· Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26...

101
TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI

Transcript of  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26...

Page 1:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJADAN TRANSMIGRASI

Page 2:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

BAB XII

TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJADAN TRANSMIGRASI

A. TENAGA KERJA

1. Pendahuluan

Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah satu masalah mendesak dalam rangka pembangunan Indone-sia, karena mencakup secara langsung usaha pencapaian Trilogi Pembangunan yaitu pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas. Pengalaman selama lima tahun terakhir memberi petunjuk diper-lukannya usaha yang mendasar agar masalah tersebut dapat di-atasi. Menurut perkiraan selama Repelita IV rata-rata per-tambahan angkatan kerja per tahun 1.864 ribu atau 2,8%. Gambaran yang lebih nyata mengenai masalah ketenagakerjaan ini dapat dilihat dari hasil Survai Antar Sensus (SUPAS) 1985.

Pada Tabel XII-1, Survai Penduduk Antar Sensus tahun 1985 menunjukkan bahwa dari 62.457.138 angkatan kerja yang bekerja, antara lain 34.141.809 orang (54,7%) bekerja di sek-tor Pertanian, 9.345.210 orang (15,0%) di sektor Perdagangan, 5.795.919 orang (9,3%) di sektor Industri Pengolahan, 2.095.577 orang (3,4%) di sektor Bangunan, dan 415.512 orang (0,7%) di sektor Pertambangan dan Penggalian. Khususnya di sektor Industri, sebesar 5.259.000 orang atau 90,6% dari ang-katan kerja yang bekerja di sektor Industri, diserap oleh lapangan industri kecil.

Jumlah angkatan kerja yang bekerja menurut tingkat pen-didikan yang ditamatkan tercatat sebagai berikut: 52.283 ribu orang (83,7%) berpendidikan SD ke bawah, 4.401 ribu orang

719

Page 3:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 1ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

DAN PENDIDIKAN YANG DITAMATKANTAHUN 1985

*) Termasuk jenis lapangan pekerjaan yang dalam SUPAS 1985 Diklasifikasikan “tidak terjawab” oleh responden

720

720

Page 4:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

(7,0%) berpendidikan SMTP, 4.976 ribu orang (8,0%) berpendi-dikan SMTA dan 797 ribu orang (1,3%) berpendidikan tingkat perguruan tinggi. Perincian menurut lapangan kerja utama dan tingkat pendidikan yang ditamatkan dapat dilihat pada Tabel XII-1. Dari Tabel XII-1 nampak, bahwa 7.768 ribu angkatan kerja yang bekerja di sektor Perdagangan berpendidikan SD ke bawah. Selain terbatasnya lapangan kerja, rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pro-duktivitas tenaga kerja yang cenderung menurun di sektor tersebut.

Pada Tabel XII-2 nampak, bahwa dari seluruh angkatan kerja yang bekerja yaitu 62.457 ribu orang, sebanyak 35.804 ribu orang (57,3%) bekerja antara 35-60 jam per minggu, 25.616 ribu orang (41,0%) antara 1-34 jam per minggu, dan sisanya 1.036 ribu orang (1,7%) bekerja 0 jam per minggu waktu survai dilaksanakan. Dari data tersebut terlihat pula jumlah orang yang bekerja antara 1-24 jam dan 24 jam ke bawah per minggu masing-masing tercatat sebanyak 14.734 ribu orang dan 15.770 ribu orang atau masing-masing sekitar 23,6% dan 25,3%. Jumlah orang yang bekerja antara 25-34 jam per minggu tercatat 10.882 ribu orang atau sekitar 17,4%. Dilihat dari sudut lapangan pekerjaan utama, nampak bahwa orang yang be-kerja 34 jam ke bawah di sektor Pertanian berjumlah 18.701 orang atau sekitar 54,8% dari jumlah orang yang bekerja di sektor Pertanian atau sekitar 29,9% dari seluruh angkatan kerja yang bekerja.

Dari data tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa dalam pembangunan Indonesia masih dihadapi ketidakseimbangan yang mendasar dalam penyediaan lapangan kerja produktif dan dalam mutu tenaga kerja. Jumlah angkatan kerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu masih cukup besar. Sebagian besar ang-katan kerja Indonesia masih berpendidikan SD atau SD ke bawah. Langkanya lapangan kerja juga menyebabkan banyak ma-salah tenaga kerja lain seperti masih banyaknya kasus syarat-syarat kerja dan perlindungan tenaga kerja yang belum layak.

Dengan latar belakang masalah ketenagakerjaan tersebut di atas Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) menyatakan bahwa perluasan dan pemerataan lapangan kerja serta peningkatan mutu dan perlindungan tenaga kerja merupakan kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Selanjutnya ditekankan bahwa program-program pembangunan sektoral maupun regional perlu selalu mengusahakan terciptanya perluasan lapangan kerja sebanyak mungkin. Dengan demikian di-

721

Page 5:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII - 2

ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMADAN JUMLAH JAM KERJA UTAMA SELAMA SEMINGGU,

TAHUN 1985

Jumlah Jam Kerja Selama Seminggu

No. Lapangan Pekerjaan Utama 0 1 - 24 25 - 34 35 - 60 Jumlah %

1. Pertanian 688.869 10.609.828 7.402.144 15.440.968 34.141.809 (54,7 %)2. Pertambangan 4.328 55.459 45.453 310.272 415.512 (0,7 %)3. Industri Pengolahan 56.152 1.101.638 689.286 3.948.843 5.795.919 ( 9,3 %)4. L i s t r i k , Gas den Air Minum 504 2.887 5.034 61.290 69.715 ( 0,1 %)5. Bangunan 40.520 109.808 155.816 1.789.433 2.095.577 ( 3,4 %)6. Perdagangan 90.232 1.726.734 1.250.654 6.277.590 9.345.210 (15,0 %)7. Angkutan dan Komunikasi 31.662 106.652 145.227 1.674.792 1.958.333 ( 3,1 %)8. Lembaga Keuangan dan Asuransi 1.201 10.022 8.172 231.086 250.481 ( 0,4 %)9. Jasa Kemasyarakatan 117.055 990.084 1.169.516 6.040.630 8.317.285 (13,3 %)

10. Lainnya*) 5.907 20.844 11.121 29.425 67.297 ( 0,1 %)

Jumlah : 1.036.430 14.733.956 10.882.423 35.804.329 62.457.138 (100 %)% (1,7 %) (23,6 %) (17,4 %) (57,3 %) (100%)

*) Termasuk jenis lapangan pekerjaan yang dalam SUPAS 1985 diklasifikasikan “tidak terjawab” oleh responden.

722

Page 6:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

harapkan di samping peningkatan produksi sekaligus dapat di-capai pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya.

Sesuai dengan ape yang dinyatakan di dalam GBHN dan ke-mudian dijabarkan lebih terperinci dalam Repelita IV, maka sasaran kebijaksanaan tenaga kerja meliputi hal-hal sebagai berikut.

Pertama, memperluas lapangan kerja untuk dapat menyerap pertambahan angkatan kerja baru dan mengurangi tingkat pe-ngangguran.

Kedua, membina angkatan kerja baru yang memasuki pasar kerja melalui latihan keterampilan untuk berusaha sendiri maupun untuk mengisi lapangan kerja yang tersedia.

Ketiga, membina dan melindungi para pekerja melalui me-kanisme hubungan ketenagakerjaan yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memperbaiki kondisi dan ling-kungan kerja agar sehat dan amen serta meningkatkan kesejah-teraan pekerja.

Keempat, meningkatkan peranan pasar kerja, agar penya-luran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja dapat menun-jang kegiatan pembangunan.

Kelima, memperlambat lajunya pertumbuhan penduduk dan meningkatkan mutu tenaga kerja melalui berbagai usaha pembi-naan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai bagian dari perencanaan tenaga kerja terpadu.

Berdasarkan sasaran kebijaksanaan di atas, maka diambil langkah-langkah yang perlu ditempuh melalui program-program pembangunan yang bersifat umum, sektoral, daerah dan khusus.

Kebijaksanaan perluasan lapangan kerja yang bersifat umum mencakup berbagai kebijaksanaan di bidang ekonomi ke-uangan yang ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang bersifat padat karya.

Kebijaksanaan lapangan kerja yang bersifat sektoral diarahkan agar masing-masing sektor seperti sektor pertanian, industri, perdagangan dan sebagainya dapat meningkatkan pro-duksi, mutu barang dan jasa yang dihasilkan. Dalam hubungan ini, pola produksi dan teknologi yang dipilih diusahakan agar sesuai, efisien dan produktif dalam rangka meningkatkan mutu

723

Page 7:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

tenaga kerja dan menyerap tenaga kerja yang lebih besar.

Kebijaksanaan lapangan kerja yang bersifat daerah sangat penting karena peranannya dalam melaksanakan pembangunan agar mencapai sasaran semaksimal mungkin. Bagi daerah-daerah yang langka penduduknya tetapi luas tanahnya, diusahakan untuk mendatangkan tambahan tenaga kerja sehingga memungkinkan pe-manfaatan lahan dan sumber daya alam yang tersedia secara produktif untuk pembangunan pertanian, industri dan sebagai-nya. Demikian pula pembangunan industri dapat dilaksanakan di daerah padat penduduk, namun diprioritaskan pada industri yang padat karya dan tidak membutuhkan lahan yang luas.

Kebijaksanaan lapangan kerja yang bersifat khusus di-arahkan kepada perluasan lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung, khususnya bagi kelompok masyarakat berpengha-silan rendah seperti buruh tani, petani tanpa tanah, nelayan kecil dan sebagainya. Pendekatannya ditekankan pada penyedia-an tenaga kerja seperti tenaga kerja usia muda, wanita, dan kelompok masyarakat tersebut di atas. "Kebijaksanaan khusus ditujukan untuk melaksanakan kegiatan pembangunan secara ter-padu dengan kegiatan lainnya dalam rangka perluasan lapangan kerja produktif terutama masyarakat yang ditimpa bencana alam, misalnya banjir, puso dan jatuhnya harga suatu komoditi bagi daerah-daerah yang lapangan usahanya bersifat monokul-tur.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, kebijaksanaan khusus juga diarahkan kepada pemanfaatan latihan keterampilan agar tenaga kerja yang dilatih dapat berusaha mandiri, maupun mengisi lowongan yang tersedia, khususnya di sektor-sektor yang erat kaitannya dengan peningkatan ekspor nonmigas. Selain latihan keterampilan kejuruan, para pengusaha kecil dan anggota koperasi industri rakyat juga dilatih dalam bidang manajemen keuangan, produksi dan pemasaran, sehingga mutu barang dan jasa yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran.

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan 1982/83 - 1987/88

a. Pembangunan Dena

Dalam rangka mengatasi masalah pengangguran dan rendah-nya pendapatan, maka selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88 kegiatan pembangunan pedesaan diarahkan untuk memper-luas lapangan kerja yang produktif. Daerah pedesaan yang dijadikan sasaran adalah daerah padat penduduk, rawan terha-

724

Page 8:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

dap bencana alam, dan sumber alam yang terbatas. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan mencakup proyek-proyek padat karya gaya baru, bantuan pembangunan daerah tingkat dua, reboisasi dan penghijauan.

1) Proyek Padat Karya Gaya Baru

Selama Repelita IV usaha perluasan lapangan kerja me-lalui proyek padat karya gaya baru (PPKGB), yang telah di-laksanakan pada Repelita III terus dilanjutkan. Sasaran PPKGB adalah kecamatan padat penduduk dan miskin, baik daerah perkotaan maupun pedesaan dengan mengutamakan wilayah-wilayah yang sering dilanda bencana alam dan kegiatan ekonomi menu-run. PPKGB dilaksanakan pada waktu sepi kerja, sehingga ke-giatan-kegiatan PPKGB cukup produktif dan memberikan tambahan pendapatan, terutama pada waktu paceklik.

Dalam kurun waktu 1983/84 sampai dengan Desember 1987/88, PPKGB telah dilaksanakan di 5.079 kecamatan, dengan mengerahkan tenaga kerja sebanyak 1.129.001 orang per hari. Dibandingkan dengan jumlah kecamatan yang melaksanakan PPKGB dan tenaga kerja yang diserap dalam tahun 1982/83 masing-masing sebanyak 1.096 kecamatan dan 266.591 orang, maka ter-dapat kenaikan masing-masing sebesar 463% dan 423% (Tabel XII-3). Diperkirakan sasaran jumlah kecamatan dan tenaga kerja yang diserap selama Repelita IV tidak akan tercapai, antara lain disebabkan oleh meningkatnya uang perangsang kerja. Besarnya nominal uang perangsang atau imbalan jasa yang diberikan rata-rata per hari pada tahun 1982/83 dan 1983/84 sebesar Rp 800,00. Kemudian pada tahun 1984/85 meningkat menjadi Rp 837,50. Sedangkan pada tahun 1985/86 sampai 1987/88 meningkat lagi menjadi sebesar Rp 1.000,00. Besarnya imbalan jasa yang diberikan kepada pekerja ditetap-kan sedikit lebih kecil dari upah minimum yang berlaku se-tempat. Selain dari kenaikan uang perangsang, juga masih adanya pelaksanaan kegiatan luncuran tahun sebelumnya yang belum selesai dikerjakan. Namun demikian waktu pelaksanaan PPKGB dan prasarana yang dihasilkan PPKGB sedikit banyaknya sudah turut menunjang ketahanan ekonomi pedesaan, khususnya pertanian sebagai bagian dari usaha meletakkan kerangka lan-dasan masyarakat yang adil dan makmur.

Pada Tabel XII-4 terlihat hasil-hasil fisik yang dicapai dari tahun 1982/83 sampai dengan tahun 1987/88. Hasil-hasil fisik yang dicapai khususnya pembuatan sawah baru, penghi-jauan, terasering dan lain-lain mengalami peningkatan yang

725

Page 9:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu
Page 10:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 3

JUMLAH KECAMATAN 1) DAN PENGERAHAN TENAGA KERJADALAM RANGKA PROYEK PADAT KARYA GAYA BARU,

1982/83 – 1987/88

1) Dalam satu kecamatan dapat dikerahkan tenagaKerja di satu lokasi atau lebih

2) Angka sementara sampai dengan Desember 1987

726

Page 11:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 4

HASIL PELAKSANAAN FISIK PROYEK PADAT KARYA GAYA BARU,1982/83 - 1987/88

No. Kegiatan Utama Satuan 1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/871) 1987/882)

1. Perbaikan/pem-buatan jalandesa

km 3.578,0 3.788.0 3.966,2 4.819,7 3.760,8 571,5

2. Perbaikan/pembuatansaluran peng-airan tersier

km 5.911,6 3.576,3 3.849,3 1.421,6 511,0 593,8

3. Pembuatan sawahbaru, Penghijau-an, terasering,dan lain-lain

ha 272,0 286,1 299,6 242,4 904,0 7,8

4. Tanggul, dermagadan lain-lain

ha _ 48,0 53.0 388,9 204,9 11,0

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara sampai dengan Desember 1987

Page 12:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

727

Page 13:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

cukup pesat selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88 bila dibandingkan dengan tahun 1982/83, yaitu masing-masing 272 ha dan 1.739,9 ha atau meningkat sebesar 640% dari tahun 1982/83. Jenis kegiatan ini merupakan prioritas sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Secara keseluruhan kegiatan PPKGB telah meningkatkan peluang lapangan kerja produktif, baik langsung sewaktu proyek berjalan, maupun yang tidak langsung sesudah proyek dilaksanakan. Dengan demikian melalui kegiatan PPKGB kesem-patan kerja dapat diperluas dan sekaligus diciptakan sumber tambahan pendapatan bagi masyarakat.

2) Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat Dua

Dalam rangka perluasan lapangan kerja produktif selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88, maka bantuan pem-bangunan daerah tingkat dua terus dilaksanakan, diperluas dan disempurnakan. Kegiatan program ini, yang dikenal sebagai Inpres Daerah Tingkat Dua (Dati II), diarahkan untuk memba-ngun fasilitas umum yang diserasikan dengan potensi dan kebu-tuhan masing-masing daerah, seperti pasar, terminal angkutan umum, jalan, saluran pengairan, jembatan dan sebagainya. Kegiatan tersebut diarahkan agar dapat memanfaatkan bahan dan tenaga kerja disekitar proyek sebanyak mungkin.

Pada Tabel XII-5 terlihat bahwa perkiraan lapangan kerja yang tercipta dalam tahun 1982/83 sebanyak 589.000 orang dalam seratus hari kerja. Sedangkan selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88 telah tercipta lapangan kerja bagi 2.618.098 orang dalam seratus hari kerja atau meningkat sebanyak 444% bila dibandingkan dengan tahun 1982/83. Secara keseluruhan, program Inpres Kabupaten telah berhasil mencip-takan lapangan kerja yang relatif cukup besar dan telah mem-bangun/merehabilitasi prasarana, seperti jalan dalam rangka meletakkan dasar pembangunan kerangka landasan ekonomi.

3) Reboisasi dan Penghijauan

Program reboisasi dan penghijauan merupakan salah satu usaha untuk memperluas lapangan kerja melalui pelestarian hutan, tanah dan air. Program tersebut diarahkan untuk kon-servasi lahan agar dapat mengendalikan banjir dan erosi dimu-sim penghujan, serta kekeringan dimusim kemarau. Kegiatan reboisasi dan penghijauan membutuhkan banyak tenaga kerja,

728

Page 14:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 5

HUMLAH KESEMPATAN KERJA YANG DAPAT DICIPTAKANDALAM PROGRAM INPRES KABUPATEN/KOTAMADYA

1982/83 – 1987/88

*) Angka sementara sampai dengan Desember 1987

729

729

Page 15:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

sehingga masyarakat setempat yang pada umumnya tingkat ke-terampilannya rendah dapat dimanfaatkan dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan melalui pemberian imbalan jasa. Kegiatan fisik dilaksanakan melalui pembuatan teras, check dam dan hutan rakyat, atau penanaman tanaman tahunan, pem-bangunan unit percontohan usaha tans, pelestarian sumber alam serta kegiatan lain, dalam rangka usaha rehabilitasi lahan kritis di Daerah Aliran Sungai (DAS).

Pada Tabel XII-6 terlihat bahwa kegiatan reboisasi dan penghijauan dalam tahun 1982/83 telah mencapai masing-masing seluas 138.833 ha dan 378.583 ha, dengan lapangan kerja yang tercipta masing-masing sebanyak 22.356,4 dan 21.197,2 orang dalam seratus hari kerja. Kemudian dalam kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88 telah dilaksanakan reboisasi dan penghijauan masing-masing seluas 321.987 ha dan 1.089.387 ha, dengan lapangan kerja yang tercipta masing-masing sebanyak 51.874,5 orang dan 60.995,4 orang dalam seratus hari kerja. Jika dibandingkan dengan tahun 1982/83, kegiatan reboisasi dan penghijauan selama lima tahun tersebut masing-masing meningkat sebesar 232% dan 244%. Kegiatan ter-sebut dikonsentrasikan di daerah aliran sungai dan dipusatkan pembuatan pada sarana penunjang, seperti unit-unit percon-tohan dan dam pengendali.

b. Penggunaan dan Penyebaran Tenaga Kerja

Kebijaksanaan tenaga kerja juga diarahkan kepada penya-luran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja yang lebih baik dengan jalan pembinaan dan peningkatan keterampilan ter- utama bagi angkatan kerja usia muda. Program ini mencakup Pengerahan Tenaga Kerja Sukarela - BUTSI, Kuliah Kerja Nyata, pembatasan penggunaan tenaga kerja asing, dan informasi pasar kerja dan antar kerja.

1) Tenaga Kerja Sukarela-BUTSI

Selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88 kebi-jaksanaan menyebarkan dan memanfaatkan sumber daya manusia, khususnya tenaga muda terdidik ke daerah pedesaan dilaksana-kan melalui Proyek Pengerahan Tenaga Kerja Sukarela oleh Badan Urusan Tenaga Kerja Sukarela Indonesia (TKS-BUTSI). Pelaksanaan proyek ini selain bertujuan untuk membina daya kreasi, idealisme, kepribadian, disiplin dan keterampilan para pemuda, sekaligus juga membantu proses pembaharuan dan pembangunan masyarakat di daerah pedesaan.

730

Page 16:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII - 6JUMLAH KESEMPATAN KERJA YANG DAPAT DICIPTAKAN

DALAM PROGRAM REBOISASI DAN PENGHIJAUAN,1982/83 - 1987/88

No. Kegiatan Utama Satuan 1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1) 1987/88 2)

1. Reboisasi:

a. Luas Ha 138.833,0 92.603,0 57.307,0 72.918,0 79.926,0 19.233,0

b. KesempatanKerja Orang 22.356,4 14.911,9 9.228,2 11:741,9 12.870,5 3.122,0

2.

(seratushari kerja)

Penghijauan:

a. Luas Ha 378.583,0 305.139,0 208.452,0 305.408,0 177.838,0 92.550,0b. Kesempatan

Kerja Orang 21.197,2 17.085,0 11.671,5 17.099,8 9.957,1 5.182,0

3.

(seratushari kerja)

Jumlah Kesem-patan Kerja Orang 43.553,6 31.996,9 20.889,7 28.841,7 22.827,6 8.304,0(seratus harikerja)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara sampai dengan Desember 1987

731

Page 17:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

Tugas pokok TKS-BUTSI meliputi perbaikan administrasi desa, kesehatan, gizi, keluarga berencana, produksi, transmi-grasi, koperasi, industri dan memanfaatkan serta membantu me-melihara kelestarian sumber daya alam. Sebelum bertugas di pedesaan, para TKS terlebih dahulu diberi informasi mengenai latar belakang desa tempat berbakti. Setelah satu tahun ber-tugas, para TKS-BUTSI diberi latihan keterampilan praktis dan pengetahuan pemecahan masalah yang dihadapi di pedesaan, ter-masuk penerapan teknologi padat karya. Dalam penugasan ter-sebut para TKS-BUTSI bekerja secara berkelompok, dengan tu-juan agar percepatan pembaharuan di pedesaan dapat dilaksana-kan lebih terarah dan terpadu.

Sejak tahun 1985/86, arah pembinaan TKS-BUTSI lebih di-utamakan pada pembinaan untuk berusaha mandiri setelah purna tugas, baik bagi dirinya sendiri maupun untuk menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Poll pengerahannya dirubah dengan pola penugasan model ABRI masuk desa (AMD) dan sebagai TKS pembantu Departemen Tenaga Kerja. Sehubungan dengan itu pada tahun pertama, pembinaan diarahkan pada usaha kegiatan yang membangkitkan motivasi dan menggairahkan semangat kerja, dan pada tahun kedua, pembinaan lanjutan lebih ditekankan pada usaha-usaha yang mengarah pada usaha mandiri.

Dalam tahun 1982/83 TKS-BUTSI yang dikerahkan berjumlah 3.325 orang. Dalam kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/ 88, jumlah pengerahan TKS-BUTSI mencapai sebanyak 14.422 orang, atau meningkat sebesar 434% dibanding dengan tahun 1982/83. Jumlah TKS yang dikerahkan tersebut diperkirakan ti-dak akan mencapai sasaran Repelita IV. Hal ini disebabkan adanya peninjauan kembali kebijaksanaan pengerahan TKS-BUTSI, adanya penangguhan TKS-BUTSI, dan pola pengerahannya dirubah dengan pola penugasan model AMD dan sebagai TKS pembantu De-partemen Tenaga Kerja. Selain itu nampak gejala bahwa per-hatian untuk menjadi TKS menurun. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa sumbangan TKS-BUTSI terhadap pembangunan di pedesaan cukup membantu proses percepatan pembaharuan bagi masyarakat.

2) Kuliah Kerja Nyata

Dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat, maka kegiatan Kuliah Kerja Nya-ta (KKN) terus dilaksanakan. KKN merupakan kegiatan intra kurikuler bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan-nya dan merupakan suatu usaha dalam bentuk pengabdian

732

Page 18:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

masyarakat dan peningkatan pembangunan di pedesaan yang dila-kukan secara interdisipliner dan lintas sektoral.

Melalui KKN para mahasiswa dapat berperanserta dalam pembangunan terutama pembangunan pedesaan, memupuk rasa peng-abdian, dan tanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia. Para mahasiswa juga dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya di bangku kuliah melalui ling-kungan kehidupan masyarakat pedesaan. Selain itu juga menda-patkan kesempatan mengembangkan kepemimpinan dalam pelaksana-an pembangunan, serta dapat memberi masukan berupa umpan balik yang berharga bagi almamater.

Dalam tahun 1982/83, mahasiswa yang melaksanakan KKN berjumlah 15.096 orang. Kemudian selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1986/87, 110.017 mahasiswa telah melaksanakan KKN yang berarti meningkat sebesar 729%. Untuk tahun 1987/88, kegiatan KKN masih terus dilaksanakan, tetapi tidak lagi dikoordinir oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, melainkan telah dilaksanakan oleh masing-masing perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.

3) Informasi Tenaga Kerja dan Antar Kerja

Dalam kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88, sistem informasi pasar kerja guna meningkatkan mobilitas kerja yang mencakup informasi lowongan dan pencari kerja, terus dikem-bangkan dan disempurnakan. Untuk mempercepat pengisian lowongan dan penempatan pencari kerja, informasi tersebut mencakup tersedianya sejumlah lowongan atau permintaan tenaga kerja menurut jenis jabatan, jenis pekerjaan, lokasi, ke-terampilan yang dibutuhkan, dan imbalan jasa yang diberikan di wilayah tertentu. Informasi tersebut disebarluaskan me-lalui media massa, seperti radio, surat kabar harian dan buletin berkala.

Pada Tabel XII-7 terlihat bahwa dalam tahun 1982/83 ter-catat sejumlah 986.818 tenaga kerja yang mendaftarkan mencari pekerjaan. Dari jumlah tersebut sebanyak 84.417 orang (9%) berhasil ditempatkan dan 529.480 orang (54%) diperkirakan telah mendapatkan lapangan pekerjaan atas usaha sendiri. Sedangkan selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88 tercatat sejumlah 4.285.588 tenaga kerja yang mendaftarkan mencari pekerjaan. Dari jumlah tersebut sebanyak 419.250 orang (10%) yang berhasil ditempatkan, dan 2.134.157 orang (50%) diperkirakan telah mendapatkan lapangan pekerjaan atas

733

Page 19:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 7

JUMLAH PENDAFTARAN, PERMINTAAN DAN PENEMPATAN TENAGA KERJAMELALUI DEPARTMENT TENAGA KERJA,

1982/83 – 1987/88

No. Kegiatan Utama Satuan 1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1) 1987/88 2)

1. Pendaftaran Orang 986.818 871.223 1.102.365 866.778 878.898 566.324

2. Permintaan Orang 233.669 123.317 106.640 114.174 145.128 88.469

3. Penempatan Orang 84.417 84.836 73.188 82.505 118.695 60.026

4. Penghapusan Orang 529.480 332.278 430.857 330.276 664.943 375.803

5. Sisa Penghapusan 3) Orang 372.921 454.109 598.320 453.997 95.260 130.495

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara sampai dengan Desember 19873) Sisa pendaftaran = Pendaftaran - (Penempatan + Penghapusan)

734

Page 20:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

usaha sendiri, atau masing-masing mengalami peningkatan sebe-sar 497% dan 403% dibandingkan dengan tahun 1982/83.

Dari angka-angka tersebut nampak bahwa relatif cukup banyak permintaan tenaga kerja yang selalu tidak dapat di-penuhi oleh pencari kerja. Hal ini disebabkan karena lowongan pekerjaan/jabatan tersebut memerlukan suatu keterampilan ter-tentu yang tidak dapat dipenuhi oleh pencari kerja, atau karena lokasi/daerah yang berbeda.

Salah satu masalah yang menyangkut informasi ketenaga-kerjaan adalah masalah keterpaduan data yang dikumpulkan dan disajikan di bidang tenaga kerja, serta lapangan kerja dengan data di bidang-bidang lain yang merupakan unsur-unsur yang tak terpisahkan diri keadaan lapangan kerja, dan tenaga ker-ja. Sehubungan dengan itu, maka Departemen Tenaga Kerja bekerjasama dengan Biro Pusat Statistik dalam tahun 1985/86 dan 1986/87 melakukan survai secara acak masing-masing di 16.000 perusahaan pada 17 propinsi, dan 15.552 perusahaan pada 26 propinsi. Survai perusahaan tersebut meliputi 4 sub sektor yaitu pertambangan besar nonmigas, ekspor dan impor, jasa angkutan, dan asuransi serta bank swasta.

Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja di suatu daerah dilaksanakan penyaluran melalui mekanisme Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Lokal (AKL). Sedangkan untuk memenuhi permintaan tenaga kerja di luar negeri disalurkan melalui mekanisme Antar Kerja Antar Negara (AKAN). Bagi te-naga kerja yang akan disalurkan dan membutuhkan keterampilan, sebelumnya dilatih di Balai Latihan Kejuruan yang ada, baik yang dimiliki pemerintah maupun swasta.

Bagi tenaga kerja yang akan disalurkan melalui mekanisme AKAN terlebih dahulu dibekali dengan latihan mengenai disip-lin kerja, penggunaan peralatan, pengenalan budaya dan ba-hasa negara yang dituju. Sebelumnya calon tenaga kerja yang akan disalurkan disaring melalui test kesehatan, kemampuan teknis operasional dan mental psikologis, agar tenaga kerja yang dikirim tidak mengganggu kebutuhan pasar kerja di dalam negeri, dan dilain pihak agar sesuai dengan kebutuhan lapa-ngan kerja di luar negeri.

Perkembangan mengenai tenaga yang disalurkan melalui me-kanisme AKAD dan AKAN dapat dilihat pada Tabel XII-8. Penya-luran tenaga kerja melalui mekanisme AKAD, dalam tahun 1982/83 berjumlah 31.758 orang, dan selama kurun waktu

735

Page 21:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII - 8

JUMLAH TENAGA KERJA YANG DISALURKANDALAM RANGKA AKAD, AKAN

1982/83 - 1987/88

1984/85 1985/86 1986/87 1987/88No. Kegiatan Usaha Satuan 1982/83 1983/84

Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran RealisasiSasaran Realisasi

1.

2.

Antar Kerja AntarDaerah (AKAD)

Antar Kerja AntarNegara (AKAN)

Orang

Orang

31.758

21.152

19.583

30.790

80.000

35.000

10.978

46.236

90.000

40.000

9.879

50.706

100.000

45.000

8.537

68.360

110.000

50.000

6.990

36.196

Jumlah : 52.910 50.373 115.000 57.214 130.000 60.585 145.000 76.897 160.000 43.186

736

Page 22:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

1983/84 sampai dengan 1987/88 berjumlah 55.967 orang, yang berarti meningkat sebesar 176%. Selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88 pengiriman tenaga kerja melalui meka-nisme AKAN meningkat cukup pesat, yaitu mencapai jumlah 232.288 orang, atau mengalami peningkatan sebesar 1.098% dibandingkan dengan tahun 1982/83, yaitu sebanyak 21.152 orang. Pengiriman tenaga kerja melalui mekanisme AKAN selama Repelita IV, diperkirakan akan tercapai mengingat sampai Desember 1987 sudah disalurkan sebanyak 201.498 orang (90%). Sebagian besar tenaga kerja yang disalurkan melalui mekanisme AKAN tersebut dimanfaatkan untuk mengisi kesempatan kerja di Timur Tengah, Malaysia, Singapura serta beberapa negara Eropa. Dengan terbukanya kesempatan kerja di luar negeri, maka pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri merupa-kan salah satu sumber devisa nonmigas, sehingga usaha pengi-riman terus ditingkatkan, baik jumlah maupun mutunya. Dalam rangka memudahkan usaha pembinaan dan pengawasannya, maka kini telah diadakan penyederhanaan terhadap jumlah perusahaan pengerah tenaga kerja Indonesia.

Secara keseluruhan penyaluran tenaga kerja melalui meka-nisme AKAD dan AKAN dalam tahun 1982/83 berjumlah 52.910 orang dan dalam tahun 1983/84 sampai dengan 1987/88 berjumlah 368.225 orang atau meningkat sebesar 696% dibandingkan dengan tahun 1982/83.

4) Penggunaan Tenaga Asing

Dalam rangka perluasan kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia, diberikan pembatasan bagi warga negara asing pen-datang yang merupakan tindak lanjut Keppres No. 23 Tahun 1974. Ada tiga bentuk pembatasan bagi warga negara asing pendatang. Pertama, yang tertutup dan hanya terbuka bagi warga negara Indonesia, khususnya jabatan-jabatan yang tidak membutuhkan keterampilan atau keahlian tinggi. Kedua, jabatan yang diizinkan untuk waktu tertentu, terbatas pada jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia, karena belum tersedianya tenaga ahli atau yang berketerampilan ting-gi. Ketiga, jabatan yang terbuka untuk sementara waktu, yakni jenis jabatan yang umumnya berkaitan dengan kepercayaan pena-naman modal, misalnya manajer keuangan dan jenis jabatan lainnya. Selain itu juga telah ditentukan jumlah tertinggi jenis jabatan yang dapat diisi tenaga kerja warga negara asing pendatang. Selama tahun-tahun terakhir ini perusahaan-perusahaan dibantu untuk melatih tenaga kerja Indonesia di balai-balai latihan yang ada agar kesempatan kerja bagi tena-

737

Page 23:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

ga kerja Indonesia lebih meningkat.

Perkembangan pelaksanaan pembatasan penggunaan tenaga kerja warga asing pendatang terlihat pada Tabel XII-9 dan XII-10. Jumlah jenis jabatan yang dibatasi dalam tahun 1982/ 83 sebanyak 3.722 orang di 23 lapangan usaha. Sedangkan se-lama kurun waktu 1983/84. sampai dengan 1987/88 jumlah jenis jabatan yang dibatasi terus meningkat bila dibandingkan de-ngan tahun 1982/83, yaitu menjadi sebanyak 4.494 orang di 25 lapangan usaha. Dalam tahun 1987/88 jumlah jenis jabatan yang dibatasi menurun sebesar 3,5% dibanding tahun 1985/86. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung kebijaksanaan dalam rangka menciptakan iklim yang baik untuk investasi dan menarik pe-nanaman modal asing di Indonesia. Namun demikian usaha-usaha untuk membatasi tenaga-tenaga asing pendatang telah dilak-sanakan untuk jabatan-jabatan tertentu yang sudah dapat di-kerjakan oleh tenaga kerja Indonesia.

c. Latihan dan Keterampilan Tenaga Kerja

Dalam rangka pembinaan potensi sumber daya manusia, pe-ningkatan latihan lebih diarahkan untuk mempersiapkan tenaga kerja baru usia muda yang akan masuk dalam dunia kerja, agar menjadi kekuatan yang efektif dalam pembangunan. Selain itu juga akan ditingkatkan ketrampilan dan prestasi tenaga kerja yang sudah bekerja dalam rangka penyesuaian dengan kemajuan teknologi serta perkembangan manajemen. Dengan demikian me-lalui peningkatan latihan diharapkan akan tercipta etika ker-ja yang penuh disiplin, sehingga motivasi, kreativitas dan kemauan kerja meningkat, baik dalam rangka hubungan kerja maupun dalam usaha mandiri. Sejalan dengan itu melalui latih-an di balai latihan kerja (BLK) ditanamkan sikap mental yang positif terhadap setiap jenis pekerjaan, baik yang halus mau-pun yang kasar.

1) Latihan Tenaga Kerja

Latihan kejuruan di bidang-bidang industri pengolahan, jasa dan lain-lain, diadakan baik untuk tenaga kerja yang su-dah bekerja maupun untuk pencari kerja. Kegiatan latihan diarahkan untuk menghasilkan tenaga-tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga produksi dan operator, usaha penjual-an, usaha pertanian, administrasi dan usaha kantor, serta usaha jasa. Latihan dilaksanakan di BLK-BLK pemerintah, swas-ta dan di perusahaan-perusahaan, serta melalui latihan keli-ling/Mobile Training Unit (MTU).

738

Page 24:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII - 9PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA

WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA,1982/83 - 1987/88

No. Kegiatan Utama Satuan 1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88*)

1. Jumlah Lapangan Usaha buah 23 23 24 26 25 25

2. Jumlah JabatanYang Tertutup Jenis 1.384 1.595 1.608 1.863 1.665 1.665

3. Jumlah JabatanYang Diizinkan UntukWaktu Tertentu Jenis 2.105 2.526 2.542 2.583 2.658 2.658

4. Jumlah JabatanYang Terbuka UntukSementara Waktu Jenis 233 173 178 214 171 171

5. Jumlah Jabatan YangDibatasi Jenis 3.722 4.294 4.328 4.660 4.494 4.494

* ) Angka sementara sampai dengan Desember 1987

739

Page 25:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

GRAFIK XII – 1PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA

WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA1982/83 – 1987/88

740

Page 26:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

(Lanjutan Grafik XII – 1 – 1)

741

Page 27:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

(Lanjutan Grafik XII – 1 – 2)

742

Page 28:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

(Lanjutan Grafik XII – 1 – 3)

743

Page 29:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

(Lanjutan Grafik XII – 1 – 4)

744

Page 30:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 10

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAANTENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA

1987/88 *)

*) Angka sementara sampai dengan Desember 1987

745

Page 31:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

Peningkatan peranan BLK pemerintah, dilakukan dengan me-lengkapi peralatan latihan serta memperluas dan merehabili-tasi fasilitas latihan yang ada. Daya tampung fasilitas la-tihan di BLK-BLK diperbesar dengan menambah dan memperluas bengkel-bengkel kerja praktek dan ruang teori latihan. Untuk beberapa BLK yang telah memenuhi syarat, diterapkan sistem modul keterampilan kerja. Kemudian untuk memenuhi persyaratan mutu tenaga kerja yang tercatat di pasar kerja, diadakan pe-nataan kembali struktur dan fungsi BLK yang ada.

Pada Tabel XII-1l terlihat jumlah tenaga kerja yang di- latih di berbagai BLK. Dalam tahun 1982/83 jumlah tenaga kerja yang dilatih sebanyak 79.326 orang. Sedangkan selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88, jumlah tenaga kerja yang dilatih melalui BLK sebanyak 392.056 orang, yang berarti mengalami peningkatan sebesar 494% dibandingkan dengan tahun 1982/83. Pelaksanaan latihan di BLK ditekankan kepada usaha peningkatan mutu latihan dengan perpanjangan lamanya waktu latihan. Dengan peningkatan mutu latihan diharapkan secara bertahap dihasilkan tenaga kerja terampil tingkat dasar dan menengah sesuai dengan kemampuan dan sumber daya manusia untuk menunjang peningkatan pembangunan disegala bidang.

2) Latihan Swasta

Selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1987/88 peranan lembaga latihan swasta dan latihan di perusahaan dalam penye-lenggaraan latihan keterampilan terus dilaksanakan. Peningkat-an peranserta masyarakat antara lain dilaksanakan melalui latihan keterampilan di lembaga-lembaga latihan swasta/per-usahaan, khususnya untuk kejuruan yang belum tersedia di BLK-BLK pemerintah. Selain itu BLK-BLK juga membuka kesempatan kepada perusahaan-perusahaan untuk melatih tenaga kerjanya di BLK yang dimiliki pemerintah.

Pembinaan terhadap lembaga latihan swasta, baik mengenai kurikulum, fasilitas, pengelola maupun instruktur terus dila-kukan. Dalam rangka pembinaan terhadap latihan swasta terse-but, maka para instruktur telah ditatar agar keterampilan dan keahlian yang dimilikinya lebih meningkat, baik dalam bidang teknis aplikasi kejuruan, maupun dalam bidang metodologi la-tihan.

Dari tahun 1983/84 sampai dengan 1987/88 telah ditatar sebanyak 2.480 orang instruktur lembaga latihan swasta,

746

Page 32:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 11

JUMLAH TENAGA KERJA YANG TELAH DILATIHDI BERBAGAI BALAI LATIHAN KERJA

1982/83 – 1987/88

747

747

Page 33:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

2.025 pengelola latihan swasta, 1.050 instruktur pondok pe-santren, 420 para santri dan 280 orang di bidang perhotelan.

Sesuai dengan kebijaksanaan, ikut sertanya lembaga latih-an swasta, seperti HILLSI (Himpunan Lembaga Latihan Swasta Indonesia) diharapkan dapat melahirkan tenaga kerja yang ber-kepribadian dan berketrampilan dalam bidang yang ditekuninya sesuai dengan kebutuhan.

d. Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Dalam bidang perlindungan tenaga kerja telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan pengawasan norma kerja, keselamatan dan ke-sehatan kerja, perlindungan norma umum dan norma-norma fisik tenaga kerja. Dalam rangka meningkatkan produksi dan produk-tivitas kerja, kebijaksanaan dalam bidang keselamatan dan ke-sehatan kerja ditujukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan terhadap pencemaran ling-kungan.

1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Usaha peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja telah dilaksanakan melalui pelayanan dan pengujian higiene perusa-haan dan kesehatan kerja yang meliputi pengujian iklim kerja dan kebisingan. Selain itu telah dilaksanakan pemeriksaan tenaga kerja yang berkaitan dengan paru-paru, tumor, kelainan kulit akibat kerja dan pengujian ergonomik. Demikian juga telah diadakan pengukuran produktivitas tenaga kerja wanita dan penilaian tingkat keracunan bahan kimia.

Kegiatan pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran perundang-undang-an yang berlaku guna memberikan perlindungan pada para pe-kerja di perusahaan. Usaha perlindungan tenaga kerja anak dan wanita dilaksanakan melalui himbauan agar wisma-wisma dan tempat penitipan anak disediakan oleh perusahaan. Juga telah dilaksanakan peningkatan gizi anak dan program bekerja sambil belajar (KEJAR) di perusahaan-perusahaan bagi tenaga kerja yang masih buta aksara.

Dalam bidang Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (hi-perkes) dilaksanakan pendidikan dan latihan, baik pendidikan formal melalui perguruan tinggi maupun pendidikan non formal melalui penataran, kursus orientasi dan penyuluhan paramedis. Para peserta terdiri dari tehnisi dan insinyur, serta pim-

748

Page 34:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

pinan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), manager per-usahaan dan guru SMTA. Penataran-penataran tersebut dimaksud-kan untuk menangani hiperkes diberbagai sektor ekonomi secara multi disiplin. Penyuluhan-penyuluhan langsung ditempat kerja diberikan kepada tenaga kerja dan pimpinan perusahaan untuk menerapkan cara pencegahan dan penanggulangan bahaya akibat kerja agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat ker-ja. Sejak diselenggarakannya program pasca sarjana dokter hiperkes dibeberapa universitas negeri, sampai saat ini telah dihasilkan lulusan dokter hiperkes sebanyak 30 orang dan 12 orang lainnya sedang dalam penyelesaian akhir. Selain itu telah lulus sebanyak 97 orang yang mengikuti program D3 hi-perkes dan sebanyak 70 orang lainnya sedang dalam penulisan skripsi.

Pelayanan hiperkes juga dilaksanakan untuk mengidentifi-kasi faktor bahaya lingkungan yang mengancam tenaga kerja di berbagai jenis sektor ekonomi dan perusahaan. Penilaian di-laksanakan dengan pengukuran-pengukuran dan pengambilan sam-pel untuk dianalisa di laboratorium. Hasil penilaian terhadap faktor bahaya lingkungan kerja antara lain mencakup gas, uap, debu, kebisingan, panas gelombang elektro magnetik dan seba-gainya, serta pemeriksaan fisik yang ada pengaruhnya terha-dap tenaga kerja.

Untuk membantu pelaksanaan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan perundang-undangan yang berla-ku, sampai dengan tahun 1987/88 telah dibentuk Dewan Kesela-matan dan Kesehatan Kerja ditingkat nasional dan 19 propinsi yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur Tripartit, yaitu dari instansi pemerintah, pengusaha (APINDO/KADIN) dan peker-ja (SPSI). Ditingkat perusahaan dibentuk pula Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang beranggotakan unsur bi-partit, yaitu pekerja dan pengusaha sebanyak 1.657 panitia.

Dalam kasus kecelakaan kerja, pada tahun 1982/83 kecela-kaan kerja telah menimpa 4.424 orang dengan perincian : se- mentara tidak mampu bekerja 2.601 orang, cacat 1.316 orang, meninggal dunia 507 orang. Selama kurun waktu tahun 1983/84 sampai bulan September 1987, jumlah kasus kecelakaan kerja mencapai 19.967 orang dengan perincian 13.163 orang semen-tara tidak bekerja, 4.655 orang carat dan 2.149 orang mening-gal dunia. Atau rata-rata pertahun sebanyak 3.993 orang, 2.633 orang sementara tidak bekerja, 931 orang cacat dan 430 orang meninggal dunia. Bila dibandingkan dengan tahun 1982/83 secara keseluruhan nampak terjadi penurunan jumlah kasus

749

Page 35:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

kecelakaan kerja, karena adanya pembinaan yang secara berta-hap menunjukkan hasil yang relatif menggembirakan.

2) Pengaturan Pengupahan

Di bidang kesejahteraan tenaga kerja, upah merupakan faktor yang strategis dalam rangka pemerataan hasil pembangun-an dan usaha peningkatan kesejahteraan tenaga kerja. Hal ini antara lain terlihat dari terjadinya perselisihan dan pemogok-an, umumnya disebabkan oleh tidak adanya kesepakatan menge-nai upah antara pekerja dan pimpinan perusahaan. Dalam rang-ka melindungi dan mengusahakan agar pemenuhan kebutuhan pokok pekerja dan keluarganya dapat ditingkatkan, telah diadakan pengaturan upah minimum. Sasaran kebijaksanaan upah minimum ditekankan dan diprioritaskan pada sektor-sektor dengan upah yang masih berada dibawah tingkat kelayakan. Dalam usaha pengaturan upah minimum, Dewan Pengaturan Pengupahan Daerah dan Dewan Pengaturan Pengupahan Pusat telah melakukan pengka-jian data upah yang berlaku di wilayah masing-masing. Data dikumpulkan oleh Biro Pusat Statistik dan dari hasil penge-cekan langsung di perusahaan-perusahaan. Sesuai dengan kebi-jaksanaan pokok mengenai pengaturan pengupahan, upah untuk jabatan yang sama tidak jauh berbeda, baik antar sektor mau-pun antar wilayah. Demikian juga perbedaan upah tertinggi dan terendah dalam satu sektor atau perusahaan diusahakan agar tidak menyolok. Diusahakan pula agar tidak terjadi perbedaan yang terlalu besar antara upah pekerja di perkotaan dan di pedesaan untuk menghalangi atau mengurangi terjadinya urbani-sasi.

Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial pada umumnya dan kesejahteraan pada khususnya, pemerataan pendapatan merupa-kan upaya utama yang pelaksanaannya disesuaikan dengan tahap-an hasil pembangunan yang dicapai. Hasil pembangunan dan pertumbuhan harus dapat dirasakan secara serasi bagi perkem-bangan perusahaan maupun tenaga kerja. Sehubungan dengan itu peningkatan upah merupakan upaya pokok dalam rangka mening-katkan kesejahteraan tenaga kerja pada khususnya, di samping kesejahteraan sosial ekonomi secara menyeluruh dalam usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijaksanaan pengupahan selalu diupayakan dan dikaitkan secara langsung dengan pro-duktivitas kerja.

Usaha penetapan upah minimum terus dilakukan, mengingat permasalahan upah menduduki tingkat tertinggi dalam perseli-sihan industrial. Tingkat perkembangan Kebutuhan Fisik Mini-

750

Page 36:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

mum (KFM) rata-rata di 27 propinsi menunjukkan adanya pening-katan. Tingkat KFM yang paling rendah terdapat di daerah Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta dan Jawa Timur.

Secara kumulatif perkembangan upah minimum sampai pada tahun 1982/83, telah ditetapkan 11 upah minimum regional, 45 upah minimum regional sektoral dan 291 upah minimum sub sek-toral regional. Selama kurun waktu tahun 1983/84 - 1987/88 telah terdapat pertambahan upah minimum sebanyak 13 upah minimum regional, 21 upah minimum regional sektoral dan 242 upah minimum sub sektoral regional, atau meningkat sebesar 60%, 27% dan 97%, bila dibandingkan dengan tahun 1982/83. Dengan demikian sampai dengan bulan Desember tahun 1987/88 secara kumulatif perkembangan upah minimum telah menjadi 24 upah minimum regional, 66 upah minimum regional sektoral dan 533 upah minimum sub sektoral regional.

3) Jaminan Sosial

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja, jaminan sosial merupakan faktor penting di samping upah. Jaminan so-sial saat ini tidak lagi diberikan sebagai hasil tuntutan dari tenaga kerja atau serikat pekerja, tetapi langsung dite-rima sebagai program yang telah dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan undang-undang ini telah dila-kukan secara bertahap dengan ditetapkannya Peraturan Pemerin-tah No.33 Tahun 1977 yang mengatur penyelenggaraan Asuransi Kecelakaan Kerja (AKK), Tabungan Hari Tua (THT) dan asuransi kematian (AK). Sehubungan dengan itu program jaminan sosial tenaga kerja terus dilanjutkan dan ditingkatkan secara berta-hap sesuai dengan kemampuan pihak yang berkepentingan. Usaha ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya resiko ekonomi yang tidak dikehendaki. Secara umum pelaksanaan program ASTEK hingga saat ini tetap menunjukkan kecenderungan meningkat, baik dari segi kepesertaan, iuran dan santunannya, maupun dari segi administrasi, pelayanan serta sarana-sarana phisik-nya.

Jumlah peserta ASTEK sampai pada tahun 1982, telah men-cakup 7.945 buah perusahaan dengan jumlah pekerja sebanyak 1.453.337 orang. Sampai tahun 1987 jumlah peserta ASTEK telah meningkat menjadi 18.448 perusahaan dengan jumlah tenaga ker-ja sebanyak 2.996.972 orang. Sehingga selama kurun waktu tahun 1983 - 1987 jumlah peserta ASTEK telah meningkat seba-nyak 10.503 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1.543.635 orang, atau masing-masing naik sebesar 132%, dan

751

Page 37:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

106% jika dibandingkan dengan tahun 1982.

Perkembangan kasus dan pembayaran jaminan program ASTEK sejak tahun 1982 sampai dengan tahun 1987 dapat dilihat pada Tabel XII-12. Pada tahun 1982, dari seluruh kasus Asuransi Kecelakaan Kerja, Tabungan Hari Tua (THT) dan Asuransi Kema-tian dalam tahun 1982 tercatat sebanyak 23.433 kasus dengan jaminan sebesar Rp.3.461.164.000,-. Selama kurun waktu 1982 - 1987, seluruhnya berjumlah 167.820 kasus dengan pembayaran jaminan lebih dari 35 milyar rupiah, atau naik masing-masing 716% dan 1.025%, bila dibandingkan dengan tahun 1982.

Dalam situasi perekonomian yang tidak menggembirakan Pe-rum ASTEK berusaha untuk memberikan bentuk-bentuk kesejahte-raan lainnya yang secara langsung dirasakan manfaatnya oleh tenaga kerja peserta ASTEK. Selanjutnya diberikan pula san-tunan-santunan terhadap kasus-kasus kecelakaan yang ada. Di-samping Asuransi Kecelakaan Kerja, Tabungan Hari Tua (THT) dan Asuransi Kematian, ASTEK juga menyelenggarakan program khusus seperti program pemberian pesangon, kesehatan bagi pekerja, berdasarkan Surat Keputusan Bersama antara Departe-men Tenaga Kerja dengan Menteri Pekerjaan Umum.

4) Perjanjian Perburuhan

Dalam rangka menciptakan kerjasama yang serasi antara pekerja dan pengusaha diperlukan adanya sikap saling menghor-mati, saling mengerti peranan serta hak dan kewajiban masing-masing dalam proses produksi dan hubungan kerja. Hal ini erat kaitannya dengan adanya syarat-syarat kerja yang wajar dan dituangkan dalam bentuk perjanjian atau kesepakatan kerja bersama (PKB/KKB), dan peraturan perusahaan (PP).

Bagi perusahaan yang mempekerjakan 25 orang tenaga kerja atau lebih dan belum mampu mengadakan Kesepakatan Kerja Bersama diharuskan menerbitkan peraturan perusahaan (PP) yang memuat berbagai petunjuk mengenai hak dan kewajiban karyawan dan pengusaha yang bersangkutan. Sasaran yang diprioritaskan membuat KKB adalah perusahaan-perusahaan yang banyak menyerap tenaga kerja, penghasil devisa dan perusahaan-perusahaan yang telah memiliki unit Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Perusahaan-perusahaan yang telah terbentuk unit kerja SPSI dan telah mempunyai peraturan perusahaan diwajibkan membuat KKB dan tidak diperbolehkan lagi untuk memperpanjang per-aturan perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang belum mempu-nyai unit kerja SPSI didorong untuk menerbitkan peraturan

752

Page 38:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 12KASUS DAN PEMBAYARAN JAMINAN

1982 – 1987

753

Page 39:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

perusahaan yang merupakan langkah awal penyusunan KKB. Sehu-bungan dengan itu bila perusahaan masih sulit untuk membentuk KKB maka perlu dirintis melalui penerbitan peraturan perusa-haan.

Perkembangan jumlah PKB/KKB dan jumlah perusahaan sampai dengan tahun 1987/88 disajikan pada Tabel RII-13. Secara ku-mulatif jumlah PKB/KKB dengan perusahaannya dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Pada tahun 1982/83 jumlah PKB/KKB hanya mencapai 2.972 buah dengan 4.671 perusahaan, sampai bulan Desember 1987 telah mencapai 4.813 buah dengan jumlah perusahaan sebanyak 7.255. Dengan demikian selama kurun waktu 1983/84-1987/88, terjadi penambahan jumlah PKB sebanyak 1.841 buah dengan penambahan jumlah perusahaan sebanyak 2.584 perusahaan, atau naik sebesar 62% dan 55% dibandingkan tahun 1982/83. Secara tidak langsung kenaikan ini berarti makin meningkatnya kesadaran akan perlunya kete-nangan kerja. Peraturan Perusahaan yang telah disahkan seca-ra kumulatif, yaitu tahun 1982/83 mencapai 10.778 buah, dan sampai bulan Desember 1987 telah mencapai 15.107 buah. Dengan demikian selama kurun waktu tahun 1983/84 sampai dengan 1987/88 peraturan perusahaan yang telah disyahkan telah bertambah 4.329 buah atau naik sebesar 40% bila diban-dingkan tahun 1982/83. Penyusunan peraturan perusahaan selalu diusahakan untuk ditingkatkan menjadi KKB. Bilamana peraturan perusahaan terpaksa diperpanjang, maka perlu diusahakan ada-nya peningkatan baik unsur-unsur yang disepakati maupun bobotnya.

5) Lembaga Ketenagakerjaan

Dalam rangka pembinaan lembaga ketenagakerjaan, pendi-dikan Hubungan Industrial ditujukan untuk meningkatkan penge-tahuan pekerja, pengusaha dan pemerintah mengenai peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Pancasila. Dengan semakin meluas dan berkembangnya kegiatan pembangunan, upaya meningkatkan Hubungan Industrial dan Kese-jahteraan Tenaga Kerja terus dilanjutkan. Dalam hubungan ini kebijaksanaan dan langkah-langkah yang ditempuh dalam Repeli-ta III terus dilanjutkan, dan ditingkatkan serta disempurna-kan dalam Repelita IV. Di samping itu pendidikan perburuhan untuk para pimpinan pekerja, pengusaha dan pejabat-pejabat pemerintah serta lembaga-lembaga yang menangani ketenagaker-jaan terus dikembangkan.

754

Page 40:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 13

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB),1982/83 - 1987/88

No. Kegiatan Utama Satuan 1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/871) 1987/882)

1. Jumlah PKB Buah 2.972 3.369 3.996 4.039 4.266 4.813

2. Jumlah yangDicakup

Perusa-haan

4.671 5.649 5.673 5.918 6.411 7.255

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara sampai dengan Desember 1987.

755

Page 41:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

GRAFIK XII – 2PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)

1982/83 – 1987/88

756

Page 42:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

Sejalan dengan kebijaksanaan meningkatkan pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP), pendidikan hubungan industrial lebih dititik beratkan kepada Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Bila sampai dengan tahun 1982/83, peserta pendidikan hubungan industrial berjumlah 52.000 orang, sampai dengan bulan Desember tahun 1987/88 jumlah peserta telah menjadi 186.800 orang. Sehingga selama 5 (lima) tahun, peserta pendidikan hubungan industrial seluruh-nya berjumlah 134.800 orang, yang terdiri dari unsur pekerja, pengusaha dan pemerintah atau meningkat 259% bila dibanding-kan peserta sampai dengan tahun 1982/83. Bagi para pengusaha besar yang mampu menyelenggarakan pendidikan hubungan indus-trial dan penataran P4, dihimbau agar melaksanakan pendidikan sendiri untuk para pekerjanya. Dalam mengadakan pendidikan dan penataran prioritas diberikan kepada perusahaan-perusaha-an yang rawan dan sering terjadi perselisihan, pemogokan dan aksi-aksi lain. Untuk mendukung pelaksanaan pendidikan, di-perlukan peningkatan partisipasi pihak pengusaha dan SPSI dalam menyelenggarakan pendidikan hubungan industrial secara mandiri dibantu dengan instruktur pendidikan, sehingga jumlah peserta yang dapat mengikuti pendidikan dan penataran ber-tambah besar.

Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) yang berdiri sejak tahun 1973, dalam konggres ke II FBSI bulan Desember tahun 1985, telah mengganti nama dari FBSI menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Dengan perubahan bentuk fe-derasi menjadi unitaris diharapkan SPSI akan lebih tanggap terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan berlangsungnya pembangunan nasional. Perkembangan SPSI dapat dilihat pada Tabel XII-14. Pada tahun 1982/83, jumlah unit kerja SPSI yang pada waktu itu bernama basis SBLP mencapai 10.088 basis. Sam-pai dengan bulan Desember 1987, unit kerja SPSI berkurang menjadi 8.596 buah. Berkurangnya unit kerja tersebut karena adanya perusahaan-perusahaan yang bubar dan tutup akibat ke-goncangan ekonomi dunia yang mempengaruhi investasi swasta. Selain itu ada pula pengaruh akibat restrukturalisasi peruba-han bentuk dari federasi menjadi unitaris.

Pembentukan dan pembinaan lembaga kerja lama (LKS) Tri-partit pada tahun 1982/83 terbentuk 1 buah LKS Tripartit Nasional, 23 LKS Tripartit Daerah Tingkat I dan 101 LKS Tripartit Daerah Tingkat II. Selama kurun waktu 1983/84 - 1987/88 lembaga ini telah bertambah sebanyak 3 LKS Tripartit Daerah Tingkat I dan 29 LKS Tripartit Daerah Tingkat II, atau naik 13% den 29% dibandingkan dengan tahun 1982/83. Sampai

757

Page 43:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII - 14

PERKEMBANGAN ORGANISASI SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIADAN UNIT KERJA,1982/83 - 1987/88

No. Kegiatan Utama Satuan 1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/871) 1987/883)

1. SPSI 1):Dewan PimpinanCabang (DPC) Unit 272 274 284 284 138 256

SBLP 2):Pimpinan Daerah (PD) Unit 195 221 223 231 - -

Pimpinan Cabang (PC) Unit 479 579 582 582 - -

3. Unit Kerja 4) Unit 10.088 10.220 10.435 11.003 9.914 8.596

1) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (dahulu FBSI).2) Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan, sejak tahun 1986/87 tidak ada l ag i ,

sebagai akibat Restrukturalisasi dari federasi (FBSI) menjadi unitaris (SPSI) .3) Angka sementara sampai dengan Desember 1987.4) Dahulu bernama Basis.

758

Page 44:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

pada bulan Desember tahun 1987 masing-masing terdapat 1 buah LKS Tripartit Nasional, 26 Tripartit daerah tingkat I dan 130 buah Tripartit daerah tingkat II. Peranan dan fungal Tripar-tit ini sangat bermanfaat sebagai wadah konsultasi, komunika-si dan musyawarah untuk memecahkan masalah bersama. Demikian halnya dengan Lembaga Bipartit di perusahaan, berfungsi seba-gai wadah konsultasi, komunikasi dan musyawarah antara peker-ja dan pengusaha di perusahaan masing-masing untuk menangani masalah bersama. Meskipun lembaga tersebut belum mempunyai dasar hukum yang kuat, tetapi selama tahun 1982/83 Lembaga Bipartit telah terbentuk 1.282 buah di 1.282 perusahaan. Selama 5 (lima) tahun terakhir telah bertambah lembaga Bipar-tit sebanyak 848 buah di 848 perusahaan atau meningkat jum-lahnya sebesar 66%. Dengan demikian secara kumulatif jumlah lembaga Bipartit telah mencapai 2.130 buah di 2.130 perusa-haan.

Dalam rangka meningkatkan fungsi lembaga P4P dan P4D agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan cepat, tepat, murah, konsisten dan adil, telah dilakukan peningkatan frekuensi persidangan, pembentukan panitia angket dan peningkatan sidang keliling.

Sementara itu pemogokan yang terjadi pada tahun 1982 sebanyak 142 kali yang melibatkan 49.525 pekerja sedangkan pada tahun 1986 jumlah kasus pemogokan menurun menjadi 73 kasus yang melibatkan 16.766 pekerja. Sampai bulan Desember 1987 terdapat 37 kasus dengan jumlah pekerja yang terlibat 7.461 pekerja. Pemogokan yang tertinggi rata-rata tiap tahunnya terjadi di sektor industri, jasa, dan bangunan. Tuntutan pekerja yang diajukan dalam pemogokan antara lain menyangkut masalah upah 62%, Tunjangan Hari Raya (THR) 6% dan syarat-syarat kerja lainnya 22%. Jumlah pemogokan selama Repelita IV menunjukkan penurunan baik dari jumlah kasus, maupun jumlah tenaga kerja yang terlibat yaitu rata-rata tiap tahunnya terdapat 63 kasus pemogokan dengan 14.052 jumlah tenaga kerja yang terlibat. Bila dibandingkan dengan pemogokan yang terjadi dalam Repelita III, kasus pemogokan selama Repelita IV menurun cukup tajam. Hal ini disebabkan karena semakin dirasakan pentingnya ketenangan kerja oleh kedua belah pihak. Dalam hubungan ini maka penataran P4 dan HIP dalam Repelita IV telah menunjukkan hasil yang diharapkan serta semakin meningkatnya jumlah dan peranan lembaga-lembaga Bipartit di perusahaan.

759

Page 45:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

B. TRANSMIGRASI

1. Pendahuluan

Pembangunan di bidang transmigrasi diarahkan terutama untuk mengatasi masalah-masalah yang diakibatkan oleh keti-dakmerataan penyebaran penduduk dan tenaga kerja. Di daerah-daerah yang padat penduduknya, pelaksanaan transmigrasi di-maksudkan untuk meringankan tekanan kependudukan terhadap lingkungan, khususnya lahan pertanian dalam anti luas seperti pengurangan areal pertanian, penyerobotan areal hutan, frag-mentasi pemilikan dan pengusahaan tanah, serta berbagai ben-tuk pengangguran. Di daerah-daerah yang relatif jarang pendu-duknya, transmigrasi dimaksudkan untuk menyediakan tambahan tenaga kerja guna memanfaatkan dan mengolah sumber-sumber alam yang masih tersedia, terutama lahan pertanian dalam rangka meningkatkan produksi.

Sensus Pertanian yang diadakan pada tahun 1969 dan 1983 mengungkapkan bahwa selama tahun 1969 sampai dengan 1983, di pulau-pulau Jawa dan Bali telah terjadi pengurangan areal pertanian masing-masing seluas 46.000 Ha dan 24,000 Ha atau masing-masing berkurang sekitar 0,8 % dan 9,5 % terhadap luas lahan pertanian ditahun 1969. Selain itu, luas areal hutan juga semakin berkurang sehingga fungsi tata air dan tata iklim tidak terlaksana dengan semestinya. Diperkirakan, pada saat ini, luas areal hutan di pulau Jawa kurang dari 30 % da-ri luas daratan. Di pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya, selama periode tersebut di atas, terjadi pertambahan luas areal pertanian sekitar 3,6 juta Ha. Jumlah ini hanya sekitar 3% terhadap potensi lahan yang masih ada. Menurut Statistik Kehutanan, pada tahun 1985 masih ter-catat sekitar 75 juta Ha areal hutan konversi dan areal hutan penggunaan lain yang dapat dimanfaatkan. Selain itu, masih tersedia pula sekitar 35 juta Ha lahan di daerah pasang su-rut, diantaranya sekitar 5 juta Ha cocok untuk pengembangan pertanian pangan. Mengenai fragmentasi tanah, Sensus Pertani-an tersebut di atas menyimpulkan bahwa (a) petani yang meng-usahakan lahan sempit semakin banyak jumlahnya, baik di pulau Jawa dan Bali maupun di pulau-pulau lainnya dan (b) petani yang mengusahakan lahan 1,0 Ha atau lebih semakin berkurang jumlahnya di pulau Jawa dan Bali, sedangkan di pulau-pulau lainnya semakin bertambah jumlahnya.

Dengan memindahkan penduduk dan tenaga kerja yang berle-

760

Page 46:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

bihan di pulau-pulau Jawa, Bali dan Lombok ke pulau-pulau Su-matera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya melalui program transmigrasi maka pemanfaatan dan pengembangan sumber daya manusia dan sumber-sumber alam, khususnya lahan pertani-an, akan lebih terarah dan terkendali. Usaha ini berarti: (a) membantu memperluas lapangan kerja, terutama bagi petani yang tidak memiliki tanah atau memiliki tanah amat sempit, (b) perluasan areal produksi pertanian dalam usaha menunjang pe-lestarian produksi pangan dan peningkatan komoditi ekspor, (c) mendorong pembangunan di daerah-daerah, baik di daerah asal maupun di daerah penerima.

Dalam rangka meningkatkan pembangunan daerah transmigrasi dan pelaksanaan transmigrasi, maka telah diusahakan perenca-naan dan penyiapan lokasi yang sebaik-baiknya, serta pembinaan yang makin intensif dan terpadu. Pembinaan ini meliputi bidang ekonomi dan berbagai segi kehidupan masyarakat. Di bidang ekonomi, pembinaan ditujukan pada pembentukan basis produksi pertanian dalam memenuhi kebutuhan hidup petani dan masyarakat maupun untuk mendukung proses peningkatan kegiatan produksi selanjutnya dalam rangka perbaikan penghasilan keluarga transmigran. Untuk maksud itu, di samping pemberian bantuan sarana produksi dan penyuluhan, maka pembinaan berbagai lembaga ekonomi desa (BUUD dan KUD) dan kelompok tani di-laksanakan secara bertahap. Pembinaan kegiatan ekonomi tidak saja terbatas pada usaha produksi tingkat primer (pertanian) tetapi juga usaha produksi tingkat sekunder (pengolahan hasil dan industri desa) serta usaha produksi tingkat tarsier (ja-sa).

Pembinaan di bidang sosial kemasyarakatan, meliputi aspek kebudayaan dan kehidupan beragama. Pembinaan ini dimaksudkan untuk membentuk pranata sosial budaya yang kokoh sehingga mampu menangani dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi secara mandiri. Untuk itu, berbagai lembaga desa se-perti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Lembaga Mu-syawarah Desa (LMD), Program Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan lain-lain segera dibentuk, dilengkapi dan dibimbing agar dapat berfungsi.

Penerapan teknologi memegang peranan yang penting dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya di daerah transmigrasi. Untuk itu, para petani transmigran diberikan pendidikan dan latihan secara teratur, baik dalam rangka mengembangkan pengetahuan dan daya

761

Page 47:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

penalaran para petani maupun dalam usaha meningkatkan kete-rampilan dan daya kreasi mereka.

Usaha pembangunan di bidang transmigrasi pada umumnya te-lah menunjukkan manfaat yang cukup berarti, baik bagi daerah asal dan daerah penerima maupun bagi pembangunan daerah dan nasional. Namun demikian, usaha-usaha untuk lebih meningkat-kan peranan dan sumbangannya bagi pembangunan daerah dan pem-bangunan nasional pada umumnya terus dilaksanakan dan lebih ditingkatkan dari tahun ke tahun.

2. Kebijaksanaan Transmigrasi

Sasaran pembangunan di bidang transmigrasi dalam Repelita IV adalah mengusahakan pembukaan sekitar 375 satuan kawasan pemukiman transmigrasi dalam rangka merintis pembukaan dan pengembangan kurang lebih 1,5 juta Ha daerah produksi perta-nian baru di pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ma-luku, Irian Jaya dan pulau-pulau lain yang ditetapkan. Pe-nyiapan pemukiman in1 direncanakan untuk menampung sekitar 750.000 kepala keluarga yang berasal dari pulau-pulau Jawa, Bali, Lombok, dan daerah padat lainnya, khususnya keluarga petani yang tidak memiliki tanah atau memiliki tanah yang sa-ngat minim, termasuk petani atau peladang berpindah-pindah.

Di daerah penerima, kebijaksanaan transmigrasi ditujukan untuk membangun dan menyediakan prasarana, sarana, dan fasi-litas fisik baik bagi pemukiman penduduk maupun bagi usaha peningkatan produksi seperti jaringan jalan, lahan usaha, pe-rumahan, sekolah, puskesmas, perkantoran, rumah ibadah, per-alatan pertanian, alat pengolahan hasil, perbengkelan, dan sebagainya. Prasarana dan sarana fisik pemukiman serta fasi-litas sosial yang dibangun dan disediakan di daerah transmi-grasi tidak semata-mata diperuntukkan bagi transmigran saja tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. De-ngan demikian, manfaat pembangunan daerah transmigrasi dapat pula dirasakan oleh penduduk setempat sehingga akan mendorong terjadinya interaksi sosial diantara penduduk yang selanjut-nya diharapkan bisa mempercepat proses integrasi nasional da-lam rangka ketahanan nasional.

Pemilihan kawasan pemukiman transmigrasi dimulai dengan studi potensi wilayah bersifat makro. Studi ini mencakup aspek-aspek kesesuaian lahan, topografi, iklim, kependudukan, keadaan perhubungan dan transportasi. Berdasarkan data dan

762

Page 48:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

informasi yang diperoleh ditentukan kawasan-kawasan yang co-cok untuk dikembangkan disertai perkiraan luas potensial. Dari tahap makro selanjutnya dilakukan studi yang lebih mendalam (semi-detail). Tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih mendalam aspek-aspek yang telah diteliti pada studi tahap pertama terutama mengenai luas dan kesesuaian lahan, to-pografi, tata guna tanah serta masalah pemasaran. Data, peta dan informasi yang diperoleh digunakan untuk menyusun Rencana Satuan Kawasan Pemukiman (RSKP).

Selanjutnya berdasarkan RSKP tersebut, Gubernur Kepala Daerah mengeluarkan keputusan atas nama Menteri Dalam Negeri yang memberikan hak kepada Departemen Transmigrasi untuk mengelola dan mengembangkan kawasan yang ditentukan sebagai daerah transmigrasi. Penetapan suatu satuan kawasan sebagai daerah pemukiman dan produksi baru dituangkan kedalam Surat Keputusan Gubernur/Kepala Daerah.

Berdasarkan hak pengelolaan tersebut selanjutnya dilaku-kan penataan kawasan menjadi unit-unit pemukiman yang ma-sing-masing mempunyai daya tampung 300 sampai 500 kepala ke-luarga yang disebut sebagai perencanaan tata ruang dan hasil-nya berupa Rencana Teknis Satuan Pemukiman (RTSP). Satuan unit pemukiman tersebut telah memenuhi persyaratan dan siap untuk segera dilaksanakan.

Dalam melaksanakan pembukaan pemukiman tahap awal dimulai dengan pengukuran-pengukuran dan pemberian batas-batas dari zona yang akan dibuka seperti zona lahan usaha, zona pemukim-an, zona bangunan fasilitas umum, dan sebagainya. Setelah itu maka kegiatan pelaksanaan dengan pembangunan jalan penghu-bung/poros dan desa, penyiapan lahan pekarangan dan perumah-an, penyiapan lahan usaha I, dan pembukaan lahan untuk ke-perluan umum. Kegiatan penyiapan lahan-lahan ini diikuti de-ngan pengukuran dan pengkaplingan.

Setiap keluarga petani transmigran akan memperoleh lahan perumahan/pekarangan 0,25 Ha, lahan usaha I dan II masing-ma-sing seluas 1,0 Ha dan 0,75 Ha. Lahan usaha II diberikan ke-pada transmigran dalam bentuk lahan yang dikapling dan nanti-nya diharapkan akan dibuka sendiri oleh transmigran. Di atas lahan perumahan/pekarangan dibangun rumah untuk keluarga transmigran sedangkan pada kapling umum dibangun fasilitas umum, termasuk perumahan bagi karyawan dan petugas pembina.

Tahap selanjutnya adalah mendatangkan petani transmigran

763

Page 49:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

dari daerah asal. Pemilihan calon-calon petani transmigran di daerah asal dilakukan secara bertahap. Pertama-tama dilakukan penerangan dan penyuluhan ke wilayah atau desa yang menjadi sasaran. Kriteria dari wilayah atau desa sasaran ini adalah: (a) padat penduduknya dan relatif miskin, (b) termasuk wila-yah kritis yang perlu dihutankan kembali (reboisasi), (c) terancam bencana alam seperti banjir, letusan gunung berapi/ aliran lahar, tanah longsor dan gas beracun, (d) wilayah yang direncanakan/terkena proyek pembangunan seperti pembangunan bendungan. Kriteria ini ditetapkan dengan maksud agar usaha-usaha pembangunan dan rehabilitasi di daerah asal dapat mem-berikan dampak yang berarti bagi daerah dan masyarakat seki-tarnya.

Kegiatan penerangan dan penyuluhan diikuti oleh kegiatan pendaftaran dan seleksi calon-calon transmigran. Persyaratan untuk transmigran adalah : (a) tidak mempunyai pekerjaan te-tap dan berpenghasilan rendah, (b) sehat jasmani dan rohani, (c) mampu bekerja berat untuk mengolah lahan pertanian dan ulet, (d) sudah berkeluarga, dan (e) mempunyai keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan di daerah transmigrasi. Selain itu, calon transmigran tidak tersangkut dengan partai politik terlarang serta bersedia mematuhi segala hukum dan ketentuan yang berlaku.

Sehubungan dengan itu, dipersiapkan pula tenaga-tenaga yang akan menjadi pelopor, penggerak serta pendorong kegiatan masyarakat bilamana sudah bermukim di tempat yang baru. Tena-ga-tenaga tersebut dipilih dari calon-calon yang sudah ada berdasarkan beberapa kriteria antara lain masih muda, pendi-dikan relatif tinggi, berjiwa kepemimpinan, kreatif dan dina-mis. Tenaga-tenaga ini dilatih dan dididik dalam berbagai hal, baik yang menyangkut bidang ekonomi maupun bidang sosial kemasyarakatan.

Bersamaan dengan persiapan perangkat non-fisik dilaksana-kan pula persiapan perangkat-perangkat fisik. Perangkat-pe-rangkat fisik dimaksud antara lain adalah bibit untuk lahan pekarangan, peralatan pertanian, pakaian kerja, peralatan ru-mah tangga, obat-obatan, peralatan bengkel dan pertukangan, dan fasilitas angkutan.

Bilamana lokasi pemukiman baru dan semua persiapan di daerah asal dirampungkan, para transmigran siap diberangkat-kan dari desa asal dengan fasilitas angkutan (darat, laut dan

764

Page 50:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

udara) kepemukiman baru. Selama perjalanan, kepada para trans-migran diberikan pelayanan yang wajar berupa makanan, kese-hatan dan keamanan.

Di daerah pemukiman yang baru, transmigran langsung di-antarkan ke desa atau satuan pemukiman yang telah ditentukan. Penempatan pada suatu pemukiman yang baru diatur sedemikian rupa sehingga terjadi proses pembauran yang wajar dan lang-geng antara transmigran umum, penduduk setempat, dan trans-migran swakarsa.

Fasilitas dan pelayanan yang diberikan kepada transmigran antara lain berupa bantuan pangan, sarana produksi pertanian, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan dan keluarga beren-cana, dan lain-lain. Bantuan pangan diberikan selama 12 sam-pai 18 bulan dalam bentuk beras dan non beras. Setelah perio-de tersebut, petani transmigran diharapkan sudah mampu meme-nuhi kebutuhan pangan bagi keluarganya dan bibit-bibit tanam-an pangan bagi lahan usahanya. Selain itu, kepada petani transmigran diberikan bantuan antara lain berupa peralatan perbengkelan pertanian, peralatan dan perlengkapan untuk pe-ngolahan hasil.

Agar petani transmigran dapat mempergunakan dan meman-faatkan bantuan yang diberikan secara optimal, kepada mereka diberikan berbagai penyuluhan dan bimbingan. Penyuluhan dan bimbingan dilaksanakan dalam bentuk latihan percontohan, dan berbagai usaha penyaluran informasi. Semua bantuan yang dibe-rikan tersebut dimaksudkan agar secara bertahap dalam periode 5 tahun sejak waktu penempatan masyarakat di daerah trans-migrasi bisa melanjutkan pembangunan secara swadaya.

3. Pelaksanaan Kegiatan Transmigrasi.

Pelaksanaan usaha transmigrasi serta hasil-hasil yang telah dicapai selama periode 5 tahun terakhir (1983/84 - 1987/88) dapat dilihat pada Tabel XII-15 sampai dengan Tabel XII-26.

Pada Tabel XII-15, Tabel XII-16 dan Tabel XII-17 ditun-jukkan bahwa jumlah transmigran umum yang telah berhasil di-pindahkan dan ditempatkan selama periode dimaksud di atas tercatat sebanyak 251.755 kepala keluarga. Dalam jumlah ini termasuk sekitar 30.000 kepala keluarga transmigran yang dimukimkan di lokasi Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Di samping transmigran umum, telah dapat pula dilaksanakan pemindahan

765

Page 51:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 15

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIPINDAHKAN,1982/83 - 1987/88

(KK)

No. Daerah Asal 1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/882)

1. DKI Jakarta Raya 769 1.625 582 812 546 3302. Jawa Barat 18.746 11.518 7.469 13.156 8.182 3.0863. Jawa Tengah 28.944 13.180 11.160 18.420 8.406 2.2404. D. I . Yogyakarta 5.570 2.147 2.216 2.715 1.772 5665. Jawa Timur 28.511 13.285 12.022 14.547 8.720 2.2416. B a l i 4.526 1.615 1.020 871 1.102 3067. Nusa Tenggara Barat 5.432 1.274 400 1.643 1.246 3378. Nusa Tenggara Timur - - - - 360 1.3269. APPDT 1) 1.986 5.234 3.620 13.159 12.945 2.086

10. Pemukiman kembali 25.869 11.553 8.477 13.377 2.789 21211. Realokasi - - 4.592 982 283 -

Jumlah : 120.353 61.431 51.558 79.682 46.351 12.733

1) Alokasi Pemukiman bagi Penduduk Daerah Transmigrasi2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

766

Page 52:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII - 16JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DITEMPATKAN,

1982/83 - 1987/88(KK)

No. Daerah Tujuan 1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88*)

1. Daerah Istimewa Aceh 4.074 1.472 1.824 2.139 1.892 6772. Sumatera Utara 1.240 3.869 800 1.408 1.368 -

3. Sumatera Barat 1.566 - - 1.392 1.046 1394. R i a u 10.273 5.992 5.347 10.746 7.503 2.799

5. J a m b i 2.396 1.836 5.512 8.979 4.533 5636. Sumatera Selatan 29.677 7.118 3.426 11.426 5.369 2.589

7. Bengkulu 2.712 1.565 2.874 2.471 1.456 -8. Lampung 25.386 10.408 6.602 8.613 1.248 -9. Kalimantan Barat 8.236 2.027 5.397 5.409 2.296 206

10. Kalimantan Tengah 9.032 3.540 6.113 2.967 4.039 382

11. Kalimantan Selatan 3.150 3.938 2.023 5.186 2.367 1.116

12. Kalimantan Timur 4.326 2.016 1.883 2.620 4.623 2.655

13. Sulawesi Utara 645 253 300 2.028 189 -

14. Sulawesi Tengah 5.256 1.849 2.785 3.554 2.469 194

15. Sulawesi Selatan 911 - 250 1.548 1.476 100

16. Sulawesi Tenggara 4.510 4.648 2.392 2.920 1.330 -17. Maluku 2.962 2.857 833 1.120 718 -

Irian Jaya18. 3.663 7.042 3.140 3.781 2.372 1.272

19. Nusa Tenggara Barat 288 1.001 54 673 - -20. Timor Timur 50 - - 702 57 50

Jumlah : 120.353 61.431 51.558 79.682 46.351 12.733

*) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

767

Page 53:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 17

JUMLAH TRANSMIGRAN UMUM DAN TRANSMIGRAN SWAKARSA,1982/83 - 1987/88

(KK)

No. J e n i s 1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1907/80*)

1. Transmigran Umum 120.353 61.431 51.558 79.682 46.351 12.733

2. Transmigran Swakarsa 47.124 14.867 50.330 86.665 126.508 107.818

Jumlah : 167.477 76.298 101.888 166.347 172.859 120.551

*) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

768

Page 54:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

dan penempatan transmigran swakarsa sebanyak 386.188 kepala keluarga. Dengan demikian, jumlah pelaksanaan pemindahan dan penempatan transmigran selama periode 1983/84 sampai dengan 1987/88 adalah 637.943 kepala keluarga atau rata-rata 127.589 kepala keluarga setiap tahunnya.

Pada Tabel XII-18, Tabel XII-19 dan Tabel XII-20 disaji-kan beberapa hasil pelaksanaan pembangunan pemukiman transmi-grasi, diantaranya pembangunan dan pemeliharaan jalan, pembu-kaan lahan, perkaplingan, pembangunan rumah dan fasilitas umum.

Selama 5 tahun terakhir telah dibangun sepanjang 22.553 Km jalan yang mencakup jalan penghubung, jalan poros dan ja-lan desa. Perincian tahunan pembangunan jalan ini adalah 8.997 Km pada tahun 1983/84, 7.937 Km pada tahun 1984/85, 4.375 Km pada tahun 1985/86, 937 Km pada tahun 1986/87, dan 307 Km pada tahun 1987/88. Bersamaan dengan pembangunan jalan tersebut telah dibangun pula jembatan dari berbagai ukuran sepanjang 42.950 M. Di samping pembangunan baru, jalan-jalan dan jembatan yang sudah dibangun pada tahun-tahun sebelumnya dipelihara dan dirawat sebagaimana mestinya agar perhubungan dari dan atau ke daerah transmigrasi tidak mengalami hambat-an. Hal ini penting bagi kelancaran usaha pembangunan dan ke-giatan ekonomi di daerah transmigrasi. Panjang jalan dan jembatan yang diperbaiki dan ditingkatkan sejak tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88 tercatat masing-masing 4.596 Km dan 21.941 M.

Untuk menempatkan petani transmigran di lokasi pemukiman baru, selain dibangun prasarana jalan dan jembatan, disiapkan pula lahan pertanian. Lahan ini terdiri dari 0,25 Ha lahan pekarangan/perumahan dan 1,0 Ha untuk lahan usaha I bagi se-tiap kepala keluarga. Selama periode 5 tahun terakhir telah dilaksanakan pembukaan seluas 55.722 Ha lahan pekarangan dan lahan usaha I seluas 227.838 Ha.

Setelah pembukaan lahan dilaksanakan, selanjutnya diikuti dengan kegiatan pengukuran perkaplingan yang meliputi perka-plingan lahan pekarangan, perkaplingan lahan usaha dan per-kaplingan lahan usaha II. Selama periode 1983/84 sampai de-ngan 1987/88 telah dilakukan perkaplingan lahan pekarangan seluas 53.635,75 Ha dan perkaplingan lahan usaha seluas 254.506,75 Ha. Dari angka-angka di atas terlihat bahwa jumlah luas lahan usaha I yang di kapling lebih besar dari luas lahan

769

Page 55:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 18

PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALANDI PEMUKIMAN TRANSMIGRASI,1982/83 - 1987/88

Tahun Pembangunan Pemeliharaan

Jalan (km) Jembatan (m) Jalan (km) Jembatan (m)

1982/83 8.6693) - - -

1983/84 8.997 11.425 480 2.170

1984/85 7.937 15.625 1.015 5.000

1985/86 4.375 7.795 1.230 5.190

1986/871) 937 6.061 1.459 6.852

1987/882) 307 2.044 412 2.729

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)3) Termasuk jembatan

770

Page 56:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 19

PEMBUKAAN LAHAN UNTUK TRANSMIGRASI,1982/83 - 1987/88

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

771

Page 57:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 20PELAKSANAAN PERKAPLINGAN UNTUK

TRANSMIGRAN,1982/83 - 1987/88

(Ha)

Tahun Lahan Pekarangan LahanUsaha Jumlah

1982/83 25.232,00 157.025,00 182.257,00

1983/841)

28.644,50 118.568,75 147.213,25

1984/851)

13.369,50 65.829,50 79.199,00

1985/861)

8.643,00 46.919,75 55.562,75

1986/871)

1.208,25 5.764,00 6.972,25

1987/882)

1.770,50 17.424,75 19.195,25

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

772

Page 58:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

usaha I yang dibuka. Hal ini disebabkan karena adanya lanjut-an kegiatan tahun terakhir Repelita III serta adanya perka-plingan lahan usaha II.

Pelaksanaan pembangunan rumah dan fasilitas umum dapat dilihat pada Tabel XII-21. Jumlah rumah yang berhasil diba-ngun selama 5 tahun terakhir sebanyak 219.798 unit. Bila di-tambah dengan sisa rumah hasil pembangunan tahun terakhir Re-pelita III maka jumlah rumah yang bisa ditempati dalam perio-de 5 tahun dimaksud di atas menjadi sekitar 235.000 unit. Sampai dengan akhir Nopember 1987, masih tersedia kurang lebih 15.000 unit rumah yang belum terisi. Sisa rumah ini diusahakan untuk digunakan oleh transmigran umum, swakarsa atau penduduk setempat.

Pembangunan fasilitas umum seperti sarana air bersih, ba-lai pengobatan, rumah ibadah, rumah petugas, dan gudang sela-ma tahun 1983/84, 1984/85, 1985/86, 1986/87 dan 1987/88 ma-sing-masing sejumlah 40.694 unit, 112 unit, 376 unit, 649 unit, dan 418 unit.

Dari keseluruhan gambaran di atas dapat diungkapkan bahwa pelaksanaan kegiatan penyiapan pemukiman sampai pemindahan dan penempatan terdapat sedikit penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena lebih dipusatkan pada penanganan masalah yang menyangkut kualitas pelaksanaan di lapangan. Perbaikan mutu pelaksanaan yang telah dimulai sejak akhir Re-pelita III ini telah memberikan dampak yang positif bagi pe-ningkatan daya tarik daerah transmigrasi, khususnya bagi transmigran spontan dari Jawa dan Bali. Dari Tabel XII-17 ternyata jumlah transmigran swakarsa yang datang dan bermukim di daerah transmigrasi cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 1983/84, 1984/85, 1985/86, 1986/87 dan 1987/88 jumlah transmigran swakarsa yang datang ke daerah transmigrasi masing-masing sejumlah 14.867 kepala keluarga, 50.330 kepala keluarga, 86.665 kepala keluarga, 126.508 kepala keluarga dan 107.818 kepala keluarga.

Selama 5 tahun terakhir (1983/84 - 1987/88) jumlah trans-migran yang berhasil dipindahkan dan ditempatkan sejumlah 637.943 kepala keluarga yang terdiri dari 251.755 kepala ke-luarga yang berasal dari transmigrasi umum dan 386.188 kepala keluarga yang berasal dari transmigrasi swakarsa.

Semua prasarana, sarana dan fasilitas yang disiapkan di-maksudkan untuk menampung dan melayani para petani transmi-

773

Page 59:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 21 PEMBUATAN BANGUNAN DI DAERAH PEMUKIMAN TRANSMIGRASI,

1982/83 1987/88(Unit)

No. Jenis Bangunan 1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/882)

1. Rumah Transmigran dan Jamban 121.205 62.114 84.2221) 64.9901) 7.334 1.138

2. Sarana Air Bersih 41.711 20.500 13.572 4.053 1.484 1.085

3. Balai Pengobatan 321 35 52 17 6 2

4. Rumah Ibadah 600 2331) 97 16 12 18

5. Rumah Petugas 2.369 248 242 124 28 7

6. Gudang (pangan dan Saprodi) 689 35 192 86 11 94

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

774

Page 60:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

gran yang dipindahkan dan ditempatkan agar transmigran terse-but dapat lebih cepat berkembang.

Sejak transmigran tiba di pemukiman baru, pembinaan dan pengembangan kegiatan masyarakat segera dimulai. Bagi trans-migran yang sudah ada, pembinaan dan pengembangan dilanjutkan selama 5 tahun. Pada Tabel XII - 22 terlihat bahwa selama 5 tahun terakhir, jumlah petani transmigran yang dibina ber-turut-turut 372.883 kepala keluarga, pada tahun 1983/84, 443.401 kepala keluarga pada tahun 1984/85, 536.989 kepala keluarga pada tahun 1985/86, 478.101 kepala keluarga pada ta-hun 1986/87 dan 486.974 kepala keluarga pada tahun 1987/88.

Pembinaan dan pengembangan daerah dan masyarakat di bi-dang transmigrasi mencakup bidang ekonomi, sosial dan budaya, seperti peningkatan produksi pertanian, pengolahan hasil per-tanian, koperasi dan pemasaran, pendidikan dan latihan, kese-hatan, organisasi desa dan lain-lain.

Salah satu segi pembinaan dan pengembangan yang dilaksa-nakan adalah latihan dan pendidikan. Latihan dan pendidikan ini tidak saja dilakukan di daerah penerima tetapi sudah di-mulai sejak dari daerah asal. Latihan dan pendidikan yang di-lakukan di daerah asal dimaksudkan untuk memberikan keteram-pilan dan pengetahuan kepada calon-calon transmigran inti da-lam bidang pertanian dan perkebunan serta bidang nonpertani-an seperti koperasi, pertukangan dan industri kecil. Latihan dan pendidikan di daerah penerima mencakup usaha tani terpa-du, penerangan dan kepemimpinan (kelompok tani). Sebagaimana tertera pada Tabel XII - 23, transmigran yang telah dididik dan dilatih selama periode 1983/84 sampai dengan 1987/88 ber-jumlah 26.195 orang atau 1 orang untuk setiap 1.000 kepala keluarga transmigran. Jumlah tersebut terdiri dari latihan dan pendidikan di bidang pertanian sebanyak 15.655 orang dan di bidang nonpertanian sebanyak 10.540 orang. Di samping itu, kegiatan pendidikan dan latihan dilaksanakan pula mela-lui jalur-jalur peranan wanita, khususnya melalui Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), generasi muda dan sebagainya.

Usaha pembinaan di bidang produksi pertanian pangan sela-ma periode 5 tahun terakhir menunjukkan keadaan yang kurang menggembirakan terutama pada 2 tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan karena oleh faktor alam yang kurang mendukung be-rupa banjir, kemarau panjang, dan hama penyakit sehingga di-beberapa lokasi transmigrasi terjadi kerusakan tanaman bahkan kegagalan panen. Pada Tabel XII - 24, terlihat bahwa produksi padi per Ha pada tahun 1983/84 tercatat 1,43 Ton, kemudian

775

Page 61:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII - 22JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIBINA,

1982/83 - 1987/88(Kg)

TahunTransmigran

LamaTransmigran

BaruJumlah Yang

Dibina

1982/83 191.099 120.353 311.452

1983/84 311.452 61.431 372.883

1984/85 391.843 51.558 443.401

1985/86 451.918 79.682 536.989

1986/87 437.862 40.239 478.101

1987 /88* ) 477.714 9.260 486.974

* ) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

776

Page 62:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII - 23

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DILATIH DAN DIDIDIK MENURUTDAERAH DAN JENIS KETERAMPILAN,

1982/83 - 1987/88(orang)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

777

Page 63:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII – 24

PRODUKTIVITAS LAHAN UNTUK BEBERAPA JENISTANAMAN PERTANIAN DI DAERAH TRANSMIGRASI,

1982/83 – 1987/88

*) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

778

Page 64:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

naik menjadi 1,54 Ton dan 1,74 Ton pada tahun berikutnya. Pada 2 tahun terakhir, yaitu 1986/87 dan 1987/88, produksi per Ha menjadi 1,50 Ton. Turunnya produktivitas padi disebab-kan pula oleh semakin banyaknya lokasi lahan kering yang di-buka dan ditempati selama 5 tahun terakhir. Tingkat produksi palawija seperti kacang-kacangan dan singkong sangat dipenga-ruhi oleh pemasaran dan harga yang selanjutnya ditentukan pu-la oleh biaya angkutan dan permintaan. Secara keseluruhan da-pat dikatakan bahwa produksi kacang-kacangan di daerah trans-migrasi selama 5 tahun terakhir relatif mantap. Sebaliknya, produksi tanaman singkong mengalami penurunan pada 2 tahun terakhir. Hal ini adalah karena biaya angkutan relatif tinggi dibandingkan dengan harga yang diterima oleh petani.

Tabel XII - 25, tanaman keras menunjukkan perkembangan yang cukup baik selama 5 tahun pembangunan. Jumlah luas ta-naman keras semakin meningkat dari tahun ke tahun. Luas areal kelapa bertambah dari 1.197 Ha pada tahun 1983/84 menjadi 2.176 Ha dan 4.632 Ha masing-masing pada tahun 1984/85 dan 1985/86. Kemudian pada tahun 1986/87 dan 1987/88 meningkat lagi masing-masing menjadi 19.793 Ha dan 40.606 Ha. Luas ta-naman cengkeh juga meningkat selama 5 tahun terakhir. Seperti terlihat pada Tabel XII - 25, luas areal tanaman cengkeh pada tahun 1983/84 dan 1984/85 tercatat sekitar 3.610 Ha. Luas ini meningkat menjadi 4.358 Ha pada tahun 1985/86 dan kemudian bertambah lagi pada 2 tahun terakhir menjadi lebih dari 17.334 Ha. Berkembangnya luas areal tanaman keras adalah ka-rena sebagian besar lokasi transmigrasi yang dibuka dan di-tempati merupakan lahan kering termasuk PIR yang pada umumnya lebih sesuai untuk tanaman tahunan.

Selain bidang pertanian, usaha tani transmigran juga men-cakup bidang usaha peternakan. Ternak yang dikembangkan ada-lah ternak besar dan sedang (sapi, kerbau dan kambing) serta ternak unggas (ayam dan itik). Perkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatan-nya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu tingkat adaptasi/aklimatisasi dari ternak, persediaan pakan, ketekunan pemilik/penggaduh, mudahnya di-perjual-belikan, permodalan, penyakit dan lain-lain. Selama periode 1983/84 sampai dengan 1987/88, jumlah ternak besar dan sedang berturut-turut 214 ekor, 138 ekor, 212 ekor, 335 ekor dan 350 ekor masing-masing untuk setiap 1.000 kepala ke-luarga transmigran. Pada periode yang sama, perkembangan ter-nak unggas adalah 3.679 ekor, 13.949 ekor, 5.281 ekor, 7.420 ekor dan 5.428 ekor untuk tiap 1.000 kepala keluarga transmi-gran.

779

Page 65:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII - 25

PRODUKSI TANAMAN KERAS DAERAH TRANSMIGRASI,

1982/83 - 1987/88

(Ha)

No. Jenis Tanaman 1982/83 19 83 /84 1984/85 1985/86 19 86 /87 1) 1987/882)

1. Kelapa 40 1.197 2.176 4.632 1 9 .7 9 3 40.606

2. Cengkeh 40 3 .6 1 4 3.6061) 4.358 1 3 . 4 6 0 21.209

3. Kopi - 741 - 38 3 . 4 7 7 4 .3 0 5

1) Angka d i p e r b a i k i2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

780

Page 66:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

TABEL XII - 26

POPULASI TERNAK DAERAH TRANSMIGRASIUNTUK SETIAP 1.000 KK,

1982/83 - 1987/88(ekor)

No. Jenis ternak 19 82 /83 19 83 /84 19 84 /85 1985/86 1986/871) 1 9 8 7 / 8 8 2)

1. Ternak besar dan sedang(Sapi, Kerbau dan Kambing)

453 214 138 212 335 350

2. Ternak Unggas(Ayam den Itik)

6.644 3.679 1 3 . 9 4 9 5.281 7.420 5.428

1) Angka d ip e r b a ik i2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1987)

781

Page 67:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

Bila dibandingkan dengan hasil pada tahun 1982/83 yaitu tahun terakhir periode pembangunan sebelumnya maka hasil-ha-sil yang dicapai dalam periode 5 tahun terakhir menunjukkan keadaan yang semakin baik. Ini tentu tidak terlepas dari usa-ha dan kerja keras dari semua pihak, terutama petani transmi-gran itu sendiri, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat di daerah transmigrasi.

4. Peningkatan Kegiatan Koordinasi

Transmigrasi adalah suatu program pembangunan yang menca-kup berbagai macam-macam kegiatan. Pada tahap perencanaan lo-kasi yang kegiatan terdiri dari studi dan penelitian, pemeta-an, pemilihan dan penataan lokasi terlibat berbagai instansi seperti Bakosurtanal, Departemen Kehutanan, Departemen Per-tambangan, Departemen Dalam Negeri, Kantor Menteri Negara Ke-pendudukan dan Lingkungan Hidup dan Departemen Transmigrasi sendiri. Pada tahap penyiapan dan pembangunan pemukiman yang meliputi kegiatan pembukaan lahan, pembangunan jalan, peng-ukuran perkaplingan, pembangunan rumah dan fasilitas umum dan sebagainya secara langsung atau tidak langsung terkait dengan kegiatan Departemen Pekerjaan Umum, Kantor Menteri Negara Ke-pendudukan dan Lingkungan Hidup dan Departemen Dalam Negeri. Pada tahap pemindahan dan penempatan yang mencakup kegiatan penerangan, pemeriksaan kesehatan, penyediaan logistik, peng-adaan peralatan pertanian dan penyediaan fasilitas angkutan melibatkan unsur-unsur Departemen Penerangan, Departemen Ke-sehatan, Departemen Pertanian dan Departemen Perhubungan.

Pada tahap pembinaan dan pengembangan yang antara lain meliputi kegiatan usaha tani, latihan dan pendidikan, kopera-si, pembinaan administrasi desa, generasi muda dan peranan wanita tidak bisa dilepaskan peranan Departemen Pertanian, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Pendidikan dan Kebudaya-an, Departemen Perdagangan, Departemen Koperasi, Departemen Dalam Negeri, Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingku-ngan Hidup dan lain-lain.

Upaya menyerasikan berbagai kegiatan yang bersifat lintas sektoral dalam penyelenggaraan transmigrasi dikeluarkan Kep-pres No. 59 Tahun 1984. Dalam Keppres ini diatur segala se-suatu yang menyangkut tanggung jawab dan kewajiban dari ins-tansi-instansi yang terkait dalam penyelenggaraan transmigra-si, mulai dari pusat sampai ke daerah.

Di tingkat pusat, Menteri Transmigrasi bertugas dan ber-

782

Page 68:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu

tanggungjawab memadukan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegi-atan lintas sektoral dengan instansi-instansi tersebut di atas. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Menteri Trans-migrasi dibantu oleh Sekretariat yang secara fungsional di-laksanakan oleh (1) Sekretariat Jenderal Departemen Transmi-grasi, (2) Tim Pengawasan yang diketuai oleh Inspektur Jende-ral Departemen Transmigrasi dan beranggotakan para Inspektur pada Departemen dan pejabat pengawas pada Lembaga Pemerintah lainnya, dan (3) Tim Teknik yang diketuai oleh pejabat eselon I Departemen Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri Transmi-grasi dan beranggotakan para pejabat eselon II di bidang tek-nis dari Departemen dan Lembaga Pemerintah lainnya.

Penyelenggaraan transmigrasi di wilayah Propinsi Daerah Tingkat I dikoordinasikan oleh Gubernur Kepala Daerah I yang dibantu oleh para Kepala Kantor Wilayah Departemen yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan penyelenggaraan transmigrasi di wilayah Propinsi Daerah Tingkat I. Penyelenggaraan trans-migrasi di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II dikoordinasi-kan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang dibantu oleh para Kepala Kantor Departemen yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan penyelenggaraan transmigrasi di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II. Dalam melaksanakan koor-dinasi penyelenggaraan transmigrasi di wilayah Propinsi Dae-rah Tingkat I dan wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II, Guber-nur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II berpedoman pada kebijaksanaan program dan kegiatan penyelenggaraan transmigrasi yang telah ditetapkan secara terpadu dan terkoordinasi.

783

Page 69:  · Web viewPerkembangan ternak di daerah transmigrasi seperti tertera pada Tabel XII - 26 kelihatannya masih belum stabil karena faktor-faktor yang mempengaruhi lebih banyak yaitu