ADB ANEMIA

21
ANEMIA DEFISIENSI BESI Definisi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoietik , karena cadangan besi kosong, sehingga pembentukan hemoglobin berkurang. Berbeda dengan anemia akibat penyakit kronik, berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoietik terjadi akibat pelepasan besi dari system retikuloendotelial yang berkurang, sementara cadangan besi normal. Namun, kedua jenis anemia ini merupakan anemia dengan gangguan metabolisme besi. Epidemiologi : Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk di indonesia. Sebanyak 16- 50 % laki-laki dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak yaitu infeksi cacing tambang (54%) dan hemoroid (27%). 25-48 % perempuan dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak menorraghia (33%) , hemoroid (17%) dan infeksi cacing tambang (17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia menderita ADB. Etiologi 1

Transcript of ADB ANEMIA

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Definisi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul

akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoietik

, karena cadangan besi kosong, sehingga pembentukan

hemoglobin berkurang. Berbeda dengan anemia akibat

penyakit kronik, berkurangnya penyediaan besi untuk

eritropoietik terjadi akibat pelepasan besi dari system

retikuloendotelial yang berkurang, sementara cadangan

besi normal. Namun, kedua jenis anemia ini merupakan

anemia dengan gangguan metabolisme besi.

Epidemiologi :

Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis

anemia yang paling banyak diderita oleh penduduk di

negara berkembang, termasuk di indonesia. Sebanyak 16-

50 % laki-laki dewasa di Indonesia menderita ADB dengan

penyebab terbanyak yaitu infeksi cacing tambang (54%)

dan hemoroid (27%). 25-48 % perempuan dewasa di

Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak

menorraghia (33%) , hemoroid (17%) dan infeksi cacing

tambang (17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia

menderita ADB.

Etiologi

1

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh

rendahnya masukan besi, gangguan absorbsi, serta

kehilangan besi akibat perdarahan kronik :

1. Faktor nutrisi

kurangnya jumlah besi atau bioavailabilitas

( kualitas ) besi dalam asupan makanan misalnya ;

makanan banyak serta, rendah daging, rendah

vitamin C.

2. Kebutuhan besi meningkat

prematuritas, anak dalam masa petumbuhan dan

kehamilan

3. Gangguan absorbsi besi

gastrektomi, colitis kronik

4. Perdarahan kronik

saluran cerna ; tukak peptic, konsumsi NSAID,

salisilat, kanker kolon, kanker lambung,

divertikulosis, infeksi cacing tambang, hemoroid

saluran genitalia wanita ; menoraghia,

mtroraghia

saluran kemih ; hematuria

saluran nafas ; hemoptoe

Metabolisme Besi

2

Patogenesis dan Patofisiologi :

3

Manifestasi Klinik :

4

Iron Depleted StatedCadangan besi menurun namun, eritropoietik belum terganggu

Perubahan Fungsional Anemia

Perubahan Fungsional Non-Anemia

Iron Deficient EritropoieticCadangan besi kosong dan eritropoietik terganggu namun,

gejala anemia belum manifesIron Deficiency Anemia

Eritropoietik sangat terganggu, kadar Hb menurun sehingga gejala anemia bermanifes

feritin serum lpengecatan besi pada sumsum tulang negatifabsorbsi besi melalui usus l

AnemiaDefisiensi

Besi

Free protophorfirin lTIBC l

Anemia hipokrom mikrositerGejala klinik anemia

Sistem Neuromuskulerl Fe l mioglobin, enzim sitokrom,

gliserofosfat gangguan gilkolisis l asam laktat kelelahan ototGangguan mental dan kecerdasan

l Fe gangguan enzim aldehidoksidase & enzim monoaminooksidase l serotonin &

katekolamin di otakGangguan imunitas dan ketahanan terhadap infeksil Fe l enzim untuk sintesis DNA dan enzim mieloperoksidase netrofil l

imunitas selulerGangguan terhadap ibu hamil dan janin yang dikandung

l Fe l angka kematian maternal, gangguan partus, risiko prematuritas,

morbiditas & mortalitas fetus

Gejala umum anemia

o Gejala ini baru akan timbul apabila terjadi

penurunan kadar hemoglobin hingga 7-8 gr/dl

o Lemah, lesu, lelah, mata berkunang-kunang dan

telinga berdenging

Gejala khas defisiensi besi

o Koilonichya (spoon nail) yaitu kuku yang cekung

seperti sendok, memiliki garis-garis vertikal

dan rapuh

o Atrofi papil lidah sehingga permukaan lidah

menjadi licin dan mengkilap

o Stomatitis angularis (cheilosis) yaitu adanya

radang pada sudut mulut berupa bercak

keputihan

o Disfagia

o Atrofi mukosa gaster

o Pica ; keinginan makan makanan yang tidak

lazim seperti tanah liat, lem dll

Gejala penyakit dasar

o Gejala tergantung penyebab dasar yang

menimbulkan anemia

o Pada infeksi cacing tambang terdapat gejala

dispepsia, parotis yang membengkak dan kulit

telapak tangan berwarna kuning seperti jerami

o Anemia akibat kanker kolon dapat disertai

oleh gangguan BAB

5

Penegakan Diagnosis

Terdapat tiga tahap diagnosis anemia defisiensi

besi, yaitu :

1. Penentuan adanya anemia

Anemia secara klinis dapat memberikan beberapa

gambaran, yang disebut sebagai sindroma anemia

yakni badan lemah, letih, leu, cepat lelah, mata

berkunang-kunang, telinga sering berdenging.

Namun, biasanya, gejala simptomatis ini ditemukan

apabila kadar Hb < 7 g/dl.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan anemis pada

konjutiva dan jaringan bawah kuku.

Berdasarkan kadar hemoglobin, kriteria anemia

menurut WHO ( Hoffbrand AV,

2001) :

Kelompok Kriteria anemia ( Hb)Laki-laki dewasa < 13 g/dlWanita dewasa tidak hamil < 12 g/dlWanita dewasa hamil < 11 g/dl

2. Penentuan defisiensi besi sebagai penyebab anemia

Manifestasi klinis yang khas untuk anemia

defisiensi besi adalah ;

Atrofi papil lidah ; permukaan lidah licin,

mengkilap karena papil lidah hilang

6

Stomatitis angularis ; radang pada sudut

mulut

Disfagia akibat kerusakan epitel hipofaring

Koilonichya ; kuku sendok ( spoon nail ), kuku

rapuh, bergaris-garis vertical dan menjadi

cekung sehingga mirip sendok

Atrofi mukosa gaster

Pica ; makan yang tidak lazim seperti tanah

liat, es, lem dll

Secara laboratorium, untuk menegakan diagnosis

defisiensi besi ( modifikasi kriteri Kerlin, et al

) yaitu :

Anemia hipokrom mikrositik pada apusan darah

tepi , atau MCV < 80 fl, dan MCHC < 31 % dengan

salah satu dari criteria berikut :

2 dari 3 parameter berikut :

Besi serum < 50 mg/dl

TIBC > 350 mg/dl

Saturasi transferin < 15 %

Feritin serum < 20 mg/l

Pengecatan besi sumsum tulang negative

Pemberian SF 3 x 200 mg/hari selama 4 minggu

dapat meningkatkan kadar Hb > 2 gr.dl

3. Penentuan penyebab dasar timbulnya anemia

defisiensi besi

7

Gejala klinis tergantung pada penyeakit dasar yang

menyertai. Pada anemia yang disebabkan oleh

penyakit cacing tambang, ditemukan dyspepsia,

parotis membengkak, dan kulit telapak tangan

kuning seperti jerami. Apada anemia akibat

perdarahan kronik akibat kanker kolon akan

ditemukan keluhan BAB .

Apabila dicurigai penyakit cacing tambang,

dilakukan pemeriksaan feses untuk mencari telur

cacing. Pada kecurigaan perdarahn sementara tidak

ditemukan perdarahan nyata, maka dapat dilakukan

tes darah samar ( occult blood test ) pada feses,

dapat juga dilakukan endoskopi saluran cerna atas

atau bawah jika ada indikasi.

Terapi

1. Memberikan diet kaya kalori, protein dan zat besi

2. Memberikan preparat besi

Preparat besi oral:

- sulfas ferrosus 4 x 1 tab

- Ferrous fumarat 4 x 1 tab dan ferrous

glukonat 3 x 1

Pemberian preparat besi ini dilanjutkan 4-6

bulan sesudah hb normal. Obat ini aman

digunakan, hanya kadang-kadang dapat memberikan

8

efek samping berupa nyeri epigastrium,

konstipasi dan diare.

Pemberian preparat besi parentaral

Hanya dianjurkan pada penderita yang

mengalami intoleransi gastrointestinalberupa mual

muntah. Preparat besi parenteral yang lazim

digunakan adalah interferon, jectofer, venofer.

3. Mengatasi penyebabnya.

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Umur : 37 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki umur 37 tahun dirawat di

bangsal penyakit dalam pria Rumah Sakit Umum M. Djamil

sejak tanggal 28 Mei 2009 dengan

Keluhan Utama :

Buang air besar hitam sejak 1 hari sebelum masuk

rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

9

Buang air besar hitam sejak 1 hari sebelum

masuk rumah sakit, pekat seperti aspal keluar +

½ liter.

Nyeri ulu hati sejak 1 minggu yang lalu

Pusing dirasakan sejak 1 minggu yang lalu

Mual tidak ada, muntah tidak ada

Batuk tidak ada

Demam tidak ada

Buang air kecil tidak ada keluhan

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien sudah pernah dirawat 3 tahun yang lalu,

selama 24 hari karena keluhan yang sama. Saat itu

dilakukan gastroskopi dengan hasil bahwa pasien

mengalami ulkus peptikum. Pasien ditransfusi karena

penyakitnya. Pasien pulang tanpa keluhan

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan

yang sama atau pun riwayat perdarahan lainnya.

Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan

Pasien seorang penjual roti bakar.

PEMERIKSAAN FISIK

Vital sign

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis cooperatif

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 108x/menit

Frekuensi Nafas : 20x/menit

10

Suhu : 370C

Sianosis : tidak ada

Edema : tidak ada

Kulit : ikterik tidak ada

KGB : tidak ditemukan pembesaran KGB

Kepala : Normochepale

Rambut : tidak ada kelainan

Mata : konjungtiva anemis

Sklera tidak ikterik

Telinga : tidak ada kelainan

Hidung : tidak ada kelainan

Tenggorokan : tidak ada kelainan

Gigi dan Mulut : caries (+)

JVP : 5-2 cm H2O

Dada : paru :

I : simetris kiri dan kanan

Pa : fremitus kiri sama dengan yang

kanan

Pe : sonor

Aus : vesikuler, rhonkhi -/-, wheezing

-/-

: jantung

I : iktus tidak terlihat

Pa : iktus teraba 1 jari medial LMCS

RIC II

11

Pe : Atas = RIC II, kanan = LSD,

kiri = 1 jari medial LMCS RIC II

Aus : Bunyi jantung murni, M1>M2, A2<

P2, bising (-)

Abdomen

I : tidak membuncit

Pa : hepar dan lien tidak teraba

Pe : timpani

Aus : BU(+) normal

Punggung

Nyeri tekan dan Nyeri Ketok pada CVA (-)

Alat Kelamin

Tidak diperiksa

Anus

Rectal Toucher : handschoen : feses hitam

Anggota Gerak

Refleks fisiologis : +/+

Refleks patologis : -/-

Edema : -/-

Laboratorium :

Darah

Hb : 7,2 gr/dL

Leukosit : 7800/mm3

Trombosit : 282.000/mm3

Natrium : 135

12

K : 4,1

Cl : 102

Urine

Mikro : Leukosit : 1-2 Kimia : protein

: (-)

Eritrosit : 0 glukosa : (-)

Silinder : (-) bilirubin

: (-)

Kristal (-) urobilinogen

(+)

Epitel (+)

Diagnosis Kerja : melena ec ulkus peptikum

Terapi :

Istirahat / NGT/ puasa

IVFD aminofusin L-60 : Tiofusin : NaCl 0,9%

1 : 2 : 1 6 jam/kolf

Transamin 3x1

Vitamin K 3x1

Ranitidin 1 mg 2x1

Sukralfat tab. 3x1

NTR 3x1

Lansoprazol 1x30 mg

Transfusi PRC 1 unit sampai Hb > 10

Anjuran

Darah, Urin, Feces rutin

Gastroskopi ulang

13

FOLLOW UP

Tanggal 29-5-2009

A/ BAB hitam (+)

NGT : darah (+)

Muntah (-)

PF/ Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran compos mentis kooperatif

Tekanan darah : 110/70

Frekuensi nadi : 80 x/ menit

Nafas : 18 x/menit

Suhu : 36,8 derajat Celcius

D/ melena ec ulkus peptikum

Th/ Dilanjutkan

Rencana/ cek Hb Ulang dan gastroskopi

Tanggal 30-5-2009

A/ BAB hitam (-)

NGT : darah (+)

Muntah (-)

PF/ Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran composmentis kooperatif

Tekanan darah : 120/80

Frekuensi nadi : 72 x/ menit

Suhu : 37,2 0C

Laboratorium :

Hb : 8,7 gr/dl

14

Leukosit 11.600 /mm3

LED : 20 / jam

Hitung jenis : 0/5/2/71/20/2

Eritrosit : 3,58 / mm3

MCV : 70 FL

MCH : 22 pg

MCHC : 30 %

Ht : 27 %

Trombosit : 282.000 / mm3

Kimia Klinik :

Total protein : 7,8 g/dl

Albumin : 4,4 g/dl

Globulin : 3,4 g/dl

SGOT : 17 U/L

SGPT : 19 U/L

Serum iron : 7 mg/dl (N: 59-158)

TIBC : 387 mg/dl

Gambaran Darah Tepi :

Eritrosit : mikrositik hipokrom, sel pensil (+)

Leukosit : jumlah meningkat

Trombosit : jumlah cukup

D/ Anemia mikrositik hipokrom ec defisiensi Fe ec

ulkus peptikum

Th/dilanjutkan

R/ transfusi PRC 1 kantong

cek Hb post transfusi

gastroskopi jika Hb > 10 gr/dl

15

Tanggal 31-5-2009

A/ BAB hitam (-)

NGT : darah (-)

Demam (-)

PF/ Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran compos mentis kooperatif

Tekanan darah : 120/80

Frekuensi nadi : 80 x/ menit

Suhu : 36,8 derajat Celcius

D/ Anemia mikrositik hipokrom ec defisiensi Fe

ec ulkus peptikum

Th/ dilanjutkan

R/ cek Hb post transfusi

Transfusi PRC kalau Hb < 10 gr / dl

gastroskopi jika Hb > 10 gr/dl

Tanggal 2-6-2009

A/ BAB kuning

NGT : darah (-)

Demam : (-)

PF/ Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran composmentis kooperatif

Tekanan darah : 110/70

Frekuensi Nadi : 20x/menit

Suhu 37,2 derajat celcius

Laboratorium :

16

Hb : 8,7 g/dl

Leukosit : 10.600 / mm3

Ht : 26 %

Trombosit : 347.000/mm3

D/ Anemia mikrositik hipokrom ec defisiensi Fe ec

ulkus peptikum

Th/ dilanjutkan

R/ transfusi PRC

cek Hb post transfusi

gastroskopi jika Hb > 10 gr/dl

Tanggal 3-6-2009

A/ BAB kuning

NGT : darah (-)

Demam : (-)

PF/ Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis kooperatif

Teknanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Nafas : 19x/menit

D/ Anemia mikrositik hipokrom ec defisiensi Fe ec

ulkus peptikum

Th/ dilanjutkan

R/ cek Hb post transfusi

Transfusi PRC kalau Hb < 10 gr / dl

gastroskopi jika Hb > 10 gr/dl

17

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki umur 37

tahun masuk bangsal penyakit dalam dirawat di bangsal

penyakit dalam pria Rumah Sakit Umum M. Djamil sejak

tanggal 28 Mei 2009 dengan diagnosis Anemia mikrositik

hipokrom ec defisiensi Fe ec ulkus peptikum. Diagnosis

ditegakkan berdasakan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan keluhan utama buang air

besar hitam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Buang air besar pekat seperti aspal keluar + ½ liter.

Hal ini disertai dengan nyeri ulu hati dan pusing sejak

1 minggu yang lalu. Namun, tidak disertai mual, muntah,

demam atau pun batuk. Buang air kecil tidak ada

keluhan. Pasien sudah pernah dirawat 3 tahun yang lalu,

selama 24 hari karena keluhan yang sama. Saat itu

dilakukan gastroskopi dengan gambaran ulkus peptikum.

Pasien ditransfusi karena penyakitnya. Pasien pulang

18

tanpa keluhan. Tidak ada anggota keluarga yang

menderita keluhan yang sama atau pun riwayat perdarahan

lainnya.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum

sedang, kesadaran kompos mentis kooperatif, tekanan

darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 108 x /menit,

frekuansi nafas 20 x / menit, suhu 37 0C. Dari inspeksi

mata ditemukan konjungtiva yang anemis. Hal ini

menunjukkan pasien menderita anemia. Dan pada rectal

toucher, didapat feses hitam.

Dari pemeriksaan laboratorium darah waktu awal

masuk didapatkan hemoglobin 7,2 gr/dl. Pada waktu

follow up tanggal 30 Mei 2009, hemoglobin 8,7 gr/dl,

MCV : 70 FL, MCH : 22 pg , MCHC : 30 %, Ht : 27

%, besi serum : 7 mg/dl dan TIBC : 387 mg/dl. Dari

gambaran darah tepi ditemukan gambaran eritrosit

mikrositik hipokrom, sel pensil (+). Hasil pemeriksaan

ini memenuhi kriteria Kerlin et al yakni anemia

hipokrom mikrositik pada apusan darah tepi , atau MCV

< 80 fl, dan MCHC < 31 % dengan besi serum < 50 mg/dl

dan TIBC > 350 mg/dl.

Pasien ini diistirahatkan, dipuasakan dipasang

infus aminofusin : tiofusin : NaCl 0,9 % = 1 : 2 : 1 6

jam / kolf dan dipasang NGT untuk melihat adanya

perdarahan lambung. Pada terapi medikamentosa,

diberikan transamin 3x1dan vitamin K 3x1 untuk

menghentikan perdarahan. Ranitidin 1 mg 2x1 dan

19

Sukralfat tab. 3x1 untuk membantu penyembuhan lesi

mukosa, lansoprazol 1x30 mg sebagai penghambat seksresi

asam. Pasien juga ditransfusi PRC 1 unit sampai Hb >

10.

Pasien direncanakan untuk transfusi PRC hingga

Hemoglobin > 10 gr/dl, dan pemeriksaan gastroskopi

apabila Hb pasien > 10 gr/dl.

20

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Pangestu. Pengelolaan Saluran Cerna Bagian Atas.

Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo

(Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006

Tarigan Pangarapen. Tukak Gaster. Dalam : Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai

Penerbit UI. Jakarta, 2006

Bakta, I Made dkk. Anemia Defisiensi Besi. Dalam : Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai

Penerbit UI. Jakarta, 2006

Supandiman, Iman. Anemia pada Penyakit Kronis. dalam :

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor).

Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006

Davey , Patrick. Medicine at a Glance. Blackwell

Science. 2002

Tjokroprawiro, Asnandar, dkk. Buku Ajar Penyakit

Dalam . Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RS

Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya. Airlangga University

Press. 2007.

21