Wrap Up Medikolegal

63
SKENARIO 2 Astaga... Ada Mayat Bayi di Kardus Aqua Mayat bayi berjenis kelamin laki-laki ditemukan di senuah tempat pembuangan akhir (TPA) Darupono Kaliwangu Selatan,Kendal Jawa Tengah Kamis (6/12/12) pagi. Bayiberada di dalam kardus aua dibungkus kantong plastik hitam, dalam keadaan membusuk dan berbau. Saat ini, jasad bayi berada di Rumah Sakit Umum Suwondo Daerah (RSUD) Kabupaten Kendal. Menurut kepala urusan (kaur) Bin Ops Satuan Reskrim Polres Kendal, Iptu Abdullah Umar,mayat dibuang oleh seorang perempuan yang semula hamil tua, sekarang perutnya sudah mengempis. Bayi itu pertama kali ditemukan oleh seorang pemulung bernama jokarno (31) warga desa Darupono Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kendal. Saat itu Jokarno sedang mengai sampah. “ Dia mengaku terkejut ketika ada plastik yang dikerubungi lalat,’ kata umar. Karena curiga, pemulung tersebut mendekati kantong plastik hitam. Setelah dekat, ia terkejut saat melihat kepala bayi. Lalu plastik itu dibuka danterlihatlah sesosok mayat bayi. “Kemudiaan pemulung itu melaporkanya pada polisi,’ jelasnya. Mayat bayi yang diperkirakan berusia 1 hari itu akan dibawa ke rumah sakit bhayangkara semarang untuk diotopsi. Kasus itu, sekarang masih ditangani oleh petugas polisi. “Kami akan mencari orang tua bayi tersebut.” Tambah umar. Pelaku sudah diamankan di Polres. Warni, sang pelaku mengaku dia juga korban perkosaan yang dilakukan oleh tetangga desanya di merapen gerobokan, karena ketakutan hamil dan akan melahirkan, korban pergi ke Kaliwungu untuk bekerja di pabrik gula dan mengasingkan diri. 1

description

medis

Transcript of Wrap Up Medikolegal

Page 1: Wrap Up Medikolegal

SKENARIO 2

Astaga... Ada Mayat Bayi di Kardus Aqua

Mayat bayi berjenis kelamin laki-laki ditemukan di senuah tempat pembuangan akhir (TPA) Darupono Kaliwangu Selatan,Kendal Jawa Tengah Kamis (6/12/12) pagi. Bayiberada di dalam kardus aua dibungkus kantong plastik hitam, dalam keadaan membusuk dan berbau. Saat ini, jasad bayi berada di Rumah Sakit Umum Suwondo Daerah (RSUD) Kabupaten Kendal. Menurut kepala urusan (kaur) Bin Ops Satuan Reskrim Polres Kendal, Iptu Abdullah Umar,mayat dibuang oleh seorang perempuan yang semula hamil tua, sekarang perutnya sudah mengempis. Bayi itu pertama kali ditemukan oleh seorang pemulung bernama jokarno (31) warga desa Darupono Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kendal.

Saat itu Jokarno sedang mengai sampah. “ Dia mengaku terkejut ketika ada plastik yang dikerubungi lalat,’ kata umar. Karena curiga, pemulung tersebut mendekati kantong plastik hitam. Setelah dekat, ia terkejut saat melihat kepala bayi. Lalu plastik itu dibuka danterlihatlah sesosok mayat bayi. “Kemudiaan pemulung itu melaporkanya pada polisi,’ jelasnya. Mayat bayi yang diperkirakan berusia 1 hari itu akan dibawa ke rumah sakit bhayangkara semarang untuk diotopsi. Kasus itu, sekarang masih ditangani oleh petugas polisi. “Kami akan mencari orang tua bayi tersebut.” Tambah umar. Pelaku sudah diamankan di Polres.

Warni, sang pelaku mengaku dia juga korban perkosaan yang dilakukan oleh tetangga desanya di merapen gerobokan, karena ketakutan hamil dan akan melahirkan, korban pergi ke Kaliwungu untuk bekerja di pabrik gula dan mengasingkan diri.

1

Page 2: Wrap Up Medikolegal

STEP 1

Pertanyaan

1. Bagaimana cara mengetahui bayi lahir mati atau lahir hidup?Dilakukan tes apung paru, dimana jika bayi lahir dalam keadaan hidup dan menangis maka paru bayi akan berisi udara dan akan terapung di air begitu juga sebaliknya. Untuk lebih pasti maka dilakukan pemeriksaan secara histologis untuk ,elihat alveoli sac telah berisi udara atau belum.

2. Apa tujuan dilakukannya otopsi?Untuk mencari tahu perkiran perkiraan yang menunjang penyelidikan seperti perkiraan sebab kematian, waktu kematian, dll

3. Bagaimana cara memperkirakan lama waktu kematian? Dari perubahan tubuh pasca mati seperti livor mortis, rigor mortis, perubahan suhu, isi perut dll.

4. Apa hukum membunuh bayi hasil kasus perkosaan dalam islam?Dosa dengan hukuman qisash

5. Adakah kemungkinan bayi dibunuh dengan sengaja / tidak?Iya, dapat dpiastikan dengan melakukan pemeriksaan tanda kekerasan dan perubahan paska mati

6. Bagaimana cara membuktikan kasus perkosaan?Dilakukan pemeriksaan dalam untuk melihat pola robekan hymen.

2

Page 3: Wrap Up Medikolegal

HIPOTESIS

Mayat bayi ditemukan dalam kantong plastik dengan dugaan berusia satu hari kematian dipastikan dengan cara ditemukanya perubahan paska kematian seperti livor mortis, rigor mortis dan pembusukan. Dilakukan otopsi untuk mengetahui informasi yang menunjang penyelidikan seperti perkiraan waktu kematian, cara mati, dan penyebab kematian. Ada kemungkinan bayi dibunuh untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tanda- tanda kekerasan pada bayi dan kelainan pada perubahan paska kematian. Sang ibu mengaku diperkosa untuk itu pengakunya dapat dipastikan dengan cara melakukan pemeriksaan dalam untuk melihat pola robekan hymen walaupun ibu terbukti diperkosa tetapi dalam hukum islam balasan yang pantas untuk ibu tetaplah qisash.

3

Page 4: Wrap Up Medikolegal

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Tanatologi

1.1 Definisi Tanatologi

1.2 Fungsi Tanatologi

1.3 Jenis Kematian

1.4 Tanda kematian dan perkiraan waktu kematian

2. Memahami dan Menjelaskan Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide)

2.1 Definisi dan Sanksi Pidana pada Kasus Pembunuhan Anak Sendiri

(Infanticide)

2.2 Prosedur Investigasi kasus Pembunuhan pada anak

3. Memahami dan menjelaskan investigasi kasus perkosaan

3.1 Definisi Kasus Perkosaan

3.2 Prosedur Investigasi Kasus Perkosaan

4. Memahami dan menjelaskan larangan membunuh beserta hukumannya dalam sudut

pandang islam

4

Page 5: Wrap Up Medikolegal

1.Memahami dan Menjelaskan Tanatologi

1.1 Memahami Definisi Tanatologi

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengankematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu KedokteranForensik yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian danfaktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut (Idries, 1997).

Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsisirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanyaperkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi danrespirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadikematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak(Idries, 1997).

1.2 Memahami Fungsi Tanatologi

Secara Umum fungsi tanatologi adalah mempelajari perubahan paska kematian beserta faktor faktor yang mempengaruhinya karena itu dapat digunakan sebagai

Penentuan kepastian mati seseorang.

Perkiraan lama waktu setelah kematian.

Membedakan perubahan-perubahan post mortal dengan kelainan-kelainan yang

terjadi pada waktu korban masih hidup sehingga dapat diketahui penyebab kematian

1.3 Memahami Jenis Kematian

Agar suatu kehidupan seseorang dapat berlangsung, terdapat tiga sistem yang mempengaruhinya. Ketiga sistem utama tersebut antara lain sistem persarafan, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem itu sangat mempengaruhi satu sama lainnya, ketika terjadi gangguan pada satu sistem, maka sistem-sistem yang lainnya juga akan ikut berpengaruh (Idries, 1997).

Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis, Terjadi karena proses vital dalam tubuhmenurun sampai taraf minimum untuk kehidupan sehingga secara klinis sama dengan orang mati biasanya timbul dalam keadaan- keadaan:

Terkena aliran listrik atau petir. Kedinginan Tenggelam Anestesi yang dalam Acute heart failure Neonatal anoxia Menderita catalepsy

5

Page 6: Wrap Up Medikolegal

Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum fungsi pernapasan dan jantung dibantu oleh alat

Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum.

Mati digolongkan menjadi kematian somatis dan kematian selular.

Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi penghentian sirkulasi darah dan pernafasan secara permanen tanpa disertai kematian sel sel tubuh secara keseluruhan. Tanda-tanda kematian yang dapat diperiksa dalam stadium somatic death :

a. Hilang pergerakan dan sensibilitas.

b. Berhenti pernapasan.

c. Berhenti denyut jantung dan peredaran darah.

d. Hilangnya sensibilitas EEG (electro Enchephalograpy).

Berhentinya pernapasan diperiksa dengan cara :

– Auscultatoir : dengan stetoskop didaerah larynx dan didengarkan terus menerus

selama 5 sampai 10 menit.

– Test dari WINSLOW : Gelas berisi air diletakkan didaerah epigastrium bila

permukaan air bergerak, berarti korban masih hidup.

– Mirror test letakkan sebuah cermin didepan lubang hidung dan mulut, bila cermin

menjadi buram, berarti korban masih bernafas.

Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah diperiksa dengan cara

– Auscultatoir : letakan stetoskop pada precardial lalu dengarkan terus-menerus selama 5

sampai 10 menit.

– Test MAGNUS : Jari tangan diikat dengan seutas tali sehingga aliran darah venous (-),

tetapi aliran darah arterial (+), terjadi bendungan distal dari ikatan ditandai dengan

syanotic & pada daerah ikatan tampak pucat. Sebaliknya bila tidak terjadi perubahan

warna, berarti peredaran darah sudah tidak ada.

– Test ICARD dengan menyuntikkan larutan icard secara subcutan. Bila circulasi masih

ada, maka daerah sekitar suntikan berwarna kuning kehijauan.

– Arteri Radialis diincisi. Bila circulasi masih ada, maka darah akan keluar secara pulsatif

6

Page 7: Wrap Up Medikolegal

Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak bersamaan.

Menurunnya suhu mayat (ARGOR MORTIS ).

Timbulnya lebam mayat (LIVOR MORTIS ).

Terjadinya kaku mayat (RIGOR MORTIS )

Proses pembusukan dan terkadang ada proses mummifikasi dan adipocere

Perubahan pada mata

Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang menyebabkan kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif .Knight mengatakan hilangnya reflek cahaya pada kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata. Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari posisi kelopak mata. Akan tetapi Marshall mengatakan kornea akan tetap menjadi keruh tanpa dipengaruhi apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. Kekeruhan pada lapisan dalam kornea ini tidak dapat dihilangkan atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk membasahinya. Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan mengalami kekeringan dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah menjadi coklat kehitaman. Area yang berubah warna ini berbentuk trianguler dengan basis pada perifer kornea dan puncaknya di epikantus. Area ini disebut’taches noires de la sclerotiques’ yang pertama kali digambarkan oleh Somner pada tahun 1833Knight mengatakan iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam sesudah kematian somatik, tetapi reflek cahaya segera hilang bersamaan dengan iskemik pada batang otak. Pupil biasanya pada posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus pupilaris. Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini  mudah menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler setelah mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2 mm atau berdilatasi sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai sifat tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai    3 mm.Nicati (1894) telah melakukan pengukuran terhadap tekanan bola mata posmortem dimana tekanan normal pada bola mata pada waktu hidup adalah 14g -25g akan tetapi begitu sirkulasi terhenti maka penurunan tekanan bola mata menjadi sangat rendah (tidak  sampai mencapai 12g) dan dalam waktu 30 menit akan berkurang menjadi 3g yang kemudian menjadi nol setelah 2 jam kematian. Penurunan tekanan bola mata ini pernah dicoba untuk menentukan perkiraan saat kematian. Dengan berhentinya aliran darah maka  pembuluh darah retina akan mengalami perubahan  yang disebut segmentasi atau ‘trucking’ dan ini terjadi dalam 15 menit pertama setelah kematian. Pada pemeriksaan dalam 2 jam pertama setelah kematian, dapat dilihat retina tampak pucat dan daerah sekitar fundus tampak kuning, demikian pula daerah sekitar makula. Sekitar 6 jam batas fundus menjadi tidak jelas, dan tampak gambaran segmentasi pada pembuluh darah, dengan latar belakang yang berwarna kelabu kekuningan. Gambaran ini mencapai seluruh perifer retina sekitar 7-10 jam. Setelah 12 jam diskus hanya dapat dilihat sebagai titik yang terlokalisasi dengan sisa-sisa pembuluh darah yang

7

Page 8: Wrap Up Medikolegal

bersegmentasi hingga pada akhirnya diskus dan pembuluh darah retina menghilang yang ada hanya makula yang berwarna coklat gelap. Beberapa pengamat menggambarkan perubahan dini posmortem yang terjadi pada retina mempunyai arti yang kecil untuk dihubungkan dengan perkiraan saat mati. Sedangkan Tomlin ( 1967) beranggapan bahwa segmentasi pada retina lebih berindikasi pada kematian serebral daripada penghentian sirkulasi.

1.4 Memahami Tanda Kematian dan Perkiraan Waktu Kematian

Tanda kematian secara garis besar dibagi menjadi tanda kematian tidak pasti ( pasien berkemungkinan hidup) dan tanda kematian pasti yang disebut juga sebagai perubahan paska mati.

Tanda kematian tidak pasti

1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit. 2. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba3. Kulit pucat.

Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah sehingga darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat.Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat menjadi pucat.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi

Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini disebut relaksasi primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada menjadi kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak lebih muda dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila menemukan anus yang mengalami dilatasi harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat hubungan seksual perani/anus corong.

B. Tanda kematian pasti dan perkiraan waktu kematian

1. Livor mortis / lebam mayat

Nama lain livor mortis ini antara lain lebam mayat, post mortem lividity, post mortem hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices. Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi, bukan bagian tubuh mayat yang tertekan oleh alas keras. Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis. Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis

8

Page 9: Wrap Up Medikolegal

(Idries, 1997). Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Juga lebam masih bisa berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-10 jam. Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu :

1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar.

2. Kapiler sebagai bejana berhubungan.

3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun.

4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis.

Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita temukan pada organ dalam tubuh mayat. Masing-masing sesuai dengan posisi mayat. Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat terlentang, dapat kita lihat pada belakang kepala, daun telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari dibawah kuku, dan kadang-kadang di samping leher. Tidak ada lebam yang dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas tempat dasi. Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap, dapat kita lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh, dan ekstensor tungkai. Lebam pada kulit mayat dengan posisi tergantung, dapat kita lihat pada ujung ekstremitas dan genitalia eksterna. Lebam pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang dapat kita temukan pada posterior otak besar, posterior otak kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal ginjal, posterior dinding lambung, dan usus yang dibawah (dalam rongga panggul).

Ada tiga faktor yang mempengaruhi livor mortis yaitu volume darah yang beredar, lamanya darah dalam keadaan cepat cair dan warna lebam. Volume darah yang beredar banyak menyebabkan lebam mayat lebih cepat dan lebih luas terjadi. Sebaliknya lebih lambat dan lebih terbatas penyebarannya pada volume darah yang sedikit, misalnya pada anemia. Ada lima warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian yaitu

(1) warna merah kebiruan merupakan warna normal lebam

(2) warna merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN, atau suhu dingin

(3) warna merah gelap menunjukkan asfiksia

(4) warna biru menunjukkan keracunan nitrit dan

(5) warna coklat menandakan keracunan aniline (Spitz, 1997).

Interpretasi livor mortis dapat diartikan sebagai tanda pasti kematian, tanda memperkirakan saat dan lama kematian, tanda memperkirakan penyebab kematian dan posisi mayat setelah terjadi lebam bukan pada saat mati. Livor mortis harus dapat kita bedakan dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi darah). Warna merah darah akibat trauma akan menempati ruang tertentu dalam jaringan. Warna tersebut akan hilang jika irisan jaringan kita siram dengan air (Mason, 1983).

9

Page 10: Wrap Up Medikolegal

2. Kaku mayat (rigor mortis)

Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer; hal mana disebabkan oleh karena terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot (Gonzales, 1954).

Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang terdapat pada serabut-serabut otot. Menurut Szen-Gyorgyi di dalam pembentukan kaku mayat peranan ATP adalah sangat penting. Seperti diketahui bahwa serabut otot dibentuk oleh dua jenis protein, yaitu aktin dan myosin, dimana kedua jenis protein ini bersama dengan ATP membentuk suatu masa yang lentur dan dapat berkontraksi (gambar II.3). Bila kadar ATP menurun, maka akan terjadi pada perubahan pada akto-miosin, diamana sifat lentur dan kemampuan untuk berkontraksi menghilang sehingga otot yang bersangkutan akan menjadi kaku dan tidak dapat berkontraksi.

Gambar I. Kontraksi otot

Oleh karena kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot itu berbeda-beda, sehingga sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada saat terjadinya kematian somatic, dimana energi tersebut digunakan untuk resintesa ATP, akan menyebabkan adanya perbedaan kadar ATP dalam setiap otot. Keadaan tersebut dapat menerangkan mengapa kaku mayat akan mulai nampak pada jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit. Atas dasar itulah mengapa pada kematian karena infeksi, konvulsi kelelahan fisik serta keadaan suhu keliling yang tinggi akan dapat mempercepat terbentuknya

10

Page 11: Wrap Up Medikolegal

kaku mayat, demikian pula pada mereka yang keadaan gizinya jelek akan lebih cepat terjadi kaku mayat bila dibandingkan dengan korban yang mempunyai tubuh yang baik.

Secara biokimiawi saat relaksasi primer, pH protoplasma sel otot masih alkalis. Perubahan alkalis menjadi asam terjadi 2-6 jam kemudian karena adanya perubahan biokimia, yaitu glikogen menjadi asam sarkolaktik / fosfor. Perubahan protoplasma menjadi asam menyebabkan otot menjadi kaku (rigor). Relaksasi sekunder terjadi setelah ada perubahan biokimia, yaitu asam berubah menjadi alkalis kembali saat terjadi pembusukan.

Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot (gambar II.4), baik otot lurik maupun otot polos. Dan bila terjadi pada otot rangka, maka akan didapatkan suatu kekakuan yang mirip atau menyerupai papan sehingga dibutuhkan cukup tenaga untuk dapat melawan kekakuan tersebut , bila hal ini terjadi otot dapat putus sehingga daerah tersebut tidak mungkin lagi terjadi kaku mayat.

Gambar II. Kaku mayat pada lengan dan leher

Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortem dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam pos mortem, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.

Adanya kejanggalan dari postur pada mayat dimana kaku mayat telah terbentuk dengan posisi sewaktu mayat ditemukan, dapat menjadi petunjuk bahwa pada tubuh korban telah dipindahkan setelah mati. Ini mungkin dimaksudkan untuk menutupi sebab kematian atau cara kematian yang sebenarnya.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kaku mayat :

a. Kondisi otot - Persediaan glikogen

Cepat lambat kaku mayat tergantung persediaan glikogen otot. Pada kondisi tubuh sehat sebelum meninggal, kaku mayat akan lambat dan lama, juga pada orang yang sebelum mati banyak makan karbohidrat, maka kaku mayat akan lambat.

- Gizi Pada mayat dengan kondisi gizi jelek saat mati, kaku mayat akan cepat terjadi.

- Kegiatan Otot

11

Page 12: Wrap Up Medikolegal

Pada orang yang melakukan kegiatan otot sebelum meninggal maka kaku mayat akan terjadi lebih cepat.

b. Usia- Pada orang tua dan anak-anak lebih cepat dan tidak berlangsung lama.- Pada bayi premature tidak terjadi kaku mayat, kaku mayat terjadi pada bayi cukup

bulan.c. Keadaan Lingkungan

- Keadaan kering lebih lambat dari pada panas dan lembab- Pada mayat dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lama.- Pada udara suhu tinggi, kaku mayat terjadi lebih cepat dan singkat, tetapi pada suhu

rendah kaku mayat lebih lambat dan lama.- Kaku mayat tidak terjadi pada suhu dibawah 10oC, kekakuan yang terjadi

pembekuan atau cold stiffening.d. Cara Kematian

- Pada mayat dengan penyakit kronis dan kurus, kuku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak lama.

- Pada mati mendadak, kaku mayat terjadi lebih lambat dan berlangsung lebih lama.

Waktu terjadinya rigor mortis (kaku mayat) :

Kurang dari 3 – 4 jam post mortem : belum terjadi rigor mortis

Lebih dari 3 – 4 jam post mortem : mulai terjadi rigor mortis

Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam setelah kematian

Rigor mortis dipertahankan selama 12 jam

Rigor mortis menghilang 24 – 36 jam post mortem

Terdapat kekakuan pada pada mayat yang menyerupai kaku mayat :

- Cadaveric spasme (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasme sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal.

Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam pada kasus bunuh diri.

- Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tepi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar. Pada saat stiffening serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha, dan lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian.

- Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin (dibawah 3,5oC atau 40oF), sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, bila cairan sendi yang membeku menyebabkan sendi tidak dapat digerakan. Bila sendi di bengkokkan secara paksa maka akan terdengar suara

12

Page 13: Wrap Up Medikolegal

es pecah. Dan mayat yang kaku ini akan menjadi lemas kembali bila diletakkan ditempat yang hangat, kemudian rigor mortis akan terjadi dalam waktu yang sangat singkat.

3. Algor mortis

merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem. Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu mencapai tangga suhu.

Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan suhu tubuh mayat, yaitu :

1. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.

2. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama

penurunan suhu tubuhnya.

3. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

4. Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

5. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat

penurunan suhu tubuh mayat.

6. Aktivitas sebelum meninggal.

7. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu

tubuh tinggi.

8. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

9. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.

Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain : 1. Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu

tubuh mayat.

2. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.

3. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.

4. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.

5. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem

6. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari

suhu, aliran, dan keadaan airnya.

7. Rumus untuk memperkirakan berapa jam sejak mati yaitu (98,40F - suhu

rectal 0F): 1,50F (Gonzales, 1954).

13

Page 14: Wrap Up Medikolegal

5. Pembusukan (Decomposition)

Pembusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. Pembusukan mayat adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii. Bakteri ini menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA. H2S akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang berwarna hijau kehitaman. Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan enzim proteolitik. Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak oleh kita setelah kira-kira 24 jam kematian. Kita akan melihatnya pertama kali berupa warna kehijauan (HbS) di daerah perut kanan bagian bawah yaitu dari sekum (caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau busuk. Ada 17 tanda pembusukan, yaitu wajah dan bibir membengkak, mata menonjol, lidah terjulur, lubang hidung dan mulut mengeluarkan darah, lubang lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid), badan gembung, bulla atau kulit ari terkelupas, aborescent pattern/ marbling yaitu vena superfisialis kulit berwarna kehijauan, pembuluh darah bawah kulit melebar, dinding perut pecah, skrotum atau vulva membengkak, kuku terlepas, rambut terlepas, organ dalam membusuk, dan ditemukannya larva lalat. Organ dalam yang cepat membusuk antara lain otak, lien, lambung, usus, uterus gravid, uterus post partum, dan darah. Organ yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung, ginjal dan diafragma. Organ yang paling lambat membusuk antara lain kelenjar prostat dan uterus non gravid. Larva lalat dapat kita temukan pada mayat kira-kira 36-48 jam pasca kematian. Berguna untuk memperkirakan saat kematian dan penyebab kematian karena keracunan. Saat kematian dapat kita perkirakan dengan cara mengukur panjang larva lalat. Penyebab kematian karena racun dapat kita ketahui dengan cara mengidentifikasi racun dalam larva lalat.

Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan mayat, yaitu : 1. Mikroorganisme. Bakteri pembusuk mempercepat pembusukan.

2. Suhu optimal yaitu 21-370C mempercepat pembusukan.

3. Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.

4. Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan.

5. Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh kurus.

6. Sifat medium. Udara : air : tanah (1:2:8).

7. Keadaan saat mati. Oedem mempercepat pembusukan. Dehidrasi memperlambat

pembusukan.

8. Penyebab kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan. Arsen,

stibium dan asam karbonat memperlambat pembusukan.

9. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami pembusukan.

Pada pembusukan mayat kita juga dapat menginterpretasikan suatu kematian sebagai tanda pasti kematian, untuk menaksir saat kematian, untuk menaksir lama kematian, serta dapat membedakannya dengan bulla intravital (Al-Fatih II, 2007)

14

Page 15: Wrap Up Medikolegal

Adipocere (lilin mayat)

Adipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh karena terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Klostridium welchii, yang berpengaruh terhadap jaringan lemak. Untuk dapat terjadi adipocere dibutuhkan waktu yang lama, sedikitnya beberapa minggu sampai beberapa bulan dan keuntungan adanya adipocere ini, tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang sangat lama sekali, sampai ratusan tahun (Idries, 1997).

Mummifikasi Mummifikasi dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan dengan cepat sehingga dapat menghentikan proses pembusukan. Jaringan akan menjadi gelap, keras dan kering. Pengeringan akan mengakibatkan menyusutnya alat-alat dalam tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lebih kecil dan ringan. Untuk dapat terjadi mummifikasi dibutuhkan waktu yang cukup lama, beberapa minggu sampai beberapa bulan; yang dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat aliran udara (Idries, 1997).

Forensik Entomologi

Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Lalat pemakan bangkai (Zoosaprofag) biasanya digunakan dalam entomologi forensik, untuk penentuan umur suatu mayat karena serangga tersebut sering ditemukan pada mayat, contoh Famili Calliphoridae, Sarcopagidae, Staphilinidae, Histeridae dan Silphidae. Serangga yang tertarik pada mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok: pertama, spesies nekrofagus; yang memakan jaringan tubuh mayat, kedua kelompok predator dan parasit; yang memakan serangga nekrofagus dan kelompok terakhir adalah kelompok spesies omnivore yang memakan baik jaringan tubuh mayat dan juga memakan serangga lain. Dari tiga kelompok ini, kelompok spesies nekrofagus adalah kelompok spesies yang paling penting dalam membantu membuat perkiraan saat kematian. Sejalan dengan proses pembusukan, beberapa generasi serangga dapat menetap pada tubuh mayat. Berbagai faktor seperti derajat pembusukan, penguburan, terendam dalam air, proses mumifikasi dan kondisi geografi dapat menentukan kecepatan kerusakan tubuh mayat, dan berapa tipe serangga dan berapa generasi serangga yang dapat ditemukan.

Lalat adalah serangga yang paling umum diasosiasikan dengan pembusukan.Lalat cenderung menempatkan telurnya dalam orificium tubuh atau pada luka terbuka. Kecenderungan ini kemudian akan mengakibatkan berubahnya bentuk luka dan bahkan hancurnya daerah sekitar luka. Telur lalat umumnya terdeposit pada mayat segera setelah kematian pada siang hari.Bila mayat tidak dipindahkan dan hanya telur yang ditemukan dari mayat, maka dapat diasumsikan bahwa waktu kematian berkisar antara 1 sampai 2 hari.Angka ini sedikit variatif, tergantung pada temperature, kelembapan dan spesies lalat.Setelah menetas, larva berkembang lebih besar hingga akhirnya mencapai tahap pulpa.Tahap ini dapat memakan waktu 6 sampai 10 hari pada kondisi tropis biasa.Lalat dewasa keluar dari pulpa pada 12 sampai 18 hari. Harus diingat bahwa banyak variable yang mempengaruhi perkembangan serangga, karenanya dari opini para penulis, suatu usaha memperkirakan saat kematian dengan menggunakan metode dari entomologi, harus dibantu oleh seorang ahli entomologi medik.

15

Page 16: Wrap Up Medikolegal

Dalam perkembangannya dari telur menjadi dewasa, serangga ada yang menjalani metarmorphosis lengkap dan ada yang menjalani metarorphosis tidak lengkap.Pada metarmorphosis tidak lengkap, versi kecil Dari serangga dewasa menetas dari telur.Serangga bertahap ini secara bertahap matang menjadi bentuk dewasa.Pada metarmorphosis lengkap, serangga menetas dari telur sebagai larva.Larva ini memiliki bentuk yang amat berbeda dengan bentuk dewasanya.Setelah beberapa waktu larva memasuki fase istirahat, yang disebut pupa.Dari pupa serangga keluar sebagai serangga telah terbentuk sesuai anatomi dan histology serangga dewasa.

Gambar III.Metarmorphosis lengkap lalat

Pengosongan Isi Lambung

Banyak para pathologis memperdebatkan penggunaan isi lambung sebagai pengukuran saat mati dan menghubungkannya dengan saat makan terakhir sebelum terjadi kematian. Dasar dari  metode pengosongan lambung sebagai penentuan saat mati adalah bahwa  makanan hampir mempunyai waktu yang sama di lambung sebelum dilepaskan dan masuk kedalam duodenum yang secara fisik sudah diubah oleh asam lambung , yang diukur pada saat makanan itu ditelan. Adelson mengatakan secara fisiologis biasanya makanan ringan meninggalkan lambung dalam 1,5 jam sampai 2 jam sesudah makan, makanan yang jumlahnya sedang membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam untuk meninggalkan lambung, dan untuk makanan berat memerlukan waktu 4 sampai 6 jam sebelum seluruhnya dikeluarkan kedalam duodenum. Makanan biasanya mencapai distal ileum antara 6 sampai 8 jam sesudah makan. Modi memberi batasan 4 sampai 6 jam untuk makan daging dan sayuran dan 6 sampai 7 jam untuk makanan biji-bijian dan kacang-kacangan. Akan tetapi semua nilai-nilai ini adalah sangat bervariasi dari tiap  individu. Metode terbaru dengan menggunakan teknik radioisotop dalam penelitian mengenai pengosongan lambung memperlihatkan hal-hal yang menarik. Bila makanan padat dimakan bersama dengan air maka air akan meninggalkan lambung lebih cepat terlepas dari sifat atau kandungan kalori dari bagian yang padat. Akan tetapi cairan yang mengandung kalori ternyata tinggal lebih lama dalam lambung.13

Pengalaman menunjukan bahwa waktu pengosongan lambung ini tidaklah konstan, waktu pengosongan lambung yang lama  tidak hanya disebabkan oleh penyakit dalam saluran cerna saja tetapi juga oleh faktor-faktor psikologis atau trauma fisik terutama yang mengenai kepala.

16

Page 17: Wrap Up Medikolegal

Pertumbuhan Rambut

Pengetahuan mengenai rata-rata tumbuh rambut mula memberi petunjuk dalam membuat perkiraan kapan saat cukur terakhir.Sejak rambut berhenti pertumbuhannya pada saat kematian maka panjang dari jenggot mayat mungkin dapat menjadi pemikiran tentang lamanya waktu antara kematian dan cukur terakhir. Gonzales dkk, pada tahun 1954 mengatakan rata-rata pertumbuhan rambut adalah 0,4 mm/hari, sedangkan Balthazard seperti yang dikutip oleh Derobert dan Le Breton tahun 1951 mengatakan rata-rata pertumbuhan rambut adalah 0,5 mm/hari, dan menurut Glaister pada tahun 1973 adalah 1-3 mm/minggu, akan tetapi pada tiap2 individu mempunyai perbedaan dalam rata pertumbuhan dalam area yang sama, juga variasi rata-rata dari satu tempat ke tempat lain di muka dan juga berbeda dari satu individu ke individu yang lain. Selain itu variasi musim atau iklim mempengaruhi metabolisme dari tubuh itu sendiri. Pada pria rata-rata pertumbuhan rambut pipi adalah 0,25 mm/hari dalam bulan agustus-oktober di antartica, akan tetapi pada temperatur iklim di Lautan Pasifik dalm bulan April adalah 0,325 mm.Pertumbuhan panjang jenggot diukur dengan mencukur mayat, dan diletakkannya di atntara slide dan gelas objek yang kemudian diukur dibawah mikroskop 80% dari rambut-rambut ini aka menunjukkan panjang yang sama.Observasi terhadap bpertumbuhan rambut jenggot dalam menentukan saat mati harus dilakukan dalam 24 jam pertama sesudah kematian karena sesuadah ini kulit akan mengkerut dan ini akan menyebabkan rambut akan lebih menonjol di atas permukaan dalam 48 jam setelah kematian, fenomena ini yang sering dikira bahwa rambut masih terus tumbuh setelah kematian.

TULANG

Gambaran FisikTulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang melekat pada tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi.Periosteum kelihatan berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin masih ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak pada tulang adalah berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan, dimana tulang terletak. Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan tulang rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat dikubur pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat bertahan sampai beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada tempat yang terbuka biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama, walaupun tendon dan periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun atau lebih.Secara kasar perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang seperti :

1. Dari Bau Tulang Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5 bulan.Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.

2. Warna Tulang Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan kematian kurang dari 7 bulan.Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan diperkirakan kematian lebih dari 7 bulan.

3. Kekompakan Kepadatan Tulang

17

Page 18: Wrap Up Medikolegal

Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin masih dapat dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan dan keadaan permukaan tulang.Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori, diperkirakan kematian kurang dari 1 tahun.Bila tulang telah mempunyai pori-pori yang merata dan rapuh diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun.

Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang dalam jangka waktu tertentu misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai puluhan tahun jika disimpan dalam ruangan.Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua. Tulang-tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang panjang seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan memudahkan tulang tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma, maka gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar cahaya matahari dan elemen lain. Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya kelihatan pertama sekali pada ujung tulang-tulang panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi, seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha.Hal ini sering karena lapisan luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang dibandingkan dengan di bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari luar. Kejadian ini terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi jika tulang tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari.

Tes Fisika

Seperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra violet dapat menjadi suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang dipotong melintang, kemudian diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra violet, tulang-tulang yang masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan pada tempat pemotongan. Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak berfluorosensi sampai ke bagian tengah. Dengan pengamatan yang baik akan terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum tulang. Jalan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka semua permukaan pemotongan menjadi tidak berfluoresensi. Waktu untuk terjadinya proses ini berubah-ubah, tetapi diperkirakan efek fluoresensi ultra violet akan hilang dengan sempurna kira-kira 100 -150 tahun. Tes fisika yang lain adalah pengukuran kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara ultra sonik dan pengamatan terhadap sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada kondisi tertentu. Semua kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma organik dan pembentukan dari kalsifikasi tulang seperti pengeroposannya.14

18

Page 19: Wrap Up Medikolegal

Garnba IV : a. Tulang berumur 3 -80 tahun. Kelihatan permukaan pemotongan tulang meman carkan warna perak kebiruan pada seluruh pemotongan.

b. Setelah satu abad atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat sumsum tulang.

c. Sebelum fluoresensi menghilang dengan sempurna pada abad berikutnya.

Tes Serologi

Tes yang positif pada pemeriksaan hemoglobin yang dijumpai pada pemeriksaan permukaan tulang ataupun pada serbuk tulang, mungkin akan memberikan pernyataan yang berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada kepekaan dari tehnik yang dilakukan. penggunaan metode cairan peroksida yang hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian sekitar 100 tahun. Aktifitas serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di daerah berhawa panas.

Pemeriksaan dengan memakai reaksi Benzidin dimana dipakai campuran Benzidin peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika reaksi positif menyingkirkan bahwa tulang masih baru.Reaksi positif, diperkirakan umur tulang saat kematian sampai 150 tahun. Reaksi ini dapat dipakai pada tulang yang masih utuh ataupun pada tulang yang telah

19

Page 20: Wrap Up Medikolegal

menjadi serbuk. Aktifitas Immunologik ditentukan dengan metode gel difusion technique dengan anti human serum. Serbuk tulang yang diolesi dengan amoniak yang konsentrasinnya rendah, mungkin akan memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti reagen coombs, lama kematian kira-kira 5–10 tahun, dan ini dipengaruhi kondisi lingkungan.

Tes Kimia

Tes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara mengukur pengurangan jumlah protein dan nitrogen tulang. Tulang-tulang yang baru mengandung kira-kira 4,5 % nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat. Jika pada pemeriksaan tulang mengandung lebih dari 4 % nitrogen, diperkirakan bahwa lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung kurang dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain menyatakan jika nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur tulang saat kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun.

Inti protein dapat dianalisa, dengan metode Autoanalisa ataupun dengan Cromatografi dua dimensi. Tulang segar mengandung kira-kira 15 asam amino, terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin adalah yang terutama.Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan tanda yang spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang.Jika pada pemeriksaan Fralin dan Hidroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar 50 tahun.Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat kematian kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah beratus tahun, sehingga jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan hanya mengandung 4 atau 5 asam amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa Glisin akan tetap bertahan sampai masa 1000 tahun. Bila umur saat kematian kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7 jenis asam amino atau lebih.

20

Page 21: Wrap Up Medikolegal

2.Memahami dan Menjelaskan Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide)

2.1 Definisi dan Sanksi Pidana pada Kasus Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide)

DEFINISIInfanticide atau pembunuhan anak adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan anak.

Dengan demikian berdasarkan pengertian di atas, persyaratan yang harus dipenuhi dalam

kasus pembunuhan anak (infanticide) yaitu:

1. Pelaku adalah ibu kandung

2. Korban adalah anak kandung

3. Alasan melakukan tindakan tersebut yaitu takut ketahuan telah melahirkan anak

4. Waktu pembunuhan yaitu tepat pada waktu melahirkan atau beberapa saat setelah

melahirkan.

Untuk itu dengan adanya batasan yang tegas tersebut maka suatu pembunuhan yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai pembunuhan anak (infanticide), malainkan suatu pembunuhan biasa (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007).

Sanksi Hukum Infanticide

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa

orang. Adapun bunyi pasalnya yaitu:

Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat

anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,

diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut

akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama

kemudian merampas nyawa anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling

lama sembilan tahun.

Pasal 343. Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang diterangkan

dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan berencana.

21

Page 22: Wrap Up Medikolegal

Berdasarkan undang-undang tersebut kita dapat melihat adanya tiga faktor penting

yaitu:

Ibu yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan

anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ibu telah menikah atau tidak, sedangkan bagi

orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena

pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat yaitu 15

tahun penjara (pasal 338 pembunuhan tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur

hidup/hukuman mati ( pasal 339 dan 340, pembunuhan dengan rencana).

Waktu yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat,

tetapi hanya dinyatakan “ pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian “. Sehingga

boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap

anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan

bukan membunuh anaknya.

Psikis yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan

diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dilahirkan tersebut

didapatkan dari hubungan tidak sah.

Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat sampah,

got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak

sendiri (pasal 341, 342) pembunuhan (pasal 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang

(pasal 181) atau bayi yang ditelantarkan sampai mati (pasal 308) (Budiyanto et al.,1997).

2.2 Prosedur Investigasi kasus Pembunuhan pada anak (Infanticide)

Sebelum dilakukan pemeriksaan pada otopsi penting untuk mengetahui batasan – batasan kasus pembunuhan, sehingga dapat dibedakan dari kematian alami. Untuk itu sebaiknya investigasi mencakup hal hal sebagai berikut:

1. Apakah bayi sudah mampu hidup diluar kandungan ibu (viable) atau belum (non viable)?

2. Umur bayi dalam kandungan, prematur? Matur? Atau postmatur?

3. Sudah bernafas (lahir hidup) atau belum (lahir mati)?

4. Apakah bayi baru dilahirkan dan belum dirawat?

22

Page 23: Wrap Up Medikolegal

5. Bila terbukti lahir hidup dan telah dirawat, berapa jam/hari umur bayi tersebut (umur setelah dilahirkan)?

6. Adakah tanda-tanda kekerasan?

7. Bila terbukti lahir hidup, apakah sebab matinya?

8. Bila terbukti lahir mati, apakah sebab kelahiran matinya?

Viabilitas

Syaratnya yaitu:

Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan

Panjang badan ≥ 35 cm

Berat badan ≥ 2500 gram

Tidak ada cacat bawaan yang berat

Lingkaran frontoocipital ≥ 32 cm

Penentuan umur bayi

berdasarkan panjang badan (rumus Haase)

pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, tinggi badan, berat badan

ujung-ujung jari

keadaan genitalia eksterna

pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (os femur) mempunyai

arti yang cukup penting. Bagian distal os femur serta proksimal os tibia akan

menunjukkan pusat penulangan pada umur kehamilan 36 minggu, demikian

juga pada os cuboideum dan os cuneiform, sedangkan os talus dan calcaneus

pusat penulangan akan tampak pada umur kehamilan 28 minggu.

Lahir hidup atau lahir mati

Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang

lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain tanpa

mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.

Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau

dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah

kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak

bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung, denyut nadi

tali pusat atau gerakan otot rangka (Budiyanto et al.,1997).

Adapun tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan yaitu :

23

Page 24: Wrap Up Medikolegal

Pernapasan

o Paru mengembang

o Udara dalam lambung atau usus

Menangis

Pergerakan otot

Sirkulasi darah dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin

Isi usus

Keadaan tali pusat

(Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007)

1. Pernapasan

Pernapasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi

plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru.

a. Uji Apung Paru

Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru

tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan

histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.

Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan

pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak palatum

mole.Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan

palatum durum.Faring, laring, esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang

belakang.Esofagus bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang.

Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau

benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya

udara ke dalam paru.

Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah

dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan.Kemudian esophagus diikat di atas

diafragma dan dipotong di atas ikatan.Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke

dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil meragukan.

Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke

dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan

dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah mengapung atau

tenggelam.Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah

24

Page 25: Wrap Up Medikolegal

mengapung atau tenggelam.Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke

dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.

Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena

kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara

dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk

mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan

kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam. Bila masih

mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar. Namun, terkadang dengan

penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah dan

udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.

Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat

kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial respiration) yang dapat bersifat buatan

atau alamiah (vagitus uternus atau vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah bernapas walaupun

kepala masih dalam uterus atau dalam vagina).

Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi

dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut,

sehingga udara dalam alveoli diresorpsi.Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik

paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup.

Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya,

sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.

b. Mikroskopik paru-paru

Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan

larutan formalin 10 %. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan cairan

fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian

dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan perwarnaan HE dan bila paru telah

membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.

Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernapas, tetapi

merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk

paru janin belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection) yang berbentuk seperti bantal

(cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga akan

tampak seperti gada (club like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang

berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernapas yang sudah membusuk dengan

perwarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding

25

Page 26: Wrap Up Medikolegal

alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di

bawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka

(open loops).

Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion

yang luas karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio

plasenta sehingga terjadi pernapasan janin prematur (intrauterine submersion). Tampak sel-

sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti

piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang. Juga

tampak sel-sel amnion bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik

dengan batas yang juga tidak jelas.

Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat

dalam bronkioli dan alveoli.kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus

yang merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.

Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya

kehidupaan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau

tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenitasl yang fatal

seperti anensefalus (Budiyanto et al.,1997).

Adapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru yaitu (Apuranto, H. dan

Hoediyanto, 2007):

N Paru belum bernapas Paru sudah bernapas

1

.

Volume kecil, kolaps, menempel

pada vertebra, konsistensi padat,

tidak ada krepitasi

Volume 4-6x lebih besar, sebagian menutupi

jantung, konsistensi seperti karet busa (ada

krepitasi)

2

.

Tepi paru tajam Tepi paru tumpul

3

.

Warna homogen, merah

kebiruan/ungu

Warna merah muda

4

.

Kalau diperas di bawah permukaan

air tidak keluar gelembung gas atau

bila sudah ada pembusukan

gelembungnya besar dan tidak rata.

Gelembung gas yang keluar halus dan rata

ukurannya.

5

.

Tidak tampak alveoli yang

berkembang pada permukaan

Tampak alveoli, kadang-kadang terpisah

sendiri

26

Page 27: Wrap Up Medikolegal

6

.

Kalau diperas hanya keluar darah

sedikit dan tidak berbuih (kecuali

bila sudah ada pembusukan)

Bila diperas keluar banyak darah berbuih

walaupun belum ada pembusukan (volume

darah dua kali volume sebelum napas.

7

.

Berat paru kurang lebih 1/70 BB Berat paru kurang lebih 1/35 BB

8

.

Seluruh bagian paru tenggelam

dalam air

Bagian-bagian paru yang mengembang

terapung dalam air.

2. Menangis

Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa

bernapas.Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara

tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam vagina. Yang merangsang bayi menangis

dalam uterus adalah masuknya udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah

menurun dan atau kadar CO2 dalam darah meningkat.

3. Pergerakan Otot

Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat

dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun

yang lahir mati.

4. Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin

Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada

saksi mata) dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan

dalam duktus arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena

umbilicalis yang langsung masuk vena cava inferior).

Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada bayi yang

sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup.Foramen ovale

tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa

minggu).Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24

jam) Duktus venosus menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.

5. Isi Usus dan Lambung

27

Page 28: Wrap Up Medikolegal

Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat

reflek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup).Udara dalam lambung

dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan, atau tertelan.Keadaan-

keadaan tersebut tidak dapat dibedakan.Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat,

dikeluarkan bersama lambung yang diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian

dimasukkan ke dalam air.makin jauh udara usus masuk dalam usus, makin kuat dugaan

adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya

dari usus besar.

6. Keadaan Tali Pusat

Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut

tali pusat setelah kelahiran.Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata.Kedua,

pengeringan tali pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu di putus (secara

tajam atau tumpul).

7. Keadaan Kulit

Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah

bayi lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak

lahir hidup yaitu maceration, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati in utero beberapa

hari (8-10 hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi

tidak terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu

dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.

Bukti kematian dalam kandungan:

Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu

melahirkan

Meceration, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:

o Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau)

o Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan

o Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak

o Tidak ada gas, baunya khas

o Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam

kandungan

(Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007):

28

Page 29: Wrap Up Medikolegal

Usia Pada Bayi Lahir Hidup

Apabila bayi tersebut sudah pernah bernafas atau lahir hidup, untuk mengetahui sudah berapa

lama bayi tersebut hidup sebelum dibunuh dengan memperhatikan kulit, kepala dan

umbilicus mayat tersebut.

Pada bayi yang baru lahir, warna kulit merah terang. Adanya vernix caseosa pada ketiak, sela

paha dan leher. Vernix akan menghilang setelah dua hari lalu kulit menjadi gelap dan

menjadi normal kembali.

Setelah 1 minggu, kulit akan mengelupas, terutama di bagian abdomen kulit akan mengelupas

setelah 3 hari. Caput succedaneum akan menghilang setelah 24 jam sampai 2 – 3 hari setelah

dilahirkan. Setelah 2 jam kelahiran, terdapat bekuan darah pada ujung pemotongan tali pusat.

Dua belas jam kemudian akan mengering. Setelah 36 – 48 jam terbentuk cincin peradangan

pada pangkal tali pusat. Tali pusat mengering setelah 2 – 3 hari. Enam sampai tujuh hari tali

pusat akan lepas membentuk cicatriks. Tali pusat akan sembuh sempurna lebih kurang 15

hari.

Feses bayi juga dapat membantu menentukan sudah berapa lama bayi hidup. Feses bayi yang

baru lahir disebut meconium, biasa dikeluarkan dari usus setelah 24 – 28 jam, tetapi kadang

kala bisa lebih lama.

Tanda Perawatan

Penentuan ada tidaknya tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus

pembunuhan anak, oleh karena dapat diduga apakah kasus yang dihadapi memang benar

kasus pembunuhan anak seperti dimaksud dalam undang-undang, atau menjadi kasus lain

yang ancaman hukumannya berbeda.

Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui

dari tanda-tanda sebagai berikut:

tubuh masih berlumuran darah

ari-ari (plasenta) masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan dengan

pusat (umbilicus)

bila ari-ari tidak ada, maka ujung talli pusat tampak tidak beraturan, hal ini dapat

diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air

29

Page 30: Wrap Up Medikolegal

adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah yang

mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat paha dan bagian

belakang bokong.

Penyebab Kematian Bayi

Penyebab kematian bayi dapat diketahui bila dilakukan autopsi, dari autopsi tersebut dapat

ditentukan apakah bayi tersebut lahir mati, mati secara almiah, akibat kecelakaan atau akibat

pembunuhan.

Penyebab kematian alamiah antara lain:

Prematuritas.

Kelainan kongenital, misalnya: sifilis, jantung.

Perdarahan / trauma lahir.

Kelainan bentuk / anatomi, misalnya: anecephalus.

Kelainan plasenta, misalnya: plasenta previa.

Erythroblastosis foetalis dan lain-lain.

Penyebab kematian akibat kecelakaan dapat terjadi di waktu lahir atau sesudah lahir. Pada

waktu proses kelahiran, kematian dapat terjadi karena partus yang lama, prolaps tali pusat,

terlilitnya tali pusat. Beberapa saat sebelum dilahirkan, misalnya: trauma pada perut ibu

hamil akibat tersepak, jatuh dari tempat yang tinggi, dan lain-lain.

Kematian yang diakibatkan oleh tindakan kriminal atau pembunuhan, dilakukan dengan

mempergunakan kekerasan atau memberi racun terhadap bayi tersebut. Cara yang digunakan

untuk membunuh anak antara lain:

Pembekapan, menutup hidung dan mulut dengan telapak tangan, menekan dengan

bantal, selimut dan lain-lain.

Penekanan dada, sehingga mengganggu pergerakan pernafasan.

Dengan menjerat leher bayi (strangulasi). Kadang-kadang dengan memakai tali pusat.

Dengan menenggelamkan bayi.

Menusuk fontanella, epicanthus mata, ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, jantung,

sumsum tulang dengan menggunakan jarum atau peniti.

Memukul kepala bayi atau melintir kepala bayi.

Memberi obat-obatan, seperti: opium, arsen dan lain-lain misalnya dengan

mengoleskan opium di sekitar putting susu, lalu diisap oleh bayi tersebut.

Begitu bayi lahir, dibungkus dan dimasukkan ke dalam kotak kemudian dibuang.

30

Page 31: Wrap Up Medikolegal

Cara atau metode yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan pembunuhan anak adalah

cara atau metode yang menimbulkan mati lemas (asfiksia) seperti: penjeratan, pencekikan

dan pembekapan serta pembenaman ke dalam air. Adapun cara atau metode yang lain seperti

menusuk atau memotong serta melakukan kekerasan dengan benda tumpul relatif lebih jarang

dijumpai.

Dengan demikian pada kasus yang diduga merupakan kasus pembunuhan anak, yang harus

diperhatikan adalah:

¨       Adanya tanda-tanda mati lemas: sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari, bintik-bintik

perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta jaringan longgar lainnya,

lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus berwarna putih atau putih kemerahan yang

keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam.

¨       Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan dibibir atau sekitarnya yang

tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan

gusi, serta adanya benda-benda asing seperti gumpalan kertas koran atau kain yang mengisi

rongga mulut.

¨       Keadaan di daerah leher dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan yang melingkari

sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat sebagai akibat tekanan yang

ditimbulkan oleh alat penjerat yang dipergunakan, adanya luka-luka lecet kecil-kecil yang

seringkali berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh tekanan dari ujung kuku si-pencekik,

adanya luka-luka lecet dan memar yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat tekanan

yang ditimbulkan oleh ujung-ujung jari si-pencekik.

¨       Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian tubuh

lainnya, dimana menurut literatur ada satu metode yang dapat dikatakan khas yaitu tusukan

benda tajam pada langit-langit sampai menembus ke rongga tengkorak yang dikenal dengan

nama “tusukan bidadari”.

¨       Adanya tanda-tanda terendam seperti: tubuh yang basah dan berlumpur, telapak tangan

dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer woman`s hand), kulit yang berbintil-bintil

(cutis anserina) seperti kulit angsa, serta adanya benda-benda asing terutama di dalam

saluran pernafasan (trakhea), yang dapat berbentuk pasir, lumpur, tumbuhan air atau binatang

air.

31

Page 32: Wrap Up Medikolegal

Pemeriksaan terhadap Ibu

1. Tanda telah melahirkan anak

Robekan baru pada alat kelamin

ostium uteri dapat dilewati ujung jari

keluar darah dari rahim

ukuran rahim saat post partum setinggi pusat,

6-7 hari post partum setinggi tulang kemaluan

payudara mengeluarkan air susu

hiperpigmentasi aerola mamma

striae gravidarum dari warna merah menjadi putih

2. Berapa lama telah melahirkan

ukuran rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu

getah nifas : 1-3 hari post partum berwarna merah

4-9 hari post partum berwarna putih

10-14 hari post partum getah nifas habis

robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari

3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus

robekan pada alat kelamin

inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar, lebih-

lebih bila tali pusat pendek

robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada tempat

lekat tali pusat. Robekan ini harus tumpul dibuktikan dengan pemeriksaan

histopatologis

luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala,

perdarahan di dalam tengkorak

4. Pemeriksaan golongan darah

5. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasa dari rahim

32

Page 33: Wrap Up Medikolegal

3.Memahami dan Menjelaskan Investigasi Kasus Perkosaan

3.1 Definisi Kasus Perkosaan

Perkosaan adalah persetubuhan diluar nikah dengan kekerasan atau dibawah ancaman

kekerasan 12 th(ps 285).

UU perlindungan anak

UU HAM no 26/2000

UU KDRT no 23/2004

tiga elemen yang penting kasus perkosaan

– masuknya penis ke vagina / melewati labia minor sesedikit apapun

– tanpa adanya kesepakatan dari korban

– menggunakan paksaan atau ancaman

3.2 Prosedur Investigasi Kasus Perkosaan

Dokter akan mengambil kesempatan untuk memperhatikan gaya berjalan korban ketika

memasuki ruangan pemeriksaan atau dengan tes spesifik. Dokter akan memperhatikan gerak-

gerik secara umum dan kebiasaan tubuh. Apakah ketika berjalan akan terasa sakit yang

disebabkan oleh luka pada alat kelamin? Apakah korban merasa gembira, menderita, atau jika

merasa terganggu, sebagai konsekwensi dari keadaan setelah baru saja diperkosa? Apakah dia

adalah wanita lemah atau sehat fisiknya, dan perlawanan macam apa yang bisa dia lakukan?

33

Page 34: Wrap Up Medikolegal

Pengumpulan spesimen merupakan hal yang penting. Akan lebih baik bila disiapkan

perlengkapan untuk mengumpulkan dan menyimpan barang bukti.

Rape Kit

•          Formulir rangkaian pemeriksaan barang bukti

•          Formulir pemeriksaan dokter

•          Amplop2 penyimpan barang bukti

•          Sisir untuk rambut pubis

•          Gunting untuk rambut pubis

•          Tabung pengambilan darah

•          Kertas saring untuk pengambilan saliva

•          Lidi kapas dan tabung untuk pengambilan spesimen swab vagina, anus, dan oral

•          Tabung kultur

•          Slide mikroskop

•          Label

•          Checklist

Waktu dan tanggal ketika dilakukan pemeriksaan haruslah dicatat, karena interval antara

pemeriksaan dan peristiwa kejadian akan dijadikan bahan. Interval seterusnya akan

memerlukan penjelasan, dan yang paling penting adalah dokter, akan mengeluarkan

surat izin pemeriksaan yang menjelaskan jika ada tanda-tanda pemerkosaan. Hasil

negatif pada orang dewasa didapatkan jika pemeriksaan dilakukan setelah lewat

beberapa hari, wanita yang telah menikah atau jika dia sudah terbiasa melakukan

hubungan seksual.

Mulai dengan proses informed consent

prosedur ketika akan melakukan pemeriksaan pada korban akibat pemerkosaan.Izin pemeriksaan adalah hal pertama yang harus didapatkan dari wanita atau jika anak kecil, dari orang tuanya atau yang menemaninya. Pemeriksaan seharusnya dilakukan pada ruangan tertutup Almarhum W. H. Grace merekomendasikan agar korban diberikan tempat duduk yang paling nyaman, jika dia tidak merasa gelisah, maka keaslian dari segala keluhannya patut dicurigai.

Informasi:

• Manfaat pemeriksaan

• Prosedur yg akan dilakukan

• Penyelidikan lanjutan yg diperlukan dan tujuannya

34

Page 35: Wrap Up Medikolegal

Consent :

• Oleh ybs atau keluarga terdekat (“proxy consent” hanya boleh bila ybs tak

mampu memberikannya)

Anamnesis

Ketika korban ditemani oleh orang tua atau kawan, dokter seharusnya pertama kali mendapatkan informasi dari sebelumnya, terpisah dari sang korban, selanjutnya dokter mendengarkan penjelasan dan cerita dari sang korban dan kedua penjelasan tersebut seharusnya direkam secara detail. Pertanyaan yang lebih spesifik akan diberikan kepada kedua sumber tersebut, sehingga akan memberikan data personal dari sang korban, seperti nama, umur dan status, tanggal dan jam terjadinya insiden, rincian kejadian sepanjang kejadian, posisi dari semua orang dalam lokasi kejadian, langkah yang diambil korban untuk menolak penyerangan, dan apakah dia kehilangan kesadaran saat kejadian. Adalah sangat penting untuk mengetahui apakah pada saat kejadian sang korban sedang mengalami masa haid.

Anamnesis terdiri atas bagian yang sifatnya umum dan yang sifatnya khusus.a. Umum

Umur, tanggal lahir Status perkawinan Haid: siklus haid, haid terakhir Penyakit kelamin dan penyakit kandungan Penyakit lain Apakah pernah bersetubuh, kapan persetubuhan terakhir, apakah

menggunakan kondom.

b. Khusus Waktu kejadian

Kalau antara kejadian dan dilaporkannya kejadian pada berwajib terpisah beberapa hari atau minggu, orang sudah dapat mengira bahwa peristiwa itu bukan peristiwa perkosaan, tetapi persetubuhan yang pada dasarnya telah disetujui oleh perempuan yang bersangkutan.

Dimana terjadinya Informasi ini dapat memberi petunjuk dalam pencarian trace evidence

yang berasal dari tempat kejadian. Apakah korban melawan

Jika korban mengadakan perlawanan, pada pakaian mungkin didapatkan robekan, dan pada tubuh korban mungkin ditemukan tanda-tanda kekerasan. Nail scrapping (goresan kuku) menunjukkan adanya sel-sel epitel dan darah yang berasal dari penyerang. Pada penyerang mungkin dapat ditemukan tanda-tanda bekas dilawan.

Apakah korban pingsan Ada kemungkinan korban menjadi pingsan karena ketakutan, tetapi

mungkin juga korban dibuat pingsan oleh pelaku dengan pemberian obat-obatan. Dalam hal ini pengambilan sampel urin dan darah untuk pemeriksaan toksikologi wajib dilakukan.

Apakah telah terjadi penetrasi dan ejakulasi

35

Page 36: Wrap Up Medikolegal

Apakah setelah kejadian korban mencuci, mandi, dan mengganti pakaian.(2) Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan pakaian Pakaian dalam keadaan rapi atau tidak. Helai demi helai diteliti apakah

terdapat robekan: baru atau lama, sepanjang jahitan, atau melintang pada bahan pakaian, kancing putus, bercak darah, air mani, lumpur, dan sebagainya, benda-benda yang menempel. Pakaian yang mengandung trace evidence dikirim ke laboratorium kriminologi untuk diperiksa lebih lanjut.

b. Pemeriksaan badan 1) Umum

Lukisan rupanya (rambut, wajah) rapi atau kusut. Keadaan emosi: tenang, sedih, gelisah, dan sebagainya. Adakah tanda-tanda bekas hilang kesadaran atau tanda-tanda bekas

berada di bawah pengaruh alkohol, obat tidur, atau obat bius. Apakah ada tanda-tanda needle mark, bila ada maka merupakan indikasi

untuk mengambil sampel darah dan urin. Adakah tanda-tanda bekas kekerasan. Memar atau luka lecet pada daerah

mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam, punggung. Adakah trace evidence yang menempel pada tubuh

a) Perkembangan alat seks sekunderb) Pupilc) Tekanan darah, kor, pulmo, abdomen, refleks

2) Khusus (pemeriksaan daerah genital) Adakah rambut kemaluan yang melekat menjadi satu karena air mani

yang mengering. Bila ada, rambut tadi digunting untuk diperiksa. Adakah bercak air mani di sekitar alat kelamin. Bila ada, hapus dengan

lidi berkapas yang dibasahi larutan garam fisiologis. Pada vulva teliti adanya tanda bekas kekerasan seperti hiperemi, edema,

memar, dan luka lecet. Periksa jenis selaput dara, adakah ruptur atau tidak. Bila ada, tentukan

ruptur lama atau baru dan catat lokasi ruptur tersebut, teliti apakah sampai insertio atau tidak. Tentukan besar orifisium.

Periksa frenulum labiorum pudendi dan comissura labiorum posterior utuh atau tidak.

Periksa vagina dan spekulum bila keadaan alat genital memungkinkan : periksa tanda-tanda adanya penyakit kelamin dan periksa tanda-tanda kehamilan.

(3) Pemeriksaan laboratorium cairan vagina Sebelum dilakukan pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pengambilan

sampel. Sampel didapat dari cairan vagina untuk pemeriksaan air mani dan sekret uretra untuk pemeriksaan penyakit kelamin. Cairan vagina disedot dengan pipet Pasteur, atau diambil dengan ose. Pada anak-anak, atau jika selaput dara utuh sebaiknya pengambilan bahan dibatasi sampai vestibulum. a. Penentuan spermatozoa

Tanpa pewarnaan Setetes cairan vagina diletakkan di atas kaca benda dan diperiksa

dengan pembesaran 500x dengan kondensor diturunkan. Perhatikan apakah spermatozoa bergerak.Dapat diambil sebagai patokan bahwa spermatozoa masih bergerak kira-kira 4 jam postkoital.

Dengan pewarnaan

36

Page 37: Wrap Up Medikolegal

Buat sediaan apus dari cairan vagina pada kaca benda, keringkan di udara, fiksasi dengan api, warnai dengan Malachite-green 1% dalam air, tunggu 10- 15 menit, cuci dengan air, warnai dengan eosin-yellowish 1% dalam air, tunggu 1 menit, cuci dengan air, keringkan dan diperikasa di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah bagian basis kepala sperma berwarna ungu, bagian hidung berwarna merah muda.

b. Penentuan cairan mani Reaksi asam fosfatase

Cairan mani menunjukkan aktitifitas enzim fosfatase yang tinggi, rata-rata 2500 unit K.A., sedangkan dalam sekret vagina, setelah 8 hari abstinensia seksualis, ditemukan 0-6 unit. Sebagai reagen digunakan brentamin fast blue b yang dilarutkan di dalam larutan buffer yang telah ditambah sodium a-naphtyl fosfat. Enzim asam fosfatase menghidrolisis a-naphty fosfat; a-naphtol yang telah dibebaskan bereaksi dengan brentamine di atas kertas saring, disemprot dengan reagen, ditentukan dalam berapa detik warna violet timbul (reaction time). Davis dan Wilson menyatakan bahwa bila waktu reaksi kurang dari 30 detik dapat dianggap indikasi baik dan adanya cairan mani, jika kurang dari 65 detik dapat dianggap sebagai indikasi cukup, tetapi masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan elektroforetik. Waktu reaksi yang lebih dari 65 detik belum dapat menyingkirkan sepenuhnya adanya cairan mani, karena pernah ditemukan waktu reaksi yang lebih dari 65 detik, tetapi spermatozoa ditemukan.

Tes Florence Cairan vagina ditetesi larutan yodium. Kristal yang terbentuk diamati

di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan tampak kristal-kristal kholin-peryodida tampak berbentuk jarum-jarum yang berwarna coklat.

Tes Berberio Cairan vagina ditetesi larutan asam pikrat, kemudian kristal yang

terbentuk diamati di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya kristal-kristal spermin pikrat berbentuk rhombik atau jarum kompas yang berwarna kuning kehijauan.

Elektroimmunodifusi Digunakan serum anti air mani manusia. Selain spesifik terhadap

antigen manusia, serum ini juga mengandung zat anti terhadap enzim fosfatase. Apabila serum ini direaksikan dengan air mani akan terbentuk enzim antibodi kompleks yang ternyata masih memiliki sifat enzimatik dan dapat dinyatakan dengan reagen asam phospatase. Sebagai medium digunakan plat agar yang mengandung serum anti dalam konsentrasi kecil.

Elektroforetik Digunakan plat akrilamide, dikembangkan dalam suatu larutan buffer

pH 3 dan dilihat di bawah sinar ultraviolet. Asam fosfatese seminal bergerak sejauh 4 cm dan asam fosfatase vaginal sejauh 3 cm.

(4) Pemeriksaan air mani yang terdapat pada pakaian a. Visual

Tampak sebagai bercak yang berbatas jelas dan lebih gelap dari sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna sedikit kekuning-kuningan. Pada bahan sutera atau nilon batasnya sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap dari sekitarnya.

b. Sinar ultraviolet

37

Page 38: Wrap Up Medikolegal

Menunjukkan flouresensi putih. Apa yang menyebabkan hal ini tidak diketahui. Cara ini kurang memuaskan. Bercak air mani pada sutera buatan, nilon, biasanya tidak memberikan flourosensi. Bahan makanan, urine, sekret vagina juga sering menimbulkan flourosensi.

c. Taktil Diraba dengan jari-jari tangan terasa kaku seperti cairan kanji yang tidak

menyerap. Bila diraba permukaan bercak terasa kasar. d. Penapisan dengan reagen asam fosfatase

Selembar kertas saring yang dibasahi dengan aqua destilata dilekatkan di atas pakaian atau sprei yang diperiksa. Setelah 5-10 menit kertas saring diangkat, didiamkan sampai hampir kering dan disemprot dengan reagen. jika terbentuk bercak violet, kertas saring diletakkan kembali di atas bahan sesuai dengan letaknya semula. Dengan demikian letak bercak mani pada bahan dapat dilokasi.

e. Pencairan spermatozoa Konsentrasi spermatozoa yang terbesar terdapat di bagian sentral dari

bercak. Dari bagian itu diambil sebagian kecil, dipulas dengan pewarnaan Baeechi. Bahan dipulas selama 2 menit, dicuci di dalam HCl 1%, dihidrasi dalam alkohol 70%, 80%, dan 95-100%, dan dijernihkan dengan xilol. Kemudian dikeringkan dengan meletakkannya di atas kertas saring. Dengan jarum preparir atau jarum suntik diambil sehelai atau dua benang, diletakkan di atas kaca mikroskopik dan diurai sampai menjadi serabut-serabut. Ditutup dengan balsem Kanada dan diperiksa dengan pembesaran 500x.

Pemeriksaan DNA

Pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey pada tahun 1985. Beliau menemukan bahwa pita DNA dari setiap individu dapat dilacak secara simultan pada banyak lokus sekaligus dengan pelacak DNA (DNA probe) yang diciptakannya. Pola DNA ini dapat divisualisasikan berupa urutan pita-pita yang berbaris membentuk susunan yang mirip dengan gambaran barcode pada barang di supermarket. Uniknya ternyata pita-pita DNA ini bersifat spesifik individu, sehingga tak ada orang yang memiliki pita yang sama persis dengan orang lain. Pada kasus perkosaan ditemukannya pita-pita DNA dari benda bukti atau karban yang ternyata identik dengan pita-pita DNA tersangka menunjukkan bahwa tersangkalah yang menjadi donor sperma. Adanya kemungkinan percampuran antara sperma pelaku dan cairan vagina tidak menjadi masalah, karena pada proses kedua jenis DNA ini dapat dipisahkan satu sama lain. Satu-satunya kesalahan yang mungkin terjadi adalah kalau pelakunya memiliki saudara kembar identik. Perkembangan lebih lanjut pada bidang forensik adalah ditemukannya pelacak DNA yang hanya melacak satu lokus saja (single locus probe). Berbeda dengan tehnik Jeffreys yang menghasilkan banyak pita, disini pita yang muncul hanya dua. Penggunaan metode ini pada kasus perkosaan sangat menguntungkan karena ia dapat digunakan untuk membuat perkiraan jumlah pelaku pada kasus perkosaan dengan pelaku lebih dari satu.Ditemukannya metode penggandaan DNA secara enzimatik (Polymerase Chain Reaction atau PCR) membuka lebih banyak kemungkinan pemeriksaan DNA. Dengan metode ini bahan sampel yang amat minim jumlahnya tidak lagi menjadi masalah karena DNAnya dapat diperbanyak jutaan sampai milyaran kali lipat di dalam mesin yang dinamakan mesin PCR atau thermocycler. Dengan metode ini waktu pemeriksaan juga banyak dipersingkat, lebih

38

Page 39: Wrap Up Medikolegal

sensitif serta lebih spesifik pula. Pada metode ini analisis DNA dapat dilakukan dengan sistem dotblot yang berbentuk bulatan berwarna biru, sistim elektroforesis yang berbentuk pita DNA atau dengan pelacakan urutan basa dengan metode sekuensing.

Pemeriksaan lab tersangka

Pemeriksaan terhadap tersangka pelaku kejahatan kesusilaan dapat dilakukan melalui pemeriksaan langsung dan pemeriksaan laboratorium, setelah sebelumnya dapat dilakukan wawancara. Pemeriksaan langsung dapat dilakukan terhadap pakaian. Perlu dicatat adanya bercak semen, darah, dll pada pakaian tersangka. Penentuan golongan darah penting untuk dilakukan. Mungkin dapat ditentukan tanda-tanda bekas kekerasan akibat perlawanan oleh korban.

Pemeriksaan laboratorium terhadap tersangka pelaku dilakukan untuk menentukan apakah seorang pria baru melakukan persetubuhan dengan mencari ada tidaknya sel epitel vagina pada glans penis. Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah cairan yang masih melekat di sekitar corona glandis. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menekankan kaca objek pada glans penis, daerah korona, atau frenulum, kemudian diletakkan terbalik di atas cawan yang berisi larutan lugol. Uap yodium akan mewarnai lapisan pada kaca objek tersebut. Sitoplasma sel epitel vagina akan berwarna coklat tua karena mengandung glikogen. Warna coklat tadi cepat hilang namun dengan meletakkan kembali sediaan di atas cairan lugol maka warna coklat akan kembali lagi.Pada sediaan ini dapat pula ditemukan adanya spermatozoa.

Gambar V. Pemeriksaan laboratorium pria tersangka pelaku kejahatan seksual

39

Page 40: Wrap Up Medikolegal

4. Memahami dan menjelaskan larangan membunuh beserta hukumannya dalam sudut pandang islam

KLASIFIKASI JINAYAT PEMBUNUHAN

Jinayat (tindak pidana) terhadap badan terbagi dalam dua jenis:

1. Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya nyawa (pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:

a. Pembunuhan dengan sengaja (al-‘amd) =

Perbuatan yang dapat menghilangkan jiwa”,

Pembunuhan dengan sengaja oleh seorang mukallaf secara sengaja (dan terencana) terhadap jiwa yang terlindungi darahnya, dengan cara dan alat yang biasanya dapat membunuh.

b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh dengan cara dan alat yang biasanya tidak membunuh.

Sangsi Hukuman:

Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil

c.Pembunuhan karena keliru (al-khatha’) atau pembunuhan tidak sengaja, kesalahan semata tanpa direncanakan, dan tidak ada maksud membunuh sama sekali.

Misalnya = memanah binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak panahnya nyasar mengenai orang hingga meninggal dunia.

Sangsi Hukuman:

Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.

Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang

40

Page 41: Wrap Up Medikolegal

memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.(Qs. An-Nisa`: 92)

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannnya ialah Jahannam.Ia kekal di dalamnya. Allah pun murka kepadanya, mengutuknya, serta menyediakan azab yang besar baginya.” (Qs. An-Nisa`: 93)

2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan nyawa:

1. Luka-luka اُح� �َج�َر� َو�اْل َج�اُج� اْلُش�

2. .Lenyapnya fungsi anggota tubuh �اِف ِع �َم�َن اْل �ُف� �َال ْت ِإ

3. .Hilangnya anggota tubuh �ْع�َض�اِء اَأل �ُف� �َال ْت ِإ

CARA MELAKSANAKAN QISAS

Kejahatan terhadap jiwa atau anggota badan yg diancam hukuman serupa (qishash) atau diyat (ganti rugi dari si pelaku kepada si korban atau walinya).Pembunuhan dengan sengaja, semi sengaja, menyebabkan kematian karena kealpaan, penganiayaan dengan sengaja, atau menyebabkan kelukaan tanpa sengaja.Memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan persis seperti apa yg dilakukan terhadap korban

Dg pedang atau senjata

Dg alat dan cara yg digunakan oleh pembunuh.

Hukuman-hukuman JARIMAH QISHASH dan DIYAT

1. Pembunuhan sengaja,

2. Pembunuhan menyerupai sengaja,

3. Pembunuhan karena kesalahan, (tidak sengaja).

4. Penganiayaan sengaja,

5. Penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja).

41

Page 42: Wrap Up Medikolegal

Daftar Pustaka

Abdul Min’im Idries,2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan.

Amir A. Infanticide. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Medan. 1995: 143 – 55

Apuranto H, Hoediyanto. 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga.

Dimaio Vincent J. Diminick Dimaio Forensic Pathology. Second Edition CRC

Idries, A.M., 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi 1, Binarupa Aksara, Jakarta

Budiyanto,1997.Ilmu Kedokteran Forensik.

http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Forensik/PEMBUNUHAN%20ANAK.pdf

elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Forensik/TANATOLOGI.pdf

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21606/4/Chapter II.pdf

42