Workshop Metodologi Penelitian (Proposal)

download Workshop Metodologi Penelitian (Proposal)

If you can't read please download the document

Transcript of Workshop Metodologi Penelitian (Proposal)

PROPOSAL PENELITIAN3MENCARI FORMAT BAKU METODOLOGI PENELITIAN TAFSIR DAN HADIS PROPOSAL WORKSHOPJURUSAN TAFSIR-HADISFAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SUNAN AMPEL SURABAYA2006MENCARI FORMAT BAKU METODOLOGI PENELITIAN TAFSIR DAN HADISA.Kerangka Dasar PemikiranPendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau pofesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian. (UUSPN, pasal 16). Dalam pelaksanaannya, Perguruan Tinggi dibantu oleh tenaga kependidikan yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, atau memberikan layanan teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Sedangkan tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar dan meneliti yang pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen. (pasal 27).Menjadi tenaga pengajar (peneliti) bukan pekerjaan yang mudah. Seorang tenaga pengajar (peneliti) harus memiliki persyaratan admisnitratif dan kemampuan akademik agar supaya proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, mengajar di Perguruan Tinggi mempunyai tugas profesional yang sama dengan guru yang ada pada jenjang pendidikan di bawahnya, bahwa seorang dosen sekaligus seorang guru yang bertugas sebagai pengajar (tugas instruksional), dan seorang pendidik (tugas pendidikan). Seorang tenaga pengajar (peneliti) harus bersikap secara profesional yang merupakan tanggung jawab profesinya. Sebagai profesi, tenaga pengajar dan peneliti harus mengabdikan dirinya dengan sepenuhnya untuk pekerjaan tersebut dan memperoleh penghidupan dari apa yang dikerjakannya. Piet A. Suhertian, Profil Pendidik Profesional (Yogyakarta:Andi Offset, 1994), 26. Sebagai seorang profesional, tenaga pengajar (peneliti) memiliki ciri yang berbeda dengan profesi lainnya. Menurut National Education Association USA, sebagaimana dikutip oleh Soetjipto, ciri-ciri tersebut adalah (1) jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, (2) jabatan yang menggeluti bidang khusus, (3) pekerjaan yang memerlukan persiapan profesional yang lama, (4) pekerjaan yang memerlukan latihan khusus, (5) pekerjaan yang menjanjikan karir yang permanen, dan (6) pekerjaan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. Soetjipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta:Renika Cipta, 1999), 18.Sementara pada sisi lain jabatan profesional, menurut Mcnergney, harus dilihat dalam tiga dimensi, yaitu sebagai ekspert/ahli, memiliki otonomi dan tanggung jawab dan rasa kesejawatan. Robert F. Mcnergney, Carol A. Carrier, Teacher Development (New York:Macmillan Pub. Co., Inc., 1981), 31-2. Sebagai seorang ahli, tenaga pengajar harus memiliki kompetensi yang memadai di bidangnnya, baik kompetensi teoritik maupun praktis sebagai seorang profesional. Memiliki otonomi dan tanggung jawab bahwa seorang tenaga pengajar harus memiliki kemandirian dalam mengemukakan apa yang menjadi tanggung jawab profesinya, memiliki tanggung jawab akademik, tanggung jawab untuk memecahkan masalah anak didiknya, dan tanggung jawab dalam mengembangkan konsep-konsep berfikir inovatif. Sementara rasa kesejawatan, bahwa seorang tenaga pengajar diarahkan dan dilindungi oleh kode etik profesi, dan kode etik dibuat berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang mengikat seluruh anggota yang terlibat di dalamnya. Sementara itu berdasarkan Statuta terbaru yang dikeluarkan oleh Dirjen Dikti dinyatakan, bahwa seorang tenaga pengajar di Perguruan Tinggi sekurang-kurangnya memiliki ijazah strata dua (S2). Persyaratan semacam ini tentu saja semakin lama semakin ketat sesuai dengan tuntutan profesionalisme, dan tidak menutup kemungkinan dalam sepuluh tahun ke depan persyaratan minimal untuk menjadi tenaga pengajar minimal berijazah strata tiga (S3). Ketatnya persyaratan administratif dibutuhkan karena Perguruan Tinggi menjadi laboratorium masyarakat (public laboratory) dan tolok ukur bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus dituntut untuk melakukan inovasi dan reformasi.Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis (Pasal 16). Tugas pokok IAIN adalah menyelenggarakan pendidikan tinggi, pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu pengetahuan agama Islam sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku, serta melakukan penelitian. IAIN sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan (centre of exellence) diarahkan kepada terciptanya tujuan pendidikan tinggi, berupaya menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional, yang mampu mengembangkan, menyebarluaskan dan menerapkan ilmu pengetahuan agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan umat dan taraf kehidupan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Diploma Dua (d2) dan Strata Satu (S1) (Surabaya:IAIN Sunan Ampel, 2003), 1. Fakultas Ushuluddin adalah satu bagian dari fakultas yang ada di IAIN Sunan Ampel yang berperan aktif untuk melaksanakan tujuan pokok tersebut. Perguruan tinggi yang notabene menjadi laboratorium masyarakat dan tolok ukur bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus menerus dan selalu dituntut untuk melakukan inovasi dan reformasi. Hal itu bisa dilakukannya kalau praktisi-paraktisi pendidikan di Perguruan tersebut mampu mengaplikasikan teori-teori penelitian dengan baik dan benar karena pengembangan ilmu pada dasarnya dapat dicapai melalui penelitian (research). Tuntutan penguasan di bidang penelitian ini sebuah keharusan bagi insan akademisi. Penguasaan tersebut harus terinternalisasi secara komprehensif baik penguasaan teoritis maupun praktis. Salah satu kelemahan yang dirasakan didunia pendidikan tinggi saat ini tak terkecuali IAIN Sunan Ampel Surabaya termasuk Fakultas Ushuluddin adalah minimnya penelitian yang dilakukan oleh para dosen, salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya penguasaan mereka terhadap metodologi penelitian. Tanpa penguasaan metodologi penelitian yang memadai kiranya sulit untuk mengharapkan adanya pengembangan keilmuan mereka di accelerated science and tehnology era ini. Kegiatan penelitian yang dalam kenyataannya sering dikaitkan dengan keberadaan kehidupan keilmuan, sekali lagi, telah meniscayakan penguasaan metodologi. Seperti dimaklumi, ilmu tidaklah selalu berada dalam kondisi yang mantap dan stabil, tetapi sebaliknya senantiasa berkembang secara dinamis.Thomas Khun dalam The Scientific Revolution sebagaimana dikutip Adnan Latif menegaskan bahwa terjadi shifting paradigm dalam konteks keilmuan, ini berarti dalam wilayah keilmuan selalu terjadi dinamisasi perkembangan dan pergeseran-pergeseran, tidak ada istilah status quo , immune , sacral dan istilah-istilah yang sejenis dalam wilayah keilmuan. Hal-hal tersebut menjadi sangat mungkin dengan selalu adanya aktivitas penelitian. Moh. Adnan Latif, Pengantar Penelitian Bahasa, (Malang: Cendekia paramulia, 2002), iv.Dalam masalah metodologi penelitian, permasalahan yang dihadapi oleh perguruan tinggi Agama seperti IAIN, STAIN dan yang sejenisnya adalah wilayah kajian keilmuan yang berbeda dengan ilmu-ilmu sosial dan eksakta. Penelitian al-Quran dan hadits tidak semuanya dapat dikafer dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, sehingga cara pendekatan dan metodologi yang digunakan tentunya harus berbeda. Paling sedikit sudah ada jenis metodologi yang secara konvensional digunakan di lembaga Perguruan Tinggi Agama Islam sejenis IAIN, yaitu metodologi penelitian tafsir, metodologi penelitian hadits dan metodologi kajian ushul fiqh. Namun demikian konsep-konsep metodologi ini belum diintegrasikan dalam konsep-konsep metodologi penelitian ilmiah kontemporer, termasuk metode penelitian sosial. Selain itu konsep-konsep metodologi kajian Islam konvensional ini belum dicarikan padanannya dengan istilah-istilah metode penelitian kontemporer. Bahkan konsep metodologis ini dirasa asing hanya karena menggunakan istilah Arab bukan Inggris. Konsep tafsir bi al-matsur dianggap asing ketika dihadapkan pada istilah hermeneutika, konsep isnad dan Rijal al-hadits dianggap tidak berkaitan dengan konsep historisitas dan historiografi, dan konsep jami dan mani dianggap asing bila dihadapkan pada konsep studi naskah atau filologi, padahal semua konsep metodologi di atas walaupun tidak sama persis namun satu sama lain saling berkaiatan dan sinergis. Permasalahan yang kemudian timbul adalah konsep-konsep metodologi konvensional studi Islam belumlah cukup sehingga masih harus menggunakan konsep metodologi komtemporer, padahal permasalahan yang diteliti berbeda, akibatnya dirasakan adanya pemaksaan penggunaan konsep metodologis kontemporer terhadap penelitian kajian-kajian keislaman, dimana hal ini sebenarnya sudah dapat terkafer dengan metodologi konvensional studi Islam yang telah ada. Fakultas ushuluddin terutama jurusan Tafsir-Hadits adalah lembaga yang paling merasakan ambigue terhadap penggunaan konsep kedua metodologi di atas. Untuk itu perlu adanya penetapan istilah atau kaidah baku terhadap konsep-konsep metodologi konvensional kajian keislaman yang telah ada dan mencari padanan kata yang tepat terkait dengan konsep penelitian ilmiah kontemporer. Sebagai solusinya adalah harus diadakan Workshop dengan melibatkan semua unsur tenaga kependidikan, baik dosen, karyawan, maupun pimpinan sebagai penanggung jawab pengelola pendidikan di Fakultas Ushuluddin.. Workshop tersebut harus difokuskan pada kompetensi professional dalam bidang penelitian baik oleh dosen maupun pimpinan, yang hasilnya diharapkan dapat menggugah serta meningkatkan kapabilitas yang meliputi berbagai bidang profesionalisme dalam dunia penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penelitian Tafsir dan Hadis. Dengan Workshop ini akan terwujud konsep-konsep metodogi kajian tafsir-hadits yang baku sebagaimana konsep-konsep metodologi ilmiah. B.Nama dan Thema Kegiatan.Kegiatan ini bernama Workshop, dengan thema; Mencari Format Baku Metodologi Penelitian Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel SurabayaC.Tujuan Yang Diharapkan. Workshop ini bertujuan, antara lain :Meningkatnya profesionalisme dosen dalam bidang penelitian Tafsir dan Hadis.Tumbuhnya kesadaran baru di kalangan dosen tentang kedisiplinan melaksanakan tugas penelitian, dan juga diharapkan adanya perkembangan kedisiplinan tersebut dari hari ke hari.Terciptanya konsep-konsep baku metodologi penelitian tafsir dan hadits.Sebagai tujuan praktis, workshop ini dirancang untuk memberikan sertifikasi dosen-dosen yang layak membimbing skripsi di Jurusan Tafsir-Hadis.D.Waktu dan tempat pelaksanaan.Kegiatan ini direncanakan dilaksanakan selama tiga hari pada bulan Juli 2007, bertempat di Hotel Victory kota Batu.E.Narasumber, Fasilitator, dan Peserta. 1. Narasumber kegiatan ini adalah:a. Prof. DR. HJ. Zaitunah (Staf ahli Meneg Pemberdayaan Perempuan)b. Prof. DR. HM. Roem Rowie, MA (Guru besar jurusan tafsir hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya)c. Drs. H. Hasyim Abbas, M.Ag (Pakar Hadits)d. Dr. Atho Mudzar, MA 2.Fasilitator kegiatan ini adalah; a. Drs. H. Saifullah, M.Ag b. Drs. H. Muhammad Syarief 3.Peserta; Workshop ini diikuti oleh seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ushuluddin, baik dosen tetap maupun DLB, karyawan tetap maupun honorer, yang jumlahnya 90 orang, dengan rincian sebagai berikut : Dosen tetap: 64 orang Dosen luar biasa: 6 orang Pegawai (administrasi) tetap: 9 orang Pegawai (administrasi) honorer: 11 orang. Keterlibatan karyawan dalam workshop ini dimaksudkan agar mereka memahami dan menguasai administrasi yang berkaitan dengan pelayanan penelitian, karena kenyataannya seorang peneliti tidak bisa lepas dari layanan-layanan administrative.F.Personalia PanitiaKepanitiaan kegiatan ini adalah ; Pelindung: Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Penasehat: PD I, II, III Ketua: Drs. M u h i d, M.Ag Sekretaris: Drs. Abd. Kholid, M.Ag Anggota: 1. M.Hadi Sucipto, MHI 2. Ade Taufikurahman, SE 3. Dra. Luluk Fathirotin 4. Praptining Irianti, S.Pd. G.Rancangan AnggaranKegiatan ini diperkirakan membutuhkan anggaran beaya sebesar Rp. 25.150.000,- (Dua puluh lima juta seratus lima puluh ribu rupiah). Secara rinci anggaran tersebut disampaikan dalam lampiran I.H. Penutup.Demikian rancangan kegiatan Workshop tentang Mencari Format Baku Metodologi Penelitian Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya yang dilaksanakan Jurusan Tafsir-Hadis agar dibiayai sehingga dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.Surabaya, 13 Maret 2006 Dekan, Drs. Mashum, MAgNIP. 150 240 375Lampiran I (Rincian Anggaran) :1.KesekretariatanRp. 750.000,-2.Workshop Kit untuk 90 orang @ Rp. 15.000,-Rp. 1.350.000,-3.Akomodasi dan konsumsi untuk 90 orang @ Rp. 50.000,- x 3 hariRp.13.500.000,-4.Transportasi narasumberRp. 2.500.000,-5.Transportasi fasilitatorRp. 450.000,-6.Transportasi peserta 90 orang @ Rp. 50.000,-Rp. 4.500.000,-7.Transportasi panitiaRp. 1.000.000,-8.Transportasi HumasRp. 600.000,-9.Honor Tim PerumusRp. 500.000,- --------------------------------- Jumlah Rp.25.150.000,- ( Dua puluh lima juta seratus lima puluh ribu rupiah)Lampiran II (Jadwal Kegiatan)