WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda...

20
SATA WI Berita Cover Story: Toraja Shows Off Best Improvement in Hospitality Standards 9 th Edition January - March 2017 04 Flores Cycling in Flores Just Got Easier 07 Tanjung Puting Travel Writing Class Encourages Aspiring Writers to Promote Tanjung Puting 14 Toraja SVF Application for Tourism Development in Toraja 16 Wakatobi Beyond Tomia’s underwater paradise

Transcript of WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda...

Page 1: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

SATAWIBerita

Cover Story:

Toraja Shows Off Best Improvement in Hospitality Standards

9th Edition January - March 2017

04 FloresCycling in FloresJust Got Easier 07 Tanjung Puting

Travel Writing Class Encourages Aspiring Writers to Promote Tanjung Puting

14 TorajaSVF Application for Tourism Development in Toraja

16 WakatobiBeyond Tomia’s underwater paradise

Page 2: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

E“Morning spirit!” shouted the training participants although the time was late in the afternoon. This phrase contains a philosophy where it is a human nature to start the morning

in new spirits. Though weary, the words ‘morning spirit’ are deeply embedded in the participants so that they remain focused in learning the training materials regardless of the time of day.

For three days, participants representing the four destinations under the facilitation of Swisscontact WISATA were excited to attend a training of trainers on Community Coaching (CoCo ToT) for theme 1 (Community Organization). After the training, they will become the local trainer at their respective destinations. The material presented in the CoCo ToT of Community Organization theme covers the establishment of tourism village community organizations, organizational strengthening, and also financial management of such communities. After the training, participants should be able to prepare action plans according to the needs of their respective destinations. This action plans then will be measured against a set of desired achievements.

The CoCo ToT, held at the Pesonna Hotel, Makassar, from March 30 to April 1, is part of a community-based tourism program intended to develop an independent, creative and innovative community by enhancing the capacity of local communities and businesses. The CoCo program consists of three themes: developments of community organizations, homestays and local products. Each of these theme includes a one-day workshop and a maximum of eight coaching visits.

I“Semangat Pagi” beberapa kali diteriakkan dengan lantang oleh para peserta pelatihan meskipun hari telah beranjak sore. Yel-yel ini mengandung filosofi dimana hakekatnya

manusia mempunyai semangat baru di pagi hari. Meskipun sangat melelahkan namun kata ‘semangat pagi’ harus tertanam, sehingga para peserta pelatihan tetap fokus dan serius dalam menyerap materi pelatihan walaupun sudah siang dan sore hari.

Selama tiga hari, para peserta yang merupakan perwakilan dari empat destinasi binaan Swisscontact WISATA bersemangat mengikuti pelatihan bagi pelatih untuk program Community Coaching (ToT CoCo) tema 1 (Organisasi Masyarakat). Mereka nantinya akan menjadi pelatih lokal bagi destinasi masing-masing. Materi yang disampaikan dalam ToT CoC tema Organisasi Masyarakat adalah pembentukan organisasi masyarakat desa wisata, penguatan organisasi, dan juga manajemen keuangan masyarakat desa wisata. Selanjutnya setelah pelatihan, diharapkan para peserta mampu membuat action plan yang disusun sesuai kebutuhan destinasi. Action plan ini kemudian akan diukur sesuai pencapaian atau targetnya.

Kegiatan ToT CoCo yang diselenggarakan di Hotel Pesonna, Makasar pada 30 Maret sampai 1 April ini merupakan bagian dari program pariwisata berbasis masyarakat yang bertujuan menciptakan masyarakat mandiri, kreatif dan inovatif dengan cara meningkatkan kapasitas pelaku bisnis lokal dan masyarakat. Program CoCo mencakup tiga tema, yakni pengembangan organisasi masyarakat, pengembangan homestay dan pengembangan produk lokal. Setiap tema terdiri dari satu hari lokakarya dengan maksimal delapan kali kunjungan pendampingan.

WISATA Program

By Cecilia Evita – PO Communications

Towards A Community-based Tourism with CoCo

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia2

Role-play session of a tourist visiting tourism object in a destination, Hotel Pesonna Makassar

Page 3: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

Apa Kabar?In this issue of Berita WISATA, we would like to present the satisfactory progress from our Hospitality Coaching (HoCo) program in Toraja. This program was carried out from August 2016 to February 2017 with four small hotels and one guesthouse participating. Each participant has shown commitment to improve their services and hard work, which in the end showed significant results in their services.

Hospitality is very important in tourism development because it is what makes or breaks a guest’s stay. The success or failure in providing hospitality often determines the success or failure of the hotel. Capitalizing on opportunities to provide hospitality is essential. HoCo program capitalize this opportunity by targeting small hotels and homestays. Our unique approach in the HoCo program are designed in collaboration with local trainers at designated destinations and PHRI (Indonesian Hotel and Restaurant Association). Participants are not only equipped with knowledge but also the skills necessary to address their challenges through intensive in-house coaching.

We hope you have an enjoyable reading experience and can contribute to the improvement of our hospitality services. Thank you and warmest regards from all of us.

Ruedi NuetziSwisscontact WISATA

Program Manager

Content & Publisher’s Note

3WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Publisher Swisscontact WISATAJl. Batur Sari No. 20SB, SanurDenpasar - Bali 80227 IndonesiaPhotography Swisscontact WISATADesign & Layout Swisscontact WISATAPrinter PT Cintya Grafika

The project is supported by SECO in cooperation with

Ministry of Tourism, implemented by Swisscontact

*No part of this publication may be copied or

reproduced in any form by any means.

Publisher

Travel Writing Class Encourages Aspiring Writers to Promote Tanjung Puting

Cycling in Flores Just Got Easier

SVF Application for Tourism Development in

Toraja

Beyond Tomia’s underwater paradise

04 FLORES 07 TANJUNG PUTING

14 TORAJA 16 WAKATOBI

Contents

Toraja Shows Off Best Improvement in Hospitality Standards

08 COVER STORY

A light for tourism – DM Module for practitioners

18 VOCATIONAL & HIGHER EDUCATION

Page 4: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

Cycling in Flores Just Got Easier

EThe sun sets to the western end of Labuan Bajo, overshadowing Ibnu, Ewald and members’ of the Tourism Information Center (TIC) journey on their homemade bikes

around Labuan Bajo. These bikes are being prepared for rent to tourists visiting Flores.

Flores DMO and Swisscontact WISATA have worked together to develop bike rentals spread in 4 location i.e. Labuan Bajo, Bajawa, Ende and Moni in order to promote ecotourism and increase the number of standardized bikes available in Flores. Using nothing but identity cards and cash, tourists are on their way to cycling bliss. Local businesses also benefit from business-specific discounts when renting bikes for their guests. The bike rental is expected to support the positive trend of cycling tours in Flores, as demonstrated by the success of Tour de Flores in 2016.

Swisscontact WISATA in collaboration with ‘Build a Bike’ staff from Bali supports the procurement of bicycles, equipment, and maintenance training for TIC staffs. Assessments with Swiss cyclist, Oscar Ruch, in 2015 have produced 9 cycling tracks that can be obtained free of charge at the TIC office or downloaded directly from Flores official website (www.florestourism.com/maps). In the future, Flores DMO is expected to independently continue developing and managing the bike rental.

IMatahari terbenam di ujung barat lautan Labuan Bajo membayangi perjalanan Ibnu, Ewald beserta rombongan staf Tourist Information Center (TIC) lainnya mengayuh

sepeda hasil rakitan sendiri berkeliling Labuan Bajo. Sepeda tersebut tengah dipersiapkan untuk disewakan kepada para wisatawan yang mengunjungi Flores.

Dalam rangka mendukung promosi ekowisata sekaligus menambah ketersediaan sepeda di Flores yang memenuhi standar, Flores DMO dan Swisscontact WISATA bekerjasama mengembangkan penyewaan sepeda yang tersebar di 4 titik, yaitu Labuan Bajo, Bajawa, Ende, dan Moni. Cukup dengan membawa identitas diri dan uang tunai, wisatawan sudah bisa menyewa sepeda. Para pelaku bisnis wisata lokal juga bisa mendapatkan keuntungan potongan harga khusus bisnis ketika menyewakan sepeda kepada tamu mereka. Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour de Flores sejak tahun 2016 lalu.

Swisscontact WISATA bekerja sama dengan staf Build a Bike dari Bali untuk pengadaan sepeda, peralatannya, dan pelatihan perawatan sepeda untuk staff TIC. Hasil penjajakan bersama ahli bersepeda asal Swiss, Oscar Ruch, pada tahun 2015 lalu juga telah menghasilkan 9 peta jalur bersepeda yang dapat diperoleh secara gratis di kantor TIC maupun diunduh langsung dari website official Flores (www.florestourism.com/maps). Diharapkan ke depannya, DMO Flores dapat terus mengembangkan persewaan ini secara mandiri.

By Gregorius Wicaksana – PO Product Development

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia4 WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia4

TIC staffs cycle together with master trainers after the bike maintenance trainingLabuan Bajo

Master trainer presents bike maintenance training to TIC staffsLabuan Bajo

TIC staffs carefully observe a bike’s partsFlores

Page 5: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

By Anggoro Prasetianto – PO SME Flores

EThe Indonesian Hotel and Restaurant Association (PHRI) for Nusa Tenggara Timur (NTT) with Swisscontact WISATA have established a forum for its members in Flores to

strengthen the member relations and improve collaboration with local PHRI chapters. Present in the first forum meeting were PHRI chapters from Manggarai, Manggarai Timur, Nagekeo, Ende, Sikka and Flores Timur. Swisscontact WISATA and PHRI NTT have previously urged each PHRI chapter in Flores to reorganize before inaugurated by PHRI NTT. Following the inauguration, the local chapters held a series of workshops to strengthen the PHRI Flores.

The first workshop was held to develop a business plan for PHRI. The objective of this workshop was to develop the ideal organization and equip participants with the skills to develop business/program plans for their organization, with emphasis on understanding and following the logical steps of developing such programs. Each PHRI chapter explored the possibilities of developing their home region with PHRI serving as host. The workshop also discussed the ideal organization capable of disseminating knowledge to its members on the functions and duties of an organization, its ideal structures, service mechanisms, and case studies of successful organizations.

The event, held in December last, was moderated by Mr Kamaludin, a Semarang-based consultant for organization development. The series of workshops will feature other topics to further develop PHRI Flores, such as Organization Service for Earnings, Secretariat Management, Policy Advocacy, and Member Survey. The next workshop is planned to be held in May-June 2017.

PHRI NTT Opens Dialogue for PHRI Flores Chapters

Flores

Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama dengan Swisscontact WISATA membuat sebuah forum bagi seluruh PHRI

di Flores untuk mempererat hubungan antar anggota dan meningkatkan kolaborasi dengan PHRI di daerah. Pada pertemuan pertama forum ini, terlihat dihadiri oleh PHRI Manggarai, Manggarai Timur, Nagekeo, Ende, Sikka dan Flores Timur. Sebelumnya, Swisscontact WISATA bersama PHRI NTT mendorong PHRI di masing-masing kabupaten di Flores untuk reorganisasi yang kemudian dilantik secara resmi oleh PHRI NTT. Mereka kemudian membuat serangkaian lokakarya untuk menguatkan PHRI Flores.

Lokakarya pertama diselenggarakan untuk menyusun rencana usaha PHRI. Tujuan lokakarya ini adalah memberikan gambaran mengenai organisasi yang ideal dan meningkatkan kapasitas peserta dalam membuat rencana bisnis/program bagi organisasi. Yang terpenting adalah bagaimana peserta bisa memahami dan mengikuti langkah-langkah logis dalam menyusun suatu program. Masing-masing PHRI di kabupaten kemudian mengeksplor potensinya untuk mengembangkan daerah masing-masing dengan PHRI sebagai tuan rumahnya. Lokakarya ini juga mendiskusikan organisasi yang ideal dalam rangka memberikan pemahaman dan berbagi pengalaman kepada peserta mengenai fungsi dan tugas organisasi, struktur yang ideal, mekanisme kerja, dan memberikan contoh organisasi yang sukses.

Acara yang diselenggarakan pada Desember tahun lalu ini dipimpin Pak Kamaludin sebagai moderator. Beliau adalah konsultan pengembangan organisasi dari Semarang. Seri lokakarya ini akan dilanjutkan dengan topik diskusi lainnya untuk lebih mengembangkan PHRI di Flores, yakni Layanan Asosiasi untuk Penghasilan, Pengelolaan Sekretariat, Advokasi Kebijakan dan Survey Anggota. Pelaksanaan rencana diskusi selanjutnya adalah antara bulan Mei – Juni 2017.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 5

Members of PHRI Flores chapters strike a pose after the PHRI workshopFlores

I

Mr. Kamaludin presents about the ideal organization to the membersof PHRI Flores chapters, Flores

Page 6: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

ITanjung Puting merupakan taman nasional terbesar di Kalimantan Tengah yang secara administratif meliputi dua kabupaten, yakni Kabupaten Kotawaringin Barat dan

Seruyan. Taman Nasional Tanjung Puting dikenal dengan pusat konservasi Orangutan dan juga Camp Leakey, pusat pelepasan Orangutan yang tertua di Indonesia. Sayangnya banyak wisatawan hanya mengenal Taman Nasional Tanjung Puting saja dan melupakan potensi wisata lain di Kotawaringin Barat, Seruyan sampai Lamandau. Hal ini disebabkan karena wisatawan belum mendapatkan informasi yang memadai tentang destinasi dan hanya mengandalkan buku panduan umum serta internet atau rekomendasi dari kerabatnya.

Tanjung Puting, sebagai salah satu destinasi unggulan yang ditetapkan Kementerian Pariwisata, untuk pertama kalinya hadir di pameran pariwisata terbesar dunia, yaitu Internasionale Tourismus-Borse (ITB) Berlin, Jerman pada 8 – 12 Maret. ITB Berlin ini diikuti 187 negara, 10.000 exhibitor dan dihadiri 180.000 pengunjung. Bersama dengan tiga destinasi lain binaan Swisscontact Wisata, Flores, Toraja dan Wakatobi; Tanjung Puting berkesempatan hadir secara eksklusif di pavilion Wonderful Indonesia untuk memberikan informasi mengenai destinasi, sekaligus memperkenalkan jasa operator tur wisata, khususnya di Indonesia.

Menurut Ragil Dien, PO External Destination Marketing untuk Tanjung Puting, “Kami ingin menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan destinasi Tanjung Puting seluas-luasnya kepada wisatawan mancanegara sehingga Kalimantan Tengah bisa menjadi salah satu tujuan favorit masyarakat dunia.” Diharapkan dengan mengikuti berbagai ajang pariwisata bergengsi, baik nasional maupun internasional, maka jumlah wisatawan yang berkunjung akan meningkat dan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.

Tanjung Puting Sets Eyes on ITB Berlin 2017By Cecilia Evita – PO Communications

6

ETanjung Puting is a vast national park in Central Kalimantan stretching across two administrative districts, Kotawaringin Barat and Seruyan. The Tanjung Puting National Park is

well-known as a conservation center for Orangutan and for Camp Leakey, the oldest Orangutan release center in Indonesia. However, tourists are only familiar with the National Park and neglect the tourism potential of Kotawaringin Barat, Seruyan and Lamandau. The unfortunate reality is perhaps caused by a lack of information on the destination and reliance on guide books, internet, or recommendation from friends and relatives.

Tanjung Puting, as one of the priority destinations sets by the Ministry of Tourism, for the first time attended the world biggest exhibition, Internasionale Tourismus-Borse (ITB) Berlin in Germany, held from March 8 to 12. Some 187 countries and 10,000 exhibitors participated in ITB Berlin and was attended by 180,000 visitors. In addition to other being developed destinations by Swisscontact WISATA -Flores, Toraja and Wakatobi-, Tanjung Puting has the opportunity to present exclusively at the Wonderful Indonesia pavilion to provide information on destination and introduce the services of tour operators, especially in Indonesia.

According to Ragil Dien, PO External Destination Marketing for Tanjung Puting, “[We] use this opportunity to introduce Tanjung Puting to as many international tourists as possible so that Central Kalimantan can become one of the world’s favorite destinations.” It is expected that by participating in both prestigious national and international tourism exhibitions, the number of tourists visiting Tanjung Puting will increase and positively improves the community’s economic well-being.

The Tanjung Puting pin given as souvenir to visitors in ITB 2017, Berlin

A visitor listens to the presentation about Tanjung PutingBerlin

Page 7: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

Travel Writing Class Encourages Aspiring Writers to Promote Tanjung Puting

IDeru mesin kelotok memecah kesunyian sungai Arut menjelang petang di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Para peserta Travel Writing Class yang diselenggarakan

destinasi Tanjung Puting hanyut dalam pesona sore yang begitu memukau. Sambil menyusuri sungai, para peserta dilatih mengasah kepekaan panca indera untuk menuangkan cerita perjalanan dalam bentuk tulisan yang apik. Ini adalah bagian dari tiga hari pelatihan yang diadakan di Hotel Grand Kecubung, Pangkalan Bun, pada 13-15 Maret. Dua puluh penulis muda dari Pangkalan Bun, Palangkaraya, dan juga perwakilan Flores DMO sangat antusias mengikuti pelatihan berbagai teknik dasar penulisan cerita perjalanan ini. Para peserta memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari pemandu wisata, penyiar, jurnalis, hingga mahasiswa dan siswa sekolah.

Pelatihan ini diberikan oleh Fatris MF, pemenang berbagai penghargaan travel writer sekaligus kontributor lepas berbagai majalah kenamaan. Metode pelatihan dilaksanakan secara partisipatif dan kreatif, mulai dari presentasi artikel, diskusi dan tanya jawab, proses sunting tulisan bersama, hingga kunjungan ke Astana Mangkubumi, kolam pemandian Tujuh Putri, dan sungai Arut. Selepas pelatihan, peserta diminta menulis di blog pribadi masing-masing, dan tak kurang dari 21 artikel berhasil dimuat di berbagai media dalam tempo satu minggu. Diharapkan dengan meningkatkan keterampilan menulis, peserta dapat mendukung promosi destinasi Tanjung Puting di tingkat nasional dan internasional.

Tak terasa, senja pun telah bergelayut malu-malu di ujung cakrawala digantikan semarak taburan bintang di langit malam Kalimantan yang mengantarkan para peserta kembali ke aktivitasnya masing-masing.

By Hestin Klaas – PO Media & Events

Tanjung Puting

EThe dull dings of kelotok broke the silence of dusk along the banks of Arut River, Pangkalan Bun, Central Kalimantan. Participants of the Travel Writing Class held by Tanjung

Puting destination fell into the allure of the day’s twilight. Cruising downstream, participants are trained to hone their senses before transcribing heartfelt travel stories. This is part of a three-day training held at the Hotel Grand Kecubung, Pangkalan Bun, on March 13 to 15. Twenty young writers from Pangkalan Bun, Palangkaraya, and representatives from Flores DMO enthusiastically learned the basics of writing travel stories. The aspiring writers came from different backgrounds, from tour guides, broadcasters, journalists, to students.

The training was led by Fatris MF, an award-winning travel writer and freelance contributor to renowned magazines. The training sessions uses both participatory and creative methods, ranging from article presentation, group discussion, collective editing process, to visits to Astana Mangkubumi, Tujuh Putri bathing pond, and the Arut River. After training, participants were asked to write in their personal blogs, and no less than 21 articles were published in the media within one week. It is expected that the training will help promote Tanjung Puting as a choice of destination at the national and international level.

Time passed hastily. The twilight sky clung shyly just under the horizon. Sunset then gave way to the sparkling constellations over the expanse of the Bornean evening sky, ushering participants back to their activities.

Participants of Travel Writing Class in Pangkalan Bun

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 7

A visitor listens to the presentation about Tanjung PutingBerlin

Fatris MF, an award-winning travel writer, explains about the basics of writing travel stories Pangkalan Bun

Page 8: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

Toraja Shows Off Best Improvement in Hospitality Standard

ILokasi indah dan menakjubkan mungkin merupakan elemen penting yang menarik wisatawan berkunjung ke destinasi, namun keberadaan layanan hospitality yang baik

termasuk ketersediaan akomodasi dengan standar dan kualitas yang memenuhi kebutuhan wisatawan juga merupakan elemen penting yang menandai keberhasilan pariwisata di destinasi. Aspek pengembangan wisata ini terus menjadi tantangan di sebagian besar destinasi di seluruh Indonesia. Sebagai upaya berkontribusi terhadap perkembangan positif serta meningkatkan standar dan kualitas hospitality lokal di Toraja, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia cabang Toraja bekerjasama dengan Swisscontact WISATA melaksanakan program Hospitality Coaching (HoCo) yang angkatan pertamanya dimulai pada Agustus 2016 sampai Februari 2017.

HoCo untuk hotel skala kecil dan menengah

Ada empat peserta yang mengikuti program HoCo angkatan pertama, yakni Hotel Indra Toraja, Hotel Pison, Buntu Pantan Homestay dan Hotel Torsina. Para peserta ini merupakan hotel berskala kecil dan menengah di Toraja. Mengapa hotel berskala kecil? HoCo merupakan program bagi hotel-hotel berskala kecil dan guesthouse yang dirancang untuk mendukung bisnis lokal sehingga lebih kompetitif dan efisien, bisa meningkatkan kepuasan tamu, dan mengajarkan manfaat menggunakan solusi sederhana dengan biaya rendah agar ramah lingkungan. Program HoCo disusun melalui kerjasama erat dengan konsultan nasional

By Christin Laschinger – TA for Quality & Standards and Duala Oktoriani Boru Purba – PO Standard Quality Improvement

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia8

maupun internasional, berdasarkan Program Keberlanjutan Usaha yang Kompetitif dan Bertanggungjawab (SCORE) dari ILO, yang merupakan bantuan teknis program dan awalnya dikembangkan membantu usaha berskala medium sampai besar di sector manufaktur.

HoCo diawali dengan penilaian setiap usaha peserta untuk mengukur dampak program. Berdasarkan penilaian awal ini, kemudian program HoCo mengadaptasi pelatihan untuk menjawab tantangan yang dihadapi peserta usaha yang berbeda-beda. Program pelatihan meliputi lokakarya yang menawarkan informasi praktis melalui kegiatan kelompok interaktif, di mana setiap peserta wajib membuat rencana tindakan untuk menghadapi tantangan-tantangan di tempat kerja. Dalam kunjungan bimbingan ke hotel (in-house), kegiatan dirancang sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan peserta dan menawarkan bimbingan privat yang intensif dari para pelatih HoCo yang membantu pelaksanaan rencana tindakan dan membantuk mencari solusi terhadap permasalahan. HoCo program mempunyai batas jumlah peserta yaitu maksimum lima hotel, bervariasi dari hotel kecil sampai guesthouse dengan jumlah karyawan 15 orang maksimal dan minimal satu orang. Diharapkan dengan melibatkan pengelola dan karyakan dalam siklus pelatihan, serta melalui kreasi tim peningkatan hotel, HoCo berdampak positif dalam menciptakan operasional usaha yang berkelanjutan.

Local trainers join under the Toraja Resource Network (TReN)Toraja

Page 9: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

EIt goes without saying that for a destination to be attractive to tourists, it has to be stunning and noteworthy. It should also go without saying that solid hospitality services -

quality accommodations meeting visitors’ standards – allow a destination to, indeed, be noteworthy. This aspect of tourism development continues to be a challenge in many destinations in Indonesia. In an effort to positively contribute to such development and raise the quality and standards of local hospitality in Toraja, the Indonesian Hotel and Restaurant Association (PHRI) of Toraja chapter has partnered with Swisscontact WISATA to conduct the Hospitality Coaching (HoCo) Program. The first training batch began in August 2016 and concluded in February 2017.

HoCo for small and medium hotel

There are four participating hotels in the first batch of HoCo training: Indra Toraja Hotel, Pison Hotel, Buntu Pantan Homestay, and Torsina Hotel; all of which are small and medium hotels in Toraja. This raises the question: “Why small hotels?” HoCo is a program aimed at small hotels and guesthouses to support local businesses to become more competitive and efficient, improve guest satisfaction, and reap the benefits of using simple and inexpensive environmentally friendly solutions. The program was developed in close cooperation with national and international consultants and is based on ILO’s Sustaining Competitive and Responsible Enterprises (SCORE) Program, a global technical assistance program initially developed for medium to large scale enterprises in the manufacturing sector.

HoCo begins with a personalized business assessment for each participant to measure the impact of the program. Based on the initial assessments, the program subsequently adapts the training to cater to individual challenges faced by the participating businesses. The training program includes workshops that offer

Cover Story

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 9

practical information through interactive group activities and discussions. In each activity, participating hotels are required to create their own action plan to tackle their business challenges. In in-house coaching visits, activities are tailored to the needs of the participating businesses and offer one-on-one intensive guidance by HoCo trainers, who assisted the implementation of action plans and in finding solutions to the challenges. At any one time, the HoCo Program caters a maximum of five participating hotels, ranging from small hotels to guesthouses employing anywhere from one to 15 staff members. By involving the management and employees in the training cycle and creating hotel improvement teams, HoCo is expected to positively contribute in creating more sustainable business operations.

Coaching session to Indra Hotel by one of the local trainers in Toraja

A staff of Torsina Hotel explains about HoCo to her colleaguesToraja

Page 10: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia10

Pison hotel receives an award for its best Hospitality ImprovementToraja

Page 11: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

Mengupas program HoCo

IProgram HoCo mencakup tiga tema besar di hospitality. Masing-masing tema dijelaskan dalam serangkaian kegiatan yang terdiri dari pelatihan dan sesi bimbingan in-

house.

Lokakarya pertama menangani isu kerjasama di tempat kerja. Dalam lokakarya ini, wakil pengelola dan karyawan memiliki kesempatan mempelari pentingnya kerja sama tim dan komunikasi dalam memecahkan masalah di tempat kerja, metode untuk meningkatkan usaha menggunakan 5S (pemilahan, penataan, pembersihan, perawatan, pendisplinan), dan teknik mengukur perubahan yang telah dilakukan. Tindak lanjut sesi pelatihan ini adalah sesi bimbingan in-house, di mana pelatih HoCo mengunjungi peserta dan membimbing tim peserta menjalankan rencana tindakan yang telah disusun selama lokakarya pelatihan.

Lokakarya pelatihan kedua menyentuh isu mutu layanan dan pengelolaan sumber daya manusia. Selama pelatihan, pelatih menekankan pentingnya mutu layanan, pengelolaan sumber daya manusia dan kepuasan konsumen. Peserta juga diajarkan cara menggunakan alat sederhana untuk mengukur kepuasan konsumen, misalnya dengan formulir umpan balik klien.

Dalam lokakarya pelatihan ketiga, fokusnya adalah praktik ramah lingkungan. Sebagai bagian tema ini, para peserta memahami mengapa pengelolaan lingkungan penting bagi konsumen, dan mengapa penggunaan produk-produk lokal dapat menguntungkan bagi bisnis.

HoCo in detail

EThe HoCo Program covers three major themes in hospitality. The themes are explored in a series of activities consisting of training workshops and in-house coaching sessions.

The first workshop addresses workplace cooperation. Here, representatives of the management and employees learn the importance of teamwork and communication in solving workplace problems, methods to improve their business using 5S (Sort, Set in place, Shine, Standardize, Sustain), and techniques to measure changes that have been made. As a follow up to this training session is in-house coaching sessions, HoCo trainers visit the participating businesses and assist their teams implement action plans developed during the workshop sessions.The second training workshop touches on service quality and human resource management. Here, trainers highlight the importance of service quality, human resource management, and customer satisfaction. Participants are also taught to use simple tools in measuring customer satisfaction, such as using customer feedback forms.

In the third training workshop, the focus is good environmental practices. As part of this theme, participants highlight why environmental management may matter to costumers and why using local products may benefit the business.

Cover Story

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 11

Cover Story

Page 12: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia12

Hasil nyata program HoCo di Toraja

Ada beberapa cerita menarik yang terjadi selama pelaksanaan program HoCo. Contohnya, salah satu peserta usaha di Makale, sebelum mengikuti program

HoCo mereka tidak memiliki meja resepsionis karena merasa tidak diperlukan dalam layanan resepsionis. Setelah mengikuti program HoCo, mereka sadar akan pentingnya meja resepsionis sehingga segera mengusahakannya.

Cerita menarik lainnya datang dari peserta terbaik HoCo angkatan pertama, Hotel Pison. Setelah lokakarya dan bimbingan tema tiga berakhir, mereka terinspirasi membuat selai sendiri dari buah lokal tamarela.

PHRI Toraja bekerja sama dengan Swisscontact WISATA telah melatih sejumlah pelatih lokal sebagai pelatih selanjutnya sebagai upaya membangun kapasitas dan memastikan keberlanjutan program HoCo. HoCo diharapkan menjadi program jangka panjang yang dikelola PHRI dan pelatih lokal. Sebanyak enam pelatih lokal telah menerima pelatihan pelaksanaan program HoCo dan membentuk Jaringan Sumber Daya Toraja (TReN). Para pelatih ini memiliki kualifikasi tinggi dan telah lama berpengalaman di bidang hospitality, yang hendak mereka bagikan dengan peserta program untuk meningkatkan kualitas hospitality di destinasi. Agar program HoCo mencapai tujuannya, pengalaman praktis pelatih lokal dikombinasikan dengan strategi pengajaran yang tepat dan dukungan metodologi pembelajaran terpadu akan mendukung peserta HoCo dalam mengatasi tantangan di bisnisnya serta meningkatkan kualitas propertinya.

HoCo shows significant result in Toraja

Interesting stories were heard during the course of the program. For the example, before joining the HoCo program, a participating business in Makale did not have

a reception desk because they believed it was not necessary for front office services. After joining the HoCo program, they realized the importance of the reception desk and quickly ensured that they have one.

Another interesting story came from the best HoCo first batch participant, Pison Hotel. After the third workshop and coaching session, they were inspired to create their own fruit jam using tamarillo, a local fruit.

PHRI Toraja in cooperation with Swisscontact WISATA has trained a number of local trainers to serve as future trainers as a capacity building effort and ensure the sustainability of the HoCo program. HoCo is expected to be a long-term program organized by PHRI and local trainers themselves. Six trainers were trained in the implementation of the HoCo program and have formed the Toraja Resource Network (TReN). The highly qualified trainers have longstanding practical hospitality experience which they are eager to share with participants to improve the quality of the hospitality sector in their destination. For the program to achieve its goal, the trainers’ practical experience, combined with appropriate teaching strategies and an integrated learning methodology support the HoCo participants in tackling the challenges in their businesses as well as improve the quality of their properties.

I E

Certificate and award given to HoCo participants, Toraja

Page 13: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

Cover Story

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 13

“Terima kasih HoCo, kami merasa hotel jadi lebih rapi dari sebelumnya. Semuanya jadi lebih teratur karena pekerjaan kami berdasarkan SOP. Melayani tamu juga jadi lebih baik karena semuanya sudah tertata dengan baik, baik pelayanan maupun lingkungan hotel. Kegiatan sehari-hari jadi lebih mudah dikerjakan.” “Thanks to HoCo, we feel that the hotel is much more presentable than before. Everything is much more orderly because our work is based on the SOP. Guest service is also much improved, both in service excellence and physical amenities. Everyday business runs smoother now.”

Lenny, Hotel Pison

i

e

“Saya tertarik mengikuti program HoCO karena saya tidak mungkin menilai usaha saya sendiri. Perlu orang luar untuk melihat dan menilai kami. Saya percaya program ini sangat penting untuk meningkatkan keseluruhan pelayanan di Toraja menjadi sesuai standard, sehingga meningkatkan kepuasan tamu kami. HoCo berbeda dengan program yang lain karena kita terus didampingi sehingga perubahan langsung terjadi. Pada akhirnya kami menikmati program HoCo karena kami jadi bersemangat kembali.”

“I was interested in HoCO because it’s impossible to assess my business on my own. We need outside help to see and assess our hotel. I believe that this is a very important program to ensure an overall improvement of hospitality service in Toraja, which in turn increases our guests’ satisfaction. HoCo is different because the training is hands-on; every change has an immediate effect. Overall, we enjoy being part of HoCo because it reignited our passion for hospitality.”

Oni, Indra Toraja Hotel

i

e

“Saya sangat mengapresiasi atas program HoCo kemaren karena sangat berguna bagi homestay kami. Pelan-pelan dan pasti kami mengalami perubahan. HoCo sangat dibutuhkan karena menunjang tingkat hunian para tamu. Selama HoCo, kami belajar memperbaiki administrasi, penyimpanan, dan banyak lainnya.”

“I really appreciate HoCo program because it’s so useful for our homestay. We are improving, slowly but surely. HoCo is a much needed support to increase the level of guest occupancy. During HoCo, we learned to improve our administration, storage, and much more.”

Merry, Buntu Pantan Homestay

i

e

Testimonial

Page 14: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia14

SVF Application for Tourism Development in Toraja By Ni Nyoman Anna Marthanti – Field Office Manager of Toraja

IBelakangan ini banyak penyedia layanan dan aktor usaha wisata yang memiliki keterbatasan orientasi pasar dalam memenuhi keinginan wisatawan. Model St. Gallen untuk

Pengelolaan Destinasi melihat tantangan ini dan menawarkan pendekatan baru untuk orientasi pasar yang lebih luas. Pemahaman akan permintaan wisatawan merupakan inti dari model ini. Strategic Visitor Flows (SVF) atau Alur Strategis Pengunjung adalah unit dasar untuk perencanaan dan menganalisa pendekatan baru ini. Alur yang terlihat dapat menangkap perilaku variable dan motif wisatawan sekarang dan di waktu yang akan datang di destinasi. Penggambaran alur wisatawan di destinasi memungkinkan para pengambil keputusan untuk memahami dan mengembangkan berbagai permintaan wisata serta membantu mengidentifikasi pengaruh utama dari permintaan pasar dan pemasok layanan wisata. Dengan demikian, model ini memungkinkan para pelaku wisata untuk membangun dasar pariwisata yang kuat untuk meningkatkan daya saing destinasi secara terkoordinasi dan terfokus.

Swisscontact Wisata mempelajari SVF dari St. Gallen untuk diterapkan di destinasi dengan berkordinasi bersama para pemangku kepentingan. SVF ini memberikan perspektif berdasarkan dorongan pasar, realitas dan pandangan masa depan dalam pengembangan pariwisata. Swisscontact Wisata di Toraja telah dua kali melakukan workshop SVF ini bersama para pemangku kepentingan dan menghasilkan 12 alur baru. Dari workshop tersebut kemudian dipilih sekitar delapan alur yang dipajang untuk khalayak umum selama dua hari sebagai Destinorama. Masyarakat, pelaku wisata, bisnis dan pemangku kepentingan lainnya diminta untuk memberikan masukan dan solusi untuk isu-isu yang muncul dari delapan alur tersebut. Hasil dari Destinorama ini akan dipresentasikan kepada pihak pembuat kebijakan di Toraja agar dapat diterapkan dan diadopsi dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata.

EIn recent years, a significant number of tourism service providers and businesses lack the market orientation capabilities to satisfy tourist demands. The St. Gallen Model

for Destination Management is a response to this challenge and offers new approach for a wider market orientation. At its core, the model attempts to understand tourists’ demand using Strategic Visitor Flows (SVF) as its basic planning and analysis units. The tangible flows can capture tourists’ behaviour variables and their motives in the present and in the future. Tourists flow at destination allows decision makers to understand and develop demands in tourist destinations and to assist identification of the primary influences of market demands and tourism providers. This model, therefore, makes it possible for tourism stakeholders to build a solid foundation to increase destination competitiveness in a well-coordinated and focused manner.

Swisscontact WISATA learns SVF from St. Gallen to be implemented at destinations in coordination with stakeholder. SVF gives a perspective based on market drive, reality and future insight of tourism development. Swisscontact WISATA in Toraja has conducted two SVF workshops with relevant stakehorder and has produced twelve new flows. Of the twelve flows, eight are selected for public exhibition for two days as Destinorama. The public, tourism businesses, and other stakeholders are encouraged to offer suggestions and solutions on the issues found in the eight flows. The results of the Destinorama will be presented to policy makers in Toraja to be adopted as official policy and adopted in tourism planning and development.

Discussion session to identify visitor flows in Toraja

A visitor observes the Destinorama before giving her input, Toraja

Page 15: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

Toraja

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 15

PHRI Coffee Club, Toraja

IPokja Visit Toraja kini mulai mempelajari dan menilai suatu obyek wisata, terutama obyek wisata baru di Toraja. Ini akan mendukung tugas utama mereka dalam mengelola media

informasi resmi pariwisata Toraja. Obyek wisata baru itu, berjarak 10 km dari pusat kota Makale, di lembah Saluallo, kecamatan Sangalla Utara, yang dikunjungi bersama-sama oleh Pokja Visit Toraja dan Swisscontact WISATA adalah Sa’Pak Bayo-Bayo. Menurut mitos, di lokasi ini terdapat sebuah sumur keramat yang jika seekor burung terbang dan bayangan (bayo-bayo) burung tersebut melintas di atasnya, maka burung tersebut akan langsung jatuh ke dalam sumur. Oleh karena itu, tempat ini disebut Sa’pak Bayo-Bayo. Dengan latar belakang tradisi adat dan budaya leluhur yang kuat, objek wisata itu kini dijadikan sebagai tempat untuk melakukan prosesi Jalan Salib bagi umat Katolik. Akulturasi antara kepercayaan leluhur dan agama modern terlihat sangat harmonis di sini.

Setelah menikmati keindahan budaya Sa’pak Bayo-bayo, Pokja Visit Toraja mengunjungi satu tempat baru untuk menikmati secangkir kopi khas Toraja, yaitu Ghitari Coffee Plantation. Hanya berjarak sekitar 15 menit dari obyek sebelumnya, perkebunan kopi milik perseorangan ini menyajikan pemandangan yang sangat indah dari ketinggian. Dengan sebuah villa pribadi dan beberapa meja menjadikan Ghitari sebagai tempat baru bagi wisatawan untuk menikmati kopi beserta makanan ringan khas Toraja. Selain minum kopi, wisatawan juga dapat berinteraksi dengan beberapa hewan seperti domba dan rusa. Meski tergolong baru dan belum sepenuhnya dibuka bagi wisatawan, animo masyarakat untuk berkunjung ke tempat ini sangat tinggi, dapat dilihat dari ramainya kunjungan dan lamanya waktu tunggu untuk mendapatkan meja.

From Sa’pak Bayo-bayo to Ghitari in SangallaBy I Made Wiranatha Krisna Murti – PO External Destination Marketing Toraja

EThe Visit Toraja Working Group (Pokja Visit Toraja) has started its course on learning and assessing a tourist attraction, especially new attractions in Toraja. The course is

aimed to supplement the Working Group’s duties of managing the official media information for Toraja tourism. A new attraction, some 10 kilometers from the center of Makale, hidden in the Saluallo valley, Sangalla Utara, that being assessed by the Visit Toraja Working Group and Swisscontact WISATA, is the Sa’pak Bayo-Bayo. According to local legend, the Sa’pak Bayo-Bayo is named after a nearby sacred well which birds fall into if their shadow (bayo-bayo) was reflected in the well. Against the backdrop of strong adherence to customs and ancestral traditions, the tourist destination is now part of the Stations of the Cross observed by loyal Catholics. The acculturation of traditional beliefs and religion is, indeed, very harmonious.

After enjoying the cultural beauty of Sa’pak Bayo-Bayo, the Working Group visited the Ghitari Coffee Plantation, a new destination where one can enjoy a cup of Toraja coffee. Only 15 minutes from the previous attraction, the private coffee plantation offers a magnificent view of the highlands. Attached to the plantation is a private villa and huts where tourists can enjoy coffee along with traditional Torajan snacks. In addition to coffee, tourists can also interact with animals such as lamb and deer. Although the attraction is quite new and yet to be officially open to tourists, public interest of the attraction is very high, reflected by large crowds and long table waiting times.

A large crowd of local people seen at Ghitari coffee plantationToraja

A view of Ghitari coffee plantation, Toraja(source: Ghitari coffee plantation facebook page)

Page 16: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia16

IPulau Tomia merupakan salah satu pulau di Wakatobi yang wajib dikunjungi karena keindahan pantai dan alam bawah lautnya. Namun lebih dari itu, masih banyak potensi lainnya

di Pulau Tomia yang bisa dimaksimalkan. Melihat hal ini, stakeholder pariwisata di Pulau Tomia, dengan difasilitasi Swisscontact WISATA, melakukan diskusi bersama dalam workshop pengembangan produk pariwisata Pulau Tomia. Workshop pengembangan produk wisata yang diselenggarakan pertengahan Maret lalu ini mendiskusikan berbagai variasi produk pariwisata yang dapat dikembangkan di Pulau Tomia, baik yang berbasis alam, budaya, kuliner maupun peninggalan sejarah. Pada akhirnya, semua stakeholder pariwisata yang hadir menyepakati arah pengembangan produk pariwisata di Pulau Tomia. Produk-produk wisata ini akan berfokus pada pengembangan kawasan ‘Selat Kasilapa’ untuk wisata berbasis air dan ‘Benteng Patua’ untuk wisata berbasis budaya dan sejarah. Ini sangat sesuai dengan arah kebijakan pengembangan wilayah yang dituangkan dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPARDA) Wakatobi.

ETomia Island is a must-visit island off the coast Wakatobi, Sulawesi Tenggara for its stunning beaches and undersea paradise and still have more to offer. Given the island’s

potential, the tourism stakeholder of Tomia, facilitated by Swisscontact WISATA, discussed possibilities of developing it as a tourist destination in the Tomia Island Product Development Workshop.

The workshop, held in mid-March, discussed possible nature, cultural, culinary or historical tourism products on Tomia Island. At the end of the discussions, tourism stakeholders agreed that development of tourism products ought to be directed on flagship destinations. It is then agreed to focus on the development of Kasilapa Strait for marine-based tourism and Patua Fort for cultural and historical tourism. This is in line with the Local Tourism Development Masterplan (RIPPARDA) of Wakatobi.

Beyond Tomia’s Underwater ParadiseBy Asri Kasim – Field Office Manager for Wakatobi

Asri Kasim explains the pre-requirement of a tourism destination in the product development workshop in Tomia

Patua fort is selected as cultural and historical tourism in Tomia

Sunset over Kasilapa strait, a water-based tourism in Tomia

Page 17: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

Wakatobi

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 17

ISeperti pepatah yang berkata “Tak kenal maka tak sayang,” Wakatobi masih memiliki potensi tersembunyi yang bisa dieksplor lebih jauh selain surga bawah lautnya. Kelompok

Pengelola Pariwisata Liya Togo (Keppo’oli) menyadari atraksi dan potensi wisata yang luar biasa di Desa Liya Togo (di Pulau Wangi-wangi), namun memerlukan jaringan untuk mempromosikannya. Sebaliknya, pelaku usaha membutuhkan alternatif perjalanan selain wisata bahari. Oleh karena itu, Keppo’oli dengan didukung Swisscontact WISATA mengundang pihak-pihak yang berminat untuk mencoba dan mengalami langsung potensi wisata di sekitar Liya Togo. Mereka yang diundang ini terdiri dari pemerintah daerah, diwakili oleh Dinas Pariwisata dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), perwakilan komunitas pariwisata seperti Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Wakatobi, Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Wakatobi, Persatuan Rental Wakatobi (PRW), hotel-hotel, operator selam dan CBT group dari Kulati (di Pulau Tomia) dan Limbo Langge (di Pulau Kaledupa).

Benteng Liya merupakan atraksi wisata sejarah yang utama di Liya Togo. Selain itu, wisatawan juga dapat mengalami langsung kehidupan masyarakat setempat, mulai dari berkebun, memasak makanan tradisional, menangkap ikan menggunakan jerat tradisional yang bernama Sero dan Bubu, hingga membuat kerajinan tenun, anyaman bambu, dan tudung saji. Sejak setahun belakangan, Keppo’oli meramu perjalanan wisata ini menjadi paket-paket wisata dengan mengedepankan konsep kearifan lokal. Menariknya, paket wisata ini bisa disesuaikan dengan waktu dan minat wisatawan. Misalnya, paket setengah hari (3-4 jam) terbagi menjadi 3 jenis yaitu paket ekplorasi dengan bersampan, ekplorasi budaya, dan ekplorasi pengrajin.

Pengenalan paket wisata ini merupakan langkah awal dalam menjalin kemitraan dengan stakeholder pariwisata lokal. Harapan ke depannya adalah kemitraan ini dapat mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam sektor pariwisata di Wakatobi semakin merata.

Keppo’oli Offers Short Live-In Experience in Liya TogoBy Marcella Tasha Maretti – PO Internal Destination Development Wakatobi

EAs the saying “to know is to love,” Wakatobi still has hidden treasures worthy of exploration other than its underwater paradise. The Community Based Tourism (CBT) Group of

Liya Togo (Keppo’oli) knew of the uncovered attractions in Liya Togo (Wangi-wangi Island) but lacked the network to promote it. At the same time, tourism businesses want travel alternatives other than marine tourism. Since their interests meet, Keppo’oli, with support by Swisscontact WISATA, has invited a number of interested parties to try and experience a trip around Liya Togo. Those invited include the local government, represented by the Tourism Office and Development Planning Board (Bappeda), Wakatobi tourism groups such as The Indonesian Tourist Guide Association (HPI), Association of Indonesian Hotel and Restaurant (PHRI), Wakatobi Rental Association (PRW), hotels, dive operators, and CBT groups from Kulati (Tomia Island) and Limbo Langge (Kaledupa Island).

The main tourist attraction historical is the Liya Togo fort. In addition, tourists can also live the lives of the locals, from farming, cooking traditional delicacies, fishing using a traditional fish traps called sero and bubu, to weaving cloths, bamboo crafts and food covers. Over the last year, Keppo’oli developed this tour into tour packages emphasizing local wisdom. Furthermore, these packages can be tailored to the tourist’s interests and time. For example, a half-day package (3-4 hours) are divided into three types, canoeing, culture, and crafts exploration.

The introduction of the tour packages is the first step in establishing partnership with local tourism stakeholders. It is expected that the partnerships will lead to deeper involvement of local Wakatobi people in the tourism industry.

One of the participants goes on a cruise through mangrove forest in LanggeWakatobi

All participants have a good time experiencing the life in Liya togo,Wakatobi

Familiarization Trip participants explore the Liya Togo fort and surrounding, Wakatobi

Page 18: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

A Light for TourismDestination Management Module for PractitionersBy Cecilia Evita – PO Communications

Vocational & Higher Education

ETourists visit certain destinations for various reasons: to relax, to explore, to learn local traditions, or to be part of something. Regardless, the crux of the trip lies in the

destination – the place that offers attractions and provide hospitality to create the memorable experience to be shared with others. Good destination hosts ought to have strategies and programs which allow them to share their unique stories with visitors. At the same time, communities residing tourist destinations should enjoy quality of life improvements brought about by tourism.

Given the corundum, the Center for Tourism Destination Studies (CTDS) at the Bandung Institute of Tourism (STP Bandung) in conjunction with Swisscontact WISATA has developed the Indonesia Tourism Destination Management Module. The modules are developed with input from experts in Indonesia and from abroad and will be improved continuously.

The Tourism Destination Management Module, a first in Indonesia, is expected to equip practitioners to develop and manage their destinations sustainably and responsibly. To that end, the CTDS STP Bandung and Swisscontact WISATA will be conducting a training of trainers’ series for Certified Destination Marketer, Certified Destination Planner, Certified Destination Executive and Certified Human Development for a Destination. The training commences in May to the end of this year. The training will produce qualified trainers to give training on destination management in various destinations in Indonesia.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia18

Wisatawan datang ke suatu destinasi dengan berbagi alasan, baik untuk rekreasi, eksplorasi, mempelajari tradisi lokal ataupun mengikuti suatu kegiatan. Namun, inti

perjalanan ini ada di destinasi – tempat yang menawarkan atraksi dan memberikan layanan sehingga berkesan dan bisa diceritakan kembali. Destinasi harus mempunyai strategi dan program yang bisa memberikan cerita unik dan menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan. Di sisi lain, pariwisata juga harus memberikan kontribusi terhadap kualitas hidup masyarakat di destinasi.

Menyadari hal ini, Center for Tourism Destination Studies (CTDS) di bawah naungan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STP Bandung) bekerjasama dengan Swisscontact WISATA mengembangkan modul Pengelolaan Destinasi Pariwisata Indonesia. Konten modul ini telah disusun sedemikian rupa dengan melibatkan tenaga ahli dari dalam maupun luar negeri dan akan terus disempurnakan.

Modul Pengelolaan Destinasi Pariwisata ini merupakan yang pertama di Indonesia dan diharapkan dapat membekali para praktisi untuk mengembangkan dan mengelola destinasi secara bertanggungjawab dan berkelanjutan. Untuk mewujudkannya, CTDS STP Bandung bersama Swisscontact WISATA akan mengadakan serangkaian kegiatan pelatihan bagi pelatih (ToT) untuk Certified Destination Marketer, Certified Destination Planner, Certified Destination Executive dan Certified Human Development for a Destination. Rangkaian kegiatan pelatihan akan dimulai pada bulan Mei sampai akhir tahun ini dan diharapkan dapat menghasilkan pelatih berkualitas untuk memberikan materi pelatihan ke berbagai destinasi di Indonesia.

I

Page 19: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour

ISTP Bandung, dulu dikenal dengan nama NHI, merupakan Sekolah Tinggi Pariwisata tertua di Indonesia dan berhasil melahirkan banyak sumber daya manusia yang berkualitas.

Bahkan STP Bandung diakui sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di ASEAN. Tahun ini STP Bandung menginjak usia 55 tahun dan untuk memperingatinya, STP Bandung mengangkat tema Wonderful People for Wonderful Indonesia yang sesuai dengan branding pariwisata Indonesia.

Bersamaan dengan perayaan Dies Natalis STP Bandung ke-55, pada Minggu, 12 Maret di Ballroom Papandayan Hotel, diadakan peluncuran buku “55 Wonderful People for Wonderful Tourism” dan penyerahan “Award of Excellence” kepada 55 tokoh inspirator oleh Menteri Pariwisata, Bapak Arief Yahwa. Ke-55 tokoh di dalam buku ini dipilih dengan kriteria yang sangat ketat, selain sudah memberikan perubahan dalam bidang pariwisata, juga harus mempunyai semangat untuk berbagi inspirasi, semangat dan pengalaman yang sudah teruji.

WISATA program boleh berbangga karena Ruedi Nuetzi terpilih sebagai salah satu dari ke-55 tokoh tersebut. Penghargaan ini bukanlah tanpa alasan karena pariwisata dan pendidikan merupakan dunia yang dekat dengan Ruedi Nuetzi. Selama hampir 30 tahun tahun, beliau berkecimpung di sektor pendidikan hingga kini memimpin program Swisscontact WISATA yang merupakan Proyek Pengembangan Pariwisata untuk Destinasi Terpilih di Indonesia. Ruedi menyadari bahwa pendidikan penting dalam pengembangan sektor pariwisata dan membutuhkan dukungan menyeluruh dari semua pihak.

Dalam artikelnya “Smart, open and live for tourism as a characteristic of Institution”, Ruedi Nuetzi mengungkapkan kekagumannya melihat kemajuan STP Bandung dan bagaimana para alumni STP masih memiliki keterikatan yang kuat dengan almamaternya. Mengutip dari Ruedi Nuetzi, “Alumni yang bangga dengan sekolah mereka menunjukkan institusi itu telah berhasil. Dan adalah sebuah asset bagi institusi untuk memiliki koneksi semacam ini ke industri. STP Bandung memiliki peran penting untuk mempromosikan penelitian terapan karena memiliki tugas menghasilkan lulusan yang siap kerja.”

ESTP Bandung, or previously known as NHI, is the oldest tourism institute in Indonesia and has produced numerous qualified professionals as its alumni. STP Bandung has

even been acknowledged as one of the best institute in ASEAN. This year STP Bandung celebrates its 55 years and to commemorate it, STP Bandung has a theme Wonderful People for Wonderful Indonesia that aligns with Indonesia’s tourism brand.

During the 55th Dies Natalis of STP Bandung on Sunday, March 12 at the Papandayan Hotel Ballroom, the “55 Wonderful People People for Wonderful Tourism” book was launched and Mr. Arief Yahya, the Minister of Tourism himself gave the “Award of Excellence” to the 55 inspirators in this book. The 55 people are selected according to stringent criteria: they have to have created change in tourism for the better, kindle the spirit to inspire, passionate, and have time-tested experience.

The WISATA program can be proud since Ruedi Nuetzi is selected as one of the 55 people. This is not without reason since tourism and education are close to Ruedi Nuetzi. For almost 30 years, he has worked in education before he took lead of the Swisscontact WISATA, a Tourism Development Project for Selected Destinations in Indonesia. Nuetzi understands the importance of education in tourism development and its need for full support from all stakeholders.

In the article “Smart, open and live for tourism as a characteristic of institution” in the book “55 Wonderful People for Wonderful Tourism”, Ruedi Nuetzi expressed his highly admiration with the progress of STP Bandung and its alumni strong connection with their almamater. According to him, “Alumni who are proud of their school shows that the institution is successful. It is an asset for such institutions to have this kind of connection to industry. STP Bandung plays an important role in promoting applied research because its duty is to produce work ready graduates.”

STP Bandung Commemorates Its 55 years with Wonderful People for Wonderful IndonesiaBy Cecilia Evita – PO Communications

Success Story

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 19

Certificate of Excellence awarded to Ruedi Nuetzi from STP Bandung for his contribution in tourism, Bandung

Page 20: WI SATA - swisscontact.org · Persewaan sepeda ini juga diharapkan mendukung tren wisata bersepeda di Flores yang terus meningkat, terlihat dengan kesuksesan penyelenggaraan Tour