syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan...

27
BAB II Pembahasan 2.1. Pengertian Break Even Point Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). 1

Transcript of syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan...

Page 1: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

BAB II

Pembahasan

2.1. Pengertian Break Even Point

Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan sedarhana,

berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.

Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila

telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak

mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.

Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak

mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya

tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada

rugi.

Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang

diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba

sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0).

Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat

berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil

dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :

1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.

2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode

titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.

Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak

memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama

dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila

perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume

1

Page 2: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya

cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian.

Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya

variable dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan

pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan

dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :

1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan

mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.

2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.

3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.

Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah

karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah

satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur

laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk

memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :

1. Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan

sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak

menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).

2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume Profit

Analysis.

Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan

keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :

1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami

kerugian.

2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.

3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak

menderita rugi.

2

Page 3: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan

(HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi

dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak,

misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan

fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.

Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah

break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul apabila

suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya

biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan,

sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada

perubahan volume produksi.

Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka

suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan hanya

menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia

hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.

Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga

perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian disebut Break

Even Point.

2.2. Tujuan analisis Break Even Point

Penggunaan analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

1. Mendesain spesifikasi produk

2. Menentukan harga jual persatuan

3. Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian.

4. Memaksimalkan jumlah produksi

5. Merencanakan laba yang diinginkan

2.3. Kegunaan analisis Break even Point

Analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui

pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata

lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan,

3

Page 4: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk

mengambil kebijaksanaan.

Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-

asumsi tersebut adalah :

1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan

biaya tetap.

2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume

produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.

3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume

produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena

adanya perubahan volumekegiatan.

4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.

5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.

6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi

masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).

Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam

berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :

1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan

tidak menderita kerugian.

4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap

laba yang diperoleh.

Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya

saling berhubungan, yaitu untuk :

1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih

mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap.

2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.

3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan

menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.

4

Page 5: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan

rumus break even point untuk mengetahui :

1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.

2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.

3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana

perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.

4. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.

Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-

tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan

keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui

keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu

memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume

penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan

yang bersangkutan.

2.4. Asumsi Keterbatasan Analisis BEP

Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi

pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1. perlu asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan

2. bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu

periode tertentu.

3. tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir, analisis BEP hanya baik digunakan

jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.

4. tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik, artinya jika aliran kas telah ditentukan

melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya

dianggap sama.

5. kurang memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan, misalnya

kenaikan harga bahan baku.

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis BEP adalah karena

banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus

dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-

5

Page 6: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya saja asumsi-asumsi

yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan.

Oleh karena itu para manager menganggap bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini

merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila kita mau menggunakannya.Adapun asumsi-

asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut :

1. Biaya

Dalam analisis BEP, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu fixed cost dan variable

cost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan biaya

variabel. Artinya mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi lain. Dalam

hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang

tergolong semi variabel dan tetap. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua

pendekatan sebagai berikut :a. pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan

unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.b.

Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap dan

variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.

2. Biaya tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada

perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap

biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki.

Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biaya tetap

adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap

lainnya.

3. Biaya variabel (Variable Cost)

Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan

volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara

sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal ini sulit

terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potongan-potongan

tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan . contoh biaya variabel biaya variabel

adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya.

6

Page 7: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

4. Harga Jual

Maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau harga

barang yang dijual atau diproduksi.

5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual

Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode analisis.

Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode

dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan langsung

dengan produk maupun tidak.

2.5. Cara Penghitungan Break Even Point

Rumus yang Digunakan untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model

rumus. Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan pemakai. Hanya

saja masing-masing rumus memiliki keuntungan atau kelebihan masing-masing. Misalnya rumus

matematika dengan grafik tentu memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti

lengkap tidaknya informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai contoh,

dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah mencari dan mengetahui titik

impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan model grafik memberikan informasi yang

diberikan cukup luas dan dapat dibuatkan grafik dengan mudah pula.Berikut beberapa model

rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP:

………………………………………………………………………………………………………

7

Page 8: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Aplikasi Break Even Point Analysis Pada Kasus

Kita coba construct satu kasus yang lebih complex:

Kesuksesan PT. Royal Bali Cemerlang dalam memproduksi produk kaos kaki, membuat board member berencana akan melakukan expansi usaha, yaitu dengan membuat pabrik pakaian jadi yang akan memproduksi “women apparels” (Blouses, Skirts, Trousers & Short Pants). Untuk maksud tersebut PT. Royal Bali Cemerlang akan membangun pabrik yang akan menggunakan badan usaha sendiri yang akan diberi nama PT. Royal Bali Apparel, berikut adalah Investasi dan budget yang akan dialokasikan:

Di bulan pertama operasi, PT. Royal Bali Apparel berencana akan mulai membuat jenis product “Blouses”. Perusahaan belum tahu berapa volume (Qty) blouse yang akan diproduksi dan berapa unit price yang akan di set untuk 1 piece blouse. Dari hasil research yang dilakukan, diketahui bahwa harga pasaran 1 pc blouse kurang lebih Rp 60,000,-/pc.

Dibawah ini adalah estimated consumption yang diperkirakan oleh Production Deptuntuk 1 piece blouse:

On other hand, Marketing Dept merekomendasikan: agar produk blouse yang akan di launched mendapat sambutan yang significant dari pasar, PT. Royal Bali Apparel hendaknya mematok harga dibawah harga pasaran blouse saat ini (dibawah Rp 60,000/pc)

8

Page 9: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Pak Lie (Financial Controller) PT. Royal Bali Cemerlang yang sekaligus ditugaskan sebagai CFO (Chief Financial Officer) di PT. Royal Bali Apparel mencoba mengira-ngira...

Jika kapasitas produksi adalah 2000 pcs blouse per bulan:

[1]. Berapa unit price yang harus direkomendasikan oleh Pak Lie agar perusahaan bisa mencapai break even point dalam waktu 2 bulan?

[2]. Apakah target break even point dalam 2 bulan realistic? Apa langkah selanjutnya dari Pak Lie?.

Kita ikuti langkah-langkah perhitungan yang dibuat oleh Pak Lie

1st Step: Determinasi Fixed Cost

Karena Pak Lie mematok lamanya break even point selama 2 bulan saja, maka: Semua monthly expense dikalikan 2 (dua), sehingga Pak Lie memperoleh Fixed Cost seperti dibawah ini:

2nd Step: Determinasi Unit Variable Cost

Pak lie menggunakan estimated consumption yang dibuat oleh Production Dept, yaitu sebesar Rp 45,750/pc.

3rd Step: Penghitungan Break Even Point dengan Target “Unit Price”

Masih ingat persamaan linear yang kita buat sebelumnya?

Break Even Point -> TR=TCTR-TC=0TR - TC = 0

9

Page 10: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0

Karena targetnya adalah “Unit Price”, maka:

Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost

Unit Price = [Fixed Cost / Qty] + Unit Variable Cost

Setelah angka-angka dimasukkan, maka Pak Lie memperoleh perhitungan seperti di bawah ini:

Ohh, no!, that is beyond the recommendation!. Harganya up-sky, mana mampu menjualnya.

Jangan panik, coba kita periksa kembali, langkah-langkah yang dibuat oleh pak lie, apakah ada yang salah:

Unit Variable cost: sepertinya sudah benar

Fixed Cost: Pak lie membebankan 2 bulan payroll, 2 bulan office supplies dan 2 bulan telephone expense, kelihatannya sudah benar juga. Tetapi coba kita lihat penyusutan dan amortisasi yang dibebankan, kelihatannya ada yang aneh. Semuanya dibebankan sekaligus. Mana mungkin company set-up yang umur ekonomisnya 30 tahun dibebankan dalam 2 bulan, mana mungkin leasehold yang umur ekonomisnya 5 tahun dibebankan 2 bulan.

Sekarang coba kita ulang perhitungannya, kita repeat saja step-step yang dilakukan oleh Pak lie di atas, hanya saja kita alokasikan beban penyusutan sesuai dengan umur ekonomisnya, sehingga kita memperoleh Fixed cost seperti dibawah ini:

10

Page 11: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Unit Variable Cost sudah benar, jadi tetap Rp 45,750/pc

Selanjutnya kita hitung Break Even Point dengan target “Unit Price” dengan cara memasukkan semua elemen yang ada ke dalam formula yang sama seperti yang di pakai oleh Pak lie :

Unit Price = [Fixed Cost / Qty] + Unit Variable Cost

Maka kita memperoleh:

Aha!, ini lebih realtistic, ini yang benar!.

Dengan kapasitas produksi 2000 sebulan dan dengan Variable cost yang ada, serta fixed cost yang dialokasikan sesuai dengan umur ekonomisnya, PT. Royal Bali Apparel harus menjual product blousenya seharga Rp 73,698,-/pc agar mencapai break even dalam waktu dua bulan.

Catatan : Fixed cost yang berasal dari aktiva tetap hendaknya dialokasikan terlebih dahulu sesuai dengan umur ekonomisnya (sesuai dengan jadwal penyusutannya). Berarti semua pembelian aktiva belum tercover, lalu apakah itu sudah bisa dikatakan break even? Jangan menjadi bingung!, bedakan Break Even Point dengan Return of Capital, untuk pengembalian semua investasi aktiva tetap tidak menggunakan break even point analysis, tetapi menggunakan “Return Of Capital Analysis” nanti kita bahas di akhir artikel ini.

11

Page 12: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Wait… tetapi, kelihatannya target harga dibawah Rp 60,000 yang direkomendasikan oleh marketing dept tidak tercapai, harganya masih lebih tinggi dari harga pasar. Bagaimana?.

Disini lah pentingnya, mengapa pemahaman formula dan pengembangannya diperlukan. Ada 2 kemungkinan yang bisa ditempuh oleh Pak Lie:

[1]. Waktu 2 bulan untuk menapai break even adalah tidak realistic untuk bisa mematok harga dibawah Rp 60,000/pc, maka pak lie harus mengalah dalam target waktu. Jadikan waktu yang lebih realistic sebagai target; atau

[2]. Jika waktu 2 bulan tidak boleh ditawar, maka variable cost harus ditekan supaya lebih effisien lagi, dengan cara menjadikan unit variable cost sebagai target.

Caranya: 

[1]. Jika Unit price kita patok Rp 59,000,- maka:

Break Even Point -> TR=TCTR-TC=0TR - TC = 0[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0

Karena target kita adalah “Waktu” sementara kita tahu kapasitas produksi adalah 2000 pcs per bulan, maka yang kita jadikan target adalah Quantity:

Qty = Fixed Cost / [Unit Price - Unit Variable Cost]Qty = 111,791,667 : [ 59,000 - 45,750]Qty = 111,791,667 : 13,250Qty = 8437 pcs

Dengan unit price Rp 59,000,- maka perusahaan akan mencapai break even pada saat volume produksi mencapai 8437 pcs blouse. Karena kapasitas produksi adalah 2000 pcs per bulan, maka perusahaan akan mencapai break even setelah berproduksi selama 8437:2000 = 4.22 bulan (127 hari).

[2]. Jika target waktu 2 bulan tidak bisa ditawar, maka jadikan Unit Variable Cost sebagai target:

[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost[Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost/Qty- Unit Variable Cost = [Fixed Cost/Qty] - Unit Price(-1) (- Unit Variable Cost) = (-1)[Fixed Cost/Qty] – Unit Price

12

Page 13: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Unit Variable Cost = (-1) [111,791,667/4000] – 59,000Unit Variable Cost = (-1) [ 27,948 – 59,000]Unit Variable Cost = (-1) [ -31,052 ]Unit Variable Cost = 31,052

Artinya : dengan unit price Rp 59,000, agar perusahaan mencapai break even dalam waktu 2 bulan (berproduksi 4000 pcs), maka perusahaan hanya boleh mengalokasikan Rp 31,052 variable cost. Yang jika kita alokasikan ke masing-masing itemnya. Perhatikan kolom “adjusted allocation” dibawah ini:

2.7 Penerapan Break Even Point Untuk Product Mixed

Masih ingat dengan kasusnya Pak Lie (PT. Royal Bali Apparel) di BEP Analysis – Part 2?.

Berproduksi (kemudian berjualan) satu jenis product saja? Seems to be not a good idea (a-b-g

biasa bilang “Cape deeehh” :-)). Tindakan seperti itu sama saja dengan mempersempit jalan,

menutup peluang, atau yang sejenisnya. Sangat tidak dianjurkan oleh ahli manapun. Di masa

high spinning tight competition market seperti saat ini. Se-revolution apapun marketing strategy

yang diterapkan, jika yang ditawarkan hanya satu macam product dan satu type saja saja, rasanya

hasilnya tetap tidak sebagus jika product range yang ditawarkan lebih beraneka ragam.

Khususnya untuk perusahaan yang baru mencoba (read: merintis) usaha manufactur maupun

dagang, devoting all energy and effort untuk satu macam (1 type) product saja bukanlah tindakan

yang smart (jika tidak mau disebut bodoh). Perlu “Product Diversification”. Perlu men-develop 13

Page 14: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

banyak product untuk mengetahui product unggulan yang paling cocok untuk dikembangkan.

Board member PT. Royal Bali Apparel sangat menyadari hal tersebut, untuk itu dibulan-bulan

berikutnya PT. Royal Bali Apparel berencana untuk memproduksi 2 macam product lagi

disamping blouse yang memang sudah di produksi. Adapaun 2 macam product lain yang

akan dikembangkan adalah “Skirt” & “Trouser”, sehingga semuanya menjadi 3 products,

yaitu:

[-]. Blouse (baju atasan perempuan memakai lengan & krah?)

[-]. Skirt (rok bawahan?)

[-]. Trouser (celana panjang?)

Untuk maksud tersebut PT. Royal Bali Apparel telah menambah mesin dan peralatan produksi

termasuk merekrut staff yang lebih banyak lagi, sehingga budget yang dialokasikan menjadi

sebagai berikut:

Adapun unit price yang akan dipasang pada masing-masing product tersebut adalah sebagai

berikut:

14

Page 15: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Dari production plan diperoleh data sebagai berikut:

Selanjutnya data ini kita perhitungkan sebagai “Variable Cost”, sedangkan total cost untuk tiap jenis productnya adalah “Unit Variable Cost”.

Dari data di atas, persoalannya adalah:

“Berapa banyak (volume) product yang harus diproduksi dan dijual oleh perusahaan, dan berapa jumlah untuk masing-masing jenis produk tersebut harus terjual agar perusahaan mencapai break even dalam satu bulan?”

Masih ingat langkah-langkah yang perlu kita lakukan untuk menganalisa single product?, untuk MIXED PRODUCT berlaku langkah yang sama, hanya saja perlu mendeterminasi Unit Contribution Margin (untuk penyederhanaan analisa) dan melakukan pembebanan masing-masing Unit Contribution Margin ke dalam product masing-masing. Detail langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Step-1: Determinasi Fixed Cost

Dari data di atas kita bisa hitung tentukan besarnya “Fixed Cost”. Dengan mengalokasikan semua harga perolehan aktiva menjadi beban penyusutan per bulan, serta membebankan monthly expense-nya. Maka kita akan memperoleh Fixed Cost seperti dibawah ini:

15

Page 16: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Kita peroleh besarnya “Fixed Cost” yang dibebankan sebulan adalah Rp 94,020,833,-

Step-2: Determinasi Variable Cost & Unit Variable Cost

Dari table di atas kita peroleh besarnya "Variable Cost" Rp 168,250,- dengan masing-masing “Unit Variable Cost” sebagai berikut:

Blouse = Rp 45,750,-Skirt = Rp 47,500 ,-Trouser = Rp 75,000,-

Step-3: Determinasi Contribution Margin & Unit Contribution Margin

Masih ingat equation untuk Contribution Margin?

Contribution Margin (CM) = Sales – Variable Cost

“Total Unit Sales” untuk seluruh product sudah kita ketahui (lihat tabel unit price) sebesar Rp 325,000,- dan “Total Unit Variable Cost” sudah kita peroleh di step-2 di atas sebesar Rp 168,250,- maka “Contribution Margin” dapat kita hitung dengan menggunakan equation (persamaan) di atas:

Contribution Margin (CM) = Sales – Variable Cost

16

Page 17: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Contribution Margin (CM) = Rp 325,000 – Rp 168,250Contribution Margin (CM) = Rp 156,000

Sedangkan Unit Contribution Margin dapat kita hitung dengan mem-pro-rate-kan Contribution Margin diatas dengan perbandingan unit price yang di set di awal:

Perbandingan Unit Price:

[Blouse] ; [Skirt] ; [Trouser] = [Sales Mixed][80,000] ; [95,000] ; [150,000] = [325,000]

Selanjutnya kita hitung rate-nya:Blouse = [80,000/325,000] x 100% = 25%Skirt = [95,000/325,000] x 100% = 29%Trouser = [150,000/325,000] x 100% = 46%---------------------------------------------- (+)Total = 100%

Dari rate di atas, maka Contribution Margin dapat kita pro-rate-kan ke masing-masing jenis product menjadi “Unit Contribution Margin” sebagai berikut:

Unit CM Blouse = 25% x Rp 156,000 = Rp 34,250,-Unit CM Skirt = 29% x Rp 156,000 = Rp 47,500,-Unit CM Trouser = 46% x Rp 156,000 = Rp 75,000,----------------------------------------------------- (+)Total Unit CM = Rp 156,000,-

Step-4: Pembebanaan Unit Contribution Margin (Weighting Unit Contribution Margin).

Beban Unit Contribution Margin dapat dihitung dengan cara mengalikan masing-masing unit contribution margin dengan rate dia pada langkah ke-3 di atas:

Blouse = Rp 34,250 x 25% = Rp 8,431,-Skirt = Rp 47,500 x 29% = Rp 13,885,-Trouser = Rp 75,000 x 46% = Rp 34,615,------------------------------------------------------- (+)Beban Unit Contribution Margin = Rp 56,931,-

Step-5: Menentukan Volume Produksi & Sales

Ini adalah langkah terakhir untuk menjawab persoalan “Berapa banyaknya product yang harus dijual dalam satu bulan agar perusahaan mencapai Break Even Point” dan "berapa banyaknya untuk masing-masing jenis product?”

17

Page 18: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

Sampai sejauh ini, kita baru berbicara mengenai “Unit Sales/Unit Price” dan “Unit Variable Cost” saja. Kita sudah tahu bahwa untuk mencapai break even point perusahaan harus mampu mengahailkan (to generate revenue) untuk menutup Variable Cost dan Fixed Cost. Lalu kapan “Fixed Cost” dicover?.

Dilangkah inilah Fixed Cost ambil bagian. Volume produksi & sales dihitung dengan cara: membagi “Fixed Cost” dengan “Beban Unit Contribution Margin”

Dari step-1 kita sudah peroleh besarnya fixed cost Rp 94,020,833,- dan Beban Unit Contribution Margin Rp 56,931,- maka besarnya quantity yang harus diproduksi dapat kita hitung:

Quantity = Fixed Cost / Weighted Unit CM

Quantity = Rp 94,020,833,- / Rp 56,931Quantity = 1651 pcs

Sedangkan volume product yang harus diproduksi dan terjual untuk masing-masing productnya kita hitung dengan: mengalikan “Quantity” di atas dengan “rate” masing-masing product (rate pada step-3 di atas):

Blouse = 1651 x 25% = 407 pcsSkirt = 1651 x 29% = 483 pcsTrouser = 1651 x 46% = 762 pcs---------------------------------- (+)Total = 1651 pcs

Mungkin anda ingin bertanya: “Apa iya? dari mana bisa tahu perusahaan akan mencapai break even jika perusahaan sudah menjual product 1651 pcs dengan proporsi seperti di atas?”

Okay, mari kita TEST:

Sebelum kita test, kita alokasikan dahulu “Fixed Cost” ke masing-masing product dengan rate yang sebelum-sebelumnya:

Blouse = 25% x Rp 94,020,833 = Rp 23,143,590Skirt = 29% x Rp 94,020,833 = Rp 27,483,013Trouser = 46% x Rp 94,020,833 = Rp 43,394,231--------------------------------------------------- (+)Total Fixed Cost = Rp 94,020,833,-

Persamaan Break Even Point:

Revenue (Sales) – Variable Cost – Fixed Cost = 0

18

Page 19: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

[1]. Blouse : Sales = Rp 80,000 x 407 pcs = Rp 32,521,731,-Variable Cost = Rp 45,750 x 407 pcs = Rp 18,598,365,----------------------------------------------------------- (-)Contribution Margin Blouse = Rp 13,923,366Fixed Cost Allocated = Rp 23,143,590---------------------------------------------------------- (-)Profit/Lost = Rp (9,220,224)=========================================

Kenapa minus (loss)?, bukannya seharusnya 0 (nol) atau impas?

Sabar… kita lanjutkan ke item lainnya….

[2]. Skirt :Sales = Rp 95,000 x 483 pcs = Rp 45,860,723Variable Cost = Rp 47,500 x 483 pcs = Rp 22,930,361---------------------------------------------------------- (-)Contribution Margin Skirt = Rp 22,930,361Fixed Cost Allocated = Rp 27,483,013---------------------------------------------------------- (-)Profit/Lost = Rp (4,552,651)

Nah, ini juga minus (loss)?

[3]. Trouser:Sales = Rp 150,000 x 762 pcs = Rp 114,334,212Variable Cost = Rp 75,000 x 762 pcs = Rp 57,167,106---------------------------------------------------------- (-)Contribution Margin Trouser = Rp 57,167,106 Fixed Cost Allocated = Rp 43,394,231---------------------------------------------------------- (-)Profit/Lost = Rp 13,772,875=========================================

Karena kita berbicara “PRODUCT MIXED” atau "SALES MIXED" dalam rangka mencapai “TITIK IMPAS (Break Even Point)” maka yang kita lihat adalah Profit & Lost untuk keseluruhan product. Sekarang coba kita jumlahkan “Profit & Lost” dari masing-masing product:

Total Profit & Lost : Blouse + Skirt + Trouser

Total Profit & Lost : [-9,220,224]+[- 4,552,651] + [13,772,875]19

Page 20: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

------------------------------------------------------------------------Total Profit & Lost : 0 (nihil)============================================ ======

Terbukti ! : Profit & Lost –nya nihil, artinya kondisi break even point tercapai!

Jika semua step tadi di-summerized ke dalam satu worksheet sederhana, akan menjadi seperti dibawah ini:

20

Page 21: syukronali.files.wordpress.com · Web viewTotal biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Menurut Garrison dan Noreen

21