Wrap Up Etik Skenario 2

12
SKENARIO Euthanasia Sebagai Pilihan Terakhir Agian Indosiar.com, Jakarta – Bagi Agian Isna Nauli Siregar, Euthanasia adalah pilihan terakhir untuk melepaskan diri dari penderitaannya akibat penyakit yang secara medis sulit disembuhkan. Sang suami Panca Satria Hasan Kusuma dengan gigih terus berjuang untuk mencari kepastian hukum, agar keinginannya untuk mengakhiri hidup istrinya terkabul. Kendati sistem hukum di Indonesia belum mengakuinya. Telah lebih dari 3 bulan, Agian Isna Nauli Siregar hanya tergolek tanpa daya di rumah sakit. Sejumlah uang telah dikeluarkan Panca Satria Hasan Kusuma demi kesembuhan istrinya. Namun hingga kini tidak ada perubahan yang berarti terlihat dari dalam diri Agian. Kenyataan pahit ini membuat Hasan pasrah dan rela melepaskan istrinya dengan cara Euthanasia atau disuntik mati. Keputusan akhir diperjuangkan Hasan karena telah habisnya dana yang diiliki dan tidak tahan melihat penderitaan istrinya yang sulit untuk disembuhkan. Kesedihan hasan semakin bertambah, karena sejak istrinya ia sangat jarang bertemu anak-anaknya. Perjuangan menempuh jalan akhir melalui Euthanasia, hingga kini masih terus dilakukan. Sudah 3 bulan Agian mengalami stroke setelah menjalani operasi seksio di Rumah Sakit Islam Bogor. Sebelumnya, pasien mengalami henti nafas dan henti jantung selama 1 bulan. Mereka kini menunggu keputusan Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Pusat yang menangani masalah ini. KATA SULIT Operasi seksio : adalah operasi sesar yaitu melahirkan dengan cara membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. 1

Transcript of Wrap Up Etik Skenario 2

Page 1: Wrap Up Etik Skenario 2

SKENARIO

Euthanasia Sebagai Pilihan Terakhir Agian

Indosiar.com, Jakarta – Bagi Agian Isna Nauli Siregar, Euthanasia adalah pilihan terakhir untuk melepaskan diri dari penderitaannya akibat penyakit yang secara medis sulit disembuhkan. Sang suami Panca Satria Hasan Kusuma dengan gigih terus berjuang untuk mencari kepastian hukum, agar keinginannya untuk mengakhiri hidup istrinya terkabul. Kendati sistem hukum di Indonesia belum mengakuinya.

Telah lebih dari 3 bulan, Agian Isna Nauli Siregar hanya tergolek tanpa daya di rumah sakit. Sejumlah uang telah dikeluarkan Panca Satria Hasan Kusuma demi kesembuhan istrinya. Namun hingga kini tidak ada perubahan yang berarti terlihat dari dalam diri Agian.

Kenyataan pahit ini membuat Hasan pasrah dan rela melepaskan istrinya dengan cara Euthanasia atau disuntik mati. Keputusan akhir diperjuangkan Hasan karena telah habisnya dana yang diiliki dan tidak tahan melihat penderitaan istrinya yang sulit untuk disembuhkan.

Kesedihan hasan semakin bertambah, karena sejak istrinya ia sangat jarang bertemu anak-anaknya. Perjuangan menempuh jalan akhir melalui Euthanasia, hingga kini masih terus dilakukan.

Sudah 3 bulan Agian mengalami stroke setelah menjalani operasi seksio di Rumah Sakit Islam Bogor. Sebelumnya, pasien mengalami henti nafas dan henti jantung selama 1 bulan. Mereka kini menunggu keputusan Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Pusat yang menangani masalah ini.

KATA SULIT

Operasi seksio : adalah operasi sesar yaitu melahirkan dengan cara membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.

Euthanasia : praktik pencabutan nyawa seseorang dengan sengaja karena penyakitr yang tidak bisa disembuhkan.

Henti nafas : kondisi medis yang ditandai dengan ketidakmampuan paru untuk menyuplai oksigen ke seluruh tubuh.

Stroke : penyumbatan pembuluh darah karena adanya gangguan distribusi oksigen ke otak (serangan mendadak)

Henti jantung : kondisi terhentinya sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung berkontraksi secara efektif.

Suntik mati : memasukkan zat tertentu kedalam tubuh dengan cara injeksi dengan tujuan mempercepat kematian.

PERTANYAAN

1. Apa saja jenis-jenis Euthanasia?2. Faktor apa yang menyebabkan Euthanasia boleh dilakukan kepada pasien?3. Adakah UU yang mengatur Euthanasia dan sanksinya?4. Kenapa dalam skenario dokter tidak langsung mengambil tindakan Euthanasia?

1

Page 2: Wrap Up Etik Skenario 2

5. Kenapa Euthanasia di Indonesia belum diakui? Bagaimana diluar negeri?6. Apakah indonesia telah ada di Indonesia orang yang melakukan Euthanasia?7. Bagaimana pandangan Islam tentang Euthanasia?8. Bagaimana Euthanasia menurut kaidah dasar bioetik?

JAWABAN

1. Pasif : menghentikan/ mencabut pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia.

Aktif : dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia seperti suntik mati.

Voluntary : keinguinan pasien

Involuntary : keinginan keluarga/ orang terdekat.

2. - Pasien tidak bisa sehat- Ekonomi - Permintaan keluarga- Kondisi pasien bergantung pada alat bantu- Keinginan pasien itu sendiri

3. Ada. Pasal 344 KUHP tentang Euthanasia aktif dan pasal 348 KUHP tentang menghilangkan nyawa dengan sengaja.

4. Karena sistem hukum di Indonesia belum mengakui adanya Euthanasia, dan apabila tetap dilakukan dokter dapat terjerat hukum.

5. Karena bertentangan dengan moral, etika dan agama. Ada negara yang membolehkan seperti Belanda.

6. Euthanasia pasif telah ada yang melakukan di Indonesia. Euthanasia aktif belum ada contohnya di Indonesia.

7. Euthanasia Aktif : dilarang/ haram karena membunuh dengan sengaja karena hidup. Karena hidup dan mati seseorang hanyja ditangan Allah.

8. Ada. Euthnasia merupakan autonomi pasien.

HIPOTESIS

Euthanasia dapat dilakukan secara aktif dan pasif pada pasien yang memenuhi faktor-faktor tertentu. Walaupun di Indonesia belum ada kepastian hukum terkait Euthanasia. Sedangkan dalam pandangan Islam hanya memperbolehkan Euthanasia pasif dengan syarat tertentu.

SASARAN BELAJAR

LO 1 : Memahami dan menjelaskan Euthanasia

LI 1.1 Definisi Euthanasia

LI 1.2 Jenis-jenis Euthanasia

2

Page 3: Wrap Up Etik Skenario 2

LI 1.3 Faktor-faktor Euthanasia

LO 2 : Memahami dan menjelaskan hukum Euthanasia di Indonesia

LI 2.1 Undang-Undang

LI 2.2 KODEKI

LO 3 : Memahami dan menjelaskan kaidah dasar Bioetik

LI 3.1 Beneficence

LI 3.2 Non-Maleficence

LI 3.3 Autonomy

LI 3.4 Justice

LO 4: Memahami dan menjelaskan pandangan Islam tentang Euthanasia

LO 1 : Memahami dan menjelaskan Euthanasia

LI 1.1 Definisi Euthanasia

Euthanasia berasal dari bahasa Yunani Eu yang berarti baik dan Thanasia berarti mati jadi Euthanasia berarti kematian yang baik tanpa penderitaan. Menurut kamus Dorland Euthansia adalah kematian secara mudah, tanpa rasa sakit/ membunuh berdasarkan rasa kasihan. Dengan sengaja mengakhiri hidup seseorang yang menderita penyakit dengan rasa sakit yang hebat dan tidak bisa disembuhkan.

LI 1.2 Jenis-jenis Euthanasia

Berdasarkan cara dilaksanakannya:

1) Pasif : perbuatan menghentikan/ mencabut segala tindakan medis yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia.

2) Aktif : perbuatan yang dilakukan secara medis melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujua untuk mengakhiri hidup manusia.

a) Aktif langsung (direct) : dilakukannya tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien disebut juga mercy killing.

b) Aktif tidak langsung (indirect) : saat dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medik untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya resiko dapat memperpendek/mengakhiri hidup seseorang.

3

Page 4: Wrap Up Etik Skenario 2

Berdasarkan yang memberi permintaan:

1) Volunthary : euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien secara sadar dan diminta berulang-ulang.

2) Involunthary : euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadarkan diri dan atas permintaan keluarga pasien.

3) Non-volunthary : atas permintaan pemerintah

(Hanifah,M.J dan Amir, A (2008). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan . Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta , hal. 119-120)

LI 1.3 Faktor-faktor Euthanasia

Secara garis besar faktor Euthanasia dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Faktor Kemanusiaan

Faktor ini dilakukan oleh seorang dokter baik atas permintaan pasien atau keluarganya atau kehendak dokter itu sendiri. Hal ini dilakukan oleh seorang dokter karena merasa kasihan terhadap penderitaan pasiennya yang berkepanjangan yang secara medis sulit untuk dismebuhkan. Dengan demikian seorang dokter mengabulkan permintaan pasiennya.

2. Faktor Ekonomi

Faktor yang kedua ini diakui oleh wakil ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Kartono Muhammad bahwa mengenai Euthanasia pasif banyak dilakukan atas permintaan keluarga penderita yang tidak sampai hati melihat keluarganya terbaring berlama-lama di rumah sakit. Oleh karena itu mereka memilih membawa pulang pasien dengan harapan biarlah ia meninggal di tengah keluarganya.

Sumber : Kartono Muhammad, Euthanasia dipandang dari etika kedokteran, (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), hal. 6

4

Page 5: Wrap Up Etik Skenario 2

LO 2 : Memahami dan menjelaskan hukum Euthanasia di Indonesia

LI 2.1 Undang-Undang

Eutanasia Aktif

Pasal 344 KUHP “ Barang siapa ,enghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-

sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun”

Eutanasia Aktif maupun Pasif involunteer

Pasal 338 KUHP: “ Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena makar mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun”.

Pasal 340 KUHP: “ Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan

direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh tahun”

Pasal 359 KUHP: “ Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukumpenjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan

selama-lamanya satu tahun”

LI 2.2 KODEKI

Dalam KODEKI pasal 2 dijelaskan bahwa “seorang dokter harus senantiasa

melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi.” Lebih jelasnya adalah seorang

dokter dalam melakukan praktik kedokterannya sebagai seorang profesi dokter harus sesuai

dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum, dan agama. Karena Profesi dokter merupakan satu-

satunya yang menyatakan dalam sumpah profesinya untuk bekerja membela peri-kemanusiaan,

tidak akan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kemanusiaan, melindungi kehidupan

manusia.

Dalam KODEKI pasal 7d, yang berbunyi “Setiap dokter harus senantiasa mengingat

akan kewajiban melindungi makhluk insani” Maka dari itu artinya, dari setiap tindakan yang setiap

dokter lakukan bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaan manusia.

Jadi jelas sangat dilarang perbuatan-perbuatan, seperti :

1. Menggugurkan kandungan (Aborsi) tanpa indikasi yang membolehkan

2. Mengakhiri kehidupan seseorang dengan alasan menurut ilmu kedokteran penyakit

yang dideritanya tidak mungkin dapat disembuhkan (Euthanasia)

5

Page 6: Wrap Up Etik Skenario 2

LO 3 : Memahami dan menjelaskan kaidah dasar Bioetik

LI.3.1. Benefience

Arti dari prinsip ini adalah bahwa penyedia layanan kesehatan memiliki kewajiban untuk bermanfaat bagi pasien atau memberi kemudahan kepada pasien serta mangambil langkah positif untuk mencegah dan menghilangkan bahaya dari pasien. Tugas ini dipandang rasional, jelas dan secara luas diterima sebagai tujuan yang tepat dari pengobatan. Prinsip ini menyiratkan bahwa pasien dapat masuk kedalam suatu hubungan dengan masyarakat yang kompeten untuk memberikan perawatan medis, bahwa tujuan utama dokter adalah menolong dan meberikan yang terbaik untuk pasien, tujuan memberikan manfaat dan kebaikan dapat di terapkan baik untuk individu dan untuk kebaikan masyarakat secara keseluruhan. Sebagai contoh, tujuan pengobatan adalah untuk memperoleh kesehatan dari pasien tertentu dan pencegahan penyakit melalui penelitian dan vaksin untuk masyarakat luas.

Ciri-ciri prinsip ini yaitu: Mengutamakan kepentingan pasien Memandang pasien atau kelurga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan

seorang dokter Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan

suatu keburukannya Memaksimalkan hak-hak pasien secara keseluruhan Menerapkan Golden Rule Principle yaitu memperlakukan orang lain sebagaimana

anda ingin di perlakukan Memberikan resep obat Minimalisasi akibat buruk

LI.3.2. Nonmaleficence

Prinsip Nonmaleficence menuntut kita bahwa kita tidak boleh merugikan dan lalai terhadap pasien. Dalam bahasa umum, lalai jika membebanka resiko yang membahayakan pasien. Memberikan standar perawatan yang tepat yang memnghindari atau meminimalkan resiko bahaya didukung tidak hanya oleh keyakinan moral umum dipegang kita, tetapi oleh hukum masyarakat. Prinsip ini menegaskan perlunya kompetensi medis. Peryataan kuno first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Jelas bahwa kesalahan medis dapat terjadi namun prinsip ini mengartikulasikan adanya komitmen mendasar sebagai bagian dari professionalitas pelayanan kesehatan untuk melindungi pasien mereka dari bahaya dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien sendiri. Nonmaleficence mempunyai ciri-ciri :

Menolong pasien gawat darurat Mengobati pasien yang luka Tidak membunuh pasien Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien Melindungi pasien dari serangan Memberikan semangat hidup kepada pasien

6

Page 7: Wrap Up Etik Skenario 2

LI.3.3. Autonomi

Dalam memutuskan perawatan kesehatan harus menghormati otonomi pasien dalam bahasa umum, berarti bahwa pasien memiliki kapasitas untuk bertindak dengan pemahaman, sukarela dan tanpa paksaan. Setiap individu terlibat dan berhak dalam membuat keputusan dan menentukan nasib sendiri. Menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Prinsip ini adalah dasar untuk praktik informed consent.

Autonomi mempunyai cirri-ciri : Menghargai hak menentukan nasib sendiri Menghargai privasi Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien Sabar menunggu keputusan pasien pada kasus non emergensi

Dalam hubungan pasien : Otonomi klinis : hak dokter Otonomi diagnostic dan terapiutik : hak pasien setelah diberi penjelasan

LI.3.4. Justice

Perbedaan kedudukan social, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham kepercayaan , kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.

Justice mempunyai ciri-ciri yaitu : Memberlakukan segala sesuatu secara universal Menghargai hak hukum pasien Menghargai hak orang lain Meminta partisipasi pasien sesaui dengan kemampuannya Bijak dalam makro alokasi Menghargai hak sehat pasien

PENGERTIAN BUNUH DIRIDalam kamus bahasa Indonesia membunuh adalah menghilangkan, menghabisi, mencabut nyawa (mematikan) sedangkan kata diri diartikan 1 orang seseorang (terpisah) dari yang lain atau badan. Jadi pengertian buuh diri adalah perbuatan seseorang yang sengaja bertujuan menghilangkan nyawaya sendiri.PERBEDAAN BUNUH DIRI DENGAN EUTHANASIADapat disimpulkan bahwa bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa lahir dari diri korban sedangka euthanasia tindakan menghilangkan nyawa lahir dari orang lain dalam hal ini tenaga medis.

7

Page 8: Wrap Up Etik Skenario 2

LO 4: Memahami dan menjelaskan pandangan Islam tentang Euthanasia

Euthanasia aktif

Surat Al-Mulk ayat 2:

yang artinya:” Dialah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) - untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya dan Ia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat)” diingatkan bahwa hidup dan mati adalah ditangan Tuhan yang menciptakan untuk menguji iman, amalan dan ketaatan manusia terhadap Tuhan. Karena itu islam sangat memperhatikan keselamatan hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada di rahim ibunya sampai sepanjang hidupnya. Karena hidup dan mati ada di tangan tuhan dan merupakan karunia dan wewenang tuhan, maka islam melarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap orang lain maupun dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasan apapun.

Hadits riwayat Bukhari dan muslimin dari Jundub bin Abdullah r.a.: Telah ada di antara orang-orang sebelum kamu seorang lelaki yang mendapatkan luka, lalu keluh kesalahan ia. Maka ia mengambil pisau lalu memotong tangannya dengan pisau itu. Kemudian tidak berhenti-henti darahnya keluar sehinggah ia mati, maka Allah bersabda. “Hambaku telah menyegerakan kematiannya sebelum aku mematikan. Aku mengharamkan surga sebelum aku mematikan. Aku mengharamkan surga untuknya.”

Euthanasia pasif

Termasuk kedalam kategori menghentikan pengobatan, tindakan Euthanasia pasif bergantung pada pengetahuan kita tentang hukum berobat. Jika dokter menetapkan bahwa si pasien telah mati batang otak maka para dokter berhak menghentikan pengobatan, seperti menghentikan alat bantu pernapasan dan sebagainya. Sebab, kematian batang otak tersebutberarti secara pasti tidak memungkinkan lagi kembalinya kehidupan pasien.

Dan didalam Al-qur’an surat Al-an’am ayatjuga dijelaskan bahwa membunuh nyawa seseorang itu haram kecuali atas sebab-sebab tertentu, jadi Euthanasia pasif bagi dokter itu hukumnya Jaiz atau boleh.

Surat Al-an’am ayat 151 :

8

Page 9: Wrap Up Etik Skenario 2

“katakanlah! Marilah kubacakan apa-apa yang telah diharamkan Tuhan kepadamu, yakni: Janganlah kamu mempersekutukan dia dengan sesuatu pun, berbaktilah kepada orang tuamu. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang memberi rezeky kepadamu dan kepada mereka juga. Janganlah kamu mendekati perbuatan keji yang bunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya, kecuali sebab-sebab yang dibenarkan terang ataupun sembunyi. Dan janganlah kamu bunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya, kecuali karena sebab-sebab yang dibenarkan oleh syari’at. Begitulah yang diperintahkan Tuhan kepadamu supaya kamu memikirkannya.”

9