Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

383

Click here to load reader

description

sosial

Transcript of Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Page 1: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 2: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Solusi Untuk Indonesia Penulis: Hokky Situngkir Supervisor: Yohanes Surya Penerbit: Kandel Cetakan Pertama: 2008 ISBN: 978-979-15900-3-7

Page 3: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Ii

mari bergembira, selagi kita muda!

setelah kemudaan berakhir,

setelah masa tua yang sulit,

tanah tempat kita berkalang!

hidup ini pendek, dan cepat berakhir!

kematian datang dengan cepat,

dengan kejam mencengkeram,

tak seorang pun dapat lolos!

gaudeamus igitur, juvenes dum sumus!

post icundum iuventutem,

post molestam senectutem,

nos habebit humus!

vita nostra brevis est, brevi finietur!

venit mors velociter,

rapit nos atrociter,

nemini parcetur!

Page 4: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

ii

Page 5: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

iii

SEKAP

UR

S

IR

IH

Buku ini hadir sebagai upaya ingin memberikan apa yang menjadi pergulatan

pemikiran dan perasaan sebagai bagian dari sebuah bangsa Indonesia yang

bercampur-aduk dengan pergumulan bersama data-data dan detail

komputasi dan analisis mekanika statistik. Kita seringkali menganggap

bahwa apa yang menjadi permasalahan bagi kita adalah apa yang dilihat

oleh dunia tentang kita, padahal permasalahan utama adalah bagaimana

kita melihat diri kita sendiri. Ini merupakan landasan pentingnya konsep

Wawasan Nusantara bagi kita semua, setiap generasi, seluruh golongan

ekonomi dan kerja, semua elemen negeri. Buku ini bermotif

mengetengahkan sebuah kacamata sains kompleksitas untuk hal ini, agar

kita makin hari makin memahami diri kita, dan makin lama makin cinta

dengan bumi pertiwi tempat kita lahir, hidup, dan akhirnya menutup mata

ini.

Buku ini diawali dengan mengetengahkan selintas darmawisata ke ranah

sistem kompleks, kajian ekonofisika dan sosiofisika, dan dunia komputasi

interdisiplin yang menjanjikan banyak hal untuk implementasi kajian sosial

masa depan. Berbagai sendi kehidupan dibicarakan buku ini sebagai bentuk

Wawasan Wiyatamandala, mulai dari sistem ekonomi, politik, olahraga, seni

dan budaya, dan sebagainya. Sebenarnya buku ini terlalu kecil untuk

dianggap berbicara tentang Indonesia secara lengkap, namun buku ini

memiliki janji akan memungkinkannya banyak kajian baru muncul yang akan

memperkaya khazanah ilmu sosial kita di tanah air demi masyarakat

Indonesia yang lebih baik.

Buku ini kami persembahkan buat mereka yang haus akan ilmu

pengetahuan, yang rindu akan implementasi sains dalam cakrawala sistem

sosial secara umum, dan memiliki rasa cinta akan ibu pertiwi yang kuat. Yang

jelas, buku ini adalah buah tangan tim penulis yang senantiasa berhutang

pada banyak pihak baik di dalam atau pun di luar Bandung Fe Institute dan

Surya Research International.

Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan staf kerja di

Surya Research International dan Bandung Fe Institute, juga kepada rekan-

rekan yang banyak membantu baik langsung atau tidak langsung seperti

Profesor Roy Sembel, Profesor M. T. Zen, Bang Muslim Tampubolon, Bung

Dodi Rustandi, Bung Irendra Rajawali, rekan-rekan di Proggie ITB, khususnya

Abdillah Prasetya, Arief Haryanto, Kurniawan Hadiyusro, Zaid Perdana

Nasution, Diding Sakri, Ilham Thamrin, Nugroho Ariemulyo, Kurniawan

Ginting, Efri Elkha Riza, di Institut Sosial Humaniora ‘Tiang

Bendera’ ITB, dan sederet nama lain yang tentunya tak mungkin kami sebut

satu persatu, yang banyak memberikan dukungan moral selama penulisan

buku ini.

Semoga kehadiran buku ini dapat memperkaya khazanah kita,

mempertajam berbagai alternatif solusi untuk perbaikan, atau setidaknya

meningkatkan rasa cinta kita pada bangsa dan negeri kita, Indonesia.

Selamat Membaca.

Bandung-Jakarta, Awal November 2007

rekan-rekan

Page 6: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

iv

Page 7: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Daftar Isi

BABAD TANAH AIR

WIYATAMANDALA

0. Kompleksitas: Wajah Sains di Tepi Chaos

1. Wawasan Nusantara dalam Perspektif Kompleksitas

0.1. Teori Chaos

0.2 Dari Otomata Selular ke Model Agen

0.3 Mekanika Statistik dan Ekonofisika

1.1. Sebuah Keindonesiaan Baru

0-1-1

0-1-1

0-1-3

0-1-5

0-1-6

0-1-8

0-1-11

0-1-12

0-1-16

0-2-1

0-2-1

0-2-3

0-2-4

0-2-7

0-2-9

0-2-11

0-2-14

0-2-16

0-3-1

0-3-1

0-3-3

0-3-10

0-3-13

0-3-15

0-3-16

0-3-23

0-3-23

0-3-26

0-4-2

0-4-2

0-4-4

0-4-6

0-4-11

1-1-1

1-1-1

1-1-2

1-1-3

1-1-4

1-1-5

1-1-7

0.1.1. Latar Belakang Teori Chaos

0.1.2. Chaos dalam Sebuah Persamaan Sederhana

0.1.3. Sensitif Pada Kondisi Awal

0.1.4. Tak Hingga Atraktor

0.1.5. Rute Menuju Chaos

0.1.6. Kemiripan Terhadap Diri Sendiri

0.1.7. Fraktal

0.1.8. Penutup

0.2.1. Pada Awalnya

0.2.2. Kelahiran Otomata Selular

0.2.3. Otomata Selular 1-D

0.2.4. Tepi Chaos Dalam Otomata Selular

0.2.5. Perkembangan Otomata Selular

0.2.6. Mengapa Dibutuhkan Simulasi

0.2.7. Simulasi Sistem Sosial

0.2.8. Epilog

0.3.1. Dari Transisi Fasa ke Hukum Pangkat

0.3.2. Dari Hukum Pangkat ke Ekonofisika

0.3.3. Perspektif Baru di Tepi Chaos

0.3.4. Ekonofisika dan Kajian Sosial Interdisipliner

0.3.4.1. Konsep Korelasi dalam Ekonofisika

0.3.4.2. Konsep Kompleksitas dalam Ekonofisika

0.3.5. Dua Pertanyaan Yang Selalu Berkumandang

0.3.5.1. Mampukah Ekonofisika Memperbaiki Ekonomi Indonesia Saat Ini?

0.3.5.2. Memilih Ekonofisika Dibanding Ekonometri?

1.1.1. Indonesia, Sebuah Perjalanan

1.1.2. Ancaman Disintegrasi Fisik

1.1.3. Indonesiaku Indonesiamu: Sebuah Disintegrasi Laten

1.1.4. Tantangan ke Depan

1.1.5. Teori Permainan

1.1.6. n-IPD

0.4.1. Sekilas Tentang Teori Evolusi

0.4.2. Algoritma Genetika

0.4.3. Memetika

0.4.4. Catatan

0.4 Evolusi: Biologinya Sistem Sosial

v

Page 8: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1.1.7. Evolusi Kontrak Sosial di Indonesia

1.1.8. Perspektif Memandang Indonesia ke Depan

1.3.1. Pemilu dan Fenomena Kritis

1.3.2. Partai Politik di Indonesia

1.3.3. Demokrasi Indonesia di Tepian Chaos

1.4.1. Keterwakilan Masyarakat di DPR

1.4.2. Perolehan Suara Partai di Pemilu 2004

1.4.3. Kartogram Perolehan Suara Dua Partai Besar Hasil Pemilu 2004

1.5.1. Ketidakproporsionalan Suara dan Kursi

1.5.2. Metodologi

1.5.3. Simulasi

1.5.4. Mencari Konfigurasi Yang Adil

1.6.1. Indonesia di Asia Pasifik

1.6.2. Kependudukan Indonesia sebagai Kekayaan Demografis

1.6.3. Meme Politik Masyarakat Indonesia

1.6.4. Refleksi Demografis: Masalah Pemerataan

1.6.5. Catatan Penutup Bagian Pertama

2.1.1. Keragaman Etnis dan Konflik Etnis di Indonesia

2.2.1. Karakterisasi Pola Konsumsi Orang Indonesia Berdasarkan Merek

2.2.2. Isu 2008 dalam Horizon Media Nasional

2.3.1. Aspek Teoretis Korupsi

2.3.1.1 Kerumitan Pendefinisian Korupsi

2.3.1.2. Apa Yang Disebut Korupsi

2.3.1.3. Model Dinamik Korupsi

2.3.1.4. Interpretasi-ulang Solusi Korupsi Yang Berkembang

2.3.2. Korupsi Oleh LSM

2.3.2.1. Peranan LSM Dalam Pemberdayaan Sosial

2.3.2.2. Studi LSM di Indonesia Menggunakan Logika Fuzzy

2.3.2.3. Arahan

2.3.3. Korupsi di Daerah

2.3.4. Beberapa Catatan

3.1.1. Memahami Kemiskinan Kita

3.1.2. Harga-harga Yang Selalu Naik!

3.1.3. Angkatan Kerja Kita

3.3.1. Mekanika Statistik Pergerakan Harga di Lantai Bursa

3.3.2. Perilaku Mengerumun di Pasar Modal Kita

1-1-9

1-1-11

1-2-1

1-3-1

1-3-1

1-3-4

1-3-8

1-4-1

1-4-1

1-4-3

1-4-5

1-5-1

1-5-1

1-5-2

1-5-3

1-5-6

1-6-1

1-6-2

1-6-7

1-6-12

1-6-18

1-6-23

2-1-1

2-1-1

2-2-1

2-2-4

2-2-10

2-3-1

2-3-1

2-3-1

2-3-3

2-3-5

2-3-5

2-3-9

2-3-10

2-3-12

2-3-14

2-3-14

2-3-15

3-1-1

3-1-2

3-1-11

3-1-16

3-2-1

3-3-1

3-3-2

3-3-10

1.2. Demokrasi dan Sistem Kendali Dinamis

1.3. Demokrasi a la Indonesia

1.4. Representasi Politik di Indonesia

1.5. Mencari Sistem Pemilu Yang Adil

1.6. Wawasan Nusantara dalam Perspektif Yang Dinamis

2.1. Etnik dan Konflik Sosial di Indonesia

2.2. Media dan Konstruksi Sosial

2.3. Korupsi

3.1. Makroekonomi Kompleks Indonesia

3.2. Posisi Uang dan Investasi

3.3. Bursa Efek Indonesia

2. Kompleksitas Sosiologis dan Kemasyarakatan Indonesia

3. Ekonomi dan Keuangan Negeri

vi

Page 9: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

4.1.1. Variasi

4.1.2. Akuisisi

4.3.1. Kajian Matematis Pada Karya Seni dan Budaya

4.3.2. Studi Kasus: Musik Indonesia

4.5.1. Situasi Pendidikan Nasional

4.5.2. Tren Ilmu Pengetahuan dan Akuisisi Masa Depan

4.5.3. Mengobati Rabun Wawasan Wiyatamandala

3.4. Inovasi untuk Indonesia Masa Depan

4.1. Dari Variasi ke Akuisisi Bahasa

4.2. Sebuah Perspektif untuk Prestasi Olahraga Nasional

4.3. Telaah Seni dan Budaya Nasional

4.4. Televisi dan Masyarakat

4.5. Pendidikan Nasional: Sejati Wawasan Wiyatamandala

5.1. Isu Terorisme dan Kebijakan Luar Negeri AS di Mata Media Nasioal

5.2. Isu Terorisme dan Kebijakan Luar Negeri AS dalam Respon Spontan

Epidemiologi sebagai Masalah Ketahanan Sosial

Epidemiologi dalamSistem Sosial Kompleks

7.1. Investasi di Lantai Bursa: Struktur Pasar dan Industri Indonesia

7.2. Menerawang Harga-harga

Epilogia

3-4-1

4-1-1

4-1-1

4-1-6

4-2-1

4-3-1

4-3-1

4-1-6

4-4-1

4-5-1

4-5-1

4-5-5

4-5-8

5-1-1

5-2-1

6-1-1

6-2-1

7-1-1

7-2-1

4. Pendidikan dalam Teropong Kebudayaan Nasional

5. Tentang Terorisme

6. Tentang Epidemilogi

7. Menerawang Dinamika Ekonomi dan Keuangan Ke Depan

REFLEKSI KINI UNTUK MASA DEPAN

6.1.

6.2.

Kerja Yang Menjadi Referensi

Sebuah Catatan

Profil Singkat

vii

Page 10: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 11: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

BABAD

TANAH AIR

Page 12: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 13: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Ini adalah “bab nol”, sebuah bagian awal yang “boleh

saja dilewatkan” bagi dua tipe pembaca.

pembaca yang memang telah cukup biasa dengan

berbagai “kosa kata” atau konsep-konsep dasar yang

digunakan dalam pendekatan kompleksitas.

pembaca yang ingin langsung melihat hasil dari apa yang

ingin ditampilkan dalam buku ini secara luas atau lebih

tertarik untuk melihat detail metodologi yang

ditampilkan secara gamblang di bagian referensi. Untuk

pembaca tipe pertama, pada dasarnya bagian pengantar

ini ditulis dengan gaya yang “agak” menghibur. Sehingga

mungkin saja Anda mendapatkan suatu gambaran baru

yang setidaknya merefleksikan upaya kami agar konsep-

konsep yang digunakan memang “tumbuh” di dalam

aspek-aspek yang tengah dihadapi oleh Ibu Pertiwi. Bagi

pembaca tipe kedua, bab pengantar ini dapat berfungsi

sebagai sebuah penarik, sehingga Anda dapat dengan

mudah memilah-milah bagian mana dari referensi yang

ingin didalami. Bagi pembaca umum, bab ini dirancang

dengan sebanyak mungkin ilustrasi sehingga bagi

mereka yang tak memiliki latar belakang matematika

dan komputasi masih dapat menikmatinya. Bab awal ini

memiliki motif ingin menumbuhkan penggunaan

konsep-konsep sains yang benar-benar lahir dari sebuah

keperluan penajaman sains sosial dalam nuansa

Keindonesiaan.

Pertama,

Kedua,

Kompleksitas:

Wajah Sains di Tepi Chaos

Bab 0

Page 14: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 15: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

“Saya bukan seorang nasionalis.

Saya bukan seorang religius.

Saya bukan seorang sosialis.

Saya adalah saripati dari ketiganya.”

Ir. Soekarno

Newton merupakan salah seorang

perancang cabang matematika yang

menjadi dasar sejumlah model sains

modern: kalkulus. Dia juga berjasa

dalam memformulasikan tiga hukum

gerak (mekanika klasik), teori gravitasi,

yang menerangkan bagaimana benda

dipengaruhi oleh gaya gravitasi.

Sir Isaac Newton (1642-1727)

0.1. Teori Chaos

0.1.1. Latar Belakang Teori Chaos

Apa yang ada di dalam kepala seorang Soekarno ketika ia merumuskan

Nasakom? Mengapa ia tidak memilih sebuah aliran pemikiran tertentu

sebagai pandangan hidup? Pernyataan Soekarno di samping tentu sulit

dijawab bagi kita yang biasa dididik dalam tradisi filsafat ilmu

pengetahuan warisan filsuf Perancis René Déscartes (1596-1650),

yang mengajarkan untuk memecah permasalahan yang rumit dalam

kepingan-kepingan agar dapat ditarik pemahaman perilaku

keseluruhan dari sifat bagian-bagiannya. Pemikiran Déscartes

mengakibatkan terjadinya proses spesialisasi dan pengkotak-kotakan

pengetahuan.

Perkembangan filsafat ini selanjutnya bertalian dengan teori mekanika

klasik Isaac Newton (1642-1727). Teori ini didasarkan pada metode

berpikir analitik, peninggalan Déscartes. Mekanika sebuah benda

dijelaskan dengan mencari elemen-elemen gaya dalam fenomena

gerak tersebut. Misalnya perubahan gerak gerobak penjual bakso

adalah resultan dari gaya gravitasi, gaya dorong dari tubuh penjual

bakso, dan gaya gesek yang bekerja pada ban dan alas kaki si penjual

bakso dengan permukaan jalan. Teori ini berkembang drastis dalam

kehidupan ilmu pengetahuan saat itu. Dengan inspirasi ini, Newton

kemudian merumuskan filsafat Newtonian, dengan ciri-ciri yaitu

obyektif, statik, linier, eksperimental dan terkuantifikasi. Newton

memandang alam sebagai sesuatu yang bersifat mekanistis dengan

mematuhi hukum-hukum matematis yang eksak. Newtonian

melahirkan suatu paradigma yang - selain mekanistis, linier dan statis -

juga reduksionis dan atomistis.

Ide ini menginspirasi sejumlah ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu

lainnya seperti ahli kedokteran Inggris, William Harvey (1578-1657),

ahli kimia Perancis, Antoine Lavoisier (1743-1794), Ekonom Perancis,

Léon Walras (1834-1910), hingga ahli ilmu sosial Perancis, Auguste

Comté (1839-1924), yang membidani lahirnya ilmu fisika sosial (

). Konsekuensi logis pemikiran Comté, yang terinspirasi oleh

Newton tersebut, tentunya adalah cara pandang para sosiolog

terhadap masyarakat sebagai sesuatu hal yang bersifat mekanistis

dengan ciri-cirinya adalah linier, statis, eksperimental dan

terkuantifikasi. Semenjak Comté, dengan penggunaan sistematika dan

metodologi yang serupa dengan ilmu alam, ilmu sosial berevolusi

terpisah oleh spesialisasi dan kategorisasi ilmu. Dari sinilah

berbagai macam teori sosial dibangun. Lahirlah berbagai pendekatan

eksperimental dan teori-teori sosial yang berusaha untuk

menerangkan sistem sosial dalam paradigma sains.

social

physics

kemudian

0-1-1

Page 16: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

“Setiap individu secara terus-menerus

senantiasa mencari pekerjaan yang

paling menguntungkan dirinya.”

Adam Smith (1723-1790)

Hatta yang kelahiran Bukittinggi,

Sumatera Barat, merupakan seorang

tokoh proklamator dan seorang politisi

yang berjasa dalam berbagai diplomasi

merebut kemerdekaan. Namun, ia

juga seorang intelektual di bidang

ekonomi dan keuangan. Ia juga cakap

di banyak bidang pemikiran, mulai dari

hukum hingga agama. Buah pikirannya

adalah konstruksi ekonomi yang

berpihak pada rakyat dan koperasi

untuk melindungi masyarakat kecil.

Drs. Mohammad Hatta (1902-1980)

“Matematika adalah seni pemberian

nama untuk banyak hal yang

berbeda.”

Henri Poincaré (1854-1912)

Yang menarik, meski terinspirasi oleh ilmu alam, ilmu sosial

berkembang terpisah dan bercabang-cabang sesuai dengan bidang

kajiannya dan berbagai jenis variasi oleh karena adanya perbedaan

mazhab atau aliran filosofis yang mendasarinya. Secara kontras hal ini

terlihat di ilmu ekonomi, yang pertama kali disistematisasi oleh Adam

Smith (1723-1790) dan diikuti kemudian oleh sejumlah nama besar

seperti Vilfredo Pareto (1848-1923), Leon Walras (1834-1910), John

Maynard Keynes (1883-1946) dan seterusnya. Perbedaan aliran dalam

ekonomi terjadi karena adanya perbedaan pandangan akibat latar

belakang penekanan teori yang mendasarinya. Pandangan

Mohammad Hatta terhadap posisi negara dalam sistem ekonomi

berbeda dengan prinsip persaingan bebas yang diusung oleh Adam

Smith. Dalam sidang BPUPKI, Hatta menyatakan bahwa negara harus

menjalankan fungsinya dalam sistem ekonomi, yaitu dengan

membuat peraturan dan mencegah terjadinya penghisapan orang

yang lemah oleh orang yang bermodal. Pandangan ini terjadi karena

Hatta melihat sistem ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan sistem

politik Indonesia pasca penjajahan.

Proses dialog dan kritik adalah energi perkembangan teori dalam ilmu

pengetahuan, sebagaimana perdebatan kecil Sutan Syahrir dan H.

Agus Salim di Desa Laugumba mempengaruhi perjalanan sejarah

Indonesia dekade 50-an. Dari proses kritik tersebut, akhirnya sejumlah

ilmuwan berhasil menunjukkan bahwa kalkulus Newton bukanlah

tanpa batas. Banyak hal dapat diatasi dengan fisika Newton, namun

ternyata masih lebih banyak lagi permasalahan yang tak mungkin

didekati dengan teori tersebut. Keterbatasan metode Newton yang

terlalu melinearisasi obyek fisis yang didekati tersebut terasa dengan

lahirnya teori relativitas Albert Einstein (1879-1955), yang

menunjukkan sifat relatif dari mekanika. Demikian juga dengan

perkembangan fisika modern yang melahirkan mekanika kuantum,

dengan salah satu prinsipnya adalah ketidakpastian Werner

Heisenberg (1901-1976).

Contoh menarik lain yang berkenaan dengan perkembangan teori

chaos adalah permasalahan 3-benda ( ).

Permasalahan ini secara sederhana adalah permasalahan tentang

gaya tarik dari tiga objek di tata surya kita. Hal ini ternyata sangat sulit

dijawab dengan kalkulus Newton. Sampai-sampai pada tahun 1890

Raja Oscar II dari Swedia menawarkan hadiah bagi siapa pun yang

dapat memecahkan masalah tersebut. Masalah ini akhirnya dapat

dipecahkan oleh fisikawan Perancis, H nri Poincaré (1854-1912).

Namun, di sini Poincaré tetap meninggalkan masalah untuk kasus

banyak benda ( ).

Hal yang menarik dari solusi Poincaré untuk kasus

adalah digunakannya prinsip-prinsip sistem dinamik non-linear (

). Persamaan-persamaan sederhana dari

mekanika Newton berubah menjadi persamaan yang mencerminkan

bentuk-bentuk chaos yang sangat rumit dari sistem dinamik. Teori ini

three body problem

n-body-problem

three-body-problem

non-

linear dynamic system

é

0-1-2

Page 17: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

kemudian membawa dampak yang sangat besar dalam ilmu alam.

Orang tidak lagi selalu menganggap sistem sebagai suatu hal yang

linear dan statis, seperti yang digunakan oleh Newton. Mereka mulai

memperhatikan sifat-sifat non-linier dan dinamik sebuah

sistem. Non-linier dalam arti nilai masukan dan keluaran sistem tidak

lagi proporsional.

Kajian tentang non-linieritas sistem berkembang pesat pasca dekade

60-an. Salah satu pionernya adalah E. Lorenz, yang menemukan sifat

sensitifitas atau kepekaan yang tinggi pada kondisi awal. Penemuan

tersebut berasal dari kejadian yang tidak sengaja, yaitu ketika Lorenz

melakukan percobaan untuk memprediksi cuaca. Dengan

memodelkan perilaku cuaca dalam tiga persamaan non-linier

diferensial, ia melakukan beberapa kali simulasi. Dalam simulasi yang

dilakukan, keluaran dari simulasi sebelumnya dimasukkan pada

simulasi berikutnya. Pada saat itu katakanlah nilai awal dari simulasi

yang berikutnya sedikit berbeda dari apa yang dihasilkan oleh simulasi

sebelumnya. Nilai awal 0.506127 yang dihasilkan komputer, oleh

Lorenz, dicatat menjadi 0.506 dan dijadikan masukan untuk nilai awal

pada simulasi selanjutnya. Hasilnya sangat mengejutkan, karena

ternyata hasil yang diperoleh benar-benar berbeda jika dibandingkan

dalam

Gambar 0.1.1.

Hasil percobaan Lorenz ketika terjadi

perbedaan nilai awal. Perhatikan

bentuk dari dua grafik di atas: sangat

berbeda. Hal ini sangat mengejutkan

Lorenz, karena perbedaan nilai

masukan awal dari kedua sistem

tersebut kecil sekali, hanya sebesar

0.000127.

"Mendung Tak Berarti Hujan”.

Deddy Dores

Hal ini menunjukkan adanya kepekaan yang luar biasa terhadap kondisi

awal. Prediksi terhadap perilaku sistem secara mutlak menjadi mustahil.

Dengan fakta ini Lorenz secara jujur harus mengakui bahwa prediksi

terhadap cuaca adalah hal yang mustahil, segamblang lirik lagu

"Mendung Tak Berarti Hujan" ciptaan Deddy Dores. Terlalu banyak faktor

yang mempengaruhi ketepatan dalam menentukan nilai awal selain

faktor kesalahan pembulatan dan keterbatasan komputasi. Fenomena

inilah yang kemudian dikenal sebagai efek kupu-kupu yang sangat

populer: “Kepakan sayap kupu-kupu di Bandung dapat mengakibatkan

terjadinya badai di Jayapura”.

Chaos memiliki keterkaitan erat dengan konsep keteraturan (harmoni)

dan ketakteraturan. Dalam ilmu matematika, keteraturan dianalogikan

dengan sifat ekuilibrium dan periodik.

Sebuah sistem dikatakan memiliki sifat ekuilibrium jika perilaku dan

0.1.2. Chaos Dalam Persamaan Sederhana

0-1-3

Page 18: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

konfigurasi sistem tidak berubah dalam skala besar untuk rentang waktu

yang lama. Sebagai contoh, jika kita memasukkan mie rebus panas ke

dalam mangkuk maka mie rebus dan mangkuk akan mencapai suhu yang

sama setelah beberapa waktu dan tidak lagi berubah. Suhu yang tak

berubah ini dikatakan sebagai titik ekuilibrium sistem. Penarik tersebut

dapat kita sebut sebagai titik atraktor. Dari contoh kasus di atas, kita dapat

melihat bahwa dalam kondisi ekuilibrium terdapat satu titik atraktor.

Sebuah sistem dikatakan periodik ketika sistem tersebut memiliki

perilaku yang berubah namun memiliki pola yang berulang menurut

waktu. Contoh sederhana adalah bandul atau pendulum yang diayun.

Kondisi bandul dari waktu ke waktu senantiasa berubah. Namun, ia

memiliki pola yang senantiasa berulang dari kiri ke kanan terus-menerus.

Artinya, dalam kondisi periodik terdapat dua buah titik atraktor.

Sifat ketakteraturan, yang identik dengan chaos, adalah keadaan sistem

yang bukan ekuilibrium dan bukan pula periodik. Untuk mengkaji hal ini,

kita menggunakan sebuah contoh sederhana yaitu persamaan logistik

Badak Jawa, yang memiliki ketentuan:

= xR xJumlah populasi

badak tahun depan

Jumlah populasi

badak tahun ini( ) Jumlah populasi

badak tahun ini( - )1Konstanta merupakan besaran yang menyatakan kesebandingan antara

jumlah populasi pada saat mendatang dengan jumlah populasi dan daya

dukung lingkungan (ketersediaan makanan) saat ini. Konstanta ini perlu

hadir untuk menyeimbangkan antara pernyataan sebelah kiri dengan

pernyataan sebelah kanan. Konstanta ini selanjutnya dikenal sebagai

parameter kontrol dari persamaan logistik. Selanjutnya, untuk

mengetahui bagaimana karakteristik persamaan logistik di atas,

dilakukan simulasi.

Unsur waktu dalam persamaan logistik di atas diganti dengan iterasi. Satu

iterasi mewakili satu satuan waktu. Kondisi awal berada pada iterasi ke-

nol, dan iterasi dimulai dari iterasi ke-1 dan seterusnya mengikuti

bilangan asli {1,2,3…}. Jika saat sekarang diwakili oleh iterasi ke- maka

iterasi mendatang diwakili oleh iterasi ke- +1 dan seterusnya. Dalam

simulasi persamaan logistik ini, ada dua besaran yang perlu diketahui

sejak awal, yaitu: jumlah populasi awal dan parameter kontrol.

Selanjutnya kita kemudian melakukan simulasi dengan nilai parameter

kontrol ( ) yang berbeda-beda.

Sumbu mendatar pada gambar 0.1.2. menggambarkan jumlah iterasi,

sedangkan sumbu tegak mengambarkan jumlah populasi. Dari gambar

tersebut terlihat, saat = 1, populasi di dalam sistem bergerak menuju

nilai nol. Artinya, pada kondisi tersebut terdapat satu titik atraktor

(ekuilibrium).

Di sini muncul pertanyaan: “Apakah dengan nilai yang berbeda-beda

jumlah populasi akan menuju (dan bertahan) pada nilai tertentu?”

R

R

k

k

R

R

R

0-1-4

Page 19: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Berapa banyaknya titik atraktor yang muncul pada nilai parameter kontrol

tertentu? Dari gambar 0.1.2. kita dapat melihat bahwa:

ada satu titik atraktor (ekuilibrium) pada =1, =1.5 dan =2.2,

dua titik atraktor (periodik) pada =3.2 dan =3.5, dan

ada tak-hingga titik atraktor pada = 3.9.

Dalam perspektif ini, kita dapat mendefinisikan bahwa kondisi chaos

adalah keadaan saat memiliki tak-hingga atraktor. Jika dilihat sepintas

dalam peta logistik, chaos atau tak-hingga atraktor ini ditandai dengan

banyaknya titik atraktor yang sangat berbeda untuk setiap iterasi.

Salah satu karakter utama dari kondisi chaos adalah sensitif pada kondisi

awal. Sifat sensitif pada kondisi awal ini menjadi faktor yang amat penting

dalam menandai hadirnya chaos, sehingga keadaan ini menjadi salah satu

syarat dari kondisi chaos. Hal ini berarti perbedaan kecil dalam nilai awal

akan berdampak sangat besar terhadap hasil akhir. Fenomena tersebut,

yang awalnya ditemukan oleh Lorenz di studi cuaca, juga ditemukan di

dalam persamaan logistik Badak Jawa.

R R R

R R

R

0.1.3. Sensitif Pada Kondisi Awal

Gambar 0.1.2.

Perilaku peta logistik (dari kiri-kanan,

dimulai dari atas ke bawah) untuk nilai

=1, =1.5, =2.2, =3.2, =3.5 dan

=3.9.

R R R R R

R

0-1-5

Page 20: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.1.3.

Dua hasil iterasi persamaan logistik

untuk perbedaan kondisi awal sebesar

0.0001 dengan parameter kontrol

3.768.

Dari gambar 0.1.3. kita dapat melihat bahwa perbedaan inisial yang

begitu kecil (0.0001) dapat memberikan perbedaan hasil yang sangat

besar. Visualisasi ini menunjukkan bahwa sifat sensitif pada kondisi awal

dapat muncul dari sebuah model deterministik (dapat diketahui nilai

output secara pasti berdasarkan nilai input) sederhana. Pada kasus peta

logistik (nilai deterministik-nya terletak pada “jumlah populasi saat

mendatang ditentukan oleh jumlah populasi saat sekarang dan

parameter kontrolnya”) jika kita mengetahui jumlah populasi saat

sekarang dan memiliki nilai parameter kontrol maka dengan mudah akan

didapatkan jumlah populasi pada saat mendatang. Namun dengan

hadirnya sifat sensitif pada kondisi awal, kemudahan dalam menentukan

nilai keluaran menjadi sangat sulit atau bahkan mustahil. Akibatnya,

sedikit saja (0.0001) kesalahan dalam memasukkan nilai populasi badak

inisial, kita tidak akan dapat memprediksi jumlah populasi Badak Jawa

setelah sekian iterasi.

Penjelasan sederhana tentang atraktor telah kita singgung di bagian

sebelumnya, dengan mengambil contoh kasus pada peta logistik. Lantas

apa pengaruh yang menarik bagi pandangan kita terhadap alam? Apakah

atraktor merupakan fenomena dari kehidupan sehari-hari, dan apa

istimewanya dibandingkan fenomena yang sudah ada sebelumnya,

misalnya titik limit?

Dalam definisi sebelumnya, chaos dipahami sebagai keadaan yang

memiliki tak-hingga titik atraktor. Keadaan tak hingga titik atraktor ini

mengakibatkan terjadinya kemustahilan dalam melihat perilaku akhir

sistem. Misalnya dalam peta logistik akan sangat sulit untuk menentukan

jumlah populasi setelah sekian iterasi. Keadaan tak hingga atraktor ini

menjadi sebab terjadinya sifat sensitif pada kondisi awal.

Bagaimana ini terjadi? Coba kita amati sekali lagi kondisi chaos yang

ditandai dengan tak hingga atraktor, atau kita sebut atraktor asing. Pada

satu sisi, di sistem tak hingga atraktor (chaos), rentang titik-titik atraktor

yang lebar melingkupi sebagian besar nilai keluaran yang tersedia.

0.1.4. Tak Hingga Atraktor

0-1-6

Page 21: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Akibatnya, sedikit perbedaan pada nilai awal dalam wilayah chaos

tersebut akan memiliki tak hingga atraktor. Sedangkan di sisi lain, kondisi

tak hingga atraktor ini memiliki sebaran titik keluaran yang tidak sama

dengan tak hingga atraktor yang lain, akibatnya sebaran titik keluaran dari

tak hingga atraktor di kasus pertama dengan kedua akan berbeda amat

jauh meski pada awalnya berdekatan.

Apa arti atraktor bagi persamaan logistik? Atraktor sebenarnya berkaitan

erat dengan titik limit. Namun, ada hal yang secara khusus membedakan

titik atraktor dari titik limit yaitu pada kondisi chaos, atraktor asing akan

melingkupi semua ruang fase dari sistem tersebut.

Gambar 0.1.4.

Atraktor Lorenz

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, sejarah teori chaos tidak bisa

dilepaskan dari penemuan Lorenz, yang menggambarkan kondisi cuaca.

Model sederhana dari cuaca ini merupakan bentuk penyederhanaan dari

atmosfer kita. Bagian bawah atmosfer kita dipanasi oleh bumi sedangkan

pada bagian atas atmosfer didinginkan oleh ruang angkasa. Bumi,

atmosfer, dan ruang angkasa membentuk hubungan tak linier dalam

model Lorenz tentang cuaca. Yang menakjubkan adalah, model

sederhana tersebut secara matematis memunculkan atraktor yang

selanjutnya dikenal sebagai atraktor Lorenz (gambar 0.1.4.). Kehadiran

atraktor Lorenz ini memberi informasi bahwa hubungan tak linier dari tiga

variabel tersebut membentuk sistem chaos yang di dalamnya melekat

sifat sensitif pada kondisi awal.

Seorang perencana kota dari Bapeda Kota Bandung, yang tugasnya

menyiapkan skenario pembangunan 10 tahun ke depan, tentu saja

senantiasa kesulitan dalam memastikan bagaimana kondisinya setelah

masa diberlakukannya sebuah rencana tertentu. Ia terkait dengan

kebijakan ekonomi politikus nasional hingga keputusan kependudukan

walikota baru serta rentetan interaksi yang mengikutinya. Masing-masing

berpeluang memberi andil bagi wajah Kota Bandung 10 tahun ke depan.

0-1-7

Page 22: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

0.1.5. Rute Menuju Chaos

Kita telah mengetahui urutan dari sistem teratur hingga sistem yang

chaotik ditentukan oleh jumlah atraktornya, mulai dari sistem yang

atraktornya paling sedikit hingga yang jumlah atraktornya dianggap tak

berhingga. Dalam kasus peta logistik, kita juga telah mengetahui bahwa

jumlah atraktor yang ada dalam sebuah sistem ditentukan oleh nilai

parameter kontrol dari sistem tersebut.

Lalu, pada saat bagaimanakah parameter kontrol tersebut

mengakibatkan terjadinya chaos untuk pertama kali? Pertanyaan ini

dapat berkembang menjadi: “Apakah jika tercapai kondisi chaos pada

parameter kontrol tertentu maka akan terjadi chaos pada semua

parameter kontrol berikutnya, yang lebih besar dari pada parameter

kontrol saat chaos pertama muncul”.

Ide untuk menjawab pertanyaan tersebut menjadi insprasi untuk

membuat diagram bifurkasi. Diagram bifurkasi dibuat dengan

memetakan semua parameter kontrol terhadap nilai atraktor, dimulai

dari parameter kontrol terkecil hingga terbesar. Hal ini terlihat di gambar

0.1.5. Pada gambar tersebut jelas terlihat bahwa ketika parameter

kontrolnya 1 hingga 3, hanya terdapat 1 atraktor. Begitu kita perbesar

parameter kontrol hingga lebih dari 3, maka terdapat percabangan

(bifurkasi) menjadi 2 atraktor. Lebih jauh lagi, ketika kita tambah hingga

kurang dari 3,5 terjadi percabangan (bifurkasi) lagi dari masing-masing

percabangan sebelumnya. Demikian seterusnya, hingga ketika parameter

kontrol sebesar 4 dihasilkan begitu banyak atraktor (hampir tak

berhingga) sedemikian sehingga wilayah ini disebut kawasan chaos.

kali

Gambar 0.1.5.

Diagram bifurkasi yang memetakan

seluruh atraktor mulai dari parameter

kontrol 1 hingga 4.

Diagram bifurkasi ini pada dasarnya merupakan satu cara untuk

menunjukkan bagaimana sistem yang tadinya stabil berubah menjadi

chaos. Jika kita perhatikan, maka ketika atraktornya masih sedikit, maka

sistem cenderung statik. Begitu parameter kontrol ditambah sistem telah

kehilangan kestabilan sedikit menjadi periodik dengan adanya dua titik

atraktor. Namun, perubahan drastis terjadi ketika parameter kontrol

0-1-8

Page 23: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

ditambah lagi, sistem menjadi sangat tak beraturan atau chaos. Dengan

penulisan lain, jalan menuju chaos dapat dirangkum dalam ikhtisar:

statik periodik chaos,

sebagaimana ditunjukkan oleh diagram bifurkasi.

Dari deskripsi di atas terlihat bahwa sebuah persamaan deterministik

non-linier sederhana dapat menghasilkan chaos. Problem Poincaré yang

hanya terdiri atas tiga benda ternyata memberikan solusi yang sangat

rumit. Sistem sosial yang terdiri atas berbagai individu dengan latar

belakang dan motif yang berbeda tentu saja tidak akan kalah rumitnya.

Hal ini menjelaskan mengapa Amerika Serikat begitu khawatir dengan

kondisi dunia saat ini. Ketika perang dingin, hanya ada dua buah atraktor

di dunia ini yaitu Amerika dan Soviet. Pasca perang dingin, muncul banyak

atraktor baru seperti Cina, Uni-Eropa, Amerika Latin dan Tengah serta

kelompok Islam garis keras. Hal ini juga menjelaskan mengapa Amerika

begitu takut kepada Soekarno, ketika ia mendirikan gerakan non-blok,

karena ia menciptakan sebuah titik atraktor baru. Dinamika dunia politik

yang terdiri atas banyak atraktor begitu sulit untuk dijelaskan. Fakta ini

seolah menghadirkan pesimisme kepada kita dalam melihat sistem sosial.

Tetapi benarkah alam senantiasa berada dalam kondisi chaos?

Untuk menyelidiki pertanyaan tersebut, kita menggunakan sebuah

koefisien buatan Aleksandr Lyapunov, yang menghitung seberapa besar

perbedaan yang muncul akibat perbedaan kecil setelah melalui sejumlah

iterasi ecara formal ia menghitung perbedaan awal setelah

melalui tak-hingga iterasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika

koefisien Lyapunov lebih besar dari nol maka sistem memiliki sifat sensitif

pada kondisi awal, yang artinya berada dalam kondisi chaos. Sebaliknya,

jika koefisien Lyapunov kurang dari nol berarti tidak sensitif pada kondisi

awal dan berada dalam kondisi teratur.

tertentu. S

Gambar 0.1.6.

Diagram bifurkasi dan nilai koefisien

Lyapunov yang menunjukkan

kestabilan sistem.

Lyapunov: seorang astronom,

matematikawan, fisikawan; seorang

pria sensitif yang pemarah dengan

keangkuhan yang wajar.

Aleksandr Lyapunov

0-1-9

Page 24: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Apakah begitu sistem mencapai titik chaos kemudian ditambah lagi

parameter kontrolnya maka ia akan menjadi semakin tak beraturan?

Jawabannya tidak! Hal ini ditunjukkan dengan 2 anak panah pada gambar

0.1.6. ada kondisi tertentu sistem justru stabil (koefisien

Lyapunov-nya negatif). Artinya,

terdapat sifat keteraturan. Hal ini membuat takjub banyak ilmuwan dan

matematikawan yang merintis pengembangan teori chaos. Jika

sebelumnya kondisi chaos dianggap sebagai sesuatu keganjilan dan

dikecualikan dalam pembahasan, karena mustahil untuk dianalisis.

Adanya kenyataan bahwa dalam chaos terdapat keteraturan yang

memberikan sejumlah harapan tentang pengukuran dalam wilayah-

wilayah chaos. Di tengah turbulensi yang kacau-balau, pada dasarnya

terdapat beberapa hal yang memiliki pola-pola sederhana yang teratur

bahkan stabil.

Di Indonesia, kita mungkin teringat dengan judul sebuah buku dari

seorang pahlawan nasional kita, pembela hak-hak kaum wanita, Raden

Ajeng Kartini, yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang". Kemungkinan

ditemukannya pola-pola teratur di dalam wilayah chaos merupakan hal

yang sangat melegakan. Anggapan klasik yang mengatakan bahwa sistem

yang chaotik tidak mungkin dapat dianalisis secara formal dan matematis

sekarang tinggal kenangan, karena justru di dalam sistem yang chaotik

tersebut terdapat beberapa bagian sistem yang sederhana dan stabil.

Gambar 0.1.7. memberikan gambaran yang sangat jelas tentang hal yang

telah dipaparkan sebelumnya. Pada gambar tersebut, kita sorot ( )

sistem chaotik dan kita hitung koefisien Lyapunov yang ada dari sistem

bersangkutan, dan hasilnya ternyata bahwa di dalam sistem yang sangat

chaotik tersebut, ketika hampir tak hingga atraktor bekerja pada sistem,

terjadi beberapa fasa stabil yang ditandai dengan sangat kecilnya nilai

koefisien Lyapunov-nya.

zoom

Pada fasa chaos,

dalam sistem yang chaos sekalipun

Gambar 0.1.7.

Di dalam sistem yang sedemikian

chaotik terdapat beberapa fasa

keteraturan dan kestabilan yang

membuka pintu analisis atas sistem

chaos.

"Habis Gelap Terbitlah Terang.”

Raden Ajeng Kartini

0-1-10

Page 25: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari ulasan di atas, kita dapat melihat adanya sebuah area unik di dalam

chaos, atau sering disebut dengan tepi chaos. Daerah tepi chaos menjadi

suatu hal yang penting – ia menjadi hal yang menyimpan misteri dari

sistem chaotik itu sendiri. Daerah ini menjanjikan harapan bahwa kita

memiliki kemampuan untuk mengobservasi wilayah chaos .

Daerah tepi chaos ini penting karena ia juga menyimpan model yang

dapat digunakan dalam memahami sistem chaotik secara holistik atau

keseluruhan. Seluruh sistem chaotik memiliki tingkat kompleksitas paling

tinggi pada saat berada di daerah tepi chaos. Pendekatan yang memiliki

wawasan seperti ini, dikenal sebagai pendekatan kompleksitas – sebuah

pendekatan yang relatif baru yang tak mudah karena ia menuntut adanya

interdisiplinaritas antara berbagai bidang ilmu yang menurut sejarah

filsafat ilmu pengetahuan berada pada domain yang berbeda-beda.

Dari sini, kita dapat dengan mudah melakukan klasifikasi untuk jalan

menuju chaos ( ) atas sistem yang berkembang dari keadaan

statik menuju keadaan chaos, sesuai dengan urut-urutan berikut:

stabil statis stabil periodik "tepi chaos" tak stabil chaos

Adanya jaminan bahwa di dalam chaos terdapat keteraturan yang

ditunjukkan oleh diagram bifurkasi dan didukung oleh diagram Lyapunov

meninggalkan pertanyaan, “Bagaimana bentuk keteraturan tersebut

sehingga bisa dikuantifikasi atau dihitung”. Mari kita lihat kembali

diagram bifurkasi kemudian kita bandingkan bentuknya pada selang

parameter kontrol 2 hingga 4 dengan selang 3.4 hingga 3.6 dan juga

dengan 3.52 hingga 3.58, sebagaimana terlihat pada gambar 0.1.8.

road to chaos

0.1.6. Kemiripan Terhadap Diri Sendiri

Gambar 0.1.8.

Close-up diagram bifurkasi untuk

berbagai parameter kontrol yang

berbeda-beda.

0-1-11

Page 26: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Apa yang baru kita lihat pada gambar tersebut? Ternyata terdapat

kemiripan geometris antara skala yang panjang (interval parameter

kontrol 2 hingga 4) dengan skala yang pendek (interval parameter kontrol

3.52 dan 3.58). Dengan kata lain, bagian-bagian kecil dari kondisi chaos

pada dasarnya tersusun atas bagian-bagian peralihan dari:

statik (1 atraktor) periodik (2 atraktor) chaos (banyak atraktor).

ang kita kenal dengan sebutan chaos juga disusun oleh

bentuk geometri yang sama dengan penyusun chaos itu sendiri. Sifat ini

disebut sebagai sifat kemiripan terhadap diri sendiri. Sifat inilah yang

dalam matematika dikenal sebagai fraktal.

Munculnya fraktal merupakan akibat langsung dari perkembangan teori

chaos. Dengan kata lain, chaos menghasilkan fraktal dan tidak terjadi

sebaliknya bahwa fraktal menghasilkan chaos. Di tengah chaos, fraktal

hadir dalam atraktor. Ia menjadi semacam petunjuk yang memberi

harapan bahwa terdapat pola dalam kondisi sangat tidak teratur. Hal ini

juga menambah karakteristik dari chaos, yaitu selain sensitif pada kondisi

awal, ia juga memiliki geometri fraktal pada atraktornya.

Fraktal, berasal dari kata yang didefinisikan sebagai bentuk

geometri yang tidak teratur namun memiliki kemiripan dengan dirinya

sendiri ( ). Konsep tentang fraktal berawal dari paradoks dua

dimensi. Bayangkan kita sedang memandang garis pantai Samudera

Hindia dari puncak gedung Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu. Dari

kejauhan, kita akan melihat bentuk garis pantai yang bergelombang

teratur. Katakanlah dari informasi peta di hotel, kita mengetahui panjang

sepotong garis pantai di sekitar hotel. Bayangkan kemudian kita

mendatangi potongan tersebut untuk menghitung panjangnya.

Keterkejutan pertama adalah kita akan menemukan kemiripan bentuk

antara garis pantai tempat kita berdiri saat itu dan yang ada di peta skala

1: 100. Lalu, k kedua adalah ketika mengukur garis pantai.

Penghitungan menggunakan alat ukur skala meter di peta dengan satuan

centimeter yang kita bawa dari hotel menghasilkan nilai yang berbeda;

lebih panjang menggunakan alat ukur yang kedua. Kita dapat menduga

apa yang terjadi jika skala alat ukur diturunkan; garis pantai semakin

panjang sampai tak hingga, padahal panjang pantai tersebut dalam

kenyataannya terbatas.

0.1.7. Fraktal

fractional,

self-similarity

Ternyata, hal y

eterkejutan

Gambar 0.1.9.

Garis pantai merupakan fraktal.

Gambar di atas adalah foto tepi pantai

yang sama dalam skala yang berbeda.

0-1-12

Page 27: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Sifat fraktal, yang menunjukkan kemiripan geometris pada skala

pengukuran yang berbeda, ternyata hadir di hampir sejauh mata kita

memandang. Awan-awan yang senantiasa bergerak di angkasa, deretan

pegunungan, alur sungai-sungai, hingga kembang kol di dapur

menunjukkan sifat fraktal. Bahkan paru-paru kita menyimpan struktur

fraktal di dalamnya. Beberapa contoh dari penemuan fraktal di dalam

berbagai obyek di alam ditunjukkan pada gambar 0.1.10.

Gambar 0.1.10.

Sifat kemiripan pada diri sendiri

(fraktal) pada berbagai obyek di

sekeliling kita: (a) deretan

pegunungan, (b) permukaan planet

Jupiter, (c) kumpulan awan di langit,

(d) kembang kol, dan paru-paru

manusia. Sifat fraktal ini memberi

tanda universalitas keberadaan sistem

chaotik di alam.

(e)

Dapatkah kita membangkitkan pola-pola yang ada di alam dengan aturan

yang sederhana? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, beragam teknik

dibuat.

Gambar 0.1.11.

Visualisasi konstruksi pertumbuhan

pohon.

Salah satu teknik yang sering digunakan diperkenalkan oleh Aristid

Lindenmayer (1925-1989), seorang biolog Belanda yang

mengembangkan pemodelan pola pertumbuhan beberapa jenis alga

dengan aturan formal tertentu. Visualisasi proses pembangkitan model

dapat dilihat di gambar 0.1.11 dan perbandingannya dengan bentuk asli

dapat dilihat di gambar 0.1.12.

0-1-13

Page 28: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.1.12.

Hasil simulasi pertumbuhan pohon

dan dedaunan (kanan) dibandingkan

dengan bentuk aslinya (kiri).

Upaya ini telah berkembang pesat dengan diterapkannya berbagai

penambahan kerumitan sistem simulasi sehingga kita semakin mampu

mengekstrak informasi visual alam raya ke dalam berbagai formulasi

matematis yang sangat sederhana. Hal ini ditunjukkan pada gambar

0.1.13. Pada gambar di sebelah kiri, dilakukan simulasi untuk

memodelkan pertumbuhan semak belukar dalam imagi 3-dimensi.

Tujuannya tentu agar mendapatkan gambaran yang lebih realistik tentang

pertumbuhan jenis semak belukar tertentu. Hal ini menjadi sangat

berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya biologi. Pada

gambar 0.1.13, divisualisasikan hasil konstruksi fraktal 3-dimensi yang

dibuat oleh seniman grafis, Richard Voss, yang menggambarkan

pegunungan berkabut. Karya visual hasil dari aturan formal yang berhasil

menipu mata kita layaknya lukisan asli. Gambar tersebut bukanlah foto,

melainkan hanya hasil sebuah simulasi gerak acak dengan aturan fraktal

tertentu.

Gambar 0.1.13.

Pertumbuhan 3-dimensional (kiri) dan

imagi pegunungan yang dibuat dengan

model gerak acak 3-D dengan sistem

fraktal (kanan).

0-1-14

Page 29: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.1.14.

Sifat fraktal pada data deret waktu

keuangan.

Fraktal ada di sekitar kita. Ia tidak hanya ada ada di sistem alam,

melainkan juga di sistem sosial. Pada gambar 0.1.14. kita dapat melihat

bahwa data deret waktu keuangan-pun bersifat fraktal. Dari sini kita dapat

menemukan sebuah fenomena menarik yaitu ternyata, baik harga bunga

kol di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta misalnya, maupun bunga kol itu

sendiri bersifat fraktal (gambar 0.1.10.). Fraktal juga dapat dijumpai

dalam karya seni manusia. Hal ini terlihat di gambar 0.1.15.

Gambar 0.1.15.

Visualisasi fraktal dalam karya seni,

yaitu: Candi Prambanan (atas) dan

motif batik di berbagai daerah di

Nusantara (bawah).

0-1-15

Page 30: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari contoh-contoh tersebut kita dapat melihat bahwa pada aspek

estetika sekalipun, yang sebelumnya dianggap misterius, dapat dijelaskan

oleh teori chaos. Dalam ulasan ini kita sama-sama dapat melihat adanya

sebuah harapan dan inspirasi baru dalam perjalanan manusia yang tidak

pernah berhenti mencari jawaban pertanyaan keingintahuan. Baik sistem

alam maupun sistem sosial memberikan tanda pada kita, bahwa

sebenarnya apa yang kita anggap rumit sangat mungkin dihasilkan dari

mekanisme yang sangat sederhana. Sebaliknya, bukan tak mungkin pula

sebuah hal yang kita lihat sangat sederhana sebenarnya menyimpan

potensi kerumitan yang luar biasa dan hampir tak mungkin dijelaskan

maksudnya.

Chaos dan fraktal sangat dekat dengan kita. Universalitas ini memberi

ruang kontemplasi bahwa sang Pencipta memang memberi kita harapan

sekaligus batasan, bahwa perjalanan kehidupan peradaban memang

akan selalu berhingga di tepi dari batas itu. Namun ketika berada di batas

itu, kita tidak mesti merasa terbatas, karena memang semuanya akan

senantiasa berada di tepi chaos. Universalitas ini juga membawa kita pada

sebuah kesadaran akan interdisiplinaritas. Guratan pahat di Candi

Prambanan ternyata berhubungan dengan persamaan sederhana di

matematika. Gerakan harga saham di Bursa Efek Jakarta ternyata memiliki

pola yang sama dengan permukaan Planet Jupiter. Baik seni dan

matematika maupun ekonomi dan fisika ternyata sangat dekat. Sekarang

sudah bukan saatnya lagi kita terkotak-kotak berdasarkan penggaris tua

peninggalan Déscartes. Dari kesadaran interdisiplinaritas inilah kita

mungkin dapat memahami apa yang ada dalam pikiran Soekarno ketika ia

merumuskan dasar-dasar keindonesiaan, sebagaimana dibahas di awal

diskusi ini.

0.1.8. Penutup

0-1-16

Page 31: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

0.2. Dari Otomata Selular

ke Model Agen

Tidak ada kondisi statis pada sistem sosial kita – sistem sosial adalah

sistem dinamis. Manusia bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Mereka saling berjumpa, berbohong, berjanji, marah, bercinta, memuji,

dan mencaci-maki. Perjalanan manusia sulit ditebak. Joni tidak pernah

menyangka perjalanannya hari itu benar-benar sulit. Berbagai halangan

harus dia lewati; sepeda motornya dicuri, gulungan filmnya dijambret,

sampai membantu persalinan seorang istri supir taksi. Interaksi manusia

ternyata sangat rumit. Bahkan kita tidak akan pernah tahu pasti apa yang

terjadi beberapa saat ke depan.

Kerumitan tersebut mengakibatkan upaya pencarian solusi kehidupan

manusia menjadi tidak sederhana. Lalu, bagaimanakah pemerintah

mempersiapkan prasarana jalan raya yang tidak akan pernah macet?

Bagaimanakah semestinya seorang perancang kota mendesain trotoar

agar pengguna tidak akan pernah berdesak-desakan dengan pedagang

kaki lima? Saat hutan di Kalimantan terbakar, bagaimanakah cara

menanggulangi sebaran api? Bagaimanakah merumuskan kebijakan

kesehatan untuk mengatasi flu burung dan demam berdarah? Apa alat

yang dapat kita gunakan untuk menjawab semua persoalan itu?

Gambar 0.2.1.

Suasana kemacetan dan keserawutan

lalu lintas di Jl. Setiabudi Bandung

pada saat weekend.

0.2.1. Pada Awalnya

Perkembangan otomata selular ( ) terkait dengan teori

komputasi. Teori ini pertama kali dirumuskan oleh matematikawan

Inggris, Alan Turing. Secara teoretis, Turing membangun sebuah mesin

yang terdiri atas pita dengan panjang tak terbatas; biasa disebut Mesin

Turing. Pita ini terdiri atas sel-sel yang mewakili atau urutan

karakter tertentu. Dalam mesin tersebut, terdapat yang dapat

membaca, menulis ulang, atau membiarkan keadaan yang ada di pita.

cellular automata

string

head

0-2-1

Page 32: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Head

head

state

cock smash

bergerak dari sebuah sel menuju sel selanjutnya secara berurutan

dari kiri atau kanan. Pergerakan diatur oleh alat yang

merepresentasikan atau kondisi tertentu yang diwakili dalam

sebuah tabel. Prinsip ini kemudian menjadi dasar teori komputasi.

Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh Alonzo Church. Keduanya sampai

pada kesimpulan bahwa masalah apapun dapat dikomputasi

menggunakan Mesin Turing. Kemampuan membaca dan menulis ulang isi

pita ini kemudian berkembang dan diwujudkan dalam bentuk komputer.

Sampai buku ini ditulis, belum ada komputer manapun di dunia yang

dirancang dengan arsitektur yang tidak dapat dicari ekuivalensinya

dengan Mesin Turing.

Dari sini dunia kemudian mengenal nama matematikawan dan fisikawan

genius berkebangsaan Amerika Serikat, John von Neumann. Dalam

sebuah makalahnya yang terkenal tahun 1948, von Neumann

mengemukakan ide tentang “teori otomata”. Ia menyebutnya sebagai

sebuah teori tentang “Tubuh pengalaman yang terartikulasi rumit dan

sulit untuk diformalkan”. Persamaan matematika terkadang tidaklah

cukup. Terkadang kita harus menyelesaikan permasalahan hanya dengan

cara mengalaminya. Bukankah kita tidak akan pernah tahu legitnya Bika

Ambon hanya dari ilustrasi pencicipnya di televisi?

Dengan adanya kinetika Newton, dengan mudah kita dapat menghitung

titik jatuh badminton yang di- Susi Susanti. Tapi, bagaimana

dengan sistem yang terdiri atas banyak benda yang saling berinteraksi

satu sama lain? Sekarang coba kita bayangkan, misalnya terdapat ribuan

benda identik bergerak acak, yang tentunya mematuhi hukum Newton,

katakanlah kepulan asap rokok yang dihembuskan Chairil Anwar. Tiap

partikel asap bergerak dengan arah vektor dan besar percepatan yang

beraneka ragam. Terkadang mereka saling bertabrakan satu sama lain;

sebagaimana terlihat pada gambar 0.2.2. Saat mereka bertabrakan tentu

ada perubahan momentum yang bekerja dalam benda tersebut atau

dalam fisika Newtonian dikenal dengan konsep impuls. Adanya faktor

interaksi dari gerak ribuan partikel asap mengakibatkan upaya

pemecahan problem kepulan asap rokok Chairil Anwar sulit untuk

dijawab dengan menggunakan persamaan matematika Newtonian.

“Kebenaran itu terlalu rumit untuk

didapatkan. Kita hanya boleh

mendekatinya.

John von Neumann

Chairil adalah seorang pujangga

angkatan 45, yang mungkin paling

terkenal. Citra dalam gambar ini

adalah posenya yang paling populer.

Pose seorang perokok yang dengan

pandangan sinis dan penuh gejolak

pemberontakan.

Chairil Anwar (1922-1949)

Gambar 0.2.2.

Visualisasi model lintasan gerak

badminton Susi Susanti dan

kepulan asap rokok Chairil Anwar.

cock

Dalam kasus ini, gagasan von Neumann di atas tentu menjadi diskusi yang

menarik. Problem kepulan asap rokok Chairil Anwar dapat kita jawab

menggunakan perangkat komputasi. Bentuk kepulan asap rokok tersebut

ternyata dapat kita cari dengan mengalami langsung gerak tiap partikel

0-2-2

Page 33: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

asap. Proses ini dimulai dengan memindahkan partikel-partikel asap

tersebut ke dalam komputer. Sesuai hukum Newton, partikel-partikel

tersebut bergerak dan bertabrakan, kemudian merubah arah geraknya.

Konstelasi gerak partikel asap inilah yang kemudian ditumbuhkan dalam

simulasi komputer. Dengan demikian melalui simulasi komputasi kita

dapat menjawab berbagai permasalahan sistem banyak benda yang

saling berinteraksi, termasuk kepulan asap rokok Chairil Anwar.

Dapatkah kita membangkitkan organisme artifisial di dalam komputer?

Adakah sebuah mesin yang dapat berperilaku secara otonom tanpa

dipengaruhi objek lain (otomata) sekaligus mampu mereproduksi dirinya

sendiri ( )? Pertanyaan tersebut akhirnya

berhasil diselesaikan oleh von Neumann lebih dari setengah abad yang

lalu. Solusi pertanyaan inilah yang melahirkan otomata selular. Lalu,

apakah itu otomata selular? Otomata selular dipahami sebagai sistem

dinamik yang dibentuk dengan dasar sistem waktu diskrit dan secara

spasial sebagai model dari proses fisik dan sebagai perangkat ( )

komputasional.

Untuk mengkaji otomata selular secara lebih jauh, terlebih dahulu kita

harus mengenal beberapa pengertian berikut, yaitu: sel, , tetangga

dan .

Sel adalah sebuah entitas diskrit terkecil. Mari kita bayangkan terdapat

sebuah regu pemandu sorak yang sedang berlatih membuat formasi

gerak. Pada contoh di atas (gambar 0.2.3), sel adalah seorang anggota

pemandu sorak. adalah jenis keluaran sel yang membentuk sistem.

Pada contoh tersebut, terdapat dua jenis yaitu: “mengangkat

tangan” dan “menurunkan tangan”. Tetangga, dalam konteks ini, adalah

teman satu kiri dan satu kanan. adalah ketentuan yang mengatur

sebuah sel pada periode berikutnya. Contoh misalnya:

0.2.2. Kelahiran Otomata Selular

self-reproducing automata

device

state

rule

State

state,

Rule

state rule

Gambar 0.2.3.

Visualisasi otomata selular dua

dimensi: koreografi pada regu

pemandu sorak.

Gambar 0.2.4.

formasi gerakan pemandu sorak.Rule

0-2-3

Page 34: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Setiap anggota pemandu sorak (sel) memperbaharui -nya secara

diskrit. Pembaharuan terjadi setelah pelatih meniupkan

peluit pertama, kedua dan seterusnya ( =1,2,3,4,5,...). Dari sini maka akan

kita dapatkan dinamika sel sebagai berikut (gambar 0.2.5):

Formasi gerakan regu pemandu sorak adalah contoh otomata selular 1-

dimensi. Selain itu, terdapat juga sebuah otomata selular 1-dimensi

bentuk khusus yaitu “otomata selular elementer”. Jenis ini adalah bentuk

otomata selular yang paling sederhana. Kualifikasi yang dimilikinya

adalah sebagai berikut:

a) Memiliki dua buah

(kita sebut saja hitam (1) dan putih (0)).

b) Setiap sel memiliki tetangga satu sel di kiri dan di kanannya.

Dengan perhitungan sederhana dapat kita ketahui bahwa, pada otomata

selular elementer terdapat 256 jenis . Salah satu tersebut adalah

254:

Dari hasil simulasi (gambar 0.2.7.) kita dapat melihat muncul beberapa

pola menarik. Pada 72 terlihat bahwa sistem akan bersifat stabil

(statik). Pada 186 terlihat bahwa sistem menghasilkan pola yang

bersifat periodik. Pada 102 dan 110 muncul sebuah pola yang tidak

bersifat statik maupun periodik. Tetapi apakah 102 dan 110 memiliki

sifat yang sama?

state

state

t

state

state

state state

rule rule

rule

rule

rule

rule

rule

0.2.3. Otomata Selular 1-Dimensi

hanya

Gambar 0.2.5.

Hasil simulasi gerakan pemandu sorak.

Gambar 0.2.6.

254 otomata selular elementer

(disebut 254 karena nilai

11111110 pada basis 2 sama dengan

254 pada basis 10).

Rule

rule

0-2-4

Page 35: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.2.8.

Hasil simulasi 102 dan 110

otomata selular elementer dengan

kondisi inisial acak. Iterasi berjalan dari

atas ke bawah.

rule

Gambar 0.2.7.

Hasil simulasi empat jenis

otomata selular elementer dengan

kondisi inisial satu titik hitam di

tengah. Rute iterasi yaitu dari

permukaan, dalam bidang spasio

temporal, bagian atas menuju ke

bawah.

rule

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan simulasi dengan jumlah

iterasi dan jumlah sel yang sangat besar. Pada gambar 0.2.8. kita dapat

melihat bahwa 102 menghasilkan bentuk yang tidak berpola sama

sekali (acak). Dari hasil simulasi lebih jauh diketahui bahwa 102 ini

bersifat sensitif terhadap kondisi inisial. Sebuah perubahan kecil di

konfigurasi sel akan berpengaruh sangat besar terhadap pola yang

muncul di iterasi selanjutnya. Berbeda dengan 102, 110 ternyata

menghasilkan pola tertentu yang unik. Pola yang tidak bersifat statis,

periodik, maupun acak. Hasil 110 adalah indikasi area tepi chaos

dalam otomata selular.

Apa yang terjadi jika kita menambah tetangga atau menambah yang

mungkin? Tentunya kita akan memiliki otomata selular yang luar biasa

rumit, demikian juga pola yang dihasilkannya, di samping itu -nya pun

akan sangat sulit untuk dibayangkan. Jika kita hanya memiliki 2 warna,

maka jumlah otomata selular berjumlah 256. Maka misalnya kita

punya otomata selular 3 warna: hitam, putih, dan juga abu-abu, dengan

cara yang sama dengan otomata selular elementer, kita akan memiliki

rule

rule

state

rule

rule

state

rule

rule

rule

rule

0-2-5

Page 36: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

yang mungkin sebanyak 7.625.597.484.987 jenis. Di samping itu jika kita

memiliki otomata selular dengan jumlah warna 2 (hitam dan putih)

dengan tetangga ditambah menjadi 4, maka kita memiliki yang

mungkin sebanyak 4.294.967.296. Jumlah yang terlalu berat diselesaikan

menggunakan mesin komputasi secanggih apapun.

Untuk itu, tahun 1983 fisikawan Stephen Wolfram memperkenalkan

otomata selular yang banyak -nya bergantung pada rata-rata dari

semua (total) nilai sel yang ada dalam lingkungan tetangganya. Otomata

selular jenis ini disebutnya sebagai "otomata selular totalistik", karena

kita hanya mengambil yang 'totalistik' saja. Misalnya ada 3 jenis

warna ( ) otomata selular yaitu putih (0), abu-abu (1) dan hitam (2).

Misalkan sebuah sel berada dalam hitam (2) memiliki tetangga kiri

berwarna putih (0) dan tetangga kanan berwarna abu-abu abu-abu (1)

maka updating -nya dilakukan dengan menggunakan opsi ke-3

(2+0+1). Karena hanya ada 3 jenis , maka dalam sebuah terdapat

7 jenis opsi yang mungkin yaitu opsi ke-0 (0+0+0), opsi ke-1, opsi ke-2

hingga opsi ke-6 (2+2+2). Dari sini dengan mudah kita dapat mengetahui

bahwa pada otomata selular totalistik 3 warna ( ) terdapat 3 pangkat

7 atau 2.187 jenis . Salah satunya adalah 1074 (atau dalam basis 3

sama dengan 1110210). Artinya opsi ke-0 menghasilkan 1, opsi ke-2

menghasilkan 1, opsi ke-3 menghasilkan 1, dan seterusnya.

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 0.2.9.

rule

rule

rule

state

state

state

state rule

state

rule

state

state state

Wolfram menunjukkan dalam buku

seminalnya "A New Kind of Science"

bahwa sistem kompleks tak dapat

dimodelkan dengan matematika

tradisional.

Stephen Wolfram

Gambar 0.2.9.

Contoh otomata selular otalistik

3 warna 1 dimensi dengan 1074.rule

Gambar 0.2.10.

Hasil simulasi otomata selular 1

dimensi totalistik 3 warna dari

1599, 912 dan 2039 dengan kondisi

inisial satu titik hitam di tengah.

Terlihat bahwa otomata selular 1

dimensi totalistik 3 warna dapat

menghasilkan sebuah pola yang indah

dan menarik.

rule

0-2-6

Page 37: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

0.2.4. Tepi Chaos Dalam Otomata Selular

Kita telah memahami teori chaos dari bagian sebelumnya. Kita ketahui

adanya sebuah wilayah yang disebut tepi chaos. Fenomena ini juga

ditemukan dalam otomata selular.

Dari kajian otomata selular 1-dimensi di atas kita ketahui bahwa terdapat

sejumlah karakteristik dari masing-masing . Tiap memiliki

karakteristik. Lebih jauh Stephen Wolfram menunjukkan bahwa teori

chaos dapat digunakan untuk menerangkan banyak sistem secara holistik

melalui otomata selular 1-dimensi. Otomata selular memiliki 4

kategorisasi kelas, yaitu:

Kelas Pertama, otomata selular yang perilakunya sangat sederhana,

hampir seluruh konfigurasi inisialnya menghasilkan keadaan akhir yang

homogen/seragam dan sama hanya pada beberapa iterasi tertentu saja.

Contoh kelas ini adalah otomata selular elementer 72.

Kelas Kedua, otomata selular yang seluruh konfigurasinya memiliki siklus

periodik, yaitu terdapat beberapa hasil akhir yang mungkin berubah

secara berkala, tergantung kepada konfigurasi awal. Pola yang dihasilkan

adalah pola yang sama dan berulang terus setelah beberapa iterasi awal.

Sistem berubah secara periodik. Contoh kelas ini adalah otomata selular

elementer 186.

Kelas Ketiga, otomata selular yang konfigurasi akhirnya memiliki pola

chaotik yang rumit dan dapat dikategorikan acak, meski beberapa

struktur kecilnya masih terlihat secara esensial. Pengertian Wolfram

untuk acak di sini adalah perilaku yang tak menentu dan tak dapat

diprediksi dari awal hingga akhir iterasi. Sistem berubah secara ergodik

dan sangat sensitif pada kondisi awal. Begitu kondisi awal berubah, maka

hasilnya akan berubah juga. Contoh kelas ini adalah otomata selular

elementer 102.

Kelas Keempat, otomata selular yang konfigurasi akhirnya menunjukkan

gabungan antara keteraturan dan acak: susunan awalnya berubah hingga

menghasilkan struktur terlokalisasi yang kelihatan sederhana namun

senantiasa bergerak dan saling berinteraksi dengan rumit. Otomata kelas

keempat ini memiliki struktur yang kompleks dengan struktur yang

rule rule

rule

rule

rule

Gambar 0.2.11.

Empat jenis klasifikasi Wolfram untuk

otomata selular pada kelas 1, kelas 2,

kelas 3, dan kelas 4 (dari kiri ke

kanan).

0-2-7

Page 38: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

terlokalisasi; beberapa literatur menyebutkan bahwa otomata selular

kelas keempat ini sebagai komputer universal ( ) yang

menunjukkan model sistem-sistem di alam. Contoh kelas ini adalah

otomata selular elementer 110.

Namun klasifikasi Wolfram tersebut masih lemah karena dia tidak

menyediakan formalisme untuk mendukung argumentasinya, sekalipun

pendapat tersebut cukup kuat karena terus ditemui dalam eksperimen-

eksperimen selanjutnya. Argumentasi ini kemudian diperkuat secara

kuantitatif oleh peneliti Santa Fe Institute (pusat studi kompleksitas

Amerika Serikat), Christopher Langton dengan memperkenalkan konsep

("lambda"). adalah sebuah parameter yang didefinisikan sebagai

persentase dari semua entri dalam tabel otomata selular yang

memetakan ke bukan nol.

Pada gambar 0.2.12. terlihat bahwa saat nilai lamda diperbesar,

ditemukan karakteristik berikut:

universal computer

rule

rule

state

λ

λ

Gambar 0.2.12.

Dinamika otomata selular 1-dimensi

dengan nilai yang berbeda-beda.λ

fixed point “complex” disorderperiodik total

Berdasarkan nilai , maka kita dapat mengurutkan kembali kelas-kelas

yang dibuat oleh Wolfram menjadi sebagai berikut:

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 4 Kelas 3

dengan rata-rata nilai adalah 0.228, 0.439, 0.816, dan 0,502 untuk

masing-masing urutan kelas 1 hingga kelas 4.

Fenomena ini menarik karena ia menghasilkan pola yang sama dengan

teori chaos. Jika dalam teori chaos parameter kontrol-nya adalah variabel

maka di sini kita berhubungan dengan variabel . Interpretasi dari fakta

dua buah teori tersebut adalah bahwa otomata selular merupakan model

komputer yang menunjukkan adanya suatu hal yang "istimewa" di antara

sistem yang sangat teratur ( ) dan yang tidak teratur ( ).

R

order disorder

λ

λ

λ

0-2-8

Page 39: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

0.2.5. Perkembangan Otomata Selular

Kajian di atas memberikan kita sebuah pelajaran penting bagaimana

sebuah interaksi lokal antar sel dengan aturan yang sangat sederhana

ternyata dapat memberikan sebuah pola yang sangat indah. Pola-pola

yang sebelumnya tidak tersetuh sama sekali oleh pendekan sains klasik

selama ini menjadi mungkin untuk dijelaskan.

Mari kita bayangkan kita sedang mengamati motif pigmentasi kerang

yang ditemukan dari Pantai Derawan. Bagaimana menjelaskan motif

tersebut dalam persamaan matematika? Tentu saja hal itu akan sangat

sulit sekali, bahkan hampir mustahil. Namun dengan menggunakan

otomata selular hal ini mungkin untuk dilakukan (gambar 0.2.13.).

Indonesia tumbuh dan berkembang dari fase penjajahan, fase

kemerdekaan, hingga fase pembangunan seperti sekarang ini. Demikian

juga dengan otomata selular. Kerangka 1 dimensi di atas dapat kita

kembangkan menjadi model 2-dimensi. Otomata selular 2-dimensi

merupakan dunia virtual komputasional yang dikonstruksi untuk tujuan

mengamati pola yang lebih luas dari apa yang diperoleh di model 1

dimensi. Dengan mudah kita mengetahui bahwa otomata selular 2-

dimensi memiliki 2 variabel dalam menentukan posisi (di sistem koordinat

Cartesian, misalnya x dan y). Artinya, setiap sel dapat direpresentasikan

Gambar 0.2.13.

Kerang di Pantai Derawan (kanan) dan

pemodelan dengan otomata selular

elementer 30 (kiri).rule

Gambar 0.2.14.

Visualisasi otomata selular 2-dimensi.

0-2-9

Page 40: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

dengan dua variabel x dan y tersebut (x,y). Pengertian tetangga pun tidak

lagi sekadar sel yang ada di sebelah kiri dan kanan, namun juga yang di

atas dan di bawah sel yang bersangkutan (gambar 0.2.14.).

Gambar 0.2.15.

Salah satu contoh otomata selular 2-

dimensi dengan rule totalistik (kiri).

Coba kita bandingkan hasil simulasi

yang diperoleh dengan motif Songket

Palembang (kanan atas) dan Tenun

Bali (kiri atas).

Gambar 0.2.16.

Pengembangan otomata selular 2-D

yaitu: bentuk kisi bujur sangkar biasa

(kiri atas), kisi berbentuk heksagonal

(tengah atas), kisi tak beraturan

(kanan atas). Coba kita bandingkan

hasil simulasi tersebut dengan peta

Indonesia perkabupaten (bawah).

Dengan modifikasi tersebut, pada

dasarnya, kita dapat mengaplikasikan

konsep yang ada di otomata selular

dalam permasalahan spasial di

Indonesia.

Pada gambar 0.2.15. ditunjukkan evolusi sederhana otomata selular

2 dimensi mulai dari iterasi pertama hingga iterasi delapan puluh yang

memberikan kepada kita bentuk kesimetrian dengan kesan rumit tapi

menarik. Pengembangan model otomata selular dengan sederhana

2-dimensi memberikan kita kesempatan untuk mengkaji berbagai pola

dalam fenomena alam, seperti misalnya motif Songket Palembang dan

Tenun Bali.

rule

rule

Gambar 0.2.16. menunjukkan contoh klasifikasi yang berbeda untuk

sistem kisi-kisi pada otomata selular 2 dimensi untuk kisi-kisi yang bujur

sangkar, heksagonal dan tak beraturan. Berbagai macam pengembangan

ini memberikan kesempatan pada kita untuk mengenal otomata selular

sebagai model yang memiliki kemampuan yang hampir tak terbatas

dalam merepresentasikan bentuk-bentuk sistem alam. Sistem dinamik

otomata selular 2-dimensi ini memberikan dasar kesejumlah model-

model lanjut dari sistem fisika, biologi, termasuk sistem sosial. Ia

berusaha memindahkan struktur perilaku obyek yang ditemui secara

empirik ke dalam perangkat komputasi. Salah satunya adalah problem

0-2-10

Page 41: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

yang terkait dengan permasalahan spasial di Indonesia.

Gambar 0.2.17.

Visualisasi otomata selular 3-dimensi.

Masalah sosial tidak hanya terbatas pada ruang 2-dimensi, tetapi bahkan

3-dimensi. Untuk itu, otomata selular dapat dikembangkan lebih jauh.

Upaya ini dapat kita lihat pada gambar 0.2.17. Pengembangan ini akan

sangat membantu kita dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial di

Indonesia, misalnya dalam upaya memodelkan perumahan organik di

bilangan Pelesiran, Kota Bandung (lihat gambar 0.2.18.).

Gambar 0.2.18.

Perumahan organik di bilangan

Plesiran, Kota Bandung (kiri) dan

visualisasi model otomata selular 3-

dimensi yang dapat dibuat.

0.2.6. Mengapa Dibutuhkan Simulasi?

Sistem-sistem di alam memiliki karakteristik unik yaitu memiliki sifat

membrojol ( ). Apakah itu membrojol? Membrojol adalah

properti yang tidak ada di level mikro (misalnya atom atau manusia),

namun tiba-tiba muncul di level makro (misalnya sifat material atau

kelompok masyarakat).

Kita ketahui bersama molekul H dan O pada suhu kamar akan berwujud

gas dan mudah terbakar. Namun ketika dua materi ini digabungkan,

dihasilkan H O (air) yang bersifat cair dan memadamkan api. Artinya, air

memiliki properti sistem yang tidak proporsional dengan properti elemen

yang menyusunnya. Dengan kala lain ada properti sistem yang muncul

tiba-tiba dan tidak sama dengan properti elemen yang menyusunnya

(non-linier).

emergence

2 2

2

0-2-11

Page 42: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Fenomena ketidakproporsionalan tersebut juga dapat kita jumpai di

sistem sosial. Sekarang mari kita bayangkan pada suatu hari di markas

Slank, mereka selesai manggung. Pada kondisi pertama Bimbim sendiri,

ia kemudian mendengarkan radio. Pada kondisi kedua yaitu saat Kaka

datang bersama Bimbim, keduanya kemudian bermain Play Station (PS).

Pada kondisi ketiga Bimbim, Abdee, Ivan dan Kaka, kelimanya datang

bersamaan, kini Studio Gank Potlot berisi kelimanya yang berlatih untuk

lagu barunya.

"...di sini, tempat cari senang. Salah

tempat kalau kau cari uang.

Di sini orang-orang penuh kreativitas,

tempat orang-orang yang ! ”

Slank

survive ...

Tabel 0.2.1

Ilustrasi ketidakproporsionalan

masukan dan keluaran yang dihasilkan

Grup Band Slank.

Mengapa ketika hanya sendirian ia mendengarkan radio, namun jika dua

orang mereka bermain PS? Mengapa kita tidak mendapatkan dua orang

yang mendengarkan radio? Mengapa ketika kelimanya berkumpul

mereka membuat lagu, bukan main PS bersama-sama? Selanjutnya,

kenapa input konsumsi listrik tidak sebanding dengan tipe kegiatan yang

dihasilkan? Saat Slank membayar 8000 Watt listrik yang dikonsumsi

mereka justru berpeluang mencetak pendapatan yang jauh berlipat

hasilnya, dari peluncuran album baru. Contoh tersebut menunjukkan

adanya beberapa properti (aktivitas mendengarkan radio, main PS,

membuat lagu) yang baru muncul di level makro sistem, namun tidak

ditemui di level mikro.

Fenomena ini disebut dengan membrojol. Dua contoh di atas

menunjukan bahwa sistem yang ada di sekitar kita memiliki sifat

membrojol yang ditimbulkan akibat interaksi tidak linier dari sistem

penyusunnya atau dikenal dengan istilah non-linearitas makro-mikro.

Lalu upaya apa yang harus kita lakukan guna menjelaskan sistem

tersebut?

Kajian di bagian sebelumnya menunjukkan bahwa otomata selular

mampu memunculkan sebuah pola di level makro (motif Songket

Palembang, adanya corak kerang di Pantai Derawan, dan lain sebagainya)

akibat hasil dari sejumlah interaksi lokal antar sel dengan aturan yang

sangat sederhana. Struktur abstrak ini memberikan kemungkinan kepada

kita untuk mempelajari semesta raya dan membantu kita untuk

memahami alam semesta. Pemikiran ini kemudian melahirkan pintu

analisis perilaku sistem biologis ekosistem, yang dikenal dengan

"kehidupan buatan" ( ) – sebuah bentuk biologi komputasi

yang diperkaya oleh model fisis, otomata selular.

artificial life

0-2-12

Page 43: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Kehidupan buatan dilihat sebagai upaya "menumbuhkan" struktur biologi

ke dalam komputer sehingga dengan demikian kita memiliki pemahaman

atas sistem biologis itu. Sistem biologi terdiri atas berbagai macam

lapisan-lapisan analitik. Misalnya penumpukan pigmen di level mikro,

membrojolkan pola dan warna-warni hewan seperti loreng harimau dan

pola-pola yang indah pada cangkang kerang atau siput. Sifat-sifat tubuh

elementer dari protozoa seperti amuba membrojolkan pola gerakan

tubuh. Perilaku predator dan mangsa membrojolkan siklus kehidupan

dalam biosfir. Banyak hal di level mikro membrojolkan level makro, yang

sekali lagi tak mungkin diketahui secara apriori karena adanya

ketidaklinieran. Hal ini mengakibatkan pendekatan matematika klasik

menjadi mandul. Untuk itu berkembang pendekatan simulasi

komputasional.

Salah satu contoh kehidupan buatan adalah formasi huruf "V" yang

dibentuk oleh segerombolan burung yang terbang bersama. Tidak ada

yang mengkomando atau mengatur mereka, namun seolah terhipnotis,

tiap burung mengambil posisi masing-masing dan membentuk huruf "V"

di langit. Banyak dugaan bisa diberikan, seperti misalnya bahwa burung

yang terbang paling depan adalah yang paling cepat terbang atau

pemimpinnya atau bahwa burung meniru (memesis) bentuk-bentuk

huruf V yang dilihatnya, dan sebagainya. Dalam kasus ini, pendekatan

matematika klasik tentu saja hampir mustahil dapat memberikan solusi.

Gambar 0.2.19.

Kelompok burung yang terbang di

Ujung Kulon.

Untuk menjawab hal ini, kita mesti melihat perilaku membentuk huruf

"V" sebagai sebuah perilaku yang kompleks untuk ukuran seekor burung.

Yang pasti ini merupakan hasil kebrojolan dari interaksi setiap burung

yang sedang terbang secara kolektif. C. W. Reynolds, seorang programmer

komputer grafis, mencoba untuk memodelkan hal ini. Ia menempatkan

burung-burung tersebut dalam koordinat spasial diskrit sedemikian

sehingga dapat diprogram dalam otomata selular. Ia memberikan

sejumlah aturan ( ) sederhana yang harus dipatuhi oleh burung-

burung tersebut, yaitu:

a. Pemisahan: Jangan terlalu dekat dengan obyek apapun termasuk

burung lain,

b. Jajaran: Usahakan menyamai kecepatan terbang sama dengan

burung yang di sisi kiri atau kanan,

c. Kohesi: Terbanglah ke arah terbang burung yang ada di sisi paling

depan dan tengah.

rule

0-2-13

Page 44: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Alhasil, simulasi komputasi akan membrojolkan pola huruf 'V' dalam

kondisi awal apapun. Hanya dengan 3 aturan sederhana tersebut, maka

kelompok burung membentuk huruf 'V' sebagai bentuk yang paling pas

untuk mereka, sebagai mana dapat kita lihat di gambar 0.2.20.

Gambar 0.2.20.

Model perilaku kolektif burung dalam

otomata selular.

0.2.7. Simulasi Sistem Sosial

Salah satu tantangan terbesar dalam memodelkan sistem sosial adalah

adanya keragaman individu yang ada di dalamnya. Ada orang yang sangat

terpengaruh terhadap iklan, ada yang sangat cuek, dan ada juga yang

tidak nonton TV sama sekali. Faktor ini ditambah lagi dengan adanya efek

interaksi yang sangat tidak linier dan melahirkan sifat membrojol.

Akibatnya upaya pemodelan sistem sosial menjadi tidak sederhana. Lalu

apakah ketidaksederhanaan tersebut membuat kita kehilangan

kemampuan untuk mengidentifikasi efek dari sebuah kebijakan secara

luas? Tentu saja tidak. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut

muncul sejumlah pendekatan baru. Salah satunya adalah Pemodelan

Berbasis Agen ( ), selanjutnya disingkat PBA.agent-based model

Gambar 0.2.21.

PBA adalah upaya memindahkan

struktur sosial ke dalam komputer.

PBA adalah sebuah pemodelan dimana struktur sosial dan perilaku

kelompok dibrojolkan dari interaksi agen-agen yang ada dari sistem

artifisial tersebut. Pada proses ini kita memindahkan struktur sosial yang

ada di realita ke dalam komputer (gambar 0.2.21.). Agen-agen sosial

tersebut mengambil keputusan berdasarkan set aturan tertetu, seperti

yang terjadi di realita. Agen dimungkinkan untuk belajar atau

beradaptasi. Karakteristik umum dari agen-agen yang menyusun PBA

antara lain: heterogen, keputusan didasarkan pada aturan tertentu,

berinteraksi dengan lingkungan dan atau agen lain, serta dapat belajar

0-2-14

Page 45: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

dari pengalaman sebelumnya. Konseptualisasi PBA dapat dilihat pada

gambar 0.2.22.

Gambar 0.2.22.

Konseptualisasi PBA.

Dari gambar tersebut terlihat bahwa agen-agen di level mikro, misalnya

individu, rumah tangga atau perusahaan, saling berinteraksi satu sama

lain. Dari interaksi tersebut di hasilkan pola atau karakteristik sistem di

level makro. Dalam PBA pola makro yang dihasilkan tersebut dapat lebih

dari sekedar akumulasi karakteristik agen di level mikro. Artinya PBA

dapat mengakomodasi karakteristik sistem sosial sebagai sebuah sistem

kompleks. Langkah kerja yang dilakukan dalam membuat PBA dapat

dilihat di gambar 0.2.23.

Gambar 0.2.23.

Langkah kerja konstruksi PBA.

Pertama-tama kita melakukan perumusan masalah. Setelah itu

dikonstruksi aspek-aspek mikro yang membangun model tersebut,

misalnya jenis-jenis agen, perangkat yang digunakan oleh agen, aturan

interaksi yang digunakan, serta bentuk-bentuk evaluasi dan adaptasi

yang terjadi. Konstruksi mikrostruktur ini lalu disimulasikan di dalam

komputer. Hasil yang didapat dari proses tersebut kemudian diverifikasi.

Dari tahap tersebut kita akan mendapatkan sejumlah implementasi

teoritis yang dapat berguna bagi pengambil keputusan dalam

menentukan arah kebijakan yang sebaiknya dilakukan.

Dibandingkan dengan metode-metode konvensional yang biasa

digunakan selama ini, PBA memiliki kelebihan antara lain:

1. Mampu menaklukkan sistem sosial yang memiliki tingkat kerumitan

0-2-15

Page 46: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

yang sangat tinggi akibat adanya keheterogenan agen.

2. Bisa menunjukkan perilaku membrojol di level makro akibat interaksi

non-linier yang terjadi di level mikro.

3. Dapat dijadikan laboratorium dalam menguji dampak kebijakan ter-

tentu, sebelum diimplementasikan.

4. Memiliki fungsi-fungsi spesifik lainnya, seperti: melakukan prediksi,

membuktikan teori, mendapatkan penemuan baru, menjadi alat

hiburan, pendidikan dan latihan, serta mencari solusi optimum

permasalahan sosial.

Saat ini, PBA adalah salah satu metode baru dalam perkembangan ilmu

sosial dan ekonomi. Contoh aplikasi metode ini kajian ilmu sosial di

Indonesia dapat kita lihat di bagian selanjutnya.

Di bagian akhir ini penulis mengajak kita semua untuk berimajinasi

sesaat. Apa yang terjadi jika pada hari itu karakter Otto (pacar karakter

Angelique dalam film Janji Joni) memiliki sebuah perangkat simulasi di

dalam laptop-nya? Mungkin ia bisa mencegah bertemunya Joni dengan

Angelique. Apa yang terjadi jika seandainya Bapenas memiliki sebuah

komputer besar yang mampu mensimulasikan apa yang terjadi di dalam

masyarakat secara utuh? Barangkali Ellyas Pical tidak sampai menjual

medali untuk menyambung hidup. Mungkin Galang Rambu Anarki kecil

tidak perlu kekurangan gizi karena Iwan Fals tidak mampu membeli susu.

Penulis tiba-tiba teringat dengan potongan lirik berikut:

Seperti lirik lagu di atas, tentu saja, kini sudah bukan saatnya pesimis.

0.2.8. Epilog

Buat apa susah

Buat apa susah

Susah itu tak ada gunanya...

(penggalan lagu ciptaan Koes Ploes)

0-2-16

Page 47: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Pada bulan Agustus 2002 yang lalu, di Pulau Dewata untuk pertama

kalinya diadakan Konferensi Ekonofisika Internasional di Indonesia yang

mengundang sejumlah peneliti internasional, termasuk perintis

ekonofisika dunia. Dalam konferensi tersebut didiskusikan ratusan

makalah yang mengetengahkan apa dan bagaimana ekonofisika dapat

menjawab berbagai tantangan yang ditemui dalam penelaahan

berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan politik. Sebenarnya

apakah ekonofisika? Bagaimana ekonofisika dapat menjawab

permasalahan sosial? Mari kita selami bersama-sama.

itu

Bayangan siapakah yang selalu muncul dalam tidur Evie Tamala?

Bayangan kekasih? Ya, mungkin saja. Tetapi, bagaimana jika kita

berandai-andai sebentar. Misalnya, kata “aku” atau “ku” dalam lirik lagu

tersebut kita ganti dengan kata “hidup”. Lalu, kira-kira kata apakah yang

paling tepat untuk mengganti kata “kekasih”? Siapakah kekasih

kehidupan? Siapakah yang selalu membayangi kehidupan dalam setiap

waktu? Sepertinya akan ada banyak jawaban. Tetapi bagaimana jika kita

berhenti berandai-andai barang sejenak dan menatap lebih dalam dunia

sekitar. Barangkali di dalamnya terselip jawaban pertanyaan kita.

Dalam keseharian, kita sering menjumpai berbagai jenis komposisi kimia

dengan keadaan yang berbeda-beda. Ia dapat berupa atau fasa

cairan, gas ataupun benda padat. Dalam waktu yang berbeda-beda,

sebuah komposisi kimia dapat berwujud ketiganya. H2O atau “air”

misalnya, dapat berwujud padat seperti balok es yang bisa digunakan

oleh nelayan, cairan seperti yang biasa kita minum, maupun berwujud

gas berupa gumpalan mega di langit. Tiga keadaan tersebut memiliki

perilaku yang berbeda-beda, baik dalam hal kerapatan (jumlah atau

berat persatuan volume), kemampuannya dalam menghantarkan

panas, dan lain sebagainya.

Material dapat berubah dari satu fasa ke fasa lain. Dalam kajian

mekanika statistik (yang berupaya menerangkan berbagai proses makro

dari mekanisme mikro dalam sistem fisis) peralihan “sifat fisik material”

dikenal istilah . Peristiwa menguapnya air ketika dipanaskan

adalah contoh transisi fasa yang dekat keseharian kita. Namun perlu

diperhatikan disini, dalam fisika, pengertian “sifat fisis material” berlaku

secara umum. Ia tidak hanya terkait dengan pengertian peralihan

padat, cair dan gas semata, namun juga sifat kemagnetan

(ferromagnetik dan paramagnetik), struktur kristal ( atau

), dan lain sebagainya.

0.3.1. Dari Transisi Fasa ke Hukum Pangkat

state

transisi fasa

state

polymorphs

allotropes

“Kemanapun ada bayanganmu

Dimana pun ada bayangammu

Disemua waktuku ada bayanganmu

Kekasihku

Ku menangis, menangisku karena rindu

Ku bersedih, bersedihku karena rindu

Ku berduka, dukaku karena rindu

Ku merana, meranaku karena rindu

Mau tidur teringat padamu

Mau makan teringat padamu

Mau apapun teringat padamu

Kekasihku

Kemanapun ada bayanganmu

Dimana pun ada bayangammu

Disemua waktuku ada bayanganmu

Kekasihku

Aku rindu, rindu padamu”

Evie Tamala

dalam lagu “Aku Rindu Padamu”

0.3. Mekanika Statistik

dan Ekonofisika

0-3-1

Page 48: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.3.1.

Diagram skematik tekanan vs

kerapatan pada daerah dekat titik

kritis cair ke gas.

Gambar 0.3.2.

Visualisasi sifat kemagnetan logam.

Pada logam yang bersifat

ferromagnetik (hijau), benda dapat

bersifat magnet secara independen.

Logam yang bersifat paramagnetik

(biru) secara independen ia tidak

menghasilkan medan magnet, namun

ia akan menjadi magnet jika

didekatkan sebuah benda yang

bermuatan magnet (merah).

Transisi fasa juga terjadi dalam proses peralihan sifat kemagnetan

material, antara ferromagnetik dan paramagnetik. Visualisasi deskripsi

dua tersebut dapat dilihat di gambar 0.3.2. Sifat ferromagnetik

terjadi karena elemen-elemen magnet terkecil yang ada di dalamnya

(secara umum) menghadap arah yang sama. Bayangkan misalnya seorang

anak kecil sedang menyusun puluhan magnet seukuran kotak api dalam

sebuah kaleng roti. Jika ia menyusunnya rapi dengan semua kutub utara

diletakkan menghadap kearah bawah maka kaleng roti tersebut akan

state

Peralihan “sifat fisik material” dapat terjadi akibat pengaruh perubahan

suhu dan tekanan. Ketika suhu dinaikkan (pada tekanan yang sama) besi

akan mencair, dan jika dinaikkan lagi ia akan menjadi uap. Demikian juga

dengan tekanan. Pada saat suhu konstan, jika kita menaikkan tekanan

maka gas akan berubah menjadi cairan. Gas alam yang diambil di Arun

akan berubah menjadi cair jika kita padatkan (diberi tekanan) ke dalam

tabung elpiji, walaupun suhunya sama. Di tengah proses pemadatan gas

menjadi cairan tersebut, dimungkinkan adanya kondisi dua fasa (gambar

0.3.1). Pada kondisi tersebut sulit bagi kita untuk mengkategorikan “sifat

fisik material”, ia tidak bisa dikategorisasi bersifat cair atau gas.

0-3-2

Page 49: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

bersifat magnet (ferromagnetik). Namun, jika ia menyusunnya secara

sembarang maka kaleng roti tersebut tidak akan bersifat magnet karena

medan magnet-magnet elementer tersebut saling meniadakan. Dari sini

diketahui bahwa saat ferromagnetik, magnet elementer yang ada di

dalamnya bersifat teratur. Namun, pada kondisi paramagnetik, magnet

elementer yang ada di dalamnya bersifat acak.

Transisi fasa sifat kemagnetan logam dapat terjadi akibat adanya

perubahan suhu. Ketika suhu rendah, sebuah logam akan bersifat

ferromagnetik. Ketika suhunya kita naikkan, elemen-elemen tersebut

bergerak acak. Akibatnya, sifat kemagnetannya hilang dan ia berubah

menjadi paramagnetik. Ada suhu kritis di antara ferromagnetik dan

paramagnetik. Di atas suhu kritis, logam tersebut akan bersifat

paramagnetik dan ketika lebih kecil dari suhu kritis ia bersifat

ferromagnetik. Hal yang menarik perhatian adalah saat transisi antara

ferromagnetik dan paramagnetik atau sekitar suhu kritis. Di suhu ini, kita

tidak dapat mengkategorisasi logam tersebut termasuk ferromagnetik

atau paramagnetik. Terkadang ia bersifat ferromagnetik, namun kadang-

kadang ia bersifat paramagnetik.

Pada suhu kritis tersebut ditemukan sebuah bentuk sederhana sekaligus

universal. Dari hasil eksperimen diketahui bahwa di sekitar suhu kritis

kapasitas panas, parameter keteraturan sistem, dan suseptibilitas

memenuhi hukum pangkat. Sifat ini ditemukan di sejumlah transisi fasa

material. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang sangat menarik

perhatian. Namun ternyata, sifat ini tidak hanya ditemukan di ranah kajian

fisika semata. Pada bagian seterusnya ulasan makalah ini akan

ditunjukkan bahwa ada tendensi universalitas dari apa yang ditemukan

dalam eksperimen fisika ini, dalam sistem sosial, linguistik, ekonomi

keuangan, dan lain sebagainya.

Awan yang gemar bermain basket bertemu dengan teman sekelasnya

Andani di kantin kampus. Kemudian, dialog berikut terjadi:

0.3.2. Dari Hukum Pangkat ke Ekonofisika

Andani : Hei Wan, denger-denger lo jadi kapten ya?

Awan : Yah, biasalah!

Andani : Lagi sibuk ngapain sekarang?

Awan : Lagi nyeleksi anak-anak buat dikirim ke Liga

Mahasiswa 2008

Andani : Gimana permainan mereka sekarang? Kita bisa juara

nggak?

Awan : Skill-nya sih lebih bagus dari tahun lalu, walaupun

tinggi anggotanya standar, sekitar 165 Cm, tapi

beberapa ada juga sih yang lebih dari 180 Cm.

Andani : Nggak ada yang 3 Meter donk?

Awan : 3 Meter mah bukan orang, jerapah kali.

0-3-3

Page 50: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Di tempat yang lain, Martanto, kepala RW di kosan Awan, berbincang-

bincang dengan Bapak Tjik Mat, petugas kelurahan.

Tjik Mat : Saya dengar warga bapak banyak yang butuh bantuan

tabung gas bersubsidi?

Martanto : Betul pak, penduduk di sini sangat miskin.

Kebanyakan penghasilannya cuma 600 ribu per

kepala keluarga.

Tjik Mat : Wah sepertinya banyak yang perlu dibantu.

Martanto : Begitulah pak, apalagi semenjak kenaikan BBM,

barang-barang pada mahal. Bahkan sekarang banyak

anak-anak di sini yang terpaksa putus sekolah.

Tjik Mat : Iya, memang begitulah keadaanya. Tetapi kalau di

bilang ekonomi sedang sulit juga susah. Kemarin saya

lihat ada yang punya mobil Jaguar. Zaman

makin edan ya pak.

Jika kita perhatikan seksama, dua dialog di atas seolah-olah

berkontradiksi. Mereka berdua masing-masing menyebutkan sifat data

yang jauh sekali berbeda. Kebanyakan orang tingginya hanya 165 Cm dan

tidak ada yang 3 Meter. Kebanyakan warga hanya memiliki pendapatan

600 ribu, tetapi ada yang bisa beli mobil Jaguar. Bagaimana hal ini bisa

terjadi?

Untuk mempermudah pemahaman, mari kita bersama-sama melihat

kondisi yang ada di lingkungan sekitar. Jika misalnya seseorang

mengatakan bahwa tinggi badan rata-rata dari seluruh mahasiswa di kota

Bandung adalah 165 Cm, maka kita bisa membayangkan bahwa hampir

tidak mungkin kita akan mendapati ada mahasiswa di kota tersebut yang

tingginya 3 Meter atau hanya 50 Cm. Rasio perbandingan manusia

tertinggi dan terpendek hanya 4,8 kali . Hal ini jelas karena distribusi data-

data dari tinggi mahasiswa di Bandung adalah bersifat distribusi normal

(berbentuk kurva bel terbalik). Lebih jauh, dapat kita lihat pada gambar

0.3.3.

Guinness Book of Records mencatat

bahwa manusia terpendek adalah

57cm dan manusia terjangkung adalah

272cm.

Gambar 0.3.3.

Visualisasi distribusi tinggi badan

mahasiswa di Kota Bandung (kiri) dan

distribusi pendapatan penduduk di

Indonesia (kanan).

Data tinggi badan sangat berbeda dengan data pendapatan. Kaum

Marhaen, yang menginspirasi Soekarno, mungkin hanya memiliki

penghasilan 100 ribu rupiah perbulan; sangat kontras dengan seorang

kolongmerat di Jakarta yang mungkin berpenghasilan 100 milyar rupiah

sebulan. Artinya, perbedaan pendapatan orang terkaya dan termiskin

bisa mencapai 1.000.000 kali lipat.

0-3-4

Page 51: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Fenomena ini terjadi karena distribusi empiris data pendapatan tidak

(sangat jarang) berbentuk kurva bel terbalik. Sebagaimana telah sering

dibahas dalam berbagai kajian ekonofisika, distribusi empiris pendapatan

cenderung membentuk distribusi hukum pangkat. Secara sederhana,

distribusi ini adalah sebuah distribusi non-Gaussian yang menunjukkan

bahwa peluang terjadinya sebuah besaran kejadian berbanding terbalik

dengan pangkat tertentu dari besaran kejadian tersebut.

Seorang matematikawan, yang juga

seorang insinyur, dan juga seorang

ekonom, serta seorang sosiolog.

Vilfredo Pareto

“Hanya sedikit kata yang sering

dalam sebuah teks.

Kebanyakan kata adalah kata yang

jarang digunakan.

G.K. Zipf

digunakan

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat gambar 0.3.3. Dari gambar tersebut

dapat dijelaskan mengapa ada orang yang bisa membeli Jaguar walaupun

kenyataannya lebih banyak lagi orang yang miskin, seperti pada dialog di

atas. Selanjutnya, kenapa ia disebut hukum pangkat, bukan teori

pangkat? Kenapa kita menyebut Hukum Archimedes, bukan Teori

Archimedes? Kenapa kita mengenal Teori Relativitas Einstein, bukan

Hukum Relativitas Einstein?

Kata “hukum” digunakan jika fenomena tersebut ditemukan

eksistensinya pertama kali dari hasil eksplorasi data empiris. Hasil kajian

Archimedes tentang hubungan gaya angkat dan volume benda disebut

Hukum Archimedes, karena argumentasi tersebut berasal dari hasil

pengukuran perilaku benda-benda di dalam air. Sementara itu, kata

“teori” digunakan jika sebuah pendapat tertentu didapatkan dari hasil

eksplorasi rasio manusia. Kita menyebutnya teori relativitas, karena

argumentasi tersebut berasal eksplorasi teoretis yang didapatkan

Einstein dari proses menurukan sejumlah persamaan matematika. Upaya

eksplorasi teoreris manusia terbatas. Untuk mendapatkan sebuah teori,

kita harus mengisolasi sistem dan terkadang menyediakan sejumlah

asumsi-asumsi untuk membuatnya bekerja. Akibatnya, dalam sains,

posisi hukum relatif lebih kuat dari teori.

Fakta adanya hukum pangkat pertama kali diperkenalkan lebih dari

seratus tahun yang lalu oleh Vilfredo Pareto, seorang ekonom dan

sosiolog berkebangsaan Italia, dalam kasus kekayaan di beberapa negara

di dunia. Untuk menghormati beliau, kita menyebut distribusi kekayaan

sebagai Distribusi Pareto. Karya fenomenal lainnya ditemukan oleh G.K.

Zipf. Ia menunjukkan frekuensi penggunaan kata-kata dalam teks-teks

kata berbahasa Inggris juga mengikuti hukum pangkat. Pola hukum

pangkat dalam frekuensi kata tersebut dikenal sebagai Hukum Zipf.

Mengapa distribusi ini menarik perhatian banyak ilmuwan? Hukum

pangkat memiliki berbagai keunikan. Yang , ada perbedaan yang

sangat signifikan antara modus data (nilai yang paling banyak muncul)

dengan nilai rata-rata (jumlah seluruh data di bagi jumlah populasi).

Visualisasi ini dapat dilihat di gambar 0.3.4. Jika Pak Martanto

mengatakan kebanyakan warganya hanya berpenghasilan 600 ribu rupiah

sebulan, maka rata-rata penghasilan penduduk di sana bisa jadi lebih dari

5 juta rupiah sebulan, seandainya ada seorang konglongmerat tinggal di

sana. Perbedaan antara modus dan rata-rata tidak terjadi di data-data

pertama

0-3-5

Page 52: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

yang berdistribusi normal. Jika kebanyakan mahasiswa di Bandung

memiliki tinggi badan 165 Cm maka dapat dipastikan rata- rata tinggi

mereka juga sekitar 165 Cm.

Sifat hukum pangkat tersebut memiliki dampak yang sangat serius dalam

interpretasi data pendapatan. Nilai pendapatan perkapita Indonesia

misalnya (yang merepresentasikan rata-rata pendapatan) bisa jadi tidak

cukup realistis dalam menunjukkan situasi riil yang terjadi dalam

masyarakat. Jika dikatakan pendapatan perkapita rakyat Indonesia saat

ini 4 juta rupiah perbulan perkepala, maka kemungkinan sebagian besar

penduduk justru memiliki pendapatan lebih kecil dari itu. Di sekeliling kita

terlihat bahwa kebanyakan keluarga justru hanya memiliki penghasilan

sebesar upah minimum regional, yaitu sekitar 700 ribu rupiah. Sebagian

besar uang hanya berputar di segelintir orang di Jakarta. Dunia terkadang

tidak seadil yang kita bayangkan.

Kesenjangan dalam sistem ekonomi tersebut mengakibatkan sejumlah

ekonom mendefinisikan sebuah variabel baru, yang merepresentasikan

kesenjangan pendapatan, yaitu Indeks Gini. Jika pendapatan semua

orang sama maka nilai Indeks Gini sama dengan nol. Jika semua

pendapatan hanya dimiliki oleh satu orang saja maka Indeks Gini sama

dengan satu. Secara matematis, Indeks Gini berhubungan langsung

dengan koefesien pangkat ( ) hukum pangkat. Namun amat disayangkan,

pemahaman akan indeks Gini seringkali dipisahkan dari eksistensi hukum

pangkat oleh para ekonom dan sosiolog di Indonesia, yang terkadang

hanya mendeskripsikan data dari nilai rata-rata semata.

α

Gambar 0.3.4.

Visualisasi perbedaan modus dan

rataan data pada sebuah data yang

bersifat hukum pangkat.

Gambar 0.3.5.

Visualisasi data yang memenuhi

hukum dalam diagram log-log.

0-3-6

Page 53: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Karateristik , di samping mempunyai bentuk yang sangat sederhana

ia juga memiliki sifat statistik yang sangat unik. Kesederhanaan ini terlihat

jika kita mengubah sumbu koordinat vertikal dan horizontal menjadi

bentuk logaritmik, maka akan didapatkan sebuah hubungan yang

membentuk sebuah garis lurus, seperti pada gambar 0.3.4. Keunikannya

adalah ia memiliki sifat kemiripan pada diri sendiri ( ). Jika

orang yang berpenghasilan 1 juta rupiah perbulan jumlahnya 4 kali

jumlah orang yang berpenghasilan 2 juta rupiah perbulan, maka orang

yang berpenghasilan 1 milyar rupiah juga akan 4 kali lebih banyak dari

orang yang berpenghasilan 2 milyar rupiah perbulan. Akibatnya bentuk

distribusi pendapatan tidak dipengaruhi skala pengukuran, misalnya:

seribu rupiah, satu juta rupiah atau bahkan satu milyar rupiah. Fenomena

ini berkaitan dengan sifat fraktal, sebagaimana telah kita bahas di bagian

sebelumnya. Sifat fraktal dan fenomena transisi fasa menunjukkan bawa

pada dasarnya wilayah tepi chaos memiliki kaitan yang sangat erat

dengan eksistensi hukum pangkat.

Sifat seringkali momen statistika yang biasa kita gunakan sehari-

hari (mean dan variansi) tidak akan bermakna sama sekali pada nilai

koefisien pangkat tertentu. Pada distribusi hukum pangkat, jika 2 maka

nilai rata-rata akan bersifat divergen. Artinya, jika kita menambah data

maka nilai rata-rata akan meningkat, sehingga nilainya akan sama dengan

tak hingga pada saat ukuran sampel menuju tak hingga. Sementara, pada

saat 3 maka nilai variansi juga akan bersifat divergen. Fenomena ini

tentu saja membingungkan bagi kita yang terbiasa hanya menggunakan

nilai rata-rata dan variansi semata.

Hal yang menarik adalah, meskipun ada teori matematika,

yang menjamin bahwa semua data di alam akan ditarik

menuju distribusi kurva bel terbalik, justru terdapat banyak data yang

membentuk hukum pangkat. Sifat hukum pangkat tidak hanya kita jumpai

di kondisi transisi fasa. Berbagai penelitian menemukan bahwa data

pendapatan, data GDP berbagai negara, data perolehan suara dalam

pemilihan umum, data ranking jumlah penduduk, intensitas peperangan,

ranking frekuensi penggunaan kata-kata dalam berbagai literatur,

distribusi fluktuasi data perdagangan saham, data frekuensi pengunjung

situs internet, hingga data kekuatan gempa bumi ternyata menunjukkan

sifat hukum pangkat ini. Hal ini ditunjukkan pada gambar 0.3.6. Temuan

tersebut merupakan fenomena yang sangat luar biasa.

kedua

self-similarity

ketiga,

α<

α<

yaitu teorema

limit pusat,

tentu saja

0-3-7

Page 54: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.3.6.

Sifat hukum pangkat terlihat di

berbagai aspek kehidupan kita.

Pertanyaan yang muncul bagi kita adalah: “mengapa hal ini terjadi”. Apa

mekanisme yang melatarbelakangi terjadinya hukum pangkat? Beberapa

mekanisme yang mungkin memunculkan hukum pangkat antara lain:

Mekanisme ini diperkenalkan oleh fisikawan kondang Per Bak. Contoh

yang paling sering digunakan ditunjukkan di gambar 0.3.7.

Dalam analogi Per Bak, butiran pasir tersebut mengatur dirinya sendiri

sedemikian rupa sehingga pada kondisi kritikal tertentu muncul distribusi

hukum pangkat pada pengukuran jumlah longsoran. Hal ini menunjukkan

Self-organized criticality (SOC)

0-3-8

Page 55: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.3.7.

Visualisasi Per Bak tentang mekanisme

SOC.

Gambar 0.3.8.

Visualisasi SOC di model kebakaran

hutan.

bahwa pada kondisi kritis, di mana tambahan butir pasir akan

membentuk gundukan dengan kemiringan tertentu, akan ditemui hukum

pangkat pada distribusi longsoran pasir.

Contoh lainnya yang terkenal adalah model kebakaran hutan. Pada model

ini, misalkan kita memiliki lansekap yang ditumbuhi pepohonan secara

acak. Kemudian secara acak pula petir menyambar salah satu pohon dan

seketika menyebabkan pohon tersebut terbakar. Kebakaran pada pohon

tersebut tentu akan menjalar ke pohon-pohon lain yang ada didekatnya

(lihat gambar 0.1.8.). Beberapa waktu kemudian tumbuh pepohonan

baru, lalu terjadi kebakaran akibat petir lagi, demikian seterusnya. Hal

yang menarik adalah luas areal kebakaran yang terjadi, dalam kurun

waktu tertentu, akan memenuhi hukum pangkat.

0-3-9

Page 56: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Toleransi yang teroptimasi tinggi

Proses multiplikatif acak

Dalam contoh sebelumnya ditunjukkan bahwa pohon-pohon dalam

lansekap hutan tumbuh secara acak. Seandainya kita diminta oleh dinas

kehutanan kabupaten untuk menentukan letak tumbuhnya pepohonan

secara spesifik, bagaimana cara kita menanamnya agar kebakaran hutan

dapat diminimalisir? Jawabannya tentu saja adalah dengan menanam

pohon-pohon dalam blok-blok tertentu sehingga mengisolasi

menjalarnya kebakaran antar blok-blok tersebut. Lebih jauh, kita bisa

membuat ukuran blok yang lebih kecil untuk tempat-tempat di mana petir

sering terjadi dan blok yang lebih besar untuk tempat yang jarang. Jika

optimasi penanaman pohon ini kita simulasikan maka, sekali lagi, akan

ditemui distribusi kebakaran hutan yang mengikuti hukum pangkat akibat

terjadinya petir yang secara acak. Dari sini ditunjukkan bahwa adanya

sebuah upaya eksternal yang bertujuan mengoptimasi sistem dapat

mengakibatkan terjadinya hukum pangkat.

Contoh klasik mekanisme ini adalah akumulasi kekayaan. Hal ini pertama

kali dijelaskan oleh seorang nobelis ekonomi, Herbert Simon, tahun 1955.

Semakin kaya seseorang, maka semakin terbuka banyak peluang baginya

untuk memperbesar nilai kekayaannya, misalnya melalui investasi di

berbagai tempat. Dari sisi bunga tabungan, semakin besar jumlah

tabungan seseorang di bank, maka dalam setiap periode waktu tertentu

jumlah bunga yang didapatkannya makin besar pula. Artinya, dalam

setiap periode investasi, kekayaan seseorang dapat dikalikan dengan

beberapa bilangan yang berfluktuasi secara acak dengan sebuah

distribusi tertentu. Inilah yang disebut proses multiplikasi acak. Jika

semua orang kaya memulai investasinya dengan jumlah uang yang sama,

maka setelah beberapa waktu distribusi kekayaan mereka akan

memenuhi hukum pangkat.

Dalam transisi fasa kita menemukan adanya sebuah wilayah misterius di

antara kondisi teratur dan tak teratur, baik itu dalam transisi material dari

cair ke gas maupun dalam hal kemagnetan logam.

cair (teratur) ”transisi fasa” gas (tidak teratur)

ferromagnetik (teratur) ”transisi fasa” paramagnetik (tidak teratur)

Fenomena ini ternyata juga dijumpai dalam teori chaos.

statik periodik (teratur) ”tepi chaos” chaos (tidak teratur)

Kemudian, dalam kajian otomata selular ditemukan urutan berikut:

statik periodik (teratur) ”tepi chaos” chaos (tidak teratur)

0.3.3. Perspektif Baru Di Tepi Chaos

0-3-10

Page 57: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.3.9.

Urutan kondisi sistem dinamik dari

, periodik, ergodik, dan rezim

transisi “kompleks”.

fixed

Mengapa semuanya menghasilkan pola yang sama? Mengapa wilayah

misterius ini selalu muncul? Dari hasil-hasil di atas, yang kita peroleh dari

berbagai pendekatan disiplin ilmu, dapat disimpulkan bahwa secara

umum hidup pada dasarnya berada di wilayah transisi antara sistem fisis

yang periodik (stabil) dan sangat ergodik (tak stabil); lihat gambar 0.3.9.

Wilayah ini disebut tepi chaos. Di area inilah kompleksitas hidup berada.

Sistem yang benar-benar ergodik pada dasarnya sangat sulit dibedakan

dengan sistem yang benar-benar acak atau tak beraturan. Padahal kita

mengetahui bahwa sistem yang ergodik tersebut memiliki pola-pola

periodik di level mikro. Kompleksitas permasalahan yang paling

maksimum pada dasarnya bukan berada pada sistem chaotik, melainkan

pada transisi kritikal di antara sistem yang periodik dan ergodik.

Bagaimanakah memandang sistem melalui pemahaman akan adanya

pola umum di teori chaos, otomata selular, dan transisi fasa? Tidak ada

cara lain selain memusatkan perhatian ke wilayah tepi dari sistem yang

chaotik tersebut. Kehidupan berada di wilayah ini. Mengapa tingkat

kompleksitas tertinggi tidak berada di wilayah , tetapi di antara

wilayah dan ? Mari sama-sama kita perhatikan 0.3.11.

disorder

order disorder

Gambar 0.3.10.

Kompleksitas maksimum berada pada

transisi kritikal antara rezim periodik

dan rezim chaotik.

Gambar 0.3.11.

Suara sirine yang periodik (kiri),

denting piano Ananda Sukarlan yang

merdu (tengah) dan raungan piano

yang dihujamkan oleh jari-jari Sarimin

secara acak (kanan)

0-3-11

Page 58: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Suara sirine bersifat periodik tetapi apakah ia memberikan alunan nada

yang enak didengar? Tetapi, apakah nada-nada yang benar-benar acak

indah kita dengarkan? Apakah telinga kita akan nyaman mendengarkan

raungan piano yang dihujamkan jari-jari Sarimin secara acak? Tentu saja

tidak. Kita justru akan merasa nyaman mendengarkan denting piano

Ananda Sukarlan yang kadang-kadang periodik (repetitif) dan kadang-

kadang acak. Nada-nada yang dihasilkan oleh Ananda Sukarlan tentu saja

lebih kompleks daripada sirine maupun raungan piano Sarimin yang ber-

IQ di bawah 70. Artinya, tingkat kompleksitas tertinggi justru berada di

antara wilayah dan , bukan pada saat .

Sistem kompleks, yang berada di antara r dan tersebut,

memiliki struktur mikro yang senantiasa berproses secara otopoiesis,

dengan kemampuan mengatur diri sendiri. Proses pengaturan diri sendiri

dari setiap elemen penyusun sistem (khususnya sistem sosial dan

biologis) dapat dipandang sebagai proses adaptif, yaitu kemampuan

elemen penyusun sistem dalam menyesuaikan diri sendiri untuk dapat

bertahan. Dalam keadaan ini, kita menyebutnya sebagai sistem yang

kompleks adaptif.

order disorder disorder

orde disorder

Gambar 0.3.12.

Sistem pengaturan dalam poiesis dan

otopoiesis.

Proses otopoiesis merupakan proses biologis yang merupakan bentuk

teknis dan praktis dari sistem yang senantiasa melakukan adaptasi

terhadap lingkungannya. Hal inilah yang ditunjukkan oleh biolog H.

Maturana dan T. Varela. Kata otopoiesis mengandung padanan "poiesis",

yang artinya memproduksi. Pengertian produksi di sini digambarkan

dalam gambar 0.3.12. sebagai proses tanpa umpan balik. Pola pengaturan

sistem poiesis diatur melalui struktur yang senantiasa berproduksi.

Sistem poiesis, dengan demikian, memiliki kemampuan internal dalam

mengatur diri sendiri untuk mencapai suatu target tertentu. Dalam

pemahaman ini, sistem otopoiesis memiliki struktur serupa dalam

konteks ia memiliki umpan balik yang menunjukkan interaksi aktifnya

dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam sistem yang otopoiesis, struktur sistem secara makro berinteraksi

dengan lingkungannya. Namun struktur tersebut tidak statik. Ia

senantiasa berubah secara adaptif dengan lingkungannya. Perubahan ini

0-3-12

Page 59: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

tentu tidak terjadi secara langsung karena setiap perubahan struktur

berlangsung secara bertahap melalui proses produksi internal yang

mengubah pola pengaturan dan lama-kelamaan nantinya akan

mengubah struktur tersebut sehingga mampu adaptif dengan

lingkungan. Dalam kasus transisi fasa, butir-butir yang menyusun material

tersebut saling mengatur dirinya sedemikian rupa sehingga menghasilkan

sebuah struktur makro tertentu. Karakteristik pengaturan diri sendiri

inilah yang mengakibatkan terjadinya hukum pangkat, sebagaimana telah

kita bahas di atas (mekanisme terjadinya hukum pangkat). Fenomena ini

ternyata kita jumpai di banyak data dalam kehidupan sehari-hari.

Namun hal menarik yang bisa kita pelajari, khususnya dalam ulasan teori

chaos dan otomata selular, bahwa perilaku kompleks yang ada ternyata

dimunculkan oleh hal-hal yang sederhana dan justru senantiasa dalam

tata yang teratur. Demikianlah alam, sistem sosial, dan manusia di

dalamnya senantiasa mengatur dirinya sendiri dalam bentuk transformasi

dan mekanisme umpan balik yang merupakan bentuk translasi dari hal

yang simpel ke kompleks. Paradigma tepi chaos tersebut merupakan cara

pandang baru dalam memahami alam semesta.

Gambar 0.3.13.

Antara gerak Brown dan pergerakan

indeks komposit pasar modal.

0.3.4. Ekonofisika dan

Kajian Sosial Interdisipliner

“Ekonofisika” merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar sepuluh

tahun lalu, oleh seorang fisikawan polimer Boston University, H. E. Stanley

bersama beberapa fisikawan lain melalui makalah ilmiah, “

”. Makalah tersebut mengetengahkan

eksotisme dari ilmu fisika statistik yang ternyata memberikan banyak

kontribusi dalam penelaahan fluktuasi data berfrekuensi tinggi yang

terdapat pada sekuen-sekuen DNA, data-data detak jantung manusia,

gelombang otak penderita Alzheimer, hingga naik-turunnya berbagai

data ekonomi keuangan, mulai dari data indeks saham hingga data-data

makroekonomi. Sejak saat itu, berbagai penelitian ekonofisika meroket

Anomalous

fluctuations in the dynamics of complex systems: from DNA and

physiology to econophysics

0-3-13

Page 60: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

jumlahnya dan sungguh menakjubkan hasilnya dalam berbagai bidang

ekonomi dan keuangan, mulai dari analisis pertumbuhan firma dan

ekonomi nasional hingga prediksi saham dan keputusan investasi.

Sebagaimana kita diskusikan sebelumnya, ilmu fisika kontemporer telah

mengenal kondisi transisi fasa, yaitu situasi kritis ketika terjadinya

perubahan fasa zat, misalnya dari cair ke gas. Hukum-hukum fisika

konvensional bekerja dengan baik pada fasa zat yang pasti, seperti cair,

gas, atau padat. Sayangnya, hal yang sama tak berlaku pada titik transisi

fasa. Di titik ini, tingkat kompleksitas dari zat menjadi luar biasa rumit,

satu hal menjadi begitu bergantung pada hal lain;

. Fisika mengenal fenomena kritis ini sebagai salah satu

bentuk eksistensi sistem kompleks, mengingat tingkat kompleksitasnya

yang tinggi.

Sekarang coba kita lihat sistem ekonomi dan pasar modal. Seorang analis

pasar modal ataupun seorang ekonom pasti serta-merta akan sadar

betapa rumitnya sistem ini; ekonomi lekat dengan ungkapan, ‘semua hal

sangat bergantung pada semua hal lain’. Contohnya, pergerakan saham-

saham di Bursa Efek Jakarta. Mari kita berandai-andai, misalkan ada

sebuah berita yang menyatakan bahwa pendapatan Telkom menurun.

Akibatnya, investor mencabut investasinya dan beralih ke saham Indosat,

yang mendongkrak nilai sahamnya di bursa. Terjadi korelasi negatif dari

fluktuasi harga kedua saham. Artinya, sebagaimana analisis klasik

mengatakan, jika yang satu turun maka yang lain terdongkrak. Tetapi,

bukankah keduanya berada di sektor yang sama?

Namun ternyata, misalnya kenaikan saham Indosat tadi menjadi ekstrem.

Begitu tingginya sampai-sampai perusahaan ini menaikkan jumlah

produksi, jumlah cabang, jumlah tenaga kerja, bahkan tenaga kerja

diupayakan bekerja siang dan malam untuk mempertahankan

pencapaian tersebut. Makin banyak pula permintaan tenaga kerja di

berbagai lokasi produksi Indosat. Kemudian mereka berbondong-

bondong ke warung Indomie siang dan malam. Akibatnya adalah

penjualan yang menjadi berlipat ganda oleh perusahaan Indofood,

penghasil Indomie, yang pada gilirannya akan juga mampu mendongkrak

nilai sahamnya di bursa. Contoh ini justru menunjukkan terjadinya

korelasi positif antara satu saham dengan saham lain dari sektor yang

sangat berbeda. Hal semacam ini yang sulit diantisipasi oleh analisis

standar.

Di sini jelas terlihat bahwa di sistem ekonomi ada saling-keterkaitan yang

sangat intens. Jika ada 300 saham yang diperdagangkan di BEJ, maka

untuk menganalisis situasi ekonomi yang direpresentasikan aktivitas

dalam bursa efek, kita harus memperhatikan 90000 interaksi. Sebuah hal

yang luar biasa rumit jika kita konsisten dengan pendekatan ekonomi

konvensional. Fisika mengenal beragam pendekatan untuk analisis

semacam ini lewat model spin yang disokong simulasi komputasional,

sehingga dinamika yang terjadi bisa teramati. Salah satu caranya, semua

“spin” dianggap saling berinteraksi satu sama lain dan terikat oleh sebuah

everything depends on

everything else

Layar tampilan

di Gedung Bursa Efek Jakarta.

0-3-14

Page 61: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Fenomena kritis transisi fasa di fisika akhirnya berpeluang memberikan

potensi besar dalam analisis pertumbuhan ekonomi. Analisis ini tidak

harus berhenti di saham-saham. Saling-kebergantungan antar aktor

ekonomi atau agen sistem sosial juga bisa menciptakan ragam tipe

perilaku agregat. Konsekuensinya tentu saja adalah jumlah variasi sistem

yang sangat besar. Jadi, pertanyaannya adalah bagaimana membedah

sistem kompleks pasar modal. Apa perangkat analitik yang disediakan

oleh ekonofisika?

Fenomena ekonomi dapat dipahami sebagai sebuah kondisi makro yang

dihasil oleh interaksi agen-agen di level mikro. Hal ini bisa dilihat dalam

terbentuknya harga, yaitu hasil interaksi di level mikro antara penjual dan

pembeli, demikian juga dengan inflasi, tingkat suku bunga, GDP, IHSG, dan

sebagainya. Di sini, aplikasi mekanika statistik, dalam berbagai data

ekonomi (dan sosial), berusaha menjawab tantangan tersebut.

Hubungan antara makro dan mikro merupakan pokok pembahasan

termodinamika dan entropi. Keduanya adalah topik utama dalam

statistika mekanik. Hal inilah yang memberi inspirasi dalam

pengembangan metode-metode di fisika untuk menganalisis masalah

ekonomi. Upaya ini kemudian dikenal sebagai ekonofisika. Inilah yang

membedakan antara ekonofisika dengan ekonometri.

Salah satu konsep mekanika statistik, yang seringkali menjadi landasan

analisis ekonofisika, adalah konsep otokorelasi. Otokorelasi dalam suatu

saham sangat penting untuk melihat apakah perilaku suatu saham pada

rentang waktu tertentu dipengaruhi oleh perilaku rentang sebelumnya.

Hal ini tentu saja berguna ketika kita hendak menebak harga ke depan

(prediksi).

Kemudian kita mengenal istilah volatilitas atau yang biasa didefinisikan

sebagai variansi. GARCH menggunakan asumsi bahwa variansi berubah

menurut perubahan waktu. Asumsi ini terkesan rumit, namun ia

berkesesuaian dengan data saham atau data keuangan lainnya, yang tiap

saat berubah terhadap waktu. Seringkali tingkat perubahan tersebut

tidak konstan. Otokorelasi dalam pendekatan GARCH terkait dengan

ukuran seberapa jauh variansi dipengaruhi oleh data sebelumnya.

Volatilitas dalam GARCH( , ) menggunakan pendekatan bahwa variansi

dipengaruh oleh data sebelumnya dan penyimpangan data

sebelumnya.

Sekarang, kita ingin melihat bagaimana konsep-konsep dasar ekonofisika

tentang korelasi data ketika hendak menelaah keterkaitan antara satu

data dengan data lain. Misalnya seberapa korelatif naik-turun saham PT

Telkom dengan saham PT Indosat, atau hubungan pergerakan kurs mata

uang Yen Jepang dengan Dollar Amerika terhadap mata uang kita ke Bath

Thailand.

0.3.4.1. Konsep Korelasi dalam Ekonofisika

p

q p

q

0-3-15

Page 62: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.3.14

Hasil peramalan model hibrid GARCH

dan simulasi Monte Carlo.asimetri

Untuk menjawab hal ini, kerap digunakan metode korelasi silang, yang

mengukur sejauh mana satu data dengan data lain saling berkorelasi.

Salah satu implementasi ekonofisika atas konsep tersebut adalah model

“pohon keuangan”. Pohon Keuangan mampu memberikan gambaran

sejauh mana fluktuasi satu produk keuangan (misalnya) dengan produk

keuangan lainnya secara keseluruhan. Tekniknya adalah dengan

menggunakan proses transformatif koefisien korelasi menjadi matriks

jarak antara satu data dengan data lain. Semakin jauh keterkaitan antara

naik-turun dua nilai harga dalam pohon keuangan, maka kedua nilai

tersebut semakin tak berkorelasi, demikian pula sebaliknya. Bab-bab

berikutnya dari buku ini akan menunjukkan bagaimana kita dapat

mengobservasi pola global pasar modal melalui konstruksi pohon

keuangan.

Konsep korelasi didasarkan pada pola distribusi data atau lebih spesifik,

keterkaitan antara momen-momen statistika seperti nilai rata-rata

(mean), variansi, dan sebagainya. Dalam perkembangannya secara

paralel, berbagai metode ekonofisika kontemporer juga kerap

menggunakan model-model statistika non-parametrik. Model-model ini

tidak bersandar pada sifat distribusi data dan momen-momen statistika

yang ada. Salah satu yang terkenal adalah model jaring saraf.

Teknologi jaring saraf buatan adalah sebuah peniruan akan sistem saraf

hewan pada model-model biofisika dan ilmu komputer. Teknologi ini

ternyata memberikan perubahan epistemologis sistem pemrograman

tradisional. Jaring saraf buatan memproses informasi dengan cara yang

sangat berbeda dari cara konvensional. Komputasi terjadi dalam unit-unit

pemrosesan data yang jumlahnya banyak sekali, secara paralel dan

terdistribusi. Sebuah cara yang sangat berbeda dengan arsitektur

komputer klasik yang memproses data secara serial. Dalam jaring saraf

buatan, informasi terdistribusi dalam jaring-jaring saraf buatan, tidak

teralokasi dalam tempat tertentu (apakah itu alamat memori komputer

0.3.4.2. Konsep Kompleksitas dalam Ekonofisika

0-3-16

Page 63: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

atau apapun). Itulah sebabnya, di awal kelahirannya, teknologi ini disebut

sebagai teknologi pemrosesan paralel terdistribusi (

), untuk membedakannya dengan teknik komputasi dalam

sistem pemrograman tradisional.

Pemrosesan informasi dalam jaring saraf buatan dapat disingkat sebagai

berikut: sinyal (baik berupa aksi atau potensi) muncul sebagai masukan

unit ( ); efek dari tiap sinyal ini dinyatakan sebagai bentuk

perkalian dengan sebuah nilai bobot untuk mengindikasikan kekuatan

dari sinapsis. Semua sinyal yang diberi pengali bobot ini kemudian

dijumlahkan satu sama lain untuk menghasilkan unit aktivasi. Jika aktivasi

ini melampaui sebuah batas ambang tertentu maka unit tersebut akan

memberikan keluaran dalam bentuk respon terhadap masukan.

Kemampuan fungsional ini dalam rekayasa neuron buatan dikenal

dengan sebutan (TLU); buah pemikiran dari W.

McCulloch dan W. Pitts.

parallel distributed

processing

sinapsis

Threshold Logic Unit

Gambar 0.3.15.

Tipikal sebuah jejaring saraf buatan.

Sebagaimana digambarkan dalam gambar 0.3.15., model j

dapat memiliki sebuah lapisan bobot, di mana masukan

dihubungkan langsung dengan keluaran, atau beberapa lapisan yang di

dalamnya terdapat beberapa lapisan tersembunyi. Dikatakan

tersembunyi karena ia berada tersembunyi di antara neuron masukan

dan keluaran. Jaring saraf menggunakan unit tersembunyi untuk

menghasilkan representasi pola masukan secara internal di dalam jaring

saraf. Pada dasarnya, dapat dikatakan bahwa dengan merekayasa lapisan-

lapisan dalam arsitektur , adalah mungkin untuk

mendekati semua fungsi matematis yang kita kenal selama ini ke dalam

arsitektur jaring saraf buatan tipe maju. Karena inilah banyak orang

sekarang menggunakan jaring saraf sebagai model untuk menyelesaikan

berbagai permasalahan, termasuk prediksi data deret waktu keuangan.

aring saraf

buatan

jaring saraf buatan

Gambar 0.3.16.

Contoh hasil prediksi selang

pergerakan harga dengan jaring saraf

buatan.

0-3-17

Page 64: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Model j memandang data yang hendak diaproksimasi

sebagai data yang berada pada situasi kritis dengan sifat kemampuan

mengatur dirinya sendiri, yang diaplikasikan kepada sifat dari model

jaring saraf dalam bentuk training, validasi, dan uji aproksimasi terhadap

data. Melalui riset-riset lebih jauh dengan modifikasi dan berbagai variasi

metodologi alternatif kita tentu akan dapat memperoleh hasil prediksi

dan aproksimasi data yang semakin baik. Hal ini tentu membuka peluang

analisis kajian ekonofisika yang masih dan akan terus berlangsung.

Pendekatan pemrograman paralel terdistribusi lainnya dalam kajian

penelitian ekonofisika adalah pemodelan berbasis agen yang dikaitkan

dengan kajian mekanika statistika interaksi agen-agen ekonomi (multi

agen). Analisis multi-agen merupakan sebuah alternatif untuk dapat

memecahkan berbagai teka-teki keterhubungan makro-mikro karena ia

menjadi jembatan ( ) atas faktor makro dan mikro sebuah sistem.

Sebagaimana diutarakan oleh Stigler tahun 1964, yang merupakan

ilmuwan pertama yang melakukan simulasi pasar modal, hal penting yang

menarik untuk dicatat adalah:

bridge

aring saraf buatan

“…tujuannya adalah agar kita memiliki deskripsi pasar yang sangat

sederhana di satu sisi, dan di sisi yang lain representasi yang paling

tepat dalam pengamatan kita terhadap karakteristik pasar yang

didekati…”

Dari sini kita dapat melihat berbagai keuntungan yang bisa kita dapatkan

dengan menggunakan model multi-agen di sistem keuangan. Pada

dasarnya kita dapat membangun model multi-agen dalam menganalisis

sistem ekonomi keuangan, yang kemudian dapat digunakan untuk

menganalisis sistem ekonomi keuangan nasional. Salah satu contoh

model klasik yang merintis pendekatan ini dalam pasar modal dalam

sejarah kajian ekonofisika adalah Model Bar El-Farrol dan Permainan

Minoritas yang dikenal juga sebagai Model Oxford.

Model, yang dicetuskan oleh ekonom kompleksitas W. Brian Arthur

(1994), diinspirasi oleh Bar El-Farrol di Kota Santa Fe. Model ini

diilustrasikan dalam bentuk cerita sebagai berikut:

“Ada sebuah bar di Santa Fe, bernama Bar El-Farrol yang bisa

menampung sekitar 60 orang dengan nyaman. Namun terdapat

100 orang yang selalu ingin menghadiri acara mingguan di bar

tersebut. Mereka hanya akan mau hadir jika jumlah orang yang

hadir di bar tak lebih dari 60 orang, dan memilih lebih baik di rumah

saja jika lebih dari 60 orang yang hadir pada acara tersebut. 100

orang pelanggan yang berpotensi hadir pada acara mingguan

tersebut harus menentukan secara terpisah tanpa saling

berkomunikasi apakah akan hadir atau tidak dengan meramalkan

jumlah orang yang akan muncul di acara tersebut berdasarkan

pengetahuan mereka akan berapa orang yang hadir di minggu

sebelumnya. Pilihannya dua: tinggal di rumah atau pergi

mengunjungi Bar El Farrol”.

0-3-18

Page 65: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.3.17.

Bar El-Farrol di Santa Fe yang

menginspirasi model bar El-Farrol-nya

peneliti ekonomi kontemporer W.

Brian Arthur.

Model ini diabstraksikan dengan model permainan minoritas (

). Permainan minoritas dikembangkan oleh Damien Challet dan Y. C.

Zhang. Dalam model ini, terdapat agen yang tiap selang waktu, mau tak

mau harus berkompetisi dengan memilih dua pilihan biner, yaitu “1” atau

“0”. Pemenangnya adalah yang jumlah pilihannya paling sedikit.

Sebagaimana dalam cerita bar El Farrol, tiap agen tersebut memiliki

strategi masing-masing dalam membuat pilihannya. Tiap strategi ini

disusun atas pilihan masing-masing {0,1}, misalnya “01001” dengan

panjang bit strategi . Pada permainan yang berlangsung, tiap agen

memperoleh ganjaran atas pilihannya (menang atau kalah) yang menjadi

bahan evaluasi atas bagus tidaknya strategi yang dimiliki pada periode.

Pada awalnya ia akan memilih strategi yang ia kenali memiliki ganjaran

terbaik, dan memutuskan untuk menggunakan strategi tersebut untuk

laju-keberhasilan yang lebih besar dari .

Kita dapat melihat dengan jelas betapa banyak interpretasi yang mungkin

dalam permainan tersebut. Sebagai contoh, dua pilihan dapat

merepresentasikan dua rute perjalanan yang harus dipilih oleh seorang

pengemudi. Tentunya ia ingin agar pilihannya tersebut adalah rute yang

paling tidak macet lalu-lintasnya. Sebagai model pasar modal, pilihan

tersebut dapat berupa keputusan “membeli” atau “menjual” saham atau

indeks saham tertentu di mana perubahan harga bergantung pada

keseimbangan antara jumlah agen yang memilih “0”, dan jumlah

agen yang memilih “1”, yang mengikuti:

minority

game

N

m

T

k

N N0 1

di mana sebagai konstanta. Dalam hal ini, volume dari saham yang

ditransaksikan mengikuti:

D

Volume=No+N1

Harga (t+1)=Harga(t)+No-N uD

1

0-3-19

Page 66: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.3.18.

Hasil simulasi model Oxford. Atas:

menggunakan =101, =3, =2,

=100, =0,53. Bawah: menggunakan

=0,56. Kedua grafik menggunakan

nilai =1 dan harga awal 1000

N m q

t k

k

D

Dari sini terlihat bahwa model Oxford, yang memiliki lima

parameter ( ), dapat memberikan gambaran tentang pasar

dengan cukup baik sebagaimana digambarkan dalam gambar 0.3.18.

Berbeda dengan pendekatan konvensional, model-model yang

menggunakan simulasi komputasional, seperti model Oxford,

menggunakan data-data yang digenerasi melalui proses komputasi lewat

pemrosesan distribusi paralel. Saat ini telah banyak sekali pasar modal

buatan yang digunakan untuk menerangkan berbagai fenomena dalam

pasar modal, untuk menguji hipotesis, untuk menguji dampak kebijakan

dalam pasar modal, bahkan untuk mendeteksi berbagai proses pasar

yang terjadi. Kerumitan modelnya pun semakin berkembang dari waktu

ke waktu. Skema sederhana ditunjukkan pada gambar 0.3.19., tentang

bagaimana data yang dihasilkan melalui penyesuaian ( ) di

level mikro pasar

N,m,q,T,k

adjustment

hanya

dianalisis level makronya dengan mekanika statistik.

Gambar 0.3.19.

Proses simulasi yang dilakukan.

0-3-20

Page 67: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Tema utama analisis ekonofisika dengan membangun model berbasis

agen pelaku ekonomi adalah upaya untuk memberikan gambaran dan

argumentasi mekanisme terjadinya data ekonomi keuangan secara

spesifik, yaitu segala karakter ekonomi keuangan (harga, volume, dan

sebagainya) di tingkat makro sehingga dapat dijelaskan di tingkat mikro.

Tema ini merupakan tema kompleksitas, di mana sistem yang elemen

penyusunnya saling berinteraksi hingga membrojolkan sejumlah properti

di tingkat kolektif/makro. Hal ini tentu akan sangat berguna karena kita

akan dapat menganalisis sistem pasar modal yang ada saat ini secara

, ia juga dapat memberikan rekomendasi atas

perubahan regulatif di tataran praktik pasar modal.

Mengingat fokus utama pendekatan ini adalah perilaku individu dalam

kaitannya dengan mekanisme makro pasar, maka kita dapat mengatakan

bahwa analisis ini menggabungkan berbagai kausa atau sebab dalam

analisis mikrosimulasi antar agen yang berinteraksi dengan analisis

statistika di tingkat makro. Salah satu pengembangan yang menarik

adalah upaya mengaitkan deviasi rasionalitas sistem kognitif agen-agen

dengan mekanisme makro pasar.

Sebagai catatan, sistem pasar modal dengan pemodelan komputasional

berbasis agen memberikan peluang yang semakin luas dalam analisis

ekonomi keuangan. Arahan ini muncul kerena ia diperkaya oleh statistika

mekanika yang ditransplantasi dari ilmu fisika.

Dari uraian singkat ini, secara umum, kita dapat melihat betapa luasnya

bidang kajian ekonomi yang dapat dijadikan lapangan ekonofisika,

terutama dalam upaya pengayaan analisis pasar modal. Tidak bisa

dihindari bahwa ekonofisika memiliki andil untuk membuat ekonomi

menjadi semacam sains dengan keketatan yang diimpor dari fisika atau

dalam bahasa ekonom Steve Keen, ekonofisika melepaskan ekonomi dari

ideologi yang selama ini mengungkungnya. Hal ini merupakan sisi baik

dari budaya metodologi formalistik yang berkembang dalam analisis

ekonofisika.

Secara umum, kita dapat menunjukkan tiga kategori besar bahasan

ekonofisika atau fisika keuangan dan pasar modal berdasarkan tipe

metodologi fisika yang diimpor ke dalam analisis ekonomi, yaitu antara

lain:

1. , meliputi konsep gaya dan energi potensial sebagaimana

diterangkan di atas. Konsep agen dalam ekonomi sebagai konsep

partikel titik dalam fisika. Lebih jauh lagi adalah penggunaan

mekanika statistik yang diaplikasikan untuk menganalisis dan

mengekstrak karakteristik umum dalam data-data

ekonomi keuangan yang luar biasa banyak jumlahnya.

2. a, hal

ini meliputi konsep entropi, transisi fasa, dan fisika statistik, konsep

distribusi Lévy Terpotong, multifraktalitas, dan sebagainya.

Demikian juga dengan keterkaitan struktur makro dan mikro.

Misalnya, getaran pada level molekuler dengan temperatur dapat

Mekanika

Konsep Non-Linieritas dan Kompleksitas dalam Termodinamik

lebih tajam. Lebih jauh

statistika

0-3-21

Page 68: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

menjadi model keputusan investor terkait fluktuasi harga saham.

3. , hal ini meliputi model Otomata Selular dan model

jaring saraf buatan yang digunakan untuk mensimulasikan Model

Ising, atau perilaku tumpukan pasir ( ) sebagai model

analisis ekonomi.

Ketiga kategori piranti fisika matematika dan komputasi inilah yang kita

gunakan dalam analisis ekonomi dan sistem keuangan. Dalam hal obyek

penyelidikan, kita juga dapat membagi tiga bentuk dan peran ekonofisika

dalam analisis sistem ekonomi keuangan, yaitu:

1. . Dengan menggunakan perangkat-perangkat

dan model dalam mekanika statistik kita dapat menganalisis sifat-

sifat statistika dari data-data keuangan. Dalam hal ini kita

menggunakan model-model peramalan seperti ARCH, GARCH,

analisis distribusi data dengan teorema limit pusat, distribusi L vy

( ), sifat skala ( ), dan multifraktalitas dari data-data

ekonomi keuangan. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan

karena melihat data sebagai data , dan membiarkan

data tersebut berbicara tentang dirinya sendiri. Pada domain ini kita

menganalisis dan mengekstrak sifat statistika tanpa perlu peduli

terhadap penyebab dari terjadinya sifat data tersebut.

. Dalam lapangan ini, kita mempelajari secara

individual, bagaimana seorang pelaku pasar atau agen ekonomi

(misalnya investor) mengambil keputusan. Adalah hal yang sangat

trivial untuk mengambil asumsi bahwa pelaku ekonomi tidak selalu

menggunakan rasionalitas murni dalam pengambilan

keputusan/kebijakan. Hal ini dikarenakan ia terjebak dalam

keterbatasan informasi yang dimilikinya sebagai dasar pijakan

dalam mengambil keputusan ( ). Kajian tentang

bagaimana pelaku pasar terhadap gosip atau rumor dalam

mengambil keputusan merupakan fokus dalam level deskripsi ini.

Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan “menguak kotak hitam

sistem kognitif” pelaku pasar karena agen

ekonomi dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi harga pasar.

3. ( ). Pendekatan ini

berupaya untuk mencari kesinambungan pendekatan pertama dan

kedua, yaitu upaya untuk menjelaskan penyebab terjadinya sifat

statistika spesifik data ekonomi keuangan yang ditemukan dengan

cara menumbuhkan struktur proses pengambilan keputusan agen

ekonomi di pasar ke dalam komputer ( ) di mana deskripsi

agen harus menghasilkan data fluktuasi harga yang berkesesuaian

dengan perilaku empiris sebenarnya. Perangkat ekonofisika pada

tataran ini diimpor dari fisika komputasi, dengan sejumlah

modifikasi tertentu seperti model Ising, dan sebagainya. Ia dapat

pula dilengkapi dengan adaptasi teori permainan evolusioner

( ), model adaptasi dan pembelajaran

( ) seperti jaring saraf buatan, serta berbagai

pendekatan lainnya.

Fisika Komputasi

sand piles

Analisis Sifat Statistik

L vy Flight scaling

top-

down an sich

2. Analisis Mikrosimulasi

bounded rationality

Pasar Modal Buatan artificial stock market

in silico

evolutionary game theory

learning model

é

é

respon

pada akhirnya perilaku

0-3-22

Page 69: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Sekarang kita dapat melihat dengan jelas bagaimana ekonofisika memiliki

lapangan penelitian dan pengembangan yang sangat luas: mulai dari

analisis data statistik hingga bagaimana sebuah karakteristik spesifik

dalam data dibentuk melalui interaksi agen-agen ekonomi.

0.3.5. Dua Pertanyaan

Yang Selalu Berkumandang

Dalam beberapa seminar tentang pengenalan ekonofisika di berbagai

daerah di tanah air, ada beberapa pertanyaan yang sering

dikumandangkan. Apa sumbangan yang dapat diberikan oleh ekonofisika

dalam memperbaiki situasi perekonomian nasional kita saat ini yang

terjebak hutang, terhimpit ekonomi dunia yang tengah didera krisis

energi sehingga melambungkan harga BBM (bahan bakar minyak),

tingginya tingkat pengangguran, ekonomi yang cenderung dan

tidak efisien oleh karena meluasnya praktik korupsi, dan berbagai

permasalahan lainnya.

Pertanyaan lain yang juga sering berkumandang adalah apa perbedaan

mendasar antara ekonofisika dan ekonometri. Jika pertanyaan pertama

mempertanyakan kontribusi aktif ekonofisika dalam khazanah

keindonesiaan, pertanyaan kedua lebih ke pertanyakan filosofis di balik

pendekatan ekonofisika relatif terhadap ekonometri, sebagai sebuah

bidang kajian matematika ekonomi dan keuangan.

Beberapa anggapan publik ketika melihat berbagai makalah ekonofisika

dalam jurnal ilmiah ataupun dalam bidang ini

seringkali menganggap ekonofisika adalah sebuah pekerjaan yang

sekadar menggunakan model-model fisika dalam membahas berbagai

fenomena ekonomi. Ada pula yang membandingkan langsung antara

ekonofisika dengan ekonometri dan tak jarang yang menganggap bahwa

ekonofisika hanyalah upaya kuantifikasi permasalahan ekonomi yang

disinyalir memperumit masalah ekonomi yang berujung pada rendahnya

kontribusi penyelesaian permasalahan ekonomi yang ada. Hal-hal

tersebut adalah pandangan sepintas tentang ekonofisika.

Saat ini semua orang dapat berbicara atau sekadar memahami teori

relativitas Einstein tanpa perlu memiliki pemahaman yang mendalam

tentang pendekatan matematik yang rumit yang menelurkan teori besar

ini. Mereka yang pernah mempelajari teori Einstein secara komprehensif

tentu menyadari bahwa esensi dan prinsip dasar dari teori ini

tersembunyi dalam rimba matematika yang cukup – bahkan

pada masa awal teori ini terdapat gurauan dari Albert Einstein yang

mengatakan bahwa ia sendiri terkadang kurang paham dengan teori

high cost

research working papers

advanced

0.3.5.1. Mampukah Ekonofisika memperbaiki

Ekonomi Indonesia saat ini?

0-3-23

Page 70: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

relativitas yang menjadi karyanya.

Pada dasarnya hal serupa juga terjadi di ekonofisika. Secara sederhana,

ekonofisika dapat dipandang sebagai sebuah bidang penelitian

interdisipliner yang mengaplikasikan berbagai teori dan metodologi yang

pada awalnya dikembangkan dalam lingkungan ilmiah fisika untuk

memecahkan berbagai persoalan dalam ekonomi. Pendekatan yang

sering digunakan adalah pendekatan elemen stokastik dan dinamika non-

linier, misalnya model-model magnetisasi dalam memahami gerak

fluktuasi pasar modal, model-model prediksi gempa bumi dalam

memahami ambruknya pasar modal, model transisi fasa dalam

memahami sifat distribusi yang tak normal seperti halnya distribusi

pendapatan, dan sebagainya.

Mengapa ekonofisika memiliki arti penting dalam perkembangan analisis

ekonomi? Setidaknya terdapat dua hal untuk menjawab pertanyaan ini.

Yang , dalam perkembangan kontemporer fisika, pengembangan

model matematika tentang kompleksitas oleh fisikawan penerima Nobel,

Murray Gell-Mann dan dan teori informasi yang dikembangkan Claude

Shannon telah memberikan pembagian minimal dua level deskripsi

analitik, level makro dan level mikro. Berbagai indikator terukur dalam

fisika seperti suhu, tekanan, fasa zat, dan sebagainya merupakan

makrokosmos yang muncul secara tak linier dari interaksi mikrokosmos

seperti halnya atom, molekul, dan sebagainya. Observasi, simulasi, dan

kalkulasi fisika harus memuaskan kedua hal ini. Meski tak mudah, telah

ditemui banyak sekali terobosan-terobosan ilmu fisika yang berupaya

memberikan kontribusi untuk permasalahan ini.

Sekarang coba kita lihat fenomena ekonomi. Ekonom terbiasa melihat

indikator ekonomi seperti indeks saham-saham, laju pertumbuhan

tenaga kerja, pergerakan harga-harga komoditas mulai dari pasar global

hingga pasar tradisional, inflasi, pendapatan rata-rata penduduk, tak

ubahnya fisikawan klasik memandang besaran fisika seperti temperatur,

tekanan gas, dan sebagainya. Pembagian makrokosmos dan

mikrokosmos yang saling bertautan – meski tak linier – jarang menjadi

fokus perhatian. Jelas sekali, pergerakan harga ataupun berbagai besaran

ekonomi apapun merupakan hasil interaksi mikrokosmik antarmanusia.

Segala besaran yang menjadi indikator ekonomi dan sosial berasal dari

bagaimana satu individu memandang masalah, memilih pilihan yang

menguntungkannya secara terbatas, dan seterusnya.

Dalam hal ini dan analisis berikutnya, ekonofisika memberikan kontribusi

bagaimana memandang sistem agregat dan mikrostruktur secara

komprehensif, sebuah medan yang sering terlupakan pada ekonomi

konvensional maupun sebelumnya. Sekalipun tentu

ditemui masalah besar pada analisis fisika yang ingin menerangkan

hubungan mikro-makrokosmos dengan fokus partikel elementernya

berupa atom atau molekul. Begitu juga dengan kerja ekonom yang harus

berurusan dengan manusia sebagai agen elementernya. Pada titik ini, kita

dapat mengetahui bahwa bagaimana manusia mengakuisisi informasi,

pertama

financial engineering

Suasana di lantai bursa di

Bursa Efek Jakarta.

0-3-24

Page 71: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

jelas jauh lebih rumit daripada partikel atau molekul yang memiliki

derajat kebebasan yang relatif sangat terbatas. Namun setidaknya, di

sini ekonomi menjadi bergerak selangkah lebih maju. Ekonomi

konvensional biasanya berkutat dengan angka-angka indikator

agregat jika tidak berkutat dengan pendekatan kualitatif tak terukur

yang berusaha menghubungkan faktor psikologis manusia dengan

kondisi ekonomi secara global. Dalam ekonofisika, hal ini coba

dijembatani melalui pendekatan yang karena pola terukur dan sifat

metodenya yang peka terhadap dinamika tak linier. Ia menjadikan

analisis ekonomi yang lebih akurat, tempat di mana berbagai

kebijakan dapat disandarkan padanya.

Hal yang menjadikan ekonofisika mampu memberikan

kontribusi dalam ekonomi adalah bahwa model-model yang secara

matematis rumit ini pada bidang aslinya, fisika, miskin dengan data.

Seringkali satu eksperimen fisika harus menunggu waktu bertahun-

tahun untuk dapat menghasilkan data yang cukup layak untuk

menguji berbagai teori dan metodologi. Hal ini berlawanan dengan

situasi pada sistem ekonomi. Dalam sistem ekonomi, khususnya

ekonomi keuangan dan investasi, dalam tiap detik dapat terjadi

ratusan bahkan ribuan transaksi yang menyimpan data. Data-data

yang sedemikian banyak jumlahnya ini seringkali kurang diperhatikan

oleh karena sedikitnya perangkat metodologi ekonomi keuangan

klasik yang mampu mengekstrak informasi di dalamnya. Pendekatan

ekonofisika jelas mengatasi hal ini. Pendekatan ekonofisika

menyediakan seribu satu macam metodologi untuk mengekstrak

informasi yang terkandung dalam data-data ekonomi dan keuangan

tersebut. Dengan memahami seluas mungkin ekstraksi informasi yang

terkandung dalam data, maka berbagai kebijakan ekonomi yang

bersandar padanya tentu akan lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Kedua alasan inilah yang menjadi titik tolak kita dalam melihat,

seberapa jauh ekonofisika dapat memberikan kontribusinya pada

perekonomian nasional kita saat ini. Kita mengetahui bahwa solusi

dan permasalahan ekonomi konvensional seringkali kurang

memperhatikan kondisi mikro-makrokosmos sebagaimana

diterangkan di atas, atau seandainya pun ia memperhatikan level

mikro-makro-nya, pendekatannya akan cenderung kualitatif sehingga

cenderung kurang terukur dan sulit untuk diverifikasi. Seringkali

kebuntuan intelektual ini diakhiri dengan pengambilan keputusan

yang bersumber dari perdebatan yang berkenaan dengan ideologi

ekonomi klasik. Menurut ekonom Australia yang juga seorang penulis

yang dikenal karena usahanya dalam menyingkap berbagai teori

ekonomi konvensional yang justru seringkali menjadi landasan resep

IMF dan World Bank dalam mengatasi problem ekonomi berbagai

negara pasca krisis, lewat buku internasional-nya

(1997) , Steve Keen, hal ini merupakan entri

poin mengapa ekonofisika memberikan arti penting dalam ekonomi,

lebih khusus lagi, dalam penyusunan kebijakan ekonomi nasional

kedua

best-seller

Debunking Economics

Transaksi Perdagangan di

Pasar Terapung.

0-3-25

Page 72: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

sebuah negara.

Jika ekonofisika sebagai sebuah perangkat sains dan teknologi dapat

memberikan penajaman dalam memandang berbagai permasalahan

ekonomi, lalu riset ekonofisika dapat memberikan analisis yang lebih baik

dalam mengasah kebijakan ekonomi yang lebih komprehensif tanpa

terpaku pada berbagai teori dan ideologi ekonomi tradisional, maka

peluang ekonofisika dalam mengatasi permasalahan ekonomi di negeri

kita tentu menjadi semakin besar. Harga yang mesti dibayar melalui

penyusunan kebijakan dan analisis melalui ekonofisika memang agak

mahal, yakni penggunaan berbagai metodologi non-linier yang

cenderung lebih rumit secara matematis. Namun harga ini menjadi

pantas, sebab hasil pendekatan ekonofisika adalah kebijakan ekonomi

dan keuangan yang lebih komprehensif dalam memperbaiki keadaan

ekonomi kita saat ini. Selain itu, mengingat permasalahan ekonomi kita

yang telah cukup kronis, dan bahwa pendekatan konvensional bahkan

secara teoretis sulit untuk memberikan solusi yang komprehensif, oleh

karena itu, tak ada salahnya jika peluang ekonofisika sebagai solusi

alternatif menjadi semakin besar. Akhirnya, kita mungkin akan teringat

ungkapan novelis non-fiksi kenamaan, Arthur C. Clarke”

Dengan memahami apa yang menjadi dasar-dasar ekonofisika dan

ekonometri dan sejarah ekonometri modern, maka pertanyaan di atas

pada dasarnya menjadi aneh dan terasa janggal. Ekonofisika merupakan

sebuah tren sains terkini yang mendasarkan diri pada interdisiplinaritas

dengan tujuan ingin mempertajam ilmu ekonomi konvensional melalui

berbagai pemahaman, model, ataupun teori yang secara matematis dan

komputasional sangat mutakhir, yang cenderung tidak mampu direngkuh

oleh ekonometri konvensional ataupun tradisional.

Ekonometri pada umumnya bersandar pada teori, mazhab, “ideologi”,

ataupun hipotesis yang dibangun dalam diskursus ekonomi. Terdapat

situasi saintifik yang tak dapat dielakkan bahwa ekonomi konvensional

lebih cenderung membangun model baru kemudian mencari pola

aproksimasinya dengan kondisi empiris. Hal inilah yang kita ketahui

menjadi sumber utama kegagalan berbagai teori ekonometri klasik yaitu

upaya penyelidikan yang seringkali mendasarkan diri pada misalnya,

normalitas data (kecocokan data ekonomi dan keuangan terhadap

distribusi Gaussian), kegagalan perhitungan secara klasik di

mana digunakan pendekatan varian-kovarian, kegagalan teori CAPM

( ) dalam optimisasi portofolio investasi,

bahkan lebih jauh lagi juga diduga menjadi alasan kegagalan berbagai

regulasi ekonomi dan keuangan di banyak negara dunia ketiga pasca krisis

akhir abad ke-20.

Hal ini berkebalikan dengan cara kerja sains yang diwarisi dari metode

…all sufficiently

advanced science & technology is indistinguishable from magic…”.

financial engineering

Value at Risk

capital asset pricing model

0.3.5.2. Memilih Ekonofisika dibanding Ekonometri?

0-3-26

Page 73: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

ilmiah dalam ilmu alam yang lebih cenderung mengutamakan observasi

dan analisis empirik, baru kemudian berbicara tentang model analitik.

Ekonofisika sebagaimana dinyatakan pencetusnya, H. E. Stanley (2000),

lebih berusaha mengekstrak informasi dari data empirik, baru kemudian

berbicara tentang model analitik.

Beberapa contoh penting, misalnya adalah pendekatan MA (

) dalam pendekatan konvensional untuk melihat tren gerak data

yang memandang fluktuasi harga-harga saham sebagai bentuk data

dengan variansi tetap dan rata-rata berubah. Nobel Ekonomi 2003, nobel

ekonomi pertama yang diserahkan pada ekonom yang berlatar belakang

fisika, R. Engle (2003) untuk jasanya pada pendekatan yang memodelkan

fluktuasi harga ekonomi dan keuangan sebagai bentuk data yang juga

berubah variansinya (volatilitasnya) merupakan sebuah bukti bahwa

ekonofisika mempertajam analisis ekonometri konvensional. Kenyataan

ini tentu dapat membantu perkembangan ekonometri menjadi lebih baik

dan akurat melalui penggunaan berbagai model statistika non-

parametrik seperti .

Berbagai temuan dalam analisis data-data keuangan meliputi sifat

distribusi data, dan sebagainya, yang berasal dari analisis mekanika

statistik, menumbuhkan kegairahan dalam ekonofisika. Dari sini,

penelitian ekonofisika senantiasa terus berkembang dengan pendekatan

fisika statistik untuk mengekstrak informasi dari data-data yang

sedemikian banyaknya dan melakukan simulasi komputasional dengan

inspirasi dari model-model fisika dan komputasi. Di sini menjadi jelas titik

terang yang diberikan oleh pendekatan ekonofisika dalam evolusi

keilmuan ekonometri. Dan dari sini, jelas pula kita sadari bahwa

ekonometri dan ekonofisika menjadi tak perlu dipertentangkan lagi: masa

depan ekonometri kontemporer berada pada kolaborasi aktif antara

mereka yang berlatar belakang ekonometri dan pada ekonofisikawan.

Moving

Average

neural network

0-3-27

Page 74: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 75: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Kita mungkin ingat tentang Garis Wallace, yaitu suatu garis maya yang

terbentang di sepanjang selat Makasar, yang menandai perbedaan

spesies antara pulau-pulau di sebelah timur garis tersebut, yang lebih

dekat dengan spesies yang ada di Australia dan sebelah baratnya, yang

dekat dengan spesies yang ada di Asia. Nama Wallace sendiri diambil

dari nama ilmuwan alam asal Inggris yang mengusulkan garis tersebut

pada tahun 1860, yaitu Alfred Russel Wallace.

Adanya garis tersebut seakan menjadi sebuah bukti betapa

beranekaragamnya kekayaan hayati bangsa ini. Variasi yang tentunya

merupakan kekayaan yang begitu berharga, khususnya bagi ilmu

pengetahuan. Hal inilah yang kemudian memberikan inspirasi bagi

Wallace, tidak hanya sebatas mengusulkan garis Wallace, melainkan

juga untuk memformulasikan dasar dari teori evolusi melalui seleksi

alam, suatu teori yang juga dilontarkan oleh Charles Robert Darwin.

Kedua orang yang bekerja secara terpisah ini memberikan suatu

paradigma baru yang serupa tentang bagaimana mekanisme biologis

dari perubahan spesies yang menghasilkan variasi yang ada saat ini.

Menurut mereka, spesies berubah dan perubahannya tersebut akan

senantiasa berhadapan dengan tekanan dan kondisi lingkungan

tertentu. Alam merupakan kekuatan yang menseleksi perubahan mana

yang dapat beradaptasi dan kemudian bertahan, dan mana yang tidak

bertahan. Sifat-sifat dan karakteristik yang menguntungkan akan

diturunkan pada generasi selanjutnya, yang juga akan mempunyai

peluang untuk berubah membentuk variasi baru yang juga ikut

terseleksi. Begitu seterusnya sehingga apa yang bisa kita lihat dari

variasi yang ada sekarang merupakan hasil dari perubahan gradual dan

akumulatif dari generasi yang simple hingga yang kompleks.

0.4. Evolusi: Biologi-nya

Sistem Sosial

0.4.1. Sekilas Tentang Teori Evolusi

Gambar 0.4.1.

Garis Wallace di antara Pulau Sulawesi

dan Kalimantan.

“...Saya harus memulai dengan bentuk

fakta yang baik dan bukan dari prinsip-

prinsip (yang mesti dicurigai sebagai

bentuk kesalahan) lalu melakukan

deduksi sebagaimana kau inginkan.”

Isi surat

kepada J. Fiske

Charles Darwin (1809-1882)

0-4-1

Page 76: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Teori evolusi sendiri pada dasarnya sudah lahir sejak lama, beberapa

ilmuwan sebelumnya yang juga ikut berkontribusi pada teori ini

diantaranya adalah Jean Baptiste Lamarck (1974) dan Geoffroy St.

Hilaire (1830). Lamarck mengusulkan mekanisme “penurunan

karakteristik yang diperoleh oleh suatu makhluk hidup, untuk

menjelaskan adanya proses evolusi organisme dari sederhana menuju

yang lebih kompleks. Spesies cenderung beradaptasi dengan

lingkungannya dan berkembang melalui tidak-nya organ

tertentu dari spesies tersebut. Contoh sederhananya kijang, awalnya

tidak bertanduk, namun menumbuhkan tanduknya untuk bertahan dari

serangan pemangsanya. Sementara Hilaire menyatakan bahwa proses

tersebut tidaklah kontinu, dimana variasi terjadi karena adanya

karakteristik yang didapat dari induk sebelumnya. Ia sendiri tidak

memperkuat teori ini dengan beberapa contoh mekanismenya.

Berbeda dengan Lamarck, Darwin melihat bahwa variasi bukanlah hasil

dari proses adaptasi, melainkan karena adanya perbedaan kapasitas dari

spesies untuk beradaptasi. Spesies dengan kapasitas beradaptasi

dengan lingkungannya adalah spesies yang akan bertahan dan kemudian

mempunyai banyak keturunan. Variasi terjadi karena adanya suatu

perubahan yang bersifat random dan juga seleksi alam. Lebih jelas

mengenai perbedaan keduanya dapat dilihat sebagai berikut:

digunakan/

Lamarck adalah biolog yang

menyumbangkan konsep adaptasi

dalam biosfir kita.

Jean Baptiste Lamarck

Tabel 0.4.1.

Perbedaan Darwin dan Lamarck.

Seorang pastor yang juga berpraktik

sebagai biolog dengan berbagai

percobaan yang menunjukkan pola

hereditas dalam reproduksi makhluk

hidup.

Gregor Mendel (1822-1884)

Beberapa fakta dan temuan selanjutnya, menunjukkan bahwa Teori

evolusi melalui seleksi alam lebih diterima dibandingkan teori Lamarck.

Walaupun demikian, baik Darwin maupun Wallace sendiri masih

menyisakan pertanyaan, terutama tentang bagaimana mekanisme

penurunan sifat atau karakter dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Mekanisme penurunan sifat dan faktor apa yang menentukan sifat suatu

organisme mulai menemukan jawabannya dengan penemuan Mendel.

Percobaan yang dilakukannya cukup sederhana, ia hanya mengawin

silangkan 2 jenis tanaman yang berbeda sifatnya terus menerus. Ilustrasi

sederhananya: bayangkan kita mempunyai 2 tanaman anggrek – bunga

0-4-2

Page 77: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

nasional Indonesia, yang satu berwarna merah sedangkan satunya lagi

berwarna putih. Ketika dikawinkan ia akan menghasilkan anggrek

berwarna merah dan tidak ada yang berwarna putih. Hasil perkawinan

kedua, adalah mengawinkan sesama anggrek hasil perkawinan pertama.

Yang menarik dari hasil perkawinan ini, rata-rata dari empat hasil

perkawinan didapati satu buah anggrek berwarna putih. Dari percobaan

ini Mendel merumuskan beberapa konsep yang nantinya menjadi dasar

dari konsep genetika modern, yaitu konsep gen dominan dan resesif.

Gambar 0.4.2.

Ilustrasi percobaan Mendel tentang

perkawinan silang.

Dalam kasus bunga anggrek di atas, bisa dikatakan bahwa dalam setiap

anggrek akan memiliki dua jenis gen, ketika salah satunya dominan maka

sifat dari gen dominan itulah yang muncul. Untuk kasus anggrek tersebut,

gen warna merah merupakan gen yang dominan dan gen putih adalah

gen resesif. Katakanlah gen merah tersebut kita simbolkan dengan , dan

gen putih disimbolkan dengan . Pada generasi pertama anggrek merah

mempunyai gen dan anggrek putih adalah , bisa dikatakan bahwa

generasi kedua akan mempunyai gen , yang tentunya akan berwarna

merah, karena sifat gen (warna merah) mendominasi sifat (warna

putih). Mendel juga menjadi peletak konsep gen sebagai faktor yang

menentukan sifat suatu organisme. Selain itu, hal yang perlu dicatat

adalah Mendel merupakan orang pertama yang mendemontrasikan

perbedaan antara genotip sebagai faktor penentu sifat, dan fenotip

sebagai sifat yang muncul dari suatu genotip tertentu.

Namun pertanyaan seputar “apa hubungan mekanisme gen dalam proses

seleksi alam” dan “bagaimana variasi tertentu bisa muncul dan

membrojol dari hasil seleksi alam” masih belum terjawab. Hingga

akhirnya ditemukan DNA sebagai unit informasi terkecil yang menyusun

gen dan menjadi faktor penentu sifat dari organisme dan keturunannya.

Penemuan DNA memberikan titik terang mengenai bagaimana

mekanisme evolusi dari suatu organisme. Penemuan DNA yang

berkembang di biomolekular dan biokimia menjadi semacam

pengembangan secara mikroskopis dari pengamatan makroskopis

Darwin dan juga Mendel. Gen pada dasarnya merupakan untai DNA

sebagai unit informasi terkecil yang bisa terekspresikan menjadi

M

m

MM mm

Mm

M m

0-4-3

Page 78: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 0.4.3.

Bentuk heliks ganda dari struktur DNA.

fenotipnya, yaitu enzim, protein RNA dan lain sebagainya. Gen tersusun

atas , atau alternatif gen tertentu, yang akan menentukan adanya

variasi dalam spesies. Mutasi gen terjadi karena adanya perubahan untai

DNA yang pada akhirnya mengubah sifat dari fenotip suatu spesies.

Spesies yang mempunyai sifat atau karakteristik yang cocok dengan

lingkungannya akan bertahan, memproduksi banyak keturunan dan

menurunkan (mentransmisikan) sifatnya tersebut ke generasi

selanjutnya melalui proses pengkopian gen (replikasi).

Alam bekerja sedemikian menakjubkan. Ketakjuban yang kemudian

terwujud dalam berbagai macam ekspresi, seperti nyanyian, tarian

bahkan hingga ilmu pengetahuan. Dari alam juga sejak lama manusia

mengambil manfaat dengan berbagai cara termasuk meniru proses-

proses yang ada di alam, untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapinya. Cara bangau berjalan di rawa menjadi inspirasi bagi seorang

ahli konstruksi Indonesia Ir. Sedijatmo untuk menciptakan fondasi “cakar

ayam”; suatu rancangan fondasi berserat untuk kondisi tanah yang tak

stabil seperti rawa.

Begitu juga dengan pemahaman tentang evolusi genetika, hal ini juga

merupakan salah satu proses alam yang memberikan inspirasi untuk

dimanfaatkan dalam menyelesaikan permasalahan dalam bidang lain.

Bagaimana proses evolusi begitu efektif dalam menciptakan makhluk

hidup yang senantiasa lebih cocok dan adaptif dari generasi sebelumnya.

Inilah yang kemudian menginspirasi algoritma genetika, yang bisa dilihat

sebagai urutan proses evolusi genetika yang diimplementasikan secara

komputasional atau dilakukan secara , yang ditemukan oleh John

Holland dan kawan-kawan pada dekade 70-an.

Dalam studi genetika kita mengenal istilah kromosom sebagai “cetak

biru” suatu organisme. Kromosom sendiri tersusun atas banyak gen, di

mana masing-masing gen mempunyai sejumlah gen alternatif yang

alel

in silico

Algoritma Genetika0.4.2.

0-4-4

Page 79: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

disebut . Bayangkan kromosom adalah desain teknis suatu mobil yang

memuat informasi atas banyak bagian, mulai dari jenis mesin, jenis

kerangka, hingga warna mobil itu sebagai gennya. Jika diasumsikan

bahwa masing-masing bagian hanya terdapat 2 jenis pilihan (seperti

halnya dalam gen), maka desain mobil bisa diwakili dengan untai bit-

bit biner, di mana nilai biner mewakili jenis pilihan mesin, kerangka,

hingga warna. Pemodelan seperti ini juga yang dilakukan dalam algoritma

genetika, yaitu dengan merepresentasikan kromosom sebagai bit-bit

biner yang mewakili gen dan nilai .

Seperti terlihat pada gambar 0.4.4., algoritma genetika bekerja seperti

halnya evolusi genetika. Kumpulan spesies, dimodelkan sebagai populasi

bit-bit biner dari kromosomnya. Spesies akan mempunyai kapabilitas

untuk beradaptasi, yang dalam genetik algoritma hal ini diwakili oleh nilai

kecocokkan dari masing-masing bit-bit biner. Nilai inilah yang

menentukan apakah ia akan terseleksi dan bertahan pada generasi

selanjutnya. Bit-bit biner yang terseleksi akan mengalami perubahan,

berupa mutasi dan , yang dianalogikan sebagai perubahan acak

dari nilai biner dan pindah silang antara biner pada dua untai tertentu,

untuk menghasilkan generasi baru. Demikian seterusnya, hingga didapat

populasi kromosom yang mempunyai tingkat kecocokkan paling tinggi.

alel

alel

alel

crossover

Gambar 0.4.4.

Bagan algoritma genetika.

Dalam perkembangan selanjutnya, algoritma genetika banyak digunakan

untuk menyelesaikan masalah optimasi dalam bidang-bidang lain. Hal ini

dapat kita lakukan dengan cara mengkodekan solusi yang mungkin dari

sebuah permasalahan ke dalam bit-bit dengan nilai tertentu, lalu mencari

solusi yang paling optimal dengan menerapkan prinsip algoritma

evolusioner tersebut. Misalnya, masalah transportasi di Indonesia. Kita

ketahui bahwa transportasi senantiasa berhadapan dengan jaringan

transportasi yang menghubungkan begitu banyak tempat di tanah air, dan

0-4-5

Page 80: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

melibatkan banyak moda angkutan mulai dari darat, laut, hingga udara.

Seandainya kita memiliki matriks asal dan tujuan ( )

seperti terlihat pada gambar 0.4.5., lalu diminta merekomendasikan

pembangunan yang paling optimal, dalam arti telah

mengikutsertakan perhitungan biaya dan manfaat, maka moda angkutan

apa yang dibangun terlebih dahulu? Pada dasarnya kita bisa

merepresentasikan matriks keterhubungan tersebut dalam suatu sekuen

bit tertentu, di mana nilai bit (0,1,2) merupakan pilihan alternatif

transportasi yang dibangun, apakah darat (0), laut (1) atau udara(2). Untai

dari bit-bit dengan nilai tertentu akan mempunyai level biaya dan

manfaat tertentu. Tentunya kita dihadapkan pada bagaimana mencari

konfigurasi untai bit yang memberikan tingkat manfaat paling tinggi

dengan biaya yang serendah mungkin. Pada titik ini, kita bisa

menggunakan algoritma genetika untuk membantu mencari konfigurasi

paling optimal dari semua alternatif kemungkinan.

origin-destination

moda angkut

Gambar 0.4.5.

Contoh kemungkinan perencanaan

transportasi di Indonesia dan

pencarian solusi optimum dengan

algoritma genetika.

Tentu saja permasalahan di atas hanya sekadar contoh kecil. Pada

kenyataannya kita tentu saja dihadapkan pada banyak daerah, dengan

batasan kebutuhan, biaya, dan manfaat yang bervariasi. Namun

setidaknya, kita bisa melihat bahwa pada dasarnya algoritma genetika

merupakan salah satu model yang bekerja berdasarkan prinsip evolusi

yang bisa dimanfaatkan dalam beberapa permasalahan termasuk

masalah optimisasi.

Berbicara tentang evolusi manusia, kita tidak cukup berbicara mengenai

evolusi biologis saja. Manusia bukan hanya makhluk biologis, tetapi juga

sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia mengalami evolusi lain, yaitu

evolusi kultur atau budaya. Manusia mempunyai tata cara hidup,

kebiasaan, norma serta aspek-aspek kultural lainnya yang senantiasa

berubah dan menjadi kompleks dari waktu ke waktu. Prasasti Kutai, Batu

Tulis yang ditemukan di Sungai Cisadane Bogor, Candi Prambanan, Candi

Memetika0.4.3.

0-4-6

Page 81: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Borobudur, hingga Monumen Nasional merupakan peninggalan artefak

manusia yang menjadi “jejak” bagaimana kultur masyarakat Indonesia

senantiasa berevolusi dari waktu ke waktu bahkan hingga hari ini. Suatu

bentuk evolusi lain yang menjadikannya sebagai makhluk hidup yang

paling dominan dan adaptif terhadap lingkungannya saat ini.

Pertanyaannya apakah prinsip-prinsip dalam evolusi hayati juga berlaku

dalam evolusi kultur atau sosial? Perdebatan ini mencuat tatkala Dawkin

pada tahun 1989, dalam bukunya “The Selfish Gene”, melontarkan suatu

konsep evolusi memetika untuk menjelaskan bagaimana evolusi kultur

dapat dijelaskan dengan cara pandang Darwinian. Dawkin menyebutkan

bahwa merupakan suatu unit informasi yang tersimpan di otak dan

menjadi unit replikator dalam evolusi kultur manusia. dapat

berupa ide, gaya berpakaian, tata cara ibadah, norma dan aspek kultur

lainnya. dapat bereplikasi sendiri dan bermutasi dalam sistem

kultural manusia. Artinya, ia berperilaku dan memiliki karakter

menyerupai gen dalam sistem biologis. Konsep yang dilontarkan

Dawkin mengundang banyak perdebatan di kalangan biolog dan

sosiolog, terlebih karena ia sendiri tidak memberikan penjelasan yang

cukup gamblang mengenai bagaimana mekanisme unit informasi dalam

otak dalam mengontrol perilaku manusia. Pada akhirnya, kultur manusia

adalah representasi mekanisme replikasi serta transmisi dari itu

sendiri. Hal ini juga yang menjadikan definisi dalam

perkembangannya, menjadi begitu banyak dan seakan tidak menemukan

titik temu satu sama lain.

Terkait dengan konsep evolusi (dalam hal ini evolusi genetika), hal yang

cukup diperdebatkan adalah tentang transmisi dan replikasi dalam

sistem sosial. Mengingat dalam teori evolusi sendiri disyaratkan adanya

unit replikasi dan transmisi yang memungkinkan suatu kultur atau sifat

kultural tertentu diturunkan dari satu individu ke individu lain. Bagaimana

sebagai unit informasi terkecil memungkinkan adanya perubahan

karakteristik kultur atau elemen kultur tertentu melalui suatu perubahan

yang bersifat acak? Bagaimana proses seleksi yang memungkinkan

adanya akumulasi dari karakteristik atau sifat tertentu dari kultur

manusia? Bagaimana kebiasan bersilaturahmi di hari raya Idul Fitri, bisa

diturunkan dari satu individu ke anaknya untuk kemudian menjadi tradisi

masyarakat tertentu? Lalu, bagaimana silaturahmi ini menjadi tradisi

meme

Meme

Meme

meme

meme

meme,

meme

meme

Gambar 0.4.6.

Artifak arsitektural: Borobudur,

Prambanan.Monas, dan

Gambar 0.4.7.

Tradisi Mudik Lebaran.

0-4-7

Page 82: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

mudik saat lebaran yang tentunya bukan hanya sekedar silaturahmi tapi

juga memuat unsur liburan .

Beberapa ilmuwan biologi dan sosilogi berusaha untuk menjawab

perdebatan tersebut. Susan Blackmore, salah seorang biolog yang juga

aktif mengusung konsep memetika dalam analisis kultur, mengatakan jika

mekanisme replikasi dan transmisi meme terjadi melalui proses imitasi.

Namun konsep imitasi ini pun tak lepas dari perdebatan, terutama jika

dikaitkan dengan konsep fenotip dan genotip. Dalam genetika suatu

fenotip (karakteristik fisik) bisa berubah dikarenakan adanya perubahan

genotip, namun tidak sebaliknya. Perubahan fenotip (yang biasanya

terjadi karena adaptasi) tidak serta merta merubah genotip seseorang.

Jika meme adalah suatu “genotip” dari suatu “fenotip” kultur tertentu,

seperti ide, gaya berpakaian, aspek-aspek keagamaan, tata cara hidup,

dan lain sebagainya, maka proses imitasi bisa dikatakan sebagai suatu

proses replikasi dan transmisi melalui fenotipnya – suatu proses evolusi

yang dikenal sebagai konsep evolusi Lamarckian dimana evolusi terjadi

karena adaptasi, bukan mutasi random dan seleksi alam. Atau dengan

kata lain evolusi kultur bukanlah evolusi Darwinian, yang pada akhirnya,

bisa dikatakan bukan evolusi sama sekali. Namun disisi lain, pada

kenyataannya evolusi kultur sendiri terjadi bahkan hingga saat ini, dimana

sistem kultural manusia berubah, membrojolkan kultur baru yang

berbeda dari sebelumnya dari waktu ke waktu. Gaya berpakaian anak

muda Indonesia tahun 70-an tentu berbeda dengan gaya berpakaian

anak muda saat ini, begitu juga gaya rambut, musik, tarian, bahkan

hingga cara mereka bersikap dan berinteraksi dengan individu lainnya,

termasuk dengan lawan jenis.

Gambar 0.4.8.

Tarian Merak dari tanah Pajajaran.

Harus kita sadari bahwa meme sendiri lahir sebagai suatu konsep yang

berupaya memandang manusia sebagai makhluk berbudaya dan sosial,

sehingga tentunya kita tidak bisa memisahkan konsep ini dari kajian

sosiologi dan kultur. Manusia mengenal ide, keindahan dan pengetahuan,

seni, norma dan kerjasama yang membuatnya berbeda dengan

organisme lainnya. Kita tidak bisa memandang meme bekerja seutuhnya

0-4-8

Page 83: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

seperti mekanisme evolusi genetika dalam evolusi biologi, karena jika

terjadi hanyalah akan mengundang begitu banyak pertanyaan? Tentu

orang akan bertanya dimanakah letak meme? Mana bukti fisik yang

menunjukkan keberadaan dalam manusia? Benarkah ia berada di

dalam kepala manusia? Bagaimana ia dapat diturunkan? Bagaimana

mekanisme penurunan sifat kultur antar dan intra generasi?

Pertanyaan seputar kedinamisan budaya manusia seakan tidak pernah

berhenti. Untuk itu, memetika harus dipandang sebagai analisis alternatif

yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena evolusi kultural,

sehingga kita tidak bisa mengasumsikan sebagai unit informasi

terkecil dari evolusi kultural atau sosial secara umum, layaknya gen dalam

evolusi biologi, melainkan sebagai unit informasi terkecil yang dapat kita

gunakan untuk menjelaskan fenemona sosial tertentu di masyarakat.

Agar dapat memodelkan evolusi kultural dari sudut pandang memetika,

kita harus menyadari bahwa pada dasarnya kultur merupakan suatu

sistem bertingkat yang didalamnya mengandung berbagai elemen-

elemen kultur tertentu yang senantiasa berubah secara dinamik.

Perubahan ini terjadi karena adanya dinamika dalam masyarakat itu

sendiri – baik melalui proses asimilasi, akulturasi, komunikasi maupun

interaksi antar individu. Fenomena evolusi kultural bisa kita lihat sebagai

pola dinamik, dimana elemen kultur tersebut tidak hanya menyebar dan

bertransmisi dari satu individu ke individu lain, melainkan juga berubah

secara dinamik selama proses transmisi berlangsung. bisa

dipandang sebagai sebuah unit yang paling kecil dari kultur, seperti not

musik atau cara menggunakan sepatu, hingga bagian yang lebih besar

seperti nasionalisme atau agama. Melalui cara pandang ini, memetika,

pada hakikatnya, merupakan suatu alat analisis yang dapat menjelaskan

fenomena dalam sistem kultur dan aspek-aspek kultural seperti,

diseminasi dan propagasi, hingga evolusi kultur itu sendiri. Memetika

juga dapat kita pahami sebagai sebuah mekanisme transmisi objek

kultural atau sistem bertransmisi dari satu orang ke yang lainnya dalam

perspektif virus akal budi. Sebagai contoh: penyebaran penggunaan jilbab

dikalangan putri muslim. Penggunaan jilbab kemudian tidak hanya

menjadi semacam kewajiban dalam menjalankan agama, tetapi juga

berkembang menjadi gaya berpakaian tersendiri dalam masyarakat.

meme

meme

Meme

Gambar 0.4.9.

Kultur dipandang dari berbagai ruang

lingkup deskripsi.

Dari paparan di atas kita bisa melihat bahwa sistem kultural merupakan

sistem yang tersusun atas sebagai unit informasi terkecil yangmeme

0-4-9

Page 84: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

kemudian membrojolkan pola tertentu dari kultur tersebut dari waktu ke

waktu. Selain itu, evolusi kultur membahas tentang bagaimana sebuah

objek kultural atau sistem tertentu dapat bertransmisi, dan menyebar

serta berubah secara dinamik. merupakan unit informasi terkecil,

yang bisa kita gunakan dalam menjelaskan proses evolusi. Ia bisa

berpropagasi dari satu individu ke individu lainnya melalui proses

interaksi dan imitasi. Propagasi meme dalam hal ini bisa terjadi secara

horizontal, yaitu dari individu ke individu lain dalam satu generasi atau

secara vertikal, yaitu antar individu dalam generasi yang berbeda (orang

tua ke anaknya). Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, atau berdoa

sebelum tidur, bisa berpropagasi dari ibu ke anaknya atau dari tetangga ke

tetangga yang lainnya. Hal inilah yang tentunya membuat evolusi kultur

berjalan lebih cepat daripada evolusi biologis dalam sistem hayati.

Untuk lebih memahami bagaimana memetika dapat digunakan untuk

menganalisis evolusi dari sistem kultural, Situngkir membuat suatu

formalisasi dari konsep memetika di atas ke dalam suatu proses

algoritmik yang dapat di simulasikan secara komputasional. Kultur dalam

hal ini bisa kita lihat sebagai sebuah institusi kultural yang tersusun atas

elemen-elemen kultural. Secara praktis, kultur sendiri umumnya dapat

dipandang sebagai kultur utama, kemudian kultur tandingan dan juga

subkultur. Sebagai contoh, seperti terlihat dalam diagram venn di gambar

0.4.9., kita bisa melihat bahwa sistem kultural masyarakat Jawa saat ini

merupakan hasil interaksi antara 3 ruang lingkup budaya: Islam, Jawa

Kuno dan Kejawen.

Meme

Gambar 0.4.10.

Memepleks tersusun atas meme-

meme.

Dalam sudut pandang memetika, kultur dipandang sebagai suatu

kumpulan meme atau memepleks, dimana dalam setiap meme akan

mempunyai alomeme atau alternatif sifat kultural tertentu yang bersifat

mutual ekslusif (analog dengan konsep gen dan alel).

Evolusi terjadi akibat perubahan dari meme-meme tersebut melalui

interaksi antar individu dalam sistem kultur. Di sini tentunya perlu kita

ingat bahwa interaksi antar individulah yang memainkan peranan dalam

dinamika kultur serta evolusinya, yang secara algoritmik terjadi sebagai

berikut:

1. Dalam setiap waktunya akan terdapat populasi inividu dengan

memepleks tertentu.

0-4-10

Page 85: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

2. Masing-masing memepleks akan memiliki tingkat kecocokkan

tertentu.

3. Interaksi antar individu akan memungkinkan adanya transmisi

(replikasi) memepleks, baik secara horizontal, dimana

memepleks yang lebih cocok akan tereplikasi, maupun secara

vertikal (pengkopian memepleks dari individu baru). Di sisi lain

individu juga bisa mati.

4. Selama proses transmisi, masing-masing memepleks bisa

mengalami mutasi berupa perubahan nilai alomeme-nya.

Yang menarik proses iteratif dari algoritma memetika di atas mampu

menunjukkan bagaimana diseminasi suatu kultur (kultur utama, kultur

tandingan dan sub-kultur) dan evolusinya dari waktu ke waktu, seperti

terlihat pada gambar 0.4.11. Walaupun baru sebatas simulasi

komputasional, namun yang menarik di sini adalah bagaimana memetika

sendiri bisa digunakan sebagai perangkat analisis kuantitatif dalam

analisis kultur.

0.4.4. Catatan

Teori evolusi memang cukup kontroversial dan mengundang banyak

perdebatan hingga saat ini. Namun di tengah perdebatan tersebut, teori

evolusi sendiri terbukti mampu memberikan penjelasan mengenai

banyak fenomena di alam, termasuk ekplanasi teoritis dari evolusi kultur

manusia. Kultur masyarakat Indonesia yang begitu beragam, seberagam

kekayaan hayatinya, merupakan aset yang tak ternilai harganya, dan

tentunya menunggu hasil pemikiran yang kreatif untuk bisa menjelaskan

banyak fenomena di dalamnya. Pendekatan evolusioner diharapkan akan

memperkaya kita dengan alat analisis alternatif dalam memahami sistem

sosial kita. Pemahaman yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi

perkembangan masyarakat Indonesia di kemudian hari.

Gambar 0.4.11.

Dinamika populasi kultur.

0-4-11

Page 86: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 87: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

WIYATAMANDALA

Page 88: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 89: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Ini adalah bab satu sekaligus juga dapat dilihat sebagai

bagian implementatif dari buku ini. Intinya

adalah bagaimana cara pandang kita diubah dengan

menggunakan berbagai perangkat kompleksitas

sehingga kita memperoleh perspekti f yang

komprehensif atas siapa kita, dan bagaimana posisi kita

di tengah-tengah masyarakat dunia, dengan

memperhatikan potensi sekaligus beberapa kelemahan

yang memang perlu kita perbaiki. Dalam hal ini, kita

mengingat konsep Wawasan Nusantara, sebagai cara

pandang bangsa Indonesia terhadap dirinya sendiri,

sebagai sebuah kesatuan yang utuh dari seluruh aspek

kehidupan humaniora dan kemasyarakatan.

Babad Tanah Air diuraikan dalam visi Wawasan

Nusantara dalam perspektif kompleksitas dengan

memperhatikan evolusi kontrak sosial, representasi

kompleks tentang konsep negara dan wawasan evaluatif

atas bagaimana kita berdemokrasi, bagaimana entitas

masyarakat Indonesia disusun dalam sudut pandang

demograf is dan abstraks i tentang gagasan

Keindonesiaan secara umum.

Hal ini penting dengan adanya arahan bahwa manusia

secara individual pada dasarnya selalu berada pada

kondisi kritikal mengatur dirinya sendiri (

) hidup dan berkembang.

Babad Tanah Air dalam buku ini menjadi jembatan kita

melihat Indonesia dalam perspektif kompleksitas.

pertama

self organized

criticallity

Wawasan Nusantara dalam

Perspektif Kompleksitas

Bab 1

Page 90: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 91: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1.1. Sebuah Keindonesiaan Baru

1.1.1. Indonesia, Sebuah Perjalanan

Memahami Indonesia tentu saja tidak dapat dipisahkan dari upaya

refleksi episode awal terbentuknya negara ini yang dapat disimak dalam

babak sidang BPUPKI tahun 1945. Soekarno, Hatta, M. Yamin, H. Agus

Salim, dan yang lainnya, walaupun memiliki perbedaan latar belakang

pendidikan dan pengalaman, memiliki sebuah irisan pemikiran yang

sama, yaitu menolak paham individualisme barat. Bapak bangsa kita

memandang paham individualisme adalah sumber dari kolonialisme,

imperialisme, dan kapitalisme.

Paham individualisme barat tersebut dilatarbelakangi oleh sejarah

pemerintahan Negara-negara Eropa dengan kekuasaan aristokrasi

dan/atau raja yang sangat dominan, bahkan ser ingkal i

mempersonifikasi diri sebagai negara ( ). Untuk itu

sejumlah intelektual eropa pasca , seperti Thomas Hobbes,

John Locke, Jean Jacques Rousseau, Herbert Spencer, dan H.J. Laski,

menyatakan bahwa hak individu adalah nilai luhur yang harus dijunjung

tinggi oleh entitas, yang berisi kumpulan individu sadar, bernama

negara. Secara teoretis, negara ialah masyarakat hukum yang disusun

atas dasar kontrak antara seluruh individu dalam masyarakat (

).

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Indonesia memiliki keragaman

suku, agama, bahasa, dan ras yang luar biasa. Heterogenitas ini dengan

sendirinya membutuhkan perekat yang dapat mempersatukan rakyat

dalam wadah kenegaraan yang sama. Bapak bangsa kita menekankan

bahwa pemersatu tersebut berada pada nilai kekeluargaan. Namun,

interpretasi nilai kekeluargaan sangat beragam. Bung Karno

menginterpretasikan kekeluargaan sebagai semangat gotong royong.

Bung Hatta menitikberatkan kekeluargaan pada semangat tolong-

menolong antar sesama. Prof. Soepomo memahami kekeluargaan

sebagai kesatuan jiwa pemimpin dengan rakyatnya. Dapat kita lihat

bahwa pada satu sisi mereka dapat menangkap karakter umum rakyat

Indonesia, tapi di sisi lain mereka seolah kurang menjelaskan penyebab

munculnya nilai tersebut. Ada kesan gamang yang muncul ketika kita

mengamati perbedaan upaya interpretasi nilai kekeluargaan tersebut.

Akhirnya, pergulatan intelektual tersebut merumuskan norma-norma

yang diharapkan senantiasa hadir dalam kehidupan rakyat Indonesia

M.

“Kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi barat,

tetapi permusyawaratan yang memberi hidup,

yakni yang mampu mendatangkan

kesejahteraan sosial”

(pidato Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945)

politiek-ecomische democratie

l’etat c’est moi

renaissance

social

contract

“Jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70

juta ini lebih dulu harus merdeka di

dalam hatinya, sebelum kita dapat

mencapai , saya

ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita

belum dapat Indonesia merdeka.

pidato Ir. Soekarno dalam sidang

BPUPKI, 1 Juni 1945

political independence

1-1-1

Page 92: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

yang menganut nilai kekeluargaan. Rumusan ini terangkum dalam

Pancasila. Asas inilah yang menjadi dasar negara Indonesia yang

.

Setelah kemerdekaan resmi diraih, babak baru sejarah negara Indonesia

pun dimulai. Dalam perjalanannya selama lebih dari enam puluh tahun

merdeka memori kolektif kita mengingat pergantian kekuasaan dari satu

rezim ke rezim berikutnya yang terkadang disertai dengan perombakan

sistem ketatanegaraan. Salah satu babak penting dalam sejarah

pemerintahan kita yaitu Orde Baru (1966-1998).

Era kepemimpinan Soeharto menandai proses regenerasi pemerintahan

dari periode sebelumnya, era . Secara terbuka, Presiden

Soeharto menegaskan posisi pemerintahannya berada pada jalur yang

konsisten dengan pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Namun, sebagaimana yang kita ketahui, Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 seringkali justru dijadikan alat untuk

mempertahankan kekuasaan. Doktrinasi Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (P4) merupakan salah satu bentuk praktis praktek

tersebut. Pada masa Orde Baru tindakan seseorang/kelompok yang

berseberangan dengan kebijakan pemerintah tidak akan ditoleransi,

bahkan kalau perlu pelaku diberi stigma negatif dan diberantas habis.

Lalu, sikap kritis yang mengomentari jalannya pemerintahan ditutup-

tutupi. Bahkan jika dianggap membahayakan, pelakunya dapat

dijebloskan ke penjara dengan tuduhan anti pembangunan. Hal yang

menarik adalah praktek politik stabilitas, yang cenderung represif, yang

dijalankan Soeharto berdampak negatif. Ia secara tidak sadar telah

menciptakan ‘bara dalam sekam’ akan disintegrasi bangsa. Ini adalah

sebuah warisan yang harus kita selesaikan.

Politik tangan besi dengan sisipan doktrin Pancasila termodifikasi ala

Soeharto, yang berpusat di Jakarta, dengan sendirinya memunculkan

tentangan dari daerah. Ketidakproporsionalan eksploitasi kekayaan

sumber daya alam dan perimbangan keuangan pusat dan daerah

seringkali menjadi pemicu tumbuhnya rasa ketidakadilan. Ada

pemikiran yang berkembang di sejumlah daerah bahwa satu-satunya

jalan yang dapat mengakhiri kemunduran ini adalah dengan mengatur

sendiri daerahnya, terpisah dari kekuasaan Jakarta, yaitu dengan

mendirikan negara merdeka. Upaya disintegrasi fisik dengan faktor

pendorong internal tersebut ditemukan dalam Gerakan Aceh Merdeka,

Republik Maluku Selatan, Organisasi Papua Merdeka, dan lain

sebagainya. Pupusnya rasa satu keluarga dalam bangsa merdeka

Indonesia terasa sangat menyentuh dalam bait berikut:

merdeka

founding father

1.1.2. Ancaman Disintegrasi Fisik

“Tidak peduli siapa saja yang

mengganggu stabilitas, akan saya

gebuk.

Komentar Soeharto dalam keterangan

pers sepulang dari Moskow, Rusia,

25 Desember 1991.

“Saya selalu bertanya kepada Tuhan, dalam pikiran dan doa-doa saya setiap hari.

Mengapa Tuhan menciptakan gunung-gunung batu dan salju yang indah itu di daerah

Amungme? Freeport, ABRI, Pemerintah dan orang luar datang mengambilnya,

1-1-2

Page 93: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

sementara kami menderita. Ditekan, dibunuh tanpa alasan. Sungguh, saya benar-benar

marah pada Tuhan, mengapa Dia menempatkan segala gunung indah dan barang

tambang itu di sini”.

(Narkime Tuwarek, Tetua Suku Amungme, dalam “Merana Di Tengah Kelimpahan”)

1.1.3. Indonesiaku Indonesiamu:

Sebuah Disintegrasi Laten

Ancaman disintegrasi fisik jelas berbahaya bagi keutuhan Republik

Indonesia. Terlepas dari cara penanggulangannya, yang jelas pada

disintegrasi fisik ditemukan tujuan yang pasti dan terukur yaitu merdeka.

Namun bagaimana dengan individu-individu yang sama sekali tidak

berhasrat untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia bahkan

mengakui kemerdekaan Indonesia beserta konsekuensinya sebagai

warga negara tapi di dalam benak dan tindakannya berperilaku tidak

merdeka?

Bentuk inilah yang disebut dengan disintegrasi laten yang dalam hal ini

bersifat khusus karena, , tidak ditemui pada era kepemimpinan

, , diduga berpotensi memiliki kekuatan disintegrasi

yang lebih besar daripada disintegrasi fisik, dan , terjadi berulang-

ulang (intensitas tinggi). Bukti-bukti disintegrasi laten hadir secara detil

dalam kehidupan kita sehari-hari.

Bukti ketidakpercayaan kepada lembaga negara dan hukum dapat kita

jumpai misalnya, pada peristiwa pengeroyokan warga korban pencurian

yang menolak menyerahkan tersangka pencuri kepada pihak kepolisian

dengan alasan ketidakpuasan penyelesaian kasus pencurian di lembaga

tersebut.

Bukti ketidakpercayaan kepada sistem pendidikan adalah misalnya,

ketika kita secara sadar atau dengan dorongan faktor eksternal termasuk

orang tua, memutuskan untuk menempuh jalur pendidikan di luar negeri.

Secara khusus, jenis ketidakpercayaan ini memiliki efek turunan

tersendiri misalnya, ketidakpercayaan kita pada kompetensi dokter dan

pelayanan kesehatan di Indonesia, apresiasi berlebihan tanpa disertai uji

kelayakan yang ketat kepada lulusan kita yang kebetulan memperoleh

ijazah dari luar negeri, atau lebih parah lagi, penghargaan berlebihan yang

memihak pada ras tertentu misalnya, kaukasia.

Bukti tidak dimilikinya rasa satu keluarga adalah misalnya, pada peristiwa

pengrusakan fasilitas publik (pemotongan rel kereta api secara sengaja,

pengrusakan jalan, jembatan, telepon umum, dan sebaginya) di daerah

tertentu, kebrutalan tanpa sebab pasti dari fenomena tawuran siswa.

Pada bagian lain, hal ini terefleksikan pada kecurigaan berlebihan dan

perasaan tidak nyaman berada di lingkungan heterogen, yang tidak jarang

berakhir pada upaya pengeksklusifan suatu ras, agama, atau kelompok

dengan yang lain. Sangat mungkin upaya ini menimbulkan gesekan yang

berakumulasi pada konflik sosial.

pertama

founding father kedua

ketiga

1-1-3

Page 94: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Bukti ketidakpercayaan pada sistem ekonomi dapat berupa misalnya,

ketika seseorang lebih merasa aman berinvesasi di luar negeri atau lebih

mempercayakan uangnya disimpan dalam bentuk mata uang asing.

Inilah pola disintegrasi baru yang bercampur dengan darah kita. Bahkan,

fakta disintegrasi laten dirasakan terlalu banyak untuk diuraikan satu

persatu dalam buku ini. Begitu halusnya pola disintegrasi ini sampai kita

dibuat tidak sadar bahwa, sebenarnya, kita sedang menggerogoti

keutuhan negara tempat kita tinggal. Fenomena-fenomena tersebut

menujukkan bahwa semangat keindonesiaan kita begitu rapuh. Kita

seringkali memandang Indonesia secara individualistis, hanya dari sudut

pandang suku, agama, kelompok dan kepentingan pribadi semata.

Indonesiaku dan Indonesiamu belum tentu satu.

Mengapa setelah puluhan tahun merdeka kita justru semakin hari

semakin menjauh? Kemana hilangnya perekat yang pernah membawa

Rakyat Indonesia yang heterogen ini, pada puncak komitmennya untuk

merdeka? Fenomena ini tentu saja tidak dapat kita pisahkan dengan cara

pandang kita terhadap perekat itu sendiri. Atau dalam terminologi

kita adalah bagaimana rasa kekeluargaan dan nilai

persatuan tersebut muncul?

Cara pandang kita terhadap persatuan Indonesia saat ini tentu tidak

dapat dipisahkan dari proses doktrinasi Soeharto, yang telah berlangsung

selama lebih dari 30 tahun. Hal ini cukup masuk akal jika kita kaitkan

dengan kesadaran Soeharto bahwa sebuah negara membutuhkan dasar

persatuan yang kuat untuk terus berdiri. Proses doktrinasi kemudian

menjadi alat pemerintahan Orde Baru dalam mentransfer hasil

terjemahan-ulang sejarah. Misalnya, Sumpah Pemuda, Proklamasi,

peristiwa terbentuknya konstitusi UUD 1945, dan sejarah berdirinya

bangsa ini, secara eksplisit dipandang sebagai sebuah perekat absolut.

Setiap tahun kita merayakan peristiwa bersejarah lengkap dengan

petuah-petuah tentang kebesaran para pejuang dan

dalam merebut kemerdekaan. Namun, setiap tahun pula kita merayakan

seremoni tersebut dengan kaku, kering, dan lepas dari akar kesejarahan

tentang mengapa hal tersebut terjadi. Satu-satunya bekal pengetahuan

umum kita untuk memaknainya bersumber dari interpretasi-ulang

sejarah oleh Soeharto. Akibatnya, kita tergiring untuk memikirkan bahwa

nilai perjuangan keindonesiaan sudah final. Kita bersatu karena perasaan

senasib sepenanggungan sebagai sesama wilayah kolonialisasi. Jika hari

ini kita bersatu, itu karena pendahulu kita telah bersatu sebelumnya.

Pola pikir semacam inilah yang secara tidak sadar telah menjerumuskan

kita pada pola berfikir individualisme barat, di mana telah disadari para

kita sebagai peluntur esensi keindonesiaan. Dalam

konteks bangsa Indonesia yang secara alami memiliki tingkat pluralitas

1.1.4. Tantangan ke Depan

founding father

founding father

founding father

1-1-4

Page 95: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

tinggi, kebutuhan terhadap adanya perekat kebangsaan menjadi luar

biasa penting. Dari deskripsi di atas jelas terlihat bahwa kemunculan

disintegrasi fisik dan laten disebabkan oleh cara pandang kita yang keliru

dalam memaknai kemerdekaan. Namun tentu saja, hal ini bukan semata-

mata akibat kesalahan interpretasi Presiden Soeharto atas sejarah

kemerdekaan semata. Kita semua ikut bertanggung jawab terhadap

lunturnya semangat keindonesiaan saat ini.

Dengan demikian, tantangan kita saat ini adalah mencari cara pandang

baru keindonesiaan. Kita, sebagai generasi penerus kemerdekaan

Indonesia, memiliki kewajiban untuk menjawab tantangan tersebut. Kita

tidak bisa hanya menunggu. Jawaban itu hanya akan didapatkan dengan

kerja keras.

Untuk itu, sains adalah satu-satunya jalan. Dalam menangkap esensi

kemerdekaan agar dapat disusun ke dalam sebuah perspektif yang

memandang Indonesia secara lebih baik, kita membutuhkan metodologi

ilmiah yang dapat mendeskripsikan masalah dan mengekstrak

pengetahuan dari sistem sosial masyarakat Indonesia. Pada bagian

berikutnya kita akan sama-sama belajar apa saja alat bantu yang kita

butuhkan untuk menjawab permasalahan ini.

Perspektif baru muncul dari perkembangan yang terjadi di teori

permainan ( ), yang merupakan model matematika untuk

menjelaskan fenomena konflik dan kerja sama dari interaksi antar

individu. Salah satu deskripsi populer teori ini adalah dilema tahanan atau

(PD). Berikut ini adalah salah satu contoh PD.

...”seperti digambarkan oleh musik tradisional, kalian selalu menunggu pemimpin yang

akan membawa ke kejayaan, bukannya tiap orang yang mengatakan bahwa dialah

pemimpin yang membawa kepada kejayaan itu”…

(Pramoedya Ananta Toer, dalam dialog roman “Bumi Manusia”)

1.1.5. Teori Permainan

game theory

prisoner’s dilemma

Gambar 1.1.1.

Ilustrasi rencana pembangunan PLTA

(pembangkit listrik tenaga air) di Desa

Atas dan Desa Bawah.

Misalkan, ada sebuah sungai yang melewati dua buah desa, yaitu Desa

Atas dan Desa Bawah. Desa Bawah memiliki potensi untuk dibangun

1-1-5

Page 96: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

sebuah pembangkit listrik tenaga air. Namun, pembangkit listrik tenaga

air (PLTA) tersebut hanya dapat diwujudkan jika penduduk Desa Atas,

yang berada di hulu sungai, tidak menghentikan aliran sungai ke Desa

Bawah. Kemudian arus listrik yang diperoleh rencananya akan dijual ke

Desa Atas karena kapasitasnya berlebih jika hanya digunakan oleh warga

di Desa Bawah. Ilustrasi rencana pembangunan PLTA yang terjadi dapat

dilihat di gambar 1.1.1.

Setiap desa memiliki 2 buah pilihan yaitu bekerja sama atau koperatif

( ) dan tidak bekerja sama atau defektif ( ). Jika keduanya

bekerja sama maka akan dicapai negosiasi yang menguntungkan kedua

belah pihak. Desa Bawah memperoleh sewa air dengan harga yang murah

dan Desa Atas menerima listrik dengan tarif yang wajar. Kedua desa

memperoleh ganjaran (keuntungan) yang sama, misalnya kita sebut saja

sama-sama 8. Jika Desa Atas koperatif dan Desa Bawah defektif maka

akan tercapai hasil perundingan akan berat sebelah. Tarif air akan murah

dan harga listrik akan sangat mahal. Kondisi yang terjadi sebaliknya jika

Desa Atas defektif dan Desa Bawah koperatif. Pihak yang dirugikan akan

memperoleh ganjaran -1 dan pihak yang diuntungkan akan memperoleh

nilai 10. Jika keduanya sama-sama defektif maka pembangunan PLTA

dibatalkan. Kedua desa sama-sama memperoleh ganjaran nol. Matriks

keluaran dan ganjaran yang diperoleh dapat dilihat di gambar 1.1.2.

cooperate defect

Gambar 1.1.2.

Matriks keluaran dan ganjaran yang

diperoleh pada kasus pembangunan

PLTA di Desa Atas dan Desa Bawah.

Apa yang terjadi jika setiap desa mementingkan dirinya sendiri? Dari

kondisi koperatif–koperatif, Desa Atas (atau Desa Bawah) berusaha

defektif, agar ganjaran yang diperolehnya meningkat dari 8 menjadi 10.

Namun, desa lainnya tentu saja tidak akan tinggal diam. Sangat masuk

akal bahwa ia akan berpikir: “lebih baik hancur sama-sama dari pada

berada di pihak yang dirugikan karena ganjarannya akan meningkat dari -1

menjadi 0”. Dalam kasus ini, kondisi defektif-defektif akan menjadi titik

penarik kondisi-kondisi lainnya (gambar 1.1.3.) Pada kasus tersebut,

kondisi defektif-defektif ini disebut sebagai dengan Ekuilibrium Nash,

atau sebuah pilihan dimana pemain-pemain di dalamnya (yaitu pada

contoh tersebut adalah desa) tidak merubah lagi pilihannya. Dari sini

dapat kita simpulkan bahwa, jika setiap desa mementingkan dirinya

sendiri maka akan terjadi kondisi defektif-defektif atau dengan kata lain

pembangunan PLTA akan dibatalkan. Dalam permainan tersebut terjadi

1-1-6

Page 97: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

dilema. Ketika pemain-pemain di dalamnya hanya mementingkan dirinya

sendiri, maka mereka tidak akan memperoleh apapun (0+0=0). Jika

mereka tidak mementingkan diri sendiri dan memilih untuk bekerja sama,

maka keduanya akan mendapatkan tarif listrik dan tarif air yang murah

(8+8=16).

Gambar 1.1.3.

Arah kecenderungan sistem di kasus

pembangunan PLTA di Desa Atas dan

Desa Bawah.

Dari contoh di atas, kita dapat melihat bahwa jika setiap orang

mementingkan sendiri maka akan terjadi kondisi defektif-defektif, yang

akan merugikan keduanya. Dalam hubungan ini, kita seolah-olah

dihadapkan pada dua kubu yang berseberangan yaitu sifat

mementingkan sendiri dan konflik di satu sisi dan sifat baik dan kerja sama

di sisi lainnya. Lalu benarkah demikian? Apakah sifat mementingkan

sendiri semata-mata kontraproduktif dengan kerja sama? Mungkin

seringkali kita akan dengan cepat memberikan jawaban: “Ya”. Tetapi,

benarkah demikian? Dapatkah kerja sama muncul dari dua orang yang

egois?

Penyelesaian studi kasus di atas kita lakukan dengan mengangap

hubungan antar desa berlangsung hanya satu putaran saja. Bagaimana

seandainya kedua desa bermain lebih dari satu putaran? Misalnya, kedua

desa telah terlibat proyek pengelolaan hutan bersama dua tahun

sebelumnya, kemudian satu tahun yang lalu mereka terlibat kerja sama

pengadaan sarana angkutan pedesaan, lalu proyek PLTA tahun ini, dan

rencana pendirian Puskemas di perbatasan desa tahun depan. Dalam

kasus hubungan yang berlangsung lebih dari satu kali ini, kita dapat

menggunakan model (IPD), atau model PD

yang diulang beberapa putaran.

Dalam IPD, setiap pemain akan mengevaluasi ganjaran yang

didapatkannya pada putaran sebelumnya. Hasil ini akan mempengaruhi

keputusan agen di putaran selanjutnya. Jika pada putaran (tahun)

sebelumnya Desa Atas merasa dirugikan oleh Desa Bawah karena harus

membayar proyek pengadaan sarana angkutan terlalu mahal (Desa Atas

koperatif dan Desa Bawah defektif) maka tentu saja hal ini akan

berpengaruh terhadap pilihan tindakan mereka di proyek pembangunan

PLTA. Dari sini kita dapat melihat perbedaan sifat kedua model yaitu

model PD bersifat statik dan model IPD bersifat dinamik.

1.1.6. n-IPD

iterated prisoner’s dilema

1-1-7

Page 98: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Namun pada kenyataanya, terkadang kerja sama dan konflik yang terjadi

tidak hanya bersifat dinamik, tetapi juga melibatkan lebih dari satu

pemain. Konflik Aceh misalnya, ia tidak hanya melibatkan GAM dan

pemerintah pusat saja, tetapi juga TNI, Brimob, Pemda Aceh, Pemda

Sumatera Utara, warga di Aceh Utara, Warga di Aceh Selatan, serta

berbagai pihak lain yang berkepentingan. Untuk itu, model IPD dapat

dikembangkan lagi menjadi 3, 4, 5, atau bahkan pemain (n-IPD).

pemain tersebut memiliki 2 opsi, sebagaimana PD, yaitu koperatif atau

defektif. Ganjaran yang diperoleh seorang pemain akan dipengaruhi

jumlah pemain lain yang memilih koperatif dan jenis opsi yang dipilih

pemain, sebagaimana dapat kita lihat pada gambar 1.1.4. Semakin

banyak pemain yang memilih koperatif, maka ganjaran bagi setiap pemain

akan meningkat. Namun secara umum, ganjaran bagi pemain yang

defektif selalu lebih besar daripada pemain yang koperatif.

n

n

Gambar 1.1.4.

Grafik ganjaran dalam n-IPD untuk

masing-masing agen.

Sekarang mari kita bayangkan misalnya di proyek pembangunan PLTA di

Desa Bawah dikerjakan secara swadaya. Semakin banyak orang yang

bekerja (koperatif) maka pekerjaan menjadi semakin cepat diselesaikan.

Warga yang malas (defektif) akan memperoleh ganjaran yang lebih besar

karena mereka akan mendapatkan listrik tanpa bekerja sama sekali.

Namun, jika banyak orang yang malas jadwal pengerjaan PLTA akan molor.

Dalam permainan satu putaran, pilihan rasional bagi masing-masing

pemain adalah defektif. Namun, akibatnya mereka masing-masing akan

memperoleh ganjaran yang lebih kecil dibandingkan jika mereka

semuanya ikut bergotong-royong. Fenomena ini disebut

.

Namun, jika permainan dijalankan dengan ditambah sifat belajar pemain-

pemain di level mikro maka hasilnya akan berbeda. Analisis

komputasional yang dilakukan oleh Robert Axelrod menemukan bahwa

strategi yang terbaik yang bisa didapatkan dalam permainan dilema

tahanan yang diulang adalah . Prinsip strategi ini sederhana: jika

orang lain berbuat jahat kepadamu (defektif) maka balaslah dengan

perbuatan jahat dan jika orang lain berbuat baik kepadamu (koperatif)

maka balaslah dengan perbuatan baik juga. Jika setiap orang

menggunakan strategi ini, apa yang terjadi di desa tersebut? Pak Effendi

selaku warga Desa Bawah akan menyadari bahwa jika ia malas bergotong-

royong hari itu maka tetangganya juga akan ikut bermalas-malasan

tragedy of the

common

tit-for-tat

1-1-8

Page 99: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

keesokan harinya. Demikian juga tetangganya. Akibatnya, seluruh warga

Desa Bawah akan ikut bergotong-royong. Dari sini Axelrod menunjukkan

bahwa pada dasarnya kerja sama dapat muncul dari sejumlah individu

yang egois.

Dari diskusi di atas, kita dapat melihat bahwa pada dasarnya kontrak

sosial dapat muncul tanpa adanya kesepakatan awal. Kontrak sosial dapat

membrojol akibat adanya interaksi dan proses evolusi dari kumpulan

individu yang egois.

Evolusi kontrak sosial di Indonesia sangat unik, jika dibandingkan dengan

negara-negara lain. Hal ini disebabkan heterogenitas yang tinggi dalam

bangsa Indonesia, mulai dari perbedaan historis-antropologis, linguistik,

demografis, historis-psikologi, dan sebagainya. Persatuan dan kesatuan

nasional di Indonesia penting dipandang sebagai buah dari kontrak sosial.

Proklamasi, pengesahan konstitusi, pembentukan birokrasi pemerintah

dan pengakuan internasional adalah sebuah momen implisit

terbentuknya kontrak sosial Indonesia sebagai sebuah bangsa.

Namun tentu saja, kontrak sosial akan diikuti dengan dinamika kehidupan

bernegara pada masa-masa berikutnya. Disintegrasi fisik dan disintegrasi

laten, yang telah kita bahas di atas, adalah bagian dari dinamika

kehidupan bernegara yang harus dijawab, demi keutuhan negara

Indonesia di masa mendatang. Permasalahan ini akan kita kaji dengan

mengkonstruksi model dinamik evolusi kontrak sosial di Indonesia.

1.1.7. Evolusi Kontrak Sosial Di Indonesia

Gambar 1.1.5.

Deskripsi evolusi dinamik kontrak

sosial di Indonesia: mulai dari

terbentuknya kontrak sosial hingga

perkembangan lanjut evolutifnya.

Berikut penjelasan model tersebut. Pada setiap waktu, sejumlah delegasi

dari berbagai daerah memilih sebuah opsi. Nilai ganjaran yang diperoleh

sebanding dengan banyaknya delegasi yang memiliki opsi tersebut dan

beberapa faktor terkait lainya, seperti: pembagian ekonomi. Pada saat

terjadi konvergensi opsi (delegasi memilih opsi yang sama) maka akan

terbentuk sebuah pemerintahan bersama atau dengan kata lain terjadi

kontrak sosial. Dengan adanya kontrak sosial maka akan terbentuk

pemerintahan yang bertugas menjaga keutuhan kontrak sosial, salah

satunya dengan melakukan pembagian ekonomi secara adil. Besar

pembagian ekonomi akan mempengaruhi bobot opsi dari setiap delegasi

di waktu berikutnya. Pada sebuah titik ambang tertentu, pembagian

ekonomi yang dilakukan dapat menimbulkan kekecewaan bagi sejumlah

1-1-9

Page 100: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

delegasi tertentu. Sehingga, ada peluang ia berpindah opsi. Fenomena ini

dapat menimbulkan kemungkinan runtuhnya kontrak sosial. Proses

dinamik yang ada kita modelkan dengan menggunakan algoritma

genetika, sebagaimana telah dibahas di bagian sebelumnya. Dari sini

kemudian dilakukan proses simulasi komputasional.

Simulasi terhadap konstruksi algoritma genetika yang disusun di atas

berupaya menggambarkan terciptanya kontrak sosial serta evolusi

dinamik sesudah terbentuknya kontrak sosial tersebut. Pada percobaan

pertama terdapat beberapa warna yang dipilih oleh para delegasi. Namun

di sini, kita memasukkan faktor dorongan senasib sebagai wilayah jajahan

Belanda pada masa itu. Secara cepat diperoleh situasi stabil evolusioner.

Semua delegasi akan menyepakati kontrak sosial yang dicanangkan dalam

proklamasi 17 Agustus 1945. Hal ini dapat dilihat di gambar 1.1.6. (kiri).

Gambar 1.1.6.

Hasil simulasi yang dilakukan. Faktor

senasib sebagai jajahan Belanda pada

masa itu secara cepat akan

mendorong semua delegasi untuk

menyepakati kontrak sosial berdirinya

negara Indonesia (grafik berwarna

hitam di gambar kiri). Pada percobaan

kedua (kanan) pemerintah pusat tidak

tanggap terhadap kericuhan, terlihat

bahwa delegasi yang mendukung NKRI

(hitam) kalah banyak dengan pihak

separatis (biru).

Pada percobaan ini, kita akan mencoba untuk mengambarkan bagaimana

kontrak sosial tersebut berevolusi dinamik dengan memunculkan

tantangan terhadap kontrak sosial yang telah ada. Di sini kita

menggunakan bentuk ketidakpuasan yang terkait atas pembagian

eksploitasi sumber daya alam daerah oleh birokrasi pusat, di gambar

1.1.6. (kanan) terlihat bahwa jika pemerintah pusat tidak melakukan

antisipasi apapun terhadap kericuhan ( ) yang terjadi maka

kontrak sosial akan runtuh dengan cepat. Dari sini dapat kita

interpretasikan bahwa jika birokrasi pusat tidak tanggap maka akan

terjadi separatisme atau disintegrasi fisik.

social restless

Tentu saja hal ini tidak realistis. Pemerintah pusat pasti melakukan

berbagai antisipasi dengan memberikan tambahan nilai ganjaran bagi

delegasi-delegasi dari daerah yang termarjinalkan secara ekonomi. Jika

pemerintah pusat melakukan antisipasi yang cukup besar maka kontrak

sosial akan bertahan. Jika pemerintah pusat tidak sigap maka separatisme

perlahan-lahan akan muncul. Hasil simulasi ini divisualisasikan di gambar

1.1.7.

Gambar 1.1.7.

Pemerintah pusat menangani

kericuhan sosial secara serius (kiri),

akibatnya pemerintah pusat akan

tetap dominan (grafik hitam lebih

besar dari grafik lainnya). Dalam

simulasi lainnya (kanan) ditunjukan

bahwa jika pemerintah pusat tidak

sigap maka perlahan-lahan akan

muncul separatisme. Grafik warna

hitam tidak lagi dominan

dibandingkan dengan warna biru.

1-1-10

Page 101: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari simulasi tersebut, kita ketahui bahwa upaya antisipasi pemerintah

pusat terhadap keresahan sosial yang terjadi sangat penting dalam upaya

mencegah separatisme. Eksperimen ini juga menunjukkan bahwa

antisipasi yang dilakukan haruslah tepat. Alasan ekonomi juga harus

diantisipasi secara ekonomi pula.

Selain upaya antisipasi keresahan sosial, faktor lain yang juga memiliki

peranan penting dalam menyusun persatuan bangsa adalah cakrawala

Keindonesiaan warga negara. Pada saat kelompok masyarakat memiliki

cakrawala yang sangat pendek mereka akan cenderung bersifat defektif.

Sebaliknya, pada saat kelompok masyarakat memiliki cakrawala

Keindonesiaan yang sangat panjang mereka akan cenderung bersifat

koperatif. Hal ini dapat kita lihat di gambar 1.1.8.

Gambar 1.1.8.

Hasil simulasi hibrid n-IPD dan

algoritma genetika pada saat

cakrawala agen sama dengan 1 (atas)

dan saat cakrawala agen sama dengan

8 (bawah). Terlihat bahwa semakin

panjang cakrawala agen maka jumlah

agen yang kooperatif akan meningkat.

Fenomena ini banyak kita jumpai sehari-hari. Misalnya, jika Anda tahu ke

depan harus bekerja sama dengan teman Anda, tentu saja kita akan

cenderung koperatif dengannya sekarang. Tetapi, jika kita baru saja

berkenalan dengan seseorang dan kita pikir hanya akan bertemu

dengannya sekali ini saja maka kita tidak ragu-ragu untuk defektif

kepadanya. Hal ini juga dapat menjelaskan mengapa seorang preman

lebih suka menodong orang yang tidak dikenal tapi tidak demikian halnya

kepada orang yang telah lama dikenal. Salah satu penyebabnya adalah si

preman tahu bahwa ia memiliki peluang yang besar untuk bertemu orang

tersebut keesokan harinya.

Disintegrasi fisik dan disintegrasi laten adalah tantangan bangsa

Indonesia ke depan. Untuk dapat menjawab tantangan tersebut generasi

saat ini harus mampu menjawab sejumlah teka-teki yang ditinggalkan

oleh para kita. Apakah itu nilai-nilai yang dapat mencegah

disintegrasi Indonesia, baik secara fisik maupun secara laten? Apakah itu

1.1.8. Perspektif Memandang

Indonesia Ke Depan

founding father

1-1-11

Page 102: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

kontrak sosial baru bangsa Indonesia?

Dari diskusi di atas telah ditunjukkan bahwa kontrak sosial berevolusi

secara dinamik. Kontrak sosial dapat terbentuk dan runtuh menurut

waktu. Ketidakmerataan ekonomi merupakan salah satu faktor yang

dapat mengancam keutuhan kontrak sosial bangsa Indonesia. Hal ini

menuntut antisipasi serius dari pemerintah pusat. Antisipasi ini harus

dilakukan secara tepat, ketidakpuasan ekonomi harus diselesaikan

dengan antisipasi ekonomi pula, yaitu dengan mengurangi kesenjangan

pembangunan. Upaya antisipasi serius tersebut adalah salah satu solusi

dalam menjawab tantangan disintegrasi fisik.

Namun di sisi lain, kita juga perlu mengantisipasi ancaman disintegrasi

laten. Fenomena ini terjadi secara mikro. Ada banyak individu yang secara

fisik mengakui keutuhan Indonesia, namun secara sadar maupun tidak

sadar ia turut merongrong kedaulatan Republik ini. Fenomena ini adalah

sebuah bentuk disintegrasi yang tidak kita sadari. Hal ini tentu tidak dapat

kita biarkan begitu saja.

Dari diskusi n-IPD di atas kita ketahui bahwa pada dasarnya kerja sama

dapat muncul dari interaksi individu-individu yang bersifat egois. Kerja

sama tersebut terjadi karena warga negara, yang pada dasarnya bersifat

egois, memiliki cakrawala Keindonesiaan yang sangat panjang. Selain itu,

mereka harus diberikan kesadaran bahwa di kemudian hari mereka tidak

dapat hidup secara terpisah dengan penduduk Indonesia di wilayah

lainnya. Warga Aceh harus tahu persis bahwa mereka membutuhkan

pendidikan dan sumber daya manusia profesional dari pulau Jawa,

memerlukan proteksi keuangan dari Bank Indonesia, serta membutuhkan

batu-bara dari Sumatera Selatan. Mereka harus tahu persis bahaya apa

yang mengancam jika merdeka, mulai dari ancaman perpecahan di dalam

warga Aceh sendiri, korupsi birokrasi, cengkraman perusahaan

multinasional, serta upaya eksplorasi dari negara tetangga. Demikian juga

dengan warga di Pulau Jawa. Mereka juga harus menyadari bahwa

aktivitas ekonomi yang ada di Pulau Jawa saat ini, tidak dapat kita

pisahkan dengan kontribusi daerah-daerah lainnya. Warga Aceh, Maluku,

Papua, Jawa dan wilayah-wilayah lainnya harus sadar bahwa mereka

saling membutuhkan satu sama lain, dalam menghadapi tantangan

perjuangan yang ada di depan.

Dengan kata lain, paham kebangsaan yang hanya disandarkan pada

romantika sejarah semata, harus kita tinggalkan. Dalam menghadapi

tantangan globalisasi ke depan, Bangsa

Indonesia harus mengkonstruksi sebuah

Wawasan Nusantara baru yaitu sebuah

perspektif kebangsaan yang tidak hanya

menoleh ke belakang, melainkan sebuah

paradigma yang melihat ke depan. Sejarah

berdirinya bangsa ini hanyalah sebuah

wahana refleksi, bukan satu-satunya

sumber pemersatu, apalagi dijadikan

1-1-12

Page 103: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Rujukan:

Situngkir, Hokky dan Hariadi, Yun. (2003). “Evolusi Kontrak Sosial di Indonesia :

Catatan Awal”. Working Paper WPJ2003. Bandung Fe Institute.

Situngkir, Hokky dan Hariadi, Yun. (2003). “Dinamika Evolusioner Kontrak Sosial di

Indonesia”. Working Paper WPK2003. Bandung Fe Institute.

materi praktek doktrinasi. Wawasan Nusantara baru tersebut haruslah

mampu memberikan kesadaran bahwa semua elemen bangsa ini saling

membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kesadaran

tersebut perlu kita tumbuhkan bersama-sama, guna mewujudkan cita-

cita kemerdekaan sebagai sebuah jembatan emas menuju rakyat

Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.

“Kemerdekaan Indonesia adalah jembatan emas di mana di ujungnya

kita sempurnakan tatanan kehidupan rakyat Indonesia.

(pidato Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945)

1-1-13

Page 104: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 105: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1.2. Demokrasi dan

Sistem Kendali Dinamis

Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju kesempurnaan

tatanan kehidupan rakyat Indonesia. Enam puluh dua tahun

sudah kita merdeka. Namun, upaya mencari kesempurnaan

tatanan kenegaraan harus terus kita perjuangkan guna

mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera.

Intelektual dan cendekiawan di seluruh nusantara tak henti-

hentinya membicarakan hal ini. Sepanjang tahun 2007 isu

amademen konstitusi kembali menghangat ke permukaan.

Salah satunya adalah tarik menarik kepentingan antara

Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah

mengenai perubahan pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945.

Amandemen konstitusi merupakan salah satu topik terhangat

dalam dunia perpolitikan, mulai dari zaman Montesquieu,

era , hingga masa kini. Adakah perangkat

analisis baru yang mampu berbicara di tengah problematika

tersebut? Di bagian ini, penulis menawarkan solusi

menggunakan metode kendali dinamis.

founding father

1-2-1

Page 106: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 107: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 108: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Respon sistem pemerintahan secara

umum untuk koefisien yang

berubah-ubah.

yudikatif

Respon ketika nilai , yaitu fungsi

umpan balik arbitrasi sistem, berubah-

ubah. Semakin kuat subsistem ini,

maka sistem akan semakin teredam

secara global. Sistem pemerintahan

dan keadilan dalam negara sangat

b e rga n t u n g ke p a d a ko e f i s i e n

kekuasaan yudikatif. Hal ini sesuai

dengan anasir ilmu politik kualitatif

b a h w a k e k u a s a a n y u d i k a t i f

(Mahkamah Agung) merupakan pintu

terakhir sistem pemerintahan negara.

γ

Model ini menunjukkan pentingnya “pemisahan kekuasaan” dari satu

subsistem dengan subsistem kekuasaan lain untuk mencapai

sehingga sistem berjalan sebagaimana mestinya. Model ini juga

secara jelas menunjukkan betapa sentralnya posisi hukum dan aturan main

dalam sistem ketatanegaraan. Aturan main merupakan perangkat

perundangan yang mendorong sustainabilitas dari sistem. Ketimpangan akan

salah satu subsistem memberikan ancaman peluang munculnya kekuasaan

despotik yang membahayakan model sistem secara global sebagai

representasi dari kekuasaan dan kedaulatan masyarakat secara luas.

check and

balance

Respon sistem pemerintahan secara

umum untuk koefisien yang

berubah-ubah.

eksekutif

Respon ketika = = 1 dan nilai

divariasikan. Semakin besar nilai

menunjukkan semakin tingginya

akselerasi eksekusi penerapan produk

eksekutif yang membuat sistem secara

efektif sangat teredam.

α γ β

β

Respon sistem pemerintahan secara

umum untuk koefisien yang

berubah-ubah.

legislatif

Nilai yang membesar menunjukkan

semakin "cepat"-nya pengerjaan

pembuatan produk legislasi, yang

memaksa sistem pemerintahan untuk

bekerja lebih efektif. Nilai yang kecil

pada model sistem pemerintahan

memberi respon keluaran sistem yang

sangat-teredam.

α

α

Rujukan:

Situngkir, Hokky. (2003). “Powers of the Governmental State as Feedback Control Dynamic System”. Journal of Social Complexity 1(1).

Situngkir, Hokky. (2003). “Memandang Pemerintahan Sebagai Sebuah Sistem Kompleks Yang Dinamis”. Buletin BFI Paruh Pertama 2003.

Situngkir, Hokky. (2003). "Moneyscape: A Generic Agent-Based Model of Corruption". Working Paper WPC2003. Bandung Fe Institute.

1-2-4

Page 109: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1.3. Demokrasi ala Indonesia

1.3.1. Pemilu dan Fenomena Kritis

Cara Indonesia berdemokrasi bagaimanapun berbeda dengan cara orang

di negara lain di dunia dalam berdemokrasi. Keunikan demokrasi ala

Indonesia bersumber pada kompleksitas sistem sosial, budaya, dan cara

hidup ekonomi masyarakat Indonesia yang tentunya sangat berbeda

dengan masyarakat lain, bahkan di tempat di mana konsep-konsep dasar

demokrasi dilahirkan. Sebuah mekanisme yang paling penting dalam

konsep demokrasi adalah pemilihan umum. Pemilihan umum merupakan

sebuah pesta demokrasi, sebuah perayaan kolosal atas sebuah konsep

bagaimana individu sebagai entitas masyarakat menunjukkan jati diri dan

kepentingannya dalam kehidupan sosial berbangsa dan bernegara.

Pada masa pemungutan suara dalam pemilihan umum rakyat Indonesia

berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara untuk menentukan

masa depan negeri. Reformasi dan kejatuhan rezim Soeharto pada tahun

1998 telah membawa sebuah angin segar dalam proses demokratisasi di

nusantara. Salah satu dari sekian banyak perbaikan kehidupan demokrasi

ini adalah bahwa pemilu 2004 merupakan pemilu langsung: tiap orang

mencoblos tak hanya logo partai, tapi juga orang-orang yang akan duduk

di kursi legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan

Daerah) serta kursi eksekutif (kursi presiden dan wakil presiden).

Dari sudut pandang kompleksitas sosial, timbul pertanyaan, informasi

apa yang bisa kita ekstrak dengan susunan perolehan suara yang ada?

Angka-angka perolehan suara tiap partai dan tiap calon anggota DPD

tentu menyimpan makna yang menarik untuk dibedah. Di luar analisis

statistika yang berkembang saat ini, fisika menyimpan metode mekanika

statistik yang menyimpan cara yang menarik untuk menganalisis data-

data perolehan suara; suatu metode yang sudah biasa digunakan dalam

ekonofisika.

Semua data memiliki sifat distribusi. Distribusi yang paling terkenal

adalah distribusi Gaussian, sebuah distribusi statistika yang mengandung

informasi akan rata-rata dan standar deviasi data. Semua data yang ada di

alam semesta cenderung untuk bersesuaian dengan distribusi Gaussian.

Dalam diskusi politik, wacana tentang “rasionalitas” merupakan

sebuah konsep yang sangat sering didengung-dengungkan. Apakah

pemilih di Indonesia merupakan pemilih yang tidak rasional? Ini

merupakan pertanyaan yang seringkali menggelitik sekaligus

menunjukkan keunikan yang ada di kalangan masyarakat Indonesia

dalam berdemokrasi.

1-3-1

Page 110: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Persamaan distribusi hukum pangkat

Distribusi (distribusi hukum pangkat) adalah sebuah distribusi

non-Gaussian yang dinyatakan dalam persamaan pangkat sederhana

dengan sebagai nilai konstanta tertentu. Jika sebuah kumpulan data

memiliki distribusi , maka dapat dikatakan bahwa data

tersebut tidak sensitif terhadap parameter rata-rata, atau standar deviasi.

Apa maksudnya? Berbicara soal distribusi maka kita berbicara soal nilai

pangkat dari persamaan sederhana tersebut, tidak lagi pada nilai rata-

rata dan standar deviasi dari data tersebut. Lebih jauh, susunan data tak

sensitif terhadap sebesar apa data tersebut menyebar dalam populasi,

ada kumpulan data yang kerapatannya sangat besar dan ada yang sangat

kecil, tak bergantung parameter yang tadinya kita anggap penting jika

semua populasi tersebar merata. Dengan kata lain, terdapat kesenjangan

yang sangat besar dalam populasi.

Dari beberapa bagian terdahulu dari buku ini, kita telah mengenal sifat

menarik ini. Sifat distribusi ditemukan dalam bidang fisika

yang dikenal dengan transisi fasa. Dalam eksperimen fisika, air yang ada

pada suhu 374 derajat Celsius dan tekanan tinggi akan berada pada

transisi fasa antara cair dan gas. Pada kondisi ini suhu yang berubah

sedikit saja akan menjadikan molekul-molekul air mengatur dirinya

sendiri ( ) dengan mengubah struktur molekul, massa

jenis, kompresibilitas, dan viskositas secara drastis. Pada titik ini, air

dikatakan pada kondisi transisi fasa dan persamaan matematis yang

menerangkan semua hal ini menunjukkan bagaimana variabel-

variabelnya mengikuti . Dalam perkembangan fisika, hal ini

ditunjukkan oleh fisikawan kenamaan, Per Bak, bagaimana sifat power-

law pada data statistika menunjukkan sifat pengaturan diri pada kondisi

kritikal ( ) oleh elemen-elemen penyusunnya.

Dalam ilmu-ilmu kontemporer, hal ini dikenal sebagai sistem kompleks,

yaitu sistem yang elemen penyusunnya membrojolkan ( )

karakter-karakter seperti halnya transisi fasa dan sifat

tersebut.

Menakjubkan, karena hal serupa kita temui pada distribusi data-data

hasil pemilu 2004 dan 1999. Kemungkinan sebuah kontestan pemilu

untuk memperoleh sejumlah suara sama dengan satu per pangkat

tertentu dari jumlah suara tersebut, di mana pangkatnya mendekati satu.

Hal ini sebagaimana diperlihatkan pada gambar, data ternormalisasi per

propinsi dari perolehan suara tiap partai politik menunjukkan karakter

dengan angka pangkat yang mendekati satu, yaitu 1.632 untuk

tahun 1999 dan 1.41 untuk tahun 2004. Semakin pangkat -nya

mendekati satu maka semakin kentara kondisi kritikalnya. Secara intuitif,

dapat dikatakan bahwa memang pemilu merupakan sebuah ajang kritikal

di mana masyarakat menentukan hendak kemana negara kita dalam lima

tahun ke depan.

Namun hal yang menarik lagi, adalah bahwa distribusi hasil perolehan

suara partai politik yang ada ternyata memiliki karakter yang

mirip satu sama lain untuk pemilu 1999 dan 2004. Hal ini tentu

power-law

power-law

power-law

self-organization

power-law

self-organized criticality

emerging

power-law

power-law

power-law

power-law

α

1-3-2

Page 111: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

menunjukkan setidaknya dua hal dalam diskusi tentang sistem politik

yang kompleks, yaitu pertama, terdapat pola yang sama dan hampir

persisten dari kedua distribusi tersebut yang menunjukkan bahwa animo

dan pandangan interpretatif masyarakat terhadap keberadaan partai

politik tersebut sama untuk tahun 1999 dan 2004. Hal ini sebenarnya

cukup memberikan tanda tanya karena terjadi perubahan yang sangat

besar dalam aturan pemilu 2004 relatif terhadap 1999, dengan bentuk

pemilihan langsung– langsung memilih calon wakil rakyatnya. Ikhwal

distributif yang dekat ini dapat diartikan samanya pemahaman rakyat

akan pemilu yang tidak langsung dan langsung, sebagaimana dipahami

bahwa sifat kritikal yang ditunjukkan oleh tidak bergantung

pada dimensi waktu atau jarak ( ), karena tidak sensitifnya

ia pada besaran rata-rata dan standar deviasi. Kedua, distribusi pemilu

tersebut telah menunjukkan bahwa memang kedua pemilu tersebut

memberikan kondisi yang kritikal bagi masyarakat untuk menentukan

pilihan politik. Dengan kata lain, secara makro dapat dikatakan bahwa

pemilu 1999 dan 2004 memang cukup demokratis. Jadi, meskipun

pemahaman rakyat atas partai politik yang dipilihnya dalam pemilu tidak

terlihat begitu jauh berbeda, namun sifat pada kedua

pemilihan tersebut telah menunjukkan bahwa keduanya memiliki sifat

kritikal dalam pemilu, sebuah hal penting dalam pesta demokrasi.

Sifat kritikal ini justru kelihatan lebih kental pada analisis yang sama untuk

perolehan suara calon anggota DPD. Pada gambar ditunjukkan bahwa

sifat pada distribusi perolehan suara calon anggota DPD

dengan nilai satu. Sebuah pola pengaturan diri pada kondisi kritikal yang

menunjukkan sifat demokratisnya.

Pendekatan yang ditampilkan oleh mekanika statistik ini tentu sangat

menarik karena kita tidak melihat siapa dan partai apa yang

memenangkan pemilu untuk memberikan justifikasi seberapa

power-law

scale-invariant

power-law

power-law fit

Gambar 1.3.1.

Sifat dalam hasil pemilihan

Dewan Perwakilan Daerah 2004.

power-law

Gambar 1.3.2.

Sifat dalam hasil pemilu

1999 (kiri) dan pemilu 2004 (kanan).

power-law

1-3-3

Page 112: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

demokratis sebuah pemilihan yang melibatkan banyak kandidat atau

kontestan. Itu sebabnya kita tidak bisa menggunakan analisis yang persis

sama untuk pemilihan pada masa Orde Baru yang hanya melibatkan tiga

partai politik. Suatu pelajaran yang penting yang dapat kita tarik adalah

bahwa pemilu 1999 dan 2004 telah dapat dikatakan demokratis dalam

pengertian memang memberikan kondisi kritikal bagi pemilih, meski

perlu diingat juga dan menjadi tugas seluruh masyarakat untuk menjaga

sistem demokrasi ini agar senantiasa tetap berevolusi dalam pengaturan

diri sendiri menuju titik-titik kritikalnya ( ).self-organized criticality

1.3.2. Partai Politik Di Indonesia

Salah satu problem dalam ilmu sosial, termasuk studi politik, adalah

bagaimana cara mengekstrak sejumlah data agar didapatkan taksonomi

hirarkis dari data-data tersebut. Di sini fisika menawarkan penggunaan

konsep korelasi dan jarak ultrametrik.

Korelasi dua buah dataditranformasi menjadi jarakdi ruang Euclidean. RuangEuclidean tersebut kemudiandiekstrak menjadi ruangultrametrik, yaitu ruangdimana seluruh jarak didalamnya adalah ultrametrik.Ruang baru tersebut dibuatmenggunakan

(MST). MSTadalah sebuah pohon denganjumlah jarak antar nodeminimum.

Minimum

Spanning Tree

Konsep Dasar Ultrametrik

Korelasi Data

Ruang EuclideanJarak

MST(Ruang Ultrametrik)

PropertiRuang Euclidean

Ruang UltrametrikProperti (Tambahan)

HASIL

DATA

1-3-4

Page 113: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Struktur MST Pemilu 1999

Sebaran jarak Euclidean

antara partai politik 1999 dan 2004.

Jika perolehan suara tiap partai politik

di tiap kabupaten di Indonesia kita

kalkulasi korelasi silangnya, maka

dengan transformasi jarak kita dapat

memvisualisasikan kedekatan profil

pemilih satu partai relatif dengan

partai lain per wilayah kabupaten.

Dua partai yang terhubung pada MST

m e n u n j u k a n b a h w a k e d u a n y a

cenderung bersaing atau memiliki

segmentasi pemilih yang hampir sama.

Dari struktur MST di atas terlihat adanya

pengelompokan partai berdasarkan

yang sama, misalnya partai

berbasis agama, atau kubu nasionalis, baik

pada Pemilu 1999 maupun Pemilu 2004.

platform

Struktur MST Pemilu 2004

Page 114: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

KEKUATAN

TRADISIONAL

ISLAM

MODERNISLAINNYA

NASIONALIS

INDONESIA

PEMILU1999

PPP

PAN

PBB

PCD

KAMI

PID

PPII MASYUMI

MASYUMI BARU

PUMI

PP

PUI

PIB

PSI-1905

PSII

PK

PAY

SUKARNOIS

PKP

IPKI

P. MURBA

PDI

PKB

PPNU

SUNI INDONESIA

PKU

GOLKAR

PRD

PUDI

KRISNA

PPI

PARI

PDR

P. MKGR

PNBI

PNBI

PKD

SPSI

PILAR

PDKB

PBN

P. REPUBLIK

PKM

PSPPNI-MM

PNI

PNI-FM

PND

PDIP

Studi antropologi politik, yang dilakukan oleh Clifford Geertz dan Herbert Feith, membagi beberapa

kategorisasi ideologi utama yang berpartisipasi dalam jagad perpolitikan nasional. Kategori tersebut antara

lain: nasionalis, Islam modernis, kekuatan tradisional dan kelompok lainnya (yang tidak dapat dikelompokan

dalam tiga kategori sebelumnya). Pada sub bab ini, berbekal metode ultrametrik, kita mengelompokan

partai politik yang bertarung dalam Pemilu 1999 dan 2004 berdasarkan empat kategori tersebut.

Page 115: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

P. PELOPOR

PNI-MARHAEN

PNBK

PDIP

Rasionalitas Politik di Indonesia bersandar pada “arus” politik di manaia hidup dalam sistem sosial. Perhatikan satu partai besar

mendominasi aliran politik yang ada, kecuali di aliran Islam Modernis.

SUKARNOIS

PKPB

PPDI

PKPI

PPP

PAN

PBB

PBR

PKS

NASIONALIS

INDONESIA

ISLAM

MODERNIS

PEMILU2004

KEKUATAN

TRADISIONAL

LAINNYA

PKB

PPNU

GOLKAR

PD

PBI

PPIB

P. MERDEKA

PBSD

PDS

PPDK

PSI

PPD

Page 116: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1.3.3. Demokrasi Indonesia Di Tepian Chaos

Apakah pemilih Indonesia tidak rasional dalam memilih? Manakah yang

lebih demokratis, Pemilu 1999 atau Pemilu 2004? Untuk menjawab

pertanyaan tersebut dibangunlah sebuah model simulasi komputasional

menggunakan otomata selular.

Jenis-jenis pertetanggaan yang digunakan dalam proses simulasi,

berturut-turut dari kiri ke kanan: Von Neumann, Moore,

Moore (4- ), Moore (12- ) . sebuah sel

tertentu (warna merah) di- berdasarkan sel-sel di

sekitarnya

extended

added extended added State

update state

(warna kuning). Model ini digunakan karena karakteristik

pemilih di Indonesia yang sangat dipengaruhi pilihan orang-orang yang

ada di sekitarnya.

Kondisi inisial simulasi di mana data berdistribusi seragam ( )

menjadi input yang mensimulasikan sistem politik dengan 20 buah

partai. Dari gambar ini terlihat adanya pengelompokan pilihan partai

politik agen. Agen-agen yang bertetangga cenderung memilih partai

politik yang sama.

uniformSelanjutnya dilakukan

simulasi menggunakan

perangkat komputasi.

Agen-agen pemilih dimodelkan dalam

sebuah dunia politik virtual yang

berbentuk torus untuk menjamin

k o n s i s t e n s i m o d e l s i s t e m

pertetanggaan agen.

1-3-8

Page 117: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Pemilu 1955 dengan pertetanggaan von Neumann dan Moore. Pemilu

1999 dengan pertetanggaan Moore. Pemilu 2004 dengan

pertetanggaan 2-agen (jumlah tetangga dalam pertetanggaan von

Neumann dikurangi 2 buah).

Semakin kecil pertetanggaan artinya tekanan lingkungan terhadap

pemilih semakin kecil, atau dengan kata lain Pemilu makin demokratis.

Dari sini terlihat bahwa Pemilu 1955 lebih demokratis dari Pemilu 1999.

Sementara itu, Pemilu 2004 lebih demokratis dari Pemilu 1955.

fit

fit extended

Apakah pemilih Indonesia tidak rasional dalam memilih?

Rasionalitas seorang pemilih tak mungkin bisa diseragamkan dalam pilihan-

pilihannya yang terkorespondensi langsung dengan persepsi politiknya atas

sejumlah latar belakang tertentu. Rasionalitas politik adalah bentuk konstruksi

sosial yang membrojol. Hal inilah yang disebut sebagai rasionalitas terbatas. Seorang

individu dalam sistem sosial memilih secara rasional namun sebatas pada apa yang

ia lihat, rasakan, dalam lingkungan sosialnya yang terbatas. Inilah demokrasi ala

Indonesia.

Selanjutnya, dicari jenis pertetanggaan yang paling

sesuai dengan karakteristik data empiris.

Ranking partai politik dari

masing-masing ronde setelah

200 iterasi simulasi di sebuah

dunia artifisial yang terdiri atas

10.000 agen (100x100). Hasil

s imulas i yang dipero leh

ternyata berkesesuaian dengan

karakteristik data empiris

perolehan suara partai politik

di Indonesia pada Pemilu 1999

dan 2004.

Rujukan:

Situngkir, Hokky dan Surya, Yohanes. (2004). “The Political Robustness in

Indonesia”. Working Paper WPM2004. Bandung Fe Institute.

Situngkir, Hokky dan Surya, Yohanes. (2004). “Democracy: Order Out of Chaos”.

Working Paper WPQ2004. Bandung Fe Institute.

Situngkir, Hokky dan Surya, Yohanes. (2004). “Power-Law Signature in Indonesian

Legislative Election 1999-2004”. Working Paper WPK2004. Bandung Fe Institute.

Situasi politik berdasarkan ranking partai, saat

totaliterian (garis putus-putus) dan kondisi

anarki (garis solid). Terlihat bahwa pada

dasarnya demokrasi adalah sebuah rezim

diantara kondisi (totalitarian) dan

(kondisi anarki), atau wilayah di tepi

chaos.

order

disorder

Pemilu 1999

Pemilu 2004

Pemilu 1955

1-3-9

Page 118: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1.4. Representasi

Politik di Indonesia

1.4.1. K di DPReterwakilan Masyarakat

Masyarakat kita sungguh berbeda-beda elemen penyusunnya, mulai dari

agama, suku, golongan, pemikiran, dan aspirasi politik. Tetapi, aspirasi

politik justru seringkali berbicara hanya di seputar statistik dan angka-

angka. Bagaimanakah keterwakilan masyarakat Indonesia di lembaga

perwakilannya, yakni DPR?

1-4-1

Page 119: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Peta di bawah menunjukkan

keterwakilan relatif masyarakat

Indonesia dari berbagai wilayah yang

duduk di DPR, sebagai hasil

pemilihan umum 2004 lalu. Terlihat

proporsionalitas antara beberapa

daerah dengan jumlah penduduk.

Namun,

pulau terbesar di dunia,

menjadi terlihat "langsing". Kondisi

ini terjadi karena penduduknya

sedikit, meski selalu diupayakan ada

distribusi populasi antara daerah di

Pulau Jawa dan luar jawa. Ada

segudang perdebatan mengenai

persoalan tersebut. Kartogram tentu

bukan untuk menjawab perdebatan

tersebut.

Kalimantan, sebagai salah

satu

1-4-2

Page 120: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1.4.2. Perolehan Suara Partai di Pemilu 2004

NAD

SUMUT

RIAUSUMBAR

JAMBI

SUMSEL

LAMPUNG

BABEL

KEPRI

JABAR

JATENG

DIY

JATIM BALI

NTB

NTT

KALBARKALTIM

KALSELKALTENG

SULSEL

SULTENG

GORONTALO

SULUT

SULTRA

MALUKU

MALUT

PAPUADKI

BANTEN

BENGKULU

NAD

SUMUT

RIAU

SUMBARJAMBI

SUMSEL

LAMPUNG

BABEL

KEPRI

JABAR JATENG

DIY JATIMBALI

NTBNTT

KALBARKALTIM

KALSEL

KALTENG

SULSEL

SULTENG

GORONTALO

SULUT

SULTRA

MALUKU

MALUT

PAPUA

DKIBANTEN

BENGKULU

NAD

NAD

NAD

NAD

NADNAD

NAD

NAD

NAD

NAD

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUTSUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

RIAU

RIAU

RIAU

RIAU

RIAURIAU

RIAU

RIAU

RIAU

RIAU

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBARSUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBIJAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSELSUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNGLAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

BABEL

BABEL

BABEL

BABEL

BABELBABEL

BABEL

BABEL

BABEL

BABEL

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRIKEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

JABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JABARJABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JATENG

JATENG

JATENG

JATENG

JATENGJATENG

JATENG

JATENG

JATENG

JATENG

DIY

DIY

DIY

DIY

DIYDIY

DIY

DIY

DIY

DIY

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

BALI

BALI

BALI

BALI

BALIBALI

BALI

BALI

BALI

BALI

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTT

NTT

NTT

NTT

NTTNTT

NTT

NTT

NTT

NTT

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBARKALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIMKALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSELKALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENGKALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSELSULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENGSULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALOGORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

SULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULUTSULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRASULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKUMALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUT

MALUT

MALUT

MALUT

MALUTMALUT

MALUT

MALUT

MALUT

MALUT

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUAPAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

DKI

DKI

DKI

DKI

DKIDKI

DKI

DKI

DKI

DKI

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTENBANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULUBENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

1-4-3

Page 121: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

SUMUT

RIAU

RIAU

RIAU

RIAU

RIAU

RIAU

RIAU

RIAU

RIAU

RIAU

RIAU

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

SUMBAR

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

JAMBI

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

SUMSEL

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

LAMPUNG

BABEL

BABEL

BABEL

BABEL

BABEL

BABEL

BABEL

BABEL

BABEL

BABEL

BABEL

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

KEPRI

JABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JABAR

JATENG

JATENG

JATENG

JATENG

JATENG

JATENG

JATENG

JATENG

JATENG

JATENG

JATENG

DIY

DIY

DIY

DIY

DIY

DIY

DIY

DIY

DIY

DIY

DIY

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

JATIM

BALI

BALI

BALI

BALI

BALI

BALI

BALI

BALI

BALI

BALI

BALI

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTB

NTT

NTT

NTT

NTT

NTT

NTT

NTT

NTT

NTT

NTT

NTT

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALBAR

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALTIM

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALSEL

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

KALTENG

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULSEL

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

SULTENG

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

GORONTALO

SULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULUT

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

SULTRA

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUKU

MALUT

MALUT

MALUT

MALUT

MALUT

MALUT

MALUT

MALUT

MALUT

MALUT

MALUT

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

PAPUA

DKI

DKI

DKI

DKI

DKI

DKI

DKI

DKI

DKI

DKI

DKI

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BANTEN

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

NAD

SUMUT

RIAU

SUMBAR JAMBI

SUMSEL

LAMPUNG

BABEL

KEPRI

JABARJATENG

DIY

JATIMBALI NTB NTT

KALBARKALTIM

KALSEL

KALTENG

SULSEL

SULTENG

GORONTALO

SULUT

SULTRA MALUKU

MALUT

PAPUADKIBANTEN

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

Dari gambar-gambar ini, terlihat adanya pengelompokan perolehan

suara, misalnya PKB di Jawa Timur, PKS di Jawa Barat, dan seterusnya.

1-4-4

Page 122: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

NAD

SUMUT

RIAU

SUMBARJAMBI

SUMSEL

LAMPUNG

BABEL

KEPRI

JABARJATENG

DIY

KALBAR

DKI

BANTEN

BENGKULU

1-4-5

1.4.3. Kartogram Perolehan Suara Dua Partai Besar Hasil Pemilu 2004

Inilah dua partai terbesar pada

Pemilu tahun 2004 lalu. Dari

visualisasi ini, terlihat partai

mana, dari keduanya, yang

lebih dipilih masyarakat. Luas

area pada kartogram kita

menunjukkan bahwa semakin

luas daerah tersebut maka

semakin besar populasinya.

Sementara itu, warnanya

merujuk pada dominasi partai

tertentu. Wilayah-wilayah

pemilihan di Pulau Jawa jelas

menjadi kunci utama. Namun,

tentunya masih banyak hal lain

yang perlu dicermati dalam

memenangkan pemi l ihan

umum, khususnya di negara

yang unik seperti Indonesia.

Rujukan:

Situngkir, Hokky. (2007). “Peluang Untuk Studi Katografi Politik Indonesia, RepresentasiSpasial Sistem Sosial Kompleks”. Working Paper WPP2007 Bandung Fe Institute..

Page 123: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

JATIM

KALTENG

KALTIM

KALSEL

BALINTB NTT

MALUKU

MALUT

PAPUA

SULSEL

SULTENG

GORONTALO

SULUT

SULTRA

1-4-6

Page 124: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Data yang banyak, rumit dan

saling terhubung satu sama lain

s e r i n g ka l i m e n i m b u l ka n

kebingungan dan kesulitan

dalam proses analisisnya.

Khususnya data yang terkait

dengan ruang spasial seperti

peta. Untuk itu diperlukan

u p aya t ra n fo r m a s i d ata

menjadi sebuah representasi

sederhana agar dapat dipahami

oleh banyak kalangan secara

luas. Salah satu metode yang

dapat digunakan adalah teknik

kartografi.

Kartogram dapat dibangun dengan menggunakan

beberapa konsep sederhana fisika elementer tentang

difusi gas. Bayangkan Wisnu sedang meniup sebuah

balon jingga yang ditempelkan sebuah plaster merah

di atasnya. Dengan meminjam konsep difusi gas kita

akan dapat mengetahui posisi plaster merah tersebut

setelah Wisnu meniupkan 3 liter udara.

Mengapa Perlu Kartogram?

Prinsip Dasar Kartogram

Sebuah balon merepresentasikan sebuah wilayah spasial tertentu,

misalnya balon ungu sebagai Riau, balon merah sebagai Jambi dan

seterusnya. Masing-masing balon menempel satu sama lain. Plaster

yang menempel di masing-masing balon merepresentasikan batas

wilayah setiap provinsi. kemudian meniup masing-masing balon

sesuai dengan proporsi data tertentu yang hendak representasikan,

misalnya jumlah kursi DRI-RI setiap propinsi. Dengan menghubungkan

setiap plaster dengan sebuah garis, akhirnya akan mendapatkan

kartogram . Kartogram telah sangat

luas digunakan mulai dari tujuan penjualan produk skala besar, analisis

politik, analisis cuaca dan iklim, hingga keperluan intelijen, militer,

petahanan dan keamanan.

Wisnu

Wisnu

jumlah kursi DRI-RI setiap propinsi

Kartografi merupakan studi pembuatan peta, yang secara historis

adalah upaya menggambarkan wajah geografis muka bumi. Saat ini,

peta sudah tak hanya digunakan untuk keperluan navigasi atau tujuan-

tujuan penelaahan geoposisi semata. Peta telah digunakan untuk

berbagai keperluan yang salah satunya adalah untuk

merepresentasikan data secara visual bahkan dapat pula berguna

untuk upaya mencari informasi dan pola spasial.

Page 125: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1.5. Mencari Sistem Pemilu

Yang Adil

1.5.1. Ketidakproporsionalan Suara dan Kursi

Hasil perolehan suara partai politik dan jumlah kursi DPR-RI yang

didapatkan pada Pemilu 2004 mengundang banyak pertanyaan.

Walaupun Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memiliki suara elektoral

sebesar 11.9 juta suara sedangkan Partai Amanat Nasional (PAN) hanya

memperoleh 7.3 juta, mereka mendapatkan jumlah kursi DPR-RI yang

sama, yaitu 52 buah. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai

Demokrat suara elektoralnya lebih kecil daripada PKB, selisih 2.7-3.5 juta

suara. Namun, mereka mendapat kursi yang lebih banyak. PPP

mendaparkan 58 kursi. Sementara itu, Partai Demokrat memperoleh 57

kursi. Contoh lain adalah Partai Damai Sejahtera (PDS) dan Partai Karya

Peduli Bangsa (PKPB). PKPB dengan 2.4 juta suara hanya memperoleh 2

kursi. Sementara itu, PDS dengan jumlah suara yang relatif sama bisa

meraup mendapatkan 12 kursi.

Mengapa hal ini dapat terjadi? Apa yang dapat kita lakukan untuk

mengurangi ketidakproporsionalan ini? Bagaimanakah cara membuat

sistem Pemilu yang adil bagi semua partai?

Pasca Soeharto, pemilihan umum pertama diselenggarakan tahun 1999.

Dalam Pemilu tersebut digunakan sistem pemilihan

. Ini merupakan sebuah sistem yang unik. 27

Provinsi yang ada dipandang sebagai daerah pemilihan (Dapil). Kursi

didistribusikan secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk.

Jumlah kursi di setiap Provinsi berkisar antara 4-82 kursi. Partai politik

menyusun daftar kandididat dan pemilih memilih partai politik. Jumlah

kursi yang dimenangkan oleh masing-masing partai di setiap provinsi

dihitung dengan menggunakan prinsip .

Perhitungan kursi dilakukan dengan menggunakan

dan kuota Hare. Sisa suara partai yang tidak mencapai satu kursi

proportional system

with district characteristics

proportional representation

largest remainder

method

Gambar 1.5.1.

Peta Dapil Jawa Timur pada Pemilu

legislatif 2004.

1-5-1

Page 126: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

dirangking. Sisa kursi, yang belum terbagi, kemudian dibagi satu persatu

mulai dari partai yang memiliki rangking terkecil (sisa suara terbanyak).

Pasca 1999, muncul sejumlah kritik terhadap sistem pemilihan yang ada.

Sejumlah kalangan akademisi dan media massa memandang sistem

tersebut dapat menyebabkan terjadinya keterputusan hubungan anggota

parlemen yang terpilih dengan konstituennya. Sejumlah solusi alternatif

diusulkan. Akhirnya diputuskan bahwa ukuran Dapil yang ada harus

diperkecil. Provinsi, khususnya yang memiliki tingkat populasi yang relatif

besar, dapat memiliki lebih dari satu Dapil. Jawa Timur misalnya, memiliki

10 buah Dapil pada Pemilu legislatif 2004, sebagaimana dapat kita lihat di

gambar 1.5.1. Dalam Pemilu ini, perhitungan kursi tetap dilakukan dengan

dan kuota Hare.

Ukuran Dapil yang lebih kecil tersebut mengakibatkan adanya potensi

suara hilang yang sangat besar. Sebuah partai politik tertentu bisa jadi

mampu mendapatkan 2 buah kursi DPR-RI jika hanya ada satu buah Dapil

di provinsi tersebut. Namun, jika ada banyak Dapil dalam provinsi

tersebut, bisa jadi ia tidak mendapatkan apa-apa. Dari sini nampak,

penggunaan metode dan kuota Hare dengan

ukuran Dapil yang kecil memungkinkan banyak suara yang tidak dihitung

(dalam menentukan jumlah kursi DPR-RI yang diperoleh sebuah partai

politik tertentu). Fenomena inilah yang terjadi pada PKB dan PKPB.

Lalu bagaimana solusinya? Apakah kita harus mengganti metode

dan kuota Hare. Tentu saja ini tidak sepenuhnya

bijaksana, karena pada dasarnya dua metode ini secara lokal (di sebuah

Dapil tertentu) adalah teknik perhitungan yang adil. Kemudian, apakah

kita harus memperbesar ukuran Dapil, seperti Pemilu 1999? Hal ini pun

tidak menjawab, karena jika dilakukan maka kita akan mengabaikan

aspirasi publik yang berupaya mencegah terjadinya keterputusan

hubungan anggota parlemen yang terpilih dengan konstituennya.

Jadi, apa yang dapat kita lakukan?

Untuk dapat menyelesaikan sebuah permasalahan, terlebih dahulu

mengenal pola-pola apa saja yang muncul di dalam objek tersebut.

Dari data Dapil yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terlihat

adanya 2 pola yang konsisten di seluruh Indonesia, yaitu:

• Tidak ada satupun kabupaten atau kota (satu tingkat di bawah

Provinsi) yang terpartisi atas beberapa Dapil. Sebuah kabupaten

atau kota selalu terhubung dengan satu buah Dapil.

• Sebuah Dapil selalu terdiri atas satu atau beberapa kabupaten atau

kota yang berbatasan langsung.

Dari pola-pola tersebut, kita membangun teknik optimasi

menggunakan pendekan yang berkembang di kajian komputasi geometri.

largest remainder method

largest remainder method

largest

remainder method

1.5.2. Metodologi

kita

harus

hanya

kemudian

1-5-2

Page 127: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Awalnya, peta geografis yang ada ditransformasikan menjadi sebuah set

node dan tepi. Node merepresentasikan sebuah kabupaten atau kota.

Tepi merepresentasikan pertetanggaan. Jika dua buah node, misalnya

Kota Bandung dan Kabupaten Bandung bertetangga, maka akan ada

sebuah tepi yang menghubungkan keduanya.

Sebuah Dapil harus terdiri atas satu atau beberapa kabupaten atau kota

yang bertetangga. Jumlah kursi yang ada dalam sebuah Dapil bersifat

terbatas. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu legislatif

menyebutkan bahwa jumlah total kursi dalam sebuah Dapil harus berada

pada rentang 3 sampai dengan 12. Untuk itu maka, dalam model ini,

jumlah total kursi yang ada di Dapil atau disebut ( ) harus lebih besar

atau sama dengan dan lebih kecil atau sama dengan . Namun,

dalam model ini, parameter dan bersifat fleksibel. Hal ini

penting untuk mengetahui apa yang akan terjadi di depan jika seandainya

terjadi perubahan sistem pemilihan. Sepanjang tahun 2007 DPR terus

bekerja untuk merumuskan Undang-Undang Pemilu yang baru. Dari pola-

pola tersebut, kita membuat sebuah algoritma pencari kombinasi Dapil

yang mungkin. Digunakan prosedur pencarian pohon Cayley. Algoritma

ini diuji dengan diagram Voronoi, sebagaimana ditunjukkan di gambar

1.5.2.

i D i

k kmin max

k kmin max

Gambar 1.5.2.

Ilustrasi Dapil dalam diagram Voronoi.

Batasan Ukuran Dapil

1.5.3. Simulasi

Dari perangkat analisis tersebut kita dapat mencari solusi masalah

ketidakproporsionalan perolehan suara dengan jumlah kursi. Studi kasus

dilakukan di Jawa Timur, sebagai salah satu provinsi terbesar di Indonesia

yang memiliki jumlah kabupaten dan kota yang terbanyak. Pada mulanya,

kita mentransformasikan peta Jawa Timur (gambar 1.5.1.) ke dalam

sebuah set node dan tepi, seperti terlihat pada gambar 1.5.3.

1-5-3

Page 128: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Proses simulasi dilakukan dengan memvariasikan nilai .

Pada gambar 1.5.4. terlihat bahwa ada banyak variasi jumlah konfigurasi

yang ditemukan akibat perbedaan parameter dan .

k kmin maxdan

k kmin max

Gambar 1.5.3.

Keterhubungan kabupaten dan kota di

Provinsi Jawa Timur, dimana node

merepresentasikan kabupaten atau

kota dan tepi menujukkan hubungan.

Gambar 1.5.4.

Jumlah konfigurasi yang ditemukan

pada kombinasi parameter dan

tertentu. Proses simulasi

dilakukan sebanyak 5000 iterasi.

k

k

min

max

Dari sini, kita menghitung jumlah kursi yang akan di peroleh masing-

masing partai politik pada sebuah konfigurasi tertentu. Hasil yang

diperoleh dapat dilihat di gambar 1.5.5.

1-5-4

Page 129: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah dua

pemenang utama dalam pemilu legislatif 2004. Dari hasil di atas dapat

diketahui bahwa bagi dua partai tersebut, ukuran Dapil tidak terlalu

berpengaruh terhadap jumlah kursi yang didapatkan di Jawa Timur.

Namun tiga partai lainnya, yaitu Partai Demokrat, PAN, dan Partai

Keadilan Sejahtera akan mendapatkan kursi yang lebih banyak jika ukuran

Dapil diperbesar. Fenomena menarik lainnya dapat kita temukan di

gambar 1.5.6. Di sini tidak hanya dapat diamati rata-rata jumlah kursi yang

diperoleh oleh masing-masing partai, melainkan juga nilai maksimum dan

minimum. PKB misalnya, rata-rata mendapatkan 30 kursi pada nilai

=1 dan =16. Pada sebuah konfigurasi Dapil tertentu, di

parameter tersebut, PKB bisa mendapatkan 35 buah kursi. Namun, pada

konfigurasi yang lain, ia bisa hanya mendapatkan 25 kursi DPR-RI.

k kmin max

Gambar 1.5.5.

Rata-rata kursi yang didapatkan oleh 5

partai politik berdasarkan data

perolehan suara di Pemilu legislatif

2004. Hasil ini dihitung dari

konfigurasi yang ditemukan selama

proses simulasi.

Gambar 1.5.6.

Rata-rata, nilai maksimum dan nilai

minimum perolehan kursi PPP dan

PKB.

1-5-5

Page 130: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 1.5.7.

Diagram Voronoi Indonesia

berdasarkan teknik kartogram pada

data jumlah penduduk per

kabupaten/kota tahun 2007.

1.5.4. Mencari Konfigurasi Yang Adil

Dari diskusi di atas, secara kuantitif dapat ditunjukkan bahwa setidaknya

ada dua faktor yang mempengaruhi hubungan perolehan suara dan

jumlah kursi yang diperoleh partai politik. Pertama, adalah parameter

dan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pemilu. Nilai ini

akan sangat berpengaruh dalam upaya mewujudkan Pemilu yang adil bagi

semua partai. Yang kedua adalah konfigurasi Dapil yang dipilih.

Konfigurasi Dapil akan berdampak besar bagi hasil Pemilu. Pada

parameter yang sama misalnya, di Jawa Timur, PKB bisa

kehilangan 10 kursi DPR-RI (dari potensi maksimumnya) akibat adanya

perbedaan konfigurasi Dapil. Unsur "nasib-nasiban" tentu saja sedapat

mungkin harus kita minimalisir.

Upaya perbaikan melalui penentuan parameter bersifat

terbatas. Dalam membuat Undang-Undang, DPR harus memperhatikan

k kmin max

k k

k k

min max

min max

dan

dan

1-5-6

Page 131: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

berbagai macam aspirasi yang muncul, misalnya tuntutan publik yang

berupaya mencegah terjadinya keterputusan hubungan anggota DPR

dengan konstituennya dengan cara memperkecil ukuran Dapil.

Keterbatasan ini dapat kita atasi dengan mencari konfigurasi Dapil yang

adil bagi semua partai politik.

Konfigurasi Dapil yang adil dapat dicari dengan pengembangan aplikasi

komputasional yang dibuat di bagian sebelumnya. Ilustrasi hasil

pengembangan dapat dilihat di gambar 1.5.7. Ilustrasi tersebut dibangun

dengan menggunakan faktor jumlah penduduk semata. Namun, isu-isu

lain, seperti: tingkat kekayaan, keseimbangan jawa dan luar jawa, jumlah

kursi minimum propinsi, dengan mudah dapat diakomomodasi oleh

model ini karena sifatnya yang sangat fleksibel. Dari sini, konfigurasi Dapil

yang adil bagi seluruh partai politik dengan mudah akan didapatkan, yaitu

dengan mengkonstruksi sebuah algoritma pencarian senderhana.

Rujukan:

Situngkir, Hokky. dan Dahlan, Rolan. M. (2007)."Trees of Electoral District in Indonesian Legislative Election: Empirical Case of

Assortments in 2004 General Election". Working Paper WPF07. Bandung Fe Institute.

1-5-7

Page 132: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 133: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1.6. Wawasan Nusantara dalam

Perspektif yang DinamisWawasan Nusantara merupakan cara pandang spesifik orang Indonesia

terhadap dirinya sendiri sebagai sebuah kesatuan yang utuh dan tak

dapat dipisah-pisahkan dalam perspektif geografisnya dari Sabang hingga

Merauke, di apitan dua samudera dan dua benua. Tanpa wawasan

Nusantara, bentuk geografis Indonesia yang kepulauan bisa jadi

merupakan sebuah halangan kesatuan bangsa. Belum lagi dalam melihat

berbagai perbedaan suku, agama, dari budaya yang tumbuh di daerah-

daerah di kepulauan Nusantara. Namun, Deklarasi Juanda pada tanggal

13 Desember 1957 telah mengubah konsepsi tersebut secara geopolitika.

Laut yang “memisahkan” pulau-pulau di Nusantara bukanlah sebuah

halangan, melainkan pemersatu. Perbedaan suku, agama, dan adat-

istiadat yang ada di Indonesia bukanlah “pembeda” melainkan sebuah

aspek yang justru menunjukkan “kesatuan” yang makin erat di tengah ke-

bhineka-an yang ada. Konsep kesatuan geopolitik tersebut telah

menjadikan Wawasan Nusantara menjadi cara pandang yang

menunjukkan kesatuan Indonesia dalam berbagai aspek, yakni kesatuan

wilayah, kesatuan bangsa, kesatuan budaya, kesatuan ekonomi, dan

kesatuan pertahanan dan keamanan. Konsepsi kesatuan ini merupakan

hal yang sangat krusial dan penting ketika kita berbicara tentang

ketahanan nasional. Sejarah menunjukkan bahwa kesatuan merupakan

aspek yang penting dalam sejarah revolusi fisik dan jalur historis

proklamasi kemerdekaan Indonesia. Aspek ini merupakan inspirasi utama

dalam mengisi dan mengembangkan diri masyarakat Indonesia dalam

wahana kemerdekaannya.

Dinamika kehidupan sosial kemasyarakatan dalam era globalisasi telah

meredefinisi apa yang dikenal sebagai ketahanan nasional. Ketahanan

nasional hanya melulu berbicara soal pertempuran fisik, dan kedaulatan

sebuah negeri. Semestinya, ia tidak lagi didefinisikan secara geografis.

Konsep geopolitik juga harus memperhatikan aspek-aspek lain, seperti:

pertumbuhan kepemudaan nasional yang dipenuhi berbagai

kemajuan teknologi informasi yang berkembang dengan sangat cepat,

arus orang dan barang yang bergerak cepat dari satu negara ke negara lain

dengan segala kemajuan teknologi transportasi, pergerakan harga saham

dan mata uang yang bertaut-tautan antarnegara termasuk harga-harga

komoditas yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Tatanan ini perlu diatur

dalam perspektif kenusantaraan. Kita juga harus memperhatikan

berbagai sendi-sendi dan ancaman terhadap kedaulatan negara, seperti:

persebaran penyakit (epidemiologi), teror dan ketegangan perilaku

masyarakat (behaviorisme masyarakat), adanya sekelompok orang

dengan kekuatan ekonomi yang sangat besar dan mampu meringsek ke

dalam pasar modal maupun pasar ritel bahkan pasar tenaga kerja, dan

sebagainya. Dalam beberapa sisi, hal ini terkadang menjadi sangat

penting ketika berbicara masalah ketahanan nasional secara umum.

content

1-6-1

Page 134: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Perspektif kompleksitas memiliki keunggulan dalam memberikan

visualisasi sistem berbangsa dan bernegara di Indonesia. Motif bab

pertama buku ini adalah mengakuisisi berbagai perangkat kompleksitas

yang ada guna memperkaya wawasan Nusantara. Upaya ini perlu

dilakukan demi memperkuat ketahanan nasional.

1.6.1 Indonesia di Asia Pasifik

Walaupun dari sisi GDP perkapita masih sangat rendah, namun dari sisi

pertumbuhan ekonomi Cina dan India mengalami kemajuan yang sangat

signifikan. Hal ini menarik diperhatikan mengingat besarnya jumlah

penduduk di dua negara tersebut. Lalu, apakah isu penundaan sengketa

dataran tinggi dan dibukanya jalur transportasi darat yang

menghubungkan dua negara raksasa tersebut akan berpengaruh besar

terhadap kawasan Asia Pasifik? Argumentasi untuk mendekati hal ini

adalah: , pertumbuhan ekonomi Cina berpusat pada kota-kota di

pesisir timur dan tenggara yang secara geografis jauh dari India. ,

secara geografis jalur transportasi darat yang dibuka tersebut berada di

sekitar pegunungan Himalaya, akibatnya titik ini tidak begitu potensial

menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. , negara-negara

dengan GDP perkapita tinggi berada di kawasan timur Asia Pasifik.

Artinya, pembukaan jalur tersebut tidak akan berpengaruh signifikan

terhadap dominasi selat Malaka.

Fakta lain yang penting diperhatikan adalah terjadinya peningkatan gaji

buruh di Cina. Sejumlah ekonom menyatakan bahwa hal ini akan

memberikan peluang ke negara-negara lain seperti India, Vietnam dan

Indonesia (Winters dan Yusuf, 2007). Di sini Vietnam menarik untuk

diperhatikan karena dalam beberapa tahun ke terakhir, negara ini

mengalami peningkatan investasi asing secara ekplosif (CIA, 2006).

Jumlah perusahaan Jepang yang berinvestasi di Vietnam meningkat

pesat, sementara di Indonesia terjadi penurunan pertumbuhan yang

cukup besar (Fujita dan Hamaguchi, 2006).

Selain itu, Vietnam juga memiliki beberapa keuntungan geografis yang

penting untuk diperhatikan. , ia berada di tengah pusat

pertumbuhan Asia Timur dan Asia Tenggara. , Vietnam memiliki

bentuk geografis yang memanjang di pesisir dan menjadi wilayah kunci

yang menghubungkan daerah pedalaman Indo-Cina ke jalur perdangan

laut internasional. , Vietnam berpenduduk relatif besar dan

memiliki tingkat pendidikan dan tingkat pembangunan manusia yang

relatif berimbang dengan Indonesia.

Assam

Pertama

Kedua

Ketiga

Pertama

Kedua

Ketiga

1-6-2

Page 135: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

NAD

Sumut

Riau

Kepri

Sumbar

Sumsel

Babel

Bengkulu

Lampung

Banten

Jabar

BekasiTangerang

Bandung

Surabaya

Malang

Semarang

Yogyakarta

Bogor

Jateng

Jatim Bali

NTBNTT

DIY

DKI

Kalteng

Populasi kabupaten dan kota di Pulau

Jawa tahun 2000, tidak termasuk DKI

Jakarta (sumber data: BPS).

Kalbar

Kalsel

Kaltim

Sulsel

Sulteng

Sultra

Gorontalo Sulut

Maluku

Maluku

Utara

Papua

Pulau Madura

Populasi negara-negara di kawasan

Asia Pasifik tahun 2005 (sumber data:

Microsoft Encarta 2006).

Gambar 1.6.1.

Peta Indonesia yang direskala

berdasarkan jumlah penduduk

propinsi di tengah kartogram

kependudukan Asia Pasifik dengan

data kependudukan Pulau Jawa.

Di Pulau Jawa, persebaran penduduk

terlihat merata, meski dari

populasinya di kartogram Indonesia ia

relatif lebih “gemuk”.

zoom

Populasi provinsi-provinsi di Indonesia

tahun 2004 (sumber data: BPS).

1-6-3

Page 136: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Wilayah Indonesia, khususnya bagian timur, adalah kawasan yang

menjadi penghubung antara dua kekuatan ekonomi raksasa di belahan

utara Asia Pasifik dan belahan selatannya. Posisi ini penting karena

beroperasi sebagai sebuah “jembatan ekonomi”, maka seharusnya

potensi ini dapat dieksploitasi demi memperkuat ketahanan nasional

Indonesia.

melalui sokongan bidang ekonomi dan teknologi yang dibutuhkannya

untuk

RiauKaltim

Kediri

Kudus

Cilacap

Bandung

BekasiTangerang

Cilegon

Malang

Sidoarjo

Surabaya

Gambar 1.6.2.

Peta Indonesia yang direskala

berdasarkan Pendapatan Domestik

Bruto (PDB) per kapita per propinsi di

tengah kartogram kependudukan Asia

Pasifik dengan data

kependudukan Pulau Jawa. Terlihat

bahwa meski Pulau Jawa lebih

ramping relatif terhadap daerah lain

berdasarkan PDB perkapita, terdapat

wilayah-wilayah yang relatif gemuk di

kawasan Pulau Jawa.

zoom

PDB perkapita negara-negara di

kawasan Asia Pasifik tahun 2004

(sumber data: UNDP, 2006).

PDB perkapita provinsi-provinsi di

Indonesia tahun 2004, tidak termasuk

DKI Jakarta (sumber data: BPS).

PDB perkapita kabupaten dan kota di

Pulau Jawa tahun 2000, tidak

termasuk DKI Jakarta (sumber data:

Sensus Penduduk).

NAD

Sumut

Sumbar

BengkuluSumsel

Lampung

Jambi

Kepri

Babel

Kalbar

Kalteng

Kalsel

Gorontalo

Sulut

Sulteng

SultraSulsel

BaliJatim

DIY

JatengJabar

Banten

NTB NTT

Maluku

Utara

Maluku

Papua

1-6-4

Page 137: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Terlihat adanya ketimpangan yang sangat besar antara wilayah timur dan

barat Asia Pasifik. Negara-negara di wilayah barat Asia Pasifik memiliki

tingkat harapan hidup yang lebih rendah serta angka kematian bayi yang

lebih besar. Selain itu terlihat bahwa, negara-negara yang tidak memiliki

perbatasan laut (seperti Laos, Afganistan, Bhutan, Nepal dan Mongolia)

memiliki kondisi kesejahteraan yang lebih buruk, relatif terhadap negara-

negara di pesisir.

Gambar 1.6.4.

negara-negara di

kawasan Asia Pasifik tahun 2004.

Ukuran kartogram merepresentasikan

(sumber data:

UNDP, 2006).

Infant mortality rate

infant mortality rate

Gambar 1.6.3.

Harapan hidup negara-negara di

kawasan Asia Pasifik tahun 2004.

Ukuran kartogram merepresentasikan

jumlah populasi sementara indeks

warna menunjukkan usia harapan

hidup (sumber data: UNDP, 2006).

1-6-5

Page 138: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 1.6.5.

Indeks pendidikan negara-negara di

kawasan Asia Pasifik tahun 2004.

Ukuran kartogram merepresentasikan

jumlah populasi sementara indeks

warna menunjukkan tingkat

pendidikan (sumber data: UNDP,

2006).

United Nations Development Programme (UNDP) menyusun sebuah

indeks yang bertujuan merepresentasikan tingkat pembangunan manusia

di suatu negara atau bagiannya yaitu indeks pembangunan manusia.

Indeks ini merupakan gabungan dari tiga matra pembangunan manusia

yang meliputi kesehatan, pendidikan dan pengetahuan, serta tingkat

kesejahteraan.

Ketimpangan juga terjadi di bidang pendidikan. Tingkat pendidikan di

wilayah timur lebih baik, relatif terhadap wilayah barat. Negara-negara

Asia Tenggara memiliki tingkat pendidikan yang relatif berimbang satu

sama lain. Kondisi pendidikan Asia Tenggara lebih baik dari Asia Selatan,

berimbang dengan Cina, namun lebih rendah dibandingkan dengan

negara maju seperti Australia, Selandia Baru, Jepang dan Korea Selatan.

Dengan menggabungkan data populasi dan indeks pendidikan kita

ketahui bahwa secara umum potensi sumber daya manusia terdidik di

kawasan ini berada di wilayah Asia Tenggara dan Cina.

1-6-6

Page 139: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Ketimpangan pembangunan manusia juga terjadi di antara wilayah timur

dan barat Asia Pasifik. Dengan membandingkan data populasi dan indeks

pembangunan manusia kita ketahui bahwa negara berkembang dengan

jumlah penduduk besar dan tingkat pembangunan manusia menengah

antara lain: Cina, Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia, Indonesia dan

India.

Gambar 1.6.6.

Indeks pembangunan manusia negara-

negara di kawasan Asia Pasifik tahun

2004. Ukuran kartogram

merepresentasikan jumlah populasi

sementara indeks warna menunjukkan

tingkat pembangunan manusia

(sumber data: UNDP, 2006).

1.5.2. Kependudukan Indonesia sebagai

Kekayaan Demografis

Keterpisahan dari satu pulau ke pulau lain dengan dipersatukan oleh

lautan telah memberikan banyak keanekaragaman di Indonesia. Dari sisi

agama dan suku, bangsa Indonesia sangat beragam. Sebuah pertanyaan

yang sangat krusial adalah apakah di Indonesia terjadi segregasi

penduduk berdasarkan agama?

1-6-7

Page 140: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 1.6.7.

Peta Kartogram Indonesia yang

diskala-ulang dengan fraksi populasi

umat beragama Islam, Hindu-Budha,

dan Kristen di Indonesia (dari kiri ke

kanan) tahun 2000. Warna yang

semakin ungu menekankan besarnya

fraksi populasi umat beragama yang

bersangkutan (sumber data: Sensus

Penduduk).

Gambar 1.6.8.

Fraksi penduduk beragama Islam dan

Non-Islam tahun 2004 di peta

kartogram yang diskala-ulang

berdasarkan jumlah penduduk

(sumber data: BPS).

Dari visualisasi kartogram jumlah penduduk dan populasi umat

beragama, seolah-olah fraksi jumlah penduduk Indonesia di bagian barat

didominasi oleh umat beragama Islam dan di sebelah timur umat

beragama non-muslim. Pada kenyataannya, hal tersebut tidaklah

NAD

SUMUT

RIAUSUMBAR

JAMBI

SUMSEL

LAMPUNG

BABEL

KEPRI

JABAR

JATENG

DIY

KALBAR

DKIBANTEN

BENGKULU

1-6-8

Page 141: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

sesederhana itu. Sebagai contoh, kita lihat populasi umat beragama

di pulau Jawa. Terlihat bahwa pada peta kartogram yang diskala-ulang

fraksi umat beragama Hindu-Budha dan Kristen-Katolik juga eksis di pulau

Jawa.

zoom

JATIM

KALTENG

BALI NTBNTT

KALTIM

KALSEL

SULSEL

SULTENG

GORONTALOSULUT

SULTRA MALUKU

MALUT

PAPUA

1-6-9

Page 142: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 1.6.9.

Peta Kartogram Kabupaten/Kota di

Pulau Jawa yang direskala dengan

fraksi populasi umat beragama Hindu-

Budha dan Kristen (dari kiri ke kanan)

di Indonesia tahun 2000 (tidak

termasuk DKI Jakarta). Warna yang

semakin kuning meng-aksentuasi

besarnya fraksi populasi umat

beragama yang bersangkutan (sumber

data: Sensus Penduduk).

Gambar 1.6.10.

Fraksi penduduk beragama Islam dan

Non-Islam di peta kartogram pula

Jawa tahun 2000

yang direskala berdasarkan

jumlah penduduk (sumber data:

Sensus Penduduk).

(tidak termasuk DKI

Jakarta)

Praktek pembeda-bedaan berdasarkan agama yang terjadi di Indonesia

merupakan hal yang sangat tidak strategis karena justru memecah-mecah

dan meningkatkan tendensi disintegrasi laten yang dapat melemahkan

ketahanan nasional. Secara faktual telah ditunjukkan bahwa segregasi

populasi berdasarkan agama tidak terjadi di Indonesia karena

yang kita lakukan pada peta kartogram atas perbedaan agama

menunjukkan bahwa masyarakat modern beragama Indonesia menyebar

dan menempatkan konteks keberagamaan bukan sebagai pembeda, dan

bahwa kesatuan sebagai entitas masyarakat jauh lebih penting.

Terjadinya fraksi yang lebih besar untuk masyarakat non-Muslim di

zooming

1-6-10

Page 143: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

kawasan Timur dan umat Muslim di kawasan lainnya semata-mata

merupakan bentuk kebergantungan pada jalur historis. Dalam

pandangan Wawasan Nusantara baru, perbedaan agama ini justru

menunjukkan sebuah potensi perdamaian yang kuat di Indonesia, bahwa

masyarakat Indonesia menempatkan kohesi sosial lebih daripada

perpecahan yang tentunya berdampak sangat positif bagi

pengembangan ekonomi, politik, dan sosial budaya bangsa.

Sebagai sebuah negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, di

mana ketersebaran umat beragama di Indonesia senantiasa didominasi

1-6-11

Page 144: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

umat Muslim namun menunjukkan pola kehidupan bernegara dan

berbangsa dalam distribusi populasi yang tidak segregatif terhadap

agama. Pola kehidupan umat Islam Indonesia seharusnya menjadi contoh

bagi banyak negara-negara lain yang justru sangat segregatif berdasarkan

agama, suku, atau ras. Hal ini merupakan sebuah potensi, mengingat

berdasarkan interpretasi kita atas falsafah hidup Indonesia, Pancasila,

negara Indonesia tak dapat dikatakan sebagai Negara Agama atau Negara

Sekuler. Sifat khas dari konsep bernegara Indonesia adalah konsep Negara

Beragama, sebagai sebuah negeri di mana agama menjadi inspirasi

kehidupan sosial namun tak harus terformalisasi secara kaku, yang

akhirnya justru memicu perpecahan dan konflik. Ketika agama menjadi

inspirasi sistem sosial, maka masyarakat akan lebih menghargai

kehidupan dan umat manusia lain meski berbeda agama. Sejarah

mencatat bahwa banyak bangsa di dunia perlu belajar dari Indonesia

tentang hal ini.

Namun di sisi lain, kita sering mendengar tentang konsepsi Negara

Agama, dan upaya menjadikan satu agama tertentu sebagai landasan

kehidupan beragama. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

pandangan ini tidak memiliki refleksi Wawasan Nusantara sama sekali,

dan lebih menonjolkan kepentingan tertentu dari sekelompok umat

beragama. Hal ini dapat memperkeruh dan mempertajam potensi

disintegrasi laten yang menghambat masyarakat Indonesia dalam

mengambil manfaat dari potensi Indonesia di tengah situasi geoekonomi

dan geopolitik sebagaimana digambarkan sebelumnya. Kemampuan kita

dalam mengeksploitasi tatanan sosial-ekonomi-politik baru sangat

bergantung pada bagaimana persatuan nasional dapat dipertahankan

sebagai modal peningkatan peran dan posisi Indonesia di mata negara

tetangga bahkan di jajaran dunia.negara-negara lain di

Bagaimana sebuah konsep mengilhami preferensi politik seorang

anggota masyarakat Indonesia? Ini merupakan hal yang menarik tatkala

kita ingin mengobservasi pola evolusi dari sistem politik. Beberapa

penelitian terdahulu berupaya untuk menerangkan berbagai sistem

politik sebagai aspek budaya, seperti Axelrod (1997), dengan fokus yang

melihat posisi agen (individu penyusun sistem kolektif masyarakat) dan

interaksi antar sesama agen (Khanafiah & Situngkir, 2003). Hal yang

berbeda akan kita temui ketika menggunakan memetika sebagai piranti

analisis – sebab yang kita analisis bukanlah semata-mata agen dan

interaksi di antaranya, namun lebih kepada abstraksi kognitif yang kolektif

yang beredar di kalangan masyarakat. Di sini, kita lebih tertarik kepada

populasi ide dan abstraksi serta bagaimana ia menular atau bereplikasi

dalam sistem sosial. Dalam studi memetika, hal semacam ini pernah

dilakukan dengan pendekatan yang berbeda oleh de Jong (1999) untuk

mengamati perkembangan konsensus dalam masyarakat.

1.6.3. Meme Politik Masyarakat Indonesia

1-6-12

Page 145: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dengan melihat suatu abstraksi yang ditangkap ( ) oleh

sebuah populasi sebagai semacam virus yang menyebar (Brodie, 1996),

maka kita memandang unit informasi politik sebagai elemen penyusun

sistem dinamik. Seseorang bisa menganggap bahwa bisa menjadi

seorang presiden hari ini, namun di saat yang lain ia juga bisa menganggap

lebih sanggup. Seseorang lebih bisa menerima partai dengan ideologi

dan pesan saat ini untuk kemudian ia lebih bisa menyepakati ideologi

yang dibawa oleh partai lain, demikian seterusnya. Hal ini merupakan

kotak hitam sistem kognitif manusia yang menjadi fokus dari memetika.

Di sisi lain, dalam evolusinya, dominasi sebuah partai politik tidak

senantiasa konstan. Dominasinya adalah sebagaiamana ia “berfluktuasi”

secara stabil ( ). Sebuah fenomena menarik untuk

menggambarkan bagaimana struktur kognitif meme politik orang

Indonesia adalah dengan mengamati hasil pemilihan umum 2004 lalu.

Terkait hal tersebut, Lodge, et.al. (1990) membagi sistem pemetaan

kognisi dari evaluasi rakyat Amerika Serikat terhadap kandidat pemilihan

presiden ke dalam tiga pendekatan ilmiah , yaitu:

a. pendekatan sosiologis (mazhab Columbia),

b. pendekatan sosio-psikologis (mazhab Michigan), dan

c. pendekatan pilihan rasional (mazhab Rochester).

Kita akan mencoba melihat ketiga mazhab ini secara komplementer

tatkala diterapkan dalam ilmu kompleksitas yang memperhatikan

ketidaklinieran sistem politik yang hendak didekati.

Pendekatan pertama dilandasi oleh pemikiran bahwa determinan pemilih

dalam respon politiknya adalah status sosio-ekonomi, afiliasi religius, dan

keresidenannya (apakah rural atau urban). Dengan kata lain, pendekatan

ini didasarkan pada ikatan sosial pemilih dari segi etnik, ras, agama,

keluarga, dan pertemanan yang dialami oleh agen pemilih secara historis.

Pendekatan kedua dilandasi sistem kognitif agen pemilih dalam

menentukan pilihannya. Artinya, bagaimana sistem kognitif rakyat

terpetakan pada peta politik yang berkembang secara psikologis. Hal ini

sangat berguna dalam kerangka pencarian format kampanye yang hendak

digunakan dalam sistem pemilihan. Pendekatan ketiga didasarkan pada

teori pilihan rasional Anthony Downs, yakni bahwa pemilih akan memilih

secara rasional dengan melihat hal paling besar yang mempengaruhi

fungsi utilitasnya sebagai agen pemilih.

Secara sederhana langkah-langkahnya pada basis agen pemilih adalah:

a. kalkulasi keuntungan total yang didapatkan untuk masing-masing

kemenangan kandidat bagi agen pemilih,

b. buat urutan kandidat mulai dari yang paling menguntungkan hingga

paling tidak menguntungkan, dan

c. pilihlah yang paling menguntungkan.

Dengan kata lain, tiap pemilih akan memilih kandidat yang paling dekat

posisi politiknya dengan ruang isu di mana pemilih berada.

as perceived

A

B

X Y

evolutionary stable

1-6-13

Page 146: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1. JIKA disuruh memilih MAKA presiden pilihanku adalah

Megawati S u k a r n o p u t r i .

2. JIKA disuruh memilih MAKA presiden pilihanku adalah

Amien R a i s .

3. JIKA disuruh memilih MAKA presiden pilihanku adalah

Susilo B a m b a n g Y u d h o y o n o .

4 . d a n s e t e r u s n y a .

Atau memepleks “kategori partai pilihanku” dengan meme

antara lain:

1. JIKA disuruh memilih MAKA saya lebih suka partai yang

nasionalis.

2. JIKA disuruh memilih MAKA saya lebih suka partai yang

islami.

3. JIKA disuruh memilih MAKA saya lebih suka partai yang

demokrat.

4 . d a n s e t e r u s n y a .

Tiap memepleks dapat diisi dengan banyak meme yang masing-

masing bernilai “ya” (dinyatakan sebagai “1”) atau “tidak”

(dinyatakan sebagai “2”). Tentu dalam sebuah kumpulan meme

tertentu bisa terdapat puluhan bahkan ratusan memepleks –

yang kita pilih berdasarkan ketersediaan data dan kemampuan

komputasional kita untuk m e n g o l a h n y a .

Setiap meme memiliki nilai kecocokan sendiri-sendiri yang pada

akhirnya menentukan mana memenangkan pemilihan. Dalam hal ini,

pendekatan kita disusun dengan menggunakan hasil poling

sebagaimana dilaporkan oleh Steven Wagner, dalam “Summary of

Public Opinion Preceding the Parliamentary Elections in Indonesia”

Ketiga pendekatan ini tertarik pada upaya formalisme matematis dan

komputasional dari agen pemilih dan bersifat ingatan (memori) dari agen

pemilih. Namun, ketiga analisis ini hanya berguna bagi persiapan

pemilihan jangka panjang. Atas dasar inilah dibentuk pendekatan

keempat, yakni sistem pemetaan agen pemilih berdasarkan kesan pemilih

terhadap kandidat. Hal ini dapat dilihat sebagai bentuk analisis memetik

dari preferensi politik masyarakat Indonesia secara umum.

Sebagaimana diajukan oleh Heylighen (1993) dan digunakan secara

komputasional dalam Situngkir (2004), maka kita akan melihat meme unit

kultural terkecil sebagai yang hendak kita dekati (sebagaimana layaknya

gen dalam genetika). Tiap meme merupakan sikap tertentu atas opsi

allomeme (sebagaimana allela) “ya” dan “tidak” atas sebuah proposisi

politik yang disusun dalam kerangka pernyataan “JIKA… MAKA…”.

Beberapa buah meme pada akhirnya membentuk kumpulan meme yang

disebut sebagai memepleks, sebagai unit budaya (meme) yang

direplikasikan secara bersamaan dalam tiap interaksi agen sosial. Dalam

hal ini, misalnya satu memepleks “calon presiden pilihanku”, maka kita

memiliki beberapa meme, seperti:

1-6-14

Page 147: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Tabel 1.6.1.

Representasi Konsep Pemilihan Partai

Politik dan Memetika.

pada tahun 1999 dan dipublikasikan dalam

, United States Agency for

International Development (USAID). Hal ini tentu dapat

dikembangkan dalam kerja implementatif lebih jauh, dengan

menambah memepleks atau menambah variasi allomeme yang

digunakan dalam representasi tiap meme. Kita memilih “0” dan “1”

serta dua buah memepleks dalam simulasi atas dasar kesederhanaan

model komputasional dan ketersediaan data (penulis tidak

melakukan survei langsung).

Tentu saja, dalam praktiknya, seringkali tiap meme tidak tunggal dalam

mempengaruhi apa yang tampak sebagai hasil konfigurasi meme

(femetipe). Hal ini dikarenakan adanya sifat epistatik, yaitu

keterhubungan antara satu meme dengan yang lain. Jadi ada partai yang

berbendarakan Islam sekaligus demokrat, dan seterusnya serta adanya

saling pengaruh-mempengaruhi antar meme dalam memepleks yang

berbeda. Misalnya seorang calon presiden A tidak akan dipilih (nilainya

“0”) karena ideologi B tertentu yang tak dapat dikompromikan, dan

sebagainya. Rincian lebih ringkas tentang representasi memetika dalam

sistem pemilu kita digambarkan dalam tabel 1.6.1.

The International

Foundation of Election Systems

1-6-15

Page 148: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 1.6.11.

Struktur umum memetika yang

digunakan.

Dalam simulasi yang digunakan, kita memilih memepleks “latar belakang

ideologis dari masing-masing partai”. Memepleks ini menampilkan

kecocokan ( ) partai dengan apa yang dilihat dan diinginkan oleh

masyarakat banyak. Semakin besar nilai kecocokan meme sebuah partai

tentu ia menjadi lebih mungkin memenangkan pemilihan secara umum.

Hal ini menjadi menarik karena diskusi kita tidak lagi bersandar

sebagaimana kerja-kerja terdahulu yang mendasarkan diri pada teori

pilihan rasional ( ) yang menganggap bahwa seluruh

agen yang berinteraksi berusaha untuk memaksimisasi ganjaran ( )

yang diperolehnya dalam tiap kali iterasi/permainan dilakukan (Frank,

1957, 1998). Dalam hal ini fungsi utilitas dari tiap agen digantikan dengan

konfigurasi meme dalam memepleks tertentu.

fitness

rational choice theory

pay-off

Gambar 1.6.12.

Kondisi stabil evolusioner dari

memepleks latar belakang ideologi

partai.

1-6-16

Page 149: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 1.6.13.

Beberapa memepleks “latar belakang

ideologi partai” yang mencapai

dominasi. Dari sini terlihat bahwa,

secara umum, partai yang dominan

adalah partai yang memiliki ideologi

campuran, bukan ideologi tunggal.

Tabel 1.6.2.

Konfigurasi platform ideologi partai

yang mungkin dan nilai kecocokannya

(1=dipilih; 0 tidak dipilih). Terlihat

bahwa Ideologi tunggal (konfigurasi

2,3,4 dan 5) memiliki nilai kecocokan

yang sangat rendah.

Dari simulasi yang kita lakukan, diperoleh hasil yang cukup menarik. Tiap

partai dikategorikan sebagai partai yang dipandang sebagai partai yang

“sekuler”, “religius”, “demokrat”, dan “lainnya”. Kategori “lainnya”

menggunakan referensi yang ditunjukkan oleh peneliti survei tersebut

sebagai “pro pemerintahan yang sekarang” yang kita anggap satu kategori

dengan yang ada di luar ketiga kategori yang lain. Kubu nasionalis

termasuk dalam kategori ini. Kombinasi nilai masing-masing

kombinasi ditunjukkan dalam tabel. Hasil simulasi yang kita lakukan

ditunjukkan dalam gambar 1.6.13. Pada gambar ini terlihat bahwa

terdapat kategori-kategori ideologis partai-partai yang pada akhirnya

punah ( ) karena nilai kecocokannya yang sangat kecil.

Hasil ini menggambarkan keunikan masyarakat Indonesia dari sisi

preferensi politik atas sebuah paham dominan tertentu. Jika sebelumnya

kita menunjukkan tidak adanya segregasi berdasarkan agama, secara

fitness

extinct

1-6-17

Page 150: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

umum kita juga dapat melihat bahwa segregasi atas paham politik secara

dominan juga tidak kentara secara agregat. Masyarakat Indonesia

cenderung tidak terjebak ke dalam satu –isme, apakah itu sekularisme,

agamisme, atau isme-isme lain, melainkan merupakan sebuah

yang kompleks, sebuah fakta yang mengaksentuasi temuan kita pada

bagian 1.3. dari buku ini. Secara demonstratif, kita juga telah

menunjukkan keunikan non-segregatif dari meme-politik masyarakat

Indonesia yang menunjukkan tingkat kompleksitas yang tinggi setiap kali

berbicara tentang masyarakat Indonesia secara umum.

Pada sebuah pepatah yang mengatakan:

yang jika kita kaitkan dengan hasil

fakta bahwa dalam sistem sosial, aktor-aktor

sosial cenderung berada dekat pada sumber daya ( ). Dalam

dinamikanya, agen sosial selalu berada pada kondisi kritis dalam

menghadapi pilihan-pilihan hidup. Pilihan dalam memilih tempat tinggal,

pilihan memilih sekolah, pilihan memilih bacaan dan tontonan, pilihan

pacar untuk dinikahi, dan seterusnya. Hal ini membawa kita pada analogi

akan fakta pengaturan diri sendiri masyarakat dalam kondisi kritis (

) berdasarkan ke pilihan rasionalnya pada

dimensi-dimensi hidup yang juga terbatas ( ). Secara

demografis, orang akan cenderung memilih tempat tinggal di daerah yang

kaya sumber daya, dapat berupa sarana dan prasarana, sesuai

dengan sistem kognitifnya. Jika seseorang sanggup secara sumber daya

finansial dan berbagai aspek hidup, maka ia ingin tinggal di pusat kota di

Jakarta daripada di sebuah tempat yang di pinggiran Kota Semarang

misalnya. Namun seorang pengusaha sukses di Kediri akan lebih memilih

tinggal di mana usahanya tersebut berhasil daripada harus mengadu

nasib dan memulai karir bisnis baru di Metropolitan Surabaya atau

ibukota Jakarta. Kondisi ini bersesuaian dengan pepatah lain yang

berbunyi:

yang menunjukkan bahwa berbagai hal justru dapat mendatangkan

kerugian bagi agen sosial ketika berada di dekat sumber daya yang paling

tinggi – ketika berkenaan dengan permasalahan manajemen, pengaturan

dan alokasi aset, investasi dan inovasi, dan sebagainya. Pendeknya

kritikalitas merupakan sebuah “bahasa” dalam pengaturan diri sendiri

secara organis dari sistem sosial.

Kedua pepatah ini memberikan penjelasan akan sifat pengaturan diri

sendiri dalam khazanah humaniora dan kemasyarakatan – ketika

menjelaskan fenomena hukum pangkat dalam ranking populasi kota-kota

mixture

“ada gula ada semut”

resources

self-

organized criticallity

bounded rationality

“tikus mati di lumbung padi”

1.6.4. Refleksi Demografis: Masalah Pemerataan

analisis sebelumnya dapat

mendekatkan kita dengan

terbatasan

yang

1-6-18

Page 151: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

di Indonesia yang juga ditemui di banyak tempat dan kawasan wilayah di

berbagai tempat di planet bumi. Penemuan ini ditunjukkan pada gambar

1.6.14., yang menunjukkan fakta terpenuhinya hukum pangkat pada

ranking kota-kota terbesar di Indonesia. Hal ini merupakan fakta

kependudukan yang sangat menarik dalam kajian demografi

kompleksitas sosial. Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat

“kesenjangan” hukum pangkat populasi kota-kota yang ada di Indonesia,

diawali dengan kota Jakarta sebagai kota terpadat, kemudian kota

Surabaya, Bandung, Medan, dan seterusnya. Lebih menarik lagi adalah

adanya persistensi dari eksponen hukum pangkat dari data-data tersebut.

Hal ini secara visual juga ditunjukkan pada interval waktu dan pengukuran

yang berbeda seperti yang terlihat pada gambar 1.6.15. Persistensi ini

menjadi semacam “hukum” dalam sistem sosial yang sebaran

populasinya terjadi secara organis.

Gambar 1.6.14.

Persistensi hukum pangkat pada

ranking populasi kota-kota di

Indonesia. Populasi didominasi oleh 3

kota besar di pulau Jawa (Jakarta,

Surabaya, dan Bandung), sumber data:

BPS.

Gambar 1.6.15.

Fit Hukum Pangkat atas ranking kota-

kota di Indonesia (sebagian besar

terkategori sebagai kotamadya, kecuali

DKI Jakarta) pada dua ruang sampel

data yang tersedia untuk kurun waktu

1994-1999 dan 2004 hingga 2007.

Persistensi dari eksponen hukum

pangkat terlihat jelas.

1-6-19

Page 152: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Yang menjadi pertanyaan tentunya

adalah apa yang terjadi di benak agen-

agen sosial dalam pemilihan tempat

tinggal organis tersebut. Berikut

sebuah petikan wawancara yang

dilakukan terhadap seorang alumni

yang baru lulus dari sebuah kampus

terkemuka di Indonesia:

Zani :

Adita :

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Kamu sudah lulus kan? Rencananya mau ke mana?

Saya sepertinya bakal ke Jakarta.

Kamu sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan di sana?

Justru mau nyari! Gimanapun uang ‘kan ada di Jakarta.

Jakarta gitu loh!

Memangnya sudah punya tempat tinggal di sana?

Emm, saya mending nebeng di rumah saudara. Sekalian ikut

S2 di perguruan tinggi X, ambil jurusan bisnis kek.

Kalau kamu ?

Saya mending pulang ke tempat asal aja.

Kenapa nggak ke Jakarta?

Wah kalo , kayaknya saya sulit

bersaing di Jakarta.Lagian saya nggak punya uang buat S2

seperti Adita.

Memangnya di daerah anda pasti bisa bersaing?

Ya iyalah! Alumni perguruan tinggi Y gitu loh!

Zani

Adita

Zani

Adita

Zani

Nita

Zani

Nita

Zani

Nita

melihat prestasi akademik saya

(ke arah alumni ke-2, Nita)

Aspek kependudukan yang bersifat hukum pangkat dan merefleksikan

kesenjangan konsentrasi populasi ini terlihat juga ketika kita

mengobservasi data populasi per sensus untuk seluruh kabupaten dan

kotamadya di Indonesia sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.6.16.

Penelitian yang dilaporkan oleh Mulianta, Situngkir, & Surya (2004)

menunjukkan bahwa pola ini mungkin dapat dijelaskan dalam bentuk

perilaku sosial bahwa penduduk yang tadinya bertani di daerah tetangga

ibukota seperti Purwakarta, Bogor, dan sebagainya lebih memilih untuk

berurbanisasi ke Jakarta daripada bertani. Penggambaran dinamika

populasi per kabupaten di Indonesia dari tahun 1961 hingga 2000

menunjukkan bahwa program transmigrasi masih terasa kurang dalam

perspektif pemerataan populasi karena kritikalitas agen mikro-sosial

senantiasa berubah. Berbagai faktor budaya dan imagi akan kota besar

tak bisa dilepaskan dari perilaku sosial ini. Dalam hal ini perlu dipikirkan

cara-cara alternatif agar pemerataan populasi tetap berjalan namun

tetap memperhatikan aspek kritikalitas anggota masyarakat yang

senantiasa berusaha untuk dekat dengan sumber daya ekonomi dan

sosial.

Optimisasi di sana-sini perlu memperhatikan banyak aspek demografis

yang khas Indonesia, misalnya faktor kepulauan. Sebuah hal menarik

ditunjukkan oleh gambar 1.6.17. Berbeda dengan mereka yang tinggal di

kawasan yang sudah berada di tempat yang sangat jauh dari pusat

konsentrasi populasi dan sumber daya seperti Medan atau Manado.

Terdapat resistensi untuk berurbanisasi yang lebih besar bagi populasi

yang tinggal di dua kota di pulau Sumatera dan Sulawesi ini yang dapat

saja berasal dari faktor finansial, dukungan keluarga, dan sebagainya.

Pada gambar tersebut terlihat bahwa ketika populasi kota-kota besar di

Indonesia dinormalisasi dengan populasi penduduk Jakarta, maka

terdapat kecenderungan (konjektur) bahwa nilai ternormalisasi

1-6-20

Page 153: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 1.6.16.

Dinamika populasi penduduk per

kabupaten (kiri) dan per kotamadya

(kanan) per tahun sensus di Indonesia.

penduduk di tempat yang relatif jauh dari Pulau Jawa (jarak geodesik)

cenderung meningkat sebagaimana seharusnya menurut fakta

pertumbuhan penduduk yang positif, namun tidak terjadi pada daerah-

daerah (kota) yang relatif dekat dengan Jakarta.

Dalam pembedaan kewilayahan yang dianalisis ditemukan bahwa

memang kependudukan kota-kota di pulau Jawa senantiasa semakin

padat dari tahun ke tahun. Untuk lebih memahami pola kritikal dari

statistik para pendatang luar pulau Jawa dapat kita lihat dalam analisis

kartogram di bagian selanjutnya.

Gambar 1.6.17.

Dinamika organis perkembangan

populasi kota-kota di Indonesia relatif

terhadap populasi ibukota Jakarta

untuk sensus penduduk 1961 hingga

2000. Medan sebagai kota terbesar di

luar Pulau Jawa terlihat meningkat

tajam populasinya kontras dengan

perkembangan Kota Surabaya dan

Kota Bandung.

1-6-21

Page 154: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Ja

wa

Ba

ra

t

Ja

wa

Tim

ur

Ja

wa

Te

ng

ah

Ba

nte

n

Su

mu

t

Ja

ka

rta

Hukum Pangkat kepadatan penduduk provinsi-provinsi di Indonesia

di Indonesia dengan pangkat =1.881 dan =0.9701α Rfit

Fit Hukum Pangkat menunjukkan kesenjangan (skewness) populasi penduduk di jawa dan

luar jawa. D

Pulau Jawa terpetakan menjadi seolah-olah

“gemuk” sementara pulau-pulau lain “kurus” .

alam kartogram Indonesia yang dibuat berdasarkan jumlah penduduk di

wilayah yang setara dengan provinsi,

seolah-olah

Kartogram Peta Pulau Jawa dengan skala-ulang pada wilayah Kabupaten

dan Kota berdasarkan fraksi jumlah pendatang terhadap total jumlah

penduduk

1-6-22

Page 155: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

1. 6. 5. Catatan Penutup Bagian Pertama

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya.

Namun keutamaan dari sebuah bangsa adalah bagaimana agar ia mampu

merefleksikan kondisi yang dialaminya saat ini dengan mempelajari

sejarahnya tersebut. Setidaknya terdapat dua ancaman akan konsep

kenusantaraan kita: ancaman dari luar berupa penetrasi

kepentingan asing yang dapat merongrong kedaulatan bangsa dalam

berbagai bentuk, dan , ancaman dari dalam berupa disintegrasi

laten yang merongrong kedaulatan sebuah bangsa melalui aspek mikro

seperti ketidakpercayaan pada sistem hukum, rasa tidak aman berada di

antara elemen bangsa lain yang masih berada di wilayah kesatuan negeri.

Kedua hal ini menjadi sumber dinamika dari evolusi kontrak sosial dan

adalah tugas setiap elemen bangsa untuk menjaga keutuhannya dalam

konsep ketahanan sosial semesta: ketahanan sosial sebagai tanggung

jawab seluruh elemen masyarakat.

Pengetahuan kita akan sejarah kebangsaan membawa kita pada konsep

Wawasan Nusantara sebagai cara pandang Indonesia terhadap dirinya

sendiri, sehingga optimisasi berbagai aspek kehidupan masyarakat

pertama,

kedua

Cilegon

Tangerang

Bogor

Bekasi

Bandung

Kartogram Peta Pulau Jawa dengan skala-ulang pada Kabupaten dan Kota

berdasarkan angka Pendapatan Domestik Bruto wilayah yang

bersangkutan.

Cirebon

Cilacap

DIY

Kudus

Kediri

Malang

Surabaya

Sidoarjo

Madura

1-6-23

Page 156: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Rujukan:

Dewi Sartika, Evolutionary Stable Properties of Political Parties in Indonesia 2004: Memetic Approach”. Working

Paper WPH04. Bandung Fe Institute.

Mulianta, Power-Law Signature in Indonesian Population”. Working Paper WPT04. Bandung Fe Institute.

Situngkir, Peluang Untuk Studi Kartografi Politik Indonesia: Referensi Spasial Sistem Sosial Komplek”. Working Paper

WPP 2007. Bandung Fe Institute.

Tiktik , dkk. (2004). “

Dahlan, Rolan M. dan Situngkir, Hokky (2007). ”Menuju Perspektif Ekonofisika untuk Posisi Strategis Ekonomi Indonesia di Kawasan

Asia Pasifik”. Working Paper WPR07. Bandung Fe Institute.

Ivan, dkk. (2004) ”

Hokky (2007). “

senantiasa dilakukan untuk memperkuat tatanan sosial yang ada.

Ideologi pertama dari bangsa Indonesia seharusnya bukanlah

nasionalisme chauvinistik, sosialisme utopis, atau religiusitas sektarian,

melainkan ideologi kebangsaan yang berangkat dari kesamaan gagasan

bahwa keterpisahan dan pembeda-bedaan akan cenderung melemahkan

masing-masing elemen. Gabungan dua buah elemen sistem sosial

sepantasnya tidak sama atau memiliki kekuatan lebih besar daripada

penjumlahan tiap elemennya. Namun harus pula diingat bahwa, dengan

inspirasi dari hukum termodinamika sebagaimana telah didiskusikan

sepintas pada bab nol, gabungan dua entitas sistem memiliki tingkat

kerumitan yang lebih tinggi daripada observasi terpisah atas dua entitas

sistem tersebut. Ini merupakan inti dari analisis kompleksitas sosial.

Melalui pemahaman kita akan sistem sosial kompleks, kita memiliki

pandangan atas kewilayahan Nusantara yang tak hanya berlandaskan

pemahaman kita akan geografi Nusantara melainkan cakupan seluas-

luasnya aspek kehidupan publik. Adalah tidak mungkin berbicara tentang

konsep Wawasan Nusantara tanpa memperhatikan kesejahteraan

masyarakat Indonesia, relatif terhadap tingkat kesejahteraan negera-

negera tetangga. Wawasan Nusantara harus diperkuat dengan visi atas

kewilayahan secara utuh serta bagaimana ide dan gagasan tentang

masyarakat secara utuh berkembang secara dinamik di tengah-tengah

masyarakat.

1-6-24

Page 157: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Kompleksitas Sosiologis dan

Kemasyarakatan Indonesia

Indonesia adalah masyarakat yang unik. Sebagaimana

telah didiskusikan sebelumnya, keunikan aspek

sosiologis masyarakat Indonesia ini dapat saja menjadi

aral yang menghadang ketika kita hendak melakukan

pembangunan sosial. Namun dalam perspektif

kompleks kita melihat bahwa keunikan tersebut

semestinya menjadi sebuah modal yang sangat positif

dalam kerangka pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya. Pembangunan manusia dan sistem sosial

bukanlah mengubah masyarakat menjadi seperti sistem

sosial dan manusia menjadi seperti yang saat ini kita

temui di negara maju, melainkan proses pengembangan

evolutif yang justru menghasilkan sesuatu yang lebih,

karena Indonesia unik dan indah.

Inilah yang ingin kita pelajari dalam ke-wiyatamandala-

an pertama dalam bab ini. Bab ini mendiskusikan aspek-

aspek yang dapat kita pelajari melalui perbedaan yang

ada di bumi pertiwi, mulai dari variasi di level etnisitas,

agama, dan sebagainya. Kita juga mempelajari

bagaimana media dan masyarakat berinteraksi, melihat

sistem periklanan dan bagaimana ia membentuk pola

konsumsi nasional, termasuk melihat kondisi yang

sangat memprihatinkan seperti korupsi di berbagai level

melalui banyak perspektif yang tersedia dalam kajian

dan wawasan berbasis kompleksitas.

Bab 2

Page 158: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 159: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

2.1. Etnik dan Konflik Sosial

di Indonesia

Ras dan etnik merupakan salah satu konsep kategorisasi individu ke dalam

kelompok sosial tertentu di masyarakat. Ras pada awalnya terkait dengan

pengkategorian individu berdasarkan faktor-faktor biologis tertentu

seperti warna kulit, bentuk rambut, hingga struktur muka. Sementara itu,

etnik atau suku dikategorisasi dengan melihat beberapa aspek kultural

yang ada, seperti bahasa, agama, norma dan asal-usul kultural

leluhurnya. Namun baik ras maupun etnik bisa kita katakan sebagai

sebuah identitas kolektif, yang diproklamirkan berdasarkan atribut-

atribut tertentu yang melekat secara alamiah, dari mulai warna rambut,

bahasa, agama, hingga wilayah tempat ia tinggal.

Munculnya kelompok sosial, khususnya etnik, terkadang membawa

dampak yang negatif, terutama jika dikaitkan dengan terjadinya konflik

sosial yang ditandai adanya insiden berupa mobilisasi massa dan

kekerasan sosial di antara dua kelompok sosial yang berbeda identitas

kolektifnya. Beberapa teori menduga bahwa identitas etnik menjadi salah

satu media yang memfasilitasi terjadinya aksi kolektif.

Indonesia, sebagai sebuah negara yang memiliki keragaman etnik,

berpotensi mengalami konflik dan kekerasan sosial yang didasarkan pada

perbedaan etnik. Secara sepintas bahkan kita dapat melihat bahwa

hampir seluruh konflik sosial yang ada di Indonesia semenjak zaman Orde

Baru hingga pasca jatuhnya rezim tersebut, baik konflik antara kelompok

(horizontal), maupun antara kelompok sosial tertentu dengan

pemerintah (konflik vertikal), pada umumnya dipengaruhi oleh dimensi

etnisitas. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa studi mengenai etnik

dan kaitannya dengan konflik sosial menjadi penting untuk dilakukan,

terutama untuk melihat sejauh mana pengaruh keheterogenan individu

dalam sistem sosial berpotensi menjadi konflik dan kekerasan sosial.

Beberapa penelitian telah dilakukan guna mengkaji keragaman etnik dan

kaitannya dengan beberapa aspek sosial maupun ekonomi. Pendekatan

klasik secara sederhana sering menduga bahwa tingginya tingkat

keragaman membawa dampak negatif, seperti rendahnya pertumbuhan

dan pendapatan serta buruknya kebijakan pemerintah, rendahnya

aspirasi individu terhadap kebutuhan publik, tingginya tingkat korupsi,

dan juga berpotensi menimbulkan konflik dan kekerasan sosial.

Kelompok etnik dan konflik etnik merupakan dua fenomena makro dalam

sistem sosial yang menjadi bahan kajian banyak ilmuwan sosial, terutama

2.1.1. Keragaman Etnis

dan Konflik Etnis di Indonesia

2-1-1

Page 160: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.1.1.

Indeks

(ELF) untuk 30

wilayah di Indonesia berdasarkan

etnik berdasarkan agama

.

Ethno-linguistic

Fractionalization

(kiri) dan

(kanan)

untuk mencari hubungan sebab akibat dari kedua aspek tersebut. Salah

satunya adalah dengan mengukur tingkat keragaman suku, dengan

menggunakan beberapa indeks sebagai pendekatan kuantitatifnya.

Indonesia merupakan negara yang tersusun atas banyak kelompok etnik

yang berbeda. Secara administratif, Indonesia terdiri atas beberapa

wilayah administratif yang lebih kecil berupa propinsi kemudian

kabupaten hingga satuan terkecil berupa desa. Secara umum, tingkat

keragaman etnik antara satu wilayah dengan wilayah lain di Indonesia

berbeda. Hal ini terkait dengan lingkaran-lingkaran asal-usul adat, bahasa

dan nenek moyang dari penduduk setempat serta interaksi dengan

pendatang. Untuk melihat keragaman tersebut, kita menggunakan

beberapa perhitungan indeks yang umumnya digunakan oleh para

ilmuwan sosial dan ekonomi untuk mengukur tingkat keragaman etnik,

yaitu indeks fraksionalisasi, indeks polarisasi dan indeks entropi. Kita

mengkalkulasi indeks tersebut untuk di setiap propinsi di Indonesia,

dengan menggunakan data sensus penduduk tahun 2000.

Salah satu indeks yang sering digunakan dalam representasi etnisitas

adalah keragaman bahasa. Etnik dan bahasa merupakan hal yang sulit

terpisahkan, beberapa ilmuwan etnologi dan lingustik menggunakan

perbedaaan bahasa untuk mengkalisifikasi individu ke dalam etnik yang

berbeda. Perbedaan etnik dan bahasa menjadi dasar bagi penyusunan

indeks yang menyatakan heterogenitas agen, yang disebut sebagai indeks

(ELF). Indeks ini digunakan pertama kali

oleh ilmuwan Soviet Altlas Norodov Mira (1964) dan kemudian

dipopulerkan oleh Taylor dan Hudson (1972). Indeks ini sendiri bisa kita

artikan sebagai besarnya peluang dua orang individu yang diambil secara

acak akan berada pada dua kelompok etnik yang berbeda.

Ethno-linguistic Fractinalization

Di samping indeks ini, dikenal juga indeks lain, yakni indeks polarisasi.

Indeks ini sendiri merupakan pengembangan dari indeks fraksionalisasi,

dengan memperhitungkan “jarak” antara kelompok sosial atau etnik yang

2-1-2

Page 161: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.1.2.

Indeks polarisasi untuk 30 wilayah di

Indonesia berdasarkan etnik (kiri) dan

berdasarkan agama (kanan).

diobservasi. Jarak tersebut merupakan suatu besaran tertentu yang bisa

mengukur sejauh mana perbedaan antara satu kelompok dengan

kelompok yang lainnya. Hal ini cukup penting diperhatikan, mengingat

pembedaan individu berdasarkan etnik melibatkan banyak dimensi, tidak

hanya berdasarkan warna kulit tetapi juga aspek-aspek kultural, agama

dan bahasa, dan aspek alamiah lainnya. Dengan demikian, dalam

pengukuran tingkat keragaman suatu populasi, tidak semata-mata hanya

dengan memperhitungkan suatu etnik terhadap keseluruhan

populasi – seperti dalam indeks fraksionalisasi – melainkan juga dengan

memperhitungkan tingkat perbedaan antara satu kelompok dengan

kelompok lainnya (Reynal-Querol & Montalvo, 2005).

Dari observasi yang dilakukan, secara umum ke-30 wilayah propinsi di

Indonesia memiliki tingkat polarisasi yang cukup tinggi. Dengan merujuk

pada definisi polarisasi, bisa kita melihat bahwa pada hampir keseluruhan

propinsi di Indonesia, terutama untuk propinsi-propinsi hasil pemekaran,

terdapat kelompok etnik minoritas tertentu yang hampir sama besarnya

dengan etnik dominan di wilayah tersebut. Sementara itu, etnik-etnik

minoritas lainnya hadir dengan yang lebih kecil. Dengan hanya

memperhatikan indeks polarisasi maka dapat dikatakan bahwa potensi

konflik etnik di seluruh wilayah tersebut bisa dikatakan sama besar.

Terdapat kecenderungan bahwa potensi konflik akan menjadi lebih besar

ketika suatu etnik minoritas dalam jumlah yang besar bertemu dengan

etnik dominan. Fakta yang berbeda didapati ketika kita menggunakan

pehitungan indeks polarisasi berdasarkan data agama. Maluku, Nusa

Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Utara, merupakan propinsi dengan

tingkat polarisasi agama yang tinggi. Hal ini menunjukkan adanya fraksi

agama minoritas tertentu dalam jumlah yang cukup besar, relatif

terhadap agama yang dominan di daerah tersebut. Fakta ini

memunculkan dugaan bahwa konflik sosial di daerah tersebut, lebih

disebabkan karena adanya motivasi karena unsur ketidakpuasan yang

tersulut oleh perbedaan agama, seperti diskriminasi dari agama

mayoritas terhadap agama minoritas.

share

share

2-1-3

Page 162: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Konflik dan kekerasan sosial merupakan suatu fenomena yang kerap

menandai kehidupan sosial masyarakat Indonesia, terutama pasca

kejatuhan rezim Orde Baru. Insiden yang ditandai dengan mobilisasi

massa dan kekerasan terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia,

terutama di Maluku, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Aceh dan

Papua.

Pada dasarnya harus kita sadari bahwa konflik sosial merupakan

fenomena kompleks yang disebabkan oleh banyak aspek, seperti tingkat

kesulitan ekonomi dan sosial, pengelompokkan sosial dan terjadinya

kesenjangan hingga ketidakpuasan terhadap pemerintah dan rezim

politik tertentu.

Untuk menganalisis konflik sosial di Indonesia, kita menggunakan data

terjadinya insiden kekerasan sosial yang terjadi di Indonesia dalam kurun

waktu 1990-2001. Konflik sosial di sini dipandang sebagai bentuk

mobilisasi massa yang menyebabkan terjadinya korban. Secara umum,

seperti yang terlihat dalam gambar 2.1.3., konflik sosial di Indonesia

terkonsentrasi di beberapa wilayah, terutama Aceh dan Maluku, Papua

dan Kalimantan Tengah, serta propinsi-propinsi di Pulau Jawa. Aceh

menjadi daerah yang cukup banyak mengalami insiden kekerasan sosial,

sebagai konsekuensi terjadinya terjadinya konflik yang berkepanjangan

antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pemerintah pusat, dimulai

sejak diprolamasikannya kemerdekaan Aceh oleh Hasan Tiro pada tahun

1976 di Pidie. Disusul dengan Maluku, yang mengalami konflik antar etnik

yang juga berdurasi cukup lama antara tahun 1999-2004. Propinsi-

propinsi di pulau Jawa menunjukkan tingkat konflik yang tinggi, terutama

dengan adanya kerusuhan sosial pasca kejatuhan Soeharto antara tahun

1998-1999, khususnya kerusahan Mei 1998. Beberapa daerah lainnya

tercatat juga mengalami konflik antar etnik dengan durasi yang lebih

pendek seperti Kalimantan Tengah dan Barat, serta Papua.

Gambar 2.1.3.

Kartogram konflik sosial di Indonesia,

dinyatakan dalam jumlah insiden yang

terjadi. Semakin besar luas wilayahnya

menunjukkan semakin sering

terjadinya insiden kekerasan sosial di

wilayah tersebut.

NADSUMUT

SUMBAR

BENGKULU

RIAU

JAMBI

SUMSEL

LAMPUNG

KEPRI

BANTEN

BABEL

JABARJATENG

DIY

KALBARKALTENG

DKI

JATIMBALI

NTB

NTT

KALTIM

KALSEL

SULSEL

SULTENG

GORONTALO

SULUT

SULTRA MALUKU

MALUT

PAPUA

2-1-4

Page 163: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.1.4.

Keragaman etnik dan konflik sosial.

Ukuran wilayah merepresentasikan

jumlah insiden kekerasan sosial,

sementara indeks warna menunjukan

tingkat fraksionalisasi etnik yang

ternormalisasi.

Lalu bagaimana kerapatan insiden tersebut dikaitkan dengan beberapa

faktor, seperti keragaman etnik, agama, bahasa dan juga faktor-faktor

ekonomi? Faktor apa-apa saja yang cukup dominan yang mempengaruhi

terjadinya konflik sosial di beberapa wilayah di Indonesia?

Seringkali keragaman etnik menjadi salah satu alasan yang cukup

dominan dalam memicu terjadinya konflik. Beberapa penelitian yang

dilakukan oleh Fearon (2003) dan Horowitz (1985) menunjukkan

bagaimana negara-negara yang memiliki tingkat keragaman etnik yang

tinggi umumnya mengalami konflik sosial. Untuk kasus Indonesia, kita

menvisualisasikan keragaman etnik yang direpresentasikan dengan

besaran indeks fraksionalisasi dengan frekuensi terjadinya insiden

kekerasan sosial di beberapa wilayah di Indonesia seperti terlihat pada

gambar 2.1.4.

Hal yang cukup menarik, dari gambar 2.1.4., adalah kita bisa melihat

bahwa pada umumnya konflik sosial terjadi pada propinsi-propinsi yang

memiliki tingkat fraksionalisasi etnik yang tidak terlampau tinggi, seperti

Aceh, Maluku dan propinsi-propinsi di Jawa. Propinsi-propinsi yang

memiliki tingkat fraksionalisasi etnik yang cukup tinggi seperti Sumatera

Utara, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Timur justru memiliki frekuensi

insiden kekerasan sosial yang lebih sedikit relatif terhadap propinsi-

propinsi lainnya. Penemuan serupa juga didapati dalam penelitian

empirik Collier dan Hoeffler (1998), yang melihat bahwa perang sipil antar

dua etnik yang berbeda justru terjadi pada negara yang memiliki tingkat

fraksionalisasi menengah. Ia mengemukakan bahwa perang sipil lebih

dikarenakan faktor ketidakpuasan ekonomi dan politik daripada unsur

etnik. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya konflik sosial, yang juga

terjadi di beberapa wilayah di Indonesia tidak disebabkan semata-mata

karena perbedaan etnik melainkan juga melibatkan faktor lainnya seperti

agama, ekonomi dan politik.

NADSUMUT

SUMBAR

BENGKULU

RIAU

JAMBI

SUMSEL

LAMPUNG

KEPRI

BANTEN

BABEL

JABARJATENG

DIY

KALBARKALTENG

DKI

JATIM BALINTB

NTT

KALTIM

KALSEL

SULSEL

SULTENG

GORONTALO

SULUT

SULTRA MALUKU

MALUT

PAPUA

2-1-5

Page 164: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Faktor perbedaan agama juga diduga menjadi faktor penyulut terjadinya

beberapa konflik etnik di Indonesia. Salah satunya adalah konflik Ambon,

Maluku – konflik yang berdurasi paling lama, yaitu antara tahun 1999

hingga 2004, dan menyebabkan korban yang juga paling banyak. Seperti

terlihat pada gambar 2.1.5., tingkat frasionalisasi etnik berdasarkan

agama untuk daerah Maluku sangatlah tinggi. Hal inilah yang

memunculkan dugaan bahwa faktor agama merupakan faktor yang

dominan dalam memicu konflik sosial di daerah tersebut. Perbedaan

agama menjadi begitu dominan dibandingkan dengan aturan tradisional

yang mengatur keharmonisan interaksi antar etnik di

Maluku. Beberapa ilmuwan sosial mengemukakan bahwa pada dasarnya

keterikatan individu berdasarkan atas agama lebih kuat dibandingkan

etnik atau bahasa. Ada beberapa alasan yang kemudian menyebabkan

faktor agama lebih kuat, yang pertama karena agama merupakan faktor

yang tetap dan tidak bisa dinegosiasikan. Seseorang bisa berbicara dalam

bahasa yang berbeda dan memiliki etnik campuran, namun tidak

demikian halnya dengan agama. Yang kedua, agama memiliki sejumlah

pandangan hidup, hubungan sosial dan lain sebagainya, yang berbeda

satu sama lain (Reynal-Querol, 2002).

Pela Gandong

Gambar 2.1.5.

Tingkat fraksionalisasi etnik

berdasarkan agama dan terjadinya

insiden kekerasan sosial. Ukuran

wilayah menyatakan jumlah insiden

dan indeks warna menunjukkan

tingkat fraksionalisasi/keragaman

etnik berdasarkan agama yang

dinormalisasi.

Pola yang berbeda dijumpai di propinsi-propinsi lain di Indonesia, seperti

Aceh dan propinsi-propinsi di Pulau Jawa. Wilayah-wilayah tersebut

memiliki tingkat keheterogenan etnik dan agama yang relatif rendah di

lihat dari tingkat frasionalisasi etnik dan agama. Namun, ia memiliki

tingkat insiden kekerasan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor

utama yang berpengaruh terhadap konflik sosial di daerah tersebut,

bukan semata-mata perbedaan etnik atau agama. Faktor lain yang diduga

berpengaruh adalah faktor kemiskinan atau kesulitan ekonomi.

Perebutan akan tanah dan sumber daya menjadi motivasi terjadinya

konflik diantara kelompok sosial dan perang sipil (Collier and Hoeffler,

1998). Hal ini dapat ditunjukkan dari gambar 2.1.6., dimana kita bisa

melihat bahwa daerah-daerah yang memiliki tingkat frekuensi insiden

NADSUMUT

SUMBAR

BENGKULU

RIAU

JAMBI

SUMSEL

LAMPUNG

KEPRI

BANTEN

BABEL

JABARJATENG

DIY

KALBARKALTENG

DKI

JATIM BALINTB

NTT

KALTIM

KALSEL

SULSEL

SULTENG

GORONTALOSULUT

SULTRA MALUKU

MALUT

PAPUA

2-1-6

Page 165: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

kekerasan sosial yang tinggi, seperti Aceh, Maluku, Kalimantan Tengah

dan Propinsi-propinsi di Jawa dan Sumatera bagian selatan, pada

umumnya memiliki tingkat atau GDP perkapita

yang rendah. Perbedaan kelas dan tingkat ekonomi sendiri bukanlah

faktor utama yang menyebabkan terjadinya konflik sosial, tetapi adanya

ketidaksetaraan ( ) tingkat ekonomi antar kelompok etnik yang

berbeda akan mendorong terjadinya konflik sosial dan bahkan

pemberontakan (Ray and Esteban, 2006).

Gross Domestic Product

inequality

Gambar 2.1.6.

GDP perkapita tahun 2007 dan jumlah

insiden kekerasan sosial. Ukuran

wilayah menyatakan jumlah insiden

dan indeks warna menunjukkan GDP

perkapita (sumber: BPS, 2005).

Fakta lain yang cukup menarik adalah uniknya properti keragaman etnik

di Indonesia, bukan hanya beragam dalam aspek etnik atau kultural

semata melainkan juga agama, dan bahasa. Seperti kita lihat pada

gambar 2.1.7., sebagian besar wilayah di Indonesia memiliki keragaman

etnik dan juga agama yang cukup tinggi, kecuali untuk propinsi-propinsi di

Pulau Jawa dan Bali.

Pengkajian konflik sosial tidak hanya terkait dengan faktor-faktor yang

berpengaruh dan struktur konflik sosial, melainkan juga dampak yang

diakibatkan olehnya. Pengungsian dan kekurangan tempat tinggal,

kerugian ekonomi, rendahnya kelayakan hidup dan sumber daya,

merupakan beberapa dampak yang umumnya ditemukan pasca

terjadinya konflik sosial di beberapa wilayah di Indonesia. Pasca konflik

ditandai dengan adanya kerapuhan ( ) aspek sosial,

kemanusiaan dan juga ekonomi di wilayah tersebut.

vulnerability

NADSUMUT

SUMBAR

BENGKULU

RIAU

JAMBI

SUMSEL

LAMPUNG

KEPRI

BANTEN

BABEL

JABARJATENG

DIY

KALBARKALTENG

DKI

JATIM BALI NTB

NTT

KALTIM

KALSEL

SULSEL

SULTENG

GORONTALO

SULUT

SULTRA MALUKU

MALUT

PAPUA

2-1-7

Page 166: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.1.7.

Fraksionalisasi etnik dan agama di

Indonesia. Ukuran wilayah Pendapatan

Domestik Bruto, tanpa DKI Jakarta

(sumber: BPS, 2005) dan indeks warna

menunjukkan tingkat fraksionalisasi

etnik berdasarkan agama.

Gambar 2.1.8.

Tingginya biaya untuk kehidupan yang

layak dan insiden kekerasan sosial.

Ukuran wilayah menyatakan jumlah

insiden kekerasan sosial, sementara

warna menunjukkan biaya untuk

kehidupan yang layak (sumber:

Depnakertrans, 2007).

NAD

NAD

SUMUT

SUMUT

SUMBAR

SUMBAR

BENGKULU

BENGKULU

RIAU

RIAU

JAMBI

JAMBI

SUMSEL

SUMSEL

LAMPUNG

LAMPUNG

KEPRI

KEPRI

BANTEN

BANTEN

BABEL

BABEL

JABAR

JABAR

JATENG

JATENG

DIY

DIY

KALBAR

KALBAR

KALTENG

KALTENG

DKI

JATIM

JATIM

BALI

BALI

NTB

NTB

NTT

NTT

KALTIM

KALTIM

KALSEL

KALSEL

SULSEL

SULSEL

SULTENG

SULTENG

GORONTALO

GORONTALO

SULUT

SULUT

SULTRA

SULTRA

MALUKU

MALUKU

MALUT

MALUT

PAPUA

PAPUA

2-1-8

Page 167: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Untuk beberapa kasus di Indonesia, pasca konflik

mengalami peningkatan biaya hidup layak. Hal ini ditunjukkan pada

gambar 2.1.8., di mana kebutuhan hidup yang tinggi terdapat pada

propinsi-propinsi yang sering mengalami insiden kekerasan sosial, seperti

Maluku, Aceh, Lampung, Papua dan sebagian wilayah propinsi di Pulau

Jawa. Kurangnya sumber daya dan kurang berjalannya sektor-sektor

ekonomi menjadi penyebab utama tingginya biaya hidup layak di wilayah

tersebut.

Ironisnya, tingginya biaya untuk kehidupan pasca konflik di wilayah-

wilayah tertentu di Indonesia, seperti Maluku, Aceh, Lampung dan

Sulawesi Tengah, diiringi dengan tingkat pendapatan yang rendah untuk

masyarakat di wilayah tersebut. Pada gambar 2.1.9. kita bisa melihat

bahwa daerah-daerah seperti Maluku, Kalimantan Barat, Sulawesi, dan

sebagian besar propinsi di pulau Jawa, memiliki upah minimum yang lebih

rendah, relatif terhadap daerah-daerah lain di Indonesia. Fakta ini

tentunya menjadi cukup penting untuk diperhatikan tatkala kita berbicara

mengenai penanganan wilayah pasca konflik.

beberapa wilayah

Paparan ini menunjukkan tingkat keheterogenan etnik di seluruh wilayah

Indonesia dengan menggunakan beberapa indeks yang lazim digunakan.

Secara umum, dengan menggunakan indeks-indeks tersebut, setiap

propinsi memiliki tingkat kehetogenan etnik yang tinggi. Konflik sosial

yang banyak terjadi di beberapa propinsi di Indonesia, terutama pasca

kejatuhan rezim orde baru, tidak seluruhnya terkait dengan isu

keheterogenan etnik, melainkan juga dengan beberapa aspek, seperti

buruknya tingkat ekonomi, ketidakpuasan terhadap kebijakan

pemerintah, hingga faktor-faktor sosio-religius masyarakat setempat.

Penyusunan indeks tertentu yang memperhatikan faktor-faktor tersebut

Gambar 2.1.9.

Jumlah insiden kekerasan sosial dan

upah minimum regional. Ukuran

kartogram menyatakan jumlah

insiden, sementara indeks warna

menunjukkan tingkat upah minimum

regional tahun 2007 untuk setiap

wilayah.

NADSUMUT

SUMBAR

BENGKULU

RIAU

JAMBI

SUMSEL

LAMPUNG

KEPRI

BANTEN

BABEL

JABARJATENG

DIY

KALBARKALTENG

DKI

JATIM BALI

NTB

NTT

KALTIM

KALSEL

SULSEL

SULTENG

GORONTALO

SULUT

SULTRA MALUKU

MALUT

PAPUA

2-1-9

Page 168: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

diperlukan untuk mengukur sejauh mana tingkat potensi konflik dari

setiap kawasan di Indonesia.

Penanganan konflik sosial di Indonesia tentunya perlu memperhatikan

faktor-faktor apa yang cukup berpengaruh dalam menimbulkan konflik di

daerah tersebut. Sebagai contoh, konflik Maluku dan konflik Aceh

tentunya mempunyai struktur yang berbeda dilihat dari latar belakang

dan faktor-faktor sosio-ekonomi yang memicu konflik di daerah tersebut.

Telaah lebih jauh tentang bagaimana struktur hubungan antar etnik di

setiap wilayah di Indonesia tentunya akan sangat bermanfaat dalam

mengambil kebijakan ekonomi dan politik yang mampu mengantisipasi

terjadinya konflik sosial di daerah tersebut, yang tak sedikit memakan

korban jiwa.

2-1-10

Page 169: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

min min

( ) x( )p x

x x

����

�� �

� � �

1

1 min

1 lnn

i

i

xn

x�

� � � � �

� ��

1

1 min

1ln

n

i

i

xn

x n

��

� �� �� �

� ��

Khanafiah, D., & Situngkir, H. (2007). “Bird’s Eye View to Indonesian Mass Conflict: Revisiting the Fact of Self-Organized Criticality”.

Working Paper Series WPG 2007. Bandung Fe Institute.

Konflik Ambon tahun 1999-2004

Sifat hukum pangkat pada distribusi korban selama periode konflik 1999-2004

dengan koefisien pangkat sekitar 2. Hal ini menunjukkan pola pengaturan pada

diri sendiri dalam hal terjadinya konflik dan kekerasan sosial selama periode

konflik tersebut. Ekstraksi sifat statistik ini memberikan gambaran bahwa dalam

peristiwa kekerasan sosial ini terjadi efek menyebar yang menyeramkan dan

melalui kalkulasi komprehensif atas momen-momen statistika yang dilakukan,

dalam limit tak berhingga jumlah korban terbesar yang mungkin menjadi tak

berhingga untuk tiap insiden yang ada. Perilaku organis kekerasan sosial ini

bersifat pengaturan diri sendiri dan sangat kompleks dalam perspektif

keterkaitan non-linier mikro-makro. Hal ini meninggalkan kita sebuah pelajaran

berharga, agar konflik serupa tidak pernah boleh terjadi di masa mendatang,

demi kemanusiaan.

lagi

Page 170: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Konflik dan Kekerasan Sosial: Simulasi Komputasional

Manajemen Identitas Sosial,

yang berbeda dan pola

pendinginan ketegangan

s o s i a l , m e n c e g a h

tercapainya nilai ambang,

yang berpotensi melahirkan

kekerasan sosial.

Konflik Massa seringkali berasal dari

pola mobilisasi massa dalam sistem

sosial. Simulasi komputasional yang

dilakukan dapat membantu kita untuk

memahami terjadinya kekerasan masif

sebagai akibat munculnya mobilisasi

massa yang disulut melalui adanya

ketegangan identitas sosial yang

berbeda di dalam masyarakat.

Dalam simulasi beberapa hal yang

menjadi perhatian adalah:

Adanya kegelisahan eksogen atas

sistem dan lingkungan sosial di

mana anggota masyarakat berada.

Misalnya: kesulitan ekonomi,

i legit imasi pemerintahan di

kalangan agen, dan sebagainya.

Faktor-faktor jaring sosial yang

memunculkan tokoh mobilisator

( d a p a t d i p a n d a n g s e b a g a i

provokator) dalam mobilisasi yang

terjadi.

Adanya identitas kolektif (sosial)

dan ketegangan awal antar

identitas kolektif.

Rujukan:

Situngkir, H. (2004). “On Massive Conflict: Macro-Micro Link”. Journal of Social Complexity 1 (4): 3-13.

Manajemen identitas kolektif dan pola pendinginan melalui bentuk-bentuk interaksi

sosial sebagai dua hal penting dalam pencegahan merebaknya kekerasan sosial.

Page 171: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

2.2 Media dan Konstruksi Sosial

Harus diakui bahwa masyarakat modern tak dapat dipisahkan dari

berbagai teks yang mengandung berbagai hal informatif dari

kontekstualisasi kehidupan modern itu sendiri. Kita telah terbiasa

berinteraksi dengan berbagai artifak kehidupan modern berupa teks,

mulai dari novel, komik, surat kabar, hingga teks-teks dalam media audio

visual seperti lirik lagu, puisi dan juga pembacaan berita di televisi. Studi

kultural seringkali dikaitkan dengan penelaahan teks-teks, yang

menyebabkan adanya kedekatan studi hermenutika dengan kajian studi

budaya.

Dalam kajian budaya, permintaan pendekatan transdisiplin sangatlah

tinggi karena dalam pendekatan obyek budaya juga diperhatikan dimensi

ekonomi politik, analisis teks dan kritik tekstual, termasuk penyelidikan

terhadap penerimaan informasi dari audiens yang mengkonstruksi

budaya. Tendensi transdisiplin ini mendorong akuisisi dan eksploitasi

metode yang berkembang di ranah kajian sains alam untuk berkontribusi

dalam kajian dan studi budaya.

Kompleksitas budaya merupakan sebuah konsep yang dapat diterima

oleh hampir seluruh kalangan ilmu pengetahuan. Budaya manusia, atau

secara spesifik budaya modern dengan segala konstruksi sosial yang

bertalian dengan teks-teks di dalamnya, merupakan sistem yang tidak

sederhana. Pendekatan komprehensif lintas disiplin menjadi tak sekadar

perlu demi perolehan pengetahuan secara maksimal, namun menjadi

sebuah urgensi agar kita dapat menjinakkan kompleksitas budaya.

Bagian ini menitikberatkan pada bagaimana media menjadi sebuah

artifak yang lahir dari manusia sekaligus memiliki kemampuan

mempengaruhi pola pikir manusia. Dua hal yang ingin dicakup dalam

bagian ini, adalah bagaimana media menjadi partner dari dunia

industri dalam proses produk-produk tertentu. Penelaahan ini

akan membawa kita pada sebuah konjektur tentang pola konsumsi

masyarakat dari sisi produk tertentu. Pendekatan kedua adalah

analisis terhadap pemberitaan media massa dengan mengakuisisi analisis

teks dan konsep sentralitas graf berbobot ( ). Di sini, kita

menganalisis secara tekstual sebuah surat kabar nasional yang

memiliki oplah terbesar se-Indonesia. Pendekatan ini membawa kita

kepada berbagai konsep yang memberi peran penting tentang bagaimana

masyarakat Indonesia memandang dunia dan lingkungannya.

pertama

branding

branding

weighted graph

headline

2-2-1

Page 172: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dinamika Opini:

Kompetisi Dua Opini dalam “benak” Masyarakat

Peran Media dan

RULE

majority rule

1: mengikuti aturan mayoritas

( ), kisi tengah cenderung

tetap pada opini mayoritas lokal.

RULE

p

RULE

RULE

2: ketika satu agen sosial

mengikuti satu opini yang berbeda

dengan tetangganya, peluang untuk

mengikuti mayoritas lokal meningkat

meski ada juga peluang (1- ) yang

relatif lebih kecil, yaitu tetap pada

pendiriannya.

3: Di samping mayoritas memiliki

kesempatan mempengaruhi kedua agen

yang lain, ada juga peluang di mana dua

agen bertetangga meyakinkan tiga

tetangga lainnya dengan aturan Sznajd

(2003).

4: Frustasi mikro-sistemik, di

mana agen yang ditengah "bingung"

dan memilih untuk tetap pada

pendiriannya. Di sini, kehadiran liputan

media (yang "mengiklankan" suatu

opini tertentu) dapat mengubah

struktur mikro dari sistem.

Pada simulasi ini, kita misalkan tiap kisi merepresentasikan satu agen

dalam sistem sosial yang pembaharuan state-nya diatur menurut rule

antara lain:

Tiap kisi yang merepresentasikan agen

sosial beraktivitas dalam dunia artifisial

yaitu:

Bentuk 2D: dunia berukuran x

Bentuk 3D: torus.

L L.

Kemudiandilakukansimulasikomputasional

Page 173: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Semakin besar ukuran pasar yang

hendak dikuasai, semakin lama waktu

yang dibutuhkan untuk membentuk

formasi opini dominan.

Persebaran opini dan merk/produk

akan jauh lebih menjadi sangat cepat

jika masyarakat (pasar) terkondisikan

untuk berkecenderungan mengikuti

mode.

Semakin besar sumber daya yang

digunakan dalam pengiklanan sebuah

produk maka semakin lama waktu

yang dibutuhkan untuk mencapai

konsensus. Namun, keuntungan dari

konsensus juga menjadi semakin

besar.

Rujukan:

Situngkir, Hokky. (2006). “Advertising in Duopology Games”. Working Paper WPF2006.

Bandung Fe Institute.

Sehingga diperoleh hasil seperti berikut:

Page 174: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

2.2.1. Karakterisasi Pola Konsumsi

Orang Indonesia Berdasarkan Merek

Manusia adalah makhluk simbol ( ) yang senantiasa

merepresentasikan berbagai hal dengan simbol dan penanda.

Representasi ini bahkan dilakukan dalam hal pemenuhan kebutuhan

hidupnya. Hal ini pula yang menjadi dasar pertimbangan bahwa analisis

kritis terhadap budaya masyarakat modern perlu memperhatikan sejauh

mana memberi pengaruh atas pola konsumsi masyarakat. Titik

ini perlu dicermati mengingat industri modern saat ini tak hanya

menghasilkan produk konsumsi, melainkan juga merek yang

membedakan satu produk dengan merek lain. Adalah sebuah tantangan

tersendiri untuk mengobservasi sejauh mana periklanan telah menjadi

bagian dalam budaya konsumsi masyarakat Indonesia saat ini. Yang jelas,

masyarakat kita adalah masyarakat yang menonton televisi,

mendengarkan radio, dan membaca pewartaan di berbagai media cetak.

Artinya, sedikit banyak akan ada pengaruh oleh berbagai imagi yang

ditawarkan oleh industri merek. Sepintas lalu, jika industri dan firma

berusaha menjual produk kepada pelanggan, maka media massa dapat

dilihat sebagai industri yang berusaha menjual merek kepada masyarakat

luas. Dalam titik ini, studi atas periklanan, dan bagaimana

masyarakat memilih produk berdasarkan merek menjadi diskusi yang

menarik.

Hal ini memotivasi kita untuk melihat lebih jauh. Upaya ini dilakukan

dengan mengeksploitasi berbagai metodologi yang memungkinkan kita

untuk melihat pola budaya modern ini lebih jauh secara kuantitatif dan

terukur. Data yang kita gunakan dalam studi ini bersumber dari

pengumuman yang dimuat di majalah

“SWAsembada” edisi 16/XXIII/26 Juli-8 Agustus 2007. Pembaca yang

tertarik dapat melihat langsung edisi majalah tersebut untuk melihat

lebih detail tentang proses pengambilan data dan kalkulasi yang

dilakukan, sehingga menghasilkan indeks yang dapat digunakan dalam

kajian ini. Dari data tersebut, kita melakukan studi dengan menggunakan

metodologi komputasional jaring saraf buatan atau tepatnya

(SOM). Perangkat ini digunakan sebagai alat bantu

klasifikasi dan pengelompokan data.

animalus symbolicum

branding

branding,

Indonesian Brand 2007

self-

organizing map

2-2-4

Page 175: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.2.1.

Klasifikasi atas iklan yang diingat dan

asosiasi memori terhadap merek.

Produk-produk yang diiklankan memberikan asosiasi yang berkorelasi

kuat dengan pengenalan merek di antara konsumen di Indonesia. Hal ini

ditunjukkan oleh klasifikasi lima area oleh jaring saraf SOM yang kita

bangun, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2.1. Pada gambar

tersebut terlihat bahwa kategorisasi yang kita lakukan berada pada garis

linier yang dihasilkan, dan terdapat sekitar 10 kelompok merek yang

berada di atas rata-rata dari sisi efektivitas periklanan dan pengetahuan

konsumen akan merek yang diiklankan. Dalam kategori yang diberikan,

produk-produk ini memang sudah cukup terkenal dan berada dalam

klasifikasi produk personal (air mineral, makanan ringan, mi instan, pasta

gigi, minuman, dan maskapai penerbangan di Indonesia). Sulit untuk

menduga bahwa kepopuleran produk ini disebabkan oleh intensitas

periklanan oleh firma yang bersangkutan mengingat produk-produk

tersebut telah cukup lama hadir dan populer di Indonesia. Secara umum,

terdapat korelasi positif yang kuat untuk produk-produk lain dalam tiga

kategori lainnya, seperti ditunjukkan pada gambar 2.2.1. Fenomena

menarik muncul untuk beberapa produk yang dikenali iklannya namun

tidak diingat merek yang diiklankannya, seperti produk kosmetika jamu

( ), produk minuman ( ),

suplemen kesehatan ( ). Namun secara umum, hal ini sangat

sensitif terhadap produk yang diiklankan. Empat produk tersebut

termasuk dalam merek yang tergolong (dalam indeks yang disusun)

sebagai .

fit

Slimming Tea Mustika Ratu, Merit Mountea

Cerebrovit

best brands

2-2-5

Page 176: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.2.2.

Klasifikasi atas dan

asosiasi memori terhadap iklan

disertai liniernya ( ).

brand share

fit inset

Tujuan pengiklanan tentunya adalah agar merek atas produk yang

ditawarkan benar-benar dapat meraup pasar seluas-luasnya. Pengukuran

atas sejauh mana iklan dapat memberikan kaitan dengan merek

tertentu ditunjukkan pada gambar 2.2.2. Pada gambar tersebut kita

menggunakan lebih banyak node jaring saraf untuk mendeteksi sedetail

mungkin sebaran data dalam ruang analitik. Hasil yang diperoleh sangat

menarik karena keterkaitan antara dan asosiasi memori

terhadap iklan yang ditampilkan sangat tinggi untuk masyarakat

Indonesia. Semakin besar asosiasi terhadap iklan maka yang

diperoleh oleh merek tersebut pun semakin besar pula. Hal ini

dikonfirmasi oleh node-node dalam jaring saraf yang kita gunakan untuk

memetakan ruang tersebut. Satu produk terlihat menjadi anomali dalam

satu kategori, yakni makanan ringan dengan merek . Tidak mudah

untuk melakukan analisis sebab terjadinya anomali atas merek ini.

Namun, satu hal yang jelas bahwa asosiasi memori masyarakat atas iklan

berbanding lurus dan linier dengan rekognisi atas iklan. Ini merupakan

sebuah kondisi yang menunjukkan bahwa, di Indonesia, iklan merupakan

suatu sarana yang sangat efektif dalam memperkenalkan produk dan

merek tertentu.

share

brand share

brand share

Leo

2-2-6

Page 177: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.2.3.

Kepuasan terhadap merek produk.

Dua korelasi kuat yang ditunjukkan pada sub-bagian sebelumnya tidak

terjadi ketika kita mengkontraskan antara kepuasan pengguna dan

kemampuan konsumen Indonesia dalam mengingat merek produk. Pada

gambar 2.2.3. ditunjukkan bahwa kemampuan konsumen kita dalam

mengasosiasikan kepuasannya atas merek tertentu dengan asosiasi

memorinya terhadap merek tertentu tidak senantiasa bersifat korelatif.

Terdapat lebih dari 90% merek yang kurang diingat, walaupun tingkat

kepuasan atas merek tersebut relatif tinggi. Apakah hal ini menunjukkan

bahwa produk-produk yang dipasarkan (tentunya yang dicakup dalam

survei yang dilakukan) sudah cukup baik dalam memuaskan pelanggan?

Argumentasi ini tentu saja tidak mudah untuk dijustifikasi. Namun terlihat

jelas, dalam kategorisasi 10 node jaring saraf SOM yang digunakan, hanya

terdapat sekitar 11 merek produk yang tingkat kepuasan atas merek

berkaitan erat dengan asosiasi memori konsumen

terhadap merek Dari sebelas produk ini, terdapat dua produk

yang cukup menarik, yakni merek obat sakit maag dan minuman

energi Dua produk ini memiliki nilai asosiasi memori

konsumen, atas iklan yang dilancarkan, yang secara

Namun, keduanya memiliki nilai asosiasi konsumen atas merek dan

tingkat kepuasan yang tergolong tinggi. Ini tentunya merupakan contoh

merek yang telah sangat berhasil di pasar. Pengenalan konsumen atas

iklan dua produk tersebut tidak lagi berkaitan langsung dengan

pengenalan atas merek yang ditawarkan. Sementara itu, sembilan produk

lainnya cenderung memiliki keterkaitan dengan pengenalan konsumen

atas merek-merek tersebut.

Promag

ExtraJoss.

yang

bersangkutan

tersebut.

relatif tidak terlalu

tinggi.

2-2-7

Page 178: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Tingkat kepuasan konsumen atas merek-merek yang dipasarkan,

sebagaimana ditunjukkan pada sub-bagian sebelumnya, ternyata cukup

menarik ketika kita kaitkan dengan kemampuan merek tersebut dalam

merebut pangsa pasar yang ada. Merek-merek dengan pangsa merek

yang kuat dan memiliki tingkat kepuasan tinggi berjumlah relatif cukup

banyak, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2.4. Yang menarik

tentunya adalah merek dengan dan kepuasan penggunaan

yang tinggi dengan tingkat asosiasi memori konsumen atas iklan tidak

berada dalam klasifikasi paling tinggi dalam jaring saraf SOM, seperti

ditunjukkan pada gambar 2.2.1.

tidak

begitu dominan dalam hal pengenalan merek. Namun, mereka

menguasai pangsa merek yang tersedia serta memiliki tingkat kepuasan

pelanggan yang sangat tinggi. Merek-merek seperti

dan tidak termasuk dalam merek

dengan tingkat rekognisi akan iklan yang tinggi (lihat gambar 2.2.1.).

Namun, mereka termasuk dalam yang sangat tinggi pada bidang

ini. Ini menunjukkan bahwa, meski tidak banyak, dimungkinkan

terjadinya penguasaan merek di pasar tanpa dibarengi dengan tingkat

pengiklanan yang tinggi. Dalam hal ini, teknik pemasaran (selain

pengiklanan) dapat pula menjadi pemicu tingginya nilai indeks pangsa

merek, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2.4.

Masyarakat Indonesia cenderung terpengaruh terhadap iklan. Selain itu,

iklan menjadi sebuah sarana yang vital dalam hal persaingan usaha. Pada

gambar 2.2.5. ditunjukkan keterkaitan antara kepuasan pengguna dan

asosiasi merek produk yang bersangkutan.

banyak merek yang berada pada utama. Lebih

jauh dapat terlihat pada perbesaran gambar 2.2.5. Hubungan yang

tak linier tersebut juga menunjukkan adanya kecenderungan

kepuasan pelanggan tak selalu disertai dengan ingatan yang baik atas

brand share

Slimming Tea

Mustika Ratu, Okky Jelly, Frutang, Keripik Leo, Mountea, Cerebrovit,

Frutang, OkkyJelly,

Teh Sosro, Sikat Gigi Formula cluster

cluster

cluster

inset

Merek-merek seperti

Pada bidang dua variabel

tersebut, dari 10 node jaring saraf yang digunakan dalam proses

klasifikasi, tidak

bahwa

Gambar 2.2.4.

Brand share dan kepuasan pengguna

produk dengan merek tertentu.

2-2-8

Page 179: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari studi lima bidang tersebut serta dengan mengamati pola

yang terjadi di dalamnya, kita dapat melihat beberapa fakta tentang pola

konsumsi di Indonesia dan kaitannya dengan merek produk yang

digunakan. Beberapa fakta tersebut antara lain:

clustering

Pengiklanan merupakan sarana pemasaran yang penting untuk

meningkatkan asosiasi memori konsumen pada merek, meski

ditemui juga beberapa yang membentuk merek yang

dikenali konsumen tapi dengan asosiasi atas iklannya yang tidak

begitu tinggi.

Masyarakat Indonesia cukup terpengaruh dengan pengiklanan

dalam hal pemilihan merek tertentu, sehingga

cenderung sangat terkait dengan asosiasi atas iklan suatu merek.

Semakin kuat asosiasi atas iklan, maka kecenderungan untuk

meraup yang luas juga sangat tinggi. Hal ini terlihat

pada hampir seluruh merek produk.

Tingkat kepuasan pelanggan atas merek secara relatif cenderung

tidak selalu berkaitan dengan ingatan pelanggan atas merek suatu

produk. Beberapa justru tak begitu diingat meski indeks

kepuasan penggunaannya relatif tinggi.

Beberapa merek tertentu menguasai yang tinggi meski

indeks kepuasan penggunaan atas merek tersebut tidak begitu

tinggi. Hal ini juga terjadi pada ingatan atas pengiklanan merek

tersebut.

brand cluster

brand share

brand share

brand

brand share

iklan dari merek yang bersangkutan. Ada banyak produk dengan asosiasi

memori atas iklan yang tidak tinggi, namun ternyata menunjukkan indeks

kepuasan penggunaan yang relatif tinggi. Gambar 2.2.5.

Clustering pada bidang kepuasan

pengguna dan tingkat asosiasi merek

atas iklan.

2-2-9

Page 180: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

2.2.2. Isu 2008 dalam Horizon Media Nasional

Model yang kita bangun secara sederhana berkeinginan untuk

menggambarkan penggunaan kata sebagai elemen terkecil dari teks

dalam bentuk graf atau jaringan. Penggunaan model ini telah dirintis

sebelumnya dengan cara yang berbeda, misalnya oleh para peneliti di

CASOS (

) di Amerika Serikat. Mereka menggunakan analisis teks dan

representasi statistiknya dalam pengamatan sistem sosial kompleks.

Beberapa pendekatan analisis kompleksitas yang dilakukan oleh R. F.

Sancho dan R. V. Solé tentang sifat-sifat “jaringan bahasa” telah pula

memeriksa dan membuktikan secara demonstratif persistensi sifat

topologi “dunia kecil” dalam jaringan kata-kata.

Sebagaimana diungkapkan oleh pionir analisis frekuensi penggunaan

kata dalam korpus, G. K. Zipf, manusia berupaya untuk memperkecil

usaha dalam mengkomunikasikan gagasan. Perilaku ini menyebabkan

adanya kecenderungan bagi penulis/pewarta teks untuk menggunakan

pengulangan kata sedemikian sehingga secara timbal balik

pendengar/pembaca warta teks menggunakan usaha yang minim pula,

dalam proses mencerna makna. Akibatnya, penggunaan kata menjadi

berulang. Jika kita menganggap penggunaan satu kalimat dalam teks

(baik berupa surat kabar, , maupun pesan singkat)

sebagai sebuah graf terkoneksi penuh, maka kumpulan kalimat-kalimat

tersebut dapat memberikan sebuah visualisasi graf. Jika sebuah kata

dianggap sebagai sebuah node, lalu keterhubungan antar kata, misalnya

pada satu kalimat, menjadi tepinya ( ) maka graf keterhubungan

antar konsep dalam jaringan teks dapat dimodelkan sebagai sebuah graf

keterhubungan antar konsep yang direpresentasikan dalam kalimat.

Dalam bagian ini, kita ingin menyelidiki data teks berupa seluruh

harian KOMPAS, sebagai salah satu media nasional yang memiliki oplah

terbesar di Indonesia. Data data teks berupa yang digunakan

mulai dari 1 Desember 2006 hingga 27 Juli 2007. Data surat

kabar ini merupakan kumpulan judul yang dipilih dan menjadi tajuk

utama dari sebuah surat kabar nasional yang sedikit banyak dapat

menggambarkan berbagai isu populer yang menjadi isu hangat pada

sistem sosial kita secara nasional.

Analisis jaringan teks tersebut dikerjakan dengan menggunakan sebuah

metode komputasional. Studi dilakukan pada korpus yang dikonstruksi

melalui surat kabar nasional dan pesan pendek spontan

masyarakat melalui layanan telepon selular. Objek penelitian ini

sebelumnya lebih sering didekati secara kualitatif oleh pendekatan

konvensional. Gagasannya adalah memodelkan kata sebagai jaringan

linguistik. Dari sini diharapkan, kita dapat menemukan sebuah

baru, yang sebelumnya sulit diperoleh melalui analisis kualitatif.

Center for Computational Analysis of Social and Organizational

Systems

headline newsticker

edges

headline

headline

headline

headline

insight

2-2-10

Page 181: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Ilustrasi Metodologi Studi Media dengan Jaring Linguistik dalam Khazanah Kajian Budaya Modern

D i s t r i b u s i p e l u a n g

keterhubungan antara satu

konsep baru dengan jaringan

konsep lama yang menyusun

g r a f ( ( ) ) , p e l u a n g

penggunaan kata ( ( )), dan

peluang kekuatan sentralitas

( ( )) menunjukkan sifat skala.

p k

p kw

p s

Satu kata akan cenderung terhubung dengan kata

lain dengan sifat skala: satu kata baru yang ingin

digunakan dalam penyusunan satu kalimat baru

cenderung terhubung dengan kata lain yang sering

digunakan dalam totalitas korpus tersebut. Satu

kata (baca: konsep) menjadi sangat terhubung

dengan banyak konsep lain dan kata yang dominan

tersebut secara mendasar menunjukkan pola

tematikal pemaknaan konsep secara umum dari

korpus.

Perlu dicatat bahwa (karena analisis ini

menggunakan metodologi yang melihat pola

pemaknaan yang terepresentasi dari penggunaan

kata), kata-kata yang sensitif terhadap tata bahasa,

seperti kata sambung, kata sandang, kata

keterangan, dan seterusnya, kita hilangkan dari

korpus yang ingin diobservasi. Hal ini tentunya akan

memperjelas keterhubungan antara satu konsep

dengan konsep lain, yang ditunjukkan dengan

penggunaan kata-kata tertentu di dalam korpus.

Page 182: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari gambar 2.2.6. kita dapat melihat bahwa sepanjang periode

Desember 2006 hingga Juli 2007, harian Kompas sangat didominasi oleh

pemberitaan di seputar isu pemerintahan eksekutif di Indonesia. Hal ini

tentu dapat dikaitkan dengan pola pemberitaan Kompas yang dikenal luas

sebagai salah satu media nasional terpopuler di tanah air dalam

mengkritisi sekaligus memberitakan berbagai aspek pemerintahan di

Indonesia. Secara tematik, Kompas sebagai media nasional yang

terkemuka cukup rajin menampilkan pemberitaan tentang

kepemimpinan nasional dan dinamika aspek politika pemerintahan,

sebagaimana dibutuhkan oleh pembacanya. Lebih jauh, kita juga tergoda

untuk melihat sejumlah aspek dan isu nasional yang berkembang pada

periode investigasi tersebut, sebagaimana terekam dalam surat

kabar ini. Untuk memudahkan, graf yang total keterhubungan dari

seluruh konsep yang ada pada basis data kita reduksi menjadi

graf yang lebih sederhana dengan hanya menampilkan seratus kata

terkuat dalam matriks keterhubungan yang ada.

Dari gambar tersebut, dengan memahami konstruksi sosial dalam

pemberitaan surat kabar, kita dapat melihat beberapa isu nasional di

sepanjang periode investigasi tersebut. Isu-isu tersebut antara lain

pemberitaan seputar kecelakaan pesawat dari maskapai ADAM AIR,

bencana lumpur Lapindo, banjir di beberapa lokasi di Indonesia, termasuk

hal-hal seputar ekonomi seperti harga beras, kredit dan investasi, serta

pemberitaan isu politik seperti pengesahan Undang-undang, konstitusi,

aktivitas pemerintahan (presiden dan wakil presiden) serta beberapa isu

khusus seperti misalnya epidemi flu burung dan kasus Institut

Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Pendekatan mendetail di seputar

isu-isu ini dapat dilakukan dalam analisis media termasuk keterkaitan

antara satu konsep dengan konsep lain. Dalam kerangka evaluatif aspirasi

kemasyarakatan, hal ini tentu dapat memberikan wacana cara melihat

pemberitaan surat kabar secara umum dalam periode waktu tertentu,

termasuk bagi harian yang bersangkutan untuk memandang secara

umum pola pemberitaan yang ada. Hal ini tentu tidak dapat dilakukan

hanya dengan sekadar membaca berita. Sumbangan metodologis analisis

media ini dapat dilakukan dalam kerangka studi budaya secara umum.

headline

headline

Gambar 2.2.6.

Visualisasi matriks yang

menggambarkan kekuatan dari

beberapa node harian

Kompas.

s S

headline

i ε

2-2-12

Page 183: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Setelah beberapa kali filterisasi konsep

berdasarkan tingkat kepentingannya,

kita dapat melihat beberapa konsep

dari dinamika kehidupan sosial politik

bangsa Indonesia dalam periode

observasi tekstual yang dilakukan.

Beberapa hal yang menarik untuk

dicatat adalah bahwa terdapat corak

pengelompokan konsep dalam

pemberitaan tentang bencana di

beberapa tempat di nusantara.

Kecelakaan di sektor transportasi yang

memakan korban jiwa, kasus Institut

Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) yang

menghebohkan, kasus penumpukan

sampah, tentang harga kebutuhan

pokok seperti beras, serta beberapa isu

seputar politik pemilihan kepala daerah

(PILKADA), politik ibu kota, dan politik

luar negeri terkait isu terorisme,

inte l i jen, dan per ist iwa pasca

penyerangan AS ke Irak.

Dari pemberitaan ini terlihat pula

keterkaitan antara konsep pihak yang

disoroti atau obyek pemberitaannya

media massa bersangkutan dan isu

yang diangkat. Cukup menarik

memperhatikan beberapa isu ekonomi

misalnya investasi, kredit, APBD, Bank

Indonesia menunjukkan yang

seolah “terpisah” dari konsep tokoh

nasional yang menjadi subyek berita.

cluster

Page 184: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 185: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

2.3. Korupsi

2.3.1. Aspek Teoretis Korupsi

Eksistensi korupsi di bumi pertiwi memiliki sejarah yang sangat panjang,

bahkan telah ada sejak lama. Korupsi juga ditengarai sebagai salah satu

penyebab yang melatarbelakangi bubarnya VOC, ratusan tahun yang lalu.

Perilaku ini terus bertahan hingga sekarang, era Indonesia modern.

Praktik ini sangat memasyarakat dan begitu dekat dengan kehidupan kita

sehari-hari, mulai dari pengurusan KTP, iuran sampah warga hingga

biaya proyek skala triliyunan rupiah.

Di Indonesia, korupsi sangat sering dihubungkan dengan 2 konsep

lainnya, yaitu: kolusi dan nepotisme. Hubungan tiga konsep tersebut kita

kenal baik dalam akronim populer KKN (korupsi, kolusi, nepotisme).

Hornick (2001) mendefinisikan kolusi sebagai sebuah kondisi dimana

pekerja publik berkonspirasi atau bekerjasama dengan pekerja publik

atau individu privat lainnya untuk merugikan individu, masyarakat atau

negara. Sementara nepotisme adalah sebuah kondisi dimana pekerja

publik menempatkan anggota keluarga atau kroni pada sebuah posisi

tertentu di atas kepentingan masyarakat atau negara.

Menurut Keefer (2002), korupsi berhubungan erat dengan karakteristik

demokrasi Indonesia saat ini, yang menginduksi terjadinya korupsi.

, institusi demokrasi yang ada masih belum cukup dewasa.

, horizon kebanyakan politisi sangat pendek. , di negara

demokrasi yang telah mapan, pengendalian korupsi dilakukan oleh

pemerintah. Namun, di Indonesia, khusunya pasca reformasi, tanggung

jawab itu diserahkan kepada . Di lain pihak, pemilih tidak cukup

mampu dalam mempengaruhi kebijakan yang dikeluakan oleh partai

politik ( ).

Korupsi memiliki dampak yang sangat serius bagi pertumbuhan ekonomi,

evolusi kontrak sosial (sebagaimana telah dibahas di bagian 1.1.),

hubungan internasional dan lain sebagainya. Untuk itu, isu ini harus dikaji

secara serius dengan menggunakan berbagai jenis pendekatan yang ada.

Di bagian ini, kita akan mengkaji dinamika korupsi di Indonesia dengan

menggunakan pendekatan komputasi. Struktur permasalah tersebut

coba ditumbuhkan di dalam komputer ( ), sebagaimana telah kita

diskusikan di bagian 0.2. Dengan menggunakan pendekatan ini

diharapkan kita akan mampu menjawab sejumlah wacana umum, yang

biasa muncul ketika berbicara tentang korupsi.

Korupsi sangat rumit untuk didefinisikan. Korupsi bukanlah sebuah

fenomena ekonomi esklusif. Abed dan Davoodi (2000) menyebutkan

bahwa korupsi adalah manifestasi dari sejumlah proses politik, hukum

mark-

up

Pertama

Kedua Ketiga

legislator

legislator

in silico

2.3.1.1. Kerumitan Pendefinisian Korupsi

(sumber:

Poster Komisi Pemberantasan Korupsi

Republik Indonesia)

2-3-1

Page 186: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.3.1.

Corruption Perception Index

Transparency

International,

Indonesia

yang dibuat oleh

di mana 0 artinya sangat

korup dan 10 artinya sangat bersih,

sepanjang tahun 1995 hingga 2006.

Gambar 2.3.2.

Normalized Corruption Index

World Bank

merupakan ukuran kemampuan

pemerintah untuk mengendalikan

korupsi untuk 195 negara di dunia,

pada tahun 2002. Indeks ini disusun

oleh (Kaufmann, dkk,

2003). Dari gambar ini terlihat bahwa,

di kawasan Asia Tenggara,

kemampuan Indonesia untuk

mengendalikan korupsi sangat lemah.

dan aspek-aspek lainnya, akibatnya kita harus membedah persoalan ini

secara hati-hati. Untuk itu, pertama-tama kita mengkaji terlebih dahulu

definisi korupsi yang akan digunakan.

Di Indonesia, menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang

pemberantasan tindak pidana korupsi, korupsi terkait dengan perbuatan

melawan hukum yaitu melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri

atau orang lain, atau suatu korporasi, yang dapat merugikan keuangan

atau perekonomian negara. Sementara dalam definisi umum, yang lebih

populer, disebutkan korupsi sebagai penyalahgunaan kekuasaan publik

untuk kepentingan pribadi (Tanzi, 1998). Perdebatan tidak berhenti di sini

karena, ternyata, korupsi memiliki banyak konseptualisasi lain. Namun

dapat kita katakan bahwa, korupsi terkait dengan gejala lemahnya sistem

politik, sosial, hukum dan ekonomi. Ketika korupsi menyebar, aktor akan

berupaya menyembunyikan tindakan tersebut dari perhatian publik.

Tindakan ini terjadi di banyak negara karena memang, pada dasarnya, ini

bukan hal baru dalam peradaban manusia. Namun, modus dan tipe

korupsi di tiap negara dan zaman bervariasi. Satu hal yang perlu dicatat di

sini adalah adanya perbedaan definisi yang digunakan dalam mengukur

dan menganalisis fenomena korupsi.

2-3-2

Page 187: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Berg (2001) menganalisis sejumlah metode pengukuran korupsi. Saat ini,

korupsi diukur dengan menggunakan survei dan jajak pendapat yang

menggunakan sampel acak dari pendapat warga lokal atau kaum bisnis.

Upaya ini dapat kita sebut sebagai metode pengukuran subjektif, seperti

terlihat pada gambar 2.3.1. dan 2.3.2. Dua pengukuran ini berbeda, yang

pertama berbasis persepsi, sementara yang lain berbasis pengalaman.

Metode pengukuran subjektif tersebut mendapat banyak kritikan.

Namun di sini, kita tidak bermaksud untuk mendiskusikan metode-

metode tersebut secara khusus, melainkan berupaya untuk mencari

struktur umum korupsi di Indonesia. Di sini kita akan menggunakan peta

analitik korupsi yang diusulkan oleh Gambetta (2000) dan model teori

permainan korupsi di birokrasi (Norris, 2000).

Untuk mendefinisikan korupsi, terlebih dahulu kita harus menganalisis

agen-agen sosial yang terlibat dalam proses tersebut. Menurut Gambetta

(2000) setidaknya ada tiga agen yang terlibat dalam proses korupsi, yaitu:

2.3.1.2. Apa Yang Disebut Korupsi?

1. agen (individu atau kumpulan individu) yang memberikan mandat

( ).

2. agen yang menerima mandat dan kepercayaan serta bertindak

untuk kepentingan pihak pertama ( ).

3. agen yang memanfaatkan kepercayaan agen ke agen guna

mendapatkan keuntungan tertentu ( ).

T

G

T G

P

Gambar 2.3.3.

Model primitif korupsi. Panah solid

menunjukkan aturan permainan dan

representasi lain menunjukan situasi

dimana terjadinya korupsi.

Korupsi terjadi pada keterhubungan antara ketiganya, yang deskripsinya

dapat kita lihat di gambar 2.3.3. Agen memberikan mandat dan

kepercayaan karena ia berharap agen akan melayani kepentingannya.

Korupsi terjadi pada saat agen menyalahgunakan mandat tersebut. Dari

penjelasan di atas diketahui bahwa tindakan suap (agen memberikan

sogokan ke agen dan penyalahgunaan wewenang (penggunaan

sumber daya publik untuk kepentingan pribadi) adalah bentuk-bentuk

korupsi. Pada kasus suap yang melibatkan anggota polisi lalu lintas dan

hakim, kita dapat menginterpretasikannya ke dalam bentuk korupsi

karena agen melakukan tindak penyogokan kepada agen untuk motif

pribadi, dalam hal ini menghindari kewajibannya sebagai warga negara

untuk patuh pada aturan lalu lintas yang dibuat negara. Namun, kita juga

dapat menemukan bentuk lain misalnya, agen yang semestinya

memiliki hak tertentu, hanya akan mendapatkan hak tersebut setelah

menuntaskan persyaratan tertentu di luar aturan yang berlaku, misalnya

diminta membayar sejumlah uang. Contoh kecil untuk kategori ini adalah

praktik pembuatan KTP yang seharusnya selesai dalam 1 minggu menjadi

mulur sampai 1 tahun karena agen tidak membayar suap. Upaya agen

memperoleh haknya lewat pemberian “upeti” kepada agen G disebut

sebagai suap untuk memperoleh hak. Dua praktik ini sering terjadi di

Indonesia.

T

G

G

P

G)

P G

P

P P

2-3-3

Page 188: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

• . Kategori ini terkait dengan tindakan aktor

atau sejumlah aktor tertentu yang mendistorsi pelaksanaan

aturan yang telah ada untuk kepentingan pribadi atau golongan.

Ini dapat dilihat di gambar 2.3.4. Warga negara seharusnya

memperoleh hak tertentu. Namun, sejumlah oknum

menyalahgunakannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Misalnya, sesuai dengan aturan , pengurusan KTP hanya

mengeluarkan biaya 10 ribu rupiah namun pada praktiknya tarif

layanan pembuatan KTP dibanderol pada 100 ribu rupiah. Ini

adalah bentuk korupsi lewat layanan, karena aturan tidak

berubah tapi pelaksanaannya diselewengkan.

. Kategori ini terkait dengan tindakan aktor

atau sejumlah aktor tertentu untuk mempengaruhi hukum,

kebijakan, dan regulasi untuk kepentingan pribadi atau golongan.

Praktik “lobi lapangan tennis” seorang pengusaha kepada

seorang pejabat pemerintah atau anggota DPR agar membuat

regulasi yang memperbolehkan impor gula adalah contoh korupsi

lewat aturan. Aturan impor gula tidak diselewengkan tapi justru

diubah untuk kepentingan pihak tertentu. Gula yang sebelumnya

dilarang masuk oleh aturan menjadi boleh diimpor karena

adanya aturan baru ( ). Secara umum, tipe korupsi ini lebih halus

serta sulit dideteksi dan diberantas daripada tipe pertama.

Korupsi lewat layanan

Korupsi lewat aturan

X

X

Y

Y*

Gambar 2.3.4.

Struktur umum korupsi di Indonesia,

yaitu: korupsi lewat layanan (kiri) dan

korupsi lewat aturan.

Dari gambar 2.3.4. terlihat, secara umum kasus korupsi terjadi akibat

adanya interaksi agen dan : melalui pertukaran keuntungan dan

penyelewengan kepercayaan. Kolusi dan nepotisme secara inheren

masukan dalam dua tipe korupsi di atas. Di bagian selanjutnya kita akan

mengkaji dinamika korupsi melalui sebuah model yang dikonstruksi dari

dua tipe generik di atas.

G P

Secara umum, korupsi di Indonesia dapat dikategorisasi menjadi dua jenis

yaitu:

2-3-4

Page 189: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

2.3.1.3. Model Dinamik Korupsi

Ada 2 kelompok agen yaitu kelompok (birokrat) dan kelompok (warga

negara). Tiap agen memiliki tetangga, dengan jumlah tertentu, di

kelasnya. Di tiap putaran, agen terhubung dengan agen . Tindakan

korupsi ( terjadi saat dua agen dan yang berperilaku

korup atau memiliki keinginan untuk korupsi ( )

bertransaksi. Dengan demikian akan ada dua agen yaitu korup dan

tidak korup, di mana untuk agen korup ia juga memiliki peluang untuk

bertanggung jawab di depan hukum. Sehingga secara lengkap, terdapat

tiga agen yaitu korup, tidak korup, dan dipenjara.

G P

G P

corrupt action) P G

corrupt behavior

state

state Aturan untuk

setiap agen di masing-masing ronde:

Gambar 2.3.5.

Ilustrasi model dinamin yang

dibangun.

Agen memilih secara acak patner dari kelompok lain yang tidak

dipenjara. Lalu, ia memutuskan untuk korup atau tidak korup.A

Agen yang memilih korup memiliki peluang ditangkap.

Agen memutuskan untuk korup atau tidak di ronde selanjutnya.

Keputusan tersebut didasarkan pada nilai ekspektasi, yang

dipengaruhi: faktor kejujuran ( ), jumlah kawan yang

dipenjara dan pertemuan dengan mitra korup yang tidak dipenjara

(terkait memori), ganjaran hukuman untuk si korup dan si tidak korup.

Salah satu alternatif solusi yang sering diusung dalam upaya

pemberantasan korupsi adalah mengupayakan agar setiap orang

berperilaku jujur. Secara praktis, solusi ini dimanifestasikan ke berbagai

metode seperti kampanye moral serta tindakan lainnya yang

berhubungan dengan kepercayaan atau agama. Untuk membuktikan

honesty index

2.3.1.4. Interpretasi-ulang Solusi Korupsi yang Berkembang

A. Kampanye Moral

2-3-5

Page 190: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

pendapat ini, kita melakukan simulasi dengan memvariasikan nilai indeks

kejujuran ( ) dari rata-rata nol hingga satu. Hasil simulasi

dapat dilihat di gambar 2.3.6. Dari gambar ini ditunjukkan bahwa

tindakan korupsi ( ) menurun seiring dengan meningkatnya

nilai rata-rata indeks kejujuran. Namun yang mengejutkan, korupsi tidak

benar-benar hilang saat rata-rata dekat ke satu. Artinya

tingkat kejujuran yang sangat tinggi sekalipun tidak akan membuat semua

agen dan agen menjadi tidak korup. Fakta ini menunjukkan bahwa

perjuangan melawan korupsi tidak akan pernah cukup hanya dengan

upaya meningkatkan moral dan integritas semata.

honesty index

corrupt action

honesty index

P G

B. Peningkatan Gaji

Tindak korupsi sering dikaitkan dengan faktor gaji yang sangat kecil.

Apakah korupsi akan hilang jika gaji dinaikkan? Untuk membuktikan

pendapat ini, kita melakukan simulasi dengan memvariasikan gaji atau

ganjaran bagi agen tanpa korupsi. Dari gambar 2.3.7. terlihat bahwa

jumlah agen, baik kelompok maupun , yang korup masih tetap tinggi

ketika gaji dinaikkan. Fakta ini memperlihatkan dibutuhkannya

pendekatan yang lebih holistik dalam menganalisis dan memberantas

korupsi. Jadi, korupsi tidak hanya dapat diselesaikan dengan pendekatan

faktor kesejahteraan, seperti gaji, semata.

G

G P

Gambar 2.3.6.

Hasil simulasi dengan

yang bervariasi.

honesty index

Gambar 2.3.7.

Hasil simulasi ketika gaji atau ganjaran

bagi agen tanpa korupsi diperbesar.G

2-3-6

Page 191: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

C. Memori

Di bagian ini kita mencoba untuk melihat efek memori terhadap dinamika

yang terjadi di sistem artifisial tersebut. Pada gambar 2.3.8., kita dapat

menemukan bahwa peningkatan ukuran memori akan menurunkan

tindak korupsi secara gradual. Agen menggunakan informasi yang telah

ada sebelumnya dalam menentukan keputusan ke depan. Saat ia melihat

ada banyak temannya yang dipenjara, ia cenderung takut untuk

berkorupsi. Dari simulasi ini, kita dapat menemukan bahwa, ketika

memori masa lalu meningkat, perilaku korup masih tetap tinggi pada

agen , yaitu warga negara, namun sangat kecil untuk agen birokrat.P

Gambar 2.3.8.

Hasil simulasi ketika memori diubah-

ubah.

D. Jejaring Sosial

Ukuran jejaring sosial merefleksikan banyaknya informasi yang

didapatkan seorang agen. Ia juga menunjukkan tingkat demokratisasi.

Semakin demokratis sebuah sistem sosial, maka informasi yang

didapatkan oleh seorang agen menjadi semakin banyak. Ada wacana yang

menyebutkan bahwa transparansi dan akuntabilitas pemerintah akan

mengurangi korupsi. Untuk menguji pernyataan tersebut dilakukan

simulasi yang hasilnya dapat terlihat di gambar 2.3.9. Kita dapat melihat

bahwa ketika ukuran jejaring sosial sangat kecil, sistem artifisial kita

bersifat korup. Namun, ketika ukuran jejaring sosial diperbesar, tindakan

korup, baik oleh agen birokrat maupun agen warga negara menurun

drastis. Ini menunjukan adanya sebuah transisi sosial ketika ukuran

jejaring sosial diperbesar. Sebagaimana telah dibahas di bagian

sebelumnya, dari sini didemonstrasikan adanya sebuah hubungan yang

tidak linier antara proses demokratisasi dengan korupsi. Ketika proses

demokratisasi mencapai sebuah level tertentu maka korupsi akan

menurun secara drastis.

2-3-7

Page 192: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.3.9.

Hasil simulasi ketika ukuran jejaring

sosial agen (kiri) dan agen (kanan)

diubah-ubah.

G P

E. Penegakan Hukum

Solusi lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan korupsi adalah

penegakan hukum. Apakah peningkatan masa hukuman bagi para

koruptor akan mengurangi korupsi? Dari hasil simulasi, yang terlihat di

gambar 2.3.10., diketahui bahwa perpanjangan masa kurungan bagi para

koruptor akan mengurangi tindak korupsi secara signifikan. Secara

umum, korupsi akan turun secara lebih drastis ketika masa kurungan bagi

agen birokrat ( ) ditambah, dibandingkan dampaknya ketika masa

kurungan bagi agen warga negara ( ) ditingkatkan. Namun, perlu dicatat

bahwa, perilaku korup sebaiknya ditekan lewat penegakan hukum, secara

proporsional bagi kedua kelompok agen. Hal ini penting agar perilaku

korup menurun di dua kelompok tersebut.

G

P

Gambar 2.3.10.

Hasil simulasi ketika masa hukuman

bagi agen (kiri) dan agen (kanan)

diubah-ubah.

G P

Gambar 2.3.11.

Hasil simulasi ketika peluang koruptor

tertangkap diubah-ubah.

2-3-8

Page 193: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.3.12.

Sistem akan berubah secara endogen

menuju rezim yang tidak korup

ketika peluang koruptor tertangkap

diperbesar.

Pendekatan lain yang dapat kita lakukan adalah dengan meningkatkan

kemampuan aparat penegak hukum dalam menangkap koruptor. Baik

birokrat ( ) maupun warga negara ( ) keduanya memiliki peluang

tertangkap ketika melakukan korupsi. Dari hasil simulasi (gambar 2.3.11.)

terlihat bahwa perilaku korup akan turun signifikan ketika peluang

koruptor tertangkap sangat besar. Dinamika ini dapat dilihat secara lebih

detil di gambar 2.3.12. Pada saat peluang koruptor tertangkap cukup

besar maka akan ada transisi dari rezim yang korup ke rezim yang tidak

korup. Ini menunjukkan bahwa dalam upaya pemberantasan korupsi,

adalah penting untuk menjaga konsistensi aparat penegak hukum dalam

menangkap koruptor. Konsistensi ini akan menyebabkan sistem secara

endogen bertransisi menuju rezim yang tidak korup.

Dari hasil simulasi di samping, kita dapat melihat bahwa penegakan

hukum bagi semua kalangan dapat digunakan sebagai solusi

pemberantasan korupsi. Perlu dicatat, upaya penegakan hukum harus

dilakukan di segala aspek, baik dari sisi tingkat hukuman (bagi birokrat

dan warga negara) yang terlibat korupsi maupun dalam hal konsistensi

aparat penegak hukum dalam menangkap koruptor.

G P

2.3.2. Korupsi Oleh LSM

Pasca runtuhnya rezim Soeharto 1998, Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) tumbuh dengan begitu pesat. Fakta ini dipercaya terkait dengan

tingginya intensitas donasi luar negeri dalam kegiatan pemberdayaan

sosial di Indonesia. Pada dekade 80-an jumlah LSM hanya sekitar 3.000

buah. Namun saat ini, jumlah LSM yang terdaftar saja lebih dari 13.400

buah, belum lagi yang tidak terdaftar. Fakta ini menimbulkan beragam

pertanyaan. Seberapa efektif dan efesienkah LSM mampu melakukan

pemberdayaan sosial dan proses demokratisasi? Untuk itu, kita perlu

perlu melakukan studi lebih jauh. Berdasarkan data yang dikoleksi oleh

LP3ES (2002) tercatat, dari lebih 450 LSM di Indonesia, ada sekitar 62%

yang memperoleh bantuan finansial dari luar negeri. Sumber pembiayaan

lainnya berasal dari: sumbangan anggota, bantuan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dan hasil konsultasi proyek yang dijalankan oleh LSM

tersebut.

Aktivitas LSM memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya

demokratisasi dan mendorong akuntabilitas publik di negara ini. Namun

terkadang, ada situasi dimana LSM sendiri justru menyelewengkan

donasi luar negeri untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

Donatur asing ( ) memberikan mandat kepada LSM ( ) untuk

memberikan pelayanan kepada pihak tertentu ( ). Pada saat LSM

menyelewengkan mandat tersebut untuk kepentingan pribadi atau pihak

tertentu, maka ia telah melakukan korupsi (berdasarkan definisi yang

telah kita buat di bagian sebelumnya).

Sebagaimana telah kita bahas di bagian sebelumnya diketahui bahwa

korupsi adalah sebuah fenomena kompleks. Fenomena ini tidak cukup

T G

P

2-3-9

Page 194: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

diselesaikan hanya dengan menggunakan kampanye atau gerakan moral

anti korupsi semata. Ia terkait dengan banyak aspek yang terkait dengan

aktivitas LSM. Namun di tengah upaya pemberantasan tersebut, ada

dilema bagi pihak donor asing. Di satu sisi, ia tidak dapat sepenuhnya

mengawasi kegiatan LSM dalam menjalankan aktivitas penyelesaian

permasalahan lokal. Akan tetapi di sisi yang lain, ia harus memberikan

kepercayaan alokasi dana kepada pihak LSM. Semuanya berawal dari

kepercayaan. Akibatnya muncul dilema. Hal ini dapat memunculkan

adanya nepotisme antara broker lokal dan agensi donor. Dengan kata lain,

diperlukan sejumlah mekanisme evaluasi dana yang diserap oleh pihak

LSM. Hal inilah yang menjadi titik perhatian utama bagian ini. Akan tetapi

perlu dicatat bahwa di sini, kita tidak bermaksud untuk mengkuantifikasi

ukuran keefektifan dana oleh LSM. Dalam pekerjaan ini kita mencoba

untuk memodelkan permasalahan tersebut dengan menggunakan logika

Ruang gerak LSM di Indonesia berkutat pada isu-isu negara ketiga,

seperti: pertanian, lingkungan, advokasi, demokrasi dan pemerintahan,

kesehatan, studi perkotaan dan lain sebagainya. Tugas utama LSM di

Indonesia adalah menjadi perangkat pemberdayaan sosial guna

menyelesaikan masalah keterlambatan evolusi sosial di Indonesia. Di sini

kita perlu mencatat bahwa evolusi sosial di Indonesia berkaitan erat

dengan aktivitas ekstra-parlementer, gerakan mahasiswa dan kegiatan

demonstrasi lainnya. Namun tentu saja, kita tidak dapat menempatkan

gerakan mahasiswa dalam fase akhir evolusi tersebut. Gerakan

mahasiswa, yang dilindungi oleh kebebasan mimbar akademik, menjadi

salah satu motor yang memicu gerakan awal perubahan sosial. Fase akhir

evolusi tersebut, salah satunya, dijalankan oleh LSM.

Perjalanan Indonesia sekarang berhubungan erat dengan Orde Baru.

Dalam era tersebut pemerintahan dijalankan secara otoriter. Akibatnya,

proses demokratisasi terhambat dan ada kesenjangan antara pemerintah

dan rakyatnya. Di era ini, LSM diharapkan mampu menjadi jembatan yang

menghubungan kesenjangan tersebut, menjalankan fungsi demokratisasi

serta berupaya mengkonstruksi hubungan kemitraan antara pemerintah

dan rakyat. Aktivitas ini memerlukan sumber daya yang cukup besar.

Setelah krisis (1997-1998) pemerintah memiliki kekurangan sumber daya

untuk menyokong aktivitas tersebut. Untuk itu dibutuhkan banyak

bantuan. Di sini, donasi dari luar negeri diharapkan mampu mengisi

kekosongan tersebut.

LSM di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam

menciptakan iklim investasi, situasi politik, ekonomi, budaya dan aktivitas

sosial yang sehat. Peranan ini dapat kita lihat di gambar 2.3.13. Dari sini

kemudian kita dapat mengkaji hubungan tersebut menggunakan metode

logika .

fuzzy.

fuzzy

2.3.2.1. Peranan LSM Dalam Pemberdayaan Sosial

Gambar 2.3.13.

Peranan LSM dalam evolusi sosial di

Indonesia.

2-3-10

Page 195: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Logika Fuzzy

Aristoteles membangun logika. Hukum ini sering disebut

logika dua nilai ( ). Dalam kerangka ini disebutkan bahwa,

jika sesuatu tidak benar maka ia pasti salah dan jika sesuatu tidak salah

maka ia pasti benar. Ide ini sebenarnya telah dikritik sejak zaman Yunani.

Parmiendes menyatakan bahwa sesuatu itu dapat benar atau salah (

. Heraclitus menyatakan bahwa sesuatu dapat benar dan

tidak benar. Pada tahun 1920, Lukasiewicz menyebut daerah ketiga dalam

logika . Logika bernilai tak hingga

), dituturkan pertama kali oleh Lotfi A. Zadeh, profesor di University

of California Barkeley, tahun 1965. Semenjak itulah istilah

populer digunakan.

Dalam logika dua nilai Aristotelian hanya ada dua buah tipe pernyataan

yaitu benar dan salah, misalnya: "Bambang gendut" atau "Bambang tidak

gendut". Dalam logika kondisi-kondisi lain dapat diakomodasi,

misalnya pernyataan: "Bambang agak gendut", "Bambang kurang begitu

gendut" dan lain sebagainya. Logika dimulai dengan set

Sebuah set adalah sebuah set tanpa batasan. Ia dapat memuat

sebuah elemen dengan derajat keanggotaan sebagian. Dari sini kemudian

kita akan mengenal konsep fungsi keanggotaan ( ).

Fungsi keanggotaan adalah sebuah kurva yang memetakan nilai input ke

sebuah derajat keanggotaan yang bernilai antara nol dan satu. Misalnya,

ketika berat badan Bambang diantara 70kg dan 90kg maka ia

dikategorisasi sebagai “agak gemuk”, dan seterusnya. Namun upaya

klasifikasi diskrit (<50kg,50-70kg, dan seterusnya) tersebut terkadang

sangat subjektif dan membatasi kemampuan analisis. Untuk set

dapat dikembangkan dengan berbagai jenis fungsi keanggotan yang

bersifat kontinu, misalnya garis lurus, sigmoid, gaussian dan lain

sebagainya.

prinsip dasar

bi-valued logic

law

of exclude midle)

(three-valued logic) (infinite-valued

logic

fuzzy logic

fuzzy

fuzzy fuzzy.

fuzzy

membership function

fuzzy

Logika memiliki prosedur operasional tersendiri, seperti operasi

"negasi", "dan" serta operasi "atau". Proses formulasi pemetaan dari

input ke ouput dengan menggunakan logika disebut f

. Ada banyak jenis FIS, misalnya: FIS Sugeno, FIS Mamdani,

dan seterusnya. Pendekatan ini dapat digunakan di banyak aplikasi.

Konsep ini memberikan sebuah kerangka baru yang dapat membantu

penyelesaian beberapa aplikasi yang tadinya sulit untuk dipecahkan,

termasuk dalam membedah sistem sosial.

fuzzy

fuzzy uzzy inference

system (FIS)

Page 196: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

2.3.2.2. Studi LSM di Indonesia Menggunakan Logika Fuzzy

Ada tiga jenis input FIS dalam model ini, yaitu: ada tidaknya donasi asing,

apakah LSM menjalankan tindakan yang sesuai dengan keinginan donor

atau tidak (atau justru kabur dengan uang tersebut), apakah tindakan

LSM tersebut sesuai kebutuhan masyarakat. Di model sederhana ini,

diasumsikan semakin fit pekerjaan tersebut maka situasi sistem sosial

menjadi lebih baik. Tiga masukan tersebut diproses dengan

menggunakan FIS Mamdani. Sketsa proses yang dilakukan dalam model

tersebut dapat dilihat di gambar 2.3.14.

Gambar 2.3.14.

Ilustrasi model adaptif yang

digunakan.

Fungsi keanggotaan yang dikonstruksi dengan menggunakan kurva

gaussian simetri, seperti terlihat di gambar 2.3.15.

Gambar 2.3.15.

Fungsi keanggotaan yang digunakan,

yaitu: (a) fungsi keanggotaan donasi

lembaga penyalur internasional ke

LSM, (b) tindakan yang dilakukan oleh

LSM, (c) dan kecocokan tindakan yang

dilakukan, oleh LSM, ke masyarakat

lokal tertentu, serta (d) fungsi

keanggotaan evaluasi yang dilakukan

oleh donor.

2-3-12

Page 197: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dengan menggunakan fungsi keanggotaan tersebut, kita dapat melihat

hubungan kait-mengait antara variabel: donasi, tindakan dan kecocokan

tindakan. FIS yang digunakan dapat dilihat di gambar 2.3.16.

Dengan menggunakan perangkat analisis tersebut, kita dapat mengkaji

efektivitas donasi yang diberikan ke LSM, seperti terlihat pada gambar

2.3.17.

Gambar 2.3.16.

Ilustrasi FIS yang digunakan.

Gambar 2.3.17.

Keterkaitan antara variabel bantuan

dan kecocokan terhadap tingkat

efektivitas LSM (atas) serta hubungan

antara variabel bantuan dan tindakan

terhadap tingkat efektivitas LSM

(bawah).

2-3-13

Page 198: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari sini kita dapat melihat adanya "gelombang" keterkaitan antara

variabel kecocokan dan bantuan, ia tidak membentuk sebuah hubungan

linier. Peningkatan bantuan tidak serta-merta meningkatkan efektifitas

tindakan yang dilakukan oleh LSM. Ini dapat dipahami bahwa, donasi

sebaiknya didasarkan pada sejumlah studi perencanaan terlebih dahulu

sebelum dikerjakan oleh LSM. Dengan kata lain, lembaga penyalur dana

sebaiknya menyiapkan sejumlah studi saintifik di luar kegiatan LSM. Studi

pra-donasi tersebut diharapkan akan dapat menjadi perangkat evaluasi

bagi donor akan keberhasilan kegiatan yang akan dikerjakan nantinya.

Kita membutuhkan sejumlah mekanisme yang lebih baik dalam

mengevaluasi aktivitas LSM, untuk mencegah penyia-nyian dana bantuan

dari donatur. Sistem evaluasi tersebut sebaiknya didasakan pada sebuah

prosedur standar disertai upaya pemberian sanksi hukum bagi pihak-

pihak yang terbukti menyelewengkan dana tersebut. Skema evaluasi ini

dapat dibangun dengan menggunakan metode yang diusulkan di

atas. Namun, sebelum mengimplementasikan sistem evaluasi standar

tersebut, dibutuhkan sejumlah survei yang mengukur keefektifan

program yang selama ini dijalankan LSM di Indonesia. Dengan adanya

prosedur tersebut diharapkan, kita dapat memperkecil kemungkinan

penyelewengan dana, dalam proyek-proyek yang dikerjakan oleh LSM.

2.3.2.3. Arahan

fuzzy,

2.3.3. Korupsi di Daerah

Korupsi menyebar di segenap penjuru nusantara. Tetapi, seberapa jauh

hal itu terjadi? Berdasarkan data empiris yang berhasil dikoleksi oleh

Malang Corruption Watch (2006), kita mencoba untuk melihat sebaran

praktek korupsi yang melibatkan pejabat dari jajaran eksekutif dan

legislatif daerah, khususnya berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah. Data tersebut dikompilasi oleh Malang Corruption Watch

dari berbagai sumber berita yang ada di internet, koran dan buku.

Kartogram korupsi di daerah dapat dilihat di gambar 2.3.18.

2-3-14

Page 199: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 2.3.18.

Kartogram sebaran korupsi dan indeks

kemiskinan daerah. Data korupsi yang

sangat terbatas menyebabkan

beberapa wilayah tidak tampak dalam

kartogram (sumber: Kurniawan, Luthfi,

dkk., ed. 2006)

2.3.4. Beberapa Catatan

Korupsi adalah salah satu fenomena kompleks. Ia terjadi dimana-mana,

mulai dari jajaran pemerintah pusat, pemerintah daerah, LSM hingga ke

sektor swasta. Kompleksitas dan skala persebaran korupsi

mengakibatkan ia tidak cukup hanya didekati dengan faktor moral dan

kesejahteraan semata, tetapi juga dengan aspek sosial dan antropologi

lainnya.

Dengan menggunakan perangkat komputasional di atas kita dapat

menunjukkan dan menguji sejumlah hipotesis dan wacana umum yang

beredar di masyarakat. Sekali lagi perlu diperhatikan di sini, korupsi tidak

dapat dilihat secara mono-dimensi. Korupsi terkait dengan banyak aspek

sosial, mulai dari politik, ekonomi maupun aspek kultural. Untuk itu,

upaya pemberantasan korupsi hendaknya dibangun secara komprehensif

karena diskusi tentang korupsi adalah sebuah diskusi inter-disiplin.

Namun perlu diperhatikan bahwa korupsi tidak hanya dapat terjadi di

jajaran aparat pemerintah pusat dan daerah semata, melainkan juga di

dalam LSM. Untuk itu, kita membutuhkan sejumlah mekanisme yang

lebih baik dalam mengevaluasi aktivitas LSM. LSM adalah salah satu

elemen bangsa yang bertugas menjaga proses demokratisasi di

Indonesia. Tetapi sang penjaga juga butuh penjaga bukan?

2-3-15

Page 200: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 201: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Ekonomi dan

Keuangan Negeri

Bab 3

Bab ini menyediakan lapangan wiyatamandala tempat

untuk belajar dari ekonomi kita saat ini. Hal ini dapat

dijadikan refleksi guna membentuk ekonomi yang lebih

baik. Bagaimana ekonomi kompleksitas memandang

kemiskinan dan berbagai aspek sosial yang dapat

memiskinkan serta bagaimana caranya agar kita bisa

keluar dari kemiskinan, yang menjadi bahasan pertama.

Ini kita kaitkan pula dengan kondisi angkatan kerja di

Indonesia, yang saat ini perlu mendapat perhatian lebih.

Ketenagakerjaan tidaklah sesimpel melihat jumlah

pengangguran dan ketersediaan lapangan kerja, karena

dinamika sosial yang kompleks bermain di sini. Dalam

perspektif sederhana saja, secara mikro aspek

pengangguran bertali-talian dengan kriminalitas dan

banyak aspek sosial lain. Ia membrojolkan situasi

kompleks yang perlu dicermati dengan seksama.

Aspek ekonomi lain yang perlu kita perhatikan adalah

posisi pasar keuangan Indonesia di kawasan Asia Pasifik

dan bagaimana sebenarnya iklim investasi di nusantara.

Hal ini dilanjutkan lebih jauh dengan menggunakan

berbagai perangkat-perangkat ekonofisika untuk

melihat pasar modal kita, mulai dari dinamika per

saham, hingga interaksi korelatif antar saham sebagai

sebuah sistem kompleks.

Terdapat banyak peluang inovasi analitik yang dapat kita

pelajari di sini, sebagaimana halnya analisis tentang

inovasi yang diketengahkan di bagian akhir bab ini. Bab

ini membuka peluang. Namun, semua itu tergantung

bagaimana dapat mengakuisisi semua itu, demi

hidup yang lebih baik.

kita

Page 202: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 203: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

3.1. Makroekonomi Kompleks

IndonesiaSistem kompleks sebagai sistem yang sangat rumit di mana bagian-bagian

di dalamnya memiliki keterkaitan dan interdependensi yang sangat tinggi.

Dari pemahaman ini, kita ketahui bahwa

ilmu ekonomi juga memerlukan perspektif

yang luas. Hal ini penting karena selain memiliki dampak yang sangat

besar, ia juga

perusahaan Indofood,

penghasil Indomie, menjadi berlipat ganda. Pada gilirannya nanti, kondisi

ini akan mendongkrak nilai saham Indofood di bursa.

sistem ekonomi termasuk

sebagai sebuah sistem kompleks. Mengingat tingginya kompleksitas

dalam sistem ekonomi maka

berkenaan dengan hajat hidup orang banyak.

Sebagai ilustrasi sederhana, dalam sejarah fisika, dikenal sebuah kondisi

yang disebut sebagai kondisi ‘transisi fasa’ yaitu sebuah titik kritis

terjadinya perubahan fasa zat, misalnya dari cair ke gas. Hukum-hukum

fisika konvensional bekerja dengan baik pada fasa zat yang pasti, seperti

cair, gas, atau padat. Sayangnya, hal yang sama tak berlaku pada titik

transisi fasa. Di titik ini, tingkat kompleksitas dari zat menjadi luar biasa

rumit, hal yang satu menjadi begitu bergantung pada hal lain,

Sekarang coba kita lihat sistem ekonomi. Seorang ekonom pasti serta-

merta sadar akan betapa rumitnya sistem ekonomi. Di disiplin ini melekat

sebuah ungkapan, ‘semua hal sangat bergantung pada semua hal lain’.

Contohnya, pergerakan saham-saham di Bursa Efek Indonesia. Mari kita

berandai-andai, misalkan ada sebuah berita yang menyatakan bahwa

pendapatan Telkom menurun. Akibatnya, investor mencabut investasinya

dan beralih ke saham Indosat, yang mendongkrak nilai sahamnya di bursa.

Terjadi korelasi negatif dari fluktuasi harga kedua saham. Artinya,

sebagaimana analisis standar mengatakan, jika yang saham yang satu

turun, saham lain terdongkrak. Akan tetapi, bukankah kedua perusahaan

ini berada pada sektor yang sama?

Namun ternyata misalnya, kenaikan saham Indosat tadi menjadi ekstrem.

Begitu tingginya sampai-sampai perusahaan ini menaikkan jumlah

produksi, jumlah cabang, jumlah tenaga kerja, bahkan tenaga kerja

diupayakan bekerja siang dan malam untuk mempertahankan

pencapaian tersebut. Makin banyak pula dari tenaga kerja di

berbagai lokasi produksi Indosat yang berbondong-bondong ke warung

Indomie siang dan malam. Akibatnya, pendapatan

Justru terjadi

korelasi positif antara saham dengan sektor yang sangat berbeda. Kondisi

ini yang tak terantisipasi oleh analisis standar.

Di sini jelas terlihat bahwa, di dalam sistem ekonomi, ada saling-

keterkaitan yang sangat intens. Jika ada 300 saham yang diperdagangkan

di BEJ, maka untuk menganalisis situasi ekonomi yang direpresentasikan

aktivitas dalam bursa efek, kita harus memperhatikan 89.700 interaksi.

everything

depends on everything else.

demand

3-1-1

Page 204: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Sebuah hal yang luar biasa rumit, jika kita konsisten dengan pendekatan

ekonomi konvensional. Fisika mengenal beragam model untuk analisis

semacam ini lewat analisis model spin, yang disokong simulasi

komputasional sehingga kita bisa mengamati dinamika yang terjadi. Salah

satu caranya, semua “spin” dianggap saling berinteraksi satu sama lain,

yang terikat sebuah aturan yang berubah menurut waktu.

Fenomena kritis transisi fasa di fisika akhirnya berpeluang memberikan

potensi besar dalam analisis pertumbuhan ekonomi. Interaksi yang

dimaksud tidak harus berhenti di saham. Saling-kebergantungan antar

aktor ekonomi atau agen sistem sosial juga bisa menciptakan sejumlah

tipe perilaku agregat yang beragam, ketika di lain tempat, pendekatan

asumtif atas sistem yang teramati disambung oleh kebijakan yang asumtif

pula. Konsekuensinya bisa sangat dramatis bagi pertumbuhan sistem

yang bersangkutan.

Analisis sistem kompleks yang khusus membicarakan ikhwal sistem

ekonomi secara umum lahir dari tuntutan bahwa ilmu ekonomi

konvensional memerlukan berbagai pembaharuan agar mampu

menjelaskan berbagai fenomena yang ditemui di dunia nyata. Gelombang

ini muncul karena realita yang ada seringkali tidak sejalan dengan

berbagai teori ekonomi yang umum digunakan. Namun, perspektif

konvensional tersebut justru sering dijadikan referensi dalam

pengambilan kebijakan, baik di tataran ekonomi makro maupun

kebijakan yang berlingkup pada satu firma saja. P

untutan ini muncul. Gelombang ini dibarengi pula dengan

sebuah tren dalam ranah ilmu fisika yang menggunakan berbagai

perangkat mekanika statistika dan sistem kompleks. Dalam sejarah

keilmuan komplekitas sosial, tren ini disebut ekonofisika. Saat ini,

ekonofisika telah cukup banyak memberikan kontribusi dalam

pendalaman pemahaman kita akan sistem ekonomi yang kompleks ini.

Dalam sistem alam, ketidaksamaan merupakan suatu fenomena yang

senantiasa terjadi. Sebagai contoh, adanya perbedaan dalam massa jenis

untuk setiap unsur di alam, adanya variasi dalam satu spesies, dan lain

sebagainya. Fenomena ketidaksamaan ini terjadi juga dalam sistem sosial

dan ekonomi. Fenomena ini bisa terlihat dari sejumlah fakta yang ada di

sekitar kita. Perusahaan dan individu, pada umumnya, memiliki tingkat

pendapatan serta laju pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda. Dalam

sistem sosial dan ekonomi, fenomena ketidaksamaan dalam tingkat

kesejahteraan tersebut terlingkupi dalam kajian kemiskinan.

Kemiskinan pada umumnya identik dengan kondisi kekurangan sumber

daya atau pemasukan ( ). Fenomena kemiskinan itu sendiri pada

hakikatnya merupakan suatu fenomena yang hadir di tengah masyarakat,

bahkan sebelum manusia mengenal sejarah. Dalam catatan sejarah, kita

ada akhir abad ke-20

yang lalu, t

3.1.1. Memahami Kemiskinan Kita

income

3-1-2

Page 205: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

biasanya menjumpai fenomena tersebut sebagai bentuk hirarki dalam

masyarakat. Pada umumnya, penggolongan masyarakat pada hirarki

tersebut dibedakan berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan status sosial

lainnya. Kelompok orang miskin biasanya identik dengan pekerja kasar

atau budak, sementara yang kaya identik dengan bangsawan, pemuka

agama atau seorang saudagar.

Sudah sejak lama kemiskinan diduga membawa dampak yang negatif

untuk masyarakat, seperti munculnya penyakit, keterbelakangan mental,

kekurangan nutrisi, bahkan terjadinya konflik. Tak mengherankan bahwa,

fenomena kemiskinan menjadi sebagai suatu permasalahan yang banyak

mendapat “sorotan”. Perhatian ini hadir seiring dengan

Berbagai telaah

tentang kemiskinan hadir dalam ilmu sosial dan juga ekonomi. Kajian ini

dilakukan terutama untuk mendapatkan pemahaman yang lebih

mendalam tentang konsep kemiskinan. Dari landasan ini diharapkan, kita

dapat menarik “titik temu” penyelesaian masalah yang benar-benar

efektif.

Kajian tentang kemiskinan sendiri, mau tidak mau akan selalu

berhadapan dengan pertanyaan: “apa itu kemiskinan “ serta “bagaimana

seseorang dikatakan miskin”. Dalam kaitannya dengan kedua pertanyaan

tersebut, kita terkadang sulit untuk memberikan jawaban yang cukup

tegas. Pada kajian-kajian yang telah sering dilakukan, kedua pertanyaan

tersebut seringkali bermuara pada suatu kategorisasi tertentu terhadap

apa yang disebut miskin. Di pertengahan abad ke-20 misalnya, kriteria

miskin ditentukan berdasarkan pada tingkat pendapatan per kapita.

Sebagai contoh, jika besar ambang batas pendapatan perkapita miskin

adalah 10 dollar, maka seseorang bisa dikatakan miskin jika mempunyai

pendapatan per kapita kurang dari 10 dollar. Namun sayangnya dalam

beberapa kasus, kategorisasi ini tidak berlaku umum, terutama jika

dikaitkan dengan adanya variasi tingkat harga untuk masing-masing

wilayah. Sebagai contoh, harga beras di Cianjur lebih rendah di

bandingkan di kota-kota lain, misalnya Jakarta. Akibatnya, untuk jumlah

uang yang sama masing-masing orang di kedua kota tersebut akan

mendapatkan kuantitas beras yang berbeda. Hal lain yang juga membuat

kriteria kemiskinan berdasarkan pendapatan tidak bisa dijadikan patokan

umum adalah adanya variasi pada jenis kebutuhan. Sebagai contoh,

makanan pokok saudara kita di Papua adalah sagu, yang tentunya

berbeda dengan penduduk lain di Pulau Jawa yang umumnya

mengkonsumsi beras.

Beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, menyebabkan kriteria

kemiskinan berdasarkan pendapatan per kapita dirasakan kurang begitu

tepat. Hal tersebut, kemudian memunculkan pendekatan baru dalam

menentukan miskin/tidaknya seseorang, yaitu pendekatan kebutuhan

hidup minimum. Dalam pendekatan ini dicari sebuah nilai nominal

tertentu yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimumnya. Jika pendapatannya lebih kecil daripada nilai nominal

semakin

berkembangnya peradaban dan meningkatnya kesadaran akan

pentingnya kesamaan harkat dan martabat manusia.

3-1-3

Page 206: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

tersebut, maka ia dikatakan berada dalam kondisi miskin. Dalam

pendekatan ini miskin bisa diartikan tidak dapat memenuhi kebutuhan

hidup minimumnya. Dalam beberapa hal, kriteria tersebut memang bisa

dijadikan acuan, terutama apabila masyarakatnya homogen.

Selain standar di atas, masih terdapat standar lain yang umumnya

dijadikan ukuran untuk menentukan seberapa miskin seseorang. Sebagai

contoh di beberapa negara, umumnya digunakan ukuran kalori yang

dibutuhkan seseorang untuk dapat bekerja. Seorang buruh kasar atau

petani penggarap sawah tentu membutuhkan konsumsi kalori yang

berbeda dengan seorang manajer. Akibatnya, penghasilan minimum yang

dibutuhkan oleh seorang penggarap sawah atau buruh kasar pasti juga

akan berbeda dengan seorang manajer. Namun ternyata, ukuran ini

terkadang cukup menyulitkan. Apalagi jika dikaitkan dengan jenis

makanan lokal yang bervariasi, baik dalam jumlah kalori dan juga tingkat

harga dari masing-masing jenis makanan tersebut.

Faktor-faktor yang menentukan kesejahteraan dan kelayakan hidup

setiap individu pada hakikatnya sangatlah banyak dan bervariasi. Tak

mengherankan jika dalam perkembangannya, dimensi kebutuhan

minimum pun semakin diperbesar. Pada mulanya ia hanya melingkupi

kebutuhan fisik dari mulai sandang, pangan dan papan. Lalu diperluas

dengan melingkupi kebutuhan jasa, seperti air bersih, sanitasi dan

fasilitas kesehatan, transportasi dan pendidikan. Selain itu, batasan lain

yang kemudian diperhitungkan adalah dengan melihat bagaimana peran

serta partisipasi seseorang dalam masyarakat atau sistem sosial dimana ia

tinggal, yang kemudian disesuaikan dengan adat istiadat dan kebiasaan

yang ada di wilayah tersebut.

Ada banyak faktor yang menjadi penentu nilai kebutuhan hidup

seseorang. Kondisi ini mengakibatkan digunakannya berbagai indikator

untuk menentukan nilai tersebut. Indikator yang digunakan meliputi

indikator ekonomi, seperti pendapatan per kapita, jumlah pengangguran,

tingkat harga, dan lain-lain, dan juga indikator non-ekonomi, seperti usia

harapan hidup, kualitas pelayanan kesehatan, kualitas sanitasi, akses air

bersih, akses pendidikan, dan lain sebagainya. Di samping itu, dalam

pendekatan ini juga telah mulai dirintis penggunaan perangkat

matematika dalam menganalisis pengaruh indikator tersebut terhadap

keseluruhan sistem dan juga bagaimana hubungan antara satu faktor

dengan faktor yang lainnya. Umumnya, hal ini dilakukan dengan

menggunakan perangkat ekonometri. Perangkat ini adalah suatu

pendekatan yang menggunakan model dan perangkat analisis

matematika, berupa persamaan diferensial, statistika, dan pendekatan

lainnya, dalam usaha menjelaskan perilaku sistem ekonomi.

Pendekatan statistika merupakan pendekatan yang banyak dilakukan

untuk menganalisis kemiskinan. Namun, dalam beberapa hal pendekatan

ini kurang begitu baik dalam mengakomodasi hubungan antar indikator

yang begitu banyak, baik itu indikator ekonomi maupun indikator non-

ekonomi. Interpretasi yang dilakukan dalam pendekatan statistika,

3-1-4

Page 207: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

umumnya lebih didasarkan pada properti makro yang bisa teramati, serta

hitungan-hitungan aggregat. Upaya ini terkadang kurang memberikan

gambaran mengenai proses-proses apa di tingkat individu (mikro) yang

menjadi penyebab terjadinya kemiskinan di suatu daerah. Selain itu, ia

juga memiliki sejumlah kendala dalam melihat hubungan saling

mempengaruhi antara faktor dengan faktor lainnya.

Perdebatan dalam batasan miskin dan juga standar yang digunakan

dalam mendefinisikan kemiskinan memang tidak ada habisnya. Upaya

tersebut terkadang membuat kita lupa akan sebuah hal yang sangat

signifikan dalam analisis kemiskinan, yaitu tentang apa yang menjadi akar

kemiskinan dan bagaimana cara yang paling efektif agar kita bisa lepas

dari kemiskinan.

Jika kita runut dari beberapa diskusi di atas, terlihat bahwa pada dasarnya

fenomena kemiskinan merupakan suatu fenomena yang telah banyak

dianalisis. Bahkan kita bisa mengatakan bahwa munculnya ilmu ekonomi

dan ilmu sosial itu sendiri, pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk

mencapai kesejahteraan manusia. Salah satunya adalah mengentaskan

kemiskinan, baik itu secara individu maupun kelompok. Tak

mengherankan jika studi kemiskinan lebih

menekankan pada dimensi ekonomi, seperti pendapatan, konsumsi dan

lain sebagainya.

Namun jika ditinjau lebih jauh, kemiskinan tidak semata merupakan

permasalahan ekonomi. Kemiskinan merupakan suatu permasalahan

yang disebabkan oleh berbagai dimensi, baik itu dimensi ekonomi

maupun sosial. Kompleksitas yang terjadi dalam fenomena kemiskinan

tentunya menuntut adanya suatu analisis yang komprehensif dan lebih

holistik serta diharapkan akan memberikan suatu penjelasan dan solusi

yang lebih tepat dalam pengentasan kemiskinan.

Beberapa dekade belakangan ini

mempunyai “ruh”

berupa pendekatan interdisipliner dan pencapaian solusi berbasiskan

permasalahan. Paradigma ini membawa ‘angin segar’ dalam studi

kemiskinan. Perspektif ini lebih menekankan pada hubungan antar

properti dan proses di tingkat mikro dengan fenomena yang terjadi di

tingkat makro. Cara pandang ini telah memberikan warna baru tentang

bagaimana menganalisis suatu fenomena alam, termasuk fenomena di

sistem sosial seperti halnya kemiskinan, secara . Dalam

praktiknya, pendekatan kompleksitas yang mewarnai analisis sistem

sosial sendiri banyak ditunjang oleh kemajuan pesat dalam ilmu dan

perangkat komputasi. Hal inilah yang kemudian memunculkan beberapa

alat analisis baru, seperti: pemodelan sistem dinamik non linier, model

evolusioner, hingga pemodelan berbasis agen. Berikut ini, kita akan

menjabarkan beberapa contoh bagaimana pendekatan

interdisipliner dalam menganalisis fenomena kemiskinan.

Kesejahteraan dan pendapatan memang dua hal yang berbeda. Namun,

bisa jadi keduanya dapat kita hubungkan,

satu

pada awal perkembangannya,

, terutama dengan lahirnya pendekatan

kompleksitas, lahir sebuah perspektif baru yang

menggunakan

dengan cara yang kompleks

bottom-up

3-1-5

Page 208: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

tentunya. Namun terlepas dari semua itu, untuk alasan kepraktisan

banyak orang yang mencoba melihat kesejahteraan dari sisi pendapatan

semata. Hal ini dilakukan mengingat pendapatan relatif lebih mudah

diukur dibandingkan dengan kesejahteraan, yang relatif lebih abstrak.

Vilfredo Pareto, seorang ilmuwan sosiologi dan ekonomi, mendapati

bahwa distribusi kumulatif pendapatan masyarakat eropa barat

mengikuti suatu distribusi yang saat ini lebih dikenal sebagai distribusi

hukum pangkat ( ). Dalam distribusi ini, jika kita mengurutkan

ranking penduduk dari penghasilan yang paling kecil ke yang paling besar

maka kebanyakan populasi akan mengumpul pada rangking penghasilan

yang paling kecil. Hal tersebut tentunya saja membuat fenomena ini

berbeda dengan fenomena alam lainnya, yang pada umumnya hadir

sebagai distribusi normal. Pada distribusi normal, kebanyakan populasi

mengumpul pada nilai rata-rata. Dengan kenyataan ini, nilai rata-rata dan

juga simpangan baku (suatu besaran statistika yang kerap digunakan

untuk melihat penyimpangan data terhadap rata-rata) dirasakan tidak

lagi memberikan informasi yang relevan. Sebagai konsekuensinya,

analisis tentang sifat distribusi kekayaan mulai beralih pada pemahaman

tentang bagaimana proses atau mekanisme di tingkat individu yang dapat

menjelaskan munculnya distribusi kekayaan tersebut.

Pendekatan ekonofisika, yang didasarkan pada konsep mekanika

statistika dan simulasi komputasional, memberikan peluang untuk

melihat mekanisme seperti apa yang dapat membrojolkan sifat atau

properti tertentu dari distribusi pendapatan masyarakat. Sejumlah model

komputasional pun dikonstruksi untuk menjawab tuntutan tersebut.

Sebagai contoh, analisis simulatif yang digunakan untuk melihat

bagaimana karakteristik makro berupa distribusi kekayaan individu dapat

terjadi. Pada dasarnya, hal ini muncul akibat adanya beberapa

mekanisme ekonomi yang dilakukan oleh individu, yaitu mekanisme

perdagangan dan investasi. Dalam hal ini, dikatakan bahwa dinamika

kekayaan seseorang dipengaruhi oleh dua hal yaitu mekanisme

pertukaran uang antara ia dengan yang lain (perdagangan) dan juga

besarnya kekayaan yang disimpan (investasi). Dua hal tersebut berubah

dari waktu ke waktu. Dari hasil simulasi, ditunjukkan bahwa sifat statistika

berupa distribusi Pareto pada kekayaan individu dapat membrojol

dengan adanya mekanisme ini.

Fenomena lain yang terkait dengan kemiskinan adalah adanya segregasi

dalam pemukiman. Pada kota-kota besar kita sering melihat fenomena ini

yaitu kelompok masyarakat tertentu dengan status ekonomi yang hampir

sama akan menempati pemukiman yang dalam batas lingkungan yang

sama. Tak mengherankan jika dalam keseharian kita sering terdengar

istilah pemukiman kumuh atau istilah pemukiman elit.

Segregasi pemukiman ini pun pada dasarnya merupakan suatu fenomena

sosial yang juga banyak dianalisis, terutama untuk memahami bagaimana

mekanisme alamiah dan faktor penyebab terjadinya hal tersebut.

Analisis perintis telah dilakukan oleh ekonom kenamaan serta Nobelis

power law

3-1-6

Page 209: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Ekonomi tahun 2005, Thomas Schelling. Pada tahun 1971, ia mengamati

bagaimana segrerasi dari pemukiman orang kulit putih dan kulit hitam di

Amerika, yang pada umumnya relatif tetap atau sedikit sekali berubah

dari waktu ke waktu. Kondisi ini bahkan terus terjadi ketika rasialisme

mulai berkurang. Dalam studi ini, Schelling mengemukakan bahwa

adanya interaksi kolektif, dari preferensi individu dalam pemilihan lokasi

tempat tinggal, menyebabkan segregasi pemukiman tersebut. Ia

kemudian menunjukkan hal tersebut dengan membuat model sederhana

berupa kisi dua dimensi yang tersusun atas kotak-kotak yang berlainan

warna. K untuk menunjukkan rumah yang

ditempati oleh individu yang berlainan ras. Setiap individu kemudian

dapat berpindah tempat ataupun keluar, dengan melihat pada perbedaan

ras dari rumah tetangganya. Setiap individu akan merasa nyaman ketika

tetangga rumahnya memiliki ras yang sama.

Namun tentu saja apa yang diungkapkan oleh Schelling pada waktu

tersebut, masihlah berupa model yang sederhana dengan interaksi

individu yang juga masih simplistik. Walaupun demikian, model Schelling

ini bisa dikatakan sebagai cikal bakal pemodelan berbasis agen dalam

menganalisis fenomena sosial, khususnya fenomena segregasi dalam

sistem sosial dalam kaitannya dengan kemiskinan. Dalam

perkembangannya, masih banyak perdebatan mengenai bagaimana

proses terjadinya segregasi pemukiman tersebut, serta faktor apa yang

menjadi penyebabnya. Beberapa teori yang muncul menyebutkan bahwa

hal tersebut lebih didominasi oleh harga perumahan, sedangkan yang lain

lebih mengaitkannya dengan perihal rasis atau etnik. Namun hingga saat

ini, perdebatan tersebut masih tetap berlangsung dan belum

mendapatkan suatu konsep yang cukup dalam menjelaskan

fenomena tersebut.

Model simulasi berbasis agen merupakan salah satu pendekatan yang

ingin dikedepankan dalam menjawab permasalahan tersebut, guna

untuk mengatasi kompleksitas persoalan yang ada. Hasil yang didapat

pada simulasi yang kemudian diverifikasi dengan data empiris. Dari sini

diharapkan, ia akan memberikan penjelasan yang lebih baik tentang

bagaimana proses terjadinya segregasi pemukiman. Salah satu yang bisa

dijadikan contoh adalah model simulasi yang ingin menunjukkan

bagaimana sejumlah faktor yang ada mempengaruhi pilihan rumah.

Keputusan tersebut terkait dengan sejumlah faktor, meliputi biaya

perumahan, diskriminasi rasial, komposisi rasial dari tetangganya,

komposisi rasial dari keseluruhan pemukiman, bahkan hingga jarak

antara rumah yang baru dengan sebelumnya. Yang menarik dari sejumlah

simulasi yang pernah dilakukan adalah kita bisa melihat pengaruh dari

faktor-faktor tersebut di atas. Lebih jauh, hasil ini kemudian dapat kita

dibandingkan dengan data empirik, guna mengetahui faktor-faktor apa

yang paling berpengaruh terhadap terjadinya segregasi dari pemukiman

penduduk.

Selain fenomena di atas, terdapat juga fenomena lainnya yang terkait

dengan kemiskinan yaitu adanya persistensi dalam status sosial dan

otak-kotak itu digunakan

robust

Gambar 3.1.1.

Simulasi komputer segregasi Schelling

(1978). Gambar atas

merepresentasikan kondisi kota yang

terintegrasi kulit

putih (putih) dan kulit hitam (hitam).

Dalam beberapa langkah terjadi

segregasi dengan mengelompoknya

penduduk kulit putih dan kulit hitam

(gambar bawah).

bagian

(abu-abu) antara

3-1-7

Page 210: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

ekonomi dalam suatu kelompok dari generasi ke generasi. Suatu

fenomena yang lebih dikenal sebagai jebakan kemiskinan.

Dalam keseharian, kita sering kali mendengar istilah “buah jatuh tak jauh

dari pohonnya”. Suatu istilah yang secara umum menunjukkan bahwa

perilaku dan aksi yang dilakukan seseorang (secara mikro) akan sangat

dipengaruhi oleh orang tuanya. Sama halnya dengan pengertian umum

istilah tersebut, dalam beberapa kasus, kemiskinan yang dialami oleh

seorang bisa juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi orang tua. Dalam

sejumlah studi telah ditunjukkan bagaimana pengaruh kondisi ekonomi

orang tua terhadap anaknya. Pendapatan yang rendah akan

mempengaruhi status ekonomi anaknya di kemudian hari. Hal ini juga bisa

dikaitkan dengan faktor pendidikan anak. Ketika orang tua mempunyai

pendapatan yang rendah maka, seringkali pada akhirnya, alokasi

rendah. Alokasi dana yang rendah tersebut

bisa juga berpengaruh terhadap kurangnya sumber daya atau

untuk sekolah dan sarana peningkatan kualitas pendidikan lainnya.

Hubungan ini pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya efek

jebakan kemiskinan. Suatu kelompok sosial dengan strata sosio-ekonomi

yang rendah akan senantiasa berada dalam kondisi ekonomi yang rendah

dan mempunyai kualitas pendidikan yang rendah juga.

Namun, saat ini semakin disadari bahwa pengaruh orang tua hanyalah

sebagian kecil dari faktor sosial yang berpengaruh terhadap status

ekonomi individu di kemudian hari. Pada dasarnya, pilihan aksi yang

diambil seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor sosial lainnya.

Penjelasan teoritis yang cukup menarik tentang bagaimana pengaruh

faktor sosial terhadap pilihan individu dan kaitannya dengan kemunculan

segregasi sosial berdasarkan status ekonomi, serta adanya fenomena

jebakan kemiskinan, bisa kita dapati dalam teori keanggotaan yang

diusulkan oleh beberapa ekonom kompleksitas. Teori keanggotaan ini

adalah teori yang bersandar pada situasi dan pilihan secara ekonomi

individu. Dalam model ini, kita memperhatikan bagaimana keanggotaan

seseorang dalam suatu kelompok akan mempengaruhi keluaran atau

status sosio-ekonomi seseorang. Model ini juga menunjukkan

bagaimana faktor-faktor sosial, akan mempengaruhi preferensi, motivasi

dan juga kesempatan yang dimiliki oleh seorang individu.

Ide dasar yang ingin ditunjukkan dalam model ini adalah bagaimana suatu

kelompok pada dasarnya memiliki banyak status yang membedakannya

dengan kelompok lain. Contoh paling sederhana adalah kondisi fisik,

mulai dari warna kulit, warna mata dan lain sebagainya. Namun, terkait

dengan status sosio-ekonomi, tentunya hanya ada beberapa status

kelompok yang mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perilaku

dan pengambilan keputusan seseorang.

Teori keanggotaan sendiri pada dasarnya memang tidak menyimpang

dari teori dasar pilihan aksi seseorang yang telah banyak dikaji dalam

ekonomi klasik. Dalam teori ini, seorang individu akan mengambil

keputusan yang didasarkan pada preferensi dan keyakinan akan

orang tua

dana

pendidikan anak juga relatif

resource

outcome

3-1-8

Page 211: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

konsekuensi dari pilihan aksi, serta adanya keterbatasan dari pilihan aksi

yang bisa dibuatnya. Proses imitasi merupakan salah satu faktor penting

yang mempengaruhi keputusan seseorang. Tak mengherankan jika dalam

pengambilan keputusannya seseorang akan sangat dipengaruhi oleh

pertetanggaan yang dimilikinya. Pengaruh pertetanggaan ini bisa

diartikan secara geografis, seperti pengaruh tempat ia tinggal,

pertemanan, pacar, orang tua, dan lain sebagainya. Adanya proses imitasi

dalam membuat keputusan aksinya, membuat seseorang akan senatiasa

melihat keputusan aksi yang dibuat oleh tetangganya. Agen kemudian

membandingkannya dengan hasil yang ia peroleh. Di sini kemudian, ia

membuat keputusan berdasarkan sejumlah pertimbangan tersebut.

Individu akan mengambil suatu keputusan yang dinilainya akan bisa

memberikan konsekuensi atau hasil yang lebih baik.

Pengaruh pertetanggaan dan imitasi inilah yang bisa dijadikan salah satu

penjelasan, mengapa terbentuk segregasi atau pengelompokkan

tertentu dalam suatu masyarakat berdasarkan status sosio-ekonominya,

dan bagaimana pola ini bersifat persisten dari waktu ke waktu. Sebagai

contoh misalnya, agen yang berada pada lingkungan yang mayoritas

dihuni oleh individu-individu yang berpendidikan rendah dan berprofesi

sebagai mafia. Agen tersebut akan terdorong untuk berbuat hal yang

sama, ketika ia mendapati bahwa menjadi mafia akan membuatnya lebih

sukses daripada berangkat ke sekolah atau menggeluti profesi lainnya.

Selain itu, secara langsung hal ini juga membuatnya lebih diterima di

kelompok tersebut.

Teori keanggotaan merupakan suatu pendekatan yang berupaya untuk

menganalisis kemiskinan tidak hanya dari sudut pandang ekonomi saja.

Lebih jauh, teori ini berupaya untuk memasukkan unsur psikologi dan

sosiologi ke dalam analisis kemiskinan. Teori keanggotaan lebih ditujukan

untuk melihat faktor sosial apa yang paling berpengaruh terhadap

terjadinya segregasi kelompok dan jebakan kemiskinan. Hal ini akan

sangat bermanfaat dalam upaya mencari solusi yang tepat guna

mengatasi terjadinya kemiskinan berkelanjutan yang dialami oleh satu

kelompok masyarakat. Sebagai studi kasus misalnya, program pemberian

beasiswa untuk orang miskin. Mana yang lebih efektif, memberikannya

pada beberapa orang secara acak ataukah hanya memfokuskannya pada

beberapa orang saja dalam satu sekolah? Teori keanggotaan juga akan

sangat berguna dalam upaya mencari sebuah kerangka kebijakan yang

membuat individu dalam suatu kelompok dapat terdorong untuk keluar

dengan sendirinya ( ) dari kemiskinan. Pada akhirnya

proses ini diharapkan akan dapat mengubah status sosio-ekonomi

kelompok tersebut. Namun perlu diperhatikan bahwa, bobot faktor

mikro yang berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Akibatnya, hasil

penelitian di bidang ini sedikit banyak akan berbeda, jika dilakukan di

berbagai tempat di berbagai belahan dunia. Latar belakang ini

menyebabkan pendekatan tersebut perlu diperhatikan secara lebih

serius. Ini adalah salah satu upaya pengentasan kemiskinan, melalui

pengembangan ekonomi kompleksitas, yang dapat kita lakukan.

self-reinforcing

3-1-9

Page 212: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari paparan sebelumnya, kita bisa melihat bagaimana proses kritik yang

ada dalam perkembangan sains telah melahirkan pendekatan

kompleksitas. Perspektif ini mencoba mengedepankan pendekatan

interdispliner serta digunakannya perangkat komputasional. Paradigma

ini memberikan sebuah peluang baru dalam menganalisis fenomena

kompleks dalam sistem sosial, seperti halnya kemiskinan.

Indonesia merupakan suatu negara berkembang di mana permasalahan

kemiskinan merupakan suatu fenomena yang sangat dekat dengan

keseharian kita. Kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen, dengan

latar belakang budaya dan karakteristik individu berbeda-beda tentunya

membawa kompleksitas tersendiri dalam upaya memahami dan

menganalisis akar dari permasalahan kemiskinan yang terjadi di tanah air.

Hal ini tentunya menjadi peluang sekaligus tantangan bagi kita untuk

mendapatkan solusi alternatif yang tepat dan holistik, serta sesuai

dengan karakteristik individu bangsa kita. Oleh karenanya, sudah

selayaknya jika permasalahan ini diperkaya dengan berbagai pendekatan

ilmiah yang ada, termasuk pendekatan kompleksitas. Pendekatan ini

menyediakan suatu metodologi yang dapat memodelkan struktur makro

sosial dan ekonomi tanpa berupaya untuk mengabaikan bagaimana

pengaruh struktur tersebut terhadap perilaku individu, dan

membrojolnya pola interaksi tertentu di antara individu. Ia tidak lagi

berupaya untuk memisahkan karakteristik yang khas dari individu-

individu dan struktur makro yang membrojol dari interaksi mereka. Suatu

peluang yang tentunya bisa kita jadikan sebagai solusi alternatif dalam

upaya memahami kemiskinan di tanah air dan lebih jauh digunakan untuk

mencari jawaban tentang bagaimana menangani kemiskinan di bumi

pertiwi.

3-1-10

Page 213: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

3.1.2 Harga-harga yang selalu naik!

Maafkan kedua orang tuamu kalau,

Tak mampu beli susu…

BBM naik tinggi, susu tak terbeli.

Orang pintar tarik subsidi, bayi kami kurang gizi…

Kalau di antara kita, jatuh sakit…

Lebih baik tak usah ke dokter.

Karena ongkos dokter di sini,

Terkait di awan tinggi…

(Galang Rambu Anarki, 1982, album Opini)

(Kembang Pete, album KPJ)1985,

Iwan Fals

Ada sebuah obrolan di warung mie instan yang membuat hati pilu

sekaligus pikiran berkecamuk. Waktu itu telah lewat tengah malam,

dan barusan ada pengumuman di televisi tentang kenaikan harga

bahan bakar, baik bensin, solar, hingga minyak tanah – yang tentunya

dalam beberapa hari kemudian diikuti oleh kenaikan tarif listrik dan

telepon.

Seorang lelaki menyeletuk di tengah pemberitaan radio si penjual mie

instan. “Waah… harga BBM naik lagi, ntar semuanya pasti ikutan naik…

Kok pemerintah tega ya, nyabut subsidi, kan jadi berat di kitanya…”.

Seorang lelaki muda yang duduk tak jauh darinya, balas menyeletuk,

“BBM memang perlu naik, pak! Selama ini subsidi itu hanya dinikmati

oleh mereka yang kaya saja. Subsidi cuma jadi ajang korupsi pejabat-

pejabat. Kita yang rakyat kecil jadi dirugikan dengan subsidi!”. Lelaki

pertama tak menanggapi balasan lelaki tadi, pembicaraan mereka

akhirnya berputar-putar di keluh kesah betapa sulitnya hidup saat ini.

Singkat cerita, ternyata lelaki pertama adalah seorang sopir angkutan

kota dan lelaki yang muda adalah seorang sarjana muda, lulusan

sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia. Mereka terus

saja berbincang. Baik si sopir atau si sarjana muda tak henti-hentinya

menceritakan betapa sulitnya hidup, mencari pekerjaan sulit, isteri yang

sakit tak bisa dibawa ke dokter, pacar yang minta diputus karena

dikecengin cowok kaya dengan mobil mentereng, dan seterusnya.

Namun setiap kali, pembicaraan menyentuh soal subsidi BBM yang baru

dicabut, si lelaki tua hanya bisa manggut-manggut mendengar

ceramah si sarjana muda yang menyatakan subsidi memang mesti

dicabut, karena subsidi cuma jadi ajang pejabat korup dan orang kaya

saja. Beberapa nama ekonom terkenal, seniman ternama, dan tokoh

reformasi pendukung pencabutan subsidi pun tercuat dalam dialog.

Aku sejak awal hanya diam dan mendengar. Aku berpikir keras.

Mengapa demi pejabat korup tak bisa lagi menikmati BBM bersubsidi,

3-1-11

Page 214: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

rakyat kecil yang mesti merana. Mengapa pejabat korup itu tak

ditangkap saja? Mengapa agar orang kaya tak bisa menikmati subsidi

BBM, masyarakat ekonomi lemah juga yang mesti kena batunya?

Mengapa orang yang pintar dan sekolah tinggi-tinggi dan menyandang

gelar cendekiawan Indonesia serta telah pakar di bidang ekonomi

hampir semuanya setuju dengan pencabutan subsidi?

Orang kecil bicara karena kesulitan yang dirasakannya. Orang cerdas

bicara karena ia sudah banyak belajar. Tapi mengapa orang cerdas dan

sekolah tinggi-tinggi itu setuju dengan cara-cara demikian? Mengapa

semakin ahli seseorang di bidang ekonomi, cenderung semakin setuju

pula ia subsidi dicabut. Apakah ini masalah hati nurani, atau memang

ada yang aneh dengan ilmunya? Mungkinkah ilmu yang tinggi malah

membunuh sensitivitas seseorang terhadap kesulitan masyarakat kecil?

Kedua kutipan lirik Iwan Fals, catatan pengalaman di atas, dan gambar

3.1.2. sepertinya sudah cukup sempurna menggambarkan apa yang

terasa oleh masyarakat kecil Indonesia. Harga-harga memang selalu naik.

Negeri yang belum seabad lalu membuat orang-orang Eropa tergoda

menguasai tanah yang subur nan kaya ini, kini jadi tempat orang yang tak

henti-hentinya berkeluh-kesah ketika berbicara soal kenaikan harga-

harga.

Gambar 3.1.2.

Harga selalu naik!

Berdasarkan data (2000),

hampir setengah atau sekitar 45% pendapatan rumah tangga tandas

untuk kebutuhan pangan. Sebuah angka yang menggambarkan betapa

mahalnya nilai kebutuhan lain, seperti sandang, papan, buku, komputer,

dan sebagainya bagi seorang warga negara Indonesia, relatif terhadap

angka 33% untuk Filipina, 11% untuk Jepang, dan hanya 8% untuk

Amerika Serikat.

Di sisi lain, laju mata uang Rupiah kita terhadap mata uang Dollar AS

cenderung sulit kembali ke kondisi pra krisis moneter 1997 seperti

ditunjukkan gambar 3.1.3. Bisa dibayangkan geliat masyarakat ekonomi

United Nations Development Programme

3-1-12

Page 215: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

lemah dalam mencari sesuap nasi, secangkir kopi, dan seonggok tempe

setiap hari. Hal ini menjelaskan masih banyaknya warga negara yang

berada di bawah gizi cukup (malnutrisi) di bumi pertiwi, sebagaimana

UNDP (2006) melaporkan jumlahnya yang lebih dari 15 juta orang.

Gambar 3.1.3.

Nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar

Amerika Serikat

(sumber: ).http://www.oanda.com/

Keinsyafan kita akan sistem ekonomi sebagai sistem kompleks membawa

kita pada kesadaran bahwa terdapat keterhubungan yang tak linier antara

satu kebutuhan hidup dengan kebutuhan hidup lainnya. Kenaikan harga

beras memberi pengaruh pada kenaikan harga tempe, dan kenaikan harga

minyak tanah memberi pengaruh pada perubahan harga garam dapur,

dan seterusnya. Harga sembako (sembilan bahan pokok) ditentukan oleh

pasar ritel fundamental yang sangat berpengaruh pada kekinian bangsa

apalagi masa depan bangsa. Malnutrisi akan menghasilkan populasi

penduduk dengan tingkat kecerdasan rendah di masa depan di samping

keresahan sosial yang tinggi di masa kini. Kebijakan ekonomi yang

mengatur satu atau dua harga komoditas harus benar-benar

memperhatikan faktor kesejarahan pergerakan harga-harga sembako ini.

Keterkaitan antara pergerakan harga satu bahan pokok dengan bahan

pokok lain secara sederhana ditunjukkan pada gambar 3.1.4. yang

menggambarkan pohon ultrametrik pergerakan harga-harga hasil

pertanian rata-rata di pasar tradisional masyarakat (dalam kasus ini kita

menggunakan data rata-rata pasar di propinsi Jawa Timur sebagaimana

dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik). Dari sisi harga, kita melihat bahwa

krisis moneter 1997 telah membuat harga-harga bahan pangan tersebut

melonjak sementara nilai mata uang kita anjlok.

Untuk dapat melihat dengan lebih jelas pengelompokan bahan-bahan

pangan tersebut korelasi silangnya, pada gambar 3.1.5. ditunjukkan

visualisasi jarak ultrametrik dari pergerakan harga-harga tersebut. Pada

gambar tersebut terlihat keterkaitan yang erat antara harga daging sapi

dan daging ayam, pengelompokan harga pisang dan harga pepaya, harga

kacang panjang dan harga terung, serta harga-harga bahan makanan

lainnya. Pengaturan kebijakan nasional seputar harga-harga bahan yang

menguasai hajat hidup orang banyak ini sangat perlu diperhatikan oleh

pemerintah/pengambil kebijakan demi terjaganya ketahanan nasional di

bidang kebutuhan pokok dan pembinaan generasi muda yang kelak

menjadi pemimpin bangsa di masa depan.

3-1-13

Page 216: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 3.1.4.

Pohon ultrametrik beberapa bahan

kehidupan sehari-hari masyarakat.

Semakin tebal garis keterhubungan

antar komoditas maka semakin tinggi

pula korelasi harga keduanya.

(sumber data: BPS)

3-1-14

Page 217: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 3.1.5.

Jarak ultrametrik yang memvisualisasikan keterkaitan kompleks antara satu harga hasil pertanian (termasuk perkebunan, perikanan

dan peternakan) dengan hasil pertanian lain. Semakin dekat jarak antara satu komoditas dengan komoditas lain, maka keterkaitan di

antaranya akan semakin tinggi: kenaikan/penurunan harga satu komoditas mempengaruhi sedikit banyak harga komoditas lain.

Terlihat bahwa harga minyak tanah (yang selama ini cenderung dijaga oleh pemerintah) tidak membentuk dengan harga satu

bahan pokok tertentu lainnya yang cenderung lebih mengikuti mekanisme pasar ritel di lapangan.

cluster

3-1-15

Page 218: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

3.1.3. Angkatan Kerja Kita

Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI,

tahun 2005 saja terdapat 177.019 tenaga kerja Indonesia yang bekerja di

luar negeri di kawasan Timur Tengah (97% di sektor informal) dan 297.291

berada di kawasan Asia Pasifik di mana kebanyakan dari semua itu adalah

angkatan kerja perempuan. Di negeri sendiri, berdasarkan data BPS

(2006) tinggal lebih dari 11 juta angkatan kerja yang berstatus

pengangguran (terbuka) yang hampir setengahnya adalah lulusan SLTA

dan lebih dari 70% memang sama sekali belum pernah bekerja. Jika pada

tahun 2005 saja terdapat lebih dari seribu kasus ketenagakerjaan

Indonesia di luar negeri (371 kasus di antaranya adalah kasus gaji yang tak

dibayar, 29 kasus pelecehan seksual, dan 88 kasus penganiayaan).

Sungguh angka-angka yang tidak nyaman, belum lagi dari adanya peluang

bahwa data-data tersebut bisa jadi hanyalah angka yang mungkin saja

hanya data yang tercatat, artinya ada peluang angka yang riil lebih dari itu.

Fakta-fakta ini menunjukkan fenomena “jual-murah” gaji di pasar tenaga

kerja nasional.

Jika orang menganggur, terdapat kecenderungan secara mikro-sosial

untuk mencari cara tercepat untuk mendapatkan uang untuk memenuhi

kebutuhannya. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa analis seringkali

mengaitkan kondisi tingginya angka pengangguran dan tingkat

kriminalitas. Tingginya tingkat pengangguran memberikan

kecenderungan naiknya tingkat kriminalitas. Dua hal ini berada pada

domain yang berbeda dalam tradisi ilmu sosial klasik, yang pertama

berada di dalam domain makro ekonomi dan yang satunya dalam tradisi

kajian makro-sosial.

Kondisi populasi pengangguran yang tinggi memberi rasa tidak nyaman,

karena potensi lebarnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang

miskin. Lebih jauh lagi, berdasarkan pemahaman kita pada bab

sebelumnya tentang sifat konsumtif masyarakat Indonesia yang rentan

dengan penetrasi media massa yang mau tak mau keterlaksanaannya

sarat dengan pengiklanan plus tontonan televisi yang sedikit banyak

mencipta imagi indahnya hidup dengan glamoritas kemewahan hidup.

Pengamatan kasar yang dilakukan menunjukkan terdapat total (

) lebih dari 100 jam perhari tayangan nasional adalah

sinetron. Lebih dari setengahnya adalah sinetron dengan penampilan

gaya hidup yang sangat mewah. Data ini masih angka tayangan

gosip selebritis nasional, yang tentu saja dilepaskan dari deskripsi

gaya hidup yang juga tak murah.

Bablasnya pasar tenaga kerja sementara urgensi akan hidup mewah tinggi

mendorong tindak kriminalitas secara mikro. Di Indonesia, jumlah

pelanggar pidana pada akhir tahun 2006 tercatat sebesar 116.000 orang

(harian Suara Pembaruan, 11 Juni 2007). Salah satu tindak pidana

pelanggaran hukum yang lebih menyeramkan lagi adalah permasalahan

peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang (NARKOBA) yang

menjanjikan uang dalam jumlah besar, namun berdampak sangat

dari 11

stasiun televisi

di luar

sulit

3-1-16

Page 219: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

mengerikan bagi generasi masa depan sebuah masyarakat. Dari ratusan

ribu pelanggaran hukum pidana itu, lebih dari 60% adalah pelanggaran di

bidang narkoba. Saat ini jumlah pengguna narkoba di Indonesia

dilaporkan telah mencapai 3.200.000 orang yang 69% di antaranya adalah

mereka yang menggunakannya secara teratur dan 31% dikategorikan

pecandu. Hal yang lebih menyeramkan adalah bahwa 20% di antaranya

a d a l a h p e m a k a i n a r k o b a d a l a m k a t e g o r i a n a k - a n a k

( ).

Jika jumlah pengangguran senantiasa bertambah, maka menjadi logis

ketika angka kriminalitas juga menjadi bertambah. Tapi tak berhenti

hingga di sana. Penelitian terakhir dengan model kompleksitas dan teori

chaos menunjukkan adanya hal dapat membuat bulu kuduk makin

merinding: kriminalitas juga ternyata dapat memicu naiknya angka

pengangguran (!). Hal ini disebut sebagai bentuk kausalitas dua arah (

). Secara sederhana hal ini dijelaskan sebagai berikut. Ketika

agen sosial menganggur maka ia memiliki kecenderungan untuk

melakukan tindakan kriminal yang melawan hukum agar ia dapat

menafkahi dirinya sendiri. Ketika ia melakukan tindakan kriminal, maka ia

dapat tertangkap dan akhirnya harus menjalani hukuman penjara.

Namun selepas dari penjara, jaring sosial ( ) yang ia miliki

secara alamiah biasanya menjadi sangat terbatas. Terdapat ketertutupan

di sana-sini bagi mantan napi. Ketertutupan ini dapat berasal dari

masyarakat namun bisa pula dari dirinya sendiri yang menjadi minder

atau memiliki sensitifitas yang relatif tinggi akan bagaimana lingkungan

sosialnya memperlakukannya. Akibatnya, jaring sosialnya pun menjadi

tak jauh dari lingkaran pelaku kriminal sehingga peluang untuk

melakukan tindakan kriminal bisa jadi bertambah. Namun kalaupun ia

tidak tertangkap, keadaan bisa juga menjadi lebih buruk. Seorang pelaku

kriminal tentu tak seluwes orang biasa dalam bergaul dan membina tali

silaturahmi jaring sosial. Jaring sosial seorang pelaku kriminal pada

umumnya sangat tertutup, demi tertutupnya tindakan-tindakan

kriminalnya tersebut. Malahan, terdapat kecenderungan seorang pelaku

kriminal merekrut pengangguran lain untuk melakukan pelanggaran

pidana juga. Angka kriminal pun menanjak dan dapat meningkatkan lagi

angka pengangguran yang pada gilirannya akhirnya akan menaikkan lagi

angka kriminal secara agregat.

www.kabarindonesia.com

two-

way causality

social network

3-1-17

Page 220: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 3.1.6.

Fluktuasi angka kriminalitas (atas) dan

peta fasa yang menggambarkan

atraktor kriminal (bawah) yang

semakin lama semakin cepat

pergerakannya dan konsekuensinya

semakin sulit untu memprediksi

arahnya.

Pola ini menjadi mirip dengan pola epidemik yang sulit untuk dientaskan

karena hampir tak mungkin menebak ujung rantai kausalitasnya yang

terletak jauh di level mikro-sosial. Sebuah simulasi teoretis menunjukkan

adanya atraktor kriminal dengan teknik pemodelan yang terinspirasi dari

perkembangan teori chaos. Sebagaimana telah didiskusikan pada subbab

0.1., sistem sebenarnya adalah sistem yang deterministik, namun

dinamika sistemnya yang tak linier mengakibatkan pola yang terbentuk

menjadi tak mungkin terprediksi karena sifatnya yang sangat sensitif pada

kondisi awal. Adalah tak mungkin untuk menemukan parameterisasi

sosial bidang kriminalitas dan pengangguran secara pasti ( ) dan

akibatnya proyeksi pola yang dihasilkan semakin rumit untuk

diprediksi. Namun implementasi lanjut dari pendekatan ini tentunya

dapat memberikan tentang bagaimana secara statistik kita harus

memperlakukan data-data pengangguran sehingga

epidemiknya dengan tingkat kriminalitas dapat diminimalisasi. Selain itu

diharapkan, kita bisa mendapatkan urgensi yang kuat bahwa

permasalahan pengangguran harus segera diminimalisasi dengan

membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Hal lain yang perlu diperhatikan

adalah pencitraan kota-desa. Sementara itu dari sisi budaya, perlu

diperhatikan bagaimana pencitraan terhadap lapangan pekerjaan.

Terdapat kecenderungan bahwa kerja di kota adalah pekerjaan yang

“mentereng”. Sementara itu, kehidupan di desa atau daerah sering

dipandang sebelah mata. Hal ini tentunya adalah hal yang kait-mengkait

chaotik

exact

chaotik

insight

interplay

3-1-18

Page 221: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 3.1.8.

Fraksi populasi yang bergaji lebih dari

Rp 1.500.000,- sebulan.

satu sama lain. Wawasan Wiyatamandala perlu dibangun dengan

memperhatikan permasalah ini.

Selain itu, kita juga harus mampu mempelajari dan mengambil

kebijaksanaan atas representasi yang ada. Lebih jauh dapat kita lihat pada

gambar 3.1.7. dan dan 3.1.8. Dari sisi populasi, memang terlihat bahwa

populasi mereka yang tinggal di pulau Jawa memiliki pendapatan yang

lebih besar daripada mereka yang ada di luar pulau Jawa. Bisa saja hal ini

menjadi semacam pemicu gelombang urbanisasi, yang senantiasa

muncul. Namun, interpretasi atas gambaran populatif tersebut menjadi

kurang aktual ketika kita melihat gambaran fraksi mereka yang

berpenghasilan tinggi di masing-masing daerah. Terlihat bahwa justru di

tempat yang sangat tinggi populasi penduduk dengan penghasilan lebih

besar daripada Rp 1.500.000,-/bulan ternyata juga menyimpan segudang

populasi dengan pendapatan lebih kecil, dari nilai tersebut. Aspek ini

perlu diperhatikan dalam penyusunan kebijakan perencanaan kota dan

wilayah di masa yang akan datang.

Gambar 3.1.7.

Jumlah populasi yang bergaji lebih dari

Rp 1.500.000,- sebulan.

3-1-19

Page 222: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 223: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 224: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Di manakah orang Indonesia bekerja?

Page 225: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 226: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 227: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

3.2. Posisi Uang dan Investasi

Gambar 3.2.1.

Pohon hirarkis mata uang negara-

negara di kawasan Asia. Grafik dibuat

menggunakan data harian tiap negara

terhadap USD dari Januari 2005

hingga Juli 2007 (sumber data:

).www.oanda.com

Gambar 3.2.2.

MST pohon mata uang di Asia Pasifik

dan USD. Semakin tebal garis antar

node berarti jarak ultrametrik

keduanya semakin dekat.

Dari gambar di atas kita dapat melihat jarak ultrametrik antar mata uang

di kawasan Asia Pasifik. Dari sini terlihat bahwa beberapa mata uang

saling terkait satu sama lain. Australia dan Selandia Baru memiliki jarak

ultrametrik yang sangat kecil. Artinya, pergerakan mata uang di dua

negara ini sangat berhubungan. Demikian juga dengan Jepang dan

Singapura, atau Makau dan Nepal. Kita juga dapat melihat bahwa

kelompok Australia dan Selandia Baru serta kelompok Jepang dan

Singapura saling berdekatan satu sama lain. Untuk dapat melihat

pengelompokan yang terjadi dengan lebih seksama, gambar tersebut

dapat kita transformasikan menjadi bentuk visual berikut (gambar 3.2.2.):

Pada bagian ini kita akan mengupas tentang kedudukan perekonomian

makro Indonesia dari sudut pandang nilai tukar mata uang rupiah

terhadap mata uang lain di kawasan Asia Pasifik sekaligus terhadap Dollar

AS serta deskripsi pasar modal Indonesia di kawasan ini.

3-2-1

Page 228: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Pada gambar 3.2.2. terlihat bahwa secara umum mata uang di Asia Pasifik

dapat dibagi menjadi 5 buah kelompok. Kelompok pertama terdiri atas

Australia, Selandia Baru, Jepang, Singapura dan Thailand. Konfigurasi ini

terdiri atas negara-negara dengan GDP perkapita tinggi. Dengan

membandingkan hasil tersebut ke gambar 3.2.3. terlihat bahwa kelompok

ini tersusun atas negara-negara dengan tingkat volatilitas nilai tukar

menengah. Di sini terlihat semakin tengah posisi sebuah mata uang di

ruang ultrametrik, volatilitasnya semakin kecil. Artinya pergerakan

sebuah mata uang di kelompok ini cenderung mengacu ke mata uang lain

yang memiliki tingkat volatilitas yang lebih kecil. Konfigurasi kedua terdiri

atas Korea Utara, India, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, Bhutan, Cina,

Taiwan dan Filipina. Tingkat volatilitas pergerakan mata uang di kelompok

ini relatif kecil dan menengah. Yang menarik adalah fakta bahwa ternyata

mayoritas anggota partisi ini adalah negara-negara komunis atau junta

militer. Kelompok ketiga terdiri atas Makau, Nepal, Laos, Kamboja,

Banglades dan Vietnam. Partisi ini terdiri negara-negara di kawasan Indo

Cina dan Asia Selatan bagian timur. Volatilitas kelompok ini relatif

menengah dan tinggi. Kelompok keempat terdiri atas negara-negara di

seputar laut Cina Selatan dan laut Cina Timur yang meliputi Hongkong,

Malaysia, Brunei dan Korea Selatan. Partisi terakhir terdiri atas Indonesia,

Mongolia, Afganistan dan Srilangka. Di kumpulan ini mata uang yang ada

langsung berhubungan dengan Dollar A . Dari deskripsi di atas kita dapat

menemukan sebuah pola yang menarik, yaitu terjadi pengelompokan

mata uang. Pola pengelompokan yang terjadi bervariasi, seperti berada di

sebuah wilayah regional yang relatif sama atau memiliki latar belakang

politik yang identik atau mempunyai tingkat kekayaan yang relatif

berimbang.

Lalu dimanakah posisi Indonesia? Pada gambar 3.2.2. terlihat bahwa

pergerakan mata uang Indonesia relatif independen terhadap pergerakan

mata uang negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik. Rupiah relatif dekat

ke Dollar AS, sebagai sebuah mata uang utama di dunia, dan tidak

memiliki hubungan langsung dengan mata uang lain di kawasan ini. Hal ini

tentu merupakan sebuah fenomena menarik. Artinya

penduduk dan GDP relatif berada di tengah kawasan

Asia Pasifik, namun nilai tukar rupiah relatif independen terhadap

pergerakan mata uang yang ada di kawasan ini.

S

walaupun dari sisi

geografis, Indonesia

Gambar 3.2.3.

Volatilitas mata uang negara-negara di

kawasan Asia dari Januari 2005 hingga

Juli 2007. Volatilitas dihitung dengan

menggunakan standar deviasi

(sumber data:

).

log-returns

www.oanda.com

3-2-2

Page 229: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 3.2.4.

Jarak ultrametrik korelasi indeks pasar

modal di beberapa negara di Asia

Pasifik dari Januari 2005 hingga Juli

2007 (sumber data:

).http://finance.yahoo.com

Lalu bagaimana dengan pasar modal? Berbeda dengan pasar valuta asing,

jarak indeks pasar modal di kawasan Asia Pasifik cenderung lebih dekat

satu sama lain. Hal ini terlihat jelas jika kita membandingkan gambar

3.2.1. dan gambar 3.2.4. Di pasar modal terdapat banyak kelompok yang

memiliki jarak ultrametrik lebih kecil dari satu. Hongkong dan Singapura

memiliki jarak ultrametrik yang sangat kecil. Artinya pergerakan indeks

pasar modal dua negara ini saling berkaitan. Demikian juga dengan

Jepang dan Korea Selatan. Dari visualisasi di atas juga diketahui bahwa

kelompok Hongkong dan Singapura serta Jepang dan Korea Selatan saling

berdekatan. Gabungan dua kelompok ini kemudian berhubungan dengan

pergerakan indeks di Australia dan Indonesia. Dari sini dapat kita

simpulkan bahwa, berbeda dengan pergerakan nilai tukar mata uang,

pergerakan indeks pasar modal di Indonesia relatif terhubung dengan

pasar-pasar modal yang ada di kawasan ini.

Apakah kedekatan pergerakan indeks di kawasan Asia Pasifik juga berlaku

di sisi volume? Berbeda dengan indeks, perubahan volume di kawasan

Asia Pasifik relatif berjarak lebih jauh. Pada gambar 3.2.5. terlihat bahwa

jarak ultrametrik perubahan volume selalu lebih besar dari satu. Artinya

dampak pengaruh pergerakan sebuah pasar ke pasar modal lain lebih

dekat ke indeks dibandingkan dengan perubahan volume perdagangan.

Gambar 3.2.5.

Jarak ultrametrik korelasi perubahan

volume perdagangan di beberapa

negara di Asia Pasifik dari Januari 2005

hingga Juli 2007 (sumber data:

).http://finance..yahoo.com

3-2-3

Page 230: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 3.2.6.

Kapitalisasi pasar modal beberapa

negara di Asia Pasifik,

sumbu vertikal menunjukan volume

perdagangan (sumber data:

http://finance.yahoo.com).

Dalam dua setengah tahun ke belakang, indeks pasar modal di kawasan

Asia Pasifik menunjukan tren . Cina mencatat pertumbuhan indeks

terbesar. Dominasi aktivitas pasar modal Cina juga terlihat dari nilai

kapitalisasi pasar. Saat ini Cina merupakan pasar modal dengan tingkat

kapitalisasi terbesar di kawasan Asia Pasifik, lihat gambar 3.2.6. Aktivitas

pasar modal Cina yang sangat tinggi tersebut menarik jika dihubungkan

dengan pergerakan nilai tukar Yuan yang relatif stabil. Tentu saja hal ini

sangat terkait dengan kebijakan moneter Cina yang berusaha menjaga

nilai Yuan agar tetap lemah. Kebijakan tersebut mengakibatkan terjadinya

ekspansi produk Cina ke pasar internasional, termasuk Indonesia.

Peningkatan aktivitas dan tren pasar modal Cina ternyata juga

diikuti oleh pasar modal Indonesia. Dalam dua setengah tahun ke

belakang indeks pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan pesat,

yaitu berada di posisi ketiga di belakang Cina dan India. Tren

pergerakan indeks tersebut ternyata juga diikuti dengan peningkatan

volume perdagangan. Dalam 1 tahun ke belakang kapitalisasi pasar modal

di Indonesia meningkat lebih dari 2 kali lipat.

Dari sini kita dapat mempelajari beberapa hal, terjadi

pengelompokan mata uang di Asia Pasifik. Pengelompokan tersebut

memiliki latar belakang yang bervariasi, seperti kesamaan posisi geografis

yaitu berada dalam lingkup regional yang relatif sama, latar belakang

politik yang identik, atau mempunyai tingkat kekayaan yang relatif

berimbang. Di sini, posisi rupiah relatif lebih independen terhadap

pergerakan mata uang lain di kawasan tersebut. , jarak antar indeks

pasar modal di Asia Pasifik relatif lebih dekat dibandingkan dengan jarak

antar mata uang. Kedekatan yang terjadi lebih kepada nilai indeks

dibandingkan dengan perubahan volume perdagangan. Jadi, berbeda

dengan nilai tukar rupiah, indeks pasar modal Indonesia sangat

terhubung dengan pasar-pasar di kawasan ini.

bullish

bullish

bullish

pertama

Kedua

3-2-4

Page 231: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

3.3. Bursa Efek Indonesia

Setiap firma yang produknya telah menguasai pasar di tengah-tengah

masyarakat seyogianya punya tiga pintu tempat anggota masyarakat

bisa masuk. Pintu depan adalah tempat di mana masyarakat bisa

membeli barang atau jasa yang ditawarkan oleh firma tersebut.

Secara sederhana ini merupakan di mana, masyarakat

membeli apa yang mereka butuhkan sesuai dengan yang ditawarkan.

Pintu samping adalah tempat di mana anggota masyarakat bisa

menjual tenaganya di mana ia bisa bekerja bagi firma tersebut. Di sini

firma membeli tenaganya dan anggota masyarakat menjual, sebuah

tempat yang disebut sebagai . Pintu belakang

adalah tempat anggota masyarakat dapat membeli atau menjual

saham kepemilikan dari firma tersebut. Di pintu belakang ini, sebuah

firma menjadi milik masyarakat, sebuah tempat yang dikenal sebagai

Melalui tiga pintu ini, sebuah firma menjadi simbol

ekonomi kapitalistik yang merupakan sebentuk sistem yang berasal

dari masyarakat, oleh prakarsa masyarakat, dan memang

diperuntukkan masyarakat. Di Indonesia, pasar modal adalah Bursa

Efek Indonesia, sebuah penggabungan bentuknya terdahulu: Bursa

Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

go

public

initial public offering

Pertama

Kedua

pasar ritel

pasar tenaga kerja

pasar modal.

Ketiga jenis pasar membangun sistem ekonomi modern bersama

dengan jenis pasar keempat, yaitu pasar mata uang. Setiap pasar memiliki

dinamika sendiri-sendiri. Bahkan, ilmu pengetahuan ekonomi telah

memiliki disiplin dan wawasan yang terspesialisasi untuk mempelajari

perilaku . Prinsip ekonomi berupaya

agar setiap interaksi di empat pasar tersebut dapat meraih keuntungan

ekonomi. Di pasar modal, firma yang mendaftarkan diri di bursa efek (

) tentunya juga mendapatkan keuntungan. Ia dapat mengumpulkan

modal dari masyarakat ketika mendaftarkan diri di bursa pertama kali

( ), untuk lebih meningkatkan performanya.

Pasar modal juga memiliki kekhasan tersendiri. Setidaknya,

ada dua cara mengambil keuntungan dari pasar modal. , melalui

pembagian dividen atau keuntungan firma yang dikalkulasi dan dibagikan

secara berkala kepada seluruh pemilik modal. Jika seorang investor

memiliki sekian persen saham dari sebuah perusahaan yang performanya

baik sekali maka ia berhak mendapatkan dividen, sebagai bentuk

kepemilikan akan firma yang bersangkutan. , jika seseorang

membeli sebuah saham ketika harganya masih rendah dan menjualnya

ketika harganya telah cukup tinggi maka ia berhasil mendapatkan

keuntungan ekonomi dari bursa efek. Tentu saja investor juga dapat

merugi jika ia melakukan hal-hal sebaliknya. Dinamika pasar modal pada

akhirnya berada pada dua polar analitik: upaya untuk memahami

ini

pasar modal dan pasar mata uang

bagi investor,

3-3-1

Page 232: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

performa aktivitas ekonomi dari sebuah firma sebagai bentuk

fundamental dari firma tersebut yang direpresentasikan melalui kinerja,

penjualan, apresiasi pasar atas produk, ataupun kebijakan eksekutif firma

tersebut. Di sisi lain, terdapat pula upaya analitik untuk memahami gerak

fluktuasi naik-turunnya harga saham sebuah firma di bursa efek

berdasarkan gerak naik-turun dari harga saham tersebut atau indeks

tertentu yang merepresentasikan informasi tentang situasi pasar dalam

historis. Di Bursa Efek Indonesia, salah satu indeks yang sering

menjadi acuan dalam investasi adalah Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) yang menggambarkan kondisi umum dari keseluruhan saham yang

diperdagangkan di sana dan indeks LQ-45 yang menggambarkan gerak

naik-turun 45 saham terlikuid di lantai bursa.

Keterlibatan banyak (ekono)-fisikawan dalam analisis bursa efek telah

memberikan banyak kontribusi dalam hal ekstraksi sifat-sifat statistik

yang ada di dalam pergerakan harga saham-saham. Upaya ini sedikit

banyak telah membantu investor dalam pengambilan keputusannya,

dengan tidak lagi sekadar bersandar pada analisis ekonometri

konvensional. Selain itu, beberapa penyelia bursa efek di dunia telah

menggunakan piranti ini untuk meningkatkan performa pasar sehingga

tercipta sistem perdagangan yang optimum dan bersifat dalam

perdagangan di lantai bursa.

Pada bagian ini kita mendiskusikan beberapa sifat dari pola perdagangan

saham di Bursa Efek Indonesia, mulai dari sifat korelatif data-data

(otokorelasi) dan antar data-data (korelasi silang antar data) hingga

pemodelan berbasis agen yang dilakukan untuk memodelkan

perdagangan saham.

chart

fair

3.3.1. Mekanika Statistik

Pergerakan Harga di Lantai Bursa

3-3-2

Page 233: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

ACAKKAH PERGERAKAN HARGA DI PASAR MODAL?

GERAK ACAK MODEL ALBERT EINSTEIN (1905) GERAK ACAK MODEL PAUL LEVY (1937)

Investor-investor saling berinteraksi satu

sama lain, melalui gosip/rumor, diskusi,

peniruan strategi investasi, dan

sebagainya. Pola yang terjadi di pasar

modal mengikuti distribusi ekor gemuk

↓Ditribusi Levy Terpotong

IHSG bukan gerak acak murni (model Einstein), karena jika kita perhatikan beberapa kondisi khusus dari gerak fluktuasi IHSG,

terdapat beberapa kali ditemui pola naik atau turun yang lebih besar relatif dari yang ditunjukkan oleh gerak Brown secara

rata-rata. Hal ini ditunjukkan pada fluktuasi yang dilingkari pada gambar gerak IHSG di atas.

Bayangkan anda sedang membuat

kopi, dan agar kopi itu larut anda

menyeduhnya. Maka partikel-partikel

kopi itu akan “melompat ke sana

kemari” dan saling bertumbukan satu

sama lain dalam pola acak. Interaksi

“ t u m b u k a n ” a n t a r p a r t i k e l

menghasilkan distribusi ekor gemuk.

Bayangkan sebuah serbuk sari jatuh

di air yang ada dalam gelas, maka

serbuk sari itu akan “melompat-

lompat” ke sana ke mari secara acak.

Ia akan menghasilkan pola ditribusi

normal (gaussian).

Page 234: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

ACAKKAH PERGERAKAN HARGA DI PASAR MODAL?

…adalah tidak mungkin meramal

secara tepat pergerakan harga

s a h a m . N a m u n d e n g a n

memahami sifat-sifat distribusi

data kita dapat menyusun strategi

perdagangan/investasi yang

optimum sehingga mendapatkan

hasi l prediksi saham yang

mungkin yang paling optimum.

Karena kita melandaskan analisis

pada sifat distribusi data empiris,

hasil prediksi yang diperoleh lebih

baik dari yang dilakukan pada

e k o n o m e t r i k l a s i k .

T e r d a p a t

korelasi positif

antara

harga saham

dengan volume

perdagangan.

P e r u b a h a n

h a r g a y a n g

b e s a r

c e n d e r u n g

diikuti volume

perdagangan

yang besar pula

dan sebaliknya.

return

Kejatuhan pada skala distribusi

Levy Terpotong. Penjumlahan

perubah acak return harga saham

p a d a a k h i r n y a m e n j a d i

berdistribusi normal yang dijamin

oleh TEOREMA LIMIT PUSAT.

Sifat-sifat universal data

keuangan dapat dideteksi.

Sifat skala pada distribusi return harga-harga saham.

B e n t u k t a k

beraturan di

sekitar puncak

d i s t r i b u s i .

Page 235: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

TERBENTUKNYA HARGA SAHAM DARI YANG MASUKORDER

P(x) x

1.8

≈-α

αpasar≈

Penumpukan secara berulang-ulang di daerah yang tidak kompetitif bisa jadi merupakan pola strategi

trader tertentu. Ia dapat memberikan kesan psikologis pada sedemikian sehingga terdapat

ketidakseimbangan pada Kondisi ini dapat memicu pola yang menyebabkan

terjadinya untuk beli atau jual oleh investor/trader lainnya. Pola ini menimbulkan pola perdagangan

yang tak wajar jika saham yang diperdagangkan adalah saham-saham yang tidak likuid/tidak aktif karena

sifatnya yang mempermainkan psikologis investor lain.

order

order book

order book. herding behavior

rush

(*) Jika yang masuk adalah

beli dengan harga B, maka:

(**) Jika ( ) maka beli

tersebut akan dengan

yang ada pada

harga antrian, dan keduanya

akan dieksekusi pada harga

( )

(**) Jika ( ) maka tidak ada

yang mungkin, dan

tersebut akan

langsung masuk antrian.

order

order

B A1 t order

done

best ask

ask A1 t .

B<A1 t

match

order

(*) Jika yang masuk adalah

jual dengan harga maka:

(**) Jika ( ) maka

jual tersebut akan

dengan yang ada

pada harga antrian, dan

keduanya akan dieksekusi

pada harga ( )

(**) Jika ( ) maka tidak

ada yang mungkin,

dan tersebut akan

masuk antrian.

order

order A,

A B1 t , order

done

best bid

bid B1 t .

A>B1 t ,

match

order

Page 236: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Apa yang paling mempengaruhi pengambilan keputusan investor? Apa metode prediksi

teknikal investor di Bursa Efek Indonesia? Apakah sistem perdagangan yang ada

sekarang dirasakan telah cukup ? Seberapa terpengaruh seorang trader di Bursa Efek

Indonesia dengan trader lainnya? Sebuah survei dilakukan terhadap beberapa trader di lantai

bursa (April 2005) dan berikut adalah petikan hasilnya.

favorit

fair

Strategi pada dasarnya menjadi atribut yang dimiliki oleh masing-masing

investor yang sifatnya relatif tidak berubah selama rentang waktu

perdagangan tertentu. Strategi menjadi dasar bagi setiap investor dalam

mengambil keputusan transaksinya. Strategi yang berbeda-beda dari

setiap investor akan menyebabkan pengambilan keputusan transaksi yang

berbeda-beda ketika menyikapi suatu informasi tertentu. Perbedaan

strategi ini juga bisa dipandang sebagai suatu diversifikasi atau

keheterogenan agen yang menyusun pasar. Investor-investor dengan

strategi fundamental cenderung menggunakan beberapa metode

konvensional seperti berita, reportase, laporan dan sebagainya, sebagai

suatu referensi dalam pengambilan keputusan investasi.

Interaksi memegang peranan yang sangat penting di kalangan

investor/trader di bursa kita dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini

cukup penting untuk kita perhatikan mengingat pada dasarnya agen-agen

dalam ekonomi tidaklah independen. Mereka senantiasa berinteraksi dan

beradaptasi menurut pola-pola tertentu. Dari sisi sistem transaksi saham

saat ini, terdapat penilaian positif terhadap tingkat pasar dari para

investor. Ini setidaknya memberikan indikasi bahwa mekanisme

perdagangan saat ini tidaklah begitu dipermasalahkan oleh investor.

fairness

PROFIL MIKRO INVESTOR DI BURSA EFEK INDONESIA

Page 237: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

PERGERAKAN HARGA KOLEKTIF DAN INDEKS KOMPOSIT

Kita menganalisis perbandingan antara nilai karakteristik ( ) matriks yang acak

dan matriks data korelasi saham. Secara sederhana, metode ini membandingkan antara

matriks korelasi acak dengan matriks korelasi saham sedemikian sehingga kita

mendapatkan ekstraksi informasi dan pola dari matriks saham. Dari sini kita ketahui mana

yang merupakan bentuk gangguan ( ) serta mana informasi berguna dan

merepresentasikan pasar modal. Kita sebut gangguan jika sifat statistikanya mirip dengan

data acak sementara kita sebut sebagai bentuk informasi jika memiliki perbedaan yang

signifikan dengan sifat statistika data acak. Ini merupakan salah satu motif dari model teori

matriks acak ini, yakni membedakan antara informasi yang berguna dan pola yang dapat

dikategorikan sebagai sekadar gangguan dalam fluktuasi spektrum saham. Sejauh mana

penyimpangan yang terjadi antara matriks korelasi saham dengan matriks korelasi acak

menjadi sebuah petunjuk bagi analis dalam menyusun portfolio. Dengan menganalisis

lebih lanjut melalui observasi hanya pada informasi yang berguna (merepresentasikan

pasar) dan menghilangkan informasi yang bersifat acak pada data, alhasil diperoleh arahan

portofolio yang lebih optimum daripada pendekatan ekonometri tradisional yang semata-

mata melihat fluktuasi data saham.

eigen value

noise

Pendekatan untuk melihat performa pergerakan saham-saham secara umum dirasa

perlu karena tak mungkin melihat dari pasar modal di Indonesia hanya

melalui satu indeks IHSG (indeks harga saham gabungan) saja. IHSG merupakan

sebuah besaran spektral yang dibentuk melalui “interaksi” antara satu saham dengan

saham lain yang diperdagangkan di lantai bursa.

Dengan melihat korelasi silang antara fluktuasi satu saham dengan saham lain di bursa,

maka kita dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi di lantai bursa secara umum.

Lebih jauh, pendekatan ekonofisika melihat momen-momen statistik dari koefisien

korelasi tersebut, yakni nilai rata-ratanya, variansinya, dan seterusnya.

Sebuah penelitian menarik menunjukkan bahwa jika nilai rata-rata dari koefisien

korelasi saham-saham meninggi, maka di pasar tengah terjadi formasi harga yang

hampir seragam untuk keseluruhan saham yang biasanya digambarkan dalam

keadaan krisis ekonomi atau tingkat ketakpastian investasi yang tinggi di pasar.

big picture

Itulah sebabnya jika kita perhatikan gambar di samping, nilai rata-rata koefisien

korelasi dari saham-saham semenjak tahun 2000 di lantai bursa kita cenderung

menurun yang menunjukkan ekonomi investasi cenderung makin membaik.

Perkembangan riset ekonofisika juga telah menyediakan alat lain dalam analisisnya,

yaitu pohon keuangan ( ) dengan teknik pemodelan yang

mengubah koefisien korelasi menjadi nilai jarak keterhubungan antara satu saham

dengan saham lain. Dari gambar kita ketahui bahwa semakin panjang jarak total pohon

keuangan, maka semakin dinamis dan “independen” pergerakan satu saham dengan

saham lain. Ini menunjukkan kondisi ekonomi (dalam hal investasi) semakin sehat.

minimum spanning tree

Page 238: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dua metodologi di atas, yang

diperkenalkan oleh ekonofisika,

memberikan kontribusi aktif dalam

penajaman kalkulasi dan optimisasi

portofolio, yang sangat penting bagi

institusi dengan pola investasi

berjangka waktu panjang. Demikian

juga bagi mereka yang cenderung

menggunakan analisis fundamental.

POHON KEUANGAN SAHAM-SAHAM

Pendekatan pohon keuangan memberikan

gambaran seberapa jauh satu fluktuasi saham

dengan fluktuasi saham lain secara relatif. Pada

visualisasi berikut digambarkan pohon keuangan

untuk tahun 2001, 2004 dan sepanjang tahun

2005-2007.

Dalam perspektif penyusunan portofolio, untuk berinvestasi, korelasi antar saham

merupakan fenomena dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, sebagai akibat interaksi

perdagangan antar investor. Ia memiliki keunikan tersendiri. Dari pohon keuangan 2007

terlihat bagaimana keterhubungan antar satu saham dengan saham lainnya sedemikian

hingga didapatkan deskripsi pola fluktuasi harga saham secara menyeluruh. Ini akan

sangat membantu penyusunan portofolio. Berdasarkan simulasi yang dilakukan oleh

ekonofisikawan J. Onella, dkk. (2003) ditunjukkan bahwa saham-saham dengan risiko

minimum portofolio (dengan teknik optimisasi klasik Markowitz) senantiasa berada di sisi

paling luar dari pohon keuangan.

Hal ini sebenarnya dapat dipahami karena saham-saham yang terletak di bagian tengah

pohon keuangan cenderung merupakan golongan saham yang sangat likuid dan memiliki

volatilitas yang relatif lebih tinggi, yang secara intuitif mengandung risiko yang lebih tinggi

secara fundamental. Namun tentunya kita tidak lantas menyusun portofolio pada saham-

saham yang tak likuid dengan mengikuti teknik optimisasi Markowitz. Analisis ini

membuka peluang optimisasi yang akan melibatkan saham-saham yang likuid.

Sesuai pemahaman umum, dalam berinvestasi kita harus melakukan diversifikasi. Untuk

itu maka pengelompokan saham-saham ( ) pohon keuangan tersebut akan

dapat memberikan gambaran fluktuasi harga saham pada jangka panjang. Melalui

pemahaman sederhana ini, pemilihan saham melalui diversifikasi pada pohon keuangan

tentu dapat memberikan masukan intuitif dalam menyusunan portofolio.

clustering

Pasca krisis (tahun 1999-2001)

saham-saham seperti industri,

seperti :TLKM, ISAT, ASII GGRM,

cukup menjadi “referensi” bagi

pergerakan saham lain.

Pada tahun 2004, saham-

saham sektor perbankan

mendominasi.

Pada tahun 2005-2007 ter jadi

p e n g e l o m p o ka n s a h a m - s a h a m

perbankan. seperti: BDMN, BBCA,

BNGA, BNII, dan lain-lain dengan

dinamika yang dinamis dan dekat

dengan pengelompokan saham yang

sangat likuid, seperti: saham TLKM,

ISAT, dan ASII.

2001

2004

2007

Page 239: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

PERGERAKAN HARGA KOLEKTIF DAN INDEKS KOMPOSIT

Mana yang lebih berpengaruh pada investor Indonesia apakah informasi fundamental saham atau rumor? Seberapa jauhkah horizon

investasi di bursa efek kita pada umumnya? Ilustrasi singkat ini mencoba menelusuri jejak investor dengan menggunakan pemodelan

berbasis agen.

Kegunaan model ini sangat banyak, di

antaranya adalah ia merupakan perangkat

analitik yang dapat melakukan serangkaian

eksper imen komputas iona l , untuk

mengetahui apa yang terjadi di pasar modal

jika dilakukan sesuatu.

imulasi sebelum melakukan

penyusunan kebijakan. Hasil ini tentu saja

akan lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Demi terciptanya

tujuan, s

Berbagai hal dapat dilakukan dengan

tersebut. Di antaranya

adalah analisis memori dari investor

di lantai bursa. Beberapa hal yang

menarik adalah kuatnya pengaruh

rumor di kalangan kita atau

berbagai faktor fundamental lainnya.

Hal lain yang menarik adalah horizon

memori dari atau dalam

keputusan investasi sejauh mana

rata-rata investor menyandarkan

keputusannya.

platform

trader

trader

Contoh bentuk distribusi data empirik (data per jam saham TLKM) dibandingkan dengan data hasil salah

satu simulasi berbasis agen yang dilakukan.

return

strategi

chartist yang

mengambil

keputusan

dengan

analisis MA

(Moving

Average)

strategidagang fundamentalis sebagai otomaton

Di sini kita membuat replika agen-agen buatan yang perilakunya mirip dengan

investor/trader yang memasang jual/beli berdasarkan berbagai

pertimbangan. Ada agen ekonomi yang memperhatikan gerak historis harga dan

mengambil keputusan dengan metode-metode statistik. Ada pula agen ekonomi

yang tidak peduli pada harga namun lebih memperhatikan informasi dan berita

fundamental saham yang diperjualbelikan. Ada pula yang sekadar

memperhatikan gosip/rumor yang tengah berkembang. Ada pula yang sekadar

ikut-ikutan. Namun, di luar semua itu, ada pula investor yang memperhatikan

semua informasi yang ada (data historis, berita fundamental, serta gosip/rumor).

Tiap simulasi akan menghasilkan “data perdagangan buatan” yang tentunya akan

dibandingkan dengan data saham sebenarnya. Dari ribuan kali simulasi yang

dilakukan, kita akan mendapatkan konjektur struktur mikro dari aktivitas

investasi yang terjadi di lantai bursa.

order

trader-trader

Analisis kuantitatif konvensional sosial, ekonomi, dan keuangan,

biasanya selalu berkutat pada upaya mengekstrak informasi

dengan menggunakan perangkat statistik. Pendekatan statistika

mengekstrak informasi dari data keuangan (misalnya pergerakan

harga saham, indeks, dan sebagainya) melalui berbagai metode

seperti regresi, analisis distribusi, dan sebagainya. Sebuah

pendekatan terbaru dalam ekonofisika adalah pemodelan

berbasis agen. Model ini merupakan alat untuk menjelaskan apa

yang terjadi di balik fluktuasi indeks dan pergerakan harga dalam

pasar modal dengan cara “menumbuhkan” investor/trader buatan

dalam komputer dengan struktur fundamental yang sama seperti

di dunia nyata.

Page 240: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

3.3.2. Perilaku Mengerumun di Pasar Modal Kita

Kerumunan beberapa spesies makhluk hidup menunjukkan dinamika

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya letak makanan,

kemungkinan keberadaan predator dan bagaimana satu individu

berinteraksi dengan individu lain. Beberapa hewan, seperti lebah madu,

sangat responsif terhadap informasi tentang sumber makanan.

Sementara itu, beberapa hewan lain cenderung lebih memperhatikan

faktor-faktor selain makanan. Sebagai contoh, kerumunan Ikan Mas lebih

memperhatikan pergerakan air dan keutuhan kerumunannya. Faktor ini

lebih dominan daripada makanan. P ola serupa ditemukan

di pasar modal.

Terdapat setidaknya tiga cara satu investor mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh investor lain. Cara yang paling terkenal adalah melalui

observasi investor/ terhadap pergerakan harga. Sudah tentu

pergerakan harga hari ini akan sangat dipengaruhi oleh tren yang

dibentuk pada hari sebelumnya. Di sini pergerakan harga dalam tiap

w a k t u m e n j a d i ” m e d i a ” b a g a i m a n a s a t u i n v e s t o r

mempengaruhi/dipengaruhi investor lain. Jika terbentuk tren turun,

maka terdapat kecenderungan kerumunan investor/ memasang

order jual terhadap sebuah saham.

Cara kedua adalah melalui komunikasi langsung antara satu

investor/ dengan yang lain. Sebuah gosip atau rumor bisa

menyebar melalui satu investor dengan investor lain dan ini

menyebabkan perubahan harga pula. Jika seorang investor memiliki

informasi tertentu tentang naik-turunnya harga sebuah saham, informasi

yang disebarkannya ke rekan-rekan dekatnya akan pula dapat

mengakibatkan kerumunan pemasangan tertentu. Namun, pola

kedua ini terbatas pada jaring sosial ( ) dari investor

tersebut. Akibatnya, perubahan harga yang terjadipun tak akan sebesar

akibat dari pembacaan tren historis sebagaimana ditunjukkan pada pola

sebelumnya.

Pola yang tak kalah penting adalah melalui observasi investor/

terhadap dinamika order book (antrian pemasangan order dari investor)

yang dapat diakses oleh sebagian besar pelaku saham. Ketakseimbangan

dapat menimbulkan imagi psikologis bagi sebagian investor

tentang tren pasar. Penumpukan order yang besar di dapat

menimbulkan kesan kelebihan suplai yang menunjukkan kecenderungan

bahwa harga akan turun dalam waktu dekat. Demikian pula sebaliknya,

asimetri pada dapat menimbulkan ”kesan” bahwa

harga akan naik.

ada dasarnya, p

trader

trader

trader

order

social network

trader

order book

order sell

order book order buy

3-3-10

Page 241: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari sini kita mengetahui, terdapat similaritas antara kerumunan

investor/ dengan kerumunan berbagai spesies yang ditunjukkan di

awal tadi. Jelas, investor/ akan awas terhadap berbagai informasi

yang didapatkan di dalam jaring sosialnya, tren pergerakan harga secara

historis, termasuk dinamika k saham tersebut. Ketiga hal inilah

yang menjadi saluran informasi antar investor/ yang menyebabkan

terjadinya pola mengerumun dalam pasar ( ). Pola

mengerumun ini penting, karena inilah yang seringkali menjadi biang

keladi terjadinya lonjakan harga ( ) maupun jatuhan harga

( ).

Saluran informasi ini terkadang menimbulkan ketaksamaan akuisisi dan

interpretasi atas informasi pasar yang menyebabkan terjadinya

n. Secara kognitif, hal ini dapat dikaitkan dengan

keterbatasan rasionalitas pada manusia ( )

sebagaimana ditunjukkan oleh peraih nobel ekonomi Herbert Simon

(1987). Hal ini merupakan salah satu pusat ketaklinieran dari sistem sosial

(termasuk keuangan) dan juga menjadi pusat kesalahan asumtif dari

banyak analisis ekonometri klasik yang sering bersandar pada anggapan

dari agen ekonomi.

Analisis ekonofisika menunjukkan penemuan empiris terjadinya ekor

gemuk pada hampir semua distribusi di berbagai pasar di seluruh

dunia. Secara statistik, hal ini terjadi oleh karena senantiasa terjadinya

pengelompokan volatilitas pada data-data tersebut. Dan secara

mikrostruktur, pengelompokan volatilitas terjadi oleh karena adanya

perilaku mengerumun pada investor (Cont & Bouchaud, 1995).

Penelitian yang dilakukan oleh Surya Reserach International (2005) atas

dinamika pasar modal Indonesia menunjukkan karakteristik yang

menarik tentang kerumunan pasar ini. Kerumunan pada saham-saham

yang memiliki volatilitas tinggi dan relatif fluktuatif biasanya lebih

dipengaruhi oleh tren historis daripada faktor-faktor lain. Di sisi lain,

kerumunan pada saham-saham yang rendah likuiditasnya serta kurang

trader

trader

order boo

trader

herding behavior

market bubble

market crash

asymmetric informatio

bounded rationality

fully rational

return

3-3-11

Page 242: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

fluktuatif (pada perdagangan ) menunjukkan dominasi

pengaruh dinamika . Kerumunan ( ) pada sebuah

saham yang lebih dipengaruhi oleh dinamika order book, dapat

memberikan peluang terjadinya upaya men- imagi psikologis

investor lain. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan bagi banyak pihak.

Salah satu cara untuk mencegah atau mengurangi sentimen ini adalah

dengan meramaikan perdagangan saham yang tak hanya terkonsentrasi

pada saham-saham yang populer saja. Upaya peningkatan likuiditas

saham-saham yang selama ini tak likuid perlu ditingkatkan dengan

melibatkan seluruh pihak, mulai dari analis, masyarakat investor hingga

perusahaan sekuritas. Hanya dengan partisipasi aktif dan cerdas melalui

investasi yang tak terkonsentrasi pada saham-saham populer saja kita

dapat mengatasi potensi negatif yang dapat ditimbulkan oleh kerumunan

di pasar ini. Perilaku mengerumun ( ) merupakan sebuah

keniscayaan yang alami dan tak terhindarkan pada pasar modal. Namun,

adalah tanggung jawab kita semua untuk menciptakan pasar modal yang

, dan bebas dari berbagai potensi negatif yang mungkin saja

ditimbulkan oleh perilaku mengerumun ini.

intra-day

order book herding

drive

herding behavior

fair

3-3-12

Page 243: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

3.4. Inovasi untuk

Indonesia Masa DepanInovasi memegang peranan cukup penting dalam perkembangan

ekonomi dan kehidupan sosial saat ini. Adanya inovasi dalam teknologi,

mulai dari internet hingga teknologi telekomunikasi nirkabel telah

mengubah ‘wajah’ kehidupan manusia secara umum. Dalam ekonomi

sendiri, proses inovasi (dalam hal ini inovasi produk) bisa dikatakan

menjadi suatu keharusan agar produk senantiasa dapat bersaing. Proses

inovasi berkaitan erat dengan faktor kompetisi. Fenomena ini bisa kita

amati pada berbagai produk teknologi, seperti ponsel, komputer ,

dan lain-lain.

Salah satu produk inovasi yang cukup dekat dengan keseharian kita dan

bisa dijadikan contoh untuk menunjukkan adanya perkembangan inovasi

yang begitu cepat adalah telepon selular atau disingkat ponsel. Hal ini

setidaknya tercermin dari jumlah pengguna ponsel jenis GSM dari tahun

1991 hingga saat ini, yang mengalami peningkatan begitu drastis. Ponsel

merupakan produk teknologi yang mengalami perubahan dari waktu ke

waktu. Perkembangan ponsel terjadi baik dari sisi desain maupun

teknologi. Inovasi desain, atau yang lebih dikenal sebagai mode atau

ponsel, terlihat dengan adanya variasi desain telepon selular yang

berbeda dari waktu ke waktu, misalnya atau bungkus ,

pemilihan bentuk antena, dan lain sebagainya.

Pemahaman tentang bagaimana proses inovasi produk teknologi tentu

menjadi suatu hal yang cukup menarik untuk dilakukan. Upaya ini

menarik, terutama untuk mengetahui prinsip-prinsip yang terjadi dalam

proses inovasi ponsel. Penggunaan pendekatan-pendekatan evolusi

dalam memahami proses inovasi produk teknologi merupakan salah satu

pendekatan alternatif yang bisa dilakukan. Namun, harus kita sadari

bahwa evolusi dalam dunia hayati tentunya berbeda dengan proses

inovasi itu sendiri. Akan tetapi cara pandang evolusioner tentunya akan

sangat bermanfaat dan mempermudah kita dalam proses analisis inovasi

artefak teknologi. Dalam uraian ini, kita mencoba memahami proses

inovasi produk teknologi (dalam hal ini ponsel) baik secara desain

maupun teknologi, dengan menggunakan perspektif memetik.

Memetika lahir dari adanya suatu semangat untuk menginkorporasi

teori-teori evolusi yang berkembang dalam ilmu biologi ke dalam studi

sistem sosial dan ekonomi.

Penggunaan memetika, untuk menganalisis proses inovasi produk atau

artefak teknologi, didasari oleh suatu kenyataan bahwa produk atau

artefak teknologi sendiri merupakan suatu objek kultural manusia. Ia

dihasilkan dari proses abstraksi pemikiran manusia. Oleh karenanya,

proses inovasi secara kultural akan berkenaan dengan abstraksi dari

artefak teknologi tersebut dan perkembangannya dari waktu ke waktu.

Dari sudut pandang evolusi sendiri, dalam hal ini memetika, artefak atau

palm

notebook

fashion

cover handset

3-4-1

Page 244: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

produk teknologi dianggap sebagai sebuah fenotip dari unit informasi

terkecil yang mengkodekannya atau meme. Hal tersebut bisa dianggap

serupa dengan konsep genotip dan fenotip dalam evolusi organisme. Sifat

dan karakteristiknya dari artefak teknologi secara keseluruhan

ditentukan oleh memetip tersebut. Ia terekspresikan dengan cara

tertentu. Pada evolusi genetika,

Namun dalam evolusi memetika, kita tentu akan sangat sulit mengetahui

dan menemukan bentuk fisik dari unit informasi atau meme suatu artefak

teknologi. Hal inilah yang kemudian membedakan konsep evolusi

memetika dengan konsep evolusi genetika.

Dalam analisis ini, kita mengasumsikan bahwa suatu artefak teknologi

dianggap tersusun atas memetip. Memetip umumnya berupa

memepleks yang tersusun atas sejumlah meme tertentu yang kemudian

disebut memepleks. Memepleks akan tersusun sejumlah alomeme atau

alternatif meme yang bisa didapati dalam suatu artifak teknologi.

Alomeme dalam artifak teknologi bisa dinyatakan sebagai pilihan “ya”

dan “tidak” atas sebuah proposisi mengenai keberadaan ciri tertentu dari

artifak teknologi yang disusun dalam kerangka “JIKA ...MAKA...”.

Alomeme untuk tiap meme artifak kemudian bisa direpresentasikan

dengan bilangan biner (1,0). Representasi ini menunjukkan ada atau

tidaknya suatu meme tertentu dalam artifak teknologi tersebut. Dari sini,

suatu inovasi artefak teknologi dimodelkan sebagai perubahan atau

mutasi yang terjadi dalam sekuen memepleksnya. Untuk melihat

bagaimana model memetika ini diterapkan dalam artefak atau produk

teknologi, kita akan melakukan kajian pada telepon selular (ponsel),

sebagai sebuah studi kasus.

Dalam penyusunan memepleks untuk ponsel, kita menggunakan

informasi f i tur-f i tur suatu ponsel yang dianggap dapat

merepresentasikan ciri atau sifat suatu ponsel baik desain, teknologi

beserta fungsinya dan ciri lain yang dimilikinya. Informasi mengenai fitur

ponsel dapat dijadikan suatu informasi dasar yang dapat membedakan

tipe ponsel yang satu dengan yang lainnya. Meme-meme yang mungkin

terbentuk misalnya:

gen bisa kita temukan bentuk fisiknya.

JIKA ia tipe ponsel berinframerah MAKA akan terdapat

inframerah.

JIKA ia mempunyai fungsi SMS MAKA akan terdapat teknologi

SMS.

dan seterusnya.

Tentu saja kumpulan meme yang merepresentasikan seluruh ciri atau

sifat dari ponsel akanlah sangat banyak. Ia terkait dengan data yang bisa

kita peroleh. Informasi mengenai fitur inilah yang kemudian dijadikan

dasar bagi kita untuk menyusun informasi apa saja yang bisa digunakan

dalam menjelaskan proses inovasi dari produk tekologi tersebut.

Di tulisan ini, kita akan menggunakan ponsel Nokia sebagai studi kasus.

Penyusunan memepleks ponsel Nokia didasarkan pada informasi

3-4-2

Page 245: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

mengenai fitur tiap-tiap tipe ponsel yang didapat di website perusahaan

tersebut. Dari data-data yang diperoleh pada website tersebut, kita

memilih sebanyak 66 tipe ponsel. Memepleks dari tiap-tiap tipe produk

kita modelkan dengan menggunakan informasi fitur dari 66 tipe ponsel

tersebut. Dari sini, kita dapat mengidentifikasi sebanyak 84 ciri atau sifat,

baik desain maupun fungsi-fungsi teknologi, yang mungkin dijadikan

meme-meme penyusun memepleks ponsel Nokia.

Mengestimasi hubungan secara inovatif dari ponsel, dengan data berupa

urutan ( ) meme-meme penyusunnya merupakan salah satu

bagian yang menarik dalam mempelajari inovasi dari ponsel secara

evolusioner. Hal ini bisa kita lakukan dengan mengkontruksi pohon

filomemetik. Perspektif ini terinspirasi oleh pendekatan filogenetik, yaitu

suatu pohon yang menggambarkan silsilah keturunan berdasarkan

kesamaan karakteristik suatu organisme. Pohon filomemetik pada

dasarnya mirip dengan pendekatan tersebut. Namun di sini, komparasi

dilakukan dengan menggunakan data masukan sekuen memepleks. Dari

sini diharapkan, pohon filomemetik tersebut akan dapat

menggambarkan sejarah evolusi ponsel, berdasarkan masukan data

berupa urutan ( ) memepleks untuk masing-masing ponsel.

Untuk dapat , diperlukan metode

pembuatan yang tepat guna. Hal ini penting agar kita bisa mendapatkan

pohon yang cukup tepat menggambarkan sejarah evolusi dan hubungan

evolusioner diantara tipe-tipe ponsel tersebut. Pada gambar 3.4.1.

diperlihatkan bagaimana pohon silsilah atau pohon filomemetika dari

berbagai 66 ponsel yang dikeluarkan oleh Nokia, yang dikonstruksi

dengan menggunakan metode

atau UPGMA. Sementara itu, gambar 3.4.2. dikonstruksi

dengan menggunakan metode (MST) dengan

menggunakan algoritma Kruskal.

Dari pohon filomemetika ini, kita bisa mendapatkan informasi mengenai

ponsel tipe mana yang berkerabat dengannya dan mana yang jauh secara

kekerabatan. Hal tersebut tentunya bisa dijadikan sebuah gambaran

mengenai ponsel mana yang berinovasi dan mana yang tidak. Dengan

kata lain, tipe ponsel mana yang mengalami kemajuan inovatif dan mana

yang tidak. Selain itu, kita akan mengetahui bahwa dalam inovasi suatu

artefak teknologi, pada suatu yang spesifik, pada dasarnya akan

merujuk pada desain atau fitur yang telah ada sebelumnya. Atau dengan

kata lain, dalam bahasa evolusi, kita bisa menginterpretasi suatu proses

inovasi dari artefak atau produk inovasi sebagai hubungan leluhur dan

keturunan. Hal ini juga akan memberikan suatu gambaran tentang

bagaimana karakteristik suatu produk teknologi dalam mengalami

inovasi.

sequence

sequence

Unweighted Pair Group Method with

Aritmatic Mean

Minimum Spanning Tree

series

mengkonstruksi pohon filomemetik

3-4-3

Page 246: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 3.4.1.

Pohon pohon filomemetik ponsel

Nokia dengan menggunakan metode

UPGMA.

Gambar 3.4.2.

Pohon pohon filomemetik ponsel

Nokia dengan menggunakan metode

MST.

3-4-4

Page 247: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Namun perlu diperhatikan bahwa konstruksi pohon filomemetik masih

merupakan model yang sederhana dalam upaya analisis inovasi artefak

teknologi. Studi filomemetik semata dirasa tidaklah cukup memberikan

gambaran keseluruhan tentang proses inovasi suatu artefak teknologi

serta evolusinya. Diperlukan suatu model lain yang lebih dinamik untuk

menunjukan bagaimana trajektori yang dilalui oleh suatu artefak dari

bentuk yang sederhana menjadi artefak yang lebih kompleks pada proses

inovasinya serta bagaimana dinamika kemunculan serta kecocokannya.

Hal inilah yang nanti akan kita bahas dalam ulasan selanjutnya. Tetapi

yang pasti dari sini, kita bisa melihat bagaimana inovasi pada dasarnya

bisa dipandang sebagai proses evolusioner, dalam hal ini memetika.

Lebih jauh diketahui bahwa faktor sosial, yang juga terkait dengan

karakteristik dari pengguna serta interaksi diantara mereka di dalam

jaringan sosialnya, merupakan faktor yang juga menentukan sukses atau

tidaknya suatu produk hasil inovasi. Seringkali kita mendengar bahwa

suatu produk teknologi tidak hanya memperhatikan sisi kegunaan atau

fungsinya saja melainkan juga memperhatikan bagaimana karakteristik

dari pasar atau pengguna. Hal ini tentu menjadi suatu indikasi bahwa

proses inovasi produk teknologi saat ini, pada dasarnya tidak hanya

melibatkan aspek ekonomi semata melainkan juga aspek-aspek sosial.

Selanjutnya kita akan menganalisis bagaimana suatu produk hasil inovasi

bisa cocok atau tidak dengan lingkungannya secara kultural. Dalam ulasan

ini, kita akan melihat bagaimana proses inovasi tersebut dalam “bahasa”

evolusi. Kemudian, kita melihat bagaimana pola-pola yang terjadi dalam

inovasi artefak teknologi melalui simulasi secara komputasi. Dalam

bahasa evolusi sendiri, dalam hal ini memetika (seperti yang telah kita

bahas pada paparan sebelumnya), inovasi produk teknologi merupakan

suatu proses yang membrojolkan produk teknologi dengan karakteristik

atau fitur tertentu. Proses tersebut pada dasarnya terjadi karena adanya

“mutasi” pada sekuen biner memenya. Meme atau unit informasi

terkecil dalam suatu artefak teknologi merepresentasikan ada atau

tidaknya fitur tertentu dalam artefak tersebut. Inovasi dimodelkan

sebagai pemunculan sekuen biner memepleks yang berbeda, dan

kemudian memunculkan artefak yang berlainan karakteristik atau fitur.

Namun, bagaimana unit informasi tersebut, yang merepresentasikan

artefak secara fisik dan karakteristik makro yang bisa kita amati, bisa

cocok dengan lingkungannya? Atau secara sederhana, bagaimana sebuah

artefak bisa diterima oleh pengguna? Hal ini tentunya sangat ditentukan

oleh interaksi antara artefak dengan pengguna. Kecocokan suatu artefak

akan ditentukan oleh bagaimana karakteristik artefak tersebut cocok

dengan pilihan dari penggunanya. Di sini kita tidak hanya akan

berhadapan dengan proses inovasi secara independen. Selain

berhadapan dengan perubahan karakteristik artefak, kita juga

dihadapkan dengan bagaimana proses inovasi tersebut terjadi di

tingkatan pengguna, dalam proses pemilihan atau penerimaan artefak

tertentu.

3-4-5

Page 248: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Variasi produk yang terjadi akibat proses inovasi, pada dasarnya akan

disusul oleh proses seleksi yang menentukan tingkat kecocokan ( )

produk tersebut. Seleksi yang terjadi pada tingkatan pengguna, tentunya

akan ditentukan oleh banyak hal, terutama terkait dengan karakteristik

individu, seperti: preferensinya terhadap fitur tertentu, tingkatan

ekonominya, dan lain sebagainya. Hal ini ditambah lagi dengan interaksi

yang terjadi diantara individu, seperti hubungan saling mempengaruhi

satu sama lain. Adanya interaksi antara individu yang begitu kompleks

menyebabkan inovasi teknologi menjadi kian kompleks. Kondisi ini

senantiasa menghadirkan banyak sekali ketidakpastian. Kita akan sulit

untuk menentukan apakah suatu teknologi bisa diterima dengan mudah

atau tidak dengan hanya melihat kecanggihan atau superioritasnya saja.

Banyak kasus dimana kecanggihan atau superioritas bukanlah salah satu

faktor yang mentukan keberhasilan suatu produk di pasaran. Sebagai

contoh adalah kasus VHS dan Betamax. Betamax yang lebih superior

secara teknologi, justru gagal di pasaran, dibanding dengan VHS. Justru

VHS yang pada akhirnya menjadi teknologi standar.

Di sisi pengguna, yang kemudian kita sebut sebagai agen dalam model

inovasi yang dikonstruksi, perbedaan karakteristik yang dimiliki tentunya

akan mempengaruhi dalam proses pemilihan artefak teknologi. Beberapa

karakteristik yang dominan diantaranya adalah kebutuhan atau keinginan

terhadap level teknologi tertentu dan juga level ekonomi dari agen. Selain

itu, interaksi sosial juga ikut mempengaruhi tingkatan atau level teknologi

yang diinginkannya. Ada hubungan saling mempengaruhi antara satu

agen dengan yang lainnya berupa hubungan saling mengimitasi, dalam

artian agen hanya akan merujuk dan berupaya untuk menyamai level

teknologi dari agen lain yang berada pada jaringan sosialnya, atau yang

dikenal juga sebagai agen tetangganya.

Adanya karakteristik individu yang berbeda serta interaksinya, membuat

proses adopsi agen terhadap produk teknologi tertentu terjadi secara

dinamik. Level teknologi yang diinginkan oleh agen akan senantiasa

fitness

Gambar 3.4.3.

Dinamika nilai kecocokkan 60 artefak

setelah 1000 iterasi (kiri) dan

Pengelompokkan agen-agen

berdasarkan pilihan produk

teknologinya (kanan). Warna yang

sama menunjukkan pilihan produk

teknologi yang sama.

3-4-6

Page 249: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

berubah-ubah akibat adanya perubahan level teknologi tetangganya.

Namun, perilaku ini akan senantiasa dibatasi oleh level uang yang

dimilikinya. Level teknologi yang diinginkan serta konstrain dari level uang

yang dimiliki agen inilah yang menyebabkan terjadinya dinamika

kecocokan artefak atau produk teknologi tertentu.

Penghitungan secara matematis dari model yang telah dijabarkan di atas

tentu akan sangat sulit. Apalagi jika kita dihadapkan pada banyak agen

dengan karakteristik yang berbeda. Selain itu, mereka berinteraksi secara

simultan dan iteratif. Di sinilah peranan simulasi secara komputasi akan

model tersebut. Dalam simulasi ini, kita memindahkan proses-proses

yang terjadi dalam sistem yang hendak dianalisis ke dalam algoritma

pemrograman yang bisa di jalankan di komputer.

Dalam simulasi ini, ada banyak agen. Masing-masing agen memiliki

karakteristik yang berbeda-beda, baik itu dalam hal level teknologi yang

diinginkan maupun level uang yang dimilikinya. Agen akan mengevalusi

artifak teknologi yang ada pada saat itu. Kemudian, ia memilih sebuah

produk teknologi yang memiliki level teknologi yang dekat dengan

keinginannya. Namun tentu saja, produk tersebut harus memiliki harga

yang terjangkau olehnya. Proses inovasi sendiri kemudian

direpresentasikan dengan hadirnya suatu teknologi baru (berupa sekuen

memepleks yang berbeda dan tentu juga dengan harga yang berbeda) ke

dalam sistem setelah beberapa iterasi. Artefak mana yang lebih dulu

datang ditentukan melalui pohon filomemetika. Pada pohon tersebut,

artefak yang cabangnya paling atas merupakan teknologi yang lebih dulu

berinovasi.

Dari sini, tingkat kecocokan suatu teknologi bisa kita amati dalam setiap

waktunya, sesuai dengan banyaknya agen yang mengadopsi teknologi

tersebut. Gambar 3.4.3. (kiri) menunjukkan bagaimana dinamika tingkat

kecocokan dari 60 teknologi dengan level teknologi yang berbeda, harga

yang berbeda dan waktu kedatangan yang berbeda juga. Di sini bisa kita

lihat bahwa tingkat kecocokan suatu artefak berubah secara dinamik.

Yang menarik adalah tidak semua teknologi dapat menjadi dominan.

Hanya sebagian saja yang akhirnya berhasil mendominasi pasar. Yang

cukup menarik, teknologi yang dominan tidak selamanya mempunyai

level teknologi yang tinggi. Ini tentu beralasan mengingat bahwa

hubungan saling mempengaruhi antara agen dengan agen tetangga

menjadi suatu faktor yang dipertimbangkan juga oleh agen dalam proses

pengambilan keputusannya. Hal ini diperkuat dengan gambar 3.4.3.

(kanan) yang menunjukkan adanya pola pengelompokan. Agen-agen

yang bertetangga cenderung memiliki artefak yang sama.

Hal menarik lainnya adalah pola kecocokan dari artefak tersebut setiap

waktunya. Pola ini kemudian kita definisikan sebagai siklus hidup dari

masing-masing artefak. Dari hasil simulasi didapati bahwa pola siklus

hidup setiap artefak hampir sama. Dalam kurun waktu tertentu, ia bisa

naik dan kemudian turun lagi. Ia mungkin bisa naik kembali namun tetap

tidak pernah ke tingkat sebelumnya.

3-4-7

Page 250: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Selain itu dari simulasi di atas, kita mendapati bahwa ketidakpastian juga

merupakan hal yang senantiasa terjadi dalam proses inovasi produk.

Suatu produk teknologi yang mempunyai kedekatan secara teknologi dan

lebih inovatif dari produk sebelumnya, bisa jadi tidak sesukses produk

sebelumnya. Temuan ini menunjukkan bahwa kesuksesan dari suatu

produk pada dasarnya tidak hanya ditentukan oleh level teknologinya

semata. juga dipengaruhi oleh banyak

faktor, seperti interaksi sosial antara agen-agen atau pengguna dari

artefak tersebut dan juga kompetisi dengan produk yang telah ada di

pasar. Yang terakhir perlu kita perhatikan adalah model berbasis agen

dengan menggunakan memetika, yaitu sebuah konsep yang berupaya

untuk menganalisis proses-proses tertentu dalam sisem sosial dengan

prespektif evolusi, pada dasarnya dapat kita gunakan sebagai alat analisis

alternatif. Perspektif ini bisa kita gunakan dalam upaya menjelaskan

proses inovasi, khususnya inovasi artefak teknologi.

Dari pohon filomemetik dan simulasi inovasi produk di pasar yang kita

ketengahkan di sini, kita dapat mempelajari naik turunnya satu produk di

antara penggunanya. Ini merupakan sebuah bentuk eksplorasi teoretis

yang seharusnya dapat mengilhami kita dalam menghasilkan produk-

produk domestik yang dapat memperkuat ekonomi nasional secara

umum. Ada banyak produk nasional yang sebenarnya, dengan sentuhan

inovasi, pantas menguasai pasaran, baik di level nasional maupun

internasional. Ini adalah tantangan bagi masyarakat perindustrian kita ke

depan. Inovasi adalah sebuah bidang kajian yang kurang mendapat

tempat dalam kajian konvensional. Pemahaman teoretis pada subbab ini

menunjukkan bahwa inovasi memiliki arti penting dalam khazanah

ekonomi modern dan wawasan ekonomi keindonesiaan. Hal ini perlu

diperhatikan secara lebih seksama.

Kesuksesan dari suatu produk

3-4-8

Page 251: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Pendidikan dalam Teropong

Kebudayaan Nasional

Bab 4

Bab ini berusaha merekam wawasan wiyatamandala

dalam paradigma kompleksitas sosial. Ketika

permasalahan yang dirasakan telah menjadi bagian dari

budaya, maka pendidikan menjadi satu-satunya jalan.

Bagaimana kita berbahasa, menikmati musik,

menonton televisi, berolahraga, dan bersekolah bisa

jadi menyimpan berbagai aspek kognitif. Ia menjadi

tempat bercokolnya segala permasalahan yang kita

hadapi di level permukaan sistem sosial.

Masing-masing aspek dari bab ini berusaha

memaparkan bagaimana kita dapat mengeksploitasi

sains kompleksitas sosial sebagai sebuah modal untuk

mengatasi persoalan yang kita hadapi. Ini merupakan

sebuah semangat yang melandasi berbagai penelitian

independen yang dipaparkan dalam buku ini.

Sementara itu, kekecewaan terhadap wawasan kita

akan diri sendiri, khususnya dalam dunia pendidikan,

merupakan sebuah sumber kreativitas.

Bab ini memiliki motif untuk menunjukkan keluasan

aspek sains kompleksitas sosial, sekaligus berusaha

mengajak pembaca untuk melakukan refleksi atas apa

yang kita punya, apa yang selama ini kita lakukan,

sekaligus bagaimana memandang masa depan secara

optimis. Sikap ini dapat dimunculkan dari dalam

khazanah sains yang berakar pada budaya dan

keterlaksanaan pranata sosial kita sendiri. Ini

merupakan sebuah proposal awal untuk mencari

kerangka jangka panjang.

Bagaimanapun aspek kebudayaan, dalam pengertian

seluas-luasnya, adalah pusat dari banyak aspek

kehidupan kita.

solus i a l ternat i f

Page 252: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 253: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

4.1. Dari Variasi

ke Akuisisi Bahasa

4.1.1. Variasi

Variasi bahasa di Indonesia luar biasa banyaknya. Bahasa cenderung

menjadi pembeda antara satu kelompok etnis tertentu dengan etnis

lainnya. Terdapat sebuah konjektur bahwa jumlah bahasa daerah di

Indonesia adalah setara dengan jumlah dari kelompok etnis yang ada.

Dalam kajian linguistik, bahasa mengandung banyak informasi yang

berpotensi membawa kita kepada pemahaman yang lebih akan bahasa

tersebut, atau mungkin etnisitas yang menggunakan bahasa tersebut.

Namun sangat dirasakan bahwa kajian antar bahasa, atau linguistik

komparatif belum begitu banyak di Indonesia. Terlebih lagi kajian yang

didasarkan pada kompleksitas yang terkandung dalam bahasa. Padahal

banyak hal menarik yang berkaitan dengan evolusi bahasa dan

perkembangan evolusioner sistem kognitif kolektif etnik-etnik di

Indonesia cukup potensial untuk diterangkan dalam konteks bahasa. Di

Indonesia, seorang anggota masyarakat setidaknya menguasai dua

bahasa dalam pertumbuhannya: bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional dan bahasa daerah, yakni bahasa etnik di mana ia lahir dan

tumbuh. Perkembangan agama juga secara umum mempengaruhi

akuisisi bahasa di Indonesia. Tak sedikit orang Indonesia yang terampil

menggunakan bahasa Arab di tengah pengkajian yang berkaitan dengan

agama Islam.

Dari sisi perkembangan ilmu bahasa, kajian yang menggunakan berbagai

pendekatan komputasional dan analisis kuantitatif masih kurang begitu

dikenal. Mengingat variasi bahasa etnis di Indonesia, studi linguistik

komputasional menjadi sangat urgen untuk dikembangkan. Upaya ini

penting untuk diperhatikan mengingat ada banyak hal baru, yang

berkenaan dengan studi etnisitas, dapat dikembangkan demi kemajuan

ilmu humaniora dan sosial kemasyarakatan di tanah air.

Tradisi penggunaan statistik di linguistik sebenarnya telah berlangsung

sejak lama. Pada mulanya, ia kurang begitu terasa. Namun semangat

interdisiplinaritas dalam sains kompleksitas, telah memperkaya diskusi

ini. Sejumlah pendekatan baru bermunculan, misalnya dari bidang kajian

mekanika statistik, yang pada awalnya hanya memperkaya pendekatan

analitik untuk kajian ekonomi dan keuangan. Kontribusi di bidang ini

diawali oleh G. K. Zipf (1949) melalui bukunya yang termasuk salah satu

karya yang paling banyak disebut,

. Dalam buku ini diuraikan sebuah temuan fenomenal dari G.

K. Zipf. Temuan ini diperoleh jika kita pertama-tama mendaftarkan

seluruh kata-kata yang ada pada sebuah teks. Selanjutnya, kita mencatat

frekuensi penggunaan kata-kata tersebut. Kemudian, kita mengurutkan

Human Behavior and the Principle of

Least Effort

4-1-1

Page 254: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 4.1.1.

Hukum pangkat Zipf pada sebuah

korpus (buku Luke, )

untuk beberapa bahasa etnik di

Indonesia.

New Testament

penggunaan kata mulai dari yang paling sering digunakan hingga kata

yang paling jarang digunakan dalam teks tersebut. Dari sini selanjutnya

akan didapatkan sebuah sifat berikut: frekuensi penggunaan masing-

masing kata di dalam teks akan berbanding terbalik dengan ranking dari

kata yang bersangkutan dengan pangkat tertentu. Hubungan ini dikenal

sebagai hukum pangkat pada plot-Zipf, atau hukum Zipf. Visualisasi yang

paling sering digunakan adalah dengan menggunakan plot logaritmik.

Sifat hukum pangkat ditunjukkan melalui penggambaran garis lurus

hubungan antara frekuensi atau peluang kemunculan kata dalam teks

dengan urutan rankingnya.

Bagaimana dengan pola statistika dari bahasa-bahasa etnik yang ada di

nusantara? Untuk menganalisis sifat statistika ini, kita menggunakan data

dari teks yang isinya sama (bentuk translasi) dari berbagai bahasa yang

ada. Pertimbangan ini membawa kita pada penggunaan korpora teks-teks

mengingat teks-teks cukup banyak terjemahannya. Selain

itu, proses translasi yang dilakukan relatif hati-hati dan tidak bersifat

penyaduran melainkan pola terjemahan per kalimat yang sedapat

biblical, biblical

4-1-2

Page 255: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 4.1.2.

Modifikasi Mandelbrot pada Hukum

pangkat Zipf pada sebuah korpus

(buku Genesis, Old Testament)

untuk beberapa bahasa etnik di

Indonesia.

mungkin berusaha agar isi dari teks yang diterjemahkan tidak meleset

jauh. Konstruksi kalimat di bahasa tujuan diupayakan tetap

memperhatikan aspek gramatika dan gaya bahasa. Dari beberapa data

yang tersedia dalam proses penelitian, diperoleh korpus untuk bahasa-

bahasa etnis yang ada di Sumatera Utara seperti bahasa Batak Toba, etnik

Angkola, etnik Simalungun, etnik Pakpak Dairi, etnik Karo, dan dua bahasa

dari pulau Jawa, yakni bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Sebagai bahan

perbandingan, korpus terjemahan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

juga digunakan. Hasil yang diperoleh cukup menarik.

Ternyata, untuk korpus yang berbeda-beda ditemukan pola pemangkatan

yang mirip (sekitar 1) untuk semua data-data dari korpora yang ada. Hal

ini menunjukkan bahwa terdapat pola kesamaan struktural secara

statistik dari konstruksi pengkalimatan di bahasa-bahasa yang digunakan

di Indonesia. Studi lebih jauh dari pendekatan statistik ini dikemukakan

oleh matematikawan Benoit Mandelbrot (1983) yang menunjukkan

bahwa terdapat rezim untuk kata-kata dengan ranking tertinggi. Dari

penelaahan akan sifat ranking yang ada, ditemukan bahwa kata-kata

tersebut merupakan kata-kata yang secara individual tidak dapat berdiri

4-1-3

Page 256: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 4.1.3.

Tiga rezim dalam plot ranking dan

frekuensi penggunaan kata dalam

teks. Gambar di atas menunjukkan

korpora bibel dengan bahasa Sunda

sebagai studi kasus.

sendiri karena terbentuk dari pola struktur gramatika (tata bahasa) dari

bahasa yang bersangkutan. Jenis kata-kata ini, pada plot-Zipf, berada di

bagian ranking-ranking tertinggi dan menunjukkan pola menyimpang

dari garis hukum pangkat yang digunakan sebelumnya.

Modifikasi ini ternyata juga ditampilkan secara apik untuk data-data

dalam bahasa etnis tersebut. Hal ini ditunjukkan pada gambar 4.1.2.

Setiap bahasa memiliki nilai Namun, penemuan

yang ada menunjukkan bahwa pola frekuensi atas kata-kata yang sensitif

pada gramatika ini muncul untuk bahasa-bahasa daerah di Indonesia,

sebagaimana juga ditemukan pada beberapa bahasa lain di Eropa, seperti

bahasa Inggris.

Pendekatan lanjutan dalam observasi linguistik komputasional dan

mekanika statistika telah pula menyertakan konsep entropi non-ekstensif.

Konsep ini menawarkan penyempurnaan bentuk rezim statistika

yang ditawarkan oleh Mandelbrot. Jika data corpora yang disertakan

dalam analisis sudah cukup banyak, terdapat pola menyimpang dari

hukum Zipf (lihat gambar 4.1.1.). Penyimpangan ini terjadi untuk

beberapa konsep inti yang tidak sering digunakan. Sifat ini telah

menunjukkan bahwa setidaknya terdapat tiga rezim dalam plot-Zipf

untuk korpora yang diobservasi: diawali dengan rezim Mandelbrot (kata-

kata yang berkenaan dengan struktur tata bahasa yang bersangkutan),

rezim hukum pangkat Zipf, dan rezim Cancho-Solé-Montemurro (kata

dengan konsep inti yang tidak begitu sering digunakan). Hal ini

ditunjukkan pada gambar 4.1.3. Pada rezim terakhir ini, hukum pangkat

dalam plot-Zipf logaritmik menurun secara lebih tajam.

yang berbeda-beda.

atas

begitu

4-1-4

Page 257: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 4.1.4.

Tampilan bentuk umum yang

mencakup semua rezim plot-Zipf

untuk bahasa-bahasa yang

diobservasi.

Gambar 4.1.5.

Berdasarkan hasil transformasi biner

koefisien 3 rezim diperoleh

pengelompokan kesamaan (homologi)

bahasa. Terlihat bahasa Pakpak,

Simalungun, dan Toba menjadi satu

kelompok ( ), Angkola dan Karo

satu kelompok, dan bahasa Jawa dan

bahasa Sunda menjadi satu kelompok.

cluster

Pola ini kembali terlihat pada data korpora yang diobservasi. Kategorisasi

ini memiliki banyak kegunaan. Yang adalah, dengan adanya

lokalisasi rezim dalam teks-teks ini, terbuka peluang untuk

m kuantitatif. Di

sini, kita memperhatikan sifat gramatika dan frekuensi penggunaan kata

dalam struktur kalimat. Hal ini tentu saja akan membuka peluang ,

yakni melihat jejak evolusi etnisitas melalui bahasa. Di sini kita dapat

bahwa jika dua buah

kelompok etnik memiliki kedekatan dari segi struktur bahasa maka jarak

evolusioner antar keduanya relatif dekat.

Penelaahan awal riset ini ditunjukkan untuk 7 kelompok etnik. Hasil yang

diperoleh terlihat pada gambar 4.1.5. Pada gambar ini tampak jelas

bahwa terdapat homologi bahasa yang kuat antara bahasa Pakpak,

Simalungun, dan Batak Toba (3 suku di Sumatera Utara). Sementara itu, 2

suku lainnya (Angkola dan Karo) dikelompokan secara terpisah. Dari

pertama

kedua

embandingkan satu bahasa dengan bahasa lain secara

berpegang pada sebuah konjektur yang mengatakan

4-1-5

Page 258: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

pengenalan intuitif akan kelima bahasa (di Sumatera Utara) tersebut

disimpulkan bahwa, hasil ini cukup akurat dalam menggambarkan

kedekatan antar suku. Temuan ini diperkuat dengan mengelompoknya

dua bahasa di pulau Jawa (biasa dikenal dengan sebutan etnis

deutromelayu, sementara yang di pulau Sumatera disebut protomelayu).

Pendekatan ini tentu menjadi sebuah dan memberi banyak

peluang akan penelitian etnisitas di Indonesia.

Ada sebuah tren pendekatan “analisis” ilmu sosial di Indonesia yang agak

berbeda dengan praktika dan eksplorasi teoretis di beberapa negara lain,

misalnya Amerika Serikat. Jika kita membicarakan sosiologi dan sejarah

yang melahirkannya, seringkali kita terjebak pada diskusi filsafat dan

metafisika yang menjadi dasar transendental lahirnya sebuah teori

sosiologis. Ini tak terjadi di ilmu alam. Kondisi ini terjadi karena ilmu alam

memiliki seperangkat piranti empiris yang dapat menguji keabsahan

sebuah teori. Sistem sosial sangat berbeda dengan sistem alam. Ia begitu

dekat dengan manusia dan kehidupan sosialnya. Objek sains

tinggi derajat kebebasannya. Hal ini berkaitan dengan akuisisi dan

pemaknaan konsep “bahasa”.

Secara historis, pengalaman ini dialami oleh alam filosofis yang dikenal

dengan posmodernisme. Pada mulanya, posmodernisme adalah sebuah

terminologi yang diungkapkan oleh sosiolog Perancis, Jean-François

Lyotard (1924-1998). Lyotard awalnya tertarik pada studi-studi

fenomenologi, dan filsafat paganisme. Ia berubah haluan dengan banyak

berbicara tentang kondisi posmodernisme. Dalam paradigma Lyotard,

kondisi posmodernisme adalah kondisi ketidakpercayaan sosial atas

metanarasi. Metanarasi diartikan sebagai cerita atau teori keseluruhan

tentang sejarah dan tujuan dari manusia yang menjadi dasar dan

pengabsahan pengetahuan dan praktik budaya. Lyotard menggambarkan

bagaimana situasi sosial setelah sekian lama dalam era modernisme

(pasca pencerahan). Ia juga teknologi

komputer dengan pendekatan filsafat sosial klasik seperti Hegel, Marx,

dan seterusnya.

Belakangan, posmodernisme bersandar pada hasil studi linguistik Swiss,

Ferdinand de Saussure (1857-1913). Pendapat ini berkembang menjadi

studi filsafat dan linguistik, yang kemudian menghasilkan klaim-klaim

dalam ilmu sosial. Inti pendekatan linguistik (disebut dengan istilah

intertekstualitas) difahami sebagai rantai elemen bahasa yang bebas

makna. Kondisi ini terjadi karena satu kata ber-referensi atas kata lain, dan

kata lain ber-referensi atas kata lain dan seterusnya, dalam rantai yang

luar biasa panjang. Pandangan inilah yang melatarbelakangi munculnya

filsuf sosial dan kritikus budaya Perancis yang sarat kontroversi, Jean

Baudrillard, dan teoretisi lainnya, seperti Gilles Deleuze, Felix Guattari,

Frederic Jameson dan sebagainya. Mereka, dengan berbagai pendapat

shortcut

4.1.2. Akuisisi

sosial sangat

mengkontraskan isu perkembangan

4-1-6

Page 259: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

dan terminologi, mengimpor istilah-istilah sains, khususnya fisika seperti

teori chaos, dan sebagainya. Lebih jauh, mereka terkadang dianggap

memelintirkan makna istilah tersebut dari makna aslinya di fisika. Mereka

menggunakan banyak tradisi teori psikoanalisis Jaques Lacan yang

seringkali pula menggunakan terminologi serupa.

Dalam beberapa diskusi (baik di media massa maupun di berbagai

tempat) diakui bahwa tren posmodernitas dalam memandang

masyarakat seringkali telah ‘kebablasan’. D

a berkembang menjadi tren penggunaan berbagai istilah-istilah

yang rumit. Pengistilahan dan jargonisasi begitu dominan mewarnai

analisis sosial di tanah air.

Kajian studi bahasa tentang perilaku ‘analisis’ sosial “kebablasan”

tersebut, dalam linguistik komputasional, menjadi sebuah diskusi

tersendiri yang cukup ramai, setidaknya semenjak satu dasawarsa lalu.

Model yang digunakan dinamakan sebagai ‘model dada’, sebuah bentuk

kritisisme atas gejala ‘dadaisme’ atau penggunaan abstraksi yang

“kebablasan” dalam berbagai literatur posmodernisme. Secara singkat,

mesin dada dapat difahami sebagai sebuah perangkat lunak komputer

yang menggambarkan cara menulis 'analisis' dengan pendekatan-

pendekatan posmodern yang cenderung menggunakan metafora-

metafora yang rumit dan diimpor dari berbagai teks ilmu alam, ilmu sosial

klasik, sastra dan budaya pop. Ia hanya membuat terminologi dan istilah

baru. Pada dasarnya, ia tidak menunjukkan analisis apapun. Kita tinggal

memasukkan daftar pustaka, kata kunci, dan seterusnya untuk

menghasilkan karya-karya yang tak jauh berbeda dengan karya filsuf

sosial posmodernisme atau disertasi doktoral dalam studi

posmodernisme (diuji cobakan secara praktis dan terbukti). Hal ini

merupakan tantangan yang sangat berat bagi perkembangan ilmu sosial.

Hambatan ini muncul akibat lemahnya kesinambungan antara

metodologi dan konstruksi teoretis.

Sebuah contoh dari keluaran mesin dada berbahasa Indonesia pertama

yang sempat dibuat sebagai eksperimen ditunjukkan sebagai berikut:

alam deskripsi ‘analisis’ sistem

sosial, i

4-1-7

Page 260: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Analisis obyek yang

cenderung positivistik serta intertekstual

oleh

Sedimentasi obyek urung terakumulasi lewat bantuan perwujudan

budaya. Dengan demikian, budaya diskursif dan fetish tersebut kadang-

kadang menyembunyikan manifestasi budaya lewat logos Diri yang neo-

Marxian. Manifestasi Diri psikoanalitis mungkin melatari manifestasi

imagi yang cenderung metaforis atas nama keniscayaan imagi simulakral.

Kondisi imagi melangkah dengan mediasi logos komodifikasi.

Komodifikasi berspekulasi atas nama prolegomena obyek neo-Marxian

dan Lacanian. Enunsiasi obyek terkadang melatar-belakangi tinjauan

Marxisme dengan multiplisitas kebermaknaan. Kebermaknaan belum

berspekulasi. Analisis kebermaknaan mentransformasikan keniscayaan

Liyan. Liyan nostalgis bisa saja mengejawantah. Liyan yang sekilas

nostalgis mentransformasikan sedimentasi obyek. Obyek yang fetish

serta Lacanian terkadang merupakan keniscayaan kuasa yang cenderung

psikoanalitis atau Derridean dengan logos Marxisme meskipun

sedimentasi refleksi diziarahi melalui kondisi hasrat maskulin. Jika hasrat

yang diskursif dan subyektif disimulasikan oleh kondisi budaya, hasilnya,

komodifikasi bisa saja bersikukuh, analisis komodifikasi terlihat fetish.

Inferioritas komodifikasi menjadi pos-Whorfian sekaligus psikoanalitis

dengan mediasi logos makna pos-Whorfian. Baudrillard menandaskan

bahwa:

”Di luar tarikan gravitasi yang mempertahankan badan kita agar tetap

dalam orbit, seluruh atom makna akan tersesat atau membebaskan diri di

luar angkasa.” (Baudrillard,1999)

Enunsiasi makna metaforis menyembunyikan perwujudan kuasa atas

campur tangan multiplisitas imagi simulakral. Prolegomena imagi terlalu

terakumulasi. Kalaulah logos imagi nampak seakan-akan subyektif

sekaligus psikoanalitis atas nama manifestasi imagi, imagi akan tampak

neo-Marxian dan Lacanian. Kalaupun imagi tersebut tak mustahil berjalan

melalui perwujudan hasrat diskursif atau bahkan subyektif, tak heran Diri

diskursif urung terbungkam. Logos Diri yang cenderung Derridean

menandaskan, kondisi polivalensi yang sekilas psikoanalitis cenderung

nostalgis. Enunsiasi polivalensi yang simulakral terlihat neo-Marxian.

Multiplisitas polivalensi yang sekilas transpersonal terbebat. Manifestasi

polivalensi akan bergeming. Tinjauan polivalensi berproduksi.

Manifestasi polivalensi berproduksi melalui logos instrumen yang

cenderung diskursif akibat makna tak mustahil terakumulasi.

Makna transpersonal sekaligus Lacanian melatari posmodernisme atas

nama prolegomena instrumen Foucauldian. Eksterioritas instrumen

Saptono

4-1-8

Page 261: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

psikoanalitis telah dibungkam oleh kondisi kuasa. Tinjauan kuasa

Derridean serta Saussurean mengekstrapolasi keniscayaan strategi

maskulin atau bahkan simulakral dengan analisis diskursus. Eksterioritas

diskursus menjadi intimidatif melalui perwujudan feminisme Lacanian

atau maskulin meskipun multiplisitas instrumen mengatasi komodifikasi

yang cenderung fetish atas nama tinjauan obyek subyektif. Kalau obyek

terbungkam, tak heran hasrat diskursif sekaligus neo-Marxian

memperdaya multiplisitas posmodernitas metaforis serta transpersonal

dengan prolegomena posmodernitas fetish atau pos-Whorfian.

Posmodernitas psikoanalitis sekaligus fetish tersebut akan berubah

menjadi ambigu atau bahkan neo-Marxian dengan mediasi analisis

budaya maskulin. Prolegomena budaya yang positivistik menahbiskan

eksterioritas hasrat lewat bantuan manifestasi feminisme. Akibatnya,

sedimentasi feminisme tidak nampak seakan-akan transpersonal lewat

bantuan kondisi komodifikasi psikoanalitis sekaligus positivistik.

-------------

Baudrillard, J. 1999. Galaksi Simulacra.

Bagi orang awam tak mudah untuk memahami berbagai istilah yang

digunakan dalam kutipan ‘makalah’ di atas. Namun, timbul juga keraguan

bagi seorang pembaca telah cukup akrab dengan istilah-istilah di atas.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa, kutipan artikel tersebut tak bermakna

apapun. Itulah sebabnya mesin ini dinamakan dengan SAPTONO, sebuah

akronim untuk “Studi Aplikasi Otomata Nonsens”. Metode yang

digunakan adalah metode randomisasi dalam generasi kata dengan

beberapa aturan ( ) yang mematuhi sistem tata bahasa yang ada.

Dalam beberapa Tes Turing informal di beberapa kalangan disimpulkan

bahwa,

akhirnya ia merasa ada yang “tidak beres”. Namun, ungkapan ini baru

muncul dalam waktu yang relatif lama.

Dari sini, kita dua hal. Yang , model yang

kita gunakan masih sangat sederhana. Pola randomisasi yang digunakan

masih membutuhkan pengembangan lanjutan, hingga semakin mirip

dengan artikel manusia – mulai dari sisi penggunaan jenis kata yang masih

terbatas, daftar pustaka yang masih satu buah, dan pendekatannya yang

saat ini masih terbatas pada pola bangunan koherensi (sehingga dari

keseluruhan artikel muncul kesan “seolah-olah” hendak mengatakan

sesuatu).

Model ini pun sudah sulit untuk dijustifikasi oleh beberapa orang secara

sepintas. Dari sini kita beranjak ke refleksi yaitu ada konjektur yang

memberikan kemungkinan bahwa suatu saat nanti mesin ini semakin

sempurna dalam meniru berbagai artikel bertipe posmodernisme (yang

saat ini cukup banyak dimuat di surat-surat kabar dan bahkan telah

menjadi tren). Bagaimanakah wajah ilmu sosial kita ketika konstruksi

‘analisis’-nya pun tak ubahnya perilaku random dengan beberapa aturan

rule

pertama

kedua,

partisipan kesulitan dalam memberikan justifikasi, hingga

setidaknya menemukan

4-1-9

Page 262: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

sederhana soal tata bahasa yang dikerjakan secara otomatik? Hal ini tentu

menjadi evaluasi seberapa bablasnya kita dalam mengakuisisi konsep

“kebahasaan” ketika menganalisis sistem sosial. Kita seringkali terjebak

pada sebuah wacana yang tidak memiliki keketatan formalisme, tanpa

silogisme yang kuat, dan kaya istilah yang membingungkan.

Hari ini kita masih punya masalah dalam hal akuisisi bahasa. Ini tentu saja

sangat kontras dengan urgensitas pengembangan linguistik

komputasional yang diperkuat oleh perangkat-perangkat dari diskursus

mekanika statistik. Hal ini penting untuk diperhatikan, mengingat latar

belakang variasi bahasa etnik di Indonesia. Ketakutan terhadap

formalisme, dalam analisis sistem sosial, tentu saja sulit dimengerti.

Namun penting untuk diingat bahwa, harga sebuah kelalaian kadang

terlalu mahal untuk dibayarkan.

Situngkir, H. (2007). “Regimes in Babel are Confirmed: Report on Findings

in Several Indonesian Ethnic Biblical Texts”.

Suroso, R. (2005). “SAPTONO: An Experiment with Nonsense”.

Rujukan:

Khanafiah, D. & Situngkir, H. (2007). “Conjecture to Statistical Proximity

with Tree of Language(?): Report on Few Austronesian Languages of

Indonesian Ethnics”. Bandung Fe Institute

Bandung Fe Institute

Bandung Fe Institute

Working Paper Series WPI2007.

Working Paper Series

WPC2007.

Working

Paper Series WPL2005.

4-1-10

Page 263: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

4.2. Sebuah Perspektif untuk

Prestasi Olahraga Nasional

Olahraga menyehatkan masyarakat. Pada saat yang sama, kita juga

merasakan adanya umpan balik positif dari prestasi olahraga masyarakat.

Prestasi olahraga meningkatkan kebanggaan dan kolektivitas masyarakat,

yang kemudian melahirkan atlit berprestasi. Saat ini, persaingan

antar atlit di kancah olahraga internasional

Ketatnya kompetisi di tingkat

dunia telah melahirkan sejumlah teknik dan peraturan baru yang

menjamin sebuah olahraga.

menjadi ajang kompetisi kunci. Kapan

dan melawan siapa seorang atau sekelompok tim diturunkan merupakan

sebuah perdebatan yang sangat pelik.

spek manajerial ini

perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius. Saat ini, di awal abad

ke-21, seorang manajer olahraga memainkan peranan yang sangat

penting dalam menentukan performa atlit.

Ilmu-ilmu kompleksitas yang berkaitan dengan sistem fisiologi manusia

telah banyak mendapatkan perhatian di bidang olahraga. Bagaimanapun

olahraga merupakan sebuah area interdisiplin, yang menjadikan atlit

sebagai fokus observasi dan analisis. Hal ini penting sehingga, atlit dapat

bertanding dalam kondisi prima dan memiliki strategi yang optimum.

Namun hingga sejauh ini, kajian kompleksitas

dalam kajian keolahragaan. Latar belakang ini memotivasi

penelitian berbasis sistem kompleks di

mengekstrak informasi dari hasil-hasil

pertandingan yang ada di banyak turnamen olahraga.

dengan

memodelkan pertandingan demi pertandingan sebagai sebuah

keterhubungan jaringan. Perangkat ini dapat digunakan di banyak cabang

olahraga, misalnya dalam permainan tenis. Dalam model graf yang

dibentuk, tiap titik merepresentasikan atlit. Jika dua petenis pernah

bertemu maka dua t i t ik tersebut

garis yang

memiliki ketebalan tertentu. Garis tersebut merupakan sebuah panah

Jika anak panah tergambar menuju satu petenis maka itu

menandakan bahwa ia merupakan atlit yang relatif lebih lemah (karena

kalah), di bandingkan atlit tempat sumber panah tersebut.

Ketebalan dihitung berdasarkan skor historis kemenangan dari

pertemuan antara kedua atlit. Semakin tebal garis maka ia

fairness event

head-to-head

dapat

semakin ketat. Seorang atlit

menjadi semakin sulit untuk dapat mencapai jenjang prestasi tertinggi,

apalagi di level kejuaraan internasional.

Ketatnya kompetisi olahraga

tercermin dengan meningkatnya jumlah turnamen. Semakin hari, jumlah

turnamen yang perlu diikuti oleh sebuah tim olahraga atau atlit

perseorangan terus meningkat. Beberapa pertandingan, dari sekian

pertandingan yang ada, bahkan

Agar sebuah tim olahraga

memperoleh prestasi yang optimum dan maksimal, a

belum dieksploitasi secara

maksimal

bidang olahraga. Upaya ini dapat

kita lakukan, salah satunya, dengan

Salah satu pendekatan yang dapat kita konstruksi adalah

(yang masing-masing

merepresentasikan seorang petenis) terhubung oleh sebuah

berarah.

anak

garis

4-2-1

Page 264: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

kalah dengan semakin telak. Demikian pula sebaliknya, garis yang tipis

menunjukkan bahwa performa kedua pemain yang terhubung relatif

berimbang.

adanya sifat “jaringan dunia kecil” antara pemain film di

dunia.

arah panah (graf

berarah). Penelitian ini dilakukan pada data

menunjukkan sifat

hukum pangkat. Sifat ini menunjukkan bahwa semakin terhubung satu

atlit dengan atlit lain, maka peluang satu atlit baru terhubung dengannya

juga semakin tinggi.

Beberapa waktu yang lalu nama Roby Muhamad, fisikawan Indonesia,

menggema karena menemukan sebuah fenomena menarik tentang

jaringan keterhubungan antar aktor/aktris film di dunia. Di sini ia

berkolaborasi dengan sosiolog Amerika Serikat, Duncan Watts. Mereka

menemukan

Dalam model jaringan ini, keterhubungan aktor/aktris

merepresentasikan pernah tidaknya keduanya berkolaborasi dalam satu

film.

Dalam pekerjaan ini, pendekatan yang digunakan relatif tidak jauh

berbeda. Namun, di sini kita menambahkan faktor

turnamen tenis

pada tunggal putra dan tunggal putri. Keduanya

Grand Slam,

4-2-2

Page 265: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

JARINGAN ATLET TENIS

Studi kasus:

(Amerika Serikat Terbuka, Australia Terbuka, Wimbledon dan Perancis Terbuka)

Grand Slam

JARINGAN ATLET TENIS

Studi kasus:

(Amerika Serikat Terbuka, Australia Terbuka, Wimbledon dan Perancis Terbuka)

Grand Slam

to

Topologi jaringan petenis

tunggal putra di Grand Slam

Topologi jaringan

petenis tunggal putri

di Grand Slam

Sifat hukum pangkat terlihat pada distribusi jaringan

performa petenis dunia di kejuaraan

tunggal putra (data 1980-2006) dan putri (data

1995-2006). Lima pemain

terlihat pada gambar di atas. Pola ini

memperlihatkan bahwa sistem turnamen yang

diberlakukan menunjukkan pola sistem teroptimisasi

kuat ( ). Ini merupakan salah satu

pola sistemik yang menghasilkan bentuk distribusional

hukum pangkat. Meski terdapat beberapa perbedaan

Grand Slam

highly optimzed system

tunggal

dunia tunggal putra dan

tunggal putri terhebat, pada jaringan yang terbentuk,

dapat

dalam hal konstruksi jaringannya, sifat hukum pangkat

pada model jaringan ini ditemukan di banyak pola

keterhubungan, mulai dari jaringan aktor/aktris film di

dunia, jaringan protein ragi hingga jaringan kolaborasi

penulis ilmiah sedunia.

Deskripsi ini meninggalkan sebuah pertanyaan yang

sangat menantang. Pertanyaannya adalah

“ b a g a i m a n a m a n a j e m e n o l a h ra g a d a p a t

mengeksploitasi sifat statistik ini demi kemajuan

prestasi olahraga nasional kita”.

Dari jaringan yang terbentuk terlihat adanya pemain

“perifer” dan pemain “pusat”. Pemain datang dan

pergi dalam turnamen yang diadakan dari tahun ke

tahun. Namun, hanya yang terbaik yang senantiasa

bertahan. Ia terhubung ke banyak pemain lain dengan

arah panah keluar.

Page 266: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 4.2.1.

Langkah kerja mengubah hasil

pertandingan ke dalam bentuk

jaringan untuk dapat dianalisis lebih

lanjut. Dari setiap pertemuan

dalam setiap pertandingan di

semua turnamen yang diperhitungkan,

kita mengkalkulasi kekuatan relatif

antar pemain berdasarkan hasil yang

diperolehan. Ia kemudian akan

membentuk matriks keterhubungan

yang dapat direpresentasikan menjadi

jaringan antar pemain dalam

Olimpiade 2000-2004.

head-to-

head

4-2-4

Page 267: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Alhasil, kita memperoleh jaringan yang semua titik-titiknya terhubung.

Pada gambar 4.2.2., garis putus-putus menunjukkan indeks performa

yang dibuat berdasarkan proses kalkulasi atau tidak diperoleh melalui

hasil pertandingan (karena keduanya tidak pernah bertemu dalam

turnamen yang menjadi sumber basis data kita). Hasil ini diharapkan

mampu memberikan sumbangan bagi pengukuran

terkuantifikasi, meski

keduanya belum pernah bertemu.

kekuatan relatif

antara satu pemain dengan pemain lain secara

Teknik yang kita gunakan di bagian sebelumnya (hasil pertemuan antar

petenis ) dimodifikasi untuk melihat kekuatan tim bulu tangkis

Indonesia. Analisis dilakukan pada data hasil permainan

atlit yang bertanding. Secara sederhana langkah kerjanya digambarkan

pada gambar 4.2.1. Meski data yang tersedia relatif terbatas, jaringan kita

sudah cukup menarik untuk dapat memperhitungkan sejauh mana

performa satu atlit relatif terhadap pebulutangkis lainnya. Modifikasi ini

dilakukan dengan menggunakan beberapa perangkat analisis yang

berkembang di studi biokimia. Perangkat ini memodelkan

kemenangan satu orang sebagai bentuk katalisasi (percepatan reaksi)

untuk melawan atlit/pemain lain. Sebaliknya, kekalahan satu orang

merupakan bentuk inhibisi (perlambatan reaksi) untuk melawan pemain

lain. Dari sini, kita dapat ‘mengisi’ performa relatif yang kosong (karena

berdasarkan basis data yang ada, tidak semua atlit pernah melawan

semua atlit lain). Hasilnya ditunjukkan oleh gambar 4.2.2. Pendekatan ini

kita namakan HRPI ( ). Ia

menggambarkan ‘kekuatan’ relatif antara satu pebulutangkis dengan

yang lainnya.

Grand Slam

head-to-head

Historical Relative Performance Index

matematis

Gambar 4.2.2.

Dengan model matematis (jaringan

atau rantai) reaksi kimia, kita mencari

HRPI dari seluruh pemain berdasarkan

hasil permainan yang ada (satu atau

beberapa turnamen).

4-2-5

Page 268: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Sebagai contoh misalnya, tim Indonesia harus berhadapan dengan tim

Cina. Tim Indonesia terdiri atas Sony Dwi , Taufik Hidayat,

Hendrawan, dan Mario Mainaky. Sementara itu, Tim Cina diperkuat oleh

Ji Xin Peng, Xia Xuanze, Sun Jun, Chen Hong, Lin Dan, dan Bao Chunlai. Kita

tahu bahwa semua pemain Indonesia, dalam data turnamen yang

digunakan, tidak ada satupun yang pernah bertanding dengan seluruh

pemain Cina. Melalui ekstraksi data yang ada, kita peroleh visualisasi

jaringan yang dapat terlihat pada gambar 4.2.3. Dari pola keterhubungan

hipotetikal ini setidak-tidaknya, kita dapat mereka-reka dua hal.

taksiran kekuatan seluruh pemain Indonesia relatif terhadap

enam pemain di tim lawan. taksiran kekuatan relatif antara

pemain-pemain Indonesia berdasarkan prestasi dan performa mereka di

lapangan. Hal ini tentu sedikit banyak dapat berguna bagi pengelolaan tim

bulu tangkis kita.

Pertama,

Kedua,

Kuncoro

Perangkat metodologi ini memberikan sebuah tawaran yang sangat

menarik. Ia merupakan sebuah teknik yang dapat digunakan untuk

mengekstrak informasi yang ada. Berbagai modifikasi lebih jauh dapat

dilakukan berdasarkan model jaringan ini. Salah satunya adalah dengan

memperhitungkan faktor waktu atau variabel tertentu yang diperoleh

dari masukan dokter dan atau psikolog/psikiater yang menangani

masing-masing atlit. Pengembangan ini membuat akurasi kalkulasi HRPI

menjadi semakin baik. Pengembangan lain yang juga dapat dilakukan

adalah dengan mengkonstruksi model jaringan untuk olahraga

permainan tim, misalnya sepak bola atau bola basket. Pengembangan ini

membuka sejumlah peluang perluasan Wawasan Wiyatamandala kita

akan keolahragaan nasional.

Gambar 4.2.3.

Visualisasi 4 pemain Indonesia

dan 6 pemain tim Cina berdasarkan

kalkulasi dari data hasil pertandingan

2 olimpiade (2000 dan 2004).

HRPI

4-2-6

Page 269: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

4.3. Telaah Seni

dan Budaya Nasional

4.3.1. Kajian Matematis

pada karya Seni dan Budaya

Pada masa awal-awal kebangkitan seni dan budaya Eropa, terminologi

sains, matematika, dan seni sungguh berada pada domain yang tak begitu

jauh. Karya-karya besar masa Renaissance, katakanlah karya Leonardo da

Vinci (1452-1519), menunjukkan presisi geometris yang sangat tinggi.

Bahkan belakangan beberapa karya seni rupa Luca Pacioli (1145-1514),

Albrecht Dürer (1471-1528), dan M.C. Escher (1898-1972) juga

menunjukkan pola-pola matematis dalam refleksi estetika yang

dipancarkannya.

Setidaknya terdapat tiga kutub opsi di mana matematika dan estetika

dapat bertemu, yaitu antara lain:

1. Seni dari konsep-konsep matematis

2. Cara pandang matematis atas karya seni budaya

Matematika sendiri dalam beberapa perspektif pada dasarnya

menunjukkan keindahan ketika konsep-konsepnya menunjukkan pola-

pola keteraturan. Hal ini diungkap mulai dari matematikawan purba

seperti Aristoteles dalam -nya dan matematikawan

modern seperti Godfrey H. Hardy. Konsep-konsep matematis di dalam

sains memiliki keindahan estetik tertentu, meski disadari bahwa

keindahan konsep-konsep tersebut tak terlihat di mata orang yang tak

mengenal matematika. Kondisi ini terjadi karena banyak karya seni besar

dunia hanya dapat dilihat keindahannya oleh sebagian kalangan saja.

Perspektif ini datang dari apa yang terlihat dari sebuah karya seni melalui

bentuk dan pola struktural. Sebuah karya seni dan budaya dapat lahir dari

banyak aspek dalam kehidupan manusia, yang kerap secara tak sadar

menunjukkan pola-pola geometris. Bahkan terdapat sebuah arah

pemikiran bahwa konsep simetri sangat sering terungkap ketika berbicara

tentang “seni” etnis. Sebagai contoh, diskusi tentang karya seni budaya

tradisional seperti batik, misalnya, seringkali terkait dengan pola simetris

yang menjadi fundamentalnya.

Pemahaman akan teori chaos, yang pada akhirnya melahirkan perspektif

kompleksitas, telah memberi sebuah pemahaman simetri yang menarik

bagi kita, yakni konsep “kemiripan pada diri” ( ). Sebuah

bagian memiliki simetri kemiripan struktural dengan keseluruhan yang

disusun oleh bagian-bagian tersebut. Secara sederhana, ia merupakan

bentuk diksi lain dari sifat skala yang sejak awal hingga akhir buku ini telah

ditunjukkan sebagai pola statistik hukum pangkat. Konsep-konsep

Methaphysica

self-similarity

“Ilmu matematika pada dasarnya

menunjukkan keteraturan, simetri,

dan batasan; konsep-konsep inilah

yang merupakan bentuk hakiki dari

apa yang disebut sebagai keindahan.

Aristoteles

“Pola-pola yang ditunjukkan

matematikawan, sebagaimana laiknya

hasil karya pelukis atau pujangga

pastilah merupakan bentuk

keindahan. Sebuah gagasan seperti

halnya warna atau kata-kata harus

cocok dalam harmoni. Keindahan

adalah ujian pertamanya: tidak ada

tempat di muka bumi ini untuk karya

matematika yang jelek.”

Godfrey Hardy

4-3-1

Page 270: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

3. Karya seni dari konsep matematis

Pola pertemuan tipe ini pada dasarnya merupakan hal yang kerap

dijumpai dalam sejarah peradaban manusia. Sebuah contoh yang

terkenal adalah karya Leonardo da Vinci yang menunjukkan aspek

geometris dari tubuh manusia dalam karyanya yang terkenal, “The

Vitruvian Man”.

Gambar 4.3.1.

Kemiripan pada diri sendiri yang

ditemui di salah satu titik pandang di

Candi Prambanan.

Gambar 4.3.2.

”The Vitruvian Man” oleh Leonardo da

Vinci.

kemiripan pada diri sendiri ini terlihat pada banyak motif hingga

arsitektural yang dibangun dalam nuansa tradisional. Sebagai contoh

yang menarik adalah bentuk arsitektural candi Prambanan, seperti

ditunjukkan pada gambar 4.3.1. Melalui cara pandang kedua ini, kita

dapat menikmati karya seni budaya melalui perspektif matematika, yang

banyak dipersepsikan terbentang pada domain yang berbeda jauh.

4-3-2

Page 271: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Seniman lain yang juga terkenal dengan konsep geometrinya adalah M. C.

Escher. Konsep kerja Escher merupakan bentuk cikal bakal dari seni rupa

generatif, yakni bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkan melalui proses

repetisi dan langkah-langkah serta aturan-aturan algoritmik iteratif

tertentu untuk kemudian meramunya secara artistik. Intinya adalah

generasi karya melalui pemenuhan daerah-daerah yang kosong dari area

yang hendak diisi dengan karya visual, atau seringkali disebut juga sebagai

teselasi. Karya teselasi disusun atas pola dari satu atau lebih bentuk

geometris tertentu yang pada gilirannya menutupi seluruh permukaan

gambar tanpa ada sisi yang kosong atau tumpang tindih dari pola-pola

penyusunnya.

Gambar 4.3.3.

Development II karya Escher (kiri

bawah) dan proses penggambaran

teselasi dengan bentuk dasar reptil

pada bentuk geometri heksagon

(kanan bawah).

Perkembangan interaksi antara estetika dan matematika akhir-akhir ini

ditunjukkan oleh seni rupa generatif komputasional dengan konsep

fraktal. Perkembangan teknologi komputasi telah memungkinkan untuk

dilakukannya berbagai modifikasi, mulai dari teknik pewarnaan hingga

bentuk fraktal yang tadinya lahir dalam teori chaos.

Gambar 4.3.4.

Fraktal Mandelbrot (kiri) dibuat

berdasarkan aturan iteratif sederhana

bilangan kompleks. Pola ini menjadi

dasar pembuatan seni generatif

komputasional Budhabrot (kanan)

oleh Melinda Green (1993).

4-3-3

Page 272: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 273: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 274: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

4.3.2. Studi Kasus: Musik Indonesia

Tak kalah rumit dengan bahasa, Indonesia juga memiliki beragam jenis

musik yang berkembang di tengah masyarakatnya. Salah satunya adalah

variasi jenis lagu dan musik daerah. Dalam kultur modern Indonesia,

setidaknya terdapat empat tipe musik yang populer di kalangan

masyarakat, yaitu: lagu daerah, lagu (wajib) nasional, lagu-lagu pop

Indonesia dan beberapa lagu pop internasional yang secara industrial

didominasi oleh produsen musik barat.

Musik merupakan artifak yang kompleks dan tersusun dari berbagai

macam komponen seperti ritme, tempo, kontur,

volume, lokasi spasial, serta reveberasi/gaung. Namun untuk

menyederhanakan pendekatan, kita hanya menggunakan melodi sebagai

elemen yang paling penting dari musik, yang terdiri dari serta durasi

dalam sebuah lagu. Pada bagian ini, kita mencoba untuk melihat perilaku

musik yang berkembang secara umum di Indonesia. Tujuannya adalah

untuk melihat kemungkinan kita dapat mengungkap berbagai informasi

yang terkandung dari struktur melodis yang ada pada untaian melodi

lagu-lagu tersebut. Melalui observasi ini berharap bahwa bentuk

kuantitatif spesifik yang diungkapkan dalam penelitian dapat dijadikan

masukan dan arahan yang baik serta dapat bermanfaat untuk tujuan-

tujuan tertentu.

Dalam studi sosiologi dan komunikasi, proses akulturasi dalam

masyarakat dapat mempengaruhi produksi artifak yang baru. Melodi

sebagai elemen terpenting dari musik, tidak dapat dipungkiri merupakan

entitas dari hal tersebut. Sebagai contoh, presentasi dan produksi musik

tradisional sekarang ini tidak sepenuhnya menggunakan artifak

kebudayaan asli. Campur Sari misalnya,

merupakan satu dari banyak interaksi musikal di antara beberapa

kebudayaan/kultur. Pemahaman ini menyadarkan kita bahwa ketika kita

membicarakan mengenai lagu-lagu Indonesia, sebenarnya kita sedang

berhadapan dengan sesuatu yang lebih rumit daripada apa yang secara

intuitif dapat dibayangkan mengenai musik nasional. Ada banyak tipe

dan genre musik yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia, mulai dari

musik etnis, lagu nasional, lagu-lagu populer dan tentu saja lagu pop barat

yang terkenal seantero dunia. Pendekatan statistik mengenai musik tidak

akan pernah cukup dengan produksi musik yang selalu bergerak cepat

dan penuh dengan ide inovatif dan artistik dari musisi atau artis yang

senantiasa hidup dan dinamis. Dari sini perkembangan metode

komputasional yang juga bergerak dengan cepat seiring kemajuan

komputasi diharapkan mampu untuk mengeksploitasi kebutuhan analisis

di masa yang akan datang.

Dari ratusan diskografi musik yang ada, kita mengkategorikan beberapa

lagu yang populer di kalangan masyarakat luas, antara lain:

• Lagu-lagu Daerah Indonesia. Lagu yang biasanya disertai dengan

lirik dan melodi yang memiliki pola yang sensitif terhadap kultur

tone, pitch, timbre,

pitch

Lagu daerah Jawa yang

4-3-6

Page 275: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

termasuk bahasa daerah tertentu. Walaupun begitu, beberapa

lagu etnis dan tradisional memiliki tema yang bersifat nasional.

Lagu tersebut biasanya mengenai kehidupan dinamis masyarakat

lokal yang dirasakan oleh artis dan masyarakat tradisional

tersebut. Lagu-lagu di kategori ini diberi nama sesuai dengan

masing-masing kebudayaan mereka, sebagai contoh, lagu daerah

Jawa “Suwe Ora Jamu”, lagu daerah Minang “Ayam den Lapeh”,

lagu daerah Sunda “Bubuy Bulan”, lagu daerah Maluku “Hela

Rotan” dan lain sebagainya.

Lagu-lagu Nasional. Lagu-lagu dengan tema patriotik yang

mengekspresikan hidup sebagai warga Indonesia, pada umumnya

menggunakan lirik dalam bahasa Indonesia dan dinyanyikan di

berbagai tempat dan acara di Indonesia. Beberapa lagu dalam

kategori ini antara lain “Gugur Bunga”, “Indonesia Pusaka”, dan

“Satu Nusa Satu Bangsa”. Beberapa lagu dalam kategori ini

memiliki pola Musik Kerocong, yaitu musik yang populer di antara

penduduk di kawasan Jawa, contohnya dalam lagu “Sepasang

Mata Bola”.

Lagu-lagu Populer Indonesia. Lagu-lagu populer modern yang

disiarkan di media massa dan menjadi bagian dari kebanyakan

kultur populer di antara anak muda. Walaupun begitu, seperti

halnya beberapa musik dan lagu pop barat, terdapat sensitifitas

waktu dalam kategori lagu ini. Beberapa lagu dalam kategori

diskografi kita ini antara lain: “Kugadaikan Cintaku” (dinyanyikan

oleh Gombloh), “Bunda” (dinyanyikan oleh Potret), “Juwita

Malam” (lagu populer klasik yang belakangan kerap dirilis kembali

oleh beberapa artis), dan “Dibalas dengan Dusta” (dinyanyikan

oleh Audi).

Lagu Internasional, kategori ini digunakan dengan tujuan sebagai

referensi bagi lagu-lagu populer Indonesia. Beberapa lagu dalam

kategori ini antara lain: “I Want to Break Free” (Queen), “Morning

Has Broken” (Cat Stevens), “Now and Forever” (Richard Marx), “It

Must Have Been Love” (Roxette).

Tanpa seseorang tahu arti syair lagu “Bubuy Bulan” terlebih dahulu, suara

Nining Maida dalam untaian melodi lagu yang menantikan kekasih hati itu

cukup membuat suasana hati orang yang mendengarnya

pesan kerinduan di dalam lagu tersebut. Tidak perlu seseorang

mendengarkan dengan seksama lirik lagu “Gugur Bunga”, umumnya kita

mengerti pesan kesedihan yang tersiar dari gesekan biola Idris

Sardi yang khidmat. Dengan kata lain, lagu yang baik memiliki struktur

melodi yang kuat, yang mampu memberikan efek tertentu pada

pendengarnya. Pertanyaannya, bagaimana kita dapat mengobservasi

struktur melodi tersebut? Adakah cara terukur dan teruji yang mampu

menunjukkan ekspresi dari sebuah lagu?

Dalam bahasa puitis, lagu itu dikatakan “menggerakkan jiwa”. Melodi

yang baik memberikan efek ‘spiral’ dan ‘putaran’ tertentu di hati

merasakan

cukup

4-3-7

Page 276: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 4.3.5.

Untaian nada-nada dalam melodi awal

dari lagu daerah Sunda, “Bubuy

Bulan”, digambarkan sebagai data

deret waktu ( ).time series

Pengamatan dapat dilakukan melalui deretan variabel yang

merepesentasikan nada dan durasi nada tersebut. Kita visualisasikan

deretan nada dari satu nada ke nada lain dalam diagram fasa ( versus

), seperti pada gambar 4.3.6. Dari sini dapat kita bayangkan bahwa

sebuah lagu yang dimainkan adalah ibarat memutar nada-nada tersebut

melalui sebuah poros garis tren yang dapat ditarik dari deretan nada-

nada. Garis tren dapat memperlihatkan secara aktual struktur dari

dan durasi yang memunculkan melodi yang kemudian kita nikmati. Kita

juga dapat melihat garis tren sebagai semacam ‘sumbu rotasi' dalam

dinamika lagu. Pengukuran matematis atas garis tren ini berbeda-beda

untuk tiap lagu, hal ini dinamakan sumbu putar girasi atau disingkat

sumbu girasi saja. Sumbu girasi diukur sebagai bentuk sejauh mana nada-

nada sebuah lagu dari sumbu putarnya, di mana semakin kecil nilainya,

semakin padat struktur melodiknya, demikian sebaliknya.

θ ζ)d(

pitch

θ ζ)d( +1

penikmatnya. Terdapat sebuah interaksi antara sistem kognitif dari

pendengar dengan deretan harmoni frekuensi bunyi yang ada pada lagu.

Ada lagu yang enak dan yang tak enak didengar. Tidak semua lagu yang

masuk dapur rekaman, hingga beredar di pasaran, berhasil mencapai

papan tangga lagu dunia. Di dalam lagu, tersimpan sebuah pola kompleks

yang sungguh menarik untuk dikaji lebih jauh.

Analogi tentang “putaran” harmonis pada lagu menginspirasi konstruksi

sebuah model fisis yang dapat digunakan untuk membaca kompleksitas

lagu ini. Setiap lagu pada dasarnya dapat digambarkan sebagai sebuah

deretan dari nada-nada dan durasi dari nada-nada tersebut.

Hal ini dicontohkan pada gambar 4.3.5.

time series

Gambar 4.3.6.

Garis tren normalisasi dalam fase

ruang θ ζ) θ ζ)d d( versus ( +1 dari lagu

populer Indonesia, “Kaulah Segalanya”

yang dinyanyikan oleh Ruth Sahanaya.

4-3-8

Page 277: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Melalui model ini, kita dapat memvisualisasikan

gerakan radial dari sebuah lagu. Menariknya,

gerakan radial dari lagu tersebut menunjukkan

sebuah pola simetri kemiripan-pada-diri-sendiri

dari gerakan lagu tersebut secara spesifik. Hal ini

ditunjukkan pada gambar 4.3.7. Pada gambar

tersebut ditunjukkan bagaimana terjadi pola

di dalam sebuah

lagu, dan juga antar lagu. Ibarat mahkota sebuah

kembang, pola ini

menunjukkan terjadinya sifat skala pada lagu.

Lebih jauh lagi, kita juga dapat melihat

pembedaan antara satu lagu dengan lagu lain

melalui nilai kuantitatif dari sumbu girasi yang

dapat kita kalkulasi secara spesifik. Lagu-lagu

yang sangat dinamis menunjukkan pergerakan

nada-nada secara radial yang semakin fluktuatif

dalam sumbu putarannya, sementara terdapat

perumuman bahwa lagu-lagu yang ingin

mengekspresikan perasaan mendayu dan kental

nuansa melodisnya secara lambat, memberikan

bentuk gerakan radial yang lebih dalam

sumbu radialnya. Sebagai contoh, lagu “Suwe Ora

Jamu” dan lagu “Gugur Bunga”. Dua lagu ini

memiliki efek dinamik yang berbeda satu sama

lain, karena lagu “Suwe Ora Jamu” lebih

menunjukkan “gerakan” yang lebih atraktif,

berbeda dengan lagu “Gugur Bunga” yang secara

b e r n u a n s a k h i d m a t k a r e n a

mengekspresikan suasana melankoli. Gerakan

radial “Suwe Ora Jamu” terlihat menjadi lebih

dinamis di sepanjang sumbu putar dengan nilai

sumbu girasi yang jauh lebih besar daripada lagu

“Gugur Bunga”.

kemiripan-pada-diri-sendiri

kemiripan-pada-diri-sendiri

m e l o d i s

smooth

Gambar 4.3.7.

Skala Pergerakan Radial (

) dalam kategori lagu

daerah (kiri) dan lagu nasional

(kanan).

Scaled Radial

Movement

4-3-9

Page 278: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Visualisasi model ini dapat dikembangkan lebih

jauh lagi untuk lebih menunjukkan efek “putar”

dari sebuah lagu. Hal ini dilakukan dengan

mengurutkan nada-nada dari yang lebih rendah

ke lebih tinggi dan menunjukkan tinggi rendahnya

eksplorasi nada-nada dari sebuah lagu. Dalam

model ini, kita mengetengahkan sebuah

parameterisasi yang kita sebut koefisien-spiral,

yaitu sebuah koefisien yang menggambarkan

sejauh mana simpangan nada-nada dalam efek

spiral yang terjadi. Semakin kuat koefisien spiral

maka semakin besar kecenderungan penggunaan

notasi yang lebih banyak dengan perbedaan nilai

yang lebih tinggi dari notasi musik yang secara

praktis mengakibatkan frekuensi menjadi

lebih tinggi. Kebanyakan lagu nasional tidak

memiliki efek spiral yang terlalu tinggi, hal ini

sangat berbeda dengan beberapa lagu daerah

dan lagu-lagu populer. Ini tentu masuk akal

mengingat lagu nasional memang tidak

seharusnya bersifat terlalu dinamis dalam variasi

dan durasi. Meskipun begitu, beberapa lagu

populer juga dapat menjadi tidak terlalu spiral

sesuai dengan tema dan genre yang diangkatnya.

Dalam tabel 4.3.1., kita dapat melihat secara

nyata, lagu populer seperti “Bunda” yang

dinyanyikan oleh band musik Indonesia Potret,

memiliki efek spiral yang paling rendah

dibandingkan dengan lagu populer yang lainnya.

Di sisi lain, meskipun dengan perbedaan genre

yang cukup jauh, lagu “I Want to Break Free” yang

dinyanyikan oleh Queen juga memiliki koefisien

yang kecil.

Sebuah lagu akan berada pada dua kondisi

ekstrim. Jika visualisasi model spiral kita

membentuk lingkaran, yang ditandai dengan

koefisien-spiral yang sangat kecil mendekati nol,

maka lagu tersebut cenderung membosankan,

karena dan durasinya membentuk melodi

yang sangat monoton. Sebaliknya, jika koefisien

pitch

pitch

nada

Gambar 4.3.8.

Untaian melodi yang enak didengar

(tengah) berada di antara dua kondisi

ekstrem yaitu untaian nada yang

monoton datar (kiri) dan untaian nada

yang murni acak (kanan).

4-3-10

Page 279: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

spiralnya sangat besar, maka luas cakupan nada-

nada menjadi sangat banyak dan efek spiral lagu

menjadi kuat sekali. Hal ini mengakibatkan lagu

tersebut menjadi sulit dicerna. Sebuah lagu yang

enak didengar tersusun atas koefisien spiral yang

tidak terlalu kecil, namun juga tidak terlalu besar

sebagaimana ditunjukkan di gambar 4.3.8.

Sebuah model lain untuk menganalisis pola lagu-

lagu yang populer di kalangan masyarakat adalah

pendekatan dengan menggunakan entropi.

Secara sederhana, entropi adalah sebuah

parameter yang digunakan untuk menghitung

ketidakteraturan dari sebuah sistem dari kondisi

mikro-nya. Semakin teratur sebuah sistem oleh

elemen-elemen penyusunnya, maka semakin

kecil nilai entropinya, demikian pula sebaliknya.

Dari sisi lagu, nilai entropi ini dihitung dari variasi

nada-nada dan durasi nada-nada tersebut.

Semakin tinggi lompatan-lompatan dari kuantitas

tinggi variasi nada dan durasi nada yang

digunakan maka semakin besar pula entropinya.

Lawan dari entropi adalah negentropi, yaitu

tingkat keteraturan atau organisasi struktural dari

sistem. Semakin besar nilai negentropi sebuah

sistem, maka semakin besar pula tingkat

keteraturan di dalam sistem tersebut. Dari

variabel entropi ini, kita dapat mengkalkulasi

tingkat kompleksitas dari sebuah sistem secara

komputasional. Parameter kompleksitas ini

dikalkulasi sepanjang lagu tersebut diputar.

Sebuah melodi yang enak didengar tentunya

a d a l a h s e b u a h l a g u y a n g ko e f i s i e n

kompleksitasnya menurun hingga lagu berakhir.

Karena koefisien kompleksitas dihitung dari nilai

entropinya, maka secara sederhana dapat

Gambar 4.3.9.

Perbandingan dari dua lagu populer

berdasarkan koefisien spiral.

4-3-11

Page 280: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Tabel 4.3.1.

Perputaran radius dan koefisien spiral

pada beberapa lagu dalam diskografi

yang kita amati.

4-3-12

Page 281: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

dikatakan bahwa semakin tinggi lompatan-

lompatan dari kuantitas tinggi variasi nada dan

durasi nada yang digunakan maka semakin tinggi

kompleksitasnya dan konsekuensinya adalah

semakin sulit sebuah melodi dinikmati.

Gambar 4.3.10.

Alur kompleksitas dalam lagu

Hasil analisis atas lagu-lagu di Indonesia sangat

menarik, dan menunjukkan kekayaan struktural

lagu-lagu tersebut, bahkan dari lagu-lagu daerah.

Dari sisi penggunaan nada-nada dan durasinya,

maka ditemukan bahwa lagu-lagu daerah juga

memiliki kompleksitas yang tidak sederhana. Hal

ini ditunjukkan pada tabel 4.3.1. Dari sisi lagu-lagu

wajib nasional, kita dapat melihat beberapa hasil

yang didapatkan dari obeservasi dilakukan

terhadap karya W. A. Mozart dan beberapa

komposer klasik Indonesia dalam lagu-lagu

nasional. Pola dinamik memperlihatkan entropi

yang sama namun perbedaan tumbuh sejalan

dengan perkembangan kompleksitas dalam

sebuah lagu. Karya Mozart sepertinya tidak

mengalami penurunan secara drastis pada

rentetan melodi yang panjang dari simfoninya.

Sementara itu, perbedaan lainnya dapat dilihat

pada gambar- gambar di sebelah tulisan ini.

Pola yang menarik muncul seperti yang dapat kita

lihat dari korpora lagu daerah di mana dapat kita

temukan bahwa sebagian besar di antaranya

diakhiri dengan negentropi yang relatif lebih

tinggi dari entropi dinamiknya. Hal ini

menunjukkan sepertinya suatu lagu membentuk

suatu pola pengaturan diri sendiri di sepanjang

lagu. Lagu daerah terlihat lebih lambat dalam

kasus ini, sedikit berbeda dengan kategori lagu

4-3-13

Page 282: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

yang lainnya. Meskipun begitu, terdapat juga

beberapa lagu yang diakhiri dengan entropi yang

lebih besar dibandingkan dengan negentropinya

(”Suwe Ora Jamu” dan “Ayam den Lapeh”). Hal ini

merupakan fakta yang cukup menarik, bahwa kita

dapat melihat secara nyata dinamika lagu-lagu

daerah. Agak berbeda dengan lagu-lagu populer,

lagu-lagu dalam kategori populer didominasi

dengan bagian akhir yang memiliki indeks

organisasi yang lebih rendah (negentropi) yang

relatif terhadap entropinya masing-masing.

Dalam tabel 4.3.1. terlihat nilai negentropi dari

beberapa lagu dan keseluruhan kompleksitas

yang dihitung di bagian akhir sebuah lagu. Ketika

suatu lagu menggunakan variasi dan durasi

yang semakin beragam maka lagu tersebut akan

semakin kompleks, di samping itu semakin sering

rangkaian dan durasi yang digunakan maka

semakin banyak struktur organisasi dari lagu yang

terungkap (seperti yang digambarkan oleh

negentropi). Tentu saja jika negentropi dalam

sebuah lagu sangat tinggi maka lagu akan

terdengar menjadi lebih membosankan dan

menjadi kurang menarik yang berakibat semakin

sulit lagu tersebut untuk dapat dinikmati.

Meskipun begitu, tidak selalu negentropi yang

besar akan secara linier berhubungan dengan

perhitungan kompleksitas. Contoh yang menarik

adalah lagu yang cukup panjang dari Mozart yaitu

“#40th Symphony” yang terdiri dari 1500 notasi

memiliki kompleksitas yang relatif rendah tetapi

memiliki indeks pengorganisasian yang cukup

tinggi. Untuk mendapatkan lagu yang menarik

dan mudah untuk dinikmati kemungkinan besar

dipengaruhi oleh dua konstrain tersebut,

sementara di sisi lain inti dinamika sebuah lagu

diwakili oleh dua parameter sebelumnya yaitu

gerakan perputaran dan indeks spiral.

Penggunaan pendekatan ini dalam studi

membantu upaya

pencarian karakteristik kuantitatif musik asli

Indonesia, yakni musik yang dilahirkan oleh cara

pandang orang Indonesia, oleh orang Indonesia,

dan untuk orang Indonesia. Ini adalah tantangan

wawasan musikologi wiyatamandala kita di masa

mendatang.

pitch

pitch

musik

Indonesia akan sangat

4-3-14

Page 283: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

4.4. Televisi dan Masyarakat

Televisi, radio dan media massa lainnya merupakan media penyampaian

informasi dan hiburan. Ia adalah sebuah produk kultur manusia yang

mempengaruhi bagaimana kehidupan budaya masyarakat saat ini.

Mereka memberikan definisi tentang bagaimana “wajah” lingkungan di

sekitar kita, dan juga gambaran tentang bagaimana posisi kita di tengah

lingkungan tersebut, yang disampaikannya melalui media suara, gambar,

dan tulisan.

Kajian mengenai pengaruh media massa, merupakan kajian yang banyak

dikaji dalam psikologi dan juga sosiologi kontemporer. Media massa

modern, seperti televisi, radio, hingga internet, pada dasarnya bisa

mempengaruhi sistem kognitif seorang individu, dan menimbulkan

fenomena psikologis tertentu, baik perasaan, kebiasaan, perilaku, emosi,

perasaan terhadap identitas kolektif tertentu, dan lain-lain. Hal ini

tentunya akan berpengaruh pula pada pola hubungan dan interaksi antar

individu, hingga pada akhirnya membrojolkan budaya di masyarakat.

Dalam bidang sosiologis, kajian tentang bagaimana pengaruh media

massa dan film terhadap individu dan juga kehidupan sosial masyarakat,

berkembang sangat pesat terutama ketika terjadi “kepanikan media”

dengan adanya di industri perfilman di era 50-an. Hingga saat ini,

kajian mengenai bagaimana pengaruh media massa dan juga film dalam

membentuk kehidupan sosio-kultural masyarakat masih terus dilakukan,

seiring dengan berkembangnya teknologi dari media massa itu sendiri.

Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang bisa kita anggap

mewakili media massa modern saat ini. Ia merupakan salah satu media

yang memberikan informasi yang paling lengkap, meliputi: suara, gambar

dan juga tulisan. Televisi juga merupakan media massa yang mudah

dimiliki oleh setiap rumah atau individu. Industri televisi swasta yang

marak di Indonesia saat ini, khususnya semenjak keruntuhan rezim Orde

Baru, telah menandai era keterbukaan informasi di negeri ini. Namun di

sisi lain, dengan maraknya industri tersebut dan bervariasinya jenis

tayangan yang ditampilkan, mau tak mau kita dihadapkan pada

perubahan kondisi sosio-kultural masyarakat Indonesia saat ini. Televisi

bagaimanapun telah menghadirkan berbagai realitas di ruang-ruang

pribadi publik.

Analisis mengenai media massa, khususnya televisi, merupakan salah

satu analisis yang cukup penting untuk dilakukan, terutama untuk

mengetahui gambaran mengenai struktur dan pola informasi yang

disuguhkan, serta bagaimana dampaknya bagi kondisi sosio-kultural

masyarakat. Tentu harus disadari bahwa televisi dengan program-

program acara yang ditawarkannya tidak hanya akan menggambarkan

suatu realita tertentu, tetapi juga standardisasi mengenai bagaimana

kehidupan yang ideal, cara pandang tertentu dan juga ide tertentu.

Televisi menjadi tidak hanya penyampai informasi dan hiburan, tapi lebih

booming

4-4-1

Page 284: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

jauh merupakan media pengkonstruksi opini, ide wacana hingga gaya

hidup. Dalam sudut pandang memetika, televisi bisa dianggap sebagai

mesin replikator meme massal yang cukup dominan dalam

membrojolkan pola kultural tertentu, yang memberikan andil dalam

budaya konsumsi dan berbagai kenyataan hidup lainnya. Ia merupakan

media diseminasi budaya dan sifat-sifat kultural tertentu di masyarakat.

Era reformasi, merupakan era keterbukaan informasi. Hal ini diiringi juga

dengan maraknya industri media massa, termasuk televisi. Hingga saat

ini, Indonesia telah memiliki 10 stasiun televisi swasta nasional, yang

menawarkan program tayang yang berbeda-beda, mulai dari berita,

sinetron, film, hingga informasi seputar hobi.

Dengan menggunakan data acara harian dan deskripsi dari acara tersebut

dari tanggal 4 september 2007 hingga 11 september 2007, dilakukan

analisis terhadap media, berupa pola tayangan dan dampak yang

mungkin ditumbulkan dari tayangan tersebut terhadap masyarakat.

Secara sederhana kita dapat melakukan kategorisasi acara-acara yang

ditayangkan oleh setiap stasiun tersebut, dengan klasifikasi jenis siaran

sebagai berikut:

1. Siaran analisis dan diskusi

2. Berita

3. Dokumenter

4. Acara anak

5. Infotainment

Acara diskusi dan analisis terdiri dari acara yang menampilkan informasi

sosial ekonomi budaya politik dan hukum yang melibatkan beberapa

orang atau tokoh yang bertukar pikiran, atau informasi disampaikan

sebagai hasil analisis (opini) dari sebuah permasalahan atau kejadian.

Acara berita terdiri dari acara yang menampilkan berbagai kejadian sosial

ekonomi politik, budaya, hukum, dan olahraga. Siaran ini ditandai dengan

keberadaan penayangan si pembaca berita, wartawan atau juru kamera

yang menyampaikan dari tempat kejadian, berita disajikan secara

berurutan dalam durasi tertentu.

Acara dokumenter menyajikan informasi dalam bentuk sinematografi

yang menggambarkan kisah yang nyata dan terkadang melibatkan tokoh

nyata, kejadian nyata, dan tempat yang nyata.

Acara anak menyajikan informasi seputar dunia anak, musik, pendidikan,

atau sinema yang dibuat khusus untuk anak-anak.

Acara infotainment berisi informasi tentang gosip-gosip seputar

kehidupan selebritis termasuk di dalamnya acara dan

yang dibawakan oleh para selebritis.

reality show talk

show

4-4-2

Page 285: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 4.4.1.

Kategorisasi acara ke dalam level non-

fiksi-informatif dan fiksi-hiburan.

Gambar 4.4.2

Deret waktu penayangan acara 10

stasiun televisi swasta di Indonesia

berdasarkan level nonfiksi-informatif

dan fiksi-hiburannya.

6. Film

7. Sinetron

8. Acara lain-lain

Acara film terdiri dari tayangan sinema yang melibatkan

akting/penokohan di dalamnya dan bukan buatan indonesia atau

tayangan sinema buatan Indonesia yang pernah tampil di bioskop.

Acara sinetron terdiri dari tayangan sinematografi buatan Indonesia yang

melibatkan akting/penokohan yang khusus dibuat untuk penayangan di

layar kaca. Termasuk di dalamnya adalah acara komedi situasi.

Acara yang tidak terklasifikasikan sebagai salah satu dari acara di atas

dikelompokkan dalam acara lain-lain.

Guna mempermudah upaya melihat pola informasi yang disampaikan

oleh seluruh stasiun televisi, kita mengklasifikasi-ulang setiap acara yang

ditayangkan ke dalam level pengukuran tertentu. Mulai dari yang paling

informatif dan nonfiksi, hingga paling menghibur dan fiksi (gambar

4.4.1.). Data deret waktu dari acara setiap stasiun TV yang diklasifikasi

menurut kategorisasi tersebut dapat kita lihat pada gambar 4.4.2.

Sinetron Film Infotainment Acara Anak Dokumenter Berita Analisis

-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3

Dari jenis acara televisi tertentu yang disuguhkan dan frekuensi dari

tayangan tersebut, kita bisa memberikan pengukuran tertentu mengenai

efek yang ditimbulkannya di masyarakat. Dominasi acara hiburan-fiksi

berupa sinetron, film dan merupakan pola yang bisa kita

amati dari grafik tersebut. Jenis acara tersebut senantiasa hadir dan

ditayangkan dalam setiap waktunya oleh stasiun yang berbeda, silih

infotainment

4-4-3

Page 286: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

berganti. Sehingga bisa dipastikan bahwa hampir dalam setiap waktu, kita

bisa mendapati kategori acara tersebut ditayangkan di televisi.

Disadari atau tidak, acara sinetron, film dan

menggambarkan suatu realita tertentu, yang tentunya akan berdampak

pada bagaimana cara pandang atau perspektif konsumennya dalam

memandang realita yang terjadi di sekitarnya. Yang tentunya perlu kita

perhatikan adalah bagaimana efek yang terjadi ketika konten atau isi dari

jenis penayangan tersebut didominasi oleh penggambaran realita

masyarakat yang jauh dari kenyataan yang sesungguhnya, seperti gaya

hidup mewah dan pola-pola konsumeristik, kekerasan, dan lain

sebagainya.

Hal yang menarik lainnya yang bisa kita amati adalah bagaimana

komposisi dari masing-masing stasiun televisi terhadap jenis acara

sinetron. Seperti yang telihat pada gambar 4.4.3., terdapat total 3186

menit atau sekitar 53 jam tayangan sinetron di televisi kita rata-rata per

hari. Dalam sisi stasiun televisi, SCTV, RCTI, INDOSIAR, dan TPI merupakan

empat stasiun yang secara dominan menayangkan sinetron sepanjang

hari. Hal ini cukup menarik jika kita kontraskan dengan jenis acara berita

dan analisis (gambar 4.4.6.), di mana tayangan berita dan dokumenter

yang semestinya lebih informatif bagi penonton cenderung sangat

sedikit. Pengecualian tentu adalah stasiun MetroTV yang memang

mengkhususkan diri sebagai televisi berita.

infotainment

Gambar 4.4.3.

Rata-rata lama tayangan sinetron per

hari sinetron di televisi (dalam menit).

Dari sisi sejarah, sinetron (sinema elektronika) merupakan sebuah solusi

ketika perfilman Indonesia mandeg pada kisaran 1980-an. Jenis siaran ini

lahir ketika adanya regulasi bahwa siaran televisi minimal harus 80%

program produksi lokal dengan tujuan agar tayangan layar kaca lebih

menggambakan kondisi sosial dan budaya nasional dan menghempang

sedikit banyak pengaruh dari siaran ulang berbagai acara televisi asing di

tanah air. Namun, hal ini menjadi sebuah permasalahan pelik ketika

sinetron justru menampilkan berbagai hal yang justru “asing” bagi

4-4-4

Page 287: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

masyarakat Indonesia. Analisis tematik terhadap sinetron yang dilakukan

oleh Wahyudi (2005) terhadap berbagai tayangan sinetron Indonesia

menunjukkan bahwa tema-tema yang dominan justru adalah tema-tema

melodramatik seperti pengkhianatan, cinta segitiga, kejahatan ibu tiri,

keretakan rumah tangga dan hal-hal yang identik balas dendam ditambah

dengan latar belakang kehidupan glamor dan mewah yang tentu saja

“asing” bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang komposisi

penduduknya menunjukkan 60 juta penduduknya berada di bawah garis

kemiskinan (2005).

Berbagai kritikus film dan hiburan audio-visual mengungkapkan adanya

kecenderungan keinginan kalangan borjuis film (produsen film) untuk

menampilkan apa yang tidak biasa dimiliki oleh masyarakat luas. Ia

menciptakan kepuasan semu ( ) dalam bentuk

seksualitas, politik, emosional, ekonomi, bahkan metafisika yang

kesemuanya melegitimasi alienasi (pengasingan) yang dilakukan oleh

kapitalisme. Lebih jauh, penonton akan mendelegasikan kekuatannya

untuk melakukan perubahan masyarakat ke dalam karakter yang

disajikan tontonan tersebut. Ini merupakan pompa masyarakat sehingga

permisif dan hidup dalam dunia imajiner dan melupakan realitas yang

dihadapinya sendiri. Tampilan dalam sinetron kebanyakan saat ini dikritisi

memberikan proses pengasingan diri anggota masyarakat dari realitas.

Energi yang seharusnya dapat tersalurkan dalam sikap kritis terhadap

permasalahan dalam lingkungan sosial tersedot dalam dunia imaji yang

terdelegasi ke arah sikap kritis atas tampilan karakterisasi yang

ditunjukkan oleh tontonan. Apa yang tidak mungkin dalam kenyataan,

adalah mungkin dalam sinematografi. Namun sebaliknya, terdapat

umpan balik positif yang tidak menarik, ketika terjadi konstruksi sosial

yang memunculkan pola bahwa apa yang kita lihat di layar kaca menjadi

seolah mungkin terjadi dalam hidup sehari-hari.

pseudo-satisfaction

Gambar 4.4.4.

Rata-rata lama tayangan sinetron dan

gosip artis dan selebritis per hari di

televisi (dalam jam).

4-4-5

Page 288: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Konstruksi realitas dalam ruang pribadi anggota masyarakat dalam

televisi, termasuk pula acara infotainment yang seperti sinetron, tak

jarang menampilkan realita hidup glamor dan mewah. Pada gambar

4.4.4. kita dapat melihat bahwa terdapat lebih dari 86 jam

tayangan sinetron dan gosip artis di televisi.

Ketimpangan jenis tayangan informasi dan sinetron atau

terlihat pada grafik di gambar 4.4.5. Terdapat 5 stasiun televisi yang begitu

dominan dalam penayangan jenis acara sinetron dan

dengan fraksi jam tayang terhadap keseluruhan jam siaran hampir

setengahnya. Hal ini berbeda dengan jenis acara diskusi dan analisis, di

mana fraksi jam tayang yang dimiliki oleh stasiun TV tidaklah semerata

tayangan jenis sinetron dan dengan fraksi yang secara

keseluruhan sangatlah kecil jika dibandingkan dengan acara jenis sinetron

dan Dari sini kita bisa melihat bahwa jenis acara sinetron

dan mendominasi tayangkan televisi di Indonesia.

Data deret waktu dari program-program televisi, pada dasarnya bisa kita

lihat sebagai untai atau sekuen dengan pola tertentu. Secara umum, untai

atau sekuen tersebut bisa kita gunakan untuk melihat bagaimana suatu

stasiun yang satu mempunyai kedekatan dengan stasiun yang lainnya.

Biasanya kebanyakan orang mengaitkan hal tersebut sebagai segmentasi

pasar atau pemirsa. Tentunya secara sekilas kita bisa memahami bahwa

“jarak” antara satu stasiun akan sangat besar tatkala program yang

ditampilkannya begitu berbeda satu sama lain. Melalui metode

penjajaran sekuen ( ) yang umum digunakan

dalam analisis biomolekular untuk melihat kemiripan untai-untai gen

atau asam amino dari spesies yang berbeda, kita ingin mengukur

kedekatan stasiun TV berdasarkan jenis kategori siarannya.

setiap hari

infortainment

infotainment

infotainment,

infotainment.

infotainment

sequence alignment method

Gambar 4.4.5

Fraksi jam tayang acara sinetron dan

dari 10 stasiun televisi di

Indonesia (atas) dan fraksi jam tayang

acara berita dan analisis dari 10

stasiun televisi di Indonesia (bawah).

infotainment

4-4-6

Page 289: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Pohon “stasiun televisi” yang didapatkan dengan metode yang dijabarkan

di atas, dapat kita lihat pada gambar 4.4.7. Seperti terlihat pada gambar

tersebut, secara umum, stasiun televisi terbagi menjadi dua kelompok

besar, yaitu RCTI, SCTV, INDOSIAR, TRANSTV dan TPI sebagai kelompok

pertama dan ANTV, GLOBALTV, TRANS7, LATIVI dan METRO sebagai

kelompok kedua. Pola pengelompokan yang membrojol dari stasiun

televisi tersebut akan menggambarkan bagaimana kesamaan dari

program acara yang ditayangkannya. Dari sini kita bisa mengukur

seberapa jauh stasiun televisi dengan televisi lainnya dilihat dari jadwal

dan durasi dari program yang ditayangkannya. Di sini telihat bahwa

METROTV dan SCTV, sebagai dua stasiun yang memiliki jadwal dan

durasi yang dominan untuk dua jenis acara yang sangat berbeda,

terkelompok pada pohon yang berbeda.

share

Gambar 4.4.6.

Rata-rata lama tayangan siaran yang

dikategorikan informatif per hari di

televisi (dalam jam).

Gambar 4.4.7.

Pohon stasiun televisi di Indonesia

berdasarkan kategori acara dalam

observasi selama satu minggu siaran.

4-4-7

Page 290: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Lebih jauh, kita juga mendapatkan 4 buah kelompok kecil stasiun televisi

di Indonesia. METROTV mengelompok ke dalam satu kelompok

tersendiri. Hal ini semakin menunjukkan adanya perbedaan atau

segmentasi dari acara yang ditampilkan METROTV dibandingkan stasiun

lainnya, dalam hal ini acara berita dan analisis. RCTI, SCTV, TPI, INDOSIAR

dan TRANSTV masih mengelompok ke dalam kelompok yang sama. Hal

menunjukkan tingkat kesamaan yang tinggi dari masing-masing stasiun

tersebut, dari sisi acara dan durasi acara yang ditayangkan. Yang cukup

menarik adalah munculnya dua kelompok stasiun televisi yang baru, yaitu

TRANS7 dan GLOBALTV, serta ANTV dan LATIVI. Hal ini tentunya

memunculkan dugaan bahwa kedua kelompok stasiun ini memiliki

karakteristik atau segmentasi yang berbeda dalam hal jenis, jadwal

penanyangan acara dan durasi.

Pengelompokan stasiun televisi, ke dalam bagian-bagian tertentu,

membrojol ketika ia digambarkan pada suatu pohon evolusioner yang

dibuat berdasarkan data sekuen acara stasiun televisi tersebut. Dari pola

pengelompokan tersebut, kita bisa mendapatkan perbedaan antar

stasiun televisi berdasarkan jenis, jadwal dan durasi tayangannya. Hal ini

akan memberikan gambaran bagaimana pola atau struktur kedekatan

antar stasiun televisi. Lebih jauh, ia akan memberikan gambaran dari

pesan dan informasi yang disampaikan stasiun televisi ke publik.

Saat ini, sinema elektronika mendominasi pasar media televisi. Kondisi ini

mendorong munculnya sejumlah kritik yang menyebutkan pentingnya

upaya meningkatkan mutu siaran sehingga tak sekadar menunjukkan

pola hidup mewah. Upaya ini diharapkan dapat memberikan umpan balik

terhadap permasalahan kesenjangan sosial dan ekonomi dalam realitas

sosial di Indonesia. Realitas sosial imajiner yang muncul di layar kaca

dapat menciptakan berbagai hal yang tak terukur dan menjadi biang

keladi sifat chaotik dari realitas sosial. Sifat chaotik dan tak terprediksi

tersebut, dalam dugaan kritik media modern, dapat memberi dampak

buruk bagi pertumbuhan sosial. Produser media massa televisi

seyogianya perlu memiliki wawasan wiyatamandala sehingga televisi tak

hanya menjadi sebuah kotak hiburan di ruang pribadi anggota

masyarakat. Televisi seharusnya mampu memberikan sejumlah

pemahaman baru sehingga dengan kritis dapat mengatasi berbagai

persoalan yang dihadapi sehari-hari. Bagaimanapun, televisi memberi

pengaruh bagi sustainabilitas diseminasi konsep-konsep wawasan

nusantara.

4-4-8

Page 291: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

4.5. Pendidikan Nasional: Sejati

Wawasan Wiyatamandala

Pendidikan adalah inti dari Wawasan Wiyatamandala. Pendidikan dalam

beberapa aspek merupakan perwujudan paling nyata dari Wawasan

Nusantara. Ia berkenaan dengan pembangunan abstraksi tentang

bagaimana seorang individu Indonesia memandang dirinya sendiri dan

bangsanya, di tengah kehidupan masyarakat lokal, nasional, maupun

internasional. Wawasan Wiyatamandala seyogyanya dibangun dengan

penghayatan nilai-nilai luhur bangsa dalam resultante-nya dengan

metodologi dan prinsip-prinsip ilmiah. Sungguh disayangkan jika dalam

beberapa sisi Wawasan Wiyatamandala justru seringkali tereduksi ke

dalam bentuk hal-hal superfisial seperti inagurasi dan sertifikasi belaka,

yang lupa pada hakikat dasarnya. Pendidikan dalam definisi umum

sepantasnya menciptakan manusia Indonesia yang berkesadaran

nasional bukan manusia-manusia picik, yang justru mengambil berbagai

manfaat semu dari kehidupan saintifik untuk keperluan dan kepentingan

pribadi. Pendidikan formal hanyalah sebuah bagian kecil dari definisi

pendidikan secara umum. Citra masyarakat esok hari ditentukan oleh

refleksi pendidikan hari ini, sama seperti apa yang terlihat hari ini adalah

apa yang ditabur di masa silam.

Untuk melihat situasi pendidikan nasional, kita dihadapkan pada dua

perspektif, yaitu melihat kuantitas dan kualitas hasil proses pendidikan

nasional. Permasalahan pokok dari sisi kuantitas, dalam berbagai

parameter di sistem pendidikan nasional, adalah masalah pemerataan.

Sebuah contoh yang diketengahkan di sini adalah fraksi populasi yang

pernah bersekolah hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Ini ditunjukkan

pada gambar 4.5.1. Pada kartogram tersebut ditunjukkan bahwa

kebanyakan penduduk Indonesia masih memiliki jenjang pendidikan yang

sangat rendah. Secara populasi, penduduk yang pernah bersekolah

sampai ke tingkat perguruan tinggi masih sangat sedikit. Penduduk

berijazah berkumpul di kawasan penduduk padat, yaitu wilayah-wilayah

di Pulau Jawa. Hal yang unik terlihat di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah

dengan penduduk yang relatif besar tersebut memiliki fraksi

relatif lebih rendah daripada wilayah Jawa bagian barat dan

timur. Namun, terdapat fraksi populasi berpendidikan tinggi yang

terkonsentrasi di daerah Yogyakarta. Fraksi 30% penduduknya

berijazah D3/S1 hanya terdapat di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ini

kontras dengan daerah lainnya di Indonesia.

4.5.1. Situasi Pendidikan Nasional

pendidikan

terakhir yang

Propinsi

4-5-1

Page 292: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Berbagai laporan telah banyak yang memberikan deskripsi sarana dan

prasarana pendidikan nasional di Indonesia. Ada banyak sarana fisik

pendidikan yang masih memprihatinkan. Hal ini ditambah lagi dengan

faktor prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar seperti

laboratorium, lapangan olahraga, dan sebagainya. Sekolah dan perguruan

tinggi terbaik di luar Pulau Jawa masih memiliki standar yang lebih rendah

ketimbang berbagai lembaga pendidikan serupa di Pulau Jawa.

Dari sisi kualitas, ketidakmerataan mutu pendidikan ternyata juga

menyimpan banyak ketimpangan. Hal ini dapat kita lihat pada kartogram

pada gambar 4.5.2. Rata-rata nasional dari UAN (Ujian Akhir Nasional)

terasa telah membaik dari tahun-tahun sebelumnya (terlihat dari

warna putih total wilayah pada kartogram). Namun di sini, kita perlu

memperhatikan faktor sebaran hasil tersebut. Kita masih dapat melihat

bercak-bercak warna kuning, yang menunjukkan masih relatif rendahnya

nilai rata-rata total hasil UAN 2006 di Indonesia. Daerah-daerah di pulau

Kalimantan, kawasan Timur Indonesia dan Propinsi NAD (Aceh) memiliki

hasil yang masih relatif rendah. Meski penduduknya relatif

sedikit, perbedaan nilai rata-rata ini perlu mendapat perhatian serius

karena hasil UAN sedikit banyak memberikan representasi kondisi relatif

kualitas sistem pendidikan nasional di kawasan yang bersangkutan.

Kawasan Pulau Jawa bagian barat dan timur memiliki

lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya di

Indonesia.

2006

UAN 2006

nilai rata-rata UAN

2006 yang relatif

Gambar 4.5.1.

Kartogram yang luas wilayahnya

dibuat proporsional terhadap jumlah

penduduk dan diwarnai dengan fraksi

populasi berdasarkan pendidikan

terakhirnya. Semakin terang satu

wilayah, semakin besar fraksi lulusan

D3/S1-nya (sumber: Sensus Penduduk,

2000).

DKI

NAD

SUMUT

RIAU

SUMBARJAMBI

BABEL

KEPRI

BENGKULU

SUMSEL

BANTEN

JABAR

JATIM

JATENG

KALBARKALTIM

SULSEL

SULTENG

SULUT

MALUT

MALUKU

PAPUASULTRA

GORONTALO

KALSEL

KALTENG

DIY

BALI

NTB NTT

LAMPUNG

4-5-2

Page 293: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Lalu, bagaimana dengan partisipasi peserta didik terhadap sains

dan prestasinya? Sebuah contoh yang menarik ditunjukkan pada

kartogram pada gambar 4.5.3. Kartogram tersebut menunjukkan peta

wilayah Indonesia yang ukurannya dibuat berdasarkan banyaknya

peserta yang ikut dalam seleksi nasional tingkat provinsi untuk Olimpiade

Sains Nasional 2007 bidang studi fisika. Meski masih didominasi oleh

siswa-siswa di daerah Pulau Jawa (terlihat relatif lebih "gemuk" daripada

wilayah-wilayah lain), namun terlihat bahwa mereka yang dari daerah

luar jawa pada dasarnya mampu bersaing. Gradasi hitam ke putih

( ) menunjukkan persentase jumlah siswa yang dari hasil seleksi

menunjukkan nilai > 10. Propinsi Jawa Barat terlihat mendominasi

(dengan warna putih). Namun, beberapa wilayah di luar Pulau Jawa,

meski jumlah pesertanya tidak sebanyak dari wilayah di Pulau Jawa,

menunjukkan persentase yang relatif bersaing. Ini tentu sedikit banyak

memberikan deskripsi tentang prestasi bangsa yang tergolong telah

dihormati di dunia kompetisi fisika dunia, dengan mendominasi berbagai

olimpiade fisika di level internasional.

event

grayscale

Kemampuan akuisisi saintifik ilmu fisika di kalangan pelajar ini dapat pula

kita pada hasil UAN 2006 untuk mata pelajaran matematika. Pada

gambar 4.5.4. terlihat bahwa untuk Pulau Jawa, hanya beberapa daerah

saja yang rata-rata nilai matematikanya dapat dikategorikan relatif baik

(di atas nilai 8). Secara rata-rata, keseluruhan wilayah-wilayah ini relatif

terdominasi oleh warna kekuningan, yang merepresentasikan nilai rata-

rata di atas 7. Hal ini menunjukkan kemampuan matematika yang relatif

baik di samping atas kemampuan akuisisi ilmu yang dikenal

sulit tersebut.

zoom

excellency

Gambar 4.5.2.

Kartogram yang luas wilayahnya

dibuat proporsional terhadap jumlah

penduduk dan diwarnai dengan fraksi

populasi berdasarkan nilai rata-rata

Ujian Akhir Nasional tahun 2006

(sumber: Departemen Pendidikan

Nasional Republik Indonesia).

DKI

NAD

SUMUT

RIAU

SUMBARJAMBI

BABEL

KEPRI

BENGKULUSUMSEL

BANTEN

JABAR JATIM

JATENG

KALBAR

KALTIM

SULSEL

SULTENG

SULUT

MALUT

MALUKU PAPUASULTRA

GORONTALO

KALSEL

KALTENG

DIY

BALINTB

NTT

LAMPUNG

4-5-3

Page 294: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 4.5.3.

Kartogram yang luas wilayahnya

dibuat proporsional terhadap banyak

peserta yang berpartisipasi pada

Olimpiade Sains Nasional 2007 bidang

studi fisika dan skala warna

berdasarkan prestasi peserta pada

tersebut (sumber: Tim

Olimpiade Fisika Indonesia).

event

Gambar 4.5.4.

Kartogram yang wilayahnya dibuat

proporsional dengan jumlah penduduk

di pulau Jawa (tidak termasuk DKI) dan

diwarnai dengan nilai rata-rata total

pelajaran Matematika pada ujian akhir

nasional pada tahun 2006 (sumber:

Sensus Penduduk, 2000 dan

Depdiknas RI).

DKI

NAD

SUMUT

RIAU

SUMBARJAMBI

BABEL

KEPRI

BENGKULUSUMSEL

BANTEN

JABAR JATIM

BANDUNG SEMARANG

SURABAYA

SIDOARJO

MALANG

YOGYAKARTA

BOGOR

BEKASITANGGERANG

JATENG

KALBAR

KALTIM

SULSEL

SULTENG

SULUT

MALUT

MALUKU PAPUASULTRA

GORONTALO

KALSEL

KALTENG

DIY BALINTB

NTT

LAMPUNG

Tren masyarakat ilmu pengetahuan dunia, bahkan termasuk di ilmu

sosial, yang menuntut kemampuan akuisisi ilmu matematika tentu perlu

mendapat perhatian khusus agar pencapaian anak-anak Indonesia di

panggung ilmu pengetahuan dunia tidak ketinggalan. Bagaimanapun

juga, berbagai prestasi yang telah diraih oleh anak-anak bangsa melalui

olimpiade internasional di beragam bidang studi, yaitu Fisika, Biologi,

Kimia, Matematika, Astronomi, termasuk Komputasi, telah terbilang

mampu mengharumkan nama bangsa. Fokus perhatian pembangunan

pendidikan nasional di bidang ini bukan tak mungkin akan menghasilkan

putra bangsa yang suatu hari akan mendapatkan berbagai apresiasi

internasional di berbagai bidang. Di samping ini tentunya, hal yang paling

penting adalah kemampuan anak bangsa untuk menyelesaikan berbagai

persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari dengan

menggunakan perangkat sains, matematika, dan pendekatan komputasi

termutakhir.

4-5-4

Page 295: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Tim Indonesia bersama Profesor

Yohanes Surya seusai acara penutupan

International Physics Olympiad 38

2007.

th

4.5.2. Tren Ilmu Pengetahuan

dan Akuisisi Masa Depan

Adalah menarik untuk melihat perkembangan ilmu pegetahuan saat ini

dari sudut pandang masyarakat luas yang memandang sains, baik sains

sosial maupun sains alam, sebagai sebuah hal yang dapat menjawab

berbagai kesulitan hidupnya. Untuk melihat tren ini, kita menggunakan

hasil untuk beberapa kata kunci di mesin pencari Google. Kita

tentu mengetahui bahwa mesin pencari dapat menggambarkan

informasi apa yang diinginkan oleh kebanyakan pengguna internet.

Semakin tinggi kata kunci yang sering digunakan oleh pengguna internet,

khususnya pada mesin pencari, maka nilai informasi yang

direpresentasikan oleh kata kunci tersebut menjadi semakin tinggi pula.

Hasil tren pencarian yang diperoleh menggunakan

sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.5.5., menggambarkan jumlah

kata-kata kunci yang digunakan oleh pengguna internet di berbagai

wilayah, termasuk seluruh kawasan pengguna internet di dunia. Dalam

gambar tersebut terlihat bahwa pencarian dengan kata kunci “ekonomi”

menjadi dominan. Urutan ini diikuti oleh kata kunci “matematika”,

“psikologi”, “fisika”, dan akhirnya “sosiologi”. Tren ini sedikit banyak

menunjukkan bahwa hal-hal yang berkenaan dengan ekonomi

merupakan favorit dari urutan pencarian populasi pengguna internet di

Indonesia. Hal-hal yang berkaitan dengan ilmu sosiologi kurang

mendapat “tempat” di internet. Terdapat sebuah keingintahuan yang

besar dari pengguna internet terhadap ikhwal “ekonomi” dibandingkan

dengan aspek sosiologis. Namun perlu pula kita perhatikan bahwa

volume pemberitaan dengan kata kunci “ekonomi” juga relatif

tinggi. Hal ini menandakan bahwa terdapat yang juga cukup tinggi

berkaitan dengan kata kunci tersebut. Selain itu, ikhwal ilmu sosial yang

menarik bagi banyak pengguna internet adalah psikologi yang

volume pencariannya dekat dengan bidang ilmu alam seperti fisika dan

matematika.

retrieve

GoogleTrends,

hit

online

event

juga“

.

Pendidikan adalah akuisisi dari seni

dan penggunaan pengetahuan ”

Alfred North Whitehead (1861-1947)

Pemasyarakatan sains fisika dengan

mengetengahkan fisika yang mampu

menjawab banyak persoalan sehari-

hari secara menyenangkan.

4-5-5

Page 296: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 4.5.5.

Tren pencarian dengan kata kunci

“ekonomi”, “sosiologi”, “psikologi”,

“fisika”, dan “matematika” untuk

pengguna internet di wilayah

Indonesia.

Temuan ini dapat kita bandingkan dengan tren pencarian di Amerika

Serikat dan dunia yang menunjukkan pola yang agak berbeda

sebagaimana digambarkan pada gambar 4.5.6. dan 4.5.7. Pencarian

informasi yang berkaitan dengan “psikologi” dan “fisika” sama kuat untuk

tren pencarian di wilayah Amerika Serikat dan dunia secara umum. Untuk

tren pencarian di wilayah Amerika Serikat, meskipun volume

pemberitaan di bidang ekonomi sangat tinggi, pencarian di bidang

fisika dan psikologi juga mendapat yang sangat signifikan. Adakah

kaitan pencarian dengan kata kunci “psikologi” ini berkenaan dengan

animo bahwa tekanan psikologis di negara maju sangat tinggi akibat

individualisme yang berkembang meluas di sana? Hal ini tentu tak bisa

dijawab hanya dengan sekadar melihat tren mesin pencari internet.

Namun yang ingin kita soroti di sini adalah, dari sisi tren pencarian

informasi di berbagai bidang ilmu pengetahuan, kata kunci “sosiologi”

tetap berada jauh di bawah bidang ekonomi termasuk psikologi. Selain

itu, tingginya tren pencarian “fisika” menunjukkan tingginya

keingintahuan pengguna internet atas bidang ini meskipun di sisi lain,

kata “matematika” berada jauh lebih rendah.

online

hit

Gambar 4.5.6.

Tren pencarian dengan kata kunci

untuk ilmu-ilmu sosial di wilayah

pengguna internet di Amerika Serikat.

4-5-6

Page 297: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Terdapat sebuah tren sains dunia yang apresiatif terhadap fisika,

setidaknya secara populer, karena seperti yang kita lihat bersama, kata

kunci di bidang matematika ternyata relatif jauh lebih rendah. Lebih

spesifik, ketika kita juga ingin mengetahui sejauh mana minat pengguna

internet terhadap bidang-bidang sains lain seperti biologi dan kimia maka

temuan kita akan cukup menarik, karena tingkat pencarian bidang kimia

sama tinggi dan terkadang lebih tinggi daripada fisika. Yang jelas,

pencarian dengan kata kunci “fisika”, “kimia”, dan “biologi” masih lebih

tinggi daripada kata kunci “ekonomi” padahal dari sisi volume

pemberitaan, kata kunci “ekonomi” jauh mendominasi dunia

internet. Menarik pula untuk melihat naik turunnya pencarian di bidang

fisika ketika ada fisika, seperti peristiwa penganugerahan hadiah

Nobel, dan sebagainya, yang menaikkan pencarian kata kunci ini.

Setiap kali terdapat peningkatan volume pemberitaan dengan kata kunci

“fisika”, maka di publik terdapat tren lonjakan pencarian terhadap kata

tersebut.

Karakteristik pencarian dengan kata kunci pengguna internet di seluruh

dunia dan pengguna internet di Indonesia ternyata memberikan pola

yang sangat berbeda. Ketertarikan pada isu-isu ekonomi jauh lebih

mendominasi daripada isu-isu di bidang sains di Indonesia, sementara isu

sosiologis animonya tidak terlalu tinggi. Sedikit banyak apa yang diketik

oleh pengguna pada dasarnya menggambarkan

realm

event

rate

Google Search Engine

Gambar 4.5.7.

Tren pencarian dengan kata kunci

untuk ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu

alam oleh pengguna internet di

seluruh dunia.

4-5-7

Page 298: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

pola ketertarikan orang Indonesia terhadap ilmu pengetahuan tersebut

secara spesifik. Ketika ekonomi menempati ranking tertinggi, ternyata

sosiologi kurang begitu tinggi. Demikian pula sains alam, ilmu ini sangat

terasa kurang diminati bahkan secara populer. Berbagai anggapan skeptis

tentang ilmu-ilmu alam dan matematika mungkin melatarbelakangi hal

ini. Di Indonesia, sains belum dianggap sebagai sebuah solusi untuk

memecahkan permasalahan negeri. Hal ini tentu merupakan

permasalahan yang besar bagi dunia pendidikan. Keterpisahan sains dan

permasalahan bangsa berakibat lembaga pendidikan menjadi tak lebih

sebagai institusi pemberi lisensi untuk keperluan penggajian, kedudukan

sosial, prestise, dan sebagainya yang justru sangat tidak mencerminkan

ketajaman sains dalam mengatasi persoalan.

Pendidikan seorang manusia, bagaimanapun juga, adalah sebuah sistem

kompleks tersendiri yang tersimpan dalam pola kognitif masyarakat, yang

terejawantah secara populis dalam cerminan budaya. Persekolahan harus

menjadi semacam ajang kaderisasi bagi pengembangan masyarakat. Ia

menjadi pilar-pilar kemajuan masyarakat. Lebih jauh, jika kita ingin

masyarakat maju di kemudian hari, maka pendidikan harus benar-benar

diperhatikan. Namun, pendidikan di Indonesia memiliki kecenderungan

yang menarik di tengah-tengah kondisi masyarakat saat ini. Sekolah telah

benar-benar terpisah dari realitas sosial. Siswa tidak lagi memahami

Fisika sebagaimana Isaac Newton memahaminya, namun memahaminya

sebagai kumpulan rumus untuk meluluskannya dalam ujian. Sekolah

tidak lagi menjadi ‘barang’ yang menarik, karena ia hanyalah menjadi

sebuah tempat rutin bagi seseorang dalam menjalani hari, dari pagi

hingga petang. Sekolah dipersepsikan menjadi pelambat proses biologis,

karena ia memperlambat usia pernikahan, dan tak lebih dari itu. Sekolah

menjadi pencetak nama-nama anggota masyarakat di lembar-lembar

ijazah dan bukan pencetak intelektual. Rutin pencetakan nama di ijazah

tersebut adalah duduk di bangku sekolah/kuliah, mengerjakan tugas,

praktikum, dan sebagainya sementara apa yang didiskusikan,

dipraktikumkan, atau ditugaskan, menjadi terpisah dari realitas yang

dialami dalam hidup sehari-hari.

Dalam lingkaran produktivitas masyarakat, seharusnya lembaga

pendidikan merupakan sebuah institusi yang melahirkan generasi

angkatan kerja yang memiliki kemampuan tertentu ketika akhirnya

berkarya di tengah-tengah masyarakat. Sertifikasi yang diberikan oleh

institusi pendidikan menunjukkan kualitas dari seorang anggota

masyarakat (siswa dan mahasiswa) selama menuntut ilmu di lembaga

yang bersangkutan. Sekolah dan kampus adalah tempat mengakuisisi seni

budaya dan menggunakan pengetahuan bagi masyarakat maupun bagi

peserta didik. Namun apa yang terjadi ketika terjadi bentuk-bentuk

4.5.3. Mengobati Rabun

Wawasan Wiyatamandala

yang

“Pendidikan adalah metode yang

hakiki dalam perbaikan dan kemajuan

sosial. Pendidikan adalah regulasi dari

proses pembentukan kesadaran sosial;

dan pembinaan aktivitas individual

atas dasar kesadaran sosial ini adalah

metode yang pasti dari rekonstruksi

sosial.”

John Dewey (1859–1952)

4-5-8

Page 299: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

pengasingan dari apa yang dipelajari di sekolah/kampus dengan

kehidupan nyata bermasyarakat? Gelombang akibat pertama adalah

daya saing yang rendah dari lulusan lembaga pendidikan tersebut. Para

sarjana (dalam terminologi atau meliputi seluruh strata

pendidikan di Indonesia), secara umum, menjadi tidak mampu menjawab

tantangan sosial yang ada. Lemahnya daya saing kita, yang diperparah

dengan eksisnya tren globalisasi di mana di dalamnya bermunculan

kompetisi terbuka tenaga kerja asing dan nasional, melemahkan

ketahanan sosial masyarakat. Gelombang akibat kedua adalah munculnya

berbagai jalan pintas ( ) yang ingin meniadakan proses belajar-

mengajar di sekolah dan perguruan di Indonesia. Permasalahan jual-beli

gelar dan kasus-kasus pemalsuan ijazah yang diberitakan di berbagai

media massa merupakan sebuah hal yang muncul sebagai gelombang

kedua ini. Gelar kesarjanaan seringkali tak lagi mencerminkan kapabilitas

seseorang, melainkan hanya sebagai alat peninggi prestise dalam

Hal ini tentu menimbulkan permasalahan baru, yakni ketidakmampuan

sarjana menghasilkan karya nyata dalam kehidupan sosialnya. Ideologi

pekerjaan bukan lagi dipandang sebagai sebuah karya tapi justru

direndahkan menjadi sebatas wahana pemenuhan bentuk-bentuk materi

berupa uang, prestise, dan sebagainya yang ketika hal ini bersentuhan

dengan tugas cendekiawan dan sarjana untuk menjadi “tameng” sosial

dalam mempertahankan nilai-nilai luhur masyarakatnya. Ia menjadi tidak

relevan. Akibatnya, tidak lain dan tidak bukan, adalah korosi di sana-sini

dalam sistem sosial.

scholar,

short-cut

division

of labor.

“Tugas pendidikan adalah melakukan

refleksi kritis, terhadap sistem dan

‘ideologi yang dominan’ yang tengah

berlaku di masyarakat, serta

menantang sistem tersebut untuk

memikirkan sistem alternatif ke arah

transformasi sosial menuju suatu

masyarakat yang adilI.”

Mansour Fakih (1953-2004)

Gambar 4.5.8.

Siklus produktivitas dan rekrutmen

sosial dalam masyarakat serta jalan

pintas yang muncul dan melemahkan

pranata budaya masyarakat.

Masyarakat

Sekolah/

Perguruan

Pembangunan

Masyarakat

Pekerjaan

Karya yang semestinya

menjadi sebuah bentuk

pemicu pembangunan

masyarakat tidak mampu

menjalankan fungsinya

sebagai alat untuk

meningkatkan kualitas

masyarakat

Ketika lembaga pendidikan

formal terbukti tak mampu

menjawab tantangan sosial

yang ada dan ketika

representasi hasil sekolah

lebih berdasar pada

lembaran sertifikasi

daripada kualitas sumber

daya manusia.

Rekrutmen SosialNilai-nilai Sosial

Korupsi di tengah masyarakat, di mana

pekerjaan menjadi terorientasi pada nilai

material semata daripada suatu proses yang

menghasilkan karya.

Sertifikasi

Rekrutmen Sosial

Uang, Prestise

dan Kedudukan

4-5-9

Page 300: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Secara singkat motif pendidikan yang tak lagi bersandar pada kebenaran

ilmiah dan pola hidup akademis ini menimbulkan dua paradoks yang

hanya jelas terlihat ketika kita berpijak pada lingkaran produktivitas

sebagaimana digambarkan pada gambar 4.5.8.

Bagaimana perspektif kompleks memandang paradoks ini secara sosial?

Realitas yang terdapat antara motif mikro dan situasi makro merupakan

hal yang sulit untuk dikerjakan dalam perspektif sosiologi konvensional,

karena sifat hubungan keduanya yang sangat tak linier. Faktor mikro

berupa motif pribadi individu dalam memperoleh pendidikan, yang

dalam hal ini direduksi menjadi sebatas standardisasi mental dalam

bentuk sertifikasi, membrojolkan situasi makro berupa persepsi dan

ekspektasi anggota masyarakat yang besar atas sistem sosial masa depan,

yang akibatnya justru mendorong orang untuk berbondong-bondong

bersekolah setinggi-tingginya, namun bukan untuk perolehan

pemahaman ilmu melainkan pencapaian status sosial dan ekonomi yang

lebih baik. Di level ini, sekolah tak pelak menjadi candu bagi masyarakat,

sebagaimana seringkali diungkapkan oleh kritikus pendidikan.

Keterpisahan dari apa yang hendak diakuisisi melalui sistem pendidikan di

satu sisi, dan tuntutan dunia kerja pada pasar tenaga kerja di sisi lain,

menjadi kesulitan tersendiri yang dialami oleh para sarjana dalam

memberikan sumbangsih nyata karya-karyanya dalam membangun

masyarakat. Dari sini, berbagai jalan pintas untuk mendapatkan uang pun

bermunculan, mulai dari yang legal hingga melalui praktik-praktik

korupsi. Praktik korupsi tentu menyebabkan sistem ekonomi menjadi

tidak efisien yang akibatnya menimbulkan korosi ekonomis di tengah

kehidupan ekonomi bangsa secara umum.

Di sisi lain, terdapat pula aspek kausasi sebagai umpan balik positif dari

level makro ke level mikro. Di sini, situasi makro yang ada menjadi sebab

dan dasar motif bagi elemen mikro masyarakat. Pandangan dan

penghargaan yang kelewat tinggi dari anggota masyarakat atas

pelabelan-pelabelan akademis menjadi sebab pilihan-pilihan agen sosial

ekonomi untuk mencari jalan pintas. atas pelabelan-pelabelan

ini memunculkan berbagai institusi pendidikan fiktif yang

memperjualbelikan gelar “palsu”. Terus saja, sistem yang korup

cenderung menginduksi agen sosial untuk juga menjadi korup. Kalaupun

Paradoks Pertama

Paradoks Kedua

Untuk mendapatkan sebuah pekerjaan atau proyek kerja tertentu,

dibutuhkan ijazah setinggi-tingginya bahkan sistem pengupahan dibuat

berdasarkan jenjang pendidikan tertentu dalam berbagai instansi baik

swasta maupun pemerintah. Di sini, berkembang pemahaman umum

yaitu “hanya sedikit yang kita peroleh di bangku sekolah/kuliah yang

dapat diimplementasikan dalam dunia kerja kelak”.

Seseorang belajar untuk mendapatkan ijazah agar ia memperoleh uang.

Namun orang yang ber-uang tidak boleh membeli ijazah.

Demand

“Pendidikan haruslah membebaskan

peserta didik dari apa yang

menindasnya. Pendidikan harus

diartikan sebagai proses penyadaran

bahwa nasib harus diubah.”

Paulo Freire (1921-1997)

Semesta Mendukung (Mestakung):

bagaimana belajar menjinakkan

kompleksitas kehidupan sosial dari

alam untuk mencapai tujuan.

4-5-10

Page 301: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

“…perlu perubahan mentalitas

masyarakat Indonesia agar ia dapat

maju.”

Koentjaraningrat (1923-1999)

Gambar 4.5.9.

Skema teoretis Koentjaraningrat

(1997) tentang pranata kebudayaan.

tidak korup, jalan pintas yang ditempuhnya adalah berbagai praktik bisnis

dan upaya pencarian uang yang tidak bersandar pada standar keahlian.

Hal ini mungkin menjelaskan fenomena di kampus-kampus belakangan

ini yang sibuk dengan berbagai wahana kewirausahaan, yaitu bagaimana

menjadikan satu produk menjadi tapi cenderung tanpa melewati

proses pertambahan nilai. Ini adalah suatu hal yang sangat terasa

perkembangannya, bahkan di kampus-kampus yang berbasis teknologi.

Hal ini pula yang menjadikan bisnis merasuki

banyak kalangan terdidik, bahkan banyak di antaranya yang tengah

berprofesi sebagai profesor di perguruan tinggi. Prinsip membuat produk

tertentu menjadi menjadikan upaya pembangunan

meningkat yang pada gilirannya memperkental bisnis di

berbagai kalangan. Hasilnya tentu bukan karya yang membangun

masyarakat, melainkan justru beragam nepotisme praksis yang

mempertegas garis batas kelas sosial.

Keterkaitan faktor mikro-makro dalam bentuk kebrojolan dan kausasi

inilah yang akhirnya melahirkan sistem pendidikan sebagaimana yang

terlihat saat ini. Dalam paradigma feodalisme modern, kaum bersekolah

menjadi kaum ningrat baru di kalangan masyarakat. Budaya muncul dari

interaksi kompleks antara agen, sistem norma yang lahir dari kebiasaan,

dan ketersediaan pranata fisik. Budayawan dan sosiolog kenamaan

Indonesia, Koentjaraningrat (1997) mengungkap pranata sosial berpola

membrojol dari sistem mikro sosial mulai dari sistem norma, personal,

dan pranata fisik di mana individu hidup. Melalui dua paradoks yang ada

di atas, dan kenyataan faktual yang digambarkan pada berbagai situasi

statistik yang dikemukakan sebelumnya telah melahirkan apa yang

kemudian kita kenal saat ini. Sekarang, kita lalu boleh bertanya, apakah

sistem korup merupakan awal dari seluruh masalah dalam pranata sosial

kita? Apakah impotensi ketenagakerjaan kita terjadi secara eksogen ( oleh

faktor luar) atau justru lahir dari dalam (secara endogen)?

saleable

Multi-Level-Marketing

saleable, networking

cluster-cluster

Kenyataannya, sebagaimana telah dibahas sebelumnya, pengentasan

permasalahan korupsi tidaklah segampang bentuk solutif tebang pilih

mereka yang tersangka sebagai pelaku korupsi. Secara faktual, sulit untuk

membendung demistifikasi gelar akademis melalui jual beli gelar yang

marak terjadi, mengingat hal ini masih memenuhi teori

yang semestinya wajar. Kondisi ini terjadi karena tanpa sikap mental yang

didominasi oleh pengkultusan individu berdasarkan label akademis yang

melekat padanya, jual beli gelar tidak akan pernah populer dan laku di

pasaran.

supply-demand

4-5-11

Page 302: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Tali-bertalian yang kompleks antar berbagai permasalahan sosial jelas

terlihat di sini. Dengan memahami sistem sosial sebagai sebuah sistem

kompleks, kita mengetahui bahwa keterkaitan antara mikro-makro

( ) memiliki hubungan yang sangat tak linier.

Bagaimanapun juga, permasalahan terletak pada pranata yang berpusat

pada kelakuan berpola yaitu bagaimana personal individu berinteraksi

dengan sistem norma dan pranata fisik lingkungannya. Jelas bahwa,

berbagai permasalahan sosial kita mesti dilihat dari aspek budaya

mengingat permasalahan ini telah berlangsung bertahun-tahun bahkan

puluhan tahun. Permasalahan sosial kita terletak pada bagaimana kita

melihat sistem di mana kita hidup. Ketidakmampuan memandang

masalah barangkali justru menjadi titik mula mengapa kita menjadi

bermasalah. Perspektif tentang bagaimana kita memandang diri sendiri

sebagai sebuah bangsa semestinya penting diperhatikan sebagai tolak

awal. Di sini, Wawasan Wiyatamandala menjadi inti pokok sebagai bentuk

turunan atas wawasan kita bernusantara. Kajian kompleksitas, yang

notabene mengubah banyak perspektif konvensional ilmu sosial dan

mendorong kajian interdisiplin, menawarkan banyak hal untuk mengatasi

permasalahan ini.

micro-macro linkage

Seonggok jagung di kamar

tak akan menolong seorang pemuda

yang pandangan hidupnya berasal dari buku,

dan tidak dari kehidupan.

Yang tidak terlatih dalam metode,

dan hanya penuh hafalan kesimpulan,

yang hanya terlatih sebagai pemakai,

tetapi kurang latihan bebas berkarya.

Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.

Aku bertanya :

Apakah gunanya pendidikan

bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing

di tengah kenyataan persoalannya ?

Apakah gunanya pendidikan

bila hanya mendorong seseorang

menjadi layang-layang di ibukota

kikuk pulang ke daerahnya ?

Apakah gunanya seseorang

belajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,

atau apa saja,

bila pada akhirnya,

ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata :

“ Di sini aku merasa asing dan sepi !”

(W.S. Rendra, Potongan Sajak Seonggok Jagung, 1975)

4-5-12

Page 303: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

REFLEKSI KINI

UNTUK MASA DEPAN

Page 304: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 305: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Bab 5

Terorisme merupakan salah satu isu sosial politik

terhangat dalam horizon masyarakat internasional saat

ini. Kasus pasca perang Irak, isu seputar buronan Osama

bin Laden dan kelompoknya, hingga kasus pasca

pengadilan terpidana aksi terorisme di tanah air,

merupakan isu-isu yang mendapat perhatian banyak

kalangan dalam khazanah budaya dan politik nasional.

Isu ini tentu saja sangat terkait dengan hubungan

internasional.

Kebanyakan anggota masyarakat berinteraksi langsung

dengan isu tersebut melalui media massa. Interaksi ini

biasanya monologis dalam bentuk pelaporan,

reportase, atau pengkajian opini dan analisis di media

massa. Dalam hal ini, sikap editorial media massa

merupakan hal yang sangat penting dalam proses dan

dinamika formasi opini, di seputar posisi isu tersebut di

tengah-tengah masyarakat. Bab ini meletakkan fokus

permasalahan pada sudut pandang jaringan kompleks

dari konsep-konsep linguistik yang ditemui dalam

korpora editorial dan tajuk utama di editorial media

cetak nasional. Tujuannya adalah untuk mencari

bagaimana media mengkonstruksi imagi tentang

terorisme di dalam ruang kognisi masyarakat Indonesia.

Deskripsi ini kita lengkapi dengan sebuah analisis serupa

untuk mendeteksi respon aktif dan spontan dari

masyarakat ketika salah satu dari editorial tersebut

disajikan melalui media televisi.

Keterkaitan antara dua hasil analisis ini diharapkan

dapat memberikan sejumlah konjektur baru. Arahan

tersebut tentu saja berkaitan dengan perspektif umum

masyarakat terhadap isu terorisme dan kebijakan luar

negeri Amerika Serikat.

Tentang Terorisme

Page 306: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 307: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

5.1. Isu Terorisme dan

Kebijakan Luar Negeri AS

Di Mata Media Nasional

Stigmatisasi terorisme pasca tragedi kemanusiaan di menara kembar

WTC 11 September 2001 di Amerika Serikat , sedikit-banyak, berdampak

luas bagi Indonesia. Stereotipe ini menguat terutama setelah

Topik ini berhubungan erat dengan perang terhadap terorisme di level

internasional, yang dimotori oleh Amerika Serikat. Kasus terorisme dan

kebijakan luar negeri Amerika Serikat telah mengubah wajah dunia

. Di sini, pemberitaan media massa memegang peranan

yang sangat penting.

Dalam kajian sosiologis, tak bisa dipungkiri bahwa

membentuk opini. Namun di sisi

lain harus diakui pula bahwa, dalam pemberitaan, media cetak dan

penerbitan juga memiliki yang sangat luas.

sejumlah standar baku.

Melalui pemahaman ini, kita dapat menyadari bahwa representasi teks-

teks, Pewartaan

berita merupakan bentuk kemasan dari konteks yang ingin dihadirkan di

tengah konsumen teks, baik itu penonton, pendengar maupun pembaca.

Hal ini merupakan inti kajian kritis yang sangat menarik dalam sosiologi

media massa. Pada akhirnya apa yang memberikan konstruksi wacana di

kalangan konsumen media merupakan hasil brojolan ( ) dari

interaksi kompleks antara teks dan konteks di meja redaksi.

Keterkaitan antara teks dan konteks merupakan sebuah kajian yang

sangat vital dalam sosiologi media. Hubungan dua faktor tersebut

bertanggungjawab dalam membentuk genre berbagai artifak

kebudayaan, contohnya musik dan film. Dalam hal ini genre dapat

dipandang sebagai semacam kontrak antara teks dan pembaca.

Ekspektasi teks atas pembaca dan ekspektasi pembaca terhadap teks

saling berkaitan satu sama lain.

Bahasa adalah sebuah elemen penting dalam membentuk realitas sosial

maupun kultural. Dalam teks yang diketengahkan oleh media, ada

keterkaitan yang sangat erat antara bahasa (dalam arti diksi, metafora,

analogi, dan sebagainya) dengan situasi emosi ( )

produsen teks.

constraint

emergence

emotional states

tragedi

nasional bom Bali 2002, yang kemudian diikuti dengan berbagai peristiwa

pemboman di tanah air beberapa waktu kemudian. Hal ini tentu saja tidak

dapat dipisahkan dengan latar belakang Indonesia, sebagai sebuah

negara dengan populasi penduduk beragama Islam terbesar di dunia.

belakangan ini

media massa memiliki

pengaruh yang sangat dominan dalam

Pewartaan berita,

khususnya jika berhubungan dengan produksi teks yang akan dikonsumsi

oleh masyarakat luas, memiliki

sedikit banyak, merupakan bentuk hasil pengolahan.

5-1-1

Page 308: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Demikian pula dalam hal terorisme dan kebijakan luar negeri Amerika

Serikat.

Pertanyaan tentang bagaimana media massa

mengetengahkan dua topik tersebut, menarik untuk dikaji lebih jauh.

Pandangan media

menunjukkan bagaimana

opini terbentuk dalam masyarakat Indonesia. Untuk itu di sini, kita

melakukan analisis teks dengan menggunakan jaringan linguistik. Metode

ini telah digunakan pada bab sebelumnya, untuk mengkaji editorial media

(cetak) nasional. Hasil yang kita peroleh melalui studi editorial media

massa selanjutnya akan dikaji lebih jauh dengan faktor respon spontan

masyarakat. Isu spesifik ini dibedah melalui kajian yang menggunakan

model sentralitas pada data pesan singkat (SMS) pemirsa. Pesan singkat

tersebut dikirimkan pada waktu yang hampir bersamaan ketika sebuah

media televisi nasional menayangkan materi editorialnya di layar kaca.

Fokus utama bab ini adalah melihat hubungan antara

Bahasan

ini terkait dengan sejumlah peristiwa aksi terorisme. Peristiwa tersebut

antara lain isu seputar fundamentalisme Islam, kebijakan perang atas

terorisme oleh Amerika Serikat (termasuk implementasinya dalam

peristiwa serangan terhadap Irak dan hukuman mati atas diktator

Saddam Hussein), isu tentang Al-Qaeda sebagai pelaku peristiwa 11

September, hingga dugaan bahwa Jamaah Islamiyah sebagai dalang atas

berbagai serangan teroris di tanah air. Topik-topik tersebut begitu gencar

muncul di media massa. Ia telah mengubah wajah dunia belakangan ini.

Media berperan sebagai

memusatkan perhatian pada peran media massa

dalam membentuk opini publik. Kajian analitik editorial media, sebagai

ekspresi redaksi media massa atas sebuah kasus tertentu, menjadi diskusi

yang sangat menarik.

Mayoritas masyarakat berinteraksi dengan isu tersebut hanya

melalui media.

massa berhubungan erat dengan opini masyarakat.

Akibatnya, upaya pembedahan atas sikap media dalam menampilkan

liputan yang berkaitan dengan terorisme akan

kasus terorisme dan

respon aktif masyarakat atas sebuah peristiwa aktual tertentu.

industri berita dan opini. Dari perspektif

tersebut, di sini, kita

Pada bagian ini, kita mengumpulkan seluruh editorial media cetak pada

periode akhir tahun 2006 hingga pertengahan tahun 2007, sebagaimana

terekam dalam situs . Dari kumpulan korpus

yang terdiri dari berbagai editorial media nasional (dalam kategori

“Kunjungan Bush”, “Terorisme”, “Timur Tengah”, “Amerika”, “Kunjungan

JK ke AS”, “Politik AS”, “Saddam Husein”, dan “Anti Amerika”), kita

kemudian membersihkan korpora dengan membangun sebuah leksikon

kata-kata yang dapat merepresentasikan konsep yang ingin dilihat secara

umum pada editorial. Dalam beberapa hal, sebuah konsep dapat diwakili

dengan beberapa kata, misalnya konsep “JAMAAH-ISLAMIYAH”,

“GEORGE_W_BUSH”, dan sebagainya. Dari sini, kita membuat model graf

di mana satu konsep terhubung dengan konsep lain, jika ia digunakan

dalam satu kalimat yang sama untuk semua teks di dalam korpora yang

diobservasi. Tugas berikutnya adalah menentukan sejauh mana satu

konsep menjadi signifikan relatif terhadap konsep lainnya. Pendekatan ini

http://opini.wordpress.com

5-1-2

Page 309: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

penting karena tak selalu sebuah kata yang lebih sering digunakan

menjadi lebih signifikan daripada kata lain, atau lebih dikenal dengan

konsep sentralitas dalam model jaringan. Sebuah kata mendapatkan

ranking sentralitas yang lebih tinggi jika konsep tersebut memiliki

pengaruh yang lebih besar dalam sebuah teks.

Secara sederhana, metode keterkaitan antara satu kata dengan kata lain

(dalam konsep sentralitas) yang digunakan di sini pada dasarnya sama

dengan prinsip Prinsip ini pada mulanya digunakan dalam

melihat keterhubungan antar situs internet (konsep ranking), oleh mesin

pencari paling terkemuka saat ini, Google. Persamaan dalam prinsip

tersebut menyiratkan bahwa sebuah kata menjadi penting jika ia

terhubung dengan kata lain yang juga memang penting (relatif terhadap

kata-kata lain yang juga terhubung dengan kata tersebut).

Dari observasi terhadap berbagai korpora yang kita lakukan pada bab

sebelumnya, ditemukan fakta tentang adanya rezim hukum pangkat pada

penggunaan kata-kata non-gramatikal dalam berbagai teks lintas bahasa.

Penggunaan konsep sentralitas, dalam memahami isu utama yang ingin

diangkat dalam sebuah korpus (atau korpora), tentunya menjadi sebuah

konsep yang sangat menarik. Beberapa kata atau frasa akan memiliki

sentralitas yang tinggi di dalam sebuah teks, dan “interaksi”-nya dengan

konsep-konsep lain di dalam teks menjadi tervisualisasikan secara apik

dan mudah untuk dianalisis lebih jauh. Hal inilah yang akan kita lakukan

dalam menganalisis perilaku data empiris.

PageRank.

Gambar 5.1.1.

Beberapa kata menjadi sangat tidak

penting setelah diranking berdasarkan

sentralitas keterhubungan vektor

eigen.

5-1-3

Page 310: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Pada gambar 5.1.1. ditunjukkan hasil keseluruhan dari sentralitas konsep

vektor dalam rankingnya. Di sini, kita membandingkan hasil pengurutan

kata berdasarkan seringnya satu kata terkait dengan kata lain. Hal ini

didasarkan pada intensitas penggunaanya dalam kalimat dan ranking kata

berdasarkan sentralitasnya. Terlihat ada gap antara kelompok kata yang

“penting” dan kelompok kata yang “ kurang penting”. Pemahaman

ini tentu memudahkan kita dalam melakukan analisis terhadap teks-teks

yang ada. Melalui ranking yang didasarkan pada sentralitas vektor eigen,

kita melihat ada tiga konsep yang dominan (lihat gambar 5.1.2.), yaitu

“Amerika Serikat”, “George W. Bush”, dan “Indonesia”. Hal ini

menunjukkan bahwa kesemua korpora editorial media yang kita analisis

terfokus pada tiga hal, yakni hubungan politik luar negeri Indonesia dan

kebijakan pemerintahan Amerika Serikat, yang dipimpin oleh Presiden

George W. Bush. Tiga hal tersebut sesuai dengan orientasi awal kajian ini,

yakni kebijakan luar negeri pemerintah RI, isu terorisme dan berbagai

kejadian pemboman di tanah air, serta kasus perang Irak. Korpora

editorial media di Indonesia terdiri atas banyak konsep. Ini tentunya akan

menyulitkan proses analisis. Untuk itu, pola ranking berdasarkan

sentralitas menjadi sangat penting. Ia berperan dalam

relatif

menghilangkan

sebagian besar populasi konsep, yang luar biasa banyak tersebut.

Tujuannya tentu saja untuk mempermudah proses analisis.

Berdasarkan perangkat analisis tersebut, selanjutnya kita melihat

bagaimana satu konsep terkait dengan konsep lain.

Gambar 5.1.2.

Tiga konsep terpenting dan

interaksinya dengan 50 konsep

penting lainnya.

5-1-4

Page 311: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Secara umum, dari pengamatan sekilas pada korpora editorial kita

terdapat tiga konsep yang sangat dominan, yaitu “Amerika Serikat”,

“George W. Bush”, dan “Indonesia”. Dari seratus konsep terpenting yang

ada dalam korpus yang kita observasi, hampir seluruhnya terhubung

dengan ketiga konsep yang menjadi tema dasar editorial tersebut. Hal ini

ditunjukkan pada gambar 5.1.2. Konsep-konsep dengan keterhubungan

yang kuat (digambarkan dengan garis yang lebih tebal) adalah keterkaitan

antara isu Amerika Serikat dengan perang “Irak”, hubungan AS-“Iran”,

peran AS di “dunia”, ikhwal “Saddam Hussein”, dan kunjungan presiden

AS ke “Bogor”. Hubungan-hubungan inilah yang mewarnai editorial

media massa dalam tema korpora editorial yang kita pilih. Beberapa hal

yang cukup menarik untuk dilihat adalah ekspresi konsep “agama” dan

konsep “Amerika Serikat”, serta pengaitan isu “Poso” dengan tema

editorial terorisme dan seputar kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

Dari pola keterhubungan ini, kita dapat melihat bahwa isu terorisme dan

Gambar 5.1.3.

Penyempitan relasi konsep: gambaran

keterhubungan konsep dengan

intensitas interaksi yang tinggi.

Gambar 5.1.4.

Keterhubungan konsep dengan

sentralisme yang tidak terlalu tinggi

menunjukkan tiga kategori konsep

yang diekspresikan ketika berbicara

soal isu terorisme dan kebijakan luar

negeri AS.

5-1-5

Page 312: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 5.1.5.

Keterhubungan konsep “Terorisme”

dengan konsep lain.

kebijakan luar negeri AS di mata media erat kaitannya dengan kehidupan

beragama. Dari sini dapat terlihat bahwa

konsep

keberagamaan.

Selanjutnya dari ,

ita membuang pola keterhubungan

yang rendah Dari sini kemudian munculah pola

keterhubungan yang dapat terlihat di gambar 5.1.3. Pada gambar

tersebut tampak jelas bahwa tema yang dibawa oleh kumpulan editorial

media massa nasional terkonsentrasi pada keterkaitan antara isu

terorisme, perang di Irak dan Afghanistan, konflik AS dengan Iran,

kunjungan presiden AS ke Bogor, ikhwal warga negara Indonesia di AS,

dan beberapa kasus teror di Indonesia, seperti Bom Bali, bom di Jakarta

dan lain sebagainya.

respon media nasional terhadap

kehidupan internasional cenderung dikaitkan dengan

keterhubungan antar konsep yang ada kita hanya ingin

melihat intensitas pemberitaan. K

intensitasnya.

Gambar 5.1.4. menunjukkan bahwa ketika 3 konsep besar kita hilangkan,

maka muncul keterhubungan yang berbeda antara konsep-konsep dalam

korpora yang sama. Terlihat bahwa kerusakan ( ) yang ditimbulkan

justru memberikan baru akan apa yang dikemukakan dalam

editorial media nasional tersebut. Terdapat tiga kategori konsep dari

korpus editorial yang kita observasi terkait isu terorisme dan kebijakan

luar negeri Amerika Serikat, yakni:

Isu kunjungan Bush ke Indonesia.

Isu aksi terorisme di Indonesia.

Isu teror, perang, dan kiprah politik AS di Timur Tengah dan

Afghanistan.

Hal ini tentu sangat menarik. Ia menunjukkan benang merah yang sangat

kuat. Media nasional memandang bahwa tiga isu ini sangat penting dalam

pemberitaannya. Media nasional memandang bahwa kasus terorisme

dan kebijakan luar negeri AS memiliki hubungan yang sangat erat.

damage

insight

5-1-6

Page 313: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 5.1.6.

Ekspresi media atas pimpinan politik

Indonesia (konsep “SBY” dan “JUSUF

KALLA”) di tengah pemberitaan

tentang terorisme dan kebijakan luar

negeri AS dalam kehidupan

internasional.

Selanjutnya, sejauh mana

5.1.6. Dalam

ekspresi media terhadap politik luar negeri AS, kita mengisolasi konsep

presiden, “SBY”, dan wakil presiden, “Jusuf Kalla”. Dari pengolahan hasil

peran Wakil Presiden Jusuf Kalla

justru lebih kepada kebijakan yang terkait dengan ekonomi nasional

(terlihat melalui keterhubungan konsep-konsep “investasi”, “bisnis”,

“Exxon”, dan sebagainya). Di lain pihak terlihat bahwa dalam ekspresi

media, aktivitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih bervariasi.

SBY terhubung pada beberapa konsep yang terkait dengan politik luar

negeri Indonesia (melalui keterkaitan konsep “PBB”, “Global”, dan

sebagainya) dan beberapa konsep lain yang tidak begitu terkait dengan

kasus terorisme (seperti konsep “Microsoft”, “teknologi”, “kesehatan”,

dan sebagainya). Dari sini terlihat bahwa dalam ekspresi media massa

cetak nasional, kiprah kepala negara cenderung lebih dominan. Ia

memiliki cakupan yang lebih luas.

media nasional melihat atau mengekspresikan

posisi pemimpin politik Indonesia dalam isu kebijakan luar negeri

Indonesia? Hubungan tersebut dapat terlihat di gambar

ekspresi media di atas terlihat bahwa,

Selanjutnya, kita ingin melihat sejauh mana sebenarnya isu terorisme

terhubung dengan konsep-konsep lain, dan bagaimana ia berkaitan

dengan kebijakan luar negeri AS. Hal ini ditunjukkan pada gambar 5.1.5.

Pada gambar 5.1.5. terlihat bahwa isu terorisme berhubungan erat

dengan konsep “bom”. Konsep terorisme juga terkait dengan situasi

politik “Timur Tengah” dan kebijakan luar negeri AS di bawah

kepemimpinan “George W. Bush”. Secara sederhana, kita dapat

mengatakan bahwa media nasional (dalam kurun waktu observasi

tersebut) menghubungankan konsep “terorisme” dengan konsep-konsep

lain yang ada di dalam gambar tersebut.

5-1-7

Page 314: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 315: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

5.2. Isu Terorisme dan

Kebijakan Luar Negeri AS

Dalam Respon Spontan

Pada bagian sebelumnya kita telah melihat bagaimana media nasional

secara umum mengekspresikan sikapnya dalam hal isu terorisme dan

kebijakan politik luar negeri AS. Di sini, kita ingin membandingkan

kalangan masyarakat di seputar isu tersebut. Dalam diskusi ini, kita

menggunakan pendekatan yang sama (metode

dengan bagian sebelumnya, namun dikenakan pada data yang

berbeda. Analisis dilakukan pada data pesan singkat ( atau

) yang dikirimkan secara spontan oleh publik dalam

“Editorial Media Indonesia”, di stasiun MetroTV. Data yang digunakan

adalah data SMS saat acara tersebut ditayangkan di layar kaca (pada pukul

06.30 WIB tanggal 13 November 2006). Editorial Media Indonesia pada

episode ini bertajuk “Bom dan Kedatangan Bush”. Topik ini sedikit banyak

memberikan gambaran tentang persepsi spontan masyarakat atas isu

terorisme dan kebijakan luar negeri AS. Dengan menggunakan perangkat

analisis yang telah dibahas di diskusi sebelumnya, kita akan mendapatkan

hasil sebagai berikut (lihat gambar 5.2.1.):

SMS short

message service

temuan

yang diperoleh di bagian sebelumnya dengan sikap politik yang muncul di

kurang lebih jaringan

teks)

5-2-1

Gambar 5.2.1.

Gambaran ekspresi publik terhadap

isu terorisme dan kebijakan AS

sebagaimana terekam dalam korpus

pesan pendek pemirsa MetroTV ketika

penayangan program “Editorial Media

Indonesia” yang berjudul “Bom dan

Kedatangan Bush” yang disiarkan pada

pukul 06.30 WIB tanggal 13 November

2006.

Page 316: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari 165 pesan pendek yang masuk terlihat bahwa isi SMS pemirsa

didominasi oleh konsep yang berkaitan dengan citra presiden AS, George

W. Bush, kebijakan Amerika sebagai sebuah negara, Indonesia sebagai

sebuah negara, isu bom dan kasus-kasus seputar terorisme. Dalam

pandangan sekilas pada graf teks yang terbentuk terlihat bahwa citra diri

presiden AS, George W. Bush cukup negatif di kalangan pengirim SMS. Hal

ini terkait dengan kebijakan politik luar negerinya di Irak dan respon

administrasi yang dipimpinnya dalam hal terorisme. Konsep “Bush” dan

“Indonesia” secara menarik terhubung dengan konsep “Islam” yang

menunjukkan ekspresi kejengkelan publik Indonesia yang mayoritas

beragama Islam terhadap administrasi pemerintahan Bush.

Ketidaksukaan pada citra Bush ini sedikit banyak, langsung/tak langsung,

tentu berkaitan dengan temuan sebelumnya. Di wilayah ini terlihat

bahwa ekspresi editorial media massa nasional memang senantiasa

mengaitkan isu agama Islam dan terorisme, serta sikap kritis media atas

berbagai kebijakan luar negeri AS di kawasan Timur Tengah.

Dari sini kita dapat melihat dengan jelas bahwa meski terdapat ekspresi

yang tidak persis (antara respon spontan publik dan ekspresi

editorial media massa terhadap isu tersebut), pada umumnya

bertalian. Hanya saja, beberapa perbedaan yang dominan masih terlihat.

Konsep yang berkenaan dengan citra presiden Bush dan kebijakan luar

negeri AS dicakup oleh media massa dengan tak sekadar memperhatikan

aspek kebijakan luar negeri AS. Ia juga dikaitkan dengan kebijakan luar

negeri Indonesia dan hubungan bilateral antar kedua negara. Pemimpin

Indonesia tergambar memiliki agenda-agenda yang lebih luas daripada

isu terorisme dan kebijakan perang administrasi pemerintahan Amerika

Serikat di kawasan Timur Tengah. Ia sedikit-banyak memberikan dampak

solidaritas bagi publik Indonesia yang mayoritas adalah muslim.

Dalam hal sentralitas jaringan teks, kita telah menunjukkan teknik

pemodelan yang dapat digunakan untuk membuat sistem ranking dari

konsep-konsep yang tercatat dalam graf yang ada. Konsep sentralitas

yang digunakan adalah sentralitas vektor eigen. Pendekatan ini secara

prinsipil memberikan ranking yang lebih tinggi pada sebuah konsep

tertentu, yaitu ketika ia terhubung dengan konsep lain yang juga tinggi

demikian pula sebaliknya. Konsep yang penting bukan

sekedar konsep yang sering muncul dalam korpus/korpora, melainkan

sejauh mana konsep tersebut terkait dengan konsep lain dalam jaringan

yang terbentuk.

Model tersebut kita gunakan untuk mengobservasi hubungan isu

terorisme, kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan aksi teror yang ada di

tanah air. Sebagaimana kita ketahui bahwa, ekspresi media massa

nasional dalam menanggapi isu tersebut adalah refleksi sikap redaksi.

Dari analisis di atas terlihat bahwa, redaksi media massa nasional

cenderung bersikap kritis dalam menanggapi isu terorisme yang muncul

di Indonesia. Sikap kritis tersebut berkaitan langsung dengan kebijakan

luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah.

sama

keduanya

nilai sentralitasnya,

5-2-2

Page 317: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Hal ini merupakan pola unik yang ditemui di sejumlah media di tanah air.

Dalam kaitannya dengan isu terorisme, media massa nasional cenderung

menghubungkan hal ini secara kritis atas isu aktual hubungan bilateral

Indonesia-Amerika (misalnya isu kedatangan Bush ke Indonesia),

maraknya tindak kekerasan dan terorisme di Indonesia (misalnya kasus

Poso dan gerakan anti Amerika di Indonesia), serta sejumlah refleksi kritis

atas kebijakan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Prioritasnya

pun, sedikit banyak, mengikuti urutan tersebut. Satu hal yang menarik

untuk dicermati adalah bahwa dalam ekspresinya, media massa nasional

juga merekam sikap pemerintah Indonesia yang tidak serta-merta

didominasi oleh isu tersebut. Hal ini terlihat jelas dalam korpora editorial

yang khusus berbicara soal terorisme dan kebijakan luar negeri Amerika

Serikat. Dari catatan ini tampak jelas bahwa, dalam hubungan bilateral

antar kedua negara, pemerintah Indonesia bersifat cukup variatif dan

memiliki pandangan yang sangat multi-aspek.

5-2-3

Page 318: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 319: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Bab 6

Melalui kesadaran bahwa sistem sosial adalah sistem

kompleks, epidemiologi bukan lagi sebuah lapangan

yang melulu diskusi di bidang kesehatan masyarakat.

Epidemiologi terkait dengan berbagai isu di luar isu

medis seperti kondisi ekonomi, sosial, termasuk

kesadaran publik atas sanitasi, yang berhubungan erat

pula dengan tingkat pendidikan masyarakat. Penyakit

baru senantiasa bermunculan, AIDS, flu burung, dan

sebagainya, sementara masyarakat kita masih

kelabakan dengan berbagai penyakit lama, persoalan

seputar vaksin dan obat yang mahal, tentang gizi yang

kurang, dan lain sebagainya. Ketimpangan ekonomi di

sana-sini mengakibatkan di satu sisi sebagian kecil

populasi kelebihan gizi dan sebagian besar lagi

kekurangan gizi. Keduanya tak lepas dari penyakit yang

menggerogoti ketahanan sosial kita.

Epidemi penyakit berkaitan dengan epidemi sosial

seperti kemiskinan, pengangguran, dan kebodohan.

Mengatasi epidemi dengan memahami sistem kompleks

tak mungkin lagi sekadar mencari vaksin karena

“kompetisi” antara kemunculan penyakit baru atau

mutasi penyakit lama senantiasa selalu menang dengan

laju kemampuan kita mencari obat atau vaksin yang

tepat. Secara populatif, kemampuan kita mengelola

sistem sosial dan ekonomi rakyat merupakan sebuah

langkah nyata untuk mengatasi merebaknya

lebih jauh. Lebih jauh, pengentasan satu penyakit

tak boleh terkotak-kotak. Pengentasan penyakit mesti

dilakukan secara interdisiplin dari masing-masing jenis

penyakit.

Bagaimanapun, epidemiologi adalah permasalahan

budaya masyarakat.

penyakit

secara

Tentang Epidemilogi

Page 320: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 321: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

6.1. Epidemiologi sebagai

Masalah Ketahanan Sosial

Persebaran penyakit dan epidemiologi merupakan sebuah permasalahan

serius, yang dalam hal ini adalah ketika kita berbicara tentang ketahanan

nasional dalam perspektif kompleksitas, khususnya pada masa kini ketika

kita sering mendengar banyaknya bermunculan penyakit baru yang

mewabah di berbagai tempat di planet ini. Hal yang menyedihkan adalah

ketika negeri kita masih seringkali harus berkutat dengan berbagai

penyakit yang sebenarnya sudah ada obatnya atau setidaknya cara-cara

penanganan standarnya, seperti malaria, tuberkolosis, demam berdarah,

dan sebagainya. Sementara itu, kita juga mesti berkutat dengan

permasalahan merebaknya berbagai penyakit baru, seperti AIDS, hingga

yang terakhir, flu burung.

Secara umum, diskusi ini berkaitan dengan banyak hal seperti

permasalahan ekonomi. Kemampuan ekonomi yang lemah seringkali

diikuti dengan kualitas sanitasi, lingkungan tinggal , dan pola hidup yang

buruk. Tak hanya penyakit, di beberapa kawasan masih seringkali

terdengar adanya permasalahan kekurangan bahan pangan, air bersih,

dan sebagainya. Permasalahan epidemiologi saat ini semata-mata bukan

lagi berbicara tentang bagaimana menyediakan obat atau vaksin dari

penyakit yang baru terdeteksi, karena kecepatan munculnya penyakit

baru selalu lebih tinggi daripada kecepatan penelitian dan perangkat

pengetahuan kita untuk dapat menghasilkan obat-obatan yang dapat

mengobati penyakit tersebut. Permasalahan pertama dari epidemiologi

adalah bagaimana agar penyakit dihentikan atau diperlambat

persebarannya sehingga dengan demikian selalu ada waktu bagi lembaga

penelitian untuk mencari peluang teknis pengobatan dan

penanganannya.

Persebaran penyakit di satu tempat tertentu yang bersifat lokal dikatakan

sebagai endemi, sementara jika ia merebak beberapa kali dalam level

endemik, ia dikatakan sebagai epidemi, dan epidemi dalam skala besar

(bersifat mendunia) disebut sebagai pandemi. Epidemiologi merupakan

sebuah pendekatan yang integral atas alam, kesehatan masyarakat,

ekonomi, bahkan kemiliteran. Hal inilah yang menjadikan diskusi

epidemiologi menjadi diskusi yang sangat ekstensif. Dengan kata lain,

pemodelan dalam epidemiologi membutuhkan berbagai pendekatan

atas ekologi makhluk hidup secara menyeluruh. Epidemiologi secara garis

besar berbicara tentang bagaimana makhluk hidup dapat bertahan hidup

di tengah ekosistemnya.

Saat ini epidemiologi telah mengenal banyak sekali model-model

persebaran penyakit. Salah satu yang paling sering digunakan model SIRS.

Model ini menggambarkan tahapan-tahapan yang mungkin dialami

seseorang dalam paradigma epidemi: sehat namun rentan terhadap

René Dubois

“Epidemi seringkali lebih berpengaruh

daripada pejabat negara atau tentara

dalam membentuk sejarah politik, dan

penyakit pulalah yang sering

mewarnai suasana peradaban”.

René Dubois

6-1-1

Page 322: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

penyakit terinfeksi penyakit sembuh sehat kembali, lalu rentan

terhadap penyakit lagi. Tentu saja, siklus ini berhenti tatkala orang

tersebut tak mampu bertahan atau setelah terinfeksi bukannya sembuh,

namun justru dijemput ajal. Sebuah pendekatan berlandaskan

pendekatan kompleksitas keterkaitan mikro-makro sistem sosial yang

berkenaan dengan epidemiologi adalah analisis spasio-temporal dinamik

dengan menggunakan model otomata selular. Model epidemiologi

menggunakan otomata selular adalah model yang menitikberatkan unsur

spasial penyebaran penyakit. Artinya, model dengan perspektif ini

berusaha untuk menangkap struktur persebaran penyakit yang terjadi

dan kemudian ia disimulasikan secara komputasional.

Abstraksi sederhana persebaran penyakit dengan menggunakan model

SIRS, sebagaimana telah diterangkan di atas, dapat kita kembangkan lebih

jauh. Untuk dapat membantu penyelesaian masalah epidemiologi

tersebut, kita dapat mengkonstruksi model otomata selular yang terdiri

atas 3 kondisi ( ) agen, yaitu:

→ → →

state

1. Kondisi yaitu kondisi di mana sebuah agen populasi

belum terkena namun memiliki potensi probabilistik tertentu

untuk terkena penyakit.

2. Kondisi yaitu kondisi sebuah agen telah terkena penyakit

tertentu.

3. Kondisi yaitu kondisi saat penyakit hilang dari agen

tersebut. Ini bisa dalam pengertian ia telah sembuh atau

meninggal dunia.

Susceptible,

Infected,

Recovery,

Sebuah studi kasus tentang hal ini adalah epidemiologi flu burung, yang

sangat mengkhawatirkan di Indonesia. Kekhawatiran ini terus berlanjut

dengan memperhatikan bahwa pada tahun 2006 saja, dari 55 orang yang

terinfeksi virus flu burung (H5N1) 45 orang tewas. Sebuah kenaikan angka

kematian yang meningkat tajam dari statistik sebelumnya, di mana 19

orang tewas dari 61 orang yang dinyatakan terinfeksi. Hal ini sangat

berbeda dengan yang terjadi di negara lain, katakanlah Cina di mana yang

diduga terinfeksi hanya 12 orang dan 8 diantaranya tewas (data dari

).

Flu burung ( ) disebabkan oleh virus yang sangat unik. Ia

menyebar dari satu unggas ke unggas lain dengan kecepatan mutasi yang

Center for Disease Control and Prevention

avian influenza

Dalam dinamika epidemiologi kita merepresentasikan pula parameter-

parameter perhitungan populatif seperti:

Hubungan pertetanggaan (kedekatan satu agen dengan agen

lainnya) secara spasial atau secara jaringan (agen secara spasial

tidak bersebelahan namun memiliki keterhubungan yang dekat,

misalnya hubungan transportasi, dan sebagainya).

Probabilitas seseorang terkena penyakit dan tingkat kemampuan

seseorang untuk meninggal dunia atau sembuh dari penyakit

tersebut.

Fasa-fasa akibat infeksi penyakit serta kemungkan seseorang yang

sembuh untuk terkena penyakit kembali.

6-1-2

Page 323: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

sangat tinggi. Ia menyerang unggas dan dapat juga menyerang secara

ganas spesies hewan lain seperti kuda, babi, mamalia laut, bahkan

manusia. Pola persebarannya pun sangat unik. Ia menyerang manusia

dengan kontak langsung dengan hewan-hewan terinfeksi yang hidup.

Media-media penting yang menjadi penularannya adalah air liur, tinja,

dan berbagai obyek yang terkena dengan media tersebut seperti

kandang, dan sebagainya.

Dari uraian ini kita dapat menyimpulkan bahwa tempat-tempat yang

sangat rawan dalam kasus epidemiologi penyakit flu burung antara lain:

- Kawasan peternakan,

- Kawasan perdagangan ternak hidup,

- Jalur (kawasan) transportasi distribusi ternak hidup.

Hal yang menarik dari pola penyebaran flu burung ini adalah bahwa ia

mengandung dua panggung persebaran, sebagaimana digambarkan

dalam gambar 6.1.1. Pada gambar ini terlihat bahwa panggung pertama

adalah persebaran virus antara hewan ternak yang mengalami kontak dan

interaksi: antara unggas yang terinfeksi dengan unggas lain atau antara

unggas yang terinfeksi dengan hewan ternak lain seperti babi atau kuda,

dan sebagainya. Kebertahanan hidup manusia terancam dengan interaksi

antara manusia dengan hewan yang terinfeksi. Dari sini kita mendeteksi

adanya 3 koefisien persebaran, yaitu , sebagai koefisien yang

bergantung pada transportasi virus melalui ternak unggas yang

didistribusikan, , yaitu koefisien persebaran yang berkenaan dengan

kontak antar hewan di dalam peternakan, dan , yaitu koefisien

persebaran yang bergantung pada interaksi antara manusia dengan

hewan yang terinfeksi. Dari ketiga interaksi ini dapat kita katakan bahwa

hubungan probabilistik dari masing-masing variabel memiliki hubungan

ketidaksamaan < > Bentuk hubungan ketidaksamaan tersebut

didapatkan dengan melihat fakta-fakta bahwa hewan yang berada di satu

kawasan peternakan jauh lebih mudah saling menginfeksi satu sama lain,

relatif dengan infeksi yang terjadi pada manusia dan akibat transportasi

hewan terinfeksi.

α

γ

α γ

β

β .

Gambar 6.1.1.

Pola penyebaran penyakit flu burung.

6-1-3

Page 324: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari pemahaman ini dan beberapa formalisme yang dilakukan secara

algoritmik, kita dapat melakukan berbagai eksperimen dinamik tentang

persebaran flu burung di Indonesia. Sebuah contoh simulasi yang

dijalankan dengan memberikan kondisi awal kawasan terinfeksi (2004) di

daerah Pekalongan (Jawa Tengah), Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera

dengan nilai-nilai koefisien yang penting sebagaimana digambarkan pada

bagian sebelumnya. Hasil simulasi yang diperoleh dapat dilihat di gambar

6.1.2.

Gambar 6.1.2.

Hasil simulasi spasial diskrit yang

dilakukan. Titik kelabu melambangkan

daerah terinfeksi dan titik hitam

melambangkan peluang yang tinggi

untuk infeksi pada manusia.

Dari gambar tersebut kita dapat melihat dengan jelas cepatnya

persebaran penyakit flu burung. Kondisi ini terjadi walaupun mayoritas

wilayah di Indonesia adalah kawasan perairan dan persebaran dari

manusia ke manusia tidak (belum?) terjadi. Fakta tersebut tentu saja

terkait dengan faktor transportasi unggas. Hampir di setiap pulau di

Indonesia mempunyai kawasan pelabuhan yang aktif dan memiliki

kemungkinan menjadi tempat transportasi unggas yang terinfeksi. Secara

lebih jelas, hasil simulasi dapat dilihat pada gambar 6.1.3.

6-1-4

Page 325: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Pada gambar tersebut terlihat kenaikan yang monotonik dari mereka

yang terkena flu burung. Hal ini disebabkan karena pada model

diasumsikan belum terdapat adanya tindakan kuratif atau preventif yang

signifikan dalam mengatasi difusi flu burung di seluruh kawasan. Jumlah

manusia yang terinfeksi memang sedikit, namun dampaknya tentu sangat

besar jika tidak dilakukan penanganan serius untuk mencegah atau

setidaknya memperlambat difusi. Keadaan ini terjadi karena jumlah

mereka yang terinfeksi akan cenderung naik dan seketika menjadi

epidemi yang mengkhawatirkan. Di sisi lain, jumlah ternak unggas yang

mati dalam kawasan yang terinfeksi tentu akan menimbulkan kerugian

ekonomi yang akan mengganggu sistem ekonomi nasional.

Dengan menghubungkan hasil simulasi yang diperoleh dan realitas sosial,

maka kita dapat melihat beberapa permasalahan dalam rangka

pemecahan isu flu burung di Indonesia, yaitu antara lain:

1. Kecepatan difusi virus di kawasan yang padat penduduk. Adanya

kawasan perairan yang secara fisik memisahkan wilayah-wilayah

di Indonesia memang dapat mengurangi akselerasinya. Namun,

hal ini menjadi tidak signifikan jika kita bandingkan dengan

aktifnya migrasi komoditas industri peternakan inter-regional.

2. Obat bagi manusia yang terinfeksi belum ditemukan secara

spesifik. Satu-satunya penanggulangan bagi penderita hanyalah

anjuran untuk beristirahat, guna menguatkan daya tahan tubuh.

3. Permasalahan ini erat kaitannya dengan sistem perekonomian

nasional. Matinya sejumlah besar ternak unggas dan larangan

ekspor dari dunia internasional dapat mengganggu aktivitas

ekonomi di Indonesia.

4. Kurang seriusnya birokrasi pemerintah dan perangkat politik,

baik di level nasional maupun di daerah, dalam menangani

permasalahan tersebut. Hal ini menjadi relevan jika kita kaitkan

dengan kurang begitu diperhatikannya faktor tenaga kerja di

sektor ini. Lemahnya tindakan preventif di bagian ini

mengakibatkan faktor keselamatan kerja menjadi kurang begitu

diperhatikan.

(a) (b)Gambar 6.1.3

Kenaikan kawasan yang terinfeksi (a)

dan jumlah orang yang terinfeksi (b).

6-1-5

Page 326: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Perlu diingatkan kembali bahwa tujuan utama dari diskusi ini adalah

memberikan gambaran kecepatan difusi kawasan terinfeksi virus flu

burung, yang pada kenyataannya dapat membawa petaka bagi manusia.

Sebelum berbicara tentang pengobatan atau berbagai tindakan kuratif

lainnya, adalah penting untuk mencegah wabah ini menjadi pandemik.

Anjuran utama yang diusulkan dengan memperhatikan permasalahan

interdisipliner dalam kasus epidemiologi flu burung adalah isolasi daerah

yang telah terdeteksi flu burung dan segera dilakukan tindakan riset

medis untuk memperluas pengetahuan tentang virus ini melalui

penelitian kedokteran, virologi, sanitasi, dan sebagainya. Kawasan-

kawasan yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah kawasan

peternakan unggas, kawasan pasar yang menjual unggas hidup, di

samping jalur distribusi dari segala hal yang berkenaan dengan

peternakan unggas seperti kandang, bibit/telur, pakan ternak, dan

sebagainya. Segala bentuk himbauan dan uraian tentang flu

burung tentu saja tidak akan mengurangi resiko difusi yang terus

menerus. Penderita atau mereka yang memiliki resiko tinggi terinfeksi

harus dikelola secara terpusat oleh instansi peternakan dan kesehatan.

self-help

Gambar 6.1.4.

Pertambahan jumlah kawasan yang

terinfeksi dan jumlah manusia yang

terinfeksi.

6-1-6

Page 327: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

6.2. Epidemiologi dalam Sistem Sosial Kompleks

Dalam tradisi pemikiran kompleksitas, epidemiologi tidak lagi menjadi monopoli biolog atau ahli medis. Kesadaran bahwa sistem sosial adalah sebuah sistem kompleks membawa kita kepada kenyataan bahwa diskursus persebaran penyakit memiliki keterkaitan yang tak linier dengan sistem ekonomi, sosial, bahkan politik. Pengentasan flu burung perlu memperhatikan kondisi ekonomi dari masyarakat agraris yang hidup sangat berdekatan dengan unggas dan berbagai ternak lainnya, yang memiliki peluang untuk membawa dan menularkan penyakit tersebut pada manusia. Penanganan yang hanya bertumpu pada upaya pencarian vaksin terbukti kurang dapat diandalkan. Hingga saat ini, upaya penanganan kasus flu burung di Indonesia berada di tengah sorotan dunia internasional.

Selain flu burung, Indonesia juga memiliki permasalahan dalam penanganan penyakit lain seperti tuberkolosis (TBC), di mana Indonesia adalah dengan penderita TBC terbesar ketiga di dunia. TBC merupakan penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi pada semua kelompok usia di Indonesia (Survey Kesehatan Rumah Tangga, 1995). Organisasi kesehatan dunia, WHO, memperkirakan pada setiap seratus ribu penduduk Indonesia, terdapat seratus tiga puluh penderita baru TBC dan penyakit ini menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah. Secara sepintas, dapat ditunjukkan bahwa penyakit ini memiliki hubungan yang tak linier (baik langsung maupun tak langsung) dengan kondisi dan taraf ekonomi masyarakat Indonesia. Kartogram di bawah menunjukkan peta Indonesia yang wilayahnya diskala-ulang secara proporsional terhadap sepuluh ribu populasi yang terjangkit tuberkolosis.

Penyakit lain yang juga mengkhawatirkan adalah penyakit Demam Berdarah. Sepanjang tahun 2007, beberapa daerah di Indonesia dinyatakan sebagai wilayah dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk penyakit ini. Penyakit ini, yang disebabkan oleh virus, sangat berbahaya karena selain menimbulkan pendarahan pada pasien ia juga memiliki potensi yang mematikan. Ironis menyadari fakta bahwa penyakit yang ditemukan pada abad ke-18 ini pernah menjadi epidemi di kawasan Asia Tenggara pada tahun 1970-an dan hingga sekarang masing tetap mengkhawatirkan publik. Penyakit mematikan ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty, akibatnya ia bersifat lokal. Penyakit lain yang juga ditularkan oleh nyamuk dan rentan dengan pola hidup sosial ekonomi penduduk adalah malaria. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Ia sebenarnya adalah penyakit yang sudah lama dikenal di dunia kedokteran. Melalui penanganan yang baik, kita dapat membatasi persebaran penyakit ini. Ketika hampir di seluruh kawasan

6-2-1

Page 328: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gunungan sampah di sekitar Kampus ITB dan sudut kota di Bandung.

Eropa, Amerika bagian tengah dan selatan, penyakit ini telah berhasil dibasmi pada tahun 1950-an, pada tahun 1995, tiga puluh ribu orang Indonesia tewas oleh penyakit yang diderita lebih dari lima belas juta penduduk ini. Dari kartogram malaria terlihat daerah di kawasan timur Indonesia perlu mendapat perhatian yang luas biasa. Ironi masih berlanjut tatkala kita mengetahui fakta bahwa Indonesia adalah negeri penghasil Kina, obat malaria, terbesar di dunia.

Sulit untuk membayangkan bahwa masih banyak wilayah di Indonesia yang diisi oleh populasi yang terjangkit penyakit seperti kusta dan filariasis (penyakit kaki gajah). Penyakit kusta disebabkan merajalelanya bakteri Mycobacterium Leprae di tubuh yang dengan leluasa menyerang susunan syaraf tepi pada kulit. Hingga bulan Januari 2007, tercatat 10.443 kasus kaki gajah kronis yang tersebar di 376 kabupaten/kota di Indonesia! Penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria dan disebarkan melalui gigitan nyamuk ini masih mengancam masyarakat Indonesia.

Kemiskinan merupakan tipologi sosial ekonomi dari penyakit-penyakit ini. Upaya pencegahan, pada dasarnya, dapat dilakukan melalui perbaikan gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Namun, hal ini dirasakan masih sangat berat dipenuhi mengingat, berdasarkan survey, hidup sehat dan bersih masih mahal harganya di Indonesia. Pada seluruh penduduk, rata-rata hampir setengah dari pendapatannya masih dialokasikan untuk kebutuhan pokok, yaitu makanan.

Fakta-fakta di atas tentu sangat mengharukan. Selain itu, ada banyak penyakit yang menyebar di kalangan generasi penerus bangsa. Penyakit-penyakit seperti campak, difteri, dan pertusis misalnya, menyerang sebagian besar anak-anak yang akan mewarnai kehidupan negeri ini beberapa dekade mendatang. Mungkin secara medis, penyakit seperti campak memang kurang berbahaya, karena tidak sampai mematikan. Tetapi catatan medis menunjukkan bahwa bila penyakit ini menyerang anak yang kondisi tubuhnya lemah, antara lain kurang gizi, sedang mengidap penyakit paru-paru, ginjal, atau penyakit menahun lainnya, campak acap kali berkomplikasi dengan penyakit tersebut, misalnya yang sangat fatal adalah radang paru-paru (bronchopneumonia). Hampir semua penyebab kematian pasien campak umumnya akibat komplikasi jenis ini. Ketika Indonesia banyak dilanda bencana alam seperti tsunami, banjir, gempa, dan sebagainya, maka bisa dibayangkan jika penyakit “ringan” ini menjangkiti anak-anak korban pengungsian. Sungguh getir melihat masih banyak daerah di Indonesia yang terlihat “menggemuk” (lihat kartogram di bawah) terkait dengan banyaknya penduduk Indonesia yang berada pada usia di bawah lima tahun. Generasi penerus bangsa masih harus berjuang untuk dapat lolos dari sergapan penyakit-penyakit “klasik” tersebut.

Kondisi sosial dan ekonomi yang parah di banyak daerah di Indonesia, dengan segala epidemiologi yang menyertainya, semakin diperparah dengan merebaknya sejumlah penyakit lain, seperti AIDS (Acquired Immuno-deficiency Syndrome). Penyakit ini disebabkan oleh perilaku

6-2-2

Page 329: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

seksual yang buruk, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang. Kartogram pengidap AIDS yang dilaporkan menunjukkan bahwa daerah di belahan barat Pulau Jawa dan Papua merupakan daerah yang sangat memprihatinkan. Namun, mengingat stigmatisasi negatif yang sering timbul dari penyakit ini maka apa yang dilaporkan dan apa yang sungguh terjadi di lapangan terkadang seringkali sangat “jauh panggang dari api”.

Bisa dibayangkan bahwa epidemiologi kompleksitas memberikan konjektur yang membentuk lingkaran setan. Dalam perspektif ilmu-ilmu kompleksitas, secara sederhana seolah-olah menggambarkan pola bahwa, pada dasarnya, epidemiologi penyakit yang ada terkait dengan rapuhnya tatanan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Kemiskinan, kebiasaan hidup yang buruk, sanitasi yang minim, justru merupakan epidemiologi yang “menyebar” di kalangan masyarakat. Jika “epidemiologi sosial” ini tak kunjung dientaskan, sementara upaya penanganan epidemiologi hanya dilakukan dengan upaya pencarian bantuan dan belas kasihan negara asing atau lembaga donor untuk sekadar proyek pengadaan vaksin semata, maka epidemiologi tak akan berkurang. Sebaliknya, ia justru dapat menambah daftar populasi orang Indonesia yang terjangkit. Tantangan ini menjadi semakin kuat, terlebih akibat efek penyakit-penyakit baru yang kerap bermunculan. Dalam paradigma ketahanan nasional kita, epidemiologi sepantasnya dipandang dan ditangani sebagai masalah sosial dan ekonomi. Ia tidak hanya sekedar isu medis.

6-2-3

Page 330: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Flu burung sangat mengkhawatirkan banyak pihak. Kartogram ini menunjukkan Wilayah Indonesia yang diskala-ulang sesuai jumlah kasus yang dilaporkan di wilayah yang bersangkutan

(sumber: Departemen Kesehatan RI, 30 Juni 2007).

Kartogram Skala-ulang Wilayah IndonesiaBerdasarkan Fraksi Populasi yang Terjangkit Campak,

fraksi penderita kelompok usia <14 tahun(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).

NAD

SUMUT

SUMUT

RIAU

RIAU

SUMBAR

SUMBAR

JAMBI

JAMBI

SUMSEL

SUMSEL

LAMPUNG

LAMPUNG

BABEL

BABEL

KEPRI

KEPRI

JABAR

JABAR

JATENG

JATENG

DIY

DIY

JATIM

JATIM

BALI

BALI

NTB

NTB

NTT

NTT

KALBAR

KALBAR

KALTIM

KALTIM

KALSEL

KALSEL

KALTENG

KALTENG

SULSEL

SULSEL

SULTENG

SULTENG

GORONTALO

GORONTALO

SULUT

SULUT

SULTRA

SULTRA

MALUKU

MALUKU

MALUT

MALUT

PAPUA

PAPUA

DKI

DKI

BANTEN

BANTEN

BENGKULU

BENGKULU

NAD

Page 331: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Kartogram Skala-ulang Wilayah IndonesiaBerdasarkan Fraksi Populasi yang Terjangkit Difteri,

fraksi penderita kelompok usia <14 tahun(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).

Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesia berdasarkan fraksi Populasi yang Terjangkit Malaria,

tidak termasuk wilayah DKI Jakarta dan Banten(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).

NAD

NAD

SUMUT

SUMUT

RIAU

RIAU

SUMBAR

SUMBAR

JAMBI

JAMBI

SUMSEL

SUMSEL

LAMPUNG

LAMPUNG

BABEL

BABEL

KEPRI

KEPRI

JABAR

JABAR

JATENG

JATENG

DIY

DIY

JATIM

JATIM

BALI

BALI

NTB

NTB

NTT

NTT

KALBAR

KALBAR

KALTIM

KALTIM

KALSEL

KALSEL

KALTENG

KALTENG

SULSEL

SULSEL

SULTENG

SULTENG

GORONTALO

GORONTALO

SULUT

SULUT

SULTRA

SULTRA

MALUKU

MALUKU

MALUT

MALUT

PAPUA

PAPUA

DKIBANTEN

BENGKULU

BENGKULU

Page 332: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesia berdasarkan fraksi Populasi yang Terjangkit Pertussis,

fraksi penderita kelompok usia <14 tahun(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).

Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesiaberdasarkan fraksi Populasi yang Terjangkit Hepatitis,

fraksi penderita kelompok usia <14 tahun(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).

NAD

NAD

SUMUT

SUMUT

RIAU

RIAU

SUMBAR

SUMBAR

JAMBI

JAMBI

SUMSEL

SUMSEL

LAMPUNG

LAMPUNG

BABEL

BABEL

KEPRI

KEPRI

JABAR

JABAR

JATENG

JATENG

DIY

DIY

JATIM

JATIM

BALI

BALI

NTB

NTB

NTT

NTT

KALBAR

KALBAR

KALTIM

KALTIM

KALSEL

KALSEL

KALTENG

KALTENG

SULSEL

SULSEL

SULTENG

SULTENG

GORONTALO

GORONTALO

SULUT

SULUT

SULTRA

SULTRA

MALUKU

MALUKU

MALUT

MALUT

PAPUA

PAPUA

DKI

DKI

BANTEN

BANTEN

BENGKULU

BENGKULU

Page 333: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesiaberdasarkan Insiden Jangkitan Demam Berdarah pada 100.000 populasi

(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).

Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesiaberdasarkan fraksi populasi yang terjangkit penyakit Kaki Gajah

(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).

SUMUT

SUMUT

RIAU

RIAU

SUMBAR

SUMBAR

JAMBI

JAMBI

SUMSEL

SUMSEL

LAMPUNG

LAMPUNG

BABEL

BABEL

KEPRI

KEPRI

JABAR

JABAR

JATENG

JATENG

DIY

DIY

JATIM

JATIM

BALI

BALI

NTB

NTB

NTT

NTT

KALBAR

KALBAR

KALTIM

KALTIM

KALSEL

KALSEL

KALTENG

KALTENG

SULSEL

SULSEL

SULTENG

SULTENG

GORONTALO

GORONTALO

SULUT

SULUT

SULTRA

SULTRA

MALUKU

MALUKU

MALUT

MALUT

PAPUA

PAPUA

DKI

DKI

BANTEN

BANTEN

BENGKULU

BENGKULU

NAD

NAD

Page 334: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesia berdasarkan fraksi Populasi yang Terjangkit Kusta

(Sumber: Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Indikator Kinerja SPM bidang Kesehatan dari 325 Kab/Kota, per 1 Oktober 2004).

Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesiaberdasarkan Insiden Jangkitan Tuberkolosis pada 100.000 populasi

(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).

SUMUT

SUMUT

RIAU

RIAU

SUMBAR

SUMBAR

JAMBI

JAMBI

SUMSEL

SUMSEL

LAMPUNG

LAMPUNG

BABEL

BABEL

KEPRI

KEPRI

JABAR

JABAR

JATENG

JATENG

DIY

DIY

JATIM

JATIM

BALI

BALI

NTB

NTB

NTT

NTT

KALBAR

KALBAR

KALTIM

KALTIM

KALSEL

KALSEL

KALTENG

KALTENG

SULSEL

SULSEL

SULTENG

SULTENG

GORONTALO

GORONTALO

SULUT

SULUT

SULTRA

SULTRA

MALUKU

MALUKU

MALUT

MALUT

PAPUA

PAPUA

DKI

DKI

BANTEN

BANTEN

BENGKULU

BENGKULU

NAD

NAD

Page 335: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Kartogram wilayah Indonesia yang diskala-ulang sesuai dengan jumlah penderita AIDS yang tercatat. Berdasarkan data yang

dipublikasikan di http://www.sahiva.or.id/, sebuah lembaga swadaya masyarakat untuk AIDS/HIV. Terdapat lebih dari 7000 kasus AIDS/HIV yang dilaporkan di tanah air, dengen konsentrasi seperti ditunjukkan

pada kartogram ini.

Kartogram di mana masing-masing wilayah di skala-ulang luasnya sesuai dengan jumlah KK miskin dan indeks warna yang mewakili cakupan JPKM Keluarga Miskin 2003 di mana makin hitam berarti

makin kecil cakupan JPKM di wilayah tersebut(Sumber: Bank Data Departemen Kesehatan RI).

SUMUT

SUMUT

RIAU

RIAU

SUMBAR

SUMBAR

JAMBI

JAMBI

SUMSEL

SUMSEL

LAMPUNG

LAMPUNG

BABEL

BABEL

KEPRI

KEPRI

JABAR

JABAR

JATENG

JATENG

DIY

DIY

JATIM

JATIM

BALI

BALI

NTB

NTB

NTT

NTT

KALBAR

KALBAR

KALTIM

KALTIM

KALSEL

KALSEL

KALTENG

KALTENG

SULSEL

SULSEL

SULTENG

SULTENG

GORONTALO

GORONTALO

SULUT

SULUT

SULTRA

SULTRA

MALUKU

MALUKU

MALUT

MALUT

PAPUA

PAPUA

DKI

DKI

BANTEN

BANTEN

BENGKULU

BENGKULU

NAD

NAD

Page 336: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 337: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Bab 7

Ekonomi yang mengglobal dan kapitalistik mau tidak

mau telah menobatkan ekonomi dan keuangan sebagai

kaisar ilmu sosial. Bab ini memberikan wawasan ke

depan. Deskripsi ini dapat menjadi penggaris dalam

memandang sistem ekonomi dan keuangan secara

khusus di masa yang akan datang. Bab ini berdiskusi

tentang pergerakan harga-harga saham di bursa efek per

sektor yang menggunakan metodologi kompleks, yang

biasa digunakan dalam ilmu hayat, tepatnya biokimia

dan genetika. Hasil yang diperoleh sungguh menarik. Di

sini, kita dapat melihat bagaimana pola klasifikasi dari

saham-saham per sektor bahkan dari sisi informasi

fundamentalnya, tak hanya memperhatikan pergerakan

harga saham semata. Lebih lanjut, kita juga dapat

melihat pergerakan harga beberapa komoditas yang

diperdagangkan di pasar internasional. Tentunya sedikit

banyak, ia akan mempengaruhi pola investasi dan

kehidupan sosial ekonomi Indonesia, terutama bila

dikaitkan dengan proses pengambilan kebijakan dan

anggaran publik secara nasional. Bab ini mengakhiri

perjalanan kita. Ulasan ini sekaligus menjadi contoh

konkrit bagaimana wawasan wiyatamandala taman

akademia dapat memberikan sumbangsih dalam

memperluas cakrawala wawasan nusantara, yang

dilengkapi dengan cara pandang sistem kompleks.

Menerawang Dinamika

Ekonomi dan Keuangan

Ke Depan

Page 338: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas
Page 339: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

7.1. Investasi di Lantai Bursa:

Struktur Pasar dan

Industri Indonesia

Sungguh menarik jika kita memiliki sebuah perangkat untuk

menggambarkan pengelompokan saham-saham berdasarkan performa

fundamentalnya. Dengan memperhatikan kondisi fundamental saham

sekaligus bersama dengan pola korelatif yang ada sedikit banyak akan

menambah jangkauan wawasan kita akan dinamika pasar modal.

Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan metodologi yang telah

akrab diakuisisi dalam kajian biologi evolusioner. Tujuannya adalah agar

mendapatkan gambaran sejauh mana satu saham memiliki perbedaan

berdasarkan nilai-nilai yang merepresentasikan kondisi fundamentalnya.

Semakin berbeda kondisi fundamentalnya, maka akan semakin jauh jarak

antara satu saham dengan saham lain dalam pohon keuangannya.

Demikian pula sebaliknya. Saham-saham yang memiliki kemiripan nilai-

nilai representasi kondisi fundamentalnya akan cenderung berada pada

ranting yang sama, dalam pohon keuangan yang terbentuk. Antara satu

ranting dengan ranting yang lain akan diisi oleh saham-saham dengan

kondisi fundamental yang relatif jauh berbeda.

Pendekatan yang ditunjukkan dalam sub-bab ini melihat data-data

fundamental 334 perusahaan yang sahamnya diperjualbelikan di Bursa

Efek Indonesia selama tahun 2006. Data-data fundamental tersebut di

antaranya adalah aset total firma tersebut, investasinya, liabilitas total

dan liabilitasnya saat ini, total ekuitasnya, pendapatan dan keuntungan

firma, pendapatan bersih, kapitalisasi pasarnya, perolehan per saham,

nilai dividen per saham yang dapat diterima oleh investor, dan PER (

) dari firma tersebut. Data-data ini diperoleh dari laporan

yang dilakukan oleh surat kabar ekonomi, Pustaka Bisnis Indonesia (2007)

yang berjudul JSX Watch 2007-2008.

price

earning ratio

Gambar 7.1.1.

Matriks berwarna kemiripan

fundamental perusahaan-perusahaan

yang menarik modal dari Bursa Efek

Indonesia selama tahun 2006.

7-1-1

Page 340: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambaran keseluruhan saham-saham tersebut akan menunjukkan pola

kedekatan dan kemiripan fundamental dari perusahaan-perusahaan

terebut, mana yang secara fundamental memiliki nilai yang tinggi dan

mana yang rendah. Secara umum, kita jadi dapat melihat pengelompokan

saham-saham yang memiliki nilai fundamental baik dan yang relatif

rendah. Lebih lanjut, pendekatan serupa kita lakukan juga untuk tiap

sektor dari emiten-emiten tersebut, antara lain sektor pertanian,

perbankan, industri bahan dasar dan kimia, industri produk konsumen,

sektor infrasturktur emiten, asuransi, multi-finance, bisnis properti,

sektor jasa dan perdagangan, dan sektor lain-lain ( ).miscellaneous

Gambar 7.1.2.

Pohon fundamental keuangan saham-

saham dengan kesamaan warna

menunjukkan kesamaan sektornya.

7-1-2

Page 341: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari hasil komparasi antar sekuen hasil penjajaran, kita akan

mendapatkan matriks nilai kesamaan yang kita asumsikan sebagai jarak

antar perusahaan berdasarkan nilai faktor fundamentalnya. Matriks jarak

ini kemudian kita jadikan sebagai dasar bagi penyusunan diagram serupa

pohon, yang umumnya digunakan dalam analisis filogenetik.

Gambar 7.1.1. menunjukkan matriks jarak/kemiripan dari perusahaan-

perusahaan tersebut dalam bentuk pewarnaan. Kita menggambarkannya

dengan mengurutkannya berdasarkan sektor dari saham-saham

tersebut. Nomor urut 1-11 adalah sektor pertanian, 12-37 adalah sektor

perbankan, 38-90 adalah sektor bahan dasar dan kimia, 91-126 adalah

sektor produk konsumen, 127-146 adalah sektor infrastruktur, 147-157

adalah sektor asuransi, 158-203 adalah sektor , 204-231

adalah sektor mutifinance, 232-268 adalah sektor properti, dan 269-334

tersusun atas perusahaan-perusahaan sektor perdagangan. Terlihat

bahwa dalam tiap urutan sektor terdapat garis-garis dengan warna-

warna yang lebih terang yang menunjukkan saham yang sangat berbeda

keadaan fundamentalnya.

Matriks jarak yang dihasilkan menunjukkan kedekatan fundamental antar

perusahaan dengan node dengan warna yang sama menunjukkan firma

dengan sektor yang sama: merah (pertanian), ungu (perbankan), kuning

(bahan dasar & kimia), merah jambu (produk konsumen), hijau muda

(infrastruktur), biru terang (multifinance), merah gelap (properti), biru

(jasa dan perdagangan), hitam (sektor lain-lain). Terlihat pengelompokan

banyak saham berada pada kelompok-kelompok tertentu ( ),

khususnya untuk sektor jasa & perdagangan, bahan dasar dan kimia,

properti, produk konsumen, perbankan, dan sektor lain-lain. Hal ini

menunjukkan bahwa kebanyakan saham-saham dalam sektor-sektor

tersebut memiliki kemiripan fundamental. Namun beberapa saham yang

sangat berbeda fundamentalnya juga terlihat seperti saham-saham AALI,

ASII, UNTR, TLKM, PNLF, BHIT, dan ISAT yang muncul di lapis terluar dari

ranting di mana sektor properti mengelompok, atau saham MERK dan

TBMS yang dekat dengan firma-firma pada sektor perbankan. Yang

menarik lagi adalah perusahaan-perusahaan terkenal seperti firma

SMGR, BBCA, HMSP, ADMF, GGRM, INTP, INDF, UNSP, TKIM, yang seolah

membentuk ranting tersendiri dari sisi fundamentalnya. Saham-saham

tersebut menjadi saham yang unik dan di sektor masing-masing relatif

lebih populer. Hal ini merupakan fakta yang sangat menarik dan sedikit

banyak dapat memberikan manfaat dalam keputusan investasi.

Sektor agrikultur tumbuh secara impresif sepanjang tahun 2006. Hal ini

dapat dikaitkan dengan meningkatnya harga (CPO) di pasar

dunia. Kondisi ini mendorong terjadinya peningkatan kapitalisasi pasar di

saham-saham perkebunan seperti AALI, LSIP dan UNSP. Sektor ini

semakin semarak terutama dengan masuknya dua pemain potensial

seperti CPRO (akhir 2006) dan Sampoerna Agro (2007).

miscellaneous

clustering

crude palm oil

A. Sektor Agrikultur

7-1-3

Page 342: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 7.1.3.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor agrikultur sepanjang

tahun 2006.

Secara fundamental, saham-saham sektor agrikultur dapat dibagi

menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama ditempati oleh tiga

saham yang memiliki aset dan kapitalisasi terbesar, yaitu AALI, LSIP

dan CPRO. Sebagai salah satu perusahaan CPO terbesar di Indonesia, AALI

begitu dominan hingga menguasai 58% kapitalisasi pasar di sektor

agrikultur, walaupun pada kenyataannya ia hanya memiliki 25% dari nilai

di sektor tersebut. AALI juga memiliki nilai rasio per

terbesar di sektor ini, yaitu sebesar 0,225. Ia adalah satu-

satunya perusahan di sektor agrikultur yang berhasil membagi dividen

sepanjang tahun 2006, yaitu rata-rata 5% dari nilai nominal saham. LSIP

dan CPRO adalah saham yang memiliki dan kapitalisasi pasar

terbesar kedua dan ketiga, setelah AALI. Keduanya memiliki rasio

per yang juga relatif tinggi, yaitu sebesar 0,102 dan

0,054. Kelompok kedua tersusun atas saham-saham dengan nilai

kapitalisasi pasar yang relatif kecil. Sepanjang tahun 2006, kapitalisasi

gabungan 8 saham di kelompok ini hanya 10% dari nilai total kapitalisasi

perdagangan di sektor agrikultur. Demikian juga dengan

kelompok ini. Mayoritas rasio per kelompok ini

bernilai negatif, kecuali UNSP, MBAI dan IIKP.

total

aset total

aset total

aset total

aset total

aset total

aset total

net income

net

income

net income

Gambar 7.1.4.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor pertambangan

sepanjang tahun 2006.

7-1-4

Page 343: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

B. Sektor Pertambangan

Secara fundamental, sektor pertambangan mencatat pertumbuhan yang

sangat meyakinkan sepanjang tahun 2006. Secara rata-rata,

sektor ini tumbuh lebih dari 60%. Tentu saja hal ini sulit dipisahkan

dengan kenaikan harga komoditas pertambangan di pasar internasional.

Sepanjang tahun 2006, nikel mencatat kenaikan harga yang sangat tinggi,

dari kisaran 15 ribu menjadi 40 ribu. Demikian juga dengan timah, dari

761 menjadi 1.034. Tren ini terus berlanjut hingga pertengahan tahun

2007.

net income

Gambar 7.1.5.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor industri bahan dasar dan

kimia sepanjang tahun 2006.

7-1-5

Page 344: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Secara umum, sektor ini dapat dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok

pertama ditempati oleh dua buah saham yang memiliki dan

kapitalisasi terbesar, yaitu BUMI dan INCO. Mereka adalah dua saham

besar yang berhasil membagikan dividen sepajang tahun 2006. Selain itu,

mereka juga memiliki yang positif dan kecil nilainya.

Kelompok kedua adalah saham dengan dan kapitalisasi

menengah, yaitu ANTM dan MEDC. Dari sisi dan dua

saham ini relatif berimbang. Namun, karena -nya kurang lebih

hanya setengah dari MEDC maka rasio per ANTM

lebih baik. Faktor fundamental ini menarik jika kita hubungkan dengan

tren harga saham ANTM dan tren mendatar saham MEDC. Dua

saham ini sama-sama tidak membagikan dividen sepanjang tahun 2006.

Kelompok ketiga ditempati sendirian oleh Energi Mega Persada (ENRG).

Dari sisi dan kapitalisasi kelompok ini identik dengan kelompok

kedua, namun ENRG memiliki rasio hutang terhadap aset yang sangat

tinggi. ENRG, semenjak tahun 2004, tumbuh dengan sangat pesat.

Namun semenjak Mei 2006, ia berada di tengah sorotan publik terkait

dengan peristiwa semburan lumpur panas di Sidoarjo. Kelompok

keempat ditempati oleh tiga buah saham yang memiliki dan

kapitalisasi pasar yang relatif kecil, yaitu APEX, PTBA dan TINS. Walaupun

berukuran kecil, ketiga saham ini sukses membagikan dividen sepanjang

tahun 2006. Mereka juga memiliki nilai yang cukup

menarik. Kelompok terakhir ditempati oleh saham-saham yang memiliki

yang sangat kecil disertai aktivitas perdagangan yang sangat

rendah sekali, yaitu CNKO dan CTTH. Keduanya sama-sama memiliki nilai

rasio per yang sangat kecil. Bahkan, CTTH tercatat

sebagai satu-satunya saham yang memiliki negatif di sektor

pertambangan.

Berbeda dengan sektor pertanian yang sangat didominasi oleh industri

CPO, kegiatan di sektor pertambangan relatif lebih beragam. Sebuah

kelompok kedekatan fundamental selalu ditempati oleh perusahaan dari

industri yang berbeda-beda. Ini tentu saja sulit dipisahkan dengan faktor

diversifikasi kekayaan tambang di Indonesia.

Industri bahan dasar dan kimia merupakan salah satu sektor yang sangat

besar. Ada 53 buah saham yang terdaftar di sektor ini. Secara umum, kita

dapat membagi sektor ini menjadi 12 kelompok.

Kelompok pertama diisi oleh saham-saham dari industri kertas (TKIM,

INTP INKP) dan produsen semen raksasa di Indonesia, yaitu SMGR.

Keempat saham ini memiliki dan kapitalisasi yang sangat besar

di sektor tersebut. SMGR, sebagai sebuah perusahaan non-kertas yang

berhasil masuk kelompok elit tersebut, memiliki catatan tersendiri. Di

sektor industri dasar dan kimia, SMGR merupakan perusahaan terbaik

dari sisi rasio per total aset, yaitu sebesar 0,173. Sementara

itu, sepanjang tahun 2006, raksasa-raksasa dari industri kertas mencatat

aset total

aset total

aset total

aset total

aset total

aset total

aset total

aset total

aset total

price earning ratio

equity gross profit

net income

bullish

listing

price earning ratio

net income

net income

net income

C. Sektor Industri Bahan Dasar dan Kimia

7-1-6

Page 345: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

performa yang cenderung mendatar. Kelompok kedua ditempati oleh

enam buah saham dari latar belakang industri yang berbeda-beda, yaitu

TBMS, CPIN, CTBN, SMCB, MLIA dan JPFA. Kelompok ini terdiri atas

saham-saham dengan ukuran besar dan menengah. Di kelompok ini CTBN

memiliki catatan tersendiri. Ia memiliki rasio per

sebesar 0,134. Nilai ini menarik jika kita hubungan dengan tren

saham tersebut sepanjang tahun 2006, walaupun dari sisi likuiditas ia

belum begitu baik. Kelompok keempat terdiri atas saham SAIP, TOTO dan

UNIC. Kelompok kelima terdiri atas saham AMFG, ALMI, FASW dan BRPT.

Kelompok keenam terdiri atas saham SUDI, SULI dan SOBI. Dari segi

dan kapitalisasi pasar, saham-saham tiga kelompok ini berukuran

menengah. Mayoritas saham di tiga kelompok menengah tersebut

merupakan industri pengolahan produk hutan. Sementara itu, enam

kelompok lainnya terdiri atas saham-saham dengan ukuran

dan kapitalisasi yang sangat kecil. Gabungan enam kelompok lainnya

hanya memiliki kapitalisasi pasar sebesar 7%.

Dari deskripsi di atas, kita dapat melihat bahwa di sektor ini, industri

pengolahan produk hutan memiliki peranan yang sangat besar. Ini tentu

tidak dapat dipisahkan dengan besarnya kekayaan hutan di Indonesia.

net income

bullish

share

aset total

aset

total

aset total

Gambar 7.1.6.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor industri produk

konsumen sepanjang tahun 2006.

7-1-7

Page 346: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

D. Sektor Industri Produk Konsumen

E. Sektor Properti

Secara umum, sektor industri produk konsumen dapat kita bagi menjadi

9 kelompok. Kelompok pertama ditempati oleh empat saham dengan

dan kapitalisasi pasar terbesar, yang meliputi UNVR, GGRM,

HMSP dan INDF. Namun pada tahun 2006, dua raksasa besar industri

rokok, yaitu GGRM dan HMSP, mencatat hasil yang bertolak belakang.

HMSP tumbuh lebih dari 17,06%. Sementara itu, GGRM

justru turun hingga 8,28%. Demikian juga dengan kapitalisasi pasar

GGRM, turun lebih dari 12%, tidak sampai setengah HMSP. Ini merupakan

babak baru di tengah persaingan industri rokok yang selama bertahun-

tahun sangat didominasi oleh GGRM. Pada tahun 2006, GGRM adalah

satu-satunya perusahaan di kelompok ini yang tidak membagikan

dividen. Dua raksasa lain yang berada di kelompok ini adalah UNVR dan

INDF. UNVR memiliki catatan tersendiri, yaitu memiliki rasio

per terbaik di sektor industri produk konsumen. Catatan ini

menarik jika kita hubungkan dengan meningkatnya harga saham UNVR

dari level 4.000 rupiah menjadi lebih dari 6.000 rupiah perlembar, di akhir

tahun 2006. Kelompok kedua ditempati oleh perusahaan dari industri

farmasi dan makanan yaitu KLBF dan SMAR. Dua perusahaan ini memiliki

ukuran dan kapitalisasi pasar yang juga cukup besar. Dua saham

ini sama-sama membagikan keuntungan pada tahun 2006. Keduanya

memiliki yang positif dan lebih kecil dari kelompok

pertama. Secara fundamental, KLBF sedikit lebih baik daripada SMAR.

Namun, tren harga yang terjadi cenderung bertolak belakang. SMAR naik

tajam sementara itu KLBF bergerak mendatar.

Kelompok ketiga dihuni oleh TSPC, SHDA, RMBA dan DAVO. Kelompok ini

memiliki memiliki yang berukuran menengah, namun dari sisi

kapitalisasi pasar ia berukuran menengah-atas. Kelompok keempat diisi

oleh ULTJ, MYOR, TBLA dan KAEF. Kelompok ini memiliki memiliki

yang berukuran menengah, namun dari sisi kapitalisasi pasar ia

berukuran menengah-bawah. Mayoritas saham di kelas ini tidak

membagikan dividen. Dibandingkan kelompok ketiga, kumpulan ini

memiliki rasio yang jauh lebih kecil. Sementara

itu, lima kelompok lainnya diisi oleh saham-saham dengan dan

kapitalisasi pasar yang sangat kecil. Gabungan lima kelompok itu hanya

memiliki bagian kapitalisasi pasar sebesar 5%.

Sektor properti begitu mengeliat sepanjang tahun 2006. Kapitalisasi

pasar di sektor ini tumbuh lebih dari 54%. Demikian juga dengan

dan s. Di periode ini, ada banyak saham yang menunjukkan

tren

Secara fundamental, saham-saham di sektor properti dapat kita bagi

menjadi 11 kelompok. Kelompok pertama ditempati oleh LPKR dan CTRA,

sebagai dua buah saham yang memiliki terbesar. Namun dua

aset total

aset total

aset total

aset total

aset

total

aset total

aset total

aset total

aset total

Gross profit

net income

price earning ratio

net income per

sales revenue

bullish.

7-1-8

Page 347: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

buah raksasa properti ini mencatat hasil yang bertolak belakang. Dari sisi

, seperti dan ,

LPKR mencatat penurunan yang sangat signifikan. Sementara itu, CTRA

mencatat pertumbuhan yang sangat tinggi. Fenomena ini cukup

menjelaskan terjadinya tren harga saham CTRA serta peningkatan

kapitalisasi pasar hingga mencapai 900,71%. Dari sisi fundamental, CTRA

mencatat rekor tertinggi dalam hal rasio per di

sektor properti. Sementara itu, kelompok kedua ditempati oleh pemain

menengah (dalam hal total aset) seperti ADHI, DUTI, JIHD, SMRA dan

TRUB. Dari sisi laporan keuangan, empat saham pertama memiliki

perilaku yang sangat dekat. TRUB merupakan sebuah fenomena

tersendiri. Dalam tempo dua setengah bulan (perusahaan ini baru

pertengahan Oktober 2006), ia mencatat rekor tertinggi dalam hal

kapitalisasi pasar di sektor properti, bahkan melebihi kapitalisasi LPKR

dan CTRA sepanjang tahun 2006. Geliat ini juga diikuti dengan tren

harga saham TRUB. Kelompok ketiga dihuni oleh BKSL, CTRS, DART, DILD,

ELTY, JRPT, PWON, KIJA, MLND dan TOTL. Dari sisi , saham-saham

dikelompok ini berukuran menengah. Namun secara umum, ia sedikit

lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok kedua. Dibandingkan

dengan tiga kelompok di atas, delapan kelompok lainnya diisi oleh saham-

saham dengan dan kapitalisasi pasar yang sangat kecil.

Gabungan delapan kelompok itu hanya memiliki kapitalisasi pasar

sebesar 8,2%.

income statement sales revenues, gross profit net income

bullish

net income

listing

bullish

share

aset total

aset total

aset total

7-1-9

Page 348: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 7.1.7.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor properti sepanjang

tahun 2006.

7-1-10

Page 349: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 7.1.8.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor infrastruktur dan

transportasi sepanjang tahun 2006.

F. Sektor Infrastruktur dan Transportasi

Secara umum, sektor ini dapat kita bagi menjadi sembilan kelompok.

Kelompok pertama ditempati oleh perusahaan dengan

terbesar, yaitu TLKM. Saham ini memiliki kapitalisasi pasar tertinggi,

bahkan empat kali lipat dari PGAS yang menempati urutan kedua. Dari sisi

dan n , sepanjang tahun 2006,

perusahaan ini tumbuh dengan sangat pesat hingga semakin jauh

meninggalkan ISAT (sebagai pesaing utama). Ia juga mencatat nilai rasio

per yang sangat tinggi. Catatan ini juga diikuti

dengan tren harga saham TLKM di sepanjang tahun 2006, dari level

6.000 rupiah menjadi lebih dari 10.000 rupiah perlembar. Kelompok

kedua ditempati oleh ISAT. Walaupun dari sisi kurang

begitu memuaskan, namun ia memiliki catatan yang tidak

begitu mengecewakan. Sepanjang tahun 2006, ia memiliki

terbesar kedua (setelah TLKM) dan menempati urutan ketiga dari sisi

kapitalisasi pasar (setelah TLKM dan PGAS). Kelompok ketiga ditempati

oleh pemilik dan kapitalisasi besar lainnya, yaitu PGAS dan EXCL.

Keduanya memiliki rasio per yang berdekatan.

Kelompok keempat ditempati oleh BLTA, yang merupakan salah satu

alternatif portofolio yang menarik untuk diperhatikan. Sepanjang tahun

2006, saham ini tumbuh 14,56%. Ia juga memiliki rasio

per tertinggi di sektor ini, yaitu mendekati 15%.

Kelompok kelima dihuni oleh FREN, APOL dan SMDR. Kelompok keenam

aset total

aset total

secara teknikal,

aset total

aset total

aset total

aset total

sales revenues, gross profit et income

net income

bullish

income statement

total liabilities

net profit net

income

7-1-11

Page 350: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

ditempati oleh BTEL, CMNP dan HITS. Dua kelompok ini adalah saham-

saham berukuran menengah, baik dari sisi maupun kapitalisasi

pasar. Namun, keduanya memiliki perilaku yang berbeda dalam hal rasio

hutang. Kelompok kelima cenderung memiliki rasio per

yang lebih besar, namun memiliki rasio s per

yang lebih kecil, relatif terhadap kelompok keenam.

Sementara itu, tiga kelompok lainnya diisi oleh saham-saham dengan

dan kapitalisasi pasar yang berukuran sangat kecil. Gabungan

tiga kelompok itu hanya memiliki kapitalisasi pasar sebesar 0,8%.

aset total

aset total

aset total

total liabilities

current liabilitie

current assets

share

7-1-12

Page 351: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 7.1.9.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor perdagangan, jasa dan

investasi sepanjang tahun 2006.

7-1-13

Page 352: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Dari ulasan di atas kita dapat melihat bahwa sektor ini sangat didominasi

oleh industri telekomunikasi. Pertumbuhan yang terjadi dimotori oleh

pasar selular. Pasar ini mencatat pertumbuhan yang sangat besar. Rata-

rata pengguna telepon selular tumbuh sebesar 63,7% setiap tahun, dari

1996 hingga 2005. Pengguna baru (dari tahun 2004) tersebut berturut-

turut direbut oleh TLKM (66,8%), ISAT (11%) dan EXCL (18%). Namun

dalam dua tahun belakangan ini, muncul sejumlah pesaing baru. Ini

adalah babak baru persaingan di industri telekomunikasi.

Gambar 7.1.10.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor perbankan sepanjang

tahun 2006.

G. Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi

Perdagangan, jasa dan investasi adalah sektor yang sangat besar.

Sepanjang tahun 2006, ada sekitar 66 saham terdaftar di sini. Sektor ini

mencatat pertumbuhan yang relatif rendah, hanya sebesar

4,74%.

Secara umum, bagian ini dapat kita bagi menjadi 14 kelompok. Kelompok

pertama ditempati oleh saham dengan dan kapitalisasi pasar

terbesar, yaitu UNTR. Walaupun beberapa rasio vital di sisi

perusahaan ini menurun drastis, namun secara relatif, ia tetap

merupakan salah satu perusahaan besar dengan rasio per

yang terdepan di sektor ini. Saham ini menunjukkan tren

sepanjang tahun 2006, naik dari level 3.500 menjadi lebih dari 6.500

net income

income

statement

net income

bullish

aset total

aset total

7-1-14

Page 353: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

rupiah per lembar. Kelompok kedua ditempati oleh BMTR, BNBR, MLPL

dan MPPA. dan kapitalisasi kelompok ini relatif berukuran besar.

Selain berukuran relatif sama, empat saham ini juga mencatat

pertumbuhan yang sangat tinggi, yaitu pada rentang 18,48%

hingga 36,47%. Kelompok ketiga ditempati oleh AKRA, EPMT, HERO,

MAPI, PLIN, RALS dan TURI. Kelompok keempat diisi oleh TGKA, SCMA,

LTLS, JSPT dan ALFA. dan kapitalisasi dua kelompok ini

berukuran menengah, namun dari sisi kelompok ketiga

relatif lebih dominan. Dari sini terlihat bahwa, dua kelompok ini sangat

didominasi oleh industri retail. Kelompok kelima dihuni oleh saham-

saham dengan dan kapitalisasi pasar berukuran menengah,

seperti FAST, GRIV, HEXA, IDKM, LPLI, MDRN, MTDL dan PJAA. Kelompok

ini ditempati oleh perusahaan yang memiliki latar belakang industri yang

sangat beragam. Dari sisi dan , ia sangat

beragam. Sementara itu, sembilan kelompok lainnya ditempati oleh

saham-saham yang relatif tidak begitu likuid, dengan jumlah kapitalisasi

keseluruhan sebesar 9,6%.

Aset total

aset total

Aset total

aset total

sales revenues

income statement balance sheet

Gambar 7.1.11.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor sepanjang

tahun 2006.

multifinance

7-1-157-1-2

Page 354: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

H. Sektor Perbankan

I. Sektor

Setelah sektor infrastruktur dan transportasi, perbankan adalah sektor

dengan kapitalisasi pasar terbesar. Sektor ini dibangun oleh saham-

saham dengan yang sangat besar. Lima saham yang memiliki

terbesar berada di sektor ini, yaitu BMRI, BBCA, BBNI, BBRI, dan

BDMN. Dalam penyusunan pohon kedekatan fundamental, kita juga

memperhatikan beberapa besaran khas sektor perbankan seperti CAR,

NPL dan ROA.

Saham-saham di sektor ini dapat kita kelompokan menjadi 9 kelompok.

Kelompok pertama diisi oleh saham-saham yang memiliki kapitalisasi

pasar terbesar, yaitu BMRI, BBRI dan BBCA. Kelompok ini memiliki nilai

ROA yang sangat tinggi, kecuali BMRI. BMRI, sebagai sebuah perusahaan

yang memiliki dan kapitalisasi terbesar, mempunyai nilai NPL

yang sangat tinggi, yaitu sebesar 17,08%. Hal ini tentu saja perlu

diwaspadai. Kelompok kedua ditempati oleh BBNI dan BDMN. Keduanya

adalah perusahaan yang memiliki an kapitalisasi pasar

berukuran menengah-atas. Seperti BMRI, BBNI juga memiliki nilai NPL

yang sangat tinggi. Kelompok ketiga ditempati oleh barisan bank

swasta papan atas lainnya, seperti BNGA, BNII, BNLI, LPBN, MEGA, dan

NISP. Enam saham ini memiliki nilai

dan yang relatif berimbang. Sementara

itu enam kelompok lainnya ditempati oleh saham-saham dengan aset

total dan kapitalisasi pasar yang sangat kecil. Secara keseluruhan, mereka

hanya memiliki kapitalisasi pasar sebesar 8,9%.

Sektor ini memiliki kapitalisasi pasar yang sangat kecil, nomor dua setelah

asuransi. Selain itu, sektor juga mencatat pertumbuhan

kapitalisasi pasar terendah sepanjang tahun 2006. Namun demikian, dari

sisi pertumbuhan indeks sektoral, ia relatif menjanjikan.

aset total

aset total

aset total

aset total d

Gross

Gross

Gross

balance sheet, income statement,

financial ratios technical review

share

multifinance

Multifinance

Gambar 7.1.12.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor asuransi sepanjang

tahun 2006.

7-1-16

Page 355: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Sektor ini dapat kita bagi menjadi 10 kelompok. Kelompok pertama

ditempati oleh lima buah saham yang memiliki dan kapitalisasi

terbesar (di sektor ini), yaitu ADMF, BFIN, BHIT, SMMA dan WOMF. Di sini,

BHIT dan WOMF mencatat pertumbuhan aset yang luar biasa tinggi, yaitu

berturut-turut 427,83% dan 207,73%. Namun, mereka memiliki tingkat

bertolak belakang. BHIT tumbuh 346,74%

sementara itu WOMF justru turun hingga –44,92%. Namun dari sisi rasio

per aset , ADMF dan BFIN membukukan nilai tertinggi.

Kelompok kedua ditempati oleh saham dengan dan kapitalisasi

berukuran menengah-atas, yaitu BBLD, GSMF dan MKDO. Kelompok

ketiga ditempati oleh saham dengan dan kapitalisasi berukuran

menengah-bawah, yaitu BCAP, CFIN, MFIN, PANS dan TRIM. Secara

umum, kelompok kedua memiliki nilai o yang lebih tinggi

dan mempunyai rasio per yang lebih rendah, kecuali

saham BBLD. Kondisi diduga berhubungan dengan faktor pembiayaan di

saham tersebut. Sekitar Oktober 2006, BBLD menandatangai kontrak

hutang sebesar 28 juta USD ke sebuah sindikat bank asing. Pada waktu

yang kurang lebih bersamaan, harga saham BBLD jatuh hingga kurang dari

setengahnya. Sementara itu, tujuh kelompok lainnya ditempati oleh

saham-saham yang relatif tidak begitu likuid, dengan jumlah kapitalisasi

keseluruhan sebesar 11,6%.

Walaupun memiliki kapitalisasi pasar terendah, sektor ini mempunyai

tingkat pertumbuhan kapitalisasi pasar sebesar 97,75%. Pertumbuhan

pesat juga terjadi dalam hal . Sektor ini tumbuh hingga 22,12%.

Sebelas saham di sektor ini dapat kita bagi menjadi 4 kelompok.

Kelompok pertama dihuni oleh dua saham dari Panin Group, yaitu PNIN

dan PNLF. Dua saham ini memiliki dan kapitalisasi pasar

terbesar. Total kontribusi keduanya yaitu kurang lebih sebesar 89,74%.

Selain itu, dua saham asuransi yang pertama kali ini juga sangat

menonjol dalam hal pertumbuhan (59,49% dan 99,89%), jauh

meninggalkan peringkat kedua, ASRM (dari kelompok kedua), yang hanya

tumbuh sebesar 13,58%. Kondisi yang kurang lebih sama terjadi dalam

hal . Sementara itu, dua kelompok lainnya ditempati oleh

saham-saham dengan dan kapitalisasi pasar yang sangat kecil,

yang nilai totalnya hanya sebesar 7% dari aktivitas perdagangan di sektor

asuransi.

Sektor ini ditempati oleh beberapa jenis industri yang tidak termasuk

dalam 10 sektor yang ada di atas. Beberapa industri yang tergabung

dalam sektor ini antara lain otomotif, tekstil, kabel dan industri sepatu.

Sepanjang tahun 2006, kapitalisasi pasar sektor ini tumbuh sebesar

42,6%, jauh dibawah rata-rata sektor lainnya yang mencapai angka

aset total

pertumbuhan yang

total

aset total

aset total

aset total

aset total

aset total

aset total

aset total

net income

net income

price earning rati

net income

listing

sales revenues

J. Sektor Asuransi

K. Sektor Lain-Lain

7-1-17

Page 356: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

50,7%.

Sektor ini dapat kita bagi menjadi 11 kelompok. Kelompok pertama

ditempati oleh raksasa otomotif nasional, ASII. Ia adalah saham dengan

dan kapitalisasi pasar terbesar. Walaupun dari sisi

terjadi penurunan yang cukup signifikan, relatif terhadap tahun

2005, namun performanya di sektor ini masih relatif baik. ASII masih

mampu membukukan rasio per sebesar 6,4%.

Kelompok kedua diisi oleh GDYR, HDTX, POLY, IMAS dan BATA. Kelompok

ketiga dihuni oleh GJTL, TFCO, INDR, ADMG dan AUTO. Ada perbedaan

dalam hal kuran saham-saham di kelompok ketiga cenderung

lebih besar dari saham di kelompok kedua. Namun dari sisi kapitalisasi

pasar, mereka cenderung berimbang, yaitu berukuran menengah.

Sementara itu, delapan kelompok lainnya diisi oleh saham-saham dengan

dan kapitalisasi pasar yang relatif lebih kecil. Gabungan delapan

kelompok itu hanya memiliki bagian kapitalisasi pasar sebesar 9,6%.

Dari proses pengelompokan yang dilakukan, ada sebuah perilaku

menarik. Pada 10 sektor sebelumnya, kelompok-kelompok saham yang

muncul cenderung memiliki rangking dan rangking kapitalisasi

pasar yang cenderung konsisten satu sama lain. Namun di sektor ini, sifat

tersebut tidak muncul. Kondisi ini diduga karena sektor ini diisi oleh

perusahaan-perusahaan dari latar belakang industri yang sangat

beragam.

aset total

aset total

aset total. U

aset total

aset total

income

statement

net income

7-1-18

Page 357: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 7.1.13.

Pohon kedekatan fundamental saham-

saham sektor lain-lain sepanjang

tahun 2006.

7-1-19

Page 358: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Secara umum, dari analisis yang kita lakukan, didapati bahwa kebanyakan

perusahaan yang berada pada sektor yang sama memiliki kedekatan

faktor fundamental dengan terbentuknya kerumunan ( )

perusahaan-perusahaan yang berada dalam sektor yang sama. Temuan

ini sangat menarik karena menunjukkan pola perdagangan dan

perindustrian di Indonesia secara umum, setidaknya yang sahamnya

diperdagangkan di lantai bursa. Pola ini menunjukkan bahwa terdapat

karakter-karakter unik dari sektor-sektor usaha di Indonesia. Dari sisi

investasi di pasar modal, kita juga dapat meraba perusahaan-perusahaan

yang menarik untuk dijadikan obyek investasi di pasar modal. Beberapa

saham yang sangat kuat secara fundamental pada umumnya membentuk

untai ranting sendiri atau dengan kata lain tervisualisasi dengan jelas

mengelompok tidak peduli ia berada pada sektor manapun.

Observasi serupa yang dilakukan dalam pohon yang dibangun untuk tiap

sektor menunjukkan lebih detail lagi tentang aspek sektoral perusahaan-

perusahaan tersebut. Di dalam tiap sektor terdapat pengelompokan-

pengelompokan yang merepresentasikan aspek fundamental dari firma-

firma yang ada. Terlihat secara jelas bahwa saham-saham yang ada di tiap

sektor membentuk kelompok-kelompok tertentu di mana terdapat

kecenderungan bahwa di dalam tiap sektor terdapat beberapa saham

“unggulan”, yakni firma-firma yang aspek fundamentalnya sangat

berbeda dengan kebanyakan perusahaan di dalam sektor tersebut.

Saham-saham ini pada model pohon jaringan umum membentuk

kelompok ranting sendiri, misalnya saham ASII, TLKM, dan lain-lain. Hal

ini secara umum memberikan arahan intuitif bagi kita untuk menyadari

bahwa perbedaan aspek fundamental antar perusahaan-perusahaan

tersebut cenderung sangat besar. Secara umum, di lantai bursa kita

terdapat saham-saham yang sangat mendominasi di tiap sektornya yang

pada gilirannya di level umum secara fundamental membentuk ranting

tersendiri. Saham-saham perusahaan inilah yang dikatakan merupakan

saham-saham yang memiliki peran besar dan mendominasi pergerakan

indeks komposit dan konsekuensinya nilai proses ekonomi di Indonesia

secara umum.

Dari sisi investasi di pasar modal, kita kini dimudahkan untuk melakukan

pemilihan saham perusahaan yang ingin dijadikan sebagai obyek

investasi. Beberapa perusahaan yang memiliki aspek fundamental yang

unik dan fluktuasi yang tidak terlalu besar relatif terhadap saham-saham

lain tentunya menjanjikan risiko yang tidak terlalu besar, dan demikian

pula sebaliknya.

clustering

7-1-20

Page 359: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

7.2. Menerawang

Harga-harga

Prediksi itu perlu meski ilmu pengetahuan menyadari bahwa satu-

satunya kenyataan yang pasti hanyalah ketakpastian hasil observasi kita.

Prediksi diperlukan untuk melakukan antisipasi masa depan. Dalam hal

ini, sains merupakan sebuah alat yang dapat membantu kita untuk

mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa depan, yang secara

inheren memang tak tertebak. Manfaat bagian terawang harga-harga

adalah untuk memberi gambaran tentang hal ini.

Bagaimanapun sistem ekonomi modern saat ini telah mengakibatkan

perubahan harga di suatu pasar, ataupun di sebuah tempat entah di

mana, dapat memberikan pengaruh pada kehidupan ekonomi di

Indonesia. Pergerakan harga suatu bahan logam di pasar internasional

dapat memberikan pengaruh besar bagi performa pergerakan harga

saham perusahaan tambang logam di Indonesia. Inilah letak kompleksitas

dari sistem ekonomi modern dalam era globalisasi. Pergerakan beberapa

harga-harga komoditas di pasar internasional juga saling kait-mengkait

antara satu produk dengan produk lain. Ketika harga bahan bakar minyak

naik, misalnya, hal ini tentu akan memberikan pengaruh bagi harga

kacang kedelai, karena bagaimanapun juga proses produksi dan

distribusi dari kacang kedelai membutuhkan suplai bahan bakar. Kait-

mengkait antara pergerakan harga-harga di pasar komoditas

internasional secara korelatif ditunjukkan pada gambar 7.2.1.Gambar 7.2.1.

Pohon ultrametrik dari harga-harga

beberapa komoditas di pasar

komoditas internasional.

(sumber data:

)http://futures.tradingcharts.com/

7-2-1

Page 360: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambaran keseluruhan saham-saham di

samping menunjukkan pola kedekatan dan

kemiripan fundamental dari perusahaan-

perusahaannya. Terlihat mana yang

secara fundamental memiliki nilai yang

tinggi dan mana yang rendah. Secara

u m u m , k i ta j a d i d a p a t m e l i h a t

pengelompokan saham-saham yang

memiliki nilai fundamental baik dan yang

relatif rendah. Lebih lanjut, pendekatan

serupa kita lakukan juga untuk tiap sektor

dari emiten-emiten tersebut, antara lain

sektor pertanian, perbankan, industri

bahan dasar dan kimia, industri produk

konsumen, sektor infrastruktur emiten,

asuransi, , bisnis properti,

sektor jasa dan perdagangan, dan sektor

lain-lain ( ).

multi-finance

miscellaneous

Hal yang sangat sensitif dan sangat

menantang dalam analisis ekonomi pasar,

baik dari sisi fundamental (hal-hal seputar

isu ekonomi, sosial, dan politik yang

mempengaruhi pergerakan harga),

maupun sisi teknikal (hal-hal seputar

pemodelan yang digunakan dalam

analisis) adalah pergerakan harga minyak

dunia, yang di semester kedua tahun 2007

menembus angka lebih dari 90 USD per

barrel. Dari terawangan analitik yang

dilakukan terlihat bahwa secara

telah terdapat tekanan turun dari

p e r g e ra ka n h a r ga m i ny a k b u m i

sebagaimana juga terkait dengan

pergerakan harga emas dunia. Hal ini

ditandai dengan batas bawah yang sangat

besar dan tren kecenderungan batas atas

harga yang diperkirakan tak akan melebihi

kisaran 100 USD atau lebih, hingga

pertengahan tahun 2008. Namun, harga

minyak bumi sangat ditentukan oleh kartel

ekonomi energi negara-negara yang

tergabung dalam organisasi pengekspor

minyak dunia, OPEC. Yang jelas, beberapa

anal i s i s fundamenta l terka i t i su

berakhirnya musim dingin di belahan utara

b u m i , k a w a s a n d e n g a n t i n g k a t

penyerapan energi fosil paling banyak,

chart

Gambar 7.2.2.

Prakiraan beberapa harga komoditas

di pasar internasional

7-2-2

Page 361: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Gambar 7.2.3.

Prakiraan kurs mata uang USD

terhadap Rupiah.

(sumber: Bank Indonesia)

Gambar 7.2.4.

Prakiraan pergerakan IHSG di Bursa

Efek Indonesia

(sumber: Bursa Efek Indonesia)

ataupun suhu politik militer di kawasan Timur Tengah, tentu akan

memperkaya perkiraan yang kita lakukan.

Agak berbeda dengan pergerakan harga bahan-bahan metal atau

logam yang diwakili dengan prakiraan harga tembaga kelas tinggi dan

alumunium sebagaimana terdapat pada pasar komoditas

internasional COMEX. Terlihat bahwa tren masih cenderung

menyertai tren pergerakan harga bahan-bahan logam. Hal ini tentu

dapat dikaitkan dengan berbagai perusahaan Indonesia yang

produksinya cukup mewarnai produksi metal dunia.

bullish

Bagaimanakah hal-hal ini mempengaruhi

perekonomian Indonesia secara umum?

Sebagai bahan diskusi yang menarik

ditunjukkan pada gambar 7.2.3. dan

gambar 7.2.4. yang menggambarkan

analisis dengan jejaring saraf untuk

pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar Amerika Serikat dan prakiraan

pergerakan Indeks Harga Saham

Gabungan di Bursa Efek Indonesia.

Secara umum terlihat bahwa tren

meningginya nilai mata uang asing Dollar

Amerika Serikat masih diperkirakan terasa

pada semester pertama tahun 2008.

Namun, yang menarik untuk dicermati

adalah tren dari pergerakan IHSG

yang merefleksikan pergerakan harga-

harga saham yang diperdagangkan di

lantai bursa pasar modal nasional. IHSG

terlihat terus saja menunjukkan tren naik

dan hampir tiap hari mencatatkan rekor

baru nilai tertingginya. Prakiraan dengan

menggunakan jejaring saraf buatan

menunjukkan bahwa tekanan untuk turun

telah sangat besar. Hal ini menunjukkan

bahwa akselerasi kenaikan nilai IHSG

secara teknikal seharusnya cenderung

melemah dari waktu ke waktu. Namun

demikian, peluang IHSG untuk tetap naik

dan mempertahankan tren naik ini masih

terbuka lebar. Terdapat peluang bahwa

IHSG akan terus mempertahankan tren

naik hingga akhir semester pertama tahun

2008. Lagi-lagi hal ini akan ditentukan

dengan berbagai situasi fundamental

e ko n o m i y a n g m e m a n g s a n g a t

mempengaruhi investor di Bursa Efek

Indonesia.

bullish

7-2-3

Page 362: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Prediksi harga-harga dan indeks ini memperhatikan pergerakan historis

dari harga dan indeks yang bersangkutan. Namun pada praktiknya hal-hal

ini telah cukup menarik untuk dijadikan sebagai sebuah kerangka acuan

untuk melihat wajah ekonomi internasional beberapa waktu mendatang.

Poin yang tertinggal adalah, bagaimana pergerakan indeks-indeks

tersebut memberikan pengaruh yang kuat pada sistem perekonomian

dan kesejahteraan masyarakat? Hal ini merupakan aspek yang paling

penting dalam pengambilan kebijakan terkait dengan proyeksi berbagai

parameter ekonomi tersebut di atas. Hasil analisis ini menyimpan tugas

dan tantangan bagi kita untuk menghadapi masa depan. Ia akan

senantiasa berguna untuk memperkaya wawasan kita dalam lingkup

wiyatamandala, sebuah kerangka untuk menegakkan bangunan konsep

yang kokoh dalam menjawab berbagai tantangan sosial masyarakat

Indonesia di masa depan.

7-2-4

Page 363: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Jangan sampai sakit

jantung ini berlarut-

larut. Hingga suatu saat

nanti berakhir pada

sebuah serangan, yang

fatal akibatnya, bagi

kelangsungan hidup

bangsa.

EPILOGIA

a

Page 364: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Entah mengapa setiap kali ada yang berbicara

tentang Indonesia dan masa depannya, selalu saja

pesimisme bermunculan.

Kerumitan permasalahan di level makro yang ditandai

dengan kolektivitas di banyak bidang dapat

mengakibatkan disintegrasi laten, yang memiliki umpan

balik positif yang memperkeruh sistem sosial tersebut.

Akibat dari sebuah penyebab dapat menjadi sebab yang

memperburuk lagi akibat yang ditimbulkannya. Satu hal

pada dasarnya bertali-talian. Intinya adalah bahwa

kesulitan sosial dan semakin sulitnya tercapai perasaan

bahagia ( ) yang berdampak bagi hilangnya

rasa persaudaraan dalam sistem sosial.

Dalam teknik pengobatan kedokteran modern, mengenal

secara pasti sebuah penyakit yang diderita pasien pada

dasarnya sudah merupakan satu langkah yang sangat

penting dalam pengobatan dan upaya penyembuhan.

Sebagai sebuah sistem kompleks, tubuh manusia

mungkin mirip dengan sebuah negeri. Memahami

persoalan secara utuh sebagaimana dikemukakan dalam

sebagian besar isi buku ini merupakan sebuah langkah

yang amat penting dalam perumusan solusinya. Sungguh

disayangkan, kegagalan pendefinisian masalah malah

lebih sering berakhir pada nuansa pesimistik di kalangan

pemimpin-pemimpin bangsa kita. T bukan hanya

pemimpin di bidang politik, tapi juga pemimpin di

berbagai bidang, mulai dari pemimpin ideologis,

pemimpin sosial kemasyarakatan, pemimpin budaya dan

pendidikan, dan seterusnya. Pesimisme menjadi dapat

diartikan sebagai bentuk kemalasan berfikir dan hanya

akan mengubah setiap diskusi untuk memperbaiki

keadaan menjadi diskusi-diskusi tautologis yang tak

berujung pangkal.

Di sepanjang perjalanan buku ini, kita meninjau Indonesia

dalam beberapa tahun terakhir melalui berbagai macam

metodologi yang sedikit banyak mengubah cara pandang

talk-show

self-sufficiency

entu saja

b

Page 365: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

kita dalam memandang permasalahan bangsa. Ini

menjadi modal dasar kita dalam melangkah lebih jauh

dalam upaya pencarian solusi. Terkadang dengan

memahami permasalahan yang ada kita sudah dapat

membayangkan berbagai solusi yang dapat diambil.

Pesimisme justru seringkali muncul karena kita tak

memiliki cara pandang yang komprehensif atas situasi

yang ada. Di sinilah peran dasar pentingnya merevisi

wawasan kita akan nusantara, akan tempat dan

masyarakat di mana kita hidup. Ini yang menyebabkan

buku ini senantiasa menyoroti “wawasan” sebagai hal

yang mesti diubah.

Era kompleksitas menunjukkan wawasan yang

semestinya lebih luas dalam konstruksi kognitif konsepsi

Wawasan Nusantara di kepala anak-anak bangsa.

Wawasan Nusantara yang benar bukanlah doktrin,

demikian pula dengan nasionalisme atau patriotisme.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban

manusia mesti mendorong pemahaman akan konsepsi

wawasan nusantara dan bukannya melemahkan sendi

dasar kehidupan berbangsa ini. Permasalahan bangsa

yang kompleks semestinya harus diselesaikan dengan

konsepsi, wawasan, dan pemahaman akan kompleksitas

dari sistem. Berbagai pendekatan konvensional yang

dominan di masyarakat mesti digebrak dengan perspektif

yang komprehensif, luas menjangkau banyak sendi dan

aspek, di samping bersifat interdisipliner .

Cara pandang yang seluas-luasnya ini membawa kita pada

kenyataan, bahwa saat ini, ketika akuisisi atas informasi

menjadi hal yang sangat vital, maka pendidikan

merupakan bentuk yang memadukan antara apa yang

makro dan apa yang mikro. Secara makro, permasalahan

sosial dapat diparameterisasi, dikalkulasi melalui indeks

dan berbagai pendekatan agregatif lainnya. Secara mikro,

kerumitan akan permasalahan yang ada cenderung

menjadikan kita sulit meramalkan apa-apa secara

populasi. Dalam aspek ini, ilmu-ilmu kompleksitas dalam

c

Page 366: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

bidang sosial memberikan Wawasan Wiyatamandala

yang baru dalam memahami berbagai fenomena dan

permasalahan yang ada dengan cara yang tidak dapat

dilakukan dengan tradisi keilmuan konvensional.

Ketika berbagai aspek di Indonesia sepertinya menjadi

carut-marut dan sulit, seringkali muncul banyak aspek

yang memberikan pandangan negatif terhadap hasil

sebuah analisis, misalnya pemikiran konspiratif, yang

cenderung dekat dengan dalam menilai

kemungkinan munculnya motif-motif negatif pada agen

atau aktor sosial tertentu, inkapabilitas seorang pakar,

dan sebagainya. Padahal pandangan negatif tersebut bisa

saja muncul karena cara kita mengobservasi, yang

ternyata, terlalu linier dan tidak sensitif kepada

kompleksitas permasalahan. Berbagai permasalahan

yang kita tilik dalam buku ini menunjukkan indikasi ini..

Berbagai bidang yang diobservasi dalam buku ini, satu-

persatu menjawab pertanyaan kita tentang kenapa

berbagai permasalahan yang selama ini sulit dicarikan

solusi alternatifnya, yaitu karena cara pandang kita.

Perilaku korup dalam masyarakat terkait dengan sistem

pendidikan, berbagai aspek di bidang kesehatan terkait

dengan pola hidup masyarakat, hingga rasa tidak aman

yang muncul dalam kehidupan sosial muncul dari

ketaktersediaan lapangan kerja. Evaluasi cara pandang

merupakan hal yang terpenting, dan mengingat bahwa

sistem pendidikan formal kita merupakan sebuah

lembaga sosial yang terkait dengan wawasan ini, maka

keterkaitan antara sistem pendidikan dan bidang

keilmuan yang diajarkan menjadi tak lagi terpisahkan.

Dengan kata lain, reforma sistem pendidikan mestinya

bersifat kultural dan bukan struktural, lembaga formal

mestinya mampu mengasah kreativitas dalam

memandang persoalan, sehingga pada gilirannya dapat

dihasilkan solusi dalam pengentasan berbagai

permasalahan sosial yang ada.

suudzon,

d

Page 367: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Seringkali

permasalahan itu tidak melulu dapat`dikategorikan

sebagai ikhwal kuantitas ataupun kualitas semata.

Permasalahan pendidikan yang menjadi dasar solusi

alternatif terhadap berbagai persoalan sosial terkait

dengan bagaimana kita memandang dan menggunakan

institusi pendidikan, gelar kesarjanaan dan kecendikiaan,

dan lebih jauh lagi cara pandang kecendikaan yang

terkadang perlu diperbaiki metodologinya.

Wawasan Nusantara, dengan turunan rumusan

kebijakannya, semestinya melandasi cara kita

memandang dan mengatasi permasalahan sosial. Lebih

jauh, Wawasan Nusantara mesti secara komprehensif

menyadari kompleksitas sosial yang inheren, agar

diperoleh pemahaman yang selengkapnya tentang

sistem. Ini merupakan kunci yang terpenting dalam

memahami Indonesia dan semua ini hanya dapat

dilakukan melalui perspektif wiyatamandala yang

bersandar pada data dan kesadaran akan kompleksitas

yang direpresentasikan oleh data tersebut.

Dalam hal ini, kita memiliki permasalahan akan keduanya.

Apresiasi yang rendah pada data memunculkan berbagai

masalah tersendiri seperti rendahnya akurasi data dan

keterbatasan akses yang sangat tinggi. Di pihak lain,

mereka yang memiliki data seringkali tidak memiliki

kesadaran akan kompleksitas yang inheren dalam data.

Permasalahan Indonesia sangat banyak yang berujung

pada kesulitan yang ditemui dalam kehidupan sosial.

Langkah awal yang ditawarkan sebagai bentuk solusi

alternatif adalah penegakan sendi-sendi Wawasan

Wiyatamandala, tentang apresiasi data dan kesadaran

akan kompleksitas yang inheren dalam data tersebut.

e

Page 368: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

f

Page 369: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Kerja Yang Menjadi Referensi

WPA'2003, "SDA, Masyarakat dan Perusahaan Tambang dalam Lotka-Volterra", oleh: Yun

Hariadi.

WPB'2003, "Inequality and Oil Subsidy in Indonesia", oleh: Hokky Situngkir.

WPC'2003, "BBM : Harga, Threshold dan Subsidi", oleh: Yun Hariadi.

WPD'2003, "Money-Scape : A Generic Agent-Based Model of Corruption", oleh: Hokky

Situngkir.

WPE'2003, "Keuangan Komputasional : Jaringan Saraf Buatan untuk Prediksi Data Deret

Waktu Keuangan", oleh: Hokky Situngkir.

WPF'2003, "Kulminasi Prediksi Data Deret Waktu Keuangan: Volatilitas dalam Garch (1,1)

", oleh: Yun Hariadi.

WPG'2003, "Persepsi Jaringan Saraf pada Peta Pointcare Keuangan", oleh: Yohanes Surya

dan Hokky Situngkir.

WPH'2003, "Peramalan dalam Selang GARCH (1,1)", oleh: Yohanes Surya dan Yun Hariadi.

WPJ'2003, "Evolusi Kontrak Sosial di Indonesia: Catatan Awal", oleh: Hokky Situngkir dan

Yun Hariadi.

WPK'2003, "Dinamika Evolusioner Kontrak Sosial di Indonesia", oleh: Hokky Situngkir dan

Yun Hariadi.

WPL'2003, "Marketing : Antara Teori dan Praktik", oleh: Rendra Suroso.

WPM'2003, "Cultural Studies through Complexity Science: Beyond Postmodern Culture

without Postmodern Theorists", oleh: Hokky Situngkir.

WPN'2003, "NGO's and The Foreign Donations : The Possibilities of Fuzzy Corruption in

The Fuzziness of Social Empowerment (?)", oleh: Hokky Situngkir dan Rio

Siagian.

WPO'2003, "Guts in The Edge of Wealth : An Inquiry to Human Creativeness", oleh: Hokky

Situngkir dan Rendra Suroso.

WPP'2003, "Menengok Kembali Jaringan Autokatalisis Kolektif", oleh: Deni Khanafiah.

WPQ'2003, "Dari Transisi Fasa ke Sistem Keuangan", oleh: Yohanes Surya dan Hokky

Situngkir.

WPR'2003, "Peramalan Jangka Pendek Deret Waktu Keuangan di Indonesia :

Eksperimentasi Persepsi Jaring Saraf Buatan pada Peta Pointcare", oleh:

Yohanes Surya dan Hokky Situngkir.

WPS'2003, "Platform Bangunan Multi-Agen Dalam Analisis Keuangan : Gambaran

Deskriptif Komputasi", oleh: Yohanes Surya dan Hokky Situngkir.

WPT'2003, "Multifraktal : Telkom, Indosat dan HMSP", oleh: Yun Hariadi dan Yohanes

Surya.

WPU'2003, "Sifat Statistika Data Ekonomi Keuangan: Studi Empirik Beberapa Indeks

Saham Indonesia", oleh: Yohanes Surya dan Hokky Situngkir.

WPV'2003, "Metabolism” of Social System : N-Person Iterated Prisoner's Dilemma

Analysis in Random Boolean Network", oleh: Deni Khanafiah dan Hokky

Situngkir.

WPA'2004, "Agent Based Model Construction In Financial Economic System", oleh: Hokky

Situngkir dan Yohanes Surya.

WPB'2004, "DFA pada Saham", oleh: Yun Hariadi dan Yohanes Surya.

WPC'2004, "Economic Agency through Modularity Theory", oleh: Rendra Suroso.

g

Page 370: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

WPD'2004, "On Massive Conflict : Macro-Micro Link", oleh: Hokky Situngkir.

WPE'2004, "Epidemiology with Cellular Automata : Case of Study The Epidemics of Avian

Flu in Indonesia", oleh: Hokky Situngkir.

WPF'2004, "Tracing Cultural Evolution Through Memetics", oleh: Tiktik Dewi Sartika.

WPG'2004, "On Selfish Memes : Culture as Complex Adaptive System", oleh: Hokky

Situngkir.

WPH'2004, "Evolutionary Stable Properties of Political Parties in Indonesia 2004 :

Memetic Approach", oleh: Tiktik Dewi Sartika, Deni Khanafiah dan Hokky

Situngkir.

WPI'2004, "LQ45* dalam Teori Matriks Acak", oleh: Yun Hariadi dan Yohanes Surya.

WPJ'2004, "Penggunaan Fuzzy Cognitive Mapping dalam Konstruksi Analisis Sosial", oleh:

Hokky Situngkir.

WPK'2004, "Power-Law Signature in Indonesian Legislative Election 1999-2004", oleh:

Hokky Situngkir dan Yohanes Surya.

WPL'2004, "Pola Selisih Sebaran Suara Pemilu Parlemen 2004", oleh: Yun Hariadi.

WPM'2004, "The Political Robustness in Indonesia", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes

Surya.

WPN'2004, "Social Balance Theory : Revisiting Heider's Balance Theory for Many Agents",

oleh: Deni Khanafiah dan Hokky Situngkir.

WPO'2004, "Urban Area Development in Stochastic Cellular Automata", oleh: Ivan

Mulianta dan Yun Hariadi.

WPP'2004, "GARCH (2,1) Pada LQ45*", oleh: Yun Hariadi dan Yohanes Surya.

WPQ'2004, "Democracy : Order Out of Chaos", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes Surya.

WPR'2004, "Edukasi Natural dan Arsitektur Kognitif", oleh: Rendra Suroso.

WPS'2004, "Statistical Facts of Artificial Stock Market: Comparison with Indonesian

Empirical Data", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes Surya.

WPT'2004, "Power-Law Signature in Indonesian Population", oleh: Ivan Mulianta, Hokky

Situngkir dan Yohanes Surya.

WPU'2004, "Mungkinkah Muncul Anti-Lonjakan Harga Minyak Dunia? Analisis Log-

Periodik Lonjakan Harga September-Oktober 2004", oleh: Hokky Situngkir

dan Yohanes Surya.

WPV'2004, "Innovation as Evolution : Phylomemetic of Cellphone Designs", oleh: Deni

Khanafiah dan Hokky Situngkir.

WPW'2004, "Pemilu Indonesia Dilihat dari Kacamata Sains Kompleksitas", oleh: Tiktik

Dewi Sartika.

WPX'2004, "Isu di Teoretisasi Folk", oleh: Rendra Suroso.

WPA'2005, "Godel untuk semua", oleh: Ivan Mulianta.

WPB'2005, "Asimetri GARCH dan Simulasi Monte Carlo pada Peramalan GBP/USD", oleh:

Yun Hariadi dan Yohanes Surya.

WPC'2005, "Simulasi Investasi dengan Hukum Pangkat Zipf: Analisis Zipf – (m,2) dalam

Teks Data Indeks Keuangan", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes Surya.

WPD'2005, "Antara Saham Likuid dan Tak Likuid di Bursa Efek Jakarta : Perspektif

Mekanika Statistika", oleh: Hokky Situngkir, Yun Hariadi dan Yohanes Surya.

WPE'2005, "What can we see from Investment Simulation Based on Generelized (m,2)

Zipflaw? ", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes Surya.

WPF'2005, "Jejak Trading System pada Profil Investor", oleh: Deni Khanafiah, Hokky

h

Page 371: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Situngkir dan Yohanes Surya.

WPG'2005, "Membandingkan Sistem Perdagangan Saham dalam Aspek Likuiditas", oleh:

Hokky Situngkir, Hariadi dan Yohanes Surya.

WPH'2005, "On Stock Market Dynamic through Ultrametricity of Minimum Spanning

Tree", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes Surya.

WPI'2005, "Tree of Several Asian Currency", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes Surya.

WPJ'2005, "Evaluating Indonesia Composite Index Drop", oleh: Hokky Situngkir dan

Yohanes Surya.

WPK'2005, "What is Relatedness of Matematics and Art and why we should care? ", oleh:

Hokky Situngkir.

WPL'2005, "SAPTONO : An Experiment with Nonsense", oleh: Rendra Suroso.

WPM'2005, "Isu Teoretisasi di Ekonomi Behavioral", oleh: Rendra Suroso.

WPN'2005, "PERCH : Towards Computational Psychology", oleh: Rendra Suroso.

WPO'2005, "Herding to a Side of Order Book Balance", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes

Surya.

WPP'2005, "Theorizing Corruption", oleh: Deni Khanafiah dan Hokky Situngkir.

WPA'2006, "Innovation as Evolutionary Process", oleh: Deni Khanafiah dan Hokky

Situngkir.

WPB'2006, "Analisis Teori Matrik Acak untuk Data Saham dan IHSG", oleh: Yun Hariadi.

WPC'2006, "Theorizing Corruption through Agent-Based Modeling", oleh: Hokky

Situngkir dan Deni Khanafiah.

WPD'2006, "Value at Risk yang Memperhatikan Sifat Statistika Distribusi Return", oleh:

Yohanes Surya dan Hokky Situngkir.

WPE'2006, "The Collision of Products among Products: A Short Marketing Survey", oleh:

Rendra Suroso.

WPF'2006, "Advertising in Duopoly Market", oleh: Hokky Situngkir.

WPG'2006, "Perspektif Kompleksitas dalam Melihat Fenomena Empiris Sistem Ekonomi",

oleh: Hokky Situngkir dan Rolan Mauludy Dahlan.

WPH'2006, "What Can We Do with The Research Institutefor Social Complexity Sciences in

Indonesia? : Bandung Fe Institute Perspective", oleh: Hokky Situngkir.

WPI'2006, "Kerangka Kerja Ekonofisika dalam Basel II", oleh: Hokky Situngkir.

WPJ'2006, "Knowledge Representation for Content Generation", oleh: Rendra Suroso.

WPK'2006, "Statistical Facts of Artificial Stock Market", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes

Surya.

WPL'2006, "An Alternative Evolutionary Insight on Innovation", oleh: Deni Khanafiah dan

Hokky Situngkir.

WPA'2007, "An Observational Framework to the Zipfan Analysis among Different

Language : Studies to Indonesian Ethnic Biblical Texts", oleh: Hokky Situngkir.

WPB'2007, "The Ribbon of Love : Fuzzy-Ruled Agents in Artificial Societies", oleh: Hokky

Situngkir.

WPC'2007, "Regimes in Babel are Confirmed : Report on Findings in Several Indonesian

Ethnic Biblical Text", oleh: Hokky Situngkir.

WPD'2007, "Kompleksitas Pasar Modal dalam Ekonofisika", oleh: Hokky Situngkir.

WPE'2007, "Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika", oleh: Yun Hariadi.

WPF'2007, "Trees of Electoral District in Indonesian Legislative Election : Empirical Case of

Ii

Page 372: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Assortments in 2004 General Election", oleh: Hokky Situngkir dan Rolan

Mauludy Dahlan.

WPG'2007, "Bird's Eye View to Indonesian Mass Conflict : Revisiting the Fact of Self-

Organized Criticality", oleh: Hokky Situngkir dan Deni Khanafiah.

WPH'2007, "Computational Experiments with the Fuzzy Love and Romance", oleh: Hokky

Situngkir.

WPI'2007, "Conjecture to Statistical Proximity with Thee of Language (?) : Report on Few

Austronesian Languages of Indonesian Ethnics", oleh: Hokky Situngkir dan Deni

Khanafiah.

WPJ'2007, "Karakteristik pada Sekitar Tindak Pengawasan", oleh: Yun Hariadi.

WPK'2007, "An Alternative Postulate to see Melody as ‘Language’ ", oleh: Hokky Situngkir.

WPL'2007, "Zip-Mandelbrot Law Attracts the Market Fluctuations", oleh: Hokky Situngkir.

WPM'2007, "’Evolutionary’ Investment Strategies : A White Paper Towards the Artificial

Trading Intelligence Prototype", oleh: Deni Khanafiah dan Rolan Mauludy

Dahlan dan Hokky Situngkir.

WPN'2007, "Historical Relative Performance Index over Interconnectedness of Badminton

Athletes", oleh: Deni Khanafiah, Rolan Mauludy Dahlan dan Hokky Situngkir.

WPO'2007, "Small World Network of Athletes : Graph Representation of the World

Professional Tennis Player", oleh: Hokky Situngkir.

WPP'2007, "Peluang untuk Studi Kartografi Politik Indonesia : Representasi Spasial Sistem

Sosial Kompleks", oleh: Hokky Situngkir.

WPQ'2007, "Model Jaringan dalam Analisis Media: Peluang Eksploitasi Studi Kultural Pada

Sifat Skala Topografi Tekstual", oleh: Hokky Situngkir.

WPR'2007, "Menuju Perspektif Ekonofisika untuk Posisi Strategis Ekonomi Indonesia di

Kawasan Asia Pasifik ", oleh: Rolan Mauludy Dahlan dan Hokky Situngkir.

WPS'2007, "Antara Merek, Iklan, dan Kepuasan Konsumen: Karakterisasi Konsumen

Indonesia dengan Jaring Saraf Buatan", oleh: Hokky Situngkir.

WPT'2007, "Towards Complexity Studies of Indonesian Songs", oleh: Hokky Situngkir.

WPU'2007, "Konsep Sentralitas Dalam Jaringan Teks", oleh: Hokky Situngkir.

WPV'2007, "Etnik dan Konflik Sosial di Indonesia", oleh: Deni Khanafiah dan Hokky

Situngkir.

WPW'2007, "Komposisi Siaran TV dan Stasiun TV", oleh: Deni Khanafiah dan Hokky

Situngkir.

WPX'2007, "Pohon Keuangan Untuk Aspek Fundamental Firma", oleh: Rolan Mauludy

Dahlan, Deni Khanafiah dan Hokky Situngkir.

WPY'2007, "Pekerja, Pengangguran dan Tindak Kejahatan: Dalam Simulasi Berbasis

Agen", oleh: Yun Hariadi.

WPZ'2007, "Geometri Fraktal pada Batik : Tinjauan Kompleksitas dalam Seni Tradisional",

oleh: Yun Hariadi.

WPAA'2007, "Spreading of Information through “Silaturahmi” Network : Reading Data

from Social Structure of Alumni", oleh: Hokky Situngkir.

j

Page 373: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

S

Buku ini berasal dari pergulatan pemikiran selama bertahun-tahun,

bahkan semenjak penulis masih duduk di bangku-bangku usang di

kampus tempat menuntut ilmu hingga di lembaga

penelitian tempat berkecimpung hingga saat ini. Saat ini bukanlah

momentum untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial.

Namun saat ini, tempat kita tinggal juga seringkali dikatakan berada

dalam kondisi kritikal. Ketakutan yang dirasakan oleh kakek dan nenek

ketika mesti menyeberangi bukit di malam hari: perasaan takut

berpapasan dengan tentara . Ketakutan itu masih terjadi hari ini,

walaupun dengan bentuk yang lain. Kita seringkali ketakutan saat begitu

ingin membeli di suatu malam di sebuah kawasan di bawah

Jembatan Ampera, Kota Palembang, Sumatera Selatan, atau tiba di

sebuah terminal tak dikenal di sebuah kota. Sebuah fakta ironis. Padahal

jelas kita sekarang sudah merdeka. Jelas bahwa sekarang merah putih

bebas berkibar di manapun di pelosok nusantara. Ini adalah refleksi ketika

ada suatu masa kita tak puas dengan pemerintahan Orde Lama, Orde

Baru, dan orde-orde susulan yang ditawarkan. Di sinilah letak ruh yang

merasuki proses penulisan buku ini. Buku ini ingin menantang agar kita

tak mencari-cari siapa yang salah, siapa yang mesti dihukum, siapa yang

mesti jadi kambing hitam. Buku ini menantang kita untuk mengubah

paradigma dalam memandang sistem di mana kita tinggal. Ia berusaha

mengajak kita melihat kembali bagaimana kita melihat diri sendiri melalui

Wawasan Nusantara dan kemudian mau belajar dan memulai menyusun

Wawasan Wiyatamandala dalam proses pembelajaran tanpa henti.

Pendidikan , di bawah asuhan ibu kandung kita, di bawah

asuhan ibu almamater tempat kita belajar membaca, menulis, dan

berhitung, dan di bawah bimbingan ibu pertiwi adalah sebuah siklus yang

sepantasnya berhenti hanya ketika tubuh telah berkalang tanah. Ini

adalah latar belakang lahirnya institut penelitian yang didirikan, Bandung

Fe Institute, yang kemudian berpadu secara sinergis dalam semangat

metodologi ilmiah dan pembangunan bangsa melalui sains di Surya

Research International. Buku ini tidak menawarkan solusi, tak pula

menawarkan senjata pamungkas pengentas kondisi kritikal atau sekian

deret retorika yang membuat adrenalin menggelegak. Ia hadir sebagai

sebuah ekspektasi atas visi kompleksitas yang lahir dari dan untuk

kesadaran keindonesiaan. Buku ini berdiskusi tentang kondisi kritikal, dan

bahwa kita seharusnya mampu menangani kompleksitas dari sistem

tersebut dalam pola-pola pengaturan dirinya.

Student Center

kumpeni

mpek-mpek

in loco materna

dahulu

ebuah C atatan

k

Page 374: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Apa Yang Kita Sebut Sebagai Krisis?

Krisis demi krisis bermunculan di surat kabar, mulai dari krisis ekonomi

dan moneter, krisis politik, krisis hukum, krisis moral, krisis

berkepanjangan, krisis kepribadian nasional, dan berpuluh-puluh frasa

dengan kata krisis, sehingga justru malah sering menimbulkan ambiguitas

pemaknaan kata krisis itu sendiri. Tiap orang dengan sekenanya

menggunakan kata “krisis” tanpa sering mendalami apa sebenarnya

krisis, dan mengapa kata “krisis” ditempatkan di sana. Semua orang

sepertinya boleh membentuk frasa dengan kata krisis, dan yang lebih

aneh lagi, frasa itu terasa masuk akal dengan realitas sosial yang memang

sedang dihadapi oleh masyarakat.

Menilik pendefenisian kata “krisis” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

pengertian dari kata “krisis” adalah keadaan yang berbahaya (dalam

menderita sakit), keadaan yang genting, kemelut, keadaan yang

suram (tentang ekonomi, moral, dan sebagainya). Dengan demikian,

disesuaikan dengan frasa yang terbentuk, maka kondisi Indonesia

memang tergambarkan sangat berbahaya dan menakutkan. Indonesia

saat ini membutuhkan yang luar biasa intensif, di mana sekadar

hasil diagnosis yang menyertakan frasa dengan kata krisis di depannya,

tak mungkin cukup.

Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah

permasalahan sosial dan kultural. Semua orang dengan mudah

melabelkan frasa dengan kata “krisis” karena diagnosis terhadap penyakit

Indonesia yang tak kunjung dirumuskan dengan baik. Semua orang

merasa dirinya cukup representatif untuk menjadi sosiolog untuk

memberikan diagnosis sehingga tak seorangpun dari kita memiliki

rumusan yang benar, apa yang sebenarnya tengah dihadapi oleh bangsa

kita. Ini semua terjadi karena ilmu sosial adalah ilmu yang telanjur

dianggap mudah oleh anak-anak bangsa. Ilmu sosial dianggap sebagai

ilmu hafalan dan cenderung retoris bahkan tidak terlalu membutuhkan

kemampuan analitik. Ilmu pengetahuan alam yang cenderung lebih

matematis jauh lebih dianggap bergengsi. Akhirnya lahirlah sarjana

hukum, ahli antropolog, ahli ekonomi, ahli sosiologi, ahli sejarah

kebanyakan yang mengandalkan adu mulut. Yang lebih mengerikan lagi

adalah bahwa mereka yang berada di area ilmu pengetahuan alam dan

teknologi – dengan anggapan akan kemudahan ilmu sosial – dengan

sekenanya memberi berbagai komentar akan apa yang seharusnya

menjadi area bermain ilmuwan sosial - tanpa memiliki pengetahuan

bahkan rujukan pustaka yang cukup.

Benarkah ilmu sosial lebih mudah daripada ilmu alam? Di mata awam,

ilmu alam sarat dengan rumus-rumus matematika yang cenderung sulit

untuk dipahami. Sementara formulasi matematika, di kalangan ilmuwan

sosial seringkali dianggap sarat reduksionisme, kuantifikasi yang naif,

karena menganggap bahwa terlalu banyak hal di bidang sosial yang tak

mungkin diukur dan didekati secara kuantitatif. Akibatnya adalah

timbulnya polaritas yang bukan lagi antara ilmu sosial dan ilmu alam,

(1)

(2) (3)

treatment

l

Page 375: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

namun lebih dangkal lagi yakni antara ilmu kualitatif dan ilmu kuantitatif.

Dengan sekenanya timbul pelabelan bahwa ilmu alam itu kuantitatif

sementara ilmu sosial kualitatif. Pelabelan inilah yang merusak tatanan

ilmu sosial, karena perdebatan ilmu bukan lagi akan obyek yang akan

didekati, namun lebih kepada metodologi apa yang digunakan untuk

mendekati obyek permasalahan. Apa yang seharusnya dapat didekati

secara kuantitatif atau ditarik ke dalam struktur aljabar yang ketat

ditinggalkan, sehingga berakibat tumpulnya analisis yang dihasilkan.

Yang diukur dan dianalisis dari sebuah fenomena alam adalah faktor-

faktor yang cenderung tetap dengan universalitas yang dapat dilokalisasi

dengan mudah, sehingga analisis ilmu alam di Eropa akan bisa diterapkan

dengan mudah di Indonesia, dengan memperhatikan variabel-variabel

lokal yang mudah dideteksi, seperti percepatan gravitasi, kelembaban

udara, dan seterusnya. Berlawanan dengan hal itu, ilmu sosial

berhadapan dengan manusia sebagai penentu utama variabel tersebut.

Sudah sangat terbukti bahwa analisis sosiologis atau ekonomi yang

berkembang di negara maju belum tentu efektif di Indonesia. Ada

similaritas di dalam berbagai fenomena sosial di seluruh dunia, namun

tidak sama. Contohnya, krisis di Eropa memiliki similaritas dengan di

Indonesia, namun tentunya tidak sama oleh berbagai faktor yang

berkaitan dengan kultur dan ideologi yang berkembang. Meminjam

istilah yang kerap digunakan dalam ilmu alam, terlalu banyak atau

pengganggu ( ) dalam berbagai fenomena sosial. Artinya

pendekatan analitis dalam ilmu sosial harus benar-benar kuat di mana

asumsi-asumsi yang lahir dan menjadi aksiomanya harus benar-benar

dapat dipertanggungjawabkan. Metode pemodelan permasalahan sosial

tidak boleh dibuat seenaknya karena berbeda dengan ilmu alam, ilmu

sosial tidak memiliki laboratorium untuk mencobanya secara

. Laboratorium sosial adalah masyarakat itu sendiri, yang artinya

adalah pemodelan fenomena sosial harus dibuat berbasis simulasi

dengan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan baik. Setelah

lolos dengan analisis dan ujian simulatif yang ketat, baru bisa diterapkan

di dalam realitas masyarakat.

Kompleksitas adalah sebuah perkembangan matematika yang lahir dari

teori yang dikenal dengan sebutan teori chaos, sebuah teori yang melihat

obyek sebagai sebuah sistem yang sangat tergantung kepada kondisi awal

sistem dan sangat sensitif terhadap perubahan yang mengganggunya.

Pada awal kelahirannya, teori ini dikembangkan oleh ilmuwan

meteorologi, Edwin Lorenz, yang pada akhirnya sampai kepada

kesimpulan yang menjadi pemeo di kalangan ilmuwan chaos, “kepakan

kupu-kupu di pantai Amerika Selatan bisa menyebabkan badai bandang di

New York”.

noise

disturbance

trial and

error

rule-rule

Ilmu Kompleksitas sebagai Jawaban

m

Page 376: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

Kompleksitas memandang semua sistem sebagai sebuah sistem yang

senantiasa berubah secara dinamis dan adaptif. Ia memandang sistem

berubah secara iteratif dan mengikuti similaritas tertentu dalam tiap

iterasinya: sangat tergantung kepada kondisi awal iterasi dan sangat peka

terhadap gangguan di mana tiap gangguan kecil dapat mengakibatkan

perubahan besar yang muncul ( ), tak dapat diprediksi secara

linier dari pola analisis biasa.

Sistem sosial adalah juga sistem yang evolutif yang berupaya mencari

daerah-daerah optimum sehingga ia dapat berjalan secara efektif. Inilah

pernyataan yang membangun ilmu sosial, bahwa ada similaritas tertentu

sehingga ada kondisi yang sangat mirip di berbagai fenomena sosial di

berbagai belahan dunia. Namun kondisi inisial berupa faktor budaya,

ekonomi, dan sosial yang berbeda serta “gangguan” sistem yang berbeda

menuntut analisis solutif yang berbeda pula untuk tiap tatanan

masyarakat. Permasalahan sosial harus dijawab secara spasio-temporal

karena tingginya sensitivitas sistem sosial tersebut.

Perkembangan teknologi komputer telah memungkinkan analisis

komputasional yang serumit apapun untuk diselesaikan. Prinsipnya

adalah bagaimana melahirkan struktur yang ada dalam masyarakat dalam

sebuah sistem simulasi komputasional sehingga menghasilkan

masyarakat buatan ( ) Dari sini kita akan dapat

melakukan berbagai eksperimentasi akan berbagai hal yang berkenaan

dengan sistem sosial itu. Berbagai fenomena sosial akan dapat lebih tajam

didekati dengan metode ini. Semua fenomena sosial yang selama ini

didekati secara kualitatif dapat ditarik ke level struktur permasalahan,

untuk kemudian disimulasikan dan melihat faktor besar yang mungkin

muncul ( ) untuk dapat diantisipasi dalam realitas masyarakat

yang ada. Ini menjadi perbedaan yang mendasar dengan metode

konvensional, yang berupaya mengukur semua faktor secara kuantitatif

dan membuat model statistikanya, seolah sistem sosial adalah sistem

yang linier.

Bagaikan air yang mengalir dengan turbulensinya yang sangat sensitif,

demikianlah sistem sosial yang mengalir dan mudah sekali berubah. Inilah

yang menyebabkan sistem sosial sedemikian rumit bahkan dekat dengan

analisis Navier-Stokes yang menggambarkan kondisi batas tertentu

sistem yang bisa membawa sistem ke dalam kondisi chaotik

hidrodinamika. Namun tentu pengetahuan analitik yang biasa digunakan

dalam ilmu alam ini bukanlah satu-satunya modal dasar untuk

memahami sistem sosial dengan pendekatan ini. Setiap analisis yang lahir

harus dimodali dengan pengetahuan akan sistem sosial komprehensif

dan ketat, yang selama ini didekati dengan pendekatan kualitatif. Hal ini

jelas diperlukan mengingat kerumitan sistem sosial tersebut yang jauh

lebih ruwet daripada fenomena alam biasa. Dengan pengetahuan akan

fenomena sosial yang kualitatif tadi, ilmu sosial akan menjadi kaya dengan

bagaimana melakukan pengukuran secara sintaktik sistem sosial yang

ada, dan merumuskan bagaimana sistem tersebut berevolusi. Itulah

sebabnya perlu antar-muka yang baik antara ilmuwan sosial yang kenal

emergence

artificial societies .

emergent

n

Page 377: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

betul dengan fenomena sosial dengan ilmuwan alam yang mungkin telah

terbiasa menggunakan metode ini dalam mengamati fenomena alam.

Dengan pendekatan ini, kita akan mampu melahirkan analisis sistem

sosial yang muncul dari bawah ke atas ( ) dan tidak lagi sekadar

mengekor terhadap analisis sosial yang digunakan dari “barat”. Dengan

kata lain, kita harus mampu merumuskan permasalahan sosial kita

dengan lebih gamblang. Ia harus sesuai dengan spesifikasi masyarakat

kita sendiri. Pada akhirnya, yang berbicara dalam area permasalahan

sosial adalah mereka yang memang paham dengan sistem sosial,

sebagaimana mereka yang paham tentang ilmu alam berbicara tentang

fenomena alam. Ilmu sosial bukan lagi ilmu yang mudah dan bersifat

hapalan, namun memiliki tingkat kerumitan dan keketatan sendiri yang

perlu didekati secara komprehensif agar dapat mengeluarkan berbagai

premis yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Hanya dengan pendekatan ini, kita dapat mengatasi impotensi ilmu sosial

yang ada. Anggapan bahwa hanya dengan pendekatan kualitatif saja

permasalahan sosial bisa dijawab adalah anggapan keliru yang merusak

sistem analisis ilmu sosial itu sendiri. Ilmu sosial tidak lagi kaya dengan

istilah serapan asing yang aneh-aneh dan sukar dimengerti, namun

memiliki kemampuan analitik yang juga mendalam dan mampu

memberikan alternatif solusi bagi permasalahan yang ada. Ini menjadi

kritik yang konstruktif sekaligus tantangan yang positif bagi

perkembangan ilmu sosial kita untuk melahirkan tatanan epistemologis

ilmu yang khas Indonesia, spasio-temporal dan mampu mendiagnosis

bahkan mengkonstruksi alternatif solusi yang jauh dari sekadar retorika

belaka.

Judul yang dipilih secara eksplisit menunjukkan bahwa buku ini memiliki

versi sebelumnya, yaitu “Indonesiaku Indonesiamu v1”. Sebagaimana

telah disebutkan, draft “Indonesiaku Indonesiamu” dikeluarkan oleh

sebagian besar dari tim penulis v2 ketika mereka masih berkecimpung

dalam perkumpulan mahasiswa Komunitas Ganesha-10 di Institut

Teknologi Bandung, yang kala itu merupakan sebuah pusat kajian dan

diskusi humaniora dan gerakan mahasiswa. Komunitas Ganesha 10 lahir

di tengah nuansa reformasi ketika rezim Orde Baru jatuh. Dalam beberapa

hal, individu-individu di Komunitas Ganesha-10 menyadari bahwa inti

permasalahan pada dasarnya tidak terletak pada ikon kepemimpinan

Soeharto. Masyarakat terbelenggu pada suatu pola pemikiran dan

mentalitas bahwa pengunduran diri Soeharto adalah semata-mata awal

dari masa depan yang lebih baik tapi melupakan fakta dinamika

Mengatasi ‘Impotensi’ Ilmu Sosial Kita

Tentang Judul “Indonesiaku Indonesiamu v2”

bottom-up

Logo “Komunitas Ganesha-10”

Institut Teknologi Bandung

o

Page 378: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

kesejarahan dan aktual bahwa hal ini juga akan menjerumuskan dirinya ke

dalam budaya postmodern dan postkapitalis, yang justru akibatnya bumi

Indonesia menjadi tempat yang tidak nyaman untuk hidup dan ditinggali.

Hal-hal ini tercermin dalam draft “Indonesiaku Indonesiamu v1” yang

dikeluarkan saat itu.

Komunitas Ganesha-10 akhirnya membubarkan diri, bersamaan dengan

pembubaran sebuah lembaga kajian besar lain di ITB saat itu, “Lembaga

Kajian & Praksis Demokrasi Veritas ITB” dengan mempertimbangkan

banyak yang berdimensi aktual kemahasiswaan ITB pada masa

tersebut. Gerakan mahasiswa kala itu seperti “melempem” dalam

menyuarakan visi kemasyarakatannya akibat reformasi di dunia

pendidikan tinggi, khususnya di ITB – dengan berbagai kebijakan baru

yang terasa bersifat terlalu administratif namun kurang bernuansa

pengembangan sains. Namun, sebagaimana manusia ditakdirkan untuk

tetap berada pada laju dinamiknya, dan pembelajaran terhadap kondisi

sosial masyarakat Indonesia terus dilakukan secara intensif hingga pada

suatu saat, ditemukanlah konsepsi-konsepsi sains dalam “ilmu-ilmu

kompleksitas”. Reformasi dianggap kurang memberikan dampak luas bagi

kesejahteraan masyarakat karena landasan pijak untuk memperbaiki

keadaan cenderung tidak bersandar pada kondisi kemasyarakatan kita

sendiri, namun lebih kepada apa-apa yang dipaparkan dalam buku-buku

teks dan pemahaman konvensional atas sains sosial.

Sebagian dari mereka yang saat itu ada dalam Komunitas Ganesha-10 dan

LKPD Veritas ITB saat itu menyadari hal ini sepenuhnya dan pada akhirnya

mendirikan Bandung Fe Institute, terinspirasi oleh cara beberapa

ilmuwan besar kontemporer dunia di Amerika Serikat dalam mengakuisisi

sains secara interdisiplin, komprehensif, dan non-linier dalam wadah

kelembagaan Santa Fe Institute. Nama ini jelas pada awalnya merupakan

sebuah yang santai, namun dalam praktiknya memiliki tendensi

serius dengan memperbaiki kondisi kemasyarakatan melalui

pengembangan sains secara intensif.

Kompleksitas komputasional, ekonofisika, sosiofisika, merupakan bidang

interdisiplin tempat bersandarnya kesadaran tersebut. Bandung Fe

Institute lahir dari kekecewaan mendalam atas rasionalitas anak-anak

muda dalam menghidupi kajian-kajian yang diadakan di Student Center

ITB. Kekecewaan akan bagaimana pemimpin-pemimpin “reformis”

menangani situasi pasca-Orde Baru dan secara lokal, bagaimana ITB pada

akhirnya “menemukan” cara baru dalam menekan dinamika aktivitas

kemahasiswaan, merupakan latar belakang yang meningkatkan

intensitas dan semangat untuk sesegera mungkin mampu mengakuisisi

ilmu kompleksitas untuk memahami permasalahan masyarakat di

samping menghasilkan untuk memperbaikinya. ITB merupakan

sebuah institusi pendidikan tinggi terbaik di Indonesia saat itu sehingga

tidak berlebihan status ini telah turut menjadikannya salah satu “tiang”

bangsa. Selain itu, dinamika temporalnya ini telah, secara tak langsung,

“mencetak” sebagian anak-anak muda yang semangat belajarnya luar

constraint

joke

ghiroh

toolbox

p

Page 379: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

biasa tinggi tersebut merasa bahwa rantai yang menyebabkan

kepincangan sistem masyarakat harus diputus. Upaya mempelajari sains

kompleksitas secara luar biasa intensif adalah bentuk pemberontakan

yang sekaligus menjadi dalam menciptakan masyarakat Indonesia

lebih baik. Melalui latar belakang ini, jelas sekali bahwa pemilihan judul

“Indonesiaku Indonesiamu v2” mencerminkan beberapa hal, antara lain:

spirit

� Konsistensi

Dinamika aktivisme dan perjuangan,

Pendidikan yang membebaskan,

Kemurnian gagasan,

Perkembangan dan pertumbuhan,

, bahwa keberadaan Bandung Fe Institute sebagai

pusat penelitian dan studi kompleksitas sosial tak bisa dilepaskan

dari kerinduan akan masyarakat yang lebih baik sebagaimana

terrefleksikan dalam kajian-kajian intensif semasa gerakan

mahasiswa ITB di masa lampau.

bahwa penelitian di

Bandung Fe Institute dilakukan murni untuk perkembangan sains

dengan manfaat seluas-seluasnya bagi masyarakat Indonesia dan

tidak memiliki motif terkait perkembangan sains di Indonesia saat

itu (yang mungkin masih berlangsung saat ini) sebagaimana

tercermin dalam istilah-istilah seperti kredit, proyek, dan

berbagai hal seremonial yang secara prinsip sama sekali tidak

berkenaan dengan pengembangan sains itu sendiri apalagi

berimplikasi positif bagi masyarakat luas.

bahwa pendidikan harus

bersandar pada individu yang ingin belajar dan bukan pada motif-

motif semu yang berujung pangkal pada konstruksivisme sosial

baik keuntungan materi, popularisme semu, atau apapun, dan

bahwa pendidikan yang baik membebaskan individu untuk

berkreasi. Pendidikan yang baik tidak sekadar menghasilkan

koridor atau gang sempit yang tercermin dalam kurikulum dan

akhirnya jalur karir yang mengkotak-kotakkan ilmu pengetahuan

sebagai tempat untuk menjebloskan manusia ke dalamnya.

Pendidikan yang baik meningkatkan derajat kebebasan manusia

sehingga dapat menghasilkan “tonggak” kebudayaan dan

peradaban manusia yang membuatnya berbeda dengan spesies

lain di muka bumi ini.

bahwa gagasan apapun yang tercermin

dalam penelitian yang dilakukan di dalam lingkungan Bandung Fe

Institute adalah murni dari keprihatinan akan situasi dan

bagaimana mengakuisisi metodologi ilmiah untuk memperbaiki

keadaan.

bahwa mereka yang ada dalam

Bandung Fe Institute senantiasa berkembang dan tumbuh dalam

wacana, tidak statik. Tidak ada hal yang berubah dari draft

“Indonesiaku Indonesiamu v1” dan “Indonesiaku Indonesiamu

v2” selain pemahaman yang semakin komprehensif,

dan lebih berdasar ilmu pengetahuan. Semangat juang,

kesadaran, dan keprihatinannya niscaya senantiasa sama, tidak

berubah walau sedikit.

cum,

refutable,

q

Page 380: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

u

n

a

o

r

s

P

PROFIL SINGKAT

Pengarah ( )Supervisor

Profesor Yohanes Surya, lahir pada tanggal 6 November 1963

merupakan fisikawan yang menjadi peneliti senior ( ) di

Surya Research International. Gelar PhD diperolehnya dengan yudisium

dari , Virginia,

Amerika Serikat. Aktif dengan berbagai penelitian di berbagai tempat dan

bidang, mulai dari penelitian fisika nuklir, fisika nanoteknologi, hingga

ekonofisika sebagaimana tergambar dari berbagai publikasi ilmiahnya di

, , dan sebagainya, di samping berbagai

penghargaan yang diperolehnya pada bidang-bidang ini. Sosok Profesor Surya sudah tidak

asing di bidang pendidikan sains, khususnya fisika di Indonesia. Hal ini tercermin dalam

aktivitasnya dalam berbagai upaya meningkatkan ketertarikan dan pengetahuan

masyarakat luas Indonesia melalui berbagai karyanya berupa literatur pendidikan fisika

termasuk ratusan artikel dan puluhan buku populer di bidang ini. Kiprahnya sebagai

dan

telah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional lewat

berbagai penghargaan yang dipersembahkan oleh kontingen Indonesia. Profesor Surya

aktif dalam berbagai seminar dan konferensi baik dalam skala nasional dan internasional

sebagai pemakalah ataupun sebagai , termasuk sebagai pada

di Bali. Di Indonesia, Profesor Surya merupakan

seorang perintis dan pembuka jalan bagi studi teoretis, aplikatif dan implementatif

ekonofisika.

senior fellow

cum laude Dept. Physics College of William and Mary

Physical Review C Physical Review D Physica A,

President of Indonesian Physics Olympiad Team Vice President of The First Step to

Nobel Prize in Physics

keynote speaker Chairman

International Econophysics Conference

Ketua Tim Pelaksana/Editor/Penanggungjawab

Hokky Situngkir, lahir pada tanggal 7 Februari 1978 dan merupakan

peneliti Surya Research International dengan berbagai area

penelitian interdisipliner mulai dari studi

dan . Situngkir

juga merupakan salah seorang pendiri dan ketua departemen

di Bandung Fe Institute, organisasi penelitian

kompleksitas pertama di Indonesia. Berbagai penelitian di bidang ekonofisika dilakukan

bersama Profesor Yohanes Surya dan Profesor Roy Sembel di lingkungan Surya Research

International, termasuk di dalamnya analisis fluktuasi harga dan indeks keuangan dan

penelitian konsultatif di Bursa Efek Jakarta. Puluhan publikasi penelitian Situngkir telah

diterbitkan di berbagai tempat baik dalam skala nasional maupun internasional seperti

dan

. Situngkir aktif pula dalam web

tutorial Sosiologi Komputasional berbahasa Indonesia di

dan situs kartogram Indonesia . Ia

juga aktif dalam berbagai pertemuan ilmiah berskala nasional dan internasional seperti

dan

. Saat ini Situngkir juga menjabat sebagai presiden di

Bandung Fe Institute dan seorang di Surya Research International.

artificial societies and social

simulations, memetics and cultural studies, dynamical system analysis,

neural network and statistical modeling, financial analysis

Computational Sociology

Journal of Social Complexity, Physica A, Journal of Peace and Conflict Resolution,

Journal of Literary Complexity Studies maintenance

Conference of Application of Physics in Financial Analysis, International Conference on

World of Heterogenous and Interacting Agents, Complexity in Cultural and Literary

Studies, World New Economic Window, International Conference in Computational

Intelligence in Economics and Finance

research fellow

http://compsoc.bandungfe.net

http://compsoc.bandungfe.net/kartografi-indonesia

e

Page 381: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

v

Penulis Peneliti

Yun Hariadi, lahir di Blitar, Jawa Timur, pada tanggal 5 September 1978

memiliki ketertarikan penelitian untuk bidang aljabar, geometri

diferensial, sistem dinamik, dan sistem logika. Sebagai salah seorang pendiri

dan anggota Bandung Fe Institute, kebanyakan penelitian

yang dilakukannya dalam fokus permasalahan kriminalitas dan

pengangguran dengan menggunakan analisis diferensial non-linier. Dalam

fisika keuangan ia mengkhususkan diri pada analisis data deret waktu dengan

menggunakan pendekatan otoregresi dalam kolaborasi penelitian dengan Yohanes Surya

termasuk penelitian konsultatif dalam kerja sama penelitian antara Surya Research

International dan Bursa Efek Jakarta. Hariadi telah menerbitkan belasan makalah

penelitian di lingkungan Bandung Fe Institute termasuk di

dengan penelitian terakhirnya seputar analisis pada motif batik Jawa. Yun

Hariadi saat ini menjabat sebagai kepala Departemen di

Bandung Fe Institute.

Board of Science

Journal of Social Complexity

self-similarity

Dynamical System Modeling

Penulis

Hoferdy Zawani, dilahirkan di Magelang, Jawa Tengah, 21 Juni 1983,

merupakan salah seorang penulis dalam proyek publikasi buku ini.

Telah berkecimpung di dunia tulis-menulis bahkan sebelum meluluskan

diri dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi

Bandung, yaitu ketika masih duduk di bangku sekolah menengah melalui

prestasinya menjuarai berbagai perlombaan karya tulis di tempat ia dibesarkan,

Palembang, Sumatera Selatan, baik tingkat kotamadya dan propinsi. Prestasi di bidang ini

masih terus diraihnya sebagai salah seorang finalis pada

dan Program Pelayaran Pemuda Indonesia-Australia-Jepang yang diadakan

Departemen Pendidikan Nasional. Di samping aktivitasnya sebagai asisten mata kuliah

Kependudukan dan di Laboratorium Komputer Planologi ITB ia juga memiliki kepedulian

tinggi di bidang sosial humaniora, terlihat dari berbagai aktivitas kemahasiswaannya di ITB

dan ketika ia menjabat sebagai Ketua

(2006).

Bayer Young Environmental

Envoy,

The First South East Asia Student Forum on

Technology

Rolan Mauludy, lahir di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 2

Desember 1981 dan saat ini menjadi di Bandung Fe Institute.

Penelitiannya berpusat pada analisis ekonomi kompleksitas dan

evolusioner dengan menggunakan berbagai perangkat ekonomi

kontemporer termasuk simulasi dan pemodelan dinamik. Sebelum

bergabung di Bandung Fe Institute dan Surya Research International,

semasa kuliah di Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, pernah menjabat sebagai

Ketua Institut Sosial Humaniora Tiang Bendera ITB, yang banyak melakukan kajian kritis di

bidang pendidikan dan kemasyarakatan. Penelitian terbarunya adalah seputar aspek

inovasi pada sistem ekonomi dan penelitian tentang dinamika kewirausahaan (

) termasuk beberapa kajian strategis di bidang pasar valuta asing dan

pendekatan politik ekonomi Indonesia di Asia Pasifik melalui berbagai perangkat dalam

ilmu-ilmu kompleksitas.

scholar

self-

employment

Deni Khanafiah, lahir di Garut, Jawa Barat, pada tanggal 6 September

1979 dan saat ini merupakan salah seorang scholar penelitian di Dept.

Bandung Fe Institute. Penelitiannya berfokus pada

pemodelan evolusioner dalam analisis sosial, organisasi, dan teori tentang

inovasi. Ia juga tertarik pada penelitian konflik sosial dan kemiskinan. Semasa

berkuliah di Jurusan Kimia Institut Teknologi Bandung, ia juga aktif di berbagai

lapangan kemahasiswaan dan kemasyarakatan serta pernah menjabat sebagai Sekretaris

Jenderal Kelompok Kajian dan Diskusi Komunitas Ganesha-10 Institut Teknologi Bandung,

serta seorang pendiri Institut Sosial Humaniora “Tiang Bendera” ITB. Di samping aktif

Computational Sociology,

Page 382: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

w

Rendra Suroso, lahir di Ponorogo, Jawa Timur, pada tanggal 31 Maret

1980 yang tadinya memiliki ketertarikan analitis dalam ilmu astronomi

namun berubah haluan ke kajian Sistem Kognitif. Area penelitiannya dimulai

dari psikologi evolusioner yang terkait dengan kecerdasan buatan (

) dan . Kebanyakan makalah penelitiannya

melingkupi area ini, dengan penekanan pada pikiran terotomasi (

). Saat ini ia juga aktif memoderasi dan me- proyek CogSciFunPage

sebuah proyek penerbitan online tutorial tentang sistem kognitif di

. Belakangan ini, ia juga aktif dalam penelitian di bidang

linguistik komputasional dengan ketertarikan utama pada ikhwal

. SAPTONO (Studi Aplikasi Otomata Nonsense) merupakan sebuah hasil

kerjanya di bidang generasi teks. Suroso saat ini duduk sebagai kepala departemen

Bandung Fe Institute.

artificial

intelligence philosophy of mind

automated

reasoning manage

generators dan

generations

Cognitive Science

http://cogsci.bandungfe.net

Manajemen & Organisasi

Yohanis, dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan, pada tanggal 4

Februari 1978 saat ini merupakan Presiden Direktur dari Surya

Research International. Meski tergolong muda, pengalamannya di bidang

manajerial dan keuangan telah cukup luas yang tercermin dalam berbagai

kiprahnya di Kelompok Studi Ekonomi Pasar Modal ITB, Pojok BEJ di

Universitas Padjajaran Bandung, dan merupakan pendiri sekaligus pernah

menjabat sebagai ITB. Semasa berkuliah di

Universitas Widyatama (d.h. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung (STIEB)) merupakan

Presiden II Senat Mahasiswa dan saat ini menjabat juga sebagai Sekretaris II Ikatan Alumni

Universitas Widyatama. Pengalamannya di bidang keuangan telah membawanya menjadi

pembicara di berbagai seminar di berbagai perguruan tinggi termasuk beberapa kali

di berbagai stasiun radio di Bandung. Sebelum menjadi pimpinan di Surya Research

International, ia adalah Direktur PT Surya Cipta Global International, Kepala Departemen

Riset dan Analisis BBMWatch, bekerja di System Analysis & Marketing PT Netcom

Indonesia, dan Marketing Research & Analysis and Product Research & Development PT

eStockSimulation Dot Com. Yohanis juga memegang berbagai sertifikat di bidang

dan manajemen keuangan dan akuntasi berskala nasional.

President of Ganesha Investment Club

talk-

show

brokerage

Asisten Peneliti

La Ode Ardian Maulana Effendy, dilahirkan di Raha (Muna), Sulawesi

Tenggara, pada tanggal 2 Januari 1982, merupakan asisten calon

peneliti di Bandung Fe Institute dengan ketertarikan penelitian di bidang

sosiologi dan ilmu politik komputasional serta geometri voting/pemilihan.

Semenjak duduk sebagai Ketua Organisasi Siswa Intrasekolah Sekolah

Menengah Umum 1 Raha dan diteruskan ketika berstatus mahasiswa di

Departemen Teknik Material Institut Teknologi Bandung, memiliki ketertarikan dan

keprihatinan yang kuat akan pendekatan sains untuk pengembangan ilmu sosial dan

kemasyarakatan, tercermin dari aktivitasnya saat menjabat sebagai Ketua Institut Sosial

Humaniora “Tiang Bendera” ITB dan menjadi untuk

(2006). Saat ini, Ardian tengah mengerjakan

proyek penelitian di bidang Teori Keseimbangan Sosial di bawah arahan Deni Khanafiah di

Dept. Bandung Fe Institute.

steering committee The First South

East Asia Student Forum on Technology

Computational Sociology

dalam penelitian di Bandung Fe Institute, ia juga aktif dalam komunitas internasional

untuk pemodelan berbasis agen dengan menggunakan platform SWARM dan konferensi

internasional seperti

. Beberapa makalahnya telah dimuat dalam dan

saat ini merupakan dari jurnal tersebut. Saat ini, Khanafiah juga duduk

sebagai Kepala Unit Penelitian dan Pendidikan Bandung Fe Institute.

International Conference in Computational Intelligence in Economics

and Finance Journal of Social Complexity

Editor in Chief

Page 383: Yohanes Surya, Hokky Situngkir Solusi Untuk Indonesia Prediksi Ekonofisik Kompleksitas

x