Laporan Hidrologi Kali Pepe

11
bekerja sama dengan : Kajian Teknis Pengendalian Banjir Floodway, Jabung Ring Dike Dan Bendung Gerak Babat Di Kabupaten Lamongan III-1 BAB III ANALISA HIDROLOGI 3.1. UMUM Secara umum Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo secara topografis dibagi menjadi 3 sub DAS, yaitu : a) Sub DAS Solo hulu; b) Sub DAS Madiun c) Sub DAS Solo hilir. Gambar 3.1. Peta Wilayah Sungai Bengawan Solo

description

hidrologi, floodway

Transcript of Laporan Hidrologi Kali Pepe

Page 1: Laporan Hidrologi Kali Pepe

bekerja sama dengan :

Kajian Teknis Pengendalian Banjir Floodway, Jabung Ring Dike Dan Bendung Gerak Babat Di Kabupaten Lamongan

III-1

BAB III

ANALISA HIDROLOGI

3.1. UMUM

Secara umum Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo secara topografis dibagi menjadi 3 sub DAS, yaitu :

a) Sub DAS Solo hulu;

b) Sub DAS Madiun

c) Sub DAS Solo hilir.

Gambar 3.1. Peta Wilayah Sungai Bengawan Solo

Page 2: Laporan Hidrologi Kali Pepe

bekerja sama dengan :

Kajian Teknis Pengendalian Banjir Floodway, Jabung Ring Dike Dan Bendung Gerak Babat Di Kabupaten Lamongan

III-2

Tabel 3.1. Pembagian Wilayah Sungai Bengawan Solo

Area Luas Latitude Longitude

DAS Bengawan Solo 16.100 km2 649’S - 808’S 11026’E - 11239’E

- Sub DAS Solo hilir 6.273 km2 649’S -728’S 11113’E - 11239’E

- Sub DAS Madiun 3.755 km2 721’S -806’S 11111’E - 11148’E

- Sub DAS Solo hulu 6.072 km2 715’S -807’S 11026’E - 11127’E

DAS Lamong 720 km2 710’S -723’S 11205’E - 11240’E

Area Pantai Utara 1.440 km2 637’S -702’S 11126’E - 11234’E

DAS Grindulu-Lorog 1.517 km2 755’S -817’S 11054’E - 11132’E

Total 19.777 km2 637’S -817’S 11026’E - 11234’E

Sumber : Comprehensive Development and Management Plan (CDMP) Study, 2001

Secara administratif terletak pada provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. DAS Bengawan Solo merupakan DAS terbesar di P. Jawa yang meliputi 12% dari luas P. Jawa.

a) Sub DAS Solo hulu meliputi lereng timur G. Merapi (EL. 2,914 m) dan G. Merbabu (EL. 3,142 m), lereng barat G.Lawu (EL. 3,265 m), dan daerah pegunungan di selatan Wonogiri. Pertemuan Bengawan Solo dengan S. Madiun terjadi di Ngawi (Elevasi + 50 m) merupakan batas timur dari sub DAS ini, yang merupakan batas dari sub DAS Solo hilir.

b) Sub-DAS Madiun meliputi lereng timur G. Lawu dan lereng barat G. Willis (EL. 2.563 m), dan di tepi hilir dibatasi pertemuannya dengan Bengawan Solo di Ngawi.

c) Sub-DAS Solo hilir meliputi bukit dan dataran rendah dengan ketinggian 200 m atau lebih rendah, kecuali tepi selatan termasuk G. Pandan (EL. 897 m) dan area yang terbatas di utara antara Bojonegoro dan Tuban.

DAS Lamong merupakan DAS memanjang yang sempit antara Bengawan Solo dan DAS Brantas. DAS ini meliputi bukit dan dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 200 m.

Daerah pesisir Utara terdiri dari berbagai DAS kecil- dengan luas kurang dari 100 km2, menghadap Laut Jawa di utara. Daerahnya memanjang sekitar 120 km dengan lebar 20 km sampai 30 km. Batas selatan terletak di hamparan bukit hampir sejajar dengan tepi laut. Dataran pantai terletak di sepanjang pantai utara berbatasan dengan Laut Jawa.

DAS Grindulu dan Lorog terletak di tepi barat daya dari Jawa Timur, dan menghadapi Samudera Hindia di selatan. DAS Kladenan dan beberapa cekungan kecil lainnya termasuk dalam DAS Grindulu dan Lorog. Kemiringan topografi yang relatif terjal dengan ketinggian puncak 1.240 m, dan beberapa dataran pesisir skala kecil yang tersebar di sepanjang tepi selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Page 3: Laporan Hidrologi Kali Pepe

bekerja sama dengan :

Kajian Teknis Pengendalian Banjir Floodway, Jabung Ring Dike Dan Bendung Gerak Babat Di Kabupaten Lamongan

III-3

Kemiringan rata rata Bengawan Solo hilir adalah 1 : 10.000, bervariasi mulai 1 : 5.000 di daerah hulu, 1 : 7.000 di daerah tengah dan 1 : 12.000 di daerah hilir. Lebar sungai sekitar 100-150 m dengan kedalaman sekitar 7 m. Kapasitas pembawa (bankfull capacity) berkisar antara 1.450 m3/dt sampai 1.800 m3/dt.

Lokasi atau batas studi adalah adalah dimulai dari bendung gerak Babat sampai ke muara Bengawan Solo di Tanjung Kepala dan Floodway yang bermuara di Sedayu Lawas, yang merupakan bagian dari Sub DAS Solo Hilir.

3.2. Hidrograf Banjir

Bentuk hidrograf untuk banjir yang datang di Bendung Gerak Babat, dianalisa dari hasil pengamatan muka air dan debit di Bendung Gerak Babat yang dilaksanakan oleh PJT-1. Berdasarkan pengamatan tahun 2012 dan 2013, bulan yang sering terjadi debit yang cukup besar adalah bulan Desember-Januari. Tercatat 3 kali debit yang cukup besar pada periode 2012-2013, yaitu pada bulan Desember, Januari dan April dengan puncak debit masing masing adalah 1920 m3/dt, 1720 m3/dt dan 1857 m3/dt, dengan bentuk hidrograf seperti berikut :

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

2200

0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264 288 312 336 360 384 408 432

Debit(m3/dt)

Waktu (Jam)

Gambar 3 – 2 : Hidrograf Banjir Di Bendung Gerak Babat Bulan Desember Periode Tahun 2013

Page 4: Laporan Hidrologi Kali Pepe

bekerja sama dengan :

Kajian Teknis Pengendalian Banjir Floodway, Jabung Ring Dike Dan Bendung Gerak Babat Di Kabupaten Lamongan

III-4

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264 288 312 336

Debit (m3/dt)

Waktu (Jam)

Gambar 3 – 3 : Hidrograf Banjir Di Bendung Gerak Babat Bulan Januari Periode Tahun 2013

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240

Debit (m3/dt)

Waktu (Jam)

Gambar 3 – 4 : Hidrograf Banjir Di Bendung Gerak Babat Bulan April Periode Tahun 2013

Page 5: Laporan Hidrologi Kali Pepe

bekerja sama dengan :

Kajian Teknis Pengendalian Banjir Floodway, Jabung Ring Dike Dan Bendung Gerak Babat Di Kabupaten Lamongan

III-5

Sedangkan menurut laporan LSRIP bagian buku penunjang Hidrologi, bentuk hidrograf banjir di Bendung Gerak Babat adalah seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 3 – 5 : Hidrograf Banjir 50 Tahunan Di Bendung Gerak Babat

Mengacu pada hidrograf banjir rencana yang dipakai LSRIP, dimana hidrograf banjir Babat yang dimaksud gambar di atas adalah di jembatan Babat, dan lokasi bendung gerak Babat adalah 9400 m di hilir jembatan Babat, tentunya bentuk puncak hidrografnya menuju ke bentuk mendatar (lihat bentuk hidrograf Sembayat), sehingga bentuk hidrograf hasil pengamatan yang puncaknya agak mendatar mendekati bentuk hidrograf rencana yang dipakai oleh LSRIP.

Dengan demikian bentuk hidrograf yang dipakai selanjutnya adalah mengacu hidrograf yang terjadi pada bulan Desember 2013 diatas.

3.3. Debit Banjir Rencana Sungai Bengawan Solo Hilir

Berdasarkan skema pengendalian banjir Wilayah Sungai Bengawan Solo untuk periode Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang debit banjir untuk pengendalian banjir Wilayah Sungai Bengawan Solo di hulu Bendung Gerak Babat adalah seperti berikut:

Page 6: Laporan Hidrologi Kali Pepe

bekerja sama dengan :

Kajian Teknis Pengendalian Banjir Floodway, Jabung Ring Dike Dan Bendung Gerak Babat Di Kabupaten Lamongan

III-6

Tabel 3 – 2 :

Debit banjir rencana

Tahapan

Debit Yang Melewati

BG.K.Nongko

Debit Yang Lewat Solo

Valley

Total

[m3/s] [m3/s] [m3/s]

Jangka Pendek 3768 3768

Jangka Menengah 3168 500 3668

Jangka Panjang 2968 500 3468

Debit banjir di atas adalah debit banjir 50 tahunan dan dipadukan dengan rencana penanganan yang diperkirakan akan bisa diselesaikan dalam tiap tiap jangka waktu tahapan penanganan.

3.4. Rating Curve Sungai Bengawan Solo Hilir di Bendung Gerak Babat

Rating curve ini dibuat berdasarkan pengamatan tinggi muka air dan debit harian mulai dari bulan Januari 2012 sampai bulan Desember 2013, yang dipadukan dengan debit pelepasan dari Bendung Gerak Babat.

Pengamatan tinggi muka air dan debit harian dilakukan oleh Jasa Tirta I Perusahaan Umum Dan Sumber Air (DJA) V/3), pada kondisi ini inlet rawa Jabung belum berfungsi.

Selain itu sebagai bahan kalibrasi untuk analisa hidrolika, selain bendung gerak Babat terdapat 4 (empat) stasiun lokasi pengamatan muka air, yaitu :

a. Stasiun Plangwot

b. Stasiun Laren

c. Stasiun Karang Geneng

d. Stasiun Kuro

Lokasi dari ke 5 (lima) stasiun tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah.

Page 7: Laporan Hidrologi Kali Pepe

bekerja sama dengan :

Kajian Teknis Pengendalian Banjir Floodway, Jabung Ring Dike Dan Bendung Gerak Babat Di Kabupaten Lamongan

III-7

y = -1E-06x2 + 0.005x + 0.111R² = 0.999

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0 500 1000 1500 2000 2500

Eleva

si (+m

)

Debit (m3/dt)

Rating Curve BG.Babat

Rating Curve BG.Babat

Poly. (Rating Curve BG.Babat)

Gambar 3 – 6 : Rating Curve di AWLR Bendung Gerak Babat.

.

Gambar 3 – 7 : Lokasi AWLR di Bengawan Solo Hilir

Sumber: Monitoring tinggi muka air (TMA) SWS Bengawan Solo. Jasa Tirta I Perusahaan Umum Dan Sumber Air (DJA) V/3

Page 8: Laporan Hidrologi Kali Pepe

bekerja sama dengan :

Kajian Teknis Pengendalian Banjir Floodway, Jabung Ring Dike Dan Bendung Gerak Babat Di Kabupaten Lamongan

III-8

3.5. Kondisi Sedimen di Sungai Bengawan Solo dan Floodway

Data sedimen yang didapatkan berupa gradasi butiran sedimen untuk sungai Bengawan Solo dan Floodway sebagai berikut;

Gambar 3 – 8 : Gradasi bed load sungai Bengawan Solo

Gambar 3 – 9 : Gradasi bed load di Floodway