ykptisipp--raninoveli-197-1-raninov-a
-
Upload
hasrul-mappangaja -
Category
Documents
-
view
25 -
download
2
description
Transcript of ykptisipp--raninoveli-197-1-raninov-a
-
i
PERANCANGAN INTERIOR LOBBY LOUNGE DAN RESTORAN
HOTEL AMAROOSSA DENPASAR BALI
PENCIPTAAN
Oleh :
Rani Novelia
PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN
FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI RUPA INDONESIA YOGYAKARTA
2013
-
ii
PERANCANGAN INTERIOR LOBBY LOUNGE DAN RESTORAN
HOTEL AMAROOSSA DENPASAR BALI
PENCIPTAAN
Oleh :
Rani Novelia 011 1232 023
Tugas Akhir ini diajukan kepada Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S- 1 dalam bidang
Desain Interior 2013
-
iii
-
iv
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir Karya Desain ini kupersembahkan kepada :
Kedua orang tuaku Bapak Irman dan Ibu Gusniar Chaniago tercinta
Om-ku Jumaldi Alfi dan Tante-ku Wiwid Widiastuti
Saudaraku, kakak-kakakku dan Keluarga Besarku di Padang,
Jogja, Solo, dan semua teman-temanku
yang selalu mengsuportku hingga kini bahkan sampai kapanpun
Keluarga besar PSDI Yogyakarta
Semua yang terlibat dalam terciptanya Tugas Akhir ini.
-
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Karya Desain
ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Desain
Interior, Jurusan Desain, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir
ini tidak terlepas dari dorongan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak.
Dengan rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Suastiwi, M.Des. Dekan Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta.
2. M. Sholahuddin, S.Sn., MT. Ketua Jurusan Program Desain, Fakultas
Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
3. Martino Dwi Nugroho S.Sn.,M.A. Ketua Program Studi Desain Interior,
4. Dr. Suastiwi, M.Des. sebagai Dosen Wali.
5. Ivada Ariyani S.T.,M.Des. sebagai Dosen Pembimbing I
6. M. Sholahuddin, S.Sn., MT.sebagai Dosen Pembimbing II
7. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Desain Interior, dan Mbak Shinta.
8. Kedua Orang Tuaku Bapak Irman dan Ibu Gusniar Chaniago serta kakak-
kakak dan adik-adikku tercinta
9. Keluarga besar di Padang, Jogja dan Solo
10. Teman teman Desem8er Desain Interior 2008
11. Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir
12. Manajemen Hotel Amaroossa
13. Teman- teman di Kosan Puspita Dewi dan Turunggo Seto
14. Semua pihak yang telah membantu baik secara tenaga, moral, maupun doa
dalam penyusunan Tugas Akhir Karya Desain ini
Yogyakarta, 22 juni 2013
Penulis
-
vi
Rani Novelia
ABSTRAK
JUDUL : PERANCANGAN INTERIOR LOBBY LOUNGE DAN
RESTORAN HOTEL AMAROOSSA BALI
Bali merupakan kota wisata paling banyak peminatnya di
Indonesia baik dari dalam negri maupun mancanegara. Hotel menjadi
sarana penting untuk mendukung kegiatan pariwisata atau bisnis.
Hotel ini mengangkat tema Balinesse Culture dengan gaya
Postmodern, yang terletak di Jl. Kebo Iwa No. 4 Denpasar. Hotel ini
-
vii
menyediakan berbagai macam fasilitas untuk pengunjung hotel, baik
dengan tujuan bisnis, maupun dengan tujuan liburan, serta fasilitas eklusif
lain untuk pengunjungnya. Hotel Amaroossa Bali memiliki 43 kamar,
untuk fasilitas meeting room, serta fasilitas restoran, kolom renang, dan
lain-lain.
Hotel Amaroossa ini dirancang untuk kenyamanan optimal dan
mempunyai karakter khusus, dengan suasana tradisional yaitu mengangkat
tema Balinesse Culture yaitu lebih mengacu pada bentuk ornamen, dan
pura dengan gaya postmodern.
Pearancangan hotel ini diutamakan pada area lobby, lounge,
restoran dan meeting room, dengan pemakaian bahan material lokal yang
sesuai dengan tema pada setiap elementnya.dengan view kolom renang
sebagai point of interestnya menambah daya tarik tersendiri bagi hotel ini.
Diharapkan dengan mengangkat tema Kebudayaan Bali " Balinesse
Culture " dan gaya postmodern, hotel ini mempunyai karakter khusus, dan
menghasilkan suatu perancangan interior yang mengakomodasi
kelengkapan ruang dan bangunan yang ada.
Kata Kunci : Interior, Lobby, Lounge, Restaurant, Meeting room,
Hotel, Postmodern,
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................i
Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii
Persembahan .....................................................................................................iii
Kata pengantar ................................................................................................. iv
-
viii
Daftar Isi ..........................................................................................................v
Daftar Gambar ...............................................................................................viii
Daftar Tabel ..................................................................................................... x
Abstraksi ..........................................................................................................xi
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................1
BAB II LANDASAN PERANCANGAN ...... 3
A. DESKRIPSI PROYEK ................................................................. 3
1. Tujuan dan Sasaran Perancangan ........................................ 3
2. Manfaat Perancangan............................................................3
3. Permasalahan Perancangan...................................................4
4. Lingkup dan Cakupan Tugas ... 4
5. Keinginan Klien....................................................................6
6. Tinjauan Data.......................................................................6
1. Non Fisik...........................6
2. Fisik........ ......................................................................8
B. PROGRAM PERANCANGAN....................................................16
1. Pola Pikir Perancangan ..................16
2. Standarisasi Hotel ..............16
3. Standarisasi Perancangan Lobby........................................25
4. Standarisasi Perancangan Lounge......................................26
5. Standarisasi Perancangan Bar.............................................27
6. Standarisasi Perancangan Restoran....................................27
7. Standarisasi Perancangan Metting Room..........................32
-
ix
8. Standarisasi Perancangan Perabot.....................................33
C. PERANCANAAN SPASIAL .........................46
1. Pembagian Zona dan Sirkulasi...........................................46
2. Elemen Pembentuk Ruang.................................................48
3. Psikologis Warna ..52
4. Tata Kondisional.................................................................55
5. Estetis Dan Restoran..........................................................62
BAB III PERMASALAHAN PERANCANGAN ....63
A. Pembentukan Karakter Ruang dan Elemen Desain ........................63
B. Perencanaan Ruang Publik .....64
1. Organisasi ruang ............... ................................................64
2. Organisasi Ruang Lantai dasar...........................................64
3. Organisasi Ruang Lantai Basemen.....................................66
4. Elemen Estetis....................................................................67
BAB IV KONSEP DESAIN .........................................................................69
A. KONSEP PROGRAM PERANCANGAN ..................................69
1. Tema dan Gaya Perancangan ............................................69
a. Interpretasi Tema.......................................................69
b. Gaya Perancangan .71
2. Pencapaian dan Penerapan Suasana ...................................72
a. Berdasarkan Lokasi ...................................................72
b. Berdasarkan Klasifikasi Hotel...................................72
c. Berdasarkan Pola Interaksi .......................................72
1. KONSEP PROGRAM PERANCANGAN
2. Lobby ..................73
-
x
3. Lounge.........73
4. Restoran ..................................74
5. Metting Room......................................................................74
6. Hubungan Antar Ruang ..75
7. Program Kebutuhan Furniture dan Fasilitas....76
B. KONSEP RANCANGAN FISIK....................................................67
Lihat pada lampiran
BAB V PENUTUP ..78
A. KESIMPULAN ....78
B. SARAN ....................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................81
LAMPIRAN ....................................................................................................82
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL : PERANCANGAN INTERIOR LOBBY LOUNGE DAN RESTORAN
HOTEL AMAROOSSA BALI
B. LATAR BELAKANG
-
xi
Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki potensi besar
dibidang parawisata, dengan keindahan alamnya, berbagai macam budaya,
kesenian, dan tradisi sosial masyarakat yang mayoritas beragama Hindu maka
Bali dikenal juga dengan sebutan Pulau Seribu Pura, Pulau ini banyak
dikunjungi parawisatawan baik dari dalam negeri maupun dari mancanegara.
Dengan semakin meningkatnya jumlah pengunjung, maka banyak
pengembang properti yang marak membangun pembangunan infrastruktur,
gedung-gedung, galeri-galeri pameran, gedung-gedung perkantoran,
pemerintahan, termasuk hotel, villa, dan resort.
Saat ini infrastruktur yang berkembang pesat yaitu pembangunan hotel,
villa, dan resort yang menunjang kebutuhan akan penginapan. Salah satunya yaitu
Hotel Amaroossa Bali yang terletak di JL.KeboIwa No. 4, Denpasar, Bali.Hotel
Amaroossa dirancang untuk kenyamanan optimal dan mempunyai karakter
khusus, dengan suasana tradisional yaitu mengangkat tema tentang Balinesse
Culture yaitu lebih mengacu pada bentuk ornamen dan bentuk pura dengan gaya
postmodern. Hotel Amaroossa cocok untuk keluarga dan kelompok kecil yang
ingin merasakan suasana terbaik di Bali.
Hotel ini menyediakan berbagai macam fasilitas untuk pengunjung hotel,
baik dengan tujuan bisnis, maupun dengan tujuan liburan, serta fasilitas eklusif
lain untuk pengunjungnya. Hotel Amaroossa Bali memiliki 43 kamar, untuk
fasilitas meeting room, serta fasilitas restoran, kolom renang, dan lain-lain.
Yang menarik dari Hotel Amaroossa ini adalah letaknya yang strategis di
pusat ibukota Bali dan Hotel berstandar Internasional yang dapat menarik
pengunjung dari dalam maupun luar negri untuk menginap di Hotel Amaroossa.
Jarak tempuh dari Bandara Udara Internasional Ngurah Rai hanya 15 menit,
sehingga memper mudah pengunjung yang akan menginap untuk tujuan bisnis,
atau hanya untuk menghabiskan waktu berlibur mereka. Inilah yang melatar
belakangi desainer mengapa memilih Hotel Amaroossa sebagai desain karya tugas
akhir.
-
xii
BAB II
LANDASAN PERANCANGAN
A. DESKRIPSI PROYEK 1. Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan lobby dan restoran Amaroossa Bali adalah :
a. Merancang interior hotel yang fungsional dan optimal, dengan tema
Balinesse Culture dengan gaya postmodern yang mampu
menampung aktivitas pengunjung maupun pengelola sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing.
-
xiii
b. Merancang interior hotel yang mampu memberikan karakter khusus
pada interior hotel melalui elemen pembentuk ruang berdasarkan
pertimbangan lokasi, aspek interior, klasifikasi hotel, serta keinginan
serta tujuan pemilik untuk mencapai konsep yang sesuai dengan tema
Balinesse Culture dan gaya postmodern ke dalam perancangan
interior hotel ini.
2. Sasaran Perancangan a. Menerapkan unsur-unsur kebudayaan tradisional Bali yaitu dengan
mengambil bentuk Ornamen yang distilisasi pada desain furnitur,
unsur pembentuk ruang, dan elemen estetis
b. Menerapkan bahan-bahan fabrikasi modern dengan bahan-bahan
lokal, yang diwujudkan pada furnitur, elemen estetis dan unsur
pembentuk ruang.
3. Manfaat Manfaat perancangan interior Lobby Lounge & Restoran Hotel
Amaroossa Denpasar Bali diharapkan mampu :
a. Mendorong lebih banyak pengunjung maupun wisatawan agar datang
ke hotel ini.
b. Memberikan kenyamanan bagi setiap pengunjung serta bagi pengelola
dan pegawai hotel.
c. Mampu menciptakan suasana yang diinginkan dengan pencapain gaya
postmodern dan tema Balinesse Culture yang diinginkan.
4. Permasalahan Perancangan a. Bagaimana merancang desain pada pembagian zona dan sirkulasi agar
mempermudah aktivitas pengunjung maupun pengelola sesuai dengan
kebutuhan ruang.
b. Bagaimana merancang desain pada element pembentuk ruang dan
elemen estetis ruang hotel yang sesuai tema agar lebih menarik, agar
suasana serta tujuan pemilik untuk pembentukan karakter khusus hotel
yang mengangkat kebudayaan Bali yaitu bentuk pura dan ornamen
Bali dapat tercapai.
5. Lingkup dan Cakupan Tugas
-
xiv
Secara keseluruhan lingkup perancangan interior hotel memiliki
keluasan 1259 m2 dan di batasi pada area-area yang terdiri atas :
a. Area Restoran = 165 m2
b. Lobby Lounge = 85 m2
c. Meeting room = 360 m2
d. Resepsionis = 45 m2
e. Office = 85 m2
f. Bedroom
Type - A = @50 m2/ *10 =500 m2
Type - B = @45 m2/ *30 =1350 m2
Type C = @45 m2/ *3 =135 m2
Cakupan dan arahan tugas dalam perencanaan dan perancangan
ini yang meliput:
a. Konsep Desain
1) Analisis
Analisis bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang akan
membantu memehami sifat dasar permasalahan dan jawabannya.
2) Sintesis
Sintesis berguna untuk menyatukan jawaban persoalan melalui
pengetahuan dan pemahaman baik dari ilmu pengetahuan,
pengalaman dan imajinasi.
3) Evaluasi.
Evaluasi merupakan tahap panalaran terhadap kelebihan dan
kekurangan suatu usulan ( alternatif ) untuk manghasilkan
keputusan desain akhir.
b. Desain
1) Gambar Kerja
a) Denah dan Lay Out 1 : 50
b) Rencana Lantai 1 : 100
c) Rencana Plafon/ME 1 : 100
d) Potongan 1 : 50
e) Spesial Desain 1 : 20
-
xv
f) Perabot 1 : 5, 1 : 10
g) Detail Perabot 1 : 2
2) Perspektif
a) Perspektif Ruang
b) Perspektif Perabot
c) Aksonometri
3) Maket Studi 1 : 20
4) Skema Bahan dan Warna
5) Rencana Anggaran Biaya (RAB)
6) Pameran
a) Display Pameran
b) Banner Pameran
c) Katalog Pameran
6. Keinginan Klien Pengelola berkeinginan agar hotel ini memiliki identitas maupun
karakter khusus pada penerapan interior ruangnya yang sesuai dengan
tema dan gaya yang akan diterapkan pada elemen pembentuk ruangnya,
serta memiliki sistem pelayanan yang profesional dan
berkualitas.Dengan menerapkan tema Balinesse culture kedalam
perancangan interior hotel yang diharapkan dapat menjadi daya tarik
tersendiri,memberikan identitas maupun karakter tersendiri untuk hotel
ini.
-
xvi
Gambar 1.0. Karakter bangunan hotel di Bali
(Sumber:www.agoda.com 2013)
7. Tinjaun Data a. Data Non Fisik
1) Identitas Bangunan
a) Nama Proyek : The Amarossa Hotel, Denpasar,
Bali
b) Lokasi proyek : JL. Kebo Iwa No.4 Denpasar, Bali
c) Identitas Kepemilikan :Sol Amaroossa Group
d) Perencana Arsitektur : Pensil Desain
e) Structural Consultant : Architectureand Interior
2) Logo
Gambar. 1.1. Logo hotel
(Sumber :www.amaroossa_logo.com 2013)
-
xvii
Gambar. 1.2. Struktur Organisasi Hotel Amaroossa Denpasar Bali
(sumber : Manajemen Hotel Amaroossa Bali, 2013 ).
3) Kebutuhan ruang pada bangunan hotel
Tabel 2.1 Contoh kebutuhan ruang pada banguna Hotel
Fungsi Kebutuhan Ruang Karakter Ruang
Fungsi Utama :
Bermukim
Kamar tidur Non formal, santai
Ruang makan Non Formal
Kamar mandi/wc Privat, non formal
Fungsi Kebutuhan Ruang Karakter Ruang
Fungsi pendukung :
Standar :
Interaksi sosial
Ruang tamu Non formal- formal, santai,
rekreatif
Ruang santai Non formal- formal, santai,
rekreatif
Administrasi Lobby Formal- non
formal,informatif
Resepsionis Formal- non formal,
informatif
Tambahan : (
sesuai jenis
*) Sesuai jenis hotel
yang di bangun
*)menyesuaikan dengan
aktifitasnya
-
xviii
hotel yang
dibangun )
Fungsi pelengkap :
Penegelola bangunan
Ruang-ruang kantor Formal, disiplin
Gudang Disiplin, non formal, aktif
Parkir Disiplin, non formal, aktif
Ruang karyawan Disiplin, non formal, aktif
Kitchen Disiplin, non formal, aktif
( Sumber : Marlina, Panduan Perancangan Bangunan Komersial, 2007:
284)
b. Data Fisik 1) Luas Proyek
Hotel ini direncanakan akan berdiri diatas lahan seluas 1259 m2
dan total luas keseluruhan bangunan 3459 m2.
total luas keseluruhan bangunan 3459 m2
-
xix
Gambar 1.3. Siteplan hotel
(Sumber : Manajemen Hotel Amaroossa, 2012 )
2) Lokasi Proyek
Proyek yang akan di desain merupakan bagian ruang dari Hotel
Amarossa di mana hotel berlokasi di Jl. Kebo Iwa No.4 Denpasar,
Bali.
Gambar. 1.4. Peta lokasi proyek
(Sumber :www.google map.com, 2013)
3) Aksonometri Bangunan Hotel Amaroossa
Gambar 1.5. Aksonometri
(Sumber : Analysis, 2013)
-
xx
4) Denah
Gambar 1.6. Denah Lantai Basement
(Sumber : Manajemen Hotel Amaroossa, 2013)
-
xxi
Gambar 1.7. Denah Lantai Dasar
(Sumber : Manajemen Hotel Amaroossa, 2013).
5) Tampak
-
xxii
Gambar 1.8. Tampak Depan Hotel
(Sumber :Manajemen Hotel Amaroossa)
Gambar 1.9. Tampak Samping Hotel
(Sumber : Manajemen Hotel Amaroossa)
6) Potongan
-
xxiii
Gambar 2.0. Potongan A-A
( Sumber : Manajemen Hotel Amaroossa, 2012 )
-
xxiv
Gambar 2.1. Potongan B-B
(Sumber : Manajemen Hotel Amaroossa, 2012)
B. PROGRAM PERANCANGAN.
1. Pola Pikir Perancangan
-
xxv
Gambar 2.2. Pola Pikir Perancangan
(Sumber : Analysis, 2013)
2. Data Literatur
a. Standarisasi Perancangan Hotel
Hotel adalah bangunan umum yang memberikan pelayanan
berupa jasa kepada orang yang sedang melakukan perjalanan dengan
imbalan berupa uang dengan jenis pelayanan penyediaan tempat
makan dan minum(fred lawson, 1976: 11). Berikut ini adalah tabel
standarisasi hotel menurut WTO.
Tabel. 2.2.WTO minimum hotels standards
Hotel Hotel Hotel Hotel Hotel
-
xxvi
Bintang I Bintang II Bintang III Bintang IV Bintang V
Telepon umum
Telepon
tersambun
g dengan
area
reseptionis
Kedua telepon berada di
lobby
Kedap suara di bilik lobby
dan tersambung dengan
nasional maupun
internasional
Telepon terdapat pada semua ruang publik
Ruang tidur
- Single
- Double
- Triple
Suites
Cukup untuk bergerak bebas, nyaman dan aman. Minimal area per
meter persegi(termasuk kamar mandi an lobby)
8
10
12
8
10
12
10
12
14
12
14
16
13
16
19
Tersedi
a
beberap
a suite
yang
mengub
ungkan
kamar
untuk
membu
at suite
sementa
ra
independen
suite dari
berbagai
variasi dan
menghubungk
an kamar
Single bed
Ukuran
minimal
1900mm x 800mm 2000mm x 800mm
Sprei/handuk
Sprei tempat tidur
diganti dengan penghuni
baru.
Sprei tempat tidur
Handuk diganti dengan penghuni baru dan
setiap hari.
Sprei tempat tidur diganti setiap hari
-
xxvii
diganti dua kali
seminggu
Room
Cleaning
Setiap hari
Permintaan
room
clening
hingga
pukul
00.00 WIB
Permintaa
n room
cleaning
24 jam
Penyimpanan/
Storage
Closet atau almari dilengkapi
dengan hunger Increasing in sophistication
Tempat duduk Minimun satu kursi per
orang Minimun satu armchair per orang
Meja
Satu bedside table per tamu
Meja dalam ruangan Meja tulis Meja tulis dengan
drawer
Pencahayaan
Pencahayaan alami dari jendela sepanjang hari. Cahaya buatan pada
malam hari yang cukup untuk membaca. Pencahayaan langit-langit
dengan saklar pada area entrance dan sudut kamar. Satu bedside lamp
per orang
Lampu baca pada armchair / meja tulis
Cover lantai
Ubun yang cocok atau penutup lantai
dengan karpet atau permadani yang tepat
di sisi tempat tidur
Karpet dinding ke
dinding dengan kualitas
baik pada penutup lantai
SYARAT FISIK
Ukuran Minimal 10 tempat tidur
Entrance Hotel harus memiliki
entrance sendiri
Hotel Restoran harus memiliki entrance
exterbal sebaik internal entrance.
Memisahkan service entrance
Staircase Patuh pada syarat
ketentuan Memisahkan pelayanan staircase
-
xxviii
Konstruksi Arsitektur, desain, furniture dan dekorasi harus diterapkan pada gaya
lokal dengan tingkat derajat yang berbeda
Furniture,
fitting, dan
peralatan
Konstruksi dengan biaya
murah
Konstruksi
dengan biaya
material dan
fitting
sedang.
Furniture
dibuat
custom
Konstruksi
dengan
biaya
material
dan fitting
tinggi.
Furniture
dan
peralatan di
buat
custom
Konstruks
i dengan
biaya
material
dan fitting
yang
terbaik.
Dengan
dekorasi
khusus.
Kedap suara
PUBLIC AREA
Corridor
Cahaya yang baik selama 24 jam oleh cahaya alami maupun buatan.
Ventilasi yang cukup. Bebas dari halangan dan bahaya.
Papan penunjuk arah yang tepat dengan pintu keluar darurat yang
terindikasi dengan jelas.
Karpet, dinding ke dinding karpet atau
spesial finishing lantai
Area
reseptionis
Duduk dan furniture yang sesuai dengan kapasitas hotel.
Pencahayaan yang baik
FOOD AND BAVERAGE, LEISURE DAN FASILITAS REKREASI
Lounge
Area
dengan
Lounge
seating,
musik
dan/atau
televisi.
Bisa juga
Lounge
area atau
ruang
duduk
dengan
musik dan
televisi,
surat kabar
sepertisebelu
mnya, paling
tidak
sepertiga dari
kapasitas
kamar tidur
hotel dan
dikombinasik
Pemilihan
lounge atau
ruang
duduk
seperti
sebelumny
a, ditambah
layanan
Pemilihan
lounge
atau
ruang
duduk
seperti
sebelumn
ya
-
xxix
untuk
tempat
sarapan dan
menerima
tamu
dan/atau
majalah
an dengan
area
penerima
tamu.
minuman
dan
makanan.
dengan
layanan
24 jam.
Breakfast
Seperti
diatas atau
dengan
fasilitas
pelayanan
ke kamar
Tersedia di
dalam hotel
atau pada
fasilitas
yang
berdekatan
Restoran tersedia didalam hotel dengan
kapasitas tempat duduk yang memadai
untuk sarapan dan makanan lain.
Penyajian
dengan
segera
Sarapan dilayani pukul
07.00-10.00 WIB
07.00-
11.00
WIB
Room service
Pilihan fasilitas self-catering yang disediakan.
Sarapan disajikan di
kamar jika tidak ada area
yang tersedia untuk
sarapan.
Limited
room service
dapat
ditawarkan
Layanan
sarapan
termasuk
surat kabar.
Pelayanan
makanan
dan
minuman 24
jam.
Layanan
penyajian
makanan
dan
minuman
24 jam
penuh.
Restoran -
Restoran
atau
cafetaria
dimana
makananny
a disajikan
saat jam
makan
Restoran
atau coffe
shop yang
makanannya
disajikan
saat waktu
makan siang
dan malam.
Restoran utama atau
restoran pilihan yang
menyediakan berbagai
jenis makanan.Tersedia
Private dining atau
function room.Total
tempat duduk tak kurang
dari kapasitas tempat
-
xxx
siang dan
malam atau
dengan
penyajian
cepat untuk
layanan
tersendiri
Tempat
duduk tak
kurang dari
setengah
kapasitas
tempat tidur
hotel.
tidur
Menyajikan
makanan
dan
minuman
berkualitas
tinggi.
Menyajik
an
makanan
dan
minuman
berkualita
s tinggi.
Bar Bar terpisah Bar dan lounge cocktail
sendiri
Fasilitas
konferensi
Ruang meeting dan
konferensi dengan
fasilitas konferensi yang
tepat.
Cloakroom Cloakroom dan toilet dekat dengan
ruang publik
Entertainment
Musik dan public
address system Night
Club, dancing area atau
diskotik tersedia
didalam hotel atau
tempat terdekat.-
Recreation
Sauna atau
kolam
renang atau
health club
atau
perpaduann
ya
Sauna,
ruang
olahraga/
health
club,
kolam
renang/jet
pool
(Sumber : Fred Lawson, Hotel and Resort 1995 :13)
-
xxxi
Tabel 2.3. Kebutuhan ruang berdasar lokasi
Type of
Hotel
Lobby Cafes,
restaurants
bars/lounges
Conference
and function
rooms
Recreation
facilities
City centre
hotel
Large :
impressive,
usually
includes
shops
Moderate :
designed to
attract non
residents
Usually
extensive in
large hotel :
high standart,
business
service
Moderate :
health club
may
include
internal
pool
(Sumber: Fred Lawson, 1995)
Tabel 2.4. Penggolongan Kelas Hotel
No. Hotel Bintang fasilitas
1 Kelas D I Mempunyai sekurang-kurangnya 15 kamar.
Luas kamar tidur sekurang-kurangnya 21
m2 , tidak termasuk serambi.
Mempunyai ruang makan yang berkapasitas
tempat duduk 50% dari jumlah kamar.
2 Kelas C II Mempunyai sekurang-kurangnya 25 kamar.
Luas kamar tidur sekurang-kurangnya 25
m2 , tidak termasuk serambi.
- Perbandingan jumlah seluruh kamar tamu
dengan ruangan umum adalah 5:1 (Front
Office, Lobby, Coffee Shop, Restaurant,
dan Publik Toilet).
3 Kelas B III Mempunyai sekurang-kurangnya 25 kamar.
Luas kamar tidur sekurang-kurangnya 30
m2 , tidak termasuk serambi.
- Perbandingan jumlah seluruh kamar tamu
dengan ruangan umum adalah 4:1 (Front
Office, Lobby, Coffee Shop, Restaurant,
-
xxxii
dan Publik Toilet).
4 Kelas A IV Mempunyai sekurang-kurangnya 100
kamar.
Luas kamar tidur sekurang-kurangnya 34
m2 (kamar tidur + kamar mandi), tidak
termasuk serambi.
- Perbandingan jumlah seluruh kamar tamu
dengan ruangan umum (Front Office,
Lobby, Coffee Shop / Night Club, Bar,
Shoping Archade, Convention Hall,
Restaurant, dan Publik Toilet) adalah 2:1
5 Delux V Mempunyai sekurang-kurangnya 200
kamar.
Luas kamar tidur sekurang-kurangnya 34
m2 (kamar tidur + kamar mandi), tidak
termasuk serambi.
- Ruang umum dilengkapi AC dan radio
Sound System.
- Perbandingan jumlah luas seluruh kamar
tamu dengan ruangan umum adalah 1:1.
(Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pariwisata DIY, 2013)
b. Standarisasi Perancangan Lobby
-
xxxiii
Tabel 2.5 Syarat minimum keluasan lobi berdasarkan jumlah kamar
(Sumber : fred lawson, Hotel dan Resort :1991 )
Lobby adalah ruangan dimana para tamu atau pengunjung
mendapatkan kesan pertama terhadap hotel. Menurut Smith pada
buku Hotel dan Resort, 1979 lobby merupakan ruang utama dan
ruang tamu sebuah hotel yang mutlak adanya, baik untuk hotel besar
maupun hotel kecil. Sedangkan menurut Friendman Arnold pada
bukunya Interior Design Amsterdam elsevien Nort Holand Inc 1997
: 156 lobby adalah sebuah ruang kecil atau ruang tunggu pada bagian
depan sebuah hotel, apartemen, gedung bioskop dan lain-lain.
Fred Lawson berpendapat pada bukunya Hotel, Motel and
Condominium Design Planning and Maintenance, Architecture Pres
Ltd, London, 1997. Lobby tidak hanya digunakan sebagai lalu lintas
utama pintu masuk dan keluar bagi para tamu tetapi juga
dipergunakan pengunjung bukan tamu yang mempunyai keperluan
lain, dan pada bukunya yang lain terbitan 1995 :199 menjelaskan
lobby merupakan pusat kegiatan pada hotel, memberikan akses ke
semua atau sebagian besar fasilitas umum serta tamu hotel. Ini
mencakup sirkulasi, perakitan, dan ruang tunggu - dengan letak yang
strategis atau tidak jauh dari meja informasi untuk mendapatkan
bantuan - yang mengarah langsung ke meja resepsionis, informasi dan
sekaligus kasir. Secara keseluruhan area lobby tergantung pada
-
xxxiv
ukuran dan kelas hotel, sejauh mana kegiatan menggunakan lobby
dan pola kedatangan berkaitan dengan jumlah kamar.
Daerah penerimaan menyediakan nomor untuk kegiatan :
1. Guest penerimaan dan pendaftaran
2. Tunai dan akuntansi, penukaran uang, penyimpanan barang
berharga
3. Informasi, kunci, surat, pesan, brosur (concierge)
Layanan ini disediakan melalui counter atau meja yang dapat diatur
sebagai stasiun sepanjang meja panjang (meja depan) atau di wilayah
yang terpisah. Dalam kedua kasus, staf counter harus mempunyai
akses langsung ke kantor memberikan informasi back-up dan layanan
supproting (the front office)
c. Standarisasi Perancangan Lounge
Lounge adalah suatu tempat yang menyajikan hiburan baik live
music maupun yang lain dengan aspek tujuan sebuah pelayanan prima
kepada semua tamunya sambil menikmati hidangan makan ataupun
minuman yang disajikan. (Marsum, 1991: 7)
Tabel 2.6. Standarisasi fasilitas makanan dan minuman
Area
Hotel
Bintang I
Hotel
Bintang
II
Hotel
Bintang III
Hotel
Bintang IV
Hotel
Bintang
V
Loung
e
Area
dengan
lounge
seating,
musikdan
/ televisi,
bisa juga
untuk
tempat
sarapan
dan
Lounge
area
atau
duduk
dengan
musik
dan
televisi,
surat
kabar
atau
Seperti
sebelumnya,
pslinh tidak
sepertiga dari
kapasitas
kamar tidur
hotel dan
dikombinasika
n dengan area
penerima
tamu.
Pemilihan
lounge atau
ruang
duduk
seperti
sebelumny
a, ditambah
layanan
minuman
dan
makanan.
Pemilihan
lounge
atau ruang
duduk
seperti
sebelumny
a dengan
layana 24
jam.
-
xxxv
menerim
a tamu.
majalah
.
( Sumber : Fred Lawson, 1995:122 )
d. Standarisasi Perancangan Bar
Bar disebut juga sebagai barrier, berasal dari kata barikade
(rintangan) yang berarti sekat/ pemisah, dalam hal ini yang membatasi
antara pembeli minuman dan yang membuat minuman atau di sebut
bartender. Bar berarti pula suatu tempat yang menjual minuman
alkoholik dan non-alkoholik, namun penekanannya lebih kepada jenis
yang pertama alkoholik (Marsum W.A, 1994:74).
Tabel 2.7. Standarisasi fasilitas makanan dan minuman
Area
Hotel
Bintang I
Hotel
Bintang II
Hotel
Bintang III
Hotel
Bintang IV
Hotel
Bintang
V
Bar - - Bar terpisah Bar terpisah dan
Coctail lounge.
(Sumber: Fred Lawson, 1995:122 ).
e. Standarisasi Perancangan Restoran
1) Definisi
Restoran merupakan suatu tempat atau bangunan yang
diorganisasikan secara komersial, yang menyelengggaran pelayan
dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makanan
maupun minum( Marsum W. A, 1994 :7).
Secara luas, definisi restoran yaitu tempat usaha di mana
makanan dan minuman diperoleh. Hal ini meliputi berbagai
macam orientasi restoran mulai dari tempat usaha komersial yang
dioperasikan untuk mendapatkan profit sampai dengan ntuk
tujuan sosial dan pelayanan kesejahteraan. Definisi begitu
kompleks dikarenakan tingginya kompetisi dan maraknya dunia
bisnis restoran (Lawson, Fred 1994:2).
2) Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Desain Restoran
-
xxxvi
Hotel hotel besar maupun sedang biasanya menyediakan
lebih dari satu restoran untuk memberikan kesempatan tamu
memilih jenis makanan maupun harga yang sesuai. Restoran yang
lebih muarah biasanya berupa warung kopi atau kafetaria, sedang
untuk yang lebih mahal biasanya di restoran mewah lengkap.
Desain restoran harus mamu mewakili tipe restoran dan
standar yang ditetapkan, sekaligus mengindikasikanciri yang
membedakannya dengan kompetitor yang lain ( Lawson, 1994 :20
).
Hotel besar sedapatnya menyediakan restoran khusus. Pada
saat tertentu, seperti di hotel pusat kota, restoran yang murah
sedapatnya mudah dicapai dari hotel maupun jelas terlihat untuk
menarik tamu/ pengunjung dari luar(Erns, Neufert, 1987 :214).
Kapasitas tempat duduk restoran hendaknya disesuaikan
dengan ukuran & jenis hotel, ditambahkan dengan perhitungan
potensi pengunjung dari luar, hubungan dengan restoran lainnya,
lama duduknya tamu di restoran, serta jumlah ruang yang
disediakan untuk sarapan pagi (Ernst, Neufert, 1987: 214).
Tabel 2.9. Standarisasi kapasitas kebutuhan ruang
Area
Hotel
Bintang I
Hotel
Bintang II
Hotel
Bintang
III
Hotel
Bintang
IV
Hotel
Bintang
V
Restoran -
Restoran
atau
cafetaria
dimana
makanan
nya
disajikan
saat jam
Restoran
atau
coffe
shop
yang
makanan
nya
disajikan
Restoran utama atau
restoran pilihan yang
menyediakan berbagai
jenis makanan.Tersedia
Private dining atau
function room.Total
tempat duduk tak
kurang dari kapasitas
-
xxxvii
makan
siang dan
malam
atau
dengan
penyajian
cepat
untuk
layanan
tersendiri
saat
waktu
makan
siang
dan
malam.
Tempat
duduk
tak
kurang
dari
setengah
kapasitas
tempat
tidur
hotel.
tempat tidur
Menyajika
n makanan
dan
minuman
berkualitas
tinggi.
Menyajik
an
makanan
dan
minuman
berkualita
s tinggi.
Hotel size
(rooms)
Coffee shop,
cafe(a), brasserie
(seats)
Main or
speciality
retaurant
(seats)
Ethnic or
gourmet
restauran
(seats)
50 50-75 - -
150 80 60 -
250 100 60 50
Space
provision/seat(b)
1.6 m2 2.0 m2 2.0 m2
Note : (a) Excluding poolside, cafe, bar and other club facilities. This
area s also used or breakfast meals with buffet or table service. (b) The area reqiured per seat is dictated mainly by the size and spacing of the furniture, proportion
of tables seating two persons and arrangements for food service
(buffet, table service,etc).
(Sumber : Fred Lawson, 1995; 17 )
-
xxxviii
Berdasarkan tipe, operasional, dan karakteristiknya, maka Restoran
dibagi menjadi :
Tabel 3.0 Karakteristik restoran
`Type Operation Characteristics
Coffee shop
Cafe
Brasserie
Buka 18 jam/ hari.
Menu terbatas,
Suasana informal,
Pelayanan cepat.
Desain bergaya individual.
Cemerlang dan lively ambience. Bar
untuk counter atau buffet style
service termasuk dalam counter
seating. Kombinasi antar booth,
bangket dan furniture yang terpisah.
Biasanya ditempatkan dengan area
duduk dan ditutupi dengan tanaman,
dll.
Penempatannya dapat keluar sampai
ke atrium atau teras.
Main
restaurants
Makanan utama.
Menu dhote
menggunakan meja
putar dengan
pilihan ala
carte. Susana
formal.
Waited/buffet
service.
Desain tradisional mencerminkan
karakter dan sophisticationhotel.
Dimulai sepanjang foyer dengan host
station. Tempat duduk disusun
sekitar pemandangan luar atau pada
focus of interest internal. Meja dan
kursi, umumnya untuk dua orang,
diletakkan dalam kelompok kecil
dengan beberapa pemisah dan
privasi. Linen dan tableware
berkualitas tinggi.
Speciality
restauran
Terbatas untuk
siang dan malam
hari. Menu spesal
ala carte dan
Desain dengan tema khusus yang
menekankan pada makanan, karakter
lokal atau etnik, tampilan dan
penyajian yang spesial. Furniture,
-
xxxix
pelayanan dengan
cara khusus.
tableware, furnishing dan alat-alat
lainnya didesainsecara khusus. Fitur
otentik yang digabungkan. Memakai
seragam dengan gaya tertentu dan
desain grafis.
Entertaiment
restaurant
night club
Tempat terpisah,
ruang didesain
dengan sengaja
atau dilengkapi
dengan penyusnan
kembali furniture
pada restoran atau
lounge.
Furniture terpisah meskipun balkon
atau alcove seating kemungkinan
menyediakan batas melingkar.
Dilengkapi dengan dance squere,
special lighting, dan sound
system.service entry dari performer
merubah ruang dan toko peralatan.
Pemisah akustik dari area lain.
(Sumber : ( Fred Lowson, 1995 ; 17 )
3) Tipe Restoran
a) Ala Carte
Restoran yang mendapat ijin penuh untuk menjual makanan
lengkap dengan banyak variasi di mana tamu bebas memilih
sendiri makanan yang mereka inginkan, tiap-tiap makanan
memiliki harga tersendiri.
f. Standarisasi Perancangan Meeting Room
Spring floor lebih dipilih untuk digunakan pada area ballroom
dengan cara pengunci dan penutup karpet pada function area. Hal ini
biasanya terbatas pada area pusat ( Lawson, Fred, 1973 : 262 ).
-
xl
Gambar 2.3 Standarisasi Layout meetingroom
(Sumber : Time saver standard for interior design and space
planning, 1991:252).
g. Standarisasi Perancangan Perabot
Dalam perancangan ini, perancang mengadopsi standarisasi
ukuran perancangan dari buku yang ditulis oleh Julius Panero dan
Martin Zelnik yang berjudul Human Dimension and Interior Space, a
source book of design reference standards. Bagian yang menjadi
acuan standarisasi adalah sebagai berikut:
-
xli
Gambar 2.4 Standarisasi Resepsionis
(Panero, Zelnik, 1979: 189)
-
xlii
Gambar 2.5. Standarisasi Tempat Duduk Sofa
( Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 134)
-
xliii
Gambar 2.6. Circular Receptionists Workstation (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 188)
Gambar 2.7 Reception Room Seating (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 190)
-
xliv
Gambar 2.8. Diameter Circular Table for Six / Optimum Scheme (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 144)
Gambar 2.9. Diameter Circular Table for Four / Optimum Seating (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 144)
-
xlv
Gambar 3.0. Diameter Circular Table for Four / Minimum Scheme (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 143)
Gambar 3.1. Service Aisle / Clearance Between Table Corners (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 227)
-
xlvi
Gambar 3.2. Minimum Chair Clearance / No Circulation (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 146)
Gambar 3.3 Minimum Clearance Behind Chair in Place (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 146)
-
xlvii
Gambar 3.4. Minimum Dinning Area Width (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 147)
Gambar 3.5. Minimum Clearance for Two Behind Extended Chair (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 148)
-
xlviii
Gambar 3.6. Tables / Clearance for Waiter Service and Circulation (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 226)
Gambar 3.7. Service Aisle / Clearance Between Chair (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 226)
-
xlix
Gambar 3.8. Bar and Back-Bar (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 216)
Gambar 3.9. Bar / Section (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 216)
-
l
Gambar 4.0. Bar / Clearance Public Side (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 217)
Gambar 4.1. Cocktail Tables / Seating forTwo (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 217)
-
li
Gambar 4.2. Counter and Base Cabinets / General Clearance (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 158)
Gambar 4.3. Cabinet Reach Comparations
(Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 158)
-
lii
Gambar 4.4. Mix and Preparation Center
(Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 159)
Gambar 4.5 Range Center (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 162)
-
liii
Gambar 4.6. Range Center (Sumber : Panero, Zelnik, 1979: 162)
3. Perencanaan Spasial
a. Pembagian Zona Fasilitas akomodasi termasuk kamar, toilet , kamar mand, shower room
etc, hallway dsn floor service harus menempati 50 60 % dari luas area.
Ruang publik pengunjung seperti resepsion area, hall dan lounge ditentukan
4 7 % dan area hospitality, restoran dan bar untuk tamu dan pengunjung 4-
8 %. Area banquet dengan ruang meeting dan ruang dan ruang konferens
membutuhkan 4 12 %, area domestik, dapur, ruang pribadi dan area
penyimpanan 9 14 %, administrasi, manajemen, dan sekretariat 1-2 %,
maintenance dan repair 4 7 %, leisure, olahraga, toko dan haiddressing
salon 2-10 %.
Satu-satuan yang tugas pekerjannya khusus menangani publik,
hendaknya ditempatkan ditempat yang mudah ditangani orang-orang tanpa
mengganggu satuan lainnya. ( The Liang Gie, 1982 : 165 ).
b. Sirkulasi Sirkulasi merupakan pengarah dan pembimbing jalan atau tapak yang
terjadi dalam ruang yang berfungsi untuk menampung kegiatan yang
-
liv
bergerak(Joseph De Chiara & John Hancock. C Time Saver For Bulding
Yypes,NewYork ; Mc. Graw Hill Book Company1973 :597.
Salah satu tujuan penting dari proses desain adalah mengoptimalkan
sirkulasi dalam hal jarak, volume, kecepatandan arah. Secara khusus pola
sirkulasi terjadi pada pengunjung, pengelola, makanan, peralatan makan dan
pelayanan. Dapur yang didesain dengan baik tidak hanya memfasilitasi alur
pergerakan makan dari area penyimpanan bahan makanan sampai
konsumen, juga arus balik dari peralatan makan yang kotor dari ruang
makan menuju ke dapur ( Baraban, Doucher, 1992 : 23-24).
Layout sirkulasi pada umumnya harus memudahkan pergerakan dan
sejauh mungkin memberikan keleluasaan untuk pengunjung, staff dan
bagian personalia. Ini tidak hanya agar tamu tidak terganggu tetapi juga
memungkinkan pelayanan yang efisien. Memisahkan tamu residen dan non
residen, sebagai contoh akses penyajian secara langsung ke restoran dan
banquet hall. Hal ini menghindari kemacetan di area reseptonis utama dan
memberikan kontrol dan pengawasan yang lebih baik.
Pegelompokan:
Meeting/function roomdan pengaturanuntuk
memanfaatkanarea umum(entrace, foyer, cloackroom,
toilet).Jumlah dankapasitasruang yang terpisahdan pembagian
areauntuk memenuhiberbagai kebutuhan.(Sesi Pleno, seminar,
cyndicates, makanan). Saranamemisahkanareafoyeruntuk
privasi.Sirkulasiuntukpelayanan makanan dan minumanuntuk
setiapfungsidan areaperjamuan denganakses kestorage(furnitur,
peralatan)
Perencanaan layanan dan tempat penyimpanan untuk operasi yang
efisien, Banquet dapur / pantry dipasok dari dapur utama (0,2-0,3
m2/seat). Furniture dan peralatan toko biasanya 5 - 10% dari
wilayah hall(Fred Lawson 1979:260).
c. Layout
-
lv
Penataan perabot dapat memfasilitasi atau menghambat interaksi antar
penggunanya dan harus dipilih sesuai tipe fasilitas restoran tersebut.Sebuah
restoran yang berfungsi sebagai tempat berkumpul atau pertemuan, ingin
menciptakan interaksi antara pengunjungnya. Meja makan ditemppatkan secara
acak pada ruangan dengan ukuran meja dikombinasikan secara bersamaan dapat
membentuk kesan informal( Braban, Doucher, 1992 : 44-45 ).
4. Elemen Pembentuk Ruang a. Lantai
1). Lobi
Tabel 3.1 Jenis material dan sifatnya
Material Fitur
Natural dan susunan batu
Marmer, batu teraso
polished
Menampilkan kesan sejuk dan
elegan pada tangga hotel dan lobi.
Tidak licin saat digunakan. Tipe
tapak tangga memiliki jalur hias
dari karborundum. Rute sirkulasi
utama dapat ditutupi dengan
karpet.
(Sumber : Fred Lawson 1973:113)
2). Restoran
Lantai pada restoran atau bar harus memenuhi kebutuhan fungsional
maupun dekoratif, mendukung karakter serta tingkat intensitas penggunaan
terhadap areanya. Pertimbangan desain, pemilihan bahan dan finishing lantai
meliputi faktor :
a) sub-floor : sifat dan kondisi konstruksi dasar dibawahnya.
b) Tampilan : berkaitan dengan fungsi ruang, ketahanan untuk menopang
sirkulasi, pemakaian, penumpahan makanan, cairan, lemak, noda dan
pengikisan.
-
lvi
c) Akustik, suhu dan kenyamanan : berhubungan dengan kelembutan, sifat
material lantai sebagai penyerap bunyi dan fungsinya sebagai elemen
dekorasi di dalam ruangan.
d) Kelicinan : penting pada area sirkulsai (area untuk pelayanan, tangga dan
pintu masuk), terutama apabila dalam kondisi basah atau terkena
tumpahan air dan lemak
e) Ketahanan : terhadap kerusakan dan penggunaan berkaitan dengan
pertimbanagn terhadap faktor keawetan (Lawson, 1994 :127).
Lantai pada restoran/bar harus memenuhi kebutuhan fungsional maupun
dekoratif, mendukung karakter dengan pertimbangan pemilihan bahan.(
Lawson, Fred., 1973 : 142 )
3). Meeting room
Spring floor lebih dipilihuntuk digunakan pada area ballroom dengan
cara penguncian dan penutup karpetpada function area. Hal ini biasanya
terbatas pada area pusat.( Lawson, Fred., 1973 : 262 )
a) Peralatan dan Furniture Perkantoran
Pembahasan mengenai layout kantor tidak luput dari keberadaan peralatan
maupun furniture yang akan digunakan oleh oraganisasi. meskipun layout
sangat bagus, namun apabila peralatan yang dimiliki atau terpasang terlalu
usang, maka tujuan penataan layout tidak akan tercapai.
Berikut adalah faktor - faktor yang harus diperhatikan dalam memilih peralatan
kantor, yang oleh Quible (2001) diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
pertimbangan peralatan, penjual, dan perawatan.
1) Tujuan penggunaan peralatan Aktivitas pekerjaan tergantung
sepenuhnya pada peralatan tersebut
atau hanya sebagian saja.
2) Menentukan peralatan yang
sesuai.
Memilih merk yang akan digunakan
juga menjadi pertimbangan yang
penting.
3) Tingkat kegunaan peralatan Tingkat kegunaan harus
dipertimbangkan, apakah alat itu
-
lvii
memenuhi kebutuhan perusahaan
dengan maksimal
4) Spesifikasi peralatan Spesifikasi harus ditentukan terlebih
dahulu, karena menyangkut
penempatan peralatan diruangan,
jumlah listrik yang dibutuhkan,
pemasanganya, dan struktur yang
dibutuhkan.
5) Biaya prealatan Biaya peralatan mempunyai dampak
yang signifikan terhadap
pengembalian investasi perusahaan.
6) Proses operasional Kebutuhan ini juga harus menjadi
pertimbangan dalam memilih
peralatan.
7) Fitur keamanan Meskipun beberapa peralatan kantor
tidak berbahaya, namun fitur ini
harus tetap dipertimbangkan.
8) Fleksibiltas peralatan Beberapa peralatan dapat
dimodifikasi dengan beberapa
komponen jika dibutuhkan.
9) Kemudahan penggunaan
peralatan
Hal ini harus diperhatikan karena
beberapa peralatan tidak mudah
digunakan dan membutuhkan
training tambahan.
10) Kecepatan operasi peralatan Pada beberapa perusahaan
kecepatan peralatan menjadi
pertimbangan penting.
11) Standarisasi peralatan Penggunaan hanya beberapa merk
tertentu akan menghasilkan
standarisasi peralatan kantor yang
memberikan keuntungan saat
membeli dan merawatnya (Sukoco,
-
lviii
Tahun 2007 : 199,200)
b) Sistem Pencahayaan
1) Ambient Lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan
keseluruh ruangan dan biasanya dipasang pada langit - langit ruang
kantor. biasanya lampu jenis ini merupakan satu - satunya pencahayaan
yang terdapat di ruangan kantor tersebut.
2) Task Lighting, yang digunakan untuk menrangi area kerja seorang
pegawai, misalnya meja kerja. Meskipun banyak menawarkan lebih
banyak kontrol bagi pegawai, namun jenis cahaya ini jarang digunakan
pada kantor - kantor di Indonesia.
3) accent ligthing, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area
yang akan dituju. Biasanya lampu ini di rancang pada lorong sebuah
kantor atau area lain yang membutuhkan penerangan sehingga pegawai
atau pengunjung tidak tersesat.
4) natural lighting, biasanya berasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta
cahaya langit. jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi
pegawai, namun cahaya ini tidak selalu tersedia apabila cuaca kurang
mendukung (mendung atau gelap).untuk itu, perusahaan perlu
menggunakan sitem penyimpanan cahaya matahari (solar enegy saving
system) sehingga jenis cahaya ini tetap dapat digunakan. (Sukoco, Tahun
2007 : 209)
c) Warna
Warna adalah satu element dalam lingkungan perkantoran yang
mempunyai dampak penting bagi pegawai. Meskipun sebagian besar pegawai
sadar akan dampak fisik warna, namum banyak yang tidak sadar akan dampak
psokologisnya baik positif maupun negatinya pada produktifitas, kelelahan,
moral, tingkah laku, dan keteganan (McShane, 1997). warna pada perkantoran
tidak hanya mumpunyai nilai estetika tetapi juga mempunyai nilai fungsi.
1) Psikologi Warna :
-
lix
a) Putih : Rendah Hati, Suci, Netral, Kebenaran, Aman, Simple,
Harapan.
b) Hitam : Kalsik, Baru, Kecerdasan, Formal, Elegan, Serius,
Profesional.
c) Abu - abu : Dapat Diandalakan, Keamanan, Elegan, Stabil, Bijaksana,
Formal.
d) Merah : Gairah, Kuat, Energi, Gembira, Ambisi, Maskulin,
Pemimpin.
e) Kuning : Optimis, Cerdas, Harapan, Idealisme.
f) Biru : Produktif, Kesatuan, Harmoni, Tenang, Bijaksana.
(Rustan, tahun 2007: 40)
2) Prinsip Dalam Pemilihan Warna
a) Penutup Lantai.
Warna pada dinding dan atap hanya satu diantara beberapa aspek yang
berpengaruh dalam pemilihan warna pada ruang kantor. Warna yang
digunakan untuk menutup lantai juga sangat penting, dan menutup lantai
dengan karpet merupakan pilihan yang bagus. Selain pilihan warnannya
yang sangat beragam dan mudah disesuaikan dengan faktor lain yang
terdapat pada ruang kantor, menjadikan karpet sebagai pilihan favorit untuk
menutup lantai.
Beberapa manfaat dari penggunaan karpet sebagai penutup lantai
adalah :
1) Karpet dapat dugunakan sebagai pengontrol suara (peredam suara)
2) Karpet lebih murah dalam perawatan dibandingkan penutup lantai
lainnya.
b) Penutup Dinding
Karpet juga menjadi pilihan favorit untuk menutup dinding karena nilai
estetikanya serta kemampuannya menyerap suara.
c) Warna Furniture
Pemilihann furniture yang akan digunakan dalalm ruangan kantor juga
harus disesuaikan dengan kedua hal tersebut diatas. Biasanya, penggunaan
-
lx
furniture lebih lama dibandingkan penutup lantai maupun dinding karena
harganya yang relatif mahal. Oleh karena itu, pemilihan warna furniture
harus mempertimbangkan jangka waktu dan pemakaiannya. (Sukoco, Tahun
2007 : 214,216)
b. Dinding 1. Lobi
Dindingyangkeringuntuk memungkinkanakses kemudahan dalam
pelayanan dantermasuk kayulaminasi, plastik, logam, panel kacauntukdaya
tahan denganpenutup dindingdekoratif untuk arealounge dan restoran( Lawson,
Fred., 1973 : 204).
2. Restoran
Terdapat bermacam-macam tipe finishingpermukaan dinding, antara lain
(Lawson, 1994: 121):
Konstruksi dinding ekspos atau aplikasi pengubinan dan finishing batu
papak.
a) Permukaan plester yang membentuk dasar untuk dekorasi atau wall
covering.
b) Pelapisan dengan sheetingatau material papan.
3). Meeting Room
Kerusakan kemungkinan timbul dari penataan furnitur, tumpahan
ekshibisi dan penanganan. Bagian bawah dinding mungkin berpanel atau
dilindungi oleh skirtings dan reldado. Area atas biasa didekorasi dengan
penyaringan akustik tetapi harus memenuhi persyaratan kebakaran dan
penyebaran api ke permukaan. (Lawson, Fred, 1973 : 261)
c. Plafon 1). Lobi
Konstruksi langit-langit mungkin memerlukan rongga struktur besar pada
rumah AC, pencahayaan, sound system, sprinkler, mesin dan lainnya. Dengan
alternatif ini sebagian besar batas padaruangperimetermemungkinkanarea
beratap pusat menjadi mengkilap untuk cahaya alami ( Lawson, Fred, 1975 :
204).
2). Restoran
-
lxi
Tampilan dekoratif (moulding, arsitektural atau pahatan) lebih sesuai
apabila diterapkan pada ruang kecil yang didesain secara tradisional.
Dibutuhkan panel akses untuk memenuhi kebutuhan instalasi berbagai fasilitas
di dalamnya (Lawson, 1994: 126).
3). Meeting room
Ketinggian langit langit normal 2.75 m dan sebaiknya
mempunyai kekuatan menyerap dan mengeliminasi noise yang ada .
Kontruksi langit langit didasarkan pada panel panel. ( Fred Lawson,
1976 : 170 ).
Tabel 3.2 ketinggian lantai menurut luas hall
m ft Notes
Large Ballrooms
Medium capacity/conference halls
Minimum for function rooms
3.6 - 4.2
3.0 3.1
2.7
12
10
9
4.6 m (15)
for
exhibition
( Sumber :Lawson, Fred 1995 : 261).
5. Tata Kondisional a. Pencahayaan
Ketika merencanakan pencahayaan pada interior restoran harus
mempertimbangkan klasifikasi pencahayaan sebagai berikut :
1) Mood, Decor and Art Lighting
Merupakan aspek pencahayaan yang paling dramatis pada sebuah
restoran
2) People and Food Lighting
Pencahayaan untuk manusia dan makanan yang efektif melibatkan
manipulasi yang baik antara sumber cahaya dan level cahaya.Tujuannya
agar keduanya tampak seaktraktif mungkin.
3) Motivational and Tasking Lighting
Pencahayaan yang memotivasi dan mendukung pekerjaan penting
-
lxii
bagi karyawan restoran.Level cahaya yang terang tetapi tidak
menyilaukan dapat membantu mereka dalam bekerja dari efek yang
lebih drastis lagi yaitu dapat mempengaruhi produktifitas.
4) Savety and Security Lighting
Sangat penting untuk semua pemakai ruang baik pengunjung,
karyawan maupun manajemen. Antara lain berupa exit sign, emergency
light, area parkir dan lampu eksterior ( Baraban, Duracher,1992 :69)
Pencahayaan untuk area-area pada hotel berbeda-beda yaitu :
1) Lobby
Instalasi pencahayaan dirancanguntuk beberapa tujuan:
a) Dekorasi : pencahayaan dinding dan jendela, fitur pencahayaan.
b) Identifikasi : tanda-tanda bahaya, meja, station,exits.
c) Darurat : independen dari suplai utama.
Fungsi :
Tabel 3.3 Besaran cahaya
Lux
(lumen/m)
Lumen/sqft
Umum 100 10
Untuk siang 200 20
Reseption desk
area
400 40
( Sumber : Lawson, Fred 1995 : 205 )
Pencahayaan tambahan diperlukan untuk meja tersembunyi. Lampu
harus dilindungi untuk menghindari refleksidi layar, cahaya silau secara
langsung dan bayangan yang kuat. ( Lawson, Fred 1995 : 205).
2) Restoran
Penyerapan panas, uap, bau dan asap yang berasal dari serving
counter dan peralatan pada counterbelakang harus difasilitasi dengan:
a) Canopydi atas kelompok peralatan counter belakang, didekorasi
dengan stainless steel, aluminium atau logam stabil yang lain.
b) High velocity slotsyang ditempatkan kira-kira 150 mm di atas
-
lxiii
permukaan alat panggang atau penggorengan.
c) Ceiling grill di atas tempat penyajian atau counter dengan sistem
ductingpada plafond atau pada penurunan ceiling yang juga berfungsi
untuk pemasangan inletjaringan(Lawson, 1994: 139).
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi suasana adalah
penciptaan pencahayaan artifikal. Pencahayaan akan mempengaruhi
proporsi, warna , menciptakan keintiman dan kenyamanan bila diterapkan
secara tepat(Kuhne, Gunter, 1973 : 16).
3) Meeting Room
Sistem pencahayaan dengan kombinasi lampu hias, penerangan
umum, susunan track lampu,kebutuhan pameran danpencahayaan khusus,
lampu darurat, dimmerswitch dankontrol untuk sirkuit terpisah (Lawson,
Fred 1995 : 261).
b. Penghawaan 1) Lobi
Kecanggihan kebutuhan ACtergantung padalokasi danjenis hotel. AC
penuh umumnya dipasang dengan unit fan coil di pasok dari pabrik pusat
dengan menggunakan system zonas ( Lawson, Fred 1995 : 205).
2) Restoran
Pada public space efek psikologis terpenting yang ditimbulkan akibat
penghawaan yang kurang tepat adalah timbulnya perasaan sumpek atau
sesak pada seseorang. Ruangan yang panas akan terasa lebih sesak daripada
ruangan yang sejuk. Konsekuensinya, sebuah ruangan yang penuh dengan
pengunjung harus tetap sejuk sehingga pengunjung tidak merasa terkepung
(Baraban & Durocher, 1992 :52).
3) Meeting Room
Zona AC (Air-Conditioner) terkontrol dan diseimbangkan dengan
banyaknya ruang. Pasokan udara segar teratur. Exhaust ventilation untuk
pembuangan asap.( Lawson, Fred 1995 : 260).
-
lxiv
Penampang AC, terminal dan diffuser, termasukbebandaninsulasi dari
perencanaanatap-terpasang dan peralatanzonakontrolyang seimbang(
Lawson, Fred 1995 : 261).
c. Pencahayaan Cahaya adalah factor utama yang menghidupkan ruang interior, tanpa
cahaya tidak aka nada bentuk, warna atau tekstur, tidak juga
pewnampakanruang interior it sendiri.Karna itu fungsi utama pencahayaan
adalah untuk menyinari bangunan dan ruang suatu lingkungan interior dan
memungkinkan pemakainya melakukan aktivitas dan menjalankan tugasnya
dengan kecepatan dan akurasi, dan kenyamanan yang tepat.( DK. Ching 1996
:126).
Rumus untuk perhitungan jumlah lampu :
Jumlah Lampu (N) = Kuat penerangan (E) x luas bidang kerja (A)
Lumen lampu x LLF x CU
Atau, n = E x A
Lumen lampu x LLF x CU
Coefisien of utilization (CU) = ( 50 65 )
Lighat loss factor (LLF) = (0.7 0.8)
Hitungan lampu pada ruangan hotel Amaroossa yang akan di desain ;
1). Lobby Lounge & Resepsionis = 130 m2
n = E x A
Lumen lampu x LLF x CU
= 150 x 165 = 21450 = 8.511
60 x 0.7 x 60 2520
n = 9 titik lampu ( 60 watt )
Sebagai aksen ditambahakan beberapa lampu jenis
- Lampu gantung = 1lampu
- Downlight = 28 lampu.
2). Restoran = 165 m2
n = E x A
-
lxv
Lumen lampu x LLF x CU
= 165 x 165 = 24750 = 9.821
60 x 0.7 x 60 2520
n = 10 titik lampu ( 60 watt )
Sebagai aksen ditambahakan beberapa lampu jenis
- Lampu gantung = 16 lampu
- Downlight = 56 lampu.
3). Meeting room = 125 m2
n = E x A
Lumen lampu x LLF x CU
= 125 x 165 = 20625 = 8.184
60 x 0.7 x 60 2520
= 9 titik lampu ( 60 watt )
Sebagai aksen ditambahakan beberapa lampu jenis
- Lampu gantung = 1 lampu
- Downlight = 14 lampu.
5). Bedroom
President room = 50 m2
n = E x A
Lumen lampu x LLF x CU
= 50 x 165 = 8250 = 327
60 x 0.7 x 60 2520
= 4 titik lampu ( 60 watt )
Sebagai aksen ditambahakan beberapa lampu jenis
- Lampu gantung = 2 lampu
- Downlight = 15 lampu.
Twin room dan Suite room = 45 m2
n = E x A
Lumen lampu x LLF x CU
= 45 x 165 = 7425 = 2.94
60 x 0.7 x 60 2520
-
lxvi
= 3 titik lampu ( 60 watt )
Sebagai aksen ditambahakan beberapa lampu jenis
- Lampu gantung = 2 lampu
- Downlight = 14 lampu.
6. Perabot Furniture harus sesuai dengan gaya atau dekor ruang. Perpaduan berbagai
macam gaya membutuhkan keseimbangan yang baik dalam hal pemilihan
warna, tekstur, dan bentuk untuk mempertahankan aspek kesatuan ( Lawson,
1994 :149)
Secara umum persyaratan perabot adalah fungsional, nyaman di pakai,
ketahanan yang baik, memiliki karakter dan skala yang tepat, sesuai dengan
keadaan tertentu, tapi setiap keadaan memiliki perbedaan perbedaan yang
halus( Arnold Friedmann; John F. Pile: Forrest Wilson, Interior Design; An
Introduction to Architetural Interiors, New York ; Elsevier, 1997 : 215).
3). Perabot harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Ringan tapi kuat
b) Bagian-bagian kaki harus dilengkapi dengan pelindung ( untuk
c) mengurangi kerusakan pada lantai)
d) Mudah diganti
e) Mudah digabung untuk membentuk deretan.
f) Tahan lama, tahan gesekan dan benturan
( Joseph De Chiara dan John Hancock. C, 1972 : 236)
7. Sistem Jaringan Komunikasi Jaringan telepon dengan sistem PAX (Private Automatic Exchange)
merupakan sistem telepon publik yang memiliki jaringan sendiri dan
menghubungkan antara tempat-tempat terpisah serta berbagai fasilitas terkait
(loudspeaking telephone, lokasi staf, sirkuit untuk keperluan konferensi, alarm
kebakaran dan pelayanan security). Sistem ini meliputi penduplikatan kabel dan
peralatan apabila dibutuhkan juga jaringan telepon eksternal dan biasanya
diterapkan pada hotel. Telepon publik yang dapat mengakses ke luar secara
langsung terletak pada lobby dan kantor (Lawson, Fred 1976 : 210).
-
lxvii
8. Kontrol Bahaya Kebakaran Berikut adalah beberapa metode penanggulangan secara aktif terhadap
bahaya kebakaran :
Tabel 3.4 Metode Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Ketentuan
Prosedur Emergency
Self closing, balanced door. Service Lobby
menggunakan -double door ( kebisingan pada
ruang sensitif) Instruksi untuk semua staff.
Pemeriksaan rutin pada peralatan, jalan keluar
dan pelayanan.
Pendeteksi api Automatic gas, asap atau suhu akan menaikkan
indikator sebagai alat penanda bahaya
Automatic isolation
Alat pengatur pemisah api dipasang di saluran
pipa.Self closing smoke door ditempatkan di
koridor.
Sistem penyembur Katup penyembur dipasang di seluruh jalan
keluar dan area umum.
Alat pemadam kebakaran
Terlihat jelas dan berwarna ( merah, kuning ),
peralatan terpelihara dan tersedia dengan baik :
-Hydrant dan fire houseditempatkan pada
koridor dan landing pada tiap 20 m bagian
bangunan
-Portable estinguisher :
Foam : Pada area restoran dan toko
Karbondioksida : Untuk alat-alat elektrik
-Fire blanket : Untuk kebakaran di dapur
Ventilasi Automatic exhaust dan ventilasi yang luas (
pemberi tekanan udara ) sebaiknya dipasang.
Emergency lighting Lampu untuk area umum, jalan darurat dan
penanda.
( Sumber :Fred Lawson)
-
lxviii
9. Estetis dan Aksesoris Estetis merupakan unsur seni dan prinsip perancangan. Sumber dari estetis
adalah keindahan, keindahan adalah harmoni, tanggapan bagian dengan bagian,
dalam hubungan satu sama lainnya dan hubungan keseluruhan( Abdul Kadir
1975: 11- 13 ).
Dengan demikian estetis diperoleh dengan adanya hubungan yang harmoni
diantara bentuk secara keseluruhan. Definisi aksesoris adalah semua benda kecil
yang dapat dipindahkan dan melengkapi interior. Sejumlah asesoris kantor, hotel
pada umumnya merupakan obyek-obyek fungsional yang sangat perlu (
Friedam,1997 : 215).
-
lxix
BAB III
PERMASALAHAN PERANCANGAN
Permasalahan utama yang muncul adalah bagaimana merancang interior
sebuah hotel yang dapat merepresentasikan keunikan hotel melalui perpaduan
tradisional dan postmodern. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, baik itu
data lapangan, data literatur ataupun data informasi yang didapatkan dari klien,
rancangan ini akan menonjolkan keunikan dari Tradisional Bali. Pada
perancangan dan perencanaan interior Hotel Amaroossa ini, ruang yang akan
didesain dikhususkan pada ruang lobby lounge, restaurant, meeting room, office
dan bedroom dengan pertimbangan keluasan lantai serta kompleksitas
permasalahan yang terjadi.
A. Pembentukan Karakter Ruang dan Elemen Desain Hotel Amaroossa adalah hotel yang terletak di Jl. Kebo Iwa No. 4 Denpasar
Bali. Pengelola hotel berkeinginan agar hotel ini memiliki identitas maupun
karakter khusus pada penerapan interior ruangnya yang sesuai dengan tema dan
gaya yang akan diterapkan pada elemen pembentuk ruangnya, serta memiliki
sistem pelayanan yang profesional dan berkualitas.Dengan menerapkan tema
Balinesse Culture kedalam perancangan interior hotel yang diharapkan dapat
menjadi daya tarik tersendiri,memberikan identitas maupun karakter tersendiri
untuk hotel ini.
Permasalahan :
1. Berdasarkan klasifikasi di atas diharapkan muncul suatu karakteristik elemen
desain yang spesifik serta fasilitas pendukungnya, melalui perencanaan elemen
pembentuk ruang, perabot, dan elemen estetis yang dapat diaplikasikan pada
desain interior hotel.
2. Bagaimana merancang interior hotel yang eksklusif, bisa mendukung seluruh
aktifitas dan memberikan kenyamanan dan rasa aman untuk pengunjung hotel dan
pengelola hotel.
B. Perencanaan Ruang Publik
-
lxx
1. Organisasi Ruang
a. Organisasi ruang lantai dasar
Gambar 4.7. Denah Organisasi Ruang Hotel Amaroossa
(Sumber : Manajemen Kontraktor Hotel Amaroossa )
1). Lobby
Dari data existing yang ada, yaitu denah perencanaan dari manajement
Hotel Amaroossa, dapat dilihat bahwa letak front desk berada di sebelah kanan
menuju pintu utama lobby. Pada area lobby Tidak ada front office sebagai backup
sehingga akan berdampak pada kinerja mutu pelayanan hotel pada
pelaksanaannya nanti. Dalam data literatur, luggage, save deposit dan front office
harus saling berdekatan dengan front desk. Akan tetapi luas area pada hotel
amaroossa ini sempit sehingga semua ruang office berada di lantai basement.
Permasalahan :
-
lxxi
Bagaimanakah merancang sebuah lobby dengan desain ideal, yaitu
frontdesk, luggage, save deposit, front office yang saling berdekatan dan terdapat
jalur service tersendiri bagi pihak pengelola sehingga nyaman digunakan oleh
seluruh pengguna sesuai dengan kegiatan dan aktifitas yang dilakukannya.
2). Lounge
Area Lounge merupakan area khusus yang berfungsi sebagai area tunggu
atau hanya untuk bersantai.
Permasalahan:
a) Perlu adanya pengolahan lebih lanjut pada elemen pembentuk ruang untuk
menciptakan suasana yang santai dan nyaman sesuai dengan aktivitas pada lounge
tersebut.
b) Perlu adanya pengolahan dan pengelompokan pada bentuk perabot yang ada
sesuai dengan bentuk ruang dan kenyamanan pengunjung lounge.
3).Restaurant
Dalam denah layout yang sudah dirancang oleh manajemen Amaroossa,
banyak terdapat pintu yang berfungsi baik sebagai akses pengunjung maupun
akses pengelola dalam memberikan pelayanannya. Hal ini dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman bagi pengunjung dan membatasi zona bebas dalam menentukan
perencanaan layout restoran.
Permasalahan :
Bagaimanakah merancang sebuah restaurant sehingga nyaman digunakan
oleh seluruh pengguna sesuai dengan kegiatan dan aktifitas yang dilakukannya.
b). Organisasi Ruang Lantai Basement
-
lxxii
Gambar 4.8. Denah rencana pembangunan hotel
(Sumber : Manajemen Hotel Amaroossa )
2. Perencanaan Spasial Area lobby berada pada bagian pintu masuk utama di lantai dasar hotel
Amaroossa, yang bentuk ruangannya menghubungkan banyak area maupun
fasilitas pada hotel. Maka banyak terjadi sirkulasi di dalam area hotel baik bagi
pengunjung dan pengelola hotel.
Permasalahan :
Penataan zoning, sirkulasi, dan tata letak harus benar-benar berdasar pada
aktifitas, dan fasilitas sesuai dengan organisasi ruang, serta dengan pertimbangan
privasi pengguna ruang antara area publik dan area private dan hubungan antar
ruang, sehingga mampu terorganisir dan terakomodasi dengan baik.
3. Tata Kondisional a. Pencahayaan
-
lxxiii
Pencahayaan sangat erat kaitannya dengan membangun suasana dalam pencapaian
konsep hotel. Karakter orisinalitas yang ditampilkan adalah keagungan yang
menjadi salah satu karakter kultur setempat.
Permasalahan :
Perlu adanya desain dalam pemilihan jenis pencahayaan, piranti maupun tata letak
yang mendukung pencapaian tema hotel.
4. Perabot Perabot tidak dapat dilihat sebagai sebuah komponen yang lepas di luar
perancangan interiornya. Disamping mempertimbangkan faktor ergonomik,
estetis, kekuatan konstruksi, material serta finishing yang digunakan, terdapat
faktor eksternal yang dapat mengikat perancangan sebuah perabot. Dalam kasus
ini, desain dipengaruhi oleh tipe restoran, sistem servis, kebudayaan setempat, dan
keragaman aktivitas yang terjadi. Tema dan suasana yang ingin dicapai yaitu
membawa lingkungan luar (alam) ke dalam ruangan dengan sentuhan teknologi
tanpa meninggalkan kultur untuk mempertegas konsep hotel itu sendiri, yaitu
Balinesse Culture. Hal tersebut diatas bertujuan agar keberadaan perabot sesuai
dengan kebutuhan dan karakter ruang yang ingin dibentuk sehingga dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.
Permasalahan :
a) Keberadaan perabot diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ruang serta
memperkuat karakter terutama pada ruang publik.
b) Bentuk dan bahan yang digunakan dapat mendukung pencapaian konsep dan
suasana yang diinginkan.
5. Elemen Estetis
Elemen estetis merupakan peranan penting dalam perancangan interior
dalam membentuk suasana, menciptakan karakter sesuai dengan fungsi ruang, dan
sebuah identitas terhadap keseluruhan tema perancangan.
Permasalahan :
Menghadirkan elemen-elemen pendukung yang sesuai dengan gaya
postmodern dan tema Baliness Culture perancangan baik ditinjau dari faktor
bentuk, warna, dan ukuran yang dapat mendukung estetika dan citra ruang yang
bersangkutan.
-
lxxiv
BAB IV
KONSEP DESAIN
A. KONSEP PROGRAM PERANCANGAN 1. Tema dan Gaya Perancangan
Bali merupakan daerah yang sarat dengan kebudayaannya yang sampai
saat ini masih kuat dengan kebudayaan tradisionalnya seperti pertunjukan
adat, agama, dan lain-lain sebagainya. Disisi lain Bali juga merupakan pusat
wisata dengan segmen pengunjung yang beragam baik dari dalam negri
maupun luar negeri dengan tujuan yang berbeda-beda baik itu untuk
melakukan bisnis, atau hanya sekedar jalan-jalan.
Dalam perancangan hotel Amaroossa Bali ini perancang mengambil
tema yang meliputi identitas dari hotel yang akan dirancang, sesuai dengan
keinginan klien, lokasi dan karakteristik segmen pengunjung yang bertujuan
untuk memberikan sebuah desain yang menarik, fungsional dan optimal,
sehingga dapat memberikan kepuasan bagi para pengunjung dengan
mengangkat tema Balinesse culture dengan gaya Postmodern.
a. Interpretasi Tema
Perancangan interior Hotel Amaroossa Denpasar Bali yang
meliputi Lobby lounge, dan Restaurant dengan tema Balinesse Culture.
Tema ini diangkat untuk merepresentasikan kekayaan ragam hias
kebudayaan Bali dalam suatu bentuk kesatuan proses dalam perancangan
karena sesuai dengan segmentasi pasar hotel yang berbeda-beda.
Pengertian ragama hias adalah ornamen yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu dari kata ornane yang artinya hiasa atau
perhiasan.Ragam hias atau ornamen itu sendiri terdiri dari berbagai jenis
motif dan motif-motif itulah yang digunakan sebagai penghias sesuatu
yang ingin kita hias. Oleh karena itu motif adalah dasar untuk menghias
sesuatu ornamen.
-
lxxv
(Soepratno, Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa, Effhar, Semarang:
2004. hal.1 )
Ragam hias Tradisional Bali merupakan perwujudan keindahan
manusia dan alamnya yang mengarah ke bentuk-bentuk bangunan
dengan ragam hias yang di pakai. Benda- benda alam yang
diterjemahkan kedalam bentuk-bentuk ragam hias tumbuh-tumbuhan,
binatang unsur alam, dan nilai-nilai agama dan kepercayaan disarikan
kedalam suatu perwujudan keindahan yang harmonis. Bentuk- bentuk
hiasan, tatawarna, cara membuat dan penempatannya mengandung arti
dan maksud-maksud tertentu.
Dalam pengertian tradisional, bumi terbentuk dari lima unsur yang
disebut Panca maha bhuta, apah (air danzat), Teja (sinar), bhayu
(angina), akhasa (udara), pertiwi (tanah bebatuan zat padat). Unsur-unsur
tersebut melatarbelakangi bentuk-bentuk hiasan atau ragam hias.
Estetika, etika dan logika merupakan dasar-dasar pertimbangan
dalam mencari, mengolah, da menempatkan ragam hias yang mengambil
3 kehidupan di bumi, manusia, binatang (fauna) dantumbuh-tumbuhan
(flora).
(Sumber : Puja Arianto, Arsitektur Tradisional Bali, Bab V
RagamHias Hal : 331).
Ragam hias yang akan dikembangkan untuk pengaplikasian
kebentuk furniture dan elemen pembentuk ruang interior Hotel
Amaroossa Bali adalah sebagai berikut ;
1) Ornamen Patera Mas-Masan.
Gambar 4.9. Ornamen Patra Mas Masan.
-
lxxvi
(Sumber : Barbara Walker ,Architectural Notebook Bali Style Rio
Helmi,:225 ).
2) Ornamen Kuta Mesir Swastika
Gambar 5.0. Motif Kuta Mesir Swastika.
(Sumber : Barbara Walker, Architectural Notebook Bali Style Rio
Helmi,:226).
3). Ornamen Bunga
Gambar 5.1. Motif Kuta Mesir Swastika.
(Sumber : Barbara Walker, Architectural Notebook Bali Style Rio
Helmi,:226).
b. Gaya Perancangan
Gaya perancangan yang dipakai dalam perancangan lobby, lounge
dan restaurant adalah gaya Postmodern. Munculnya gaya Postmodern
bukan berarti matinya gaya modern, bahkan dalam gaya Postmodern ada
beberapa unsur modern yang tetap diterapkan dalam bentuk desain. Ada
beberapa unsur yang digunakan dalam gaya desain postmodern yaitu
ornament atau hiasan, beragamnya warna, simbolisme, humor, konvensi
beberapa konvensi dan berbagai macam metafora.
Post modern mempunyai style yang hybrid yaitu mempunyai
perpaduan dua unsur dan beraneka ganda atau sering disebut double
coding. Penggabungan harmonis antara bentuk dan fungsi, serta
-
lxxvii
penggabungan bentuk-bentuk modern dengan elemen-elemen estetis dan
ornamen dekoratif lainnya. ( Charles Jencks, 1987 : 94 ).
2. Pencapaian dan Penerapan Suasana
Untuk mendapatkan suasana Tradisional Bali dan gaya Postmodern
yang ingin dicapai pada lobby, lounge, dan restaurant ini, maka untuk
pencapaian suasana perlu diperhitungkan faktor-faktor :
a. Berdasarkan lokasi
Suasana Tradisional Bali muncul dengan adanya penerapan
ornamen Bali sebagai tema elemen estetis maupun bahan-bahan lokal
yang digunakan. Salah satu elemen yang banyak diaplikasikan dan
merupakan suatu hasil proses kebudayaan Bali di bidang arsitektural
dan dalam perkembangannya telah menjadikan bentuk tersebut sebagai
salah satu kekuatan karakter kearifan lokal Bali. Suasana postmodern
muncul dengan adanya teknologi pengolahan bahan industrial
sehingga dihasilkan kesan elegan.
b. Berdasarkan klasifikasi hotel
Lobby, lounge, dan restaurant ini merupakan fasilitas lantai dasar
dari Hotel Amaroossa yang merupakan hotel bintang tiga tapi berkelas
bintang empat yang pangsa pasarnya merupakan yang mempunyai
tujuan yang berbeda-beda dengan keperluan bisnis, maupun liburan.
Berdasarkan pertimbangan klasifikasi dan pangsa pasar diatas, hotel
ini dirancang menawarkan interaksi, wawasan langsung dengan
karakter budaya setempat dan pengalaman unik pada setiap ruang agar
menjadi long-term memory yang akan menjadi nilai jual hotel ini.
c. Berdasarkan pola interaksi
Alur sirkulasi pada lobby, lounge, dan restaurant yang terdesain
untuk memberikan sirkulasi pengunjung dan pelayanan yang terpisah
sehingga kenyamanan pengunjung dapat terjaga secara maksimal.
Kenyamanan merupakan kunci utama hotel ini. Penerapan elemen
estetis berdasar kultur setempat dan perpaduan teknologi
memungkinkan pengunjung mengeksplorasi hotel secara pribadi dan
bebas sehingga tercipta suasana hangat namun elegan.
-
lxxviii
B. KONSEP PROGRAM PERANCANGAN
1.Lobby
a. Ruang dibagi menjadi 3 zona, yaitu; lobby sebagai point of interest ,
reception area, dan lounge area.
b. Area duduk dibagi menjadi 4 zona, untuk lebih memberi privasi pada
tamu dan pengunjung saat mengobrol.
c. Sirkulasi tamu diarahkan ke lobby dan mengarah langsung ke
resepsionis.
d. Pencahayaan buatan dan alami diaplikasikan pada lobby karna
banyaknya bukaan pada area lobby lounge dan recepsionis, maka
pencahayaan buatan hanya dipakai pada saat malam hari saja.
e. Lantai menggunakan material marmer karena sifatnya yang dingin dan
elegan.
f. Dinding menggunakan material batu alam, dan metal screen
g. Kesan modern diimplementasikan melalui pengaplikasian garis
horisontal ke dalam dinding dan jajaran balok-balok vertikal sebagai
aksen dengan menggunakan bahan dari batu alam.
h. Pemilihan furnitur dengan sentuhan tradisonal Bali dan postmodern,
untuk memberikan kesan tradisional pada furnitur tersebut diterapkan
ornamen flora Bali, dan penambahan bahan stanless style untuk
memberikan kesan elegan.
2. Lounge
Lantai di area lounge menggunakan material kayu parket dan kaca
dengan pengaplikasian lampu pada bagian bawahnya. Menggunakan efek
fogging sebagai media pembiasan cahaya untuk menciptakan suasana
dramatis yang ingin dibangun.
Dinding di area lounge, menggunakan aplikasi water wall dan
permainan lampu pada area plafon untuk memberikan kesan hangat pada
area tersebut.
3.Restoran
-
lxxix
a. Restoran dibagi menjadi 3 area yaitu mini bar, area ala carte, dan area
makan.
b. Karpet diaplikasikan ke seluruh ruangan untuk memunculkan suasana
akrab.
c. Perabot dengan sentuhan gaya postmodern untuk menciptakan kesan
elegan dengan memperhatikan aspek fungsional.
d. Type restoran yang akan diterapkan pada perancangan restoran ini
adalah : Type Ala Carte
Restoran yang mendapat ijin penuh untuk menjual makanan
lengkap dengan banyak variasi di mana tamu bebas memilih sendiri
makanan yang mereka inginkan, tiap-tiap makanan memiliki harga
tersendiri.
4.Metting Room
Pada ruang meeting keseluruhan lantai menggunakan karpet untuk
memberi kesan hangat, pengaplikasian dinding menggunakan material
hpl, stanless style, metal screen dan pada tiap tiang menggunakan batu
andesit. Perpaduan batu dan material hpl, stainless style, metal screen
memberi kesan pada ruangan lebih hidup, dan lebih berwarna. Pada lafon
menggunakan material gypsum dan sedikit permainan pada lighting.
5.Guestroom
Kamar di hotel amaroossa ini mempunyai 3 tpye kamar yaitu :
a. President room
b. Twin room
c. Suite room
Pada tiap kamar didesain sesuai dengan tingkat kelas kamar
tersebut, keseluruhan lantai memakai marmer dan karpet pada area
tertentu, dinding memakai wallpaper pada sisi tertentu, dan plafon
menggunakan gypsum.
6.Hubungan Antar Ruang
-
lxxx
Berdasarkan aktivitas yang terjadi, hubungan antar ruang pada area
restaurant dan bar adalah sebagai berikut :
Tabel.3.7. Hubungan Antar Ruang.
Gambar 5.2. Pemograman hubungan antar ruang.
( Sumber : Analisis, 2013).
7.Program Kebutuhan Perabot dan Fasilitas
Berdasarkan data literatur serta analisis terhadap aktivitas dan
organisasi ruang dari tiap ruangan yang akan di desain maka dihasilkan
daftar kebutuhan perabot dan fasilitasnya yaitu sebagai berikut :
Table 3.5 Daftar kebutuhan ruang
-
lxxxi
Sumber : Analisis, 2013.
Table 3.6. Daftar kebutuhan ruang
-
lxxxii
(Sumber : Analisis, 2013).
C. KONSEP PERANCANGAN FISIK
(lihat pada lampiran konsep grafis).
-
lxxxiii
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN Hotel Amaroossa merupakan salah satu brand hotel di Bali yaitu cabang
dari Amaroossa group, hotel ini menyediakan berbagai macam fasilitas untuk
pengunjung hotel, baik dengan tujuan bisnis, maupun dengan tujuan liburan,
serta fasilitas eklusif lain untuk pengunjungnya. Hotel Amaroossa Bali
memiliki 43 kamar. Untuk kebutuhan bisnis hotel ini menyediakan fasilitas
meeting room, restoran, kolom renang, spa dan lain-lain.
Daya tarik dari Hotel Amaroossa ini adalah letaknya yang strategis di
pusat ibukota Bali dan berstandar Internasional, sehingga bisa menarik
pengunjung dari dalam maupun luar negri untuk menginap di Hotel Amaroossa
ini, jarak tempuh dari Bandara Udara Internasional Ngurah Rai hanya 15
menit, sehingga stategis dan mempermudah pengunjung yang akan menginap
untuk tujuan bisnis, atau hanya untuk menghabiskan waktu berlibur mereka.
Penerapan gaya postmodern dan tema Balinesse Culture pada
perancangan desain interior lobby lounge, dan restaurant ini merupakan salah
satu sarana dan prasarana yang sangat penting sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan kebudayaan di Indonesia, serta kekayaan adat dan budaya
masyarakat dengan memasukkan Ragam Hias ke dalam perancangan interior
hotel ini, serta menerapkan bahan bahan fabrikasi modern dengan bahan
bahan lokal, baik pada elemen pembentuk ruang, element estetis, dan desain
furniturnya dapat menjadi salah satu bentuk pengenalan atau informasi tentang
kekayaan kebudayaan Tradisional Bali, sehingga dapat menjadi salah satu
bentuk pelestarian budaya Bali dan budaya Indonesia pada umumnya, sehingga
dapat mengangkat citra dari Hotel Amaroossa Bali dan hal ini adalah tujuan
dari perancangan Hotel Amaroossa.
Pengelola Hotel Amaroossa juga berkeinginan agar hotel ini memiliki
identitas maupun karakter khusus pada penerapan interior ruangnya yang
sesuai dengan tema dan gaya ya