BAB IV.pdf - Repository UNJ

93
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum tentang Latar Penelitian Buku ajar merupakan perangkat pembelajaran yang strategis dalam proses pembelajaran bahasa. Selain memuat bahan ajar yang dikembangkan sesuai tujuan yang tertuang dalam kompetensi dasar (KD), buku ajar juga digunakan untuk mendukung dan melengkapi perangkat media belajar yang dibutuhkan guru. Kenyataan itu menjadikan buku ajar seperti buku teks atau buku paket Bahasa Indonesia sangat dibutuhkan dan dipentingkan oleh guru. Pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat Sekolah Menengah Pertama berkenaan dengan keterampilan penggunaan Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dalam bab-bab pengantar atau pendahuluan buku teks Bahasa Indonesia penjelasan mengenai tujuan belajar bahasa dan kemampuan berbahasa Indonesia dijelaskan secara eksplisit. Dalam buku-buku teks Bahasa Indonesia KTSP disebutkan bahwa “kemampuan berbahasa Indonesia diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis sesuai dengan konteks berbahasa”. Tujuan kemampuan berbahasa lisan dan tulis mengarahkan pada pencapaian kompetensi dasar keterampilan berbahasa. Kajian materi buku ini meliputi empat aspek, yaitu aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek

Transcript of BAB IV.pdf - Repository UNJ

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum tentang Latar Penelitian

Buku ajar merupakan perangkat pembelajaran yang strategis dalam

proses pembelajaran bahasa. Selain memuat bahan ajar yang dikembangkan

sesuai tujuan yang tertuang dalam kompetensi dasar (KD), buku ajar juga

digunakan untuk mendukung dan melengkapi perangkat media belajar yang

dibutuhkan guru. Kenyataan itu menjadikan buku ajar seperti buku teks atau

buku paket Bahasa Indonesia sangat dibutuhkan dan dipentingkan oleh guru.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat Sekolah Menengah Pertama

berkenaan dengan keterampilan penggunaan Bahasa Indonesia, baik lisan

maupun tulis. Dalam bab-bab pengantar atau pendahuluan buku teks Bahasa

Indonesia penjelasan mengenai tujuan belajar bahasa dan kemampuan

berbahasa Indonesia dijelaskan secara eksplisit. Dalam buku-buku teks

Bahasa Indonesia KTSP disebutkan bahwa “kemampuan berbahasa Indonesia

diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik

secara lisan maupun tulis sesuai dengan konteks berbahasa”.

Tujuan kemampuan berbahasa lisan dan tulis mengarahkan pada

pencapaian kompetensi dasar keterampilan berbahasa. “Kajian materi buku

ini meliputi empat aspek, yaitu aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek

membaca, dan aspek menulis... “ dan “...mata pelajaran Bahasa Indonesia

secara umum bertujuan agar siswa mampu mendengarkan, membaca,

memirsa, berbicara, dan menulis.” Bahan ajar yang dikembangkan dalam

buku teks/buku teks dimaksudkan untuk membawa tujuan keterampilan

berbahasa Indonesia bagi pembelajar Bahasa Indonesia SMP.

Buku paket atau buku teks Bahasa Indonesia selain berisi bahan ajaran

berbentuk wacana/teks bacaan juga berisi bahan ajar berbentuk uraian

konsep, contoh, latihan, bahkan berbentuk penilaian. Baik di dalam buku-

buku teks yang berbasis keterampilan berbahasa (Kurikulum KTSP) maupun

di dalam buku teks yang berbasis teks (Kurikulum 2013), aspek

kebahasaan/tata bahasa dimunculkan dalam bahan ajar bentuk uraian, contoh,

latihan, atau juga dalam bentuk penilaian. Dalam buku teks Bahasa Indonesia

terdapat bahan ajar kebahasaan berbentuk uji kemampuan berisi soal-soal

latihan yang disajikan pada setiap subpelajaran, yang digunakan untuk

melatih pemahaman siswa berkaitan dengan isi materi. Sementara bahan ajar

bentuk uraian kebahasaan ada yang tersaji secara khusus dalam topik bingkai

bahasa atau topik memahami unsur kebahasaan, dan ada yang tersebar dalam

sajian topik belajar lain dalam isi buku. Bingkai bahasa “berisikan

pengetahuan mengenai struktur kebahasaan guna memperoleh kemampuan

berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis”. Unsur kebahasaan

berisi kegiatan untuk “memahami bentuk teks dan menerapkan penggunaan

unsur kebahasaan yang ada dalam pemodelan teks”.

Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar kebahasaan yang dikembangkan

dalam buku teks/buku teks Bahasa Indonesia berisi pokok-pokok materi

berkenaan dengan aspek tata bahasa dan keterampilan berbahasa. Pokok-

pokok materi aspek tata bahasa berkenaan dengan tata bunyi, tata kata, tata

kalimat, paragraf dan wacana. Topik aspek kebahasaan yang dikembangkan

dalam buku teks Bahasa Indonesia diasumsikan menggunakan prinsip-prinsip

tata bahasa pendidikan. Sementara pokok-pokok materi keterampilan

berbahasa berhubungan dengan keterampilan berbahasa tulis dan berbahasa

lisan.

Pentingnya aspek kebahasaan dikembangkan dalam buku teks adalah

hubungan penggunaan bahasa dengan tata bahasa. Seperti sudah dijelaskan

sebelumnya bahwa hubungan grammar/aturan bahasa dan berpikir adalah

bahwa pemahaman aturan bahasa membantu orang untuk

berbahasa/mengungkapkan dan memahami bahasa (kemampuan reseptif dan

kemampuan produktif bahasa). Agar dapat berbahasa teratur dibimbing oleh

grammar-nya.

2. Temuan Penelitian

1.1 Aspek Tata bahasa dalam Buku teks Bahasa Indonesia di Sekolah

Menengah Pertama (SMP)

Temuan-temuan penelitian aspek-aspek tata bahasa mencakup

komponen fonologi, komponen morfologi, komponen sintaksis, komponen

semantik, dan komponen wacana.

Komponen Fonologi

Komponen fonologi adalah cabang linguistik yang mengkaji satuan

bahasa dasar sebagai bunyi. Kajian fonologi dibedakan atas fonetik dan

fonemik.

1) Komponen Fonetik

Fonetik adalah bagian fonologi yang mengkaji bagaimana bunyi itu

diproduksi, dialirkan, dan diterima oleh pendengar. Data mengenai

komponen fonetik mencakup: (1) segmental (vokal, konsonan, diftong, gugus

konsonan), (2) silabel (suku kata), dan (3) suprasegmental.

Data komponen fonetik disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.1. Fonetik

47,37%

21,05%

31,58%

Fonetik

Vokal, Konsonan,diftong, gugus

Silabel

Suprasegmental

Dari diagram tersebut diperoleh informasi komponen-komponen

fonetik segmental meliputi bunyi-bunyi fon (vokal, konsonan, diftong, gugus

konsonan) 47,37%, silabel 21,05% dan suprasegmental 31,58%.

Jadi, dari komponen fonetik, data yang paling banyak muncul adalah

bunyi-bunyi fon (vokal, konsonan, diftong, gugus konsonan) sebanyak

47,37%, dan yang paling sedikit muncul adalah aspek silabel sebanyak

21,05%.

Untuk memperjelas informasi tersebut berikut disajikan contoh.

Contoh a.1:

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam bercerita, di antaranya penggunaan lafal,

intonasi…..(37)

Lafal berkaitan dengan artikulasi atau kejelasan pengucapan

kata….

Intonasi berkaitan dengan nada, penekanan ucapan, serta

penjedaan dalam suatu kalimat….

Asep Yudha 1 Pelajaran 4 Tagihan 1a (01-VII)

Teks di atas menunjukkan komponen fonetik berupa artikulasi

berhubungan dengan pengucapan atau cara bunyi (vokal, konsonan)

dihasilkan, termasuk pelafalan yang sesuai dengan bunyi dalam kejelasan

pengucapan yaitu bagaimana menghasilkan bunyi dalam satuan arus ujaran

(silabel), serta unsur suprasegmental yang menyertai pengucapan.

Contoh a.2:

... pemenggalan kata dilakukan dengan aturan berikut:

a. imbuhan dipisahkan dari kata dasarnya;

b. pemenggalan pada kata dasar diatur sebagai berikut:

1) dua vokal berturutan dipisahkan di antara keduanya,

2) jika konsonan diapit vokal, pemisahannya dilakukan sebelum konsonan

tersebut, dan

3) jika terdapat dua konsonan atau lebih berturut-turut di tengah kata,

pemenggalannya dilakukan setelah konsonan pertama. (108)

CTL Krisyani Kelas 8 Unit 6 C 1e -(04-VIII)

Teks di atas memperlihatkan bahwa aturan yang dipakai dalam

pemenggalan kata sesuai dengan aturan bunyi fonetik.

Contoh a.3:

3. Membawakan Acara dalam Berbagai Peristiwa

Pembawa acara yang baik dituntut memiliki

• …

• pengartikulasian yang jelas serta lafal, intonasi, dan jeda yang tepat

• kelancaran pengucapan

• …

Di samping itu, secara umum pembawa acara yang baik dituntut memiliki

artikulasi yang jelas serta lafal, intonasi, dan jeda yang tepat. (180)

CTL Krisyani Kelas 8 Unit 10 D 1e -(04-VIII)

Teks di atas menunjukkan bahwa dalam membawakan acara dalam

berbagai peristiwa, harus memerhatikan artikulasi, lafal, intonasi, jeda, dan

kelancaran pengucapan. Artikulasi berhubungan dengan pengucapan atau

cara bunyi (vocal, konsonson, dsb) dihasilkan, termasuk bagian menghasilkan

bunyi dalam satuan arus ujaran, serta unsur suprasegmental yang menyertai

ucapan.

2) Komponen fonemik

Fonemik adalah bagian dari fonologi yang mengkaji bagaimana bunyi-

bunyi itu membedakan makna.

Data mengenai komponen fonemik disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.2. Fonemik

Dari diagram tersebut diperoleh informasi mengenai komponen

fonemik yang berhubungan dengan pelafalan baku 65%, dan grafem 35%.

Jadi, dari komponen fonemik data yang paling banyak muncul adalah

pelafalan baku sebanyak 65%, dan yang paling sedikit muncul adalah grafem

sebanyak 35%.

Untuk memperjelas informasi tersebut berikut disajikan contoh.

Contoh a.4:

Uji Kompetensi Semester 1

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

3. Berdasarkan ejaannya, kata-kata di bawah ini baku, kecuali….

a. biaya, nasihat, praktik

b. beaya, nasehat, praktek

c. debit, kredit, utang

65,00%

35,00%

Fonemik

Pelafalan Baku

Grafem/Ejaan

d. apotek, beasiswa, kuitansi (89)

Atikah Anindyarini UJi Kompetensi Semester 1 1a – (03 - IX)

Teks di atas menunjukkan terdapat penulisan huruf berdasarkan

penggunaan fonem yang berkenaan dengan grafemnya.

Contoh a.5:

1. …………………………………………………………

2. Lafal

a. Tekanan ucapannya baku (tidak

terdengar bahasa daerah)

b. Ucapannya selalu dapat dipahami

c. Melafalkan dengan sulit, agak susah

dipahami

d. Ucapannya sangat susah dipahami

3. ………………………………………………………….

4. ………………………………………………………….

5. …………………………………………………………. (135)

Wahono (02) Unit 1 Semester 2 Bagian kedua 1a- (02-IX)

Teks di atas menunjukkan bahwa dalam melafalkan, yang harus

diperhatikan ialah tekanan ucapan baku, dan ucapannya dapat dipahami.

Contoh a.6:

D. Menyunting Karangan

1. Ejaan

a. Penulisan Huruf

Secara umum, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia digunakan ejaan

Bahasa Indonesia yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia

Yang Disempurnakan. ….

28)

Atikah Anindyarini Pelajaran 2 Kegiatan Kemanusiaan 1a – (03 - IX)

Teks di atas menunjukkan komponen fonemik berupa penulisan huruf

berdasarkan penggunaan fonem yang berkenaan dengan grafemnya.

Data mengenai komponen fonologi secara keseluruhan disajikan pada

diagram berikut.

Diagram 4.3. Fonologi

Dari gambar diagram tersebut komponen fonetik 48,72% dan

komponen fonemik 51,28%. Hal ini berarti komponen fonologi didominasi

oleh komponen fonemik. Yaitu aspek bunyi bahasa hubungannya dengan

bagaimana pengucapan bunyi dapat membedakan makna dan berhubungan

dengan lambang bunyi/grafem untuk mewujudkan perbedaan maknanya.

48,72%

51,28%

Komponen Fonologi

Fonetik

Fonemik

Komponen Morfologi

Morfologi adalah cabang dari linguistik yang mengkaji bagaimana

kata-kata itu dibentuk. Data mengenai komponen morfologi mencakup

afiksasi, reduplikasi, komposisi, penyingkatan, dan kelas kata.

Data komponen morfologi disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.4. Morfologi

Dari diagram tersebut diperoleh informasi mengenai komponen-

komponen morfologi mencakup afiksasi 42,37%, reduplikasi 3,39%,

komposisi 1,69%, penyingkatan 6,78%, dan kelas kata 45,76%. Dengan

demikian, komponen morfologi yang paling banyak muncul adalah kelas

kata.

Untuk memperjelas informasi tersebut berikut disajikan contoh.

42,37%

3,39%1,69%6,78%

45,76%

Morfologi

Afiksasi

Reduplikasi

Komposisi

Penyingkatan

Kelas Kata

Contoh b.1:

Rangkuman

Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan ….. . Akronim adalah singkatan

yang berupa gabungan huruf awal, …. (109)

Atikah Anindyarini Pelajaran 6 1 b – (03-IX)

Teks di atas menunjukkan komponen morfologi berupa pembentukkan

kata dengan menyingkat kata dalam proses akronim.

Contoh b.2:

Bingkai Bahasa

Pada bacaan di atas

terdapat kata berkonfiks

pe-/-an…

Makna konfiks pe-/-

an dapat diklasifikasikan

sebagaimana berikut…. (99)

Asep Yudha 1 Pelajaran 5 Kesehatan A 1b-(01-VII)

Teks tersebut menunjukkan komponen morfologi berupa pembentukan

kata berkonfiks (pe-an) dan makna ( pe- an ).

Contoh b.3:

Akhiran –kan sering ddikacaukan dengan akhiran –an, tetapi perlu diingat

bahwa fungsi dan maknanya berbeda.

Contoh:

tembakan ‘hasil menembak’, membentuk kata benda

tembakkan ‘perintah untuk menembak’, membentuk kata kerja (27)

Kisyani Unit 2A kelas VIII

Teks tersebut menunjukkan komponen morfologi berupa pembentukan

kata dengan proses afiksasi dan kelas kata.

Contoh b.4:

2.5 Penggunaan Kata Depan pada Teks Deskripsi (24)

Daftarlah penggunaan kata depan pada teks deskripsi 1 dan 2! ... (24)

......Simpulkan prinsip penggunaan kata depan pada teks deskripsi! (25)

Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas VII SMP/ MTS BAB I

Teks tersebut menunjukkan komponen morfologi berupa penggunaan

preposisi sebagai kelas kata tugas.

Sintaksis

Sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang bagaimana

kata-kata bergabung menjadi kalimat. Data mengenai komponen sintaksis

mencakup bagian kalimat, fungsi kalimat/tema rema, intonasi kalimat, dan

kalimat efektif.

Bagian kalimat adalah satuan-satuan bahasa yang mengisi fungsi-fungsi

sintaksis, yakni mencakup frasa, klausa, dan kalimat. Data mengenai bagian

kalimat disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.5. Bagian Kalimat

Dari diagram tersebut diperoleh informasi mengenai satuan-satuan

bahasa yang mengisi fungsi-fungsi sintaksis kalimat yang mencakup frasa

3,03%, klausa 15,15% dan kalimat 81,82%. Selanjutnya, kalimat mencakup

kalimat tunggal majemuk 48,15%, kalimat aktif pasif 29,63%, kalimat

verbal/non verbal 14,81%, dan kalimat transitif/intransitif 4,41%.

Data mengenai jenis kalimat disajikan dalam diagram berikut.

3,03%

15,15%

81,82%

Bagian Kalimat

Frasa

Klausa

Kalimat

Diagram 4.6. Jenis Kalimat

Untuk memperjelas informasi mengenai komponen sintaksis berikut

disajikan contoh.

Contoh c.1:

Tugas 2 Menelaah Unsur Kebahasaan Teks Biografi (hal. 55)

4.......... isilah tabel berikut dengan kalimat tunggal dan majemuk yang

menggambarkan aktivitas dan peristiwa serta masalah...(hal. 56)

Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VIII 2014 BAB II 01-

VIII

Teks di atas menunjukkan komponen sintaksis berupa penggunaan

jenis kalimat tunggal dan majemuk.

Contoh c.2:

Ingin Tahu?

48,15%

29,63%

14,81%

7,41%

Jenis Kalimat

Tunggal/Majemuk

Aktif/Pasif

Verbal/Nonverbal

Transitif/Intransitif

pada teks “Candi Sukuh Misteri Piramida yang Terpenggal….

Kalimat tersebut merupakan kalimat pasif…..

predikatnya merupakan kata kerja pasif yang ditandai dengan awalan di–……

Kalimat tersebut merupakan kalimat aktif. Hal ini dikarenakan subjeknya

(Jhonson) melakukan

pekerjaan dan predikatnya merupakan kata kerja aktif yang ditandai dengan

awalan me–211

Asep Yudha kelas 7 Pelajaran 9 Pariwisata C 1a(01-VII)

Teks di atas menunjukkan komponen sintaksis berupa penyusunan

kalimat aktif/pasif dengan me- dan di-.

Contoh c.3:

Bingkai Bahasa

Kalimat berita positif

adalah …..

kalimat berita negatif adalah…

….Kata negatif tidak diikuti

oleh kata kerja atau kata

sifat, sedangkan kata

negatif bukan diikuti oleh

kata benda….

Misalnya….

Variasi kalimat berita

positif adalah perubahan

posisi atau letak kata

dalam kalimat…

misalnya…

(161)

Asep Yudha kelas 7 Pelajaran 9 Pariwisata C 1a(01-VII)

Teks di atas menunjukkan komponen sintaksis berupa penggunaan

kalimat berita positif dan negatif.

Contoh c.4:

d) kata sambung penanda urutan waktu .. (68)

Kata sambung urutan waktu setelah itu, kemudian, sementara itu,

bersamaan dengan itu, tiba-tiba, ketika, sebelum, dan sebagainya.

Penggunaan kata sambung urutan waktu untuk menandakan datangnya tokoh

lain atau perubahan latar, baik latar suasana, waktu, dan tempat. Contoh: …

(68)

Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas VII SMP/ MTS BAB II 01-VII

Teks di atas menunjukkan komponen sintaksis berupa penggunaan

kalimat dengan fungsi keterangan yang berhubungan dengan fungsi kalimat.

Contoh c.5:

Bagian-bagian yang perlu disunting

-Keefektifan kalimat

- Ketepatan ejaan

- Penggunaan tanda baca

- Ketepatan pilihan kata

- Paragraf

(105-106)

Wahono (02) Unit 4 Bagian kesatu (01-IX)

Teks di atas menunjukkan komponen sintaksis berupa keefektifan

kalimat yakni penggunaan kalimat yang sesuai dengan kaidah pengalimatan

baik bagian kalimat, fungsi, dan intonasinya. Data mengenai komponen

sintaksis secara keseluruhan disajikan pada diagram berikut.

Diagram 4.7. Sintaksis

Jadi, satuan-satuan sintaksis kalimat bahasa yang mengisi bagian

kalimat 35,87% merupakan komponen sintaksis yang paling banyak muncul.

Sementara komponen sintaksis yang paling sedikit muncul adalah fungsi

kalimat 10,87%.

Semantik

Semantik adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang makna kata

dan makna kalimat. Data mengenai aspek semantik mencakup jenis makna,

hubungan makna, diksi, dan pergeseran dan perubahan makna.

Jenis makna mencakup leksikal/gramatikal, makna konotasi/denotasi,

makna kontekstual, makna istilah, dan makna ungkapan/peribahasa.

Data-data mengenai jenis makna disajikan dalam diagram berikut.

35,87%

10,87%

33,70%

19,57%

Komponen sintaksis

Bagian Kalimat

Fungsi Kalimat

Intonasi Kalimat

Kalimat Efektif

Diagram 4.8. Jenis Makna

Berdasarkan diagram di atas diperoleh informasi jenis makna

leksikal/gramatikal 13,64%, makna konotasi/denotasi 4,55%, makna

kontekstual 4,55%, makna istilah 31,82%, dan makna ungkapan/peribahasa

45,55%.

Untuk memperjelas informasi tersebut berikut disajikan contoh.

Contoh d.1:

Setelah membaca bacaan tersebut… kalian lanjutkan dengan mencari makna

kata serta contoh penggunaannya kedalam kamus (44)

Asep Yudha Kelas 7 Pelajaran 2 Pendidikan C 1 - (01-VII)

Teks di atas menunjukkan aspek semantik berupa jenis makna, yakni

Jenis makna leksikal kata dan istilah di dalam kamus.

Contoh d.2:

Uji Kompetensi

13,64% 4,55%

4,55%

31,82%

45,45%

Jenis Makna

Leksikal/Gramatikal

Konotasi/Denotasi

Kontekstua

Istilah

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

8. Di era globalisasi ini semua serba digital.

Kata digital termasuk kata asing yang diserap dalam Bahasa Indonesia

melalui ... .

a. adopsi

b. adaptasi

c. terjemahan

d. kreasi (55)

B. Kerjakan soal-soal berikut!

Perhatikanlah cuplikan dialog berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2!

1. …….

2. Carilah kata-kata yang merupakan hasil penyerapan dari kata asing dalam

kutipan dialog di atas! (57)

Atikah Anindyarini Pelajaran 3 Macam-macam Peristiwa 1d – (03 - IX)

Teks di atas menunjukkan aspek semantik berupa jenis makna, yakni

makna kata sebagai istilah unsur serapan.

Contoh d.3:

Uji Kompetensi

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

2. Orang yang bercita-cita tinggi, tetapi tidak dapat meraihnya, diibaratkan ... .

a. seperti air di atas daun talas

b. ……

c. ……

d. ……

3. Tercoreng arang di kening.

Peribahasa di atas artinya ... .

a. keningnya terkena arang

b. ……

c. …..

d. ……(69)

B. Kerjakanlah soal-soal berikut!

3. Jelaskan arti ungkapan dan peribahasa berikut! Kemudian buatlah masing-

masing sebuah kalimat

Atikah Pelajaran 4 Perkembangan Alat Komunikasi 1d – (03 - IX)

Teks di atas menunjukkan aspek semantik berupa jenis makna, yakni

penggunaan majas dalam peribahasa dan ungkapan.

Data mengenai hubungan makna disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.9. Hubungan Makna

Berdasarkan diagram tersebut diperoleh informasi aspek hubungan

makna sebagai berikut makna sinonim 46,15%, antonim 23,08%, homonim

15,38%, dan polisemi 15,38%.

Untuk memperjelas diagram di atas berikut disajikan contoh.

Contoh d.4:

3. Mendaftar Ciri Penggunaan Bahasa pada Teks Deskripsi (9)

Teks deskripsi menggunakan sinonim kata yang bermakna khusus (legam, biru

toska, putih jernih, molek, permai). ... (9)

Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas VII SMP/ MTS BAB I

Teks di atas menunjukkan aspek semantik berupa penggunaan

sinonim sebagai kajian hubungan makna dengan makna kata lain. (buku siswa

k13 no 13)

Contoh d.5:

46,15%

23,08%

15,38%

15,38%

Hubungan Makna

Sinonim

Antonim

Homonimi

Polisemi

Tugas 3 Menelaah Unsur Kebahasaan Teks Prosedur (hal. 90)

1............

2.......... cobalah temukan kata-kata yang memilki antonim.....

Contoh:

Bersih >< kotor (hal. 100)

3............ cobalah temukan sinonimnya....

Contoh:

Bersih = resik (hal. 101)

Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VIII 2014 BAB III

01-VIII

Teks di atas menunjukkan aspek semantik berupa penggunaan makna

kata sinonim dan antonim sebagai kajian hubungan makna.

Berikut ini contoh dari aspek semantik berupa diksi dan perubahan

makna.

Contoh d.6:

7 Kebahasaan

Kebahasaan berkaitan dengan penggunaan kalimat yang

efektif, pemilihan diksi atau pilihan kata, kesantunan bahasa, serta

komunikatif.(39)

Asep Yudha Kelas 7 Pelajaran 2 Pendidikan A 1d-(01-VII)

Teks di atas menunjukkan aspek semantik berupa pilihan kata

berdasarkan berbagai jenis makna leksikal gramatikal.

Contoh d.7:

Membandingkan kedua cerpen!

Aspek

1. …

2. ..

3. …

4. …

5. …

6. Apakah bahasanya mudah dimengerti oleh pembaca?

7. apakah menggunakan kata-kata dalam pergaulan sehari-hari

8.… (30)

Wahono (02) Unit 1 D (01-IX)

Teks di atas menunjukkan aspek semantik berupa diksi/pilihan kata

yang mudah dipahami dan menggunakan bahasa dalam pergaulan sehari-hari.

Contoh d.8:

14. Kata yang mengalami penyempitan makna terdapat pada kalimat ... .

a. Partai yang dipimpinnya memperoleh 15 kursi.

b. Ayah membeli kursi tamu.

c. Di ruang itu hanya tersedia 15 kursi.

d. Kursi yang dimilikinya sudah rusak. (91)

Atikah Anindyarini Uji Kompetensi Semester 1 1d – (03 - IX)

Teks di atas menunjukkan aspek semantik berupa perubahan makna di

dalam kalimat.

Data mengenai aspek semantik secara keseluruhan disajikan pada

diagram berikut.

Diagram 4.10. Semantik

Berdasarkan diagram tersebut diperoleh informasi mengenai aspek

semantik sebagai berikut jenis makna 29,37%, hubungan makna 17,57%,

diksi 50%, dan pergeseran dan perubahan makna 2,70%.

Jadi, aspek semantik yang banyak muncul adalah diksi 50%. Sementara

aspek semantik yang paling sedikit muncul adalah pergeseran dan perubahan

makna 2,7%.

Wacana

29,73%

17,57%

50,00%

2,70%

Aspek Semantik

Jenis Makna

Hubungan Makna

Diksi

Perubahan Makna

Wacana adalah bagian dari linguistik yang mengkaji satuan-satuan

bahasa di atas kalimat dan penggunaannya dalam komunikasi. Komponen

wacana mencakup kohesi/ koherensi/pengmbangan paragraf, jenis wacana,

dan penciptaan pragmatik.

Data mengenai komponen wacana secara keseluruhan disajikan pada

diagram berikut.

Diagram 4.11. Wacana

Berdasarkan diagram tersebut diperoleh informasi komponen wacana

kohesi, koherensi dan pengembangan paragraf 61,19%, jenis wacana 19,40%,

dan pragmatik wacana 19.40%.

1. Kohesi, Koherensi, dan Pengembangan Paragraf

Aspek kohesi adalah keterkaitan antar satu kalimat dengan kalimat yang

lain yang membentuk wacana (paragraf), sedangkan koherensi adalah

keruntutan gagasan-gagasan atau proposisi yang terjalin dalam satu wacana

61,19%19,40%

19,40%

Komponen wacana

Kohesi danKoherensiPengembanganParagraf

Jenis Wacana

Pragmatik Wacana

(paragraf). Penanda-penanda kohesi mencakup referensi, substitusi, elipsis

dan konjungsi.

Data mengenai aspek kohesi dan koherensi disajikan dalam diagram

berikut.

Diagram 4.12. Kohesi dan Koherensi Pengembangan Paragraf

Berdasarkan diagram tersebut diperoleh informasi aspek kohesi dan

koherensi mencakup referensi 7,32%, konjungsi 26,83%, dan paragraf

65,85%. Sementara itu, substitusi dan ellipsis tidak muncul dalam data.

Untuk memperjelas diagram di atas berikut disajikan contoh.

Contoh e.1:

D. Menyunting Karangan

4. Penyusunan Paragraf

a. Kepaduan Paragraf

7,32%

26,83%

65,85%

Referensi

Substitusi

Elipsis

Konjungsi

Paragraf

Suatu paragraf disebut padu jika kalimat-kalimat yang ada dalam paragraph

tersebut padu (kohesif) dan paragraf-paragraf dalam bacaan tersebut juga padu

(koheren).

Contoh ….

b. Kesatuan Paragraf

Setiap paragraf dalam bacaan adalah sebuah kesatuan yang membicarakan salah

satu aspek dari tema seluruh bacaan. …..

Contoh: …. (30)

Atikah Anindyarini Pelajaran 2 Kegiatan Kemanusiaan 1e – (03 - IX)

Teks tersebut menunjukkan komponen wacana dalam penggunaan

kepaduan sebagai alat kohesi untuk mengembangkan paragraf.

Contoh e.2:

Tugas 3 Memahami Unsur Kebahasaan Teks Cerita Fabel (hal. 10)

4. Penggunaan Kata Hubung Lalu, Kemudian, dan Akhirnya (hal.14)

Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu digunakan sebagai

penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Kata akhirnya biasanya digunakan

untuk menyimpulkan dan mengakhiri informasi dalam paragraf atau dalam

teks...(hal.14)

Setelah memahami kata penghubung lalu dan kemudian, buatlah tiga paragraf

singkat. Gunakanlah lalu dan kemudian sebagai kata penghubung … (hal.14)

Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VIII 2014 BAB I 01-

VIII

Teks tersebut menunjukkan komponen wacana kohesi dan koherensi

pengembangan paragraf berupa penggunaan kata sambung atau konjungsi

sebagai penanda kohesi untuk menyambung antarparagraf.

Contoh e.3:

Tugas 3 Mengidentifikasi Unsur Kebahasaan Teks Biografi (hal. 45)

2. Merujuk Kata

Di dalam teks biografi “Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Indonesia” di

atas terdapat bagian kata atau kelompok kata yang merujuk pada kata atau

kelompok kata kalimat sebelumnya…

Contoh:

Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar ditandai dengan perjuangan

dan pengabdian pada kepentingan bangsa dan negaranya. (hal.47)

Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VIII 2014 BAB II 01-

VIII

Teks di atas menunjukkan komponen wacana berupa penggunaan kata

atau kelompok kata sebagai penanda kohesi menghubungkan antarkalimat.

2. Jenis Wacana

Data mengenai jenis wacana disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.13. Jenis Wacana

Dari diagram tersebut diperoleh informasi bahwa jenis wacana surat

61,54%, jenis wacana komposisi 23,08%, dan jenis teks pengumuman

15,38%.

Untuk memperjelas diagram di atas berikut disajikan contoh.

Contoh e.4:

5. Mencermati Penulisan Kata

Dalam penyusunan tulisan, baik itu berupa surat atau ragam tulisan lainnya,

masalah penulisan kata perlu diperhatikan kebakuannya. Ragam tulisan

seharusnya taat pada kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

(EYD). (55)

CTL Kisyani kelas 8 Unit 3 C

61,54%

23,08%

15,38%

Surat

Komposisi

Pengumuman

Teks di atas menunjukkan komponen wacana berupa menggunakan

ragam tulis yang baik dalam jenis wacana berupa surat.

Contoh e.5:

Tugas

Buktikan bahwa kedua teks 1 dan 2 mengandung aspek bahasa yang menjadi

ciri teks laporan hasil observasi! (129)

Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas VII SMP/ MTS Bab IV

Teks di atas menunjukkan komponen wacana berupa jenis wacana yaitu

Menggunakan teks jenis deskripsi wacana.

Contoh e.5:

Berkaitan dengan penulisan teks pengumuman, beberapa hal

yang perlu kalian perhatikan di antaranya sebagai berikut.

1.

2.

3. Penggunaan bahasa yang lugas, efektif, dan komunikatif.

Berkaitan dengan penulisan teks pengumuman, beberapa hal…

Adapun 33arag bahasa pengumuman adalah berikut.

b. Singkat, jelas, dan tidak menimbulkan ambigu.

(71-72)

Asep Yudha Kelas 7 Pelajaran 3 Olahraga D 1e-(01-VII)

Teks di atas menunjukkan komponen wacana berupa jenis wacana,

berupa teks pengumuman.

Pragmatik Wacana

Pragmatik wacana adalah kajian wacana dari komponen pragmatik atau

pendekatan pragmatik dalam kajian wacana. Pragmatik diartikan sebagai

ilmu yang mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan

sosial budaya tertentu. Komponen pragmatik wacana mencakup dieksis,

praanggapan, implikatur, kesantunan, dan prinsip kerjasama. Pragmatik

wacana berhubungan dengan memperhitungkan aspek praanggapan,

implikatur, dan kesantunan berbahasa. Pengembangan wacana dengan

memperhatikan ketiga aspek tersebut, menciptakan bahasa yang komunikatif.

Data mengenai pragmatik wacana disajikan dalam diagram berikut.

90%

10%

Praanggapan

Implikatur

Kesantunan

Prinsip Kerjasama

Deiksis

Diagram 4.14. Pragmatik Wacana

Berdasarkan diagram tersebut atas diperoleh informasi pragmatik

wacana kesantunan 90%, dan prinsip kerjasama 10%. Sementara itu wacana

praanggapan 0%, implikatur 0%, dan deiksis 0% tidak muncul dalam data.

Untuk memperjelas diagram di atas berikut disajikan contoh.

Contoh e.6:

1. mengidentifikasi cirri-ciri novel …

Apek

1. Bahasa yang digunakan

Per tanyaan pemandu

a. Apakah bahasanya mudah dipahami?

b. Apakah menggunakan ungkapan-ungkapan lama?

c.Apakah bahasanya komunikatif

d. …

e. apakah menggunakan bahasa sehari-hari (148)

Wahono (02) Unit 1 D 1e-(02-IX)

Teks tersebut menunjukkan komponen wacana berupa aspek

kesantunan yakni bahasa komunikatif yang merupakan bahasa yang mudah

dipahami.

Contoh e.7:

... Jawablah pertanyaan berikut ini …

Aspek

1. Bahasa yang digunakan

a. Apakah bahasa mudah dimengerti?

b. Apakah menggunakan kata-kata/kalimat yang sulit dipahami?

c. Apakah menggunakan ungkapan-ungkapan lama yang khas (160)

Wahono (02) Unit 1 E 1e-(02-IX)

Teks tersebut menunjukkan komponen wacana berupa penciptaan

pragmatik wacana, yakni bahasa komunikatif merupakan bahasa yang mudah

dipahami (kesantunan).

Dari paparan di atas dapat dinyatakan bahwa aspek tata bahasa dalam

buku teks Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mencakup

komponen fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana.

Secara ringkas, keseluruhan aspek tata bahasa dirangkum dalam

diagram berikut.

11,78%

17,82%

27,79%

22,36%

20,24%Fonologi

Morfologi

Sintaksis

Semantik

Wacana

Diagram 4.15. Aspek Tata Bahasa

Dari diagram rangkuman tersebut diperoleh informasi dari kelima

aspek tata bahasa yang terdapat dalam buku teks Bahasa Indonesia di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) berturut-turut komponen sintaksis 27,79%,

komponen wacana 22,36%, komponen semantik 20,24%, komponen

morfologi 17,82% dan komponen fonologi 11,78%.

1.2 Penempatan Tata bahasa dalam Kompetensi Komunikatif dalam

Buku teks Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Kemampuan/kompetensi komunikatif dibangun dari berbagai aspek

kompetensi komunikatif yang termasuk kompetensi gramatikal atau

kompetensi tata bahasa (gramatical competence), kompetensi sosiolinguistik

(sociolinguistic competence), kompetensi strategi (strategic competence),

dan kompetensi wacana (discourse competence). Dari empat aspek

kompetensi komunikatif tersebut, kompetensi gramatikal atau kompetensi

tata bahasa menempati posisi yang penting bersama-sama dengan kompetensi

sosiolinguistik, kompetensi strategis, dan kompetensi wacana..

Data mengenai aspek penempatan aspek tata bahasa dalam kompetensi

komunikatif dalam buku teks Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama

(SMP) disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.16. Kompetensi Komunikatif

Berdasarkan diagram tersebut, diperoleh informasi aspek penempatan

tata bahasa kompetensi gramatikal 59,06%, kompetensi sosiolinguistik

28,86%, kompetensi wacana 6,04%, dan kompetensi strategis 6,04%.

a. Kompetensi Gramatikal

Dalam kaitannya dengan kompetensi komunikatif, aspek penempatan

tata bahasa (penggunaan aspek tata bahasa dalam komunikasi) sebagai

kompetensi gramatikal mencakup penggunaan phonology/graphology,

vocabulary, morphology, dan syntax.

Data mengenai kompetemsi gramatikal disajikan dalam diagram

berikut.

59,06%28,86%

6,04%6,04%

Kompetensi

gramatikal

Kompetensi

sosiolinguistik

Kompetensi wacana

Kompetensi

Strategis

Diagram 4.17. Kompetensi Gramatikal

Berdasarkan diagram tersebut diperoleh informasi kompetensi

gramatikal penggunaan phonology 23,30%, vocabulary 20,45%, morphology

16,48%, dan syntax 39,77%.

Untuk memperjelas informasi tersebut, berikut disajikan contoh.

Contoh a.1:

D. Menyunting Karangan

1. Ejaan

a. Penulisan Huruf

Secara umum, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia digunakan ejaan

Bahasa Indonesia yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

Yang Disempurnakan.

….

Atikah Anindyarini Pelajaran 2 Kegiatan Kemanusiaan (01-x)

23,30%

20,45%

16,48%

39,77%

Phonology/

graphology

Vocabulary

Morphology

Syntax

Teks di atas menunjukkan penempatan tata bahasa dalam kompetensi

gramatikal berupa kemampuan menyesuaikan aturan bahasa penulisan huruf

pada ejaan sesuai kaidah grafologi dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan (EYD).

Contoh a.2:

Setelah membaca bacaan tersebut…

kalian lanjutkan dengan mencari makna kata serta contoh penggunaannya

kedalam kamus (44)

Asep Yudha Kelas 7 Pelajaran 2 Pendidikan C 01-VII

Teks di atas menunjukk penempatan tata bahasa dalam kompetensi

gramatikal berupa kemampuan kemampuan menyesuaikan aturan bahasa

sesuai dengan kaidah fungsi dan makna kata untuk memperkaya kosakata.

Contoh a.3:

Tugas 3 Memahami Unsur Kebahasaan Teks Cerita Fabel (hal. 10)

3. Penggunaan Kata Keterangan Tempat dan Waktu (hal.13)

Dalam teks cerita fabel biasanya digunakan kata keterangan tempat dan kata

keterangan waktu untuk menghidupkan suasana. Untuk keterangan tempat

biasanya digunakan kata depan di dan keterangan waktu biasanya digunakan kata

depan pada atau kata yang menunjukkan informasi waktu. (hal.13)

Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VIII 2014 BAB I 02-

VIII

Teks di atas menunjukkan penempatan tata bahasa dalam kompetensi

gramatikal berupa kemampuan menyesuaikan aturan bahasa sesuai dengan

teori sintaksis.

Contoh a.4:

5. Menggunakan Bahasa Baku dalam laporan

Bahasa baku adalah kaidah tata bentukan kata, tata makna, tata kalimat, dan

tata cara penulisan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. … (5)

Kisyani L (04) CTL Unit 1 A 1d -(04-VIII)

Teks di atas menunjukkan penggunaan aspek penempatan tata bahasa

kompetensi gramatikal berupa kemampuan menyesuaikan aturan bahasa

sesuai teori morfologi.

b. Kompetensi Sosiolinguistik Berkenaan dengan Sosiokultural

Penggunaan Aturan Bahasa

Kompetensi sosiolinguistik adalah penggunaan aturan-aturan bahasa

sesuai dengan kaidah sosiokultural dan sesuai konteks komunikasi. konteks,

hanya terdapat data 28,86% tentang aspek kompetensi sosiolinguistik dalam

buku teks Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Untuk memperjelas infomasi berikut disajikan contoh.

Contoh b.1:

Membandingkan kedua cerpen!

Aspek

1. …

2. ..

3. …

4. …

5. …

6. Apakah bahasanya mudah dimengerti oleh pembaca?

7. apakah menggunakan kata-kata dalam pergaulan sehari-hari

8.… (30)

Wahono (02) Unit 1 D E 01-IX

Teks di atas menunjukkan penggunaan aspek sosiolinguistik berupa

kompetensi sosiolinguistik, yakni kemampuan menggunakan kata-kata dalam

pergaulan sehari-hari sesuai dengan kompetensi sosiolinguistik.

Contoh b.2:

A. Mengomentari Pendapat Narasumber dalam Dialog Interaktif

1. …..

2. Menggunakan kata dan kalimat yang baik dan lugas, dan

…… (40)

Atikah Anindyarini Pelajaran 3 Macam-macam Peristiwa 01-IX

Teks di atas menunjukkan penggunaan aspek sosiolinguistik, berupa

kompetensi sosiolinguistik yakni kemampuan menyesuaikan penggunaan

kata dan kalimat yang lugas pada dialog interaktif.

Contoh b.3:

Tugas 3 Memahami Unsur Kebahasaan Teks Cerita Fabel (hal. 10)

1. Mengidentifikasi Kata Kerja

…coba kamu identifikasi kata kerja dalam teks tersebut berdasarkan

struktur teks yang ada.

Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VIII 2014 BAB I

3(01-IX)

Teks di atas menunjukkan penggunaan aspek sosiolinguistik, berupa

kompetensi sosiolinguistik yakni kemampuan menyelesaikan penggunaan

kata kerja pada kompetensi sosiolinguistik.

c. Kompetensi Wacana

Kompetensi wacana adalah kompetensi menggunakan aspek-

komponen wacana terutama kohesi dalam kompetensi komunikatif. Data

kompetensi wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia sekolah menengah

pertama (SMP) sebanyak 6,04%.

Untuk memperjelas informasi di atas, berikut disajikan contoh.

Contoh c.1:

Tahukah Kamu?

Aspek- aspek apa sajakah yang perlu disunting dalam sebuah naskah?

• Aspek Bahasa …

• Aspek Organisasi …(Sistematika)

Aspek isi karangan … (8)

Endah TP(04) Kisyani L (04) CTL Unit 1 A

Teks di atas menunjukkan penggunaan kompetensi wacana, yakni

dalam kemampuan menyesuaikan aturan bahasa dalam penyuntingan

karangan sesuai dengan teori kompetensi wacana.

Contoh c.2:

Kerjakanlah di buku tugasmu perintah soal berikut!

b. Buatlah sebuah surat resmi yang kamu tujukan kepada pihak

sekolah!

2. Buatlah sebuah surat yang kamu tujukan kepada sahabatmu!

3. Presentasikan surat yang kamu buat di hadapan teman-teman

dan gurumu!

4. Diskusikan mengenai komposisi, isi, dan bahasa surat yang

telah kamu buat!(51)

Asep Yudha 1 Pelajaran 2 Pendidikan D 1e-(01-VII)

Teks di atas menunjukkan penggunaan kompetensi wacana, yakni

kemampuan menyesuaikan penggunaan komposisi, isi, dan bahasa surat

sesuai dengan teks.

Contoh c.3:

B. Pelatihan 1

1. ….

2. Tulislah dialog tersebut denga panduan berikut ini!

a. …

b. ..

c. …

d.

e. Buatlah ringkasan isi dialog iinteraktif … (13)

Wahono (02) Unit 1 B e-

Teks di atas menunjukkan penggunaan kompetensi wacana, yakni

kemampuan menyesuaikan aturan bahasa tentang mengubah wacana lisan ke

tulisan sesuai dengan kompetensi wacana.

Contoh c.3:

EVALUASI

4. Kerjakanlah dengan cermat dan teliti!

c. Pilihlah kata-kata yang bermakna dan indah, yang mewakili

segala sesuatu yang ada di dalam benakmu!

d. Susunlah diksi yang telah kamu pilih menjadi karya sastra

bentuk puisi

Asep Yudha Pelajaran 9 Evaluasi

Teks di atas menunjukkan penggunaan kompetensi wacana, yakni

kemampuan menyesuaikan teks puisi dengan penggunaan diksi.

d. Kompetensi Strategis

Kompetensi strategis adalah kompetensi tentang bagaimana

kompetensi bahasa konseptual diimplementasikan dalam penggunaan

komunikasi bahasa yang komunikatif. Data tentang kompetensi strategis

sebanyak 6,04% dalam buku teks Bahasa Indonesia Sekolah Menengah

Pertama (SMP).

Untuk memperjelas informasi tersebut, berikut disajikan contoh.

Contoh d.1:

Tugas 3 Merevisi Teks Cerita Fabel (hal. 28)

2. Untuk membantu menambah pemahamanmu tentang penggunaan kata depan

di dan awalan di- pada kata kerja, kamu dapat mengerjakan tugas berikut ini.

Betulkan penggunaan di sebagai kata depan dan di- sebagai awalan pada

kalimat berikut ini.

1) Hatinya sedih karena tidak mempunyai teman yang bisa diajak berbicara dan

bermain. (hal.30)

Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VIII 2014 BAB I

BELAJAR PADA KEHIDUPAN FAUNA 02-VIII

Teks di atas menunjukkan penggunaan kompetensi strategis, yakni

kemampuan menyesuaikan penggunaan kata depan di- pada kata kerja

dengan kemampuan mengenali kesalahan/ problem berbahasa.

Contoh d.2:

Uji Kompetensi Semester 1

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

4. Kalimat di bawah ini yang mengandung kesalahan pemilihan kata adalah

... .

a. Sekolah menyediakan buku-buku teks buat kita.

b. Hari ini ada pelajaran praktek musik.

c. Bersekolah itu membutuhkan biaya mahal.

d. Saya tertarik pada itu program.

6. Ibunya makan hati melihat kelakuan anaknya.

Makna ungkapan makan hati adalah ... .

a. marah

b. menangis

c. menyesal

d. sedih (89)

Atikah Anindyarini UJi Kompetensi Semester 1

Teks di atas menunjukkan penggunaan kompetensi strategis, yakni

kemampuan menyesuaikan aturan bahasa dalam pemilihan kata yang sesuai

dengan teori vocabulary dan kompetensi strategis.

Contoh d.3:

Pelatihan 1

Aspek

1. …

2. Apakah bahasanya komunikatif?

3. …

8. … (50)

Wahono (02) Unit 2 B

Teks di atas menunjukkan penggunaan kompetensi strategis, yakni

kemampuan menyesuaikan aturan bahasa dalam menilai bahasa komunikatif

sesuai dengan kompetensi strategis.

Berdasarkan paparan di atas dapat dinyatakan bahwa data mengenai

aspek penempatan aspek tata bahasa dalam kompetensi komunikatif dalam

buku teks Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang paling

banyak muncul adalah kompetensi gramatikal yakni muncul sebanyak

59,06% dibandingkan dengan kompetensi sosiolinguistik sebanyak 28,86%,

kompetensi wacana sebanyak 6,04%, dan kompetensi strategis sebanyak

6,04%.

1.3 Penyajian Pembelajaran Aspek Tata Bahasa dalam Buku teks

Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Aspek penyajian pembelajaran tata bahasa dalam buku teks Bahasa

Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP) mencakup pengintegrasian

dalam keterampilan berbahasa, induktif/deduktif tata bahasa, materi latihan

tata bahasa dan bentuk penilaian.

Data mengenai aspek penyajian pembelajaran tata bahasa disajikan

dalam diagram berikut.

Diagram 4.18. Penyajian Pembelajaran

26,63%

32,90%

34,99%

5,48%Pengintegrasian

dalam Keterampilan

Berbahasa

Induktif/Deduktif

Materi Latihan

Materi Penilaian

Berdasarkan diagram tersebut, diperoleh informasi aspek penyajian

pembelajaran tata bahasa berupa pengintegrasian dalam keterampilan

berbahasa 26,63%, induktif dan deduktif tata bahasa 32,90%, materi latihan

tata bahasa 34,99% dan bentuk penilaian 5,48%.

i. Pengintegrasian dalam Keterampilan Berbahasa

Penyajian dengan pengintegrasian dalam keterampilan berbahasa

adalah penyajian tata bahasa dengan keterampilan berbahasa yaitu

keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara.

Data mengenai aspek penyajian pengintegrasian dalam keterampilan

berbahasa disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.19. Pengintegrasian dalam Keterampilan Berbahasa

Berdasarkan diagram tersebut, diperoleh informasi aspek penyajian

pembelajaran tata bahasa pengintegrasian dalam keterampilan berbahasa

yang mencakup simak 1,96%, baca 6,86%, tulis 76,47%, dan bicara 14,71%.

1,96%6,86%

76,47%

14,71%

Simak

Baca

Tulis

Bicara

Untuk memperjelas informasi tersebut berikut disajikan contoh

Contoh a.1:

Tugas 3 Memahami Unsur Kebahasaan Teks Cerita Fabel (hal. 10)

2. Penggunaan Kata Sandang Si dan Sang (hal.12)

Kalimat di bawah ini diambil dari kutipan teks model pada tugas yang

menggunakan kata sandang si dan sang. (hal. 13)

Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VIII 2014 BAB I 03-

VIII

Teks di atas menunjukkan aspek pengintegrasian dalam keterampilan

berbahasa, yakni penyajian materi penggunaan kata sandang Si dan Sang

diintegrasikan ke dalam keterampilan menulis dan penyajian materi tersebut

dimulai dengan teori.

Contoh a.2:

. Mengenali Puisi

Puisi-puisi tersebut memiliki pilihan kata yang baik. Kata yang dipilihnya

mengandung banyak tafsir. Ditafsirkan secara sederhana pun bisa bermakna.

Akan tetapi, jika ditafsirkan secara lebih dalam akan lebih bermakna. Itulah

contoh puisi dengan pilihan kata yang baik. (173)

CTL Kisyani Unit 10 C 1d -(04-VIII

Teks di atas menunjukkan aspek pengintegrasian dalam keterampilan

berbahasa, yakni penyajian materi puisi diintegrasikan ke dalam keterampilan

membaca dan dimulai dengan teori.

Contoh a.3:

G. Menyimpulkan Dialog dengan Bahasa yang Komunikatif

Menyimpulkan dialog berarti … Menyimpulkan dengan mendata

pernyataan-pernyataan yang disampaikan narasumber dalam bentuk

uraian kalimat atau paragraph dengan bahasa sendiri (7)

Wahono (02) Unit 1 A E

Teks di atas menunjukkan aspek pengintegrasian dalam keterampilan

berbahasa, yakni penyajian materi menyimpulkan dialog diintegrasikan

dalam keterampilan berbicara penyajian materi diawali dengan teori.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa data mengenai

aspek penyajian pengintegrasian keterampilan berbahasa dalam buku teks

Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang paling banyak

muncul adalah aspek baca 76,47% dan yang paling sedikit muncul adalah

aspek simak 1,96%.

ii. Urutan Penyajian secara Induktif/Deduktif

Penyajian aspek tata bahasa dalam pembelajaran secara

induktif/deduktif yang dimaksud adalah secara induktif aspek tata bahasa

disajikan dari contoh-contoh ke kesimpulan sebaliknya penyajian secara

deduktif dimulai dari konsep atau teori ke contoh-contoh atau uraian.

Data mengenai urutan penyajian secara induktif/deduktif disajikan

dalam diagram berikut.

Diagram 4.20. Induktif/deduktif

Aspek Penyajian mencakup induktif 14,29% dan deduktif 85,71%.

Untuk memperjelas informasi tersebut berikut disajikan contoh

Contoh b.1:

Ingin Tahu?

pada teks

“Candi Sukuh Misteri

Piramida yang

Terpenggal….

Kalimat tersebut

14,29%

85,71%

Induktif

Deduktif

merupakan kalimat pasif…..

predikatnya merupakan

kata kerja pasif yang

ditandai dengan awalan

di–……

Kalimat

tersebut merupakan

kalimat aktif. Hal ini

dikarenakan subjeknya

(Jhonson) melakukan

pekerjaan dan predikatnya

merupakan kata

kerja aktif yang ditandai

dengan awalan me– (211)

Asep Yudha 1 Pelajaran 1 Pariwisata C

Teks di atas menunjukkan penyajian aspek tata bahasa dalam

pembelajaran secara induktif berupa penyajian materi kalimat pasif dimulai

dengan contoh.

Contoh b.2:

5. Menggunakan Bahasa Baku dalam laporan

Bahasa baku adalah kaidah tata bentukan kata, tata makna, tata kalimat, dan tata

cara penulisan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. … (5)

Endah TP(04) Kisyani L (04) CTL Unit 1 A 1d -(04-VIII)

Teks di atas menunjukkan penyajian aspek tata bahasa dalam

pembelajaran secara deduktif berupa penyajian materi kata bentukan kalimat

diintegrasikan dalam keterampilan menulis dan dimulai dengan teori.

Contoh b.3:

Bacalah sekali lagi naskah yang kamu susun! Tandailah kata yang ditekankan

dengan garis bawah (_____), tanda // untuk hentian setiap satuan makna (frasa),

dan tanda # untuk akhir kalimat!

Perhatikanlah contoh berikut!

Yang terhormat Kepala SMPN 5 Surabaya ….// (180)

Kisyani (02) Unit 10 D 1c -(04-VIII)

Teks di atas menunjukkan penyajian aspek tata bahasa dalam

pembelajaran secara induktif berupa penyajian materi frasa dalam latihan ke

dalam peenggunaan kata yang ditandai diintegrasikan ke dalamketerampilan

membaca dan dimulai dengan contoh.

Contoh b.4:

Rangkuman

Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan ….. . Akronim adalah singkatan

yang berupa gabungan huruf awal, …. (109)

Atikah 01-IX

Teks di atas menunjukkan penyajian aspek tata bahasa dalam

pembelajaran secara deduktif berupa penyajian materi singkatan dan akronim

diintegrasikan dalam keterampilan menulis dan dimulai dengan teori.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa data mengenai

aspek penyajian induktif/deduktif dalam kompetensi komunikatif dalam buku

teks Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang paling

banyak muncul adalah aspek deduktif, yakni sebanyak 87,51%, sementara

aspek induktif hanya sebanyak 14,29%.

iii. Penyajian dalam Materi Latihan

Penyajian aspek tata bahasa dalam materi latihan yang terdapat dalam

buku teks Bahasa Indonesia SMP yang dimaksud adalah penyajian materi

latihan dari tiga dimensi yaitu bentuk repetisi, bentuk bermakna, dan sesuai

konteks.

Data mengenai aspek penyajian materi latihan disajikan dalam diagram

berikut.

Diagram 4.21. Materi Latihan

Berdasarkan diagram tersebut, diperoleh informasi penyajian tata

bahasa dalam materi latihan mencakup repetisi 28,36%, bentuk bermakna

23,88%, dan bentuk sesuai konteks 47,76%.

Untuk memperjelas informasi tersebut berikut disajikan contoh

Contoh c.1:

C. Menentukan Gagasan Utama Paragraf

1. Tentukanlah gagasan utama setiap paragraph bacaan lemah madu

2. tentukan gagasan penjelas tiap-tiap paragraph …(208)

Wahono (02) Unit 3 A E

Teks di atas menunjukkan materi latihan aspek tata bahasa berupa

penyajian materi gagasan utama ke dalam latihan bentuk bermakna.

Contoh c.2:

28,36%

23,88%

47,76%Repetisi

Bentuk bermakna

Sesuai Konteks

Selanjutnya, berkelompoklah untuk menyusun slogan dengan ketentuan berikut!

a. …

b. Pilihlah kata yang singkat dan menarik yang dapat menggambarkan

visi/tujuan organisasi/kegiatan yang akan dilakukan!

c. … (142)

Kisyani Unit 8 D 1d -(04-VIII)

Teks di atas menunjukkan materi atihan penggunaan pemilihan kata

sebagai bentuk bermakna yang terfokus pada penyusunan slogan.

Contoh c.3:

Tugas 4 Menelaah Unsur Kebahasaan Teks Cerita Fabel (hal.22)

1. Mengidentifikasi Kata Kerja

…coba identifikasi kata kerja yang ada didalam teks… (hal.22)

Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VIII 2014

Teks di atas menunjukkan materi latihan aspek tata bahasa berupa

penyajian kalimat dalam latihan sesuai konteks dengan penggunaan kata

kerja.

Contoh c.4:

Kerjakanlah sesuai dengan perintah di buku tugas!

6. Temukanlah kalimat-kalimat berita positif dalam teks tersebut!

7. Ubahlah kalimat berita positif yang kamu Jenis kalimat tunggal ( positif dan

negatif) Jenis kalimat tunggal ( positif dan negatif) temukan menjadi

kalimat berita negatif!

(164)

Asep Yudha 1 Pelajaran 7 Ekonomi C

Teks di atas menunjukkan materi latihan aspek tata bahasa berupa

penyajian materi kalimat berita positif dalam latihan mengulang atau repetitif

dari konsep yang sudah ada di dalam materi bentuk uraiannya.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa data mengenai

aspek penyajian tata bahasa dalam materi latihan yang terdapat dalam buku

teks Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang paling

banyak muncul adalah tata bahasa yang disajikan sesuai konteks, yakni

sebanyak 47,76% dan yang paling sedikit muncul adalah tata bahasa yang

disajikan dalam bentuk bermakna 23,88%.

iv. Penyajian dalam Bentuk Penilaian

Penyajian tata bahasa dalam bentuk yang terdapat dalam buku teks

Bahasa Indonesia SMP mencakup penilaian kesalahan tata bahasa dalam

menulis, kesalahan gramatikal, dan ketepatan pilihan kata.

Data mengenai aspek penyajian tata bahasa dalam materi penilaian

disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.22. Materi Penilaian

Berdasarkan diagram tersebut, diperoleh informasi aspek penyajian tata

bahasa dalam materi penilaian mencakup kesalahan tata bahasa dalam

menulis 33,33%, kesalahan gramatikal 14,29%, dan ketepatan pilihan kata

52,38%.

Untuk memperjelas informasi tersebut berikut disajikan contoh.

Contoh d.1:

EVALUASI

4. Kerjakanlah dengan cermat dan teliti!

c. Pilihlah kata-kata yang bermakna dan indah, yang mewakili

segala sesuatu di dalam benakmu!

d. Susunlah diksi atau pilihan kata yang telah kamu pilih

menjadi karya sastra bentuk puisi!

(242)

33,33%

14,29%

52,38%

Kesalahan TB

dalam menulis

Kesalahan

gramatikal

Ketepatan pilihan

kata

Asep Yudha 1 Pelajaran 10 Evaluasi

Teks di atas menunjukkan bentuk penilaian berupa penyajian materi

puisi untuk mengetahui kesalahan pilihan kata.

Contoh d.2:

Tugas 4 Merevisi Teks Prosedur (hal. 108)

2. ...Dalam teks tersebut terdapat kesalahan dalam pilihan kata atau diksi...

Kamu dapat menggunakan

Kamus Besar Bahasa Indonesia ...

Contoh:

Kerdus (salah) → kardus (benar)

Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs Kelas VIII 2014

Teks di atas menunjukkan bentuk penilaian berupa penyajian

penyesuaian pilihan kata untuk mengetahui kesalahan ketepatan pilihan kata.

Contoh d.3:

Rubrik Penilaian Membahas Pembahasan Drama

1 …………………………

2 Pilihan kata

3 Pelafalan

4 Kelancaran

5 Intonasi

6 ………………………… (247)

Wahono (02) Unit 4 Semester 2 Bagian ketiga a

Teks di atas menunjukkan bentuk penilaian berupa penyajian materi

dalam penilaian rubrik penilaian drama untuk mengetaui kesalahan

gramatikal.

Berdasarkan paparan di atas dapat dinyatakan bahwa data mengenai

penyajian aspek tata bahasa dalam materi penilaian yang terdapat pada buku

teks Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang paling

banyak muncul adalah ketepatan pilihan kata 52,38% sementara aspek yang

paling sedikit muncul adalah aspek kesalahan gramatikal 14,29%.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data mengenai aspek

penyajian pembelajaran tata bahasa mencakup aspek pengintegrasian dalam

keterampilan berbahasa, aspek induktif/deduktif tata bahasa, aspek materi

latihan, dan aspek materi penilaian. Dari keseluruhan aspek-aspek tersebut,

didapati bahwa berturut-turut aspek yang paling banyak muncul adalah aspek

materi latihan 34,99%, aspek induktif/deduktif 32,90%, aspek

pengintegrasian dalam keterampilan berbahasa 26,63%, dan aspek materi

penilaian 5,48%.

B. Pembahasan

1. Aspek Tata Bahasa dalam Buku teks Bahasa Indonesia di Sekolah

Menengah Pertama (SMP)

Telah dipaparkan temuan aspek tata bahasa pada bab IV, yang

mencakup komponen Fonologi, komponen Morfologi, komponen Sintaksis,

komponen Semantik, komponen Wacana.

1.1 Komponen Fonologi

Sebagai bagian dari aspek tata bahasa, komponen fonologi mencakup

komponen fonetik dan komponen fonemik.

i. Komponen fonetik

Komponen fonetik yang muncul mencakup aspek segmental (vokal,

konsonan, diftong, gugus konsonan, silabel/suku kata, dan aspek

suprasegmental.

Dari ketiga komponen fonetik yang banyak disajikan dalam buku teks

Bahasa Indonesia SMP adalah aspek segmental yang berupa vokal, konsonan,

diftong, dan gugus konsonan. Lafal berkaitan dengan artikulasi dan kejelasan

pengucapan vokal, konsonan, diftong, dan gugus konsonan. Lafal ini penting

karena lafal yang tidak jelas dapat menimbulkan tanggapan yang berbeda bagi

pendengarnya. Perbedaan pelafalan dan grafem akibat lafal dapat

menyebabkan tanggapan makna yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh

lawan bicara. Latihan lafal dan intonasi diintegrasikan dalam bercerita dan

membawakan acara.

ii. Komponen fonemik

Penekanan komponen fonemik adalah bagaimana bunyi-bunyi itu

membedakan makna. Data mengenai komponen fonemik dalam buku teks

Bahasa Indonesia SMP menekankan pada lafal baku dan grafem.

Lafal baku memang penting, walaupun sulit ditemui seorang penutur

Bahasa Indonesia menggunakan lafal baku dalam bertutur. Ada saja masih

terdengar berbagai fenomena tuturannya dalam lafal yang tidak baku. Lafal

yang salah menyebabkan gangguan pemahaman pendengarnya. Lafal baku

berkenaan dengan cara pengucapan yang mempertimbangkan ada tidaknya

perbedaan arti akibat pelafalan. Pelafalan yang tidak tepat akan menyebabkan

salah tanggap bagi lawan bicaranya sehingga komunikasi terganggu, dan

dalam komunikasi tulis akan menyebabkan kesalahan grafologi.

Komponen fonemik dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia SMP

lebih banyak ditekankan kepada pelafalan yang diarahkan kepada lafal baku

yang terkait dengan keterampilan berbicara, yaitu membawakan acara dan

menyunting karangan.

Secara keseluruhan temuan komponen fonologi mencakup komponen

fonetik dan fonemik. Dengan temuan data dikembangkannya komponen

fonemik sebanyak 51,28% menjelaskan bahwa dalam buku teks Bahasa

Indonesia SMP masalah fonemik, terutama pelafalan baku, lebih ditekankan.

Tampaknya terdapat kesadaran tinggi bagi penulis buku tersebut, akan

pentingnya kemampuan, penguasaan dan keterampilan pelafalan baku dalam

berbahasa. Selain dapat menimbulkan tanggapan yang berbeda bagi

pendengarnya kesalahan pelafalan dapat berdampak pada penulisan huruf

atau grafem.

1.2 Komponen Morfologi

Komponen morfologi menjelaskan bagaimana kata itu dibentuk. Dalam

buku teks Bahasa Indonesia SMP, komponen morfologi yang dipaparkan

sebagian besar berkenaan dengan proses morfologis yang mencakup afiksasi,

reduplikasi, komposisi, penyingkatan, dan pembentukan kelas (jenis) kata.

Proses afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan cara

membubuhkan afiks baik secara sendiri maupun gabungan. Proses afiksasi

dapat juga dipandang sebagai proses kreatif dalam berbahasa. Artinya dari

sebuah kata dasar dengan cara meletakkan imbuhan atau afiks, dapat

diperoleh sejumlah kata bentukan. Kata bentukan yang dihasilkan sebagian

besar ditujukan bagi pembentukan kelas kata tertentu.

Data-data temuan menunjukkan proses afiksasi yang banyak muncul

yaitu afiks me-(N) untuk membentuk kelas kata verba/kerja dan konfiks (pe-

an), dan konfiks (ke-an) untuk membentuk kelas kata nomina/benda. Hal ini

menunjukkan bahwa buku teks Bahasa Indonesia SMP menghendaki siswa

berkreatif membangun kata baru dengan memanfaatkan afiks dan konfiks

produktif. Membangun kata tidak sekadar membentuk kata tetapi juga

berpengaruh pada makna gramatikal dan kelas katanya. Hasil pembentukan

yang lain juga diperoleh dari pemanfaatan afiks me-(N) terkait dengan

pembentukan kelas kata kerja (transitif/intransitif).

Secara keseluruhan temuan komponen morfologi ditekankan pada

pembentukan kelas kata (45,76%) diikuti afiksasi (42,37%). Hal ini

nampaknya dianggap penting disajikan dan lebih ditekankan daripada

komponen morfologi yang lain. Anggapan ini muncul karena pembentukan

kelas kata pada umumnya dimunculkan melalui berbagai proses afiksasi.

Diharapkan dengan menguasai aspek pembentukan kelas kata melalui proses

afiksasi siswa akan terlatih secara kreatif membentuk kata baru didasarkan

pada kata dasar yang sudah ada.

1.3 Komponen Sintaksis

Telah dijelaskan bahwa sintaksis adalah bagian dari aspek tata bahasa

yang mengkaji bagaimana kata bergabung menjadi kalimat. Temuan

penelitian ini menunjukkan komponen sintaksis yang dipaparkan dalam buku

teks Bahasa Indonesia SMP mencakup bagian kalimat (satuan sintaksis),

fungsi kalimat, dan intonasi kalimat.

Satuan sintaksis yang dimaksud adalah frasa, klausa, dan kalimat. Dari

ketiga satuan sintaksis itu, kalimat mendominasi buku tersebut. Temuan

menunjukkan sebanyak 82,76% memaparkan satuan sintaksis berupa kalimat.

Selanjutnya temuan kalimat, mencakup rincian struktur kalimat

(tunggal/majemuk), kalimat aktif/pasif, kalimat verbal/nonverbal, kalimat

verbal transitif dan verbal intransitif.

Kalimat majemuk yang menunjukkan kesetaraan dan bertingkat, serta

konjungtor yang menyatakan hubungan makna penjumlahan, menambahkan

atau menggabungkan, dirinci dalam buku tersebut. Tentang jenis kalimat

bentuk kalimat tunggal, baik bentuk positif dan negatif maupun bentuk

kalimat aktif dan pasif, juga dipaparkan dalam buku tersebut. Data

menunjukkan paparan materi tentang digunakannya bentuk negasi “tidak”,

untuk predikat verba atau predikat ajektif dan bentuk negasi “bukan” untuk

menyatakan nomina atau benda. Selanjutnya, temuan tentang kalimat aktif

dipaparkan juga materi dengan penanda predikat kata kerja berawalan me-

dan kalimat pasif dengan penanda predikat kata kerja berawalan di-.

Latihan-latihan yang terdapat dalam buku teks Bahasa Indonesia SMP

yang berupa latihan mengubah kalimat aktif menjadi pasif dan sebaliknya

dapat membangun kreativitas siswa dalam menggunakan kalimat aktif dan

pasif secara bergantian atau variatif. Dalam tuturan yang lebih tinggi siswa

dapat dilatih mengekspresikan urutan informasi dengan bentuk aktif saja,

dengan pasif saja, atau gabungan keduanya.

Temuan bagian kalimat yang berkenaan dengan satuan sintaksis

kalimat lebih dominan (35,87%) daripada aspek fungsi sintaksis, intonasi

kalimat, dan kalimat efektif. Terdapat data temuan satuan sintaksis kalimat

sebagai temuan terbanyak, diikuti banyak temuan tentang intonasi kalimat

sebagai kajian alat sintaksis (33, 70%). Hal ini menunjukkan dalam

kreativitas menyusun kalimat juga memperhitungkan jenis kalimat

berdasarkan intonasinya/modus kalimat. Ini berarti bahwa kalimat

merupakan aspek penting baik dipandang dari segi struktur maupun jenisnya.

1.4 Komponen Semantik

Komponen semantik diartikan sebagai bagian dari linguistik atau ilmu

bahasa yang mengkaji tentang makna kata dan makna kalimat. Di bab IV

telah dipaparkan data temuan komponen semantik dalam buku teks Bahasa

Indonesia SMP mencakup jenis makna, hubungan makna, diksi, serta

pergeseran dan perubahan makna. Temuan aspek diksi dalam aspek semantik

ternyata paling banyak atau dominan (50,00%).

Dari diksi atau pilihan kata yang ditemukan dalam buku Bahasa

Indonesia untuk SMP terkait dengan pilihan kata berdasarkan jenis makna,

hubungan makna, dan perubahan makna, juga pilihan yang memenuhi prinsip

kesesuaian dalam penggunaan kalimat, keserasian, serta yang mendukung

kesantunan bahasa dalam komunikasi.

a. Jenis Makna

Data temuan tentang jenis makna mencakup makna leksikal/gramatikal,

konotasi dan denotasi, kontekstual, makna istilah, dan makna

ungkapan/peribahasa.

1) Makna Istilah

Dalam buku tersebut materi istilah banyak diberikan kepada siswa

(31,82%) yang diharapkan agar siswa menjelajahi dan menggali makna

makna/istilah yang terdapat dalam teks yang disajikan, kemudian

dibandingkan dengan makna dalam kamus yang dimaksudkan untuk

memperluas kosakata.

1. Carilah makna kata-kata atau istilah-istilah tersebut dalam kamus!

2. Tulislah kata-kata atau istilah-istilah tersebut beserta maknanya

di buku tugas! Susunlah penulisanmu tersebut secara alfabetis

seperti dalam kamus!

(Asep Yudha: 46)

Materi seperti tersebut di atas banyak membantu siswa dalam

memperkaya khasanah kosakata. Penguasaan kosakata yang kuat akan

banyak membantu siswa dalam mengungkapkan dan memahami gagasan.

2) Makna Ungkapan (idiom)/Peribahasa

Makna ungkapan (idiom)/peribahasa dominan dipaparkan dalam buku

teks Bahasa Indonesia SMP. Contoh berupa makna yang terdapat dalam

metafora dengan latihan mencari makna lain yang dibandingkan dengan

makna kamus.

a) Metafora dalam Teks Sang Pemimpi

Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan

dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang

berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya, tulang

punggung dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara.

... Selanjutnya, kamu cari lagi metafora...

(Wahana k13: 153-154)

3) Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna leksikal adalah makna yang terdapat dalam kamus (lexical

meaning), sedangkan makna gramatikal (gramatical meaning) adalah makna

yang muncul sehubungan dengan proses gramatikal (proses morfologis).

Makna leksikal dalam buku teks disajikan serentak dengan

membandingkan makna kata dalam kamus sebagaimana dipaparkan pada bab

IV tentang makna kata atau istilah. Karena itu kegiatan mendaftar,

menentukan kata/istilah dalam bacaan diikuti dengan membandingkan makna

kata dalam kamus yang juga menjelaskan makna leksikal dan makna

gramatikal kata.

b. Hubungan Makna

Pada dasarnya hubungan makna mengkaji relasi makna satu kata

dengan kata yang lain. Data temuan tentang hubungan makna dalam buku

Bahasa Indonesia SMP mencakup sinonimi, antonimi, homonimi dan

polisemi. Temuan data sinonimi paling dominan (46,15%) dalam buku teks.

Penggunaan Sinonim dan Antonim pada Fabel

a) Carilah sinonim dan antonim yang berefek kuat dari kata dalam

tabel berikut!

(Buku siswa k13: 222)

Banyaknya makna sinonim (46,15%) dikembangkan dalam buku teks

Bahasa Indonesia SMP dapat diasumsikan untuk membantu siswa dalam

menguasai dan mengembangkan kemampuan memahami dan menggunakan

kosakata dalam konteks memahami beberapa makna yang berhubungan.

c. Diksi

Temuan aspek semantik secara keseluruhan banyak ditemukan pada

diksi atau pilihan kata. Dapat diartikan bahwa materi pilihan kata sangat

penting. Dominannya materi pilihan kata mengarah kepada fokus

pengembangan kosakata siswa. Selain itu penting untuk diperhatikan bahwa

diksi berkenaan dengan berbagai jenis makna, hubungan makna, dan

perubahan makna. Kesemua materi tersebut membawa implikasi

bertambahnya kosakata anak dan dapat mempermudah siswa dalam

mengembangkan kemampuan produktif atau reseptif berbahasa siswa seperti

dalam keterampilan menulis puisi.

1.5 Komponen Wacana

Sebagaimana telah dijelaskan pada BAB IV wacana adalah bagian dari

linguistik yang mengkaji satuan-satuan bahasa di atas tataran kalimat dan

penggunaannya dalam komunikasi. Temuan data tentang komponen wacana

dalam penelitian ini mencakup aspek kohesi, koherensi dan pengembangan

paragraf, jenis wacana, dan pragmatik wacana.

a. Kohesi, Koherensi, dan Pengembangan Paragraf

Kohesi dimaksudkan sebagai kepaduan bentuk, dan koherensi diartikan

sebagai bentuk keutuhan makna (proposisi).

Data mengenai kohesi dan koherensi memang tidak secara eksplisit

dimunculkan sebagai sosok berdiri sendiri, dalam buku teks Bahasa Indonesia

SMP, akan tetapi digali dari fungsi atau persyaratan yang harus ada dan

dipenuhi ketika seseorang menyusun sebuah paragraf dari sejumlah kalimat.

Secara teoritis memang kohesi dan koherensi wacana bisa dicapai melalui

penanda gramatikal (referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi) dan penanda

leksikal.

Dalam buku tersebut aspek kohesi, koherensi, dan pengembangan

paragraf tercakup dalam tugas-tugas menganalisis dan menyusun paragraf.

a. Memahami dan menemukan gagasan pokok suatu teks

b. Menyusun kalimat-kalimat menjadi uraian bentuk paragraf

b. Jenis Wacana

Dari segi genre jenis wacana yang dipaparkan dalam buku bahasa

Indoensia SMP mencakup surat, pengumuman, dan komposisi lain.

Teks surat dan pengumuman termasuk genre laporan. Dalam latihan

membuat surat adalah menciptakan komposisi antara isi pendahuluan sampai

penutup surat. Jenis wacana berupa teks pengumuman berkenaan dengan teks

laporan informatif. Dalam buku Bahasa Indonesia SMP disajikan dalam

bentuk tugas dan latihan.

Berkaitan dengan penulisan teks pengumuman, beberapa hal

yang perlu kalian perhatikan di antaranya sebagai berikut.

1.

2.

3. Penggunaan bahasa yang lugas, efektif, dan komunikatif.

Berkaitan dengan penulisan teks pengumuman, beberapa hal…

Adapun 73arag bahasa pengumuman adalah berikut.

c. Singkat, jelas, dan tidak menimbulkan ambigu.

(Asep Yudha:71)

Sementara jenis komposisi lain berkenaan dengan pokok-pokok ide

pikiran dan pengembangannya seperi contoh dalam bentuk laporan atau

dalam bentuk menceritakan pengalaman, dan lainnya.

c. Pragmatik Wacana

Telah dijelaskan bahwa pragmatik wacana adalah kajian wacana dari

komponen pragmatik atau pendekatan pragmatik dalam kajian wacana.

Kajian pragmatik wacana mencakup praanggapan, implikatur, dan

kesantunan berbahasa. Pengembangan wacana dengan memperhatikan ketiga

aspek tersebut, menciptakan penggunaan bahasa yang komunikatif.

Temuan data komponen pragmatik wacana dalam buku teks bahasa

Indoensia SMP dari ketiga komponen pragmatik wacana secara implisit

muncul dalam penggunaan bahasa yang komunikatif. Komponen pragmatik

wacana seperti praanggapan, implikatur, kesantunan, tindak tutur, prinsip

kerja sama, dan deiksis tidak secara eksplisit disebutkan dalam materi, kecuali

kesantunan. Kesantunan berbahasa sebagai komponen pragmatik terbanyak

dipaparkan dalam materi wacana (90, 00%).

a. Susunlah pokok-pokok tersebut menjadi wacana-wacana cerita

dengan pilihan kata yang tepat dan bahasa yang santun dan

komunikatif.

b. Ingatlah kalimat aspek kebahasaan berkaitan dengan penggunaan

kalimat yang efektif.

Fenomena pragmatik dalam wacana yang dipaparkan dalam buku

tersebut memang tidak muncul sebagai sosok yang eksplisit, semisal dalam

bentuk dialog atau tuturan komunikatif dan interaktif, tetapi hanya tercermin

dalam bentuk tugas dan latihan. Implikasinya adalah walaupun bentuk

wacana pragmatik tidak didapatkan secara utuh, namun siswa dilatih

menghasilkan wacana dengan memperhatikan aspek-aspek kesantunan

berbahasa serta menciptakan wacana dan bahasa yang komunikatif.

2. Penempatan Aspek Tata bahasa dalam Kompetensi Komunikatif

Kompetensi komunikatif dimaksudkan sebagai kemampuan seseorang

menggunakan aspek-aspek bahasa yang disesuaikan dengan konteks

komunikasi dalam interaksi komunikasi. Sebagaimana dinyatakan oleh

Celce-Muria.

Kompetensi komunikatif dibangun oleh empat aspek kompetensi

yaitu kompetensi gramatikal (gramatical competence), kompetensi

sosiolinguistik (sociolinguistic competence), kompetensi strategi (strategic

competence), dan kompetensi wacana (discourse competence).

Kompetensi komunikatif ini sesungguhnya merupakan pengetahuan

dan keterampilan, yang secara nyata diungkapkan dalam komunikasi (actual

comunication) dalam bentuk contoh-contoh penggunaan bahasa (language

use). Di antara empat kompetensi tersebut, kompetensi gramatikal bersama

dengan kompetensi sosiolinguistik memegang peranan penting dalam

kegiatan berbahasa.

Temuan data penelitian aspek penyajian tata bahasa dalam

kompetensi komunikatif dalam buku teks Bahasa Indonesia SMP

menunjukkan kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguistik,

kompetensi strategis, dan kompetensi wacana.

2.1 Kompetensi Gramatikal

Dibandingkan dengan aspek kompetensi komunikatif yang lain,

penempatan tata bahasa dalam kompetensi gramatikal menempati posisi yang

dominan (59,06%). Di dalam aspek kompetensi gramatikal tersebut, di

dalamnya tercakup fonologi, leksis, morfologi, sintaksis. Penggunaan aspek

gramatikal seperti fonologi, leksis, morfologi, dan sintaksis secara sendiri-

sendiri maupun serentak merupakan aplikasi dari aspek gramatikal dalam

membangun kompetensi komunikatif.

Data-data mengenai penempatan aspek gramatikal dalam kompetensi

komunikatif yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia SMP dipaparkan

dalam kegiatan latihan berbahasa reseptif dan produktif.

Penggunaan Komponen Fonologi

Penggunaan komponen fonologi menempatkan aspek pelafalan atau

artikulasi untuk dapat menggunakan bunyi-bunyi yang berbeda arti melalui

pelafalan baku dan penggunaan grafem dalam berkomunikasi.

“dalam menyampaikan laporan secara lisan, yang perlu diperhatikan

adalah penggunaan lafal atau artikulasi serta intonasi yang tepat dan

jelas.”

Penggunaan Komponen Morfologi

Penggunaan komponen morfologi menempatkan aspek membentuk

kata sesuai makna gramatikal dan makna katanya untuk dapat menggunakan

bentuk kata dan hasil pembentukan kata dalam berkomunikasi.

“di dalam bacaan tersebut terdapat kata-kata, terlihat, tercantik. Salah

satu imbuhan ter- adalah...”

- Makna imbuhan ter...

- Buatlah contoh kalimat berimbuhan ter-

Penggunaan Komponen Sintaksis

Penggunaan komponen sintaksis menempatkan aspek penyusunan

kalimat melalui bagian-bagian kalimat, fungsi, dan intonasi kalimat untuk

digunakan dan menghasilkan kalimat efektif dalam berkomunikasi.

“di dalam teks tersebut terdapat kalimat atau klausa “tapi bagi

relawan... menolong siapa saja yang terluka”

Penggunaan frasa “yang terluka” pada klausa..., menyatakan bahwa

klausa tersebut sebagai keterangan yang tidak dipentingkan.

Selanjutnya amati penggunaan konjungsi “yang... dipentingkan”

2.2 Kompetensi Sosiolinguistik

Penempatan tata bahasa dalam kompetensi sosiolinguistik juga banyak

dipaparkan dalam buku teks Bahasa Indonesia SMP (28,86%). Kompetensi

sosiolinguistik berkenaan dengan aspek penggunaan bahasa sesuai dengan

aturan atau kaidah-kaidah sosiokultural masyarakat. Aturan-aturan bahasa

yang dimaksud disesuaikan dengan kaidah di mana komunikasi itu

berlangsung.

Dibandingkan dengan penempatan dalam kompetensi gramatikal, data

ditempatkannya tata bahasa dalam kompetensi sosiolinguistik pada buku

yang disajikan dalam bentuk tugas dan latihan, contohnya untuk dapat

menggunakan aturan-aturan penggunaan bahasa dalam dialog interaktif.

B. Mengomentari Pendapat Narasumber dalam Dialog Interaktif

3. Bahasa yang digunakan harus komunikatif

4. Menggunakan kata dan kalimat yang baik dan lugas, dan

(Atiqah: 40)

2.3 Kompetensi Wacana

Dalam kompetensi wacana penekanannya adalah bagaimana kalimat-

kalimat atau ujaran diorganisasikan membangun suatu kesatuan. Dalam

kemampuan memproduksi teks, penekanannya bukan kepada aspek-aspek,

akan tetapi dalam tataran suprasentential. Sedangkan tata bahasa (grammar)

terbatas pada sentential dan subsentential.

Data mengenai kompetensi wacana ditekankan pada latihan-latihan

pemahaman dan produksi.

Menulis cerpen berdasarkan peristiwa yang pernah dialami

Menceritakan pengalaman dengan bentuk cerpen, dengan bahasa yang

ekspresif, kata-kata yang indah, dan penataan alur yang baik.

(Wahono:112)

Latihan-latihan pemahaman dan produksi wacana merupakan aplikasi

bagi pengembangan kompetensi komunikatif.

1.4 Kompetensi Strategis

Kompetensi strategis dimaksudkan sebagai bagaimana cara mengatasi

masalah yang terjadi saat berkomunikasi. Untuk itu digunakan berbagai

kemampuan berkomunikasi yang berkenaan dengan kompetensi gramatikal,

sosiolinguistik dan kompetensi wacana yang diaplikasikan dalam

penggunaan bahasa yang komunikatif.

Data mengenai kompetensi strategis dalam buku Bahasa Indonesia

SMP, hanya sedikit tetapi secara eksplisit diungkapkan dalam bentuk tugas

dan latihan.

6. Saling Menilai Bahasa Petunjuk yang dibuat

Aspek: Penggunaan bahasa, ejaan, dan tanda baca; Deskriptor:

• Kurang dari 10% ditemukan kesalahan penggunaan kata, struktur

kalimat, ejaan, dan tanda baca.

Apakah semua kalimat perintah yang disusun jelas dan tidak

menimbulkan banyak arti?

(Kisyani: 32)

Aspek kompetensi strategis memang hanya dapat digali dari berbagai

tugas dan latihan buku tersebut melalui pemeranan tokoh, mengevaluasi

pelafalan tokoh drama, dan menunjukkan mimik tokoh serta penghayatan

berbagai tokoh yang kesemuanya mengarah kepada kompetensi untuk

mengatasi masalah dalam berkomunikasi melalui unjuk kesalahan berbahasa.

2. Penyajian Aspek Tata Bahasa

Penyajian materi ajar dalam buku teks termasuk aspek tata bahasa dapat

dilakukan dengan berbagai cara atau teknik. Temuan data materi aspek dalam

buku Bahasa Indonesia SMP menunjukkan penyajian tata bahasa dalam buku

teks Bahasa Indonesia dilakukan dengan pengintegrasian dalam keterampilan

berbahasa (26,63%), penyajian induktif/ deduktif (32,90%), penyajian dalam

materi latihan (34,99%), dan penyajian dalam materi penilaian (5,48%).

2.1 Pengintegrasian dalam Keterampilan Berbahasa

Penyajian pengintegrasian dalam keterampilan yang dimaksudkan

adalah pengintegrasian aspek tata bahasa ke dalam aspek keterampilan

menyimak, membaca, menulis, dan bebicara. Temuan data menunjukkan

integrasi tata bahasa ke dalam menyimak 1,96%, membaca 6,86%, menulis

76,47%, dan kedalam berbicara 14,71%.

a) Integrasi Tata bahasa dalam Menyimak/Berbicara

Aspek tata bahasa yang diintergrasikan dalam keterampilan

menyimak/berbicara secara eksplisit ditunjukan dalam untuk memproduksi

bahasa lisan (berbicara).

a. Tekanan ucapannya baku (tidak terdengar bahasa daerah)

b. Ucapannya selalu dapat dipahami

c. Melafalkan dengan sulit, agak susah dipahami

d. Ucapannya sangat susah dipahami

(Wahono: 135)

b) Integrasi Tata Bahasa dalam Membaca/Menulis

Aspek tata bahasa yang diintegrasikan dalam keterampilan berbahasa

tulis secara eksplisit paling banyak ditunjukkan dalam keterampilan untuk

memproduksi bahasa tulis (menulis).

E. Menggunakan Partikel pun dan Kata Seru

Pada teks berita "Korban Banjir Gembira Dapat Dandang" pada

Materi D

di depan, terdapat kata berpartikel pun yaitu satu pun dan kata seru

yaitu

kata wah.

1. Partikel pun

a. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, yang

berarti juga atau jua.

2. Kata Seru

Kata seru atau interjeksi adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa

hati manusia…

(Atikah:32)

Temuan penyajian aspek tata bahasa yang diintegrasikan dalam

keterampilan menulis dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan

siswa dalam merekonstruksi bahasa.

2.2 Urutan Penyajian secara Induktif/Deduktif

Penyajian materi tata bahasa secara induktif dimaksudkan memberikan

pemahaman melalui cara mengawali sajian materi dengan contoh-contoh

dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan (teori konsep). Sebaliknya

penyajian secara deduktif dilakukan dengan menyajikan konsep atau teori

terlebih dulu dan dilanjutkan dengan pemberian uraian atau contoh-contoh.

Dibandingkan penyajian secara induktif, data penyajian aspek tata

bahasa secara deduktif data yang ditemukan menunjukkan hasil paling

dominan yaitu sekitar 85,71% sedangkan penyajian secara induktif sebesar

14,29%. Ini berarti bahwa penyajian aspek tata bahasa dalam buku teks

Bahasa Indonesia SMP, lebih banyak diawali dengan penyajian uraian konsep

atau teori setelah itu baru disajikan contoh-contoh.

a. Penyajian secara Deduktif

Penyajian secara deduktif seperti dalam sajian materi kata imbuhan

menunjukkan bahwa materi kata imbuhan diawali dengan konsep kata

beribuhan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan kalimat sebagai

komunikasi.

Menggunakan Imbuhan -man, -wan, dan -wati

Perhatikan contoh kalimat berimbuhan -man, -wan, dan -wati yang

dikutip dari Materi A berikut ini.

1. …. usahawan sukses.

2. … Wirausahawati kopi robusta.

3. ... wirausahawan

Kata-kata tersebut adalah kata-kata yang berimbuhan masing -man, -

wan, dan -wati.

Imbuhan -wan, dan -wati berasal dari bahasa Sanskerta -van dan -wati.

Kata-kata berimbuhan -wan dan -wati termasuk kata benda. Imbuhan

-wati merujuk pada perempuan sedangkan imbuhan -wan merujuk

pada laki-laki.

(Atikah: 13)

b. Penyajian secara Induktif

Penyajian secara induktif seperti dalam sajian materi kata benda

menunjukkan bahwa materi kata benda diawali dengan penggunaan kata

benda di dalam kalimat yang dilanjutkan dengan perincian kata benda.

Penggunaan Bahasa pada Teks Deskripsi

2.1 Penggunaan Kalimat Perincian untuk Mengongkretkan

Cermati kata benda dan kata yang mengikuti kata benda (yang

menjelaskan) pada teks 1 dan teks 2. Lakukan seperti contoh! ...

Contoh;

Kalimat: Ibuku orang yang sangat baik......

Kalimat perincian untuk penjelasan: Dia berusaha menolong semua

orang. Dia ramah dan tutur katanya lembut kepada siapa saja........

(Buku Siswa kelas VIII:21)

2.3 Penyajian Tata Bahasa dalam Materi Latihan

Aspek tata bahasa dalam materi latihan mencakup tiga dimensi yaitu

menyajikan secara bentuk repetisi, bentuk bermakna, dan bentuk makna

sesuai konteks.

Penyajian secara bentuk repetisi mencapai 28,36%, bentuk bermakna

23,88%, bentuk makna sesuai konteks 47,76%.

a. Penyajian Tata Bahasa dalam Materi Latihan Bentuk Repetisi

Penyajian tata bahasa secara repetitif adalah materi tata bahasa yang

disajikan dalam bentuk uraiannya (berupa konsep atau teori tata bahasanya)

disajikan berulang/sama dalam sajian soal latihan tata bahasanya. Bahkan

menggunakan kembali istilah atau penjelasan tata bahasa untuk berlatih aspek

tata bahasa.

Pelatihan 1

Langkah-langkah mengkritik

- Berilah saran dengan bahasa yang baik, benar, komunikatif, dan

santun.

(Wahono:17)

b. Penyajian Tata Bahasa dalam Materi Latihan Bentuk Bermakna

Penyajian tata bahasa dalam materi bentuk bermakna ditunjukkan

dengan penggunaan bentuk tata bahasa untuk mendukung kelancaran

berkomunikasi.

Evaluasi

A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

6. Kata bercetak miring yang merupakan kata baku terdapat pada

kalimat ....

A. Dia berulang tahun tanggal 12 Pebruari.

B. Para guru mulai memperkenalkan penilaian otentik.

C. Adi membeli obat di apotik terdekat.

D. Secara teoretis, hal itu kurang dapat diterima.

(Kisyani: 63)

c. Penyajian Tata Bahasa dalam Materi Latihan Sesuai Konteks

Penyajian tata bahasa dalam materi latihan ditunjukkan dengan

melatihkan aspek tata bahasa dalam contoh penggunaan kata asing sesuai

konteks dialog.

Carilah kata-kata yang merupakan hasil penyerapan dari kata asing

dalam kutipan dialog di atas!

(Atiqah:57)

2.4 Penyajian Tata Bahasa dalam Bentuk Penilaian

Penyajian tata bahasa dalam materi yang mencakup ketepatan aspek

tata bahasa yaitu kesalahan tata bahasa dalam menulis, kesalah gramatikal,

dan ketepatan pilihan kata.

Temuan data ketepatan aspek tata bahasa dalam materi penilaian adalah

ketepatan pilihan kata (52,38%), kesalahan aspek tata bahasa dalam menulis

(33,33%), kesalahan gramatikal (14,29%). Temuan data materi tata bahasa

untuk menilai materi ketepatan pilihan kata paling banyak dijadikan materi

dalam penilaian.

Tugas 4 Merevisi Teks Prosedur (hal. 108)

2. ...Dalam teks tersebut terdapat kesalahan dalam pilihan kata

atau diksi... Kamu dapat menggunakan Kamus Besar Bahasa

Indonesia ...

Contoh:

Kerdus (salah) → kardus (benar)

(Wahana K13:108)

1. Rangkuman Temuan dan Pembahasan

4.1 Aspek Tata Bahasa

Penyajian aspek tata bahasa dalam buku teks meliputi komponen

sintaksis, komponen wacana, aspek semantik, komponen morfologi,

komponen fonologi. Hal ini sejalan dengan teori Ramlan, teori Alwi Hasan,

teori Ahmad, teori Pike and Pike, teori Mansur Pateda, dan teori Verhaar.

Aspek tata bahasa sintaksis paling banyak dikembangkan dalam buku teks

(27,79%) terutama aspek tata bahasa bagian kalimat (81,82%).

Temuan aspek tata bahasa dalam buku Bahasa Indonesia SMP,

mencakup fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan semantik.

Temuan komponen fonologi lebih banyak difokuskan pada pelafalan

baku dan fonemik yang berhubungan dengan ketepatan hurufnya (grafem).

Hal ini penting karena penguasaan lafal yang tepat dan baku akan

memudahkan dan melancarkan komunikasi. Dalam buku tersebut banyak

disajikan latihan lafal dalam kegiatan berbahasa lisan seperti berbicara,

berdialog, membawakan acara, dan lain-lain.

Temuan komponen morfologi lebih banyak ditekankan pada

pembentukan kelas kata sebagai hasil dari proses morfologis. Hal ini penting

karena pembentukan kata sesungguhnya memperlihatkan proses kreatif

berbahasa. Hanya dalam sebuah kata dasar dapat dibentuk kata-kata baru

yang disesuaikan dengan makna gramatikal dengan kelas katanya. Latihan-

latihan dan tugas yang disajikan dalam buku Bahasa Indonesia SMP

dimaksudkan untuk melatih siswa untuk mengembangkan berpikir kreatif

dalam berbahasa.

Beberapa komponen sintaksis yang disajikan dalam buku Bahasa

Indonesia SMP ditekankan pada satuan-satuan kalimat. Baik jenis maupun

struktur kalimat, tampak diungkapkan dalam bentuk latihan dan tugas. Tugas-

tugas mengembangkan variasi kalimat dan latihan struktur kalimat, dapat

meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam menguasai dan

mengembangkan kalimat.

Dalam hal aspek semantik, penekanannya pada pilihan kata. Pilihan

kata disajikan dalam bentuk latihan dan tugas yang bertujuan pengembangan

penguasaan kosakata siswa baik secara produktif maupun reseptif.

Dalam komponen wacana, penekanannya adalah aspek kohesi dan

aspek koherensi dalam mengembangkan paragraf. Latihan penguasaan kohesi

dan koherensi disajikan dengan cara latihan atau tugas menggabungkan

sejumlah kalimat acak, menyusun paragraf dengan kalimat yang ada dengan

memperhatikan syarat-syarat paragraf yang baik kohesif dan koheren.

4.2 Penempatan Tata Bahasa dalam Kompetensi Komunikatif

Penempatan tata bahasa dalam buku teks meliputi kompetensi

gramatikal, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana dan kompetensi

strategis. Hal ini sejalan dengan pendapat Canale dan Swain’s dan Bachman.

Kompetensi gramatikal paling banyak ditempatkan dalam buku teks

(59,06%) terutama menempatkan pada kompetensi sintaksis (39,77%).

Kompetensi gramatikal yang tercermin dalam buku teks Bahasa Indonesia,

baik secara eksplisit maupun implisit, menjiwai dan mewarnai kompetensi

komunikasi berbahasa dari materi komponen fonologi, morfologi, kalimat

dan wacana bersama-sama membangun kompetensi komunikasi. Walaupun

demikian kompetensi wacana strategis dan sosiolinguistik juga merupakan

satu kesatuan yang bulat dan utuh.

4.3 Penyajian Aspek Tata Bahasa dalam Buku teks

Penyajian aspek tata bahasa dalam buku teks meliputi aspek materi

latihan, aspek induktif/deduktif, aspek pengintegrasian dan aspek materi

penilaian. Hal ini sejalan dengan pendapat Richards, Zander and Brown, J.D.

Brown, dan Widdowson. Aspek materi latihan paling banyak ditempatkan

dalam buku teks (34,99%) terutama menempatkan pada aspek induktif dan

deduktif tata bahasa (32,90%).

Penyajian aspek tata bahasa dalam buku teks disajikan dalam bentuk

latihan dominan secara integratif, induktif, deduktif. Terintegrasi maksudnya

menghubungkan dengan keterampilan berbahasa baik lisan (berbicara)

maupun tulis (membaca dan menulis). Dalam buku teks tersebut lebih banyak

ditekankan pada keterampilan tulis (membaca dan menulis) dan paling

banyak diintegrasikan dalam kegiatan menulis.

Di samping secara terintegratif dengan keterampilan berbahasa aspek

tata bahasa juga disajikan secara induktif dan deduktif. Secara induktif, bahan

ajar aspek tata bahasa diawali dengan contoh-contoh dan dilanjutkan dengan

pengertian untuk menjelaskan suatu konsep atau teori. Sebaliknya secara

deduktif diawali dengan tugas konsep teori atau pengertian dilanjutkan

dengan uraian dan contoh-contoh.

Data penyajian yang ditemukan lebih banyak secara deduktif.

Kombinasi alur penyajian secara induktif dan deduktif, melatih siswa dalam

mengembangkan penalaran yang diaplikasikan dalam tugas dan latihan untuk

mengembangkan keterampilan berbahasa, penyajian urutan secara induktif

merupakan cara penyajian yang harus dipilih.

Latihan tata bahasa lebih ditekankan pada penyajian sesuai konteks

daripada bentuk bermakna dan repetisi. Ada kecenderungan dari latihan yang

bersifat repetisi, yaitu mengulang konsep dan kaidah untuk memperkuat

pemahaman internalisai konsep tata bahasa dalam kesadaran siswa.

Bentuk-bentuk penilaian aspek tata bahasa lebih banyak ditekankan

pada ketepatan pilihan kata dengan baik dalam analisis maupun kegiatan

berbahasa yang lain. Sementara kesalahan tata bahasa dalam menulis juga

dievaluasi untuk memperkuat pemahaman siswa agar tidak salah menerapkan

tata bahasa dalam menulis.

Dikaitkan dengan kajian teori tentang aspek tata bahasa dalam

pengajaran, Celce Murcia dan Diana Larson Freeman menjelaskan selama ini

terdapat dua pandangan atau pendekatan, yaitu yang menekankan pada

penggunaan bahasa yang menekankan pada bentuk bahasa atau analisis

bahasa.

.... Language teachers have alternated between favoring teaching

approaches that focus primarily on language use and those that focus

and language forms or analysis. (The Grammar Books 2005:...1)

Dua pendekatan ini sepintas kontradiktif maksudnya apabila penekanan

hanya pada unsur aspek-aspek tata bahasa yang dilakukan siswa adalah

latihan mempelajari aturan atau kaidah-kaidah tata bahasa dan kurang

memperhatikan bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi. Menurut

Murcia dua sudut pandang ini bisa diarahkan dalam hal penguasaan tata

bahasa mengarah kepada internalisasi. Sehingga merupakan pusat mediasi

(central mediations role) dalam penggunaan bahasa untuk komunikasi.

Dalam penggunaan bahasa (produktif) tata bahasa berperan mengkontruksi

ide-ide yang akan diekspresikan pada kata-kata, yang selanjutnya

diekspresikan dalam bentuk kalimat atau ujaran. Sebaliknya dalam proses

reseptif, tata bahasa berperan merekonstruksi dari kalimat atau ujaran yang

diterima menjadi satuan informasi yang dilandasi oleh satuan-satuan

gramatikal.

Selanjutnya berkaitan dengan hasil penelitian ini telah dikaji konsep

tata bahasa pendidikan (pedagogical grammar) yang berbeda dengan tata

bahasa linguistik (linguistic grammar). Tata bahasa linguistik menekankan

pada konsistensi internal (internal consistency) sedangkan tata bahasa

pendidikan menekankan eklektik (eclectic). Tata bahasa linguistik

menekankan pada struktur dan formalitas bahasa sedangkan tata bahasa

pendidikan menekankan atau menerapkan pada eksplorasi struktur dalam

fungsi komunikasi bahasa. Dengan demikian secara eklektik, yang menjadi

dasar penetapan aspek kebahasaan dalam buku teks adalah fonologi,

morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana.

Dalam praktek pengajaran bahasa aspek tata bahasa dari fonologi

sampai dengan wacana dapat dimanfaatkan untuk membangun kemampuan

komunikasi. Aspek latihan tata bahasa sekaligus menjadi kompetensi

gramatikal, bersama dengan kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana,

dan kompetensi strategik membangun kompetensi komunikasi.

Dalam penelitian ini eklektik yang dimaksud bersumber dari model-

model tata bahasa tradisional, struktural, transformasional, dan fungsional.

Pengajaran aspek tata bahasa dalam bentuk tugas dan latihan menunjukkan

adanya ciri penggunaan bahasa (language use), dibandingkan dengan unsur

formal bahasa.