WISATA TEPIAN AIR KALI PEPE DENGAN KONSEP …eprints.ums.ac.id/58828/20/NASKAH PUBLIKASI-151.pdfa....
Transcript of WISATA TEPIAN AIR KALI PEPE DENGAN KONSEP …eprints.ums.ac.id/58828/20/NASKAH PUBLIKASI-151.pdfa....
WISATA TEPIAN AIR KALI PEPE DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN DI DAERAH PASAR GEDHE SOLO
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik
Oleh:
INTAN DIAH MAHARAMAH
D 300 130 037
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
WISATA TEPIAN AIR KALI PEPE DENGAN KONSEP ARSITEKTUR
BERKELANJUTAN DI DAERAH PASAR GEDHE SOLO
Abstrak Kali Pepe merupakan salah satu anak Kali dari Sungai Bengawan Solo yang berada di pusat Kota
Surakarta dan dahulu menjadi pelabuhan kecil jalur perdagangan Bengawan Solo. Berangkat dari
fakta – fakta tersebut peneliti ingin mengetahui gambaran umum wilayah Kota Surakarta khususnya
bagian yang berada dekat dengan pasar Gedhe Solo dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
Kali Pepe yang terkait dengan kawasan wisata tepian air di Kota Surakarta. Secara inovatif, kajian
ini akan mengarah pada desain perencanaan dan perancangan wisata tepian air Kali Pepe disekitar
Pasar Gedhe Solo dengan penekanan konsep arsitektur berkelanjutan.
Kata Kunci : Kali Pepe, Wisata Tepian Air
Abstract
Kali Pepe is one of Kali's children from Bengawan Solo River which is located in the center of
Surakarta City and used to be a small port of Bengawan Solo trading line. Departure from these
facts the researcher wanted to know the general description of Surakarta City especially the part
that is close to Gedhe Solo market and develop the potency owned by Kali Pepe which related to the
waterfront tourist area in Surakarta City. Innovatively, this study will lead to the design and design
of the Kali Pepe waterfront tour around Pasar Gedhe Solo with an emphasis on sustainable
architectural concepts.
Keywords: Kali Pepe, Waterfront Tour
1. PENDAHULUAN
Kota Solo atau lebih resmi disebut Kota Surakarta terletak di dataran rendah di Lereng Gunung
Lawu dengan luas sekitar 44 km2. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh sungai besar yakni
Sungai Bengawan Solo. Sungai Bengawan Solo pun memiliki anak – anak sungai seperti Kali
Anyar, Kali Jenes, Kali Sumber, Kali Gajah Putih, Kali Wingko, Kali Brojo, Kali Boro, Kali
Palem Wulung dan Kali Pepe. Selain terkenal dengan kota penghasil industri batiknya, Kota Solo
juga terkenal dengan kota berbudaya. Selain hal tersebut, kota yang dilewati atau dialiri Kali Pepe
di daerah pusat kota tersebut juga memiliki peninggalan-peninggalan sejarah yang tidak kalah
menarik dikembangkan bahkan diperkenalkan di kancah nasional. Salah satu yang menarik dapat
dijumpai di daerah Jalan Jenderal Sudirman yang berada di pusat Kota Solo yakni peninggalan
sejarah terdahulu yang berkaitan erat dengan aktivitas masyarakat, seperti Benteng Vasternburg,
Balai Kota, bahkan Pasar Gedhe Solo yang masih digunakan masyarakat hingga sekarang.
Demikian pula halnya dengan Kali Pepe, sungai yang mengalir di pusat kota Solo yang dapat
menjadi potensi wisata.
Kali Pepe telah disebut-sebut sejak zaman Kerajaan Pajang abad XVI sebagai Bandar Pecinan.
Kali Pepe pada zaman dahulu merupakan salah satu pelabuhan kecil yang menjadi bagian dari
2
jalur perdagangan Bengawan Solo. Penelitian yang telah dilakukan oleh tim ekspedisi Kompas
melaporkan bahwa dahulu, perahu-perahu kerajaan bersandar pada dermaga Langen Harjo,
sementara perahu para pedagang berlabuh di dermaga Nusupan yang lokasinya dekat dengan
Jembatan Semanggi. Namun pada saat ini fungsi dari Kali Pepe hanya seperti Kali lainnya yang
berada di Kota Solo yakni sebagai jalur air. Tingkat penduduk yang semakin berkembang di Kota
Solo menyebabkan beberapa sungai di Kota Solo semakin tidak terawat bahkan masih banyak
masyarakat yang membuang sampah di sungai yang berada di Kota Solo. Namun bila diamati,
Kali Pepe yang berada dan mengalir di pusat Kota Solo menjadi poin utama yang akan dikaji,
karena lokasinya yang strategis dari segi sejarah serta bisa berpotensi menjadi kawasan wisata
tepian air (Kayyisa, Kali Pepe : Halaman Kehidupan Kota Solo, 2016) .
Rumusan permasalahan dari pengamatan penulis yakni bagaimana menciptakan wisata tepian air
di Kali Pepe yang bersinggunggan langsung dengan budaya dan sosial masyarakat sekitar serta
bagaimana penerapan konsep arsitektur berkelanjutan dengan perencanaan dan perancangan
wisata tepian air di Kali Pepe Surakarta.
Tujuan yang di harapkan dalam perencanaan dan perancangan “Wisata Tepian Air Kali Pepe
dengan Konsep Arsitektur Berkelanjutan di Daerah Pasar Gedhe Surakarta” yakni menciptakan
tempat wisata untuk masyarakat Kota Surakarta dan sekitarnya yang bersinggungan dan berkaitan
dengan tepian air Kali (anak sungai) Pepe dengan meningkatkan perekonomian masyarakat serta
merencanakan dan merancang “Wisata Tepian Air Kali Pepe dengan Konsep Arsitektur
Berkelanjutan di Daerah Pasar Gedhe Surakarta” yang sesuai dengan teori dan konsep terkait.
2. METODE
Metode pembahasan yang akan digunakan dalam perencanaan dan perancangan “Wisata Tepian
Air Kali Pepe dengan Konsep Arsitektur Berkelanjutan di Daerah Pasar Gedhe Surakarta” adalah
metode deskriptif analisis guna mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Studi literatur, menggunakan kajian dari buku maupun media elektronik dan teori-teori yang
terkait dengan perencanaan dan perancangan kawasan yang akan dibangun atau dikembangkan
menjadi wisata tepian air sesuai dengan kebutuhan yang menggunakan konsep arsitektur
berkelanjutan.
b. Studi observasi, mempelajari serupa dengan perencanaan dan perancangan tentang “Wisata
Tepian Air Kali Pepe dengan Konsep Arsitektur Berkelanjutan di Daerah Pasar Gedhe
Surakarta”.
c. Deskripsi, melakukan klasifikasi dan mengevaluasi data-data berdasarkan teori sebelumnya.
3
52 1
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gagasan Perencanaan
Perancangan “ Wisata Tepian Air di Kali Pepe dengan Konsep Arsitektur Berkelanjutan di Daerah
Pasar Gedhe Solo” akan di desain sebagai kawasan wisata yang berada di pusat kota Solo dengan
memanfaatkan perairan Kali Pepe sebagai sarana transportasi di air dengan menambahkan unsur
sejarah, kebudayaan, kuliner dan bangunan – bangunan yang ada di sekitar tapak serta dilengkapi
sarana rekreasi di tepian Kali serta sarana edukasi.
Sarana rekreasi pada perancangan wisata tepian air di Kali Pepe berupa pasar apung, foodcourt
yang dibuat dekat dengan pasar, dermaga, jembatan penghubung kali dan lain sebagainnya. Sarana
edukasi pada perancangan wisata tepian air di Kali Pepe berupa tempat penyulingan air, museum
yang di dalamnya menjelaskan sejarah Kali Pepe yang berkaitan dengan Pasar Gedhe Solo,
Klenteng Tien Kok Sie Solo, benteng Vasternburg dan lain sebagainnya.
Fungsi dari perencanaan antara lain :
1. Menyediakan tempat rekreasi dan edukasi tepian air yang berada di pusat kota Solo.
2. Menata potensi Kali Pepe dengan mengaitkan sosial-budaya yang berada di lokasi tersebut.
Sasaran utama adalah masyarakat Solo dan sekitarnya untuk datang berkunjung atau berwisata di
tepian Kali Pepe yang memiliki keterkaitan dengan sejarah perkembangan Kota Solo.
Konsep arsitektur berkelanjutan yang diterapkan pada pembangunan dan penataan kawasan atau
kota yang bersifat berkelanjutan dari segi lingkungan yakni tidak mencemari lingkungan, merusak
keanekaragaman yang berada di daerah tersebut dan menjaga ketersediaan sumber daya alam
untuk generasi penerus. Dari lingkungan yang menerapkan arsitektur berkelanjutan,
memilikiketerkaitan dampak untuk perekonomian dan sosial masyarakat yakni lingkungan yang
tidak tercemar menjadikan masyarakat akan lebih kreatif untuk menjaga lingkungan disekitarnya,
membuat inovasi seperti pemanfaatan solar panel sebagai energi listrik, memanfaatkan air yang
masih bersih untuk kebutuhan sehari – hari, dan sebagai pembangkit tenaga air, dan mendaur
ulang sampah, dalam hal – hal tersebut dapat menghasilkan dan meningkatkan perekonomian serta
dapat mengirit pengeluaran. Dari ingkungan dan perekonomian yang meningkat, dari segi sosial
akan tertunjang dengan produktivitas yang meningkat, perkembangan barang dan jasa, sosial
perkotaan, pendidikan relative lebih tinggi dan memiliki kreativitas dan inovasi yang lebih maju.
4
4. PENUTUP
4.1 Analisa Dan Konsep Makro
Gambar 1. Akses Jalan ke Tapak Gambar 2. Potensi Tapak
Konsep makro pada tapak terkait lokasi yang strategis dan memungkinkannya diakses
menggunakan transportasi umum seperti Batik Solo Trans (BST), becak, angkot atau taksi akan
dibangun beberapa halte. Konsep mikro pada tapak, dapat berupa signage keterangan lokasi wisata
tepian air Kali pepe, penyediaan halte pada pemberhentian yang berada dekat dengan tapak,
penyediaan pedestrian yang mengarah ke tapak. Selain pedestrian, penyediaan jalur khusus sepeda
menuju ke dalam tapak, dan alternatif masuk dan keluar tapak dibuat dua lokasi agar tidak
mengalami kepadatan.
4.2 Analisa Dan Konsep Site
Gambar 3. Orientasi Bangunan Gambar 4. Konsep in-out Tapak
Jalan keluar dari lokasi tapak dibuat menjadi dua alternatif yang masih satu tempat tetapi beda
jalur keluarnya. Pada Jl. Kapten Mulyadi diberlakukan satu arah hingga ke Jl. RE. Martadinata
untuk mengurangi kemacetan jalan.
5
Gambar 5. View Potongan A
Gambar 6. View Potongan B Gambar 7. View Potongan C
Gambar 8. Konsep Vegetasi di Darat
6
Gambar 9. Konsep Vegetasi di Air
4.3 Perhitungan Besaran Ruang
Tabel 1. Kebutuhan Ruang
Nama bangunan
Nama ruang Kapasitas Standar Flow Jumlah ruang
Besaran ruang
Loket
Masuk /
Bangunan
Penerimaan
Loket pembayaran
4/org 1,2 30% 4 20.64 m2
Penitipan barang
100/org 1,2 50% 2 300 m2
Ruang informasi
20/org 1,2 30% 2 55,2 m2
Ruang keamanan
10/org 2,5 30% 4 32,5 m2
Ruang pengelola & staff
30/org 2,5 30% 1 97,5 m2
Ruang istirahat
30/org 1,2 30% 1 46,8 m2
Dapur 5/org 2,5 50% 1 18,75 m2
Toilet 2/org 1,2 30% 1 3,12 m2
Museum Ruang pameran
100 2,5 50% 1 375m2
Perpustakaan 100 1,2 30% 1 156 m2
Ruang baca 100 1,2 30% 1 156 m2
Ruang pengelola museum
10 2,5 30% 1 32.5 m2
Teras 50 1,2 50% 1 90 m2
Toilet 2/org 1,2 30% 1 3,12 m2
Tempat
Penyulingan
Air
Ruang pengamatan
10/org 1,2 30% 1 15,6 m2
Ruangan tabung
2 30 m2
Ruang genset 1 30 m2
Ruang pekerja
10/org 2,5 30% 1 32,5 m2
Ruang tunggu/tamu
20/org 1,2 20% 1 28,8 m2
7
Nama bangunan
Nama ruang Kapasitas Standar Flow Jumlah ruang
Besaran ruang
Teras 10/org 1,2 50% 1 16,8 m2
Toilet 3/org 0,8 20% 1 2,88 m2
Pasar Tempat berjualan jajanan pasar
100 2,5 50% 1 375 m2
Toilet 3/org 0,8 20% 1 2,88 m2
Dermaga Sirkulasi kapal
100/org 2,5 50% 1 375 m2
Sirkulasi manusia
20 kapal - 100% 20 420 m2
Toko
Souvenir
Toko pakaian 10/org 2,5 50% 2 62.5 m2
Toko aksesoris
10/org 2,5 50% 2 62.5 m2
Toko makanan
10/org 2,5 50% 2 62.5 m2
Toko pecah belah
10/org 2,5 50% 2 62.5 m2
Toko kerajinan kayu
10/org 2,5 50% 2 62.5 m2
Foodcourt Tempat makanan tradisional
50/org 1,2 30% 2 138 m2
Tempat makanan modern
550/org 1,2 30% 2 138 m2
Taman Taman di
darat
50/org 2,5 30% 2 287.5 m2
Taman di air 20/org 2,5 30% 1 65 m2
Musholah Ruang sholat 100/org 1,2 50% 1 180 m2
Teras 300/org 1,2 50% 1 630 m2
Toilet pria 10/org 1,2 20% 3 97,5 m2
Toilet wanita 10/org 1,2 20% 3 97,5 m2
Tempat wudhu pria
5/org 2,5 20% 2 27,5 m2
Tempat wudhu wanita
10/org 0,8 50% 5 44 m2
Toilet difabel 10/org 0,8 50% 5 44 m2
Loker penitipan barang
2 lemari 1,2 100% 2 7,2 m2
Rak sepatu 2 rak 1,2 50% 2 6 m2
Ruang pengelola
5/org 2,5 50% 1 18,7 m25
8
Nama bangunan
Nama ruang Kapasitas Standar Flow Jumlah ruang
Besaran ruang
musholah
Pendopo Pendopo 50/org 1,2 50% 1 90 m2
Ruang main anak (indoor)
20/org 2,5 100% 1 100 m2
Ruang ibu menyusui
20/org 1,2 50% 1 36 m2
Gazebo Gazebo 5/org 2,5 100% 10 137,5 m2
Toilet Umum Toilet pria 30 1,2 20% 30 1087,2 m2
Toilet wanita 10 2,5 20% 5 130 m2
Pos Satpam Pos satpam 3/org 2,5 50% 5 22,5 m2
Ruang
istirahat
3/org 2,5 50% 5 22,5 m2
Tempat
Parkir
Tempat
parkir sepeda
100 2 100% 2 600 m2
Tempat
parkir motor
100 3 100% 2 900 m2
Tempat
parkir mobil
100 27 100% 2 8100 m2
Penginapan Ruang informasi
2/org 1,2 30% 1 3.5 m2
Ruang tunggu
5/org 1,2 30% 1 7.8 m2
Kamar 4/org 2,5 30% 10 103 m2
Ruang Makan
10/org 1,2 30% 2 27.6 m2
Ruang rapat 5/org 1,2 30% 1 7.8 m2
Ruang staff 5/org 1.2 30% 1 7.8 m2
Toilet 1/org 1,2 20% 12 14.5 m2
Dapur 3/org 1.2 20% 2 8
Poliklinik Apotek 5/org 1,2 30% 1 7,8 m2
Ruang pemeriksaan
4/org 2,5 50% 2 25 m2
Ruang dokter 4/org 2,5 50% 2 25 m2
Ruang tunggu
10/org 2,5 50% 1 37,5 m2
Toilet pria 2/org 1,2 20% 1 2,88 m2
Toilet wanita 3/org 1,2 20% 1 4,32 m2
Jumlah besaran ruang 16.318,19 m2
Sirkulasi 30 % 4.895,457 m2
Luas keseluruhan 21.213,647m2
4.4 Analisa Dan Konsep Massa
Strategi desain tepian air yang diterapkan yakni strategi variety. Strategi variety adalah tatanan
fungsi dan ruang sepanjang area tepian air yang dibuat berbeda-beda atau beragam, sehingga
menonjolkan keunikan dan aspek keberagaman (dalam buku “Planning And Urban Design
Standards”, (Lesil, 2016))
9
Gambar 10. Konsep Pembagian Zona
4.5 Analisa Dan Konsep Tampilan Arsitektur
Gambar 11. Interior Ruang Baca pada Museum dan Toko Souvenir
Gambar 12. Eksterior Toko
10
Gambar 13. Eksterior Area Parkir
Gambar 14. Taman pada Tapak
Gambar 15. Taman Air
Gambar 16. Sirkulasi Jalur Air
11
Gambar 17. Eksterior Tapak
Gambar 18. Area Parkir
Gambar 19. Halte Bus dalam Tapak
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, T. C. (2011). Tradisi Grebeg Sudiro di Sudiroprajan (Akulturasi Kebudayaan Tionghoa
dengan Kebudayaan Jawa). Surakarta.
Alamsyah, B. (2014, Desember). Desain Arsitektur Kota Yang Beridentitas Budaya Sebagai Sebuah
Konsep Yang Berkelanjutan, 12(2), 17.
Aryastana, P. (2015, July). Identifikasi Pemanfaatan Daerah Sempadan Sungai Tukad Ayung, IV(1).
12
Badan Standardisasi Nasional. (2004). Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Jakarta.
BAPPEDA. (2011). Profil Daerah Kota Surakarta. Surakarta: Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah.
Basiya R, H. A. (2012, Oktober). Kualitas Daya Tarik Wisata, Kepuasan Dan Niat Kunjungan
Kembali Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah. Dinamika Kepariwisataan, XI(2), 4.
Chiotinis, N. (2006). Management of Environmental Quality. The request of sustainability and
architecture as cultural paradigm, 17(5), 593-598.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (2009). Undang - Undang Nomor 10 Tentang Kepariwisataan.
Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (2009). Undang - Undang Nomor 10 Tentang Kepariwisataan.
Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Pedesaan. (1998). Pedoman Penataan Ruang Kawasan
Perkotan Tepi Air di Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta: Ditjen Cipta Karya.
Fitrianto, A. D. (2014). Penataan Waterfront Kali Pepe Dengan Studi Kasus Kawasan Pecinan
Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gunardi, G. (2010, Mei). Identifikasi Potensi Kawasan Wisata Kali Pasir, Kota Tanggerang. Jurnal
PLANESA, 1(1).
Ir. Hartono Poerbo, M. A. (1992). Utilitas Bangunan. Jakarta: Diambatan.
Kayyisa, A. R. (2016). Kali Pepe : Halaman Kehidupan Kota Solo (Studi Perubahan Tindakan
Masyarakat Kampung Bantaran Kali Pepe).
Kayyisa, A. R. (2016). Kali Pepe : Halaman Kehidupan Kota Solo. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
KBBI. (1986). Ensiklopedia National Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka.
Laras, B. K. (2011). Desain Kebijakan Pengelolaan Waterfront City Pesisir Semarang, 25.
Lesil, S. M. (2016). Pontianak Waterfront City Sebagai Objek Wisata Ruang Terbuka Publik.
Louis Santoso, M. V. (2012, Desember). Identifikasi Potensi Wisata Pantai di Kota Bau - Bau.
Prosiding 2012 Hasil Penelitian Fakultas Teknik, 6(ISBN 978-979-127255-0-6).
13
Neufert, P. (2002). Data Arsitek Jilid 2. (S. H.M. Wibi Hardani, Ed.) Jakarta: Erlangga.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. (2012). Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10
Tahun 2012 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012 - 2027. Surakarta: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Peraturan Walikota Surakarta. (2012). Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011 - 2031. Surakarta:
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta.
Rahmat Sepa, I. H. (2016). Pengembangan Fasilitas Wisata Taman Hiburan Pantai Kenjengan
Surabaya Dengan konsep Waterfront, 4.
Rr. Ajeng Gita Astami, K. D. (2015). Penentuan Prioritas Pengembangan Infrastruktur Kawasan
Wisata Bahari di Desa Sumberejo, Desa Lojejer dan Desa Puger Kulon, Kabupaten Jember
Berdasarkan Preferensi Pengunjung dan Masyarakat. Jurnal Teknik ITS, IV(1), 46.
Sastrawati, I. (2003, Desember). Prinsip Perancangan Kawasan Tepi Air (Kasus : Kawasan
Tanjung Bunga), IV(3), 100-104.
Sastrawati, I. (2013, Desember). Prinsip Perancangan Kawasan Tepi Air (Kasus : Kawasan Tanjung
Bunga). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 14(3), 95-117.
Spillane, J. J. (1994). Pariwisata Indonesia : Siasat Ekonomi Dan Rekayasa Budaya. Jakarta:
Kanisius & Lembaga Studi Realino.
Suwarti, H. Y. (2017). Pengembangan Daya Tarik Wisata Desa Wisata Kampung Keji Sebagai
Atraksi Wisata Guna Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Semarang.
Gemawisata, 13(1), 75-77.
Umum, M. P. (2006). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 30/PRT/M/2006. Jakarta:
Menteri Pekerjaan Umum.
Wibowo, A. R. (2016). Partisipasi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kali Pepe Sebagai
Transportasi Air. 11.
Wikipedia. (2001). Wikipedia. Retrieved July 13, 2017, from Wikipedia Org:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8
&ved=0ahUKEwiBwfDdwIXVAhXFQo8KHRYGABEQFggqMAA&url=https%3A%2F%
2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FKota_Surakarta&usg=AFQjCNFIgiq-CN2-
NgiQbqKIw9t43GPyTw
14
http://i2.wp.com/kereta-api.info/wp-content/uploads/2015/12/stasiun-solo-
jebres.jpg?resize=470%2C264, diakses pada 24 September 2017, 19.55 WIB
http://keretaapikita.com/wp-content/uploads/2016/12/Gambar-Stasiun-Solobalapan.jpg, diakses
pada 24 September 2017, 19.59 WIB
http://kesolo.com/wp-content/uploads/2014/12/pasar-legi-kini.jpg, diakses pada 24 September
2017, 20.00 WIB
http://pariwisatasolo.surakarta.go.id/sites/default/files/Puro%20Mangkunegaran%20Solo.jpg,
diakses pada 24 September 2017, 20.04 WIB
https://queencitra.files.wordpress.com/2015/11/museum-bi.jpg, diakses pada 24 September 2017,
20.08 WIB
http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/benteng-vastenburg_20160606_080239.jpg,
diakses pada 24 September 2017, 20.10 WIB
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/76/Stasiun_Solo_Kota.JPG, diakses pada 24
September 2017, 20.13 WIB
http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/suasana-kori-kamandungan-lor-keraton-
solo_20170417_074505.jpg, diakses pada 24 September 2017, 20.15 WIB
http://jalansolo.com/wp-content/uploads/2014/10/pggs.jpg, diakses pada 24 September 2017, 20.20
WIB
http://jalansolo.com/wp-content/uploads/2014/10/BTC.jpg, diakses pada 24 September 2017, 20.24
WIB