wibawa
-
Upload
pulung-nugroho -
Category
Documents
-
view
23 -
download
4
description
Transcript of wibawa
NAMA : RATNA AULIAURRAHMAH
NIM : 1815126060
JURUSAN : PGSD
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kewibawaan
Konsep kewibawaan diadopsi dari bahasa Belanda yaitu ”gezaq” yang berasal dari kata
“zeggen” yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan
mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezaq terhadap
orang itu. Kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama orang tua. Kewibawaan
yang ada pada orang tua (ayah dan ibu) adalah asli. Orang tua dengan langsung
mendapat tugas secara natural dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak
yang tidak dapat dicabut, karena terikat oleh kewajiban.
Wibawa adalah sifat yang memperlihatkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan daya tarik. Guru
yang berwibawa berarti guru yang dapat membuat siswanya terpengaruhi oleh tutur
katanya, penga-jarannya, patuh kepada nasihatnya, dan mampu menjadi magnet bagi
siswanya sehingga siswanya akan terkesima dan tekun menyimak pengajarannya.
2. Berikut ini, beberapa definisi lain tentang kewibawaan, antara lain:
a) Menurut Weins Tanlain, dkk. (1996) menjelaskan bahwa kewibawaan adalah
adanya penerimaan, pengakuan, kepercayaan siswa terhadap gurusebagai pendidik
yang memberi tuntunan dan nilai-nilai manusiawi.
b) Menurut Charles Schaefer menjelaskan bahwa kewibawaan yang efektif
didasarkan atas pengetahuan yang lebih utama atau keahlian yangdilaksanakan dalam
suatu suasana kasih sayang dan saling menghormati.Oleh sebab itu, seorang pendidik
diharapkan memiliki sikap kewibawaan agar mampu membimbing siswa kepada
pencapaian tujuan belajar yang sesungguhnya ingin direalisasikan.
c) Menurut Amitai Ezione kewibawaan terbagi menjadi dua yaitu kewibawan
jabatan dan kewibawaan pribadi. Kewibawaan jabatan adalah kewibawaan seorang
pemimpin yang timbul dari sebuah kedudukan atau hierarki jabatan formal. Sedangkan
kewibawaan pribadi merupakan kewibawaan pemimpin yang menimbulkan kesadaran
bawahan untuk menerima kewibawaanya, karena dirasakan benar dan baik sehingga
bawahan merasa bersatu dengan atasan.
d) Soegarda Poerbakawatja berpendapat wibawa adalah suatu gejala yang
terdapat dalam hubungan antara manusia dimana semua pihak terlibat pada perbuatan-
perbuatan bersama dan dimna pada suatu pihak tampak ada kelebihan-kelebihan yang
menyebabkan pihak lain merasa segan terhadapnya dan harus menghormatinya untuk
selanjutnya tunduk pada apa yang dikehendakinya.
Dalam situasi dan kondisi masyarakat sekarang kewibawaan sering diartikan sebagai
suatu kelebihan yang dimiliki seseorang. Dengan kelebihan itu ia dihargai, dihormati,
disegani, bahkan ditakuti oleh orang lain atau kelompok masyarakat tertentu. Kelebihan
tersebut bisa dari segi ilmu, kepintarannya, kekayaannya, kekuatannya, kecakapannya,
sifatnya, dan prilakunya (kepribadiannya). Sedangkan dalam keluarga wibawa diartikan
adlah sutu sikap seorang ayajh atau orang tua yang perbuatan-perbuatan nya di segani
dan di patuhi oleh anak-anaknya.
Macam-Macam Kewibawaan
Ditinjau dari daya mempengaruhi seseorang, kewibawaan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1) Kewibawaan lahir;
Kewibawaan lahir merupakan kewibawaan yang nampak dan terlihat pada diri seorang
pendidik atau seorang guru. Kewibawaan lahir bisa nampak dari cara berpakaiannya,
cara berbicaranya dan dari cara dia bertindak. Kewibawaan lahir ini bisa diraih dengan
cara pembentukan fisik dan gerak yang kharismatik ketika berhadapan dengan peserta
didik.
2) Kewibawaan Batin;
Kewibawaan bathin merupakan kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru atau
pendidik yang tak nampak atau tidak terlihat, namun ketika ia hadir maka setiap siswa
dapat merasakan bahwa ia adalah sosok yang mengagumkan dan sosok yang patut
untuk dipatuhi perintahnya, harus didengarkan setiap perkataanya dan harus senantias
menaruh hormat kepadanya. Meskipun pendidik tak melakukan atau berbicara apapun,
namun karena kewibawaan yang terpancar dari dalam dirinya maka ia akan senantiasa
dihormati oleh peserta didik atau muridnya.
Kewibawaan bathin ini bisa didapatkan dengan senantiasa mengoptimalkan potensi
yang ada dalam diri kita atau dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Imam Al-Ghazali pernah berkata jika manusia ingin disebut sebagai manusia yang
sesungguhnya maka ia harus senantiasa memperkuat ruhnya dengan amalan-amalan
ukhrowi, karena ruh adalah sumber kebahagiaan, ruh adalah pemancar ketenangan
dan harapan dan ruh ialah sumber dari kekuatan. Maka, untuk mengoptimalkan potensi
ruhaniah yang ada pada diri kita hendaknya seorang pendidik haris senantiasa berdo’a
dan mengingat Allah dalam setiap aktivitasnya, teruatama saat mendidik.