03 12 0010 Deasy Natalie + 03 12 0048 Erlangga Hartawanf
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of 03 12 0010 Deasy Natalie + 03 12 0048 Erlangga Hartawanf
i
TUGAS AKHIR
HUBUNGAN ANTARA
KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS Daerah Aliran Sungai BERINGIN)
Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1)
Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Katolik Soegijapranata
Disusun Oleh :
Nama : Deasy Natalie
NIM : 03.12.0010
Nama : Erlangga Hartawan
NIM : 03.12.0048
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... ii LEMBAR ASISTENSI................................................................................. iii LEMBAR ASISTENSI……………………………………………………. vi KATA PENGANTAR……………………………………………………... vii DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ix DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. x DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi DAFTAR ISTILAH...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xiv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1 1.1 Latar belakang...................................................................... 1
1.2 Permasalahan....................................................................... 1 1.3 Tujuan.................................................................................. 2 1.4 Batasan masalah................................................................... 2 1.5 Sistematika penyusunan....................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 4 2.1 Siklus hidrologi.................................................................... 4
2.2 Menentukan debit sungai berdasarkan hujan....................... 6 2.3 Inflow/ masukan................................................................... 6
2.3.1 Limpasan/ runoff...................................................... 6 2.4 Daerah aliran sungai (DAS)................................................. 9 2.5 Program EPA SWMM 5.0................................................... 12 2.6 Rumus Manning................................................................... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................. 16 3.1 Umum................................................................................... 17
3.2 Perumusan masalah.............................................................. 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 19 4.1 Penyusunan Data.................................................................. 19
4.1.1 Subcatchment........................................................... 19 4.1.2 Junction.................................................................... 28 4.1.3 Conduit..................................................................... 29 4.1.4 Raingage................................................................... 32 4.1.5 Outfall...................................................................... 33 4.1.6 Storage Units............................................................ 34
4.2 Pengolahan Data.................................................................. 36 4.3 Hasil..................................................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 57 5.1 Kesimpulan.......................................................................... 57
5.2 Saran..................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 58 LAMPIRAN...................................................................................................
Tugas Akhir 1 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Penanggulangan banjir merupakan salah satu usaha dalam rangka
pengendalian banjir, sedangkan pengendalian banjir merupakan salah satu
manfaat dari pengaturan sungai (Sudaryoko, 1987).
Pada musim penghujan intensitas curah hujan tinggi sehingga debit air
pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Beringin ini mengalami debit maksimum,
oleh karena itu jumlah air yang dapat ditangkap catchment area relatif banyak.
Pada tahun 1991 (Sumber Suara Merdeka 18 September 1991) terjadi banjir
yang sangat besar yang menggenangi wilayah Kecamatan Mangkang dan
Tugu, hal ini disebabkan jumlah air yang banyak di tangkap oleh catchment
area di daerah-daerah yang di lalui oleh DAS tersebut sehingga menyebabkan
banjir. Selain itu di indikasikan banjir disebabkan karena pada daerah hulu
(Kecamatan Mijen dan Ngaliyan) terjadi perubahan tata guna lahan, yang
seharusnya dapat berfungsi sebagai peresapan air menjadi daerah yang kurang
dapat meresapkan air. Sedangkan pada musim kemarau dimana curah hujan
yang relatif sangat kecil menyebabkan debit pada DAS Beringin mengalami
penurunan pada level minimum.
1.2 Permasalahan
Kawasan kota Semarang sering dilanda banjir. Hal tersebut terjadi
karena pada musim penghujan air hujan yang jatuh pada daerah tangkapan air
(catchments area) tidak banyak yang dapat meresap ke dalam tanah melainkan
Tugas Akhir 2 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
lebih banyak melimpas sebagai debit air sungai. Jika debit sungai ini terlalu
besar dan melebihi kapasitas tampung sungai, maka akan meyebabkan banjir.
Peningkatan debit banjir juga dapat berdampak pada kegagalan bangunan
pengendali banjir (waduk, bendung, tanggul, saluran drainase, dll). Hal ini
disebabkan karena bangunan pengendali banjir tidak mampu menahan beban
gaya akibat debit banjir yang telah mengalami peningkatan akibat perubahan
tata guna lahan.
1.3 Tujuan
Membuat suatu persamaan baru hubungan antara kapasitas kolam
retensi dan debit aliran di daerah aliran sungai kali Beringin.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, hal-hal yang akan kami bahas hanya mengenai :
a. Penelitian ini hanya menggunakan program EPA-SWMM 5.0,
b. Studi kasus DAS Beringin..
1.5 Sistematika Penyusunan
Laporan tugas akhir ini sendiri terdiri dari 5 bab yang sistematika
penyusunan adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, permasalahan,
maksud dan tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka menguraikan tentang tinjauan pustaka yang
terdiri dari pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan DAS
Beringin.
Bab III Metodologi yaitu cara pembuatan tugas akhir.
Tugas Akhir 3 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Bab IV Analisa Metode berisi tentang analisa penggunaan program
EPA-SWMM 5.0 dalam menganalisa jumlah debit air yang ada dalam sungai
kali Beringin.
Bab V Kesimpulan dan Saran menguraikan kesimpulan yang didapat
dari pembahasan dan saran-saran.
Tugas Akhir 4 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Hidrologi
Daur atau siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian
jatuh ke permukaan tanah, dan akhirnya mengalir ke laut (Soemarto, 1999).
Siklus peristiwa tersebut sebenarnya tidaklah sesederhana yang kita
bayangkan, karena ada beberapa penyebab antara lain:
Pertama, daur itu berupa daur pendek, yaitu hujan yang segera dapat mengalir
kembali ke laut.
Kedua, tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur.
Selama musim kemarau kelihatannya daur seolah-olah berhenti, sedangkan
dalam musim hujan berjalan kembali.
Ketiga, intensitas dan frekuensi daur tergantung kepada letak geografi dan
keadaan iklim suatu lokasi. Siklus ini berjalan karena sinar matahari. Posisi
matahari akan berubah setiap masa menurut meridiannya (meskipun
sebenarnya posisi bumi yang berubah).
Keempat, berbagai bagian daur dapat menjadi kompleks, sehingga kita hanya
dapat mengamati bagian akhir saja terhadap suatu curah hujan di atas
permukaan tanah yang kemudian mencari jalannya untuk kembali ke laut.
Meskipun konsep daur hidrologi itu telah disederhanakan, namun
masih dapat untuk memberikan gambaran mengenai proses-proses penting
dalam daur tersebut yang harus dimengerti oleh ahli-ahli hidrologi. Daur
hidrologi tersebut digambarkan secara skematik pada gambar 2.1
Tugas Akhir 5 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi
Sumber : Santosa, 2007
Air laut menguap karena radiasi matahari menjadi awan kemudian
awan yang terjadi oleh penguapan air bergerak di atas daratan karena tertiup
angin. Presipitasi yang terjadi karena adanya tabrakan antara butir-butir uap
air akibat desakan angin, dapat berbentuk hujan atau salju. Setelah jatuh ke
permukaan tanah, akan menimbulkan limpasan (runoff) yang mengalir
kembali ke laut. Dalam usahanya untuk mengalir kembali ke laut beberapa
diantaranya masuk kedalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah
(perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat dibawah
permukaan air tanah atau yang juga dinamakan permukaan freatik. Air dalam
daerah ini bergerak perlahan-lahan melewati aquifer masuk ke sungai atau
kadang-kadang langsung masuk ke laut.
Air yang masuk ke dalam tanah (infiltrasi) memberi hidup kepada
tumbuhan namun ada diantaranya naik ke atas lewat aquifer diserap akar dan
Tugas Akhir 6 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
batangnya, sehingga terjadi transpirasi, yaitu evaporasi (penguapan) lewat
tumbuh-tumbuhan melalui bagian bawah daun (stomata).
Air yang tertahan dipermukaan tanah (surface detention) sebagian
besar mengalir masuk ke sungai-sungai sebagai limpasan permukaan (surface
runoff) ke dalam palung sungai. Permukaan sungai dan danau juga mengalami
penguapan (evaporasi), sehingga masih ada lagi air yang dipindahkan menjadi
uap. Akhirnya air yang tidak menguap ataupun mengalami infiltrasi tiba
kembali ke laut lewat palung-palung sungai. Air tanah yang bergerak jauh
lebih lambat mencapai laut dengan jalan keluar melewati alur-alur masuk ke
sungai atau langsung merembes ke pantai-pantai. Dengan demikian seluruh
daur telah dijalani, kemudian akan berulang kembali.
2.2 Menentukan debit sungai berdasarkan hujan.
Untuk menentukan besarnya debit sungai berdasarkan hujan perlu kita
tinjau hubungan antara hujan dan aliran sungai. Besarnya aliran didalam
sungai ditentukan terutama oleh besarnya hujan, intensitas hujan, luas daerah
hujan, lama waktu hujan, luas daerah aliran sungai dan ciri-ciri daerah aliran
itu (Subarkah, 1980).
2.3 Inflow (Masukan)
Inflow atau Masukan adalah jumlah air yang masuk kedalam suatu
sistem DAS sebagai bagian penting dari proses hidrologi (Denny, 2007).
2.3.1 Limpasan (Runoff)
Dengan memperhatikan kembali siklus hidrologi dapat
diketahui bahwa air yang jatuh dipermukaan tanah sebagian mengalir
Tugas Akhir 7 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
dipermukaan tanah dan menjadi aliran limpasan yang selanjutnya
menjadi limpasan yang nantinya akan mengalir ke laut setelah
melewati beberapa proses dengan keadaan yang berbeda setiap musim,
yang disebut sebagai daur limpasan.
Hoyte (Meizer, 1942) mengemukakan daur limpasan (runoff
cycle), yang dapat dijelaskan dengan menyederhanakannya empat
tahapan:
a. Tahap I (pada akhir musim kering)
Pada akhir musim kering dapat diamati bahwa sama sekali tidak
ada pasokan air hujan (kemungkinan adanya pasokan hanya lewat
bawah permukaan tanah diabaikan), sehingga yang terjadi hanya
keluaran berupa penguapan yang intensif dari permukaan dan
terjadi dalam waktu yang relatif lama. Kekurangan kelembaban
lapisan tanah dilapisan atas akan diganti oleh kelembaban
(moisture) yang berada dilapisan bawahnya sehingga lapisan-
lapisan tanah menjadi jauh lebih kering. Aliran yang terjadi pada
sungai-sungai hanya bersumber dari aliran air tanah pada akuifer
saja. Sampai dengan tahap ini tidak pernah ada masukan (hujan),
sehingga kandungan air dalam akuifer pun menjadi semakin turun
karena aliran yang terus menerus ke sungai.
b. Tahap II (awal musim hujan)
Akibat adanya hujan dengan jumlah air yang relatif sedikit maka
permukaan menjadi basah. Sebagian besar air hujan tertahan akibat
Tugas Akhir 8 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
intersepsi. Apabila terjadi aliran maka akan tertampung dalam
tampungan permukaan misalnya sebagai tampungan-cekungan.
Jumlah air ini habis menguap atau terinfiltrasi, sehingga tidak
memberikansumbangan pada limpasan permukaan. Bagian air
yang terinfiltrasi, jumlahnya dipandang belum mencukupi karena
masih digunakan massa tanah untuk mengembalikan kandungan
airnya sampai maksimum, selama hal ini belum tercapai maka
belum terjadi perkolasi, yang berarti belum ada tambahan air
dalam akuifer, sehingga muka air dalam akuifer juga belum
berubah.
c. Tahap III (pada pertengahan musim hujan)
Pada tahap ini hujan sudah cukup banyak sehingga terjadi beberapa
perubahan pada proses hidrologi. Kapasitas intersepsi telah
terlampaui. Demikian pula aliran limpasan sudah cukup besar,
sehingga kapasitas tampungan pada cekungan telah terlampaui, dan
terjadi limpasan permukaan. Selanjutnya dapat terjadi perubahan
yang relatif cepat pada muka air sungai. Bagian air yang
terinfiltrasi, jumlahnya telah cukup dan terjadi perkolasi.
Akibatnya jumlah kandungan air dalam akuifer bertambah, dengan
ditandai berubahnya tinggi muka air dalam akuifer, keadaan ini
berlangsung sampai akhir musim hujan.
Tugas Akhir 9 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
d. Tahap IV (pada awal musim kering)
Pada tahap ini hujan telah berhenti sama sekali, dan sekali lagi
prosesnya akan terjadi mirip tahap I hanya saja pada tahap ini
keadaan DAS masih dalam keadaan basah, jika keadaan ini
berlangsung terus-menerus dengan tanpa masukan sama sekali,
maka keadaan ini akan kembali seperti pada tahap I.
2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment area) atau Daerah Pengalisan
Sungai (DPS) merupakan daerah dimana semua airnya mengalir kedalam
suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh topografi,
yang berarti ditetapkan berdasar aliran air permukaan. Luas daerah pengaliran,
topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi, sangat berpengaruh terhadap debit
air (Denny, 2007).
Nama sebuah DAS ditandai dengan nama sungai yang bersangkutan
dan dibatasi oleh titik kontrol, yang pada umumnya merupakan stasiun
hidrometri. Memperhatikan hal tersebut berarti sebuah DAS merupakan
bagian dari DAS lain yang membentuk satu kesatuan sistem DAS. Lazimnya,
apabila terdapat titik kontrol yang dianggap penting, maka DAS ditandai
dengan nama pada titik kontrol tersebut, sedangkan titik kontrol yang lain
yang terletak disebelah hulunya disebut sebagai sub-DAS.
Memperhatikan kembali daur hidrologi yang telah dijelaskan di atas,
maka dapat diketahui bahwa air yang berada di bumi ini, langsung maupun
tidak langsung berasal dariair hujan (precipitation). Hujan merupakan
Tugas Akhir 10 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena
jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) ini yang dialih ragamkan menjadi
aliran sungai, baik melalui limpasan permukaan, aliran antara, maupun
sebagai aliran air tanah.
Untuk mendapatkan perkiraan besarnya banjir yang terjadi di suatu
penampang sungai tertentu, maka kedalaman hujan yang terjadi pun harus
dapat diketahui pula. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa yang diperlukan
adalah besaran kedalaman hujan yang terjadi di seluruh DAS. Jadi, tidak
hanya besaran hujan yang terjadi di satu sstasiun pengukuran hujan. Data yang
diperlukan adalah data kedalaman hujan dari banyak stasiun hujan yang
tersebar di seluruh DAS. Oleh karena itu diperlukan sejumlah stasiun hujan
yang dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mewakili besaran hujan DAS
tersebut. Terdapat dua faktor penting yang sangat menentukan ketelitian
pengukuran hujan, yaitu jumlah dan pola penyebaran stasiun hujan
(Wirastowo, 2007).
Untuk melakukan pengukuran hujan diperlukan alat pengukur hujan
(raingauge), yaitu:
1. Penakar hujan biasa (manual raingauge).
Merupakan alat ukur yang paling sering digunakan, yang terdiri
dari corong dan bejana, sedangkan jumlah air hujan diukur dengan
bilah ukur (graduated stick).
Tugas Akhir 11 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
2. Penakar hujan otomatis (automatic raingauge).
Pengukuran yang dilakukan dengan cara-cara di atas adalah untuk
memperoleh data hujan yang terjadi pada satu tempat saja. Akan
tetapi dalam analisis umumnya yang diinginkan adalah data hujan
rata-rata DAS. Untuk menghitung besaran ini dapat ditempuh
dengan cara yang sampai saat ini sangat lazim digunakan, yaitu:
a. Rata-rata aljabar
Cara hitungan dengan aljabar ini adalah cara yang paling
sederhana, akan tetapi memberikan hasil yang kurang teliti
karena setiap stasiun hujan dianggap mempunyai bobot yang
sama.
b. Polygon Thiessen
Cara ini memberikan bobot tertentu pada setiap stasiun hujan
dengan pengertian bahwa setiap stasiun hujan dianggap
mewakili hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu, dan
luas tersebut merupakan faktor koreksi bagi hujan di stasiun
yang bersangkutan.
c. Isohyet
Cara lain yang diharapkan lebih baik (dengan coba
memasukkan pengaruh topografi) adalah isohyet. Isohyet
adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai kedalaman hujan sama pada saat yang bersamaan.
Tugas Akhir 12 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
2.5 Program EPA SWMM 5.0
EPA SWMM “ Enviromental Protection Agency Strom Water
Management Model “ adalah suatu model simulasi yang dipergunakan untuk
memperkirakan banyaknya run off baik pada suatu DAS (Daerah Aliran
Sungai). EPA SWMM pertama kali dikembangkan pada tahun 1971 dan telah
dipergunakan secara meluas di seluruh dunia untuk perencanaan, analisa, dan
desain drainase, saluran pembuangan, dan sebagainya (Arif, 2007).
2.6 Rumus Manning
Pada tahun 1889 seorang insinyur Irlandia, Robert Manning
mengemukakan sebuah rumus yang akhirnya diperbaiki menjadi rumus yang
sangat dikenal sebagai
21
32
.49,1 SRn
V = ..............................................................................(2.1)
Keterangan:
V = kecepatan rata-rata (m/detik), R = jari-jari hidrolik (m), S = kemiringan energi, n = koefisien kekasaraan (nilai n dari Manning).
Tugas Akhir 13 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Tabel 2.1 nilai koefisien kekasaran angka manning
Sumber: ASCE (1982). Gravity Sanitary Sewer Design and Construction, ASCE Manual of Practice No. 60, New York, NY.
Tugas Akhir 14 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Tabel 2.2 Klasifikasi tanah
Sumber: www.water-research.net/waterlibrary/stromwater/greenamp.pdf
Tugas Akhir 15 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Tabel 2.3 nilai % impervious
Land Use or Surface Characteristics Percentage Imperviousness
Business: Commercial areas 95
Neighborhood areas 85 Residential:
Single-family * Multi-unit (detached) 60 Multi-unit (attached) 75 Half-acre lot or larger *
Apartments 80 Industrial:
Light areas 80 Heavy areas 90
Parks, cemeteries 5 Playgrounds 10
Schools 50 Railroad yard areas 15
Undeveloped Areas: Historic flow analysis 2
Greenbelts, agricultural 2 Off-site flow analysis
(when land use not defined) 45
Streets: Paved 100
Gravel (packed) 40 Drive and walks 90
Roofs 90 Lawns, sandy soil 0 Lawns, clayey soil 0
Sumber : Drainage criteria manual (2007)
Tugas Akhir 16 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Luasan area, koef. Manning (kekasaran saluran), kemiringan lahan, elevasi, curah hujan, infiltrasi, jarak, %slope, N-imperv, N-perv, Dstore-imperv, Dstore-perv, %zero imperv, %imperv, lebar dan
tinggi saluran, bentuk saluran
x › 30
YA
Tidak
YA
Tidak
Mulai
Pengumpulan data: curah hujan, tata guna lahan dan peta topografi
x = 0
x = x + 1
Masukkan gambar DAS ke program & masukan Parameter-parameter
Rencana kapasitas kolam retensi
Menjalankan program
Error › 5 %
Elevasi muka air/ profil muka air
Elevasi muka air › elevasi tanggul
Selesai
Tidak
YA
Persamaan hubungan antara kapasitas kolam retensi dengan debit aliran
Tugas Akhir 17 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
3.1 Umum
Metodologi merupakan suatu cara atau langkah yang digunakan untuk
memecahkan suatu permasalahan dengan mengumpulkan, mencatat,
mempelajari, dan menganalisa data yang diperoleh. Untuk penelitian kasus
diperlukan adanya metodologi yang berfungsi sebagai panduan kegiatan yang
dilaksanakan dalam pengumpulan data di lapangan, baik data primer (data
yang diperoleh dari penelitian di lapangan) maupun data sekunder (studi
pustaka).
Pada pemodelan dengan menggunakan EPA SWMM ada parameter
yang digunakan dalam pengolahan data, dari parameter itu kami memiliki
tujuan untuk membandingkan parameter-parameter apa yang dapat
berpengaruh terhadap kapasitas kolam retensi dengan debitnya disekitar DAS
Beringin, adapun parameter itu adalah:
Parameter tetap :
1. Curah Hujan
2. Area
3. Elevasi
4. Infiltrasi
5. Width
6. % Slope
7. N – Imperv
8. N – Perv
9. Dstore – Imperv
Tugas Akhir 18 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
10. Dstore – Perv
11. % Zero Imperv
Parameter bebas :
1. % Imperv
2. Lebar dan tinggi saluran
3. Bentuk saluran
Setelah memasukkan parameter-parameter di atas maka akan
mendapatkan suatu out put berupa:
1. Report status
2. Flooding
3. Grafik hidrograf aliran
4. Potongan melintang saluran
5. Statistical analysis report (system rainfall)
Adapun parameter tetap adalah parameter yang tidak diubah, dan
perameter bebas adalah parameter yang diubah-ubah dengan tujuan untuk
mendapatkan hubungan kapasitas tampungan kolam retensi dengan debitnya.
3.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti dalam Tugas Akhir ini adalah tentang
hubungan kapasitas tampungan kolam retensi dengan debitnya pada DAS
Beringin Terhadap Banjir.. Hasil akhir yang akan dicapai yaitu membuat suatu
persamaan baru hubungan antara kapasitas kolam retensi dan debit aliran.
Tugas Akhir 19 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang tersusun kemudian diolah dengan bantuan EPA SWMM 5.0.
tentunya dengan parameter dan variabel yang telah diketahui. Hasil dari
pengolahan data kemudian di anggap sebagai pedoman untuk data berikutnya.
Perubahan atau perbedaan dapat diketahui berupa grafik sehingga didapatkan
kesimpulan dari simulasi tersebut.
4.1 Penyusunan data
4.1.1 Subcatchment
Subcatchment adalah daerah unit hidrologi yang mempunyai topografi dan
elemen sistem drainase yang langsung mengalir ke muara. Pengguna
bertugas untuk membagi area studi menjadi beberapa subcatchment yang
sesuai dan menetapkan titik keluaran dari tiap subcatchment. Titik
pengeluaran tersebut bisa jadi keluar dari system drainase atau menuju
subcatchment yang lain. Subcatchment bisa dibagi menjadi daerah yang
kedap air dan yang tidak kedap air. Untuk DAS (Daerah Aliran Sungai)
Beringin yang diamati, dibagi sebanyak 19 subcatchment. Pembagian
subcatchment dilakukan dengan cara melihat kontur tanah elevasi tertinggi
(bagian punuk) yang dihubungkan menjadi suatu bentuk subcatchment.
Setelah terbagi menjadi 19 subcatchment, langkah selanjutnya adalah
mencari parameter-parameter untuk melengkapi data subcatchment.
Parameter-parameter tersebut antara lain:
Tugas Akhir 20 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
1. Area
Adalah daerah subscatchment yang dipakai untuk pengukuran
daerah resapan air, area dapat juga disebut sebagai luas daerah.
Mencari luas dapat menggunakan rumus luasan subscacthments
pada data, kami mendapatkan nilai area dari peta autocad, dengan
cara sebagai berikut:
a. Klik subcatchment yang dikehendaki pada autocad (diblok),
Gambar 4.1 Tampilan autocad
Tugas Akhir 21 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
b. Klik kanan pilih ”properties”,
Gambar 4.2 Tampilan properties autocad
Tugas Akhir 22 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
c. Akan muncul tabel yang menunjukkan area subcatchment.
Gambar 4.3 Tampilan area di autocad
2. Width
Adalah lebar subcatchment. Width dapat dicari dengan autocad,
yaitu:
a. Klik ”linier” ,
b. Klik pada subcatchment, tentukan titik yang diinginkan, nilai
width dapat dilihat pada dimension text. Lakukan sebanyak 3
kali atau lebih, karena bentuknya tidak beraturan maka dicari
rata-ratanya, Contoh sebagai berikut:
Tugas Akhir 23 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Gambar 4.4 Tampilan width pada autocad
3. % Slope
Adalah kemiringan sungai disetiap subcatchment, menentukan
dengan cara, beda elevasi pada batas subcatchment dibagi panjang
sungai setiap subcatchment kemudian dikalikan 100 %,
4. % Impervious
Adalah daerah atau suatu bagian dari daerah yang kedap air, tidak
dapat menyerap air, misalnya jalan beraspal, rumah tinggal,
perkantoran, pabrik, pertokoan, dll. % Impervious ditentukan
berdasarkan persentase, (dapat dilihat pada tabel 2.5)
Titik 1Titik 2
Titik 1Titik 2
Titik 2Titik 1
Nilai width
1
2
3
Tugas Akhir 24 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
5. N-impervious
Koefisien angka manning untuk daerah yang kedap air, contoh
pemukiman, jalan raya, dll, (dapat dilihat pada tabel 2.1)
6. N-pervious
Koefisien angka manning untuk daerah yang tidak kedap air,
contoh sawah, kebun dan hutan, (dapat dilihat pada tabel 2.1)
7. D-Store imperv
Adalah simpanan lekukan yang kedap air, contoh perumahan, jalan
raya, (menggunakan angka default pada EPA SWMM)
8. D-Store perv
Adalah simpanan lekukan yang tidak kedap air, (menggunakan
angka default pada EPA SWMM)
9. % Zero impervious
Adalah persentase area untuk daerah yang kedap air,
(menggunakan angka default pada EPA SWMM)
10. Method
Metode infiltrasi yang digunakan adalah Green Ampt
11. Section head, conductivity, initial defisit
Adalah suatu nilai yang didapat berdasarkan penggolongan jenis
tanah,
12. Node max depth
Adalah kedalaman dasar sampai sisi tanggul, diasumsikan 3,3 m
Tugas Akhir 25 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
13. Flow unit
Sebuah aliran (debit), dipakai CMS (Cubic Meter per Second)
14. Shape
Bentuk saluran yang digunakan adalah trapesium,
15. Max depth
Kedalaman dasar hingga ke sisi tanggul, diasumsikan 3.3 m,
16. Bottom width
Lebar dasar saluran,
17. Left slope, Right slope
Kemiringan sisi kiri, sisi kanan
18. Conduit roughness
Nilai koefisien kekasaran saluran.
19. Routing Model
Routing model yang digunakan adalah Kinematic Wave.
Parameter-parameter diatas dapat dilihat nilainya pada tabel 4.1
Tugas Akhir 26 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Tabel 4.1 Kumpulan Data Subcatchment
Data Subcat 1 Subcat 2 Subcat 3 Subcat 4 Area 431,95875 97.5558842 158.393517 183.649788 Width 1417.7577 833.8478 989.1306 884.8997 % slope 1.75467 5.57872 4.65199 3.67488 % Impervius 20 20 70 20 N-Impervius 0,01 0,01 0,01 0,01 N-Pervius 0,1 0,1 0,1 0,1 Dstore-Imp 0,05 0,05 0,05 0,05 Dstore-Pervius 0,05 0,05 0,05 0,05 % zero impervius 25 25 25 25 Method green Amp green Amp green Amp green Amp Sution Head 6,57 6,57 10,75 6,57 Conductivity 0,27 0,27 0,08 0,27 Initial Deficit 0,368 0,368 0,263 0,368 Node max depth 3,3 3,3 3,3 3,3 Flow units CMS CMS CMS CMS Shape trapesium trapesium trapesium trapesium Max depth 3,3 3,3 3,3 3,3 Bottom width 28,8 28,8 28,8 28,8 Left slope 5,518 5,518 5,518 5,518 Right slope 3,836 3,836 3,836 3,836 Conduit roughness 0,01 0,01 0,01 0,01 Routing model KW KW KW KW
Table 4.1 kumpulan data subcatchment (lanjutan)
Data Subcat 5 Subcat 6 Subcat 7 Subcat 8 Area 144.982462 151.086835 199.012702 371.096499 Width 729.0369 1074.2171 811.9251 1485.1365 % slope 3.02137 16.74119 5.57465 5.45770 % Impervius 70 80 80 70 N-Impervius 0,01 0,01 0,01 0,01 N-Pervius 0,1 0,1 0,1 0,1 Dstore-Imp 0,05 0,05 0,05 0,05 Dstore-Pervius 0,05 0,05 0,05 0,05 % zero impervius 25 25 25 25 Method green Amp green Amp green Amp green Amp Sution Head 10,75 8,6 8,6 9,41 Conductivity 0,08 0,21 0,21 0,05 Initial Deficit 0,263 0,25 0,25 0,191 Node max depth 3,3 3,3 3,3 3,3 Flow units CMS CMS CMS CMS Shape trapesium trapesium trapesium trapesium Max depth 3,3 3,3 3,3 3,3 Bottom width 28,8 28,8 28,8 28,8 Left slope 5,518 5,518 5,518 5,518 Right slope 3,836 3,836 3,836 3,836 Conduit roughness 0,01 0,01 0,01 0,01 Routing model KW KW KW KW
Tugas Akhir 27 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Table 4.1 kumpulan data subcatchment (lanjutan)
Data Subcat 9 Subcat 10 Subcat 11 Subcat 12 Area 203.068974 190.590379 159.97660 141.24950 Width 1165.6851 608.1582 759.3970 916.8071 % slope 8.03733 5.93263 5.73808 7.87788 % Impervius 70 70 80 20 N-Impervius 0,01 0,01 0,01 0,01 N-Pervius 0,1 0,1 0,1 0,1 Dstore-Imp 0,05 0,05 0,05 0,05 Dstore-Pervius 0,05 0,05 0,05 0,05 % zero impervius 25 25 25 25 Method green Amp green Amp green Amp green Amp Sution Head 9,41 9,41 9,41 6,57 Conductivity 0,05 0,05 0,05 0,27 Initial Deficit 0,191 0,191 0,191 0,368 Node max depth 3,3 3,3 3,3 3,3 Flow units CMS CMS CMS CMS Shape trapesium trapesium trapesium trapesium Max depth 3,3 3,3 3,3 3,3 Bottom width 28,8 28,8 28,8 28,8 Left slope 5,518 5,518 5,518 5,518 Right slope 3,836 3,836 3,836 3,836 Conduit roughness 0,01 0,01 0,01 0,01 Routing model KW KW KW KW
Table 4.1 kumpulan data subcatchment (lanjutan)
Data Subcat 13 Subcat 14 Subcat 15 Subcat 16 Area 62.0499476 120.56956 109,187925 37.5350705 Width 1278.4247 658.4936 593.8415 941.0472 % slope 5.16219 8.81214 9.19635 5.47191 % Impervius 70 20 70 80 N-Impervius 0,01 0,01 0,01 0,01 N-Pervius 0,1 0,1 0,1 0,1 Dstore-Imp 0,05 0,05 0,05 0,05 Dstore-Pervius 0,05 0,05 0,05 0,05 % zero impervius 25 25 25 25 Method green Amp green Amp green Amp green Amp Sution Head 9,41 6,57 10,75 9,41 Conductivity 0,05 0,27 0,08 0,05 Initial Deficit 0,191 0,368 0,263 0,191 Node max depth 3,3 3,3 3,3 3,3 Flow units CMS CMS CMS CMS Shape trapesium trapesium trapesium trapesium Max depth 3,3 3,3 3,3 3,3 Bottom width 28,8 28,8 28,8 28,8 Left slope 5,518 5,518 5,518 5,518 Right slope 3,836 3,836 3,836 3,836 Conduit roughness 0,01 0,01 0,01 0,01 Routing model KW KW KW KW
Tugas Akhir 28 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Table 4.1 kumpulan data subcatchment (lanjutan)
Data Subcat 17 Subcat 18 Subcat 19 Area 108,789588 73,6209697 143.07478 Width 677.2369 501.0906 2681.4618 % slope 8.70841 6.03862 2.76841 % Impervius 80 70 20 N-Impervius 0,01 0,01 0,01 N-Pervius 0,1 0,1 0,1 Dstore-Imp 0,05 0,05 0,05 Dstore-Pervius 0,05 0,05 0,05 % zero impervius 25 25 25 Method green Amp green Amp green Amp Sution Head 8,6 9,41 6,57 Conductivity 0,21 0,05 0,27 Initial Deficit 0,25 0,191 0,368 Node max depth 3,3 3,3 3,3 Flow units CMS CMS CMS Shape trapesium trapesium trapesium Max depth 3,3 3,3 3,3 Bottom width 28,8 28,8 28,8 Left slope 5,518 5,518 5,518 Right slope 3,836 3,836 3,836 Conduit roughness 0,01 0,01 0,01 Routing model KW KW KW
Keterangan: KW = Kinematic Wave
CMS = Cubic Meter per Second
4.1.2 Junction
Junction adalah titik sistem drainse dimana saluran-saluran bergabung.
Secara fisik dapat mewakili pertemuan saluran air yang alami, lubang pada
sistem pembuangan, atau sambungan pipa-pipa. Aliran masuk dari luar
dapat memasuki aliran dari junction. Junction ditempatkan pada elevasi
terendah (sungai) yang berbatasan dengan subcatchment lain. Jumlah
junction ada 19 buah.
Parameter input untuk junction meliputi:
1. Elevasi ketinggian,
2. Kedalaman maksimum
Tugas Akhir 29 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Data yang ada kemudian disusun menjadi tabel 4.2, tujuannya untuk
mempermudah pengolahan data.
Tabel 4.2 Kumpulan Data Junction
Data Junction 1 Junction 2 Junction 3 Junction 4 Invert El. 205.1463 165.2242 160.6239 160 Max Depth 3.3 3.3 3.3 3.3
Data Junction 5 Junction 6 Junction 7 Junction 8 Invert El. 130 109.8807 104 92 Max Depth 3.3 3.3 3.3 3.3
Data Junction 9 Junction 10 Junction 11 Junction 12 Invert El. 54 48 32 14 Max Depth 3.3 3.3 3.3 3.3
Data Junction 13 Junction 14 Junction 15 Junction 16 Invert El. 12 11.5 10 8 Max Depth 3.3 3.3 3.3 3.3
Data Junction 17 Junction 18 Junction 19 Invert El. 7.5 6 5.5 Max Depth 3.3 3.3 3.3 4.1.3 Conduit
Conduit adalah pipa atau saluran yang memindahkan air dari satu junction
ke junction yang lain dalam sistem pengairan. Penampang saluran untuk
conduit dapat dipilih dari tipe saluran tertutup atau terbuka yang dapat
dilihat pada tabel 4.3. Bentuk saluran yang tidak beraturan juga dapat
dilihat pada tabel 4.3. Conduit dapat dihitung dengan mengukur panjang
alur sungai. Parameter-parameter yang digunakan meliputi:
1. Shape (bentuk saluran trapezium),
2. Max depth (kedalaman),
Tugas Akhir 30 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
3. Length (panjang saluran),
4. Roughness (koefisien kekasaran saluran).
Data parameter-parameter conduit dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Ragam bentuk penampang saluran
Sumber: Manual EPA SWMM, (2005)
Tugas Akhir 31 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Tabel 4.4 Kumpulan Data Conduit
Data Conduit 1 Conduit 2 Conduit 3 Conduit 4 Inlet Node J1 J3 J6 J9 Outlet Node J3 J6 J10 J10 Shape Trapezoidal Trapezoidal Trapezoidal Trapezoidal Max Depth 3.3 3.3 3.3 3.3 Length 2608.3741 1914.7193 5480.3724 586.8679 Roughness 0.01 0.01 0.01 0.01
Data Conduit 5 Conduit 6 Conduit 7 Conduit 8 Inlet Node J2 J4 J5 J7 Outlet Node J5 J5 J7 J8 Shape Trapezoidal Trapezoidal Trapezoidal Trapezoidal Max Depth 3.3 3.3 3.3 3.3 Length 2261.2310 1762.4046 1461.8008 311.0446 Roughness 0.01 0.01 0.01 0.01
Data Conduit 9 Conduit 10 Conduit 11 Conduit 12 Inlet Node J8 J10 J11 J12 Outlet Node J11 J11 J12 J13 Shape Trapezoidal Trapezoidal Trapezoidal Trapezoidal Max Depth 3.3 3.3 3.3 3.3 Length 3870.4083 1640.6748 1321.0358 684.4842 Roughness 0.01 0.01 0.01 0.01
Data Conduit 13 Conduit 14 Conduit 15 Conduit 16 Inlet Node J13 J14 J15 J16 Outlet Node J14 J15 J16 J17 Shape Trapezoidal Trapezoidal Trapezoidal Trapezoidal Max Depth 3.3 3.3 3.3 3.3 Length 430.9787 540.0467 275.4159 128.1262 Roughness 0.01 0.01 0.01 0.01
Data Conduit 17 Conduit 18 Conduit 19 Inlet Node J17 J18 J19 Outlet Node J18 J19 Out1 Shape Trapezoidal Trapezoidal Trapezoidal Max Depth 3.3 3.3 3.3 Length 152.3572 727.2511 165.3895 Roughness 0.01 0.01 0.01
Tugas Akhir 32 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
4.1.4 Rain gage
Data hujan didapat dari hasil simulasi sendiri atau data eksternal. Beberapa
data hujan yang berbeda dapat dipakai sebagaimana format standar yang
dibuat sendiri. Input data untuk raingage meliputi tipe data hujan ( contoh,
intensitas, volume, atau volume kumulatif). Interval waktu pendataan,
contoh, tiap jam, tiap 15 menit, dll. Pada tugas akhir ini, data hujan yang
kami gunakan berasal dari stasiun hujan A. Yani. Data tersebut mempunyai
interval waktu pendataan tiap 5 menit selama 2 jam pada tanggal 13 januari
2004. Alasan mengapa memilih bulan januari, karena pada bulan tersebut
memiliki intensitas hujan tertinggi dibandingkan bulan yang lain. Tabel 4.5
adalah data hujan yang digunakan.
Tabel 4.5 Data Hujan stasiun A. Yani
Waktu
(Jam:Menit)
Hujan
(mm)
0:00 0
0:05 10
0:10 10
0:15 10
0:20 10
0:25 10
0:30 10
0:35 5.6
0:40 5.7
0:45 5.7
0:50 1
0:55 1
1:00 1
1:05 0.14
1:10 0.14
Tugas Akhir 33 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Tabel 4.5 Data hujan (lanjutan)
Waktu
(Jam:Menit)
Hujan
(mm)
1:15 0.14
1:20 0.14
1:25 0.14
1:30 0.14
1:35 0.14
1:40 0.14
1:45 0.14
1:50 0.14
1:55 0.15
2:00 0.15
Gambar 4.5 Grafik hujan hasil output EPA SWMM
4.1.5 Outfall
Outfall adalah titik paling akhir dari sistem drainase. Untuk tipe flowrotting
yang lain bertingkah laku mirip junction. Hanya satu saluran yang bisa
tersambung ke titik outfall. Kondisi outfall bisa dijelaskan dengan salah
satu dari tahap-tahap berikut:
Rai
n (m
m)
Tugas Akhir 34 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
1. Kedalaman aliran normal/kritikel pada saluran penghubung,
2. Tingkat Elevasi yang telah ditentukan,
3. Tingkat ketinggian air pasang yg di hubungkan dengan table ketinggian
air pasang dan waktu,
4. Data hujan yang sudah ditentukan sendiri dan waktu.
Parameter input outfall adalah elevasi ketinggian,
4.1.6 Storage Unit
Storage units adalah titik pada sistem drainase yang merupakan volume
penyimpanan. Secara fisik mewakili sarana penyimpanan seperti kolam
tampungan atau danau. Data volumetric dari unit tampungan dijelaskan
dengan rumus atau tabel perbandingan area permukaan dengan tinggi.
Parameter storage unit meliputi
1. Elevasi atau ketinggian
2. Kedalaman maksimum
3. Kedalaman air awal (initial depth)
4. Area genangan (ponded area)
Tugas Akhir 35 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Gambar 4.6 Skema jaringan antara Subcatchment, Junction, Outfall dan Conduit
Legend: Conduit atau Sungai
Hub. Antara Subcatchment dengan Junction
Junction
Subcatchment
Outfall
Storage
Gage 1
C19
C18
C17
C16
C14
C12
C11
C10
C3
C2
C1
C4
C9
C8
C7
C6 C5
C13
J2 J1
J3
J4
J5
J6
J10
J7
J8
J9
J12
J13 J14
J15
J16 J17
J18
J19
Out 1
C15
S1 S2
S3
S4
S5
S6 S7
S8
S9
S10 S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
J11
Tugas Akhir 36 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Gambar 4.6 menjelaskan tentang letak subcathment, junction, outfall dan
raingage. Subcathment berjumlah 19, junction berjumlah 19, dan conduit
berjumlah 19. Langkah selanjutnya adalah menghubungkan junction satu dengan
junction lainnya sehingga menghasilkan conduit. Pada junction 11 diubah menjadi
storage, karena di junction tersebut merupakan titik pertemuan antara 4 junction
yang lain.
4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul,
pengolahan data dilakukan untuk mengetahui hasil dari simulasi yang akan
dilakukan.
Langkah pertama untuk mengoperasikan EPA SWMM 5.0 yaitu:
1. File >> new
2. Project >> Defaults
untuk membuka data apa yang nantinya akan dimasukkan
Gambar 4.7 Project Default
Tugas Akhir 37 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Gambar 4.8 ID Label pada Project Default
Klik Subcatchment :
Gambar 4.9 Subcatchment pada Project Default
Tugas Akhir 38 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Nodes/Links :
Gambar 4.10 Nodes/Links pada Project Default
klik save >> Ok
3. view >> map options
a. Subcatchment
Gambar 4.11 Map option pada subcatchment
Tugas Akhir 39 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
b. Nodes
Gambar 4.12 Map option pada nodes
c. Annotation
Gambar 4.13 Map option pada annotation
Tugas Akhir 40 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
d. Flow arrows
Gambar 4.14 Map option pada flow arrows
Kemudian klik Ok
4. kemudian lihat pada monitor bagian kiri bawah paling ujung ada
keterangan “Auto-length on” diganti dengan “Auto-length off”
5. kemudian mulai membuat Subcatchment dengan cara sebagai berikut:
select view >> toolbars >> object
a. klik untuk menggambar Subcatchment,
b. klik untuk menggambar Joint atau titik Junction Sub DAS,
c. klik untuk membuat titik pembuangan (Out 1),
d. klik untuk membuat garis antara J1-J2-J3-J4-Out1 yang nantinya
akan menjadi garis conduit (C),
e. klik adalah tool untuk menggeser-geser apabila hasil gambar
yang diinginkan kurang sempurna,
f. klik untuk membuat gage1 atau simulasi hujan buatan.
Tugas Akhir 41 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Gambar 4.15 subcathment pada simulasi
Tugas Akhir 42 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
6. memasukan data untuk proses selanjutnya yaitu:
a. double klik pada objek (S1) atau klik kanan pada (S1) kemudian
pilih “properties” kemudian mulai memasukkan data yang ada.
b. dilanjutkan pada subcatchment 2 (S2) dengan cara yang sama
seperti memasukkan data pada Subcatchment 1.
c. Select edit >> select all kemudian edit >> group edit
Kemudian klik “OK”, kemudian akan muncul sebuah pertanyaan
dan diminta menjawab “yes” or ”no”, pilihan diambil adalah ”No”.
Gambar 4.16 Group Editor
Tugas Akhir 43 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
d. Dobel klik di Juntion dan Conduit kemudian di isi:
Gambar 4.17 Tampilan memasukkan data pada Junction dan Conduit
Lakukan dari Junction 1 sampai dengan Junction 19, Conduit 1
sampai dengan Conduit 19.
e. Kemudian di dobel klik pada Gage 1,
Gambar 4.18 Tampilan memasukkan data Raingage
Tugas Akhir 44 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
f. Dari data categories
Pilih ”Time series” kemudian klik maka akan tampil
Gambar 4.19 Time series editor
g. Select Data Categories
Title/Notes lalu klik kemudian ketik ”Tutorial....” atau EPA
SWMM 5.0 . tujuan hanya untuk menamai hasil Running.
Kemudian klik ”Ok”.
h. Select File >> save as
i. Select Project >> Details
Untuk menampilkan hasil data dari Running.
Tugas Akhir 45 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
j. Options >>
Gambar 4.20 Simulation Option
k. Select Project >> Run Simulation
Untuk mengetahui hasil dari simulasi subcatchment maka klik
Report >> Status. Hasil running dapat dilihat pada lampiran.
Tugas Akhir 46 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
4.3 Hasil
Hasil akhir yang akan dicari adalah persamaan hubungan antara kapasitas
kolam retensi dengan debit banjir. Pada proses sebelumnya, hasil running
simulation telah didapat dan diteruskan dengan memasukkan storage unit
(unit tampungan)
Cara memasukkan storage unit sebagai berikut:
1. Klik kanan pada junction yang dikehendaki untuk mengubah junction
menjadi storage unit, kemudian pilih Convert to >> Storage Unit
dalam hal ini kami memilih J11 karena merupakan titik pertemuan dari 4
cabang junction.
Gambar 4.21 Convert junction to storage unit
2. Klik pada junction yang telah diubah menjadi storage unit untuk
memasukkan nilai Max Depth dan Ponded Area. Nilai max depth dapat
diubah-ubah (diasumsikan) dan ponded area dianggap tetap (asumsi
sebesar 20000 m2),
Tugas Akhir 47 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Gambar 4.22 Memasukkan data pada storage unit
3. Pilih Option >> klik Time Steps masukkan nilai Routing sebesar 60
detik,
Gambar 4.23 Time Steps
Tugas Akhir 48 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
4. Langkah selanjutnya select Project >> Run Simulation
Untuk mengetahui hasil dari simulasi storage unit maka klik Report >>
Status. Hasil running dapat dilihat pada lampiran.
Hasil kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel untuk memudahkan
dalam pembacaan,
5. Lakukan proses Run Simulation sampai n kali (diambil n = 30 kali), hal
ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi banjir (flooded) atau tidak
dan jumlah masukan maksimum (total maximum inflow) pada outfall.
Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.6,
6. Membuat grafik hubungan antara volume dan inflow pada outfall serta
ditampilkan trend analysis-nya.
Tabel 4.6 Hasil rekap Run Simulation
Max Depth
(m)
Ponded Area
(m2)
Flooded
(m3/s)
Inflow pada Outfall
(m3/s)
Volume
(m3)
3 20000 77.117 575.789 60000
3.5 20000 95.835 624.804 70000
4 20000 128.227 554.095 80000
4.5 20000 117.669 623.992 90000
5 20000 98.876 625.624 100000
5.5 20000 69.954 596.677 110000
6 20000 48.783 608.721 120000
6.5 20000 53.542 620.989 130000
7 20000 40.145 627.725 140000
7.5 20000 7.705 634.91 150000
8 20000 54.694 626.644 160000
8.5 20000 43.542 624.787 170000
9 20000 41.394 622.193 180000
Tugas Akhir 49 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Tabel 4.6 Hasil rekap Run Simulation (lanjutan)
Max Depth
(m)
Ponded Area
(m2)
Flooded
(m3/s)
Inflow pada Outfall
(m3/s)
Volume
(m3)
9.5 20000 22.497 640.144 190000
9.55 20000 21.021 635.901 191000
9.6 20000 0 641.237 192000
9.65 20000 0 640.713 193000
9.7 20000 0 639.19 194000
9.75 20000 0 628.482 195000
9.8 20000 0 631.359 196000
9.9 20000 0 636.399 198000
10 20000 0 641.773 200000
10.5 20000 0 641.336 210000
11 20000 0 640.856 220000
11.5 20000 0 640.492 230000
12 20000 0 640.492 240000
12.5 20000 0 640.492 250000
13 20000 0 640.492 260000
14 20000 0 640.492 280000
15 20000 0 640.492 300000
Tugas Akhir 50 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Gambar 4.24 Grafik hubungan antara Volume dengan Debit pada Outfall
Dari grafik hubungan antara volume dengan Debit pada outfall didapatkan
persamaan sebagai berikut:
612.00.549000.0091
2
2
=
++−Ε−=
Rxxy
Terlihat juga bentuk grafiknya naik-turun. Hal ini terjadi karena time steps
terlalu besar, maka perlu diulang kembali untuk Run Simulation dengan
memasukkan Routing sebesar 1 detik pada Time Steps (run simulation
sebelumnya memakai routing sebesar 60 detik) dengan langkah sebagai
berikut:
Tugas Akhir 51 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
1. Pilih Option >> klik Time Steps masukkan nilai Routing sebesar 1
detik,
Gambar 4.25 Time Steps
2. Langkah selanjutnya select Project >> Run Simulation
Untuk mengetahui hasil dari simulasi storage unit maka klik Report >>
Status. Hasil running dapat dilihat pada lampiran.
Hasil kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel untuk memudahkan
dalam pembacaan,
3. Lakukan proses Run Simulation sampai n kali (disini kami mengambil
n = 30 kali), hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi banjir
(flooded) atau tidak dan jumlah masukan maksimum (total maximum
inflow) pada outfall. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.7,
Tugas Akhir 52 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
4. Membuat grafik hubungan antara volume dan inflow (debit) serta
ditampilkan trend analysis-nya.
Gambar 4.26 Grafik hubungan antara Volume dengan inflow (debit)
Pada grafik 4.26 terlihat hasil plotnya naik turun, hal ini disebabkan karena data
yang diplot ke dalam grafik masih bercampur antara data yang ada nilai flooded-
nya dan yang tidak terjadi flooded. Oleh karena itu, grafik diatas dipecah menjadi
dua tampilan yaitu pada gambar 4.27 dan gambar 4.28.
Tugas Akhir 53 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Gambar 4.27 Grafik hubungan antara Volume dengan inflow (debit) dengan memasukkan
nilai flooded
Dari trend analysis grafik 4.27 didapatkan dua persamaan sebagai berikut:
1. Inflow pada Outfall vs volume
989.0567357.38
2 =
+=
Rxy
Inflow pada outfall ialah aliran atau debit yang masuk ke outfall.
Tugas Akhir 54 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
2. Inflow pada conduit 11 vs volume
996.0327497.42
2 =
−=
Rxy
Inflow pada conduit 11 ialah aliran atau debit yang masuk ke saluran 11.
Dari grafik 4.27 terlihat bahwa semakin besar volume, maka semakin besar
pula debitnya (inflow).
R2 adalah koefisien korelasi penentuan, besarnya R2 adalah 0 ≤ R2 ≤ 1.
Jika R2 = 1, maka dikatakan bahwa kedua variable mempunyai korelasi yang
sangat kuat. Jika R2 = 0, maka dikatakan bahwa kedua variable tidak
berkorelasi.
Gambar 4.28 Grafik hubungan antara Volume dengan inflow (debit) dengan nilai flooded = 0
Tugas Akhir 55 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Dari trend analysis grafik 4.28 didapatkan dua persamaan sebagai berikut:
1. Inflow pada Outfall vs volume
103.630
2 =
=
Ry
2. Inflow pada conduit 11 vs volume
1569.475
2 =
=
Ry
flooded = 0 berarti tidak terjadi banjir atau luapan.
R2 adalah koefisien korelasi penentuan, besarnya R2 adalah 0 ≤ R2 ≤ 1.
Jika R2 = 1, maka dikatakan bahwa kedua variable mempunyai korelasi yang
sangat kuat. Jika R2 = 0, maka dikatakan bahwa kedua variable tidak
berkorelasi.
Grafik-grafik tersebut diperoleh dari tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil rekap Run Simulation
Max Depth
(m)
Ponded Area
(m2)
Flooded
(m3/s)
Inflow pada
C11 (m3/s)
Inflow pada
Outfall (m3/s)
Volume
(m3)
0.3 20000 430.050 46.096 239.49 6000
0.4 20000 401.364 74.918 268.728 8000
0.5 20000 367.105 109.413 303.414 10000
0.6 20000 327.540 149.225 343.252 12000
0.7 20000 282.851 194.199 387.947 14000
0.8 20000 233.165 244.092 436.97 16000
0.9 20000 178.571 298.916 489.087 18000
1 20000 119.130 358.451 541.442 20000
1.11 20000 48.195 428.311 593.711 22200
1.12 20000 41.459 435.123 598.505 22400
Tugas Akhir 56 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
Tabel 4.7 Hasil rekap Run Simulation (lanjutan) Max Depth
(m)
Ponded Area
(m2)
Flooded
(m3/s)
Inflow pada
C11 (m3/s)
Inflow pada
Outfall (m3/s)
Volume
(m3)
1.13 20000 34.676 441.934 603.424 22600
1.14 20000 27.845 448.797 608.527 22800
1.15 20000 20.966 455.690 613.857 23000
1.16 20000 14.039 462.524 619.349 23200
1.17 20000 7.065 469.375 624.776 23400
1.18 20000 0.043 475.564 630.027 60000
1.19 20000 0 475.569 630.03 70000
1.20 20000 0 475.569 630.03 80000
1.21 20000 0 475.569 630.03 90000
1.22 20000 0 475.569 630.03 140000
1.23 20000 0 475.569 630.03 200000
1.24 20000 0 475.569 630.03 240000
1.25 20000 0 475.569 630.03 300000
1.26 20000 0 475.569 630.03 340000
1.27 20000 0 475.569 630.03 400000
1.28 20000 0 475.569 630.03 440000
1.29 20000 0 475.569 630.03 500000
1.30 20000 0 475.569 630.03 540000
1.31 20000 0 475.569 630.03 600000
1.32 20000 0 475.569 630.03 700000
Tugas Akhir 57 HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KOLAM RETENSI DENGAN DEBIT BANJIR
(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN)
Deasy Natalie 03.12.0010 Erlangga Hartawan 03.12.0048
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa DAS (Daerah Aliran Sungai) Beringin menggunakan EPA
SWMM, maka didapatkan:
1. Persamaan hubungan antara kapasitas kolam retensi dengan debit aliran
sungai kali Beringin.
989.0567357.38
2 =
+=
Rxy
y = Debit pada outfall (m3/dtk)
x = volume (m3)
R2 = koefisien korelasi penentuan
2. Dimensi kolam retensi supaya tidak terjadi banjir adalah sebagai
berikut:
Max depth minimum = 1.19 m
Ponded area = 20000 m2
5.2 Saran
Disarankan kepada penulis tugas akhir yang akan datang untuk
mencantumkan perhitungan perubahan ponded area.
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2007), manning coefficient, www. google. com/ manning coefficient/
wsp 2339 (didownload pada 28 Desember 2007) Anonim, (2008), runoff coefisient www. waterboards. ca. gov/ .../ programs/ stormwater/ muni/ nrdc/ chapterrunoff 2006-08 rev. pdf (didownload pada 16 Maret 2008) Anonim, (2008), stromwater, www.water-research. net/ waterlibrary/ stromwater/
greenamp. pdf (didownload pada 11 Januari 2008) Arcement G. J., Jr and Schneider V. R., (2008), Guide for Selecting Manning's
Roughness Coefficients for Natural Channels and Flood Plains, ASCE (1982). Gravity Sanitary Sewer Design and Construction, ASCE Manual
of Practice No. 60, New York, NY. Chow V. Te., (1989), Hidrolika Saluran Terbuka, Penerbit Erlangga, Jakarta. Diyanto, A., Wirastowo, B., (2007), Tugas Akhir, Unika Soegijapranata,
Semarang. Mustafa Zainal, (1995), Pengantar Statistik Terapan untuk Ekonomi, Bagian
Penerbitan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Santosa Budi, (2007), Catatan Kuliah Hidrologi, Unika Soegijapranata,
Semarang. Soemarto C. D., (1999), Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sosrodarsono Suyono., Takeda Kensaku, (1976), Hidrologi Untuk Pengairan, PT
Pradnya Paramita, Jakarta. Subarkah Imam, (1980), Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, Penerbit
Idea Dharma, Bandung. Sudaryoko Y., (1987), Pedoman Penanggulangan Banjir, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta. Tim Perguruan Tinggi Swasta, (1997), Irigasi dan Bangunan Air, Penerbit
Gunadarma, Jakarta.
L1
EPA STORM WATER MANAGEMENT MODEL - VERSION 5.0 (Build 5.0.011) -------------------------------------------------------------- DEASY ANGGA 19 **************** Analysis Options **************** Flow Units ............... CMS Infiltration Method ...... GREEN_AMPT Flow Routing Method ...... KINWAVE Starting Date ............ APR-10-2008 00:00:00 Ending Date .............. APR-10-2008 12:00:00 Antecedent Dry Days ...... 0.0 Report Time Step ......... 00:15:00 Wet Time Step ............ 00:05:00 Dry Time Step ............ 00:15:00 Routing Time Step ........ 1.00 sec ************************** Volume Depth Runoff Quantity Continuity hectare-m mm ************************** --------- ------- Total Precipitation ...... 252.245 81.700 Evaporation Loss ......... 0.000 0.000 Infiltration Loss ........ 9.569 3.099 Surface Runoff ........... 240.361 77.851 Final Surface Storage .... 3.384 1.096 Continuity Error (%) ..... -0.424 ************************** Volume Volume Flow Routing Continuity hectare-m Mliters ************************** --------- --------- Dry Weather Inflow ....... 0.000 0.000 Wet Weather Inflow ....... 240.348 2403.509 Groundwater Inflow ....... 0.000 0.000 RDII Inflow .............. 0.000 0.000 External Inflow .......... 0.000 0.000 External Outflow ......... 241.297 2412.996 Surface Flooding ......... 0.000 0.000 Evaporation Loss ......... 0.000 0.000 Initial Stored Volume .... 0.000 0.000 Final Stored Volume ...... 1.816 18.160 Continuity Error (%) ..... -1.150 *************************** Subcatchment Runoff Summary *************************** -------------------------------------------------------------------------------------- Total Total Total Total Total Peak Runoff Precip Runon Evap Infil Runoff Runoff Coeff Subcatchment mm mm mm mm mm CMS -------------------------------------------------------------------------------------- S1 81.700 0.000 0.000 6.413 68.795 43.696 0.842 S2 81.700 0.000 0.000 5.557 76.436 18.634 0.936 S3 81.700 0.000 0.000 1.623 80.398 46.271 0.984 S4 81.700 0.000 0.000 6.413 73.833 24.921 0.904 S5 81.700 0.000 0.000 1.955 79.924 38.665 0.978 S6 81.700 0.000 0.000 0.698 81.573 49.560 0.998 S7 81.700 0.000 0.000 1.051 80.834 57.665 0.989 S8 81.700 0.000 0.000 1.898 80.005 100.637 0.979 S9 81.700 0.000 0.000 1.501 80.578 61.082 0.986 S10 81.700 0.000 0.000 2.060 79.778 49.243 0.976 S11 81.700 0.000 0.000 0.982 80.966 47.936 0.991 S12 81.700 0.000 0.000 5.818 76.162 25.801 0.932
L2
-------------------------------------------------------------------------------------- Total Total Total Total Total Peak Runoff Precip Runon Evap Infil Runoff Runoff Coeff Subcatchment mm mm mm mm mm CMS -------------------------------------------------------------------------------------- S13 81.700 0.000 0.000 1.024 81.380 20.321 0.996
S14 81.700 0.000 0.000 6.132 75.832 20.921 0.928 S15 81.700 0.000 0.000 1.493 80.591 32.904 0.986
S16 81.700 0.000 0.000 0.579 81.922 12.467 1.003 S17 81.700 0.000 0.000 0.816 81.299 34.722 0.995 S18 81.700 0.000 0.000 1.484 80.603 22.229 0.987 S19 81.700 0.000 0.000 4.595 77.450 32.666 0.948 -------------------------------------------------------------------------------------- System 81.700 0.000 0.000 3.099 77.851 740.341 0.953 ****************** Node Depth Summary ****************** ---------------------------------------------------------------------------------------- Average Maximum Maximum Time of Max Max Vol. Total Depth Depth HGL Occurrence Ponded Minutes Node Type Meters Meters Meters days hr:min ha-mm Flooded ---------------------------------------------------------------------------------------- J1 JUNCTION 0.08 0.27 205.42 0 00:35 0 0 J2 JUNCTION 0.03 0.17 165.39 0 00:35 0 0 J3 JUNCTION 0.08 0.35 160.98 0 00:35 0 0 J4 JUNCTION 0.04 0.20 160.20 0 00:35 0 0 J5 JUNCTION 0.07 0.38 130.38 0 00:36 0 0 J6 JUNCTION 0.11 0.59 110.47 0 00:35 0 0 J7 JUNCTION 0.07 0.41 104.41 0 00:36 0 0 J8 JUNCTION 0.11 0.75 92.75 0 00:35 0 0 J9 JUNCTION 0.04 0.39 54.39 0 00:35 0 0 J10 JUNCTION 0.15 0.82 48.82 0 00:39 0 0 J12 JUNCTION 0.32 1.87 15.87 0 00:40 0 0 J13 JUNCTION 0.42 2.45 14.45 0 00:41 0 0 J14 JUNCTION 0.42 2.45 13.95 0 00:42 0 0 J15 JUNCTION 0.34 1.96 11.96 0 00:43 0 0 J16 JUNCTION 0.31 1.85 9.85 0 00:43 0 0 J17 JUNCTION 0.31 1.85 9.35 0 00:44 0 0 J18 JUNCTION 0.53 3.08 9.08 0 00:43 0 0 J19 JUNCTION 0.53 3.07 8.57 0 00:45 0 0 Out1 OUTFALL 0.26 1.55 5.55 0 00:45 0 0 Sto1 STORAGE 0.19 1.18 33.18 0 00:39 0 0 ***************** Node Flow Summary ***************** ------------------------------------------------------------------------------------ Maximum Maximum Maximum Lateral Total Time of Max Flooding Time of Max Inflow Inflow Occurrence Overflow Occurrence Node Type CMS CMS days hr:min CMS days hr:min ------------------------------------------------------------------------------------ J1 JUNCTION 43.696 43.696 0 00:35 0.000 J2 JUNCTION 18.634 18.634 0 00:35 0.000 J3 JUNCTION 46.271 84.955 0 00:35 0.000 J4 JUNCTION 24.921 24.921 0 00:35 0.000 J5 JUNCTION 38.665 77.352 0 00:36 0.000 J6 JUNCTION 49.560 129.832 0 00:35 0.000 J7 JUNCTION 57.665 130.043 0 00:36 0.000 J8 JUNCTION 100.637 229.246 0 00:35 0.000 J9 JUNCTION 61.082 61.082 0 00:35 0.000 J10 JUNCTION 49.243 213.843 0 00:39 0.000 J12 JUNCTION 25.801 498.598 0 00:40 0.000 J13 JUNCTION 20.321 511.896 0 00:41 0.000
L3
------------------------------------------------------------------------------------ Maximum Maximum Maximum Lateral Total Time of Max Flooding Time of Max Inflow Inflow Occurrence Overflow Occurrence Node Type CMS CMS days hr:min CMS days hr:min ------------------------------------------------------------------------------------ J14 JUNCTION 20.921 530.376 0 00:42 0.000
J15 JUNCTION 32.904 554.596 0 00:43 0.000 J16 JUNCTION 12.467 562.268 0 00:43 0.000 J17 JUNCTION 34.722 586.998 0 00:43 0.000 J18 JUNCTION 22.229 603.415 0 00:43 0.000
J19 JUNCTION 32.666 630.038 0 00:45 0.000 Out1 OUTFALL 0.000 630.030 0 00:45 0.000 Sto1 STORAGE 47.936 475.979 0 00:39 0.000 ********************** Storage Volume Summary ********************** -------------------------------------------------------------------------------------- Average Avg Maximum Max Time of Max Maximum Volume Pcnt Volume Pcnt Occurrence Outflow Storage Unit 1000 m3 Full 1000 m3 Full days hr:min CMS -------------------------------------------------------------------------------------- Sto1 0.194 6 1.180 39 0 00:39 475.979 *********************** Outfall Loading Summary *********************** ----------------------------------------------- Flow Avg. Max. Freq. Flow Flow Outfall Node Pcnt. CMS CMS ----------------------------------------------- Out1 99.22 56.303 630.030 ----------------------------------------------- System 99.22 56.303 630.030 ******************** Link Flow Summary ******************** ----------------------------------------------------------------------------------------- Maximum Time of Max Maximum Max/ Max/ Total Flow Occurrence Velocity Full Full Minutes Link Type CMS days hr:min m/sec Flow Depth Surcharged ------------------------------------------------------------------------------------------ C1 CONDUIT 42.016 0 00:38 5.36 0.01 0.08 0 C2 CONDUIT 84.359 0 00:38 7.91 0.02 0.11 0 C3 CONDUIT 120.657 0 00:43 7.16 0.04 0.17 0 C4 CONDUIT 60.962 0 00:35 5.20 0.02 0.12 0 C5 CONDUIT 17.555 0 00:40 3.85 0.01 0.05 0 C6 CONDUIT 24.084 0 00:38 4.32 0.01 0.06 0 C7 CONDUIT 76.954 0 00:39 6.73 0.02 0.11 0 C8 CONDUIT 130.037 0 00:36 10.37 0.03 0.12 0 C9 CONDUIT 223.685 0 00:39 9.59 0.07 0.22 0 C10 CONDUIT 213.065 0 00:41 8.01 0.08 0.25 0 C11 CONDUIT 475.569 0 00:40 11.77 0.15 0.36 0 C12 CONDUIT 498.190 0 00:42 7.10 0.35 0.57 0 C13 CONDUIT 511.599 0 00:42 5.20 0.57 0.74 0 C14 CONDUIT 530.146 0 00:43 7.12 0.38 0.59 0 C15 CONDUIT 554.568 0 00:43 10.01 0.25 0.47 0 C16 CONDUIT 562.259 0 00:44 8.14 0.34 0.56 0 C17 CONDUIT 586.991 0 00:43 11.30 0.22 0.44 0 C18 CONDUIT 602.170 0 00:45 4.55 0.87 0.93 0 C19 CONDUIT 630.030 0 00:45 11.24 0.25 0.47 0
L4
******************************** Highest Flow Instability Indexes ******************************** All links are stable. ************************* Routing Time Step Summary ************************* Minimum Time Step : 1.00 sec Average Time Step : 1.00 sec Maximum Time Step : 1.00 sec Percent in Steady State : 0.00 Average Iterations per Step : 1.00 Analysis begun on: Mon Apr 21 14:45:39 2008 Analysis ended on: Mon Apr 21 14:45:42 2008 Total elapsed time: 00:00:03
L5
EPA STORM WATER MANAGEMENT MODEL - VERSION 5.0 (Build 5.0.011) -------------------------------------------------------------- DEASY ANGGA 19 **************** Analysis Options **************** Flow Units ............... CMS Infiltration Method ...... GREEN_AMPT Flow Routing Method ...... KINWAVE Starting Date ............ APR-10-2008 00:00:00 Ending Date .............. APR-10-2008 12:00:00 Antecedent Dry Days ...... 0.0 Report Time Step ......... 00:15:00 Wet Time Step ............ 00:05:00 Dry Time Step ............ 00:15:00 Routing Time Step ........ 1.00 sec ************************** Volume Depth Runoff Quantity Continuity hectare-m mm ************************** --------- ------- Total Precipitation ...... 252.245 81.700 Evaporation Loss ......... 0.000 0.000 Infiltration Loss ........ 9.569 3.099 Surface Runoff ........... 240.361 77.851 Final Surface Storage .... 3.384 1.096 Continuity Error (%) ..... -0.424 ************************** Volume Volume Flow Routing Continuity hectare-m Mliters ************************** --------- --------- Dry Weather Inflow ....... 0.000 0.000 Wet Weather Inflow ....... 240.348 2403.509 Groundwater Inflow ....... 0.000 0.000 RDII Inflow .............. 0.000 0.000 External Inflow .......... 0.000 0.000 External Outflow ......... 241.158 2411.610 Surface Flooding ......... 0.139 1.386 Evaporation Loss ......... 0.000 0.000 Initial Stored Volume .... 0.000 0.000 Final Stored Volume ...... 1.816 18.160 Continuity Error (%) ..... -1.150 *************************** Subcatchment Runoff Summary *************************** -------------------------------------------------------------------------------------- Total Total Total Total Total Peak Runoff Precip Runon Evap Infil Runoff Runoff Coeff Subcatchment mm mm mm mm mm CMS -------------------------------------------------------------------------------------- S1 81.700 0.000 0.000 6.413 68.795 43.696 0.842 S2 81.700 0.000 0.000 5.557 76.436 18.634 0.936 S3 81.700 0.000 0.000 1.623 80.398 46.271 0.984 S4 81.700 0.000 0.000 6.413 73.833 24.921 0.904 S5 81.700 0.000 0.000 1.955 79.924 38.665 0.978 S6 81.700 0.000 0.000 0.698 81.573 49.560 0.998 S7 81.700 0.000 0.000 1.051 80.834 57.665 0.989 S8 81.700 0.000 0.000 1.898 80.005 100.637 0.979 S9 81.700 0.000 0.000 1.501 80.578 61.082 0.986 S10 81.700 0.000 0.000 2.060 79.778 49.243 0.976 S11 81.700 0.000 0.000 0.982 80.966 47.936 0.991 S12 81.700 0.000 0.000 5.818 76.162 25.801 0.932
L6
-------------------------------------------------------------------------------------- Total Total Total Total Total Peak Runoff Precip Runon Evap Infil Runoff Runoff Coeff Subcatchment mm mm mm mm mm CMS -------------------------------------------------------------------------------------- S13 81.700 0.000 0.000 1.024 81.380 20.321 0.996
S14 81.700 0.000 0.000 6.132 75.832 20.921 0.928 S15 81.700 0.000 0.000 1.493 80.591 32.904 0.986
S16 81.700 0.000 0.000 0.579 81.922 12.467 1.003 S17 81.700 0.000 0.000 0.816 81.299 34.722 0.995 S18 81.700 0.000 0.000 1.484 80.603 22.229 0.987 S19 81.700 0.000 0.000 4.595 77.450 32.666 0.948 -------------------------------------------------------------------------------------- System 81.700 0.000 0.000 3.099 77.851 740.341 0.953 ****************** Node Depth Summary ****************** ---------------------------------------------------------------------------------------- Average Maximum Maximum Time of Max Max Vol. Total Depth Depth HGL Occurrence Ponded Minutes Node Type Meters Meters Meters days hr:min ha-mm Flooded ---------------------------------------------------------------------------------------- J1 JUNCTION 0.08 0.27 205.42 0 00:35 0 0 J2 JUNCTION 0.03 0.17 165.39 0 00:35 0 0 J3 JUNCTION 0.08 0.35 160.98 0 00:35 0 0 J4 JUNCTION 0.04 0.20 160.20 0 00:35 0 0 J5 JUNCTION 0.07 0.38 130.38 0 00:36 0 0 J6 JUNCTION 0.11 0.59 110.47 0 00:35 0 0 J7 JUNCTION 0.07 0.41 104.41 0 00:36 0 0 J8 JUNCTION 0.11 0.75 92.75 0 00:35 0 0 J9 JUNCTION 0.04 0.39 54.39 0 00:35 0 0 J10 JUNCTION 0.15 0.82 48.82 0 00:39 0 0 J12 JUNCTION 0.32 1.86 15.86 0 00:42 0 0 J13 JUNCTION 0.42 2.43 14.43 0 00:43 0 0 J14 JUNCTION 0.42 2.43 13.93 0 00:44 0 0 J15 JUNCTION 0.34 1.95 11.95 0 00:45 0 0 J16 JUNCTION 0.31 1.83 9.83 0 00:43 0 0 J17 JUNCTION 0.31 1.83 9.33 0 00:43 0 0 J18 JUNCTION 0.53 3.06 9.06 0 00:42 0 0 J19 JUNCTION 0.53 3.06 8.56 0 00:44 0 0 Out1 OUTFALL 0.26 1.55 5.55 0 00:45 0 0 Sto1 STORAGE 0.19 1.17 33.17 0 00:37 0 5 ***************** Node Flow Summary ***************** ------------------------------------------------------------------------------------ Maximum Maximum Maximum Lateral Total Time of Max Flooding Time of Max Inflow Inflow Occurrence Overflow Occurrence Node Type CMS CMS days hr:min CMS days hr:min ------------------------------------------------------------------------------------ J1 JUNCTION 43.696 43.696 0 00:35 0.000 J2 JUNCTION 18.634 18.634 0 00:35 0.000 J3 JUNCTION 46.271 84.955 0 00:35 0.000 J4 JUNCTION 24.921 24.921 0 00:35 0.000 J5 JUNCTION 38.665 77.352 0 00:36 0.000 J6 JUNCTION 49.560 129.832 0 00:35 0.000 J7 JUNCTION 57.665 130.043 0 00:36 0.000 J8 JUNCTION 100.637 229.246 0 00:35 0.000 J9 JUNCTION 61.082 61.082 0 00:35 0.000 J10 JUNCTION 49.243 213.843 0 00:39 0.000 J12 JUNCTION 25.801 492.436 0 00:42 0.000 J13 JUNCTION 20.321 505.610 0 00:43 0.000
L7
------------------------------------------------------------------------------------ Maximum Maximum Maximum Lateral Total Time of Max Flooding Time of Max Inflow Inflow Occurrence Overflow Occurrence Node Type CMS CMS days hr:min CMS days hr:min ------------------------------------------------------------------------------------ J14 JUNCTION 20.921 524.430 0 00:44 0.000
J15 JUNCTION 32.904 548.614 0 00:43 0.000 J16 JUNCTION 12.467 556.385 0 00:43 0.000 J17 JUNCTION 34.722 581.499 0 00:43 0.000 J18 JUNCTION 22.229 598.249 0 00:42 0.000
J19 JUNCTION 32.666 624.779 0 00:44 0.000 Out1 OUTFALL 0.000 624.776 0 00:45 0.000 Sto1 STORAGE 47.936 475.979 0 00:39 7.065 0 00:39 ********************** Storage Volume Summary ********************** -------------------------------------------------------------------------------------- Average Avg Maximum Max Time of Max Maximum Volume Pcnt Volume Pcnt Occurrence Outflow Storage Unit 1000 m3 Full 1000 m3 Full days hr:min CMS -------------------------------------------------------------------------------------- Sto1 0.194 17 1.170 100 0 00:37 468.914 *********************** Outfall Loading Summary *********************** ----------------------------------------------- Flow Avg. Max. Freq. Flow Flow Outfall Node Pcnt. CMS CMS ----------------------------------------------- Out1 99.22 56.270 624.776 ----------------------------------------------- System 99.22 56.270 624.776 ******************** Link Flow Summary ******************** ----------------------------------------------------------------------------------------- Maximum Time of Max Maximum Max/ Max/ Total Flow Occurrence Velocity Full Full Minutes Link Type CMS days hr:min m/sec Flow Depth Surcharged ------------------------------------------------------------------------------------------ C1 CONDUIT 42.016 0 00:38 5.36 0.01 0.08 0 C2 CONDUIT 84.359 0 00:38 7.91 0.02 0.11 0 C3 CONDUIT 120.657 0 00:43 7.16 0.04 0.17 0 C4 CONDUIT 60.962 0 00:35 5.20 0.02 0.12 0 C5 CONDUIT 17.555 0 00:40 3.85 0.01 0.05 0 C6 CONDUIT 24.084 0 00:38 4.32 0.01 0.06 0 C7 CONDUIT 76.954 0 00:39 6.73 0.02 0.11 0 C8 CONDUIT 130.037 0 00:36 10.37 0.03 0.12 0 C9 CONDUIT 223.685 0 00:39 9.59 0.07 0.22 0 C10 CONDUIT 213.065 0 00:41 8.01 0.08 0.25 0 C11 CONDUIT 469.375 0 00:42 11.72 0.15 0.35 0 C12 CONDUIT 492.411 0 00:43 7.08 0.35 0.56 0 C13 CONDUIT 505.620 0 00:44 5.19 0.56 0.74 0 C14 CONDUIT 524.418 0 00:45 7.09 0.38 0.59 0 C15 CONDUIT 548.588 0 00:43 9.97 0.24 0.46 0 C16 CONDUIT 556.378 0 00:43 8.11 0.34 0.56 0 C17 CONDUIT 581.498 0 00:43 11.26 0.22 0.44 0 C18 CONDUIT 596.877 0 00:44 4.54 0.87 0.93 0 C19 CONDUIT 624.776 0 00:45 11.21 0.25 0.47 0
L8
******************************** Highest Flow Instability Indexes ******************************** All links are stable. ************************* Routing Time Step Summary ************************* Minimum Time Step : 1.00 sec Average Time Step : 1.00 sec Maximum Time Step : 1.00 sec Percent in Steady State : 0.00 Average Iterations per Step : 1.00 Analysis begun on: Mon Apr 21 15:32:28 2008 Analysis ended on: Mon Apr 21 15:32:31 2008 Total elapsed time: 00:00:03
L9
EPA STORM WATER MANAGEMENT MODEL - VERSION 5.0 (Build 5.0.011) -------------------------------------------------------------- DEASY ANGGA 19 **************** Analysis Options **************** Flow Units ............... CMS Infiltration Method ...... GREEN_AMPT Flow Routing Method ...... KINWAVE Starting Date ............ APR-10-2008 00:00:00 Ending Date .............. APR-10-2008 12:00:00 Antecedent Dry Days ...... 0.0 Report Time Step ......... 00:15:00 Wet Time Step ............ 00:05:00 Dry Time Step ............ 00:15:00 Routing Time Step ........ 1.00 sec ************************** Volume Depth Runoff Quantity Continuity hectare-m mm ************************** --------- ------- Total Precipitation ...... 252.245 81.700 Evaporation Loss ......... 0.000 0.000 Infiltration Loss ........ 9.569 3.099 Surface Runoff ........... 240.361 77.851 Final Surface Storage .... 3.384 1.096 Continuity Error (%) ..... -0.424 ************************** Volume Volume Flow Routing Continuity hectare-m Mliters ************************** --------- --------- Dry Weather Inflow ....... 0.000 0.000 Wet Weather Inflow ....... 240.348 2403.509 Groundwater Inflow ....... 0.000 0.000 RDII Inflow .............. 0.000 0.000 External Inflow .......... 0.000 0.000 External Outflow ......... 126.222 1262.230 Surface Flooding ......... 115.075 1150.764 Evaporation Loss ......... 0.000 0.000 Initial Stored Volume .... 0.000 0.000 Final Stored Volume ...... 1.816 18.160 Continuity Error (%) ..... -1.150 *************************** Subcatchment Runoff Summary *************************** -------------------------------------------------------------------------------------- Total Total Total Total Total Peak Runoff Precip Runon Evap Infil Runoff Runoff Coeff Subcatchment mm mm mm mm mm CMS -------------------------------------------------------------------------------------- S1 81.700 0.000 0.000 6.413 68.795 43.696 0.842 S2 81.700 0.000 0.000 5.557 76.436 18.634 0.936 S3 81.700 0.000 0.000 1.623 80.398 46.271 0.984 S4 81.700 0.000 0.000 6.413 73.833 24.921 0.904 S5 81.700 0.000 0.000 1.955 79.924 38.665 0.978 S6 81.700 0.000 0.000 0.698 81.573 49.560 0.998 S7 81.700 0.000 0.000 1.051 80.834 57.665 0.989 S8 81.700 0.000 0.000 1.898 80.005 100.637 0.979 S9 81.700 0.000 0.000 1.501 80.578 61.082 0.986 S10 81.700 0.000 0.000 2.060 79.778 49.243 0.976 S11 81.700 0.000 0.000 0.982 80.966 47.936 0.991 S12 81.700 0.000 0.000 5.818 76.162 25.801 0.932
L10
-------------------------------------------------------------------------------------- Total Total Total Total Total Peak Runoff Precip Runon Evap Infil Runoff Runoff Coeff Subcatchment mm mm mm mm mm CMS -------------------------------------------------------------------------------------- S13 81.700 0.000 0.000 1.024 81.380 20.321 0.996
S14 81.700 0.000 0.000 6.132 75.832 20.921 0.928 S15 81.700 0.000 0.000 1.493 80.591 32.904 0.986
S16 81.700 0.000 0.000 0.579 81.922 12.467 1.003 S17 81.700 0.000 0.000 0.816 81.299 34.722 0.995 S18 81.700 0.000 0.000 1.484 80.603 22.229 0.987 S19 81.700 0.000 0.000 4.595 77.450 32.666 0.948 -------------------------------------------------------------------------------------- System 81.700 0.000 0.000 3.099 77.851 740.341 0.953 ****************** Node Depth Summary ****************** ---------------------------------------------------------------------------------------- Average Maximum Maximum Time of Max Max Vol. Total Depth Depth HGL Occurrence Ponded Minutes Node Type Meters Meters Meters days hr:min ha-mm Flooded ---------------------------------------------------------------------------------------- J1 JUNCTION 0.08 0.27 205.42 0 00:35 0 0 J2 JUNCTION 0.03 0.17 165.39 0 00:35 0 0 J3 JUNCTION 0.08 0.35 160.98 0 00:35 0 0 J4 JUNCTION 0.04 0.20 160.20 0 00:35 0 0 J5 JUNCTION 0.07 0.38 130.38 0 00:36 0 0 J6 JUNCTION 0.11 0.59 110.47 0 00:35 0 0 J7 JUNCTION 0.07 0.41 104.41 0 00:36 0 0 J8 JUNCTION 0.11 0.75 92.75 0 00:35 0 0 J9 JUNCTION 0.04 0.39 54.39 0 00:35 0 0 J10 JUNCTION 0.15 0.82 48.82 0 00:39 0 0 J12 JUNCTION 0.22 0.62 14.62 0 00:35 0 0 J13 JUNCTION 0.30 0.92 12.92 0 00:35 0 0 J14 JUNCTION 0.30 0.92 12.42 0 00:36 0 0 J15 JUNCTION 0.25 0.80 10.80 0 00:37 0 0 J16 JUNCTION 0.24 0.88 8.88 0 00:35 0 0 J17 JUNCTION 0.24 0.88 8.38 0 00:35 0 0 J18 JUNCTION 0.41 1.73 7.73 0 00:35 0 0 J19 JUNCTION 0.42 1.72 7.22 0 00:37 0 0 Out1 OUTFALL 0.20 0.89 4.89 0 00:36 0 0 Sto1 STORAGE 0.13 0.30 32.30 0 00:15 0 123 ***************** Node Flow Summary ***************** ------------------------------------------------------------------------------------ Maximum Maximum Maximum Lateral Total Time of Max Flooding Time of Max Inflow Inflow Occurrence Overflow Occurrence Node Type CMS CMS days hr:min CMS days hr:min ------------------------------------------------------------------------------------ J1 JUNCTION 43.696 43.696 0 00:35 0.000 J2 JUNCTION 18.634 18.634 0 00:35 0.000 J3 JUNCTION 46.271 84.955 0 00:35 0.000 J4 JUNCTION 24.921 24.921 0 00:35 0.000 J5 JUNCTION 38.665 77.352 0 00:36 0.000 J6 JUNCTION 49.560 129.832 0 00:35 0.000 J7 JUNCTION 57.665 130.043 0 00:36 0.000 J8 JUNCTION 100.637 229.246 0 00:35 0.000 J9 JUNCTION 61.082 61.082 0 00:35 0.000 J10 JUNCTION 49.243 213.843 0 00:39 0.000 J12 JUNCTION 25.801 71.730 0 00:35 0.000 J13 JUNCTION 20.321 90.766 0 00:35 0.000
L11
------------------------------------------------------------------------------------ Maximum Maximum Maximum Lateral Total Time of Max Flooding Time of Max Inflow Inflow Occurrence Overflow Occurrence Node Type CMS CMS days hr:min CMS days hr:min ------------------------------------------------------------------------------------ J14 JUNCTION 20.921 110.934 0 00:36 0.000
J15 JUNCTION 32.904 141.750 0 00:35 0.000 J16 JUNCTION 12.467 153.646 0 00:35 0.000 J17 JUNCTION 34.722 187.710 0 00:35 0.000 J18 JUNCTION 22.229 209.652 0 00:35 0.000
J19 JUNCTION 32.666 239.503 0 00:36 0.000 Out1 OUTFALL 0.000 239.490 0 00:36 0.000 Sto1 STORAGE 47.936 475.979 0 00:39 430.050 0 00:39 ********************** Storage Volume Summary ********************** -------------------------------------------------------------------------------------- Average Avg Maximum Max Time of Max Maximum Volume Pcnt Volume Pcnt Occurrence Outflow Storage Unit 1000 m3 Full 1000 m3 Full days hr:min CMS -------------------------------------------------------------------------------------- Sto1 0.131 44 0.300 100 0 00:15 45.930 *********************** Outfall Loading Summary *********************** ----------------------------------------------- Flow Avg. Max. Freq. Flow Flow Outfall Node Pcnt. CMS CMS ----------------------------------------------- Out1 99.22 29.452 239.490 ----------------------------------------------- System 99.22 29.452 239.490 ******************** Link Flow Summary ******************** ----------------------------------------------------------------------------------------- Maximum Time of Max Maximum Max/ Max/ Total Flow Occurrence Velocity Full Full Minutes Link Type CMS days hr:min m/sec Flow Depth Surcharged ------------------------------------------------------------------------------------------ C1 CONDUIT 42.016 0 00:38 5.36 0.01 0.08 0 C2 CONDUIT 84.359 0 00:38 7.91 0.02 0.11 0 C3 CONDUIT 120.657 0 00:43 7.16 0.04 0.17 0 C4 CONDUIT 60.962 0 00:35 5.20 0.02 0.12 0 C5 CONDUIT 17.555 0 00:40 3.85 0.01 0.05 0 C6 CONDUIT 24.084 0 00:38 4.32 0.01 0.06 0 C7 CONDUIT 76.954 0 00:39 6.73 0.02 0.11 0 C8 CONDUIT 130.037 0 00:36 10.37 0.03 0.12 0 C9 CONDUIT 223.685 0 00:39 9.59 0.07 0.22 0 C10 CONDUIT 213.065 0 00:41 8.01 0.08 0.25 0 C11 CONDUIT 46.096 0 02:19 5.11 0.02 0.09 0 C12 CONDUIT 71.315 0 00:36 3.68 0.05 0.19 0 C13 CONDUIT 90.576 0 00:36 2.98 0.10 0.28 0 C14 CONDUIT 110.791 0 00:37 4.24 0.08 0.24 0 C15 CONDUIT 141.720 0 00:36 6.29 0.06 0.21 0 C16 CONDUIT 153.622 0 00:35 5.29 0.09 0.27 0 C17 CONDUIT 187.690 0 00:35 7.67 0.07 0.23 0 C18 CONDUIT 208.479 0 00:37 3.32 0.30 0.52 0 C19 CONDUIT 239.490 0 00:36 8.13 0.10 0.27 0
L12
******************************** Highest Flow Instability Indexes ******************************** All links are stable. ************************* Routing Time Step Summary ************************* Minimum Time Step : 1.00 sec Average Time Step : 1.00 sec Maximum Time Step : 1.00 sec Percent in Steady State : 0.00 Average Iterations per Step : 1.00 Analysis begun on: Fri May 09 14:28:19 2008 Analysis ended on: Fri May 09 14:28:22 2008 Total elapsed time: 00:00:03