Da teologia canned para uma teologia brasileira: apontamentos a partir de Júlio Zabatiero
AN ANALYSIS OF THE PERFORMANCE AND COMPETITIVENESS OF THE PROCESSING AND PRESERVING INDUSTRY OF...
Transcript of AN ANALYSIS OF THE PERFORMANCE AND COMPETITIVENESS OF THE PROCESSING AND PRESERVING INDUSTRY OF...
AN ANALYSIS OF THE PERFORMANCE AND COMPETITIVENESS OFTHE PROCESSING AND PRESERVING INDUSTRY OF CANNED FISH
AND OTHER AQUATIC BIOTA OF INDONESIA (ISIC 1022)
By:
Jhon Feri Saragih;
ABSTRACT
The objective of this study was to investigate theperformance of the processing and preserving industryof canned fish and other aquatic biota of Indonesiaviewed from the value-added, efficiency, andproductivity of labor and the competitiveness of theproducts in the world market which were determined bythe RCA index of the period of 2001-2011. This studyused the secondary data obtained from the NationalStatistical Office of Indonesia (BPS) and UN Comtrade.The technique of analysis used in this study isdescriptive qualitative technique with cross tabulationmethod. The results of this study indicate that theperformance of the industry viewed from the added valuewas relatively low because the average value-added waslower than the average median cost; Viewed from thepoint of efficiency it tends to be inefficient becausethe cost of production outweighs the added valueobtained; And viewed from the point of laborproductivity, it tends to be relatively low because theaverage growth of production is smaller than theaverage growth of labor. The competitiveness ofindustrial processing and preserving of canned fish andother aquatic biota of Indonesia that are determined bythe RCA index shows an increase along with theincreasing volume of exports of canned fish and otheraquatic biota.
Keywords: Added Value, Efficiency, Labor Productivity, RCA
PENDAHULUAN
1
Pembangunan ekonomi tidak bisa dilepaskan kaitannyadengan peranan sektor industri. Pembangunan ekonomierat kaitannya dengan industrialisasi. Pengalamannegara-negara maju dalam membangun perekonomiannyadimulai dengan membangun sektor industri yang berdampakpada peningkatan nilai tambah dari produk yangdihasilkannya. Negara-negara maju sukses membangunperekonomiannya melalui pengembangan sektor industri.Meskipun relatif miskin sumber daya alam namun dengankemampuan inovasi dan teknologi yang dikuasainya mampumenciptakan produk-produk industri yang berkualitas dankompetitif (Yuliadi, 2009:69).
Pengembangan sektor industri akan menciptakanpeluang bagi pengembangan sektor-sektor ekonomilainnya. Sektor industri dapat menjadi sektor pemimpinjika kegiatan produksinya dapat mendorong perkembangansektor-sektor terkait lainnya seperti sektor pertaniandalam menyediakan bahan-bahan baku dan penolong sertasektor jasa seperti jasa transportasi, lembagakeuangan, asuransi, pergudangan, dan jasa penyewaan(Yuliadi, 2009:72). Produk-produk industrial selalumemiliki dasar tukar yang tinggi atau lebihmenguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebihbesar dibandingkan produk-produk sektor lain. Sektorindustri memiliki variasi produk yang sangat beragamdan mampu memberikan manfaat marjinal yang tinggikepada pemakainya (Dumairy, 1996:227).
Pengembangan sektor industri juga akan mampumempercepat pembangunan negara berkembang baik melaluilaju pertumbuhan ekonomi yang tinggi maupun pemerataandistribusi pendapatan. Disamping itu, prosesindustrialisasi akan mampu pula mengubah masyarakatagraris yang statis menjadi masyarakat yang industridinamis. Dengan demikian industrialisasi merupakanlangkah paling strategis dalam restrukturisasi ekonomidan sekaligus melaksanakan pembangunan dalam kehidupanmasyarakat (Sukirno, 1994:13).
2
Tabel 1.1 Distribusi Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 (Persen)
No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 20121 Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
14.50 15,30 15,29 14,70 14,44
2 Pertambangan dan Penggalian
10,90 10,60 11,16 11,85 11,78
3 Industri Pengolahan
27,80 26,40 24,80 24,33 23,94
a. Industri Migas 4,80 3,70 3,33 3,41 3,09b. Industri Tanpa Migas
23,00 22,60 21,48 20,92 20,85
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
0,80 0,80 0,76 0,77 0,79
5 Konstruksi 8,50 9,90 10,25 10,16 10,456 Perdagangan,
Hotel, dan Restoran
14,00 13,30 13,69 13,80 13,90
7 Pengangkutan dan Komunikasi
6,30 6,30 6,56 6,62 6,66
8 Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan
7,40 7,20 7,24 7,21 7,26
9 Jasa-jasa 9,70 10,20 10,24 10,56 10,78PDB 100,0
0100,0
0100,0
0100,0
0100,0
0Sumber: BPS, Statistik Indonesia
Berdasarkan tabel 1.1 di atas memperlihatkan bahwasektor industri pengolahan merupakan sektor yangmemiliki peranan penting dalam perekonomian. Sektorindustri pengolahan merupakan sektor yang memberikankontribusi terbesar dalam pembentukan PDB yang mencapairata-rata sebesar 25,45 persen setiap tahunnya.Industri pengolahan adalah industri yang strategis.Industri pengolahan dipandang mampu mendorongperekonomian Indonesia yang sedang berkembang dengandidukung oleh sumber daya manusia yang melimpah, maka
3
sektor industri pengolahan diharapkan akan mampumenyerap tenaga kerja yang besar. Penerimaan negaradari sektor industri pengolahan memang mengalamipeningkatan dari tahun ke tahun, namun jika ditinjaudari segi persentase, kontribusi indutri pengolahanterhadap pembentukan PDB mengalami penurunan dari tahunke tahun. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatanpersentase kontribusi sektor-sektor lainnya sepertisektor pertambangan dan penggalian, konstruksi, dansektor jasa-jasa.
Tabel 1.2 Distribusi Sub-sektor Industri Terhadap PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 (Persen)
No Sektor 2008 2009 2010 2011 2012Industri Migas
1 Pengilangan Minyak Bumi 10,60 8,76 7,76 7,27 6,602 Gas Alam Cair 6,67 5,44 5,64 6,73 6,30
Industri Tanpa Migas1 Industri Makanan, Minuman
dan Tembakau25,15 28,45 29,10 30,27 31,59
2 Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
7,61 7,88 7,76 7,93 7,94
3 Industri Kayu dan Produk Lainnya
5,31 5,42 5,03 4,67 4,33
4 Industri Produk Kertas danPercetakan
3,77 4,13 4,11 3,83 3,40
5 Industri Produk Pupuk, Kimia dan Karet
11,19 11,02 11,01 10,50 10,99
6 Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam
2,91 2,94 2,84 2,81 2,94
7 Industri Logam Dasar Besi dan Baja
2,12 1,81 1,67 1,72 1,68
8 Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi
23,96 23,44 24,36 23,59 23,61
9 Produk Industri PengolahanLainnya
0,66 0,66 0,65 0,62 0,58
Industri Pengolahan 100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber: BPS, Statistik Indonesia
4
Distribusi persentase PDB sub-sektor industripengolahan seperti yang tampak dalam tabel 1.2 di atas,sektor industri makanan, minuman, dan tembakaumerupakan sektor yang memiliki peranan penting dalampembentukan PDB. Sektor industri makanan, minuman, dantembakau merupakan sektor yang memberikan kontribusiterbesar dalam pembentukan PDB jika dibandingkan dengansub-sektor industri pengolahan tanpa migas lainnya.Pada tahun 2012, sektor industri makanan, minuman, dantembakau mampu memberikan kontribusi sebesar 31,59persen terhadap PDB industri pengolahan, sedangkansektor industri peralatan, mesin, dan perlengkapantransportasi di posisi kedua hanya memberikankontribusi sebesar 23,61 persen, dan sektor industriproduk pupuk, kimia, dan karet di posisi ketigamemberikan kontribusi sebesar 10,99 persen. Melihatbesarnya peranan sektor industri makanan, minuman, dantembakau dalam pembentukan PDB, maka sektor industrimakanan, minuman, dan tembakau layak untuk diperhatikandan dikembangkan dalam rangka meningkatkan perekonomiannegara.
Salah satu industri dalam kelompok industrimakanan, minuman, dan tembakau yang mempunyai potensiuntuk dikembangkan adalah industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng, hal initidak terlepas dari letak Indonesia yang sangatstrategis dan berada di jalur pertemuan dua samuderabesar dengan bentangan luas laut mencapai kurang lebih5,8 Juta km2 yang terdiri dari perairan kepulauannusantara 2,3 juta km2, perairan territorial 0,8 jutakm2 dan ZEEI 2,7 km2 dan mempunyai garis pantaisepanjang 81.000 km yang terpanjang kedua di duniasetelah Kanada. Pada tahun 2011 produksi perikanantangkap mencapai 5,4 juta ton dan produksi perikananbudidaya mencapai 6,9 juta ton (KKP, 2011). Produksiperikanan tangkap Indonesia menempati peringkat keduadunia setelah China dan perikanan budidaya menempati
5
peringkat keempat dunia setelah China, India, danVietnam (FAO Yearbook, 2010)
Data yang dikeluarkan oleh UN Comtrade, pada tahun2012 Indonesia menempati peringkat sembilan sebagaipengekspor produk perikanan dengan nilai perdagangansebesar 3.588 juta dolar Amerika dibawah China,Norwegia, Thailand, Vietnam, USA, Kanada, Cili, danSpanyol. Persoalannya adalah ekspor produk perikananIndonesia cenderung dalam bentuk segar dan bekusedangkan dalam bentuk olahan masih kecil yaitu hanyasebesar 840,890 juta dolar Amerika. Besarnya potensisumber daya perikanan tentunya memberikan peluang bagiIndonesia untuk mengembangkan dan menciptakan produk-produk yang memiliki nilai ekonomis khususnya produk-produk olahan seperti halnya produk ikan dan biota airdalam kaleng sehingga nantinya Indonesia dapat menjadinegara penghasil produk perikanan terkemuka di dunia.
27%
21%5%4%4%3%
36%ChinaThailandVietnamEkuadorSpanyolIndonesiaNegara Lain
Sumber: UN COMTRADE
Gambar 1.1 Ekspor Produk Ikan dan Biota Air dalam Kaleng (SITC 037) Tahun 2012
Permintaan pasar dunia terhadap produk ikan danbiota air dalam kaleng sangat besar, namun kontribusiindustri pengolahan dan pengawetan ikan dan biota airdalam kaleng Indonesia pada tahun 2012 hanya mencapai 3persen kalah dengan China, Thailand, Vietnam, Ekuador,
6
dan Spanyol yang dalam hal sumber daya berada dibawahIndonesia. Kesuksesan negara-negara tersebut dalammengembangkan sektor industri pengolahan hasilperikanannya seharusnya dapat menjadi pembelajaran bagiindustri pengolahan dan pengawetan ikan dan biota airdalam kaleng Indonesia.
Perubahan pola konsumsi masyarakat modern masakini kepraktisan merupakan hal penting yang menjadipertimbangan dalam berkonsumsi, produk-produk siap sajiseperti ready to cook dan ready to eat mulai diminati. Salahsatunya adalah produk ikan dan biota air dalam kaleng.Perubahan pola konsumsi ini berkaitan denganmeningkatnya tingkat pendapatan, pendidikan, teknologi,dan bertambahnya kaum wanita memasuki dunia kerja.Perubahan pola konsumsi ini tentunya memberikan potensidan peluang bagi produk ikan dan biota air dalam kalengdi masa sekarang dan di masa depan (Endartrianti,2011).
Persoalan yang dihadapi industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng Indonesiaadalah kekurangan bahan baku ikan dan biota air karenakebijakan ekspor yang mengekspor ikan dan biota airdalam bentuk segar, sehingga dalam untuk memenuhikebutuhan bahan baku ikan dan biota air untuk produksiikan dan biota air dalam kaleng seringkali harusdiimpor dari luar negeri. Dalam hal masalah kemasan,dinilai relatif paling mahal dibandingkan dengannegara-negara lain dikarenakan industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng masihtergantung terhadap import bahan penolong sepertikaleng, minyak kedelai, kemasan dan lainnya. Kebutuhanbahan baku kemasan berupa kaleng (tin plate) selama iniantara 60-70 persen masih diimpor, selebihnya dipenuhidari produksi dalam negeri (Departemen Perindustrian,2009).
Berdasarkan latar belakang di atas bahwa industripengolahan dan pengawetan ikan dan biota air dalam
7
kaleng sangat menarik untuk dibahas, karena potensisumber daya perikanan yang melimpah menjadi salah satufaktor pendukung produksi produk ikan dan biota airdalam kaleng. Disamping itu, industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng mampumenjadi sektor unggulan bagi kontribusi pendapatannasional dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia,namun memiliki sejumlah permasalahan yang harusdihadapi dan perlu adanya penyelesaian, baik olehpemerintah maupun dari pemilik industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng tersebut.Dalam kajian ini akan dibahas kinerja industripengolahan dan pengawetan ikan dan biota air dalamkaleng Indonesia yang dilihat dari nilai tambah,efisiensi, produktivitas tenaga kerja, dan daya saingyang ditentukan oleh RCA (Revealed Comparative Advantage).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskandi atas maka permasalahan yang akan dibahas dalampenelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan nilai tambah yangdihasilkan oleh industri pengolahan dan pengawetanikan dan biota air dalam kaleng Indonesia.
2. Bagaimana perkembangan tingkat efisiensiproduksi industri pengolahan dan pengawetan ikandan biota air dalam kaleng Indonesia.
3. Bagaimana perkembangan produktivitas tenaga kerjaindustri pengolahan dan pengawetan ikan dan biotaair dalam kaleng Indonesia.
4. Bagaimana perkembangan daya saing produk ikan danbiota air dalam kaleng Indonesia yang dilihat dariRCA (Revealed Comparative Advantages).
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakandiatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitentang kondisi yang terjadi dalam industri pengolahandan pengawetan ikan dan biota air dalam kaleng yangterlihat dari:
8
1. Perkembangan nilai tambah yang dihasilkan olehindustri pengolahan dan pengawetan ikan dan biotaair dalam kaleng Indonesia.
2. Perkembangan tingkat efisiensi produksi industripengolahan dan pengawetan ikan dan biota air dalamkaleng Indonesia.
3. Perkembangan produktivitas tenaga kerja industripengolahan dan pengawetan ikan dan biota air dalamkaleng Indonesia.
4. Perkembangan daya saing produk ikan dan biota airdalam kaleng Indonesia yang dilihat dari RCA(Revealed Comparative Advantages).
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian iniadalah sebagai berikut:
1. Manfaat TeoritisPenelitian ini diharapkan dapat menambah danmemperkaya bahan kajian mengenai teori-teori yangberkaitan dengan kinerja dan daya saing sertadapat memberikan informasi mengenai kinerja dandaya saing industri pengolahan dan pengawetan ikandan biota air dalam kaleng Indonesia.
2. Manfaat AkademisMemberikan bahan referensi tambahan kepadamahasiswa dan tokoh akademisi dalam mengembangkantulisan-tulisan yang berhubungan dengan analisiskinerja dan daya saing industri, terutama sektorindustri pengolahan dan pengawetan ikan dan biotaair dalam kaleng Indonesia.
3. Manfaat OperasionalDengan adanya tulisan ini, diharapkan akanmenyumbang masukan bagi pemerintah, swasta, danpihak-pihak terkait untuk mengambil kebijakan-kebijakan terutama mengenai industri pengolahandan pengawetan ikan dan biota air dalam kalengIndonesia, agar dapat meningkatkan kinerja dandaya saing industri pengolahan dan pengawetan ikandan biota air dalam kaleng Indonesia.
9
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Organisasi Industri
Pengertian industri dalam arti sempit adalah kumpulanperusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimanaterdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan,proses, bentuk produk akhir, dan konsumen akhir(Hasibuan, 1993:12). Dalam arti yang lebih luas,industri dapat didefenisikan sebagai kumpulanperusahaan yang memproduksi barang dan jasa denganelastisitas silang (cross elasticities of demand) yang positifdan tinggi. Secara garis besar, industri dapatdidefinisikan sebagai kelompok perusahaan yangmemproduksi barang atau jasa yang sama atau bersifatsubtitusi (Kuncoro, 2007:135).
Kondisi DasarSisi Penawaran Sisi PermintaanBahan Baku Elastisitas HargaTeknologi SubtitusiSerikat Kerja PertumbuhanDaya Tahan Produk Siklis atau MusimanNilai atau Bobot Metode Pembelian
Tipe Pemasaran
Struktur PasarJumlah Pembeli JumlahPenjualSkala Pembeli KondisiBiaya
10
Kebijakan Publik
Pajak dan Subsidi Regulasi Pengendalian Harga Anti-Monopoli Peraturan Perdagangan Internasional Riset Dasar
Differensiasi Produk Integrasi Vertikal
Kondisi Masuk Integrasi HorizontalKonglomerasiOrganisasi Buruh
PerilakuStrategi HargaTaktik LegalStrategi ProdukIklanStrategi PromosiLitbang
KinerjaEfisiensi Alokatif
Kemajuan TeknologiEfisiensi TeknisKualitas ProdukEfek Inflasi KesempatanKerjaPemerataan Laba
Kluster Industri(Indeks Spesialisasi
Tenaga Kerja)
Sumber: Kuncoro, 2007:136
Gambar 2.1 Model Analisis Organisasi Industri
Gambar 2.1 di atas menunjukkan bagaimana hubunganantara struktur, perilaku, kinerja, kluster, dankebijakan publik. Kinerja (performance) dalam suatuindustri atau pasar dipengaruhi oleh perilaku (conduct)dari penjual dan pembeli seperti perilaku harga,persaingan non-harga (produk, promosi, dan inovasi),serta kerja sama antar perusahaan. Perilaku perusahaantergantung pada struktur (structure) pasar yang relevan.Struktur bisa dilihat dari jumlah maupun skala penjualdan pembeli, tingkat diffrensiasi produk, ada tidaknyahambatan masuk ke pasar (barrier to entry), struktur biaya,
11
integrasi vertikal dan horizontal, serikat pekerja, dantingkat konglomerasinya.
Nilai Tambah
Dalam menggunakan faktor produksi dibutuhkan biayamadya guna menghasilkan output, dan dari output inidapat diperoleh nilai tambah sebagai pendapatan. Nilaitambah yang dihasilkan dari kegiatan produksitergantung pada tingkat produktivitas, nilai produkmarginal, dan efisiensi. Peningkatan produksi belumtentu menjamin terjadinya peningkatan nilai tambah,karena masih ditentukan oleh komponen harga danpenggunaan masukan baik dari dalam maupun luar negeri(Hasibuan, 1993: 18).
Nilai tambah terdiri dari dua macam, yaitu nilaitambah kotor (value added bruto) dan nilai tambah bersih(value added netto). Value added bruto adalah pembayaran-pembayaran untuk pajak, bunga, modal, sewa tanah, laba,cadangan-cadangan untuk depresiasi serta kompensasiuntuk manajemen dan pegawai-pegawai lainnya, termasukdi dalamnya jaminan sosial. Sedangkan didalam value addednetto tidak terdapat depresiasi (Winardi, 1998:497).
Nilai tambah neto adalah nilai tambah yangdihitung berdasarkan harga pasar, harga pasar adalahharga yang didasarkan pada harga yang dibayarkanpembeli termasuk penyusutan. Penyusutan merupakanbagian dari ongkos produksi sehingga dimasukkan padaharga penjualan, nilai tambah neto berarti nilai tambahyang diciptakan dalam suatu proses produksi dengan caramenjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh berbagaisektor dalam perekonomian.
Efisiensi
Efisiensi dapat diartikan sebagai kegiatan menghasilkansuatu nilai output yang maksimal dengan sejumlah inputtertentu. Sejumlah input tersebut artinya tidakbersifat boros, sehingga tidak ada sumber daya yang
12
tidak digunakan atau terbuang. Selain itu, dapat jugadikatakan bahwa suatu aktivitas efisien jika dapatdiperoleh hasil yang sama dengan aktivitas lain tetapisumber daya yang digunakan lebih sedikit (Sukirno,1994:134).
Menurut Lipsey (1996:175) dalam pembuatankeputusan dan dalam kebijakan-kebijakan pemerintahterdapat tiga konsep efisiensi yang berbeda yaitu:
1. Engineering efficiency menerangkan jumlah fisik darisalah satu input utama yang digunakan dalamkegiatan produksi pengukurannya denganmembandingkan input dengan output. (engineeringefficiency refers to the physical amount of some single key inputthat is used in production. It is measured by the ratio of that inputto output).
2. Technical efficiency berhubungan dengan jumlah fisikdari semua faktor produksi yang dipergunakan dalamproses produksi (Technical efficiency is related to the phsycalamount all of factors used on the process amount of producingsome product)
3. Economic efficiency berhubungan dengan nilai semuainput yang dipergunakan dalam memproduksi output(economic efficiency is related to the value of all input used inproducing a given output).
Teori Produktivitas
13
Tahap TahapTahap
TP
TPP
Sumber: (Sukirno, 2004: 197)
Grafik 2.1 Tahapan Produksi
Produktivitas adalah ukuran efisiensi dan efektivitasatau dengan kata lain dapat menjadi pengertian prinsiprasionalisasi secara bisnis atau prinsip efisiensipenggunaan sumber daya. Atas pengertian tersebut,produktivitas dan pengukurannya dibagi menjadi duamacam: pertama, Phsycal Productivity, pengukuranproduktivitas secara kualitatif seperti ukuran panjang,banyaknya unit, berat serta waktu dan banyaknya tenagakerja; kedua, Value Product, pengukuran produktivitasdengan ukuran nilai uang yang dinyatakan dalam rupiahdan mata uang lainnya. Produktivitas dapat digambarkandalam dua pengertian yaitu secara teknis dan finansial.Pengertian produktivitas secara teknis adalahpengefisienan produksi terutama dalam pemakaian ilmudan teknologi, sedangkan pengertian produktivitassecara finansial adalah pengukuran produktivitas atasoutput dan input yang telah dikuantifikasi. Suatuperusahaan industri merupakan unit proses yang mengolahsumber daya atau input menjadi output dengan suatu
14
JumlaMPP/
MPP
APP
Jumla
transformasi tertentu. Dalam proses inilah terjadipenambahan nilai lebih jika dibandingkan sebelum proses(Sukirno, 1994:185).
Daya Saing
Kinerja sektor industri dicerminkan oleh kemampuan dayasaing (competitiveness) industri tersebut menghadapisistem perdagangan global. Secara tradisional, adasejumlah indikator atau metode yang digunakan untukmengukur kemampuan daya saing. Salah satunya adalahdengan indeks keunggulan komparatif (Revealed ComparativeAdvantage), indeks ini dilakukan untuk mengetahuikeunggulan komparatif yang dimilik Indonesia (Kuncoro,1997:312)
Strategi keunggulan komparatif menfokuskan padasumber daya alam yang melimpah, jumlah tenaga kerjayang besar (padat karya) dengan muatan teknologi yangrendah. Kondisi ini menyebabkan harga faktor produksimenjadi lebih murah dan andalan untuk berkompetisidalam perdagangan internasional. Sebaliknya strategikeunggulan kompetitif lebih menekankan padaindustrialisasi yang menggunakan technology jump yangmenerapkan teknologi canggih untuk memperoleh nilaitambah yang lebih tinggi yaitu industri yang bertumpupada terkonsentrasinya pekerja terampil dan bernilaitambah tinggi (Halwani, 2002:57)
Kerangka Pikir
Nilai tambah didapat dari selisih antara nilai outputdengan biaya madya (bahan baku dan penolong, bahanbakar, tenaga listrik dan gas, dan pengeluaranlainnya). Kenaikan nilai tambah disebabkan olehkenaikan nilai output yang dihasilkan lebih besardaripada kenaikan biaya madya yang digunakan. Kenaikannilai tambah akan menyebabkan efisiensi naik karenaefisiensi diukur dari perbandingan nilai tambah denganbiaya madya. Jika efisiensi mengalami kenaikan makaakan menyebabkan meningkatnya hasil produksi.
15
Produktivitas tenaga kerja dihitung dariperbandingan nilai output dengan tenaga kerja.Produktivitas tenaga kerja mengalami kenaikandisebabkan oleh kenaikan jumlah produksi yangdihasilkan lebih besar dari kenaikan atau penambahantenaga kerja produksi yang digunakan. Kenaikanproduktivitas menyebabkan kenaikan produksi yangdisebabkan penggunaan tenaga kerja efisien.
Suatu industri yang memiliki daya saing tinggidapat dilihat dari segi permintaan atas barang tersebutdi pasar. Industri pengolahan dan pengawetan ikan danbiota air dalam kaleng dikatakan memiliki daya saingyang besar apabila permintaan akan produk ikan danbiota air dalam kaleng besar atau meningkat dari tahunke tahun baik di dalam maupun di luar negeri. Semakinbesar permintaan pasar maka akan semakin besar nilaitambah yang diperoleh. Semakin besarnya nilai tambahyang diperoleh maka efisiensi akan meningkat yangkemudian diikuti dengan meningkatnya volume produksi.
Kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
16
Nilai Tambah
Efisiensi
Produktivitas
Kinerja
RCA (Revealed ComparativeAdvantages)
Daya
Dari bagan di atas dapat dijelaskan mengenai alurpikir penulisan bahwa kinerja industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng Indonesiadiukur dengan menghitung nilai tambah, efisiensi, danproduktivitas tenaga kerja serta daya saing yangditentukan oleh RCA (Revealed Comparative Advantage)
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi padaindustri pengolahan dan pengawetan ikan dan biota airdalam kaleng Indonesia dengan kode ISIC (InternationalStandart Of Industrial Classification) 1022.
Penelitian ini membahas perkembangan kinerjaindustri pengolahan dan pengawetan ikan dan biota airdalam kaleng Indonesia yang dilihat dari nilai tambah,tingkat efisiensi, dan produktivitas tenaga kerja sertadaya saing produk yang ditentukan oleh indeks RCA.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdata sekunder yang merupakan data time series atau runtunwaktu selama 11 tahun, yaitu dari tahun 2001 sampaidengan 2011. Data tersebut dikeluarkan oleh Badan PusatStatistik dan UN Comtrade serta data-data lain yangmendukung.
Teknik analisis data yang digunakan untukmenganalisis permasalahan adalah teknik deskriptifkualitatif dengan menggunakan peralatan tabulasi silang(cross tab). Teknik analisis deskriptif kualitatif adalahteknik analisis yang menggambarkan data dengan melihattren. Dalam penelitian ini disajikan berbagai tabel dan
17
grafik yang diperlukan, serta penjelasan yang sesuaiuntuk memecahkan permasalahan yang ada.
Untuk mengukur tingkat perubahan nilai tambah,efisiensi, dan produktivitas tenaga kerja pada industripengolahan dan pengawetan ikan dan biota air dalamkaleng Indonesia digunakan rumus:
Gn = Pn−Pn−1
Pn−1 x 100 %
dimana:
Gn adalah tingkat perubahan
Pn adalah nilai perhitungan pada tahun pengamatan
Pn-1 adalah nilai perhitungan pada tahun sebelumnya
Selain pertumbuhan per tahun, yang akan diamati puladalam analisis ini adalah pertumbuhan jangka panjang denganrumus sebagai berikut :
r =[( n−1√Pn:Po ) - 1] x 100 %Dimana:
r adalah pertumbuhan jangka panjang
Pn adalah data tahun terakhir
Po adalah data tahun awal
n adalah jumlah sampel
Untuk menghitung nilai tambah pada industripengolahan dan pengawetan ikan dan biota air dalamkaleng Indonesia diformulasikan persamaan berikut:
Nilai Tambah = Nilai Output – Biaya Madya
Untuk menghitung efisiensi pada industri pengolahandan pengawetan ikan dan biota air dalam kaleng Indonesiadiformulasikan persamaan berikut:
18
Efisiensi = NilaiTambahBiayaMadya
E < 1, tidak efisien. Industri adalah tidakefisien, karena biaya madya yang dikeluarkan lebihbesar dari nilai tambah yang diciptakan.
E ≥ 1, efisien. Industri digolongkan efisienkarena setiap rupiah biaya madya dapat menciptakannilai tambah yang sama atau lebih besar nilainyadengan biaya madya.
Untuk menghitung produktivitas tenaga kerjaindustri pengolahan dan pengawetan ikan dan biota airdalam kaleng Indonesia diformulasikan persamaan:
Produktivitas Tenaga Kerja = OutputTenagaKerja
Kemudian untuk mengukur daya saing produk ikan danbiota air dalam kaleng digunakan teori keuntungankomparatif dari Ricardo yaitu sebuah indeks yangdikenal dengan RCA (Revealed Comparative Advantage) denganrumus sebagai berikut :
RCA = (X¿¿ij:Xj)
(X¿¿iw:Xw)¿¿
Keterangan:
Xij = Nilai ekspor komoditi i dari negara j
Xj = Nilai total ekspor negara j
Xiw = Nilai ekspor komoditi i di dunia
Xw = Nilai total ekspor dunia
Nilai RCA > 1 berarti bahwa pada komoditastersebut perlu dikembangkan bagi pasar ekspor, karenaproporsi produksi komoditi domestik terhadap totalekspor domestik lebih tinggi dibandingkan produksikomoditas tertentu dunia dibagi total produksi dunia.
19
Nilai RCA < 1 menunjukkan bahwa komoditas yang adatidak layak untuk diekspor, karena tidak memilikikeunggulan komparatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan danBiota Air dalam Kaleng
Pengolahan dan pengawetan bahan pangan dalam wadahkaleng maupun wadah botol dimulai ketika di abad ke-18,kaisar Perancis saat itu, Napoleon Bonaparte sedangmemikirkan cara untuk menyediakan makanan yangbernutrisi cukup bagi pasukannya. Sebabnya adalah medantempur pasukannya yang luas menyebabkan sejumlahmakanan segar menjadi rusak selama dalam perjalananlogistik sehingga banyak dari mereka yang meninggalakibat kelaparan maupun defisiensi zat-zat gizitertentu. Napoleon lalu membuat sayembara untukmenemukan metode paling praktis dalam menyediakanmakanan yang segar dan sehat bagi para tentara danpelaut Perancis.
Sayembara tersebut dimenangkan oleh NicholasAppert seorang ilmuwan Perancis pada tahun 1810 yangmenemukan metode penyimpanan makanan dengan caramemasukkan makanan ke dalam wadah mirip toples yangditutup dengan gabus atau kawat, lalu merendamnya dalamair panas. Metode tersebut masih efektif untuk beberapajenis makanan walaupun teorinya tidak sepenuhnya benar.Appert mengira kalau sekedar mengeluarkan udara dariwadah sudah cukup untuk mencegah pembusukan makanan.Cara pengolahan dan pengawetan ini sering juga disebutsebagai “the art of Appertizing” (www.academia.edu, 2014).
Penemuan Nicolas Appert tersebut telah banyakjasanya dalam menyediakan makanan bagi tentara Perancisselama peperangan pada waktu itu. Dan sekarang jasanyatersebut masih terus bertambah, dimana dengan metodepengawetan tersebut banyak industri pangan dapatmensuplai makanan dan minuman yang tetap baik, sehat,
20
enak, dan mempunyai nilai gizi yang stabil untuk jangkawaktu yang lama serta dapat dikonsumsi dimana saja(Muchtadi, 1995: 11).
Tonggak dari perkembangan metode pengalenganmodern adalah pemakaian logam sebagai bahan dari wadahpenyimpanan makanan yang diawetkan. Pengalengan memakailogam pertama kali dilakukan pada tahun 1819 oleh EzraDagget, di New York untuk menyimpan ikan. Tahunberikutnya, pengalengan dilakukan pada produk-produkpertanian seperti buah-buahan. Sejak itu, metodepengalengan dengan wadah logam menjadi salah satumetode pengawetan modern terpopuler yang digunakan olehmanusia (www.academia.edu, 2014).
Dalam pengalengan makanan, bahan pangan dikemassecara hermetis (hermetic) dalam suatu wadah, baikkaleng, gelas atau aluminium. Pengemasan secarahermetis mengandung arti bahwa penutupannnya sangatrapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air,mikroba atau bahan asing lain. Dengan demikian makananyang dikalengkan dapat dijaga terhadap kebusukan,perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atauperubahan citarasanya (Muchtadi, 1995:11)
Pembahasan
Analisis Nilai Tambah Industri Pengolahan danPengawetan Ikan dan Biota Air dalam Kaleng Indonesia
Nilai tambah dapat diperoleh dari selisih antara outputdan input madya. Nilai output adalah nilai produksiyang benar-benar dihasilkan dari suatu kegiatanindustri. Nilai tambah yang diciptakan dari suatuindustri adalah sama dengan keluaran (output) dikurangibiaya masukan (input).
Tabel 4.1 Nilai Tambah Industri Industri Pengolahan danPengawetan Ikan dan Biota Air dalam Kaleng Indonesia Tahun 2001-2011 (Ribu Rupiah)
21
Tahun Output Pert(%)
BiayaMadya
Pert(%)
NilaiTambah
Pert(%)
2001 1.385.016.706
- 813.780.989
- 571.235.717
-
2002 2.094.788.704
51,25 1.416.519.984
74,07 678.268.720
18,73
2003 2.330.844.924
11,27 1.707.611.699
20,55 623.233.225
-8,11
2004 1.881.915.266
-19,26
1.205.473.086
-29,41
676.442.180
8,53
2005 2.524.073.750
34,12 1.239.352.046
2,81 1.284.721.704
89,92
2006 3.795.145.105
50,36 2.728.354.405
120,14
1.066.790.700
-16,96
2007 2.493.030.062
-34,31
1.855.944.231
-31,98
637.085.831
-40,28
2008 3.322.692.629
33,28 1.918.377.277
3,36 1.404.315.352
120,42
2009 4.455.889.075
34,10 2.796.543.369
45,78 1.659.345.706
18,16
2010 5.154.941.830
15,69 3.658.326.876
30,82 1.496.614.954
-9,80
2011 6.030.106.271
16,98 3.522.104.541
-3,72 2.508.001.730
67,57
Sumber: BPS (diolah)
Pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilaitambah industri pengolahan dan pengawetan ikan danbiota air dalam kaleng Indonesia mengalami fluktuasi,pada tahun-tahun tertentu mengalami peningkatan danpada tahun-tahun tertentu mengalami penurunan. Nilaitambah industri pengolahan dan pengawetan ikan danbiota air dalam kaleng Indonesia rata-rata mencapaisebesar 1.146 milyar rupiah dengan laju pertumbuhansebesar 15,94 persen per tahun. Nilai tambah industripengolahan dan pengawetan ikan dan biota air dalamkaleng Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2011mencapai sebesar 2.508 milyar rupiah dan yang terendahterjadi pada tahun 2001 hanya mencapai sebesar 571milyar rupiah.
Analisis Efisiensi Industri Pengolahan dan PengawetanIkan dan Biota Air dalam Kaleng Indonesia
22
Efisiensi adalah perbandingan seberapa besar kita dapatmengambil manfaat dari suatu variabel untuk mendapatkanoutput sebanyak-banyaknya. Menurut Hasibuan (1993:24)efisiensi merupakan perbandingan nilai tambah yangdihasilkan suatu industri dengan input yang digunakanberupa tenaga kerja, bahan baku, modal dan lainnya.Efisiensi tidak lepas dari alokasi input dalamproduksi. Suatu perusahaan dikatakan efisien apabilamampu mengalokasikan faktor produksinya dengan baiktanpa mengurangi produksi lainnya. Dengan kata lainsuatu proses produksi akan efisien secara ekonomis padasuatu tingkatan output apabila tidak ada proses lainyang dapat menghasilkan output yang serupa dengan biayayang lebih murah.
Tabel 4.2 Efisiensi Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Biota Air dalam Kaleng Tahun 2001-2011
Tahun NilaiTambah(Ribu
Rupiah)
Biaya Madya (Ribu Rupiah)
Efisiensi
2001 571.235.717
813.780.989 0,70
2002 678.268.720
1.416.519.984 0,47
2003 623.233.225
1.707.611.699 0,36
2004 676.442.180
1.205.473.086 0,56
2005 1.284.721.704
1.239.352.046 1,03
2006 1.066.790.700
2.728.354.405 0,39
2007 637.085.831
1.855.944.231 0,34
2008 1.404.315.352
1.918.377.277 0,73
2009 1.659.345.706
2.796.543.369 0,59
23
2010 1.496.614.954
3.658.326.876 0,40
2011 2.508.001.730
3.522.104.541 0,71
Sumber: BPS (diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahuibahwa tingkat efisiensi industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng Indonesiatergolong rendah atau tidak efisien, karena tingkatefisiensi industrinya menunjukkan kurang dari satu. Halini disebabkan nilai tambah yang dihasilkan lebih kecildibandingkan dengan biaya madya yang dikeluarkan. Hanyapada tahun 2005 industri pengolahan dan pengawetan ikandan biota air dalam kaleng mencapai tingkat efisienyaitu sebesar 1,03. Efisiensi tertinggi industripengolahan dan pengawetan ikan dan biota air dalamkaleng Indonesia terjadi pada tahun 2005 sebesar 1,03dan yang terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 0,34.Efisiensi industri pengolahan dan pengawetan ikan danbiota air dalam kaleng Indonesia rata-rata hanyamencapai sebesar 0,50 dengan laju pertumbuhan sebesar0,14 persen per tahun.
Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Industri Pengolahandan Pengawetan Ikan dan Biota Air dalam KalengIndonesia
Produktivitas merupakan hasil yang dicapai per tenagakerja atau unit faktor produksi dalam jangka waktutertentu. Pada umumnya, tingkat produktivitasdipengaruhi oleh perkembangan teknologi, alat produksi,dan keahlian (skill) yang dimiliki oleh tenaga kerja.
Produktivitas tenaga kerja industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng Indonesiadilihat dari perbandingan antara nilai output denganjumlah tenaga kerja.
24
Tabel 4.3 Produktivitas Tenaga Kerja Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Biota Air dalam Kaleng Indonesia Tahun 2001-2011
Tahun Output(Ribu Rupiah)
TenagaKerja(Orang)
ProduktivitasTenaga Kerja
(Ribu Rp/Orang)2001 1.385.016.706 15.608 88.737,62002 2.094.788.704 18.369 114.039,32003 2.330.844.924 19.213 121.316,02004 1.881.915.266 18.769 100.267,22005 2.524.073.750 17.804 141.770,02006 3.795.145.105 19.702 192.627,42007 2.493.030.062 17.468 142.719,82008 3.322.692.629 25.123 132.257,02009 4.455.889.075 23.945 186.088,42010 5.154.941.830 23.709 217.425,52011 6.030.106.271 18.706 322.362,1
Sumber: BPS (diolah)
Produktivitas tenaga kerja industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng Indonesiarata-rata 159, 9 juta rupiah per orang dengan lajupertumbuhan sebesar 13,76 persen per tahun.Produktivitas tenaga kerja industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng Indonesiatertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 322,3 jutarupiah per orang dan yang terendah terjadi pada tahun2001 sebesar 88,7 juta rupiah per orang.
Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja industripengolahan dan pengawetan ikan dan biota air dalamkaleng Indonesia tertinggi terjadi pada periode 2010-2011 sebesar 48,26 persen. Penurunan produktivitastenaga kerja industri pengolahan dan pengawetan ikandan biota air dalam kaleng Indonesia terendah terjadipada periode 2006-2007 sebesar 25,90 persen.
Analisis Daya Saing Industri Pengolahan dan PengawetanIkan dan Biota Air dalam Kaleng Indonesia
25
RCA (Revealed Comparative Advantage) adalah indeks yangdapat melihat keunggulan produk yang ada pada suatunegara. Keunggulan komparatif yang ditunjukkan dalamekspor suatu negara (RCA) mengindikasikan level dimanaekspor suatu produk memiliki proporsi yang lebih tinggidaripada rata-rata ekspor negara tersebut. Jika nilaiRCA > 1 menunjukkan bahwa suatu negara tersebutmemiliki keunggulan komparatif pada produk tersebutatau sebaliknya. Makin besar nilai RCA, makin besarpula keunggulan komparatifnya, hal ini akan berimbaspada daya saing produk di negara tersebut.
Untuk menghitung nilai RCA dari produk ikan danbiota air dalam kaleng Indonesia dengan membandingkanekspor ikan dan biota air dalam kaleng dari totalekspor Indonesia terhadap ekspor ikan terhadap biotaair dalam kaleng dunia dari total ekspor dunia. Padatabel berikut ini, dapat diketahui hasil perhitungannilai RCA produk ikan dan biota air dalam kaleng untukmengukur daya saing industri pengolahan dan pengawetanikan dan biota air dalam kaleng Indonesia dari tahun2001-2011.
Tabel 4.4 Perhitungan Indeks RCA Produk Ikan dan BiotaAir dalam kaleng Indonesia Tahun 2001-2011
Tahun EksporProdukIkan danBiotaAirdalamKaleng(US$)
Total Ekspor Indonesia (US$)
EksporIkan danBiota AirdalamKalengDunia(US$)
TotalEksporDunia (US$)
RCA
2001 106.805.925
56.316.866.700
9.554.157.765
6.071.622.991.788
1,20
2002 99.063.945
57.158.751.145
9.985.953.322
6.379.256.952.778
1,10
2003 114.086.199
61.058.187.386
11.451.264.688
7.419.840.450.751
1,21
2004 242.940.76 71.582.468. 13.091.005 9.018.392.7 2,33
26
8 122 .816 66.2022005 277.962.20
6 85.659.947.
50414.604.718
.47810.170.060.73
0.6922,25
2006 316.871.490
100.798.615.667
17.054.931.773
11.886.316.783.580
2,19
2007 379.833.413
114.100.872.803
18.769.965.304
13.563.460.537.873
2,40
2008 506.208.663
137.020.424.402
21.563.881.296
15.674.183.343.640
2,68
2009 539.444.110
116.509.991.781
18.424.361.089
12.197.229.294.014
3,06
2010 543.741.027
157.779.103.470
20.299.956.364
14.802.160.762.486
2,51
2011 743.433.165
203.496.619.185
24.745.496.113
17.632.923.153.550
2,60
Sumber: UN Comtrade
Perhitungan indeks RCA industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng Indonesiarata-rata 2,14 dengan laju pertumbuhan sebesar 8 persenper tahun. Indeks RCA industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kaleng Indonesiatertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 3,06 dan yangterendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 1,10.
Hasil perhitungan indeks RCA produk ikan dan biotaair dalam kaleng Indonesia menunjukkan bahwa produkikan dan biota air dalam kaleng Indonesia memilikikeunggulan komparatif dibandingkan dengan negara-negaralain. Hal ini dibuktikan dengan angka indeks RCA produkikan dan biota air dalam kaleng Indonesia yang mencapailebih dari satu.
Industri pengolahan dan pengawetan ikan dan biotaair dalam kaleng Indonesia sudah memiliki daya saingyang diukur dengan indeks RCA, namun jika dibandingkandengan negara-negara pesaing daya saing produk ikan danbiota air dalam kaleng Indonesia masih kalah jauh.
27
Tabel 4.5 Perbandingan Indeks RCA Produk Ikan dan BiotaAir dalam Kaleng Indonesia dan Negara-negara Pesaing Pasar Dunia 2001-2011
Tahun
China Thailand
Vietnam
Ekuador
Spanyol
Indonesia
2001 3,40 19,68 2,88 36,65 2,23 1,202002 3,19 18,89 3,67 43,52 2,01 1,102003 2,84 17,29 3,91 41,51 1,90 1,212004 3,01 16,12 5,32 29,89 1,83 2,332005 2,90 15,79 6,59 31,12 1,83 2,252006 3,03 15,97 6,93 31,07 1,88 2,192007 2,65 14,90 6,69 30,59 1,89 2,402008 2,49 16,01 7,12 35,01 2,06 2,682009 1,88 16,14 7,35 30,21 1,99 3,062010 2,03 15,37 9,15 25,17 2,00 2,512011 2,24 15,70 8,60 28,06 1,98 2,60
Sumber: UN Comtrade (diolah)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwarata-rata Indeks RCA produk ikan dan biota air dalamkaleng Indonesia selama periode 2001-2011 masih lebihrendah jika dibandingkan dengan indeks RCA produk ikandan biota air dalam kaleng seperti negara China,Thailand, Vietnam, Ekuador, dan Spanyol. Rata-rataindeks RCA produk ikan dan biota air dalam kalengIndonesia adalah 2,14 sedangkan China, Thailand,Vietnam, Ekuador, dan Spanyol masing-masing adalah2,70, 16,53, 6,20, 32,98, dan 1,98. Indeks RCA produkikan dan biota air dalam kaleng Indonesia hanya menangdengan indeks RCA produk ikan dan biota air dalamkaleng Spanyol.
Data pertumbuhan jangka panjang indeks RCA produkikan dan biota air dalam kaleng Indonesia dibandingkandengan negara-negara pesaing selama periode 2001-2011di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan yang positifdengan pertumbuhan sebesar 8 persen, sedangkan negara-negara pesaing China, Thailand, Vietnam, dan Spanyolmengalami pertumbuhan yang negatif masing-masing
28
sebesar 4,08 persen, 2,23 persen, 2,63 persen, dan1,18 persen kecuali Vietnam mengalami pertumbuhansebesar 11,56 persen per tahun. Artinya produk ikan danbiota air dalam kaleng Indonesia mulai menunjukkan dayasaing dengan produk-produk negara-negara lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dilakukan,maka dapat terjawab dan disimpulkan dari beberapamasalah atau pertanyaan dalam kajian ini mengenai nilaitambah, efisiensi, produktivitas tenaga kerja, dan dayasaing yang ditentukan oleh indeks RCA (RevealedComparative Advantage) industri pengolahan dan pengawetanikan dan biota air dalam kaleng Indonesia yaitu sebagaiberikut:
1. Nilai tambah industri pengolahan dan pengawetanikan dan biota air dalam kaleng Indonesia relatifrendah karena nilai tambah rata-rata lebih kecildibandingkan dengan biaya madya rata-rata meskipunmengalami peningkatan seiring dengan peningkatanoutput yang dihasilkan. Rata-rata nilai tambahindustri pengolahan dan pengawetan ikan dan biotaair dalam kaleng Indonesia mencapai1.146.005.074.000 rupiah.
2. Tingkat efisiensi industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kalengIndonesia cenderung tidak efisien dengan rata-ratasebesar 0,50 selama periode tahun 2001-2011. Hal
29
ini disebabkan biaya madya yang dikeluarkan lebihbesar dibandingkan dengan nilai tambah yangdihasilkan.
3. Produktivitas tenaga kerja industri pengolahan danpengawetan ikan dan biota air dalam kalengIndonesia relatif rendah dengan rata-rata sebesar159.964.600 rupiah per tenaga kerja selama periodetahun 2001-2011. Hal ini disebabkan olehpertumbuhan rata-rata produksi sebesar 15,84persen per tahun lebih kecil daripada pertumbuhanrata-rata jumlah tenaga kerja sebesar 21,55 persenper tahun.
4. Indeks RCA industri pengolahan dan pengawetan ikandan biota air dalam kaleng Indonesia menunjukkandaya saing terlihat dari besaran indeks RCA yanglebih dari satu dengan rata-rata sebesar 2,14selama periode tahun 2001-2011. Namun, jikadibandingkan dengan negara-negara pesaing indeksRCA industri pengolahan dan pengawetan ikan danbiota air dalam kaleng Indonesia masih kalahdengan negara-negara seperti: Ekuador, China,Thailand, Vietnam, dan Spanyol.
SARAN
Saran-saran yang diberikan untuk pengembangan kinerjadan daya saing industri pengolahan dan pengawetan ikandan biota air dalam kaleng Indonesia.
1. Perlunya dilakukan pengurangan kuota ekspor ikandan biota air dalam bentuk segar maupun bekusupaya bahan baku utama pembuatan produk ikan danbiota air dalam kaleng dapat tercukupi, karenapenggunaan bahan baku impor akan memperbesar biayayang dikeluarkan oleh perusahaan untuk produksisehingga nilai tambah yang diperoleh akan semakinmeningkat.
2. Perlunya pemerintah bertindak tegas terhadapkasus-kasus pencurian ikan dan biota air diwilayah perairan Indonesia sehingga potensi sumber
30
daya ikan dan biota air dapat dimanfaatkansepenuhnya oleh masyarakat Indonesia.
3. Perlu dikaitkan variabel mengenai peraturan ataukebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi dayasaing dari produk ikan dan biota air dalam kaleng,seperti kebijakan ekspor, impor, tarif, dan kuota.
Melihat lebih khusus perbandingan tingkat efisiensiantara industri pengolahan dan pengawetan ikan danbiota air dalam kaleng Indonesia dan dunia dari segipenggunaan permesinan dan tenaga kerja.
DAFTAR RUJUKAN
Ananta, Aris & Prijono. 1985. Sektor Informal : Suatu TinjauanEkonomi. Jakarta: LP3ES.
Departemen Perindustrian, 2009. “Roadmap PengembanganIndustri Pengolahan Hasil Laut”. Jakarta: DirektoratJenderal Industri Agro dan Kimia.
Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: PenerbitErlangga.
Endartrianti, 2011. Analisa faktor-faktor produksi yangmempengaruhi output industri pengolahan danpengawetan daging di Indonesia Periode 1983- 2008.Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultasi Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Halwani, R. Hendra. 2002. Ekonomi Internasional & GlobalisasiEkonomi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Hasibuan, Nurmansyah. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan,Monopoli, Regulasi. Jakarta: LP3ES.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011. Kelautan danPerikanan dalam Angka 2011. Jakarta: KKP.
Kementerian Perindustrian. 2014. Kinerja IndustriPengalengan Ikan dan Biota Perairan LainnyaIndonesia 2006-2011, diakses 10 Oktober 2013 Pukul
20.00 WIB dari http://www.kemenperin.go.id/
31
Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Industri: Teori, Kebijakan, danStudi Empiris di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit WidyaSarana Informatika.
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia: MenujuNegara Industri Baru 2030. Yogyakarta: PenerbitAndi.
Lipsey, Richard G. 1990. Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Moeljanto. 1994. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan.Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Muchtadi, Deddy. 1995. Teknologi dan Mutu Makanan Kaleng.Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar Harapan.
Nopirin. 1999. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: PenerbitBPFE-Yogyakarta.
Robiani, Bernadette, 2005. Analisis Kinerja Industri di SumateraSelatan. Disampaikan Pada Forum Diskusi KebijakanEkonomi, Fiskal, Moneter, dan Perbankan 2005, FE-Unsri dan BI, Palembang.
Spencer, Milton, H. 1978. Contemporary Economics. ThirdEdition. New York: Penerbit Worth Publishers.
Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: PenerbitRaja Grapindo Persada.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Ekonomi Mikro.Jakarta: Penerbit Raja Grapindo Persada.
Tambunan, Tulus. 2001. Industrialisasi Di Negara BerkembangKasus Indonesia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Tambunan, Tulus. 2003. Perekonomian Indonesia: BeberapaMasalah Penting. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Tambunan, Tulus. 2004. Globalisasi dan PerdaganganInternasional. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
32
UN Comtrade. 2014. Export Of Fish, Crustaceans,Molluscs, and Other Aquatic Invertebrates,Prepared or Preserved, n.e.s. 2001-2011, diakses14 Mei 2014 Pukul 20.00 WIB darihttp://comtrade.un.org/data/
Winardi. 1998. Kamus Ekonomi. Jakarta: Penerbit MandanMaju.
Yuliadi, Imamudin. 2009. Perekonomian Indonesia Masalah danImplementasi Kebijakan. Yogyakarta: Penerbit UPFE-UMY.
33