z-score
-
Upload
rey-siallagan -
Category
Documents
-
view
1.077 -
download
0
Transcript of z-score
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 1/83
ANALISIS KETEPATAN PREDIKSI POTENSI
KEBANGKRUTAN MELALUI ALTMAN Z-SCOREDAN HUBUNGANNYA DENGAN HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG LISTING
DI BURSA EFEK JAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
APRILIA NUGRAHENI
NIM 3351401110
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN EKONOMI
2005
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 2/83
1
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 27 Desember 2005
Penguji Skripsi
Drs Sukirman, Msi
NIP. 131967646
Anggota I Anggota II
Drs. Subowo, MSi Drs. Agus Wahyudin, MSi
NIP.131658236 NIP. 131404311
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs Sunardi, MM
NIP.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 3/83
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Subowo, MSi Drs. Agus Wahyudin, MSi
NIP.131658236 NIP. 131404311
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi
Drs Kusmuryanto, MSi
NIP. 131404309
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 4/83
3
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 27 Oktober 2005
Aprilia Nugraheni
NIM. 3351401110
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 5/83
4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
◊ Hidup adalah sebuah pilihan, konsekuensi dan risiko harus diterima, maka
bijaksanalah dalam membuat pilihan hidup. (Olive, 2005)
◊ Kesalahan terbesar yang kita perbuat dalam hidup adalah takut membuat
kesalahan (Resonansi, Suara Merdeka)
◊ Me against the world, i’ll prove it that they’re wrong jugde me (Simple
Plan)
Karya ini saya persembahkan
Untuk Allah SWT yang senantiasa melimpahkan karuniaNya
Untuk ayah ibu bertiga atas doa yang tidak putus-putusnya
Untuk calon suamiku tercinta yang selalu memberiku kebahagiaan
Untuk sahabat-sahabatku yang telah memberiku semangat dan dukungan
Julia, Umi, Warti, Intan, Mei Istianah, Dewi dan semua sahabatku di Akuntansi A
dan Akuntansi B
Untuk anak-anak KOST VIOLLETA tercinta, terima kasih atas segala keceriaan
yang kita alami
Untuk semuanya SELAMAT BERJUANG, SEMANGAT !!
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 6/83
5
PRAKATA
Puji Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “ Analisis Ketepatan Prediksi Potensi Kebangkrutan
Melalui Altman Z-Score dan Hubungannya Dengan Harga Saham Pada
Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi strata satu pada Jurusan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang. Tidak sedikit hambatan yang dihadapi baik dalam
penelitian maupun penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Drs H Ari Tri Sugito SH, MM, Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Drs. Sunardi MM, Dekan Fakultas Ilmu Sosial
3. Drs. Kusmuryanto M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi
4. Drs. Subowo M.Si, Kaprodi Akuntansi sekaligus Dosen Pembimbing I atas
bimbingan yang telah diberikan.
5. Drs. Agus Wayudin M.Si, Dosen Pembimbing II atas bimbingan yang
diberikan.
6. Drs. Sukirman M.Si, yang telah menguji dan membimbing demi
kesempurnaan hasil penelitian ini.
7. Ayah ibu bertiga atas doa yang tidak putus-putusnya.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 7/83
6
Semoga segala kebaikan yang diperbuat mendapat balasan dari Allah SWT
dengan seluruh rahmat dan hidayah yang tiada terbatas dan terduga.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Semarang, 27 Oktober 2005
Penulis
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 8/83
7
SARI
Aprilia Nugraheni. 2005. Analisis Ketepatan Prediksi Potensi Kebangkrutan Melalui Altman Z-Score dan Hubungannya Dengan Harga Saham Pada
Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta. Jurusan Ekonomi.
Program Studi Akuntansi . Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
95 h.
Kata Kunci : Altman Z-Score, Kebangkrutan, Harga Saham
Perbankan adalah salah satu sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia.
Perkembangan baru dunia perbankan Indonesia dimulai pada tahun 1997 dimana
terjadi krisis ekonomi yang parah yang berdampak negatif pada perusahaan
perbankan yang bahkan beberapa perusahaan harus mengalami kebangkrutan.
Indikator kebangkrutan dapat dilihat melalui informasi keuangan yang terdapat
dalam laporan keuangan. Dan prediksi mengenai potensi kebangkrutan yangmungkin dialami perusahaan dapat menggunakan model Altman Z-Score.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana
metode Altaman Z–Score digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan
bank ? (2) Bagaimana hubungan antara potensi kebangkrutan bank dengan harga
saham di perusaaan-perusahaan perbankan tersebut ?. Penelitian ini bertujuan (1)
Untuk membuktikan bahwa metode Altman Z-Score dapat digunakan untuk
memprediksi potensi kebangkrutan bank (2) Untuk mengetahui hubungan antara
potensi kebangkrutan bank dengan harga saham di perusahaan-perusahaan
tersebut.
Sampel dalam penelitian ini adalah 17 perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1999-2003. Dua variabel yang dikaji
dalam penelitian ini adalah Altman Z-Score dan harga saham. Alat pengumpulan
data pada penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi yang diambil dari
laporan keuangan perbankan dan buku-buku yang menunjang. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Altman Z-Score dan Korelasi
Product Moment dari Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama lima tahun berturut-turut nilai
Z-Score yang dimiliki oleh semua perusahaan perbankan masih dibawah 1,2
sehingga berada di wilayah ketiga yaitu yang diprediksi mengalami
kebangkrutan.Namun pelaksanaan di Indonesia banyak kebijakan dari pemerintah
dan banyak faktor yang mempengaruhinya sehingga bank yang diprediksi bangkrut kenyataanya masih menjalankan kegiatan operasi perbankan. Hasil
penelitian yang lain menunjukkan bahwa potensi kebangkrutan Altman Z-Score
berhubungan dengan harga saham dengan adanya korelasi sebesar 22,6 % dengan
taraf kepercayaaan 95 %.
Simpulan hasil penelitian ini bahwa Altman Z-Score bisa diterapkan untuk
memprediksi potensi kebangkrutan di Indonesia walaupun banyak perusahaan
yang masih aktif yang dikarenakan oleh kebijakan pemerintah. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat bagi mahasiswa dan peneliti lanjutan agar
dapat menyempurnakan penelitian selanjutnya.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 9/83
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
PRAKATA ........................................................................................................ vi
SARI ................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kebangkrutan ................................................................................ 8
2.2 Prediksi Potensi Kebangkrutan Dengan Model Altman Z-Score 14
2.3 Harga Saham
2.3.1 Pengertian Saham ............................................................. 18
2.3.2 Harga Saham .................................................................... 19
2.3.3 Penilaian Harga Saham .................................................... 20
2.4 Kerangka Berfikir ........................................................................ 26
2.5 Hipotesis ...................................................................................... 32
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 10/83
9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek dan Subjek Penelitian
3.1.1 Objek Penelitian ............................................................... 33
3.1.2 Subjek Penelitian .............................................................. 33
3.2 Variabel Penelitian
3.5.1 Z-Score ............................................................................ 34
3.5.2 Harga Saham .................................................................... 35
3.3 Sumber Data ................................................................................ 36
3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 36
3.5 Metode Analisis Dan Pengolahan Data
3.5.1 Metode Analisis Data
1. Model Altman Z-Score .............................................. 37
2. Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov Smirnov .. 38
3. Analisis Korelasi Product Moment ........................... 38
4. Koefisien Determinasi ............................................... 40
5. Uji Hipotesis ............................................................. 40
3.5.2 Metode Pengolahan Data ................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Perusahaan ................................................................. 42
4.2 Deskripsi Variabel Penelitian
4.2.1 Altman Z-Score .............................................................. 46
4.2.2 Harga Saham ................................................................... 53
4.3 Ketepatan Prediksi Altman Z-Score ........................................... 54
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 11/83
10
4.4 Hasil Analisis Data
5.1 Uji Normalitas Data Kolmogorov Smirnov ................... 58
5.2 Analisis Korelasi Product Moment ................................ 58
5.3 Koefisien Determinasi .................................................... 58
5.4 Uji Hipotesis .................................................................. 59
4.5 Pembahasan ................................................................................ 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ..................................................................................... 65
5.2 Keterbatasan ............................................................................... 66
5.3 Saran ........................................................................................... 66
Daftar Pustaka .................................................................................................... 67
Lampiran-lampiran ............................................................................................ 69
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 12/83
11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan merupakan lembaga yang dapat dipergunakan sebagai
tempat sumber dana, penyimpanan dana dan mitra bagi perusahaan yang
go public (Indriyo,2002:4). Menurut Undang-Undang Perbankan No 10
Tahun 1998, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Masih dalam UU No 10 Tahun 1998,
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup orang banyak.
Babak baru perkembangan kondisi perbankan di Indonesia diawali
dengan adanya krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Krisis
moneter di Indonesia diawali dengan adanya krisis nilai tukar bath di
Thailand pada tanggal 2 Juli 1998. Faktor yang mempercepat terjadinya
krisis antara lain adalah hilangnya kepercayaan masyarakat, besarnya
utang luar negeri yang segera jatuh tempo dan perdagangan internasional
yang kurang menguntungkan. Terpuruknya kepercayaan ke titik nol
membuat rupiah yang ditutup pada level Rp 4.850 per dollar US pada
tahun 1997 meluncur dengan cepat ke level Rp 17.000 per dollar US pada
22 Januari 1998.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 13/83
12
Krisis yang membuka borok-borok kerapuhan fundamental
ekonomi ini dengan cepat merambah ke semua sektor. Anjloknya rupiah
menyebabkan pasar uang dan pasar modal rontok, bank-bank nasional dan
internasional mengalami kesulitan besar bahkan surat utang pemerintah
terus merosot ke level di bawah junk atau menjadi sampah. Puluhan
bahkan ratusan perusahaan mulai dari skala kecil hingga konglomerat
bertumbangan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar
modal juga insolvent atau notabene bangkrut.
Sektor yang paling terpukul terutama adalah sektor konstruksi,
manufaktur dan perbankan. Di pasar uang, dinaikkannya suku bunga
Serifikat Bank Indonesia (SBI) menjadi 70,8 % dan Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU) mrnjadi 60 % pada Juli 1998 (dari masing-masing 10,87 %
dan 14,75 % pada awal krisis) menyebabkan kesulitan bank semakin
memuncak. Perbankan mengalami negative spread dan tidak mampu
menjalankan fungsinya sebagai pemasok dana ke sektor riil.
Krisis moneter tahun 1997 telah mengakibatkan collapsnya
sejumlah bank di Indonesia karena tidak mampu mempertahankan going
concernnya. Ketidakmampuan atau kegagalan bank-bank tersebut
disebabkan oleh dua hal utama yaitu kegagalan ekonomi dan kegagalan
keuangan. Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan
antara pendapatan dan pengeluaran atau bisa disebabkan oleh biaya modal
perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya histories investasi.
Sedang kegagalan keuangan berarti jika perusahaan tersebut gagal
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 14/83
13
membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo meskipun total aktiva
melebihi total kewajibannya.
Kondisi yang membuat khawatir para investor dan kreditor adalah
jika perusahaan mengalami penurunan kinerja. Menurut Basri (2003 : 1)
Penurunan atau kemerosotan kinerja suatu perusahaan tidak serta merta
terjadi dalam hitungan “sekejap” kecuali akibat suatu suatu peristiwa yang
sangat fatal dan dramatis, yang sepenuhnya diluar kemampuan perusahaan
untuk mengendalikannya. Penurunan kinerja bank secara terus menerus
dapat menyebabkan terjadinya financial distress yaitu keadaan yang
sangat sulit bahkan dapat dikatakan mendekati kebangkrutan yang apabila
tidak segera diselesaikan akan berdampak pada bank-bank tersebut dengan
hilangnya kepercayaan dari para nasabah (Murtanto,2002 :45)
Indikasi kebangkrutan suatu bank dapat dilihat melalui informasi
yang terdapat dalam laporan keuangannya. Untuk dapat
menginterpetasikan informasi keuangan suatu perusahaan maka diperlukan
suatu teknik analisa laporan keuangan. Analisa keuangan merupakan alat
yang penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-
hasil yang dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang
telah dilaksanakan. Bersumber dari laporan keuangan maka dapat
dijadikan dasar untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank. Kesehatan
suatu bank mencerminkan kemampuan bank dalam menjalankan usahanya
atau distribusi aktivanya, keefektifan penggunaan aktivanya, hasil usaha
pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar serta
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 15/83
14
potensi kebangkrutan yang mungkin akan dialami. (Murtanto,2002 :45).
Dengan adanya tindakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan sangat
mungkin potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan dapat
dihindarkan atau paling tidak mengurangi risiko kebangkrutan tersebut.
Kondisi keuangan perbankan sampai saat ini masih belum
menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik setelah empat tahun
rekapitalisasi dari pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan lampiran 6 dan
7. Lampiran 6 menunjukkan banyaknya current asset yang dimiliki oleh
perusahaan perbankan dan lampiran 7 menunjukkan banyaknya current
liabilities yang dimiliki oleh perusahaan perbankan. Dan pada lampiran 8
menunjukkan working capital yang dimiliki oleh perusahaan perbankan
tersebut. Dapat kita lihat bahwa working capital yang dimiliki perusahaan-
perusahaan tersebut bernilai negative. Hal tersebut berarti current
liabilities lebih besar dari current asset nya. Ini berarti bahwa perusahaan-
perusahaan tersebut tidak mampu menutup utang jangka pendeknya
dengan asset lancar yang dimiliki. Karena working capital berhubungan
dengan likuiditas maka hal ini mengindikasikan bahwa tingkat likuiditas
perusahaan bermasalah. Jika dikaitkan dengan indikator kebangkrutan
maka perusahaan-perusahaan tersebut mengalami pembengkakan utang
dan ketidakcukupan kas dalam membayar utang-utang jangka pendeknya.
Pada lampiran 2 terlihat banyaknya retained earning yang dimiliki
perusahaan-perusahaan perbankan. Retained earning yang dimiliki
perusahaan-perusahaan tersebut mayoritas masih bernilai negative. Hal ini
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 16/83
15
menunjukkan bahwa efisiensi usaha manajemen perusahaan kurang begitu
bagus dengan adanya retained earning yang menurun atau hanya
mengalami sedikit peningkatan.
Pada lampiran 3 terlihat banyaknya jumlah earning before interest
and tax yang dimiliki sangat berfluktuatif dari tahun ke tahun. Ada
perusahaan yang mengalami peningkatan namun pada tahun berikutnya
mengalami penurunan dan tahun berikutnya mengalami peningkatan
kembali. Hal ini berarti kemampuan perolehan laba perusahaan-
perusahaan tersebut juga kurang menentu masih berfluktuatif.
Mengingat pentingnya sektor perbankan dalam naik turunnya
perekonomian kita, informasi mengenai kejadian atau peristiwa ekonomi
yang berkaitan dengan kondisi sektor perbankan di Indonesia sangat perlu
diketahui, khususnya mengenai informasi potensi kebangkrutan. Dengan
adanya informasi tersebut akan membantu banyak pihak yang
berkepentingan untuk mengevaluasi dan memperbaiki kinerja perusahaan
perbankan tersebut serta mengambil tindakan yang perlu dilakukan
berkaitan dengan hal tersebut.
Salah satu cara untuk mengetahui informasi seberapa besar potensi
kebangkrutan yang mungkin akan dialami oleh suatu perusahaan
perbankan adalah dengan penggunaan Altman Z-Score. Di dalam Altman
Z-Score terkandung beberapa rasio. Rasio-rasio tersebut merupakan rasio
yang mendeteksi kondisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan
likuiditas, profitabilitas dan aktivitas perusahaan (Akhyar,2001:189).
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 17/83
16
Dengan adanya kombinasi rasio-rasio tersebut dalam Altman Z-Score akan
sangat membantu manajemen dalam memprediksi potensi kebangkrutan
yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.
Bagi manajemen, memprediksi mengenai potensi kebangkrutan
sangat penting sebagai bahan evaluasi kinerja perusahaan yang selama ini
terjadi. Sehingga dapat diambil suatu kebijakan untuk memperbaiki
kondisi dan kinerja perusahaannya. Sedang bagi pihak pemerintah sangat
penting untuk dapat mengetahui informasi potensi kebangkrutan
mengingat pemegang saham terbesar adalah pemerintah. Dan juga sebagai
pembuat kebijakan ekonomi termasuk perbankan pemerintah melalui Bank
Indonesia selalu mengawasi kinerja perusahaan-perusahaan perbankan.
Untuk para investor saham, sangat berkepentingan untuk
mengetahui seberapa besar potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh
perusahaan yang bersangkutan. Para investor akan memiliki pandangan
bahwa jika potensi kebangkrutan besar maka laba yang diperoleh
perusahaan akan menurun dan berakibat pada turunnya laba saham
investor. Bagi calon pembeli saham potensi kebangkrutan
mengindikasikan kinerja perusahaan memburuk yang berimbas pada
turunnya kemampuan perolehan laba sehingga calon pembeli saham
kurang tertarik untuk mengadakan pembelian saham perusahaan tersebut.
Oleh karena harga saham ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran pasar maka jika hal tersebut diatas terjadi maka permintaan
terhadap saham akan menurun dan berakibat pada turunnya harga saham.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 18/83
17
Mengingat fungsi strategis dunia perbankan di era sekarang ini
maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menggunakan
model Altman Z-Score untuk memprediksi potensi kebangkrutan pada
perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
dengan judul “Analisis Ketepatan Prediksi Potensi Kebangkrutan
Melalui Altman Z-Score Dan Hubungannya Dengan Harga Saham
Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta”
1.2 Identifikasi Dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan pada
penelitian ini adalah :
1.2.1 Bagaimana metode Altman Z Score digunakan untuk memprediksi
potensi kebangkrutan bank ?
1.2.2 Bagaimana hubungan antara potensi kebangkrutan bank dengan
harga saham di perusahaan-perusahaan perbankan tersebut ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi maka tujuan diadakannya
penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk membuktikan bahwa metode Altman Z Score dapat
digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan bank.
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan antara potensi kebangkrutan bank
dengan harga saham di perusahaan-perusahaan perbankan tersebut.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 19/83
18
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berikut
ini :
1.4.1 Manfaat praktis penelitian ini adalah :
Bagi pihak pengguna laporan keuangan yaitu stakeholder adalah
sebagai bahan informasi untuk mengetahui posisi perusahaan
sehingga dapat mengambil suatu kebijakan sehubungan dengan hal
tersebut.
1.4.2 Manfaat teoritis penelitian ini adalah :
Bagi peneliti adalah sebagai bahan pengetahuan dalam
membandingkan antara teori yang ada dan aplikasinya di lapangan,
dan bagi peneliti selanjutnya yang mengambil tema yang sama
dengan penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat memberikan
manfaat.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 20/83
19
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kebangkrutan
Manajemen cukup sering mengalami kegagalan dalam
membesarkan perusahaan, akibatnya prospek perusahaan tidak terlihat
jelas. Perusahaan menjadi tidak sehat bahkan berkelanjutan mengalami
krisis yang berkepanjangan akhirnya akan mengarah pada kebangkrutan.
Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan
perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan
laba. (Supardi,2003:79). Menurut Martin pada tahun 1995, (dalam
Supardi,2003:79) kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada
sebuah perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian yaitu
• Kegagalan Ekonomi ( Economic Distressed )
Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan
kehilangan uang atau pendapatan, perusahaan tidak mampu menutupi
biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya
modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari
kewajiban.(Adnan, 2000 dalam Murtanto,2002:48). Kegagalan terjadi
bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus
kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan juga dapat berarti bahwa
tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil
daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah
investasi tersebut.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 21/83
20
• Kegagalan Keuangan (Financial Distressed )
Pengertian financial distressed adalah kesulitan dana baik dalam
arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja.
Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan
untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed. Sedangkan
menurut Adnan (2000) kegagalan keuangan biasa diartikan sebagai
insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham.
Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk yaitu :
a. Insolvensi teknis (Technical Insolvency), terjadi apabila perusahaan
tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo walaupun
total aktivanya sudah melebihi total hutangnya.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, dimana didefinisikan
sebagai kekayaan bersih negative dalam neraca konvensional atas
nilai sekarang dan arus kas yang diharapkan lebih kecil dari
kewajiban. (Murtanto,2002:48)
Dan menurut Hermosillo tahun 1996 (Herliansyah,2002:20)
konsep kegagalan bank terbagi menjadi dua yaitu :
a. Kegagalan ekonomi, suatu situasi dimana kekayaan bank menjadi
negative atau jika bank tersebut melanjutkan kegiatan operasinya maka
akan menimbulkan kerugian dan akan segera menghasilkan kekayaan
negative.
b. Kegagalan ofisial, tipe kegagalan bank ini disebabkan oleh
ditetapkannya bank tersebut gagal kepada publik oleh badan yang
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 22/83
21
berwenang mengawasi bank (bank regulators). Hal ini dilakukan
sehubungan dengan pengamatan yang telah dilakukan oleh lembaga
pengawas bank
Analisis kebangkrutan usaha sangat membantu pembuatan
keputusan untuk menentukan sikap terhadap perusahaan yang mengalami
kebangkrutan usaha tersebut (Payamta, 1998 dalam Ahmad,2003:59) Hasil
penelitian Dun dan Bradstreet tahun 2000 (Ahmad,2003:59)
mengungkapkan faktor-faktor penyebab kebangkrutan adalah adanya
faktor ekonomi, keuangan, pengalaman, kelalaian, bencana dan
kecurangan. Sedangkan menurut Adnan (Murtanto,2002:48) faktor-faktor
penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
• Faktor Umum
a. Sektor ekonomi, berasal dari gejala inflasi dan deflasi dalam harga
barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi
atau revaluasi dengan mata uang asing.
b. Sektor sosial, dimana yang sangat berpengaruh adalah adanya
perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan
terhadap produk atau jasa ataupun yang berhubungan dengan
karyawan.
c. Sektor teknologi, dimana penggunaan teknologi memerlukan biaya
yang ditanggung perusahaan terutama untuk pemeliharaan dan
implementasi
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 23/83
22
d. Sektor pemerintah, dimana kebijakan poemerintah terhadap
pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif
ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru
bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
• Faktor Eksternal
a. Sektor pelanggan/nasabah, dimana untuk menghindari kehilangan
nasabah, bank harus melakukan identifikasi terhadap sifat
konsumen atau nasabah juga menciptakan peluang untuk
mendapatkan nasabah baru.
b. Sektor kreditor, dimana kekuatannya terletak pada pemberian
pinjaman dan menetapkan jangka waktu pengembalian hutang
piutang yang tergantung pada kepercayaan kreditor terhadap
kelikuiditan suatu bank.
c. Sektor pesaing/bank lain, dimana merupakan hal yang harus
diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan
kepada nasabah.
• Faktor Internal Perusahaan
a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga
menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayarannya sampai
akhirnya tidak dapat membayar.
b. Manajemen yang tidak efisien, yang disebabkan karena kurang
adanya kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap adaptif dan
inisiatif dari manajemen.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 24/83
23
c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan, dimana
sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun
sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan
perusahaan.
Menurut Suwarsono tahun 1996 (Adnan dan Taufiq, 2001:187)
ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional yang muncul
ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan yaitu :
a. Indikator dari lingkungan bisnis
Pertumbuhan ekonomi dan aktivitas ekonomi pembentuknya
memberikan indikasi bagi manajemen dalam melakukan pengambilan
keputusan ekspansi usaha. Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadi
indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis.
Tersedianya kredit dan aktivitas pasar modal dapat digunakan sebagai
indikator mudah atau sulitnya, mahal atau murahnya dana yang
diperlukan. Meningkatnya populasi bisnis dapat digunakan sebagai
indikator meningkatnya persaingan dan semakin berkurangnya laba
potensi yang dijanjikan karena adanya perubahan struktur pasar.
b. Indikator internal
Sinyal kegagalan yang dapat ditemukan pada variable internal dapat
dijumpai pada setiap tahapan daur kehidupan organisasi, awal
pertumbuhan, pertengahan dan kedewasaan. Untuk disebut sebagai
perusahaan yang sakit, manajemen tidak perlu menunggu munculnya
semua indikator. Adanya beberapa indikator sudah cukup menjadi
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 25/83
24
tanda tidak sehatnya suatu perusahaan. Tidak berbeda dengan indikator
yang berasal dari lingkungan bisnis, permasalahan akan menjadi lebih
kompleks jika terjadi interaksi antar indikator.
c. Indikator kombinasi
Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi atau
kombinasi antara ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan
kelemahan yang berasal dari variable internal yang mengakibatkan
perusahan berkemungkinan mengalami kebangkrutan.
Menurut Hanafi (2003:261) informasi mengenai kebangkrutan
sangat bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain :
a. Pemberi pinjaman (seperti pihak bank). Informasi kebangkrutan bisa
bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi
pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk memonitor pinjaman yang
ada.
b. Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya
kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat
berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan
mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-
tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi
kemungkinan tersebut.
c. Pihak pemerintah. Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah
mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 26/83
25
(misalnya sektor perbankan). Juga pemerintah mempunyai badan-
badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah
mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih
awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
d. Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi
kelangsungan usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going
concern suatu perusahaan.
e. Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang
berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu
penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17%
dari nilai perusahaan. Contoh biaya kebangkrutan yang langsung
adalah biaya akuntan dan penasihat hukum. Sedang contoh biaya
kebangkrutan tidak langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan
dan keuntungan karena beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin
diberlakukan oleh pengadilan. Apabila manajemen bisa mendeteksi
kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan
bisa dilakukan, misalnya dengan melakukan merger atau
restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.
2.2 Prediksi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Altman Z-Score
Analisis Z-Score, penerapan analisis rasio masih terbatas karena
dilakukan secara terpisah, artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Untuk
mengatasi keterbatasan analisa rasio tersebut Altman telah
mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi kebangkrutan
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 27/83
26
perusahaan dengan nama Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan
dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan
menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan bank (Supardi dan
Mastuti,2003:80). Rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang mendeteksi
kondisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan likuiditas,
profitabilitas dan aktivitas perusahaan (Muh Akhyar,2001:189). Rumus
yang telah diformulasikan Altman adalah sebagai berikut :
Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,10X3 +0,420X4+ 0,998X5
Rasio-rasio tersebut terdiri dari :
1) Working Capital Assets/Total Assets (X1)
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja. Dimana modal
kerja (working capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar
dengan utang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator
kebangkrutan seperti yang disebutkan diatas, maka indikator yang
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat
likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti
ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal (harta
kekayaan) menurun, penambahan utang yang tidak terkendali dan
beberapa indikator lainnya.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 28/83
27
2) Retained Earning/Total Assets (X2)
Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dalam periode tertentu. Ditinjau dari kemampuan perusahaan yang
bersangkutan dalam memproleh laba dibandingkan dengan kecepatan
perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha.
Manajemen bank sangat berkepentingan untuk dapat melihat rasio ini,
karena sekaligus akan terlihat tingkat efisiensi usaha dan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dari hasil penjualannya.
3) Earning Before Interest and Taxes/Total Assets (X3)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dari aktiva yang digunakan atau untuk mengukur
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk memperoleh keuntungan bagi semua investor termasuk
pemegang saham dan obligasi. Beberapa indikator yang dapat
digunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan
profitabilitas perusahaan diantaranya adalah piutang dagang
meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa kwartal, persediaan
meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang,
kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan memberi kredit pada
konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 29/83
28
4) Market Value Of Equity/Book Value Of Total Debt (X4)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur aktivitas
perusahaan. Sering juga digunakan dalam bentuk Net Worth/Total
Debt . Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan
jaminan kepada setiap utangnya melalui modalnya sendiri.
5) Sales/Total Assets (X5)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur aktivitas
perusahaan. Rasio ini mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu peiode tertentu.
Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur modal
yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh
terhadap rasio-rasio tersebut di atas adalah pangsa pasar produk kunci
menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal
kerja menurun drastis, perputaran persediaan menurun drastis,
kepercayaan konsumen berkurang dan beberapa indikator lainnya.
Model Altman (1984) tersebut dapat diterapkan pada masing-
masing kelompok perusahaan secara individual ataupun sekelompok
perusahaan. Penerapan pada kelompok perusahaan digambarkan oleh
Altman dengan mengelompokkan perusahaan menjadi dua kategori yaitu
bangkrut dan tidak bangkrut.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 30/83
29
Berdasarkan penelitiannya tersebut Altman menemukan lima rasio
untuk perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut dan menghitung nilai Z
untuk kedua kelompok tersebut. Dalam model tersebut skor 2,90
merupakan ambang batas untuk perusahaan sehat.Jadi, perusahaan yang
mempunyai skor di atas 2,90 dapat dikatakan sebagai perusahaan sehat.
Sedangkan perusahaan yang mempunyai skor dibawah 1,20 akan
diklasifikasikan sebagai perusahaan yang potensial bangkrut. Kemudian
diantara 1,20 dan 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area
(daerah kelabu).
Analisis diskriminan Altman diterapkan dengan menggunakan data
dua sampai lima tahun sebelum perusahaan tersebut bangkrut. Analisis
trend ini menunjukkan bahwa semua rasio yang diamati mempunyai X1
sampai X5 yang condong memperburuk dengan semakin mendekati
kebangkrutan dengan perubahan yang paling buruk pada rasio tersebut
terjadi antara tahun ketiga dan tahun kedua sebelum kebangkrutan terjadi.
2.3 Harga Saham
2.3.1 Pengertian Saham
Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, saham merupakan surat berharga sebagai bukti pemilikan
individu/institusi dalam suatu perusahaan (biasa dipegang
peorangan/lembaga pada suatu perusahaan). Apabila seorang
membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai
pemegang saham perusahaan tersebut. Indriyo (2002:26)
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 31/83
30
mendefinisikan saham sebagai tanda penyertaan modal pada
perseroan terbatas.
Menurut Baridwan (1992:394), apabila perusahaan
menyertakan satu macam saham maka saham itu disebut saham
biasa (common stock ). Apabila saham yang dikeluarkan itu dua
macam yang satu adalah saham biasa dan yang lain adalah saham
prioritas ( preferred stock ).
2.3.2 Harga Saham
Harga saham menurut UU No 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal pada hakekatnya merupakan penerimaan besarnya
pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk
penyertaan dalam perusahaan. Berdasarkan fungsinya, nilai suatu
saham dibagi menjadi tiga jenis (Anoraga, 2001 :58) yaitu :
1. Par Value (Nilai Nominal)/ Stated Value/Face Value
Yaitu nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi.
Jumlah saham yang dikeluarkan perseroan dikalikan dengan
nilai nominalnya merupakan modal disetor penuh bagi suatu
perseroan dan dalam pencatatan akuntansi nilai nominal dicatat
sebagai modal ekuitas perseroan dalam neraca.
2. Base Price (Harga Dasar)
Harga perdana dipergunakan dalam perhitungan indeks harga
saham. Untuk saham baru harga dasar merupakan harga
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 32/83
31
perdananya. Untuk menghitung nilai dasar yaitu harga dasar
dikalikan dengan total saham yang beredar.
3. Market Price (Nilai Pasar)
Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung atau jika pasar sudah tutup maka harga pasar
adalah harga penutupannya (closing price). Harga pasar inilah
yang menyatakan naik turunnya suatu saham dan setiap hari
diumumkan di surat kabar/media lainnya. Untuk menghitung
nilai pasar (kapitalisasi pasar) yaitu harga dasar dikalikan
dengan total saham yang beredar.
2.3.3 Penilaian Harga Saham
Pada hakikatnya harga saham di pasar ditentukan oleh
kekuatan pasar atau tergantung dari permintaan dan penawaran
pasar. Menurut Anoraga (2001 :61) ada dua jenis pendekatan yang
digunakan untuk menilai investasi dalam bentuk saham yaitu :
1. The Firm Foundation Theory
Teori ini mengatakan bahwa setiap instrumen
investasi apakah itu saham atau yang lain mempunyai landasan
yang kuat yang disebut dengan nilai instrinsik yang dapat
ditentukan melalui suatu analisis yang hati-hati terhadap
kondisi pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan
datang. Pada saat harga turun atau naik diatas nilai
instrinsiknya yang bersifat pasti, maka kesempatan menjual
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 33/83
32
atau membeli muncul, karena perubahan harga pasar tersebut
pada akhirnya akan dikoreksi. Dengan cara demikian tindakan
investasi menjadi tindakan yang membosankan atau kurang
menarik karena sederhananya sifat yang hanya merupakan hal
memperbandingkan harga pasar suatu assets terhadap nilai
instrinsiknya.
Dalam konteks ini nilai instrinsik adalah sama
dengan nilai sekarang ( present value) dari seluruh aliran
penerimaan deviden yang akan diterima dalam periode-periode
yang akan datang. Ini berarti para pemilik saham atau investor
mendiskontokan nilai uang yang akan diterima, kemudian
dengan suatu discount factor tertentu mencerminkan tingkat
return alternatif investasi yang diinginkan setelah
memperhatikan unsur risiko dan waktu. Teori ini berdasarkan
pada pendekatan penerimaan deviden dimana semakin besar
penerimaan saat ini dan prospek pertumbuhannya di masa yang
akan datang maka akan semakin besar nilai sahamnya.
Sehingga perbedaan tingkat pertumbuhan adalah faktor utama
dalam penilaian saham.
a. Deviden Approach
1. Deviden Yield Approach
Pendekatan ini didasarkan pada perkiraan deviden yang
akan dibayarkan untuk satu tahun dan hasilnya
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 34/83
33
dibandingkan dengan tingkat bunga umum di pasar
( Risk Free Rate)
iceShare
SharePer DevidenYield Deviden
Pr −
−−=−
2. Discounting Model
i Deviden diasumsikan tetap dari tahun ke-1 sampai
dengan tahun ke-n.
Untuk asumsi ini rumusnya :
( ) ( )∑= +
++
=n
i k i
Vn
k i
dt Vo
1
Vo = harga saham pada tahun ke-0
dt = deviden yang diberikan pada akhir tahun
ke-t
Vn = harga saham setela tahun ke-n
k = ekspektasi tingkat investasi yang diharapkan
(risiko rate ditambah risk premium)
∑=
n
i 1
= jumlah deviden dari tahun ke-1 samapi
dengan tahun ke-n yang didiskontokan
i = tingkat bunga
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 35/83
34
ii Deviden diasumsikan bertumbuh dengan persentase
yang sama.
Dengan asumsi ini maka rumusnya adalah :
( )( )∑
= −=
=
==
n
i gk
dt
t k
t gidoVo
1 1
g = tingkat pertumbuhan
do = deviden pada tahun ke-0
b. Earning Approach
Pendekatan ini didasarkan pada perkiraan laba per saham di
masa yang akan datang sehingga dapat diketahui berapa
lama investasi suatu saham akan kembali. Model
pendekatan ini adalah :
SharePer Earning
iceSharePER..
Pr .=
c. Net Tangible Assets Approach (NTA Approach)
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui sampai
seberapa jauh setiap saham didukung oleh Net Tangible
Assets perusahaan. Dalam pendekatan ini perlu
diperhitungkan juga downside risk . Formula yang
digunakan dalam pendekatan ini adalah :
( )Shareof Number
Debt Total Assetsgible In AssetsTotalShare NTA
..
..tan..
−−=
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 36/83
35
Asumsi-asumsi yang dipakai dalam pendekatan The Firm
Foundation Theory yaitu sebagai berikut :
a. Investor yang rasional harus mau membayar harga yang
lebih tinggi untuk suatu saham yang memiliki tingkat
pertumbuhan deviden yang lebih besar. Juga untuk tingkat
pertumbuhan yang berlaku dalam jangka waktu yang lebih
panjang.
b. Investor yang rasional harus mau membayar harga yang
lebih tinggi atas suatu saham yang memiliki kebijakan
Deviden Pay Out yang lebih tinggi.
c. Investor yang rasional harus mau membayar harga yang
lebih tinggi atas suatu saham yang memiliki risiko yang
kecil.
d. Investor yang rasional harus mau membayar harga yang
lebih tinggi atas suatu saham jika suku bunga turun atau
lebih rendah.
Hasil penelitian teori ini juga mengandung kelemahan yaitu
a. Informasi dan analisis yang digunakan mempunyai
kemungkinan yang tidak tepat.
b. Estimasi nilai bisa salah karena harapan atau ekspektasi
yang akan datang tidak dapat dibuktikan pada saat sekarang
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 37/83
36
dengan kata lain angka-angka yang tepat akan dapat
diperoleh dari data yang belum pasti.
c. Pasar mempunyai kemungkinan tidak dapat memperbaiki
kesalahan akibatnya tidak mencapai nilai yang ditaksirkan.
d. Pertumbuhan tidak memberikan arti yang sama setiap saat.
2. The Castle In the Air Theory
Teori kedua menurut Pandji Anoraga (2001 :67)
adalah The Castle In The Air Theory. Teori ini memusatkan
perhatian pada nilai psikologis. Pengikut teori ini lebih
menekankan pendekatan tingkah laku investor di masa yang
akan datang berdasarkan kebiasaan di masa lalu dan bukannya
pada nilai instrinsik saham itu sendiri. Teori ini kurang setuju
dengan pendekatan The Firm Fondation Theory yang
memerlukan banyak kerja dan diragukan kebenarannya atau
kewajaran dari penilaian untuk mencapai nilai instrinsiknya,
karena tidak seorangpun dapat mengetahui dengan pasti faktor-
faktor yang akan mempengaruhi proses pendapatan dan
pembayaran deviden di masa mendatang.
The Castle In The Air Theory mempunyai banyak
pendukung baik dari masyarakat keuangan maupun masyarakat
akademis. Dari pihak akademis berpendapat bahwa nilai
intrinsik saham adalah suatu impian. Dalam ekonomi
pertukaran nilai setiap asset tergantung pada transaksi riil atau
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 38/83
37
yang diharapkan. Contoh dari pendekatan riil adalah analisis
teknis, Analisis ini didasarkan kepada anggapan yang luas
bahwa harga efektif ditentukan oleh penawaran dan permintaan
sehingga para analis mempelajari perubahan harga saham pada
masa lalu dengan menggunakan diagram-diagram dan model-
model.
2.4 Kerangka Berfikir
Informasi tentang kinerja perusahaan yang tercermin dari laporan
posisi keuangan, laporan rugi laba, dan aliran kas perusahaan serta
informasi lain yang terkait dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan.
Dalam penelitian sebelumnya dilakukan oleh Beaver tahun 1966
telah membuktikan bahwa secara empiris rasio keuangan dapat digunakan
sebagai alat prediksi kegagalan pada sebuah perusahaan, meskipun tidak
semua rasio dapat memprediksi dengan sama baiknya dan tidak dapat
memprediksi dengan tingkat keberhasilan yang sama. Beaver
menggunakan Univariate Analysis. Beaver mempertemukan sampel
perusahaan yang gagal dengan yang tidak gagal kemudian meneliti rasio
keuangan selama lima tahun sebelum perusahaan gagal dan menemukan
bahwa ternyata rasio keuangan perusahaan yang tidak gagal berbeda
dengan perusahaan yang gagal (Adnan dan Taufiq,2001:183)
Studi lain dilakukan oleh Altman (1984) telah menemukan ada
lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 39/83
38
kebangkrutan perusahaan beberapa saat sebelum perusahaan tersebut
bangkrut. (Supardi dan Mastuti, 2003:74) hasil analisa menunjukkan
bahwa rasio keuangan ( profitability, liquidity dan solvency) bermanfaat
untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 95 % setahun
sebelum perusahaan bangkrut. Tingkat keakuratan tersebut turun menjadi
72 % untuk periode dua tahun sebelum bangkrut, 48 % untuk periode tiga
tahun sebelum perusahaan bangkrut, 29 % untuk periode empat tahun
sebelum bangkrut dan 36 % untuk periode lima tahun sebelum bangkrut.
Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan kekuatan prediksi rasio
keuangan untuk periode waktu yang lebih lama (Adnan dan
Taufiq,2001:184)
Model untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan
perbankan yang digunakan oleh Altman yaitu Rasio Modal Kerja
Terhadap Total Aktiva, Rasio Laba Ditahan Terhadap Total Aktiva, Rasio
Pendapatan Sebelum Bunga Dan Pajak Terhadap Total Aktiva, Rasio
Harga Pasar Modal Sendiri Terhadap Nilai Buku Total Kewajiban dan
Rasio Penjualan Terhadap Total Aktiva. Dari kombinasi rasio tersebut
dimasukkan dalam model prediksi Altman dengan persamaan sebagai
berikut :
Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,10X3 +0,420X4+ 0,998X5
Kesimpulan dari perhitungan Z-Score tersebut adalah :
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 40/83
39
a. Apabila nilai Z-Score diatas 2,90 (Z-Score > 2,90) diklasifikasikan
sebagai perusahaan yang sehat.
b. Apabila nilai Z-Score antara 1,20 sampai 2,90 (1,20 < Z-Score < 2,90)
perusahaan berada dalam daerah kelabu (grey area).
c. Apabila nilai Z-Score dibawah 1,20 (Z-Score < 1,20) diklasifikasikan
sebagai perusahaan yang berpotensi bangkrut.
Setyarini dan Abdul Halim (1999) melakukan studi potensi
kebangkrutan perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dengan
menggunakan analisis Z-Score Altman sebagai indikator tingkat kesehatan
atau potensi kebangkrutan perusahaan. Indikator Z-Score untuk seluruh
sample 38 perusahaan, apabila dikelompokkan dalam kategori sehat (skor
> 2,9), grey area (skor antara 1,2 dan 2,9) dan bangkrut (skor <1,20.
Dengan kesimpulan adanya perbedaan potensi kebangkrutan secara
signifikan antara sebelum dan pada masa krisis dan analisis Z-Score yang
digunakan merefer pada Altman lebih ditujukan pada sektor perbankan.
(Supardi dan Masuti,2003:75)
Liby (1975) memperluas penelitian Altman dan Beaver
menemukan bahwa rasio-rasio profitability, activity, liquidity dan
indebtness dapat memprediksi kebangkrutan bank. Hal ini juga sesuai
dengan Robertson (1985) yang menyatakan kebangkrutan dipengaruhi
oleh rasio-rasio likuiditas, solvabitas, produktifitas dan profitabilitas. Studi
yang dilakukan Zmijewski (1983) menambah validitas rasio keuangan
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 41/83
40
sebagai alat deteksi kegagalan keuangan perusahaan (Achmad dan
Kartiko,2003:61)
Berdasarkan teori-teori dan penelitian-penelitian diatas peneliti
menegaskan bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan dalam
memprediksi tingkat kegagalan suatu usaha. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa hasil analisis rasio dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengelola perusahaannya. Sebagai contohnya rasio
leverage yang terdiri dari selisih antara total aktiva dan total kewajiban,
apabila total aktiva lebih banyak daripada total kewajibannya maka dapat
diketahui bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajibannya dan
potensi kegagalan usahanya atau potensi kebangkrutannya kecil begitupun
sebaliknya jika total kewajibannya lebih besar dari total aktivanya maka
perusahaan dapat mengalami kegagalan usaha atau potensi kebangkrutan
besar karena perusahaan tidak mampu membayar kewajiban-
kewajibannya.
Analisis rasio menggunakan analisis Altman Z-Score sudah
terbukti dapat digunakan untuik memprediksi potensi kebangkrutan
perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam formula Altman
tersebut mengkombinasikan beberapa rasio yang mengukur tingkat
likuiditas, aktivitas, profitabilitas suatu perusahaan.
Rasio-rasio tersebut antara lain working capital/total assets yang
mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan. Apakah perusahaan dapat
membayar semua kewajibannya dari total aktiva . Retained earning/total
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 42/83
41
assets yang merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam
periode tertentu. Dan rasio-rasio yang lain yang dikombinasikan sehingga
menghasilkan kesimpulan besar kecilnya potensi kebangkrutan perusahaan
tersebut.
Berdasarkan pemahaman di atas maka analisis Altman Z-Score
dapat digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan suatu
perusahaan perbankan. Salah satu pihak yang berkepentingan mengetahui
seberapa besar potensi kebangkrutan yang dimiliki perusahaan adalah para
calon investor saham. Para calon investor saham akan tertarik untuk
membeli saham jika saham yang ditanamkannya dalam perusahaan
tersebut menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi investor. Tingkat
keuntungan yang tinggi yang diharapkan oleh investor akan terpenuhi jika
perusahaan mampu menghasilkan profit yang tinggi pula dalam
perusahaan. Profit yang tinggi akan mencerminkan kinerja yang baik dari
manajemen perusahaan dan akan mampu mempertahankan going
concernnya. Jika potensi kebangkrutan perusahaan bernilai besar maka
dapat dimungkinkan bahwa calon investor kurang tertarik untuk
menanamkan sahamnya di perusahaan itu karena investor tidak mau
dibebani kerugian karena colapsnya perusahaan. Oleh karena harga saham
tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran pasar maka jika
permintaan saham berkurang harga saham akan turun pula. Sehingga dapat
dirumuskan bahwa jika potensi kebangrutan yang diperoleh dengan model
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 43/83
42
Altman Z-Score semakin besar maka harga saham di pasar bursa akan
turun.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 44/83
43
Laporan Keuangan
Working Capital
To Total Assets
Retained
Earning
To Total
Assets
Earning
Before
Interest and
Taxes To
Total Assets
Market
Value of
Equity to
Book Value
of Total Debt
Sales to Total
Assets
Perhitungan Model Altman Z-Score
BANGKRUT
Analisis Prediksi
Potensi
Kebangkrutan
SEHAT (TIDAK
BANGKRUT)
TERMASUK
GREY AREA
Harga Saham
Gambar 1 Kerangka Berfikir
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 45/83
44
2.5 Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu
hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk
melakukan pengecekannya. (Sudjana, 2002 : 219) Masih menurut Sudjana,
jika asumsi atau dugaan itu dikhususkan mengenai populasi umumnya
mengenai nilai parameter populasi maka hipotesis itu disebut sebagai
hipotesis statistik.
Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka peneliti mengajukan
hipotesis penelitian yaitu bahwa nilai potensi kebangkrutan yang diperoleh
dengan menggunakan Altman Z-Score berhubungan dengan harga saham
di perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 46/83
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Dan Subjek Penelitian
3.1.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah potensi
kebangkrutan dan harga saham dari perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta
3.1.2 Subjek Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian
(Arikunto,1998:115). Subjek penelitian ini adalah laporan
keuangan perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta periode 1999, 2000, 2001, 2002, 2003. Sampel
adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan
cara-cara tertentu (Sudjana,2002:161).
Kriteria pengambilan sample dalam penelitian ini adalah :
1) Mengeluarkan annual report .
2) First issue mulai tahun 1999 atau sebelumnya.
3) Saham terus diperdagangkan selama tahun penelitian,
4) Data lengkap.
Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampelnya adalah :
1) PT Bank Bali Tbk
2) PT Bank CIC International Tbk
3) PT Bank Danamon Tbk
4) PT Bank Danpac Tbk
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 47/83
46
5) PT Bank Global Internasional Tbk
6) PT Bank Internasional Indonesia Tbk
7) PT Bank Inter-Pasific Tbk 8) PT Bank Lippo Tbk
9) PT Bank Mayapada Internasional Tbk
10) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
11) PT Bank Niaga Tbk
12) PT Bank NISP Tbk
13) PT Bank Panin Indonesia Tbk
14) PT Bank Permata Tbk
15) PT Bank Pikko Tbk
16) PT Bank Victoria International Tbk
17) PT Bank Universal Tbk
18) PT Bank Unibank Tbk Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2001 dan 2004
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,1998:99) Penelitian ini
menggunakan variabel-variabel sebagai berikut :
3.2.1 Z-Score
Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali
nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat
kemungkinan kebangkrutan bank.
Dengan sub variabel :
a. Working Capital / Total Assets
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja. Working
capital disini dihitung dari selisih antara current assets dan
current liabilities. Sedangkan current asset s pada perusahaan-
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 48/83
47
perusahaan perbankan disini adalah terdiri dari cash on hand
and banks, placement in other banks,notes and securities, loans
dan investment (Santoso,1997:90). Dan current liabilities disini
terdiri dari demand deposit, time deposit , dan saving deposit .
Sedangkan total assest adalah semua assets yang ada di dalam
perusahaan tersebut.
b. Retained Earning / Total Assets
Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dalam periode tertentu. Retained earning adalah
laba ditahan dan total assest adalah semua assets yang ada di
dalam perusahaan tersebut.
c. Earrning Before Interest and Tax / Total Assets
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dari aktiva yang digunakan atau untuk
mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk memperoleh keuntungan bagi semua
investor termasuk pemegang saham dan obligasi. EBIT
( Earning Before Interest and Tax) adalah operating income
yang diperoleh perusahaan tersebut. Sedangkan total assest
adalah semua assets yang ada di dalam perusahaan tersebut.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 49/83
48
d. Market Value of Equity / Book Value of Debt
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modalnya
sendiri. Market Value of Equity disini adalah closing price
tahunan dikali dengan total share tahunan dan Book Value of
Total Debt adalah keseluruhan utang baik lancar maupun
jangka panjang.
e. Sales / Total Assets
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur aktivitas
perusahaan. Sales disini yang dipakai pada perusahaan
perbankan adalah revenue. Sedangkan total assest adalah
semua assets yang ada di dalam perusahaan tersebut.
3.2.2 Harga Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas
(Indriyo,2002:265). Harga saham merupakan penerimaan besarnya
pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk
penyertaan dalam perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan nilai saham jenis market price yaitu harga saham
pasar penutupan (closing price) selama satu semester ke depan
setelah tahun penelitian untuk semua perusahaan perbankan.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 50/83
49
3.3 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat
diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi
sehingga dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi
catatan adalah subjek penelitian atau variabel penelitian
(Arikunto,1998:114) Sumber data yang digunakan adalah informasi
laporan keuangan pada tahun 1999, 2000, 2001, 2002 dan 2003.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan
peneliti adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya. (Arikunto,1998:236)
Dalam penelitian ini metode dokumentasi yang digunakan adalah
mencari data mengenai variabel yang berupa laporan keuangan serta buku-
buku yang menunjang penelitian.
3.5 Metode Analisis dan Pengolahan Data
3.5.1 Metode Analisis Data
1. Model Altman Z-Score
Dalam penelitian ini digunakan Model Altman untuk
memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan perbankan.
Rumus Model Altman adalah sebagai berikut :
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 51/83
50
Z-Score = 0,717 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,107 EBIT/TA 0,420 MVE/BVD + 0,998 S/TA
Keterangan :
a. WC : Working Capital
b. TA : Total Assets
c. RE : Retained Earning
d. EBIT : Earning Before Interest and Taxes
e. MVE : Market Value of Equity
f. BVD : Book Value of Total Debt
g. S : Sales
Dari hasil analisa dengan model Altman akan diperoleh
nilai Z-Score yang akan menjelaskan kondisi perusahaan yang
dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
a. Apabila nilai Z-Score diatas 2,90 (Z-Score > 2,90)
diklasifikasikan sebagai perusahaan yang sehat
b. Apabila nilai Z-Score antara 1,20 sampai 2,90 (1,20 < Z-
Score < 2,90) perusahaan berada dalam daerah kelabu (grey
area)
c. Apabila nilai Z-Score dibawah 1,20 (Z-Score < 1,20)
diklasifikasikan sebagai perusahaan yang berpotensi
bangkrut.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 52/83
51
2. Uji Normalitas Data
malitas data penelitian adalah untuk
mengu
satu u
3. Korelasi Product Moment
penelitian korelasi karena
bertuju
i berguna untuk menentukan suatu
besaran
diguna
Pengujian nor
ji apakah model statistik variabel-variabel penelitian
berdistribusi normal atau tidak normal. Pengujian normalitas
data pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.
Uji satu sample Kolmogorov Smirnov merupakan salah
ji untuk kebaik-sesuaian (goodness of fit ). Uji ini
digunakan untuk membandingkan tingkat kesesuaian sample
dengan suatu distribusi tertentu yaitu normal, uniform, poison
atau eksponental (Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12
:2004)
Analisis
Penelitian ini termasuk dalam
an untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan
apabila ada berapa eratnya hubungan itu dan berarti atau
tidaknya hubungan itu.
Analisis korelas
yang menyatakan bagaimana kuatnya hubungan suatu
variabel dengan variabel lain. Jadi tidak mempersoalkan
apakah suatu variabel tertentu tergantung kepada variabel lain.
Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat
kan untuk membandingkan hasil pengukuran dua
variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 53/83
52
antar variabel. (Arikunto,1998:251). Dalam penelitian ini
digunakan korelasi product moment untuk menentukan
hubungan antara dua variable interval. Rumus korelasi product
moment adalah sebagai berikut :
( )( )
( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑
−−
−=
2222Y Y n X X n
Y X XY nr XY
eterangan :
efisien korelasi
dan Y
et h nilai r, lalu dikonsultasikan ke Tabel r
ilai r > 0 artinya telah terjadi hubungan yang linear
(2) ngan yang linier
negative yaitu makin kecil nilai variabel X maka makin
besar nilai variabel Y dan sebaliknya
K
a. r XY : ko
b. ∑ XY : Jumlah hasil dari X
c. ∑ : Jumlah X X
d. : Jumlah Y∑Y
S elah diperole
– Product Moment. Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1
sampai +1 yang kriteria pemanfaatannya dijelaskan sebagai
berikut :
(1) Jika n
positif yaitu makin besar nilai variabel X maka semakin
besar pula nilai variable Y dan sebaliknya
Jika nilai r < 0 artinya telah terjadi hubu
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 54/83
53
(3) Jika nilai r = 0 artinya tidak ada hubungan sama sekali
antara variabel X dan variable Y
Jika nilai r =1 atau r = -1 artinya te(4) lah terjadi hubungan
ke angka 0 maka garis
nilai r. Interpretasi
linier sempurna yaitu berupa garis lurus sedangkan untuk
nilai r yang makin mengarah
semakin tidak lurus. (Umar,2001:154)
Menurut Arikunto (2002 :245) ada cara lain yang lebih
sederhana yaitu dengan menggunakan interpretasi teradap
koefisien korelasi yang diperole atau
tersebut adalah sebagai berikut
Tabel Interpretasi Nilai r
Besarnya Nilai r Interpretasi
Antara 0,800 – 1,00 Tin
Antara 0,6
Antara 0,400 – 0,600
ggi
Aga
endah
lasi)
00 – 0,800 Cukup
Antara 0,200 – 0,400
Antara 0,000 – 0,200
k Rendah
Rendah
Sangat R
(Tidak Berkore
4. Koefis
Besarnya koefisien determinasi besarnya
oefisien korelasi. Besarnya koefisien determinasi (r 2) adalah
n korelasi. (Algifari,1997:150)
ien Determinasi
dapat ditentukan dari
k
kuadrat besarnya koefisie
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 55/83
54
5. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji t
dengan rumus :
( )21 r −
(Um
2nr −
ar,2001:155)
Selanjutnya untuk taraf nyata = α, maka hipotesis kita
terima –t(1-1/2α) < t < t(1-½α) dimana distribusi t yang
digunakan ya Ho kita
tolak. B
3.5.2 Me
mendeskripsikan hasil pengolahan data, peneliti menggunakan
dengan komputer dengan aplikasi
Micros
t =
jika
mempunyai dk = (n-2). Dalam hal lainn
entuk alternative untuk menguji hipotesis Ho bisa H1 : ρ
> 0 atau H1 : ρ < 0. Dalam hal pertama merupakan uji pihak
kanan sedangkan yang kedua merupakan uji pihak kiri.
(Sudjana,2002:380)
tode Pengolahan Data
Untuk memudahkan peneliti dalam pengolahan data dan
metode pengolahan data
oft Exel 2003 dan SPSS versi 11.0.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 56/83
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Perusahaan
Objek penelitian yang oleh peneliti adalah perusahaan-
perusahaan rta tahun 1999
03. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Bank
CIC
ank CIC Tbk mengoperasikan 18 kantor cabang,
11 ka
diambil
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jaka
sampai dengan tahun 20
Tbk, PT Bank Danamon Tbk, PT Bank Danpac Tbk, PT Bank Global
International Tbk, PT Bank International Indonesia Tbk, PT Bank Inter-
Pasific Tbk, PT Bank Lippo Tbk, PT Bank Mayapada Tbk, PT Bank
Negara Indonesia Tbk, PT Bank Niaga Tbk, PT Bank NISP Tbk, PT Bank
Pan Indonesia Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Pikko Tbk, PT Bank
Universal Tbk, PT Bank Bali Tbk, PT Bank Unibank Tbk,dan PT Bank
Victoria International Tbk.
PT Bank CIC Tbk bertempat di Gedung Sentral Senayan Lt 16 Jl Asia
Afrika No 8 Senayan Jakarta 10270. Perusahaan ini didirikan pada tahun
1989. Sampai saat ini PT B
ntor cabang pembantu dan 8 kantor kas. PT Bank Danamon bertempat
di Menara Bank Danamon di Jl Prof. DR Satrio Kav. E4/6 Mega Kuningan
Jakarta 12940. Status Perusahaan sebagai Badan Usaha Milik Negara.
Perusahaan ini berdiri pada Juli 1956 dan menerima ijin sebagai bank umum
pada bulan September 1956. Perusahaan ini tumbuh dengan cepat hingga
menjadi bank swasta terbesar kedua di Indonesia pada pertengahan tahun
90-an.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 57/83
56
PT Bank Danpac Tbk bertempat di Wisma Bank Dharmala Lt 2 Jl
Jenderal Sudirman Kav.28 Jakarta 12920. Perusahaan ini sebelumnya
dikenal denga nama Bank Dwima Surabaya yang berdiri pada tahun 1991 di
Surab
angnya
di Su
aya dan mulai beroperasi dengan nama tersebut pada bulan April 1997.
PT Bank Global International Tbk bertempat di Menara Global Lt 3 Jl Gatot
Subroto Kav 27 Jakarta 12950. Bank ini berdiri pada tanggal 22 Agustus
1992. Pada bulan September 1997 menerima sertifikat ISO9001 dari SGS
International Certification Service. PT Bank International Indonesia Tbk
bertempat di Plaza BII-Mangga Dua Lt 6. Jl MH Thamrin Kav 22 Jakarta
10350. Perusahaan ini didirikan tahun 1959. Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
pada tahun 1989 dan menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia.
PT Bank Mayapada Internatioanl Tbk bertempat di Gedung Arthaloka
Ground Lt 1. Jl Jend. Sudirman Kav 2 Jakarta 10220. Perusahaan ini
didirikan di Jakarta pada tahun 1989. Bank ini membuka kantor cab
rabaya, Semarang, Solo dan Denpasar. Untuk memudahkan para
nasabahnya bank ini juga membuka homepage di www.bankmayapada.com
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk bertempat di Gedung BNI Lt 29 Jl
Jend. Sudirman Kav. 1 Jakarta 10220. Perusahaan ini didirikan pada Juli
1946. Pada mulanya bank ini difungsikan sebagai bank sentral. Namun pada
tahun 1949 di Konferensi Meja Bundar, pemerintah Indonesia dan Belanda
setuju untuk mengubah fungsi bank ini menjadi bank umum. Pada tanggal
25 November 1996 Bank BNI menjadi bank pertama yang dimiliki public
ketika terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 58/83
57
pertengahan tahun 1997 Bank BNI tidak mampu menghindari efek negative
dari krisis ekonomi Asia. Hal ini dapat dilihat dari kerugian yang signifikan
pada tahun 1998 dan tahun 1999 dengan faktor utama adalah masalah
pinjaman dan negative spread .
PT Bank Niaga Tbk bertempat di Gedung Graham Niaga Lt 10 Jl.
Jend. Sudirman Kav 58 Jakarta 12190. Perusahaan ini mulai beroperasi
sebagai bank tunggal tahun 1955 dan mendapat ijin untuk beroperasi dalam
transaksi asing pada tahun 1974. Akhir tahun 1995 perusahaan ini memiliki
57 kantor cabang di seluruh Indonesia. PT Bank NISP Tbk bertempat di Jl
Cibeunying Selatan No 31 Bandung 40114. Bank ini berdiri pada tahun
1941 di Bandung. Pertama kali sebagai bank tabungan. Menerima status
sebagai bank umum pada tahun 1967. Pada tahun 1972 bergabung secara
keuangan dengan Daiwa Bank Jepang. PT Bank Pikko Tbk bertempat di
kompleks Mangga Dua Plaza Blok H 1-3 Jl Mangga Dua Raya Jakarta
10730. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1968 dengan nama PT Bank
Maharaja Makmur. Pada tahun 1996 bank ini mendapat ijin dalam foreign
exchange transaction dan tiga bulan kemudian berganti nama menjadi nama
yang sekarang. Bank ini beroperasi dengan memiliki 15 kantor cabang yang
tersebar di Jakarta, Palembang, Sungailiat, Surabaya dan Makasar. PT Bank
Pan Indonesia Tbk bertempat di Gedung Bank Panin Pusat Jl Jend.
Sudirman Kav 1 Senayan Jakarta 10270 PO BOX 4413 Jakarta 11044.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1971 sebagai merger dari tiga bank
swasta yaitu PT Bank Industri dan Dagang Indonesia, PT Bank
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 59/83
58
Kemakmuran dan PT Industri Djaja Indonesia. Pada tahun 1972 mendapat
ijin beroperasi sebagai bank devisa.
PT Bank Victoria International Tbk bertempat di Gedung Bank Panin
Senayan Lantai Dasar Jl. Jend Sudirman No 1 Jakarta 10270. Perusahaan ini
dibangun di Jakarta pada tahun 1992 dan sampai sekarang masih tidak
memiliki branch office dan akan membuka di beberapa wilayah seperti
Surabaya, Bandung, Medan, Semarang dan Ujung Pandang. PT Bank Inter-
Pasific Tbk bertempat di Wisma Metropolitan II Lt. 9 Jl Jend. Sudirman
KAv 31 Jakarta 12920. PT Bank Inter-Pasific (Interpac Bank) adalah bank
umum gabungan antara Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan The Sanwa Bank
Limited dan Credit Commercial de France. Sebelum dikenal sebagai PT
Bank Inter-Pasific, bank ini bernama PT Inter-Pasific Financial Corporation
pada 24 Februari 1993. Perusahaan menjadi go public pada bulan Agustus
1990 dengan mendaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan lima
juta sahamnya. PT Bank Lippo Tbk bertempat di Gedung Menara Asia Jl
Diponegoro No. 101 Lippo Karawaci Tangerang 15810. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1948 dengan nama NV Bank Perniagaan Indonesia.
Pada tahun 1987 bank ini merger dengan PT Central Commercial Bank dan
pada tahun 1989 merger dengan PT Bank Umum Asia. Pada tahun yang
sama bank ini diijinkan untuk beroperasi sebagai foreign exchange bank .
Pada tahun 1999 mendapatkan sertifikat ISO 9002 untuk jasa dan operasi
kartu kredit. Perusahaan ini juga sukses mengeluarkan produk kartu debit
yang disebut Visa Electron pada tahun 2000.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 60/83
59
4.2
itian ini adalah menggunakan
a penelitiannya pada tahun 1983 yaitu :
Z-S
ungkinan kebangkrutan bank. Formula Z-score ini terdiri dari
beberapa
Work
ilities. Sedangkan current asset s pada
adalah terdiri dari cash
Deskripsi Variabel Penelitian
4.2.1 Altman Z-Score
Variabel pertama dari penel
variabel dari Altman pad
core = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,10X3 +0,420X4+ 0,998X5
Z-score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar
kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat
kem
variabel yaitu X1 sampai dengan X5.
Adapun uraian dari variabel variabel tersebut adalah
sebagai berikut
a. X1 yaitu Working Capital/ Total Assets
ing capital disini dihitung dari selisih antara current assets
dan current liab
perusahaan-perusahaan perbankan disini
on hand and banks, placement in other banks,notes and
securities, loans dan investment (Santoso,1997:90). Dan current
liabilities disini terdiri dari demand deposit, time deposit , dan
saving deposit . Sedangkan total assest adalah semua assets yang
ada di dalam perusahaan tersebut.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 61/83
60
b. han dan total assest adalah
emua assets yang ada di dalam perusahaan tersebut.
/Total Assets
tal assest
ebut.
d.
lah
e.
ng ada di
Ban
seb n rupiah), dan total assets terendah
diperoleh
X2 yaitu Retained Earning/Total Assets
Retained earning adalah laba dita
s
c. X3 yaitu Earning Before Interest and Tax
EBIT ( Earning Before Interest and Tax) adalah operating income
yang diperoleh perusahaan tersebut. Sedangkan to
adalah semua assets yang ada di dalam perusahaan ters
X4 yaitu Market Value of Equity/Book Value of Total Debt
Market Value of Equity disini adalah closing price tahunan dikali
dengan total share tahunan dan Book Value of Total Debt ada
keseluruhan utang baik lancar maupun jangka panjang.
X5 yaitu Sales/Total Assets
Sales disini yang dipakai pada perusahaan perbankan adalah
revenue. Sedangkan total assest adalah semua assets ya
dalam perusahaan tersebut.
Pada tahun 1999 total asset tertinggi dipegang oleh PT
k Negara Indonesia (Persero) dengan jumlah total assetsnya
esar 97.717.803 (dalam jutaa
PT Bank Danpac Tbk yaitu sebesar 312.542 (dalam jutaan
rupiah). Pada tahun 2000 total assets tertinggi masih dipegang oleh
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar 117.880.337
(dalam jutaan rupiah) dan total assets terendah diperoleh PT Bank
Danpac Tbk yaitu sebesar 540.847 (dalam jutaan rupiah). Sedang
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 62/83
61
pada tahun 2001 total assets tertinggi diperoleh PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk sebesar 129.053.150 (dalam jutaan rupiah)
dan total assets terendah dimiliki PT Bank Inter-Pasific Tbk sebesar
719.622 (dalam jutaan rupiah). PT Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk memperoleh total assets tertinggi pada tahun 2002 sebesar
125.623.157 (dalam jutaan rupiah) dan PT Bank Inter-Pasific Tbk
memperoleh total assets terendah sebesar 528.859 (dalam jutaan
rupiah). Dan pada tahun 2003 total asset tertinggi diperoleh PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar 131.486.870 (dalam jutaan
rupiah) dan total assets terendah diperoleh PT Bank Inter Pasific Tbk
sebesar 457.106 (dalam jutaan rupiah). Untuk lebih jelasnya lihat
lampiran 1.
Working capital tertinggi pada tahun 1999 diperoleh PT
Bank Panin Tbk yaitu sebesar 4.203.545 (dalam jutaan rupiah).
Untuk working capital terendah pada tahun tersebut diperoleh PT
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yaitu sebesar (36.804.685)
(dalam jutaan rupiah). Pada tahun 2000 working capital tertinggi
diperoleh PT Bank CIC Tbk sebesar 2.981.680 (dalam jutaan
rupiah). Working capital terendah dimiliki oleh PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk sebesar (38.762.316) (dalam jutaan rupiah).
Untuk tahun 2001 working capital tertinggi dimiliki oleh PT Bank
Danamon Tbk sebesar 9.620.292 (dalam jutaan rupiah). Dan
terendah dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 63/83
62
sebesar (38.910.058) (dalam jutaan rupiah) Untuk tahun 2002
working capital tertinggi dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk sebesar 22.201.527 (dalam jutaan rupiah) Untuk
working capital terendah di tahun 2002 sebesar (23.458.521) (dalam
jutaan rupiah) dimiliki PT Bank International Indonesia (Persero)
Tbk. Dan pada tahun 2003 PT Bank Negara Indonesia Tbk
memperoleh working capital tertinggi sebesar 16.473.072 (dalam
jutaan rupiah). Sedangkan working capital terendah tahun 2003
dimiliki oleh PT Bank International Indonesia Tbk sebesar
(13.468.797) (dalam jutaan rupiah). Untuk lebih jelasnya lihat
lampiran 7.
Pada tahun 1999 retained earning tertinggi diperoleh PT
Bank Pan Indonesia Tbk yaitu sebesar 348.683 (dalam jutaan
rupiah). Dan PT Bank Danamon Tbk memperoleh retained earning
terendah untuk dua tahun berturut-turut yaitu sebesar (48.542.129
(dalam jutaan rupiah). untuk tahun 1999 dan (58.424.547) (dalam
jutaan rupiah) untuk tahun 2000. Pada tahun 2000 retained earning
tertinggi dimiliki oleh PT Bank Panin dengan nilai sebesar Rp
142.254 (dalam jutaan rupiah). Untuk tahun 2001 retained earning
tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan nilai
sebesar 959.135 (dalam jutaan rupiah), terendah dimiliki oleh PT
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dengan nilai sebesar
(58.328.903) (dalam jutaan rupiah). Pada tahun 2002 retained
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 64/83
63
earning tertinggi dimiliki oleh PT Bank Danamon Tbk sebesar
4.064.950 (dalam jutaan rupiah) terendah dimiliki oleh PT Bank
Negara Indonesia (Persero)Tbk dengan nilai sebesar (56.895.697)
(dalam jutaan rupiah). Pada tahun 2003 retained earning tertinggi
dimiliki oleh PT Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar 3.234.337
(dalam jutaan rupiah ) dan terendah dimiliki oleh PT Bank
International Indonesia Tbk dengan nilai sebesar (14.517.466)
(dalam jutaan rupiah). Untuk lebih jelasnya lihat lampiran 2
Pada tahun 1999 PT Bank Unibank Tbk memperoleh EBIT
tertinggi sebesar 54.236 (dalam jutaan rupiah) dan EBIT terendah
pada tahun tersebut diperoleh PT Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk sebesar (15.228.246) (dalam jutaan rupiah). Pada tahun 2000
EBIT tertinggi diperoleh PT Bank Danamon Tbk sebesar 284.646
(dalam jutaan rupiah) dan EBIT terendah sebesar (958.520) (dalam
jutaan rupiah) diperoleh PT Bank Bali Tbk. Pada tahun 2001 EBIT
tertinggi diperoleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar
15.604.462 (dalam jutaan rupiah) EBIT terendah untuk tahun 2001
sebesar (121.677) (dalam jutaan rupiah) diperoleh PT Bank CIC Tbk.
Pada tahun 2002 EBIT tertinggi diperoleh PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk sebesar 16.230.211 (dalam jutaan rupiah)
dan PT Bank CIC Tbk memperoleh (628.858) (dalam jutaan rupiah)
untuk EBIT terendah. Pada tahun 2003 PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk memperoleh EBIT tertinggi sebesar 15.327.159
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 65/83
64
(dalam jutaan rupiah). Dan PT Bank CIC Tbk memperoleh EBIT
terendah sebesar (1.601) (dalam jutaan rupiah). Untuk lebih jelasnya
lihat lampiran 3.
Revenue tertinggi selama 5 tahun berturut turut dimiliki
oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero ) Tbk dengan nilai sebesar
9.736.761 (dalam jutaan rupiah ) pada tahun 1999, 11.353.487
(dalam ju
hun 1999 dan sebesar
109.382.
taan rupiah ) pada tahun 2000, 15.604.462 (dalam jutaan
rupiah) pada tahun 2001, 16.230.211 (dalam jutaan rupiah ) pada
tahun 2002 dan 15.317.159 (dalam jutaan rupiah) pada tahun 2003.
PT Bank Danpac Tbk memperoleh revenue terendah dua tahun
berturut-turut yaitu sebesar 63.102 (dalam jutaan rupiah) untuk tahun
1999 dan sebesar 59.964 (dalam jutaan rupiah) untuk tahun 2000. Di
tahun 2001 revenue terendah diperoleh PT Bank Pikko Tbk sebesar
75.73 (dalam jutaan rupiah). Dan PT Bank Inter-Pasific memperoleh
revenue terendah dua tahun berturut-turut sebesar 64.006 (dalam
jutaan rupiah) untuk tahun 2002 dan sebesar 37.885 (dalam jutaan
rupiah) untuk tahun 2003. (Lihat lampiran 4)
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk lima tahun
berturut-turut memiliki total liabilities tertinggi yaitu sebesar
98.744.261 (dalam jutaan rupiah) untuk ta
728 (dalam jutaan rupiah) untuk tahun 2000. Tahun 2001
sebesar 122.248.444 (dalam jutaan rupiah), Tahun 2002 sebesar
117.385.663 (dalam jutaan rupiah) dan tahun 2003 sebesar
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 66/83
65
121.464.909 (dalam jutaan rupiah). Sedangkan total liabilities
terendah pada tahun 1999 sebesar 212.929 (dalam jutaan rupiah)
diperoleh PT Bank Danpac Tbk. Pada tahun 2000 PT Bank Danpac
Tbk memperoleh total liabilities terendah lagi yaitu sebesar 453.236
(dalam jutaan rupiah). Pada tahun 2001 PT Bank Danpac kembali
memiliki total liabilities terendah yaitu sebesar 604.165 (dalam
jutaan rupiah). Sementara PT Bank Inter-Pasific memperoleh total
liabilities terendah juga dalam dua tahun berturut-turut yaitu sebesar
456.263 (dalam jutaan rupiah) untuk tahun 2002, sebesar 380.224
(dalam jutaan rupiah) di tahun 2003. (Lihat lampiran 9)
Hasil perhitungan Altman Z-Score pada perusahaan
perbankan pada umumnya berpotensi mengalami kebangkrutan
selama lima tahun berturut-turut. Pada tahun 1999 nilai Z-Score
tertinggi
Score tertinggi dengan nilai 2,704 dengan prediksi masuk wilayah
dimiliki oleh PT Bank Danpac Tbk dengan nilai 1,208
dengan prediksi berada di wilayah grey area. Untuk nilai Z-Score
terendah pada tahun 1999 dimiliki oleh PT Bank Niaga Tbk dengan
nilai (3,919) dengan prediksi bangkrut. Pada tahun 2000 nilai Z-
Score tertinggi sebesar 0,556 dimiliki oleh PT Bank Global
International Tbk dengan prediksi bangkrut. PT Bank Inter Pasific
Tbk memiliki nilai Z-Score terendah pada tahun 2000 dengan nilai
(0,954) dengan prediksi bangkrut. (Lihat lampiran 15 dan 16)
Pada tahun 2001 PT Bank Pikko Tbk memiliki nilai Z-
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 67/83
66
grey area. Sedangkan nilai Z-Score terendah dimiliki oleh PT Bank
International Indonesia Tbk (0,308) dengan prediksi bangkrut. Pada
tahun 20
ngan prediksi
bangkrut
a taun 2001 dengan nilai Z-Score 2,704. Untuk
lebih jela
4.2.2
an Januari sampai dengan bulan Juni
02 PT Bank Panin Tbk memiliki nilai Z-Score tertinggi
yaitu 1,072 dengan prediksi bangkrut. Sedangkan PT Bank
International Indonesia memiliki nilai Z-Score terendah yaitu (0,363)
dengan prediksi bangkrut. (Lihat lampiran 15 dan 16)
Pada tahun 2003 nilai Z-Score tertinggi dimiliki oleh PT
Bank Danamon Tbk dengan nilai 0,870 dengan prediksi bangkrut.
Sedangkan nilai Z-Score terendah dimiliki oleh PT Bank
International Indonesia dengan nilai (0,439) de
. Namun dari keseluruhan nilai Z-Score dapat dilihat bahwa
nilai Z-Score dari tahun ke tahun mengalami peningkatan walaupun
masi tetap berada di wilayah yang diprediksi bangkrut. (Lihat
lampiran 15 dan 16)
Secara keseluruhan, selama lima tahun (1999-2003) ada
dua perusahaan yang berada dalam kategori grey area yaitu PT Bank
Danpac Tbk pada tahun 1999 dengan nilai Z-Score 1,208 dan PT
Bank Pikko Tbk pad
snya liat lampiran 16
Harga Saham
Harga saham yang dipergunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah harga saham setelah laporan keuangan dipublikasikan
kepada masyarakat selama bul
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 68/83
67
pada tahun berikutnya. Hal ini untuk mengetahui bagaimana reaksi
pasar dal
rnational Tbk dengan harga saham rata-
rata Rp 8
tahun 2003 dengan nilai Rp 8,54 per lembarnya
dan Rp 2
am pengambilan keputusannya untuk melakukan pembelian
atau penjualan sahamnya.
Pada tahun 1999 rata-rata harga saham tertinggi selama satu
semester setelah publikasi diperoleh PT Bank Danpac Tbk pada
harga Rp 761,00 per lembarnya . Sedangkan yang terendah dipegang
oleh PT Bank Victoria Inte
8.33 per lembarnya. Pada dua tahun berikutnya PT Bank
Danpac Tbk masih menduduki peringkat tertinggi dalam perolehan
harga saham pada tahun 2000 dan 2001 dengan harga Rp 737,50 dan
Rp 683,33 per lembarnya. Namun harga saham tersebut bagi PT
Bank Danpac Tbk merupakan suatu penurunan selama tiga tahun ini.
(Lihat lampiran 22)
Pada tahun 2000 dan 2001 harga saham terendah diperoleh
PT Bank International Indonesia Tbk yaitu Rp 27,5 dan Rp 39,17 per
lembarnya. PT Bank Danamon Tbk mencapai harga saham tertinggi
pada tahun 2002 dan
.816,67 per lembar untuk tahun 2003. PT Bank International
Pasific memperoleh harga saham terendah untuk tahun 2002 dengan
nilai sebesar Rp 17,50. Pada tahun berikutnya tahun 2003 PT Bank
Permata memiliki harga saham terendah yaitu sebesar Rp 50,00 per
lembarnya. (Lihat lampiran 22)
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 69/83
68
4.3 Ketepa
aktif usahanya. Hal ini bukan berarti
penggunaan alat prediksi potensi kebangkrutan Altman Z-score tidak cocok
na adanya kebijakan dari pihak
pemeri
yaitu sebesar
-0,172 dan menurun kembali di tahun 2000 yaitu sebesar -0,038. Hal ini
tan Prediksi Altman Z-Score
Sampai sekarang perusahaan-perusahaan perbankan tersebut masih
beroperasi menjalankan kegiatan
digunakan di Indonesia tetapi kare
ntah dalam melikuidasi atau menutup suatu bank didasarkan pada
kriteria bahwa bank tersebut telah menggunakan Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI) sama atau melebihi 75 % dari total assets dan
menggunakan BLBI melampaui 500 % dari modal disetor. Demikian pula
jika rasio kecukupan modalnya (CAR) jauh dibawah ketentuan minimum 4
% (berdasarkan ketentuan CAR sebelum tahun 2001) maka suatu bank
terpaksa harus ditutup. Hanya ada beberapa perusahaan yang mengalami
financial distress yang parah yang akhirnya harus merger dengan
perusahaan perbankan lain yang lebih kuat. Diantaranya adalah PT Bank
Unibank Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank CIC Tbk dan PT Bank Bali
Tbk. Dari keempat bank tersebut tiga diantaranya merger menjadi satu bank
yaitu PT Bank Permata Tbk. Perusahaan perbankan tersebut adalah PT Bank
Unibank Tbk, PT Bank Universal Tbk dan PT Bank Bali Tbk.
Nilai Z-Score yang dimiliki oleh PT Bank Unibank Tbk adalah pada
tahun 1999 sebesar 0,113 dan tahun 2000 menurun menjadi -0,012.
Indikator-indikator kebangkrutan pada PT Bank Unibank tahun 1999
diantaranya adalah working capital/total asset bernilai negative
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 70/83
69
berarti
ugian
yaitu 3
bahwa PT Bank Unibank Tbk tidak mampu melunasi utang-utang
jangka pendeknya dengan asset lancar yang dimilikinya. Pada indikator
kedua yaitu retained earning/total asset yang dimiliki PT Bank Unibank
Tbk sebesar -0,504 pada tahun 1999 dan -0,436 pada tahun 2000. Hal ini
berarti bahwa kemampuan perolehan laba pada perusahaan ini masih
bernilai negative. Hal ini berarti pula bahwa perusahaan ini tingkat efisiensi
usahanya masih kurang bagus. Pada indikator ketiga yaitu earning before
interest and tax/total assets bernilai 0,027 pada tahun 1999 dan menurun
pada tahun 2000 yaitu sebesar -0,002. Ini berarti ada masalah pada
kemampuan profitabilitas perusahaan. Dalam laporan keuangan disebutkan
bahwa PT Bank Unibank mengalami kerugian pada tahun 1998 sebesar
450.965 (dalam jutaan rupiah) namun pada tahun berikutnya meningkat
menjadi 54.236 (dalam jutaan rupiah) dan pada tahun 2000 mengalami
kerugian kembali sebesar 8.876 (dalam jutaan rupiah). Berikut adalah profil
dari beberapa perusahaan yang harus merger dengan perusahaan lain.
Nilai Z-score pada PT Bank Universal Tbk pada tahun 1999 adalah
sebesar 0,099 dan meningkat pada tahun 2000 yaitu sebesar 0,116.
Indikator-indikator kebangkrutan terlihat pada nilai working capital/total
assets yang negative yaitu sebesar -0,356 tahun 1999 dan -0,322 tahun 2000.
Selama tiga tahun berturut-turut PT Bank Unibank mengalami ker
.884.210 pada tahun 1998, 1.480.167 pada tahun 1999 dan 52.553
pada tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan profitabilitas
perusahaan masih kurang baik.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 71/83
70
Nilai Z-Score PT Bank Bali Tbk pada tahun 1999 adalah sebesar
-2,180 di tahun 1999 dan -0.648 di tahun 2000. Indikator utama penyebab
rendahnya nilai Z-score adalah working capital/total assets. PT Bank Bali
Tbk memiliki utang jangka pendek sebesar 8.282.845 (dalam jutaan rupiah)
pada tahun 1999 yang tidak ma
mpu dilunasi dengan asset lancarnya sebesar
523.26
k wilayah yang
dipredi
sampai dengan tahun 2003 mengalami fluktuasi yang cukup beragam. Hasil
9. Pada tahun berikutnya pun masih sama yaitu utang jangka pendek
sebesar 9.776.093 (dalam jutaan rupiah) tidak mampu terbayar dengan asset
lancarnya sebesar 4.951.167 (dalam jutaan rupiah). Dari hasil tersebut diatas
dapat dipahami bahwa merger diantara ketiga bank tersebut merupakan
langkah yang cukup baik yang dilakukan oleh pemerintah.
Pada tahun 2005 PT Bank Global International Tbk mengalami
pencabutan izin usaha terhitung sejak tanggal 13 Januari 2005 dengan
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.7/2/KEP-6BI/2005 dan masuk
delist pada tanggal 18 Januari 2005. Nilai Z-Score PT Bank Global
International selama tahun 1999 sampai dengan 2003 temasu
ksi bangkrut. Dengan nilai Z-Score 0,739 pada tahun 1999
mengalami penurunan menjadi 0,556 di tahun 2000 kemudian selama tiga
tahun berikutnya mengalami kenaikan yaitu 0,767 pada tahun 2001 menjadi
0,776 di tahun 2002 dan menjadi 0,807 di tahun 2003.
Pada tahun 2004 terhitung sejak tanggal 15 Desember 2004 PT Bank
Danpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk masuk delist karena merger dengan PT
Bank CIC Tbk. Nilai Z-Score PT Bank Danpac Tbk selama tahun 1999
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 72/83
71
nilai Z-Score PT Bank Danpac tahun 1999 adalah 1,208 sempat masuk
wilayah grey area namun empat tahun kemudian masuk wilayah yang
dipredi
asuk wilayah grey area
dan ha
4.4
< α
golahan dengan SPSS diperoleh sign = 0,086
ksi bangkrut. Tahun 2000 nilai Z-Score mengalami penurunan
menjadi 0,271 kemudian mengalami peningkatan kembali tahun 2001
menjadi 0,674. Pada tahun 2002 meningkat menjadi 0,900 dan mengalami
penurunan kembali menjadi 0,815 pada tahun 2003.
Sedangkan PT Bank Pikko Tbk juga memiliki nilai Z-Score yang
cukup fluktuatif selama tahun 1999 sampai dengan tahun 2003. Pada tahun
1999 nilai Z-Score yang dimiliki PT Bank Pikko Tbk adalah sebesar 0,306
kemudian mengalami penurunan yang cukup besar di tahun 2000 menjadi
(0,905). Pada tahun 2001 malah mengalami kenaikan yang cukup besar
menjadi 2,704 pada level ini PT Bank Pikko Tbk m
mpir menjadi bank yang sehat. Namun PT Bank Pikko Tbk tidak
mampu mempertahankan kinerjanya sehingga tahun 2002 nilai Z-Score
mengalami penurunan yang cukup besar yaitu menjadi 0,331 dan di tahun
2003 juga mengalami penurunan menjadi 0,324.
Hasil Analisis Data
4.4.1 Uji Normalitas Data Kolmogorov Smirnov
Perumusan hipotesis adalah :
Ho = data sampel berdistribusi normal
HA = data sampel tidak berdistribusi normal
Dengan daerah kritis : Ho Ditolak jika Sig
Dari hasil pen
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 73/83
72
Karena sign. > α ( 0,086 > 0,05) maka Ho diterima. Maka
pel Z-score berdistribusi normal
4.4.2 isien korelasi diperoleh
5 %. Ini berarti ada
el harga
akan
am. Hubungan atau korelasi antara
variable
4.4.3
ntara Z-Score
aham (variabel Y) adalah 0,051 atau 5,1 %.
kesimpulannya adalah data sam
Korelasi Product Moment
Berdasarkan hasil perhitungan koef
r = 0,226 dengan n = 85 pada taraf signifikan
hubungan signifikan antara variable Z-Score dan variab
saham karena r > 0. Hubungan ini merupakan hubungan linier yang
positif sehinggga dapat disimpulkan bahwa kenaikan Z-Score
diikuti kenaikan harga sah
Z-Score dan harga saham yang bernilai 0,226 adalah rendah
setelah dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r. Harga
korelasi adalah tidak signifikan karena 0,213 < 0,226 < 0,278. Hal ini
terjadi setelah dikonsultasikan dari tabel harga kritik dari r Product
Moment dengan n = 85, harga kritik untuk r pada taraf kepercayaan 1
% = 0,213 dan pada taraf kepercayaan 5 % = 0,278.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ditentukan dari besarnya koefisien
korelasi. Jadi nilai koefisien determinasi (r 2
) adalah :
r 2 = (0,226)2
= 0,051
Maka besarnya tingkat keeratan hubungan a
(variabel X) dan harga s
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 74/83
73
Jadi 5,1
iti.
4.4.4 Uji Hipo
Uji hipot oment adalah menggunakan
Uji t den
% variabel Y dapat dijelaskan oleh variabel X dan sisanya
sebesar 49 % berhubungan faktor lain yang tidak ditel
tesis
esis dalam korelasi product m
gan rumus :
( )21
2
r
nr
−
−=
Dari hasil pengujian didapat t
t dengan dk = n - 2
α = 0,05 didapat nilai t tabel = 1,645 .
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan A elihat
bahwa pada tahun 1999 potensi perusahaan-perusahaan perbankan masih
dalam
bahwa
ekonom sia. Bahkan beberapa diantara perusahaan
s mengalami merger dengan bank lain. Bank-bank tersebut
hitung = 2,11
Dengan dk = n-2 = 83 dan
Oleh karena t hitung > t tabel maka Ho diterima, jadi korelasi yang
terjadi mempunyai arti.
ltman Z-Score kita dapat m
posisi dikhawatirkan mengalami kebangkrutan. Hal ini bisa dipahami
tahun 1999 perusahaan masih belum bisa lepas dari dampak krisis
i yang melanda Indone
perbankan haru
antara lain PT Bank Bali Tbk dan PT Bank Universal Tbk yang merger
menjadi PT Bank Permata Tbk bersama PT Bank Unibank Tbk dan bank
lain.
Penyebab utama dari memburuknya kinerja perbankan ini adalah
bertumpuknya utang yang tidak bisa dibayar, terutama utang-utang jangka
pendeknya, sehingga mempengaruhi working capital perusahaan. Mayoritas
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 75/83
74
perusahaan mengalami working capital negatif. Hal ini bisa menjadi salah
satu indikator kebangkrutan karena working capital negatif menunjukkan
bahwa perusahaan tidak mampu membayar utang-utang jangka pendeknya.
rata-rat
Nilai yang ikut mempengaruhi rendahnya nilai Z-Score adalah nilai
retained earning yang menurun dalam dua tahun terakhir. Sedang harga
saham ketiga bank tersebut terus mengalami penurunan drastis. PT Bank
Bali Tbk pada tahun 1999 memiliki harga saham sebesar Rp 450,00 per
lembar dengan rata-rata semester harga saham pertama tahun berikutnya
senilai Rp 437,00 menjadi Rp 75,00 per lembar pada tahun 2000 dengan
a harga saham semester pertama tahun berikutnya senilai Rp 53,33 .
PT Bank Unibank memiliki harga saham pada tahun 1999 sebesar Rp
125,00 menjadi Rp 40,00 per lembar di tahun 2000 dengan harga saham
rata-rata semester pertama tahun berikutnya senilai Rp 166,67 menjadi Rp
36,67 pada tahun berikutnya. Dan PT Bank Universal pada tahun 1999
memiliki harga saham Rp 125,00 menjadi Rp 45,00 per lembar pada tahun
2000 dan pada tahun 1999 rata-rata harga saham semester pertama tahun
berikutnya senilai Rp112,5 menjadi Rp 26,6 pada semester pertama pada
tahun 2001. Hal ini menunjukkan reaksi pasar yang negative terhadap harga
saham yang beredar di masyarakat.
Walaupun pemerintah telah menyuntikkan dana BLBI (Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia) namun tetap membuat bank-bank merasa
kesulitan karena pengenaan suku bunga BLBI yang tinggi pula. Hal ini
diperparah dengan adanya masyarakat yang menarik semua simpanannya di
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 76/83
75
bank secara besar-besaran (rush) yang menyebabkan aset perbankan kosong
melompong.
nurunan dari Rp 8.276,00 menjadi Rp 4.925,00 per lembarnya
ucuti sehingga
tingkat p
Tahun 2000 gelombang dampak krisis ekonomi di bidang
perbankan belum juga pulih. Hal ini nampak pada nilai Z-Score yang masih
sama seperti tahun 1999. Mayoritas perusahaan memperoleh nilai Z-Score
di bawah 1,2 yang berarti potensi kebangkrutan masih relatif besar .Rata-rata
harga saham pada perusahaan-perusahaan perbankan di tahun 2000
mengalami pe
dan reaksi pasar terhadap harga saham-saham tersebut yang dihitung dari
rata-rata harga saham semester pertama tahun berikutnya juga mengalami
penurunan dari Rp 262,21 menjadi Rp 143,3 per lembarnya
Di tahun 2000 muncul kasus Bank BNI yang mengalami
pengenaan Bank Dalam Pengawasan (BDP) berkaitan dengan adanya kredit
macet Grup Texmaco yang mencapai Rp 10 Trilyun. Hal ini menyebabkan
nilai Z-Score turun lagi di bawah 1,2 menjadi -0,481 yang mulanya di tahun
1999 dengan nilai Z-Score sebesar -0,448. Setelah BNI masuk dalam
kategori BDP maka oleh BPPN kredit macet tersebut dil
rofitabilitas BNI bisa meningkat walaupun sedikit menjadi 0.25 %.
Sedangkan harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) menurun
drastis dari Rp 300,00 per lembar menjadi Rp 95,00 per lembarnya. Dan
rata-rata harga saham semester pertama tahun berikutnya juga mengalami
penurunan yaitu dari Rp 216,67 menjadi Rp 76,67 per lembarnya.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 77/83
76
Pada tahun 2001 masih banyak perusahaan perbankan yang
mempunyai nilai Z-Score kurang dari 1,2 masih relatif sama dengan tahun
sebelumnya. Mayoritas harga saham pada tahun ini masih mengalami
penurunan. Hal ini bisa kita lihat pada rata-rata harga saham yang menurun
dari Rp 7.925,00 per lembar menjadi Rp 7.325,00 per lembarnya. Namun
reaksi p
ang luar negeri yang jatuh tempo tidak
bisa terb
saham PT Bank International
Indonesia
asar yang tercermin dari harga saham selama 6 bulan setelah
pubilkasi malah mengalami kenaikan dari Rp 143,3 pada tahun 2000
menjadi Rp 188,75 per lembarnya.
Bahkan di tahun 2001 ini muncul kasus BII yang melibatkan pihak
BPPN (Bank Penyehatan Perbankan Nasional). Dalam lampiran 15 jelas
terlihat bahwa nilai Z-Score selama tiga tahun berturut-turut yaitu tahun
1999, 2000 dan 2001 masih dibawah 1,2.
Hal ini terjadi karena ut
ayar sehingga menyeret BPPN untuk turun tangan menyelesaikan
persoalan tersebut. Hal ini terjadi karena Grup Sinar Mas yang merupakan
pemegang saham 18 % mempunyai ketidakmampuan dalam membayar surat
utang di luar negeri. Sedangkan harga
Tbk pada tahun terakhir terus mengalami penurunan dari Rp
100,00 pada tahun 1999 menjadi Rp 40,00 pada tahun 2000 dan di tahun
2001 menjadi Rp 25,00 per lembarnya. Seiring dengan rendahnya nilai Z-
Score selama tiga tahun berturut turut dari -0,105 tahun 1999, -0,125 di
tahun 2000 dan -0,308 di tahun 2001. Untuk harga saham rata-rata semester
pertama PT Bank International Indonesia Tbk mengalami kenaikan dan
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 78/83
77
penurunan, harga saham rata-rata semester pertama setelah publikasi pada
tahun 1999 senilai Rp 95,83 dan menurun pada tahun 2000 menjadi Rp 27,5
sedangkan pada tahun 2001 naik menjadi Rp 39,17 per lembar.
Pada tahun 2002 nilai Z-Score perusahaan-perusahaan perbankan
masih saja sama dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu masih berada di
wilayah yang diprediksi bangkrut. Hal ini terutama dipengaruhi indikator
yang pertama yaitu working capital /total assets. Working capital tahun ini
meningkat sedikit dibanding tahun sebelumnya. Seperti terlihat pada
lampiran 1
keadaan dan
kondisi.Un
0. Harga saham pada tahun ini rata-rata naik dari Rp 7,325,00 per
lembar pada tahun 2001 menjadi Rp 11.985,00 per lembar pada tahun 2002.
Rata-rata harga saham 6 bulan setelah pubilkasi yang mencerminkan reaksi
pasar yang terjadi pada tahun ini mengalami peningkatan yang semula Rp
188,75 pada tahun 2001 menjadi Rp 251,67 pada tahun 2002.
Pada tahun 2003 kondisi perusahaan-perusahaan perbankan
masih juga sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya nilai Z-Score yang masih dibawah 1,2. Nilai z-score yang diperoleh
perusahaan-perusahaan perbankan tersebut memang mengalami peningkatan
namun hanya beberapa persen saja. Sehingga tidak merubah
tuk harga saham pada tahun ini semakin meningkat seiring
meningkatnya nilai Z-Score. Rata-rata harga saham pada tahun ini
meningkat menjadi Rp 15.676,00 per lembarnya. Demikian pula rata-rata
harga saham bulan Januari sampai bulan Juni setelah publikasi meningkat
dari Rp 251,7 menjadi Rp 421,18 pada tahun ini.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 79/83
78
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
ari hasil yang diperoleh pada pembahasan di atas maka kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis ada tahun 2001 bank-bank yang
diprediksi bisa mengalam erger menjadi satu
T Bank Permata Tbk) adalah PT Bank Unibank Tbk, PT Bank
Un
rger dengan PT Bank CIC Tbk.
D
di atas p
i kebangkrutan dan harus m
bank (P
iversal dan PT Bank Bali Tbk.. Pada bulan Desember 2004 PT Bank
Piiko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk me
Dan pada tahun 2005 PT Bank Global International dicabut izin
usahanya terhitung sejak 13 Januari 2005. Untuk bank-bank lain pada
kenyataannya sampai sekarang masih aktif beroperasi menjalankan
kegiatan usahanya. Hal ini bukan berarti penggunaan alat prediksi
potensi kebangkrutan Altman Z-score tidak cocok digunakan di
Indonesia tetapi karena adanya kebijakan dari pihak pemerintah dalam
melikuidasi atau menutup suatu bank.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 80/83
79
2.
3. a nilai z-score yang dimiliki oleh
le tersebut kecil.
5.2 Ket
1.
asi
ut agar ketepatan penggunaan Altman Z-Score lebih akurat.
, Bank Indonesia
5.3 Sar
Hal utama yang mempengaruhi naik turunnya nilai Z-Score adalah
faktor X1 dari Altman Z-Score yaitu working capital yang diperoleh dari
selisih antara current assets dan current liabilities.
Nilai korelasi product moment yang diperoleh dari penelitian ini adalah
sebesar 0,226 atau 22,6 % berarti bahw
perusahaan perbankan untuk memprediksi potensi kebangkrutan
berhubungan dengan harga saham yang dimiliki perusahaan tersebut,
walaupun nilai keeratan hubungan antara dua variab
Keterbatasan
erbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian ini menggunakan data-data dari perusahaan yang sudah
bangkrut dan belum bangkrut. Sebaiknya pada penelitian lanjutan, data-
data yang diambil adalah data-data perusahaan yang sudah dilikuid
atau bangkr
2. Untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank
mempunyai alat ukur sendiri yaitu analisis CAMEL (Capital, Assets,
Management, Earning dan Likuidity). Maka untuk penelitian lanjutan
sebaiknya penggunaan Altman Z-Score dibandingkan dengan CAMEL
an
1. Bagi manajemen perusahaan setelah mengetahui seberapa besar potensi
kebangkrutan yang dimiliki sebaiknya mengadakan evaluasi dan
meningkatkan kinerja perusahaan agar minimal potensi kebangkrutan
dapat dikurangi atau bahkan dihindari.
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 81/83
80
2. Dan bagi pihak pemerintah selaku pembuat kebijakan setelah
Achmad, Tarmidzi Dan Williyanto Kartiko Kusuno.2003. Analisis Rasio-Rasio
Potensi
Kebangkrutan Perbankan Di Indonesia. Dalam Media Ekonomi Dan
Bisnis vol XV No 1 Juni
Adnan, Muhammad Akhyar Dan Muhammad Imam Taufiq.2001. Analisis
Ketepatan Prediksi Metode Altman Terhadap Terjadinya Likuidasi
Pada Lembaga Perbankan (Kasus Likuidasi Perbankan Di
Indonesia).Dalam Jurnal Akuntansi Dan Auditing Vol 5 No 2
Desember
Algifari.
noraga, Pandji dan Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal Indonesia. Jakarta
Arikunto
Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting. Yogyakarta : BPFE
n Birokasi. Jakarta
itute For
Economics And Financial Research
mengetahui seberapa besar potensi kebangkrutan perusahaan perbankan
akan terus mengawasi perusahaan-perusahaan yang berada dalam grey
area agar tidak mengalami kebangkrutan yang lebih parah lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Keuangan Sebagai Indikator Dalam Memprediksi
1997. Statistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : UPP
AMP YKPN
A
: Mediasoft Indonesia
,Suharsimi.1998.Prosedur Penelitian.Jakarta :Rineka Cipta
Basri, Faisal. 2003. Kasus Bank Lippo : Momentum Pembenahan Institusi
Korporasi Da
Gitosudarmo, Indriyo Dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan Edisi 4.
Yogyakarta : BPFE
ICMD : Indonesian Capital Market Directory 2004. Jakarta : Inst
5/11/2018 z-score - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/z-score-55a0cad09ad7a 82/83
81
Mamduh M,Hanafi . 2003. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta :UPP
AMP YKPN
Munawir n Keuangan. Yogyakarta : Liberty
agai Alat Untuk Memprediksi
Tingkat Kegagalan Usaha Bank . Dalam Media Riset Akuntansi,
edoman Penulisan Skripsi.2003 Fakultas Ilmu Sosial. Semarang : Unnes
Press
Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12.2004. Yogyakarta : Penerbit
Riyanto,
upardi. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk Menilai
nuari-April
dan Empat Bahasan Kasus Bidang Akuntansi. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Undang-Undang Perbankan 1998 (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998).
Wilopo. Akuntansi
Indonesia Vol 4 No 2 Mei
www.jsx
,1979. Analisa Lapora
Murtanto.2002. Analisis Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Rasio
CAMEL Dan Metode Altman Seb
Auditing Dan Informasi Vol 2 No 2 Agustus
P
ANDI dan Wahana Komputer Semarang.
Bambang.1995. Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan.
Yogyakarta: Yayasan Penerbit Gajah Mada
Santoso, Rudy Tri. 1997. Prinsip Akuntansi Perbankan. Yogyakarta : Penerbit
ANDI
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito
S
Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public Di Bursa
Efek Jakarta. Dalam KOMPAK Nomor 7 Ja
Umar, Husein. 2001. Riset Akuntansi Dilengkapi Dengan Panduan Membuat
Skripsi
Jakarta : Sinar Grafika
Prediksi Kebangkrutan Bank . Dalam Jurnal Riset
.co.id
www.faisalbasri.com
www.kompas.com