Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya...

16
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA SD Pembelajaran IPA SD bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan. Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran pendidikan IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik. IPA menurut Srini M. Iskandar (1997 : 2) yaitu Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa. Sedangkan menurut Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “natural science knowledge concerned with thephysical world and its phenomena”. Yang artinya IPA adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan Purnell’s mendefinisikan IPA adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa. Definisi IPA yang paling sederhana adalah apa yang dilakukan oleh para ahli IPA. Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli, IPA pada hakikatnya meliputi IPA produk, IPA proses, dan IPA sikap ilmiah yang tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Hakikat IPA ada 3, yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai pemupukan sikap. IPA sebagai produk, merujuk pada sekumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. IPA sebagai proses

Transcript of Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya...

Page 1: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA SD

Pembelajaran IPA SD bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep

IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar,

bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan

gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,

mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan.

Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran pendidikan IPA di SD menuntut

proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik.

IPA menurut Srini M. Iskandar (1997 : 2) yaitu Ilmu Pengetahuan Alam

adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi

dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan,

hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa. Sedangkan menurut

Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “natural science knowledge concerned

with thephysical world and its phenomena”. Yang artinya IPA adalah

pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan Purnell’s

mendefinisikan IPA adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan

dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan

bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa.

Definisi IPA yang paling sederhana adalah apa yang dilakukan oleh para ahli IPA.

Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli, IPA pada hakikatnya meliputi IPA

produk, IPA proses, dan IPA sikap ilmiah yang tak dapat dipisahkan satu dengan

lainnya.

Hakikat IPA ada 3, yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA

sebagai pemupukan sikap. IPA sebagai produk, merujuk pada sekumpulan

pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. IPA sebagai proses

Page 2: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

7

yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana

menghubungkan fakta untuk menginterpretasikannya. Sedangkan IPA sebagai

sikap, yaitu dalam memecahkan masalah seorang ilmuwan bersikap ilmiah yaitu

berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan untuk mencapai hasil

yang diharapkan.

Indikator pencapaian tujuan pembelajaran IPA secara terstandar diberikan

melalui Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang secara rinci

disajikan melalui tabel berikut :

Page 3: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

8

Tabel 2.1Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar7. Memahami gaya dapat mengubah gerakdan/atau bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwagaya (dorongan dan tarikan) dapatmengubah gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwagaya (dorongan dan tarikan) dapatmengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk energi dancara penggunaannya dalam kehidupansehari-hari

8.1 Mendeskripsikan energi panas danbunyi yang terdapat di lingkungansekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatifdan cara penggunaannya

8.3 Membuat suatu karya/model untukmenunjukkan perubahan energi gerakakibat pengaruh udara, misalnya roketdari kertas/baling-baling/pesawatkertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyimelalui penggunaan alat musik

9. Memahami perubahan kenampakanpermukaan bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahankenampakan bumi.

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dankenampakan bumi dari hari ke hari.

10. Memahami perubahan lingkunganfisik dan pengaruhnya terhadap daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebabperubahan lingkungan fisik (angin,hujan, cahaya matahari, dangelombang air laut).

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahanlingkungan fisik terhadap daratan(erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahankerusakan lingkungan (erosi, abrasi,banjir, dan longsor)

11. Memahami hubungan antara sumberdaya alam dengan lingkungan, teknologi,dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumberdaya alam dengan lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumberdaya alam dengan teknologi yangdigunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilanbahan alam terhadap pelestarianlingkungan.

Page 4: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

9

2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)

Model Pembelajaran kooperatif tipe GI dianggap model pembelajaran

yang paling kompleks. Karena model ini memadukan beberapa landasan

pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching,

dan kelompok belajar kooperatif. Menurut Anwar (Aisyah, 2006:14) secara

harafiah investigasi diartikan sebagai penyelidikan dengan mencatat atau

merekam fakta-fakta, melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan tentang suatu peristiwa atau sifat.

Menurut Budimansyah (2007:7) GI adalah kelompok kecil untuk

menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Pembelajaran ini

menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir

dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran

kelompok yang lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan

belajar secara individual. Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005:21)

mengemukakan GI adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke

dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Jadi, GI

adalah model pembelajaran dengan cara siswa melakukan penyelidikan atau

peninjauan terhadap suatu masalah untuk memperoleh suatu jawaban secara

berkelompok.

Langkah – langkah tahapan GI oleh para ahli : Menurut Siti Maesaroh

(2005:29-30) tahapan dalam GI adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi

topik, (2) Merencanakan tugas, (3) Membuat penyelidikan, (4) Mempersiapkan

tugas akhir, (5) Mempresentasikan tugas akhir dan (6) Evaluasi. Menurut Slavin

tahapan dalam GI adalah sebagai berikut : (1) Mengatur murid ke dalam

kelompok, (2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari, (3) Investigasi, (4)

Menyiapkan laporan akhir, (5) Mempresentasikan laporan akhir dan (6) Evaluasi.

Menurut Kiranawati (2007), langkah-langkah GI dapat dikemukakan sebagai

berikut :

1. Seleksi topik: Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah

masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa

Page 5: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

10

selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi

pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.

Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin etnik maupun

kemampuan akademik.

2. Merencanakan kerjasama : Para siswa bersama guru merencanakan berbagai

prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan

berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.

3. Implementasi : Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada

langkah-langkah pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan

ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk

menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar

sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan

memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Analisis dan sintesis : Para siswa menganalisis dan mensistesis berbagai

informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat

diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir : Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang

menarik dari berbagi topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas

saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik

tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

6. Evaluasi : Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat

mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok atau keduanya.

Dari langkah-langkah pendekatan GI, maka langkah-langkah pembelajaran

menggunakan pendekatan model pembelajaran GI adalah :

1. Membentuk kelompok yang beranggotakan 5 orang

2. Menyeleksi topik yang akan dikerjakan oleh siswa

3. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

4. Menginvestigasi hasil kerja

5. Membuat laporan hasil kerja

Page 6: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

11

6. Mempresentasikan hasil kerja kelompok

7. Melakukan evaluasi hasil kerja kelompok

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan masing

masing. Salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

(GI). Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tersebut akan diuraikan

secara rinci dibawah ini.

1. Kelebihan

a. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran

dan aktivitas belajar.

b. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur psikologis siswa

menjadi terangsang dan lebih aktif karena adanya komunikasi.

c. Saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih

bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.

d. Dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi.

e. Dapat membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar belakang teman

sekelas mereka.

f. Dapat menjadi motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan

tugas.

g. Melatih siswa menyelesaikan masalah dengan cara investigasi kelompok.

2. Kekurangan

a. Pembelajaran ini hanya sesuai diterapkan dikelas tinggi karena memerlukan

tingkatan kognitif yang lebih tinggi.

b. Kontribusi siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang

memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini

disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan.

c. Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi

dengan kelompok dengan nilai yang rendah.

d. Memakan waktu yang lama.

e. Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama

untuk dapat menerapkan model ini.

Page 7: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

12

Dari kekurangan model pembelajaran group investigation guru dapat

membentuk kelompok belajar terlebih dahulu dan materi yang akan dibahas

dipersiapkan terlebih dahulu sebelumnya. Kelompok yang dibentuk yaitu

kelompok yang heterogen dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan

atau minat yang sama dalam topik tertentu. Dengan dibentuknya kelompok

berdasarkan keakraban akan lebih memudahkn siswa dalam memahami pelajaran.

2.1.3. Hasil Belajar

Dalam setiap pembelajaran, guru tidak hanya mentransfer materi kepada

peserta didik, namun juga harus ada hasil belajar dari setiap pembelajaran yang

dilakukan. Hasil diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh atas apa yang telah

dilakukan. Menurut Sudjana (2008:22) menyatakan bahwa dalam sistem

pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kuliner maupun

tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom

yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif,

ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Sedangkan menurut Dimyati dkk. (2006:3)

hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar.

Dari sisi siswa, belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses

belajar. Sedangkan menurut Wardani, N. S. (2012:24) “hasil belajar adalah

kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima

perlakuan yang diberikan oleh guru”. Artinya hasil belajar siswa tersebut

mencakup aktifitas yang dilakukan oleh siswa dengan guru sebagai fasilitas dan

aktifitas siswa setelah belajar.

Sejalan dengan Arikunto (2003:117) mengemukakan bahwa ”ada 3 ranah

atau domain besar, yang terletak pada tingkatan ke-2 yang selanjutnya disebut

taksonomi yaitu: ranah kognitif (cognitif domain), ranah afektif (affektive

domain), dan ranah psikomotor (psycomotor domain)”. Penjabaran tiga ranah

operasional dalam hasil belajar menurut Arikunto (2003:137) sebagai berikut:

Page 8: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

13

a. Cognitive domain

1) Pengetahuan (knowledge)

- Mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi,

mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (states),

mereproduksi.

2) Pemahaman (comprehension)

- Mempertahankan, membedakan, menduga (estimates),

menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan,

memberikan contoh, menuliskan kembali, memperkirakan.

3) Aplikasi

- Mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, memanipulasikan,

memodifikasikan, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan,

menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan,

menggunakan.

4) Analisis

- Memerinci, menyusun diagram, membedakan,

mengidentifikasikan, mengilustrasikan, menyimpulkan,

menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, membagi

(subdives).

5) Sintesis

- Mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan,

membuat desain, menjelaskan, memodifikasikan,

mengorganisasian, menyusun, membuat rencana, mengatur

kembali, merekonstruksikan, menghubungkan,

mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan,

menceritakan.

6) Evaluasi

- Menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan,

mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan,

memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu

(supports)

Page 9: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

14

b. Affective domain

1) Receiving

- Menanyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti,

memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan,

memilih, menjawab.

2) Responding

- Menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormat, berbuat,

melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan,

memilih, menceritakan, menulis

3) Valuing

- Melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan,

mengikuti, membentuk, mengundang, menggabungkan,

mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerjasama,

mengambil bagian (share), mempelajari.

4) Organization

- Mengubah, mengatur menggabungkan, membandingkan,

melengkapi, mempertahankan, menerangkan,

menggeneralisasikan, mengiidentifikasikan, mengintegrasikan,

memodifikasikan, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan,

mensintesiskan.

5) Characterization by value or value complex

- Membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan,

mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan,

mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani,

memecahkan, menggunakan.

c. Psycomotor domain

1) Muscular or motor skills

- Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan),

melompat, menggerakkan. Menampilkan.

Page 10: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

15

2) Manipulations of material or objects

- Mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser,

memindahkan, membentuk.

3) Neuromuscular coordination

- Mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng,

memadukan, memasang, memotong, menarik, menggunakan.

Hasil belajar digunakan guru sebagai tolok ukur atau kriteria dalam

mencapai suatu tujuan pendidikan. Hasil belajar dapat diketahui melalui

pengukuran. Hopkins dan Antes dalam Purwanto (2010:2) mendefinisikan

pengukuran sebagai pemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

yang dilakukan untuk menunjukkan perbedaan dalam jumlah. Perolehan angka

dalam pengukuran perlu menggunakan sebuah alat ukur yang disebut dengan

instrumen.

Berdasarkan pengertian pengukuran yang telah dipaparkan, untuk

mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik penilaian yaitu:

1. Teknik Tes

Teknik tes menurut Indrakusuma dalam Arikunto (2002:32) adalah “suatu

alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau

keterangan-keterangan yang diinginkan seseorang dengan cara yang boleh

dikatakan cepat dan tepat”. Sedangkan menurut Suryanto dalam Wardani, N. S.

(2012:70) teknik tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan

untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang

setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang

dianggap benar. Dilihat dari tujuannya dalam bidang pendidikan, Wardani N.S.

(2012:71-72) tes dibagi menjadi:

a. Tes Kecepatan (Speed Test)

Tes ini bertujuan untuk mengakses peserta tes dalam dalam hal

kecepatan berfikir atau keterampilan, baik yang bersifat spotanitas (logik)

maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah

dipelajarinya.

Page 11: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

16

b. Tes Kemampuan (Powes Test)

Tes ini bertujuan untuk mengakses peserta tes dalam

mengungkapkan kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak

dibatasi secara ketat oleh waktu yang telah disediakan. Kemampuan yang

diakses berupa kognitif atau psikomotorik.

c. Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes ini dimaksudkan untuk mengakses hal yang telah diperoleh

dalam suatu kegiatan seperti tes hasil belajar, tes harian (formatif) dan tes

akhir semester (sumatif). Tes ini bertujuan untuk mengakses hasil belajar

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu

tertentu.

d. Tes Kemampuan Belajar (Gains/Achievement Test)

Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini

dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran

dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran.

e. Tes Diagnostik (Diagnostic Test)

Tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk menemukan

kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa. Hasil tes diagnostik dapat

digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran yang lebih sesuai

dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan

belajarnya.

f. Tes Formatif

Tes formatif dilakukan pada saat program pengajaran sedang

berlangsung (progress), tujuannya untuk mengetahui sejauh mana

kemajuan belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu

program pembelajaran. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang

rentang proses pembelajaran, materi tes dipilih berdasarkan tujuan

pembelajaran tiap pokok bahasan atau sub pokok materi. Seperti tes

harian, ulangan harian.

Page 12: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

17

g. Tes Sumatif

Kata dari “sumatif” adalah “sum” yang berarti jumlah. Tes sumatif

berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik

terhadap sekumpulan materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah

dipelajari. Seperti UAN (Ujian Akhir Nasional) dan THB (Tes Hasil

Belajar).

2. Teknik Non Tes

Teknik non tes digunakan mengukur kemampuan siswa pada ranah afektif

dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek

kognitif. Teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung

ataupun tak langsung, angket maupun wawancara. Teknik non tes digunakan

sebagai pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam

pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar.

Wardani, N.S. dkk (2012:73-75) membagi teknik non tes menjadi 7 macam,

berikut penjelasannya:

a. Unjuk KerjaSuatu penilaian atau pengukuran yang dilakukan melalui aktivitas peserta

didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau interaksinya sepertiberbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didikdalam memecahkan masalah dalam kelompok; pertisipasi peserta didik dalamdiskusi; keterampilan menari; dan lain sebagainya.

b. PenugasanPenugasan merupakan penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang

mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu.Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni, perencanaan,pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data.

c. Tugas IndividuTugas individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada

peserta didik yang dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk seperti pembuatan kliping, pembuatan makalah danyang sejenisnya.

d. Tugas KelompokTugas kelompok hampir sama dengan tugas individu, namun dikerjakan

secara kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja kelompok.e. Laporan

Laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atau tugas atau pekerjaanyang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum danlaporan Pemantapan Praktik Lapangan (PPL)

f. Responsi atau Ujian Praktik

Page 13: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

18

Merupakan suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang adakegiatan praktikumnya. Ujian praktik dapat dilakukan pada awal praktik atau setelahmelakukan praktik.

g. PortofolioMerupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpuan informasi

yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periodetertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari prosespembelajaran yang dianggap baik oleh peserta didik, pekerjaan-pekerjaan yangsedang dilakukan, beberapa contoh tes yang telah selasai dilakukan, berbagaiketerangan yang diperoleh peserta didik, keselarasan antara pembelajaran dan tujuanspesifik yang telah dirumuskan, contoh-contoh hasil peerjaan sehari-hari, evaluasidiri terhadap perkembangan pembelajaran dan hasil observasi guru.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, yang dimaksud hasil

belajar di dalam penelitian ini adalah besarnya skor yang diperoleh melalui

pengukuran pada saat proses belajar (nontes) dan pengukuran pada hasil belajar

(tes), sebagai akhir dari kegiatan pembelajaran.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Tria Nur Karima pada tahun 2014 dengan

judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe GI pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko

Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil belajar matematika

pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali

semester II TAHUN PELAJARAN 2013//2014. Hal ini ditunjukkan dengan

adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar dengan

KKM ≥ 60. Pada kondisi Pra siklus (kondisi awal) pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional, ketuntasan belajar 43,75% atau 7 siswa dan siklus I

sebesar 62,50% atau 10 siswa, serta pada siklus II sebesar 87,50% atau 14 siswa.

Skor rata-rata kelas pada kondisi awal 59, 62, pada siklus I meningkat menjadi

64,37, serta pada siklus II meningkat menjadi 74,68. Proses pembelajaran dengan

menerapkan langkah-langkah dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI

terbukti dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD

Page 14: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

19

Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali semester II tahun

pelajaran 2013//2014. Kekurangannya adalah guru masih menemui beberapa

kendala, diantaranya adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru, dan

pembentukan kelompok siswa yang kurang efektif karena siswa memilih teman

kelompok sendiri sehingga kelas menjadi ramai. Solusinya adalah guru tidak

terlalu dominan dalam pembelajaran dan agar siswa tidak ramai ketika

membentuk kelompok, guru mengelompokkan siswa secara heterogen sebelum

pembelajaran menggunakan tipe GI dimulai.

Penelitian kedua dilakukan oleh Ratih Endarini Sudarmono (2009) dengan

judul penelitian Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui

Penerapan Metode Group Investigations Pada Pembelajaran IPA di SD Sidorejo

Lor 02 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tindakan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SD Sidorejo Lor 02

Salatiga semester I tahun ajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar dengan KKM ≥

60. Pada kondisi pra siklus (kondisi awal) pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional, ketuntasan belajar 43,75% atau 7 siswa dan siklus I

sebesar 62,50% atau 10 siswa, serta pada siklus II sebesar 87,50% atau 14 siswa.

Skor rata-rata kelas pada kondisi awal 59, 62, pada siklus I meningkat menjadi

64,37, serta pada siklus II meningkat menjadi 74,68. Proses pembelajaran dengan

menerapkan langkah-langkah dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI

terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga

semester I tahun ajaran 2009/2010. Kekurangannya adalah guru belum

menggunakan model GI dengan maksimal, karena pembelajaran masih

didominasi guru, dan belum seluruh siswa aktif dalam pembelajaran, solusinya

adalah guru mengurangi peran siswa dan menyemangati siswa agar semua aktif

dalam kegiatan pembelajaran.

Page 15: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

20

2.3 Kerangka Berpikir

Hasil belajar adalah besarnya total skor yang diperoleh melalui

pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan skor yang diperoleh dari skor

tes formatif sebagai akhir atau puncak dari suatu kegiatan pembelajaran.

Sementara pembelajaran yang dilakukan tidak selalu melibatkan siswa dalam

pengalaman belajar. Hal ini membuat siswa bosan dan tidak bersemangat dalam

mengikuti pembelajaran. Akibatnya hasil belajar siswa kurang dari KKM ≥ 70.

Untuk menanggapi hal itu dibutuhkan penanganan guna mengantisipasi rendahnya

hasil belajar siswa yang dapat dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe GI. Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan pembelajaran dengan

menggunakan media gambar untuk memfasilitasi peserta didik untuk aktif belajar.

Dengan menggunakan media gambar, diharapkan peserta didik mampu mengikuti

pelajaran dengan fokus yang baik dan kondisi menyenangkan.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

GI melalui beberapa langkah yaitu:

1. Membentuk kelompok @5 siswa

2. Menyeleksi topik hubungan sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi

dan masyarakat (SDA_LTM)

3. Menyimak bersama dalam kelompok materi SDA_LTM

4. Mengamati SDA_LTM di lapangan

5. Mencatat data SDA_LTM

6. Membuat laporan hasil investigasi

7. Mempresentasikan hasil investigasi

8. Evaluasi

Page 16: Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “ ”. gejalanya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5087/3/T1_292009166_BAB II.pdf · cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

21

Kerangka berpikir dalam penelitian dapat dilihat pada skema di bawah:

Gambar 2.2Kerangka Berpikir Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui

Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang dirumuskan adalah sebagai berikut : Peningkatan

hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI

siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014.

Menyeleksi/tidak

Membentuk/tidak

Observasi

Observasi

Membuat/tidak

Observasi

Mengamati/tidak

Mencatat/tidak

Menyimak/tidak

Mempresentasikan/tidak

Model Pembelajaran KooperatifTipe Group Investigation (GI)

1. Membentuk kelompok 5 siswa

2. Siswa menyeleksi topik hubungan SDA_LTM

3. Menyimak materi SDA_LTM

4. Mengamati fenomena SDA_LTM

7. Mempresentasikan hubungan SDA_LTM

8. Evaluasi

Model PembelajaranKonvensional

Hasil belajar < KKM 70

Skor Tes

Hasil belajarsiswaKKM ≥ 70

Skor NonTes

6. Membuat laporan hubungan SDA_LTM

Tes Formatif

5. Mencatat fenomena SDA_LTM