andaianakhadijah.files.wordpress.com€¦ · Web viewPENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN...

26
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP NO PEDOMAN ISI 1 UU No. 32 Tahun 2009 Yang dimaksud perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam undang-undang tersebut meliputi: 1. Aspek Perencanaan yang dilakukan melalui inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah ekoregion dan penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). 2. Aspek Pemanfaatan Sumber daya Alama yang dilakukan berdasarkan RPPLH. Tetapi dalam undang-undang ini telah diatur bahwa jika suatu daerah belum menyusun RPPLH maka pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 3. Aspek pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup yang meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan. 4. Dimasukkan pengaturan beberapa instrumen pengendalian baru, antara lain: KLHS, tata ruang, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, AMDAL, UKL-UPL, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis resiko lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan. 5. Pemeliharaan lingkungan hidup yang dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya alam, pencadangan sumber daya alam, dan/atau pelestarian fungsi atmosfer. 6. Aspek pengawasan dan penegakan hukum, meliputi : o Pengaturan sanksi yang tegas (pidana dan perdata) bagi pelanggaran terhadap baku mutu, pelanggar AMDAL (termasuk pejabat yang menebitkan izin tanpa AMDAL atau UKL-UPL), pelanggaran dan penyebaran produk rekayasa genetikan tanpa hak, pengelola limbah B3 tanpa izin, melakukan dumping tanpa izin, memasukkan limbah ke NKRI tanpa izin, melakukan pembakaran hutan, o Pengaturan tentang pajabat pengawas lingkungan hidup (PPLH) dan penyidik pengawai negeri sipil (PPNS), dan menjadikannya sebagai jabatan fungsional. o Ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana dan perdata yang mengancam setiap pelanggaran peraturan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik kepada perseorangan, korporasi, maupun pejabat. Sebagai contoh, pelanggaran terhadap baku mutu dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah). 2 UU LH no.23 Tahun 1997 Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi

Transcript of andaianakhadijah.files.wordpress.com€¦ · Web viewPENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN...

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUPNO PEDOMAN ISI

1 UU No. 32 Tahun 2009 Yang dimaksud perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam undang-undang tersebut meliputi:

1. Aspek Perencanaan yang dilakukan melalui inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah ekoregion dan penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). 

2. Aspek Pemanfaatan Sumber daya Alama yang dilakukan berdasarkan RPPLH. Tetapi dalam undang-undang ini telah diatur bahwa jika suatu daerah belum menyusun RPPLH maka pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

3. Aspek pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup yang meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.

4. Dimasukkan pengaturan beberapa instrumen pengendalian baru, antara lain: KLHS, tata ruang, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, AMDAL, UKL-UPL, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis resiko lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.

5. Pemeliharaan lingkungan hidup yang dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya alam, pencadangan sumber daya alam, dan/atau pelestarian fungsi atmosfer.

6. Aspek pengawasan dan penegakan hukum, meliputi :

o Pengaturan sanksi yang tegas (pidana dan perdata) bagi pelanggaran terhadap baku mutu, pelanggar AMDAL (termasuk pejabat yang menebitkan izin tanpa AMDAL atau UKL-UPL), pelanggaran dan penyebaran produk rekayasa genetikan tanpa hak, pengelola limbah B3 tanpa izin, melakukan dumping tanpa izin, memasukkan limbah ke NKRI tanpa izin, melakukan pembakaran hutan,

o Pengaturan tentang pajabat pengawas lingkungan hidup (PPLH) dan penyidik pengawai negeri sipil (PPNS), dan menjadikannya sebagai jabatan fungsional.

o Ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana dan perdata yang mengancam  setiap pelanggaran peraturan di bidang perlindungan dan pengelolaan  lingkungan hidup, baik kepada perseorangan, korporasi, maupun pejabat.  Sebagai contoh, pelanggaran terhadap baku mutu dipidana dengan pidana  penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan  denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) dan paling  banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).

2 UU LH no.23 Tahun 1997 Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, Pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup;

3 Undang-Undang No.4 Tahun 1982

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup

1. PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SERTA PERANGKAT MANAJEMEN LINGKUNGAN (AMDAL, AUDIT LINGKUNGAN, UKL-UPL, KA-ANDAL-RKL dan RPL)

Undang-undang diatas menjelaskan tentang pengelolaan lingkungan hidup yang dimana , makin tahun ke tahun dari Tahun 1982 ke 1997 hingga Tahun 2009 mengalami perubahan yang cukup besar dan kompleks. Peraturan sebelumnya yanitu UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No.4 Tahun 1982 memiliki kekurangan yang amat signifikan karena tidak adanya unsur hukum didalamnya yang menindaklajuti/menegaskan semua pihak untuk tetap mematuhi Peraturan Perundang-undangan dari Pemerintah. Sedangkan Kelebihan dari UU No.32 Tahun 2009 adalah menjelaskan instrument-instrumen yang mendukung dalam pelaksanaan pengelolaan itu sendiri, serta adanya unsur hukum untuk pengawasan dan penegakan hukum berkenaan dengan masalah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Pada tiap periode pemerintahan disinyalir terdapat suatu keharusan untuk membuat /menyelenggarakan suatu peraturan-peraturan baru yang merupakan salah satu pertanda bahwa pada pemerintahan periode tersebut mereka benar

– benar bekerja dan perubahan peraturan pemerintah dianggap menjadi salah satu cara untuk mempertanggung jawabkan kinerja mereka pada periode tersebut

ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)NO PEDOMAN ISI

1 UU No. 27 Tahun 1999 Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan.

Analisis dampak lingkungan hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting usaha dan/atau kegiatan; Analisis mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan;

2 UU LH no.23 Tahun 1997 Analisis mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan;

Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu / multisektor adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melilbatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab;

Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan menyangkut kewenangan satu instansi yang bertanggung jawab;

Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab;

3 Undang-Undang No.4 Tahun 1982

Analisis mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan;

Analisis dampak lingkungan adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan;

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 yang semula dipakai sebagai landasan penyusunan dokumen Amdal dicabut dan digantikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993. Meski banyak koreksi yang dilakukan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986, tetapi hakekat Amdal itu sendiri tidak berubah yaitu sebagai salah satu sarana penjamin pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pada tiap periode pemerintahan disinyalir terdapat suatu keharusan untuk membuat /menyelenggarakan suatu peraturan-peraturan baru yang merupakan salah satu pertanda bahwa pada pemerintahan periode tersebut mereka benar – benar bekerja dan perubahan peraturan pemerintah dianggap menjadi salah satu cara untuk mempertanggung jawabkan kinerja mereka pada periode tersebut. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari perbedaan jumlah pasal pada tiap peraturan amdal yang sudah terbentuk, pada PP nomer 29 tahun 1986 terdapat 40 pasal, PP nomer 51 1993 29 pasal, PP nomer 27 1999 42 pasal. Perbedaan jumlah pasal ini dikarenakan terjadi penemuan/ pemikiran baru tentang amdal dan disesuaikan dengan peraturan terdahulu. Dalam PP No.51 tahun 1993 merupakan hasil peraturan yang didasari dari penyempurnaan PP No 29 tahun 1986. Pemerintah mencabut PP No. 29 Tahun 1986 dan menggantikannya dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang AMDAL dalam rangka efektivitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL.Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986 mengalami beberapa hambatan yang bersifat birokratis maupun metodologis. Sedangkan perubahan PP No. 51 tahun 1993 lebih didasari oleh penyesuaian pemerintah terhadap undang-undang No.23 tahun 1997. Perbedaan lain yang ditemukan adalah pada PP No.29 tahun 1986 tidak diketemukan tentang penapisan berkala yang digunakan sebagai kegiatan pantauan pada kegiatan / jenis usaha. Sedangkan pada PP No 51 tahun 1999 penapisan berkala ini dilakukan disertai dengan instansi pemerintah ataupun nonpemerintah yang memberikan ataupun melakukan kegiatan penapisan tersebut. Dalam PP No. 27Tahun 1999 Pasal 2 Ayat 3 dinyatakan terdapat tiga jenis

pendekatan yaitu pendekatan studiterhadap usaha dan/atau kegiatan tunggal (AMDAL Proyek Tunggal), terpadu (AMDALTerpadu) atau kegiatan dalam kawasan (AMDAL Kawasan). Sedangkan dalam PP No. 51 Tahun 1993

AUDIT LINGKUNGANNO PEDOMAN ISI

1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2001

Audit Lingkungan hidup yang diwajibkan adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggungjawab usaha dan atau kegiatan berdasarkan perintah Menteri atas ketidakpatuhan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan kegiatan tersebut.

2 UU LH no.23 Tahun 1997 Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. (Pasal 1 ayat 28)Pasal 48Pemerintah mendorong penanggung jawab usaha dan/atau kegiatanuntuk melakukan audit lingkungan hidup dalam angka meningkatkan kinerjalingkungan hidup. Pasal 49(1) Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup kepada:

a. usaha dan/ataukegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup; dan/atau

b. penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menunjukkanketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melaksanakanaudit lingkungan hidup.(3) Pelaksanaan audit lingkungan hidup terhadapkegiatan tertentu yang berisiko tinggi dilakukan secara berkala. Pasal 50(1) Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatantidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1),Menteri dapat melaksanakan atau menugasi pihak ketiga yang independent untukmelaksanakan audit lingkungan hidup atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/ataukegiatan yang bersangkutan.

(2) Menteri mengumumkan hasil audit lingkungan hidup. Pasal 51(1) Audit lingkungan hidup sebagaimana  dimaksud dalam Pasal 48 dan Pasal 49

dilaksanakanoleh auditor lingkungan hidup.(2) Auditorlingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki

sertifikatkompetensi auditor lingkungan hidup. (3) Kriteriauntuk memperoleh sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup

sebagaimanadimaksud pada ayat (2) meliputi kemampuan:a.  memahami prinsip, metodologi, dan tata laksanaaudit lingkungan hidup;b. melakukan audit lingkungan hidup yang meliputitahapan perencanaan, pelaksanaan, pengambilan kesimpulan, dan pelaporan; danc.   merumuskan rekomendasi langkah perbaikansebagai tindak lanjut audit

lingkungan hidup.(4) Sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidupsebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensiauditor lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 

dijelaskan ada 4 jenis pendekatan studi AMDALyang meliputi AMDAL Proyek Tunggal, AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan danAMDAL Regional. Penjelasan ketiga jenis Amdal yang pertama hampir sama denganpenjelasan pada PP No. 27 Tahun 1999, perbedaannya yaitu pada PP No. 27 Tahun 1999 katadampak penting telah disempurnakan menjadi dampak besar dan penting. Sedangkan pada PP No. 29 tahun 1986 tidak dijumpai/ ditemukan pendekatan studi Amdal oleh penulis.

                Namun seperti telah disebutkan diatas tentang latar belakang pembuatan peraturan pemerintah baru tentang amdal, meskipun banyak terdapat koreksi-koreksi disetiap butir peraturan akan tetapi hakekat tentang Amdal itu sendiri tidak berubah yaitu sebagai salah satu sarana penjamin pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Pengertian Audit Lingkungan makin dilengkapkan kembali sesuai dengan periode pemerintahan, baik dalam segi pengertian secara teoritis, maupun kelengkapan perangkat yang melakukan kegiatan audit tersebut, pengawas dsb. Peraturan tersebut lebih dilengkapi Karena untuk mewujudkan perlindungan yang lebih ketat lagi untuk masyarakat dalam masalah dampak lingkungan.

UKL - UPLNO PEDOMAN ISI

1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

KEP-12/MENLH/3/1994

Pertama Rencana usaha atau kegiatan yang tidakada dampak pentingnya, dan atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampakpentingnya diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan UpayaPemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan yang ditetapkan didalam syaratsyaratperizinannya menurut peraturan yang berlaku.

Kedua Upaya Pengelolaan Lingkungan dan UpayaPemantauan Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama perlu diaturmelalui suatu pedoman umum.

.2 UU no.32 Tahun 2009 Upaya  pengelolaan  lingkungan  hidup  dan upaya   pemantauan  lingkungan  

hidup, yang selanjutnya  disebutUKL-UPL, adalah pengelolaan  dan  pemantauan terhadap usaha  dan/atau kegiatan yang tidak berdampak  penting terhadap lingkungan  hidup yang diperlukan  bagi  proses   pengambilan  keputusan   tentang   penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.(Pasal 1 ayat 12)

 

3 Peraturan Pemerintah no.27 Tahun 2012

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau kegiatan

(1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.

(2) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:

a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;

b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan

c. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.

(Pasal 2)

Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL. (Pasal 3)

KA-ANDAL-RKL DAN RPLNO PEDOMAN ISI

1 Menurut PP No. 27/1999

Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampak esar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan;

Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan;Beberapa faktor yang harus diperhatikan sehubungan dengan wawasan KA-ANDAL :a. Komponen lingkungan hidup yang ingin dipertahankan dan dijaga serta dilestarikan fungsinya.b. Studi ANDAL perlu ditelaah dan dievaluasi masing-masing alternatif dari

komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang dipandang layak baik dari segi lingkungan hidup, teknis maupun ekonomis.

c. Memperhatikan komponen-komponen lingkungan hidup yang berciri :i. Komponen lingkungan hidup yang ingin dipertahankan dan dijaga serta dilestarikan fungsinya.ii. Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara mendasar dan perubahan tersebut dianggap penting oleh masyarakat di sekitar suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

d. Memahami hubungan sebab akibat sejak dini dalam proses penyusunan KA-ANDAL agar studi ANDAL dapat berjalan lebih terarah dan sistematis.

Proses pelingkupanPelingkupan dampak penting

1) Identifikasi dampak potensial2) Evaluasi dampak potensial3) Klasifikasi dan prioritas dampak penting

Pelingkupan wilayah studidan batas waktu kejadiana. Lingkungan wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan batas-batas ruang sebagai berikut :1) Batas proyek2) Batas ekologis3) Batas social4) Batas administrative5) Batas ruang lingkup wilayah studi ANDAL

b. Lingkup batasan waktu kajian ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan batasan waktu pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan.

.2 Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006

KA ANDAL merupakan ruang lingkup studi ANDAL yang disepakati bersama antarasemua pihak terkait yaitu pemrakarsa, penyusun AMDAL, masyarakat maupun instansi pemerintah yang bertanggung jawab mengenai kegiatan tersebut. KA ANDAL ini menjadi pegangan bagi semua pihak, baik dalam penyusunan ANDAL maupun evaluasi dokumenstudi tersebut. KA ANDAL merupakan hasil akhir dari proses pelingkupan yang memuat berbagai kegiatan penting dari suatu rencana usaha atau kegiatan yang dapat menimbulkandampak besar dan penting terhadap lingkungan, berbagai parameter yang akan terkenadampak tersebut, lingkup wilayah studi maupun lingkup waktu.

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)Pengelolaan lingkungan meliputi upaya pencegahan, pengendalian, penanggulangan dan pemulihan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan.

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)Pemantauan lingkungan merupakan upaya sistematis dan terencana untuk memperoleh datakondisi lingkungan hidup secara periodik diruang tertentu berikut perubahannya menurutwaktu. Dokumen ini memuat rencana pemantauan terhadap berbagai komponen lingkunganhidup yang sumber dampaknya telah dikelola

2. KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGANNO PEDOMAN ISI

1 UU No. 32/2009 Pasal 13 (1) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkunganhidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.(2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkunganhidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. pencegahan;b. penanggulangan; danc. pemulihan.(3) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkunganhidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintahdaerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan,peran, dan tanggung jawab masing-masing..

2 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR  10 TAHUN 2000

Pasal 1

(1) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut Bapedal, adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

(2) Bapedal dipimpin oleh seorang Kepala.

Pasal 2

Bapedal mempunyai tugas menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup yang meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan kualitas lingkungan hidup dalam penyusunan kebijakan teknis dan program pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keputusan Presiden Republik Indonesia dan Undang-undang saling melengkapi untuk menjadikan acuan utama dalam kegiatan pengendalian dmpak lingkungan hidup. Undang-Undang menjabarkan istilah baku tentang Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup sedangkan di Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2000 adalah kelengkapan mengenai Pengendalian dampak lingkungan hidup itu sendiri, dimana dicantumkan mengenai Badan yang melakukan kegiatan pengendalian dampak lingkungan tersebut.

PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGANNO PEDOMAN ISI

1 UU No. 32/2009 Kriteriabaku kerusakanlingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik,kimia, dan/atauhayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya.Kriteria BakuKerusakan Lingkungan HidupPasal 21(1) Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkunganhidup, ditetapkan kriteria bakukerusakan lingkungan hidup. (2)Kriteriabaku kerusakan lingkungan hidup meliputikriteria baku kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahaniklim.(3) Kriteria baku kerusakan ekosistemmeliputi:

a. kriteria bakukerusakan tanah untukproduksi biomassa;b. kriteria baku kerusakan terumbukarang;c. kriteria bakukerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/ataulahan;d. kriteria bakukerusakan mangrove;e. kriteria baku kerusakan padang lamun;f. kriteria bakukerusakan gambut;g. kriteria baku kerusakan karst;dan/atauh. kriteria baku kerusakan ekosistemlainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(4) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklimdidasarkan pada paramater antara lain:

a. kenaikan temperatur;b. kenaikan muka air laut;c. badai; dan/ataud. kekeringan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai criteria baku kerusakan lingkunganhidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan atauberdasarkan Peraturan Pemerintah.

3.DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP VARIABEL LINGKUP

4. PROSES PENAMPIAN JENIS RENCANA USAHA/KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL : Identitas pemrakarsa dan penyusun; Tujuan serta manfaat dan rencana usaha dan/atau kegiatan; Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang sudah dilengkapi dengan peta-peta yang penting, misalnya:

peta tata ruang, wilayah studi, layout kegiatan, peta situasi. Peta-peta ini harus disajikan sesuai dengan kaidah-kaidah kartografi;

Kegiatan lain yang dinilai berhubungan erat atau tumpang tindih serta interaksinya dengan kegiatan proyek atau adanya kawasan yang dilindungi;

Alternatif usaha dan/atau kegiatan berdasarkan hasil studi kelayakan; Jangka waktu rencana usaha dan/atau kegiatan atau umur proyek (pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan

pasca operasi); Jenis usaha dan jumlah hasil produksi (barang dan jasa) selama umur proyek; Metode dan teknik pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak penting

seperti:- Jenis dan spesifikasi peratatan atau instrumen yang digunakan;- Jumlah, asal, dan kualifikasi tenaga kerja pada tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasi;- Bahan baku utama, penunjang dan bahan penolong, sifat sifatnya (karakteristik) berikut lokasi pengambilan, sistem pengangkutan dan penyimpanannya;- Neraca bahan (material balance) dan neraca air (water balance);- Sarana pengendalian dampak, baik yang direncanakan terintegrasi dengan proses maupun yang terpisah;- Komposisi, karakteristik, dan jumlah dari masingmasing buangan limbah (padat. Cair dan gas) berikut upaya penanggulangannya;- Upaya-upaya yang akan dilakukan pada tahap pasca operasi.Catatan :Bila deskripsi usaha dan/atau kegiatan mencantumkan alternatif lokasi,rencana usaha dan/atau kegiatan, atau proses kegiatan, maka uraian agar dibuat secara rinci.

JENIS RENCANA USAHA/KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDALNO PEDOMAN ISI

1 PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO.11 TAHUN 2006

Pasal 1 Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.Pasal 2 Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini tetapi lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak LingkunganHidup. Pasal 3 Dalam hal skala/besaran suatu jenis rencana usaha dan/atau kegiatan lebih kecil daripada skala/besaran yang tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini akan tetapi atas dasar pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan serta tipologi ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting terhadap lingkungan hidup, maka Bupati atau Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dapat menetapkan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut sebagai Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup.

Pasal 7 (1) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi

dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini dapat berkurang dalam hal :a. dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dapat

ditanggulangi berdasarkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau

b. dalam kenyataannya jenis rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup.

(2) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b tidak diwajibkan dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

(3) Dalam menentukan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Menteri wajib mempertimbangkan saran dan masukan dari sektor terkait dan pendapat para ahli.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang dikecualikan dari jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

5. PEDOMAN MENGENAI UKURAN DAMPAK PENTING

Untuk mengukur atau menentukan dampak besar dan penting tersebut di antaranya digunakan kriteria mengenai :a. besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;b. luas wilayah penyebaran dampak;c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;d. banyaknya komponen lingk ungan hidup lain yang akan terkena dampak;e. sifat kumulatif dampak;f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

PEDOMAN UKURAN DAMPAK PENTINGNO PEDOMAN ISI

1 KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL RI NOMOR: KEP-056 TAHUN 1994

Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting

Pertama : Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Keputusan ini.

Kedua : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan bilamana di kemudian hari terdapatkekeliruan, maka Keputusan ini akan ditinjau kembali.

2 Menurut PP No.27/1999

Dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan;

Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi :a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alamb. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak

terbaharu

c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;

d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya;

f. introduksi jenis tumbuh -tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik;

  PEDOMAN-PEDOMAN :a) Jumlah Manusia yang Akan Terkena Dampak Setiap rencana usaha atau kegiatan

mempunyai sasaran sepanjang menyangkut jumlah manusia yang diperkirakan akan menikmati manfaat dari rencana usaha atau kegiatan itu bila nanti usaba atau kegiatan tersebut dilaksanakan. Namun demikian, dampak lingkungan, baik yang bersikap negatif maupun positif yang mungkin ditimbulkan oleh suatu usaha atau kegiatan, dapat dialami oleh baik sejumlah manusia yang termasuk maupun yang tak termasuk dalam sasaran rencana usaha atau kegiatan. Mengingat pengertian manusia yang akan terkena dampak mencakup aspek yang luas, maka kriteria dampak penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang dikalangan masyarakat luas berada dalam posisi atau mempunyai nilai yang penting. Karena itu, dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan, yang penentuannya didasarkan pada perubahan sendi-sendi kehidupan pada masyarakat tersebut dan jumlah manusia yang terkena dampak menjadi penting bila manusia di wilayah studi ANDAL yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah studi. Adapun yang dimaksud dengan manfaat dari usaha atau kegiatan adalah manusia yang secara langsung menikmati produk suatu rencana usaha atau kegiatan dan atau yang diserap secara langsung sebagai tenaga kerja pada rencana usaha atau kegiatan.

b) Luas Wilayah Persebaran Dampak Luas wilayah persebaran dampak merupakan salah satu faktor yang dapat menentukannya pentingnya dampak terhadap lingkungan. Dengan demikian dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila : rencana usaha atau kegiatan meng akibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak.

c) Lamanya Dampak Berlangsung Dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan dapat berlangsung pada suatu tahap tertentu atau pada berbagai tahap dari kelangsungan usaha atau kegiatan. Dengan kata lain dampak suatu usaha atau kegiatan ada yang beriangsung relatif singkat, yakni hanya pada tahap tertentu dari sikius usaha atau kegiatan (perencanaan, konstruksi, operasi, pasca operasi); namun ada pula yang berlangsung relatif lama, sejak tahap konstruksi hingga masa pasca operasi usaha atau kegiatan. Berdasarkan pengertian ini dampak lingkungan bersifat penting bila : rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan.

d) Intensitas Dampak Intensitas dampak mengandung pengertian perubahan lingkungan yang timbul bersifat hebat, atau drastis. Serta berlangsung di area yang relatif luas, dalam kurun waktu yang relatif singkat. Dengan demikian dampak lingkungan tergolong penting bila:1). Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat

fisik dan atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2). Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah.

3). Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan atau endemik, dan atau dilindungi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku terancam punah; atau habitat alaminya mangalami kerusakan.

4). Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan sebagainya) yang telah ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan;

5). Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan peninggalan sejarah, yang bernilai tinggi;

6). Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat, pemerintah, daerah, atau pemerintah pusat, dan atau menimbulkan konflik atau kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah pusat;

7). Rencana usaha atau kegiatan mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi;

e) Banyaknya Komponen Lingkungan Lain Yang Terkena Dampak Mengingat komponen lingkungan hidup pada dasarnya tidak ada yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain satu sama lain saling terkait dan pengaruh mempengaruhi, maka dampak pada suatu komponen lingkungan umumnya berdampak lanjut pada komponen lingkungan lainnya. Atas dasar pengertian ini dampak tergolong penting bila: Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.

f) Sifat Kumulatif Dampak Kumulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk, atau bertimbun. Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting, tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama kelamaan dampaknya bersifat kumulatif. Dengan demikian dampak suatu usaha atau kegiatan tergolong penting bila:1). Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus, sehingga

pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya;

2). Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu, sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya;

3). Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling memperkuat (sinergetik).

g) Berbalik atau Tidak Berbaliknya Dampak Dampak kegiatan terhadap lingkungan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun ada pula yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia sekalipun. Dalam hal ini maka dampak bersifat penting bila : Perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.

6. PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN-ANDAL (KA)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

NOMOR : 09 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian

Kerangka Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh Pemrakarsa/Penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL.

2. Fungsi pedoman penyusunan KA-ANDAL

Pedoman penyusunan KA-ANDAL digunakan sebagai dasar bagi penyusunan KA-ANDAL baik KA-ANDAL kegiatan tunggal, KA-ANDAL kegiatan terpadu/ multisektor maupun KA-ANDAL kegiatan dalam kawasan.

3. Tujuan dan fungsi KA-ANDAL 3.1. Tujuan penyusunan KA-ANDAL adalah:

a. Merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL; b. Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan biaya,

tenaga, dan waktu yang tersedia.

3.2. Fungsi dokumen KA-ANDAL adalah:

a. Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi yang membidangi rencana usaha atau kegiatan, dan penyusun studi AMDAL tentang lingkup dan kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan;

b. Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen ANDAL untuk mengevaluasi hasil studi ANDAL.

4. Dasar pertimbangan penyusunan KA-ANDAL 4.1. Keanekaragaman

ANDAL bertujuan menduga kemungkinan terjadinya dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup. Rencana usaha dan/atau kegiatan dan rona lingkungan hidup pada umumnya sangat beraneka ragam. Keanekaragaman rencana usaha dan/atau kegiatan dapat berupa keanekaragaman bentuk, ukuran, tujuan, sasaran, dan sebagainya. Demikian pula rona lingkungan hidup akan berbeda menurut letak geografi, keanekaragaman faktor lingkungan hidup, pengaruh manusia, dan sebagainya. Karena itu, tata kaitan antara keduanya tentu akan sangat bervariasi pula. Kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup pun akan berbeda-beda. Dengan demikian KA-ANDAL diperlukan untuk memberikan arahan tentang komponen usaha dan/atau kegiatan manakah yang harus ditelaah, dan komponen lingkungan hidup manakah yang perlu diamati selama menyusun ANDAL.

4.2. Keterbatasan sumber daya

Penyusunan ANDAL acap kali dihadapkan pada keterbatasan sumber daya, seperti antara lain: keterbatasan waktu, dana, tenaga, metode, dan sebagainya. KA-ANDAL memberikan ketegasan tentang bagaimana menyesuaikan tujuan dan hasil yang ingin dicapai dalam keterbatasan sumber daya tersebut tanpa mengurangi mutu pekerjaan ANDAL. Dalam KA-ANDAL ditonjolkan upaya untuk menyusun priorities manakah yang harus diutamakan agar tujuan ANDAL dapat terpenuhi meski sumber daya terbatas.

4.3. Efisiensi

Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL perlu dibatasi pada faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan kebutuhan. Dengan cara ini ANDAL dapat dilakukan secara efisien.

Penentuan masukan berupa data dan informasi yang amat relevan ini kemudian disusun dan dirumuskan dalam KA-ANDAL.

5. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan KA-ANDAL

Pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam penyusunan KA-ANDAL adalah pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, dan penyusun studi ANDAL. Namun dalam pelaksanaan penyusunan KA-ANDAL (proses pelingkupan) harus senantiasa melibatkan para pakar serta masyarakat yang berkepentingan sesuai Pasal 33 s/d Pasal 35 PP. Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.

KA-ANDAL ini merupakan dokumen penting untuk memberikan rujukan tentang kedalaman studi ANDAL yang akan dicapai.

6. Pemakai hasil ANDAL dan hubungannya dengan penyusunan KA-ANDAL Menurut Pasal 2 PP. Nomor 27 Tahun 1999, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan. Hasil studi kelayakan ini tidak hanya berguna untuk para perencana, tetapi yang terpenting

adalah juga bagi pengambilan keputusan. Karena itu, dalam menyusun KA-ANDAL untuk suatu ANDAL perlu dipahami bahwa hasilnya nanti akan merupakan bagian dari studi kelayakan yang akan digunakan oleh pengambil keputusan dan perencanaan. Sungguhpun demikian, berlainan dengan bagian studi kelayakan yang menggarap faktor penunjang dan penghambat terlaksananya suatu usaha dan/atau kegiatan ditinjau dari segi ekonomi dan teknologi, ANDAL lebih menunjukkan pendugaan dampak yang bisa ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut terhadap lingkungan hidup.

Karena itu, penyusun KA-ANDAL perlu mengikuti diagram alir penyusunan ANDAL di bawah ini sehingga akhirnya dapat memberikan masukan yang diperlukan oleh perencana dan pengambil keputusan 7. Wawasan KA-ANDAL

Dokumen KA-ANDAL harus mencerminkan secara jelas dan tegas wawasan lingkungan hidup yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan:

a. Dokumen KA-ANDAL harus menampung berbagai aspirasi tentang hal-hal yang dianggap penting untuk ditelaah dalam studi ANDAL menurut pihak-pihak yang terlibat;

b. Mengingat AMDAL adalah bagian dari studi kelayakan, maka dalam studi ANDAL perlu ditelaah dan dievaluasi masing-masing alternatif dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dipandang layak baik dari segi lingkungan hidup, teknis maupun ekonomis sebagai upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang lebih besar;

c. Mengingat kegiatan-kegiatan pembangunan pada umumnya mengubah lingkungan hidup, maka menjadi penting memperhatikan komponen-komponen lingkungan hidup yang berciri:

i. Komponen lingkungan hidup yang ingin dipertahankan dan dijaga serta dilestarikan fungsinya, seperti antara lain:

• Hutan Lindung, Hutan Konservasi, dan Cagar Biosfer; • Sumber daya air; • Keanekaragaman hayati; • Kualitas udara; • Warisan alam dan warisan budaya; • Kenyamanan lingkungan hidup; • Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan lingkungan hidup.

ii. Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara mendasar dan perubahan tersebut dianggap penting oleh masyarakat di sekitar suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, seperti antara lain:

• Pemilikan dan penguasaan lahan; • Kesempatan kerja dan usaha; • Taraf hidup masyarakat; • Kesehatan masyarakat.

d. Pada dasarnya dampak lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tidak berdiri sendiri, satu sama lain memiliki keterkaitan dan ketergantungan. Hubungan sebab akibat ini perlu dipahami sejak dini dalam proses penyusunan KA-ANDAL agar studi ANDAL dapat berjalan lebih terarah dan sistematis.

Keempat faktor tersebut harus menjadi bagian integral dalam penyusunan KA-ANDAL terutama dalam proses pelingkupan.

8. Proses pelingkupan

Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak besar dan penting (hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam penyusunan KA-ANDAL karena melalui proses ini dapat dihasilkan:

a. Dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL dengan meniadakan hal-hal atau komponen lingkungan hidup yang dipandang kurang penting ditelaah;

b. Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan: batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif;

c. Kedalaman studi ANDAL antara lain mencakup metoda yang digunakan, jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia (dana dan waktu).

Semakin baik hasil pelingkupan semakin tegas dan jelas arah dari studi ANDAL yang akan dilakukan.

8.1. Pelingkupan dampak besar dan penting

Pelingkupan dampak besar dan penting dilakukan melalui serangkaian proses berikut:

1) Identifikasi dampak potensial

Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak besar dan penting.

Identifikasi dampak potensial diperoleh dari serangkaian hasil konsultasi dan diskusi dengan para pakar, pemrakarsa, instansi yang bertanggungjawab, masyarakat yang berkepentingan serta dilengkapi dengan hasil pengamatan lapangan (observasi). Selain itu identifikasi dampak potensial juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode identifikasi dampak berikut ini:

a) penelaahan pustaka; dan/atau b) analisis isi (content analysis); dan/atau c) interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming, dan lain-lain); dan/atau d) metoda ad hoc; dan/atau e) daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif); dan/atau f) matrik interaksi sederhana; dan/atau g) bagan alir (flowchart); dan/atau h) pelapisan (overlay); dan/atau i) pengamatan lapangan (observasi).

Untuk jelasnya proses pelaksanaan pelingkupan dapat mempelajari Panduan Pelingkupan Untuk Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL sesuai Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-30/MENKLH/7/1992.

2) Evaluasi dampak potensial

Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan/ meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak besar dan penting hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak besar dan penting potensial ini disusun berdasarkan pertimbangan atas hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan, instansi yang bertanggung jawab, dan para pakar. Pada tahap ini daftar dampak besar dan penting hipotesis yang dihasilkan belum tertata secara sistematis. Metoda yang digunakan pada tahap ini adalah interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming). Kegiatan identifikasi dampak besar dan penting ini terutama dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan (yang dalam hal ini dapat diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL), dengan mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar, instansi yang bertanggungjawab serta masyarakat yang berkepentingan.

3) Pemusatan dampak besar dan penting (Focussing)

Pelingkupan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk mengelompokan/ mengorganisir dampak besar dan penting yang telah dirumuskan dari tahap sebelumnya dengan maksud agar diperoleh isu-isu pokok lingkungan hidup yang dapat mencerminkan atau menggambarkan secara utuh dan lengkap perihal: • Keterkaitan antara rencana usaha dan/atau kegiatan dengan komponen lingkungan

hidup yang mengalami perubahan mendasar (dampak besar dan penting);

• Keterkaitan antar berbagai komponen dampak besar dan penting yang telah dirumuskan. Isu-isu pokok lingkungan hidup tersebut dirumuskan melalui 2 (dua) tahapan. Pertama, segenap dampak besar dan penting dikelompokan menjadi beberapa kelompok menurut keterkaitannya satu sama lain. Kedua, dampak besar dan penting yang berkelompok tersebut selanjutnya diurut berdasarkan kepentingannya, baik dari ekonomi, sosial, maupun ekologis.

8.2. Pelingkupan wilayah studi

Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi ANDAL sesuai hasil pelingkupan dampak besar dan penting, dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya, waktu dan tenaga, serta saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang berkepentingan.

Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan batas-batas ruang sebagai berikut:

1) Batas proyek

Yang dimaksud dengan batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan pra-konstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan. Posisi batas proyek ini agar dinyatakan juga dalam koordinat.

2) Batas ekologis

Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara), dimana proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegaitan yang secara ekologis memberi dampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan.

3) Batas sosial

Yang dimaksud dengan batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Batas sosial ini sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat dalam studi ANDAL, mengingat adanya kelompok-kelompok masyarakat yang kehidupan sosial ekonomi dan budayanya akan mengalami perubahan mendasar akibat aktifitas usaha dan/atau kegiatan. Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menyebar tidak merata, maka batas sosial ditetapkan dengan membatasi batas-batas terluar dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas masyarakat yang terdapat dalam batas proyek, ekologis serta komunitas masyarakat yang berada diluar batas proyek dan ekologis namun berpotensi terkena dampak yang mendasar dari rencana usaha dan/atau kegiatan melalui penyerapan tenaga kerja, pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial.

4) Batas administratif

Yang dimaksud dengan batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut.

Batas ruang tersebut dapat berupa batas administrasi pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan sumber daya oleh suatu usaha dan/atau kegiatan (misal, batas HPH, batas kuasa pertambangan).

Dengan memperhatikan batas-batas tersebut di atas dan mempertimbangkan kendala-kendala teknis yang dihadapi (dana, waktu, dan tenaga), maka akan diperoleh ruang lingkup wilayah studi yang dituangkan dalam peta dengan skala yang memadai.

5) Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL

Yakni ruang yang merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas, namun penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu, dana, tenaga, tehnik, dan metode telaahan.

Dengan demikian, ruang lingkup wilayah studi memang bertitik tolak pada ruang bagi rencana usaha dan/atau kegaitan, kemudian diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administratif yang lebih luas.

7. PROSES PELINGKUPAN (SCOOPING) JENIS DAMPAK PENTING

Pelingkupan merupakan proses awal yang bertujuan untuk menentukan lingkup permasalahan, sumber dampak, jenis dampak perubahan lingkungan, serta mengidentifikasi dampak besar dan penting dari suatu rencana usaha. Tahapan ini merupakan proses terpenting dalam penyusunan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) karena pada proses pelingkupan dapat ditentukan :

1. Dampak besar dan penting terhadap parameter lingkungan hidup yang relevan untuk dikaji secara mendalam pada Studi ANDAL serta meniadakan dampak pada parameter lingkungan yang dipandang tidak penting untuk dikaji.

2. Lingkup wilayah Studi ANDAL berdasarkan pertimbangan batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif.

3. Kedalaman Studi ANDAL, yang meliputi penggunaan metoda, jumlah sampel yang diukur dan tenaga ahli sesuai sumberdaya dana dan waktu yang tersedia.

Secara skematis dan ringkas proses pelingkupan untuk mengidentifikasi dampak besar dan penting serta lingkup isu-isu pokok lingkungan akibat rencana kegiatan pembangunan Kontainer Paria di desa Batu Putih Kabupaten Poleang Selatan disajikan pada gambar dibawah ini.

Permen No. 08 Tahun 2006

PROSES PELINGKUPAN (SCOOPING) JENIS DAMPAK PENTINGNO PEDOMAN ISI

1 KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 09 TAHUN 2000

Proses pelingkupan

Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak besar dan penting (hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam penyusunan KA-ANDAL karena melalui proses ini dapat dihasilkan:

a) Dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang dipandang relevan untuk Ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL dengan meniadakan hal-hal atau komponen lingkungan hidup yang dipandang kurang penting ditelaah;

b) Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan: batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif;

c) Kedalaman studi ANDAL antara lain mencakup metoda yang digunakan, jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia (dana dan waktu). Semakin baik hasil pelingkupan semakin tegas dan jelas arah dari studi ANDAL yang akan dilakukan.

2 UU LH no.23 Tahun 1997 Proses pelingkupan

Pelingkupan merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam penyusunan KA-ANDAL karena melalui proses ini dapat dihasilkan:

a. Dampak penting hipotetik terhadap lingkungan hidup yang dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL dengan meniadakan hal-hal atau komponen lingkungan hidup yang dipandang kurang penting untuk ditelaah;

b. Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan: batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif;

c. Batas waktu kajian yang merupakan rentang waktu yang akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan prakiraan perubahan kualitas/kondisi lingkungan tanpa adanya proyek dan dengan adanya proyek.

d. Kedalaman studi ANDAL antara lain mencakup metode yang digunakan, jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia (dana dan waktu).

Semakin baik hasil pelingkupan semakin tegas dan jelas arah dari studi ANDAL yang akan dilakukan.