Wp September Oke

25
ISSN 1411-1802 TAHUN XV | EDISI IX TAHUN 2012 www.paudni.kemdikbud.go.id TBM BUDAYAKAN MEMBACA LAWAN KETUNAAKSARAAN DI WARUNG PASINAON MENYELAMATKAN MASA DEPAN ANAK DENGAN BUKU TOPENG MONYET PENARIK MINAT BACA TBM BANGUN BUDAYA BACA MASYARAKAT TAMAN BACAAN IDAMAN MEDIA INFORMASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL DITJEN PAUDNI KEMDIKBUD

description

magazine

Transcript of Wp September Oke

issn 1411-1802 Tahun XV | Edisi iX Tahun 2012

www.paudni.kemdikbud.go.id

TBMBudayakanMeMBaca

Lawan KetunaaKsaraan

di warung Pasinaon

MenyeLaMatKan Masa dePan anaK

dengan BuKu

toPeng Monyet PenariK Minat

Baca

TBM BANGUN BUDAYA BACA MASYARAKAT

TAMAN BACAAN IDAMAN

mEdia informasi pEndidikan anak usia dini, nonformal, dan informal diTjEn paudni kEmdikbud

2 3Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

editorial

Bulan ini UNESCO menabalkan King Sejong Literacy Prize kepada peme-rintah Indonesia. Prestasi ini meru-pakan cermin keberhasilan program

pendidikan keaksaraan yang diintegrasikan de-ngan pengenalan kewirausahaan. Keseriusan pemerintah membina taman bacaan masyara-kat juga menjadi salah satu hal yang memikat organisasi PBB di bidang pendidikan tersebut.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masya-rakat (Ditbindikmas), salah satu direktorat yang dimiliki Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal me-mang sudah sejak lama memberantas tuna aksara. Kami serius melakukan percepatan pe-ningkatan keaksaraan bagi warga di seluruh ja-gat negeri ini.

Beragam program digelontorkan oleh Dit-bindikmas untuk memberantas tunaaksara. Antara lain keaksaraan fungsional berbasis bahasa ibu, integrasi kecakapan hidup dan ke-aksaraan dasar, serta pengarusutamaan gender di bidang pendidikan. Taman Bacaan Masyara-kat di ruang publik juga menjadi salah satu pro-gram andalan.

Pemberian penghargaan King Sejong yang telah dilaksanakan di Paris menjadi sebuah pengakuan internasional bagi Ditjen PAUDNI. Ini sebuah penghargaan yang cukup prestisius. Sebab, tidak mudah memberantas buta aksara.

Langkah yang konvensional tentu tak akan ampuh untuk memberantas buta aksara di ne-gara kepulauan ini. Sebaran masyarakat dan faktor geografis yang sulit menjadi tantangan tersendiri. Sebab itu, pemberantasan buta ak-sara mutlak disandingkan dengan berbagai program kecakapan hidup. Agar para warga tuna aksara tidak kembali buta.

Penghargaan King Sejong menjadi katalis bagi kita semua untuk terus memberantas buta aksara dan mencerdaskan bangsa. Sebab, ma-sih terdapat jutaan orang yang buta aksara di pelosok negeri ini. Namun kami hakulyakin, dengan kerja keras bersama, Indonesia dapat terbebas dari buta huruf selambat-lambatnya 2015.

King sejongdan tunaaKsara di indonesia

susunan redaKsi

rEdaksi mEnErima Tulisan TEnTang pEndidikan nonformal dan informal. dikETik dua spasi minimal EmpaT lEmbar folio, Tulisan yang dimuaT akan dibEri imbalan.

issn 1411-1802 Tahun XV | Edisi iX Tahun 2012

www.paudni.kemdikbud.go.id

stopbuta aksara

Lawan KetunaaKsaraan

di warung Pasinaon

MenyeLaMatKan Masa dePan anaK

dengan BuKu

toPeng Monyet PenariK Minat

Baca

TBM BANGUN BUDAYA BACA MASYARAKAT

TAMAN BACAAN IDAMAN

mEdia informasi pEndidikan anak usia dini, nonformal, dan informal diTjEn paudni kEmdikbud

PembinaProf. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog

PengarahDr. Gutama

Pemimpin Umum/ Penanggung JawabIr. Agus Pranoto Basuki M.Pd

Redaktur EksekutifDra. Yari Isnaeni, MM

Victor Kahimpong M.SiDrs. Sri Rawi Sasmoro

Editor KepalaDina Julita. S.Sos

EditorYohan Rubiantoro, S.IP

Teguh Susanto, SERais Faisal Ahyar, ST

FotograferAdi Irawan, ST

Fitri Astuti Ida Royana, S.PdEva Fatmawati, SE

Penata LetakDhoni Nurcahyo

Sabaruddin

SekretariatRica Noverina, S.Sos

Rosmini, SESlamet

Andrey KambaliDadan Mulyana, S.SiDaru Condro Pranoto

4 5Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

daftar isi

Lawan KetunaaKsaraan

di warung Pasinaon

PROFIL25 LeMBAGA KURSUS PeLATIhAN (LKP)

TeRRA COMPUTeR SYSTeM KeDIRI LSUSUN KURIKULUM SeSUAI

KeBUTUhAN USAhA 28 LKP ALIeF COMPUTeR CIPTAKAN LULUSAN

KOMPeTeN

30 PAUD BUAh hATI BUNDA CIPTAKAN LULUSAN

KOMPeTeN TPA dan Kelompok Bermain

Buah Hati Bunda di Pekanbaru memiliki prestasi yang gilang-gemilang. Lembaga pendidikan yang didirikan oleh pasangan psikolog, Dr. Daviq Chairilsyah dan Ola Puspita ini mengajarkan anak untuk berbagi. Selain itu, mereka menghadirkan dokter dan psikolog untuk mengevaluasi perkembangan kognitif, afektif, maupun psikomotorik anak.

LAPORAN UTAMA 10 MenyelaMatkan Masa Depan anak Dengan Buku

12 geliat tBM BerBasis koMunitas

18 topeng Monyet penarik Minat Baca

oPini19 TBM BANGUN BUDAYA BACA

MASYARAKAT

KOLOM24 TAMAN BACAAN IDAMAN

SOSOK33 SOSOK VeRA NURMALA ‘INGIN DeSA SAYA JADI

KAMPUNG BATIK’ Mimpinya adalah ingin

menjadikan Desa Gemolong jadi kampung batik. Tapi upaya yang harus dilakukan Vera Nurmala tak semudah yang dibayangkan. Dia pun bersusah payah agar kualitas batiknya bisa disejajarkan dengan batik Solo dan Sragen.

34 TeRBITKAN TeRANG DI KAMPUNG eKS PROSTITUSI

Kampung Silir sudah berbenah diri. Tempat ini tak lagi dikenal sebagai penyedia prostitusi. Ialah Sarjoko, seorang sopir lagi buruh memiliki andil besar dalam menciptakan perubahan ini.

aPa dan siaPa38 MOhAMMAD NUh ORANG CeRDAS CINTA DAMAI 38 BAIM CILIK KeTeMU SBY, INGIN JADI

PReSIDeN

39 eLLA YULAeLAwATI FILOSOFI KURA-KURA

39 ASTRI IVO MeNGAJAR ANAK TeNTANG

TUhAN LewAT BUKU

40 LeNSA46 eNSIKLOPAUDNI

agenda34 UNeSCO AKUI

KeBeRhASILAN INDONeSIA eNTASKAN BUTA AKSARA

6 7Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

Lawan KetunaaKsaraan

di warung Pasinaon

Banyak pilihan bagi perempuan di Jawa Tengah untuk men-jalani kehidupannya. Namun ada perempuan-perempuan

yang nasibnya kurang beruntung dan akhirnya hanya pasrah menjalani ke-hidupannya sampai-sampai tak me-ngenal aksara alias tidak bisa baca tulis hingga umurnya separuh abad.

Rohmiyati (54) misalnya nenek 10 cucu ini merasa menyesal baru melek aksara ketika usianya tidak muda lagi. “Saya pernah ikut keaksaraan tapi ka-rena jarang baca jadi banyak lupa lagi,” ungkap Rohmiyati ketika ditemui di Warung Pasinaon di Bergas Lor, Unga-ran Jawa Tengah awal Mei.

Demikian juga nenek bernama Sug-imah (60) yang di usia senjanya baru mengenal aksara. Dengan senang, sisa waktunya digunakan untuk belajar membaca dan menulis.

Rohmiyati dan Sugimah adalah dua perempuan yang masih menunjukkan semangat belajar. Kedua warga desa Bergaslor, Kecamatan Bergas, Kabu-paten Ungaran, Provinsi Jawa Tengah itu contoh nyata bagaimana belajar ti-dak mengenal usia dan waktu.

Di sisi lain Rohmiyati dan Sugimah tidak akan berubah kebutaaksaraannya jika mereka tidak mengubahnya. Berun-tung, tak jauh dari tempat tinggalnya ada sebuah tempat yang banyak mem-berikan kemajuan dalam mengenalkan dan melancarkan baca tulisnya.

Tempat itu bermana Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Warung Pasinaon atau yang lebih dikenal dengan Wapas yakni sebuah lembaga yang tidak hanya menyediakan buku-buku tetapi mela-kukan berbagai kegiatan yang bisa dii-

kuti ibu-ibu dan anak-anak.“Dulu, saya melihat banyak

anak-anak yang tidak terarah kegiat-annya karena orang tuanya bekerja. Kemudian ada juga ibu-ibu buruh mo-mong yang tidak bisa baca tulis. Akhir-nya kami bikin tempat ngumpul atau perpustakaan kecil-keciilan di teras rumah orangtua. Dalam perjalanannya anak-anak maupun ibu-ibu lanjut usia itu kami berikan berbagai kegiatan,” ungkap pengelola Warung Pasinaon, Tirta Nursari di teras rumahnya di Bergaslor, yang difungsikan sebagai ke-giatan belajar mengajar bagi masyarakat yang membutuhkan.

Warung Pasinaon awalnya adalah ta-man bacaan yang didirikan Tirta Nursa-ri pada 2007 untuk anak-anak, namun tiga tahun belakangan ini kegiatannya merambah menjadi memberdayakan perempuan.

“Warung Pasinaon berarti tempat-nya belajar, sementara kata warung sen-diri lebih dimaksudkan untuk menarik masyarakat sekitar,” kata Tirta.

Salah satu kegiatannya yang sangat membantu dalam memelekkan aksara bagi perempuan adalah menerbitkan Koran Ibu. Koran inilah yang telah ba-nyak membantu ibu-ibu yang semula belum lancar menulis membaca men-jadi bukan hanya bisa membaca namun bisa menuturkan kisahnya dalam tu-lisan.

“Koran ibu ini isinya sebagian adalah tulisan pemikiran ibu-ibu yang sedang belajar baca tulis,”ujar Tirta.

Dengan media ini, menjadikan pe-mandangan yang biasa di Wapas meli-hat ibu-ibu datang ke Pasinaon mem-buat satu tulisan. Isi tulisan bisa berupa

LAPORANUTAMA

8 9Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

laporan utama laporan utama

Dengan adanya taman bacaan

yang kreatif dan rekreatif menjadikan

pembaca buku menemukan

ide-ide baru dan mendapatkan pencerahan.”

Kata

mereKa

pengalaman sehari-hari atau merupa-kan hasil wawancara dari tamu yang datang mengunjungi Wapas. Dengan cara itulah Tirta memperlancar ibu-ibu yang selama ini buta aksara menjadi me-lek aksara bahkan tulisannya menjadi bahan untuk dimuat di Koran Ibu.

Dalam perjalanannya, untuk menam-bah wawasan masyarakat yang datang ke Pasinaon, taman bacaaan ini me-ngembangkan menjadi taman bacaan kreatif. Karenanya Wapas pun berkreasi dengan berbagai kegiatan yang merang-sang masyarakat sekitar untuk terus be-lajar memberdayakan diri. Khususnya bagi ibu-ibu yang sehari-harinya sudah disibukkan dengan pekerjaan agar men-dapatkan pencerahan dari buku yang dibaca maupun mengikuti kegiatan-ke-giatan yang ditawarkan Wapas.

Manfaat besar bisa dipetik dengan membaca buku di Wapas ini, setidaknya bagi Heni (30) yang memutuskan berwi-rausaha sendiri setelah membaca buku di Wapas. Sebelumnya ia sudah bekerja sebagai buruh cuci botol di pabrik se-lama 30 tahun namun berani memutus-kan ke luar karena ia ia mengetahui in-formasi mengenai wirausaha dari buku yang dibacanya.

Ada juga Dwi Aryanti yang merasa-kan manfaat Wapas, karena di Wapasi tidak hanya menyediakan buku bacaan saja namun juga memberikan akses berinternet bagi warga sekitar. Dengan internet itu Dwi Aryanti bisa membantu anak-anaknya untuk mendapatkan soal pelajaran yang dibutuhkan anak-anaknya.

Barangkali dengan banyak kegiatan bermanfaat yang dilakukan di Wapas

membuat pengunjung Wapas sema-kin terkesan. Maka sejak Januari 2012, Wapas berupaya memberikan kegiatan di warungnya. Ada bahasa inggris, ada kelas menulis, belajar bersama, belajar menggambar, monitoring anak. Tidak hanya belajar di Wapas saja, sesekali da-lam sebulan Tirta mengajak warga bela-jarnya outbond.

Banyaknya kegiatan di Wapas menja-dikan taman bacaan cepat dikenal luas, mulai dikunjungi Forum Taman Bacaan yang diketuai Gol A Gong, juga dari sesa-ma pengelola taman bacaan masyarakat dari Sulawesi Barat, bahkan diwawan-cara oleh Andy F. Noya pembaca acara Kick Andy.

Semua itu dilakukan Tirta bersama Warung Pasinaonnya dalam rangka me-laksanakan program keaksaraan fung-sional dan juga program Aksara Agar Berdaya (AKRAB) yang digagas oleh pe-merintah pusat. Ia berharap perempuan di sekitar rumahnya akan terentaskan dari masalah keaksaraan. Tirta meya-kini dengan kemampuan membaca dan menulis yang memadai pembodohan bisa dihindari.

“Dengan adanya taman bacaan yang kreatif dan rekreatif menjadikan pem-baca buku menemukan ide-ide baru dan mendapatkan pencerahan,” katanya.

TBM INOVASI PeMBeLAJARAN KeAKSARAANIndonesia sudah berhasil mengurangi jumlah buta aksara lebih dari 50 persen sejak tahun 2003. Sembilan tahun lalu, masih ada 15,41 juta orang yang buta aksara. Sesuai dengan kesepakatan Da-kkar pendidikan untuk semua (PUS), Indonesia harus mengurangi 50 persen dari sejumlah buta aksara tersebut pada tahun 2015.

Nyatanya, target tersebut sudah dica-pai lebih awal. Dengan keberhasilan itu, Indonesia kemudian membuat target baru, yakni tuntas buta aksara pada ta-hun 2015.

“Target dari PUS adalah mengurangi jumlah buta aksara hingga 7,5 juta orang pada 2015. Tapi Indonesia sudah bisa mencapainya pada tahun 2010. Pada ta-hun 2011, jumlah buta aksara bahkan su-dah berkurang kembali menjadi 6,7 juta orang,” kata Direktur Pendidikan Ma-syarakat Ditjen PAUDNI Ella Yulaela-wati di Jakarta, akhir Agustus lalu.

Keberhasilan Indonesia mengen-taskan buta aksara itu bahkan diganjar

penghargaan King Sejong oleh UNES-CO tahun ini. Penghargaan prestisius itu diraih karena Indonesia dinilai suk-ses melakukan inovasi pembelajaran keaksaraan, salah satunya melalui pem-binaan TBM.

Menurut Ella, keberhasilan itu bu-kanlah keberhasilan Ditjen PAUDNI se-mata, namun keberhasilan seluruh ma-syarakat Indonesia. Ini tidak lain karena ujung tombak pelaksanaan program pen-didikan keaksaraan adalah masyarakat.

Program TBM, kata Ella, sudah men-jadi gerakan masyarakat. Ini dapat di-lihat dari berkembangnya taman bacaan di ruang publik. Seperti di terminal, ru-mah sakit, mal, dan di stasiun kereta. Tanpa perlu dikomandoi pemerintah, semua TBM tersebut berjalan melak-sanakan kegiatannya.

“Pemerintah hanya punya program dan menyediakan bantuan tapi masya-rakat yang melaksanakannya.. Jadi ka-lau tidak ada gerakan dari mereka tentu-nya program-program itu tidak berjalan dengan baik. Para penggiat ini memiliki komitmen untuk mendirikan taman ba-caan,” kata Ella.

TUMBUhKAN MINAT BACASaat ini ada sekitar 3500 TBM yang ber-gerak sebagai pusat literasi untuk men-gentaskan buta aksara. Ella menyatakan kontak yang minim terhadap bahan ba-caan dan kurangnya dukungan pengem-

bangan budaya baca merupakan dua faktor penting yang dapat menyebabkan kambuhnya tunaaksara.

Diakui Ella, tingkat kemampuan baca masyarakat Indonesia masih rendah Skor rata-rata kemampuan membaca remaja Indonesia adalah 402, di bawah skor rata-rata negara yang masuk Orga-nization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Indonesia menempati ranking ke 57 dari 62, dibawah Montenegoro, Yorda-nia, dan Tunisia. Salah satu penyebab-nya adalah budaya berbicara lebih kuat di masyarakat Indonesia ketimbang bu-daya membaca. Ella menambahkan, un-tuk menumbuhkannya dapat dilakukan dengan memunculkan TBM

Untuk meningkatkan mutu TBM, Ditjen PAUDNI memberikan bantuan dalam mendukung sarana berbasis eletronik. Penyediaan fasilitas pening-katan perlengkapan atau peralatan elektronik yang diperlukan digunakan untuk mendukung penyelenggaraan TBM berbasis elektronik sebagai upaya meningkatkan mutu layanan TBM, dan PKBM berbasis TIK yang merupa-kan upaya untuk memfasilitasi layanan pembelajaran multi-keaksaraan aural, visual, dan digital, keaksaraan kritis, keaksaraan media, dan teknologi, keak-saraan perdamaian dan multi-kultural dan keaksaraan bencana melalui penye-diaan TIK dan multimedia. (wp-2/wp-7)

MUhAMMAD FIhCRY (22), karyawan apotik

Buat tBM di sanggar MusikSaya sering  mendatangi  sanggar musik. Te-

tapi,  saya merasa  ada yang kurang da-lam sanggar musik itu. Andai saja di sanggar itu dibuat sebuah taman bacaan masyara-kat (TBM), mungkin para pelajar yang ada di sanggar itu bisa belajar  dari  buku-bu-

ku musik yang ada di TBM tersebut. Jadi me-reka tidak hanya praktik saja.

Saya pikir, TBM harus diperluas diadakan di berba-gai tempat. TBM itu menurut saya dapat menarik minat baca dari masyarakat juga. Supaya diketahui masyarakat, saya sarankan untuk memberikan selebaran ketika membangun TBM. IMAM ChUMAeDI (21), operator Warnet

Harus ada ide MenarikTBM itu harus penuh ide-ide menarik dari pe-

ngurus. Misalnya, membuat lomba di dalam TBM serta brosur-brosur yang isi di dalam menarik para masyarakat untuk meningkat-kan hobi membaca pengetahuan umum. Jadi jangan hanya bergantung kepada ke-

majuan teknologi untuk belajar, tetapi dari se-buah buku kita juga dapat belajar.

Saya harap jumlah TBM semakin banyak. Karena akan memu-dahkan masyarakat mencari dan membaca buku, sehingga tak perlu mencari-mencari buku di luar. Pendapat saya, pe-merintah juga harus ikut memberikan bantuan untuk mem-bangun sebuah TBM. GheA NABhIeLA (20), asisten dosen

tingkatkan di ruang publikSepenglihatan saya, sudah banyak yang mem-

bangun TBM. Bahkan belakangan ini pe-merintah juga membuat sebuah program yang dinamakan perpustakaan keliling. Te-tapi menurut saya perlu juga untuk menam-bah TBM di ruang publik atau komunitas seni

di sanggar-sanggar.Sebuah  komunitas  adalah  perkumpulan ma-

syarakat. Tetapi sangat disayangkan apabila di sanggar ter-sebut tidak didirikan TBM sebagai sarana pembelajaran un-tuk membuka wawasan pendidikan. Ini merupakan peluang yang bagus untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Kita semua tahu, budaya membaca kan belum terlalu ber-kembang di tengah masyarakat. Jadi kehadiran TBM akan mendorong masyarakat untuk membaca. (Ario Rahmanto)

pkbm-arridho.blogspot.com

10 11Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

laporan utama laporan utama

Ada pemandangan mengha-rukan dan mengejutkan di Gang 2 A Putat Jaya, Kota Surabaya. Di pusat prostitusi

yang dikenal dengan nama Gang Dolly itu, ada segelintir anak sedang asyik be-lajar, membaca buku, bahkan baca puisi di Taman Baca Kawan Kami.

Mereka tak merasa terganggu dengan lingkungannya. Padahal, terdengar suara berisik musik yang memekakkan plus tawa cekikikan para pekerja seks komersial (PSK) tak henti-hentinya me-warnai sepanjang gang itu.

Memilukan memang. Andik, Gun-tur, Ayu, Farid, Ninda, Nandi, dan Tau-fik, serta si kecil Wawan, anak-anak ini seolah tersembunyi di ruang 4 x 4 meter yang dikontrak Kartono di seputar loka-lisasi itu. Mereka tak seperti anak-anak lain yang hidup di lingkungan yang se-hat, atau perkampungan yang tidak di-isi dengan bau bir, suara karaoke, serta tawa membahana dari dunia gemerlap.

“Begitulah pemandangan di sini se-tiap hari. Tapi saya dan anak-anak sudah tidak peduli lagi dengan suasana seperti ini. Mereka tidak terpengaruh karena sudah terbiasa. Untungnya mereka bisa meluangkan waktunya datang ke sini setiap hari,” kata Kartono, pimpinan Ta-man Baca Kawan Kami.

Di Kawan Kami, mereka belajar, membaca buku atau mengasah seni dengan baca puisi. Seperti saat Warta PAUDNI berkunjung ke taman bacaan itu beberapa waktu lalu.

Anak-anak PSK atau mucikari itu berkumpul di ruangan yang diisi buku-buku, alat permainan yang disiapkan Kartono bersama isterinya. Ada yang membolak-balik buku bacaan, main HP, bahkan membaca puisi.

Kartono menyewa sebuah rumah di sekitar lokalisasi tersebut. Dia bersama teman-temannya mendirikan taman

TBM MANDIRIUpaya laiknya Kartono menyelamatkan anak juga ada di bagian lain Surabaya, Kecamatan Wonokromo. Ialah Taman Bacaan Mandiri (TBM) Mandiri. Be-danya, anak-anak di taman bacaan ini dikhususkan untuk anak yang kurang beruntung karena berasal dari keluarga PSK, pemulung, pencuri, dan penga-men.

Para pendirinya pun sekumpulan mahasiswa yang peduli pendidikan anak-anak dari keluarga kurang berun-tung, sekaligus mengamalkan ilmu, ter-masuk memodali anak-anak tersebut dengan pendidikan keterampilan.

“Sebelum membuka rumah belajar ini, kami survei di beberapa lokasi di Kota Surabaya namun tak menemui lo-kasi yang kami inginkan. Akhirnya kami menetapkan tempat belajar anak-anak di daerah sini,” kata Abdul Rohim, salah satu pendiri TBM Mandiri.

Tempat ini dinilai Abdul Rohim dan teman-temannya kurang terakses pen-didikan karena hampir sebagian besar warga berprofesi PSK, pemulung, dan pencuri, bahkan anak-anak di sini ker-janya pengamen, pencuri, bahkan anak yatim dan fakir miskin. Benar-benar ngenes melihatnya,” katanya.

Untuk mendirikan TBM, baik Abdul Rohim maupun M. Ali Shodikin dan lainnya melakukan pendekatan dengan salah seorang tokoh masyarakat setem-pat. “Ternyata tokoh masyarakat dan

mEnyElamaTkan masa dEpan anak dengan BuKu

bacaan sekaligus tempat anak-anak di area lokalisasi mengisi waktu luang de-ngan belajar.

“Saya ingin mengubah kondisi anak-anak di sini agar mereka bisa hid-up lebih baik. Saya yakin dengan memb-aca, pola pikir mereka akan berubah dan tidak meniru pekerjaan orang tuanya,” ujar mantan mucikari itu.

Kini, puluhan anak-anak setiap hari memenuhi taman bacaan yang koleksi

bukunya kini mencapai tiga ribuan. Ba-nyak orang tua mereka yang berprofesi sebagai mucikari dan PSK, merasa ter-tolong dengan hadirnya Taman Bacaan Kawan Kami, bahkan mereka keberatan jika tempat belajar anak-anak mereka pindah atau ditutup.

Diakui Kartono, untuk mencukupi kebutuhan itu, ayah empat anak ini tak muda. Ia harus pontang-panting mencari pinjaman dan bantuan. Meski demikian, ia terus bertekad menjalan-kan kegiatannya.

“Saya akan berusaha mati-matian mempertahankan Kawan Kami. Andai tidak ada yang mau membantu, min-jam uang ke rentenir pun akan saya lakukan. Saya akan terus berupaya agar taman bacaan ini tetap eksis walau ha-rus bersusah payah mencari dana, yang penting anak-anak tidak terpengaruh kondisi di sini,” paparnya penuh sema-ngat.

para orang tua menyambut baik seka-ligus memberikan tempat di balai RW,” ujar M Ali Shodikin.

Mendapat respon yang baik, mereka langsung mencari buku-buku bacaan anak-anak hingga orang tua dari bebe-rapa kenalan. Mereka juga secara su-karela merogoh kantong sendiri untuk membeli buku-buku bekas.

Agar menarik minat anak-anak, me-reka merenovasi balai RW termasuk membeli rak buku, termasuk menata buku-buku.

Pelan tapi pasti, TBM Mandiri yang

mereka dirikan banyak dikunjungi. Se-iring dengan waktu dan bertambahnya minat baca di wilayah ini, baik Abdul Rohim maupun M. Ali Shodikin dan te-man-temannya mengubah pola dengan tidak hanya memusatkan kegiatan di ba-lai RW, tapi bergantian di balai RT.

“Melelahkan, tapi karena impian kami adalah meningkatkan minat baca anak, kami semua sepakat untuk terus berjuang. Anak adalah generasi emas yang perlu mendapat perhatian,” ujar Abdul Rohim.

(wp/2)

Jumlah  Penduduk  Buta  Aksara  Menurut  Kelompok  Umur,  2010  

 600531.0    

 2634005.0    

 4312808.0    

15-­‐24  Tahun   25-­‐44  Tahun   45-­‐59  Tahun  

Total:  7.547.344  

Sumber:  Kemdikbud  dan  BPS,  2012  

Sasaran  Pendidikan  Keaksaraan  

•  15-­‐24  Tahun:  Keaksaraan  remaja  (untuk  pencapaian  MDGs’)  

•  15-­‐59  Tahun:  Keaksaraan  Orang  Dewasa        •  60  Tahun  ke  atas:  Keaksaraan  LANSIA  

15-­‐24  Tahun  25-­‐44  Tahun  45-­‐59  Tahun  

Kartono (kiri) bersama anak-anak pengunjung Taman Bacaan Kawan Kami.

Pengelola Taman Baca Kawan Kami Kartono berserta Istrinya tengah berdiskusi.

12 13Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

laporan utama laporan utama

gEliaT TbmBerBasis KoMunitas

mendiskusikan sastra. Berdiri sejak 25 Januari 2009, MSB didirikan secara sederhana. Hanya dibentuk melalui kesepatan lewat jalinan pesan pendek oleh sejumlah seniman Bandung seperti Matdon, Dedy Koral, Aendra H. Medita,

Kau punya langit aKu punya puisi

Kau punya cintaaKu punya puisi

Itu penggalan puisi “Aku dan Pui-si”, karya Matdon. Herman, salah seorang anggota Majelis Sastra Bandung (MSB) membaca puisi

itu menjelang acara bedah cerpen di Gedung Indonesia Menggugat, Sabtu, beberapa waktu lalu. Di tengah-tengah penggila sastra, Herman mendapatkan penuh apresiasi. Tepuk tangan terde-ngar riuh.

Kegiatan itu adalah acara rutin bu-lanan ke-38 yang diadakan oleh komu-nitas MSB. Mereka namakan pengajian sastra. Kali itu mereka mengaji buku kumpulan cerpen Istri Tanpa Clurit karya penyair asal Tasikmalaya, Bode Riswandi. Sebelum acara utama di-mulai, beberapa penyair membaca puisi.

MSB adalah perkumpulan orang-orang pecinta sastra yang gemar

Hermana, Hanief, Ayi Kurnia, dan Yusef Muldiana.

Mereka membentuk komunitas ini karena menilai banyak penyair muda yang masih kurang membaca karya orang lain, berdiskusi, dan terlalu puas

dengan hanya satu kali berkarya. Ko-munitas ini pun menjadi wadah para penyair untuk berbagi ilmu, belajar, dan mengasah jiwa sastranya, sesuai de-ngan istilah majelis yang berarti tempat duduk mencari ilmu.

Sekilas, nama perkumpulan ini me-mang unik. Istilah yang mereka gunak-an pun berkesan ke-islam-islaman. Se-perti majelis, dewan taqnin, syuro, juga tanfidz. Bahkan kegiatan mereka pun disebut mengaji, istilah yang lazim digu-nakan ketika membaca Alquran.

Namun menurut Ketua Rois Am atau ketua umum majelis Matdon, tidak ada niat apapun memakai istilah itu, selain karena ingin berbeda dan menarik per-hatian. “Kami di sini mendiskusikan sastra. Diskusi itu artinya mengkaji per-soalan. Tidak ada bedanya kan antara mengkaji sastra dengan mengaji sastra,“ ujarnya.

Setiap Jumat, mereka melakukan ‘tadarus puisi’ dari siang hingga larut malam. Sebulan sekali, mereka mem-buat kegiatan yang lebih akbar yang dinamai pengajian sastra yang dilaku-

18.18  

15.41   14.89  

12.800  11.82  

10.87  

8.76  7.54  

0  

2  

4  

6  

8  

10  

12  

14  

16  

18  

20  

2000   2003   2005   2006   2007   2008   2009   2010  

Jumlah  Penduduk  Tuna  Aksara  10  Tahun  Terakhir  (dalam  jutaan)  

Data  dan  Sasaran  Pendidikan  Keaksaraan  2012  

Sumber:  Kemdikbud  dan  BPS,  2012  sumber: kemendikbud dan BPS 2012

14 15Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

laporan utama laporan utama

kan di Gedung Indonesia Menggugat, Jl. Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung. Pada kegiatan itu, mereka mengundang penyair dari luar Bandung yang akan di-kaji karyanya.

Diskusi perdana pengajian sastra mengangkat topik tradisi sastra di Jawa Barat bersama budayawan Hawe Se-tiawan dan wartawan yang juga penyair, Soni Farid Maulana. Giliran bulan-bu-lan selanjutnya hadir berbagai penyair dari berbagai kota termasuk yang top, seperti Acep Zamzam Noor, Binhard Nurohmat, Rukmi Wisnu Wardani, Ramses Simatupang, dan Ahda Imran.

“Kami tidak hanya mengaji puisi saja, tapi juga novel, cerita pendek, teater, film, dan musik,” kata Matdon.

Di kegiatan ini, karya masing-ma-sing peserta yang dibahas harus berani ditelaah, didalami, hingga dikritik pedas oleh para anggota yang hadir. Ini diper-lukan untuk kemajuan karya mereka di masa mendatang.

“Seorang penyair harus senang di-kritik, karena karyanya itu sudah bukan milik sendiri tapi sudah milik publik,” tutur Matdon.

CINTAI BUKU MeLALUI SASTRA Namanya sastrawan, mereka dekat de-ngan buku. Memiliki koleksi buku-buku, tahun 2010 komunitas ini pun mendiri-kan mendirikan taman bacaan masyara-kat (TBM) yang dinamai sama dengan komunitas mereka, Majelis Sastra Ban-dung. Letaknya ada di Jl. Taman Sari No. 69 Area Parkir 3 Kebun Binatang, Kota

Bandung. TBM itu menyatu dengan kios buku yang mereka dirikan, tempat yang sekaligus dijadikan basecamp MSB.

“Buku di sini ada yang dijual, ada pula yang dipinjamkan. Untuk yang memin-jam, silakan baca di sini. Kalau mau di-bawa pulang, harus yang kenal banget dengan kami karena meminjamnya gra-tis,” tutur Matdon.

Untuk para pecinta seni yang kesu-

Direktori  TBM  

Sumber:  Direktori  TBM  Dit.  Bindikmas  (13  Februari,  2012)  

6179  

125   46  

TBM  

TBM  Mobile  

TBM@Mall  

litan mencari buku sastra, TBM ini bisa menjadi salah satu alternatif pilihan un-tuk mencari buku sastra yang sulit dite-mukan di tempat bacaan lain. Seperti kamus bahasa Sunda-Indonesia. Kamus ini memang cukup sulit dicari, tetapi di tempat yang berukuran 3x4 meter ini dapat ditemukan dengan mudah.

Menurut Matdon, pihaknya se-ngaja menghadirkan buku-buku yang sulit ditemukan di pasaran dan per-pustakaan. Saat ini di ruangan bercat hi-jau tersebut terdapat sekitar 400 judul buku sastra, baik yang diterbitkan sen-diri maupun penerbit lain.

Tidak cukup menjadi pecinta buku, sebagai kumpulan penyair mereka juga menerbitkan buku hasil kumpulan karya terbaik mereka. Sudah ada tiga buku yang diterbitkan berjudul Ziarah Kata 44 Penyair (2010) dan Bersama Gerimis (2011), dan Wirid Angin (2012).

APReSIASIMSB adalah salah satu bentuk TBM yang lahir dari suatu komunitas, bukan yang menyatu dengan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Peluang kebertahanan TBM ini untuk hidup cu-

kup besar karena lahir dari suatu per-kumpulan yang solid. Taman bacaan menjadi pelengkap dan penunjang ak-tivitas komunitas.

Menurut Ketua Pengurus Wilayah Forum TBM (PW FTBM) Jawa Barat Heni Rohaeni, saat ini mulai bermun-culan TBM yang lahir dari suatu komu-nitas. Dari komunitas seniman sejenis MSB saja, ada 29 TBM yang bermukim di Bandung Raya.

Heni menyambut baik fenomena ini. Menurut dia, TBM oleh komunitas me-rupakan salah satu bentuk yang efektif dalam memelihara keaksaraan masya-rakat. Menurut dia, TBM yang baik se-laiknya memang tidak hanya berfungsi sebagai sarana edukasi saja, tapi juga se-bagai tempat rekreasi.

“Memunculkan TBM rekreatif se-perti ini adalah suatu loncatan,” katanya.

Selain itu, ia mengapresiasi MSB yang aktif melakukan kegiatan menulis. “Un-tuk memelihara keaksaraan tidak cukup hanya dengan meningkatkan minat baca saja, tapi juga menulis,” tutur Heni.

Saat ini kegiatan menulis belum ja-mak digiatkan oleh pengelola TBM. Ia berharap budaya menulis mulai dite-

rapkan di TBM lainnya.Meski positif, ia mengakui masih

ada kesenjangan antara TBM yang ber-basis PKBM dengan yang terlahir dari komunitas. Masih ada rasa kurang ke-bersamaan di dalamnya. Setidaknya itu terjadi di wilayah kepengurusannya.

Ini disebabkan TBM dari komunitas biasanya tidak berminat dengan aturan formal, misalnya mengurus perizinan. Ketika mereka turut dibina oleh peme-rintah, hal tersebut memunculkan selisih paham antar anggota forum TBM. Ada beberapa pihak yang merasa keberatan.

“Padahal, kalaupun mereka tak me-miliki izin tapi mereka tergabung dalam suatu forum TBM maka mereka dapat difasilitasi oleh pemerintah. Misalnya bisa mengikuti pelatihan TBM yang di-selenggarakan pemerintah,” kata Heni.

Diakui Matdon, TBM MSB tak memi-liki izin dari dinas pendidikan maupun tak berakta notaris karena mereka tak punya depedensi terhadap pihak lain. “Kami tidak berharap meneriman bantu-an dari pemerintah, kami melaksanakan kegiatan kami dengan mandiri,” ujarnya.

Ya, MSB memang mandiri. Matdon bahkan terang-terangan menyatakan

Ketua Pengurus Wilayah Forum Taman Bacaan Masyarakat (PW FTBM) Jawa Barat Heni Rohaeni. Berdasarkan keanggotaan Forum TBM, saat ini di Jabar mulai bermunculan TBM yang didirikan oleh komunitas.

sumber: Direktori TBM Dit. Bindikmas (13 Februari 2012)

17Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI16 Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

laporan utama

bahwa mereka tak hanya menolak ban-tuan pemerintah, tapi juga dari partai politik. Mereka ingin mandiri tak hanya dari segi dana, tapi juga mandiri tanpa ditempeli kepentingan dari pihak lain.

“Kami bahu-membahu memberikan apa yang kami bisa beri. Kalau kami me-ngadakan tadarus puisi, ada saja anggota memberi kelancaran, misalnya menye-diakan makanan,” katanya.

Bahkan, ujar dia, penyair yang me-reka undang dari luar kota datang de-ngan ongkos sendiri dan sebagian me-numpang tidur di rumah teman.

TBM PADA PKBM JUGA MUMPUNIHeni mengatakan kesenjangan itulah yang tengah ia coba untuk tengahi. Me-nurut dia, yang terpenting dari suatu TBM adalah aktivitas di dalamnya. Ke-beradaan TBM dari komunitas perlu di-rangkul. Ia juga mengkritik keberadaan TBM yang seringkali menjadi sekedar sudut baca yang sepi pembaca.

“Sering saya lihat TBM hanya berupa rak kecil di sudut ruang dengan sedi-kit buku-buku tapi dinamai TBM. Itu sih menurut saya namanya cuma sudut baca. TBM itu harusnya menarik dan menyenangkan,” kata Heni.

Meski demikian, Heni menyatakan PKBM juga merupakan pengada TBM yang mumpuni. Bahkan, Heni juga me-rupakan penggerak TBM melalui PKBM Melati di Jl. Panyawangan II No.8 Kom-plek Panghegar Permai II, Kota Ban-dung.

Selain dipenuhi anak-anak sekolah dasar pada siang hari, tempat ini juga menjadi tempat ibu-ibu menambah ilmu pada pagi hari. Mereka ini tidak ha-nya membaca tapi juga menulis.

“Di TBM Melati, saya mengajak ibu-ibu yang sedang menunggu anaknya be-lajar di PAUD Melati untuk menulis apa saja,” ujar Heni.

Sebagai motivasi, Heni pernah me-nyelenggarakan lomba resensi buku.

Hasil karya itu ia lombakan. Semua karya-karya yang dibuat oleh peserta ditempel di dinding TBM. Tentunya, penulis terbaik akan mendapat hadiah.

Agar membaca menjadi suatu kebia-saan, ia juga mengaitkan kegiatan edu-kasi dengan ekonomi. Jadi pengetahuan yang diberikan pada kegiatan TBM da-pat digunakan masyarakat untuk me-ningkatkan taraf hidupnya.

Ditekankan Heni, sulit untuk meng-hidupkan TBM apabila tidak dikaitkan dengan peningkatan kemampuan eko-nomi. Untuk itu, TBM Melati kerap di-warnai dengan berbagai kegiatan yang produktif.

“Misalnya kami membuat praktik memasak. Di balik kegiatan itu ibu-ibu membaca buku resep masak, artinya mereka memelihara keaksraan. Mereka juga sekaligus keterampilan yang bisa digunakan untuk berwirausaha,” ujar-nya.

(wp-7)

Matdon, lebih populer dengan sebutan Kyai Matdon. Ia adalah penyair, pecinta sastra asal Bandung. Sejak belia, ia berbakat menulis puisi. Karya puisinya pertama kali dimuat di Suara Karya ketika masih duduk di bangku SMP.

Memilih tenggelam lebih dalam ke dunia tulis-men-ulis, Matdon menjadi wartawan di Suara Karya tahun. Ia lanjut menjadi wartawan di Galamedia. Berbagai me-dia pun ia singgahi. Mulai dari LKBN Antara, tabloid po-litik Monitor, radio Mora, Info Kota, dan radio Cosmo.

Saat ini Matdon tetap menulis. Ia menerbitkan an-tologi puisinya “Persetubuhan Bathin” bersama penyair Deddy Koral, pada awal tahun 2002 lalu. Tahun 2003, kembali menerbitkan antologi puisi tunggal “GARIS LANGIT”. Buku kumpulan puisi terbarunya berjudul Sakarotul Cinta, terbit tahun lalu. Hingga saat ini Mat-don masih sibuk melakukan roadshow ke berbagai kota mempromosikan buah karyanya itu.

Ia juga masih menulis dengan tema budaya. Tulisan-tulisannya itu hingga kini masih menghiasi lembaran budaya The Jakarta Post, Sinar Harapan, LKBN Antara, Bali Post, Galamedia dan Pikiran Rakyat.

Tidak cukup hanya membangun diri, ia juga merang-kul para penyair muda dengan aktif mengasuh Majelis Sastra Bandung (MSB).

Untuk merawat MSB, Matdon bahkan harus rela merogoh kocek sendiri. “Sudah tiga kali saya menjual hape, untuk bayar kontrakan kios dan TBM, juga untuk mendukung kegiatan,” katanya.

Meski demikian, ia tidak keberatan. MSB dianggap-nya sebagai ladang amal.

“Jika orang lain memberikan sedekah dengan mem-beri makan anak yatim atau memberi ke pengemis, saya menganggap aktivitas di komunitas ini adalah sedekah yang saya lalukan. Umur manusia itu pendek, semen-

tara itu karya itu tidak akan pernah mati,” kata Matdon.Oleh karena itu ia tak pernah hitung-hitungan untuk

komunitas ini. Bertekad tak mau menerima bantuan dari pemerintah dan partai politik, ia berani merogoh kocek sendiri. Bahkan, sudah tiga kali ia menjual ponsel untuk membayar sewa kios dan TBM. Beruntung, istri dan anak mendukung kegiatannya ini. “Tidak ada pen-gorbanan, yang ada keikhlasan,” ujarnya.

Ratna M. Iwan, salah satu anggota komunitas MSB menggambarkan Matdon sebagai “ayah yang keibuan”. Ini karena banyak penyair berasal dari MSB yang dibina Matdon. Mereka sudah berhasil konsisten membuah-kan karya bahkan membukukannya.

“Matdon sudah membesarkan para penyair muda di perkumpulan kami. Dia membina kami. Kalau ada ang-gota yang sudah jadi penyair yang berhasil, seringkali mereka lepas ke luar. Kadang-kadang masih ada yang ingat untuk pulang ke MSB, tapi kadang ada yang tidak,” kata Ratna. Meski komunitas ini melulu bersinggungan dengan sastra, tapi komunitas ini tidak hanya diperun-tukkan untuk penyair, tapi terbuka untuk umum.

Dari sekitar 30-40 jemaah tadarus puisi, misalnya, kebanyakan berasal dari kalangan mahasiswa berbagai kampus di Bandung. Lainnya ada yang bekerja sebagai pramugari, guru sekolah dasar, dan dosen. Memang, tak ada syarat khusus untuk menjadi anggota komunitas sastra ini.

“Yang datang untuk mengikuti tadarus puisi tidak semua aktif. Ada yang cuma datang, diem, perhatiin ke-giatan, tapi akhirnya banyak yang rutin datang,” kata Rezky Darojattus Sholihin, seorang anggota komuni-tas MSB. Ia pun mengaku dirinya juga seperti itu awal mulanya. Sekarang ia mulai belajar membuat puisi dan sajak. Menjadi benih penyair yang dibina seorang “ayah yang keibuan”. (wp-7)

Matdon, sang kyai sastra

18 19Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

laporan utama

Ada-ada saja yang dilakukan para pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Arjasari, Bandung, untuk menarik mi-

nat baca anak-anak, para remaja, bah-kan para orang tua. Salah satunya ber-keliling kampung menggelar topeng monyet. Penonton yang datang disuguhi buku bacaan. Pelan tapi pasti upaya itu membuahkan hasil.

Kini, taman bacaan yang lokasinya berada di perumahan tepatnya di Kota Baru Arjasari Blok A 21, selalu dikunjun-gi banyak pengunjung bahkan setiap hari Sabtu dan Minggu dan hari libur besar, jumlahnya bisa mencapai 200 orang.

“Yang datang bukan saja didominasi anak-anak dan remaja, tapi orang tua, terutama para ibu. Bacaan mereka ke-banyakan majalah wanita atau tentang resep makanan,” kata Agus Munawar, pemilik sekaligus pendiri TBM Arjasari.

Uniknya lagi, perpustakaan tersebut

mempunyai jam buka yang tidak terba-tas. Selama 24 jam TBM dengan koleksi 3000 buku yang ada di ruang dapur ber-ukuran 2 x 3 meter ini selalu dikunjungi.

“Siang didominasi anak-anak, re-maja, bahkan para ibu. Kalau malam ke-banyakan bapak-bapak yang membaca hingga larut malam,” kata Agus lagi.

Banyaknya perhatian masyarakat terhadap TBM Arjasari membuat Agus agak kewalahan. Dia kemudian meng-ajak sebagian dari pengunjung menjadi relawan mengurusi keperluan para pe-ngunjung.

“Awalnya memang hanya mengurus keperluan pengunjung tapi sekarang su-dah berinovasi berbagai kegiatan yang tujuannya menarik pengunjung. Salah satunya tontonan topeng monyet” tam-bah Agus.

Seperti yang dituturkan Asep, maha-siswa di Kota Bandung, jika sedang tidak ada kegiatan di kampusnya, ia ikut aktif

mengurusi keperluan para pengunjung, dan Andi yang berprofesi sebagai peng-usaha pemotongan ayam, masih sempat meluangkan waktunya untuk menjadi relawan.

“Saya rela jadi relawan karena tujuan TBM ini sangat mulia terutama meng-ajak anak-anak untuk mencintai buku,” kata pria berusia 19 tahun ini.

Dalam melaksanakan kegiatannya, para relawan ini juga mampu mengajak para ibu untuk berkarya seperti mem-buat tas, dompet dan berbagai kegiatan lain bisa menghasilkan uang.

“Saya bersyukur karena para relawan di sini mampu mengelola TBM dengan baik,” kata Agus.

Dengan sistem pengelolaan yang melibatkan masyarakat itu, wajar saja TBM-Arjasari pernah menggondol Juara Pertama Lomba Perpustakaan Masyarakat Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2006. (wp-2)

toPeng Monyet pEnarik minaT baca

TBM BANGUN BUDAYA BACA MASYARAKAT

oleh: Dadan Mulyana, S.Si*

Bangsa yang maju adalah bangsa yang berbu-daya. Tidak disangkal lagi bahwa bangsa In-donesia adalah bangsa yang kaya akan ane-ka ragam budaya yang mengagumkan. Akan

tetapi, budaya luhur yang telah diwariskan itu seperti habis ditelan roda zaman peradaban. Salah satu pe-nyebabnya adalah karena generasi penerusnya tidak gemar membaca dan mempelajari sejarah.

Oleh karena itu, salah satu cara untuk memperta-hankan budaya luhur bangsa adalah dengan melahir-kan generasi senang baca. Ada hubungan yang kuat antara bangsa yang maju dengan tingginya minat baca. Artinya semakin tinggi kebiasaan membaca ma-syarakatnya maka semakin maju pula bangsanya.

Membaca merupakan salah satu cara untuk bela-jar dan menambah ilmu pengetahuan. Keterampilan membaca tidak mudah untuk dikuasai oleh sese-orang. Oleh karenanya membaca harus dimulai sejak dini agar menjadi kebiasaan. Keterampilan membaca memerlukan proses pembiasaan dan dilatihkan se-

jak anak usia dini. Melalui pembiasaan sejak dini di-harapakan kebiasaan yang terbentuk akan menum-buhkan budaya membaca di masyarakat.

Jika ada pertanyaan, bagaimana sebuah bangsa masuk kategori maju atau terpuruk? Jawabannya, lihatlah mentalitas belajar masyarakatnya, dan buku merupakan jendela yang dapat membuka wawasan dan menciptakan perubahan. Untuk melahirkan generasi seperti itu diperlukan sarana pendukung, dan program pengadaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah solusi terbaik yang bisa dilakukan.

Menumbuhkan minat baca harus ditumbuhkan dari sejak usia dini. Orang tualah yang memiliki peran penting untuk menciptakan lingkungan yang gemar membaca.

Taufani C.K dalam bukunya Meng-install Minat Baca Siswa mengatakan bahwa anak-anak usia dini perlu diperkenalkan dengan dunia membaca. Otak mereka akan merekam isi bacaan apapun yang di-sampaikan orang tuanya dalam gaya cerita. Hal ini

o p i n i

Foto-foto: Facebook TBM Arjasari

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Makmur Jaya, Kec. Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku.

20 21Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

opiniopini

telah diperaktikkan dan menjadi tradisi di Jepang dengan gerakan 20 Minutes Reading of Mother and Child.

Dalam buku yang sama, Taufani C.K menjelaskan bahwa pada usia bayi su-dah dilahirkan sel-sel otak (neuron) hingga mencapai 25 persen dari otak orang dewasa serta mengandung 10 mi-lyar sel otak. Pada saat anak-anak beru-

mur tiga tahun,

pertumbuhan otaknya sudah mencapai 90 persen dari otak

dewasa. Setelah usia tiga tahun, tinggal fase pembesaran dan pematangan neu-ron.

Di masa pertumbuhan inilah, sepat-utnya orang tua berusaha untuk mera-wat otak anak-anak. Dengan membe-rikan banyak gizi serta masukan-ma-sukan informasi sebagai sebuah proses internalisasi positif sejak dini yang bisa menumbuhkan perkembangan otak anak semakin lebih baik.

Menurut riset mutakhir, reading aloud punya banyak nilai plus: mena-namkan cinta baca; menumbuhkan sto-ry grammar yang memungkinkan anak kelak dapat mengapresiasi dan menulis karya sastra; mengembangkan wawasan dan keterampilan berbahasa dengan se-gala aspeknya termasuk nalar verbal.

Sementara, diskusi pengalaman ba-ca-tulis bukan saja akan memperkaya

meningkatkan pengetahuan dan wa-wasan masyarakat, kualitas masyara-kat, pengembangan potensi daerah, pengembangan industri, dan mampu menjadi katalisator kehidupan sosial masyarakat. Hal ini berarti bahwa re-vitalisasi peran dan fungsi TBM untuk mendukung proses pembelajaran ma-syarakat sepanjang hayat perlu untuk tetap diupayakan.

OLeh, DARI, DAN UNTUK MASYARAKATDewasa ini, maraknya program aksi peningkatan minat baca masyarakat diwarnai dengan munculnya banyak Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di berbagai wilayah di Indonesia. Tercatat tidak kurang dari 5.000 TBM ada di In-donesia. Jumlah ini menunjukkan ting-ginya kepedulian masyarakat terhadap minat baca.

TBM bisa dikategorikan sebagai per-pustakaan masyarakat karena sasaran

utamanya adalah warga masyarakat, terutama bagi masyarakat

d i daerah yang sulit dijangkau oleh perpustakaan kota maupun perpustakaan daerah. TBM hadir se-bagai tempat baca dengan suasana yang sederhana dan lebih fleksibel.

TBM terbuka bagi siapa saja yang mau memanfaatkannya. TBM didesain layaknya taman yang sarat dengan ke-hangatan susasana alam. Sehingga yang didapatkan oleh orang yang berkunjung

wawasan dan mempercanggih nalar, tapi juga membantu menumbuhkan ke-sadaran akan fungsi bahasa sebagai pu-sat kegiatan berpikir.

Jika kebiasaan-kebiasaan ini bisa berurat-akar dalam keseharian bangsa ini, niscaya kita akan segera mentas dari kebiasaan berbicara dan berpikir intui-tif semata (yang menandakan tingkat keberadaban yang relatif terbatas) dan beranjak ke arah berbicara dan berpikir

tertib dengan basis akal budi dan tang-

gung jawab (yang men-cirikan tingkat keberadaban yang le-bih matang). Untuk bisa mencapainya, peran orang tua dibutuhkan, terutama dalam mengolah perilaku literasi anak-anaknya.

TBM TINGKATKAN BUDAYA BACA Taman Bacaan Masyarakat, komunitas literasi, perpustakaan berbasis komu-nitas atau apapun namanya, kini telah berkembang begitu pesat di masyara-kat Indonesia. Sayangnya jargon-jaron yang dikembangkan oleh para pengelola TBM kadang tumpang tindih. Misalnya meningkatkan “minat baca” dan “buda-ya baca” kadang dianggap sama.

Sebetulnya, tahap awal menuju ket-erbacaan adalah “minat baca” (reading interest). Secara teoretis, jika di sebuah masyarakat sudah terjalin dengan baik di tahap ini, barulah berlanjut pada ta-hap selanjutnya yaitu “kebiasaan mem-

baca” (reading habit). Pada tahap ini, jika kebiasaan terus

berlanjut secara turun temurun. Inilah yang dinamakan “budaya baca” karena proses budaya adalah proses berkelan-jutan. Bukan berhenti pada titik mem-peroklamirkan diri.

Ia hadir dalam ruang lingkup yang sangat panjang dan perlu keapikan dari pelbagai lini. Untuk terus berupaya agar tali kebiasaan itu tidak putus di tengah jalan. Sehingga pada tahap akhir akan terlihat apa yang disebut sebagai “ke-mampuan membaca” (reading ability).

Membaca adalah salah satu dari em-pat keterampilan berbahasa,

dengan demikian mem-baca bukan ha-

nya per-

soalan teo-retis belaka. Mem-baca harus dihadirkan dalam tindakan, menjadikannya kebia-saan. Kemahiran adalah gol terpenting dalam membaca. Untuk para pengelola TBM, seyogyanya menjadi pionir sekali-gus penggerak agar segala macam yang berhubungan dengan keterbacaan men-jadi pergulatan keseharian.

TBM mempunyai peran dan fungsi strategis untuk melayani masyarakat yang karakteristiknya beragam. Untuk itu, dalam pengembangannya TBM ha-rus ditujukan untuk melayani masya-rakat sesuai dengan karakteristik sos-ial, ekonomi dan geografisnya (Warta, 2007:26).

Pengembangan program TBM mem-berikan dampak yang signifikan untuk

ke TBM adalah pleasure, ketenangan dan kebahagiaan. Namun tampaknya ada yang silap, kemunculan TBM di ma-syarakat tidak dibarengi dengan pema-haman yang luas makna dari TBM. Aki-batnya, masyarakat awam beranggapan bahwa Taman Bacaan Masyarakat (TBM) hanya sebatas pada tempat ba-caan saja. Bahkan ada yang beranggapan sebagai gudang buku yang tidak terpa-kai.

TBM adalah hasil kretivitas seka-ligus bentuk kepedulian masyarakat terhadap rendahnya minat baca yang ada di masyarakat. Dinamakan “taman bacaan” karena diharapkan orang yang berkunjung di sana serasa berada di da-lam taman sesungguhnya yang sarat de-ngan keindahan alam. Juga taman yang dihiasi oleh berbagai bunga dan aliran air yang mengalir di sekelilingnya, sehingga orang yang berada di dalamnya menjadi kerasan dan

n y a -man berada di sana.

TBM adalah sosok per-pustakaan yang humanis dan ramah lingkungan. Jika selama ini kita sering mendengar istilah green library, maka TBM ini bisa dikategorikan ke seba-

gai green library karena pada dasarnya TBM hadir dengan konsep alam (ling-kungan) yang dipadukan dengan konsep perpustakaan.

AGeN INFORMASISelain desainnya yang sangat humanis, keberadaan TBM di masyarakat ter-nyata mempunyai peran yang sangat vital. Dalam hal ini TBM mempunyai fungsi sebagai salah satu agen infor-masi. TBM menjadi sumber sekaligus penyedia utama informasi di masya-rakat.

TBM me-nempati p o -

sisi yang strategis dalam mengatasi kesenjangan informasi di tengah-tengah masyarakat. Selama ini akses informasi dirasa mahal

22 23Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

opini opini

dan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang berkapital. Namun dengan adanya TBM, akses informasi menjadi lebih mudah dan murah. TBM membe-rikan informasi secara bebas dan gratis bagi siapa saja yang membutuhkan.

Fakta mahalnya biaya pendidikan, kini bukan menjadi kendala utama bagi masyarakat untuk tidak bisa mendapat-kan pendidikan yang layak. Anggapan bahwa pendidikan hanya bisa diperoleh di bangku sekolah harus segara diubah. Pendidikan bisa didapatkan di mana saja dan oleh siapa saja, termasuk di TBM.

TBM tidak hanya berfungsi sebagai tempat berkumpulnya informasi, te-tapi juga berfungsi sebagai tempat be-lajar yang tidak terbatas pada ruang dan waktu ( long life education). Pendidikan di TBM terbuka bagi siapa saja dan bah-kan bisa didapatkan secara bebas dan gratis. TBM menyediakan berbagai ilmu pengetahuan baik yang terdapat di bangku sekolah maupun yang tidak ada di bangku sekolah. TBM mendidik de-ngan mengajak masyarakat berkreati-fitas melalui membaca. Karena dengan membaca bisa membuka jendela dunia dan bisa menjadikan manusia berfikir lebih bijaksana.

warga masyarakat. Film yang diberikan tentunya film yang mempunyai nilai edukatif dan bisa memotivasi. Selain itu, di TBM ada wahana tulis-menulis. Di sini diajarkan bagaimana cara dan praktik menulis. Di antaranya adalah menulis mimpi, menulis kekayaan desa ataupun pengalaman pribadi. Dan ma-sih banyak wahana lain yang bisa dinik-mati di TBM.

Nongkrong pun bisa di TBM. Nong-krong bareng dengan keluarga, teman dan tetangga, sehingga rasa kekeluar-gaan antar warga bisa terjalin secara harmonis. Ada beberapa TBM yang se-ngaja membuka jam layanannya sampai dengan 24 jam sehingga pengunjung bebas ingin datang kapan saja. Semua wahana yang disediakan TBM bersifat gratis. Pengunjung cukup datang dan kemudian bebas menikmati segala fasil-itasnya.

Kegiatan-kegiatan di atas adalah sa-lah satu bentuk kreatifitas TBM dalam upaya meningkatkan minat baca ma-syarakat. Dan diharapkan dengan ada-nya program-program kreatif di TBM mampu mengoptimalkan gerakan cinta baca di masyarakat. Sebuah harapan yang mengandaikan adanya program-program kreatif yang lebih unik di setiap

Selain itu, TBM juga menyediakan berbagai kegiatan-kegiatan atraktif yang bisa meningkatkan kreatifitas ma-syarakat. Misalnya pengenalan kepada kebudayaan lokal yang semakin hilang karena kalah dengan permainan mo-dern yang lebih canggih. Lebih dari-pada itu, TBM juga menyediakan ke-giatan peningkatan soft skill baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Hal ini dilaksanakan agar mereka bisa mem-praktikkan secara langsung apa yang di-dapatkan dari membaca. Dengan begitu mereka akan mengerti betapa penting-nya membaca.

PeNGeLOLAAN TBM YANG MeNARIKPengelolaan TBM agar menarik perha-tian masyarakat, maka para pengelola TBM harus menempatkan TBM sebagai suatu tempat yang menarik perhatian-nya. TBM bukan sekedar tempat buku menumpuk. Tetapi TBM berfungsi se-bagai pusat segala informasi dan pendi-dikan di masyarakat, serta sebagai tem-pat wisata keluarga yang asyik.

TBM harus bersifat fleksibel dan hu-manis. Artinya, TBM memanjakan pen-gunjungnya yang ingin datang. Berkun-jung ke TBM tidak perlu bersepatu dan berbaju krah. Pengunjung bebas datang

ke TBM dengan memakai pakaian apa-pun asalkan sopan dan nyaman. Di TBM, pengunjung bebas bermain asal-kan masih dalam kondisi membaca. Ada beberapa TBM yang juga menyediakan permainan tradisional.

Hal ini sebagai wujud kepedulian untuk melestarikan kesenian-kesenian daerah yang sekarang kurang diminati. Bagi orang tua yang ingin mengenalkan anak-anaknya dengan kesenian lokal, maka TBM adalah salah satu solusi yang tepat. Dengan mengajak anak-anak ke TBM, sebenarnya telah mengajari anak-anak untuk cinta baca. Dan hal itu menjadi bekal yang berharga bagi masa depan anak-anak nantinya.

TBM juga harus dapat menawarkan berbagai wahana wisata yang bisa di-nikmati. Di antaranya adalah wahana mewarnai gambar. Di dalam wahana ini, anak-anak diajari untuk mewar-nai gambar sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Selanjutya adalah wa-hana story telling. Di dalam wahana ini, anak-anak diajak untuk mendengarkan cerita-cerita edukatif yang dikemas se-cara menarik.

TBM juga menyediakan wahana watching movie. Kegiatan ini bisa di-nikmati bersama keluarga, teman dan

TBM.Sebagai contoh TBM Rumah Dunia,

menu wajib Gempa Literasi ala TBM yang dikomandani Gol A Gong, per-aih IKAPI Award 2011 untuk kategori Penggiat Literasi, berupa simulasi yang bersifat kompetisi. Diharapkan masya-rakat di sekitar TBM bisa termotivasi untuk datang ke TBM, tertarik mem-baca, kemudian menjadikan membaca bagian dari budaya hidupnya.

“Jika gempa literasi diselenggarakan secara konsisten dan kontinuitasnya perminggu atau perbulan seperti di Ru-mah Dunia, insya Allah, selama sepuluh tahun akan muncul peradaban baru di kampung dimana TBM itu berada,” ujar Gol A Gong.

Kegiatannya, pertama berupa orasi literasi dari pejabat atau tokoh setem-pat, bisa gubernur, bupati, camat, bah-kan RW dan RT. Naskah orasi literasi ini, Menurut Agus Irkham, Litbang Forum TBM, “Kelak naskah orasi litrerasi itu kita kumpulkan dan diterbitkan men-jadi sebuah buku.”

Kedua, pertunjukkan seni yang me-libatkan komunitas seni setempat, bo-leh musikalisasi puisi, seni tradisional, teater kontemporer, pembacaan puisi, monolog, nge-band, konser piano atau

biola tunggal, pameran lukisan, dan apa saja yang bersifat produk kebudayaan.

Ketiga, pelatihan apa saja, mulai dari ketrampilan menulis, bisa yang bersifat kewirausahaan atau life skill lainnya. Wien Muldian, Sekjen Forum TBM yang pustakawan menawarkan, “Pelatihan tentang katalogisasi itu penting untuk perkembangan TBM selanjutnya.

Keempat, bazaar buku, silahkan bekerjasama dengan penerbit lokal atau besar seperti Gramedia Pustaka Utama Full, Kepustakaan Populer Gramedia, Penerbit Mizan, Gagas Media, Zikrul Hakim, dll. Beberapa TBM sudah mela-kukan ini.

Kelima bedah dan peluncuran buku, dimana diutamakan penulis-penulis dari TBM setempat, agar bisa mem-buktikan kepada masyarakat setempat, bahwa TBM tersebut memberi manfaat

Keenam hibah buku dari orang-orang yang mampu dimana nanti buku-buku-nya didistribusikan ke kantung-kantung baca di wilayah dimana kegiatan ber-langsung.

*Penulis adalah staf Bagian Hukum dan Kepegawaian Sekretariat Direktorat

Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal.

Seorang anak membaca di Taman Bacaan Masyarakat yang dikelola Balai Belajar Bersama (B3), Desa pagersari, Kec. Patean, Kab. Kendal, Jawa Tengah.BM Berkah desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kab. Pandeglang.

24 25Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

profilkolom

Kondisi ekonomi orang tua yang kurang, membuat Sri Muntasi tidak mungkin melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi. Selulus dari SMA, ia pun berkeinginan untuk segera bekerja. Namun gadis asal Ngadiluwih Kediri itu menyadari, bekal ijazah SMA saja tidak cukup bagi dia untuk bersaing di dunia kerja. Sebab ijazah itu tidak akan men-dukungnya untuk mendapat pekerjaan yang layak.

Keinginan Sri adalah melanjutkan program kursus satu tahun. Ketika itu, berbagai informasi mengenai lembaga kursus ia cari. “Setelah mencari tahu, saya dengar cerita sukses teman-teman saya yang cepat mencari kerja,” kata-nya. Mereka adalah alumnus yang telah menempuh pendidikan Program Pen-didikan 1 Tahun di LKP (Lembaga Kur-

Konon, di suatu negeri yang sangat maju diciptakan generasi yang gemar membaca melalui perpustakaan di di negerinya. Tua-muda, miskin-kaya gratis membaca. Bisa

dipastikan seluruh warga di negeri itu gemar memba-ca. Bisa dipastikan di negeri itu tidak ada tawuran ka-rena semua warganya tersihir dalam kalimat-kalimat yang dibacanya.

Itu mungkin hanyalah mimpi, tapi mimpi bisa menjadi kenyataan. Cara mewujudkannya tentulah adalah dengan usaha. Mari kita wujudkan masa depan yaitu “Semua anak negeri ini gemar membaca !!!!”

Membaca itu banyak manfaatnya. Begitu penting-nya kegiatan membaca hingga pepatah mengatakan bahwa “Buku adalah jendela dunia”. Pertanyaan se-lanjutnya adalah apakah kita memiliki wahana/sarana untuk membaca ?? Apa itu sarana membaca?

Taman Bacaan. Perpustakaan. Rumah Baca. Sta-siun Baca. Gerai Membaca. Apapun namanya, semua berkaitan dengan buku dan kegiatan membaca. Bagi anda yang tertarik untuk mendirikan taman bacaan berikut ini beberapa kiat yang bisa dipelajari:

MeNeNTUKAN MODeL TAMAN BACAAN Apakah taman bacaan/perpustakaan yang akan diba-ngun merupakan perpustakaan pribadi yang dibuka secara gratis untuk umum atau taman bacaan/per-pustakaan yang ditopang oleh yayasan? Seberapa ba-nyak sumber daya (waktu, tenaga, pikiran) yang bisa diberdayakan? Anda perlu memikirkan ini dari awal karena akan sangat berpengaruh pada jalannya taman bacaan/perpustakaan nantinya. MeNGUMPULKAN BUKU SeBAGAI MATeRI UTAMA TAMAN BACAAN. Buku-buku ini bisa diperoleh dari koleksi pribadi atau membeli buku baru maupun bekas, serta meminta bantuan pihak lain untuk menyumbangkan buku. TeNTUKAN LOKASI DAN TeMPATTempat apa pun pasti mengasyikkan bagi anak-anak kalau bukunya banyak, dan pengelolanya ramah serta penuh cinta. Namun, ada beberapa hal yang bisa di-pertimbangkan:

Garasi, ruang tamu, teras rumah atau halaman ru-mah pun bisa digunakan. Jika memiliki kemampuan, bangun saung di tengah pekaranganan sebagai ruang baca. Atau menyewa tempat di lokasi strategis).Ta-

man bacaan juga bisa meminjam pos kamling/tempat nong krong/ gedung olah raga, ruang RT/RW, ruangan di masjid/TPA, atau minta tempat di balai desa.

MeMPersiaPKan sarana dan Prasarana MeMILAh BUKU-BUKU DAN MAJALAh

Dari jenisnya, buku bisa dipilah-pilah. Susun buku sesuai dengan kategorinya.Penomoran koleksi buku yang tersedia. Buku-buku tersebut diberi nomor atau kode baik dengan stiker maupun stempel. Hal ini untuk me-mudahkan pendokumentasian dan tanda pengenal buku.

RAK-RAK BUKUBeli rak-rak buku atau buat sendiri (yang murah saja). Buku yang selalu tersusun rapi akan mensu-gesti anak untuk ikut menjaga kerapiannya.Buku tulis atau file untuk operasional taman ba-caan Buat buku file berisi data anggota perpustakaan yang bisa digunakan untuk referensi jika ada yang terlambat mengembalikan buku. Jika diperlukan, buat juga kartu anggota.

TeMPAT UNTUK MeMBACASediakan tempat untuk membaca: Gelar tikar atau karpet, susun bangku-bangku kecil, bangku pan-jang atau apa saja yang membuat anak-anak me-rasa nyaman untuk membaca.

APABILA MeMUNGKINKAN SeDIAKAN RUANG KhUSUS Barang-barang nonbuku juga bisa membuat betah anak-anak. Crayon, cat air, kertas-kertas berwarna, kertas gambar, manik-manik, dan benda-benda kerajinan tangan lain. Agar kepercayaan diri pem-buatnya berkembang, pajang karya mereka di al-bum atau di dinding ruangan. Bisa juga disediakan mainan edukatif dari balok dan puzzle.

Hal-hal yang bersifat teknis seperti tersebut diatas memang penting, namun demikian persiapan yang si-fatnya nonteknis pun perlu dipersiapakan. Kerja ke-ras, sabar, semangat yang tak pernah padam, kreasi dan inovasi yang tinggi sangat diperlukan untuk pe-ngembangan Taman Bacaan Impian Anda.

(Sumber data: Kompilasi pengalaman pengelola perpustakaan anak

anggota jaringan 1001 buku)

taMan Bacaan idaMan

oleh: Dra. Yari Isnaeni M.M

leMBaga kursus pelatiHan (lkp) terra coMputer systeM keDiri

susun kurikulum sEsuai KeButuhan usaha

sus Pelatihan) Terra Computer System Kediri (TCSK). Iapun ingin mengikuti jejak sukses temannya tersebut.

Pilihan hati Sri jatuh kepada lembaga yang didirikan oleh Sugiyanto Sutikno itu. Ia pun kemudian terdaftar menjadi siswa Pendidikan 1 Tahun Program Ke-ahlian Web Desain angkatan 2009/2010. Menurut dia, sistem pembelajaran di LKP TCSK itu sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dunia kerja.

“Aplikasi praktik yang saya dapat dulu berguna dalam dunia kerja,” ung-kap editor di Sonni Video Shooting itu.

Pimpinan LKP TCSK, Moch. Imadu-din membenarkan apa yang dinyata-kan Sri tersebut. Dari 1.200 lulusan pada tahun 2011sebanyak 95 persen mampu diserap Dudi. Ada sebanyak 130 perusahaan yang telah menjadi mi-tra serapan lulusan lembaga yang men-

dapatkan Penilaian Kinerja Lembaga A oleh Ditjen PNFI Kemdiknas (sekarang Ditjen PAUDNI Kemdikbud) pada 2010 lalu. Beberapa instansi itu adalah PT Gudang Garam, PT Telkom Kediri, PT SUN TV, PT Bali TV, dan lainnya.

Ia mengklaim bahwa instansi yang merekrut siswa lulusannya itu rata-rata menyatakan rasa puas. Mengapa, se-bab lembaganya itu mencetak sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan industri (Dudi). “Kami undang mereka dalam penyusunan kurikulum Dudi,” kata pria kelahiran Kediri, 22 Januri 1974 ini.

Pihak LKP yang berlokasi di Jl. Balowerti II/26-30 Kediri, Jawa Timur ini akan menyodorkan kurikulum yang dirancangnya untuk kemudian dibahas bersama. Biasanya, kata Imadudin, pe-nambahan Dudi sebagian besar adalah

Pemimpin LKP Terra Computer System Kediri, Moch. Imadudin.

26 27Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

profil

agar teori tidak diberikan terlalu ba-nyak. Untuk itu, sistem yang dipakai adalah komposisi teori sebanyak 20 per-sen dan praktik hingga 80 persen. Selain itu, lembaga juga menerapkan sistem studi lapangan, yaitu praktik kerja la-pangan dan observasi kunjungan per-usahaan.

Ia mengatakan bahwa pihaknya ber-komitmen untuk membuat kurikulum sesuai kebutuhan Dudi. Sebagai contoh, misalnya dalam hal aplikasi Microsoft Office, lembaga akan membuat standar pengetikan surat yang ditetapkan se-suai standar baku. Ada pedoman khu-sus untuk membuat surat resmi, surat transaksi kantor, ataupun niaga. “Jadi belajar di sini aplikatif sesuai kebutuhan perusahaan,” tambahnya.

Karena tingginya intensitas pembe-lajaran praktik, maka tak tak heran bila lembaga ini memiliki tujuh laborato-rium (lab). Menurut Imadudin, setiap lab digunakan untuk 20 orang peserta didik dengan masa waktu pembelajaran selama dua jam. Namun ia juga menye-diakan satu lab kosong yang dapat di-

Kata Terra dalam bahasa Yu-nani adalah ukuran paling tertinggi. Filosofi ini jugalah yang ingin dibangun Lem-

baga Kursus dan Pelatihan (LKP) Terra Computer System Kediri (TCSK). “Kita ingin paling tinggi dibanding lainnya. Kita ingin eksis dan kuat di pelatihan In-formation Technology (IT) yang dikem-bangkan,” kata Imadudin Pimpinan LKP TCSK kepada Warta Paudni.

Cikal bakal lembaga yang didirikan 13 Agustus 1993 ini berawal dari ke-giatan usaha yang bergerak di bidang jual beli komputer, servis, dan pemeli-haraan komputer. Ketika itu, usaha yang dirintis Sugiyanto Sutikno tersebut ha-nya menempati lokasi seluas 10,5 meter persegi. Kala itu, ia sendiri yang masih turun langsung dengan dibantu seorang karyawan.

Mimpi Sugiyanto adalah ingin me-ngembangkan bidang TI di Kediri. Ia ingin mewujudkan kota Kediri sebagai kota maju dengan teknologi kompu-ter yang tidak kalah dari daerah lain-nya. Kerja keras, kegigihan, serta mo-

semangat "terra" untuk kediri

prEsTasiJuara I Jambore PTK PNF Tahun 2010 Kota Kediri, Katagori Pengelolaan Kelembagaan

Harapan I I Jambore PTK PNF Tahun 2010 Propinsi Jawa Timur, Katagori Pe-ngelolaan Kelembagaan

Juara I Jambore PTK PNF Tahun 2011 Kota Kediri, Katagori Pengelolaan Kelembagaan

tivasinyalah yang akhirnya membuah-kan usahanya berkembang menjadi LKP. Bahkan kini lembaga yang berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Pelita Nusantara ini sudah memiliki 60 karyawan.

Lembaga ini memiliki empat pro-gram pembelajaran. Program pertama adalah Program Kursus dan Pelatihan yang dilakukan lewat program reguler 3 bulan dan 6 bulan. Ataupun kegiatan itu juga dapat dilakukan melalui program kursus komputer privat yang disesuai-kan dengan permintaan peserta didik.

Program kedua adalah Program Pen-didikan 1 Tahun. Program ini terdiri dari Program Aplikasi Perkantoran, Program Akuntansi Komputer, dan Program De-sain Grafis & Animasi. Ketiga Program Kerja sama Instansi, dimana program ini lebih menitikberatkan kepada per-mintaan pasar sesuai kebutuhan ins-tansi dan sekolah. Serta terakhir adalah Program Sertifikasi Komputer.

LKP TCSK menyasar peserta didik dari wilayah Karisedenan Kediri. Kari-sedenan ini mencakup kabupaten dan kota Kediri, Nganjuk, Blitar, Tulung Agung, dan Trenggalek. Kini ekspan-sinya telah meluas pada tiga lini ca-bang lembaga pendidikan. Selain LKP, ada juga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) TI Pelita Nusantara Kediri dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Kadiri Terra Computer.

“Kami ingin perkuat pendidikan de-ngan menggandeng unsur pendidikan formal-nonformal, mulai dari mene-ngah hingga tinggi,” kata Imadudin.

(Wp-8)

gunakan bebas oleh siswa setiap hari, mulai dari pukul 7.00 WIB sampai 21.00 WIB.

“Lab itu bebas dipakai siswa untuk asah kemampuan. Siswa bebas kalau su-dah belajar di kelas untuk pakai lab asal-kan memang kosong,” jelas Imadudin. Namun di luar itu, kata dia, sebagian be-sar siswa dia biasanya sudah membawa laptop sendiri. Untuk menunjang itu, pi-hak LKP juga menyediakan jaringan wifi yang dapat diakses setiap siswa.

Imadudin mengatakan bahwa setiap bulan LKP TCSK rata-rata memiliki siswa kurang lebih sebanyak 250 siswa. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, jumlah peserta didik juga meng-alami peningkatan.

Bila saat angkatan 2008/2009 ada sebanyak 859 siswa, maka pada angka-tan 2009/2010 jumlah siswa meningkat menjadi 1.035 siswa. Sedangkan siswa untuk tahun 2010/2011 lalu, jumlahnya naik menjadi 1.365 siswa. Sebesar 60 persen siswanya berasal dari umum non karyawan atau lulusan Sekolah Mene-ngah Atas (SMA). Sedangkan 40 persen

siswanya merupakan karyawan atau te-lah memiliki pekerja.

Alumnus Sarjana Ekonomi Universi-tas Pawyatan Daha Kediri itu mengata-kan bahwa tren kenaikan pendidikan sistem komputer di Kediri berkembang sejak tahun 2004 silam. Ketika itu, jum-lah tren siswa cenderung naik, namun seiringan dengan banyaknya lembaga lain, pada tahun 2007 sempat terjadi pe-nurunan.

Karena itu, LKP TSCK membuat be-berapa strategi agar jumlah siswanya kembali naik. Untuk menjalankan pro-mosi, beberapa kerja sama dijalankan dengan menggandeng perusahaan, se-perti Telkomsel Kediri dan Adira Kediri. Program kerja sama itu misalnya bagi siswa yang mendaftar di LKP akan men-dapatkan produk Telkomsel dan bagi anggota Adira Club akan mendapatkan diskon 25 persen. “Kita juga ajak radio dan televisi lokal untuk promosi. Ter-masuk kita selalu beri potongan atau beasiswa khusus melalui kerja sama de-ngan kelurahan dan desa,” katanya.

(Wp-8)

Pemimpin LKP Terra Computer System Kediri, Moch. Imadudin (kiri atas) berfoto saat meraih penghargaan lomba kursus tingkat nasional 2011. Hadir pula Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan Dr. Wartanto (tengah bawah).

28 29Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

profil profil

Perekonomian di Kabupaten Sampang semakin melaju, tapi tak banyak yang ikut “menci-cipi” manis kemajuan itu. Ba-

nyak pemuda yang hanya menjadi pe-ngangguran. Keterampilan yang minim menjadi kendala. Untunglah, Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Alief Com-puter hadir memecahkan masalah ini.

Seiring pertumbuhan sejumlah in-dustri kecil menengah di Sampang, te-naga kerja tingkat menengah atau ope-

cipTakan lulusan kompETEnlkp alief coMputer

rator, khususnya tenaga yang mampu mengoperasionalkan komputer sema-kin dibutuhkan. Namun tak banyak yang bisa mengisi lapangan pekerjaan tersebut. Meski banyak lulusan SMA, tapi tak banyak yang terampil di bidang ini.

Hal inilah yang dibidik LKP Alief Computer. Lembaga ini menargetkan para lulusan yang terampil mengguna-kan komputer.

Sejak dibuka pada 11 Juli 2003, lem-

baga yang dikelola oleh Ny. Sri Artati ini mengalami kemajuan. Dimulai dari ha-nya lima peserta didik, lembaga ini kini diperkirakan telah meluluskan sekitar 1000 orang. Mereka terserap di hampir semua lapangan pekerjaan.

“Saya mulai merintis membuka kur-sus kecil-kecilan dengan mengandalkan dua komputer bekas. Awalnya, hanya empat orang yang merupakan korban kerusuhan Sambas di Kalimantan Barat yang saya latih. Makin lama, melalui

promosi dari mulut ke mulut akhirnya yang ikut pelatihan bertambah banyak. Alhamdullilah sampai sekarang terus ada,” jelas Sri yang juga kepala SDN Palagan II Kecamatan Sampang, Kabu-paten Sampang ini beberapa waktu lalu.

Saat ini jumlah peserta di lembaga yang beralamat di Jl. Jamaludin no. 24 Sampang ini mencapai 30 orang. Me-reka terdiri dari anak sekolah, staf ke-lurahan, guru SMK hingga sejumlah karyawan KPKN (Kantor Pembayaran Kas Negara) cabang Sampang.

Untuk memfasilitasi para peserta didik tersebut, saat ini LKP Alief Com-puter sudah dilengkapi 15 unit kompu-ter PC dengan diawaki empat instruk-

tur. “Kami terus menambah komputer sehingga peserta didik yang belajar da-pat terpenuhi satu orang satu komputer. Hanya jam belajarnya yang kita jadwal,” kata Sri

PeNDIDIKAN GRATISMenurut Sri, LKP yang dipimpinnya terus mendapat kepercayaan dari pe-merintah dan masyarakat. Terbukti se-tiap tahun mendapat block grant untuk mendidik lulusan SMA/SMK yang tidak mampu mengikuti keterampilan men-goperasionalkan komputer.

“Tahun 2012 ini kami mengajukan 30 orang untuk mendapatkan bantuan se-hingga mereka bisa belajar gratis,” ujar Sri.

Dikatakan pula oleh Sri, LKP ini se-benarnya telah membuka kesempatan pendidikan gratis bagi anak-anak yatim usia SD-SMA minimal 20 orang dalam satu waktu. Mereka berasal dari ma-syarakat sekitar dan pondok pesantren yang ada di Kabupaten Sampang.

Selain belajar komputer, mereka juga diajarkan bagaimana mengguna-kan internet, membuat email dan ba-gaimana caranya mengirim email atau facebook. “ Ya saat ini kan gandrung internet, ya email dan facebook-an,” jelas Sri. Dengan aksi ini Sri berharap ia bisa banyak membantu banyak ma-syarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya. (wp-1/Slamet)

Ilustrasi kursus komputer: PKBM Berkahdesa Purwaraja,KecamatanMenes, Kab. Pan-deglang

31Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI30 Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

profil profil

Poster berukuran 50x50 centi-meter menempel lekat-lekat pada dinding Taman Penitipan Anak (TPA) dan Kelompok

Bermain Buah Hati Bunda (BHB). Seba-gian menonjolkan gambar buah dan sa-yur mayur, sebagian lainnya bergambar binatang, sisanya huruf dan abjad yang

tpa dan KelompoK Bermain Buah hati Bunda di peKanBaru memiliKi prestasi yang gilang-gemilang. lemBaga pendidiKan yang didiriKan oleh pasangan psiKolog, dr. daviq chairilsyah dan ola puspita ini mengajarKan anaK untuK BerBagi. selain itu, mereKa menghadirKan doKter dan psiKolog untuK mengevaluasi perKemBangan Kognitif, afeKtif, maupun psiKomotoriK anaK.

MengajarKan anaK PeduLi sesaMa

pauD BuaH Hati BunDa

kaya warna. Berdiri di atas lahan lebih dari 200

meter, PAUD ini begitu meriah. Se-tiap ruang di lengkapi berbagai gambar, poster, dan aneka hiasan yang mem-betot mata para anak didik. Lembaga yang terletak di Jalan Pawon Nomor 11 Pekanbaru ini memang memiliki alat

permainan edukasi (APE) yang cukup komplit, baik dalam mapun luar ruang.

Hadir sejak 2007, PAUD Buah Hati Bunda mengusung visi mewujudkan lembaga PAUD yang unggul dalam mendidik anak menjadi sehat, cerdas, dan bertingkah laku baik sehingga men-jadi PAUD idaman anak-anak di kota

pekanbaru. Ola Puspita berkisah, mereka ingin

membuat program yang berbeda de-ngan lembaga sejenis di kota Pekanbaru. Program unggulan yang digelontorkan adalah pengenalan berbagai profesi yang terdapat di dunia kerja. Satu kali dalam sepekan, anak-anak memakai se-ragam. Ada yang menggunakan seragam polisi, tentara, atlet, perawat, dokter dan beragam profesi lain.

Selain itu mereka juga gemar meng-ajak anak didik ke sejumlah restoran di Pekanbaru. Mereka memperkenalkan profesi kasir, pelayan, koki dan yang terkait dengan restoran. “Cara ini kami lakukan untuk memperkaya wawasan para anak didik,” kata Ola yang ber-sama sang suami juga mendirikan biro psikologi di Pekanbaru.

PeDULI SeJAK USIA DINI PAUD yang kerap menyabet juara I un-tuk berbagai lomba ini juga kerap meng-ajak para anak didik mengunjungi panti asuhan. Pada kesempatan tersebut,

orangtua dan anak berpartisipasi de-ngan cara menyumbangkan pakaian la-yak pakai, makanan, susu, uang dan lain-nya. “Tujuannya untuk mengenalkan kepada anak didik kami, bahwa banyak anak-anak yang kurang beruntung ka-rena tidak memiliki orangtua dan tem-pat tinggal yang layak,” urai Ola.

Kegiatan ini rutin dilakukan saban tahun karena mendapat tanggapan yang positif dari para orangtua. Selain berkunjung ke panti asuhan, pengelola juga mengajak anak didik ke berbagai tempat seperti bank, kantor pos, ban-dara dan lainnya. Sehingga mereka tidak hanya berkutat di ruangan.

Untuk memantau kesehatan tiap anak, PAUD ini mendatangkan dok-ter setiap tiga bulan. Sedangkan untuk menelisik perkembangan anak, me-reka menghadirkan psikolog perbulan berbarengan dengan kegiatan evaluasi belajar. Untuk merekatkan hubungan antara anak, orangtua dan guru mereka melaksanakan temu keluarga atau fam-ily gathering tiap tahun. “Anak-anak di-

persilakan bermain bersama orangtua. Kami, para guru, hanya memfasilitasi,” ujarnya.

Serangkaian program yang dihelat bertujuan untuk merangsang dan me-letakkan dasar ke arah perkembangan pengetahuan, keterampilan dan daya cipta anak. Selain itu anak juga dilatih untuk meningkatkan motorik kasar dan halus serta meningkatkan kemampuan komunikasi. “Kami juga menyajikan ba-nyak APE agar anak puas bermain sam-bil belajar,” ucap Ola.

TAMAN PeNITIPAN ANAK Selain Kelompok Bermain, PAUD Buah Hati Bunda juga menyelenggarakan ta-man penitipan anak. Kegiatan yang di-berikan pada anak didik disesuaikan berdasarkan kelompok umur dan waktu penitipan. Bagi anak yang memiliki semi day care (paruh hari) diberikan pembe-lajaran selama dua jam. Sedangkan anak yang memilih full day care (penuh hari) pembelajaran dilaksanakan selama em-pat jam.

32 33Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

profil

 

Belakangan ini, Vera Nurmala (35), benar-benar sibuk. Pa-salnya, dia tengah berupaya mengumpulkan buruh batik

tulis yang ada di kampungnya yang se-lama bekerja di Solo dan Sragen.

“Daripada bekerja jauh dari rumah lebih baik bikin batiknya di kampung sendiri,” katanya kepada Warta PAUD-NI saat menjambangi dapur batiknya di Desa Gemolong RT 04/05 Krendowa-hono, Gondangrejo Karanganyar, Jawa Tengah.

Upaya Vera tidak sia-sia. Sudah 57 orang berhasil dikumpulkannya. Para peserta didik yang juga buruh ini dibagi ke dalam bidangnya masing-masing, se-perti pembuat pola, pembatik, pencuci kain, penjahit, dan gudang.

“Walau pun masih baru tapi hasil dari karya sudah banyak dipesan oleh seko-lah-sekolah swasta dari Kalimantan,” jelas Vera.

Vera menyatakan tidak mudah un-tuk mendidik para buruh. Ini karena se-bagian besar dari mereka hanya buruh atau pekerja sehingga walaupun telah bekerja puluhan tahun, mereka tidak dapat mengembangkan diri lantaran tingkat pendidikannya rendah.

Seperti yang dicontohkan Vera, para buruh pembuat pola batik selama ini be-kerja hanya ndengan mengikuti gambar yang ditulis ahlinya di pabrik. Akhirnya mereka pun tidak bisa mengembangkan kreativitasnya lagi,

“Ini PR saya bagaimana agar bisa mengubah cara kerja mereka sehingga bisa berinovasi lagi,” harapnya.

Untuk itu, pihaknya kini akan me-rangkul ahli pembuat pola dasar batik untuk mengajar di PKBM Kreatif. Se-

mimpinya adalah ingin menjadiKan desa gemolong jadi Kampung BatiK. tapi upaya yang harus dilaKuKan vera nurmala taK semudah yang diBayangKan. dia pun Bersusah payah agar Kualitas BatiKnya

Bisa disejajarKan dengan BatiK solo dan sragen.

‘ingin dEsa saya jadi KaMPung BatiK’

“Untuk TPA pengasuhan dilaksana-kan setiap hari kerja, sedangkan untuk kelompok bermain setiap Senin-Jumat dari jam 08.00 – 10.00 WIB,” sebut Ola.

Untuk memanjakan para anak didik, PAUD Buah Hati Bunda menawarkan beragam anjungan. Antara lain, ruangan audio visual, ruang tidur yang nyaman, ruang makan, ruang bermain dan belajar dengan cara BCCT (beyond centre circles time). “Seluruh ruang kami full ac,” ucap Ola seraya berpromosi.

Serangkaian program yang dilaksana-kan oleh PAUD Buah Hati Bunda ber-

buah manis. Banyak orangtua di Pekan-baru yang melirik lembaga ini. Tengok saja data jumlah anak didik mereka. Berdiri pada Mei 2007, TPA Buah Hati Bunda hanya memiliki enam orang anak didik. Jumlah tersebut meroket menjadi 43 di tahun 2009.

“Di tahun ajaran 2011/2012 kami memil-ki 70 anak,” ucap Ola sumringah. Sedang-kan untuk kelompok bermain bermula dari 10 anak pada 2008, lantas perlahan bergerak naik pada tahun 2009 menjadi 15 anak. Kini, KB BHB mendidik 23 anak.

Untuk menggenjot keterampilan te-

naga pendidik, pengelola PAUD BHB meluncurkan sejumlah strategi. Antara lain mengikutsertakan mereka pada diklat tentang PAUD dan mengasah ke-terampilan. Misalnya pelatihan BCCT, TOT, penyusunan kurikulum PAUD, pelatihan mewarnai, gerak dan lagu. Se-lain itu, mereka rutin menggelar studi banding outbond training sekali dalam setahun. Pengelola PAUD BHB hakulya-kin bahwa kualitas tenaga pendidik dan kependidikan merupakan kunci meraih sukses dalam penyelenggaraan PAUD. (Yo-

han Rubiyantoro/wp-6)

Perbandingan Jumlah Pendidik/Pengasuh dengan Jumlah Anak Didik PAUD Buah hati Bunda Pekanbaru, Tahun Ajaran 2011/2012

No. Usia Anak (tahun) JumlahAnak Didik

Jumlah Pendidik Perbandingan Standar Kemdikbud

1 0-1 12 3 1:4 1:42 1-2 11 2 1:5 1:63 2-3 25 3 1:8 1:84 3-4 10 1 1:10 1:105 4-5 9 1 1:12 1:126 5-6 26 2 1:13 1:15

Sumber: PAUD Buah Hati Bunda

Sejumlah prestasi yang pernah diraih PAUD Buah hati Bunda

No. Prestasi Jenis Lomba Penyelenggara Tahun Lembaga

1. Juara I PAUD Inovatif kategori TPA Tingkat Kota Pekanbaru Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 20082 Juara I PAUD Inovatif kategori TPA Tingkat Provinsi Riau Dinas Pendidikan Provinsi Riau 20083 Juara I PAUD Inovatif kategori TPA Tingkat Provinsi Riau Dinas Pendidikan Provinsi Riau 20094 Juara I PAUD Inovatif kategori KB Tingkat Provinsi Riau Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 20105 Juara I PAUD Inovatif kategori TPA Tingkat Kota Pekanbaru Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 20116 Juara II PAUD Inovatif kategori KB Tingkat Kota Pekanbaru Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2012

Pengelola1 Juara I Lomba Karya Tulis dalam Rangka Kunjungan Kerja

Anggota Himpaudi Kota Pekanbaru ke Medan Himpaudi Kota Pekanbaru 2008

2 Juara I Lomba Pengelola PAUD Tingkat Kota Pekanbaru Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 20123 Juara II Pengelola PAUD Tingkat Provinsi Riau Dinas Pendidikan Provinsi Riau 2012

Pendidik 1 Juara I Lomba menyusun balok sekota pekanbaru Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 20092 Juara I Lomba gerak dan lagu se Provinsi Riau dalam

rangka Jambore Himpaudi Riau 2009

Anak didik 1 J u a r a

Favorit Lomba nyanyi anak-anak PAUD se kota Pekanbaru SKB Kota Pekanbaru 2009

2 Juara II Senam Ceria Tingkat Provinsi Riau dalam rangka Hari Anak Nasional

Dinas Pendidikan Provinsi Riau 2008

Sumber: PAUD Buah Hati Bunda

sosok

sosok Vera nurMala

lain itu pihaknya juga akan mengajak para buruh belajar beberapa program seperti pendidikan kesetaraan, pendi-dikan keaksaraan, kelompok usaha ber-sama, kewirausahaan perempuan.

“Saya akan berusaha agar tingkat pendidikan mereka lebih maju sehingga mereka bisa mengembangkan dirinya baik tingkat kualitas pekerjaan maupun dalam usaha mandiri. Mereka bekerja sambil belajar agar bisa lebih maju lagi,” kata Vera Nurmala.

Hal ini sesuai dengan tujuan PKBM Kreatif yang dikelolanya seperti mem-budidayakan seluruh potensi yang ada

di masyarakat khususnya di Karangan-yar dan Bangsa Indonesia baik potensi individu, bakat, dalam, dan lingkungan, termasuk mewujudkan masyarakat madani di Karanganyar yang cerdas se-jahtera, makmur, rukun, yang mendapat karunia dan perlindungan dari Allah SWT.

Sementara, tujuan khususnya ada-lah meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup masyarakat dengan mengembangkan program-program pendidikan nonformal sehingga para warga belajar khususnya masyarakat Karanganyar dan Bangsa Indonesia pada umumnya dapat meningkatkan kualitas hidupnya melalui penguasaan keterampilan akademis dan kecakapan hidup yang diupayakan pencapaiannya melalui program-program pendidikan.

 TABUNGANSelain ingin membelajarkan berbagai program kepada para buruh batik di desanya, Vera Nurmala mencoba meng-ajak mereka para pekerja batik di tem-patnya agar bisa memiliki sikap budaya menabung sehingga apa yang dilaku-kannya selama ini dapat dinikmati.

“Selama ini mereka bekerja puluhan tahun tapi hasilnya tidak kelihatan alias habis begitu saja,” tambah Vera.

Setiap minggu para buruh batik ini gajian, tapi diharuskan tidak menerima semua karena harus disisihkan untuk ditabung. Tabungan itu memang atas nama masing-masing buruh tetapi tetap disimpan di PKBM Kreatif.

“Awalnya memang ada hambatan ka-rena mereka memang tidak biasa, tapi lama kelamaan mereka jadi semangat. Jumlah yang ditabung sekarang cukup lumayan,” kata Vera. (Wp-2)

34 35Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

sosok

terBitKan terang di KaMPung eKs ProstitusiKampung silir sudah BerBenah diri. tempat ini taK lagi diKenal seBagai penyedia prostitusi. ialah sarjoKo, seorang sopir lagi Buruh memiliKi andil Besar dalam menciptaKan peruBahan ini.

Silir sudah lama dikenal sebagai daerah perbuatan “terlarang”. Tahun 1961, tempat ini sempat ditetapkan sebagai pusat pros-

titusi. Letaknya berada di wilayah Solo Timur, tepatnya di Kelurahan Semang-gi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah.

Namun kondisi Silir saat ini sudah jauh berbeda. Silir telah membawa ha-rapan baru. Bangkit dari citra kelam yang dibawanya sejak dulu.

Perubahan di daerah ini tidak didapat secepat membalikkan telapak tangan. Dibalik perubahan itu ada seseorang yang sangat berperan, yaitu Sarjoko. Beliau adalah pria kelahiran Kampung Silir, tepatnya 45 tahun yang lalu.

Sarjoko tahu, banyak pekerja seks

komersil (PSK) berpendidikan rendah. Mereka juga tidak mempunyai keteram-pilan sebagai sandaran mencari mata pencaharian. Oleh karena itu, ia mem-bentuk kelompok belajar di Silir sejak tahun 2000 pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Arridho. Dengan pendidikan itu, Sarjoko ingin para PSK dapat menghentikan aksinya itu namun tetap mandiri di bidang lain.

Di kelompok belajar itu Sarjoko mengajarkan berbagai keterampilan, seperti membuat keterampilan manik-manik dan cinderamata, Pada saat me-mulai pelatihan keterampilan, Sarjoko belum memiliki tempat belajar tetap. “Kami mengadakan pelatihan dari ru-mah ke rumah, termasuk di rumah saya,” ujarnya.

kami mengadakan pelatihan dari rumah

ke rumah, termasuk di rumah saya,”

Selain itu ia juga memberikan bim-bingan dan nasehat kepada mereka. Sarjoko pun tak segan membantu mengatasi kesulitan yang dialami pe-serta didiknya. Sebagai contoh, dia per-nah menguruskan akta kelahiran untuk anak-anak PSK. Selain itu, Sarjoko telah menikahkan para PSK walaupun mela-lui program nikah massal.

Diakui Sarjoko, tak mudah untuk mengajak para PSK bergabung di ke-lompok belajarnya. Untuk itu, Sarjoko dan istrinya, Natalis Pujiani gencar me-lakukan pendekatan.

“Saya dan istri datang ke rumah-rumah tempat mangkal para Pekerja Sex Komersil (PSK). Saya mengajak me-reka untuk bergabung dalam kelompok belajar,” kata Sarjoko.

Meski demikian, Sarjoko mengata-kan hal tersulit yang ia hadapi bukan dalam mengajak PSK untuk bergabung. Tapi justru dari pihak-pihak yang men-dapat keuntungan dengan kehadiran prostitusi.

Diceritakan Sarjoko, Ddi awal men-jalankan misinya, dia sering didatangi

preman yang mengancam agar meng-hentikan misinya.

“Tidak terhitung lagi berapa kali pintu rumah saya digedor orang di te-ngah malam Satu malam saya hampir berkelahi dengan preman. Kejadian itu sempat dicegah oleh anak dan istri saya,” tutur putra asli Silir.

Ancaman dan hambatan tidak ha-nya dari preman saja, namun ada juga dari warga setempat. Warga yang tidak setuju dengan upayanya itu dan mela-kukan demo. Mendapat tentangan itu, Sarjoko pun harus rela melepas jabatan sebagai sekretaris rukun warga (RW).

DORONGAN MASA KeCILSarjoko menuturkan, dirinya terpang-gil untuk melakukan perubahan karena Silir adalah desa kelahirannya. Joko yang hanya berprofesi sebagai sopir dan buruh, mengatakan bahwa dulu saat bersekolah, sering diejek sebagai anak dari Silir, yang waktu itu mempu-nyai makna negatif. Ia mendapat ejekan dan hinaan berkali-kali. Hal serupa juga terjadi istri dan anak-anaknya ketika di

sekolah. Bahkan beberapa di antara te-man-teman anaknya ada yang berhenti sekolah karena tidak kuat.

Ejekan tersebut sangat mengganggu Sarjoko tetapi tidak sampai membuat-nya marah dan tidak pernah membalas-nya. Karena seringnya mendapatkan hi-naan, tekad Sarjoko semakin kuat untuk mengubah Silir.

“Saya yakin bisa mengubah Silir menjadi lebih baik, jadi kenapa saya ha-rus marah,” katanya.

Saat ini Sarjoko telah membukti-kan keteguhan hatinya. Lebih dari satu dasawarsa, perjuangan Sarjoko mulai menunjukkan keberhasilan. PSK yang mengikuti pelatihan sudah mulai ba-nyak.

Hingga saat ini sudah ada hampir 50 orang mantan PSK yang sudah meng-ambil jalan “lurus”. Mereka kembali ke masyarakat dengan bekal keteram-pilan yang diberikan Sarjoko. Mereka membuat perhiasan dari manik-manik, membuka warung, dan kegiatan lainnya yang sifatnya positif.

(Teguh Susanto)

Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Arridho, Sarjoko. Ia memiliki andil besar dalam menciptakan perubahan di kawasan bekas prostitusi, Silir, Solo.

Salah satu kegiatan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Arridho,

36 37Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

agendaagenda

Indonesia berhasil mengukir pres-tasi dalam pengentasan buta ak-sara. Pengembangkan inovasi pembelajaran yang telah dilaku-

kan berhasil mengantarkan Indonesia meraih penghargaan Aksara King Sejong dari UNESCO.

Indonesia dinilai sukses melakukan inovasi pembelajaran dalam program pemberantasan buta huruf yang terin-tegrasi dengan pengenalan kewirausa-haan dan pembinaan taman bacaan ma-syarakat di ruang publik seperti pasar dan tempat ibadah, serta pembinaan tu-tor secara berkala.

Direktur Pembinaan Pendidikan Ma-syarakat Ditjen PAUDNI Ella Yulaela-wati menyatakan UNESCO terkesan de-ngan kinerja Indonesia dalam pengen-tasan buta aksara. Di antaranya adalah penggalakan keaksaraan usaha mandiri untuk melestarikan keaksaraan baru, pendataan buta aksara yang sangat aku-rat, dana dekon yang langsung diberikan kepada sasaran, serta riset, evaluasi, dan

pengawasan yang berkala.Dengan strategi itu Indonesia telah

mencapai target Pendidikan Untuk Se-mua (PUS), yang harusnya dicapai ta-hun 2015 tapi dapat dicapai tahun 2010 lalu. Dengan keberhasilan itu, Indonesia kemudian membuat target baru, yakni tuntas buta aksara pada tahun 2015.

“Target dari PUS adalah buta aksara berada pada angka 7,5 juta orang pada 2015. Tapi Indonesia sudah bisa men-capainya pada tahun 2010. Pada tahun 2011, jumlah buta aksara bahkan sudah berkurang menjadi 6,7 juta orang,” kata Ella di Jakarta, Senin (27/8).

DISeRAhKAN DI PARISPenghargaan akan diserahkan secara resmi di Paris, Perancis, 6 September 2012 bersamaan dengan digelarnya per-temuan high official meeting bertema “Reaching the 2015 Literacy Target: Delivering on the Promise!”. Pada acara penyerahan itu, Indonesia diminta me-nyajikan rencana aksi negara bebas buta

aksara pada 2015.Setiap tahun, UNESCO menga-

nugerahkan dua penghargaan King Sejong Literacy dan dua penghargaan Confusius for Literacy dalam rangka menyambut Hari Aksara Internasional. Selain Indonesia, tahun ini, Rwanda juga meraih penghargaan UNESCO King Se-jong Literacy Prize melalui program ber-tajuk “Program Literasi Orang Dewasa Nasional”

Sementara itu, Confucius Prizes for Literacy akan dianugerahkan kepada Bhutan untuk program pembelajaran pada masyarakat pedesaan dan Kolom-bia untuk pendidikan perdamaian dan anti kekerasan. Beberapa negara lain yang pernah meraih penghargaan King Sejong sejak 2008 adalah Burundi, Me-ksiko, Cape Verde, Mesir, Afghanistan, dan Burkina Faso serta Zambia. Peng-hargaan Confucius for Literacy pernah diberikan kepada Amerika Serikat, Re-publik Kongo, Jerman, Nepal, India, dan Filipina. (wp-7)

unesco aKui KeBerhasiLan indonEsia EnTaskan buTa aksara

pauD Juga cegah Buta aksara

ayo Mahasiswa, Jadi guru pauD!

Direktur Jenderal PAUDNI Lydia Frey-ani Hawadi, Direktur Pembinaan PAUD Erman Syamsuddin, dan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kalimantan Tengah Guntur Talajan (kanan) menjadi narasumber Talkshow Bunda PAUD di TVRI Palangkaraya, Sabtu (15/9)

PALANGKARAYA. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat mencegah pe-ningkatan buta aksara. Ini karena anak yang mendapatkan PAUD dengan baik akan tumbuh dengan semangat belajar dan berkualitas.

Demikian disampaikan oleh Direktur Pembinaan PAUD Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (Ditjen PAUDNI) Erman Syamsuddin dalam talkshow di TVRI Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sab-tu (15/9).

“PAUD mencegah buta aksara di ke-las-kelas awal seorang anak. Ini karena anak yang mendapatkan PAUD dengan baik akan memiliki semangat belajar tinggi. Ia juga memiliki daya juang yang

Direktur Pembinaan PAUD Ditjen PAUDNI Erman Syamsuddin (tengah) berfoto bersama usai menjadi narasum-ber pada Talkshow Hari Aksara Interna-sional ke-47 di Palangkaraya, Kaliman-tan Tengah, Sabtu (15/9)

PALANGKARAYA. Direktur Pem-binaan Pendidikan Anak Usia Dini Er-man Syamduddin mengajak mahasiswa menjadi guru PAUD dalam program Pendamping PAUD. Program ini me-rupakan bagian dari strategi Paudisasi dalam mencapai angka partisipasi kasar (APK) PAUD 75 persen tahun 2015.

“Selagi menulis skripsi misalnya, da-lam masa 3-4 bulan itu mahasiswa bisa mengajar PAUD. Orang tua akan senang bila anak-anak usia dini mereka diajar oleh para pemuda,” kata Erman dalam Talkshow Hari Aksara Internasional (HAI) ke-47 di Palangkaraya, Kaliman-tan Tengah, Sabtu (15/9).

Erman mengusulkan program ini menjadi bagian dari kuliah kerja nyata (KKN) tematik, yang bernilai angka kre-dit bagi mahasiswa. Dengan ini, tidak harus berjurusan PAUD, mahasiswa dari

besar,” kata Erman.Erman menyatakan, dengan sikap-

sikap tersebut anak akan menyenangi kegiatan belajar dan bersekolah. De-ngan demikian, kemungkinan anak akan putus sekolah dan menjadi buta aksara akan mengecil.

“Selain itu, mereka juga akan men-jadi siswa yang berkualitas. Menurut pe-nelitian, 83 persen anak yang mengecap PAUD adalah juara. Mereka unggul di pendidikan lanjutannya,” kata Erman.

bidang pendidikan apa pun bisa membe-rikan sumbangsih bagi kemajuan PAUD.

“Sebagai bantuan, mereka bisa men-dapatkan uang transportasi dan honor,” kata Erman.

Menurut Erman, program ini mi-rip dengan Indonesia Mengajar yang dikenal menyalurkan lulusan-lusan baru sarjana untuk mengajar. Bedanya, program Pendamping PAUD tidak me-ngirimkan para “pendidik muda” ini

TIDAK UNTUK CALISTUNG  Meski PAUD merupakan pencegahan awal pembentukan buta aksara, Direk-tur Jenderal PAUDNI Lydia Freyani Hawadi menekankan bahwa tidak boleh anak diajarkan calistung (baca-tulis-hi-tung) pada PAUD.

“Masa anak usia dini adalah  masa bermain dan belajar sesuai dengan umurnya. Belum saatnya mereka bela-jar calistung,” ujar Lydia yang akrab di-panggil Reni Akbar Hawadi. (wp-7)

ke daerah-daerah terpencil, tapi men-dorong mereka untuk mengajar di kam-pung halamannya masing-masing. Jika di tempat asal mereka belum ada PAUD, mereka bisa merintis PAUD baru.

Dengan program ini, kata Erman, layanan PAUD akan lebih tersebar. Satu desa satu PAUD pun akan   cepat dica-pai, sehingga mempercepat perluasan layanan dalam mengejar APK PAUD 75 persen pada tahun 2015. (wp-7)

Direktur Pengembangan Pendidikan Masyarakat (bindikmas) Ella Yulaewati dan Duta Besar RI untuk Perancis Rezlan Ishar Jenie (kiri) di Markas Besar UNESCO, Paris, Perancis, Kamis (6/9). Foto diambil seusai Dirjen UNESCO Irina Bokova usai menyerahkan penghargaan UNESCO kepada Indonesia yang diwakili Direktur Bindikmas.

Direktur Pembinaan PAUD Ditjen PAUDNI Erman Syamsuddin (tengah) berfoto bersama usai menjadi narasumber pada Talkshow Hari Aksara Internasional ke-47 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu (15/9)

Direktur Jenderal PAUDNI Lydia Freyani Hawadi, Direktur Pem-binaan PAUD Erman Syamsuddin, dan Kepala Dinas Pendi-dikan, Pemuda, dan Olahraga Kalimantan Tengah Guntur Tala-jan (kanan) menjadi narasumber Talkshow Bunda PAUD di TVRI Kalteng, Palangka-raya, Sabtu (15/9)

38 39Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

apa dan siapa

kapanlagi.com

kumpulanfoto-net

Astri Ivo, aktris dan penyanyi cantik tahun 1980-an yang kini menekuni dunia dakwah mengenalkan Tuhan kepada anak-anaknya sejak kecil melalui buku bacaan Islami. Me-lalui buku, ia dapat memperkenalkan nilai-nilai kebaikan agar mereka memiliki fondasi iman yang kuat agar tidak terjerat hal-hal yang menyesatkan.

“Mereka harus mengenal Tuhan. Sejak kecil saya mem-bacakan buku tentang nabi-nabi, perbuatan yang ikhsan,” kata Astri Ivo usai berbicara dalam peluncuran Novel “As-mara diatas Haram” di Jakarta, belum lama ini.

Menurut ibu tiga orang putra, Kevin Arighi Yusharyahya, Adrio Faresi, dan Riedo Devara, buku yang baik merupakan gudang ilmu yang dapat menebalkan iman dan mencerdas-kan intelektual buah hatinya untuk menghadapi kehidupan dunia dan akhirat.

“Kami punya ‘library’ di rumah yang berisi bermacam-macam buku, mulai dari sains, kesehatan, finance, kebuga-ran, untuk dibaca setiap hari. Anak-anak dan ayahnya se-nang membaca buku. Kalau saya senang tadabbur qur’an” katanya.

Buku, kata dia, menjadi oleh-oleh favorit yang harus di-bawa pulang kerumah setiap melakukan kunjungan keluar kota hingga luar negeri.

“Setiap pergi keluar kota atau luar negeri kita pasti mam-pir ke toko buku. Dalam waktu dekat kami mau liburan, anak saya bilang akan membawa pulang 100 buku bacaan,” kata Astri Ivo.

Selain menularkan lewat bacaan, kepatuhan kepada Tu-han juga ditekankan kepada anak-anaknya melalui ibadah wajib yang harus dikerjakan selama lima kali dalam sepe-kan. “Kami punya musala di rumah dan teman anak-anak saya sering berkumpul dirumah. Kalau waktu shalat tiba, saya hanya mengingatkan dan mengajak salah satu dari me-reka menjadi imam,” katanya. (jurnas.com)

ASTRI IVO

Mengajar anak tentang tuhan lewat Buku

Ciri orang cerdas tak selalu cerdik pandai. Menurut Menteri Pendi-dikan dan Kebudayaan Moham-mad Nuh, ciri orang cerdas adalah

cinta damai. Orang yang suka bertengkar arti-nya tidak cerdas.

Begitu ujar mantan M, saat menghadiri pun-cak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-47 yang bertemakan Aksara Membangun Perdamaian dan Karakter Bangsa, di Palangka-raya, Kalimantan Tengah, Minggu (16/9).

Dengan melek aksara, kata Nuh, seseorang bisa mengembangkan kecerdasannya. Orang cerdas, lanjut Nuh, adalah orang yang pola pikirnya yang tidak terkotak-kotak, kreatif, dan mampu bertoleransi dengan perbedaan. Hal ini penting terkait keanekaragaman di Indonesia baik dari budaya, agama, suku, dan lainnya.

Selain itu, Nuh juga menyatakan orang cerdas adalah yang mampu memecahkan per-soalan yang dihadapinya. “Jadi bukan mem-persoalkan persoalan itu, sendiri, kata Nuh.

Oleh karena itu, Nuh mendorong seluruh elemen bangsa untuk mengentaskan buta ak-sara. Tidak cukup hanya sekedar bisa baca-tulis-hitung (calistung), tapi juga memperluas keaksaraan itu menjadi kemampuan observasi, mengolah dan menganalisi, serta menyajikanya.

“Ini adalah modal yang kuat bagi manusia untuk mengembangkan teknologi, talenta, dan toleransi. (wp-7)

orang cErdas cinTa damaiMoHaMMaD nuH

Sebentar saja menjejakkan kaki ke dalam ruang kerja Direk-tur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Ditjen PAUDNI Ella Yulaelawati, orang pasti akan mahfum kalau wanita kelahiran kelahiran Bandung, 9 April 1958 ini adalah pecinta kura-kura.

Koleksi hiasan berbentuk kura-kura memenuhi balik kaca meja tamunya. Berbagai ukuran, berbagai warna, dan berba-gai material. “Kura-kura itu mengagumkan,” katanya men-yoal kura-kura.

Menurut Ella, kura-kura merupakan binatang purba, se-perti dinosaurus. Tapi luar biasanya, binatang ini masih bisa dijumpai sampai hari ini. Kebertahanan inilah yang ia kagumi.

Selain itu, ia juga punya alasan lain mengapa dirinya me-nyenangi kura-kura. Yaitu cerita kancil. Dalam cerita, kancil selalu digambarkan binatang cerdik yang tak terkalahkan, tapi jangan salah, kura-kura pernah mengalahkannya.

“Ada lho cerita kura-kura mengalahkan kancil. Kura-kura itu slow but sure,” kata Ella.

Kura-kura juga menjadi penyeimbang hidupnya. Ella me-nyadari kalau selama ini seringkali ia bekerja terlalu cepat, sehingga terkadang memaksakan diri. “Kura-kura ini men-jadi penyeimbang. Hitung-hitung mengkritik diri sendiri. Ti-dak usah terburu-buru, slow but sure,” ujarnya lagi.

Oleh karena itulah, Ella selalu menyempatkan membeli cendera mata berbentuk kura-kura ketika berkunjung ke berbagai daerah. “Jika ada waktu santai pada saat kunjungan baik di dalam maupun di luar negeri, saya sempatkan mem-beli kura-kura,” katanya.

Tidak hanya penyuka cendera mata kura-kura, ia bahkan pernah memelihara kura-kura di rumahnya. Sayang, karena terlalu sibuk kura-kura itu kini dititipkan kepada adiknya.

Menurut Ella, peliharaan kura-kuranya itu istimewa, “Su-atu hari kura-kura itu pernah hilang, sebulan kemudian ku-ra-kura itu kembali lagi dengan sendirinya ke rumah,” kata-nya. (wp-2/wp-7)

eLLA YULAeLAwATI

Filosofi Kura-Kura

Ikut serta dalam perayaan Hari Anak Na-sional 2012 di Teater Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah, Rabu (29/8), Ibra-him Khalil Alkatiri atau akrab disapa Baim Cilik terlihat gembira. Hal itu lantaran ar-tis yang berusia 7 tahun itu bisa bertemu dengan teman-teman sebayanya dari selu-ruh Indonesia.

Terlebih dalam acara yang diseleng-garakan oleh Kementrian Agama RI itu, Baim mendapatkan kesempatan menyam-but kedatangan orang nomor satu di Indo-nesia bersama ibu Negara.

“Tadi ketemu Pak SBY, kasih bunga, senang pakai baju koko dan baju Betawi. Baim mau jadi Presiden. Pertama kali

ketemu SBY baik dan hebat,” ujar Baim di Teater Keong Emas, TMII Jakarta Timur.

Diakui Baim, saat berhadapan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan ibu Ani Yudhoyono dirinya masih malu-malu. “Baim enggak ngomong apa-apa, Baim malu mau tanya. Senang jadi anak Indonesia. Senang saja,” katanya.

Meski mengagumi dan bercita-cita i-ngin menjadi Presiden, Baim merasa ke-sal ketika dirinya harus menunggu lama untuk menyambut Presiden. “Pagi Baim sudah bangun jam enam pagi. Kesal nung-guin Pak SBY, habis lama banget. Tapi pengen ketemu lagi sama SBY,” tandasnya polos. (kpl)

BAIM CILIK

ketemu sBy, ingin jadi presiden

40 41Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

lensalensa

MendiKBud: cerdas itu cinta daMaiMenteri pendidikan dan kebudayaan Mohammad nuh, Minggu (26/9) membuka puncak acara peringatan Hari aksara internasional (Hai) ke-47 di palangkaraya, kalimantan tengah. pada sambutannya Mendikbud menyatakan keaksaraan sangat dibutuhkan untuk menjamin perdamaian. “keaksaraan dan perdamaian memiliki relevansi yang sangat luar biasa pada masa sekarang. ciri orang cerdas adalah cinta damai. orang yang suka bertengkar artinya tidak cerdas,” ujarnya.

Penghargaan aKsara Dinilai berhasil meraih pencapaian maksimal dan perhatian terhadap program keaksaraan masyarakat marjinal, enam pejabat daerah mendapatkan dari kementerian pendidikan dan kebudayaan. penerima penghargaan adalah gubernur kalteng a teras narang, Bupati Jember (Jawa timur) MZa Djalal, dan Wali kota palangkaraya riban satia menerima anugerah aksara Madya. adapun gubernur Jatim soekarwo, Bupati nias selatan (sumatera utara) idealisman Dachi, dan Bupati Dairi (sumut) kra Johnny sitohang menerima anugerah aksara pratama.selain kepala daerah, penghargaan juga diberikan antara lain kepada lembaga, peserta didik dan jurnalis yang memiliki dedikasi terhadap keaksaraan.

42 43Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

lensa

PaMeran hai 2012 Direktorat Jenderal pauDni

kemdikbud bekerja sama dengan Dinas pendidikan provinsi kalimantan tengah, menggelar pameran Hai untuk

memberikan berbagai informasi dan hasil karya serta produk dari berbagai

lembaga pauDni. kegiatan diawali dengan pengguntingan pita oleh ibu laily rachmawati M. nuh sebagai

tanda dibukanya pameran Hai.pameran ini diikuti sebanyak 55 peserta yang berasal dari pkBM

(pusat kegiatan Belajar Masyarakat), skB (sanggar kegiatan Belajar), Bp

pauDni, pp pauDni se-indonesia, dan unit kerja kemdikbud Jakarta, Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota se-provinsi kalteng, sekolah, serta 65 lembaga kursus dan kuliner. kegiatan pameran ini berlangsung dari tanggal

15-17 september 2012

ndonesia raih PenghargaanaKsara King sejongindonesia berhasil mengukir prestasi dalam pengentasan buta aksara. pengembangkan inovasi pembelajaran yang telah dilakukan berhasil mengantarkan indonesia meraih penghargaan aksara king sejong dari unesco.penghargaan itu diserahkan kepada Direktur pembinaan pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal pendidikan anak usia Dini, nonformal dan informal (pauDni) ella yulaelawati, Ma, pd.D atas nama pemerintah indonesia oleh Dirjen unesco, irina Bokova di kantor unesco paris, kamis (6/9).

44 45Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

lensa

Bunda Paud KaLteng diKuKuhKan sebagai upaya percepatan layanan pauD, Direktur Jenderal pendidikan anak usia Dini, nonformal, dan informal (Dirjen pauDni) mengukuhkan Moenarting teras narang sebagai Bunda pendidikan anak usia Dini (pauD) kalimantan tengah di palangkaraya, sabtu (15/9).pengukuhan istri gubernur kalimantan tengah itu merupakan strategi paudisasi dalam mempercepat layanan pauD, khususnya di kalimantan tengah.

taLKshow hai 2012pada rangkaian kegiatan peringatan Hai ke-47 di kegiatan ini, diselenggarakan talkshow yang menjadikan tiap direktur di Ditjen pauDni sebagai narasumber. Direktur Jenderal pauDni lydia freyani Hawadi dan Direktur pembinaan pauD juga mengisi acara talkshow Bunda pauD di palangkaraya, kalimantan tengah, sabtu (15/9). Disampaikan dalam talkshow tersebut, pauD merupakan pencegahan dini buta aksara. ini karena anak yang mendapatkan pauD dengan baik akan tumbuh dengan semangat belajar dan berkualitas.

46 47Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI

ensiklopaudni

KoMPetensi KePriBadian

Kompetensi Sub Kompetensi

7. Berperilaku sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan budaya nasional Indonesia

7.1 Menghargai peserta uji kompetensi tanpa membedakan agama, suku, adat-istiadat, asal daerah, dan jenis kelamin7.2 Berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dengan memperhatikan budaya Indonesia yang beragam

8. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bersikap adil, dan jujur

8.1 Berperilaku yang mencerminkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa8.2 Berperilaku yang mencerminkan akhlak mulia

8.3 Bersikap adil dan jujur dalam melakukan uji kompetens

9. Berkepribadian terpuji9.1 Mencerminkan pribadi yang mantap, stabil, dan teguh dalam pendirian9.2 Menunjukkan pribadi yang dewasa, arif, bijaksana, dan berwibawa9.3

10. Memiliki etos kerja, tanggungjawab, dan percaya diri sebagai penguji

10.1 Menampilkan etos kerja, tanggungjawab, dan komitmen yang tinggi10.2 Percaya diri dalam melaksanakan uji kompetensi10.3 Bekerja secara mandiri dan profesional

11. Mematuhi kode etik profesi penguji

11.1 Menghayati kode etik profesi penguji11.2 Menerapkan kode etik profesi penguj11.3 Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi penguj

KoMPetensi sosiaL

Kompetensi Sub Kompetensi

12. Bersikap terbuka, objektif, dan tidak diskriminatif

12.1 Bersikap terbuka dan objektif terhadap peserta uji kompetensi, teman sejawat, dan lingkungan sekitar12.2 Bersikap tidak diskriminatif terhadap peserta uji kompetensi, teman sejawat, dan anggota masyarakat lainnya

13. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta uji kompetensi, teman sejawat, dan masyarakat sekitar

13.1 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta uji kompetensi

13.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan teman sejawat

13.3 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan masyarakat sekitar

14. Beradaptasi dengan kondisi sosial di lingkungan kerja

14.1 Beradaptasi di lingkungan kerja untuk meningkatkan efektivitas kerja

14.2 Membangun hubungan sosial dengan lingkungan kerja

15. Berkomunikasi dengan komunitas profesi penguji dan profesi lainnya

15.1 Membangun kerjasama dengan teman seprofesi dan profesi lainnya untuk peningkatan kualitas kerja15.2 Mengomunikasikan hasil inovasi kepada komunitas seprofesi

15.3 Berkomunikasi dengan komunitas profesi melalui berbagai media

KoMPetensi ProfesionaL

Kompetensi Sub Kompetensi16. Memahami konsep dan fungsi ilmu dan pengetahuan yang mendasari bidang keahlian diujikan

16.1 Menjelaskan konsep dasar ilmu dan pengetahuan yang mendasari bidang keahlian yang diujikan16.2 Menjelaskan fungsi ilmu dan pengetahuan yang mendasari bidang keahlian yang diujikan

17. Menguasai standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) sesuai bidang keahlian

17.1 Memahami standar kompetensi lulusan yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai bidang keahlian17.2 Memahami standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan17.3 Menerapkan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) dalam dunia industri dan usaha mandiri sesuai bidang keahlian yang diujikan

18. Memahami substansi yang diujikan pada uji kompetensi

18.1 Memahami substansi dasar yang diujikan18.2 Memahami substansi yang diujikan sesuai perkembangan ilmu dan teknologi, serta kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri

Kompetensi Sub Kompetensi

19. Menerapkan prinsip pengujian dan penilaian sesuai dengan bidang keahlian serta kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri

19.1 Mengidentifikasi indikator unjuk kerja yang menyeluruh dan seimbang antar komponen kurikulum sesuai bidang keahlian dan kebutuhan dunia industri serta usaha mandiri19.2 Menyusun instrumen ujian teori untuk mengukur kompetensi sesuai kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri19.3 Menyusun instrumen ujian praktik yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mengukur kompetensi bidang keahlian sesuai kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri19.4 Memvalidasi instrumen sesuai dengan persyaratan pengembangan instrumen bidang keahlian19.5 Merakit instrumen berdasarkan hasil validasi instrumen19.6 Memilih instrumen yang tersedia sesuai kebutuhan uji kompetensi19.7 Menetapkan instrumen yang tersedia sesuai kebutuhan uji kompetensi

20. Mengelola proses dan prosedur pengujian pada uji kompetensi

20.1 Merencanakan kegiatan uji kompetensi20.2 Mengorganisasikan kegiatan uji kompetensi20.3 Melaksanakan kegiatan uji kompetens20.4 Mengelola hasil uji kompetensi

21. Menginterpretasikan hasil uji kompetensi

21.1 Menganalisis hasil uji kompetensi21.2 Memberi keputusan hasil uji kompetensi

22. Merumuskan tindak lanjut hasil uji kompetensi

22.1 Merumuskan tindak lanjut untuk perbaikan instrumen pengujian22.2 Merumuskan tindak lanjut untuk perbaikan pelaksanaan pengujian

23. Melaporkan hasil uji kompetensi

23.1 Mengadministrasikan hasil uji kompetensi23.2 Membuat laporan hasil uji kompetensi

Permendiknas No 40 Tahun 2009, Lampiran huruf B

PeNGUJI PADA UJI KOMPeTeNSIPenguji pada Uji Kompetensi. penguji pada uji kompetensi adalah te-

naga pendidik yang telah memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi penguji pada kursus dan pelatihan. penguji melaksanakan uji kompetensi berdasarkan penugasan dari lembaga sertifikasi. [permendiknas no 70 Ta-hun 2008, pasal 4 ayat (1)-(2)]. uji kompetensi adalah proses pengujian dan penilaian yang dilakukan oleh penguji atau asesor uji kompetensi untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi hasil belajar peserta didik kursus dan satuan pendidikan nonformal lainnya, serta warga masyarakat yang

belajar mandiri pada suatu jenis dan tingkat pendidikan tertentu [permen-diknas no 70 Tahun 2008, pasal 1 angka 2]

PeNGeLOLA KURSUS DAN PeLATIhANKualifikasi Akademik Pengelola Kursus dan Pelatihan. memiliki pendidikan

tingkat sma/ma/smk sederajat, serta memiliki pengalaman bekerja di lem-baga kursus dan pelatihan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun. memiliki serti-fikat pengelola kursus dan pelatihan yang diterbitkan oleh lembaga yang dite-tapkan oleh pemerintah [permendiknas no 42 Tahun 2009, lampiran nomor i]

Kompetensi Pengelola Kursus dan PelatihanKoMPetensi KePriBadian

Kompetensi Sub Kompetensi

1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, berakhlak mulia dan bertindak konsisten

1.1 Berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur dan menjadi teladan bagi komunitas di kursus dan pelatihan1.2 Mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia1.3 Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin1.4 Menunjukkan sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan norma, aturan dan perundang-undangan

2. Memiliki komitmen terhadap tugas

2.1 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi2.2 Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri2.3 Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah pekerjaan2.4 Memiliki minat terhadap jabatan sebagai pemimpin lembaga pendidikan

KoMPetensi ManajeriaL

Kompetensi Sub Kompetensi

3. Merencanakan program kursus dan pelatihan

3.1 Menganalisis kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang lembaga kursus dan pelatihan yang dikelola3.2 Menyusun rencana pengelolaan kursus dan pelatihan, baik perencanaan strategis maupun teknis operasional

48 Tahun XV II EdIsI IX Tahun 2012 | WarTa PaudnI