Weda Smrti

9
Kata Weda berasal dari bahasa sansekerta dari akar kata wid , yang artinya mengetahui sehingga Weda berarti sebuah buku mengenai pengetahuan suci agama. Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta. Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci. Weda merupakan sumber dari kelima perangkat naskah suci lainnya yang merupakan sumber naskah tentang masalah duniawi dan alam kelepasan (moksa). Weda adalah pengetahuan suci yang luar biasa (Apauru Seda). Maha Rsi Manu membagi jenis Weda ke dalam dua kelompok besar, yaitu Weda Sruti dan Weda Smriti. Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis buku weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti. Pembagian ini juga dipergunakan untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai kitab Weda, baik yang telah berkembang dan tumbuh menurut tafsir sebagaimana dilakukan secara turun temurun menurut tradisi maupun sebagai wahyu yang berlaku secara institusional ilmiah. Kelompok Weda Sruti isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok Smerti isinya bersumber dari Weda Sruti, jadi merupakan manual, yakni buku pedoman yang sisinya tidak bertentangan dengan Sruti. Baik Sruti maupun Smerti, keduanya adalah sumber ajaran agama Hindu yang tidak boleh diragukan kebenarannya. Agaknya sloka berikut ini mempertegas pernyataan di atas. Srutistu wedo wijneyo dharma

description

weda smrti

Transcript of Weda Smrti

Kata Weda berasal dari bahasa sansekerta dari akar katawid, yang artinya mengetahui sehingga Weda berarti sebuah buku mengenai pengetahuan suci agama.

Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta.

Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci.

Weda merupakan sumber dari kelima perangkat naskah suci lainnya yang merupakan sumber naskah tentang masalah duniawi dan alam kelepasan (moksa). Weda adalah pengetahuan suci yang luar biasa (Apauru Seda).

Maha Rsi Manu membagi jenis Weda ke dalam dua kelompok besar, yaitu Weda Sruti dan Weda Smriti.

Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis buku weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti.

Pembagian ini juga dipergunakan untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai kitab Weda, baik yang telah berkembang dan tumbuh menurut tafsir sebagaimana dilakukan secara turun temurun menurut tradisi maupun sebagai wahyu yang berlaku secara institusional ilmiah.

Kelompok Weda Sruti isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok Smerti isinya bersumber dari Weda Sruti, jadi merupakan manual, yakni buku pedoman yang sisinya tidak bertentangan dengan Sruti. Baik Sruti maupun Smerti, keduanya adalah sumber ajaran agama Hindu yang tidak boleh diragukan kebenarannya. Agaknya sloka berikut ini mempertegas pernyataan di atas.

Srutistu wedo wijneyo dharmasastram tu wai smerth,te sarrtheswamimamsye tabhyam dharmohi nirbabhau.(M. Dh.11.1o).

Artinya:Sesungguhnya Sruti adalah Weda, demikian pula Smrti itu adalah dharma sastra, keduanya harus tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber ajaran agama Hindu. (Dharma)

Weda khilo dharma mulamsmrti sile ca tad widam,acarasca iwa sadhunamatmanastustireqaca. (M. Dh. II.6).

Artinya:Seluruh Weda merupakan sumber utama dari pada agama Hindu (Dharma), kemudian barulah Smerti di samping Sila (kebiasaan- kebiasaan yang baik dari orang-orang yang menghayati Weda). dan kemudian acara yaitu tradisi dari orang-orang suci serta akhirnya Atmasturi (rasa puas diri sendiri).

Srutir wedah samakhyato

dharmasastram tu wai smrth,te sarwatheswam imamsyetabhyam dharmo winir bhrtah.(S.S.37).

Artinya:Ketahuilah olehmu Sruti itu adalah Weda (dan) Smerti itu sesungguhnya adalah dharmasastra; keduanya harus diyakini kebenarannya dan dijadikan jalan serta dituruti agar sempurnalah dalam dharma itu.

Dari sloka-sloka diatas, maka tegaslah bahwa Sruti dan Smerti merupakan dasar utama ajaran Hindu yang kebenarannya tidak boleh dibantah. Sruti dan Smerti merupakan dasar yang harus dipegang teguh, supaya dituruti ajarannya untuk setiap usaha.

B. WEDA SMRTI

Smerti adalah Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara sistematis menurut bidang profesi. Secara garis besarnya Smerti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yakni kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda.

Kelompok Wedangga:Kata Wedangga, terdiri dari kata Weda dan Angga (bahasa sansekerta). Weda berarti ilmu pengetahuan suci dan angga berarti bagian atau anggota. Kelompok ini disebut juga Sadangga. Wedangga terdiri dari enam bidang Weda yaitu:

1.Siksa (Phonetika)Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara tepat dalam pengucapan mantra serta rendah tekanan suara.Adapun Kitab kitab Pratishakya yang masih sampai saat ini adalah :

Rg. Weda PratishakyaTaittriya Pratishakya SutraWajasaneyi Pratisahya SutraSama Pratisakhya Sutra

Atharwa Weda Pratisakhya Sutra

2.Wyakarana (Tata Bahasa)Merupakan suplemen batang tubuh Weda dan dianggap sangat penting serta menentukan, karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar.3.Chanda (Lagu)Adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Sejak dari sejarah penulisan Weda, peranan Chanda sangat penting. Karena dengan Chanda itu, semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun temurun seperti nyanyian yang mudah diingat.4.NiruktaMemuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda.Kitab Nirukta hasil karya Begawan Yaska , isinya menguraikan tentang tiga macam suatu hal, yaitu sebagai berikut :

Memuat kata- kata yang memiliki arti sama atau Naighantuka KandaMemuat kata- kata yang memiliki arti ganda atau disebut Naighama KandaMemuat tentang nama nama Dewa yang ada di angkasa , bumi , dan surga disebut Daiwatganda5.Jyotisa (Astronomi)Merupakan pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh di dalam pelaksanaan yadnya.

Di antara kitab Jyotisha, yang masih sampai saat ini adalah kitab Jyotisha Wedangga. Kitab ini memiliki hubungan dengan kitab Weda Sruti, Rg. Weda, dan Yajur Weda.6.KalpaMerupakan kelompok Wedangga (Sadangga) yang terbesar dan penting. Menurut jenis isinya, Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu bidang Srauta, bidang Grhya, bidang Dharma, dan bidang Sulwa.

Srauta memuat berbagai ajaran mengenai tata cara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, terutama yang berhubungan dengan upacara keagamaan.

Grhyasutra, memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yajna yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berumah tangga.Dharmasutra adalah membahas berbagai aspek tentang peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara. Dan Orang Suci yang menuliskan kitab Dharma Sutra Adalah :

Bhagawan ManuBhagawan ApastambaBhagawan BhaudhayanaBhagawan HaritaBhagawan WisnuBhagawan WasisthaBhagawan WaikanasaBhagawan YajnawalkyaBhagawan Parasara

Agama Hindu mengajarkan kepada umatnya, bahwa dalam hidup dan kehidupan kita ini, dilalui oleh 4 zaman atau disebut juga Catur Yuga. Bhagawan Shankalikhita menjangkau bahwa masing masing dari catur Yuga mempunyai Dharma Sastranya Tersendiri, seperti berikut :

a.Pada masa Satya/Krtha Yuga berlaku kitab Manawa d\Dharma Sastra yang ditulis oleh Bhagawan Manu

b.Pada Masa Trita Yuga berlaku kitab Dharma Sastra yang ditulis Oleh Bhagawan Yajnawalkhya

c.Pada Masa Dwapara Yuga berlaku kita Dharma Sastra buah karya Bhagawan Sankha Likhita

d.Pada masa Kali Yuga dipergunakan Dharma Sastra yang ditulis Oleh Bhagawan Parasara

Sulwasutra, adalah memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan, misalnya Pura, Candi dan bangunan-bangunan suci lainnya yang berhubungan dengan ilmu arsitektur.Kelompok Upaweda:Adalah kelompok kedua yang sama pentingnya dengan Wedangga. Kelompok Upaweda terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1.Itihasa

Merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana dan Mahabharata. Kitan Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya dikelompokkan kedalam tujuh Kanda dan berbentuk syair. Jumlah syairnya sekitar 24.000 syair. Adapun ketujuh kanda tersebut adalahAyodhya Kanda, Bala Kanda, Kiskinda Kanda, Sundara Kanda, Yudha Kanda dan Utara Kanda. Tiap-tiap Kanda itu merupakan satu kejadian yang menggambarkan ceritra yang menarik. Di Indonesia cerita Ramayana sangat populer yang digubah ke dalam bentuk Kekawin dan berbahasa Jawa Kuno. Kekawin ini merupakan kakawin tertua yang disusun sekitar abad ke-8.

Disamping Ramayana, epos besar lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini disusun oleh maharsi Wyasa. Isinya adalah menceritakan kehidupan keluarga Bharata dan menggambarkan pecahnya perang saudara diantara bangsa Arya sendiri. Ditinjau dari arti Itihasa (berasal dari kata "Iti", "ha" dan "asa" artinya adalah "sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya") maka Mahabharata itu gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan keagamaan, sosial dan politik menurut ajaran Hindu. Kitab Mahabharata meliputi 18 Parwa, yaituAdiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Sauptikaparwa, Santiparwa, Anusasanaparwa, Aswamedhikaparwa, Asramawasikaparwa, Mausalaparwa, Mahaprastanikaparwa, dan Swargarohanaparwa.

Diantara parwa-parwa tersebut, terutama di dalam Bhismaparwa terdapatlah kitab Bhagavad Gita, yang amat masyur isinya adalah wejangan Sri Krsna kepada Arjuna tentang ajaran filsafat yang amat tinggi.2.Purana

Merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia dan silsilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai silsilah dewa-dewa dan bhatara, cerita mengenai silsilah keturunaan dan perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa serta memuat ceitra-ceritra yang menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum yang pernah di jalankan.

Selain itu Kitab Purana juga memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan tentang ceritra kejadian alam semesta, doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa, tatacara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra atau berziarah ke tempat-tempat suci. Dan yang terpenting dari kitab-kitab Purana adalah memuat pokok-pokok ajaran mengenai Theisme (Ketuhanan) yang dianut menurut berbagai madzab Hindu. Adapun kitab-kitab Purana itu terdiri dari 18 buah, yaitu Purana,Bhawisya Purana, Wamana Purana, Brahma Purana, Wisnu Purana, Narada Purana, Bhagawata Purana, Garuda Purana, Padma Purana, Waraha Purana, Matsya Purana, Kurma Purana, Lingga Purana, Siwa Purana, Skanda Purana dan Agni Purana.

Berdasarkan Sifatnya , kedelapanbelas purana tersebut dibagi tiga kelompok yaitu :

1.Satwika Purana : Wisnu, Narada , Bhagawata, Garuda, Radma, dan Waraha.2.Rajasika Purana : Nhrahmanda, Brhrahmawaiwarta, Markandenya Bhawisya, Waruna, dan Brahma3.Tamasika Purana : Matsya, Kurma, Lingga, Siwa, Skanda, dan Agni

Kitab Purana sangat pentingkarena memuat cerita cerita yang menggambarkan pembuktian pembuktian hokum yang pernah di jalankan. Kitab ini merupakan kumpulan kumpulan juris Prudensi. Menurut Wisnu Purana III 6.24, meliputi hal- hal sebagai berikut :

Cerita mengenai penciptaan duniaCerita mengenai PralayaMenjelaskan Silsilah Dewa dewa atau BhataraCerita mengenai zaman Manu atau Manwantara

Cerita mengenai silsilah keturunan dan perkembangan dinasti Surya Wangsa dan Candra Wangsa

Isi kitab kitab purana lainnya memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan tentang cerita kejadian alam semesta, doa doa dan mantra mantrauntuk sembahyang, cara melakukan puasa, tata cara upacara keagamaan, dan petunjuk petunjuk mengenai tata cara melakukan ziarah ke tempat tempat suci.

3.ArthasastraAdalah jenis ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan pokok-pokok pemikiran ilmu politik. Sebagai cabang ilmu, jenis ilmu ini disebut Nitisastra atau Rajadharma atau pula Dandaniti. Ada beberapa buku yang dikodifikasikan ke dalam jenis ini adalah kitab Usana, Nitisara, Sukraniti dan Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal di bidang Nitisastra adalah Bhagawan Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan Parasara dan Rsi Canakya.

4.Ayur WedaAdalah kitab yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rohani dengan berbagai sistem sifatnya. Ayur Weda adalah filsafat kehidupan, baik etis maupun medis. Oleh karena demikian, maka luas lingkup ajaran yang dikodifikasikan di dalam Ayur Weda meliputi bidang yang amat luas dan merupakan hal-hal yang hidup. Menurut isinya, Ayur Weda meliptui delapan bidang ilmu, yaitu:

Salya adalah ajaran mengenai ilmu bedah

Salkya adalah ajaran mengenai ilmu penyakit

Kayakitsa adalah ajaran mengenai ilmu obat obatan

Bhuta Widya adalah ajaran mengenai ilmi Psikoterapi

Kaumara Bhrtya adalah ajaran mengenai pendidikan anak anak dam nerupakan dasar bagi ilmu jiwa anak anak

Aganda Tantra adalah ilmu toksikologi

RasayamaTantra adalah ilmu mukzizat

Wajikarana Tantra adalah Ilmu Jiwa Remaja

Disamping Ayur Weda, ada pula kitab Caraka Samhita yang ditulis oleh Maharsi Punarwasu. Kitab inipun memuat delapan bidan ajaran (ilmu), yakni :

Sutrathana , menguraikan ilmu pengobatan

Nidanasthana, memuat penyakit yang bersifat umum

Wimanasthana , menguraikan ilmu Panthologi

Indhiyastana, materi Diagnosa dan Prognosa

Cikitasasthana , pokok- pokok ilmu terapi

Kalpasthana, ajaran bidang terapi secara umum

Siddisthana, pokok pokok terapi secara umum

Kitab yang sejenis pula dengan Ayurweda, adalah kitab Yogasara dan Yogasastra. Kitab ini ditulis oleh Bhagawan Nagaryuna. isinya memuat pokok-pokok ilmu yoga yang dirangkaikan dengan sistem anatomi yang penting artinya dalam pembinaan kesehatan jasmani dan rohani.

Kitab Susruta Samhita ditulis oleh Bhagawan Susanta. Kitab ini isinya menguraikan tentang pentingnya ajaran umum si bidang ilmu bedah. Kitab Susruta Samhita juga mencatat berbagai alat alat yang digunakan dalam pembedahan

Kitab Kama Sutra ditulis oleh Bhagawan Watsyayana, berhubungan dengan Wajikarana Tantra yang menguraikan tentang ilmu jiwa Remaja.

5.GandharwawedaAdalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni. Ada beberapa buku penting yang termasuk Gandharwaweda ini adalah Natyasastra (yang meliputi Natyawedagama dan Dewadasasahasri), Rasarnawa, Rasaratnasamuscaya dan lain-lain.

6.Kama Sastra

Kama Sastra adalah termasuk kitab suci agama Hindu pada bagian Smrti (Upaveda). Kama Sastra sebagai bagian dari jenis kitab Upaveda isinya menguraikan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Asmara , Seni, atau Rasa Indah

Diantaranya kitab Kama Sastra yang terkenal adalah karya dari Bhagawan Watsyayana.

7.Agama

Kitab Agama baru ada setelah agama Hindu berkembang di Dunia.

Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa kelompok Weda Smerti meliptui banyak buku dan kodifikasinya menurut jenis bidang-bidang tertentu. Ditambah lagi kitab-kitab agama misalnya Saiwa Agama, Vaisnawa Agama dan Sakta Agama dan kitab-kitab Darsana yaitu Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga, Mimamsa dan Wedanta. Kedua terakhir ini termasuk golongan filsafat yang mengakui otoritas kitab Weda dan mendasarkan ajarannya pada Upanisad. Dengan uraian ini kiranya dapat diperkirakan betapa luasnya Weda itu, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Di dalam ajaran Weda, yang perlu adalah disiplin ilmu, karena tiap ilmu akan menunjuk pada satu aspek dengan sumber-sumber yang pasti pula. Hal inilah yang perlu diperhatikan dan dihayati untuk dapat mengenal isi Weda secara sempurna.