Xxbab II Tinjauan Pustaka.

download Xxbab II Tinjauan Pustaka.

of 23

description

abortus inkompletus

Transcript of Xxbab II Tinjauan Pustaka.

7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Abortus2.1.1 Definisi AbortusAbortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus memiliki batasan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat terjadi secara spontan maupun dengan tindakan. Abortus merupakan komplikasi perdarahan yang paling banyak pada kehamilan muda, sehingga sering juga dikaitkan dengan miscarriage atau early pregnancy loss. Abortus yang terjadi pada bulan pertama dari kehamilan hampir selalu diawali oleh kematian janin (Prawirohardjo, 2010; Mochtar, 1998; Cunningham dkk, 2010).

2.1.2 EpidemiologiAbortus spontan terjadi 15-20% dari semua kehamilan. Angka ini bisa mencapai 50% karena banyaknya kasus abortus yang tidak diketahui pasien. Oleh karena itu, frekuensi pasti kejadian abortus sukar untuk ditentukan. Hal ini ditambah dengan banyaknya kejadian abortus provokatus yang tidak dilaporkan, kecuali bila ditemukan komplikasi, serta gejala yang tidak khas dari abortus spontan sehingga ibu tidak melapor atau berobat (Prawirohardjo, 2010; Mochtar, 1998; Cunningham dkk, 2010).Prevalensi dari kejadian abortus spontan yang tercatat, bergantung pada metode yang dipakai untuk identifikasi. Suatu penelitian mengenai siklus menstrual menemukan bahwa 31% kehamilan mengalami keguguran setelah implantasi. Dengan penelitian yang lebih spesifik dengan menggunakan konsentrasi serum -human chorionic gonadotropin (-HCG), dua pertiga dari kejadian ini tidak menampakkan sama sekali gejala klinis (Cunningham dkk, 2010).Kejadian abortus de,ngan tindakan (abortus provokatus) masih sangat tinggi di Indonesia. Sekitar 114 kasus abortus terjadi per jam. Dengan ditambah cara melakukan abortus yang tidak aman (unsafe abortion), jumlah kematian ibu di Indonesia mencapai 14-16%. Abortus provokatus yang dilakukan secara ilegal tentu saja akan semakin membahayakan keselamatan ibu (Prawirohardjo, 2010; Azhari, 2002; Sedgh dan Ball, 2008; Dewi dan Suhandi, 2011).

2.1.3 EtiologiPenyebab abortus sangat bervariasi dan masih menjadi perdebatan. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus. Faktor janin (ovum), faktor ibu, dan faktor ayah berperan sebagai penyebab (Prawirohardjo, 2010; Cunningham dkk, 2010; Noerjasin dkk, 2010).a. Faktor JaninAbortus spontan dapat dilihat dari kelainan zigot, embrio, janin, maupun plasenta. Kelainan ini biasanya didasari oleh kelainan kromosom. Kelainan kariotip embrio dianggap menjadi penyebab paling besar dari abortus spontan. Hampir setengah kejadian abortus pada trimester pertama adalah akibat kelainan sitogenik. Kelainan ini tidak termasuk gangguan pada gen tunggal (seperti kelainan Mendelian) ataupun mutasi pada beberapa lokus (gangguan poligenik) yang tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan kariotip (Prawirohardjo, 2010).Kelainan kromosom yang dapat mempengaruhi jumlah ataupun struktur merupakan penyebab penting abortus spontan. Kelainan tersering pada janin yang mengalami abortus adalah 45+X (sindrom Turner), triploidi, dan trisomi 16 (Sadler, 2006).b. Faktor Maternali. InfeksiBeberapa bakteri (Ureaplasma urealiticum, Bacterial vaginosis), virus (Rubella, HSV, HIV), parasit (Toxoplasmosis gondii), dan spirokaeta (Treponema pallidum) diduga memberikan dampak pada abortus. Agen-agen tersebut memiliki toksin yang dapat merusak unit fetoplasenta, sehingga menyebabkan infeksi pada janin, plasenta, maupun genital ibu sehingga menggangu proses kehamilan. Perubahan genetik pada embrio juga dapat disebabkan oleh infeksi virus (Prawirohardjo, 2010; Cunningham dkk, 2010).ii. Penyakit kronis ibuPenyakit kronis yang melemahkan ibu seperti TBC, karsinoma, dan dekompensasi kordis dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan. Selain itu, penyakit-penyakit yang mengganggu sistem hormonal, seperti hipotiroid dan diabetes mellitus, juga meningkatkan resiko terjadinya abortus. Kelainan pada sistem hormonal ini dapat dimiliki ibu sejak lama, ataupun baru muncul ketika masa kehamilan. Hipertensi dan diabetes maternal merupakan contoh penyakit endokrin yang paling sering terjadi saat masa kehamilan (Prawirohardjo, 2010; Mochtar, 1998; Cunningham dkk, 2010).iii. NutrisiMalnutrisi, avitaminosis vitamin A, C, atau E, dianggap dapat meningkatkan kejadian abortus. Akan tetapi, kekurangan nutrisi dalam jumlah menengah bukan merupakan faktor penting terjadinya abortus. Bahkan, hiperemesis gravidarum ekstrim dengan penurunan berat badan yang menonjol, jarang diikuti dengan kejadian abortus. Konsumsi buah segar dan sayuran dapat menurunkan resiko abortus pada kehamilan (Mochtar, 1998; Cunningham dkk, 2010).iv. Obat-obatan dan pengaruh lingkunganPaparan obat, bahan kimia, dan radiasi menjadi penyebab 1-10% malformasi janin, yang pada akhirnya berakhir dengan abortus. Tembakau, alkohol, kafein, nikotin, timbal, arsen, benzena, etilen oksida, dan karbon monoksida merupakan beberapa zat berbahaya yang terdapat di lingkungan dan dapat meningkatkan kejadian abortus. Zat-zat tersebut memiliki zat toksin, yang dapat menyebabkan gangguan sirkulasi fetoplasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin (Prawirohardjo, 2010; Mochtar, 1998; Cunningham dkk, 2010).v. Faktor-faktor hematoimunologisTerdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dengan penyakit autoimun, terutama Systematic Lupus Erythematosus (SLE) yang memiliki Antiphospholipid Antibodies (aPA). aPA inilah yang dikaitkan dengan kematian janin pada kejadian abortus. Selain itu, kejadian abortus berulang yang ditandai dengan defek plasentasi dan adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta menunjukkan adanya defek hemostatik pada kejadian abortus berulang. Kasus lain yang sering ditemukan yakni antagonis rhesus antara ibu dengan fetus, dimana darah ibu yang masuk melalui plasenta akan merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakhir dengan kematian (Prawirohardjo, 2010; Mochtar, 1998).vi. TraumaOperasi bedah di daerah abdomen dan pelvis (laparotomi) kadang-kadang dapat mencetuskan terjadinya abortus, apalagi bila daerah operasi semakin dekat ke organ panggul. Trauma fisik mayor pada abdomen bisa memicu abortus, walaupun sangat jarang terjadi. Trauma emosional yang menyebabkan abortus bersifat spekulatif karena tidak ada konsep yang mendukung pengaruh rasa takut, marah, ataupun cemas terhadap kejadian abortus (Cunningham dkk, 2010; Batista, 2012).vii. Kelainan anatomikKelainan anatomik pada uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik. Pada ibu dengan riwayat abortus, ditemukan anomali uterus pada 27% orang. Anomali kongenital seperti septum uterus dan uterus bikornis akibat gangguan perkembangan prenatal ibu dapat menyebabkan abortus berulang. Selain itu, penghubung antara rongga korpus uteri dan vagina, kanalis servikalis, yang tidak kompeten dapat menyebabkan kejadian abortus berulang (Prawirohardjo, 2010; Mochtar, 1998; Cunningham dkk, 2010; Price dan Wilson, 2003).c. Faktor PaternalAbnormalitas kromosom pada sperma dianggap sebagai salah satu penyebab abortus, walaupun masih sangat sedikit yang diketahui. Abnormalitas kromosom tersebut dapat diakibatkan oleh usia lanjut, penyakit kronis, keracunan zat-zat berbahaya, radiasi, maupun dari gangguan nutrisi ayah (Mochtar, 1998; Cunningham dkk, 2010).

2.1.4 PatogenesisPada awalnya, terjadi perdarahan di dalam desidua basalis. Perdarahan terjadi karena terbukanya sinus venosus sebagai akibat terlepasnya zigot dari zona spongiosa. Perdarahan ini akan diikuti oleh nekrosis di jaringan sekitar, dan kemudian seluruh konsepsi akan terlepas. Uterus akan berkontraksi, untuk mengeluarkan jaringan yang dianggap sebagai benda asing. Perdarahan tidak terlalu banyak terjadi bila kehamilan dibawah 8 minggu, dimana vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam sehingga bisa dikeluarkan seluruhnya. Bila kehamilan diatas 8 minggu, akan ada bagian yang tertinggal, sehingga akan terjadi banyak perdarahan (Mochtar, 1998; Radhanpuri, 2002).

2.1.5 Klasifikasi AbortusAbortus dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:a. Abortus spontan, adalah abortus yang tidak diawali faktor-faktor mekanis maupun medisinalis, melainkan terjadi secara alamiah.i. Abortus iminens, adalah abortus pada tingkat awal, merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai dengan perdarahan pervaginam, namun ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam kandungan.ii. Abortus insipiens, adalah abortus yang sedang berlangsung, ditandai dengan ostium uteri yang sudah terbuka, tetapi hasil konsepsi masih di dalam kavum uteri.iii. Abortus inkompletus, adalah abortus dengan sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.iv. Abortus kompletus, adalah abortus yang sudah selesai dengan seluruh hasil konsepsi dikeluarkan dan kavum uteri menjadi kosong.v. Missed abortion, adalah abortus dengan keadaan janin sudah mati, tetapi tetap berada di dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.vi. Abortus habitualis, adalah abortus spontan dengan keadaan penderita mengalami keguguran tiga kali berturut-turut atau lebih.vii. Abortus infeksious, adalah abortus yang disertai dengan infeksi pada alat genitalia.b. Abortus provokatus, adalah abortus yang dilakukan dengan sengaja.i. Abortus medisinalis, adalah abortus yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, dengan persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.ii. Abortus kriminalis, adalah abortus yang dilakukan dengan tindakan tidak legal, atau tidak berdasarkan indikasi medis (Prawirohardjo, 2010; Mochtar, 1998; Cunningham dkk, 2010).

2.2 Abortus Inkompletus2.2.1DefinisiAbortus inkompletus terjadi ketika hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, tetapi masih ada sisa jaringan yang tertinggal. Batasan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram tetap dijadikan patokan. Pada pemeriksaan vagina dapat ditemukan kanalis servikalis yang masih terbuka, disertai tonjolan jaringan di ostium uteri eksternum yang dapat diraba (Prawirohardjo, 2010; Mochtar, 1998).Pasien biasanya mengalami gejala-gejala kehamilan pada umumnya, sebelum muncul sakit perut dan mulas yang sangat hebat, disertai dengan perdarahan. Perdarahan terjadi dengan volume yang banyak atau sedikit, tergantung pada jaringan yang tersisa. Biasanya darah yang keluar berupa darah beku (stolsel). Selain darah, sebagian jaringan hasil sisa konsepsi juga sudah keluar (Prawirohardjo, 2010; Mochtar, 1998).

2.2.2DiagnosisDiagnosis didapatkan melalui anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik lengkap. Pada anamnesis dicari informasi mengenai usia kehamilan, riwayat kehamilan, riwayat abortus, riwayat penyakit, serta yang paling penting volume darah yang keluar, dan ada tidaknya jaringan sisa konsepsi yang keluar (Mochtar, 1998).Pemeriksaan fisik menilai tanda-tanda umum pasien, menilai apakah ditemukan gejala syok atau infeksi. Pada pemeriksaan vagina (VT) ditemukan kanalis servikalis yang masih terbuka, disertai tonjolan jaringan di ostium uteri eksternum yang dapat diraba, serta kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan. Dinilai juga ukuran uterus untuk memperkirakan usia gestasi. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila diagnosis secara klinis masih meragukan (Prawirohardjo, 2010; Mochtar, 1998; Cunningham dkk, 2010; Batista, 2012).

2.2.3PenatalaksanaanLangkah-langkah dalam penatalaksanaan abortus adalah sebagai berikut:a. Penanganan umumLakukan tirah baring pada pasien untuk mengurangi rangsangan mekanis pada pasien. Lakukan penilaian umum secara cepat pada pasien, dan nilai apakah ditemukan tanda-tanda syok. Bila dibutuhkan, fenobarbital 3x30 mg dapat diberikan sebagai penenang (Batista, 2012; Mirzanie dan Kurniawati, 2009; Achadiat, 2010).Bila ditemukan tanda-tanda syok, segera pasang infus dengan kanula besar (16 G). Berikan larutan NaCl atau Ringer Laktat dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam). Periksa kadar Hb, golongan darah, dan crossmatch pasien. Persiapkan peralatan transfusi darah bila dibutuhkan. Penggunaan antibiotik profilaksis untuk mencegah sepsis juga harus dipersiapkan (Batista, 2012; Mirzanie dan Kurniawati, 2009; Achadiat, 2010; Manuaba, 1998; May dkk, 2007).b. Penanganan spesifik abortus inkompletusTentukan besar uterus (taksir usia gestasi), dan atasi tanda bahaya bila muncul. Setelah itu lakukan evaluasi perdarahan yang terjadi: Bila perdarahan tidak terlalu banyak dan usia gestasi 1 tahun

3.6 Cara Pengumpulan DataData yang dikumpulkan merupakan data sekunder hasil pencatatan rekam medik rawat inap di bagian Kebidanan RSMH Palembang periode Januari - Desember 2013. Rekam medik pasien yang mengalami abortus inkompletus tersebut dikumpulkan kemudian akan dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti, yaitu usia ibu, usia kehamilan, paritas, riwayat abortus, riwayat penyakit kronis, status pendidikan, status pekerjaan, dan lama pernikahan.

3.7 Rencana Cara Pengolahan DataData yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah secara deskriptif berdasarkan jumlah kasus yang didapatkan dari rekam medik sesuai dengan variabel yang diteliti. Hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang selanjutnya dijelaskan dalam bentuk narasi.

3.8 Kerangka Operasional

Pengumpulan data rekam medik pasien abortus inkompletus di bagian Kebidanan RSMH Palembang periodeJanuari - Desember 2013Analisis dan pengolahan dataKriteria inklusi :Pasien abortus inkompletus yang memiliki data usia ibu, usia kehamilan, paritas, riwayat abortus, riwayat penyakit kronis, status pendidikan, dan status pekerjaanKesimpulanUsia IbuUsia KehamilanParitasRiwayat AbortusRiwayat Penyakit KronisStatus PendidikanStatus PekerjaanLama Pernikahan

3.9 Rencana KegiatanTabel 1. Rencana kegiatanTahun20142015

KegiatanJuliAgustusSept.OktobeNov.Des.JanuariFebruari

Penyusunan Proposal

Ujian Proposal

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Penyusunan Laporan Skripsi

Ujian dan Revisi Skripsi

3.10 AnggaranTabel 2. Rancangan anggaran penelitianUraian KeperluanBanyaknyaHarga SatuanJumlah

Alat tulis2Rp 5.000,00Rp 10.000,00

Kertas A4 70 gram2 rimRp 30.000,00Rp 60.000,00

Tinta printer hitam1 setRp 100.000,00Rp 100.000,00

Jilid dan fotokopi6Rp 20.000,00Rp 120.000,00

Biaya penelitian di RSMH Rp 150.000,00Rp 150.000,00

Biaya tak terdugaRp 150.000,00Rp 150.000,00

Total BiayaRp 590.000,00

6