repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI...

97
RESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA Skripsi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Politik Pada Jurusan Ilmu Politik da Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeristas Hasanuddin Oleh: Andi Nurmadina E111 07 039 Program Studi Ilmu Politik

Transcript of repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI...

Page 1: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

RESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA

SkripsiDisusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Politik

Pada Jurusan Ilmu Politik da Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniveristas Hasanuddin

Oleh:

Andi NurmadinaE111 07 039

Program Studi Ilmu PolitikJurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Hasanuddin

Makassar2012

Page 2: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

HALAMAN PENGESAHAN

” RESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA”

Nama Mahasiswa : Andi NurmadinaNomor Pokok : E 111 07 039Jurusan : Ilmu Politik dan Ilmu PemerintahanProgram Studi : Ilmu Politik

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Politik pada program studi Ilmu Politik, jurusan Politik Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Hasanuddin

Makassar, November 2012

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si Sakinah Nadir, S. Ip, M. SiNIP : 19730813 199803 2 001 Nip : 19791218 200812 2 002

Mengetahui,Sekretaris Jurusan Politik Pemerintahan Ketua Program StudiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Politik

Dr. H. Gau Kadir, MA Dr. Gustiana A. Kambo, M.SiNIP : 19501017 198003 1 002 NIP : 19730813 199803 2 001

Page 3: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

HALAMAN PENGESAHAN

RESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010

DI KABUPATEN GOWA

Nama Mahasiswa : Andi NurmadinaNomor Pokok : E 111 07 039Jurusan : Ilmu Politik dan Ilmu PemerintahanProgram Studi : Ilmu Politik

Telah disetujui dan diterima olehTim Evaluasi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Hasanuddin untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

pada Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan program Studi Ilmu Politik.

Agustus 2012

TIM EVALUASI

Ketua : Prof. Dr. Armin Arsyad, M.Si ………………..

Sekretaris : A. Ali Armunanto, S.Ip, M.Si ….…………….

Anggota : Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si .……………….

: A. Naharuddin, S.Ip, M.Si ………….…….

: Ariana Yunus, S.Ip, M.Si ………………..

Page 4: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

ABSTRAKSI

Resolusi Konflik Pasca Pemilukada Tahun 2010 Di Kabupaten Gowa. Andi Nurmadina, Nim:E11107039, Program Studi Ilmu Politik dibawah bimbingan Dr. Muhammad M.Si dan Sakinah Nadir , S.Ip M.Si

Pemilukada langsung merupakan sebuah implementasi kebijakan pemerintahan pusat serta merupakan proses demokrasi masyarakat ditingkat lokal, ini sejalan dengan UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Pemerintahan langsung dilakukan untuk memilih kepala daerah di suatu daerah dengan prinsip demokrasi. Dalam proses pemilukada sering kali terjadi konflik-konflik politik,baik sebelum proses pemilihan maupun pasca penetapan pemenang pemilukada. Konflik dalam pemilukada 2010di Kabupaten Gowa terjadikarena ketidskpuasan dari kandidat maupun rakyat terhadap hasil pemilukada diakibatkan temuan-temuan pelanggaran pada saat pemilukada Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses resolusi konflik psca pemilukada dan dampak dari resolusi konflik di Kabupaten Gowa.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif analisi. Adapun konsep dan teori yang digunakan : Teori Konflik, Resolusi Konflik, Konsep Arbitrasi, dan Pemilukada Lokasi Penelitian di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan arsip/dokumen. Teknik analisi data menggunaka metode kualitatif.

Hasil Penelitian menunjukkan konflik pemilukada tahun 2010 di Kabupaten Gowa terjadi karena ketidakpuasan pasangan Andi Madusilla Idjo – Jamaluddin Rustam terhadap hasil Pemilukada yang memenangkan pasangan Ikhsan Yasin Limpo – Abd Razak Bajidu yang diduga melakukan pemalsuan ijazah pada proses verifikasi calon Bupati dan wakil Bupati. Penyelesain konflik diselesaikan dengan cara Arbitrase dimana KPU Kabupaten Gowa menyerahkannya ke KPU Provinsi dan diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi secara legal menetapkan pasangan Ikhsan Yasin Limpo – Abd Rzak Bajidu sebagai Bupati dan Wakil Bupati Gowa periode 2010-2014.

Dampak dari resolusi konflik tersebut adalah pemberhentian lima anggota KPU Gowa selaku yang dinilai kurang profesional dalam menjalankan tugas wewenang sebagai Tim verifikasi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.serta adanya pemulihan konflik antara pihak-pihak yang terlibat.

Page 5: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat,

taufik, dan Hidayah_Nya yang Tiada terkira besarnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”RESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari

berbagai pihak, karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1 Penulis haturkan rasa hormat dan terimakasih yang sedalam-dalamnya bagi

Ayahanda Tercinta Muh.Arsyad dan Ibunda Tersayang Basse Daeng yang

selama ini dengan tulus memberikan kasih sayang dan Doa tiada tara kepada

anak-anaknya. Ananda bersyukur kepada Allah SWT karena diberikan Orangtua

seperti kalian,Sosok orang tua dengan segala keterbatasan mampu mendidik dan

selalu memberikan yang terbaik buat ananda. Semoga Allah SWT selalu

menjaga dan melindungi kalian.

2 Penulis pula mengucapkan Terimakasih kepada kakak kandung “Ervina dan

Mustika” yang dari kecil hingga dewasa selalu menjadi teman terbaik buat

penulis, tidak lupa pula penulis mengucapkan Terimakasih kepada Nenek tercinta

yang selalu memberikan dukungan,semangat dan Doa yang luar biasa.

3 Hormat dan Terimakasih penulis kepada Bapak Dekan Fakultas Imu Sosial Dan

Politik beserta Wakil Dekan I ,Wakil Dekan II, Wakil Dekan III yang membawa

nama Fakultas menjadi lebih maju serta selalu membantu penulis untuk

menyelesaikan studinya

Page 6: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

4 Hormat dan Terimakasih penulis kepada Ketua Jurusan Ilmu Politik dan

Pemerintahan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

studinya.

5 Hormat dan Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen program studi ilmu

politik yang membuat penulis menjadi manusia tercerahkan dengan ilmu

pengetahuan.terlebih khusus dengan Dosen Pembimbing Dr. Gustiana A. Kambo

dan Sakinah Nadir S.Ip M,Si yang telah meluangkan waktunya memberikan

Arahan dan Bimbingan sehingga tersusun karya skripsi ini. Tak lupa pula buat

Tim Penguji atas semua Kritik dan masukannya sehingga penulis terpacu bisa

lebih baik lagi. Terimaksih juga buat staf akademik FISIP_UH atas bantuan

selama ini (makasih kak irma)..

6 Rasa bangga dan terima kasih kepada saudara-saudara angkatan 2007 ”KRITIS”

(Hendri, Ahmad, Ady, Adim, Mula, Fandy, Fadly, Yosep, Zul, Aris, Sam, Dius,

Kiki, Hans, Tysas, Djalling, Gafur, Ela, Erwin, Masny, Dian, Dewi, Ema,Rani,

Hasny, Upy. Kalian adalah hal yang terindah yang kudapatkan selama

menginjakkan kaki di Fisip Unhas. Terima kasih atas indahnya kebersamaan,

keceriaan yang kita bina selama ini.

7 Terimakasih kepada Ketua KPU beserta staf yang banyak membantu penulis

selama penelitian,terlebih kepada ibu Risma Nirwaty yang selalu meluangkan

waktunya untuk memberikan infomasi tentang semua yang penulis butuhkan.

8 Rasa bangga penulis berikan kepada Sahabat terbaik ” Maharani S.Ip” ,sahabat

yang menjadi saudara selama penulis jauh dari orangtua,.sahabat yang menjadi

pendengar terbaik untuk meluapkan semua curahan hati, dan sahabat yang

selalu mempunyai seribu cerita dongeng untuk mengejar masa depan. Kaulah

sahabatku yang selalu ada dalam suka maupun duka. Terimakasih Paris Gaga,

thanks my best sista.

9 Penulis pula mengucapkan Terimakasih kepada teman terdekat penulis

“Kharisman Pratama S.H”. Teman yang menjadi motivator terbaik buat penulis,

dan teman yang selau Ada pada tahap-tahap tersulit penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. A million feelings, a thousand thoughts, hundreds of

Page 7: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

memories, all of for one person and of course just for you. Thanks a lot MyBun’

({}).

10 Terimakasih pula kepada teman masa kecil “Lisdayanti paulus S.Kep dan

Lisdayantl” yang senantiasa mendengarkan curahan hati dan keluhan-keluhan

penulis selama berteman dengan kalian.

11 Tak lupa penulis haturkan banyak terima kasih kepada para informan yang

sangat membantu hingga terselesainya skripsi ini, tanpa bantuan dan

kebersamaannya skripsi ini tidak dapat terselesaikan serta semua pihak yang

tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala pengorbanan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah

SWT dan kebahagiaan selalu menyertai kita.

Sekian dan Terimakasih

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 4 Desember 2012

Andi Nurmadina Arsyad

Page 8: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................. i

Abstraksi...................................................................................................................... ii

Lembar Pengesahan .................................................................................................. iii

Kata Pengantar............................................................................................................ iv

Daftar isi ..................................................................................................................... v

Daftar Tabel................................................................................................................. vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian........................................................ 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Konflik................................................................................................................ 9

B. Resolusi Konflik ................................................................................................ 15

C. Penyelesaian Konflik Secara Arbitrase.............................................................. 20

D. Pemilukada ...................................................................................................... 22

E. Kerangka Pikir................................................................................................... 26

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian............................................................................................... 29

B. Tipe Penelitian dan DasarPenelitian................................................................. 29

C. Sumber Data.................................................................................................... 30

D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................... 31

E. Teknik Analisis Data......................................................................................... 34

Page 9: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum.............................................................................................. 35

B. Kondisi Sosial Ekonomi..................................................................................... 36

C. Kondisi Pemerintahan....................................................................................... 39

D. Daftar Calon Bupati........................................................................................... 41

E. Daftar Tim Verifikasi.......................................................................................... 46

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Resolusi Konflik/Penyelesaian Masalah Pasca Pilkada Di Kabupaten Gowa. . . 49

B. Dampak Resolusi Konflik Pasca Pilkada Di Kabupaten Gowa.......................... 66

BAB VI: PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................... 70

B. Saran................................................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 72

Page 10: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

DAFTAR TABEL

Tabel 01. Daftar Calon Perseorangan.................................................................... 44

Tabel 02. Daftar Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Kabupaten Gowa.................................................................................... 46

Tabel 03. Daftar Tim Verifikasi............................................................................... 47

Page 11: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi lokal merupakan bagian dari subsistem politik suatu negara yang derajat

pengaruhnya berada dalam koridor pemerintahan daerah. Di Indonesia Demokrasi lokal

merupakan subsistem dari demokrasi yang memberikan peluang bagi pemerintahan daerah

dalam mengembangkan kehidupan hubungan pemerintahan daerah dengan rakyat di

lingkungannya.

Proses demokratisasi di Indonesia pasca orde baru telah menghasilkan desain sistem

politik yang sangat berbeda secara signifikan dengan desain yang dianut selama masa orde

baru. Reformasi prosedural dan kelembagaan yang walau dilakukan secara bertahap, telah

mengubah landasan berpolitik secara sangat radikal.

Perkembangan dunia politik di Indonesia terus berkembang seiring dengan reformasi

terhadap produk hukum, pemerintahan, maupun kebebasan pers. Dalam skala nasional dapat

kita lihat pada pemilihan umum 2009 yang dilaksanakan secara langsung. Pemilu merupakan

momen terbesar demokrasi. Terbesar dari segi anggaran yang harus dikeluarkan, terbesar

gesekan politiknya, dan terbesar pengaruhnya terhadap keberlanjutan pembangunan sosial

politik suatu negara. Dalam sistem Pemilu di Indonesia yang baru, ada beberapa jenis

penyelenggaraan Pemilu, salah satunya pemilu legislatif untuk memilih anggota DPR RI,

anggota DPRD Provinsi, dan anggota DPRD Kabupaten/Kota serta pemilihan umum kepala

daerah.

Kemunculan UU Nomor 32 tahun 2004 sebagai pengganti UU nomor 22 tahun 1999,

tentang pemerintahan daerah yang sekaligus menandakan lahirnya pemilukada langsung

Page 12: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

diberbagai daerah di Indonesia diharapkan mampu membawa perubahan bagi bangsa ini

didalam merencanakan agenda reformasi lebih demokratis. Kehadiran UU tersebut merupakan

peluang untuk mewujudkan aspirasi daerah yaitu keinginan untuk memiliki pemimpin lokal yang

disepekati oleh rakyat melalui pemilukada langsung. Mengemukakan mekanisme pemilihan

seperti yang tertuang dalam UU nomor 22 tahun 1999 dinilai belum mampu menciptakan

pemimpin daerah yang lebih akuntabel terhadap masyarakat setempat.

Pemilukada langsung merupakan sebuah implementasi kebijakan pemerintahan pusat

serta merupakan proses demokrasi masyarakat ditingkat lokal. Hal baru ini tentunya tidak

ditemukan oleh masyarakat masa orde baru sebelumnya jadi sekarang ini, kepala daerah tidak

lagi ditentukan dan diangkat oleh pemerintahan pusat bahkan tidak dipilih oleh anggota DPRD

setiap daerah malainkan dipilih langsung oleh masyarakat daerah setempat, sehinggah proses

demokrasi yang berjalan di Negara ini dapat dilaksanakan secara menyeluruh.

Kendati demikian perubahan sistem politik dengan diberlakukannya sistem pemilhan

langsung di daerah tidak sepenuhnya memberikan arti perubahan yang positif. Pemilukada

langsung pada prakteknya ternyata memunculkan serangkaian konflik dalam pelaksanaanya,

hal tersebut berbanding terbalik dengan tujuan awal diterapkannya system pemilukada untuk

menciptakan pemimpin daerah yang lebih berkualitas.

Proses pemilihan kepala daerah kian penting dan mendapat perhatian, menjadi ajang

perebutan partai-partai politik kandidat pemilihan kepala daerah (Pemilukada). Maraknya

kemunculan partai politik di era demokrasi menyebabkan sulit bagi suatu partai mencapai

kemenangan mayoritas tunggal dalam Pilkada. Upaya koalisi partai-partai politik ditempuh untuk

memenangkan calon kepala daerah.

Salah satu tahapan pemilukada yang sering terjadi konflik di dalamnya adalah tahapan

pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah.pada tahap pendaftaran

terjadi konflik seperti adanya salahsatu calon yang bermasalah pada tahap verifikasi data.

Khusus untuk tahapan ini, pasal 59 ayat 2 UU No.32 Tahun 2004 mensyaratkan bahwa partai

Page 13: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

politik atau gabungan partai politik sebagaimana yang dimaksud boleh mendaftarkan calon

apabila memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya 15% dari jumlah kursi DPRD atau 15% dari

akumulasi perolehan suara dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang

bersangkutan..

Berbagai kecenderungan proses dan hasil pemilukada tetap merupakan bahan kajian

yang menarik. Kecenderungan proses pencalonan dalam mengajukan kandidat atau pasangan

calon adalah salah satu fenomena paling menarik dibalik penyelenggraan pemilikada di Gowa.

Berbagai konflik pemilukada Kab.Gowa yang muncul dari hal sebagai berikut ; “pertama,

tahapan pendaftaran calon yang umumnya memiliki peluang adanya calon yang gugur atau

tidak lolos verifikasi yang dilakukan KPU. Hal ini bisa jadi karena adanya dualisme

kepemimpinan parpol, ijazah palsu, atau tidak terpenuhinya syarat dukungan 15% partai politik

pendukung dll. Ketidaksiapan aturan main yang operasional untuk mengakomodir calon calon

independen ini kerap kali menjadi sumber konflik yang pontensial. “kedua, sengketa pemilukada

banyak juga dipicuh oleh tidak maksimalnya proses pendaftaran pemilih. Banyak masyarakat

yang menelenggarakan pemilukada merasa berhak untuk menjadi pemilih, tapi kenyataanya

tidak terdaftar. Hal ini menimbulkan ketidak puasan dan menjadi diterminan konflik. “ketiga,

konflik juga sangat mungkin lahir ekses masa kampanye, berbagai upaya melakukan untuk

memasarkan politik ( marketing of politics ) untuk meraih simpati publik, dalam praktiknya

sekaligus didampingi dengan tindakan menyerang, pembunuhan karakter yang dapat

menimbulkan rasa sakit hati. “keempat, tahapan yang paling krusial adalah tahapan penetapan

pemenang pemilukada. Fenomena yang sering muncul adalah pihak yang kalah, yang selalu

mengangkat isu penggelembungan suara, banyak warga yang tidak terdaftar dan persoalan

pendataan pemilih lainnya sebagai sumber utama kekalahan. Massa yang merasa tidak

mendapat hak pilih biasanya memprotes dan dimanfaatkan oleh pasangan yang kalah.

Nama calon pasangan bupati di Kabupaten Gowa, terdiri atas: (1) Ahmad Pidris – A.Ravi

Rasyid, (2) Andi Madusilla Idjo – Jamaluddin Rustam, (3) Ikhsan Yasin Limpo – Abd Razak

Bajidu, dan (4) A.Mappatunru – Burhanuddin M.

Page 14: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Sesuai dengan konflik pertama yang telah dijelaskan diatas tentang tahapan pendaftaran

calon yang umumnya memiliki peluang adanya calon yang gugur atau tidak lolos verifikasi yang

dilakukan KPU. Pasangan nomor satu (Ahmad Pidris – A.Ravi Rasyid) berpendapat bahwa

sejak proses awal sampai akhir pemilukada Gowa cacat hukum dan bertentangan dengan azas

demokrasi, UU nomor 12 tahun 2008 dan peraturan KPU Nomor 68 tahun 2009. Terkait pula

dengan berkas pencalonan pasangan IYL – BAJI tentang dugaan Ijazah palsu yang dimiliki

Ichsan Yasin Limpo maka dari itu elemen masyarakat dan kandidat lainnya merasa pelaksanaan

pemilukada tidak berlangsung jujur dan adil karena sudah melenceng dari peraturan KPU. 1

Dalam konflik yang disebutkan diatas telah diselesaikan melalui kelembagaan KPU,

Kepolisian dan MK. Oleh KPU Gowa hal tersebut tidak bisa mempengaruhi proses atau

tahapan yang sudah terjadwalkan karena persoalan ijazah palsu tentu harus melalui proses

pembuktian dalam proses hukum, sedangkan KPU Gowa sebatas melakukan verifikasi

Administrasi dimana ijazah SMP Ichsan Yasin Limpo telah dilegalisir oleh instansi yang

berwenang. Untuk itu KPU Gowa tetap memutuskan bahwa selama belum ada keputusan

pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, ijazah Ichsan Yasin Limpo secara administrasi

memenuhi syarat. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2) huruf f Peraturan KPU

Nomor 68 Tahun 2009 yang berbunyi ”apabila terdapat pengaduan atau laporan tentang

ketidakbenaran ijazah bakal pasangan calon disemua jenjang pendidikan, kewenangan atas

laporan tersebut diserahkan kepada pihak pengawas Pemilu dan Kepolisian, sampai dengan

terbitnya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dalam hal ini Kepolisian sebagai alat Negara yang diberikan amanah oleh Negara yang

telah diatur dalam undang- undang, untuk mengatur dan menindak lanjuti suatu

permasalahan/konflik yang terjadi di dalam Negara umumnya dan konflik yang terjadi mengenai

1 Arsip KPU : laporan Hasil Pemilukada 2010 kab.Gowa

Page 15: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Pemilukada di Gowa pada khususnya, kepolisian harus berperan aktif demi tugas dan

tanggungjawab sangat berat dan penuh resiko sehingga membutuhkan kerja profesional dan

integritas yang tinggi. Lembaga Kepolisian yang menjadi mediasi untuk penyelesaian konflik

satu pendapat dengan MK bahwa, penyelesaian atas konflik yang terjadi di Gowa sesuai

dengan keputusan ketua Majelis Hakim yang juga Ketua MK Mahfud MD, menyatakan

permohonan tidak dapat diterima atau menolak permohonan mantan calon bupati Kabupaten

Gowa Andi Maddusila. Sesuai dengan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui

dan membahas lebih jauh mengenai:

“Resolusi Konflik Pasca Pilkada Tahun 2010 di Kabupaten Gowa”

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di dalam latar belakang sebagaimana di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan pengkajian terhadap resolusi konflik pasca pilkada di Kabupaten Gowa. Penulis

memberikan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana resolusi konflik pasca pilkada di Kabupaten Gowa?

2. Apa dampak dari resolusi konflik pasca pilkada di Kabupaten Gowa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian adalah sarana fundamental untuk memenuhi pemecahan masalah secara

ilmiah, untuk itu penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

a) Mendeskripsikan resolusi konflik atau penyelesaian masalah pasca pilkada di

Kab. Gowa

b) Mendeskripsikan dampak dari resolusi konflik atau penyelesaian masalah pasca

pilkada di Kab. Gowa

Page 16: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

2. Manfaat Penelitian

2.1. Manfaat Teoritis

a. Menjawab fenomena sosial politik yang ada khususnya dalam perpolitikan

lokal.

b. Menunjukkan secara ilmiah mengenai pandangan politik pasca pilkada di

Kabupaten Gowa.

c. Memperkaya kajian ilmu politik untuk perkembangan keilmuan, khususnya

kontemporer.

2.2. Manfaat Praktis

a. Memberikan bahan rujukan kepada masyarakat yang berminat dalam

memahami resolusi konflik atau penyelesaian masalah pasca pilkada di

Kabupaten Gowa.

b. Memberikan informasi kepada praktisi politik tentang resolusi konflik atau

penyelesaian masalah pasca pilkada di Kabupaten Gowa.

c. Sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu politik.

Page 17: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.2 Konflik,

dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan

pertentangan.3 Defenisi konflik menurut para ahli sangatlah bervariasi karena para ahli melihat

konflik dari berbagai sudut pandang atau perspektif yang berbeda-beda.

Secara umum konflik.4 dapat digambarkan sebagai benturan kepentingan antar dua

pihak atau lebih, di mana salah satu pihak merasa diperlakukan secara tidak adil, kemudian

kecewa. Dan kekecewan itu dapat diwujudkan melalui konflik dengan cara-cara yang legal dan

tidak legal. Konflik juga diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau

kelompok) yang memiliki atau merasa sasaran-sasaran yang tidak sejalan.

 Dalam manajemen konflik, penyelesaian sengketa pilkada ini sebenarnya ada opsi

lain yaitu konsensus. Dalam opsi ini adanya pemahaman bersama, di mana semua

pihak harus duduk bersama dan menyelesaikan masalah secara terbuka, dengan

kepala dingin, transparan, serta menjunjung tinggi asas kejujuran dan

keadilan. Keyakinan, nilai-nilai, dan norma, serta tujuan otonomi daerah menjadi suatu

landasan ideal untuk menuju suatu penyelesaian dalam sengketa. Dengan begitu

perubahan sosial terjadi dalam ruang lingkup konsensus dan berlangsung secara

damai.Karena itu, guna menghindari sengketa pilkada dalam konflik politik dibutuhkan

kedewasaan dalam berpolitik dan kematangan para tokohnya. Selain itu, mesti ada

21 http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik diakses 28/05/2011 jam 11.09

3 Hamzah Ahmad, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya:Fajar Mulia,1996), hal.2084 Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, hal. 21.

Page 18: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

kesepakatan awal bagi para calon untuk siap menang dan kalah –selain deklarasi

damai–sehingga pemenang dengan perolehan suara berapa pun harus diterima.5

Menurut Ralf Dahrendrof, dalam hubungan-hubungan kekuasaan beberapa

orang memiliki kekuasaan sedangkan yang lain tidak.6 Konflik terjadi dalam masyarakat

karena adanya distribusi kekuasaan yang tidak merata sehingga bertambahnya

kekuasaan pada suatu pihak akan dengan sendirinya mengurangi kewenangan pihak

lain. Dahrendorf berpendapat bahwa ada dua macam tataran konflik. 7

1. Konflik laten, yakni pertentangan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terwujud

dalam konflik terbuka.

2. Konflik manifest, jika konflik yang pertama tadi mewujud kedalam pertikaian terbuka.

Fungsi konflik menurut Dahrendrof adalah menciptakan perubahan dan perkembangan.

Menurutnya, sekali kelompok-kelompok yang bertentangan muncul maka mereka akan terlibat

dalam tindakan-tindakan yang mengarah pada perubahan di dalam struktur sosial, jika konflik

itu intensif, maka perubahan akan bersifat radikal. Jika konflik itu diwujudkan dalam bentuk

kekerasan, maka perubahan struktural akan terjadi secara tiba-tiba.

Dahrendrof juga menyatakan bahwa masyarakat bersisi ganda, yakni memilki sisi

konflik dan sisi kerjasama sehingga dalam memperebutkan kekuasaan akan menghadapi dua

kondisi, yakni konflik dan konsensus.8 Di satu sisi akan menghadapi perbedaan, persaingan

dan pertentangan pendapat, disisi lain juga memungkinkan terjadinya kekerasan atau

konsensus. Oleh karena itulah konflik merupakan gejala serba hadir, gejala yang melekat pada

masyarakat dan tidak akan dapat dilenyapkan melainkan diatur agar tidak mengakibatkan

perpecahan.

5 http://radarlampung.co.id/read/opini/42410-sengketa-pilkada-dalam-manajemen-konflik6 Ralf Dahrendrof, dalam Margaret M. Polma, 2000. Sosiologi Kontemporer, hal 1347 http://theresiahestik. Wordpress. Com/2010/03/08/Teori-Konflik, diakses 27/ 11/ 20118 Ralf Dahrendrof, dalam Margaret M. Polma, ibid, hal .130

Page 19: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Menurut Watkins, konflik terjadi karena terdapat dua pihak yang bertikai dan keduanya

yang potensial dapat saling menghambat.9 Fisher menyatakan konflik bisa terjadi karena

hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa

memiliki tujuan-tujuan yang tidak sejalan.10 Penyebab konflik pada dasarnya dapat dibagi

menjadi dua yaitu kemajemukan horizontal dan kemajemukan vertikal. Ini akan diuraikan lebih

lanjut:

1. Kemajemukan horizontal adalah struktur masyarakat yang majemuk secara

kultural, seperti suku bangsa, daerah, agama, dan ras. Kemajemukan horizontal

ini sering menimbulkan konflik, karena masing-masing kelompok masyarakat

tersebut memiliki kepentingan yang berbeda dan bahkan saling bertentangan.

2. Kemajemukan vertikal adalah struktur masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan

kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan.

Konflik merupakan suatu situasi dimana aktor-aktor yang saling berhubungan satu sama

lain dihadapkan pada pertentengan kepentingan dan masing-masing pihak memperjuangkan

kepentingannya. Namun jebakan kekuasaan menimbulkan ketidak adilan yang pada gilirannya

menjadi sumber kekerasan, baik atas nama keadilan maupun ketidakadilan.11 Konflik dengan

menggunakan kekerasan terjadi dalam suatu masyarakat karena adanya “perasaan” dirampas

yang menimbulkan ketidak puasan.12

Konflik juga dapat dikatakan sebagai pertentangan oleh karena terjadi perbedaan

antara dua atau lebih baik individu maupun kelompok dimana salah satu pihak berusaha

menyingkirkan pihak lain dan berusaha menjadi dominan atas pihak lain. Ted Robert Gur dalam

Maswadi Rauf menyebutkan ada empat prasyarat yang harus terpenuhi agar sebuah hubungan

sosial dapat dikatakan sedang mengalami konflik, ia mencirikan sebagai berikut:13

9 Robby I Chandra, Konflik dlm kehidupan sehari-hari (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal.2010 http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_6_KONFLIK_SOSIAL11 LKBH UI, 1998. Memahami kekerasan politik, hal 3.12 Leo Agustino, 2007. Perihal Ilmu Politik, Yogyakarta, Graha Ilmu, hal 208.

13 Maswadi Rauf, Konsensus Politik Sebuah Penjajagan Politik ( Jakarta:Direktorat enderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional,2000),hal.7

Page 20: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

1. Ada dua pihak yang terlibat, Pihak menang dan pihak yang kalah artinya pihak

menang adalah pihak yang berhasil memenangkan pilkada dan meraih suara

terbanyak serta diakui dan disyahkan oleh undang-undang

2. Mereka yang terlibat dalam tindakan-tindakan yang saling memusuhi. Calon yang

tidak berhasil memperoleh suara terbanyak adalah calon yang besar

kemungkinannya membuat tindakan yang dapat merugikan dirinya sendiri dan

merugikan orang lain. Tim sukses dari calon yang gagal biasanya membuat tindakan

atau tidak merasa puas dengan hasil perhitungan suara yang diperoleh calonnya..

3. Mereka menggunakan tindakan kekerasan yang bertujuan menghancurkan, melukai,

menghalang-halangi lawannya. Pendukung calon yang gagal biasanya membuat

tindakan kekerasan baik di Kantor KPU maupun di lokasi-lokasi lainnya. Sedangkan

calon yang menang tindak memberikan tindakan yang bertentangan dengan undang-

undang.

4. Interaksi yang bertentangan itu bersifat terbuka sehingga bisa dengan mudah

dideteksi oleh pengamat independen.

Konflik merupakan gejala sosial yang seringkali muncul dalam kehidupan bermasyarakat.

Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa bentuk konflik dilihat dari sudut pandang

yang berbeda-beda. Nah, sekarang kita akan belajar mengenai bentuk-bentuk konflik yang

diilhami dari pandangan para ahli sosiologi.14

Soerjono Soekanto menyebutkan ada lima bentuk khusus konflik yang terjadi dalam

masyarakat. Kelima bentuk itu adalah konflik pribadi, konflik politik, konflik sosial, konflik

antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.

1. Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan karena

masalah-masalah pribadi atau perbedaan pandangan antarpribadi dalam

menyikapi suatu hal. Misalnya individu yang terlibat utang, atau masalah

pembagian warisan dalam keluarga.

14 http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/bentuk-bentuk-konflik.html

Page 21: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

2. Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan atau tujuan politis

yang berbeda antara seseorang atau kelompok. Seperti perbedaan pandangan

antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan cita-cita

politik masing-masing. Misalnya bentrokan antarpartai politik pada saat

kampanye.

3. Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda

karena adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya

konflik antara orang-orang kulit hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi ras

(rasialisme) di Amerika Serikat dan Afrika Selatan.

4. Konflik antarkelas sosial, yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan-

perbedaan kepentingan di antara kelaskelas yang ada di masyarakat. Misalnya

konflik antara buruh dengan pimpinan dalam sebuah perusahaan yang menuntut

kenaikan upah.

Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat

macam, yaitu sebagai berikut.

1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan

konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi

harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang

dimilikinya.

2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.

3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.

4. Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antarnegara, atau

organisasi internasional.

B. Resolusi Konflik

Page 22: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Resolusi atau penyelesaian konflik tidak bisa terpisahkan dari rekonsiliasi, karena

rekonsiliasi merupakan salah satu tahap resolusi konflik yaitu proses peace building.

Rekonsiliasi memiliki pengertian perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan

semula; perbuatan menyelesaikan perbedaan.15

Rekonsiliasi merupakan suatu terminologi ilmiah yang menekankan kebutuhan untuk

melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik

dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik. Suatu konflik sosial harus dilihat

sebagai suatu fenomena yang terjadi karena interaksi bertingkat berbagai faktor. Resolusi

konflik hanya dapat diterapkan secara optimal jika dikombinasikan dengan beragam

mekanisme penyelesaian konflik lain yang relevan. Suatu mekanisme resolusi konflik hanya

dapat diterapkan secara efektif jika dikaitkan dengan upaya komprehensif untuk mewujudkan

perdamaian yang

langgeng. Pengelolaan konflik berarti mengusahakan agar konflik berada

pada level yang optimal. Jika konflik menjadi terlalu besar dan mengarah pada akibat yang

buruk, maka konflik harus diselesaikan.

Menurut Ralf Dahrendrof penyelesaian konflik yang efektif sangat bergantung pada tiga

faktor. Pertama, kedua pihak harus mengakui kenyataan dan situasi konflik diantara mereka.

Kedua, kepentingan yang diperjuangkan harus terorganisir sehingga masing-masing pihak

memahami tuntutan pihak lain. Ketiga, kedua pihak menyepakati aturan main yang menjadi

landasan dalam hubungan interaksi diantara mereka.16

Prof. Nasikun mengidentifikasikan melalui tiga cara mengenai pengendalian konflik, yaitu

dengan rekonsiliasi (reconciliation) usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak

yang berselisih, mediasi (mediation) penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga

sebagai penengah/penasehat, dan perwasitan (arbitration) penyelesaian konflik dengan

15 http://www.artikata.com/arti-347394-rekonsiliasi.html diakses 28/05/2011 jam 11.15

16 Ibid hal.150

Page 23: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

melibatkan pihak ketiga yang dipilih bersama dan punya kedudukan lebih tinggi. Strategi yang

dipandang lebih efektif dalam pengelolaan konflik meliputi:17

1. Koesistensi damai, yaitu mengendalikan konflik dengan cara idak saling mengganggu

dan saling merugikan, dengan menetapkan peraturan yang mengacu pada

perdamaian serta diterapkan secara ketat dan konsekuen.

2. Mediasi (perantaraan), Jika penyelesaian konflik menemui jalan buntu, masing-

masing pihak bisa menunjuk pihak ketiga untuk menjadi perantara yang berperan

secara jujur dan adil serta tidak memihak.

Dalam pemecahan konflik dan menciptakan rekonsiliasi maka dibutuhkan pertemuan

tatap muka dari pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud mengindentifikasi masalah dan

memecahkannya lewat pembahasan yang terbuka. Syarat terpenting untuk mencapai

rekonsiliasi menurut Robert F. Bandle, adalah kesediaan masing-masing pihak untuk melakukan

devaluasi, baik dalam nilai ideologis maupun nilai power.18 Menurut Johan Galtung ada tiga

tahap dalam penyelesaian konflik yaitu:19

1. Peacekeeping adalah proses menghentikan atau mengurangi aksi kekerasan melalui

intervensi militer yang menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian yang netral.

2. Peacemaking adalah proses yang tujuannya mempertemukan atau merekonsiliasi

sikap politik dan stategi dari pihak yang bertikai melalui mediasi, negosiasi, arbitrasi

terutama pada level elit atau pimpinan. Pihak-pihak yang bersengketa dipertemukan

guna mendapat penyelesaian dengan cara damai. Hal ini dilakukan dengan

menghadirkan pihak ketiga sebagai penengah, akan tetapi pihak ketiga tersebut tidak

mempunyai hak untuk menentukan keputusan yang diambil. Pihak ketiga tersebut

17 http://afiqsukry.blogspot.com/2012/0218 Robert F. Bandle, The Origins of Peace (New York: the Free Press,1973),hal. 11-12

19 Yulius Hermawan, Transformasi dalam studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan Metodologi, (Yogyakarta :Graha Ilmu ,2007) hal 93.

Page 24: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

hanya menengahi apabila terjadi suasana yang memanas antara pihak bertikai yang

sedang berunding.

3. Peacebuilding adalah proses implementasi perubahan atau rekonstruksi sosial,

politik, dan ekonomi demi terciptanya perdamaian yang langgeng. Melalui proses

peacebuilding diharapkan negative peace (atau the absence of violence) berubah

menjadi positive peace dimana masyarakat merasakan adanya keadilan sosial,

kesejahteraan ekonomi dan keterwakilan politik yang efektif.

Resolusi konflik pada umumnya dipahami sebagai suatu kerangka teoritik dan praktik

yang bertugas tidak saja untuk mengurangi dampak kerusakan yang terjadi akibat konflik, tetapi

juga menyelesaikan dan mengakhiri konflik. Resolusi konflik berdasar pada kerangka teorik

yang dibangun oleh John Burton. Salah satu teori dalam penyelesaian konflik adalah teori

resolusi konflik (conflict resolustion), teori ini dikembangkan oleh Jon Burton. Jon Burton dalam

tulisannya menyatakan:

“Resolusi konflik artinya menghentikan konflik dengan cara-cara analitis dan masuk ke akar permasalahan. Resolusi konflik berbeda dengan sekedar manajemen, mengacu pada hasil yang dalam pandangan pihak-pihak yang terlibat, merupakan solusi permanen terhadap suatu masalah”.20

Jadi resolusi konflik suatu teori yang memberikan penekanan penyelesaian konflik pada

akar permasalahan dari sebuah konflik dan kebutuhan melihat perdamaian dalam jangka

panjang. Secara konsepsional

jika terjadi konflik dan aksi-aksi kekerasan yang massif maka resolusi konflik

dapat dilakukan dengan empat tahap. Tahap pertama masih didominasi oleh strategi militer

yang berupaya mengendalikan kekerasan bersenjata antara kelompok yang bertikai. Kedua,

memiliki orientasi politik yang bertujuan untuk memulai proses re-integrasi elit politik dari

kelompok yang bertikai. Tahapan ini biasanya dicirikan dengan dialog dan perundingan antar

20 Jon Burton, conflict: Resolution and Prevention (New York: St Martin’s Press,1990) terjemahan google translate.

Page 25: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

pihak-pihak yang bertikai. Ketiga, bernuansa sosial dan berupaya menerapkan problem solving

approach. Terakhir, bernuansa cultural kental karena tahap ini bertujuan untuk melakukan

perombakan-perombakan struktur sosial budaya yang dapat mengarah pada komunitas

perdamaian yang langgeng.

Andi Wijayanto menjabarkan resolusi konflik menjadi empat alasan. Pertama,konflik tidak

boleh saja dipandang sebagai suatu fenomena politik-militer namun harus juga dilihat sebagai

suatu fenomena sosial. Kedua, konflik memiliki suatu siklus yang tidak berjalan linear. Siklus

hidup suatu konflik yang spesifik sangat tergantung dari dinamika lingkungan konflik.

Ketiga,sebab-sebab konflik tidak dapat direduksi kedalam suatu variable tunggal. Suatu konflik

sosial apalagi yang didasari motif-motif politik harus dilihat sebagai suatu fenomena yang terjadi

karena interaksi bertikat berbagai faktor. Keempat, resolusi konflik hanya dapat diterapkan

secara optimal jika dikombinasikan dengan beragam mekanisme penyelesaian konflik lain yang

relevan. Suatu mekanisme resolusi konflik hanya dapat diterapkan secara efektif jika dikaitkan

dengan upaya komprehensif untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng.

C. Penyelesaian Konflik 1. Arbitrase

Konflik merupakan sebuah situasi dimana dua pihak atau lebih dihadapkann pada

perbedaan kepentingan. Sebuah konflik berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa

apabila para pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau

keprihatinannya. Baik secara langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab

kerugian atau pada pihak lain.21 Sebuah konflik akan berubah menjadi sengketa bila tidak

terselesaikan. Penyelesaian sengketa dapat dapat dilakukan melalui proses Ajudikasi ataupun

Alternative Disputes Resolution (ADR). Ajudikasi merupakan cara penyelesaian sengketa

melalui lembaga peradilan, sedangkan Alternative Disputes Resolution (ADR) adalah lembaga

21 Siti Megadianty Adam dan Takdir Rahmadi. Sengketa dan Penyelesaiannya. (Jakarta:

Indonesian Center For Enviromental Law, 1977). Hal. 24.

Page 26: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yaitu

penyelesaian sengketa di luar lembaga peradilan engan cara negosiasi, mediasi, konsiliasi atau

arbitrase.

Kata Arbitrase berasal dari Arbitrase (Latin), Arbitrage (Belanda), Arbitration (Inggris),

Schiedspruch (Jerman) dan Arbitrage (Perancis), yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan

sesuatu menurut kebijaksanaan atau damai oleh arbiter atau wasit22. Arbitrase adalah cara

penyelesaian sengketa di luar lembaga litigasi atau peradilan yang diadakan oleh para pihak

yang bersengketa, atas dasar perjanjian atau kontrak yang telah mereka adakan sebelumnya

atau sesudah terjadi sengketa. Para pemutus atau arbiternya dipilih dan ditentukan oleh para

pihak yang bersengketa, dengan tugas menyelesaiankan persengketaan yang terjadi di antara

mereka.23 Pemilihan arbiter biasanya di dasarkan pada kemampuan dan keahliannya dalam

bidang tertentu dan bertindak secara netral.

Penyelesaian perselisihan melalui arbitrase dalam perkembangan akhir-akhir ini sudah

banyak dilakukan oleh oara pihak yang bersengketa. Selain karena prosesnya cepat, kalangan

professional memilihnya karena bersifat sangat dijaga. Putusannya, yang final and binding.

H. Priyatna Abdurrasyid mengatakan arbitrasi adalah suatu proses pemeriksaan suatu

sengketa yang dilakukan secara yudisial oleh para pihak yang bersengketa, dan

pemecahannya berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak.24

Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa Pasal 1 Butir 1 menyebutkan bahwa denifisi arbitrase adalah: “Cara penyelesaian

suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang

dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa”.

Dari denifisi-denifisi tersebut dapat dilihat bahwa faktor penting dari arbitrase adalah adanya

kesepakatan para pihak untuk:

22Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 1.23 Ibid., hal. 110.24 http://portal-hi.net/index.php/teori-teori-liberalisme/179-arbitrase-internasional

Page 27: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

1. Menyerahkan penyelesaian sengketanya kepada pihak ketiga (di luar pengadilan

umum,

2. Menugaskan pihak ketiga tersebut untuk memutuskan sengketa yang

bersangkutan,

3. Menerima putusan yang diberikan oleh pihak ketiga tersebut.

2. Adjudikasi

Adjudication merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa bisnis yang baru

berkembang di beberapa negara. Sistem ini sudah mulai populer di Amerika dan Hongkong.

Secara harafiah, pengertian “ajuddication” adalah putusan. Dan memang demikian

halnya. Para pihak yang bersengketa sepakat meminta kepada seseorang untuk menjatuhkan

putusan atas sengketa yang timbul diantaramereka:

1. Orang yang diminta bertindak dalam adjudication disebut adjudicator

2. Dan dia berperan dan berfungsi seolah-olah sebagai HAIM (act as judge),

3. Oleh karena itu, dia diberi hak mengambil putusan (give decision).

Pada prinsipnya, sengketa yang diselesaikan melalui sistem adjudication adalah

sengketa yang sangat khusus dan kompleks (complicated). Tidak sembarangan orang dapat

menyelesaiakan, karena untuk itu diperlukan keahlian yang khusus oleh seorang spesialis

profesional. Sengketa konstruksi misalnya. Tidak semua orang dapat menyelesaikan.

Diperlukan seorang insinyur profesional. Di Hongkong misalnya. Sengketa mengenai

pembangunan lapangan terbang ditempuh melalui lembaga adjudication oleh seorang

adjudicator yang benar-benar ahli mengenai kontruksi lapangan terbang.

Proses penyelesaian sengketa dalam sistem ini, sangat sederhana. Apabila timbul

sengketa :

1. Para pihak membuat kesepakatan penyelesaian melalui adjudication,

Page 28: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

2. Berdasar persetujuan ini, mereka menunjuk seorang adjudicator yang benar-

benar profesional,

3. Dalam kesepakatan itu, kudua belah pihak diberi kewenangan

( authonty ) kepada adjudicator untuk mengambil keputusan

( decision ) yang mengikat kepada kedua belah pihak

( binding to each party )

4. Sebelum mengambil keputusan, adjudicator dapat meminta informasi dari

kedua belah pihak baik secara terpisah maupun secara bersama-sama.

D. Pemilukada

Berbicara pemilukada yang harus diperhatikan, yaitu: Undang-undang No. 32Tahun

2004 tentang pemerintahan daerah. Undang – undang No. tentang pemerintahan daerah

melahirkan sebuah gagasan otonomi daerah secara luas kepada kabupaten/kota yang

didasarkan pada program disentralisasi. Otonomi (autonomie) berasal dari bahasa Yunani yaitu

kata auto yang berarti sendiri & nomos yang berarti undang-undang (TB. Silalahi,1996, mengutip

kamus Petitlarousse). Dengan demikian otonomi adalah pemberian hak dan kekuasaan

perundang-undangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri kepada instansi, perusahan

daerah. Menurut UU No.32 tahun 2004, Otonomi daerah didefinisikan sebagi “kewenangan

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasrkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan”.

Sedangkan desetralisasi berasal dari bahasa latin yaitu de yang berarti lepas, dan

centrum yang berarti pusat. Dengan demikian desentralisasi berarti dilepas atau lepas dari

pusat. Davit Osborne dan Ted Gaebler dalam bukunya yang terkenal “Reinventing Goverment”

(hlm.250), mengatakan ada empat keuntungan dari desentralisasi, yaitu:

1. Desentralisasi jauh lebih fleksibel dari pada sentralisasi, oleh karena itu

desentralisai dapat merespon dengan cepat perubaha-perubahan lingkungan dan

Page 29: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

kebutuhan masyarakat.

2. Desentralisasi jauh lebih efektif dari pada sentralisasi.

3. Desentralisasi jauh lebih inovatif dari pada sentralisi.

4. Desentralisasi lebih meningkatkan moral, komitmen dan produktifitas.

Di dalam UU No.22/1999 bahwa Kepala Daerah dipilih oleh DPRD bukan dipilih oleh

rakyat, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 35 Undang-undang No.22/1999. Pada aspek terakhir di

bab ini penulis akan menguraikan lima hal yaitu: definisi Pemilukada langsung, tujuan

Pemilukada langsung, tahapan Pemilukada, kerangka pemikiran, dan skema kerangka pikir.

Kelima hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut.

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 1999 Pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara

terbatas dalam ruang sidang oleh anggota DPRD, sedangkan dalam Undang-Undang No.32

Tahun 2004 Pemilihan Kepala Daerah diserahkan kepada publik, artinya pemilihan kepala

daera ditentukan langsung oleh rakyat berdasarkan hak pilihnya. Pemilihan kepala daerah

secara lansung dimulai pada tahun 2005, yang diseleggarakan di 226 daerah, yang meliputi 11

Propensi, 180 kabupaten dan 35 kota.25 Pemilukada adalah cara untuk memilih kepala daerah

dan wakil kepala daerah di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat.

Pemilukada langsung merupakan perluasan partisipasi politik rakyat dalam menentukan figur

pemimpinnya sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Sehingga lahir pemimpin daerah yang

sesuai dengan harapan dan aspirasi rakyat, serta memiliki legitimasi politik yang kuat.

Masyarakat merupakan pemegang kunci kekuasaan karena mereka yang menentukan,

sekaligus terlibat langsung untuk memilih kepala daerah sesuai dengan keinginannya tanpa

diganggu gugat oleh siapapun.

Pemilukada diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil

daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh

dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Sebagaiman yang diamanatkan

oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

25 Kacung Marijan, ibid. Hal 18

Page 30: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Melalui Pemilukada rakyat dapat memilih pemimpin yang berkualitas secara damai,

jujur, dan adil. Selain mengoptimalkan demokratisasi daerah, juga merupakan perwujudan dari

perinsip otonomi daerah seluas-luasnya. Sebagai konsekuensi dari desentralisasi politik yang

diberikan pemerintah pusat maka pelaksanaan Pemilukada sepenuhnya dibiayai oleh APBD.

Bila Pemilukada hanya digunakan sebagai ajang perebutan kekuasaan melalui voting

dari suara pemilih, maka dikhawatirkan akan menghasilkan pemimpin yang hanya popular dan

diterima secara luas, namun tidak mempunyai kecakapan dan kemampuan dalam mengelolah

daerah. Kualitas pemimpin dapat diukur dari dua instrument yakni; tingkat pendidikan dan

kompetensi. Namun sebagai pejabat politik, kepala daerah terpilih haruslah orang yang dapat

diterima secara umum sehingga tidak hanya mendapat dukungan secara horizontal, tetapi juga

vertikal dari elite politik yang ada ditingkat nasional dan pemerintah pusat.

Pemilukada hakekatnya adalah sebuah proses untuk melahirkan dinamika politik lokal

yang lebih demokratis, bertanggung jawab, partisipasif dan transparan sesuai dengan nilai-nilai

politik lokal yang tumbuh dan berkembang di daerah. Dalam pemilihan umum kepala daerah

melalui beberapa tahap sesuai dengan pertaturan KPUD.

Salah satu tahapan Pemilukada yaitu pendaftaran pemilih, merupakan tahap

mengidentifikasi masyarakat yang wajib pilih dengan berbagai persyaratan yang telah diatur

oleh undang-undang. Pemilukada setelah penetapan peserta dan sebelum penetapan kandidat

terpilih oleh KPUD ada dua yakni:

1. Tahap masa kampanye (pra Pemilukada).

2. Tahap pemungutan dan penghitungan suara. Kedua tahapan tersebut

merupakan rawan konflik, baik pada pra Pemilukada maupun pasca

3. Pemilukada (setelah penghitungan suara).

Konflik pra-Pemilukada adalah konflik yang terjadi sebelum dilaksanakannya proses

pemilihan umum, konflik diakibatkan oleh kampanye yang dilakukan oleh parpol/kandidat,

Page 31: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

bahkan oleh tim sukses pasangan yang ikut bertarung dalam Pemilukada tersebut. Masyarakat

mulai dikotak-kotakkan menjadi berbagai bagian, akhirnya terciptalah konflik (black campaign)

serta masih banyak lagi konflik yang diakibatkan oleh beradunya kepentingan antar peserta,

parpol, suku, agama, dan ras dari masyarakat (baik yang menjadi peserta Pemilukada maupun

masyarakat yang akan memilih mereka).

Konflik pasca Pemilukada adalah konflik yang terjadi setelah proses pemilihan umum

tersebut dilaksanakan. Ketidak siapan kontestan dalam menerima kekalahan merupakan

penyebab utama munculnya berbagai kerusuhan pasca Pemilukada. Dangkalnya rasionalitas

para pendukung menjadikan amarah berkembang menjadi amukan massa. Mereka tidak

mampu menemukan titik ekuilibrium (keseimbangan) tempat segala hal dikompromikan.

D. Kerangka Pikir

Undang-undang politik antara lain undang-undang partai politik, Pemilu, dan otonomi

daerah. Sebagai konsekuensi perubahan dari sentralisasi menjadi desentarilasi, diharapkan

pemerintah daerah lebih diperankan dalam usaha mensejerahkan rakyat.

Proses pemilihan kepala daerah kian penting dan mendapat perhatian, menjadi ajang

perebutan partai-partai politik kontestan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Maraknya

kemunculan partai politik di era demokrasi menyebabkan sulit bagi suatu partai mencapai

kemenangan mayoritas tunggal dalam Pilkada. Upaya koalisi partai-partai politik ditempuh untuk

memenangkan calon kepala daerah.

Salah satu Pilkada dilakukan di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pilkada di

Gowa berjalan lancar, aman, dan demokratis. Walaupun masih terdapat kekurangan

tetapi tidak mengganggu proses pemilihan dan nilai demokrasi. Namun, belakangan

muncul perselisihan atas hasil penghitungan suara, ada kontestan yang tidak menerima

Page 32: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

hasil penghitungan suara yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

Kabupaten Gowa.

Munculnya konflik dikarenakan pihak yang kalah menuding pihak penyelenggara

menyimpang dari apa yang telah disepakati bersama, seperti adanya pemilihan ganda

untuk calon tertentu, ada pemilih yang telah meninggal tetap ada yang mewakili untuk

memilih salah satu calon, ada pula pemilih yang tidak terdaftar tetapi tetap diikutkan

untuk memilih salah satu calon dan ada salah satu calon yang diduga menggunakan

ijazah palsu. Adapun resolusi konflik atau penyelesaian masalah yaitu dengan Arbitrasi

dan Adjudikasi dengan penyelesaian yudisial di Mahkamah Konstitusi

Adapun Kerangka pikir yaitu sebagai berikut :

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini ada lima aspek yang akan dibahas, diantaranya sebagai berikut :

Lokasi Penelitian, Tipe dan Dasar Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data,

dan Teknik Analisis Data. Kelima hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut seperti berikut.

Konflik/Sengketa Antar Kandidat Pasca Pilkada

Resolusi Konflik (Arbitrase dan

Adjudikasi)

Pemilukada 2010Kab. Gowa

Dampak Resolusi Konflik

Page 33: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

A. Lokasi Penelitian

Penelitian lapang (field research) ini telah dilakukan di Kabupaten Gowa,

Provinsi Sulawesi Selatan. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena melihat

sejauh mana resolusi konflik pasca pilkada di Kabupaten Gowa atas konflik Pemilukada

2010 kemarin. Kabupaten Gowa merupakan salah satu daerah yang cukup aman dan

damai, meskipun dimikian belum tentu pemilukada yang telah berlangsung dapat

diterima dengan mudah kepada para pendukung calon bupati. Oleh sebab itulah,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang resolusi konflik pasca pemilukada di

Kabupaten Gowa.

B. Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu penelitian diarahkan untuk

menggambarkan fakta dengan argument yang tepat. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada. Tujuan penelitian deksriptif

adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta

artinya menjelaskan resolusi konflik pasca pemilukada di Kabupaten Gowa. Namun demikian,

dalam perkembangannya selain menjelaskan tentang situasi atau kejadian yang sudah

berlangsung sebuah penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi maupun

untuk mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel lain.

Adapun Dasar dan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif. Metode kualitatif memiliki beberapa perspektif teori yang dapat mendukung

pembahasan yang lebih mendalam terhadap gejala yang terjadi.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Page 34: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Peneliti membutuhkan data untuk membuktikan fakta dilapangan. Data yang diperoleh

melalui lapangan atau daerah penelitian dari hasil wawancara mendalam dengan informan dan

observasi langsung. Peneliti akan turun langsung ke daerah penelitian untuk mengumpulkan

data dalam berbagai bentuk, seperti rekaman hasil wawancara dan foto kegiatan di lapangan.

Dari proses wawancara peneliti berharap akan mendapatkan data-data seperti, jenis konflik

yang terjadi setelah pilkada dan resolusi/penyelesaian masalah pasca pilkada di Kabupaten

Gowa. Beberapa informan dari hasil wawancara adalah Ketua KPUD Kabupaten

Gowa,Anggota KPU, Anggota Panwaslu Kabupaten Gowa.

2. Data sekunder

Dalam penelitian penulis juga melakukan telaah pustaka, yaitu mengumpulkan data dari

penelitian sebelumnya berupa buku, jurnal, koran, mengenai resolusi/penyelesaian masalah

komplik pasca pilkada di Kabupaten Gowa serta sumber informasi lainnya yang berkaitan

dengan masalah penelitian ini.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dikemukakan dalam penyusunan skripsi, menggunakan

teknik:

a. Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara. Wawancara merupakan

alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh

sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara

mendalam. Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

Page 35: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Proses pengumpulan data

dengan wawancara mendalam peneliti membaginya menjadi dua tahap, yakni :

Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan demensi

kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek. Pedoman

wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam

wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam

hal ini adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman

wawancara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat

perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan

wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi yang

disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan

observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku

subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi.

Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah

wawancara selesai. Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik

subjek penelitian. Sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada subjek tentang

kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti

membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan

wawancara.

Kedua, Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat

untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara

dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasrkan wawancara dalam bentuk tertulis.

Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkah-

langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data di akhir bab ini. setelah itu, peneliti

membuat dinamika psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti memberikan saran-

saran untuk penelitian selanjutnya. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara

wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara (interview guide) sehingga

Page 36: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

wawancara tetap berada pada fokus penelitian, meski tidak menutup kemungkinan terdapat

pertanyaan-pertanyaan berlanjut. Informan yang dipilih adalah informan yang benar paham dan

mengetahui permasalahan yang dimaksud ;

Ketua KPU Kabupaten Gowa ( Zainal Ruma, S.Pd )

Anggota Panwaslu Kabupaten Gowa ( Rohani Ningsi, S.Sos )

Ketua KPU Provinsi ( Dr. Jayadi Nas, M.Si )

Anggota KPU Provinsi ( Samsir Rahim, S.Sos., M.Si )

Anggota KPU Kabupaten Gowa :

- Risma Niswaty ( Tim Verifikasi Data )

- Sudirman, SE., M.Si ( Tim verifikasi Data )

- Dra.Mrhumah Majid

- Drs.Maludin Kadir

Wawancara yang dimaksud tentang apa yang menjadi benih konflik serta penyelesaian

masalah pilkada tersebut.

b. Dokumen/Arsip

Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui

pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter ini merupakan metode pengumpulan

data yang berasal dari sumber non manusia. Dokumen berguna karena dapat memberikan latar

belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian. Dokumen dan arsip mengenai berbagai

hal yang berkaitan dengan fokus penelitian merupakan salah satu sumber data yang paling

penting dalam penelitian. Dokumen yang dimaksud adalah dokumen tentang masalah konflik

pasca pilkada di Kabupaten Gowa, dan resolusi konflik yang dilakukan pihak keamanan

E. Teknik Analisis Data

Page 37: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Adapun teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

yang diperoleh dari hasil penelitian diolah secara kualitatif untuk mendapat penjelasan

mengenai upaya bagaimana resolusi konflik pasca pemilukada di Kabupaten Gowa

pada tahun 2010. Adapun angka-angka yang muncul dalam penelitian ini tidak

dimaksudkan untuk dianalisa secara kuantitatif, akan tetapi hanya sebagai pelengkap

memperkuat analisa kualitatif demi pencapaian tujuan penelitian.

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan

luas wilayah 1.883,33 Km², atau setara dengan 3,01 % dari luas Provinsi Sulawesi

Page 38: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Selatan. Keadaan geografisnya digolongkan ke dalam daerah berdimensi dua, yaitu 

terdiri atas  dataran tinggi seluas 80,17% yang meliputi Kecamatan Parangloe, Manuju,

Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu, dan

Kecamatan Biringbulu dan dataran rendah seluas 19,83 % yang terdiri dari 9 (sembilan)

Kecamatan yaitu Kecamatan Bontonompo, Bontonompo Selatan, Bajeng, Bajeng

Barat, Pallangga, Barombong, Somba Opu dan Kecamatan Pattallassang. Wilayah

administrasi Kabupaten Gowa pada tahun 2010 terdiri dari  18 Kecamatan, 122 Desa

dan  45 Kelurahan yang berbatasan dengan 8(delapan) Kabupaten/Kota.

Sebelah Utara:  Kota Makassar, Kab. Maros, Kab. Bone

Sebelah Timur: Kab. Sinjai, Kab. Bulukumba, Kab. Bantaeng

Sebelah Selatan: Kab. Takalar, Kab. Jeneponto,

Sebelah Barat : Kabupaten Takalar, Kota Makassar.

Penduduk Kabupaten Gowa pada Tahun 2010 tercatat sebanyak 652.329 jiwa

yang terdiri dari 320.568 jiwa atau 49,1 persen penduduk laki-laki, dan 331.761 jiwa

atau 50,9 persen penduduk perempuan. Dengan demikian jumlah penduduk

perempuan lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk laki-laki. Angka

perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan (sex ratio) sebesar 96,6

ini berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 96,6 jiwa penduduk

laki-laki. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Gowa pada tahun 2010 dibandingkan

tahun 2009, bertambah sebanyak 35.012 jiwa, atau mengalami pertumbuhan sebesar

5,67 persen.

Penduduk Kabupaten Gowa mayoritas beragama Islam yang memiliki jiwa dan

semangat pengabdian kepada masyarakat dengan dilandasi pada ketaatan dalam

Page 39: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

melaksanakan ajaran dan nilai-nilai agama. Kondisi ini telah terbentuk sejak lama dan

telah melahirkan pemimpin yang memiliki jiwa kepahlawanan dalam pengabdian

kepada masyarakat, yaitu Sultan Hasanuddin dan seorang Sufi penyebar agama Islam

ternama Syekh Yusuf Tuanta Salamaka.

B. Kondisi Sosial Ekonomi

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan penduduk yang

bekerja dan penduduk yang sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan usaha

(penganggur) terhadap penduduk usia kerja (15 tahun ke atas). Hasil survei Sosial

Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2009 menunjukkan bahwa TPAK di Kabupaten

Gowa sebesar 61,89 persen, dimana TPAK penduduk laki-laki sebesar 65,78 persen,

atau jauh lebih tinggi dibanding penduduk perempuan yang hanya memiliki TPAK

sebesar 34,22 persen. Sebagian besar penduduk Kabupaten Gowa yaitu sebesar

42,82 persen bekerja pada sektor pertanian, sektor industri 6,93 persen, sektor

perdagangan 18 persen, sektor jasa 10,99 persen, dan yang bekerja pada sektor

lainnya sebesar 21,26 persen. Indikator yang digunakan untuk mengetahui

perkembangan ekonomi sebagai hasil pembangunan ekonomi adalah Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku. PDRB Kabupaten Gowa Atas Dasar

Harga Berlaku pada Tahun 2007 sebesar Rp. 2.854.932,88 dan pada tahun 2009

sebesar Rp. 4.309.671,23, atau mengalami perkembangan ekonomi sebesar 50,95 %,

atau perkembangan ekonomi rata-rata 16,98 persen per tahun. Adapun Indikator yang

digunakan untuk mengamati hasil-hasil pembangunan ekonomi, adalah pertumbuhan

ekonomi. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan output dalam

suatu perekonomian wilayah. Pertumbuhan ekonomi ini dapat diukur dari nilai PDRB

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000.

Page 40: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

PDRB Kabupaten Gowa Atas Dasar Harga Konstan Pada Tahun 2007 sebesar

Rp. 1,543 milyar rupiah, dan pada Tahun 2009 meningkat menjadi 1,782 Milyar rupiah,

ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009 telah terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar

7,99 persen.

Dengan menggunakan Angka PDRB Kabupaten Gowa Atas Dasar Harga

Berlaku Tahun 2005-2008, menunjukkan bahwa pada Tahun 2005 sektor (lapangan

usaha) pertanian mempunyai kontribusi yang besar, yaitu sebesar 52,16 persen

terhadap PDRB, pada Tahun 2008 Kontribusi Sektor Pertanian mengalami penurunan

sebesar 3,38 persen menjadi 48,78 persen. Penurunan kontribusi Sektor Pertanian

tersebut bergeser kepada peningkatan kontribusi Sektor Jasa-Jasa (pemerintahan

umum dan swasta), dimana pada Tahun 2005 peranan sektor jasa-jasa terhadap

perekonomian Kabupaten Gowa sebesar 14,82 persen, yang pada tahun 2008

meningkat menjadi 18,32 persen. Sektor jasa-jasa yang terdiri dari Sub Sektor Jasa

Pemerintahan Umum dan Sub Sektor Jasa Swasta, pada kurun Tahun 2005-2008

masih didominasi oleh peranan Sub Sektor Jasa Pemerintahan Umum, yaitu sebesar

13,73 persen pada Tahun 2005, meningkat menjadi 17,43 persen pada Tahun 2008.

Sedangkan Sub Sektor Jasa Swasta yang terdiri dari Jasa Sosial / Jasa

Kemasyarakatan, Hiburan dan Rekreasi, dan Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

Pada Tahun 2005 hanya berperan sebasar 1,09 persen, dan pada Tahun 2008

mengalami penurunan menjadi 0,89 persen. PDRB Perkapita Kabupaten Gowa pada

tahun 2005 adalah Rp.3.693.650,-, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi

Rp.5.732.787,-, ini menunjukkan bahwa pada kurun waktu 2005-2008 terjadi

peningkatan sebesar Rp.2.037.137,-, atau sebesar 55,15 persen.

C. Kondisi Pemerintahan

Page 41: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah / RPJPD

Kabupaten Gowa Tahun 2010 – 2025, yakni: ”Gowa Menjadi Andalan Sulawesi

Selatan dan Sejajar Daerah Termaju di Indonesia dalam Mensejahterakan Masyarakat”

Selanjutnya Visi jangka panjang tersebut dijabarkan dalam visi lima tahunan

Pemerintah Kabupaten Gowa sebagai upaya mewujudkan visi jangka panjang secara

konsisten dan  menciptakan kesinambungan arah pembangunan Kabupaten Gowa

dengan dukungan letak geografis yang strategis, potensi sumber daya alam yang

melimpah, dan akar budaya yang kuat, maka dirumuskan visi pemerintah Kabupaten

Gowa 2010-2015, sebagai berikut . “Terwujudnya Gowa yang Handal dalam

Peningkatan Kualitas Masyarakat dan Penyelenggaraan Pemerintahan”.

Secara filosofis, Visi di atas mengandung makna bahwa Kabupaten Gowa

dengan segala potensi dan keunggulannya bercita-cita menempatkan diri sebagai

daerah yang handal dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Sedangkan

arah dan kebijakan pembangunan Kabupaten Gowa pada Tahun 2010-2015,

ditetapkan 5 (lima) Agenda pembangunan yang meliputi :

1. Agenda Peningkatan Kualitas  Sumber Daya Manusia dengan Berbasis Pada Hak-Hak

Dasar Masyarakat

2. Agenda Peningkatan Interkoneksitas Wilayah dan Keterkaitan Sektor Ekonomi

3. Agenda Peningkatan Penguatan Kelembagaan dan Peran Masyarakat

4. Agenda Peningkatan Penerapan Prinsip Tata Kepemerintahan yang Baik

5. Agenda Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Mengacu pada Kelestarian

Lingkungan Hidup

Adapun Landasan kebijakan umum penyusunan APBD Tahun Anggaran 2010,

tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah

Page 42: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Kabupaten Gowa Tahun 2005-2010 dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun

2010. Berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang harus dicapai dalam RKPD Tahun

2010,  maka ditetapkan 6 (enam) prioritas pembangunan tahun 2010, meliputi:  1)

Peningkatan mutu pendidikan. 2) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat.  3)

Peningkatan penanggulangan kemiskinan terpadu. 4)Peningkatan mutu dan produksi

pertanian. 5) Peningkatan kualitas dan akses infrastruktur ke sentra perekonomian. 6)

Peningkatan kompetensi aparatur dan kelembagaan masyarakat.

D. Daftar Calon Bupati

Dalam melaksanakan tahapan pencalonan Pemilu KADA 2010, KPU Kabupaten Gowa

membentuk Kelompok Kerja Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah Kabupaten Gowa Tahun 2010 melauli SK Nomor : 10/SK/KPU-GW/PKWK/II/2010

Tanggal 05 Pebruari 2010 dan menunjuk Nurzainah Pagassingi, SH (Anggota KPU Gowa Divisi

Hukum) sebagai Ketua Kelompok Kerja.

Pelaksanaan Tahapan Pencalonan, KPU Kabupaten Gowa berpedoman pada

Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta Keputusan KPU Gowa Nomor : 02

Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gowa Tahun 2010.

Sebagai langkah awal pencalonan Pemilu KADA 2010, KPU Kabupaten Gowa

melakukan sosialisasi Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 Tentang Pedomen Teknis Tata

Cara Pencalonan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan Keputusan KPU

Gowa Nomor : 02 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan

Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gowa Tahun 2010 kepada

segenab warga masyarakat, Tokoh Masyarakat, LSM, Pengurus Partai Politik, Panwas

Pemilukada, Muspida serta wakil masyarakat lainnya.

Page 43: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Kedua atas undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

bahwa Peserta Pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah :

1. Pasangan Calon yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik.

2. Pasangan Calon Perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.

Calon dari Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, KPU Gowa telah menetapkan SK

KPU Gowa Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Syarat Prosentasi Perolehan Kursi dan Perolehan

Suara bagi Partai Politik atau Gabungan Partai Politik untuk mengusung bakal pasangan calon

pada Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gowa Tahun 2010

yakni Parpol atau Gabungan Parpol harus memenuhi sekurang-kurangnya 15% dari jumlah

kursi DPRD Kabupaten Gowa atau 15% dari akumulasi perolehan suara sah dalam Pemilihan

Umum Anggota DPRD Kabupaten Gowa (45 Kursi x 15% = 7 Kursi atau 315.924 suara x 15%

= 47.388,60 suara).

Pasangan Calon Perseorangan, KPU Gowa menetapkan syarat dukungan berdasarkan

SK KPU Gowa Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Penetapan Syarat Dukungan Pasangan Calon

Perseorangan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gowa

Tahun 2010 yakni sebanyak 4% dari jumlah penduduk Kabupaten Gowa.(695.697 x 4% =

27.827,88 orang dibulatkan menjadi 27.828 orang.

Pada Tanggal 15 s/d 16 Pebruari 2010 sesuai jadwal pada tahapan Pemilu KADA

Kabupaten Gowa 2010, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gowa mengeluarkan

pengumuman pencalonan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gowa Tahun

2010 di media massa melalui Pengumuman Nomor 63/KPU-GW/II/2010.

Page 44: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Respon masyarakat atas pengumuman yang dikeluarkan oleh KPU Kabupaten Gowa

dibuktikan dengan adanya penyerahan dukungan dari calon perseorangan sebanyak 3 (tiga)

bakal pasangan calon yaitu:

Tabel. 01

Daftar Calon Perseorangan

No.Tanggal

Pemasukan Dukungan

Bakal Pasangan CalonJumlah

DukunganJumlah

Kecamatan

116 Pebruari

2010Syarifuddin Tembo – Muh. Lutfie Yusuf

32.609 10

219 Pebruari

2010Ahmad Pidris Zain – Abdul Ravy Rasyid

41.585 18

319 Pebruari

2010Drs.H.A.Mappaturung – Drs.H.M.Burhanuddin M

35.199 18

Sumber : Arsip Pilkada 2010 KPU Kab.Gowa

Dukungan masing-masing bakal pasangan calon perseorangan di serahkan berupa

Hardcopy 2 (dua) rangkap ( 1 (satu) rangkap asli dan 1 (satu) rangkap copyan) serta Softcopy

berupa data dalam kepingan CD. Pada saat masing-masing bakal calon pasangan

menyampaikan dukungan, KPU Kabupaten Gowa menjelaskan mekanisme atau tata cara

verifikasi dukungan sebagaimana telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

Dukungan dari bakal calon perseorangan tersebut kemudian dipilah-pilah per

Kecamatan dan desa/kelurahan untuk kemudian diserahkan ke masing-masing PPS melaui

PPK untuk dilakukan verifikasi administrasi dan faktual di desa/kelurahan masing-masing.

Masa pendaftaran bakal pasangan calon oleh Partai Politik/Gabungan Partai Politik

serta bakal Calon Perseorangan adalah Tanggal 14 s/d 20 Maret 2010. KPU Kabupaten Gowa

dalam penerimaan pendaftaran bakal pasangan calon dari partai politik/gabungan partai politik

atau bakal pasangan calon perseorangan melakukan kegiatan :

Page 45: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

1. Menerima berkas pendaftaran dari bakal pasangan calon dari partai politik/gabungan

partai politik atau bakal pasangan calon perseorangan.

2. Mencatat dalam buku registrasi :

i. Nama bakal pasangan calon

ii. Hari, Tanggal dan Waktu Penerimaan

iii. Alamat dan Nomor Telepon Bakal Pasangan Calon

3. Memeriksa berkas kelengkapan administrasi

4. Memberikan tanda bukti penerimaan pendaftaran sebagai bakal pasangan calon dari

partai politik/gabungan partai politik atau bakal pasangan calon perseorangan.

Sampai batas akhir pendaftaran, ada 5 (lima) bakal pasangan calon Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gowa yang mendaftar yakni:

Tabel. 02

Daftar Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gowa

No. Bakal Pasangan CalonHari/Tgl.

Pendaftaran

Usul Parpol/Gabungan

Parpol/ Perseorangan

Partai Pengusung

1. Ahmad Pidris Zain

dan

Abdul Ravy Rasyid,SH,MA

Senin,15 Maret 2010

Perseorangan

2. Syaripuddin Tembo, SE

dan

Ir. Muhammad Lutfie Yusuf

Senin, 5 Maret 2010

Perseorangan

3. Drs.Andi Maddusila A.Idjo

dan

Jamaluddin Rustam,SH,MH

Rabu,17 Maret 2010

Gabungan Parpol

1. Partai Karya Peduli Bangsa

2. Partai Peduli Rakyat Nasional

3. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

4. Partai Keadilan Sejahtera

Page 46: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

5. Partai Perjuangan Indonesia Baru

6. Partai Kebangkitan Bangsa

7. Partai Demokrasi Pembaruan

8. Partai Damai Sejahtera

9. Partai Bulan Bintang

10. Partai Indonesia Sejahtera

11. Partai Sarikat Indonesia

4. H. Ichsan Yasin Limpo, SH

Dan H.Abdul Razak Badjidu,S.Sos

Kamis,18 Maret 2010

Gabungan Parpol 1. Partai Hati Nurani Rakyat

2. Partai Amanat Nasional

3. Partai Kedaulatan

4. Partai Persatuan Daerah

5. Partai Demokrasi Kebangsaan

6. Partai Golongan Karya

7. Partai Persatuan Pembangunan

8. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

9. Partai Bintang Reformasi

10. Partai Patriot

11. Partai

Page 47: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Demokrat

5. Drs. H.A.Mappaturung dan

Drs.H.M.Burhanuddin Matakko

Sabtu, 20 Maret 2010

Perseorangan

Sumber : Arsip Pilkada 2010 KPU Kab.Gowa

E. Daftar Tim Verifikasi

Tabel 03Tim verifikasi administrasi dan faktual KPU Kabupaten Gowa

NO TIM / ANGGOTA TIM JABATAN DALAM TIM KECAMATAN

  TIM I  

1 HIRSAN BACHTIAR, S.SosKetua BONTONOMPO

SELATAN

2 A. RUSLAN IDRIS, SH Koordinator TOMPOBULU  

3 FARID YUSDIANSYAH Anggota BIRINGBULU  

4 SYUBAIR RACHIM Anggota    

  TIM II    

1 DRS. SYARIFUDDIN KULLE, M.Pd Ketua SOMBA OPU  

2 DRS. H. MUSTAFA GANI, MM Koordinator BONTOMARANNU

3 ASRUL MUSTAFA GANI, SE Anggota TINGGIMONCONG

4 BAHARUDDIN Anggota TOMBOLO PAO

  TIM III    

1 SUDIRMAN, SE, M.Si Ketua PALLANGGA  

2 H. SYAMSU ALAM, B.Sc Koordinator BONTONOMPO

3 MUSLIM Anggota BAROMBONG

4 BALIGAU Anggota PARIGI  

  TIM IV    

1 RISMA NISWATY, SS., M.Si Ketua BAJENG  

Page 48: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

2 RAJAHINDI, SE Koordinator BAJENG BARAT

3 PIETER BANA Anggota BUNGAYA  

4 FIRMANSYAH, ST Anggota BONTOLEMPANGAN

  TIM V    

1 NURZAINAH PAGASSINGI, SH Ketua PATTALLASSANG

2 DRS. ABDUL HAE' Koordinator PARANGLOE  

3 LUKMAN, SE Anggota MANUJU  

4 SYAMSUL BAHRI, SE Anggota    

Sumber : Arsip KPU Kab. Gowa

Verifikasi administrasi dan faktual tambahan dokumen yang dilakukan oleh Tim yang telah

dibentuk oleh KPU Kabupaten Gowa dibantu/bekerjasama dengan PPK dan PPS dilaksanakan

pada Tanggal 05 s/d 18 April 2010.

Untuk memudahkan verifikasi dilapangan Tim verifikasi dari KPU Kabupaten Gowa

senantiasa berkoordinasi dengan Tim pemenangan bakal pasangan calon dan meminta Tim

Pemenangan bakal pasangan calon agar mengumpulkan pendukungnya di suatu tempat untuk

kemudian Tim verifikasi bekerjasama dengan PPS dan PPK setempat melakukan verifikasi

factual.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis menguraikan dua hal, dari hasil penelitian yang kembali dibahas

yaitu resolusi konflik pasca pemilukada dan dampak dari resolusi konflik pasca pilkada di

kabupaten Gowa. Kedua hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

A. Resolusi konflik pasca pemilukada di Kabupaten Gowa

Page 49: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Pemilihan Umum Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang sering disebut

dengan pemilukada, baik dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur maupun

pemilihan bupati/ wali kota dan wakil bupati/wakil wali kota merupakan perwujudan

pengembalian hak-hak rakyat dalam memilih pemimpin di daerah. Pemilukada

langsung tersebut, rakyat memiliki kesempatan dan kedaulatan untuk menentukan

pemimpin daerah secara langsung, bebas, rahasia, dan otonom, sebagaimana rakyat

memilih presiden dan wakil presiden (eksekutif), dan anggota DPD, DPR, dan DPRD

(legislatif).

Pemilukada merupakan instrument politik yang sangat strategis untuk

mendapatkan legitimasi politik dari rakyat dalam kerangka kepemimpinan kepala

daerah. Legitimasi diartikan sebagai keabsahan, konsep penting dalam suatu sistem

politik. Legitimasi diartikan sebagai keyakinan anggota-anggota masyarakat bahwa

wewenang yang ada pada seseorang, kelompok, atau pengusaha adalah wajar dan

patut dihormati. Legitimasi atau keabsahan adalah keyakinan dari pihak anggota

(masyarakat) bahwa sudah wajar bagi rakyat untuk menerima baik dan menaati

penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan dari rezim itu. Jadi secara garis besar

bahwa legitimasi atau keabsahan adalah salah satu syarat penting bagi seorang

pemimpin dalam menjalankan pemerintahan terhadap rakyatnya. Legitimasi adalah

komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlandaskan hukum,

moral, dan sosial. Jadi seorang kepala daerah yang memiliki legitimasi adalah kepala

daerah yang terpilih dengan prosedur dan tata cara yang sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan serta melalui proses kampanye dan pemilihan yang demokratis

dan sesuai dengan norma-norma sosial dan etika politik dan didukung oleh suara

terbanyak.

Page 50: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Secara yuridis pengaturan mengenai pencalonan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2004. Dari beberapa

pasal tersebut memberikan kewenangan yang sangat besar kepada KPUD dalam

menerima pendaftaran, meneliti keabsahan persyaratan pencalonan dan menetapkan

pasangan calon, yang walaupun ada ruang bagi partai politik atau pasangan calon

untuk memperbaiki kekurangan dalam persyaratan adminitrasi, namun dalam praktek

beberapa kali terjadi pada saat penetapan pasangan calon yang dirugikan. Seperti

yang di utarakan oleh ketua KPU Bapak Zainal Ruma. Spd :

“KPU itukan sifatnya hirarkis berhubungan erat dengan kabupaten dengan pusat jadi kami selalu bekerja sesuai aturan-aturan atau mekanisme yang sudah ada baik yg tertulis maupun tidak tertulis. Karena itu sudah digaris oleh baik itu KPU pusat maupun provinsi, tetapi pada umumnya pesta demokrasi setiap kabupaten selalu ada hambatan, kami dari KPU merasa telah menjalankan fungsi dari UU bahwa kedua pihak telah bermusyawarah untuk mufakat demi kesepakan mengakui hasil dari putusan”. 26

Perubahan sistem politik dengan diberlakukannya sistem pemilhan langsung di daerah

tidak sepenuhnya memberikan arti perubahan yang positif. Pemilukada langsung pada

prakteknya ternyata memunculkan serangkaian konflik dalam pelaksanaanya, hal tersebut

berbanding terbalik dengan tujuan awal diterapkannya sistem pemilukada untuk menciptakan

pemimpin daerah yang lebih berkualitas. Seperti yang dikemukakan oleh anggota KPU Ibu Dra.

Marhumah Majid :

”Kalau kita bicara pilkada khususnya pilkada di gowa seharusnya tidak ada masalah karena kita sebagai anggota KPU berangkat dari aturan aturan yg berlaku tapi kenyataan kita lihat setiap pilkada di seluruh kabupaten selalu ada masalah, seperti yang terjadi di gowa, dan masalah itu rata rata selalu berakhir di mahkama konstitusi. Masalahnya mulai dari persoalan DPT, maupun masalah dari para kandidat yg kurang memahami mekanisme atau aturan dalam Pemilukada.27

26 Wawancara dengan Zainal Ruma, ketua KPU Gowa, pada tangggal 17/09/2012 pukul 15.00 Wita 27 Wawancara dengan Dra. Marhumah Majid, anggota KPU Gowa, pada tanggal 18/09/2012 pukul 11.00 Wita

Page 51: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Konflik yang terjadi di kabupaten Gowa pada pemilukada 2010 baik mengenai

persoalan DPT maupun masalah antar para kandidat dapat diselesaikan oleh mediator

yang berwewenang untuk menyelesaikan konflik, contohnya lembaga KPU, Kepolisian,

dan Mahkamah Konstitusi. Mediasi sangat berperan dalam menentukan nasib dari

pemerintahan daerah.

Pemilukada juga bisa disebut sebagai sistem filterisasi dari sebuah situasi politik

yang menjadikan aktor lokal memiliki peran penting sebagai elit politik dalam

pemerintahan daerah. Pilkada sebagai sistem sensor sehingga mampu menyaring

setiap organ dan kelompok masyarakat yang hendak menduduki pemerintahan di

tingkat lokal. Jadi bisa dikatakan bahwa setiap komponen masyarakat dan organ yang

hendak masuk dalam tingkatan elit ataupun aktor lokal maka akan terseleksi melalui

pilkada langsung. Jadi nantinya peran dari aktor lokal yang menjadi elit politik akan

sangat menentukan nasib dari pemerintahan daerah yang dijalankannya dalam

pemerintahan.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan prinsip

demokrasi. Sesuai dengan pasal 18 ayat 4 UUD 1945, kepala daerah dipilih secara

demokratis. Dalam UU NO.32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, diatur

mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih secara

langsung oleh rakyat, yang diajukan oleh partai politik atau gabungan parpol.

Sedangkan didalam perubahan UU No.32 Tahun 2004, yakni UU No.12 Tahun 2008,

Pasal 59 ayat 1b, calon kepala daerah dapat juga diajukan dari calon perseorangan

yang didukung oleh sejumlah orang. Secara ideal tujuan dari dilakukannya pilkada

adalah untuk mempercepat konsolidasi demokrasi di Republik ini. Selain itu juga untuk

mempercepat terjadinya good governance karena rakyat bisa terlibat langsung dalam

Page 52: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

proses pembuatan kebijakan. Hal ini merupakan salah satu bukti dari telah berjalannya

program desentralisasi.  Daerah telah memiliki otonomi untuk mengatur dirinya sendiri ,

bahkan otonomi ini telah sampai pada taraf otonomi individu.

Selain semangat tersebut, sejumlah argumentasi dan asumsi yang memperkuat

pentingnya pilkada adalah: Pertama, dengan Pilkada dimungkinkan untuk

mendapatkan kepala daerah yang memiliki kualitas dan akuntabilitas. Kedua, Pilkada

perlu dilakukan untuk menciptakan stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan di

tingkat lokal. Ketiga, dengan Pilkada terbuka kemungkinan untuk meningkatkan kualitas

kepemimpinan nasional karena makin terbuka peluang bagi munculnya pemimpin-

pemimpin nasional yang berasal dari bawah atau daerah.

Sejak diberlakukannya UU No.32 Tahun 2004, mengenai pemilukada yang

dipilih langsung oleh rakyat, telah banyak menimbulkan banyak persoalan yang

dipahami sebagai sengketa pilkada, diantaranya waktu yang sangat panjang, sehingga

sangat menguras  tenaga dan pikiran, belum lagi bia ya yang begitu besar , baik dari

segi politik (issue perpecahan internal parpol, issue tentang money politik, issue

kecurangan dalam bentuk penggelembungan suara yang melibatkan instansi resmi) ,

sosial (issue tentang disintegrasi sosial walaupun sementara, black campaign, dan lain-

lain)  maupun financial.

Sengketa Pemilukada diatur dalam pasal 106 Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 yang pada intinya menyatakan bahwa sengketa hasil penghitungan suara dapat

diajukan oleh pasangan calon kepada pengadilan tinggi untuk pilkda bupati/walikota

dan kepada MA untuk pilkda Gubernur. Putusan yang dikeluarkan pengadilan

tinggi/Mahkamah Agung bersifat final. Setelah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 kewenangan penyelesaian sengketa pilkada beralih dari Mahkamah Agung

ke Mahkamah Konstitusi.

Page 53: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahuri 2004 maupun Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2008 kewenangan pengadilan untuk mengadili sengketa Pilkada hanya

terbatas pada sengketa hasil yang mempengaruhi pemenang Pilkada,

permasalahannya adalah bagaimana apabila terjadi sengketa di luar hasil

penghitungan suara, selain itu beberapa putusan baik Mahkamah Agung maupun

Mahkamah Konstitusi menimbulkan kontroversi di masyarakat, akibatnya penyelesaian

Pilkada berlarut-larut.

Selama ini tidak hanya sengketa hasil penghitungan suara yang terjadi dalam

Pemilukada, seperti permasalahan DPT, permasalahan pencalonan baik terjadinya

permasalahan di internal partai politik maupun pemenuhan persyaratan Pilkada.

Meskipun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maupun Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 sudah membatasi kewenangan pengadilan hanya sebatas sengketa hasil

penghitungan suara, namun pengadilan sering menabrak aturan tersebut. Sesuai

dengan argumen di atas  Rohani Ninggsih S.Sos mengemukakan :

“Demikian pula sistem kerja antara Panwaslu dan KPU demikian pula aturan aturan yg tidak memberikan ruang gerak yg sangat luas bagi proses demokrasi ini ujung-ujungnya memang selalu ada konflik atau masalah di dalamnya karena pihak yang kalah kadang tidak menerima hasil dari ketetapan yang telah ditetapkan dan pihak ini pula yang kadang melakukan benturan. Padahal sebenarnya di dalam pertarungan politik apakah itu pertarungan pencalonan bupati, gubernur ataupun presiden setiap kandidat harus siap menang dan siap kalah. Sering terjadi di lapangan ada kandidat yg kalah sering menuntut diadakannya pemilahan ulang, sebenarnya itu betul. Pada hal ketentuan undang-undang tidak mengatakan demikian. Kandidat yg merasa suaranya kurang dan mencari suara yg hilang itu mempengaruhi total keseluruhan dari jumlah suaranya maka itu boleh dilkukan pemilahan ulang tapi kalo tidak undang-undang mengatakan tidak perlu”.28

Argument diatas dipahami penulis sebagai acuan kepada setiap kandidat agar

dapat menerima semua keputusan/ketetapan karena dalam konsep yang penulis

pahami bahwa dalam teori Jon Burton terdapat konflik yang dikenal sebagai konflik

28 Wawancara dengan Ibu Rohani Ningsi.S.Sos, anggota Panwaslu, pada tanggal 24/09/2012 pukul 13.00 wita

Page 54: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

manang kalah yaitu sebuah hasil dari konflik dan dimana seharusnya dapat

menciptakan perdamaian. Pada akhirnya siapapun yang menang dalam rana politik

yaitu Pemilukada pasti akan memikirkan perkembangan pemerintahan yang

dibawahinya meskipun ada sedikit kepentingan alokasi kekuasaan didalam

masyarakat.

Masalah pemenangan Pemilukada  mengandung latar belakang

multidimensional.  Ada yang bermotif  harga diri pribadi (adu popularitas); Ada pula

yang bermotif mengejar kekuasaan dan kehormatan; Terkait juga  kehormatan Parpol

pengusung; Harga diri Ketua Partai Daerah yang sering memaksakan diri untuk maju.

Di samping tentu saja ada yang mempunyai niat luhur untuk memajukan daerah,

sebagai putra daerah. Dalam kerangka motif kekuasaan bisa difahami, karena “politics

is the struggle over allocation of values in society”.(Politik merupakan perjuangan untuk

memperoleh alokasi kekuasan di dalam masyarakat). Untuk mendapatkan prestise

seperti yang terurai di atas maka cara-cara “lobbying, pressure, threat, batgaining and

compromise”  seringkali terkandung di dalamnya.

Dalam Undang-undang tentang Partai Poltik  UU No. 2 tahun 2008, yang telah

dirubah dengan UU No. 2 Tahun 2011, selalu dimunculkan persoalan budaya dan etika

politik. Selain itu konflik lain yang sering menjadi bagian/persoalan dalam partai politik

yaitu sistem perekrutan calon KDH (Bupati, Wali kota, Gubernur) bersifat transaksional,

dan hanya orang-orang yang mempunyai modal financial besar, serta popularitas

tinggi, yang dilirik oleh partai politik, serta beban biaya yang sangat besar untuk

memenangkan pilkada/pemilukada, akibatnya tidak dapat dielakan maraknya korupsi di

daerah, untuk mengembalikan modal politik sang calon,serta banyak Perda-Perda yang

bermasalah,dan memberatkan masyarakat dan iklim investasi. Dalam hal ini berbeda

Page 55: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

dengan argumentasi dari mantan Anggota KPU Ibu Risma Niswaty mengemukakan

bahwa :

“Persoalan konflik Pilkada di Gowa untuk kejadian tahun 2010 lalu, sebenarnya persoalan itu dimulai pada tahap pencalonan itu terjadi karena KPU itu sendiri sebenarnya, didalam melakukan aktifitasnya selama proses pemeriksaan berkas itu tidak sepenuhnya menjalankan peraturan KPU 68 tahun 2009. Dalam aturan itu kita sebagai penyelenggara menverifikasi semua berkas. Lalu ketika ada berkas yg dipakai pada thn 2005, harusnya itu kita minta diperbaiki di tahun 2010 karena kita memperlakukan calon lain seperti itu. Tapi ada perlakuan khusus terhadap incamben (memasukkan berkas lama). Ketika periode 2010 ini KPU sempat ada perpecahan diakibatkan proses pergantian ketua. Ketua yg lama ”Syaripudding kulle, dari Birokrat bertugas selama kurang lebih 2 bulan terus terjadi pergantian” ( terjadi devisiasi ) yg secara internal tidak sehat. Yang seharusnya kita bekerja sebagai tim misalnya saling melaporkan apa yang kita periksa/dapatkan ( transparansi ) dan itu tidak terjadi sesuai yg seharusnya.29

Kebijakan mengenai syarat dukungan calon perseorangan tersebut  tertuang dalam 

keputusan KPU Gowa Nomor 04 tahun 2010 tertanggal 11 Januari 2010 tentang  Penetapan

Syarat tentang Jumlah Dukungan Pasangan Calon Perseorangan  Pemilihan Umum Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah  Kabupaten Gowa tahun 2010 yang di dalamnya

menyebutkan:

a. Bakal Pasangan Calon Perseorangan dapat mendaftarkan diri sebagai bakal

pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gowa

apabila memenuhi syarat dukungan sekurang-kurangnya 4% (empat persen)

dari jumlah penduduk Kabupaten Gowa yaitu 695.697 x 4% = 27.827,88 jiwa

dibulatkan menjadi 27.828 jiwa.

b. Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebar dilebih dari

50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan di Kabupaten Gowa yaitu : 18

Kecamatan x 50% = 9 Kecamatan.

29 Wawancara dengan Ibu Risma Niswaty, mantan anggota KPU Kab. Gowa (defisi teknik penyelenggara) . Pada tanggal 25/09/2012 pukul 11.00 wita.

Page 56: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Peraturan dan tata cara pencalonan tersebut telah disosialisasikan oleh Ketua Pokja

Pencalonan dengan cara melakukan pertemuan dengan pengurus parpol, Panwaslukada,

Muspida, tokoh masyarakat, dan LSM.  Terkait dengan pencalonan tersebut, KPU Gowa

mengumumkan informasi ini melalui pengumuman di surat kabar harian local  pada tanggal 15-

16 Februari 2010.  Dalam  Keputusan KPU Kabupaten Gowa Nomor 03 Tahun 2010 tentang

Penetapan Persyaratan Perolehan Jumlah Kursi Atau Suara Sah Partai Politik Atau Gabungan

Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten

Gowa Tahun 2010 Partai Politik atau gabungan Partai Politik dapat mendaftarkan bakal

Pasangan Calon apabila memenuhi persyaratan :

1. Memperoleh kursi pada Pemilihan Umum Anggota DPRD Kabupaten Gowa

Tahun 2009 paling sedikit 15% (lima belas perseratus) dari jumlah kursi DPRD

Kabupaten Gowa yaitu 45 Kursi x 15%  = 7 Kursi.

2. Memperoleh Suara Sah pada Pemilu Pemilihan Umum Anggota DPRD

Kabupaten Gowa Tahun 2009 paling sedikit 15% (lima belas perseratus) dari

akumulasi Perolehan Suara Sah Tingkat DPRD Kabupaten Gowa yaitu 315.924

suara x 15% = 47.388,60 suara dibulatkan menjadi 47.389 suara.

KPU Kabupaten Gowa setelah menerima surat pencalonan beserta lampirannya,

melakukan penelitian berupa verifikasi dan klarifikasi serta menerima masukan dari masyarakat

terhadap pasangan calon. Verifikasi dilakukan terhadap kelengkapan berkas administrasi surat

pencalonan dan persyaratan calon dan melakukan klarifikasi terhadap kebenaran dokumen

yang diajukan.  Verifikasi terhadap kelengkapan dan keabsahan berkas administrasi surat

pencalonan dan persyaratan calon dilakukan pada tanggal 21 s/d 27 Maret 2010.

Pada masa penelitian berkas bakal pasangan calon usungan Gabungan Partai Politik,

ada beberapa surat masuk terkait keabsahan kepengurusan partai karena beberapa alasan

antara lain : Pengurus Partai Pengusung adalah Pengurus tidak sah karena telah

dipecat/diberhentikan.

Page 57: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Pencalonan tidak bersyarat karena surat pencalonan tidak disepakati dan tidak dilengkapi

dengan surat kesepakatan oleh partai pengusung. Partai Politik mengusung dua calon berbeda

dengan dua pengurus yang berbeda pula.

            KPU Kabupaten Gowa juga menerima masukan/pengaduan dari kelompok masyarakat

yang menamakan dirinya Koalisi Masyarakat dan Tim pemenangan dari bakal pasangan calon

yang melaporkan adanya penggunaan ijazah palsu oleh salah satu calon kepala daerah

Kabupaten Gowa . Berdasarkan masukan/pengaduan dari elemen masyarakat tersebut, KPU

Kabupaten Gowa melakukan klarifikasi dan analisa administrasi terhadap Ijazah calon Kepala

Daerah A.n. Ichsan Yasin Limpo (IYL) sebagai berikut :

Ijazah SD yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari SD Monginsidi I (dulu SD

Negeri Pembangunan II) menyatakan benar telah menempuh pendidikan sampai dengan kelas

VII pada Tahun 1976. Surat Keterangan tersebut dikuatkan dengan Surat Keterangan Diknas

Kota Makassar No : 421.2/0889/DPK/IV/2005 yang menjelaskan tentang system pendidikan

saat itu bahwa benar yang bersangkutan adalah siswa belajar program SD  Pembangunan

berkelas 8 (delapan) tahun, bahwa dalam program tersebut siswa yang telah menyelesaikan

pendidikan sampai dengan kelas VII disetarakan telah lulus SD, namun untuk program ini

belum mendapatkan Surat Tanda Tamat Belajar dikarenakan system ini utuh satu paket sampai

SMP.

            Berdasarkan fakta tersebut, karena kewenangan KPU hanya melakukan

verifikasi/penelitian secara administrasi maka dengan penjelasan sekolah dan Diknas sebagai

lembaga yang paling berwenang sebagaimana ketentuan Peraturan KPU tentang pencalonan,

maka KPU Gowa memutuskan bahwa surat keterangan tersebut telah memenuhi syarat. 

Ijazah SMP; laporan sekelompok masyarakat bahwa ijazah SMP Ichsan Yasin Limpo

adalah palsu yang diperkuat dengan bukti-bukti berupa photocopy ijazah dan photocopy ijazah

pembanding yang dikeluarkan pada tahun yang sama yaitu tahun 1976. Laporan tersebut

diterima pada Tanggal 16 April 2010 (masih dalam tahap verifikasi ulang berkas calon).

Page 58: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Terhadap keberatan tersebut, KPU Gowa  berupaya melakukan  verifikasi faktual ke

SMP Negeri 27 Makassar (dulu SMP Jongaya) secara tertulis pada Tanggal 17 April 2010.        

Pada Tanggal 19 April 2010, klarifikasi Kepala Sekolah SMP 27 Makassar tidak diperoleh,

namun oleh KPU Gowa hal tersebut tidak bisa mempengaruhi proses atau tahapan yang sudah

terjadwalkan karena persoalan ijazah palsu tentu harus melalui proses pembuktian dalam

proses hukum, sedangkan KPU Gowa sebatas melakukan verifikasi Administrasi dimana ijazah

SMP Ichsan Yasin Limpo telah dilegalisir oleh instansi yang berwenang. Untuk itu KPU Gowa

tetap memutuskan bahwa selama belum ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum

tetap, ijazah Ichsan Yasin Limpo secara administrasi memenuhi syarat. Hal ini dilakukan

dengan mengacu pada  ketentuan Pasal 9 ayat (2) huruf f Peraturan KPU Nomor 68 Tahun

2009 yang berbunyi ”apabila terdapat pengaduan atau laporan tentang ketidakbenaran ijazah

bakal pasangan calon disemua jenjang pendidikan, kewenangan atas laporan tersebut

diserahkan kepada pihak pengawas Pemilu dan Kepolisian, sampai dengan terbitnya putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Peraturan KPU  Nomor 68 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara

Pencalonan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah belum

diimplementasikan sebagaimana yang tercantum dalam konsiderannya.  Pasal yang

belum diimplementasikan dengan baik adalah Pasal 9 PKPU 68/2009, terutama

konsideran yang mengharuskan KPU melakukan verifikasi faktual terkait dengan

laporan ijazah salah seorang pasangan calon. KPU Kabupaten Gowa juga menerima

masukan/pengaduan dari kelompok masyarakat yang menamakan dirinya Koalisi

Masyarakat dan Tim pemenangan dari bakal pasangan calon yang melaporkan adanya

penggunaan ijazah palsu oleh salah satu calon kepala daerah Kabupaten Gowa.

Berdasarkan fakta tersebut, karena kewenangan KPU hanya melakukan

verifikasi/penelitian secara administrasi maka dengan penjelasan sekolah dan Diknas

sebagai lembaga yang paling berwenang sebagaimana ketentuan Peraturan KPU

Page 59: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

tentang pencalonan, maka KPU Gowa memutuskan bahwa surat keterangan tersebut

telah memenuhi syarat.  Karena otoritas yang dimiliki KPU ditentukan oleh UU dan

persyaratan untuk ikut Pemilu juga ditetapkan dalam UU, maka logika sederhananya

adalah bahwa KPU mutlak harus mendasarkan pelaksanaan otoritas tersebut sesuai

dengan UU. Sudirman, SE, M.Si mengemukakan :

“Dalam aturan yg kita pakai, Peraturan 68 tahun 2009 ini menyebut kita harus menverifikasi data ke lembaga yg berwenang, Misalnya ke DIKNAS yg seharusnya KPU sudah bisa melihat bahwa Pak Ihksan tidak punya Ijaza SD,yg ada Cuma Surat keterangan, misalnya bahwa Pak Ihksan Surat ketrangan pernah bersekolah. Lalu orang yg memeriksa berkas Pak Ihksan sudah bisa melihat bahwa terjadi kesalahan ( SD 75 dan SMP 76 ) yg seharusnya akselarasipun seharusnya selisih 2 tahun persoalan ini tidak muncul karna semua berkas hanya dipegang sama satu orang Ketua POKJA pencalonan Ibu Nursaida Pagassing.30

Dalam hal ini sekedar untuk diketahui, dugaan penggunaan Ijazah SLTP oleh Bupati

Gowa awalnya diungkapkan oleh LSM Gempar, saat pemilihan Bupati Gowa 23 juni tahun

kemarin. Bahkan LSM gempar melaporkan temuan tersebut ke KPU dan Polres Gowa, setelah

dilakukan penyelidikan lebih jauh, dalam kasus ini ditetapkan tiga orang sebagai tersangka

yakni, Gassing Daeng Kulle, Takdir, dan bekas kepala sekolah SMP Jongata ( kini SMP Negeri

27 Makassar ).

Hasil penelitian laboratorium Forensik juga menenjuk Ijazah itu palsu, hanya saja,

hingga saat ini baik rencana dari Polda untuk memeriksa Ichsan Yasin Limpo belum diutarakan,

Kepala Seksi Ekonomi dan Moneter Kejati sulselbar Syamsul Kasim yang menerima Akib dan

rombongan mengaku akan segea mengakomodir tuntutan masyarakat Gowa. Semua berkas

pencalonan tidak disimpan di ruang KPU, tetapi disimpan sendiri oleh Pokja pencalonan. Pokja

pencalonan selalu tertutup terhadap ketua KPU. Anggota KPU Sulsel Samsir Rahim S.Sos.,

M.Si menuding, Hirsan tidak bekerja secara tim yang menyebabkan terjadi masalah pada

verifikasi kandidat calon, mengulangi kesalahan serupa pada varifikasi calon legislatif

30 Sudirman, SE, M.Si ketua Tim III verifikasi administrasi dan faktual KPU Kabupaten Gowa

Page 60: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

sebelumnya. Dari hasil penjelasan Hirsan, Syamsir menyimpulkan KPU Gowa melakukan

penetapan calon sebelum ada surat keterangan dari sekolah tentang legalitas ijazah Ichsan.

Lain halnya Berdasarkan fakta, karena kewenangan KPU hanya melakukan verifikasi/penelitian

secara administrasi maka dengan penjelasan sekolah dan Diknas sebagai lembaga yang paling

berwenang sebagaimana ketentuan Peraturan KPU tentang pencalonan, maka KPU Gowa

memutuskan bahwa surat keterangan tersebut telah memenuhi syarat.

Konflik Pemilukada Gowa dalam penyelesaiannya dengan Arbitrase dimana KPU

Kabupaten Gowa menyerahkannya ke KPU Provinsi dan KPU Provinsi menindaklanjuti dengan

menyerahkannya ke Mahkamah Konstitusi. Seperti yang diungkapkan Samsir Rahim S.Sos.,

M.Si :

“ konflik ini kemudian diserahkan ke KPU Provinsi, namun KPU Provinsi kemudian melimpahkan wewenang ke Mahkamah Konstitusi untuk penentuan hasil berdasarkan ketentuan yang berlaku secara konstitusional” 31

Pasangan calon kepala daerah Kabupaten Gowa, Andi Maddusila Andi Idjo dan

Jamalauddin Rustam, meminta Mahkamah Konstitusi langsung menetapkan mereka sebagai

pemenang pemilihan. Sebab, menurut perhitungan keduanya, mereka memperoleh suara

melampaui pasangan calon nomor empat, Ichsan Yasin Limpo-Abdul Razak Badjidu, yang

telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum Gowa sebagai pemenang.

Pemohon mendalilkan KPU Gowa dengan memasukkan pemilih tanpa Nomor Induk

Kependudukan, pemilih ber-NIK ganda, dan pemilih di bawah umur, telah menggelembungkan

jumlah pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap hingga 63.072 orang. Maka, perolehan Ichsan-Abdul

Razak yang tadinya 184.628 harus dikurangi 63.072 menjadi cuma 121.556 suara, di bawah

perolehan suara pemohon yang berjumlah 134.409.

Adapun dalam permohonan subsidernya, Andi Maddusila-Jamaluddin meminta

Mahkamah membatalkan Berita Acara KPU Gowa tentang hasil penelitian kelengkapan

31 Wawancara dengan Samsir Rahim S.Sos, M.Si selaku Anggota KPU Sulsel

Page 61: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

pasangan calon Ichsan-Abdul Razak karena ijazahnya palsu, serta mendiskualifikasi Ichsan-

Abdul Razak. Pemohon juga meminta Mahkamah memerintahkan KPU Gowa memperbaiki

Daftar Pemilih Tetap dan mengulang pemilihan umum

Mahkamah Konstitusi dalam putusannya menolak permohonan gugatan perkara hasil

pemilihan umum Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan yang diajukan pasangan Andi Maddusila

Andi Idjo-Jamaluddin Rustam. Permohonan Andi Maddusila Andi Idjo-Jamaluddin Rustam

tidak diterima karena permohonan didaftarkan melampaui tenggat waktu yang ditentukan.

Seharusnya, permohonan didaftarkan maksimal 3 hari setelah penerimaan berita acara rekap.

Maka, ketika berita rekap diterima 28 Juni 2010, permohonan maksimal didaftarkan ke MK

pada 1 Juli 2010. Namun, faktanya permohonan diajukan pada 7 Juli 2010.

Pada umumnya jangka waktu 90 hari bagi pelaksanaan Pemilukada dapat mencakup

lima tahapan, yakni pendaftaran dan penetapan calon pasangan, kampanye, pemungutan

suara, penghitungan suara dan penetapan pasangan pemenang. Seperti dalam kasus Pilkada

Gowa Sulawesi Selatan, KPUD melalui Surat KPUD Gowa No. 01/SK/KPUGW/PKWK/X/2009

tanggal 21 Oktober 2009 menetapkan jadwal tahapan pilkada, yakni tahapan pendaftaran dan

penetapan calon berakhir 21 April 2010 dan penetapan pasangan pemenang pada 02 Juli

2010. Dalam kasus ini misalnya, tenggang 90 hari menjadi persoalan ketika pihak pertama atau

pihak ketiga baru merasakan kepentingannya dirugikan pada awal Juli atau tepatnya memasuki

tahapan pasangan pemenang.

Dalam kasus Pilkada Gowa di atas, partai-partai pengusung Andi Maddusila baru

merasa kepentingannya dirugikan ketika Badan Kehormatan KPU Provinsi Sulawesi Selatan

memeriksa anggota KPUD Gowa. Hasil pemeriksaan menunjukkan ada kesalahan yang

dilakukan KPUD Gowa dalam melakukan verifikasi bakal calon kandidat pemilukada Gowa.

Kesalahan tersebut berupa lolosnya bakal calon yang diduga tidak memenuhi syarat secara

formal. Kesalahan KPUD menjadi titik awal bahwa ada kepentingan para partai pengusung

Page 62: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Andi Maddusila yang dirugikan. Padahal informasi bahwa KPUD melakukan kesalahan tersebut

muncul ketika tahapan pemilukada sudah selesai. 

Berdasarkan hasil penelitian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa resolusi konflik

dalam Pemilukada tahun 2010 di Kabupaten Gowa dilakukan sesuai dengan teori resolusi

konflik Jhon Burton dimana pemecahan konflik harus dilakukan terlebih dahulu yaitu mencari

akar permasalahan konflik. Akar permasalahan konflik Pemilukada Gowa terjadi karena

gugatan hasil pemilukada oleh pasangan Andi Maddusila Andi Idjo dan Jamalauddin Rustam

terhadap pasangan Ichsan-Abdul Razak yang diduga menggunakan ijazah palsu pada saat

verifikasi calon bupati dan wakil bupati 2010-2014. Cara penyelesaian konflik menggunakan

Arbitrase dimana diselesaikan secara yudisial dengan melibatkan KPU dan Mahkamah

konstitusi, menolak hasil gugatan dan secara legal memenangkan pasangan Ichsan-Abdul

Razak sebagai bupati dan wakil bupati Kabupaten Gowa 2010-2014.

B. Dampak Resolusi Konflik Pasca Pilkada di Kabupaten Gowa

Dari hasil penelitian ini telah menemukan beberapa dampak dari penyelenggaraan

pemilukada yang berujung pada konflik dalam beragam bentuk. Pemilukada Gowa akhirnya

memberhentikan lima anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku tim yang memverifikasi

data calon kepala dan wakil kepala daerah. Kelima tim verifikasi tersebut yakni ketua KPU

Gowa (Hirsan Bachtia), dan empat orang anggotanya yakni Sudirman SE M.Si, Nurzainah

Pagasinngi SH , Risma Niswaty SS. M.Si dan Drs. Syarifuddin Kulle S.Pd. Seperti yang

diungkapkan Samsir Rahim:

“ Dampak dari konflik yang terjadi adalah adanya pemecatan lima anggota KPU Kabupaten Gowa selaku tim verifikasi yang dianggap kurang bekerja secara profesional yang seharusnya tim verifikasi itu bekerja secara tim tetapi hal tersebut tidak dilakukan dan ini disebabkan karena adanya perpecahan didalam anggota KPU itu sendiri.”32

32 Wawancara dengan Samsir Rahim, S.Sos. M.Si selaku Anggota KPU Provinsi

Page 63: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Adapun dampak positif dari pemecatan kelima anggota Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Gowa ialah mengembalikan kepercayaan masyarakat Gowa terhadap

kelembagaan KPU. Sesuai yang diungkapan Bapak Jayadi Nas :

“ Dampaknya itu adalah untuk menguatkan kelembagaan yaitu menimbulkan suatu hal yang sangat baik karena tentu masyarakat disana yang selama ini mengatakan ada masalah dengan tugas yang dilaksanakan oleh KPU Gowa. Itukan merusak citra lembaga dengan dipecatnya kelima anggota KPU Gowa ini bahwa itu menjawab bahwa ada upaya dari pihak KPU Provinsi untuk mengembalikan citra lembaga sehingga dengan demikian dampaknya ialah kembali normal tingkat kepercayaan publik itu kepada kami.” 33

Dalam pelaksanaan kewenangan KPU harus berjalan sesuai aturan yang berlaku dan

dalam hal ini Komisioner maupun sekertariat dituntuk aktif dan berhati-hati bahwa dalam

pelaksanaan kegiatan mereka harus tunduk dan patuh pada peraturan Per_UU_an yang ada,

ada kode etik sebagai penyelenggara yang harus dilakukan dan diindahkan. Tentu ada suatu

suasana yang lebih baik dalam konteks, bahwa anggota KPU yang dipecat harus intropeksi diri,

dengan suasana baru ini tentu mereka harus hati-hati karena sanksi itu bukan hanya untuk

komisioner tetapi juga berlaku kepada staf yang lain.

Pemberian sanksi kepada anggota KPU didasarkan pada alasan. Pertama mereka

dianggap telah melakukan pelanggaran sumpah dan janji sebagai pihak penyelenggara dalam

hal ini setia dan taat pada peraturan perundang-undangan. Faktanya, mereka mereka tidak

mengindahkan beberapa hal tersebut.  Di satu sisi, mereka sudah mengatakan memenuhi

syarat namun di kemudian hari melakukan verifikasi lagi. Sanksi pemecatan seluruh anggota

KPU ini karena mereka dianggap bertanggung jawab secara kolektif atas kesalahan dalam

pemilukada. Itu juga sesuai rekomendasi Dewan Kehormatan sesuai UU Nomor 22 tahun 2007

tentang Penyelenggara Pemilu pada pasal 111 ayat 8 yang menyebutkan bahwa rekomendasi

Dewan Kehormatan bersifat mengikat.

Bapak Samsir Rahim mengungkapkan :

33 Wawancara dengan Ketua KPU Provinsi Bapak Dr. Jayadi Nas, M.Si

Page 64: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

“ Berbeda setelah keluar ketetapan MK yang memutuskan bahwa penetapan Ikhsan sebagai kepala Daerah tidak dapat diganggu gugat, disini terlihat ada sedkit pemulihan konflik antara pihak-pihak yang terkait sebab jika masih ada pihak yang mempermasalahkan atau belum menerima hasil dari ketetapan MK maka pihak-pihak yang terlibat akan berhubungan langsung dengan Hukum yang berlaku.”

Setelah lahirnya UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan

Umum, telah memungkinkan MK untuk memutus perselisihan hasil pilkada. Hal ini

disebabkan karena adanya perubahan rezim pilkada menjadi rezim pemilu. Melalui UU

No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, terminologi pemilihan

kepala daerah dirubah menjadi pemilihan umum kepala daerah. Bab I Pasal 1 UU No.

22 tahun 2007 mempunyai maksud bahwa Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah adalah pemilu untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah secara

langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD

1945 Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan demikian, apabila pemilihan kepala daerah masuk rezim pemilu maka

penanganan sengketa hasil pemilihan kepala daerah menjadi kewenangan Mahkamah

Konstitusi sesuai dengan Pasal 24C ayat (1) Perubahan UUD 1945. Persoalannya, UU

No 32 tahun 2004 masih mengatur perselisihan hasil pilkada menjadi kewenangan

Mahkamah Agung sehingga perlu adanya regulasi lebih lanjut untuk mempertegas

pengaturan mengenai sengketa hasil pemilihan kepala daerah.

Pada dasarnya kualitas demokrasi harus dibangun melalui mekanisme konsensus

kolektif dimana rakyat harus dilibatkan dalam setiap proses politik tanpa diskriminasi karena

demokrasi hanya mengenal hukum kolektivitas yang menganulir dominasi kelompok elite atas

suara mayoritas. Akan tetapi, yang kerap jadi persoalan, bagaimana menata demokrasi massa

menuju tertib politik.

Page 65: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Dari argumentasi diatas penulis dapat menyimpulkan, harapan bahwa pemilukada dapat

mengembangkan kualitas demokrasi di daerah justru semakin jauh. Rakyat memilih langsung

pemimpin yang disukainya berdasarkan penampilan sang elite atau program yang akan

dijalankannya. Namun, dengan praktik politik uang, cara-cara manipulasi dilakukan sehingga

tujuan demokrasi itu tidak akan tecapai.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan hasil penelitian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

Page 66: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

1. Suatu konflik politik dapat dilihat dalam suatu fenomena yang terjadi karena

perbedaan kepentingan antar individu atau kelompok dimana adanya perbedaan

padangan antar partai politik karena pebedaan ideologi.sehingga resolusi konflik

dapat diterapkan secara optimal jika dikombinasikan dengan beragam mekanisme

penyelesaian konflik lain yang relevan.mekanisme tersebut dapat dijalakan sesuai

dengan aturan yang berlaku. Penyelesaian konflik pemilukada tahun 2010 di

Kabupaten Gowa dilakukan dengan cara menemukan akar permasalahan dan

melakukan Arbitrasi penyelesaian secara yudisial dengan melibatkan Mahkamah

konstitusi dan memenangkan pasangan pasangan Ichsan-Abdul Razak dan

menolak gugatan Andi Maddusila-Jamaluddin.

2. Dampak penyelesaian konflik .adalah pemecatan lima anggota KPU Kabupaten

Gowa yang dinilai kurang profesional dalam menjalankan tugas dan wewenang

sebagai tim yang menverifikasi data calon kepala daerah dan wakil kepala

daerah.

C. Saran

Agar kekurangan dan kelemahan dalam pelaksanaan pilkada tidak terjadi pada

pilkada selanjutnya, maka KPU Gowa memandang perlu adanya rekomendasi untuk

perbaikan, sebagai berikut:

1. Penjelasan atas regulasi berkaitan dengan pelaksanaan pilkada harus dipertegas.

2. Dalam pelaksanaan pemilukada, perlu pelibatan secara aktif individu-individu yang

memiliki pengalaman,tanggung jawab dan integritas terhadap proses pemilukada.

3. Pihak yang melakukan validasi pemilih dan yang mendistribusi kartu pemilih hendaknya

adalah lembaga yang sama sehingga tidak terjadi kerancuan data dan overlapping

tugas. Penanggung jawab pendataan pemilih hendaknya dibebankan pada Badan

Pusat Statistik yang berkompeten dalam hal pendataan.

Page 67: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Hamzah. 1996. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Fajar Mulia.

Agustino, Leo, 2007. Perihal Ilmu Politik, Memahami Ilmu Politik, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Page 68: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Bandle, Robert F. 1973. The Origins of Peace. New York: the Free Press.

Chandra, Robby. 1992. Konflik dalam kehidupan sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius.

Chilcote, Ronald. H. 2003. Teori Perbandingan Politik “Penelusuran Paradigma”. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Giddens, Anthony. 1987. Perdebatan Klasik dan Kontemporer Mengenai Kelompok,Kekuasaan dan Konflik. Jakarta: Rajawali.

Hermawan, Yulius. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan Metodologi. Yogyakarta :Graha Ilmu.

J. E.Lokollo. dkk. 1997, Seri Budaya Pela-Gandong dari Pulau Ambon, Ambon: Lembaga Kebudayaan Maluku.

Jon Burton. 1990. conflict: Resolution and Prevention (New York: St Martin’s Press).

Merelas Jalan Sosiologi. http://compsoc.bandungfe.netlintro/part06.html. Diakses 10 Desember 2007.

May Rudy, T. 2003. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: PT Refika Aditama.

Muin, Ma’arif. 1999. Manual Advokasi: Resolusi Konflik Etnik dan Agama Surakarta:Ciscore.

Rauf, Maswadi. 2000. Konsensus Politik, sebuah panjajangan teoritis. Jakarta: Dirjen Dikti.

Surabakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Midiasarana.

UI, LKBH, 1998. Kekerasan dalam politik yang over Akting, Pustaka pelajar, Yogyakarta.

Page 69: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3699... · Web viewRESOLUSI KONFLIK PASCA PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN GOWA. Skripsi. Disusun Sebagai Salah

Search Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik diakses 28/05/2011 jam 11.09

http://www.artikata.com/arti-347394-rekonsiliasi.html diakses 28/05/2011 jam 11.15.

http://rismaniswatyunm.blogspot.com/2012/10/implementasi-kebijakan-pencalonan-pada.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Political_Order_in_Changing_Societies

http://theresiahestik. Wordpress. Com/2010/03/08/Teori-Konflik, diakses 27/ 11/ 2011