supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang...

22
HAKIKAT BANGSA (PENGERTIAN,CIRI – CIRI,DAN FUNGSI BAHASA DARI SUDUT PANDANG LUDWIG WITTGEINSTEIN) Makalah ini disusun untuk mengikuti Kuliah bahasa indonesia KELOMPOK II PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDRAPRASTA JAKARTA 2012

Transcript of supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang...

Page 1: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

HAKIKAT BANGSA (PENGERTIAN,CIRI – CIRI,DAN FUNGSI BAHASA DARI SUDUT PANDANG LUDWIG WITTGEINSTEIN)

Makalah ini disusun untuk mengikuti

Kuliah bahasa indonesia

KELOMPOK II

PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDRAPRASTA

JAKARTA 2012

Page 2: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “HAKIKAT BAHASA”.

Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian Hakikat Bahasa atau yang lebih khususnya membahas pengertian, ciri-ciri,dan fungsi bahasa dari sudut pandang Lidwig Wittgeinstein. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang hakikat bahasa

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa memberkati segala usaha kita.

Amin.

Jakarta,4 oktober 2012

Penyusun

Page 3: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangB. Perumusan MasalahC. TujuanD. Kegunaan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

A. SimpulanB. SaranC. Daftar PustakaD. Lampiran Nama Anggota

Page 4: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media komunikasi. Semakin lama bahasa mengalami berbagai perkembangan. Perkembangannya ada yang berdampak positif, ada juga yang berdampak negatif. Untuk meminimalisir pengaruh negatif dari perkembangan bahasa yang terjadi saat ini, diperlukan pemahaman dasar tentang bahasa.

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan judul makalah ini “Hakikat Bahasa”, akan memaparkan pemahaman-pemahanan ,ciri-ciri, fungsi dan pengertian dasar tentang bahasa yang saat ini sudah mulai terlupakan yang diambil dari sudut pandang Ludwig Wittgenstein.

C. Tujuan

Dengan adanya makalah ini, diharapkan pendengar dan pembaca dapat tahu dan mengerti pemahanan dasar tentang hakikat bahasa menurut sudut pandang Ludwig Wittgenstein. Dengan tahu dan mengerti, setiap individu dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar khususnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan tidak lagi menggunakan bahasa yang tidak baku dan mengerti makna dari hakikat bahasa itu sendiri.

D. Kegunaan

Agar interaksi masyarakat Indonesia berjalan dengan lancar. Jika semua masyarakat sudah paham tentang apa itu bahasa Indonesia, itu akan membuktikan bahwa bangsa kita mempunyai jati diri yang kuat.

Page 5: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Hakikat Bahasa

Hakekat bahasa merupakan gambaran logis realitas dunia, yang tersusun atas proposisi-

proposisi dan menggambarkan keberadaan suatu peristiwa secara faktual (state of affairs).

Dengan kata lain penggunaan bahasa dalam analisis teori filsafat harus mampu

mengungkapkan secara obyektif fakta tentang dunia, dan hal ini harus dilakukan dengan

menggunakan bahasa berdasarkan logika. Dengan bahasa dapat dikatakan dengan jelas apa

yang ingin dikatakan, sedangkan untuk menjelaskan apa yang tidak dapat dikatakan

Wittgenstein menggunakan metafora dan analogi. Berdasarkan teori tersebut, menurut

Wittgenstein metafisika itu tidak mengungkapkan realita fakta sehingga tidak bermakna.

Dalam hubungannya dengan ungkapan Tuhan, estetika dan etika Wittgenstein menyebutnya

bersifat mistis. Bagi Wittgenstein, bahasa itu seperti permainan olah raga yang mempunyai

aturannya masing-masing. Di dalam aturan-aturan itulah ditemukan suatu bentuk kehidupan

(form of life), yakni bahasa berkelindan dengan pola aktivitas dan karakter manusia, dan

makna bahasa diproses melalui ekspresi kebersamaan dan kodrat pengguna bahasa.

Perhatian utama Wittgenstein pada periode kedua ini, tidak dipusatkan pada ikhtiar

membangun satu bahasa ideal (bahasa logika) untuk dijadikan pondamen berbahasa. Ia

menyadari bahwa bahasa yang diformulasikan melalui logika sebenarnya tidak secara niscaya

dapat dikembangkan dalam filsafat. Alasannya adalah bahwa bahasa tidak saja digunakan untuk

mengungkapkan proposisi-proposisi logis tetapi juga digunakan untuk berbagai hal yang

berbeda-beda. Dari segi pragmatik, Wittgenstein memastikan bahwa terdapat keranekaragaman

bentuk, cara dan konteks penggunaan bahasa yang menyulitkan upaya untuk mengasalkan

berbagai keanekaragaman ini pada suatu kriteria tertentu ia mengatakan : “It is interesting to

compare the multiplicity of the tools in language and of the ways they are used, the multiplicity

of kinds of word and sentence with what logicians have said about the structure of language.

(including the author of the Tractatus Logico-Philosopphius)”. “We see that what we call

“sentence” and “language” have not the formal unity that I imagined, but are families of

structures more or less related to one another”.

Kerangka pikir seperti tersebut di atas menjelaskan peralihan kiblat filosofis Wittgenstein

dalam filsafat analitika bahasa. Philosophical Investigations tidak bertolak dari asumsi ontologis

Page 6: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

tentang hakikat realitas dunia fakta dan bahasa, tetapi menekankan refleksi kritis (penyelidikan)

atas objek material bahasa. Menurut Wittgenstein, bahasa sehari-hari telah cukup untuk

menjelaskan masalah-masalah dalam filsafat. Anggapan ini didasarkan pada asumsi Wittgenstein

tentang makna bahasa. Makna sebuah kata adalah tergantung penggunaannya dalam suatu

kalimat. Makna kalimat adalah tergantung penggunaannya dalam bahasa sedangkan makna

bahasa adalah tergantung penggunaannya dalam hidup. Karena itu Wittgenstein menyarankan

agar pemahaman terhadap bahasa mesti dianalisis berdasarkan penggunaannya dalam konteks-

konteks tertentu (meaning in use). Hal ini disampaikan Wittgenstein pada paragraf pertama

Investigations melalui contoh yang diambil dari pengakuan Agustinus. Dalam contoh tersebut,

Wittgenstein menampilkan berbagai unsur yang turut berperanan dalam tindakan berbahasa

seseorang. Memahami bahasa berarti turut memperhitungkan berbagai unsur yang melekat pada

bahasa yang digunakan.

Namun kelihatannya, upaya untuk memperoleh pemahaman komprehensif tentang bahasa

akan menemui kesulitan jika disadari adanya keanekaragaman bentuk, cara dan konteks

penggunaan bahasa. Dengan ini pemahaman terhadap bahasa berpeluang menjadi semakin kabur

oleh karena memperhitungkan berbagai macam hal yang mempengaruhi tindakan berbahasa.

Pertanyaan yang patut disampaikan di sini adalah apakah dalam pemikiran seperti ini analisis

terhadap bahasa itu mungkin? Kalau pun mungkin, apakah metode yang relevan untuk

digunakan dalam menganalisis makna bahasa dalam beragam penggunaannya tersebut?

Menurut Wittgenstein, manusia senantiasa terlibat dalam bahasa dan dalam penggunaan bahasa

tersebut kendati pun beranekaragam tetap memiliki aturan tata bahasa tertentu. Karena itu

penyelidikan terhadap penggunaan bahasa dapat dianalisis berdasarkan aturan tata bahasa

tersebut. Wittgenstein menyebut penyelidikan semacam ini sebagai sebuah penyelidikan

gramatikal (Gramamatical Investigations). Ia menjelaskan bahwa penyelidikan gramatikal

merupakan sebuah klarifikasi gramatikal terhadap penggunaan bahasa dengan intensi untuk

memperlihatkan adanya suatu indikasi yang berlaku secara umum. Indikasi ini dapat dipandang

sebagai sebuah kemiripan dari berbagai macam ragam penggunaan gramatis bahasa. Tujuan yang

hendak dicapai dari penyelidikan gramatikal ini yaitu untuk menunjukkan perbedaan penggunaan

bahasa dalam berbagai bidang kehidupan manusia serta spesifikasi yang memberikan karakter

pada tiap ragam penggunaan dalam setiap konteks kehidupan. Dengan menempatkan bahasa

dalam komponen-komponen yang terspesifikasi itu, pemahaman akan bahasa yang disampaikan

Page 7: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

menjadi jelas. Singkatnya penyelidikan gramatikal merupakan metode untuk mendapatkan

kejelasan makna penggunaan bahasa dalam kehidupan manusia.

Apa yang dimaksudkan dengan bahasa sehari-hari dalam konteks ini tidak hanya merupakan

bahasa lisan tetapi juga bahasa dalam wacana tulisan.

B. Permainan Bahasa

Makna sebuah kata adalah penggunaannya dalam kalimat, makna sebuah kalimat adalah

penggunaannya dalam bahasa dan makna bahasa adalah penggunaannya dalam berbagai konteks

kehidupan manusia. Oleh karena itu yang patut dipertanyakan dalam hal ini adalah bagaimana

sebuah kata digunakan, bukan arti dari kata tersebut. Mengenai language games (permainan

bahasa), Wittgenstein mengatakan bahwa kita harus melihat, membaca dan memahami suatu

bahasa dalam konteksnya masing-masing. Artinya di sini ada aturan atau norma dalam

menggunakan bahasa di berbagai bidang kehidupan. Dalam pemikiran yang kedua ini,

Wittgenstein tidak lagi mendasarkan pada bahasa ideal dan logis, tetapi mengembangkan

pemikiran tentang pluralitas bahasa dalam kehidupan manusia. Walau demikian baik pada teori

pertama maupun kedua bagi Wittgenstein bahasa adalah elemen yang esensial di dalam pikiran

manusia.

Filsafat Wittgenstein tersebut relevan bagi pengembangan filsafat bahasa baik menyangkut

aspek ontologis, epistemologis maupun aksiologis. Secara ontologis konsep permainan bahasa

menunjukkan hakekat kehidupan manusia dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, orang

lain, masyarakat, alam serta terhadap Tuhan. Bisa dikatakan kajian bahasa dalam hal ini untuk

mendeskripsikan permainan bahasa dalam kehidupan manusia. Secara epistemologis, setiap

penggunaan bahasa dalam kehidupan manusia memiliki aturannya masing-masing yang sangat

beragam serta tidak terbatas. Aturan itu sulit jika hanya ditentukan secara normatif, serta sulit

ditentukan batas-batasnya secara tepat, tetapi manusia memahami bagaimana menggunakan

bahasa dalam setiap aspek kehidupan yang sangat beraneka ragam tersebut.

Sedangkan pada aspek aksiologis penggunaan bahasa adalah sebagai sarana dalam

berkomunikasi mengungkapkan suatu makna. Untuk mengetahui hakekat makna yang

terkandung dalam suatu ungkapan bahasa, kita harus memahami nilai-nilai yang terkandung

dalam kehidupan manusia dalam hubungannya dengan penggunaan ungkapan bahasa tersebut.

Dari pemahaman mengenai konsep bahasa ditinjau secara ontologs, epistemologis maupun

Page 8: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

aksiologis di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara manusia dengan

bahasa, yaitu manusia sebagai sebab dan bahasa sebagai akibat. Berdasarkan kenyataan ini nilai

yang melekat pada bahasa ditentukan oleh eksistensi manusia sebagai subyek Nilai sendiri dapat

dipahami manusia melalui akal budi serta kesadarannya. Seseorang mampu berpikir tentang

sesuatu, memiliki suatu imajinasi serta mampu berkreativitas karena ia memiliki akal budi dan

kesadaran.

Makna bahasa bukan terdapat dalam bahasa atau penutur bahasa melainkan terdapat dalam

kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu untuk mengkaji makna bahasa harus dilakukan

pengamatan terhadap kehidupan manusia dalam hubungannya dengan aturan penggunaan bahasa

tersebut. Setiap konteks penggunaan bahasa memiliki aturan masing-masing. Dalam aturan

beserta penggunaannya dalam kehidupan manusia itulah akan ditemukan makna bahasa.

Obyektivitas kebenaran suatu ilmu akan tercapai manakala ontologi dan aksiologi makna bahasa

tidak tumpang tindih dengan subyek penutur bahasa yaitu manusia. Makna bahasa yang dikaji

pada kehidupan manusia dan merupakan nilai tersebut digunakan secara pragmatis dalam

kehidupan manusia pula.

Permainan bahasa merupakan konsep yang fundamental dalam Philosophical Investigation,

seperti halnya teori gambar dalam Tractatus. Dalam upaya membuka kabut kesalahpahaman

bahasa dalam filsafat, Wittgenstein berkeyakinan bahwa penyelidikan filosofis mesti dihantar

pada konteks penggunaan bahasa dalam kalimat dan dalam hubungan antara kalimat itu dengan

tindakan bahasa tertentu. Hal ini diasumsikan oleh gagasan yang menyatakan bahwa setiap

penggunaan bahasa memiliki aturan main tersendiri. Misalnya perintah untuk “membawa lima

buah papan” berbeda dengan laporan “membawa lima buah papan”. Penggunaan kalimat

“membawa lima buah papan” pada analisis tersebut, menggambarkan perbedaan makna dalam

konteks penggunaan bahasa yang berbeda-beda oleh karena “aturan main” yang berbeda-beda.

Wittgenstein berpendapat bahwa terdapat banyak permainan bahasa bahkan tak terhitung

jumlahnya sehingga memiliki sifat yang sangat beragam dan kompleks misalnya melaporkan

suatu kejadian, meramalkan kejadian, menceritakan pengalaman dan aneka bentuk permainan

bahasa lainnya.

Wittgenstein mengawali deskripsinya tentang permainan bahasa dengan menyatakan bahwa

permainan bahasa berkaitan dengan bahasa sehari-hari yang bersifat sederhana. Permainan

bahasa merupakan sebuah proses alamiah penggunaan bahasa natural sejak kanak-kanak karena

Page 9: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

itu Wittgenstein menyebut permainan bahasa sebagai sebuah bahasa primitif. Secara lebih luas

Wittgenstein mengatakan bahwa keseluruhan tindakan penggunaan bahasa dalam konteks

kehidupan manusia senantiasa terjalin dalam suatu hubungan tata permainan bahasa. Setiap

ragam bahasa memiliki tata permainan bahasa tertentu. Dengan kata lain, bahasa adalah

penampakan dari permainan bahasa.

Permainan bahasa merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi karena permainan

bahasa bersifat spasio-temporal (dikondisikan oleh konteks waktu dan tempat tertentu). Dalam

permainan bahasa tidak ada satu norma baku yang mengikat dan berlaku absolut bagi setiap

ragam penggunaan walaupun untuk ragam penggunaan yang sama. Misalnya pada ragam bahasa

perintah pada dua peristiwa yang berbeda. Kita dapat mengatakan bahwa pada permainan bahasa

dalam ragam perintah yang satu berbeda dari permainan bahasa dalam ragam perintah yang lain.

Perintah pada saat sekarang bisa berarti mubazir pada masa yang akan datang. Perintah pada

waktu lampau bisa jadi tidak lagi aktual untuk dilaksanakan pada masa sekarang. Karena itu

permainan bahasa itu bersifat unik, dinamis, tidak tetap (mutable) dan sesuai konteks (follow the

situations).

Kendatipun demikian, hal itu tidak berarti bahwa permainan bahasa tidak memiliki karakter

normatif. Justru sebaliknya permainan bahasa merujuk pada aturan-aturan tertentu dalam bahasa

yang diacu oleh setiap pengguna bahasa yang berbeda-beda. Wittgenstein mengatakan : ”Suatu

permainan hendaklah berpedoman pada suatu aturan. Dalam suatu permainan catur jika sudah

ditentukan bahwa ”raja” memegang peranan yang sangat penting, maka ketentuan itu merupakan

bagian yang esensial dalam permainan tersebut. Apakah kita dapat melanggar aturan yang telah

ditentukan di sini? Pelanggaran itu hanya menunjukkan bahwa kita tidak mengetahui petunjuk

yang sebenarnya tentang aturan permainan itu. Mungkin kita tidak memahami aturan tersebut

secara baik sehiingga mengerti salah petunjuk yang menggariskan agar kita berpikir tiga langkah

ke depan sebelum menggerakkan setiap buah catur. Jika kita menjumpai penerapan aturan ini di

atas papan catur, kita tentu akan merasa kagum dan memahami maksud dan tujuan suatu aturan,

(entahkah aturan ini untuk mencegah kita melakukan sesuatu tanpa suatu pertimbangan yang

pasti).

Analogi di atas menunjukkan bahwa dalam berbagai macam permainan bahasa terdapat

aturan main tersendiri yang dijadikan pedoman dalam permainan tersebut. Aturan main ini

berlaku secara spesifik karena itu tidak dapat dicampuradukkan satu dengan yang lain karena

Page 10: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

penerapan aturan main yang satu kepada aturan main yang lain akan menimbulkan kekacauan

dalam berbahasa. Misalnya aturan main dalam ragam bahasa santai tidak dapat dimasukkan

sebagai ragam yang sah dari penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, mustahil bilamana kita

menentukan suatu permainan bahasa yang bersifat umum berlaku dalam setiap konteks

kehidupan. Sebaliknya, bahasa akan memiliki makna jika mampu mencerminkan aturan-aturan

yang terdapat dalam setiap konteks penggunaannya yang sifatnya beraneka ragam dan tidak

terbatas.

Mengatakan bahwa permainan bahasa bersifat unik, berbeda-beda dan tidak

tercampurbaurkan tidak dengan sendirinya memungkiri adanya suatu pola umum yang dapat

menjembatani beberapa permainan bahasa tertentu. Dalam tataran praktis kita menemukan

adanya penggunaan kata atau kalimat yang sama kendatipun untuk maksud dan konteks yang

berbeda-beda. Dalam hal ini Witttgenstein berbicara tentang adanya kemiripan keluarga (family

resemblance).Ia mengatakan: ”Saya kira tidak ada ungkapan yang lebih sesuai untuk

mengungkapkan kesamaan ini selain “aneka kemiripan keluarga’. Aneka kemiripan di antara

anggota keluarga itu terlihat pada bentuk, penampakan, warna mata, sikap, temperamennya dan

lain sebagainya. Walaupun nampaknya simpang siur namun terletak dalam jalur yang sama dan

hal ini sebagai bentuk permainan bahasa dalam sebuah keluarga. ”Dalam hal ini penggunaan kata

atau kalimat yang sama dengan pelbagai cara yang berbeda bukanlah berarti memiliki makna

yang sama melainkan memiliki dasar-dasar kemiripan yang bersifat umum. Selain itu, dalam

ragam bahasa yang sama meskipun memiliki arti yang berbeda dapat dilihat adanya suatu

kemiripan yang menjadi pola umum dari ragam bahasa tersebut. Misalnya, pada ragam bahasa

berdoa selalu ditutup dengan kata ”amin” atau dalam ragam bahasa doa permohonan ditemui

sebuah kemiripan nada memohon meskipun diungkapkan dengan kalimat yang berbeda untuk

tujuan yang berbeda.

Dalam gagasan permainan bahasa, terdapat beberapa pokok pengertian yang dapat diambil

dari pemikiran Wittgenstein sebagai berikut: Pertama, ada banyak permainan bahasa akan tetapi

tidak ada hakikat yang sama di antara permainan-permainan bahasa tersebut. Esensi setiap

permainan bahasa pada prinsipnya berbeda satu dengan lainnya tergantung pada konteks

penggunaannya. Namun demikian di antara permainan-permainan ini dikenal adanya suatu

kemiripan (kemiripan keluarga). Kedua, karena permainan bahasa ini tidak memiliki satu hakikat

yang sama, maka timbul kesulitan dalam hal menentukan batas-batas permainan dengan secara

Page 11: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

tepat mengenai permainan tersebut. Kita hanya dapat mengetahui kemiripan bukannya kesamaan

dari berbagai permainan bahasa karena batas-batasnya.

Bahasa memiliki beberapa ciri atau sifat yang hakiki, sifat atau ciri itu antara lain :

1.      Bahasa itu adalah sebuah system.

2.      Bahasa itu berwujud lambang.

3.      Bahasa itu berupa bunyi.

4.      Bahasa itu bermakna.

5.      Bahasa itu bersifat unik.

6.      Bahasa itu bersifat universal.

7.      Bahasa itu bervariasi.

8.      Bahasa itu merupakan identitas penuturnya.

1.2 Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa :

         Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antar anggota keluarga

ataupun anggota-anggota masyarakat.

         Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan,emosi atau tekanan-

tekanan perasaan pembaca.

         Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota

masyarakat. Melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat

istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakatnya.

         Fungsi kontrol social, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.

Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi :

         Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan perilaku orang lain.

         Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.

         Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.

         Fungsi heuristik, yakni bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu.

         Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi.

Page 12: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

         Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan  informasi.

Fungsi bahasa Indonesia :

         Bahasa resmi kenegaraan

         Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

         Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan   pelaksanaan pembangunan nasional serta 

kepentingan pemerintah

         Alat pengembangan kebudayaan

Fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa baku :

         Fungsi Pemersatu, artinya bahasa Indonesia mempersatukan suku bangsa yang berlatar budaya

dan bahasa yang berbeda-beda.

         Fungsi pemberi kekhasan, artinya bahasa baku memperbedakan bahasa itu dengan bahasa

yang lain.

         Fungsi penambah kewibawaan, penggunaan bahasa baku akan menambah kewibawaan atau

prestise.

         Fungsi sebagai kerangka acuan, mengandung maksud bahwa bahasa baku merupakan

kerangka acuan pemakaian bahasa.

Page 13: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Wittgenstein telah menunjukkan kepada kita bahwa bahasa tidaklah dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Kita tidak dapat memahami dan menggambarkan bagaimana realita

kehidupan di dunia ini tanpa bahasa, serta kita tidak dapat memaksudkan suatu apapun tanpa

bahasa. Manusia tidak mungkin keluar dari sistem bahasa untuk melihat dunia secara obyektif.

Makna dari pikiran dan ekspresi kita tidak dapat lepas dari bahasa. Untuk mengetahui dan

mempertanyakan nama, ataupun ekspresi, kita harus melihat bagaimana penggunaan nama atau

ekspresi tersebut di dalam permainan bahasa.

3.2 Saran

Penulis berharap semoga pembaca dapat mengerti arti dari hakikat berbahasa itu sendiri

dan mulai belajar bagaimana berbahasa yang baik dan benar, tidak lagi menggunakan kata-kata

yang tidak pada tempat atau pun fungsinya seta berharap makalah ini dapat berguna dan menjadi

pelajaran berharga bagi para pembaca.

Page 14: supriadipanggabean.webnode.com€¦  · Web viewPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

Daftar Pustaka

Keraf Gorys,Dr, 1984. Tata Bahasa Indonesia . Flores: Nusa Indah.

Chaer Abdul,Drs, 1994. Linguistik Umum . Jakarta : Rineka Cipta.

http://fia-s1unipdu.blogspot.com/2008/12/analisa-filsafat-ludwing-wittgenstein.html[9

agustus 2009]

Admin, 2009 :Bahasa dan Sastra Indonesia: guru pembaharu.com.