zachhh22

download zachhh22

of 59

description

aw3ravasaxxv

Transcript of zachhh22

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat.Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka anak akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak adalah diare. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja dari penderita (Depkes RI, 2013).Penyakit diare perlu mendapatkan perhatian khusus karena di samping angka kesakitannya yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang akhirnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)serta penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara serius.Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2014, diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur (Amirudin, 2013).Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2010, diare menempati urutan ketiga penyebab kematian bayi. Diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLBkelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonaturum dan keracunan makanan. (Depkes RI, 2014).PSecara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau prilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya (Amirudin, 2013). Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan prilaku manusia yang tidak sehat. Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB, sebelum menjamah makanan (Depkes RI,2013). Pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit diare berpengaruh pada perilaku ibu dan masalah kesehatan keluarga. Menurut Notoadmojo, perilaku dibagi 3 domain, ini diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice).Hasil studi awal yang dilakukan di Puskesmas Sungai Kupang, ditemukan dari 10 orang balita yang terkena diare, ternyata 7 orang ibu yang memiliki balita yang menderita diare menggunakan susu formula dengan menggunakan botol dan tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memberikan makanan pada balita. 3 orang ibu diantaranya yang memiliki balita mencuci tangan sebelum memberikan makanan dan memberikan ASI hingga umur lebih dari 6 bulan.Terjadinya kenaikan angka penderita diare yang signfikan pada tahun 2013-2014 dari 289 menjadi 593, angka penderita diare pada balita. 153.Berdasarkan dari data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk melakukan Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang.

B. Rumusan MasalahDari data yang terurai di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah masih tingginya kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupang tahun 2015. Dengan pertanyaan peneliti adalah Apakah ada Hubungan antara Pengetahuan dengan Kejadian Diare pada Balita .C. Tujuan1. Tujuan umumTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupang2. Tujuan khususa. Untuk mengetahui frekuensi diare pada balita.b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang diare di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupangc. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu tentang diare di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupangd. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupange. Untuk mengetahui hubungan sikap Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupang

D. Manfaat Penelitian1. Bagi akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap rekan sejawat dokter, sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat mengenai penyebab Diare pada balita.2. Bagi PuskesmasHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya pada bidang kesling dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan.

E. Keaslian Penelitian Peneliti serupa pernah diteliti oleh :1. Linda Handayani, Hubungan Hyegene Pribadi Ibu dan Sanitasi Lingkungan dengan Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tempel 1 Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman. Dengan hasil tidak ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita.2. Diana Winduri 2001, Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare di Puskesmas Sukamerindu tahun 2001.Dengan hasil tidak ada hubungan status gizi dengan kejadian diare pada balita.3. Esti rahayu 2003, Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare pada Balita di Puskesmas Sukamerindu tahun 2003. Dengan variabel Status Gizi dan Kepadatan Penduduk.Dengan hasil tidak ada hubungan antara status gizi dan kepadatan penduduk dengan kejadian diare pada balita.Bedanya dari ketiga penelitian di atas adalah variabel, populasi, sampel, waktu, tempat, dan desain.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Diare1. PengertianDiare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI, 2013).Diare adalah BAB yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. (FK UI, 2012) .2. EtiologiEtiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (B. Albert and Paul S, 2012).a. Faktor infeksi1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak Infeksi enteral ini meliputi :2) Infeksi bakteri :vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya.3) Infeksi virus :enteroovirus virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.4) Infestasi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides.), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis.), jamur (candida albicans).5) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.b. Faktor malabsorbsiUntuk faktor malabsorbsi ada 3 yaitu malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa, malabsorbsi protein, malabsorbsi lemak, faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, faktor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. (B. Albert and Paul S, 2012)c. Alergi (bacilus cereuc), keracunan, imunodefisiensi dan sebab lainnya (Joko irianto, 2011).3. Patogenesis dan patofisiologi (B. Albert and Paul S, 2012)a. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :1) Gangguan osmotikAkibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air danelektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.2) Gangguan sekresiAkibat rangsangan tertentu (misal olehtoksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.3) Gangguan motilitas ususHiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.b. Patogenesis 1) Patogenesis diare akuta) Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.b) Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).d) Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.2) Patogenesis diare kronisLebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.c. Patofisiologi Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :1) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemiadan sebagainya.)2) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah)3) Hipoglikemia 4) Gangguan sirkulasi darah 4. Gejala klinis (B. Albert and Paul S, 2012)Mula-mula bayi/balita menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian diare.Tinja lendir dan atau darah.Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur oleh empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering defekasidan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosayang tidak dapat diabsorbsiusus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.BB turun, turgor kulitberkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.5. KlasifikasiPengklasifikasian berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi (B. Albert and Paul S, 2012) : Belum ada dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat.6. Pemeriksaan laboratorium (B. Albert and Paul S,2012)a. Pemeriksaan tinjab. Makroskopis dan mikroskopisc. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.d. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.e. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).f. Pemeriksaan kadar ureum dan kretinin untuk mengetahui faal ginjal.g. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai oleh kejang).h. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukannya pada penderita diare kronik.7. Komplikasi (B. Albert and Paul S, 2012)a. Renjatan hipovolemik.b. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram)c. Hipoglikemia d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.e. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonikf. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan. g. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2.1. Tabel penilaian derajat dehidrasiPenilaianABC

1. Lihat a. Keadaan umum

b. Mata

c. Air matad.Mulut dan lidahe. Rasa haus

Baik , sadar

Normal

Ada Basah Minum biasaTidak hausGelisah, rewel

Cekung

Tidak adaKering Haus, ingin minum banyakLesu , lunglai atau tidak sadarSangat cekung dan keringTidak adaSangat keringMalas minum atau tidak bisa minum

2. Periksa turgor kulitKembali cepatKembali lambatKembali sangat lambat

3. Derajat dehidrasiTanpa dehidrasi sedangDehidrasi ringan / bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lainDehidrasi berat / bila ada 1 tnda ditambah 1 atau lebih tanda lain

4. terapi Rencana terapi ARencana terapi BRencana terapi C

(Joko irianto, 2011)

Mekanisme dasar timbulnya diare ialah :1. Gangguan osmotikAkibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan ostomik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dalam elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.2. Gangguan sekresiAkibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.3. Gangguan motilitas ususHiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.Patogenesa Diare Karena VirusVirus yang terbanyak menyebabkan diare adalah rotavirus. Garis besarnya patogenesisnya adalah sebagai berikut :Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman, kemudian berkembang biak di dalam usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan di bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus bagian apikal akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang, yang berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi diare osmotik. Vili usus halus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna makanan pun akan berkurang. Pada saat ini biasanya diare mulai timbul, setelah itu sel retikulum akan melebar dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propia, untuk mengatasi infeksi sampai terjadinya penyembuhan (1).

Patogenesa Diare Karena BakteriBakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalamnya. Bakteri kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / labil toksin / LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / stabil / ST). sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP (cyclic adenosine monophospate) atau cGMP (cyclic guanosine monophospate) yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi kloride, netrium dan air dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorbsi natrium, kloride dan air dari lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam lumen (hiperosmolar). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (colon). Dan bila kemampuan penyerapan colon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan colon, maka akan terjadi diare.

Patogenesis Diare Akut Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasilmelewati rintangan asam lambung1. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus2. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)3. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diareFisiologi dan Patofisiologi Sebagai akibat diare, akut maupun kronis akan terjadi :1.Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).2.Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah).3.Hipoglikemia.4.Gangguan sirkulasi darah.Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan kemampuan penyerapan sampai 4400 ml sehari, bila terjadi sekresi cairan yang berlebihan dari usus halus (ileosekal). Bila sekresi melebih 4400 ml maka usus besar tidak mampu menyerap seluruhnya lagi, selebihannya akan dikeluarkan bersama tinja dan terjadilah diare. Diare dapat juga terjadi karena terbatasnya kemampuan penyerapan usus besar pada keadaan sakit, misalnya karena virus, disentri basiler, ulcus, tumor dan sebagainya.Setiap perubahan mekanisme normal absorbsi dan sekresi di dalam lumen usus halus, maupun usus besar (kolon) dapat menyebabkan diare, kehilangan cairan, elektrolit dan akhirnya terjadi dehidrasi.Secara garis besar diare dapat disebabkan oleh diare sekretorik, diare osmotik, peningkatan motilitas usus dan defisiensi umum, terutama IgA. Diare yan disebabkan oleh infeksi bakteri akan menyebabkan diare sekretorik.Makanan yang tidak diserap atau dicerna, misalnya laktosa (dari susu), merupakan makanan yang baik bagi bakteri. Laktosa ini akan difermentasikan oleh bakteri anerob menjadi molekul yang lebih kecil, misalnya H2, CO2 H2O, dan sebainya. Dan menyebabkan tekanan osmotik di dalam lumen usus meningkat. Keadaan dalam lumen usus yang hiperosmolar ini kemudian akan meyerap air dari intraseluler, diikuti peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi diare ostotik. Peristaltik usus juga dapat meningkat karena adanya zat makanan yang merangsang misalnya pedas, asam, terlalu banyak lemak, serat dan dapat juga karena terdapatnya toksin dalam makanan (food poisoning) yang akhirnya menyebabkan diare pula.Akhirnya immunodefisiensi baik selular maupun humoral terutama defisiensi IgA di dalam lumen usus akan menyebabkan diare karena ketidakmampuan usus untuk menetralisir enteropatogen dalam lumen usus. Bukan saja bakteri tetapi juga virus, parasit dan jamur dapat menyebabkan diare.Pengeluaran cairan, selain melalui anus dalam keadaan normal juga melalui ginjal berupa urin, juga melalui pori kulit berupa keringat dan melalui pernafasan berupa uap air. Dalam keadaan normal, pengeluaran air dari tubuh anak usia 0 2 tahun sekitar 100 ml sehari. Bila jumlah cairan yang masuk dan ke luar setiap hari selalu seimbang, tidak akan terjadi diare atau defisit cairan. Tetapi pengeluaran cairan melebihi pemasukan, seperti pada diare akan terjadi defisit cairan tubuh yang lebih dikenal dengan dehidrasi.

Gejala Klinis Mula mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah.Pada diare oleh karena intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lembung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :- Dehidrasi ringan- Dehidrasi sedang- Dehidrasi beratBerdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi :- Dehidrasi hipotonik- Dehidrasi isotonik- Dehidrasi hipertonikPada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen sampai soporokomatous).Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).Bila sudah ada asidosis metabolik, tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).Asidosis metabolik terjadi karena :1. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja2. Ketosis kelaparan3.Produk produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria atau anuria).4.Berpidahnya ion Na dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel5.Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma < 130 mEq/l, dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma 130 150 mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na dalam plasma > 150 mEq/l.Pemeriksaan Laboratorium1. Pemeriksaan tinjaa.Makroskopis dan mikroskopisb.pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila diduga intoleransi gula.c.Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.2.Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).3.Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.4.Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama bila ada kejang).5.Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

Komplikasi 1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).2.Renjatan hipovolemik.3.Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram).4.Hipoglikemi.5.Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan villi mukosa usus halus.6.Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.7.Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami kelaparan.Penyakit Penyerta pada Diare 1. KKP (Kurang Kalori Protein).KKP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan infeksi alat pencernaan. Sebaliknya diare akan menyebabkan absorbsi makanan terganggu dan berkurang sehingga akan menyebabkan bertambah beratnya derajat KKP penderita.2. Infeksi sistemikSeperti alat pernafasan, morbili, dan sebagainya.Selain dapat menyebabkan suhu penderita meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.3. Kejang Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah dehidrasi terjadi penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan elektrolit (terutama hipernatremi), hipoglikemi dan ensefalitis.PengobatanDasar pengobatan diare adalah :1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat).2. Dietetik (pemberian makanan).3. Obat obatan.Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni1. Jenis cairana.Cairan rehidrasi oral: oralit, larutan gula garam, dan sebagainya.b.Cairan parenteral: RL, DG aa (1 bagian lar. Darrow 1 bagian larutan Glukosa 5 %), DG 1 : 2, dan lain lain.2. Jalan pemberian cairana.Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik.b.Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum atau kesadaran menurun.c.Intravena untuk dehidrasi berat dan kegagalan terapi rehidrasi oralSejumlah pasien dengan dehidrasi ringan / sedang tidak dapat diobati secara memadai dengan oralit melalui mulut.Penderita ini harus diberikan terapi IV.Penderita dengan terapi oral biasa gagal karena :1.Tingginya tingkat kelahiran cairan (seringnya buang air besar dalam tinja caira dengan jumlah yang banyak).Beberapa penderita dengan tingkat kehilangan cairan yang tinggi mungkin tidak bisa minum cukup oralit untuk menggantikan kehilangan cairan yang berkelanjutan sehingga keadaan dehidrasi makin buruk. Beberapa penderita harus diobati selama beberapa jam dengan cairan IV sampai tingkat kehilangan cairan berkurang.2. Muntah terus menerusKadang kadang muntah yang berulang ulang menghambat berhasilnya rehidrasi oral.Jika tanda tanda dehidrasi tidak membaik atau makin memburuk, terapi IV diperlukan sampai muntahnya hilang.Muntah biasanya hilang ketika air dan elektrolit terganti.

3. Ketidakmampuan untuk minumBeberapa penderita tidak dapat minum oralit dalam jumlah yang tepat karena sakit atau radang pada mulut (contoh : campak, sariawan dan herpes), karena kelelahan atau mengantuk karena obat (seperti antiemetik atau obat antimotilitas). Terapi IV atau terapi nasogastrik diperlukan untuk penderita ini.4. Perut kembung atau ileusJika perut mulai kembung, oralit harus diberikan lebih lambat.Jika kembung bertambah atau jika ada bising usus, terapi IV diperlukan.Ileus paralitik (hambatan mobilitas isi perut) mungkin alasan kembung perut.Gejala ileus paralitik disebabkan oleh obat yang mengandung candu (kodein, loperamide), hipokalemia atau keduanya.5. Malabsorpsi glukosaKegagalan penyerapan glukosa yang bermakna secara khas adalah tidak biasa selama diare akut.Tetapi bila hal ini terjadi penggunaan oralit dapat menyebabkan bertambahnya diare dengan sejumlah besar glukosa yang tidak diserap dengan tanda tanda dehidrasi yang memburuk atau tes menunjukkan terdapat sejumlah besar glukosa pada tinja.Anak juga menjadi sangat haus.Cairan IV harus diberikan sampai diare hilang.

6. Jumlah cairan

Jumlah cairan=PWL + NWL + CWL

PWL= Previous Water Loss (ml/kgBB)(Jumlah cairan yang hilang, biasanya berkisar 5 15 % dari BB (ml / kgBB).NWL= Normal Water Loss (ml / kgBB)(Terdiri dari urin + jumlah cairan yang hilang melalui penguapan pada kulit dan pernafasan).CWL= Concomitant Water Loss (ml / kgBB)(Jumlah cairan yang hilang melalui muntah dan diare, kira kira 25 ml / kgBB / 24 jam).

Derajat DehidrasiPWLNWLCWLJumlah

Ringan5010025175

Sedang7510025200

Berat12510025250

JADWAL (KECEPATAN) PEMBERIAN CAIRANa. Belum ada dehidrasi-Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air besar.-Parenteral dibagi rata dalam 24 jam.b. Dehidrasi ringan-1 jam pertama : 25 50 ml / kgBB per oral / intragastrik-Selanjutnya : 125 ml / kgBB / hari atau ad libitum

c. Dehidrasi sedang-1 jam pertama : 50 100 ml / kgBB per oral / intragastrik.-Selanjutnya : 125/ml/kgBB/hari atau ad libitumd. Dehidrasi beratUntuk anak 1 bulan 2 tahun dengan BB 3 10 kg -1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 13 tts/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)-7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/jam atau 4 tts/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)-16 jam berikutnya : 3 tts/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)Cara lain adalah :-4 jam I diberikan 1/3 dari kebutuhan cairan yang telah diperhitungkan (6 x BB tts/mnt).20 jam II diberikan sisanya (3 x BB tts/mnt).

TABEL PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI PENDERITA (4)

INDIKATORABC

1. Lihat keadaan umumBaik, sadar* Gelisah, rewelLunglai/latergi, tidak sadar, lesu

- MataNormal CekungSangat cekung dan kering

- Air mataAdaTidak adaTidak ada

- Mulut dan lidahBasahKering Sangat kering

- Rasa hausNormal, tidak haus* Haus, minum dengan lahap* Malas minum, sedikit atau tidak bisa minum

2. Periksa turgor kulitKembali dengan cepatKembali dengan lambat* Kembali dengan lambat

3. Hasil pemeriksaanTanpa dehidrasiDehidrasi ringan, jika memiliki 2 / lebih tanda termasuk tanda*Dehidrasi berat, jika memiliki 2 / lebih tanda termasuk tanda *

Pemberian makanan pada penderita diare Pemberian makanan per oral diberikan setelah anak rehidrasi. Dengan cara ini penyembuhan pendertita dapat lebih cepat, dan kenaikan berat badan lebih baik walaupun frekwensi diare bertambah. Pada pelaksanaan dietetik, penderita diare akut dengan dehidrasi perlu diperhatikan faktor faktor sebagai berikut :a. Insiden diare pada bayi yang mendapat ASIb.Pemberian ASI sebaiknya diteruskan walaupun frekwensi intoleransi laktosa tinggi.Untuk anak < 1 tahun atau berat badan < 7 kg, diberikan ASI dan susu rendah laktosa dan asam lemak tidak jenuh seperti LLM, Elmiron, bubur susu. Sedangkan untuk anak > 1 tahun dengan berat badan > 7 kg, diberikan makanan padat atau makanan cair atau susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah. Buah yang dapat diberikan pada penderita diare adalah pisang, kalori dan pisang adalah 99 kcal dan kandungan kaliumnya 9,5 mmol/100 gram. Bila ada infeksi terutama diare maka kebutuhan kalori dan protein bertambah karena meningkatnya katabolisme protein tubuh. Pertumbuhan kalori dan protein untuk mengejar laju pertumbuhan (catch up growth) membutuhkan kenaikan kalori sekitar 30 % dan protein sekitar 100 % dari keadaan basal untuk menggantikan kehilangan selama diare, sedangkan kalium dibutuhkan untuk mengatasi hipokalemi. Pengobatan Medikamentosa1. AntibiotikaPada umumnya antibiotika tidak diperlukan pada semua kasus diare akut karena sebagian besar penyebab diare akut adalah Rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh oleh antibiotika. Hanya sebagian kecil saja (10 20 %) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti Vibrio Cholerae, Shigella, ETEC (Entero Toksigenic E. coli), Salmonella, Campilobakter dan sebagainya yang pada umumnya baru diketahui setelah dilakukan biakan, sedangkan hasil biakan baru datang setelah diare berhenti. Antibiotika diberikan jika penyebabnya jelas seperti : - Kolera diberikan Tetrasiklin 25 50 mg/kgBB/hari- Campylobakter diberikan Eritromisin 40 50 mg/kgBB/hari - Bila terdapat penyakit penyerta seperti :Infeksi ringan (OMA, faringitis) diberikan Penisillin Prokain 50.000 u/kgBB/hari.Infeksi sedang (bronkitis) diberikan Penisillin Prokain atau Ampisillin 50 mg/kgBB/hari.Infeksi berat (bronkopneumonia) diberikan Penisillin Prokain dengan Kloramphenikol 74 mg/kgBB/hari atau Ampisillin 75-100 mg/kgBB/hari ditambah Gentamisin 6 mg/kgBB/hari atau derifat Sefalosporin 30 50 mg/kgBB/hari.2. Anti DiareObat obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak beladona, codein, morfin, dsb) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, melipatgandakan pembiakan bakteri (over growth), gangguan digesti dan absorpsi lainnya. Obat ini hanya berkhasiat menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru akibatnya sangat berbahaya karena baik pemberi obat maupun penderita akan terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat yang akhirnya dapat fatal untuk penderita. 3. Absorben Obat obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pektin, charcoal (norit, tabonal), Bismuth Subsalisit, dan sebagainya telah dibuktikan tidak ada manfaatnya. Obat obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamit dan sebagainya tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya adalah kehilangan cairan (syok hipovolemik). Pengobatan yang paling tepat ialah pemberian cairan secepatnya.

4. Anti EmetikObat anti emetik seperti klorpromazin (largaktil) terbukti selain untuk mencegah muntah dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan melalui tinja. Pemberian dalam dosis kecil ( 0,5 1 mg/kgBB/hari) terutama penderita yang disertai muntah muntah hebat dapat diberikan. Obatanti piretik seperti preparat salisilat (Asetol, Aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/kgBB/hari) ternyata selain berguna untuk menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi penyerta, juga dapat mengurangi sekresi cairan yang keluar melalui tinja.

Penyebaran Kuman yang menyebabkan diareKuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain makan/minum yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa prilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, prilaku tersebut antara lain :1) Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencernaan oleh kuman, karena botol susah untuk dibersihkan.3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembangbiak.4) Menggunakan air minum yang tercemar. air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.5) Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyusui/menyuapi anak.6) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering menganggap bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus dan bakteri dalam jumlah besar.Sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diareBeberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit lain dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :1) Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap kuman penyebab diare seperti :shigella dan V cholerae2) Kurang gizi beratnya penyakit , lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama gizi buruk.3) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.4) Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (automune insufisiensi syndrom) pada anak imunosepresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama. 5) Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %).c. Faktor lingkungan dan prilakuPenyakit diare adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor yang dominan , yaitu saran air bersih dan sarana pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan prilaku manusia apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makan dan minum , maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

Asuhan keperawatan pada diare (B. Albert and Paul S, 2013)Masalah keperawatan yang prioritas terjadi pada anak diare adalah :Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya keseimbangan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia).Adapun tindakan keperawatan untuk menangani masalah yang timbul karena diare ini adalah:a. Mencegah terjadinya dehidrasiUntuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur, air sup.Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :1) Kebiasaan setempat dalam mengobati diare2) Tersedianya cairan sari makanan yang cocok3) Jangkauan pelayanan kesehatan4) Tersedianya oralit5) Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang di anjurkan, berikan air matang.b. Mengobati dehidrasiBila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat , yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan caiaran parenteral (IV) dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan dengan terapi oral. Untuk terapi oral atau dietik(pemberian makanan) yaitu :1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 Kg, biasanya jenis makanan yang dianjurkan yaitu susu (ASI atau susu formula), bubur susu atau nasi tim, atau susu khusus yang tidak mengandung laktosa. Dengan ketentuan yaitu :a) Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama anak-anak agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya BB. Berikan cairan termasuk oralitdan makanan sesuai yang dianjurkan.b) Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASIc) Anak yang minum susu formula harus diberikan lebih dari biasanya.d) Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit tapi sering.e) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihanBB anak.2) Sedangkan untuk anak di atas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 Kg, dianjurkan makanan padat atau cair dan susu sesuai dengan kebiasaan sehari-hari.a) Mengobati masalah lainPrinsip pengobatan diare ialah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dimana cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat.Secara tradisionil gula, air tajin, tepung beras dan lain-lain.Apabila ditemukan penderita diaredisertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan dehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare.

b) Upaya pencegahan diareUpaya pencegahan diare tersebut antara lain dengan melakukan pemberian ASI, memperbaiki makanan sapihan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dan cara yang benar membuang tinja bayi/balita. Fakta menunjukkan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat mengurangi risiko penyakit diare hingga mencapai 50 %.Cuci tangan pakai sabun adalah mencegah diare paling murah dan efektif (Suharyono, 2013).B. Prilaku Ibu (Pengetahuan dan Sikap) yang Mempengaruhi Terjadinya Diare1. Konsep Perilaku Menurut Notoadmojo (2008) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Perilaku kesehatan itu mencakup :a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit tersebut. Perilaku tersebut terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, misalnya makanan yang bergizi, olah raga.2) Perilaku pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk, imunisasi.3) Perilaku sehubungan dengan pencarian obat, misal ke poli gigi untuk berobat.4) Perilaku sehunbungan denagn pemulihan kesehatan, misal diet, mematuhi peraturan dokter.a. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, misal, dalam memilih menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan b. Perilaku terhadap makanan, misal dalam memilih konsumsi makanan.c. Perillaku terhadap lingkungan kesehatan, misal perilaku sehubungan dengan air bersih, pembuangan air kotor, pembuangan limbah, kondisi rumah sehat, pembersihan sarang-sarang.Menurut Benyamin Bloom dalam Notoadmojo, 2008.perilaku dibagi dalam 3 domain yaitu : a. Pengetahuan peserta didik terhadap pendidikan yang diberikan (knowledge).b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidik yang diberikan (practice).2. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Adapun tingkat pengetahuan di dalam demain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :1) Tahu (Know)Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.2) Comprehention (memahami)Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.3) AplikasiDiartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisis Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.5) Sintesis Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.6) Evaluasi Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.Menurut Green dalam Notoatmodjo, 2010. Pengetahuan ini berpengaruh terhadap sikap seseorang sesuai dengan pemikirannya, jika positif akan menimbulkan sikap positif demikian juga sebaliknya, pada hakikatnya pengetahuan merupakan semua yang diketahui manusia tentang objek tertentu. Menurut Sarwono, 2010 yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang akan bertambah dengan diperolehnya informasi-informasi tertentu sehingga akan terjadi peningkatan pengetahuan. Dengan peningkatan pengetahuan tersebut maka akan terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri individu yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu.Tingkat pengetahuan menurut (Arikunto S, 2010) yaitu :0 : baik (76% - 100%)1 : cukup (56% - 75%)2 : kurang (< 56%) 3. Sikap (Attitude)Menurut Saifuddin Azwar, 2010. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam S Azwar, 2010 salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka tau tingkah laku yang terbuka. Sikap ini memiliki 3 komponen pokok yaitu :a. kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek.b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap obyek.c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total attitude).Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting. Menurut Saifuddin, 2010 bahwa sikap juga dipengaruhi oleh faktor eksteren dan intern salah satunya pengalaman. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Pendapat Azwar, 2008 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu yaitu :a. Pengalaman pribadiApa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap suatu stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologi. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap yang positip atau yang negatip, akan tergantung pada berbagai faktor lain.b. Pengaruh orang lain yang dianggap pentingOrang lain merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap seseorang. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindar konflik dengan orang lain yang dianggap penting. c. Pengaruh kebudayaanKebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorangd. Media massaSebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Adanya informasi mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah kecenderungan untuk bertindak. (konoatif).e. Lembaga pendidikan dan lembaga agamaLembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.f. Pengaruh faktor emosionalSuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.Dari teori sikap ada yang dinamakan pernyataan yang ditulis mengikuti kaidah yang benar melalui penskalaan dan seleksi item, akan menjadi isi suatu skala sikap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap.Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang favorable.Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak diungkapkan.Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang unfavorable.Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable dalam jumlah yang kurang lebih seimbang.Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif atau semua negatif yang dapat mendatangkan kesan seakan-akan isi skala yang bersangkutan seluruhnya memihak atau sebaliknya seluruhnya tidak mendukung objek sikap. Variasi pernyataan favorable dan unfavorable akan membuat responden memikir lebih hati-hati isi pernyataannya sebelumnya memberikan respon sehingga stereotipe responden dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2008).C. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian DiarePenyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan.Ada 2 faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia yang tidak sehat. Karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.(FK.UI, 2013).Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan dan sebagainya.(Ridwan, 2013).Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu sikap ibu yang tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB dan sebelum menjamah makanan. (Depkes RI, 2013).D. Hipotesis- Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupang- Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Sumgai Kupang.

BAB IIIGAMBARAN UMUM

A. KEADAAN UMUM1. GEOGRAFISPuskesmas Perawatan Sungai Kupang secara administrasi terletak di Ibukota Kecamatan Kelumpang Hulu yaitu JL.P.Adipati Rt.06 Desa Sungai Kupang, yang merupakan satu-satunya Puskesmas di Kecamatan Kelumpamng Hulu, yang mempunyai Luas Wilayah kerja + 533,44 Km persegi yang terdiri 10 buah desa yaitu Desa Sungai Kupang, Desa Benua Lawas, Desa Sidomulyo, Desa Karang Payau, Desa Karang Liwar, Desa Bangkalaan Melayu, Desa Bangkalaan Dayak, Desa Cantung Kiri Hilir, Desa Magkirana Dan Desa Laboran.Puskesmas Sungai Kupang terletak pada 30 mil arah barat laut dari Ibukota Kabupaten Kotabaru. Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang berbatasan langsung dengan wilayah sebelah utara dengan kecamatan sungai durian, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan kelumpang barat, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan kelumpang selatan dan kecamatan batulicin (kabupaten tanah bumbu) dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan hampang.

2. DEMOGRAFISJumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang tahun 2014 adalah sebesar 14.331 jiwa, balita 1.305 jiwa, bayi 287 jiwa, jumlah KK 4.125 jiwa sedang distribusi penduduk tiap desa dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1Data Jumlah Penduduk PerdesaDiwilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai KupangTahun 2014

NoDesaJumlahPendudukKKBalitaBayiLuas wilayah( Km2 )

12345678910Sungai KupangSidomulyoMangkiranaCantung Kiri HilirBanua LawasKarang PayauKarang LiwarBangkalaan MelayuBangkalaan DayakLaboran492110232568619251163774224216015651363303702512583302306505421284399157777710361207141529720111717231446311152,6825,1629,5952,6840,5543,2147,9481,09164,2651,79

JUMLAH1433141251305287533,44

Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang

3. TRANSPORTASILuas wilayah Puskesmas Perawatan Sungai Kupang 533,44 Km persegi dengan jarak tempuh dari Puskesmas Perawatan Sungai Kupang ke Posyandu / Desa yang paling dekat sekitar 400 meter yaitu ke Posyandu Mawar Desa Sungai Kupang, dan jarak tempuh paling jauh sekitar 82 KM, yaitu ke Posyandu Sedap Malam di Dusun Lipon Desa Bangkalaan Dayak dengan kondisi jalanan poros beraspal dan sebagian jalan desa pengerasan, semua pusat pemerintahan desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua.4. PENDIDIKANBerdasarkan data yang ada di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, tingkat pendidikan masyarakat berpariasi, mulai dari tidak sekolah, Sekolah Dasar, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.Namun jumlah secara pasti datanya belum lengkap namun dilihat dari sarana pendidikan yang berjumlah 27 buah yang tersebar di ke 10 desa.Untuk selanjutnya dapat dilihat pada tabel 2.2.dibawah ini.

Table 2.2Data Sarana PendidikanDiwilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai KupangTahun 2014

NODESATKSDSMPSMA

1Sungai Kupang3321

2Benua Lawas1

3Sidomulyo11

4Karang Payau1

5Karang Liwar111

6Bangkalaan Dayak13

7Bangkalaan Melayu23

8Cantung Kiri Hilir1

9Mangkirana1

10Laboran1

JUMLAH71632

Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang

5. SOSIAL BUDAYADalam upaya membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu diperhatikan berbagai factor sosial budaya masarakat. Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, ada beberapa kelompok yang menjadi komponen sosial budaya antara lain dukun beranak, LKMD yang ada di tiap desa, kelompok PKK dan lain lain. 6. MATA PENCARIANBerdasarkan data yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang pada tahun 2014, sumber mata pencarian masyarakat sebagian besar petani sawah, petani dengan ladang berpindah, perkebunan, nelayan, mencari kayu kehutan dan Pegawai Negeri Sipil

7. LABORATORIUMALUR PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS

POLI UMUM

RAWATINAPRUANG MTBS

PASIEN PULANGRUANG PENDAFTARANKLINIK SANITASIPASIENDATANG

RUANGOBAT

RUANG BUMIL/KB

POLI GIGI

B. KEADAAN SUMBER DAYA 1. TENAGA KESEHATANUpaya kesehatan membutuhkan sumber daya manusia yang memadai, kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan akan memberikan dampak kepada peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, jumlah tenaga yang ada sebanyak 34 orang yang terdiri dari 32 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT). Untuk melihat jenis tenaga dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.3 Data Jumlah Tenaga Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang Tahun 2014

No

Jenis KetenagaanStatus

Jumlah

PNSPTTHonor

12345678910111213Dokter UmumDokter GigiSarjana Kes.MasyarakatApotekerAsisten ApotekerPerawat ( S1/D3/SPK)D3 Bidan D3 KeslingPerawat GigiTenaga LabolatoriumPekarya KesehatanD3 GiziSPPH21211117121112

112121112821112

JUMLAH34

Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang2. SARANA KESEHATANSarana kesehatan sebagai salah satu sumber daya kesehatan dewasa ini terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Adapun sarana kesehatan di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang Tahun 2014 adalah sebagai berikut :Tabel 2.4 Jumlah Pustu, Polindes dan Posyandu Tahun 2014

NONAMA SARANA KESEHATANJUMLAH

1234PuskesmasPuskesmas PembantuPolindesPosyandu15316

Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Desain PenelitianJenis penelitian ini menggunakan penelitian survei analitik dengan menganalisa dinamika korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat dengan rancangan Cross Sectional dimana variable independent / bebas (pengetahuan ibu dalam memanfaatkan air bersih) dan variable dependent / terikat (kejadian diare pada balita) di teliti atau diukur pada saat yang sama dengan menggunakan lembar kuesioner / wawancara (Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan Sampel Penelitian1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Suharsimi Arikunto, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita yang berobat di Puskesmas Sungai Kupang sebanyak 100 balita.2. Sampel

n2 = n1 = Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan caraSimple Random Sampling, dimana seluruh ibu yang memiliki anak balita yang berobat Puskesmas Sungai Kupang berkesempatan menjadi sampel. Besarnya sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2005).

n =

Keterangan :N = besar populasin = besar sampeld = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)Alasan menggunakan rumus tersebut karena jumlah subyek lebih dari 100 dan kurang dari 10.000Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka besarnya sampel adalah sebagai berikut :

n = Jadi besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 responden.C. Instrumen PenelitianDalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa lembar pertanyaan (kuesioner) yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada responden. Dalam memberikan jawaban, responden cukup memiliki salah satu jawaban yang telah tersedia pada kuesioner tersebut.

D. Variabel dan Definisi Operasional PenelitianDalam penelitian ini ada dua variabel yang akan dilakukan penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau independen adalah variabel yang dapat menyebabkan perubahan atau akibat pada variabel lain (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas / independen adalah tingkat pengetahuan ibu dalam memanfaatkan air bersih sedangkan variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dapat terpengaruh / berubah-ubah (akibat) sesuai dengan perubahan yang terjadi pada variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat / independen adalah kejadian diare pada balita di desa Sungai Kupang wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kupang.

1. Definisi OperasionalTabel 3.1 Definisi OperasionalNoVariabelDefinisi OperasionalAlat Ukur / Cara UkurKategoriSkala

1Variabel bebasPengetahuanPemahaman responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit diareKuesioner/wawancara diukur dari 7 pertanyaan masing-masing pertanyaan. apabila jawaban benar nilai 1 dan bila jawaban salah nilai 0. total nilai jawaban 0-71. Tinggi apabila jawaban benar > 75 %2. Rendah, apabila jawaban benar 75 %(Nursalam, 2007)Ordinal

2Variabel terikatKejadian diareBuang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair seperti air 4 kali atau lebih perhariWawancara langsung kepada responden1. Diare 1. Tidak diare Ordinal

E. Tempat dan Waktu Penelitian1. Tempat Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sungai Kupang 2. Waktu Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2015

F. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian1. PengukuranPengukuran untuk pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan alat atau instrumen kuesioner.Kuesioner sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh suatu data yang sesuai dengan tujuan penelitian.2. Pengamatan VariabelPengamatan variabel dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada ibu yang mempunyai anak balitadan berobat di Puskesmas Sungai Kupang.G. Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan dari penelitian.Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.1. Data PrimerUntuk memperoleh data primer, dilakukan wawancara langsung menggunakan alat bantu kuesioner .

2. Data SekunderData sekunder diperoleh dari Puskesmas berupa data dinding, buku registrasi pasien maupun buku laporan bulanan dan tahunan penyakit diare tahun 2014

H. Teknik dan Analisa Data yang dipakai1. Teknik Pengolahan DataPengolahan data dalam penelitian ini, yaitu dilakukan melaui beberapa tahapan (Nasrul Effendy, 1998) yaitu sebagai berikut :a. Editing, yaitu proses pemeriksaan dan menyesuaikan data dengan rencana semula.b. Coding, yaitu proses pemberian kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi angka.c. Sorting, yaitu proses pensortiran dengan cara memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendak (klasifikasi).d. Entry data, yaitu proses memasukkan data dalam variabel sheet dengan bantuan komputer.e. Cleaning, yaitu proses pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah benar atau belum.Setelah prosentase diketahui, kemudian hasilnya diinterpretasikan dengan kriteria atau klasifikasi menurut sebagai berikut :a. Klasifikasi Nilai Variabel Tingkat PengetahuanKlasifikasi NilaiKategori Tingkat Pengetahuan

> 75 %Pengetahuan Tinggi

75 %Pengetahuan Rendah

2. Analisa DataAnalisa UnivariatDalam analisa Univariat, data-data akan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi sehingga akan tergambar fenomena-fenomena yang berhubungan dengan variabel yang diteliti.Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : (Suharsimi Arikunto,1998).

X2 =

Keterangan :X2 = Chi Square/Kai Kuadratf0 = frekwensi yang diperoleh berdasarkan datafh = frekwensi yang diharapkanHipotesis statistik menyatakan bahwa Ho ditolak bila p < Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diteliti.Sedangkan Ho diterima bila p > yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna variabel bebas dengan variabel terikat yang diteliti.Analisa data menggunakan bantuan software komputer.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian1. Analisa Univariata. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan diPuskesmas Sungai Kupang Tahun 2015.Pengetahuan responden adalah kemampuan responden untuk mengingat dan dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan penyakit diare, dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Gambaran distribusi responden menurut pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Desa Sungai Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kupang Tahun 2015Pengetahuann%

Tinggi1640%

Rendah2460%

Jumlah40100,00

Berdasarkan tabel 4.4 didapatbahwa responden yang tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 16 orang (40%). Sedangkan yang berpengetahuan rendah sebanyak 24 orang (60%).

Tingkat PengetahuanKejadian DiareJumlahp ValueOR(95%-CI)

DiareTidak Diare

n%n%n%p = 0,000,048(0,009-0,250)

Tinggi416%1280%16100

Rendah2184%320%24100

Jumlah25100%15100%40100

B. PembahasanHubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada BalitaBerdasarkan hasil yang didapat di atas dapat diketahui bahwa 60 % responden memiliki pengetahuan rendah dengan 84% nya mengalami diare, 40% memiliki pengetahuan tinggi dengan 16 % mengalami diare. Dari penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-square nilai p = 0,00 atau kurang dari nilai = 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita.Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Depkes RI (2012) bahwa, penyakit diare merupakan suatu penyakit yang hanya berbasis lingkungan. Ada dua faktor yang dominan yang berhubungan dengan diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Dimana kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Ada juga pendapat lain menurut Amirudin, 2011 secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Berdasarkan dua pendapat di atas bahwa perilaku manusia yang dapat menyebabkan terjadinya diare .Sesuai dengan pendapat Notoadmojo, 2003 bahwa perilaku dibagi menjadi 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang ada, karena dalam penelitian variable independent penelitian yaitu pengetahuan ada hubungannya dengan variable dependen yaitu kejadian diare.Akan tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2013) yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang akan bertambah dengan diperolehnya informasi-informasi tertentu sehingga akan terjadi peningkatan pengetahuan. Dengan peningkatan pengetahuan tersebut maka akan terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri individu yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu. Dari hasil penelitian ini diantara sampel ternyata balita yang menderita diare hanya sedikit, ini dikarenakan, bahwa diare penyakit yang berbasis lingkungan. (Depkes RI, 2013). Kejadian diare terjadi tergantung musim, biasanya musim penghujan.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan penelitian dan pembahasan Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kupang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kupang tahun 2015 (p = 0,00).

B. SaranBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti ingin memberikan saran kepada semua pihak yang terkait antara lain kepada :1. Akademik Untuk dapat mencari faktor penyebab yang lain yang berhubungan dengan diare yang lebih mendukung.

2. PuskesmasSebagai informasi bahwa pengetahuan ibu tentang diare mempengaruhi tingkat kejadian diare pada balita Hal ini dapat menjadi dasar untuk meningkatkan peran puskesmas sebagai pemberi informasi kesehatan pada layanan primer untuk meningkatkan sikap ibu dalam menghadapi diare . Untuk itu, sebagai penindak lanjut yaitu lebih meningkatkan mutu pelayanan khususnya pada bagian Kesling (Kesehatan Lingkungan) dengan tujuan dapat mengurangi kejadian diare pada balita. Sesuai dengan teori bahwa diare penyakit yang berbasis lingkungan. 3. Bagi Peneliti LainDiharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mengembangkan penelitian dengan variabel-variabel lain yang lebih inovatif mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita.

DAFTAR PUSTAKAArikunto S, MetodologiPenelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta : 2013.Asnil P, Noerasid H, Suraatmadja S. Gastroenteritis akut. Dalam: Suharyono, Boediarso aswitha, Halimun EM (editors). Gastroenterologi anak praktis.Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2010. 51-68Azwar S, MA, Drs, Sikap Manusia Teori dan pengukurannya, Edisi ke 2, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta : 2011B Albert and Paul S, Penyakit dan Penanggulangannya, Penerbit Widiya Medika (KNAPP), Jakarta : 2012.Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor A. H. Markum dkk, BP FKUI. Jakarta, 1996 : 448 446.Chandra, Budiman, 2006 ,Pengantar Kesehatan Lingkungan, Buku kedokteran EGC, Jakarta.Depkes RI, 2010.Buku Pedoman Pelaksanaan Penyakit Diare Dipuskesmas, Jakarta.Depkes RI, 2011. Buku Pedoman Pelaksanaan Penyakit Diare, Jakarta.Depkes RI, 2013, Infeksi Saluran Pencernaan, available from : www. Mediaindonesiaonline. Com, 2013..Depkes RI, 2014.Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Dit.P2ML-ditjen PPM dan PLP, Jakarta.Gastroenterologi Anak Praktis : Editor Suharyono, Aswitha Boediarso, EM. Halimun, BP FKUI, Jakarta, 1988 : 51 69.Irianto J, Prediksi Keparahan Diare 2014, diakses dari : www.adobe acrobat document. Com, diperoleh tanggal 27 september 2008.Marat, Perilaku Manusia Pengantar Singkat Tentang Psikologi, Penerbit refika ADITAMA, Bandung : 2010.Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta : 2008.Notoadmojo S. Dr, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta : 2010Notoatmodjo S, 2003 ,Ilmu Kesehatan Masyarakat , Rineka Cipta, Jakarta.Notoatmodjo S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan ketiga, Rineka Cipta, Jakarta.Notoatmodjo S, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.Puskesmas Sungai Kupang, 2014, Buku Register Poli Anak Puskesmas Sungai Kupang, Puskesmas Sungai kupang, Kotabaru.Puskesmas Sungai Kupang, 2014, Laporan Tahunan Puskesmas Sungai Kupang, Puskesmas Sungai kupang, Kotabaru.Sintari, 2007, Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Dalam Memanfaatkan Air Bersih Dengan Kejadian Diare Pada Balita Dikelurahan Selat Hilir Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor Husein Alatas dan Rusepno Hasan, BP FKUI, Jakarta, 1985 : 283 : 312.

Lampiran 1

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PENANGANAN DIARE PADA BALITA

I.. Lembar kuesioner pengetahuanPetunjuk Pengisian Kuesioner 1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.2. Isilah data pribadi ibu terlebih dahulu.3. Isilah pertanyaan di bawah in dengan sebenarnya.4. Untuk jenis pertanyaan frekuensi dan pengetahuan beri tanda ( x ) pada jawaban yang ibu anggap benar.5. Lembar kuesioner ini dikembalikan setelah mengisi seluruh pertanyaan.Data pribadi responden1. Nama:2. Umur:3. Alamat:4. Pendidikan:

1. Apakah anak ibu mengalami diare :a.yaB.tidakB. Pengetahuan 1. Menurut ibu diare itu berak pada balita lebih dari ........kali/hari :a. 1 kali/harib. susah buang air besarc. 3 kali/hari2. Menurut ibu diare pada balita disebabkan oleh kecuali :a. Makanan dan minuman yang kurang bersihb. Keadaan lingkungan yang kotorc. Memberikan ASI dari umur 4 6 bulan3. Saat ibu tahu anak ibu diare, biasanya keadaan beraknya :a. Keras berbentuk, kuning kecoklatan, berbahu khasb. Lembek berbentuk, keciklatanc. Cair berlendir, kuning kehijaun, berbahu khas4. Kondisi anak ibu apabila terkena diare, maka akan tampak keluhan yang pertama yaitu :a. Anak rewel, gelisahb. Anak rewel, suhu tubuh panas,c. Anak rewel, suhu tubuh panas, kurang nafsu makan/tidak sama sekali, dan gelisah5. Menurut ibu pemberian susu formula dengan menggunakan botol dapat menyebabkan diare karena :a. Botol susu susah untuk dibersihkanb. Terbuat dari plastikc. Susu basi yang menyebabkan diare6. Sebaiknya membuat susu formula dengan menggunakan botol, ibu harus mencuci botol susu dengan air panas lau dikeringkan dan sebelum membuatnya ibu harus cuci tangan terlebih dahulu. Menurut ibu pernyataan diatas benar atau salah penjelasanya, karena :a. benar, karena pencucian botol susu harus dengan air hangatb. benar, karena dengan mencuci tangan dpat menghilangkan kuman c. salah, karena terlalu merepotkan7. Apa yang ibu lakukan bila anak ibu terkena diare :a. Ke Puskesmas/RS langsung b. Diberi air gula dicampur garam sedikit ( oralit buatan )c. Membeli obat di warung 8. Apa yang telah ibu lakukan untuk menghindari diare berulang pada anak ibu :a. Memberikan ASI penuh hingga umur 6 bulanb. Mencuci tangan sebelum membuat susu formulac. Pencucian botol suus dengan menggunakan air panas lalu dikeringkan9. Apa yang ibu pikirkan jika diare pada anak ibu tidak sembuh dalam waktu yang singkat :a. Dehidrasi b. Kematian c. Pertumbuhan anak ibu terganggu10. Obat obatan apa saja yang ibu tahu untuk mengobati diare anak ibu :a. Oralit b. Paracetamol c. Vitamin C11. Menurut ibu pemakaian air yang tidak bersih dapat menimbulkan diare atau tidak, mengapa :a. Ya, Kemingkinan tercemar tinja, karena jarak septiteng dengan sumur kurang dari 10 meter.b. Tidak, karena air sebelum dikonsumsi dimasak terlebih dahuluc. Ya, karena air yang diperoleh dari sumur yang tidak menurut kriteria kesehatan12. Apa yang dapat ibu lakukan apabila anak ibu diare sebelum dibawa ke PKM, untuk mengganti oralit. Sedangkan di rumah ibu habis gula :a. Menunggu sampai besok untuk ke PKMb. Air tajinc. Air garam13. Apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi diare pada anak ibu yang telah mengalami diare berulang :a. Membuat oralit buatan, untuk sementara menunggu berobat ke PKMb. Mengkonsumsi air yang bersumber dari sumur sesuai kriteria sehatc. Memasak air hingga 100 C14. Apakah ibu mengetahui, apa itu dehidrasi :a. Lanjutan dari diareb. Kehilangan cairan tubuh yang berlebihan karena diare tidak teratasic. Suhu tubuh panas, karena diare15. Menurut pemikiran ibu, diare adalah penyakit yang bagaimana :a. Biasa sajab. Berbahaya dan dapat menyebabkan kematianc. Penyakit yang sering diderita anak anak16. Bila anak ibu yang masih berumur 2-3 tahun sering mengalami diare, menurut ibu apa yang akan dialami oleh anak ibu untuk kehidupan selanjutnya :a. Terganggu pola makanb. Terganggu pola buang air besarc. Terganggu tumbuh dan perkembangan anak17. Kondisi rumah dikelilingi oleh selokan, dan banyak sampah bertumpuk. Apa yang akan ibu lakukan dengan kondisi rumah seperti itu untuk menghin dari diare :a. Membuang sampah dan selokan ditutup dengan kayu,agar penyebaran kuman tidak terjadib. Memindahkan sampahnya di salah satu pojok selokanc. Setiap hari selokannya dibersihkan agar penyebaran kuman oleh lalat tidak terjadi18. Saat anak ibu mengalami diare, makanan seperti apakah yang baik untuk diberikan :a. Makanan padatb. Makanan cair c. Makanan lembek 19. Saat anak ibu mengalami diare, biasanya kondisi anak ibu akan seperti :a. Tidak napsu makan b. Suhu tubuh tinggic. Rewel 20. Menurut ibu diare dapat dicegah, apabila ibu dan keluarga bersikap dan bertindak sehat :a. Yab. Tidakc. Ya, harus