Wrap Up Sk 2 Neuro
-
Upload
nuciana-siti-andrianti -
Category
Documents
-
view
50 -
download
10
description
Transcript of Wrap Up Sk 2 Neuro
Kata- kata sulit
1) Sulcus nasolabialis : Alur antara sudut bibir atas dan hidung.
2) Atrofi papil : Peyusutan pada papil lidah.
3) Fasikulasi : Gerakan kedutan yang ireguler yang terlihat melalui kulit dan
terjadi pada bagian tengah otot.
4) Hemiparesis : Kelumpuhan atau kelemahan otot pada satu sisi tubuh.
5) Stroke : Gejala deficit fungsi susunan saraf akibat penyakit pembuluh darah
otak.
Pertanyaan
1) Apa hubungan strokte dengan aktivitas ?
2) Apa hubungan stroke dengan hipertensi ?
3) Apa saja Factor pencetus stroke ?
4) Kenapa bicara cadel, tubuh lemah sebelah, dan wajah asimetris?
5) Kenapa lemahnya sisi kiri saja?
6) Kenapa kerutan dahi simetris tapi sisi lain asimetris?
7) Kenapa sulcus nasolabialis mendatar?
8) Apa pemeriksaan lain stroke selain pemeriksaan tanda vital ?
9) Apakah stroke bisa sembuh?
10) Apakah pasien langsung tidak sadarkan diri apabila terkena serangan stroke?
Jawaban
1) Aktivitas → cape → vasokontriksi → hipertensi → kurangnya O2 ke otak → factor penyebab
(aterosklerosis) → stroke
2) Aktivitas → cape → vasokontriksi → hipertensi → kurangnya O2 ke otak → factor penyebab
(aterosklerosis) → stroke
3) Penyakit metabolik, DM hipertensi, gaya hidup, pola makan tidak sehat, merokok, minum kopi
yang berlebihan, dan alcohol.
4) Karena gangguan system saraf → kelemahan otot → terkena di lobus frontalis dektra.
5) Karena gangguan system saraf → kelemahan otot → terkena di lobus frontalis dektra.
6) Karena terkenanya jaras supranuklear
7) Karena tidak mendapat daya hantar → kelemahan otot
8) X-ray, blood flow test.
9) Sembuh jika sesuai dengan grade/ tingkat keparahan atau sembuh tapi meninggalkan gejala-
gejala.
10) Stroke hemoragic yang menyebabkan pasien tidak sadarkan diri.
1
Skenario 2
KELUMPUHAN WAJAH
Perempuan berusia 50 tahun sedang berbelanja di pusat perbelanjaan tiba-tiba berbicara cadel
dan setelah diperhatikan oleh suaminya wajah pasien terlihat tidak simetris. Pasien juga mengeluh
anggota gerak sisi kiri lebih lemah dibandingkan kanan. Suami langsung membawa istrinya ke IGD
RS terdekat. Pemeriksaan tanda vital menunjukan hipertensi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan wajah
tidak simetris. Sulkus nasolabialis kiri tampak mendatar, namum kerutan dahi simetris. Pada saat
menjulurkan lidah, mencong ke sisi kiri tanpa adanya atrofi papil dan fasikulasi. Terdapat hemiparesis
sinistra. Dokter mengatakan pasien mengalami stroke. Sebagai seorang suami, iya berkewajiban
menyantuni dan merawat istrinya dengan baik sesuai dengan ajaran islam.
2
Sasaran belajar
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi N.cranialis
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik N.cranialis
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Jarasa Sensorik dan Motorik
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan jaras normal Sensorik dan Motorik
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Jaras abnormal Sensorik dan Motorik
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan jaras Sensorik dan Motorik
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Stroke
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Stroke
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Stroke
LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Stroke
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Stroke
LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi klinis Stroke
LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Stroke
LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis banding Stroke
LO 3.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Stroke
LO 3.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Stroke
LO 3.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Stroke
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban suami terhadap istri dalam islam
3
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi N.cranialis
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik N.cranialis
4
Saraf Olfaktorius (N.I)
Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Sistem ini
terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus
subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-
serabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang
etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus
frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang sama.
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks
tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan dan induksi
salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa sistem
ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang menghubungkan sistem penciuman dengan area
otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis talamus. Emosi yang menyertai
rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus
dan sistem limbik.
Saraf Optikus (N.II)
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut saraf
ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi
lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-serabut dari
berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada
bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
5
Serabut-serabut dari lapangan visual
temporal (separuh bagian nasal retina)
menyilang kiasma, sedangkan yang berasal
dari lapangan visual nasal tidak menyilang.
Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang
berasal dari kiasma optikum berakhir di
kolikulus superior, dimana terjadi hubungan
dengan kedua nuklei saraf okulomotorius.
Sisa serabut yang meninggalkan kiasma
berhubungan dengan penglihatan dan
berjalan di dalam traktus optikus menuju
korpus genikulatum lateralis. Dari sini
serabut-serabut yang berasal dari radiasio
optika melewati bagian posterior kapsula
interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital.
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut
untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal.
Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari
lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.
Saraf Okulomotorius (N.III)
Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di
depan substansia grisea periakuaduktal (Nukleus motorik)
dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus
otonom). Nukleus motorik bertanggung jawab untuk
persarafan otot-otot rektus medialis, superior, dan
inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra
superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal
yang bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-otot
mata inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris
6
Saraf Troklearis (N.IV)
Nukleus saraf troklearis terletak setinggi
kolikuli inferior di depan substansia grisea
periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus
okulomotorius. Saraf ini merupakan satu-satunya saraf
kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf
troklearis mempersarafi otot oblikus superior untuk
menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi
dalam derajat kecil.
Saraf Trigeminus (N.V)
Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-
serabut motorik dan serabut-serabut sensorik. Serabut
motorik mempersarafi otot masseter dan otot
temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus
dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf
oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah
sensoriknya mencakup daerah kulit, dahi, wajah,
mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan
mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah
bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius serta
bagian membran timpani.
Saraf Abdusen (N.VI)
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-
masing sisi pons bagian bawah dekat medula oblongata
dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens
mempersarafi otot rektus lateralis.
7
Saraf Fasialis (N.VII)
Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari
Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medula
oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan
saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot
orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot
digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian
anterior lidah.
Saraf Vestibulokoklearis (N.VIII)
8
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang
mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi
keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti
koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan kemudian
menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan
kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis.
Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang
dan serebelum.
Saraf Glosofaringeus (N.IX)
Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus
dan asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen
tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu
ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah
melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan
vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan
otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi
mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.
Saraf Vagus (N.X)
Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior
atau jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak
pada daerah foramen jugularis, saraf vagus mempersarafi semua
visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding
usus, jantung dan paru-paru.
9
Saraf Aksesorius (N.XI)
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis.
Radiks kranial adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang
terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf
motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian
atas otot trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar
kepala ke samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan
diangkat ke atas.
Saraf Hipoglossus (N.XII)
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada
setiap sisi garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana
semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus
merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot
lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Jarasa Sensorik dan Motorik
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan jaras Sensorik dan Motorik
JARAS SENSORIK OTAK
Fungsi : membawa informasi sensorik (exteroseptif dan proprioseptif) dari receptor ke pusat sensorik
sadar di otak.
Informasi exteroseptif meliputi :
Sakit
Suhu (panas atau dingin)
Sentuhan
Tekanan
Informasi proprioseptif meliputi :
10
Keadaan otot sadar/otot lurik
Keadaan sendi
Keadaan ligamentum
Tiga stasion jalan sensorik :
Untuk bisa mencapai pusat sadar pada gyrus postcentralis (area Brodmann 3,2,1) maka semua
informasi sensorik harus melewati sedikitnya 3 neuron :
1. Neuron orde pertama
Letak : Pada ganglion radix posterior s. Ganglion spinale (ganglion adalah sel saraf yang
terletak di luar susunan saraf pusat, sedang yang berada di dalam SSP disebut sebagai nucleus
atau neuron) dimana dendrit dari sel saraf tsb. datang dari receptor, sedang axon-nya pergi
memasuki medulla spinalis untuk bersinapsis pada neuron orde kedua
2. Neuron orde kedua
Letak : Pada cornu posterius medulla spinalis, axon-nya dapat menyilang garis tengah atau
langsung berjalan dalam columna lateralis pada sisi yang sama, selanjutnya naik keatas untuk
bersinapsis pada neuron orde ketiga
3. Neuron orde ketiga
Letak : Pada thalamus dimana axon-nya akan menuju pusat sensorik sadar pada gyrus
postcentralis ( area Bromann 3,2,1)
11
Jalan raya sensasi sakit dan suhu
Nama jalan : Tractus spinothalamicus lateralis
1) Jalan pada medulla spinalis :
a) Axon dari neuron orde pertama (Ganglion spinale)
memasuki ujung cornu posterius substansia grissea medulla spinalis dan segera bercabang dua:
Serabut yang naik
Serabut yang turun
Sesudah memasuki satu atau dua segment medulla spinalis membentuk Tractus Posterolateral
(Lissaueri). Dia segera bersinapsis dengan neuron orde kedua yang terletak pada kelompok sel
substansia gelatinosa pada cornu posterius.
b) Axon dari neuron orde kedua
Jalan menyilang garis tengah pada commissura anterior substansia grissea dan
substansia alba, kemudian naik keatas pada sisi kontralateral sebagai tractus spinothalamicus
lateralis. Tractus tsb. berjalan medialis dari tractus spinocerebellaris anterius. Sewaktu jalan
keatas, serabut saraf baru terus bertambah sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis,
demikian rupa sehingga pada bagian atas cervical :
Serabut saraf yang datang dari sacral terletak posterolateral
Serabut saraf yang datang dari cervical terletak anteromedial (serabut saraf yang
mengantar informasi sakit terletak sedikit di depan dari serabut saraf yang mengantar
suhu
2) Jalan pada medulla oblongata
12
Pada medulla oblongata tractus tsb. Terletak pada dataran lateral antara nuclues olivarius
inferius dengan nucleus tractus spinalis N. Trigeminus. Disini dia bergabung dengan :
Tractus spinothalamicus anterius
Tractus spinotectalis
Ketiga tractus tersebut bersama-sama disebut sebagai : Lemniscus spinalis
3) Jalan pada pons
Lemniscus spinalis naik ke atas di bagian belakang pons
4) Jalan pada mesencephalon
Lemniscus spinalis jalan pada tegmentum, lateralis dari lemniscus medialis
5) Jalan pada diencephalon
Serabut saraf tractus spinothalamicus lateralis akan bersinapsis dengan neuron orde ketiga
yaitu : nucleus posterolateral dari kelompok ventral thalamus (bagian dari nucleus lateralis
thalamus). Disini terjadi penilaian kasar sensasi sakit dan suhu dan reaksi emosi mulai timbul.
6) Jalan ke cortex cerebri
Axon dari neuron orde ketiga jalan memasuki crus posterior capsula interna dan corona
radiata untuk berakhir pada gyrus postcentralis (area brodmann 3,2,1). Dari sini informasi
sakit dan suhu akan diteruskan ke area motorik dan area asosiasi di cortex lobus parietale.
Fungsi utama cortex cerebri gyrus postcentralis : Menafsirkan sensasi suhu dan sakit sehingga
timbul kesadaraan akan sensasi tsb.
Jalan raya sensasi sentuhan ringan dan tekanan
Nama jalan : tractus spinothalamicus anterius
1) Jalan pada medulla spinalis
Axon dari neuron orde pertama : ganglion spinale memasuki ujung cornu posterius medulla
spinalis dimana dia segera bercabang dua :
Serabut yang naik
Serabut yang turun
Serabut saraf tsb.jalan melalui 1 & 2 segment medulla spinalis untuk membentuk tractus
posterolateral (LISSAUERI). Kemudian dia akan bersinapsis pada neuron orde kedua yang
terletak pada substansia gelatinosa cornu posterius substansia grissea.
13
Axon dari neuron orde kedua jalan menyilang garis tengah untuk berada pada sisi
kontralateral pada commissura anterior substansia alba dan grissea untuk kemuadian naik ke
atas pada bagian anterolateral substansia alba sebagai tractus spinothalamicus anterior.
Sebagaimana halnya dengan tractus spinothalamicus lateralis, serabut saraf juga bertambah
dari caudal ke cranial. Disini juga di bagian cervical serabut saraf sacralis terletak lebih ke
lateral dan berasal dari cervical lebih ke medial.
2) Jalan pada medulla oblongata
Jalan beriringan dengan tractus spinothalamicus lateralis dan tractus spinotectalis, semuanya
disebut sebagai Lemniscus spinalis
3) Jalan pada pons, mesencephalon dan diencephalon
Beriringan dengan lemniscus medialis untuk akhirnya bersinapsis pada neuron orde ketiga
pada neuron yang sama dengan lemniscus medialis yaitu nuclei posterolateral dari kelompok
ventral thalamus(bagian dari kelompok nuclei lateralis thalamus). Disini sensasi kasar dari
sentuhan dan tekanan mulai diinterpretasi.
4) Jalan ke cortex cerebri
Axon neuron orde ketiga jalan dalam crus posterius capsula interna dan corona radiata untuk
berakhir pada cortex gyrus postcentralis (area Brodmann 3,2,1) dimana sensasi sentuhan dan
tekanan disadari.
Jalan raya pembedaan sensai diskriminasi sentuhan, getaran sendi/otot sadar
Nama jalan : fasciculus gracilis dan fasciculus cuneatus
1) Jalan dalam medulla spinalis
Axon dari neuron order pertama (ganglion spinale) memasuki cornu posterius
substansia alba sisi yang sama untuk segera bercabang 2 :
Cabang turun
Jalan melewati beberapa segmen medulla spinalis sambil memberikan beberapa cabang
collateral dan bersinapsis dengan neuron pada cornu posterius dan neuron pada cornu
anterius pada segmen yang dilewati. Hubungan intersegmental ini berfungsi dalam reflex
intersegmental.
Cabang naik
Serabut sarafnya lebih panjang dan sebagian akan bersinaps dengan neuron orde kedua
pada cornu posterius dan anterius substansia grissea. Hubungan ini berperan dalam reflex
14
intersegmental. Sebagian besar serabut saraf yang naik berjalan dalam columna posterius
substansia alba sebagai:
Fasciculus Gracilis
Dapat ditemukan sepanjang segmen medulla spinalis lumbalis, dan 6 segmen bawah
thoracal
Fasciculus Cuneatus
Terletak lateralis dari fasciculus gracilis, dan mengandung serabut saraf dari segmen
medulla spinalis 6 buah bagian atas thoracal dan semua segmen cervical.
2) Jalan dalam medulla oblongata
Axon dari neuron orde pertama jalan ke atas secara ipsilateral (tidak menyilang garis
tengah) dan akan bersinapsis dengan neuron orde kedua : nuclei gracilis dan nuclei cuneatus.
Axon dari neuron orde kedua membentuk berkas serabut saraf disebut sebagai : fibra arcuata
interna. Dia kemudian berjalan menyilang garis tengah membentuk decussatio sensorik.
Selanjutnya pergi kedua tempat:
Pertama: Ke cerebellum melalui pendunculus cerebelli inferior pada sisi yang sama dan
membentuk tractus cuneocerebellaris. Serabutnya sendiri mengelompok membentuk fibra
arcuata externa. Fungsinya untuk mengirimkan informasi sensasi otot skelet dan sendi ke
cerebellum
Kedua: Ke pons
Jalan dalam pons, mesencephalon dan diencephalon
Setelah decussatio dia jalan ketas sebagai lemniscus medialis untuk berakhir pada
neuron orde ketiga: nuclei posterolateral dari kelompok ventral thalamus (bagian dari
kelompok nuclei lateralis thalamus)
3) Jalan ke cortex cerebri
Axon dari neuron orde ketiga kemudian jalan dalam crus posterius capsula interna dan corona
radiata menuju gyrus postcentralis (area Brodmann 3,2,1). Disini baru kita mnyadari adanya
pembedaan sensasi diskriminasi sentuhan dan getaran dari sendi/otot sadar.
Jalan raya sensasi otot sadar(otot lurik) dan sendi ke cerebellum
Ada 3 jalan :
1) tractus spinocerebellaris posterius
15
a) Jalan dalam medulla spinalis
Axon neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki medulla spinalis pada
columna posterius substansia grissea untuk bersinapsis dengan neuron orde kedua:
nucleus dorsalis (Clarki) yang terletak pada bassis cornu posterius substansia grissea.
Axon dari neuron orde kedua memasuki bagian posterolateral substansia alba pada sisi
yang sama untuk naik ke atas sebagai: tractus spinocerebellaris posterius.
b) Jalam dalam medulla oblongata
Tractus spinocerebellaris posterius jalan memasuki Pedunculus cerebellaris inferior
untuk menuju cortex cerebellum. Karena Nucleus dorsalis paling bawah hanya ada
mulai segmen medulla spinalis lumbalis III atau IV, maka axon dibawah segmen tsb.
harus naik langsung dalam columna posterius substansia alba, sampai dia mencapai
segmen medulla spinalis lumbal III atau IV disana dia baru bersinapsis dengan neuron
orde kedua.
Fungsi: membawa informasi dari otot sadar dan sendi, terutama dari receptor Muscle spindle
dan receptor yang ada di tendo, ligamentum dan capsula articulare dari tubuh dan anggota
badan
2) tractus spinocerebellaris anterius
1) Jalan dalam medulla spinalis
Axon neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki medulla spinalis untuk
bersinapsis pada neuron orde kedua: nucleus dorsalis (Clarki).
Bagian terbesar dari axon orde kedua jalan menyilang garis tengah dan naik ke atas
pada bagian depan substansia alba sisi kontralateral.
Bagian kecil dari axon neuron orde kedua jalan pada sisi yang sama.
2) Jalan dalam medulla oblongata
Tractus spinocerebellaris anterius memasuki medulla oblongata dan pons untuk
kemudian memasuki cerebellum melalui pedunculus cerebelli superior untuk berakhir
pada cortex cerebelli.Berbeda dengan tractus spinocerebellaris posterius yang tidak
terdapat pada semua segmen medulla spinalis, justru tractus spinocerebellaris anterius
terdapat sepanjang segmen medulla spinalis.
Fungsi: membawa informasi dari receptor muscle spindle dan tendo dari anggota
badan atas dan bawah. Diduga juga membawa informasi dari kulit dan fascia
superficialis
3) tractus cuneocerebellaris
Pusat:nulceus cuneatus
Jalan: memasuki pedunculus cerebelli inferior menuju cortex cerebelli sisi yang sama,
sebagai fibra arcuata externa posterius
16
Fungsi: meneruskan informasi dari muscle spindle dan tendo ke cerebellum
Jalan raya naik lainya
1) tractus spinotectalis
Jalan dalam medulla spinalis:
Axon neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki cornu posterius untuk bersinapsis
dengan neuron orde kedua yang letaknya pada cornu posterius tak persis diketahui.
Axon neuron orde kedua jalan menyilang garis tengah kemudian naik ke atas pada
anterolateral substansia alba sebagai tractus spinotectalis.
Jalan dalam medulla oblongata, pons dan mes-encephalon:
o Beriringan dengan tractus spinothalamicus lateralis et anterius
o Membentuk lemniscus spinalis bersama-sama dengan tractus spinothalamicus
lateralis et anterius
o Sinaps akan terjadi pada colliculus superior
Fungsi: membawa informasi untuk reflex spinovisual dan akan menimbulkan gerakan bola mata
dan kepala yang menunjuk ke arah datangnya sumber stimuli
2) tractus spinoreticularis
Jalan dalam medulla spinalis:
Axon neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki cormu posterius dan bersinapsis
dengan neuron orde kedua yan letaknya pada cornu posterius tidak jelas.
Axon dari neuron orde kedua naik ke atas pada sisi lateral substansia alba pada sisi yang
sama dan bercampur dengan tractus spinothalamicus
Jalan dalam medulla oblongata, pons dan mesencephalon:
Tractus spinoreticularis jalan pada sisi yang sama dan akan bersinapsis dengan neuron orde
ketiga:formatio reticulare di medulla oblongata, pons dan mesencephalon
Fungsi: membawa informasi tentang tingkat-tingkat kesadaran
3) Tractus spinoolivarius
Jalan dalam medulla spinalis:
Axon neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki cormu posterius dan bersinapsis
dengan neuron orde kedua yan letaknya pada cornu posterius tidak jelas.
Axon neuron orde kedua jalan menyilang garis tengah kemudian naik ke atas antara cornu
anterius dengan cornu latelare substansia alba sebagai tractus spinoolivarius.
Jalan dalam medulla oblongata:
Tractus spinoolivarius akan bersinaps dengan neuron orde ketiga: nuclei olivarius inferius
17
Axon neuron orde ketiga jalan menyilang garis tengah dan memasuki cerebellum melalui
pedunculus cerebelli inferius untuk pergi ke cortex cerebellum
Fungsi: membawa informasi exteroseptif dan proprioseptif ke cerebellum
Jalan raya sensasi visceral
1) Axon neuron orde pertama (ganglion spinale) dari daerah thorax dan abdomen memasuki
cornu posterius untuk bersinaps dengan neuron orde kedua dalam substansia grissea
mungkin pada cornu posterius atau cornu lateral.
2) Axon neuron orde kedua diduga bergabung dengan tractus spinothalamicus untuk berakhir
pada neuron orde ketiga: Nuclei posterolateral dari kelompok ventral thalami (bagian dari
kelompok nuclei lateralis thalamus).
3) Axon neuron orde ketiga diduga pergi ke gyrus postcentralis (area Brodmann 3,2,1).
Fungsi: informasi pressoreceptor dari tunica mucosa rectum dan vesica urinaria untuk
keperluan defaecatio dan mixtio
JARAS MOTORIK OTAK
Pengertian:
Jalan raya motorik secara tradisional terbagi atas dua jalan :
A. Systema pyramidalis s. Tractus corticospinalis
Jalan motorik yang berasal dari area Brodmann 4 di samping area 6,3,2,1 cortex cerebri
menuju medulla spinalis.
Bertolak dari tempat asal dan tujuannya, jalan motorik ini dikenal juga sebagai : tractus
corticospinalis.
Ada dua alasan kenapa jalan motorik ini disebut sebagai systema pyramidalis:
1. Karena dia berasal dari sel pyramid (lapis ketiga) cortex cerebri khususnya dari area
Brodmann 4
2. Karena pada medulla oblongata, jalan motorik tsb menimbulkan benjolan di bagian depan
medulla oblongata yang disebut sebagai : pyramid
Tractus corticospinalis berakhir pada cornu anterior medulla spinalis
B. Systema Extrapyramidalis
Semua jalan motorik selain tractus corticospinalis :
18
1. yang datang dari batang otak menuju medulla spinalis:
Tractus reticulospinalis
Tractus tectospinalis
Tractus rubrospinalis
Tractus vestibulospinalis
Tractus olivospinalis
2. yang datang dari cortex cerebri menuju batang otak disebut sebagai tractus
corticobulbaris:
Tractus corticostriata
Tractus corticothalamicus
Tractus corticohypothalamicus
Tractus corticonigra
Serabut serabut yang berasal dari area Brodmann 4 dan 6 tapi khusus menuju
ke :Tegmentum,Nuclei pontis, Nucleus olivarius inferius
Pusat: jalan raya motorik punya 2 pusat:
1) Neuron motorik atas atau pusat supraspinal
Letak: cortex cerebri
Neuron yang di cortex cerebri disebut sebagai : Neuron orde pertama(berupa sel
pyramidalis: sel lapis ketiga cortex cerebri). Axon neuron orde pertama turun ke
bawah melalui corona radiata kemudian masuk ke crus posterior capsula interna, terus ke
mes-encephalon,pons, medullad oblongata dan medula spinalis untuk bersinapsis dengan
neuron orde kedua yang terletak pada cornu anterius substansia grissea medulla
spinalis
2) Neuron motorik bawah atau pusat spinal
Letak: Columna anterius substansia grissea medulla spinalis
Disini terdapat 2 kelompok neuron:
Neuron orde kedua (neuron antara) yang terletak pada pangkal columna anterius
substansia grissea.
Punya axon yang sangat pendek untuk bersinapsis dengan neuron orde ketiga
Neuron orde ketiga yang terletak juga pada columna anterius substansia grissea
medulla spinalis.
19
Axon neuron ketiga keluar dari medulla spinalis sebagai radix anterior n.spinalis
untuk bergabung dengan radix posterior membentuk n.spinalis dan akhirnya pergi ke
efektor sadar: otot seran lintang atau otot lurik (otot skelet).
Sebagian kecil serabut penghubung dari neuron orde pertama bersinapsis langsung
dengan neuron orde ketiga yang penting dalam fungsi arcus reflex.
Fungsi: menerima perintah dari pusat supraspinal dan neuron orde kedua yang terletak pada
columna anterius substansia grissea medulla spinalis dan setelah bersinapsis pada neuron
pusat spinal, perintah tadi diteruskan ke efektor : otot skelet
Yang termasuk systema pyramidalis hanya ada satu yaitu:
1. Tractus Corticospinalis
Asal: Neuron orde pertama :
1/3 berasal dari area 4 Brodmann (pusat motorik primer) pada gyrus precentralis
1/3 berasal dari area 6 Brodmann (pusat motorik sekunder) pada gyrus precentralus
1/3 berasal dari area 3,2,1 Brodmann (pusat somastesi) pada gyrus postcentralis
Pusat yang mengontrol otot muka terletak di sebelah bawah, sedang yang mengontrol otot
anggota bawah justru terletak di bagian atas dari dataran medial hemisphaerum cerebri.
Jalan:
Dalam hemisphaerum cerebri:
Mula-mula turun memasuki corona radiata, kemudian memasuki crus posterius capsula interna
yang serabutnya tersusun sbb.:
Serabut yang dekat genu akan mensarafi otot bagian atas leher
Serabut yang terletak lebih kebelakang akan mensarafi otot badan bawah
Dalam mesencephalon:
Dia berjalan pada 3/5 tengah crus cerebri mesencephalon dengan susunan sbb.:
Yang mensarafi bagian atas leher terletak di sebelah medial
Yang mensarafi otot kaki terletak di sebelah lateral
Dalam Pons:
20
Disini tractus akan terpecah dalam beberapa berkas saraf oleh Fibra pontocerebellaris
transversa
Dalam Medulla oblongata:
Berkas saraf yang tadinya terpeceah-pecah kini bergabung menjadi satu berkas lagi dan akan
menonjolkan medulla oblongata membentuk : pyramid. Itulah sebabnya tractus tsb sering juga
disebut sebagai : Tractus pyramidalis. Pada perbatasan medulla oblongata dengan medulla
spinalis serabut sarafnya akan mengalami 2 hal :
Mayoritas serabut akan saling bersilangan membentuk : Decussatio pyramidalis
Minoritas serabut tidak bersilangan dan langsung memasuki medulla spinalis
Dalam medulla Spinalis
Serabut yang bersilangan memasuki columna lateralis substansia alba medulla spinalis
disebut sebagai: Tractus corticospinalis lateralis. Dia jalan sepanjang columna lateralis dan
kemudian akan bersinapsis dengan Neuron orde kedua pada columna anterius setiap segmen
medulla spinalis
Serabut yang tidak bersilangan memasuki columna anterius substansia alba medulla
spinalis disebut sebagai : Tractus cortispinalis anterius. Selanjutnya dia akan menyilang
garis tengah dan akan berakhir pada neuron orde kedua pada columna anterius segmen
medulla spinalis cervicalis dan bagian atas thoracal. Axon dari neuron orde kedua akan
bersinapsis dengan neuron orde ketiga yang juga ada di columna anterius.
Fungsi:
Umum: Bersama-sama dengan tractus lainnya mengantarkan perintah untuk
menggerakkan otot seran lintang (otot sadar)
Khusus: untuk jalan motorik yang berkaitan dengan ketepatan, ketrampilan terutama
gerakan ujung-ujung anggota badan
Yang termasuk systema extrapyramidalis:
Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis
1. Tractus reticulospinalis
Asal : Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-encephalon, pons dan medulla
oblongata (neuron orde pertama).
Jalan :
21
Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus kebawah : traktus reticulospinlis
pontinus
Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah baru turun ke medulla
spinalis : traktus reticulospinalis medulla spinalis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron orde kedua dan ketiga)
Fungsi : mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk fasilitasi dan inhibisi
kontraksi otot skeletà berkaitan dengan fungsi kseimbangan tubuh.
2. Tractus Tectospinalis
Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)
Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata. Jalannya dekat
sekali dengan fasciculus longitudinale medialis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron orde
kedua dan ketiga
Fungsi :
1) terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap
2) terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan
22
Tractus Rubrospinalis
Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon setinggi
coliculus superior.
Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati pns,
medulla oblongata menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea (pusat spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensorà
berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
3. Tractus vestibulospinalis
Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata),
menerima akson dari auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)
23
Fungsi : memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot fleksorà
berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
4. Tractus olivospinalis
Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari : cortex cerebrii,
corpus striatum, nuceu ruber
Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)
Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skelet àberkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
Datang dari Cortex Cerebri menuju Batang Otak
a. Tractus Corticothalamus
Asal : area brodmann 10, 11, 12
Tujuan : nucleus medialis thalami
24
Asal : area brodmann 9 dan 11
Tujuan : nuclei septi thalami
Asal : area brodmann 9
Tujuan : nucleus medialis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 6
Tujuan : nuclei septi thalami, nucleus medualis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 4
Tujuan : nuclei lateralis thalami
b. Tractus corticohypothalamicus
Asal : cortec hypocampi
Tujuan : hypothalamus
c. Tractus corticosubthalamicus
Asal : area brodman 6
Tujuan : subthalamus
d. Tractus Corticonigra
Asal : area brodmann 4, 6 dan 8
Tujuan : substantia nigra
e. Tractus yang berasal dari area brodmann 4 dan 6
Tujuan : tegmentum (mes-encephalon), nuclei pontis (pons), nucleus olivarius
inferius (medulla oblongata)
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Jaras abnormal Sensorik dan Motorik
KELAINAN FUNGSI
Merupakan sebagian besar manifestasi objektif kelainan saraf: bukti riil adanya kelainan penyakit
UMN LMN
Spastis
Atrofi (-)
Refleks fisiologis meningkat
Refleks patologis (+)
Tonus meningkat
Flaccid
Atrofi (+)
Refleks fisiologis menurun
Refleks patologis (-)
Tonus menurun
25
Gangguan ekstrapiramidal:
Tonus: rigid
Gerak otot abnormal tidak terkendali
Gangguan kelancaran gerak otot volunteer
Gangguan asosiatif
Pemeriksaan:
1) Inspeksi
- Sikap: perhatikan sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan berjalan
- Bentuk: perhatikan adanya deformitas
- Ukuran: perhatikan apakah panjang bagian tubuh sebelah kiri sama dengan yang kanan
- Gerak abnormal yang tidak terkendali, antara lain:
- Tremor : merupakan serentetan gerakan involunter, agak ritmis, merupakan getaran, yang
timbul karena berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian
- Khorea : gerak otot berlangsung cepat, sekonyong-konyong, aritmik dan kasar yang
dapat melibatkan satu ekstremitas, separuh badan atau seluruh badan. Khas terlihat pada
anggota gerak atas (lengan dan tangan) terutama bagian distal
- Atetose : ditandai oleh gerakan yang lebih lamban, seperti gerak ular, dan melibatkan
otot bagian distal, cenderung menyebar ke proksimal
- Distonia : gerakan yang dimulai dengan gerak otot berbentuk atetose pada lengan atau
anggota gerak lain, kemudian gerakan otot bentuk atetose ini menjadi kompleks, yaitu
menunjukkan torsi yang keras dan berbelit
- Balismus : gerak otot yang datang sekonyong-konyong, kasar dan cepat, dan terutama
mengenai otot-otot skelet yang letaknya proksimal
- Spasme : merupakan gerakan abnormal yang terjadi karena kontraksi otot-otot yang
biasanya disarafi oleh satu saraf
- Tik (Tic) : gerakan yang terkoordinir, berulang, dan melibatkan sekelompok otot dalam
hubungan yang sinergistik
- Fasikulasi : merupakan gerakan halus, cepat, dan berkedut dari satu berkas (fasikulus)
serabut otot atau satu unit motorik
- Miokloni : merupakan gerakan yang timbul karena kontraksi otot secara cepat,
sekonyong-konuong, sebentar, aritmik, asinergik dan tidak terkendali
2) Palpasi
- Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya. Kemudian otot ini dipalpasi untuk menentukan
konsistensi serta adanya nyeri tekan
- Dengan palpasi kita dapat menilai tonus otot, terutama bila ada hipotoni
3) Pemeriksaan gerakan pasif
26
- Penderita disuruh mengistirahatkan ekstre-mitasnya
- Bagian dari ekstremitas ini kita gerakkan pada persendiannya. Gerakan dibuat bervariasi,
mula-mula cepat kemudian lambat,cepat, lebih lambat, dst
- Sambil menggerakkan kita nilai tahanannya
- Dalam keadaan normal kita tidak menemukan tahanan yang berarti, jika penderita dapat
mengistirahatkan ekstre-mitasnya dengan baik
4) Pemeriksaan gerak aktif
Pada pemeriksaan ini kita nilai kekuatan (kontraksi) otot. Untuk memeriksa adanya
kelumpuhan, kita dapat menggunakan 2 cara berikut:
- Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan kita menahan
gerakan ini
- Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan
5) Pemeriksaan koordinasi gerak
- Koordinasi gerak terurama diatur oleh serebellum
- Gejala klinis yang didapatkan pada gangguan serebellum adalah:
i. Gangguan keseimbangan
ii. Ataksia : gangguan koordinasi gerakan. Tes yang dilakukan: tes tunjuk-hidung
(tangan menunjuk hidung), dan tes tumit lutut (tumit ditempatkan pada lutut yang
satu lagi)
iii. Disdiadokokinesia : ketidakmampuan melakukan gerakan yg berlawanan berturut-
turut. Lakukan tes pronasi-supinasi lengan! Suruh pasien merentangkan kedua
lengannya ke depan, kemudian suruh ia mensupinasi dan pronasi lengan bawahnya
(tangannya) secara bergantian dan cepat. Pada sisi lesi, gerakan ini dilakukan
lamban dan tidak tangkas
iv. Dismetria : gerakan yang tidak mampu dihentikan tepat pada waktunya atau tepat
pada tempat yang dituju
v. Tremor intensi : tremor yang timbul bila melakukan gerak volunteer (dengan
kemauan), dan menjadi lebih nyata bila menghampiri tujuannya. Dapat diperiksa
dengan jalan menyuruh pasien mengambil benda yang kecil, makin dekat ia pada
benda tersebut, makin jelas tremor pada tangannya
vi. Disgrafia (makrografia) : terlihat huruf dituliskan besar-besar dan kadang makin
lama makin besar. Selain itu, bentuk hurufnya tidak bagus dan kaku
vii. Nistagmus : gerak bolak-balik bola mata yang involunter dan ritmik
viii. Fenomena rebound : ketidakmampuan menghentikan gerakan dgn segera atau
menggantikannya dengan antagonisnya
ix. Astenia : lekas lelah dan bergerak lamban. Otot lekas lelah dan lemah (walaupun
27
tidak ada parese). Gerakan dimulai dengan lamban, demikian juga dengan kontraksi
dan relaksasi
x. Hipotonia : dapat diketahui dengan jalan palpasi dan pemeriksaan gerak pasif. Pada
hipotonia, ekstensi dapat dilakukan lebih jauh, misalnya pada persendian paha, siku,
lutut dsb.
xi. Disartria : cadel, pelo, gangguan pengucapan kata-kata.
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan jaras Sensorik dan Motorik
1. Saraf otak I (nervus olfaktorius)
PEMERIKSAAN
Tujuan pemeriksaan
Untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu. Selain itu, untuk mengetahui apakah
gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan syaraf atau penyakit hidung lokal.
Kesulitan pemeriksaan
Tes menghidu merupakan tes yang subyektif. Kita bergantung pada laporan yang dialami
pasien.
Cara pemeriksaan
Periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau
polip. Hal ini dapat mengurangi ketajaman penciuman. Zat pengetes yang digunakan sebaiknya zat
yang dikenal sehari-hari, misalnya teh, kopi, tembakau, jeruk.
Jangan menggunakan zat yang dapat merangsang mukosa hidung (nervus V) seperti menthol,
amoniak, alkohol dan cuka. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh ia menciumnya.
Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya dengan
tangan.
2. Saraf otak II (nervus optikus)
PEMERIKSAN
Tujuan pemeriksaan
a) Mengukur ketajaman penglihatan (visus) dan menetukan apakah kelainan
pada visus disebabkan oleh keadaan okuler lokal atau oleh kelainan saraf.
b) Mempelajari lapangan pandang
28
c) Memeriksa keadaan papil optik
Cara pemeriksaan
jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan pemeriksa juga
tidak mencurigai adanya gangguan,maka biasanya dilakukan pemeriksaan nervus II (ketajaman
penglihatan dan lapangan pandang) secara kasar. Akan tetapi, bila ditemukan kelainan, harus
dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan oftalmoskopik sebagai
pemeriksaan rutin dan neurologi.
Pemeriksaan kasar
Ketajaman penglihatan, diperiksa dengan membandingkan ketajaman penglihatan pasien
dengan pemeriksa. Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh (misalnya jam dinding) dan
membaca huruf-huruf yang ada dibuku atau koran. Bila ketajaman mata pasien sama dengan
pemeriksa, maka hal ini dianggap normal.
Pemeriksaan yang teliti.
Ketajaman penglihatan. Pemeriksaanketajaman penglihatan visus yang diteliti dapat
dilakukan dengan menggunakan gambar snellen (huruf-huruf atau gambar yang disusun makin ke
bawah makin kecil yang oleh mata normal dapat dibaca dari jarak 6 meter).bila ia dapat membaca
sampai barisan paling bawah, maka ketajaman penglihatannya ialah normal (6/6), jika tidak visusnya
tidak normal dan hal ini dinyatakan dengan menggunakan pecahan, misalnya 6/20. Ini berarti bahwa
huruf yang seharusnya dapat dibaca dari jarak 20 meter ia hanya dapat membacanya dari jarak 6
meter
3. Saraf otak III (nervus okulomotorius); Saraf otak IV (nervus trokhlearis); Saraf
otak VI (nervus abdusen)
Pemeriksaan NIII, NIV dan NIV
Selagi berwawancara perhatikan celah mata pasien apakah ada ptosis, eksoftalmus,
enoftalmus dan apakah ada strabismus (jereng). Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti
mengenai ptosis, besar pupil, reaksi cahaya pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola mata, gerakan
bola mata dan nistagmus. Perhatikan besarnya pupil pada mata kiri dan kanan, apakah sama (isokor)
atau tidak sama (anisokor). Juga perhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan rata tepinya(normal)
atau tidak.
Refleks pupil (reaksi cahaya pupil). Reaksi cahaya pupil terdiri dari reaksi cahaya langsung
dan tidak langsung (konsensual). Pada pemeriksaan ini pasien disuruh melihat jauh(memfiksasi benda
yang jauh letaknya) setelah itu mata kita senter (beri cahaya) dan dilihat apakah ada reaksi pada
29
pupil.pada keadaan normal pupil mengecil maka disebut reaksi cahaya langsung positif. Kemudian
perhatikan pula pupil mata yang satu lagi. Apakah pupilnya ikut mengecil oleh penyinaran mata yang
lainnya. Bila iya, disebut reaksi cahaya tidak langsung positif.
Bila visus mata 0 (buta), maka refleks cahaya pada mata tersebut negatif. Bila mata yang
lainnya baik ini akan menyebabkan mengecilnya pupil pada mata yang buta tersebut (reaksi cahaya
tak langsung positif). Jadi bila reaksi cahaya langsung negatif sedangkan reaksi cahaya tak langsung
positif, maka kerusakannya pada nervus II. Sebaliknya, pada kelumpuhan nervus III, reaksi cahaya
langsung dan tidak langsung negatif.
Kedudukan (posisi) bola mata. Perhatikan kedudukan bola mata, apakah mata menonjol
(eksoftalmus) atau seolah-olah masuk kedalam (enoftalmus). Pada eksoftalmus celah mata lebih besar
sedangkan pada enoftalmus lebih kecil. Selain itu perhatikan posisi bola mata ketika istirahat. Bila
satu otot mata lumpuh, hal ini mengakibatkan kontraksi atau tarikan yang berlebihan dari otot
antagonisnya dan menyebabkan strabismus (juling).
Gerakan bola mata. Untuk memeriksa gerakan bola mata, penderita disuruh mengikuti jari-
jari pemeriksa yang digerakkan ke arah lateral medial atas, bawah dan ke arah yang miring.
Perhatikan apakah mata pasien dapat mengikutinya dan perhatikan bagaimana gerakan bola mata,
apakah kaku, mulus atau lancar.
4. Saraf otak V (nervus trigeminus)
Pemeriksaan
Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kemudian kita raba m.masseter dan
m.temporalis. perhatikan besarnya, tonus serta kontur (bentuknya). Kemudian pasien disuruh
membuka mulut dan perhatikanlah apakah ada deviasi. Dalam hal ini dapat digunakan garis antara
dua gigi insisivus ( gigi seri) sebagai patokan. Perhatikan kedudukan gigi insisivus atas dan bawah
waktu mulut tertutup. Dan perhatikan kedudukannya ketika terbuka, apakah ada deviasi.
Kekuatan otot saat menutup mulut dapat dinilai dengan jalan menyuruh pasien menggigit
suatu benda, misalnya tong spatel dan dinilai tenaga gigitannya. Kemudian pasien disuruh
menggerakkan rahang bawahnya ke samping (untuk menilai m.pterigoideus lateralis) kiri dan kanan.,
bila terdapat parese disebelah kanan, rahangbawah tidak dapat digerakkan kesamping kiri. Bagian
sensorik nervus V diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah-daerah yang
disyarafinya.
5. Saraf otak VII(nervus fasialis)
Pemeriksaan
30
Fungsi motorik
Perhatikan muka penderita, apakah simetris atau tidak. Perhatikan kerutan pada dahi, pejaman
mata, plika nasolabialis dan sudut mulut.
Suruh penderita mengangkat alis dan mengerutkan dahi. Perhatikan apakah hal ini dapat
dilakukan dan apakah simetri.
Suruh penderita memejamkan mata. Bila lumpuhnya berat, maka penderitatidak dapat
memejamkan mata, bila lumpuhnya ringan maka tenaga pejaman kurang kuat. Hal ini dapat
dinilai dengan mengangkat kelopak mata pasien dengan tangan pemeriksa.
Fungsi pengecapan
kerusakan nervus VII dapat menyebabkan hi;angnya pengecapan (ageusi) pada 2/3 lidah
bagian depan. Untuk memeriksanya pasien disuruh menjulurkan lidah, kemudian kita taruh bubuk
gula, kina, asam sitrat atau garam. Bila bubuk ditaruh, pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam
mulut sebab bila ditarik, bubuk akan tersebar melalui ludah ke bagian lainnya yang persyarafannya
diurus oleh saraf lain. Penderita disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakannya dengan isyarat
misalnya 1. Untuk manis, 2. Untuk pahit, 3. Untuk rasa asin, dan 4. Untuk rasa asam.
6. Saraf otak VIII (nervus stato-akustikus atau vestibulo-kokhlearis)
Pemeriksaan saraf kokhlearis
Ketajaman pendengaran. Secara kasar ditentukan dengan menyuruh penderita mendengarkan
suara bisikan pada jarak tertentu dan membandingkannya dengan orang yang normal. Perhatikan
apakah ada perbedaan ketajaman telinga kanan dan kiri. Bila ketajaman pendenganran berkurang, kita
lakukan pemeriksaan Schwabach, rinne, weber dan audiogram.
Tes Schwabach. Pada tes ini pendengaran penderita dibandingkan dengan pendengaran
pemeriksa (yang dianggap normal). Garpu tala dibunyikan kemudian didekatkan dengan telinga
penderita, setelah garpu tala tidak berbunyi lagi, garpu tala ditempatkan dekat telinga pemeriksa. Bila
masih terdengar bunyi oleh pemeriksa maka dikatakan bahwa Schwabach lebih pendek (untuk
konduksi udara). Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang
mastoid penderita. Disuruh ia mendengarkan bunyinya. Bila sudah tidak tedengar lagi, maka garpu
tala ditempatkan pada tulanag mastoid pemeriksa. Bila pemeriksa masih mendengarkan bunyinya
maka dikatakan bahwa Schwabach (untuk konduksi tulang) lebih pendek.
Tes Rinne. Padapemeriksaan ini dibandingkan konduksi tulang dengan konduksi udara. Pada
telinga yang normal, konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang. Biasanya digunakan garpu
31
tala yang berfrekuensi 128, 256 atau 512 Hz. Garpu tala dibunyikan dan pangkalnya ditekankan pada
tulang mastoid penderita. Ia disuruh mendengarkan bunyinya. Bila tidak terdengar lagi, garpu tala
segera diletakkan pada telinga. Jika masih terdengar bunyi, maka konduksi udara lebih baik dari pada
konduksi tulang,hal ini dikatakan Rinne positif. Bila tidak terdengar lagi bunyi, segera setelah garpu
tala dipindahkan dari tulang mastoid ke dekat telinga, dikatakan Rinne negatif.
7. Pemeriksaan saraf vestibularis
Elektronistagmografi. Pada pemeriksaan dengan alat ini diberikan stimulus kalori ke telinga
dan lamanya serta cepatnya nistagmus timbul dapat dicatat pada kertas, menggunakan taknik yang
mirip dengan elektrokardiografi.
8. Saraf otak IX (nervus glosofaringeus ); Saraf otak X (nervus vagus).
Pemeriksaan
Fungsi motorik. Perhatikan kualitas suara pasien. Apakah suaranya normal? Apakah suaranya
berkurang, serak (disfonia) atau tidak ada sama sekali (Afonia). Untuk ini pasien disuruh
menyebutkan aaaa,pada kelumpuhan nervus X didapatkan disfonia. Kemudian disuruh mengucapkan
kata-kata, misalnya “ari lari di lorong-lorong lurus”. Perhatikan apakah pengucapan dilakukan dengan
baik. Kelumpuhan saraf otot-otot ini ( Nervus V,VII,IX,X dan XII ) mengakibatkan penderita tidak
mampu mengucapkan kata dengan baik disebut disartria. Penderita disuruh memakan makanan padat,
lunak dan menelan air. Perhatikan apakah ada salah telan (keselek, disfagia). Kelumpuhan Nervus IX
dan X dapat menyebabkan disfagia.
Penderita disuruh membuka mulut. perhatikan palatum molle dan faring. Bagaimana sikap
palatum molle, arkus faring dan uvula dalam keadaan istirahat, dan bagaimana pula bila bergerak
misalnya waktu bernafas atau bersuara. Fungsi autonom. Nervus Vagus merupakan inhibitor dari
jantung; paralisis menyebabkan takikardia sedang iritasi menyebabkan bradikardia. Oleh karena itu
pemeriksaan N X diperiksa frekuensi nadi pasien
9. Saraf otak XI ( Nervus Aksesorius )
Pemeriksaan
Pemeriksaan otot sternokleidomastoideus. Perhatikan keadaan otot sternokleidomastoideus
dalam keadaan istirahat dan bergerak. Dalam keadaan istirahat kita dapat melihat kontur otot ini, bila
terdapat pareses perifer kita akan melihat adanya atrifi, adanya nyeri tekan dan atoni dapat ditentukan
dengan mempalpasi otot tersebut. Untuk menentukan dan mengukur kekuatan otot dapat dilakukan 2
cara, yaitu:
32
1. Pasien disuruh menggerakkan bagian badan (persediaan) yang digerakkan oleh otot yang
ingin kita periksa, dan kita tahan gerakan ini.
2. Kita gerakkan bagian badan pasien dan disuruh ia menahannya. Dengan demikian kita
mendapat kesan mengenai kekuatan otot.
Didalam klinik cara 1 sering dilakukan. Untuk mengukur kekuatan tenaga otot
sternokleidomastoideus dapat dilakukan hal berikut : pasien disuruh menoleh misalnya ke kanan.
Gerakan ini kita tahan dengan tangan kita ditempatkan di dagu. Dengan demikian dapat dinilai
kekuatan otot sternokleidomastoideus kiri.
Pemeriksaan otot trapezius. Perhatikan keadaan otot trapezius dalam keadaan istirahat dan
bergerak. Apakah ada atrofi atau fasikulasi? Bagaimana kontur otot? Bagaimana posisi bahu, apakah
lebih rendah? Pada kelumpuhan otot trapezius bahu sisi yang sakit lebih rendah daripada bahu yang
sehat. Skapula juga beranjak ke lateral dan tampak agak menonjol. Selain itu otot trapezius ini perlu
di palpasi untuk mengetahui konsistensinya, adanya nyeri tekan serta adanya hipotoni.
Tenaga otot ini diperiksa sbb : tempatkan tangan kita diatas bahu penderita. Kemuadian
penderita disuruh mengangkat bahunya dan kita tahan. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan otot.
Pada saat ini juga dapat dilihat kontur otot dan perkembangan otot. Untuk memeriksa kedua otot
trapezius, penderita disuruh mengekstensikan kepalanya dan gerakan ini kita tahan. Jika terdapat
kelumpuhan otot trapezius satu sisi, kepala tidak dapat ditarik ke posisi tersebut, bahutidak dapat
diangkat dan lengan tidak dapat dielevasi ke atas dari posisi horisontal. Keda kelumpuhan kedua otot
ini kepala cenderung jatuh ke depan, dan penderita tidak dapat mengangkat dagunya.
10. Saraf otak XII (nervus hipoglosus)
Pemeriksan
Inspeksi : suruh penderita membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan
bergerak. Dalam keadaan istirahat kita perhatikan besarnya lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan,
dan adanya atrofi. Apakah lidah berkerut? Pada lesi perifer didapatkan atrofi dan lidah berkerut.
Selain itu apakah sikap lidah mencong?bila lidah digerakkan atau dijulurkan, perhatikan apakah
julurannya mencong. Pada parese satu sisi, lidah dijulurkan mencong kesisi yang lumpuh. Pada lesi
nervus VII kita dapat menemukan kesukaran dalam menetukan apakah lidah dijulurkan secara
mencong. Hal ini disebabkan karena posisi mulut yang mencong pada kelumpuhan nervus VII. Untuk
memepermudah, sudut mulut perlu diangkat, kemuadian baru disuruh menjulurkan lidah.
Jika terdapat kelumpuhan dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau dijulurkan. Terdapat
disartria (cadel, pelo) dan kesukaran menelan. Juga didapatkan kesukaran bernafas, karena lidah dapat
33
terjatuh dibelakang sehingga menghalangi jalan nafas. Untuk menilai tenaga lidah, kita suruh
penderita menggerakkan lidahnya ke segala jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian
penderita disuruh menekankan lidahnya ke pipinya. Kita nilai daya letaknya ini dengan jalan
menekankan jari kita pada pipi sebelah luar. Jika terdapat parese bagian lidah sebelah kiri, lidah tidak
dapat ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi kesebelah kiri dapat.
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Stroke
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Stroke
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak dengan awitan
akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma,
ataupun infeksi susunan saraf pusat. (diagnosis &tataksana penyakit saraf, 2009)
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO).
Stroke adalah suatu gangguan neurologis akut, yang disebabkan oleh karena gangguan
peredaran darah ke otak, dimana timbul mendadak (dalam hitungan detik) atau secara cepat (dalam
hitungan jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Stroke
Berdasarkan jenis kelamin, insidens stroke di Amerika Serikat 270 per 100.000 pada pria dan
201 per 100.000 pada wanita. Di Denmark, insidens stroke 270 per 100.000 pada pria dan 189 per
100.000 pada wanita. Di Inggris insidens stroke 174 per 100.000 pada pria dan 233 per 100.000 pada
wanita. Di Swedia, insidens stroke 221 per 100.000 pada pria dan 196 per 100.000 pada wanita
(Fieschi, et al, 1998). Data di Indonesia menunjukkan terjadinya kecendrungan peningkatan insidens
stroke.
Sedangkan pada penelitian di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia diperoleh data jumlah penderita
stroke akut sebanyak 2065 kasus selama periode awal Oktober 1996 sampai dengan akhir Maret 1997,
mengenai usia sebagai berikut : dibawah 45 tahun 12,9% , usia 45 – 65 tahun 50,5%, diatas 65 tahun
35,8% , dengan jumlah pasien laki-laki 53,8% dan pasien perempuan 46,2% (Misbach, 1999)
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah
penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi
34
muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta
dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Tidak dapat dipungkiri bahwa
peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola
makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Di
Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh
penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya
bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan
sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus
di kasur.
LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Stroke
FAKTOR RISIKO
BISA DIKENDALIKAN POTENSIAL BISA
DIKENDALIKAN
TDK BISA
DIKENDALIKAN
Hipertensi
Penyakit jantung
Fibrilasi atrium
Endokarditis
Stenosis mitralis
Infark jantung
Merokok
Anemia sel sabit
Transient Ischemic Attack
(TIA)
Stenosis karotis
asimptomatik
Diabetes melitus
Hiperhomosisteinemia
Hipertrofi ventrikel kiri
Umur
Jenis kelamin
Herediter
Ras dan etnis
geografi
Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan. Faktor potensial kejadian
stroke dapat dibedakan menjadi 2 kategori besar, yakni:
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
35
1. Usia
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin besar pula risiko
terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuan) yang terjadi secara
alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia, pembuluh darahnya lebih kaku oleh sebab
adanya plak (atherosklerosis)
2. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan perempuan. Hal
ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok itu sendiri ternyata dapat merusak
lapisan dari pembuluh darah tubuh yang dapat mengganggu aliran darah
3. Herediter
Orang dengan riwayat stroke pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya
4. Ras / etnik
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar untuk
terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab terbesar (etiologi) dari kejadian stroke itu sendiri. Hal ini
dikarenakan pada kasus hipertensi, dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh dimana diameter
pembuluh darah akan mengecil (vasokontriksi) sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan
berkurang. Dengan pengurangan aliran darah otak (ADO) maka otak akan akan kekurangan
suplai oksigen dan juga glukosa (hipoksia), karena suplai berkurang secara terus menerus, maka
jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian
2. Penyakit jantung
sentral dari aliran darah di tubuh terletak di jantung. Bilamana pusat mengaturan aliran darahnya
mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun akan mengalami gangguan termasuk aliran
darah yang menuju ke otak. Karena adanya gangguan aliran, jaringan otak pun dapat mengalami
kematian secara mendadak ataupun bertahap
3. Diabetes melitus
Hal ini terkait dengan pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi lebih kaku (tidak
lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat
menyebabkan kematian jaringan otak
4. Hiperkolesterolemia
Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL akan mengakibatkan terbentuknya plak/kerak pada
pembuluh darah, yang akan semakin banyak dan menumpuk sehingga dapat mengganggu aliran
darah
36
5. Obesitas
Hal tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan
obesitas, dimana biasanya kadar LDL lebih tinggi dibandingkan dengan kadar HDLnya
6. Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok ternyata memiliki kadar
fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Peningkatan
kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga
pembuluh darah menjadi sempit dan kaku dengan demikian dapat menyebabkan gangguan aliran
darah.
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Stroke
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik
Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral selalu disebabkan oleh pecahnya arteri arteriosklerotik kecil
yang menyebabkan melemahnya pembuluh darah, terutama oleh hipertensi arterial
kronik. Perdarahan intraserebral akibat dari aneurisma kongenital, arteriovenosa atau
kelainan vaskular lainnya, trauma, aneurisma mycotic, infark otak (infark hemoragik),
primer atau metastasis tumor otak, antikoagulasi berlebihan, dyscrasia darah,
perdarahan atau gangguan vasculitic jarang terjadi. (WHO, 2005)
Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
Stroke hemorage subaraknoid sering disebabkan oleh kelainan arteri yang berada di
pangkal otak, yang dinamakan aneurisma serebral. Perdarahan subarachnoid secara
spontan sering berkaitan dengan pecahnya aneurisma (85%), kerusakan dinding arteri
pada otak
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
Stroke iskemik dapat dikarenakan oleh pembentukan trombus lokal atau fenomena embolic,
mengakibatkan oklusi dari arteri otak. Aterosklerosis, terutama dari vaskular serebral,
merupakan faktor penyebab pada kebanyakan kasus stroke iskemik. Emboli kardiogenik
dianggap telah terjadi jika pasien bersamaan menderita fibrilasi atrium, penyakit jantung
katup, atau berbagai kondisi lain dari jantung yang dapat menyebabkan pembentukan
gumpalan. Membedakan antara emboli kardiogenik dan penyebab lain dari stroke iskemik
adalah penting dalam menentukan jangka panjang farmakoterapi pada pasien yang diberikan
(Dipiro, 2005)
2. Berdasarkan waktu terjadinya
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol,
37
aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke
dalam keluarga, migrain. Faktor resiko perilaku, antara lain merokok (aktif & pasif),
makanan tidak sehat (junk food, fast food), alkohol, kurang olahraga, mendengkur,
kontrasepsi oral, narkoba, obesitas. 80% pemicu stroke adalah hipertensi dan
arteriosklerosis. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman
(marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi
makanan yang berlemak.
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
RIND disebabkan oleh Aterosklerosis, Emboli, Obat–obatan, Infeksi dan Hipotensi
c. Stroke in Evolution (SIE) / Progressing Stroke)
Etiologi SIE terdiri dari:
Penyebaran trombus secara progresif lokasi asal dalam arteri primer sehingga
mengganggu sirkulasi anastomotic dan memperluas wilayah kerusakan jaringan
Keterlibatan maximal atherosclerotic dengan atau tanpa ulkus dan / atau stenosis,
awalnya ada trombus cukup untuk menghasilkan penyumbatan lama – kelamaan akan
menambahkan daerah iskemia otak
Edema otak yang tersebar di mode konsentris dan semakin mengurangi fungsi klinis
tanpa perluasan daerah infark asli
Kondisi umum pasien (kardiorespirasi, perubahan regulasi cairan dan elektrolit,
keseimbangan asam-basa, atau akuisisi infeksi sistemik) dapat memperluas daerah
infark
d. Completed Stroke
Pada dasarnya etiologi completed stroke sama seperti stroke tipe yang lain hanya berbeda
pada waktu terjadinya stroke tersebut menetap
38
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
Stroke iskemik: penderita dengan gangguan neurologik fokal yang mendadak karena
obstruksi atau penyempitan pembuluh darah arteri otak dan menunjukkan gambaran infark
pada CT-Scan kepala. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri
yang menuju ke otak. Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh:
- Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena
setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke
sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di
dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil
- Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga
tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari
jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli =
sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita
yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau
gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium)
- Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari
sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di
dalam sebuah arteri
- peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke
otak
- Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah
di otak dan menyebabkan stroke
39
INTRACEREBRALSUBARACHNOIDEMBOLITROMBUS
HEMORAGICISKEMIK
STROKE
- Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan
darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami
kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau
irama jantung yang abnormal
Macam-macam stroke iskemik:
- Transient Ischemic Attack (TIA), didefinisikan sebagai episode singkat disfungsi
neurologis yang disebabkan gangguan setempat pada otak atau iskemi retina yang terjadi
dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa adanya infark, serta meningkatkan resiko
terjadinya stroke di masa depan
- Trombosis serebri, adalah penyumbatan pembuluh darah otak oleh trombus yang dapat
menyebabkan iskemik atau infark jaringan otak sehingga timbul gejala disfungsi otak
fokal dengan defisit neurologis
- Emboli serebri
Stroke hemoragik: stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70%
kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis,
yaitu:
- Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak
- Hemoragik Subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid
LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi klinis Stroke
40
LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Stroke
Stroke Iskemik
Berikut ini adalah manifestasi klinis stroke berdasarkan lokasi penyumbatan
1. Pembuluh besar dalam sirkulasi anterior
41
a. Arteri cerebri media
Sumbatan total :
Contralateral hemiplegia, hemianasthesia, homonymous hemianopia, pandangan
cenderung pada sisi ipsilateral. Dapat pula terjadi global aphasia pada hemisphere yang
dominan dan ansognosia, constructional aphasia, dysarthria pada hemisphere non
dominan.
Sumbatan partial :
Lemah tangan / lengan atau lemah wajah dengan aphasia broca dengan atau tanpa
kelemahan lengan. Ataupun dapat terjadi aphasia wernicke tanpa kelemahan.
b. Arteri cerebri anterior
Respons motorik dan verbal menurun, paraparesis, dan inkontinensia urin.
c. Arteri choroid anterior
Hemiplegia contralateral, hemianasthesia, homonymous hemianopia.
d. Arteri carotis interna
Gejala mirip dengan gejala pada arteri cerebri media, namun juga terdapat transient
monocular blindness.
e. Arteri carotis communis
Gejala sama dengan pada carotis interna.
2. Pembuluh darah besar dalam sirkulasi posterior
a. Arteri cerebri posterior
Infark pada lesi lateral subthalamus, thalamus medial, ipsilateral pedunculus cerebral, dan
midbrain. Dapat pula terjadi palsy N. III dengan ataxia contralateral atau hemiplegia
contralateral.
Penyumbatan pada bagian distal arteri ini mengakibatkan infark pada temporal medial dan
occipital, yang kemudian menyebabkan contralateral homonymous hemianopia, gangguan
ingatan apabila hippocampus terlibat. Infark pada splenium corpus callosum menyebabkan
alexia tanpa agraphia.
b. Arteri vertebral dan cerebri posterior inferior
Vertigo, kaku wajah ipsilateral dan badan kontralateral, diplopia, hoarseness, dysarthria,
dysphagia, Wallenberg’s syndrome.
Infark cerebral dan edema dapat mengakibatkan respiratory arrest.
c. Arteri basilaris
Gejala pusing (dizziness), diplopia, dysarthria, kaku wajah, gejala hemisensorik.
d. Arteri cerebelli superior
Ataxia cerebellar ipsilateral, mual muntah, dysarthria, rasa kebal kontralateral, tidak
merasakan sensasi suhu pada ekstremitas, badan, dan wajah.
42
e. Arteri cerebelli anterior inferior
Penurunan pendengaran ipsilateral, lemah wajah, vertigo, mual muntah, nystagmus, tinnitus,
cerebellar ataxia, kebal contralateral.
3. Pembuluh kecil (lacunar stroke)
Gejala dapat berupa hemiparesis motorik, ataxic hemiparesis, dysarthria, dan aphasia broca.
Stroke Hemoragik
1) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di hemisfer
otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.3
Gejala klinis :
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat
didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala,
mual,muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat
disertai kejang fokal / umum.
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata
menghilang dan deserebrasi
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema dan
perdarahan subhialoid.
2) Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang
subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis :
Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung dalam
1 – 2 detik sampai 1 menit.
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan kejang.
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai
beberapa jam.
Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik perdarahan
subarakhnoid.
43
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, banyak
keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan.
LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis banding Stroke
1. Anamnesis
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah
menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau stroke non
hemoragis. Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis harus dilakukan seteliti
mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti
tertulis pada tabel di bawah ini
GEJALA STROKE HEMORAGIK STROKE NON HEMORAGIK
Onset atau awitan Mendadak Mendadak
Saat onset Sedang aktif Istirahat
Peringatan (warning) - +
Nyeri kepala +++ ±
Kejang + -
Muntah + -
Penurunan kesadaran +++ ±
2. Pemeriksaan klinis neurologis
Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila dibandingkan antara keduanya
akan didapatkan hasil sebagai berikut:
TANDA (SIGN) STROKE HEMORAGIK STROKE INFARK
Bradikardi ++ (dari awal) ± (hari ke-4)
Udem papil Sering + -
Kaku kuduk + -
Tanda kernig, brudzinski ++ -
3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke
44
Terdapat beberapa algoritma untuk membedakan stroke antara lain dengan:
a. Penetapan Jenis Stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada
b. Penetapan jenis troke berdasarkan
Djonaedi Stroke Score:
45
Bila skor > 20 termasuk stroke
hemoragik, skor < 20 termasuk
stroke non-hemoragik. Ketepatan
diagnostik dengan sistim skor ini
91.3% untuk stroke hemoragik,
sedangkan pada stroke non-
hemoragik 82.4%. Ketepatan
diagnostik seluruhnya 87.5%.
Terdapat batasan waktu yang
sempit untuk menghalangi suatu
stroke akut dengan obat untuk
memperbaiki suplai darah yang
hilang pada bagian otak. Pasien
memerlukan evaluasi yang sesuai
dan stabilisasi sebelum obat
penghancur bekuan darah apapun
dapat digunakan
c. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj stroke score:
Catatan:
SSS > 1 = stroke hemoragik
SSS < -1 = stroke non hemoragik
4. Pemeriksaan Penunjang
Computerized tomography (CT scan): untuk membantu menentukan penyebab seorang
46
terduga stroke, suatu pemeriksaan sinar x khusus yang disebut CT scan otak sering dilakukan.
Suatu CT scan digunakan untuk mencari perdarahan atau massa di dalam otak, situasi yang
sangat berbeda dengan stroke yang memerlukan penanganan yang berbeda pula. CT Scan
berguna untuk menentukan:
Jenis patologi
Lokasi lesi
Ukuran lesi
Menyingkirkan lesi non vaskuler
Khas pada stroke non hemoragik
MRI scan: Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gelombang magnetik untuk
membuat gambaran otak. Gambar yang dihasilkan MRI jauh lebih detail jika dibandingkan
dengan CT scan, tetapi ini bukanlah pemeriksaan garis depan untuk stroke. jika CT scan dapat
selesai dalam beberapa menit, MRI perlu waktu lebih dari satu jam. MRI dapat dilakukan
kemudian selama perawatan pasien jika detail yang lebih baik diperlukan untuk pembuatan
keputusan medis lebih lanjut. Orang dengan peralatan medis tertentu (seperti, pacemaker) atau
metal lain di dalam tubuhnya, tidak dapat dijadikan subyek pada daerah magneti kuat suatu MRI.
Computerized tomography dengan angiography: menggunakan zat warna yang disuntikkan
ke dalam vena di lengan, gambaran pembuluh darah di otak dapat memberikan informasi tentang
aneurisma atau arteriovenous malformation. Seperti abnormalitas aliran darah otak lainnya dapat
dievaluasi dengan peningkatan teknologi canggih, CT angiography menggeser angiogram
konvensional.
47
Normal Stroke (tanda2 perdarahan warna putih/hiperdens) atau tanda iskemia/infak (hipodens)
Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang kadang-kadang digunakan
untuk melihat pembuluh darah. Suatu pipa kateter panjang dimasukkan ke dalam arteri (biasanya
di area selangkangan) dan zat warna diinjeksikan sementara foto sinar-x secara bersamaan
diambil. Meskipun angiogram memberikan gambaran anatomi pembuluh darah yang paling
detail, tetapi ini juga merupakan prosedur yang invasif dan digunakan hanya jika benar-benar
diperlukan. Misalnya, angiogram dilakukan setelah perdarahan jika sumber perdarahan perlu
diketahui dengan pasti. Prosedur ini juga kadang-kadang dilakukan untuk evaluasi yang akurat
kondisi arteri carotis ketika pembedahan untuk membuka sumbatan pembuluh darah
dipertimbangkan untuk dilakukan
Carotid Doppler ultrasound: adalah suatu metode non-invasif (tanpa injeksi atau penempatan
pipa) yang menggunakan gelombang suara untuk menampakkan penyempitan dan penurunan
aliran darah pada arteri carotis (arteri utama di leher yang mensuplai darah ke otak)
Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan pada pasien stroke
untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah tes dengan gelombang suara yang
dilakukan dengan menempatkan peralatan microphone pada dada atau turun melalui esophagus
(transesophageal achocardiogram) untuk melihat bilik jantung. Monitor Holter sama dengan
electrocardiogram (EKG), tetapi elektrodanya tetap menempel pada dada selama 24 jam atau
lebih lama untuk mengidentifikasi irama jantung yang abnormal.
Tes darah: tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein yang dilakukan untuk
mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk adanya arteri yang mengalami
peradangan. Protein darah tertentu yang dapat meningkatkan peluang terjadinya stroke karena
pengentalan darah juga diukur. Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab stroke yang
dapat diterapi atau untuk membantu mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening
mencari infeksi potensial, anemia, fungsi ginjal dan abnormalitas elektrolit mungkin juga perlu
dipertimbangkan.
Perbedaan jenis stroke dengan menggunakan alat bantu:
Gambaran CT-scan pada stroke infark dan stroke hemoragik:
48
Jenis
stroke
Interval antara
onset dan
pemeriksaan CT
scan
Temuan pada CT scan
Infark
< 24 jam Efek massa dgn pendataran gyrus yang ringan atau penurunan ringan
densitas substansia alba dan substansia grisca
24 – 48 jam Didapatkan arca hipoden (hitam ringan sampai berat)
3 – 5 hari Terlihat batas area hipoden yang menunjukkan adanya cytotoxic udem dan
mungkin didapatkannya efek massa
6 – 13 hari Daerah hipoden lebih homogen dengan batas yg tegas dan didapatkan
penyangatan pada pemberian kontras
14 – 21 hari Didapatkan fogging effect (daerah infark menjadi isoden seperti daerah
sekelilingnya tetapi dgn pemberian kontras didapatkan penyangatan)
> 21 hari Area hipoden lebih mengecil dgn batas yg jelas dan mungkin pelebaran
ventrikel ipsilateral
Hemoragi
k
7 – 10 hari pertama Lesi hiperdens (putih) tak beraturan dikelilingi oleh area hipodens (edema)
11 hari – 2 bulan Menjadi hipodens dgn penyangatan disekelilingnya (peripheral ring
enhancement) merupakan deposisi hemosiderin dan pembesaran
homolateral ventrikel
> 2 bulan Daerah isodens (hematoma yang besar dengan defect hipodens
Karakteristik MRI pada stroke hemoragik dan stroke infark
Tipe stroke infark / hemoragik MRI SIGNAL CHARACTERISTICS
T 1 – weighted image T 2 – weighted image
Stroke infark Hipointens (hitam) Hiperintens (putih
Stroke hemoragik, (hari antara onset dan
pemeriksaan MRI)
1 – 3 (akut) deoxyhemoglobine Isointens Hipointens
3 – 7 intracellular methemoglobine Hiperintens Isointens
3 – 7 free methemoglobine Hiperintens Hiperintens
> 21 (kronis) hemosiderin Isointens Sangat hipointens
DIAGNOSIS BANDING
Acute coronary syndrome
Atrial fibrilation
Bell’s palsy
49
Benign positional vertigo
Brain abscess
Epidural hematoma
Hemorrhagic stroke in emergency medicine
Inner ear labyrinthitis
Myocardial infacrtion
Neoplasms brain
Subarachnoid hemorrhage
Syncope
Transient ischemic attack
LO 3.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Stroke
Pengobatan Umum: dipakai patokan 5 B, yaitu:
1. Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru baik. Pengobatan dengan oksigen hanya
perlu bila kadar oksigen darah berkurang
2. Brain
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat dari
keadaan pasien yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan funduskopi, dapat
diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat diberikan
Diphenylhydantoin atau Carbamazepin
3. Blood
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Pengobatan
hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan menambah iskemik
lagi. Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Pemberian infus
glukosa harus dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang akan
mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat
pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila perlu diberikan nasogastric tube (NGT).
5. Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urin. Pemasangan
kateter jika terjadi inkontinensia
50
Perawatan Suportif:
1. Pelihara oksigenasi jaringan secara adekuat; membutuhkan bantuan saluran napas dan ventilasi.
Cek aspirasi pneumonia yang mungkin terjadi
2. Tekanan darah; pada kebanyakan kasus, tekanan darah tidak boleh diturunkan secara cepat. Jika
terlalu tinggi, menurunkan tekanan darah secara berhati-hati, karena status neurologis dapat
bertambah buruk ketika tekanan darah diturunkan
3. Status volume darah; koreksi hipovolemia dan elektrolit-elektrolit tetap pada batas normal
4. Demam; harus dicari sumber dari demam dan diturunkan dengan anti piretik yang sesuai
5. Hypoglycemia/dan atau hyperglycemia; harus dijaga dengan kontrol yang ketat. Hiperglikemia
dapat bertambah buruk pada cedera iskemik
6. Profilaksis DVT; stroke dengan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk DVT. Penting untuk
menggunakan heparin subcutan 5,000 IU q. 8 atau 12 jam atau subkutan enoksaparin 30 mg q. 12
jam pada ambulasi awal
A. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik:
Singkirkan kemungkinan koagulopati. Pastikan hasil masa protrombin dan masa
tromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin memanjang, berikan plasma
beku segar(FFP) 4-8 unit intravena setiap 4jam dan vitamin K 15 mg intravena bolus,
kemudian 3 kali sehari 15 mg subkutan sampai masa protrombin normal. Koreksi
antikoagulasi heparin dengan protamin sulfat 10-50mg bolus lambat(1mg mengoreksi 100
unit heparin).
Kendalikan HT.Tekanan yang tinggi bisa menyebabkan perburukan perihematom. Tekanan
darah sisitolik >180mmHg dengan labetalol(20 mg intravena dalam2menit ulangi 40-80mg
intravena dalam interval 10menit sampai tekanan yang diinginkan kemudian infus
2mg/menit dan dirasi atau penghambat ACE 12,5mg-25mg, 2-3 kali sehari atau antagonis
kalsium(nifedipin oral 4x 10 mg)
Pertimbangkan bedah saraf apabila perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm atau
volum lebih dari 50 ml. Pemasangan ventrikulo-peritoneal bila ada hidroefalus obstruktif
akut atau kliping aneurisma
Pertimbangkan angiografi untukmenyingkirkan aneurisma/malformasi arteriovenosa
Berikan manitol 20% (1 mg/kg BB intravena dalan 20-30 menit). Steroid tidak terbukti
efektif pada perdarahan intraserebral
Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kg BB intravena atau peroral). Pada umumnya
antikonvulsan diberikan bila terdapat kejang
Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah vasospasme
51
Untuk mengatasi perdarahan intracerebral: obati penyebabnya, turunkan TIK, beri
neuroprotektor, tindakan bedah dengan pertimbangan GCS >4 dilakukan pada pasien
denganperdarahan serebelum > 3cm, hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau
serebelum, perdarahan lobar diatas 60cc dengan tanda peningkatan TIK akut dan encaman
herniasi
Pada TIK yang meninggi:
Manitol bolus, 1 gr/kgBB dalam 20-30menit lanjutkan dengan 0,25-0,5g/kgBB tiap 6 jam
smpai maksimal 48 jam
Gliserol 50% oral, 0,25-1 gr/kgBB setiap 4-6 jam atau gliserol 10% intravena 10 ml/kgBB
dalam 3-4 jam(untuk edema serebri ringan-sedang)
Furosemid 1mg/ kg BB intravena
Intubasi dan hiperventilasi terkontrol sampai pCO2 29-35 mmHg
Penggunaan steroid masih kontroversial
Kraniotomi dekompresif
Perdarahan Subarakhnoid:
Nimodipin digunakan untuk mencegah vasospasme
Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid stadium I dan II akibat
pecahnya aneurisma sakularberry dan adanya komplikasi hidrosefalus obstruktif
B. Penatalaksanaan Stroke Non-Hemoragik
Pencegahan dari serangan iskemia akut:
Mengeliminasi atau mengontrol faktor-faktor risiko
Memberi edukasi pada pasien mengenai pengurangan faktor risiko dan tanda serta gejala-
gejala dari TIA dan stroke ringan
Intervensi bedah
Endaterektomi Karotis (Cea)
- Pengeluaran plak ateromatosa dengan cara bedah
- Pasien yang direservasi untuk pengeluaran bekuan atau lesi berulserasi yang mengoklusi
> 70% dari aliran darah pada arteri karotis
- Dapat menurunkan risiko dari strok > 60% selama tahun keduanya setelah dioperasi dan
wajib mengikuti mengikuti prosedur
52
- Endarterektomi vertebra umumnya tidak lagi digunakan
Angioplasti balon
Menempatkan suatu balon kecil yang dideflasikan pada pembuluh darah yang yang
mengalami stenose Balon kemudian dipompakan menekan plak ateromatosa ke arah
dinding. Mempunyai risiko melepasnya emboli kecil yang dapat berpindah ke retina atau ota
Penempatan Sten
Prosedur eksperimental; > 50-60% mengalami kekambuhan. Menempatkan suatu coil baja
tahan-karat kedalam pembuluh darah yang kemudian difiksasi pada salah satu dinding dari
arteri; saat ini coil ditambahkan dengan obat-obatan slow-release
Agen-agen antiplatelet
- Aspirin
Mekanisme kerja: a) Menghambat agregasi platelet. b) Menurunkan atau mengurangi
pelepasan substansi vasoaktif dari platelet. c) Menginaktivasi secara irreversibel
siklooksigenase-platelet; dan efeknya cukup berlangsung selama hidup dari platelet; 5-7
hari
Efikasi:
a) ASA telah menunjukkan pengurangan yang bermakna secara klinis (22-24%) pada
risiko stroke dan kematian, pada uji-uji klinis acak pasien-pasien yang telah
mengalami suatu TIA sebelumnya atau strok sebagai pencegahan sekunder
b) Dosis berkisar dari 50 -1500 mg perhari
Pada uji klinis terakhir; evaluasi dosis rendah (30-325 mg perhari); hasilnya
mengindikasikan bahwa dosis rendah mungkin lebih bermanfaat dengan
berkurangnya efek-efek tidak diinginkan dari asam salisilat pada lambung
Pada beberapa studi menyatakan; bahwa ASA lebih efektif pada laki-laki
dibanding sejumlah kecil perempuan pada studi lain
Peran pada pencegahan primer belum jelas
- Dipiridamol (Persantine)
Mekanisme kerja: a) Inhibitor lemah dari agregasi platelet. b) Sebagai inhibit
fosfodiesterase platelet. Efikasi:
a) Pada uji klinis belum mempunyai bukti yang kuat dalam penggunaan dipiridamol
pada iskemia otak
b) Tidak ada efek aditif yang ditemukan bersama dengan aspirin.
- Sulfinpirazon (Anturane)
Mekanisme kerja: Innhibisi reversibel dari siklooksigenase.
53
Efikasi: Uji klinis belum mempunyai dukungan rekomendasi penggunaan.
-
- Tiklopidin (Ticlid)
Mekanisme Kerja:a) Inhibisi agregasi platelet dan menginduksi ADP. b) Inhibisi agregasi
platelet yang diinduksi oleh kolagen, PAF, epinefrin dan thrombin. c) Waktu perdarahan
diperpanjang. d) Berefek minimal pada siklooksigenase.
Efikasi:
a) Telah menunjukkan dapat mereduksi insidens stroke, kira-kira 22% pada pasien-
pasien yang telah mengalami TIAs sebelumnya atau stroke
b) Lebih efektif dibanding aspirin dengan kurangnya efek gastrointestinal
c) Tidak ada perbedaan gender yang memperlihatkan tiklopidin bereaksi sama; seperti
halnya dengan ASA
d) Dosis 500 mg perhari dibagi menjadi dua dosis (250 mg peroral-bid)
Efek samping: diare, ruam pada kulit, total kolesterol serum yang meningkat
- Antikoagulasi (Warfarin)
a) Belum ada studi-studi yang membuktikan superioritas dari antikoagulan ini sebagai
agen antiplatelet
b) Dapat mereduksi risiko dari stroke pada pasien dengan infark miokard sebelumnya
c) Bermanfaat pada pasien yang menderita keluhan simptomatik pada terapi antiplatelet
d) Eksepsi mayor adalah pada pasien dengan embolisme otak yang berasal kardiac:
Antikoagulasi kronik dengan warfarin telah dibuktikan untuk mencegah keadaan
gangguan serebrovaskuler pada pasien dengan AF (atrial fibrilasi)
Penanganan terhadap stroke infarction /dan atau ischemic serebral akut
Obat Antihipertensi pada Stroke
Golongan/Obat Mekanisme Dosis Interaksi Obat Efek Samping
Tiazid
Diazoksid Aktivasi ATP
sensitive K-
channels
IV bolus: 50-
100 mg; IV
infus; 15-30
mg/menit
Awitan < 5
menit
Retensi cairan dan
garam, hiperglikemia
berat, durasi lama (1-12
jam).
ACEI
Enalaprit ACE inhibitor 0,625-1,25 mg
IV selama 15
menit.
Awitan < 15
menit.
Durasi lama (6 jam),
disfungsi renal.
Calcium Channel Blocker
54
Nikardipin
Clevidipin
Verapamil
Diltiazem
Penyekat kanal
kalsium
5 mg/jam IV,
2.5 mg/jam tiap
15 menit,
sampai 15
mg/jam.
Awitan cepat
(1-5 menit),
tidak terjadi
rebound.
Eliminasi tidak
dipengaruhi
oleh disfungsi
hati/ renal,
potensi
interaksi obat
rendah.
Bradikardia, hipotensi,
durasi lama (4-6 jam).
Beta Blocker
Labetalol
Esmolol
Antagonis
reseptor α1, β1,
β2
Antagonis
selektif reseptor
β1.
10-80 mg IV
tiap 10 menit
sampai 300
mg/hari; infus
0,5-2 mg/menit.
0,25-0,5 mg/kg
IV bolus disusul
dosis
pemeliharaan.
Awitan cepat
(5-10 menit).
Awitan segera,
durasi singkat
< 15 menit.
Bradikardia,
hipoglikemia, durasi
lama (2-12 jam). Gagal
jantung kongestif,
bronkospasme.
Bradikardia, gagal
jantung kongestif.
Alfa Blocker
Fentolamin Antagonis
reseptor α1, α2.
5-20 mg IV. Awitan cepat
(2 menit),
durasi singkat
(10-15 menit)
Takikardia, aritmia.
Vasodilator Langsung
Hidralasin NO terkait
dengan
mobilisasi
kalsium dalam
otot polos.
2,5-10 mg IV
bolus (sampai
40 mg).
Serum sickness-like,
drug-induced lupus,
durasi jam (3-4 jam),
awitan lambat (15-30
menit)
55
Thiopental
Trimetafan
Fenoldipam
Sodium
Nitroprusid
Nitrogliserin
Aktivasi reseptor
GABA
Blockade
ganglionik.
Agonis DA-1 dan
reseptor alfa 2
Nitrovasodilator
Nitrovasodilator
30-60 mg IV.
1-5 mg/ menit
IV
0,001- 1,6
µg/kg/ menit
IV; tanpa bolus
0,25-10µ/ kg/
menit IV.
5-1000
µg/kg/menit IV
Awitan cepat
(2 menit),
durasi singkat
(5-10 menit).
Awitan segera,
durasi singkat
(5-10 menit)
Awitan < 15
menit, durasi
10-20 menit.
Awitan segera,
durasi singkat
(2-3 menit)
Awitan 1-2
menit, durasi 3-
5 menit.
Depresi miokardial
Bronkospasme, retensi
urin, siklopegia,
midriasis
Hipokalemia, takikardia,
bradikardia.
Keracunan sianid,
vasodilator serebral
(dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan
intracranial) refleks
takikardi.
Produksi
methemoglobin, reflek
takikardia.
PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer Stroke
Pendekatan pada pencegahan primer adalah mencegah dan mengobati faktor-faktor risiko yang
dapat dimodifikasi.
a) Hipertensi
Hipertensi harus diobati, untuk mencegah stroke ulang maupun mencegah penyakit vaskular
lainnya. Pengendalian hipertensi ini sangat penting artinya bagi para penderita stroke iskemik
dan TIA. Target absolut dalam hal penurunan tekanan darah belum dapat ditetapkan, yang
penting adalah bahwa tekanan darah < 120 / 80 mm Hg. Modifikasi berbagai macam gaya
hidup berpengaruh terhadap upaya penurunan tekanan darah secara komprehensif.
Obat‐obat yang dianjurkan adalah diuretika dan ACE inhibitor; namun demikian pilihan obat
disesuaikan dengan kondisi / karakteristik masing‐masing individu.
b) Diabetes Melitus
Pada penderita diabetes melitus maka penurunan tekanan darah dan lipid darah perlu
memperoleh perhatian yang lebih serius. Dalam kasus demikian ini maka obat antihipertensi
56
dapat lebih dari 1 macam. ACE inhibitor merupakan obat pilihan untuk kasus gangguan
ginjal dan diabetes melitus.
Pada penderita stroke iskemik dan TIA, pengendalian kadar gula direkomendasikan sampai
dengan mendekati kadar gula plasma normal (normoglycemic), untuk mengurangi
komplikasi mikrovaskular dan kemungkinan timbulnya komplikasi makrovaskular.
Sementara itu kadar HbA1c harus lebih rendah dari 7%.
c) Lipid
Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar kolesterol yang tinggi, penyakit arteri
koroner, atau adanya bukti aterosklerosis, maka pasien harus dikelola secara komprehensif
meliputi modifikasi gaya hidup, diet secara tepat, dan pengobatan. Target penurunan kadar
kolesterol adalah sebagai berikut: LDL < 100 mg% dan kadar LDL < 70 mg% bagi penderita
dengan faktor risiko multipel.
Penderita stroke iskemik atau TIA yang dicurigai mengalami aterosklerosis tetapi tanpa
indikasi pemberian statis (kadar kolesterol normal, tanpa penyakit arteri koroner, atau tidak
ada bukti aterosklerosis) dianjurkan untuk diberi statin untuk mengurangi risiko gangguan
vaskular. Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar HDL kolesterol rendah dapat
dipertimbangkan untuk diberi niasin atau gemfibrozil
d) Merokok
Setiap pasien stroke atau TIA harus segera menghentikan kebiasaan merokok. Penghentian
merokok dapat diupayakan dengan cara penyuluhan dan mengurangi jumlah rokok yang
dihisap / hari secara bertahap
e) Obesitas
Bagi setiap penderita stroke iskemik atau TIA dengan obesitas/overweight sangat dianjurkan
untuk mempertahankan body‐mass index (BMI) antara 18,5–24,9 kg/m2 dan lingkat panggul
kurang dari 35 inci (perempuan) dan kurang dari 40 inci (laki‐laki). Penyesuaian berat badan
diupayakan melalui keseimbangan antara asupan kalori, aktivitas fisik dan penyuluhan
kebiasaan hidup sehat
f) Aktivitas fisik
Setiap pasien stroke iskemik atau TIA yang mampu untuk melakukan aktivitas fisik sangat
dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik ringan selama 30 menit/hari. Untuk pasien yang
tidak mampu melakukan aktivitas fisik maka dianjurkan untuk melakukan latihan dengan
bantuanorang yang sudah terlatih
2. Pencegahan Sekunder Stroke
Pencegahan sekunder stroke mengacu pada kepada strategi untuk mencegah kekambuhan stroke.
Pendekatan utama adalah mengendalikan hipertensi, CEA, dan memakai obat antiagregat
antitrombosit. Aggrenox adalah satu-satunya kombinasi aspirin dan dipiridamol yang telah
57
terbukti efektif untuk mencegah stroke sekunder
LO 3.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Stroke
AKUT
1. Kenaikan tekanan darah. Keadaan ini biasanya merupakan mekanisme kompensasi sebagai upaya
mengejar kekurangan pasokan darah di tempat lesi. Oleh karena itu kecuali bila menunjukkan
nilai yang sangat tinggi (sistolik > 220/ diastolik >130) tekanan darah tidak perlu diturunkan,
karena akan turun sendiri setelah 48 jam. Pada pasien hipertensi kronis tekanan darah juga tidak
perlu diturunkan segera
2. Kadar gula darah. Pasien stroke seringkali merupakan pasein DM sehingga kadar glukosa darah
pasca stroke tinggi. Akan tetapi seringkali terjadi kenaikan glukosa darah pasein sebagai reaksi
kompensasi atau akibat mekanisme stress
3. Gangguan jantung. Baik sebagai penyebab maupun sebagai komplikasi. Keadaan ini memerlukan
perhatian khusus, karena seringkali memperburuk keadaan stroke bahkan sering merupakan
penyebab kematian
4. Gangguan respirasi. Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan di pusat napas
5. Infeksi dan sepsis. Merupakan komplikasi stroke yang serius pada ginjal dan hati
6. Gangguan cairan, elektrolit, asam dan basa
7. Ulcer stres. Yang dapat menyebabkanterjadinya hematemesis dan melena
KRONIK
1. Akibat tirah baring lama di tempat tidur bias terjadi pneumonia, dekubitus, inkontinensia serta
berbagai akibat imobilisasi lain.
2. Rekurensi stroke.
3. Gangguan sosial-ekonomi.
4. Gangguan psikologis.
LO 3.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Stroke
Indikator prognosis adalah : tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan tingkat kesadaran
Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke iskemik
Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan jangka panjang
Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam setelah serangan, 33% diantaranya
58
mungkin akan pulih dalam waktu 3 bulan1/2/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 8
Prognosis pasien dgn stroke hemoragik (perdarahan intrakranial) tergantung pada ukuran
hematoma à hematoma > 3 cm umumnya mortalitasnya besar, hematoma yang massive
biasanya bersifat lethal
Jika infark terjadi pada spinal cord à prognosis bervariasi tergantung keparahan gangguan
neurologis à Jika kontrol motorik dan sensasi nyeri terganggu à prognosis jelek
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban suami terhadap istri dalam islam
Pertama: Bergaul dengan istri dengan cara yang ma’ruf (baik)
Yang dimaksud di sini adalah bergaul dengan baik, tidak menyakiti, tidak menangguhkan hak istri
padahal mampu, serta menampakkan wajah manis dan ceria di hadapan istri.
Allah Ta’ala berfirman,
وف� �م�ع�ر� �ال ب وه�ن ر� و�ع�اش�
“Dan bergaullah dengan mereka dengan baik.” (QS. An Nisa’: 19).
وف� �م�ع�ر� �ال ب �ه�ن �ي ع�ل ذ�ي ال �ل� م�ث �ه�ن و�ل
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.”
(QS. Al Baqarah: 228).
Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
�ه�ل�ى أل �م� ك �ر� ي خ� �ا �ن و�أ �ه� �ه�ل أل �م� ك �ر� ي خ� �م� ك �ر� ي خ�
“Sebaik-baik kalian adalah yan berbuat baik kepada keluarganya. Sedangkan aku adalah orang
yang paling berbuat baik pada keluargaku” (HR. Tirmidzi no. 3895, Ibnu Majah no. 1977, Ad
Darimi 2: 212, Ibnu Hibban 9: 484. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kedua: Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal dengan baik
Yang dimaksud nafkah adalah harta yang dikeluarkan oleh suami untuk istri dan anak-anaknya berupa
makanana, pakaian, tempat tinggal dan hal lainnya. Nafkah seperti ini adalah kewajiban suami
berdasarkan dalil Al Qur’an, hadits, ijma’ dan logika.
Dalil Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
59
�اه�ا �ت آ م�ا �ال إ ا �ف�س' ن ه� الل �ل+ف� �ك ي ال� ه� الل �اه� �ت آ م�م ا �ف�ق� �ن �ي ف�ل ق�ه� ر�ز� �ه� �ي ع�ل ق�د�ر� و�م�ن� �ه� ع�ت س� م�ن� ع�ة8 س� ذ�و �ف�ق� �ن �ي ل
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya”
(QS. Ath Tholaq: 7).
وف� �م�ع�ر� �ال ب �ه�ن و�ت و�ك�س� ق�ه�ن ر�ز� �ه� ل �ود� �م�و�ل ال و�ع�ل�ى
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dengan cara ma’ruf” (QS. Al
Baqarah: 233).
Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika haji wada’,
� ال �ن� أ �ه�ن �ي ع�ل �م� �ك و�ل ه� الل �م�ة� �ل �ك ب وج�ه�ن ف�ر� �م� �ت �ل ل �ح� ت و�اس� ه� الل م�ان�� �أ ب �م�وه�ن ذ�ت �خ� أ �م� ك �ن ف�إ اء� +س� الن ف�ى ه� الل ق�وا ف�ات
. �ه�ن و�ت و�ك�س� ق�ه�ن ر�ز� �م� �ك �ي ع�ل �ه�ن و�ل ح8 �ر+ م�ب �ر� غ�ي 'ا ب ض�ر� �وه�ن ف�اض�ر�ب ذ�ل�ك� ف�ع�ل�ن� �ن� ف�إ �ه� ه�ون �ر� �ك ت �ح�د'ا أ �م� ك ش� ف�ر� �ن� �وط�ئ ي
وف� �م�ع�ر� �ال ب
“Bertakwalah kepada Allah pada (penunaian hak-hak) para wanita, karena kalian sesungguhnya telah
mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat
Allah. Kewajiban istri bagi kalian adalah tidak boleh permadani kalian ditempati oleh seorang pun
yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan demikian, pukullah mereka dengan pukulan yang
tidak menyakiti. Kewajiban kalian bagi istri kalian adalah memberi mereka nafkah dan pakaian
dengan cara yang ma’ruf” (HR. Muslim no. 1218).
Ketiga: Meluangkan waktu untuk bercanda dengan istri tercinta
Inilah yang dicontohkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang diceritakan
oleh istri beliau, ‘Aisyahradhiyallahu ‘anha,
- ح�م� - الل ح�م�ل�ت� �م ا ف�ل ر�ج�ل�ى ع�ل�ى �ه� �ق�ت ب ف�س� �ه� �ق�ت اب ف�س� ق�ال�ت� ف�ر8 س� ف�ى وسلم عليه الله صلى �ى+ ب الن م�ع� �ت� �ان ك ه�ا ن� أ
�ق�ة� » «. ب الس �ل�ك� �ت ب ه�ذ�ه� ف�ق�ال� �ى �ق�ن ب ف�س� �ه� �ق�ت اب س�
Ia pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam safar. ‘Aisyah lantas berlomba lari
bersama beliau dan ia mengalahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala ‘Aisyah sudah
bertambah gemuk, ia berlomba lari lagi bersama Rasulshallallahu ‘alaihi wa sallam, namun kala itu
ia kalah. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ini balasan untuk kekalahanku
dahulu.” (HR. Abu Daud no. 2578 dan Ahmad 6: 264. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih). Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam masih menyempatkan diri untuk bermain
dan bersenda gurau dengan istrinya tercinta.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
60
ح�ت ى – – ، ج�د� �م�س� ال ف�ى �ون� �ع�ب �ل ي ة� �ش� ب �ح� ال �ل�ى إ �ظ�ر� �ن أ �ا �ن و�أ ، �ه� �ر�د�ائ ب �ى ن �ر� ت �س� ي وسلم عليه الله صلى �ى ب الن �ت� �ي أ ر�
ه�و� الل ع�ل�ى �ح�ر�يص�ة� ال الس+ن+ �ة� �ح�د�يث ال �ة� ار�ي �ج� ال ق�د�ر� وا ف�اق�د�ر� ، م�� أ س�
� أ ذ�ى ال �ا �ن أ �ون� �ك أ
“Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menutup-nutupi pandanganku dengan pakaiannya,
sementara aku melihat ke arah orang-orang Habasyah yang sedang bermain di dalam Masjid sampai
aku sendirilah yang merasa puas. Karenanya, sebisa mungkin kalian bisa seperti gadis belia yang
suka bercanda” (HR. Bukhari no. 5236 dan Muslim no. 892).
Keempat: Menyempatkan waktu untuk mendengar curhatan istri
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa duduk dan menyimak curhatan dan cerita
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, sampai pun kisah itu panjang. Di antara cerita ‘Aisyah pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikisahkan dalam hadits yang lumayan panjang berikut ini.
'ا �ئ ي ش� و�اج�ه�ن �ز� أ �ار� ب �خ� أ م�ن� �م�ن� �ت �ك ي � ال �ن� أ �ع�اق�د�ن� و�ت �ع�اه�د�ن� ف�ت �ة' أ ام�ر� ة� ر� ع�ش� �ح�د�ى إ ج�ل�س� ق�ال�ت� ة� �ش� ع�ائ ع�ن�
Sebelas orang wanita berkumpul lalu mereka berjanji dan bersepakat untuk tidak menyembunyikan
sedikit pun cerita tentang suami mereka.
Kelima: Mengajarkan istri masalah agama
Sebagian suami kurang mempedulikan hal ini. Mereka hanya tahu bahwa kewajibannya hanyalah
memberi nafkah, pakaian, tempat tinggal atau kesenangan dunia. Kewajiban kali ini sebenarnya
terbilang penting bahkan teramat penting karena berkaitan dengan akhirat.
Coba bayangkan jika suami melihat istrinya enggan berjilbab, malas shalat fardhu, sering bermaksiat,
atau tidak bisa membaca Al Qur’an, apakah ia rela istrinya seperti itu? Semua itu tentu saja perlu
didikan. Selain dibini, yah harus dibina pula. Bukan hanya biologis saja yang ia nikmati dari istri.
Seharusnya ada simbiosis mutualisme. Istri bisa membahagiakan suami, begitu pula sebaliknya. Dan
kebahagiaan rohani ini lebih dari segalanya, lebih pula dari kebahagiaan dunia.
Semoga menjadi renungan bagi kita –para suami- firman Allah Ta’ala,
ا �ار' ن �م� �يك �ه�ل و�أ �م� ك �ف�س� �ن أ ق�وا �وا �م�ن آ ذ�ين� ال Zه�ا ي� أ �ا ي
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At
Tahrim: 6). Lihatlah tafsiran para salaf mengenai ayat tersebut.
Lihatlah apa yang dikatakan oleh sahabat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu,
. ع�لموهم أدبوهم،
“Ajarilah adab dan agama kepada mereka”.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga berkata,
. النار من الله ينجيكم بالذكر، أهليكم وم�روا الله، معاصي واتقوا الله، بطاعة اعملوا
“Lakukanlah ketaatan pada Allah dan hindarilah maksiat. Perintahkanlah keluargamu untuk
mengingat Allah (berdzikir), niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari jilatan neraka”.
Mujahid berkata,
. . الله بتقوى أهليكم وأوصوا الله، اتقوا
61
“Bertakwalah pada Allah dan nasehatilah keluargamu untuk bertakwa pada-Nya”.
Adh Dhohak dan Maqotil berkata,
Ketujuh: Tidak mempersoalkan kesalahan kecil istri
Inilah petunjuk Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah,
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ر� آخ� �ه�ا م�ن ض�ى� ر� �ق'ا ل خ� �ه�ا م�ن �ر�ه� ك �ن� إ �ة' م�ؤ�م�ن م�ؤ�م�ن ك� �ف�ر� ي � ال
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika si pria tidak menyukai suatu akhlak
pada si wanita, maka hendaklah ia melihat sisi lain yang ia ridhoi” (HR. Muslim no. 1469). Karena
istri tentu saja dalam bersikap dan kelakuan tidak bisa seratus persen perfect sebagaimana yang suami
inginkan. Bersabarlah dan tetap terus menasehati istri dengan cara yang baik.
Kedelapan: Tidak memukul istri di wajah dan tidak menjelek-jelekkan istri
Dari Mu’awiyah Al Qusyairi radhiyallahu ‘anhu, ia bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallammengenai kewajiban suami pada istri, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ف�ى – – �ال إ �ه�ج�ر� ت � و�ال +ح� �ق�ب ت � و�ال �و�ج�ه� ال �ض�ر�ب� ت � و�ال �ت� ب �س� �ت اك و�� أ �ت� ي �س� �ت اك �ذ�ا إ و�ه�ا �س� �ك و�ت ط�ع�م�ت� �ذ�ا إ �ط�ع�م�ه�ا ت �ن� أ
�ت� �ي �ب ال
“Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian
sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak memukul istrimu di
wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka nasehat)
selain di rumah” (HR. Abu Daud no. 2142. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
shahih).
Kesembilan: Tidak meng-hajr (pisah ranjang) dalam rangka mendidik selain di dalam rumah
Hal ini sebagaimana diterangkan dalam ayat dan hadits sebelumnya di atas. Mengenai makna hajr di
ranjang pada ayat,
�وه�ن و�اض�ر�ب �م�ض�اج�ع� ال ف�ي وه�ن و�اه�ج�ر�
“Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka”, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As
Sa’di rahimahullahmengatakan bahwa maknanya adalah tidak satu ranjang dengannya dan tidak
berhubungan intim dengan istri sampai ia sadar dari kesalahannya (Lihat Taisir Al Karimir Rahman,
177).
Ibnul Jauzi menerangkan mengenai makna hajr di ranjang ada beberapa pendapat di kalangan pakar
tafsir:
1. Tidak berhubungan intim
2. Tidak mengajak berbicara, namun masih tetap berhubungan intim
3. Mengeluarkan kata-kata yang menyakiti istri ketika diranjang
4. Pisah ranjang (Lihat Zaadul Masiir, 2: 76).
62
Dan hajr boleh dilakukan di luar rumah jika ada maslahat sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallampernah meng-hajr istri-istrinya selama sebulan di luar rumah mereka.
Kesepuluh: Memberikan hak istri dalam hubungan intim
Hal ini dapat kita ambil pelajaran dari hadits Abu Darda’ berikut ini.
– – �م أ �ى أ ف�ر� ، د�اء� الد ر� �ا �ب أ �م�ان� ل س� ار� ف�ز� ، د�اء� الد ر� �ى ب� و�أ ، �م�ان� ل س� �ن� �ي ب وسلم عليه الله صلى Zى� ب الن آخ�ى
. . ، د�اء� الد ر� �و �ب أ اء� ف�ج� �ا �ي الدZن ف�ى ة اج� ح� �ه� ل �س� �ي ل د�اء� الد ر� �و �ب أ �خ�وك� أ ق�ال�ت� �ك� �ن أ ش� م�ا �ه�ا ل ف�ق�ال� �ة' �ذ+ل �ب م�ت د�اء� الد ر�
ذ�ه�ب� . . . . . �ل� ي الل �ان� ك �م ا ف�ل �ل� �ك ف�أ ق�ال� �ل� �ك �أ ت ى ت ح� �آك�ل8 ب �ا �ن أ م�ا ق�ال� �م ص�ائ +ى �ن ف�إ ق�ال� �ل� ك ف�ق�ال� ط�ع�ام'ا �ه� ل �ع� ف�ص�ن
اآلن� . . . . . � ق�م �م�ان� ل س� ق�ال� �ل� ي الل ر� آخ� م�ن� �ان� ك �م ا ف�ل �م� ن ف�ق�ال� �ق�وم� ي ذ�ه�ب� �م ث ، �ام� ف�ن �م� ن ق�ال� �ق�وم� ي د�اء� الد ر� �و �ب أ
hح�ق ذ�ى �ل ك �ع�ط� ف�أ ، قjا ح� �ك� �ي ع�ل �ه�ل�ك� و�أل ، ح�قjا �ك� �ي ع�ل �ف�س�ك� �ن و�ل ، قjا ح� �ك� �ي ع�ل +ك� ب �ر� ل �ن إ �م�ان� ل س� �ه� ل ف�ق�ال� ، �ا ي ف�ص�ل
ص�د�ق� . – – – – » وسلم عليه الله صلى Zى� ب الن ف�ق�ال� ، �ه� ل �ك� ذ�ل �ر� ف�ذ�ك وسلم عليه الله صلى �ى ب الن �ى �ت ف�أ ح�ق ه�
�م�ان� « ل س�
Kesebelas: Memberikan istri kesempatan untuk menghadiri shalat jama’ah selama keluar
dengan hijab yang sempurna dan juga memberi izin bagi istri untuk mengunjungi kerabatnya,
sebagaimana hal ini telah diterangkan dalam kisah Ummu Zar’ dan Abu Zar’ sebelumnya.
Keduabelas: Tidak menyebar rahasia dan aib istri, sebagaimana pernah diterangkan
dalam kewajiban istri.
Ketigabelas: Berhias diri di hadapan istri sebagaimana suami menginginkan demikian pada istri
Allah Ta’ala berfirman,
وف� �م�ع�ر� �ال ب �ه�ن �ي ع�ل ذ�ي ال �ل� م�ث �ه�ن و�ل
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.”
(QS. Al Baqarah: 228).
Keempatbelas: Selalu berprasangka baik dengan istri
Inilah mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan agar suami tidak terlalu penuh
curiga ketika ia meninggalkan istrinya lalu datang dan ingin mengungkap aib-aibnya. Sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
�ة� ع�ث الش �ش�ط� �م�ت و�ت �ة� �ب �م�غ�ي ال �ح�د ت �س� ت ى ت ح� و�ق'ا ط�ر� �ه� �ه�ل أ �ن �ي ت� �أ ي � ف�ال ' �ال �ي ل �م� �ح�د�ك أ ق�د�م� �ذ�ا إ
“Jika salah seorang dari kalian datang pada malam hari maka janganlah ia mendatangi istrinya.
(Berilah kabar terlebih dahulu) agar wanita yang ditinggal suaminya mencukur bulu-bulu
kemaluannya dan menyisir rambutnya” (HR. Bukhari no. 5246 dan Muslim no. 715).
Daftar Pustaka :
63
Bannister R. Consciousness and Unconciousness. Brain's clinical Neurology 5th ed. Oxford : The
English Book Society Oxford University Press, 2000; pp 150 - 160.
Chandra B. Diagnostik dan penanggulangan penderita dalam koma Cermin Dunia Kedokteran,
nomor khusus, 2002; 95 - 100.
Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. FKUI
Kowalak, Jennifer P., William Welsh, (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Martono, Hadi. Strok Dan Penatalaksanaannya Oleh Internis. Dalam: Sudoyo A, setyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 5. Jakarta:
InternaPublishing 2009: 892-897.
Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,
Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pedoman Praktis Pemeriksaan Neurologi FK UI. Kesadaran. Jakarta 2006; hal. 39-50.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, (2011), Guideline Stroke Tahun 2011, Jakarta.
Rizal T. Rumawas. Patologi dan patofisiologi gangguan kesadaran. Simposium Koma, Jakarta 3
September 2001; hal 1 - 13.
Uddin, Jurnalis. 2009. Anatomi Susunan Saraf Manusia. FKUY : Jakart
64
65