Bahasa dan Sastra Babad Demak Pesisiran - Repositori ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Bahasa dan Sastra Babad Demak Pesisiran - Repositori ...
M
Penelitian
Bahasa dan Sastra
Babad Demak Pesisiran
Oleh:
Suripan Sadi Hutomo
E. Yono Hudiyono
Tontowi Djamaludin
Hari Astuti
p E R p ypusn i
i p M G E M 3 A G A . .. ■ ; - ;i: DEP^ RT p .' i.. ,I DAW KEBUGAVAmW |
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta
1984
m
Hak cipta pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Perpusiakaan Pi;s.at Pcmkinaan d-an F
Ko. Klas^^usi rJo. liidiik
rei^)
:
Tid .
f
iilL
Naskah buku ini semula merupakan hasil Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
dan Daerah Jawa Timur 1981/1982, disunting dan diterbitkan dengan dana ProyekPenelitian Pusat.
Staf inti Proyek Pusat: Dra. Sri Sukesi Adiwimarta (Pemimpin), Drs, Hagmi Dini (Benda-harawan), Drs. Lukman Hakim (Sekretaris), Prof. Dr. Haryati Soebadio, Prof. Dr. AmranHalim, dan Dr. Astrid Susanto (Konsultan).
Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang digunakan atau diperbanyak dalam bentukapa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal kutipan untuk keperluan pe-nulisan artikel atau karangan ilmiah.
Alamat penerbit: Pusat Pembinaan dan Pengembangan BahasaJalan Daksinapati Barat VI, Rawamangun, Jakarta Timur.
IV
PRAKATA
Dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (1979/1980—1983/1984)telah digariskan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kebudayaan na-sional dalam berbagai seginya. Dalam kebijaksanaan ini, masalah kebahasaandan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaanmasional yang perludigarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk ms-tranya, tercapai. Tujuan akhir itu adalah berkembangnya bahasa Indonesiasebagai sarana komunikasi nasional dengan baik di kalangan masyarakat luas.
Untuk mencapai tujuan akhir itu, perlu dUakukan kegiatan kebahasaandan kesastraan, seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan peristdahanmelalui penehtian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, penyusunan berbagai kamus Indonesia dan kamus daerah, penyusunan berbagai kamus istilah,serta penyusunan buku pedoman ejaan, pedoman tata bahasa, dan pedomanpembentukan istilah, (2) penyuluhan bahasa Indonesia melalui berbagaimedia massa, (3) penerjemahan karya sastra daerah yang utama, sastra dunia,dan karya kebahasaan yang penting ke dalam bahasa Indonesia, (4) pengembangan pusat informasi kebahasaan dan kesastraan melalui penehtian, inventa-risasi, perekaman, pendokumentasian, dan pembinaan jaringan informasi, dan(5) pengembangan tenaga, bakat, dan prestasi dalam bidang bahasa dan sastramelalui penantaran, sayembara mengarang, serta pemberian bea siswa danhadiah atau tanda penghargaan.
Sebagai salah satu tindak lanjut kebijaksanaan itu, dibentuklah olehPemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ProyekPenehtian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa (Proyek Penehtian Pusat) pada tahun 1974. Proyekini bertugas mengadakan penehtian bahasa dan sastra Indonesia dan daerahdalam segala aspeknya, termasuk peristilahan untuk berbagai bidang hmupengetahuan dan teknologi.
Karena luasnya masalah kebahasaan dan kesastraan yang perlu dijang-
kau sejak tahun 1976 Proyek Penelitian Pusat ditunjang oleh 10 proyek pene-litian tingkat daerah yang berkedudukan di 10 propinsi, yaitu (1) DaerahIstimewa Aceh, (2) Sumatra Barat, (3) Sumatra Selatan, (4) Jawa Barat, (5)Daerah Istimewa Yogyakarta, (6) Jawa Timur (7) Kalimantan Selatan, (8)Sulawesi Selatan, (9) Sulawesi Utara, dan (10) Bali. Selanjutnya, sejak tahim1981 telah diadakan pula proyek penelitian bahasa di 5 propinsi lain, yaitui
(1) Sumatra Utara, (2) Kalimantan Barat, (3) Riau, (4) Sulawesi Tengah, (5)Maluku. Pada tahun 1983 ini telah diadakan pula proyek penelitian bahasa di5 propinsi lain, yaitu (1) Jawa Tengah, (2) Lampung, (3) Kalimantan Tengah,'(4) Irian Jaya, dan (5) Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian, pada saat initerdapat 20 proyek penelitian tingkat daerah di samping Proyek PenelitianPusat, yang berkedudukan di Jakarta.
Program kegiatan proyek penelitian bahasa di daerah dan Proyek Penelitian Pusat sebagian disusun berdasarkan Rencana Induk Pusat Pembinaandan Pengembangan Bahasa dengan memperhatikan isi buku Pelita dan usul-usul yang diajukan oleh daerah yang bersanglcutan.
Proyek Penelitian Pusat bertugas, antara lain sebagai koordinator,pengarah administratif dan teknis proyek penelitian daerah serta menerbitkanhash penelitian bahasa dan sastra. Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa berkedudukan sebagai pembina proyek, baik proyek penelitiantingkat daerah maupun Proyek Penelitian Pusat.
Kegiatan penelitian bahasa dilakukan atas dasar keija sama dengan per-guruan tinggi, baik di daerah maupun di Jakarta.
Hingga tahun 1983 ini Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesiadan Daerah telah menghasilkan lebih kurang 652 naskah laporan penelitianbahasa dan sastra, pengajaran bahasa dan sastra, dan 43 naskah kamus dandaftar istilah berbagai bidang ilmu dan teknologi. Atas dasar pertimbanganefisiensi keija sejak tahun 1980 penelitian dan penyusunan kamus dan daftaristilah serta penyusunan kamus Irahasa Indonesia dan bahasa daerah ditanganioleh Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, PusatPembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Dalam rangka penyediaan sarana kerja sama buku-buku acuan bagi ma-hasiswa, dosen, guru, tenaga peneliti, serta masyarakat umum, naskah-naskahlaporan hasil penelitian itu diterbitkan setelah dinilai dan disunting.
Buku Penelitian Bahasa dan Sastra Babad Demak Pesisiran ini semulamerupakan naskah laporan penelitian yang berjudul "Penelitian Bahasa dan
vi
Sastra Babad Demak Pesisiran" yang disusun oleh tim peneliti FKSS-KIPMalang dalam rangka kerja sama dengan Proyek Penelitian Bahasa dan SastraIndonesia dan .Daerah Jawa Timur tahun 1981/1982. Setelah melalui proses
penilaian dan disunting oleh Sdr. Sugeng Maulana dari Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa, naskah ini diterbitkan dengan dana yang disediakanoleh Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia Daerah-Jakarta.
Akhirnya, kepada Dra. Sri Sukesi Adiwimarta, Pemimpin Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta (Proyek PenelitianPusat) beserta staf, tim peneliti, serta semua pihak yang memungkinkan ter-bitnya buku ini, kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga.
Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra di Indonesia .
Jakarta, Januari 1984 Amran HalimKepala Pusat Pembinaandan Pengembangan Bahasa
vu
KATAPENGANTAR
Pertama-tama kami ucapkan banyak teiima kasih kepada PemimpinProyek Penelitian Bahasa dan Sastia Indonesia dan Daerah Jawa Timur yangtelah memberi kepeicayaan kepada kami untuk .meneliti naskah "BabadDemak Pesisiran".
Penelitian naskah "Babad Demak Pesisiran" yang kami keijakan ini ber-tujnan ingin mengetahui fimgsi dan aiti naskah pada zamannya. Fungsi danarti itu didasarkan pada informasi latar belakang sosial budaya dankeagama-an orang Jawa yang digambarkan oleh pemihsnya lewat unsur-unsur bahasadan sastra yang terkandung dalam naskah. Dengan demikian, penelitian inibersifat filologis.
Hasil penelitian ini sebetulnya belum timtas sebab apabila ditemukannaskah lain yang serupa dengan naskah ini (versi lain), tentulah akan mem-buka penelitian baru. Walaupun demikian, hasilnya tidaklah akan terbiungpercuma sebab naskah ini akan tetap menjadi bahan pertimbangan.
Penelitian naskah ini tidaklah semudah yang kami bayan^n semula.Penelitian naksah ini banyak menyerap tena^ dan pikiran. Di samping itu,banyak pula tantangan dan rintangan yang kami alami. Akan tetapi, syukur-lah kami dikaruniai pikiran yang sehat oleh Tuhan Yang Mahaesa sehinggapada akhirnya penelitian ini dapat kami selesaikan.
Kepada Bapak Banun Mansur, BA., pemilik naskah "Babad DemakPesisiran", yang telah merelakan naskahnya kami sajikan objek penelitian,kami ucapkan banyak terima ka^ih.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan hasilpenelitian ini.
Surabaya, 1 Januari 1982 Ketua Tim
Suripan Sadi Hutomo
ix
...• •• ■ - ■ ■ '-IS:!; - -ir .■ . S! . ■ s
; h' ■''
s;:-. ■: -
y^if. i i!- :. : -: S
,S;."rv:J , ■
-y. . •■•• ,•■ I' ; .
■;i;- /!ij !'v!j-
■ ■ s '- 'y y '• ■ - '■ '-y.
--■: .' ■ ■
. ,- J ■■■/■ S- .
- y]' yiisyy~iy-y'
yyyyyM ' /
y.y y- .y
/v:
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA V
PENGANTAR ^DAFTAR ISI • • • ^
KETERANGAN TANDA
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang ^1.2 Masalah 313 Tujuan ^1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis 41.5 KerangkaTeori 41.6 Metode dan Teknik ^1.7 Populasi dan Sampel ^
Bab II Identifikasi Naskah 7
2.1 Nama Naskah ; 7
2.2 Nama Pengarang 7
23 Ukuran dan Keadaan Naskah 10
2.4 Waktu Penulisan II
2.5 Wujud dan Isi Naskah 12
2.6 Tuhsan Naskah ; 14
Bab III Garis Besar Isi Naskah 17
3.1 Pupuh "Asmarandana" 1732 Pupuh "Dhandhanggula" • • • 203.3 Pupuh "Sinom" 22
XI
3.4 Pupuli'Tangkur" • 233.5 Pupuh "Asmarandana" 243.6 Pupuh "Kinanthi" 253.7 Pupuh "Sinom" 263.8 Pupuh "Durma" 273.9 Pupuh "Dhandhanggula" 28
Bab IV Bahasa Naskah 29
4.1 Bahasa Jawa 29
4.2 Bahasa Krarm daaNgoko 29
4.3 Unsur Bahasa Jawa Pesisiran 41
4.4 Unsur-unsur Bahasa Kawi 44
4.5 Unsur-unsur Bahasa Asing 48
Bab V Tinjauan Umum Sastra Babad 53
5.1 Sastra Babad 53
5 2 Fungsi dan Kedudukan Naskah 5453 StrukturBabad 58
5.3.1 Struktur Babad Demak Pesisiran" 58
532 Alur . . 58
533 Amanat 60
5.3.4 Perwatakan 64
5.4 Struktur Puisi Nadcah 67
53 Gaya Bahasa .' 7153.1 PenggunjaanInversi • • ..7153.2 Perbandi^ata . 72533 Sinonim . ' 72
5 3.4 Variasi Bentuk Kat% . 74
533 Kata-kata dan Kalimat-kalimat Klise . 74
Bab VI Kesimpulan dan Saran 77
6.1 Kesimpulan .. 77
6.2 Saran . . . . . . . . . 79
DAFTAR PUSTAKA 81
xu
LAMPIRAN : ;
1. Lampiran 1 Pengantar Transliterasi 85
2. Lampiran 2 Teks "Babad Demak Pesisiran" 873. Lampiran 3 Kritikus Aparatus 1914. Lampiran 4 Teijemahan Kutipan .j207
xiii
KETERANGAN TANDA
1. Tan da " ... " digunakan untuk kutipan langsung yang tidak berasal dari"Babad Demak Pesisiran".
2. Tanda ' ... ' digunakan untuk kata atau istilah yang belum umum dipa-kai dalam bahasa Indonesia.
3. Pemakaian angka:
(1) dalam (1.2.1), dibaca;1. menunjuk urutan pupuh
2. menunjuk urutan pada
3. menunjuk urutan
(2) ', yang terdapat dalam analisis, berarti menunjuk pada urutankutipan yang diterjemahkan dan terjemahannya dikumpuUcandalam lampiran.
(3) 1, yang terdapat dalam teks, berarti menunjuk urutan datayang akan dibetulkan dalam kritikus aparatus.
XV
•' "• *' ^ '' " '-^ >'
i'0-^,9^) ̂ «:^
(^:>J;>^L^'S^ u ̂^JaJ^) > ̂ 3J' ).y • vy ':;y ^ yy '-CPi'ff 'A "^.
^
»/ ;y)/jipy ' ♦'^
.> y ,; / . >.'X ^- • ^
"^i,l> u'^5> in 2 » - ■'''- (r'
, »• V ^ '^ , -V - ^Cj^aP"-^ iSJV(j5il
^p9}> ̂ •> tc-' <>^-^• • y,»i .^' ** z*
' •/* • y ^ ' A ^/y , j>/ ̂ \j Lzf
• • y« x*-^' X'^Vff ^ » "'^ '' ̂ i KtLjji' t/j^ 1p ,I'»x. ̂ J'(j=»:».'
IO—' !> 4It ,
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Plato, sastra adalah reflection of society" (Laurenson,1971:23). Bila hal ini benar, penelitian kesusastraan Jawa Pesisiran tentu akanmenghasilkan gambaran masyarakat Jawa di daerah pantai. Hal semacam initidak dUakukan oleh Margaret J. Kartomi (1973:23) dalam Pasisir literaryPeriod". Akan tetapi, penelitian S. Soebardi (1975) tentang Serat Cebolekmenggambarkan nilai-nilai kebudayaan Jawa beserta fungsinya dalam masyarakat zamannya, terutama bagi mereka yang mengikuti kebatinan.
Mengenai kesusastraan Jawa Pesisiran, kesusastraan ini dimulai sejakabad ke-14, yaitu sejak orang-orang Islam mengembangkan agamanya didaerah pantai ulara Jawa Timur, terutama di daerah Tuban, Gresik, danSurabaya.
Salah seorang wali yang sangat berjasa dalam pengembangan kesusastraan Jawa Pesisiran adalah Sunan Girl. Menurut Mangunwijaya, Sunan Girilahyang pertama kali menulis tembang macapat, yang kemudian diikuti olehpara wali lainnya (Kartomi, 1973:25).
Pengembangan agama Islam di pantai utara Jawa Timur tidak merata.Hal ini menimbulkan adanya daerah-daerah tertentu yang tetap memperta-hankan agama Hindu-Buda dengan segala aspeknya. Oleh karena itu, didaerah pantai utara Jawa Timur terdapat dua macam kesusastraan, yaitukesusastraan yang bernafaskan agama Islam dan kesusastraan yang tidak ber-
nafaskan agama Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua macam kesusastraan itu bercampur sehingga melahir kesusastraan sinkretisme, yaitu
1
kesusastraan yang meng^ndung unsur-unsur campuran antara agama Hindudan Islam. Hal itu tampak dalam kesusastraan JaWa lisan yang berkembangdi daerah pantai utara Jawa Timur.
Hasd-hasd kesusastraan Jawa Pesisiran belum banyak diungkapkanorang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (I) fcarya-karya iniumumnya ditulis dalam aksara Arab Pegon dan aksara Arab Gondhil yangsulit dibaca orang awam; (2) naskah-naskah dari daerah pesisir itu telah banyak yang hilang (Pigeaud, 1967:134).
"Babad Demak" yang ditemukan di Gresik, yang seterusnya disebut"Babad Demak Pesisiran" berbeda dengan babad-babad Demak lainnya.Misalnya, "Babak Demak" karangan Atmodarminta yang terbit di Yogya-karta. Naskah ini diperkirakan ditulis oleh pujangga Jawa pada akhir zamanMataram (Atmodarminta, 1955).
Buku Babad Demak edisi Yayasan Penerbitan Pesat Yogyakarta inibukanlah sebuah karangan ilmiah, tetapi dapat memberi gambaran len^aptentang isi naskah Babad Demak" tulisan tangan yang terdapat di Yogyakarta. Isi naskah babad ini lebih lengkap daripada isi naskah "Babad Demak"yang berasal dari Gresik. Babad Demak" yang berasal dari Yogyakarta ituberisi sejarah tanah- Jawa, sejak dari Nabi Adam sampai Jaka Tingte menjadiraja di Pajang; sedangkan naskah "Badan Demak" yang berasal dari Gresikberisi sejarah tanahJawa, sejak dari Nabi Adam sampai Perang Demak me-lawan Majapahit.
Naskah Babad Demak yang berasal dari Gresik itu sebenarnya belumselesai sebab bagian yang terakhir tampaknya hilang. Meskipun demikian,naskah ini tetap berharga sebagai naskah pesisiran sebelum naskah yang lebihlengkap diketemukan. Oleh karena itu, naskah ini perlu diteliti.
Penelitian "Babad Demak Pesisiran" ini tidak hanya akan mengung-kapkan perihal keadaan sosial budaya dan keagamaan orang Jawa daerahpesisir, tetapi juga berguna untuk keperluan lain. Naskah ini dapat dijadikankarangan populer seperti karangan "Babad Demak" yang dituUs oleh Atmodarminta atau dapat juga bagian-bagian tertentu (episode) babad itu dijadikan cerita tersendiri dalam bentuk balada, yaitu puisi cerita yang bersifatdramatis, terutama tokoh-tokoh yang bernUai positif bagi pembangunanbangsa (Hutomo, 1978). Dari segi teori sastra, sumbangan penehtian ini akanbanyak bagi pengembangan teori filologi modern. Teori ini sedang diperkenal-kan di Indonesia sebagaimana terlihat dari hasil studi Achdiati Ikram tentang"Hikayat Sri Rama" (Ikram, 1980).
Bagi dunia pengajaran, penelitian "Babad Demak Pesisiran" ini akan me-nunjang pengajaran sastra lama di sekolah. Menurut A. Ikram (1976:8),pada waktu sekarang murid sekolah tidak diberi kesempatan mengenal sastralama. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya buku-buku dan bahan-bahannyapun belum diolah serta belum dipublikasikan.
1.2 Masalah
Filologi adalah "ilmu yang menyelidiki perkembangan kerohanian suatubangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkanbahasa dan kesusastraannya" (Sulastin, 1981:250).
Berdasarkan batasan di atas, bahasa dan sastra itu bukanlah tujuan yangutama. Bahasa dan sastra itu hanyalah merupakan sarana untuk mengetahuilatar belakang kebudayaan suatu bangsa di suatu tempat tertentu dan padasuatu waktu tertentu.
TuUsan yang dipergunakan oleh penulis dalam suatu naskah juga ikutdiperhatikan sebab tulisan itu juga merupakan sarana. Jadi, tulisan yang me-makai aksara Jawa, aksara Arab Gondhil, aksara Arab Pegon, aksara Bah,dan Iain-lain, juga mengandung latar belakang kerohanian suatu bangsa. De-ngan demikian, tidaklah benar apabila seorang peneliti melupakan masalahtuUsan ini dalam peneUtian filologi.
Di atas dikatakan bahwa bahasa dan sastra itu hanyalah merupakansarana. Hal ini tidak berarti bahwa bahasa dan sastra itu tidak penting. Seorang penehti yang tidak mengetahui bahasa dan sastra suatu naskah, ia tak-kan dapat memahami naskah itu secara baik. la tidak akan dapat membeda-kan antara unsur-unsur bahasa dan sastra yang mencerminkan keadaan sosialbudaya dan keagamaan, serta unsur-unsur bahasa dan sastra yang tidak mencerminkan keadaan sosial budaya dan keagamaan. Menurut Teeuw. (1978),peneliti harus mengetahui kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya bangsayang sedang diteliti karya sastranya.
Naskah "Babad Demak Pesisiran" adalah karya sastra Jawa pesisiran.Sebagai karya sastra Jawa pesisiran naskah ini tentulah berbeda dengan karyasastra yang berasal dari kraton. Ia tentu mempunyai kode bahasa, kode sastra,dan kode budaya tersendiri, yaitu yang bersangkutan dengan orang-orangJawa yang tinggal di daerah pesisir.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini meliputi; pertama, deskripsi naskah, yang men-fungsi dan arti "Babad Demak Pesisiran" pada zamannya. Fungsi dan arti itudidasarkan atas informasi mengenai latar belakang sosial budaya dan keagama-an orang Jawa yang digambarkan oleh penulisannya.
Tujuan penelitian ini meliputi, pertama deskripsi naskah, yang men-cakup ukuran naskah, tulisan naskah, keadaan naskah, penulis naskah, usianaskah, wiqud naskah, dan isi naskah; kedua, transliterasi naskah, yaitu dariArab Pegon ke aksara Latin; ketiga, bahasa naskah, yang berupa penggunaanngoko dan kromo, ada tidaknya unsur bahasa pesisiran, unsur bahasa asing;dan keempat, sastra naskah, yang berupa sastra babad, fungsi dan kedudukannaskah, struktur cerita (alur, amanat, perwatakan), struktur puisi tembangmacapat, dan gaya bahasa.
Semua unsur yang terdapat dalam jangkauan tujuan di atas akan di-bahas satu per satu berdasarkan bahan bacaan yang diperoleh dari studi ke-pustakaan dengan mengingat bahwa sebuah karya sastra adalah sebuah duniayang bulat. Adapun basil yang diharapkan adalah informasi yang bulat danutuh mengenai "Babad Demak Pesisiran".
1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis
Penelitian ini merupakan penelitian filologi yang bersifat studi kasus.Oleh karena itu, penelitian ini tidak menggunakan anggapan dasar dan hipotesis.
1.5 Keran^ Teori
Dalam penelitian naskah "Babad Demak Pesisiran" ini dipergunakanbeberapa teori.
Teori Paul Maas digunakan untuk pedoman penggarapan naskah. Me-nurut Paul Maas (1972:22), naskah yang ditransliterasikan perlu diberi tanda-tanda khusus.
Penggunaan teori Paul Maas dalam penelitian "Babad Demak Pesisiran" itu sangat relevan sebagai model sebab transliterasi naskah perlu adakritik teks. Akan tetapi, dalam penerapannya teori ini mengalami penyim-pangan sebab semua tanda yang disarankan oleh Paul Maas tidak digunakan. Hal ini terjadi sebab naskah "Babad Demak Pesisiran" hanya satu danbagian naskah yang rusak hanya satu, yaitu yang terdapat pada halamanpertama. Untuk hal ini digunakan tanda ( ..... ), artinya bagian yang ada
dalam kurung itu rusak. Tanda ini buatan peneliti sendiii.
Teori strukturali digunakan untuk meneliti unsur-unsur yang ter-dapat dalam naskah "Badan Demak Pesisiran". Menurut teori ini, karyasastra adalah sebuah totalitas. Totalitas ini lebih panting daripada unsur-unsurnya. Totalitas itu dibangun oleh hubungan-hubungan yang ada antaraunsur-unsurnya. Struktur yang ada di baUk kenyataan empiris lebih pantingdaripada struktur permukaannya sebab yang terKhat adalah terdengar ituhanyalah merupakan hasU atau bukti adanya struktur. Analisis ditekankanpada struktur yang sinkronis, bukan pada struktur diakronis. Metode pende-katannya haruslah metode pendekatan yang antikausal sebab hukum per-ubahan bentuk itu lebih penting daripada hukum sebab-akibat (Damono,1978:38; Fokkema, 1977; Scholes, 1974).
Penggunaan teori struktural sangat relevan sebab sesuai dengan pan-dangan filologi modern, yaitu memandang sebuah naskah sebagai karya sastrayang otonom.
Menurut Teeuw, setiap naskah atau teks adalah sebuah benda pakai,yang dalam penyambutannya ditafsirkan dan dihayati sesuai dengan keper-luan dan minat pembaca serta manfaat naskah atau teks itu sendin (Sulastin,1981:256). Variasi-variasi dalam naskah dapat dipandang sebagai pencipta-an kembali atau penghayatan oleh masyarakat pembaca berturut-turut(Sulastin, 1981:256).
Di samping teori Paul Maas dan teori strukturalis, teori lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Poerbatjaraka (1952:10), teoriHardjowirogo, dan teori Suminta. Teori Poerbatjaraka yang digunakan adalahteorinya yang berkaitan dengan bahasa pesisir. Menurut Poerbatjaraka,Serat Menak karya Ki Carik Narowita mengandung kata-kata bahasa pesisir.
Teori Hardjowirogo (1952:4-5) digunakan untuk menganaUsis struktur puisi naskah "Babad Demak Pesisiran". Menurut Hardjowirogo, tembangTTUiccLpat yang baik haruslah digubah berdasarkan aturan tertentu. Aturan itudluraikan panjang lebar dalam bukunya yang berjudul Pathokuning Nye-karaken, yang artinya kaidah untuk menggubali tembang macapat (Padmo-soekotjo, 1958,1960; Slametmuljono, 1954).
Teori Suminta (1975,1-2) digunakan untuk memahami unsur-unsuryang ada kaitarmya dengan dakwah agama Islam. Menurut Suminta, adaempat unsur dakwah, yaitu da'i, artinya 'orang yang memberi dakwah';mudda'a alaih, artinya 'orang yang diberi dakwah'; dakwah, artinya 'suatu
pesan yang diberikan da'i kepada mudda'a alaih'; dan ahtud dakwah, yaitu'alat yang digunakan dalam berdakwah'.
1.6 Metode dan Teknik
Metode yang digunakan dalam penelitian "Babad Demak Pesisiran" ada-lah metode deskriplif yang berlaku dalam fllologi.
Cara melaksanakan metode ini dengan jalan mendeskripsi semua datayang terkandimg dalam teks naskah. Pendeskripsian itu menyangkut masalahjudul naskah, ukuran dan keadaan naskah, tulisan naskah dan pemilik nasVahsebagaimana dianjurkan oleh Edwar Djamaris (1977).
Pendeskripsian yang lain adalan penetransliterasian naskah "BabadDemak Pesisiran", yaitu pengubahan aksara Arab Pegon ke aksara latin dengan terlebih dahulu melakukan pendekatan pada naskah secara mertdalamuntuk mengambil sikap tertentu. Sikap ini kemudian dituan^an rfalamBab VII.
Sehubungan dengan metode dan keqa itu, digunakan dua macaminstrumen, yaitu (a) kartu berkode khusus (ukuran 16 x 11) dan (b) daftarisian data. Kartu berkode khusus (ukuran 16 x 11) digunakan untuk memper-mudah pengumpulan data dari naskah "Babad Demak Pesisiran". Mengenaidaftar isian data digunakan untuk memeriksa dan mengklasifikasikan data-data yang telah terkumpul. Jadi, instrumen pertama menunjang instrumenkedua.
1.7 Populasi dan Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian filologi yang bersifat studi kasus.Oleh karena itu, penelitian ini tidak menggunakan populasi dan sampel.
Tanda yang dianjurkan oleh Maas adalah tanda-tanda sebagai berikut:a. tanda < > mXvk conjectural additions;
b. tanda [ ] atau ( ) untuk conjectural deletions;
c. tanda [ ] untuk suplements in the case of physical.
BAB n roENTIFIKASI NASKAH
2.1 Nama Naskah
Nama naskah "Babad Demak Pesisiran" ini terdiri dari Babad Demakdan Pesisiran. Nama "Babad Demak" didasarkan pada isi naskah, yaitu me-ngenai berdirinya kerajaan Islam di Demak.
Ksta pesisiran merupakan kata lisan untuk kata pasisimn. Hal inipada tempat asal ditemukannya naskah, yaitu di kota Gresik. Kota
ini termasuk kota yang terletak di pantai utara Jawa Timur, yang merupakansalah satu pusat yang penting dalam hubungannya dengan kesusastraan Jawapesisiran. Hal ini terbukti dari keteranganPigeaud (1967:134).
Dari keterang^n Pigeaud itu dapat ditarik kesimpukn bahwa kotaGresik adalah salah sdtu pusat kegiatan kebudayaan Jawa pesisir. Walaupundemikian, tidaklah setiap naskah yang ditemukan di kota Gresik dapatdiklasifikasikan sebagai sastra Jawa pesisiran. Sehubungan dengin ini, dalampemberian predikat pesisir pada naskah "Babad Demak" digunakan juga
lain. Alasan itu adalah alasan bahasa. Hal ini diuraikan secara khususHalam Bab IV, Sub 3, yaitu perihal unsur bahasa Jawa Pesisiran.
2.2 Nama Pengarang
Istilah pengarang yang digunakan di sini sebenarnya kurang tepat.Istilah ini mengandung arti 'orang yang mengarang (cerita dan sebagainya)';'penulis' (Poerwadarminta, 1976:445). Den^n demikian, istilah ini berkaitandengan masalah orisinalitas (keaslian) penciptaan.
Pada mulanya sebuah naskah memang ditulis oleh seorang pengarang.Oleh Paul 1^""^ (1972:5), naskahpertama disebut sebagai naskah yang original Naskah ini kemudian disalin orang. Naskah salinan ini dikenal dengannama archetype. Salinannya disalin orang lain. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai variasi naskah.
Berdasarkan pendapat Paul Maas, tidak pada tempatnyalah penurun-penurun naskah itu disebut pengarang. Akan tetapi, kalau diperhatikandengan seksama sebagaimana studi-studi yang pernah dikeijakan orang,tampak bahwa masing-masing naskah itu satu sama lain tidak sama. Masing-masing penurun melakukan perubahan, baik besar maupun kecil, berdasarkanvisi mereka masing-masing. Perubahan-perubahan itu sebenarnya dapat di-pandang sebagai improvisasi. Dalam hubungan ini, penurun dapat dianggapsebagai orang dalang. Sang dalang bercerita berdasarkan stable skeleton (Lord,1968). la menciptakan sesuatu berdasarkan yang telah ada. Sehubungandengan ini, tidak salah kiranya apabila Kratz (1979:3) mengatakan, "apa yangdulu dipandang sebagai kelalaian atau kecerobohan penyalin, kiranya dapatdianggap sebagai proses kreativitas, sebagai kebebasan penyalin untuk me-nyambut teks yang dihadapinya."
Pendapat Kratz termasuk apa yang dinamakan orang sebagai pendapataliran filologi modern. Pendapat ini sejajar dengan pendapat Teeuw (1980:1),bahwa setiap teks adalah benda pakai. Yang dimaksud deng3n istilah bendapakai adalah setiap teks merupakan benda yang mempunyai fungsi tertentudalam masyarakat. Kalau kita menerima pendapat ini, setiap penyalin ataupenurun naskah dapat dipandang sebagai pengarang. Pengertian pengarangseperti inilah yang dianut penelitian dalam penelitian.
Dalam pada ketiga, baris terakhir pupuh 1, halaman 114, dijelaskanbahwa "kang nulls nama Marsuf punika" (yang menulis bernama Marsur).
Dari keterangan ini jelas kiranya bahwa yang nulls (menulis, mem-buat) naskah "Babad Demak Pesisiran" itu bernama Marsuf. Akan tetapi,betulkah Marsuf itu sebagai pembuat yang pertama kah? Ataukah dia hanyasekedar penurun belaka, yaitu menurunkan dari naskah yang telah adasebelumnya.
Dalam pada kelima, baris kelima dan keenam pupuh 1, halaman 115terdapat keterangan sebagai berikut.
Sampun geguyu kang nurun,kang nurat dereng pespada
Artinya dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut.'Jangan tertawakan yang menurun (babad ini) sebab penulis masih sedikitpengetahuannya'.
Dari data ini jelas kiranya bahwa Marsuf itu hanyalah sebagai penurunnaskah yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian, dapat pula disimpul-
kan bahwa di samping naskah "Babad Demak Pesisiran" ini tentu masih adababad Demak yang lain yang isinya lebih tua daripada "Babad Demak Pesisiran."
Kalau demikian habiya, perlnkah kita bertanya, patutkah Marsuf itudisebut seorang pengarang? Sebelum menjawab pertanyaan ini, baiklah ke-nyataan yang telah teijadi dalam kesusastraan Jawa lama.
Naskah-naskah kesusastraan Jawa lama pada umumnya terdiri daribeberapa versi. Itulah sebabnya, ahli-ahli filologi lama selalu berusaha mencarisalah satu naskah yang dianggap tua dan orisinal. Naskah inilah yang kemu-dian ditransliterasikan dan dianaUsis. Dalam hal ini, orang lupa bahwa padamasing-masing versi itu terkandung visi penurun. Itulah sebabnya, antara satunaskah dengan naskah yang lain tidak sama. Yang membuat perbedaan ituadalah visi penurun naskah.
Berpegang pada visi ini dapatlah ditetapkan bahwa setiap naskah adalahorisinal atau otonom. Naskah yang dianggap lebih tua hanyalah sekedar bahanuntuk menuUs naskah yang baru. Atas dasar pemikiran ini dapatlah ditetapkan bahwa Marsuf adalah pengarang naskah "Babad Demak Pesisiran". Dengan demikian, segala sesuatu yang ditulis dalam naskah ini adalah tanggungjawab Marsuf. Dalam hubungan ini, jauh-jauh Marsuf telah berkata dalampada kelima baris pertama sampai ketiga pupuh l,halaman 115,sebagaiberikut.
Penedhane kangamlis,
maring samk kang atnaca,den agung pengapurane 1.
Marsuf sebagai pengarang naskah "Babad Demak Pesisiran" dapatlahditetapkan sebagai orang Islam atau setidak-tidaknya sebagai orang yangsudah berkenalan dengan agama Islam. Hal ini dapat dilihat pada awal naskahini, yaitu pengarang memulai karyanya dengan menyebut BismiUahirroh-manirohim sebag3imana kebiasaan orang Islam memulai pekeqaan.
Dalam pada kedua baris kedua sampai keenam pupuh 1 .halaman 114,pengarang mengatakan:
amuji nabi Muhammadkelawan kawula wargane
sekabat sekawan ika ingkang nama AbubakarNgumar Ngusman kaping telukaping pat Ngali Murtala 2.
10
Sebagai orang yang telah memeluk agama Islam, pengarang belum me-lepaskan diri dari tradusi keagamaan sebelumnya. Hal ini terbukti dengan pe-makaian perkataan Yang Sukma dan Yang Mdi sebagai berikut.
In^n amimiti arnujianebut nama YangSukma {l .1.1 -2)Sampune muji Yang Widi (1.2.1) 3.
Perkataan Yang Sukma dan Yang Widi adalahsama dengan perkataanAllah atau Tuhan. Penggunaan kedua perkataan itu mengandung maksud ter-tentu, Hal ini akan dibicarakan dalam Bab VjSub 3 3.
23 Ukuran dan Keadaan Naskah
Naskah "Babad Demak Pesisiran" ditulis pada kerta berukuran 17,5 cmX 21,3 cm.
Letak tulisan pada kertas tidak sama, terutama pada halaman 1 dan 2.Tulisan pada kedua kalimat ini diberi f bingkai atau hiasan. Tulisannya besardan jelas sehingga mudah dibaca.
Letak tulisan pada kertas sebagai berikut.(1) pada halaman 1:
dari atas : 5 cm
darikiri: P/i cm
dari bawah : 5 cm
dari kanan : 5 cm
Jaai, halaman yang bertulisan 18,5 cmKpanjang) dan 10,5 cm (lebar)(2) pada halaman 2:
dari atas :5 cm
darikiri:5cm
dari bawah : 5 cm
dari kanan ; 1?^ cm
Jadi, halaman yang bertulisan 10,5 cm (panjang) dan 10,5 cm (lebar)(3) pada halaman 3 sampai halaman 143.
dari atas : 3 cm
dari kiri: 4 cm
dari bawah : 3 cm
dari kanan : IH cm
11
Jadi, halaman yang bertuliskan berukuran : 14i6, cm (panjang) dan 12 cm(lebar).
Angka halaman memakai an^a Arab. Angka ini pada uniumnya ditulisdi sebelah atas halaman, diatur sedemikian rupa sehingga terletak di tengahhalaman. Untuk halaman 1 dan halaman 2, jarak dari tepi kertas sebelah atas
cm; dari sebelah kiri 10^^ cm; dan dari sebelah kanan 7 cm; sedangkan daribaris pertama 1^ cm.
Untuk halaman 3 sampai halaman 143, jarak dari tepi kertas sebelahatas 2 cm; dari tepi kiri 9 cm; dari tepi kanan 8 cm; sedangkan jarak daribarispertama 1 cm.
Keadaan naskah sudah agak rusak. Naskah itu sudah tidak mempunyaikulit buku lagi sehingga diberi kulit sendiri oleh pemiliknya dengan kertasmanila berwarna kuning.
Naskah "Babad Demak Pesisiran" yang diteliti terdiri ̂ ri 143 halaman.Halaman 1 sudah rusak sehingga halaman itu ditempelkan (dengan cara dilem)pada kulit buku.
Naskah "Babad Deihak Pesisiran" memakai kertas cokelat tidak bergaris
dan sudah tua. Tuli^nnya memakai tinta berwarna hitam. Tulisan padanomor halaman tidak kelihatan lagi sehingga ditebalkan sendiri oleh pemiliknya dengan tinta.
2.4 Waktu Penulisan
Dalam pada ketig^ baris pertama sampai ketujuh pupuh 1 halaman 114dijelaskan:
Tatkala wiwite nulis
ingdintenSabtu punikayPon iku pasaranesasiRuwahpunikatanggalipun kaping pat likur punikasongalashaiya iku taunipun
4.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa naskah "BabadDemak Pesisiran" mulai ditulis pada :
hari
pasaran
bulan
tanggal
tahun
Sabtu
Pen
Ruwah
dua puluh empat
sembilan belas
12
Pemberitaan mengenai tahun penulisan sangat gelap bagi kita. Di sinipenulis tidak menyebut dengan jelas tahun berapa tahun sembilan belas itu,mungjcin tahun 1919,1819,1719,1619, dan seterusnya.
2 i Wujud dan Isi Naskah
Naskah "Babad Demak Pesisiran" ditulis dalam bentuk puisi tembangmacapat. Yang dimaksud dengan puisi tembang macapat adalah puisi Jawatradisional yang terikat oleh kaidah-kaidah tertentu (Hardjowirogo, 1952).
Puisi tembang macapat itu terdiri dari (1) "Dhandhanggula", (2) "Si-nom", (3) "Asmarandana," (4) "Kinanthi," (5) "Pangkur", (6) "Durma",(7) "Pucung". (8) 'Mji", dan (9) "Maskumambang". Dari sembilan macampuisi tembang macapat ini yang terdapat dalam naskah "Babad Demak Pesisiran", yaitu "Asmaradana," "Dhandhanggula". "Sinom", 'Pangkur", "Kinanthi", dan 'Durma."
Dalam naskah "Babad Demak Pesisiran" nama-nama puisi tembangmacapat ada yang disebut dengan nama lain. Nama lain itu adalah :
'Peksi Natal" untuk 'Dhandhanggula,""Dhandhang"uniak "Dhandhanggula","Roning Kamal" untuk "Sinom ","Asmaran"\intuk "Asmaradana",
"Kinanthi"\mX\xk "Kinanthi",
Nama kinathi untuk kinanthi merupakan perusakan dari nama kinanthi Gejala penghilangan /n/ banyak terdapat dalam naskah.
Naskah "Babad Demak Pesisiran" yang diteliti terdiri dari delapanbuah impuh len^ap dan sebuah pupuh yang tidak lengkap. Yang dimaksudden^n pupuh adalah bagian suatu babad atau cerita yang ditulis dalam satubentuk puisi tembang macapat. Masing-masing pupwli itu terdiri dari beberapapada (bait puisi); dan masing-masing pada itu terdiri dari beberapa gatrar(baris puisi).
Urut-urutan pupuh "Babad Demak Pesisiran" beserta jumlah pada-nyzsebagai berikut.
1. "Asmaradana" terdiri dari 64 pada2. 'TeksiNala" terdiri dari 63 pada3. "RoningKamal" terdiri dari 46 pada4. 'Pangkur" terdiri dari 27 pada
13
5. "Asmaran"XQv&\xi dari 73 pada6. "Kinanthi" terdiri dari 32 pada7. "Roning KamaVUrdm dari 38 pada8. "ZJi/rma"terdiri dari 89 parfa , i \9. "Dhandhang"texA\x\Az.n5 pada lebih 2Vi gatra (tidak lengkap).Pupuh nomor 1, yang ditulis dalam kurung pada naskah tidak disebut
namanya. Nama pupuh ini dikenal berdasarkan ciri-ciri yang terdapat dalammasing-masing pada yang terdapat pada pupuh itu. Dengan demikian, nama"Asmaradana" yang terdapat pada tanda itu bukanlah asli dan naskah, me-lainkan pemberian dari peneliti.
Penulisan pada dan gatra dalam naskah "Babad Demak Pesisiran se-ring kacau. Dua pada sering ditulis menjadi satu pada, satu gptra ditulismenjadi dua gatra atau lebih, atau dua gatra ditulis menjadi satu gatra. Halini disebabkan oleh keteledoran penulis. Keteledoran penulis ini dicoba di-betulkan melalui kritikus aparatus.
Contoh :
(1) dua pada ditulis menjadi satu pada, halaman 139:2.19 Lembu Peteng rtulya awotsari
maserahem ingkangjiwa raga
mila nyuwita karsaneKi Tarub mesem gumuyu
Lembu Peteng dipun-tingaliKetara jahita natera
1271 winangwang ing semubocah iki terahing nata
nulya tanya Ki Tarub sarwi bebisikkulup ingsun takon ing sirapinangkanya sira saking ngendilawan sapa ingkang dherbeni puteraLembu Peteng matur age
adhuh gusti awak ingsunanakipun bok wandhang Kuning 5.
(2) satu gatra ditulis menjadi dua gatra:1.3.6 sangalas (sembilan belas)137 haiya iku taunipun (itu adalah tahunnya)
(3) dua gatra ditulis menjadi satu gatra:1.7.5 nabiSis sampun peputera kfl/iftsam//a/Mnipun (NabiSisberputra
dua orang laki-laki).
14
22.8 ingkang mma Raden Damar pimyungan tamh Palembang negc^(yang bernama Raden Damar diberi hadiah tanah Palembang.
Di samping itu, jumlah wanda (suku kata) masing-masing ffitra padaumumnya lebih satu wandb.
Naskah "Babad Demak Pesisiran" tidak lenglkap, misalnya. bagian bela-kang naskah hilang. Deng^n demikian, kita tidak mengetahui dengah past!mengenai akhir babad ini.
Naskah Babad Demak Pesisiran" berisi bermacam-macam episode seja-rah tanah Jawa, khususnya sejarah sebelum | berdirinyaKerajaan Demak.Episoda itu dirangjcaikan menjadi satu sedemikian rupa sehingga mftlahirlfifnsebuah babad yang bulat, yaitu sejak dari Nabi Adam sampai pada peperaitg-an antara tentara Islam £>emak melawanUentaraMajapahit.Epidose-episodeitu sebenamya telah ada yang dikenal dalam babad yang lain, terutama dalamBabad Tamh Jawi (Balai Pustaka, 1939; Olthof, 1941). Akan tetapi, ada jugahal-hal lain yang ditambahkan sesuai dengan visi penulisnya.
Mengenai ikhtisar isi naskah "Babad Demak Pesisiran" diuraikan Halap.Bab III. Ikhtisar itu berdasarkan pupuh demi pupuh.
2.6 Tulisan Naskah
Tulisan naskah Babad Demak Pesisiran" adalah tulisan Arab Pegofi,yaitu aksara Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dengan diserta'itanda-tanda baca agar orang mudah membacanya. Apabila tulisan itu diteliti
(1) Tidak semua aksara Arab dipakai untuk menulis bahasa Jawa. AksaraArab yang tidak dipakai itu adalah ;
(2) Aksara yang dipakai untuk menulis bahasa Jawa adalah ;
sjr j
^ ̂ 03
15
(3) Aksara Arab yang tidak dipakai untuk menulis bahasa Jawa digunakanuntuk menulis:
a) kata-kata bahasa Jawa yang berasal dari bahasa Aiaib;b) kata-kata yang dirasa masih berbau kata-kata Arab tulen.
(4) Disesuaikan dengan bahasa Jawa; ada aksara Arab yang diubah denganmemberi tambahan tanda pada atas dan bahwa aksara. Aksara yangmengalami perubahan itu adalah:
j menjadi j untuk dh (d titik bawah)j3 menjadi ^ untuk
menjadi -4? untuk th (t titik bawah).*• A
menjadi ^ ̂ untvkng^ menjadi ^ untnk c^ menjadi ^ untuk ny
Perubahan vokal terlihat sebag?ii berikut.(1) M : selain diberi domah — kadang-kadang masih diberi, ̂(2) i: selain diberi kasrah _ kadang-kadang masih diberi O,-(3) e : memaksiifathah — dan O-(4) e : mem2ksiifathah — dan(5) e : memakai tanda(6) o : memakai rafak atau dhormh ditambah(7) 3 : memakai fatah ditambah ̂(8) a : memakai fatah —^ ditambah f(9) diftong ai, au, tidak ada.
Hal-hal lain akan diuraikan dalam Bab VII, yaitu dalam Bab "Pengain-tar Transliterasi".
BAB III GARIS BESAR ISI NASKAH
3.1 Pupuh "Asmaradana"
Penulis babad memuji Yang Suksnia (Yang Widi), Nabi Muhammad,sahabat Nabi, yaitu Abubakar, Ngusman, Ngumar, dan Ngali. Babad ditulispada hari Sabtu Pon, tanggal 24, bulan Ruwah, tahun 19. Penulis memintamaaf kepada pembaca atas segala kekurangannya. Dalam pupuh ini dicerita-kan tentang cerita yang kuno-kuno, dimulai dari Nabi Adam sampai Ibrahim Asmara yang menurunkan Raja Pandhita, Raden Rahmat, dan Dewi Zai-nab. Adapun urutannya sebagai berikut :
Nabi Adam berputera Nabi Sis.Nabi Sis berputera Raden Anwas dan Nurcahya.Raden Anwas berputera Raden Kinad.Raden Kinad berputera Raden Mustahil.Raden Mustahil berputera Raden Madjid.Raden Majid berputera Nabi Idris.Nabi Idris berputera Raden Sahur.Raden Sahur berputera Raden Musalik.Raden Musalik berputera Nabi Nub.Nabi Nuh berputera Raden Sam.Raden Sam berputera Raden Sangid.Raden Sangit berputera Raden Palwa.Raden Palwa berputera Raden Rangu.Raden Rangu berputera Raden SarahRaden Sarah berputera Raden Pahur.Raden Pahur berputera Patih Azar.Patih Azar berputera Nabi Ibrahim.Nabi Ibrahim berputera Nabi Ismail.Nabi Ismail berputera Raden Sabit.Raden Sabit berputera Raden Yasyab.Raden Yasyab berputera Raden Yarab.
17
18
Raden Yarab berputera Raden Pahur.Raden Pahur berputera Raden Mutawab.Raden Mutawab berputera Raden Ngadnan.Raden Ngadnan berputera Raden Mungadi.Raden Mungadi berputera Raden Najar.Raden Najar berputera Raden Mapar.Raden Mapar berputera Raden Ilyas.Raden Ilyas berputera Abuthalib.Abuthalib berputera Ki Hujimah.Ki Hujimah berputera Ki Kunanah.Ki Kunanah berputera Kiai Tafsir.Kiai Tafsir berputera Kiai Faqir.Kiai Faqir berputera Kiai Ghalib.Kiai Ghalib berputera Ki Ngabdul Manab.Ki Ngabdul Manab berputera Kiai Hasim.Kiai Hasim berputera Ngabdul Muntalib.Ngabdul Muntalib berputera Ki Ngabdullah.Ki Ngabdullah berputera Nabi Muhammad.Nabi Muhammad berputera Siti Fatimah.Siti (Dewi) Fathimah berputera Sayid Husen.Sayid Husen berputera Zainal Ngabidin.Zainal Ngabidin berputera Zainal Ngalim.Zainal Ngalim berputera Zainal Kubra.Zainal Kubra berputera Zainal Kusen.Zainal Kusen berputera Mahmud Alkubra.Mahmud Alkubra berputera Jumadi Alkubra.Jumadi Alkubra berputera Maulana Ishaq, Ibrahim Asmara, dan SitiAsfah (menjadi isteri Ngabdul Majid, raja Ngerum).
Nurcahya, adik Anwas, berputera Nurrasa, Nurrasa berputera SangYang Wenang.Sang Yang Wenang berputera Sang Yang Wening.Sang Yang Wening berputera Sang Yang Tunggal.Sang Yang Tunggal berputera Benthara Guru.Bentara Guru berputera Bentara Wesnu.Bentara Wesnu berputera Serig^ti (Raja Gilingwesi).Serigati berputera Yang Terwasthi (Raja Mendhang Andhong).Yang Terwasthi berputera Parikena.Parikena berputera Manumanawasa.
19
Manumanawasa berputera Raden Sutapa.Raden Sutapa berputera Raden Sekutram.Raden Sekutrem berputera Sekari.Sekari berputera Palasara.Palasara berputera Abiyasa.Abiyasa berputera Pandhudewa.Pandhudewa berputera Ki Arjuna.Ki Arjuna berputera Abimanyu.Abimanyu berputera Parikesit.Parikesit berputera Udayana.Uday?ina berputera Jayadarma.Jayadarma berputera Jayamijaya.Jayamijaya berputera Gendroyana.Gendroyana berputera Sumawicitera.Sumawicitera berputera Citerasuma.Citerasuma berputera Pancaderiya.Pancaderiya berputera Selajala.Selajala berputera Serimapunggung.Serimapunggung berputera Gendhiawan.Gendhiawan berputera Resi Genthayu (Raja Koripan).Resi Genthayu berputera LembumUuhur (Raja Jenggala).Lembumiluhur berputera Rawisrengga (Raja Jenggala),Rawisrengga berputera Raden Laiyan (Raja Pejajaran).Laiyan (Laliyan) berputera Mundhisari.
Mundhisari berputera Mundhingwangi (Raja Pejajaran) dan Arya Ban-jaran (Patih Pejajaran).Mundhingwangi berputera empat orang, yaitu : (1) Ratna Kusuma,(2) Raden Ayu Himuk, (3) Raden Suruh, dan (4) Ciyung Wanara (ibu-nya ampean, selir).
Raden Suruh melapor kepada ayahnya bahwa Ratna Kusuma mencintaidirinya. Mundhingwangi marah. Ratna Kusuma diusir. la pergi ke GummgKombang bertapa. Kemudian, ia menjadi raja di laut selatan.
Raden Ayu Himuk sakit-sakit. Oleh ayahnya ia dibuang ke PulauOnderus. Ia diambil anak oleh Raja England yang kemudian menurunkanRaja Kumpeni di tanah England, Peresman, dan Sopahnyol.
Sesudah Mundhingwangi wafat, Ciyung Wanara menjadi raja di Pejajaran; sedangkan Raden Suruh menjadi raja di Majalengka (Majapahit), berge-lar Berawijaya.
20
Raden Suruh berputera Berakumara.Barakumara berputera Raden Wijaya.Raden Wijaya berputera Kartawljaya.Kartawijaya berputera Anggawijaya (Berawijaya terakhir).
Raja Kunthara, RajaCempa, memerintah Kujing, Kalicare, Kalikut,Gur, dan Mulebar. la berputra tiga orang, yaitu (1) Derawati Muratningerum(menjadi istri raja Berawijaya), (2) Raden Ayu Cederawulan (menjadi istriIbrahim Asmara), dan (3) Raden Cingkera. Ketika Raja Kunthara wafat,Raden Cingkera menggantikan ayahnya.
Ibrahim Asmara tiba di Campa. Setiba di Campa ia menghadap rajaKunthara. Waktu ditanyai oleh Raja Kunthara tentang maksud kedatang-annya di Campa, ia menyatakan bahwa ia ingin mengajak Raja Kuntharamemeluk agama Islam, agama yang suci. Raja Kunthara bersedia memelukagama Islam. Akhirnya, seluruh keluarga dan rakyatnya memeluk agamaIslam. Semua berhala yang terdapat di Campa dihancurkan oleh Raja Kunthara.
Ibrahim Asmara dijadikan menantu oleh Raja Kunthara. Ia dijodoh-kan dengan Conderawulan.
Ibrahim Asmara berputera tiga orang, yaitu (1) Raden Raja Pandhita,(2) Raden Rahmat, dan (3) Dewi Zainab.
3.2 Pupuh "Dhandhanggula"
Putra Raja Berawijaya, yang ibunya dari Cempa, ada tiga orang, yaitu(1) Putri Adi (menjadi istri Adipati Adiyaningrat), (2) Lembu Peteng (ber-tempat .tinggal di Madura); dan (3) Raden Gugur. Dari istri raksasa. RajaBrawijaya berputra Raden Damar atau Ki Arya Damar. Dari istrinya yang ber-asal dari Panaraga, Raja Brawijaya berputra dua orang, yaitu (1) BentharaKatong (bertempat tinggal di Panaraga), dan (2) Adipati Lunu. Dari istrinyayang berasal dari Pekgelan, Raja Brawijaya berputra Ki Jaran Penelih. Ia bertempat tinggal di Balega dan memerintah di Sumenep serta Bambang.
Prabu Brawijaya sangat mencintai istrinya yang berasal dari Cina.Prabu Brawijaya memberikan istrinya kepada anaknya yang bernama AryaDamar di Palembang. Pada waktu itu sang istri sedang hamil tua. PrabuBrawijaya berpesan, sebelum anak dalam kandungannya lahir, Arya Damardilarang menyetubuhinya.
21
Raden Rahmat berputra lima orang, yaitu (1) Siti Saripah, (2) Muth-mainah Sumendhi, (3) Siti Haspah, (4) dan (5) Raden Kosim. Kelima anak ituadalah putra Raden Rahmat dengan istrinya yang berasal dari Tuban. Dariistrinya yang bernama Mas Karimah, putra Ki Bang Kuning, ia berputradua orang, yaitu (1) Mas Murtasiyah, dan (2) Murtasimah.
Nawangsih, putra Ki Tarub, bersuamikan Lembu Peteng. Ia berputraseorang bernama Gethas Pendhawa. Sesudah Ki Tarub meninggal dunia,Lembu Peteng menjadi pengganti Ki Tarub.
Dewi Nawangsari, putra Ki Tarub yang nomor dua, istri Raden Ja-kandar, berputra dua orang, yaitu (1) Dewi Isah dan (2) Dewi Irah.
Nawangarum, putra Ki Tarub nomer tiga, istri Raden Sukur, berputra dua orang, yaitu (1) Dewi Sari, dan (2) Raden Syukur.
Ciyung Manara, putra Mundhingsari dari selir, berputra Raden BabangWecana. Babang Wecana berputra Babang Pemengger. Babang Pemenggerberputra I Menak Pergola berputra Menak Sembuyu. Ia menjadi raja di Bala-bangan.
Molana Eshaq berputra dua orang, yaitu (1) Raden Bagus NgabdulQodir, dan (2) Dewi Sarah. Walaupun anak-anaknya masih kecil, ia pergi ber-layar ke Pulau Jawa, yaitu ke Gresik. Sewaktu tiba di Ngampel Denta, RadenRahmat sedang salat asar bersama Ki Wirajaya, Aburerah, dan Bang Kuning.Molana Eshaq menunggu di luar.
Sesudah salat, Raden Rahmat menemui Molana Eshaq. Molana Eshaqbercerita bahwa ia masih saudara ayah Raden Rahmat. Raden Rahmat diberigelar Sunan Mangdum. Orang yang bertempat tinggal di daerah Surabayabanyak yang memeluk agama Islam.
Molana Eshaq pergi ke Banyuwangi. Di Banyuwangi, di Gunung Se-langu, ia bertapa.
Putri Menak Sembuyu yang bernama Sekardadu, sakit parah. Ayahnya,Raja Belabangan, mengadakan sayembara bahwa barang siapa yang dapatmenyembuhkan anaknya ia akan dijodohkan dengan anaknya itu. MolanaEshaq dapat menyembuhkan Sekardadu. Ia dijodohkan dengan Sekardadu.
Setelah lama tinggal di Banyuwangi, Molana Eshaq mengajak MenakSembuyu memeluk agama Islam. Menak Sembuyu marah. Molana Eshaqakan dibunuhnya. Molana Eshaq lari ke gunung. Pada waktu itu istrinya telahmengandung tujuh bulan.
22
Istri Raja Brawijaya yang telah dibeiikan kepada Arya Damar itu ke-mudian melahirkan anak. Oleh Arya Damar anak itu diberi nama RadenPatah. Dari puteri Gina ini pula Arya Damar berputra Raden Husen.
Raja Brawijaya sakit lumpuh. Kata pujangg^, ia dapat sembuh apabilaia mau menyetubuhi Wandhan Kuning. Raja Brawijaya mengikuti saran sangpujangga sehingga penyakit Raja Brawijaya sembuh. Wandhan Kuning hamil.
Wandhan Kuning melahkkan seorang anak laki-laki. Oleh karena r^aMajapahit merasa malu, anak Wandhan Kuning dititipkan kepada /wrw sawahdi desa Karangjambu. Mula-mula anak ini diberi nama Bondan Kejawen,lalu diubah menjadi Lembu Peteng.
Lembu Peteng bertapa. Sesudah bertapa ia menghambakan diri kepadaKi Tarub. Lama kelamaan Lembu Peteng diambil menantu olehKi Tarub. Iadikawinkan dengan Nawangsih.
Istri Raja Brawijaya yang berasal dariCempa mengatakan kepada suami-nya bahwa ia mempunyai saudara yang cantik molek. Saudaranya itu ber-nama Coderasasi. Raja Brawijaya lalu menyuruh Arya Bangah, putra KiRandhukuning, melamar Coderasasi. W Cempaka Arya Bangan mendengarberita bahwa Raja Cempa telah meninggal dunia dan Coderasasi telah diper-istri oleh Ibrahim Asmara. Ia sudah berputra tiga orang. Yang menjadi rajadi Cempa adalah Raden Cingkara. Arya Bangah pulang kembali ke Majapahit.
Istri Raja Brawijaya, Darawati Murtiningrum, susah hatinya manakalamendengar ayahnya telah meninggal dunia.
Raja Pandhita dan Raden Rahmat pergi ke Pulau Jawa ingin menengokbibinya, yaitu Dewi Murtiningrum. Mereka membawa seorang pembantu ber-nama Aburerah. Dalam perjalanan dari Kucing ke Gresik, perahunya pecahterkena karang. Ketiga orang itu ditawan oleh Raja Kamboja. Kemudian mereka menyuruh orang Kamboja ke Majapahit memberi tahu Raja Brawijaya.Raja Majapahit menyuruh Arya Bangah melepaskan mereka. Setelah bebasmereka dibawa oleh Arya Bangah ke Majapahit. Di Majapahit, Raja Panthita,Raden Rahmat dan pembantunya diolok-olok orang Majapahit sebab merekatak suka makan katak dan babi. Namun, mereka tidak marah.
3.3 Pupuh "Sinom"
Arya Banjaran, adik Mundingsari, putra Pejajaran berputra Arya Men-tahun. Arya Mentahun berputera Arya Randhu Guting.
Arya Randhu Guting berputra tiga orang, yaitu (1) Arya Galuh; (2)Arya Tanduran; dan (3) Arya Bangah.
23
Arya Galuh berputra dua orang, yaitu (1) Arya Penanggungan dan (2)Ranggalawe.
Arya Penanggungan berputra tiga orang, yaitu (1) Arya Baribin, (2)Arya Teja, dan (3) Ki Tarub.
Arya Baribin berputra dua orang, yaitu (1) Maduretna, dan (2) Jakan-dar. Arya Teja berputra dua orang, yaitu (1) Ni Jonderawati, dan (2) RadenSyukur.
Ki Tarub berputra tiga orang, yaitu: (1) Nawangsih, (2) Raden AyuNawangsari dan (3) Raden Ayu Nawangwulan.
Putra ^egeri Cempa (Raja Pandhita) minta diri kepada Raja Majapahit.Raja Majapahit tidak mengizinkannya karena negara Cempa telah diserangoleh Raja Dhustan. Negara lain yang telah ditaklukan oleh Raja Dhustan ada-lah Kucing, Kalikut, Kalijare, Mulebar, dan Kemagur. Raja Pandhita tundukkepada kehendak Raja Brawijaya. Kemudian Raja Pandhita menjadi menantuArya Baribin di Resbaya.
Raden Rahmat beristrikan Raden Ayu Conderawati, putri Arya Teja,menteri di Ruban. Raden Rahmat bertempat tinggal di Ngampel Denta.
Aburerah, pembantu Raja Pandhita, diambil menantu oleh Kiai Kusendi Ngampel Denta. Nama istrinya mBok Samirah.
Raja Pandhita berputra tiga orang, yaitu (1) Haji Ngusman, (2) RadenNgusman Haji, dan (3) Nyai Ayu Gedhe Tandha.
3.4 Pupuh "Pan^ur"
Molana Eshaq bersembunyi di hutan. la berdoa agar Kerajaan Bela-bangan mendapat musibah. Permohonan Molana Eshaq terkabul. RakyatBelabangan banyak yang meninggal dunia. Akibatnya, setelah puteri Sem-buyu melahirkan, anaknya dibuang ke laut oleh Raja Belabangan sebab anakitu dianggap penyebab malapetaka.
Peti yang berisi bayi ditemukan oleh seorang nakhoda Nyi Gedhe Patihdari Gresik. Kapal mereka kemudian berlayar ke Tandhes (Gresik). Olehnakhoda bayi diberikan kepada Nyi Gedhe Patih. Bayi itu diberi nama RadenPaku.
Molana Eshaq kembaU ke Pasai (Pasyeh). Tak lama kemudian ia meninggal dunia.
Dua orang putra Molana Eshaq, yaitu Ngabdul Kadir dan Dewi Sarah,pergi ke Pulau Jawa. Mereka naik kapal. Mula-mula mereka berangkat daritanah Ngadan, lalu ke KeUng, kemudian ke Pulau Jawa. Sesampai di Pulau
24
Jawa mereka langsung menghadap Sunan Ngampel Denta, saudara laki-Iakiayahnya.
Raden Jakandar bertapa di Demung. Setelah itu, ia menjadi wali. labergelar Sunan Malaya.
3.5 Pupuh "Asmaradana"
Ngabdul Kadir kawin dengan Dewi Isah putra Sunan Jakandar. Ia ber-tempat tinggal di Gunung Jati, Cirebon. Setelah bertapa, kemudian ia menjadi wali. Ia bergelar Sunan Gimung Jati.
Ngabdul Kadir berputra dua orang, yaitu (1) Ngabdul Jalil dan (2)Supiyah.
Ada tip orang keturunan Rasullah dari Yaman, yaitu (1) Sayid Muksin,(2) Sayid Ahmad, dan (3) Halifah Husen. Mereka datang ke Pulau Jawa.ES Pulau Jawa mereka menghambakan diri pada Sunan Npmpel Denta.
Putra Sunan Ngampel Denta yang bernama Siti Syarifah diperistrioleh Haji Ngusman, putra Raja Pandhita. Haji Ngusman bertempat fingg.1di Man3airan. Setelah lama bertapa, kemudian ia menjadi wali. Haji Ngusmanberputera Amir Hasan.
Siti Muthamainah, putri Sunan Npmpel Denta, diperistri oleh SayidMuksin. Setelah bertapa Sayid Muksin di Gunung Pept, menjadi waU. Putra-nya bernama Amir Hamzah.
Siti Hasyifah, putri Sunan Ngampel Denta, diperistri Ki Sayid Ahmad.Sayid Ahmad bertempat tinggal di Gunung Kemelaka. Setelah ia bertapaselama tip tahun, kemudian ia menjadi wali.
Raden Ibrahim, putra Sunan Ngampel Denta, kawin denpn Dewi Irah,putri Ki Jakandar. Putera Raden Ibrahim bernama Dewi Rahil.
Raden Ibrahim bertempat tinggal di Bonang. la menjadi imam di daerahTuban dan Lasem. Setelah bertapa, ia menjadi wali. la bergelar Sunan Bonang.
Sunan Npmpel Denta masih mempunyai seorang putra lagi bernamaRaden Kasim. Selain itu, ia berputera dua orang puteri dari selir, yang nama-nya tidak disebutkan.
Ngusman Haji, putra Raja Pandhita, memperistri Dewi Sari, putriTumenggung di Wilatikta. ia bertempat tingpl di Ngudung dan mengimamidaerah Jipang dan Panolan. Setelah bertapa, ia menjadi wali. la bergelarSunan Ngudung. Putranya ada dua orang, yaitu (1) Dewi Sujinah dan (2)Amir Haji.
25
Nyai Tandha, putri Raja Pandhita, diperistri olehHalifahHusen. Hali-fah Husen bertempat tinggal di Kertayasa. la mengimanii daerah Madura.Putranya bernama Halifah Mungra. Setelah bertapa di Gunung Yodhi selama3 bulan, Elalifah Mungra menjadi wall. la bergelar Sunan Kertayasa.
Raden Sahid, putra Radon Tumenggung, kawin dengan Dewi Sarah,puteri Molana Eshaq. la berputra tiga orang, yaitu (1) Raden Sangid, (2)Dewi Rukiyah, dan (3) Dewi Rufingah.
Raden Sangid bertempat tinggal di Kalijaga dan menjadi imam daerahDermayu serta Manukan. Setelah ia bertapa di Pupureh, ia menjadi wall. labergelar Sunan Kalijaga.
Ngabdul Jalil, Amir Hasan, Amir Haji, Raden Sangid, dan Amir Hamzahmenghambakan diri kepada Sunan Ngampel Denta.
Raden Paku, putera Nyi Patih (Nyi Gedhe Pinatih), setelah berumur15 tahun belajar mengaji kepada Sunan Ngampel (Raden Rahmat). Nyi Patihsendiri yang mengantarkan ke Ngampel Denta.
Sunan Ngampel Denta teringat pada Molana Eshaq. Raden Paku adalahputera Molana Eshaq.
Raden Patah dan Raden Husen menghambakan diri kepada SunanNgampel Denta. Raden Patah lebih pandai daripada Raden Husen.
Setelah lama tinggal di Ngampel Denta, Raden Husen mengajak RadenPatah menghambakan diri kepada Raja Brawijaya. Raden Patah tidak berse-dia. Raden Husen berangkat sendiri.
3.6 Pupuh *'Kinanti"
Raden Husen menghambakan diri pada Raja Majapahit. Murtasiyah,putri Sunan Ngampel dari selir, diperistri oleh Raden Paku. Raden Paku bertempat tinggal di Tandhes, kemu^an di Giri. Setelah ia bertapa di GunungTukangan, ia menjadi wali. Ia bergelar Sunan Giri. Putranya empat orang,yaitu (1) Raden Perabu, (2) Raden Misani, (3) Raden Guwa, dan (4) Ratna-wati.
Murtasimah, putra kedua Sunan Ngampel dari selir, diperistri olehRaden Patah. Raden Patah bertempat tinggal di Bintara dan negaranyabernama Demak. Setelah ia bertapa, ia menjadi wali. Ia bergelar Sunan Bintara. Putranya enam orang, yaitu (1) Raden Teranggana, (2) Bagus Sidakali,(3) Gendhuruhan, (5) Dewi Ratih, dan (6) tidak disebutkan namanya.
Raden Kasim, putra. Sunan Giri dari istrinya yang berasal dari Tuban,mempeiristri putra. Sunan Gunungjati. Ia menjadi imam di Lawangan dan
26
Sedayu. Tempat tinggalnya di Derajad. Setelah ia bertapa di Jongpangkah,ia menjadi wali. Ia bergelar Sunan Derajat. Ia berputra tiga orang, yaitu(1) Pangeran Teranggana, (2) Pangeran Sandi, dan (3) Dewi Wuryan.
Amir Hasan, putera Haji Ngusman, diambil menantu oleh Sunan Kali-jaga. Ia dijodohkan dengan putrinya yang bernama Rukiyah.
Raden Amir Hamzah, putra Said Muksin, diambil menantu olehSunan Kalijaga. Ia dijodohkan dengan putrinya yang bernama Rupingah.
Raden Sangit, putra Sunan Kalijaga, diambil menantu oleh KiyahiHaji Ngremo. Ia dijodohkan dengan putrinya yang bernama Dewu Sujinah.
Raden Sangit bertempat tinggal di Murya. Setelah bertapa di Sapta-rengga, ia menjadi waU. Ia bergelar: Sunan Murya. Adapun putranya bernama ■ Pangeran Sateri. Pangeran ini bertempat tinggal di Kadilangu, danbernama Pangeran Yahi.
Raden Bagus Amir Haji, putera Sunan Ngudung, memperistri putraSunan Bonang yang bernama Dewi Ruhil. Ia bertempat tinggal di Kudus.Setelah bertapa di rumah, ia menjadi wali. la bergelar Sunan Kudus.
3.7 Pupuh "Sinom"
Ngabdul Jalil beruguru kepada Sunan Gunung Jati. la belajar soalwahdah tauhid, ngelmu umludin, ngelmu makrifat dan ngelmu sufi. Setelah tamat mengaji pada Sunan Gunung Jati, ia bertempat tinggal di Siti Jenar.Setelah Sunan Ngampel wafat, para wali datang dan Sunan Giri menjadiimam.
Sesudah Sunan Ngampel wafat, para wali, yaitu Sonan Bonang, SunanGiri, Sunan Kalijaga, Sunan Derajat, Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus, SunanWisi, Sunan Manyoran, Sunan Demak, Sunan Ngudung, Sunan Melaya, danSunan Kertayasa berapat di Ngampel Denta. Yang dibicarakan adalah masalahpengangkatan khaHfah. Sunan Giri mengusuUcan agar Sunan Demak diang-kat menjadi seraja (khalifah). Para wali setuju.
Sunan Demak pulang ke Demak. Di demak ia mengajak para waliberperang sabil melawan Raja Majapahit sebab Raja Majapahit masih kafir.Para wali setuju. Atas usul Sunan Giri, Sunan Ngudung dipilih menjadii seno-pati. Sunan Ngudung berangkat menyerang Majapahit didampingi oleh Amu-Hasan dan Amir Hamzah.
Arya Tanduran berputra tiga orang, yaitu (1) Ki Gajah Mada, (2)Gajah Wila, dan (3) Gajah Sena. Tiga orang putra Arya Tanduran ini menjadi patih Raja Brawijaya.
27
Raden Gugur, putra Raja Majapahit, diberi gelar Pangeran Dipati, se-bagai wakil sang raja. la berputra dua orang, yaitu (1) Lembu Niseraya dan(2) Lembu Kanigara. Kedua orang ini diangkat oleh Raja Majapahit sebagaiTumenggung di Majapahit. Mereka menierintah para arya dan menteri.
-Raden Husen, putra Ki Arya Damar, menghambakan diri pada RajaMajapahit. la diangkat menjadi Adipati di Terung. la bergelar Ki Pecat Tan-dha.
Raden Dhandhang Wacana, putra dari Panaraga, ipar sang raja, menghambakan diri kepada Raja Berawijaya. la diangkat menjadi Tumenggungdi Majapahit. la berputra Raden Banjar. Raden Banjar bertempat tinggaldi Tingkir, dan bergelar Dhandhang Wurahan. la berpangkat arya.
Wulung Kembang, ipar Berawijaya, diangkat menjadi Tumenggungdi Berangkal.
Sunan Ngudung beraogkat menyerang Majapahit bersama Amir Hasandan Amir Hamzah. Sesampainya di hutan Tunggarana, mereka berhenti.Sunan Ngudung menuUs surat kepada Raja Majapahit. Isi surat menyebut-kan bahwa ia menantang perang Raja Majapahit.
Seterimanya surat Sunan Ngudung, Raja Majapahit menyuruh Ki PatihGajah Mada, Ki Patih Gajah Sena, dan Ki Arya Jambul (putera Jaran Pano-lih) melawan Sunan Ngudung. Prajurit Majapahit berangkat ke medan perang.
3.8 Pupuh "Durma"
Prajurit Majapahit dan prajurit Demak berperang di hutan Tunggarana. Amir Hasan meninggal dunia terkena tombak Gajah Sena. Gajah Senadiserang oleh Sunan Ngudung. Gajah Sena meninggal dunia. Raden AryaJambul melapor kepada Raja Majapahit. Prajurit Demak beristirahat di hutanKerawang. Mereka meminta bantuan kepada Sunan Demak.
Raja Berawijaya meminta bantuan ke Pengging dan Panaraga. AdipatiAdiyaningrat dari Pengging datang membantu. Arya Dhandhang Wurahandari Tingkir juga ikut membantu Raja Majapahit. Benthara Katong dari Panaraga mengirimkan adiknya, yaitu Adipati Luwanu, datang membantu RajaMajapahit.
Prajurit Demak maju ke medan perang. Pemimpin mereka ialah HajiNgusman dan Sunan Ngudung.
Prajurit Majapahit maju ke medan perang. Pemimpin mereka adalahRaden Gugur dan Pejad Tandha. Mereka diikuti oleh Demang Lawung, De-
28
mang Terasaba, dan Etemang Sukadana.Prajurit Demak dan prajurit Majapahit berperang. Ki Wulung Kem-
bang meninggal dunia. la dibunuh oleh Amir Ibinzah.
3.9 Pupuh "Dhandhanggula"
Raden Dhandang Wacana maju berperang. Amir Hamzah menghadapi-nya. Keduanya sama-sama perwira. Kanjeng Sunan Ngudung datang mem-bantu Amir Hamzah.
BAB IV BAHASA NASKAH
4.1 Bdiasa Jawa
Ditinjau dari ciri-cirinya, bahasa Jawa naskah "Babad Demak Pesisiran"dapat digolon^an pada bahasa Jawa baru. Bahasa ini lebih dekat denganbahasa Jawa zaman Suiakarta (abad ke-18 dan ke-19).
Kata-kata dan kalimat-kalimat naskah "Babad Demak Pesisiran" sang^tsederhana. Pemilis babad tidak banyak mengolah bahasa menjadi bahasa yangindah seperti halnya bahasa para pujangga kraton.
Dalam pembentukan kata keija pasif, penulis menggunakan sisipanin dan awalan dipun, den, sun, dan ka. Contoh penggunaan sisipan in imtukpembentukan kata keija pasif adalah tinarima (diterima, 4.1.7), binuwang(dibuang), 4.4.4), Unarung (dibuang ke laut), 4.4.5). Contoh penggunaanawalan dipun, den, sun, dan ka untuk pembentukan kata keija pasif adalahdipun-rangkul (dirangkul, 425.5), dipun-paringi (diberi, 7.19.8), den-wedalm(dikeluaikan, 2B.8), sun-duta (kusuruh, 7.19B), sun-kantheni (kuberi teman,7.38B), ka-rfnga/(terlihat, 8.3B).
Khusus mengenai sisipan in, di samping digunakan untuk membentukkata keqa pasif, juga digunakan dalam kata ulang, misalnya bedM-binedhil(saling menembak, (8.832), pedhang-pinedhang (saling memedang, 8.832),cuderik-cinud&ik (saling menyunderik, 8.83.4), dan seking-aneking (salingmenyeking, 8.8 3 2).
4.2 Bahasa Ktama dan Ngoko
Basa tembang memang belum mempunyai pathokan (kaidah) yangjelasdan teg^s. Walaupun demikian, dalam hubungan ini secara preskriptif sudahada orang yang memikirkan masalah itu, yaitu R. Hardjowirbgo. Beliaumeng^takan bahwa pengarang tembang hams berpegang teg^ pada ppmakai-an bahasa yang benar, yaitu kalau pengarang ingin memakai bahasa kramaatau bahasa r^ko, dia hams konsekuen. Dia hams tetap pada pemilihannya
29
30
itu, tidak mencampuradukkan antara keduanya. Pendapat R. Hardjowirogo(1952:21) itu adalah :"Bab penganggening basa wonten ing sekar kaangkaha anglenggahi pumpaleresipun, manawa krama inggih krama kemawon, memwi ngoko, salajengi-pun inggih ngoko kemawon. 1
Pendapat R. Hardjowirogo (1952:22) itu tidaklah mutlak sebab di tern-pat lain beliau mengatakan:Sanadiyan inginggil sampun kapratelakaken bab panganggening basa kramatiiwin ngoko kedah katurutaken, ewadene manawi kapeksa kedah nganggebasa ingkang sanes mestinipun, upami ngoko sumela ing krama, utawi kramasumela ing ngoko, inggih kenging, nanging tiyang nyekaraken wajib nyume-rapi dhateng unggah-ungguhing basa .... 2
Menurut pendapat R. Hardjowirogo di atas, bahasa krama dan ngokoitu boleh dipergunakan berselang-seling asalkan tidak menyalahi unggah-ungguh basa. Bagaimanakah dengan pemakaian krama dan ngoko dalam"Babad Demak Pesisiran"?
Bahasa "Babad Demak Pesisiran" dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu (1) bahasa naratif dan (2) bahasa dialog. Yang dimaksud dengan bahasanaratif adalah bahasa penceritaan (penuturan); sedangkan bahasa dialogadalah bahasa percakapan antarpelaku dalam babad.
Bahasa naratif "Babad Demak Pesisiran" adalah bahasa krama. Akantetapi, apabila diperhatikan dengan saksama akan terlihat bahwa dalambahasa itu terseUp juga pemakaian bahasa ngoko.
Contoh :
(1.6) Wanten carita winaminutwaken kang kina-kina
saking Adam sedayaneana dadi nabi ika
arm dadi waliyulbh
am dadi guru ratu
am kang dadi manolan. 3
Perkataan am dan dadi adalah kata-kata bahasa Jawa ngoko. Kadang-kadang krama dan ngoko dipergunakan sebagai dasamma (sinonim), misal-nya perkataan gangsal (krama, = hma, 1.12.4) dengan lima (ngoko, = lima,1.27.3); perkataan satunggil (krama = satu, 1.12.1) atau satunggal (krama= satu, 1.12.5) dengan sifi (ngoko = satu, 1.7.3).
31
Adanya kata-kata bahasa Jawa ngoko terselip dalam kata-kata bahasaJawa krama, bukanlah suatu pertanda bahwa penulis babad tidak menge-tahui perbedaan pemakaian bahasa krama dengan bahasa ngoko. Mungkinpada waktu itu perbedaan bahasa Jawa Krama dan bahasa Jawa Ngokobelum begitu tajam sebagaimana yang terjadi di pusat kerajaan Jawa. Meski-pun demikian, dari data di atas dapat diketahui bahwa penuhs babad telahmencoba merealisasikan unggah-ungguh basa, yaitu memakai bahasa kramadalam bahasa naratif dengan maksud menghormati para pembaca babad yangditulisnya sebab para pembacanya adalah sejumlah orang yang belum dike-nalnya (belum akrab benar dengan penulis).
Masalah unggah-ungguh basa dalam bahasa dialog dikemukakan olehpenuhs babad lebih jelas lagi sehingga kita mendapat gambaran mengenaitata pergaulan masyarakat Jawa pada zaman penulisan naskah. Dalam bahasadialog, bahasa ngoko dipergunakan oleh;1) raja kepada puteranya, contoh :
1.43
kang rama agal wuwuse
Ratna Kesuma ta sira
kudu remen rayinnira
kangaran Rahaden Suruh
Contoh lain terdapat dalam 1.442) raja kepada tamu yang da tang (entah tamu itu duta, suruhan orang lain,
atau orang yang datang ingin mengabdi), contoh :li4
sang nata enggal tetanyadateng Ibrahim Asmara
derwis sapa arahmupan apa kang sira seja
1.5 5 sira marek maring mami
teka gati lampahira5
Contoh lain terdapat dalam: 2.47,3.40,3.41, 3.453) raja kepada permaisurinya, contoh :
2.40 angendika nataMajapahit
maring kang garwa
paran pekenira apa kang dadi susaheanak ingsun sarwi gegulung
32
angbsar am ing siti
Berawijaya tilon ngendika
2.41 ikasapakangmituturimertngsmramaafisedadene tan am surate
ingkang teka maring ingsun6
4) raja kepada bupati, contoh:3.36 sangmta nulya ngendika
durmtengpam bupatilah ta seksemm sami
maring soyaberaningsunsapa bisa mamsem
maring amk ingsun puteripan punika dadiya jatu keramannya
337 sun paling ing Belabanganngadek perabu anu 159 j bejing
7
5) raja kepada patih, contoh:3.38
angendika sang mta mering Ki Patihnya
339 Patih sira timbalam
ajar ingkang am wukir
7.37
sang mta ngendika arisdumateng Kiyahi PatihGajah Sena namanipuneh Ki Patih Gajah Senaika am garmn peraptisaking Demak si Fatah kanggawe pokal 8.
Contoh lain : 7.38
6) orang tua kepada anak tnuda, contoh :2.19
nulya tanya Ki Taruk sarwi bebisik
33
kulup ingsun takon ing stapimn^nya sira saking ngendilawan sapa ingfcang dherbeni putera
9.
Contoh lain terdapat dalam ; 2.21,2.62
7) paman kepada keponakannya, contoh:330 ojarelAohxi2i^\>2i(\adhuhgusttamkkafm
bapak ira myiningmngneng Cempa mma Ibrahim
331 Molana Ishaqdateng Raden Rahmat sir^gflidhuh gusti anak kawubpan Sim ingsun namaniSunan Mangdum ingkang namifenenge /57/ sunan punikukang sinembah maring wadiyaMangdnm ingkang adhinginisbmipun pan negara tanah Jawa 10.
8) snnan kepada para tamunya, contoh :4.22 Jeng Sunan ing NgunpelDenti
Jawab salbm tumulyaenggal nakoniadhuh kawub atumut
tetannya ing jengandikapinangkannya lawan sinten namanipunkang pempta matur perteb
11.
Contoh lain terdapat dalam 5.51, 5.55, 7.2, 73,7.A, 7.5,7.6,7.7,7.8,7.9,7.10
9) ibu kepada anak angkatnya, contoh :5.44 kang ibu ngendika aris
adhuh anak ingsun nyawapan om sabh wartaneiya ika waliyuUahingkang nama Raden Rahmatjejuhik Jeng Snnan Magdum
34
dhedhukuh ing Ngampel Denta 12.Contoh lain terdapat dalam: 5.46
10) kakak kepada adik atau adik kepada kakak, satu ayah lain ibu, contoh:5.69 Raden Husen matur agelis
durmteng ing raka nira
adhuh kakang kaya periyanyuwita ing Kanjeng Sunanoning dhukuh Ngampel Dentaangulati ngelmunipunngibadah pan sampun cekap
5.70 nanging saking karsa mami
sumangga kakang nyuwita
dumateng /90/ Majalanguneing sang perabu Berawijayaangulati kertiyasa
menawa pinanggih besuk
bisa mengku panjenengan 13.
Contoh lain terdapat dalam: 5.71.5.72,11) sunan ketika menantang perang Raja Brawijaya dalam surat,
contoh :
7.3 6 wiyose kang ponang sura teh ta pmbu Majapahitlamun sira nyata lanang
lah ta payo tandhing jurit
ana dene aran mami
jejuluk Jeng Sunan Ngudungkersane Sunan Binsatara
kinon ngerusakUa.izpdhitlah sedaya /114/ perajurit ing Majalengka
7.37 mapaga neng Tunggaranalamun sira bosen urip 14.
12) prajurit ketika menantang perang prajurit lawan, contoh :8.6
ana ingranagana
sumbare awanti-wanti
eh ta wong islam
lamun sira bosen urip8.7 genambulana perajurit ing Majalengka
35
Gajah Sena aran mamiwadiya islam sedaya
payo tandhing ayudaayomm budi mami
bareng mara
mesthi yen ingsun tandhahi 15.
Contoh Iain terdapat dalam: 8.86, 8.87,9213) sunan kepada patih, contoh:
8.28
Kanjeng Sunan /123/ angendikadumateng rekiyana Patih
Ki Ngabdul Salamanenggih jejuluk neki
8.29 Ngabdul Salam jengandika mepek bahsumerta peraboting jurit
Sunan Ngudung utusananuwun bantoriing bah
Amir Hasan sampun hlisperajurit islampan katun sawehs iji 16.
Contoh lain terdapat dalam; 8.30, 8.35, 8.3614) patih kepada tamtama, contoh:
8.32 angendika Ki Patih mering Tamtamasumerta perajurit Manteri
eh ta para punggawa
sang kersane sang natayen sira kinon bantoni ing badayuda
si Majapahit 17.15) adipati kepada punggawanya, contoh:
8.45
Ki Adipati angendika
dateng sekeh para manteri
eh ta punggawa
ingsun arep abantoni8.44 ing negara Majalengka kahawunggahan
mungsuh saking Binatara iki
sira padha ngiringa mering ing hkuning wongdumateng ing Majapahit
36
abadayudarmpagmungsuhingkangperapta 18.
Ehiri data di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Jawangoko dalam bahasa dialog "Balas Deimk Pesisiran" dapstt digunakan oleh:a. orang yang lebih berkuasa kepada bawahannya (raja kepada patih, patih
kepada tamtama, dan sebagainya);
b. orang tua/orang yang lebih tua kepada orang muda/orang yang lebihmuda (orang-orang tua kepada anaknya, paman kepada kemanakan, dansebagainya;
c. orang-orang yang sederajat (prajurit dengan prajurit).Begitulah pemakaian bahasa Jawa ngoko dalam bahasa dialog "Babad
Demak Pesisiran". Adapun bahasa Jawa krama dipergunakan dalam:
1) putra. raja kepada ayahandanya, contoh:1.42
kocapa Rahaden Suruhniatt4r dateng ingkang ramaadhuh rama kudos pundikakang bok Ratna Kusumakeddh awan pertingkahearemen dateng kawulananging tan ptmin kawula
19.
2) tamu raja (duta, atau orang yang ingin mengabdikan diri) kepada raja,contoh:
1.55
Ibrahim engga/aturedhuh gusti nami kawulaSayid Ibrahim Asmaradateng kawula dan estusutnaja ngafak sang nata
1.56 mtdinggi agama sucisarengat nabi Muhammad
ngucapa kalimah kalihank iiaha in/ ilk klkhMuhammad rasulullah
punikaingkfaUpun
37
rukune agama islam1.57 bn yembah bn amig'i
dumateng Allah tanggab
anuta ing penggawene Muhammad nabi wekasansampun nyembah ing berhalapunika agama kufurnyembah muji ing berhala 20.
Contoh lain terdapat dalam: 2.7,2.30,2.48,2.56,2.44,6.5,3) anak muda kepada orang yang lebih tua,
contoh:
2.19
Lembu Peteng matur ageadhuh g^sti awak ingsunamkipun bok Wandhan Kuningdeten wisma kub dhusun Karangjambu Tarub
Contoh lain terdalam dalam: 2.22,2.24,4) raja kepada duta dari kerajaan besar,
contoh:
2.31
sangperabu Cempa ngendika2.32 permibne ingsun tan mertani
dateng kakang perabu Berawijayapan ingsung ngarsa dherweyen asor awak ingsunkakang perabu ing Mifipaidtmib ratu binetara
ngereh sami ratubmun ingsun akirima ing nuwabdateng perabu Uajapatdtmenawidatan 1331 kaduga 21.
5) prajurit, duta kepada raja, contoh:234
matur sarwa awot sekar
Arya Bangah dumateng panduka ajidfmh gusti kawub dinuta
2.34 bmpah kawub dinuta sangqfidatansangsalingpamudhuttuwanpan 134/ sampun wonten bkine
38
puteri Conderasatunkambil garwa turun Jeng Nabimma Ibrahim Asmara
sampun putera telu 22.Contohlain terdapat dalam: 3.35, 8.24, 8.25, 8.20
6) istri raja kepada raja, contoh:2.40
nulya matur parameswari
dumateng sang perabu
milane kawula karona rama nata
m^Cempa pan sampun Mis 23.
7) keponakan kepada pamannya, contoh:3.36
Raden Rahmat matur null
dumateng tamu kang rawuhing tanah Jawa punikagusti meksi agama kapirmung kawula miwiti eslaming Jawa 24.
8) patih kepada rajanya, contoh:3.37
patih Belabangan anyembahmatur dumateng sang ajipan wanten ajar sawiji
pujuke arti Selangudatan sami ajar kathah
sepolah tingkahe luwihagama pan beda Ian ajar kathah 25.
9) buruh kepada majikannya, contoh:4.49
nangkuda enggal umatur
punika angsal kawulaneng segara amanggih katut ingarus
pelabuhan Belabangantumibul wadhane pethi 26.
10) tamu kepada sunan, contoh:4.22
kangperapta matur pertebnami kawula Ngabdul Kadir
39
4.23 wodene rayi kawulagih punika Dewi Sarah ingkang mmirama kawula punikukang mma Molana Ishaknggih punika wgPaseh negaranipuning nwngke sampun perlayanalika gesang wewarti 27.
Contoh lain terdapat dalam: 4.24, 8.8, 8.9, 8.10, 5.48, 5.49, 5.52,5.53,5.54,5.56,5.63,5.64,5.65
11) Sunan kepada tamu asing yang belum dikenal betul, contoh:5.7 Jeng Sunan jawab tumuli
salame wadiya kangperaptoenggal Jeng Sunan wiyosedhuh sanak kawula tannya
/73/ saking ngendi pinangkannyalawan sinten namahipun
5.8
Sunan nulya ngendikadhuh nyawa sanak kawulawong ngelmu yen kurang lakupunika tanpa gaweya 28.
12) anak kepada ibunya (ibu angkat), contoh:5.43 Raden Paku wjamr aris
dumateng ing ibuniramengkana atur wiyose
ibu kawula mireng warta
ing negara Surabayawonten ngulama pinunjulnama sunan waliyallah 29
Contoh lain terdapat dalam: 5.4513) Sunan Girl kepada sesama wall, contoh:
7.15 Sunan Girl angendikadateng sekeh para waliboten wonten kangperyoga
dadi halifah agama
mung Sunan demak negariperyoga jumeneng perabu
40
lah ta padha seksemmSunan Demak dadi aji
30.
Contoh lain terdapat dalam: 7.16,7.17.7.1814) prajurit kepada patih, contoh:
8.24 para punggawa sedaya mimh tamtaimmatur sendika Gusti
kawub mesthi btmampahsaking kersa sang natapunika pan sampm bmian^l kawubkepengin perang bn wong kapir 31.
15) lurah kepada Sunan, contoh:7.33 ature kang nunggangfaran
kawub wong Majapahithrrah dhusun Cakar Ayambebedhok kidang bn kancilkersane Seri NarapatiBerawijaya Majalangu 32.
16) adipati dengan adipati, contoh:8.55 ingkangsuratkatur adipati
ing Lumanu wismaneki
wiyosipun ponang surutkawub tampi nuwabingkang saking Uajapatdting rama nata
Berawijaya Majapahit9.56 Kaunggahan mungsuh saking ing Bintara
Gajah Sena sampun Missaking kersa kawub
adhiingkanglumampahbantoni ing Majapahitnanging jenganika
datenga ingVataiSi^ 33.Contoh lain terdapat dalam: 8.59,5.60
17) ; surat raja kepada raja, contoh :8.51
wiyose surat punika
41
kawula atur wuningaingnegamU&jaipaidtwus kahunggahanmungsuh saking Bintaia iki
8.52 waliya bah ing negara Majalengkakathahkangmati
dene Ki Gajah Senapan mg^h sampun perlayaBethara Katong sun purih kituna bahtamtama kehwan 11301 manteri 34.
Data-data di atas menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Jawa kranwHalam bahasa dialog "Babad Demak Pesisiran" digunakan oleh:a. orang bawahan kepada orang yang lebih berkuasa (menteri kepada raja,
tamtama kepada menteri, dan sebagainya);b. orang yang lebih muda kepada yang lebih tua (putera raja kepada ayahan^
danya, keponakan kepada paman, dan sebagainya).c. orang-orang yang sederajat (adipati kepada adipati, wali kepada wali).
Dari penggunaan bahasa ngoko maupun krama dalam bahasa dialogtampak ju^ pen^unaan bahasa yang tidak mumi, artinya dalam bahasangoko terselip kata-kata bahasa krama. Sebaliknya, dalam penggunaanhahasa kramo terselip kata-kata bahasa ngoko. Dengan demikian, da.pat-lah disimpulkan bahwa antara bahasa dialog dan bahasa naratif tidakberbeda, keduanya tidak menunjukkan ketajaman perbedaan penggunaan bahasa krama dan ngoko.
Khusus mengenai pemakaian kata-kata bahasa Jawa krama, di dalamnyaterselip adanya nama-nama tempat yang di-kmma-kan'. Misalnya, pemakaiankata Toyaarum (5.52.6) untuk Banyuwangi; Tubin (6.20.6) untuk Tuban;dan Panaragi (8.56.7) untuk Panara^. Menurut aturan dalam bahasa Jawa,nama-nama tempat tidak diperkenankan untuk dijadikan bahasa krama, misalnya kota Blora dijadikan bahasa krama Blonten (Padmasusastra, 1899:171).
4.3 Unsur Bahasa Jawa Pesisiran
Yang di dengan pesisir atau pasisir di sini adalah, 'tanah-tanahsaurute segara Jawa (segara sisih lor)' OPoerwadarminta, 1937:475). Jadi,yang dimaksud dengan bahasa Jawa pesisiran adalah bahasa Jawa yang diper-gunakan oleh orang Javra di daerah pantai utara Pulau Jawa.
42
Studi secara mendalam tentang bahasa Jawa pesisiraii belum pernahdilakukan orang. Kini bahasa pesisiran itu kita kenal sebagai bahaa Jawa dia-lek Pasuruan, Probolinggo, Surabaya, Gresik, Tuban, Rembang, Jepara, danlegal. Kita tidak tahu dengan pasti apakah sudah ada dialek-dialek itu padazaman penulisan naskah "Babad Demak Pesisiran".
Berdasarkan hal di atas, pengetahuan kita tentang bahasa Jawa pesisiranharuslah dibangun dengan banyak membaca hasil-hasU karya kesusastraanJawa pada zaman Islam sebab studi yang mendalam tentang hal ini belumpernah dilakukan orang.
Informasi pertama tentang adanya kata bahasa Jawa Pesisiran berasaldari Prof. Dr. RAl. Ng. Poerbatjaraka. Informasi ini dikemukakan ketikabeliau membicarakan Serat Memk karya Ki Carik Narawita dari zaman ke-rajaan Kartasura. Beliau mengatakan (Poerbatjaraka, 1952:10); "tetem-bungfin) inggih taksih ketawis tembung pesisiran" (kita-kntanya. masih keli-hatan kata pesisiran). Hal ini berarti bahwa pada zaman Kerajaan Kartasurabahasa Jawa yang digunakan orang dalam kesusastraan masih terpengaruholeh bahasa Jawa Pesisiran.
Informasi kedua tentang adanya bahasa Jawa Pesisiran juga berasal dariProf. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka. Ketika beliau membicarakan ̂ erarReng-ganis karya Rangga Janur dari zaman Kerajaan Kartasura. Beliau mengatakan, "Lelewaning basa taksih celak sangat kaliyan serat Menak Kartasurakasebat ing nginggil" (gaya bahasanya masih sangat dekat dengan "SeratMenak Kartasura" itu (Perbatjaraka, 1952:119). Informasi kedua ini mem-perkuat informasi pertama.
Dari kedua informasi yang diberikan oleh Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka di atas, kita tidak mendapatkan data-data konkret tentang ciri-ciribahasa Jawa Pesisiran. Untuk memperoleh gambaran tentang ciri-ciri ituperlu melacak pemberitaan Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka.
Dalam buku Beschrijving Der Handschriften: Menak (1940:30), kitamendapat cupUkan Serat Menak Kartasura, bagian permulaan (5 pada)dan bagian penghabisan (2 pada). Bunyi cuplikan bagian permulaan padapertama dan kedua itu sebagai berikut.
Ingsoen amimity amoedji,aneboet namaning soekma,kang moerah ingdoenya reke,ikangasih ingakerat,langgeng maha balaba,
43
anggandjar ing kawlas-ajoen,anggpoera ing dodosan.
Sampoening moedji Jjang widi,amoedji nabi Muhammad,kalawan koelawargane,
kang sinoetjekaken ika,kang sinoeng kanoegrahan,Ian sakatahe kanganoet,
nving sira nabi Moehammad. 35.
Dari cuplikan di atas dapat diketahui bahwa pada pertama dan keduapada permulaan Serat Menak Kartasura sangat dekat dengan pada pertamadan kedua permulaan pupuh 1 "Babad Demak Pesisiran . Gatra-gatranyabanyak yang sama atau hampir sama. Hal itu dapat kita lihat di bawah ini'.
Serat Menak Kartasura Babad Demak Pesisiran
1.1 ingsun amimity amoedji 1.1 ingsun amimiti amuji1.2 aneboet namaning soekma 1.2 anebut Yang Suksma1.3 kang moerah ing doenya reke 13 kang murah king dunya mangke1.4 ikang asih ing aherat 1.4 ingkang (....) ingakherat1.5 angganjar ing kawlasayoen 1.5 angganjar kawelas ayun1.6 angapoera ing dodosan 1.6 angapura wong kang dosa2.1 Sampoening moedji Jjang 2.1 sampunemuji Yang Widi
widi
2.2 nabi Moehammad 2.2 amu/i nabi Muhamad2.3 kalawan koelawargane 2.3 kelawan kawula wargane
Berdasarkan perbandingan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ke-duanya masih berdasarkan tradisi penulisan sastra Jawa pesisiran. Kalimat-kalimat di atas, dengan berbagai variasinya, telah menjadi idiom yang tetap.Idiom-idiom itulah yang menjadi kata-kata bahasa sastra pesisiran.
Dalam "Babad Demak Pesisiran" di samping terdapat idiom-idiom diatas, terdapat juga idiom-idiom lain, yaitu yang berkaitan dengan pemakaiankata ika, punika, puniki, winarna, dan Iain-lain.Misalnya:
1. ing dinten Saptu punika (13.2)2. kangnulis nama Marsuf punika (13.8)
44
3. sampuh rmca ngfidalika (1.4.4)4. am dadi mbi ika (1.6.4)5. wanten genti kang wimrni (1.25.1)6. \mnten malih nggih puterane (1.41.3) 37.
Ciri-ciri lain yang menonjol adalah pemakaian kata wanten untukwonten, oning atau oneng untuk aneng, dan penghilangan suara /n/, misalap/ca«^(timpang, 1.46.4) awMd/iMt (mengambil, 2.27.3).
Satu bukti yang nyata bahwa naskah "Babad Demak Pesisiran" mengan-dung kata-kata bahasa Jawa Pesisiran dengan terdapatnya kata ika, kuda, danmart.
Misalnya :(1) ingkangmma Lembu Peteng/to (2.24.2)(2) rmntriingkangnitihkuda (7.32.6)(3) wusnwridennya shobt (3.29.3). 38.
Menurut M. Mardjana (1933:74), perkataan ika termasuk bahasa Sema-ran^n (Demak, Kudus, Jepara, sepanjang pesisisr utara Jawa). Kata ini ber-asal dari kata iku. Perubahannya karena ucapan.
Kata kuda yang meng-krama-kan kata jaran termasuk bahasa kramakrama pesisiran (Padmasusastra, 1899:173). Menurut M. Mardjana (1933:69),kata mm yang berarti 'lebar' (sudah selesai) juga perkataan pesisir, yaitu daridaerah Surabaya.
4.4 Unsur-unsur Bahasa Kawi
Yang dimaksud dengan istilah bahasa kawi di sini adalah "tembung-tembung kang kanggo am ing Padhalangan utawa ing layang-layang wacan,luwihduwih ing layang tembang. kang himrahe padha dingreteni tegese,mnging ora tau diengga pedimn. Iku jenenge tembung kawi" ("kata-katayang dipakai dalam pedhabngan atau buku-buku cerita bacaan, lebih-lebihcerita bacaan yang berwujud tembang. yang sudah diketahui maknanya,tetapi tidak pemah dipakai sebagai kata-kata harian. Itulah yang dinamaVankata kawi") (Hadiwijana, 1967:38).
Adapun lata-kata yang termasuk dalam kata-kata bahasa Kawi adalahsurya (matahari), kartika (bintang), gagam (angkasa, wiyat (langit), akam(angkasa), bantab (tanah), pawam (angin), samodrn (samodra/laut), btutm(kemurkaan), tirta (air), andaka (banteng), sato (binatang), kukib (buning),Imthik (jahat), wre (kera), janma (manusia), wiku (pendeta), narendra(raja), apsara (bidadari), wanara (kera), siswa (murid), wisrm (rumah), jmya
45
(laki-laki), wanita (perempuan), prewira (perwira), pidam (hukuman), sapta(tujuh), pawca (lima), dwi (dua), tn (tlga), nawa (sembilan), sarjam (cende-kiawanX budaya (hasil akal), cipta (dpta), wacam (kata), panitra (penulis),nara (orang),/a/a (dada), udaw/ (udaia), dan Iain-lain. Kata-kata ini, menurutHadiwijana, adalah katadcata yang khusus digunakan, dalam buku-buku baca-an yang berbentuk puisi.
Penggunaan kata-kata bahasa Kawi dalam puisi tembang san^t pen-ting. Menurut Hardjowirogo (1952: 22) "sekar ingkang tanpa Kawi punikac&nplang" (tembang yang di dalamnya tidak mengsndung kata-kata bahasakawi itu kurang indah). Jadi, ada tidaknya kata-kata bahasa Kawi dalamtembang dapat Hignnakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah sebuahkarya sastra itu bernilai atau tidak bemilai. Meskipun demikian, agar tembangtadi komunikatif dengan pembacanya, penggunaan bahasa Kawi itu hamsdibatasi pada kata-kata yang biasa, artinya kata-kata itu sudah dikenal orang(Hardjowirogo, 1952:22).
Tradisi penggunaan katadcata bahasa Kawi untuk memperindah Rarya-nya aHalah tradisi yang sudah lazim bagi pujangg^-pujangga sastra Jawa. Itu-lah sebabnya, kita tidak perlu heran apabila kita menemukan kata-kata Kawi(taiam "Babad Demak Pesisiran". Kata-kata itu tersebar dalain tiap halamannaskah. Kita tidak tabu dengan pasti apakah kataJcata itu pada zaman penu-lisan naskah merupakan kata-kata yang sudah dikenal umum ataukan merupa-kan kata-kata yang belum dikenal umum. Bagi kita sekarang, kata-kata itukita kenal sebagai kata-kata yang sudah biasa kita jumpai dalam buku-bukutembang (puisi macapat) yang tercetak (penerbitan ̂ lai Pustaka).
Kata-kata bahasa Kawi yang terdapat dalam "Babad Demak Pesisiran",antara lain adalah asesiwi (berputera), nurat (menulis), jalu (laki-laki), apan^(sebab), winarni (diceritakan), pawestri (perempuan), arsa (akan), senggama(bersetubuh), singgih O^a, nyata), hmeng (kunang), wulya (sembuh), wadiya(kawan), nem (mata), taM (kira/perkiraan), tuwan (tuan), wotsart (me-nyembah), Ms (meninggal), paran (apa/bagjimana), enu (jalan), busana(pakaian), bubt pethi (hasil), tumenggung (tumenggung), peMk (bagus/can-tik), jatukrama (jodoh), ardi (gunim^, ingwang (aku), mgsuw (aku), nrnfa(besar), baya (apakah/ya), semudera (samodra), werih is.ii), sedarum (semua),nuirga (jalan), wesma (rumah), pahva (perahu), aris (pelan), kertiyasa (pandai/pintar), nederu (tidur), nak (hati/perasaan), nta (nya), muwus (berkata), den(di), narpati (raja), nalendra (raja), apakkmma (menikah), nulya (lalu), rngi(raga/badan), iabm (manusia), pmggawa (pemimpin), bandayuda (perang).
46
tamtama (perajurit), kuda (kuda), nuwala (surat), ramgam Qalan), magut{m&iu),juriga (keris), dan kecodhi (kalah).
Contoh penggunaan kata-kata itu dalam naskah sebagai berikut.asesiwi, siwi atau sesiwi: Nabi Muhammad sesiwi (1.21.1).nurat: kangnurat dereng pespada (1.5.6).jalu: kekalih jalu puterane (2.3.3)apart atau pan: pan wus kathah recang neki (6.23.4)winarni: wanten cerita Winarni (1.6.1)pawestri: ingkang sepah putera pawestri (2.1.5)arsa: datanarsa mengku kartiyasa (2.2.2)senggama: poma-poma aja sira senggamani (2.6.8)
singgih: sampunmangkat Aryajyamaisinggih (2.8.1)kuneng (kunang): kuneng wau cerita sangputeri (2.11.1)wulya: sakite tan bisa mulya (2.11.10)wadiya: ngulari wadiya utama kang waspada sampun (2.17.6)natera (= netra): ketara jahita natera (2.19.6).taha: kulup aja sira taha (2.21.6).tuwan: ing kersaning jeng tuwan (2.22.6)(a) wotsari, (a) wotsantun, (a) wotsekar: apan sarwiawotsantun (2.30.4)paran: paran pekenira apa kangdadi susahe (2.40.3)enu: da tan kawarna ingenu (2.47.4)busana: kangperjuka ingbusana nira (2.53.2)bulu pethi (bulu bekti): ingkangpaserah bulu pethi (2.56.9)tumenggung: tumenggung miwah bupatiya (3.7.3)(a) pekik: putera jalu tur apekikl (3.19.4)jatukrama: pan punika dadiya jatu keramannya (3.36.9)ardi: luhureardiSelangu (3.39.6)ingwang: lamun waras anak ingwang (3.41.1)ingsun: mering anak ingsun puteri (3.41.5)maha: ing Allah kang maha suci (3.44.8)baya: baya iki anak ingsun nini puteri (4.3.2)semudera: nulya binuwang semudera (4.4.4)werih: pan deres ilining werih (4.4.7)sedarum: para wali ngiringsedarum (4.16.3)marga: datan kawarna ingmarga (4.8.8)wesma: oneng wisma Molana nulya Ms (4.15.2)pahva; onengfpalwa nangkuda sampun ngeripani(A.\9.2)aris: Raden Patah muwusaris (5.71.1)
An
kertiyasa: angulati kertiyasa (5.70.5)nedera: wengine tan mawi nedera (5.16.5)nala: Den Husen micarengnala (5.68.2)nira: dumateng ing rayi nira (5.71.2)muwus: RadenPatah muwusaris (5.71.1)den: wis tebih dennya lumampah (6.2.4)narpati: tumulya sohan nerpati (63.4)mlendra: sen nalendra Berawijaya (6.3.5)a(palajkrama: punika apala kerama (6.8.3)nulya: Raden Paku nulya karsa (6.9.1)raga: amesu ingragfi neki (6.9.6)jalma: sedaya tingkahing jalma (7.9.1)punggawa: wus pepek para punggawa (7.203)bandayuda: bandhe kesah bandayuda (7.28.3)tamtama: tamtama perajurit manteri (7.29.8)kuda: manteri ingkang nitih kuda (7.32.6)nuwala: nuwala patang jurit (7.32.4)ranagana (rananggana): ana ingranagana (8.6.4)magut: punika magutyuda (9.1.10)juriga (curiga): kaliyan mawifuriga (9.5.6)kecodhi: yudane sampun kecodhi (8.10.7) 39.
Dalam penggunaan kata-kata bahasa Kawi di atas terdapat kesalahanpenulisan. Misalnya, kata bulu bekti ditulis bulu pethi; warih ditulis werih;wisma ditulis wesrha; nawak ditulis nuwak; kunang ditulis kuneng; rananggana ditulis ranggana; waluya ditulis wulya.
Hal itu dapat kita maklumi sebab pada zaman itu, barangkali, belumada buku petunjuk khusus (semacam kamus) yang memuat kata-kata bahasaKawi. Selain itu, kita harus memaklumi juga bahwa kata-kata bahasa Kawi ituumumnya berasal dari bahasa Sanskerta, Hal ini secara lebih jelas akan diba-has dalam masalah unsur-unsur bahasa asing.
Penggunaan kata-kata bahasa Kawi dalam "Babad Demak Pesisiran",bukanlah untuk merombak tradisi yang ada, melainkan untuk melestarikantradisi yang ada sebab kata-kata bahasa Kawi adalah unsur-unsur yang diper-lukan dalam penulisan tembang macapat. Dengan perkataan lain, unsur-unsurbahasa Kawi itu sebagai penunjang unsur lain yang lebih utama (diabdikanpada unsur lain yang lebih utama).
48
4.5 Unsur-unsur Babasa Asing
Yang dimaksud dengan istilah bahasa asing di sini adalah "Tetnbung-tembung hang kanggo ing basa Jam, rnnging isih krasa yen dudu tembungJawa asli, iku fenenge tembung manca" (Kata-kata yang dipakai dalam bahasaJawa, tetapi masih terasa bukan kata Jawa asli, Hadiwidjana, 1967 : 39).
Kata-kata bahasa asing seperti yang dimaksud di atas terdapat dalamnaskah "Babad Demak Pesisiran". Kata-kata itu dapat dibagi menjadi tigakelompok, yaitu (1) yang berasal dari bahasa Sandcerta; (1) yang berasal daribahasa Arab; dan (3) yang berasal dari bahasa Eropa. Ketiga kelompok kataini yang paling banyak adalah kata-kata bahasa Sanskerta dan kata-kata bahasa Arab.
Pemakaian kataJcata bahasa Sanskerta dalam "Babad Demak Pesisiran"merupakan penerusan tradisi. Kata-kata itu sebenarnya kini tidak terasa se-bagai kata-kata bahasa asing, entah pada saat penulisan "Babad DemakPesisiran". Menurut Poerwadarminta dalam kamusnya, kata-kata itu ditandaidengan huruf /(S)/ atau /S/. Maksudnya, walaupun kata-kata itu telah menjadi bahasa Kawi, kata itu masih terasa berasal dari bahasa Sanskerta, (S =Sanskerta: Kw = Kawi).
Berdasarkan petunjuk Poerwadarminta, dalam naskah "Babad DemakPesisiran" terdapat kata-kata yang telah menjadi bahasa Kawi, tetapi kata-kata itu masih terasa sebagai bahasa Sanskerta, misalnya sunu (anak), dahana(api), atnuga (anak), pirya (laki-laki), nata (raja), paramesmri (permaisuri),btg'angga (pujangga), yogi (pendeta), pum (istana), puri (istana), jaladri(laut), dewa (dewa), surya (matahari), cahya (cahaya), worth (air), wisma(rumah), naranata (raja), prabu (raja), senapati (perwira), data (duta), perlaya(mati), turangga (kuda).
Kata-kata ini terdapat dalam gatra sebagai berikut.Raden Ngadnan sesunu (1.15.6)sampun maca 131 barini yudud menam keneng dahana (1.4.3)Raden Najar atmajane (1.16.3)ingkang sepuh punika putera kangpirya (2 3.9)puterane seri naranata (5.53.4)sarta gawa paramesmri (2.8.4)ufare wasi bujangga (2.11.5)Lembu Peteng miturut karsane sangyugi (2.24.9)melebet ing dalem pura (7.34.6)melebet ing dalem puri (8.20.5)
49
pdlwa pecah am ing jeladri (2.49.1)nrna ngucap sira cacad ika nyembah dewane (2.62.2)lingsirhilonsumpsurya(338,l)iya cayanipun jene (7 3 A)panderes dining werih (4 A.7)
badhe /48/ matuk mering wesma (5.63)ingsangpo'abuBciamiayiiSJOA)Sunan Ngudung ing^ng dadi senapatiya (7.18.9)paiangyagyakehmthsva sun data (733.9)ingkangmma AmiiibiSiin mis perlaya(S 36.1)enggal nitih kangturagi (8.65.5) 40.
Berdasarkan petimjiik Poerwadarminta piila, dalam naskah "BabadDemak Pesisiran" terdapat katadcata j^ng terasa masih sebagai kata-katabahasa Sanskerta, misalnya sayembara, prapta, manteri, bupati, maruta, danadipati. Kata-kata ini terdapat dalam gatra sebagai berikut.
rmringsoyaberaningsun (336.6)ing Jepara sampun perapti (7.11.8)tamtarm perjurit manteri (7,29.8)kuda ngerab lampahe kadiya maruta (8.58.1)dumatengRadenlHpati (8.54.2) 41.
Kata-kata bahasa Arab yang terdapat dalam "Babad Demak Pesisir"adalah kata-kata yang ada kaitaimya dengan ajaran agama Islam. Kata-kataitu adalah masjid (masjid), r^badah (bersembahyang), kitab (kitab/buku),qur'an (kitab suci agama Islam), uail (dasar-dasar),JbkzA (faham), tafsir(uraian/tafsir), kapirlkopar (orang yang ingkar kepada Tuhan), Islam (agamaIslam), derajat (tingkatan), mobna (yang mulya), sholatlsalatlashalat (sem-bahyang), asar (waktu sembahyang sore hari), rmkmum (orang yang meng-ikuti imam pada waktu sembahyang), fardlu (wajib), sumt (sesuatu bila di-keijakan dapat pahala, bila tidak, tidak apa-apa), tewekal (berserah dirikepada Tuhan), sukur (berterima kasih), sirik (menyekutukan Tuhan), Allah(Tuhan), waliyullah (wakil Tuhan), serengat/syarengat (ajaran agama Islam),thareqat (jalan yang harus ditempuh oleh kaum sail), haqeqat (kebenaranyang sejati), wati ifdal (wakil pengganti), wali kutublqutub (wali utama),mu'min (orang yang beriman), thasawub (ajaran mistik dalam Islam), se-lawat (mendoakan selamat kepada nabi), tasbih (men3nicikan Tuhan),tondu(pujian), tahlil (bacaan untuk meng-Esa-kan Tuhan), salam (selamat), ngelmu(ilmu), bathin (batin), akherat (akherat), lafath (ucapan), makm (arti).
50
rasulMlah (utusan Tuhan), sayid (tuan), wirid (ganjU), mqsobandiyah (namasalah satu aliran tareqat), halifat/khalifah (kepala pemerintahan), rukungirukuk (membungkuk waktu sembahyang), sujud (meletakkan dahi di tanahpada waktu sembahyang), haram (sesuatu yang dilarang), makeruh (sesuatuyang bila ditinggalkan mendapat pahala), iman (mempercayai), tuwafuh(menghadap diri), ngafl (mengaji/membaca), ulama (ulama), maqdum (3rangterdahulu), suluh (jalan yang harus ditempuh dengan bersemedi di maqid),wahdah (ke-Esa-an), tauhid\ (meng-esa-kan), usuluddin (dasar-dasar/pokok-pokok agama), rmkripat (pengetahuan sejati), sufi (mistik), kalimah takbir(membesarkan nama Tuhan), mumjah (bersemedi memuji Tuhan), tmsaflr(pengembara), ngelmu junun (ilmu tassuf yang salah penggunaannya), sifatrohaman whim (sifat kasih sayang), riya (sombong), rizqi (rqeki), akhir(akhir), donya (dunia), didayah (petunjuk), zawal (hdlang), ngakal (akal),wujud (ada), tangab (maha tinggi), qodir (menentukan), ngujuk (bermegahdiri), sumugah (senang mendengarkan hal-hal yang buruk), kibir (takabur),bahil (kikir), kafi (berganda), hasud (dengki)', qidam (terdahulu), baqo(abadi), dhokir (lahir), batin (batin), hadis (baru), zirmt (sesuatu bertuah),perang sabil (perang di jalan AUah), bismilbhirrohmanirrohim (dengan namaAllah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), kalimah (kata-kata), abibha ilb bbh (bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), bfal (ucapan), kufur(kafir/ingkar), bfat (ucapan), kalimah sahabat (kata-kata sahabat/kesaksian),derwwis (orang yang tekun bersamedi).
Kata-kata tersebut di atas terdapat dalam gatra sebagai berikut.masjid panggonan ngibadah (1.60.7)wus putus kitab bn Qur'an (1.64.2)usulfakih bn tafsire (1.64.3)gusti meksi agama kapir (3.30.7)islam: isbmipun pan negara tanah Jawa (3.31.9)sinung derajat waliyulbh (5.24.4)sebgi ashobt ngasar (3.28 3)dene ingkang ma'mum sami (3.28.5)sholat fardlu sunat datan tininggal {} .32.%)tewekal kebwansukur (3.34.6)amubng ngelmu sarengat (4.14.4)bn thareqat sumerta haqeqatipun (4.14.5)marentah ing wall ibdal (4.14.6)kutub kebwan ibdal (4.15.4)para ulama bn mu 'min thasawuf (4.15.5)
51
gumuruh maca selawat (4.16.4)miwah am maca tasbeh lawan hamdu (4.16.5)am ingkang muji tahlil (4.16.7)ubiksalam putera kalih (4.21.7)tur mulang ing ngelrm bathin (4.24.7)ngandhepaken ing akherat (4.27.6)ing lafath miwah ing makna (5.11.7)wonten pandhita ngulama (5.42.4)tumulya winulangsuluk (5.59.6)ing wind naqsa bandiyah (5.59.7)tedhak saking rasulullah (5.5.2)Sayid Maksim kang setunggal (5.5.4)Halifah Husen kaping telu (5.5.6)siyang dalu rukung sujud (5.20.6)nyinggahi haram Ian makeruh (5.23.6)pan dinunung dadi iman (5.27.2)tuwajuh maringPangeran (5.28.7)pan sinahu ngaji Qur'an (5.40.4).ananging Allah barengil AS)ngelrm junun tegesira (7.5.1)dene sifatrahman whim (7.5.4)riya pinaringan rizqi (7.5.8)pan /101/ inggih ing benjing akhir (7.6.4)ing donya sampun ketawis (7.6.5)pimringan hidayah saking Pangeran (7.6.9)orang adan zawal ngakal (7.7.3)rmng satunggal wujudipun (7.7.6)meksih ngaji wahdal tauhid (7.1.4)lawan ngelrm usulludin (7.1.5)lawan ngaji ngelrm rmkripat (7.1.7)ing dalem kalimah takbir (7.2S)munajah rmring Yang Agung (7.2.6)wiwitane wong musafir (7.4.2)durmteng Allah tangala (7.8.3)anduweni sifat qodir (7.9.8)ambuwang ngujub Ian riya (7.10.3)miwah sumngah lawan kibir (7.10.4)ati mang-rmng lawan bahil (7.10.5)
52
sirik kafi Icnvm^asud (7.10.6)
ika sifat qidam baqu (7.12.7)vmjuddhohir Ian batin (7.12.8)para walidatengsed(^aO .13.3)kuwtqiban perangsabil(7.17.2)miwah hadis Kanjeng Nabi (7.17.4)anganggo rasukan zimat (7.28.7)anesug ing wadiya kopar (8.4.4)bismillahirrohmanirrohim (permulaan naskah).ank ilaha illah lallah (1.56.4)punika agama kufur (1.57.5)sang nata nulya angucap lafat kalimah sahadat (1.58.4)derwwUsapaarmmu{\.SA.6) 42.
Kata-kata itu adalah keici (schuit, schuitje, Belanda), Onderus (On-rust = nama pulau, Belanda), Engebm (Engeland, Belanda), Sopahnyol(Spanye, Belanda), dan Pareman (Fransman, Belanda).Kata-kata ini terdapat dalam gatra di bawah ini:
binucal ing pulo Onderus (1.46.6)pinuju ing raja Engkm (1.46.7)ing tanah Englan lawan Peresman (1.47.2)lawan tanah Sopahnyole (1.47.3)putera Cempa anunggan kecil (2.51.5) 43.
Kata-kata bahasa Arab sangat berfungsi dalam naskah Babad Demak Pe-asiran atau imtuk dakwah agama Islam di kalangan or^g Jawa.
Kata-kata ini diabdikan pada amanat naskah. Kata-kata asing lainnyatidak mempunyai fungsi utama, tetapi sekedar pelengkap belaka, lebih-lebihkata-kata bahasa Sansekerta. Kata-kata itu hanya melanjutkan tradisi penulis-an dalam sastra Jawa. Tradisi ini dipakai agar jalannya dakwah lancar dan da-pat diterima oleh orang Jawa yang telah lama terpengaruh oleh agama Hindudan Budha.
BABV TINJAUAN UMUM SASTRA BABAD
5.1 Sastra Babad
Babad adalah buku y^g membicarakan sejarah suatu daerah dan go-longan masyarakat menurut anggapan pada waktu itu. Dengan demikian, bukubabad ini berlainan sekali dengan buku sejarah yang ditulis oleh orang Barat,terutama dalam hubungannya dengan metode penulisannya. Akan tetapi,peristiwa-peristiwayangbaru saja teijadi banyak juga yang diuraikan menurutkenyataan, misalnya Babad Giyanti atau Babad Surakarta karangan Yasa-dipura.
Peristiwa-peristiwa yang telah lama teijadi, yaitu mengenai sejarah lama,penulis babad pada umumnya tunduk pada tradisi yang telah ada, yaitu tanpamengingat apakah tradisi itu sesuai dengan kenyataan atau tidak. Misalnya,tradisi yang menyatakan bahwa seseorang yang ditakdirkan untuk mendiri-kan suatu dinasti baru atau kerajaan baru selalu masih berkaitan dengan di-nasti sebelumnya. Dalam hubungan itu, timbuUah banyak fantasi yang kemu-dian melahirkan
Naskah "Babad Demak Pesisiran" termasuk sastra babad. Cara atau
metode penulisannya mengikuti tradisi, yaitu memuat daftar urutan raja-rajayang sambung-bersambung. Di dalamnya diselingi dialog-dialog pendek antarapelaku-pelaku sejarah yang dianggap penting. Di samping itu, diselingi jugaperistiwa-peristiwa yang aneh-aneh.
Di dalam dialog, dalam pelukisan yang aneh itu kadang-kadang tersem-bunyi maksud pengarang yang sebenarnya, Adapun maksud penulisan babadoleh penulisnya itu secara mendalam telah dibahas oleh C.C. Berg (1974:58—59) dalam karangan Penulisan Sejarah Jawa, Maksudnya antara lain adalah sebagai alat pemujaan raja. Itulah sebabnya, kadang-kadang para penulisbabad menghubungkan raja yang dipujanya dengan para dewa dan para sa-tria dalam dunia pewayangan.
Ciri sebagai sastra babad tidaklah hanya ditandai oleh adanya fantasi(imajinasi) penulis saja, tetapi juga ditandai oleh media yang digunakannya.
53
54
Penulis babad pada umumnya mempergunakan tembang macapat untuk
melahirkan buah pikirannya. Dalam tembang macapat inilah banyak penulis babad berlaku sebagai seorang sastrawan. Para penulis babad banyak yangmenciptakan bahasa yang indah-indah, yang kadang-kadang lambang-lambang,sehingga sulit ditangkap maknanya oleh orang awam. Naskah "Babad Demak
Pesisiran" juga mengandung hal-hal yang demikian itu.
5.2 Fungsi dan Kedudukan Naskah
Penulis naskah "Babad Demak Pesisiran" tidak menyatakan dengan pas-ti untuk apakah "Babad Demak Pesisiran" ditulisnya. Dalam pupuh 1, padake-5, penulis babad hanya meminta maaf atas segala kekurangannya. Dengandemikian, fungsi naskah "Babad Demak Pesisiran" harus dicari pada yang ter-sirat dalam naskah.
Dalam kesusastraan Jawa, naskah "Babad DemakPesisiran" dapat digo-longkan sebagai hasil kesusastraan Islam. Hal ini mengingat naskah ditulisdengan tulisan Arab Pegoru Di samping itu, adanya kalimat bismillahirroh-manirrohim .pada permulaan naskah memberi petunjuk bahwa hal yang demikian itu biasa dilakukan oleh pengarang-pengarang Islam, terutama pengarang-pengarang dari kalangan pesantren (Poerbatjaraka, 1950:75). Bukti lain ada-lah pada pertama dan kedua. Kedua pada ini dengan jelas memberi petunjukbahwa penulis naskah "Babad Demak Pesisiran" meneruskan tradisi kesusastraan Islam sebab manggala-manggala (manggala = pembukaan) naskah kesusastraan Islam pada umumnya demikian.
Mengenai manggala-manggala kesusastraan Islam itu banyak disebut dalam Pesantren-Literatur Indonesische Handchriften (Poerbatjaraka, 1950:75-138). Misalnya, dalam cerita "Lahad" (Poerbatjaraka, 1950:75) terda-pat manggala yang berbunyi sebagai berikut.
asmaradana I IIngsoen amimiti amoedji,anjeboet namaning Allah,kang moerah ing doenja mangke,ingkang asih ing acherat,kang pinoedii tan pegat,anggandjar kawelas ayoen,angapoera ingkang dosa. 1.
Dalam cerita "Asmarasupi" (Poerbatjaraka, 1950:82) terdapat manggala yang berbunyi sebagai berikut.
"A
55
Poeh Asmaradam
I 101 I soen mimiti jamoedji,anjeboed namming soeksma,kang moerah ing donya reko,kang asih ing akherat,kang pinudji tan pegat,kang roemeksa ing alam ikoe,kang asih nabi Moehamad.
Dalam cerita Amman (Poerbatjaraka, 1950:95) terdapat manggala yangberbunyi sebagai berikut.
Bismillahirahmanirahim
Poeh semaradana
Ingsoen amimiti moedj'i,anjeboet namaning allah,kang paring moerah doenya mangke,kang asih ing aherat,kang pinoedji tan pegat,angganjar kawelas-afoen,
angapoera wong kang dosa. 3.
Dalam kesusastraan Jawa Kuno, manggala suatu kakawin biasanya me-muat seruan kepada dewa yang dipuja atau kepada nayaka (sang pahlawan);pujian kepada raja pelindung; dan perendahan dirl sang kawi (Zoetmulder,1974). Agaknya isi manggala yang demikian itu terdapat juga dalam karya-karya kesusastraan pesantren yang digubah dalam bentuk tembang macapat.Hal ini dapat dipandang sebagai penerusan tradisi sastra Jawa lama. Demikianjuga yang terdapat dalam "Babak Demak Pasisiran".
Bila kita membandingkan antara manggala kakaVi'in Jawa kuno dengankesusastraan pesantren dan manggala "Babad Demak Pesisiran", makaakan terlihat adanya persamaan dan perbedaan. Persamaannya, dalam mangga-la-manggala itu sang penggubah puisi pada umumnya merendahkan dirinya.Perbedaannya, manggala kakawin Jawa kuno memuat seruan dan puji-pujianpada dewa, nayaka, dan raja pelindung; sedangkan pada manggala kaiya sastrapesantren dan "Babad Demak Pesisiran" memuat seruan dan pujian padaAllah, Nabi dan para sahabatnya. Dalam naskah "Babad Demak Pesisiran"hal ini terdapat dalam pada pertama gatra kedua; anfebut nama Yang Sukma
56
(menyebut nama Tuhan); pada kedua gatra kedua: Nabi Muhammad; sertapada kedua gatra keempat, kelima dan keenam: "Abubakar, Ngumar, Ngus-man, dan Ngali Murtala."
Adanya penerusan manggala dari zaman Hindu ke zaman Islamdengan disertai perubahan bukanlah tidak ada maksudnya. Maksudnya adalahagar penyebaran agama Islam di Pulau Jawa tidak meresahkan penduduk yangpada umumnya masih banyak memeluk agama Hindu. Hal inilah barangkaliyang dimaksud oleh Thomas W. Arnold (1979:337) sebagai "pelaksanaandakwah yang makan waktu lama". Oleh karena itu, timbul paham sinkretisme
di Pulau Jawa sampai sekarang (Jong, 1976; Geertz, 1977; Mulder, 1978).
Manggala "Babad Demak Pesisiran" dapat dianggap sebagai hasil sinkretisme. Lebih-lebih penggunaan kata Yang Sukstm dan bukan Allah di sam-
ping nama Nabi Muhammad, Abubakar, Ngusman, Ngumar, dan Ali Murtala.Hal ini adalah bukti yang jelas adanya sinkretisme itu. Di samping itu pula,dicampurkannya para dewa dan para nabi yang kedua-duanya dianggap sebagai keturunan Nabi Adam. Hal ini juga memberi petunjuk ke arah pahamsinkretisme. Para nabi adalah keturunan cucu Nabi Adam yang bernamaRaden Anwas, sedangkan para dewa adalah keturunan cucu Nabi Adam yangbernama Nurcahya. Menurut buku Poenika Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Ba
king Nabi Adam Doemoegi Ing Taoen 1647, nama Raden Anwas tidak ada
(Olthof, i941). Demikian juga alam buku-buku Babad Tanah Jawi \zmx\ya..(Balai Pustaka, 1939). Jadi, tidak adanya unsur Raden Anwas dalam buku-buku babad itu mungkin sengaja dihilangkan oleh penulis-penulis "BabadTanah Jawi" atau mungkin sebagi unsur yang ditambahkan pada (Berg,1974). Akan tetapi, yang jelas adanya unsur Raden Anwas dengan para ke-turunannya (termasuk Nabi Muhammad) "Babad Demak Pesisiran". Hai itumempunyai makna tertentu. (Teeuw, 1978a, 1978b, 1980a, 1980b, Junus,1980, 1981). Unsur ini merupakan tanda yang harus ditafsirkan sehubung-an dengan fungsi "Babad Demak Pesisiran" dalam masyarakat Jawa, yaitusebagai alat dakwah agama Islam.
Berdasarkan pendapat Suminta (1975: 12) yang telah disinggung dalamBab I, Sub 5, yang menjadi da'i adalah Marsuf (penulis babad); yang men-jadi murdd'a alaih adalah orang-orang Jawa yang masih akrab dengan tra-disi baca puisi tradisional (Finnegan, 1977); tetapi masih mengikuti keper-cayaan pada dewa-dewa agama Hindu; yang menjadi dakwah adalah agamaIslam yang suci; dan yang menjadi alatud dakwah adalah sebuah babadyang telah dikenal oleh masyarakat Jawa.
57
"Babad Demak Pesisiran" di samping berfungsi sebagai alat dakwahagama Islam, naskah ini juga berfungsi sebagai alat dakwah agama Islam,naskah ini jua berfungsi sebagai penerusan tradisi sastra Jawa Islam aliranGiri (Gresik). Hal ini didasarkan atas pendapat yang mengatakan bahwapuisi tembang macapat yang bernama "Asmaradana" itu ciptaan SunanGiri (Hardjawirogo, 1952; Kartami, 1973). Bila pendapat ini memang be-nar, maka benar pulalah apa yang dikatakan pada awal alinea ini.
"Asmaradana" adalah salah satu puisi tembang macapat yang mem-punyai watak khusus. Watak itu adalah memikat hati, sedih dan kesedihankarena asmara. Watak yang demikian itu cocok untuk mengisahkan ceritaasmara. Dalam kesusastraan Jawa Islam aliran Siman Giri, puisi tembangmacapat ini menempati kedudukan yang utama, yaitu digunakan untukmanggala.
Suasana manggala kesusastraan Jawa Islam aliran ini adalah suasanacinta asmara kepada Tuhan dan para nabi dan rasul-Nya, dan bukancinta asmara kepada sesama manusia, khususnya laki-laki kepada wanita.Cinta kasih kepada Tuhan dan para nabi beserta rasul-Nya adalah cintayang luhur. Cinta itu berada di atas cinta-cinta yang lain. Dengan demikian,cerita "Lahad", "Asmarasupi", "Aruman" dan Iain-lain dapat diklasiflkasi-kan sebagai hasil kesusastraan Jawa Islam aliran Giri. Menurut sejarahnya,Giri adalah salah satu pusat kegiatan kesusastraan Jawa Islam (Pigeaud, 1967,1975).
Dalam masyarakat Jawa naskah-naskah lama itu dapat dikelompokkanmenjadi tiga bagian, yaitu sebagai naskah pusaka, naskah sakral, dan nask^biasa. Naskah pusaka adalah naskah yang hanya beredar di kalangan keluar-ga turun-temurun, artinya orang-orang yang bukan keluarga dilarang mem-bacanya. Naskah sakral adalah naskah yang kedudukannya, baik dalam ling-kungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat. Naskah itu diang-gap suci dan dibaca pada saat tertentu, yaitu pada hari-hari yang dianggap
sakral pula ataU dibaca pada waktu tidak tertentu asalkan si pembaca me-menuhi beberapa syarat tertentu, misalnya mandi berlimau dan berpuasa.
Kesakralan suatu naskah disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya,waktu pembuatannya, waktu pembuatannya, yaitu pada waktu hari atau bu-lan yang sakral. Demikian pula orang yang membuatnya itu harus dalam kea-daan sud lahir dan ba:tinnya.
Naskah biasa adalah naskah yang merdeka, artinya tidak ada syarat-syarat tertentu untuk membacanya.
58
Naskah "Babad Demak Pesisiran" masuk naskah yan^ mana? Untukmenjawab pertanyaan ini dapat dilihat pada waktu pembuatannya, yaitupada akhir bulan Ruwah dan dilanjutkan pada bulan puasa. Hal ini jelas di-tulis dalam rmnggala bahwa naskah itu mnlai ditulis pada tanggal 24 bulanRuwah. Kalau kita melihat tebalnya naskah tidak mungkin kiranya diselesai-kan selama enam hari menjelang bulan puasa. Penulisan naskah tentu dite-ruskan pada bulan puasa, bulan suci bagi umat Islam. Dalam bulan suci inilahdan dalam keadaan diri suci lahii dan batin, pengarang menulis "Babad Demak Pesisiran". Dengan demikian jelas bahwa naskah "Babad Demak Pesisiran" dapat diklasifikasikan sebagai naskah yang sakral, masyarakat Jawapesisiran umumnya dan masyarakat Jawa yang tinggal di Gresik khususnya.
5.3 Stniktur Babad
5 3.1 Struktur "Babad Demak Pesisiran"
"Babad Demak Pesisiran" ditulis dalam beb'erapa bab. Masing-masingbab tidak diberi judul. Bab atau bagian itu merupakan satu pupuh tembangrmcapat. Kecuali Bab (bagian 1, pupuh bab-bab yang lain diberi nama.
5.3.2 Alur
Alur atau plot adalah hubungan sebab akibat yang terdapat antara perls-tiwa dalam suatu cerita. Cerita yang terkandung dalam "Babad Demak Pesisiran" adalah cerita sejarah.
Penuturan peristiwa sejarah tentunya berbeda dengan penuturan peris-tiwa biasa. Penuturan peristiwa sejarah lebih menitikberatkan pada urutandaftar raja-raja atau tokoh-tokoh beserta keluarganya. Untuk itu, penulisbabad memilih pola alur tertentu. Pola alur yang dipilih oleh penulis "Babad Demak Pesisiran" adalah pola alur maju, yaitu cara bercerita yang ber-urutan dari awal hingga akhir.
Pola alur maju dalam naskah "Babad Demak Pesisiran" ditandai olehpemakaian kata-kata apeputera (berputra), peputera (berputera), asesiwi(berputera), asesunu (berputera), sesunu (berputra), apalakrama (kawin),kambil mantu (diambil menantu), dinunung (berada), wanten (ada), winar-ni (diceritakan), kocap (diceritakan), kocapa (tercerita), genti (ganti),sigegen (berhenti untuk ganti ke cerita yang lain), winuwus malih (dikata-kan lagi), kocapa malih (diceritakan lagi), kuneng (adapun), dan Iain-lain.
59
Kelompok apeputera, peputera, atmajane, sesiwi, asesiwi, sesunu,asesmu, apakkrama, kambil mantu, dinunung, dan Iain-lain sejenis denganitu, umumnya digunakan untuk menceritakan daftar urutan raja-raja atautokoh-tokoh beserta keluarnya.
Misalnya :
1.32 Arjuna sampun sesiwiAbimanyu namannira
Abimanyu atmajane
VaxxkesiX namannira ■
Parikesit apeputera /
Udayana namanipun
Udayana apeputera
5.1 kocap malih Ngabdul Kadirpunika sampun akerama
Ni Dewi Isah garwane
puterane Sunan Jakandarsawuse lama-lama
Ngabdul Kadir pan dinunungngimami Cerebon negara 4. .
Kelompok wanten, winarni, kocap, kocapa, ganti, sigegen, winuwusmalih, kocapa malih, kuneng, dan Iain-lain yang sejenis dengan itu, biasanyadigunakan untuk menceritakan peristiwa-peristiwa tertentu yang dialamioleh pelaku-pelaku sejarah, baik pelaku yang baru muncul pertama kali ataupelaku yang sudah dikenal sebelumnya.
Misalnya ;
1.51.1 dan 2 sigegen nata Majapahitkocapa nata ing Cempa
1.53.1 wanten kang winuwus malih
2.11.1 kuneng wau carita sang puteri
2.11.4 kocap malih sang perabu
3.5.3 wanten malih kang winuwus
5.41,1 wanten malih kang winarni
60
6.7.1 dan 2 ; sigegen ingkang winuwusSunan Ngampel kocapa rmlih
6.24.1 : genti malih kang winarni
kocapa Raden Amir Hasan 5.
Oleh karena penulis babad lebih banyak mengabdi pada amanat (lihatnomor subbab ini), alur cerita lebih banyak diabdikan kepada amanat.
5.3.3 Amanat
Untuk siapakah naskah "Babad Demak Pesisiran" ditulis? Dalam Subbab 2 bab ini telah dijelaskan bahwa penyusun babad tidak dilakukan denganjelas.
Bila kita bertolak dari pemakaian bismillahirrahmanirrahim yang ter-dapat pada awal naskah dan dari puluh 1 pada ke-2, jelas bahwa penulisbabad adalah pengarang Islam. Dalam pupuh 1 pada ke-2 penulis babad me-nyebut-nyebut Nabi Muhammad, Abubakar, Ngusman, Ngumar dan Ngali.Di samping itu, nama penyusun babad pun nama Islam, yaitu Marsuf.
Hal lain yang paling menonjol adalah keinginan penulis babad untukmengemukakan jalur silsilah Nabi Adam-Nabi Sis-Raden Anwas-NabiMuhammad, sampai Maulana Ishaq, serta Ibrahim Asmara. Hal ini diperkuatoleh adanya unsur sebagai berikut.
1.55
Ibrahim enggalaturedhuh gusti nami kawula
Sayid Ibrahim Asmara
dateng kawula pan estusumeja ngajak sang nata
1.56 manjingga agama sucisarengat nabi Muhammad
angucapa kalimat kalihanla ilaha /17/ ilia lallahMuhammad rasulullah
punika ing lafalipunrukune agama Islam
61
1.57 Ian nyembah Ian amuj'idumateng Allah tangala
anuta ing penggawene Muhammad nabi wekasansampun nyembah ing berahakpunika agama kufurnyembah muji ing berahak 6.
Ajakan memeluk agama Islam seperti di atas juga dilakukan oleh Mo-lana Ishaq terhadap Raja Blambangan yang bernama Menak Sembuyu. Disamping itu, ajakan yang demikian itu juga tersebar di sana-sini di dalamnaskah. Orang-orang yang menyembah berhala dianggap sebagai orang-orangyang sesat. Raja Majapahit yang memeluk agama Hindu dinilai oleh penulisbabad, melalui tokoh Raden Patah, sebagai kapire kawak kumuwuk (kafiryang amat kafir, 7.17.7).
Penyusun babad, melalui tokoh Sunan Ngampel, mengatakan bahwabarangsiapa ingin belajar ngelmu Islam harus bersungguh-sungguh sebabngelmu yen kurang kku, punika tanpa gaweya (ilmu itu jika tidak dilaksana-kan sungguh-sungguh, tak ada gunanya, 5.9.6 dan 7). Isi ngelmu Islam itusebagai berikut.
7.1 Ngabdul Jalil kang kocapaputra Sunan Gunung Jatipunika tan purun keramameksih ngaji wahdah tauhidlawan ngelmu usuluddinkwan ngaji ngelmu makripatlawan ngaji ngelmu sufiingkang mukng Kanjeng Sunan Ngampel Denta
12 wahdah tauhid tegesirakawula tunggal kn gustitunggalle tanpa kapokanpan kupule dadi sijiing dalem kalimah takbirmuhajah maring Yang Agung
tan an a gusti Ian kawulalebure papan kn tulispan sinepa jene awor kn tembaga
62
7.3 wuse eling jenenge tembagawose kari rupaning jene
amnging ingkang gemebeyar
iya cahyanipun jene
Hanging sira den nestiti
pesemon /lOOj kang kaya ikapan aja kelini tapakang dudu dipuh arani
malih mandar selamet imanira
1A usuluddin tegesirawiwitane wong musafir
tegese musafir ika
lumampah mering Yang Widiananing Allah barengi
ing kawula lampahipunlumampah tan mawi pisahkawula kelawan Gusti
pan sinepa wayangan lawan manusa
7.5 ngelmu junum tegesira
kawula tan eling dhiri
kedanan maring Pangerandene sifat rohman rohim
tegese rohman puniki
peparing tanpa jinaiuk
sedaya kang darbe nyawaiya pinaringan rizqi
peparinge kelawan kersane dhewek
7.6 sifat rohim tegesiraGusti Allah kang welas asihasihe dateng kawula
pan jlOlj inggih ing benjing akhiring donya sampun ketawisasihe kang maha agungdumateng kawulanirakang sinung iman sayektipinaringan hidayah saking Pangeran
63
7.7 edane kawula ika
dumateng kang maha suci
ora edan zawal ngakal
balik edan donya mikirmaring ingkang maha suci
mung satunggal wujudipunananging kawulanira
satingkah polahe pesthibebarengan ing Allah kang maha mulya
7.8 tegese ngelmu macapatlamun sira arep uneg
dumateng Allah tangala
aninggalana ing dhiri
bisa wujud peribadine
sumerta tan bisa ngucapmata kalih tan ningali
sumertane bedane llQlj tan bisa polah
7.9 sedaya tingkahing jalmamiwah ngocap Ian ningali
punika Allah kang karyamanusa iya barengi
ananging datan dayanikawula pertikahipun
mung Allah kang maha mulya
anduweni sifat qodir
pan pinesthi wufude Allah tangala
7.16 ngelmu sufi tegesiraanuceni maring ati
ambuwang ngujub lah riyamiwah sumpah lawan kibir
ati mang-mang lawan bahil
sirik kafi lawan hasudsedayane marenaha
ngagoha ati kang bening
sabar lila tawekal maring Pangeran
64
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat utama naskah "Ba-bad Demak Pesisiran" adalah (1) tnengajak orang-orang kafk memeluk agamaIslam; dan (2) member! wejangan tentang ngelmu agama Mam. Untuk amanatinilah semua unsur dalam babad in! diabdikan dan disatukan.
5.3.4 Perwatakan
Naskah "Babad Demak Pesisiran" berisi silsilah raja-raja (Pajajaran danMajapahit) dan silsilah tokoh-tokoh penyebar agama Islam di Jawa. Banyaknama disebut dalam silsilah itu. Nama-nama itu ada yang hanya disebut se-cara otomatis dan ada pula yang diberi perhatian sekedarnya. Perhatian ituberupa (a) penuturan yang agak panjang; (b) menghidupkan nama itu sebagaipelaku babad yang dapat berbicara. Dua hal ini sering pula digabungkan men-jadi satu.
Nama-nama pelaku babad yang hanya disebutkan begitu saja^ itu, tidakmember! informasi mengenai watak mereka. Nama-nama itu berbeda dengannama-nama yang diberi perhatian khusus. Dari penyebutan ini kadang-kadangdapat diketahui watak pelaku babad menurut interpretasi pen)aisunnya.
Pelaku-pelaku babad yang mendapat perhatian dari penyusunnya dapatdibagi dua, yaitu (a) pelaku-pelaku sejarah yang dianggap sebagai orang kafir(penyembah berhala) dan (b) pelaku-pelaku sejarah yang beragama Islam.Dari perimbangan ini perhatian penjmsun banyak tertumpah pada pelaku-pelaku (b). Klihan ini tidak mengherankan sebab pelaku-pelaku yang dito-kohkan itu mendukung dan melukiskan amanat cerita, yaitu untuk keperluandakwah Islam. Tokoh-tokoh itu adalah Ibrahim Asmara (penyebar agama is-lam di negara Cempa), Molana Eshaq (penyebar agama Mam di Banyuwangi),Raden Rahmat (putra Ibrahim Asmara yang kemudian terkenal sebagai SunanNgampel Denta). Raden Paku (putra Molana Eshaq, yang kemudian terkenalsebagai Sunan Girl), Raden Fatah (kemudian terkenal sebagai Sunan Demakyang juga terkenal sebagai Raja Demak).
Perwatakan pelaku-pelaku babad, baik kelompok (a) maupun kelom-pok 9b), boleh dikatakan dilukiskan secara datar sekali. Perasaan yang dalam, seperti suka dan duka, serta gerak hati yang lain, tidak dilukiskan secaramendalam. Dengan demikian, perwatakan pelaku babad itu tak dapat diketahui adalah perwatakan umum, suatu perwatakan yang juga dikenal dalambabad yang lain. Misalnya watak Molana Eshadq yang pengecut. Dia melari-kan diri ke hutan karena takut dibunuh oleh Menak Sambu}^ setelah usaha-nya untuk mengajakRaja Belabangan tersebut masuk Mam gagal (3.46). Dalam hubungan ini penulis babad menulis ;
65
3.46
Molam meJayu genderingnusup alas munggah gunmggarwane tinilar wawarat
8.
Raden Rahmat atau Siman Ngampel Denta digambarkan sebagai guruyang berwatak kebapak-bapakan dan tidak menolak siapa pun yang datangberguru kepadanya. Sebagai guru, Raden Rahmat memberl nasihat kepadacalon muridnya.
5.9
dhuh nyawa sanak kawulawong ngelmu yen kurang lakupunika tanpa gaweya 9.
Raden Patah atau Sunan Demak digambarkan sebagai orang yang cer-das (5.66), rajin belajar agama Islam (5.71), sertakeras (7.16 dan 17). Watakkeras ini berbeda dengan watak Ibrahim Asmara dan Molana Ishaq. Merekaberwatak lemah lembut dalam menyiarkan agama Islam (1.55, 1.56, 1.57,3.44). Mengenai watak keras Raden Patah itu dapat dilihat dalam kutipanberikut.
7.16
Jeng Sunan Demak ngendikadateng sekeh para wallsanak-sanak sumangga sami rembagan
7.17 adege agama IsXitakuwajiban perang mbilwus kocap ing dalem Qur'anmiwah Hadis Kanjeng Nabi
lah padha rembagan samiangerubut si Majalangukapire kawak kumuwuktan anut agama suci
para wali punika rembag sedaya 10
66
Para wali digambarkan sebagai orang-orang yang suka tirdkat (hidupmenderita). Misalnya, tentang Sunan Bonang diceritakan sebagai berikut.
5.21 am dene Raden Ibrahim
puterane ing Kanjeng Sumn
Ngampel Denta dhukuhanepunika apalakeramiDewi Irah garwanira
Ki Jakandar kang sesunu
larm-larm apeputera
5.22 puterane Raden Ibrahim
pawesteri amung satunggal
Ni Dewi Rahil mrmne
Ibrahim nulya pinermh
ngimani Lasem Ian Tubin
oning bonang /77/ adhedhukuhtumulya ambentur tapa
5.23 Raden Ibrahim mertep/ardi Gadhing gennya tapakelangkung mati ragane
tanpa sare tanpa dhahar
anyegar ing napsu hawa
nyinggahi haram Ian makeruh
fardlu sumh tan tinigal
5.24 sampun angsal tigang sasi
tinarima ing PangeranRaden Ibrahim tapanesinung derajat waliyullah
mma Kanjeng Sunan Bonangakeh wadiya ingkang anut
ngabekti mating Pangeran 11.
Watak-watak pelaku-pelaku babad, yang menjadi tokoh penyiar danpenegak agama Islam, dinilai sebagai tokoh-tokoh yang berwarna putih (baik).Tokoh-tokoh babad, yang menjadi pemelihara dan pembela agama kafir
67
(penyembah berhala), dinilai berwatak hitam (jelek). Hal ini terbuktidari penilaian Raden Patah kepada Raja Brawijaya kapire kawak kumuwuk(kaflr yang amat kafir, 7.17.7).
5.4 Struktur Puisi Naskah
Dalam Bab II, Subbab 5, diterangkaii bahwa naskah "Babad Demak Pe-sisiran" ditulis dalam tembang macapat'. Tembang macapat yang terdapat dalam naskah "Babad Demak Pesisiran" terdiri dari: "Asmaran" ("Asmarada-na"), "Peksi Nala" atau "Dhandhang" ("Dhandhanggula"), "Roning Kamal("Sinom"), "Pangkur", "Kinanthi" ("Kinanthi") , dan "Dhurma."
"Asmaradana" digunakan untuk pupuh ke-1 dan ke-5. "Dhandhanggula" digunakan untuk pupuh ke-2 dan ke-9. "Sinom" digunakan untukpupuh ke-3 dan ke-7. "Pangkur" digunakan untuk pupuh ke-4. "Kinanti"digunakan untuk pupu/Jke-6. "Durma" digunakan untuk pupw/ike-S. Jumlahmasing-masing pupuh (kumpulan pada untuk tembang yang sama) tidak sama.Hal ini telah disebutkan dalam Bab II, Subbab 5.
Menurut buku Pathokaning Nyekaraken karangan R. Hardjowirogo(1952), masing-masing tembang macapat mempunyai aturan tertentu,yaitu terikat pada guru wilangan (jumlah wanda atau suku kata tiap gatraj,guru lagu (patokan bunyi pada tiap akhir gatra), dan jumlah gatra pada tiappada. Aturan tersebut jelasnya sebagai berikut: angka Romawi menunjuk-kan gatra, angka Arab menunjukkan jumlah wanda, aksara latin menunjuk-kan guru lagu (sajak akhir).
1. Asmaradana :
I . . . 8i
II
III
IV
V
VI
VII
8e atau o
8a
7a
8u
8a
2. Dhandhanggula:I . . . lOi
II . . . 10a
III . . . 8e
IV . . . 7u
68
V
VI
VII
VIII
IX
X
9i
7u
6u
8a
121
7a
3. Sinom :
I . . . 8a
II . . . 81
Ill . . . 8a
IV . . . 81
V . , . 71
VI . . . 8u
VII . . . 7a
VIII . . . 81
IX . . . 12a
Pangkur :
I . . . 8a
II . . . Ill
Ill . . , 8u
IV . . . 7a
V . . . 12u
VI . . . 8a
VII . . . 81
Kinanthi:
I . . . 8u
II . . . 81
Ill , . . 8a
rv . . . 81
V . . . 8a
VI . . . 81
Durma :
I . . . 12a
II . . . 71
69
III
IV
V
VI
VII
6a
Idi
8i
5a
7i
Di samping aturari tersebut di atas, ada lagi aturan yang harus dipenuhioleh pengarang tembang macapat Memiut aturan ini, tiap tembang macapatmempunyai watakatausifatyang satu sama lain tidak sama. Artinya, masing-masing tembang itu ada yang mempunyai watak gembira, sedih, dan Iain-lainsesuai dengan objeknya. Watak keenam tembang itu adalah sebagai berikut.
1. Asmaradana
2. Dhanghanggula
3. Sinom
4. Pangkur
5. Kinanthi
6. Durma
memikat hati, sedih, kesedihan, karena asmara,
watak ini sesuai untuk menceritakan cerita as-
mara.
halus, lemas, watak ini sesuai untuk melahirkan se-suatu ajarah, berkasih-kasihan, tetapi dapat jugadigunakan untuk menutup sesuatu karangan.ramah, meresap sedap, watak ini sesuai untuk me-nyampaikan amanat, nasehat, atau bercakap-cakapsecara bersahabat.
perasaan hati yang memuncak, watak ini sesuai untuk cerita yang mengandung maksud kesungguhanbaik mengenai nasihat maupun mabuk asmara.senang, kasih, cinta, watak ini sesuai untuk menguraikanajaran,filsafat, cerita yang bersuasana asmara, dan keadaan mabuk cinta.
keras, bengis, marah, watak ini sesuai untuk melukiskan perasaan marah atau untuk cerita perangsaling menantang, dan sebagainya.
Tata aturan tersebut di atas merupakan tata aturan yang baku sebab para pujangga kraton (misalnya: Yasadipura I, Yasadipura II, Mangkunegara IV,R. Ng. Ronggowarsita) sangat mematuhinya. Penyimpangan-penyimpahganpada aturan itu menyebabkan suatu karya sastra dinilai kurang bermutu.
Struktur tembang macapat naskah "Babad Demak Pesisiran" sebagai-mana terlihat pada kritikus aparatus, umumnya tidak mematuhi aturan baku terutama pada jumlah wanda (suku kata). Wanda tiap gatra sering lebih
70
atau berkurang. Yang dipatuhi oleh penulis babad adalah jumlah gatra se-tiap pada dan persajakan akhir. Hal ini pun kadang-kadang ditempeli dengankesalahan-kesalahan (lihat Bab II, Subbab 5).
Di atas telah dikatakan bahwa penulis babad berusaha mematuhi per-pajakan akhir gatra. Dalam hal ini ada dua hal yang menarik, yaitu (I) adabeberapa gatra yang menyimpang dari aturan; (2) gatra ketiga dari tiappada pupuh "Sinom" selalu bersuara a.
Persajakan akhir gatra yang menyimpang dari peraturan tidak banyak.Misalnya, terdapat dalam 2.24.4 dan 2.40.6.
Contoh :
2.40.6 angendika nata Majapahitrmring kang garwa
paran pekenira apa kang dadi susaheanak ingsun sarwi gegulunganglasar ana ing sitinulya matur paramarwaridumateng sang perabumilane kawula karona rama nata
ing Cempa pan sampun lalisBerawijaya alon ngendika 12
Tembang di atas adalah tembang "Dhandhanggula". Gatra keenamberakhir dengan suara i yang seharusnya suara a.
Gatra ketiga tiap pada dari pupuh Sinom naskah "Babad Demak Pesi-siran" selalu berakhir dengan suara a. Hal ini menandakan bahwa usia naskahini lebih muda jika dibandingkan dengan naskah dari zaman Kartasura. Padazaman ini, seperti halnya yang terdapat pada Serat Menak Kartasura, gatraketiga pada dari pupuh Sinom sering masih bersuara o (Poerbatjaraka, 1952:110).
Perwatakan masing-masing/ tembang pada umumnya tidak sesuai dengan suasana peristiwa. Isi babad, yang sebagian besar berupa silsilah para rajadan para wali itu, dituturkan tanpa memperhatikan watakjf tembang. Ciri seperti itu telah menjadi ciri umum sebab suasana peristiwa sulit ditangkappenulis babad. Hanya tembang "Durma" yang digunakan dalam puluh cocokdengan suasananya, yaitu suasana perang.
71
Peralihan dari suatu pupuh ke pupuh berikutnya, penulis babad mem-pergunakan sasmita (tanda, lambang, kode). Adapun sasmita digunakan seba-gai berikut :
1. dari pupuh 1 ke pupuh 2 (dari "Asmaradana" ke "Dhandhanggula"langkung manise ceriteranya (amat bagus ceritanya). Perkataan manismenyarankan pada perkataan gula ("Dhandhanggula");
2. dari pupuh ke-2 ke pupuh ke-3 (dari "Dhandhanggula" ke "Sinom"mila meksi sami nonoman (memang masih sama-sama muda). Perkataan nonoman (anom) menyerankan pada perkataan sinom (daun asam yangmasih muda);
3. dari pupuh 3 ke pupuh 4 (dari "Sinom" ke "Pangkur") Oneng pungkur-an (ada di belakang). Perkataan pungkuran atau pungkur menyarankanpada perkataan pangkur;
4. dari pupuh 4 ke pupuh 5 (dari "Pangkur" ke "Asmaradana") berongtamering Yang Widdhi (amat tertarik kepada yang Widhi). Perkataan berongta (bronta = kasmaran) menyarankan pada perkataan asmaradana;
5. dari pupuh 5 ke pupuh 6 (dari "Asmaradana" ke "Kinanthi") kanti pa-mit ingkang raka (sambU minta diri kepada kakaknya).Y erkataan Kan-thi menyarankan pada perkataan kinanthi (dari kata kanthi, mendapatsisipan inj;
6. dari pupuh ke 6 ke pupuh ke 7 (dari "Kinanthi" ke "Sinom") wo«^ anomtan purun kerami (orang muda yang tidak mau menikah). Perkataan anommenyarankan pada perkataan sinom;
1. dari pupu ke 7 ke pupuh 8 (dari "Sinom" ke "Darma") lah mangkata ajamundur tengahing rana (berangkatlah, jangan pulang di tengah jaian).
Perkataan mundur menyarankan pada perkataan durma;
8. dari pupuh 8 ke pupuh ke 9 (dari "Durma" ke "Dhandhanggula") peksidhandang kang notholi (burung gagak yang memakan). Perkataan dhan-hang menyarankan pada perkataan dhandhanggula.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan satupupuh dengan pupuh berikutnya diikat oleh adanya sasmita. Hal yang demi-kian merupakan tradisi yang berkembang dalam kesusastraan Jawa baru.
5.5 Gaya Bahasa
5.5.1 Penggunaan Inversi
KaUmat-kalimat yang terdapat dalam naskah"Babad Demak Pesisiran"adalah kalimat-kalimat yang berstruktur S—P—0 atau S—P (S = subjek;
72
P = Predikat; 0 = Objek). Struktur kallmat seperti itu tidak hanya terdapatdalam kalimat tak langsung, tetapi juga terdapat dalam kalimat langsung.
Struktur lain adalah struktur P-S-0 atau P-S, yaitu suatu strukturyang dikenal sebagai kalimat inversi. Penggunaan kalimat ini dalam naskah"Babad Demak Pesisiran" tidak banyak. Kemunculannya dalam naskah"Babad Demak Pesisiran" dapat dipandang sebagai gaya yang berfungsi un-tuk mencari efek estetis dan untuk memenuhi persajakan akhir gatra.
Misal;
2.38.1 sampun katur pakiriman nekiKalau kalimat ini dijadikan pakiriman neki sampun katur (kirimannya
sudah disampaikan), suara akhir gatra tidak memenuhi aturan persajakan,yaitu gatra pertama tembang "Dhandhanggula" harus berakhir dengan suara i.
Contoh lain:
3.4.1 : miyos jalu puterannira
1.60.1 dan 2 : wus manjing agama suci/18/ wadiya ing Cempa sedaya
1.61.1 dan 2 : kelangkung sihe narpatidare«g Ibrahim Asmara 13.
S.S.2 Perbandingan
Dalam mencari efek estetis, penulis naskah "Babad Demak Pesisiran"juga menggunakan perbandingan, yaitu dengan cara memakai kata lir, kadiatau kadiya. Jumlah perbandingan ini tidak banyak.
Misal:
4.4.4
8.58.1
7.30.7
2.21.3
2.38.9 dan 10
cahyanira lir kadi emas sinanglingkuda ngerap lampahe kadiya maruta
surake kadiya ampuhan
lir manggih iten bomine
pan gumerahkadiya ombaking jeladeri 14.
5.5.3 Sinonim
Sinonim atau dasanama banyak terdapat dalam naskah "Babad DemakPesisiran." Fungsi pemakaian sinonim pada "Babad Demak Pesisiran" di sam-
73
ping untuk memperindah suasana juga digunakan untuk memenuhi persajak-anakhirfami.
Sinonim yang terdapat dalam naskah "Babad E)emak Pesisiran" antaralain:
1. asewini (1.7.1), apeputera (1.6.8), sesum (1.8.6), asesunu (11.17.6),asesiwi (1.18.1), sesiwi (1.16.1);
2. <91 (1.38.1), perabu (1.38.3), rqa (1.46.7), nalendra (2.50,1), ratu(1,27.6), nerpati (1.61.1), mta (1.28.4);
3. bogus (129.5), pekik (2.13.9);4. pirya (1.21.4), Jalu (2.10.6);5. marga (2.8.2), enu (2.47.4), ran<z (7.38.9).6. Majalangu (2.18.7), Majalengka (2.33.2), Majapahit (2.34.1);7. Mis (2.37.1), mati 98.30.2), perlaya (8.36.1), pejah (4.2.1), lampus
(4.12.5), sampun mungkur (4.27.5);8. palwa (2.49.1), perahu (2.49.4), bahita (3.26.2), keci (2.45.9), kapal
(3.26.3);9. samudera (4.4.4), jaladeri (2.49.1), lahut (4.19.4) segara (1.45.5);10. purwa (5.52.l),mimit (I.I.ly,11. muwus (5.71.1), ngendika (2.6.3);12. gunung (6.10.1), ardi (6.10.2), arga (2.112), wukir (3.39.2);13. /aran (6.33.. "tkuda (6.32.8), turagi (8.&5.5);14. furiga (9.5.6), keris (8.13.7).15. <inw//s (1.5.1), Murar (1.5.6);16. yang sidksma (1.1.2), yang widi (1.2.1), yang widdhi (4.27.7), yang
Ngagung (4.27.3), yang Agung (5.2.6) Allah (1.57.2), yang Wiwidi(2.61.1), Pangeran (3.37.7);
17. putera (1.7.3), atmafa (1.9.3), sunu (1.64.6), anak (5.51.6), siwi(6.29.4);
18. kapir (1.50.4), kufur (1.57.5), kopar (8.4.4).19. raseksi (2.2.6), denawa (2.2.6);20. turn (1.16.4), gating (4.2.7), nedera (5.19.4), sore (5.28.4);21. rahina (2.\1.8),siang (2.22.1),rina (4.34.1);22. kabar (2.31.6), warta (2.31.8);23. susah (2.39.2), sungkawa (4.2.3);24. weragil(1.63.6), weruju (3.21.6);25. to;;<z (4.4.6), vveriTi (4.4.2); 15.
74
5.5.4 Variad Bentiik Kata
Dalam naskah "Babad Demak Pesisiran" banyak terdapat variasi bentnkKata. Yang dimaksud dengan variasi bentuk kata adalah sebuah kata yangmepunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Variasi bentuk kataitii umumnya berupa variasi panjang (alegro) dan pendek (lento).
Maksud penulis babad membuat variasi bentuk kata tidak jelas. Variasiini ternyata sering mengganggu peraturan pembuatan tembang macapat, ter-utama yang menyangkut jumlah wanda tiap gatra.
Contoh variasi bentuk kata yang terdapat dalam naskah "Babad DemakPesisiran" adalah sebagai berikut:
1. apeputera (1.19.2), peputera (1.19.4);2. sesiwi (1.21.1), asesiwi (1.23.1);3. asesunu (1.22.6), sesunu f 1.25.6);4. pan (1.27.3), apan (8.11.4);5. tan (1.42.3), datan (2.34.4)6. kang^ (1.43.6),/ng^kang (8.21.5);7. raden (1.48.1),8. kanjeng 5.6.6), jeng (l.SO.iy,9. ki (2.18.3), kiyahi (7.37.4)
10. adhuh (5.62.7), dhuh (1.57.6);11. amuji (1.57.1), muji (1.57.6)12. nyi (3.18.5), nyahi (4.10.2);13. ingsun (2.32.4), sun (8.8.7); 16.
Kadang-kadang terdapat dua bentuk kata yang berbeda, yang seolah-olah kelihatan sebagai variasi kata, tetapi sebenarnya merupakan kesalahanpenulisan kata, misalnyakata cokap (4.12.2) dan kecap (6.13.2)
5.5.5 Kata dan Kalimat Klise
Yang dimaksud dengan istilah kata dan kalimat klise adalah kata dankalimat yang sudah biasa digunakan dalam tembang macapat zaman Islamatau dalam karya sastra sesudah zaman Islam. Kata-kata dan kalimat-kalimatitu telah mentradisi dalam kesusastraan Jawa.
Kata-kata klise itu adalah kocap (tersebutlah), kocapa (tersebutlah),winarni (diceritakan) kuneng (kena apa), tan kocapa (tidak diceritakan)
75
sigegen (diputuskan), apan (sebab), atau pan, genti (bergantian), dan Iain-lain.
Kata-kata ini digunakan nntuk memperlancar jalannya alur cerita (lihatSubbab 3, bab ini).
Kalimat-kalimat yang tergolong klise adalah kalimat-kalimat yang ter-kandung dalam pupuh 1, pada ke-1 dan ke-2. Misalnya, kalimat ingsun amimitiamuji (aku mulai memuji, 1.1.1), anebut narrm Yang Suksma (menyebut na-ma Hyang Suksma, 1.1.2), kang murah king dunya nwngke (yang mahapemurah di dunia), dan Iain-lain.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Unsur demi unsur yang terkandung dalam naskah "Babad Demak Pe-sisiran" telah dikupas satu demi satu dalam bab-bab yang terdahulu. Dalamgaris besarnya unsur-unsur yang mendukung totalitas naskah "Babad DemakPesisiran" dapat dibagi dua, yaitu unsur isi dan unsur bentuk.
Tinjauan yang berkaitan dengan unsur isi adalah garis besar isi naskah(Bab III). Dalam bab ini telah ditinjau garis besar isi naskah menurut pupuhdemi pupuh. Dari garis besar ini kita ketahui bahwa para wali sebagai penye-bar agama Islam diPulau ,Jawa mendapat tempat yang paling utama dalampengisahan cerita (Bab V, Sub 3.4). Dalam isi itu pula kita ketahui silsilahpara nabi dicampur dengan silsilah para dewa. Menurut babad ini, para nabidan dewa itu adalah keturunan Nabi Adam.
Pengisahan para wali di tengah-tengah babad tanah Jawa yang sangatmenyolok itu tentulah mengandung maksud tertentu. Maksud ini berkaitandengan amanat babad (Bab V, Sub 3.3) dan berkaitan dengan fungsi dan ke-dudukan babad (Bab V, Sub 2), yaitu untuk dakwah agama Islam diPulauJawa. Dengan demikian, naskah "Babad Demak Pesisiran" dapat dipandangsebagai benda pakai sebagaimana pernah dikatakan oleh Teeuw i(Bab 1,5).
Adanya unsur utama yang terkandung dalam isi naskah, yaitu yang be-rupa amanat cerita, maka unsur-unsur lainnya yang termasuk yang termasukunsur bentuk diabdikan kepada unsur utama. Unsur naskah (Bab II, Sub 6);unsur bahasa naskah (Bab IV, Sub 2, 4, dan 5); dan unsur sastra naskah (BabIV, Sub 1; 3.1; 3.2; 3.4; 4, dan 5). Dengan adanya unsur-unsur ini yang satudengan lainnya, dengan serentak dan bersama-sama dalam keadaan saling hu-bungan, dikaitkan dengan unsur utama, terwujudlah sebuah totalitas karyasastra, yaitu naskah "Babad Demak Pesisirna" karya Marsuf (Bab I, Sub 1,2).Unsur-unsur yang diabdikan pada unsur utama itu merupakan unsur bentuknaskah.
77
78
Totalitas karya sastra lebih penting dari pada unsur-unsurnya (Bab I,Sub 5). Totalitas ini merupakan hal yang otonom, atau mempunyai kelebih-an sendiri dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain. Kelebihannya antaralain adalah bagaimana pengarang dalam naskah yang bersangkutan mengung-kapkan dirinya sendiri atau masyarakatnya. Dengan perkataan lain, bagaimana pengarang merefleksikan masyarakat dan dirinya dalam karya sastra(Bab I, Sub 1).
Dengan adanya perkataan bismillahirrohrmnirrohim pada awal naskahdan nama pengarang yang memakai kata Arab, dapatlah ditetapkan bahwapengarang naskah "Babad Demak Pesisiran" adalah pengarang Islam atau se-tidak-tidaknya orang yang menaruh simpati pada Islam. Hal ini akan lebihjelas lagi apabila dihubungkan dengan masa pembuatan naskah.
Dalam naskah dikatakan bahwa naskah mulai ditulis pada tanggal 24bulan Ruwah (Bab II, Sub 4). Umur bulan ini adalah 30 hari. Bila naskah inidiselesaikan dalam bulan Ruwah itu saja tentulah tidak mungkin sebabnaskah itu tidak mungkin diselesaikan dalam waktu 6 hari sebelum bulanpuasa. Dengan demikian, penulisan naskah tentulah dilanjutkan pada bulansuci, yaitu pada bulan puasa. Dalam bulan suci inilah, dalam situasi diri sucilahir batin, pengarang menyelesaikan naskah "Babad Demak Pesisiran." Atasdasar ini, bagi orang Islam di Jawa, naskah ini dipandang sebagai naskah yangbernilai sakral. Sebagai naskah yang bernilai sakral tentulah orang tidak diper-kenankan memperlakukannya begitu saja seperti halnya orang memperlaku-kannya begitu saja seperti halnya orang memperlakukan naskah yang tidakbernilai sakral (Bab V, Sub 2).
Sebagai pengarang Islam, Marsuf melestarikan tradisi kesusastraan JawaIslam yang brerkembang di Giri atau Gresik yang dipelopori oleh Sunan Giri(Bab V, Sub 2) sebab naskah babad ini diawaU dengan pupuh Asrmradana.Adanya kata-kata pesisiran (Bab IV, Sub 3) dan adanya nama-nama tempatyang dikramakan yang dikenal sebagai bahasa krama desa (Bab IV, Sub 2),dapat disimpulkan bahwa pengarang tinggal di desa pesisir atau setidk-tidak-nya ia pernah tinggal di situ.
Kemasyarakatan yang tergambar dalam naskah "Babad Demak Pesisiran"adalah masyarakat Jawa Islam, yaitu masyarakat yang menganut paham sin-kritisme. Hal ini dapat dilihat dari cara pengarang mencampurkan nama-namanabi dengan nama-nama desa. Selain itu, adanya pemakiaian kata Yang Suks-rna dan Yang Widi untuk Allah dalam manggala adalah satu bukti adanyasinkritisme itu. Cara ini paling bark sebagai metode dakwah agama Islam padamasanya (Bab V, Sub 2).
79
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa naskah "Babad Demak Pe-sisiran" adalah naskah yang cukup penting bagi penelitian masuknya agamaIslam yang mula-mula di Pulau Jawa umumnya dan pesisir utara Pulau Jawakhususnya. Dari segi penelitian kebudayaan Jawa umumnya dan kesusastraanJawa khususnya, naskah ini memberi informasi penting mengenai kebudayaan
dan kesasutraan pesisiian. Dengan demikian, sumbangan naskah ini besar bagibahasa dan sastra Jawa, bahasa dan sastra Indonesia (termasuk pengajaran-nya), dan pengembangan teori linguistik dan sastra.
6.2 Saran
Dalam penelitian naskah "Babad Demak Pesisiian" ini terdapat hambat-an. Hambatan itu berupa tulisan naskah.
Sebagaimana kita ketahui, tulisan-tuUsan naskah lamaitu beraneka ra-gam. Untuk membaca naskah-naskah itu diperlukan waktu yang cukup lama.Pertama-tama haruslah dipelajari huruf-hurufnya, ejaan yang digunakan pe-ngarang, dan barulah kemudian membacanya perlahan-lahan. Bila tulisan naskah kuno itu jelas, terang, dan baik, hal ini tidak menyulitkan peneliti. Lebih-lebih bagi peneliti yang sama sekali belum mengenai huruf-huruf naskah lamayang diteUtinya.
Sehubungan dengan hal di atas, penelitian naskah lama janganlah disa-makan dengan penelitian lain yang bukan peneliti naskah lama, baik mengenai waktu, biaya, maupun tenaga. Peneliti naskah lama it senantiasa bergelutdengan daerah yang penuh dengan rahasia dan kalau si peneliti tidak tabah,ia akan mudah dihinggapi penyakit "kebosanan".
Penelitian naskah "Babad Demak Pesisiian" ini belum tuntas, dandianalisis. Peitama, naskah "Babad Demak Pesiaian" ini belum selesai (barusampai pada halaman 143), aitinya belum tamat oleh kaiena itusambungannaskah ini masih peilu diteliti. Kedua, veisi lain naskah ini belum ditemu-
kan. Ketiga, naskah-naskah lain yang sezaman dengan naskah "Babad Demak
Pesisiian" juga peilu digali, dikumpulkan, dan dianalisis. Dengan demikian,masih banyaklah yang haius dikeijakan, yaitu menggali sastia Jawa pesisiiankhususnya dan sastia Jawa pada umumnya sebagai warisan budaya bangsa.
DAFTARPUSTAKA
Arnold, Thomas W. 1979. Sejamh Da'wah Islam. Terjemahan Drs. H.A. Nawa-wi Rambe. Jakarta: Penerbit Widjaja.
Atmodarminto. 1955. Babad Demak. Yogyakarta: YayasanPenerbitanPesat.Bale Pustaka. 1939. Babad Tanah Jam 1, II, dan III. (Tembang, aksara Jawa).
Batawi: Bale Pustaka.
Berg, C.C. 1974. Penulisan Sejarah Jawa. Teijemahan S. Gunawan. Jakarta:Bhratara.
Djamaris, Edwar. 1977. "Filologi dan Cara Keqa Penelitian FUologi". Baftosadan Sastra, No. 1, Thn. Ill: 20—33. Jakarta.
Finnengan, Ruth. 1977. Oral Literature. London: Cambridge UniversityPress.
Fockkema, D.W, dan Elrud Kune-Ibsch. 1977. Theories of in the TwentiethCentury. London: C. Hurst & Company.
Geertz, Clifford. 1978. The Religion of Jawa. Chicago: The University ofChicago Press.
Geriche, J.F.C dan T. Roorda. 1981. Javaansch-Nederlandsch Handwoor-denboeJt 1,11. Leiden: E.J. Brfll.
Hadiwidjana, R.D,S. 1967. Tata-Sastra. Yogyakarta: UP. Indonesia.Hardjowirogo, R. 1952. Pathokaning Nyekaraken. Jakarta: Balai Pustaka.Hutomo, Suripan Sadi. 1978. "Kedudukan Kesusasteraan Tradisional dalam
Masyarakat Indonesia Dewasa Ini". Dalam: Persidangan Penulis ASEAN1977. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Ikram, A. 1980. "Beberapa Metode dalam Edisi Naskah". Penataran TenagaAhli Kesusasteraan Jawa dan Nusantara. Yogyakarta.
Dcram, A. 1976. "Sastra Lama sebagai Penunjang Pengembangan Sastra Modern". Bahasa dan Sastra, No. 6,1,1976: 2—13. Jakarta.
Indonesche Hanschriften, 1950.
Jong Dr. S.de. 1976. Saltdt Satu Sikap Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Ya-yasan Kanisius.
81
82
Junus, Umar. 1980. "Strukturalisme dan Semiotik dalam Kritik Sastra". De-
wan Bahasa. Mei; 18-29. Kuala Lumpur.Junus, Umar. 1981, 'Strategi Untuk Suatu PenyeUdikan Stilistika'. Dewan
Bahasa. April: 43—63. Kuala Lumpur.Kartomi, Margaret J, \913,Matjapat Songs In Central and West Java, Canbera
Australian National University Press.Kratz, E.U. 1979. The Editing of Malay Manuscrips and Textual Criticism.
Paper for the Minicolloque on Indonesian Studies London.Laureson, Diana T. dan Alan Swingewood. 1972. The Socieology of Litera
ture. London: Mac Gibbon & Kee.
Mass, Paul. 1972. Textual Criticium. Translated from the German by BarbaraFlower. Oxford.
Mardjana, M. 1933, Layang Isi Kawroeh Bab Basa Djawa Sawetara, Batavia:J.B. Walters.
Mulder, Niels. 1978. Mysticism & Everyday Life in Contemporary Java. Singapore University Press.
Olthof, W.L. 1941. Poenika Serat Babad Tanah Djawi Wiwit Saking NabiAdam Doemoegiing Taoen 1647. 's-Gravenhage: M.Nijhoff.
Padmasusastra. 1899. WarnaBasa. Soerakarta: Albert Rusche Co.Padmosoekotjo, S. 1958. Ngengrengan Kesusastran Djawa I. Semarang: Hien
Hoo Sing.
1960. Ngengrengan Kesusastran Djawa 11. Semarang: Hien HooSing
Pigeaud, Theodore G.Th. 1967. Literature! ofJawal. Teh Hague: MartinusNyhoff.
1968. Literature of Java II. The Hague: Martinus Nyhoff.1970.Literature of Java III. The Hague: Martinus Nyhoff.1975. Javanese and Balinese Manuscript. Franz Steiner VerlagGMBH. Wiesbaden.
Poerbatjaraka, Dr. R.Ng. 1940. Beschijving der Hansdschriften Menak. Bandung, A.C. Nix. & Co.
Poerbatjaraka, Prof. Dr. R.M. Ng. 1952. Kepustakan Djawi, Jakarta: Djam-batan.
Poerwadarminta, W.J.S. 1933. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters-Groningen.
Scholes, Robert., 1974. Structuralism In Literature. New Haven and London:
83
Yale University Press.Slametniulyana, R.B. \954. Poezie in Indonesia. LeuvenSoebadio, Haryati. 1973. 'Masalah Filologi'. Prasaran pada Seminar Bahasa
Daerah, Bali-Sunda-Jawa. Yogyakarta.Soebardi, S. 1975. The Book ofCabolek. The Hague: Martinus Nijhoff.Suminta, Drs. RHA, \91 S, MetodeDakwah, Jakarta.Sutrisno, Sulastin. 1981. 'Relevansi Studi Filologi'. Basis, No. 8, Th. XXX
Mei: 250-260. Yogyakarta.
Teeuw, A. 1978a. 'Sastra dalam Ketegangan antara Tradisi dengan Pem-baharuan'. Basis, No. 9,
Thn. XXVII, Juni: 258-265. Yogyakarta.
1978b. Tentang Membaca dan Menilai Karya Sastra'. BudayaJaya,No. 121, Thn. XI, Juni: 331-354. Jakarta.1980a. TerbantungpadaKata. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.1980b. 'Estetik,Semibrifc dan Sejarah Sastra'. Basis, No. l,Thn.XXX, Oktober: 1-11.
Winter SR, C.F. 192&. Kawi Javaansch Woordenboek. Reproductiebedrif V/DTopgrafischen Dienst.
Zoetmulder, P.J. 1974. "Kelangwan". Martinus Nijhoff.
LAMPIRANl
PENGANTAR TRANSUTERASI
1.
Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi hunif daiiabjad yang satu ke abjad yang lain (Djamaiis, 1977:29). Menurut Robson(1971:41), yang dimaksud dengan tran^terasi adalah tramferenee fivm onescripts another.
Pangertian di atas digunakan dalam penelitian naskah "Babad DemakPasisiran,"
2. Penulisan Tai^ dan Kata
Dalam Bab II, Sub 5, talah ditarangkan tantang huruf atau aksara naskah "Babad Damak Fasisiran", yaitu huruf Arab Pagon. Huruf ini satu parsatu dialihkan ka huruf Latin, yaitu huruf yang digunakan imtuk manuliskanbahasa Jawa, sabagaimana tarmaktub dalam ejaan bahasa Jawa yang talah di-sampumakan. Dalam pangalihan ini, tanda diakritik — dan — tatap diparta-hankan untuk manjaga si&s tidak manimbulkan kakeliruan.
Dalam panulisan kata-kata ditampuh cara sabagai barikut:(1) nama orang, namapangkat,dan sabutan, awal katanya ditulis dangan
huruf basar;(2) nama tampat, nama nagara, nama gunung, awal katanya ditulis dangan
huruf basar;(3) awalan pasif dipun, den, sun, ingsun ditulis bersambungan dengan kata
dasar dangan dibari tanda —.Misalnya : dipun-paringi, sun-duta, den-wedalna;
(4) kata ulang ditulis dengan angka 2;(5) kata ulang bersambungan dibari tanda misal: bedhU-btnedhU.(6) angka Arab dalam tanda / / manunjukkan nomor halaman naskah.
3. Panulban pupuh dan pada
Masing-masing ^ pupuh ditulis secara terpisah dangan diberi angka Ro-mawi kacil dan ditambah dangan kata pupuh.
85
86
Penulisan pada dalam masing-masing pupuh ditulis secara terpisahdari atas ke bawah. Hanya pada yang tidak ditandai M yang tidak di-pisahkan, ditulis sesuai dengan aslinya. Huruf awal setiap pada ditulis de-ngan huruf kecil, kecuali menunjuk nama orang, nama pangkat, nama tem-pat, nama negara, dan nama gunung.
Penulisan gatra dalam/ pada disusun dari atas ke bawah. Hanyai ga-tra yang tidak ditandai dengan MM yang tidak disusun dari atas ke bawah, tetapi tetap ditulis sebagaimana aslinya, yaitu ke samping. Huruf awalsetiap gatra ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika menunjuk nama orang,nama negara, nama pangkat, nama tempat, dan nama gunung.
■ v' T. ;,;4 m i-ivj . ^
-as ca.'as.: 's... s ; • r iy .
. - " V -a
£ .'Sy- . i' -V'" " av, i;
: - 'A iirtS'jS i V: ~ kl t,i
:ir.; .OV'-Si ^ s-i-uy S;:;;/
Khss) yy.
- ̂ a yii;,rv5f7 r£.
LAMPIRAN 2
TEKS BABAD DEMAK PESISIRAN
pupuh i
bismillahirrohmanirrohiim
1. ingsun amimiti amuji
anebut nama Yang Suksma
kang murah hing dunya mangke
ingkang (...) ing akherat 1kang pinuji datan pegat
angganjar kawelas ayun
angapura wong kang dosa
2. sampunne muji Yang Widiamuji nabi Muhamadkelawan kawula wargane
sehabat sekawan ika /2/ ingkangmama Abubakar^Ngumar Ngusman kaping telukaping pat Ngali Murtala
3. tatkala wiwitS nulis
ing dinten Saptu punika
pon iku pasarane
sasi Ruwah punikaanggalipun kaping pat likur punikasangalas^haiya iku taunipunkang nulis nama Marsuf punika
4. panedhane kang anulissampun maca bari nginang manawa keneng dubang^sampun maca /3/ barini yudud menawa keneng dahana'sampun maca ngadal ika'menawa luput kang tembang
5. penedhane kang anulismering sanak kang amaca
87
88
d^n-agung pengapuianeaksaia kathah kang bangga kirang den-wuwuhana''sampuh geguyu kang nuninkat^ nurat dereng pespada
6. wanten carita Winaminuturaken kang kina2
ana dadi nabi ika
ana dadi waliyuUahana dadi guru ratuana kang dadi manolan
7. nabi Adam asewini
wolung dasa punjul sangakang kocap siji puteranenabi Sis iku kang nama
nabi Sis sampun peputera kalih sami jalunipun®ang sepuh Raden Anwas
8. Nurcahya ingkang weragilRaden Anwas apeputeraRahaden Kinad namane
/4/ Raden Kinad apeputeraRaden Mustalil namanyaRaden MustaM sesunu
Raden Majid namanira
9. puterane' Raden Majidnabi Ederis nama nira
nabi Ederis atmajane'kekalih Raden Malha
Rahaden Malha peputeraingkang nama Raden Sahurnenggih Sahur nuli peputera
10. kang nama Raden MusalikRaden Musalik peputera
89
nabi Nuh ika namane
nabi Nuh sampun peputerasekawan jalu sedayasetunggal inkang cinaturRaden Sam wahu namanya
11. Raden Sam asesiwi
Raden Sangid namaniranenggih Sangid atmajaneinggih nama Raden Palyanenggih nama Raden PalyaRaden Palya apeputeraingkang nama Raden Ranguputrane Rangu tetiga
12. /5/ cinatur ingkang satunggilingkang nama Raden SarahRaden Sarah atmajanepan gangsal jalu sedayacinatur ingkang satunggalingkang nama Raden PahurRaden Pahur apeputera
13. patih Azar ingkang namipatfli Azar apeputeranabi Ibrahim namane
nabi Ibrahim peputerakekalih pan sami piryasatunggil ingkang cinaturnami Ismail namanya
14. putrane nabi IsmailRaden Sabit namanira
Raden Sabit atmajaneinkang nama Raden YagabRadte Yaqab apeputeraingkang nama Yarab ikaRaden Yarab apeputera
90
15. Raden Pahur nama neki
Raden Pahur peputeraRaden Mutawab namane
Raden Mutawab /6/ peputeraingkang nama Raden NgadnanRaden Ngadnan sesunukang nama Mungadi ika
16. Raden Mungadi isesiwiingkang nama Raden NajarRaden Najar atmajaneingkang nama Raden MaparRaden Mapar apeputera
ingkang nama Ilyas nikuRaden Ilyas apaputera
17. Abuthalib nama neki
Abuthalib apeputeraKi Hujimah ing namaneKi Hujimah apeputeraKi Kunanah ingkang namaKi Kunanah asesunu
Kiyahi Tafsir ingkang nama
18. Kiyahi Tafsir asesiwiKiyahi Faqir nama niraKiyahi Faqir atmajaneKiyahi Ghalib ingkang nama
Kiyahi Ghalib apeputera
Ki Ngabdul Manab ikaNgabdul Manab apeputera
19. Kiyahi Hasim nama neki
/?/ Kiyahi Hasim apeputeraNgabdul Muntahb namane
Ngabdul Muntalib peputeraingkang nama Ki NgabduUah
Ki NgabduUah sesunukang nama nabi Muhammad
91
20. Nabi Muhammad punikigustine para utusannyalini serengat mangketur dadi nabi wekasan
nabi rasulullah ika
wus karsaning Yang Agungtumeka dina kiyamat
21. Nabi Muhammad sesiwi
kang nama Siti FathimahDWi Fathimah puteranekekalih pan sami piiya
"cinatur ingkang satunggalSayid Husen namanipunSayid Husen apeputera
22. kang nama Zainal NgabidinZainal Ngabidin peputeraki Zainal Ngalim namaneZainal Ngalim apeputeraingkang nama Zainal KubraZainal Kuqra asesunuZainal Kusen /8/ nama hira
23. Zainal Kusen asesiwikang nama Mahmud AlkubraMahmud Alkubra puterane
kang nama Jumadi AlkubraJumadi Alkubra peputera
tetiga sedayanipunapan tunggal ibu rama
24. ingkang bajang putera nekijejuluk Maulana Ishaqana dene penengahenama Ibrahim Asmara
kang weragil Siti Asfahkambd garwa raja NgerumNgabdul Majid nama nira
92
25. wanten genti kang winarnikocap rayine AnwasNuicahya ika namaneSis kang gadhah puterakapemah putune AdamNurcahya sampun sesunuNurrasa ika namanya
26. Nurrasa sampun sesiwiingkang nama Sang Yang WenangSang Yang Wenang atmajene Sang Yang Wening nama nira'/9/Sang Yang Wening apeputeraSang Yang Tunggal namanipunSang Yang Tunggal apeputera
27. benthara Guru kang namibenthara Gum peputera
per lelima sedayanednatur ingkang setunggalbenthara Wesnu namanya
nenggih Wesnu ngadeg ratujumeneng ing Gilingtosan
28. Wesnu peputera SerigatiSer^ati sampun peputeraYang Terwasthi ika namaneYang Terwasthi jumeneng nataing Mendhang Andhong negaraYang Terwasthi sampun sesunuParikena ingkang nama
29. Parikena anama Mamumanawasa sesiwi' °nama Maniunanawasa mangke*'peputera RadSn Sutapapunika sampun peputerajalu wama nira bagusRaden Sekutrem namannya
93
30. Sekutrem peputera Sakerinenggih/lO/Sakeri apeputeraPolasara atmajanePolasaia apeputeraingkang nama AbiyasaAbiyasa sesunu
tetiga pan sami pirya
31. cinatur ingkang satunggilingkang nama PandudhewaPandhu ika atmajanelelima sedaya nirapunika pan sami piryasetunggal ingkang cinaturingkang nama Ki Aijuna
32. Aijuna sampun sesiwiAbimanyu nama niraAbimanyu atmajaneParikesit nama nira
Parikesit apeputeraUdayana namanipunUdayana apeputera
33. Jayadarma nama n&kiJayadaima apeputeraJayamgaya namaneJayamijaya peputeraGendroyana nama niraGendroyana asesunukang nama Sumawicitera
34. /II/ Sumawicitera sesiwiingkang nama Citerasuma atmajaneingkang nama PancaderiyaPancaderiya peputeraSelajala namanipunSelajala apeputera
£12
94
35. Serimapunggung ingkang nami
Serimapunggung apeputeraSetunggal bagus rupane
ingkang nama Gendhiawan
Gendhiawan apeputeralelima sedayanipunpan sami jumeneng nata
36. Cinatun ingkang setunggaljumenang na ripanResi Genthuyu namaneResi Genthuyu apeputeragangsal kocap setunggalkang nama LembumUuhur
jumeneng noting Jenggala
37. LembumUuhur sesiwi
ingkang hama Rawisrenggagentin6 nata ramaneoning negara JenggalaRawisrengga apeputera
jalu wama nira baguskang /12/ nama Raden Laiyan
38. Laliyan jumeneng ajiing negara Pqajaranperabu agung sutapaneLaUyan sampun peputeraMundhisari ingkang namaanggentosi ramanipun
ngadeg nata Pejajaran
39. Mundhisari putera kahhMundhingwangi ingkang sepahArya Bajaran rayineMundhingwangi ngadeg nataing negara Pejajarananggentosi ramanipun
Banjaran dadi patihnya
95
40. Mundhing wangi asesiwisekawan sedaya nira
apan &teri pembajengeRatna Kesuma kai^ nama
isteri malih panggulunyanama Raden Ayu Himuknuli jalu rayi nira
41. Raden Suruh ingkang namitetiga tunggal ibunyawanten malih nggih puterane/13/ kang nama Ciyung Wanaraibune saking ampayankocapa Rahadoi Suruhmatur dateng ingkang rama
42. adhuh rama kados pundikakang bok Ratna Kesumakedah awoh pertingkahearemen dateng kawulananging tan puruh kawulasang nata nimbali sampundumateng Ratna Kesuma
43. wus dateng ngaran nerpatiSang Ayu Ratna Kesumakang rama agal wuwuseRatna Kesuma ta sira
kudu remen rayi nirakang aran Rahaden SuruhSai^ Ayu medel kewala
44. wekasan duka sang ajidumateng Ratna Kesumasakelangkung den-dukanetan jamak Ratna Kesumapan ara dudu manusakudu remen ing sedulurlungaha sira den-enggal
96
45. tinundhung rama ajiatapa /14/ ing guhung Kombangkelangkung mati raganewus awor lawan lelembut k^ah saking gunung Kombang^ ̂ngedaton segara kidulwus dadi ratuning lelembut
46. Den Ayu Himuk winarnipan kathah sesakitirasemu kurang parungonebisu sumerta apicangkeng rama kelangkung mirangbinucal ing pulo Onderuspinupu ing raja Englan
47. nurunaken raja Kumpeniing tanah Englan Ian Peresmanlawan tanah Sopahnyolekocapa Ciyung Menarasesirnane ingkang ramapunika jemeneng perabuing negara Pejajaran
48. Raden Suruh jumeneng ajiing negara MajalengkaBerawijaya jqulukeapaputera Berakumara
gumati ing MajalengkaBeraku /IS/ mara asesunuingkang nama AradSn Wijaya
49. Araden Wijaya sesiwikang nama KartawijayaKartawijaya puteranekang nama Anggawijayapunika ingkang wekasanngad^ perabu Majalangutunggal nama Berawijaya
97
50. sigegen nata Majapahitkocapa nata ing Cemparaja Kunthara namaneratu kapir binetharamerentah Kujing negaraKalicare Ian Kalikut
Gur lawan Mulebar
51. raja Kunthara asesiwitetiga wau puterannyakang kalih sami isterineputera jalu kang satunggalingkang sepah nama niraBerawati Muratningerum
kambil garwa Berawijaya
52. kang penengah nama nekiRaden Ayu Canderawulanana dene weregilejalu bagus wama nirakang nama Raden Cingkerasasedane sang perabuJingkera kang ngadeg ing nata
53. wanten kang winuwus malihnama Ibrahim Asmara
andarung wau lampahemaring negara ing Jempakarsane panggih sang natatan kawanan lampahipimwus datang negara Cempa
54. melebet ing dalem puri
Ibrahim marek ngarsanesang nata ̂ nggal tetanyadateng Ibratum Asmaraderjwis sapa arahmupan apa kang sira seja
98
5 5. sira marek maring mamiteka gati lampahiraIbrahim enggal aturedhuh gusti nami kawulaSayid Ibrahim Asmaradateng kawula pan estusumeja ngajak sang nata
56. majingga agama sujisarengat nabi Muhammadngucapa kalimah kalihanla ilaha/I7/ ilia lallahMuhammad rasuluUah
punika ing lafalipunrukune agama islam
57. Ian nyembah Ian amujidumateng Allah tangalaanuta ing penggawene Muhammad nabi wekasan' ̂sampun nyembah ing berahalapunika agama kufurnyembah muji ing berahala
58. saking permaning Yang Widisang nata kedhep sesamadateng Ibrahim aturesang nata nulya angucap lafat kalimah sahadat''kawula warga nan anut
sedaya pan sampun islam
59. wus manjing agama sucisang nata negara Cempa
sumerta gadhang werganesanegara angudhangan
ing kutha miwah ing desasedaya pan sampun anutamanjing agama islam
99
60. wus manjing agama suci/18/wadiya ing Cempa sedayaBerahala ginempur kabehkarsane wau sang nata
tan ana kari setunggalakarya sang perabumagid panggonan ngibadah
61. kelangkung sihe nerpatidateng Ibrahim Asmaranenggih sang nata karsaneIbrahim d^n-panggihenadumateng Ni Caderawulantumulya nikahhan sampunIbrahim Ian Conderawulan
62. patut geimya pelakeramiIbrahim Ian Coenderawulan
kelangkung dene asthe"sang puteri langkimg bektinyadumateng ing laid niramiwah bekti ing Yang Agungmiwah kathah dana nira
63. ri sampune lami^adarbe putera tetigaputera kang sepuh namaneRahaden RajalPandhitapenengahe Rad^n Rahmatpawesteri weragilipun/I9/ Dewi Zainab nama nira
64. sampune winumk ngajiwus putus kitab Ian (^'anusul fakih Ian tafsire
kocapa malih Berawijayapeiabu agung Majalen^punika anggadhah sunulangsung manise caritaimya
100
Pupuh ii
1. kawamahan puterane sang ngajiBeiawijaya nata Majalengkakang saking Cepa ibunetetiga ̂ ayanipuningkang sepah puteia nawSstriPuteri Adi namaniia
dadine garwanipunKi Dipati Adiyaningratkang penengsdi Lembu Peteng nama nbkijumeneng oning Madura
2. Raden Gugur puteia kang weiagildatan arsa mengku kartiyasameksih ambettur tapanewaten malih puteianipunBeiawijaya Majapahitibu /20/ laksesi denawajalu puteianipuninglrang nama Radm Damai pinayimgan tanah Palembang negaii'jejuiuk Ki Aiya Damai
3. wantenmalihputeian6sangajiibu saking Panaiagakekalih jalu puteianiBenthaia Katong kang sepuhpan jumeneng ing Panaiagiana dene layiniia Dipati Lunuwanten malih puteianiiaibu ingkang saking Pekgelen negaiijalu amung setunggal
4. ingkang nama Ki Jaian Panolihingkang ngeiih Sumeneb Ian Sampanging Balega keiatone
101
Berawigaya ing Majapahitgarwa puteri saking Cina langkung anyunipun^Berawijaya Majalengkalangkung teiesnadateng puteri §aking Cina singgfli^temahan diptm sen^ama
S. sampun lama perabu Majapahit/21/ gennya i^age puteri saking Cina
karsanira sang perabuBerawijaya ing Majapahitputeri saldng Cinawangwarattane wus sepuhpun^ den-wedalena ing sang nataArya Damar kang doi-titipisineleh ir^ tanah Palembang
6. Berawijaya nata Majapahitangendika datang ingkang putera Aiya Damar namane'*mangkene ngen(PcanipunArya Damar ingsun atitipdumeteng ing peken niraputeri wangwarat sepuhputeri adi saking Cinapoma^ aja sira senggamaniyen durung babar puteranya
7. Arya Damar matur awot sarigusti kawula sumangga ing karsakawula derma kSnawon
anglampahi pakonipunrama perabu ing Majapahittumulya den-paringenaputeri Cina ikadumateng ki Arya Damarwus 1221 ketampan
102
Arya Damar enggal pamit® " c.i'' !'ing sang perabu Berawijaya • -- «=
8. sampun mangkat Arya Damar singgihtan kawarna lampahe neng marga
dugi tanah Palembangmelebet ing dalem sampunsarta gawa parameswari
kagungane sang nata perabu Majalangu®puteri adi saking Cina
den titipna maring Ki Arya Damar singgihputeri wangwarat sampun sepah
9. sampun jangkep ing sawelas sasiwangwarat tane
babar putera nirajalu tur bagus rupanecahyane lir mas sinepuhArya Damar ingkang mastanibebayi kang sampun bakarRaden Patah ika*
sawusira lama^ Arya Damar gadhahkersa ing sang puteriwekasan dipun senggama
10. sampun lama genira ngeresmine'Arya Damar maring /23/ puteri Cinakantos wangwarat teri sasine
wus jangkep ing sangang satunangsale pun wangwarat sang puteribabar jalu putera nirarupane tur bagusbayi sampun ingngarananRaden Husen Arya Damar kang sesiwitunggal ibu lawan Patah
11. kuneng wau carita sang puteri
103
L.
ingkang wonten negara Palembangsaking Cina pinangkanekocap malih sang perabuBerawijaya ing Majapahitkelangkung susah manahnyadene sakit lumpuhujare wesi bujanggaBerawijaya yen tanno ngangge Wandhan Kuningsakite tan bisa wulya
12. Berawijaya ngangge Wandhan Kuningmituruti ujare bujanggamenawa dadi warase
sakite' ing su /24/ kunipunWandhan Kuning dipun resmine' °lawan perabu Berawijayaangsal tigang dalunuli suda sakitira
Berawijaya ngangge puteri Wandhan Kuningwusana ilang sakitnya
13. sampun wulya pan kadi wingi uniBerawijaya malah saya kuwatselari ngangge Wandhan Kuningtinimbalan sab en dalu
Wandhan Kuning maring sang ajitan kuwarna lari nira
nuli wangwarat sepuhsampun jangkep sasi niranulya babar jalu puterane apekiksang nata kelangkung mirang
14. ingngaranan puterane ang ajiRaden Bondan Kqawan kang namatumulya den-wedalakesemerta Ian ibunipun
juru sawah kang den-titipi
104 '
nenggih padhukuhan niradhusun Karangjambu/25/sawusira lama^Raden Bondan Kejawan ika angelihLembu Peteng ingkang nama
15. Lembu Peteng susah manah nekioneng desa Karangjambu ikakelangkung dene meparatetegal sawah karyanipundatan beda ing wadiya alitLembu Peteng kelangkung mirang yen sampun misuhur^ ̂Lembu Peteng putera nata Berawijayaing mangke dadi wong alitdadiya kesah amertapa
16. Lembu Peteng nulya bentur tapioning ngarga Diyeng namanrakelangkung mati raganetanpa dhahar tanpa turnora ana kacipta ing atianak putu nira bisaha amengku^ ̂ing negara terah Jawa lama^Lembu Peteng angsal wangsitujare kinon nyuwita
17. nulya ke'sah Lembu Peteng singgihsaking arga panggo /26/ nane tapakalunta-lunta lampahemudhun jurang munggah gunungdatan pegat nggennya mertapingulari wadiya utama kang wespada sampun^ ̂jajah desa milang kori Lembu Peteng^ ̂lumapah rahina wenginulya manggih pedhukuhan
18. padhukuhan ingkang langkung aserikang pilenggah ing dhukuh punika
105
Ki Tarub ika namane
lenggah manteri kami sepuhpan punika tinari^dateng perabu Berawijayaoning MajalanguLembu Peteng nulya seba oneng ngarsaKi Tarub inggih maranipinarak oneng pandhapa.
19. Lembu Peteng nulya awot sarimaserahena ingkang jiwa rag^mila nyuwita karsaneKi Tarub mesem gumuyuLembu Peteng dipun-tingaliketara jahita natera/27/winangwang ing semubocah iki terahing natanulya tanya Ki Tarub sarwi bebisikkulup ingsun taken ing sirapinangkanya sira saking ngendi^ ̂lawan sapa ingkang dherbeni puteraLembu Peteng matur ageadhuh gusti awak ingsunankipun bok Wandhan Kuningdeten wisma kula dhusun Karangjambu Tarub ̂ ®eliiig wantehanBerawijaya angge bok Wandhan Kuningpunika anggadhah putera
20. putera nira boke Wandhan Kuningika pirya bagus warna niratumulya den-wedalke
sumerta Ian ibunipun juru sawah kang den-titipi^permila den-wedalnanenggih marganipunsang nata kelangkung mirangNyai Wandhan kesenggama lawang sang ngajilama^ apepu /28/ tera
106
21. sedatenge Lembu Peteng singgihlangkung bungah Ki Tarub manahnyalir manggih iten bominenulya ngendika Ki Tarubdateng Lembu Peteng punikikulup aja sira tahangeladeni ingsunniyata kinarya lampah amertapamenawa pinanggih wingkingbisa mengku kertiyasa
-•• I - .-1
• - ■ 'i
it;-
■ . i:v-r
'i;. •-
22. Lembu Peteng matur awot sarigusti kawula sungga ing karsakawula lumados mangkedateng karsane sang wiku 'pan kawula boten angideni vving karsaning Jeng Tuwansiyang lawan dalumila dados kajad kawulabangkat karya ing karsanipun sang ajiangsala sabab pandonga . i :
> ■■
23. seben dina genira ngeladeni , v; .
Lembu Peteng maring Ki Tarub ika ^ ^ ^ Ctan pegat pertapane
Ki Tarub welas andulu
dateng Lembu Peteng punikitan pegat /29/ dennya mertapasiyang lawan dalu
saperadene nora lutaangeladeni sira mering mamiKi Tarub nulya ngendika
24. angendika sering ingkang ngabdiingkang nama Lembu Peteng ikamangkene pangandikaneLembu Peteng sira ika' *ingsun pudhut mantu peribadi
109
datan wanten ingkang mertaniananging midhanget kabarsaking Tembi Kalikutpunika kang asung wartaing sang nata Berawijaya Majapahitsang perabu Cempa ngendika
32. permilane ingsun tan mertanidateng kakang perabu Berawijayapan ingsun ngarsa dheweyen asor awak ingsunkakang perabu ing Majapahitmila ratu binetara
ngereh sami ratulamun ingsun akirima ing nuwaladateng perabu Majapahitmenawi datan /33/ kaduga
33. sampun rembag guneman^ng ngajidateng duta saMng Majalengkaduta pinaringan agepengage kang bagus^mateng Cempa nulya akirimawerni kalxmg lawan gelangkatur sang ayuperamasweri Majalengka^^pan punika pemah rakane sang ngajiperabu negara ing Cempa
34. wus pamita duta Majapahitmaring sang nata ing Cempa punikatumulya enggal lampahedatan kawama ing ngenu
lampahira duta wus peraptiing negara Majalengkamerek ing sang perabumatur sarwa awot sekar
Arya Bangah dumateng panduka ajidhuh gusti kawula dinuta
110
35. lampah kawula dinuta sang ajidatan angsal ing pamudhut Tuwan ;pan /34/ sampun wonten lakine : •■kT'S i' >puteri Cenderasatun wul .kambil garwa turun Jeng Nabi , ;• , . s, :nama Ibrahim Asmarasampun putera teluIan malih atur kawulaing panduka rama aji ' ■ "pan sampun lalisdene ingkang gumantiya
36. rayi Tuwan kangjumeneng ajiingkang nama Rahaden Cingkarapuniki wanten kintunewerni gelang lawan kalungkinon ngaturaken paramesweriratu ayu ingkang sepahnama Murtiningngerumsang nata nuli ngendikadateng dutaika aturena peribadi^ ®aja ana wewerta
37. yen kang rama punika wus lalispoma^ aja sira wewertamenawa dadi susah^Darawati Murtiningngerummireng warta ramane wus lalislah kebat /35/ sira aturnadumateng sang ratukiriman kang saking Cempaduta mangkat melebet ing dalem puringaturaken pakiriman
38. sampun katur pakiriman nekiwarni gelang lawan kalung ikasang puteri nampani age
-i-q sA
ijslti rujf!
Ill
Darawati Murtiningngerum
nulya niba sarwi anjeritkaget sekehe pawonganningali Sang Arumkang nagis jeroning pura
pan gumerahkadiya ombakingjeladeri^®sang nata tumulya duka
39. Arya Bangah ningali sang puterilangkung susah sajeroning manahbakal kadukan gustine
sang nata tumulya melebusajerone ing dalem puriArya Bangah den-acam^bayai ika matur
yen kang rama sampun sedaBerawijaya runtika sejro /36/ ning atianigali Ki Arya Bangah
40. angendika nata Majapahitmaring kang garwa ^paran pekenira apa kang dadi susaheanak ingsun sarwi gegulunganglasar ana ing sitinulya matur paramaswari^''dumateng sang perabumilane kawula karona rama nata
ing Cempa pan sampun lalisBerawijaya alon ngendika
41. ika sapa kang mituturi mering sirarama aji sedadene tan ana surate
ingkang teka maring ingsunnuli mitutruni Darawati
boten wanten kang wewertanangingjanjinipun
112
rama nata lamun seda gelang kalung^ *den-kirimaken ing mamipunika pertanda nira
42. kuneng wau nata Majapahitkang kocapa putera kang oneng Cempa
Raja 1311 Pandhita namaneRaden Rahmat rayinipunarsa pamit ing rama neki
tan tuwl mering kang uwaDewi Murtiningngerumgarwanipun Berawijaya Majalengkawus kari pan dennya apamit
binektanan punakawan
43. punakawan Aburerah kang namianut lampah ngulati tunutantan pegat pangabektineing siyang kelawan dalu
angabekti maring Yang Widikaluta^ lampahnyadatang manggih perabuingkang layar maring Jawanulya kesah dumateng Kucing negaringulati kang tunutan
44. tan kawarnalampahe neng margipan tumeka ing Kucing negaraamanggih tunutan mangkepalwa keci namanipunperahune juragan Geresikwus munggah tiyang tetigabubar /38/ jangkar sampunbahita sampun menengah lelayarane sampun angsal pitung wengi^ 'ketempuh angin pelahara
45. bahitane darung lampah nekiwus tumeka mahara Kamboja
113
mahara agung karange'bahita ketemper sampunoneng karang Kamboja singgihlunas ing bahitarusak layare^ ®rinapas raja Kambojaingkang ana sejerone palwa kecipalwane nulya binakar
46. putera Cempa kang rinampas singgihingkang nama Pangeran Pandhitarembagan lawan rayinemiwah punakawanipunbahitane pan sampun etingbinakar raja Kambojabocah ingkang teluwus rembag tiyang tetiganulya aken ing wong Kamboja negaripunika ingkang dinuta
47. /39/ tinuturan duta tingkah nekioneng palwa duta pamit inggaltumulya laju lampahedatan kawarna ing enu
sampun perapta ing Majapahitwus katur dateng sang nata perabu Majalangu^ ̂sang nata nuli ngendika dutapinangkannya saking ngendiIan sapa ingkang wewerta
48. duta matur sarwine awot sari
gusti kawula pan tiyang Kambojangaturi wijose puteri ayu Conderasatun^ ̂pan ing Cempa ingkang negaripunika anggadhah putera kekalih jalu^ ̂katiga Ian punakawanarsa sohan dumateng panduka ajipunika anitih palwa
114
49. palwa pecah ana ing jeladripan kateper karang ing Kambqjadipun-rampas sedayanekang wonten sejeroning perahudatan wanten ingkang karikarsane raja Kambojapalwane tinu^ing mangke putera ing Cempa langkung susahoneng Kemboja negaridadi ngabdine sang nata
50. seri nalehdra natang Majapahitapan mireng ature ponang dutakelangkung dene welasmiwah para maswarinipunsekelangkung dennya ngerdaten®'*dene sampun mireng wartasaking duta wot satuntumulya seri nara nata
Berawijaya animbali dateng manteriingkang aran Arya Bangah
51. tan adangu Arya Bangah peraptiing ngarsane perabu Berawijayanulya dhinawuhan age'Arya Bangah ingsun angerunguputera Cempa anunggang keciputerane Ni Conderawulan
kalih sami jaluteliga Ian punakawanpalwanira /41/ ketawang karang jeladeriana ing marga Kemboja
52. Keci rusak nulya den-rampasiing sang nata maharaja Kembojatelas kabeh mo^-tane
palwane nulya tinu
0
Sjirrrvii
fatbq L'-,-: jcr
115
bocah tiga ginawe ngabdikaliyan raja Kembojalangkung susahipunkang ika sira sun-dutaamuduta mering putera kang kekalihtegiga Ian pimakawan
53. anggawaha manteri kang peijuritkang peryuka ing busana niraanaha sepuluh babeArya Bangah pamit sampunsarta gawa perjurit menteritan kocapa ing lampahiraKemboja wus rawuhnulya katur ing sang nata ^ ^ ,angendika ,2£duta pinangkannya pudi^ ®lawan sinten ingkang duta
54. Arya Bangah nulya matur arising sang nata maharaja Kembojadhuh gusti kawula /42/ wiyosedinuta mering sang perabuBerawijaya ing Majapahitkinon mudhut putera Cempakeponakaimipun
sang perabu ing Majalengkakalih pirya tiga punakawan nekiingkang dados ngabdi tuwan
55. margane nupang palwa kecipalwa pecah ke^wang karangmahara Kemboja pemahepan tuwan alap sedarumwadiya nira ana ing kecisang nata ing Majalengkalangkung sukuripundene boten kerem toya
116
bocah tiga ingkang tuwan badhe ngabdipunika kinon mudhuta
56. duta tita iling alingen ing ngoniBerawijaya perabu Maj^engkamerentah sami rajanetanah sabarang akeh telukmejing sang nata ing MajapahitBanjar Siyem Ian Kembqjapan wus padha telukana dene liyanira /43/ apan kathahingkang paserah balu pathiing negara Majalengka
57. sampun rembag guneman sang ngaji
ing Kembqja dateng Arya Bangahsang nata utusan ag6ahimbali bocah tetelu
tan adangu tumulya peraptioneng ngarsane sang nata
sarwi awot satun
ujar^raja Kembqjakulup sira pinudhut mering sang ajiperabu agimg Majalengka
58. lah miluha kulup sira nikimering dutane nata Majalengkaanuta saking lakuneputera Cempa awot satundateng perabu Kemboja singgihlajeng matur putera Cempakawula miturut
ing kersane Kanjeng Tuwanpah kawula kawilis yen dados ngabdianut saking kersa tuwan
59. Arya Ban^ pamit mering sang ngajiing /44/ Kemboja sarta boo A tiga
117
wus lepas wahu lampahedatan kawama ing ngenusampun perapta ingjMajapahitwus katur seri nara nata
bocah ingkang teluparamaswari Majalengkalangkung terisnaremen d^imira ningali^ ̂dumateng putera ing Cempa
60. Berawijaya nata Majapahitlangkung asih mering putera Cempad^n-anggep puterane dheweapa barang kang jinalukBerawijaya iku maringeananging putera ing Cempasusah manahipun
agamannya punika pan meksih kapirtan anut agama islam
61. putera Cempa bekti ing Yang Wiwidititingalan wong ing Majalengkapan padha gumuyu kabehujare wong Majalangubodho /45/ temen bocah pimikimadhep ngulon bocah tiga cangkeme celathu^tangan^angakep dhadhatan adangu dhengkule dipun pijetitumulya angabung kelasa
62. nulya ana wong tuwa sawijimara ngucap aja sira cacad ya ika nyembah dewane^ ®gustine bocah tetelunanging sira tan mehi derbenidewa ingkang sinenlbahnanging bocah ika® ̂
118
mulane aja sira nacading manusa anyembah ing dewa niekidatan padha pertingkahnya
63. nulya ana wong anom datenge"* °mara ngucap mering putera Cempaya ika kurang pikirebabi gurih datan ayunbodhok kokang datan binuktiamilih daginge ameda ambune aperengus'* ̂ananging putera ing Cempadatan duka mating bocah /46/ Majapahitmila meksi sami nonoman
119
Puh^ ill
roning kamal
1. sigegen putera CempaArya Banjaran winarniing negara Pejajaranrayine sang MundingwangiArya Banjaran sesiwikang nama Arya MentahunArya Mentahun peputeranama Arya Randhu GutingRandhu Guting punika putera tetiga
2. Arya Galuh ingkang sepahpenengah punika singgihkang nama Arya TanduranArya Bangah kang werakilArya Galuh asesiwikekalih pan sami jalunama Arya PenanggunganRanggalawe ingkang rayicinarita puterane Ki Penanggungan
3. tiga sami jalu nirakang sepah Arya Baribinkang penengah Arya Tqadene putera kang weragilKi Tarub /47/ wahu kang namiArya Baribin sesunukalih esteri ingkang sepahMaduratna ingkang namiwerujune jalu kang nama Jakandar
4. putera rieki Arya Tqapunika amung kekalihesteri putera ingkang sepahkang nama Ni Jonderawati
120
ana dene ingkang rayipan ika putera kang jaluRaden Syukur namaniraputerane Tarub winami
sedayane punika amung tetiga
punika esteri sedaya kang sepah nama Nawangsih'kang panengah namanira Raden Ajni Nawangsari^kang weruju nama nekiRaden Ayu Nawangarumpan genti ingkang kocapaputera Cempa kang winarniingkang wanten ing negara Majalengka
6. arsa pamit maring sang nataBerawijaya Majapahitbadhe /48/ matuk mering we'smaing tanah Cempa negarisang perabu datan ngiripaniputera Cempa badhe matukngendikane Berawijayakulup aja sira mulihingsun paring penggawehan maring sira
7. penggawehan kertiyasaapa kang sira remeni
tumenggung miwah bupatiyamanteri arya lawan patihlamun sira arep keramipilihana sanak ingsunutawi putera bupatiyatuweh puteranipun patihIan malihe ingsun wus ngerungu warta
8. negaranira ing Cempapunika wus den-unggahi
121
kaliyan raja ing Dhustanwus teluk negara KucingKalikut Ian KalijareMulebar lawan Kemagurpan wus teluk sedayamung keri Cempa negarimeksih mare perangan lawan ing Dhustan
9. semana /49/ putera ing Cempapunika samiya turutiing karsane Berawijayanata perabu MajapahitRaja Pandhita akeraminenggih ingkang ngambil mantuArya Baribin Resbayapunika pernah negarigarwanira Raden Arya Maduratna
10. dhedhukuh Raja Pandhitaing dhusun Sinatut singgihana dene Raden Rahmat
punika sampun akeramikambil mantu manteri Tubin
Arya Tqa namanipunapan dadi garwanira Raden Ayu Conderawati^Ngampel Denta Raden Rahmat dhukuhan nira
1. ana dene Aburerahpunika sampun akeramikamantu wong NgampM DentaKiyahi Kusen nama nekipunika pan tiyang alitpakaryanira nenadurgarwane Aburerahbok Samirah nama neki/50/dhedhukuh Burwah dhusun Tangkilan
122
12. nandur kapas Aburerahwus awoh kelangkung dadiden-udhuhi saben dina
durung ana putus nekibok Samirah kang gilingipunika kinarya sumbukatu ing Pengeran Rahmatginawe damaring masjidsaben dinakapase den-aturena
13. Pangeran ing N gampel DentaJeng Pangeran anamanidateng Aburerah ika
Ki Ageng kapasan singgihwanten malih wong sawijipatinggi ing Majalangukirid lampah Jeng PangeranWirajaya nama nekipinaringan pendamelan tukang tosan
14. Raja Pandita peputeratetiga sedaya nekikekalih pan sami pirya
satunggai ika kang esteriingkang sepah putera nekiHaji Ngusman /51/ namanipunputerane ingkang penengahnama Raden Ngusman Hajikang weragil Nyahi Ayu Gedhe Tandha
15. Raden Rahmat apeputerapan gangsal sedaya nekipawesteri ingkang tetigakang jalu punika kalihpunika akeran ing ngelmiana dene ingkang sepuhkang nama Siti SaripahMuthmainah Sumendhi
Siti Haspah puniki gih rayinira
123
16. ana dene puteranirakangjalu nama Ibrahimkang weruju nama nirapunika Rahaden Kosimputera kang gangsal punikisaking Tubin ibunipungarwa malih Raden Rahmatputeranipun Ki Bang KimingMas Karimah punika ing nama nira
17. tumulya anggadhah puterakekalih pan sami esteriana dene ingkang sepuhMas /52/ Murtasiyah kang namidene putera kang weragilMurtasimah namanipunkarsanipun Raden Rahmatputera kalih kinon ngajioneng NgampM sinahu kitab Ian Qur'an
18. puterane Ki Tarub kocapsedaya sampun akeramiNewangsih putera kang sepahLembu Peteng garwa nekiibune Nyi Wandhan KuningBerawijaya ramanipunjinujung derajatiraLembu Peteng duk ingoninama Tarub anggentosi maratuwa
19. sawusira lama^Lembu Peteng asesiwipunika amung satunggalputera jalu tur apekikGetas Pendhawa kang namiwanten malih puteranipunKi Tarub ingkang penengahnama Dewi Nawangsarigih punika garwane Raden Jakandar
124
20. dhedhukuh oneng MelayaBangkalan pemah /53/ negarilama^ apeputerakekalih pan sami esteriDewi Isah ingkang namipunika putera kang sepuhingkang anom pugera niraDewi Irah ingkang nami wanten malih puterane Tarub wekasan''
21. Nawangarum ingkang namaRaden Sukur garwa nekilama^ apaputerakekalih kang sepuh esteriingkang nama Dewi Sariana dene kang werujuRaden Syahid nama niraRaden Syukur duk ingonikang pilenggah tumenggung ing Wilatikta
22. genti ingkang cinaritakocapa kang dadi ajiing negara Pejajaranputerane sang MundhingwangiCiyung Menara kang naminanging selir ibunipunCiyung Menara peputerajalu warnanira pekikingkang nama Rahedeh Babang Wecana
23. Babang Wecana peputeraBabang Pamengger /54/ kang namiboten purun keperintahdateng perabu Majapahittumulya kesah anepidhedhukuh wanten Semeru
lama^ apeputeraMenak Pergola kang namiKi Pergola punika nenggih peputera
125
24. Menak Sembuyu namanyapunikajumeneng ajiing negara Belabanganwanten malih kang winarniMolana Eshaq kang namiing Pareh negaranipun
Molana sampun peputerakekalih jalu Ian esteriingkang sepuh punika putera kang pirya
25. ana dene namanira Raden Bagus Ngabdul Qadir'dene esterine punika
Dewi Sarah ingkang namiputera kalih meksih alittan kena pisah Ian ibuMolana nulya kesahlelana dumateng Jawinopal keli lampahe Molana Eshaq
26. wus munggah Molana Eshaqbahita /55/ layang mering Jawibahita kapal namannyanangkudane wong ing GeresikMolana Eshaq datengidumateng nangkudanipunwiyose badhe anupang
* nangkuda sampun ngeridhaninulya menggah Molana Eshaq neng kapal
27. sampun bukarjangkarirapan eco sinilir angintan kawarna lampahira
Molana oneng jeladerisampun dateng tanah Jawiing Geresik negaranipunMolana munggah ing dharatlajeng maring Surowesthilajeng jujuk padhukuhan Ngampel Denta
r
126
28. Pangeran ing NgampM DentaRaden Rahmat nama n^ki
selagi asholat ngasaroneng jero mesjid nekidene ingkang ma'mun samipunika tiyang tetelusawiji Ki WirajayaAburerah kapaig kalihKi Bang /56/ Kuning punika kang kaping tiga
29. Molana Eshaq ning jabawong sholat dipun-enteniwus mari dennya sholatMolana Eshaq dhingini-uluk salam oneng jawiRaden Rahmat nulya metusarwi ajaivab salamwus tutur tinugur sami
leluhure wong loro bareng karuna
30. ojare Molana Eshaq adhuh gusti anak mami®bapak ira rayiningwangneng Cempa nama IbrahimRaden Rahmat matur null
dumateng tamu kang rawuhing tanah Jawa punikagusti meksi agama kapirmung kawula miwiti eslaming Jawa
31. Molana Ishaq ngendikadateng Raden Rahmat singgihdhuh gusti anak kawulapan sira ingsun namaniSunap Mangdum ingkang namijenenge /57/ Sunan punikukang sinembah maring wadiyaMangdum ingkang adhinginislamipun pan negara tanah Jawa
127
32. Raden, Rahmat nama Sunan
Molana Ishaq ngesterinisawusira lama^
wong Ngampel sami agamimiwah wong kampung Panilihpunika agama sampun
wus rata wong Surabaya
islamipun wadiya alitriseksana Molana Ishaq panutan
33. ing Sunan Mangdum punika tumulya angelaya bumi''ngedul ngetan paranira
mudhun jurang munggan ngardidugi tanah Banyuwangi
Molana munggah ing gunungSelangu wahu namannyamertapa sarwi ngabekti
shalat fardlu sunate datan tininggal
34. ora dhahar kala rina
ora sare kala wengi
tan wanten kaciting manahmung Gusti kang maha luwihmugi /58/ paring iman sujitewekal kelawan sukur
ngabekti mating Pangeranadoha penggawe sirikIan malihe tetepa iman kawula
35. kocapa nata BelabanganM&ak Sembuyu kang nfmipunika anggadhah puterapan esteri ayu linuwihSekardadu nama neki
punika pan sakit aserusekeh dhukun lunga teka
us^a datan marasi
duk semana sang nata lagiya sineba
128
36. sekehe manteri Ian ranggabopati kelawan patihsang nata nulya ngendika
dumateng para bupatilah ta sekse^nana sami
maring soyaberaningsun
sapa bisa marasana
maring anak ingsun puteri
pan punika dadiyajatukeramannya
37. sun-paling ing Belabanganngadek perabu anu /59/ bejingpatih Belabangan anyembahmatur dumateng sang ajipan wan ten Ajar sawijipujuke ardi Selangudatan sami ajar kathahsepalah tingkahe luwihagamane pan beda Ian Ajar bathah
38. lingsir kulon surup suryababang we^tan angabektingadeg sedhakep amujanyepeng cengku ngabung sitingulon bener adhep nekikarya jobah ngake kethumugi dipun-timbalana
menawi waged jampeni
angendika sang nata maring Ki Patihnya
39. Patih sira timbalana
ajar ingkang ana wukirKi Patih nulya utusan
animbali ajar agelisduta sampun datengi
luhure ardi Selangu
ajar sampun ingaturanlumampah duta kang ngiringdatan dangu lampahe Ajar /50/ wus perapta
129
40. ingjerone dalem purakatur mering seri bupati
sang nata nulya ngendikadumateng Ajar kang perapti
eh Ajar sun-pureh nambani anak ingsun Raden Ayu*pawesteri amung satunggal
ika sakit sampun lamibokmenawa sakite ika yen sirna
41. lamun waras anak ingwang
wus dadi ing ngujar mamisapa^ marasenapan ika kinarya lakimering anak ingsun puteriIan malih negaraningsunBelabangan ingsun pejahkinarya gajaran nekisun-paringi nama perabu anom ika
42. seksana Molana Ishaqputeri nulya den-tambaniusaha sampun tumibanulya sirna sakit nekiwulya kadi wingi uni/61/ puteri ayu Sekardadusang nata kelangkung sukaningali mering sang puteritinambanan warase sekala dadang
43. sang puteri nuli d&n-keramadumateng Mola singgih
ing negara Belabanganpunika enggal pinelihMolana Ishaq mengkoningadek perabu anom sampunkang anut Molana Ishaqpinerdi agama sucisampun kathah kang manjing agama islam
130
44. risampune lama^Molana Ishaq matur ajiadhuh gusti rama nata
mugi gusti amerenianyembah kelawan mujiing berahhala dewa ratuperyugi panduka nyembahing Allah kang maha suci
gjh punika kang darnel pejah Ian gesang
45. sang nata tumulya /62/ dukatalingan kadiya sinebit
wedana kadiya sinepangkang netera melerok andik
kerut^ ponang lathipedhange nulya den-unus
sang nata nulya ngendika
pedhange sarwi den-isis
pesthi mati katiban astaningwang
46. ningali Molana Ishaqme ring sang nata rama ajipunika angunus pedhangkarsane badhe menjahiMolana melayu genderingnusup alas munggah gununggarwane tinilar wawarat
sampun wonten pitung sasiberebes mili sang puterioneng pungkuran'
131
pupuh iv
pangkur
1. Molana Ishaq umpetan
oneng wana
ing panggonan ingkang sepi'tan ana j alma kang weruhMolana nulya nenedhamering Allah Pangeran kang /63/ maha agungtinarima penedhannyaBelabangan akeh gegering
2. Isuk lara sore pejahsore lara esuk pan samiya matilangkung sungkawa sang perabuwadiya nira kathah pejahtinulakan gegering pan saya aseru
sang nata ing Belabangantanpa dhahar tanpa guling
3. delenge seri nara natadaya iki anak ingsun nini puteriwawarattane kang kinadhut
akariya ing gara^lamun babar sun-buwang segara besukrisampunne lama^wawaratan bebayi lahir
4. miyos jalu putra niracahyanira lir kadi emas sinanglingsang jabang bayi sinambutnulya binuwang semuderawinadhahhan pethi tumulya linarunginguncelaken ing toya
pan deres ilining werih
132
5. ning segara lembak^angin /64/ rebut rineksa denixig Yang Widiwanten malih kang rinuwusnenggih wonten perahu dagangnganti toya dangu denira alabuhningali pethi kumambangsetija nulya den-ambil
6. kang pethi nulya binukapan wus menga pethi isi jabang bayijalu werna nira bagusanenggih nangkuda nira
pedagange Nyai Gedhe Patih ikasemana kinon adagangmering negara ing Bali
7. selamine gennya dagangKi Nangkuda mering negara ing Balidatan manggih ing pekewuhsumerta tan mawi tuna
nulya karsa nangkuda layarandumateng Tandhes negarapan ico sinilir angin
8. datan kawarna ing margalampahira sampun dumateng ing Geresikprahu pan sampun labuh
nangkuda tumulya munggahmering dharat /65/ bebayi den-bekta sampuntumulya den-aturaneing Nyahi Gedhe' Rnatili
9. Nyi Gedhe Patih tetannyaing nangkuda anake sapa punikinangkuda enggal umaturpunika angsal kawula
neng segara amanggih katut ing aruspelabuhan Belabangantumibul wadhahe pethi
133
10. pan kelangkiing bungahiraing manahe Nyai Gedhe Pinatih , i ^ j.:dene datan derbe sunu
ing mangke amanggih anak ■. > nC-'axpan tumulya ing ngaranan Raden Paku ' ' ' ■ ■Nyi Gedhe' langkung gumatiya . : , • v;.;; ■ :dumateng puterane singgih , . < i-
11. ingkang putera sinusuwinandatang purun anging ngemuk deriji "punika ingkang sinusumalah kantos pitung dinaputera nira sinusunan datan puruntumulya den-alapenaing toya susune kambing
12. 1661 genti ingkang cinaritamalih cokap Molana Ishaq sanggihmantuk mering Pasyeh sampunpinanggih anak Ian kadangnanging garwa punika pan lampuskantung puterane kalih pisanadhuh anak ingsun iki
13. adhuh anak ingsun ny awaapan sira ya ingsun wertaneing tanah Jawa punikuana sanak kadangirapan punika Raden Rahmat namanipuning negara Surabayapadhukuhan Ngampel Gadhing
14. ngadek sunan waliyullahiRaden Rahmat punika ingkang miwitiislaming Jawa sedarumamulang ngMmu sarengatIan thareqat sumerta haqeqatipunmare'ntah ing wali ibdaling negara tanah Jawi
.SI
134
15. sampun angsal pitung/67/dinaoneng wisma Molana nulya latis
kathah wall ingkang rawuhkutub kelawan ibdal
para ulama Ian mu'min thasawufsedaya ayolatena
mering Molana Ishaq singgih
16. sawuse den-salatena
pan binekta dumateng ing taman saripara wall ngiring sedarumgumuruh maca selawatmiwah anamaca tasbih lawan hamdu
ana ingkang maca Qur'anana ingkang muji tahlil
17. saibpune sinarekenaSeh Molana ing taman Paseh negaripara wali samiya mantukdateng wismane dhewekkatun putera kalih rembagan panikalumapah anupal keli
18. sampun kesan saking tamanlalare kalih lampahe anupal kelimudhun jurang munggah gunungdugi /68/ tanah parsisiranpan punika tanah Ngadan namanipunnulya munggah palwa ikaalayar dumateng Keling
19. putera kalih nulya nupangoneng palwa nangkuda sampun ngeripanibukar jakar layar sampundumungi lahut seketera
apan eco baita ing lampahipunlayaran sawelas dinadumugi Keling negari
135
20. wanten ing Keling negaralaminira angsal tigang dasa hariumulya manggih perahu kang layar dumateng Jawa^nulya numpang putera kalihan punikapan eco ing lampahirabaita semilir angin
niUtl ri-: ;- jvtS'
21. putera kalih nulya numpanging daratan laju mering SurawesthiNgampel Denta kang jinujukdatan kawarna ing marga
lampahira ing Ngampel pan sampun rawuhpinanggih /69/ ing Kanjeng Sunanuluk salam putera kalih
.Si
22. J eng Sunan ing NgampBl Dentajawab sallam tumulyaenggal nakoni^adhuh kawula atumut
tetannya ing jengandikapinangkannya lawan sinten namanipunkang perapta matur pertelanami kawula Ngabdul Kadir
23. wadene rayi kawulagih punika Dewi Sarah ingkang namirama kawula punikukang nama Molana Ishaknggih punika ing Paseh negaranipuning mangke sampun perlayanalika gesang wewerti
24. ing negara tanah Jawa ^ingkang nama padhukuh jx Ngampel Gadhingana sanak kadang ingsuningkang nama Raden Rahmat
1.
136
pan punika ngadek sunan wall qutubmerentah ing wall /70/ ifdaltur mulang ing ngelmu bathin
25. Jeng Sunan Ngampel ngendikajengandika pan inggih sedulur maniibapa kawula sedulur
lawan bapa jengandikaRaden Rahmat Ngabdul Qadir dipun-rangkulsamiya nangis tiyang kaliyankatiga lawan kang rayi
26. gentiingkang cinaiitapan kocapa Raden Jakandar mertapiamesu ing raganipun
ning Demung gi gennya mertapapan wus lama angsalipun bentur lakujinujung mering Pangerankeramat tur dadi wall
jinujung mering Pangerankeramat tur dadi wali
27. Jejuluk Sunan MelayaKi Jakandar tan putus denya mertapisumeja bekti Yang Ngagungnanging tapa oneng wismaKi Jakandar badannya pan sampun /71/ mungkurngadhepaken ingakheratberongta mering Yang Widdhi
137
pupiihv
asmaran
1. kocap malih Ngabdul Kadirpunika sampun akeramaNi Dewi Isah garwane^puterane sunan Jakandarsawusira lama^Ngabdul Kadir pan dinunungngimami Cerebon negara
2. dhedhukuh ing Gunung JatiNgabdul Kadir duk semanaambentur laku karsane
Hanging tapa oning wismatigang sasi datan dhahartinarima ing Yang Agung
apan dadi waliyuUah
3. nama Sunan Gunung Jatiwus kathah wong manjing islamtepis wiring dhukuhaneakeh ajar kepelajar
• kang tan anut ing agamanusup alas munggah gunungajrih kinon manjing islam
4. Kanjeng Sunan Gunung Jatilama^ apeputerakekalih nenggih puteraneingkang sepah ika piryaNga^bdul Jalil namaniradene putera kang werujupawesteri nama Supiyah
5. wanten kang winuwus malihtedhak saking Rasullahtetiga sami piryane
138
Sayid Mahsin kang setunggalkaping kalih Sayid AhmadHalifah Husen kaping telutanah Yaman wismanira
6. wong telu kesah dateng Jawitan kawarna lampahira
dumugi tanah Jawane
ing negara Surabayajujuk dhukuh Ngampel Dentapinanggih Kanjeng Sinuwunuluk salam wong tetiga
7. JengSunanjawabtumulisalame wediya kang perapta
enggal Jeng Sunan wiyosedhuh sanak kawula tannya
/73/ saking ngendi penangkanyalawan siten namanipun
kang perapta matur pertela
8. Sayid Muhsin nama mamianenggih recang kawulaKhalifah Husen namane
kelawan Ki Sayid Ahmading Yaman ingkang negaradateng kawula pan estunyuwita dateng panduka
9. sumeja sinahu ngblmisyare'ngat lawan tareqatapadene haqe'qateSunan nulya ngendikadhuh nyawa sanak kawulawong ngelmu yen kurang laku
punika tanpa gaweya
10. nulya matur Sayid Muhsining Jeng Sunan NgampM Dentamugi angsala pandonganeing luhur kawula sedaya
139
sumerta pandonga tuwan ,-1
puruna ambentur lakuekalasha mering Pangkan 1 t-'
V;-V; ,
>■
' r-
11. tumulya winulang singgihing Jeng Sunan NgampSl DentaMuhsin miwah/74/rqange u. ; i : ;minuruk ngelmu sarengattareqat lawan haqeqate i ? 'sedaya pan sampun putusinglafath miwah ing makna -
12. Kanjeng Sunan Ngampel Gadhinging putera kang sepah wus keramaSiti Syarifah namanekambil garwa Haji Ngusmanputrane Raja Pandhitadatan lama dhedhukuh ■ 'kapernah ardi Manyuran
13. Haji Ngusman ban gun tekiamesu ing raga nira .Mandhalikagentapane 1 =- . . . 1 . -tanpa angsal tigang wulan ... -jinujung mering Yang Agungsinung der^at waliyullah - r -m V 5;v <
14. sawusira lami^ • .Haji Ngusman ape putera ■satunggaljalu puterane'ingngaranan Amir Hasandene Siti Muthmainahputerane Kanjeng Sinuwunpadhukuhan Ngampbl Denta
15. /75/punika apala-keraminenggilr ingkang ngambil garwaKi Sayid Muhsin namaneoneng alas adhedhekahtumulya ambentur tapaamesu ing raganipunardi Pegat gennya tapa
140
16. ora sare kala wengiDgabekti mering Pangeranora dhahar ing rinaneamerangi napsu hawasampun angsal tigang wulantinarima derajat waliyllah
17. sampun nira lami^Sayid Muhsin apeputerasatunggal jalu puteraneingaranan Amir Hamzahana dene Siti Hasyfahputerane Kanjeng Sinuwunpadhukuhan Ngampel Denta
18. punika apala-keraminenggih ingkang ngambil garwaKi Sayid Ahmad namanedatan lama adhedhekah
kepernah ardi Kamelakatetapi tanderbe sunu
dadi lampah /76/ amertapa
19. Sayid Ahmad amertapinanging tapa oning wisma
kelangkung mati raganedhatan dhahar dhatan nedera
anyegah ing napsu hawasampun angsal tigang satunsinung derajat waliyullah
20. sampun putus gene tapianyegah ing napsu hawaanetepi ngibadahe
ngadhepaken mating Allahkadonnyan sampun tininggalsiyang dalu rukung sujudngabekti maring Pangeran
141
21. ana dene Raden Ibrahim
puterane ing Kanjeng SunanNgami^l Denta dhukuhanepunika apala-keramiDewi Irah garwa niraKi Jakandar kang sesunulama^ apeputera
22. puterane Raden Ibrahim
Ni Dewi Rahil namane
Ibrahim nulya pinernahngimami La^m Ian Tubin^oning Bonang /77/ adhedhukuhtumulya ambentur tapa
23. Raden Ibrahim mertapiardi Gadhing gennya tapakelangkung mati ragane
tanpa sare tanpa dhaharanyegah ing napsu hawanyinggahi haram Ian mekeruhfadlu sunah tan tinigal
24. sampun angsal tigang sasitinarima ing Pangeran
Raden Ibrahim tapanesinung derajat waliyullahnama Kanjeng Sunan Bonangakeh wadiya ingkang anutngabekti maring Pangeran
25. wanten malih puter nekiKanjeng Sunan Ngampel DentaRahaden Kasim namane
selagi dereng diwasaana dene putera nirasaking ampayan kang ibuisteri kalih dereng kerama
142
26. wanten malih kang winarni 'puterane Raja Pandhita s; ' :Ki Ngusman Haji namane' '' ' '■punika .saiiipun akcrama * 'Dewi /78/ Sari garwanira ' ' 'puterane Raden Tumenggung 'ing negara Wilatikta " ' ^ •
27. datan lama Ngusman Haji .pan dinunung dadi imaming Jipang Ian Ponolane'oning Ngudung adhedhekahtumulya ambentur tapaamesu ing raganipunmertapa ardi Jambangan
28. ora dhahar kala harianyegah ing napsu hawaora sare ing wenginengibadah maring Pangeranfardlu sunah tan tinigalsuminggah ing haram mekeruhtumajuh maring Pangeran
29. sampun angsal tigang sasilah punjul sedasa dinaKi Ngutsman Haji tapanetinarima ing Pangeransinung derajat waliyullahnama Kanjeng Sunan Ngudunglama^ apeputera
30. amung kalih putera /79/ nekiputera kang sepah punikaDewi Sujinah namanekang weragil ya piryaAmir Haji namanira
143
de'n^ nyahi Tandha ika
puterane Raja Pandhita
31. punika sampun akeraminenggih kang ngambil garwaHalifah Husen namane
dinunung imam Medura
dhedhukuh ing Kertayasalama^ asesunupan jalu amung satunggal
32. Halifah Mungra kang nami
Halifah Husin tumulyaambentur laku karsane
ardi Yadhi gennya tapa
tanpa sare tanpa dhaharsampun angsal tigang santun tinarima ing Pangeran
33. Sinung derajat dadi walinama Sunan Kertayasawus akeh ika rewangekang manjing agama islamwonten malih cinarita
puterene Rade-n Tumenggunging negara Wila /80/ tikta
34. ingkang nama Raden Sahidpunika sampun akeramaNi Dewi Sarah garwaneputerane Molana Ishaqapan tunggal ibu rama
kelawan Kanjeng Sinuwuning gunung Jatipura
35.. Raden Sahid asesiwi
tiga sami jalu nira
2
144
kang sepah Raden Sangid namane"pawesteri ingkang penengahDewi Rukiyah kang namaisteii malih rakilipunDewi Rufingah namanya
36. Raden Sahid kinon ngimamiing Dermayu Ian Manukaning Kalijaga pernahesampun nira lama^ Raden Sahid temanira^tumulya ambentur lakuing Pulupeh gennya tapa
37. sampun angsal tigang sasiIan punjul sedasa dinatinarima ing Gustinesinung derajat waliyuUahnama Sunan Kali /81/ jagaakeh wadiya ingkang anutngabekti mating Pangeran
38. wus putus gennya mertapi
Kanjeng Sunan Kalijagananging tapa oneng wismanerahina tab mawi dhahar
wengine tan mawi nederakadonyan pan sampun mungkur ngadhepaken ing akerat^
39. kocapa Den Ngambul Jalillawan Amir Hasan ika
Den Amir Haji rewangeDen Sangid lam Amir Hamzahpunika sami nyuwitadumateng Kanjeng Sinuwunpadhukuhhan NgampM Denta
145
40. pan bocah gangsal punikaoning dhukuh Ngampel DentaRaden Kasim pembatekepan sinahu ngaji Qur'anKanjeng Sunan ingkang mulangsedaya pan sampun putustumulya winulang kitab
41. wonten malih kang winarnikanggo /82/ neng Tandhes negaraRahaden Paku namane
Nyi Patih kang gadhah puterawus umur limalas warsa
maca Qur'an sampun putustumulya sinahu kitab
42. Raden Paku mireng iwartiing negara SurabayaNgampel Denta dhukuhanewanten pandhita ngulamaamulang ngelmu sarengat thareqat haqeqatipun^nama sunan waliyullah
43. Raden Paku matur aris
dumateng ing ibu niramengkana atur wiyoseibu kawula mireng wartaing negara Surabayawonten ngulama pinujulnama sunan waliyallah
44. kang ibu ngendika arisadhuh anak ingsun nyawapan era salah wartaneiya ika waliyullah
146
ingkang nama Raden Rahmat
jejuluk Jeng Sunan Maqdumdhedhukuh ing Ngampel Denta
45. Raden Paku atur neki
dumateng ing ibu nirakawula kesah ing mangkegadhahi karsa nyuwita
dateng Sunan Ngampel Dentaananging kawula suwunibu ingkang maserahena
46. kang ibu amuwus arisadhuh anak ingsun nyawaapa sang karsamu babepan ingsun tan mawi mulang
Raden Paku nulya mangkatkang ibmnulya tut pungkurtan kawarna oning marga
47. dumugi ing Ngampel Gadhingpinanggih ing Kanjeng SunanNyi Patih alon ature
apan sarwi awot sekar
gusti sedateng kawulasumeja sohan pakulunsumerta maserahana
48. maserahaken kawula gustidateng ing anak kawula
mila nyuwita /84/ karsanesumeja sinahu kitabgjnawe perabot ngibadah
Kanjeng Sunan nulya muwus dateng Nyai Patih ika
49. eh Nyai Gedhe Pinatihana ngendi anakira
147
Nyi P^tih e^nggal aturewadeiie anak kawula
ing mangke wanten ing jabngakub ngadhepi kajeng serutmugi tuwan timbalana
50. Radeh Paku den-timbali
ing Jeng Sunan Ngampel Dentatumulya enggal datengimara seba sarta nyembahJeng Sunan kedel sekalakengetan tamu kang rawuhkang nama Mulana Ishaq
51. Kanjeng Sunan Ngampbl Gadhingngendika dateng Nyi Patinyamangkene pangedikaneeh Nyahi apa nyatabocah iki anakira
apa anak olih mupuNyi. Patih matur pertela
52. ing /85/ purwane putera nekitinutur sedayanira
Jeng Sunan mireng atureNyi Gedhe Pinatih ikaJeng Sunan eling saritayanwarta saking Toyaardmana sayid saking Ngarab
53. Moiana Ishaq kang namipunika apala-keramanenggih kang dadi garwaneputerane sen nara nata
ing negara Belabangankang garwa wawarat sampun sepuhpunika tinilar kesah
148
54. wus jangkep ing sasi nekiwawarat tan bebayi babarjalu tur bagus wernan^tumulya sinebut enggalkaliyan sen nara natawinadhahan penthi sampun
binucal dhateng segara
55. Sunan Ngampel muwiis artsing Nyi Gedhe Patih ikaeh Nyi Patih ingsun kiyeyen mangkono atnri /86/ raiya melu ngaku anaking anakira si PakuNyi Patih nulya wot sekar
56. Nyi Patih umatur arising Jeng Sunan Ngampel Dentamengkono atur wiyosedhuh gusti sumangga karsakawula dermi kemawon
angadhah anak si Pakunanging tuwan kang peryuga
57. amupu ing anak mamimiwah mulang tata kerama
sumerta mulang ng^munesyarengat nabi Muhammadtareqat lawan haqeqatpunika jengandika wurukkawula paserah ing tuwan
58. Den Paku winulang ngaji ,ing Jeng Sunan Ngampel Dehtatwus putus ngelmu seda3^nesyarengat law^ thareqatsumerta ngelmu haqeqat
149
sumerta ngelmu haqeqattumulya winulang suluking wind napsu bandiyah
59. pan genti in^ang winarnikocapa kang /87/ ana MembangRahaden Fatah namane
puteranipun Berawijayanata perabu Majalengkapunika gadhah sedulurpan tunggal ibu kewala
60. Raden Husen ingkang namisamana sami rembagan
Raden Fatah Ian rayinesumeja kesah nyuwitadumateng ing Ngampel Dentaputera kalih sampun rembugtumulya enggal pamitan
61. pamit mering seri bupatiing tanah Falembang negaraKi Arya Damar namanepamit sampun rindhananputera kalih nulya mangkatdatan kawarna ing enuwus dateng ing enuwus dateng ing Surabaya
62. jujuk dhukuh Ngampel Gadhingwus panggih ing Kanjeng SunanRaden Fatah Ian rayinemara seba nulya nyembahsumerta nyukemi padaKanjeng Sunan nulya muwusadhuh nyawa ingsim tetanyaRaden Fatah dan rayinemara seba nulya nyembah
150
sumerta nyukemi pada
Kanjeng Sunan nulya muwusadhuh nyawa ingsun tetanya
63. /88/ pinangkannya saking ngendilawan sinten westanira
Den Patah alon ature'
dhuh gusti westa kawula
sinembah ing Raden Patah
rayi kawula punikaRadeh Husen westanira
64. ing Palembang wisma mamipernah puterane sang nataMajalengka negaraneingkang nama Berawijayawode'ne rayi kawulapunika pan tunggal ibukang rama perabu Pale'tnbang
65. sedhateng kawula punikasarta sedherek kawula
mila nyuwita yektosedumateng ing Kanjeng Sunansumerta seja kawula
angulati ngelmunipunngibadah maring Pangeran
66. tumulya winalang ngaj iRaden Patah ing Jeng Sunanapan gangsar pengajine
wus putus amaca Qur'an
tumulya winulang kitabdene Raden Husen /89/ ikaapan dhedhel pengajine
67. Raden patah sampun ngartisedaya ngelmu syarehgat
151
apa dene tare'qathesumerta ngelmu haqeqatngibadah tan mawi pegatsunate miwah kang fardluharam mekeruh dipun-tinggal
68. sampun nira lami^Den Husen micareng nalakeperiye saking karepe
pun kakang Rahaden Patahteka jungkung maca kitabkaya dudu terahing perabu
ora mikir panjenengan
69. Raden Husen matur angelisdumateng ing raka niraadhuh kakang kaya periyenyuwita ing Kanjeng Sunanohing dhukuh Ngampel Dentaangulati ngebnunipunngibadah pan sampun cekap
70. nanging saking karsa mamisumangga kakang nyuwitadumateng /90/ Majalanguneing sang perabu Berawijayaangulati kertiyasamenawa pinanggih besukbisa mengku panjenengan
71. Raden Patah muwus arisdumateng ing rayi niradhuh yayi lungaha dhewenyuwita dateng sang nataperabu agung Majalengkananging ingsun nora melumeksih momong ing salira
152
72. Raden Husen matur null
dumateng wahu kang rakamangkana atur wlyosedhuh kakang sediya kawulanyuwita ing Majalengkapunika pan boten wunmgHanging panuwun kawula
73. mugi kakang angideniing sedaya kawula punikaangsale saking berkateing Jeng Sunan Ngampel DentaRaden Husen pamit e'nggaldumateng Kanjeng Sinuwunkanthi /91/ pamit ingkang raka
153
pupuh vi
kinanthi
1. Raden Husen pamit sampuning Jeng Sunan Ngampel GadhingIan malih pamit kang rakaapa sampun den-ridloni
Raden Husen nulya mangkatlumampah tan mawi kanthi
2. mandheg mayonglampahipun'tumulya anolih burlwis tebih dennya lumampahkang raka sampun kawingkingRaden Husen gagacanganlumampah tan noblih burl
3. datan ka wamaing enuRaden Husen alapah riekivnis dateng ing Majalengkatumulya sohan nerpatiseri nalehdra Berawijayanata perabu Majapahit
4. Raden Husen awot satun
padha nata den-sungkemi
sang nata kaget /92/ tumingalkengetan puterane singgihkang anma Ki Arya Damarsang nata amuwus aris
5. adhuh ngawusira kuluppinangkannya saking ngendilawan sapa aranira
Raden Husen matur aglisanenggih wisma kawula
ing tanah Palembang negari >
154
6. wadotan kawula punikuRaden Husen wasta mami
anenggih bapa kawulaArya Damar ingkang mamisedateng kawula punikasedaya nyuwita jeng gusti
7. sigegen ingkang winuwusSunan Ngampel kocapa malihpunika anggadhah puterakekalih pan sami isteriibune saking ampayanputeranipun Ki Bang Kuning
8. dene putera ingkang sepuhMurtasiyah ingkang namipunika apala-keramaRaden Paku garwa neki /93//93/ kang wisma Tandhes negaraputerane Nyi Gedhe Patih
9. Raden Paku nulya dinunungngimami Tandhes negaraRaden Paku nulya karsadhedhukuh wanten ing GiriRaden Paku bangun tapa
amesu ing raga neki
10. mertapa wanten ing gunungardi Tukangan kang namisampun angsal tigang wulanIan pujul sedasa haritinarima ing Pangeran
sinung derajat dadi wali
11. ing mangke Rahaden Pakudadi nama Sunan Giri
apan kathah rewangira
155
kang anut agama sucisawusira lama
Raden Paku asesiwi
12. sekawan sedayanipunputerane Jeng Sunan Giriputerajaluingkangtiga ikang setunggal ika isteriana'dene ingkang sepahRaden Perabu ingkang /94/ nami
13. dene putera kang panggulukang nama Raden Misanidene malih rayinira
Raden Guwa ingkang namirayine malih punikaisteri nama Ratnawati
14. Murtasimah kang winuwusputera Sunan Ngampel Gadhingibune tunggal ampeyanpunika apala-keramiRaden Patah garwa niraputeranipun seri bupati
15. Berawijaya Majalanguputeri Cina ibu nekiRaden Patah nulya dhukuhBintara pernah negaridinunung yen dadi imaming Demak lawan ingeradin
16. Raden Patah bentur lakuamesu ing raga nekinanging tapa oning wismaora dhahar ing raga nekinanging tapa oning wismaora dhahar kala hari
r
156
wengme'tan mawi nederasampun angsal tigang sasi
17. jinujung /95/ maring Yang Ngagungsinung derajad dadi wallanama Sunan Bintara
wus kathah ing recang nekikang sami anut agamangibadah mering Yang Widi
18. Raden Patah nulya sesunu
ika nenem kathah neki
jalu putera ingkang gangsalkang setunggal ika isteriana dene ingkang sepah
Pangeran Purba kang nami
19. dene putera kang pengguluRaden Teranggana kang nami
ingkang rayi namanira
Radeon Bagus Sidakalirayine malih punikaGendhuruhan ingkang nami
20. dene putera kang weruju
isteri nama Dewi Ratih
wanten malih cinarita
putera Sunan NgampM Gadhingjalu kantun setunggalibune kang saking Tubin
21 / Raden Kasim namanipunpunika /96/ apala-keramikang garwa Dewi Supiyah
putera Sunan Gunungjati
Den Kasim nulya pinernahdadi imam kang pinaci
157
22. ing Lawangan Ian Sedayu 'Derajat dhukuhan nekitumulya ambentur tapa " 'Jongpangkah gennya mertapiora sare ora dhahar • ' ■
sampun angsal tigang sasi
2 3. jinujung merlng Yang Agungsinung derajat dadi wallanami Sunan Derajat
pan wus kathah recang nekiDen Kasim nulya peputeratetiga sedaya neki
24. Pange'ran Teraggana kang sepuhpanengah Pangeran Sandikang weruju Dewi Wuryangenti malih kang winarnikocapa Raden Amir Hasanhaji Ngusman kang sesiwi
25. Mir Hasan den-ambil mantulawan /97/ Sunan Kalijagaana dene garwa niraRukiyah nenggih kang namikacap Raden Amir Hamzahputeranipun Said Muksin
26. punika den-ambil mantulawan Sunan Kalijaga
ana dene garwaniraRupingah nenggih kang namiRaden Sangid cinarita
putera Sunan Kalijagi
27. punika den-ambil mantu ' ;lawan kiyahi Ngusman Hajigarwane Dewi Sujinah
r
158
punika nenggih kang namidatan lama a dhedhekah
oneng Murya pemah neki
28. Raden Sangid bentur lakuamesu ing raga nekimertapa ning Sapteranggaorang dahar kala hari
wengine'tan mawi nederasampun angsal tigang sasi
29. jinujung mering Yang Agungsinung derajat dadi walidadi nama Sunan Murya
tumulya /98/ angggadhah siwiputerane'jalu satunggalkang nama Pange'ran Saterl
30. den-pernahe ing Kadilangujejuluk Pangeran Yehiwonten malih cinarita
Raden Bagus Amir HajiSunan Ngudung kang peputerapunika apala-kerami
31. Dewi Ruhil garwanipunSunan Bonang kang sesiwiAmir Haji nulya pinernahdhedhukuh Kudus negariMir Haji tapa neng wismadatan dhahar tigang sasi
32. jinujung mering Yang Agungsinung derajat dadi walinama Sunan Kudus ika
genti malih kang winarni
Ngabdul Jalil kang kocapwong anom tan purun kerami
159
pupuh vii
roning kamal
1. Ngabdul Jalil kang kocapaputra Sunan Gunung Jatipunika tan purun keramameksih ngaji wahdah tauhidlawan ngelmu usuluddinlawan ngaji ngelmu junumlawan ngaji ngelmu makripatlawan ngaji ngelmu sufiingkang mulang Kanjeng Sunan NgampM Denta
2. wahdah tauhid tegesirakawula tunggal Ian gustitunggalle tanpa kapokanpan kupule'dadi sijiing dalem kalimah takhirmunajah maring Yang Agungtan ana gusti Ian kawulalehure' papan Ian tulispan sine'pa jene awor Ian tembaga
3. wose eling jenenge tembagawose kari rupaning jene'ananging ingkang gemebeyariya cahyanipun jene^nanging sira den-nestitipesamon /lOO/ kang kaya ikapan aja keliru tapa,kang dudu dipun-aranimalih mandar selamet imanira
4. usuluddin tegesirawiwitane wong musafirtegese musafir ikalumampah maring Yang Widi
ananing Allah barengiing kawula lampahipunlumampah tan mawi pisahkawula kelawan Gusti
pan sinepa wawangan lawan manusa
5. ngelmu j unum tegesira
kawula tan eling dhirikedanan maring Pangerandene sipat rahman rohimtegesd rohman puniki
peparing tanpa jinaluk
sedaya kang darbe nyawaiya pinaringan rizqipeparinge kelawan kersane dhewSk^
6. sifat rohim tegesiraGusti Allah kang welas asihasihe dateng kawulapan /lOl / inggih ing benjing akhiring donya sampun ketawisasihe kang maha agungdumateng kawula nirakang sinung iman sayektipinaringan hidayah saking Pangeran
7. edane kawula ika
dumateng kang maha suciera edan zawal ngakalbaUk edan donya mikirmaring ingkang maha suci
mung satunggal wujudipunananaging kawula nira
satingkah polahe pesthibebarengan ing Allah kang maha mulya
8. tegese ngelmu makripatlamun sira arep uneng
160
161
dumateng Allah tangala
aningalaha ing dhiri
bisa wujud peribadinesumerta wujude suwungcangkeme tan bisa ngucap
mata kalih tan ningalisumertane badane /102/ tan bisa polah
9. sedaya tingkahing j almamiwah ngocap Ian ningalipunika Allah karyamanusa iya barengi
ananging datan dayani
kawula pertikahipunmung Allah kang maha mulyaanduweni sifat qodirpan pinesthi wiyuife Allah tangala
10. ngelmu sufi tegesiraanuceni maring ati
ambuwang ngujub Ian riyamiwah sumngah lawan kibir
ati mang2 lawan bahilsink kafi lawan hasud
sedayane marenanangagoha ati kang bening
sabar lila tawekal maring Pangeran
11. wus putus ngelmu sedaya
Raden Bagus Ngabdul Jaliltumulya enggal pamitan
ing Jeng Sunan Ngampel Gadhingpamitan dipun-ri / 103/ dhoniNgabdul Jalil mangkat sampun
datan kawarna ing marga
ing Jepara sampun peraptiadhedhukuh dul neng Siti Jenar
162
12. NgabdulJalil amertapaamesu ing raga neki
rahlna tan mawi dhahar
ora sare kala wengi
ora ana kang pinikirmung Allah kang maha agung
ika sipat qidam baquwujude dhohir Ian betinGusti Allah nyeratani mering kawula
13. ganti ingkang cinarita
kocap Sunan Ngampel lalispara wall dateng sedayapada nyalataken samiSunan Girl kang ngimami
para wall makmun sedarumsawuse den sholatena
inarekaken tumuli
pasarehane ana lor wetane pendapa
14. pepekan wall sedaya
Sunan Bonang /104/ lawan Girllawan Sunan KalijagaDerjat Ian Gunung JatiMurya Qudus lawan Wisi
Manypran Demak Ian Ngudung
Melaya Ian Kertayasa
oneng dhukuh Ngampel Gadhingpirembugan jenengaken ing halifah
15. Sunan Giri angendika
dateng sekeh para waliboten wonten kang peryogadadi halifah agama
mung Sunan Demak negari
peryoga jumeneng perabulah ta padha seksenana
Sunan Demak dadi ajipara wali padha ngaminni sedaya
163
16. pan sampunira mangkanaSunan Demak kersa mulihdumateng negara Demakpara wall samiya ngiringtan kawarna oneng margi
ing Demak pan sampun rawuh/105/ Jeng Sunan Demak ngendikadateng sekeh para wallsanak^ sumangga sami rembagan
17. adege agama islamkuwajiban perang sabilwus kocap ing dalem Qur'anmiwah Hadis Kanjeng Nabilah padha rembagan samiangerubut si Malangukapire kawak kumuwuktan anut agama suci
para wali punika rembak sedaya
18. Kanjeng Sunan Jati Puramatur dateng Sunan Giriyen sampun rembak sedayaakathahe para walipan siten ingkang perayogidadi tindih perang pupuhangrebut ing Majalangunulya dhawuh Sunan GiriSunan Ngudung ingkang dadi senapatiya
19. para wali sampun rembakNgudung dadi sena /106/ patiangrebut ing Majalengkakersaning Jeng Sunan Giriananging dipun-paringiperjurit mung pitung ewusarta modin kawandasa
Ian malih dipun-kantheni
164
Amir Hasan puterane Snnan Manyoran
20. Ian malihe Amir Hamzah
puterane Jeng Sunan Wiliswuse'pepek para punggawasumerta praboting juritgegaman tumbak Ian kerissinapan kelawan kestul
ana ingkang gaman pedhangmiwah ana gaman bedhil
miwah ana ingkang gawa gaman tumbak
21. pan genti kang cinaritaArya Tanduan winarni
ing negara Majalengkapunika anggadhah siwi
tetiga sedaya nekide'ne putera ingkang sepuhanama Ki Gajah/108/Mada .. . . / - ^kang penengah nama neki
Gajah Wila kang weragil Gajah Sena
22. putera tiga sedayanirapan sami dadi patih
pepatihe Berawijayanata perabu MajapahitGajah Mada kang meriksani ing perkara para padu 5dene patih Gajah Wilapajegan dipun-periksaniGajah Sena kang meriksani perjurite
23. dene puterane sang nataRaden Gugur ingkang namipunika wus pinaringannama Pangeran Dipationeng dalem Majapahitkinarya wakil sang perabuRaden Gugur sampun putera
165
kalih sami jalu nekiingkang sepuh anama Lembu Niseraya
24. ingkang ragil nama
Lembu Kanigaia singgih
kersanipun Berawijayanata perabu Majapahitkang /109/ wayah kalih punikisinungan nama Tumenggung
oneng kitha Majalengkamretah arya Ian manteriwanten malih inggih putera saking Palembang
25. puterane Ki Arya Damar
Raden Husen ingkang nami
nyuwita mating sang nata
Berawijaya Majapahit
Raden Husen den-paringidadi dipati ing Terung
jejuluk Ki Pecat Tandhawanten malih kang winarniingkang nama Rahaden Dhandhang Wecana
26. putera aking Panaragapernah ipe mating sang aji
nyuwita meting sang nataBerawijaya Majapahitpunika dipun paringiing lenggah nama Tumenggungoneng kitha Majalengka
Dhandhang Wecana sesiwiputera jalu punika /110/ amung satunggal
27. Raden Banj at ingkang namangadek arya oneng Tingkirjejuluk Dhandhang Wurahanwanten malih kang winarnipernah ipe' mating sang aji
166
Berawijaya Majalanguingkang nama Wulung Kembangnyuwita ing Majapahitsinung nama Tumenggung oneng Berangkal
28. sigegen kang cinaritaSunan Ngudung kocap malihbadhe kesah bandayudaangrebut si Majapahit
gegaman sampun mireti
tumulya Jeng Sunan Ngudungangago lasukan zimatontakesuma kang nami
riseksana Sunan Ngudung pamit enggal
29. pamita mering sang nataSunan Demak ingkang namapamit sampun rinidhonantumulya lumampah'/lll/ agelisJeng Sunan Ngudung anitihkuda ules jajan biru
den-iring para punggawatamtama perjurit manteri
pan gumerebeg lampahe' wong andon yuda
30. jeng Sunan Ngudung ning ngarsasinahuban songsong kuninggendera sampun binebyar
ing ngarsa miwah ing wingkingbendhene sampun tinitir
gunung beri muniya gumuruhsurake kadiya ampuhan
surake wong andon jurit
Amir Hasan anitih kuda pelangka
31. ana dene Amir Hamzah
kuda rajeg kang titihi
Amir Hasan oneng kanan
167
songsonge'gadhung melathiAmir Hamzah oneng keringapan pethak songgongipuntan kawarna oneng marga/112/ lampahe kang andon juritsampun dugi alas Tunggarana
32. Jeng Sunan Ngudung mesanggerah sumerta pequrit®oneng alas Tunggaranasemana enggal anulisnuwala panatang jurittan dangu nulya keperangguhmantri ingkang nitih kuda
\dipun-adhang oneng margitkiakonan mantri ingkang nitih kuda
33. ature kangnunggangjaran 'kawula wong Majapahitlurah dhusun Cakar Ayambebedhok kidang Ian kancilkersane Seri NarapatiBerawijaya MajalanguSunan Ngudung angendikadateng lurah nitih esthipasang yogyake lurah sira sun duta
34. ngaturaken kang nuwala maring perabu Majapahitnuwala sampun tinampanKi lu /113/rah lumampah aglisdatan kawarna ing margiwus perapta ing Majalangumelebet ing dalem puranuwala katur sang ngajiduk semana sang nata lagi sineba
3 5. pepek kang para sent anatumenggung arya Ian patihnuwala enggal tinampan
168
maring perabu Majapahitnuwala binuka aglis
tumulya winaca sumpunungale kang ponang suratngalamat surat punikidumatenga ing sang perabu Berawijaya
36. wiyose kang ponang surateh ta prabu Majapahitlamun sira nyata lanang
lah ta payo tandhing juritana dene aran mami
jejuluk Jeng Sunan Ngudungkersane' Sunan Binsatara
kinon ngerusak Majapahit
lah sedaya /114/ perajurit ing Majalengka
37. mapaganengTunggaranalamun sira bosen urip wus putus ungeling surat 1sang nata ngendika aris
dumateng Kiyahi PatihGajah Sena namanipuneh Ki Patih Gajah Senaika ana gaman peraptisaking Demak si Patah kang gaw^pokal
38. kang ika sira sun-dutaamapak gaman kang peraptisumerta sira gawahaperjurit rong puluh kethiIan malihe sun-kantheni
kang nama Ki Arya Jambulperjurit saking Balegaputerane Jaran Panolehlah mangkata aja mundur tengahing rana
• 169
pupuh viii
durma
1. Gajah Sena pamitan mering sang nataBerawijaya Majapahitpamit sampun rinidhonan
ajujuk ing Tunggaranapandi /II5/ kanira sang ajiKi Gajah Senaumatur sendika Gusti
2. sampun mangkat Ki Gajah Sena punikaden-iring perajurit manteri
miwah para tamtamanulya beber kendera ing ngarsa miwah ing wingking'nebut tengara
kendhang gong kelawan beri
3. tan kawarna lampahira oneng margaTunggarana sampun peraptibala islam wus katingal
nanging Gajah Senaperajurite sewelas kenthiden-angsuhhen
kang sangang kethi amabantoni
4. ayon-ayonan wong islam lawan wong koparpan sigera bedhil-biledhilpanggah perajurit islamanesug ing madya kopar
pan awor dadi satunggal^pedhang-pinedhangIan ana bedhik-binedhik
5. kathah pejah /116/ punggawa ing Majalengkawong islam gih kathah mati
banjir getih belabar
^70
selur aserah watangbangkene susun atindhihislam Ian koparpan awor dad! sawiji
6. Gajah Sena amedali badayudamerabot sikeping juritamudhi gegaman tumbakana ing ranagana
sumbare awanti^eh ta wong islamlamun sira bosen urip
• 7. genambulana perajurit ing MajalengkaGajah Sena aran mamiwadiya islam sedayapayo tandhing ayudaayonana budi mamibarenga mara
metshi yen ingsun tadhahi
8. Amir Hasan amapag Ki Gajah Senapayo tandhing padha sijiGajah Sena angucapmating Ki Amir Hasanlamun /117/ arep angayonisira tumbaka
sun-tadhahi jaja mami
9. Amir Hasan anumbak Ki Gajah Senapanumbak^ wadi^ananging datan tumamaAmir Hasan angucapeh peijurit Majapahitsira malesa
anumbak dumateng mami
171
10. Gajah Sena anumbak Ki Amir Hasankena lambung ingkang kwingterus lambung ingkang kananAmir Hasan aniba
tan dangu nulya ngemasiKi Amir Hasan
yudane sampun kecodhi
11. Amir Hamzah amedali bodayudaanempuh ajarak patkang raka Amir Hasanapan sampun perlayaGajah Sena kang nelasiKi Amir Hamzah
jaja bang lir metu geni
12. Amir Hamzah /II8/ apetak oneng payudaneh peijurit Majapahitkebat sira ngucap
lafath kalimah syahadatyen tan ngocap sun-pateniKi Gajah SenaAmir Hamzah den-parani
13. ayuh-yunan Gajah Sena Ian Amir Hamzahtumbak tinumbak wani
apan pedhang-pinedhanggenti gebang-ginebangdatan ana kang kecodhiwatang binuwangagenti keris-kineris
14. Gajah Sena oleh tandhing bodayudapeijurit kang saking Wilisanama Ki Amir Hamzah
kuwel dennya bodayudaden-bithi amales bilhi j
dugang-dinugangpan genti jiwit-jiniwit
172
15. nulya medal Sunan Ngudung neng payudanambakta gegaman sekingmiwah gawa tamtamasami perawdreng /II9/ ranaGajah Sena dipun-byukitamat matiga
Sunan Ngudung kang nelasi
16. pan cinadak Ki Gajah Sena punikaJeng Sunan Ngudung agelisden-seking walikatiratatas terus ing jajatan dangu nulya ngemasiKi Gajah Smiaperjurit ing Majapahit
17. wadiya islam katun tigang dasa gangsalbala kopar dateng malihsangang kethi kathahira
saperaboting wong ngayudakegamanira mirantiwus ayun-ayunan
wong islam datan gumingsir
18. pan terengginas wong islam anulya nerajangdumateng barisan kapisnanging pinara tigasedasa nempuh ing kanankang sedasa nempuh keringkang gangsal welas/120/ anempuh tengah bebaris
19. pepuyengan punggawa ing Majapahittambuh mungsuh tanbuh kanthisamiya tumbak-tinumbak
miwah pedhang-pinedhanglawan konca rejang nekikathah kang pejahkang urip melayu gendering
173
20. RadSn Arya Jambul pan sampun lumajar ^ ,pelayu nira agendering • .<?tan kawarna ing marga
wus dateng ing Majalengka . /melebet ing dalem purisohan sang natamatur nyembah sarwi nangis
21. Gusti kawula kinarya tindhihing yudananging bala sampun etingGajah Sena wus pejahperjurite pan sampun telaskatun kawula ingkang uripenggallumajar * ■ ^ngaturi periksa suwangaji
22. cinari /121 / ta peijurit ing Majalengkakathahe rong puluh kethikang ngiring Ki Gajah Senaperang oneng Tunggaranapunika sami kecodhikatun sedasa
pelayu nira gendering
23. samiya bubar punggawa Majalengkawong islam lajeng sumikirkedel ing wana Kerawangkatun tiyang sawelaskang samiya perwireng juritsamiya rembaganutusan maring suwangaji
24. nulya mangkat marebut ingkang dinutaambekta kang ponang tulislampahira gegacangan
tan kawarna ing marga
Bintara pan sampun parepti
174
katur sang natasurate wong andon jurit
25. wus tinampannuwala ing Kanjeng Sunan^/122/ tnmulya binuka ageUsungele'kang ponang suratgusti kawula dinuta
angenibut si Majapahitwus kalampahan
perang pupuh lawan wong kapir
26. wadiya koparkang pejah tanpa wilangan^wong islam kathah kang matikatun wadiya sawelasdene Ki Amir Hasan
punika pan sampun lalispanuwun kawula
dumateng panduka aji
27. gih paringa kitunan ing wadiya balasumerta peraboting juritdene wong Majalen^abubar saking payudankawula lajeng sumingkir wanten ing|wana'Kerawang ing pernah neki
28. yen sembada kelawan kersa pandukawong kapir sun-pukul malihwus putus ungale'' suratKanjeng Sunan /123/ angendikadumateng rekiyana patihKi Ngabdul Salam
anenggih jejuluk neki
29. Ngabdul Salam jengandika mepek belasumerta peraboting jurit
.5
175
Sunan Ngudung utusan
anuwun bantoning balaAmir Hasan sampun lalisperajurit islmnpan katun sawelas iji
30. sekathahe peijurit ing Majalengkatanpa wilangan kang matikang urip pan samiya bubarmudur saking payudanJeng Sunan Ngudung sumingkironeng Kerawangnanging karsa yuda malih
31. rineksana Ki Patih nabuh tengarabendhene penatang juritbubul kang wadiya tamtamamiwah para punggawa
demang lurah Ian petinggidateng sedayamerabot /124/ sikeping jurit
32. angendika Ki Patih mering Tamtamasumerta perajurit Manterieh ta para punggawasang karsane sang nata
yen sira kinon bantoni ing badayuda 6angerebut si Majapahit
33. nanging Sunan Ngudung sira ulatanaing KcTrawang pemah neki
. apa saing parfiitahamesthi sira anut
Sunan Ngudung senapati*^kang pinercayadumateng panduka aji
34. para punggawa sedaya miwah tamtama
176
matur sendika gusti
kawula mesthi lumampahsaking kersa sang natalpunika pan sampun lami
angsal kawula
kepingin perang Ian wong kapir
35. angendika sang nata mering Ki Patiyapatih ingkang /125/ dhawuhlmanteri miwah tamtama
ika Sunan Mannyorankang dadi tindhihing juritpan kinarya
gentinipun putera neki
36. ingkang nama Amir Hasan wus perlayaGajah Se^na kang matenimangke gumanti kang ramaSunan Mannyoran namanyadipun-dhawuhi Ki Patih Ngabdul Salam kersane pandukaaji*
37. Haji Ngusman jengandika kawula dutadadi tindhihe perajurit
abantoni badayudaamukul ing MajalengkaHaji Ngusman matur agelisinggih sendikagenti malih kang winarni
38. pan kocapa Berawijaya Majalengkangendika dateng Ki Patiheh patih Gajah Madadika enggal utusan
dumateng negara Pengging/126/ Ian Ponaragajengandika kinon bantoni
Ill
39. Gajah Mada tumulya enggal utusandumateng negara Pengging
lawan ing Panaraga
duta pan sampun mangkattan kawarna onBng mergilampahe duta wus perapta negara Pengging'
40. nulya sohan utusan meiing DipatiyaAdiyaningrat ingkang nami
duta tumulya enggalangaturaken nuwalaingkang saking Majapahitsurat tinampan
tumulya binuka agelis
41. tiningalan ijohane' ponang suratungale sejeroning tuliswiyose serat punikakawula atur wuninga
ing negara Majapahitwus kahunggahan
mungsuh saking Bintara iki
42. Yen sembada Ki Dipati Dayaningratenggal jengandika bantoni/127/ ingkang wadiya balawus putus ungele surattumulya utusan angelisnabung tengara
Ian bendhe' penatang jurit
43. samiya parepta punggawa miwah tamtamademang lurah Ian patigiperabote' wong a)mdaKi Dipati angendika
dateng sekeh para manteri5h ta punggawaingsun arep abantoni
178
44. ing negara Majalengka kahawunggahanmungsuh saking Binatara ikisiia padha ngiringa meiing ing lakuning wong'"dumateng ing Majapahitabadayudamapag mungsuh ingkang perepti
45. atuiira dumateng lurah tamtamapan inggih sandika Gustitan dangu anulya mangkatDipati DayaningaitdSn iring punggawa manteiimiwah tamtama
gegamanira miianti
46. tan kawaraa /128/ lampahiia oneng maigaMajapahit sampun paieptiwonten maiih kang kocapaArya Dhadhang Wiuahaningkang wisma oneng Tingkiimiieng kang wartaRahaden Dipati Pengging
47. mangkat yuda abantoni Majalengkasumerta bala peijuritAiya Dhandhang Wurahantumulya anyandhak watangkudane kinon^gambilianitih enggalkuda nira den-jumethi
48. kuda nerap kadiya angin lampahiradatim kawaina ing margaRaden Dhandhang Wurahanwus parepta ing M^alengkaajujidc ing dalem nekiDhandhang Wecananenggih wahu kang naml
179
49. cinarita utusan ing Majalengkakesah mering Panaragidatan kawarna ing /129/ margalampahe ponang utusanwus parepta ing Panaragisohan sang nataBethara Katong kang nami
50. kang dinuta ngaturaken ponang suratingkang saking Majapahitsurat sampun tinampanamulya enggal binukaungale kang ponang tulisngelamat suratkatur dumateng sang aji
51. ingkang nama sang ngaji Bethara Katong 11ing negara Panaragiwiyose surat punikakawula atur wuningaing negara Majapahitwus kahunggahanmungsuh saking Bintara iki
52. wadiya bala ing negara Majalengkakathah kang matidene Ki Gajah Senapan inggih sampun perlayaBethara Katong sun-purih kituna bala^ ̂tamtama kelawan /130/ manteri
53. sang Bethara Katong nulya kitun suratutusan dateng DipatiLuwanu ing wisma nira
duta pan sampun mangkatdatan kawarna ing marga
lampahe dutaLuwanu pat sampun parepti
180
54. nulya sohan duta saking Ponaragadumateng Raden Dipatiangaturaken nuwalaingkang saking Ponaraganuwala tinampan agelisnuwala binuka
ungele kang ponang tulis
55. ingkang surat katur Adipatiyaing Luwanu wisma neki
wiyosipun ponang suratkawula tampi nuwalaingkang saking Majapahiting rama nata
Berawijaya Majapahit
56. kaunggahan mungsuh saking ing BintaraGajah Sena sampun /131/ lalissaking kersa kawula
adhi ingkang lumampah
bantoni ing Majapahitnanging jengandika
datenga ing Panaragi
57. Ki Dipati utusan ngambil kudajaran saking Margawati
jajan biru ulessiratumulya anyandhak warangkudane dipun-titihi
sinabet enggalkena poke konthol neki
58. kuda ngerab lampahe kadiya marutadatan kuwarna ing marga
wus parepta ing Ponaraga
Rahade'n Dipati enggalmelebet ing dalem puripanggih kang rakanulya lenggah tiyang kalih
181
59. sang Bethara Katong anulya ngendikadumateng wahu kang rayiadhi sedhateng dika ^ - -kawula purih lumampah . . .bantoni ing Majapahitanak kawula/132/Bethara Sudira kang nami
60. adhi bekta punika kinarya rejangKi Dipati matur agelisdhuh kakang sumangga kersa ,kawula dermi lumampahkang raka ngendika arisdateng Ki PatiyaJayadarna ingkang nami
61. Jayadarna jengandika amepek balaabantoni MajapahitKi Patih matur sandika
sumerta para punggawa
manteri arya Ian peijuritnabuh tengara
Ian bendhe' penatang jurit
62. samiya parapeta punggawa miwah tamtamademang lurah Ian petinggiseperabote"wong ayudaKi Patih angendikadumateng peijurit
eh ta punggawa
pan sira kinon bantoni
63. bodayuda tetulung ing Majalengka
saking karsane' sang ajidumateng /133/ lurah tamtamasamiya matur sendikasaking kersane Jeng Gusti
kawula lumampah
182
bantoni ing Majapahit
64. riseksana Bethara ICatong ngendikadumateng Raden Dipatiadhi jengandika mangkatlawan Raden Sudira
punggawa bala peijuritjengandika bektaDen Dipati enggal pamit
65. nulya mangkat Dipati lawan Sudiraden-iiing peijurit manterimiwah para tamtama
punika Raden Dipatiyaenggal nitih kang turaginenggih ulesnyajajan biru Margawati
66. Den Sudira anitih kuda pelangkakuda saking Margawatikendera wis binabyaring wingking kelawan ngarsakang bendhe sampun /134/ tinitirnabuh tengara
kendhang gong kelawan beri
67. pan gumuruh" suwarane wadiya balaurake awanti^
pan selur bebongkokan
bangkatan oneng wutatsumerta gawa turagi
ingkang andhonganIan bendhe tinitir-titir
68. tan kewarna lampahira oneng margawus perapta ing Majapahitpepek kang para dipatimanteri demang lawan arya
183
oneng kutha Majapahitsamiya rembaganmapag mungsuh ingkang perapti
69. ganti kocap Sunan man3airan winarnikinarsakaken sang ngaji
dadi tindhihing punggawaabantoni bodayudaangerebut si Majapahitsinungan bala/135/ kathaipun pitung kethi
70. wus pamit Sunan Manyuran punikapamit sampun den-ridhonilawan Sunan Bintara
miwah wali sedaya
Haji Ngusman mangkat agelisanitih kuda
jeragem ingkang turanggi
71. Haji Ngusman den-iring para punggawademang lurah Ian petinggi
miwah para tamtama
wus beber kendera abang
ingkang ngarsa miwah ing wingkingnabuh tengarakendhang gong kelawan beri
72. tan kawarna lampahira oneng margawana Kerawang sampun pareptipinanggih ing senapatiya ISunan Ngudung ingkang namauluk salam nulya linggihenggal rembaganmaju bodayuda malih
73. kawarnaha Ki /136/ Dayaningratpunika amireng warti
184
bala saking Bintara
parepta oneng wana Kerawang
enggal matur maring sang ajiyen mungsuh wus parepta
on^ng Kerawang pernah neki
74. Berawijaya anulya ngendika enggaldumateng para dipatimiwah para sentana
ika padha mapaga
mungsuh sang Bintara ikinanging ki patiya
Gajah Mada tengga purl
75. Gajah Mada punika kang tengga purapunika dipun-kantheni
kaitg nama Lembu Niserayalawan Ki Arya Ningahmanteri kang sepuh peribadiSuwadinira
punika kang tengga puri
76. /137/ mulya mangkat perjurit ing Majalengkatumenggung miwah dipatisarta para tamtama
lawan para punggawaRaden Gugur dadi tindhine 13Ian Pejad TandhaDipati Terung negari
77. perjurite'kang saking Terung negaramung rong ewu sedaya neki
den^ ingkang parwiramung demang tetigaDemang Lawung kang setunggalIan Demang Terasabapunika kang kaping kalih
185
78. lawan Demang Sokadana kaping tigademang tiga punikiangiring Ki Pejad Tandhatumut abodayudapunika ingkang kinathimaring Ki Pejad Tandhaing Terung ingkang negari
79. tan kawama /138/ lampahira oneng margapeijurit ing Majapahitwus parepta ing alas Kerawangbala islam wus katingaltumulya peijurit kapirnabuh tengarakendhang gong kelawan beri
80. sesahuran tengerenira wong islamlawan tengarane wong kapirgong maguru gangsa
tetege kaya butulasubare awanti^
wus ayun-a3mnan
wong islam lawan wong kapir
81. wus pinasang marime wadiya koparjumegur suwara nekiunine ambal^-lan
mariyem lawan melelananging datan angenaniing wadiya islamsaking permaning Yang Widi
82. wadiya islam aneseg/139/ ing wadiya kopar^sigera bedhil-binedhilpanguras lawan sinapannanging perjurit islammerepeki peijurit kapir
186
dadi setunggalpan sengguh-sinengguh wani
83. miwah ana kang suduk ikaana kang bedhil-binedhilIan ana pedhang-pinedhangana kang cuderik-cinudeiikana ingkang seking-sinekingkathah kang pejahsinepak kelawan esthi
84. wadiya kopar pejah tanpa wilanganwadiya islam ingkang matiika amung saleksakelawan pujul sedasatan dangu anulya paraptipunggawa koparinggih gegamanira miranti
85. Amir Hamzah amedali bodayudaamungsuh /140/ perjurit kapirkelawan Sunan Manyuran
wong kapir dateng saleksadSn-amnk tiyang kalihpejah sedayadatan ana ingkang kari
86. Wulung Kembang amedali bodayudamerabot sikeping juritana ing ranaganaambekta gegaman tumbaksumbare ̂ wanti^eh ta wong islamlamun sira bosen urip
87. ayun-ayunan perjurit ing MajalengkaWulung Kembang aran mamilah ta rebuten ingwang
187
wadiya islam sedayatamtama kelawan manteii
barenga maiaamesthi ingsun tadhahi
88. nulya medal Amir Hamzah neng payudanWulung Kembang den-paraniambekta gegaman tumbakpan sampun /141/ ayim-yunanpeijurit islam dan kapirKi Wulung KembangAmir Hamzah den-latari
89. pan ginebang watange Ki Wulung KembangAmir Hamzah males agelisanumbak Ki Wulung Kembangapankenajajanira
Ki Wulung Kembang angemasilelawa nira
peksi dhandhang notholi
188
pupuh ix
dhandhmg
1. kawarnaha ingkang sampun lalisWulung Kembang Tumenggung Berangkalika kapernah ipeneBerawljaya Majalangulelayone sampun cinandhi
wanten malih ipe niranata Majalangukang nama Dhandhang Wecanasampun lenggah tumenggung ing Majapahit
2. Raden Dhandhang Wecana medali/142/ bodayuda oneng ranaganawanti^ sesubare
wong islam rebuten ingsunpeijurite'ing MajapahitDhandhang Wecana aran ingwang
tumbake' den-pikulAmir Hamzah nulya medalbekta tumbak wong kapir dipun-paranitumbak-tinumbak
3. panumbaknya tanana nedhasiwatangira pan samiya bituwang
narik juriga koranetumulya suduk-sinuduk
datan ana ingkang kecodhi
dhuwungira rinangkanan sayah kalihipun'tumulya kedel sarapan
tiyang kalih aneda gadum Ian ranti
tumulya anginum toya
189
4. wus satapan nulya tangkep malihbodayuda Amir Hamzah ̂/143/ Dhandhang Wecana mungsuheJeng Sunan Manyuran muwusneng payudan dipun-tiagalipunika Ki Amir Hamzahpan suduk-sinudiik^^fianging tiyang kaiiyan panyuduknya datan ana kangnadhai^pan sami parwira nira
5. Haji Ngusman nulya amaraniing wong yuda apan sarwi ngocapdhuh biyang kaya perihesateriya kang perang pupuhora patut dipun-tingalikaiiyan mawi jurigapan suduk sinedukananging ingkang peryogakeris siji punika dipun-karonipan ika nyata parwira
6. Amir Hamzah kerise'den-tedhiing Jeng Sunan Manyuran punikatumulya den
LAMPIRAN3
KRITKUS APARATUS
Kritikus Aparatus ini terdiri dari dua bagian, Bagian pertama merupa-kan perbaikan 'gatra' dan pada berdasarkan buku Pathokahing NyekarakehkiiTangan R. Hardjawirogo (liht Bab V, Sub 4). Bagian kedua berupa perban-Hingan beberapa kata bahasa Jawa yang terdapat dalam teks (kelompok A)dengan kata-kata bahasa Jawa masa kini berdasarkan buku Bausastra Jawisusunan WJ.S. Poerwadarminta (kelompok B).
Maksud yang terkandung dalam kelompok B adalah: member! gam-baran tentang perbedaan yang ada antara bahasa Jawa yang terdapat dalamteks dengan bahasa Jawa yang tidak terdapat dalam teks. Di sin! peneliti ti-dak atau belum berani member! kata putus manakah d! antara kata-kata!tu yang lebih benar. Menurut sejarahnya, mungkin kata-kata yang terdapatdalam teks !tu leblh awal darlpada kata-kata yang terdapat dalam kelompokB; atau mungkin pula kata-kata tersebut merupakan kata-kata bahasa JawaPesisiran.
Tanda garis bawah yang terdapat di bawah kata-kata kelompok A merupakan petunjuk bahwa kata-kata tersebut digunakan oleh penulis babad lebih dari satu kali. Kelompok B tidak memerlukan tanda-tanda tersebut. Bagian Pertama.
Pupuh Pertama
1. Menurut tradisi, dalam bagian 'gatra' yang hilang itu dapat ditambahkanperkataan 'asih', sehingga seluruh 'gatra' berbunyi: "ingkang (asih) ingakhmt".
2. 'gatra ini sebenarnya terdiri dari dua gatra', yaitu: sekawan ikaingkang nama Abubakar
3. Perkataan 'sangalas' di sini masuk pada 'gatra' sesudahnya sehingga berbunyi sebagai berikut:
sangalas haiya iku taunipun.'gatra' ini kelebihan empat 'wada'.
4 5 -t- 6. Susunan kata-kata dan hubungan antar 'gatra' di sini kacau sehingga sulit dimengerti maknanya.
191
192
7. 'gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra' yaitu:aksara kathah kang banggakirang den-wuwuhana
8. 'gatra'ini sebenarnya terdiri dari dua'gatra', yaitu:nabi Sis sampun peputerakalih sami jalunipun
'gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.9. 'gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
Sang Yang Wenang atmajaneSang Yang Wening namannira
10. 'gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu :Parikena anama
Manumanawasa sesiwi
'gatra' pertama kekurangan satu 'wanda', sedangkan 'gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'.
11. Bunyi akhir 'gatra' ini seharusnya berbunyi 'a'.12. 'gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu: gatra kedua dan ke-
tiga. Dari 'gatra' ini ada kata-kata yang hilang, sehingga 'gatra' tersebutkalau dipisahkan akan menjadi:
ingkang nama Citerasuma... almajene
atau:
ingkang nama ...Citerasuma atmajane
13. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:wus awor lawan lelembut
kesah saking gunung Kombang
'Gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'. Suara akhir 'gatra' pertama seharusnya berbunyi 'a'.
14. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:anuta ing penggaweneMuhammad nabi wekasan
15. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:sang nata nulya angucaplafat kalimat sahadat
Pupuh Kedua
1. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu;ingkang nama Raden Damar
193
pinayungan tanah Palembang negari2. 'Gatra'imsebenarnyaterdiridaridua'gatra',yaitu:
garwa puteri saking Cinalangkung ayunipun
'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda'3. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannya
beibunyi:langkung teresna dateng puteri saking Cina singgih.
'Gatra' ini kelebihan empat 'wanda'4. 'Gatra' ini sebenamya terdiri dari dua gatra, yaitu;
angendika dateng ingkang puteriArya Damar namane
Baik 'gatra' pertama maupun 'gatra' kedua, keduanya kelebihan satu'wanda'
5. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannyaberbunyi:
wus ketampan Arya Damar enggal pamit
6. 'Gatra' ini sebenamya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:kagungane sang nataperabu Majalangu
'Gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'
7. 'Gatra' ini termasuk 'gatra' sebelumnya, sehinggga keseluruhannya berbunyi :
wangwarattane babar puteri nira'Gatra' ini kelebihan dua 'wanda'.
8. Bunyi akhir 'gatra' ini seharusnya berbunyi 'u'.9. BUnyi akhir 'gatra' ini seharusnya berbunyi 'i'.10. Bunyi akhir 'gatra' ini harusnya berbunyi 'i'.11. 'gatra' ini sebenamya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
Lembu Peteng kelahgkung mirangyen sampun misubur
'gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.12. 'Gatra' ini sebenamya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
anak putu nira
'Gatra' pertama kekurangan satu 'wanda'.
13. 'Gatra' ini sebenamya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:ngulari wadiya utamakang wespada sampun
194
'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda'.14. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.15. 'Gatra' ini merupakan 'gatra' pertama untuk 'pada' yang baru. Oleh pe-
nuUs babad kedua 'pada' itu tidak dipisahkan.16. 'Gatra'ini sebenarnya terdiri dari dua'gatra', yaitu:
deten wisma kula
dhusun Karangjambu TarubBaik 'gatra' pertama maupun kedua, keduanya keduanya kelebihan satu'wanda'.
17. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:sumerta Ian ibunipunjuru sawah kang den-titipi
'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.18. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'u',19. 'Gatra' ini seharusnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu;
Arya Bangah pamit inggaldumateng sang perabu
'Gatra' pertama kelebihan satu "Wanda'.20. 'Gatra' iiri termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannya
berbunyi:oneng Cempa sang perabu wus seda
'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.21. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.
'Gatra' ini kelebihan lima 'wanda'.22.- Gatra ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannya
berbunyi:kang dinuta kinen melebet ing puri
23. 'Gatra ini seharusnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:dinuta dening sang nataperabu Majalangu
Baik 'gatra' pertama maupun 'gatra' kedua, keduanya kelebihan satu'Wanda'.
24. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya:ing panduka rama aji pan sampun lalis
'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.25. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya:
dateng duta ika turena peribadi'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.
195
26. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya:pan gumerah kadiya ombaking jeladeri
'Gatra' ini kelebihan dua 'wanda'.
27. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.28. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.
'Gatra' ini kelebihan empat 'wanda'.29. 'Gatra' ini seharusnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
bahita sampun menengahlelayarane sampun angsal pitung wengi
'Gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'.
30. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'u'.'Gatra' ini kelebihan satu "wanda'
31. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:wus katur dateng sang nataperahu Majalangu
Baik 'gatra' pertama maupun kedua, keduanya kelebihan satu 'wanda'.32. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
ngaturi pirsa wiyoseputeri ayu Conderasatun
'Gatra' kedua kelebihan tiga 'wanda'.33. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
punika anggadhah puterakekalih sami jalu
'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda', sedangkan 'gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'.
34. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'i'.35. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga berbunyi:
angendika duta pinangkannya pudi
36. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga berbunyi:langkung teresna remen dennira hingali
37. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:madhep ngulon bocah tigacangkem^ celatu
'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.
38. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:mara ngucap aja sira cacadya ika nyembah dewane
39. Bunyi akhir 'gatra' ini seharusnya 'u'.
196
40. Bunyi akhir 'gatra' ini seharusnya 1'.41. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu;
amilih daginge amedaambune aperengus
'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda', sedangkan 'gatra' kedua kele-bihan satu 'wanda'.
Pupuh Ketlga
1. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'Gatra', yaitu:punika esteri sedayakang sepah nama Nawangsih
'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.2. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'Gatra', yaitu:
kang penengah namaniraRaden Ayu Nawangsari
3. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:apan dadi garwanira
Raden Ayu Conderawati
'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.4. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
Dewi Irah ingkang namiwan ten malih puterane Tarub wekasan
'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.
5. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:ana dene namannira
. Raden Bagus Ngabdul Qadir6. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
ojare Molana Eshaqadhuh gusti anak mami
7. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:ing Sunan Mangdum punika
tumulya angelaya bumi8. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
eh ajar sun-pureh nambani
anak ingsun Raden Ayu'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda'.
197
9. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannyaberbunyi:
berebes mili sang puteii oneng pungkuran.'Gatra' ini kelebihan empat 'wanda'.
Pupuh Keempat
1. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannyaberbunyi:
oneng wana ing panggonaningkangsepi
2. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:tumulya manggih perabukang layar dumateng Jawa
'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.
3. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannyaberbunyi:
jawab sallam tumulya enggal nakoni'Gatra'ini kelebihan satu'wanda'.
Pupuh Kelima
1. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.2. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
sampun angsal tigang santuntinarima ing Pangeran
3. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:sampun nira lama^Radfii Sahid tamanira
4. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:kadonyan pan sampun mungkurngadhepaken ing akerat
5. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:amulang ngelmu sarengatthareqat haqeqatipun
'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.
198
Pupuh Keenam
1. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya sehingga keseluruhannyaberbun)d:
mandheg mayong lampahipun
Pupuh Ketujuh
1. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'i'.2. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'i'.3. Bun3d akhir 'gatra' seharusnya berbunyi V.4. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.5. 'Gatra' ini sebenamya terdiri dari dua 'gatra'. yaitu:
Gajahmada kang meriksaniing perkara para padu
'Gatra' pertama kelebihan dua 'wanda'.6. 'Gatra' ini sebetulnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
Jeng Sunan Ngudung mesanggerahsumerta pequrit mantri
'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda',7. 'Gatra' ini sebetulnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
ngaturaken kang nuwalamaring peiabu Majapahit
'Gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'
8. 'Gatra' ini sebetulnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:lamun sira bosen urip
wus putus ungeling surat
Pupuh Keddapan
1. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:nulya beber kenderaing ngarsa miwah ing wingking
'Gatra' kedua kelebihan satu 'wanda'.
2. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'i'.
199
3. 'Gatra' ini temiasuk pada 'gatra' sebelumnya, sehingga keseluruhannyaberbunyi:
wus tinampan nuwala ing Kanjeng Sunan4. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya sehingga keseluruhannya
berbunyi:
wadiya kopar kang pejah tanpa wilangan'Gatra' ini kelebihan satu 'wanda'.
5. 'gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:kawula lajeng sumingkirwanten ing wana
6. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:yen sira kinon bantoni
ing bodayuda
7. Bunyi akhir'gatra'seharusnya berbunyi'a'.8. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari tiga 'gatra', yaitu:
dipun-dhawuhi Ki PatihNgabdul Salamkersane panduka aji
'Gatra' kedua dan ketiga kelebihan satu 'wanda'.9. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
lampahe dutawus perapta.negara Pengging
'Gatra' kedua kelebihan dua 'wanda'.
10. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:sira padha ngiringamering ing lakuning wong
'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.
11. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'a'.12. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
Bathara Katong sun-purih
kituna bala
13. Bunyi akhir 'gatra' seharusnya berbunyi 'i'.14. 'Gatra' ini termasuk pada 'gatra' sebelumnya sehingga keseluruhannya
berbunyi:wadiya islam aneseg ing wadiya kopar
'Gatra' ini kelebihan dua 'wanda'
200
Pupuh Kesembilan
1. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra'. yaitu:dhuwungipun rinangkonansayah kalihipun
'Gatra' pertama kelebihan satu 'wanda'.2. 'Gatra' ini sebenarnya terdiri dari dua 'gatra', yaitu:
ananging tiyang kaliyanpangamuknya datan ana kang nadhahi
Bagian Kedua
A
amimiti (Ll.l.)anebut (1.1.2)bari (1.4.2)barini (1.4.3.)yudud (1.4.3.)ngadal (1.4.4)pespada (1.5.6)wanten (1.6.1)asewini (1.7.2)benthara (1.27.1)wesm (1.27.5)gelingtosan (1.27.7)kawarnahan (2.1.1)kimawon (2.7.3)satun (2.10.4)selari (2.13.3)
mirang (2.13.3)namanira (2.16.2)lumapah (2.17.8)tinari^ (2.18.5)mila (2.19.3)mtera{lA9.6)permila (2.20.5)pudhut (2.24.5)
B
amiwiti
anyebutbare
udud
wespada/waspadawonten
asesiwi
bethara
wisnu
gilingtosankawarnaha
kimawon
santun
wirang
nama nira
lumampah
nielu
netra
pramilapundhut .
201
B
neneng (2.26.1) aneng
gawake (2.26.3) gawok
amudhut (2.27.3) amundhut
^gkal (2.27.6) enggal
tulen (2.28.9) kilen
ngawahi (2.29.5) ngayahi
nuwala (2.32.8) ngayahi
nuwala (2.32.8) nawala
pengage (2,33.8) pengangge
kelang (2.36.4) gelang
nagis (2.38.8) nangis
kaluta^ (2.43.6) kalunta-lunta
bukar (2.44.7) bongkar
dorung (2.45.1) durung
rinapas (2.45.8) rinampas
mahara (2.45.3) maharaja
ngerdateh (2.50.5) ngerdatin
mo^ tane (2.52.3) momotane
kang (2.53.1) Ian
peryuka (2.53.2) prayuga
pudi (2.53.10) pundi
nupmg{2,SSA) numpang
bulu pethi (2.56.9) bulu bekti
kajeng tuwan (2.58.8) kanjeng tuwanmaringe (2.60.5) maringi
wiwidi (2.61.1) widi
angabung (2.61.9) angambungdatenge (2.63.1) datengi
ameda (2.63.6) amenda
werakil (3;2.4) weragil
ngiripani (3.6.5) ngideni
matuk (3.6.6) mantuk
tuwen (3.7.8) tuwin
nenadur (3,11.6) nenandur
akeran (3.15.5) -
jinujung (3.18.7) jinunjung
202
amung (3.19.3) namung
belabangan (3.24.3) belambanganpirya (3.24.9) priyanopal (3.25.8) numpang
menggah (3.26.9) niinggahanupang (3.27.7) anumpang
meksi (3.30.7) maksih
ngesterini (3.32.2) ngestreningedul (3.33.2) ngidulkaciting (3.34.3)
-
sayoberabingsun (3.36.6) sayembara ingsunpaEng (3.37.1) -
bejing (3.37.2) benjingpujuke (3.37.6) pucukesepalah (3.37.8) sepuluhngabung (3.38.4) ngatnbungcengku (3.38.4)
-
ngake (3.38.6) ngangge'waged (3.38.6) saged
luhure (3.39.6) dhuwure
pure^h (3.40.5) purih
mering QAl A) mating
pejah (3.41.7) pecah
gajaran (3.41.8) ganjaranwulya (3.42.5) waluyadadang (3.42.9) dadal
peryugi (3.44.7) prayogi
delenge (4.3.1) -
daning (4.3.2) deningkinadhut (4.3.3) kinandhut
werih (4.4.7) warih
rebut (4.5.2) ribut
ico (4.7.7) eco
tumibal (4.9.7) tumimbal
kantos (4.11.4) ngantos
sinusuwinan (4.11.1) sinusunan
werta (4.13.2) wart a
203
A B
dhewek (4.17.4) dtiewe
katun (4.17.5) kantun
juran (4.18.3) jurang
parsisiran (4.18.5) pasisiran
ngeripani (4.19.2) —
jakar (4.19.3) jangkar
seketera (3.19.4) —
wadene (4.23.1) wandene
gi (4.26.4) gib
jmujung (4.26.6) jinunjung
berongsta (4.27.7) beronta
siten (5.7.6) sinten
ekalasha (5.10.7) eklas
winalang (5.11.1) winulang
rejange (5.11.3) rencange
nedera'(5.13.4) nendra
ruhung (5.20.6) rukuk
ampayan (5.25.6) ampeyan
tinigal (5.20.5) tininggal
rakilipun (5.35.6) ragilipun
pembateke (5.40.3) pembajenge
wunten (5.41.1) wonten
pahung (5.42.1) paku
pinujul (5.43.6) pinunjul
ngampel (5.44.7) ngampil
kadhing (5.47.1) gadhing
jab (5.49.5) jaba
kedel (5.50.5) kendel
santayan (5.52.5) -
penthi (5.54.6) petlii
nyekemi (5.62.5) nyungkemi
sedhara (5.65.2) sedherek
werta (5.63.2) wasta
winalang (5.66.1) winulang
jungkung (5.68.5) jukung
kinathi (6.) kinanthi
gegacangan (6.2.6) gegancangan
204
A B
alapah (6.3.2) alampahsohan{63A) sowan
ngawusira (6.5.1) -
wadeten (6.6.1) wadene'
wastan (6.6.1) wasta
bangon (6.9.5) bangun
oning{6A63) aneng
r&ang (6.17.4) rencang
pinaci (6.21.6) -
ambetur (6.22.3) ambentur
adhedhekoh (6.27.3) adhedhukuh
amisu (6.28.2) amesu
sateri (6.29.6) santeri
kapokan (7.2.3) -
kupule (7.2.4) kumpule'tapa (7.3.7) tampa
uneng (7.8.2) uninga
pertikah (7.9.6) pratingkah
tangala (7.9.9) ta'ala
ngagoha (7.10.8) nganggoha
sekeh (7.16.8) sakeh
siten (7.18.5) sinten
sampu (7.23.7) sampun
mrentah (7.24.8) mrentah
mireti (7.28.5) miranti
angago (7.28.7) anganggo
binsatara (7.36.7) bintara
mudur (7.38.9) mundur
ajujuk (8.1.4) anjujukkendera (8.2.4) gend^ranebut (8.2.5) nabuh
angsuhken (8.3.6) —
amabantoni (8.3.7) ambantoni
bfledhil (8.4.2) binedhil
anesug (8.4.4) angesuk
badayuda (8.6.1) bandayuda
amudhi (8.6.3) amundi
205
A B
genambulana (8.7.1) —
wadi2 (8.9.1) wedi-wedi
anempun (8.11.2) -
apetak (8.12.1) -
tamat matiga (8.15.8) -
katun (8.17.1) kantun
kegamanira (8.17.5) gegamanira
etmg{%2\2) -
suwang (8.21.7) sowan
sumikir (8.23.2) sumingkir
kedel (8.23.3) kendel
marebut (8.24.1) malebet
gegacangan (8.24.5) gegancangan
pemtang{%3\2) penantang
abantoni (8.37.3) ambantoni
panang (8.41.1) ponang
ijohan (8.41.1) -
patigi (8.43.2) petinggi
sekeh (8.43.5) sakeh
kahunggahan (8.44.1) -
binatara (8.44.1) bintara
jumethi (8.47.7) cumethi
ajujuk (8.48.5) anjujuk
kituna (8.52.6) kintuna
kitun (8.53.1) kintun
pat (8.53.7) pan
patiya (8.60.6) patihnya
turagi (8.65.5) turanggi
kendera (8.66.3) gendera
selur (8.67.3) -
wutat (8.67.4) wuntat
andhongan (8.67.6) -
pepek (8.68.3) pepak
jeragem (8.70.7) —
jeragem (8.70.7) —
pejad (8.76.6) pecat
pejat (8.78.3)perwira (8.77.3)subare (8.80.5)marime (8.81.1)cuderik (8.83.4)sesubarane (9.2.3)bituwang (9.3.2)korane (9.3.3)kedel (9.3.7)pariwiranira (9.4.9)perihe (9.5.3)juriga (9.5.6)katos (9.7.3)
206
B
pecat
prawira
sumbare
tnariyeme
cxinderik
sesumbaran^
karone
kendel
prawira nira
kepriye
curiga
ngantos
LAMPIRAN 4
TERJEMAHAN KUTIPAN.
1. penulis memohonmaaf yang sebesar-besarnyakepada para pembaca
2. memuji nabi Muhammaddan sanak warganya
sahabat yang empat yaitu AbubakarNgumar, Ngusman yang ketigakeempat Ngali Murtala
3. Aku mulai (menulis) dengan memuji(dan) menyebut;nama Tuhan (1.1.1-2)sesudah memuji Tuhan (1.2.1)
4. penulisan (naskah ini) dimulaipada hari Sabtu ;'pasarari'Pon .Hi;'-,bulan Ruwah
tanggal kedua puluh empattahun
Sembilan belas
5. Lembu Peteng kemudian menyembahmenyerahkan jiwa raganya
(dan) ingin mengabdiKi Tarub tersenyum
Lembu Peteng diperhatikanmatanya tampak bercahaya/27/ memancarkan kerahasiaan(jelas) anak ini keturunan rajakemudian Ki Tarub bertanya setengah berbisikanakku, aku bertanya kepadamudari mana asalmu
dan anak siapa?Lembu Peteng segera menjawabaduh Tuhan hamba ini adalah
anak Bok Wandhan Kuning.
207
208
Bab IV
1. Bab pemakaian 'basa' di dalam 'tembang' diharapkan dapat memenuhiketentuan yang berlaku, jika 'krama' selanjutnya 'krama' saja, tetapi ji-ka 'ngoko', selanjutnya terus 'ngoko'.
2. Meskipun di atas telah dijelaskan perihal pemakaian 'basa' krama dan'basa ngoko', tetapi apabila terpaksa harus menyalahi aturan, umpama'ngoko' diselingi 'krama', atau 'krama' diseUngi 'ngoko', boieh saja, tetapi penembang wajib mengetahui tentang 'undha usuk' bahasa. . .
3. adalah ceritera
menceiiterakan yang kuna-kunadari keturunan Adam
ada yang jadi nabiadayangjadi waliada yang jadi guru dan ratuada pula yang jadi kuli (1.6)
4. ayahandanya bicara kasarhai, Ratna Kesuma
kau menyukai adikmu sendirisi Rahaden Suruh (1.43)
5. sang perabu bertanya segerakepada Ibrahim Asmara'Derwis' siapa namamudan apa maksud kedatanganmu (1.54)kau menghadap kepadakuadakah sesuatu yang amat penting (1.55)
6. berkatalah raja Majapahitkepada sang permaisuriapa yang adinda susahkanmengapa bergulung-gulungmenggeleser di tanah
Berawijaya pelan berkata (2.40)siapa gerangan memberi tahu adinda(bahwa) ayahanda raja mangkatsebab tak ada surat
yang sampai kepadaku (2.41)
209
7. sang raja lalu berkatakepada parabupatisemua, jadilah saksitentang sayembarakusiapa yang bisa menyembuhkananakgadisku
(cUa) jadflah jojohnya (3,36)kuangkat di Belambanganmenjadi perabu 'anu' kelak (3.37)
8. berkatalah sang raja kepada patihnya (3.38)patih, panggillahajar yang tinggal di gunung (3.39)raja pelan berkatakepada Kiyahi PatihGajah Senahe, Ki Patih Gajah Senalihatlah ada musuh datang
dari Demak si Patah yang menantang (7.37)9. bertanyalah Ki Tarub sambil berbisik
anakku, aku bertanya
dari manakah asalmu
dan putra siapa? (7.38)10. berkata Molana Ishaq, aduh anakku
bapakmu adalah adikkudi Campa nama Ibrahim (3.30)Molana Ishaq berkatakepada Raden Rahmatwahai anakku
kau kunamai
Sunan Mangdumadapun Sunan ituberarti disembah oleh para prajuritMangdum berartiyang mengislamkan tanah Jawa (3.31)
11. Kanjeng Sunan Ngampel Dentalalu menjawab salamdan segera menanyaiaduh aku ikut
210
bertanyadarimana dan siapa nama saudaratamu memberi tabu tentang kedatangannya (4.22)
12. ibunya lembut berkataaduh anakku sayangtidak salah berlta itu
yaitu wall Allah
bernama Raden Rahmat
bergelar Jeng Sunan Mangdumbertempat tinggal di Ngampel Denta (5.44)
13. Raden Husen segera berkatakepada kakaknyawahai, kakanda
bagaimanapun mengabdi Kanjeng Sunandi desa Ngampel Dentamenimba ilmunyaberibadah pun sudah cukup 9(5.69)tetapi menurut pendapatkumarl kita mengabdikepada /90/ sang perabu Berawijayadi Majalangu
memperlihatkan kepandaianbarangkali dikemudian haribisa membuat kakanda mulya (5.70)
14. adapun isi surat ituhai perabu Majapahitjika kau benar-benar jantanmari kita perang tandingadapun namakuJeng Sunan Ngudungmenurut Sunan Bintara
agar merusak'Majapahithai seluruh / 114/ perajurit Majalengka (7.36)hadanglah di Tunggaranajika kalian bosan hidup (7.37)
15. di medan perangsaling menantanghai orang-orang islam
211
jika kalian bosan hidup (8.6) . ~lawanlah perajurit Majalengka • ^ ■aku G^ah Sena ■ ^bala tentera islam - ■'mari berperang . ^ ■
tandingi aku - c ' >,semuf maju • ■ •
pasti kubasmi (8.7)16. KanjengSunan/123/berkata
kepadaPatih
Ki Ngabdul Salamnamanya (8.28)Ngabdul Salam siapkan bala tentaradan segala alat perangSunan Ngudung suruhan .
minta bantuan prajuritAmir Hasan telah gugur
prajurit islamsisa sebelas.orang (8.29)
17. berkata Ki Patih kepada tamtamadan para menterihai para'punggawa'menurut kehendak rajakalian wajib berperangmerebut Majapahit (8.32)
18. Ki Adipati berkatakepada semua menteri " ! uj k iiMi ii".
wahai 'punggawa'aku ingin bantu (8.45) jdi negeri Majalengka kedatangan ciSqmusuh dari Bintara .
kamu sekalian mari ikuti akuke Majapahitberperang
mencegat musuh yang datang (8.44)19. terberita Rahaden Suruh
bicara kepada ayahandanya (1.41)
"iS'J 'K
212
aduh ayah, bagaimanakakanda Ratna Kesuma
jelek kelakuannyasukakepadakutapi aku mau (1.42)
20. Ibrahim segera menjawabya tuan, nama hambaSayid Ibrahim Asmaraadapun kedatangan hambaingin mengajak sang perabu (1.55)menganut agama sudsareat nabi Muhammad
mengucap dua kalimahanla ilaha /17/ ilia ialahMuhammad rasulullah
itu lafalnyarukim agama islam (1.56)menyembah dan memujikepada Allah taalapengikut Muhammad nabi terakhirjangan menyembah berhalaitu agama kafirmenyembah dan memuji berhala (1.57)
21. Lembu Peteng segera berkataya tuan adapun hamba inianak bok Wandan Kuning
rumah hamba di desa Kerangjambu T arubsang perabu Campa berkata (2.31)mengapa aku tak memberi tahukepada kakanda perabu Berawijayasebab aku merasa
aku lebih rendah
kakanda perabu Majapahitadalah maharaja
memeiintah sesama raja
kalaupun aku berkirim suratkepada perabu Majapahitsungguh tidak /33/ pantas (2.32)
213
22. memberi tahu sambil menyembahArya Bangan kepada rajaya tuan hamba diutus (2.33)hamba diutus sang perabutanpahasil(sebab) /34/ putri Conderawulansudah punya suamidikawin keturunan Kanjeng Nabibernama Ibrahim Asmara
sudah berputra tiga orang (2.34)23. berkatalah permaisuri
kepada sang perabuhamba bersedih sebab ayahandadi Campa sudah mangkat (2.40)
24. Raden Rahmat segera berkatakepada tamu yang datangdi tanah Jawa ini
orang-orang masih kapirhambalah yang memulai memeluk islam di Jawa (3.38)
25. Patih Belambangan menyembahlalu berkata kepada sang perabuada seorang ajar
di puncak gunung Selangutak sama dengan kebanyakan ajarsegaia tingkahnya leqihagamanya pun berbeda dengan ajar umumnya (3.37)
26. nahkoda segera berkataini penemuan hambadi laut terbawa ombak
pelabuhan Belambanganterapung di dalam peti (4.9)
27. tamu berkata terus terangnama hamba Ngabdul Kadir (4.22)adapun adik hamba ininamanya Dewi Sarah(dan) ayah hambabernama Molana Ishak
di negeri Pasei ,
214
sekarang sudah pulang ke rahmatulahketika hidup beipesan (4.23)
28. Jeng Sunan segera menjawabsalam tamu yang datangJeng Sunan segera ke luarsahabat, aku bertanyasiapa nama
/73/ dan dari mana asalnya (5.7)Sunan lalu berkata
wahai sahabatku
jika ilmu tidak diamalkantak ada manfaatnya (5.9)
29. Raden Paku pelan berkatakepada ibunyabeglni katanyaibu hamba dengar kabarbahwa di Surabaya
ada ulama tersohor
nama Sunan wall Allah (5.43)30. Sunan Giri berkata
kepada para walltak ada yang patutmenjadi kalifah agama
hanya Sunan Demakcocok menjadi perabusaksikanlah
Sunan Demak dinobatkan menjadi raja (7.15)31. para punggawa dan tamtama
berkata serentak
sesuai kehendak rajakami mesti berangkatini memang telah lama
kami impi-impiingin berperang melawan orang kapir (8.34)
32. kata penunggang kudahamba orang Majapahitlurah desa Cakar Ayamberburu kijang dan kancil
215
atas perintah Seri MaharajaBerawijaya Majapahit (7.33)
33. Surat dikirim kepada adipatidiLuwanu
adapun isi suratkakanda terirna surat
dariramanda
Berawijaya Majapahit (8.55)kedatangan musuh dari BintaraGajah Sena gugurmenurut hemat kakanda
adirida berangkatmembantu Majapahit
tetapi sihggahlahadinda diPonofoga dulu (9.56)
34. maksud surat ini
aku memberi tahu
bahwa diMajapahit"telah kedatangan
musuh dari Bintara'(8.5I)prajurit Majapahitbanyak yang gugurdan Ki Gajah Senajuga telah gugurBethara Katong kuminta
mengirim bantuan tamtama /130/ dan materi (8.52)35. aku mulai memuji
menyebut nama (Hyang) Sukmayang mahamurah di duniayang mahaasih di akheratabadi mahabesar
menganugrahi kasih sayangmengampuhi dosa-dokaSesudahnya memuji Ijang Widiliiemuji iiabi Moeh^mad,dengan sahabat-sahabatnyayang tielah disudkanyang dianugerahi
216
36.
38.
dan para pengikutkepada nabi Moehammad
Serat Menak Kartasura
1.1 aku mulai memujl1.2 menyebut nama
(Hyang) Sukma1.3 yang mahamurah di du-
nia
1.6
2.1
yang mahaasih di ake-rat
menganugerahi kasihsayang
mengampuni dosa-dosasesudah memuji IjangWidi
rmmuji nabi Moehammad 2.2dengan sahabat-sahabat- 23nya.
di hari Saptu ini (1.3.2)yang menulis bemama Marsuf (1.3.8)jangan membaca (sambil) 'ngadal' (1.4.4)ada yang menjadi nabi (1.6.4)berganti yang diceriterakan (1.25.1)ada lagi putranya (1.413)yang bernama Lembu Peteng (2.24.2)manteri yang menunggang kuda (7.32.6)telah selesai sholatnya (3.29.3)
39. Berputra : nabi Muhammad berputra (1.21.1)
37.
1.4
1.5
1.6
2.1
2.2
2.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
1.5. menganu
mengam
BDP
1.1 aku mulai memuji1.2 menyebut Yang Suksma
1.3 yang mahamurah
1.4. yang (...) di akerat
gerahi kasfli sayang
puni orang yang berdosasesudah memuji Yang Widi
memuji nabi Muhammaddengan sahabat-sahabatnya
menulis
lakidaki
tetapidiceriterakan
perempuan
man
sanggama
ya
lagisembuh
yang menulis masih bodoh (1.5.6)kedua anaknya laki-laki (2.3.3)tetapi sudah banyak kawannya (6.23.4)ada diceriterakan (sebuah) ceritera (1.6.1)anak yang tua perempuan (2.15)tak mau memangku jabatan (pemerintahan) (2.2.2)jangan sampdi kausan^amai (2.6.8)ya, sudah berangkat Arya Damar (2.8.1)lagi ceritera tentang sang putri (2.11.1)sakitnya tak bisa sembuh (2.11.10)
217
prajuritmata
ragu-ragu
tuah
menyembahapa
jalwpakaianpenghasUantumenggung
bagusjodohgunung
aku
aku
maha
ya
samudera
air
semua
rumah
perahupelankepandaiantidur
hati
nya
berkata
di
rajarajamenikah
lalu
maniisia
punggawa
perang
sudah memberi tahu kepada prajurit utama (2.17.6)tampak dm cahaya matanya (2.19.6)anakku jangan kau ragu-ragu (2.21.6)menurut kehendak tuan (2.22.6)semuanya menyembah {2.30.4)apa yang menyebabkan susah (2.40.3)tak terceriterakan di jalan (2.47.4)yang bagus pakai^nya (2.5 32) ;yang menyerahkan penghasilan (2,56.9)tumenggung dan bupati (3.7.3 )anak laki-laki yang bagus (3.19.4)semoga ini menjadi jodohiiy a (3,36.9)di atas gunung Selangu (3.39.6)^ -jika sembuh anakku (3.41.1)kepada anak putriku (3.41.5)Allah yang mahasuei (3.44.8)ya ini anak putriku (4.3.2)lalu dibuang ke samudera (4.4.4)air mengalir sangat deras (4.4.7)semua wali mengiringkan (4.16.3)
tak terceritakan di jalan (4.8.8)di rumahnya Molanalah meninggal dunia (4.15.2)nakhoda sudah siap di perahuRaden Patah pelan berkata (5.71.1)melihat kepandaian (nya) (5.70.5)malam harinya tanpa tidur (5.16.5)I^den Husen bicara dalam hati (5.68.2)kepada adiknya (5.71.2)Raden Patah pelan berkata (5.71.1)telahjauh dijalaninya (6.2.4)kemudian menghadap raja (6.3.4)raja Berawijaya (6.2.5)ini menikah (6.8.3)Raden Patah lalu mau .., (6.9.1)melatih (jiwa) raganya (6.9.6)tingkah laku semua manusia (7.9.1)para punggawa sudah lengkap (720.3)akan pergi berperang (7.28.3)
218
tamtama tamtama prajurit manteri (7.29.8)kuda mantri yang menunggang kuda (7.32.6)surat surat penantang perang (7.32.4)jalan ada di jalan (8.6.4)maju maju perang (9.1.10)keiis dengan menggunakan keris (9.5.6)kalah sudah kalah perangnya (8.10.7)
40^ Raden Ngadnan berpura (1.15.6)jangan membaca /3/ sambil merokok jangan-jangan terbakar (1.4.3)anak Raden Najar (1.16.3)yang tua itulah anak laki-lakinya (2.3.9)putra dari sang perabu (5.53.4)serta membawa parameswari (2.8.4)kata para cerdik pandai (2.11.5)Lembu Peteng menurut apa kehendak sang pendeta (2.24.9)masuk ke dalam istana (7.34.6)masuk ke dalam istana (8.20.5)perahu pecah di tengah laut (2.49.1)jangan kau mencela, dia sedang menyembah dewanya (2.62.2)senja matahari hampir tenggelam (3.38.1)cahayanya kuning (7.3.4)aliran air sangat deras (4.4.7)kepada perabu Berawijaya (5.70.4)Sunan Ngudunglpanglimanya (7.18.9)hai lurah engkau kuutus (7.33.9)yang bernama Amir Hasan telah gugur (8.36.1)segera mengendarai kuda (8.65.5)
41. kepada'soyabera'ku (3.36.6)
sudah sampai di Jepara (7.11.8)tamtama prajurit mantri (7.29.8)lari kuda seperti angin (8.58.1)kepada Raden Dipati (8.54.2)
42. masjid tempat ibadah (1.60.7)telah tamat kitab dan Qur'an (1.64.2)uraian dan tafsirnya (1.64.3)tuan masih kafir (3.30.7)yang mengislamkan tanah Jawa (3.31.9)
219
pantas menerima pangkat wali Allah (5.24.4)sedang sholat asar (3.28.3)dan yang makmum (3.28.5)sholat fardlu sunat tak pernah lupa (3.33.8)menyerahkan diri kepada Tuhan dan syukur (3.34.6)mengajar ilmu agama Islam (4.14.4)jalan harus ditempuh dan kebenaran sejati (4.14.5)memerintah wall pengganti (4.14.6)wall utama dan wall pengganti (4.15.4)para ulama dan mukmin tasawuf (4.15.5)gemuruh membaca selawat (4.16.4)dan ada yang membaca tasbeh dan pujian (4.16.5)ada yang meng-Esa-kan Tuhan (4.16.7)apaiagi mengajar ilmu batin (4.24.7)mengingat hail kemudian (4.27.6)dalam ucapan dengan maknanya (5.11.7)ada ulama pendeta (5.42.4)lalu diajar ilmu suluki(5.59.6)dalam ilmu naqso bandiyah (5.59,7)keturunan rasulullah (5.5.2)yang seorang bernama Sayid Maksim (5.5.4)yang ketiga bernama Halifah Husen (5.5.6)siang malam bersujud (5.20.6)menghindari haram dan makeruh (5.2^.6)menjadi yang dipercayai (5.27.2)menghadapkan diri kepada Tuhan (5.28.7)yang belajar mengkaji Qur'an (5.40.4)tetapi Tuhan bersama (7.4.5)ilmu junum berarti (7.5.1)adapun sifat rahman rohim (7.5.4)ya diberi rejeki (7.5.8)dan /lOl/ besuk di jaman akhir (7.6.4)di dunia telah tampak (7.6.5)memperoleh rahmat dari Tuhan (7.6.9)tidak gila zawal ngakal {1.13)hanya satu ujudnya (7.7.6)masih mengkaji wakdal tauhid (7.1.4)dan ilmu pokok-pokok agama (7.1.5)
220
dan mengaji ilmu makripat (7.1.7)di dalam kalimat takbir (7.2.5)bersemedi memuji Tuhan Yang Agung (7.2.6)awal orang mengembara (7.4.2)kepada Allah taala (7.8.3)memiliki sifat qodir (7.9.8)membuang kemegahan diri dan kesombongan (7.10.3)mendengarkan hal-hal yang jahat dan takabur (7.10.4)hati was^was dan kikir (7.10.5)sink berganda dan dengki (7.10.6)itu sifat terdahulu dan abadi (7.12.7)keadaan lahir dan batin (7.12.8)para wali berdatangan (7.13.3)perang sabil adalah suatu kewajiban (7.17.2)dan hadis Kanjeng Nabi (7.17.4)memakai pakaian keramat (7.28.7)mendesaktentara kapir (8.4.4)bismiliahirrohmanirrohim
anla ilaha illah lallah (1.56.4)
ini agama kafir (1.57.5)sang perabu lalu mengucap lafat kalimat sahadat (1.58.4)derwwis siapa namamu (1.54.6)
43. dibuang di pulau Onderus (1.46.6)diambfl anak oleh raja Englan (1.46.7)di negeri Englan dan Paresman (1.47.2)dan negeri Sepanyol (1.47.3)putera Cempa menaiki perahu (2.51.5)
221
Bab V
1. Aku mulai (menulis) memujimenyebut nama Tuhanyang mahamurah di duniayang mahaasih diakheratyang selalu dipujimenganugerahi kasih sayangmengampuni yang berdosa
2. aku mulai (menulis) meipujimenyebut nama (hy^g) suksmayang mahamurah di duniayang mahaadh di akheiatyang selalu dipujiyang memelihara alamyang mengasihi Nabi Moehammad
3. Aku mulai (menulis) memujimenyebut nama Tuhanyang memberi kemurahan di duniayang mahaasih di akeratyang selalu dipujimenganugerahi kasih sayangmengampuni orang yang berdosa
4. Aijuna berputraAbimanyu namanyaAbimanyu berputraPerikesit namanya
Parikesit berputraUdayana namanya (1.32)terceriterakan lag! Ngabdul Kadirdia sudah kawin
dengan Ni Dewi IsahputeraSunan Jakandarsetelah bertahun-tahun
Ngabdul Kadir yang tinggaldi Cirebon menjadi imam (5.1)
5. tak diceriterakan dulu tentang raja Majapahitterceritera raja di Cempa (1.50.1) dan 2)
222
ada yang diceriterakan lagj (1.53.1) ,•adapun tadi ceritera tentang sang puteri (2.11.1)diceriterakan lagi tentang sang perabu (2.11.4) .ada lagi yang diceriterakan (3.5.3) "' ^ada lagi yang diceriterakan (5.41.1)ceritera (yang terdahulu) tak diceriterakan duludiceriterakan lagi tentang Sunan Ngampel (6.7.1 dan 2)beralih kepada ceritera yang lainterceritera Raden Amir Hasan (6.24.6)
6. Ibrahim segera berkata
ya tuan, adapun nama hambaSayid Ibrahim Asmara
kedatangan hamba kemariingin mengajak sang perabu (1.55)menganut agama sucisariat nabi Muhammad . , ; j,mengucap dua kalimat ' ,anla ilaha/17/ilia lallahMuhammad RasuluUah
begitulah lafatnyarukun agama Islam (1.56)menyembah dan memuji
kepada Allah taala
turutlah ajaran Muhammad nabi terakhirjangan menyembah berhala
itu agama kafir
menyembah dan memuji berhala (1.57)7. terceritera Ngabdul Jalil
putera Sunan Gunung Jatidia tak mau kawin
masih mengkaji wahdah tauhid
'dan ilmu usuluddin
dan mengkaji ilmu makripatdan mengkaji ilmu sufipengajarnya Kanjeng Sunan Ngampel Denta (7.1)wahdah tauhid artinya
menyatukan ciptaan dengan penciptabersatu tanpa bersinggungan
223
tapi kumpul menjadi satudi dalam kalimah takbir
bersetnedi memuji Tuhan
tiada ciptaan dan pencipta
menjadi satunya papandengan tulisanseumpama emas bercampur tembaga (7.2)
telah hilang wujud tembagahanya tinggal wujud emasakan tetapi yang tampakyaitu cahaya emas saja
tetapi hati-hatilah kau
perumpamaan /lOO/ seperti itujangan salah tafsirjangan sampai terkecoh
agar iinanmu tetap selamat (7.3)usuluddin artinya
awal orang musfir
musafir berarti
hidup menurut kehendak Tuhan
tetapi Tuhan selalu menyertai
peijalanan hidup ciptaan-Nya
tanpa pisahciptaan dan pencipta
seumpama manusia dengan bayangannya (7.4)ilmujunum artinyaciptaan ingat akan dirinyaterbenam dalam kebaikan Tuhan
adapun sifat rohman rohim
rohman berarti
memberi tanpa dimintasemua yang bernyawaibeii rejeki
sesuai dengan kebutuhan (7.5)sifat rohim berarti
Tuhan maha pengasihkasih terhadap manusia
yaitu /lOl/ padajaman akhirdi dunia sudah tampak
224
kasih Tuhan
kepada semua ciptaannyayaiig memiliki iman sejatidianugerahi Tuhan (7.6)tergila-gilanya manusiakepada yang mahasucitidak gila zawal akaltapi gila memikir duniakepada yang mahasucihanya satu wujudnyatetapi tingkah lakumanusia pasti
sejalan dengan Tuhan (7.7)ilmu makripat berarti
jika kau gandrungkepada Allah taalalihatlah dirimu
bisa tampak pribadimudan tak dapat berkata
kedua matamu tak melihat
lalu badanmu /102/ tak dapat bergerak (7.8)segala tingkah manusiaberkata dan melihat
itu karya Tuhan
manusia tinggal menerlmatetapi tak memiliki kekuatanpolah tingkah manusiahanya Tuhan yang mahamulyamemiliki sifat qodiritulah wujud Allah taala (7.9)ilmu sufi berartipembersih hati
membuang kemegahan diri dan kesombongandan sumagah dengan kibirifat was-was dan kikir
sirik kafi dan hasud
buanglah semuanya
pakailah hati yang beningsabar tawakal kepada Tuhan (7.10)
225
8. Molana lari terbirit-biritmasuk hutan naik gunungistrinya ditiiiggal (dalam keadaan) hainil (3.46)
9. yaanakkuQmu tanpa amaltiada berguna (5.9)
10. Sunan Demak berkatakepada para wallkawan-kawan mari kita berunding (7.16)berdirinya agama islamwajib perang sabiltelah tercantum dalam Qur'andan dalam Hadis nabi
mari kita berundinguntuk merebut Majapahityang kaliwat kafirtak menganut agama sudpara wali berunding (7,17)
11. adapun Raden Ibrahonputra kanjeng Sunandi desa Ngampel Dentadiamenikah
dengan Dewi Irahanak Ki Jakandar
lama-lama berputra (5.21)putra Raden Ibrahimperempuan hanya satuNi Dewi Rahil namanya
Ibrahim berkewajibanmenjadi imam di Lasem dan Tubandi Bonang /77/ tempat diamnyakemudian bertapa (5.22)Raden Ibrahim bertapa
di gunung Gadhingdengan tekuntiada makan tiada tidur
membuang hawa nsipsumenyingkiri haram dan makeruh
226
fardlu sunah tak tampak (5.23)
telah tiga bulan lamanya
tap a Raden Ibrahim
diterima oleh Tuhan
dianugerahiderajat waliyullahnamanya Kanjeng Sunan Bonangbanyak penduduk yang mengikutiberbakti kepada Tuhan (5.24)
12. berkata raja Majapahitkepada permaisuriapa yang adinda susahkan
menggelesar di tanahberkatalah permaisurikepada sang perabuhamba menangis sebabayahanda raja di Campa telah wafatBerawijaya pelan berkata (2.40)
13. putranya lahir laki-laki (3.4.1)telah masuk agama suci(18/ rakyat di Cempa (1.60.1 dan 2)amat kasih sang perabukepada Ibrahim Asmara (1.61.1 dan 2)
14. Cahayanya laksana emas berkilauan (4.4.4)kuda lari cepatnya laksana angin (8.58.1)sepergi mendapat intan raksasa (2.21.3)ramai
laksana ombak samudera (2.38.9 dan 10)
15. 1. berputra (1.7.1, 1.6.8, 1.8.6)2. raja (1.27.6,1.61.1, 1.28.4,1.38.1,1.38.3,1.46.7,2.50.1)3. bagus (1.29.5/2.13.9)4. laki-laki (1.21.4, 2.10.6)5. jalan (2.8.2, 2.47.4, 7.38,9)6. Majapahit (2.18.7, 2.33.2, 2.34.1)7. mati (2.37.1, 8.30.2, 8.36.1,4.2.1,4.12.5,4.27.5)8. perahu (2.49.1,2.49.4, 3.26.2, 2.45.9, 3.26.3)9. samudera (4.4.4, 2.49.1,4.19.4, 1.45.5)
awal (5.52.1,1.1.1)
221
11. berkata (5.71.1, 2.6.3)12. gunung (6.10.1,6.10.2,2.17.2, 3.39.2)13. kuda (6.33.1, 6.32.8, 8.85.5)14. keris (9.5.6, 8.13.7)15. menulis (1.5.1, 1.5.6)16. Tuhan (1.1.2, 1.2.1,4.27.7,4.27.3,5.2.6, 1.57.2,2.61.1,3.37.7)17. putra (1.7.3,1.9.3, 1.64.6,5.51.6,6.29.4)18. kafir (1.50.4,1.57.5,8.4.4)19. raksasa (2.2.6,2.2.6)20. tidur (1.16.4,4.2.7, 5.19.4, 5.28.4)21. Slang (2.17.8, 2.22.7,4.34.1)22. kabar (2.31.6, 2.31.8)23. susah (2.39.2,4.2.3)24. bungsu (1.63.6,3.21.6)25. air (4.4.6,4.4.2)
16. 1. berputra (1.19.2, 1.19.4)2. berputra (1.21.1, 1.23.1)3. berputra (1.22.6, 1.25.6)4. sebab (1.27.3,8.11.4)5. tidak (1.42.3, 2.34.4)6. yang (1.43.6, 8.21.5)7. raden (1.48.1, 1.49.1,1.46.1)8. kanjeng (5.6.6, 7.30.1)9. kiyahi (2.18.3, 7.37.4)10. aduh (5.62.7, 5.7.4)11. memuji (1.57.1,1.57.6)12. nyahi (3.18.5,4.10.2)13. aku (2.32.4, 8.8.7)