Bab2sejarahekonomiindonesia-131105072326-phpapp01

21
SEJARAH EKONOMI INDONESIA Sejarah ekonomi Indonesia dapat dibagi dalam empat orde/masa: A. Masa Pemerintahan Orde Lama B. Masa Pemerintahan Orde Baru C. Masa Pemerintahan Transisi D. Masa Pemerintahan Reformasi hingga Kabinet SBY A. PEMERINTAHAN ORDE BARU 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Indonesia menjelang akhir 1940-an menghadapi dua peperangan besar dengan Belanda, Polisi I, dan II. 27 Desemper 1949 RI mendapat pengakuan kemerdekaan dari Belanda sebagai hasil Konprensai Meja Bundar di Belanda (Denhaag) yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1949. 1950 – 1965 Indonesia dilanda gejolak politik dalam negeri dan pembrontakan di sejumlah daerah seperti di Sumatera dan Sulawesi. Akibatnya selama pemerintahan orde lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat buruk, walaupun sempat mengalami pertumbuhan dengan laju rata- rata per tahun hamper 7% selama decade 1950-an, dan setelah itu turun drastic menjadi rata-rata per tahun hanya 1,9% atau bahkan nyaris staflasi selama tahun 1965- 1966. Tahun 1965 dan 1966 laju pertumbuhan ekonomi atau produk domestic bruto (PDB) masing-masing hanya sekitar 0,5% dan 0,6% (Lihat Tabel 1) Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1951 – 1966 TAHUN Indeks (1951=100 ) % Perubaha n TAHUN Indeks (1951=10 0) % Perubah an 1951 100,0 - 1959 149,1 -1,9 1952 103,8 3,8 1960 146,8 -1,5 1953 126,8 22,1 1961 149,4 1,7 1954 128,6 1,4 1962 145,3 -2,7 1955 133,4 3,7 1963 141,4 -2,7

Transcript of Bab2sejarahekonomiindonesia-131105072326-phpapp01

SEJARAH EKONOMI INDONESIA

Sejarah ekonomi Indonesia dapat dibagi dalam empat orde/masa:

A. Masa Pemerintahan Orde LamaB. Masa Pemerintahan Orde BaruC. Masa Pemerintahan TransisiD. Masa Pemerintahan Reformasi hingga Kabinet SBY

A. PEMERINTAHAN ORDE BARU

17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.Indonesia menjelang akhir 1940-an menghadapi duapeperangan besar dengan Belanda, Polisi I, dan II.

27 Desemper 1949 RI mendapat pengakuan kemerdekaan dariBelanda sebagai hasil Konprensai Meja Bundar di Belanda(Denhaag) yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1949.

1950 – 1965 Indonesia dilanda gejolak politik dalamnegeri dan pembrontakan di sejumlah daerah seperti diSumatera dan Sulawesi. Akibatnya selama pemerintahanorde lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat buruk,walaupun sempat mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata per tahun hamper 7% selama decade 1950-an, dansetelah itu turun drastic menjadi rata-rata per tahunhanya 1,9% atau bahkan nyaris staflasi selama tahun 1965-1966. Tahun 1965 dan 1966 laju pertumbuhan ekonomi atauproduk domestic bruto (PDB) masing-masing hanya sekitar0,5% dan 0,6% (Lihat Tabel 1)

Tabel 1Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1951 – 1966

TAHUNIndeks

(1951=100)

%Perubaha

nTAHUN

Indeks(1951=10

0)

%Perubah

an1951 100,0 - 1959 149,1 -1,91952 103,8 3,8 1960 146,8 -1,51953 126,8 22,1 1961 149,4 1,71954 128,6 1,4 1962 145,3 -2,71955 133,4 3,7 1963 141,4 -2,7

1956 136,4 2,2 1964 144,7 2,41957 144,4 5,8 1965 145,5 0,51958 152,0 5,3 1966 146,4 0,6

Selain laju pertumbuhan ekonomi yang menurun terus sejaktahun 1958 defisit saldo neraca pembayaran (BoP) dandefisit APBN terus membesar dari tahun ke tahun.Misalnya, APBN, berdasarkan data yang dihimpun olehMas’oed (1989), jumlah pendapatan pemerintah rata-rataper tahun selama periode 1955 – 1965 sekitar 151 jutarupiah (disebut rupiah “baru”), sedangkan besarnyapengeluaran pemerintah rata-rata per tahun selama periodeyang sama 359 juta rupiah, atau lebih dari 100% lebihbesar dari rata-rata pendapatannya. Jika pada tahun 1955defisitnya baru 2 juta rupiah, pada tahun 1965 sudahmencapai lebih dari 1 milliar rupiah: berarti suatukenaikan yang sangat signifikan selama jangka waktutersebut. Jika pada tahun 1955 defisit anggaran barusekitar 14% dari jumlah pendapatan pemerintah pada tahunyang sama, pada tahun1965 defisitnya sudah hamper 200%dari besarnya pendapatan pada tahun yang sama. (LihatTabel 2)

TABEL 2Saldo APBN: 1955 – 1965 (juta rupiah)

Tahun Pendapatan Pengeluaran Saldo1955 14 16 -21956 18 21 -31957 21 26 -51958 23 35 -121959 30 44 -141960 50 58 -81961 62 88 -261962 75 122 -471963 162 330 -1681964 283 681 -3981965 923 2.526 -1.603

Kegiatan produksi di sector pertanian dan sector industrimanufaktur berada pada tingkat yang sangat rendah karenaketerbatasan kapasitas produksi dan infrastrukturpendukung, baik fisik maupun nofisik, seperti pendanaandari bank. Akibat rendahnya volume produksi dari sisisuplai dan tingginya permintaan akibat terlalu banyaknyauang beredar di masyarakat mengakibatkan tingginyatingkat inflasi yang sempat mencapai lebih dari 300%menjelang periode orde lama. Berdasarkan data yangdihimpun oleh Arndt (1994), indeks harga pada tahun 1955sebesar 135 (1954 = 100) dan jumlah uang beredar dimasyarakat pada tahun yang sama tercatat sebanyak 12,20juta rupiah, dan pada tahun 1966 indeks harga sudahmencapai di atas 150.000 dan jumlah uang beredar di atas5 miliar rupiah. (Lihat table 3)

Tahun

IndeksHarga(1954 =100)

JumlahUang

Beredar(Juta

rupiah)1955 135 12,201956 133 13,401957 206 18,901958 243 29,401959 275 34,901960 330 47,901961 644 67,601962 1.648 135,901963 3.770 263,401964 8.870 675,101965 61.400 2.582,001966 152.200 5.593,50

Pada masa pemerintahan Soekarno, selain manajemen moneteryang buruk, banyaknya rupiah yang dicetak disebabkan olehkebutuhan pada saat itu untuk membiayai dua peperangan,yakni merebut Irian Barat dan pertikaian dengan Malaysiadan Inggris, ditambah lagi kebutuhan untuk membiayaipenumpasan sejumlah pemberontakan di beberapa daerah didalam negeri.

Dapat disimpulkan bahwa buruknya perekonomian Indonesiaselama pemerintahan orde lama terutama diebabkan olehhancurnya infrastruktur ekonomi, fisik maupun nonfisik,selama pendudukan Jepang, Perang Dunia II, dan perangrovolusi, serta gejolah politik di dalam negeri (termasuksejumlah pemberontakan di daerah) ditambah lagi denganmanajemen ekonomi yang sangat jelek selama rezimtersebut. Dapat dimengerti bahwa dalam kondisi politikdan social dalam negeri seperti ini, sangat sulit sekalibagi pemeringah untuk mengatur roda perekonomian denganbaik.

Menurut pengamatan Higgins (1957) sejak cabinet pertamadibentuk setelah merdeka, pemerintah Indonesia memberikanprioritas pertama terhadap stabilitas dan pertumbuhanekonomi, pembangunan industri, unifikasi, danrekonstruksi. Akan tetapi , akibat keterbatasan akanfaktor-faktor tersebut di atas dan dipersulit lagi olehkekacauan politik nasional setelah perang revolusi tidakpernah terlaksana dengan baik.

Pada akhir September 1965 ketidakstabilan politik diIndonesia mencapai puncaknya dengan terjadinya kudetayang gagal dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Sejakperistiwa tersebut terjadi suatu perubahan politik yangdrastic di dalam negeri, yang selanjutnya juga mengubahsystem ekonomi yang dianut Indonesia pada masa orde lama,yakni dari pemikiran-pemikiran sosialis ke semikapitalis(kalau tidak dapat dikatakan ke system kapitalissepenuhnya).

Sebenarnya perekonomian Indonesaia menurut UUD 1945 pasal33 mengatur suatu system yang dilandasi oleh prinsip-prinsip kebersamaan atau koperasi berdasarkan ideologyPancasila. Akan tetapi, dalam praktik sehari-haripada masa pemerintahan orde baru dan hingga saat ini polaperekonomian nasional cenderung memihak system kapitalis,seperti di AS atau Negara-negara industri maju lainnya,yang kaarena pelaksanaanya tidak baik mengakibatkanmunculnya kesenganan ekonomi di tanah air yang terasasaat ini semakin besar, terutama setelah krisis ekonomi.

B. MASA PEMERINTAHAN ORDE BARU

Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan orde baru.Pada era orde baru perhatian pemerintah lebih ditujukanpada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewatpembangunan ekonomi dan social di tanah air. Pemerintahorde baru menjalin kembali hubungan baik dengan pihakBarat dan menjauhi pengaruh ideology komunis. Indonesiajuga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) dan lembaga-lembaga dunia lainnya, seperti BankDunia dan IMF.

Sebelum rencana pembangunan lewat repelita dimulai,terlebih dahulu pemerintah melakukan pemulihan stabilitasekonomi, social, dan politik, serta rehabilitasi ekonomidi dalam negeri. Sasaran dari kebijakan tersebutterutama adalah untuk menekan kembali tingkat inflasi,mengurangi deficit keuangan pemerintah dan menghidupkankembali kegiatan produksi, termasuk ekspor, yang sempatmengalami stagnasi pada masa orde lama. Usaha pemerintahtersebut ditambah lagi dengan penyusunan rencanapembanguan lima tahun (repelita) secara bertahap dengantarget-target yang jelas sangat dihargai oleh Negara-negara Barat. Seperti telah di bahas pada perkuliah yanglalu, menjelang akhir decade 1960, atas kerja sama denganBank Dunia, IMF, dan ADB dibentuk suatu kekompokkonsorsium yang desebut dengan Inter-Government Group onIndonesia (IGGI) dengan tujuan membiayai ekonomi diIndonesia

Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi diIndonesia pada masa orde baru adalah meningkatkankesejahteraan masyarakat melalui suatu prosesindustrialisasi dalam skala besar, yang pada saat itudianggap sebagai satu-satunya cara yang paling tepat danefektif untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi,seperti kesempatan kerja dan deficit neraca pembayaran.Dengan kepercayaan yang penuh bahwa akan ada efek“cucuran ke bawah” pada awalnya pemerintah memusatkanpembangunan hanya di sector tertentu yang secarapotensial dapat menymbang nilai tambah yang besar dalamwaktu yang tidak panjang dan hanya di Pulau Jawa kerena

pada saat itu fasilitas-fasilitas infrastruktur dansumber daya manusia relative lebih baik dibandingkan diprovinsi-provinsi lainnya di luar Pulau Jawa.

Tujuan utama pada pelaksanaan repelita I, adalah membuatIndonesia menjadi swasembada, terutama dalam kebutuhanberas. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintahmelakukan program penghijauan (“revolusi hijau”) disector pertanian. Dengan dimulainya program penghijauantersebut sector pertanian nasional memasuki eramodernisasi dengan penerapan teknologi baru, khususnyadalam pengadaan system irigasi, pupuk, dan tata caramenanam.

Pada bula April 1969 repelita I dimulai dan dampaknyajuga dari repelita-repelita berikutnya selama orde baruterhadap perekonomian Indonesia cukup mengagumkanterutama dilihat dari tingkat makro. Proses pembangunasangat cepat dengan laju pertumbuhan rata-ratapertumbuhan yang cukup tinggi, jauh lebih baik daripadaselama orde lama, dan juga relative lebih tinggi daripadalaju rata-rata pertumbuhan ekonomi dari kelompok NSB.Pada awal repelita I PDB Indonesia tercatat 2,7 trilliunrupiah pada harga berlaku atau 4,8 trilliun rupiah padaharga konstan, dan pada tahun 1990 menjadi 188,5 trilliunrupiah pada harga berlaku atau 112,4 tririliun rupiahpada harga konstan. Selama periode 1969 – 1990 lajupertumbuhan PDB pada harga konstan rata-rata per tahun diatas 7% (Lihat Tabel 4)

Keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia pada zamanSoeharto disebabkan:- Kemampuan cabinet yang dipimpin oleh Presiden Soeharto

yang jauh lebih baik/solid disbanding pada masa ordelama dalam menyusun rencana, strategi dan kebijakanpembangunan ekonomi.

- Penghasilan ekspor yang sangat besar dari minyak,terutama pada periode oil boom pertama pada tahun1973/74

- Pinjaman luar negeri- PMA yang khususnya sejak decade 1980-an peranannya di

dalam pembangunan ekonomi Indonesia meningkat tajam.

-Kebijakan Soeharto yang mengutamakan stabilitas danpertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada system ekonomiliberal dan stabilitas politik yang pro Barat, telahmembuat kepercayaan pihak Barat terhadap prospekpembangunan ekonomi Indonesia jauh lebih kuat.

Tabel 4PDB dan Laju Pertumbuhan per Tahun: 1969-1990

TahunPDB (triliun)* Laju Pertumbuhan

HargaBerlaku

HargaKonstan

HargaBerlaku

HargaKonstan

1969 2,7 4,81970 3,2 5,2 19,1 7,51971 3,7 5,6 13,4 7,01972 4,6 6,1 24,3 9,41973 6,8 6,8 48,0 11,31974 10,7 7,3 58,6 7,61975 12,6 7,6 18,1 5,01976 15,5 8,2 22,3 6,91977 19,0 8,9 23,1 8,91978 22,8 9,6 19,5 7,71979 32,0 10,2 40,8 6,31980 45,5 11,2 41,9 9,91981 54,0 12,1 18,9 7,91982 59,6 12,3 10,4 2,21983 77,6 12,8/77,6*

*30,2 4,2

1984 89,9 83,0 15,8 7,01985 97,0 85,1 7,9 2,51986 102,7 90,1 5,9 5,91987 124,8 94,5 21,6 4,91988 142,0 99,9 13,8 5,81989 162,6 104,5 14,5 7,51990 188,5 112,4 15,9 7,2

*Angka dibulatkan, **tahun-tahun setelah itu atas dasar harga 1983 (sebelumnya atas dasar harga 1973). Sumber: Nota Keuangan dan APBN 1991/1992 dan 1995/1996.

Pada tingkat meso dan mikro, hasil pembangunan selamamasa itu dapat dikatakan tidak terlalu memukau seperti

pada tingkat makro. Walaupun jumlah orang miskinmengalami penurunan selama orde baru, tetapi jumlahnyamasih besar dan kesenjagan ekonomi dan social cenderungmelebar.

Paradigma pembangunan ekonomi Indonesia pada era ordebaru telah diwadahi dengan baik dalam konsep politik“Triologi Pembangunan” yaitu tiga prasyarat yangterkait erat saling memperkuat dan saling mendukungyakni:

1. Stabilitas nasional yang mantap dan dinamis dalambidang politik dan ekonomi

2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan3. Pemerataan pembangunan.

Di dalam GBHN dinyatakan secara tegas pentingnya usaha-usaha untuk menghilangkan kemiskinan dan kesenjangandengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada waktu yangbersamaan. Dalam repelita VI orientasi kebijakan-kebijakannya mengalami perubahan dari penekanan hanyapada pertumbuhan ke pertumbuhan dengan pemerataan.

Sebagai suatu rangkuman bahwa Indonesia telah mengalamidua (2) orientasi kebijakan ekonomi yang berbeda, yaknidari ekonomi tertutup yang berorientasi sosialis padazaman rezim Soekarno ke ekonomi terbuka berorientasikapitalis pada masa pemerintahan Soeharto. Perubahanorientasi kebijakan ini membuat kinerja ekonomi nasionalpada masa pemerintahan orde baru menjadi lebih baikdibandingkan pada masa pemerintahan orde lama.

Dari pengalaman keberhasilan pembangunan ekonomi padamasa pemerintahan Soeharto maka dapat disimpulkan bahwaada beberapa kondisi utama yang harus dipenuhi terlebihdahulu agar suatu usaha membangun ekonomi dapat berjalandengan baik yaitu:1. Kemauan politik yang kuat

Presiden Soeharto memiliki kemauan politik yang kuatuntuk membangun ekonomi Indonesia. Pada masa orde lama,mungkin Indonesia baru saja merdeka, emosi nasionalismebaik dari pemerintah maupun kalangan masyarakat masih

sangat tinggi, dan yang ingin ditonjolkan pertamakepada kelompok Negara-negara Barat adalah “kebesaranbangsa” dalam bentuk kekuatan militer dan pembangunanproyek-proyek mercusuar.

2. Stabilitas politik dan ekonomi.Pemerintah orde baru berhasil dengan baik menekaninfalsi dari sekitar 500% pada tahun 1966 menjadi hanyasekitar 5% hingga pada awal decade 1970-an. Pemerintahorde baru juga berhasil menyatukan bangsa dan kelompok-kelompok masyarakat dan meyakinkan mereka bahwapembangunan ekonomi dan sosial adalah jalan satu-satunya agar kesejahteraan masyarakat di Indonesiadapat meningkat.

3. Sumber daya manusia yang lebih baik.Dengan SDM yang semakin baik pemerintahan orde barumemiliki kemampuan untuk menyusun program dan strategipembangunan dengan kebijakan-kebijakan yang terkaitserta mampu mengatur ekonomi makro secara baik.

4. Sistem politik dan ekonomi terbuka yang berorientasi keBarat.Pemerintahan orde baru menerapkan sistem politik danekonomi terbuka yang berorientasi ke Barat. Hal inisangat membantu, khususnya dalam mendapatkan pinjamanluar negeri, penanaman modal asing, dan transferteknologi dan ilmu pengetahuan.

5. Kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik.Selain oil boom, juga kondisi ekonomi dan politik duniapada era orde baru, khususnya setelah perang Vietnamberakhir atau lebih lagi setelah perang dinginberakhir, jauh lebih baik daripada semasa orde lama.

Kebijakan-kebijakan ekonomi selama masa orde baru memangtelah menghasilkan suatu proses transformasi ekonomi yangpesat dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapidengan biaya ekonomi tinggi dan fundamental ekonomi yangrapuh. Hal terakhir ini dapat dilihat antara lainburuknya kondisi sector perbankan nasional dan semakinbesarnya ketergantungan Indonesia terhadap modal asing,termasuk pinjaman dan impor. Ini semua membuat Indonesiadilanda suatu krisis ekonomi yang besar yang diawali olehkrisis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS padapertengahan tahun 1997.

C. MASA PEMERINTAHAN TRANSISI

Pada tanggal 14 dan tanggal 15 Mei 1997 nilai tukar BathThailand terhadap dolar AS mengalami suatu poncanganhebat akibat para investor asing mengambil keputusan“Jual”. Mereka mengambil sikap demikian karena tidakpercaya lagi terhadap prospek perekonomian Negaratersebut, paling tidak untuk jangka pendek. Untukmempertahankan nilai tukan Bath agar tidak jatuh terus,pemerintah Thailand melakukan intervensi dan didukungoleh intervensi yang dilakukan oleh bank sentralSingapura. Akan tetapi, pada hari Rabu, 2 Juli 1997,bank sentral Thailand terpaksa mengumumkan bahwa nilaitukar baht dibebaskan dari ikatan dengan dolar AS. Sejakitu nasibnya diserahkan sepenuhnya kepada pasar. Hariitu juga pemerintah Thailand meminta bantuan IMF.Pengumuman ini mendepresiasikan nilai bath sekitar 15%hingga 20% hingga mencapai nilai terendah, yakni 28,20bath per dolar AS.

Apa yang terjadi di Thailand akhirnya merembet keIndonesia dan beberapa Negara Asia lainnya, awal darikrisis keuangan di Asia. Rupiah Indonesia mulai terasagoyang sekitar bulan Juli 1997, dari Rp.2.500 menjadiRp.2.650 per dolas AS. Sejak saat itu, posisi mata uangIndonesia mulai tidak tabil. Menanggapi perkembanganitu, pada bulan Juli 1997 BI melakukan empat (4) kaliintervensi, yakni memperlebar rentang intervensi. Akantetapi, pengaruhnya tidak banyak, nilai rupiah dalamdolar terus tertekan, dan tanggal 13 Agustus 1997 rupiahmencapai rekor terendah dalam sejarah, yakni Rp.2.682 perdolar AS sebelulm akhirnya ditutup Rp.2.655 per dolar AS.Dalam aksinya, pertama-tama BI memperluas rentangintervensi rupiah dari 8% menjadi 12%, tetapi akhirnyajuga menyerah dengan melepas rentang intervensinya, danpada hari yang sama Rupiah anjlok ke Rp.2.755 per dolarAS. Hari-hari dan bulan-bulan berikutnya kurs rupiahterus melemah, walaupun sekali-sekali mengalami penguatanbeberapa poin. Pada bulan Maret 1998 nilai rupiahmencapai Rp.10.550 untuk satu dolas AS, walaupun

sebelumnya, antara bulan Januarai – Februari, sempatmenembus 11.000 rupiah pe dolar AS.

Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah yangterus melemah mulai menggoncang perekonomian nasional.Untuk mencegah agar keadaan tidak tambah buruk,pemerintah orde baru mengambil beberapa langkah konkrit,diantaranya menunda proyek-proyek senilai Rp.39 triliundalam upaya mengimbangi keterbatasan anggaran belanjaNegara yang sangat dipengaruhi oleh perubahan nilairupiah tersebut. Pada awalnya pemerintah berusaha untukmenangani masalah krisis rupiah ini dengan kekuatansendiri. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa merosotnyanilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak dapatdibendung lagi dengan kekuatan sendiri, lebih lagi karenacadangan dolar AS di BI sudah mulai menipis karenadigunakan untuk intervensi untuk menahan atau mendongkratkembali nilai rupiah, tanggal 8 Oktober 1997 pemerintahIndonesia akhirnya menyatakan secara resmi akan memintabantuan keuangan dari IMF. Hal ini juga dilakukan olehpemerintah Thailand, Filipina, dan Korea Selatan.

Pada akhir bulan Oktober 1997, lembaga keuanganinternasional itu mengumumkan paket bantuan keuangannyapada Indonesia yang mencapai 40 miliar dolaar AS, 23miliar di antaranya adalah pertahanan lapis pertama (front-line defence). Sehari setelah pengumuman itu, seiringdengan paket reformasi yang ditentukan oleh IMF,pemerintah Indonesia mengumumkan pencabutan izin usaha 16bank swasta yang dinilai tidak sehat. Ini merupakan awaldari kehancuran perekonomian Indonesia.Paket program pemulihan ekonomi yang disyaratkan IMFpertama kali diluncurkan pada bulan November 1997,bersama pinjaman angsuran pertama senilai 3 miliardolarAS. Pertama diharapkan bahwa dengan disetujuinyapaket tersebut oleh pemerintah Indonesia, nilai rupiahakan menguat dan stabil kembali. Akan tetapi kenyataanmenunjukkan bahwa nilai rupiah terus melemah sampaipernah mencapai Rp.15.000 per dolar AS. Kepercayaanmasyarakat di dalam dan luar negeri terhadap kinerjaekonomi Indoneisa yang pada waktu it uterus merosotmembuat kesepakatan itu harus ditegaskan dalam nota

kesepakatan (letter of intent; LoI) yang ditandatanganibersama antara pemerintah Indonesia dan IMF pada bulanJanuari 1998. Nota kesepakatan itu terdiri dari 50 butirkebijaksanaan-kebijaksanaan mencakup ekonomi makro(fiscal dan moneter), restrukturisasi sector keuangan,dan reformasi struktural .

Butir-butir dalam kebijaksanan fiskal mencakup:a. Penegasan tetap menggunakan prinsip anggaran berimbang

(pengeluaran pemerintah sama dengan pendapatannya)b. Usaha-usaha pengurangan pengeluaran pemerintah

(menghilangkan subsidi bahan baker minyak (BBM) danlistrik

c. Membatalkan sejumlah proyek infrastruktur besard. Peningkatan pendapatan pemerintah dengan berbagai cara;

menaikkan cukai terhadap sejumlah barang tertentu;mencabut semua fasilitas kemudahan pajak (penangguhanpajak pertambahan nilai (PPN); fasilitas pajak sertatariff yang selama ini diberikan antara lain kepadaindustri mobil nasional (Timor), mengenakan pajaktambahan terhadap bensin; memperbaiki audit PPN, danmemperbanyak objek pajak.

Korea Selaltan dan Thiland sangat serius dalammelaksanakan program reformasi, sementara pemerintahIndonesia tidak melakukan reformasi sesuai kesepakatannyadengan IMF, akhirnya pencairan pinjaman angsuran keduasenilai 3 miliar dolar AS yang seharusnya dilakukan padabulan Maret 1998 terpaksa ditunda. Indoneisa harusbekerjasama sepenuhnya dengan IMF dikarenakan dua hal:

1. Berbeda dengan kondisi krisis di Thailand, KoreaSelatan dan Malaysia, krisis ekonomi di Indonesiasebenarnya sudah menjelma menjadi krisis kepercayaan.Masyarakat dan dunia usaha, baik di dalam maupun diluar negeri (termasuk bank-bank di Negara mitra dagangIndonesia yang tidak lagi menerima letter of credit(L/C) dari bank-bank nasional dan investor-investordunia) tidak lagi percaya akan kemampuan Indonesiauntuk menaggulangi sendiri krisisnya; bahkan merekajuga tidak lagi percaya pada niat baik atau keseriusanpemerintah dalam nenagani krisis ekonomi di dalam

negeri. Oleh karena itu, satu-satunya yang masih biasmenjamin atau memulihkan kembali kepercayaan masyarakatterhadap Indonesia adalah melakukan “kemitraaan usaha”sepenuhnya antara pemerintah Indonesia dan IMF

2. Indonesia sangat membutuhkan dolar AS. Pada awal tahun1998 kebutuhan itu diperkirakan sebesar 22,4 miliardolas AS atau rata-rata 1,9 miliar dolar AS per bulan.Sementara posisi cadangan devisa bersih yang dimilikiBI hingga awal Juni 1998 hanya 14.621,4 juta dolas AS,naik 13.179,7 juta dolar AS pada akhir Maret 1998.Kebutuhan itu digunakan terutama untuk membayar ULNjangka pendek yang diperkirakan pada pertengahan tahun1998 sebesar 20 miliar dolar AS, membayar bunga ataspinjaman jangka panjang 0,9 miliar dolar AS, dansisanya sebanyak 1,5 miliar dolar AS untuk kegiatanekonomi di dalam negeri yang juga sangat diperlukanuntuk memacu laju pertumbuhan ekonomi.

Kegagalan kesepakatan pertama Indonesia dan IMF padabulan Maret 1998 maka dicapai lagi suatu kesepakatan barupada bulan April 1998. Kesepakatan baru merupakankelanjutan, pelengkap dan modifikasi dari 50 butir LoIpada bulan Januari 1977, ada yang ditunda yaitupenghapusan subsidi BBM dan Listrik serta penambahanbutir-butir baru ada 5 yaitu:1. Program stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan

pasar uang dan mencegah hipertensi.2. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama untuk

rangka penyehatan system perbankan nasional.3. Reformasi structural, yang mana disepakati agenda baru

yang mencakup upaya-upaya dan sasaran yang telahdisepakati dalam kesepakatan pertama (15 Januari 1998)

4. Penyelesaian ULN swasta (corporate debt). Dalam hal inidisepakati perlunya dikembangkan kerangka penyelesaianULN swasta dengan keterlibatan pemerintah yang lebihbesar, tetapi tetap dibatasi agar prosespenyelesaiannya teetap dapat berlangsung lebih cepat.

5. Bantuan untuk rakyat kecil (kelompok ekonomi lemah).Penyelesaian ULN swasta dan bantuan untuk rakyat kecilmerupakan dua hal yang di dalam kesepakatan pertama(Januari 1998) belum ada.

Krisis rupiah yang menjelma menjadi suatu krisis ekonomi,akhirnya juga memunculkan suatu krisis politik yang dapatdikatakan terbesar dalam sejarah Indonesia sejak merdekatahun 1945. Krisis politk tersebut diawali denganpenembakan oleh tentara terhadap empat mahasiswaUniversitas Trisakti, tepatnya tanggal 13 Mei 1998, yangdikenal dengan sebutan Tragedi Trisakti. Kemudian padatanggal 14 dan 15 Mei kota Jakarta dilanda suatukerusuhan yang juga dapat dikatakan paling besar danpaling sadis yang perna dialami Indonesia. Setelahkedua peristiwa tersebut, gerakan mahasiswa yangsebelumnya sudah berlangsung semakin gencar.

Menjelang minggu-minggu terakhir bulan Mei 1998, DPRuntuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesiadikuasai/diduduki oleh ribuan mahasiswa/siswi daripuluhan perguruan tinggi dari Jakarta dan luar Jakarta.Puncak dari keberhasilan gerakan mahasiswa tersebut disatu pihak dan dari krisis politik di pihak lain, adalahpada tanggal 21 Mei 1998, yakni Presiden Soehartomengundurkan diri dan diganti oleh wakilnya Dr. Habibie.Tanggal 23 Mei 1998 Presiden Habibie membentuk cabinetbaru, awal dari terbentuknya pemerintahan trasisi.

Pada awalnya pemerintahan yang dipimpin oleh Habibiedisebut pemerintahan reformasi. Akan tetapi, setelahsetahun berlalu, masyarakat mulai melihat bahwasebenarnya pemerintahan baru ini tidak berbeda denganpemerintahan sebelumnya, mereka juga orang-orang rezimorde baru, dan tidak ada perubahan-perubahan yang nyata.Bahkan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) semakinmenjadi-jadi, kerusuhan muncul di mana-mana, dan masalahSoeharto tidak terselesaikan. Akibatnya, banyak kalanganmasyarakat lebih suka menyebutnya pemerintahan transisidaripada pemerintahan reformasi.

D. PEMERINTAHAN REFORMASI HINGGA KABINET SBY

Pertengahan tahun 1999 dilakukan pemilihan umum, yangakhirnya dimenangi oleh Partai Demokrasi IndonesiaPerjuangan IPDI-P). Partai Golkar mendapat posisi kedua,. Bulan Oktober 1999 dilakukan SU MPR. Tanggal 20

Oktober 1999 diselenggarakan pemilihan presiden. KHAbdulrrachman Wahid atau dikenal dengan sebutan Gus Durterpilih sebagai Presiden RI ke-empat dan MegawatiSoekarno Putri sebagai wakil presiden. Tanggal 20Oktober menjadi akhir daripada pemerintahan transisi danawal dari pemerintahan Gus Dur yang sering disebut jugapemerintahan reformasi.

Awal pemerintahan reformasi yang dipimpin oleh presidenWahid, masyarakat umum dan investor termasuk investorasing menaruh pengharapan besar terhadap kemampuan dankesungguhan Gus Dur untuk membangkitkan kembaliperekonomian nasional dan menuntaskan semua permasalahanyang ada di dalam negeri warisan rezim orde baru,seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), supermasihukum, hak azasi manuria (HAM), penembakan tragedyTrisakti dan Semanggi I dan II, peranan ABRI di dalampolitik, masalah disintegrasi dan lainnya.

Dalam hal ekonomi dibandingkan tahun sebelumnya, tahun1999 kondisi perekonomian mulai menunjukkan adanyaperbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif, walautidak jauh dari 0%, tahun 2000 proses pemulihanperekonomian Indonesia jauh lebih baik lagi dengan lajupertumbuhan hamper 5%, laju inflasi dan tingkat sukubunga (SBI) juga rendah yang mencerminkan bahwa kondisimoneter di dalam negeri sudah mulai stabil.

Ketenagan masyarakat setelah Gus Dur terpilih menjadipresiden tidak berlangsung lama. Gus Dur mulaimenunjukkan sikap dan mengeluarkan ucapan-ucapanan yangcontroversial yang membingungkan pelaku-pelaku bisnis.Gus Dur cenderung Diktator dan praktik KKN dilingkungannya semakin intensif, bukannya semakinberkurang yang merupakan salah satu tujuan daripadagerakan reformasi (yang berarti pemerintahan Gus Durtidak berbeda dengan rezim orde baru)

Sikap GusDur tersebut menimbulkan perseteruan dengan DPRyang klimaksnya DPR mengeluarkan peringatan resmi kepadaGus Dur lewat memorandum I dan II. Dengan dikeluarkannyamemorandum II, Gus Dur terancam akan diturunkan dari

jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia, jikausulan percepatan siding MPR jadi dilaksanakan pada bulanAgustus 2001.

Selama pemerintahan Gus Dur:1. Praktis tidak ada satupun masalah di dalam negeri yang

dapat terselesaikan dengan baik.2. Kerusuhan social yang bernuansa disintegrasi dan secara

terus berlanjut, (pembrontakan Aceh, konflik Maluku,dan pertikaian etnis di Kalimantan Tengah)

3. Demostrasi buruh semakin gencar yang mencerminkansemakin tidak puasnya mereka terhadap kondisiperekonomian di dalam negeri.

4. Pertikaian elit politik semakin besar.5. Hubungan dengan IMF tidak baik, terutama mengenai

amandemen UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia,Penerapan Otonomi Daerah terutama menyangkut kebebasanDaerah untuk pinjam uang dari luar negeri dan revisiAPBN 2001 yang terus tertunda pelaksanaannya. Tidaktuntasnya revisi tersebut mengakibatkan IMF menundapencairan bantuannya kepada pemerintah Indonesia (rodaperekonomian nasional saat ini sangat tergantung padabantuan IMF.

6. Indonesia terancam dinyatakan bangkrut oleh Paris Club(Negara donor) diprediksi tidak mampu membayar kembaliutangnya yang sebagian besar akan jatuh tempo tahun2002.

7. Bank Dunia mengancam akan menghentikan pinjaman baru,jika kesepakatan IMF dengan pemerintah Indonesia macet.

Ketidak stabilan politk dan social yang tidak semakinsurut selama pemerintahan Abdurrachman Wahit menaikantingkat Country Risk Indonesia. Ditambah buruknya hubunganantara pemerintah Indonesia dengan IMF membuat pelaku-pelaku bisnis termasuk investor asing, menjadi engganmelakukan kegiatan bisnis atau menanam modalnya diIndonesia. Akibatnya kondisi perekonomian Nasional padamasa Gus Dur cenderung lebih buruk daripada saatpemerintahan Habibie.

Lembaga pemeringkat Internasional Moody’s InvestorService menginforamasikan bertambah buruknya resiko

Negara Indonesia, meskipun beberapa indicator ekonomimakro mengalami perbaikan tetapi kekhawatiran kondisipolitik dan social lembaga rating lainnya, sepertiStandart & Poor, menurunkan prospek jangka panjangIndonesia dari stabil ke negative.

Tabel 5Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Indonesia Sejak

Krisis Ekonomi 1998

Indikator 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008Pertumbuhan PDB riil (%)

-13,1 0,8 4,9 3,8 4,3 4,9 5,1 5,7 5,5 6,3 6,0

PDB nominal (miliarUS$) 96 140 166 164 200 239 258 287 364 433 497

PDB per kapita (US$) 977 694 742 697 948 1117 1191 1308 1641 1925 2183

Pertumbuhan Ekspor (%) -8,6 -0,4 27,7 -9,3 5,0 8,4 12,0 19,7 17,7 13,2 7,0

Pertumbuhan Import (%)

-34,4

-12,2 39,6 -7,6 15,1 10,9 27,8 24,0 5,8 22,0 12,0

Neraca Perdaganan (miliar US$) 21,5 24,7 28,6 25,4 23,5 24,6 21,2 28,0 39,7 39,6 39,1

Transaksi berjalan (% PDB) 4,3 4,1 4,8 4,2 3,9 3,4 1,1 0,1 3,0 2,5 1,6

Gus Dur dan kabinetnya tidak menunjukkan keinginanpolitik yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan krisisekonomi hingga tuntas dengan prinsip “Once and for all”

Beberapa hal yang mengakibatkan kehancuran ekonomi padasaat Pemerintahan GUS DUR:1. Menyederhanakan krisis ekonomi dengan menganggap

persoalannya hanya terbatas pada agenda masalahamandemen UU BI, masalah desentralisasi fiscal, masalahrestrukturisasi utang, dan masalah BCA dan Bank Niaga.

2. Kebijakan yang controversial dan inkonsisten.3. Pengenaan bea masuk impor mobil mewah untu kegiatan KTT

G-15 yang hanya 5% (nominalnya 75%4. Pembebasan pajak atas pinjaman luar negeri dan hibah5. Indikator ekonomi yakitu pergerakan Indeks Harga Sahan

Gabungan (IHSG) dari Maret 2000 hingga 8 Maret 2001menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang negative.Selama periode itu IHSG merosoh hingga lebih dari 300

poin yang disebabkan leh lebih besarnya kegiatanpenjualan daripada kegiatan pembelian di dalamperdaganan saham di dalam negeri.

6. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terusmelemah. Awal tahun 2000 kurs rupiah sekitar Rp.7000dan pada tanggal 7 Maret 2001 menembus Rp.10.000 perdolar AS. Keadaan ini dicatat hari bersejarahsebagai awal kejatuhan GUS DUR.

7. Pada tanggal 12 Maret 2001 ketika istana presidendikepung para demonstran yang menuntuk presiden Gus Dusmundur, nilai tukar rupiah semakin merosot. Pada bulanApril 2001 kurs rupiah telah menyentuk Rp.12.000 perdolar AS.

8. Angka inflasi diprediksi mencapai dua digit.9. Cadangan devisa pada minggu akhir Maret 2000 menurun

dari 29 miliar dolar AS menjadi 28,875 dolar AS.

Setelah presiden Gus Dur turun, Megawati menjadi presidenyang kelima diangkat melalui Sidang Istimewa (SI) MPR,keadaan perekonomian jauh lebih buruk daripada masapemerintahan Gus Dur.

Buruknya perekonomian pada masa pemerintahan Megawatiadalah karena warisan dari pemerintahan Gus Dur. Padamasa pemerintahan Megawati dengan Kabinet Gotong Royongmenunjukkan keadaan ekonomi seperti:1. IHSG dan Nilai Tukar rupiah meningkat cukup significan,

walupun posisinya belum kembali ke tingkat pada saatGus Gudur terpilih menjadi presiden.

2. Suku Bunga SBI mencapai 17%, padahal awal pemerintahanGus Dur hanya sekitar 13%. Bersamaan dengan itu,tingkat suku bunga deposito perbangkan juga ikut naikmenjadi sekitar 18%

3. Inflasi mencapai 7,7%, pada masa awal pemerintahan GusDur sekitar 2%, bahkan laju inflasi tahunan year on yearselama periode 2000 – Juli 2001 sudah mencapai 13,5%.Dalam APBN 2001 inflasi ditargetkan hanya 9,4%

4. Pertumbuhan PDB pada tahun 2002 (table 5) tumbuh 4,3%dibandingkan 3,8% tahun sebelumnya kemajuan iniberlangsung terus hingga akhir periode Megawati yangmencapai 5,1%.

5. PDB nominal meningkat dari 164 miliar dolar AS tahun2001 menjadi 258 miliar dolar AS tahun 2004.

6. Pendapatan perkapita meningkat dengan persentase yangcukup besar dari 697 dolar AS ke 1.191 dolar selamaperiode Megawati.

7. Kinerja ekspor membaik dengan pertumbuhan 5% tahun 2002dibandingkan -9,3% tahun 2001 dan terus naik hinggamencapai 12% tahun 2004.

8. Neraca perdagangan (NP) saldo ekspor (X) – impor (M)barang maupun transaksi berjalan (TB) sebagaipersentase dari PDB mengalami penurunan.

Pada awal pemerintahan SBY, rakyat Indonesia, pelakuusaha luar dan dalam negeri maupun Negara-negara donorserta lembaga-lembaga dunia, seperti IMF, Bank Dunia, danADB, sempat optimis bahwa kinerja ekonomi Indonesia 5tahun ke depan akan jauh lebih baik dibandingkan padamasa pemerintahan-pemerintahan sebelumnya sejak Soehartolengser. Kabinet SBY dan lembaga-lembaga duniamenargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2005 akanberkisar di atas 6%.Namun pertengahan tahun 2005 ekonomi Indonesia diguncangoleh dua peristiwa yang tak terduga sama sekali, yakninaiknya harga minyak mentah (BBM) di pasar internasionaldan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Duahal ini membuat realisasi pertumbuhan PDB tahun 2005lebih rendah dari target tersebut (5,7)

Kenaikan BBM di pasar internasional dari 45 dolar AS perbarrel awal tahun 2005 menjadi 70 dolar AS per barrel awalAgustus 2005 sangat tidak menguntungkan Inoensia.

Indonesia tidak seperti pada masa oil boom pertama tahun1973, kedua tahun 80-a. Indonesia tidak saja menjadi netoil importer, tetapi sudah menjadi pengimpor BBM terbesar diAsia, jauh melebihi impor BBM Jepang yang bukan penghasilminyak. Tahun 2010 impor BBM Indonesia diprediksi akanmencapai sekitar 60% dan tahun 2015 akan menjadi sekitar70% dari kebutuhan BBM dalam negeri (Kurtubi, 2005).

Akibat harga minyak ini menimbulkan tekanan yang sangatberat terhadap keuangan pemerintah (APBN), akibatnyapemerintah terpaksa mengeluarkan suatu kebijakan yangtidak populis, yakni mengurangi subsidi BBM, yang membuatharga BBM di pasar dalam negeri meningkat tajam.

Kenaikan harga BBM sejak 1 Juli 2005, harga solar untukindustri dari Rp.2.200 per liter menjadi Rp.4.750 perliter (naik 115%). Tanggal 1 Agustus 2005 kenaikanharga minyak tanah untuk industri dari Rp.2.200 per litermenjadi Rp.5.490 per liter (naik 93%). Tanggal 1 Oktober2005, pemerintah menaikkan lagi harga BBM yang berkisarantara 50% hingga 80%.

Dampak negative dari kenaikan BBM terhadap kegiatan ataupertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan keminskinandiilustrasikan dalam suatu system keterkaitan:

Gambar 1: Efek kenaikan harga BBM terhadap Ekonomidan Kemiskinan di Indonesia suatu IlusustrasiTeoritis

Kenaikan harga BBM di pasar dunia jelas akan membuatdeficit APBN tambah besar terhadap impor BBM. DefisitAPBN yang meningkat selanjutnya akan mengurangi kemampuan

DefisitAPBN

HargaBBM

Pertumbuhan PDB

U P

BP Q X

InflasiCD

pemerintah lewat sisi pengeluarannya untuk mendorongpertumbuhan ekonomi, sementara di sisi lain, kenaikan BBMakan mengurangi kegiatan produksi (Q) di dalam negeriakibat biaya produksi (BP) meningkat, yang selanjutnyaberdampak negative terhadap ekspor (X) yang berartipengurangan cadangan devisa (CD). Menurunnya kegiatanekonomi/produksi menyebabkan berkurangnya pendapatanusaha yang selanjutnya akan memperbesar deficit APBNkarena pendapaptan pajak berkurang. Harga BBM yangtinggi juga akan mendorong inflasi di dalam negeri.Semua ini akan berpengaruh negative terhadap kesempatankerja atau akan meningkatkan pengangguran (U) dankemiskinan (P). Kenaikan peganggruan atau kemiskinanjuga akan menambah deficit APBN karena menurunnyapendapatan pemerintah dari pajak pendapatan, sementara,disisi lain, pengeluaran pemerintah terpaksa ditambahuntuk membantu orang miskin. Juga peningkatan kemiskinanakan memperburuk pertumbuhan ekonomi lewat efekpermintaan, yakni permintaan di dalam negeri berkurang.

Menjelang akhir masa jabatan SBY yang akan berakhir tahun2009, perekonomian Indonesia menghadapi dua goncanganeksternal, yakni harga BBM yang terus naik dan kenaikanharga pangan di pasar global. Kenaikan harga BBM yangterus-menerus sejak tahun 2005 memaksa pemerintahmenaikkan BBM, terutama premium, di dalam negeri padatahun 2008. Kedua goncangan eksternal tersebut sangatmengancam kestabilan perekonomian nasional, khususnyatingkat inflasi. Secara kumulatif inflasi ada periodeJanuari – Februari 2008 sudah mencapai 2,44% yangmerupakan angka tertinggi sejak tahun 2003. Denganinflasi year on year yang mencapai 7,4%, maka ancamaninflasi yang lebih tinggi selama tahun 2008 bukanlahsuatu hal yang mustahil.