WHO Batasi Penggunaan Babi Untuk Pembuatan Vaksin

download WHO Batasi Penggunaan Babi Untuk Pembuatan Vaksin

of 3

Transcript of WHO Batasi Penggunaan Babi Untuk Pembuatan Vaksin

  • 8/4/2019 WHO Batasi Penggunaan Babi Untuk Pembuatan Vaksin

    1/3

    WHO Batasi Penggunaan Babi untuk Pembuatan Vaksin

    (Foto: thinkstock)

    Jakarta, Di negara muslim, asal-usul sebuah vaksin selalu jadi kontroversi karena dalam pembuatannya

    bersinggungan dengan unsur babi. Kini tidak hanya babi, penggunaan unsur binatang yang lain juga dibatasi

    oleh organisasi kesehatan dunia (WHO).

    Peneliti senior PT Biofarma, Dr Neni Nurainy, Apt mengatakan saat ini penggunaan unsur binatang sudah

    mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, industri vaksin diarahkan untuk memakai bahan sintetis yang dibuat

    semirip mungkin dengan unsur binatang.

    Dalam pembuatan vaksin, unsur binatang termasuk babi sering dipakai sebagai media untuk membiakkan

    bibit vaksin dari kuman yang dilemahkan. Media ini berfungsi sebagai pemotong rantai kimia tertentu,

    sehingga bersinggungan dengan bahan baku pembuatan vaksin.

    Menurut Neni, risiko penggunaan unsur binatang dalam pembuatan vaksin sebenarnya tidak hanya

    menyangut halal atau haram. Bagi negara non muslim sekalipun, penggunaan unsur binatang mulai dibatasikarena berisiko memicu transmisi penyakit dari binatang ke manusia.

    "WHO mulai membatasi, karena ada risiko transmisi dan itu sangat berbahaya. Misalnya penggunaan serum

    sapi bisa menularkan madcow (sapi gila)," ungkap Neni dalam jumpa pers Forum Riset Vaksin Nasional

    2011 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2011).

    Biofarma sendiri saat ini sudah mulai menggunakan media non-animal origin sebagai pengganti unsur

    binatang. Salah satunya pada vaksin polio injeksi atauInjected Polio Vaccinne (IPV), yang proses

    pembuatannya telah dipresentasikan di Majelis Ulama Indonesia.

    Selain mengganti media dari unsur binatang dengan media sintetis, industri vaksin juga mulai beralih

    dengan bahan baku sintetis. Tidak lagi menggunakan vaksin yang dilemahkan, tetapi menggunakan virus-

    like protein yang merupakan protein sintetzs dengan strukturmirip virus.

    MUI: Vaksin Imunisasi Halal dan Baik

    http://www.detikhealth.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=Mw==&width=280&height=125http://www.detikhealth.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=Mw==&width=280&height=125
  • 8/4/2019 WHO Batasi Penggunaan Babi Untuk Pembuatan Vaksin

    2/3

    Ma'ruf Amin Ketua MUI (inet)

    dakwatuna.com -Dalam ajaran Islam ada wilayah ijtihad. Ijtihad artinya usaha maksimal para ulama untuk

    menemukan dan mengambil kesimpulan hukum, yang tidak ditemukan ketika Nabi Muhammad masih

    ada. Ijtihadberarti menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadis.

    Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Maruf Amin, ijtihad sangat diperlukan untuk

    menjawab semua permasalahan umat dan bangsa.

    Antara lain, dalam menentukan sesuatu yang halal. Dan meskipun yang halal jelas, banyak juga ditemukan

    yang samar-samar ataumutyasabihat. Yang samar-samar ini harus dihindari, agar tidak jatuh kepada yang

    haram, kata Maruf Amin dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional serta seminar dan lokakarya

    nasional sosialisasi Vaksin Imunisasi Halal dan Baik di kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta (Sabtu,

    23/7).

    Dalam kesempatan ini Maruf juga mengatakan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik.

    Acara ini terselenggara atar kerjasama Majelis Ulama Indonesia dengan Dirjen P2 PL Kementerian

    Kesehatan RI dan PT Bio Farma. Selain Maruf Amin, hadir dalam acara Dirjen P2PL Tjandra YogaAditama, Wakil Sekjen MUI Amirsyah Tambunan, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia

    Sudjatmiko, dan Direktur P2PL Kementerian Kasehatan Andi Muhadir.

    Menurut Direktur Bio Farma, Iskandar, Indonesia mempunyai potensi besar dalam menghasilkan vaksin

    nomor satu di dunia. Saat ini Bio Farma telah meneliti dan berusaha menghasilkan vaksin halal melalui

    campuran hewan dan tumbuhan (recombain) untuk mengganti tripsin.

    Kedepan kami berkomitmen dan bertanggung jawab untuk menghasilkan 100 persen halal. Saat ini Bio

    Farma telah mempunyai jaringan luas secara internasioal, kata Iskandar.

    Sementara Sudjatmiko mengatakan bahwa imunisasi mutlak diperlukan untuk meningkatkan kekebalantubuh. Begitu juga pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi selama dua tahun sangat penting.

    Begitu juga dengan vaksinasi diharapkan menumbuhkan kekebalan tubuh manusia, kata Sudjatmiko.

    Sementara itu, Amirsyah Tambunan mengatakan bahwa inti ajaran Islam adalah merealisasikan

    kemaslahatan (jalb al-mashlahah) dan mencegah terjadinya kemudaratan (dafu al-madlarrah). Dengan

    demikian Islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa menjaga kesehatan. Menjaga kesehatan dapat

    dilakukan pada dua fase. Yaitu melakukan upaya preventif, agar tidak terkena penyakit dan berobat

    manakala sakit agar diperoleh kesehatan kembali.

    Disinilah pentingnya vaksinasi untuk menumbuhkan kekebalan tubuh manusia, sehingga terhindar daripenyakit, tegas Amirsyah. (yan/Zul Hidayat Siregar/RMOL)

    Bio Farma Mengakui Penggunaan Tripsin Babi Pada Pembuatan

    Vaksin?

    wihans.web.id Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT. Bio Farma, Drs. Iskandar, Apt., M.M

    mengatakan, enzim tripsin babi masih digunakan dalam pembuatan vaksin, khususnya vaksin polio (IPV).

    http://krisnadarmawan.web.id/blog/bio-farma-mengakui-penggunaan-tripsin-babi-pada-pembuatan-vaksinhttp://krisnadarmawan.web.id/blog/bio-farma-mengakui-penggunaan-tripsin-babi-pada-pembuatan-vaksinhttp://krisnadarmawan.web.id/blog/bio-farma-mengakui-penggunaan-tripsin-babi-pada-pembuatan-vaksinhttp://krisnadarmawan.web.id/blog/bio-farma-mengakui-penggunaan-tripsin-babi-pada-pembuatan-vaksin
  • 8/4/2019 WHO Batasi Penggunaan Babi Untuk Pembuatan Vaksin

    3/3

    Demikian dikatakannya kepada sebuah situs web pada acara seminar ilmiah Bio Farma, tentang pandemi

    influenza di Aula PT. Bio Farma, Bandung.

    Namun Iskandar menolak vaksinnya dikatakan haram. Saat ini yang kami pegang adalah surat dari MUI

    tentang kehalalan produk yang kita produksi untuk vaksin polio, ujar Iskandar. Iskandar mengibaratkan

    kehalalan vaksinnya dengan air yang diproduksi oleh perusahaan air minum (PAM).

    Kata Iskandar, air PAM dibuat dari air sungai yang mengandung berbagai macam kotoran dan najis, namun

    menjadi bersih dan halal setelah diproses. Iskandar melanjutkan, dalam proses pembuatan vaksin, tripsin

    babi hanya dipakai sebagai enzim proteolitik (enzim yang digunakan sebagai katalisator pemisah

    sel/protein) .

    Pada hasil akhirnya (vaksin), enzim tripsin yang merupakan unsur turunan dari pankreas babi ini tidak

    terdeteksi lagi. Enzim ini akan mengalami proses pencucian, pemurnian, dan penyaringan.

    Iskandar mengatakan, saat ini PT. Bio Farma sedang melakukan riset untuk mengganti enzim berbahan

    binatang dengan bahan yang berasal dari tanaman. Di antaranya mengusahakan enzim yang diolah dari

    kacang kedelai.

    Ketika kita melakukan riset tidak bisa selesai dalam waktu setahun. Ini sudah setahun berjalan, mudah-

    mudahan 2 ? 3 tahun selesai, ujar Iskandar.

    Jaringan Ginjal Kera dan Anjing

    Selain penggunaan tripsin, produksi vaksin juga menggunakan media biakan virus (sel kultur) yang berasal

    dari jaringan ginjal kera (sel vero), sel dari ginjal anjing, dan dari retina mata manusia.

    Kepala Divisi Produksi Vaksin Virus PT. Bio Farma, Drs. Dori Ugiyadi mengatakan, ketiga sel kultur

    tersebut dipakai untuk pengembangan vaskin influenza. Di Bio Farma, kita menggunakan sel ginjal monyet

    untuk produksi vaksin polio. Kemudian sel embrio ayam untuk produksi vaksin campak, ujar Dori.

    Diakui Iskandar, sejauh ini vaksin yang bebas dari keterlibatan bahan haram adalah vaksin campak. Karena

    vaksin tersebut dibiakkan dengan dengan embrio telur ayam serta bebas dari tripsin babi.

    Namun secara umum, kata Dori, produksi vaksin masih menggunakan berbagai macam sel yang berasal dari

    hewan maupun manusia.

    Dori mengatakan, untuk satu dosis vaksin campak dibutuhkan 1 sampai 1.5 telur. 12500 telur perhari, dan

    600 ribu telur setiap pekannya. Bahkan Iskandar menambahkan, PT Bio Farma pernah digugat oleh LSM

    lingkungan, Pro Fauna, atas penangkapan ribuan kera ekor panjang untuk produksi vaksinnya.