Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

33
Yang Berjatuhan Dijalan Da’wah by Fathi Yakan Salah satu karakteristik dakwah adalah jalannya panjang dan ujungnya tidak tahu ada dimana. Karena itu sudah sewajarnya jika dalam keberlangsungan dakwah ini ada orang- orang yang tidak dapat bertahan atau berguguran dalam dakwah ini. Panjangnya jalan menuntut kita agar tetap istiqomah meski banyak rintangan yang menghadang, banyak kekecewaan yang muncul kepermukaan, fitnah yang mungkin muncul serta tantangan yang mesti dijawab. Fenomena bergugurannya orang dari jalan dakwah ini tentunya adalah hal yang mesti kita hindari karena hanya akan menimbulkan kerugian bagi kita. Abu Lubabah yang sempat mengkhianati rasul setidaknya sudah hampir menjadi orang yang berjatuhan namun Abu Lubabah langsung menyadari itu dan bertaubat dengan mengikat dirinya di tiang masjid. Seperti itulah,

Transcript of Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Page 1: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Yang Berjatuhan Dijalan Da’wah

by Fathi Yakan

Salah satu karakteristik dakwah adalah jalannya panjang dan ujungnya tidak tahu ada dimana.

Karena itu sudah sewajarnya jika dalam keberlangsungan dakwah

ini ada orang-orang yang tidak dapat bertahan atau berguguran dalam dakwah ini. Panjangnya

jalan menuntut kita agar tetap istiqomah meski banyak rintangan yang menghadang, banyak

kekecewaan yang muncul kepermukaan, fitnah yang mungkin muncul serta tantangan yang mesti

dijawab. Fenomena bergugurannya orang dari jalan dakwah ini tentunya adalah hal yang mesti

kita hindari karena hanya akan menimbulkan kerugian bagi kita. Abu Lubabah yang sempat

mengkhianati rasul setidaknya sudah hampir menjadi orang yang berjatuhan namun Abu

Lubabah langsung menyadari itu dan bertaubat dengan mengikat dirinya di tiang masjid. Seperti

itulah, kemunduran kita dijalan dakwah hanya akan menimbulkan ketidaktenangan dan kejauhan

dari nur Islam sehingga fenomena ini adalah yang mesti kita hindari. Untuk menghindari itu, kita

mesti mengidentifikasi faktor-faktor penyebab seseorang itu berjatuhan di jalan dakwah. Adapun

hal yang menyebabkan berjatuhan di jalan dakwah ada 3 hal yaitu hal yang bersumber dari

pergerakan, individu dan eksternal.

Page 2: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Sebab yang bersumber dari pergerakan adalah :

1. Lemahnya Aspek Tarbiyah

Tarbiyah dalam suatu pergerakan adalah seperti kedudukan air didalam tubuh manusia. Ia

berperan sebagai penjaga kestabilan didalam tubuh manusia. Kekurangan air membuat kita

tersiksa dan malas dalam beraktifitas serta lemah dalam bergerak. Seperti itulah hakekat tarbiyah

dalam pergerakan. Layaknya tubuh, kehilangan konsumsi air dalam waktu lama dapat membuat

kita meninggal kehausan begitu pula dengan tiadanya tarbiyah hanya akan membuat aktivitas

dalam pergerakan menjadi kering dan beku sehingga hanya akan menimbulkan ketegangan dan

perasaan sensitif. Semakin kering ruhiyah maka akan menyebabkan aktifitas yang dilakukan

hanyalah seperti rutinitas biasa tanpa ruh sehingga kita akan bosan dan terlempar dari gerbong

dakwah ini.

2. Tidak Proporsional Dalam Memposisikan Anggota

Pergerakan yang profesional dan matang adalah pergerakan yang mengetahui kemampuan,

kecendrungan dan bakat para anggotanya dan mengenal titik kekuatan dan kelemahan mereka.

Maka, ketika seorang yang ditempatkan dibidang yang bukan ahlinya, hanyalah akan membuat

mereka menjadi futur atau setengah hati dalam menjalankan sehingga pekerjaan juga tidak

maksimal. Kejadian berkelanjutan yang seperti ini akan membuat pelakunya berguguran dari

jalan dakwah. Tidak sesuai langkah dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, tidak

menjadwal berbagai aktivitas berdasarkan skala prioritas, tidak dapat yang membedakan yang

penting dan yang tidak penting, hanya akan menimbulakan suatu kerancuan. Bahkan dengan

terpaksa pergerakan mengisi pos-pos yang masih kosong dengan orang yang tidak berkualitas

dan menyerahkan urusan kepada selain ahlinya. Jika itu yang terjadi, maka tunggulah

kehancurannya.

3. Tidak Memberdayakan Semua Anggota

Tidak memberdayakan anggota sama dengan mendapatkan emas tapi tidak memanfaatkannya.

Kita punya sesuatu yang bisa membuat sesuatu yang lebih baik tapi tidak digunakan. Hal ini

hanya akan membuat orang yang ada disana merasa tidak dihargai atau tidak dibutuhkan dan

menyebabkan pekerjaan tertumpuk pada kelompok tertentu. Hal ini tentu berakibat fatal karena

akan mengakibatkan baik kelompok yang merasa tertumpuk pekerjaannya ataupun yang tidak

terberdayakan berjatuhan dijalan dakwah

Page 3: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

4. Lemahnya Kontrol

Saat krisis, situasi sulit dan berbagai problema terjadi dalam sebuah bidang suatu pergerakan

maka disaat seperti inilah sebenarnya anggota membutuhkan perhatian dari pimpinannya. Ketika

pimpinan atau pergerakan turut serta mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan tersebut

bersama maka pergerakan itu selamat. Namun, jika kontrol yang dilakukan ;emah sehingga

seolah pergerakan tidak mempedulikan itu maka yang dirasa adalah kesendirian yang akan

mendekati kepada futur berkelarutan. Inilah yang akan menyebabkan banyak orang terlempar

dari jalan dakwah

5. Kurang Sigap Dalam Menyelesaikan Persoalan

Hal ini tentunya akan menyebabkan semakin rumitnya persoalan dan menghantarkan kepada

jalan buntu. Jika begitu maka suasana yang tercipta hanyalah penumpukan pekerjaaan yang

mana ketika hal ini tidak cepat terselesaikan yang ada hanyalah semakin mencabangnya masalah,

semakin banyak muncul pembahasan sehingga tidak selesai-selesai karena setelah selesai satu,

maka akan muncul yang lain. Hal inilah yang tentunya akan menyebabkan kejenuhan sehingga

menyebabkan berguguran di jalan dakwah

6. Konflik Internal

Sebab ini adalah sebab yang paling gawat dan alat perusak iklim pergerakan karena ia bergerak

dari dalam tubuh organisasi yang efeknya bukan hanya kepada si “perusak” tetapi juga dapat

melemahkan anggota disekitarnya bahkan dapat menjado bumerang jika orang yang keluar dari

dakwah tersebut menyimpan sebuah dendam atau hal lain.

7. Pemimpin Yang Lemah

Lemahnya kepemimpinan ini bisa disebabkan karena lemahnya nalar dan intelektual pimpinan

sehingga tidak mampu memberikan kepuasan terhadap kehausan pikiran bawahan ataupun

lemahnya kemampuan struktural dimana pimpinan tidak memiliki bakat dan kemampuan

manjerial yang dapat mengendalikan struktur serta meletakkan prinsip-prinsip dasar

keorganisasian

Sebab yang bersumber dari individu :

1. Watak yang Indisipliner

Beberapa orang yang tertarik pada pergerakan hanya dalam situasi dan kondisi tertentu saja

sehingga wajar jika dalam perjalanan, mereka menjadi orang yang kurang dapat beradaptasi

terhadap hal-hal yang ditentukan pergerakan. Hal itu dapat disebabkan karena ketidaksiapan

Page 4: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

memikul beban-beban tugas struktural ataupun memang karena enggan melebur dalam jama’ah.

2. Takut Mati dan Miskin

Pintu inilah yang dijadikan syaitan dalam memasuki jiwa-jiwa aktivis dan orang beriman.

Timbulnya ketakutan untuk miskin akan menyebabkan malas bersedekah sedang ketakutan akan

mati dapat menyebabkan menurunnya semangat pengorbanan.

3. Sikap Ekstrem dan Berlebihan

“Sesungguhnya orang yang memaksakan di luar kemampuannya, tidak ada bumi yang dapat ia

lintasi dan tidak ada kendaraan yang dapat ia pertahankan.” (Ha

Berlaku berlebihan-lebihan dan membebani diri melebihi kemampuan hanya akan menyebabkan

frustasi dikemudian hari dan semakin mendekatkannya kepada tasaquth.

4. Sikap Mempermudah dan Menganggap Enteng

Menganggap enteng komitmen terhadap syariat dan mempermudah pelaksanaan hukum Allah

hanya akan memotivasi kita untuk bersikap longgar dalam hal-hal yang kecil pada awalnya dan

meningkat pada hal-hal besar. Batasan halal dan haram bahkan menjadi terlihat samar jika kita

senantiasa mempermudah pelaksanaan hukum Allah ini. Semakin jauh dari sisi Allah dan terlalu

banyak memberi kelonggaran hanya akan mengikis kemampuan diri secara perlahan di jalan

dakwah

5. Ghurur dan Senang Tampil

Ghurur, “Tertipu oleh diri sendiri “ dan senang tampil sesungguhnya hanya berfungsi sebagai

alat syaitan untuk memerosokkan para aktivis dakwah dalam jurang kerusakan amal dan

kehancuran jiwanya, menghapus pahala serta mencelakakannya di akhirat. Sifat sperti ini

sesungguhnya hanyalah benalu dalam dakwah yang sifatnya merugikan dakwah.

6. Cemburu terhadap Orang Lain

Kecemburuan kepada orang-orang terdepan, terpandang, sukses dan dikarunia keahlian yang

tidak dimilikinya jika telah berubah menjadi cemburu buta hanya akan menimbulkan dampak

tidak baik bagi pergerakan. Hal ini dapat menjadikan orang yang mempunyai kemampuan

terbatas tidak mau memposisikan diri sesuai dengan keterbatasannya tetapi cenderung

memaksakan diri meski tidak membawa manfaat. Hal ini tentu akan menimbulkan sikap ekstrem

dan watak indisipliner, dua perkara sekaligus yang bisa menghantarkan kepada keluarnya

seseroang dari jalan dakwah/

Page 5: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

7. Fitnah Senjata

Sikap ekstrem paling berbahaya adalah yang berkaitan dengan kekuatan ini karena dapat

menimbulkan petaka yang tidak hanya menimpa personal atau sekitar tapi wadah pergerakan

secara keseluruhan. Sebab timbulnya fitnah ini dapat disebabkan karena tidak jelasnya

pembentukan kekuatan dan tidak memenuhi syarat penggunaan kekuatan.

Sebab yang bersumber dari eksternal :

1. Tekanan Tribulasi

Tekanan tribulasi atau penyiksaan dalam kehidupan dakwah merupakan alat pembersih yang

paling efektif dalam membersihkan da’i – da’i dari dakwah dan alat pengukur paling akurat

dalam mengukur kekuatan keimanan seseorang. Meskipun pada awalnya mereka adalah orang

yang bersemangat, mereka mundur secara teratur karena tidak kuat setelah mendapat siksaan .

2. Tekanan Keluarga

Sikap keluarga yang mengkhawatirkan kita menderita, terjebak dalam paham atau aliran sesat

atau bahkan karena gengsi anaknya tidak sesuai dengan gaya hidup mereka atau lain hal ini yang

terkadang sulit diatasi para aktivis dakwah. Tidak menutup kemungkinan adanya keluarga yang

bahkan menghalang-halangi dakwahnya. Setidaknya sikap mUshab bin Umair terhadap ibuny

dimana mushab menolak kemauan ibunya agar mushab meninggalkan islam dan ibunya

mengancam bunuh diri tetapi tetap mushab tidak mau memenuhinya.

3. Tekanan Lingkungan

Lingkungan juga dapat menjadi pengaruh yang cukup berarti dalam membinasakan para pejuang

dakwah di medan dakwahnya. Ketika seseorang terbiasa hidup dalam lingkungan islami lalu

tiba-tiba hidup di tempat yang kanan-kirinya diskotik, secara tidak langsung tentunya orang

tersebut akan sulit untuk tetap mempertahankan solatnya sehingga turunlah keimananya atau

bahkan terlempar.

4. Tekanan Gerakan Destruktif

Pemuda yang terkadang tidak mampu bertahan dalam menghadapi gempuran propaganda yang

mendiskreditkan pergerakan islam sedang dia mempunyai kemampuan mumpuni dari segi

aktivitas dan priduktivitas mulai menjadi sasaran pengepungan oleh gerakan destruktrif. Hal

seperti ini yang menyebabkan bertumpuknya kebingungan sehingga semakin lama akan

membuat berjatuhan di jalan dakwah.

Page 6: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

5. Tekanan dari Figuritas

Tekanan dari figuritas ini adalah yang berkaitan dengan ghurur, ujub, tertipu, terlalu mencintai

diri sendiri sehingga inilah lumbung syaithan untuk menguji amal kita sehingga mengakibatkan

kita akan bertempur dengan syirik kecil. Figuritas ini yang hanya akan menimbulkan benalu

dalam dakwah jika pelakunya hanya ingin mendapatkan popularitas dan menjadi ujian untuk

yang istiqomah.

Motivasi Untuk Menjadi Kader Dakwah Yang Bersungguh-Sungguh

Filed under: Jalan Keberhasilan — 2 Komentar

April 19, 2012

2 Votes

Oleh: Alm. Ust. Rahmat Abdullah *

Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan

oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan

oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah

(kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.

Ba’da tahmid wa shalawat

Page 7: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Ikhwah rahimakumullah, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat 19 Ayat 12 : …..

Ya Yahya hudzil kitaaba bi quwwah …” (QS. Maryam (19):12)

Tatkala Allah SWT memberikan perintah kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas, Ia tak hanya

menyuruh mereka untuk taat melaksanakannya melainkan juga harus mengambilnya dengan

quwwah yang bermakna jiddiyah, kesungguhan-sungguhan.

Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan

oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan

oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah

(kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.

Namun kebatilan pun dibela dengan sungguh-sungguh oleh para pendukungnya, oleh karena

itulah Ali bin Abi Thalib ra menyatakan: “Al-haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan

oleh Al-bathil yang tertata dengan baik”.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,

Allah memberikan ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi

mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang

diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja tentu mereka tidak akan memperoleh ganjaran

yang hebat. Di situlah letak hikmahnya yakni bahwa seorang da’i harus sungguh-sungguh dan

sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan ini tidak bisa dijalani dengan

ketidaksungguhan, azam yang lemah dan pengorbanan yang sedikit.

Ali sempat mengeluh ketika melihat semangat juang pasukannya mulai melemah, sementara para

pemberontak sudah demikian destruktif, berbuat dan berlaku seenak-enaknya. Para pengikut Ali

saat itu malah menjadi ragu-ragu dan gamang, sehingga Ali perlu mengingatkan mereka dengan

kalimatnya yang terkenal tersebut.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,

Ketika Allah menyuruh Nabi Musa as mengikuti petunjuk-Nya, tersirat di dalamnya sebuah

pesan abadi, pelajaran yang mahal dan kesan yang mendalam:

Page 8: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

“Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan

penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): “Berpeganglah kepadanya dengan teguh

dan suruhlah kaummu berpegang teguh kepada perintah-perintahnya dengan sebaik-baiknya,

nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq”.(QS. Al-A’raaf

(7):145)

Demikian juga perintah-Nya terhadap Yahya, dalam surat Maryam ayat 12 :

“Hudzil kitaab bi quwwah” (Ambil kitab ini dengan quwwah). Yahya juga diperintahkan oleh

Allah untuk mengemban amanah-Nya dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan). Jiddiyah ini juga

nampak pada diri Ulul Azmi (lima orang Nabi yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad yang

dianggap memiliki azam terkuat).

Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak

pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para

mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang

mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.

Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3

baris kata yang dipahatkan di nisan kita: “Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal

sekian-sekian”.

Hendaknya kita melihat bagaimana kisah kehidupan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Usia

mereka hanya sekitar 60-an tahun. Satu rentang usia yang tidak terlalu panjang, namun sejarah

mereka seakan tidak pernah habis-habisnya dikaji dari berbagai segi dan sudut pandang.

Misalnya dari segi strategi militernya, dari visi kenegarawanannya, dari segi sosok

kebapakannya dan lain sebagainya.

Seharusnyalah kisah-kisah tersebut menjadi ibrah bagi kita dan semakin meneguhkan hati kita.

Seperti digambarkan dalam QS. 11:120, orang-orang yang beristiqomah di jalan Allah akan

mendapatkan buah yang pasti berupa keteguhan hati. Bila kita tidak kunjung dapat menarik ibrah

dan tidak semakin bertambah teguh, besar kemungkinannya ada yang salah dalam diri kita.

Seringkali kurangnya jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dalam diri kita membuat kita mudah

Page 9: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

berkata hal-hal yang membatalkan keteladanan mereka atas diri kita. Misalnya: “Ah itu kan

Nabi, kita bukan Nabi. Ah itu kan istri Nabi, kita kan bukan istri Nabi”. Padahal memang tanpa

jiddiyah sulit bagi kita untuk menarik ibrah dari keteladanan para Nabi, Rasul dan pengikut-

pengikutnya.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,

Di antara sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azam, tekad

dan bukannya kemiskinan harta.

Misalnya anak yang mendapatkan warisan berlimpah dari orangtuanya dan kemudian

dihabiskannya untuk berfoya-foya karena merasa semua itu didapatkannya dengan mudah, bukan

dari tetes keringatnya sendiri. Boleh jadi dengan kemiskinan azam yang ada padanya akan

membawanya pula pada kebangkrutan dari segi harta. Sebaliknya anak yang lahir di keluarga

sederhana, namun memiliki azam dan kemauan yang kuat kelak akan menjadi orang yang

berilmu, kaya dan seterusnya.

Demikian pula dalam kaitannya dengan masalah ukhrawi berupa ketinggian derajat di sisi Allah.

Tidak mungkin seseorang bisa keluar dari kejahiliyahan dan memperoleh derajat tinggi di sisi

Allah tanpa tekad, kemauan dan kerja keras.

Kita dapat melihatnya dalam kisah Nabi Musa as. Kita melihat bagaimana kesabaran, keuletan,

ketangguhan dan kedekatan hubungannya dengan Allah membuat Nabi Musa as berhasil

membawa umatnya terbebas dari belenggu tirani dan kejahatan Fir’aun.

Berkat do’a Nabi Musa as dan pertolongan Allah melalui cara penyelamatan yang spektakuler,

selamatlah Nabi Musa dan para pengikutnya menyeberangi Laut Merah yang dengan izin Allah

terbelah menyerupai jalan dan tenggelamlah Fir’aun beserta bala tentaranya.

Namun apa yang terjadi? Sesampainya di seberang dan melihat suatu kaum yang tengah

menyembah berhala, mereka malah meminta dibuatkan berhala yang serupa untuk disembah.

Padahal sewajarnya mereka yang telah lama menderita di bawah kezaliman Fir’aun dan

kemudian diselamatkan Allah, tentunya merasa sangat bersyukur kepada Allah dan berusaha

Page 10: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

mengabdi kepada-Nya dengan sebaik-baiknya. Kurangnya iman, pemahaman dan kesungguh-

sungguhan membuat mereka terjerumus kepada kejahiliyahan.

Sekali lagi marilah kita menengok kekayaan sejarah dan mencoba bercermin pada sejarah.

Kembali kita akan menarik ibrah dari kisah Nabi Musa as dan kaumnya.

Dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 20-26 : “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya:

“Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu, ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan

dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah

diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain”.

“Hai, kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan

janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang

yang merugi”.

“Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negri itu ada orang-orang yang gagah

perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari

negri itu. Jika mereka keluar dari negri itu, pasti kami akan memasukinya”.

“Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah

memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka

bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu

bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.

“Mereka berkata: “Hai Musa kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya selagi

mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu

berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”.

“Berkata Musa: “Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab

itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu”.

“Allah berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negri itu diharamkan atas mereka

selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi

Page 11: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

(padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang

fasiq itu”.

Rangkaian ayat-ayat tersebut memberikan pelajaran yang mahal dan sangat berharga bagi kita,

yakni bahwa manusia adalah anak lingkungannya. Ia juga makhluk kebiasaan yang sangat

terpengaruh oleh lingkungannya dan perubahan besar baru akan terjadi jika mereka mau

berusaha seperti tertera dalam QS. Ar-Ra’du (13):11, “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah

nasib suatu kaum, sampai mereka berusaha merubahnya sendiri”.

Nabi Musa as adalah pemimpin yang dipilihkan Allah untuk mereka, seharusnyalah mereka

tsiqqah pada Nabi Musa. Apalagi telah terbukti ketika mereka berputus asa dari pengejaran dan

pengepungan Fir’aun beserta bala tentaranya yang terkenal ganas, Allah SWT berkenan

mengijabahi do’a dan keyakinan Nabi Musa as sehingga menjawab segala kecemasan, keraguan

dan kegalauan mereka seperti tercantum dalam QS. Asy-Syu’ara (26):61-62, “Maka setelah

kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita

benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya

Rabbku bersamaku, kelak Dia pasti akan memberi petunjuk kepadaku”.

Semestinya kaum Nabi Musa melihat dan mau menarik ibrah (pelajaran) bahwa apa-apa yang

diridhai Allah pasti akan dimudahkan oleh Allah dan mendapatkan keberhasilan karena jaminan

kesuksesan yang diberikan Allah pada orang-orang beriman. Allah pasti akan bersama al-haq

dan para pendukung kebenaran. Namun kaum Nabi Musa hanya melihat laut, musuh dan

kesulitan-kesulitan tanpa adanya tekad untuk mengatasi semua itu sambil di sisi lain bermimpi

tentang kesuksesan. Hal itu sungguh merupakan opium, candu yang berbahaya. Mereka

menginginkan hasil tanpa kerja keras dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah “qaumun

jabbarun” yang rendah, santai dan materialistik. Seharusnya mereka melihat bagaimana

kesudahan nasib Fir’aun yang dikaramkan Allah di laut Merah.

Seandainya mereka yakin akan pertolongan Allah dan yakin akan dimenangkan Allah, mereka

tentu tsiqqah pada kepemimpinan Nabi Musa dan yakin pula bahwa mereka dijamin Allah akan

memasuki Palestina dengan selamat.

Page 12: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam QS. 47:7, “In tanshurullah yanshurkum

wayutsabbit bihil aqdaam” (Jika engkau menolong Allah, Allah akan menolongmu dan

meneguhkan pendirianmu).

Hendaknya jangan sampai kita seperti Bani Israil yang bukannya tsiqqah dan taat kepada Nabi-

Nya, mereka dengan segala kedegilannya malah menyuruh Nabi Musa as untuk berjuang sendiri.

“Pergilah engkau dengan Tuhanmu”. Hal itu sungguh merupakan kerendahan akhlak dan

militansi, sehingga Allah mengharamkan bagi mereka untuk memasuki negri itu. Maka selama

40 tahun mereka berputar-putar tanpa pernah bisa memasuki negri itu.

Namun demikian, Allah yang Rahman dan Rahim tetap memberi mereka rizqi berupa ghomama,

manna dan salwa, padahal mereka dalam kondisi sedang dihukum.

Tetapi tetap saja kedegilan mereka tampak dengan nyata ketika dengan tidak tahu dirinya mereka

mengatakan kepada Nabi Musa tidak tahan bila hanya mendapat satu jenis makanan.

Orientasi keduniawian yang begitu dominan pada diri mereka membuat mereka begitu kurang

ajar dan tidak beradab dalam bersikap terhadap pemimpin. Mereka berkata: “Ud’uulanaa

robbaka” (Mintakan bagi kami pada Tuhanmu). Seyogyanya mereka berkata: “Pimpinlah kami

untuk berdo’a pada Tuhan kita”.

Kebodohan seperti itu pun kini sudah mentradisi di masyarakat. Banyak keluarga yang berstatus

Muslim, tidak pernah ke masjid tapi mampu membayar sehingga banyak orang di masjid yang

menyalatkan jenazah salah seorang keluarga mereka, sementara mereka duduk-duduk atau

berdiri menonton saja.

Rasulullah saw memang telah memberikan nubuwat atau prediksi beliau: “Kelak kalian pasti

akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, sejengkal

demi sejengkal, sehasta demi sehasta dan sedepa demi sedepa”. Sahabat bertanya: “Yahudi dan

Nasrani ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Siapa lagi?”.

Kebodohan dalam meneladani Rasulullah juga bisa terjadi di kalangan para pemikul dakwah

sebagai warasatul anbiya (pewaris nabi). Mereka mengambil keteladanan dari beliau secara tidak

Page 13: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

tepat. Banyak ulama atau kiai yang suka disambut, dielu-elukan dan dilayani padahal Rasulullah

tidak suka dilayani, dielu-elukan apalagi didewakan. Sebaliknya mereka enggan untuk mewarisi

kepahitan, pengorbanan dan perjuangan Rasulullah. Hal itu menunjukkan merosotnya militansi

di kalangan ulama-ulama amilin.

Mengapa hal itu juga terjadi di kalangan ulama, orang-orang yang notabene sudah sangat faham.

Hal itu kiranya lebih disebabkan adanya pergeseran dalam hal cinta dan loyalitas, cinta kepada

Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya telah digantikan dengan cinta kepada dunia.

Mentalitas Bal’am, ulama di zaman Fir’aun adalah mentalitas anjing sebagaimana digambarkan

di Al-Qur’an. Dihalau dia menjulurkan lidah, didiamkan pun tetap menjulurkan lidah. Bal’am

bukannya memihak pada Musa, malah memihak pada Fir’aun. Karena ia menyimpang dari jalur

kebenaran, maka ia selalu dibayang-bayangi, didampingi syaithan. Ulama jenis Bal’am tidak

mau berpihak dan menyuarakan kebenaran karena lebih suka menuruti hawa nafsu dan tarikan-

tarikan duniawi yang rendah.

Kader yang tulus dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan

mulia. Misalnya, manusia yang memang memiliki akal akan bisa mengerti tentang berharganya

cincin berlian, mereka mau berkelahi untuk memperebutkannya. Tetapi anjing yang ada di dekat

cincin berlian tidak akan pernah bisa mengapresiasi cincin berlian. Ia baru akan berlari mengejar

tulang, lalu mencari tempat untuk memuaskan kerakusannya. Sampailah anjing tersebut di tepi

telaga yang bening dan ia serasa melihat musuh di permukaan telaga yang dianggapnya akan

merebut tulang darinya. Karena kebodohannya ia tak tahu bahwa itu adalah bayangan dirinya. Ia

menerkam bayangan dirinya tersebut di telaga, hingga ia tenggelam dan mati.

Kebahagiaan sejati akan diperoleh manusia bila ia tidak bertumpu pada sesuatu yang fana dan

rapuh, dan sebaliknya justru berorientasi pada keabadian.

Nabi Yusuf as sebuah contoh keistiqomahan, ia memilih di penjara daripada harus menuruti

hawa nafsu rendah manusia. Ia yang benar di penjara, sementara yang salah malah bebas.

Ada satu hal lagi yang bisa kita petik dari kisah Nabi Yusuf as. Wanita-wanita yang

mempergunjingkan Zulaikha diundang ke istana untuk melihat Nabi Yusuf. Mereka mengiris-iris

Page 14: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

jari-jari tangan mereka karena terpesona melihat Nabi Yusuf. “Demi Allah, ini pasti bukan

manusia”. Kekaguman dan keterpesonaan mereka pada seraut wajah tampan milik Nabi Yusuf

membuat mereka tidak merasakan sakitnya teriris-iris.

Hal yang demikian bisa pula terjadi pada orang-orang yang punya cita-cita mulia ingin bersama

para nabi dan rasul, shidiqin, syuhada dan shalihin. Mereka tentunya akan sanggup melupakan

sakitnya penderitaan dan kepahitan perjuangan karena keterpesonaan mereka pada surga dengan

segala kenikmatannya yang dijanjikan.

Itulah ibrah yang harus dijadikan pusat perhatian para da’i. Apalagi berkurban di jalan Allah

adalah sekedar mengembalikan sesuatu yang berasal dari Allah jua. Kadang kita berat berinfaq,

padahal harta kita dari-Nya. Kita terlalu perhitungan dengan tenaga dan waktu untuk berbuat

sesuatu di jalan Allah padahal semua yang kita miliki berupa ilmu dan kemuliaan

keseluruhannya juga berasal dari Allah. Semoga kita terhindar dari penyimpangan-

penyimpangan seperti itu dan tetap memiliki jiddiyah, militansi untuk senantiasa berjuang di

jalan-Nya. Amin.

Wallahu a’lam bis shawab

*Judul Sebenarnya:Membangun dan Membina Militansi Kita

Tarian Keyboard

Media untuk perbaikan diri dan umat. Berbagi kisah dan pemikiran. Berusaha

menghasilkan suatu kebaikan yang berguna untuk kebaikan lainnya, dan

begitu seterusnya

Menu

Page 15: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Skip to content

Home

Dedi Setiawan

Judul Tulisan

Motivasi Tiada Henti

Motivasi Tiada Henti

Sengaja ada halaman seperti ini, supaya kita bisa saling berbagi inspirasi. Juga agar apa yang

telah lewat, tetap bisa diambil hikmahnya. Halaman ini berisi kata-kata motivasi yang pernah

ditulis di sidebar “=Motivasi Tiada Henti=” pada blog ini dan status-status di Facebook saya.

Jika kematian adalah suatu kepastian,

maka perjuangan adalah suatu keharusan!

Jika kesibukan dapat menimbulkan kelelahan, maka waktu luang dapat menimbulkan kerusakan

(Filsuf Persia, Barzanjamhari)

Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang

kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai

orang besar. =Sayyid Quthb=

Jadilah kalian orang-orang yang :

)I( Paling kokoh sikapnya

)I( Paling lapang dadanya

)I( Paling dalam pemikirannya

)I( Paling luas cara pandangnya

)I( Paling rajin amal-amalnya

)I( Paling solid penataan organisasinya

)I( Paling banyak manfaatnya

- Syaikhut Tarbiyah, KH. Rahmat Abdullah –

Page 16: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Barangsiapa tidak menyibukkan diri dengan kebaikan, niscaya ia akan disibukkan oleh keburukan

Kebesaran seseorang tidak terlihat ketika ia berdiri dan memberi perintah, tetapi ketika ia

berdiri sama tinggi dengan orang lain dan membantu orang lain untuk mengeluarkan yang

terbaik dari diri mereka guna mencapai sukses.

|||||||||||||||||||||||

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari

pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa

mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai

orang-orang yang sabar (QS. Ali – Imran, 146)

Bahkan dalam letihpun seorang da’i tetap tersenyum. Karena apa yang dia tunaikan menjadi

jaminan bermaknanya usia dan bermanfaatnya kehidupan. (Majalah Al Izzah)

Kita kan tetap di sini, walau panas di tapak, berat di pundak, kering dihembus, perih di

pandangan. Kita kan tetap berjalan, hingga kelak kan terjawab mengapa perjuangan itu pahit.

Karena cinta Allah itu mahal.. (saudariku)

Apabila empuknya kasur dan hangatnya selimut masih lebih engkau sukai daripada meletakkan

kening di atas sejadah di keheningan malam, niscaya engkaupun akan merasa berat bila suatu

saat diminta untuk mengorbankan harta dan jiwamu di jalan Allah. Sebab, apabila qiyamullail

yang merupakan ibadah yang tidak mengandung resiko saja belum mampu engkau laksanakan,

mana mungkin engkau bisa merasa ringan apalagi ikhlas melakukan ibadah yang menuntut

adanya pengorbanan harta, jiwa, dan raga darimu.

=Madrasah Jiwa Perindu Surga, Mas Udik Abdullah=

Ajal adalah kepastian, namun tak tau kapan kita akan mendapatkannya, segera atau tertunda

nanti. Tak ada yang tau kita akan syahid di bumi bagian mana. Bertemanlah dengan waktu

sehingga dia tidak memberikan kita space berbuat maksiat, tapi ia memberikan dorongan untuk

Page 17: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

senantiasa berkarya. Hanya kepada Allah berharap dan hanya dengan kerja keras kita bisa

menyumbangkan kontribusi untuk kejayaan islam. -08180964xxxx-

menjadi orang penting itu baik, tapi jauh lebih penting untuk menjadi orang baik

|||||||||||||||||||||||

logika iman mewajibkan untuk tidak berputus asa menghadapi hambatan dan rintangan apapun

jua. Supaya, orang-orang beriman memandang masa depan mereka dengan jiwa lapang dan

terang benderang. Mengayunkan langkah kehidupan bersama harapan, keberanian, dan

memperbanyak amal =musuh cita-cita pengemban dakwah, Irfan S. Awwas, hal 148=

Tidak ada lagi waktu bagi kita untuk beristirahat. Tugas dakwah kita terlalu banyak. Jika engkau

ingin beristirahat wahai pemuda, nanti . . . ketika engkau langkahkan kakimu ke surga

= salah satu tausiyah KH. Rahmat Abdullah, di masjid kampus UGM=

Segala kebaikan terletak di dalam keridhoan. Maka jika kau mampu, jadilah orang yang ridho.

Jika tak mampu, jadilah orang yang sabar.

=BM STT Telkom=

Merendahlah,

engkau kan seperti bintang-gemintang

Berkilau di pandang orang

Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi

Janganlah seperti asap

Yang mengangkat diri tinggi di langit

Padahal dirinya rendah-hina

(KH Rahmat Abdullah)

jangan bersedih karena kekurangan kita. Yakinlah, bahwa di balik kekukarang, tersimpan energi

besar yang siap menerjang. Mungkin energi itu belum pernah kita undang, sehingga tidak

datang prestasi yang gemilang

Page 18: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Setiap perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan rohani maupun ragawi. Mari kita jalani

dengan hati dan niat yang suci. Awali langkah kita dengan niat hanya untuk mendapat ridho

Illahi. Yakinlah bahwa Allah akan selalu membalas kebaikan2 kita yang hakiki. May Allah bless

and strengthen us.

=085292333***=

|||||||||||||||||||||||

Jika kau lelah, basuh lelahmu dengan kesabaran

Ceritakan dukamu pada ketabahan

Usap air mata dengan harapan

Jika terluka, tetaplah tersenyum untuk semua orang di sekitarmu,

karena itu tanda syukur pada Rabb-mu

=081322101***=

Perhatikanlah karakter lebih daripada reputasimu, karena karakter adalah siapa dirimu

sebenarnya, sementara reputasimu hanyalah pendapat orang lain tentang siapa dirimu

= John Wooden =

Ya Allah,

kami mohon dimasukkan ke dalam golongan hamba-Mu yang mudah bergetar hatinya dan

menetes airmatanya ketika disebut nama-Mu. Disebabkan kami yang begitu merindukan-Mu.

Izinkanlah kami menatap wajah-Mu, walau kami sering mengecewakan.

= 085720098***=

Tidaklah hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunah hingga

Aku mencintainya. Maka bila Aku mencintainya,

Aku menjadi pendengaran yang ia mendengar dengannya,

Aku menjadi matanya yang ia gunakan untuk melihat,

Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memukul,

Aku menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.

Dan jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku beri.

Page 19: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi dia

=HR Bukhari=

Keletihan itu, akan menjadi beban ketika kami merasakannya sebagai keletihan fisik yang tidak

diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini, pasti menyimpan

hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Allah SWT.

= M. Lili Nur Aulia, Beginilah Jalan Dakwah Mengajari Kami @ Kesejukan yang meringankan

Langkah =

Allah akan menjagamu saudaraku.

Hingga kepenatan menjadi senyuman, kelelahan menjadi kenikmatan, dan kesusahan menjadi

kekuatan. Allah bersamamu. Semangat!!!

=08132210****, saudara seperjuangan di UPI=

|||||||||||||||||||||||

Kemunduran kita adalah keputusasaan.

Kemajuan kita adalah ketangguhan.

Keberanian kita adalah keyakinan akan pertolongan Allah.

Bertakbirlah mengagungkan-Nya!

=08132210****=

Anda bisa memutar mundur jam yang Anda miliki, tapi bukan memutar mundur waktu!

Tidak semua kata cinta lahir dari cinta, sebab tidak semua yang terkata selalu datang dari jiwa

=Serial Cinta Anis Matta di Majalah Tarbawi=

Walaupun ada seribu alasan untuk kalah, jangan ambil satu pun. Walaupun tidak ada peluang

untuk menang, ciptakan satu peluang!

=Paul Smith, seorang komandan militer AS=

Page 20: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Awalnya, cita-cita besar itu dipandang tidak mungkin terjadi (impossible) lalu mungkin

(probable), dan kemudian seringkali terjadi.

=Christopher Reeve=

Hal yang kita punya adalah tangan kurus yang tak biasa menggenggam kekalahan. Hal yang kita

miliki adalah dada yang ceking; tempat yang –sebenarnya- terlampau sempit untuk sebuah

tanggung jawab. Hal yang ada pada kita adalah kaki yang pecah-pecah, yang tidak biasa diam di

tengah hiruk pikuk ketidakadilan yang sombong. Terdengar dua suara; erangan untuk melawan

atau rayuan untuk mundur. = Eko Novianto @ sudahkah kita tarbiyah=

|||||||||||||||||||||||

Ada yang mengeluh, merasa jenuh, ingin gugur dan jatuh. Ia berkata “LELAH”

Ada yang lelah, tubuhnya penat, tapi semangatnya kuat. Ia berkata “LILLAH”

Karena Allah, semoga keikhlasan selalu mengiringi amal-amal ibadah kita

=0852242223***=

SUKSES ADALAH HAK SAYA

Sukses bukan milik orang-orang tertentu.

Sukses milik anda, milik saya, dan milik siapa saja yang menyadari,

menginginginkan dan memperjuangkan dengan sepenuh hati.

=Andrie Wongso=

Tidak ada yang salah dengan impian yang visioner. Jika orang lain mengejek dan mencela, jangan

pernah menyerah! Kita hanya sedang menunjukkan sikap optimis pada orang yang tidak tepat

=Dedi Setiawan=

Jangan pernah putus asa! karena yang mudah putus asa tidak pernah sukses dan orang sukses

tidak pernah putus asa

Page 21: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Tidak setiap suara jiwa harus terkata saat ini juga. Kadang butuh waktu lama, juga dibarengi

kerja, supaya ketika sampai pada waktunya, ia akan terdengar jelas dan bertenaga! =Dedi

Setiawan=

Diam saat saudaranya salah, itu bodoh akut =Reza Dynasti Pramana=

|||||||||||||||||||||||

Ada kemampuan untuk mengingat, ada kemampuan untuk melupakan. Keduanya harus

digunakan; pada saat yang tepat. =Dedi Setiawan=

Sedikit tapi cukup, itu lebih bermanfaat daripada banyak tapi sia-sia.

Percaya itu baik. Tapi mengecek kembali, itu jauh lebih baik =BJ. Habibie=

Bergeraklah, bergeraklah menjadi lebih baik. Bukan sekedar berpindah tanpa arah

Singkirkan, singkirkan yang tidak perlu!

Tujuan adalah sesuatu yang ditentukan di awal, diwujudkan di akhir. Tempat memulai pemikiran

dan akhir dari sebuah perjalanan =Ibnul Qayyim=

|||||||||||||||||||||||

Kritik, itu cara lain untuk menunjukkan cinta.

Selalu ada hikmah di balik hilangnya suatu nikmat

Tentang berbuat baik: penerimaan mungkin akan memperkuat mental kita, tapi penolakan

jangan sampai memperlemah jiwa kita.

Page 22: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Santai saja; kita tak perlu merasa paling benar ketika orang lain salah, dan merasa paling salah

ketika orang lain benar

|||||||||||||||||||||||

Tenang, semua ada dalam kendali-Nya. Pantai masih membentang di sepanjang Teluk Lampung,

Gede Pangrango masih diselimuti hutan hujan tropis, langit masih menggantung di atas sana,

dan masih banyak lagi. Kalau hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak saja beres,

apalagi untuk “hal kecil” yang menyangkut satu dua orang. Dulu, sekarang, dan masa depan,

semua berada dalam genggaman-Nya.

Hidup adalah amal kebaikan yang kita lakukan, bukan sekadar umur yang kita habiskan.

Tidak perlu ada dendam di hati, baik di antara kita maupun antara kita dengan orang lain. Yang

perlu ada hanyalah keikhlasan yang tertanam di sanubari =Ust. Arifin Sobari, Mei 2010

@Puntang yang berkabut=

Tidak ada cara yang paling baik untuk belajar, kecuali terjun langsung menyelesaikan persoalan

=B.J. Habibie=

Kita tidak perlu menjadi hebat untuk memulai, tapi perlu memulai untuk menjadi hebat.

Tersenyumlah selalu walau pada hakekatnya hatimu terluka. Jangan lakukan itu untuk dirimu

sendiri, lakukanlah untuk orang lain. Karena tanpa kamu sadari, ada seseorang yang bahagia

melihatmu tersenyum =sms seorang teman=

|||||||||||||||||||||||

Kita bernafas saat tidur, tapi tidak sedang hidup. Karena hidup itu harus punya makna, bukan

sekadar bernafas dan berebut oksigen.

Dan janganlah dipilih hidup ini bagai nyanyian ombak / hanya berbunyi ketika terhempas di

pantai / tapi jadilah kamu air bah / mengubah dunia dengan amalmu =Muhammad Iqbal=

Page 23: Yang Berjatuhan Dijalan Dakwah

Mau ramah atau marah, sedih atau bahagia, itu pilihan kita. Masalah pasti ada, tapi kita harus

tetap tenang. Ini jiwa, jiwa kita. Suasananya kita yang rasa. Jangan biarkan orang lain

merusaknya =Dedi Setiawan=

Tips percaya diri hari ini: aku datang, menyapa, dan berdialog dengan niat baik. Jadi, tak perlu

merasa malu

Kalau kamu berenang, maka kamu akan basah. Itu memang resiko yang harus dihadapi. Tentang

setelah sampai di tepi kamu mau ngapain, itu soal lain. Tugasmu sekarang adalah fokus agar

selamat sampai ke tepi =Ibu saya=

Tak ada yang tahu berapa lama lagi bisa bersama orang yang kita anggap penting. Jadi,

nikmatilah kebersamaan itu =Film “Sorcerer’s Aprentice=

|||||||||||||||||||||||

Perkembangan hidup kita seperti naik tangga. Ada satu saat ketika salah satu kaki kita sudah

meninggalkan anak tangga yang bawah, kaki melayang-layang sejenak di udara. Boleh jadi juga

terpeleset dan jatuh. Itu resiko. Tapi kalau takut menghadapi resiko, kita tidak pernah beranjak

dari anak tangga terbawah =Buya Hamka=