PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

23
AKUNTANSI KEHUTANAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 32 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Transcript of PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

Page 1: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

PSAK No.

32

IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Page 2: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 tentang Akuntansi Kehutanandisetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dantelah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items)

Jakarta, 7 September 1994

Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Komite Prinsip Akuntansi Indonesia

Hans Kartikahadi Ketua Jusuf Halim Sekretaris Hein G. Surjaatmadja Anggota Katjep K. Abdoelkadir Anggota Wahjudi Prakarsa Anggota Jan Hoesada Anggota M. Ashadi Anggota Mirza Mochtar Anggota IPG. Ary Suta Anggota Sobo Sitorus Anggota Timoty Marnandus Anggota Mirawati Soedjono Anggota

Page 3: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

MENTERI KEHUTANAN REPUBUK INDONESIA

KATA SAMBUTAN

Assalamualaikum wr wb,

Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa bumi, air, dankekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan harus digunakanuntuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, merupakan acuan bagi penyelenggaraanpembangunan kehutanan. Amanat konstitusi ini telah dilaksanakan dalam kegiatanpembangunan selama ini dan akan dilanjutkan pada kegiatan pembangunan selanjutnya.

Pendayagunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal,bertanggung jawab dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan tetapmengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta dengan memperhatikankelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pelaksanaan pembangunanyang berkelanjutan. Setiap pemanfaatan sumberdaya alam perlu memperhatikan kaidah-kaidah bahwa daya guna dan hasil guna yang dikehendaki harus dilihat dalam batas-batas yang optimal, tidak mengurangi kemampuan dan kelestarian sumber daya lainyang berkaitan dengan ekosistem dan memberikan kemungkinan untuk mengadakan pilihanpenggunaan dalam pembangunan di masa yang akan datang.

Kerangka di atas adalah merupakan misi pembangunan kehutanan yang dalampelaksanaannya perlu ditangani secara profesional. Keberhasilan pembangunan kehutanantidak hanya diukur dari aspek ekonomi semata, namun juga dari aspek-aspek sosial danekologi. Dari segi ekonomi harus mampu memberikan sumbangannya bagi pertumbuhanperekonomian nasional dan pengembangan wilayah. Dari segi sosial harus mampumenciptakan lapangan pekerjaan, pemerataan, dan kesejahteraan sosial masyarakat.Sedangkan dari segi ekologi dituntut untuk mampu menciptakan lingkunganyang mendukung kehidupan dan menjamin kelestarian hutan. Dengandemikian, maka pengelolaan hutan yang profesional dicirikan oleh kinerja yangberupa Profitabilitas, Prosperitas, dan Sustainabilitas.

Page 4: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

Kegiatan pengusahaan hutan, sebagai bagian dari upaya pembangunan nasional padaumumnya dan pembangunan kehutanan pada khususnya, dituntut untuk dapat terlaksanasecara profesional pula. Salah satu unsur yang turut berperan dalam menciptakanpelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan secara profesional adalah berupa tersedianyainformasi secara benar dan memadai. Arus informasi yang lancar sangat diperlukanoleh pihak manajemen perusahaan pengusahaan hutan maupun oleh pihak pemerintahyang berwenang untuk melakukan pembinaan. Salah satu informasi yang diharapkandapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang perkembangan perusahaanpengusahaan hutan adalah berupa Laporan Keuangan.

Adanya ciri-ciri khusus dari usaha di bidang pengusahaan hutan yang antara lainberupa siklus produksi yang panjang, keragaman sistem silvikultur yang digunakan, hakdan kewajiban yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka disamping Prinsip-prinsip akuntansi yang telah ada diperlukan adanya Pernyataan Standar AkuntansiKeuangan tentang Akuntansi Kehutanan. Dengan Pernyataan ini diharapkan dapat terjadipersamaan persepsi dalam penyusunan dan penggunaan laporan keuangan, sehinggadapat diperoleh kesamaan bahasa bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Adanya informasiyang menyeluruh yang tertampung dalam laporan keuangan yang disusun berdasarkanPernyataan ini diharapkan pelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan dapat dilakukandengan Iebih baik. Berbagai kecenderungan yang terjadi pada setiap perusahaan dapatdiantipasi sejak dini, sehingga tidak akan terjadi masalah yang berlarut-larut. Pernyataan inijuga memudahkan dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatanpengusahaan hutan dan kewajiban-kewajibannya. Pembakuan ini juga diharapkanbermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan untuk mengikuti perkembanganpengusahaan hutan melalui informasi laporan keuangan yang dapat memberikan gambaranmengenai pengusahaan hutan secara wajar dan benar. Atas tersusunnya PernyataanStandar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Kehutanan ini, kami atas nama segenapjajaran Departemen Kehutanan mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) atas segala jerih payahnya sehinggakarya besar ini dapat terselesaikan dengan baik.

Page 5: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

Dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terlebih lagi masyarakat konsumen, yangsemakin menghendaki produk-produk yang akrab lingkungan (green products), makakeberadaan Pernyataan ini sebagai alat bantu peningkatan profesionalisme perusahaansemakin penting. Dengan demikian perangkat ini mempunyai sifat dan nilai yang strategis,sehingga semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan pengusahaan hutan perlu segerabersiap diri dan melaksanakannya. Wassalamualaikum wr wb.

Jakarta, 7 September 1994 Menteri Kehutanan

Djamaludin

Page 6: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

KATA PENGANTAR PENGURUS PUSAT IAI

Dalam rangka menghadapi era globalisasi dan perkembangan dunia usaha yangsemakin kompleks, pihak-pihak yang terlibat dalam dunia usaha memerlukan suatukerangka acuan yang dapat dijadikan sebagai pedoman pengelolaan administrasi keuangan yangbalk.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan lembaga profesi yang menyusun danmenghasilkan pedoman penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Produk ini dahuludisebut sebagai Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Dalam perkembangannya PAIdisempurnakan dengan sebutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).Pernyataan yang dihasilkan selama ini belum mengatur praktek akuntansi bagi industripengusahaan hutan.

Sehubungan dengan itu, Ikatan Akuntan Indonesia dan Direktorat JenderalPengusahaan Hutan Departemen Kehutanan, telah menyusun piagam kerja sama untukpenyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Kehutanan denganmembentuk Tim Penyusun Standar Akuntansi Kehutanan yang terdiri dari: TIM PENGARAH : Ketua I : Ir. Djamaludin : Ir. Hendarsun Surya S.P Ketua II : Drs. Subekti Ismaun Ketua Harian : Ir. Josep Siahaya Anggota : 1. Ir. Waskito Suryodibroto 2. Drs. Seomarso S.R 3. Drs. V.J. H. Boenteran 4. Drs. Hans Kartikahadi 5. Drs. Ruddy Koesnadi 6. Ir. Soemarsono 7. Ir. Syahrir 8. Ir. Sisatyo A. Y.

Page 7: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

TIM KERJA

Ketua : Ketua II Anggota 1. Drs. Ruchyat Kosasih

2 Drs. Alwi Syahri 3. Drs. Hein G. Surjaatmadja 4. Drs. Bambang Heryanto 5. Drs. J. Srijoko 6. Drs. Jan Hoesada 7. Ir. Baringin Hutajulu 8. J.L. Leo Verboon, Msc. 9. Drs. Edi Santoso 10. Ir. Eko Wardoyo 11. Ir. Arna Sumarna 12.

Drs.13. I

Achmad AsnawiAgusDjoko Ismanto, MDM

TIM TEKNIS : 1. Dra. Rosmie Saleh, MBA 2 Drs. Afif Mahfoed 3. Drs. Yongky D. Widjaja 4. Drs. Handowo Dipo 5. Ir. Irzam Kasan 6. Drs. Budihardjo 7. Drs. Yusron Mulyadi 8. Dr. Ir. Hadi Daryanto 9. Ir. Bambang S. 10. Ir. Siti Laksmi Putri

SEKRETARIAT : 1. Ir. Mursid Marsono 2 Drs. Richard Tanubrata 3. Ir. Walidi 4. Ir. Siti Hartati

Pernyataan ini mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan yangbergerak dan beroperasi di bidang kehutanan, sehingga dapat memberikankeseragaman dalam penyajian informasi dan dapat digunakan sebagai dasar yang andaldalam proses pengambilan keputusan.

Page 8: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

Dengan demikian, praktik yang bervariasi dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan, yang meyebabkan laporan keuangan kurang memiliki daya banding antarperusahaan di bidang kehutanan, dapat dihindari atau diperkecil. Pernyataan ini tidak saja berisi pedoman teoritis mengenai perlakuan akuntansi untuk bidang kehutanan, tetapi juga mencakup unsur praktik yang lazim berlaku pada industri kehutanan.

Jakarta, September 1994

IKATAN AKUNTAN INDONESIA DR. Katjep K. Abdoelkadir

Page 9: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

DAFTAR ISI

Paragraf SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIAKATA PENGANTAR

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 01-08 Karakteristik Perusahaan Pengusahaan Hutan ............................................... 01 - 03 Maksud dan Tujuan .............................................................................................. 04-07 Ruang Lingkup Penerapan .................................................................................. 08

IAPORAN KEUANGAN .......................................................................................... 09-12

Neraca ....................................................................................................................... 09-10 Laporan Laba Rugi ................................................................................................ 11 Catatan Atas Laporan Keuangan ...................................................................... 12

PENDAPATAN DAN BEBAN .................................................................................. 13 - 19

Pendapatan .............................................................................................................. 13 - 14 Beban ......................................................................................................................... 15 - 16 Beban Usaha ............................................................................................................. 17 Beban Penghentian Produksi .............................................................................. 18 - 19

AKTIVA ..................................................................................................................... 20-23

Persediaan ................................................................................................................ 20 Hutan Tanaman Industri (HTI) Dalam Pengembangan ........................................ 21 - 22 Biaya Ditangguhkan ............................................................................................. 23

KEWAJIBAN DAN EKUITAS ................................................................................... 24-28

Pembangunan HTI ................................................................................................ 24 Kewajiban Pengusahaan Hutan .......................................................................... 25 - 26 Masa Transisi .......................................................................................................... 27 Tanggal Efektif ....................................................................................................... 28

Page 10: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

PENDAHULUAN

Karakteristik Perusahaan Pengusahaan Hutan 01 Proses produksi hasil hutan untuk mendapatkan kayu bulat memerukan waktu yang

panjang, dimulai dari penanaman, pemeliharaan dan pemungutan, bergantung dari riap(growth) tegakan hutan yang akan ditentukan oleh rotasi/daur tanaman. Untuk hutanalam dengan silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) diperlukan rotasi tebang35 tahun. Sedangkan untuk hutan tanaman, daur ditetapkan sesuai dengan kelasperusahaan atau jenis tanaman yang diusahakan untuk fast growing species, daur ekonomispaling cepat 8 tahun.

02 Pengertian hasil dalam pengusahaan hutan meliputi: (1) hasil tebangan, (2) hasil

olahan, dan (3) hasil hutan lainnya. Setiap proses pengusahaan masing-masing hasiladalah spesifik dan memiliki karakteristik khusus. Proses pengusahaan dan jenis hasiljuga saling berkaitan.

03 Perusahaan pengusahaan hutan, antara lain seperti pemegang HPH/HPHTI,

memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan pengusahaan hutan(penanaman, pemeliharaan, pemungutan, pengolahan, dan pemasaran) dan pengelolaanareal HPH/HPHTI yang meliputi: fungsi perencanaan pengusahaan hutan, pengorganisasianperusahaan terutama pendayagunaan tenaga teknis kehutanan dan tenaga professionalpendukung kegiatan pengusahaan hutan, pelaksanaan pengusahaan hutan, perlindungan,pengawasan serta pengamanan hutan.

Maksud dan Tujuan

04 Salah satu indikasi pelaksanaan pengusahaan hutan yang balk oleh perusahaan

antara lain dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan. 05 Maksud dan tujuan Akuntansi Kehutanan adalah terwujudnya

pembakuan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan perusahaanpengusahaan hutan, seperti pemegang HPH/HPHTI, berdasarkan asasketerbukaan, sehingga dapat dipergunakan oleh berbagai pihak ekstern sepertiinstansi yang berwenang dan masyarakat.

06 Dengan memperhatikan karakteristik dan perkembangan usaha pengusahaan

hutan dalam kerangka peraturan pemerintah dan peraturan perundangan yang berlaku,serta agar pihak yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan pengusahaan hutan,diperlukan informasi keuangan pengusahaan hutan yang dapat memberikan gambaran

32.1

Page 11: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANS KEHUTANAN PSAK No. 32

mengenai keadaan pengusahaan hutan. Untuk itu, diperlukan suatu standar akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan untuk transaksi yang spesifik dalam usaha pengusahaan hutan.

07 Standar akuntansi keuangan yang selama ini diatur masih bersifat umum, dan

belum mengatur praktik-praktik akuntansi bagi industri tertentu termasuk usaha pengusahaan hutan. Oleh karena itu, dalam praktik terdapat berbagai variasi dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan, sehingga laporan keuangan kurang memiliki daya banding antara perusahaan pengusahaan hutan. Untuk menciptakan keseragaman dan harmonisasi dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan perusahaan pengusahaan hutan perlu disusun Akuntansi Kehutanan. Dengan berlakunya Akuntansi Kehutanan dalam semua perusahaan yang berkaitan dengan pengusahaan hutan, maka diharapkan: (a) Terdapat keseragaman dalam praktik-praktik akuntansi dan pelaporan keuangan oleh

perusahaan pengusahaan hutan di Indonesia, sehingga mendorong terciptanya komparabilitas laporan keuangan.

(b) Laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi pihak ekstern yang tidak terlibat langsung dalam perusahaan.

(c) Pemerintah akan dapat memantau perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. Ruang Lingkup Penerapan Akuntansi Kehutanan

08 Akuntansi Kehutanan disusun dan diberlakukan bagi perusahaan yang

menjalankan satu atau lebih kegiatan pengusahaan hutan. LAPORAN KEUANGAN Neraca

09 Penyajian aktiva dan kewajiban dalam neraca dikelompokkan menurut urutart

lancar dan tidak lancar. Aktiva diklasifikasikan menurut urutan likuiditas dan kewajiban diklasifikasikan menurut urutan jatuh tempo.

10 Komponen-komponen neraca harus disajikan dengan mengacu pada Standar

Akuntansi Keuangan untuk pos-pos yang bersifat umum dan mengacu pada pernyataan ini untuk pos-pos yang bersifat khusus pengusahaan hutan.

32.2

Page 12: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

Laporan Laba Rugi 11 Harga Pokok Penjualan harus disajikan masing-masing untuk kayu tebangan dan

kayu olahan.

Catatan atas Laporan Keuangan 12 Disamping hal-hal yang wajib diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan

sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan, perusahaan pengusahaan hutanwajib mengungkapkan hal-hal berikut dalam catatan atas laporan keuangan: (a) Realisasi kegiatan dan biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan penanaman

kembali hutan alam seperti Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), pembinaan danperlindungan hutan, penanaman tanah kosong dan usaha-usaha untuk kelestarianalam lainnya.

(b) Pelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan. (c) Rincian luas areal sisa hutan yang belum dikelola selama sisa masa manfaat HPH. (d) Sisa umur HPH. (e) Klasifikasi aktiva tetap dan peruntukkannya. (f) Khusus untuk HTI, diungkapkan realisasi luas tanaman pada periode berjalan dan

akumulasinya. (g) Susunan pemegang saham perusahaan, serta penjelasan mengenai perubahan

pemegang saham selama periode berjalan. (h) Rincian pendapatan operasional dirinci menurut jenis kegiatan. (i) Pemenuhan kewajiban terhadap negara, seperti DR, IHH, BPPHH, IHPH, dan luran

Wajib lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (j) Sehubungan dengan perubahan saldo kewajiban perusahaan pengusahaan hutan yang

timbul akibat kegiatan pengusahaan hutan, seperti penanaman kembali, TPTI, penanaman tanah kosong, penanaman kiri kanan jalan utama, bina desa hutan, landscaping dan upaya konservasi lainnya, perlu diungkapkan hal-hal berikut: (i) Saldo awal; (ii) Penyisihan periode berjalan; (iii) Realisasi yang dilakukan selama periode berjalan; (iv) Saldo akhir;

(k) Realisasi jenis kegiatan sehubungan pelaksanaan Bina Desa Hutan dan biayanya. (l) Sehubungan dengan pembangunan sarana dan prasarana, maka harus diungkapkan:

(i) Realisasi pembangunan jalan dan jembatan serta pemeliharaannya; (ii) Jenis jalan yang dibangun pada periode berjalan serta akumulasinya.

(m) Sehubungan dengan persediaan, maka harus diungkapkan sebagai berikut:

32.3

Page 13: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

(i) Dasar penentuan harga pokok persediaan; (ii) Persediaan dikelompokkan antara lain berdasarkan kayu bulat, kayu olahan, barang

dalam proses dan perlengkapan barang gudang berupa bahan bakar, suku cadangdan lain-lain pada tanggal pelaporan;

(iii) Persediaan yang dijaminkan dan diasuransikan.

PENDAPATAN DAN BEBAN Pendapatan 13 Pendapatan operasional meliputi pendapatan dari penjualan hasil hutan, balk

berupa kayu olahan, hasil tebangan maupun hasil hutan lainnya. 14 Pendapatan harus diakui dengan menggunakan dasar akrual.

Beban

15 Beban harus diakui dengan menggunakan dasar akrual. 16 Harga pokok produksi kayu tebangan dan hasil hutan lainnya meliputi beban yang

terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan-kegiatan seperti: perencanaan, penanaman,pemeliharaan dan pembinaan hutan, pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan,pemungutan hasil hutan, pemenuhan kewajiban terhadap negara, pemenuhan kewajibanlingkungan dan sosial, dan pembangunan sarana dan prasarana. Perlakuan akuntansiuntuk kegiatan yang berkaitan dengan produksi kayu tebangan dan hasil hutan lainnyadiatur sebagai berikut:

(a) Perencanaan

Biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehan Hak Pengusahaan Hutan (HPH)termasuk luran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH), biaya penyusunan Rencana KaryaPengusahaan Hutan (RKPH) dan Rencana Karya Lima Tahunan (RKL) dikapitalisasikansecara terpisah sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasikan selama masamanfaatnya sebagai biaya produksi. Biaya-biaya yang berhubungan denganpenyusunan RKT dimasukkan sebagai biaya produksi dalam periode berjalan.

(b) Penanaman

Biaya yang berhubungan dengan kegiatan penanaman pada hutan alam dibebankansebagai biaya produksi hasil hutan. Sedangkan biaya berhubungan dengan usaha

32.4

Page 14: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

penanaman bukan untuk diproduksi, misalnya penanaman untuk hutan lindung,disajikan sebagai beban lain-lain.

Biaya yang timbul sebagai akibat kegiatan pengusahaan hutan, seperti: 1) biayapenanaman kembali untuk jalur tebang yang telah diproduksi; 2) biaya penanamantanah kosong; 3) biaya penanaman kiri-kanan jalan; 4) landscaping; dan 5) biayauntuk upaya konservasi lainnya, harus diestimasi dan dibebankan sebagai biayaproduksi walaupun kegiatannya belum dilaksanakan. Jumlah estimasi kewajibanyang masih tersisa harus dievaluasi setiap akhir periode.

Pada Hutan Tanaman Industri:

(i) Apabila tidak tersedia pohon slap tebang, maka biaya yang berhubungan

dengan usaha penanaman dikapitalisasi sebagai "HTI dalam pengembangan"sampai umur slap tebang dan diamortisasi selama jangka waktu masakonsesi, dan amortisasi dimulai sejak penebangan dilakukan serta dibukukansebagai biaya produksi. Amortisasi dapat dilakukan dengan menggunakanmetode garis lurus atau metode Unit of Production.

(ii) Apabila tersedia pohon slap tebang, maka biaya tersebut dibukukan sebagai biaya

produksi.

(c) Pemeliharaan dan Pembinaan Hutan Biaya yang berhubungan dengan usaha pemeliharaan dan pembinaan hutan dibebankansebagai biaya produksi. Kewajiban yang timbul sehubungan dengan pemeliharaan danpembinaan hutan yang belum dilaksanakan sampai dengan tanggal pelaporan, harusdiestimasi dan disajikan sebagai bagian dari kewajiban. Pada Hutan Tanaman Industri: (i) Apabila tidak tersedia pohon siap tebang, maka biaya yang berhubungan

dengan usaha pemeliharaan dan pembinaan hutan dikapitalisasi sebagai "HTIdalam pengembangan" sampai umur siap tebang dan diamortisasi selama jangkawaktu masa konsesi, dan amortisasi dimulai sejak penebangan dilakukan sertadibukukan sebagai biaya produksi. Amortisasi dapat dilakukan denganmenggunakan metode garis lurus atau metode Unit of Production.

(ii) Apabila tersedia pohon siap tebang, biaya yang berhubungan dengan usaha

pemeliharaan dan pembinaan hutan tersebut dibukukan sebagai biaya produksi.

32.5

Page 15: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

(d) Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan Hutan Pembangunan dan atau pengadaan sarana pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan meliputi tetapi tidak terbatas pada pembangunan menara api, pos jaga, pembuatan hilaran api dan pengadaan mobil pemadam kebakaran dikapitalisasi sebagai biaya ditangguhkan dan disusutkan selama masa manfaat maksimum sampai akhir masa konsesi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan usaha pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan meliputi pengerahan tenaga, penggunaan bahan, dan perlengkapan serta premi asuransi kebakaran dibebankan sebagai biaya produksi. Kewajiban yang timbul sehubungan dengan pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan yang belum dilaksanakan pada tanggal neraca, harus diestimasi dan disajikan sebagai bagian dari kewajiban. Beban yang timbul dibebankan sebagai biaya produksi pada periode berjalan secara akrual.

(e) Pemungutan Hasil Hutan Biaya yang berhubungan dengan pemungutan hasil hutan dibebankan sebagai biaya produksi.

(f) Pemenuhan Kewajiban Terhadap Negara Kewajiban perusahaan pengusahaan hutan terhadap negara antara lain meliputi Kewajiban Teknis dan Kewajiban Finansial. Kewajiban teknis meliputi, tetapi tidak terbatas pada, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL), Rencana Kelola Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Kewajiban finansial meliputi, tetapi tidak terbatas pada, luran Hasil Hutan (IHH), Biaya Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan (BPPHH), Dana Reboisasi (DR), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) areal. Biaya yang berhubungan dengan penyusunan AMDAL, RPL, dan RKL dikapitalisasi sebagai beban yang ditangguhkan dan diamortisasi selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi. Biaya yang berhubungan dengan pemenuhan kewajiban finansial yang ditetapkan oleh pemerintah seperti IHH, DR, BPPHH, dan PBB areal dibebankan sebagai biaya produksi dengan menggunakan dasar akrual.

(g) Pemenuhan Kewajiban Lingkungan dan Sosial Kewajiban terhadap lingkungan dan sosial antara lain mencakup bina desa hutan/ Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH).

32.6

Page 16: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

Biaya yang berhubungan dengan studi diagnostik bina desa hutan/PMDH dibukukan sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasi selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi. Sedangkan biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan bina desa hutan/ PMDH dibebankan sebagai biaya produksi.

(h) Pembangunan Sarana dan Prasarana Biaya pembangunan jalan induk dan cabang dikapitalisasi dan disusutkan selama masa manfaatnya dan dibukukan sebagai biaya produksi. Biaya pembangunan jalan ranting dibebankan sebagai biaya produksi.

Beban Usaha 17 Pada Hutan Tanaman Industri, Beban Umum, dan Administrasi yang tidak

berkaitan dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan, dan pembinaan hutan dibukukan sebagai Beban Umum dan Administrasi. Beban Penghentian Produksi

18 Beban penghentian produksi yang disebabkan kejadian normal dan rutin seperti

yang disebabkan karena keadaan cuaca/musim, dibukukan sebagai biaya produksi. 19 Beban penghentian produksi lainnya, seperti yang disebabkan oleh bencana alam/

kebakaran, disajikan sebagai pos luar biasa. AKTIVA

Persediaan

20 Hasil hutan yang telah berada di TPN dan lokasi pengumpulan/penimbunan hasil

hutan harus dibukukan sebagai Persediaan. Hutan Tanaman Industri (HTI) dalam pengembangan

21 Perusahaan pengusahaan hutan yang melaksanakan beberapa kegiatan

pengusahaan hutan termasuk HTI, harus menyajikan biaya yang ditangguhkan dalam pelaksanaan pembangunan HTI terpisah dari biaya ditangguhkan lainnya dalam akun tersendiri yaitu "HTI dalam pengembangan". Akun ini disajikan di Neraca setelah Aktiva Lancar dan sebelum Aktiva Tetap.

32 .7

Page 17: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

22 Pada Hutan Tanaman Industri, biaya bunga pinjaman yang terjadi dikapitalisasi selama masa satu daur sebagai "HTI dalam pengembangan" dan diamortisasi selama masa konsesi sebagai biaya produksi. Biaya Ditangguhkan

23 Biaya yang timbul sehubungan dengan kegiatan perusahaan pengusahaan hutan yang

mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, seperti biaya perolehan HPH termasuk IHPH, biaya penyusunan RKPH dan RKL dan biaya yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan, dibukukan sebagai Biaya Ditangguhkan, dan diamortisasi sesuai dengan taksiran masa manfaatnya. Biaya Ditangguhkan harus disajikan tersendiri di Neraca. KEWAJIBAN DAN EKUITAS Pembangunan HTI

24 Dana yang diterima untuk proyek HTI diperlakukan sebagai berikut:

(a) Dana yang diterima oleh perusahaan sebagai penyertaan modal disajikan sebagai bagian ekuitas;

(b) Dana yang diterima oleh perusahaan selain untuk penyertaan modal disajikan sebagai bagian kewajiban.

Kewajiban Pengusahaan Hutan

25 Taksiran sisa kewajiban sehubungan dengan kewajiban penanaman kembali, TPTI,

penanaman tanah kosong, penanaman kiri kanan jalan utama, bina desa hutan, landscaping dan upaya konservasi lainnya yang belum dilaksanakan sampai dengan tanggal pelaporan, harus dibukukan sebagai kewajiban, dan disajikan sebagai bagian kewajiban lain-lain.

26 Apabila jumlah kewajiban tersebut di atas tidak diketahui dengan pasti, kewajiban

tersebut harus diestimasi dengan layak. Setiap akhir periode pelaporan, harus dilakukan evaluasi terhadap taksiran sisa kewajiban dan apabila perlu dilakukan penyesuaian terhadap taksiran sisa kewajiban tercatat. Penyesuaian tersebut harus dibebankan pada biaya produksi.

32.8

Page 18: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

Masa Transisi

27 Perlakuan akuntansi yang diatur dalam Pernyataan ini diberlakukan secaraprospektif. Apabila pada saat pertama kali menerapkan Pernyataan ini perlu dilakukanpenyesuaian terhadap kewajiban pengusahaan hutan, maka biaya yang timbul dapatditangguhkan dan diamortisasi selama sisa umur HPH. Tanggal Efektif

28 Pernyataan ini berlaku efektif untuk penyusunan Iaporan keuangan yangmencakupi periode pelaporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 1995.Perlakuan yang Iebih dini sangat dianjurkan.

32.9

Page 19: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

DAFTAR ISTILAH Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkunganhidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Environmental ImpactAssesment is a result of studies on the impact of planned activities for theenvironment which is required for the decision making process. Biaya Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan (BPPHH/Grading fee). Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan dalam rangka mencapai optimalisasi pemanfaatanhasil hutan yang meliputi penetapan jenis, penetapan ukuran (Volume/Berat) & Penetapan -Kwalitas HH. Grading fee is an expenditure provided for activities which optimalize the utilization of forestproducts, including determination of types, sizes (volume), weight and quality of forest products. Beban Penghentian Produksi Dalam kegiatan pengusahaan hutan, penghentian produksi adalah hal yang lazim terjadi.Penghentian produksi dapat terjadi karena beberapa hal seperti karena: Cuaca/Musim Keadaan cuaca atau musim tertentu menyebabkan perusahaan tidak dapat melakukanpemungutan hasil hutan, namun biaya produksi tertentu harus dibebankan. Bebanpenghentian produksi seperti yang disebabkan oleh keadaan cuaca/musim, dibukukansebagai biaya produksi. Beban penghentian produksi lainnya seperti yang disebabkan olehbencana alam/kebakaran, disajikan sebagai pos luar biasa. Dana Reboisasi (DR) Dana yang dipungut dari pemegang Hak Pengusahaan Hutan, Hak Pemungutan HasilHutan dan Izin Pemanfaatan Kayu, dalam rangka Reboisasi, Pembangunan Hutan TanamanIndustri, dan Rehabilitasi Lahan Hutan Reforestation funds are funds collected from the Forest Consession Holders, Forest ProductCollection Right and Wood Utilization Permit, for the purpose of reforestation and establishmentof Industrial Timber Estate and Forest Land Rehabilition. Hutan Suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan

32.10

Page 20: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hutan. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Hak untuk mengusahakan hutan dalam suatu kawasan hutan dan kegiatan-kegiatannya penebangan kayu, permudaan dan pemeliharaan hutan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan sesuai dengan Rencana Karya Pengusahaan Hutan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan azas kelestarian hutan dan azas perusahaan. Hutan Tanaman Industri (HTI) Hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kwalitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. luran Hasil Hutan (IHH) Pungutan yang dikenakan sebagai pengganti sebagian nilai intrinsik daripada hasil hutan yang dipungut. Forest Product Fees: are fees charged to subtitute part of the intrinsic values of the harvested forest products. luran Hak Pengusahaan Hutan (/HPH) Pungutan yang dikenakan kepada pemegang Hak Pengusahaan atas sesuatu kompleks hutan tertentu, pungutan-pungutan mana dilakukan hanya sekali pada saat hak tersebut diberikan oleh pejabat yang berwenang. License Fees (Forest Concession Fees): are fees charged to the forest concession holders for their Forest Utilization Rights of certain forest areas given to them, the fees are charged only once the establishment of these right. Indus tri Pengolahan Kayu Hulu (IPKH) Industri yang mengolah langsung kayu bulat dan/ atau bahan baku serpih. Primary Wood Industries: are industries which are processing logs and/or Chips directy. Log pond antara Tempat penimbunan air Pemegang HPH Badan Hukum Indonesia yang diberi HPH oleh Menteri Kehutanan.

32 .11

Page 21: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) Telaah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, zonalingkungan tempat kegiatan, kemungkinan timbulnya dampak lingkungan oleh kegiatantersebut, dan rencana tindakan pengendalian dampak negatifnya. Statement on Environmental Information: is a general examination on the plan ofactivities, environmental zone at sites of the activities, possible environmental impacts due tothose activities, and plan for controlling its negative impacts. Perencanaan Hutan Penyusunan pola tentang peruntukkan, penyediaan pengadaan dan penggunaan hutansecara serba guna dan lestari serta penyusunan pola kegiatan-kegiatan pelaksanaannyamenurut ruang dan waktu. Persediaan Persediaan meliputi tetapi tidak terbatas pada hasil tebangan, kayu olahan, barang dalamproses, suku cadang (spare parts), bahan pembantu dan perlengkapan. Hasil tebanganatau kayu bundar (logs) biasanya ditemukan di tiga lokasi, yaitu lokasi tebangan (TPN),lokasi pengumpulan / penimbunan hasil hutan (log pond/log pond antara/log yard) danlog pond industri (IPKH). Hasil hutan yang telah di TPN dan lokasipengumpulan/ penimbunan hasil hutan harus dibukukan sebagai persediaan. Perlindungan Hutan Usaha pencegahan dana penanggulangan kerusakan hutan dari erosi, kebakaran,pencurian, perambahan, hama / penyakit serta pencegahan kemusnahan flora dan fauna. Pemenuhan Kewajiban Lingkungan dan Sosial Kewajiban terhadap lingkungan dan sosial antara lain mencakup bina desa hutan /Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Biaya yang berhubungan dengan studidiagnostik bina desa hutan/PMDH dibukukan sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasiselama masa manfaatnya sebagai biaya produksi. Sedangkan biaya yang berhubungandengan pelaksanaan bina desa hutan/PMDH dibebankan sebagai biaya produksi. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pembangunan sarana dan prasarana meliputi tetapi tidak terbatas pada, pembuatan basecamp, jalan induk, jalan cabang, dan jalan ranting. Pengertian jalan induk, jalan cabangdan jalan ranting adalah pengertian yang bertahap atau hirarkis. Dengan kata lain, tidak adajalan cabang tanpa adanya jalan induk, dan tidak ada jalan ranting tanpa adanya jalancabang. Biaya-biaya pembangunan jalan induk dan cabang dikapitalisasi dan

32.12

Page 22: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

disusutkan selama masa manfaatnya dan dibebankan sebagai biaya produksi sedangkan biaya pembangunan jalan ranting dibebankan sebagai biaya produksi. Rencana Karya Lima Tahun Pengusahaan Hutan (RKLPH) Jabaran, penyesuaian, dan pemantapan lima tahunan dari Rencana Karya Pengusahaan Hutan. Five Year Working Plan is a details, an adjusment and an improvement of every five years of the Forest Utilization's Working Plan. Rencana Karya Tahunan Pengusahaan Hutan. Jabaran, penyesuaian, dan operasionalisasi tahunan dari RKLPH. Annual Working Plan: is a detail, adjusment, and opera tionalization of the Five Year Working Plan. Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH ) Rencana yang berisi pedoman dan arahan serta filosofi perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dan menyajikan data, analisis dan prospek perusahaan serta rencana-rencana kegiatan penataan batas dan pengukuhan, penataan hutan dan pembukaan wilayah, inventarisasi hutan, pemungutan, penanaman, pemeliharaan, pemuliaan, pemasaran hasil hutan, perlindungan, konservasi, pembinaan masyarakat setempat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan dan digunakan untuk menyusun rencana yang lebih pendek jangka waktunya. Forest Utilization's Working Plan: is a plan consist of quidelines including company philosophy to achieve the stated objectives, and equiped with data, analysis and company prospect, and plan of activities such as gazetting, harvesting, planting, forest inventories, conservasion, etc, to be used for formulating the short term plans Silvikultur Cara-cara penyelenggaraan dan pemeliharaan hutan, penerapan teori dan praktik-praktik pengaturan komposisi dan pertumbuhan hutan. Silviculture: means to conduct and maintain forest, and to manipulate forest composition and growth. SK HPH/ Forestry Agreement (FA) Izin beserta ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Menteri Pertanian untuk melaksanakan Pengusahaan hutan atau suatu areal kerja Pengusahaan Hutan.

32.13

Page 23: PSAK No. 32 Akuntansi Kehutanan

AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK No. 32

Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan (SEMDAL) Hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan pembangunan yang sedang berjalan dan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Evaluation Study on the Environmental Impact is a result of study on the impact of the on going development activities to the environment that necessity for decision making process. Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (SK. HPHTI) Izin beserta ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Menteri Kehutanan kepada Badan Usaha Milik Negara, Swasta, dan atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanaman Industri. Timber Estate Concession Right: is a licence including its rule given by the Minister of Forestry to the State Enterprises, Private Enterprises and/or Coorporatives to engage in Timber Estate. Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) Sistem silvikultur, meliputi cara penebangan dengan batas diameter dan permudaan hutan Indonesia's Selective Cutting and Planning is silvicultural system including means for cutting with limitted diameter and forest regeneration. Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) Tempat untuk pengumpulan kayu-kayu hasil penebangan di sekitar tempat tebang yang bersangkutan. Timber Collection Site is a place to collect timbers resulted from tree cutting activities at the cutting areas. Tempat Penimbunan Kayu Industri Pengolahan Kayu Hulu (Log Pond Industri) Tempat penimbunan kayu di industri pengolahan kayu hulu yang mempunyai fungsi menerima, menimbun, dan mengeluarkan kayu bulat dan atau bahan baku serpih di industri yang bersangkutan. (Kep. Men. Hut.402/Kpts-IV/90) Timber Storage at Primary Wood Industries Site is a place to store timbers with the functions to receive, collect/store and release logs and/or raw-material for chips at the industry.

32.14