Whole Mount
-
Upload
syubidupidapap -
Category
Documents
-
view
2.671 -
download
12
Transcript of Whole Mount
WHOLEMOUNT
Oleh :
Nama : Prasetyo HadeNIM : B1J008190Rombongan: VIIIKelompok : 1Asisten : Dewi Indriyati
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2009
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelas aves memiliki organ embrionik yang spesial berupa membran fetal.
Perkembangan embrional dimulai sejak terjadinya fertilisasi dan berakhir pada saat
penetasan atau kelahiran. Aves dalam hal ini diwakili oleh ayam, merupakan hewan
yang tergolong dalam hewan amniota, karena janinnya mempunyai selaput ekstra
embrional yang dinamakan amnion (Kimball, 1983).
Wholemount merupakan mikroteknik keseluruhan dari suatu objek untuk
melihat stuktur-struktur yang berhubungan dengan organ embrio seluruhnya
(Kosasih, 1975). Tingkat kesukaran dalam metode ini adalah menentukan lokasi
pemotongan yang tepat. Hal ini harus diperhatikan dalam skema umum organ yang
tampak dalam wholemount.
Ayam merupakan jenis aves yang mempunyai organ embrionik spesial yaitu
membran fetal diantaranya amnion. Membran ini sangat penting, karena menjaga
kelembaban embrio dan mencegah kerusakan embrio. Membrane fetal lainnya yaitu
serosa, kantong vitelus atau kantung yolk (Djuhanda, 1981).
Bagian pembelahan telur yang aktif adalah bagian keping lembaganya.
Pembelahan dimulai pada waktu telur melalui oviductus. Telur mendapat albumen
dan selaput lainnya. Albumen kental yang terputar dan berbentuk seperti tali disebut
kalaza. Kalaza berfungsinya untuk menjaga keseimbangan sel telur agar tetap
terletak sentral dalam albumen dan keping lembaganya selalu menghadap ke atas
(Yatim, 1982).
Preparat praktikum wholemount ini menggunakan telur ayam kampung yang
sudah diinkubasi selama 1-3 hari. Namun, apabila waktu inkubasi kurang, maka
embrio tidak dapat terlihat dengan jelas. Wholemount digunakan untuk mengamati
perkembangan embrio ayam umur 1-3 hari. Telur ayam digunakan dalam praktikum
wholemount karena telur ayam lebih mudah didapatkan dan embrio ayam mudah
untuk diambil dan diamati perkembangannya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan preparat wholemount
dan untuk mengetahui rangkaian perkembangan embrio ayam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Embriologi reptil, burung, dan mamalia dipisahkan dari Cyclostomata (ikan
dan amfibi), karena memiliki organ embrionik yang spesial. Organ embrionik
tersebut disebut membran fetal dan terletak di antara amnion. Membran ini penting
dalam menjaga kelembaban embrio dan mencegah kerusakan (Pattern, 1971).
Amnion merupakan organ evolusi reptil ke aves dan berfungsi untuk
menyesuaikan dengan tempat hidupnya yang baru dari habitat air ke habitat darat
(terrestrial) dan udara. Membran fetal yang lain, serosa disamakan dengan korion
pada ikan. Ikan dan amfibi belum memiliki alantois sebagai membrana fetal. Hal ini
disebabkan pada embrio ikan dan amfibi, pertukaran gas dan pembuangan sisa
metabolisme terjadi langsung melalui transmembran dari embrio ke medium air di
sekitarnya (Rugh, 1962).
Telur Aves memiliki yolk yang banyak. Kandungan yolk berfungsi untuk
menyediakan cadangan makanan bagi perkembangan embrio kecuali udara.
Kebutuhan mineral seperti Ca2+ pada embrio dapat di serap dari cangkang telur
(Huettner, 1961). Ovum pada Aves merupakan bulatan yolk dengan bioplasma dan
intinya, sedangkan telur yang terdiri dari cangkang telur, albumen (putih telur) dan
yolk (kuning telur). Ovum merupakan suatu sel yang berukuran sangat besar. Hal ini
disebabkan kandungan yolk yang besar pula (Djuhanda, 1981).
Tipe telur Aves adalah telolecithal berat atau sering disebut dengan
megalecithal. Hal ini disebabkan oleh volume yolk hampir mengisi seluruh bagian
ovum. Tipe pembelahan pada Aves merupakan pembelahan meroblastik.
Pembelahan pada Aves juga disebut dengan meroblastik diskoidal karena bagian
yang membelah berberntuk seperti cawan atau diskus atau perisai (Soeminto, 2000).
Telur bangsa burung dilengkapi dengan yolk yang banyak untuk mengantisipasi
kebutuhan bahan makan embrio yang secara keseluruhan harus dipenuhi oleh telur
tempatnya berkembang, kecuali kebutuhan oksigen (Strorer and Usinger, 1961).
Telur ayam mewakili karakteristik pembelahan telur dengan yolk banyak.
Telur ayam sering digunakan dalam pengamatan atau mempelajari embriologi
karena proses diferensiasi awal dari sistem organ dan dasar pembentukan tubuhnya
mudah dimengerti. Untuk melihat struktur yang berhubungan dengan embrio
digunakan metode wholemount (Pattern, 1971).
Aves mempunyai telur megalecithal atau telolecithal. Deutoplasma banyak,
dan terbentuk lapisan yang mengisi hampir semua telur, sedangkan semua inti dan
sedikit sitoplasma menempati hanya daerah puncak kutub animal. Yolk berlapis
terdiri dari yolk kuning dan yolk putih. Perbedaan warna ini dikarenakan yolk kuning
mengandung karotenoid, granula dan globula. (Yatim, 1982).
Proses gastrulasi embrio ayam mengalami proses-proses dasar yang sama
dengan gastrulasi embrio amfibi. Perbedaan paling penting adalah dalam telur
burung atau ayam yolknya sangat banyak sehingga walaupun pada embrio burung
atau ayam terbentuk juga blastopor, tetapi tidak sebagai blastopor yang bulat dan
berlubang seperti pada amfibi. Adanya hambatan yolk yang banyak, menyebabkan
blastopor embrio ayam hanya berupa satu sayatan membujur kearah cranio-caudal
(Syahrum, 1994).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mangkuk, alat peneropong,
sendok, gunting, gelas arloji, kertas saring, pipet tetes, gelas benda, kompor listrik,
gelas beker, kamera digital dan pensil.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah telur ayam fertil yang
sudah diinkubasi selama 1-3 hari, larutan garam fisiologis, larutan Bouin dan alkohol
(50%, 60%, 70%, 80%, 90%, absolut), eosin, formalin, xilol, pewarna hematoxilin,
dan canada balsam.
B. Metode
1. Sediakan telur ayam fertil ayam kampung (ayam bukan ras = buras) yang telah
diinkubasikan atau dierami oleh induk ayam selama 1-3 hari.
2. Telur diteropong untuk mengetahui ada tidaknya embrio di dalamnya
3. Larutan garam fisiologis hangat disediakan di dalam mangkuk secukupnya
4. Telur dimasukkan ke dalam larutan garam fisiologis, kemudian bagian yang
menghadap ke permukaan air ditandai dengan pensil, setelah itu bagian yang
tumpul ditusuk dengan jarum sehingga udara di dalamnya keluar
5. Bagian cangkang telur yang telah ditandai digunting secara hati-hati, setelah itu
cangkang diangkat maka akan terlihat blastodiskus atau embrioblas
6. Blastodiskus dipotong dengan gunting, dengan hati-hati ditusukkan ujung
runcing embrioblas pada batas embrioblas, kemudian dipotong secara
keseluruhan dan dipindahkan pada gelas arloji
7. Posisi embrioblas dibalik untuk membersihkan yolk yang menempel dengan
larutan garam fisiologis sampai bersih.
8. Disediakan kertas saring ukuran 3,5 x 3,5 cm. Kertas dilipat dua di tengahnya,
pelipatan diulang tegak lurus pelipatan pertama, kemudian dilipat diagonal dan
dipotong ujung-ujungnya. Usahakan lubangnya sesuai dengan ukuran embrio
9. Kertas saring ditempelkan pada embrio sedemikian rupa sehingga embrio tepat
berada di tengah-tengah lubang dan embrio menempel pada tepi lubang kertas
saring
10. Masukkan embrio ayam tersebut ke dalam fiksatif (larutan Bouin) dan difiksasi
selama 2 x 24 jam setelah itu dibersihkan dengan alkohol 70% yang dicampur
amonia.
11. Tetesi embrio dengan formalin untuk membunuh sekaligus mengawetkan embrio
tersebut selama 30 menit. Kemudian dilanjutkan dengan stainingisasi dengan
hematoxilin.
12. Pewarnaan hematoxilin diawali dengan pembersihan preparat dengan merendam
dalam air selama beberapa detik kemudian rendam dalam hematoxilin selama
kuran lebih 7 detik, selanjutnya bilas dengan akuades dan mulai masuk tahap
dehidrasi dengan alkohol.
13. Dehidrasi dilakukan setelah staining dengan hematoxilin, dengan tahapan rendam
daam alkohol 50 %, 60 %, 70 %, 80 %, 90 %, alkohol absolut masing-masing 10
menit.
14. Kemiudian masuk ketahap stainingisasi dengan eosin dengan tahapan, rendam
dalam eosin selama 10 menit lalu dimasukkan kedalam xilol : alkohol dengan
perbandingan berturut-turut 3:1, 1:1, 1:3 selama 10 menit. Lalu dikeringkan di
udara bebas.
15. Lakukan proses labeling dengan memberi canada balsam dan tutup dengan kaca
penutup, diberi label nama preparat, dan diamati dibawah mikroskop.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Embrio ayam umur 24 jam
Embrio ayam umur 36 jam
Embrio ayam umur 48 jam
Embrio ayam umur 60 jam
Embrio ayam umur 72 jam
B. Pembahasan
Wholemount merupakan sediaan mikroteknik keseluruhan dari suatu objek
yang diamati pada praktikum ini yaitu embrio ayam umur antara 24-48 jam. Hal ini
didasarkan atas dari hasil praktikum bahwa embrio pada telur yang dimilki masih
berupa blastodiskus atau embrioblas, sehingga organ-organ lain yang belum
terbentuk tidak bisa diamati. Disediakan preparat awetan dari embrio ayam yang
telah ada untuk mengatasi kekurangan itu. Perkembangan embrio dari telur yang
beryolk banyak, kantong vitelus menjadi pembungkus vitelus (yolk) yang ada,
mencerna dan menyerap zat-zat makanan yang ada untuk diedarkan melalui
pembuluh darah ke seluruh tubuh embrio. Sedangkan amnion yang merupakan
pembungkus embrio langsung mempunyai rongga amnion yang berisi cairan yang
disebut liquor amnii (Kosasih, 1975).
Embriologi sebenarnya adalah suatu satuan proses yang sangat majemuk,
tetapi untuk memudahkan pengertiannya proses itu dibagi menjadi 6 tahapan. Batas
antara tahapan itu sebenarnya juga tidak jelas, ada yang tumpang-tindih satu dengan
yang lain. Stadium morula merupakan tahap pertama dalam embriologi. Sel-sel hasil
pembelahan masih bergandengan satu dengan yang lain. Sel orisinil (zigot) tetap saja
besarnya, hanya membelah dan tiap belahan tumbuh mencapai besar tertentu. Sel
yang membelah itu hanya terdapat pada sel-sel dalam kutub animal. Pembelahan sel-
sel morula selanjutnya membentuk bola sel-sel yang berongga (blastula). Rongga itu
disebut blastocoel (Brotowidjoyo, 1994).
Perkembangan embrional dimulai dengan persatuan sel kelamin jantan dan
betina (singami), diikuti dengan fusi kedua intinya (kariogami). Beberapa hewan,
telur dapat berkembang tanpa melalui pembuahan, yaitu melalui suatu proses yang
disebut partenogenesis. Tubuh hewan dewasa mengalami pembelahan yang dapat
dikatakan lebih jarang, karena hanya beberapa jaringan tertentu yang masih
memperlihatkan aktivitas pembelahan sel. Perbedaan ditunjukkan pada individu
muda, teristimewa di dalam embrio, pembelahan sel begitu aktif. Hal yang perlu
diingat bahwa pembelahan sel merupakan dasar pertumbuhan embrio (Soeminto,
2000).
Urutan alur pembelahan segmentasi pada ayam sama dengan pada amphioxus
maupun katak. Alur pertama yaitu meridional, kedua meridional tegak lurus
pembelahan pertama, ketiga latitudinal, keempat meridional, dan kelima latitudinal.
Setelah pembelahan kelima selesai, embrio tersusun dari 32 blastomer dan dicapai
stadium morula. Blastulasi ayam sama dengan blastulasi pada telur ikan, yaitu
dengan terbentuknya rongga segmentasi di antara sel-sel blastomer di permukaan
dengan yolk yang ada di bawahnya. Atap blastosol terdiri dari sel-sel blastomer hasil
segmentasi sebelumnya, dengan lantai permukaan yolk dan pada bagian lateralnya
terdapat zona penghubung yang terdiri dari blastomer yang berlekatan di bawahnya.
Tahap selanjutnya, yaitu gastrulasi, terjadi melalui epiboli sel-sel permukaan,
involusi dan delaminasi (Soeminto, 2000).
Menurut Huettner (1961), embrio ayam pada stadium 24 jam bagian yang
terbentuk masih sederhana. Adapun struktur embrio yang telah terbentuk yaitu stria
primitiva, mesoderma, proamnion, mesenkim, pulau-pulau darah, somit, usus depan,
notochord, lipatan neural dan vesikula amnio-kardiak.
Bagian yang aktif pada pembelahan sel telur ayam adalah keping lembaganya
(blastodiskus). Pembelahan sudah dimulai ketika telur melalui oviduk yang jalannya
berputar-putar sehingga albuminnya turut berputar disebut kalaza dengan fungsi
kalaza untuk menjaga agar sel telur tetap terletak sentral di dalam albumin dan
keping lembaganya selalu menghadap ke atas (Nelson, 1953).
Notochord tumbuh ke bagian depan nodus hensen, segaris dengan stria
primitiva yang menghilang. Permukaan pembentukan daerah embrio yaitu dengan
terbentuknya keping neural. Keping neural akan membentuk lipatan neural. Lapisan
anterior dari keping neural membentuk suatu peninggian dan tumbuh kebagian depan
di atas ectoderm. Kemudian lipatan kepala yang terbentuk akan berdiferensiasi
menjadi kepala. Daerah antara lipatan kepala dan ectoderm, sebelah bawahnya
terbentuk suatu struktur yang mempunyai kantong yang disebut kantong subsefalik
(Yatim, 1982).
Gambar skematis embrio ayam umur 24 jam
Embrio yang telah berumur 24 jam, lipatan neuralnya mendekat satu sama
lain. Persatuan lipatan neural pertama-tama terjadi di bagian depan somit pertama.
Embrio umur 33 jam, bumbung neural yang telah terbentuk dapat dibedakan menjadi
bagian anterior yang agak lebar, bagian tengah, serta posterior yang menyerupai
bumbung. Persatuan lipatan neural yang paling akhir, terjadi di bagian depan dan di
belakang, sehingga terbentuk lubang-lubang neuroporus-anterior dan posterior.
Belakang somit terakhir terdapat lipatan neural yang mengembang dan menghilang
dalam ectoderm (Yatim, 1982).
Bagian belakang lipatan neural membatasi suatu daerah dangkal pada
ectoderm yang disebut sinus phromboidalis. Stria primitiva terus makin menghilang.
Daerah diantara kedua lapisan ectoderm dari tiap lipatan neural yang menyatu
terlepas sel-sel yang akan menjadi dua batang neural crest di kiri-kanan bumbung
neural. Neural crest ini bersegmen dan merupakan primordial dari akar dorsal saraf
spinal dan juga ganglia dari sistem saraf otonom (Yatim, 1982).
Bagian mesoderm dapat dibentuk tiga bagian, yaitu mesoderm dorsal atau
mesoderm segmental membentuk somit, pada somit-somit sehingga terjadi rongga
miosol. Mesoderm intermedier tidak bersegmen tetapi walaupun demikian
membentuk nefrotom yang bersegmen-segmen. Mesoderm lateral terdiri dari lapisan
somatis dan lapisan splankhnis yang melebar jauh di luar embrio, karenanya pada
selom dapat dibedakan dua daerah yaitu intra dan ekstra embrionik selom (Saunders,
1982).
Menurut Djuhanda (1981), embrio utuh akan membentuk 12 somit pada umur
inkubasi 22 jam. Embrio ayam yang diinkubasi selama 33 jam akan memperlihatkan
tahap-tahap pokok perkembangan dan pembentukan sistem syaraf pusat dan sistem
sirkulasi. Selama periode inkubasi 33 jam menunjukan adanya perubahan pada
daerah usus depan dan somit serta diferensiasi pada mesoderm luser media yang
menandai pembentukan organ urinaria. Vesikula optika tersusun sebagai sepasang
pertumbuhan kolateral prosencephalon. Vesikula ini secara meluas dan menduduki
seluruh luas kepala. Rongga vesikula optika (optisol), pada mulanya mempunyai
hubungan yang luas dengan rongga prosencephalon.
Gambar skematis embrio ayam umur 33 jam.
Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 72 jam memiliki ± 35 pasang
somit. Embrio mengalami pelekukan servikal, sehingga daerah rhombencephalon
berada di sebelah dorsal dan telencephalon mendekati perkembangan jantung.
Lipatan kepala makin berkembang ke arah posterior, sebaliknya dengan amniotic tail
fold (berkembang ke arah anterior), dan lateral body fold semakin menutup. Mata
terletak lebih ke arah kaudal dari pada otosis. Daerah ventro-lateral
rhombencephalon menjadi tempat berkembang derivat neural crest berupa pasangan
ganglion saraf-saraf kranial. Di daerah setinggi AIP, terjadi penebalan mesoderm
yang akan berkembang menjadi upper limb bud atau wing bud, merupakan primordia
sayap, sedangkan di daerah cauda dibentuk lower bud yaitu primordia kaki
(Syahrum, 1994).
Gambar skematis embrio ayam umur 72 jam.
Permukaan blastoderma area opaka menjadi bertambah lebar, pada bagian
posterior tampak berbintik bintik, yaitu pulau-pulau darah yang kelak akan menjadi
sebagaian besar sistem pembuluh ekstra embrional. Area opaka yang berbintik-bintik
sekarang disebut area opaka vaskulosa. Bintik-bintik tersebut disebabkan penebalan-
penebalan setempat pada mesoderm yaitu pada lapisan splankhnis. Mula-mula pulau-
pulau darah merupakan kumpulan sel-sel yang kompak, selanjutnya terjadi rongga
dan terpisah menjadi kumpulan sel-sel sentral. Sel-sel sentral ini kelak akan menjadi
butir-butir darah yang mengandung hemoglobin, sedangkan sel-sel perifer yang
tinggal, membangun dinding pembuluh darah yang disebut endothelium. Pulau-pulau
darah itu sedemikian banyaknya, sehingga bersentuhan satu sama lain, dan terjadi
suatu jaringan pembuluh kapiler yang disebut retikulum. Akhirnya rongga-rongga di
dalam pulau darah tersebut diisi dengan plasma darah (Balinsky, 1970).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan:
1. Wholemount merupakan metode untuk melihat struktur-struktur yang
berhubungan dengan organ embrio seluruhnya. Wholemount yang diamati yaitu
embrio ayam umur antara 24-48 jam.
2. Embrio ayam umur antara 24-48 jam masih berupa blastodiskus atau embrioblas.
B. Saran
1. Alat yang seharusnya ada dalam praktikum (untuk melakukan peneropongan
telur) sedang dalam kondisi rusak sehingga praktikan tidak tahu seperti apa alat
tersebut. Diharapkan praktikum ke depannya agar segera dapat diadakan.
2. Telur yang dibawa masing-masing kelompok praktikan adalah rata-rata telur
yang dierami berkisar umur antara 24-48 jam. Jadi praktikan tidak mengetahui
secara langsung bentuk embrio ayam yang berumur 48 jam dan 72 jam dan hanya
disediakan preparat awetan dari embrio tersebut.
DAFTAR REFERENSI
Balinsky, B.I. 1970. An Introduction to Embryology. W.B. Saunder Company, London.
Brotowidjoyo, M. D. 1994. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Djuhanda, Tatang, 1981. Embriologi Perbandingan. C.V. Armico, Bandung.
Huettner, A.F. 1961. Fundamentals of Comparative Embryology of The Vertebrates. The Mc Millan Company, New York.
Kimball, J.W. 1983. Biologi 2 Edisi 1. Erlangga: Jakarta.
Kosasih, G. 1975. Embriologi Kedokteran. CV EGC, Jakarta.
Nelson, O. R. 1953. Comparative Embryology of The Vertebrates. The Blankston Co. Inc, New York.
Pattern, B.M. 1958. Foundations of Embyology. McGraw-Hill Book Co.Ltd, New York.
Rugh, R. 1962. Experimental Embryology. Burgess Publishing Company, Minnesota.
Saunders, J.W. 1982. Developmental Biology. MacMillan Publishing Co., New York.
Soeminto, 2000. Embriologi Vertebrata. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Strorer and Usinger. 1961. Elements of Zoology. Mc Graw-Hill Book Company Inc., New York.
Sugimoto et al., 2006. Ovalbumin in Developing Chicken Eggs Migrates from Egg White to Embryonic Organs while Changing Its Conformation and Thermal Stability. Vol. 274. No.16, Issue of April 16, pp.11030-11037, 2006.
Syahrum, M.H. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.