Y = a - b 1 X 1
Transcript of Y = a - b 1 X 1
JUDUL :
PENGARUH SIZE PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, DAN RASIO HUTANG
TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
PENGARUH SIZE PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, DAN RASIO HUTANG TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
RIDHO RIADI RAMLI
Size Perusahaan menggambarkan besar kecilnya ruang lingkup proses audit yang akan dilakukan serta menunjukkan baik tidaknya internal kontrol perusahaan. Kualitas audit menguji bagaimana reputasi kantor akuntan publik dalam menjalankan proses auditnya sehingga dapat selesai dengan tepat waktu. Rasio hutang menunjukkan tingkat resiko keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi keputusan publik sehingga manajemen harus memperhitungkan waktu dalam penyelesaian laporan keuangan serta laporan auditnya.
Audit report lag adalah jangka waktu yang dihasilkan perusahaan dalam menyelesaikan laporan auditnya terhitung dari tanggal laporan keuangan sesuai ketetapan batas akhir penyampaian laporan keuangan dari Bapepam-LK. Sampel penelititan adalah industri food and beverages terdaftar di BEI dari tahun 2007 sampai 2011. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria tertentu serta menggunakan analisis regresi linier berganda.
(Kata Kunci : Size Perusahaan, Kualitas Audit, Rasio Hutang, Audit Report Lag)
ABSTRACT
THE EFFECT OF COMPANY SIZE, AUDIT QUALITY, AND DEBT RATIO TOWARD AUDIT REPORT LAG IN FOOD AND BEVERAGES INDUSTRIES
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
By
RIDHO RIADI RAMLI
Firm size would reflect size of audit scope and also showing how good the company’s internal control. Audit quality examine how the audit firms’ reputation in doing audit process in time. Debt ratio shows company’s level of financial risk which would effect public decision so management should consider about time in finishing their financial report and audit report.
Audit report lag is time period which produced by company in finishing their audit report from the date of financial report due to deadline from Bapepam. Sample for this research are food and beverages companies listed in Indonesian Stock Exchange in 2007-2011 period. The method which used is purposive sampling technique with certain criteria and also used multiple linear regression analysis.
(keyword : firm size, audit quality, debt ratio, audit report lag)
NAMA : RIDHO RIADI RAMLI
NPM : 0811031047
TELPON : 085268184766
EMAIL : [email protected]
PEMBIMBING 1 : Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt.
PEMBIMBING 2 : Reni Oktavia, S.E., M.Si.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyampaian informasi laporan keuangan merupakan suatu cara bagi pihak manajemen
untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan kepada pihak yang memiliki kepentingan atas
laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang bermanfaat harus memenuhi karakteristik
informasi yang bermanfaat pula yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan dan daya banding.
Relevansi menjadi tidak penting apabila laporan keuangan tidak dilaporkan tepat waktu.
Perusahaan dalam menyelesaikan laporan keuangan mempertimbangkan trade off antara
relevansi dan keandalan (reliabilitas) dari laporan keuangan (Kieso, 2002).
Niarchos dan Georgapoulos (1986), Haw et al (2000) mengatakan bahwa dalam pasar
modal yang sedang berkembang ketepatan waktu laporan keuangan mempunyai relevansi
nilai yang sangat besar. Akan tetapi keputusan yang telah dibuat oleh BAPEPAM tentang
batas waktu penyampain laporan keuangan yang disertai laporan audit serta keputusan PT.
Bursa Efek Indonesia mengenai sanksi yang ditetapkan pada perusahaan yang tidak
menyerahkan laporan keuangan dan laporan audit tepat waktu menjadi kendala bagi
perusahaan sampai saat ini sehingga perlu ditinjau kembali mengenai faktor yang
menyebabkan terlambatnya perusahaan menyampaikan laporan keuangan dan laporan audit.
Informasi yang didapat dari Bapepam-LK mencatat sepanjang tahun ini ada 28 emiten
yang terlambat menyerahkan laporan keuangan semester I 2011. Jumlah emiten yang
terlambat tersebut naik 7% dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak 26 emiten.
Menurut pendapat salah satu analis pasar modal bahwa keterlambatan yang menyebabkan
tertundanya penyampaian laporan keuangan (audit report lag) dapat merugikan investor
karena laporan keuangan tersebut sangat berpengaruh pada pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (Rizky, Aspirasi Indonesia Research Institute).
Asosiasi Emiten Indonesia menyatakan bahwa Sebanyak 50 emiten terlambat
menyampaikan laporan keuangan tahunan 2009 dan laporan keuangan tengah tahun 2010
karena kendala teknis proses konsolidasi perusahaan induk dengan anak perusahaan. Melihat
fenomena tersebut, semakin menambah kemungkinan bagi peneliti untuk menguji kembali
penyebab tertundanya penyampaian laporan keuangan dan laporan audit (audit report lag).
Melihat dari sisi internal perusahaan, ukuran perusahaan (size) menjadi sangat penting
dikarenakan pertimbangan atas ruang lingkup proses audit yang dilakukan. Suatu ukuran
perusahaan menjadi penting bagi auditor dalam melihat seberapa besar ruang lingkup yang
akan diperiksa. Auditor dapat menentukan jangka waktu penyelesaian audit dengan melihat
ruang lingkup perusahaan tersebut sehingga proses audit akan dapat berjalan sesuai tujuan.
Selain itu ukuran perusahaan dapat dijadikan gambaran atas sistem internal yang ada di
dalam perusahaan tersebut. Perusahaan besar yang mempunyai total assets yang besar sudah
seharusnya memiliki interrnal kontrol yang baik, apakah dalam hal standar pekerjaan maupun
standar pelaporan dan juga kontrol yang baik terhadap sistem informasi yang digunakan
dalam membuat laporan keuangan. Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian (Deart dan
Rustiana, 2007). Hasil penelitiannya menyatakan faktor size perusahaan berpengaruh positif
terhadap audit delay. Akan tetapi hasil penelitian Halim (dikutip oleh Subekti dan Novi,
2004) menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh kuat namun arah hubungannya
positif dengan audit delay.
Selain faktor internal ukuran perusahaan, faktor eksternal juga dimungkinkan dapat
berpengaruh terhadap audit report lag yaitu kualitas dari kantor akuntan publik itu sendiri.
Kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik memiliki kapasitas
untuk menentukan lamanya waktu penyelesaian laporan auditor. Hasil penelitian Carslaw &
Kaplan, (1991:24) menyatakan KAP yang berafiliasi dengan big four mampu mengaudit
secara lebih efisien dan memiliki fleksibilitas dalam melakukan penjadwalan untuk
menyelesaikan audit secara tepat waktu. Selain itu faktor kualitas audit ini juga erat kaitannya
dengan reputasi sebuah kantor akuntan publik. Tentunya dalam melaksanakan tugasnya
sebuah kantor akuntan akan mempertahankan independensinya dengan tujuan memberi opini
yang sesuai agar reputasinya semakin baik.
Dalam banyak penelitian juga dikemukakan beberapa rasio keuangan yang dapat
membuat lamanya proses audit salah satunya adalah rasio hutang. Ahmad dan Kamarudin
(2001) berpendapat bahwa rasio hutang yang tinggi mungkin mengindikasikan kesehatan
finansial perusahaan. Logika teorinya bahwa sebuah perusahaan dengan rasio hutang yang
tinggi berarti memiliki resiko keuangan yang besar dan dari sisi audit juga akan memperbesar
fokus audior bahwa laporan keuangan kurang reliable. Terkait dengan audit report lag bahwa
proses audit terhadap proporsi hutang akan lebih membutuhkan waktu dikarenakan auditor
harus menjelaskan resiko perusahaan yang tinggi diakibatkan oleh manajemen yang buruk
dan fraud. Hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2001) menunjukkan adanya pengaruh
signifikan debt to equity ratio terhadap audit delay. Namun hasil penelitian Hossain dan
Taylor (1998) menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak signifikan terhadap audit delay.
Pentingnya ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan keuangan maupun laporan
audit kepada publik agar mendapat respon yang baik dari para investor dan pemegang saham
dalam mengambil keputusan bisnis. Namun hal ini tidak terlepas dari bagaimana manajemen
dapat melaporkan kinerja dan kondisi perusahaan dengan baik. Sehingga penulis mengambil
judul penelitian “Pengaruh Size Perusahaan, Kualitas Audit, dan Rasio Hutang
terhadap Audit Report Lag” Pada Perusahaan Industri Food and Beverages yang
terdaftar di BEI.
LANDASAN TEORI
Definisi Auditing
Konrath (2002) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis untuk secara
objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan
kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan
kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Menurut Agoes. S (2004) dalam bukunya auditing, menyatakan auditing adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen,
terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Jenis Audit
Jika ditinjau dari jenis pemeriksaannya, auditing dibedakan atas 4 jenis yang
menunjukkan karakteristik dari pengertian auditing tersebut (Sukrisno Agoes :3) yaitu:
1. Management Audit (Operasional Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut telah dilakukan secara efektif, efisien
dan ekonomis.
2. Complience Audit (Audit ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati
peraturan-peraturan dan kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak
intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan. Pemeriksaan dapat dilakukan
baik oleh KAP maupun bagian internal audit.
3. Internal Audit (Pemeriksaan Internal)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap
kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
4. Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yanng memproses data akuntansinya
dengan menggunakan EDP (electronik data processing) system.
Laporan Audit
Laporan audit merupakan media formal yang digunakan auditor dalam
menyampaikan informasi atas pemeriksaan yang telah dilakukan dalam suatu pemeriksaan
umum (general auditing). Laporan audit yang diberikan mencakup laporan opini yang
merupakan laporan yang berisi pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab manajemen serta laporan keuangan
auditan yang merupakan laporan keuangan yang telah disesuaikan berdasarkan temuan-
temuan yang telah dilakukan.
Opini Auditor
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA seksi 508), ada lima jenis
pendapat atau opini auditor, yaitu :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang
ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, yaitu Standar Profesional Akuntan Publik
dan telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup untuk
mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan material atau
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, makaauditor dapat
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sebuah
usaha tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan
dalam laporan audit bentuk baku (unqualified opinion with explanatory language)
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor
menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan
oleh auditor.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian.
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali
untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Bila auditor
menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf terpisah
sebelum paragraf pendapat dalam laporannya (a) semua alasan yang mendukung
pendapat tidak wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian
pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas, jika secara
praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan secara
beralasan, laporan audit harus menyatakan hal itu.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
Dalam pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor tidak menyatakan pendapat
atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia
tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua
alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut.
Analisis Laporan Keuangan
Informasi dalam laporan keuangan merupakan produk penting dari proses operasi
perusahaan yang dapat mempengaruhi berbagai pihak yang membutuhkan atas laporan
keuangan. Agar dapat bermanfaat, penting untuk memahami dan mengerti sifat dan isi
laporan keuangan agar dapat menilai kegunaan dari informasi tersebut. Laporan keuangan
setidaknya memiliki informasi tentang rencana bisnis perusahaan, oleh karena itu proses
evaluasi dan peramalan atas rencana bisnis tidak dapat dipisahkan. Salah satu cara untuk
mengevaluasi dan meramalkan rencana bisnis tersebut yaitu dengan analisis laporan
keuangan (Subramanyam, 2010).
Tujuan Analisa Perbandingan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan
yang bersangkutan. Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau
kemajuan perusahaan, faktor yang paling utama untuk mendapat perhatian oleh penganalisa
adalah :
a. Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih. Kewajiban keuangan suatu
perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu, pertama kewajiban
keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan (kreditur) disebut
dengan likuiditas badan usaha, kedua kewajiban keuangan yang berhubungan
dengan proses produksi (intern perusahaan) disebut dengan likuidasi perusahaan.
b. Solvabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan baik
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Rentabilitas atau profitability adalah menunjukan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
d. Stabilitas Usaha adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutangnya dan akhirnya membayar
kembali hutang – hutang tersebut tepat pada waktunya.
Tujuan Kualitatif Akuntansi
a. Relevan, laporan keuangan yang dihasilkan harus relevan antara data dengan keadaan
perusahaan
b. Dapat dimengerti, laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
dapat dimengerti.
c. Daya uji, laporan keuangan yang dihasilkan dalam mempunyai daya uji, perhitungan
yang dilakukan akan menghasilkan angka yang sama apabila dilakukan oleh pihak
lain.
d. Netral, laporan keuangan yang dihasilkan harus netral, tidak memihak kepada salah
satu pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
e. Tepat waktu, laporan keuangan yang disajikan harus tepat waktu, sesuai dengan
tahun takwim atau tahun buku yang dipergunakan perusahaan
f. Daya banding, laporan keuangan yang dihasilkan harus memiliki daya banding,
terutama dengan Standar Akuntansi Keuangan
g. Lengkap, laporan keuangan yang disajikan dalam harus lengkap, tidak terdapat data
yang tidak terakumulasi dalam laporan keuangan
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Bursa Efek Indonesia
Menurut Salinan Surat Keputusan BAPEPAM-LK Nomor: 431/BL/2012 (Nomor
X.K.6.) 1 Agustus 2012. Peraturan BAPEPAM-LK nomor X.K.6. juga mengatur tentang
jangka waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, yaitu pada butir 2a yang menyatakan
bahwa laporan keungan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang
lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM-LK selambat-lambatnya pada akhir bulan
keempat setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Menurut keputusan direksi PT. Bursa Efek Indonesia nomor Kep-307/BEJ/07-2004
tentang peraturan nomor I-H butir II-6, terdapat tahapan sanksi yang diberikan atas
keterlambatan penyampaian laporan keuangan, yaitu:
1. Peringatan tertulis pertama akan diberikan kepada emiten bila terlambat
menyampaikan laporannya sampai 30 hari kalender.
2. Peringatan tertulis kedua ditambah dengan denda sebesar Rp 50 juta dijatuhkan
bila hingga hari ke-31 hingga ke-60 sejak batas waktu penyerahan emiten belum
juga memberikan laporannya.
3. Peringatan tertulis ketiga dan tambahan denda sebesar Rp 150 juta akan
dijatuhkan bila mulai hari ke-61 sampai dengan hari ke-90 sejak lampaunya batas
waktu penyerahan emiten belum juga menyampaikan laporan keuangannya.
4. BEJ akan menghentikan sementara perdagangan (suspensi) jika mulai hari ke-91
sejak terlampauinya batas waktu penyampaian laporan emiten tetap saja belum
menyerahkan laporannya, atau emiten telah menyampaikan laporan keuangan
tetapi belum membayar denda pada peringatan sebelumnya. Suspensi ini hanya
akan dibuka jika emiten menyerahkan laporannya sekaligus membayar denda
keterlambatan tersebut.
2.1.2 Audit Report Lag
Menurut Wah Lai dan Cheuk (2005), “An audit report lag or audit delay is a period
from a company’s year-end date to the audit report date”. Definisi tersebut selaras
dengan Hossain dan Taylor (1998) yang berpendapat “audit delay has been considered as the
time from a company’s accounting year end to the date of the auditor’s report.”
Sedangkan menurut Knechel dan Payne (2001) dalam Hamzah Ahmad, M.Nizarul Alim, dan
Imam Subekti (2005), audit report lag / audit delay adalah periode waktu antara akhir tahun
fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan. Oleh karena itu, semakin lama auditor dalam
meyelesaikan pekerjaan auditnya maka semakin panjang audit delay.
Pada tahun 1996, BAPEPAM mengeluarkan lampiran keputusan Ketua BAPEPAM
Nomer Keputusan 80/PM/ 1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik
untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor
independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal laporan
tahunan perusahaan. Namun sejak tanggal 30 September 2003, BAPEPAM semakin
memperketat peraturan dengan dikeluarkannya lampiran surat Keputusan Ketua BAPEPAM
Nomor : Kep-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai dengan
laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan
tahunan.
Ketepatan waktu penyampaian informasi mengandung pengertian bahwa informasi
tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaaan
dalam keputusan. Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan
sebagai dasar membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari
tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Baridwan, 2001:5).
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Audit Report Lag yaitu merupakan
periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan, Subekti (2005).
Audit report lag diukur dengan menghitung jarak antara tanggal penutupan tahun buku
dengan tanggal dikeluarkannya laporan audit.
Audit Report Lag (Y) = Tanggal laporan audit – Tanggal laporan keuangan
Variabel Independen (X)
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel
independen yang diuji dalam penelitian ini yaitu :
1. Size Perusahaan (X1)
Variabel Size perusahaan dalam penelitian ini merupakan konstruk yang diukur
dengan jumlah seluruh aktiva yang dimiliki masing-masing industri setelah dikurangi
kepemilikan aset anak perusahaan diluar kegiatan usaha industri bagi entitas yang
melakukan konsolidasi laporan keuangan. Total aset diukur dengan menggunakan
logaritma natural dari jumlah total aset yang dimiliki masing-masing perusahaan.
Pengukuran dengan menggunakan logaritma natural dimaksudkan untuk
menghaluskan nilai total assets yang besar dan agar dapat di samakan dalam uji
regresi.
Size Perusahaan = Ln (total assets)
2. Kualitas Audit (X2)
Telah dibahas sebelumnya bahwa kualitas audit diukur berdasarkan ukuran kantor
akuntan publik. Ukuran KAP diukur berdasarkan apakah KAP yang mengaudit
perusahan termasuk KAP yang berafiliasi dengan KAP the big four atau tidak. Oleh
karena itu pengukuran juga dilakukan dengan pemberian kode dummy. Untuk
perusahaan yang di audit oleh KAP the big four diberi kode (1), sedangkan yang
diaudit oleh KAP selain the big four diberi kode (0).
3. Rasio Hutang (X3)
Dalam penelitian ini rasio hutang (solvabilitas atau leverage) dihitung dengan
menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas (DER) yaitu dengan membandingkan
total hutang (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang) dengan total ekuitas
perusahaan (Taurigana dan Clark dalam Shaleh, 2004). Dalam banyak penelitian
sebelumnya sering digunakan rasio hutang baik terhadap ekuitas ataupun terhadap
aset. namun tujuannya tetap sama yaitu melihat proporsi hutang perusahaan.
Debt ¿ Equity Ratio=Total HutangTotal Ekuitas
x 100 %
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan yang bergerak dibidang industri makanan
dan minuman (food and beverage) yang terdaftar di BEI mulai tahun 2007 sampai 2011.
Perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI berdasarkan data dari www.idx.co.id
berjumlah 20 perusahaan. Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
purposive sampling artinya populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini merupakan
populasi yang memenuhi kriteria yang telah dipilih oleh peneliti atas dasar pertimbangan
tertentu. Kriteria yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini yaitu :
1. Perusahaan industri food and beverages yang telah menerbitkan laporan keuangan
tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 serta tidak delisting di bursa efek Indonesia
selama periode penelitian.
2. Perusahaan industri food and beverages yang melaporkan kepemilikan aset induk
maupun anak perusahaan apabila entitas melakukan konsolidasi laporan keuangan.
3. Perusahaan mempunyai data yang lengkap untuk ditelti.
4. Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya.
Jenis dan Sumber Data
Penelititan ini menggunakan data sekunder berdasarkan data yang telah di kumpulkan
oleh pihak lain yang telah tersedia. Menurut pendapat Umar (1999:43), menyatakan bahwa
data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh
pengumpul data primer atau pihak lain. Jadi data sekunder merupakan data yang secara tidak
langsung berhubungan dengan responden yang diselidiki dan merupakan pendukung bagi
penelitian yang dilakukan.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan auditan beserta laporan audit
masing-masing emiten yang terdaftar di BEI mulai tahun 2007 sampai 2011. Data tersebut
diambil melalui situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Selain itu juga diperoleh dari
Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
Metode Pengumpulan Data
Alasan penggunaan metode purposive sampling didasari pertimbangan agar sampel data
yang dipilih memenuhi kriteria untuk diuji (Indriantoro dan Supomo, 1999:131). Dari hasil
seleksi beberapa perusahaan industri food and beverages selama tahun 2007 sampai 2011,
perusahaan yang telah benar-benar sesuai dengan kriteria pengumpulan sampel terpilih
sebanyak 16 perusahaan. Pertimbangan dalam menentukan kriteria tersebut didasarkan pada
tujuan dan masalah dalam penelitian. Sehingga penentuan sampel tidak dilakukan secara acak
dan informasi yang dibutuhkan benar-benar menggambarkan masalah yang akan diuji.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan variabel dependen
yaitu audit report lag. Agar dapat melihat pengaruh dari size perusahaan, kualitas audit, dan
rasio hutang. maka model regresi dapat dirumuskan menjadi :
Y = a - b1X1 - b2X2 + b3X3 + eKeterangan :
Y = Audit Report Lag
a = Konstanta X3 = Rasio Hutang
b = Koefisien regresi e = Faktor pengganggu (error)
X1 =Size perusahaan
X2 = Kualitas audit
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif menunjukkan gambaran variabel audit report lag serta
variabel terikat yaitu size perusahaan, kualitas audit, dan rasio hutang. Tabel berikut
menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi dari
masing-masing variabel.
Tabel 4.1 Statistik DeskriptifDescriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ARL 80 24 142 79.74 24.815
Size 80 25.0 31.6 27.646 1.4984
KAP 80 0 1 .38 .487
DER 80 .19 64.47 2.2585 7.29414
Valid N (listwise) 80
Sumber : lampiran 4
Berdasarkan data statistik deskriptif diatas dijelaskan bahwa audit report lag antara
24 hari sampai 142 hari dengan rata-rata audit report lag 79,74 hari dan standar devasi
24,815. Terlihat bahwa dari peraturan BAPEPAM dan surat keputusan menteri keuangan
mengenai kewajiban perusahaan publik dalam menyampaikan laporan tahunan dan laporan
keuangan disertai laporan auditor selambat-lambatnya akhir bulan ke 4, yang artinya rata-rata
audit report lag pada perusahaan sampel dibawah batas ketetapan tersebut. nilai minimum
audit report lag 24 hari merupakan audi report lag dari perusahaan PT Cahaya Kalbar Tbk
tahun 2007 nilai maksimum sebesar 142 hari merupakan audit report lag dari perusahaan PT
Sierad Produce Tbk tahun 2011.
Variabel size perusahaan memiliki rentang nilai antara 25,0 atau total aset sekitar 74
milyar rupiah sampai 31,6 atau total aset sekitar 53 triliun rupiah. Dari data tersebut terlihat
perbedaan yang cukup jauh jika ditinjau dari jumlah aset yang dimiliki masing-masing
perusahaan sampel dengan rata-rata 27,646. Untuk total aset maksimum dimiliki oleh
perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2011 dan total aset minimum dimiliki
oleh perusahaan PT Pioneerindo Gourmet International Tbk tahun 2007
Variabel kualitas audit yang menggunakan skala dummy terhadap audit report lag dapat
dilihat memiliki rata-rata 0,38 dengan audit report lag 79,74 hari. Secara persentase, 30
laporan keuangan perusahaan menunjukkan rata-rata perusahaan diaudit oleh KAP the big
four.
Statistics
ARL KAP
N Valid 80 80
Missing 0 0
Mean 79.74 .38
Std. Deviation 24.815 .487
Sum 6379 30
Sumber : lampiran 4KAP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 50 62.5 62.5 62.5
1 30 37.5 37.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
Sumber : lampiran 4
Variabel rasio hutang memiliki rata-rata sebesar 2,2585 dengan kisaran 0,19 sampai
64,47. Terlihat bahwa umumnya perusahaan memiliki total hutang sebesar 2,2585%
dibandingkan total ekuitasnya. Untuk rasio hutang terendah dimiliki oleh perusahaan PT
Delta Djakarta Tbk. Sedangkan rasio hutang tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT
Pioneerindo Gourmet International Tbk.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Dalam uji normalitas, data penelitian yang digunakan akan dapat dilihat apakah
terdistribusi normal atau sebaliknya. Terpenuhinya uji normalitas merupakan salah satu
syarat dianggap valid atau tidaknya model regresi. Untuk menguji normalitas data, dalam
penelitian ini digunakan normal probability plot dan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test. Distribusi data ditentukan dengan berdasarkan taraf signifikansi >0,05 untuk uji One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas
Sumber : lampiran 5
Tabel 4.2 Hasil Uji NormalitasOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 24.67817608
Most Extreme
Differences
Absolute .149
Positive .146
Negative -.149
Kolmogorov-Smirnov Z 1.333
Asymp. Sig. (2-tailed) .157
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : lampiran 5
Dari gambar plot diatas terlihat titik-titik menyebar disekitar garis lurus yang berarti
bahwa asumsi normalitas terpenuhi untuk model penelitian dan data terdistribusi secara
normal. Untuk hasil uji berikutnya, berdasarkan tabel diatas taraf signifikansi menunjukkan
nilai 0,157 yang berada diatas 0,05. Dengan demikian uji normalitas kedua terpenuhi bahwa
nilai residual terdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Masalah multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
antara beberapa variabel independen yang diuji memiliki hubungan secara sempurna atau
tidak . Untuk uji tersebut digunakan nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang
harus terpenuhi adalah dibawah 10 atau tolerance diatas 0,1.
Tabel 4.3 Hasil Uji MultikolinearitasCoefficientsa
ModelCollinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Size .932 1.073
KAP .978 1.022
DER .940 1.063
a. Dependent Variable: ARL
Sumber : lampiran 6
Nilai VIF sebesar 1,073; 1,022; dan 1,063 masih lebih kecil dari 10 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas dalam persamaan regresi.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah didalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pengganggu periode
sebelumnya (t-1). Untuk uji autokorelasi ini dapat dilihat nilai Durbin Watson (dw).
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model 1Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 2.053
a. Predictors: (Constant), DER, KAP, size
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 2.053
b. Dependent Variable: ARL
Sumber : lampiran 7
Dapat dilihat nilai dw sebesar 2,053 dengan taraf signifikansi 5% jumlah sampel
sebanyak 80 dan jumlah variabel independen 3(k). Dari tabel DW didapat nilai du sebesar
1,53. Oleh karena nilai dw lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4-du (2,47) maka
dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
Uji Heterokedastisitas
Dalam penelitian dapat dilihat masalah heterokedastisitas melalui grafik Scatterplot.
Yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual pengamatan
satu dengan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Gambar 4.2 Grafik Heterokedastisitas
sumber : lampiran 8
Pada grafik scatterplot diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat pola tertentu pada
grafik. Selain itu titik-titik tersebar dan acak yang berarti tidak terdapat masalah
heterokedastisitas dalam model regresi linier berganda yang dibentuk.
Pengujian Hipotesis
Koefisien Determinasi R2
Dalam pengujian koefisien determinasi dapat dilihat seberapa besar pengaruh variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Hal ini diperlukan untuk melihat
kesesuaian model
Tabel 4.5 Hasil Uji Model RegresiModel Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .207a .043 .005 24.75126 2.053
a. Predictors: (Constant), DER, KAP, size
b. Dependent Variable: ARL
Sumber : lampiran 9
Tabel diatas memperlihatkan nilai korelasi R sebesar 0,207 pada model penelitian dan
koefisien determinasi Rsquare 0,043 yang berarti kemampuan variabel bebas menjelaskan
varians variabel terikat yaitu sebesar 4,3%. Masih terdapat sisa yang belum dapat dijelaskan
variabel bebas dalam model penelitian.
Uji F Statistik (Simultan)
Hasil uji secara simultan digunakan untuk melihat seberapa beasar pengaruh ketiga
variabel independen terhadap audit report lag secara bersama-sama. Penjelasan selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Uji F StatistikANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2087.997 3 695.999 1.136 .340a
Residual 46559.491 76 612.625
Total 48647.487 79
a. Predictors: (Constant), DER, KAP, size
b. Dependent Variable: ARL
Sumber : lampiran 10
Hasil uji statistik menjelaskan nilai F hitung sebesar 1,136 dengan nilai signifikansi
0,340. Hasil tersebut menunjukkan bahwa probabilitas diatas 0,05 artinya variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan.
Uji t Statistik (Parsial)
Hasil uji hipotesis selanjutnya yaitu uji statistik t yaitu menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara individu atau masing-masing variabel. Hasil
yang didapat yaitu.
Tabel 4.7 Hasil Uji t Statistik
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 127.369 54.180 -0.133 0.894
Size 5.320 .000 0.217 4.018 .019
KAP -3.027 1.818 -.155 -1.665 .298
DER -.027 .426 -.057 -.482 .657
a. Dependent Variable: ARL sumber : lampiran 11
Pengaruh size perusahaan terhadap audit report lag
Dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa variabel size perusahaan berpengaruh secara
positif terhadap audit report lag. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikansi
(sig t) dengan nilai 0,019<0,10. Sehingga hipotesis awal H1 yang menyatakan bahwa “Size
perusahaan berpengaruh positif terhadap audit report lag” dapat diterima.
Dapat dikatakan pula bahwa untuk setiap peningkatan size perusahaan sebesar 1%
maka akan mengakibatkan penurunan lamanya audit report lag sebesar 0,019. Dengan hasil
ini berarti dapat dikatakan size perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
Pengaruh kualitas audit terhadap audit report lag
Dapat dilihat bahwa variabel kualitas audit memiliki nilai signifikansi t 0,298>0,10
dengan koefisien regresi bernilai negatif. Oleh karena itu variabel kualitas audit dapat
dikatakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lag dan hipotesis awal H2
ditolak. Dengan koefisien negatif berarti setiap kenaikan variabel kualitas audit 1%
mengakibatkan penurunan lamanya audit report lag sebesar 0,298.
Pengaruh rasio hutang terhadap audit report Lag
Selanjutnya variabel rasio hutang juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
audit report lag. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi t DER 0,657>0,10 dengan
koefisien negatif. Dengan demikian hipotesis awal H3 ditolak yang menyatakan “rasio hutang
berpengaruh positif terhadap audit report lag”. Dapat dikatakan juga setiap kenaikan rasio
hutang sebesar 1% mengakibatkan penurunan lamanya audit report lag sebesar 0,657.
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dan saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :
1. Secara keseluruhan, rata-rata perusahaan memiliki jangka waktu penyampaian
laporan keuangan beserta laporan audit (audit report lag) selama ± 3 bulan, yang
berarti bahwa perusahaan industri food and beverages tahun 2007-2011 dapat
melaporkan laporan keuangan dibawah batas waktu ketetapan Bapepam yaitu
selambat-lambatnya akhir bulan keempat.
2. Size perusahaan berpengaruh positif terhadap audit report lag. Hal ini disebabkan
perusahaan dengan total aset yang lebih besar ditambah dengan ruang lingkup
proses audit yang lebih luas memiliki sumber daya dan sistem pelaporan yang
handal dan terintegrasi dengan baik sehingga dapat meminimalkan tingkat
kesalahan dalam penyajian laporan keuangan yang berpengaruh dengan proses
audit yang tepat waktu dan handal.
3. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag dan hubungannya
negatif. Hal ini dikarenakan baik KAP big four maun non big four sama-sama
memiliki tuntutan baik itu dalam standar profesional auditor atau untuk
mempertahankan kliennya.
4. Rasio hutang tidak berpengaruh terhadap audit report lag dan hubungannya
negatif. Hal ini berarti pembiayaan dengan hutang dimungkinkan dalam beberapa
hal kelangsungan usaha sehingga tidak menimbulkan kecenderungan perusahaan
menunda penyampaian laporan keuangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Accounting Principal Board(APB) Statement. 1970.
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik). Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi Universitas Indonesia.
Ahmad,R.A.R. and K.A. Kamarudin,”Audit Delay and The Timeliness of Corporate Reporting Malaysian Evidence, ”2001,http://www.ssrn.pp.1-14.
Badan Pengawas Pasar Modal. 2012. website: http://www.bapepam.go.id
Baridwan, Zaki. (2004). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Bursa Efek Indonesia. 2012. Website : http:/www.idx.co.id.
Carslaw, C. A. P. N., and S.E. Kaplan, 1991, An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand, Accounting and Bussines Research (Winter), p. 21-32.
Cullinan, Charles P. 2003. Competing Size Theories And Audit Lag: Evidence From Mutual Fund Audits. Journal of American Academy of Business. 3 (1/2). pp.183-189.
Deart, J.danRustiana. 2007. Faktor-Faktor yang Berdampak Pada Perbedaan Audit Delay. Jurnal Kinerja, Volume 11, No.1, Th. 2007: Hal. 27-39.
Ghozali Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro SPSS, Semarang
Halim, Varianada, 2000, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2 No. 1, p. 63-75.
Hamzah, A., Nisarul Alim, M., dan Subekti, I. 2005. “Pengujian Empiris Audit Report Lag Menggunakan Client Cycle Time dan Firm Cycle Time. SNA VIII. Solo.
Hossain, Monirul Alam dan Peter J. Taylor. 1998. Examination of Audit Delay: Evidence from Pakistan. Proceeding Asian-Pacific Interdisciplinary Research in Accounting Conference. Osaka.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta 2001.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (1999). Metode Penelitian Bisnis. Edisi I. Yogyakarta: BPFE.
Konrath, Larry F. 2002. Auditing a Risk Analysis Approach. 6th Edition. Thomson Learning, South Western, USA.
Lai, Kam-Wah dan Leo M.C. Cheuk. 2005. Audit Report Lag, Audit Partner Rotation and Audit Firm Rotation: Evidence from Australia.
Luciana dan Lucas. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Laporan Keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Seminar nasional Good Corporate Governance Universitas Trisakti.
Niarchos, A. and Georgapoulos, M. 1986, “The effect of annual corporate profit reports on the Athens Stock Exchange: an empirical investigation”, Management International review, 26(1): 64-73.
Owusu, & Ansah. (2000). Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market : Empirical Evidence from Zimbawe Stock Exchange. Journal Accounting & Business, 241-254.
Prihantoro (2003). “Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No.1 Jilid 8.p.7-14
Rachmawati, Sistya. (2008). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, 1-10.
Rizky, Yanuar. (2012). Aspirasi Indonesia Research Institute. Journalism Database & Technology.
Saleh, R. (2004). Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VII (Desember), 897-910.
Subekti. Imam dan Widiyanti ,W .Novi, 2004. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay di Indonesia. SNA Bali
Suad, Husnan. 2006. Manajemen Keuangan dan Teori Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). Edisi 4. Jogjakarta. BPFE UGM.
Subramanyam, K.R. 2010. Analisis Laporan Keuangan (financial statement analysis). Edisi 10. Jakarta. Salemba Empat.
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumodiningrat. 2001. Metode Statistika. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
Supriyati Yuliasri Rolinda. (2007). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dan Finansial di Indonesia). Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi. Vol . 10 No. 3, hal 109-126.
Taurigana, & Clarck. (2000). The Demand for External Auditing: Managerial Share Ownership, Size, Gearing, and Liquidity Influences. Management Accounting Review , 346-365.
Umar, Husein. 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi Dalam Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay: Kajian Empiris Di Bursa Efek Jakarta. Bulletin penelitian. No.9. Hal 1-15.