwa ia menantang perang Raja Majapahit.

Seterimanya surat Sunan Ngudung, Raja Majapahit menyuruh Ki PatihGajah Mada, Ki Patih Gajah Sena, dan Ki Arya Jambul (putera Jaran Pano-lih) melawan Sunan Ngudung. Prajurit Majapahit berangkat ke medan perang.

3.8 Pupuh "Durma"

Prajurit Majapahit dan prajurit Demak berperang di hutan Tunggarana. Amir Hasan meninggal dunia terkena tombak Gajah Sena. Gajah Senadiserang oleh Sunan Ngudung. Gajah Sena meninggal dunia. Raden AryaJambul melapor kepada Raja Majapahit. Prajurit Demak beristirahat di hutanKerawang. Mereka meminta bantuan kepada Sunan Demak.

Raja Berawijaya meminta bantuan ke Pengging dan Panaraga. AdipatiAdiyaningrat dari Pengging datang membantu. Arya Dhandhang Wurahandari Tingkir juga ikut membantu Raja Majapahit. Benthara Katong dari Panaraga mengirimkan adiknya, yaitu Adipati Luwanu, datang membantu RajaMajapahit.

Prajurit Demak maju ke medan perang. Pemimpin mereka ialah HajiNgusman dan Sunan Ngudung.

Prajurit Majapahit maju ke medan perang. Pemimpin mereka adalahRaden Gugur dan Pejad Tandha. Mereka diikuti oleh Demang Lawung, De-

28

mang Terasaba, dan Etemang Sukadana.Prajurit Demak dan prajurit Majapahit berperang. Ki Wulung Kem-

bang meninggal dunia. la dibunuh oleh Amir Ibinzah.

3.9 Pupuh "Dhandhanggula"

Raden Dhandang Wacana maju berperang. Amir Hamzah menghadapi-nya. Keduanya sama-sama perwira. Kanjeng Sunan Ngudung datang mem-bantu Amir Hamzah.

BAB IV BAHASA NASKAH

4.1 Bdiasa Jawa

Ditinjau dari ciri-cirinya, bahasa Jawa naskah "Babad Demak Pesisiran"dapat digolon^an pada bahasa Jawa baru. Bahasa ini lebih dekat denganbahasa Jawa zaman Suiakarta (abad ke-18 dan ke-19).

Kata-kata dan kalimat-kalimat naskah "Babad Demak Pesisiran" sang^tsederhana. Pemilis babad tidak banyak mengolah bahasa menjadi bahasa yangindah seperti halnya bahasa para pujangga kraton.

Dalam pembentukan kata keija pasif, penulis menggunakan sisipanin dan awalan dipun, den, sun, dan ka. Contoh penggunaan sisipan in imtukpembentukan kata keija pasif adalah tinarima (diterima, 4.1.7), binuwang(dibuang), 4.4.4), Unarung (dibuang ke laut), 4.4.5). Contoh penggunaanawalan dipun, den, sun, dan ka untuk pembentukan kata keija pasif adalahdipun-rangkul (dirangkul, 425.5), dipun-paringi (diberi, 7.19.8), den-wedalm(dikeluaikan, 2B.8), sun-duta (kusuruh, 7.19B), sun-kantheni (kuberi teman,7.38B), ka-rfnga/(terlihat, 8.3B).

Khusus mengenai sisipan in, di samping digunakan untuk membentukkata keqa pasif, juga digunakan dalam kata ulang, misalnya bedM-binedhil(saling menembak, (8.832), pedhang-pinedhang (saling memedang, 8.832),cuderik-cinud&ik (saling menyunderik, 8.83.4), dan seking-aneking (salingmenyeking, 8.8 3 2).

4.2 Bahasa Ktama dan Ngoko

Basa tembang memang belum mempunyai pathokan (kaidah) yangjelasdan teg^s. Walaupun demikian, dalam hubungan ini secara preskriptif sudahada orang yang memikirkan masalah itu, yaitu R. Hardjowirbgo. Beliaumeng^takan bahwa pengarang tembang hams berpegang teg^ pada ppmakai-an bahasa yang benar, yaitu kalau pengarang ingin memakai bahasa kramaatau bahasa r^ko, dia hams konsekuen. Dia hams tetap pada pemilihannya

29

30

itu, tidak mencampuradukkan antara keduanya. Pendapat R. Hardjowirogo(1952:21) itu adalah :"Bab penganggening basa wonten ing sekar kaangkaha anglenggahi pumpaleresipun, manawa krama inggih krama kemawon, memwi ngoko, salajengi-pun inggih ngoko kemawon. 1

Pendapat R. Hardjowirogo (1952:22) itu tidaklah mutlak sebab di tern-pat lain beliau mengatakan:Sanadiyan inginggil sampun kapratelakaken bab panganggening basa kramatiiwin ngoko kedah katurutaken, ewadene manawi kapeksa kedah nganggebasa ingkang sanes mestinipun, upami ngoko sumela ing krama, utawi kramasumela ing ngoko, inggih kenging, nanging tiyang nyekaraken wajib nyume-rapi dhateng unggah-ungguhing basa .... 2

Menurut pendapat R. Hardjowirogo di atas, bahasa krama dan ngokoitu boleh dipergunakan berselang-seling asalkan tidak menyalahi unggah-ungguh basa. Bagaimanakah dengan pemakaian krama dan ngoko dalam"Babad Demak Pesisiran"?

Bahasa "Babad Demak Pesisiran" dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu (1) bahasa naratif dan (2) bahasa dialog. Yang dimaksud dengan bahasanaratif adalah bahasa penceritaan (penuturan); sedangkan bahasa dialogadalah bahasa percakapan antarpelaku dalam babad.

Bahasa naratif "Babad Demak Pesisiran" adalah bahasa krama. Akantetapi, apabila diperhatikan dengan saksama akan terlihat bahwa dalambahasa itu terseUp juga pemakaian bahasa ngoko.

Contoh :

(1.6) Wanten carita winaminutwaken kang kina-kina

saking Adam sedayaneana dadi nabi ika

arm dadi waliyulbh

am dadi guru ratu

am kang dadi manolan. 3

Perkataan am dan dadi adalah kata-kata bahasa Jawa ngoko. Kadang-kadang krama dan ngoko dipergunakan sebagai dasamma (sinonim), misal-nya perkataan gangsal (krama, = hma, 1.12.4) dengan lima (ngoko, = lima,1.27.3); perkataan satunggil (krama = satu, 1.12.1) atau satunggal (krama= satu, 1.12.5) dengan sifi (ngoko = satu, 1.7.3).

31

Adanya kata-kata bahasa Jawa ngoko terselip dalam kata-kata bahasaJawa krama, bukanlah suatu pertanda bahwa penulis babad tidak menge-tahui perbedaan pemakaian bahasa krama dengan bahasa ngoko. Mungkinpada waktu itu perbedaan bahasa Jawa Krama dan bahasa Jawa Ngokobelum begitu tajam sebagaimana yang terjadi di pusat kerajaan Jawa. Meski-pun demikian, dari data di atas dapat diketahui bahwa penuhs babad telahmencoba merealisasikan unggah-ungguh basa, yaitu memakai bahasa kramadalam bahasa naratif dengan maksud menghormati para pembaca babad yangditulisnya sebab para pembacanya adalah sejumlah orang yang belum dike-nalnya (belum akrab benar dengan penulis).

Masalah unggah-ungguh basa dalam bahasa dialog dikemukakan olehpenuhs babad lebih jelas lagi sehingga kita mendapat gambaran mengenaitata pergaulan masyarakat Jawa pada zaman penulisan naskah. Dalam bahasadialog, bahasa ngoko dipergunakan oleh;1) raja kepada puteranya, contoh :

1.43

kang rama agal wuwuse

Ratna Kesuma ta sira

kudu remen rayinnira

kangaran Rahaden Suruh

Contoh lain terdapat dalam 1.442) raja kepada tamu yang da tang (entah tamu itu duta, suruhan orang lain,

atau orang yang datang ingin mengabdi), contoh :li4

sang nata enggal tetanyadateng Ibrahim Asmara

derwis sapa arahmupan apa kang sira seja

1.5 5 sira marek maring mami

teka gati lampahira5

Contoh lain terdapat dalam: 2.47,3.40,3.41, 3.453) raja kepada permaisurinya, contoh :

2.40 angendika nataMajapahit

maring kang garwa

paran pekenira apa kang dadi susaheanak ingsun sarwi gegulung

32

angbsar am ing siti

Berawijaya tilon ngendika

2.41 ikasapakangmituturimertngsmramaafisedadene tan am surate

ingkang teka maring ingsun6

4) raja kepada bupati, contoh:3.36 sangmta nulya ngendika

durmtengpam bupatilah ta seksemm sami

maring soyaberaningsunsapa bisa mamsem

maring amk ingsun puteripan punika dadiya jatu keramannya

337 sun paling ing Belabanganngadek perabu anu 159 j bejing

7

5) raja kepada patih, contoh:3.38

angendika sang mta mering Ki Patihnya

339 Patih sira timbalam

ajar ingkang am wukir

7.37

sang mta ngendika arisdumateng Kiyahi PatihGajah Sena namanipuneh Ki Patih Gajah Senaika am garmn peraptisaking Demak si Fatah kanggawe pokal 8.

Contoh lain : 7.38

6) orang tua kepada anak tnuda, contoh :2.19

nulya tanya Ki Taruk sarwi bebisik

33

kulup ingsun takon ing stapimn^nya sira saking ngendilawan sapa ingfcang dherbeni putera

9.

Contoh lain terdapat dalam ; 2.21,2.62

7) paman kepada keponakannya, contoh:330 ojarelAohxi2i^\>2i(\adhuhgusttamkkafm

bapak ira myiningmngneng Cempa mma Ibrahim

331 Molana Ishaqdateng Raden Rahmat sir^gflidhuh gusti anak kawubpan Sim ingsun namaniSunan Mangdum ingkang namifenenge /57/ sunan punikukang sinembah maring wadiyaMangdnm ingkang adhinginisbmipun pan negara tanah Jawa 10.

8) snnan kepada para tamunya, contoh :4.22 Jeng Sunan ing NgunpelDenti

Jawab salbm tumulyaenggal nakoniadhuh kawub atumut

tetannya ing jengandikapinangkannya lawan sinten namanipunkang pempta matur perteb

11.

Contoh lain terdapat dalam 5.51, 5.55, 7.2, 73,7.A, 7.5,7.6,7.7,7.8,7.9,7.10

9) ibu kepada anak angkatnya, contoh :5.44 kang ibu ngendika aris

adhuh anak ingsun nyawapan om sabh wartaneiya ika waliyuUahingkang nama Raden Rahmatjejuhik Jeng Snnan Magdum

34

dhedhukuh ing Ngampel Denta 12.Contoh lain terdapat dalam: 5.46

10) kakak kepada adik atau adik kepada kakak, satu ayah lain ibu, contoh:5.69 Raden Husen matur agelis

durmteng ing raka nira

adhuh kakang kaya periyanyuwita ing Kanjeng Sunanoning dhukuh Ngampel Dentaangulati ngelmunipunngibadah pan sampun cekap

5.70 nanging saking karsa mami

sumangga kakang nyuwita

dumateng /90/ Majalanguneing sang perabu Berawijayaangulati kertiyasa

menawa pinanggih besuk

bisa mengku panjenengan 13.

Contoh lain terdapat dalam: 5.71.5.72,11) sunan ketika menantang perang Raja Brawijaya dalam surat,

contoh :

7.3 6 wiyose kang ponang sura teh ta pmbu Majapahitlamun sira nyata lanang

lah ta payo tandhing jurit

ana dene aran mami

jejuluk Jeng Sunan Ngudungkersane Sunan Binsatara

kinon ngerusakUa.izpdhitlah sedaya /114/ perajurit ing Majalengka

7.37 mapaga neng Tunggaranalamun sira bosen urip 14.

12) prajurit ketika menantang perang prajurit lawan, contoh :8.6

ana ingranagana

sumbare awanti-wanti

eh ta wong islam

lamun sira bosen urip8.7 genambulana perajurit ing Majalengka

35

Gajah Sena aran mamiwadiya islam sedaya

payo tandhing ayudaayomm budi mami

bareng mara

mesthi yen ingsun tandhahi 15.

Contoh Iain terdapat dalam: 8.86, 8.87,9213) sunan kepada patih, contoh:

8.28

Kanjeng Sunan /123/ angendikadumateng rekiyana Patih

Ki Ngabdul Salamanenggih jejuluk neki

8.29 Ngabdul Salam jengandika mepek bahsumerta peraboting jurit

Sunan Ngudung utusananuwun bantoriing bah

Amir Hasan sampun hlisperajurit islampan katun sawehs iji 16.

Contoh lain terdapat dalam; 8.30, 8.35, 8.3614) patih kepada tamtama, contoh:

8.32 angendika Ki Patih mering Tamtamasumerta perajurit Manteri

eh ta para punggawa

sang kersane sang natayen sira kinon bantoni ing badayuda

si Majapahit 17.15) adipati kepada punggawanya, contoh:

8.45

Ki Adipati angendika

dateng sekeh para manteri

eh ta punggawa

ingsun arep abantoni8.44 ing negara Majalengka kahawunggahan

mungsuh saking Binatara iki

sira padha ngiringa mering ing hkuning wongdumateng ing Majapahit

36

abadayudarmpagmungsuhingkangperapta 18.

Ehiri data di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Jawangoko dalam bahasa dialog "Balas Deimk Pesisiran" dapstt digunakan oleh:a. orang yang lebih berkuasa kepada bawahannya (raja kepada patih, patih

kepada tamtama, dan sebagainya);

b. orang tua/orang yang lebih tua kepada orang muda/orang yang lebihmuda (orang-orang tua kepada anaknya, paman kepada kemanakan, dansebagainya;

c. orang-orang yang sederajat (prajurit dengan prajurit).Begitulah pemakaian bahasa Jawa ngoko dalam bahasa dialog "Babad

Demak Pesisiran". Adapun bahasa Jawa krama dipergunakan dalam:

1) putra. raja kepada ayahandanya, contoh:1.42

kocapa Rahaden Suruhniatt4r dateng ingkang ramaadhuh rama kudos pundikakang bok Ratna Kusumakeddh awan pertingkahearemen dateng kawulananging tan ptmin kawula

19.

2) tamu raja (duta, atau orang yang ingin mengabdikan diri) kepada raja,contoh:

1.55

Ibrahim engga/aturedhuh gusti nami kawulaSayid Ibrahim Asmaradateng kawula dan estusutnaja ngafak sang nata

1.56 mtdinggi agama sucisarengat nabi Muhammad

ngucapa kalimah kalihank iiaha in/ ilk klkhMuhammad rasulullah

punikaingkfaUpun

37

rukune agama islam1.57 bn yembah bn amig'i

dumateng Allah tanggab

anuta ing penggawene Muhammad nabi wekasansampun nyembah ing berhalapunika agama kufurnyembah muji ing berhala 20.

Contoh lain terdapat dalam: 2.7,2.30,2.48,2.56,2.44,6.5,3) anak muda kepada orang yang lebih tua,

contoh:

2.19

Lembu Peteng matur ageadhuh g^sti awak ingsunamkipun bok Wandhan Kuningdeten wisma kub dhusun Karangjambu Tarub

Contoh lain terdalam dalam: 2.22,2.24,4) raja kepada duta dari kerajaan besar,

contoh:

2.31

sangperabu Cempa ngendika2.32 permibne ingsun tan mertani

dateng kakang perabu Berawijayapan ingsung ngarsa dherweyen asor awak ingsunkakang perabu ing Mifipaidtmib ratu binetara

ngereh sami ratubmun ingsun akirima ing nuwabdateng perabu Uajapatdtmenawidatan 1331 kaduga 21.

5) prajurit, duta kepada raja, contoh:234

matur sarwa awot sekar

Arya Bangah dumateng panduka ajidfmh gusti kawub dinuta

2.34 bmpah kawub dinuta sangqfidatansangsalingpamudhuttuwanpan 134/ sampun wonten bkine

38

puteri Conderasatunkambil garwa turun Jeng Nabimma Ibrahim Asmara

sampun putera telu 22.Contohlain terdapat dalam: 3.35, 8.24, 8.25, 8.20

6) istri raja kepada raja, contoh:2.40

nulya matur parameswari

dumateng sang perabu

milane kawula karona rama nata

m^Cempa pan sampun Mis 23.

7) keponakan kepada pamannya, contoh:3.36

Raden Rahmat matur null

dumateng tamu kang rawuhing tanah Jawa punikagusti meksi agama kapirmung kawula miwiti eslaming Jawa 24.

8) patih kepada rajanya, contoh:3.37

patih Belabangan anyembahmatur dumateng sang ajipan wanten ajar sawiji

pujuke arti Selangudatan sami ajar kathah

sepolah tingkahe luwihagama pan beda Ian ajar kathah 25.

9) buruh kepada majikannya, contoh:4.49

nangkuda enggal umatur

punika angsal kawulaneng segara amanggih katut ingarus

pelabuhan Belabangantumibul wadhane pethi 26.

10) tamu kepada sunan, contoh:4.22

kangperapta matur pertebnami kawula Ngabdul Kadir

39

4.23 wodene rayi kawulagih punika Dewi Sarah ingkang mmirama kawula punikukang mma Molana Ishaknggih punika wgPaseh negaranipuning nwngke sampun perlayanalika gesang wewarti 27.

Contoh lain terdapat dalam: 4.24, 8.8, 8.9, 8.10, 5.48, 5.49, 5.52,5.53,5.54,5.56,5.63,5.64,5.65

11) Sunan kepada tamu asing yang belum dikenal betul, contoh:5.7 Jeng Sunan jawab tumuli

salame wadiya kangperaptoenggal Jeng Sunan wiyosedhuh sanak kawula tannya

/73/ saking ngendi pinangkannyalawan sinten namahipun

5.8

Sunan nulya ngendikadhuh nyawa sanak kawulawong ngelmu yen kurang lakupunika tanpa gaweya 28.

12) anak kepada ibunya (ibu angkat), contoh:5.43 Raden Paku wjamr aris

dumateng ing ibuniramengkana atur wiyose

ibu kawula mireng warta

ing negara Surabayawonten ngulama pinunjulnama sunan waliyallah 29

Contoh lain terdapat dalam: 5.4513) Sunan Girl kepada sesama wall, contoh:

7.15 Sunan Girl angendikadateng sekeh para waliboten wonten kangperyoga

dadi halifah agama

mung Sunan demak negariperyoga jumeneng perabu

40

lah ta padha seksemmSunan Demak dadi aji

30.

Contoh lain terdapat dalam: 7.16,7.17.7.1814) prajurit kepada patih, contoh:

8.24 para punggawa sedaya mimh tamtaimmatur sendika Gusti

kawub mesthi btmampahsaking kersa sang natapunika pan sampm bmian^l kawubkepengin perang bn wong kapir 31.

15) lurah kepada Sunan, contoh:7.33 ature kang nunggangfaran

kawub wong Majapahithrrah dhusun Cakar Ayambebedhok kidang bn kancilkersane Seri NarapatiBerawijaya Majalangu 32.

16) adipati dengan adipati, contoh:8.55 ingkangsuratkatur adipati

ing Lumanu wismaneki

wiyosipun ponang surutkawub tampi nuwabingkang saking Uajapatdting rama nata

Berawijaya Majapahit9.56 Kaunggahan mungsuh saking ing Bintara

Gajah Sena sampun Missaking kersa kawub

adhiingkanglumampahbantoni ing Majapahitnanging jenganika

datenga ingVataiSi^ 33.Contoh lain terdapat dalam: 8.59,5.60

17) ; surat raja kepada raja, contoh :8.51

wiyose surat punika

41

kawula atur wuningaingnegamU&jaipaidtwus kahunggahanmungsuh saking Bintaia iki

8.52 waliya bah ing negara Majalengkakathahkangmati

dene Ki Gajah Senapan mg^h sampun perlayaBethara Katong sun purih kituna bahtamtama kehwan 11301 manteri 34.

Data-data di atas menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Jawa kranwHalam bahasa dialog "Babad Demak Pesisiran" digunakan oleh:a. orang bawahan kepada orang yang lebih berkuasa (menteri kepada raja,

tamtama kepada menteri, dan sebagainya);b. orang yang lebih muda kepada yang lebih tua (putera raja kepada ayahan^

danya, keponakan kepada paman, dan sebagainya).c. orang-orang yang sederajat (adipati kepada adipati, wali kepada wali).

Dari penggunaan bahasa ngoko maupun krama dalam bahasa dialogtampak ju^ pen^unaan bahasa yang tidak mumi, artinya dalam bahasangoko terselip kata-kata bahasa krama. Sebaliknya, dalam penggunaanhahasa kramo terselip kata-kata bahasa ngoko. Dengan demikian, da.pat-lah disimpulkan bahwa antara bahasa dialog dan bahasa naratif tidakberbeda, keduanya tidak menunjukkan ketajaman perbedaan penggunaan bahasa krama dan ngoko.

Khusus mengenai pemakaian kata-kata bahasa Jawa krama, di dalamnyaterselip adanya nama-nama tempat yang di-kmma-kan'. Misalnya, pemakaiankata Toyaarum (5.52.6) untuk Banyuwangi; Tubin (6.20.6) untuk Tuban;dan Panaragi (8.56.7) untuk Panara^. Menurut aturan dalam bahasa Jawa,nama-nama tempat tidak diperkenankan untuk dijadikan bahasa krama, misalnya kota Blora dijadikan bahasa krama Blonten (Padmasusastra, 1899:171).

4.3 Unsur Bahasa Jawa Pesisiran

Yang di dengan pesisir atau pasisir di sini adalah, 'tanah-tanahsaurute segara Jawa (segara sisih lor)' OPoerwadarminta, 1937:475). Jadi,yang dimaksud dengan bahasa Jawa pesisiran adalah bahasa Jawa yang diper-gunakan oleh orang Javra di daerah pantai utara Pulau Jawa.

42

Studi secara mendalam tentang bahasa Jawa pesisiraii belum pernahdilakukan orang. Kini bahasa pesisiran itu kita kenal sebagai bahaa Jawa dia-lek Pasuruan, Probolinggo, Surabaya, Gresik, Tuban, Rembang, Jepara, danlegal. Kita tidak tahu dengan pasti apakah sudah ada dialek-dialek itu padazaman penulisan naskah "Babad Demak Pesisiran".

Berdasarkan hal di atas, pengetahuan kita tentang bahasa Jawa pesisiranharuslah dibangun dengan banyak membaca hasil-hasU karya kesusastraanJawa pada zaman Islam sebab studi yang mendalam tentang hal ini belumpernah dilakukan orang.

Informasi pertama tentang adanya kata bahasa Jawa Pesisiran berasaldari Prof. Dr. RAl. Ng. Poerbatjaraka. Informasi ini dikemukakan ketikabeliau membicarakan Serat Memk karya Ki Carik Narawita dari zaman ke-rajaan Kartasura. Beliau mengatakan (Poerbatjaraka, 1952:10); "tetem-bungfin) inggih taksih ketawis tembung pesisiran" (kita-kntanya. masih keli-hatan kata pesisiran). Hal ini berarti bahwa pada zaman Kerajaan Kartasurabahasa Jawa yang digunakan orang dalam kesusastraan masih terpengaruholeh bahasa Jawa Pesisiran.

Informasi kedua tentang adanya bahasa Jawa Pesisiran juga berasal dariProf. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka. Ketika beliau membicarakan ̂ erarReng-ganis karya Rangga Janur dari zaman Kerajaan Kartasura. Beliau mengatakan, "Lelewaning basa taksih celak sangat kaliyan serat Menak Kartasurakasebat ing nginggil" (gaya bahasanya masih sangat dekat dengan "SeratMenak Kartasura" itu (Perbatjaraka, 1952:119). Informasi kedua ini mem-perkuat informasi pertama.

Dari kedua informasi yang diberikan oleh Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka di atas, kita tidak mendapatkan data-data konkret tentang ciri-ciribahasa Jawa Pesisiran. Untuk memperoleh gambaran tentang ciri-ciri ituperlu melacak pemberitaan Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka.

Dalam buku Beschrijving Der Handschriften: Menak (1940:30), kitamendapat cupUkan Serat Menak Kartasura, bagian permulaan (5 pada)dan bagian penghabisan (2 pada). Bunyi cuplikan bagian permulaan padapertama dan kedua itu sebagai berikut.

Ingsoen amimity amoedji,aneboet namaning soekma,kang moerah ingdoenya reke,ikangasih ingakerat,langgeng maha balaba,

43

anggandjar ing kawlas-ajoen,anggpoera ing dodosan.

Sampoening moedji Jjang widi,amoedji nabi Muhammad,kalawan koelawargane,

kang sinoetjekaken ika,kang sinoeng kanoegrahan,Ian sakatahe kanganoet,

nving sira nabi Moehammad. 35.

Dari cuplikan di atas dapat diketahui bahwa pada pertama dan keduapada permulaan Serat Menak Kartasura sangat dekat dengan pada pertamadan kedua permulaan pupuh 1 "Babad Demak Pesisiran . Gatra-gatranyabanyak yang sama atau hampir sama. Hal itu dapat kita lihat di bawah ini'.

Serat Menak Kartasura Babad Demak Pesisiran

1.1 ingsun amimity amoedji 1.1 ingsun amimiti amuji1.2 aneboet namaning soekma 1.2 anebut Yang Suksma1.3 kang moerah ing doenya reke 13 kang murah king dunya mangke1.4 ikang asih ing aherat 1.4 ingkang (....) ingakherat1.5 angganjar ing kawlasayoen 1.5 angganjar kawelas ayun1.6 angapoera ing dodosan 1.6 angapura wong kang dosa2.1 Sampoening moedji Jjang 2.1 sampunemuji Yang Widi

widi

2.2 nabi Moehammad 2.2 amu/i nabi Muhamad2.3 kalawan koelawargane 2.3 kelawan kawula wargane

Berdasarkan perbandingan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ke-duanya masih berdasarkan tradisi penulisan sastra Jawa pesisiran. Kalimat-kalimat di atas, dengan berbagai variasinya, telah menjadi idiom yang tetap.Idiom-idiom itulah yang menjadi kata-kata bahasa sastra pesisiran.

Dalam "Babad Demak Pesisiran" di samping terdapat idiom-idiom diatas, terdapat juga idiom-idiom lain, yaitu yang berkaitan dengan pemakaiankata ika, punika, puniki, winarna, dan Iain-lain.Misalnya:

1. ing dinten Saptu punika (13.2)2. kangnulis nama Marsuf punika (13.8)

44

3. sampuh rmca ngfidalika (1.4.4)4. am dadi mbi ika (1.6.4)5. wanten genti kang wimrni (1.25.1)6. \mnten malih nggih puterane (1.41.3) 37.

Ciri-ciri lain yang menonjol adalah pemakaian kata wanten untukwonten, oning atau oneng untuk aneng, dan penghilangan suara /n/, misalap/ca«^(timpang, 1.46.4) awMd/iMt (mengambil, 2.27.3).

Satu bukti yang nyata bahwa naskah "Babad Demak Pesisiran" mengan-dung kata-kata bahasa Jawa Pesisiran dengan terdapatnya kata ika, kuda, danmart.

Misalnya :(1) ingkangmma Lembu Peteng/to (2.24.2)(2) rmntriingkangnitihkuda (7.32.6)(3) wusnwridennya shobt (3.29.3). 38.

Menurut M. Mardjana (1933:74), perkataan ika termasuk bahasa Sema-ran^n (Demak, Kudus, Jepara, sepanjang pesisisr utara Jawa). Kata ini ber-asal dari kata iku. Perubahannya karena ucapan.

Kata kuda yang meng-krama-kan kata jaran termasuk bahasa kramakrama pesisiran (Padmasusastra, 1899:173). Menurut M. Mardjana (1933:69),kata mm yang berarti 'lebar' (sudah selesai) juga perkataan pesisir, yaitu daridaerah Surabaya.

4.4 Unsur-unsur Bahasa Kawi

Yang dimaksud dengan istilah bahasa kawi di sini adalah "tembung-tembung kang kanggo am ing Padhalangan utawa ing layang-layang wacan,luwihduwih ing layang tembang. kang himrahe padha dingreteni tegese,mnging ora tau diengga pedimn. Iku jenenge tembung kawi" ("kata-katayang dipakai dalam pedhabngan atau buku-buku cerita bacaan, lebih-lebihcerita bacaan yang berwujud tembang. yang sudah diketahui maknanya,tetapi tidak pemah dipakai sebagai kata-kata harian. Itulah yang dinamaVankata kawi") (Hadiwijana, 1967:38).

Adapun lata-kata yang termasuk dalam kata-kata bahasa Kawi adalahsurya (matahari), kartika (bintang), gagam (angkasa, wiyat (langit), akam(angkasa), bantab (tanah), pawam (angin), samodrn (samodra/laut), btutm(kemurkaan), tirta (air), andaka (banteng), sato (binatang), kukib (buning),Imthik (jahat), wre (kera), janma (manusia), wiku (pendeta), narendra(raja), apsara (bidadari), wanara (kera), siswa (murid), wisrm (rumah), jmya

45

(laki-laki), wanita (perempuan), prewira (perwira), pidam (hukuman), sapta(tujuh), pawca (lima), dwi (dua), tn (tlga), nawa (sembilan), sarjam (cende-kiawanX budaya (hasil akal), cipta (dpta), wacam (kata), panitra (penulis),nara (orang),/a/a (dada), udaw/ (udaia), dan Iain-lain. Kata-kata ini, menurutHadiwijana, adalah katadcata yang khusus digunakan, dalam buku-buku baca-an yang berbentuk puisi.

Penggunaan kata-kata bahasa Kawi dalam puisi tembang san^t pen-ting. Menurut Hardjowirogo (1952: 22) "sekar ingkang tanpa Kawi punikac&nplang" (tembang yang di dalamnya tidak mengsndung kata-kata bahasakawi itu kurang indah). Jadi, ada tidaknya kata-kata bahasa Kawi dalamtembang dapat Hignnakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah sebuahkarya sastra itu bernilai atau tidak bemilai. Meskipun demikian, agar tembangtadi komunikatif dengan pembacanya, penggunaan bahasa Kawi itu hamsdibatasi pada kata-kata yang biasa, artinya kata-kata itu sudah dikenal orang(Hardjowirogo, 1952:22).

Tradisi penggunaan katadcata bahasa Kawi untuk memperindah Rarya-nya aHalah tradisi yang sudah lazim bagi pujangg^-pujangga sastra Jawa. Itu-lah sebabnya, kita tidak perlu heran apabila kita menemukan kata-kata Kawi(taiam "Babad Demak Pesisiran". Kata-kata itu tersebar dalain tiap halamannaskah. Kita tidak tabu dengan pasti apakah kataJcata itu pada zaman penu-lisan naskah merupakan kata-kata yang sudah dikenal umum ataukan merupa-kan kata-kata yang belum dikenal umum. Bagi kita sekarang, kata-kata itukita kenal sebagai kata-kata yang sudah biasa kita jumpai dalam buku-bukutembang (puisi macapat) yang tercetak (penerbitan ̂ lai Pustaka).

Kata-kata bahasa Kawi yang terdapat dalam "Babad Demak Pesisiran",antara lain adalah asesiwi (berputera), nurat (menulis), jalu (laki-laki), apan^(sebab), winarni (diceritakan), pawestri (perempuan), arsa (akan), senggama(bersetubuh), singgih O^a, nyata), hmeng (kunang), wulya (sembuh), wadiya(kawan), nem (mata), taM (kira/perkiraan), tuwan (tuan), wotsart (me-nyembah), Ms (meninggal), paran (apa/bagjimana), enu (jalan), busana(pakaian), bubt pethi (hasil), tumenggung (tumenggung), peMk (bagus/can-tik), jatukrama (jodoh), ardi (gunim^, ingwang (aku), mgsuw (aku), nrnfa(besar), baya (apakah/ya), semudera (samodra), werih is.ii), sedarum (semua),nuirga (jalan), wesma (rumah), pahva (perahu), aris (pelan), kertiyasa (pandai/pintar), nederu (tidur), nak (hati/perasaan), nta (nya), muwus (berkata), den(di), narpati (raja), nalendra (raja), apakkmma (menikah), nulya (lalu), rngi(raga/badan), iabm (manusia), pmggawa (pemimpin), bandayuda (perang).

46

tamtama (perajurit), kuda (kuda), nuwala (surat), ramgam Qalan), magut{m&iu),juriga (keris), dan kecodhi (kalah).

Contoh penggunaan kata-kata itu dalam naskah sebagai berikut.asesiwi, siwi atau sesiwi: Nabi Muhammad sesiwi (1.21.1).nurat: kangnurat dereng pespada (1.5.6).jalu: kekalih jalu puterane (2.3.3)apart atau pan: pan wus kathah recang neki (6.23.4)winarni: wanten cerita Winarni (1.6.1)pawestri: ingkang sepah putera pawestri (2.1.5)arsa: datanarsa mengku kartiyasa (2.2.2)senggama: poma-poma aja sira senggamani (2.6.8)

singgih: sampunmangkat Aryajyamaisinggih (2.8.1)kuneng (kunang): kuneng wau cerita sangputeri (2.11.1)wulya: sakite tan bisa mulya (2.11.10)wadiya: ngulari wadiya utama kang waspada sampun (2.17.6)natera (= netra): ketara jahita natera (2.19.6).taha: kulup aja sira taha (2.21.6).tuwan: ing kersaning jeng tuwan (2.22.6)(a) wotsari, (a) wotsantun, (a) wotsekar: apan sarwiawotsantun (2.30.4)paran: paran pekenira apa kangdadi susahe (2.40.3)enu: da tan kawarna ingenu (2.47.4)busana: kangperjuka ingbusana nira (2.53.2)bulu pethi (bulu bekti): ingkangpaserah bulu pethi (2.56.9)tumenggung: tumenggung miwah bupatiya (3.7.3)(a) pekik: putera jalu tur apekikl (3.19.4)jatukrama: pan punika dadiya jatu keramannya (3.36.9)ardi: luhureardiSelangu (3.39.6)ingwang: lamun waras anak ingwang (3.41.1)ingsun: mering anak ingsun puteri (3.41.5)maha: ing Allah kang maha suci (3.44.8)baya: baya iki anak ingsun nini puteri (4.3.2)semudera: nulya binuwang semudera (4.4.4)werih: pan deres ilining werih (4.4.7)sedarum: para wali ngiringsedarum (4.16.3)marga: datan kawarna ingmarga (4.8.8)wesma: oneng wisma Molana nulya Ms (4.15.2)pahva; onengfpalwa nangkuda sampun ngeripani(A.\9.2)aris: Raden Patah muwusaris (5.71.1)

An

kertiyasa: angulati kertiyasa (5.70.5)nedera: wengine tan mawi nedera (5.16.5)nala: Den Husen micarengnala (5.68.2)nira: dumateng ing rayi nira (5.71.2)muwus: RadenPatah muwusaris (5.71.1)den: wis tebih dennya lumampah (6.2.4)narpati: tumulya sohan nerpati (63.4)mlendra: sen nalendra Berawijaya (6.3.5)a(palajkrama: punika apala kerama (6.8.3)nulya: Raden Paku nulya karsa (6.9.1)raga: amesu ingragfi neki (6.9.6)jalma: sedaya tingkahing jalma (7.9.1)punggawa: wus pepek para punggawa (7.203)bandayuda: bandhe kesah bandayuda (7.28.3)tamtama: tamtama perajurit manteri (7.29.8)kuda: manteri ingkang nitih kuda (7.32.6)nuwala: nuwala patang jurit (7.32.4)ranagana (rananggana): ana ingranagana (8.6.4)magut: punika magutyuda (9.1.10)juriga (curiga): kaliyan mawifuriga (9.5.6)kecodhi: yudane sampun kecodhi (8.10.7) 39.

Dalam penggunaan kata-kata bahasa Kawi di atas terdapat kesalahanpenulisan. Misalnya, kata bulu bekti ditulis bulu pethi; warih ditulis werih;wisma ditulis wesrha; nawak ditulis nuwak; kunang ditulis kuneng; rananggana ditulis ranggana; waluya ditulis wulya.

Hal itu dapat kita maklumi sebab pada zaman itu, barangkali, belumada buku petunjuk khusus (semacam kamus) yang memuat kata-kata bahasaKawi. Selain itu, kita harus memaklumi juga bahwa kata-kata bahasa Kawi ituumumnya berasal dari bahasa Sanskerta, Hal ini secara lebih jelas akan diba-has dalam masalah unsur-unsur bahasa asing.

Penggunaan kata-kata bahasa Kawi dalam "Babad Demak Pesisiran",bukanlah untuk merombak tradisi yang ada, melainkan untuk melestarikantradisi yang ada sebab kata-kata bahasa Kawi adalah unsur-unsur yang diper-lukan dalam penulisan tembang macapat. Dengan perkataan lain, unsur-unsurbahasa Kawi itu sebagai penunjang unsur lain yang lebih utama (diabdikanpada unsur lain yang lebih utama).

48

4.5 Unsur-unsur Babasa Asing

Yang dimaksud dengan istilah bahasa asing di sini adalah "Tetnbung-tembung hang kanggo ing basa Jam, rnnging isih krasa yen dudu tembungJawa asli, iku fenenge tembung manca" (Kata-kata yang dipakai dalam bahasaJawa, tetapi masih terasa bukan kata Jawa asli, Hadiwidjana, 1967 : 39).

Kata-kata bahasa asing seperti yang dimaksud di atas terdapat dalamnaskah "Babad Demak Pesisiran". Kata-kata itu dapat dibagi menjadi tigakelompok, yaitu (1) yang berasal dari bahasa Sandcerta; (1) yang berasal daribahasa Arab; dan (3) yang berasal dari bahasa Eropa. Ketiga kelompok kataini yang paling banyak adalah kata-kata bahasa Sanskerta dan kata-kata bahasa Arab.

Pemakaian kataJcata bahasa Sanskerta dalam "Babad Demak Pesisiran"merupakan penerusan tradisi. Kata-kata itu sebenarnya kini tidak terasa se-bagai kata-kata bahasa asing, entah pada saat penulisan "Babad DemakPesisiran". Menurut Poerwadarminta dalam kamusnya, kata-kata itu ditandaidengan huruf /(S)/ atau /S/. Maksudnya, walaupun kata-kata itu telah menjadi bahasa Kawi, kata itu masih terasa berasal dari bahasa Sanskerta, (S =Sanskerta: Kw = Kawi).

Berdasarkan petunjuk Poerwadarminta, dalam naskah "Babad DemakPesisiran" terdapat kata-kata yang telah menjadi bahasa Kawi, tetapi kata-kata itu masih terasa sebagai bahasa Sanskerta, misalnya sunu (anak), dahana(api), atnuga (anak), pirya (laki-laki), nata (raja), paramesmri (permaisuri),btg'angga (pujangga), yogi (pendeta), pum (istana), puri (istana), jaladri(laut), dewa (dewa), surya (matahari), cahya (cahaya), worth (air), wisma(rumah), naranata (raja), prabu (raja), senapati (perwira), data (duta), perlaya(mati), turangga (kuda).

Kata-kata ini terdapat dalam gatra sebagai berikut.Raden Ngadnan sesunu (1.15.6)sampun maca 131 barini yudud menam keneng dahana (1.4.3)Raden Najar atmajane (1.16.3)ingkang sepuh punika putera kangpirya (2 3.9)puterane seri naranata (5.53.4)sarta gawa paramesmri (2.8.4)ufare wasi bujangga (2.11.5)Lembu Peteng miturut karsane sangyugi (2.24.9)melebet ing dalem pura (7.34.6)melebet ing dalem puri (8.20.5)

49

pdlwa pecah am ing jeladri (2.49.1)nrna ngucap sira cacad ika nyembah dewane (2.62.2)lingsirhilonsumpsurya(338,l)iya cayanipun jene (7 3 A)panderes dining werih (4 A.7)

badhe /48/ matuk mering wesma (5.63)ingsangpo'abuBciamiayiiSJOA)Sunan Ngudung ing^ng dadi senapatiya (7.18.9)paiangyagyakehmthsva sun data (733.9)ingkangmma AmiiibiSiin mis perlaya(S 36.1)enggal nitih kangturagi (8.65.5) 40.

Berdasarkan petimjiik Poerwadarminta piila, dalam naskah "BabadDemak Pesisiran" terdapat katadcata j^ng terasa masih sebagai kata-katabahasa Sanskerta, misalnya sayembara, prapta, manteri, bupati, maruta, danadipati. Kata-kata ini terdapat dalam gatra sebagai berikut.

rmringsoyaberaningsun (336.6)ing Jepara sampun perapti (7.11.8)tamtarm perjurit manteri (7,29.8)kuda ngerab lampahe kadiya maruta (8.58.1)dumatengRadenlHpati (8.54.2) 41.

Kata-kata bahasa Arab yang terdapat dalam "Babad Demak Pesisir"adalah kata-kata yang ada kaitaimya dengan ajaran agama Islam. Kata-kataitu adalah masjid (masjid), r^badah (bersembahyang), kitab (kitab/buku),qur'an (kitab suci agama Islam), uail (dasar-dasar),JbkzA (faham), tafsir(uraian/tafsir), kapirlkopar (orang yang ingkar kepada Tuhan), Islam (agamaIslam), derajat (tingkatan), mobna (yang mulya), sholatlsalatlashalat (sem-bahyang), asar (waktu sembahyang sore hari), rmkmum (orang yang meng-ikuti imam pada waktu sembahyang), fardlu (wajib), sumt (sesuatu bila di-keijakan dapat pahala, bila tidak, tidak apa-apa), tewekal (berserah dirikepada Tuhan), sukur (berterima kasih), sirik (menyekutukan Tuhan), Allah(Tuhan), waliyullah (wakil Tuhan), serengat/syarengat (ajaran agama Islam),thareqat (jalan yang harus ditempuh oleh kaum sail), haqeqat (kebenaranyang sejati), wati ifdal (wakil pengganti), wali kutublqutub (wali utama),mu'min (orang yang beriman), thasawub (ajaran mistik dalam Islam), se-lawat (mendoakan selamat kepada nabi), tasbih (men3nicikan Tuhan),tondu(pujian), tahlil (bacaan untuk meng-Esa-kan Tuhan), salam (selamat), ngelmu(ilmu), bathin (batin), akherat (akherat), lafath (ucapan), makm (arti).

50

rasulMlah (utusan Tuhan), sayid (tuan), wirid (ganjU), mqsobandiyah (namasalah satu aliran tareqat), halifat/khalifah (kepala pemerintahan), rukungirukuk (membungkuk waktu sembahyang), sujud (meletakkan dahi di tanahpada waktu sembahyang), haram (sesuatu yang dilarang), makeruh (sesuatuyang bila ditinggalkan mendapat pahala), iman (mempercayai), tuwafuh(menghadap diri), ngafl (mengaji/membaca), ulama (ulama), maqdum (3rangterdahulu), suluh (jalan yang harus ditempuh dengan bersemedi di maqid),wahdah (ke-Esa-an), tauhid\ (meng-esa-kan), usuluddin (dasar-dasar/pokok-pokok agama), rmkripat (pengetahuan sejati), sufi (mistik), kalimah takbir(membesarkan nama Tuhan), mumjah (bersemedi memuji Tuhan), tmsaflr(pengembara), ngelmu junun (ilmu tassuf yang salah penggunaannya), sifatrohaman whim (sifat kasih sayang), riya (sombong), rizqi (rqeki), akhir(akhir), donya (dunia), didayah (petunjuk), zawal (hdlang), ngakal (akal),wujud (ada), tangab (maha tinggi), qodir (menentukan), ngujuk (bermegahdiri), sumugah (senang mendengarkan hal-hal yang buruk), kibir (takabur),bahil (kikir), kafi (berganda), hasud (dengki)', qidam (terdahulu), baqo(abadi), dhokir (lahir), batin (batin), hadis (baru), zirmt (sesuatu bertuah),perang sabil (perang di jalan AUah), bismilbhirrohmanirrohim (dengan namaAllah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), kalimah (kata-kata), abibha ilb bbh (bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), bfal (ucapan), kufur(kafir/ingkar), bfat (ucapan), kalimah sahabat (kata-kata sahabat/kesaksian),derwwis (orang yang tekun bersamedi).

Kata-kata tersebut di atas terdapat dalam gatra sebagai berikut.masjid panggonan ngibadah (1.60.7)wus putus kitab bn Qur'an (1.64.2)usulfakih bn tafsire (1.64.3)gusti meksi agama kapir (3.30.7)islam: isbmipun pan negara tanah Jawa (3.31.9)sinung derajat waliyulbh (5.24.4)sebgi ashobt ngasar (3.28 3)dene ingkang ma'mum sami (3.28.5)sholat fardlu sunat datan tininggal {} .32.%)tewekal kebwansukur (3.34.6)amubng ngelmu sarengat (4.14.4)bn thareqat sumerta haqeqatipun (4.14.5)marentah ing wall ibdal (4.14.6)kutub kebwan ibdal (4.15.4)para ulama bn mu 'min thasawuf (4.15.5)

51

gumuruh maca selawat (4.16.4)miwah am maca tasbeh lawan hamdu (4.16.5)am ingkang muji tahlil (4.16.7)ubiksalam putera kalih (4.21.7)tur mulang ing ngelrm bathin (4.24.7)ngandhepaken ing akherat (4.27.6)ing lafath miwah ing makna (5.11.7)wonten pandhita ngulama (5.42.4)tumulya winulangsuluk (5.59.6)ing wind naqsa bandiyah (5.59.7)tedhak saking rasulullah (5.5.2)Sayid Maksim kang setunggal (5.5.4)Halifah Husen kaping telu (5.5.6)siyang dalu rukung sujud (5.20.6)nyinggahi haram Ian makeruh (5.23.6)pan dinunung dadi iman (5.27.2)tuwajuh maringPangeran (5.28.7)pan sinahu ngaji Qur'an (5.40.4).ananging Allah barengil AS)ngelrm junun tegesira (7.5.1)dene sifatrahman whim (7.5.4)riya pinaringan rizqi (7.5.8)pan /101/ inggih ing benjing akhir (7.6.4)ing donya sampun ketawis (7.6.5)pimringan hidayah saking Pangeran (7.6.9)orang adan zawal ngakal (7.7.3)rmng satunggal wujudipun (7.7.6)meksih ngaji wahdal tauhid (7.1.4)lawan ngelrm usulludin (7.1.5)lawan ngaji ngelrm rmkripat (7.1.7)ing dalem kalimah takbir (7.2S)munajah rmring Yang Agung (7.2.6)wiwitane wong musafir (7.4.2)durmteng Allah tangala (7.8.3)anduweni sifat qodir (7.9.8)ambuwang ngujub Ian riya (7.10.3)miwah sumngah lawan kibir (7.10.4)ati mang-rmng lawan bahil (7.10.5)

52

sirik kafi Icnvm^asud (7.10.6)

ika sifat qidam baqu (7.12.7)vmjuddhohir Ian batin (7.12.8)para walidatengsed(^aO .13.3)kuwtqiban perangsabil(7.17.2)miwah hadis Kanjeng Nabi (7.17.4)anganggo rasukan zimat (7.28.7)anesug ing wadiya kopar (8.4.4)bismillahirrohmanirrohim (permulaan naskah).ank ilaha illah lallah (1.56.4)punika agama kufur (1.57.5)sang nata nulya angucap lafat kalimah sahadat (1.58.4)derwwUsapaarmmu{\.SA.6) 42.

Kata-kata itu adalah keici (schuit, schuitje, Belanda), Onderus (On-rust = nama pulau, Belanda), Engebm (Engeland, Belanda), Sopahnyol(Spanye, Belanda), dan Pareman (Fransman, Belanda).Kata-kata ini terdapat dalam gatra di bawah ini:

binucal ing pulo Onderus (1.46.6)pinuju ing raja Engkm (1.46.7)ing tanah Englan lawan Peresman (1.47.2)lawan tanah Sopahnyole (1.47.3)putera Cempa anunggan kecil (2.51.5) 43.

Kata-kata bahasa Arab sangat berfungsi dalam naskah Babad Demak Pe-asiran atau imtuk dakwah agama Islam di kalangan or^g Jawa.

Kata-kata ini diabdikan pada amanat naskah. Kata-kata asing lainnyatidak mempunyai fungsi utama, tetapi sekedar pelengkap belaka, lebih-lebihkata-kata bahasa Sansekerta. Kata-kata itu hanya melanjutkan tradisi penulis-an dalam sastra Jawa. Tradisi ini dipakai agar jalannya dakwah lancar dan da-pat diterima oleh orang Jawa yang telah lama terpengaruh oleh agama Hindudan Budha.

BABV TINJAUAN UMUM SASTRA BABAD

5.1 Sastra Babad

Babad adalah buku y^g membicarakan sejarah suatu daerah dan go-longan masyarakat menurut anggapan pada waktu itu. Dengan demikian, bukubabad ini berlainan sekali dengan buku sejarah yang ditulis oleh orang Barat,terutama dalam hubungannya dengan metode penulisannya. Akan tetapi,peristiwa-peristiwayangbaru saja teijadi banyak juga yang diuraikan menurutkenyataan, misalnya Babad Giyanti atau Babad Surakarta karangan Yasa-dipura.

Peristiwa-peristiwa yang telah lama teijadi, yaitu mengenai sejarah lama,penulis babad pada umumnya tunduk pada tradisi yang telah ada, yaitu tanpamengingat apakah tradisi itu sesuai dengan kenyataan atau tidak. Misalnya,tradisi yang menyatakan bahwa seseorang yang ditakdirkan untuk mendiri-kan suatu dinasti baru atau kerajaan baru selalu masih berkaitan dengan di-nasti sebelumnya. Dalam hubungan itu, timbuUah banyak fantasi yang kemu-dian melahirkan

Naskah "Babad Demak Pesisiran" termasuk sastra babad. Cara atau

metode penulisannya mengikuti tradisi, yaitu memuat daftar urutan raja-rajayang sambung-bersambung. Di dalamnya diselingi dialog-dialog pendek antarapelaku-pelaku sejarah yang dianggap penting. Di samping itu, diselingi jugaperistiwa-peristiwa yang aneh-aneh.

Di dalam dialog, dalam pelukisan yang aneh itu kadang-kadang tersem-bunyi maksud pengarang yang sebenarnya, Adapun maksud penulisan babadoleh penulisnya itu secara mendalam telah dibahas oleh C.C. Berg (1974:58—59) dalam karangan Penulisan Sejarah Jawa, Maksudnya antara lain adalah sebagai alat pemujaan raja. Itulah sebabnya, kadang-kadang para penulisbabad menghubungkan raja yang dipujanya dengan para dewa dan para sa-tria dalam dunia pewayangan.

Ciri sebagai sastra babad tidaklah hanya ditandai oleh adanya fantasi(imajinasi) penulis saja, tetapi juga ditandai oleh media yang digunakannya.

53

54

Penulis babad pada umumnya mempergunakan tembang macapat untuk

melahirkan buah pikirannya. Dalam tembang macapat inilah banyak penulis babad berlaku sebagai seorang sastrawan. Para penulis babad banyak yangmenciptakan bahasa yang indah-indah, yang kadang-kadang lambang-lambang,sehingga sulit ditangkap maknanya oleh orang awam. Naskah "Babad Demak

Pesisiran" juga mengandung hal-hal yang demikian itu.

5.2 Fungsi dan Kedudukan Naskah

Penulis naskah "Babad Demak Pesisiran" tidak menyatakan dengan pas-ti untuk apakah "Babad Demak Pesisiran" ditulisnya. Dalam pupuh 1, padake-5, penulis babad hanya meminta maaf atas segala kekurangannya. Dengandemikian, fungsi naskah "Babad Demak Pesisiran" harus dicari pada yang ter-sirat dalam naskah.

Dalam kesusastraan Jawa, naskah "Babad DemakPesisiran" dapat digo-longkan sebagai hasil kesusastraan Islam. Hal ini mengingat naskah ditulisdengan tulisan Arab Pegoru Di samping itu, adanya kalimat bismillahirroh-manirrohim .pada permulaan naskah memberi petunjuk bahwa hal yang demikian itu biasa dilakukan oleh pengarang-pengarang Islam, terutama pengarang-pengarang dari kalangan pesantren (Poerbatjaraka, 1950:75). Bukti lain ada-lah pada pertama dan kedua. Kedua pada ini dengan jelas memberi petunjukbahwa penulis naskah "Babad Demak Pesisiran" meneruskan tradisi kesusastraan Islam sebab manggala-manggala (manggala = pembukaan) naskah kesusastraan Islam pada umumnya demikian.

Mengenai manggala-manggala kesusastraan Islam itu banyak disebut dalam Pesantren-Literatur Indonesische Handchriften (Poerbatjaraka, 1950:75-138). Misalnya, dalam cerita "Lahad" (Poerbatjaraka, 1950:75) terda-pat manggala yang berbunyi sebagai berikut.

asmaradana I IIngsoen amimiti amoedji,anjeboet namaning Allah,kang moerah ing doenja mangke,ingkang asih ing acherat,kang pinoedii tan pegat,anggandjar kawelas ayoen,angapoera ingkang dosa. 1.

Dalam cerita "Asmarasupi" (Poerbatjaraka, 1950:82) terdapat manggala yang berbunyi sebagai berikut.

"A

55

Poeh Asmaradam

I 101 I soen mimiti jamoedji,anjeboed namming soeksma,kang moerah ing donya reko,kang asih ing akherat,kang pinudji tan pegat,kang roemeksa ing alam ikoe,kang asih nabi Moehamad.

Dalam cerita Amman (Poerbatjaraka, 1950:95) terdapat manggala yangberbunyi sebagai berikut.

Bismillahirahmanirahim

Poeh semaradana

Ingsoen amimiti moedj'i,anjeboet namaning allah,kang paring moerah doenya mangke,kang asih ing aherat,kang pinoedji tan pegat,angganjar kawelas-afoen,

angapoera wong kang dosa. 3.

Dalam kesusastraan Jawa Kuno, manggala suatu kakawin biasanya me-muat seruan kepada dewa yang dipuja atau kepada nayaka (sang pahlawan);pujian kepada raja pelindung; dan perendahan dirl sang kawi (Zoetmulder,1974). Agaknya isi manggala yang demikian itu terdapat juga dalam karya-karya kesusastraan pesantren yang digubah dalam bentuk tembang macapat.Hal ini dapat dipandang sebagai penerusan tradisi sastra Jawa lama. Demikianjuga yang terdapat dalam "Babak Demak Pasisiran".

Bila kita membandingkan antara manggala kakaVi'in Jawa kuno dengankesusastraan pesantren dan manggala "Babad Demak Pesisiran", makaakan terlihat adanya persamaan dan perbedaan. Persamaannya, dalam mangga-la-manggala itu sang penggubah puisi pada umumnya merendahkan dirinya.Perbedaannya, manggala kakawin Jawa kuno memuat seruan dan puji-pujianpada dewa, nayaka, dan raja pelindung; sedangkan pada manggala kaiya sastrapesantren dan "Babad Demak Pesisiran" memuat seruan dan pujian padaAllah, Nabi dan para sahabatnya. Dalam naskah "Babad Demak Pesisiran"hal ini terdapat dalam pada pertama gatra kedua; anfebut nama Yang Sukma

56

(menyebut nama Tuhan); pada kedua gatra kedua: Nabi Muhammad; sertapada kedua gatra keempat, kelima dan keenam: "Abubakar, Ngumar, Ngus-man, dan Ngali Murtala."

Adanya penerusan manggala dari zaman Hindu ke zaman Islamdengan disertai perubahan bukanlah tidak ada maksudnya. Maksudnya adalahagar penyebaran agama Islam di Pulau Jawa tidak meresahkan penduduk yangpada umumnya masih banyak memeluk agama Hindu. Hal inilah barangkaliyang dimaksud oleh Thomas W. Arnold (1979:337) sebagai "pelaksanaandakwah yang makan waktu lama". Oleh karena itu, timbul paham sinkretisme

di Pulau Jawa sampai sekarang (Jong, 1976; Geertz, 1977; Mulder, 1978).

Manggala "Babad Demak Pesisiran" dapat dianggap sebagai hasil sinkretisme. Lebih-lebih penggunaan kata Yang Sukstm dan bukan Allah di sam-

ping nama Nabi Muhammad, Abubakar, Ngusman, Ngumar, dan Ali Murtala.Hal ini adalah bukti yang jelas adanya sinkretisme itu. Di samping itu pula,dicampurkannya para dewa dan para nabi yang kedua-duanya dianggap sebagai keturunan Nabi Adam. Hal ini juga memberi petunjuk ke arah pahamsinkretisme. Para nabi adalah keturunan cucu Nabi Adam yang bernamaRaden Anwas, sedangkan para dewa adalah keturunan cucu Nabi Adam yangbernama Nurcahya. Menurut buku Poenika Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Ba

king Nabi Adam Doemoegi Ing Taoen 1647, nama Raden Anwas tidak ada

(Olthof, i941). Demikian juga alam buku-buku Babad Tanah Jawi \zmx\ya..(Balai Pustaka, 1939). Jadi, tidak adanya unsur Raden Anwas dalam buku-buku babad itu mungkin sengaja dihilangkan oleh penulis-penulis "BabadTanah Jawi" atau mungkin sebagi unsur yang ditambahkan pada (Berg,1974). Akan tetapi, yang jelas adanya unsur Raden Anwas dengan para ke-turunannya (termasuk Nabi Muhammad) "Babad Demak Pesisiran". Hai itumempunyai makna tertentu. (Teeuw, 1978a, 1978b, 1980a, 1980b, Junus,1980, 1981). Unsur ini merupakan tanda yang harus ditafsirkan sehubung-an dengan fungsi "Babad Demak Pesisiran" dalam masyarakat Jawa, yaitusebagai alat dakwah agama Islam.

Berdasarkan pendapat Suminta (1975: 12) yang telah disinggung dalamBab I, Sub 5, yang menjadi da'i adalah Marsuf (penulis babad); yang men-jadi murdd'a alaih adalah orang-orang Jawa yang masih akrab dengan tra-disi baca puisi tradisional (Finnegan, 1977); tetapi masih mengikuti keper-cayaan pada dewa-dewa agama Hindu; yang menjadi dakwah adalah agamaIslam yang suci; dan yang menjadi alatud dakwah adalah sebuah babadyang telah dikenal oleh masyarakat Jawa.

57

"Babad Demak Pesisiran" di samping berfungsi sebagai alat dakwahagama Islam, naskah ini juga berfungsi sebagai alat dakwah agama Islam,naskah ini jua berfungsi sebagai penerusan tradisi sastra Jawa Islam aliranGiri (Gresik). Hal ini didasarkan atas pendapat yang mengatakan bahwapuisi tembang macapat yang bernama "Asmaradana" itu ciptaan SunanGiri (Hardjawirogo, 1952; Kartami, 1973). Bila pendapat ini memang be-nar, maka benar pulalah apa yang dikatakan pada awal alinea ini.

"Asmaradana" adalah salah satu puisi tembang macapat yang mem-punyai watak khusus. Watak itu adalah memikat hati, sedih dan kesedihankarena asmara. Watak yang demikian itu cocok untuk mengisahkan ceritaasmara. Dalam kesusastraan Jawa Islam aliran Siman Giri, puisi tembangmacapat ini menempati kedudukan yang utama, yaitu digunakan untukmanggala.

Suasana manggala kesusastraan Jawa Islam aliran ini adalah suasanacinta asmara kepada Tuhan dan para nabi dan rasul-Nya, dan bukancinta asmara kepada sesama manusia, khususnya laki-laki kepada wanita.Cinta kasih kepada Tuhan dan para nabi beserta rasul-Nya adalah cintayang luhur. Cinta itu berada di atas cinta-cinta yang lain. Dengan demikian,cerita "Lahad", "Asmarasupi", "Aruman" dan Iain-lain dapat diklasiflkasi-kan sebagai hasil kesusastraan Jawa Islam aliran Giri. Menurut sejarahnya,Giri adalah salah satu pusat kegiatan kesusastraan Jawa Islam (Pigeaud, 1967,1975).

Dalam masyarakat Jawa naskah-naskah lama itu dapat dikelompokkanmenjadi tiga bagian, yaitu sebagai naskah pusaka, naskah sakral, dan nask^biasa. Naskah pusaka adalah naskah yang hanya beredar di kalangan keluar-ga turun-temurun, artinya orang-orang yang bukan keluarga dilarang mem-bacanya. Naskah sakral adalah naskah yang kedudukannya, baik dalam ling-kungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat. Naskah itu diang-gap suci dan dibaca pada saat tertentu, yaitu pada hari-hari yang dianggap

sakral pula ataU dibaca pada waktu tidak tertentu asalkan si pembaca me-menuhi beberapa syarat tertentu, misalnya mandi berlimau dan berpuasa.

Kesakralan suatu naskah disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya,waktu pembuatannya, waktu pembuatannya, yaitu pada waktu hari atau bu-lan yang sakral. Demikian pula orang yang membuatnya itu harus dalam kea-daan sud lahir dan ba:tinnya.

Naskah biasa adalah naskah yang merdeka, artinya tidak ada syarat-syarat tertentu untuk membacanya.

58

Naskah "Babad Demak Pesisiran" masuk naskah yan^ mana? Untukmenjawab pertanyaan ini dapat dilihat pada waktu pembuatannya, yaitupada akhir bulan Ruwah dan dilanjutkan pada bulan puasa. Hal ini jelas di-tulis dalam rmnggala bahwa naskah itu mnlai ditulis pada tanggal 24 bulanRuwah. Kalau kita melihat tebalnya naskah tidak mungkin kiranya diselesai-kan selama enam hari menjelang bulan puasa. Penulisan naskah tentu dite-ruskan pada bulan puasa, bulan suci bagi umat Islam. Dalam bulan suci inilahdan dalam keadaan diri suci lahii dan batin, pengarang menulis "Babad Demak Pesisiran". Dengan demikian jelas bahwa naskah "Babad Demak Pesisiran" dapat diklasifikasikan sebagai naskah yang sakral, masyarakat Jawapesisiran umumnya dan masyarakat Jawa yang tinggal di Gresik khususnya.

5.3 Stniktur Babad

5 3.1 Struktur "Babad Demak Pesisiran"

"Babad Demak Pesisiran" ditulis dalam beb'erapa bab. Masing-masingbab tidak diberi judul. Bab atau bagian itu merupakan satu pupuh tembangrmcapat. Kecuali Bab (bagian 1, pupuh bab-bab yang lain diberi nama.

5.3.2 Alur

Alur atau plot adalah hubungan sebab akibat yang terdapat antara perls-tiwa dalam suatu cerita. Cerita yang terkandung dalam "Babad Demak Pesisiran" adalah cerita sejarah.

Penuturan peristiwa sejarah tentunya berbeda dengan penuturan peris-tiwa biasa. Penuturan peristiwa sejarah lebih menitikberatkan pada urutandaftar raja-raja atau tokoh-tokoh beserta keluarganya. Untuk itu, penulisbabad memilih pola alur tertentu. Pola alur yang dipilih oleh penulis "Babad Demak Pesisiran" adalah pola alur maju, yaitu cara bercerita yang ber-urutan dari awal hingga akhir.

Pola alur maju dalam naskah "Babad Demak Pesisiran" ditandai olehpemakaian kata-kata apeputera (berputra), peputera (berputera), asesiwi(berputera), asesunu (berputera), sesunu (berputra), apalakrama (kawin),kambil mantu (diambil menantu), dinunung (berada), wanten (ada), winar-ni (diceritakan), kocap (diceritakan), kocapa (tercerita), genti (ganti),sigegen (berhenti untuk ganti ke cerita yang lain), winuwus malih (dikata-kan lagi), kocapa malih (diceritakan lagi), kuneng (adapun), dan Iain-lain.

59

Kelompok apeputera, peputera, atmajane, sesiwi, asesiwi, sesunu,asesmu, apakkrama, kambil mantu, dinunung, dan Iain-lain sejenis denganitu, umumnya digunakan untuk menceritakan daftar urutan raja-raja atautokoh-tokoh beserta keluarnya.

Misalnya :

1.32 Arjuna sampun sesiwiAbimanyu namannira

Abimanyu atmajane

VaxxkesiX namannira ■

Parikesit apeputera /

Udayana namanipun

Udayana apeputera

5.1 kocap malih Ngabdul Kadirpunika sampun akerama

Ni Dewi Isah garwane

puterane Sunan Jakandarsawuse lama-lama

Ngabdul Kadir pan dinunungngimami Cerebon negara 4. .

Kelompok wanten, winarni, kocap, kocapa, ganti, sigegen, winuwusmalih, kocapa malih, kuneng, dan Iain-lain yang sejenis dengan itu, biasanyadigunakan untuk menceritakan peristiwa-peristiwa tertentu yang dialamioleh pelaku-pelaku sejarah, baik pelaku yang baru muncul pertama kali ataupelaku yang sudah dikenal sebelumnya.

Misalnya ;

1.51.1 dan 2 sigegen nata Majapahitkocapa nata ing Cempa

1.53.1 wanten kang winuwus malih

2.11.1 kuneng wau carita sang puteri

2.11.4 kocap malih sang perabu

3.5.3 wanten malih kang winuwus

5.41,1 wanten malih kang winarni

60

6.7.1 dan 2 ; sigegen ingkang winuwusSunan Ngampel kocapa rmlih

6.24.1 : genti malih kang winarni

kocapa Raden Amir Hasan 5.

Oleh karena penulis babad lebih banyak mengabdi pada amanat (lihatnomor subbab ini), alur cerita lebih banyak diabdikan kepada amanat.

5.3.3 Amanat

Untuk siapakah naskah "Babad Demak Pesisiran" ditulis? Dalam Subbab 2 bab ini telah dijelaskan bahwa penyusun babad tidak dilakukan denganjelas.

Bila kita bertolak dari pemakaian bismillahirrahmanirrahim yang ter-dapat pada awal naskah dan dari puluh 1 pada ke-2, jelas bahwa penulisbabad adalah pengarang Islam. Dalam pupuh 1 pada ke-2 penulis babad me-nyebut-nyebut Nabi Muhammad, Abubakar, Ngusman, Ngumar dan Ngali.Di samping itu, nama penyusun babad pun nama Islam, yaitu Marsuf.

Hal lain yang paling menonjol adalah keinginan penulis babad untukmengemukakan jalur silsilah Nabi Adam-Nabi Sis-Raden Anwas-NabiMuhammad, sampai Maulana Ishaq, serta Ibrahim Asmara. Hal ini diperkuatoleh adanya unsur sebagai berikut.

1.55

Ibrahim enggalaturedhuh gusti nami kawula

Sayid Ibrahim Asmara

dateng kawula pan estusumeja ngajak sang nata

1.56 manjingga agama sucisarengat nabi Muhammad

angucapa kalimat kalihanla ilaha /17/ ilia lallahMuhammad rasulullah

punika ing lafalipunrukune agama Islam

61

1.57 Ian nyembah Ian amuj'idumateng Allah tangala

anuta ing penggawene Muhammad nabi wekasansampun nyembah ing berahakpunika agama kufurnyembah muji ing berahak 6.

Ajakan memeluk agama Islam seperti di atas juga dilakukan oleh Mo-lana Ishaq terhadap Raja Blambangan yang bernama Menak Sembuyu. Disamping itu, ajakan yang demikian itu juga tersebar di sana-sini di dalamnaskah. Orang-orang yang menyembah berhala dianggap sebagai orang-orangyang sesat. Raja Majapahit yang memeluk agama Hindu dinilai oleh penulisbabad, melalui tokoh Raden Patah, sebagai kapire kawak kumuwuk (kafiryang amat kafir, 7.17.7).

Penyusun babad, melalui tokoh Sunan Ngampel, mengatakan bahwabarangsiapa ingin belajar ngelmu Islam harus bersungguh-sungguh sebabngelmu yen kurang kku, punika tanpa gaweya (ilmu itu jika tidak dilaksana-kan sungguh-sungguh, tak ada gunanya, 5.9.6 dan 7). Isi ngelmu Islam itusebagai berikut.

7.1 Ngabdul Jalil kang kocapaputra Sunan Gunung Jatipunika tan purun keramameksih ngaji wahdah tauhidlawan ngelmu usuluddinkwan ngaji ngelmu makripatlawan ngaji ngelmu sufiingkang mukng Kanjeng Sunan Ngampel Denta

12 wahdah tauhid tegesirakawula tunggal kn gustitunggalle tanpa kapokanpan kupule dadi sijiing dalem kalimah takbirmuhajah maring Yang Agung

tan an a gusti Ian kawulalebure papan kn tulispan sinepa jene awor kn tembaga

62

7.3 wuse eling jenenge tembagawose kari rupaning jene

amnging ingkang gemebeyar

iya cahyanipun jene

Hanging sira den nestiti

pesemon /lOOj kang kaya ikapan aja kelini tapakang dudu dipuh arani

malih mandar selamet imanira

1A usuluddin tegesirawiwitane wong musafir

tegese musafir ika

lumampah mering Yang Widiananing Allah barengi

ing kawula lampahipunlumampah tan mawi pisahkawula kelawan Gusti

pan sinepa wayangan lawan manusa

7.5 ngelmu junum tegesira

kawula tan eling dhiri

kedanan maring Pangerandene sifat rohman rohim

tegese rohman puniki

peparing tanpa jinaiuk

sedaya kang darbe nyawaiya pinaringan rizqi

peparinge kelawan kersane dhewek

7.6 sifat rohim tegesiraGusti Allah kang welas asihasihe dateng kawula

pan jlOlj inggih ing benjing akhiring donya sampun ketawisasihe kang maha agungdumateng kawulanirakang sinung iman sayektipinaringan hidayah saking Pangeran

63

7.7 edane kawula ika

dumateng kang maha suci

ora edan zawal ngakal

balik edan donya mikirmaring ingkang maha suci

mung satunggal wujudipunananging kawulanira

satingkah polahe pesthibebarengan ing Allah kang maha mulya

7.8 tegese ngelmu macapatlamun sira arep uneg

dumateng Allah tangala

aninggalana ing dhiri

bisa wujud peribadine

sumerta tan bisa ngucapmata kalih tan ningali

sumertane bedane llQlj tan bisa polah

7.9 sedaya tingkahing jalmamiwah ngocap Ian ningali

punika Allah kang karyamanusa iya barengi

ananging datan dayanikawula pertikahipun

mung Allah kang maha mulya

anduweni sifat qodir

pan pinesthi wufude Allah tangala

7.16 ngelmu sufi tegesiraanuceni maring ati

ambuwang ngujub lah riyamiwah sumpah lawan kibir

ati mang-mang lawan bahil

sirik kafi lawan hasudsedayane marenaha

ngagoha ati kang bening

sabar lila tawekal maring Pangeran

64

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat utama naskah "Ba-bad Demak Pesisiran" adalah (1) tnengajak orang-orang kafk memeluk agamaIslam; dan (2) member! wejangan tentang ngelmu agama Mam. Untuk amanatinilah semua unsur dalam babad in! diabdikan dan disatukan.

5.3.4 Perwatakan

Naskah "Babad Demak Pesisiran" berisi silsilah raja-raja (Pajajaran danMajapahit) dan silsilah tokoh-tokoh penyebar agama Islam di Jawa. Banyaknama disebut dalam silsilah itu. Nama-nama itu ada yang hanya disebut se-cara otomatis dan ada pula yang diberi perhatian sekedarnya. Perhatian ituberupa (a) penuturan yang agak panjang; (b) menghidupkan nama itu sebagaipelaku babad yang dapat berbicara. Dua hal ini sering pula digabungkan men-jadi satu.

Nama-nama pelaku babad yang hanya disebutkan begitu saja^ itu, tidakmember! informasi mengenai watak mereka. Nama-nama itu berbeda dengannama-nama yang diberi perhatian khusus. Dari penyebutan ini kadang-kadangdapat diketahui watak pelaku babad menurut interpretasi pen)aisunnya.

Pelaku-pelaku babad yang mendapat perhatian dari penyusunnya dapatdibagi dua, yaitu (a) pelaku-pelaku sejarah yang dianggap sebagai orang kafir(penyembah berhala) dan (b) pelaku-pelaku sejarah yang beragama Islam.Dari perimbangan ini perhatian penjmsun banyak tertumpah pada pelaku-pelaku (b). Klihan ini tidak mengherankan sebab pelaku-pelaku yang dito-kohkan itu mendukung dan melukiskan amanat cerita, yaitu untuk keperluandakwah Islam. Tokoh-tokoh itu adalah Ibrahim Asmara (penyebar agama is-lam di negara Cempa), Molana Eshaq (penyebar agama Mam di Banyuwangi),Raden Rahmat (putra Ibrahim Asmara yang kemudian terkenal sebagai SunanNgampel Denta). Raden Paku (putra Molana Eshaq, yang kemudian terkenalsebagai Sunan Girl), Raden Fatah (kemudian terkenal sebagai Sunan Demakyang juga terkenal sebagai Raja Demak).

Perwatakan pelaku-pelaku babad, baik kelompok (a) maupun kelom-pok 9b), boleh dikatakan dilukiskan secara datar sekali. Perasaan yang dalam, seperti suka dan duka, serta gerak hati yang lain, tidak dilukiskan secaramendalam. Dengan demikian, perwatakan pelaku babad itu tak dapat diketahui adalah perwatakan umum, suatu perwatakan yang juga dikenal dalambabad yang lain. Misalnya watak Molana Eshadq yang pengecut. Dia melari-kan diri ke hutan karena takut dibunuh oleh Menak Sambu}^ setelah usaha-nya untuk mengajakRaja Belabangan tersebut masuk Mam gagal (3.46). Dalam hubungan ini penulis babad menulis ;

65

3.46

Molam meJayu genderingnusup alas munggah gunmggarwane tinilar wawarat

8.

Raden Rahmat atau Siman Ngampel Denta digambarkan sebagai guruyang berwatak kebapak-bapakan dan tidak menolak siapa pun yang datangberguru kepadanya. Sebagai guru, Raden Rahmat memberl nasihat kepadacalon muridnya.

5.9

dhuh nyawa sanak kawulawong ngelmu yen kurang lakupunika tanpa gaweya 9.

Raden Patah atau Sunan Demak digambarkan sebagai orang yang cer-das (5.66), rajin belajar agama Islam (5.71), sertakeras (7.16 dan 17). Watakkeras ini berbeda dengan watak Ibrahim Asmara dan Molana Ishaq. Merekaberwatak lemah lembut dalam menyiarkan agama Islam (1.55, 1.56, 1.57,3.44). Mengenai watak keras Raden Patah itu dapat dilihat dalam kutipanberikut.

7.16

Jeng Sunan Demak ngendikadateng sekeh para wallsanak-sanak sumangga sami rembagan

7.17 adege agama IsXitakuwajiban perang mbilwus kocap ing dalem Qur'anmiwah Hadis Kanjeng Nabi

lah padha rembagan samiangerubut si Majalangukapire kawak kumuwuktan anut agama suci

para wali punika rembag sedaya 10

66

Para wali digambarkan sebagai orang-orang yang suka tirdkat (hidupmenderita). Misalnya, tentang Sunan Bonang diceritakan sebagai berikut.

5.21 am dene Raden Ibrahim

puterane ing Kanjeng Sumn

Ngampel Denta dhukuhanepunika apalakeramiDewi Irah garwanira

Ki Jakandar kang sesunu

larm-larm apeputera

5.22 puterane Raden Ibrahim

pawesteri amung satunggal

Ni Dewi Rahil mrmne

Ibrahim nulya pinermh

ngimani Lasem Ian Tubin

oning bonang /77/ adhedhukuhtumulya ambentur tapa

5.23 Raden Ibrahim mertep/ardi Gadhing gennya tapakelangkung mati ragane

tanpa sare tanpa dhahar

anyegar ing napsu hawa

nyinggahi haram Ian makeruh

fardlu sumh tan tinigal

5.24 sampun angsal tigang sasi

tinarima ing PangeranRaden Ibrahim tapanesinung derajat waliyullah

mma Kanjeng Sunan Bonangakeh wadiya ingkang anut

ngabekti mating Pangeran 11.

Watak-watak pelaku-pelaku babad, yang menjadi tokoh penyiar danpenegak agama Islam, dinilai sebagai tokoh-tokoh yang berwarna putih (baik).Tokoh-tokoh babad, yang menjadi pemelihara dan pembela agama kafir

67

(penyembah berhala), dinilai berwatak hitam (jelek). Hal ini terbuktidari penilaian Raden Patah kepada Raja Brawijaya kapire kawak kumuwuk(kaflr yang amat kafir, 7.17.7).

5.4 Struktur Puisi Naskah

Dalam Bab II, Subbab 5, diterangkaii bahwa naskah "Babad Demak Pe-sisiran" ditulis dalam tembang macapat'. Tembang macapat yang terdapat dalam naskah "Babad Demak Pesisiran" terdiri dari: "Asmaran" ("Asmarada-na"), "Peksi Nala" atau "Dhandhang" ("Dhandhanggula"), "Roning Kamal("Sinom"), "Pangkur", "Kinanthi" ("Kinanthi") , dan "Dhurma."

"Asmaradana" digunakan untuk pupuh ke-1 dan ke-5. "Dhandhanggula" digunakan untuk pupuh ke-2 dan ke-9. "Sinom" digunakan untukpupuh ke-3 dan ke-7. "Pangkur" digunakan untuk pupuh ke-4. "Kinanti"digunakan untuk pupu/Jke-6. "Durma" digunakan untuk pupw/ike-S. Jumlahmasing-masing pupuh (kumpulan pada untuk tembang yang sama) tidak sama.Hal ini telah disebutkan dalam Bab II, Subbab 5.

Menurut buku Pathokaning Nyekaraken karangan R. Hardjowirogo(1952), masing-masing tembang macapat mempunyai aturan tertentu,yaitu terikat pada guru wilangan (jumlah wanda atau suku kata tiap gatraj,guru lagu (patokan bunyi pada tiap akhir gatra), dan jumlah gatra pada tiappada. Aturan tersebut jelasnya sebagai berikut: angka Romawi menunjuk-kan gatra, angka Arab menunjukkan jumlah wanda, aksara latin menunjuk-kan guru lagu (sajak akhir).

1. Asmaradana :

I . . . 8i

II

III

IV

V

VI

VII

8e atau o

8a

7a

8u

8a

2. Dhandhanggula:I . . . lOi

II . . . 10a

III . . . 8e

IV . . . 7u

68

V

VI

VII

VIII

IX

X

9i

7u

6u

8a

121

7a

3. Sinom :

I . . . 8a

II . . . 81

Ill . . . 8a

IV . . . 81

V . , . 71

VI . . . 8u

VII . . . 7a

VIII . . . 81

IX . . . 12a

Pangkur :

I . . . 8a

II . . . Ill

Ill . . , 8u

IV . . . 7a

V . . . 12u

VI . . . 8a

VII . . . 81

Kinanthi:

I . . . 8u

II . . . 81

Ill , . . 8a

rv . . . 81

V . . . 8a

VI . . . 81

Durma :

I . . . 12a

II . . . 71

69

III

IV

V

VI

VII

6a

Idi

8i

5a

7i

Di samping aturari tersebut di atas, ada lagi aturan yang harus dipenuhioleh pengarang tembang macapat Memiut aturan ini, tiap tembang macapatmempunyai watakatausifatyang satu sama lain tidak sama. Artinya, masing-masing tembang itu ada yang mempunyai watak gembira, sedih, dan Iain-lainsesuai dengan objeknya. Watak keenam tembang itu adalah sebagai berikut.

1. Asmaradana

2. Dhanghanggula

3. Sinom

4. Pangkur

5. Kinanthi

6. Durma

memikat hati, sedih, kesedihan, karena asmara,

watak ini sesuai untuk menceritakan cerita as-

mara.

halus, lemas, watak ini sesuai untuk melahirkan se-suatu ajarah, berkasih-kasihan, tetapi dapat jugadigunakan untuk menutup sesuatu karangan.ramah, meresap sedap, watak ini sesuai untuk me-nyampaikan amanat, nasehat, atau bercakap-cakapsecara bersahabat.

perasaan hati yang memuncak, watak ini sesuai untuk cerita yang mengandung maksud kesungguhanbaik mengenai nasihat maupun mabuk asmara.senang, kasih, cinta, watak ini sesuai untuk menguraikanajaran,filsafat, cerita yang bersuasana asmara, dan keadaan mabuk cinta.

keras, bengis, marah, watak ini sesuai untuk melukiskan perasaan marah atau untuk cerita perangsaling menantang, dan sebagainya.

Tata aturan tersebut di atas merupakan tata aturan yang baku sebab para pujangga kraton (misalnya: Yasadipura I, Yasadipura II, Mangkunegara IV,R. Ng. Ronggowarsita) sangat mematuhinya. Penyimpangan-penyimpahganpada aturan itu menyebabkan suatu karya sastra dinilai kurang bermutu.

Struktur tembang macapat naskah "Babad Demak Pesisiran" sebagai-mana terlihat pada kritikus aparatus, umumnya tidak mematuhi aturan baku terutama pada jumlah wanda (suku kata). Wanda tiap gatra sering lebih

70

atau berkurang. Yang dipatuhi oleh penulis babad adalah jumlah gatra se-tiap pada dan persajakan akhir. Hal ini pun kadang-kadang ditempeli dengankesalahan-kesalahan (lihat Bab II, Subbab 5).

Di atas telah dikatakan bahwa penulis babad berusaha mematuhi per-pajakan akhir gatra. Dalam hal ini ada dua hal yang menarik, yaitu (I) adabeberapa gatra yang menyimpang dari aturan; (2) gatra ketiga dari tiappada pupuh "Sinom" selalu bersuara a.

Persajakan akhir gatra yang menyimpang dari peraturan tidak banyak.Misalnya, terdapat dalam 2.24.4 dan 2.40.6.

Contoh :

2.40.6 angendika nata Majapahitrmring kang garwa

paran pekenira apa kang dadi susaheanak ingsun sarwi gegulunganglasar ana ing sitinulya matur paramarwaridumateng sang perabumilane kawula karona rama nata

ing Cempa pan sampun lalisBerawijaya alon ngendika 12

Tembang di atas adalah tembang "Dhandhanggula". Gatra keenamberakhir dengan suara i yang seharusnya suara a.

Gatra ketiga tiap pada dari pupuh Sinom naskah "Babad Demak Pesi-siran" selalu berakhir dengan suara a. Hal ini menandakan bahwa usia naskahini lebih muda jika dibandingkan dengan naskah dari zaman Kartasura. Padazaman ini, seperti halnya yang terdapat pada Serat Menak Kartasura, gatraketiga pada dari pupuh Sinom sering masih bersuara o (Poerbatjaraka, 1952:110).

Perwatakan masing-masing/ tembang pada umumnya tidak sesuai dengan suasana peristiwa. Isi babad, yang sebagian besar berupa silsilah para rajadan para wali itu, dituturkan tanpa memperhatikan watakjf tembang. Ciri seperti itu telah menjadi ciri umum sebab suasana peristiwa sulit ditangkappenulis babad. Hanya tembang "Durma" yang digunakan dalam puluh cocokdengan suasananya, yaitu suasana perang.

71

Peralihan dari suatu pupuh ke pupuh berikutnya, penulis babad mem-pergunakan sasmita (tanda, lambang, kode). Adapun sasmita digunakan seba-gai berikut :

1. dari pupuh 1 ke pupuh 2 (dari "Asmaradana" ke "Dhandhanggula"langkung manise ceriteranya (amat bagus ceritanya). Perkataan manismenyarankan pada perkataan gula ("Dhandhanggula");

2. dari pupuh ke-2 ke pupuh ke-3 (dari "Dhandhanggula" ke "Sinom"mila meksi sami nonoman (memang masih sama-sama muda). Perkataan nonoman (anom) menyerankan pada perkataan sinom (daun asam yangmasih muda);

3. dari pupuh 3 ke pupuh 4 (dari "Sinom" ke "Pangkur") Oneng pungkur-an (ada di belakang). Perkataan pungkuran atau pungkur menyarankanpada perkataan pangkur;

4. dari pupuh 4 ke pupuh 5 (dari "Pangkur" ke "Asmaradana") berongtamering Yang Widdhi (amat tertarik kepada yang Widhi). Perkataan berongta (bronta = kasmaran) menyarankan pada perkataan asmaradana;

5. dari pupuh 5 ke pupuh 6 (dari "Asmaradana" ke "Kinanthi") kanti pa-mit ingkang raka (sambU minta diri kepada kakaknya).Y erkataan Kan-thi menyarankan pada perkataan kinanthi (dari kata kanthi, mendapatsisipan inj;

6. dari pupuh ke 6 ke pupuh ke 7 (dari "Kinanthi" ke "Sinom") wo«^ anomtan purun kerami (orang muda yang tidak mau menikah). Perkataan anommenyarankan pada perkataan sinom;

1. dari pupu ke 7 ke pupuh 8 (dari "Sinom" ke "Darma") lah mangkata ajamundur tengahing rana (berangkatlah, jangan pulang di tengah jaian).

Perkataan mundur menyarankan pada perkataan durma;

8. dari pupuh 8 ke pupuh ke 9 (dari "Durma" ke "Dhandhanggula") peksidhandang kang notholi (burung gagak yang memakan). Perkataan dhan-hang menyarankan pada perkataan dhandhanggula.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan satupupuh dengan pupuh berikutnya diikat oleh adanya sasmita. Hal yang demi-kian merupakan tradisi yang berkembang dalam kesusastraan Jawa baru.

5.5 Gaya Bahasa

5.5.1 Penggunaan Inversi

KaUmat-kalimat yang terdapat dalam naskah"Babad Demak Pesisiran"adalah kalimat-kalimat yang berstruktur S—P—0 atau S—P (S = subjek;

72

P = Predikat; 0 = Objek). Struktur kallmat seperti itu tidak hanya terdapatdalam kalimat tak langsung, tetapi juga terdapat dalam kalimat langsung.

Struktur lain adalah struktur P-S-0 atau P-S, yaitu suatu strukturyang dikenal sebagai kalimat inversi. Penggunaan kalimat ini dalam naskah"Babad Demak Pesisiran" tidak banyak. Kemunculannya dalam naskah"Babad Demak Pesisiran" dapat dipandang sebagai gaya yang berfungsi un-tuk mencari efek estetis dan untuk memenuhi persajakan akhir gatra.

Misal;

2.38.1 sampun katur pakiriman nekiKalau kalimat ini dijadikan pakiriman neki sampun katur (kirimannya

sudah disampaikan), suara akhir gatra tidak memenuhi aturan persajakan,yaitu gatra pertama tembang "Dhandhanggula" harus berakhir dengan suara i.

Contoh lain:

3.4.1 : miyos jalu puterannira

1.60.1 dan 2 : wus manjing agama suci/18/ wadiya ing Cempa sedaya

1.61.1 dan 2 : kelangkung sihe narpatidare«g Ibrahim Asmara 13.

S.S.2 Perbandingan

Dalam mencari efek estetis, penulis naskah "Babad Demak Pesisiran"juga menggunakan perbandingan, yaitu dengan cara memakai kata lir, kadiatau kadiya. Jumlah perbandingan ini tidak banyak.

Misal:

4.4.4

8.58.1

7.30.7

2.21.3

2.38.9 dan 10

cahyanira lir kadi emas sinanglingkuda ngerap lampahe kadiya maruta

surake kadiya ampuhan

lir manggih iten bomine

pan gumerahkadiya ombaking jeladeri 14.

5.5.3 Sinonim

Sinonim atau dasanama banyak terdapat dalam naskah "Babad DemakPesisiran." Fungsi pemakaian sinonim pada "Babad Demak Pesisiran" di sam-

73

ping untuk memperindah suasana juga digunakan untuk memenuhi persajak-anakhirfami.

Sinonim yang terdapat dalam naskah "Babad E)emak Pesisiran" antaralain:

1. asewini (1.7.1), apeputera (1.6.8), sesum (1.8.6), asesunu (11.17.6),asesiwi (1.18.1), sesiwi (1.16.1);

2. <91 (1.38.1), perabu (1.38.3), rqa (1.46.7), nalendra (2.50,1), ratu(1,27.6), nerpati (1.61.1), mta (1.28.4);

3. bogus (129.5), pekik (2.13.9);4. pirya (1.21.4), Jalu (2.10.6);5. marga (2.8.2), enu (2.47.4), ran<z (7.38.9).6. Majalangu (2.18.7), Majalengka (2.33.2), Majapahit (2.34.1);7. Mis (2.37.1), mati 98.30.2), perlaya (8.36.1), pejah (4.2.1), lampus

(4.12.5), sampun mungkur (4.27.5);8. palwa (2.49.1), perahu (2.49.4), bahita (3.26.2), keci (2.45.9), kapal

(3.26.3);9. samudera (4.4.4), jaladeri (2.49.1), lahut (4.19.4) segara (1.45.5);10. purwa (5.52.l),mimit (I.I.ly,11. muwus (5.71.1), ngendika (2.6.3);12. gunung (6.10.1), ardi (6.10.2), arga (2.112), wukir (3.39.2);13. /aran (6.33.. "tkuda (6.32.8), turagi (8.&5.5);14. furiga (9.5.6), keris (8.13.7).15. <inw//s (1.5.1), Murar (1.5.6);16. yang sidksma (1.1.2), yang widi (1.2.1), yang widdhi (4.27.7), yang

Ngagung (4.27.3), yang Agung (5.2.6) Allah (1.57.2), yang Wiwidi(2.61.1), Pangeran (3.37.7);

17. putera (1.7.3), atmafa (1.9.3), sunu (1.64.6), anak (5.51.6), siwi(6.29.4);

18. kapir (1.50.4), kufur (1.57.5), kopar (8.4.4).19. raseksi (2.2.6), denawa (2.2.6);20. turn (1.16.4), gating (4.2.7), nedera (5.19.4), sore (5.28.4);21. rahina (2.\1.8),siang (2.22.1),rina (4.34.1);22. kabar (2.31.6), warta (2.31.8);23. susah (2.39.2), sungkawa (4.2.3);24. weragil(1.63.6), weruju (3.21.6);25. to;;<z (4.4.6), vveriTi (4.4.2); 15.

74

5.5.4 Variad Bentiik Kata

Dalam naskah "Babad Demak Pesisiran" banyak terdapat variasi bentnkKata. Yang dimaksud dengan variasi bentuk kata adalah sebuah kata yangmepunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Variasi bentuk kataitii umumnya berupa variasi panjang (alegro) dan pendek (lento).

Maksud penulis babad membuat variasi bentuk kata tidak jelas. Variasiini ternyata sering mengganggu peraturan pembuatan tembang macapat, ter-utama yang menyangkut jumlah wanda tiap gatra.

Contoh variasi bentuk kata yang terdapat dalam naskah "Babad DemakPesisiran" adalah sebagai berikut:

1. apeputera (1.19.2), peputera (1.19.4);2. sesiwi (1.21.1), asesiwi (1.23.1);3. asesunu (1.22.6), sesunu f 1.25.6);4. pan (1.27.3), apan (8.11.4);5. tan (1.42.3), datan (2.34.4)6. kang^ (1.43.6),/ng^kang (8.21.5);7. raden (1.48.1),8. kanjeng 5.6.6), jeng (l.SO.iy,9. ki (2.18.3), kiyahi (7.37.4)

10. adhuh (5.62.7), dhuh (1.57.6);11. amuji (1.57.1), muji (1.57.6)12. nyi (3.18.5), nyahi (4.10.2);13. ingsun (2.32.4), sun (8.8.7); 16.

Kadang-kadang terdapat dua bentuk kata yang berbeda, yang seolah-olah kelihatan sebagai variasi kata, tetapi sebenarnya merupakan kesalahanpenulisan kata, misalnyakata cokap (4.12.2) dan kecap (6.13.2)

5.5.5 Kata dan Kalimat Klise

Yang dimaksud dengan istilah kata dan kalimat klise adalah kata dankalimat yang sudah biasa digunakan dalam tembang macapat zaman Islamatau dalam karya sastra sesudah zaman Islam. Kata-kata dan kalimat-kalimatitu telah mentradisi dalam kesusastraan Jawa.

Kata-kata klise itu adalah kocap (tersebutlah), kocapa (tersebutlah),winarni (diceritakan) kuneng (kena apa), tan kocapa (tidak diceritakan)

75

sigegen (diputuskan), apan (sebab), atau pan, genti (bergantian), dan Iain-lain.

Kata-kata ini digunakan nntuk memperlancar jalannya alur cerita (lihatSubbab 3, bab ini).

Kalimat-kalimat yang tergolong klise adalah kalimat-kalimat yang ter-kandung dalam pupuh 1, pada ke-1 dan ke-2. Misalnya, kalimat ingsun amimitiamuji (aku mulai memuji, 1.1.1), anebut narrm Yang Suksma (menyebut na-ma Hyang Suksma, 1.1.2), kang murah king dunya nwngke (yang mahapemurah di dunia), dan Iain-lain.

J "

•t*-'

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Unsur demi unsur yang terkandung dalam naskah "Babad Demak Pe-sisiran" telah dikupas satu demi satu dalam bab-bab yang terdahulu. Dalamgaris besarnya unsur-unsur yang mendukung totalitas naskah "Babad DemakPesisiran" dapat dibagi dua, yaitu unsur isi dan unsur bentuk.

Tinjauan yang berkaitan dengan unsur isi adalah garis besar isi naskah(Bab III). Dalam bab ini telah ditinjau garis besar isi naskah menurut pupuhdemi pupuh. Dari garis besar ini kita ketahui bahwa para wali sebagai penye-bar agama Islam diPulau ,Jawa mendapat tempat yang paling utama dalampengisahan cerita (Bab V, Sub 3.4). Dalam isi itu pula kita ketahui silsilahpara nabi dicampur dengan silsilah para dewa. Menurut babad ini, para nabidan dewa itu adalah keturunan Nabi Adam.

Pengisahan para wali di tengah-tengah babad tanah Jawa yang sangatmenyolok itu tentulah mengandung maksud tertentu. Maksud ini berkaitandengan amanat babad (Bab V, Sub 3.3) dan berkaitan dengan fungsi dan ke-dudukan babad (Bab V, Sub 2), yaitu untuk dakwah agama Islam diPulauJawa. Dengan demikian, naskah "Babad Demak Pesisiran" dapat dipandangsebagai benda pakai sebagaimana pernah dikatakan oleh Teeuw i(Bab 1,5).

Adanya unsur utama yang terkandung dalam isi naskah, yaitu yang be-rupa amanat cerita, maka unsur-unsur lainnya yang termasuk yang termasukunsur bentuk diabdikan kepada unsur utama. Unsur naskah (Bab II, Sub 6);unsur bahasa naskah (Bab IV, Sub 2, 4, dan 5); dan unsur sastra naskah (BabIV, Sub 1; 3.1; 3.2; 3.4; 4, dan 5). Dengan adanya unsur-unsur ini yang satudengan lainnya, dengan serentak dan bersama-sama dalam keadaan saling hu-bungan, dikaitkan dengan unsur utama, terwujudlah sebuah totalitas karyasastra, yaitu naskah "Babad Demak Pesisirna" karya Marsuf (Bab I, Sub 1,2).Unsur-unsur yang diabdikan pada unsur utama itu merupakan unsur bentuknaskah.

77

78

Totalitas karya sastra lebih penting dari pada unsur-unsurnya (Bab I,Sub 5). Totalitas ini merupakan hal yang otonom, atau mempunyai kelebih-an sendiri dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain. Kelebihannya antaralain adalah bagaimana pengarang dalam naskah yang bersangkutan mengung-kapkan dirinya sendiri atau masyarakatnya. Dengan perkataan lain, bagaimana pengarang merefleksikan masyarakat dan dirinya dalam karya sastra(Bab I, Sub 1).

Dengan adanya perkataan bismillahirrohrmnirrohim pada awal naskahdan nama pengarang yang memakai kata Arab, dapatlah ditetapkan bahwapengarang naskah "Babad Demak Pesisiran" adalah pengarang Islam atau se-tidak-tidaknya orang yang menaruh simpati pada Islam. Hal ini akan lebihjelas lagi apabila dihubungkan dengan masa pembuatan naskah.

Dalam naskah dikatakan bahwa naskah mulai ditulis pada tanggal 24bulan Ruwah (Bab II, Sub 4). Umur bulan ini adalah 30 hari. Bila naskah inidiselesaikan dalam bulan Ruwah itu saja tentulah tidak mungkin sebabnaskah itu tidak mungkin diselesaikan dalam waktu 6 hari sebelum bulanpuasa. Dengan demikian, penulisan naskah tentulah dilanjutkan pada bulansuci, yaitu pada bulan puasa. Dalam bulan suci inilah, dalam situasi diri sucilahir batin, pengarang menyelesaikan naskah "Babad Demak Pesisiran." Atasdasar ini, bagi orang Islam di Jawa, naskah ini dipandang sebagai naskah yangbernilai sakral. Sebagai naskah yang bernilai sakral tentulah orang tidak diper-kenankan memperlakukannya begitu saja seperti halnya orang memperlaku-kannya begitu saja seperti halnya orang memperlakukan naskah yang tidakbernilai sakral (Bab V, Sub 2).

Sebagai pengarang Islam, Marsuf melestarikan tradisi kesusastraan JawaIslam yang brerkembang di Giri atau Gresik yang dipelopori oleh Sunan Giri(Bab V, Sub 2) sebab naskah babad ini diawaU dengan pupuh Asrmradana.Adanya kata-kata pesisiran (Bab IV, Sub 3) dan adanya nama-nama tempatyang dikramakan yang dikenal sebagai bahasa krama desa (Bab IV, Sub 2),dapat disimpulkan bahwa pengarang tinggal di desa pesisir atau setidk-tidak-nya ia pernah tinggal di situ.

Kemasyarakatan yang tergambar dalam naskah "Babad Demak Pesisiran"adalah masyarakat Jawa Islam, yaitu masyarakat yang menganut paham sin-kritisme. Hal ini dapat dilihat dari cara pengarang mencampurkan nama-namanabi dengan nama-nama desa. Selain itu, adanya pemakiaian kata Yang Suks-rna dan Yang Widi untuk Allah dalam manggala adalah satu bukti adanyasinkritisme itu. Cara ini paling bark sebagai metode dakwah agama Islam padamasanya (Bab V, Sub 2).

79

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa naskah "Babad Demak Pe-sisiran" adalah naskah yang cukup penting bagi penelitian masuknya agamaIslam yang mula-mula di Pulau Jawa umumnya dan pesisir utara Pulau Jawakhususnya. Dari segi penelitian kebudayaan Jawa umumnya dan kesusastraanJawa khususnya, naskah ini memberi informasi penting mengenai kebudayaan

dan kesasutraan pesisiian. Dengan demikian, sumbangan naskah ini besar bagibahasa dan sastra Jawa, bahasa dan sastra Indonesia (termasuk pengajaran-nya), dan pengembangan teori linguistik dan sastra.

6.2 Saran

Dalam penelitian naskah "Babad Demak Pesisiian" ini terdapat hambat-an. Hambatan itu berupa tulisan naskah.

Sebagaimana kita ketahui, tulisan-tuUsan naskah lamaitu beraneka ra-gam. Untuk membaca naskah-naskah itu diperlukan waktu yang cukup lama.Pertama-tama haruslah dipelajari huruf-hurufnya, ejaan yang digunakan pe-ngarang, dan barulah kemudian membacanya perlahan-lahan. Bila tulisan naskah kuno itu jelas, terang, dan baik, hal ini tidak menyulitkan peneliti. Lebih-lebih bagi peneliti yang sama sekali belum mengenai huruf-huruf naskah lamayang diteUtinya.

Sehubungan dengan hal di atas, penelitian naskah lama janganlah disa-makan dengan penelitian lain yang bukan peneliti naskah lama, baik mengenai waktu, biaya, maupun tenaga. Peneliti naskah lama it senantiasa bergelutdengan daerah yang penuh dengan rahasia dan kalau si peneliti tidak tabah,ia akan mudah dihinggapi penyakit "kebosanan".

Penelitian naskah "Babad Demak Pesisiian" ini belum tuntas, dandianalisis. Peitama, naskah "Babad Demak Pesiaian" ini belum selesai (barusampai pada halaman 143), aitinya belum tamat oleh kaiena itusambungannaskah ini masih peilu diteliti. Kedua, veisi lain naskah ini belum ditemu-

kan. Ketiga, naskah-naskah lain yang sezaman dengan naskah "Babad Demak

Pesisiian" juga peilu digali, dikumpulkan, dan dianalisis. Dengan demikian,masih banyaklah yang haius dikeijakan, yaitu menggali sastia Jawa pesisiiankhususnya dan sastia Jawa pada umumnya sebagai warisan budaya bangsa.

DAFTARPUSTAKA

Arnold, Thomas W. 1979. Sejamh Da'wah Islam. Terjemahan Drs. H.A. Nawa-wi Rambe. Jakarta: Penerbit Widjaja.

Atmodarminto. 1955. Babad Demak. Yogyakarta: YayasanPenerbitanPesat.Bale Pustaka. 1939. Babad Tanah Jam 1, II, dan III. (Tembang, aksara Jawa).

Batawi: Bale Pustaka.

Berg, C.C. 1974. Penulisan Sejarah Jawa. Teijemahan S. Gunawan. Jakarta:Bhratara.

Djamaris, Edwar. 1977. "Filologi dan Cara Keqa Penelitian FUologi". Baftosadan Sastra, No. 1, Thn. Ill: 20—33. Jakarta.

Finnengan, Ruth. 1977. Oral Literature. London: Cambridge UniversityPress.

Fockkema, D.W, dan Elrud Kune-Ibsch. 1977. Theories of in the TwentiethCentury. London: C. Hurst & Company.

Geertz, Clifford. 1978. The Religion of Jawa. Chicago: The University ofChicago Press.

Geriche, J.F.C dan T. Roorda. 1981. Javaansch-Nederlandsch Handwoor-denboeJt 1,11. Leiden: E.J. Brfll.

Hadiwidjana, R.D,S. 1967. Tata-Sastra. Yogyakarta: UP. Indonesia.Hardjowirogo, R. 1952. Pathokaning Nyekaraken. Jakarta: Balai Pustaka.Hutomo, Suripan Sadi. 1978. "Kedudukan Kesusasteraan Tradisional dalam

Masyarakat Indonesia Dewasa Ini". Dalam: Persidangan Penulis ASEAN1977. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Ikram, A. 1980. "Beberapa Metode dalam Edisi Naskah". Penataran TenagaAhli Kesusasteraan Jawa dan Nusantara. Yogyakarta.

Dcram, A. 1976. "Sastra Lama sebagai Penunjang Pengembangan Sastra Modern". Bahasa dan Sastra, No. 6,1,1976: 2—13. Jakarta.

Indonesche Hanschriften, 1950.

Jong Dr. S.de. 1976. Saltdt Satu Sikap Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Ya-yasan Kanisius.

81

82

Junus, Umar. 1980. "Strukturalisme dan Semiotik dalam Kritik Sastra". De-

wan Bahasa. Mei; 18-29. Kuala Lumpur.Junus, Umar. 1981, 'Strategi Untuk Suatu PenyeUdikan Stilistika'. Dewan

Bahasa. April: 43—63. Kuala Lumpur.Kartomi, Margaret J, \913,Matjapat Songs In Central and West Java, Canbera

Australian National University Press.Kratz, E.U. 1979. The Editing of Malay Manuscrips and Textual Criticism.

Paper for the Minicolloque on Indonesian Studies London.Laureson, Diana T. dan Alan Swingewood. 1972. The Socieology of Litera

ture. London: Mac Gibbon & Kee.

Mass, Paul. 1972. Textual Criticium. Translated from the German by BarbaraFlower. Oxford.

Mardjana, M. 1933, Layang Isi Kawroeh Bab Basa Djawa Sawetara, Batavia:J.B. Walters.

Mulder, Niels. 1978. Mysticism & Everyday Life in Contemporary Java. Singapore University Press.

Olthof, W.L. 1941. Poenika Serat Babad Tanah Djawi Wiwit Saking NabiAdam Doemoegiing Taoen 1647. 's-Gravenhage: M.Nijhoff.

Padmasusastra. 1899. WarnaBasa. Soerakarta: Albert Rusche Co.Padmosoekotjo, S. 1958. Ngengrengan Kesusastran Djawa I. Semarang: Hien

Hoo Sing.

1960. Ngengrengan Kesusastran Djawa 11. Semarang: Hien HooSing

Pigeaud, Theodore G.Th. 1967. Literature! ofJawal. Teh Hague: MartinusNyhoff.

1968. Literature of Java II. The Hague: Martinus Nyhoff.1970.Literature of Java III. The Hague: Martinus Nyhoff.1975. Javanese and Balinese Manuscript. Franz Steiner VerlagGMBH. Wiesbaden.

Poerbatjaraka, Dr. R.Ng. 1940. Beschijving der Hansdschriften Menak. Bandung, A.C. Nix. & Co.

Poerbatjaraka, Prof. Dr. R.M. Ng. 1952. Kepustakan Djawi, Jakarta: Djam-batan.

Poerwadarminta, W.J.S. 1933. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters-Groningen.

Scholes, Robert., 1974. Structuralism In Literature. New Haven and London:

83

Yale University Press.Slametniulyana, R.B. \954. Poezie in Indonesia. LeuvenSoebadio, Haryati. 1973. 'Masalah Filologi'. Prasaran pada Seminar Bahasa

Daerah, Bali-Sunda-Jawa. Yogyakarta.Soebardi, S. 1975. The Book ofCabolek. The Hague: Martinus Nijhoff.Suminta, Drs. RHA, \91 S, MetodeDakwah, Jakarta.Sutrisno, Sulastin. 1981. 'Relevansi Studi Filologi'. Basis, No. 8, Th. XXX

Mei: 250-260. Yogyakarta.

Teeuw, A. 1978a. 'Sastra dalam Ketegangan antara Tradisi dengan Pem-baharuan'. Basis, No. 9,

Thn. XXVII, Juni: 258-265. Yogyakarta.

1978b. Tentang Membaca dan Menilai Karya Sastra'. BudayaJaya,No. 121, Thn. XI, Juni: 331-354. Jakarta.1980a. TerbantungpadaKata. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.1980b. 'Estetik,Semibrifc dan Sejarah Sastra'. Basis, No. l,Thn.XXX, Oktober: 1-11.

Winter SR, C.F. 192&. Kawi Javaansch Woordenboek. Reproductiebedrif V/DTopgrafischen Dienst.

Zoetmulder, P.J. 1974. "Kelangwan". Martinus Nijhoff.

LAMPIRANl

PENGANTAR TRANSUTERASI

1.

Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi hunif daiiabjad yang satu ke abjad yang lain (Djamaiis, 1977:29). Menurut Robson(1971:41), yang dimaksud dengan tran^terasi adalah tramferenee fivm onescripts another.

Pangertian di atas digunakan dalam penelitian naskah "Babad DemakPasisiran,"

2. Penulisan Tai^ dan Kata

Dalam Bab II, Sub 5, talah ditarangkan tantang huruf atau aksara naskah "Babad Damak Fasisiran", yaitu huruf Arab Pagon. Huruf ini satu parsatu dialihkan ka huruf Latin, yaitu huruf yang digunakan imtuk manuliskanbahasa Jawa, sabagaimana tarmaktub dalam ejaan bahasa Jawa yang talah di-sampumakan. Dalam pangalihan ini, tanda diakritik — dan — tatap diparta-hankan untuk manjaga si&s tidak manimbulkan kakeliruan.

Dalam panulisan kata-kata ditampuh cara sabagai barikut:(1) nama orang, namapangkat,dan sabutan, awal katanya ditulis dangan

huruf basar;(2) nama tampat, nama nagara, nama gunung, awal katanya ditulis dangan

huruf basar;(3) awalan pasif dipun, den, sun, ingsun ditulis bersambungan dengan kata

dasar dangan dibari tanda —.Misalnya : dipun-paringi, sun-duta, den-wedalna;

(4) kata ulang ditulis dengan angka 2;(5) kata ulang bersambungan dibari tanda misal: bedhU-btnedhU.(6) angka Arab dalam tanda / / manunjukkan nomor halaman naskah.

3. Panulban pupuh dan pada

Masing-masing ^ pupuh ditulis secara terpisah dangan diberi angka Ro-mawi kacil dan ditambah dangan kata pupuh.

85

86

Penulisan pada dalam masing-masing pupuh ditulis secara terpisahdari atas ke bawah. Hanya pada yang tidak ditandai M yang tidak di-pisahkan, ditulis sesuai dengan aslinya. Huruf awal setiap pada ditulis de-ngan huruf kecil, kecuali menunjuk nama orang, nama pangkat, nama tem-pat, nama negara, dan nama gunung.

Penulisan gatra dalam/ pada disusun dari atas ke bawah. Hanyai ga-tra yang tidak ditandai dengan MM yang tidak disusun dari atas ke bawah, tetapi tetap ditulis sebagaimana aslinya, yaitu ke samping. Huruf awalsetiap gatra ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika menunjuk nama orang,nama negara, nama pangkat, nama tempat, dan nama gunung.

■ v' T. ;,;4 m i-ivj . ^

-as ca.'as.: 's... s ; • r iy .

. - " V -a

£ .'Sy- . i' -V'" " av, i;

: - 'A iirtS'jS i V: ~ kl t,i

:ir.; .OV'-Si ^ s-i-uy S;:;;/

Khss) yy.

- ̂ a yii;,rv5f7 r£.

LAMPIRAN 2

TEKS BABAD DEMAK PESISIRAN

pupuh i

bismillahirrohmanirrohiim

1. ingsun amimiti amuji

anebut nama Yang Suksma

kang murah hing dunya mangke

ingkang (...) ing akherat 1kang pinuji datan pegat

angganjar kawelas ayun

angapura wong kang dosa

2. sampunne muji Yang Widiamuji nabi Muhamadkelawan kawula wargane

sehabat sekawan ika /2/ ingkangmama Abubakar^Ngumar Ngusman kaping telukaping pat Ngali Murtala

3. tatkala wiwitS nulis

ing dinten Saptu punika

pon iku pasarane

sasi Ruwah punikaanggalipun kaping pat likur punikasangalas^haiya iku taunipunkang nulis nama Marsuf punika

4. panedhane kang anulissampun maca bari nginang manawa keneng dubang^sampun maca /3/ barini yudud menawa keneng dahana'sampun maca ngadal ika'menawa luput kang tembang

5. penedhane kang anulismering sanak kang amaca

87

88

d^n-agung pengapuianeaksaia kathah kang bangga kirang den-wuwuhana''sampuh geguyu kang nuninkat^ nurat dereng pespada

6. wanten carita Winaminuturaken kang kina2

ana dadi nabi ika

ana dadi waliyuUahana dadi guru ratuana kang dadi manolan

7. nabi Adam asewini

wolung dasa punjul sangakang kocap siji puteranenabi Sis iku kang nama

nabi Sis sampun peputera kalih sami jalunipun®ang sepuh Raden Anwas

8. Nurcahya ingkang weragilRaden Anwas apeputeraRahaden Kinad namane

/4/ Raden Kinad apeputeraRaden Mustalil namanyaRaden MustaM sesunu

Raden Majid namanira

9. puterane' Raden Majidnabi Ederis nama nira

nabi Ederis atmajane'kekalih Raden Malha

Rahaden Malha peputeraingkang nama Raden Sahurnenggih Sahur nuli peputera

10. kang nama Raden MusalikRaden Musalik peputera

89

nabi Nuh ika namane

nabi Nuh sampun peputerasekawan jalu sedayasetunggal inkang cinaturRaden Sam wahu namanya

11. Raden Sam asesiwi

Raden Sangid namaniranenggih Sangid atmajaneinggih nama Raden Palyanenggih nama Raden PalyaRaden Palya apeputeraingkang nama Raden Ranguputrane Rangu tetiga

12. /5/ cinatur ingkang satunggilingkang nama Raden SarahRaden Sarah atmajanepan gangsal jalu sedayacinatur ingkang satunggalingkang nama Raden PahurRaden Pahur apeputera

13. patih Azar ingkang namipatfli Azar apeputeranabi Ibrahim namane

nabi Ibrahim peputerakekalih pan sami piryasatunggil ingkang cinaturnami Ismail namanya

14. putrane nabi IsmailRaden Sabit namanira

Raden Sabit atmajaneinkang nama Raden YagabRadte Yaqab apeputeraingkang nama Yarab ikaRaden Yarab apeputera

90

15. Raden Pahur nama neki

Raden Pahur peputeraRaden Mutawab namane

Raden Mutawab /6/ peputeraingkang nama Raden NgadnanRaden Ngadnan sesunukang nama Mungadi ika

16. Raden Mungadi isesiwiingkang nama Raden NajarRaden Najar atmajaneingkang nama Raden MaparRaden Mapar apeputera

ingkang nama Ilyas nikuRaden Ilyas apaputera

17. Abuthalib nama neki

Abuthalib apeputeraKi Hujimah ing namaneKi Hujimah apeputeraKi Kunanah ingkang namaKi Kunanah asesunu

Kiyahi Tafsir ingkang nama

18. Kiyahi Tafsir asesiwiKiyahi Faqir nama niraKiyahi Faqir atmajaneKiyahi Ghalib ingkang nama

Kiyahi Ghalib apeputera

Ki Ngabdul Manab ikaNgabdul Manab apeputera

19. Kiyahi Hasim nama neki

/?/ Kiyahi Hasim apeputeraNgabdul Muntahb namane

Ngabdul Muntalib peputeraingkang nama Ki NgabduUah

Ki NgabduUah sesunukang nama nabi Muhammad

91

20. Nabi Muhammad punikigustine para utusannyalini serengat mangketur dadi nabi wekasan

nabi rasulullah ika

wus karsaning Yang Agungtumeka dina kiyamat

21. Nabi Muhammad sesiwi

kang nama Siti FathimahDWi Fathimah puteranekekalih pan sami piiya

"cinatur ingkang satunggalSayid Husen namanipunSayid Husen apeputera

22. kang nama Zainal NgabidinZainal Ngabidin peputeraki Zainal Ngalim namaneZainal Ngalim apeputeraingkang nama Zainal KubraZainal Kuqra asesunuZainal Kusen /8/ nama hira

23. Zainal Kusen asesiwikang nama Mahmud AlkubraMahmud Alkubra puterane

kang nama Jumadi AlkubraJumadi Alkubra peputera

tetiga sedayanipunapan tunggal ibu rama

24. ingkang bajang putera nekijejuluk Maulana Ishaqana dene penengahenama Ibrahim Asmara

kang weragil Siti Asfahkambd garwa raja NgerumNgabdul Majid nama nira

92

25. wanten genti kang winarnikocap rayine AnwasNuicahya ika namaneSis kang gadhah puterakapemah putune AdamNurcahya sampun sesunuNurrasa ika namanya

26. Nurrasa sampun sesiwiingkang nama Sang Yang WenangSang Yang Wenang atmajene Sang Yang Wening nama nira'/9/Sang Yang Wening apeputeraSang Yang Tunggal namanipunSang Yang Tunggal apeputera

27. benthara Guru kang namibenthara Gum peputera

per lelima sedayanednatur ingkang setunggalbenthara Wesnu namanya

nenggih Wesnu ngadeg ratujumeneng ing Gilingtosan

28. Wesnu peputera SerigatiSer^ati sampun peputeraYang Terwasthi ika namaneYang Terwasthi jumeneng nataing Mendhang Andhong negaraYang Terwasthi sampun sesunuParikena ingkang nama

29. Parikena anama Mamumanawasa sesiwi' °nama Maniunanawasa mangke*'peputera RadSn Sutapapunika sampun peputerajalu wama nira bagusRaden Sekutrem namannya

93

30. Sekutrem peputera Sakerinenggih/lO/Sakeri apeputeraPolasara atmajanePolasaia apeputeraingkang nama AbiyasaAbiyasa sesunu

tetiga pan sami pirya

31. cinatur ingkang satunggilingkang nama PandudhewaPandhu ika atmajanelelima sedaya nirapunika pan sami piryasetunggal ingkang cinaturingkang nama Ki Aijuna

32. Aijuna sampun sesiwiAbimanyu nama niraAbimanyu atmajaneParikesit nama nira

Parikesit apeputeraUdayana namanipunUdayana apeputera

33. Jayadarma nama n&kiJayadaima apeputeraJayamgaya namaneJayamijaya peputeraGendroyana nama niraGendroyana asesunukang nama Sumawicitera

34. /II/ Sumawicitera sesiwiingkang nama Citerasuma atmajaneingkang nama PancaderiyaPancaderiya peputeraSelajala namanipunSelajala apeputera

£12

94

35. Serimapunggung ingkang nami

Serimapunggung apeputeraSetunggal bagus rupane

ingkang nama Gendhiawan

Gendhiawan apeputeralelima sedayanipunpan sami jumeneng nata

36. Cinatun ingkang setunggaljumenang na ripanResi Genthuyu namaneResi Genthuyu apeputeragangsal kocap setunggalkang nama LembumUuhur

jumeneng noting Jenggala

37. LembumUuhur sesiwi

ingkang hama Rawisrenggagentin6 nata ramaneoning negara JenggalaRawisrengga apeputera

jalu wama nira baguskang /12/ nama Raden Laiyan

38. Laliyan jumeneng ajiing negara Pqajaranperabu agung sutapaneLaUyan sampun peputeraMundhisari ingkang namaanggentosi ramanipun

ngadeg nata Pejajaran

39. Mundhisari putera kahhMundhingwangi ingkang sepahArya Bajaran rayineMundhingwangi ngadeg nataing negara Pejajarananggentosi ramanipun

Banjaran dadi patihnya

95

40. Mundhing wangi asesiwisekawan sedaya nira

apan &teri pembajengeRatna Kesuma kai^ nama

isteri malih panggulunyanama Raden Ayu Himuknuli jalu rayi nira

41. Raden Suruh ingkang namitetiga tunggal ibunyawanten malih nggih puterane/13/ kang nama Ciyung Wanaraibune saking ampayankocapa Rahadoi Suruhmatur dateng ingkang rama

42. adhuh rama kados pundikakang bok Ratna Kesumakedah awoh pertingkahearemen dateng kawulananging tan puruh kawulasang nata nimbali sampundumateng Ratna Kesuma

43. wus dateng ngaran nerpatiSang Ayu Ratna Kesumakang rama agal wuwuseRatna Kesuma ta sira

kudu remen rayi nirakang aran Rahaden SuruhSai^ Ayu medel kewala

44. wekasan duka sang ajidumateng Ratna Kesumasakelangkung den-dukanetan jamak Ratna Kesumapan ara dudu manusakudu remen ing sedulurlungaha sira den-enggal

96

45. tinundhung rama ajiatapa /14/ ing guhung Kombangkelangkung mati raganewus awor lawan lelembut k^ah saking gunung Kombang^ ̂ngedaton segara kidulwus dadi ratuning lelembut

46. Den Ayu Himuk winarnipan kathah sesakitirasemu kurang parungonebisu sumerta apicangkeng rama kelangkung mirangbinucal ing pulo Onderuspinupu ing raja Englan

47. nurunaken raja Kumpeniing tanah Englan Ian Peresmanlawan tanah Sopahnyolekocapa Ciyung Menarasesirnane ingkang ramapunika jemeneng perabuing negara Pejajaran

48. Raden Suruh jumeneng ajiing negara MajalengkaBerawijaya jqulukeapaputera Berakumara

gumati ing MajalengkaBeraku /IS/ mara asesunuingkang nama AradSn Wijaya

49. Araden Wijaya sesiwikang nama KartawijayaKartawijaya puteranekang nama Anggawijayapunika ingkang wekasanngad^ perabu Majalangutunggal nama Berawijaya

97

50. sigegen nata Majapahitkocapa nata ing Cemparaja Kunthara namaneratu kapir binetharamerentah Kujing negaraKalicare Ian Kalikut

Gur lawan Mulebar

51. raja Kunthara asesiwitetiga wau puterannyakang kalih sami isterineputera jalu kang satunggalingkang sepah nama niraBerawati Muratningerum

kambil garwa Berawijaya

52. kang penengah nama nekiRaden Ayu Canderawulanana dene weregilejalu bagus wama nirakang nama Raden Cingkerasasedane sang perabuJingkera kang ngadeg ing nata

53. wanten kang winuwus malihnama Ibrahim Asmara

andarung wau lampahemaring negara ing Jempakarsane panggih sang natatan kawanan lampahipimwus datang negara Cempa

54. melebet ing dalem puri

Ibrahim marek ngarsanesang nata ̂ nggal tetanyadateng Ibratum Asmaraderjwis sapa arahmupan apa kang sira seja

98

5 5. sira marek maring mamiteka gati lampahiraIbrahim enggal aturedhuh gusti nami kawulaSayid Ibrahim Asmaradateng kawula pan estusumeja ngajak sang nata

56. majingga agama sujisarengat nabi Muhammadngucapa kalimah kalihanla ilaha/I7/ ilia lallahMuhammad rasuluUah

punika ing lafalipunrukune agama islam

57. Ian nyembah Ian amujidumateng Allah tangalaanuta ing penggawene Muhammad nabi wekasan' ̂sampun nyembah ing berahalapunika agama kufurnyembah muji ing berahala

58. saking permaning Yang Widisang nata kedhep sesamadateng Ibrahim aturesang nata nulya angucap lafat kalimah sahadat''kawula warga nan anut

sedaya pan sampun islam

59. wus manjing agama sucisang nata negara Cempa

sumerta gadhang werganesanegara angudhangan

ing kutha miwah ing desasedaya pan sampun anutamanjing agama islam

99

60. wus manjing agama suci/18/wadiya ing Cempa sedayaBerahala ginempur kabehkarsane wau sang nata

tan ana kari setunggalakarya sang perabumagid panggonan ngibadah

61. kelangkung sihe nerpatidateng Ibrahim Asmaranenggih sang nata karsaneIbrahim d^n-panggihenadumateng Ni Caderawulantumulya nikahhan sampunIbrahim Ian Conderawulan

62. patut geimya pelakeramiIbrahim Ian Coenderawulan

kelangkung dene asthe"sang puteri langkimg bektinyadumateng ing laid niramiwah bekti ing Yang Agungmiwah kathah dana nira

63. ri sampune lami^adarbe putera tetigaputera kang sepuh namaneRahaden RajalPandhitapenengahe Rad^n Rahmatpawesteri weragilipun/I9/ Dewi Zainab nama nira

64. sampune winumk ngajiwus putus kitab Ian (^'anusul fakih Ian tafsire

kocapa malih Berawijayapeiabu agung Majalen^punika anggadhah sunulangsung manise caritaimya

100

Pupuh ii

1. kawamahan puterane sang ngajiBeiawijaya nata Majalengkakang saking Cepa ibunetetiga ̂ ayanipuningkang sepah puteia nawSstriPuteri Adi namaniia

dadine garwanipunKi Dipati Adiyaningratkang penengsdi Lembu Peteng nama nbkijumeneng oning Madura

2. Raden Gugur puteia kang weiagildatan arsa mengku kartiyasameksih ambettur tapanewaten malih puteianipunBeiawijaya Majapahitibu /20/ laksesi denawajalu puteianipuninglrang nama Radm Damai pinayimgan tanah Palembang negaii'jejuiuk Ki Aiya Damai

3. wantenmalihputeian6sangajiibu saking Panaiagakekalih jalu puteianiBenthaia Katong kang sepuhpan jumeneng ing Panaiagiana dene layiniia Dipati Lunuwanten malih puteianiiaibu ingkang saking Pekgelen negaiijalu amung setunggal

4. ingkang nama Ki Jaian Panolihingkang ngeiih Sumeneb Ian Sampanging Balega keiatone

101

Berawigaya ing Majapahitgarwa puteri saking Cina langkung anyunipun^Berawijaya Majalengkalangkung teiesnadateng puteri §aking Cina singgfli^temahan diptm sen^ama

S. sampun lama perabu Majapahit/21/ gennya i^age puteri saking Cina

karsanira sang perabuBerawijaya ing Majapahitputeri saldng Cinawangwarattane wus sepuhpun^ den-wedalena ing sang nataArya Damar kang doi-titipisineleh ir^ tanah Palembang

6. Berawijaya nata Majapahitangendika datang ingkang putera Aiya Damar namane'*mangkene ngen(PcanipunArya Damar ingsun atitipdumeteng ing peken niraputeri wangwarat sepuhputeri adi saking Cinapoma^ aja sira senggamaniyen durung babar puteranya

7. Arya Damar matur awot sarigusti kawula sumangga ing karsakawula derma kSnawon

anglampahi pakonipunrama perabu ing Majapahittumulya den-paringenaputeri Cina ikadumateng ki Arya Damarwus 1221 ketampan

102

Arya Damar enggal pamit® " c.i'' !'ing sang perabu Berawijaya • -- «=

8. sampun mangkat Arya Damar singgihtan kawarna lampahe neng marga

dugi tanah Palembangmelebet ing dalem sampunsarta gawa parameswari

kagungane sang nata perabu Majalangu®puteri adi saking Cina

den titipna maring Ki Arya Damar singgihputeri wangwarat sampun sepah

9. sampun jangkep ing sawelas sasiwangwarat tane

babar putera nirajalu tur bagus rupanecahyane lir mas sinepuhArya Damar ingkang mastanibebayi kang sampun bakarRaden Patah ika*

sawusira lama^ Arya Damar gadhahkersa ing sang puteriwekasan dipun senggama

10. sampun lama genira ngeresmine'Arya Damar maring /23/ puteri Cinakantos wangwarat teri sasine

wus jangkep ing sangang satunangsale pun wangwarat sang puteribabar jalu putera nirarupane tur bagusbayi sampun ingngarananRaden Husen Arya Damar kang sesiwitunggal ibu lawan Patah

11. kuneng wau carita sang puteri

103

L.

ingkang wonten negara Palembangsaking Cina pinangkanekocap malih sang perabuBerawijaya ing Majapahitkelangkung susah manahnyadene sakit lumpuhujare wesi bujanggaBerawijaya yen tanno ngangge Wandhan Kuningsakite tan bisa wulya

12. Berawijaya ngangge Wandhan Kuningmituruti ujare bujanggamenawa dadi warase

sakite' ing su /24/ kunipunWandhan Kuning dipun resmine' °lawan perabu Berawijayaangsal tigang dalunuli suda sakitira

Berawijaya ngangge puteri Wandhan Kuningwusana ilang sakitnya

13. sampun wulya pan kadi wingi uniBerawijaya malah saya kuwatselari ngangge Wandhan Kuningtinimbalan sab en dalu

Wandhan Kuning maring sang ajitan kuwarna lari nira

nuli wangwarat sepuhsampun jangkep sasi niranulya babar jalu puterane apekiksang nata kelangkung mirang

14. ingngaranan puterane ang ajiRaden Bondan Kqawan kang namatumulya den-wedalakesemerta Ian ibunipun

juru sawah kang den-titipi

104 '

nenggih padhukuhan niradhusun Karangjambu/25/sawusira lama^Raden Bondan Kejawan ika angelihLembu Peteng ingkang nama

15. Lembu Peteng susah manah nekioneng desa Karangjambu ikakelangkung dene meparatetegal sawah karyanipundatan beda ing wadiya alitLembu Peteng kelangkung mirang yen sampun misuhur^ ̂Lembu Peteng putera nata Berawijayaing mangke dadi wong alitdadiya kesah amertapa

16. Lembu Peteng nulya bentur tapioning ngarga Diyeng namanrakelangkung mati raganetanpa dhahar tanpa turnora ana kacipta ing atianak putu nira bisaha amengku^ ̂ing negara terah Jawa lama^Lembu Peteng angsal wangsitujare kinon nyuwita

17. nulya ke'sah Lembu Peteng singgihsaking arga panggo /26/ nane tapakalunta-lunta lampahemudhun jurang munggah gunungdatan pegat nggennya mertapingulari wadiya utama kang wespada sampun^ ̂jajah desa milang kori Lembu Peteng^ ̂lumapah rahina wenginulya manggih pedhukuhan

18. padhukuhan ingkang langkung aserikang pilenggah ing dhukuh punika

105

Ki Tarub ika namane

lenggah manteri kami sepuhpan punika tinari^dateng perabu Berawijayaoning MajalanguLembu Peteng nulya seba oneng ngarsaKi Tarub inggih maranipinarak oneng pandhapa.

19. Lembu Peteng nulya awot sarimaserahena ingkang jiwa rag^mila nyuwita karsaneKi Tarub mesem gumuyuLembu Peteng dipun-tingaliketara jahita natera/27/winangwang ing semubocah iki terahing natanulya tanya Ki Tarub sarwi bebisikkulup ingsun taken ing sirapinangkanya sira saking ngendi^ ̂lawan sapa ingkang dherbeni puteraLembu Peteng matur ageadhuh gusti awak ingsunankipun bok Wandhan Kuningdeten wisma kula dhusun Karangjambu Tarub ̂ ®eliiig wantehanBerawijaya angge bok Wandhan Kuningpunika anggadhah putera

20. putera nira boke Wandhan Kuningika pirya bagus warna niratumulya den-wedalke

sumerta Ian ibunipun juru sawah kang den-titipi^permila den-wedalnanenggih marganipunsang nata kelangkung mirangNyai Wandhan kesenggama lawang sang ngajilama^ apepu /28/ tera

106

21. sedatenge Lembu Peteng singgihlangkung bungah Ki Tarub manahnyalir manggih iten bominenulya ngendika Ki Tarubdateng Lembu Peteng punikikulup aja sira tahangeladeni ingsunniyata kinarya lampah amertapamenawa pinanggih wingkingbisa mengku kertiyasa

-•• I - .-1

• - ■ 'i

it;-

■ . i:v-r

'i;. •-

22. Lembu Peteng matur awot sarigusti kawula sungga ing karsakawula lumados mangkedateng karsane sang wiku 'pan kawula boten angideni vving karsaning Jeng Tuwansiyang lawan dalumila dados kajad kawulabangkat karya ing karsanipun sang ajiangsala sabab pandonga . i :

> ■■

23. seben dina genira ngeladeni , v; .

Lembu Peteng maring Ki Tarub ika ^ ^ ^ Ctan pegat pertapane

Ki Tarub welas andulu

dateng Lembu Peteng punikitan pegat /29/ dennya mertapasiyang lawan dalu

saperadene nora lutaangeladeni sira mering mamiKi Tarub nulya ngendika

24. angendika sering ingkang ngabdiingkang nama Lembu Peteng ikamangkene pangandikaneLembu Peteng sira ika' *ingsun pudhut mantu peribadi

109

datan wanten ingkang mertaniananging midhanget kabarsaking Tembi Kalikutpunika kang asung wartaing sang nata Berawijaya Majapahitsang perabu Cempa ngendika

32. permilane ingsun tan mertanidateng kakang perabu Berawijayapan ingsun ngarsa dheweyen asor awak ingsunkakang perabu ing Majapahitmila ratu binetara

ngereh sami ratulamun ingsun akirima ing nuwaladateng perabu Majapahitmenawi datan /33/ kaduga

33. sampun rembag guneman^ng ngajidateng duta saMng Majalengkaduta pinaringan agepengage kang bagus^mateng Cempa nulya akirimawerni kalxmg lawan gelangkatur sang ayuperamasweri Majalengka^^pan punika pemah rakane sang ngajiperabu negara ing Cempa

34. wus pamita duta Majapahitmaring sang nata ing Cempa punikatumulya enggal lampahedatan kawama ing ngenu

lampahira duta wus peraptiing negara Majalengkamerek ing sang perabumatur sarwa awot sekar

Arya Bangah dumateng panduka ajidhuh gusti kawula dinuta

110

35. lampah kawula dinuta sang ajidatan angsal ing pamudhut Tuwan ;pan /34/ sampun wonten lakine : •■kT'S i' >puteri Cenderasatun wul .kambil garwa turun Jeng Nabi , ;• , . s, :nama Ibrahim Asmarasampun putera teluIan malih atur kawulaing panduka rama aji ' ■ "pan sampun lalisdene ingkang gumantiya

36. rayi Tuwan kangjumeneng ajiingkang nama Rahaden Cingkarapuniki wanten kintunewerni gelang lawan kalungkinon ngaturaken paramesweriratu ayu ingkang sepahnama Murtiningngerumsang nata nuli ngendikadateng dutaika aturena peribadi^ ®aja ana wewerta

37. yen kang rama punika wus lalispoma^ aja sira wewertamenawa dadi susah^Darawati Murtiningngerummireng warta ramane wus lalislah kebat /35/ sira aturnadumateng sang ratukiriman kang saking Cempaduta mangkat melebet ing dalem puringaturaken pakiriman

38. sampun katur pakiriman nekiwarni gelang lawan kalung ikasang puteri nampani age

-i-q sA

ijslti rujf!

Ill

Darawati Murtiningngerum

nulya niba sarwi anjeritkaget sekehe pawonganningali Sang Arumkang nagis jeroning pura

pan gumerahkadiya ombakingjeladeri^®sang nata tumulya duka

39. Arya Bangah ningali sang puterilangkung susah sajeroning manahbakal kadukan gustine

sang nata tumulya melebusajerone ing dalem puriArya Bangah den-acam^bayai ika matur

yen kang rama sampun sedaBerawijaya runtika sejro /36/ ning atianigali Ki Arya Bangah

40. angendika nata Majapahitmaring kang garwa ^paran pekenira apa kang dadi susaheanak ingsun sarwi gegulunganglasar ana ing sitinulya matur paramaswari^''dumateng sang perabumilane kawula karona rama nata

ing Cempa pan sampun lalisBerawijaya alon ngendika

41. ika sapa kang mituturi mering sirarama aji sedadene tan ana surate

ingkang teka maring ingsunnuli mitutruni Darawati

boten wanten kang wewertanangingjanjinipun

112

rama nata lamun seda gelang kalung^ *den-kirimaken ing mamipunika pertanda nira

42. kuneng wau nata Majapahitkang kocapa putera kang oneng Cempa

Raja 1311 Pandhita namaneRaden Rahmat rayinipunarsa pamit ing rama neki

tan tuwl mering kang uwaDewi Murtiningngerumgarwanipun Berawijaya Majalengkawus kari pan dennya apamit

binektanan punakawan

43. punakawan Aburerah kang namianut lampah ngulati tunutantan pegat pangabektineing siyang kelawan dalu

angabekti maring Yang Widikaluta^ lampahnyadatang manggih perabuingkang layar maring Jawanulya kesah dumateng Kucing negaringulati kang tunutan

44. tan kawarnalampahe neng margipan tumeka ing Kucing negaraamanggih tunutan mangkepalwa keci namanipunperahune juragan Geresikwus munggah tiyang tetigabubar /38/ jangkar sampunbahita sampun menengah lelayarane sampun angsal pitung wengi^ 'ketempuh angin pelahara

45. bahitane darung lampah nekiwus tumeka mahara Kamboja

113

mahara agung karange'bahita ketemper sampunoneng karang Kamboja singgihlunas ing bahitarusak layare^ ®rinapas raja Kambojaingkang ana sejerone palwa kecipalwane nulya binakar

46. putera Cempa kang rinampas singgihingkang nama Pangeran Pandhitarembagan lawan rayinemiwah punakawanipunbahitane pan sampun etingbinakar raja Kambojabocah ingkang teluwus rembag tiyang tetiganulya aken ing wong Kamboja negaripunika ingkang dinuta

47. /39/ tinuturan duta tingkah nekioneng palwa duta pamit inggaltumulya laju lampahedatan kawarna ing enu

sampun perapta ing Majapahitwus katur dateng sang nata perabu Majalangu^ ̂sang nata nuli ngendika dutapinangkannya saking ngendiIan sapa ingkang wewerta

48. duta matur sarwine awot sari

gusti kawula pan tiyang Kambojangaturi wijose puteri ayu Conderasatun^ ̂pan ing Cempa ingkang negaripunika anggadhah putera kekalih jalu^ ̂katiga Ian punakawanarsa sohan dumateng panduka ajipunika anitih palwa

114

49. palwa pecah ana ing jeladripan kateper karang ing Kambqjadipun-rampas sedayanekang wonten sejeroning perahudatan wanten ingkang karikarsane raja Kambojapalwane tinu^ing mangke putera ing Cempa langkung susahoneng Kemboja negaridadi ngabdine sang nata

50. seri nalehdra natang Majapahitapan mireng ature ponang dutakelangkung dene welasmiwah para maswarinipunsekelangkung dennya ngerdaten®'*dene sampun mireng wartasaking duta wot satuntumulya seri nara nata

Berawijaya animbali dateng manteriingkang aran Arya Bangah

51. tan adangu Arya Bangah peraptiing ngarsane perabu Berawijayanulya dhinawuhan age'Arya Bangah ingsun angerunguputera Cempa anunggang keciputerane Ni Conderawulan

kalih sami jaluteliga Ian punakawanpalwanira /41/ ketawang karang jeladeriana ing marga Kemboja

52. Keci rusak nulya den-rampasiing sang nata maharaja Kembojatelas kabeh mo^-tane

palwane nulya tinu

0

Sjirrrvii

fatbq L'-,-: jcr

115

bocah tiga ginawe ngabdikaliyan raja Kembojalangkung susahipunkang ika sira sun-dutaamuduta mering putera kang kekalihtegiga Ian pimakawan

53. anggawaha manteri kang peijuritkang peryuka ing busana niraanaha sepuluh babeArya Bangah pamit sampunsarta gawa perjurit menteritan kocapa ing lampahiraKemboja wus rawuhnulya katur ing sang nata ^ ^ ,angendika ,2£duta pinangkannya pudi^ ®lawan sinten ingkang duta

54. Arya Bangah nulya matur arising sang nata maharaja Kembojadhuh gusti kawula /42/ wiyosedinuta mering sang perabuBerawijaya ing Majapahitkinon mudhut putera Cempakeponakaimipun

sang perabu ing Majalengkakalih pirya tiga punakawan nekiingkang dados ngabdi tuwan

55. margane nupang palwa kecipalwa pecah ke^wang karangmahara Kemboja pemahepan tuwan alap sedarumwadiya nira ana ing kecisang nata ing Majalengkalangkung sukuripundene boten kerem toya

116

bocah tiga ingkang tuwan badhe ngabdipunika kinon mudhuta

56. duta tita iling alingen ing ngoniBerawijaya perabu Maj^engkamerentah sami rajanetanah sabarang akeh telukmejing sang nata ing MajapahitBanjar Siyem Ian Kembqjapan wus padha telukana dene liyanira /43/ apan kathahingkang paserah balu pathiing negara Majalengka

57. sampun rembag guneman sang ngaji

ing Kembqja dateng Arya Bangahsang nata utusan ag6ahimbali bocah tetelu

tan adangu tumulya peraptioneng ngarsane sang nata

sarwi awot satun

ujar^raja Kembqjakulup sira pinudhut mering sang ajiperabu agimg Majalengka

58. lah miluha kulup sira nikimering dutane nata Majalengkaanuta saking lakuneputera Cempa awot satundateng perabu Kemboja singgihlajeng matur putera Cempakawula miturut

ing kersane Kanjeng Tuwanpah kawula kawilis yen dados ngabdianut saking kersa tuwan

59. Arya Ban^ pamit mering sang ngajiing /44/ Kemboja sarta boo A tiga

117

wus lepas wahu lampahedatan kawama ing ngenusampun perapta ingjMajapahitwus katur seri nara nata

bocah ingkang teluparamaswari Majalengkalangkung terisnaremen d^imira ningali^ ̂dumateng putera ing Cempa

60. Berawijaya nata Majapahitlangkung asih mering putera Cempad^n-anggep puterane dheweapa barang kang jinalukBerawijaya iku maringeananging putera ing Cempasusah manahipun

agamannya punika pan meksih kapirtan anut agama islam

61. putera Cempa bekti ing Yang Wiwidititingalan wong ing Majalengkapan padha gumuyu kabehujare wong Majalangubodho /45/ temen bocah pimikimadhep ngulon bocah tiga cangkeme celathu^tangan^angakep dhadhatan adangu dhengkule dipun pijetitumulya angabung kelasa

62. nulya ana wong tuwa sawijimara ngucap aja sira cacad ya ika nyembah dewane^ ®gustine bocah tetelunanging sira tan mehi derbenidewa ingkang sinenlbahnanging bocah ika® ̂

118

mulane aja sira nacading manusa anyembah ing dewa niekidatan padha pertingkahnya

63. nulya ana wong anom datenge"* °mara ngucap mering putera Cempaya ika kurang pikirebabi gurih datan ayunbodhok kokang datan binuktiamilih daginge ameda ambune aperengus'* ̂ananging putera ing Cempadatan duka mating bocah /46/ Majapahitmila meksi sami nonoman

119

Puh^ ill

roning kamal

1. sigegen putera CempaArya Banjaran winarniing negara Pejajaranrayine sang MundingwangiArya Banjaran sesiwikang nama Arya MentahunArya Mentahun peputeranama Arya Randhu GutingRandhu Guting punika putera tetiga

2. Arya Galuh ingkang sepahpenengah punika singgihkang nama Arya TanduranArya Bangah kang werakilArya Galuh asesiwikekalih pan sami jalunama Arya PenanggunganRanggalawe ingkang rayicinarita puterane Ki Penanggungan

3. tiga sami jalu nirakang sepah Arya Baribinkang penengah Arya Tqadene putera kang weragilKi Tarub /47/ wahu kang namiArya Baribin sesunukalih esteri ingkang sepahMaduratna ingkang namiwerujune jalu kang nama Jakandar

4. putera rieki Arya Tqapunika amung kekalihesteri putera ingkang sepahkang nama Ni Jonderawati

120

ana dene ingkang rayipan ika putera kang jaluRaden Syukur namaniraputerane Tarub winami

sedayane punika amung tetiga

punika esteri sedaya kang sepah nama Nawangsih'kang panengah namanira Raden Ajni Nawangsari^kang weruju nama nekiRaden Ayu Nawangarumpan genti ingkang kocapaputera Cempa kang winarniingkang wanten ing negara Majalengka

6. arsa pamit maring sang nataBerawijaya Majapahitbadhe /48/ matuk mering we'smaing tanah Cempa negarisang perabu datan ngiripaniputera Cempa badhe matukngendikane Berawijayakulup aja sira mulihingsun paring penggawehan maring sira

7. penggawehan kertiyasaapa kang sira remeni

tumenggung miwah bupatiyamanteri arya lawan patihlamun sira arep keramipilihana sanak ingsunutawi putera bupatiyatuweh puteranipun patihIan malihe ingsun wus ngerungu warta

8. negaranira ing Cempapunika wus den-unggahi

121

kaliyan raja ing Dhustanwus teluk negara KucingKalikut Ian KalijareMulebar lawan Kemagurpan wus teluk sedayamung keri Cempa negarimeksih mare perangan lawan ing Dhustan

9. semana /49/ putera ing Cempapunika samiya turutiing karsane Berawijayanata perabu MajapahitRaja Pandhita akeraminenggih ingkang ngambil mantuArya Baribin Resbayapunika pernah negarigarwanira Raden Arya Maduratna

10. dhedhukuh Raja Pandhitaing dhusun Sinatut singgihana dene Raden Rahmat

punika sampun akeramikambil mantu manteri Tubin

Arya Tqa namanipunapan dadi garwanira Raden Ayu Conderawati^Ngampel Denta Raden Rahmat dhukuhan nira

1. ana dene Aburerahpunika sampun akeramikamantu wong NgampM DentaKiyahi Kusen nama nekipunika pan tiyang alitpakaryanira nenadurgarwane Aburerahbok Samirah nama neki/50/dhedhukuh Burwah dhusun Tangkilan

122

12. nandur kapas Aburerahwus awoh kelangkung dadiden-udhuhi saben dina

durung ana putus nekibok Samirah kang gilingipunika kinarya sumbukatu ing Pengeran Rahmatginawe damaring masjidsaben dinakapase den-aturena

13. Pangeran ing N gampel DentaJeng Pangeran anamanidateng Aburerah ika

Ki Ageng kapasan singgihwanten malih wong sawijipatinggi ing Majalangukirid lampah Jeng PangeranWirajaya nama nekipinaringan pendamelan tukang tosan

14. Raja Pandita peputeratetiga sedaya nekikekalih pan sami pirya

satunggai ika kang esteriingkang sepah putera nekiHaji Ngusman /51/ namanipunputerane ingkang penengahnama Raden Ngusman Hajikang weragil Nyahi Ayu Gedhe Tandha

15. Raden Rahmat apeputerapan gangsal sedaya nekipawesteri ingkang tetigakang jalu punika kalihpunika akeran ing ngelmiana dene ingkang sepuhkang nama Siti SaripahMuthmainah Sumendhi

Siti Haspah puniki gih rayinira

123

16. ana dene puteranirakangjalu nama Ibrahimkang weruju nama nirapunika Rahaden Kosimputera kang gangsal punikisaking Tubin ibunipungarwa malih Raden Rahmatputeranipun Ki Bang KimingMas Karimah punika ing nama nira

17. tumulya anggadhah puterakekalih pan sami esteriana dene ingkang sepuhMas /52/ Murtasiyah kang namidene putera kang weragilMurtasimah namanipunkarsanipun Raden Rahmatputera kalih kinon ngajioneng NgampM sinahu kitab Ian Qur'an

18. puterane Ki Tarub kocapsedaya sampun akeramiNewangsih putera kang sepahLembu Peteng garwa nekiibune Nyi Wandhan KuningBerawijaya ramanipunjinujung derajatiraLembu Peteng duk ingoninama Tarub anggentosi maratuwa

19. sawusira lama^Lembu Peteng asesiwipunika amung satunggalputera jalu tur apekikGetas Pendhawa kang namiwanten malih puteranipunKi Tarub ingkang penengahnama Dewi Nawangsarigih punika garwane Raden Jakandar

124

20. dhedhukuh oneng MelayaBangkalan pemah /53/ negarilama^ apeputerakekalih pan sami esteriDewi Isah ingkang namipunika putera kang sepuhingkang anom pugera niraDewi Irah ingkang nami wanten malih puterane Tarub wekasan''

21. Nawangarum ingkang namaRaden Sukur garwa nekilama^ apaputerakekalih kang sepuh esteriingkang nama Dewi Sariana dene kang werujuRaden Syahid nama niraRaden Syukur duk ingonikang pilenggah tumenggung ing Wilatikta

22. genti ingkang cinaritakocapa kang dadi ajiing negara Pejajaranputerane sang MundhingwangiCiyung Menara kang naminanging selir ibunipunCiyung Menara peputerajalu warnanira pekikingkang nama Rahedeh Babang Wecana

23. Babang Wecana peputeraBabang Pamengger /54/ kang namiboten purun keperintahdateng perabu Majapahittumulya kesah anepidhedhukuh wanten Semeru

lama^ apeputeraMenak Pergola kang namiKi Pergola punika nenggih peputera

125

24. Menak Sembuyu namanyapunikajumeneng ajiing negara Belabanganwanten malih kang winarniMolana Eshaq kang namiing Pareh negaranipun

Molana sampun peputerakekalih jalu Ian esteriingkang sepuh punika putera kang pirya

25. ana dene namanira Raden Bagus Ngabdul Qadir'dene esterine punika

Dewi Sarah ingkang namiputera kalih meksih alittan kena pisah Ian ibuMolana nulya kesahlelana dumateng Jawinopal keli lampahe Molana Eshaq

26. wus munggah Molana Eshaqbahita /55/ layang mering Jawibahita kapal namannyanangkudane wong ing GeresikMolana Eshaq datengidumateng nangkudanipunwiyose badhe anupang

* nangkuda sampun ngeridhaninulya menggah Molana Eshaq neng kapal

27. sampun bukarjangkarirapan eco sinilir angintan kawarna lampahira

Molana oneng jeladerisampun dateng tanah Jawiing Geresik negaranipunMolana munggah ing dharatlajeng maring Surowesthilajeng jujuk padhukuhan Ngampel Denta

r

126

28. Pangeran ing NgampM DentaRaden Rahmat nama n^ki

selagi asholat ngasaroneng jero mesjid nekidene ingkang ma'mun samipunika tiyang tetelusawiji Ki WirajayaAburerah kapaig kalihKi Bang /56/ Kuning punika kang kaping tiga

29. Molana Eshaq ning jabawong sholat dipun-enteniwus mari dennya sholatMolana Eshaq dhingini-uluk salam oneng jawiRaden Rahmat nulya metusarwi ajaivab salamwus tutur tinugur sami

leluhure wong loro bareng karuna

30. ojare Molana Eshaq adhuh gusti anak mami®bapak ira rayiningwangneng Cempa nama IbrahimRaden Rahmat matur null

dumateng tamu kang rawuhing tanah Jawa punikagusti meksi agama kapirmung kawula miwiti eslaming Jawa

31. Molana Ishaq ngendikadateng Raden Rahmat singgihdhuh gusti anak kawulapan sira ingsun namaniSunap Mangdum ingkang namijenenge /57/ Sunan punikukang sinembah maring wadiyaMangdum ingkang adhinginislamipun pan negara tanah Jawa

127

32. Raden, Rahmat nama Sunan

Molana Ishaq ngesterinisawusira lama^

wong Ngampel sami agamimiwah wong kampung Panilihpunika agama sampun

wus rata wong Surabaya

islamipun wadiya alitriseksana Molana Ishaq panutan

33. ing Sunan Mangdum punika tumulya angelaya bumi''ngedul ngetan paranira

mudhun jurang munggan ngardidugi tanah Banyuwangi

Molana munggah ing gunungSelangu wahu namannyamertapa sarwi ngabekti

shalat fardlu sunate datan tininggal

34. ora dhahar kala rina

ora sare kala wengi

tan wanten kaciting manahmung Gusti kang maha luwihmugi /58/ paring iman sujitewekal kelawan sukur

ngabekti mating Pangeranadoha penggawe sirikIan malihe tetepa iman kawula

35. kocapa nata BelabanganM&ak Sembuyu kang nfmipunika anggadhah puterapan esteri ayu linuwihSekardadu nama neki

punika pan sakit aserusekeh dhukun lunga teka

us^a datan marasi

duk semana sang nata lagiya sineba

128

36. sekehe manteri Ian ranggabopati kelawan patihsang nata nulya ngendika

dumateng para bupatilah ta sekse^nana sami

maring soyaberaningsun

sapa bisa marasana

maring anak ingsun puteri

pan punika dadiyajatukeramannya

37. sun-paling ing Belabanganngadek perabu anu /59/ bejingpatih Belabangan anyembahmatur dumateng sang ajipan wan ten Ajar sawijipujuke ardi Selangudatan sami ajar kathahsepalah tingkahe luwihagamane pan beda Ian Ajar bathah

38. lingsir kulon surup suryababang we^tan angabektingadeg sedhakep amujanyepeng cengku ngabung sitingulon bener adhep nekikarya jobah ngake kethumugi dipun-timbalana

menawi waged jampeni

angendika sang nata maring Ki Patihnya

39. Patih sira timbalana

ajar ingkang ana wukirKi Patih nulya utusan

animbali ajar agelisduta sampun datengi

luhure ardi Selangu

ajar sampun ingaturanlumampah duta kang ngiringdatan dangu lampahe Ajar /50/ wus perapta

129

40. ingjerone dalem purakatur mering seri bupati

sang nata nulya ngendikadumateng Ajar kang perapti

eh Ajar sun-pureh nambani anak ingsun Raden Ayu*pawesteri amung satunggal

ika sakit sampun lamibokmenawa sakite ika yen sirna

41. lamun waras anak ingwang

wus dadi ing ngujar mamisapa^ marasenapan ika kinarya lakimering anak ingsun puteriIan malih negaraningsunBelabangan ingsun pejahkinarya gajaran nekisun-paringi nama perabu anom ika

42. seksana Molana Ishaqputeri nulya den-tambaniusaha sampun tumibanulya sirna sakit nekiwulya kadi wingi uni/61/ puteri ayu Sekardadusang nata kelangkung sukaningali mering sang puteritinambanan warase sekala dadang

43. sang puteri nuli d&n-keramadumateng Mola singgih

ing negara Belabanganpunika enggal pinelihMolana Ishaq mengkoningadek perabu anom sampunkang anut Molana Ishaqpinerdi agama sucisampun kathah kang manjing agama islam

130

44. risampune lama^Molana Ishaq matur ajiadhuh gusti rama nata

mugi gusti amerenianyembah kelawan mujiing berahhala dewa ratuperyugi panduka nyembahing Allah kang maha suci

gjh punika kang darnel pejah Ian gesang

45. sang nata tumulya /62/ dukatalingan kadiya sinebit

wedana kadiya sinepangkang netera melerok andik

kerut^ ponang lathipedhange nulya den-unus

sang nata nulya ngendika

pedhange sarwi den-isis

pesthi mati katiban astaningwang

46. ningali Molana Ishaqme ring sang nata rama ajipunika angunus pedhangkarsane badhe menjahiMolana melayu genderingnusup alas munggah gununggarwane tinilar wawarat

sampun wonten pitung sasiberebes mili sang puterioneng pungkuran'

131

pupuh iv

pangkur

1. Molana Ishaq umpetan

oneng wana

ing panggonan ingkang sepi'tan ana j alma kang weruhMolana nulya nenedhamering Allah Pangeran kang /63/ maha agungtinarima penedhannyaBelabangan akeh gegering

2. Isuk lara sore pejahsore lara esuk pan samiya matilangkung sungkawa sang perabuwadiya nira kathah pejahtinulakan gegering pan saya aseru

sang nata ing Belabangantanpa dhahar tanpa guling

3. delenge seri nara natadaya iki anak ingsun nini puteriwawarattane kang kinadhut

akariya ing gara^lamun babar sun-buwang segara besukrisampunne lama^wawaratan bebayi lahir

4. miyos jalu putra niracahyanira lir kadi emas sinanglingsang jabang bayi sinambutnulya binuwang semuderawinadhahhan pethi tumulya linarunginguncelaken ing toya

pan deres ilining werih

132

5. ning segara lembak^angin /64/ rebut rineksa denixig Yang Widiwanten malih kang rinuwusnenggih wonten perahu dagangnganti toya dangu denira alabuhningali pethi kumambangsetija nulya den-ambil

6. kang pethi nulya binukapan wus menga pethi isi jabang bayijalu werna nira bagusanenggih nangkuda nira

pedagange Nyai Gedhe Patih ikasemana kinon adagangmering negara ing Bali

7. selamine gennya dagangKi Nangkuda mering negara ing Balidatan manggih ing pekewuhsumerta tan mawi tuna

nulya karsa nangkuda layarandumateng Tandhes negarapan ico sinilir angin

8. datan kawarna ing margalampahira sampun dumateng ing Geresikprahu pan sampun labuh

nangkuda tumulya munggahmering dharat /65/ bebayi den-bekta sampuntumulya den-aturaneing Nyahi Gedhe' Rnatili

9. Nyi Gedhe Patih tetannyaing nangkuda anake sapa punikinangkuda enggal umaturpunika angsal kawula

neng segara amanggih katut ing aruspelabuhan Belabangantumibul wadhahe pethi

133

10. pan kelangkiing bungahiraing manahe Nyai Gedhe Pinatih , i ^ j.:dene datan derbe sunu

ing mangke amanggih anak ■. > nC-'axpan tumulya ing ngaranan Raden Paku ' ' ' ■ ■Nyi Gedhe' langkung gumatiya . : , • v;.;; ■ :dumateng puterane singgih , . < i-

11. ingkang putera sinusuwinandatang purun anging ngemuk deriji "punika ingkang sinusumalah kantos pitung dinaputera nira sinusunan datan puruntumulya den-alapenaing toya susune kambing

12. 1661 genti ingkang cinaritamalih cokap Molana Ishaq sanggihmantuk mering Pasyeh sampunpinanggih anak Ian kadangnanging garwa punika pan lampuskantung puterane kalih pisanadhuh anak ingsun iki

13. adhuh anak ingsun ny awaapan sira ya ingsun wertaneing tanah Jawa punikuana sanak kadangirapan punika Raden Rahmat namanipuning negara Surabayapadhukuhan Ngampel Gadhing

14. ngadek sunan waliyullahiRaden Rahmat punika ingkang miwitiislaming Jawa sedarumamulang ngMmu sarengatIan thareqat sumerta haqeqatipunmare'ntah ing wali ibdaling negara tanah Jawi

.SI

134

15. sampun angsal pitung/67/dinaoneng wisma Molana nulya latis

kathah wall ingkang rawuhkutub kelawan ibdal

para ulama Ian mu'min thasawufsedaya ayolatena

mering Molana Ishaq singgih

16. sawuse den-salatena

pan binekta dumateng ing taman saripara wall ngiring sedarumgumuruh maca selawatmiwah anamaca tasbih lawan hamdu

ana ingkang maca Qur'anana ingkang muji tahlil

17. saibpune sinarekenaSeh Molana ing taman Paseh negaripara wali samiya mantukdateng wismane dhewekkatun putera kalih rembagan panikalumapah anupal keli

18. sampun kesan saking tamanlalare kalih lampahe anupal kelimudhun jurang munggah gunungdugi /68/ tanah parsisiranpan punika tanah Ngadan namanipunnulya munggah palwa ikaalayar dumateng Keling

19. putera kalih nulya nupangoneng palwa nangkuda sampun ngeripanibukar jakar layar sampundumungi lahut seketera

apan eco baita ing lampahipunlayaran sawelas dinadumugi Keling negari

135

20. wanten ing Keling negaralaminira angsal tigang dasa hariumulya manggih perahu kang layar dumateng Jawa^nulya numpang putera kalihan punikapan eco ing lampahirabaita semilir angin

niUtl ri-: ;- jvtS'

21. putera kalih nulya numpanging daratan laju mering SurawesthiNgampel Denta kang jinujukdatan kawarna ing marga

lampahira ing Ngampel pan sampun rawuhpinanggih /69/ ing Kanjeng Sunanuluk salam putera kalih

.Si

22. J eng Sunan ing NgampBl Dentajawab sallam tumulyaenggal nakoni^adhuh kawula atumut

tetannya ing jengandikapinangkannya lawan sinten namanipunkang perapta matur pertelanami kawula Ngabdul Kadir

23. wadene rayi kawulagih punika Dewi Sarah ingkang namirama kawula punikukang nama Molana Ishaknggih punika ing Paseh negaranipuning mangke sampun perlayanalika gesang wewerti

24. ing negara tanah Jawa ^ingkang nama padhukuh jx Ngampel Gadhingana sanak kadang ingsuningkang nama Raden Rahmat

1.

136

pan punika ngadek sunan wall qutubmerentah ing wall /70/ ifdaltur mulang ing ngelmu bathin

25. Jeng Sunan Ngampel ngendikajengandika pan inggih sedulur maniibapa kawula sedulur

lawan bapa jengandikaRaden Rahmat Ngabdul Qadir dipun-rangkulsamiya nangis tiyang kaliyankatiga lawan kang rayi

26. gentiingkang cinaiitapan kocapa Raden Jakandar mertapiamesu ing raganipun

ning Demung gi gennya mertapapan wus lama angsalipun bentur lakujinujung mering Pangerankeramat tur dadi wall

jinujung mering Pangerankeramat tur dadi wali

27. Jejuluk Sunan MelayaKi Jakandar tan putus denya mertapisumeja bekti Yang Ngagungnanging tapa oneng wismaKi Jakandar badannya pan sampun /71/ mungkurngadhepaken ingakheratberongta mering Yang Widdhi

137

pupiihv

asmaran

1. kocap malih Ngabdul Kadirpunika sampun akeramaNi Dewi Isah garwane^puterane sunan Jakandarsawusira lama^Ngabdul Kadir pan dinunungngimami Cerebon negara

2. dhedhukuh ing Gunung JatiNgabdul Kadir duk semanaambentur laku karsane

Hanging tapa oning wismatigang sasi datan dhahartinarima ing Yang Agung

apan dadi waliyuUah

3. nama Sunan Gunung Jatiwus kathah wong manjing islamtepis wiring dhukuhaneakeh ajar kepelajar

• kang tan anut ing agamanusup alas munggah gunungajrih kinon manjing islam

4. Kanjeng Sunan Gunung Jatilama^ apeputerakekalih nenggih puteraneingkang sepah ika piryaNga^bdul Jalil namaniradene putera kang werujupawesteri nama Supiyah

5. wanten kang winuwus malihtedhak saking Rasullahtetiga sami piryane

138

Sayid Mahsin kang setunggalkaping kalih Sayid AhmadHalifah Husen kaping telutanah Yaman wismanira

6. wong telu kesah dateng Jawitan kawarna lampahira

dumugi tanah Jawane

ing negara Surabayajujuk dhukuh Ngampel Dentapinanggih Kanjeng Sinuwunuluk salam wong tetiga

7. JengSunanjawabtumulisalame wediya kang perapta

enggal Jeng Sunan wiyosedhuh sanak kawula tannya

/73/ saking ngendi penangkanyalawan siten namanipun

kang perapta matur pertela

8. Sayid Muhsin nama mamianenggih recang kawulaKhalifah Husen namane

kelawan Ki Sayid Ahmading Yaman ingkang negaradateng kawula pan estunyuwita dateng panduka

9. sumeja sinahu ngblmisyare'ngat lawan tareqatapadene haqe'qateSunan nulya ngendikadhuh nyawa sanak kawulawong ngelmu yen kurang laku

punika tanpa gaweya

10. nulya matur Sayid Muhsining Jeng Sunan NgampM Dentamugi angsala pandonganeing luhur kawula sedaya

139

sumerta pandonga tuwan ,-1

puruna ambentur lakuekalasha mering Pangkan 1 t-'

V;-V; ,

>■

' r-

11. tumulya winulang singgihing Jeng Sunan NgampSl DentaMuhsin miwah/74/rqange u. ; i : ;minuruk ngelmu sarengattareqat lawan haqeqate i ? 'sedaya pan sampun putusinglafath miwah ing makna -

12. Kanjeng Sunan Ngampel Gadhinging putera kang sepah wus keramaSiti Syarifah namanekambil garwa Haji Ngusmanputrane Raja Pandhitadatan lama dhedhukuh ■ 'kapernah ardi Manyuran

13. Haji Ngusman ban gun tekiamesu ing raga nira .Mandhalikagentapane 1 =- . . . 1 . -tanpa angsal tigang wulan ... -jinujung mering Yang Agungsinung der^at waliyullah - r -m V 5;v <

14. sawusira lami^ • .Haji Ngusman ape putera ■satunggaljalu puterane'ingngaranan Amir Hasandene Siti Muthmainahputerane Kanjeng Sinuwunpadhukuhan Ngampbl Denta

15. /75/punika apala-keraminenggilr ingkang ngambil garwaKi Sayid Muhsin namaneoneng alas adhedhekahtumulya ambentur tapaamesu ing raganipunardi Pegat gennya tapa

140

16. ora sare kala wengiDgabekti mering Pangeranora dhahar ing rinaneamerangi napsu hawasampun angsal tigang wulantinarima derajat waliyllah

17. sampun nira lami^Sayid Muhsin apeputerasatunggal jalu puteraneingaranan Amir Hamzahana dene Siti Hasyfahputerane Kanjeng Sinuwunpadhukuhan Ngampel Denta

18. punika apala-keraminenggih ingkang ngambil garwaKi Sayid Ahmad namanedatan lama adhedhekah

kepernah ardi Kamelakatetapi tanderbe sunu

dadi lampah /76/ amertapa

19. Sayid Ahmad amertapinanging tapa oning wisma

kelangkung mati raganedhatan dhahar dhatan nedera

anyegah ing napsu hawasampun angsal tigang satunsinung derajat waliyullah

20. sampun putus gene tapianyegah ing napsu hawaanetepi ngibadahe

ngadhepaken mating Allahkadonnyan sampun tininggalsiyang dalu rukung sujudngabekti maring Pangeran

141

21. ana dene Raden Ibrahim

puterane ing Kanjeng SunanNgami^l Denta dhukuhanepunika apala-keramiDewi Irah garwa niraKi Jakandar kang sesunulama^ apeputera

22. puterane Raden Ibrahim

Ni Dewi Rahil namane

Ibrahim nulya pinernahngimami La^m Ian Tubin^oning Bonang /77/ adhedhukuhtumulya ambentur tapa

23. Raden Ibrahim mertapiardi Gadhing gennya tapakelangkung mati ragane

tanpa sare tanpa dhaharanyegah ing napsu hawanyinggahi haram Ian mekeruhfadlu sunah tan tinigal

24. sampun angsal tigang sasitinarima ing Pangeran

Raden Ibrahim tapanesinung derajat waliyullahnama Kanjeng Sunan Bonangakeh wadiya ingkang anutngabekti maring Pangeran

25. wanten malih puter nekiKanjeng Sunan Ngampel DentaRahaden Kasim namane

selagi dereng diwasaana dene putera nirasaking ampayan kang ibuisteri kalih dereng kerama

142

26. wanten malih kang winarni 'puterane Raja Pandhita s; ' :Ki Ngusman Haji namane' '' ' '■punika .saiiipun akcrama * 'Dewi /78/ Sari garwanira ' ' 'puterane Raden Tumenggung 'ing negara Wilatikta " ' ^ •

27. datan lama Ngusman Haji .pan dinunung dadi imaming Jipang Ian Ponolane'oning Ngudung adhedhekahtumulya ambentur tapaamesu ing raganipunmertapa ardi Jambangan

28. ora dhahar kala harianyegah ing napsu hawaora sare ing wenginengibadah maring Pangeranfardlu sunah tan tinigalsuminggah ing haram mekeruhtumajuh maring Pangeran

29. sampun angsal tigang sasilah punjul sedasa dinaKi Ngutsman Haji tapanetinarima ing Pangeransinung derajat waliyullahnama Kanjeng Sunan Ngudunglama^ apeputera

30. amung kalih putera /79/ nekiputera kang sepah punikaDewi Sujinah namanekang weragil ya piryaAmir Haji namanira

143

de'n^ nyahi Tandha ika

puterane Raja Pandhita

31. punika sampun akeraminenggih kang ngambil garwaHalifah Husen namane

dinunung imam Medura

dhedhukuh ing Kertayasalama^ asesunupan jalu amung satunggal

32. Halifah Mungra kang nami

Halifah Husin tumulyaambentur laku karsane

ardi Yadhi gennya tapa

tanpa sare tanpa dhaharsampun angsal tigang santun tinarima ing Pangeran

33. Sinung derajat dadi walinama Sunan Kertayasawus akeh ika rewangekang manjing agama islamwonten malih cinarita

puterene Rade-n Tumenggunging negara Wila /80/ tikta

34. ingkang nama Raden Sahidpunika sampun akeramaNi Dewi Sarah garwaneputerane Molana Ishaqapan tunggal ibu rama

kelawan Kanjeng Sinuwuning gunung Jatipura

35.. Raden Sahid asesiwi

tiga sami jalu nira

2

144

kang sepah Raden Sangid namane"pawesteri ingkang penengahDewi Rukiyah kang namaisteii malih rakilipunDewi Rufingah namanya

36. Raden Sahid kinon ngimamiing Dermayu Ian Manukaning Kalijaga pernahesampun nira lama^ Raden Sahid temanira^tumulya ambentur lakuing Pulupeh gennya tapa

37. sampun angsal tigang sasiIan punjul sedasa dinatinarima ing Gustinesinung derajat waliyuUahnama Sunan Kali /81/ jagaakeh wadiya ingkang anutngabekti mating Pangeran

38. wus putus gennya mertapi

Kanjeng Sunan Kalijagananging tapa oneng wismanerahina tab mawi dhahar

wengine tan mawi nederakadonyan pan sampun mungkur ngadhepaken ing akerat^

39. kocapa Den Ngambul Jalillawan Amir Hasan ika

Den Amir Haji rewangeDen Sangid lam Amir Hamzahpunika sami nyuwitadumateng Kanjeng Sinuwunpadhukuhhan NgampM Denta

145

40. pan bocah gangsal punikaoning dhukuh Ngampel DentaRaden Kasim pembatekepan sinahu ngaji Qur'anKanjeng Sunan ingkang mulangsedaya pan sampun putustumulya winulang kitab

41. wonten malih kang winarnikanggo /82/ neng Tandhes negaraRahaden Paku namane

Nyi Patih kang gadhah puterawus umur limalas warsa

maca Qur'an sampun putustumulya sinahu kitab

42. Raden Paku mireng iwartiing negara SurabayaNgampel Denta dhukuhanewanten pandhita ngulamaamulang ngelmu sarengat thareqat haqeqatipun^nama sunan waliyullah

43. Raden Paku matur aris

dumateng ing ibu niramengkana atur wiyoseibu kawula mireng wartaing negara Surabayawonten ngulama pinujulnama sunan waliyallah

44. kang ibu ngendika arisadhuh anak ingsun nyawapan era salah wartaneiya ika waliyullah

146

ingkang nama Raden Rahmat

jejuluk Jeng Sunan Maqdumdhedhukuh ing Ngampel Denta

45. Raden Paku atur neki

dumateng ing ibu nirakawula kesah ing mangkegadhahi karsa nyuwita

dateng Sunan Ngampel Dentaananging kawula suwunibu ingkang maserahena

46. kang ibu amuwus arisadhuh anak ingsun nyawaapa sang karsamu babepan ingsun tan mawi mulang

Raden Paku nulya mangkatkang ibmnulya tut pungkurtan kawarna oning marga

47. dumugi ing Ngampel Gadhingpinanggih ing Kanjeng SunanNyi Patih alon ature

apan sarwi awot sekar

gusti sedateng kawulasumeja sohan pakulunsumerta maserahana

48. maserahaken kawula gustidateng ing anak kawula

mila nyuwita /84/ karsanesumeja sinahu kitabgjnawe perabot ngibadah

Kanjeng Sunan nulya muwus dateng Nyai Patih ika

49. eh Nyai Gedhe Pinatihana ngendi anakira

147

Nyi P^tih e^nggal aturewadeiie anak kawula

ing mangke wanten ing jabngakub ngadhepi kajeng serutmugi tuwan timbalana

50. Radeh Paku den-timbali

ing Jeng Sunan Ngampel Dentatumulya enggal datengimara seba sarta nyembahJeng Sunan kedel sekalakengetan tamu kang rawuhkang nama Mulana Ishaq

51. Kanjeng Sunan Ngampbl Gadhingngendika dateng Nyi Patinyamangkene pangedikaneeh Nyahi apa nyatabocah iki anakira

apa anak olih mupuNyi. Patih matur pertela

52. ing /85/ purwane putera nekitinutur sedayanira

Jeng Sunan mireng atureNyi Gedhe Pinatih ikaJeng Sunan eling saritayanwarta saking Toyaardmana sayid saking Ngarab

53. Moiana Ishaq kang namipunika apala-keramanenggih kang dadi garwaneputerane sen nara nata

ing negara Belabangankang garwa wawarat sampun sepuhpunika tinilar kesah

148

54. wus jangkep ing sasi nekiwawarat tan bebayi babarjalu tur bagus wernan^tumulya sinebut enggalkaliyan sen nara natawinadhahan penthi sampun

binucal dhateng segara

55. Sunan Ngampel muwiis artsing Nyi Gedhe Patih ikaeh Nyi Patih ingsun kiyeyen mangkono atnri /86/ raiya melu ngaku anaking anakira si PakuNyi Patih nulya wot sekar

56. Nyi Patih umatur arising Jeng Sunan Ngampel Dentamengkono atur wiyosedhuh gusti sumangga karsakawula dermi kemawon

angadhah anak si Pakunanging tuwan kang peryuga

57. amupu ing anak mamimiwah mulang tata kerama

sumerta mulang ng^munesyarengat nabi Muhammadtareqat lawan haqeqatpunika jengandika wurukkawula paserah ing tuwan

58. Den Paku winulang ngaji ,ing Jeng Sunan Ngampel Dehtatwus putus ngelmu seda3^nesyarengat law^ thareqatsumerta ngelmu haqeqat

149

sumerta ngelmu haqeqattumulya winulang suluking wind napsu bandiyah

59. pan genti in^ang winarnikocapa kang /87/ ana MembangRahaden Fatah namane

puteranipun Berawijayanata perabu Majalengkapunika gadhah sedulurpan tunggal ibu kewala

60. Raden Husen ingkang namisamana sami rembagan

Raden Fatah Ian rayinesumeja kesah nyuwitadumateng ing Ngampel Dentaputera kalih sampun rembugtumulya enggal pamitan

61. pamit mering seri bupatiing tanah Falembang negaraKi Arya Damar namanepamit sampun rindhananputera kalih nulya mangkatdatan kawarna ing enuwus dateng ing enuwus dateng ing Surabaya

62. jujuk dhukuh Ngampel Gadhingwus panggih ing Kanjeng SunanRaden Fatah Ian rayinemara seba nulya nyembahsumerta nyukemi padaKanjeng Sunan nulya muwusadhuh nyawa ingsim tetanyaRaden Fatah dan rayinemara seba nulya nyembah

150

sumerta nyukemi pada

Kanjeng Sunan nulya muwusadhuh nyawa ingsun tetanya

63. /88/ pinangkannya saking ngendilawan sinten westanira

Den Patah alon ature'

dhuh gusti westa kawula

sinembah ing Raden Patah

rayi kawula punikaRadeh Husen westanira

64. ing Palembang wisma mamipernah puterane sang nataMajalengka negaraneingkang nama Berawijayawode'ne rayi kawulapunika pan tunggal ibukang rama perabu Pale'tnbang

65. sedhateng kawula punikasarta sedherek kawula

mila nyuwita yektosedumateng ing Kanjeng Sunansumerta seja kawula

angulati ngelmunipunngibadah maring Pangeran

66. tumulya winalang ngaj iRaden Patah ing Jeng Sunanapan gangsar pengajine

wus putus amaca Qur'an

tumulya winulang kitabdene Raden Husen /89/ ikaapan dhedhel pengajine

67. Raden patah sampun ngartisedaya ngelmu syarehgat

151

apa dene tare'qathesumerta ngelmu haqeqatngibadah tan mawi pegatsunate miwah kang fardluharam mekeruh dipun-tinggal

68. sampun nira lami^Den Husen micareng nalakeperiye saking karepe

pun kakang Rahaden Patahteka jungkung maca kitabkaya dudu terahing perabu

ora mikir panjenengan

69. Raden Husen matur angelisdumateng ing raka niraadhuh kakang kaya periyenyuwita ing Kanjeng Sunanohing dhukuh Ngampel Dentaangulati ngebnunipunngibadah pan sampun cekap

70. nanging saking karsa mamisumangga kakang nyuwitadumateng /90/ Majalanguneing sang perabu Berawijayaangulati kertiyasamenawa pinanggih besukbisa mengku panjenengan

71. Raden Patah muwus arisdumateng ing rayi niradhuh yayi lungaha dhewenyuwita dateng sang nataperabu agung Majalengkananging ingsun nora melumeksih momong ing salira

152

72. Raden Husen matur null

dumateng wahu kang rakamangkana atur wlyosedhuh kakang sediya kawulanyuwita ing Majalengkapunika pan boten wunmgHanging panuwun kawula

73. mugi kakang angideniing sedaya kawula punikaangsale saking berkateing Jeng Sunan Ngampel DentaRaden Husen pamit e'nggaldumateng Kanjeng Sinuwunkanthi /91/ pamit ingkang raka

153

pupuh vi

kinanthi

1. Raden Husen pamit sampuning Jeng Sunan Ngampel GadhingIan malih pamit kang rakaapa sampun den-ridloni

Raden Husen nulya mangkatlumampah tan mawi kanthi

2. mandheg mayonglampahipun'tumulya anolih burlwis tebih dennya lumampahkang raka sampun kawingkingRaden Husen gagacanganlumampah tan noblih burl

3. datan ka wamaing enuRaden Husen alapah riekivnis dateng ing Majalengkatumulya sohan nerpatiseri nalehdra Berawijayanata perabu Majapahit

4. Raden Husen awot satun

padha nata den-sungkemi

sang nata kaget /92/ tumingalkengetan puterane singgihkang anma Ki Arya Damarsang nata amuwus aris

5. adhuh ngawusira kuluppinangkannya saking ngendilawan sapa aranira

Raden Husen matur aglisanenggih wisma kawula

ing tanah Palembang negari >

154

6. wadotan kawula punikuRaden Husen wasta mami

anenggih bapa kawulaArya Damar ingkang mamisedateng kawula punikasedaya nyuwita jeng gusti

7. sigegen ingkang winuwusSunan Ngampel kocapa malihpunika anggadhah puterakekalih pan sami isteriibune saking ampayanputeranipun Ki Bang Kuning

8. dene putera ingkang sepuhMurtasiyah ingkang namipunika apala-keramaRaden Paku garwa neki /93//93/ kang wisma Tandhes negaraputerane Nyi Gedhe Patih

9. Raden Paku nulya dinunungngimami Tandhes negaraRaden Paku nulya karsadhedhukuh wanten ing GiriRaden Paku bangun tapa

amesu ing raga neki

10. mertapa wanten ing gunungardi Tukangan kang namisampun angsal tigang wulanIan pujul sedasa haritinarima ing Pangeran

sinung derajat dadi wali

11. ing mangke Rahaden Pakudadi nama Sunan Giri

apan kathah rewangira

155

kang anut agama sucisawusira lama

Raden Paku asesiwi

12. sekawan sedayanipunputerane Jeng Sunan Giriputerajaluingkangtiga ikang setunggal ika isteriana'dene ingkang sepahRaden Perabu ingkang /94/ nami

13. dene putera kang panggulukang nama Raden Misanidene malih rayinira

Raden Guwa ingkang namirayine malih punikaisteri nama Ratnawati

14. Murtasimah kang winuwusputera Sunan Ngampel Gadhingibune tunggal ampeyanpunika apala-keramiRaden Patah garwa niraputeranipun seri bupati

15. Berawijaya Majalanguputeri Cina ibu nekiRaden Patah nulya dhukuhBintara pernah negaridinunung yen dadi imaming Demak lawan ingeradin

16. Raden Patah bentur lakuamesu ing raga nekinanging tapa oning wismaora dhahar ing raga nekinanging tapa oning wismaora dhahar kala hari

r

156

wengme'tan mawi nederasampun angsal tigang sasi

17. jinujung /95/ maring Yang Ngagungsinung derajad dadi wallanama Sunan Bintara

wus kathah ing recang nekikang sami anut agamangibadah mering Yang Widi

18. Raden Patah nulya sesunu

ika nenem kathah neki

jalu putera ingkang gangsalkang setunggal ika isteriana dene ingkang sepah

Pangeran Purba kang nami

19. dene putera kang pengguluRaden Teranggana kang nami

ingkang rayi namanira

Radeon Bagus Sidakalirayine malih punikaGendhuruhan ingkang nami

20. dene putera kang weruju

isteri nama Dewi Ratih

wanten malih cinarita

putera Sunan NgampM Gadhingjalu kantun setunggalibune kang saking Tubin

21 / Raden Kasim namanipunpunika /96/ apala-keramikang garwa Dewi Supiyah

putera Sunan Gunungjati

Den Kasim nulya pinernahdadi imam kang pinaci

157

22. ing Lawangan Ian Sedayu 'Derajat dhukuhan nekitumulya ambentur tapa " 'Jongpangkah gennya mertapiora sare ora dhahar • ' ■

sampun angsal tigang sasi

2 3. jinujung merlng Yang Agungsinung derajat dadi wallanami Sunan Derajat

pan wus kathah recang nekiDen Kasim nulya peputeratetiga sedaya neki

24. Pange'ran Teraggana kang sepuhpanengah Pangeran Sandikang weruju Dewi Wuryangenti malih kang winarnikocapa Raden Amir Hasanhaji Ngusman kang sesiwi

25. Mir Hasan den-ambil mantulawan /97/ Sunan Kalijagaana dene garwa niraRukiyah nenggih kang namikacap Raden Amir Hamzahputeranipun Said Muksin

26. punika den-ambil mantulawan Sunan Kalijaga

ana dene garwaniraRupingah nenggih kang namiRaden Sangid cinarita

putera Sunan Kalijagi

27. punika den-ambil mantu ' ;lawan kiyahi Ngusman Hajigarwane Dewi Sujinah

r

158

punika nenggih kang namidatan lama a dhedhekah

oneng Murya pemah neki

28. Raden Sangid bentur lakuamesu ing raga nekimertapa ning Sapteranggaorang dahar kala hari

wengine'tan mawi nederasampun angsal tigang sasi

29. jinujung mering Yang Agungsinung derajat dadi walidadi nama Sunan Murya

tumulya /98/ angggadhah siwiputerane'jalu satunggalkang nama Pange'ran Saterl

30. den-pernahe ing Kadilangujejuluk Pangeran Yehiwonten malih cinarita

Raden Bagus Amir HajiSunan Ngudung kang peputerapunika apala-kerami

31. Dewi Ruhil garwanipunSunan Bonang kang sesiwiAmir Haji nulya pinernahdhedhukuh Kudus negariMir Haji tapa neng wismadatan dhahar tigang sasi

32. jinujung mering Yang Agungsinung derajat dadi walinama Sunan Kudus ika

genti malih kang winarni

Ngabdul Jalil kang kocapwong anom tan purun kerami

159

pupuh vii

roning kamal

1. Ngabdul Jalil kang kocapaputra Sunan Gunung Jatipunika tan purun keramameksih ngaji wahdah tauhidlawan ngelmu usuluddinlawan ngaji ngelmu junumlawan ngaji ngelmu makripatlawan ngaji ngelmu sufiingkang mulang Kanjeng Sunan NgampM Denta

2. wahdah tauhid tegesirakawula tunggal Ian gustitunggalle tanpa kapokanpan kupule'dadi sijiing dalem kalimah takhirmunajah maring Yang Agungtan ana gusti Ian kawulalehure' papan Ian tulispan sine'pa jene awor Ian tembaga

3. wose eling jenenge tembagawose kari rupaning jene'ananging ingkang gemebeyariya cahyanipun jene^nanging sira den-nestitipesamon /lOO/ kang kaya ikapan aja keliru tapa,kang dudu dipun-aranimalih mandar selamet imanira

4. usuluddin tegesirawiwitane wong musafirtegese musafir ikalumampah maring Yang Widi

ananing Allah barengiing kawula lampahipunlumampah tan mawi pisahkawula kelawan Gusti

pan sinepa wawangan lawan manusa

5. ngelmu j unum tegesira

kawula tan eling dhirikedanan maring Pangerandene sipat rahman rohimtegesd rohman puniki

peparing tanpa jinaluk

sedaya kang darbe nyawaiya pinaringan rizqipeparinge kelawan kersane dhewSk^

6. sifat rohim tegesiraGusti Allah kang welas asihasihe dateng kawulapan /lOl / inggih ing benjing akhiring donya sampun ketawisasihe kang maha agungdumateng kawula nirakang sinung iman sayektipinaringan hidayah saking Pangeran

7. edane kawula ika

dumateng kang maha suciera edan zawal ngakalbaUk edan donya mikirmaring ingkang maha suci

mung satunggal wujudipunananaging kawula nira

satingkah polahe pesthibebarengan ing Allah kang maha mulya

8. tegese ngelmu makripatlamun sira arep uneng

160

161

dumateng Allah tangala

aningalaha ing dhiri

bisa wujud peribadinesumerta wujude suwungcangkeme tan bisa ngucap

mata kalih tan ningalisumertane badane /102/ tan bisa polah

9. sedaya tingkahing j almamiwah ngocap Ian ningalipunika Allah karyamanusa iya barengi

ananging datan dayani

kawula pertikahipunmung Allah kang maha mulyaanduweni sifat qodirpan pinesthi wiyuife Allah tangala

10. ngelmu sufi tegesiraanuceni maring ati

ambuwang ngujub Ian riyamiwah sumngah lawan kibir

ati mang2 lawan bahilsink kafi lawan hasud

sedayane marenanangagoha ati kang bening

sabar lila tawekal maring Pangeran

11. wus putus ngelmu sedaya

Raden Bagus Ngabdul Jaliltumulya enggal pamitan

ing Jeng Sunan Ngampel Gadhingpamitan dipun-ri / 103/ dhoniNgabdul Jalil mangkat sampun

datan kawarna ing marga

ing Jepara sampun peraptiadhedhukuh dul neng Siti Jenar

162

12. NgabdulJalil amertapaamesu ing raga neki

rahlna tan mawi dhahar

ora sare kala wengi

ora ana kang pinikirmung Allah kang maha agung

ika sipat qidam baquwujude dhohir Ian betinGusti Allah nyeratani mering kawula

13. ganti ingkang cinarita

kocap Sunan Ngampel lalispara wall dateng sedayapada nyalataken samiSunan Girl kang ngimami

para wall makmun sedarumsawuse den sholatena

inarekaken tumuli

pasarehane ana lor wetane pendapa

14. pepekan wall sedaya

Sunan Bonang /104/ lawan Girllawan Sunan KalijagaDerjat Ian Gunung JatiMurya Qudus lawan Wisi

Manypran Demak Ian Ngudung

Melaya Ian Kertayasa

oneng dhukuh Ngampel Gadhingpirembugan jenengaken ing halifah

15. Sunan Giri angendika

dateng sekeh para waliboten wonten kang peryogadadi halifah agama

mung Sunan Demak negari

peryoga jumeneng perabulah ta padha seksenana

Sunan Demak dadi ajipara wali padha ngaminni sedaya

163

16. pan sampunira mangkanaSunan Demak kersa mulihdumateng negara Demakpara wall samiya ngiringtan kawarna oneng margi

ing Demak pan sampun rawuh/105/ Jeng Sunan Demak ngendikadateng sekeh para wallsanak^ sumangga sami rembagan

17. adege agama islamkuwajiban perang sabilwus kocap ing dalem Qur'anmiwah Hadis Kanjeng Nabilah padha rembagan samiangerubut si Malangukapire kawak kumuwuktan anut agama suci

para wali punika rembak sedaya

18. Kanjeng Sunan Jati Puramatur dateng Sunan Giriyen sampun rembak sedayaakathahe para walipan siten ingkang perayogidadi tindih perang pupuhangrebut ing Majalangunulya dhawuh Sunan GiriSunan Ngudung ingkang dadi senapatiya

19. para wali sampun rembakNgudung dadi sena /106/ patiangrebut ing Majalengkakersaning Jeng Sunan Giriananging dipun-paringiperjurit mung pitung ewusarta modin kawandasa

Ian malih dipun-kantheni

164

Amir Hasan puterane Snnan Manyoran

20. Ian malihe Amir Hamzah

puterane Jeng Sunan Wiliswuse'pepek para punggawasumerta praboting juritgegaman tumbak Ian kerissinapan kelawan kestul

ana ingkang gaman pedhangmiwah ana gaman bedhil

miwah ana ingkang gawa gaman tumbak

21. pan genti kang cinaritaArya Tanduan winarni

ing negara Majalengkapunika anggadhah siwi

tetiga sedaya nekide'ne putera ingkang sepuhanama Ki Gajah/108/Mada .. . . / - ^kang penengah nama neki

Gajah Wila kang weragil Gajah Sena

22. putera tiga sedayanirapan sami dadi patih

pepatihe Berawijayanata perabu MajapahitGajah Mada kang meriksani ing perkara para padu 5dene patih Gajah Wilapajegan dipun-periksaniGajah Sena kang meriksani perjurite

23. dene puterane sang nataRaden Gugur ingkang namipunika wus pinaringannama Pangeran Dipationeng dalem Majapahitkinarya wakil sang perabuRaden Gugur sampun putera

165

kalih sami jalu nekiingkang sepuh anama Lembu Niseraya

24. ingkang ragil nama

Lembu Kanigaia singgih

kersanipun Berawijayanata perabu Majapahitkang /109/ wayah kalih punikisinungan nama Tumenggung

oneng kitha Majalengkamretah arya Ian manteriwanten malih inggih putera saking Palembang

25. puterane Ki Arya Damar

Raden Husen ingkang nami

nyuwita mating sang nata

Berawijaya Majapahit

Raden Husen den-paringidadi dipati ing Terung

jejuluk Ki Pecat Tandhawanten malih kang winarniingkang nama Rahaden Dhandhang Wecana

26. putera aking Panaragapernah ipe mating sang aji

nyuwita meting sang nataBerawijaya Majapahitpunika dipun paringiing lenggah nama Tumenggungoneng kitha Majalengka

Dhandhang Wecana sesiwiputera jalu punika /110/ amung satunggal

27. Raden Banj at ingkang namangadek arya oneng Tingkirjejuluk Dhandhang Wurahanwanten malih kang winarnipernah ipe' mating sang aji

166

Berawijaya Majalanguingkang nama Wulung Kembangnyuwita ing Majapahitsinung nama Tumenggung oneng Berangkal

28. sigegen kang cinaritaSunan Ngudung kocap malihbadhe kesah bandayudaangrebut si Majapahit

gegaman sampun mireti

tumulya Jeng Sunan Ngudungangago lasukan zimatontakesuma kang nami

riseksana Sunan Ngudung pamit enggal

29. pamita mering sang nataSunan Demak ingkang namapamit sampun rinidhonantumulya lumampah'/lll/ agelisJeng Sunan Ngudung anitihkuda ules jajan biru

den-iring para punggawatamtama perjurit manteri

pan gumerebeg lampahe' wong andon yuda

30. jeng Sunan Ngudung ning ngarsasinahuban songsong kuninggendera sampun binebyar

ing ngarsa miwah ing wingkingbendhene sampun tinitir

gunung beri muniya gumuruhsurake kadiya ampuhan

surake wong andon jurit

Amir Hasan anitih kuda pelangka

31. ana dene Amir Hamzah

kuda rajeg kang titihi

Amir Hasan oneng kanan

167

songsonge'gadhung melathiAmir Hamzah oneng keringapan pethak songgongipuntan kawarna oneng marga/112/ lampahe kang andon juritsampun dugi alas Tunggarana

32. Jeng Sunan Ngudung mesanggerah sumerta pequrit®oneng alas Tunggaranasemana enggal anulisnuwala panatang jurittan dangu nulya keperangguhmantri ingkang nitih kuda

\dipun-adhang oneng margitkiakonan mantri ingkang nitih kuda

33. ature kangnunggangjaran 'kawula wong Majapahitlurah dhusun Cakar Ayambebedhok kidang Ian kancilkersane Seri NarapatiBerawijaya MajalanguSunan Ngudung angendikadateng lurah nitih esthipasang yogyake lurah sira sun duta

34. ngaturaken kang nuwala maring perabu Majapahitnuwala sampun tinampanKi lu /113/rah lumampah aglisdatan kawarna ing margiwus perapta ing Majalangumelebet ing dalem puranuwala katur sang ngajiduk semana sang nata lagi sineba

3 5. pepek kang para sent anatumenggung arya Ian patihnuwala enggal tinampan

168

maring perabu Majapahitnuwala binuka aglis

tumulya winaca sumpunungale kang ponang suratngalamat surat punikidumatenga ing sang perabu Berawijaya

36. wiyose kang ponang surateh ta prabu Majapahitlamun sira nyata lanang

lah ta payo tandhing juritana dene aran mami

jejuluk Jeng Sunan Ngudungkersane' Sunan Binsatara

kinon ngerusak Majapahit

lah sedaya /114/ perajurit ing Majalengka

37. mapaganengTunggaranalamun sira bosen urip wus putus ungeling surat 1sang nata ngendika aris

dumateng Kiyahi PatihGajah Sena namanipuneh Ki Patih Gajah Senaika ana gaman peraptisaking Demak si Patah kang gaw^pokal

38. kang ika sira sun-dutaamapak gaman kang peraptisumerta sira gawahaperjurit rong puluh kethiIan malihe sun-kantheni

kang nama Ki Arya Jambulperjurit saking Balegaputerane Jaran Panolehlah mangkata aja mundur tengahing rana

• 169

pupuh viii

durma

1. Gajah Sena pamitan mering sang nataBerawijaya Majapahitpamit sampun rinidhonan

ajujuk ing Tunggaranapandi /II5/ kanira sang ajiKi Gajah Senaumatur sendika Gusti

2. sampun mangkat Ki Gajah Sena punikaden-iring perajurit manteri

miwah para tamtamanulya beber kendera ing ngarsa miwah ing wingking'nebut tengara

kendhang gong kelawan beri

3. tan kawarna lampahira oneng margaTunggarana sampun peraptibala islam wus katingal

nanging Gajah Senaperajurite sewelas kenthiden-angsuhhen

kang sangang kethi amabantoni

4. ayon-ayonan wong islam lawan wong koparpan sigera bedhil-biledhilpanggah perajurit islamanesug ing madya kopar

pan awor dadi satunggal^pedhang-pinedhangIan ana bedhik-binedhik

5. kathah pejah /116/ punggawa ing Majalengkawong islam gih kathah mati

banjir getih belabar

^70

selur aserah watangbangkene susun atindhihislam Ian koparpan awor dad! sawiji

6. Gajah Sena amedali badayudamerabot sikeping juritamudhi gegaman tumbakana ing ranagana

sumbare awanti^eh ta wong islamlamun sira bosen urip

• 7. genambulana perajurit ing MajalengkaGajah Sena aran mamiwadiya islam sedayapayo tandhing ayudaayonana budi mamibarenga mara

metshi yen ingsun tadhahi

8. Amir Hasan amapag Ki Gajah Senapayo tandhing padha sijiGajah Sena angucapmating Ki Amir Hasanlamun /117/ arep angayonisira tumbaka

sun-tadhahi jaja mami

9. Amir Hasan anumbak Ki Gajah Senapanumbak^ wadi^ananging datan tumamaAmir Hasan angucapeh peijurit Majapahitsira malesa

anumbak dumateng mami

171

10. Gajah Sena anumbak Ki Amir Hasankena lambung ingkang kwingterus lambung ingkang kananAmir Hasan aniba

tan dangu nulya ngemasiKi Amir Hasan

yudane sampun kecodhi

11. Amir Hamzah amedali bodayudaanempuh ajarak patkang raka Amir Hasanapan sampun perlayaGajah Sena kang nelasiKi Amir Hamzah

jaja bang lir metu geni

12. Amir Hamzah /II8/ apetak oneng payudaneh peijurit Majapahitkebat sira ngucap

lafath kalimah syahadatyen tan ngocap sun-pateniKi Gajah SenaAmir Hamzah den-parani

13. ayuh-yunan Gajah Sena Ian Amir Hamzahtumbak tinumbak wani

apan pedhang-pinedhanggenti gebang-ginebangdatan ana kang kecodhiwatang binuwangagenti keris-kineris

14. Gajah Sena oleh tandhing bodayudapeijurit kang saking Wilisanama Ki Amir Hamzah

kuwel dennya bodayudaden-bithi amales bilhi j

dugang-dinugangpan genti jiwit-jiniwit

172

15. nulya medal Sunan Ngudung neng payudanambakta gegaman sekingmiwah gawa tamtamasami perawdreng /II9/ ranaGajah Sena dipun-byukitamat matiga

Sunan Ngudung kang nelasi

16. pan cinadak Ki Gajah Sena punikaJeng Sunan Ngudung agelisden-seking walikatiratatas terus ing jajatan dangu nulya ngemasiKi Gajah Smiaperjurit ing Majapahit

17. wadiya islam katun tigang dasa gangsalbala kopar dateng malihsangang kethi kathahira

saperaboting wong ngayudakegamanira mirantiwus ayun-ayunan

wong islam datan gumingsir

18. pan terengginas wong islam anulya nerajangdumateng barisan kapisnanging pinara tigasedasa nempuh ing kanankang sedasa nempuh keringkang gangsal welas/120/ anempuh tengah bebaris

19. pepuyengan punggawa ing Majapahittambuh mungsuh tanbuh kanthisamiya tumbak-tinumbak

miwah pedhang-pinedhanglawan konca rejang nekikathah kang pejahkang urip melayu gendering

173

20. RadSn Arya Jambul pan sampun lumajar ^ ,pelayu nira agendering • .<?tan kawarna ing marga

wus dateng ing Majalengka . /melebet ing dalem purisohan sang natamatur nyembah sarwi nangis

21. Gusti kawula kinarya tindhihing yudananging bala sampun etingGajah Sena wus pejahperjurite pan sampun telaskatun kawula ingkang uripenggallumajar * ■ ^ngaturi periksa suwangaji

22. cinari /121 / ta peijurit ing Majalengkakathahe rong puluh kethikang ngiring Ki Gajah Senaperang oneng Tunggaranapunika sami kecodhikatun sedasa

pelayu nira gendering

23. samiya bubar punggawa Majalengkawong islam lajeng sumikirkedel ing wana Kerawangkatun tiyang sawelaskang samiya perwireng juritsamiya rembaganutusan maring suwangaji

24. nulya mangkat marebut ingkang dinutaambekta kang ponang tulislampahira gegacangan

tan kawarna ing marga

Bintara pan sampun parepti

174

katur sang natasurate wong andon jurit

25. wus tinampannuwala ing Kanjeng Sunan^/122/ tnmulya binuka ageUsungele'kang ponang suratgusti kawula dinuta

angenibut si Majapahitwus kalampahan

perang pupuh lawan wong kapir

26. wadiya koparkang pejah tanpa wilangan^wong islam kathah kang matikatun wadiya sawelasdene Ki Amir Hasan

punika pan sampun lalispanuwun kawula

dumateng panduka aji

27. gih paringa kitunan ing wadiya balasumerta peraboting juritdene wong Majalen^abubar saking payudankawula lajeng sumingkir wanten ing|wana'Kerawang ing pernah neki

28. yen sembada kelawan kersa pandukawong kapir sun-pukul malihwus putus ungale'' suratKanjeng Sunan /123/ angendikadumateng rekiyana patihKi Ngabdul Salam

anenggih jejuluk neki

29. Ngabdul Salam jengandika mepek belasumerta peraboting jurit

.5

175

Sunan Ngudung utusan

anuwun bantoning balaAmir Hasan sampun lalisperajurit islmnpan katun sawelas iji

30. sekathahe peijurit ing Majalengkatanpa wilangan kang matikang urip pan samiya bubarmudur saking payudanJeng Sunan Ngudung sumingkironeng Kerawangnanging karsa yuda malih

31. rineksana Ki Patih nabuh tengarabendhene penatang juritbubul kang wadiya tamtamamiwah para punggawa

demang lurah Ian petinggidateng sedayamerabot /124/ sikeping jurit

32. angendika Ki Patih mering Tamtamasumerta perajurit Manterieh ta para punggawasang karsane sang nata

yen sira kinon bantoni ing badayuda 6angerebut si Majapahit

33. nanging Sunan Ngudung sira ulatanaing KcTrawang pemah neki

. apa saing parfiitahamesthi sira anut

Sunan Ngudung senapati*^kang pinercayadumateng panduka aji

34. para punggawa sedaya miwah tamtama

176

matur sendika gusti

kawula mesthi lumampahsaking kersa sang natalpunika pan sampun lami

angsal kawula

kepingin perang Ian wong kapir

35. angendika sang nata mering Ki Patiyapatih ingkang /125/ dhawuhlmanteri miwah tamtama

ika Sunan Mannyorankang dadi tindhihing juritpan kinarya

gentinipun putera neki

36. ingkang nama Amir Hasan wus perlayaGajah Se^na kang matenimangke gumanti kang ramaSunan Mannyoran namanyadipun-dhawuhi Ki Patih Ngabdul Salam kersane pandukaaji*

37. Haji Ngusman jengandika kawula dutadadi tindhihe perajurit

abantoni badayudaamukul ing MajalengkaHaji Ngusman matur agelisinggih sendikagenti malih kang winarni

38. pan kocapa Berawijaya Majalengkangendika dateng Ki Patiheh patih Gajah Madadika enggal utusan

dumateng negara Pengging/126/ Ian Ponaragajengandika kinon bantoni

Ill

39. Gajah Mada tumulya enggal utusandumateng negara Pengging

lawan ing Panaraga

duta pan sampun mangkattan kawarna onBng mergilampahe duta wus perapta negara Pengging'

40. nulya sohan utusan meiing DipatiyaAdiyaningrat ingkang nami

duta tumulya enggalangaturaken nuwalaingkang saking Majapahitsurat tinampan

tumulya binuka agelis

41. tiningalan ijohane' ponang suratungale sejeroning tuliswiyose serat punikakawula atur wuninga

ing negara Majapahitwus kahunggahan

mungsuh saking Bintara iki

42. Yen sembada Ki Dipati Dayaningratenggal jengandika bantoni/127/ ingkang wadiya balawus putus ungele surattumulya utusan angelisnabung tengara

Ian bendhe' penatang jurit

43. samiya parepta punggawa miwah tamtamademang lurah Ian patigiperabote' wong a)mdaKi Dipati angendika

dateng sekeh para manteri5h ta punggawaingsun arep abantoni

178

44. ing negara Majalengka kahawunggahanmungsuh saking Binatara ikisiia padha ngiringa meiing ing lakuning wong'"dumateng ing Majapahitabadayudamapag mungsuh ingkang perepti

45. atuiira dumateng lurah tamtamapan inggih sandika Gustitan dangu anulya mangkatDipati DayaningaitdSn iring punggawa manteiimiwah tamtama

gegamanira miianti

46. tan kawaraa /128/ lampahiia oneng maigaMajapahit sampun paieptiwonten maiih kang kocapaArya Dhadhang Wiuahaningkang wisma oneng Tingkiimiieng kang wartaRahaden Dipati Pengging

47. mangkat yuda abantoni Majalengkasumerta bala peijuritAiya Dhandhang Wurahantumulya anyandhak watangkudane kinon^gambilianitih enggalkuda nira den-jumethi

48. kuda nerap kadiya angin lampahiradatim kawaina ing margaRaden Dhandhang Wurahanwus parepta ing M^alengkaajujidc ing dalem nekiDhandhang Wecananenggih wahu kang naml

179

49. cinarita utusan ing Majalengkakesah mering Panaragidatan kawarna ing /129/ margalampahe ponang utusanwus parepta ing Panaragisohan sang nataBethara Katong kang nami

50. kang dinuta ngaturaken ponang suratingkang saking Majapahitsurat sampun tinampanamulya enggal binukaungale kang ponang tulisngelamat suratkatur dumateng sang aji

51. ingkang nama sang ngaji Bethara Katong 11ing negara Panaragiwiyose surat punikakawula atur wuningaing negara Majapahitwus kahunggahanmungsuh saking Bintara iki

52. wadiya bala ing negara Majalengkakathah kang matidene Ki Gajah Senapan inggih sampun perlayaBethara Katong sun-purih kituna bala^ ̂tamtama kelawan /130/ manteri

53. sang Bethara Katong nulya kitun suratutusan dateng DipatiLuwanu ing wisma nira

duta pan sampun mangkatdatan kawarna ing marga

lampahe dutaLuwanu pat sampun parepti

180

54. nulya sohan duta saking Ponaragadumateng Raden Dipatiangaturaken nuwalaingkang saking Ponaraganuwala tinampan agelisnuwala binuka

ungele kang ponang tulis

55. ingkang surat katur Adipatiyaing Luwanu wisma neki

wiyosipun ponang suratkawula tampi nuwalaingkang saking Majapahiting rama nata

Berawijaya Majapahit

56. kaunggahan mungsuh saking ing BintaraGajah Sena sampun /131/ lalissaking kersa kawula

adhi ingkang lumampah

bantoni ing Majapahitnanging jengandika

datenga ing Panaragi

57. Ki Dipati utusan ngambil kudajaran saking Margawati

jajan biru ulessiratumulya anyandhak warangkudane dipun-titihi

sinabet enggalkena poke konthol neki

58. kuda ngerab lampahe kadiya marutadatan kuwarna ing marga

wus parepta ing Ponaraga

Rahade'n Dipati enggalmelebet ing dalem puripanggih kang rakanulya lenggah tiyang kalih

181

59. sang Bethara Katong anulya ngendikadumateng wahu kang rayiadhi sedhateng dika ^ - -kawula purih lumampah . . .bantoni ing Majapahitanak kawula/132/Bethara Sudira kang nami

60. adhi bekta punika kinarya rejangKi Dipati matur agelisdhuh kakang sumangga kersa ,kawula dermi lumampahkang raka ngendika arisdateng Ki PatiyaJayadarna ingkang nami

61. Jayadarna jengandika amepek balaabantoni MajapahitKi Patih matur sandika

sumerta para punggawa

manteri arya Ian peijuritnabuh tengara

Ian bendhe' penatang jurit

62. samiya parapeta punggawa miwah tamtamademang lurah Ian petinggiseperabote"wong ayudaKi Patih angendikadumateng peijurit

eh ta punggawa

pan sira kinon bantoni

63. bodayuda tetulung ing Majalengka

saking karsane' sang ajidumateng /133/ lurah tamtamasamiya matur sendikasaking kersane Jeng Gusti

kawula lumampah

182

bantoni ing Majapahit

64. riseksana Bethara ICatong ngendikadumateng Raden Dipatiadhi jengandika mangkatlawan Raden Sudira

punggawa bala peijuritjengandika bektaDen Dipati enggal pamit

65. nulya mangkat Dipati lawan Sudiraden-iiing peijurit manterimiwah para tamtama

punika Raden Dipatiyaenggal nitih kang turaginenggih ulesnyajajan biru Margawati

66. Den Sudira anitih kuda pelangkakuda saking Margawatikendera wis binabyaring wingking kelawan ngarsakang bendhe sampun /134/ tinitirnabuh tengara

kendhang gong kelawan beri

67. pan gumuruh" suwarane wadiya balaurake awanti^

pan selur bebongkokan

bangkatan oneng wutatsumerta gawa turagi

ingkang andhonganIan bendhe tinitir-titir

68. tan kewarna lampahira oneng margawus perapta ing Majapahitpepek kang para dipatimanteri demang lawan arya

183

oneng kutha Majapahitsamiya rembaganmapag mungsuh ingkang perapti

69. ganti kocap Sunan man3airan winarnikinarsakaken sang ngaji

dadi tindhihing punggawaabantoni bodayudaangerebut si Majapahitsinungan bala/135/ kathaipun pitung kethi

70. wus pamit Sunan Manyuran punikapamit sampun den-ridhonilawan Sunan Bintara

miwah wali sedaya

Haji Ngusman mangkat agelisanitih kuda

jeragem ingkang turanggi

71. Haji Ngusman den-iring para punggawademang lurah Ian petinggi

miwah para tamtama

wus beber kendera abang

ingkang ngarsa miwah ing wingkingnabuh tengarakendhang gong kelawan beri

72. tan kawarna lampahira oneng margawana Kerawang sampun pareptipinanggih ing senapatiya ISunan Ngudung ingkang namauluk salam nulya linggihenggal rembaganmaju bodayuda malih

73. kawarnaha Ki /136/ Dayaningratpunika amireng warti

184

bala saking Bintara

parepta oneng wana Kerawang

enggal matur maring sang ajiyen mungsuh wus parepta

on^ng Kerawang pernah neki

74. Berawijaya anulya ngendika enggaldumateng para dipatimiwah para sentana

ika padha mapaga

mungsuh sang Bintara ikinanging ki patiya

Gajah Mada tengga purl

75. Gajah Mada punika kang tengga purapunika dipun-kantheni

kaitg nama Lembu Niserayalawan Ki Arya Ningahmanteri kang sepuh peribadiSuwadinira

punika kang tengga puri

76. /137/ mulya mangkat perjurit ing Majalengkatumenggung miwah dipatisarta para tamtama

lawan para punggawaRaden Gugur dadi tindhine 13Ian Pejad TandhaDipati Terung negari

77. perjurite'kang saking Terung negaramung rong ewu sedaya neki

den^ ingkang parwiramung demang tetigaDemang Lawung kang setunggalIan Demang Terasabapunika kang kaping kalih

185

78. lawan Demang Sokadana kaping tigademang tiga punikiangiring Ki Pejad Tandhatumut abodayudapunika ingkang kinathimaring Ki Pejad Tandhaing Terung ingkang negari

79. tan kawama /138/ lampahira oneng margapeijurit ing Majapahitwus parepta ing alas Kerawangbala islam wus katingaltumulya peijurit kapirnabuh tengarakendhang gong kelawan beri

80. sesahuran tengerenira wong islamlawan tengarane wong kapirgong maguru gangsa

tetege kaya butulasubare awanti^

wus ayun-a3mnan

wong islam lawan wong kapir

81. wus pinasang marime wadiya koparjumegur suwara nekiunine ambal^-lan

mariyem lawan melelananging datan angenaniing wadiya islamsaking permaning Yang Widi

82. wadiya islam aneseg/139/ ing wadiya kopar^sigera bedhil-binedhilpanguras lawan sinapannanging perjurit islammerepeki peijurit kapir

186

dadi setunggalpan sengguh-sinengguh wani

83. miwah ana kang suduk ikaana kang bedhil-binedhilIan ana pedhang-pinedhangana kang cuderik-cinudeiikana ingkang seking-sinekingkathah kang pejahsinepak kelawan esthi

84. wadiya kopar pejah tanpa wilanganwadiya islam ingkang matiika amung saleksakelawan pujul sedasatan dangu anulya paraptipunggawa koparinggih gegamanira miranti

85. Amir Hamzah amedali bodayudaamungsuh /140/ perjurit kapirkelawan Sunan Manyuran

wong kapir dateng saleksadSn-amnk tiyang kalihpejah sedayadatan ana ingkang kari

86. Wulung Kembang amedali bodayudamerabot sikeping juritana ing ranaganaambekta gegaman tumbaksumbare ̂ wanti^eh ta wong islamlamun sira bosen urip

87. ayun-ayunan perjurit ing MajalengkaWulung Kembang aran mamilah ta rebuten ingwang

187

wadiya islam sedayatamtama kelawan manteii

barenga maiaamesthi ingsun tadhahi

88. nulya medal Amir Hamzah neng payudanWulung Kembang den-paraniambekta gegaman tumbakpan sampun /141/ ayim-yunanpeijurit islam dan kapirKi Wulung KembangAmir Hamzah den-latari

89. pan ginebang watange Ki Wulung KembangAmir Hamzah males agelisanumbak Ki Wulung Kembangapankenajajanira

Ki Wulung Kembang angemasilelawa nira

peksi dhandhang notholi

188

pupuh ix

dhandhmg

1. kawarnaha ingkang sampun lalisWulung Kembang Tumenggung Berangkalika kapernah ipeneBerawljaya Majalangulelayone sampun cinandhi

wanten malih ipe niranata Majalangukang nama Dhandhang Wecanasampun lenggah tumenggung ing Majapahit

2. Raden Dhandhang Wecana medali/142/ bodayuda oneng ranaganawanti^ sesubare

wong islam rebuten ingsunpeijurite'ing MajapahitDhandhang Wecana aran ingwang

tumbake' den-pikulAmir Hamzah nulya medalbekta tumbak wong kapir dipun-paranitumbak-tinumbak

3. panumbaknya tanana nedhasiwatangira pan samiya bituwang

narik juriga koranetumulya suduk-sinuduk

datan ana ingkang kecodhi

dhuwungira rinangkanan sayah kalihipun'tumulya kedel sarapan

tiyang kalih aneda gadum Ian ranti

tumulya anginum toya

189

4. wus satapan nulya tangkep malihbodayuda Amir Hamzah ̂/143/ Dhandhang Wecana mungsuheJeng Sunan Manyuran muwusneng payudan dipun-tiagalipunika Ki Amir Hamzahpan suduk-sinudiik^^fianging tiyang kaiiyan panyuduknya datan ana kangnadhai^pan sami parwira nira

5. Haji Ngusman nulya amaraniing wong yuda apan sarwi ngocapdhuh biyang kaya perihesateriya kang perang pupuhora patut dipun-tingalikaiiyan mawi jurigapan suduk sinedukananging ingkang peryogakeris siji punika dipun-karonipan ika nyata parwira

6. Amir Hamzah kerise'den-tedhiing Jeng Sunan Manyuran punikatumulya den

LAMPIRAN3

KRITKUS APARATUS

Kritikus Aparatus ini terdiri dari dua bagian, Bagian pertama merupa-kan perbaikan 'gatra' dan pada berdasarkan buku Pathokahing NyekarakehkiiTangan R. Hardjawirogo (liht Bab V, Sub 4). Bagian kedua berupa perban-Hingan beberapa kata bahasa Jawa yang terdapat dalam teks (kelompok A)dengan kata-kata bahasa Jawa masa kini berdasarkan buku Bausastra Jawisusunan WJ.S. Poerwadarminta (kelompok B).

Maksud yang terkandung dalam kelompok B adalah: member! gam-baran tentang perbedaan yang ada antara bahasa Jawa yang terdapat dalamteks dengan bahasa Jawa yang tidak terdapat dalam teks. Di sin! peneliti ti-dak atau belum berani member! kata putus manakah d! antara kata-kata!tu yang lebih benar. Menurut sejarahnya, mungkin kata-kata yang terdapatdalam teks !tu leblh awal darlpada kata-kata yang terdapat dalam kelompokB; atau mungkin pula kata-kata tersebut merupakan kata-kata bahasa JawaPesisiran.

Tanda garis bawah yang terdapat di bawah kata-kata kelompok A merupakan petunjuk bahwa kata-kata tersebut digunakan oleh penulis babad lebih dari satu kali. Kelompok B tidak memerlukan tanda-tanda tersebut. Bagian Pertama.

Pupuh Pertama

1. Menurut tradisi, dalam bagian 'gatra' yang hilang itu dapat ditambahkanperkataan 'asih', sehingga seluruh 'gatra' berbunyi: "ingkang (asih) ingakhmt".

2. 'gatra ini sebenarnya terdiri dari dua gatra', yaitu: sekawan ikaingkang nama Abubakar

3. Perkataan 'sangalas' di sini masuk pada 'gatra' sesudahnya sehingga berbunyi sebagai berikut:

sangalas haiya iku taunipun.'gatra' ini kelebihan empat 'wada'.

4 5 -t- 6. Susunan kata-kata dan hubungan antar 'gatra' di sini kacau sehingga sulit dimengerti maknanya.

191

192

7. 'gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra' yaitu:aksara kathah kang banggakirang den-wuwuhana

8. 'gatra'ini sebenarnya terdiri dari dua'gatra', yaitu:nabi Sis sampun peputerakalih sami jalunipun

'gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.9. 'gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

Sang Yang Wenang atmajaneSang Yang Wening namannira

10. 'gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu :Parikena anama

Manumanawasa sesiwi

'gatra' pertama kekurangan satu 'wanda', sedangkan 'gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'.

11. Bunyi akhir 'gatra' ini seharusnya berbunyi 'a'.12. 'gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu: gatra kedua dan ke-

tiga. Dari 'gatra' ini ada kata-kata yang hilang, sehingga 'gatra' tersebutkalau dipisahkan akan menjadi:

ingkang nama Citerasuma... almajene

atau:

ingkang nama ...Citerasuma atmajane

13. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:wus awor lawan lelembut

kesah saking gunung Kombang

'Gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'. Suara akhir 'gatra' pertama seharusnya berbunyi 'a'.

14. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:anuta ing penggaweneMuhammad nabi wekasan

15. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:sang nata nulya angucaplafat kalimat sahadat

Pupuh Kedua

1. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu;ingkang nama Raden Damar

193

pinayungan tanah Palembang negari2. 'Gatra'imsebenarnyaterdiridaridua'gatra',yaitu:

garwa puteri saking Cinalangkung ayunipun

'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda'3. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannya

beibunyi:langkung teresna dateng puteri saking Cina singgih.

'Gatra' ini kelebihan empat 'wanda'4. 'Gatra' ini sebenamya terdiri dari dua gatra, yaitu;

angendika dateng ingkang puteriArya Damar namane

Baik 'gatra' pertama maupun 'gatra' kedua, keduanya kelebihan satu'wanda'

5. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannyaberbunyi:

wus ketampan Arya Damar enggal pamit

6. 'Gatra' ini sebenamya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:kagungane sang nataperabu Majalangu

'Gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'

7. 'Gatra' ini termasuk 'gatra' sebelumnya, sehinggga keseluruhannya berbunyi :

wangwarattane babar puteri nira'Gatra' ini kelebihan dua 'wanda'.

8. Bunyi akhir 'gatra' ini seharusnya berbunyi 'u'.9. BUnyi akhir 'gatra' ini seharusnya berbunyi 'i'.10. Bunyi akhir 'gatra' ini harusnya berbunyi 'i'.11. 'gatra' ini sebenamya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

Lembu Peteng kelahgkung mirangyen sampun misubur

'gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.12. 'Gatra' ini sebenamya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

anak putu nira

'Gatra' pertama kekurangan satu 'wanda'.

13. 'Gatra' ini sebenamya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:ngulari wadiya utamakang wespada sampun

194

'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda'.14. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.15. 'Gatra' ini merupakan 'gatra' pertama untuk 'pada' yang baru. Oleh pe-

nuUs babad kedua 'pada' itu tidak dipisahkan.16. 'Gatra'ini sebenarnya terdiri dari dua'gatra', yaitu:

deten wisma kula

dhusun Karangjambu TarubBaik 'gatra' pertama maupun kedua, keduanya keduanya kelebihan satu'wanda'.

17. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:sumerta Ian ibunipunjuru sawah kang den-titipi

'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.18. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'u',19. 'Gatra' ini seharusnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu;

Arya Bangah pamit inggaldumateng sang perabu

'Gatra' pertama kelebihan satu "Wanda'.20. 'Gatra' iiri termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannya

berbunyi:oneng Cempa sang perabu wus seda

'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.21. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.

'Gatra' ini kelebihan lima 'wanda'.22.- Gatra ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannya

berbunyi:kang dinuta kinen melebet ing puri

23. 'Gatra ini seharusnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:dinuta dening sang nataperabu Majalangu

Baik 'gatra' pertama maupun 'gatra' kedua, keduanya kelebihan satu'Wanda'.

24. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya:ing panduka rama aji pan sampun lalis

'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.25. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya:

dateng duta ika turena peribadi'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.

195

26. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya:pan gumerah kadiya ombaking jeladeri

'Gatra' ini kelebihan dua 'wanda'.

27. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.28. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.

'Gatra' ini kelebihan empat 'wanda'.29. 'Gatra' ini seharusnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

bahita sampun menengahlelayarane sampun angsal pitung wengi

'Gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'.

30. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'u'.'Gatra' ini kelebihan satu "wanda'

31. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:wus katur dateng sang nataperahu Majalangu

Baik 'gatra' pertama maupun kedua, keduanya kelebihan satu 'wanda'.32. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

ngaturi pirsa wiyoseputeri ayu Conderasatun

'Gatra' kedua kelebihan tiga 'wanda'.33. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

punika anggadhah puterakekalih sami jalu

'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda', sedangkan 'gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'.

34. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'i'.35. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga berbunyi:

angendika duta pinangkannya pudi

36. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga berbunyi:langkung teresna remen dennira hingali

37. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:madhep ngulon bocah tigacangkem^ celatu

'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.

38. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:mara ngucap aja sira cacadya ika nyembah dewane

39. Bunyi akhir 'gatra' ini seharusnya 'u'.

196

40. Bunyi akhir 'gatra' ini seharusnya 1'.41. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu;

amilih daginge amedaambune aperengus

'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda', sedangkan 'gatra' kedua kele-bihan satu 'wanda'.

Pupuh Ketlga

1. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'Gatra', yaitu:punika esteri sedayakang sepah nama Nawangsih

'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.2. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'Gatra', yaitu:

kang penengah namaniraRaden Ayu Nawangsari

3. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:apan dadi garwanira

Raden Ayu Conderawati

'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.4. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

Dewi Irah ingkang namiwan ten malih puterane Tarub wekasan

'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.

5. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:ana dene namannira

. Raden Bagus Ngabdul Qadir6. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

ojare Molana Eshaqadhuh gusti anak mami

7. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:ing Sunan Mangdum punika

tumulya angelaya bumi8. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

eh ajar sun-pureh nambani

anak ingsun Raden Ayu'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda'.

197

9. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannyaberbunyi:

berebes mili sang puteii oneng pungkuran.'Gatra' ini kelebihan empat 'wanda'.

Pupuh Keempat

1. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannyaberbunyi:

oneng wana ing panggonaningkangsepi

2. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:tumulya manggih perabukang layar dumateng Jawa

'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.

3. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannyaberbunyi:

jawab sallam tumulya enggal nakoni'Gatra'ini kelebihan satu'wanda'.

Pupuh Kelima

1. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.2. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

sampun angsal tigang santuntinarima ing Pangeran

3. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:sampun nira lama^Radfii Sahid tamanira

4. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:kadonyan pan sampun mungkurngadhepaken ing akerat

5. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:amulang ngelmu sarengatthareqat haqeqatipun

'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.

198

Pupuh Keenam

1. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya sehingga keseluruhannyaberbun)d:

mandheg mayong lampahipun

Pupuh Ketujuh

1. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'i'.2. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'i'.3. Bun3d akhir 'gatra' seharusnya berbunyi V.4. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.5. 'Gatra' ini sebenamya terdiri dari dua 'gatra'. yaitu:

Gajahmada kang meriksaniing perkara para padu

'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda'.6. 'Gatra' ini sebetulnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

Jeng Sunan Ngudung mesanggerahsumerta pequrit mantri

'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda',7. 'Gatra' ini sebetulnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

ngaturaken kang nuwalamaring peiabu Majapahit

'Gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'

8. 'Gatra' ini sebetulnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:lamun sira bosen urip

wus putus ungeling surat

Pupuh Keddapan

1. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:nulya beber kenderaing ngarsa miwah ing wingking

'Gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'.

2. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'i'.

199

3. 'Gatra' ini temiasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannyaberbunyi:

wus tinampan nuwala ing Kanjeng Sunan4. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya sehingga keseluruhannya

berbunyi:

wadiya kopar kang pejah tanpa wilangan'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.

5. 'gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:kawula lajeng sumingkirwanten ing wana

6. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:yen sira kinon bantoni

ing bodayuda

7. Bunyi akhir'gatra'seharusnya berbunyi'a'.8. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari tiga 'gatra', yaitu:

dipun-dhawuhi Ki PatihNgabdul Salamkersane panduka aji

'Gatra' kedua dan ketiga kelebihan satu 'wanda'.9. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

lampahe dutawus perapta.negara Pengging

'Gatra' kedua kelebihan dua 'wanda'.

10. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:sira padha ngiringamering ing lakuning wong

'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.

11. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.12. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

Bathara Katong sun-purih

kituna bala

13. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'i'.14. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya sehingga keseluruhannya

berbunyi:wadiya islam aneseg ing wadiya kopar

'Gatra' ini kelebihan dua 'wanda'

200

Pupuh Kesembilan

1. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra'. yaitu:dhuwungipun rinangkonansayah kalihipun

'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.2. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:

ananging tiyang kaliyanpangamuknya datan ana kang nadhahi

Bagian Kedua

A

amimiti (Ll.l.)anebut (1.1.2)bari (1.4.2)barini (1.4.3.)yudud (1.4.3.)ngadal (1.4.4)pespada (1.5.6)wanten (1.6.1)asewini (1.7.2)benthara (1.27.1)wesm (1.27.5)gelingtosan (1.27.7)kawarnahan (2.1.1)kimawon (2.7.3)satun (2.10.4)selari (2.13.3)

mirang (2.13.3)namanira (2.16.2)lumapah (2.17.8)tinari^ (2.18.5)mila (2.19.3)mtera{lA9.6)permila (2.20.5)pudhut (2.24.5)

B

amiwiti

anyebutbare

udud

wespada/waspadawonten

asesiwi

bethara

wisnu

gilingtosankawarnaha

kimawon

santun

wirang

nama nira

lumampah

nielu

netra

pramilapundhut .

201

B

neneng (2.26.1) aneng

gawake (2.26.3) gawok

amudhut (2.27.3) amundhut

^gkal (2.27.6) enggal

tulen (2.28.9) kilen

ngawahi (2.29.5) ngayahi

nuwala (2.32.8) ngayahi

nuwala (2.32.8) nawala

pengage (2,33.8) pengangge

kelang (2.36.4) gelang

nagis (2.38.8) nangis

kaluta^ (2.43.6) kalunta-lunta

bukar (2.44.7) bongkar

dorung (2.45.1) durung

rinapas (2.45.8) rinampas

mahara (2.45.3) maharaja

ngerdateh (2.50.5) ngerdatin

mo^ tane (2.52.3) momotane

kang (2.53.1) Ian

peryuka (2.53.2) prayuga

pudi (2.53.10) pundi

nupmg{2,SSA) numpang

bulu pethi (2.56.9) bulu bekti

kajeng tuwan (2.58.8) kanjeng tuwanmaringe (2.60.5) maringi

wiwidi (2.61.1) widi

angabung (2.61.9) angambungdatenge (2.63.1) datengi

ameda (2.63.6) amenda

werakil (3;2.4) weragil

ngiripani (3.6.5) ngideni

matuk (3.6.6) mantuk

tuwen (3.7.8) tuwin

nenadur (3,11.6) nenandur

akeran (3.15.5) -

jinujung (3.18.7) jinunjung

202

amung (3.19.3) namung

belabangan (3.24.3) belambanganpirya (3.24.9) priyanopal (3.25.8) numpang

menggah (3.26.9) niinggahanupang (3.27.7) anumpang

meksi (3.30.7) maksih

ngesterini (3.32.2) ngestreningedul (3.33.2) ngidulkaciting (3.34.3)

-

sayoberabingsun (3.36.6) sayembara ingsunpaEng (3.37.1) -

bejing (3.37.2) benjingpujuke (3.37.6) pucukesepalah (3.37.8) sepuluhngabung (3.38.4) ngatnbungcengku (3.38.4)

-

ngake (3.38.6) ngangge'waged (3.38.6) saged

luhure (3.39.6) dhuwure

pure^h (3.40.5) purih

mering QAl A) mating

pejah (3.41.7) pecah

gajaran (3.41.8) ganjaranwulya (3.42.5) waluyadadang (3.42.9) dadal

peryugi (3.44.7) prayogi

delenge (4.3.1) -

daning (4.3.2) deningkinadhut (4.3.3) kinandhut

werih (4.4.7) warih

rebut (4.5.2) ribut

ico (4.7.7) eco

tumibal (4.9.7) tumimbal

kantos (4.11.4) ngantos

sinusuwinan (4.11.1) sinusunan

werta (4.13.2) wart a

203

A B

dhewek (4.17.4) dtiewe

katun (4.17.5) kantun

juran (4.18.3) jurang

parsisiran (4.18.5) pasisiran

ngeripani (4.19.2) —

jakar (4.19.3) jangkar

seketera (3.19.4) —

wadene (4.23.1) wandene

gi (4.26.4) gib

jmujung (4.26.6) jinunjung

berongsta (4.27.7) beronta

siten (5.7.6) sinten

ekalasha (5.10.7) eklas

winalang (5.11.1) winulang

rejange (5.11.3) rencange

nedera'(5.13.4) nendra

ruhung (5.20.6) rukuk

ampayan (5.25.6) ampeyan

tinigal (5.20.5) tininggal

rakilipun (5.35.6) ragilipun

pembateke (5.40.3) pembajenge

wunten (5.41.1) wonten

pahung (5.42.1) paku

pinujul (5.43.6) pinunjul

ngampel (5.44.7) ngampil

kadhing (5.47.1) gadhing

jab (5.49.5) jaba

kedel (5.50.5) kendel

santayan (5.52.5) -

penthi (5.54.6) petlii

nyekemi (5.62.5) nyungkemi

sedhara (5.65.2) sedherek

werta (5.63.2) wasta

winalang (5.66.1) winulang

jungkung (5.68.5) jukung

kinathi (6.) kinanthi

gegacangan (6.2.6) gegancangan

204

A B

alapah (6.3.2) alampahsohan{63A) sowan

ngawusira (6.5.1) -

wadeten (6.6.1) wadene'

wastan (6.6.1) wasta

bangon (6.9.5) bangun

oning{6A63) aneng

r&ang (6.17.4) rencang

pinaci (6.21.6) -

ambetur (6.22.3) ambentur

adhedhekoh (6.27.3) adhedhukuh

amisu (6.28.2) amesu

sateri (6.29.6) santeri

kapokan (7.2.3) -

kupule (7.2.4) kumpule'tapa (7.3.7) tampa

uneng (7.8.2) uninga

pertikah (7.9.6) pratingkah

tangala (7.9.9) ta'ala

ngagoha (7.10.8) nganggoha

sekeh (7.16.8) sakeh

siten (7.18.5) sinten

sampu (7.23.7) sampun

mrentah (7.24.8) mrentah

mireti (7.28.5) miranti

angago (7.28.7) anganggo

binsatara (7.36.7) bintara

mudur (7.38.9) mundur

ajujuk (8.1.4) anjujukkendera (8.2.4) gend^ranebut (8.2.5) nabuh

angsuhken (8.3.6) —

amabantoni (8.3.7) ambantoni

bfledhil (8.4.2) binedhil

anesug (8.4.4) angesuk

badayuda (8.6.1) bandayuda

amudhi (8.6.3) amundi

205

A B

genambulana (8.7.1) —

wadi2 (8.9.1) wedi-wedi

anempun (8.11.2) -

apetak (8.12.1) -

tamat matiga (8.15.8) -

katun (8.17.1) kantun

kegamanira (8.17.5) gegamanira

etmg{%2\2) -

suwang (8.21.7) sowan

sumikir (8.23.2) sumingkir

kedel (8.23.3) kendel

marebut (8.24.1) malebet

gegacangan (8.24.5) gegancangan

pemtang{%3\2) penantang

abantoni (8.37.3) ambantoni

panang (8.41.1) ponang

ijohan (8.41.1) -

patigi (8.43.2) petinggi

sekeh (8.43.5) sakeh

kahunggahan (8.44.1) -

binatara (8.44.1) bintara

jumethi (8.47.7) cumethi

ajujuk (8.48.5) anjujuk

kituna (8.52.6) kintuna

kitun (8.53.1) kintun

pat (8.53.7) pan

patiya (8.60.6) patihnya

turagi (8.65.5) turanggi

kendera (8.66.3) gendera

selur (8.67.3) -

wutat (8.67.4) wuntat

andhongan (8.67.6) -

pepek (8.68.3) pepak

jeragem (8.70.7) —

jeragem (8.70.7) —

pejad (8.76.6) pecat

pejat (8.78.3)perwira (8.77.3)subare (8.80.5)marime (8.81.1)cuderik (8.83.4)sesubarane (9.2.3)bituwang (9.3.2)korane (9.3.3)kedel (9.3.7)pariwiranira (9.4.9)perihe (9.5.3)juriga (9.5.6)katos (9.7.3)

206

B

pecat

prawira

sumbare

tnariyeme

cxinderik

sesumbaran^

karone

kendel

prawira nira

kepriye

curiga

ngantos

LAMPIRAN 4

TERJEMAHAN KUTIPAN.

1. penulis memohonmaaf yang sebesar-besarnyakepada para pembaca

2. memuji nabi Muhammaddan sanak warganya

sahabat yang empat yaitu AbubakarNgumar, Ngusman yang ketigakeempat Ngali Murtala

3. Aku mulai (menulis) dengan memuji(dan) menyebut;nama Tuhan (1.1.1-2)sesudah memuji Tuhan (1.2.1)

4. penulisan (naskah ini) dimulaipada hari Sabtu ;'pasarari'Pon .Hi;'-,bulan Ruwah

tanggal kedua puluh empattahun

Sembilan belas

5. Lembu Peteng kemudian menyembahmenyerahkan jiwa raganya

(dan) ingin mengabdiKi Tarub tersenyum

Lembu Peteng diperhatikanmatanya tampak bercahaya/27/ memancarkan kerahasiaan(jelas) anak ini keturunan rajakemudian Ki Tarub bertanya setengah berbisikanakku, aku bertanya kepadamudari mana asalmu

dan anak siapa?Lembu Peteng segera menjawabaduh Tuhan hamba ini adalah

anak Bok Wandhan Kuning.

207

208

Bab IV

1. Bab pemakaian 'basa' di dalam 'tembang' diharapkan dapat memenuhiketentuan yang berlaku, jika 'krama' selanjutnya 'krama' saja, tetapi ji-ka 'ngoko', selanjutnya terus 'ngoko'.

2. Meskipun di atas telah dijelaskan perihal pemakaian 'basa' krama dan'basa ngoko', tetapi apabila terpaksa harus menyalahi aturan, umpama'ngoko' diselingi 'krama', atau 'krama' diseUngi 'ngoko', boieh saja, tetapi penembang wajib mengetahui tentang 'undha usuk' bahasa. . .

3. adalah ceritera

menceiiterakan yang kuna-kunadari keturunan Adam

ada yang jadi nabiadayangjadi waliada yang jadi guru dan ratuada pula yang jadi kuli (1.6)

4. ayahandanya bicara kasarhai, Ratna Kesuma

kau menyukai adikmu sendirisi Rahaden Suruh (1.43)

5. sang perabu bertanya segerakepada Ibrahim Asmara'Derwis' siapa namamudan apa maksud kedatanganmu (1.54)kau menghadap kepadakuadakah sesuatu yang amat penting (1.55)

6. berkatalah raja Majapahitkepada sang permaisuriapa yang adinda susahkanmengapa bergulung-gulungmenggeleser di tanah

Berawijaya pelan berkata (2.40)siapa gerangan memberi tahu adinda(bahwa) ayahanda raja mangkatsebab tak ada surat

yang sampai kepadaku (2.41)

209

7. sang raja lalu berkatakepada parabupatisemua, jadilah saksitentang sayembarakusiapa yang bisa menyembuhkananakgadisku

(cUa) jadflah jojohnya (3,36)kuangkat di Belambanganmenjadi perabu 'anu' kelak (3.37)

8. berkatalah sang raja kepada patihnya (3.38)patih, panggillahajar yang tinggal di gunung (3.39)raja pelan berkatakepada Kiyahi PatihGajah Senahe, Ki Patih Gajah Senalihatlah ada musuh datang

dari Demak si Patah yang menantang (7.37)9. bertanyalah Ki Tarub sambil berbisik

anakku, aku bertanya

dari manakah asalmu

dan putra siapa? (7.38)10. berkata Molana Ishaq, aduh anakku

bapakmu adalah adikkudi Campa nama Ibrahim (3.30)Molana Ishaq berkatakepada Raden Rahmatwahai anakku

kau kunamai

Sunan Mangdumadapun Sunan ituberarti disembah oleh para prajuritMangdum berartiyang mengislamkan tanah Jawa (3.31)

11. Kanjeng Sunan Ngampel Dentalalu menjawab salamdan segera menanyaiaduh aku ikut

210

bertanyadarimana dan siapa nama saudaratamu memberi tabu tentang kedatangannya (4.22)

12. ibunya lembut berkataaduh anakku sayangtidak salah berlta itu

yaitu wall Allah

bernama Raden Rahmat

bergelar Jeng Sunan Mangdumbertempat tinggal di Ngampel Denta (5.44)

13. Raden Husen segera berkatakepada kakaknyawahai, kakanda

bagaimanapun mengabdi Kanjeng Sunandi desa Ngampel Dentamenimba ilmunyaberibadah pun sudah cukup 9(5.69)tetapi menurut pendapatkumarl kita mengabdikepada /90/ sang perabu Berawijayadi Majalangu

memperlihatkan kepandaianbarangkali dikemudian haribisa membuat kakanda mulya (5.70)

14. adapun isi surat ituhai perabu Majapahitjika kau benar-benar jantanmari kita perang tandingadapun namakuJeng Sunan Ngudungmenurut Sunan Bintara

agar merusak'Majapahithai seluruh / 114/ perajurit Majalengka (7.36)hadanglah di Tunggaranajika kalian bosan hidup (7.37)

15. di medan perangsaling menantanghai orang-orang islam

211

jika kalian bosan hidup (8.6) . ~lawanlah perajurit Majalengka • ^ ■aku G^ah Sena ■ ^bala tentera islam - ■'mari berperang . ^ ■

tandingi aku - c ' >,semuf maju • ■ •

pasti kubasmi (8.7)16. KanjengSunan/123/berkata

kepadaPatih

Ki Ngabdul Salamnamanya (8.28)Ngabdul Salam siapkan bala tentaradan segala alat perangSunan Ngudung suruhan .

minta bantuan prajuritAmir Hasan telah gugur

prajurit islamsisa sebelas.orang (8.29)

17. berkata Ki Patih kepada tamtamadan para menterihai para'punggawa'menurut kehendak rajakalian wajib berperangmerebut Majapahit (8.32)

18. Ki Adipati berkatakepada semua menteri " ! uj k iiMi ii".

wahai 'punggawa'aku ingin bantu (8.45) jdi negeri Majalengka kedatangan ciSqmusuh dari Bintara .

kamu sekalian mari ikuti akuke Majapahitberperang

mencegat musuh yang datang (8.44)19. terberita Rahaden Suruh

bicara kepada ayahandanya (1.41)

"iS'J 'K

212

aduh ayah, bagaimanakakanda Ratna Kesuma

jelek kelakuannyasukakepadakutapi aku mau (1.42)

20. Ibrahim segera menjawabya tuan, nama hambaSayid Ibrahim Asmaraadapun kedatangan hambaingin mengajak sang perabu (1.55)menganut agama sudsareat nabi Muhammad

mengucap dua kalimahanla ilaha /17/ ilia ialahMuhammad rasulullah

itu lafalnyarukim agama islam (1.56)menyembah dan memujikepada Allah taalapengikut Muhammad nabi terakhirjangan menyembah berhalaitu agama kafirmenyembah dan memuji berhala (1.57)

21. Lembu Peteng segera berkataya tuan adapun hamba inianak bok Wandan Kuning

rumah hamba di desa Kerangjambu T arubsang perabu Campa berkata (2.31)mengapa aku tak memberi tahukepada kakanda perabu Berawijayasebab aku merasa

aku lebih rendah

kakanda perabu Majapahitadalah maharaja

memeiintah sesama raja

kalaupun aku berkirim suratkepada perabu Majapahitsungguh tidak /33/ pantas (2.32)

213

22. memberi tahu sambil menyembahArya Bangan kepada rajaya tuan hamba diutus (2.33)hamba diutus sang perabutanpahasil(sebab) /34/ putri Conderawulansudah punya suamidikawin keturunan Kanjeng Nabibernama Ibrahim Asmara

sudah berputra tiga orang (2.34)23. berkatalah permaisuri

kepada sang perabuhamba bersedih sebab ayahandadi Campa sudah mangkat (2.40)

24. Raden Rahmat segera berkatakepada tamu yang datangdi tanah Jawa ini

orang-orang masih kapirhambalah yang memulai memeluk islam di Jawa (3.38)

25. Patih Belambangan menyembahlalu berkata kepada sang perabuada seorang ajar

di puncak gunung Selangutak sama dengan kebanyakan ajarsegaia tingkahnya leqihagamanya pun berbeda dengan ajar umumnya (3.37)

26. nahkoda segera berkataini penemuan hambadi laut terbawa ombak

pelabuhan Belambanganterapung di dalam peti (4.9)

27. tamu berkata terus terangnama hamba Ngabdul Kadir (4.22)adapun adik hamba ininamanya Dewi Sarah(dan) ayah hambabernama Molana Ishak

di negeri Pasei ,

214

sekarang sudah pulang ke rahmatulahketika hidup beipesan (4.23)

28. Jeng Sunan segera menjawabsalam tamu yang datangJeng Sunan segera ke luarsahabat, aku bertanyasiapa nama

/73/ dan dari mana asalnya (5.7)Sunan lalu berkata

wahai sahabatku

jika ilmu tidak diamalkantak ada manfaatnya (5.9)

29. Raden Paku pelan berkatakepada ibunyabeglni katanyaibu hamba dengar kabarbahwa di Surabaya

ada ulama tersohor

nama Sunan wall Allah (5.43)30. Sunan Giri berkata

kepada para walltak ada yang patutmenjadi kalifah agama

hanya Sunan Demakcocok menjadi perabusaksikanlah

Sunan Demak dinobatkan menjadi raja (7.15)31. para punggawa dan tamtama

berkata serentak

sesuai kehendak rajakami mesti berangkatini memang telah lama

kami impi-impiingin berperang melawan orang kapir (8.34)

32. kata penunggang kudahamba orang Majapahitlurah desa Cakar Ayamberburu kijang dan kancil

215

atas perintah Seri MaharajaBerawijaya Majapahit (7.33)

33. Surat dikirim kepada adipatidiLuwanu

adapun isi suratkakanda terirna surat

dariramanda

Berawijaya Majapahit (8.55)kedatangan musuh dari BintaraGajah Sena gugurmenurut hemat kakanda

adirida berangkatmembantu Majapahit

tetapi sihggahlahadinda diPonofoga dulu (9.56)

34. maksud surat ini

aku memberi tahu

bahwa diMajapahit"telah kedatangan

musuh dari Bintara'(8.5I)prajurit Majapahitbanyak yang gugurdan Ki Gajah Senajuga telah gugurBethara Katong kuminta

mengirim bantuan tamtama /130/ dan materi (8.52)35. aku mulai memuji

menyebut nama (Hyang) Sukmayang mahamurah di duniayang mahaasih di akheratabadi mahabesar

menganugrahi kasih sayangmengampuhi dosa-dokaSesudahnya memuji Ijang Widiliiemuji iiabi Moeh^mad,dengan sahabat-sahabatnyayang tielah disudkanyang dianugerahi

216

36.

38.

dan para pengikutkepada nabi Moehammad

Serat Menak Kartasura

1.1 aku mulai memujl1.2 menyebut nama

(Hyang) Sukma1.3 yang mahamurah di du-

nia

1.6

2.1

yang mahaasih di ake-rat

menganugerahi kasihsayang

mengampuni dosa-dosasesudah memuji IjangWidi

rmmuji nabi Moehammad 2.2dengan sahabat-sahabat- 23nya.

di hari Saptu ini (1.3.2)yang menulis bemama Marsuf (1.3.8)jangan membaca (sambil) 'ngadal' (1.4.4)ada yang menjadi nabi (1.6.4)berganti yang diceriterakan (1.25.1)ada lagi putranya (1.413)yang bernama Lembu Peteng (2.24.2)manteri yang menunggang kuda (7.32.6)telah selesai sholatnya (3.29.3)

39. Berputra : nabi Muhammad berputra (1.21.1)

37.

1.4

1.5

1.6

2.1

2.2

2.3

1.

2.

3.

4.

5.

6.

1.

2.

3.

1.5. menganu

mengam

BDP

1.1 aku mulai memuji1.2 menyebut Yang Suksma

1.3 yang mahamurah

1.4. yang (...) di akerat

gerahi kasfli sayang

puni orang yang berdosasesudah memuji Yang Widi

memuji nabi Muhammaddengan sahabat-sahabatnya

menulis

lakidaki

tetapidiceriterakan

perempuan

man

sanggama

ya

lagisembuh

yang menulis masih bodoh (1.5.6)kedua anaknya laki-laki (2.3.3)tetapi sudah banyak kawannya (6.23.4)ada diceriterakan (sebuah) ceritera (1.6.1)anak yang tua perempuan (2.15)tak mau memangku jabatan (pemerintahan) (2.2.2)jangan sampdi kausan^amai (2.6.8)ya, sudah berangkat Arya Damar (2.8.1)lagi ceritera tentang sang putri (2.11.1)sakitnya tak bisa sembuh (2.11.10)

217

prajuritmata

ragu-ragu

tuah

menyembahapa

jalwpakaianpenghasUantumenggung

bagusjodohgunung

aku

aku

maha

ya

samudera

air

semua

rumah

perahupelankepandaiantidur

hati

nya

berkata

di

rajarajamenikah

lalu

maniisia

punggawa

perang

sudah memberi tahu kepada prajurit utama (2.17.6)tampak dm cahaya matanya (2.19.6)anakku jangan kau ragu-ragu (2.21.6)menurut kehendak tuan (2.22.6)semuanya menyembah {2.30.4)apa yang menyebabkan susah (2.40.3)tak terceriterakan di jalan (2.47.4)yang bagus pakai^nya (2.5 32) ;yang menyerahkan penghasilan (2,56.9)tumenggung dan bupati (3.7.3 )anak laki-laki yang bagus (3.19.4)semoga ini menjadi jodohiiy a (3,36.9)di atas gunung Selangu (3.39.6)^ -jika sembuh anakku (3.41.1)kepada anak putriku (3.41.5)Allah yang mahasuei (3.44.8)ya ini anak putriku (4.3.2)lalu dibuang ke samudera (4.4.4)air mengalir sangat deras (4.4.7)semua wali mengiringkan (4.16.3)

tak terceritakan di jalan (4.8.8)di rumahnya Molanalah meninggal dunia (4.15.2)nakhoda sudah siap di perahuRaden Patah pelan berkata (5.71.1)melihat kepandaian (nya) (5.70.5)malam harinya tanpa tidur (5.16.5)I^den Husen bicara dalam hati (5.68.2)kepada adiknya (5.71.2)Raden Patah pelan berkata (5.71.1)telahjauh dijalaninya (6.2.4)kemudian menghadap raja (6.3.4)raja Berawijaya (6.2.5)ini menikah (6.8.3)Raden Patah lalu mau .., (6.9.1)melatih (jiwa) raganya (6.9.6)tingkah laku semua manusia (7.9.1)para punggawa sudah lengkap (720.3)akan pergi berperang (7.28.3)

218

tamtama tamtama prajurit manteri (7.29.8)kuda mantri yang menunggang kuda (7.32.6)surat surat penantang perang (7.32.4)jalan ada di jalan (8.6.4)maju maju perang (9.1.10)keiis dengan menggunakan keris (9.5.6)kalah sudah kalah perangnya (8.10.7)

40^ Raden Ngadnan berpura (1.15.6)jangan membaca /3/ sambil merokok jangan-jangan terbakar (1.4.3)anak Raden Najar (1.16.3)yang tua itulah anak laki-lakinya (2.3.9)putra dari sang perabu (5.53.4)serta membawa parameswari (2.8.4)kata para cerdik pandai (2.11.5)Lembu Peteng menurut apa kehendak sang pendeta (2.24.9)masuk ke dalam istana (7.34.6)masuk ke dalam istana (8.20.5)perahu pecah di tengah laut (2.49.1)jangan kau mencela, dia sedang menyembah dewanya (2.62.2)senja matahari hampir tenggelam (3.38.1)cahayanya kuning (7.3.4)aliran air sangat deras (4.4.7)kepada perabu Berawijaya (5.70.4)Sunan Ngudunglpanglimanya (7.18.9)hai lurah engkau kuutus (7.33.9)yang bernama Amir Hasan telah gugur (8.36.1)segera mengendarai kuda (8.65.5)

41. kepada'soyabera'ku (3.36.6)

sudah sampai di Jepara (7.11.8)tamtama prajurit mantri (7.29.8)lari kuda seperti angin (8.58.1)kepada Raden Dipati (8.54.2)

42. masjid tempat ibadah (1.60.7)telah tamat kitab dan Qur'an (1.64.2)uraian dan tafsirnya (1.64.3)tuan masih kafir (3.30.7)yang mengislamkan tanah Jawa (3.31.9)

219

pantas menerima pangkat wali Allah (5.24.4)sedang sholat asar (3.28.3)dan yang makmum (3.28.5)sholat fardlu sunat tak pernah lupa (3.33.8)menyerahkan diri kepada Tuhan dan syukur (3.34.6)mengajar ilmu agama Islam (4.14.4)jalan harus ditempuh dan kebenaran sejati (4.14.5)memerintah wall pengganti (4.14.6)wall utama dan wall pengganti (4.15.4)para ulama dan mukmin tasawuf (4.15.5)gemuruh membaca selawat (4.16.4)dan ada yang membaca tasbeh dan pujian (4.16.5)ada yang meng-Esa-kan Tuhan (4.16.7)apaiagi mengajar ilmu batin (4.24.7)mengingat hail kemudian (4.27.6)dalam ucapan dengan maknanya (5.11.7)ada ulama pendeta (5.42.4)lalu diajar ilmu suluki(5.59.6)dalam ilmu naqso bandiyah (5.59,7)keturunan rasulullah (5.5.2)yang seorang bernama Sayid Maksim (5.5.4)yang ketiga bernama Halifah Husen (5.5.6)siang malam bersujud (5.20.6)menghindari haram dan makeruh (5.2^.6)menjadi yang dipercayai (5.27.2)menghadapkan diri kepada Tuhan (5.28.7)yang belajar mengkaji Qur'an (5.40.4)tetapi Tuhan bersama (7.4.5)ilmu junum berarti (7.5.1)adapun sifat rahman rohim (7.5.4)ya diberi rejeki (7.5.8)dan /lOl/ besuk di jaman akhir (7.6.4)di dunia telah tampak (7.6.5)memperoleh rahmat dari Tuhan (7.6.9)tidak gila zawal ngakal {1.13)hanya satu ujudnya (7.7.6)masih mengkaji wakdal tauhid (7.1.4)dan ilmu pokok-pokok agama (7.1.5)

220

dan mengaji ilmu makripat (7.1.7)di dalam kalimat takbir (7.2.5)bersemedi memuji Tuhan Yang Agung (7.2.6)awal orang mengembara (7.4.2)kepada Allah taala (7.8.3)memiliki sifat qodir (7.9.8)membuang kemegahan diri dan kesombongan (7.10.3)mendengarkan hal-hal yang jahat dan takabur (7.10.4)hati was^was dan kikir (7.10.5)sink berganda dan dengki (7.10.6)itu sifat terdahulu dan abadi (7.12.7)keadaan lahir dan batin (7.12.8)para wali berdatangan (7.13.3)perang sabil adalah suatu kewajiban (7.17.2)dan hadis Kanjeng Nabi (7.17.4)memakai pakaian keramat (7.28.7)mendesaktentara kapir (8.4.4)bismiliahirrohmanirrohim

anla ilaha illah lallah (1.56.4)

ini agama kafir (1.57.5)sang perabu lalu mengucap lafat kalimat sahadat (1.58.4)derwwis siapa namamu (1.54.6)

43. dibuang di pulau Onderus (1.46.6)diambfl anak oleh raja Englan (1.46.7)di negeri Englan dan Paresman (1.47.2)dan negeri Sepanyol (1.47.3)putera Cempa menaiki perahu (2.51.5)

221

Bab V

1. Aku mulai (menulis) memujimenyebut nama Tuhanyang mahamurah di duniayang mahaasih diakheratyang selalu dipujimenganugerahi kasih sayangmengampuni yang berdosa

2. aku mulai (menulis) meipujimenyebut nama (hy^g) suksmayang mahamurah di duniayang mahaadh di akheiatyang selalu dipujiyang memelihara alamyang mengasihi Nabi Moehammad

3. Aku mulai (menulis) memujimenyebut nama Tuhanyang memberi kemurahan di duniayang mahaasih di akeratyang selalu dipujimenganugerahi kasih sayangmengampuni orang yang berdosa

4. Aijuna berputraAbimanyu namanyaAbimanyu berputraPerikesit namanya

Parikesit berputraUdayana namanya (1.32)terceriterakan lag! Ngabdul Kadirdia sudah kawin

dengan Ni Dewi IsahputeraSunan Jakandarsetelah bertahun-tahun

Ngabdul Kadir yang tinggaldi Cirebon menjadi imam (5.1)

5. tak diceriterakan dulu tentang raja Majapahitterceritera raja di Cempa (1.50.1) dan 2)

222

ada yang diceriterakan lagj (1.53.1) ,•adapun tadi ceritera tentang sang puteri (2.11.1)diceriterakan lagi tentang sang perabu (2.11.4) .ada lagi yang diceriterakan (3.5.3) "' ^ada lagi yang diceriterakan (5.41.1)ceritera (yang terdahulu) tak diceriterakan duludiceriterakan lagi tentang Sunan Ngampel (6.7.1 dan 2)beralih kepada ceritera yang lainterceritera Raden Amir Hasan (6.24.6)

6. Ibrahim segera berkata

ya tuan, adapun nama hambaSayid Ibrahim Asmara

kedatangan hamba kemariingin mengajak sang perabu (1.55)menganut agama sucisariat nabi Muhammad . , ; j,mengucap dua kalimat ' ,anla ilaha/17/ilia lallahMuhammad RasuluUah

begitulah lafatnyarukun agama Islam (1.56)menyembah dan memuji

kepada Allah taala

turutlah ajaran Muhammad nabi terakhirjangan menyembah berhala

itu agama kafir

menyembah dan memuji berhala (1.57)7. terceritera Ngabdul Jalil

putera Sunan Gunung Jatidia tak mau kawin

masih mengkaji wahdah tauhid

'dan ilmu usuluddin

dan mengkaji ilmu makripatdan mengkaji ilmu sufipengajarnya Kanjeng Sunan Ngampel Denta (7.1)wahdah tauhid artinya

menyatukan ciptaan dengan penciptabersatu tanpa bersinggungan

223

tapi kumpul menjadi satudi dalam kalimah takbir

bersetnedi memuji Tuhan

tiada ciptaan dan pencipta

menjadi satunya papandengan tulisanseumpama emas bercampur tembaga (7.2)

telah hilang wujud tembagahanya tinggal wujud emasakan tetapi yang tampakyaitu cahaya emas saja

tetapi hati-hatilah kau

perumpamaan /lOO/ seperti itujangan salah tafsirjangan sampai terkecoh

agar iinanmu tetap selamat (7.3)usuluddin artinya

awal orang musfir

musafir berarti

hidup menurut kehendak Tuhan

tetapi Tuhan selalu menyertai

peijalanan hidup ciptaan-Nya

tanpa pisahciptaan dan pencipta

seumpama manusia dengan bayangannya (7.4)ilmujunum artinyaciptaan ingat akan dirinyaterbenam dalam kebaikan Tuhan

adapun sifat rohman rohim

rohman berarti

memberi tanpa dimintasemua yang bernyawaibeii rejeki

sesuai dengan kebutuhan (7.5)sifat rohim berarti

Tuhan maha pengasihkasih terhadap manusia

yaitu /lOl/ padajaman akhirdi dunia sudah tampak

224

kasih Tuhan

kepada semua ciptaannyayaiig memiliki iman sejatidianugerahi Tuhan (7.6)tergila-gilanya manusiakepada yang mahasucitidak gila zawal akaltapi gila memikir duniakepada yang mahasucihanya satu wujudnyatetapi tingkah lakumanusia pasti

sejalan dengan Tuhan (7.7)ilmu makripat berarti

jika kau gandrungkepada Allah taalalihatlah dirimu

bisa tampak pribadimudan tak dapat berkata

kedua matamu tak melihat

lalu badanmu /102/ tak dapat bergerak (7.8)segala tingkah manusiaberkata dan melihat

itu karya Tuhan

manusia tinggal menerlmatetapi tak memiliki kekuatanpolah tingkah manusiahanya Tuhan yang mahamulyamemiliki sifat qodiritulah wujud Allah taala (7.9)ilmu sufi berartipembersih hati

membuang kemegahan diri dan kesombongandan sumagah dengan kibirifat was-was dan kikir

sirik kafi dan hasud

buanglah semuanya

pakailah hati yang beningsabar tawakal kepada Tuhan (7.10)

225

8. Molana lari terbirit-biritmasuk hutan naik gunungistrinya ditiiiggal (dalam keadaan) hainil (3.46)

9. yaanakkuQmu tanpa amaltiada berguna (5.9)

10. Sunan Demak berkatakepada para wallkawan-kawan mari kita berunding (7.16)berdirinya agama islamwajib perang sabiltelah tercantum dalam Qur'andan dalam Hadis nabi

mari kita berundinguntuk merebut Majapahityang kaliwat kafirtak menganut agama sudpara wali berunding (7,17)

11. adapun Raden Ibrahonputra kanjeng Sunandi desa Ngampel Dentadiamenikah

dengan Dewi Irahanak Ki Jakandar

lama-lama berputra (5.21)putra Raden Ibrahimperempuan hanya satuNi Dewi Rahil namanya

Ibrahim berkewajibanmenjadi imam di Lasem dan Tubandi Bonang /77/ tempat diamnyakemudian bertapa (5.22)Raden Ibrahim bertapa

di gunung Gadhingdengan tekuntiada makan tiada tidur

membuang hawa nsipsumenyingkiri haram dan makeruh

226

fardlu sunah tak tampak (5.23)

telah tiga bulan lamanya

tap a Raden Ibrahim

diterima oleh Tuhan

dianugerahiderajat waliyullahnamanya Kanjeng Sunan Bonangbanyak penduduk yang mengikutiberbakti kepada Tuhan (5.24)

12. berkata raja Majapahitkepada permaisuriapa yang adinda susahkan

menggelesar di tanahberkatalah permaisurikepada sang perabuhamba menangis sebabayahanda raja di Campa telah wafatBerawijaya pelan berkata (2.40)

13. putranya lahir laki-laki (3.4.1)telah masuk agama suci(18/ rakyat di Cempa (1.60.1 dan 2)amat kasih sang perabukepada Ibrahim Asmara (1.61.1 dan 2)

14. Cahayanya laksana emas berkilauan (4.4.4)kuda lari cepatnya laksana angin (8.58.1)sepergi mendapat intan raksasa (2.21.3)ramai

laksana ombak samudera (2.38.9 dan 10)

15. 1. berputra (1.7.1, 1.6.8, 1.8.6)2. raja (1.27.6,1.61.1, 1.28.4,1.38.1,1.38.3,1.46.7,2.50.1)3. bagus (1.29.5/2.13.9)4. laki-laki (1.21.4, 2.10.6)5. jalan (2.8.2, 2.47.4, 7.38,9)6. Majapahit (2.18.7, 2.33.2, 2.34.1)7. mati (2.37.1, 8.30.2, 8.36.1,4.2.1,4.12.5,4.27.5)8. perahu (2.49.1,2.49.4, 3.26.2, 2.45.9, 3.26.3)9. samudera (4.4.4, 2.49.1,4.19.4, 1.45.5)

awal (5.52.1,1.1.1)

221

11. berkata (5.71.1, 2.6.3)12. gunung (6.10.1,6.10.2,2.17.2, 3.39.2)13. kuda (6.33.1, 6.32.8, 8.85.5)14. keris (9.5.6, 8.13.7)15. menulis (1.5.1, 1.5.6)16. Tuhan (1.1.2, 1.2.1,4.27.7,4.27.3,5.2.6, 1.57.2,2.61.1,3.37.7)17. putra (1.7.3,1.9.3, 1.64.6,5.51.6,6.29.4)18. kafir (1.50.4,1.57.5,8.4.4)19. raksasa (2.2.6,2.2.6)20. tidur (1.16.4,4.2.7, 5.19.4, 5.28.4)21. Slang (2.17.8, 2.22.7,4.34.1)22. kabar (2.31.6, 2.31.8)23. susah (2.39.2,4.2.3)24. bungsu (1.63.6,3.21.6)25. air (4.4.6,4.4.2)

16. 1. berputra (1.19.2, 1.19.4)2. berputra (1.21.1, 1.23.1)3. berputra (1.22.6, 1.25.6)4. sebab (1.27.3,8.11.4)5. tidak (1.42.3, 2.34.4)6. yang (1.43.6, 8.21.5)7. raden (1.48.1, 1.49.1,1.46.1)8. kanjeng (5.6.6, 7.30.1)9. kiyahi (2.18.3, 7.37.4)10. aduh (5.62.7, 5.7.4)11. memuji (1.57.1,1.57.6)12. nyahi (3.18.5,4.10.2)13. aku (2.32.4, 8.8.7)

' V