emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ...

346
PENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG َ ن يِ دَ تْ هُ مْ ل اِ بُ مَ لْ عَ َ وُ هَ وِ هِ ل تِ بَ سْ نَ عَ ّ لَ & ضْ نَ مِ بُ مَ لْ عَ َ وُ هَ * كَ ّ بَ رَ ّ نِ 1 ُ نَ سْ حَ َ يِ ه يِ تَ ّ ل اِ بْ مُ هْ لِ ادَ جَ وِ ةَ & نَ سَ حْ ل ِ ةَ A ظِ عْ وَ مْ ل َ وِ هَ مْ كِ حْ ل اِ بَ * كِ ّ بَ رِ ل تِ بَ س ىَ لِ 1 ُ عْ د Khutbah Jumat Halal bi Halal 2017 PESAN SPIRITUAL HALAL BI HALAL Oleh: Mursana, M.Ag ْ نَ ُ دَ هْ L MM شَ . َ نْ وُ رِ & ف اMM َ كْ ل َ هِ رM َ كْ وM َ لَ وِ هMM ِ ّ لُ كِ نْ يِ ّ دM ل يَ لَ عُ هَ رMMِ هْ A ظُ يِ لِ ّ قM َ حْ ل ِ نْ يِ دَ ى وَ دMM ُ هْ ل اِ بM ُ هَ لْ وُ سَ رَ لَ سْ رَ ْ ىِ & دَ ّ ل ِ َ ّ ِ ُ دْ مَ حْ ل يَ لَ عَ وَ مَ ّ لَ MM سَ وِ هْ نَ لَ عُ له ل يَ ّ لَ ضٍ دَ ّ مَ حُ م اَ & نِ ّ m بِ تَ & ن يَ لَ عُ مَ لاَ ّ س ل َ وُ هَ لاَ ّ ص ل َ وM. ُ هُ لْ وُ سَ رَ وُ هُ دْ تَ ع ً دَ ّ مَ حُ مَ ّ نَ ُ دَ هْ L شَ َ وُ له ل َ ّ لاِ 1 M َ هَ لِ 1 َ لا. ِ نْ يِ ّ دMM ل ِ مْ وMMَ ي ىَ لِ 1 ٍ انَ MM سْ حِ z اِ بْ مُ هَ عِ بَ نْ نَ مَ وِ هِ نْ حَ MM صَ وِ هMM ِ ل ىَ وMM ْ قَ بِ نْ يِ MM سْ & فَ & نَ وْ مُ كْ تِ MM صْ وُ . ُ هMM ل ل ُ مُ كَ دَ L MM سْ رَ ، ِ هMM َ عُ مُ حْ ل َ هMM َ اعَ مَ جM. ُ له ل . َ نْ وُ مِ لْ سُ ّ مْ مُ ت& نَ َ وَ ّ لاِ 1 َ ّ نُ يْ وُ مَ بَ لاَ وِ هِ اتَ قُ نَ ّ قَ حَ له ل M وُ قَ ّ ن وُ & نَ م َ ءَ نْ يِ & دَ ّ ل َ هاُ ّ يَ اَ ى : بَ ل اَ عَ نُ له ل َ الَ قHadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah Sudah menjadi tradisi umat Islam Indonesia khususnya di Cirebon, apabila selesai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan disempurnakan dengan zakat fitrah dan ditutup tanggal 1 Syawal dengan sholat ‘Idul Fitri dilanjutkan dengan acara halal bi halal. Acara ini dilaksanakan oleh sebagian besar umat Islam; mulai dari kalangan pejabat, birokrat tingkat atas sampai tingkat bawah, dan masyarakat umum. Biasanya acara ini berlangsung sampai akhir bulan Syawal. Modelnyapun bermacam-macam; ada yang mengundang muballigh, ada yang mengundang artis, bahkan ada yang kumpul-kumpul biasa sambil ngobrol ngalor ngidul dan makan bersama antar keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar, lalu ditutup dengan salam-salaman; saling maaf memaafkan antar peserta halal bi halal. Yang pasti dalam acara tersebut terlihat suasana kekeluargaan, persaudaraan dan keakraban. Seolah-olah antar peserta tidak punya beban masalah apapun. Kalau kita perhatikan, Halal bi halal adalah kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata halal, diapit oleh satu huruf (kata penghubung) ba’ yang dibaca bi. Kalau kata majemuk tersebut diartikan seperti yang ditemukan dalam kamus besar bahasa Indonesia, yakni “acara ma’af memaafkan pada hari lebaran,” maka dalam halal bi halal terdapat unsur silaturrahim. Istilah kata tersebut berasal dari bahasa Arab, namun dalam masyarakat Arab Timur Tengah sebenarnya istilah itu tidak dikenal. Yang ada adalah istilah silaturrahim. Halal bi halal adalah hasil kreasi umat Islam Indonesia sendiri dan telah menjadi perbendaharaan kata keagamaan serta telah melembaga di kalangan umat Islam Indonesia. Namun istilah itu tidak ada yang tahu, sejak kapan, dimana asal usulnya, dan apa latar belakang istilah tersebut. Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah. Kenapa kita perlu Halal bi Halal ? Manusia adalah makhluk yang sering salah dan lupa, seperti dikatakan dalam pepatah Arab, “Al-Insaa nu Mah alul Khatha’ wan Nisyaa n”. Karena manusia tempatnya salah dan lupa, maka kadang-kadang ia menyakiti perasaan orang lain. Orang yang disakiti boleh jadi ia akan marah, dan bila marah telah menyelinap dalam hati seseorang, maka orang yang telah menyebabkan orang lain

Transcript of emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ...

Page 1: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

PENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG

أعلم وهو سبيله عن ضل بمن أعلم هو ك رب إن أحسن هي تي بال وجادلهم الحسنة والموعظة بالحكمة ك رب سبيل إلى ادعبالمهتدين

Khutbah Jumat Halal bi Halal 2017

PESAN SPIRITUAL HALAL BI HALAL

Oleh: Mursana, M.Ag

وله بالهدى ودين الحق ليظهره على ل رس الحمد لله الذي أرسهد أن الله وأش هد أن لا إله إلا الدين كله ولو كره الكافرون. أشد صلى الله لام على نبينا محم لاة والس دا عبده ورسوله. والص محم عليه وسلم وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.

وى الله. ي بتق قال جماعة الجمعة، أرشدكم الله. أوصيكم ونفس الله تعالى : يا أيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا

سلمون. وأنتم مHadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Sudah menjadi tradisi umat Islam Indonesia khususnya di Cirebon, apabila selesai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan disempurnakan dengan zakat fitrah dan ditutup tanggal 1 Syawal dengan sholat ‘Idul Fitri dilanjutkan dengan acara halal bi halal. Acara ini dilaksanakan oleh sebagian besar umat Islam; mulai dari kalangan pejabat, birokrat tingkat atas sampai tingkat bawah, dan masyarakat umum. Biasanya acara ini berlangsung sampai akhir bulan Syawal. Modelnyapun bermacam-macam; ada yang mengundang muballigh, ada yang mengundang artis, bahkan ada yang kumpul-kumpul biasa sambil ngobrol ngalor ngidul dan makan bersama antar keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar, lalu ditutup dengan salam-salaman; saling maaf memaafkan antar peserta halal bi halal. Yang pasti dalam acara tersebut terlihat suasana kekeluargaan, persaudaraan dan keakraban. Seolah-olah antar peserta tidak punya beban masalah apapun.

Kalau kita perhatikan, Halal bi halal adalah kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata halal, diapit oleh satu huruf (kata penghubung) ba’ yang dibaca bi. Kalau kata majemuk tersebut diartikan seperti yang ditemukan dalam kamus besar bahasa Indonesia, yakni “acara ma’af memaafkan pada hari lebaran,” maka dalam halal bi halal terdapat unsur silaturrahim. Istilah kata tersebut berasal dari bahasa Arab, namun dalam masyarakat Arab Timur Tengah sebenarnya istilah itu tidak dikenal. Yang ada adalah istilah silaturrahim. Halal bi halal adalah hasil kreasi umat Islam Indonesia sendiri dan telah menjadi perbendaharaan kata keagamaan serta telah melembaga di kalangan umat Islam Indonesia. Namun istilah itu tidak ada yang tahu, sejak kapan, dimana asal usulnya, dan apa latar belakang istilah tersebut.

Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Kenapa kita perlu Halal bi Halal ?

Manusia adalah makhluk yang sering salah dan lupa, seperti dikatakan dalam pepatah Arab, “Al-Insaanu Mahalul Khatha’ wan Nisyaan”.

Karena manusia tempatnya salah dan lupa, maka kadang-kadang ia menyakiti perasaan orang lain. Orang yang disakiti boleh jadi ia akan marah, dan bila marah telah menyelinap dalam hati seseorang, maka orang yang telah menyebabkan orang lain itu menjadi marah, laksana telah memutuskan hubungan persaudaraan dan hubungan kasih sayang sesama manusia atau dengan kata lain telah memutuskan silaturrahim yang tidak dibenarkan oleh ajaran Islam. Sebagaimana Rasulullah SAW.

pernah mengancam orang-orang yang memutuskan silaturrahim, Tidak akan masuk“لا يدخل الجنة قاطع surga orang yang memutuskan silaturrahim”. (HR. Bukhori dan Muslim). Oleh karena itu tradisi halal bi halal perlu dilestarikan di Cirebon dengan alasan sebagai berikut:

Pertama : Halal bi halal sebagai wadah silaturrahim. Menurut Quraish Shihab, silaturrahim adalah kata majemuk yang diambil dari kata bahasa Arab; Shilat dan rahim. Kata shilat berakar dari kata washl yang berarti “menyambung” dan “menghimpun”. Ini berarti hanya yang terputus dan yang terserak yang dituju oleh shilat itu. Sedangkan kata Rahim pada mulanya berarti “kasih sayang”, kemudian berkembang sehingga berarti pula “peranakan” (kandungan), karena anak yang dikandung selalu mendapatkan curahan kasih sayang. Jadi silaturrahim adalah suatu aktifitas untuk saling menghubungkan atau menyambungkan tali persaudaraan/ kekeluargaan, sehingga menimbulkan kasih sayang seperti menyayangi anak kandung.

Page 2: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Banyak sekali hadits Rasulullah SAW. yang menganjurkan umat Islam agar gemar bersilaturrahim, diantaranya adalah Rasulullah SAW. bersabda :

من أحب أن يبسط عليه في رزقه, وأن ينسأ له في أثره, فليصلرحمه

“Barang siapa yang menginginkan dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka bersilaturrahimlah” . (HR. Bukhori). Hadits ini mengisyaratkan bahwa: 1) Sesulit apapun rizki kita, asal mau bersilaturrahim, Allah pasti akan membukaan jalan keluarnya. Allah SWT akan memberi rizki orang tersebut dengan tidak disangka-sangka. Rizki itu bisa melalui orang yang disilaturrahimi atau mungkin dari tetangga/masyarakat sekitar dan bisa jadi dari tetangga jauh. Yang namanya rizki bukan hanya uang, bisa juga berbentuk materi yang lain seperti pakaian, kendaraan, perhiasan atau mungkin makanan. Atau bisa juga rizki itu berbentuk kesehatan jiwa dan raga. Semua anugrah Allah untuk manusia itu disebut rizki. 2) Orang yang bersilaturrahim akan dipanjangkan umurnya. Maksudnya orang yang sedang dililit masalah kehidupan yang sangat berat, sehinga dia psimis atau putus asa dalam menghadapi kenyataan hidup, setelah bersilaturrahim ada yang memberi spirit/nasehat, sehingga dia kembali semangat dalam hidup, seolah-olah dia hidup kembali.

Kedua : Halal bi halal sebagai wadah untuk saling memaafkan antar sesama. Saling memaafkan antar sesama merupakan sikap yang dianjurkan oleh Allah SWT. sebab dengan sikap tersebut, sikap dendam dan rasa marah dapat dihilangkan. Sifat dendam dan marah itulah sesungguhnya yang sering menyebabkan terjadinya berbagai tindak kekerasan dan kekejaman. Oleh karena itu dengan mengedepankan sikap saling memaafkan (meminta dan memberi maaf), perbuatan tidak terpuji itu bisa dihindari. Memang diakui bahwa tidak semua dendam dan marah itu timbul akibat seseorang enggan meminta dan memberi maaf, tetapi yang jelas sikap enggan meminta dan memberi maaf dapat menimbulkan dendam dan marah seseorang. Selain itu, sikap saling memaafkan merupakan ciri orang yang taqwa. Oleh karenanya, orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain, nilai kepribadian dan ketaqwaannya sangat luhur. Itulah sebabnya sifat seperti itu senantiasa dimiliki oleh para Nabi dan Rasul Allah, para sahabat utama Nabi Muhammad SAW, para ahli sufi dan orang-orang sholeh. Sikap tersebut juga ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW yang memberi maaf kepada penduduk Mekkah yang dulu memusuhi dakwahnya, menyiksa dan mengusirnya. Dengan sikap inilah satu persatu penduduk Mekkah masuk ke dalam Islam, hingga akhirnya seluruh penduduk Mekkah masuk Islam dengan berbondong bondong. Demikian pula beliau senantiasa meminta maaf kepada para sahabatnya dan umatnya, walaupun mereka mengakui bahwa beliau tidak pernah berbuat salah terhadap mereka. Menjelang akhir hayatnya, beliau mengumumkan dihadapan para sahabatnya bahwa beliau meminta maaf kepada mereka dan menyampaikan kepada mereka bahwa siapa-siapa yang merasa disakiti atau tersinggung selama dalam kepemimpinannya agar mereka mengemukakannya dan mempersilahkan untuk menuntut balas kepada beliau. Maka pada akhir hayatnya beliau tidak meninggalkan kesalahan sama sekali bahkan beliau meninggal dengan penuh keharuman dan ditengah-tengah kecintaan umat yang amat dalam. Sikap pemaaf Rasulullah SAW. Juga diteladani oleh para

sahabatnya dan orang-orang sholeh. Dalam hal sikap saling memaafkan, Allah SWT berfirman : والكاظمين نين dan” الغيظ والعافين عن الناس والله يحب المحس orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” . (Q.S. Ali ‘Imran:134).

Ayat ini menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, yang berarti sikap suka memberi dan meminta maaf/saling memaafkan adalah termasuk sikap orang yang bertaqwa. Namun yang masih kita prihatinkan hingga sekarang ini adalah ternyata masih banyak orang yang enggan memberi maaf atas kesalahan yang diperbuat oleh orang lain, walaupun orang tersebut sudah bertaubat dan meminta maaf. Juga masih banyak orang yang tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya kepada orang lain. Padahal jelas-jelas bahwa kesalahannya itu dilakukan olehnya. Akibat sikap enggan memberi dan meminta maaf itu, maka sifat-sifat dendam, marah, dan benci ada di masyarakat kita itu timbul akibat keengganan tersebut sulit dihilangkan. Akhirnya sifat-sifat tersebut merusak tali persaudaraan. Oleh karena itu melalui halal bi halal, mari buka dan lapangkan dada kita untuk saling memaafkan, hilangkan egoisme yang lainnya. Sesungguhnya sifat-sifat egoisme itu akan merendahkan dirinya, bukan sebaliknya. Sebaik-baiknya orang adalah oarng yang selalu merasa dirinya banyak salah, walaupun dia tidak melakukan perbuatan tersebut. Memang kalau menuruti dorongan nafsu bahwa meminta maaf itu berat, bahkan memberi maaf lebih berat lagi. Tetapi karena dorongan nurani, dorongan yang dipancarkan oleh Illahi, maka mau tidak mau, bisa tidak bisa, kita harus bisa membiasakan suatu sikap saling memaafkan antar sesama.

Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Dengan demikian tradisi halal bi halal di Indonesia harus selalu dilestarikan. Kesan bahwa halal bi halal itu ajang untuk pamer kemewahan, hura-hura, bahkan sambil mabuk-mabukan, harus dihilangkan. Halal bi halal merupakan tradisi yang suci yang lahir dari masyarakat muslim Indonesia, yang didalamnya ada silaturrahim dan sikap saling memaafkan. Kedua sikap tersebut merupakan ajaram Islam yang wajib dijunjung tinggi oleh umat Islam khususnya di Cirebon.

Page 3: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكراحمين الحكيم. وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الر

Khutbah kedua diserahkan kepada Khatib masing-masing

KHUTBAH JUM’AT DAN MATERI CERAMAH HALAL BI HALAL Oleh ; Muhammad Ridwan Jalil, Sag, M.Pd.I

ه وحده صدق وعـده ونصرعبده واعز جنده وهزم الأحزاب وحده الحمد لل الله وأشهد ان محمدا عبده ورسوله أشهد ان لا إله إلا

رــا. أما ليما كثي م تســ م وبارك على محمد وعلى آله وصحبه وسل هم صل وسل اللبعد

قــوا  ـوـا ات ذين ءامن هــا ال فيا عباد الله، أوصيكم بتقوى الله، فقال الله تعالى: ياأي وأنتم مسلمون.  الله حق تقاته ولا تموتن إلا

Jamaah jumat yg berbahagia

Ramadhan sudah berlalu, kini masing-masing kaum muslimin muslimat, dituntut untuk mengaplikasikan setiap amalan yang sudah ia latih dalam momentum ramadhan yang barusan berlalu, Ibadah puasa ditruskan dengan Puasa sunnah Syawal, senin kamis, dan puasa Nabi Daud. Sholat Taraweh diteruskan dengan sholat tahajjud. Tadarus Al-Quran diteruskan tilawah qur’an setiap saat. Memberi buka puasa diteruskan dengan sedekah setiap hari. Sabar dalam puasa diteruskan dengan selalu menjaga emosional  setiap hari, intinya mari kita hidupkan amalan-amalan Ramadhan di sebelas bulan kedepan, agar TC Ramadhan yang sudah kita ikuti selama sebulan kemaren tidak sia-sia.

Memang Ramadhan berlalu, orang mu’min itu ada yang untung ada yang rugi karena tidak mendapat apa-apa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Buya hamka dalam buku Tasawuf Moderen;

“Pada suatu masa, Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya hendak berangkat menaklukkan suatu daerah. Pagi hari sebelum berangkat, Iskandar Zulkarnain berpesan kepada pasukannya:"Dalam perjalanan, nanti malam kita akan melintasi sungai. Ambillah apa pun yang terinjak yang ada di sungai itu. "Ketika malam tiba dan pasukan Iskandar Zulkarnain melintasi sungai, ada 3 golongan prajurit. Golongan  yang pertama tidak mengambil apa pun yang terinjak di sungai karena yakin itu hanya batu. Golongan yang kedua mengambil alakadarnya yang terinjak di sungai, sekedar mengikuti perintah raja. Yang ketiga mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan kepayahan meneruskan perjalanan karena penuhnya bawaan.

Setelah melanjutkan perjalanan dan tiba pagi hari, Iskandar Zulkarnain bertanya kepada pasukannya, apa yang kalian dapatkan semalam? Ketika para prajurit memeriksa tasnya, ternyata isinya intan berlian. Prajurit yang tidak mengambil apa-apa sangat menyesalinya. Prajurit yang mengambil ala kadarnya ada perasaan senang bercampur penyesalan. Prajurit yang sungguh-sungguh mengambil merasa sangat bahagia.

Kaum Muslimin yg berbahagia

Kita sadari bahwa Ramadhan yang baru berlalu di dalamnya banyak sekali keberkahan. Dan kita memiliki 3 pilihan. 

Pertama; Melewati Ramadhan tanpa mengambil keberkahannya sedikit pun.(ini amat rugi) kedua; melewati Ramadhan dengan mengambil keberkahan ala kadarnya.(ini orang setengah rugi) ketiga; Atau melewati Ramadhan dengan bersungguh-sungguh mengambil keberkahannya,(nah..inilah orang yang beruntung)  Nabi bersabda;

ورغم أنف رجل دخل عليه رمضان ثم انسلخ قبل أن يغفر له

Page 4: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

"Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya." (HR. al-Tirmidzi)

Kaum Muslimin yg berbahagia.

Sekarang kita masih dalam suasana Halal Bi halal, dimana-mana kaum muslimin muslimat melaksanakan acara halal bihalal. Dan acara Halal bihalal ini selalu dilatar belakangi keinginan untuk membersikan dari kesalah dan dosa kepada sesama. Kerena dosa kepada Allah sudah Allah ampuni melalui rangkain Ibadah Puasa yang sudah dilaksnakan selama sebulan; ini kita yakini berdasarkan Hadits Nabi;, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah SWT telah mewajibkan ibadah puasa Ramadhan, dan disunahkan untuk melakukan salat sunah, maka barang siapa mengerjakannya karena iman dan melakukan intropeksi, makan dia keluar dari dosa dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan’. Artinya dosa kita kepada allah sudah kita lebur dengan Ramadhan, Namun dosa kekapada sesama belum selesai.

Kekhilafan di antara sesama kita hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan di antara kita. Inilah otoritas Allah yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka sendiri dapat saling memaafkan, sebagaimana hadits Nabi “Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham (hari kiamat), di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu” (HR. Bukhari). Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia pemaaf. Sebagaimana Firman Allah;

ه غفور رحيم والل ه لكم ون أن يغفر الل ألا تحب �وليعفوا وليصفحوا �  ”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?, Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nur:22).

Kaum Muslimin yg berbahagia.

Meminta dan memberi maaf tidaklah dikuhususkan pada hari Raya Idul fitri saja, sebenarnya kapan saja kita boleh memberi dan meminta maaf, terutama setelah melakukan kesalahan, segera meminta maaf itu lebih baik., Namun dihari baik bulan baik, saat orang sedang bergebira merayakan hari raya Idul fitri, tentu orang akan dengan mudah memaafkan, karena nuansa lebaran membuat hati seseorang terbuka lebar untuk memaafkan kekasalahan orang lain. Dan juga dorongan ingin benar-benar kembali kepada kesucian, maka orang tidak ingin lagi ada yang merusak kesucian dirinya dari noda dan dosa, baik dosa habluminallah maupun dosa habluminanas.

Lalu kepada siapa lebih dulu kita minta maaf?.... Setidaknya ada tiga golongan. Melalui sebuah hadits: “Suatu hari, selesai melaksakan shalat Idul fitri. Para sahabat mendengar Rasul mengucapkan Aamiin sampai tiga kali. Aamiin,,,Aamiin,,,Aamiin. Sahabat heran, koq Rasul tak ada yang berdoa,kok Aamiin sampai tiga kali. Lalu mereka bertanya,” Ya Rasul, ada apa? Kok Aamiin sampai tiga kali, kenapa?” Kalian tak tahu? tidak ya Rasul! Barusan selesai shalat, turun malaikat Jibril kepada saya. Lalu beliau bilang,” Ya Muhammad, saya mau berdoa kepada Allah, mau kau meng-Aamiinkan?” silahkan Jibril. Berdoalah malaikat Jibril;

Yang  pertama doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, pada hari ini 1 Syawal (ketika itu), saya bermohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya, anak yang durhaka kepada Ibu-Bapaknya”. Rasulullah mengucapkan,”Aamiin”.

Yang kedua doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, pada hari ini 1 Syawal (ketika itu), saya bermohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya isteri yang durhaka kepada suaminya”. Aamiin...kata Rasul.

            Yang ketiga doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, hari ini 1 Syawal saya mohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya Muslim yang tidak mau memaafkan sesama saudaranya Muslim”. Rasulullah mengucapkan “Aamiin”.

Kaum Muslimin yg berbahagia.

Karna kesibukan kita kesana keari bersilaturrahim, dan karena keterbatasan waktu dan fisik kita sehingga tidak semua keluarga ,  tetangga dan kolega dapat kita kunjungi untuk kita bersalaman,

Page 5: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

untuk itu acara halal bi halal adalah  solusi bagi kita untuk kita meminta dan memberi maaf, memperbaiki hubungan yang sudah membeku agar bisa mencair kembali seperti sedia kala. Untuk itu marilah kita manfaatkan moment Halal bi halal ini dengan sebaik-baiknya agar kita benar-benar kembali kepada fitrah(kesucian) kita. Amin.

Dari uraian yang saya sampaikan ini, mari kita masuk kepada kesimpulan.

Pertama, dalam nuansa ‘Idul Fitri dan halal bi halal kita hari ini. Mari kita tumbuhkan semangat saling menghargai, saling mencintai, keutuhan dan kedamaian. Mintalah ridho kepada Ibu-Bapak, suami kepada Isteri, isteri kepada suami dan memaafkan sesama saudara kita muslim. Agar kita benar-benar kembali kepada fitrah.

Yang kedua, kita mohon kepada Allah agar kita dipertemukan lagi dengan Ramadhan yang akan datang, Karena tak ada jaminan kita akan bertemu Ramadhan lagi. Kita mohon kepada Allah agar diberikan umur yang panjang dalam taat kepada Allah. Bukan panjang umur dalam dosa. Kalau panjang umur Cuma ngumpulkan dosa, itu malah lebih merupakan azab, ketimbang nikmat.

Yang ketiga, Ramadhan adalah bulan latihan. Namun bukan hanya sekedar latihan tapi juga praktek sekaligus. Dengan pertimbangan; Petinju masuk latihan, keluar latihan tinjunya makin hebat. PSSI masuk latihan, keluar latihan bawa gaya bolanya makin hebat. Penyanyi masuk latihan, keluar latihan nyanyinya makin bagus. Sebaliknya kalau latihan tiap hari, main kalah terus, orang kan mikir,” Buat apa latihan, main kalah terus?”  Ini sebulan penuh ni kita latihan, supaya keluar Ramadhan, kita menang di sebelas bulan yang akan datang.

ميع ه هو الس ي ومنكم تلاوته إن ل من اكم بما فيه من الأيات و ذكر الحكيم وتقب بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم و نفعني وإيالعليم

Makna Historis dan Filosofis Halal BihalalOleh Fathoni Ahmad

Ijtihad para ulama pesantren dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memang patut di acungi jempol. Terutama ketika bangsa Indonesia terancam perpecahan dan disintegrasi antar-anak bangsa sendiri. Perhatian para kiai memang begitu besar terhadap kerharmonisan kehidupan bangsa selama ini. Dasar negara Pancasila salah satu buah pikir para ulama yang menautkan nilai-nilai kental religiusitas sebagai pondasi persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia.

Pun setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tahun 1945, namun justru ancaman pemberontakan dan disintegrasi bangsa muncul di mana-mana, antara lain pemberontakan yang dilakukan DI/TII dan PKI di Madiun pada tahun 1948. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi mengungkapkan gagasan salah seorang Pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) menggelar halal bihalal untuk seluruh tokoh bangsa atas permintaan Bung Karno.

Dari riwayat yang diceritakan Kiai Masdar itu, pada tahun 1948 yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.

Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahim. Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahim kan biasa, saya ingin istilah yang lain".

"Itu gampang,” kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahim nanti kita pakai istilah halal bihalal,” jelas Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahim yang diberi judul halal bihalal dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah istilah halal bihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi bangsa Indonesia pasca-lebaran hingga kini.

Begitu mendalam perhatian seorang Kiai Wahab Chasbullah untuk menyatukan seluruh komponen bangsa yang saat itu sedang dalam konfik politik yang berpotensi memecah belah bangsa. Hingga secara filosofis pun, Kiai Wahab sampai memikirkan istilah yang tepat untuk menggantikan istilah silaturrahim yang menurut Bung Karno terdengar biasa sehingga kemungkinan akan ditanggapi biasa juga oleh para tokoh yang sedang berkonflik tersebut.

Kini, halal bihalal yang dipraktikkan oleh umat Islam Indonesia lebih dari sekadar memaknai silaturrahim. Tujuan utama Kiai Wahab untuk menyatukan para tokoh bangsa yang sedang berkonflik menuntut pula para individu yang mempunyai salah dan dosa untuk meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti dengan hati dan dada yang lapang. Begitu pun dengan orang

Page 6: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

yang dimintai maaf agar secara lapang dada pula memberikan maaf sehingga maaf-memaafkan mewujudkan Idul Fitri itu sendiri, yaitu kembali pada jiwa yang suci tanpa noda bekas luka di hati.

Dengan demikian, ditegaskan bahwa bukan memaafkan namanya jika masih tersisa bekas luka di hati dan jika masih ada dendam yang membara dalam hatinya. Boleh jadi ketika itu apa yang dilakukannya baru sampai pada tahap menahan amarah. Artinya, jika manusia mampu berusaha menghilangkan segala noda atau bekas luka di hatinya, maka dia baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain atas kesalahannya.

Oleh karena itu, syariat secara prinsip mengajarkan bahwa seseorang yang memohon maaf atas kesalahnnya kepada orang lain agar terlebih dahulu menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, serta memohon maaf sambil mengembalikan hak yang pernah diambilnya. Kalau berupa materi, maka materinya dikembalikan, dan kalau bukan materi, maka kesalahan yang dilakukan itu dijelaskan kepada yang dimohonkan maafnya.

Istilah khas Indonesia

Para pakar selama ini tidak menemukan dalam Al-Qur’an atau Hadis sebuah penjelasan tentang halal bihalal. Istilah itu memang khas Indonesia. Bahkan boleh jadi pengertiannya akan kabur di kalangan bukan bangsa Indonesia, walaupun mungkin yang bersangkutan paham ajaran agama dan bahasa Arab. Mengapa? Karena istilah tersebut juga muncul secara historis dan filosofis oleh Kiai Wahab untuk menyatukan bangsa Indonesia yang sedang dilanda konflik saudara sehingga harus menyajikan bungkus baru yang menarik agar mereka mau berkumpul dan menyatu saling maaf-memaafkan.

Terkait dengan makna yang terkandung dalam istilah halal bihalal, Pakar Tafsir Al-Qur’an asal Indonesia Muhammad Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an, 1999) menjelaskan sejumlah aspek untuk memahami istilah yang digagas Kiai Wahab Chasbullah tersebut. Pertama, dari segi hukum. Halal yang oleh para ulama dipertentangkan dengan kata haram, apabila diucapkan dalam konteks halal bihalal akan memberikan kesan bahwa acara tersebut mereka yang melakukannya akan terbebas dari dosa.

Dengan demikian, halal bihalal menurut tinjauan hukum menjadikan sikap kita yang tadinya haram atau yang tadinya berdosa menjadi halal atau tidak berdosa lagi. Ini tentu baru tercapai apabila persyaratan lain yang ditetapkan oleh hukum terpenuhi oleh pelaku halal bihalal, seperti secara lapang dada saling maaf-memaafkan.

Masih dalam tinjauan hukum. Menurut para pakar hukum, istilah halal mencakup pula apa yang dinamakan makruh. Di sini timbul pertanyaan, “Apakah yang dimaksud dengan istilah halal bihalal menurut tinjauan hukum itu adalah adanya hubungan yang halal, walaupun di dalamnya terdapat sesuatu yang makruh?

Secara terminologis, kata makruh berarti sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam bahasa hukum, makruh adalah suatu perbuatan yang tidak dianjurkan oleh agama, walaupun jika dilakukan tidak mengakibatkan dosa, dan dengan meninggalkan perbuatan itu, pelaku akan mendapatkan ganjaran atau pahala. Atas dasar pertimbangan terakhir ini, Quraish Shihab tidak cenderung memahami kata halal dalam istilah khas Indonesia itu (halal bihalal), dengan pengertian atau tinjauan hukum. Sebab, pengertian hukum tidak mendukung terciptanya hubungan harmonis antarsesama.

Kedua, tinjauan bahasa atau linguistik. Kata halal dari segi bahasa terambil dari kata halla atau halala yang mempunyai berbaga bentuk dan makna sesuai rangkaian kalimatnya. Makna-makna tersebut antara lain, menyelesaikan problem atau kesulitan atau meluruskan benang kusut atau mencairkan yang membeku atau melepaskan ikatan yang membelenggu.

Dengan demikian, jika kita memahami kata halal bihalal dari tinjauan kebahasaan ini, seorang akan memahami tujuan menyambung apa-apa yang tadinya putus menjadi tersambung kembali. Hal ini dimugnkinkan jika para pelaku menginginkan halal bihalal sebagai instrumen silaturrahim untuk saling maaf-memaafkan sehingga seseorang menemukan hakikat Idul Fitri.

Ketiga, tinjauan Qur’ani. Halal yang dituntut adalah halal yang thayyib, yang baik lagi menyenangkan. Dengan kata lain, Al-Qur’an menuntut agar setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap Muslim harus merupakan sesuatu yang baik dan menyenangkan bagi semua pihak. Inilah yang menjadi sebab mengapa Al-Qur’an tidak hanya menuntut seseorang untuk memaafkan orang lain, tetapi juga lebih dari itu yakni berbuat baik terhadap orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.

Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesan bahwa halal bihalal menuntut pelaku yang terlibat di dalamnya agar menyambungkan hubungan yang putus, mewujudkan keharmonisan dari sebuah konflik, serta berbuat baik secara berkelanjutan. Kesan yang berupaya diejawantahkan Kiai Wahab Chasbullah di atas lebih dari sekadar saling memaafkan, tetapi mampu menciptakan kondisi di mana persatuan di antara anak bangsa tercipta untuk peneguhan negara. Sebab itu, halal bihalal lebih dari sekadar ritus keagamaan, tetapi juga kemanusiaan, kebangsaan, dan tradisi yang positif. Wallahu ‘alam bisshowab.

Penulis adalah Pengajar di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.

Ijtihad para ulama pesantren dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memang patut di acungi jempol. Terutama ketika bangsa Indonesia terancam perpecahan dan disintegrasi antar-anak bangsa sendiri. Perhatian para kiai memang begitu besar

Page 7: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

terhadap kerharmonisan kehidupan bangsa selama ini. Dasar negara Pancasila salah satu buah pikir para ulama yang menautkan nilai-nilai kental religiusitas sebagai pondasi persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia.

Pun setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tahun 1945, namun justru ancaman pemberontakan dan disintegrasi bangsa muncul di mana-mana, antara lain pemberontakan yang dilakukan DI/TII dan PKI di Madiun pada tahun 1948. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi mengungkapkan gagasan salah seorang Pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) menggelar halal bihalal untuk seluruh tokoh bangsa atas permintaan Bung Karno.

Dari riwayat yang diceritakan Kiai Masdar itu, pada tahun 1948 yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.

Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahim. Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahim kan biasa, saya ingin istilah yang lain".

"Itu gampang,” kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahim nanti kita pakai istilah halal bihalal,” jelas Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahim yang diberi judul halal bihalal dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah istilah halal bihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi bangsa Indonesia pasca-lebaran hingga kini.

Begitu mendalam perhatian seorang Kiai Wahab Chasbullah untuk menyatukan seluruh komponen bangsa yang saat itu sedang dalam konfik politik yang berpotensi memecah belah bangsa. Hingga secara filosofis pun, Kiai Wahab sampai memikirkan istilah yang tepat untuk menggantikan istilah silaturrahim yang menurut Bung Karno terdengar biasa sehingga kemungkinan akan ditanggapi biasa juga oleh para tokoh yang sedang berkonflik tersebut.

Kini, halal bihalal yang dipraktikkan oleh umat Islam Indonesia lebih dari sekadar memaknai silaturrahim. Tujuan utama Kiai Wahab untuk menyatukan para tokoh bangsa yang sedang berkonflik menuntut pula para individu yang mempunyai salah dan dosa untuk meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti dengan hati dan dada yang lapang. Begitu pun dengan orang yang dimintai maaf agar secara lapang dada pula memberikan maaf sehingga maaf-memaafkan mewujudkan Idul Fitri itu sendiri, yaitu kembali pada jiwa yang suci tanpa noda bekas luka di hati.

Dengan demikian, ditegaskan bahwa bukan memaafkan namanya jika masih tersisa bekas luka di hati dan jika masih ada dendam yang membara dalam hatinya. Boleh jadi ketika itu apa yang dilakukannya baru sampai pada tahap menahan amarah. Artinya, jika manusia mampu berusaha menghilangkan segala noda atau bekas luka di hatinya, maka dia baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain atas kesalahannya.

Oleh karena itu, syariat secara prinsip mengajarkan bahwa seseorang yang memohon maaf atas kesalahnnya kepada orang lain agar terlebih dahulu menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, serta memohon maaf sambil mengembalikan hak yang pernah diambilnya. Kalau berupa materi, maka materinya dikembalikan, dan kalau bukan materi, maka kesalahan yang dilakukan itu dijelaskan kepada yang dimohonkan maafnya.

Khutbah Jumat: Silaturahmi Halal BihalalKaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia

Puji dan syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya kemudian mengembalikannya kepada bentuk yang paling hina melainkan yang beriman dan beramal shaleh.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta kepada sekalian sahabat dan keluarganya. Kemudian dari pada itu marilah kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT agar kita mendapat magfirah dan ridha-Nya.

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia

Sesudah kita melaksanakan ibadah puasa yang berakhir dengan shalat idul fitri, maka bulan syawal ini adalah sebagai bulan silaturahmi dan berhalal bihalal, bermaaf-maafan dan kemudian tingkatkan ukhuwah Islamiah, bahkan ukhuwah wathaniah. Ukhuwah wathaniah adalah ukhuwah antar sesama sebangsa dan setanah air.

Page 8: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Masalah silaturahmi atau halal bihalal dapat kita lihat gambarannya, dalam surat Al-Imran ayat 133-134:

"Dan syurga yang lebarnya sama dengan langit dan bumi yang dipersiapkan bagi orang-orang yang bertaqwa yaitu orang-orang yang membelanjakan hartanya baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya. Dan memaafkan kesalahan orang dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan".

Bila kita perhatikan ayat ini, maka orang-orang yang bertaqwa itu ada empat cirinya :

1. Membelanjakan hartanya dijalan Allah baik dalam keadaan lapang maupun sempit.2. Mampu menahan amarahnya atau dalam kalimat yang lain, dapat mengendalikan diri.3. Memberi maaf kepada orang lain.4. Berbuat amal saleh yang kongkrit.

Dalam kitab Durratun Nashihin ada disebutkan suatu riwayat tentang ayat ini. Salah seorang sahabat yang bemama Maimun Bin Mahran adalah seorang yang kaya. Pada suatu hari ia makan siang, ketika pembantunya membawa lauk yang berkuah dengan tidak disengaja lauk itu tertumpa mengenai bajunya, sehingga ia marah. Pembantunya menghafal ayat ini lalu berkata kepada tuannya: Dalam ayat AI-Quran Allah berfirman bahwa orang yang bertaqwa itu adalah orang yang dapat menahan amarahnya. Maimun lalu menjawab saya tidak marah. Pembantunya berkata lagi bahwa orang yang bertaqwa itu memaafkan kesalahan sesamanya manusia. Maimun menjawab bahwa saya telah memaafkan kamu. Dan pada akhirnya ayat tadi Allah berfirman : “Dan Allah SWT mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Lalu Maimun berkata : saya sekarang memerdekakan kamu dan maimun memberikan modal usaha kepada pembantunya itu.

Bila kita perhatikan kisah ini banyak hikmah dan manfaat yang dapat kita ambil antara lain:

Bila ada saudara kita yang kelihatan akan berbuat kesalahan seperti marah, kita beri peringatan dengan halus. Dalam Al-Quran surat Az-Zaariyat ayat 55 Allah SWT berfirman :

"Dan tetaplah beri peringatan, karena peringatan itu bermanfaat kepada orang-orang yang beriman”.

Sukses yang dicapai oleh pembantu Maimun karena caranya yang sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran Surah An-Nahl ayat 125 :

"Ajaklah manusia kejalan tuhanmu dengan hikmah dan dengan nasihat yang baik, dan berdialoglah dengan cara yang sebaikbaiknya.”

Maimun bin Mahran adalah tokoh panutan dalam mengamalkan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2 :

"Dan bertolong-tolonglah kamu bidang sosial dan taqwa, dan jangan bertolong-tolongan dalam dosa dan permusuhan".

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia

Memang sifat lembut dalam bergaul adalah sifat yang disenangi oleh manusia dan dicintai oleh Allah SWT.

Dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Thabrani, beliau bersabda :

"Sesungguhnya yang paling dicintai oleh Allah yang Maha Mulia dan Agung adalah orang yang lembut dan melembutkan dan sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung adalah orang yang mondar-mandir mengadu domba dan mencerai beraikan diantara orang-orang yang bersaudara".

Nabi kita Muhammad SAW diperingati oleh Allah SWT, dalam surah Ali Imran ayat 159 dengan firman-Nya:

"Dan sekiranya engkau bersifat keras dan berhati kasar, maka manusia pasti manusia akan menjauhkan diri dari sekelilingmu".

Kesuksesan Nabi kita Muhammad SAW banyak ditentukan oleh karena beliau itu bersifat lemah lembut dan mendamaikan sahabatnya yang berselisih. Prinsip dasar persaudaraan dalam Islam terdapat dalam AI-Hujurat Ayat 10 :

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara, maka damaikanlah diantara saudara-saudaramu. Dan takutlah kepada Allah, mudah-mudahan kamu dirahmati oleh Allah”.

Jadi dalam ayat ini ada perintah untuk mendamaikan saudarasaudara kita yang berselisih. Bila perintah, maka hukumnya wajib.

Dalam usaha dan upaya mendamaikan orang berselisih, Rasulullah memberikan dispensasi untuk berbahasa diplomasi, dalam sebuah Haditsnya yang diriwayatkan Oleh Bukhari Muslim, beliau bersabda : "Bukanlah pembohong orang yang mendamaikan diantara manusia, maka tumbuhlah kebaikan dan mereka berdamai, maksudnya saling bicara antar satu sama lain".

Page 9: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Jadi dalam Hadits ini kita diperbolehkan berbohong untuk mendamaikan teman-teman kita yang silaturahminya terganggu, maksudnya berbohong disini adalah bahasa Si A yang berselisih dengan Si B, bahasa mereka kita perhalus, lalu kita sampaikan secara timbal balik.

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia

Dengan jalan demikian, kitapun telah melaksanakan perintah Rasulullah yang lain, sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:

"Dan menjadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT".

Pada akhirnya marilah kita sekalian dalam bulan Syawal ini bersilaturrahmi dan berhalal bil halal, saling menziarahi dan saling memaafkan, sehingga maghfirah dan Ridha Allah tercurah kepada kita sekalian, Amin Rabbal alamin.

Halal Bihalal: Ustadz 'Kutiba Alaikum' dan Ustadz 'Wa Sari'u'

Setiap usai Ramadhan, umat islam selalu merayakan “Halal Bihalal”. Siapapun pasti suka dengan acara ini, apalagi kateringnya bagus dan lezat. Halal Bihalal itu bisa diartikan dengan “saling menghalalkan atau saling memaafkan” atas kesalahan yang selama ini dilakukan, baik sengaja tau tidak disengaja.

Bagi saya ini sangat menyenangkan, karena bisa meminimalisir waktu bersilaturhami, sekaligus bisa makan opor ayam dan lontong. Subtansi dari Halal Bihalal itu sebenarnya semangat silaturahmi (nyambung seduluran) sesama muslim, sebagaimana yang telah diajarkan Rosulullah SAW.

Menurut Imam Nawawi dalam Syarah muslim, silaturahmi itu artinya “berbuat baik kepada kerabat atas dasar komunikasi langsung antara sobyek dan obyek ( penyambung dulur dan yang disambung). Adakalanya dengan materi (aweh-aweh), sesekali dengan pelayanan (saling membantu), adakalanya dengan berkunjung dan mengucapkan salam (menyapa) , dan lain sebagainya”. Dalam Halal Bihalal, semuanya bisa diperoleh dengan mudah.

Katanya para santri, pengertian Halal Bihalal sangat sederhana. Ada yang mengatakan “Halal Bihalal “berarti (Thalabu Halal bi Thariqin Halal) adalah: mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara memaafkan kesalahan. Bisa juga dengan menggunakan istilah lain, (Halal “Yujza’u” Bi Halal) yang artinya pembebasan kesalahan dibalas pula dengan pembebasan kesalahan dengan cara saling memaafkan”.

Pokoknya “Minal Aidin wal Fadizin”, sebagaimana yang menyebar dalam ungkapan sehari-hari dikalangan masyarakat muslim Nusantara.  Ketika saya mengikuti “Halal Bihalal”, baik di masjid, intitusi, kampus, sekolah dan perkantoran, bahkan Radio, selalu saya temukan “seorang ustad (penceramah) selalu menggunakan ayat “Wa sa’riu Ila Magfiratin” (QS Ali Imran (3:133). Penjelasanya juga hampir sama. Kadang, saya-pun menggunakan ayat tersebut.

 Barangkali, ceramah Halal Bihalal yang disampaikan KH Thalhah Hasan selalu ada yang beda, menarik dan inspiratif. Kebetulan sebagian ceramahnya yang disampaikan di beberapa tempat selalu saya catat.  Teringat seorang jamaah, dia bercerita panjang seputar materi ceramah (khutbah jumah). Suatu ketika jamaah itu bertutur bahwa saat dirinya sholat disebuah masjid kota Malang, mendengarkan Khutbag seorang Khotib yang menyampaikan khutbahnya dengan diawali ayat “Kutiba Alaikum”.

 Jamaah itu mendengarkan dengan seksama hingga rampung. Baginya, Khutbah kali ini sangat menarik dan cocok pada momentum bulan suci Ramadhan. Pada jumat berikutnya, jamaah tersebut sholat jumat di masjid yang lain. Dengan tujuan agar mendapat materi yang berbeda. Ternyata, khotibnya sama dengan masjid pada minggu yang lalu. Dalam pikirannya, pasti materinya berbeda dengan materi jumat yang lalu. Setelah mengucapkan salam, sang Khotib mengawali sebuah ayat “Kutiba Alaikum”. Rupanya, khutbah kali sama persis dengan khutbah seminggu yang lalu.

Pada jumat berikutnya, pindah lagi ke masjid yang lain, dengan tujuan yang sama. Nah, rupanya sang Khotib juga memiliki jadwal yang sama di masjid itu. Setelah naik mimbar, sang Khotib langsung “Kutiba Alaikum”. Maka, jamaah tersebut ahirnya memutuskan tidur selama khutbah berlangsung. Dia yakin materinya sama persis dengan khutbah minggu yang lalu. Ternyata memang benar, materinta selama bulan Ramadan sama semua.

Pada jumat terahir bulan suci Ramadhan, jamaah itu memutuskan untuk mencari masjid yang jauh dari kediamannya agar supaya mendapatkan nuansa khutbah yang berbeda. Rupanya, anggapan ini salah. Khotib jumat yang akan mengisi ternyata orang yang sama. Ahirnya, jamaah tersebut memutuskan tidur selama proses khutbah hingga rampung. Khotib tersebut ahirnya mendapat julukan baru yaitu “KH Kutiba Alaikum”.

Teringat guyonan cerdas Gus Dur, bahwa nanti yang masuk neraka duluan itu penceramah (Khotib Jumat) dari pada Sopir Angkot. Rupanya, selama khutbah berlansgung justru Sang Khotib membuat jamaah tertidur pulas hingga

Page 10: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

bermimpi. Bahkan, ada juga Sang Khotib ketika ceramah justru menjadi provoktor jamaah, sehingga tidak menambah ketaqwaan jamaah, sebaliknya menjadikan para jamaah saling bermusuhan dan membenci.

 Sementara Sopir Angkot itu ketika membawa penumpangnya, justru para penumpangnya selalu dzikir kepada Allah selama dalam perjalanan hingga tujuan. Para penumpang itu tak henti-hentinya membaca istigfar, sholawat, tahlil, karena khawatir dengan keselamatannya, karena sang Sopir Angkot sedikut ugal-ugalan. Begitulah pesan sufistik yang dalam guyonan Gus Dur.

Nah, pada Halal Bihalal kali ini, rupanya mirip dengan bulan Puasa Ramadhan. Sebagian para penceramah itu selalu menggunakan ayat yang sama dan penjelasan yang sama, dimanapun berada. Hanya saja, yang membedakan itu, diselani dengan guyonan-guyonan segar agar tidak malal (bosan) selama mendengarkan ceramah. Ahirnya, sang Ustad (penceramah) mendapatkan gelar baru yatitu “KH Wasairu Ila Magfirtim”. 

Dalam sebuah ceramah, seorang ustad memang harus banyak kisah-kisah teladan, dan juga banyak membaca informasi agar supaya materi yang disampaikan itu tidak sama. Minimal, ada sesuatu yang baru, apalagi orang-orang yang mendengarkan kadang lebih mengerti. Wal hasil, pesan dari Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki dalam kalimah Hikmahnya.

يعلمنى من على أبحث الآن إلى زلت لا

   Hingga sekarang , aku tetap mencari orang yang mau mengajariku ilmu agama .

Dalam masalah ilmu agama setiap orang harus merasa kurang, sementara dalam masalah urusan dunia, sebaiknya seseorang harus qonaah agar tidak terjerumus dalam fitnah. Belajar, tidak harus melalui bangku kuliah, kadang belajar dari orang-orang di pinggir jalan kadang jauh penuh dengan hikmah

TAJIL

Halalbihalal, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?Tradisi halal bi halal yang dilakukan pada hari Lebaran dan setelahnya boleh dilakukan asal bertujuan positif dan memberi manfaat pada orang lain. (Dok/Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika hari raya Idulfitri atau Lebaran tiba, masyarakat muslim di Indonesia kerap menggelar halalbihalal, yakni silaturahmi dengan dihadiri oleh banyak orang. Menariknya, tradisi ini kabarnya hanya terjadi di Indonesia, tak ada di negara lain yang juga berpenduduk muslim.

Ada yang beranggapan ajang ini boleh saja dilakukan karena niatnya menjalin silaturahmi antara dua keluarga dan kerabat. Ada juga yang menilai tidak masalah dilakukan asalkan tujuannya positif, bukan arisan dan lainnya.

Bagaimana sebenarnya tradisi halalbihalal ini dalam Islam? KH Maman Imanul Haq, Ketua Lembaga Dakwah PBNU mengatakan fenomena atau tradisi tidak harus bertentangan dengan agama, justru ada yang beranjak dari kesadaran relijiusitas.

"Halalbihalal adalah sesuatu yang baik karena tujuannya silaturahmi, bertemu rekan kerja dan orang-orang yang selama ini bergaul di kehidupan kita," ujarnya dalam seri video Tanya Jawab Seputar Islam (TAJIL) di CNNIndonesia.com.

Lebih jauh, KH Maman mengatakan halalbihalal bisa juga bermakna pelepasan atau peleburan ketika mungkin kita banyak dosa pada anak buah, istri, atau anak.

"Ketika momen itu [Halalbihalal], kita melebur jadi manusia baru yang mempunyai semangat baru, itikad baru, dan niat baru menjadi manusia yang bermanfaat," ujarnya.

Ia menegaskan, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

"Momen ini jadi peringatan, bahwa menjadi orang yang baik itu gampang, akan tetapi menjadi orang yang memberi manfaat dan kegunaan bagi sesama itu lebih berat dari sekadar jadi orang baik," ujarnya.

Maka, kata dia, halalbihalal adalah tradisi yang mendorong untuk melangkah lebih jauh. "Setelah jadi orang baik, jadilah orang yang bermanfaat."

Ini Makna Halal bi Halal Berdasarkan Al-Quran dan Hadits

Page 11: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Liputan6.com, Jakarta Makna halal bi halal adalah saling bermaafan di hari lebaran. Lebih tepatnya halal bi halal adalah kegiatan silaturahmi di mana diisi dengan saling maaf memaafkan selama hari raya idul fitri. 

Halal bi halal sudah menjadi tradisi di Indonesia. Walaupun kata halal bi halal merupakan kata dari Bahasa Arab, namun orang Arab tidak akan mengerti maknanya karena halal bi halal ini hanya ada di Indonesia dan merupakan kreasi sendiri orang Indonesia.

Makna halal bi halal bertujuan untuk menciptakan keharmonisan antar sesama manusia. Jadi walaupun merupakan kata kreasi tersendiri dari orang Indonesia, hakikat halal bi halal adalah hakikat ajara Al-Quran.

Makna halal bi halal Dalam Tinjauan HaditsIlustrasi idul fitri (sumber: istockphoto)Makna halal bi halal yaitu silaturahmi dan saling memaafkan. Seperti yang telah diketahui, halal bi halal adalah kegiatan silaturahmi dan asling memaafkan yang merupakan risalah islam, dan makna halal bi halal ini tidak terbatas hanya pada saat idul fitri saja. Adapun tujuannya adalah sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW berikut:

“Barangsiapa yang telah menganiaya kepada orang lain baik dengan cara menghilangkan kehormatannya ataupun dengan sesuatu yang lain maka mintalah halalnya pada orang tersebut seketika itu, sebelum adanya dinar dan dirham tidak laku lagi (sebelum mati). Apabila belum meminta halal sudah mati, dan orang yang menganiaya tadi mempunyai amal sholeh maka diambilah amal sholehnya sebanding dengan penganiayaannya tadi. Dan apabila tidak punya amal sholeh maka amal jelek orang yang dianiaya akan diberikan pada orang yang menganiaya”. (HR. Al Bukhori)

Banyak hadits yang sangat mementingkan makna halal bi halal atau menjaga silaturahmi dan saling memaafkan, diantaranya adalah:

Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Siapa saja yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan pengaruhnya, maka sambunglah tali persaudaraan" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Tidak ada dosa yang pelakunya lebih layak untuk disegerakan hukumannya di dunia dan di akhirat daripada berbuat zalim dan memutuskan tali persaudaraan" (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi).

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka sambunglah tali silaturrahmi" (HR. Al-Bukhari).

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak ada dua orang muslim yang bertemu kemudian bersalaman kecuali dosa keduanya diampuni oleh Allah swt sebelum mereka berpisah.” (HR.

Makna halal bi halal Dalam Tinjauan Al-Quran

Selain itu, di dalam Al-Quran juga disebutkan tentang betapa pentingnya makna halal bi halal dengan menjaga silaturahmi dan saling bermaafan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 199 dan surat Ar-Ra’du ayat 21.

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh" (QS. Al-A'raf:199)

“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah swt perintahkan supaya dihubungkan (Yaitu mengadakan hubungan silaturahim dan tali persaudaraan).” (QS. Ar Ra’du : 21)

Kamis, 06 Juli 2017

KHUTBAH JUM’AT DAN MATERI CERAMAH HALAL BI HALAL

Oleh ; Muhammad Ridwan Jalil, Sag, M.Pd.I

ه وحده صدق وعـده ونصرعبده واعز جنده وهزم الأحزاب وحده الحمد لل الله وأشهد ان محمدا عبده ورسوله أشهد ان لا إله إلا

رــا. أما ليما كثي م تســ م وبارك على محمد وعلى آله وصحبه وسل هم صل وسل اللبعد

Page 12: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

قــوا  ـوـا ات ذين ءامن هــا ال فيا عباد الله، أوصيكم بتقوى الله، فقال الله تعالى: ياأي وأنتم مسلمون.  الله حق تقاته ولا تموتن إلا

Jamaah jumat yg berbahagiaRamadhan sudah berlalu, kini masing-masing kaum muslimin muslimat, dituntut untuk

mengaplikasikan setiap amalan yang sudah ia latih dalam momentum ramadhan yang barusan berlalu, Ibadah puasa ditruskan dengan Puasa sunnah Syawal, senin kamis, dan puasa Nabi Daud. Sholat Taraweh diteruskan dengan sholat tahajjud. Tadarus Al-Quran diteruskan tilawah qur’an setiap saat. Memberi buka puasa diteruskan dengan sedekah setiap hari. Sabar dalam puasa diteruskan dengan selalu menjaga emosional  setiap hari, intinya mari kita hidupkan amalan-amalan Ramadhan di sebelas bulan kedepan, agar TC Ramadhan yang sudah kita ikuti selama sebulan kemaren tidak sia-sia.

Memang Ramadhan berlalu, orang mu’min itu ada yang untung ada yang rugi karena tidak mendapat apa-apa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Buya hamka dalam buku Tasawuf Moderen;

“Pada suatu masa, Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya hendak berangkat menaklukkan suatu daerah. Pagi hari sebelum berangkat, Iskandar Zulkarnain berpesan kepada pasukannya:"Dalam perjalanan, nanti malam kita akan melintasi sungai. Ambillah apa pun yang terinjak yang ada di sungai itu. "Ketika malam tiba dan pasukan Iskandar Zulkarnain melintasi sungai, ada 3 golongan prajurit. Golongan  yang pertama tidak mengambil apa pun yang terinjak di sungai karena yakin itu hanya batu. Golongan yang kedua mengambil alakadarnya yang terinjak di sungai, sekedar mengikuti perintah raja. Yang ketiga mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan kepayahan meneruskan perjalanan karena penuhnya bawaan.

Setelah melanjutkan perjalanan dan tiba pagi hari, Iskandar Zulkarnain bertanya kepada pasukannya, apa yang kalian dapatkan semalam? Ketika para prajurit memeriksa tasnya, ternyata isinya intan berlian. Prajurit yang tidak mengambil apa-apa sangat menyesalinya. Prajurit yang mengambil ala kadarnya ada perasaan senang bercampur penyesalan. Prajurit yang sungguh-sungguh mengambil merasa sangat bahagia.

Kaum Muslimin yg berbahagia

Kita sadari bahwa Ramadhan yang baru berlalu di dalamnya banyak sekali keberkahan. Dan kita memiliki 3 pilihan. 

Pertama; Melewati Ramadhan tanpa mengambil keberkahannya sedikit pun.(ini amat rugi) kedua; melewati Ramadhan dengan mengambil keberkahan ala kadarnya.(ini orang setengah rugi) ketiga; Atau melewati Ramadhan dengan bersungguh-sungguh mengambil keberkahannya,(nah..inilah orang yang beruntung)  Nabi bersabda;

ورغم أنف رجل دخل عليه رمضان ثم انسلخ قبل أن يغفر له"Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya." (HR. al-Tirmidzi)

Kaum Muslimin yg berbahagia.

Sekarang kita masih dalam suasana Halal Bi halal, dimana-mana kaum muslimin muslimat melaksanakan acara halal bihalal. Dan acara Halal bihalal ini selalu dilatar belakangi keinginan untuk membersikan dari kesalah dan dosa kepada sesama. Kerena dosa kepada Allah sudah Allah ampuni melalui rangkain Ibadah Puasa yang sudah dilaksnakan selama sebulan; ini kita yakini berdasarkan Hadits Nabi;, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah SWT telah mewajibkan ibadah puasa Ramadhan, dan disunahkan untuk melakukan salat sunah, maka barang siapa mengerjakannya karena iman dan melakukan intropeksi, makan dia keluar dari dosa dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan’. Artinya dosa kita kepada allah sudah kita lebur dengan Ramadhan, Namun dosa kekapada sesama belum selesai.

Kekhilafan di antara sesama kita hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan di antara kita. Inilah otoritas Allah yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka sendiri dapat saling memaafkan, sebagaimana hadits Nabi “Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham (hari kiamat), di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya.

Page 13: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu” (HR. Bukhari). Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia pemaaf. Sebagaimana Firman Allah;

ه غفور رحيم والل ه لكم ون أن يغفر الل ألا تحب �وليعفوا وليصفحوا �  ”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?, Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nur:22).

Kaum Muslimin yg berbahagia.

Meminta dan memberi maaf tidaklah dikuhususkan pada hari Raya Idul fitri saja, sebenarnya kapan saja kita boleh memberi dan meminta maaf, terutama setelah melakukan kesalahan, segera meminta maaf itu lebih baik., Namun dihari baik bulan baik, saat orang sedang bergebira merayakan hari raya Idul fitri, tentu orang akan dengan mudah memaafkan, karena nuansa lebaran membuat hati seseorang terbuka lebar untuk memaafkan kekasalahan orang lain. Dan juga dorongan ingin benar-benar kembali kepada kesucian, maka orang tidak ingin lagi ada yang merusak kesucian dirinya dari noda dan dosa, baik dosa habluminallah maupun dosa habluminanas.

Lalu kepada siapa lebih dulu kita minta maaf?.... Setidaknya ada tiga golongan. Melalui sebuah hadits: “Suatu hari, selesai melaksakan shalat Idul fitri. Para sahabat mendengar Rasul mengucapkan Aamiin sampai tiga kali. Aamiin,,,Aamiin,,,Aamiin. Sahabat heran, koq Rasul tak ada yang berdoa,kok Aamiin sampai tiga kali. Lalu mereka bertanya,” Ya Rasul, ada apa? Kok Aamiin sampai tiga kali, kenapa?” Kalian tak tahu? tidak ya Rasul! Barusan selesai shalat, turun malaikat Jibril kepada saya. Lalu beliau bilang,” Ya Muhammad, saya mau berdoa kepada Allah, mau kau meng-Aamiinkan?” silahkan Jibril. Berdoalah malaikat Jibril;

Yang  pertama doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, pada hari ini 1 Syawal (ketika itu), saya bermohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya, anak yang durhaka kepada Ibu-Bapaknya”. Rasulullah mengucapkan,”Aamiin”.

Yang kedua doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, pada hari ini 1 Syawal (ketika itu), saya bermohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya isteri yang durhaka kepada suaminya”. Aamiin...kata Rasul.

            Yang ketiga doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, hari ini 1 Syawal saya mohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya Muslim yang tidak mau memaafkan sesama saudaranya Muslim”. Rasulullah mengucapkan “Aamiin”.

Kaum Muslimin yg berbahagia.

Karna kesibukan kita kesana keari bersilaturrahim, dan karena keterbatasan waktu dan fisik kita sehingga tidak semua keluarga ,  tetangga dan kolega dapat kita kunjungi untuk kita bersalaman, untuk itu acara halal bi halal adalah  solusi bagi kita untuk kita meminta dan memberi maaf, memperbaiki hubungan yang sudah membeku agar bisa mencair kembali seperti sedia kala. Untuk itu marilah kita manfaatkan moment Halal bi halal ini dengan sebaik-baiknya agar kita benar-benar kembali kepada fitrah(kesucian) kita. Amin.

Dari uraian yang saya sampaikan ini, mari kita masuk kepada kesimpulan.

Pertama, dalam nuansa ‘Idul Fitri dan halal bi halal kita hari ini. Mari kita tumbuhkan semangat saling menghargai, saling mencintai, keutuhan dan kedamaian. Mintalah ridho kepada Ibu-Bapak, suami kepada Isteri, isteri kepada suami dan memaafkan sesama saudara kita muslim. Agar kita benar-benar kembali kepada fitrah.

Yang kedua, kita mohon kepada Allah agar kita dipertemukan lagi dengan Ramadhan yang akan datang, Karena tak ada jaminan kita akan bertemu Ramadhan lagi. Kita mohon kepada Allah agar diberikan umur yang panjang dalam taat kepada Allah. Bukan panjang umur dalam dosa. Kalau panjang umur Cuma ngumpulkan dosa, itu malah lebih merupakan azab, ketimbang nikmat.

Yang ketiga, Ramadhan adalah bulan latihan. Namun bukan hanya sekedar latihan tapi juga praktek sekaligus. Dengan pertimbangan; Petinju masuk latihan, keluar latihan tinjunya makin hebat. PSSI masuk latihan, keluar latihan bawa gaya bolanya makin hebat. Penyanyi masuk latihan, keluar latihan nyanyinya makin bagus. Sebaliknya kalau latihan tiap hari, main kalah terus, orang kan mikir,” Buat apa latihan, main kalah terus?”  Ini sebulan penuh ni kita latihan, supaya keluar Ramadhan, kita menang di sebelas bulan yang akan datang.

ميع ه هو الس ي ومنكم تلاوته إن ل من اكم بما فيه من الأيات و ذكر الحكيم وتقب بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم و نفعني وإيالعليم

Page 14: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Sejarah Halalbihalal, Tradisi Unik dan Otentik Lebaran di IndonesiaHalalbihalal di kala Idulfitri adalah tradisi otentik dari Indonesia. Ia dimanfaatkan sebagai momen untuk saling memaafkan.

tirto.id - Sewindu yang lalu, Birgit Berg dibuat takjub bukan kepalang melihat kerukunan umat beragama di Indonesia. Pemantik ketakjuban itu ialah selebrasi keberagamaan di Indonesia yang demikian cair dan lentur. Sekat-sekat keimanan tidak tampak lagi. Yang ada adalah relasi kemanusiaan, saling mengisi, dan menghargai.

Berg yang kala itu melakukan penelitian tentang ragam musik di Indonesia dan Malaysia, menemukan fenomena unik soal tradisi halalbihalal. Tradisi ini memang merupakan kreasi genius-genius Nusantara. Ia otentik dan tidak bakal ditemukan di belahan dunia lain.

Dalam Musical Modernity, Islamic Identity, and Arab aestethic In Arab-Indonesia orkes gambus (2011: 169), Berg menulis pengalaman indahnya ketika mengamati bagaimana tradisi halalbihalal dihelat oleh masyarakat Manado. Umat Muslim dan Kristiani berhalalbihalal sembari menikmati hiburan khas orkes gambus.

Uniknya, di sebagian tempat memang yang menjadi pihak pengundang adalah umat Islam, namun di Sulawesi Utara—sebagaimana dicatat Berg—justru umat Kristiani yang mengundang umat Islam untuk berhalalbihalal. Keberagamaan yang demikian cair dan sublim itu menjadi salah satu bukti masyarakat Indonesia memiliki watak terbuka yang diwariskan dari nenek moyang mereka.

Sejarawan Ibnu Khordadbih dalam Al-Masālik wal Mamālik, buku yang ia tulis pada abad ke-11, mencatat bahwa watak bangsa yang mendiami daratan khatulistiwa adalah terbuka dan egaliter. Keduanya merupakan basis utama masyarakat terbuka (open society).

Belum ada sumber sahih yang mengupas sejarah tradisi halalbihalal. Sebagian cerita menyebutkan bahwa halalbihalal merupakan kreasi kolaborasi Kiai Wahab Hasbullah dengan Bung Karno pada 1948. Keduanya berembuk untuk mencari solusi ancaman disintegrasi bangsa oleh kelompok DI/TII dan PKI. Kiai Wahab mengusulkan silaturahmi nasional. Bung Karno menganggap ide itu bagus, namun istilahnya harus dimodifikasi agar bisa menjadi ekstravaganza. Kiai Wahab mengusulkan istilah 'halalbihalal'.

Halalbihalal bukan berakar dari struktur gramatika bahasa Arab. Istilah ini lahir dari spontanitas Kiai Wahab Hasbullah. Maksud dan arti yang ingin dirujuk adalah masing-masing pribadi saling memberikan kehalalan atas kesalahan-kesalahan yang terlanjur sudah diperbuat.

Menurut Abdul Gaffar Ruskhan dalam Kompas Bahasa Indonesia (2003: 23-24), makna lebih modern dari halalbihalal adalah kegiatan yang dilaksanakan secara bersama-sama selepas bulan puasa dalam suasana Idulfitri sebagai sarana bermaaf-maafan antarsesama.

Kiai Wahab memang biangnya kecerdasan. Kecerdasannya kerap menjadi pemecah kebuntuan. Solusi segar dan penuh dengan humor tidak jarang keluar dari kiai penganggit mars patriotik bertajuk "Syubbanul Wathan" ini. Untuk sekadar menyebut salah satu contohnya, peristiwa perdebatan sengit dengan Kiai Abdul Jalil Kudus barangkali bisa menjadi bukti.

Kiai Wahab berseberangan pendapat dengan Kiai Abdul Jalil Kudus soal validitas DPR-GR (DPR pada masa Demokrasi Terpimpin, 1959-1965) dalam pandangan Islam. Keduanya berdebat sengit dan beradu rujukan. Sama-sama kuat dalam berargumen. Sama-sama logis dan meyakinkan pula.

Kesimpulannya? buntu. Masing-masing bersikukuh pada pendapatnya sendiri. Sampai kemudian Kiai Wahab berseloroh dengan nada sinis: “Kitab yang sampeyan gunakan, kan, cuma cetakan Kudus. Kalau kitab yang menunjang pendapat saya ini cetakan luar negeri.”

Baca juga: K.H. Wahab Hasbullah, Playmaker Politik Nahdlatul Ulama

Akar Tradisi HalalbihalalJika yang dimaksud esensi halalbihalal adalah siturahmi, maka tradisi ini sudah mengakar jauh dari leluhur Nusantara. Setidaknya hal ini sudah terjadi semenjak Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegara I bertakhta. Tradisi raja kala itu selepas salat id mengumpulkan para punggawa dan prajurit di istana untuk saling meminta maaf satu dengan yang lainnya.

Sebagai sebuah isitilah yang tidak dilahirkan dari induknya, istilah halalbihalal melahirkan tradisi unik yang juga hanya terjadi di Indonesia. Di negara-negara Timur tengah, termasuk di Saudi Arabia, tahniah atau ucapan selamat yang didengungkan untuk merayakan Idulfitri adalah kulla am wa antum bi khair (semoga sepanjang tahun kau dalam keadaan baik-baik saja). Ucapan ini semukabalah dengan kalimat yang diucapakan untuk menyambut tahun baru.

Page 15: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Uniknya di Indonesia kita tidak menjumpai ucapan yang sama dengan yang menjadi tradisi di Arab. Ucapan yang populer di sini adalah minal aidin wal faizin yang memiliki arti menjadi orang-orang yang kembali dan menang.

Kalimat di atas merupakan penggalan paksa dari kalimat utuh jaalanallāhu waiyyākum minal āidin wal fāizin yang berarti "semoga Allah menjadikan aku dan kamu termasuk ke dalam orang-orang yang kembali dan menang."

Naga-naganya, makna Idulfitri juga tidak kalah menarik untuk disinggung. Muhammad Quraish Shihab berpendapat bahwa ada dua makna yang dikehendaki dalam Idulfitri. Pertama, makna harfiah, yang berarti hari raya iftar atau berbuka. Umat Islam tidak diperkenankan puasa di hari itu.

Kedua, makna substansi, yang berarti Idulfitri adalah hari raya kembali ke asal. Makna ini bisa diinterpretasikan bahwa mereka yang lulus menjalankan puasa sepanjang bulan Ramadan, yang merupakan bulan kesepuluh pada penanggalan Hijriah, maka sama dengan lahir kembali setelah dikandung selama sembilan bulan.

Keotentikan dan keunikan tradisi yang berkembang dalam merayakan Idulfitri menjadi bukti sahih bahwa genius-genius Indonesia, di samping memiliki watak yang kosmopolit dan terbuka, juga kreatif dan cerdas meramu kultur dengan ajaran agama.

==========

Sepanjang Ramadan hingga lebaran, redaksi menampilkan artikel-artikel tentang kisah hikmah yang diangkat dari dunia pesantren dan tradisi Islam. Artikel-artikel tersebut ditayangkan dalam rubrik "Hikayat Ramadan". Rubrik ini diampu selama sebulan penuh oleh Fariz Alnizar, pengajar Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia dan kandidat doktor linguistik UGM.

Muhammadiyah Terbelenggu Wujudul Hilal:Metode Lama yang Mematikan Tajdid   Hisab

T. Djamaluddin

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN

Anggota Badan Hisab Rukyat, Kementeria Agama RI

Perbedaan Idul Fitri dan Idul Adha sering terjadi di Indonesia. Penyebab utama BUKAN perbedaan metode hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan), tetapi pada perbedaan kriterianya. Kalau mau lebih spesifik merujuk akar masalah, sumber masalah utama adalah Muhammadiyah yang masih kukuh menggunakan hisab wujudul hilal. Bila posisi bulan sudah positif di atas ufuk, tetapi ketinggiannya masih sekitar batas kriteria visibilitas hilal (imkan rukyat, batas kemungkinan untuk diamati) atau lebih rendah lagi, dapat dipastikan terjadi perbedaan. Perbedaan terakhir kita alami pada Idul Fitri 1327 H/2006 M dan 1428 H/2007 H serta Idul Adha 1431/2010. Idul Fitri 1432/2011 tahun ini juga hampir dipastikan terjadi perbedaan. Kalau kriteria Muhammadiyah tidak diubah, dapat dipastikan awal Ramadhan 1433/2012, 1434/2013, dan 1435/2014 juga akan beda. Masyarakat dibuat bingung, tetapi hanya disodori solusi sementara, “mari kita saling menghormati”. Adakah solusi permanennya? Ada, Muhammadiyah bersama ormas-ormas Islam harus bersepakati untuk mengubah kriterianya.

Mengapa perbedaan itu pasti terjadi ketika bulan pada posisi yang sangat rendah, tetapi sudah positif di atas ufuk? Kita ambil kasus penentuan Idul Fitri 1432/2011. Pada saat maghrib 29 Ramadhan 1432/29 Agustus 2011 tinggi bulan di seluruh Indonesia hanya sekitar 2 derajat atau kurang, tetapi sudah positif. Perlu diketahui, kemampuan hisab sudah dimiliki semua ormas Islam secara merata, termasuk NU dan Persis, sehingga data hisab seperti itu sudah diketahui umum. Dengan perangkat astronomi yang mudah didapat, siapa pun kini bisa menghisabnya. Dengan posisi bulan seperti itu, Muhammadiyah sejak awal sudah mengumumkan Idul Fitri jatuh pada 30 Agustus 2011 karena bulan (“hilal”) sudah wujud di atas ufuk saat maghrib 29 Agustus 2011. Tetapi Ormas lain yang mengamalkan hisab juga, yaitu Persis (Persatuan Islam), mengumumkan Idul Fitri jatuh pada 31 Agustus 2011 karena mendasarkan pada kriteria imkan rukyat (kemungkinan untuk rukyat) yang pada saat maghrib 29 Agustus 2011 bulan masih terlalu rendah untuk bisa memunculkan hilal yang teramati. NU yang mendasarkan pada rukyat masih menunggu hasil rukyat. Tetapi, dalam beberapa kejadian sebelumnya seperti 1427/2006 dan 1428/2007, laporan kesaksian hilal pada saat bulan sangat rendah sering kali ditolak karena tidak mungkin ada rukyat dan seringkali pengamat ternyata keliru menunjukkan arah hilal.

Jadi, selama Muhammadiyah masih bersikukuh dengan kriteria wujudul hilalnya, kita selalu dihantui adanya perbedaan hari raya dan awal Ramadhan.  Seperti apa sesungguhnya hisab wujudul hilal itu? Banyak kalangan di intern Muhammadiyah mengagungkannya, seolah itu sebagai simbol keunggulan hisab mereka yang

Page 16: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

mereka yakini, terutama ketika dibandingkan dengan metode rukyat.  Tentu saja mereka anggota fanatik Muhammadiyah, tetapi sesungguhnya tidak faham ilmu hisab, seolah hisab itu hanya dengan kriteria wujudul hilal.

Oktober 2003 lalu saya diundang Muhammadiyah sebagai narasumber pada Munas Tarjih ke-26 di Padang. Saya diminta memaparkan “Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla’ Wilayatul Hukmi”. Saya katakan  wujudul hilal hanya ada dalam teori, tidak mungkin bisa teramati. Pada kesempatan lain saya sering mangatakan teori/kriteria wujudul hilal tidak punya landasan kuat dari segi syar’i dan astronomisnya. Dari segi syar’i, tafsir yang merujuk pada QS Yasin 39-40 terkesan dipaksakan (rincinya silakan baca blog saya https://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/07/28/hisab-dan-rukyat-setara-astronomi-menguak-isyarat-lengkap-dalam-al-quran-tentang-penentuan-awal-ramadhan-syawal-dan-dzulhijjah/ ). Dari segi astronomi, kriteria wujudul hilal adalah kriteria usang yang sudah lama ditinggalkan di kalangan ahli falak.

Kita ketahui, metode penentuan kalender yang paling kuno adalah hisab urfi (hanya berdasarkan periodik, 30 dan 29 hari berulang-ulang, yang kini digunakan oleh beberapa kelompok kecil di Sumatera Barat dan Jawa Timur, yang hasilnya berbeda dengan metode hisab atau rukyat modern). Lalu berkembang hisab imkan rukyat (visibilitas hilal, menghitung kemungkinan hilal teramati), tetapi masih menggunakan hisab taqribi (pendekatan) yang akurasinya masih rendah. Muhammadiyah pun sempat menggunakannya pada awal sejarahnya. Kemudian untuk menghindari kerumitan imkan rukyat, digunakan hisab ijtimak qablal ghurub (konjungsi sebelum matahari terbenam) dan hisab wujudul hilal (hilal wujud di atas ufuk yang ditandai bulan terbenam lebih lambat daripada matahari). Kini kriteria ijtimak qablal ghurub dan wujudul hilal mulai ditinggalkan, kecuali oleh beberapa kelompok atau negara yang masih kurang keterlibatan ahli hisabnya, seperti oleh Arab Saudi untuk kalender Ummul Quro-nya. Kini para pembuat kalender cenderung menggunakan kriteria imkan rukyat karena bisa dibandingkan dengan hasil rukyat. Perhitungan imkan rukyat kini sangat mudah dilakukan, terbantu dengan perkembangan perangkat lunak astronomi. Informasi imkanur rukyat atau visibilitas hilal juga sangat mudah diakses secara online di internet.

Muhammdiyah yang tampaknya terlalu ketat menjauhi rukyat terjebak pada kejumudan (kebekuan pemikiran) dalam ilmu falak atau astronomi terkait penentuan sistem kelendernya. Mereka cukup puas dengan wujudul hilal, kriteria lama yang secara astronomi dapat dianggap usang. Mereka mematikan tajdid (pembaharuan) yang sebenarnya menjadi nama lembaga think tank mereka, Majelis Tarjih dan Tajdid. Sayang sekali. Sementara ormas Islam lain terus berubah. NU yang pada awalnya cenderung melarang rukyat dengan alat, termasuk kacamata, kini sudah melengkapi diri dengan perangkat lunak astronomi dan teleskop canggih. Mungkin jumlah ahli hisab di NU jauh lebih banyak daripada di Muhammadiyah, walau mereka pengamal rukyat. Sementara Persis (Persatuan Islam), ormas “kecil” yang sangat aktif dengan Dewan Hisab Rukyat-nya berani beberapa kali mengubah kriteria hisabnya. Padahal, Persis  kadang mengidentikan sebagai “saudara kembar” Muhammadiyah karena memang mengandalkan hisab, tanpa menunggu hasil rukyat. Persis beberapa kali mengubah kriterianya, dari ijtimak qablal ghrub, imkan rukyat 2 derajat, wujudul hilal di seluruh wilayah Indonesia, sampai imkan rukyat astronomis yang diterapkan.

Demi penyatuan ummat melalui kalender hijriyah, memang saya sering mengkritisi praktek hisab rukyat di NU, Muhammadiyah, dan Persis. NU dan Persis sangat terbuka terhadap perubahan. Muhammadiyah cenderung resisten dan defensif dalam hal metode hisabnya. Pendapatnya tampak merata di kalangan anggota Muhammadiyah, seolah hisab itu hanya dengan kriteria wujudul hilal. Itu sudah menjadi keyakinan mereka yang katanya sulit diubah. Gerakan tajdid (pembaharuan) dalam ilmu hisab dimatikannya sendiri. Ketika diajak membahas kriteria imkan rukyat, tampak apriori seolah itu bagian dari rukyat yang terkesan dihindari.

Lalu mau kemana Muhammadiyah? Kita berharap Muhammadiyah, sebagai ormas besar yang modern, mau berubah demi penyatuan Ummat. Tetapi juga sama pentingnya adalah demi kemajuan Muhammadiyah sendiri, jangan sampai muncul kesan di komunitas astronomi

Do’a Robithoh (Do’a Pengikat   Hati) →

Istiqomah lebih baik dari 1000   karomah

Kata Istiqomah yang berasal dari kata Istaqoma-Yastaqimu-Istiqomatanartinya menurut bahasa adalah mendirikan, yang dalam bahasa Jawa berarti jejeg, dalam bahasa Sunda langgeng, dalam bahasa hukum adalah konsisten, dan  dalam bahasa Inggrisnya adalah continue. Istiqomah yang berarti mendirikan itu jauh lebih berat dari sekedar melakukan, oleh karenanya kata istiqomah yang sering kita dengar adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan tak semudah apa yang kita ucapkan. Untuk menjadi   istiqomah itu membutuhkankan proses  latihan yang intensif dan terus menerus. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT menjelaskan orang-orang yang teguh dalam pendiriannya dan bagaimana sifat-sifatnya.

Orang-orang yang Istiqomah dan Sifat-sifatnya

Bahwa Orang-orang yang istiqomah di dalam hidupnya selalu optimis, yakin terhadap tuhannya yaitu Allah SWT, mereka selalu konsisten  tidak pernah merasa takut, bersedih dan cemas, karena ia merasa Allah SWT selalu bersamanya,  dan ia yakin bahwa kehidupannya telah di jamin oleh Allah SWT.

Page 17: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat fushshilat ayat 30 :

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah (sorga)  yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Orang-orang yang istiqomah juga akan mendapatkan perlindungan baik di dunia maupun  di akhirat dan apa-apa yang mereka minta dan hajatkan akan Allah penuhi. Sebagaimana Allah janjikan dalam ayat selanjut :

Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.

Lalu bagaimana kekuatan istiqomah itu

Di jelaskan di dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

”AL ISTIQOMATU KHOIRUN MIN ALFI KAROMAH”

Artinya : Istiqomah itu lebih baik dari seribu karomah.

Dari hadits Rasul ini betapa luar biasanya kekuatan istiqomah, betapa tidak, Allah berikan kepada orang yang istiqomah 1000 karomah, satu karomah saja sudah dahsyat apalagi 1000 karomah. Kita sering mendengar kata keramat yaitu karomah, sesuatu yang diberikan kepada para wali Allah. Begitulah kekuatan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang istiqomah.

Mari kita perhatikan bagaimana orang-orang yang istiqomah itu, dalam berbagai kitab banyak diceritakan tentang orang-orang yang istiqomah, sebagaimana diceritakan dalam kitab ’Uqudullijain’ karangan : Muhammad Almu’tarifdisana diceritakan :

Ada seorang wanita yang memiliki seorang suami yang munafik dan wanita itu setiap melakukan segala sesuatu  dari ucapan maupun perbuatannya selalu dengan mengucapkan bismillah maka suaminya berkata sungguh aku telah berbuat sesuatu yang memalukannya, lalu dia memberikan sesuatu kotak yang berharga (benda antik) dan dia berkata kepadanya untuk menjaganya, kemudian istri tersebut meletakkan dan menyimpan benda tersebut di suatu tempat dan menutupinya agar tidak ketahuan oleh orang lain, tetapi karena dasar suami munafiq dia melalaikan terhadap apa yang ia katakan (ingkar) sebagaimana tanda-tanda orang munafiq adalah ingkar apabila berjanji, dusta apabila ia berkata, khiyanat apabila diberi amanah. Lalu ia malah mengambil benda yang disimpan tadi oleh istrinya tanpa sepengetahuan istri dan membuangnya ke dalam sumur yang ada di rumahnya. Kemudian suami munafiq itu mencarinya kotak tersebut. Maka istrinya datang ke tempat benda tersebut seperti kebiasaan yang ia lakukan membaca bismillahirrahmanirrahim disini pertolongan Allah turun sebelum dia sampai tempat benda itu maka Allah perintahkan malaikat Jibril AS untuk turun dengan segera dan mengembalikan benda tadi ke tempat semula. Subhanallah dengan izin Allah benda itu sudah kembali ketika akan diambilnya, padahal benda itu telah masuk ke dalam sumur yang sangat dalam tadi. Maka suami munafiq ini takjub dan terheran-heran. Dan akhirnya dari kejadian itu ia taubat dari kemunafikannya.

Spesialisasi

Maka bagi kita seyogyanya memiliki keistiqomahan di dalam amalan,  disamping menjalankan amalan-amalan yang lainnya, apakah spesialisasi amalan sholat berjama’ah, tahajjudkah, dhuhakah, membaca Al-Qur,ankah, dzikirkah atau yang lainnya, agar kita tetap senantiasa terjaga dalam keimanannya. Maka bergembiralah bagi orang-orang yang beriman kepada Allah kemudian istiqomah di jalannya. Sebagaimana perkataan Al-Faqih Abu Laits beliau mengatakan : ”Berbahagialah orang yang diberi pengertian dan dibangunkan/sadar dari lupanya, mau dipimpin untuk berfikir tentang urusan patinya, mudah-mudahan Allah menghabisi umur kami dalam kebaikan, dan memperoleh kegembiraan sperti layaknya orang mukmin ketika mati.

Ada 5 macam dan tingkatan berita gembira, yaitu :

1. Kepada masyarakat awam (umumnya orang mukmin), berupa; ”Jangan merasa khawatir/gentar, karena neraka bukanlah tempat kekal bagimu, dan syafa’at para nabi, para wali pasti datang kepadamu, sorga menjadi kepastian bagimu, jangan sedih/duka atas kurangnya pahala.

2. Kepada pelaku ibadah/amal yang ikhlas, berupa ; Janganlah khawatir tidak diterimanya amal ibadahmu, ataupun kurangnya pahala, bahkan pahalamu berlipat ganda.

3. Kepada mereka yang bertaubat, berupa ; Janganlah dosa-dosamu kau risaukan, pasti diampuni, dan jangan khawatir kekurangan pahala, karena sesudah taubat amalmu pasti dibalas pahala.

4. Kepada orang-orang zuhud, berupa; ”Janganlah khawatir mahsyar/hisab, dan jangan pula sedih/duka, pahalamu yang berlipat ganda tetap utuh, sedikitpun tidak dikurangi, dan sorga menjadi kepastian bagimu.

Page 18: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

5. Kepada para ulama, berupa; ”Janganlah gentar menghadapi hebatnya qiamat, dan jangan sedih/duka, sorga adalah balasan amalmu, demikian pula orang-orang yang mengikuti lakumu.

Suatu keuntungan yang sangat besar, bagi orang yang ketika sakaratul maut memperoleh berita gembira, karena hanya orang mukmin yang baik amalnyalah, yang memperolehnya, saat itu malaikat datang, ditanya : Siapakah sebenarnya anda itu? Belum pernah kami melihat wajah seelok wajahmu, dan bau harum melebihi kamu, jawabnya : ”kami adalah pendampingmu yang dulu penulis amalmu di dunia, demikian pula di akhirat kami tetap mendampingimu.

Oleh karena itu bagi orang yang pikirannya sehat, seyogyanya, bangun dari kelengahannya dan sadarlah dari kelalaiannya.

Ada 4 perkara yang membuktikannya yaitu;

1. Mengatur urusan dunia dengan qona’ah (menerima apa yang diberikan Allah), tentang menghadapinya tidak pendek akal/waktu.2. Urusan akhirat di segerakan, tidak di tunda-tunda dan perhatiannya penuh ditujukan kesana.3. Giat dalam urusan agama dengan mencari ilmu .4. Saling menasehati dan sabar dalam hubungan sesama manusia.Ada 5 sifat yang dimiliki manusia pilihan yaitu;1. Giat dan tekun beribadah2. Bermanfaat bagi sesama manusia.3. Tidak mengganggu sesamanya.4. Tidak iri pada milik orang lain.5. Memperbanyak bekal menghadapi pati.

Ketahuilah saudara bahwa kami diciptakan untuk mati, maka tidak seorangpun yang lepas darinya.

Wallahu A’lam Bish- Shawab.

Istiqomah Lebih Baik daripada Seribu KaromahSabda Nabi Muhammad SAW:

كرامة ألف من خير الاستقامة

Istiqomah lebih baik daripada seribu karomah

Kiat dalam Istiqamah

Pertama, kemauan yang kuat. Harus ada niat tulus dan kemauan keras untuk ‘memaksa’ diri kita agar tetap lurus, berpendirian kokoh, tidak mudah goyah dan goyang. Kemauan itu harus lahir dari diri kita sendiri. Kemauan yang kuat berawal dari membiasakan melakukan kebaikan, meski ringan dan sedikit.

Kedua, pembinaan yang intensif. Setelah ada pembiasaan dan ‘pemaksaan’ dari dalam diri kita, berikutnya adalah memelihara pembiasaan amal-amal yang meski kecil dan ringan dengan merawatnya. Caranya dengan lewat jalur ilmu yang bersumber dari tempat-tempat yang menanamkan pendidikan, mengenalkan Allah dan Rasul-Nya, secara berkesinambungan.

Ketiga, keteladanan yang meyakinkan. Ini berarti, para tokoh agama dan masyarakat dituntut untuk menjadi contoh bagi umat. Umat butuh guru yang bisa ditiru. Usaha umat untuk istiqamah sangat membutuhkan teladan dari para ulama sebagai pewaris nabi. Selain itu, kunci istiqamah ketiga ini bisa pula berarti, bahwa seseorang yang ingin beristiqamah hendaknya selalu merapat kepada para ulama.

Page 19: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Keempat, kerja sama yang solid. Istiqamah butuh dukungan semua pihak, semua komponen umat, persaudaraan yang tulus, yang saling mendukung, membantu, member motivasi. Kesalahan dalam berbuat sesuatu bukan berarti akhir segalanya. Masih ada hari esok untuk memperbaiki keadaan. Maka dengan soliditas yang kuat, satu sama lain akan saling mengingatkan kealpaan. Dengan begitu, istiqamah dalam berbuat akan terus terbiasakan dalam hidup sehari-hari.

Buah Istiqamah

Salah satu manfaat dan buah dari sikap istiqamah, dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Matn Al-Arba`iin Al-Nawawiyyah, berdasarkan surah Fusshilat ayat 30. Kata beliau, bahwa makna bunyi ayat “Inna al-ladziina qaaluu rabbunal-Lah tsummas-Taqaamuu, Tatanazzalu `alaihimul-Malaaikah,” adalah Allah akan menurunkan para malaikat-Nya guna membawa kabar gembira kepada orang-orang yang istiqamah.

Apa pesan tersebut? Kata Imam Nawawi, pesan itu adalah kelanjutan dari ayat di atas. Yaitu firman Allah Subhanahu Wata’ala, “La Takhaafuu wa Laa Tahzanuu Wa Absyiruu bil-Jannatil-Lati kuntum Tuu`aduun,” (Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu).

Dalam tafsir, lanjut Imam Nawawi, ketika orang-orang yang istiqamah itu diberi kabar gembira dengan melenggang ke surga, mereka bertanya, “Lalu, bagaimana dengan keadaan anak-anak kami? Apa yang akan mereka makan sepeninggal kami?”

Allah menjawab pertanyaan mereka dengan berfirman,

ما فيها ولكم أنفسكم تشتهي ما فيها ولكم الآخرة وفي الدنيا الحياة في أولياؤكم نحنتدعون

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.” (QS. Fusshilat : 31)

Buah Istiqomah

Lewat penjelasan di atas, kita bisa mengambil pesan penting mengenai buah dari sikap istiqamah;

Pertama, orang yang istiqamah akan mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah, ditandai dengan turunnya malaikat untuk membawa kabar gembira.

Kedua, orang-orang yang istiqamah akan mendapat garansi kehidupan yang nyaman dan damai, jauh dari duka lara, dan tegar dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia yang hanya sementara ini.

Ketiga, orang yang istiqamah akan mendapatkan kesempatan mulus masuk ke dalam surga Allah.

Page 20: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Keempat, manfaat lainnya dari orang yang beristiqamah ialah jaminan kebahagiaan yang tidak saja berlaku kepada pelaku istiqamah bahkan keturunanya mendapatkan hal yang serupa berkat keistiqamahan orangtuanya.

Kesimpulannya, istiqamah tidak saja berlaku pada tataran ubudiyah semata. Istiqamah berlaku dalam konteks akidah, syariah, akhlak, ilmu, dan perjuangan di jalan Allah.

Oleh karena itu, kita harus bersikap istiqamah dalam iman dan keyakinan, istiqamah dalam syariah dengan selalu mendukung tegak hidupnya syariat di tengah-tengah umat dengan diawali dari keluarga kita sendiri, istiqamah dalam akhlak dengan menjadikan akhlak sebagai salah satu ujung tombak menyampaikan dakwah, istiqamah di ranah ilmu dengan mengkaji ilmu Allah yang terbentang luas, dan istiqamah dalam membela tiap inci ajaran Allah, bangga dengan agama Islam, serta benci kepada setiap kekufuran.

Cara istiqamah seperti di atas adalah dengan membangun kesadaran dari tiap pribadi yang didahului niat dan kemauan kuat untuk istiqamah. Setelahnya, diadakan pembinaan secara intensif, dan saling mendukung di antara sesama umat Islam.

Pada akhirnya, kita tidak lupa pula untuk berdoa kepada Allah agar berkenan memberikan sikap istiqamah dengan doa yang dipanjatkan oleh Imam Hasan Al-Bashri, dimana jika beliau selesai membaca surat Fusshilat ayat 30 tersebut, beliau berdoa, “Allaahumma Anta Rabbunaa, FarzuqnaaL-Istiqaamah” (Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami maka anugerahilah kami sikap (istiqamah).

Istiqomah Lebih Mulia dari Seribu KaromahSeorang muslim, kapanpun dan di manapun, dituntut bersikap teguh dan tetap berpendirian teguh dalam memurnikan iman

Oleh: Ali Akbar bin Agil

Orang yang istiqamah selalu menjadikan ilmu sebagai makanan hati dan ruhAllah Subhanahu wa Ta`ala berfirman:

توعدون كنتم تي ال ة بالجن وأبشروا تحزنوا ولا تخافوا ألا الملائكة عليهم ل تتنز استقاموا ثم ه الل نا رب قالوا ذين ال إن

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fusshilat: 30)

Al Wahidi dalam Asbaab Nuzuul Al-Qur`an menulis, Atha` menerima riwayat dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu `anhuma yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu `anhu yang memberikan bantahan atas ucapan Kaum Musyrik dan Yahudi.

Kaum Musyrik berkata, “Allah adalah Tuhan kami, sementara para malaikat adalah anak-anak-Nya.” Kemudian orang-orang Yahudi berkata, “Allah adalah Tuhan kami dan Uzair adalah anak-Nya, sementara Muhammad bukanlah seorang Nabi.” Baik ucapan kaum musyrik maupun yahudi menunjukkan kebodohan dan tidak istiqamah.

Mendengar ucapan dari dua golongan tersebut, Abu Bakar mengatakan dengan tegas, “Allah adalah Tuhan Kami Yang Mahaesa tiada sekutu bagi-Nya dan Muhammad Shallahu ‘alaihi Wassalam adalah hamba sekaligus utusan-Nya.” Selanjutnya turun ayat, “Inna al-ladziina qaaluu rabbunal-Lah.”

Konteks Istiqamah

Kata istiqamah bisa dimaknai dalam berbagai situasi dan kondisi. Istiqamah dalam konteks akidah, amal, keikhlasan, ketakwaan, persaksian, dan ilmu. Konteks istiqamah telah banyak dijabarkan oleh sahabat-sahabat nabi yang menunjukkan kedalaman mereka dalam memandang jauh makna istiqamah.

Sayidina Abu Bakar radhiyallahu `anhu, contohnya, memberikan pengertian istiqamah sebagai teguh dalam beriman, memurnikan sesembahan, dan menjauhi kesyirikan. Imam Thabari meriwayatkan, Abu Bakar pernah ditanya tentang istiqamah yang terkandungan dalam bunyi ayat innalladziina Qaalu Rabbuna Allah Tsummas Taqaamuu,” kata beliau, “(Istiqamah adalah) kamu tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun.”

Page 21: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Di sisi lain, Sahabat Umar bin Khathtab radhiyallahu `anhu menegaskan makna istiqamah sebagai sebuah sikap teguh dalam, “melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, serta tidak berpaling seperti berpalingnya musang.”

Sementara, Sayidina Utsman bin Affan radhiyallahu `anhu memaknai istiqamah sebuah suatu sikap untuk memurnikan segala tindak-tanduk kita yang berkaitan dengan ibadah hanya untuk Allah, bukan selain-Nya. Beliau berkata tentang istiqamah, “Ikhlaskan (bersihkan) amal karena Allah semata.”

Adapun, Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu `anhu memahami istiqamah sebagai bentuk ketegasan sikap dalam menjalankan kewajiban. Beliau mengatakan, “Kerjakanlah kewajiban-kewajiban.”

Dalam konteks yang berbeda, Al-Hasan menuturkan, “Mereka meneguhkan pendirian (istiqamah) di atas jalan perintah Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga mereka melakukan perbuatan untuk taat kepada-Nya dan menjauhi kemaksiatan di jalan-Nya.”

Mujahid dan Ikrimah berujar, “Mereka meneguhkan pendirian dalam bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah sampai mereka bertemu dengan Allah.” Muqatil berkata, “Mereka meneguhkan pendirian dalam ilmu dan tidak keluar dari Islam.”

Imam Nawawi dalam salah satu karya populernya, Syarh Matn Al-Arba`in Al-Nawawiyyah, mengetengahkan sebuah hadits dengan judul Al-Istiqamah. Hadits ini jatuh pada urutan kedua puluh satu. Bunyinya, “Dari Abu ‘Amrah Sufyan bin ‘Abdullah Al-Tsaqafiy radhiyallahu anhu, ia berkata : “Aku telah berkata : ‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu.’ Bersabdalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : ‘Katakanlah : Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu.” (HR. Muslim).

Imam Nawawi mengatakan yang dimaksud ungkapan Nabi, Qul Aamantu Bil-Laah Tsummas-Taqim,” (Katakanlah, ‘Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’) adalah, “Beristiqamahlah sebagaimana kamu telah diperintahkan dan dilarang mengerjakan suatu perbuatan.” Menurut Imam Nawawi, Istiqamah adalah, “Menetapi sebuah jalan dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan.”

Makna istiqamah yang dibawakan oleh Imam Nawawi itu selaras dengan firman Allah Subhanahu wa Ta`ala, “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat besertamu.” (QS. Huud: 112). Ayat inilah yang membuat uban tumbuh lebih cepat di kepala Rasulullah. karena begitu beratnya perintah yang terkandung di dalamnya, yaitu istiqamah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam besabda: “Aku menjadi beruban karena turunnya Surat Hud dan sejenisnya.”

Sikap Muslim dalam Istiqamah

Lewat pengetahuan pemaparan makna istiqamah dalam berbagai konteksnya seperti diungkap oleh para sahabat dan ulama, kita dapat mengetahui bahwa istiqamah adalah suatu sikap konsisten, ajeg, dalam berbagai aspek kehidupan.Seorang muslim, kapanpun dan di manapun, ia dituntut untuk bersikap teguh, tidak maju mundur, tetap berpendirian teguh dalam memurnikan iman dan akidah dari segala bentuk kesyirikan dan kekufuran.

Teguh dalam iman berarti memegang erat-erat dalam hati bahwa tiada tuhan yang layak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta`ala. Segala bentuk penyembahan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta`ala merupakan sikap tidak istiqamah.

Seorang Muslim, tentunya juga bersikap teguh berdiri dalam ketakwaan, melaksakan perintah Allah Subhanahu wa Ta`ala dan menjauhi larangannya. Bertakwa tidak hanya saat berada di bulan Ramadhan saja, atau pada momen-momen tertentu, namun harus dilaksanakan dalam segala kondisi. Tujuannya, membangun jiwa dan pribadi yang muttaqin yang bercirikhaskan : beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian harta, beriman kepada Al Qur`an dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan yakin akan adanya kehidupan akhirat. (Qs. Al-Baqarah : 3-4).

Selain itu, ciri lain ketakwaan yang Allah Subhanahu wa Ta`ala paparkan adalah, mereka istiqamah dalam menafkahkan harta baik di waktu lapang maupun sempit, cerdas dalam meluapkan emosi, mudah memaafkan, dan bergegas memohon ampunan kepada Allah di tiap perbuatan dosa yang dilakukan. (QS. Ali Imran : 134-135).

Seorang Muslim, kapanpun dan di manapun, dituntut untuk beristiqamah dalam mencari ilmu sebagai landasan perkataan dan perbuatan kita. Artinya, orang yang istiqamah tidak akan melakukan dan melepas suatu ucapan seleum diketahui sumber ilmu guna menegaskan kebenaran dari perbuatan dan ucapannya.

Orang yang istiqamah selalu menjadikan ilmu sebagai makanan hati dan ruh. Jika tubuh menjadi lunglai dan lemas akibat tidak mengonsumsi makanan dan minuman, maka hati kita akan mati, sunyi, berselimut kegelapan, ketika ia kosong dari asupan ilmu yang bermanfaat.

Karenanya, ilmu mestilah diprioritaskan sebelum berbuat dan berkata. Istiqamah berarti berpendirian teguh, konsisten dalam belajar, mencari ilmu, menghadiri kajian ilmu, majlis-majlis ta`lim, demi terwujudnya istiqamah yang sebaik-baiknya.*/ bersambung >> “Buah Istiqomah Jaminannya Surga”

Page 22: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Penulis adalah pengasuh Majlis Ta`lim dan Ratib Al-Haddad di Plaosan, Malang, Jawa Timur

Rep: Admin Hidcom

Editor: Cholis Akbar

Istiqomah Lebih Mulia dari Seribu Karomah

Tulisan sebelumnya

Oleh: Ali Akbar bin Agil

Kiat dalam Istiqamah

TELAH banyak pemuka agama yang memberikan uraian mengenai kiat atau tips jitu dalam membentuk pribadi yang berkarakter, beristiqamah. Seorang di antaranya Drs. Ahmad Yani, ia menulis cara agar kita bisa istiqamah dalam bukunya Be Excellent : Menjadi Pribadi Terpuji. Ada kunci istiqamah : kemauan yang kuat, pembinaan yang intensif, keteladanan yang meyakinkan, dan kerja sama yang solid.

Pertama, kemauan yang kuat. Harus ada niat tulus dan kemauan keras untuk ‘memaksa’ diri kita agar tetap lurus, berpendirian kokoh, tidak mudah goyah dan goyang. Kemauan itu harus lahir dari diri kita sendiri. Kemauan yang kuat berawal dari membiasakan melakukan kebaikan, meski ringan dan sedikit.

Kedua, pembinaan yang intensif. Setelah ada pembiasaan dan ‘pemaksaan’ dari dalam diri kita, berikutnya adalah memelihara pembiasaan amal-amal yang meski kecil dan ringan dengan merawatnya. Caranya dengan lewat jalur ilmu yang bersumber dari tempat-tempat yang menanamkan pendidikan, mengenalkan Allah dan Rasul-Nya, secara berkesinambungan.

Ketiga, keteladanan yang meyakinkan. Ini berarti, para tokoh agama dan masyarakat dituntut untuk menjadi contoh bagi umat. Umat butuh guru yang bisa ditiru. Usaha umat untuk istiqamah sangat membutuhkan teladan dari para ulama sebagai pewaris nabi. Selain itu, kunci istiqamah ketiga ini bisa pula berarti, bahwa seseorang yang ingin beristiqamah hendaknya selalu merapat kepada para ulama.

Keempat, kerja sama yang solid. Istiqamah butuh dukungan semua pihak, semua komponen umat, persaudaraan yang tulus, yang saling mendukung, membantu, member motivasi. Kesalahan dalam berbuat sesuatu bukan berarti akhir segalanya. Masih ada hari esok untuk memperbaiki keadaan. Maka dengan soliditas yang kuat, satu sama lain akan saling mengingatkan kealpaan. Dengan begitu, istiqamah dalam berbuat akan terus terbiasakan dalam hidup sehari-hari.

Buah Istiqamah

Salah satu manfaat dan buah dari sikap istiqamah, dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Matn Al-Arba`iin Al-Nawawiyyah, berdasarkan surah Fusshilat ayat 30. Kata beliau, bahwa makna bunyi ayat “Inna al-ladziina qaaluu rabbunal-Lah tsummas-Taqaamuu, Tatanazzalu `alaihimul-Malaaikah,” adalah Allah akan menurunkan para malaikat-Nya guna membawa kabar gembira kepada orang-orang yang istiqamah.

Apa pesan tersebut? Kata Imam Nawawi, pesan itu adalah kelanjutan dari ayat di atas. Yaitu firman Allah Subhanahu Wata’ala, “La Takhaafuu wa Laa Tahzanuu Wa Absyiruu bil-Jannatil-Lati kuntum Tuu`aduun,” (Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu).

Dalam tafsir, lanjut Imam Nawawi, ketika orang-orang yang istiqamah itu diberi kabar gembira dengan melenggang ke surga, mereka bertanya, “Lalu, bagaimana dengan keadaan anak-anak kami? Apa yang akan mereka makan sepeninggal kami?”

Allah menjawab pertanyaan mereka dengan berfirman,

تدعون ما فيها ولكم أنفسكم تشتهي ما فيها ولكم الآخرة وفي الدنيا الحياة في أولياؤكم نحن

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.” (QS. Fusshilat : 31)

Buah Istiqomah

Lewat penjelasan di atas, kita bisa mengambil pesan penting mengenai buah dari sikap istiqamah;

Page 23: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Pertama, orang yang istiqamah akan mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah, ditandai dengan turunnya malaikat untuk membawa kabar gembira.

Kedua, orang-orang yang istiqamah akan mendapat garansi kehidupan yang nyaman dan damai, jauh dari duka lara, dan tegar dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia yang hanya sementara ini.

Ketiga, orang yang istiqamah akan mendapatkan kesempatan mulus masuk ke dalam surga Allah.

Keempat, manfaat lainnya dari orang yang beristiqamah ialah jaminan kebahagiaan yang tidak saja berlaku kepada pelaku istiqamah bahkan keturunanya mendapatkan hal yang serupa berkat keistiqamahan orangtuanya.

Kesimpulannya, istiqamah tidak saja berlaku pada tataran ubudiyah semata. Istiqamah berlaku dalam konteks akidah, syariah, akhlak, ilmu, dan perjuangan di jalan Allah.

Oleh karena itu, kita harus bersikap istiqamah dalam iman dan keyakinan, istiqamah dalam syariah dengan selalu mendukung tegak hidupnya syariat di tengah-tengah umat dengan diawali dari keluarga kita sendiri, istiqamah dalam akhlak dengan menjadikan akhlak sebagai salah satu ujung tombak menyampaikan dakwah, istiqamah di ranah ilmu dengan mengkaji ilmu Allah yang terbentang luas, dan istiqamah dalam membela tiap inci ajaran Allah, bangga dengan agama Islam, serta benci kepada setiap kekufuran.

Cara istiqamah seperti di atas adalah dengan membangun kesadaran dari tiap pribadi yang didahului niat dan kemauan kuat untuk istiqamah. Setelahnya, diadakan pembinaan secara intensif, dan saling mendukung di antara sesama umat Islam.

Pada akhirnya, kita tidak lupa pula untuk berdoa kepada Allah agar berkenan memberikan sikap istiqamah dengan doa yang dipanjatkan oleh Imam Hasan Al-Bashri, dimana jika beliau selesai membaca surat Fusshilat ayat 30 tersebut, beliau berdoa, “Allaahumma Anta Rabbunaa, FarzuqnaaL-Istiqaamah” (Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami maka anugerahilah kami sikap (istiqamah).*

Penulis, pengasuh Majlis Ta`lim dan Ratib Al-Haddad di Plaosan, Malang, Jawa Timur Rep: Admin HidcomEditor: Cholis Akbar

ISTIQOMAH LEBIH BAIK DARI SERIBU KAROMAH

Rasulullah Saw, bersabda :

عائشة ( عن الشيخان رواه قل وإن اأدومها إلى الأعمال اللهأحب

“Pekerjaan-pekerjaan (yang baik) yang lebih disukai Allah adalah pekerjaan yang terus-menerus (dawwam) dikerjakan walaupun pekerjaan itu sedikit”.(HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah).

ISTIQOMAH berarti konsekuen beribadah secara ikhlas, semata-mata karena Allah, berpaling dari selain Allah, termasuk didalamnya mengharapkan bagian atas dirinya berupa karomah.

Dalam KAROMAH terkadang justru mengandung tipuan baik diawal maupun diakhir sebuah pendakian menuju kehadhirat Allah.

الاستقامة ( 179 ) له تكمل لم من الكرامة رزق ربماالاستقامة : . هي الحقيقية الكرامة وإنما المحققين عند بها عبرة لا للعادة الخارق الأمر هي التي الكرامة أن يعنيقال : . ولذا وباطنا ظاهرا سلم و عليه الله صلى رسوله به جاء ما واتباع جل و عز بالله الإيمان صحة أمرين إلى ومرجعها

والنهي : الأمر في تجدونه كيف تنظروا حتى به تغتروا فلا الهواء في وتربع الماء على مصلاه بسط رجلا أن لو يزيد أبوالمغرب : : إلى المشرق من لحظة في يمر الشيطان أن فقال مكة إلى ليلة في يمر فلانا أن له وقيل

ذلك : : من أعجب الهواء في والطير الماء في الحيتان فقال الماء على يمشي فلانا أن له وقيل

Terkadang karamah diberikan justru pada orang tiada baginya istiqamah…Yakni karomah yang merupakan kejadian luar biasa tidaklah berarti bagi orang-orang ahli hakikat sebab karomah yang sesungguhnya bagi mereka adalah istiqamah.Rujukan dan sandaran istiqamah adalah keabshahan iman kepada Allah Azza Wa Jalla dan mengikuti segala yang diajarkan baginda Nabi Muhammad SAW secara lahir dan bathin.

Karenanya Abu Yazid al-Busthami berkata “Bila seorang mampu menggelar sajadah tempat shalatnya diatas air, mampu duduk bersila diudara maka janganlah sesekali kalian tertipu hingga kalian jumpai bagaimana dirinya dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah”.

Page 24: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Ditanyakan pada Abu Yazid “Sesungguhnya si Anu mampu berjalan disatu malam menuju Makkah”Beliau menjawab “Sesungguhnya syetan mampu berjalan dari ujung timur keujung barat dalam sekejap mata”Ditanyakan pada Abu Yazid “Sesungguhnya si Anu mampu berjalan diatas air”Beliau menjawab “Ikan-ikan di air, burung-burung diudara lebih mengherankan ketimbang hal itu”.Syarh al-Hikam al-‘Athooiyyah I/126

العقيدة على الثبات وهي كرامة ألف من خير الإستقامة فإن والحقيقة والطريقة الشريعة جادة على أي استقيمواسواه ما شهود عن والغيبة الله مع والحضور الخالص والإخلاص الصالح والعمل النافع العلم على والمداومة الصحيحة

Istiqamahlah….

Artinya bersungguh-sungguhlah menjalankan syariat, Thariqah dan hakikat karena sesungguhnya istiqamah itu lebih utama ketimbang seribu karamah.Istiqamah adalah konsekuen pada akidah yang benar, melanggengkan diri pada ilmu yang bermanfaat, beramal shalih, ikhlas yang murni, selalu khudur pada hadhirat Allah serta berpaling dari selain Allah.Marqaah al-Mafaatiih Syarh al-Misykaat II/193

من خير الاستقامة قالوا ولذا نهايات أو بدايات في غرور تحتها يكون ربما كرامات بساط تطوي عادات خوارق كلها وهذهكرامة ألف

Pada derajat ini keseluruhannya terdapat keanehan-keanehan yang berada pada rangkaian aneka KAROMAH yang terkadang didalamnya justru mengandung tipuan baik diawal maupun diakhir sebuah pendakian karenanya para Ulama Tashawwuf menyatakan “Istiqamah lebih utama ketimbang seribu karamah”.Marqaah al-Mafaatiih Syarh al-Misykaat 14/430

من وأحد الصبر من وأمر الشعر من أدق أنها مع القيامة جسر من أصعب لكونها كرامة ألف من خير الإستقامة أن شك لاالصيف من وأحر السيف

Tidak diragukan bahwa “Istiqamah lebih utama ketimbang seribu karamah” karena jalan istiqamah lebih sulit ketimbang menapaki titian yang membentang dihari kiamat meski ia lebih lembut ketimbang rambut, lebih pahit ketimbang kesabaran, lebih tajam ketimbang mata pedang dan lebih terik ketimbang musim panas.Marqaah al-Mafaatiih Syarh al-Misykaat 15/290

Wallaahu A’lam

“Istiqomah lebih baik daripada seribu karomah”Banyak kejadian akhir-akhir ini yang mengharuskan saya “take a deep breath”. Tulisan ini bukan tentang kesabaran, karena sesungguhnya makna dari kesabaran adalah menganggap segala sesuatu merupakan “tindakan” Allah, bukan akibat dari keputusan kita. Bahwa apapun itu, takdir baik maupun buruk merupakan sebuah “ketentuan” yang tidak akan sanggup kita merubahnya.  Tulisan ini tentang bagaimana ternyata selama ini (banyak dari) kita salah menafsirkan ayat-ayat yang tertuang baik dalam kitab suci maupun dari pernyataan nabi maupun dari alam maupun dari orang yang kita anggap pewaris para nabi.

Ayat itu adalah tentang dekatnya kita pada Allah akan memunculkan karomah-karomah, mukjizat-mukjizat, hal-hal yang luar biasa dan segala jenis teman dan rekannya. Ayat tersebut kemudian dikomparasikan dengan hadist nabi “istiqomah lebih baik daripada seribu karomah”. Sebagian dari diri saya berpikir, kalau begitu ini yang dipahami oleh para ‘ulama pendahulu aliran muhammadiyah, persis, jamaah tabligh, ikhwanul muslimin, dan sebagainya. Bahwa karomah bukanlah tujuan dan tidak untuk dimanfaatkan oleh kalangan muslim sebagai “alat bantu” dalam menyelesaikan masalah-masalah di dunia. Hal yang lebih dicintai Allah adalah keistiqomahan kita dalam menjalani sesuatu sesuai dengan ajaran aqidah dan akhlak yang diturunkan Nabi besar Muhammad SAW yang kita cintai.

Namun semalam, hal tersebut dijelaskan oleh Mursyid saya dengan kalimat yang lebih jelas. Bahwa hadist itu benar adanya dan bahwa kebenaran akan hadist tersebut juga benar adanya. Namun, kedekatan akan Allah SWT yang bersumber dari kecintaan kita kepada Allah SWT dan kemudian memunculkan nur Illahiah dalam diri kita dengan makin sering mendatangi majelis-majelis, lebih sering lagi berdzikir, lebih banyak lagi melakukan shalat dan sebagainya secara otomatis akan membuat Allah SWT juga mencintai kita dan menciptakan keajaiban-keajaiban disekitar kita. -Ingat tulisan saya sebelumnya bahwa hakikat “ikhlas” adalah menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah “perbuatan”  dan “tindakan” Allah-. Bahwa sesuangguhnya keajaiban, mukjizat dan sebagainya itu “sangat mudah” bagi Allah untuk diberikan kepada kita. Namun keajaiban bukan untuk diharapkan karena keajaiban merupakan hak prerogative Allah sementara hak kita adalah istiqomah dengan jalan Allah.

Dan, istiqomah pada jalan Allah akan menjadikan kita menjadi salikhin-salikhin (baca: orang-orang shaleh) yang mencintai Allah SWT. Cinta itu sendiri dapat kita ukur kedalamannya dalam diri kita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :

1).     Apakah cinta kita pada Allah melebihi cinta kita pada diri sendiri?

Page 25: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

2).     Apakah cinta kita kepada Allah sudah melebihi cinta kita pada segala hal yang dititipkan Allah pada kita yaitu suami, istri, anak, harta, dsb?

3).     Apakah cinta kita pada Allah sudah melebihi APAPUN yang ada di dunia ini? Yaitu APAPUN hal yang kita telah maupun mungkin maupun tidak mungkin (kecuali mukjizat) capai di dunia ini?

Setelah pertanyaan ketiga terjawab dengan kata “sudah” maka benarlah kita istiqomah di jalan Allah. Maka benarlah cinta pada Tuhan, Nabi dan Guru yang selama ini kita dengung-dengungkan dan kita bangga-banggakan

“Dua Rakaat Dilakukan Dengan Istiqomah Lebih Baik Daripada 1000 Karomah “

Dalam tulisan saya terdahulu tentang ISTIQOMAH ,ada pertanyaan sederhana dari Akhinal Karim Kang Ahmed Alkhudhori. Belaiu bertanya , apakah makna istiqomah itu?

Pertanyaan yang langsung menghantam kepala saya bagai palu godam dan menyadarkan saya seketika. Berapakali, mungkin beribu kali saya mengatakan, menganjurkan atau menulis tentang ISTIQOMAH tetapi apa benar saya sudah mengetahui hakekat maknanya yang sebenarnya ? tidak hanya sekedar makna paling sederhana yakni ISTIQOMAH = Ajeg atau Lumintu dalam bahasa jawa

 Untuk itu saya ucapkan beribu terima kasih kepada beliau atas inspirasinya untuk kesadaran saya mencari hakekat makna Istiqomah. Amma Ba'du.

 Allah Ta'ala berfirman dalam Surah Al Ahqaf ayat ke 13 :

" Sesungguhnya orang-orang yang berkata  ; Allah adalah Tuhan kami . Dan kemudian mereka berlaku istiqomah.."

Sesudah Allah menyebut tentang Tauhid dan disusul dengan keistiqomahan, maka Istiqomah ini adalah sebuah Puncak dan kesempurnaan dari Tauhid itu sendiri.

Tiada menyembah selain Allah. Menyadari sepenuhnya rububiyyah Alloh Ta'ala. Sehingga menjadi lurus aqidahnya, ucapan serta amal perilakunya terus menerus dalam keadaan yang sempurna hingga ajal datang menjemputnya.

Puncak dari istiqomah jika begitu adalah ketika seseorang didalam semua unsur di dirinya sesuai dalam kebenaran Ilahi.Melakukan SEMUA yang di perintahkan dan meninggalkan SEMUA yang dilarang agama.

Bisa dikatakan , seseorang yang berlaku istiqomah adalah seseorang yang telah sempurna kema'rifatannya. Sempurna hal akhwalnya. Bersih hatinya di setiap amal-amalnya. Aqidahnya lurus dan terbebas dari noda kesesatan dan kebid'ahan. Sempurna awwal akhir dhohir bathin.

Demikian berat makna istiqomah membuat Al Imam Abil Qosim Alqusyairi berkomentar :

"Orang-orang yang tidak mampu beristiqomah maka akan sia-sia jerih payahnya dan sesat jalannya. Tiada orang yang mampu melakukan istiqomah kecuali seorang yang tinggi maqam derajatnya."

Rasululloh SAW pun menyadari langka dan sukarnyanya istiqomah ditemukan dalam diri manusia. Maka beliau berkata dlm satu hadits riwayat Imam Muslim ra :

" Beristiqomahlah kalian, [walaupun sebenarnya] kalian nanti tidak akan mampu melakukannya"

Termasuk sandaran pokok tentang Istiqomah adalah Hadits riwayat Imam Muslim :

"Katakanlah, Aku beriman kepada Alloh Kemudian istiqomahlah kamu ."

Dalam hadits ini Rasulullah SAW dlm satu kalimatnya mengumpulkan dua dasar yang agung yaitu Iman dan Islam dalam dua makna yang agung yakni Tauhid dan keta'atan.

Tauhid masuk dalam kalimah A-MANTU BILLAH , dan ketaatan masuk dalam kalimah TSUM_MAS TAQIM.

Sehingga keistiqomahan dinyatakan sebagai PELAKSANAAN SEGALA PERINTAH DAN MENINGGALKAN SEGALA LARANGAN ALLAH didalam setiap I'tiqad,ucapan maupun amal perbuatan. Sebuah keadaan yang teramat berat menjalankannya.

Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. Menafsiri ayat dalam Surah Hud yakni  ayat : Fastaqim Kama umirta [ “beristiqomahlah kamu, sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu”]

Page 26: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

beliau berkata : "Tidak ada satu ayat dari alqur'an yang turun yang bagitu berat bagi rasulullah SAW mengalahkan ayat ini. Sampai-sampai sesudah ayat ini turun para Shahabat melihat ada perubahan drastis dari rambut suci beliau yang semakin banyak tumbuh uban.

Para shahabat bertanya, "Duhai,betapa semakin banyaknya uban di rambut anda, Ya Rasululloh.."

Maka serta merta Rasulullah SAW menjawab :  "Membuatku beruban begini ini adalah Surah Hud.."

Dan Imam Abi Hatim meriwayatkan , sesudah ayat ini turun Rasululloh SAW begitu meningkatkan intensitas ibadah dan khaliyahnya sedemikian rupa sampai-sampai tidak pernah lagi terlihat beliau tertawa sesudahnya.

Ala kulli haal, Istiqomah sejati adalah kelurusan dalam aqidah, amal ibadah serta akhlaq budi pekerti manusia.

Aqidahnya tidaklah Ta'thil [ mengkosongkan Alloh dari sifat-sifat yg sempurna dan terpuji] dan tidak pula Tashbih [menyerupakan allah dengan makhluk].

Amaliyahnya tidaklah di tambah [dengan kebid’ahan] ataupun dikurangi [karena kemalasan]

Akhlaqnya jauh dari Ifrath [ keterlaluan , kewaswasan] dan terbebas pula dari Tafrith [kesembronoan].

Sebuah keadaan yang sangat agung yang tidak sembarang orang mampu menjalaninya. Maka tidak salah jika satu ibadah yang sedikit jumlahnya jika dilambari dengan keistiqomahan maka akan menjadi agung nilai serta derajatnya.

Hal itu karena menilik keistiqomahannya. Maka berkatalah salah seorang dari Shalihin di masa lampau :

  " Dua rokaat yang dilakukan dalam keistiqomahan lebih utama disbanding 1000 karomah."

  Semoga tulisan ini bermanfa'at. Wallohu a'lam bisshowab

Dikutip dari tulisan Muhajir Madad Salim yang diambil dari kitab : Fathul Mubin Hal.180 ; Tafsir Nawawi Vol.I Hal.39 ; Iqdul Yawa-qit Hal 38

ISTIQOMAH LEBIH UTAMA DARIPADA SERIBU KAROMAH “AL ISTIQOMAH KHAIRUN MIN

ALFI KAROMAH”BERUSAHA BERTAUBAT DALAM MENGAMALKAN THARIQAH MU’TABARAH

INILAH LIDAH ORANG YANG BERIMAN MENURUT IMAM GHOZALI RAHIMAHULLAH

TASAWUF : OPTIMISME TERHADAP KENYATAAN HIDUP DAN USAHA BUKANLAH SEGALANYA

PENTINGNYA ILMU DAN PANCARAN SINAR TAWADLU….

HUKUM MENGUPLOAD IBADAH KITA DI MEDIA SOSIAL

KISAH SUFI DAN ANJURAN MENUTUP MAJLIS DENGAN SHOLAWAT

PENJELASAN THORIQOH TIJANIYYAH LENGKAP

HAL YANG BISA MENYULITKAN DAN MEMUDAHKAN UNTUK BANGUN MALAM TAHAJUD

AGAR IBADAH KITA TAK SIA-SIA MAKA INGATLAH EMPAT HAL INI

Rasulullah Saw, bersabda :

عائشة ( عن الشيخان رواه قل وإن اأدومها إلى الأعمال اللهأحب“Pekerjaan-pekerjaan (yang baik) yang lebih disukai Allah adalah pekerjaan yang terus-menerus (dawwam)

dikerjakan walaupun pekerjaan itu sedikit”.(HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah).

“Istiqamah lebih utama ketimbang seribu karamah” karena :

ISTIQAMAH lebih sulit ketimbang menapaki titian yang membentang dihari kiamat

ISTIQOMAH berarti konsekuen beribadah secara ikhlas, semata-mata karena Allah, berpaling dari selain Allah, termasuk didalamnya mengharapkan bagian atas dirinya berupa karomah.

Dalam KAROMAH terkadang justru mengandung tipuan baik diawal maupun diakhir sebuah pendakian menuju kehadhirat Allah.

Page 27: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

الاستقامة له تكمل لم من الكرامة رزق ربماالاستقامة : . هي الحقيقية الكرامة وإنما المحققين عند بها عبرة لا للعادة الخارق الأمر هي التي الكرامة أن يعنيقال : . ولذا وباطنا ظاهرا سلم و عليه الله صلى رسوله به جاء ما واتباع جل و عز بالله الإيمان صحة أمرين إلى ومرجعها

والنهي : الأمر في تجدونه كيف تنظروا حتى به تغتروا فلا الهواء في وتربع الماء على مصلاه بسط رجلا أن لو يزيد أبوالمغرب : : إلى المشرق من لحظة في يمر الشيطان أن فقال مكة إلى ليلة في يمر فلانا أن له وقيل

ذلك : : من أعجب الهواء في والطير الماء في الحيتان فقال الماء على يمشي فلانا أن له وقيل

Terkadang karamah diberikan justru pada orang tiada baginya istiqamah…Yakni karomah yang merupakan kejadian luar biasa tidaklah berarti bagi orang-orang ahli hakikat sebab karomah yang sesungguhnya bagi mereka adalah istiqamah.Rujukan dan sandaran istiqamah adalah keabshahan iman kepada Allah Azza Wa Jalla dan mengikuti segala yang diajarkan baginda Nabi Muhammad SAW secara lahir dan bathin.

Karenanya Abu Yazid al-Busthami berkata “Bila seorang mampu menggelar sajadah tempat shalatnya diatas air, mampu duduk bersila diudara maka janganlah sesekali kalian tertipu hingga kalian jumpai bagaimana dirinya dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah”.

Ditanyakan pada Abu Yazid “Sesungguhnya si Anu mampu berjalan disatu malam menuju Makkah”Beliau menjawab “Sesungguhnya syetan mampu berjalan dari ujung timur keujung barat dalam sekejap mata”Ditanyakan pada Abu Yazid “Sesungguhnya si Anu mampu berjalan diatas air”Beliau menjawab “Ikan-ikan di air, burung-burung diudara lebih mengherankan ketimbang hal itu”.

Syarh al-Hikam al-‘Athoiyyah I/126

العقيدة على الثبات وهي كرامة ألف من خير الإستقامة فإن والحقيقة والطريقة الشريعة جادة على أي استقيمواسواه ما شهود عن والغيبة الله مع والحضور الخالص والإخلاص الصالح والعمل النافع العلم على والمداومة الصحيحة

Istiqamahlah kamu sekalian….!!Artinya bersungguh-sungguhlah menjalankan syariat, Thariqah dan hakikat karena sesungguhnya istiqamah itu lebih utama ketimbang seribu karamah.Istiqamah adalah konsekuen pada akidah yang benar, melanggengkan diri pada ilmu yang bermanfaat, beramal shalih, ikhlas yang murni, selalu khudur pada hadhirat Allah serta berpaling dari selain Allah.

Marqah al-Mafatih Syarh al-Misykat II/193

من خير الاستقامة قالوا ولذا نهايات أو بدايات في غرور تحتها يكون ربما كرامات بساط تطوي عادات خوارق كلها وهذهكرامة ألف

Pada derajat ini keseluruhannya terdapat keanehan-keanehan yang berada pada rangkaian aneka KAROMAH yang terkadang didalamnya justru mengandung tipuan baik diawal maupun diakhir sebuah pendakian karenanya para Ulama Tashawwuf menyatakan “Istiqamah lebih utama ketimbang seribu karamah”.

Marqah al-Mafatih Syarh al-Misykat 14/430

من وأحد الصبر من وأمر الشعر من أدق أنها مع القيامة جسر من أصعب لكونها كرامة ألف من خير الإستقامة أن شك لاالصيف من وأحر السيف

Tidak diragukan bahwa “Istiqamah lebih utama ketimbang seribu karamah” karena jalan istiqamah lebih sulit ketimbang menapaki titian yang membentang dihari kiamat meski ia lebih lembut ketimbang rambut, lebih pahit ketimbang kesabaran, lebih tajam ketimbang mata pedang dan lebih terik ketimbang musim panas.

Marqah al-Mafatih Syarh al-Misykat 15/290

Dibalik Makna Ketupat

TEGAL – Hari Raya Idul Fitri tidak lepas dari sebuah tradisi menikmati Ketupat. Dengan campuran Opor Ayam, Sambel gorong kentang yang membuat momen lebaran bersama keluarga makin akrab. Tidak banyak yang tahu bahwa ketupat memiliki makna yang sangat melekat dengan Hari Raya Idul Fitri. Dengan bahan baku beras yang dimaksukan pada selengong daun kelapa yang kemudian dimasak.

Kanjeng Sunan Kalijaga adalah orang pertama yang memperkenalkan ketupat pada masyarakat Jawa. Ia kemudian membudidayakan tradisi dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat (dimulai seminggu setelah hari Lebaran).

Page 28: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Pada hari Kupat Bakda, setiap keluarga di Jawa akan menenun bungkus ketupat dari daun kelapa, diisi dengan beras lalu dimasak. Setelah itu ketupat akan diberikan kepada keluarga dengan generasi yang lebih tua sebagai simbol kebersamaan.

Menurut filosofi Jawa, ketupat bukan hanya santapan khas Lebaran, namun memiliki arti khusus. Ketupat atau Kupat dalam bahasa Jawa adalah singkatan dari Ngaku Lepat atau Laku papat. Kata “Ngaku Lepat” memiliki arti mengakui kesalahan, sementara itu Ngaku Lepat berarti kamu memiliki pengetahuan yang tepat bagi masyarakat Jawa

Tradisi sungkeman yang sampai sekarang masih dilakukan bermula dari Ngaku Lepat. Sungkeman mengajarkan pentingnya rasa hormat kepada orang tua, kerendahan hati, ketulusan dan pengampunan dari orang lain, terutama orang tua.

Sementara itu Laku Papat memili arti empat tindakan dalam tradisi Lebaran yaitu lebaran, luberan, leburan dan laburan.

Setelah mengetahui sejarahnya, kita beralih ke filosofinya. Filosofi dari ketupat ini diketahui ada 4. Pertama adalah mencerminkan kesalahan manusia. Hal ini dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat di mana belum tentu semua orang bisa membuatnya dengan mudah.

Yang kedua adalah kemurnian hati. Setelah ketupat dipotong, akan terlihat nasi putih yang dianalogikan sebagai kebersihan dan kemurnian hati seseorang setelah minta maaf atas kesalahan yang mereka lakukan.

Ketiga adalah cerminan kesempurnaan. Bentuk ketupat yang sempurna terhubung dengan kemenangan kaum Muslim setelah melewati puasa selama sebulan dan akhirnya menginjak Lebaran.

Lalu yang terakhir adalah permintaan maaf. Ketupat biasanya disajikan dengan menu lain yang menggunakan bahan santan, karena itu dalam bahasa Jawa diucapkan “Kupat Santen” Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten. Yang artinya adalah “Saya punya kesalahan, saya minta maaf”. (Sumber:Jadiberita.com). (S.Mu’min)

Makna Ketupat yang Belum Banyak Diketahui, Begini Asal Usulnya

Liputan6.com, Jakarta Saat hari raya Idul Fitri atau lebaran tiba, banyak tradisi khas yang bisa dilakukan untuk menyambut dan merayakannya. Di setiap wilayah di dunia pun memiliki tradisinya masing-maisng untuk menyambut dan merayakan lebaran ini. 

Salah satu yang dipersiapkan dan ditunggu-tunggu saat hari raya adalah hidangan makanannya. Terdapat sajian khas saat lebaran khususnya di Indonesia, mulai dari makanan ringan hingga makanan utama.

Nah, untuk sajian makanan utama yang biasa disantap adalah ketupat. Biasanya, ketupat dihidangkan bersama opor ayam, sambal goreng ati, semur daging, dan beberapa makanan lainnya. Menjadi salah satu panganan yang wajib dimakan saat lebaran, apakah kamu tahu asal usul dari ketupat ini?

Ya, di antara beberapa orang ternyata masih ada yang belum mengetahui makna ketupat. Untuk itu, berikut ini Liputan6.com telah merangkum beberapa penjelasan tentang makna ketupat yang perlu diketahui. Telah dirangkum dari berbagai sumber, ini makna ketupat yang memiliki cerita sejarah yang panjang, Sabtu (8/6/2019).

Sejarah Ketupat

Ketupat memang tidak terlepas dari hari raya Idul Fitri atau lebaran. Di setiap momen mengucapkan selamat Idul Fitri selalu tertera dua gambar ketupat bahkan lebih. Munculnya ketupat di setiap hari perayaan ini perrtama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga.

Pada abad ke-15 Kanjeng Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai salah satu simbol untuk perayaan hari raya Idul Fitri umat Islam sejak pemerintahan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah. Sunan Kalijaga ini membudayakan dua kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat.

Bada kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada hari yang disebut bada kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.

Nah, selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Kemudian ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambing kebersamaan.

Secara umum, ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Page 29: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Selain di Indonesia, ketupat bisa dijumpai di beberapa Negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina sendiri juga dapat dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman yang berbeda.

Makna Ketupat

Di dalam filosofi Jawa, makna ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas raya lebaran saja. Melainkan makna lebaran disini lebih khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.

Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Ngaku lepat ini merupakan tradisi sungkeman yang menjadi implementasi mengakui kesalahan (ngaku lepat) bagi orang Jawa. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudidaya hingga kini.

Pada tradisi sungkeman ini mengajarkan akan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan, dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua.

Sedangkan laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran. Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Arti dari masing-masing kata ini adalah:

Lebaran memiliki makna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Kata ini berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

Luberan memiliki makna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Leburan memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kamu akan melebur habis. Karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Sedangkan laburan adalah labor atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya adalah agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Filosofi Ketupat

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia

Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.

2. Kesucian hati

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).

Itu tadi makna ketupat, arti serta filosofi dari ketupat. Ini menunjukkan betapa besarnya peran para Wali dalam memperkenalkan agama Islam ddengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar, seperti tradisi lebaran dan hidangan ketupat ketupat yang telah menjadi tradisi dan budaya hingga kini

Lebaran Tak Lengkap Tanpa Ketupat, Ini 4 Makna Ketupat yang Jarang Diketahui

BANGKAPOS.COM--Hidangan khas yang selalu ada saat Lebaran tiba adalah hadirnya ketupat.

Ya, hidangan serupa lontong ini disajikan dengan beragam menu tambahan lainnya, seperti semur, sayur santan, dan opor ayam.

Dibalik spesialnya ketupat pada Hari Raya Idulfitri, ternyata ada makna yang jarang orang ketahui, lho! Ini penjelasannya.

Page 30: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Penulis buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia" Fadly Rahman mengatakan, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai-nilai ke-Islaman.

Ketupat atau disebut kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, menurut Fadly, menyimbolkan dua hal, yakni ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan dan laku papat atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari ketupat.

Makna pertama

Menurut dia masing-masing sisi dari ketupat itupun memiliki makna. Maka pertama adalah Lebaran (asal kata dasar lebar) yang berarti pintu ampun dibuka untuk orang lain.

Makna kedua

"Kedua Luberan (asal kata dasar luber) yang bermakna melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan," ucap Fadly Sabtu (24/6/2017).

Makna ketiga

Lalu ketiga, lanjut dia, adalah Leburan (asal kata dasar lebur) yang punya arti melebur dosa yang dilalui selama satu tahun.

Makna keempat

Terakhir adalah Laburan (kata lain kapur) yang bermakna menyucikan diri atau putih kembali layaknya bayi.

Sudah Ada Sebelum Islam Tersebar di Nusantara

Meski lekat dengan hari raya Idul   Fitri , keberadaan ketupat sebenarnya sudah ada jauh sebelum masa penyebaran agama Islam di nusantara.

Ini karena nyiur (daun kelapa yang merupakan bahan janur) dan beras sebagai sumber daya alam sudah dimanfaatkan sebagai makanan masyarakat nusantara di zaman Hindu Buddha.

Hal ini pun, menurut Fadly, bisa dilihat dari keberadaan ketupat di Bali yang digunakan dalam ritual ibadah.

Orang Bali menyebut ketupat dengan sebutan tipat.

"Di Islam, ketupat dicocokkan lagi dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga, membaurkan pengaruh Hindu pada nilai-nilai ke-Islaman, menjadi akulturasi yang padu antara keduanya," tambah Fadly.

Adapun untuk hidangan pendamping ketupat, Fadly menjelaskan bahwa itu bukanlah panganan asli nusantara, tetapi hasil asimilasi dari berbagai budaya luar.

Contohnya, seperti kuah kari yang terpengaruh kuliner India, gulai terpengaruh kuliner Arab, balado (Portugis), semur dan kue kering (Belanda dan Eropa), serta manisan (China).(*)

Artikel ini telah tayang di   Kompas.com   dengan judul, "Kenapa Ketupat Selalu Ada di Lebaran Indonesia?".

Makna, Filosofi dan Sejarah Ketupat Sebagai Tradisi Lebaran

Religi Minggu, 17 Juni 2018 | 08:26 WIB Jurnalis: Redaksi FN

FaktualNews.co/istimewa/

Ketupat yang selalu mendampingi Hari Raya Idul Fitri.

KETUPAT tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Dalam perayaan Idul Fitri, tidak pernah pisah dari perayaan Ketupat Lebaran. Istilah tersebut telah menjamur di semua kalangan umat Islam terutama di pulau Jawa.

Ketupat atau kupat sangat identik dengan Hari Raya Idul Fitri. Betapa tidak,  hampir setiap ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar ketupat. Apakah ketupat ini hanya sekedar pelengkap hari raya saja ataukah ada sesuatu makna di dalamnya. Berikut beberapa catatan terkait ketupat yang diperoleh FaktualNews.co dari beberapa sumber.

Sejarah Ketupat

Adalah Kanjeng Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga membudayakan dua kali Bakda. Yakni, Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah

Page 31: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Lebaran. Pada hari yang disebut Bakda Kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat ada orang yang  menganyam ketupat dari janur ( daun kelapa muda).

Setelah selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Selanjutnya, ketupat yang sudah matang tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Arti Kata Ketupat

Dalam filosofi Jawa, ketupat Lebaran bukanlah sekedar hidangan khas Hari Raya Lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.

Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.

Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku Lepat

Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua.

Laku Papat

Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran.Empat tindakan tersebut adalah Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan.

Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan

Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

Luberan bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Leburan maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Laburan berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Demikian itulah arti kata ketupat . Selanjutnya  sebagaimana dilansir  Islamidia.com, terkait filosofi dari ketupat itu sendiri adalah sebagai berikut.

Filosofi Ketupat

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.

Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.

2. Kesucian hati. Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan. Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan. Maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPAT SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).

Itulah makna, arti serta filosofi dari ketupat. Betapa besar peran para Wali dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar. Seperti tradisi Lebaran dan hidangan ketupat yang telah menjadi tradisi dan budaya hingga saat ini.

Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman janur (daun kelapa  yang masih muda). Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), ketupat kandangan (Banjar), Grabag (Kabupaten Magelang), kupat glabet (Kota Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan Katupa), lotek,

Page 32: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

serta gado-gado yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai santai, meskipun lontong lebih umum.

Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat, namun dengan pola anyaman berbeda.

Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut 7 (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut 6. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Di antara beberapa kalangan di Pulau Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Ada masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa. Sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa, sepasar) sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat.

Di pulau Bali, ketupat (di sana disebut kipat) sering dipersembahkan sebagai sesajian upacara. Selain untuk sesaji, di Bali ketupat dijual keliling untuk makanan tambahan yang setaraf dengan bakso. Terutama penjual makanan ini banyak dijumpai di Pantai Kuta dengan didorong keliling.

Tradisi ketupat (kupat) Lebaran,  menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat.

Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islam. Ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan Lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan. (Nasrullah Zulkarnain)

Makna dan Filosofi di Balik Tradisi Ketupat Lebaran

Sumber foto: wikipedia.org

‘Ketupat’ atau ‘Kupat’ merupaka suatu istilah yang telah menjamur di kalangan umat muslim khususnya di tanah Jawa. Istilah tersebut sangatlah identik dengan Hari Raya Idul Fitri atau lebaran.

Buktinya, hampir di mana ada ucapan selamat Idul Fitri, pasti tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Ada apa dengan ketupat? Mengapa harus ketupat? Apakah ketupat ini hanya sekedar pelengkap hari raya saja ataukah ada makna di dalamnya?

Mari kita simak paparan lengkapnya yang telah tebuireng.online kutip dari berbagai sumber. Inilah pengertian, sejarah, makna, hingga filosofi mengenai budaya ketupat dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Let’s check it out!

Apa Itu Ketupat?

Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), katupat kandangan (Banjar), Grabag (kabupaten Magelang), kupat glabet (Kota Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan Katupa), lotek, serta gado-gado yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai satai, meskipun lontong lebih umum.

Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.

Macam Kupat

Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut 7 (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut 6. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Page 33: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Biasanya ketupat disuguhkan dengan opor ayam, rendang dan masakan-masakan khas masing-masing daerah yang mengandung santan. Ketupat sendiri telah berkembang akibat kreatifitas kuliner di beberapa daerah. Beberapa jenis ketupat yang ada saat ini diantaranya adalah :

Ketupek Katan Kapau

Katupek katan yang khas Kapau, yaitu ketupat ketan berukuran kecil yang dimasak dalam santan berbumbu. Ketupat ketan adalah versi rebus dari lemang. Santannya menjadi sampai kental sekali dan merasuk ke dalam ketupat. Ketupat kentan ini bisa dimakan sebagai dessert, tetapi juga bisa dimakan dengan lauk pedas, misalnya gulai itik cabe hijau atau rendang.

Ketupat Glabed

Ada lagi sajian rakyat lain di Tegal yang sangat populer, yaitu Kupat Glabed. Kali ini bukan ketupat dari desa Glabed. Kupat glabed adalah ketupat yang dimakan dengan kuah kuning kental. Glabed sendiri sebenarnya berasal dari ucapan orang Tegal bila mengekspresikan kuah yang kental ini. Glabed-glabed!

Ketupatnya dipotong-potong, dibubuhi tempe goreng, dan disiram dengan kuah glabed. Tambahkan sambal bila ingin citarasa pedas. Topping-nya adalah kerupuk mi yang terbuat dari tepung singkong dan taburan bawang goreng. Sebagai lauknya, Kupat Glabed selalu didampingi dengan sate ayam atau sate kerang.

Ketupat Blegong (Tegal)

Kupat Blengong (Kupat Glabed dengan daging Blengong, yaitu keturunan hasil perkawinan Bebek dan Angsa)

Ketupat Bongko (Tegal)

Kupat Bongko adalah Ketupat dengan sayur tempe yang telah diasamkan.

Ketupat Betawi (Bebanci)

Masakan paling khas dan unik yang dimiliki masyarakat Betawi adalah ketupat bebanci. Sesuai dengan namanya, ketupat bebanci adalah masakan dengan unsur utama ketupat. Ketupat ini disantap dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi aneka bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah. Sayangnya saat ini sudah sangat sulit menemukan penjual ketupat ini.

Ketupat Cabuk Rambak (Solo)

Cabuk rambak adalah ketupat nasi yang diiris tipis-tipis, dan disiram dengan sedikit sambal wijen (dicampur kemiri dan kelapa parut yang terlebih dulu digongseng). Ada yang menyukai sambal yang sangat pedas, ada yang menyukai rasa sambal yang gurih. Rasa sambalnya memang sangat khas. Hidangan ini disajikan dengan kerupuk nasi yang disebut karak.

Ketupat Tahu/ Tahu Campur (Ketoprak)

Ketupat tahu atau tahu campur atau istilah lain yang digunakan para penjual adalah ketoprak, merupakan makanan khas dari ketupat yang diiris-iris lalu diberi sayuran, irisan tahu goreng, telor rebus serta disiram dengan sambal kacang. Makanan ini dapat dijumpai di daerah jawa tengah secara umum.

Asal-Usul

Awal mula adanya istilah ‘Ketupat’ yaitu pada masa Walisongo hidup. Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat.

Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami. Buktinya, sampai sekarang ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Untaian Makna

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Sedangkan Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku lepat atau mengakui kesalahan merupakan bentuk implementasi dari adanya tradisi sungkeman. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini.

Page 34: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua. Sedangkan makna dari laku lepat adalah empat tindakan dalam perayaan Lebaran.

Empat tindakan tersebut adalah:

Lebaran. Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

Luberan. Bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Leburan. Maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Laburan. Berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Filosofi

Makna ketupat ditinjau dari segi filosofisnya yaitu:

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia. Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat ini.2. Kesucian hati. Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan

kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.3. Mencerminkan kesempurnaan. Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat

Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang

“KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).

Itulah makna, arti serta filosofi dari ketupat. Betapa besar peran para Wali dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar, seperti tradisi lebaran dan hidangan ketupat yang terus berlangsung hingga sekarang.

Cara Ketupatan

Setelah membaca berbagai perngertian dan makna tentang ketupat, lalu bagaimana ketupat itu dihidangkan? Di antara beberapa kalangan di Pulau Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Jadi ternyata, ketupat tidak sekedar dihidangkan.

Ada sebagian masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa, sepasar) sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat.

Di pulau Bali, ketupat (di sana disebut kipat) sering dipersembahkan sebagai sesajian upacara. Selain untuk sesaji, di Bali ketupat dijual keliling untuk makanan tambahan yang setaraf dengan bakso, terutama penjual makanan ini banyak dijumpai di Pantai Kuta dengan didorong keliling di sana.

4 Makna Ketupat di Hari Raya Idulfitri yang Jarang Diketahui

NOVA.id – Hidangan khas yang selalu ada saat Lebaran tiba adalah hadirnya ketupat. Ya, hidangan serupa lontong ini disajikan dengan beragam menu tambahan lainnya, seperti semur, sayur santan, dan opor ayam.

Di balik spesialnya ketupat pada Hari Raya Idulfitri, ternyata ada makna yang jarang orang ketahui, loh! Ini penjelasannya.

Penulis buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia" Fadly Rahman mengatakan, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai-nilai ke-Islaman.

Baca juga: 4 Etika dan Tips Bertamu Saat Lebaran agar Tidak Mengganggu Tuan Rumah

Ketupat atau disebut kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, menurut Fadly, menyimbolkan dua hal, yakni ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan dan laku papat atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari ketupat.

Makna pertama

Page 35: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Menurut dia masing-masing sisi dari ketupat itupun memiliki makna. Maka pertama adalah Lebaran (asal kata dasar lebar) yang berarti pintu ampun dibuka untuk orang lain.

Makna kedua

"Kedua Luberan (asal kata dasar luber) yang bermakna melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan," ucap Fadly Sabtu (24/6/2017).

Baca juga: Destinasi Wisata yang Bisa Dikunjungi Bersama Keluarga di Garut

Makna ketiga

Lalu ketiga, lanjut dia, adalah Leburan (asal kata dasar lebur) yang punya arti melebur dosa yang dilalui selama satu tahun.

Makna keempat

Terakhir adalah Laburan (kata lain kapur) yang bermakna menyucikan diri atau putih kembali layaknya bayi.

Sudah Ada Sebelum Islam Tersebar di Nusantara

Meski lekat dengan hari raya Idul Fitri, keberadaan ketupat sebenarnya sudah ada jauh sebelum masa penyebaran agama Islam di nusantara.

Ini karena nyiur (daun kelapa yang merupakan bahan janur) dan beras sebagai sumber daya alam sudah dimanfaatkan sebagai makanan masyarakat nusantara di zaman Hindu Buddha.

Hal ini pun, menurut Fadly, bisa dilihat dari keberadaan ketupat di Bali yang digunakan dalam ritual ibadah. Orang Bali menyebut ketupat dengan sebutan tipat.

"Di Islam, ketupat dicocokkan lagi dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga, membaurkan pengaruh Hindu pada nilai-nilai ke-Islaman, menjadi akulturasi yang padu antara keduanya," tambah Fadly.

Baca juga: Ini Obyek Wisata yang Dapat Dikunjungi Jika Mudik Lewat Jalur Pansela

Adapun untuk hidangan pendamping ketupat, Fadly menjelaskan bahwa itu bukanlah panganan asli nusantara, tetapi hasil asimilasi dari berbagai budaya luar.

Contohnya, seperti kuah kari yang terpengaruh kuliner India, gulai terpengaruh kuliner Arab, balado (Portugis), semur dan kue kering (Belanda dan Eropa), serta manisan (China).

Filosofi Indah di Balik Sepotong Ketupat Silvita Agmasari Kompas.com - 25/06/2017, 15:06 WIB Pedagang kulit ketupat tengah membuat kulit ketupat yang terbuat dari daun kelapa di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (6/8/2013)(Zico Nurradhid) JAKARTA, KOMPAS.com - Ketupat, hidangan yang tak pernah absen dari meja makan di Hari Raya Idul Fitri bukan makanan biasa. Selain lezat, di balik sepotong ketupat tersimpan filosofi yang begitu indah. Mengingatkan kembali apa makna dari Hari Raya Idul Fitri bagi yang menyantapnya. "Menurut cerita rakyat, ketupat itu berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga, tepatnya di masa syiar Islamnya pada abad ke-15 hingga 16. Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islaman," kata sejarawan kuliner sekaligus penulis buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia", Fadly Rahman, saat dihubungi KompasTravel, Sabtu (24/6/2017). (BACA: Ketupat Berbungkus Janur dan Plastik, Apa Bedanya?) Ketupat atau disebut kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, menurut Fadly, mewakili dua simbolisasi yakni ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan, dan laku papat atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari ketupat. Empat laku tersebut terdiri dari: 1. Lebaran (kata dasar lebar) berarti pintu ampun yang dibuka lebar terhadap kesalahan orang lain. 2. Luberan (kata dasar luber) berarti melimpahi, memberi sedekah pada orang yang membutuhkan. 3. Leburan (kata dasar lebur) berarti melebur dosa yang dilalui selama satu tahun. 4. Laburan (kata lain kapur) yakni menyucikan diri, putih kembali layaknya bayi. (BACA: Ini Asal Usul Ketupat, Hidangan Khas Lebaran) Hidangan pendamping ketupat, lanjt Fadly, juga merupakan representatif lengkap asimilasi kuliner Nusantara yang terpengaruh dari berbagai budaya luar. Seperti kuah kari yang dipengaruhi kuliner India, gulai yang dipengaruhi Arab, balado dari pengaruh Portugis, semur dan kue kering dari pengaruh Belanda juga Eropa, dan manisan dari pengaruh China. Di zaman lampau hantaran hidangan khas hari raya juga sudah dilakukan oleh mayarakat multikultural di Indonesia. Menjadi tradisi yang mengakar hingga saat ini, menjunjung tinggi toleransi di Tanah Air. Ikuti perkembangan berita ini dalam topik: Ramadhan 2017

4 Makna Ketupat di Hari Raya Idulfitri yang Jarang Diketahui

NOVA.id – Hidangan khas yang selalu ada saat Lebaran tiba adalah hadirnya ketupat. Ya, hidangan serupa lontong ini disajikan dengan beragam menu tambahan lainnya, seperti semur, sayur santan, dan opor ayam.

Page 36: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Di balik spesialnya ketupat pada Hari Raya Idulfitri, ternyata ada makna yang jarang orang ketahui, loh! Ini penjelasannya.

Penulis buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia" Fadly Rahman mengatakan, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai-nilai ke-Islaman.

Ketupat atau disebut kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, menurut Fadly, menyimbolkan dua hal, yakni ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan dan laku papat atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari ketupat.

Makna pertama

Menurut dia masing-masing sisi dari ketupat itupun memiliki makna. Maka pertama adalah Lebaran (asal kata dasar lebar) yang berarti pintu ampun dibuka untuk orang lain.

Makna kedua

"Kedua Luberan (asal kata dasar luber) yang bermakna melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan," ucap Fadly Sabtu (24/6/2017).

Makna ketiga

Lalu ketiga, lanjut dia, adalah Leburan (asal kata dasar lebur) yang punya arti melebur dosa yang dilalui selama satu tahun.

Makna keempat

Terakhir adalah Laburan (kata lain kapur) yang bermakna menyucikan diri atau putih kembali layaknya bayi.

Sudah Ada Sebelum Islam Tersebar di Nusantara

Meski lekat dengan hari raya Idul Fitri, keberadaan ketupat sebenarnya sudah ada jauh sebelum masa penyebaran agama Islam di nusantara.

Ini karena nyiur (daun kelapa yang merupakan bahan janur) dan beras sebagai sumber daya alam sudah dimanfaatkan sebagai makanan masyarakat nusantara di zaman Hindu Buddha.

Hal ini pun, menurut Fadly, bisa dilihat dari keberadaan ketupat di Bali yang digunakan dalam ritual ibadah. Orang Bali menyebut ketupat dengan sebutan tipat.

"Di Islam, ketupat dicocokkan lagi dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga, membaurkan pengaruh Hindu pada nilai-nilai ke-Islaman, menjadi akulturasi yang padu antara keduanya," tambah Fadly.

Adapun untuk hidangan pendamping ketupat, Fadly menjelaskan bahwa itu bukanlah panganan asli nusantara, tetapi hasil asimilasi dari berbagai budaya luar.

Contohnya, seperti kuah kari yang terpengaruh kuliner India, gulai terpengaruh kuliner Arab, balado (Portugis), semur dan kue kering (Belanda dan Eropa), serta manisan (China).

Ternyata Ketupat Punya Filosofi Hidup yang Sarat Makna, Lho!

Wah ternyata Ketupat bukan hanya hiasan semata , ada filosofi yang terkandung di dalamnya.

Ketupat tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Di mana ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Tradisi ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, menjadikan ketupat sebagai simbol perayaan hari raya umat Islam sejak masa pemerintahan Demak dibawah kepemimpinan Raden Patah di awal abad ke-15. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran.

Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim. Berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih muda.

Page 37: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Selain memiliki makna, ketupat pun memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya. Seperti dilansir dari islamidia.com, 4 filosofi yang terkandung dari ketupat adalah :

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.

Dari rumitnya cara membungkus ketupat mencerminkan beragam kesalahan manusia.

2. Kesucian hati.Lanjutkan membaca artikel di bawah

Isi ketupat

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan.

eyeem.com

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Saling memaafkan.

Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf). Santan atau santen bagi orang Jawa sebagai “pangapunten” atau memaafkan.

Lebaran Tak Lengkap Tanpa Ketupat, Ini 4 Makna Ketupat yang Jarang DiketahuiLalu ketiga, lanjut dia, adalah Leburan (asal kata dasar lebur) yang punya arti melebur dosa yang dilalui selama satu tahun.

Makna keempat

Terakhir adalah Laburan (kata lain kapur) yang bermakna menyucikan diri atau putih kembali layaknya bayi.

Sudah Ada Sebelum Islam Tersebar di Nusantara

Meski lekat dengan hari raya Idul   Fitri , keberadaan ketupat sebenarnya sudah ada jauh sebelum masa penyebaran agama Islam di nusantara.

Ini karena nyiur (daun kelapa yang merupakan bahan janur) dan beras sebagai sumber daya alam sudah dimanfaatkan sebagai makanan masyarakat nusantara di zaman Hindu Buddha.

Page 38: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Hal ini pun, menurut Fadly, bisa dilihat dari keberadaan ketupat di Bali yang digunakan dalam ritual ibadah.

Orang Bali menyebut ketupat dengan sebutan tipat.

"Di Islam, ketupat dicocokkan lagi dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga, membaurkan pengaruh Hindu pada nilai-nilai ke-Islaman, menjadi akulturasi yang padu antara keduanya," tambah Fadly.

Adapun untuk hidangan pendamping ketupat, Fadly menjelaskan bahwa itu bukanlah panganan asli nusantara, tetapi hasil asimilasi dari berbagai budaya luar.

Contohnya, seperti kuah kari yang terpengaruh kuliner India, gulai terpengaruh kuliner Arab, balado (Portugis), semur dan kue kering (Belanda dan Eropa), serta manisan (China).(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, "Kenapa Ketupat Selalu Ada di Lebaran Indonesia?".

Benarkah Wali Allah Lebih Utama dari Para Nabi dan Rasul?

Pertanyaan:

Apakah benar wali Allah itu lebih utama dari para nabi dan rasul, dengan dalil bahwa Khidhir lebih utama dari Nabi Musa ‘alaihis salam?

Jawaban:

Keyakinan yang disebutkan di atas termasuk keyakinan yang bertentangan dengan akidah Islam. Akidah Islam yang benar adalah bahwa para nabi dan rasul lebih utama daripada hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang shalih. Demikian juga, akidah yang benar adalah bahwa Nabi Musa ‘alaihis salam lebih utama dan lebih mulia daripada Khidhir. Hal ini dikuatkan oleh beberapa hal, di antaranya:

1. Musa adalah seorang nabi dan rasul utusan Allah, bahkan termasuk ulul ‘azmi dari para rasul, hal ini disepakati oleh semua ulama. Adapun Khidhir, maka masih diperselisihkan keberadaannya sebagai nabi ataukah bukan, kemudian telah disepakati oleh ulama bahwa Khidhir bukan termasuk rasul.

2. Nabi Musa memiliki banyak mukjizat yang tidak dimiliki oleh Khidhir, di antaranya yang terbesar adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa. Cukuplah keutamaan Musa atas Khidhir dalam firman-Nya,

اكرين الش من وكن آتيتك ما فخذ وبكلامي برسالاتي اس الن على اصطفيتك ي إن موسى يا قال

“Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan–Ku. Sebab itu, berpegang teguhlah kepada hal yang Aku berikan kepadamu, dan hendaklah kamu termasuk orang yang bersyukur.” (Qs. Al-A’raf: 144)

Kisah Khidhir bersama Nabi Musa tidak dapat dijadikan dalil bahwa Khidhir lebih utama dan lebih mulia dari Nabi Musa, sebab kisah itu terjadi sebagai ujian Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap Nabi Musa, serta sebagai teguran Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Musa, tatkala dia mengatakan bahwa dirinyalah yang paling pandai di dunia ini (ketika ditanya siapakah manusia yang paling pandai di dunia ini).

Lalu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengujinya dengan mempertemukannya kepada Khidhir supaya Nabi Musa menyadari kisah yang sangat menarik ini, yang kisah ini terdapat dalam surat al-Kahfi: 60–82 dan dalam hadits riwayat Bukhari: 121, serta lihat pula keterangan kisah ini oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari: 1/287—293.

Dijawab oleh Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali pada Majalah Al-Furqon, edisi 10, tahun ke-7, 1429 H/2008 M.

ISTIQOMAH ADALAH LEBIH BERNILAI DARI SERIBU KAROMAH

الإستقامة خير من الف كرامة

“ISTIQOMAH ITU LEBIH BERNILAI DARI SERIBU KAROMAH”Maka, seorang guru ngaji yang ISTIQOMAH, yang mengabdikan ilmunya dengan ikhlas untuk masyarakat, adalah lebih berbekas dimasyarakat dibandingkan dengan kedatangan 1000 orang “hebat dan keramat” yang datang sekali saja memberikan taushiyahnya kepada masyarakat tersebut.

Page 39: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Bahkan mungkin hanya dalam waktu 2 minggu, sebagian besar anggota masyarakat sudah melupakan isi taushiyah para orang hebat itu. Berbeda dengan hasil pekerjaan Guru Ngaji yang ikhlas dan istiqomah itu yang mampu membentuk masyarakat sekitarnya menjadi orang- orang yang berakhlaq qur'any, bahkan ketika Guru Ngaji itu sudah lama wafat.

Banyak orang awam mengagung- agungkan fenomena ke-ajaiban keajaiban karomah inderawi, seperti kemampuan tak mempan benda tajam, atau dapat berjalan diatas air. Padahal karomah seperti itu bisa saja muncul dari orang- orang fasiq/ kafir. Bahkan seakan Alloh sedang mentertawakan orang- orang yang terlalu ta'ajjub dengan kekeramatan jenis ini, ketika Alloh mentakdirkan negara- negara yang justru terkenal memiliki kekeramatan model ini ternyata dapat dikuasai musuh dengan waktu yang lama. Indonesia dengan debusnya dijajah Belanda 350 tahun. Iraq dengan permadani terbangnya dihancur leburkan berkali- kali, pertama oleh Hulagu Khan dan terakhir oleh Paman Sam. India dengan para fakirnya yang dapat tidur diatas paku ternyata dijajah Inggris lama sekali, bahkan Indonesia lebih dulu merdeka dari pada mereka.

Sejatinya karomah terpenting para Walisongo adalah kemampuannya MEROBAH (khoriqul 'aadah) tatanan masyarakat Hindu- Budha- Animisme kedalam rengkuhan Islam dalam waktu singkat, bukan kemampuan MERUBAH daun jati lembaran uang. Ini adalah sebuah bentuk sejatinya KAROMAH (Karomah Haqiqy) yang timbul dari KE- ISTIQOMAHAN mereka dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa.

)الشيخ أحمد الرفاعي.( ثم الحقيقي من الكرامة ان تحصلن لنفس الإستقامة . -

“Sesungguhnya karomah sejati itu muncul untuk jiwa- jiwa yang istiqomah”.(Syekh Ahmad Rifa'i).

Allah bahkan berfirman dalam Al- Qur'an, bahwa mereka orang- orang yang istiqomah dalam pengabdiannya kepada Allah, sebagaimana Guru Ngaji yang mendedikasikan dirinya secara istiqomah membentuk anak- anak/ masyarakat yang qur'any- mereka akan dicintai para Malaikat baik didunia dan di akherat, sebagaimana firman Nya dalam Surat Fusshilat ayat 30-31:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka ISTIQOMAH (meneguhkan pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". [Fusshilat: 41:30]

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. [Fusshilat: 41:31]

Kemampuan para wali melakukan hal- hal yang Khoriqul 'Adah, sebagaimana MEROBAH pohon kelapa atau tanah yang dicangkul jadi emas, seperti dipercaya terjadi pada peristiwa Sunan Bonang dan Sunan Kalijogo dengan Ki Ageng Pandanaran adalah keajaiban yang sering dikagumi awam dan karena itu sering “dijual” melaui film atau sinetron, dan itu adalah bentuk karomah Hiisiyyah/ panca inderawi yang bisa muncul karena kasih sayang Allah dan para malaikatnya. Namun menurut Ilmu Hakekat bisa saja keajaiban seperti itu dilakukan oleh para pendosa seperti tukang sulap dan para penyihir dengan sebutan SIHIR. Dalam kitab Hikam Al- Haddad bab Mukasyafah disebutkan: "Adakalanya perkara-perkara seumpama keramat dan sebagainya itu berlaku juga pada golongan orang yang tertipu dengan cita-cita untuk mencelakakan dirinya dan sebagai suatu 69 Petunjuk Jalan Thariqat pengujian terhadap kamu Mu’minin yang lemah I’tikadnya. Semua itu tidak boleh dikira sebagai keramat yang benar, malah ia merupakan sebagai suatu penghinaan kepada orang orang yang mendakwa keramat itu. Sebab keramat hanya lahir (ada) pada orang-orang ahli istiqamah, yakni orang-orang yang sudah terkenal lurus dalam perjalanannya". Tapi Karomah haqiqy yang sesungguhnya, yaitu ISTIQOMAH adalah sebenar- benarnya Karomah yang tidak bisa dilakukan para pendosa dan harus diupayakan dan dicari oleh para pencari kebenaran sejati..

Syaikh ABU MUHAMMAD AL-MURTA’ISY menyatakan:

“Orang yang dapat menguasai dirinya dan menentang hawa nafsunya sendiri adalah lebih hebat dari orang yang sanggup berjalan di atas air, atau bisa terbang di udara”.(Iqodlul himam Fi Syarhil Hikam. hal.175)

Maka karomah model keajaiban pancainderawi seperti ini tidak boleh menjadi tujuan seseorang pencari kebenaran sejati, sebagaimana pernyataan Syekh Abû ‘Alî al-Jurjanî: “Jadilah engkau pemilik istiqomah. Janganlah menjadi pemburu karomah. Sesungguhnya, nafsu kamu lah yang menginginkan karomah. Padahal Allah hanya menyuruhmu untuk istiqomah.”(As- Suhrowardi :Awariful Ma'arif Hamis Ihyau uulumiddin. Mujalld 4 hal.267)

Istiqomah lebih baik dari 1000   karomah

Kata Istiqomah yang berasal dari kata Istaqoma-Yastaqimu-Istiqomatanartinya menurut bahasa adalah mendirikan, yang dalam bahasa Jawa berarti jejeg, dalam bahasa Sunda langgeng, dalam bahasa hukum adalah konsisten, dan  dalam bahasa Inggrisnya adalah continue. Istiqomah yang berarti mendirikan itu jauh lebih berat dari sekedar melakukan, oleh karenanya kata istiqomah yang sering kita dengar adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan tak semudah apa yang kita ucapkan. Untuk menjadi   istiqomah itu membutuhkankan proses  latihan yang

Page 40: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

intensif dan terus menerus. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT menjelaskan orang-orang yang teguh dalam pendiriannya dan bagaimana sifat-sifatnya.

Orang-orang yang Istiqomah dan Sifat-sifatnya

Bahwa Orang-orang yang istiqomah di dalam hidupnya selalu optimis, yakin terhadap tuhannya yaitu Allah SWT, mereka selalu konsisten  tidak pernah merasa takut, bersedih dan cemas, karena ia merasa Allah SWT selalu bersamanya,  dan ia yakin bahwa kehidupannya telah di jamin oleh Allah SWT.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat fushshilat ayat 30 :

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah (sorga)  yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Orang-orang yang istiqomah juga akan mendapatkan perlindungan baik di dunia maupun  di akhirat dan apa-apa yang mereka minta dan hajatkan akan Allah penuhi. Sebagaimana Allah janjikan dalam ayat selanjut :

Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.

Lalu bagaimana kekuatan istiqomah itu

Di jelaskan di dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

”AL ISTIQOMATU KHOIRUN MIN ALFI KAROMAH”

Artinya : Istiqomah itu lebih baik dari seribu karomah.

Dari hadits Rasul ini betapa luar biasanya kekuatan istiqomah, betapa tidak, Allah berikan kepada orang yang istiqomah 1000 karomah, satu karomah saja sudah dahsyat apalagi 1000 karomah. Kita sering mendengar kata keramat yaitu karomah, sesuatu yang diberikan kepada para wali Allah. Begitulah kekuatan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang istiqomah.

Mari kita perhatikan bagaimana orang-orang yang istiqomah itu, dalam berbagai kitab banyak diceritakan tentang orang-orang yang istiqomah, sebagaimana diceritakan dalam kitab ’Uqudullijain’ karangan : Muhammad Almu’tarifdisana diceritakan :

Ada seorang wanita yang memiliki seorang suami yang munafik dan wanita itu setiap melakukan segala sesuatu  dari ucapan maupun perbuatannya selalu dengan mengucapkan bismillah maka suaminya berkata sungguh aku telah berbuat sesuatu yang memalukannya, lalu dia memberikan sesuatu kotak yang berharga (benda antik) dan dia berkata kepadanya untuk menjaganya, kemudian istri tersebut meletakkan dan menyimpan benda tersebut di suatu tempat dan menutupinya agar tidak ketahuan oleh orang lain, tetapi karena dasar suami munafiq dia melalaikan terhadap apa yang ia katakan (ingkar) sebagaimana tanda-tanda orang munafiq adalah ingkar apabila berjanji, dusta apabila ia berkata, khiyanat apabila diberi amanah. Lalu ia malah mengambil benda yang disimpan tadi oleh istrinya tanpa sepengetahuan istri dan membuangnya ke dalam sumur yang ada di rumahnya. Kemudian suami munafiq itu mencarinya kotak tersebut. Maka istrinya datang ke tempat benda tersebut seperti kebiasaan yang ia lakukan membaca bismillahirrahmanirrahim disini pertolongan Allah turun sebelum dia sampai tempat benda itu maka Allah perintahkan malaikat Jibril AS untuk turun dengan segera dan mengembalikan benda tadi ke tempat semula. Subhanallah dengan izin Allah benda itu sudah kembali ketika akan diambilnya, padahal benda itu telah masuk ke dalam sumur yang sangat dalam tadi. Maka suami munafiq ini takjub dan terheran-heran. Dan akhirnya dari kejadian itu ia taubat dari kemunafikannya.

Spesialisasi

Maka bagi kita seyogyanya memiliki keistiqomahan di dalam amalan,  disamping menjalankan amalan-amalan yang lainnya, apakah spesialisasi amalan sholat berjama’ah, tahajjudkah, dhuhakah, membaca Al-Qur,ankah, dzikirkah atau yang lainnya, agar kita tetap senantiasa terjaga dalam keimanannya. Maka bergembiralah bagi orang-orang yang beriman kepada Allah kemudian istiqomah di jalannya. Sebagaimana perkataan Al-Faqih Abu Laits beliau mengatakan : ”Berbahagialah orang yang diberi pengertian dan dibangunkan/sadar dari lupanya, mau dipimpin untuk berfikir tentang urusan patinya, mudah-mudahan Allah menghabisi umur kami dalam kebaikan, dan memperoleh kegembiraan sperti layaknya orang mukmin ketika mati.

Ada 5 macam dan tingkatan berita gembira, yaitu :

1. Kepada masyarakat awam (umumnya orang mukmin), berupa; ”Jangan merasa khawatir/gentar, karena neraka bukanlah tempat kekal bagimu, dan syafa’at para nabi, para wali pasti datang kepadamu, sorga menjadi kepastian bagimu, jangan sedih/duka atas kurangnya pahala.

Page 41: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

2. Kepada pelaku ibadah/amal yang ikhlas, berupa ; Janganlah khawatir tidak diterimanya amal ibadahmu, ataupun kurangnya pahala, bahkan pahalamu berlipat ganda.

3. Kepada mereka yang bertaubat, berupa ; Janganlah dosa-dosamu kau risaukan, pasti diampuni, dan jangan khawatir kekurangan pahala, karena sesudah taubat amalmu pasti dibalas pahala.

4. Kepada orang-orang zuhud, berupa; ”Janganlah khawatir mahsyar/hisab, dan jangan pula sedih/duka, pahalamu yang berlipat ganda tetap utuh, sedikitpun tidak dikurangi, dan sorga menjadi kepastian bagimu.

5. Kepada para ulama, berupa; ”Janganlah gentar menghadapi hebatnya qiamat, dan jangan sedih/duka, sorga adalah balasan amalmu, demikian pula orang-orang yang mengikuti lakumu.

Suatu keuntungan yang sangat besar, bagi orang yang ketika sakaratul maut memperoleh berita gembira, karena hanya orang mukmin yang baik amalnyalah, yang memperolehnya, saat itu malaikat datang, ditanya : Siapakah sebenarnya anda itu? Belum pernah kami melihat wajah seelok wajahmu, dan bau harum melebihi kamu, jawabnya : ”kami adalah pendampingmu yang dulu penulis amalmu di dunia, demikian pula di akhirat kami tetap mendampingimu.

Oleh karena itu bagi orang yang pikirannya sehat, seyogyanya, bangun dari kelengahannya dan sadarlah dari kelalaiannya.

Ada 4 perkara yang membuktikannya yaitu;

1. Mengatur urusan dunia dengan qona’ah (menerima apa yang diberikan Allah), tentang menghadapinya tidak pendek akal/waktu.

2. Urusan akhirat di segerakan, tidak di tunda-tunda dan perhatiannya penuh ditujukan kesana.

3. Giat dalam urusan agama dengan mencari ilmu .

4. Saling menasehati dan sabar dalam hubungan sesama manusia.

Ada 5 sifat yang dimiliki manusia pilihan yaitu;

1. Giat dan tekun beribadah

2. Bermanfaat bagi sesama manusia.

3. Tidak mengganggu sesamanya.

4. Tidak iri pada milik orang lain.

5. Memperbanyak bekal menghadapi pati.

Ketahuilah saudara bahwa kami diciptakan untuk mati, maka tidak seorangpun yang lepas darinya.

Tujuan Karomah Adalah Istiqomah “Terkadang karomah diberikan kepada orang yang belum sempurna kemandirian istiqomahnya.”

Banyak peristiwa luar biasa muncul pada diri seseorang, lalu seseorang atau orang lain mengklaimnya itu adalah karomah. Dan lebih dari itu, jika seseorang muncul keistemewaannya, dianggap telah sempurna perjalanan istiqomahnya. Apa sebenarnya karomah itu? Apa pula istiqomah?

Karomah adalah peristiwa luar biasa yang dimunculkan oleh Allah swt pada seorang hambaNya, tanpa menghilangkan keistiqomahannya. Munculnya tidak didahului oleh sebab akibat (semacam amalan-amalan tertentu, dll) atau persiapan dari sang hamba tadi.

Allah Swt menampakkannya karena ada sesuatu yang istemewa dari hambanya yang ahli tha’at kepadaNya baik ia masih dalam awal penempuhan atau sudah sampai di akhir perjalanan istiqomahnya.

Karomah itu hanya untuk menunjukkan kelebihan seseorang dari Allah Ta’ala, bukan menunjukkan keparipuraan istiqomahnya. Karomah tidak menunjukkan seseorang meraih maqom yang tinggi, kecuali jika orang tersebut memang sudah sempurna istiqomahnya.

Majalah Tebuireng

Page 42: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Ukurannya adalah seseorang benar-benar serasi dalam mengikuti jejak kebenaran Ilahi lahir dan batin menurut cara yang dibenarkan, tanpa motif tertentu. Berarti pula ia terus menerus bertaubat tanpa berpoaling ke dosa, melakukan amaliyah tanpa sela, dan ikhlas tanpa berpaling dariNya, serta yaqin tanpa keraguan, tawakkal tanpa beban, dan hanya berdisiplin terus menerus dalam meraih wushul padaNya. Itulah karomah yang hakiki.

Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily Qs, mengatakan, “Ada dua karomah yang bepadu dan saling meliputi: (1) Karomah Iman, dengan bertambahnya rasa yaqin dan musyahadah secara jelas. (2) Karomah amal, dengan mengikuti jejak Sang Nabi saw, menghindari klaim-klaim dan pengingkaran. Siapa yang dianugerahi dua hal itu, lalu masih mengalihkan perhatiannya pada yang lain, ia adalah hamba yang berlebihan (kemoncolen, red) nan pendusta. Dirinya tertimpa tipu daya, dan punya kesalahan dalam ilmu maupun amal yang benar. Sebagaimana orang yang menghormati ketika melihat sang raja, disertai kerelaan jiwa, tiba-tiba ia berhasrat untuk mengalihkan perhatiannya pada cara mengendarai kendaraan dan melepaskan kerelaan hatinya.”

Beliau mengatakan pula:

”Sebuah karomah yang tidak disertai oleh ridho kepada Allah Swt, maka pemilik karomah itu tertipudaya, atau kurang akal, atau hancur berkeping-keping.”

Karena itu, kita jangan sering tertipu daya oleh karomah yang tidak disertai istiqomah yang hakiki. Banyak khalayak menilai keistemewaan dan keluhuran derajat seseorang dari keistemewaannya. Apalagi jika keistemewaannya itu direkayasa melalui industri media massa, atau kepentingan-kepentingan publikasi, jelas adalah bentuk tipudaya sampah yang membusukkan.

Masyarakat kita sering terjebak oleh keistemewaan yang tampak fenomenal, lalu diklaim sebagai karomah. Padahal tujuan Allah memberikan karomah itu agar seseorang bisa istiqomah. Oleh karena itu istiqomah, ditegaskan oleh para Sufi lebih utama dibanding beribu karomah. Karena hakikat karomah adalah istiqomah itu sendiri.

 M. lukman hakim, ph.D. (sufiolog dan pimpinan redaksi majalah cahaya sufi).

 (Dikutip dari https://www.sufinews.com/ atas izin penulis)

PENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG

أعلم وهو سبيله عن ضل بمن أعلم هو ك رب إن أحسن هي تي بال وجادلهم الحسنة والموعظة بالحكمة ك رب سبيل إلى ادعبالمهتدين

Khutbah Jumat Halal bi Halal 2017PESAN SPIRITUAL HALAL BI HALAL

Oleh: Mursana, M.Ag

وله بالهدى ودين الحق ليظهره على ل رس الحمد لله الذي أرسهد أن الله وأش هد أن لا إله إلا الدين كله ولو كره الكافرون. أشد صلى الله لام على نبينا محم لاة والس دا عبده ورسوله. والص محم عليه وسلم وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.

وى الله. ي بتق قال جماعة الجمعة، أرشدكم الله. أوصيكم ونفس الله تعالى : يا أيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا

سلمون. وأنتم مHadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Sudah menjadi tradisi umat Islam Indonesia khususnya di Cirebon, apabila selesai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan disempurnakan dengan zakat fitrah dan ditutup tanggal 1 Syawal dengan sholat ‘Idul Fitri dilanjutkan dengan acara halal bi halal. Acara ini dilaksanakan oleh sebagian besar umat Islam; mulai dari kalangan pejabat, birokrat tingkat atas sampai tingkat bawah, dan masyarakat umum. Biasanya acara ini berlangsung sampai akhir bulan Syawal. Modelnyapun bermacam-macam; ada yang mengundang muballigh, ada yang mengundang artis, bahkan ada yang kumpul-kumpul biasa sambil ngobrol ngalor ngidul dan makan bersama antar keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar, lalu ditutup dengan salam-salaman; saling maaf memaafkan antar peserta halal bi halal. Yang pasti dalam acara tersebut terlihat suasana kekeluargaan, persaudaraan dan keakraban. Seolah-olah antar peserta tidak punya beban masalah apapun.

Page 43: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Kalau kita perhatikan, Halal bi halal adalah kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata halal, diapit oleh satu huruf (kata penghubung) ba’ yang dibaca bi. Kalau kata majemuk tersebut diartikan seperti yang ditemukan dalam kamus besar bahasa Indonesia, yakni “acara ma’af memaafkan pada hari lebaran,” maka dalam halal bi halal terdapat unsur silaturrahim. Istilah kata tersebut berasal dari bahasa Arab, namun dalam masyarakat Arab Timur Tengah sebenarnya istilah itu tidak dikenal. Yang ada adalah istilah silaturrahim. Halal bi halal adalah hasil kreasi umat Islam Indonesia sendiri dan telah menjadi perbendaharaan kata keagamaan serta telah melembaga di kalangan umat Islam Indonesia. Namun istilah itu tidak ada yang tahu, sejak kapan, dimana asal usulnya, dan apa latar belakang istilah tersebut.

Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Kenapa kita perlu Halal bi Halal ?

Manusia adalah makhluk yang sering salah dan lupa, seperti dikatakan dalam pepatah Arab, “Al-Insaanu Mahalul Khatha’ wan Nisyaan”.

Karena manusia tempatnya salah dan lupa, maka kadang-kadang ia menyakiti perasaan orang lain. Orang yang disakiti boleh jadi ia akan marah, dan bila marah telah menyelinap dalam hati seseorang, maka orang yang telah menyebabkan orang lain itu menjadi marah, laksana telah memutuskan hubungan persaudaraan dan hubungan kasih sayang sesama manusia atau dengan kata lain telah memutuskan silaturrahim yang tidak dibenarkan oleh ajaran Islam. Sebagaimana Rasulullah SAW.

pernah mengancam orang-orang yang memutuskan silaturrahim, Tidak akan masuk“لا يدخل الجنة قاطع surga orang yang memutuskan silaturrahim”. (HR. Bukhori dan Muslim). Oleh karena itu tradisi halal bi halal perlu dilestarikan di Cirebon dengan alasan sebagai berikut:

Pertama : Halal bi halal sebagai wadah silaturrahim. Menurut Quraish Shihab, silaturrahim adalah kata majemuk yang diambil dari kata bahasa Arab; Shilat dan rahim. Kata shilat berakar dari kata washl yang berarti “menyambung” dan “menghimpun”. Ini berarti hanya yang terputus dan yang terserak yang dituju oleh shilat itu. Sedangkan kata Rahim pada mulanya berarti “kasih sayang”, kemudian berkembang sehingga berarti pula “peranakan” (kandungan), karena anak yang dikandung selalu mendapatkan curahan kasih sayang. Jadi silaturrahim adalah suatu aktifitas untuk saling menghubungkan atau menyambungkan tali persaudaraan/ kekeluargaan, sehingga menimbulkan kasih sayang seperti menyayangi anak kandung.

Banyak sekali hadits Rasulullah SAW. yang menganjurkan umat Islam agar gemar bersilaturrahim, diantaranya adalah Rasulullah SAW. bersabda :

من أحب أن يبسط عليه في رزقه, وأن ينسأ له في أثره, فليصلرحمه

“Barang siapa yang menginginkan dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka bersilaturrahimlah” . (HR. Bukhori). Hadits ini mengisyaratkan bahwa: 1) Sesulit apapun rizki kita, asal mau bersilaturrahim, Allah pasti akan membukaan jalan keluarnya. Allah SWT akan memberi rizki orang tersebut dengan tidak disangka-sangka. Rizki itu bisa melalui orang yang disilaturrahimi atau mungkin dari tetangga/masyarakat sekitar dan bisa jadi dari tetangga jauh. Yang namanya rizki bukan hanya uang, bisa juga berbentuk materi yang lain seperti pakaian, kendaraan, perhiasan atau mungkin makanan. Atau bisa juga rizki itu berbentuk kesehatan jiwa dan raga. Semua anugrah Allah untuk manusia itu disebut rizki. 2) Orang yang bersilaturrahim akan dipanjangkan umurnya. Maksudnya orang yang sedang dililit masalah kehidupan yang sangat berat, sehinga dia psimis atau putus asa dalam menghadapi kenyataan hidup, setelah bersilaturrahim ada yang memberi spirit/nasehat, sehingga dia kembali semangat dalam hidup, seolah-olah dia hidup kembali.

Kedua : Halal bi halal sebagai wadah untuk saling memaafkan antar sesama. Saling memaafkan antar sesama merupakan sikap yang dianjurkan oleh Allah SWT. sebab dengan sikap tersebut, sikap dendam dan rasa marah dapat dihilangkan. Sifat dendam dan marah itulah sesungguhnya yang sering menyebabkan terjadinya berbagai tindak kekerasan dan kekejaman. Oleh karena itu dengan mengedepankan sikap saling memaafkan (meminta dan memberi maaf), perbuatan tidak terpuji itu bisa dihindari. Memang diakui bahwa tidak semua dendam dan marah itu timbul akibat seseorang enggan meminta dan memberi maaf, tetapi yang jelas sikap enggan meminta dan memberi maaf dapat menimbulkan dendam dan marah seseorang. Selain itu, sikap saling memaafkan merupakan ciri orang yang taqwa. Oleh karenanya, orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain, nilai kepribadian dan ketaqwaannya sangat luhur. Itulah sebabnya sifat seperti itu senantiasa dimiliki oleh para Nabi dan Rasul Allah, para sahabat utama Nabi Muhammad SAW, para ahli sufi dan orang-orang sholeh. Sikap tersebut juga ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW yang memberi maaf kepada penduduk Mekkah yang dulu memusuhi dakwahnya, menyiksa dan mengusirnya. Dengan sikap inilah satu persatu penduduk Mekkah masuk ke dalam Islam, hingga akhirnya seluruh penduduk Mekkah masuk Islam dengan berbondong bondong. Demikian pula beliau senantiasa meminta maaf kepada para sahabatnya dan umatnya, walaupun mereka mengakui bahwa beliau tidak pernah berbuat salah terhadap mereka. Menjelang akhir hayatnya, beliau mengumumkan dihadapan para sahabatnya bahwa beliau meminta maaf kepada mereka dan menyampaikan kepada mereka bahwa siapa-siapa yang merasa disakiti atau tersinggung

Page 44: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

selama dalam kepemimpinannya agar mereka mengemukakannya dan mempersilahkan untuk menuntut balas kepada beliau. Maka pada akhir hayatnya beliau tidak meninggalkan kesalahan sama sekali bahkan beliau meninggal dengan penuh keharuman dan ditengah-tengah kecintaan umat yang amat dalam. Sikap pemaaf Rasulullah SAW. Juga diteladani oleh para

sahabatnya dan orang-orang sholeh. Dalam hal sikap saling memaafkan, Allah SWT berfirman : والكاظمين نين dan” الغيظ والعافين عن الناس والله يحب المحس orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” . (Q.S. Ali ‘Imran:134).

Ayat ini menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, yang berarti sikap suka memberi dan meminta maaf/saling memaafkan adalah termasuk sikap orang yang bertaqwa. Namun yang masih kita prihatinkan hingga sekarang ini adalah ternyata masih banyak orang yang enggan memberi maaf atas kesalahan yang diperbuat oleh orang lain, walaupun orang tersebut sudah bertaubat dan meminta maaf. Juga masih banyak orang yang tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya kepada orang lain. Padahal jelas-jelas bahwa kesalahannya itu dilakukan olehnya. Akibat sikap enggan memberi dan meminta maaf itu, maka sifat-sifat dendam, marah, dan benci ada di masyarakat kita itu timbul akibat keengganan tersebut sulit dihilangkan. Akhirnya sifat-sifat tersebut merusak tali persaudaraan. Oleh karena itu melalui halal bi halal, mari buka dan lapangkan dada kita untuk saling memaafkan, hilangkan egoisme yang lainnya. Sesungguhnya sifat-sifat egoisme itu akan merendahkan dirinya, bukan sebaliknya. Sebaik-baiknya orang adalah oarng yang selalu merasa dirinya banyak salah, walaupun dia tidak melakukan perbuatan tersebut. Memang kalau menuruti dorongan nafsu bahwa meminta maaf itu berat, bahkan memberi maaf lebih berat lagi. Tetapi karena dorongan nurani, dorongan yang dipancarkan oleh Illahi, maka mau tidak mau, bisa tidak bisa, kita harus bisa membiasakan suatu sikap saling memaafkan antar sesama.

Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Dengan demikian tradisi halal bi halal di Indonesia harus selalu dilestarikan. Kesan bahwa halal bi halal itu ajang untuk pamer kemewahan, hura-hura, bahkan sambil mabuk-mabukan, harus dihilangkan. Halal bi halal merupakan tradisi yang suci yang lahir dari masyarakat muslim Indonesia, yang didalamnya ada silaturrahim dan sikap saling memaafkan. Kedua sikap tersebut merupakan ajaram Islam yang wajib dijunjung tinggi oleh umat Islam khususnya di Cirebon.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكراحمين الحكيم. وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الر

Khutbah kedua diserahkan kepada Khatib masing-masing

Pengertian Karomah, Mu’jizah, istidraj, sihir dan Perbedaanya.

Perbedaan Karomah dan . ت Perbedaan Karomah dan Istidraj . ب Pengertian Karomah . أSihir Perbedaan karomah dan sihir, apabila kejadian luar biasa yang tidak dibarengi dengan Pengakuan kenabian pada diri orang yang shaleh, hamba yang melaksanakan hak-hak Allah dan manusia, maka itu adalah karomah. Apabila keluarbiasaan itu terjadi pada diri selain itu maka disebut istidraj. Imam Haramain mengatakan perbedaan tersebut bukanlah perbedaan akal belaka tetapi sudah menjadi kesepakatan sebagian ‘ulama. Perbedaan antara yang shaleh dengan yang tidak sangatlah jelas, tidak ada “Pertanda” seperti pertanda, tidak ada “Budi pekerti” seperti budi pekerti. Orang yang tidak shaleh bila berbaur dengan orang yang shaleh dapat dibedakan dengan kejelekan perbuatan dan perkataanya. Atas perbedaan itu terjadilah tantangan antara orang shufi dan kaum Barahim, kaum Barahim adalah suatu kaum yang tampak padanya keluar biasaan karena tirakat nya. Maka terbanglah seorang kaum Barahim di udara, naik pula sandal seorang Syekh menuju orang itu dengan memukulinya terus menerus hingga ie terjatuh ke bumi dengan kepala dibawah dihadapan Syekh, kejadian itu dilihat oleh banyak orang. Ibnu Hajar berkata kejadian seperti ini pernah terjadi pada guru saya yaitu Ibnu Abi Hama’il, ketika berada di Paris kota Kuwiri sebuah kota dekat Dimyath. Datanglah seseorang yang menyerupai shufi kenegara Paris memeperlihatkan keluarbiasaanya kepada penduduk, sampai penduduk menjadikannya sebagai panutan. Pada akhirnya tampaklah key’ban-key’aban pada dirinya yang tidak sesui dengan jalan istiqamah yang banyak menyesatkan para penduduk. Dia mempunyai majlis dzikir di masjid jami’yang di masjid itu juga guru saya mempunyai majlis dzikir. Pada suatu malam setelah guru saya selesai dari majlisnya dan mereka belum selesai beliu diam sejenak dan berkata pada terompah yang ada di masjid “ Hai terompah pergilah kamu key syekh (sufi palsu), jika syekh itu pembohong maka pukullah sampai ai keluar dari masjid”. Jama’ah guru saya mendengar pukulan dari syekh sufi yang palsu, larilah ia beserta jama’ahnya keluar dari masjid dan keluar dari negara Paris dan tidak diketahui kemana perginya. Pernah terjadi pula pada diri Al-‘Arif Al-Baha’I As-Sanadi Shahibul Imam Syurahwardi, bahwa kaum Barhami datang key masjidnya lalu terbang di udara, bersamaan dengan itu terbang pula syekh berputar-putar di arah majlis, melihat itu kaum Barhami masuk Islam, karena mereka tidak bisa terbang sambil berputar-putar tapi hanya berdiri tegak di udara. Abdullah bin Hanif telah berdebat dengan kaum Barahim tentang hakekat Islam. Abdullah bin Hanif bersama kaum Barahim mengosongkan perutnya (tidak makan apa-apa) selama empat puluh hari. Kaum Barahim tidak kuat sampai empat puluh hari. Sedangkan Abdullah bin Hanif dapat menyempurnakannya sampai empat puluh hari dengan santai. Pernah terjadi juga, Abdullah bin Hanif menantang kaum Barahim berdiam di bawah

Page 45: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

air untuk beberapa saat lamanya. Kaum Barahim mati dan bangkainya muncul dipermukaan, belum sampai batas waktunya, sedang Abdullah bin Hanif dapat menyempurnakan dan muncul di permukaan dengan selamat. ث . Macam-Macam Karomah Macam-macam Karomah itu banyak, tetapi karomah yang paling besar yang dimiliki seorang wali adalah mendapat pertolongan untuk taat dan terjaga dari kemaksiatan dan pertentangan. Diriwayatkan dari Sahal bin Abdullah bahwa dia berkata: “ Barang siapa zuhud di dunia ini selama empat puluh lima hari dengan betul-betul tulus keluar dari hatinya dan ikhlas. Maka ia akan mempeoleh karomah. Barang siapa yang tidak memperoleh, maka zuhudnya tidak benar”. Sahal pernah ditanya “Bagaimana karomah itu diperoleh” Dia menjawab “Dia harus mengambil apa yang dia kehendaki seperti dia kehendaki dan dari tempat yang di kehendaki. Dalam Iqaadhul Himami sarah dari al-Hikam disebutkan karomah itu ada dua macam, karomah hissyah seperti terbang di udara, berjalan di atas air, dan karomah ma’nawiyah seperti terbukanya hijab kelalaian, sucinya hati/kasyaf, nyatanya ‘irfan dan naik pada maqam ihsan.Seseorang mendapatkan karomah hissiyah karena dirinya telah keluar dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh manusia, banyak makan, minum, tidur, berpakain indah, campur dengan manusia, banyak bicara, permusuhan dan tengelam dalam ibadah dhahir dan ilmu-ilmu dhahir.Sedangkan karomah ma’nawiyah diperoleh karena dia telah meninggalkan kebiasaan ma’nawiyah seperti cinta pada kedudukan dan kemulyaan, mencari keistimewaan, cinta dunia dan pujian, dengki, ujub, sombong, riya’, tama’ takut miskin dll. Jadi barang siapa yang meninggalkan kebiasaan-kebiasaan hissiyah (jasad) dengan riadhah maka dirinya akan mendapatkan karomah hissiyah seperti terbang di udara, berjalan di atas air dan lain sebagainya. Dan barang siapa yang meninggalkan kebiasaan-kebiasaan ma’nawi maka akan mendapat karomah ma’nawiyah, seperti kasyaf……………………………………… Artinya: “Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa padahal engkau sendiri tidak merubah dirimu dari kebiasaanya”. Imam Taajus Subhi menyebutkan dalam Tabaqaatul Qubra Karomah itu bermacam-macam.

1. Menghidupkan mayit…………….sampai halaman 25. Tidak dapat terkena

Kemudian Imam Taajus Subhi mengatakan “ Dugaan saya mengatakan bahwa karomahnya para wali itu lebih dari seratus, saya telah meninggalkan dan mendatangkan sesuatu yang cukup dan sampai bagi orang-orang yang hilang sifat kelalaianya. Macam-macam karomah dari setiap macam karomah sangat banyak dijumpai dalam kisah-kisah yang sangat masyhur dan juga dalam hadits, maka di kemudian hari tidaklah kebenaran tetapi kesesatan setelah datangnya kebenaran dan tidak ada sesuatu setelah penjelasan petunjuk kecuali kemustahilan dan bagi orang-orang yang mendapat pertolongan menerimanya, semoga Allah SWT menjumpakan orang-orang shaleh seperti itu, karena mereka dijalan yang lurus. Seandainya saya menukil tentang perkara yang ada pada orang shaleh maka akan menyesakkan nafas dan kertas . Dalam Muqaddimah Thabaqotus Shughra Imam Abdur Ra’uf menjelaskan tentang model-model karomah dalam bentuk lain. Beliau tidak menisbatkan Thabaqatnya dari Sayyid Muhyiddin bin Al-Arabi dalam kitabnya Mawaqiun Nujum tetapi Abdur Ra’uf Munadi meringkas, memilih dan menyuguhkan sekira kitab itu jelas baginya. Imam Abdur Ra’uf Al-munadi mengatakan: “ Ketahuilah sesungguhnya yang dimaksud dengan kejadian karomah adalah: Bahwa Allah menampakkan keajaibannya kepada kekasihnya (wali). Dan Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaanya untuk menambah rasa cintaanya dalam tingkatan maqamnya dan menguatkan terhadap apa yang menjadi tujuan seorang wali sebagaimana firman Allah dalam surat Bani Isra’il ayat 1 Artinya:………………….. Maka Allah Menyebutkan argumentasinya. Apabila waris itu sah bagi seorang wali dalam segala tingkah lakunya, kebagusanya dalam mengikuti Rasulullah SAW dan menetapi Allah maka tidak mustahil Allah akan melayaninya dengan beberapa karomah. Seperti penglihatan seorang wali terhadap orang yang akan datang dari jarak jauh, melihat ka’bah dari jarak jauh, melihat alam malakut rahmani dan thurabi(debu) dan lain sebagainya kejadian luar biasa yang terdapat pada nabi, untuk memulyakan orang yang mengikuti dan mencintainya. Alam ruhani malakut seperti malaikat, alam ruhani jabarut seperti jin, alam ruhani tanah/debu seperti wali abdal dan wali autad. Tentang para malaikat sebagaimana yang Allah sebutkan dalam firman-Nya…………..Al-Anbiya’ 30. Bagaimana pendapatmu terhadap mereka yang terjaga dari malas, lalai dalam beribadat. Keberadaan seorang wali itu selalu berdzikir pada Allah dunia di pandang kecil karena selalu melaksanakan berbagai macam ibadah., ketika seorang wali melihat dengan nyata tingginya maqam dan penyaksian keagungan dan kemulyaan Allah.Dan majlisnya orang yang berbahagia aadalah kebahagian. Adapun Alam ruhani thin (tanah) yaitu setiap hamba yang memiliki sifat-sifat malaikat yang selalu menghadap Allah dalam kesungguhan perjuangan dan memiliki sifat-sifat yang sempurna seperti Nabi Khidhir, dan hamba sepertinya. Tidakkah kamu melihat Ibrahim Al-Khawas ketika berkumpul dengan Nabi Khidhir, bagaimana berkumpulnya Ibrahim dengannya dijadikan karomah. Maka Ibrahim berkata kepada Nabi Khidhir “Dengan apa aku dapat melihatmu?” Nabi Khidhir menjawab “ Dengan kebaikanmu terhadap ibumu”. Maka berkumpul dengan para sayyit menjadikan wali berbahagia, dan nyatalah bahwa Allah SWT menemani para wali, yaitu Allah mengumpulkan para wali dengan hamba yang ta’at dan hamba yang istimewa dan Allah melimpahkan rasa cinta di antara mereka. Mereka adalah kaum yang majlisnya tidak membawa celaka, mereka yang pindah dari permulaan yang bersifat tanah dan keluar dari kebiasaan manusia matahari pertolongan telah mematangkan mereka dengan bumi yang bagus yang diberkahi yang sedang campurannya yang lembut……Matahari pertolongan mengeluarkannya dari pusat mereka dan menyampakkan mereka pada alam ‘ulwi (tinggi). Maka tampaklah keluar biasaan padanya dan matahari pertolongan mengembalikannya pada alam ajsam. Apabila manusia menjumpai mereka yaitu malaikat yang tidak menghasilkan suatu sifat yang tidak ada pada manusia, maka keluarlah manusia itu dari kebiasaan yang berlaku pada manusia, maka tampaklah keluar biasan padanya yang mengherankan yang membersihkan hati yang bersifat alam malakut, menjinakkan hasil dari penyaksian-penyaksian itu sampai pada hilangnya manusia dari pandangan mata.. Penyebab dari terhalangnya orang yang melihat adalah adanya penghalang, maka bersuaralah suara tanpa rupa kepadamu dan kamu tidak mengetahuinya, berjalan diatas air, terbang diatas udara. Dan manusia itu tidak dapat dilihat, maka manusia itu menjadi bahan yang pertama yang menerima dibuat bentuk dan bentuk seperti alam ruhani. Oleh karena itu Nabi khidhir bisa berubah bentuk sesui dengan yang

Page 46: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

diingininya. Ibnu Hajar ditanya “Apakah mungkin bisa melihat nabi dalam keadaan sadar (tidak tidur)” Ibnu Hajar menjawab “Ada sebagian golongan yang mengingkari dan ada sebagian golongan yang membolehkan (bisa) qaul inilah yang benar. Dari orang shaleh yang tidah salah cipta telah membuat khabar bahkan membuat dalil dengan hadits Bukhari: Artinya: “Barang siapa yang melihat saya dalam tidur maka akan melihat saya dalam keadaan sadar” yaitu dengan mata kepala, sebagian yang lain mengatakan dengan mata hati. Melihatnabi pada hari qiyamat adalah jauh dari makna “yaqdhah” (sadar), karena tidak ada faedah dalam pengetahuan. Selain itu nanti pada hari qiyamat seluruh umat melihat nabi baik orang yang pernah melihat dalam keadan tidur maupun tidak Dalam syarah Ibnu Abi Jamrah dalam mensyarahi kitab Bukhari, kitab Bukhari menjadi pilihannya karerna ketetapan kuatnya hadits atas hadits lainya, untuk orang yang ahli mengikuti sunahnya. Ibnu Abi Jamrah berkata “ Barang siapa yang mengaku istimewa tanpa pengistimawaan dari Nabi Muhammad SAW maka hal itu menyimpang dari jalan” Abi Jamrah mengingkari dalam masalah melihat nabi dalam keadaan tidur. Karena Abi Jamrah tidak membenarkan perkataan nabi yang benar dia juga tidak mengetahui kekuasan yang berkuasa, juga mengingkari adanya karomah para wali yang nyata dalam hadits yang jelas.Yang dimaksud Abi Jamrah dengan umumnya hadits adalah adanya melihat nabi pada waktu sadar adalah dijanjikan atas orang yang pernah melihatnya pada waktu tidur walaupun hanya sekali, untuk membuktikan janji nabi yang mulya. Kejadian melihat nabi pada waktu sadar banyak terjadi pada orang-orang umum ketika sakratul maut. Karena ruh tidak keluar dari orang tersebut sebelum melihat kesetian janji Nabi Muhammad SAW dalam keadaan sadar sebelum sakratul maut baik sering maupun jarang tergantung, cintanya, rindunya dalam mengikuti sunnah. Karena perbuatan menyalahi sunnah merupakan penghalang yang besar. Dalam Sahih Muslim dari ’Imran bin Hashin sesungguhnya memberikan salam kepada ‘Imran untuk memulyakan kesabarannya ketika sakit ambient, ketika imran membakarnya (ngecos = jawa) maka para malaikat tidak lagi memberikan salam, ketika ‘Imran tidak ,lagi membakarnya (mengobati) maka salam para malaikat kembali kepadanya, karena membakar bertentangan dengan sunnah, mencegah salam para malaikat padanya. Membakarnya termasuk kategori menyalahi dalam tawakkal, pasrah dan sabar. Dalam riwayat Baihaqi malaikat menyalami ‘Imran, maka tatkala membakarnya (mengobati) malikat pergi darinya. Dalam Al-Munqidz min Adlalal, setelah Imam Ghazali memuji para shufi dan menerangkan bahwa mereka sebaik-baik ciptaan sehingga sampai pada keadaan jaga mereka dapat menyaksikan para malaikat, arwah para nabi, mendengar suara para malaikat dan memintanya beberapa faedah dan naik dari keadaan penyaksian bentuk sampai pada beberapa kedudukan (derajat) yang tidak bisa dibicarakan oleh orang yang bicara. Murid Al-Ghazali yaitu Abu Bakar bin Arabi Al-Maliki berkata” Melihat para nabi, malaikat dan mendengarkan percakapannya itu mungkin terjadi bagi orang mukmin sebagai karomah dan siksaan bagi orang kafir. Dalam madkhalnya Ibnu Haj Al-Maliky disebutkan “Kemungkinan kecil melihat Rasulullah SAW dalam keadan jaga, hal ini sedikit terjadi kecuali atas orang yang mempunyai sifat mulya pada zaman ini. Tetapi kami tidak mengingkari kemungkinan ini atas orang-orang besar yang Allah menjaga lahir dan bathin mereka”. Abu Bakar bin Arabi mengatakan “Sebagian ‘Ulama dhahir mengingkari adanya kejadian ini dengan argumentasi, mata yang fana (rusak) tidak bisa melihat mata yang baqa’ sedangkan Rasulullah berada ditempat kelanggengan sedangkan orang yang melihat berada ditempat yang fana. Pendapat ini ditolak, sesungguhnya jika seorang mukmin itu mati maka ia akan melihat Allah dan Allah tidaklah mati. Satu dari orang yang besar mati tujuh puluh kali dalam satu hari. Atas penolakan ini Al-Baihaqi memberikan isyarat, sesungguhnya Rasulullah SAW melihat jama’ah para nabi pada malam mi’raj. Jama’ah para wali pada zaman ini dan seblumnya mereka melihat Nabi Muhammad SAW dalam keadan hidup diwaktu jaga setelah wafatnya beliau. Ibnu Hajar ditanya “Apakah sekarang mungkin bisa berkumpul denagn Rasulullah SAW dalam keadaan jaga dan bertemu dengannya” ia menjawab “Yaa itu mungkin karena berkumpul dan bertemu dengan Rasulullah merupakan karomahnya para wali, telah dijelaskan oleh Iman Ghazali, Imam Barizi, Imam Tajus Subhi, Imam Afif Yafie dari madzhab Syafi’I, Imam Qurthubi, dan Abi Jamrah dari madzhab Maliki.Diceritakan dari sebagian para wali bahwa mereka hadir pada majlis Faqieh, yang meriwayatkan suatu hadits, maka wali itu berkata padanya “Hadits ini bathil” Faqieh bertanya “Dari mana perkataan ini” Wali menjawab “Ini Rasulullah SAW berdiri di kepalamu dan berkata saya tidak mengatakan hadits ini” maka dibukakan untuk Faqieh sehingga bisa melihat Rasulullah. Hubungan . ج Karomah Dengan Anggauta Tubuh Syekh Muhyiddin Ibnul ‘Arabi…………….lansung halaman 41

I.   Bagaimana Karomah dalam IslamAl-Yafie dalam kitabnya Raudhur Riyahin berkata: “Sangat mengherankan terhadap orang yang mengingkari adanya karomah para wali, padahal banyak disebutkan dalam beberapa ayat yang mulya, hadits-hadist yang shahih dan perkataan para sahabat yang terkenal dan dalam hikayat-hikayat yang berserakan……..”. Kemudian beliau berkata “Manusia dalam mengingkari adanya karomah ada beberapa bagian” yaitu:

1. Mengingkari muthlaq adanya karomah yaitu golongan Mujassimah…….. 1. Golongan yang mempercayai adanya karomah pada orang yang terdahulu dan tidak mempercayai adanya

karomah pada zamannya. Abu Hasan Asyadzili mengibaratkan seperti Bani Israil yang membenarkan Nabi Musa ketika ketika mereka tidak melihatnya dan Mengingkari Nabi Muhammad SAW ketika melihatnya. Padahal Nabi Muhamad SAW lebih agung dari Nabi Musa AS hal itu karena mereka dengki……..

2. Golongan yang mempercayai adanya karomah pada zamannya, tetapi tidak percaya adanya itu pada orang tertentu….

Apabila dikatakan sesungguhnya karomah menyerupai sihir, maka sesungguhnya pendengaran manusia pada suara tanpa rupa diudara, pendengaran orang yang mengundang dalam perutnya, dilipatkan bumi padanya dan bukanya mata hati dan lain sebagainya Memang betul semua itu tidak dijanjikan dalam kategori kebaikan karena itu berasal dari. Para ‘Ulama

Page 47: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

hakekat memberikan jawaban tentang perbedaan antara karomah dan sihir yaitu: Sihir terjadi pada orang yang fasik, zindik dan kafir, mereka adalah orang-orang yang menyalahi syariat.Sedangkan para wali sampai memperoleh keluar biasaan dengan kesungguhan mereka (jihad) dan mengikuti sunnah sehingga mereka sampai pada kedudukan yang luhur. Al-Yafie berkata: Kebanyakan orang yang mengingkari karomah ketika mereka melihat salah seorang dari wali dan orang sholeh yang bisa terbang keudara, maka mereka mengatakan ini adalah sihir dan khadam dari jin dan syaitan. Jelaslah bahwa orang yang mengharamkan pertolongan Allah adalah mendustai kebenaran dengan nyata.Bagaimana kepercayaan mereka terehadap barang yang ghaib: sebagaimana yang Allah perintahkan…………Karena sesunghuhnya orang yang mengingkari sesuatu yang dapat dirasa maka dapat dipastikan juga mengingkari sesuatu yang ghaib. Imam Syafi’I mengatakan “ mengingkari adalah cabang dari kemunafikan” Ibnu jauzi menentang habis-habisan terhadap para shufi dan karomah yang ada pada mereka dalam kitabnya talbisul iblis, ia menuduh bahwa prilaku shufi, begitu juga adanya karomah termasuk bid’ah, khurafat. Tetapi oleh Asfahani dijawab dengan menceritakan keanehan-keanehan seratus wali mulai dari masa Rasulullah dalam kitabnya hilyatul auliya’. Jika tampak keluarbiasaan pada diri seseorang maka itu ada kalanya disertai pengankuan atau tidak disertai pengakuan.

Yang disertai pengakuan, adakalanya pengakuan    أyang bersifat ketuhanan, kenabian,kewalian atau

pengakuan sihir dan syetan.1. Keluarbiasaan disertai pengakuan

- Pengakuan bersifat ketuhanan. Sahabat saya (Imam Syafi’i) membolehkan tampaknya keluarbiasaan pada diri orang yang mengaku mempnyai sifat ketuhanan dengan tidak ada yang melawan (membantah). Seperti dinukil dari keterangan: sesungguhnya Fir’aun mengaku menjadi tuhan, dalam kisahnya fir’aun memiliki keluarbiasaan, dan dinukil dari keterangan tentang dajjal yang memiliki keluarbiasaan. Imam Syafi’I berkata boleh kejadian luar biasa pada diri Dajjal karena bentuk dan penciptaanya menunjukkan atas kebohongannya, maka adanya keluarbiasaan padanya tidak mendatangkan percampuran (….)

1. Pengakuan bersifat kenabian

Pengakuan ini ada dua macam: adakalanya pengakuan itu benar, adakalanya pengakuan itu bohong. Apabila pengakuannya itu benar maka ia wajib menampakkan keluarbiasaannya. Pendapat ini disepakati oleh orang yang mengakui sahnya sifat kenabian para nabi. Apabila pengakuannya itu bohong maka tidak boleh menampakkan keluarbiasaan yang ada pada dirinya, apabila ditampakkan maka harus ada yang melawannya.

1. Pengakuan bersifat kewalian

Orang yang mengatakan dengan kekeramatan para wali berbeda pendapat, apakah boleh mengaku mempunyai atau tidak, baik kekeramatannya menghasilkan sesuatu yang sesui dengan pengakuannya atau tidak

1. Pengakuan sihir dan menganut syetan

Menurut Imam Syafi’I menampakkan keluarbiasaan pada dirinya diperbolehkan dan menurut golongan mu’tazilah tidak diperbolehkan. ب . Keluarbiasaan tanpa pengakuan. Keluarbiasaan tanpa pengakuan adakalanya terjadi pada orang shaleh

yang diridhai oleh Allah, adakalanya terjadi pada orang yang tidak shaleh yang melakukan perbuatan dosa. Untuk yang pertama (yang terrjadi pada orang shaleh) dinamakan “karomah auliya’” dan telah sepakat Imam Syafi’i atas kebolehannya dan golongan mu’tazilah mengingkari kecuali Hasan Bishri dan temannya yaitu Mahmud Al-Khawarazmi. ت . Keluabiasaan

yang terjadi pada diri orang yang tidak ta’at pada Allah SWT, dan ini dinamakan istidraj. Dalil Al-qur’an tentang adanya karomah para wali Adapun dalil Al-Qur’an tentang adanya karomah para wali adalah:

1. Kisah Maryam yang mengandung tanpa ada lelaki, serta mendapatkan kurma basah dari pohon yang kering. Mendapatkan rezki yang tidak ada pada masanya serta tanpa adanya sebab musabab. Padahal Maryam bukan nabi seperti yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an (Al-Imran 37-38)…………………………………

2. Kisah Ashabul Kahfi yang tidur selama tiga ratus sembilan tahun dalam keadaan hidup dan selamat dari marabahaya. Karena Allah menjaganya dari panas matahari. Seperi disebutkan firman Allah (Al-Kahfi ayat 18) Sebagian orang dalam menghadapi masalah ini berpegang pada firman Allah …………(An-Naml 40)

Orang yang menggunakan dalil bahwa ahli kitab itu adalah Nabi Sulaiman, itu tidak bisa diterima (gugur) maka Al-Qadhi menjawab tentang orang yang berpegangan dengan ayat itu dengan perkataanya.”Wajib adanya Nabi pada masa Ashabul Kahfi karena kejadian itu dijadikan ilmu oleh para Nabi, disamping peristiwa itu kejadian luarbiasa seperti mu’jizah. Al-Qadhi mengatakan mustahil kejadian itu mu’jizah bagi salah satu nabi, karena datangnya Ashabul Kahfi untuk tidur bukanlah perkara keluarbiasaan sehingga dijadikan mu’jizah. Karena pada peristiwa ini manusia tidak membenarkan salah satu dari nabi, mereka juga tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang mereka kecuali bila masih belangsung masa Ashabul

Page 48: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Kahfi..Manusia mengetahui bahwa mereka yang datang pada masa ini, yaitu mereka yang tidur sebelum tiga ratus sembilan tahun. Seluruh syarat ini tidak dijumpai, maka kejadian ini terhalang untuk dijadikan mu’jizat untuk salah satu dari Nabi. Kecuali dijadikan karomahnya wali dan kebagusan untuk wali. Hadits tentang adanya karomah para wali Adapun hadits tentang karomahnya para wali banyak sekali, diantaranya: Hadits pertama: Dikeluarkan dari Shahih Muslim dari Abi Hurairah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda………………………Keramat para wali hal 28 Hadits kedua: Cerita ini terkenal dalam hadits shahih………….Kisah keramat Para wali hal 25 Hadits ketiga: Rasulullah SAW bersabda: “Beberapa orang berewok mempunyai baju yang lusuh dan robek jika dia bersumpah maka Allah akan mengabulkan sumpahnya” Dia tidak membedakan antara sesuatu dengan sesuatu dalam sumpahnya atas Allah. Hadits keempat: Sa’id bin Musayyab meriwayatkan dari Abi Hurairah dari Nabi SAW. Pada suatu hari ada seorang lelaki yang menggiring sapi yang diatasnya ada muatan, maka sapi itu menoleh dan berkata” saya tidak diciptakan untuk ini tetapi saya diciptakan untuk membajak” maka penduduk berkata “Subhanallah sapi ini bisa bicara, maka nabi SAW berkata “Saya, Abu Bakar dan Umar mempercayai hal ini. Hadits kelima: Dari Abi Hurairah RA dari Nabi SAW “Suatu hari seorang lelaki mendengar suara petir diawan, seperti akan menyirami kebun fulan. Lelaki itu berkata “Maka pada waktu masih pagi saya pergi kekebun itu tiba-tiba seorang laki-laki berdiri telah berada dikebun itu, maka saya berkata kepadanya “siapa namamu” dia menjawab “fulan bin fulan ibnu fulan” saya berkata “apa yang kamu kerjakan atas kebunmu jika berbuah” lelaki itu berkata “Mengapa kamu bertanya tentang itu” saya menjawab “saya telah mendengar petir di langit dengan harapan agar menyirami fulan pada kebun fulan. Lelaki itu berkata “ketahuilah sesungguhnya saya telah membagi tiga kebun itu, saya jadikan sepertiga untukku dan keluargaku, sepertiga untuk orang miskin dan ibnu sabil dan sepertiga saya nafkahkan. Cerita sahabat tentang adanya karomah Dalil Akal yang membolehkan adanya karomah

1. Sesungguhnya hamba itu kekasih Allah (wali) seperti dalam firman Allah………artinya. Dan Allah berfirman…….. Artinya. Dan Allah berfirman artinya. Maka dapat dikuatkan sesungguhnya Tuhan adalah dzat yang menolong hambanya, karena hamba adalah kekasih Tuhan, dan Tuhan adalah dzat yang dicintai hamba, dan hamba adalah dicintai Tuhan. Allah berfirman……………..artinya, dan firman Allah, dan firman Allah. Apabila semua itu telah dikuatkan. Maka bisa kita katakana. “Apabila seorang hamba telah mentaati perintah Allah, menjauhi segala yang dilarangnya serta diridhai-Nya, bagaimana mustahil Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Mulya berbuat (mengabulkan) dalam satu kali, apa yang menjadi kehendak hambanya bahkan itu lebih utama, karena sesungguhnya seorang hamba beserta kejelekan dan kelemahan dirinya ketika berbuat segala sesuatu yang dikehendaki Allah. Maka karena Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Mulya berbuat sekali terhadap sesuatu yang dikehendaki seorang hamba itu lebih utama. Oleh karena itu Allah berfirman………………….

2. Seandainya saja tampaknya karomah itu tercegah, hal itu adakalanya dikarenakan: Pertama, Sesungguhnya AllahSWT bukanlah ahli melakukan perbuatan seperti ini. Kedua, Sesungguhnya seorang mukmin bukanlah ahlinya untuk diberi oleh Allah atas pemberian ini. Yang pertama adalah menyalahi kekuasaan Allah dan itu adalah kufur, dan yang kedua adalah bathal. Karena ma’rifat atas dzat Allah, sifat-sifat-Nya, af’al-Nya, asma-Nya, hukum-Nya, mencintai-Nya, mentaati-Nya dan selalu kontinyu untuk mensucikan, me-Maha Agungkan serta mentauhidkan-Nya adalah lebih mulya daripada memberi sepotong roti di belantara, atau menjinakkan ular dan singa, Maka ketika Allah SWT memberi seorang mukmin ma’rifat, mahabbah, dzikir dan syukur, tanpa diminta, mengapa mustahil Allah memberi seorang mukmin sepotong roti di belantara adalah lebih mulya?.

3. Allah SWT berfirman dalam sebuah hadits qudsy……………………………..

Hadits ini menunjukkan: bahwa tidak ada pendengaran, penglihatan, dan seluruh anggauta hamba tanpa Allah. Karena jikalau semua itu tanpa Allah maka Allah tidak mengatakan “Saya adalah dzat yang menjaga pendengaran dan penglihatan hamba. Apabila hal ini dapat dikuatkan, maka dapat dikatakan: tidak diragukan sesungguhnya maqam ini lebih mulya daripada menjinakkan ular, binatang buas, memberikan roti, segerombol anggur dan minuman air. Maka ketika Allah memberikan rahmat kepada hambanya derajat yang luhur ini, mengapa mustahil jika Allah memberikan satu roti atau satu minuman dalam hutan belantara.

1. Allah SWT bersabda dalam hadits qudsy:………………………….Maka Allah menjadikan menyakiti para wali pada maqam, sama dengan menyakiti Allah, hal ini berdekatan dengan ma’na firman Allah…………………….dan firman Allah……maka Allah menjadikan janji pada Nabi Muhammad SAW sama dengan berjanji pada Allah SWT, dan ridhanya Nabi Muhammad SAW pada ridha Allah dan menyakiti Rasulullah SAW sama dengan menyakiti Allah. Maka tentulah derajad Rasulullah SAW setinggi-tinggi derajad.Begitu pula halnya dengan firman Allah dalam hadits qudsy…………………….Ini menunjukkkan bahwa Allah menjadikan menyakiti wali pada maqam sama dengan menyakiti dzat Allah, ini dikuatkan dengan sebuah hadits yang terkenal. Sesungguhnya pada hari qiyamat Allah SWT bekata “saya sakit maka kamu tidak menjenguk, saya minta kamu meminumiku, tetapi tidak kamu beri minum, saya minta makan, tetapi tidak kamu berimakan”. Maka seorang hamba berkata “Yaa tuhan bagaimana saya berbuat itu sementara engkau adalah Tuhan seru sekalian alam” maka Allah SWT berkata “Sesungguhnya hambaku fulan telah sakit, tetapi kamu tidak menjengguknya, apakah kamu tidak mengetahui jikalau kamu menjengguknya maka kamu akan menemukan ganjaran disisiku” begitu pula pahala memberi makan dam minum. Maka hadits ini menunjukkan bahwa sesungguhnya seorang wali sampai pada derajat ini, maka mengapa mustahil jika Allah SWT memberi sepotong roti atau seteguk air atau menjinakkan binatang seperti anjing yang liar kepada wali.

2. Kita semua telah melihat kebiasaan, sesungguhnya jika seorang raja mengistimewakan seseorang dengan pelayanan istimewa, diberikan kepadanya untuk menyenangi raja, maka sunguh raja itu akan memberikan keistimewaan merupa kemampuan yang orang lain tidak mampu. Bahkan akal sehat menyaksikan, kapan pendekatan pada raja itu berhasil maka seseorang itu akan diikuti (mendapatkan)beberapa derajad, maka jadilah pendekatan itu “pokok” dan derajat yang mengikuti.

Page 49: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dan sebesar-besar raja adalah Tuhan seru sekalian alam, maka ketika Allah memulyakan pada seorang hamba dengan menyampaikannya pada tingkatan pelayanan, derajad karomahnya dan memperlihatkan pada rahasia-rahasia ma’rifat-Nya dan mengangkat hijab yang menjauhkan dirinya dengan Allah. Dan Allah mendudukkanya pada tempat qurbah (pendekatan) pada-Nya. Maka mengapa mustahil bila Allah SWT menampakkan karomah-karomah itu di dunia ini, padahal dunia bagaikan semut dibandingkan dengan kebahagian-kebahagian yang bersifat keruhanian dan ma’rifat yang bersifat ketuhanan.

1. Tidak diragukan (jelaslah) bahwa sesuatu yang menggerakkan untuk beraktifitas adalah ruh bukan jasade. Jelaslah sesungguhnya ma’rifatullah itu itu dengan ruh, seperti pengetahuannya ruh untuk badan. Ini didasarkan atas penafsiran firman Allah………….dan sabda Nabi Muhammad SAW………………………..

“Saya mencegah disisi Tuhanku, memberi makanan dan minuman oleh Tuhan padaku” Sesui dengan pengertian. Kita semua telah melihat barang siapa yang lebih banyak ilmu tentang ilmu ghaibnya maka hatinya lebih kuat dan sedikit lemahnya. Oleh karena itu sayyidina Ali R.A. berkata “Demi Allah saya tidak membuka pintu negara Khaibar dengan kekuatan jasad tapi dengan kekuatan yang bersifat ketuhanan” semua itu karena Ali Karamallahu wajhah pada waktu itu memutus pandangannya dari alam jasad dan malaikat meneranginya dengan beberapa cahaya kebesaran maka ruhnya menjadi kuat yang menyerupai jauhar arwah yang bersifat malaikat dan runya dipenuhi dengan terangnya alam qudsy dan keagungan. Maka Ali Karamallhu Wajhah mendapat kemampuan yang orang lain tidak mampu. Begitu pula dengan hamba apabila ia kontinyu untuk taat maka ia akan sampai pada maqam yang Allah katakan…………. “cahayaku menjadi pendengaran dan penglihatan-Nya. Apabila cahaya keagungan Allah Menjadi pendengaran baginya maka ia akan mendengar sesuatu yang dekat dan jauh, apabila cahaya keagungan Allah menjadi penglihatannya maka ia akan melihat sesuatu yang dekat dan jauh. Apabila cahaya keagunnganya menjadi tangan baginya maka ia akan mampu untuk melaksanakan sesuatu yang sulit, mudah , jauh dan dekat.

1. Adapun argumentasi yang ketujuh dibentuk atas faedah-faedah rasionalitas yang bersifat kebijaksanaan, yaitu sebagaimana yang telah dijelaskan bahwasanya bahan ruh bukanlah daru jenis jisim yang menetap dan rusak…………..untuk pisah-pisah dan sobek tetapi berasal dari bahan malaikat dan sesuatu yang berada di alam langit dan beberapa orang yang disucikan tetapi ketika ruh dihubungkan dengan badan dan tenggelam dam mengurusi badan, maka ruh menjadi lupa terhadap tempat awalnya yaitu akherat, kekuatannya menjadi lemah dan tidak mampu melaksanakan suatu pekerjaan, adakalanya ruh minta bersenang dengan ma’rifat dan mencintai Allah dan sedikit tenggelamnya dalam menagtur badan ini hingga dirinya menggeluarkan cahaya ruh yang bersifat langit dan arasy dan cahaya itu memenuhi ruh maka menjadi kuat untuk memalingkan jisim alam ini, seperti kekuatan ruh yang bersifat cakrawala atas beberapa amal ini, semua itu merukan karomah.

Dan di dalam ruh terdapat rahasia lain yang halus, yaitu sesungguhnya ruh yang bersifat manusia itu berbeda-beda keadaanya, maka dalam ruh ada yang kuat juga ada yang lemah, ada yang terang ada yang kabur, ada yang panas ada yang tidak. Begitu pula dengan ruh yang bersifat cakrawala juga berbeda-beda. Apakah kamu tidak mengetahui pada jibril,tentang sifat Jibril Allah berfirman:……………Dan Allah berfirman tentang keadaan malaikat yang lain………………………. Maka perbedaan sifat malaikat, begitu pula ruh yang bersifat manusia, telah disepakati tentang adanya jiwa dari beberapa jiwa kekuatan-kekuatan yang bersifat kesucian bercahaya bahannya dan kuat untuk memalingkan bahan alam kebendaan yang rusak dengan pertolongan ma’rifat pada sisi Allah Yang Maha Agung dan Mulya. Masalah ini penuh dengan rahasia yang halus dan dalam, barang siapa yang tidak sampai pada rahasia itu maka tidak akan membenarkannya. Kita memohon Allah agar diberi pertolongan untuk menemukan kebagusan. Argumentasi Orang yang Mengingkari Terhadap Adanya Karomah Argumentasi pertama: Dengan argumentasi ini seseorang berpegangan dan dengan argumentasi ini mereka kesasar. Sesungguhnya Allah menjadikan menjadikan kejadian luar biasa sebagai petunjuk atas sifat kenabian, maka petunjuk ini tidak batal (berguna) atas orang selain nabi, karena sesungguhnya adanya petunjuk disertai tidak adanya sesuatu yang ditunjuki, maka keberadaan adanya petunjuk dan itu adalah batil. Argumentasi kedua: Orang yang mengingkari adanya karomah berpegang pada sabda Rasulullah SAW, diceritakan dalam sebuah hadits qudsy……………….Orang yang mengingkari karomah mengatakan “ini menunjukkan bahwa ibadah mendekatkan diri pada Allah dengan melaksanakan yang fardhu itu lebih besar daripada beribadah mendekatkan pada Allah dengan melaksanakan yang sunah, kemudia orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan yang fardlu itu tidak membuahkan apa-apa dari karomah, maka orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan yang sunah itu lebih tidak menghasilkan apa-apa dari karomah. Argumentasi Tiga: Orang yang mengingkari adanya karomah berpegangan pada ayat……………….. Dan perkataan bahwa seorang wali pindah dari satu negara kenegara lain tidaklah menggunakan cara ini, hal ini menyalahi ayat dan juga Nabi Muhammad SAW tidak sampai dari Makkah ke Madinah kecuali ditempuh dalam waktu beberapa hari dengan sangat payah. Bagaimana masuk akal dengan perkataan bahwa wali pindah dari satu negara ke negara lain ditempuh dalam satu hari. Argumentasi empat: Orang yang mengingkari adanya karomah berkata “Seorang wali yang tampak padanya beberapa karomah ketika mengaku kepada manusia mempunyai beberapa dirham, apakah kita kita menuntut wali dengan saksi atau tidak, karena tampaknya karomah pada wali menunjukkan bahwa ia tidak berbohong padahal menggunakan hadits yang terputus, bagaimana dalil dhonni itu dituntut kalau tidak dengan saksi, maka kita telah meninggalkan sabda Nabi …………………..”adanya saksi wajib bagi orang yang mengaku” Argumentasi lima: Jika tampaknya karomah itu boleh atas sebagian wali maka boleh pula atas lainnya. Apabila karomah itu banyak sehingga sesuatu yang diluar kebiasaan menarik sesuatu yang biasa maka hal ini menyalahi dalam mu’jizat dan karomah. Jawaban atas orang yang mengingkari karomah Jawaban argumentasi pertama Ulama berbeda pendapat apakah boleh seorang wali mengaku atas kewaliannya. Ulama dari golongan hakekat menjawab “hal ini tidak diperbolehkan konsep inilah yang membedakan antara karomah dan mu’jizat. Kalau mu’jizat didahului dengan pengakuan kenabian sedangkan karomah tidak. Perbedaan ini disebabkan karena para nabi hanya diutus pada makhluk agar mengajak

Page 50: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

mereka dari kufur menjadi beriman dari maksiat menjadi that kalau saja pengakuan kenabian tidak tampak maka mereka tidak mau beriman padanya dan jika tidak mengimaninya maka mereka tetap kufur, jika mengaku menjadi nabi dan menampakkan mu’jizat maka mereka akan beriman padanya. Para nabi memberikan pengakuan atas kenabiannya bukanlah bertujuan membanggakan diri tetapi bertujuan untuk menampakkan rasa kasih sayang sehingga berubah dari kufur menjadi beriman. Ketidaktahuan atas kedudukan wali atas diri seorang wali bukanlah kekufuran dan mengatahui kedudukan wali atas diri seorang wali bukanlah keimanan. Maka pengakuan kewalian adalah mencari kesenangan jiwa. Maka jelaslah seorang nabi wajib menampakkankenabianya sedangkan wai tidak boleh menampakkan pengakuan ini. Ada sebagian Ulama yang membolehkan atas diri wali untuk menampakkan menampakkan pengakuan kewalian, mereka menyebutkan perbedaan karomah dengan mu’jizat dari beberapa segi:

1. Menampakkan perbuatan yang berada diluarkebiasaan itu menunjukkan bahwa orang itu terbebas dari perbuatan maksiat. Jika perbuatan itu disertai pengakuan kenabian menunjukkan bahwa, pengakuan kenabian itu benar. Apabila disertai dengan pengakuan kewalian, itu menunjukkan bahwa pengakuan kewaliannya itu benar, maka dengan jalan ini tampaknya karomah pada diri wali tidak menyalahi pada mu’jizat para nabi.

2. Sesungguhnya Nabi SAW mendakwakan atas kemu’jizatannya dan mu’jizat itu mesti adanya. Seorang wali ketika mendakwakan karomah maka karomah itu tidak mesti adanya. Karena mu’jizah wajib menampakkan sedang karomah tidak.

3. Wajib menafikan sesuatu yang menentang terhadap mu’jizah dan tidak wajib menentang terhadap sesuatu yang menentang karomah.

4. Kami tidak membolehkan atas diri wali menampakkan karomah dalam mendakwakan kewalian kecuali jika seorang wali telah menetapkan bahwa dirinya sesui dengan agama nabi.Apabila seperti itu maka karomah merupakan mu’jizat bagi seorang nabi untuk menguatkan risalahnya. Dengan ukuran ini tampaknya karomah tidaklah menyalahi dalam sifat kenabian bahkan akan menguatkan.

Jawaban argumentasi kedua: Yaitu hanya menjalankan yang fardlu saja lebih sempurna daripada menjalankan yang sunnah. Adapun seorang wali hanya akan menjadi wali bila ia melaksanakan yang fardlu dan yang sunnah. Jelaslah keadan seorang wali itu lebih sempurna dari keadaan seseorang yang hanya melaksanakan yang fardlu saja. Jawaban argumentasi ketiga: Firman Allah dalam surat……….Mengandung pengertian atas perkara yang diketahui dan biasa. Sedangkan karomah para wali perkara yang langka.Dalam artian pengecualian atas perkara umum. Jawaban argumentasi keempat Yaitu berpegangan atas hadits nabi,……………..”Harus ada saksi atas orang yang mengaku”. Jawaban argumentasi kelima: Orang yang thaat itu sedikit sekali sebagaimana firman Allah…………..”Sedikit dari hambaku yang bersyukur” dan ……………”Kamu tidak menemukan kebanyakan dari mereka yang bersyukur”. Apabila sedikit yang thaat, Maka menampakkan karomah dalam waktu-waktu yang langka tidaklah meyalahi atas kejadian-kejadian yang umum. Mengapa karomah banyak terjadi setelah masa sahabat. Ibnu Hajar Al-Haitami ditanya: Mengapa karomah banyak terjadi setelah masa sahabat? Karomah itu lebih banyak terjadi setelah zamannya. Ahmad Ibnu Hanbal berkata” Karena iman para sahabat kuat dan tidak membutuhkan tambahan untuk menguatkan. Berbeda dengan zaman setelah sahabat, untuk menguatkan imannya dengan tambahan karomah. Imam Shihab Syurahwardi berkata “ yang perkataanya seperti menjelaskan perkara sebelumya “Sesungguhnya para sahabat dengan barakah melihat Rasulullah SAW dan menyaksikannya beserta turunnya wahyu maka dengan semua itu hati mereka menjadi terang, bersih jiwanya dan bersih kata hatinya sehingga mereka merasa cukup dengan apa-apa yang telah diberikan dari melihat karomah dan kilauan sifat kekuasaan Allah.Imam Shihab Syuhrawardi mendasari dengan perkataan sebelum ini. Dibukanya keuarbiasaan bagi seseorang yang keyakinannya lemah menjadi rahmat dan pahala yang besar untuk sebagian hamba dan orang-orang yang mempunyai keluarbiasaan, kaum yang dihilangkan hijab dari hatinya sehingga menemukan ruh keyakinan dan murninya ma’rifat mereka tidak membutuhkan tampaknya keluarbiasaan. Al-Yafie memberikan jawaban “Bahwasanya Karomah merupakan cahaya dan perhiasan, bagusnya kemilauan cahaya hanya tampak pada kegelapan dan sempurnanya perhiasan akan tampak karena adanya kecacatan. Kegelapan dan kecacatan hanya ditemukan setelah sahabat. “Apakah kamu tidak mengetahui bahwasanya jika matahari tenggelam maka kegelapan dan bintang tidak akan tampak, kecuali jika matahari menjauh dari ufuk. Dan sesungguhnya shahabat adalah ahli kebenaran, sunnah dan adil dan manusia setelah sahabat adalah bertolak belakang. Dan Allah mengutus kepada lelaki diseluruh negara dengan mengalunginya dengan pedang untuk memerangi pokok kerusakan, bid’ah dan pertentangan sehingga manusia takut dan mengikuti mereka. Hal ini dijadikan kinayah dan pedang itu tidak hilang sebagai mu’jizah bagi Rasulullah SAW. Selesailah kedua jawaban Al-Yafie. Dan dua dari dua jawaban adalah kembali hasilnya pada dua jawaban yang pertama, dan yang kedua tidak patut dijadikan jawaban karena banyaknya permasalahan darinya. Bahkan tampaknya keagungan kedudukan karomah dalam hati, setelah zamannya sahabat itu lebih banyak dari keagungan kedudukan karomah pada zaman sahabat. Ini adalah permasalahan lain dan disalahgunakan dari tamsilnya Al-Yafie tentang matahari dan bintang. Didalam zaman akhir merupakan bintangnya orang ‘arifin dan bintangnya orang yang mendapat petunjuk yang tidak ada pada zaman awal. Semua itu ditemukan sendiri-sendiri kecuali dinisbathkan pada selain sahabat, maka benarlah orang-orang setelah sahabat karena jika telah sempurna sesuatu yang senpurna maka ia tidak sampai pada sempurnanya sahabat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW………………………………. “Jikalau kamu semua menafkahkan emas sebesar gunung uhud maka seumur tidak akan sampai, walaupun separonya”. Adapun perkataan Ibnu Abdul Barri “Sungguh ditemukan dalam makhluk orang yang lebih utama dari sahabat karena adanya sebuah hadits “Umatku seperti hujan tidak diketahui apakah awalnya itu atau akhirnya yang lebih baik, dan hadits lain yang semakna dengan ini. Maka perkataan Ibnu Abdul Barri adalah nyeleneh yang tidak dijumpai dalam hadits-hadits sesuatu dilalah. Karena sebagian orang-orang mutaakhir itu mempunyai kelebihan yang tidak ditemukan dalam sebagian sahabat. Sebagian perkara yang ditetapkan adalah orang yang diunggulkan menjadi beda dengan kelebihan-kelebihannya itu dikuatkan, Ibnu Mubarrak menyukupinya dengan menjadi imam, ilmu dan ma’rifat, ia ditanya manakah yang lebih utama

Page 51: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

apakah Mu’awyyah atau Umar Abdul Aziz maka Ibnu Mubarrak menjawab demi Allah debu yang masuk hidung kudanya Mu’awyyah dan Rasulullah SAW itu lebih baik dari seratus Ibnu Abdul Aziz.

(Author)

Hadits Yang Paling Mulia Tentang Sifat-Sifat Wali-Wali Allah

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

ا : : » : ولي لـي عادى من قال تعالـى الله إن م وسل عليه ه الل صلى اللـه رسول قال قال ، عنه ه الل رضي هريرة أبـي عنحتى وافل بالن إلـي ب يتقر عبدي يزال وما ، عليه افترضته ممـا إلـي أحب بشيء عبدي ب تقر وما ، بالـحرب آذنته فقد

وإن ، بها يمشي تي ال ورجله ، بها يبطش تي ال ويده ، به يبصر ذي ال وبصره ، به يسمع الذي سمعه كنت أحببته فإذا ه، أحبه لأعيذن استعاذنـي ولئن ، ه لأعطين .»سألني

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’”

Kelengkapan hadits ini adalah:

مساءته أكره وأنا الموت يكره المؤمن نفس عن ترددي فاعله أنا شيء عن ترددت وما

Aku tidak pernah ragu-ragu terhadap sesuatu yang Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku tentang pencabutan nyawa orang mukmin. Ia benci kematian dan Aku tidak suka menyusahkannya.

TAKHRIJ HADITSHadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Bukhâri, no. 6502; Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ’ , I/34, no. 1; al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubra, III/346; X/219 dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 1248, dan lainnya

Setelah membawakan hadits ini, al-Baghâwi t mengatakan, “Hadits ini shahih.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits shahih yang diriwayatkan dari Rabb-nya. Kemudian beliau t bawakan hadits di atas.[1]

Hadits ini –walaupun diriwayatkan oleh Bukhâri rahimahullah dalam kitab Shahîhnya- termasuk hadits yang diperbincangkan para ulama karena ada rawi yang lemah. Namun hadits ini shahih karena ada syawâhid (penguat-penguat)nya, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Silsilatul Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 1640.

SYARAH HADITS

ath-Thûfi rahimahullah berkata, “Hadits ini merupakan asas tentang jalan menuju Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan metode supaya bisa mengenal dan meraih cinta-Nya. Karena pelaksanaan kewajiban batin yaitu iman dan kewajiban zhahir yaitu Islam dan gabungan dari keduanya yaitu ihsân, semuanya terdapat dalam hadits ini, sebagaimana semuanya ini juga terkandung dalam hadits Jibril Alaihissallam. Dan ihsân menghimpun kedudukan orang-orang yang menuju kepada Allâh berupa zuhud, ikhlas, muraqabah, dan lainnya.[2]

• Firman Allâh Azza wa Jalla (dalam hadits di atas) : بالحرب آذنته فقد ا ولي لي عادى Barangsiapa memusuhi” منwali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya.”

Maksudnya, “Sungguh Aku mengumumkan kepadanya bahwa Aku memeranginya karena ia memerangi-Ku dengan memusuhi wali-wali-Ku.” Jadi, wali-wali Allâh wajib dicintai dan haram dimusuhi, sebagaimana musuh-musuh Allâh wajib dimusuhi dan haram dicintai.

Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia … ” [al-Mumtahanah/60:1]

Page 52: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dan Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya penolong (wali)mu hanyalah Allâh, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allâh). Dan barangsiapa menjadikan Allâh, Rasul-Nya dan orang-orang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allâh itulah yang menang.” [al-Mâidah/5:55-56]

Allâh Azza wa Jalla menjelaskan bahwa sifat kekasih-kekasih-Nya yang Allâh Azza wa Jalla cintai dan mereka mencintai-Nya yaitu rendah hati terhadap kaum mukminin dan tegas terhadap orang-orang kafir.

Ketahuilah, bahwa segala bentuk kemaksiatan adalah bentuk memerangi Allâh Azza wa Jalla , semakin jelek perbuatan dosa yang dikerjakan, semakin keras pula permusuhannya terhadap Allâh. Karena itulah Allâh menamakan pemakan riba[3] dan perampok[4] sebagai orang-orang yang memerangi Allâh dan Rasul-Nya. Karena besarnya kezhaliman mereka kepada hamba-hamba-Nya serta usaha mereka mengadakan kerusakan di bumi. Demikian pula orang yang memusuhi para wali Allâh Azza wa Jalla . Mereka itu telah memusuhi Allâh dan telah memerangi-Nya.[5]

SIFAT DAN CIRI-CIRI WALI-WALI ALLAH AZZA WA JALLAAllâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Ingatlah wali-wali Allâh itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” [Yûnus/10:62-63]

Dalam ayat ini, Allâh Azza wa Jalla menjelaskan sifat para wali-Nya. Pertama, mereka memiliki iman yang jujur; Dan kedua, mereka bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla .

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كانوا … وحيث كانوا من ، قون المت بي اس الن أولى … إن

Sesungguhnya orang-orang yang paling utama disisiku adalah orang yang bertakwa, siapapun dan dimanapun mereka…[6]

al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, ”Maksud wali Allâh adalah orang yang mengenal Allâh, selalu mentaati-Nya dan ikhlas dalam beribadah kepada-Nya.”[7]

Pintu ini terbuka bagi siapa saja yang ingin menjadi wali Allâh. Dalam ayat lain, Allah k menjelaskan bahwa para wali Allâh itu bertingkat-tingkat. Allâh berfirman, yang artinya, “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menzhalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allâh. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.” [Fâthir/35:32]

Tingkatan-Tingkat Itu Adalah :

Pertama, orang yang menzhalimi diri sendiri. Mereka adalah pelaku dosa-dosa. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ”Mereka yang melalaikan sebagian hal-hal yang wajib dan melakukan sebagian perbuatan haram.”

Kedua, orang yang pertengahan. Mereka yang melaksanakan hal-hal yang wajib, menjauhi yang haram, namun mereka meninggalkan yang sunat dan terjatuh pada yang makruh.

Ketiga, orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan, mereka selalu melaksanakan yang wajib dan yang sunnah, meninggalkan yang haram dan makruh.

Adapun wali Allâh yang paling utama adalah para Nabi dan Rasul ’Alaihimus shalatu wassalam. Dan setelah mereka adalah para sahabat Radhiyallahu anhum. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Muhammad adalah utusan Allâh, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allâh dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allâh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allâh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan diantara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” [al-Fath/48:29]

Para sahabat Radhiyallahu anhum merupakan contoh yang agung dalam mewujudkan perwalian kepada Allâh Azza wa Jalla . Barangsiapa ingin meraih ridha Allâh, maka hendaknya dia menempuh jalan mereka.

Wali-wali Allâh mereka tidak memiliki ciri-ciri yang khusus. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: ”Para wali Allâh tidak memiliki sesuatu yang membedakan mereka dan manusia umumnya dalam perkara yang mubah. Mereka tidak berbeda dalam hal pakaian, menggundul rambut atau memendekkannya, karena keduanya perkara yang mubah. Sebagaimana dikatakan, betapa banyak orang yang jujur memakai pakaian biasa, dan betapa banyak zindiq yang memakai pakaian bagus.”[8]

Page 53: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Para wali Allâh tidak ma’shûm (terjaga dari dosa). Mereka manusia biasa terkadang salah, keliru, dan berbuat dosa. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Rabbnya. Demikianlah balasan bagi orang-orang yang berbuat baik, agar Allâh menghapus perbuatan mereka yang paling buruk yang pernah mereka lakukan dan memberi pahala kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang mereka kerjakan.” [az-Zumar/39:33-35]

Ayat ini memberi gambaran tentang wali-wali Allâh, yaitu Allâh akan memberi pahala yang lebih baik dari amalan mereka. Ini merupakan balasan atas taubat mereka dari perbuatan dosa. Ayat ini juga menetapkan bahwa para wali Allâh selain para Nabi dan Rasul, terkadang berlaku salah dan dosa. Diantara dalil yang menguatkan bahwa para wali Allâh selain para Nabi dan Rasul yaitu para sahabat jatuh dalam kesalahan adalah terjadinya peperangan diantara mereka dan juga ijtihad-ijtihad mereka yang terkadang keliru. Dan ini sudah diketahui oleh mereka yang sering membaca perkataan-perkataan para sahabat dalam kitab-kitab fiqih dan yang lainnya.[9]

Meski demikian, kita tidak boleh mencela mereka, bahkan kita dianjurkan untuk mendo’akan kebaikan untuk mereka. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), berdoa, ’Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-ssaudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sungguh, Engkau Maha penyantun, Maha penyayang.” [al-Hasyr/59:10]

Para shahabat adalah orang-orang yang dijanjikan ampunan oleh Allâh Ta’ala dan dijanjikan Surga. Sebagaimana disebutkan dalam surat al-Fath ayat 29.

• Firman Allâh Azza wa Jalla (dalam hadits di atas), yang artinya, “Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada dengan hal-hal yang Aku wajibkan. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya.”

Setelah Allâh Azza wa Jalla menjelaskan bahwa memusuhi para wali-Nya berarti memerangi-Nya, selanjutnya Allâh menjelaskan sifat para wali-Nya. Allâh Azza wa Jalla juga menyebutkan apa yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada-Nya.

Wali-wali Allâh ialah orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan segala yang dapat mendekatkan diri mereka kepada-Nya. Sebaliknya, musuh-musuh Allâh ialah orang-orang yang dijauhkan dan terusir dari rahmat Allah Azza wa Jalla sebagai akibat amal perbuatan mereka.Allâh Azza wa Jalla membagi para wali-Nya menjadi dua kelompok :

Pertama, yang mendekatkan diri dengan melaksanakan hal-hal wajib. Ini mencakup melaksanakan kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan, sebab semuanya itu termasuk melaksanakan yang diwajibkan oleh Allâh kepada para hamba-Nya.

Kedua, yang mendekatkan diri dengan amalan-amalan sunat setelah amalan-amalan wajib.Dengan jelas bahwa tidak ada bisa mendekatkan kepada Allâh, menjadi wali-Nya, dan meraih kecintaan-Nya kecuali dengan menjalankan ketaatan yang disyari’atkan-Nya melalui lisan Rasul-Nya. Jika ada yang mengklaim dirinya meraih derajat wali dan dicintai Allâh Azza wa Jalla tetapi tidak jalan ini, maka jelas ia dusta. Seperti kaum musyrik yang mendekatkan diri kepada Allâh dengan cara menyembah tuhan-tuhan selain Allâh. Seperti dikisahkan Allâh Azza wa Jalla tentang mereka, yang artinya, “…Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), ”Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allâh dengan sedekat-dekatnya…” [az-Zumar/39:3]

Dan Allâh mengisahkan tentang orang-orang Yahudi dan Nashrani yang mengklaim mereka anak-anak dan kekasih Allâh Azza wa Jalla , padahal mereka terus-menerus mendustakan para rasul, mengerjakan larangan-Nya serta meninggalkan kewajiban. Oleh karena itu dalam hadits di atas, Allâh Azza wa Jalla menjelaskan bahwa wali-wali Allah itu terbagi dalam dua tingkatan :

Pertama, tingkatan orang-orang yang mendekatkan diri dengan mengerjakan hal-hal yang wajib. Ini tingkatan al-muqtashidîn (pertengahan) atau golongan kanan. Mengerjakan amalan fadhu adalah amalan terbaik. Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu mengatakan, ”Sebaik-baik amal ialah menunaikan apa saja yang diwajibkan Allâh Azza wa Jalla .”

’Umar bin ’Abdul ’Aziz Radhiyallahu anhuma berkata dalam khutbahnya, ”Ibadah yang paling baik ialah menunaikan ibadah-ibadah wajib dan menjauhi hal-hal yang diharamkan.”[11]

Karena tujuan Allâh Azza wa Jalla mewajibkan berbagai kewajiban ini supaya para hamba bisa mendekatkan diri kepada-Nya dan agar mereka bisa meraih ridha dan rahmat Allâh Azza wa Jalla .

Kedua, tingkatan orang-orang yang berlomba-lomba (dalam kebaikan), yaitu orang-orang yang mendekat diri dengan ibadah-ibadah wajib kemudian bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah-ibadah sunnah dan menjaga diri dari yang makruh dan bersikap wara’ (takwa). Sikap itu menyebabkan seseorang dicintai Allâh, seperti difirmankan Allâh, “Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya.”

Page 54: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dan barangsiapa dicintai Allâh, maka Allâh akan anugerahkan rasa cinta kepada-Nya, taat kepada-Nya, sibuk berdzikir dan berkhidmat kepada-Nya. Itu semua menyebabkannya semakin dekat dengan Allâh dan terhormat di sisi-Nya seperti difirmankan Allâh Azza wa Jalla :

الكافرين على ة أعز المؤمنين على ة أذل ونه ويحب هم يحب بقوم ه الل يأتي فسوف دينه عن منكم يرتد من آمنوا ذين ال ها أي يام� ع�ي م� ع�ا� ه� �� ع ع�ال � ه� ع�ا ع� ن� ع� �ي� �ن ه� ��� ع ال �ه �ن ع� ع ل ذع! � م� $ ع&ا ع' ع� ن) عل ع( ه�) ع*ا ع� ع&ا ع� ��� ع ال �ع�+ي �ي ع( ه-� ع/ا. ه�

Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allâh mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allâh, dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela. Itulah karunia Allâh yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allâh Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” [al-Mâidah/5:54]

Dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa orang yang tidak cinta dan tidak berusaha mendekat kepada Allâh, maka Allâh tidak akan memperdulikannya dan tidak akan memberikannya anugrah yang agung ituyaitu rasa cinta. Jadi, orang yang berpaling dari Allâh, ia tidak akan mendapatkan ganti Allâh untuk dirinya sedang Allâh Azza wa Jalla mempunyai banyak pengganti untuknya.

Barangsiapa meninggalkan Allâh Azza wa Jalla , maka ia tetap merugi. Bagaimana tidak, karena ia hanya mendapatkan sebagian kecil dari dunia, padahal dunia dan seisinya disisi Allah k tidak lebih berharga dari satu helai sayap seekor nyamuk.

Setelah itu, Allâh Azza wa Jalla menjelaskan tentang sifat-sifat orang-orang yang Dia cintai dan mereka mencintai-Nya, Allâh berfirman dalam al-Maidah/5:54 diatas, yang artinya,”Dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir,” maksudnya, mereka bergaul dengan kaum mukminin dengan rendah hati dan tawadhu’, dan mereka memperlakukan orang-orang kafir dengan sikap keras. Karena ketika mereka sudah mencintai Allâh, maka tentu mereka juga mencintai para wali Allâh sehingga mereka bergaul dengan para wali Allâh dengan cinta dan kasih sayang. Mereka juga membenci musuh-musuh Allâh yang memusuhi-Nya lalu memperlakukan dengan sikap keras. Allâh berfirman :

بينهم رحماء الكفار على أشداء معه ذين وال رسولالله �محمد

Muhammad adalah utusan Allâh dan orang-orang yang bersama dia keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka…” [al-Fath/48:29]

Kesempurnaan cinta seseorang kepada Allâh dibuktikan dengan memerangi musuh-musuh Allâh Azza wa Jalla . Jihad juga merupakan wahana untuk mengajak orang-orang yang berpaling dari Allâh agar kembali setelah sebelumnya didakwahi dengan hujjah dan petunjuk. Jadi, para wali Allâh itu ingin membimbing manusia menuju pintu Allâh Azza wa Jalla . Barangsiapa tidak merespon dakwah dengan sikap lemah lembut, ia perlu diajak dengan sikap keras. Disebutkan dalam hadits,

لاسل الس فـي ة الـجن إلـى يقادون قوم من الله عجب

Allâh merasa heran kepada kaum yang dituntun ke surga dalam keadaan dibelenggu.[12]

Diantara sifat wali Allâh yang disebutkan dalam firman-Nya al-Maidah/5:54 diatas, yang artinya,”Dan yang tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela,” maksudnya, orang-orang yang mencintai Allâh hanya menginginkan ridhai-Nya. Ia ridha kepada siapa saja yang Allah ridhai dan benci kepada siapa saja yang Dia benci. Jadi, orang yang masih takut celaan dalam mencintai pihak yang dicintainya, berarti cintanya tidak benar.

Selanjutnya dalam firman-Nya al-Maidah/5:54 tersebut, Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Itulah karunia Allâh yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.” Karunia maksudnya ialah derajat kewalian dengan sifat-sifat yang telah disebutkan.

AMALAN-AMALAN YANG PALING BISA MENDEKATKAN KEPADA ALLAHIbadah-ibadah wajib dan sunnah yang paling mendekatkan kepada Allâh Azza wa Jalla ialah mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla , mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa, sedekah dan lain sebagainya termasuk banyak membaca al-Qur’ân, mendengarkannya, merenungkannya serta berusaha memahaminya. Khabbâb bin al-Art Radhiyallahu anhu mengatakan, ”Mendekatlah kepada Allâh sesuai dengan kemampuanmu. Ketahuilah, engkau tidak dapat mendekat kepada-Nya dengan sesuatu yang lebih Dia cintai daripada firman-Nya (al-Qur’ân).”[13]

Bagi orang yang mencintai Allâh Azza wa Jalla tidak ada yang lebih manis daripada membaca al-Qur’ân. Utsmân bin ’Affân Radhiyallahu anhu berkata, ”Jika hati kalian bersih, kalian tidak akan pernah kenyang dengan firman Rabb kalian.”

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, ”Barangsiapa mencintai al-Qur’ân berarti ia mencintai Allâh dan Rasul-Nya.”[14]

Page 55: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Ibadah sunnah lainnya yang dapat mendekatkan kepada Allâh ialah banyak berdzikir dengan hati dan lisan. Dan diantara ibadah-ibadah sunnah lainnya yang lebih mendekatkan kepada Allâh ialah mencintai para wali Allâh dan orang-orang yang dicintai-Nya dan memusuhi para musuh-Nya karena-Nya.[15]

• Firman Allâh Azza wa Jalla (dalam hadits di atas), yang artinya, “Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.”

Maksudnya, barangsiapa bersungguh-sungguh dalam mendekat kepada Allâh Azza wa Jalla dengan ibadah-ibadah wajib lalu ibadah-ibadah sunnah, maka Allâh akan mendekatkannya kepada-Nya dan menaikkan derajatnya dari tingkatan iman ke tingkatan ihsân. Karenanya, ia menjadi hamba yang beribadah kepada Allâh dengan merasa selalu diawasi Allâh sehingga hatinya penuh dengan ma’rifat (pengenalan) kepada Allâh, cinta kepada-Nya, takut kepada-Nya, malu kepada-Nya, mengagungkan-Nya, merasa tenang dengan-Nya dan rindu kepada-Nya.

Ketika hati dipenuhi dengan pengagungan kepada Allâh, maka yang lainnya akan lenyap dari hati tersebut serta ia tidak lagi punya keinginan kecuali yang diinginkan Rabb-nya. Saat itulah, seorang hamba tidak bicara kecuali dengan dzikir kepada Allâh dan tidak bergerak kecuali dengan perintah-Nya. Jika ia bicara, ia bicara dengan Allâh. Jika ia mendengar, ia mendengar dengan-Nya. Jika ia melihat, ia melihat dengan-Nya. Jika ia berbuat, ia berbuat dengan-Nya. Itulah yang dimaksud dengan firman Allâh Ta’ala, ” Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.”

Barangsiapa menafsirkan dan mengisyaratkan hadits di atas dengan hulul (menitisnya Allâh kepada makhluk) atau ittihad (manunggaling kawula gusti) atau ajaran lain maka ia telah sesat dan menyesatkan dan ia telah mengisyaratkan kepada kekafiran.

Dan ini iermasuk salah satu rahasia tauhid, karena kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH maknanya seseorang hamba tidak menuhankan selain Allâh dalam cinta, harapan, takut dan taat. Jika hati sudah penuh dengan tauhid yang sempurna, maka tidak ada lagi kecintaan untuk mencintai apa yang tidak dicintai Allâh atau kebencian untuk membenci apa yang tidak dibenci Allâh. Barangsiapa hatinya seperti ini, maka organ tubuhnya tidak akan bergerak kecuali dalam ketaatan kepada Allâh dan ia tidak mempunyai keinginan kecuali di jalan Allâh dan pada sesuatu bisa mendatangkan ridha-Nya.[16]

• Firman Allâh Azza wa Jalla (dalam hadits di atas), yang artinya, “Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.”

Ini menunjukkan bahwa orang yang dicintai Allâh dan didekatkan kepada-Nya memiliki kedudukan khusus di sisi Allâh Azza wa Jalla sehingga jika ia meminta sesuatu kepada Allâh Azza wa Jalla , Allâh memberikan apa yang diminta; Jika ia memohon perlindungan kepada-Nya maka Allâh Azza wa Jalla akan melindunginya; Dan jika ia berdo’a maka Dia mengabulkan do’anya. Dan kisah-kisah tentang orang yang do’anya mustajab banyak kita temukan dalam kisah-kisah generasi Salaf. Diantaranya :

1. Dikisahkan bahwa ar-Rubayyi’ binti an-Nadhr memecahkan gigi depan seorang wanita kemudian kabilah ar-Rubayyi’ binti an-Nadhr menawarkan diyat kepada kabilah wanita tersebut, namun ditolak. Kabilah ar-Rubayyi’ binti an-Nadhr meminta maaf kepada kabilah wanita tersebut, lagi-lagi kabilah wanita tersebut menolak. Akhirnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan qishash. Anas bin an-Nadhr Radhiyallahu anhu berkata, “Apakah gigi depan ar-Rubayyi’ akan dipecahkan, wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Demi Dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, gigi depannya tidak akan dipecakan.” Akhirnya, kabilah wanita itu ridha dan mengambil diyat kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ه لأبر الله على أقسم لـو من الله عباد من .إن

Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allâh terdapat orang yang jika bersumpah kepada Allâh, maka Allâh pasti melaksanakan sumpahnya[17]

2. Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu adalah orang yang do’anya mustajab. Suatu hari, ada seseorang membuat cerita bohong yang memojokkan Sa’ad Radhiyallahu anhu . Kemudian Sa’ad Radhiyallahu anhu berdo’a, ”Ya Allâh, jika orang tersebut bohong, panjangkanlah usianya dan hadapkanlah fitnah-fitnah padanya.” Akhirnya orang itu tertimpa apa yang dido’akan Sa’ad Radhiyallahu anhu . Ia mengganggu budak-budak wanita di jalan sambil berkata, ”Aku orang lanjut usia, tertimpa fitnah dan aku terkena do’a Sa’ad.”[18]

3. Seorang wanita bertengkar dengan Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu di lahan Sa’îd bin Zaid. Wanita tersebut menuduh Sa’id bin Zaid Radhiyallahu anhu merebut lahan tersebut darinya. Kemudian Sa’id bin Zaid Radhiyallahu anhu berkata, ”Ya Allâh, jika wanita itu bohong, butakanlah matanya dan bunuh dia di lahannya.” Ternyata, wanita tersebut buta. Dan suatu malam, ketika ia berjalan di lahannya, ia terjatuh di sumur kemudian meninggal.[19]

4. al-Ala’ bin al-Hadhrami Radhiyallahu anhu berada dalam salah satu detasemen kemudian anggota detasemen tersebut kehausan. Kemudian al-Ala’ bin al-Hadhrami Radhiyallahu anhu shalat lalu berdo’a, ”Ya Allâh, wahai Dzat Yang Maha Mengetahui, wahai Dzat Yang Maha Pemurah, wahai Dzat Mahatinggi, dan wahai Dzat Yang

Page 56: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Mahaagung, sesungguhnya kami hamba-hamba-Mu dan berada di jalan-Mu, kami memerangi musuh-Mu, karenanya, berikanlah kepada kami air hingga kami bisa minum dan berwudhu’ dan janganlah Engkau berikan air itu sedikit pun kepada siapa pun selain kami.” Lalu detasemen itu jalan sebentar kemudian menemukan sungai dari air hujan lalu mereka meminumnya dan mengisi wadah-wadah mereka hingga penuh. Setelah itu, mereka berangkat lalu salah seorang dari sahabat-sahabat al-Ala’ bin al-Hadhrami Radhiyallahu anhu kembali ke sungai tersebut, namun ia tidak melihat apa-apa di dalamnya dan seakan di tempat itu tidak pernah ada air.[20]

Kisah-kisah seperti di atas sangat banyak dan panjang sekali kalau disebutkan semuanya. Sebagian besar generasi salaf yang doanya dikabulkan tetap bersabar atas musibah, memilih pahalanya, dan mengharapkan ganjaran dari musibah tersebut.

• Firman Allâh Azza wa Jalla (dalam hadits di atas), yang artinya, “Aku tidak pernah ragu-ragu terhadap sesuatu yang Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa orang mukmin. Ia benci kematian dan Aku tidak suka menyusahkannya.”

Maksudnya, Allâh Azza wa Jalla telah menentukan kematian bagi hamba-hamba-Nya seperti yang Dia firmankan dalam Surat Ali Imran/3:185. Saat akan meninggal, seseorang akan merasakan sakit yang luar biasa bahkan sakit yang paling pedih.

’Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata kepada Ka’ab Radhiyallahu anhu, ”Jelaskan kepadaku tentang kematian!” Ka’ab Radhiyallahu anhu berkata, ”Wahai Amîrul Mukminîn, kematian itu ibarat pohon besar dan banyak durinya yang masuk ke kerongkongan seorang manusia, sehingga duri-duri itu menancap pada urat-uratnya, kemudian pohon itu ditarik keluar oleh orang yang kuat. Tercabutlah apa yang tercabut, dan tertinggal apa yang tertinggal.” Kemudian ’Umar z menangis.[21]

Ketika ’Amr bin al-’Ash Radhiyallahu anhu hendak meninggal, anaknya bertanya tentang ciri-ciri kematian. ’Amr bin al-’Ash Radhiyallahu anhu menjawab, ”Demi Allâh, kedua lambungku seakan berada di suatu tempat, aku seperti bernafas dari lubang jarum, dan seakan ada ranting berduri ditarik dari kedua kakiku hingga kepalaku.”[22]

Ketika kematian sangat menyakitkan seperti itu, padahal Allâh telah menetapkannya untuk seluruh hamba-Nya dan itu mesti terjadi sementara Allâh Mahatinggi juga tidak suka menyakiti orang mukmin, oleh karena itu Allâh menamakan hal ini sebagai keragu-raguan terkait dengan orang Mukmin. Sedangkan para nabi, mereka tidak meninggal sehingga mereka diberi hak memilih.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

… ه ـ الل لقاء فأحب ، أمامه مـمـا إليه أحب شيء فليس ، وكرامته ه اللـ برضوان ر بش ، الـموت حضره إذا الـمؤمن ولـكنلقاءه ه ـ الل وأحب

…Akan tetapi seorang mukmin apabila didatangi kematian maka ia diberi kabar gembira tentang keridhaan Allâh dan kemuliaan-Nya. Karenanya, tidak ada sesuatu yang lebih ia sukai daripada apa yang ada di depannya. Ia merasa senang bertemu Allâh dan Allâh pun senang bertemu dengannya.[23]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan makna at-taraddud (ragu-ragu) dalam hadits di muka, “Ini adalah hadits yang paling mulia yang menjelaskan sifat-sifat para wali Allâh. Para Ahli Kalam menolak hadits ini dan mengatakan bahwa Allâh Azza wa Jalla tidak boleh dinyatakan memiliki sifat ragu. karena orang yang ragu adalah orang yang tidak mengetahui akibat dari sebuah perkara. Sedangkan Allâh Mahamengetahui akibat dari semua perkara. Bahkan mungkin sebagian dari mereka (Ahli kalam) mengatakan bahwa Allâh diperlakukan dengan perlakuan yang penuh keraguan!

Penjelasannya yang sebenarnya adalah, sabda Rasûlullâh adalah benar dan tidak ada yang lebih mengetahui tentang Allâh, lebih sayang terhadap umat, lebih fasih dan lebih gamblang penjelasannya dibandingkan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kalau begitu, maka orang yang mengingkarinya termasuk orang yang paling sesat, paling bodoh dan paling buruk akhlaknya. Orang seperti itu wajib diberi pelajaran dan dihukum sebagai ta’zîr (peringatan supaya jera). Yang wajib (diperhatikan), bahwa kita wajib menjaga sabda Rasûlullâh dari sangkaan batil dan keyakinan yang rusak.

Akan tetapi orang yang ragu-ragu diantara kita, meskipun keragu-raguannya dikarenakan dia mengetahui akibat dari sebuah perkara, maka tidak bisa kita samakan sebuah sifat yang khusus bagi Allâh dengan sifat salah seorang dari kita, karena tidak ada sesuatu pun yang sama dengan Allâh. Kemudian, ini juga bathil, karena keraguan seseorang terkadang disebabkan ketidaktahuannya terhadap akibat dari sesuatu, dan terkadang juga karena dua perbuatan tersebut mengandung maslahat dan mafsadat. Dia ingin melakukannya karena ada maslahatnya dan (pada saat yang sama) dia tidak mau melakukannya karena ada mafsadat (bahaya)nya. (Disini dia ragu) bukan karena dia tidak tahu tentang sesuatu yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi yang lain.

Yang seperti ini sama dengan keinginan orang sakit untuk minum obat yang tidak ia sukai. Bahkan, semua amal shaleh yang diinginkan seorang hamba tapi tidak disukai oleh jiwa termasuk dalam bab ini. Dalam sebuah hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Page 57: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

هوات بالش ار الن وحفت بالمكاره، ة الجن حفت

Surga dikelilingi oleh perkara-perkara yang dibenci dan Neraka dikelilingi oleh syahwat [24]

Dan juga firman-Nya, yang artinya, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu…” [al-Baqarah/2:216]

Dari penjelasan di atas maka makna at-taraddud (keragu-raguan) yang disebutkan dalam hadits menjadi jelas bagi kita. Karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman (dalam hadits qudsi diatas), “Hambaku tiada henti-hentinya mendekat kepadaKu dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya.” Sesungguhnya orang yang seperti ini keadaannya, ia akan dicintai oleh Allâh dan dia cinta kepada Allâh. Ia akan mendekatkan diri kepada Allâh dengan mengerjakan amalan wajib dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amalan sunnah yang Allâh cintai berikut pelakunya. Hamba itu telah mengerjakan apa-apa yang dicintai oleh Allah dengan segenap kemampuannya, maka Allâh akan mencintainya karena pekerjaan hamba-Nya dari dua sisi dengan keinginan yang sama, dimana Allâh mencintai apa-apa yang dicintai hamba-Nya, dan membenci apa-apa yang dibenci hamba-Nya. Allâh juga benci terhadap kejelekan yang menimpa hamba-Nya. Maka, konsekuensinya Allâh membenci kematian agar bertambah kecintaan-Nya terhadap hamba-Nya.

Allâh Azza wa Jalla telah menetapkan kematian, dan semua yang Allâh tetapkan itu atas keinginan-Nya dan pasti terjadi. Allâh menginginkan kematian hamba-Nya sebagaimana yang Dia sudah takdirkan. Namun Allâh juga tidak mau menyusahkan hamba-Nya dengan kematian. Sehingga, dari satu sisi, kematian itu adalah suatu yang dikehendaki tapi disisi lain ia tidak disukai. Inilah hakikat at-taraddud (keraguan) itu yaitu mengiinginkan sesuatu dari satu sisi dan membenci sesuatu itu dari sisi yang lain, meskipun akhirnya harus memilih satu dari dua sisi tersebut. Sebagaimana Allâh Azza wa Jalla memilih untuk menguatkan keinginan untuk mematikan (hamba-Nya yang mukmin) meski dibarengi dengan rasa tidak ingin menyusahkan hamba-Nya. Dan keinginan Allâh Azza wa Jalla untuk mematikan hamba-Nya yang mukmin yang dicintai-Nya dan tidak ingin disakiti jelas tidak sama dengan keinginan Allâh untuk mematikan orang kafir yang dibenci-Nya dan ingin disakiti.[25]

FAWAA-ID HADITS

1. Mengerjakan yang wajib lebih didahulukan daripada yang sunnah.2. Amal-amal yang wajib lebih utama dari amal yang sunnah.3. Amal-amal sunnah dapat menutupi kekurangan amal wajib.4. Di antara sebab mendapatkan cinta Allâh adalah melaksanakan amalan wajib dan sunnah.5. Menetapkan sifat mahabbah (cinta) bagi Allâh.6. Wali Allâh adalah orang yang beriman dan bertakwa, yang melaksanakan amalan wajib dan sunnah, serta meninggalkan yang diharamkan Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam .7. Ancaman bagi orang yang memusuhi para wali Allâh.8. Orang yang memusuhi wali-wali Allâh, dengan mengolok, mengganggu, menyiksa, menyakiti atau membenci mereka, dia akan mendapat siksa di dunia dan akhirat.9. Seorang hamba –betapapun tinggi derajatnya-, dia tidak boleh berhenti berdo’a, memohon kepada Allâh, karena yang demikian lebih menampakkan kehinaan dan kerendahan kepada Allâh.10. Mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla dengan amalan wajib dan sunnah sebagai sebab terkabulkannya do’a, dijaga dan dilindungi oleh Allâh Azza wa Jalla .11. Di antara para wali Allâh, ada yang diberi karamah (kemuliaan) dengan do’anya mustajab, dijaga, dilindungi oleh Allâh Azza wa Jalla dan karamah lainnya.12. Dalam hadits ini tidak ada sedikitpun dalil atau hujjah bagi kelompok sesat yang berpendapat bahwa Allâh menyatu dalam diri manusia.13. Derajat kenabian dan kerasulan lebih tinggi di sisi Allâh daripada derajat wali.14. Kematian adalah sesuatu yang pasti. Semua yang bernyawa pasti mati.Kita wajib menetapkan semua nama-nama dan sifat-sifat Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Semua nama-nama dan sifat-sifat Allâh itu tidak sama dengan nama dan sifat makhluk-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (asy-Syûra/42:11).15. Allâh Azza wa Jalla telah menetapkan kematian wali-Nya dan itu pasti terjadi, meskipun demikian Allâh Azza wa Jalla juga tidak ingin menyusahkan wali-Nya. Inilah yang dinamakan taraddud.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]_______Footnote[1]. Majmû’ Fatâwâ, X/58-59.[2]. Lihat Fat-hul Bâri (XI/345) karya al-Hâfizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani.[3]. Lihat al-Baqarah/2:278-279.[4]. Lihat al-Mâidah/5:33.[5]. Diringkas dari Jâmi’ul ’Ulûm wal Hikam (II/334-335).[6]. Shahih: HR. Ahmad (V/235), Ibnu Hibbân (no. 646 –at-Ta’lîqâtul Hisân dan no. 2504 –Shahîhul Mawârid), ath-Thabarani (XX/no. 241, 242), dan lainnya dari Mu’adz bin Jabal. Dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahih al-Jami’ish Shagîr (no. 2012).[7]. Fathul Bâri (XI/342).

Page 58: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

[8]. al-Furqân Baina Auliyâ’ir Rahmân wa Auliyâ’is Syaithân (hlm. 65-66), tahqiq Syaikh Salim al-Hilaly.[9]. Qowâ’id wa Fawâ-id minal Arba’în an-Nawawiyah (hlm. 334-336).[10]. Lihat QS. al-Mâidah/5:18[11]. Diringkas dari Jâmi’ul ’Ulûm wal Hikam (II/336).[12]. Shahih: HR. Bukhâri (no. 3010), Ahmad (II/302), Abu Dâwud (no. 2677), dan Ibnu Hibbân (no. 134 –at-Ta’lîqâtul Hisân).[13]. HR. al-Hâkim (II/441) dan beliau t menshahihkannya serta disepakati adz-Dzahabi rahimahullah .[14]. HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabîr (no. 8657).[15]. Diringkas dan ditambah dari Jâmi’ul ’Ulûm wal Hikam (II/335-344).[16]. Diringkas dari Jâmi’ul ’Ulûm wal Hikam (II/345-348).[17]. Shahih: HR. Bukhâri (no. 2703), Muslim (no. 1675), Abu Dâwud (no. 4595), an-Nasâ’i (VIII/28), Ibnu Mâjah (no. 2649), dan Ibnu Hibbân (no. 6457 –at-Ta’lîqâtul Hisân), dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu .[18]. HR. Bukhâri (no. 755), dari Jâbir bin Samurah Radhiyallahu anhu .[19]. HR. Muslim (no. 1610 (139)).[20]. HR. Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ’ (I/38, no. 12).[21]. Hilyatul Auliyâ’ (V/401, no. 7514)[22]. Thabaqât Ibni Sa’ad (III/186)[23]. Shahih: HR. Bukhâri (no. 6507), dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma.[24]. Shahih: HR. Ahmad (III/153), Muslim (no. 2822), Tirmidzi (no. 2559), dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu .[25]. Majmuu’ Fataawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (XVIII/129-131). Lihat juga Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (IV/191-192)

Apakah Malaikat Yang Paling Mulia Atau Para Nabi Dan Orang-orang Saleh?

PertanyaanPara malaikat selalu beribadah kepada Allah, apakah mereka lebih mulia dari para nabi alaihimussalam?

Teks Jawaban

Alhamdulillah

Malaikat adalah hamba yang dimuliakan, mereka tidak bermaksiat kepada Allah dan selalu melaksanakan apa yang Dia perintahkan. Allah telah menciptakan mereka dan menentukan bahwa mereka akan selalu mentaatiNya dan beribadah kepadaNya. Di antara mereka ada yang ditugaskan menyampaikan wahyu, ada yang ditugaskan menurunkan rizki, ada yang ditugaskan menjaga gunung-gunung atau yang ditugaskan sebagai makluk yang selalu beribadah, shalat dan tasbih serta berzikir kepada Allah.

Tirmizi meriwayatkan (no. 2312) dan dinyatakan hasan oleh Abu Dzar, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,  

م� ع�ا0 م ع� ع� ع� �&ا ع 1ا ع� 2 ع3ا ع4ا ع2� ن5 ع4ا ه� ن)0 ع� ع6ا �ي ع�ا ، ع8� ع9� ن( ع4ا ع6ا عل ع�: ه; ع� ه� ع>ا ع�= ال ن< ع�? ع4ا ، ع( ه@) ع> ن= ع� ع&ا ع�ا ه� ع> ن� ع4ا ع� ع( ن� Aع ع� ع&ا ع�ا ع5ى ع4ا نCي 1ا ( الترمذي ( " صحيح في الألباني حسنه ه لل ساجدا جبهته

“Sungguh aku melihat apa kalian tidak lihat dan aku mendengar apa yang kalian tidak dengar. Langit dilipat dia berhak dilipat. Tidak terdapat di dalamnya tempat yang cukup untuk empat jari kecuali padanya terdapat malaikat yang meletakkan keningnya untuk bersujud kepada Allah.” (Dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih Tirmizi)

Dalam hadits Isra Mi’raj,

لم : خرجوا إذا ملك ألف سبعون يوم كل فيه يصلي المعمور البيت هذا فقال جبريل فسألت المعمور البيت لي فرفعرقم ( البخاري، رواه عليهم ما آخر إليه رقم 3207يعودوا )164ومسلم

“Lalu diperlihatkan kepadaku Baitul Makmur, lalu aku bertanya kepada Jibril, maka dia berkata, ‘Itu adalah Baitul Makmur, di dalamnya setiap hari ada 70 ribu malaikat melakukan shalat, jika mereka keluar, tidak ada yang kembali yang paling akhir dari mereka.” (HR. Bukhari, noi. 3207 dan Muslim, no. 164)

Ath-Thabari meriwayatkan dalam tafsirnya, 21/127, dari Ibnu Masud radhiallahu anhu, dia berkata,

 “Sesungguhnya dalam seluruh lapisan langit, terdapat langit yang di dalamnya tidak tersisa luas sejengkal kecuali di atasnya menjadi tempat kening malaikat atau tempat kakinya berpijak.’ Kemudian dia membaca,

رقم ( " الصحيحة، في الألباني صححه حون المسب لنحن ا وإن الصافون لنحن ا )1059وإن

Page 59: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

“Kami adalah makhluk pilihan dan kami adalah makhluk yang selalu bertasbih.” (Dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam As-Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1059)

Ibadah seperti ini tidak akan mampu ditanggung manusia, sedangkan malaikat tidak lemah dan tidak bosan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

: فصلت ( سورة يسأمون لا وهم هار والن يل بالل له حون يسب ك رب عند ذين فال استكبروا )38فإن

“Jika mereka menyombongkan diri, Maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.” SQ. Fusilat: 38

Adapun manusia memiliki sifat-sifat kemanusiaan, termasuk para Nabi dan Rasul Allah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berbeda dari malaikat dalam sifat dan wataknya. Malaikat mampu melakukan ibadah yang tidak mampu dilakukan manusia.

Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa mereka lebih baik dari manusia, karena ibadah mereka lebih agung dan lebih banyak sesuai dengan status mereka sebagai manusia dan memiliki tabiat manusia. Namun ketika mereka ke tempat yang tinggi dalam taat kepada Rabbnya, maka mereka memiliki keutamaan khusus dan kedudukan mulia, sehingga ada salah seorang ulama bahwa manusia yang saleh lebih utama kedudukannya dari malaikat, karena malaikat tidak memiliki sifat-sifat keburukan dan kemaksiatan, adapun manusia yang saleh, maka mereka memiliki unsur-unsur tersebut namun mereka dapat mengatasinya dan menundukkannya dalam rangka ketaatan kepada Allah.

Syaikhul Islam ditanya tentang umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang taat, apakah mereka lebih utama dari malaikat?

Beliau menjawab, “Terdapat riwayat dari Abdullah bin Amr, dia berkata, ‘Sesungguhnya para malaikat berkata, ‘Wahai Tuhanku, Engkau jadikan anak Adam makan di dunia dan minum serta bersenang-senang. Jadikan untuk kami akhirat sebagaiman Engkau jadikan untuk mereka dunia.” Dia berkata, “Tidak saya lakukan.” Kemudian mereka ulangi lagi permintaannya, Dia tetap berkata, ‘Aku tidak akan lakukan.’ Diulangi sebanyak dua atau tiga kali. Lalu dia berkata, “Demi KeagunganKu, Aku tidak akan menjadikan orang saleh dari keturunan makhluk yang Aku ciptakan dengan kedua tanganKu seperti makhluk yang aku katakan kepadanya ‘Jadilah’ maka di jadi demikian.” Disebutkan oleh Utsman bin Said Ad-Darimi.

Dari Abdullah bin Salam dia berkata, “Tidaklah Allah ciptakan makhluk yang lebih mulia dari Nabi Muhammad. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Tidak juga Jibril dan Mikail?’ Maka dia berkata kepada penanya, “Tahukah kamu siapakah Jibril dan Mikail?’ Sesungguhnya Jibril dan Mikail adalah makhluk yang telah ditundukkan seperti langit dan bulan. Maka tidak ada makhluk yang Allah ciptakan lebih mulia dari Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Aku tidak ketahui ada seorang pun dari shahabat yang berbeda pendapat demikian. Ini adalah pendapat yang masyhur dari Ahlussunnah dari kalangan para shahabat dan imam mazhab yang empat serta lainnya, yaitu bahwa para nabi dan wali lebih utama dari malaikat.”

(Majmu Fatawa, 4/344)

Dia juga berkata, “Adam Allah ciptakan dari tanah, setelah Allah ciptakan dan tiupkan ruhNya padanya, Dia perintahkan malaikat untuk sujud kepadanya dan Dia memberikannya keutamaan dengan mengajarkannya nama-nama segala sesuatu dan bahwa penciptaannya dengan kedau tangannya, dan lain sebagainya. Maka dia (Adam) dan orang-orang saleh dari kalangan manusia lebih utama dari malaikat, meskipun manusia diciptakan dari tanah dan malaikat diciptkan dari cahaya.”

(Majmu Fatawa, 11/95)

Ibnu Qayim rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan dari unsur yang tidak lebih baik menjadi sesuatu yang lebih utama dari selainnya. Hal ini menunjukkan sempurnanya kekuasaan Allah Ta’ala. Karena itu, Nabi Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa dan Nuh serta para Rasul lebih utama dari malaikat. Mazhab Ahlussunnah berpendapat bahwa manusia saleh lebih utama dari malaikat. Meskipun unsur mereka berasal dari cahaya, sedangkan unsur manusia dari debu.” (Ash-Shawa’iq Al-Mursalah, 3/1002)

Dia juga berkata, “Manusia yang saleh lebih utama dibanding malaikat, karena malaikat ibadah mereka bebas dari tuntutan hawa nafsu dan syahwat manusiawi. Dia bersumber dari tidak adanya pertentangan dan perlawanan. Dia bagaikan jiwa bagi orang yang hidup. Adapun ibadah manusia, dia bersumber Tarik menarik dalam diri manusia, serta setelah menundukkan hawa nafsu dan tuntutan-tuntang manusiawi lainnya, maka dia lebih sempurna. Karena itu, pendapat kebanyakan menyatakan bahwa orang seperti itu, lebih mulia dari malaikat berdasarkan pandangan seperti ini.” (Thariqul Hijratain, hal. 349-350)

Adapula yang memandang dari sudut pandang lainnya dalam masalah ini. Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Siapa yang lebih utama antara malaikat dengan orang-orang saleh merupakan perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Masing-masing telah mengemukakan dalilnya dari nash. Akan tetapi pendapat yang lebih kuat

Page 60: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

adalah bahwa orang-orang saleh lebih mulia dari malaikat dari segi akhirnya. Karena Allah Ta’ala akan membalas mereka berupa pahala, sementara sepeti yang kami ketahui, para malaikat tidak mendapatkannya.

Bahkan para malaikat di tempat mereka, maksudnya di tempat orang-orang saleh di surga akan datang menemui mereka dan mengucapkan selamat kepada mereka dengan berkata,

Adapun dari sisi permulaan, maka malaikat lebih utama, karena mereka dicipktakan dari cahaya dan diciptakan untuk taat kepada Allah Azza wa Jalla serta kekuatan untuk itu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang malaikat penjaga neraka,

يؤمرون ما ويفعلون أمرهم ما ه الل يعصون لا شداد غلاظ ملائكة عليها

“Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” SQ. At-Tahrim : 6

يفترون * لا هار والن يل الل حون يسب يستحسرون ولا عبادته عن يستكبرون لا عنده ومن

“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” SQ. Al-Anbiya’ : 19-20.

Ini merupakan pendapat yang dapat menengahi masalah ini.

Selebihnya, membicarakan terlalu dalam masalah ini untuk mengetahui siapa yang lebih utama antara manusia saleh atau malaikat termasuk perkara yang tak mendesak bagi seseorang untuk mengetahui dan memahaminya.

(Fatawa Nurun Aladdarb, 8/6)

Beliau benar, karena masalah ini dan yang semacamnya tidak penting bagi seorang hamba untuk memperdalamnya dan berdebat untuknya, tentang siapakah di antara mereka yang paling utama? Apakah manusia yang paling taat beribadah apa malaikat? Ini merupakan perkara yang tidak mendasar dan tidak penting bagi seorang muslim untuk mengetahui tentang siapa di antara mereka yang lebih utama dan lebih sempurna. Yang seharusnya diperhatikan setiap muslim adalah bagaimana dia berusaha agar dirinya menjadi orang saleh dengan taat kepada Tuhannya.

Wallahu ta’ala a’lam.

Perbedaan antara wali-wali Allah dan wali-wali syaithon

Anggapan yang telah menyebar di kaum muslimin pada umumnya, terutama yang ada di Indonesia bahwasanya yang disebut wali Allah adalah orang-orang yang memiliki kekhususan-kekhususan yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa. Yaitu mampu melakukan hal-hal yang ajaib yang disebut dengan karomah para wali. Sehingga jika ada seseorang yang memiliki ilmu yang tinggi tentang syari’at Islam namun tidak memiliki kekhususan ini maka kewaliannya diragukan. Sebaliknya jika ada seseorang yang sama sekali tidak berilmu bahkan melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah ta’ala, namun dia mampu menunjukan keajaiban-keajaiban (yang dianggap karomah) maka orang tersebut bisa dianggap sebagai wali Allah. 

Hal ini disebabkan karena kaum muslimin (terutama yang di Indonesia) sejak kecil telah ditanamkan pemahaman yang rusak ini. Apalagi ditunjang dengan sarana-sarana elektronik seperti adanya film-film para sunan yang menggambarkan kesaktian para wali[1]. Tentunya hal ini adalah sangat berbahaya yang bisa menimbulkan rusaknya aqidah kaum muslimin.

Ketahuilah Allah ta’ala telah menjelaskan dalam kitab-Nya dan sunnah Rosul-Nya bahwasanya Allah ta’ala memiliki wali-wali dari golongan manusia dan demikian pula syaithon juga memiliki wali-wali dari golongan manusia. Maka Allah  membedakan antara para wali Allah dan para wali syaithon.[2] Sebagaimana firman Allah ta’ala :

 

} إلى ور الن من يخرجونهم الطاغوت أولياؤهم كفروا ذين وال ور الن إلى الظلمات من يخرجهم آمنوا ذين ال ولي ه الل: ) } البقرة خالدون فيها هم ار الن أصحاب أولئك )257الظلمات

Allah adalah wali (penolong) bagi orang-orang yang beriman. Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir penolong-penolong mereka adalah thogut yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan-kegelapan. (Al-Baqoroh : 256)

Page 61: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

} ما إن لون يتوك هم رب وعلى آمنوا ذين ال على سلطان له ليس ه إن جيم الر يطان الش من ه بالل فاستعذ القرآن قرأت فإذا: ) } النحل مشركون به هم ذين وال ونه يتول ذين ال على )98-100سلطانه

Jika engkau membaca Al-Qur’an maka berlidunglah kepada Allah dari (godaan) syaithon yang terkutuk. Sesungguhnya tidak ada kekuatan baginya terhadap orang-orang yang beriman dan mereka bertawakal kepada Robb mereka. Hanyalah kekuatannya terhadap orang-orang yang berwala’ kepadanya dan mereka yang dengannya berbuat syirik. (An-Nahl :98-100)

} : ) } النساء مبينا خسرانا خسر فقد ه الل دون من وليا يطان الش خذ يت )119ومن

Dan barangsiapa yang menjadikan syaithon sebagai wali selain Allah maka dia telah merugi dengan kerugian yang nyata (An-Nisa’ : 119)

} يطان الش كيد إن يطان الش أولياء فقاتلوا الطاغوت سبيل في يقاتلون كفروا ذين وال ه الل سبيل في يقاتلون آمنوا ذين ال: ) } النساء ضعيفا )76كان

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang kafir berperang di jalan thogut. Maka perangilah para wali-wali syaithon sesungguhnya tipuan syaithon itu lemah. (An-Nisa’ : 76)[3]

Maka wajib bagi kita untuk membedakan manakah yang merupakan wali-wali Allah dan manakah yang merupakan wali-wali syaithon, sebagaimana Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membedakannya.[4]

Definisi wali

Wali diambil dari lafal al-walayah yang merupakan lawan kata dari al-‘adawah. Adapun arti dari al-walayah adalah al-mahabbah (kecintaan) dan al-qorbu (kedekatan). Sedangkan arti al-‘adawah adalah al-bugdlu (kebencian) dan al-bu’du (kejauhan). Sedangkan wali artinya yang dekat.[5]

Siapakah yang disebut wali Allah ?

Yang disebut wali Allah adalah orang yang dia mencintai Allah ta’ala dan dekat dengan Allah ta’ala. Dan orang seperti ini harus memiliki sifat-sifat berikut :

1.      Dia harus ittiba’ (mengikuti) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjalankan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi larangan-larangan beliau. Berdasarkan firman Allah ta’ala:

} : ) } عمران آل رحيم غفور ه والل ذنوبكم لكم ويغفر ه الل يحببكم بعوني فات ه الل ون تحب كنتم إن )31قل

Katakanlah :”Jika kalian mencintai Allah maka ikutlah aku maka Allah akan mencintai kalian dan memaafkan kalian dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Ali Imron :31)

Ayat ini merupakan ayat ujian yang turun untuk menguji orang-orang yang mengaku mencintai Allah ta’ala (termasuk di dalamnya orang yang mengaku dia adalah wali Allah). Jika dia benar mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka kecintaannya kepada Allah ta’ala adalah benar, dan jika tidak maka cintanya adalah dusta.

2.      Dia harus bersifat lembut kepada kaum muslimin dan keras kepada kaum kafir, dan berjihad di jalan Allah dan tidak takut dengan celaan orang-orang yang mencela, sesuai dengan firman Allah ta’ala:

} الكافرين على ة أعز المؤمنين على ة أذل ونه ويحب هم يحب بقوم ه الل يأتي فسوف دينه عن منكم يرتد من آمنوا ذين ال ها أي يا: ) } المائدة عليم واسع ه والل يشاء من يؤتيه ه الل فضل ذلك لائم لومة يخافون ولا ه الل سبيل في )54يجاهدون

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang mutad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 5:54)

Hal ini sangatlah bertentangan dengan sifat sebagian orang yang mengaku dirinya wali, atau dianggap wali oleh masyarakat yang sifatnya sangat dekat dengan orang-orang kafir, bahkan mengagumi orang-orang kafir.

3.      Dia harus bertaqwa dan beriman, yaitu beriman dengan hatinya dan bertaqwa dengan anggota tubuhnya, sesuai dengan firman Allah ta’ala:

} -: ) } يونس قون يت وكانوا آمنوا ذين ال يحزنون هم ولا عليهم خوف لا ه الل أولياء إن )6263ألا

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih (hati). (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. (Yunus : 62,63)

Page 62: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Maka barangsiapa yang mengaku sebagai wali Allah namun tidak memiliki sifat-sifat ini maka dia adalah pendusta.[6]

Orang Gila Wali???

Oleh karena itu sungguh keliru persangkaan sebagian orang yang mengangkat orang gila sebagai wali. Bahkan sebagian orang meyakini bahwa orang gila tersebut hanyalah telah sampai kepada derajat kewalian jika telah gila dan tatkala ia belum gila ia belum menjadi wali sejati.

Berkata Ibnu Taimiyah dalam Al-Furqon ((Jika seorang hamba tidak bisa menjadi seorang wali hingga menjadi seorang yang beriman dan bertakwa…maka tentu telah diketahui bahwa tidak seorangpun dari orang-orang kafir dan orang-orang munafik yang merupakan wali Allah maka demikan pula orang-orang yang tidak sah imannya dan ibadahnya –meskipun mereka tidak berdosa misalnya- …sebagaimana orang gila dan anak-anak karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda

يحتلم ى حت الصبي وعن يستيقظ ى حت ائم الن وعن يفيق ى حت عقله على المغلوب المجنون عن ثلاثة عن القلم رفع

“Diangkat pena dari tiga (golongan), orang gila yang hilang akalnya hingga sadar, dari orang yang tidur hingga terjaga dan dari anak kecil hingga bermimpi (dewasa)”[7]

…Namun anak-anak yang mumayyiz (telah bisa membedakan/ sudah ngerti jika diberi tahu-pen) maka sah ibadah mereka dan diberi pahala menurut pendapat mayoritas ulama. Adapun orang gila yang diangkat pena darinya maka ibadahnya sama sekali tidak sah berdasarkan kesepakatan para ulama, tidak sah keimanan yang dilakukannya (sebagaimana juga jika ia melakukan kekufuran), sholat, dan ibadah-ibadah yang lainnya.

Bahkan menurut seluruh orang yang berakal bahwasanya orang gila tidak layak untuk mengerjakan urusan-urusan duniawi seperti berdagang dan industri. Maka tidak layak untuk menjadi penjual kain, atau penjual minyak wangi, tukang besi, tukang kayu. Dan tidak sah transaksi-transaksi yang dilakukannya, tidak sah penjualannya, pembeliannya, nikahnya, cerainya, pembenarannya, persaksiannya, dan perkataan-perkataannya yang lainnya, bahkan seluruh perkataannya semuanya tidak ada artinya, tidak berkaitan dengan hukum syar’i, tidak ada pahalanya, dan tidak ada hukuman.

Maka jika orang gila tidak sah keimanannya, ketakwaannya, demikian juga taqorrubnya kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban dan perkara-perakara yang sunnah, maka tidak boleh seorangpun yang meyakini bahwa ia adalah wali Allah, apalagi dalihnya adalah karena mukasyafat yang ia dengar dari orang gila tersebut atau karena perbuatan orang gila itu seperti ia telah melihat orang gila itu menunjuk kepada seseorang lalu orang tersebut meninggal atau terkapar. Karena sesungguhnya telah diketahui bahwasanya orang-orang kafir dan orang-orang munafik dari kalangan kaum musyrikin dan ahlul kitab mereka juga memiliki mukasyafaat (mengungkap tabir rahasia)[8] dan perbuatan-perbuatan yang dibantu syaitan seperti para dukun dan tukang sihir…maka tidak boleh bagi seorangpun hanya sekedar berdalih dengan hal-hal tersebut untuk menunjukan bahwa seseorang adalah wali Allah -meskipun ia tidak mengetahui apakah orang itu melakukan perkara-perkara yang membatalkan kewaliannya kepada Allah-)).

Ibnu Abil ‘Izz berkata, “Adapun yang terjadi pada sebagian mereka -tatkala mendengar lagu-lagu yang indah- berupa igauan dan berbicara dengan bahasa-bahasa yang lain dengan bahasa yang biasa digunakannya, maka itu adalah syaitan yang berbicara melalui lisannya sebagaiman syaitan yang berbicara melalui lisan orang yang kemasukan syaitan. Ini semua merupakan perbuatan-perabuatan syaitan.

Bagaimanakah mungkin hilangnya akal merupakan sebab atau ibadah atau syarat untuk menjadi wali Allah??, sebagaimana yang disangka oleh banyak orang-orang sesat. Bahkan seorang dari mereka berkata,

ال قوا وخر ظام الن حلو معشر نفل              هم ولا لديهم فرض فلا سياج

جنونهم سر أن إلا العقل                 مجانين يسجد أبوابه على عزيز

Mereka (orang-orang gila yang dianggap wali) telah membuka (ikatan) aturan (syari’at) dan mereka memporak-porandakan pagar-pagar (aturan).

Maka tidak ada lagi (yang namanya) kewajiban bagi mereka dan tidak juga (yang namanya) sunnah (mustahab).

Orang-orang gila, hanya saja rahasia kegilaan mereka adalah besar dimana akal sujud pada  pintu-pintu rahasia tersebut

Dan ini adalah perkataan orang yang sesat bahkan kafir, yang menyangka bahwa pada kegilaaan ada sebuah rahasia yang akal sujud pada pintu rahasia tersebut karena ia melihat dari sebagian orang-orang gila tersebut suatu mukaasyafah (penglihatan di masa datang) atau tindakan yang ajaib yang luar biasa yang hal itu disebabkan bantuan syaitan sebagaimana yang terjadi pada para tukang sihir dan para dukun. Maka orang sesat ini menyangka bahwa setiap orang yang bisa mukasyafah atau melakukan hal yang luar biasa adalah seorang wali Allah. Barangsiapa yang berkeyakinan seperti ini maka ia adalah kafir. Allah telah berfirman

Page 63: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

} : ) } , الشعراء أثيم أفاك كل على ل نز ياطين الش ل تنز من على ئكم أنب )222 -221هل

Apakah akan aku beritahukan kepadamu, kepada siapkah syaithon-syaithon itu turun ?, mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak dosa. Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaithon) itu, dan kebanyakan mereka adalah pendusta. (As-Syu’aro’ : 221-222)

Dan setiap orang yang syaitan turun kepadanya maka pasti ia melakukan kedustaan dan kefajiran”[9]

Ibnu Abil ‘Izz berkata, “Barangsiapa yang meyakini bahwa sebagian orang-orang dungu (agak gila) –yang meninggalkan ittiba’ (mengikuti) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baik dalam pembicaraannya, amalan-malannya, maupun keadaan-keadaannya- bahwsanya mereka termasuk wali-wali Allah, dan lebih utama daripada para pengikut jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia adalah orang yang sesat, mubtadi’, dan salah dalam beraqidah. Karena orang dungu tersebut kalau bukan ia adalah syaitan yang zindiiq…, atau seorang gila yang mendapat udzur. Maka bagaimana ia bisa lebih mulia daripada orang yang termasuk wali-wali Allah yang mengikuti sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam??? Atau menyamainya???. Dan tidaklah dikatakan bahwa mungkin saja orang dungu ini mengikuti sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di batin meskipun ia meninggalkan ittiba’ di dzohir??. Ini sesungguhnya juga merupakan kesalahan, dan yang wajib adalah mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam baik secara batin maupun secara zhohir”[10]

Diantara mereka ada yang berdalil dengan hadits yang lemah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

البله أهلها أكثر فرأيت ة الجن على اطلعت

“Aku melihat surga ternyata aku lihat mayoritas penghuninya adalah orang-orang dungu”[11]

Ibnu Abil ‘Izz berkata[12], “Hadits ini tidak sah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak boleh dinisbahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena surga hanyalah diciptakan bagi ulil Albab yang akal mereka mengantarkan mereka kepada beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, dan hari ahkir. Allah telah menyebutkan para penghuni surga beserta ciri-ciri dan sifat-sifat mereka dalam Al-Qur’an dan Allah (sama sekali) tidak menyebutkan bahwa diantara sifat penduduk surga adalah kedunguan. (Yang benar) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah bersabda

الفقراء أهلها أكثر فرأيت ة الجن على اطلعت

“Aku melihat surga ternyata aku lihat mayoritas penghuninya adalah orang-orang faqir”[13]

Islam adalah agama yang menyeru manusia untuk menggunakan akalnya memikirkan ayat-ayat Allah, dan bukanlah agama yang menyeru kepada kedunguan apalagi kegilaan, karena hal ini tidakalah bisa diterima fitroh manusia, tidak diterima oleh akal sehat, bahkan orang gilapun mungkin tidak menerimanya.

Akal adalah anggota tubuh yang membedakan antara hewan dan manusia, akal merupakan tempat memahami, dengan akal seseorang bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan, antara hak dan batil. Oleh karena itu agama Islam sangat memperhatikan penjagaan akal dan menjadikan sebagai tempat digantungkannya “taklif” (beban untuk menjalankan hukum-hukum syari’at) dan Islam menjatuhkan taklif bagi orang yang kehilangan akal sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

يحتلم حتى الصبي وعن يستيقظ حتى النائم وعن يفيق حتى عقله على المغلوب المجنون عن ثلاثة عن القلم رفع

“Diangkat pena dari tiga (golongan), orang gila yang hilang akalnya hingga sadar, dari orang yang tidur hingga terjaga dan dari anak kecil hingga bermimpi (dewasa)”[14]

Oleh karena itu merupakan perbuatan kriminal seseorang terhadap akalnya sendiri dengan meniadakan fugsi akal dan menghentikan aktifitas akal. Orang tersebut pantas untuk dihukum akibat perbuatan kriminalnya tersebut walaupun pada hakikatnya orang tersebut telah berbuat kriminal terhadap dirinya sendiri dimana ia telah menutup akalnya sehingga jadilah ia seperti hewan atau lebih parah yang tidak bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan karena alat yang digunakannya untuk membedakan telah ia rusakan fungsinya.

Apakah merupakan tindakan seorang yang memiliki akal untuk berusaha untuk menghilangkan fungsi akalnya?? yang akal merupakan alat yang sangat teliti yang mampu mencatat masa lalunya dengan baik serta membuatnya berjalan dalam jalan yang teratur, serta memberikan gambaran yang baik di  masa depan, apakah ada orang yang berakal yang ingin menghilangkan fungsi akalnya??. Sesungguhnya orang yang menghilangkan fungsi akalnya dengan sengaja, perbuatannya itu menunjukan bahwa ia bisa tanpa akalnya, ia tidak butuh dengan akalnya, ia ingin berjalan di atas muka bumi dengan keadaannya yang tanpa akal, dia ingin seperti hewan-hewan yang tidak bisa membedakan, atau seperti benda-benda mati yang tidak bisa merasakan apa yang terjadi di daerah sekitarnya[15]

Oleh karena itu orang-orang yang mendengarkan lagu-lagu hingga pingsan (hilang akal mereka) adalah para mubtadi’ yang sesat, tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk berusaha melakukan perkara-perkara yang

Page 64: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

menyebabkan hilangnya akalnya, tidak ada seorang sahabat maupun seorang tabi’in pun yang melakukan demikian, bahkan tatkala mereka mendengarkan Al-Qur’an. Akan tetapi mereka sebagaimana yang disifatkan oleh Allah

الأنفال ( : لون يتوك هم رب وعلى إيمانا زادتهم آياته عليهم تليت وإذا قلوبهم وجلت الله ذكر )2إذا

Apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal (QS. 8:2)

ه الل ذكر إلى وقلوبهم جلودهم تلين ثم هم رب يخشون ذين ال جلود منه تقشعر مثاني متشابها كتابا الحديث أحسن ل نز ه اللالزمر ( : هاد من له فما ه الل يضلل ومن يشاء من به يهدي ه الل هدى )23ذلك

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah.Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (QS. 39:23)[16]

Yang lebih parah dari orang gila yaitu yang diketahui melakukan perkara-perkara yang membatalkan tauhid, apakah seorang wali??

Ibnu Taimiyah berkata, ((Bagaimana lagi jika diketahui bahwasanya ia telah melakukan hal-hal yang membatalkan kewalian kepada Allah??, misalnya diketahui bahwasanya (1) ia tidak meyakini wajibnya mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara dzohir dan batin namun ia hanya meyakini wajibnya mengikuti Rasulullah pada syari’at-syari’at yang dzhahir dan bukan yang batin, atau (2) meyakini bahwa para wali memiliki jalan menuju Allah yang berbeda dengan jalan para nabi. Atau (3) ia berkata bahwa para nabi hanyalah mempersulit jalan atau (4) para nabi hanyalah teladan bagi orang-orang umum dan bukan teladan bagi orang-orang khusus dan yang semisalnya yang telah keluar dari mulut-mulut orang-orang yang mengaku-ngaku mereka adalah wali-wali Allah. Mereka ini terdapat pada mereka perkara-perkara kekufuran yang membatalkan keimanan apalagi kewalian??. Barangsiapa yang berdalil dengan hal-hal aneh yang dilakukan oleh mereka untuk menunjukan kewalian mereka maka ia lebih sesat dari orang-orang Yahudi dan Nasrani))

Berkata Syaikh Sholeh Alu Syaikh, ((Inilah yang menyebabkan bid’ah-bid’ah dan kesyirikan tersebar merajalela di negeri-negeri dikarenakan kesalahan keyakinan tentang wali (yaitu meyakini bahwa wali adalah orang yang bisa melakukan hal yang luar biasa meskipun ia adalah ahli maksiat –pen). Karena jika wali (palsu yang pada hakekatnya bukan wali) hidup dan fasik maka ia menjadikan masyarakat suka terhadap sebagian kemungkaran atau sebagian bid’ah agar ia bisa memperoleh uang atau kedudukan atau yang lainnya dari mereka. Masyarakatpun meyakini bahwa ia adalah seorang wali lalu merekapun mengikuti kemungkaran dan kebid’ahan yang dilakukannya itu. Mereka berkata “Ini adalah wali fulan”. Untuk bisa menghancurkan kondisi yang seperti ini adalah dengan menegakkan dalil (menanamkan keyakinan kepada masyarakat) bahwa kewalian tidaklah diperoleh kecuali bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa… (namun) para wali pendusta mereka menyebarkan kepada masyarakat bahwa amalan dzohir para wali tidak sama dengan amalan batin mereka sehingga mereka ingin menepis penjelasan (ahlussunnah) yang benar ini. Mereka berkata, “Wali ini dzohirnya mengamalkan perkara-perkara (maksiat) namun di batinnya hatinya dan amalannya adalah untuk Allah. Diantara mereka ada suatu kelompok yang namanya “Al-Malamiyah” yang mereka adalah orang-orang yang karena ingin ikhlas maka mereka menampakkan perkara-perkara yang menyelisihi tauhid atau menyelisishi keistiqomahan, atau menyelisihi keikhlasan agar mereka dituduh dengan riya’[17]. Mereka berkata, “Kami menampakkan seperti ini demi keikhlasan” agar tidak dikatakan bahwasanya mereka adalah orang-orang yang riya’. Maka merekapun menyembunyikan ketaatan mereka dan mereka menampakkan kefasikan agar mereka tidak berbuat riya’ di hadapan manusia. Al-Fudhail bin ‘Iyadh telah berkata tentang orang-orang semodel mereka ini, شرك الله لغير العمل وترك رياء الله لغير Beramal karena selain“ العملAllah adalah riya’ dan meninggalkan amal karena selain Allah adalah kesyirikan”. Mereka menyangka mereka telah terlepas dari riya’ namun mereka terjatuh dalam kesyirikan karena mereka telah meninggalkan amal karena manusia…yaitu meninggalkan amalan-amalan yang wajib.))[18]

Seorang wali tidaklah maksum sebagaimana seorang nabi

Namun perlu diperhatikan bukanlah syarat seorang wali dia harus ma’sum (tidak pernah berbuat salah), dan tidak pula dia harus menguasai seluruh ilmu syari’at. Bahkan boleh baginya tidak mengetahui sebagian syari’at atau masih samar baginya sebagian perkara agama. Oleh karena itu tidak wajib bagi manusia untuk mengimani seluruh apa yang dikatakan oleh seorang wali Allah karena dia bukanlah seorang nabi, tetapi seluruh yang dikatakannya dikembalikan kepada ajaran Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika sesuai, maka perkataannya diterima dan jika tidak, maka ditolak. Jika tidak diketahui apakah sesuai atau tidak dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tawaquf.[19] Dan inilah sikap yang benar kepada wali Allah. Adapun sikap yang salah kepada wali Allah yaitu membenarkan semua apa yang diucapkan dan yang dilakukannya, atau sebaliknya jika melihat dia mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyelisihi syari’at maka langsung mengeluarkan dia dari kewaliannya.[20]

Umar bin Al-Khotthob merupakan contoh wali Allah namun ia tidaklah maksum

Page 65: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Umar bin Al-Khottob radhiyallahu ‘anhu adalah contoh seorang wali Allah,  yang Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentangnya

عمر ه فإن أحد أمتي من يكن فإن محدثون ناس الأمم من قبلكم فيما كان قد

Pada umat-umat sebelum kalian ada orang-orang yang muhaddatsun (yang mendapatkan sejenis ilham dari Allah)[21]. Kalaupun ada di kalangan umatku satu orang, maka dia adalah Umar.[22]

به يقول عمر لسان على الحق وضع الله إن

Sesungguhnya Allah meletakkan kebenaran pada lisan Umar yang ia mengucapkan kebenaran tersebut.[23]

عمر لكان بعدي نبي كان لو

Kalaulah ada nabi setelahku maka dia adalah Umar.[24]

Hadits-hadits ini jelas menunjukan bahwasanya Umar radhiyallahu ‘anhu adalah seorang wali Allah, bahkan beliau mendapatkan ilham dari Allah. Selain itu beliau pernah melakukan hal-hal yang ajaib sebagaimana beliau pernah mengutus sebuah pasukan dan beliau mengangkat seorang pemuda yang bernama Sariyah untuk memimpin pasukan tersebut. Tatkala Umar sedang berkhutbah di atas mimbar, beliau berteriak :”Wahai Sariyah, gunung !, wahai Sariyah, gunung !”. Lalu utusan pasukan tersebut menemui Umar dan berkata : “Wahai Amirul Mu’minin, kami bertemu musuh, tiba-tiba ada suara teriakan :”Wahai Sariyah, gunung!”, lalu kami menyandarkan punggung-punggung kami ke gunung kemudian Allah memenaggkan kami”.[25]

Beliau juga sangat ditakuti oleh Syaitan sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Umar,

فجك غير فجا سلك إلا ا فج سالكا قط يطان الش لقيك ما بيده نفسي ذي وال الخطاب بن يا

“Wahai Ibnul Khotthob, -demi Yang jiwaku berada di tanganNya- tidaklah syaitan bertemu dengan engkau di jalan manapun kecuali ia mencari jalan yang lain”[26]

Namun hal ini tidak menunjukan bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu harus ma’sum (terjaga dari kesalahan). Kesalahan yang pernah beliau lakukan diantaranya [27]:

1. Yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berumroh pada tahun ke enam Hijroh bersama sekitar 1400 kaum muslimin –mereka itu adalah yang berbai’at di bawah pohon- dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengadakan perjanjian damai (perjanjian Hudaibiyah) dengan kaum musyrikin setelah melalui perundingan dengan kaum musrikin. Keputusan perundingan tersebut adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum mukminin kembali ke Madinah pada tahun ini dan akan berumroh pada tahun yang akan datang. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi beberapa syarat terhadap mereka yang dalam syarat-syarat tersebut ada tekanan kepada kaum muslimin secara dzohir, sehingga hal itu memberatkan kebanyakan kaum muslimin, sedangkan Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui dengan maslahat yang ada di balik itu. Umar radhiyallahu ‘anhu termasuk orang yang tidak setuju dengan hal itu, lalu berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :”Wahai Rosulullah, bukankah kita di atas kebenaran dan musuh kita di atas kebatilan ?”, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :”Benar”, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata lagi :”Bukankah orang-orang yang terbunuh diantara kita masuk ke dalam surga dan orang-orang yang terbunuh di antara mereka masuk ke dalam neraka?”, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :”Benar”. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata :”Kenapa kita bersikap merendah pada agama kita?”, Nabi berkata :”Aku adalah Rosulullah dan Allah adalah penolongku dan aku bukanlah orang yang bermaksiat kepadanya.”, Umar radhiyallahu ‘anhu berkata :”Bukankah engkau berkata kepada kami bahwa kita akan mendatangi baitulloh dan berthowaf ?”, Nabi berkata :”Benar”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi:”Apakah aku mengatakan kepadamu sesungguhnya engkau akan mendatanginya pada tahun ini?”, Umar radhiyallahu ‘anhu berkata :”Tidak”, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :”Sesungguhnya engkau akan mendatanginya dan berthowaf.”

Umar pun mendatangi Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan berkata kepadanya sebagaimana perkataannya kepada Rosulullah. Dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pun menjawab sebagaimana jawaban Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal dia tidak mendengar jawaban Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (kepada Umar). Dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang lebih sering sesuai dengan Allah dan Rosul-Nya dari pada Umar radhiyallahu ‘anhu, dan Umar radhiyallahu ‘anhu mengakui kesalahannya dan berkata :”Aku benar-benar akan mengamalkannya”[28]

2. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Umar mengingkari kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun tatkala Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata :”Sesungguhnya dia telah wafat”, maka Umar radhiyallahu ‘anhu pun menerimanya.[29]

3. Ketika Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat, maka Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu :”Bagaimana bisa kita memerangi manusia, sedangkan Rosulullah bersabda :”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku adalah Rosulullah. Apabila mereka mengakui hal ini

Page 66: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

maka terjagalah darah-darah dan harta-harta mereka, kecuali dengan haknya””, maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata :”Bukanlah Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “kecuali dengan haknya”?, sesungguhnya zakat termasuk haknya. Demi Allah kalau mereka itu menolak untuk membayar zakat kepadaku yang mereka membayarnya kepada Rosulullah maka aku akan memerangi mereka karena ketidakmauan mereka”. Berkata Umar radhiyallahu ‘anhu :”Demi Allah tidaklah ada, kecuali aku melihat Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi (orang-orang yang enggan membayar zakat), maka aku mengetahui bahwasanya dia adalah benar”[30]

Faidah yang bisa diambil dari pemaparan ini adalah [31]:

a. Seorang wali tidak ma’sum, bisa berbuat salah, bahkan berkali-kali sebagaimana Umar yang salah berkali-kali.

b. Seorang wali bisa memiliki karomah sebagaimana Umar yang mendapat ilham dari Allah ta’ala.

c. Tidak berarti seseorang yang mendapat karomah berarti lebih mulia daripada wali Allah yang tidak ada karomahnya[32]. Sebagaimana Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu jelas lebih mulia daripada Umar radhiyallahu ‘anhu, namun dia tidak mendapatkan ilham dari Allah ta’ala dan tidak memiliki karomah-karomah sebagaimana yang dimiliki oleh Umar.

Berkata Ibnu Taimyah, ((Dan termasuk perkara yang perlu untuk diketahui bahwasanya karomah terkadang sesuai dengan kebutuhan seseorang. Jika seorang yang lemah imannya membutuhkan karomah atau orang yang butuh maka Allah memberikannya karomah untuk manguatkan imannya dan memenuhi kebutuhannya. Sehingga orang yang kewaliannya lebih sempurna tidak butuh kepada karomah tersebut, maka tidaklah datang kepadanya seperti karomah tersebut karena derajatnya yang tinggi. Dan tidak butuhnya ia kepada karomah tersebut bukan karena derajat kewaliannya yang kurang. Oleh karena itu munculnya karomah lebih banyak terjadi di generasi tabiin dari pada para sahabat. Berbeda dengan kejadian luar biasa yang terjadi melalui tangan-tangan para nabi untuk memberi petunjuk kepada manusia dan kebutuhan manusia…))

d. Seorang wali tetap harus melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah ta’ala dan Rosul-Nya dan menjauhi larangan-larangan Allah ta’ala dan Rosul-Nya. Sebagaimana Umar radhiyallahu ‘anhu yang tetap melaksanakan perintah Allah ta’ala dan RasulNya

e. Walaupun seorang wali, tapi perkataan dan perbuatannya harus ditimbang dengan Al-Kitab dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ma’sum. Sebagaimana ucapan Umar radhiyallahu ‘anhu dikembalikan (ditimbang) oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dengan Sunnah Nabi. Berkata Yunus bin Abdil A’la As-Shodafi : Saya berkata kepada Imam Syafi’i : “Sesungguhnya sahabat kami –yaitu Al-Laits- mengatakan :”Apabila engkau melihat sesorang bisa berjalan di atas (Permukaan) air, maka janganlah engkau anggap dia sebelum engkau teliti keadaan (amalan-amalan) orang tersebut, apakah sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah.”, lalu Imam Syafi’i berkata :”Al-Laits masih kurang, bahkan kalau engkau melihat seseorang bisa berjalan di atas air atau bisa terbang di udara, maka janganlah engkau anggap ia sebelum engkau memeriksa keadaan (amalan-amalan) orang tersebut apakah sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah”.[33]

Sehingga tidaklah benar anggapan bahwa Aresto adalah wali Allah karena Aresto adalah mentrinya Iskandar yang kafir (karena tidak ada wali Allah dari orang kafir), yang sebagian orang (diantaranya Ibnu Sina) menyangka bahwa Iskandar adalah Dzulqornain.[34]

f.  Seorang wali yang telah jelas bahwasanya perkataan atau perbuatannya menyelisihi Sunnah Nabi, maka dia harus kembali kepada kebenaran. Dan dia tidak menentangnya. Sebagaimana Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau tidak membantah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dengan berkata :”Tapi saya kan wali, saya kan mendapat ilham dari Allah, saya kan dijamin masuk surga, dan kalian harus menerima perkataan saya”

g.  Seorang wali harus mematuhi syari’at Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para Nabi saja kalau hidup sekarang harus mengikuti syari’at Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam apalagi para wali. Karena jelas para Nabi lebih bertaqwa daripada para wali dari selain Nabi. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :”Tidaklah Allah mengutus seorang nabipun kecuali Allah mengambil perjanjiannya, jika Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah diutus dan nabi tersebut masih hidup maka nabi tersebut harus benar-benar beriman kepadanya dan menolongnya. Dan Allah memerintah Nabi tersebut untuk mengambil perjanjian kepada umatnya kalau Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah diutus dan mereka (umat nabi tersebut masih) hidup maka mereka akan benar-benar beriman kepadanya dan menolongnya.”[35]

h.  Seorang wali tidak boleh menyombongkan dirinya dengan mengaku-ngaku bahwa dia adalah wali  sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul kitab yang mereka mengaku bahwa mereka adalah wali-wali Allah. Allah berfirman :

قى ات بمن أعلم هو أنفسكم وا تزك فلا

Dan janganlah kalian menyatakan diri-diri kalian suci. Dia (Allah) yang lebih mengetahui tentang orang yang bertaqwa. (An-Najm : 32 )

Orang mengaku dirinya adalah wali maka dia telah berbuat maksiat kepada Allah ta’ala karena telah melanggar larangan Allah ta’ala ini. Dan orang yang bermaksiat tidak pantas disebut wali Allah.[36]

Page 67: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

i.  Dan juga bukan termasuk syarat sebagai wali Allah yaitu dia harus memiliki karomah. Namun karomah merupakan tambahan kenikmatan yang Allah berikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki dari kalangan para wali-Nya.[37]

j.  Dan wali-wali Allah tidak memiliki ciri-ciri yang khusus pada perkara-perkara mubah yang bisa membedakannya dengan manusia yang lain.[38] Pakainnya sama, rambutnya sama, dan yang lainnya juga sama. Ciri-ciri wali tidaklah kembali pada perkara-perkara dunia, namun ciri-ciri wali kembali pada perkara-perkara akhirat. Oleh karena itu jelas kesalahan sebagian orang menyangka bahwa ahlu suffah telah mencapai derajat kewalian karena sekedar sifat mereka yang miskin dan kumuh[39], demikian juga sebagian orang yang menyangka bahwa ciri-ciri wali adalah orang yang memakai sorban, atau memakai tongkat, atau membawa selendang hijau, atau ciri-ciri yang lainnya.

Contoh-contoh karomah para wali Allah [40]:

1.      Amir bin Fahiroh mati syahid, maka mereka mencari jasadnya namun tidak bisa menemukannya. Ternyata ketika dia terbunuh dia diangkat dan hal ini dilihat oleh Amir bin Thufail. Berkata Urwah:”Mereka melihat malaikat mengangkatnya”[41]

2.      Kholid bin Walid ketika mengepung musuh di dalam benteng yang kokoh, maka para musuhpun berkata :”Kami tidak akan menyerah sampai engkau meminum racun”, lalu diapun meminum racun namun tidak mengapa.[42]

3.      Sa’ad bin Abi Waqqos adalah orang yang selalu dikabulkan do’anya. Dan dengan do’anya itulah dia berhasil mengalahkan pasukan Kisro dan menguasai Iroq.[43]

4.      Abu Muslim Al-Khoulani, dia pernah dicari oleh Al-Aswad Al-‘Anasi yang mengaku sebagai nabi. Lalu Al-Aswad bertanya kepada beliau :”Apakah engkau bersaksi bahwa saya adalah Rosul Allah?”, lalu dia berkata :”Saya tidak dengar”, lalu dia bertanya lagi :”Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah Rosul Allah?”, beliau menjawab :”Ya”. Lalu disiapkan api dan beliau dilemparkan ke api. Namun mereka mendapatinya sedang sholat di dalam kobaran api itu, api itu menjadi dingin dan keselamatan untuknya.[44]

5.      Sa’id Ibnul Musayyib, di waktu hari-hari yang panas, beliau mendengar adzan dari kuburan Nabi ketika tiba waktu-waktu sholat, dan mesjid dalam keadaan kosong (karena panasnya hari –pent), tidak ada seorangpun kecuali dia.[45]

6.      Uwais Al-Qoroni ketika wafat mereka menemukan di bajunya ada beberapa kain kafan yang sebelumnya tidak ada, dan mereka juga menemukan lubang yang digali di padang pasir yang sudah ada lahadnya. Lalu mereka mengafaninya dengan kefan-kafan teresbut dan menguburkannya di lubang tersebut.[46]

7.      Asid Bin Hudlair membaca surat Al-Kahfi lalu turunlah bayangan dari langit yang ada semacam lentera dan itu adalah para malaikat yang turun karena bacaannya.[47] Dan malaikat pernah menyalami Imron bin Husain radhiyallahu ‘anhu [48]. Salman radhiyallahu ‘anhu dan Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu makan di piring lalu piring mereka bertasbih atau makanan yang ada pada piring tersebut bertasbih.[49] Abbad bin Bisyr radhiyallahu ‘anhu dan Asid bin Hudlair radhiyallahu ‘anhu kembali dari Rosulullah pada malam yang gelap gulita. Maka Allah menjadikan cahaya bagi mereka berdua, dan tatkala mereka berpisah maka terpisah juga cahaya tersebut.[50]

8.      Muthorrif bin Abdillah jika memasuki rumahnya maka tempayan-tempayannya bertasbih bersamanya.[51] Dia bersama seorang sahabatnya berjalan di malam hari, lalu Allah menjadikan cayaha untuk mereka berdua.[52]

9.      Ahnaf bin Qois. Ketika dia wafat, tutup kepala milik seseorang terjatuh di kuburannya. Lalu orang tersebut mengambil topinya, dan dia melihat kuburan Ahnaf bin Qois telah menjadi seluas mata memandang.[53]

10.  Utbah Al-gulam, dia meminta kepada Allah tiga perkara, yaitu suara yang indah, air mata yang banyak, dan makanan yang diperoleh tanpa usaha. Dan jika dia membaca Al-Qur’an maka dia menangis dengan air mata yang banyak. Dan jika dia bernaung di rumahnya dia mendapatkan makanan dan dia tidak tahu dari manakah makanan tersebut.[54]

Siapakah wali-wali syaithon ?

Allah ta’ala berfirman :

} : } الزخرف قرين له فهو شيطانا له ض نقي حمن الر ذكر عن يعش 36ومن

Dan barang siapa yang berpaling dari pengajaran Ar-Rohman, kami adakan baginya syaithon yang menyesatkan, maka syaithon itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Az-Zukhruf : 36)

} : ) } , , الشعراء كاذبون وأكثرهم مع الس يلقون أثيم أفاك كل على ل نز ياطين الش ل تنز من على ئكم أنب )223 -221هل

Apakah akan aku beritahukan kepadamu, kepada siapkah syaithon-syaithon itu turun ?, mereka turun kepada tiap-

Page 68: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

tiap pendusta lagi banyak dosa. Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaithon) itu, dan kebanyakan mereka adalah pendusta. (As-Syu’aro’ : 221-223)

Contoh-contoh tipuan syaithon

1. Abdullah bin Soyyad. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menguji Ibnu Soyyad (seorang dukun yang hidup di zaman Nabi yang dia adalah seorang Yahudi). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya :”(Cobalah tebak) aku menyembunyikan sesuatu (di hatiku)”. Ibnu Soyyad berkata :”Ad-Dukh…Ad-Dukh..”.  Padahal sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menyembunyikan surat Ad-Dukhon. Lalu Nabi berkata kepadanya :”Cih, engkau tidak mampu melampaui kemampuanmu”[55]. Ibnu Soyyad hampir betul menebak apa yang ada di hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ini adalah suatu keajaiban, namun dengan bantuan syaithon. Karena seorang yang normal maka dia tidak akan bisa mengetahui isi hati manusia, bahkan Nabi pun tidak mengetahui isi hati manusia kecuali yang diberitahu oleh Allah ta’ala. Para sahabat pun (kecuali Hudzifah, karena dia telah diberitahu oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak mengetahui siapa-siapa saja orang munafik yang ada bersama mereka. [56]

2. Al-Aswad Al-‘Anasi yang mengaku sebagai nabi. Dia dibantu para syaithon yang memberitahukan kepadanya tentang perkara-perkara ghoib. Dan tatkala kaum muslimin memeranginya mereka khawatir para syaithonnya akan mengabarkan kepadanya apa yang mereka bicarakan tentang dirinya (yaitu bahwasanya dia akan dibunuh –pent). Namun istrinya sadar akan kekafiran suaminya maka diapun menolong kaum muslimin.[57]3. Musailamah Al-Kadzdzab yang juga mengaku sebagai nabi, memiliki syaithon-syaithon yang memberitahukan perkara-perkara gho’ib kepadanya dan membantunya melakukan hal-hal yang ajaib[58]. Diantaranya dia pernah meludah di sumur sehingga air sumur tersebut menjadi melimpah.[59]4. Al-Harits Ad-Dimasyqi, seorang pembohong besar yang muncul dan mengaku sebagi nabi di Syam pada zaman khalifah Abdul Malik bin Marwan (wafat tahun 86 H). Al-Harits memiliki kemampuan ajaib. Para syaithonnya melepaskan kedua kakinya dari belenggu, dan membuatnya kebal senjata, dan batu pualam bisa bertasbih jika dia sentuh dengan tangannya. Dan dia telah memperlihatkan kepada manusia sekelompok orang-orang sedang berjalan di udara dan naik kuda terbang di udara, dia berkata : “Mereka adalah malaikat”, padahal mereka adalah jin. Dan tatkala kaum muslimin menangkapnya untuk dibunuh, maka ada orang yang menombaknya di tubuhnya, namun tidak mempan. Maka Abdul Malik berkata kepadanya :”Engkau tidak menyebut nama Allah”. Lalu orang itu menyebut nama Allah dan berhasil membunuh Al-harits.[60]5. Lia ‘Aminuddin, yang mengaku sebagai Imam Mahdi dan mengaku telah didatangi oleh Jibril. Keajaiban yang ada padanya yaitu dia mampu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Bahkan dia mengaku adalah seseorang yang memberantas bid’ah dan kesyririkan[61].

Syubhat-syubhat

Syubhat pertama

Sesungguhnya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada manusia pada umumnya namun tidak pada manusia-manusia yang khusus yaitu para wali, dan para wali tersebut tidak butuh kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka memiliki cara tersendiri untuk mencapai Allah ta’ala. Sebagaimana Nabi Musa tidaklah diutus kepada Nabi Khidir sehingga Nabi Khidir tidak wajib mengikuti syari’at Musa.[62]

Jawab [63]:

Perkataan ini sebagaimana perkataan kebanyakan para ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) bahwasanya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada orang-orang yang tuna aksara bukan kepada mereka. Dan pendalilan dengan kisah antara Khidir dan Musa adalah tidak tepat, sebab :

a.      Kisah yang terjadi antara nabi Musa dan Khidir hanyalah bisa dijadikan dalil kalau ternyata Khidir adalah seorang wali dan bukan seorang nabi. Ulama berselisih pendapat tentang status Khidir, ada yang berpendapat bahwa ia adalah seorang hamba yang sholeh, namun pendapat yang benar bahwasanya khidr adalah seorang nabi dan bukan seorang wali.

Yang menunjukan bahwa Khidr adalah seorang nabi adalah sebagai berikut:

1.      Firman Allah

} علما ا دن ل من مناه وعل عندنا من رحمة آتيناه عبادنا من عبدا {65فوجدا

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (QS. 18:65)

Hal ini menunjukan bahwa Allah telah memberi wahyu kepada Khidir

2.      Firman Allah

Page 69: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

} رشدا مت عل مما من تعل أن على بعك أت هل موسى له { {66قال صبرا معي تستطيع لن ك إن على{ 67قال تصبر وكيف } خبرا به تحط لم { {68ما أمرا لك أعصي ولا صابرا ه الل شاء إن ستجدني شيء{ 69قال عن تسألني فلا بعتني ات فإن قال

ذكرا منه لك أحدث ى حت

Musa berkata kepada Khidhr:”Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu” (QS. 18:66) Dia menjawab:”Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. (QS. 18:67) Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu

belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu” (QS. 18:68) Musa berkata:”Insya Allah kamu akan mendapatkanku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”. (QS.

18:69) Dia berkata:”Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tetang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu”. (QS. 18:70)

Berkata Ibnu Katsir, ((Jika seandainya Khidr adalah seorang wali dan bukan seorang nabi maka Musa tidak akan berbicara dengan dia seperti ini, dan tidaklah Khidir menjawab Musa dengan seperti ini. Bahkan Musa hanyalah meminta kepada Khidr agar menemaninya untuk memperoleh ilmu yang dimilikinya yang Allah khususkan baginya dan bukan untuk selainnya. Kalau Khidir bukanlah nabi maka ia tidaklah ma’sum (terjaga dari kesalahan) dan tidaklah Musa -yang ia seorang nabi yang agung dan seorang rasul yang mulia, yang ma’sum- memiliki keinginan yang sangat besar dan permintaan yang besar untuk mencari ilmu seorang wali yang tidak ma’sum. Dan tidaklah ia akan bersungguh-sungguh untuk pergi mencari Khidir dan menelusurinya meskipun memakan waktu yang lama. Dikatakan bahwa masa ia mencari Khidr adalah 80 tahun. Kemudian tatkala ia bertemu dengan Khidir maka Musapun bersikap tunduk kepadanya dan mengagungkannya serta mengikutinya sebagaimana orang yang ingin mencari faedah dari Khidir. Hal ini (semua) menunjukan bahwa Khidir adalah seorang nabi seperti Musa yang diberi wahyu kepadanya sebagaimana diberi wahyu kepada Musa. Dan iapaun telah dikhususkan dengan ilmu laduuni dan rahasaia-rahasia kenabian yang tidak Allah beritahukan kepada Musa Al-Kaliim yang merupakan nabi bani Israil yang mulia. ))[64]

3.      Ibnu Katsir berkata, ((Khidir memberanikan diri untuk membunuh anak tersebut, dan tidaklah hal itu dilakukannya kecuali karena wahyu yang disampaikan kepadanya oleh malaikat pemberi kabar. Dan ini merupakan dalil tersendiri akan kenabian Khidir dan petunjuk yang jelas akan kema’sumannya, karena seorang wali tidak boleh baginya untuk membunuh jiwa manusia hanya dengan sekedar apa yang diilhamkan ke dadanya. Karena perasaan (yang diilhamkan) kepadanya tidaklah ma’sum, mungkin saja perasaannya itu. salah Dan ini merupakan hal yang disepakati. Maka tatkala Khidir maju membunuh anak tersebut yang belum dewasa dengan ilmunya bahwa anak itu jika mencapai usia dewasa akan membawa kedua orangtuanya kepada kekufuran karena besarnya kecintaan kedua orangtuanya kepadanya sehingga menyebabkan keduanya mengikutinya, maka membunuh anak tersebut ada kemaslahatan yang besar yang lebih daripada dibiarkan hidup demi menjaga kedua orangtuanya dari kekufuran dan akibat kekufuran. Hal ini menunjukan akan kenabian Khidir dan ia dibantu oleh Allah dengan kema’sumannya))[65]

4.      Berkata Ibnu Katsir, ((Tatkala Khidir menjelaskan kepada Musa sebab-sebab perbuatannya, dan ia menerangkan hakikat perkaranya  maka ia berkata setelah itu,

أمري { عن فعلته وما ك ب ر من {82رحمة

“Sebagai rahmat dari Rabbmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri”. (QS. 18:82)

Yaitu, “Apa yang telah aku perbuat bukanlah dari perasaanku akan tetapi aku diperintahkan untuk melakukannya dan diwahyukan kepadaku”

Maka keempat sisi di atas ini menunjukan akan kenabian Khidir, dan hal ini tidaklah menafikan kewaliannya bahkan tidak menafikan kerasulannya sebagaimana pendapat yang lain…

Dan jika telah tetap apa yang kami sebutkan maka tidak tersisa dalil dan sandaran yang bisa dipegang oleh orang yang mengatakan kewalian Khidir bahwasanya seorang wali terkadang bisa mengetahui hakikat perkara-perkara tanpa diketahui oleh para pemimpin syari’at yang zhohir (para rasul)…))[66]

b.            Kalaulah memang Khidir adalah seorang wali bukan seorang nabi maka nabi Musa tidaklah diutus kepada Khidir (tetapi hanya diutus untuk bani Isroil), sehingga Khidir tidaklah wajib mengikuti nabi Musa ‘alaihissalam.

Oleh karena itu Khidir berkata kepada Musa : “Aku diatas ilmu yang diajarkan Allah kepadaku yang tidak kau ketahui dan engkau di atas ilmu yang Allah mengajari engkau yang aku tidak mengetahuinya”[67]. Dan tidak boleh bagi seorangpun yang sampai kepadanya risalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berkata sebagaimana perkataan Khidir ini.

Adapun Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam risalahnya umum untuk seluruh jin dan manusia. Bahkan jika ada orang yang lebih mulia dari Khidir (seperti Ibrohim, Musa, dan Isa) bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia wajib mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apalagi Khidir jika ia hidup di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam [68] tentu lebih wajib lagi baginya untuk mengikuti syari’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah ta’ala berfirman dalam surat Ali Imron : 81 :

Page 70: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

} قال ه ولتنصرن به لتؤمنن معكم ما ل مصدق رسول جاءكم ثم وحكمة كتاب من آتيتكم لما ين بي الن ميثاق الله أخذ وإذاهدين الش من معكم وأنا فاشهدوا قال أقررنا قالوا إصري ذلكم على وأخذتم {أأقررتم

”Dan (ingatlah) tatkala  Allah mengambil perjanjian dari para nabi:”Sungguh apa saja yang Aku berikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang Rosul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh beriman kepada Rosul tersebut dan sungguh-sungguh akan menolongnya”. Allah berfirman :”Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu ?”, mereka menjawab :”Kami mengakui”. Allah berfirman :”Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

يتبعني أن إلا له حل ما أظهركم بين حيا موسى كان لو فإنه

“Sesungguhnya kalau Musa hidup di tengah-tengah kalian maka tidaklah boleh baginya kecuali mengikuti aku”[69]

Berkata Ibnu Katsir, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para nabi selamanya hingga hari kiamat, dan dia adalah Imam yang teragung yang seandainya jika ia hidup di zaman kapan saja maka yang wajib adalah mendahulukan ketaatan kepadanya di atas ketaatan kepada seluruh nabi-nabi yang lain. Oleh karena itu Nabilah yang mengimami mereka tatkala malam isro’ mi’roj tatkala para nabi berkumpul di baitul maqdis. Dan ia juga (satu-satunya) pemberi syafa’at di padang mahsyar agar Allah datang untuk memutuskan perkara diantara hamba-hambaNya, dan ia adalah Al-Maqoom Al-Mahmuud yang tidak pantas kecuali untuk beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam”[70]

c. Apa yang telah dilakukan oleh Khidir[71] tidaklah menyelisihi syari’at Musa. Musa tidaklah mengetahui sebab yang membolehkan hal-hal itu. Dan ketika Khidir menjelaskan sebab-sebab tersebut Musa menyetujuinya. Sehingga berkata Ibnu Abbas kepada Najdah Al-Harwari ketika dia bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu tentang membunuh anak-anak kecil: تقتلهم فلا وإلا فاقتلهم، الغلام ذلك من الخضر علمه ما منهم علمت كنت Jika kamu“ إنmengetahui anak-anak tersebut sebagaimana yang diketahui oleh Khidir tentang anak kecil (yang dibunuhnya) maka bunuhlah mereka, dan jika tidak maka jangan.”[72]

Berkata Ibnu Taimiyah dalam Al-Furqon, ((Sebagaimana dintara orang-orang kafir ada yang mengaku-ngaku bahwasanya ia adalah wali Allah padahal ia bukan wali Allah namun sebaliknya ia adalah musuh Allah maka demikian juga  hal ini  terdapat diantara orang-orang munafik yang menampakan Islam dan menampakkan pembenaran syahadatain dan menampakan bahwa mereka mengakui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk seluruh manusia bahkan untuk seluruh jin dan manusia padahal di dalam batin mereka berkeyakinan yang sebaliknya (maksud beliau adalah orang-orang yang mengaku wali namun tidak mau mengamalkan syari’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam -pen), contohnya

–          Mereka meyakini bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah seorang utusan Allah, ia hanyalah seorang raja yang ditaati  yang mengatur manusia dengan kepandaiannya sebagaiamana raja-raja yang lain.

–          Atau mereka berkata bahwasanya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah diutus kepada ummiyin (orang-orang yang tuna aksara) dan tidak diutus kepada ahli kitab sebagaimana yang didengungkan oleh kebanyakan orang-orang Yahudi dan Nasrani,

–          Atau ia diutus untuk seluruh manusia namun Allah memiliki wali-wali khusus yang Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah diutus kepada mereka, dan para wali itu tidak butuh kepadanya bahkan mereka memiliki jalan untuk menuju kepada Allah tanpa melalui jalannya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam atau mereka (para wali) mengambil langsung dari Allah apa saja yang mereka butuhkan untuk dimanfaatkan tanpa melalui perantara

–          Atau Muhammad itu diutus dengan syari’at yang dzhohir dan mereka (para wali) menyetujuinya dalam hal ini, adapun hakikat yang batin maka ia tidak diutus dengan hakikat batin, atau mereka mengatakan bahwa mereka lebih paham tentang hakekat batin, atau mereka mengatakan bahwa mereka mengerti hakekat batin sebagaimana Muhammad mengetahuinya hanya saja mereka mengetahuinya tanpa melalui jalannya, atau ia tidak mengetahui hakekat batin.

Sebagian mereka berkata bahwasanya ahlus suffah[73] (penghuni suffah) mereka tidak butuh kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah diutus kepada mereka, dan diantara mereka ada yang berkata bahwasanya Allah memberi wahyu kepada ahlus suffah di batin mereka berupa apa yang diwahyukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu malam mi’roj (dinaikkan ke sidratul muntaha) maka jadilah ahlus suffah kedudukannya seperti kedudukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka yang mengatakan demikian sungguh terlalu bodoh karena tidak mengetahui  bahwasanya isro’ mi’roj terjadi tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Mekah sebagaimana firman:

} ميع الس هو ه إن آياتنا من لنريه حوله باركنا الذي الأقصى المسجد إلى الحرام المسجد من ليلا بعبده أسرى ذي ال سبحان: الاسراء{ ( )1البصير

Page 71: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. 17:1)

Mereka juga tidak tahu bahwasanya suffah itu adanya di Madinah yaitu di utara masjid Nabawi yang ditempati oleh orang-orang yang asing yang tidak memiliki keluarga atau sahabat yang bisa ditinggali oleh mereka. Kaum mukminin mereka berhijroh ke Madinah maka barangsiapa yang memungkinkan bagi mereka untuk tinggal di suatu tempat maka di situlah ia tinggal dan barangsiapa yang tidak bisa maka ia tinggal di masjid Nabawi hingga mendapatkan tempat tinggal. Dan bukanlah ahlus suffah adalah orang-orang tertentu yang selalu tinggal di suffah namun jumlah mereka terkadang sedikit dan terkadang banyak, seseorang tinggal di situ pada waktu tertentu kemudian meninggalkan tempat tersebut.

Para penghuni suffah mereka sama juga seperti kaum mukminin yang lainnya, mereka tidak memiliki keutamaan (kelebihan) khusus dalam bidang ilmu atau agama bahkan diantara mereka ada yang murtad (keluar) dari agama Islam dan dibunuh oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaiamana “Uroniyyiin” yang tidak betah tinggal di Madinah maka Nabi memerintah mereka untuk mencari onta yang ada susunya dan memerintah mereka untuk meminum susunya dan air kencingnya. Tatkala mereka sehat mereka membunuh penggembala onta tersebut dan membawa lari beberapa onta maka Nabipun mengutus pelacak untuk melacak jejak mereka lalu merekapun tertangkap dan dibawa di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah untuk memotong tangan-tangan dan kaki-kaki mereka dan mata-mata mereka di biarkan terbuka lalu mereka dijemur di bawah terik matahari dan mereka meminta minum namun tidak diberi minum. Hadits tentang kisah mereka terdapat di shahihain (Bukhari dan Muslim) dari hadits Anas dan dalam hadits tersebut disebutkan bahwasanya mereka menghuni suffah[74], maka mereka juga menetap di suffah sebagaimana para penghuni yang lainnya. Dan suffah juga pernah ditinggali oleh seorang diantara kaum muslimin yang terbaik yaitu Sa’ad bin Abi Waqqosh dan ia adalah orang terbaik yang pernah tinggal di suffah kemudian ia berpindah dari suffah tersebut. Demikian juga pernah ditinggali Abu Huroiroh dan yang lainnya….

Adapun kaum Anshor mereka tidak termasuk penghuni suffah, dan demikian juga para sahabat senior seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Tolhah, Az-Zubair, Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu dan para sahabat yang lain, mereka bukanlah termasuk penghuni suffah. Dan diriwayatkan bahwa Budak milik Al-Mugiroh bin Syu’bah (yaitu yang telah membunuh Umar bin Al-Khothtob-pen) juga pernah tinggal di suffah. Dan diriwayatkan juga bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentangnya, “Ini (Budak Mugiroh) adalah termasuk dari yang tujuh”, dan ini adalah hadits palsu berdasarkan kesepakatan para ulama meskipun diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitabnya Al-Hilyah, dan demikian juga semua hadits yang berkaitan dengan jumlah para wali, atau abdal, atau nuqoba’, atau autaad, aqtoob…..

Maksud dari pembicaraan ini ada di antara orang-orang yang pada dzhohirnya (tampak luarnya) mengakui risalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk seluruh umat manusia namun di dalam batin mereka meyakini perkara-perkara yang membatalkan pengakuan dzohir mereka, dan mereka mengaku-ngaku bahwa mereka adalah para wali Allah padahal mereka menyimpan kekufuran di dalam batin mereka…sebagaimana banyak dari orang-orang Yahudi dan Nashrani yang mengaku-ngaku bahwa mereka adalah wali-wali Allah dan mereka meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Allah namun mereka berkata, “Muhammad hanyalah diutus untuk selain ahlul kitab dan tidak wajib bagi kami untuk mengikutinya karena telah diutus kepada kami rosul sebelum dia”…))

Beliau juga berkata, ((Harus terdapat dalam keimananmu bahwasanya engkau beriman bahwa Muhammad adalah penutup para nabi dan Allah telah mengutusnya untuk seluruh manusia dan jin, maka siapa saja yang tidak beriman dengan apa yang dibawa oleh Muhammad maka ia bukanlah seorang mukmin, apalagi termasuk wali-wali Allah yang bertakwa. Barangsiapa yang beriman dengan sebagian yang dibawanya dan kafir kepada sebagian yang lain maka ia adalah orang kafir dan bukan odrang mukmin sebagaimana firman Allah

} أن ويريدون ببعض ونكفر ببعض نؤمن ويقولون ورسله ه الل بين قوا يفر أن ويريدون ورسله ه بالل يكفرون ذين ال إنأحد بين قوا يفر ولم ورسله بالله آمنوا ذين وال مهينا عذابا للكافرين وأعتدنا حقا الكافرون هم أولئك سبيلا ذلك بين خذوا يت

: ) } النساء رحيما غفورا ه الل وكان أجورهم يؤتيهم سوف أولئك )150-152منهم

Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan:”Kami beriman kepada yang sebahagian dan kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya dan tidak membedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 4:150-152)

Dan termasuk iman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu mengimani bahwa ia adalah perantara antara Allah dan makhluk-makhlukNya dalam menyempaikan perintahNya dan laranganNya, janji dan ancamanNya, perkara-perkara yang dihalalkan dan diharamkanNya. Maka perkara yang halal adalah apa yang dihalalkan oleh Allah dan RasulNya dan yang haram adalah apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan agama adalah apa yang disyari’atkan oleh Allah dan RasulNya, maka barangsiapa yang meyakini bahwa seorang wali memiliki jalan menuju Allah selain jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia adalah orang kafir dan termasuk wali-wali syaitan…))

Page 72: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Beliau juga berkata, ((Kalau seseorang telah mencapai tingkatan dalam zuhud, ibadah, dan ilmu dalam tingkatan yang tinggi namun ia tidak beriman dengan seluruh apa yang dibawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia bukanlah orang yang beriman, dan bukan wali Allah sebagaimana kondisi para rahib dan pendeta yaitu ulama dan para ahli ibadah dari kalangan Yahudi dan Nashrani…dan ia adalah orang kafir dan musuh Allah meskipun sekelompok orang menyangka bahwa ia adalah wali Allah))

Syubhat kedua

Mereka (para wali syaithon) menganggap bahwa mereka mendapat wahyu langsung dari Allah    -sebagaimana yang diserukan oleh Ibnu Arobi-, dan bahwasanya mereka lebih baik dari para nabi yang mengambil ilmu dari Allah melalui perantara. Mereka berkata :”Kenabian telah berakhir dengan wafatnya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan kewalian belum berakhir[75]. Dan yang paling terakhir adalah yang lebih baik dari yang sebelumnya”.

Jawab :

Ini adalah pemikiran sesat Ibnu Arobi yang sama sekali tidak bersandar kepada dalil. Ketika dia mengetahui bahwa syari’at ini sudah tidak bisa dirubah lagi hingga hari kiamat, (dan dia ingin keluar dari syari’at) maka dia berkata :”Kenabian telah tertutup, tetapi kewalian belum”, dan dia menganggap bahwa kewalian lebih tinggi derajatnya dari pada kerosulan dan kenabian, sebagaimana dia berkata :

برزخ في النبوة الولي      مقام دون و الرسول فويق

Kedudukan kenabian berada di barzakh (pemisah antara dua dzat)[76], sedikit di atas (kedudukan) Rosul dan dibawah (kedudukan) Wali

Hal ini tentunya pemutarbalikan syari’at. Seharusnya kenabian lebih khusus dari kewalian dan kerosulan lebih khusus daripada kenabian. Sehingga kedudukannya adalah kerosulan lebih tingi daripada kenabian dan kenabian lebih tinggi daripada kewalian.[77] Berkata Imam Abul ‘Izz Al-Hanafi :”Maka siapakah yang lebih kafir dari memisalkan dirinya dengan sebuah bata emas dan memisalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan bata perak, lalu dia menjadikan dirinya lebih tinggi daripada Nabi,…….bagaimana bisa samar kekufuran dari perkataannya (Ibnu Arobi) ini ?…..dan kekufuran Ibnu “Arobi lebih parah dari kekufuran orang-orang yang berkata : “Tidaklah kami beriman hingga kami diberikan apa yang diberikan kepada Rosulullah” (Al-An’am : 124)”[78]

Syubhat ketiga

Kami tidak usah menjalankan syari’at karena Allah ta’ala telah bersatu dengan kami para hambanya yang sholih. Bukankah Allah ta’ala berkata dalam hadits qudsi :

, تي ال ويده يه يبصر الذي بصره و به يسمع ذي ال سمعه كنت أحببته فإذا ه أحب ى حت وافل بالن إلي ب يتقر عبدي يزال ما و , ه لأعيذن استعاذني ولئن ه لأعطين سألني ولئن بها يمشي تي ال ورجله بها يبشط

Dan hamba-Ku senantiasa bertaqorrub (mendekatkan dirinya) kepada-Ku dengan amalan-amalan nafilah (sunnah) hingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang dia mendengar dengannya, dan penglihatannya yang dia melihat dengannya, dan tangannya yang dia memukul dengannya, dan kakinya yang dia berjalan dengannya, dan jika dia meminta kepada-Ku maka akan aku berikan, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku maka aku akan melindunginya.[79]

Jawab : Dzohir hadits ini adalah bukanlah Allah ta’ala menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangannya,  dan kakinya, tetapi dzohirnya adalah Allah ta’ala meluruskan (memberi petunjuk) kepada penglihatan, pendengaran, tangan dan kakinya, sehingga apa yang dilakukan oleh hamba tersebut selalu dibimbing oleh Allah ta’ala. Adapun makna yang batil di atas adalah tidaklah mungkin, sebab :

a.       Ini merupakan aqidah wihdatul wujud (manunggaling kawulo gusti) yang sesat[80] karena bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang muhkam (jelas) yang tidak bisa lagi dipalingkan lagi maknanya.

b.      Hadits ini menunjukan bahwa syarat seseorang menjadi wali Allah yang sejati adalah ia harus melaksanakan perkara-perkara syair’at yang merupakan kewajibannya, bahkan tidak cukup hanya sampai di situ bahkan ia harus melaksanakan perkara-perkara sunnah (mustahab) sehingga Allahpun mencintainya. Dan demikianlah keadaan wali Allah yang sejati sepanjang hidupnya sehingga Allah senantiasa mencintainya Hadits ini sama sekali tidaklah menunjukan bahwa jika seseorang telah mencapai derajat kewalian (dicintai oleh Allah) maka ia boleh meninggalkan syari’at bahkan hadits ini menunjukan yang sebaliknya, yaitu seorang wali senantiasa banyak beribadah dengan perkara-perkara yang wajib dan yang sunnah. Dan praktek penghulu para wali (yaitu Rasulullah r) senantiasa beribadah hingga akhir hayatnya. Bahkan beliau meskipun sakit-sakitan hingga pingsan berulang-ulang beliau tetap berusaha untuk melaksanakan sholat secara berjama’ah[81].

Page 73: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

c.       Barang siapa yang memperhatikan hadits ini dengan baik maka dia akan faham tentang batilnya aqidah wihdatul wujud ini. Dalam hadits ini Allah ta’ala menetapkan adanya hamba (yang beribadah)[82] dan ma’bud (yang diibadahi), yang mendekat (bertaqorrub) dan yang didekati (ditaqorrubi), yang dicintai dan yang mencintai, yang meminta dan yang memberi, yang meminta perlindungan dan yang memberi perlindungan. Maka hadits ini menunjukan adanya dua dzat yang berbeda, yang satu bukan yang lainnya. Dan bukan pula yang satu merupakan sifat atau bagian dari yang lainnya.

d.      Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki si wali semuanya adalah sifat-sifat atau bagian-bagian pada makhluk yang baru tercipta yang sebelumnya belum ada (belum tercipta). Maka tidak mungkin bagi siapa saja yang berakal untuk memahami bahwa pencipta yang awal (yaitu Allah) yang tidak ada sebelum Dia sesuatupun, akan menjadi pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki makhluk. Bahkan hal seperti inipun sulit untuk dibayangkan kalaupun kita anggap benar.[83]

Perbedaan antara karomah wali Allah dan tipuan wali syaithon

1.            Bahwa karomah para wali tersebut disebabkan oleh keimanan dan ketaqwaan. Sedangkan keajaiban dan keluarbiasaan lain yang merupakan bantuan syaithon disebabkan oleh hal-hal yang merupakan larangan Allah ta’ala dan Rosulullah[84]. Jadi apabila di dalamnya mengandung unsur-unsur yang disenangi oleh syaithon, baik itu kemusyrikan, kedzoliman, atau kebid’ahan, maka jelas yang terjadi pasti bukan karomah.

2.            Karomah tidak bisa dibatalkan dengan bacaan-bacaan apa saja dan tidak bisa dilawan. Sedangkan kejadian-kejadian luar biasa lain yang merupakan bantuan syaithon bisa dibatalkan dengan bacaan-bacaan ayat-ayat Allah seperti ayat kursi dan lain-lain

3.            Karomah tidak bisa dipelajari sehingga menjadi suatu ilmu kedigdayaan yang baku. Sedangkan kejadian-kejadian luar bisa yang berasal dari syaithon bisa dipelajari.[85] Sebagaimana karomah-karomah yang telah dimiliki oleh para salaf, tidak ada satu atsarpun yang menunjukan bahwa mereka pernah mengajarkan karomah mereka kepada orang lain. Sebagaimana Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau tidak pernah mengajarkan karomahnya kepada orang lain, kerena memang tidak bisa diajarkan.

4.            Karomah pada umumnya tidak bisa dilakukan terus menerus, tetapi terjadi sesuai kehendak Allah bukan berdasarkan kehendak Wali yang mendapatkan karomah tersebut.

Pengetahuan tambahan :

1. Seluruh orang yang beriman adalah wali-wali Allah. Dan wali-wali yang paling mulia adalah para Nabi. Dan para Nabi yang paling mulia adalah para Rosul. Dan para Rosul yang paling mulia adalah para Rosul yang lima (Ulul ‘Azmi), dan diantara Ulul ‘Azmi yang paling mulia adalah Nabi Muhammad.[86]

2. Persamaan dan perbedaan antara Mu’jizat dan karomah.

a.       Persamaannya : Mu’jizat dan karomah sama-sama merupakan hal yang ajaib yang luar biasa (yang tidak bisa dilkukan olah orang biasa) yang Allah berikan kepada para hambanya.b.      Perbedaannya [87]:e.       Mu’jizat hanya berlaku pada para nabi dan rosul, adapun karomah pada para wali.f.        Mu’jizat diperoleh dengan kenabian, adapun karomah diperoleh dengan ketaqwaan.g.       Karomah kedudukannya lebih rendah daripada mu’jizat.h.      Akibat dari mu’jizat adalah baik, adapun efek samping dari karomah belum tentu.[88]i.        Pemilik mu’jizat (yaitu para Nabi dan Rosul) menantang orang-orang yang menyelisihinya, adapun pemilik karomah tidak demikian.

3. Kita harus mengakui adanya karomah, tidak sebagaimana mu’tazilah yang mengingkari karomah dan berkata :”Kalau kita mengakui karomah, maka akan sama wali dengan Nabi”, oleh karena itu kami mengingkari karomah dan juga mengingkari hakikat sihir. Namun ini tidaklah benar sebab orang yang memiliki karomah tidaklah mengaku bahwa dia adalah seorang Nabi.[89]4. Hukum tenaga dalam, jika diatasnamakan Islam (biasanya dicampur dengan dzikir-dzikir asma Allah) maka harom. Kalau mereka menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk beribadah kepada Allah, maka kita katakan bahwa ini adalah bid’ah sebab kenapa harus menggunakan tata cara dan gerakan-gerakan khusus yang tidak pernah diajarkan oleh Allah dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak ada dalil sama sekali bahwa dengan bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan khusus yang mereka lakukan bisa mengahasilkan tenaga dalam. Kalau mereka mengatakan tujuan mereka untuk beribadah dan untuk mempeoleh kekuatan, maka kita katakan bahwa mereka telah melakukan kesyirikan sebab niat ibadah mereka selain untuk Allah juga untuk hal yang lain.[90]

Selain itu perkatek-praktek tenaga dalam yang ada menyelisihi syari’at diantaranya :

a.       Latihannya harus menggunakan emosi, padahal Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang seseorang untuk emosi, beliau bersabda :

مرارا فردد تغضب تغضب  لا لا

Page 74: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

“Janganlah engkau marah”, Rosulullah mengulanginya beberapa kali “Janganlah engkau marah”

Rahasia mereka (yang latihan tenaga dalam) harus marah sebab dengan marah tersebut syaithon bisa masuk dalam tubuh mereka sehingga bisa memberi kekuatan untuk tenaga dalam mereka. Sebagaimana sabda Rosulullah :

الدم مجرى آدم بني من يجري الشيطان إن

Sesungguhnya syaithon mengalir dalam tubuh manusia sebagaimana aliran darah. (Riwayat Bukhori)

b.      Ketika latihan, mereka sering tidak sadar, terutama ketika sedang memprkatekkan jurus mereka. Hal ini sama saja dengan sengaja membuat diri menjadi tidak sadar (alias mabuk), dan hal ini tidak boleh dalam Islam, sebab Islam menganjurkan kita untuk senantiasa menjaga akal kita sehingga bisa senantiasa berdzikir kepada Allah.

c.       Kadang disertai dengan puasa mutih (tidak boleh makan kecuali yang putih-putih), yang ini tidak ada syari’atnya dalam Islam. Atau untuk menjaga ilmunya dia harus menghindari pantangan-pantangan tertentu yang sebenarnya hal itu dihalalkan baginya sebelum dia memiliki ilmu tenaga dalam tersebut. Dan ini berarti mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah.

Mencari karomah (kesaktian) tidaklah disyari’atkan

Dalam beribadah hendaknya kita berniat karena Allah bukan karena untuk mencari karomah (karena sama sekali tidak ada dalil yang menunjukan bahwa seorang mukmin harus mencari karomah/kesaktian dan keajaiban). Bahkan beribadah dalam rangka untuk memperoleh kesaktian merupakan bentuk beribadah karena ingin memperoleh dunia yang diharamkan oleh Allah[91].

Allah berfirman:

} : ) } الإسراء مدحورا مذموما يصلاها م جهن له جعلنا ثم ريد ن لمن نشاء ما فيها له لنا عج العاجلة يريد كان )18من

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan

memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (QS. 17:18)

} إلا الآخرة في لهم ليس ذين ال أولـئك يبخسون، لا فيها وهم فيها أعمالهم إليهم نوف وزينتها الدنيا الحياة يريد كان من : ) } هود يعملون كانوا ما وباطل فيها صنعوا ما وحبط ار )16-15الن

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS. 11: 15-16)

 

Namun yang Allah perintahkan hendaknya seorang mukmin berusaha untuk beristiqomah. Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan penghulu dan pemimpin para wali bahkan pemimpin para nabi dan rasul telah diperintahkan oleh Allah untuk beristiqomah. Allah berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

} : ) } هود بصير تعملون بما ه إن تطغوا ولا معك تاب ومن أمرت كما )112فاستقم

Maka istiqomahlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. 11:112)

Berkata Ibnu Abil ‘Izz, “Mereka tidak mengetahui bahwasanya pada hakekatnya yang namanya karomah itu adalah melazimi keitiqomahan, dan bahwasanya Allah tidaklah memuliakan seorang hamba dengan memberikannya sebuah karomah yang lebih mulia daripada menjadikannya sesuai dengan apa yang dicintaiNya dan diridhoiNya yaitu taat kepadaNya dan taat kepada rasulNya, loyal kepada para walinya dan memusuhi musuh-musuhNya”[92]

Berkata Abu Ali Al-Jaurjani : “Jadilah engkau orang yang mencari keistiqomahan, jangan menjadi pencari karomah. Sesungguhnya jiwamu bergerak (berusaha) dalam mencari karomah padahal Rob engkau mencari keistiqomahanmu”.[93]

Berkata Syaikh As-Sahrowardi :”Ucapan ini adalah prinsip yang agung dalam perkara ini, karena sesungguhnya banyak mujtahid dan ahli ibadah mendengar salaf as-sholih, telah diberi karomat-karomat dan hal-hal yang luar biasa sehingga jiwa-jiwa mereka (para ahli ibadah itu) senantiasa mencari sesuatu dari hal itu (karomah tersebut), dan mereka ingin diberikan sedikit dari hal itu, dan mungkin diantara mereka ada yang hatinya prustasi dalam keadaan menuduh dirinya bahwa amal ibadahnya tidak sah karena tidak mendapatkan karomah. Kalau mereka mengetahui rahasia hal itu (yaitu Allah tidak menuntut para hambanya untuk memperoleh karomah, tetapi yang Allah inginkan

Page 75: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

para hambanya beristiqomah –pent) tentu perkara ini (mencari karomah) adalah perkara yang rendah bagi mereka”[94].

Keadaan orang-orang yang memiliki karomah :

–          Bertambah derajatnya karena apa yang dilakukannya merupakan ketaatan dan yukur kepada Allah

–          Semakin rendah derjatnya karena dia menggunakan karomahnya untuk bermaksiat kepada Allah. (Misalnya dia sombong dengan karomah yang pernah dia alami, atau dia merasa telah bertaqwa dan yakin masuk surga dengan karomahnya itu).

Contohnya yang terjadi pada Bal’aam bin Ba’uuroo. Beliau termasuk ahli ibadah di zaman bani Israil. Ia memiliki karomat, tidaklah ia meminta sesuatu kepada Allah kecuali Allah mengabulkannya. Maka kaumnyapun mendatanginya dan memintanya agar berdoa keburukan atas nabi Musa dan kaumnya. Maka setelah kaumnya merayu-rayunya dan memaksanya akhirnya iapun memenuhi permintaan kaumnya maka Allahpun mencabut karomahnya tersebut[95].

Contoh yang lain adalah Lia Aminudiin yang konon kabarnya ia dahulu bisa menyembuhkan penyakit dengan membaca surat Al-Fatehah, akhirnya lama kelamaan iapun di datangi jin yang mengaku Jibril, akhirnya sekarang ia sesat dan menyesatkan.

–          Tidak bertambah dan tidak pula berkurang kebaikan-kebaikannya. Jadilah karomahnya seperti perkara yang mubah.[96]

Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 6 Syawwal 1426 H ( 10 November 2005 M)

Disusun oleh Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja As-Soronji

Daftar Pustaka :1.      Shahih Al-Bukhori, tahqiq DR Mushthofa Dib Al-Bagho, terbitan Dar Ibni Katsir2.      Shahih Muslim, tahqiq Muhammad Fu’ad Abdil Baqi, terbitan Dar Ihya At-Turots Al-‘Arobi3.      Sunan Abu Dawud, tahqiq Muhammad Muhyiddin Abdilhamid, terbitan Darul Fikr4.      Sunan At-Thirmidzi, tahqiq Ahmad Muhammad Syakir dan yang lainnya, Dar Ihya’ At-Turots, Beiruut5.      Sunan Ibnu Majah, tahqiq Muhammad Fu’ad Abdul Baaqi, Darul Fikr Beiruut6.      Al-Ihsan fi taqriib Shahih Ibn Hibban, karya al-Amin ‘Ala-uddin al-Farisi, tahqiq Syu’aib al-Arna-uth, cetakan kedua, Mu-assasah ar-Risalah7.      Shahih Ibni Khuzaimah, tahqiq DR Muhammad Musthofa Al-A’dzomi, Al-Maktab Al-Islami8.      Musnad Imam Ahmad, terbitan Maimaniah9.      Mushonnaf Ibni Abi Syaibah, tahqiq Kamal Yuusuf Al-Huut, Maktabah Ar-Rusyd, Riyadh10.  Fathul Baari, Ibnu Hajar Al-‘Asqolaani, tahqiq Muhibbuddin Al-Khoyhiib, Darul Ma’rifah (Beiruut)11. Al-Furqon baina auliyaurrohman wa auliyaussyaithon, karya Ibnu taimiyah, tahqiq Fawwaz Ahmad Zamarli, terbitan Darul Kutub Al-‘Arobi12. At-Ta’liqoot Al-Hisaan ‘alal Furqon, dari ceramah Syaikh Sholeh Alu Syaikh.13. Syarah Al-Ushul As-Sittah, karya Syaikh Utsaimin14. Al-Qowa’id Al-Mutsla, karya Syaikh Utsaimin, tahqiq Abu Muhammad Asyrof bin Abdil Maqsud, terbitan Adlwa’ As-Salaf.15. Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah, karya Abul ‘Izz Al-Hanafi, tahqiq DR Abdul Muhsin At-Turki dan Syu’aib Al-Arnauth, cetakan pertama Muassasah Ar-Risaalah16. Ceramah Syaikh Sholeh Alu Syaikh Sayrah Matan Al-Aqiidah At-Thohawiyah,17. Taqdiis Al-Asykhoosh fil fikri As-Suufii, Muhammad Ahmad Luuh, cetakan pertama, Dar Ibnul Qoyyim18. Majalah As-Sunnah 03/III/141819. Al-Jadawil Al-Jami’ah 20. Adhwa’ul bayan karya Syaikh Asy-Syingqithi, Darul Fikr21. Tafsir Ibnu Katsir, terbitan Darul Fikr22. Al-Bidaayah wan Nihaayah, Ibnu Katsiir, Maktabatul Ma’aariif Beiruut23. Tafsir At-Thobari, terbitan Darul Fikr24. Ad-Dur Al-Manstuur, As-Suyuthi, Darul Fikr Beiruut25.  Abjadul ‘Ulum, Siddiiq bin Hasan Al-Qonuuji, tahqiq Abduljabbar Zakkar, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah26.  At-Ta’aariif, Al-Munaawii, tahqiq DR Muhammad Ridwan Ad-Dayah, cetakan pertama, Darul Fikr Al-Mu’aashir27.  Al-‘Ilal Al-Mutanaahiyah, Ibul Jauzi, tahqiq Kholil Al-Miis, cetakan pertama Darul Kutub Al’Ilmiyah28. An-Nihaayah fi ghoriibil hadits wal Atsar, Ibnul Atsiir, tahqiq Tohir Ahmad Az-Zaawi dan Mahmuud Muhammad At-Thonaahi, Daru Kutub Al-‘Ilmiyah29.  Ghoriibul Hadits, Ibnul Jauzi, tahqiq DR Abdul Mu’thi Amiin Al-Qol’aji, cetakan pertama, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah30.  Lisaanul ‘Arob, Ibnu Manzhur, Dar Shodir31.  Majalah Al-Jami’ah Al-Islamiyah no 54

Page 76: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

[1] Seperti film sunan Kalijaga, yang digambarkan bahwa beliau memperoleh derajat sunan setelah bertapa di pinggir sungai selama waktu yang lama, sehingga tubuh beliau tertimbun dengan tanah karena saking lamanya. Jelas ini merupakan kekufuran!!!, Apakah derajat kewalian bahkan derajat sunan bisa diperoleh dengan meninggalkan kewajiban yang paling asasi yaitu sholat selama waktu yang lama karena bertapa di pinggir kali???,. Apakah para sahabat Nabi r yang dipuji oleh Allah, yang sebagian mereka telah dijamin masuk surga demikian cara ibadah mereka??. Seandainya kaum muslimin di Indonesia mengikuti cara sunan Kalijaga sebagaimana di film yaitu bertapa dipinggir kali hingga waktu yang lama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, dalam rangka memperoleh derajat kewalian maka saya rasa mereka semua akan mati bunuh diri karena tidak makan dan minum selama berminggu minggu. Kemudian film-film seperti inilah yang semakin menjauhkan orang-orang kafir yang dari agama Islam, karena mereka menyangka iniliah ajaran Islam yang penuh dengan keanehan dan kedunguan serta kemunduran.[2] Al-Furqon hal 25[3] Lihat pula surat-surat Al-Maidah :51-56, Al-Kahfi : 44, Al-Kahfi : 50, Ali Imron : 173-175[4] Al-Ushul As-sittah hal 173[5] Al-Furqon hal 31[6] Al-Ushul As-Sittah hal 171,172[7] HR Abu Dawud 4/140 (dan ini adalah lafal dari Abu Dawud),  Ibnu Majah 1/658, Ibnu Hibban 1/356, Ibnu Khuzaimah 4/348[8] Al-Mukaasyafah adalah kemampuan untuk menjelaskan hakikat sesuatu tanpa membutuhkan kepada pengamatan terhadap dalil-dalil (At-Ta’aariif I/672)

Ilmu Al-Mukaasyafah dinamakan juga dengan ilmu batin yaitu suatu ibarat tentang cahaya yang nampak di hati tatkala hati disucikan dan dibersihkan dari sifat-sifat yang tercela. Yang dengan cahaya tersebut terungkaplah banyak perkara…(Abjadul ‘Ulum II/517)

Dan yang dimaksud dengan mukaasyafah menurut orang-orang sufi yaitu dibukanya tabir hal-hal yang ghoib.

[9] Syarah Al-Aqiidah At-Thohaawiyah II/776

[10] Syarah Al-Aqiidah At-Thohaawiyah II/773

[11] HR Ibnu ‘Asakir dalam Tarikhnya 43/533, lihat takhrijnya dalam syarah al-aqiidah at-Thohawiyah II/773 dan Al-‘ilal Al-Mutanaahiyah II/934-935. Lihat Dho’iiful Jami’ no 2959

Peringatan, kalaupun hadits ini benar maka makna balh dalam hadits ini bukanlah maknanya adalah orang-orang dungu, namun maknanya adalah orang-orang yang lalai dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah (An-Nihayah fi ghoriibil Hadits IV/283, Lisaanul ‘Arob XIII/477). Berkata Al-Azhari, “Mereka adalah orang-orang yang tabi’atnya diciptakan di atas kebaikan dan tidak mengenal keburukan” (Goriibul Hadits Ibnul Jauzi I/87)

[12] Syarah Al-Aqiidah At-Thohaawiyah II/774

[13] HR Al-Bukhari no 3069, 4902, 6083, 6180 Muslim no 2737 dan At-Thirmidzi no 2602, 2603[14] HR Abu Dawud 4/140 (dan ini adalah lafal dari Abu Dawud),  Ibnu Majah 1/658, Ibnu Hibban 1/356, Ibnu Khuzaimah 4/348[15] Lihat pembahasan Syaikh Sa’d Nida dalam majalah Jami’ah Islamiyah no 54, hal 123-131[16] Syarh Al-Aqiidah At-Thohawiyah II/774[17] Dan praktek seperti ini ada di Indonesia sebagaimana penulis pernah berdialog dengan sebagian orang yang pernah mengikuti sebagian thoriqon-thoriqot sufiyah[18] Dari At-Ta’liqoot Al-Hisaan ‘alal Furqon[19] Al-Furqon hal 71, Al-Ushul As-Sittah hal 175[20] Al-Furqon hal 82

[21] Berkata Syaikh Sholeh Alu Syaikh, ((محدث yaitu maka dilemparkan kebenaran dalam (diberi ilham) ملهم hatinya maka iapun menangkapnya. Diungkapkan dengan lafal محدث (yang diajak bicara) karena pelakunya merasa ia telah diajak bicara dengan kebenaran tersebut, maka yang terjadi seakan-akan ada seseorang yang berbicara dengannya dalam batinya dan berkata ini dan itu.))

[22] Riwayat Bukhori no 3469 dan Muslim no 2398[23] Riwayat Abu Dawud no 2962 dishahihkan oleh syaikh Al-Albani[24] Riwayat At-Thirmidzi no 3686, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani[25] Riwayat Bukhori no 3198, dan Muslim no 1610[26] HR Al-Bukhari III/1199 no 3120, III/1347 no 3480, V/2259 no 5735, Muslim IV/1863 no 2396[27] Al-Furqon hal 86,87[28] Riwayat Bukhori no 2732, 2732,

Lihat kisah jalannya perundingan Hudaibiyah secara lengkap pada HR Al-Bukhari no 2731,2732, Kitab As-Syurut. Secara ringkas kejadiannya sebagai berikut:

Page 77: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Nabi r bersama para sahabatnya (diantaranya adalah Abu Bakar dan Umar) pergi dari Madinah pada hari senin bulan Dzul Qo’dah tahun ke enam Hijriah (Umdatul Qori 14/6), menuju Mekah untuk melaksanakan Umroh. Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya sampai dan singgah di Hudaibiyah datanglah Budail bin Warqo’ mengabarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa orang-orang musyrik di Mekah telah siap siaga untuk memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dan akan mengahalangi mereka mengerjakan umroh. Nabi ÷pun berkata,

“Sesungguhnya kami datang bukan untuk memerang seorangpun, namun kami datang untuk mengerjakan umroh. Sesungguhnya peperangan (yang telah terjadi antara kaum muslimin dan kafir Quraisy secara berulang-ulang-pen) telah melemahkan kaum Quraisy dan telah memberi kemudhorotan kepada mereka. Jika mereka ingin maka aku akan memberikan waktu perdamaian (gencat senjata) antara aku dan orang-orang (yaitu orang-orang kafir Arab). Jika (di masa perdamaian tersebut) kaum selain mereka (yaitu orang-orang kafir dari selain kafir Quraisy kota Mekah) mengalahkan aku maka mereka tidak perlu memerangiku lagi (karena aku telah dikalahkan oleh selain mereka-pen). Dan jika aku mengalahkan kaum selain mereka, maka jika mereka ingin mentaatiku sehingga masuk dalam Islam sebagaimana orang-orang masuk dalam Islam maka silahkan. Dan jika mereka enggan masuk dalam Islam maka selepas masa gencatan senjata kekuatan mereka telah kembali. Namun jika mereka (sekarang) enggan untuk gencatan senjata maka demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, aku sungguh-sungguh akan memerangi mereka di atas agamaku hingga aku mati (dan aku bersendirian dalam kuburanku). Dan sesungguhnya Allah akan menolong agamaNya”.

Akhir cerita akhirnya orang-orang Quraisy setuju dengan gencatan senjata lalu mereka mengutus Suhail bin ‘Amr untuk menulis perjanjian damai dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Lalu datanglah Suhail bin ‘Amr, lalu iapun berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Tulislah suatu pernyataan antara kami dan kalian!”, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil penulis (yaitu Ali bin Abi Tholib) dan menyuruhnya untuk menulis Bismillahirrohmanirrohim. Suhail berkata, “Adapun Ar-Rohim maka demi Allah, aku tidak tahu apa itu?, tapi tulislah saja bismikallahumma sebagaimana engkau pernah menulis demikian” (karena kebiasaan orang jahilah dahulu mereka menulis “bimikallahumma” dan mereka tidak mengenal bismillahirromanirrohim, lihat Umdatul Qori 14/13). Kaum muslimin (yaitu para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata, “Demi Allah kami tidak akan menulis kecuali bimillahhirrohmanirrohim”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada si penulis, “Tulilah bismikallahumma”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menulis “Ini adalah keputusan Muhammad utusan Allah”. Suhail berkata, “Demi Allah kalau kami mengetahui bahwasanya engkau adalah utusan Allah maka kami tidak akan menghalangimu untuk umroh dan kami tidak akan memerangimu, tapi tulislah “Muhammad bin Abdillah”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Demi Allah aku adalah utusan Allah meskipun kalian mendustakan aku, tulislah “Muhammad bin Abdillah”. ((Dalam riwayat yang lain dari hadits Al-Baro’ –HR Al-Bukhari no 3184- Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak (pandai) menulis maka iapun berkata kepada Ali, “Hapuslah tulisan “Utusan Allah!”. Ali berkata, “Demi Allah, aku tidak akan menghapusnya selamanya”. Nabi r berkata, “Perlihatkanlah kepadaku tulisan tersebut!”, maka Alipun memperlihatkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menghapusnya dengan tangannya)). Lalu Nabi berkata kepada Suhail, “Dengan syarat kalian membiarkan kami untuk ke baitullah melaksanakan towaf”. Suhail berkata, “Demi Allah tidak (bisa demikan) –Bangsa Arab akan mengatakan bahwa kami telah terpaksa (mengalah membiarkan kalian umroh-pen)-, tapi kalian bisa umroh tahun depan”, lalu hal itupun di catat (dalam pernyataan perdamaian), lalu Suhai berkata (menambah pernyataan), “Dengan syarat tidak ada seorangpun yang datang dari kami (dari Mekah) meskipun ia berada di atas agamamu (Islam) kecuali engkau mengembalikannya kepada kami”. Para sahabat berkata, “Subhanallah, bagaiamana dikembalikan kepada orang-orang musyrik padahal ia telah datang (kepada kami) dalam keadaan beragama Islam?”. Dan tatkala mereka masih berunding membuat pernyataan perdamaian, tiba-tiba datang Abu Jandal anak Suhai bin ‘Amr dalam keadaan berjalan tertatih-tatih karena ada belenggu yang membelenggunya, ia telah lari dari bawah kota Mekah dan melemparkan dirinya di tengah-tengah para sahabat. Berkata Suhai (ayah Abu Jandal), “Wahai Muhammad ini adalah orang pertama yang aku menuntut engkau untuk mengembalikannya kepadaku!”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kita sama sekali belum selesai membuat pernyataan!”. Suhail berkata, “Kalau begitu, demi Allah, aku sama sekali tidak mau mengadakan perundingan damai denganmu”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Biarkanlah ia (Abu Jandal) bersamaku!”, Suhail berkata, “Aku tidak akan membiarkannya bersamamu!”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tidak, tapi engakau akan membiarkannya bersamaku, lakukanlah!”. Suhail berkata, “Aku tidak akan melakukannya”. Berkata Abu Jandal, “Wahai kaum muslimin, apakah aku dikembalikan kepada orang-orang musyrik (Mekah) padahal telah datang dalam keadaan beragama Islam?, tidakkah kalian melihat apa yang telah menimpaku?”, dan ia telah disiksa oleh orang-orang musyrik dengan siksaan yang keras karena bertahan di jalan Allah.

Umar berkata,”Akupun mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata kepadanya, “Bukankah engkau adalah benar seorang Nabi (utusan) Allah?”, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tentu saja”, Aku berkata, “Bukankah kita berada di atas kebenaran dan musuh kita berada di atas kebatilan?”, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tentu saja”, Aku berkata, “Lantas mengapa kita bersikap merendah pada agama kita?”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Aku adalah Utusan Allah dan aku tidak bermaksiat kepadaNya, dan Dia adalah penolongku”. Aku (Umar) berkata, “Bukankah engkau perrnah mengatakan kepada kami bahwa kita akan mendatangi ka’bah dan bertowaf di ka’bah?”, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Iya, namun apakah aku mengabarkan kepadamu bahwa kita akan mendatangi ka’bah tahun ini?”, Umar bekata, “Tidak”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi ka’bah dan akan thowaf di sana”. Umar berkata, “Akupun mendatangi Abu Bakar, lalu aku katakana kepadanya, “Wahai Abu Bakar , bukankah Nabi Muhammad

Page 78: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

adalah benar seorang Nabi (utusan) Allah?”, Abu Bakar berkata, “Tentu saja”, Aku berkata, “Bukankah kita berada di atas kebenaran dan musuh kita berada di atas kebatilan?”, Abu Bakar berkata, “Tentu saja”, Aku berkata, “Lantas mengapa kita bersikap merendah pada dalam agama kita?”, Abu Bakar berkata, “Wahai Umar, sesungguhnya ia adalah utusan Allah, dan tidak akan bermaksiat kepada Tuhannya, dan Tuhannya akan menolongnya, maka berpegangteguhlah dengan perintahnya dan janganlah menyelisihinya!”. Aku berkata, “Bukankah ia pernah mengabarkan kepada kita bahwa kita akan mendatangi ka’bah dan berthowaf di ka’bah?”, Abu Bakar berkata, “Tentu saja, namun apakah ia mengabarkan kepadamu bahwa engkau akan mendatangi ka’bah tahun ini?”, Aku berkata, “Tidak”, Abu Bakar berkata, “Engkau akan mendatangi ka’bah dan akan thowaf di sana!”. (HR Al-Bukhari no 2731, 2732, Fathul Bari 5/408-425, Umdatul Qori 14/3-14)

Imam Nawawi berkata, “Para ulama berkata bahwa bukanlah pertanyaan-pertanyaan Umar kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas karena keraguan, namun karena karena beliau ingin mengungkap apa yang ia tidak pahami (kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa memutuskan demikian –pen) dan untuk memotivasi (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar) untuk merendahkan orang-orang kafir dan memenangkan Islam sebagaimana hal ini merupakan akhlak beliau dan semangat dan kekuatan beliau dalam menolong agama dan menghinakan para pelaku kebatilan. Adapun jawaban Abu Bakar kepada Umar yang seperti jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal ini merupakan tanda yang sangat jelas akan tingginya kemuliaan Abu Bakar dan dalamnya ilmu beliau serta menunjukan kelebihan beliau di atas para sahabat yang lain dalam pengetahuan dan kemantapan ilmu pada seluruh perkara tersebut” (Al-Minhaj 12/141, atau cetakan Al-Ma’arif 12/353)

[29] Riwayat Bukhori no 1241, 1242[30] Riwayat Bukhori no 1399-1400[31] Disimpulkan dari Al-Furqon hal 85-88[32] Ini adalah perkara yang sangat penting sekali yang banyak dilalaikan oleh kaum muslimin[33] Syarah Aqidah At-Tohawiyah II/773[34] Al-Furqon hal 42[35] Lihat tafsir Ibnu Katsir jilid 1, Al-Furqon hal 92[36] Syarah Al-Ushul As-Sittah hal 170[37] Majalah As-Sunnah 03/III/1418 hal 25[38] Al-Furqon hal 69[39] Lihat penjelasan Syaikh Sholeh Alu Syaikh dalam At-Ta’liqoot Al-Hisaan[40] Diringkas dari Al-Furqon hal 154-157[41] As-Siyar 2/224[42] Al-Furqon hal 154[43] Riwayat At-Thirmidzi no 3751 dan Ibnu Hibban no 2215[44] As-Siyar 4/8,9[45] Riwayat Al-Lalikai dalam Al-Karomat hal 165-166[46] Al-Furqon hal 157[47] Riwayat Bukhori no 5018[48] Riwayat Muslim no 1226[49] As-Siyar 2/348[50] Riwayat Bukhori no 3805[51] As-Siyar 4/195[52] As-Siyar 4/86[53] As-Siyar 5/60[54] As-Siyar 9/7[55] Riwayat Bukhori no 1354, Al-Furqon hal 158[56] Bahkan Rasulullah r sendiri tidak mengetahui seluruh orang munafik. Allah berfirman

التوبة ( : نعلمهم نحن تعلمهم لا فاق الن على مردوا المدينة أهل ومن منافقون الأعراب من حولكم )101وممن

Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka. (QS. 9:101)

Hal ini juga sesuai dengan hadits tentang Usamah bin Zaid yang membunuh seorang kafir yang ketika pedang Usamah telah di depan matanya tiba-tiba si kafir tersebut mengucapkan la ilaha illallah, namun Usamah tetap membunuhnya. Dan hal ini dilaporkan kepada Rasulullah. r, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Usamah :”Apakah dia (yang terbunuh itu) telah berkata la ilaha illallah dan kau (tetap) membunuhnya ?”, Usamah menjawab :”Ya, Rasulullah, dia mengatakan itu hanya karena takut akan senjataku”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :”Apakah sudah kau belah dadanya sehingga kau tahu ia berkata itu karena takut atau tidak ?”. Maka Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus mengulang-ulang perkataannya hingga Usamah berangan-angan seandainya dia baru masuk Islam pada hari itu. (HR Al-Bukhori no 4021, 6478, dan Muslim no 62 dan ini adalah lafal Muslim). Hadits ini menunjukan bahwa Usamah yang telah berjihad tidak mengetahui isi hati manusia. Dan ada isyarat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar para sahabat menilai seseorang dengan amalan dzohirnya bukan amalan batin. Kalau para sahabat mengetahui isi hati manusia tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan memerintahkan mereka untuk menilai secar dzohir saja.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

Page 79: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

من قطعة له أقطع فإنما بقوله شيئا أخيه بحق له قضيت فمن بعض من بحجته ألحن بعضكم ولعل إلي تختصمون إنكميأخذها فلا النار

“Sesungguhnya kalian berselilih dan berhukum kepadaku, dan bisa jadi sebagian kalian lebih pandai berhujah (berargumen) daraipada yang lain. Maka barangsiapa yang aku putuskan hukuman utuknya (memenangkannya) dengan (mengorbankan) sesuatu hak saudaranya maka sesungguhnya akau telah memberikan kepadanya suatu bongkahan dari api neraka maka janganlah ia mengambilnya” (HR Al-Bukhari II/952 no 253)

Kalau seandainya Rasulullah r tahu isi hati manusia tentunya beliau tidak akan tertipu dengan pintarnya bersilat lidah dalam berargumen.

Demikian juga kisah Ma’iz bin Malik yang berzina kemudian datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakui perbuatannya. Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui isi hatinya, oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menolaknya dan berpaling darinya hingga Maiz datang kepadanya empat kali, bahkan setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya جنون Apakah engkau tidak) أبكwaras)? (HR Al-Bukhari no 6430). Dalam riwayat yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Maiz, “Mungkin engkau hanya menciumnya atau memegangnya atau hanya melihatnya? (HR Al-Bukhari no 6438). Kalau memang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui isi hati Maiz maka tidak perlu ia bersusah payah bertanya kepada Maiz dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud berkata :”Saya telah mendengar Umar bin Khottob berkata :”Dahulu di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang diterima (dihukumi) menurut keterangan wahyu, dan kini wahyu telah terputus. Maka kami akan bertindak (menghukumi) kalian dengan perbuatan-perbuatan kalian yang dzohir (nampak) bagi kami. Maka barang siapa yang menampakkan kebaikan kepada kami maka kami percaya dan kami hargai, dan sama sekali bukan urusan kami mengenai batinnya . Allah yang akan menghisabnya . Dan barang siapa yang menampakkan keburukan kepada kami, maka kami tidak akan mempercayainya dan tidak kami benarkan, walaupun dia berkata sesungguhnya batinnya adalah baik.”” (HR Al-Bukhori) 

[57] Al-Furqon hal 159[58] Al-Furqon hal 159[59] Majalah As-Sunnah 03/III/1418[60] Al-Furqon hal 159[61] Sebagaimana hal ini pernah dimuat dalam beberapa tabloid di Indonesia[62] Al-Furqon hal 36[63] lihat jawaban ini dalam Al-Furqon hal 141-142[64] Al-Bidaayah wan Nihaayah I/328[65] Al-Bidaayah wan Nihaayah I/328[66] Al-Bidaayah wan Nihaayah I/328[67] Riwayat Bukhori, no 74[68] Pendapat yang benar bahwasanya Khidir telah meninggal dan tidak kekal hingga hari kiamat. Setelah Ibnu Katsir menyebutkan dan menjelaskan lemahnya dalil-dalil dan hikayat-hikayat yang dijadikan sandaran bahwa Khidir masih hidup hingga hari ini beliau berkata, “Dan riwayat-riwayat ini serta cerita-cerita (hikayat-hikayat)  ini merupakan dasar pegangan orang yang berpendapat bahwa Khidir masih hidup hingga hari ini, dan semua hadits yang marfu’ lemah sekali (dho’iif jiddan), tidak bisa hujjah ditegakkan di atas hadits-hadits seperti ini. Dan cerita-cerita mayoritasnya pada sanadnya ada kelemahan dan paling banter hanyalah shahih kepada orang yang tidak ma’sum seperti sahabat atau yang lainnya yang mungkin untuk salah” (Al-Bidaayah Wan Nihaayah I/334)

Dalil-dalil yang menunjukan bahwa Khidir tidaklah kekal hingga hari kiamat adalah sebagai berikut:

1.        Firman Allah

} } الخلد قبلك من لبشر جعلنا )34الأنبياء ( :  وما

Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad) (QS. 21:34)

Dan Khidir adalah seorang manusia yang ada sebelum Nabi r, maka ia tidakalah keluar dari keuumaman ayat ini (bahwasanya yang namanya manusia tidak ada yang kekal) kecuali dengan dalil yang shahih, namun tidak ada dalil yang shahih yang mengeluarkannya dari keumuman ayat ini.

2.        Firman Allah

قال ه ولتنصرن به لتؤمنن معكم ما ل مصدق رسول جاءكم ثم وحكمة كتاب من آتيتكم لما ين بي الن ميثاق الله أخذ وإذاهدين الش من معكم وأنا فاشهدوا قال أقررنا قالوا إصري ذلكم على وأخذتم {أأقررتم

”Dan (ingatlah) tatkala  Allah mengambil perjanjian dari para nabi:”Sungguh apa saja yang Aku berikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang Rosul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh beriman kepada Rosul tersebut dan sungguh-sungguh akan menolongnya”. Allah berfirman :”Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian

Page 80: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

itu ?”, mereka menjawab :”Kami mengakui”. Allah berfirman :”Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian.”

Dan Khidir jika ia seorang nabi (terlebih lagi seorang wali yang derajatnya lebih rendah dari nabi) maka ia termasuk dalam perjanjian ini. Maka jika ia hidup di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka merupakan kemuliaan yang sangat besar baginya jika ia menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beriman dengan Apa yang diturunkan Allah kepada Nabi r dan berusaha menolong Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jangan sampai seorang musuhpun menyentuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dan jika ia seorang wali maka Ash-Shiddiiq (Abu Bakar) lebih mulia darinya. Dan jika ia seorang nabi maka Musa lebih mulia darinya padahal Rasulullah r pernah bersabda

يتبعني أن إلا له حل ما أظهركم بين حيا موسى كان لو فإنه

“Sesungguhnya kalau Musa hidup di tengah-tengah kalian maka tidaklah boleh baginya kecuali mengikuti aku”

Dan ayat yang mulia ini menunjukan bahwa seluruh nabi jika seandainya mereka hidup di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka mereka seluruhnya adalah pengikut dan dibawah perintah dan syari’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala berkumpul dengan mereka di malam isro’ maka beliau mengimami mereka sholat.

3.        Dan tidak diketahui dengan sanad yang shahih bahwasanya Khidir pernah ikut perang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam -meskipun hanya sehari-. Dan tatkala perang Badar yang dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah “Ya Allah jika binasa umat ini maka engkau tidak akan disembah setelahnya di muka bumi”. Dan di hari yang sangat berat itu semuanya berkumpul, baik pemuka-pemuka kaum muslimin (dari para sahabat) maupun pemuka-pemuka para malaikat, bahkan Jibril berada di bawah bendera kaum muslimin. Kalau seandainya Khidir hidup maka keberadaannya di bawah bendera kaum muslimin tatkala itu merupakan kemuliaan yang agung baginya (Lihat Al-Bidayah wan Nihaayah I/335)

4.        Apakah faedah baginya –jika ia masih hidup hingga saat ini- dengan sikapnya yang bersembunyi, padahal jika ia menampakan dirinya maka pahalanya baginya lebih banyak dan derajatnya lebih tinggi dan lebih nampak mu’jizatnya (Lihat Al-Bidayah wan Nihaayah I/336)

5.        Kemudian jika ia masih hidup setelah zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka perbuatan yang sangat mulia yang bisa ia lakukan adalah dengan menyampaikan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjelaskan hadits-hadits yang lemah dan palsu, membantah amalan-amalan dan pemikiran-pemikiran bid’ah, berperang bersama kaum muslimin, menghadiri sholat jum’at bersama kaum muslimin, memberi manfaat kepada mereka (dengan mengajarkan ilmu kepada mereka), meluruskan para ulama dan pemerintah, menjelaskan tentang dalil-dalil dan hukum-hukum, semua ini lebih baik baginya daripada ia hanya sekedar berjalan memutari dunia, atau berkumpul dengan sebagian orang-orang (sufi) tertentu (yang tidak dikenal) yang kemudian menyampaikan perkataannya kepada manusia.  (Lihat Al-Bidayah wan Nihaayah I/336)

6.        Ibnu Umar berkata, “Rasulullah r mengimami kami sholat isya’ di akhir hayat beliau. Tatkala beliau salam beliau berdiri dan berkata

أحد الأرض ظهر على هو ممن يبقى لا منها سنة مائة رأس فإن هذه ليلتكم أرأيتكم

Tahukah kalian malam hari ini?, sesungguhnya setelah seratus tahun setelah malam ini maka tidak akan tersisa seorangpun (yang sekarang masih hidup) di atas muka bumi ini (HR Al-Bukhari I/55 no 116)

Berkata Ibnul Jauzi, “Hadits-hadits yang shahih ini (yang semakna dengan hadits Ibnu Umar ini) memutuskan sampai ke akar-akarnya propaganda bahwa Khidir masih hidup…jika Khidir mendapati masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka hadits ini menunjukan bahwa ia tidak akan hidup setelah seratus tahun, oleh karena itu maka sekarang ia telah tidak ada karena ia masuk dalam keumuman hadits ini. Dan hukum asal adalah ia masuk dalam hadits ini hingga ada dalil yang shahih yang mengkhususkannya” (Lihat Al-Bidayah wan Nihaayah I/336-337)

[69] HR Ahmad III/338 no 14672, Ibnu Abi Syaibah V/312 no 26421 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam irwaaul golil no 1589 dan Misykaatul Mashobiih no 177

[70] Tafsir Ibnu Katsir I/379

[71] Yaitu membocorkan kapal, membunuh seorang anak kecil dan memperbaiki tembok yang akan runtuh, sebagaimana dikisahkan dalam surat Al-Kahfi : 70-82

[72] Riwayat Muslim no 1812

[73] Ash Shuffah adalah semacam pelataran yang bersambung dengan mesjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, (masih satu atap dengan mesjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang dulu dijadikan tempat tinggal sementara oleh beberapa orang sahabat Muhajirin  yang miskin, karena mereka tidak memiliki harta, tempat tinggal

Page 81: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

dan keluarga di Madinah, maka Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan mereka tinggal sementara di pelataran tersebut di bawah naungan mesjid sampai mereka memiliki tempat tinggal tetap dan penghidupan yang cukup. (lihat kitab “Taqdis Al Asykhash” tulisan Syaikh Muhammad Ahmad Lauh 1/34)

[74] (HR Al-Bukhari 6/2495 no 6419 bab)

Dari Abi Qilabah dari Anas bin Malik ia berkata, “Datang beberapa orang dari ‘Ukl kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mereka dahulunya tinggal di suffah namun mereka maka mereka berkata, “Wahai Rasulullah mintakanlah untuk kami susu!”, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Aku tidak bisa membantu untuk kalian kecuali kalian pergi mendatangi onta-onta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (onta-onta zakat)”. Maka merekapun mendatangi onta-onta tersebut dan meminum susunya dan air kencingnya hingga merekapun sembuh dan gemuk, lalu mereka membunuh penggembala onta-onta tersebut dan membawa lari sekelompok onta, lalu terdengarlah teriakan (orang minta tolong) maka Nabi rpun mengutus seorang pelacak untuk melacak jejak mereka. Dan tidak sampai tengah hari merekapun telah tertangkap. Lalu Nabi rpun memerintahkan untuk memanaskan paku-paku lalu ia menculek mata mereka dan memotong tangan-tangan dan kaki-kaki mereka dan Rasulullah r tidak menghasm mereka (hasm adalah memberhentikan aliran darah pada bagian tubuh yang terpotong, seperti dengan menggunakan besi panas lalu ditempelkan ka bagian tubuh yang terpotong atau dengan memanaskan minyak panas lalu diletakkan ke bagian tubuh yang terpotong agar darah tidak mengalir Al-Fath 12/111 -pen) kemudian mereka dilemparkan di bawah terik matahari, mereka minta minum namun tidak diberi minum hingga akhirnya merekapun mati”. Abu Qilabah berkata, “Mereka mencuri dan membunuh dan memerangi Allah dan RasulNya”  (Lihat Al-Fath 6/153)

[75] Diantara yang mengaku bahwa mereka adalah penutup para wali adalah Ibnu ‘Arobi, Muhammad bin ‘Utsman As-Suudaani, dan At-Tijaani Al-Magribi, yang masing-masing dari ketiga orang ini mengaku bahwa dialah penutup para wali. Ini jelas menunjukan bahwa mereka bertiga adalah para pendusta dan para dajjal, bagaimana masing-masing mengaku sebagai penutup dan wali yang terakhir sementara masih ada wali yang lain yang juga mengaku demikian. (lihat syarh Syaikh Sholeh Alu Syaikh terhadap matan Al-Aqidah At-Thohawiyah)

[76] Maksudnya yaitu pemisah antara kerasulan dan kewalian

[77] Ibnu Arobi juga berkata (dalam kitabnya “Fususul hukum”) :”Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memisalkan kenabian dengan sebuah dinding (yang tesusun) dari bata dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat bahwa dinding tersebut telah sempurna kecuali tinggal tempat satu bata lagi, dan dialah sebagai bata yang terakhir (yang menutupi bata-bata (nabi-nabi) sebelumnya –pent). Adapun penutup para wali maka pasti ia melihat juga dinding ini, dia melihat dinding yang dimisalkan oleh Nabi r dan dia melihat dirinya di dinding yaitu di tempat dua bata, dirinya telah tercetak di tempat dua bata tersebut, sehingga sempurnalah dinding itu. Yang menyebabkan dia melihat dinding itu tinggal tempat dua bata  (padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya hanya ada satu tempat bata –pent) adalah karena dinding terdiri dari bata perak dan bata emas. Bata perak adalah bagian luar dinding tersebut (yaitu bagian luar syari’at-pen) dan hukum-hukum yang mengikutinya, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil syari’at yang dzohir dari Allah yang diikuti, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat perkaranya sebagaimana adanya sehingga demikianlah pasti dia melihatnya. Padahal bagian dalam tempat satu bata itu adalah tempat (yang lain bagi) bata emas, yang dia (penutup para wali tersebut) mengambil dari sumber yang malaikat yang diutus kepada Nabi mengambil dari sumber itu. Jika engkau memahami apa yang kami isyaratkan maka engkau telah mendapatkan ilmu yang bermanfaat.” (Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah hal 493)

Maksudnya yaitu penutup para wali tatkala mengambil wahyu tidak butuh kepada perantara malaikat, ia bisa langsung mengambil dari Allah. Berbeda dengan penutup para nabi, ia hanya bisa mengambil wahyu dengan perantara malaikat yang mengambil dari Allah.

[78] Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah hal 493-494, Al-Furqon hal 110

[79] Riwayat Bukhori no 6502, dari hadits Abu Huroiroh.

[80] Yang aqidah ini merupakan aqidah Ibnu ‘Arobi, yang dimana ia berkata di awal bukunya Al-Futuhaat,

م�: ع; ه- ن+ ع@ نل ع�ا م�: ع; E�ه A� ع ف؟                   ال المكل من شعري ليت يا

مي Fن Cع Gع عHا ع� م- ن+ ع ع< ن� Iه ن( ف؟                    1ا يكل ى أن رب قلت أو

Ar-Rob adalah Al-Haq (Allah) dan hamba juga Al-Haq (Allah), duhai kabarkanlah kepadaku siapakah yang diberi tugas (ibadah)?

Jika engkau mengatakan bahwa yang diberi tugas (ibadah) adalah hamba maka itu adalah penafian atau jika engkau mengatakan Rob maka bagaimana ia bisa disuruh untuk beribadah

Ia juga berkata,

محققا عرفت وهل صدقت سوائي     قلنا الأعم الكون موجد من

Page 82: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

على أثني فإنما مدحت ثنائي           فإذا ذات غير فنفسي نفسي

Kami katakan engkau benar, dan apakah engkau mengetahui dengan benar pencipta alam semesta seluruhnya selain aku?

Jika aku memuji Allah maka sesungguhnya aku memuji diriku sendiri. Diriku bukanlah pujianku

Ia juga berkata (pada bab yang ke sepuluh)

تراه الوجود في الحق الحبيب                 انظر فيه فالبغيض عينه

تدري كنت إن سواه عيني القريب        ليس وهو البعيد عين فهو

أراه فمنه به رآني المجيب                        إن فهو إليه دعاني أو

Lihatlah Allah di alam nyata ini maka engkau akan melihatnya, semua alam nyata ini adalah dzat Allah, maka orang yang dibenci dalam dzat Allah dia juga adalah orang yang dicintai

Dan tidaklah dzatku ini selain Allah jika engkau mengetahuinya, maka sesuatu yang jauh itulah sesuatu yang dekat.

Jika Dia melihatku melalui diriNya maka dari diriNya aku melihatNya, atau Dia memanggilku kepadaNya maka Dialah yang memenuhi panggilan tersebut.

Jelas dalam bait yang terakhir ini bahwa Ibnu ‘Arobi tidak hanya menyatakan bahwa Allah bersatu dengan dirinya, bahkan lebih parah dari itu ia berkeyakinan bahwa alam semesta ini dialah dzat Allah. Semuanya yang nampak itulah dzat Allah, oleh karena itu menurut Ibnu ‘Arobi bahwasanya orang yang dibenci pada hakikatnya itulah orang yang dicintai juga, sesuatu yang jauh itulah juga sesuatu yang dekat. Seseorang yang memanggil orang lain pada hakekatnya ia sedang memanggil dirinya sendiri, maka ia adalah yang memanggil dan sekaligus yang memenuhi panggilan.

Keyakinan seperti ini lebih parah dan lebih kafir daripada keyakinan orang-orang Nashrani yang hanya membatasi bersatunya Allah pada Isa saja, karena Ibnu ‘Arobi menyatkan bahwa Allah bersatu dengan seluruh makhluq. Dan konsekuensi dari keyakinan ini bahwasanya Orang-Orang musyrik Arab dahulu tidaklah bersalah tatkala mereka menyembah patung, karena pada hakekatnya mereka sedang menyembah Allah juga. Bahkan Fir’aun dan para pengikutnya adalah orang-orang yang sempurna imannya yang mengenal hakekat Allah, karena pada hakekatnya Fir’aun itulah Allah. Selain itu juga menurut aqidah Ibnu ‘Arobi ini bahwasanya pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara pengharaman dan penghalalan, tidak ada perbedaan antara ibu, saudara kandung wanita, dan wanita ajnabiah. Tidak ada perbedaan antara khomr dan air biasa, antara zina dan nikah, semuanya dari dzat yang satu yaitu Allah. Konsekuensi dari aqidah ini bahwasanya para nabi dan rosul hanyalah mempersulit manusia. (Lihat Syarh Al-Aqidah At-Thohawiyah I/126)

[81] Sebagian orang yang tidak ingin dikekang dengan syari’at mereka berdalil dengan firman Allah

} : ) } الحجر اليقين يأتيك ى حت ك رب )99واعبد

dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu keyakinan(QS. 15:99)

Mereka mengatakan, “Jika kami telah mencapai rasa yakin maka kami telah terlepas dari kewajiban beribadah kepada Allah”

Ini adalah penafsiran yang salah karena yang dimaksud dengan Al-Yaqin dalam ayat ini adalah kematian. Dengan dalil-dalil sebagai berikut:

a.        Ini adalah penafsiran salaf. Imam Al-Bukhari berkata, “Berkata Salim (bin Abdillah bin Umar) Al-Yaqin adalah Al-Maut (kematian)” (Shahih Al-Bukhari 4/1739), dan atsar ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya (14/74). Ini juga adalah penasiran Mujahid, Hasan Al-Bashri, Qotadah, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dan yang lainnya (Tafsir Ibnu Katsir 2/561)

b.       Ini juga sesuai dengan firman Allah

} ين المصل من نك لم قالوا سقر في سلككم المسكين  ما نطعم نك الخائضين   ولم مع نخوض ا  وكن بيوم نكذب ا وكن اليقين  الدين أتانا ى حت }

Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?. Mereka menjawab:”Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami Al-Yaqin (kematian)”. (QS. 74:44-47)

Page 83: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

c.        Ini juga sesuai dengan hadits Nabi r (HR Al-Bukhari 1/419 no 1186) dimana Nabi r berkata tentang Utsman bin Madz’un yang telah wafat, يفعل ما الله رسول وأنا أدري ما والله الخير له لأرجو إني والله اليقين جاءه فقد هو أماAdapun)) بي dia (Utsman bin Madz’un) maka telah datang kepadanya Al-Yaqin (kematian), maka aku mengharapkan kebaikan baginya, demi Allah aku tidak tahu apa yang Allah lakukan padaku padahal aku adalah utusan Allah))

d.       Ayat ini justru maknanya kebalikan dari apa yang dipahami oleh orang-orang zindiq tersebut. Justru ayat ini menunjukan bahwa seseorang harus terus beribadah hingga ia meninggal. Sebagaimana firman Allah tentang perkataan Nabi Isa حيا دمت ما والزكاة بالصلاة Dan Allah mewasiatkan (memeerintahkan) kepadaku untuk) وأوصاني(terus) sholat dan membayar zakat selama aku masih hidup) (QS 19:31)  Dan inilah yang dipraktekan oleh para nabi dan mereka adalah orang-orang yang paling yakin tentang Allah namun mereka adalah orang-orang yang paling banyak ibadahnya kepada Allah (Adwaul bayan 2/425)

e.        Jika Al-Yaqin ditafsirkan dengan arti keyakinan (mengetahui hakekat) maka tidaklah seperti yang dipahami oleh orang-orang zindiq tersebut, namun maknanya yaitu seseorang yang telah meninggal maka akan jelas baginya hakekat hari akhir, hakekat dari perkara-perkara goib yang telah Allah kabarkan kepadanya tatkala ia masih hidup di dunia. (Adlwaul bayan 6/349)

[82] Bukan sebagaimana pemahaman Ibnu ‘Arobi yang malah meninggalkan ibadah.[83] Al-Qowa’id Al-Mutsla hal 125[84] Al-Furqon hal 161[85] Majalah As-Sunnah 03/III 1418 H[86] Al-Jadawil hal 19[87] Al-Jadawil hal 20[88] Lihat akhir pembahasan dalam risalah ini.[89] Al-Jadawil hal 21 dan Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah hal 494[90] Majalah As-Sunnah hal 30[91] Lihat penjelasan Ibnu Abil ‘Izz dalam syarh Al-Aqidah At-Thohawiyah II/757[92] Syarh Al-Aqidah At-Tohawiyah II/755[93] Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah II/754[94] Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah II/754[95] Lihat Ad-Dur Al-Mantsur III/610 tafsir surat Al-A’rof ayat 175[96] Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah II/754Penjelasan Kitab Tauhid BAB 2 – Keutamaan Tauhid dan Dosa-dosa yang DigugurkannyaAqidah Syi’ah Mencela Sahabat = Mencela Qur’an = Mencela Hadits = Mencela Allah = Mencela Nabi = Mencela Ahlul Bait

Penjelasan Kitab Tauhid BAB 10 – Menyembelih untuk Selain Allah

Manusia Paling Utamaلام، ونقول نبي واحد أفضل من جميع الأولياء ولا نفضل أحدا من الأولياء على أحد من الأنبياء عليهم الس

(108) Kami pun tidak menganggap ada wali yang lebih utama daripada nabi—semoga salam senantiasa tercurah kepada para nabi. Sebaliknya kami katakan, “Seorang nabi lebih baik daripada seluruh wali.”

Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat, para nabi adalah manusia yang paling utama. Di antara para nabi, para rasul adalah yang paling utama. Di antara para rasul, ulul azmi yang lima: Nuh, Ibrahim, Musa, ‘Isa, dan Muhammad, adalah yang paling utama. Di antara lima rasul ulul azmi, Ibrahim dan Muhammad adalah yang paling utama. Di antara mereka berdua, Nabi Muhammad adalah yang paling utama.

Adapun yang meyakini bahwa ada wali yang lebih utama daripada nabi adalah sebagian kaum Sufi dan orang-orang Syi’ah Imamiyah.Kaum Sufi ini juga mengklaim bahwa dengan olah jiwa dan kesungguhan dalam beribadah kepada Allah, banyak puasa, menyendiri dari masyarakat, menjauhi makanan dan minuman tertentu, jarang tidur dan lain sebagainya, mereka bisa sampai ke derajat para nabi meskipun tidak menapaki jalan para nabi.

Ada pula yang mengklaim, dengan olah jiwa itu mereka bisa menjadi orang yang lebih utama daripada para nabi. Sebab ia telah menjadi wali dan derajat para wali lebih utama daripada derajat para nabi. Di antara yang menyatakan demikian adalah Ibnu ‘Arabiy. Dia berkata, “Para wali lebih utama daripada para nabi.”

Dia juga berkata, “Kenabian ditutup dengan diutusnya Muhammad. Tetapi kewalian belum tertutup dengannya.”Dia pun mengklaim diri sebagai penutup para wali dan berkata, “Penutup para wali lebih utama daripada penutup para nabi.”Juga, “Para nabi mengambil ilmu dari penutup para wali—yakni dirinya sendiri—mereka mengambilnya dari lauh mahfuzh sementara para wali mengambilnya langsung dari Allah.”

Ibnu ‘Arabi yang dimaksud di sini adalah Ibnu ‘Arabi penulis buku Fushushul Hikam, al-Futuhat al-Makkiyah, dan Kitab al-Huw al-Huw al-Huw.

Page 84: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Kaum Syi’ah Imamiyah diwakili oleh Khomeini yang menegaskan kalimat kufurnya dalam bukunya: Hukumah Islamiyyah. Khomeini berkata, “Sesungguhnya termasuk ketetapan madzhab kami, bahwasannya imam-imam kami memiliki derajat yang tidak dicapai oleh malaikat dan tidak pula dicapai oleh nabi.”Maknanya, Syi’ah Imamiyah meyakini bahwa imam-imam mereka lebih mulia daripada para malaikat dan para nabi.

Memutar Balik Syariat

Keyakinan bahwa kewalian lebih mulia daripada kenabian adalah pemutarbalikan syariat. Kewalian telah ditetapkan oleh Allah sebagai sifat umum orang-orang yang beriman dan bertakwa. Allah berfirman,

قون ذين آمنوا وكانوا يت ه لا خوف عليهم ولا هم يحزنون ال ألا إن أولياء الل

“Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran atas diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa (kepada Allah). Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (QS. Yunus: 62-63)

Kenabian lebih khusus daripada kewalian. Kerasulan lebih khusus daripada kenabian. Kerasulan adalah derajat yang paling tinggi, kemudian kenabian, dan lalu kewalian.

Pelajaran dari Hadits Wali

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman,

ب إلي ب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما افترضت عليه وما يزال عبدي يتقر ا فقد آذنته بالحرب وما تقر من عادى لي وليتي يمشي بها وإن تي يبطش بها ورجله ال ذي يسمع به وبصره الذي يبصر به ويده ال ه فإذا أحببته كنت سمعه ال ى أحب وافل حت بالنه وما ترددت عن شيء أنا فاعله ترددي عن نفس المؤمن يكره الموت وأنا أكره مساءته ه ولئن استعاذني لأعيذن سألني لأعطين

‘Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka sungguh Aku telah mengumumkan peperangan kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amal yang lebih Aku cintai dari pada amal-amal yang Aku wajibkan kepadanya. hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal tambahan (sunnah) sehingga Aku-pun mencintainya. Lalu jika Aku telah mencintainya, maka ia akan selalu mendengar dengan bimbingan-Ku, melihat dengan bimbingan-Ku, berbuat dengan bimbingan-Ku, dan melangkah dengan bimbingan-Ku. Jika dia memohon kepada-Ku maka Aku akan penuhi permohonannya, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku maka Aku akan berikan perlindungan kepadanya. Tidaklah Aku ragu melakukan sesuatu yang mesti aku lakukan seperti keraguan untuk (mencabut) nyawa seorang yang beriman (kepada-Ku), dia tidak menyukai kematian dan Aku tidak ingin menyakitinya.’.”

Hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari sahabat Abu Hurayrah ini memang menunjukkan besarnya keutamaan orang yang menjadi wali Allah. Tetapi ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa para wali Allah lebih mulia daripada para nabi Allah.Dari hadits qudsi di atas dapat diambil beberapa pelajaran; di antaranya bahwa wali Allah adalah orang yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengamalkan ketaatan, mengerjakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan memperbanyak amal-amal sunnah.

Oleh karena itu, jika ada seseorang yang mengaku sebagai wali Allah padahal dia tidak memahami dan mengamalkan amal-amal shalih yang bersumber dari petunjuk al-Qur-an dan sunnah Rasulullah, dapat dipastikan dia bukanlah wali Allah. Dia adalah wali setan.Hadits di atas juga mengisyaratkan bahwa setiap orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah adalah wali Allah. Hanya saja, derajat atau tingkat kewalian mereka berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

Salah Paham terhadap Hadits Wajah Cahaya

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada manusia yang mereka bukan nabi bukan pula syuhada namun para nabi dan syuhada iri—dalam makna yang positif, bermakna pula memuji dan kagum—dengan mereka pada hari kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah kabarkanlah kepada kami, siapa mereka?” Rasul menjawab, “Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, sementara tidak ada hubungan darah di antara mereka dan itu bukan pula karena harta yang mereka harapkan. Demi Allah! Wajah-wajah mereka adalah cahaya dan mereka di atas cahaya. Mereka tidak takut di saat manusia takut, dan tidak bersedih di kala manusia bersedih.” Kemudian Rasulullah membaca firman Allah, “Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran atas diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Yunus: 62).Hadits di atas diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurayrah ra dan ‘Umar bin Al-Khaththab ra.

Seakan-akan hadits ini menyiratkan keutamaan para wali Allah daripada para nabi dan para syuhada. Sebab para nabi dan para syuhada iri kepada mereka lantaran keutamaan yang Allah berikan kepada mereka. Ini adalah kesalahpahaman.Yang benar, derajat wali tidak mungkin diperoleh seseorang kecuali dengan mengikuti jalan nabi. Dan oleh karenanya, semua kebaikan dan keutamaan yang diperoleh oleh seorang wali juga diberikan kepada nabi. Sebab,

Page 85: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

orang yang menunjukkan kepada jalan kebaikan akan mendapatkan pahala orang-orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka yang mengerjakannya.

Adapun keirian para nabi dan para syuhada adalah seperti irinya seorang alim yang memiliki murid yang sangat pandai. Tidak diragukan bahwa sang alim bertambah mulia dan pahalanya terus bertambah dengan sebab muridnya, namun suatu kewajaran jika ia iri—dalam makna yang positif—kepada muridnya.

Pelajaran dari Hadits Wajah Cahaya

Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud di atas menerangkan keutamaan wali-wali Allah yang saling mencintai karena Allah; bukan karena harta, bukan pula karena keluarga. Dalam hadits lain disebutkan bahwa mereka adalah salah satu golongan dari tujuh golongan yang mendapatkan naungan pada hari tiada naungan kecuali naungan Allah. Pada hari Kiamat.Wallahu a’lam

Karamah Wali Bagian dari Mukjizat Nabi

ديق اــنوا وعن أبي محمد عبد الرحمن بن أبي بكر الصــ فة ك حاب الصــ أن أصــاـلث، أناسا ـ ة: من كان عنده طعام اثنين فليذهب بث بي قال مر فقراء، وأن الن

اــ ومن كان عنده ادس-أو كمــا قــال. وأن أب طعام أربعة فليذهب بخــامس بســبي بعشرة، بي ثم لبث بكر جاء بثلاثة، وانطلق الن ـدـ الن ى عن رــ تعشــ وأن أبا بك

ــالت يل ما شاء الله. ق ى صلى العشاء، ثم رجع، فجاء بعد ما مضى من الل حتى وــا حت يتهم؟ قــالت: أب يافك؟ قــال: أو مــا عشــ له امرأته: ما حبسك عن أضــرــ، فجــدع اــ غنث أت، فقــال: ي تجيء وقد عرضوا عليهم. قال: فذهبت أنا فاختبا نأخــذ ــال: وايم اللــه مــا كن ، وقال: كلوا لا هنيئا، والله لا أطعمه أبدا. ق وسباــنت ـرـ مما ك ارت أكث بعوا، وصــ ى شــ ربا من أسفلها أكثر منها حت من لقمة إلااــ أخت بني فــراس مــا هــذا؟ هــ: ي رــ فقــال مالرأت وــ بك قبل ذلك. فنظر إليها أبــا ـلـ منه ات! فأك ــك بثلاث مــر ة عيني لهي الآن أكثر منها قبل ذل قالت: لا وقريطان,يعني يمينه.ثم أكل منهــا لقمــة، ثم ما كان ذلك من الش أبو بكر وقال: إن

بي فأصبحت عنده، وكان بيننا وبين ى الأجــل، حملها إلى الن قوم عهــد، فمضــلــ اــس، اللــه أعلم كم مــع ك لــ رجــل منهم أن ر رجلا، مــع ك قنا اثني عشــ فتفر

رجل، فأكلوا منها أجمعونDari Abu Muhammad Abdurrahman bin Abu Bakr ash-Shiddiq, ia berkata bahwa sesungguhnya ahli Shuffah adalah kaum yang fakir. Suatu saat Nabi n bersabda, “Siapa yang memiliki makanan untuk dua orang hendaknya membawa orang yang ketiga. Dan siapa yang memiliki makanan untuk empat orang hendaknya membawa orang kelima atau keenam—demikian kurang lebih sabda be liau.” Selanjutnya Abdurrahman berkata bahwa Abu Bakr (ketika itu) membawa tiga orang, sedangkan Nabi membawa sepuluh orang. Abu Bakr makan malam bersama Rasulullah n kemudian tetap tinggal hingga shalat isya, dan kembali setelah berlalu malam sesuai yang Allah kehendaki. Istri Abu Bakr bertanya, “Apa yang menahanmu pulang untuk makan bersama tamu-tamumu?” Abu Bakr berkata, “Bukankah kalian sudah memberi mereka makan malam?” Istrinya menjawab, “Mereka menolak makan sampai engkau datang, padahal makanan sudah dihidangkan.” Abdurrahman berkata, “Aku pun pergi dan bersembunyi. Ayahku (Abu Bakr) berkata kepadaku, ‘Wahai bodoh!’ Abu Bakr mencela dan memaki. Kemudian ia berkata kepada keluarganya, ‘Makanlah kalian dengan tidak nikmat! Demi Allah, aku tidak akan memakannya selamanya’.” Abdurrahman berkata, “Demi Allah, tidaklah kami mengambil sesuap hidangan kecuali muncul dari bawah makanan lebih banyak dari sesuap yang diambil, hingga semua kenyang sementara hidangan lebih banyak

Page 86: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

dari sebelumnya. Abu Bakr pun melihat hidangan. Lalu berkata kepada istrinya, ‘Wahai saudara perempuan bani Firas, apa ini?’ Istri Abu Bakr berkata, ‘Betapa sejuknya mataku (yakni demi Allah), sungguh makanan ini tiga kali lipat lebih banyak.’ Abu Bakr pun makan, (padahal sebelumnya telah bersumpah untuk tidak makan, –pen.), kemudian berkata, ‘Sesungguhnya hal itu—yakni sumpahnya—dari setan.’ Lalu Abu Bakr memakannya satu suapan dan dibawanya kepada Nabi n, hingga hidangan itu pada pagi harinya di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.” Abdurrahman berkata, “Sebelumnya kami memiliki janji dengan sebuah kaum. Tibalah waktu bertemu. Kami pun berpencar menjadi dua belas orang, masing-masing bersama serombongan—Allah Yang Mahatahu berapa orang bersama mereka. Semua makan dari hidangan Abu Bakr.

 Takhrij Hadits

Hadits dengan lafadz di atas disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah. Al-Bukhari meriwayatkannya dalam Shahih-nya, Kitab Mawaqit ash-Shalah (Waktu-Waktu Shalat) bab “Begadang Bersama Tamu”, dari gurunya, Abu an- Nu’man, dari Mu’tamir bin Sulaiman, dari ayahnya, Sulaiman, dari Abu Utsman, dari Abdurrahman bin Abu Bakr. Diriwayatkan pula oleh al-Imam Muslim rahimahullah dalam Shahih-nya, Kitab al-Asyribah (3/1627 no. 2057) dari tiga guru beliau, Ubaidullah bin Muadz al-Anbari, Hamid bin Umar al- Bakrawi, dan Muhammad bin Abdul A’la al-Qaisi, dari Mu’tamir, dari Sulaiman, dari Abdurrahman bin Abi Bakr. Dalam sebagian riwayat al-Bukhari (10/443) disebutkan, Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu berkata kepada putranya,

ــل أن أجيء. ــراهم قب ــافرغ من ق بي ف ــق إلى الن ي منطل ــإن يافك ف ــك أضــ دوندـه، فقـال: اطعمـوا. فقـالوا : اـهم بمـا عن حمن فأت أين رب فانطلق عبد الـر

ــالوا: ــال: منزلنا؟ قال: اطعمــوا.ق اــ. ق ى يجيء رب منزلن آــكلين حت مــا نحن بــد ه يج ه إن جاء ولم تطعموا لنلقين منه. فأبوا فعرفت أن ا قراكم فإن اقبلوا عنحمن. علي، فلما جاء تنحيت عنه، فقال: ما صنعتم فأخبروه. فقال: يا عبد الر

ــك مت علي ، فقال: يا غثر، أقســ حمن. فسكت ، ثم قال: يا عبد الر إن فسكتدق، يافك. فقــالوا: صــ ل أضــ كنت تسمع صوتي لما جئت. فخرجت فقلت: ســ

ةــ. فقـال يل مـا انتظرتمــوني، واللــه لا أطعمـه الل : الآخــرون: أتانا به. فقال: إنا قــراكم, هــات ـوـن عن ى تطعم قــال: ويلكم مــا لكم تقبل واللــه، لا نطعمــه حتـلـ يطان، فأك م اللــه، الأولى من الشــ طعامك. فجاء به فوضع يده فقــال: بســ

وأكلوAbu Bakr berkata kepada Abdurrahman, “Muliakan tamumu, karena aku akan pergi ke tempat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Suguhkanlah jamuan untuk mereka sebelum aku pulang.” Abdurrahman bergegas menyuguhkan makanan yang ia miliki dan berkata, “Silakan kalian memakannya.” Mereka berkata, “Di mana tuan rumah kita?” Abdurrahman berkata, “Ayolah kalian makan!” Mereka menjawab, “Kami tidak akan memakannya sampai tuan rumah kita datang.” Abdurrahman berkata, “Terimalah jamuan kami. Jika ia pulang dan kalian belum memakannya, ia akan marah kepada kami.” Mereka tetap enggan memakannya. Saya tahu bahwa Abu Bakr akan marah kepadaku. Ketika Abu Bakr datang, aku bersembunyi. Abu Bakr berkata, “Apa yang kalian perbuat?” Para tamu pun memberi tahu Abu Bakr. (Tahulah Abu Bakr bahwa tamunya belum makan malam, -pen.) Abu Bakr berkata, “Wahai Abdurrahman!” Abdurrahman diam (ketakutan). Abu Bakr mengulangi, “Wahai Abdurrahman!” Abdurrahman tetap diam. Abu Bakr lalu berkata, “Wahai orang bodoh! Aku bersumpah, jika kamu mendengar suaraku ketika aku datang, kamu harus keluar.” Aku (Abdurrahman) keluar dan berkata, “Tanyakan kepada tamumu (apa yang terjadi).” Mereka berkata, “Ia benar. Ia telah menghidangkan kepada kami jamuan (namun kami menolaknya hingga engkau datang, –pen.). Abu Bakr berkata, “Kalian hanya menungguku? Demi Allah, aku tidak akan memakannya malam ini.” Para tamu mengatakan, “Demi Allah, kami tidak akan memakannya sampai engkau (wahai Abu Bakr) memakannya.” Abu Bakr berkata, “Betapa terlalu kalian ini. Mengapa kalian tidak mau menerima jamuan kami? Hidangkan segera jamuannya!” Kemudian dibawalah makanan, lalu Abu Bakr letakkan tangannya pada makanan lantas berkata, “Bismillah. Yang pertama tadi (yakni sumpah untuk tidak makan, -pen.) dari setan.” Abu Bakr memakannya dan mereka pun memakannya.

Dalam riwayat lain dalam Shahih Bukhari (6/442) dikatakan: Abu Bakr bersumpah tidak akan memakan jamuan. Istrinya juga bersumpah tidak memakannya. Salah seorang tamu atau para tamu bersumpah mereka tidak akan makan kecuali jika Abu Bakr memakan hidangan. (Karena dihadapkan kepada sumpah para tamu) berkatalah Abu

Page 87: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Bakr, “(Sumpahku) ini dari setan.” Abu Bakr meminta hidangan dikeluarkan lalu memakannya. Para tamu juga memakannya. Ketika mereka makan, tidaklah satu suap yang diangkat kecuali muncul dari bawahnya makanan yang lebih banyak dari yang diambil. Abu Bakr berseru kepada istrinya, “Wahai saudari bani Faras, apa ini?” Istrinya menjawab, “Betapa sejuknya mataku, hidangan itu sekarang sungguh lebih banyak daripada sebelum kita memakannya.” Kemudian mereka memakannya. Dibawalah makanan (yang bertambah banyak tersebut keesokan hari) kepada Nabi n. Ia sebutkan bahwa Nabi n pun ikut memakannya.

Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, Wali Allah Termulia setelah Para Nabi & Rasul

Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu adalah manusia paling mulia setelah nabi dan rasul. Al-Imam Ahmad bin Hanbal t (241 H) berkata, “Sebaik-baik umat ini setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu Bakr ash-Shiddiq z, (kemudian) Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, lalu Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Ketiganya didahulukan sebagaimana para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mendahulukan mereka, tanpa berselisih tentangnya.” (Ushul as-Sunnah, al-Imam Ahmad) Berbeda halnya dengan agama Syiah (Rafidhah). Agama yang satu ini justru menyelisihi kesepakatan umat. Mereka merendahkan Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, bahkan mengafirkannya. Abu Bakr lahir di tengah keluarga terhormat di kota Makkah pada 573 M, dua tahun enam bulan setelah tahun gajah. Namanya Abdullah bin Utsman bin ‘Amir al-Qurasyi at-Taimi. Lebih terkenal dengan kuniahnya, Abu Bakr, meskipun tidak memiliki putra bernama Bakr.

Di masa jahiliah, beliau adalah orang yang sangat terpandang di tengah kaumnya. Sebelum kenabian, beliau telah bersahabat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diutus oleh Allah Subhanahu wata’ala, beliaulah laki-laki dewasa pertama yang beriman. Beliau mendapat gelar ash- Shiddiq karena keimanannya yang sangat tinggi dan kepercayaan kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak tercampuri oleh keraguan. Di antara kemuliaan Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, ia selalu menyertai kekasih Allah Subhanahu wata’ala dalam suka dan duka, baik di Makkah maupun sesudahnya. Dalam perjalanan hijrah, Allah Subhanahu wata’ala memilihnya menyertai Nabi dan kekasih-Nya. Semua peperangan bersama Rasul dia ikuti, termasuk Perang Badar, hingga akhir peperangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Perang Tabuk. Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat yang paling beliau cintai, sebagaimana halnya Aisyah radhiyallahu ‘anhuma, putri Abu Bakr ash-Shiddiq adalah wanita yang paling beliau cintai.

Saat sakit menjelang wafat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyerahkan keimaman shalat kepada Abu Bakr, sebagai isyarat bahwa beliaulah sahabat termulia. Demikianlah sahabat memahaminya. Sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, kaum muslimin bersepakat membaiat beliau sebagai khalifah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Kehidupan beliau dihiasi dengan perjuangan, pengorbanan, dan pembelaan terhadap Islam hingga wafat pada 13 H. Allah Subhanahu wata’ala memuliakan Abu Bakr dengan dimakamkan di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan akan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam serta para nabi di jannah-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang sahih.

Karamah Wali

Kisah hidangan Abu Bakr yang bertambah banyak adalah salah satu dalil yang menetapkan adanya karamah para wali. Makanan Abu Bakr bertambah setiap kali diambil, bahkan lebih banyak dari suapan yang diangkat. Allahu Akbar! Karamah adalah kejadian luar biasa yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada para wali-Nya, seperti mukjizat. Hanya saja, karamah tidak diiringi oleh pengakuan kenabian, tidak pula diiringi tantangan kepada manusia. Karamah wali-wali Allah Subhanahu wata’ala ditetapkan berdasarkan al-Qur’an, as Sunnah, dan ijma’. Kisah Ashabul Kahfi adalah salah satu dalil al-Qur’an tentang adanya karamah. Ashabul Kahfi adalah tujuh pemuda beriman yang berjuang untuk selalu istiqamah di atas iman. Ketika mereka jujur dalam keimanan, Allah Subhanahu wata’ala memberikan sekian banyak kemuliaan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

حن نقص عليك نبأهم بالحق هم وزدناهم هدى ن هم فتية آمنوا برب إن“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (al-Kahfi: 13)

Allah Subhanahu wata’ala menjaga mereka dengan kejadian yang sungguh luar biasa. Inilah karamah Ashabul Kahfi. Mereka tidur di dalam gua selama 309 tahun. Tidak makan, tidak minum, rambut dan kuku tidak bertambah panjang, tubuh segar sehat wal afiat. Allah Subhanahu wata’ala menjaga mata mereka dengan selalu berkedip sehingga orang yang melihatnya menyangka mereka terjaga padahal tidur. Allah Subhanahu wata’ala menjaga pula tubuh mereka dari kerusakan.

Allah Subhanahu wata’ala membolak-balikkan ke kanan dan kiri. Tubuh mereka utuh seperti sedia kala, sehingga ketika mereka bangun—setelah tidur panjang selama tiga abad—tidak melihat ada satu keanehan dan kejanggalan pun pada tubuh mereka. Mereka menyangka hanya tidur sesaat. Kisah Dzulqarnain juga menjadi dalil lain adanya karamah. Hamba Allah Subhanahu wata’ala yang saleh ini diberi karamah, di antaranya dimudahkan membuat benteng yang menghalangi Ya’juj dan Ma’juj hingga menjelang hari kiamat. Adapun dalil adanya karamah dalam hadits bisa kita baca dalam banyak riwayat sahih, termasuk kisah Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu yang baru kita lalui. Karamah, Bagian dari Mukjizat Ketika membahas mukjizat para nabi dalam kitab-kitab Dalail an-Nubuwah, para

Page 88: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

ulama tidak lupa menyebutkan hadits-hadits tentang karamah waliwali Allah Subhanahu wata’ala. Al-Imam Abu Bakr Ja’far bin Muhammad al-Firyabi t (301 H) misalnya, memasukkan kisah hidangan Abu Bakr yang sedang kita bahas ini dalam kitabnya, Dalail an-Nubuwah.

Para ulama memasukkan karamah dalam kitab Dalail an-Nubuwah karena karamah wali-wali Allah Subhanahu wata’ala adalah bagian dari mukjizat nabi, yakni bukti kenabian. Mengapa demikian? Sebab, seseorang tidaklah mungkin menjadi wali Allah Subhanahu wata’ala dan mendapatkan karamah serta kemuliaan-kemuliaan di sisi-Nya, kecuali jika mengikuti jejak nabi dan rasul. Bukankah Allah Subhanahu wata’ala berfirman tentang hal ini dalam al-Qur’an? Perhatikan firman Allah Subhanahu wata’ala berikut,

ه ويغفر لكم ذنوبكم بعوني يحببكم الل ه فات ون الل ه غفور قل إن كنتم تحب واللحيم ر

Katakanlah, “Jika kamu (benarbenar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali ‘Imran: 31)

Ayat ini tegas menunjukkan bahwasanya kecintaan Allah Subhanahu wata’ala, tidaklah diperoleh kecuali dengan mengikuti jalan Rasulullah n. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Barang siapa memusuhi wali-Ku, Aku umumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba- Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa-apa yang Aku wajibkan kepadanya. Senantiasa hamba-Ku itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memukul, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta pasti Aku beri, jika ia meminta perlindungan, niscaya Aku lindungi.” (HR . al-Bukhari)

Pelajaran dari Kisah Hidangan Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu

1. Hadits ini memuat dalil tentang keutamaan Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu dan bahwasanya beliau termasuk wali Allah Subhanahu wata’ala. Bahkan, beliau adalah wali Allah Subhanahu wata’ala yang paling afdal setelah para nabi, sebagaimana yang disepakati oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah.

2. Anjuran untuk memberi makan kepada fuqara, walaupun dengan menyertakan mereka untuk makan bersama. Memberi makan fuqara adalah salah satu amalan ahlul jannah ketika mereka di dunia. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.” (al-Insan: 8)

3. Seorang yang mengajak kepada kebaikan hendaknya bersemangat untuk menerapkan lebih dahulu pada dirinya, sebagai teladan yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membawa sepuluh ahli shuffah untuk menghadiri hidangan beliau.

4. Hadits ini memberikan gambaran keadaan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dari kalangan ahli shuffah yang sangat bersahaja dan sabar dalam kemiskinan mereka.

5. Anjuran untuk memerhatikan keadaan orang-orang miskin.

6. Abu Bakr memiliki hidangan di rumah, namun beliau lebih memilih makan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini menunjukkan kebersamaan beliau dengan Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam dan semangatnya untuk menghadiri hidangan orang-orang yang mulia dan memiliki keutamaan.

7. Bolehnya mengundang orang miskin untuk makan walaupun tidak menyertai makan bersama mereka, dengan syarat ada orang yang menggantikan kedudukannya sebagai pengundang untuk berkhidmat kepada tamu undangan. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Abu Bakr ash-Shiddiq yang mewakilkan kepada putranya, Abdurrahman dan keluarganya.

8. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam terkadang makan malam selepas shalat isya.

9. Bolehnya begadang bersama keluarga atau tamu jika ada keperluan, seperti membahas ilmu.

10. Di balik kelembutan Abu Bakr, beliau seorang yang sangat berwibawa dan tegas memimpin keluarga serta mendidik putra-putrinya.

11. Di antara sebab berkah Allah Subhanahu wata’ala dalam makanan adalah berjamaah ketika makan dan mengucapkan basmalah sebelumnya.

Page 89: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

12. Seorang anak menceritakan kisah ayahnya dengan hanya menyebut nama atau kuniah, seperti yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Abu Bakr saat mengisahkan ayahnya, bukanlah bentuk kedurhakaan.

13. Bolehnya makan hingga kenyang.

14. Bolehnya menyimpan hidangan malam hingga pagi hari. Wallahu a’lam.

Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal

“Dua Rakaat Dilakukan Dengan Istiqomah Lebih Baik Daripada 1000 Karomah “

Dalam tulisan saya terdahulu tentang ISTIQOMAH ,ada pertanyaan sederhana dari Akhinal Karim Kang Ahmed Alkhudhori. Belaiu bertanya , apakah makna istiqomah itu?

Pertanyaan yang langsung menghantam kepala saya bagai palu godam dan menyadarkan saya seketika. Berapakali, mungkin beribu kali saya mengatakan, menganjurkan atau menulis tentang ISTIQOMAH tetapi apa benar saya sudah mengetahui hakekat maknanya yang sebenarnya ? tidak hanya sekedar makna paling sederhana yakni ISTIQOMAH = Ajeg atau Lumintu dalam bahasa jawa

Untuk itu saya ucapkan beribu terima kasih kepada beliau atas inspirasinya untuk kesadaran saya mencari hakekat makna Istiqomah. Amma Ba'du.

Allah Ta'ala berfirman dalam Surah Al Ahqaf ayat ke 13 :

" Sesungguhnya orang-orang yang berkata ; Allah adalah Tuhan kami . Dan kemudian mereka berlaku istiqomah.."

Sesudah Allah menyebut tentang Tauhid dan disusul dengan keistiqomahan, maka Istiqomah ini adalah sebuah Puncak dan kesempurnaan dari Tauhid itu sendiri.

Tiada menyembah selain Allah. Menyadari sepenuhnya rububiyyah Alloh Ta'ala. Sehingga menjadi lurus aqidahnya, ucapan serta amal perilakunya terus menerus dalam keadaan yang sempurna hingga ajal datang menjemputnya.

Puncak dari istiqomah jika begitu adalah ketika seseorang didalam semua unsur di dirinya sesuai dalam kebenaran Ilahi.Melakukan SEMUA yang di perintahkan dan meninggalkan SEMUA yang dilarang agama.

Bisa dikatakan , seseorang yang berlaku istiqomah adalah seseorang yang telah sempurna kema'rifatannya. Sempurna hal akhwalnya. Bersih hatinya di setiap amal-amalnya. Aqidahnya lurus dan terbebas dari noda kesesatan dan kebid'ahan. Sempurna awwal akhir dhohir bathin.

Demikian berat makna istiqomah membuat Al Imam Abil Qosim Alqusyairi berkomentar :

"Orang-orang yang tidak mampu beristiqomah maka akan sia-sia jerih payahnya dan sesat jalannya. Tiada orang yang mampu melakukan istiqomah kecuali seorang yang tinggi maqam derajatnya."

Rasululloh SAW pun menyadari langka dan sukarnyanya istiqomah ditemukan dalam diri manusia. Maka beliau berkata dlm satu hadits riwayat Imam Muslim ra :

" Beristiqomahlah kalian, [walaupun sebenarnya] kalian nanti tidak akan mampu melakukannya"

Termasuk sandaran pokok tentang Istiqomah adalah Hadits riwayat Imam Muslim :

"Katakanlah, Aku beriman kepada Alloh Kemudian istiqomahlah kamu ."

Dalam hadits ini Rasulullah SAW dlm satu kalimatnya mengumpulkan dua dasar yang agung yaitu Iman dan Islam dalam dua makna yang agung yakni Tauhid dan keta'atan.

Tauhid masuk dalam kalimah A-MANTU BILLAH , dan ketaatan masuk dalam kalimah TSUM_MAS TAQIM.

Sehingga keistiqomahan dinyatakan sebagai PELAKSANAAN SEGALA PERINTAH DAN MENINGGALKAN SEGALA LARANGAN ALLAH didalam setiap I'tiqad,ucapan maupun amal perbuatan. Sebuah keadaan yang teramat berat menjalankannya.

Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. Menafsiri ayat dalam Surah Hud yakni ayat : Fastaqim Kama umirta [ “beristiqomahlah kamu, sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu”]

beliau berkata : "Tidak ada satu ayat dari alqur'an yang turun yang bagitu berat bagi rasulullah SAW mengalahkan ayat ini. Sampai-sampai sesudah ayat ini turun para Shahabat melihat ada perubahan drastis dari rambut suci beliau yang semakin banyak tumbuh uban.

Page 90: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Para shahabat bertanya, "Duhai,betapa semakin banyaknya uban di rambut anda, Ya Rasululloh.."

Maka serta merta Rasulullah SAW menjawab : "Membuatku beruban begini ini adalah Surah Hud.."

Dan Imam Abi Hatim meriwayatkan , sesudah ayat ini turun Rasululloh SAW begitu meningkatkan intensitas ibadah dan khaliyahnya sedemikian rupa sampai-sampai tidak pernah lagi terlihat beliau tertawa sesudahnya.

Ala kulli haal, Istiqomah sejati adalah kelurusan dalam aqidah, amal ibadah serta akhlaq budi pekerti manusia.

Aqidahnya tidaklah Ta'thil [ mengkosongkan Alloh dari sifat-sifat yg sempurna dan terpuji] dan tidak pula Tashbih [menyerupakan allah dengan makhluk].

Amaliyahnya tidaklah di tambah [dengan kebid’ahan] ataupun dikurangi [karena kemalasan]

Akhlaqnya jauh dari Ifrath [ keterlaluan , kewaswasan] dan terbebas pula dari Tafrith [kesembronoan].

Sebuah keadaan yang sangat agung yang tidak sembarang orang mampu menjalaninya. Maka tidak salah jika satu ibadah yang sedikit jumlahnya jika dilambari dengan keistiqomahan maka akan menjadi agung nilai serta derajatnya.

Hal itu karena menilik keistiqomahannya. Maka berkatalah salah seorang dari Shalihin di masa lampau :

" Dua rokaat yang dilakukan dalam keistiqomahan lebih utama disbanding 1000 karomah."

Semoga tulisan ini bermanfa'at. Wallohu a'lam bisshowab

Dikutip dari tulisan Muhajir Madad Salim yang diambil dari kitab : Fathul Mubin Hal.180 ; Tafsir Nawawi Vol.I Hal.39 ; Iqdul Yawa-qit Hal 38

“Istiqomah lebih baik daripada seribu karomah”Banyak kejadian akhir-akhir ini yang mengharuskan saya “take a deep breath”. Tulisan ini bukan tentang kesabaran, karena sesungguhnya makna dari kesabaran adalah menganggap segala sesuatu merupakan “tindakan” Allah, bukan akibat dari keputusan kita. Bahwa apapun itu, takdir baik maupun buruk merupakan sebuah “ketentuan” yang tidak akan sanggup kita merubahnya. Tulisan ini tentang bagaimana ternyata selama ini (banyak dari) kita salah menafsirkan ayat-ayat yang tertuang baik dalam kitab suci maupun dari pernyataan nabi maupun dari alam maupun dari orang yang kita anggap pewaris para nabi.

Ayat itu adalah tentang dekatnya kita pada Allah akan memunculkan karomah-karomah, mukjizat-mukjizat, hal-hal yang luar biasa dan segala jenis teman dan rekannya. Ayat tersebut kemudian dikomparasikan dengan hadist nabi “istiqomah lebih baik daripada seribu karomah”. Sebagian dari diri saya berpikir, kalau begitu ini yang dipahami oleh para ‘ulama pendahulu aliran muhammadiyah, persis, jamaah tabligh, ikhwanul muslimin, dan sebagainya. Bahwa karomah bukanlah tujuan dan tidak untuk dimanfaatkan oleh kalangan muslim sebagai “alat bantu” dalam menyelesaikan masalah-masalah di dunia. Hal yang lebih dicintai Allah adalah keistiqomahan kita dalam menjalani sesuatu sesuai dengan ajaran aqidah dan akhlak yang diturunkan Nabi besar Muhammad SAW yang kita cintai.

Namun semalam, hal tersebut dijelaskan oleh Mursyid saya dengan kalimat yang lebih jelas. Bahwa hadist itu benar adanya dan bahwa kebenaran akan hadist tersebut juga benar adanya. Namun, kedekatan akan Allah SWT yang bersumber dari kecintaan kita kepada Allah SWT dan kemudian memunculkan nur Illahiah dalam diri kita dengan makin sering mendatangi majelis-majelis, lebih sering lagi berdzikir, lebih banyak lagi melakukan shalat dan sebagainya secara otomatis akan membuat Allah SWT juga mencintai kita dan menciptakan keajaiban-keajaiban disekitar kita. -Ingat tulisan saya sebelumnya bahwa hakikat “ikhlas” adalah menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah “perbuatan” dan “tindakan” Allah-. Bahwa sesuangguhnya keajaiban, mukjizat dan sebagainya itu “sangat mudah” bagi Allah untuk diberikan kepada kita. Namun keajaiban bukan untuk diharapkan karena keajaiban merupakan hak prerogative Allah sementara hak kita adalah istiqomah dengan jalan Allah.

Dan, istiqomah pada jalan Allah akan menjadikan kita menjadi salikhin-salikhin (baca: orang-orang shaleh) yang mencintai Allah SWT. Cinta itu sendiri dapat kita ukur kedalamannya dalam diri kita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :

1). Apakah cinta kita pada Allah melebihi cinta kita pada diri sendiri?

2). Apakah cinta kita kepada Allah sudah melebihi cinta kita pada segala hal yang dititipkan Allah pada kita yaitu suami, istri, anak, harta, dsb?

3). Apakah cinta kita pada Allah sudah melebihi APAPUN yang ada di dunia ini? Yaitu APAPUN hal yang kita telah maupun mungkin maupun tidak mungkin (kecuali mukjizat) capai di dunia ini?

Setelah pertanyaan ketiga terjawab dengan kata “sudah” maka benarlah kita istiqomah di jalan Allah. Maka benarlah cinta pada Tuhan, Nabi dan Guru yang selama ini kita dengung-dengungkan dan kita bangga-banggakan.

“Istiqomah lebih baik daripada seribu karomah”

Banyak kejadian akhir-akhir ini yang mengharuskan saya “take a deep breath”. Tulisan ini bukan tentang kesabaran, karena sesungguhnya makna dari kesabaran adalah menganggap segala sesuatu merupakan “tindakan” Allah, bukan akibat dari keputusan kita. Bahwa apapun itu, takdir baik maupun buruk merupakan sebuah “ketentuan” yang tidak akan sanggup kita merubahnya. Tulisan ini tentang bagaimana ternyata selama ini (banyak dari) kita salah menafsirkan ayat-ayat yang tertuang baik dalam kitab suci maupun dari pernyataan nabi maupun dari alam maupun dari orang yang kita anggap pewaris para nabi.

Ayat itu adalah tentang dekatnya kita pada Allah akan memunculkan karomah-karomah, mukjizat-mukjizat, hal-hal yang luar biasa dan segala jenis teman dan rekannya. Ayat tersebut kemudian dikomparasikan dengan hadist nabi “istiqomah lebih baik daripada seribu karomah”. Sebagian dari diri saya berpikir, kalau begitu ini yang dipahami oleh para ‘ulama pendahulu aliran muhammadiyah, persis,

Page 91: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

jamaah tabligh, ikhwanul muslimin, dan sebagainya. Bahwa karomah bukanlah tujuan dan tidak untuk dimanfaatkan oleh kalangan muslim sebagai “alat bantu” dalam menyelesaikan masalah-masalah di dunia. Hal yang lebih dicintai Allah adalah keistiqomahan kita dalam menjalani sesuatu sesuai dengan ajaran aqidah dan akhlak yang diturunkan Nabi besar Muhammad SAW yang kita cintai.

Namun semalam, hal tersebut dijelaskan oleh Mursyid saya dengan kalimat yang lebih jelas. Bahwa hadist itu benar adanya dan bahwa kebenaran akan hadist tersebut juga benar adanya. Namun, kedekatan akan Allah SWT yang bersumber dari kecintaan kita kepada Allah SWT dan kemudian memunculkan nur Illahiah dalam diri kita dengan makin sering mendatangi majelis-majelis, lebih sering lagi berdzikir, lebih banyak lagi melakukan shalat dan sebagainya secara otomatis akan membuat Allah SWT juga mencintai kita dan menciptakan keajaiban-keajaiban disekitar kita. -Ingat tulisan saya sebelumnya bahwa hakikat “ikhlas” adalah menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah “perbuatan” dan “tindakan” Allah-. Bahwa sesuangguhnya keajaiban, mukjizat dan sebagainya itu “sangat mudah” bagi Allah untuk diberikan kepada kita. Namun keajaiban bukan untuk diharapkan karena keajaiban merupakan hak prerogative Allah sementara hak kita adalah istiqomah dengan jalan Allah.

Dan, istiqomah pada jalan Allah akan menjadikan kita menjadi salikhin-salikhin (baca: orang-orang shaleh) yang mencintai Allah SWT. Cinta itu sendiri dapat kita ukur kedalamannya dalam diri kita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :

1). Apakah cinta kita pada Allah melebihi cinta kita pada diri sendiri?

2). Apakah cinta kita kepada Allah sudah melebihi cinta kita pada segala hal yang dititipkan Allah pada kita yaitu suami, istri, anak, harta, dsb?

3). Apakah cinta kita pada Allah sudah melebihi APAPUN yang ada di dunia ini? Yaitu APAPUN hal yang kita telah maupun mungkin maupun tidak mungkin (kecuali mukjizat) capai di dunia ini?

Setelah pertanyaan ketiga terjawab dengan kata “sudah” maka benarlah kita istiqomah di jalan Allah. Maka benarlah cinta pada Tuhan, Nabi dan Guru yang selama ini kita dengung-dengungkan dan kita bangga-banggakan.

Oleh: Ali Akbar bin Agil

Kiat dalam Istiqamah

TELAH banyak pemuka agama yang memberikan uraian mengenai kiat atau tips jitu dalam membentuk pribadi yang berkarakter, beristiqamah. Seorang di antaranya Drs. Ahmad Yani, ia menulis cara agar kita bisa istiqamah dalam bukunya Be Excellent : Menjadi Pribadi Terpuji. Ada kunci istiqamah : kemauan yang kuat, pembinaan yang intensif, keteladanan yang meyakinkan, dan kerja sama yang solid.

Pertama, kemauan yang kuat. Harus ada niat tulus dan kemauan keras untuk ‘memaksa’ diri kita agar tetap lurus, berpendirian kokoh, tidak mudah goyah dan goyang. Kemauan itu harus lahir dari diri kita sendiri. Kemauan yang kuat berawal dari membiasakan melakukan kebaikan, meski ringan dan sedikit.

Kedua, pembinaan yang intensif. Setelah ada pembiasaan dan ‘pemaksaan’ dari dalam diri kita, berikutnya adalah memelihara pembiasaan amal-amal yang meski kecil dan ringan dengan merawatnya. Caranya dengan lewat jalur ilmu yang bersumber dari tempat-tempat yang menanamkan pendidikan, mengenalkan Allah dan Rasul-Nya, secara berkesinambungan.

Ketiga, keteladanan yang meyakinkan. Ini berarti, para tokoh agama dan masyarakat dituntut untuk menjadi contoh bagi umat. Umat butuh guru yang bisa ditiru. Usaha umat untuk istiqamah sangat membutuhkan teladan dari para ulama sebagai pewaris nabi. Selain itu, kunci istiqamah ketiga ini bisa pula berarti, bahwa seseorang yang ingin beristiqamah hendaknya selalu merapat kepada para ulama.

Keempat, kerja sama yang solid. Istiqamah butuh dukungan semua pihak, semua komponen umat, persaudaraan yang tulus, yang saling mendukung, membantu, member motivasi. Kesalahan dalam berbuat sesuatu bukan berarti akhir segalanya. Masih ada hari esok untuk memperbaiki keadaan. Maka dengan soliditas yang kuat, satu sama lain akan saling mengingatkan kealpaan. Dengan begitu, istiqamah dalam berbuat akan terus terbiasakan dalam hidup sehari-hari.

Buah Istiqamah

Salah satu manfaat dan buah dari sikap istiqamah, dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Matn Al-Arba`iin Al-Nawawiyyah, berdasarkan surah Fusshilat ayat 30. Kata beliau, bahwa makna bunyi ayat “Inna al-ladziina qaaluu rabbunal-Lah tsummas-Taqaamuu, Tatanazzalu `alaihimul-Malaaikah,” adalah Allah akan menurunkan para malaikat-Nya guna membawa kabar gembira kepada orang-orang yang istiqamah.

Apa pesan tersebut? Kata Imam Nawawi, pesan itu adalah kelanjutan dari ayat di atas. Yaitu firman Allah Subhanahu Wata’ala, “La Takhaafuu wa Laa Tahzanuu Wa Absyiruu bil-Jannatil-Lati kuntum Tuu`aduun,” (Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu).

Dalam tafsir, lanjut Imam Nawawi, ketika orang-orang yang istiqamah itu diberi kabar gembira dengan melenggang ke surga, mereka bertanya, “Lalu, bagaimana dengan keadaan anak-anak kami? Apa yang akan mereka makan sepeninggal kami?”

Allah menjawab pertanyaan mereka dengan berfirman,

تدعون ما فيها ولكم أنفسكم تشتهي ما فيها ولكم الآخرة وفي الدنيا الحياة في أولياؤكم نحن

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.” (QS. Fusshilat : 31)

Page 92: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Buah Istiqomah

Lewat penjelasan di atas, kita bisa mengambil pesan penting mengenai buah dari sikap istiqamah;

Pertama, orang yang istiqamah akan mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah, ditandai dengan turunnya malaikat untuk membawa kabar gembira.

Kedua, orang-orang yang istiqamah akan mendapat garansi kehidupan yang nyaman dan damai, jauh dari duka lara, dan tegar dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia yang hanya sementara ini.

Ketiga, orang yang istiqamah akan mendapatkan kesempatan mulus masuk ke dalam surga Allah.

Keempat, manfaat lainnya dari orang yang beristiqamah ialah jaminan kebahagiaan yang tidak saja berlaku kepada pelaku istiqamah bahkan keturunanya mendapatkan hal yang serupa berkat keistiqamahan orangtuanya.

Kesimpulannya, istiqamah tidak saja berlaku pada tataran ubudiyah semata. Istiqamah berlaku dalam konteks akidah, syariah, akhlak, ilmu, dan perjuangan di jalan Allah.

Oleh karena itu, kita harus bersikap istiqamah dalam iman dan keyakinan, istiqamah dalam syariah dengan selalu mendukung tegak hidupnya syariat di tengah-tengah umat dengan diawali dari keluarga kita sendiri, istiqamah dalam akhlak dengan menjadikan akhlak sebagai salah satu ujung tombak menyampaikan dakwah, istiqamah di ranah ilmu dengan mengkaji ilmu Allah yang terbentang luas, dan istiqamah dalam membela tiap inci ajaran Allah, bangga dengan agama Islam, serta benci kepada setiap kekufuran.

Cara istiqamah seperti di atas adalah dengan membangun kesadaran dari tiap pribadi yang didahului niat dan kemauan kuat untuk istiqamah. Setelahnya, diadakan pembinaan secara intensif, dan saling mendukung di antara sesama umat Islam.

Pada akhirnya, kita tidak lupa pula untuk berdoa kepada Allah agar berkenan memberikan sikap istiqamah dengan doa yang dipanjatkan oleh Imam Hasan Al-Bashri, dimana jika beliau selesai membaca surat Fusshilat ayat 30 tersebut, beliau berdoa, “Allaahumma Anta Rabbunaa, FarzuqnaaL-Istiqaamah” (Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami maka anugerahilah kami sikap (istiqamah).*

Penulis, pengasuh Majlis Ta`lim dan Ratib Al-Haddad di Plaosan, Malang, Jawa Timur

Istiqomah Lebih Mulia dari Seribu Karomah

Oleh: Ali Akbar bin Agil

Orang yang istiqamah selalu menjadikan ilmu sebagai makanan hati dan ruhAllah Subhanahu wa Ta`ala berfirman:

ذين إن نا قالوا ال ه رب ل استقاموا ثم الل ة وأبشروا تحزنوا ولا تخافوا ألا الملائكة عليهم تتنز تي بالجن توعدون كنتم ال

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fusshilat: 30)

Al Wahidi dalam Asbaab Nuzuul Al-Qur`an menulis, Atha` menerima riwayat dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu `anhuma yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu `anhu yang memberikan bantahan atas ucapan Kaum Musyrik dan Yahudi.

Kaum Musyrik berkata, “Allah adalah Tuhan kami, sementara para malaikat adalah anak-anak-Nya.” Kemudian orang-orang Yahudi berkata, “Allah adalah Tuhan kami dan Uzair adalah anak-Nya, sementara Muhammad bukanlah seorang Nabi.” Baik ucapan kaum musyrik maupun yahudi menunjukkan kebodohan dan tidak istiqamah.

Mendengar ucapan dari dua golongan tersebut, Abu Bakar mengatakan dengan tegas, “Allah adalah Tuhan Kami Yang Mahaesa tiada sekutu bagi-Nya dan Muhammad Shallahu ‘alaihi Wassalam adalah hamba sekaligus utusan-Nya.” Selanjutnya turun ayat, “Inna al-ladziina qaaluu rabbunal-Lah.”

Konteks Istiqamah

Kata istiqamah bisa dimaknai dalam berbagai situasi dan kondisi. Istiqamah dalam konteks akidah, amal, keikhlasan, ketakwaan, persaksian, dan ilmu. Konteks istiqamah telah banyak dijabarkan oleh sahabat-sahabat nabi yang menunjukkan kedalaman mereka dalam memandang jauh makna istiqamah.

Sayidina Abu Bakar radhiyallahu `anhu, contohnya, memberikan pengertian istiqamah sebagai teguh dalam beriman, memurnikan sesembahan, dan menjauhi kesyirikan. Imam Thabari meriwayatkan, Abu Bakar pernah ditanya tentang istiqamah yang terkandungan dalam bunyi ayat innalladziina Qaalu Rabbuna Allah Tsummas Taqaamuu,” kata beliau, “(Istiqamah adalah) kamu tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun.”

Di sisi lain, Sahabat Umar bin Khathtab radhiyallahu `anhu menegaskan makna istiqamah sebagai sebuah sikap teguh dalam, “melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, serta tidak berpaling seperti berpalingnya musang.”

Sementara, Sayidina Utsman bin Affan radhiyallahu `anhu memaknai istiqamah sebuah suatu sikap untuk memurnikan segala tindak-tanduk kita yang berkaitan dengan ibadah hanya untuk Allah, bukan selain-Nya. Beliau berkata tentang istiqamah, “Ikhlaskan (bersihkan) amal karena Allah semata.”

Page 93: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Adapun, Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu `anhu memahami istiqamah sebagai bentuk ketegasan sikap dalam menjalankan kewajiban. Beliau mengatakan, “Kerjakanlah kewajiban-kewajiban.”

Dalam konteks yang berbeda, Al-Hasan menuturkan, “Mereka meneguhkan pendirian (istiqamah) di atas jalan perintah Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga mereka melakukan perbuatan untuk taat kepada-Nya dan menjauhi kemaksiatan di jalan-Nya.”

Mujahid dan Ikrimah berujar, “Mereka meneguhkan pendirian dalam bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah sampai mereka bertemu dengan Allah.” Muqatil berkata, “Mereka meneguhkan pendirian dalam ilmu dan tidak keluar dari Islam.”

Imam Nawawi dalam salah satu karya populernya, Syarh Matn Al-Arba`in Al-Nawawiyyah, mengetengahkan sebuah hadits dengan judul Al-Istiqamah. Hadits ini jatuh pada urutan kedua puluh satu. Bunyinya, “Dari Abu ‘Amrah Sufyan bin ‘Abdullah Al-Tsaqafiy radhiyallahu anhu, ia berkata : “Aku telah berkata : ‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu.’ Bersabdalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : ‘Katakanlah : Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu.” (HR. Muslim).

Imam Nawawi mengatakan yang dimaksud ungkapan Nabi, Qul Aamantu Bil-Laah Tsummas-Taqim,” (Katakanlah, ‘Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’) adalah, “Beristiqamahlah sebagaimana kamu telah diperintahkan dan dilarang mengerjakan suatu perbuatan.” Menurut Imam Nawawi, Istiqamah adalah, “Menetapi sebuah jalan dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan.”

Makna istiqamah yang dibawakan oleh Imam Nawawi itu selaras dengan firman Allah Subhanahu wa Ta`ala, “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat besertamu.” (QS. Huud: 112). Ayat inilah yang membuat uban tumbuh lebih cepat di kepala Rasulullah. karena begitu beratnya perintah yang terkandung di dalamnya, yaitu istiqamah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam besabda: “Aku menjadi beruban karena turunnya Surat Hud dan sejenisnya.”

Sikap Muslim dalam Istiqamah

Lewat pengetahuan pemaparan makna istiqamah dalam berbagai konteksnya seperti diungkap oleh para sahabat dan ulama, kita dapat mengetahui bahwa istiqamah adalah suatu sikap konsisten, ajeg, dalam berbagai aspek kehidupan.

Seorang muslim, kapanpun dan di manapun, ia dituntut untuk bersikap teguh, tidak maju mundur, tetap berpendirian teguh dalam memurnikan iman dan akidah dari segala bentuk kesyirikan dan kekufuran.

Teguh dalam iman berarti memegang erat-erat dalam hati bahwa tiada tuhan yang layak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta`ala. Segala bentuk penyembahan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta`ala merupakan sikap tidak istiqamah.

Seorang Muslim, tentunya juga bersikap teguh berdiri dalam ketakwaan, melaksakan perintah Allah Subhanahu wa Ta`ala dan menjauhi larangannya. Bertakwa tidak hanya saat berada di bulan Ramadhan saja, atau pada momen-momen tertentu, namun harus dilaksanakan dalam segala kondisi. Tujuannya, membangun jiwa dan pribadi yang muttaqin yang bercirikhaskan : beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian harta, beriman kepada Al Qur`an dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan yakin akan adanya kehidupan akhirat. (Qs. Al-Baqarah : 3-4).

Selain itu, ciri lain ketakwaan yang Allah Subhanahu wa Ta`ala paparkan adalah, mereka istiqamah dalam menafkahkan harta baik di waktu lapang maupun sempit, cerdas dalam meluapkan emosi, mudah memaafkan, dan bergegas memohon ampunan kepada Allah di tiap perbuatan dosa yang dilakukan. (QS. Ali Imran : 134-135).

Seorang Muslim, kapanpun dan di manapun, dituntut untuk beristiqamah dalam mencari ilmu sebagai landasan perkataan dan perbuatan kita. Artinya, orang yang istiqamah tidak akan melakukan dan melepas suatu ucapan seleum diketahui sumber ilmu guna menegaskan kebenaran dari perbuatan dan ucapannya.

Orang yang istiqamah selalu menjadikan ilmu sebagai makanan hati dan ruh. Jika tubuh menjadi lunglai dan lemas akibat tidak mengonsumsi makanan dan minuman, maka hati kita akan mati, sunyi, berselimut kegelapan, ketika ia kosong dari asupan ilmu yang bermanfaat.

Karenanya, ilmu mestilah diprioritaskan sebelum berbuat dan berkata. Istiqamah berarti berpendirian teguh, konsisten dalam belajar, mencari ilmu, menghadiri kajian ilmu, majlis-majlis ta`lim, demi terwujudnya istiqamah yang sebaik-baiknya.*/ bersambung >> “Buah Istiqomah Jaminannya Surga”

Penulis adalah pengasuh Majlis Ta`lim dan Ratib Al-Haddad di Plaosan, Malang, Jawa Timur

ISTIQOMAH LEBIH BAIK DARI SERIBU KAROMAH

Rasulullah Saw, bersabda :

اأدومهااللهالله إلى الأعمال أحب ا$�' عن الشيخان رواه (قل وإن

“Pekerjaan-pekerjaan (yang baik) yang lebih disukai Allah adalah pekerjaan yang terus-menerus (dawwam) dikerjakan walaupun pekerjaan itu sedikit”.(HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah).

ISTIQOMAH berarti konsekuen beribadah secara ikhlas, semata-mata karena Allah, berpaling dari selain Allah, termasuk didalamnya mengharapkan bagian atas dirinya berupa karomah.

Dalam KAROMAH terkadang justru mengandung tipuan baik diawal maupun diakhir sebuah pendakian menuju kehadhirat Allah.

Page 94: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

ا&ا�تقا�' له تكمل لم من الكAا�' رزق ربما ( 179 )جل و عز بالله الإيمان 3ح' : أمرين إلى ومرجعها . ا&ا�تقا�' هي الحقيقي' الكAا�' وإنما المحققين عند بها +Aة لا ل�@ادة الخارق الأمر هي التي الكAا�' أن : يعني سلم و عليه الله صلى رسوله به جاء ما واتباع ظاهرا أن لو : يزيد أبو قال ولذا . وباطنا به تغتروا فلا الهواء في وتربع الماء على مصلاه بسط رجلا

والنهي الأمر في تجدونه كيف تنظروا حتى أن : له وقيل المغرب إلى المشرق من لحظ' في يمر الشيطان أن : فقال �ك' إلى لي�' في يمر فلانا أن : له وقيل ذلك من أعجب الهواء في والطير الماء في الحيتان : فقال الماء على يمشي فلانا

Terkadang karamah diberikan justru pada orang tiada baginya istiqamah…Yakni karomah yang merupakan kejadian luar biasa tidaklah berarti bagi orang-orang ahli hakikat sebab karomah yang sesungguhnya bagi mereka adalah istiqama

Rujukan dan sandaran istiqamah adalah keabshahan iman kepada Allah Azza Wa Jalla dan mengikuti segala yang diajarkan baginda Nabi Muhammad SAW secara lahir dan bathin.

Karenanya Abu Yazid al-Busthami berkata “Bila seorang mampu menggelar sajadah tempat shalatnya diatas air, mampu duduk bersila diudara maka janganlah sesekali kalian tertipu hingga kalian jumpai bagaimana dirinya dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah”.

Ditanyakan pada Abu Yazid “Sesungguhnya si Anu mampu berjalan disatu malam menuju Makkah”Beliau menjawab “Sesungguhnya syetan mampu berjalan dari ujung timur keujung barat dalam sekejap mata”Ditanyakan pada Abu Yazid “Sesungguhnya si Anu mampu berjalan diatas air”Beliau menjawab “Ikan-ikan di air, burung-burung diudara lebih mengherankan ketimbang hal itu”.Syarh al-Hikam al-‘Athooiyyah I/126

1ا�تقا�' فإن �الحقيق' �الط�Aق' ال��A@' جادة على أي استقيموا والإخلاص الصالح والعمل النافع العلم على �ال>-ا��' الصحيح' ال@قي-ة على الثبات وهي كAا�' ألف من خير ا& سواه ما شهود عن �الغي+' الله مع والحضور الخالص

Istiqamahlah….

Artinya bersungguh-sungguhlah menjalankan syariat, Thariqah dan hakikat karena sesungguhnya istiqamah itu lebih utama ketimbang seribu karamah.Istiqamah adalah konsekuen pada akidah yang benar, melanggengkan diri pada ilmu yang bermanfaat, beramal shalih, ikhlas yang murni, selalu khudur pada hadhirat Allah serta berpaling dari selain Allah.Marqaah al-Mafaatiih Syarh al-Misykaat II/193

كAا�' ألف من خير ا&ا�تقا�' قالوا ولذا نهايات أو بدايات في غرور تحتها يكون ربما كرامات بساط تطوي عادات خوارق كلها وهذه

Pada derajat ini keseluruhannya terdapat keanehan-keanehan yang berada pada rangkaian aneka KAROMAH yang terkadang didalamnya justru mengandung tipuan baik diawal maupun diakhir sebuah pendakian karenanya para Ulama Tashawwuf menyatakan “Istiqamah lebih utama ketimbang seribu karamah”.

Marqaah al-Mafaatiih Syarh al-Misykaat 14/430

1ا�تقا�' أن شك لا الصيف من وأحر السيف من وأحد الصبر من وأمر الشعر من أدق أنها مع القيا�' جسر من أصعب لكونها كAا�' ألف من خير ا&

Tidak diragukan bahwa “Istiqamah lebih utama ketimbang seribu karamah” karena jalan istiqamah lebih sulit ketimbang menapaki titian yang membentang dihari kiamat meski ia lebih lembut ketimbang rambut, lebih pahit ketimbang kesabaran, lebih tajam ketimbang mata pedang dan lebih terik ketimbang musim panas.

Marqaah al-Mafaatiih Syarh al-Misykaat 15/290

Istiqomah lebih baik dari 1000 karomah

Kata Istiqomah yang berasal dari kata Istaqoma-Yastaqimu-Istiqomatanartinya menurut bahasa adalah mendirikan, yang dalam bahasa Jawa berarti jejeg, dalam bahasa Sunda langgeng, dalam bahasa hukum adalah konsisten, dan dalam bahasa Inggrisnya adalah continue. Istiqomah yang berarti mendirikan itu jauh lebih berat dari sekedar melakukan, oleh karenanya kata istiqomah yang sering kita dengar adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan tak semudah apa yang kita ucapkan. Untuk menjadi istiqomah itu membutuhkankan proses latihan yang intensif dan terus menerus. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT menjelaskan orang-orang yang teguh dalam pendiriannya dan bagaimana sifat-sifatnya.

Orang-orang yang Istiqomah dan Sifat-sifatnya

Bahwa Orang-orang yang istiqomah di dalam hidupnya selalu optimis, yakin terhadap tuhannya yaitu Allah SWT, mereka selalu konsisten tidak pernah merasa takut, bersedih dan cemas, karena ia merasa Allah SWT selalu bersamanya, dan ia yakin bahwa kehidupannya telah di jamin oleh Allah SWT.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat fushshilat ayat 30 :

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah (sorga) yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Orang-orang yang istiqomah juga akan mendapatkan perlindungan baik di dunia maupun di akhirat dan apa-apa yang mereka minta dan hajatkan akan Allah penuhi. Sebagaimana Allah janjikan dalam ayat selanjut :

Page 95: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.

Lalu bagaimana kekuatan istiqomah itu

Di jelaskan di dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

”AL ISTIQOMATU KHOIRUN MIN ALFI KAROMAH”

Artinya : Istiqomah itu lebih baik dari seribu karomah.

Dari hadits Rasul ini betapa luar biasanya kekuatan istiqomah, betapa tidak, Allah berikan kepada orang yang istiqomah 1000 karomah, satu karomah saja sudah dahsyat apalagi 1000 karomah. Kita sering mendengar kata keramat yaitu karomah, sesuatu yang diberikan kepada para wali Allah. Begitulah kekuatan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang istiqomah.

Mari kita perhatikan bagaimana orang-orang yang istiqomah itu, dalam berbagai kitab banyak diceritakan tentang orang-orang yang istiqomah, sebagaimana diceritakan dalam kitab ’Uqudullijain’ karangan : Muhammad Almu’tarifdisana diceritakan :

Ada seorang wanita yang memiliki seorang suami yang munafik dan wanita itu setiap melakukan segala sesuatu dari ucapan maupun perbuatannya selalu dengan mengucapkan bismillah maka suaminya berkata sungguh aku telah berbuat sesuatu yang memalukannya, lalu dia memberikan sesuatu kotak yang berharga (benda antik) dan dia berkata kepadanya untuk menjaganya, kemudian istri tersebut meletakkan dan menyimpan benda tersebut di suatu tempat dan menutupinya agar tidak ketahuan oleh orang lain, tetapi karena dasar suami munafiq dia melalaikan terhadap apa yang ia katakan (ingkar) sebagaimana tanda-tanda orang munafiq adalah ingkar apabila berjanji, dusta apabila ia berkata, khiyanat apabila diberi amanah. Lalu ia malah mengambil benda yang disimpan tadi oleh istrinya tanpa sepengetahuan istri dan membuangnya ke dalam sumur yang ada di rumahnya. Kemudian suami munafiq itu mencarinya kotak tersebut. Maka istrinya datang ke tempat benda tersebut seperti kebiasaan yang ia lakukan membaca bismillahirrahmanirrahim disini pertolongan Allah turun sebelum dia sampai tempat benda itu maka Allah perintahkan malaikat Jibril AS untuk turun dengan segera dan mengembalikan benda tadi ke tempat semula. Subhanallah dengan izin Allah benda itu sudah kembali ketika akan diambilnya, padahal benda itu telah masuk ke dalam sumur yang sangat dalam tadi. Maka suami munafiq ini takjub dan terheran-heran. Dan akhirnya dari kejadian itu ia taubat dari kemunafikannya.

Spesialisasi

Maka bagi kita seyogyanya memiliki keistiqomahan di dalam amalan, disamping menjalankan amalan-amalan yang lainnya, apakah spesialisasi amalan sholat berjama’ah, tahajjudkah, dhuhakah, membaca Al-Qur,ankah, dzikirkah atau yang lainnya, agar kita tetap senantiasa terjaga dalam keimanannya. Maka bergembiralah bagi orang-orang yang beriman kepada Allah kemudian istiqomah di jalannya. Sebagaimana perkataan Al-Faqih Abu Laits beliau mengatakan : ”Berbahagialah orang yang diberi pengertian dan dibangunkan/sadar dari lupanya, mau dipimpin untuk berfikir tentang urusan patinya, mudah-mudahan Allah menghabisi umur kami dalam kebaikan, dan memperoleh kegembiraan sperti layaknya orang mukmin ketika mati.

Ada 5 macam dan tingkatan berita gembira, yaitu :

1. Kepada masyarakat awam (umumnya orang mukmin), berupa; ”Jangan merasa khawatir/gentar, karena neraka bukanlah tempat kekal bagimu, dan syafa’at para nabi, para wali pasti datang kepadamu, sorga menjadi kepastian bagimu, jangan sedih/duka atas kurangnya pahala.

2. Kepada pelaku ibadah/amal yang ikhlas, berupa ; Janganlah khawatir tidak diterimanya amal ibadahmu, ataupun kurangnya pahala, bahkan pahalamu berlipat ganda.

3. Kepada mereka yang bertaubat, berupa ; Janganlah dosa-dosamu kau risaukan, pasti diampuni, dan jangan khawatir kekurangan pahala, karena sesudah taubat amalmu pasti dibalas pahala.

4. Kepada orang-orang zuhud, berupa; ”Janganlah khawatir mahsyar/hisab, dan jangan pula sedih/duka, pahalamu yang berlipat ganda tetap utuh, sedikitpun tidak dikurangi, dan sorga menjadi kepastian bagimu.

5. Kepada para ulama, berupa; ”Janganlah gentar menghadapi hebatnya qiamat, dan jangan sedih/duka, sorga adalah balasan amalmu, demikian pula orang-orang yang mengikuti lakumu.

Suatu keuntungan yang sangat besar, bagi orang yang ketika sakaratul maut memperoleh berita gembira, karena hanya orang mukmin yang baik amalnyalah, yang memperolehnya, saat itu malaikat datang, ditanya : Siapakah sebenarnya anda itu? Belum pernah kami melihat wajah seelok wajahmu, dan bau harum melebihi kamu, jawabnya : ”kami adalah pendampingmu yang dulu penulis amalmu di dunia, demikian pula di akhirat kami tetap mendampingimu.

Oleh karena itu bagi orang yang pikirannya sehat, seyogyanya, bangun dari kelengahannya dan sadarlah dari kelalaiannya.

Ada 4 perkara yang membuktikannya yaitu;

1. Mengatur urusan dunia dengan qona’ah (menerima apa yang diberikan Allah), tentang menghadapinya tidak pendek akal/waktu.2. Urusan akhirat di segerakan, tidak di tunda-tunda dan perhatiannya penuh ditujukan kesana.3. Giat dalam urusan agama dengan mencari ilmu .4. Saling menasehati dan sabar dalam hubungan sesama manusia.Ada 5 sifat yang dimiliki manusia pilihan yaitu;1. Giat dan tekun beribadah2. Bermanfaat bagi sesama manusia.3. Tidak mengganggu sesamanya.4. Tidak iri pada milik orang lain.

Page 96: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

5. Memperbanyak bekal menghadapi pati.Ketahuilah saudara bahwa kami diciptakan untuk mati, maka tidak seorangpun yang lepas darinya.Wallahu A’lam Bish- Shawab

Istiqomah Lebih Baik daripada Seribu Karomah

Sabda Nabi Muhammad SAW:

كرامة ألف من خير الاستقامةIstiqomah lebih baik daripada seribu karomah

Kiat dalam Istiqamah

Pertama, kemauan yang kuat. Harus ada niat tulus dan kemauan keras untuk ‘memaksa’ diri kita agar tetap lurus, berpendirian kokoh, tidak mudah goyah dan goyang. Kemauan itu harus lahir dari diri kita sendiri. Kemauan yang kuat berawal dari membiasakan melakukan kebaikan, meski ringan dan sedikit.

Kedua, pembinaan yang intensif. Setelah ada pembiasaan dan ‘pemaksaan’ dari dalam diri kita, berikutnya adalah memelihara pembiasaan amal-amal yang meski kecil dan ringan dengan merawatnya. Caranya dengan lewat jalur ilmu yang bersumber dari tempat-tempat yang menanamkan pendidikan, mengenalkan Allah dan Rasul-Nya, secara berkesinambungan.

Ketiga, keteladanan yang meyakinkan. Ini berarti, para tokoh agama dan masyarakat dituntut untuk menjadi contoh bagi umat. Umat butuh guru yang bisa ditiru. Usaha umat untuk istiqamah sangat membutuhkan teladan dari para ulama sebagai pewaris nabi. Selain itu, kunci istiqamah ketiga ini bisa pula berarti, bahwa seseorang yang ingin beristiqamah hendaknya selalu merapat kepada para ulama.

Keempat, kerja sama yang solid. Istiqamah butuh dukungan semua pihak, semua komponen umat, persaudaraan yang tulus, yang saling mendukung, membantu, member motivasi. Kesalahan dalam berbuat sesuatu bukan berarti akhir segalanya. Masih ada hari esok untuk memperbaiki keadaan. Maka dengan soliditas yang kuat, satu sama lain akan saling mengingatkan kealpaan. Dengan begitu, istiqamah dalam berbuat akan terus terbiasakan dalam hidup sehari-hari.

Buah Istiqamah

Salah satu manfaat dan buah dari sikap istiqamah, dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Matn Al-Arba`iin Al-Nawawiyyah, berdasarkan surah Fusshilat ayat 30. Kata beliau, bahwa makna bunyi ayat “Inna al-ladziina qaaluu rabbunal-Lah tsummas-Taqaamuu, Tatanazzalu `alaihimul-Malaaikah,” adalah Allah akan menurunkan para malaikat-Nya guna membawa kabar gembira kepada orang-orang yang istiqamah.

Apa pesan tersebut? Kata Imam Nawawi, pesan itu adalah kelanjutan dari ayat di atas. Yaitu firman Allah Subhanahu Wata’ala, “La Takhaafuu wa Laa Tahzanuu Wa Absyiruu bil-Jannatil-Lati kuntum Tuu`aduun,” (Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu).

Dalam tafsir, lanjut Imam Nawawi, ketika orang-orang yang istiqamah itu diberi kabar gembira dengan melenggang ke surga, mereka bertanya, “Lalu, bagaimana dengan keadaan anak-anak kami? Apa yang akan mereka makan sepeninggal kami?”

Allah menjawab pertanyaan mereka dengan berfirman,

تدعون ما فيها ولكم أنفسكم تشتهي ما فيها ولكم الآخرة وفي الدنيا الحياة في أولياؤكم نحن

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.” (QS. Fusshilat : 31)

Buah Istiqomah

Lewat penjelasan di atas, kita bisa mengambil pesan penting mengenai buah dari sikap istiqamah;

Pertama, orang yang istiqamah akan mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah, ditandai dengan turunnya malaikat untuk membawa kabar gembira.

Kedua, orang-orang yang istiqamah akan mendapat garansi kehidupan yang nyaman dan damai, jauh dari duka lara, dan tegar dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia yang hanya sementara ini.

Ketiga, orang yang istiqamah akan mendapatkan kesempatan mulus masuk ke dalam surga Allah.

Keempat, manfaat lainnya dari orang yang beristiqamah ialah jaminan kebahagiaan yang tidak saja berlaku kepada pelaku istiqamah bahkan keturunanya mendapatkan hal yang serupa berkat keistiqamahan orangtuanya.

Kesimpulannya, istiqamah tidak saja berlaku pada tataran ubudiyah semata. Istiqamah berlaku dalam konteks akidah, syariah, akhlak, ilmu, dan perjuangan di jalan Allah.

Oleh karena itu, kita harus bersikap istiqamah dalam iman dan keyakinan, istiqamah dalam syariah dengan selalu mendukung tegak hidupnya syariat di tengah-tengah umat dengan diawali dari keluarga kita sendiri, istiqamah dalam akhlak dengan menjadikan akhlak

Page 97: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

sebagai salah satu ujung tombak menyampaikan dakwah, istiqamah di ranah ilmu dengan mengkaji ilmu Allah yang terbentang luas, dan istiqamah dalam membela tiap inci ajaran Allah, bangga dengan agama Islam, serta benci kepada setiap kekufuran.

Cara istiqamah seperti di atas adalah dengan membangun kesadaran dari tiap pribadi yang didahului niat dan kemauan kuat untuk istiqamah. Setelahnya, diadakan pembinaan secara intensif, dan saling mendukung di antara sesama umat Islam.

Pada akhirnya, kita tidak lupa pula untuk berdoa kepada Allah agar berkenan memberikan sikap istiqamah dengan doa yang dipanjatkan oleh Imam Hasan Al-Bashri, dimana jika beliau selesai membaca surat Fusshilat ayat 30 tersebut, beliau berdoa, “Allaahumma Anta Rabbunaa, FarzuqnaaL-Istiqaamah” (Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami maka anugerahilah kami sikap (istiqamah).

Istiqomah, Kunci Sukses Dunia Akherat

Oleh: Abdul Aziz

Merupakan kebahagian tersendiri bagi orang tua apabila mempunyai putra-putri yang punya karakter; segera menunaikan salat wajib begitu tiba waktunya, gelisah apabila menunda salat wajib, gemar mengikuti salat berjamaah, merasakan ibadah sebagai kebutuhan bukan beban, selalu melakukan thoharah dengan benar,menyesal bila melewatkan satu hari tanpa membaca Al quran, menunaikan minimal satu macam salat sunah setiap hari, selalu berdoa dan berdzikir sesuai dengan situasi yang melingkupi dan menunaikan puasa Ramadan setiap tahun. Semua ini adalah bentuk istiqomah dalam beribadah. Begitu pentingnya sifat istiqomah yang harus miliki seseorang, sehingga Lembaga Pendidikan Al Falah menjadikan jaminan mutu kelulusan.

Istiqomah adalah sebuah komitmen dalam menjalankan satu program untuk menuju satu tujuan. Istiqomah itu mengandung: 1) konsisten, sehingga secara terus menerus apa yang dianggap baik itu dijalankan, 2) tahan uji kepada godaan-godaan yang mungkin menjadi penghambat, menjadi halangan kita sampai pada tujuan yang cita-citakan. Dalam kaitan dengan fokus, hidup ini dianjurkan oleh agama kita untuk memiliki tujuan. Allah berfirman bahwa tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah pada-Nya. Itu tujuan hidup kita. Kemudian juga Allah mengingatkan bahwa kita diturunkan ke bumi sebagai umat yang terbaik.. Tapi apa syaratnya untuk menjadi ummat yang terbaik? Syaratnya adalah fokus kepada sesuatu yang menjadi cita-cita hidup kita karena hal itu yang akan menggerakkan seluruh hidup kita ke arah cita-cita tersebut. Kalau gak tahu apa yang dituju, pasti akan goyah. Dapat ujian sedikit sudah limbung.

Istiqomah itu menyertai keimanan. Iman naik dan turun, ujian datang dan pergi. Lalu bisa juga disebut bahwa istiqomah itu salah satu ciri keimanan kita teruji atau tidak. Ketika kita tidak istiqomah, bisa dikatakan memang bahwa keimanan kita tidak teruji dengan baik. Memang istiqomah menjadi suatu kondisi, suatu benteng untuk menunjukkan ketundukan kita kepada Allah. Indikator keberagamaan kita atau ketakwaan itu memang ada pada sikap istiqomah. Menjalankan sesuatu, sendirian atau ramai-ramai, diberi reward tidak diberi reward, sikapnya sama saja. Itulah sikap orang yang istiqomah, yang dibalut dengan perilaku ikhlas sebagai hamba.

Dalam suatu hadits diceritakan, sahabat Abdullah al-Tsaqafi meminta nasihat kepada Nabi Muhammad saw agar dengan nasihat itu, ia tidak perlu bertanya-tanya lagi soal agama kepada orang lain. Lalu, Rasulullah saw bersabda, ”Qul Amantu Billah Tsumma Istaqim” (Katakanlah, aku beriman kepada Allah, dan lalu bersikaplah istiqamah!). (H.R. Muslim)

Hadtis tersebut mengajarkan kita untuk senantiasa beriman kepada Allah swt serta menjalani semua perintah-Nya. Orang yang tidak memiliki sifat istiqomah sangatlah merugi karena akan sia-sia semua usaha dan perjuangannya.

Kiat-kiat Mewujudkan Sikap Istiqomah

1. Mengikhlaskan niat semata-mata hanya mengharap Allah dan karena Allah swt. Ketika beramal, tiada yang hadir dalam jiwa dan pikiran kita selain hanya Allah dan Allah. Karena keikhlasan merupakan pijakan dasar dalam bertawakal kepada Allah. Tidak mungkin seseorang akan bertawakal, tanpa diiringi rasa ikhlas.

2. Bertahap dalam beramal. Dalam artian, ketika menjalankan suatu ibadah, kita hendaknya memulai dari sesuatu yang kecil namun rutin. Bahkan sifat kerutinan ini jika dipandang perlu, harus bersifat sedikit dipaksakan. Sehingga akan terwujud sebuah amalan yang rutin meskipun sedikit. Kerutinan inilah yang insya Allah menjadi cikal bakalnya keistiqamahan. Seperti dalam bertilawah Al-Qur’an, dalam qiyamul lail dan lain sebagainya; hendaknya dimulai dari sedikit demi sedikit, kemudian ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.

3. Diperlukan adanya kesabaran. Karena untuk melakukan suatu amalan yang bersifat kontinyu dan rutin, memang merupakan amalan yang berat. Karena kadangkala sebagai seorang insan, kita terkadang dihinggapi rasa giat dan kadang rasa malas. Oleh karenanya diperlukan kesabaran dalam menghilangkan rasa malas ini, guna menjalankan ibadah atau amalan yang akan diistiqamahi.

4. Istiqamah tidak dapat direalisasikan melainkan dengan berpegang teguh terhadap ajaran Allah swt. Allah berfirman (QS. 3 : 101) :”Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”

5. Istiqamah juga sangat terkait erat dengan tauhidullah. Oleh karenanya dalam beristiqamah seseorang benar-benar harus mentauhidkan Allah dari segala sesuatu apapun yang di muka bumi ini. Karena mustahil istiqamah direalisasikan, bila dibarengi dengan fenomena kemusyrikan, meskipun hanya fenomena yang sangat kecil dari kemusyrikan tersebut, seperti riya. Menghilangkan sifat riya’ dalam diri kita merupakan bentuk istiqamah dalam keikhlasan.

6. Istiqamah juga akan dapat terealisasikan, jika kita memahami hikmah atau hakekat dari ibadah ataupun amalan yang kita lakukan tersebut. Sehingga ibadah tersebut terasa nikmat kita lakukan. Demikian juga sebaliknya, jika kita merasakan ‘kehampaan’ atau ‘kegersangan’ dari amalan yang kita lakukan, tentu hal ini menjadikan kita mudah jenuh dan meninggalkan ibadah tersebut.

7. Istiqamah juga akan sangat terbantu dengan adanya amal jama’i. Karena dengan kebersamaan dalam beramal islami, akan lebih membantu dan mempermudah hal apapun yang akan kita lakukan. Jika kita salah, tentu ada yang menegur. Jika kita lalai, tentu yang lain ada yang mengingatkan. Berbeda dengan ketika kita seorang diri. Ditambah lagi, nuansa atau suasana beraktivitas secara bersama memberikan ‘sesuatu yang berbeda’ yang tidak akan kita rasakan ketika beramal seorang diri.

8. Memperbanyak membaca dan mengupas mengenai keistiqamahan para Nabi, sahabat dan orang-orang shaleh dalam meniti jalan hidupnya, kendatipun berbagai cobaan dan ujian yang sangat berat menimpa mereka. Jusrtru mereka merasakan kenikmatan dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan cobaan tersebut.

9. Memperbanyak berdoa kepada Allah, agar kita semua dianugerahi sifat istiqamah. Karena kendatipun usaha kita, namun jika Allah tidak mengizinkannya, tentulah hal tersebut tidak bisa.

Page 98: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Buah Istiqamah

Istiqamah memiliki beberapa keutamaan yang tidak dimiliki oleh sifat-sifat lain dalam Islam. Diantara keutamaan istiqamah adalah :

1. Istiqamah merupakan jalan menuju ke surga. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. 41 : 30)

2. Berdasarkan ayat di atas, istiqamah merupakan satu bentuk sifat atau perbuatan yang dapat mendatangkan motivasi dan pertolongan Allah SWT.

3. Istiqamah merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah swt. Dalam sebuah hadits digambarkan : Dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian (maksudnya; istiqamahlah dalam amal dan berkatalah yang benar/jujur) dan mendekatlah kalian (mendekati amalan istiqamah dalam amal dan jujur dalam berkata). Dan ketahuilah, bahwa siapapun diantara kalian tidak akan bisa masuk surga dengan amalnya. Dan amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang langgeng (terus menerus) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)

4. Berdasarkan hadits di atas, kita juga diperintahkan untuk senantiasa beristiqamah. Ini artinya bahwa Istiqamah merupakan pengamalan dari sunnah Rasulullah saw.

5. Istiqamah merupakan ciri mendasar orang mukmin. Dalam sebuah riwayat digambarkan: Dari Tsauban ra, Rasulullah saw. bersabda, ‘istiqamahlah kalian, dan janganlah kalian menghitung-hitung. Dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat. Dan tidak ada yang dapat menjaga wudhu’ (baca; istiqamah dalam whudu’, kecuali orang mukmin.) (HR. Ibnu Majah)

Ciri-ciri orang yang memiliki sifat istiqomah

1. Konsisten dalam memgang teguh aqidah tauhid2. Konsisten dalam menjalankan ibadah baik mahdoh atau ghoiru mahdoh.3. Konsisten dalam menjalankan syariat agama, baik berupa perintah maupun larangan4. Konsisten dalam bekerja dan berkarya, dengan tulus dan ikhlas karena Allah swt.5. Konsisten dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan

Allah swt menjanjikan balasan yang besar kepada orang-orang yang istiqomah. “Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-Ahqaf:13-14). Semoga kita bisa istiqamah dalam segala hal. Amin.

Tahukah Anda, Pentingnya Istiqomah Dalam Kehidupan

Assalamualaikum wr wb… Alhamdulillahirobbil’alamin… Alfu alfi sholatin wa alfu alfi salamin ‘alaika yaa amiiina wahyillah.

# Subhanaka la ‘ilma lana “illa ma ‘allamtana “innaka “anta al-‘alimu al-hakim

#Segala puji hanya milik Allah, yang telah memberikan kita… begitu banyak nikmat. terutama nikmat iman dan nikmat islam, yang dengannya.. Alhamdulilah pagi ini, kita semua dipilih oleh Allah bisa melaksanakan kewajiban sholat shubuh diawal waktu secara

berjamaah… Semoga kita semua, selalu dirahmati Allah serta ikhlas dan istiqomah dalam menjalankan perintahnya. Aamiin

#Suatu Ketika salah satu sahabat yang bernama sufyan bin abdullah bertanya pada Rasulullah…

في لي قل الله رسول يا قلت قال، عنه الله رضي الثقفي الله عبد بن سفيان عمرة، أبي وقيل عمرو، أبي عن الإسلام قولا مسلم رواه. استقم ثم بالله آمنت قل قال غيرك، أحدا عنه أسأل لا

Dari Abu Amr atau Abu Amrah ra; Sufyan bin Abdullah Atsaqafi ra berkata, Aku berkata, Wahai Rasulullah,katakanlah kepadaku dalam Islam, satu perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada seorangpun selain padamu. Rasulullah menjawab, “Katakanlah Saya

beriman kemudian istiqomahlah.” (HR. Muslim)

#Makna Hadits

Hadits di atas menggambarkan tentang dua makna besar dalam Islam, yaitu Iman dan Istiqomah. Dua hal ini merupakan aspek yang sangat penting dalam keislaman seseorang. Karena Iman (sebagaimana digambarkan di atas) merupakan pondasi keislaman seseorang dimana pun dan kapan pun. Tanpa Iman, maka segala amal seseorang tiada akan pernah memiliki arti di hadapan Allah SWT.sedangkan

istiqomah adalah bukti nyata atas keimanan seseorang yang dilakukan secara langgeng atau terus menerus.

Istiqomah menurut para sahabat:

Abu Bakar Assiddiq suatu ketika orang yang paling besar keistiqamahannya ditanya oleh seseorang tentang istiqamah. Abu Bakar menjawab, ‘istiqamahا

adalah bahwa engkau tidak menyekutukan Allah terhadap sesuatu apapun.Umar bin Khatab

Istiqamah adalah, bahwa engkau senantiasa lurus (baca; konsisten) dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, serta tidak Menyimpang seperti menyimpangnya.

Ali bin Abi Thalib & Ibnu AbbasMereka berdua mengatakan mengenai istiqamah:

الفرائض أدوا : استقامواIstiqamahlah kalian (perintah untuk beristiqamah), berarti : laksanakanlah kewajiban (perintah untuk melaksanakan segala kewajiban)

#Keutamaan Istiqomah

Istiqomah merupakan jalan menuju surga dan mendatangkan pertolongan dari para malaikat.

Qs. Surat Fussilat 41:30

Page 99: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

توعدون كنتم التي بالجنة وأبشروا تحزنوا ولا تخافوا ألا الملائكة عليهم تتنزل استقاموا ثم الله ربنا قالوا الذين إن

“ Sesungguhnya orang- orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah’ dan mereka istiqomah pada pendirian mereka maka para malaikat akan turun kepada mereka dan mengatakan jangan merasa takut dan jangan kamu merasa sedih, bergembiralah kamu

memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. ”

Istiqomah merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT Dalam sebuah hadits digambarkan :

. الأعمال أحب وأن الجنة عمله أحدكم يدخل لن أن واعلموا وقاربوا سددوا قال وسلم عليه الله صلى الله رسول أن عائشة البخاري رواه قل وإن أدومها الله إلى

Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian (maksudnya ; istiqamahlah dalam amal dan berkatalah yang benar/ jujur) dan mendekatlah kalian (mendekati amalan istiqamah dalam amal dan jujur dalam berkata). Dan ketahuilah, bahwa siapapun diantara kalian tidak akan bisa masuk surga dengan amalnya. Dan amalan yang paling dicintai Allah

adalah amalan yang langgeng (terus menerus) meskipun sedikit. (HR.Bukhari)

#Kiat Agar Istiqomah Dari Ulama Ahli Tauhid.

Menjiwai syahadat , Ashadu an laa illaha illAllah wa ashadu anna Muhammadarrosululloh . Syahadat yang bagus adalah hatinya benar-benar tidak menuhankan apapun selain Allah. Kalau sudah bulat hati ke Allah,maka mahluk, harta, kedudukan duniawi, popularitas tidak jadi sandaran. Makanya, setiap orang yang hatinya masih menganggap ada selain Allah yang bisa memberi nikmat, memberi

karunia, memberikan manfaat maka amalnya ditujukan untuk sesuatu, ini sulit untuk istiqomah, karena sesuatunya itu akan berhenti juga, bisa berhenti memperhatikan, bisa berhenti memberi, dan sebagainya.

Pelajari ibadah yang paling membuat kita nyaman dan memahami ilmunya dengan baik . Ada orang yang mampu menghapal Al Quran dengan baik, ada orang yang bagus tahajudnya, ada yang bagus shaum Senin-Kamis atau shaum Daud-nya kuat, ada yang bagus

wiridnya, ada yang bagus sedekahnya. Lakukan ibadah secara bertahap saja karena Allah juga sudah tahu persis keterbatasan kita, yang penting kualitasnya terjaga.

Tidak bosan bertaubat . Dengan taubat, nanti hati makin bening, makin adem, makin ajeg, makin banyak yang bisa kita lihat dalam hidup ini. Kalau taubatnya bagus, rezeki nanti kelihatan, jalan keluar juga kelihatan. Persoalan pasti banyak, tapi jangan takut. Tidak ada

yang harus kita takuti dengan persoalan kita, orang yang gelisah tuh pasti sebanding dengantingkat kecintaannya kepada duniawi.

#Terakhir sebagai penutup.. marilah kita semua berdoa agar kita semua dikaruniai keluarga dan keturunan yang di ridhoi Allah, ikhlas dan Istiqomah dalam melaksanakan semua kewajiban.Aamiin

Pentingnya Istiqomah Dalam Kehidupan

Suatu Ketika salah satu sahabat yang bernama sufyan bin abdullah bertanya pada Rasulullah…

لي الله عبد بن سفيان عمرة، أبي وقيل عمرو، أبي عن قل الله رسول يا قلت قال، عنه الله رضي قفي أحدا الث عنه أسأل لا قولا الإسلام في قل قال . غيرك، استقم ثم بالله مسلم آمنت رواه

Dari Abu Amr atau Abu Amrah ra; Sufyan bin Abdullah Atsaqafi ra berkata, Aku berkata, Wahai Rasulullah,katakanlah kepadaku dalam Islam, satu perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada seorangpun selain padamu. Rasulullah menjawab, “Katakanlah Saya beriman kemudian istiqomahlah.” (HR. Muslim)

#Makna Hadits

Hadits di atas menggambarkan tentang dua makna besar dalam Islam, yaitu Iman dan Istiqomah. Dua hal ini merupakan aspek yang sangat penting dalam keislaman seseorang. Karena Iman (sebagaimana digambarkan di atas) merupakan pondasi keislaman seseorang dimana pun dan kapan pun. Tanpa Iman, maka segala amal seseorang tiada akan pernah memiliki arti di hadapan Allah SWT.sedangkan istiqomah adalah bukti nyata atas keimanan seseorang yang dilakukan secara langgeng atau terus menerus.

Istiqomah menurut para sahabat:

1. Abu Bakar Assiddiq

suatuا ketika orang yang paling besar keistiqamahannya ditanya oleh seseorang tentang istiqamah. Abu Bakar menjawab, ‘istiqamah adalah bahwa engkau tidak menyekutukan Allah terhadap sesuatu apapun.

2. Umar bin Khatab

Istiqamah adalah, bahwa engkau senantiasa lurus (baca; konsisten) dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, serta tidak Menyimpang seperti menyimpangnya.

3. Ali bin Abi Thalib & Ibnu Abbas

Mereka berdua mengatakan mengenai istiqamah:

Istiqamahlah kalian (perintah untuk beristiqamah), berarti : laksanakanlah kewajiban (perintah untuk melaksanakan segala kewajiban)

Keutamaan Istiqomah

Page 100: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Istiqomah merupakan jalan menuju surga dan mendatangkan pertolongan dari para malaikat.

Qs. Surat Fussilat 41:30

الملائكة عليهم ل تتنز استقاموا ثم ه الل نا رب قالوا ذين ال تي إن ال ة بالجن وأبشروا تحزنوا ولا تخافوا توعدون ألا كنتم

“ Sesungguhnya orang- orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah’ dan mereka istiqomah pada pendirian mereka maka para malaikat akan turun kepada mereka dan mengatakan jangan merasa takut dan jangan kamu merasa sedih, bergembiralah kamu memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. ”

Istiqomah merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT Dalam sebuah hadits digambarkan :

. سددوا قال م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول أن أحب عائشة وأن ة الجن عمله أحدكم يدخل لن أن واعلموا وإن وقاربوا أدومها ه الل إلى الأعمال قل

Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian (maksudnya ; istiqamahlah dalam amal dan berkatalah yang benar/ jujur) dan mendekatlah kalian (mendekati amalan istiqamah dalam amal dan jujur dalam berkata). Dan ketahuilah, bahwa siapapun diantara kalian tidak akan bisa masuk surga dengan amalnya. Dan amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang langgeng (terus menerus) meskipun sedikit. (HR.Bukhari)

Kiat Agar Istiqomah Dari Ulama Ahli Tauhid.

1. Menjiwai syahadat , Ashadu an laa illaha illAllah wa ashadu anna Muhammadarrosululloh . Syahadat yang bagus adalah hatinya benar-benar tidak menuhankan apapun selain Allah. Kalau sudah bulat hati ke Allah,maka mahluk, harta, kedudukan duniawi, popularitas tidak jadi sandaran. Makanya, setiap orang yang hatinya masih menganggap ada selain Allah yang bisa memberi nikmat, memberi karunia, memberikan manfaat maka amalnya ditujukan untuk sesuatu, ini sulit untuk istiqomah, karena sesuatunya itu akan berhenti juga, bisa berhenti memperhatikan, bisa berhenti memberi, dan sebagainya.

2. Pelajari ibadah yang paling membuat kita nyaman dan memahami ilmunya dengan baik . Ada orang yang mampu menghapal Al Quran dengan baik, ada orang yang bagus tahajudnya, ada yang bagus shaum Senin-Kamis atau shaum Daud-nya kuat, ada yang bagus wiridnya, ada yang bagus sedekahnya. Lakukan ibadah secara bertahap saja karena Allah juga sudah tahu persis keterbatasan kita, yang penting kualitasnya terjaga.

3. Tidak bosan bertaubat . Dengan taubat, nanti hati makin bening, makin adem, makin ajeg, makin banyak yang bisa kita lihat dalam hidup ini. Kalau taubatnya bagus, rezeki nanti kelihatan, jalan keluar juga kelihatan. Persoalan pasti banyak, tapi jangan takut. Tidak ada yang harus kita takuti dengan persoalan kita, orang yang gelisah tuh pasti sebanding dengantingkat kecintaannya kepada duniawi.

#Terakhir sebagai penutup.. marilah kita semua berdoa agar kita semua dikaruniai keluarga dan keturunan yang di ridhoi Allah, ikhlas dan Istiqomah dalam melaksanakan semua kewajiban.Aamiin

#Subhanakallah huma wabihamdika, Asyhadualla illa ha illa anta, astagfiruka wa atubu ilaik

Pentingnya Istiqomah

Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga tercurah keatas Nabi Muhammad, keluarganya shahabatnya dan para pengikutnya yang baik hingga hari kiamat Amma ba'du:

Ikhwati fillah, hidup di zaman yang penuh fitnah dan godaan seperti sekarang ini sangatlah sulit, kecuali mereka yang dirahmati Allah Ta'alaa.

Tidak sedikit kita temukan seseorang yang di pagi harinya beriman, namun sore harinya dia sudah kufur, begitu juga sebaliknya. Orang yang berpegang dengan akidah yang benar saat ini seperti orang yang sedang memegang bara api, sehingga mereka yang istiqomah beribadah dizaman sekarang pahalanya seperti orang yang berhijrah kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam sebagaimana dalam riwayat yang shahih.

Maka dalam masa sulit seperti sekarang ini sangat penting sekali kita menjalaninya dengan ISTIQOMAH sebagaimana diartikan oleh Ibnu Rajab rahimahullah: (Yang dimaksudkan dengan istiqomah dalam keimanan adalah istiqomah dalam amalan anggota badannya, karena amalan anggota badan tidak akan istiqomah kecuali dengan istiqomahnya hati, dan makna istiqomahnya hati: hendaklah hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, kecintaan dalam mentaati-Nya, benci bermaksiat kepada-Nya) (kitab Jamiul Ulum Wal Hikam).

Jadi istiqomah yang sebenarnya adalah istiqomah dalam tauhid sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

استقاموا } ثم الله ربنا قالوا الذين { إن

Artinya: (Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah.Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita). [QS Al-Ahqaf: 13].

Abu Bakar radhiyallahu anhu menafsirkannya: (istiqomah adalah tidak mensekutukan Allah dengan suatu apapun, atau tidak menoleh kepada sesembahan selain Allah).

Maka ketika hati telah istiqomah dalam mengenal Allah, takut kepada-Nya, mengagungkan-Nya, mencintai-Nya, berkehendak kepada-Nya, raja' kepada-Nya, berdoa kepada-Nya, bertawakkal kepada-Nya, berpaling dari selain-Nya, maka anggota badan seluruhnya akan istiqomah dalam mentaati-Nya, karena hati adalah rajanya anggota badan, sedangkan anggota badan adalah tentaranya, apabila raja telah istiqomah, maka tentara dan rakyatpun akan istiqomah.

Page 101: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Karena kedudukannya yang tinggi dalam islam, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberi nasihat kepada seorang shahabat untuk selalu istiqomah:

: : - - ، غيرك أحدا عنه أسأل لا قولا الإسلام في لي قل ، الله رسول يا قلت قال ، عنه الله رضي الله عبد بن سفيان عنمسلم : (( : )) رواه استقم ثم ، بالله آمنت قل . قال

Dari Sufyan bin Abdillah radhiyallahu anhu berkata: Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku satu perkataan dalam Islam yang tidak akan aku tanyakan kepada selain anda, maka beliau bersabda: (Ucapkan: Aku beriman kepada Allah, kemudian Istiqomahlah (berpegang teguhlah) HR Muslim.

Namun istiqomah tidak berarti kita hanya berpegang teguh dengan satu pendapat saja tanpa mempertimbangkan pendapat lain yang mungkin saja benar, karena istiqomah bermakna kita selalu berusaha mengikuti kebenaran, tidak menambah maupun menguranginya.

Hal ini seperti dalam firman Allah Ta'alaa:

بصير } تعملون بما إنه تطغوا ولا معك تاب ومن أمرت كما { فاستقم

Artinya: (Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan). [QS Huud: 112]

Begitu juga dalam firman-Nya:

أهواءهم } تتبع ولا أمرت كما واستقم فادع { فلذلك

Artinya: (Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka) [QS Asy-Syura: 15]

Dalam kedua ayat diatas Allah Ta'alaa Memerintahkan Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk selalu Istiqomah sebagaimana diperintahkan Allah tidak mengikuti hawa nafsu mereka, tidak keluar dari kebenaran.

Mudah-mudahan Allah Ta'alaa memberikan kita istiqomah dalam akidah dan amal ibadah kita sehingga kita bertemu Allah Azza wa Jalla dalam keadaan husnul khatimah.

Wallahu A'lam bishowab.

Arti Istiqomah – Kata istiqomah adalah kata yang sangat sering didengar manusia. Namun banyak orang yang ternyata belum mengetahui tentang makna dari istiqomah itu sendiri. Kata tersebut sering didengar karena kerap diucapkan dalam banyak agenda dan kegiatan, lebih khusus untuk perihal ibadah dan juga pekerjaan.

Misalnya saja ada salah satu mualaf atau orang yang baru saja memasuki agama Islam yang mulai menjalankan ibadah sholat lima waktu. Kemudian ada salah seorang teannya yang berkata “semoga ibadahmu istiqomah ya”. Atau saat ada seseorang yang sedang mulai menjalani pekerjaan baru lalu teman-temannya mengatakan “Keep istiqomah ya di dalam berusaha”. Selain itu, masih banyak lagi saat-saat dimana kata istiqomah banyak disebutkan.

Lalu sebenarnya apakah makna dari istiqomah dalam pandangan agama Islam sendiri? Pada kesempatan ini akan diulas secara lebih rinci mengenai arti dari istiqomah tersebut yang bisa dijadikan sebagai bahan tambahan pengetahuan Anda.

Istiqomah sendiri maknanya adalah lurus, tegak atau di dalam bahasa bakunya konsisten. Lalu ada sebenarnya makna istiqoma berdasarkan pendapat para ulama’? Berikut rinciannya.

Para Ulama’ yang Memberikan Definisi dari Kata Istiqomah

Para ulama’ memiliki versi yang berbeda-beda tentang makna dari kata istiqomah itu sendiri. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Abu Bakar Ash Shidiq memaknai istiqomah sebagai tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun. Umat Bin Khattab memaknai istiqomah sebagai anjuran untuk bisa bertahan di dalam sebuah perintah dan juga larangan serta

tidak berpaling dari yang lainnya sebagaimana musang. Utsman Bin Affan memaknai istiqomah sebagai ikhlas. Ali Bin Abi Thalib memakna istiqomah sebagai tindakan melakukan suatu kewajiban. Ibnu Abbas memaknai istiqomah dengan tiga arti, pertama adalah istiqomah dengan lisan dengan sikap bertahan dengan

membaca syahadat. Kemudian yang kedua adalah istiqomah dengan hati yakni dengan melakukan segala dengan disertai niat yang jujur. Dan terakhir adalah istiqomah dengan jiwa dimana seseorang senantiasa menjalankan ibadah serta ketaatan kepada Allah secara terus menerus.

Ar-Raghiib memaknai istiqomah sebagai tetap di atas jalan yang lurus. An-Nawani memaknai istiqomah sebagai tetap di dalam ketaan. Sehingga istiqomah sendiri memiliki pengertian bahwa seseorang

senantiasa ada di dalam ketaatan dan di atas jalan lurus di dalam menjalankan ibadah kepada Allah Swt. Mujahid memaknai istiqomah sebagai komitmen terhadap kalimat syahadat dan juga tauhid hingga bertemua dengan Allah Swt. Ibnu Taimiyah memaknai istiqomah sebagai ketetapan di dalam mencintai serta beribadah kepada Allah tanpa menoleh ke kanan

dan juga ke kiri.

Allah berfirman di dalam salah satu ayat Al-Qur’an yang artinya adalah:

Page 102: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

“Sesungguhnya, orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami adalah Allah lalu mereka istiqomah kepada pendirian mereka, maka Malaikat pun akan turun kepada mereka seraya mengatakan “Janganlah engkau merasa takut dan janganlah engkau merasa sedih dan bergembiralah kamu mendapatkan surga yang sudah dijanjikan oleh Allah kepada engkau”. (QS Fushilat: 30).

Berdasarkan pendapat dari Tafsir ‘Aisar, makna dari istiqomah adalah orang-orang yang benar-benar meyakini akan kebenaran dari Islam itu sendiri dengan tidak pernah menukarkan kepercayaan lain. Juga suatu sikap konsisten di dalam melaksanakan ibadah serta menjauhi kemungkaran, maka Malaikat pun akan turun kepadanya sebanyak dua kali.

Ayat di atas kemudian diperkuat dengan adanya hadis bahwa seseorang bertanya kepada Rasul “ya Rasul, tolong ajarkanlah kepada perihal sesuatu yang penting di dalam islam dan saya tidak akan pernah bertanya lagi kepada siapa pun. Nabi pun menjawab: “Katakanlah bahwa aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomah atau konsisten dalam menjalankan perintahNya dan juga menjauhi laranganNya”.

Seseorang yang di dalam dirinya berpegang teguh kepada sifat istiqomah, maka ia akan senantiasa kokoh di dalam menjaga aqidah mereka. Dan tidak pula akan goyah dari sisi keimanannya dalam menjalani berbagai tantangan kehidupan. Sehingga meskipun kantong seseorang kering ataupun sedang tebal, serta dicaci maki ataupun dipuji mereka akan senantiasa konsisten dan tidak akan roboh dari sisi keimanan.

Intisari Kata Istiqomah

Sehingga bisa diambil pemahaman bahwa istiqomah maknanya adalah konsisten di dalam melakukan suatu kebaikan. Selain itu, orang yang istiqomah juga akan lebih teguh di dalam pendirian dan tidak pula akan tergoyahkan oleh beragam rintangan untuk memperoleh Ridho dari Allah. Maka jangan sampai memaknai kata istiqomah ini di dalam makna yang buruk atau tidak tepat.

Manfaat Istiqomah dalam Kehidupan

Istiqomah memiliki beberapa manfaat untuk kehidupan manusia jika diterapkan. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari istiqomah yang akan Anda dapatkan jika menerapkan ajaran satu ini dalam kehidupan sehari-hari.

Mendorong untuk senantiasa melakukan kebaikan

Manfaat pertama dari istiqomah adalah bisa mendorong seseorang untuk senantiasa melakukan kebaikan. Maka, dengan memegang teguh istiqomah tersebut, Anda akan selalu memperbaiki diri.

Mencegah manusia untuk melakukan kejahatan

Selain mendorong manusia untuk melakukan kebaikan, istiqomah juga bisa menghindakan seseorang dari berbagai perbuatan yang jahat. Sehingga Anda akan menjadi orang yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Tahan terhadap godaan

Manfaat dari istiqomah yang selanjutnya adalah seseorang akan senantiasa tahan terhadap dari godaan. Baik itu godaan untuk berbuat buruk dan hal lain yang bisa menyebabkan seseorang menjadi terhambat untuk mencapai cita-citanya.

Tips Untuk Bisa Istiqomahcardova-travel.com

Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk bisa tetap istiqomah dalam kehidupan ini. Berikut beberapa di antaranya:

Ikhlaskan niat Anda

Hal pertama yang bisa Anda lakukan untuk tetap berada dalam istiqomah adalah dengan menikhlaskan niat Anda. Niatkan diri bahwa semua kebaikan yang dilakukan adalah semata-mata karena Allah. Jangan pernah menghadirkan yang lain di dalam pikiran Anda selain Allah. Dan usahakan untuk melakukan segala hal dengan ikhlas agar benar-benar bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Lakukan amalan secara bertahap

Selanjutnya adalah Anda harus melaksanakan amalan dengan bertahap. Mulailah untuk melakukan ibadah dari hal yang kecil. Namun, usahakan untuk melakukannya secara rutin setiap hari. Karena sesuatu yang dilakukan dengan rutin, maka akan bermanfaat untuk Anda.

Bersabarlah dalam menjalankan

Selain itu, Anda juga harus bersabar di dalam menjalankan semua itu. Karena istiqomah sendiri adalah hal yang sangat sulit untuk diwujudkan. Untuk memulainya sangat sulit sehingga Anda harus benar-benar memaksa diri dalam hal ini. Namun, jika sudah terbiasa melakukannya. Maka akan ringan untuk dilakukan.

Istiqomah adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan sehingga benar-benar menjadikan keimanan seseorang semakin sempurna dan berkualitas. Dengan demikian, semua yang dilakukan memberikan manfaat dan mengantarkan seseorang menuju surga.

Demikianlah ulasan tentang arti istiqomah yang bisa dijadikan sebagai tambahan pengetahuan Anda. Selain itu, juga untuk memotivasi Anda agar selalu menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangannya. Semoga bermanfaat

Iman Dan Istiqamah

Page 103: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

OlehAl-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

. , , : أحداغيرك , عنه أسأل لا قولا الإسلام في لي قل الله يارسول قلت قال عنه الله رضي قفي الث عبدالله بن عمرةسفيان أبي وقيل عمرو عنمسلم: , . رواه استقم ثم بالله آمنت قل قال

Dari Abu ‘Amr, dan ada yang mengatakan dari Abu ‘Amrah Sufyân bin ‘Abdillâh ats-Tsaqafi Radhiyallahu anhu, yang berkata : “Aku berkata, ‘Ya Rasulullah! Katakanlah kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau.’ Beliau menjawab, ‘Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,’ kemudian istiqâmahlah.’”

TAKHRIJ HADITS

Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 38), Ahmad (III/413; IV/384-385), at-Tirmidzi (no. 2410), an-Nasâ-i dalam as-Sunanul Kubra (no. 11425, 11426, 11776), Ibnu Mâjah (no. 3972), ad-Dârimi (II/298), ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr (no. 6396, 6397, 6398), ath-Thayâlisi (no. 1327), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 21-22), Ibnu Abid Dun-ya dalam ash-Shamt (no. 7), al-Hâkim (IV/313), Ibnu Hibbân (no. 938, 5668, 5669, 5670, 5672-at-Ta’lîqâtul Hisân), al-Baihaqi dalam Syu’abul Imân (no. 4572, 4574, 4575), dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 16).

Pada riwayat Imam Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasâi, dan Ibnu Mâjah ada tambahan:

: , , هذا : قال ثم نفسه لسان بطرف م وسل عليه الله صلى الله رسول فأخذ علي؟ ماتخاف الله يارسول قلت

Aku berkata : “Ya Rasulullah! Apakah sesuatu yang paling engkau khawatirkan padaku?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang ujung lidahnya sendiri kemudian berkata, “Ini”

Imam at-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahîh.”

KEDUDUKAN HADITS

Hadits ini adalah hadits yang singkat, padat dan indah yang merupakan kekhususan bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Walaupun singkat, namun telah memberikan jawaban tentang pokok-pokok Islam yang ditanyakan oleh si penanya dalam dua kata, yaitu iman dan istiqâmah menurut manhaj yang benar. [1]

Sebagaimana telah diketahui bahwa Islam adalah tauhid dan taat. Tauhid terkandung dalam kata “Amantu billâh (aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla)” dan taat terkandung dalam kata “Istiqâmah” karena arti istiqâmah adalah mengerjakan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang, termasuk yang berkait dengan amalan hati dan badan yaitu iman, Islam, dan ihsan. Allah Azza wa Jalla berfirman,

واستغفروه إليه فاستقيموا

…Karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya…” [Fushshilat/41:6][2]

Dalam ayat di atas terdapat isyarat bahwa pasti ada kelalaian (kekurangan) dalam istiqâmah yang diperintahkan; kemudian dilakukan istighfâr (mohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla) yang menghasilkan taubat dan kembali kepada istiqâmah.[3]

SYARAH HADITSPerkataan shahabat Radhiyallahu anhu, “Katakanlah kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau.” Maksudnya adalah ajarkanlah kepadaku suatu perkataan tentang pengertian Islam yang jelas bagi diriku sehingga aku tidak perlu lagi menanyakan tafsirnya kepada orang lain dan aku akan mengerjakannya.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,’ kemudian istiqâmahlah.”[4]

Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,”Katakanlah,” maksudnya, ucapkanlah dengan lisanmu serta iringi dengan pembenaran hatimu ”Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,” bahwa Dialah Allah Azza wa Jalla, Ilâh Yang Maha Esa yang wajib diibadahi oleh semua makhluk, yang disifati dengan sifat-sifat yang sempurna Yang Mahatinggi, dan wajib disucikan dari sifat-sifat yang jelek. Apa saja yang dijadikan-Nya benar maka itulah yang benar dan apa saja yang dijadikan-Nya batil maka itu batil. ”Kemudian Istiqâmahlah,” yaitu istiqâmahlah (konsistenlah-red) di atas konsekuensi perkataan tersebut; berupa mencintai Allah Azza wa Jalla yang mendatangkan keridhaan dan kecintaan-Nya serta menjauhkan diri dari kemurkaan-Nya dengan meninggalkan semua yang menyebabkan kemarahan-Nya.[5]

1. Pengertian Istiqâmah

Menurut bahasa, istiqâmah artinya adalah al-i’tidâl (lurus). Dikatakan aqâmasy syai-a was taqâma artinya lurus dan mapan.

Sedang menurut syari’at, istiqâmah adalah meniti jalan lurus yaitu agama yang lurus (Islam) tanpa menyimpang ke kanan atau ke kiri. Istiqâmah mencakup melakukan seluruh ketaatan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi dan meninggalkan seluruh yang dilarang.[6]

Banyak perkataan para Shahabat, Tabi’in, dan yang lainnya dalam mendefinisikan istiqâmah. Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu dan Qatâdah rahimahullah berkata, “Maksudnya, berlaku luruslah dalam melaksanakan hal-hal yang diwajibkan.” Abu Bakar Radhiyallahu anhu menafsirkan firman Allah Azza wa Jalla, ( استقاموا Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,” (Fushshilat/41:30) dengan“ ( ثمmengatakan, ”Mereka adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah Azza wa Jalladengan sesuatu pun.”[7]

Qâdhi ‘Iyâdh rahimahullah mengatakan, “Maksudnya, mereka mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan beriman kepada-Nya kemudian berlaku lurus, tidak menyimpang dari tauhid, dan selalu iltizâm (konsekuen dan konsisten) dalam melakukan ketaatan kepada-Nya sampai mereka meninggal.”[8]

Page 104: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Imam al-Qusyairi rahimahullah berkata, “Istiqâmah adalah sebuah derajat, dengannya berbagai urusan menjadi sempurna dan berbagai kebaikan dan keteraturan bisa diraih. Barangsiapa yang tidak istiqâmah dalam kepribadiannya maka dia akan sia-sia dan gagal. Dikatakan, ”Istiqâmah tidak akan bisa dilakukan kecuali oleh orang-orang yang besar, karena ia keluar dari hal-hal yang dianggap lumrah, meninggalkan adat kebiasaan, dan berdiri di hadapan Allah Azza wa Jalla dengan jujur.”[9]

Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Para ulama menafsirkan istiqâmah dengan ” الله طاعة artinya tetap konsekuen dan ” لزومkonsisten dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.”[10]

2. Keutamaan Istiqâmah

Istiqâmah mempermudah rizki dan melapangkan kehidupan di dunia. Allah Azza wa Jalla berfirman,

غدقا ماء لأسقيناهم الطريقة على استقاموا لو وأن

“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup.” [al-Jinn/72:16]

Imam al-Qurhubi rahimahullah berkata, “Maksudnya, seandainya orang-orang kafir itu beriman, niscaya Kami berikan mereka keleluasan di dunia dan Kami lapangkan rezeki mereka.”[11]

Firman Allah Azza wa Jalla:

توعدون كنتم تي ال ة بالجن وأبشروا تحزنوا ولا تخافوا ألا الملائكة عليهم ل تتنز استقاموا ثم ه الل نا رب قالوا ذين ال إن

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” [Fushshilat/41:30]

Maksudnya, mereka beriman kepada Allah Azza wa JallaYang Maha Esa, kemudian istiqâmah di atasnya dan di atas ketaatan sampai Allah Azza wa Jalla mewafatkan mereka.[12]

Tentang ayat di atas, al-Hâfizh Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, ”Mereka mengikhlaskan amal semata-mata karena Allah Azza wa Jalla dan melaksanakan ketaatan sesuai dengan syari’at Allah Azza wa Jalla.”[13]

Ayat ini menunjukkan bahwa para malaikat akan turun menuju orang-orang yang istiqâmah ketika kematian menjemputnya, ketika dalam kubur dan ketika dibangkitkan. Para malaikat itu memberikan rasa aman dari ketakutan ketika kematian menjemput dan menghilangkan rasa sedih akibat berpisah dengan anaknya karena Allah Azza wa Jalla adalah pengganti dari hal itu. Juga memberikan kabar gembira berupa ampunan dosa dan kesalahan serta amalnya diterima. Juga kabar gembira tentang Surga yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati manusia.[14]

4. Istiqâmah Adalah Meniti ash-shirâthal Mustaqîm

Istiqâmah adalah meniti ash-shirâthal mustaqîm, yaitu agama yang lurus yang tidak melenceng ke kiri dan ke kanan. Istiqâmah mencakup pengamalan seluruh ketaatan, yang lahir maupun batin serta meninggalkan larangan yang lahir maupun batin. Jadi sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menjadi wasiat yang menghimpun seluruh ajaran agama.[15] Allah Azza wa Jalla memerintahkan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dan para pengikutnya agar istiqâmah di atas syari’at yang bijaksana, karena hal ini adalah agama yang kita diperintahkan untuk beribadah dengannya. Sedangkan selain Islam yaitu pendapat para tokoh yang kosong dari dalil tidak bisa disebut agama dan tidak pula sebagai hujjah.[16]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Aم ع2صي ع( ه�) ع> ن@ ع� ع>ا 2 ه� C� ع 1ا � ن)ا عغ نط ع� ع&ا ع� ع ع@ ع� Eع ع�ا ن� ع� ع� Vع Aن ه4ا� ع>ا عك ن� عتق ن� ع�ا

“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Hûd/11:112]

al-Hâfizh Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, “Allah Azza wa Jalla memerintahkan Rasul dan hamba-hamba-Nya yang beriman agar teguh dan selalu istiqâmah karena itu merupakan sebab untuk mendapatkan pertolongan yang besar dalam mengalahkan musuh dan dapat menghindari bentrokan serta dapat terhindar dari perbuatan melampaui batas. Karena melampaui batas -meskipun terhadap orang musyrik- merupakan kehancuran. Dan Allah Azza wa Jalla memberi tahu bahwa Dia Maha Melihat perbuatan hamba-hamba-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak lalai dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.”[17]

Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu berkata, “Tidak ada ayat yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam al-Qur`an yang lebih berat dan sulit bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada ayat ini.”[18]

Diriwayatkan dari Ibnu ’Abbâs Radhiyallahu anhu, ia berkata, ”Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, ’Wahai Rasulullah! Engkau telah beruban.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

مس الش وإذا ، يتساءلون وعم ، والـمرسلات ، والواقعة ، هود بتني شي

‘Aku telah dibuat beruban oleh (surat) Hûd, al-Wâqi’ah, al-Mursalât, ‘Amma yatasâ-alûn, dan Idzasy Syamsu kuwwirat” [19]

5. Istiqâmah Hati

Page 105: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Hati adalah bagian tubuh yang paling penting. Seorang hamba hendaknya berusaha dengan sungguh-sungguh agar hatinya tetap istiqâmah. Karena hati adalah raja bagi seluruh anggota tubuhnya. Jika hati istiqâmah, maka seluruh anggota tubuhnya pun ikut istiqâmah.

Dasar dari istiqâmah adalah keistiqâmah-an hati di atas tauhid seperti penafsiran Abu Bakar ash-shiddîq dan lain-lain tentang firman Allah Azza wa Jalla, استقاموا ثم ه الل نا رب قالوا ذين ال ”,Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah Azza wa Jalla“ إن kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka…(al-Ahqâf/46:13) bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak menoleh kepada tuhan selain Allah Azza wa Jalla[20]. Jadi, jika hati telah istiqâmah di atas ma’rifatullâh, takut kepada-Nya, mengagungkan-Nya, segan kepada-Nya, mencintai-Nya, menginginkan-Nya, berharap kepada-Nya, berdoa kepada-Nya, bertawakkal kepada-Nya dan berpaling dari selain Dia, maka sungguh, seluruh anggota badan akan istiqâmah dengan taat kepada-Nya. Karena hati adalah raja bagi organ tubuh (lainnya) yang merupakan pasukan hati. Jika raja sudah istiqâmah, maka pasukan dan rakyatnya akan istiqâmah pula[21].

6. Istiqâmah Lisan

Anggota tubuh yang terpenting yang perlu mendapatkan perhatian setelah hati adalah lisan. Karena lisan adalah media yang mengungkapkan apa yang tersimpan dalam lubuk hati. Terkadang keluar ucapan yang dianggap sepele namun dapat membuat pengucapnya binasa di dunia dan akhirat.

Dalam hadits ini, ketika Sufyân bin ’Abdillâh Radhiyallahu anhu bertanya, ”Apa yang engkau khawatirkan padaku?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Ini,” sambil memegang ujung lidah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ini menunjukkan bahwa lisan sangat berbahaya, sebab seseorang dapat istiqâmah apabila lisannya istiqâmah dalam ketaatan atau tidak mengucapkan perkataan yang mendatangkan dosa dan murka Allah k. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Radhiyallahu anhu, dia memarfu’kannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

اعوججنا : ؛ اعوججت وإن ، استقمنا ؛ استقمت فإن بك، نحن مـا فإن فينا الله ق ات فتقول سان الل تكفر ها كل الأعضاء فإن آدم ابن أصبح إذا

“Jika anak keturunan Adam berada di pagi hari, seluruh organ tubuh tunduk kepada lidah dengan berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah Azza wa Jallapada kami, karena kami bersamamu. Jika engkau istiqâmah, kami juga istiqâmah. Jika engkau menyimpang, kami juga menyimpang.”[22]

Dan kebanyakan yang menyeret manusia ke neraka adalah lisan. Banyak nash yang berisi ancaman bagi yang membiarkan lisannya begitu saja tanpa kendali.

والـمغرب الـمشرق بيـن ما أبـعد ار ـ الن فـى بـها يـهوي فـيها ما ن ـ يـتـبـي ما بالكلمة م لـيـتـكـل العبد إن

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kata-kata yang tidak jelas, maka akan menjerumuskannya ke dalam Neraka lebih jauh daripada apa yang ada di antara timur dan barat.”[23]

Demikian pula banyak nash yang mendorong agar menjaga lisan dan meluruskannya sesuai dengan perintah Allah. Di antaranya:

Allah Azza wa Jalla berfirman:

م- تي ع Wم Iي ع5 ن�� ع- عل ع�&ا 1ا Xم ن) Iع ن� � Yه F�ن ع� ع�ا

“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya Malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” [Qâf/50:18]

Dalam ayat ini terdapat penjelasan bahwa semua ucapan manusia akan dihisab. Ada Malaikat yang selalu mengawasi semua perkataan manusia dan selalu menulisnya, baik yang baik maupun yang buruk.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

في , , ببيت زعيم وأنا زحا ما كان إن و الكذب ترك لمن ة الجن وسط في ببيت وأنازعيم محقا كان المراءوإن ترك لمن ة الجن ربض في أنازعيمخلقه ن حس لمن ة الجن أعلى

“Aku menjamin dengan sebuah istana yang terdapat di taman-taman Surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia yang benar; aku menjamin dengan sebuah istana yang terdapat di tengah Surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun ia hanya bercanda; dan aku menjamin dengan sebuah istana di Surga yang tertinggi bagi orang yang membaguskan akhlaknya.”[24]

4. Kiat Menggapai Istiqâmah

Di antara kiat yang dapat mengantarkan kepada istiqâmah dalam berbagai kondisi, perkataan, dan perbuatan ialah:1. Taubat nasûha.2. Murâqabatullâh, yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla, baik ketika tidak terlihat orang lain maupun saat terlihat.3. Muhâsabah, yaitu menginstrospeksi segala amal perbuatan yang telah dikerjakan.4. Mujâhadah, yaitu berjuang sungguh-sungguh menggembleng jiwa dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla

6. Berbagai Wasilah (Cara) Agar Tetap Teguh Di Atas istiqâmahAgar tetap istiqâmah, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, di antaranya :1. Ikhlas dalam beramal dan mutâba’ah (mengikuti contoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ).2. Menjaga shalat lima waktu dengan berjama’ah di masjid.3. Berani dalam melakukan amar ma’rûf dan nahi munkar.4. Menuntut ilmu syar’i.5. Takut kepada Allah Azza wa Jalla dengan mengingat siksa Neraka yang sangat pedih.6. Mencari teman yang shalih.7. Menjaga hati, lisan, dan anggota badan dari yang diharamkan.

Page 106: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

8. Mengetahui langkah-langkah setan.9. Senantiasa berdzikir dan berdo’a agar diteguhkan di atas istiqâmah.

Di antara do’a yang sering dibaca Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah:

دينك على قلبي ت ثب القلوب ب مقل يا

“Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu.”[25]

FAEDAH HADITS

1. Semangat para shahabat Radhiyallahu anhum terhadap ilmu dan semangat mereka dalam menjaga keimanan. Hal ini terlihat dari berbagai pertanyaan yang mereka lontarkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyangkut semua yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat mereka.2. Orang yang tidak tahu hendaknya bertanya kepada orang yang berilmu.3. Kecerdasan Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Radhiyallahu anhu , dia bertanya dengan pertanyaan agung yang merupakan puncak pertanyaan. Pertanyaan beliau sangat dibutuhkan setiap muslim.4. Selayaknya orang yang bertanya tentang ilmu mengajukan pertanyaan yang singkat, padat, dan berbobot sehingga berbagai disiplin ilmu tidak bercampur aduk.5. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jawâmi’ul kalim (perkataan yang singkat, maknanya padat). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan seluruh kebaikan agama dalam dua kalimat, yaitu “Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla dan istiqâmahlah”.6. Iman adalah keyakinan dengan hati, perkataan dengan lisan, dan perbuatan dengan anggota badan. Ini ditunjukkan oleh makna istiqâmah yang mencakup ketaatan hati, lisan, dan anggota badan.7. Dalam hadits ini terdapat perintah agar istiqâmah di atas iman dan tauhid dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata dan melaksanakan ibadah dengan istiqâmah hingga meninggal dunia.8. Iman kepada Allah Azza wa Jalla tidak sempurna kecuali dengan istiqomah, yaitu istiqomah dalam tauhid kepada Allah Azza wa Jalla dan melaksanakan ketaatan kepada-Nya.9. Anjuran untuk introspeksi diri, apakah ia orang yang istiqâmah atau tidak, supaya ia memperbaiki diri.10. Derajat istiqâmah sangat tinggi yang menunjukkan kesempurnaan iman seseorang.11. Istiqâmah sangat berat, dan Allah Azza wa Jalla memudahkan bagi orang-orang yang ikhlas bertauhid dan terus-menerus dalam ketaatan.12. Orang yang menyia-nyiakan kewajiban berarti ia bukan orang yang istiqâmah bahkan ia telah menyeleweng. Dan penyelewengan akan semakin besar tergantung sejauh mana dia meninggalkan kewajiban atau melakukan hal yang diharamkan.13. Seorang muslim dianjurkan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar dikaruniai iman dan istiqâmah.14. Seorang muslim dianjurkan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar dikaruniai iman dan istiqomah.

Mudah-mudahan apa yang saya tulis bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Mudah-mudahan Allah menetapkan kita di atas Islam dan Sunnah dan kita diwafatkan di atas Islam dan Sunnah. Kita memohon kepada Allah Azza wa Jallaagar dikarunia ats-Tsabât (istiqâmah) dalam mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan melaksanakan Sunnah. Dan kita mohon kepada Allah agar kita diwafatkan dalam keadaan husnul khâtimah. Amîn

Marâji’1. Al-Qur-an dan terjemahnya.2. Tafsîr Ibni Katsîr.3. Tafsîr al-Qurthubi.4. Shahîh Muslim5. Musnad Imam Ahmad.6. Sunan at-Tirmidzi.7. Sunan Ibnu Mâjah.8. Sunan ad-Dârimi.9. Musnad ath-Thayâlisi.10. Shahîh Ibni Hibbân (at-Ta’lîqâtul Hisân).11. Sunan al-Baihaqi.12. al-Mu’jamul Kabîr, karya Imam ath-Thabrâni.13. Syarah Shahîh Muslim lin Nawawi.14. Kitâbush Shamt libni Abid Dun-ya.15. Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam, karya Ibnu Rajab al-Hanbali. Tahqîq: Syu’aib al-Arnauth dan Ibrâhîm Bâjis.16. Syarh al-Arba’în an-Nawawiyyah libni Daqîqil ’Ied.17. Syarhul-Arba’în an-Nawawiyyah lil Allâmah as-Sindi.18. Silsilatul Ahâdîtsish Shahîhah.19. Qawâ’id wa Fawâ-id minal ‘Arba’în an-Nawawiyyah, karya Nâzhim Muhammad Sulthân.20. al-Wâfi fî Syarhil Arba’în an-Nawawiyyah, karya Dr. Musthafa al-Bugha dan Muhyidin Mustha.21. Syarhul Arba’în an-Nawawiyyah, karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIII/Rabiul Tsani 1430/2011M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]_______Footnote[1]. Lihat Qawâ’id wa Fawâ-id (hal. 185).[2]. Lihat al-Wâfî fî Syarhil-‘Arba’în an-Nawawiyyah (hlm. 155).[3]. Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (I/510) dan al-Wâfi fî Syarhil-Arba’în (hlm. 155).[4]. Syarahul-Arba’in libni Daqiqil ‘Ied (hlm. 85).[5]. Syarahul-Arba’in (hlm. 74) karya al-‘Allâmah as-Sindi.[6]. Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (I/510).[7]. Tafsîr Ibni Katsîr (VII/176) tahqîq Sami bin Muhammad as-Salamah.[8]. Syarh Shahîh Muslim (II/8-9).[9]. Syarhul-Arba’în libni Daqîqil ‘Ied (hlm. 86).

Page 107: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

[10]. Bahjatun Nâzhirîn, Syarh Riyâdhis Shâlihîn (I/165).[11]. Tafsîr al-Qurthubi (XIX/17).[12]. Lihat Syarhul-Arba’în libni Daqiqil ‘Ied (hlm. 85).[13]. Tafsîr Ibni Katsîr (VII/175).[14]. Lihat Tafsîr Ibni Katsîr (VII/177) dengan diringkas dan Qawâ’id wa Fawâ-id (hlm. 186-187).[15]. Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (I/510).[16]. Lihat Qawâ’id wa Fawâ-id (hal. 187).[17]. Tafsîr Ibni Katsîr (IV/354).[18]. Lihat Tafsîr al-Qurthubi (IX/71)7[19]. Shahih: HR. at-Tirmidzi (no. 3297), al-Hâkim (II/343), Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ’ (IV/388, no. 5964), dan selainnya. Lihat Silsilatul-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 955).[20]. Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (I/508).[21]. Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (I/511-512).[22]. Hasan: HR. Ahmad (III/95-96), at-Tirmidzi (no. 2407), Ibnu Abid Dunya dalam Kitâbush Shamt (no. 12), Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 1), al-Baihaqi dalam Syu’abul Iimân (no. 4595), Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ’ (III/342, no. 5779), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 4126), dan selainnya. Lihat Shahîhul Jâmi’ish Shaghîr (no. 351).[23]. Shahîh: HR. al-Bukhâri (no. 6477) dan Muslim (no. 2988 (50)), lafazh ini milik Muslim, dari Shahabat Abu Hurairah z.[24]. Hasan: HR. Abu Dâwud (no. 4800) dan al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubrâ (X/249) dari Shahabat Abu Umâmah z . Lihat Silsilatul Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 273).[25]. Shahîh: HR. At-Tirmdizi (no. 3522) dan Ahmad (VI/302, 315) dari Ummu Salamah.

11 Golongan Manusia yang tidak Disukai Allah

SETELAH kita menemukan orang-orang yang dicintai Allah dalam delapan golongan yang dicintai Allah, sekarang kita akan melihat lawan katanya. Kebalikan dari delapan golongan itu pasti tidak disenangi oleh Allah seperti orang yang tidak sabar, tidak tawakal dan tidak bertobat.

Namun kali ini kita akan melihat golongan lain yang disebutkan khusus oleh Allah swt. Jika mencintai menggunakan kata maka sekarang kita akan melihat golongan yang tidak disukai Allah melalui kata . Siapakah mereka?

1. Orang yang Melampaui Batas"Dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Al-Maidah 87)2. Orang yang Berbuat Kerusakan"Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (Al-Qashas 77)."Sedang Allah tidak menyukai kerusakan." (Al-Baqarah 205)3. Orang yang Bergelimang Dosa"Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa." (Al-Baqarah 276)4. Orang yang Kafir"Ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Ali Imran 32)5. Orang yang zalim"Dan Allah tidak menyukai orang zalim." (Ali Imran 57)6. Orang yang Sombong dan Bangga Diri"Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (Luqman 18)"Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong." (An-Nahl 23)7. Orang yang Berkhianat"Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa" (An-Nisa 107)"Sungguh, Allah tidak Menyukai orang yang berkhianat."(Al-Anfal 58)8. Orang yang Berucap Buruk di Depan Umum"Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi."(An-Nisa 148)9. Orang yang BerlebihanTapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Al-Anam 141)10. Orang yang Kufur Nikmat"Sesungguhnya Allah Membela orang yang beriman. Sungguh, Allah tidak Menyukai setiap orang yang berkhianat dan kufur nikmat."(Al-Hajj 38)11. Orang yang Bahagia Berlebihan"Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri."(Al-Qashas 76)

Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang yang dibenci Allah swt. Jika Allah tidak melihat kita dengan pandangan rahmat, kepada siapa lagi kita berharap? [khazanahalquran]

4 Golongan Manusia yang Jauh dari Allah SWT, Jangan Sampai Anda Masuk Didalamnya

SRIPOKU.COM -- Dari sudut pandang dunia, saat seseorang ditanya mengenai musibah yang paling besar itu apa, sebagian besar akan menjawab kehilangan harta benda, kehilangan orang tua, atau saat mendapatkan penyakit keras.

Namun bagaimana jika dipandang dari sudut pandang akhirat ?

Apakah jawabannya akan sama ?

Jawabannya adalah tidak, karena musibah paling besar adalah saat seseorang jauh dari Allah SWT., inilah musibah terbesar yang sebenarnya.

Siapa orang-orang yang paling jauh dari Allah ?

Berikut 4 jenis orang yang jauh dari Allah, dilansir dari Wajibbaca.com :

Page 108: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

1. Hatinya Keras.

Mereka yang hatinya keras adalah orang yang banyak berbicara namun sangat sedikit berzikir mengingat Allah.

“Janganlah kalian banyak bicara tanpa berzikir kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya, banyak bicara tanpa zikir kepada Allah Ta’ala bisa menjadi sebab kerasnya hati. Dan sejauh-jauh seorang hamba dari Allah adalah mereka yang keras hatinya” (H.R. Imam at-Tirmidzi dan Imam al-Baihaqi).

Tiga Kelompok Manusia yang Paling Dibenci Allah

KIBLAT.NET – Ada tiga golongan manusia yang paling dimurkai oleh Allah. mereka adalah pertama: orang yang melakukan dosa besar di tanah haram, kedua; orang yang menginginkan tradisi jahiliyah padahal telah masuk Islam, ketiga; memburu darah seseorang tanpa alasan yang dibenarkan untuk menumpahkan darahnya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

اس أبغض ه إلى الن في ومبتغ الحرم، في ملحد: ثلاثة الل ة الإسلام ة، سن ومطلب الجاهلي دمه ليهريق حق بغير امرئ دم

“Manusia yang paling dimurkai Allah adalah tiga golongan; Orang yang melakukan pelanggaran di tanah haram, orang yang mencari-cari tradisi jahiliyah padahal telah masuk Islam, dan orang yang berupaya untuk menumpahkan darah seseorang tanpa alasan yang dibenarkan.” (HR. Bukhari)

Intisari hadis:

1. Orang yang melakukan dosa besar di tanah haram dan tidak menjaga kehormatannya. Dosa-dosa besar di sini bersifat umum, termasuk juga mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah demi mendukung kezaliman yang dilakukan penguasa. Sehingga atas nama agama, masyarakat akan mendukung dan tidak mengingkari kezaliman tersebut. Maka orang-orang seperti ini tidak akan selamat dari katagori golongan yang pertama.

2. Orang yang mencari-cari tradisi jahiliyah padahal telah masuk Islam. Di antara bentuk tradisi jahiliyah yang dicari-cari untuk dijadikan pedoman adalah sistem demokrasi. Sistem yang menjadikan suara rakyat di atas segala-galanya (suara rakyat adalah suara tuhan, red). Sistem tersebut dijadikan panduan dalam berhukum. Bahkan dalam menilai agama Allah pun, mereka terapkan sesuai dengan arahan sistem tersebut. Syariat akan digunakan kalau sesuai dengan suara rakyat, sebaliknya akan ditolak kalau tidak sesuai dengan suara rakyat. Ini adalah bentuk kembalinya manusia kepada salah satu dari tradisi jahiliyah, padahal dia telah masuk Islam.

3. Orang yang berupaya untuk menumpahkan darah seseorang tanpa alasan yang dibenarkan. Yaitu, membunuh orang-orang yang terlindungi darahnya dalam ketentuan Islam. Kemudian ia berupaya mencari-cari pembenaran dengan alasan yang lemah atau dalih yang tidak dibenarkan dalam Islam.

Banyak pemuda Islam yang lari dari satu golongan tapi terjebak dalam golongan yang lain. Mereka lari dari demokrasi tapi jatuh dalam pemahaman yang gampang menghalalkan darah seseorang. Sebagian lagi ada yang lari dari golongan yang ketiga namun terjebak ke dalam golongan yang pertama. Mereka lari dari satu kemurkaan kepada kemurkaan yang lain. Hingga akhirnya tetap berada dalam golongan yang paling dibenci oleh Allah.

Tiga golongan yang disebutkan dalam hadis di atas adalah probelmatika umat yang sedang dihadapi hari ini; membenarkan penguasa dzalim dengan mengatasnamakan agama, mengadopsi tradisi jahiliyah padahal ktp-nya Islam dan menumpahkan darah tanpa alasan yang dibenarkan.

Sebagai jalan atau solusi agar bisa keluar dari problematika tersebut, kita mesti kembali kepada pemahaman Islam yang lurus. yakni Islam yang tawasuth (pertengahan). Berada di antara dua titik ekstrim yang berlawanan, tidak bersikap ghuluw (berlebihan) dan tidak pula bersikap taqshir (meremehkan). Wallahu a’lam bis shawab!

Penulis : Fakhruddin

Ada 3 Golongan (Manusia) yang Allah Tak Akan Berbicara kepada Mereka pada Hari Kiamat

Dalam hadits shahih ditegaskan :

Artinya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ” Ada 3 golongan (manusia) yang Allah tak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat & tak mensucikan mereka -Abu Muawiyah berkata, dan tak melihat kepada mereka-, & bagi mereka siksa yang sangat pedih, yaitu ; Orang tua yang berzina, raja yang pendusta (pembohong) & orang miskin yang sombong” [Hadits shahih riwayat Muslim 1/72 dari jalan Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti diatas]

***

Cinta dan Benci karena Allah

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Tali iman yang paling kuat adalah saling berkasih-sayang karena Allah, memusuhi karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. (1)

Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda:

Page 109: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan)

Dari dua hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita harus memberikan kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita harus mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala yang dibenci Allah

Dalam pengertian menurut syariat, dimaksud dengan al-hubbu fillah (mencintai karena Allah) adalah mencurahkan kasih sayang dan kecintaan kepada orang –orang yang beriman dan taat kepada Allah ta’ala karena keimanan dan ketaatan yang mereka lakukan.

Sedangkan yang dimaksud dengan al-bughdu fillah (benci karena Allah) adalah mencurahkan ketidaksukaan dan kebencian kepada orang-orang yang mempersekutukanNya dan kepada orang-orang yang keluar dari ketaatan kepadaNya dikarenakan mereka telah melakukan perbuatan yang mendatangkan kemarahan dan kebencian Allah, meskipun mereka itu adalah orang-orang yang dekat hubungan (kekerabatan/ famili, red NM) dengan kita.

Maka cintailah seseorang karena ketaatan nya kepada Alloh bukan karena hartanya, bukan karena jabatanya, bukan karena ketampananya.

(arrahmah.com, Cinta Dan Benci Karena Allah, A. Z. Muttaqin, dikutip sperlunya)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.” Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh: Al-Bukhari (no. 16), Muslim (no. 43), At-Tirmidzi (no. 2624), An-Nasa`i (VIII/95-96), dan Ibnu Majah (no. 4033).

Dalam mencari kawan karib dan teman dekat, haruslah juga didasarkan di atas prinsip ini. Karena siapa yang dijadikan kawan karib dan teman dekat pasti mendapat kecintaan sesuai kadarnya. Terlebih seorang kawab karib –biasanya- akan memberikan pengaruh kepada teman dekatnya. Karenanya, Islam memberikan arahan agar tidak sembarangan memilih kawan karib dan teman dekat.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “seseorang bersama siapa yang dicintainya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

“Seseorang berada di atas agama kekasihnya.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih)

Imam Thabrani meriwayatkan satu hadits dari Ali Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali ia akan dibangkitkan bersama mereka.” (Al-Mundziri berkata: isnadnya bagus. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib: 3/96)

(Hati-hati Mencintai, Sesorang Bersama dengan Orang yang Dicintainya, Oleh: Badrul Tamam/ voa-islam.com).

Umat Islam sangat perlu memperhatikan tuntunan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam, agar selamat di dunia dan di akherat kelak. Bagaimana akan selamat, bila justru di dunia ini menunjukkan kecintaannya justru kepada orang-orang yang telah diancam oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti yang tercantum dalam hadits tentang tiga golongan manusia yang Allah Tak Akan Berbicara kepada Mereka pada Hari Kiamat? Mari kita ulangi lagi haditsnya, agar jadi peringatan benar-benar bagi setiap diri kita, agar mau dan mampu menghindari berteman (apalagi berteman dekat) dengan orang-orang yang telah diancam keras oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini:

Artinya ” Ada 3 golongan (manusia) yang Allah tak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat & tak mensucikan mereka -Abu Muawiyah berkata, dan tak melihat kepada mereka-, & bagi mereka siksa yang sangat pedih, yaitu ; Orang tua yang berzina, raja yang pendusta (pembohong) & orang miskin yang sombong” [Hadits shahih riwayat Muslim 1/72).

(1)(HR Imam Ath Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, juz 11, hlm. 215 dan Al Baghawi dalam Syarah Sunnah, juz 3, hlm. 429; Majmauzawaid, juz 1, hlm. 90, serta Silsilah Hadits Shahihah, juz 2, hadits no. 998)./ almanhaj.or.id, Ustadz Abu Ahmad Zainal Abidin Syamsuddin, Menggalang Solidaritas Dan Ukhuwah Sejati.

Ilustrasi/ twitter: Deep Learninglab @deeplearninglab/ http://jabar.tribunnews.com Senin, 25 Mei 2015 10:17 dengan judul Jokowi Dianggap Ingkar Janji, Tagar #JokowiBohong Jadi Trending Topic

10 GOLONGAN YANG DIBENCI ALLAH S.W.T

Berbuat baik terhadap diri sendiri dan sesama makhluk ciptaaan-Nya menjadi perkara yang sangat dicintai Allah SWT. Hal inilah yang bakal menjadi bekalan di akhirat nanti. Namun kerana kurangnya pengetahuan dan iman, tanpa sedar manusia melakukan hal yang dibenci oleh Allah S.W.T. Ceteknya ilmu dari dalam diri membuatkan kita melakukan perkara-perkara yang seharusnya dihindari.

Ada sepuluh perkara yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan tidak seharusnya manusia lakukan. Ada perkara yang disedari, namun ada juga perkara yang dianggap sebagai kesalahan kecil yang tidak kita sedari. Misalnya seperti sifat malas, sifat tentara yang takut terhadap lawan, dan sifat sombong para ahli ibadah juga dibenci Allah. Berikut ini adalah 10 golongan yang dibenci oleh Allah SWT;

1. Orang kaya yang bakhil

Tamak dan kedekut merupakan penyakit hati yang timbul kerana manusia terlalu cinta pada harta sehingga tidak mahu bersedekah. Hal ini merupakan perkara yang dibenci Allah S.W.T terutama sekali jika dilakukan oleh orang kaya. Harta yang dimiliki seharusnya dimanfaatkan ke jalan Allah S.W.T atau disedekahkan. Bukannya disimpan dan tidak membantu sesama manusia yang memerlukan. Allah SWT memperingatkan umat manusia agar tidak kedekut terhadap harta yang telah Dia berikan. Allah juga memberikan ancaman bagi manusia

Page 110: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

yang bakhil terhadap harta yang mereka miliki seperti dalam surat Al-Imran 180.

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari kurnia-Nya menyangka, bahawa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Imran 180].

“Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari kurnia-Nya, mereka kedekut dengan kurnia itu dan ia berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran) (at Taubah : 76)

2. Orang miskin yang takabbur

Takabbur merupakan sikap sombong dan menganggap diri lebih dibanding dengan orang lain. Dalam hal orang miskin yang memiliki sifat takabbur, memang menjadi satu penyakit yang sukar difahami. Tidak difahami kenapa sifat ini bisa dimiliki dengan kondisi yang tidak berharta, seseorang masih boleh menyombongkan diri terhadap orang lain. Kerana hanya Allah SWT yang boleh memiliki sifat ini kerana Dia memiliki segalanya.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, kaum-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, jiran tetangga, dan sahabat-sahabatmu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (An-Nisaa’ : 36).

3. Para ulama yang mengejar dunia

Kebencian Allah SWT juga merangkumi para ulama yang menjadi perantara dalam menyampaikan kebaikan. Namun hanya kepada ulama yang rakus terhadap kehidupan duniawi. Ulama sebagai penyeru akhlak dan moral hendaklah menyedari bahawa dirinya sentiasa diperhati, dicontohi dan diamati oleh beribu pengikut yang mengikuti perilakunya. Sifat tamakkan hal dunia ini menyebabkan seseorang ulama akan jauh dari amalan mengejar akhirat dan ini boleh melemahkan umat. Para ulama yang mencintai semua hal yang bersifat dunia pasti akan kehilangan karisma dan martabat keulamaannya.

“Celakalah bagi umatku dari ulama yang menjadikan agama ini sebagai komoditi, yang mereka jual pada pelanggan mereka di zamannya demi mengaut keuntungan untuk diri mereka sendiri. Allah pasti tidak akan menjadikan perniagaan mereka memperoleh keuntungan “ (HR. Hakim).

4. Wanita yang kurang rasa malunya

Secara fitrah wanita dihadirkan dengan perasaan malu yang luar biasa. Hal ini akan tercermin dari cara mereka berbicara, memandang, serta kelembutan-kelembutan yang terefleksi dari perilaku mereka yang senantiasa berhiaskan rasa malu. Maka bagi wanita yang minimum rasa malu, maka Allah S.W.T boleh membenci mereka. Misalnya, menampakkan auratnya di hadapan pria yang bukan suaminya. Malu adalah mahkota seorang wanita, dan kehilangan rasa malu sama dengan kehilangan mahkotanya.

5. Orang tua yang masih mengejar dunia

Mungkin diantara kita pernah mempunyai pengalaman memiliki datuk atau nenek yang sudah tua namun tetap mengejar dunia. Perkara ini membuatkan kita hairan kerana waktu mereka sudah seharusnya digunakan hal-hal yang berkaitan untuk mengejar akhirat. Orang tua seharusnya mempersiapkan segala hal untuk kematiannya. Orang tua yang masih mengejar dunia, sangat tidak disukai Allah S.W.T.

6. Orang muda yang malas

Pemuda yang malas juga akan mendapatkan kebencian dari Allah SWT. Pada masa ini, pemuda seharusnya mengoptimumkan segala kemampuannya untuk bekerja dalam mempersiapkan hari tua. Masa muda adalah masa aktif dalam kehidupan mereka. Selain itu, juga akan menjadi penentuan masa depan.

Kemalasan anak muda menjadi indikasi bahawa mereka akan hidup susah atau senang di hari tuanya. Maka malasnya pemuda adalah petanda suramnya masa depan mereka. Inilah mengapa Allah membenci anak mudah yang memiliki sifat yang malas. Rasulullah menghimpun orang-orang mulia dalam tujuh golongan diantaranya adalah pemuda yang energetik. Rasulullah bersabda :

“Tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Pemimpin yang adil, pemuda yang rajin bekerja pada waktu yang sama tetap beribadah kepada Allah, lelaki yang hatinya sentiasa terpaut ke masjid, dua lelaki yang saling mencinta kerana Allah (mereka bersatu kerananya dan berpisah juga kerananya). Lelaki yang teringatkan Allah sendirian kemudian kedua matanya mengalirkan air mata, lelaki yang dipanggil oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan cantik lalu dia berkata : Sesunggguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam, seseorang yang bersedekah lalu dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya (HR. Malik, Tirmidzi, Bukhari Muslim).

7. Pemimpin yang keji

Pemimpin sebagaimana disyariatkan dalam hadis di atas juga seharusnya berbuat adil, bukannya berlaku kejam agar mereka mendapat naungan Allah di hari kiamat. Keadilan mereka sangat diperlukan oleh rakyat. Karena sesebuah keadilan lahir dari pada pemimpin. Keadilan adalam dambaan setiap insan. Jadi seorang penguasa yang bersikap keji maka azab Allah yang pedih sememangnya menunggu mereka di akhirat. Karena Allah sangat tidak suka pada mereka yang berbuat zalim. Allah berfirman: Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang dzalim (Ali Imran : 151).

8. Tentara yang penakut di medan perang

Jika anda berniat menjadi tentara perang, maka anda harus berani melawan siapa yang menjadi musuh-musuh Islam. Biasanya mereka yang terpilih dalam perang merupakan manusia terpilih untuk membela agama dan tanah airnya. Perajurit adalah mereka yang berjiwa

Page 111: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

berani yang pantang menyerah pada musuh. Jika sikap ini luntur, inilah yang akan menjadi kebencian dari Allah SWT.

Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur) (Al-Anfaal : 15).

9. Para zahid yang bersikap ujub

Ujub adalah penyakit hati yang bisa menyerang siapa saja. Tidak terkecuali pada zahid yang tidak mengejar dunia dan lebih dekat pada akhirat. Namun kezahidan mereka akan menuai murka Allah jika dalam kezahidan itu lahir sikap ujub yang terdapat dalam ucapan dan perilaku mereka. Rasulullah bersabda; Tiga perkara yang menghancurkan : ketamakan yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti dan ujub dengan pendapat sendiri (HR. Bazzar dan Ath-Thabrani).

10. Para ibadah yang riak

Allah SWT juga membenci mereka yang kuat beribadah namun penuh dengan riak. Mereka biasanya menginginkan pujian dari manusia. Padahal riak itulah syirik kecil yang sangat diingatkan oleh Rasulullah agar kita meninggalkannya.

Tiga Golongan Hamba yang Paling Allah Benci, Siapa Saja?

BincangSyariah.Com – Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim yang berasal dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda bahwa jika Allah Swt membenci seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, “Sesungguhnya Aku membenci si fulan, maka bencilah dia sehingga Jibril pun membencinya.” Rasulullah bersabda, “Lalu, Jibril menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka bencilah dia.’” Penduduk langit pun membenci si fulan, kemudian dia pun dibenci penduduk bumi.

Terkait hadis di atas, Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan bahwa siapa saja yang telah terusir dari kasih sayangnya maka tidak ada seorang pun yang dapat menghormati orang tersebut. Hal tersebut karena hamba itu telah melakukan hal-hal yang dibenci Allah dan tidak mengikuti ajaran yang telah disampaikan lewat Rasul-Nya. Karena itu Allah berfirman

ه أن تر ألم ماوات في من له يسجد الل مس الأرض في ومن الس جوم والقمر والش جر والجبال والن اس من وكثير والدواب والش عليه حق وكثير النه يهن ومن العذاب من له فما الل ه إن مكرم يشاء ما يفعل الل

Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.(QS. Al-Hajj: 18)

Abu Laist Samarqandi menyebutkan dalam kitab Tanbihul Ghafilin, terdapat tiga golongan hamba yang paling Allah benci, dan Allah akan lebih benci lagi jika mereka melakukan hal berikut ini

Pertama, Allah membenci orang yang fasik dan lebih benci terhadap orang yang telah menginjak usia senja tapi ia tetap melakukan kefasikan.

Kedua, Allah membenci orang yang pelit dan lebih benci lagi jika ia diberikan limpahan kekayaan tapi tetap pelit. Padahal harta yang diberikan Allah padanya hanyalah titipan, Dia bisa mencabutkanya kapanpun.

Ketiga, Allah membenci orang yang sombong dan lebih benci lagi terhadap orang yang miskin tapi tetap sombong.

Wallahu’alam.

Siapa Golongan yang Dibenci Allah?

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mulyana

Adalah sunatullah bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini selalu berpasangan. Di satu sisi ada orang yang bergelut dengan kemiskinan, tapi di sisi lain ada golongan yang hidup dalam kelebihan harta. Ada pula orang-orang yang hidupnya selalu diliputi dengan keberkahan dan kasih sayang Allah, namun di sisi lain ada orang-orang yang selalu hidup dalam kemurkaan dan dibenci Allah.

Orang-orang yang hidup dalam kebencian Allah pada dasarnya disebabkan oleh perilaku mereka yang mengundang kemurkaan Allah. Rasulullah SAW menjelaskan, "Empat macam orang yang dibenci Allah, yaitu penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang sombong, orang yang sudah tua suka melacur, dan pemimpin yang durhaka." (HR Nasa'i dari Abu Hurairah).

Hadis di atas memberikan penjelasan yang gamblang bahwa ada empat perilaku yang dapat menggelincirkan manusia masuk ke dalam golongan orang-orang yang dibenci Allah.

Pertama, penjual yang suka bersumpah. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para penjual yang sering bersumpah palsu dengan tujuan untuk melariskan atau meningkatkan keuntungan. Rasulullah telah memperingatkan berkaitan dengan perilaku ini dalam sabdanya, ''Bersumpah untuk melariskan barang dagangannya adalah merusak keberkahan dan keuntungan.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Page 112: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Kedua, orang miskin yang sombong. Dalam konteks ini maksudnya adalah orang yang miskin secara kehidupan, tetapi ia tidak mau berdoa kepada Allah, tidak berusaha, dan bahkan malah bergaya seperti orang yang kaya serta sombong kepada sesamanya.

Berkaitan dengan sifat sombong, Allah memperingatkan, ''Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.'' (QS 17: 37). Dalam ayat lainnya Allah menegaskan, ''Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.'' (QS 31: 18).

Ketiga, orang yang sudah tua tetapi suka melacur. Orang yang sudah tua seharusnya mulai berpikir dan menyiapkan diri menjemput kematian. Dan, bukan justru semakin bermaksiat kepada Allah, seperti melakukan perzinahan. Inilah sebab mengapa orang-orang seperti ini Allah benci.

Keempat, pemimpin yang durhaka. Pemimpin yang durhaka dalam konteks ini maksudnya adalah pemimpin yang memanfaatkan wewenang dan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Mereka sibuk melakukan praktik 'dagang sapi' untuk dapat melanggengkan kekuasaan dan melakukan korupsi secara bersama-sama.

Rakyat yang mereka pimpin hanya dijadikan objek untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Rakyat hanya dijadikan simbol untuk melegitimasi perilaku buruk mereka. Akibatnya, kehidupan rakyat jauh dari mencukupi, dan bahkan berada di bawah garis kemiskinan.

Semoga Allah selalu melindungi kita sehingga tidak terjerumus kepada empat perilaku tadi. Wallahu a'lam.

16 Golongan yang Dibenci Allah, Naudzubillah

Gulalives.co – Dalam Al-Qur’an, beberapa kali Allah SWT menggunakan kata يحب yang artinya “Mencintai”. Ada beberapa golongan yang mendapat kemuliaan menjadi kekasih Allah SWT. Namun, kali ini kita akan melihat golongan lain yang disebutkan secara khusus oleh Allah SWT. Jika mencintai menggunakan kata يحب maka sekarang kita akan melihat golongan yang dibenci Allah melalui kata يحب Siapakah .لاmereka? Apakah kita termasuk? Naudzubillah.

Orang yang Melampaui Batas

المعتدين - يحب لا الله إن تعتدوا ٨٧ولا -

“Dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al-Ma’idah 87)

Orang yang Berbuat Kerusakan

المفسدين - يحب لا الله ٧٧إن -

“Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashas 77)

الفساد - يحب لا ٢٠٥والله -

“Sedang Allah tidak menyukai kerusakan.” (Al-Baqarah 205)

Orang yang Bergelimang Dosa

أثيم - ار كف كل يحب لا ٢٧٦والله -

“Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.” (Al-Baqarah 276)

Orang yang Kafir

الكافرين - يحب لا الله ٣٢فإن -

“Ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Ali Imran 32)

Orang yang Dzalim

الظالمين - يحب لا ٥٧والله -

“Dan Allah tidak menyukai orang dzalim.” (Ali Imran 57)

Orang yang Sombong dan Bangga Diri

فخور - مختال كل يحب لا الله ١٨إن -

“Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Luqman 18)

Page 113: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

المستكبرين - يحب لا ٢٣إنه -

“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong.” (An-Nahl 23)

Orang yang Berkhianat

- أثيما انا خو كان من يحب لا الله ١٠٧إن -

“Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa.” (An-Nisa’ 107)

الخائنين - يحب لا الله ٥٨إن -

“Sungguh, Allah tidak Menyukai orang yang berkhianat.” (Al-Anfal 58)

Orang yang Berucap Buruk di Depan Umum

ظلم - من إلا القول من وء بالس الجهر الله يحب ١٤٨لا -

“Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi.” (An-Nisa’ 148)

Orang yang Berlebihan

المسرفين - يحب لا إنه تسرفوا ١٤١ولا -

“Tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-An’am 141)

Orang yang Kufur Nikmat

كفور - خوان كل يحب لا الله ٣٨إن -

“Sesungguhnya Allah Membela orang yang beriman. Sungguh, Allah tidak Menyukai setiap orang yang berkhianat dan kufur nikmat.” (Al-Hajj 38)

Orang yang Bahagia Berlebihan

الفرحين - يحب لا الله ٧٦إن -

“Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.” (Al-Qashas 76)

Orang yang Pelitambcrypto.com

Seharusnya orang yang diberi kelebihan rezeki, bisa lebih banyak berbagi pada orang lain. Namun, jika ia bersikap kikir, maka hal tersebut akan memasukkan mereka ke dalam golongan yang dibenci Allah.

Apalagi jika mereka sangat takut hartanya berkurang jika harus bersedekah atau berbagi pada yang membutuhkan. Rasulullah mengancam golongan yang seperti ini, mereka bukanlah bagian dari orang-orang yang beriman. Naudzubillah.

“Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka dia bukan bagian dari mereka.” (HR. Hakim)

Orang yang Malas Ibadahexpress.co.uk

Semakin bertambah usia, sebenarnya Allah sudah beri peringatan untuk kita semakin mendekatkan diri pada-Nya. Saat rambut mulai memutih, tubuh tak bugar lagi, dan dihinggapi berbagai macam penyakit, pun banyak hal lainnya.

Sebenarnya, inilah pertanda semakin dekatnya kita dengan kematian. Sayangnya, justru masih banyak orang tua yang menghamba pada hal duniawi, dan malas untuk beribadah sehingga masuk ke dalam golongan yang dibenci Allah.

Pemimpin yang Kejikisahmuslim.com

Pemimpin seharusnya mengayomi rakyat, adil, dan jauh dari perbuatan kejam. Sudah selayaknya ia mengupayakan kesejahteraan rakyatnya. Namun, saat ia justru melakukan hal yang sebaliknya, yakni berbuat semena-mena, maka nerakalah tempat untuk pemimpin yang dzalim, karena ia sudah termasuk ke dalam golongan yang dibenci Allah.

الظالمين … مثوى وبئس �ومأواهمالنار

“Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang dzalim.” (Ali Imran: 151)

Ahli Ibadah yang Riya’ebookanak.com

Page 114: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Hal seperti ini harus dihindari oleh para ahli ibadah. Karena perbuatan riya’ mereka memang tidak disadari sepenuhnya. Seperti saat mereka meremehkan orang lain yang ibadahnya tidak benar, pun saat mereka mengira bahwa ibadahnya diterima, sedang yang lain tidak, dengan demikian ia menjadi pribadi yang sombong dan masuk ke dalam golongan yang dibenci Allah.

Wanita yang Minim Rasa Malu

Di zaman sekarang ini, rasa malu yang ada dalam diri seorang wanita sudah semakin luntur. Meski banyak pula yang sudah memulai hijrahnya. Namun, semakin banyak pula yang dalam berpakaian, cara berjalan, bertutur kata, dan berperilaku, wanita di zaman sekarang sudah mulai menepiskan rasa malunya. Hingga fitnah dan maksiat semakin bertambah. Tak jarang pula mereka berbangga diri saat melakukan ghibah. Naudzubillah.

Semoga, setelah membaca artikel ini, menjadikan kita tak termasuk ke dalam golongan yang dibenci Allah SWT. Aamiin allahumma aamiin.

11 Golongan Orang yang Dicintai Allah

Gulalives.co – Di dalam Al-Qur’an, beberapa kali Allah SWT menggunakan kata يحب yang artinya “Mencintai”. Ada beberapa golongan yang mendapat kemuliaan menjadi kekasih Allah, siapakah mereka? Apakah kita sudah termasuk ke dalam golongan orang yang dicintai Allah? Mari kita ulas bersama.

wallpapersafari.com

Orang yang baik adalah orang yang dicintai Allah

المحسنين - يحب ١٣٤والله -

“Dan Allah Mencintai orang yang berbuat kebaikan” (Ali Imran 134)

Orang yang bertakwa

المتقين - يحب الله ٧٦فإن -

“Maka sungguh, Allah Mencintai orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran 76)

Orang yang bertaubat adalah orang yang dicintai Allah

رين - المتطه ويحب ابين التو يحب الله ٢٢٢إن -

“Sungguh, Allah Menyukai orang yang tobat dan Menyukai orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah 222)

Orang yang sabar

ابرين - الص يحب ١٤٦والله -

“Dan Allah Mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran 146)

Orang yang bertawakal adalah orang yang dicintai Allah

المتوكلين - يحب الله ١٥٩إن -

“Sungguh, Allah Mencintai orang yang bertawakal.” (Ali Imran 159)

Orang yang adil

المقسطين - يحب الله ٤٢إن -

“Sesungguhnya Allah Menyukai orang-orang yang adil.” (Al-Ma’idah 42)

Orang yang berjihad di jalan Allah adalah orang yang dicintai Allah

رصوص - م بنيان كأنهم صفا سبيله في يقاتلون الذين يحب الله ٤إن -

“Sesungguhnya Allah Mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Shaff 4)

Orang yang bersih

رين - المطه يحب ١٠٨والله -

“Allah Menyukai orang-orang yang bersih.” (At-Taubah 108)

Orang yang mengikuti Rasul adalah orang yang dicintai Allah

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali ‘Imran 31)

Page 115: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Orang yang mencintai amal

Allah berfirman, ”Tiada yang lebih Aku cintai dari seorang hamba-Ku daripada kecintaan sang hamba kepada apa yang telah Aku wajibkan baginya,”

Orang yang senantiasa mengingat mati adalah orang yang dicintai Allah

Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, niscaya Allah mencintainya,”

Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan yang dicintai Allah SWT, aamiin allahumma aamiin.

Wallahu a’lam.

10 Golongan Hamba yang Dicintai Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW mengemukakan, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai Fulan, maka cintailah ia’. Kemudian Jibril mencintai orang itu dan berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia’ Penghuni langit pun akhirnya mencintai orang itu. Setelah itu kecintaannya diteruskan kepada penghuni bumi.” (HR Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).

Terkait hadits tersebut, Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustadz Muhammad Arifin Ilham mengajak kaum Muslimin untuk mengenali di antara hamba-hamba Allah yang dicintai Allah. “Paling tidak ada 10 golongan hamba Allah yang dicintai oleh Allah,” ujar Ustadz Arifin Ilham kepada Republika.co.id, Senin (13/3/2017).

Ustadz Arifin lalu mengajak kaum Muslimin untuk mengenali di antara hamba-hamba Allah yang dicintai Allah tersebut.

Pertama, hamba Allah yang hobinya ibadah, dermawan dan berbuat baik karena Allah. "Dan Allah mencintai hamba-hamba yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 134).

Kedua, hamba Allah yang sungguh-sungguh bertakwa, takut sekali maksiat. “Maka sungguh, Allah mencintai hamba hamba-Nya yang bertakwa.” (QS Ali Imran: 76).

Ketiga, hamba Allah yang sungguh-sungguh bertaubat, tidak pernah mengulangi maksiatnya lagi. “Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang bertobat dan menyukai hamba-Nya yang menyucikan diri.” (QS Al-Baqarah: 222).

Keempat, hamba Allah yang sabar dari berbagai macam ujian. “Dan Allah mencintai hamba hambaNya yang sabar.” (QS Ali Imran: 146).

Kelima, hamba Allah yang tawakkal setelah ikhtiar dan doa maksimal. “Sungguh, Allah mencintai hambaNya yang bertawakal.” (QS Ali Imran 159).

Keenam, hamba Allah yang menegakkan keadilan. “Sesungguhnya Allah menyukai hamba hamba yang adil.” (QS Al-Ma’idah: 42).

Ketujuh, hamba Allah yang berjihad di jalan Allah. “Sesungguhnya Allah mencintai hamba hamba-Nya yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS Shaff: 4).

Kedelapan, hamba Allah yang suka kebersihan. “Allah menyukai hamba hamba-Nya yang bersih.” (QS At-Taubah: 108).

Kesembilan, hamba Allah yang menghidupkan Sunnah Rasul-Nya. "Katakanlah kalau kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasulullah) niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa dosa kalian..." (QS Ali Imran: 31).

Kesepuluh, hamba Allah yang senang shalat malam. "Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwa kamu berdiri shalat malam kurang dari 2/3 malam, atau ½ malam atau sepertiga demikian pula segololongan dari orang-orang yang bersamamu.“ (QS Al Muzammil:20)

Mudah-mudahan kita termasuk minimal salah satu dari 10 golongan di atas.

"18 GOLONGAN ORANG YANG DICINTAI ALLAH SWT"

Siapakah mereka golongan orang-orang yang beruntung karena telah dicintai Allah SWT. Siapa sajakah mereka dan kenapa Allah SWT sangat sayang dan mencintai mereka? Mereka adalah :

1. AT-TAWWABIN (orang-orang yang bertaubat)

Sesungguhnya Allahmenyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (Q.S. Al-Baqarah 222)

2. AL-MUTATHOHHIRIN (orang-orang yang suka bersuci atau menjaga wudhu')

Sesungguhnya ALLAH menyukai orang² yang bertaubat dan menyukai orang² yang mensucikan diri...!!! (QS. Al-Baqarah 222)

3. AL-MUQSITHIN (orang-orang yang adil.)

"Sesungguhnya ALLAH menyukai orang² yang adil." (QS. Al-Maa’idah 42)

4. AL-MUTTAQIN (orang-orang yang taqwa.)

Page 116: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

"Katakanlah sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Imran 76)

5. AL-MUHSININ (orang-orang yang suka berbuat kebaikan.)

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Q.S. Ali ‘Imran 134)

6. AL-MUTAWAKKILIN (orang-orang yang bertawakal)

Orang² yang bertawakal kepada Allah kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang² yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali ‘Imran 159)

7. AS-SHOBIRIN (orang-orang yang sabar)

"Allah menyukai orang-orang yang sabar." (Ali ‘Imran 146)

8. ORANG-ORANG YANG MENGIKUTI RASUL.

Katakanlah; “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali ‘Imran 31)

9. ORANG-ORANG YANG BERPERANG (JIHAD) DI JALAN ALLAH.

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash-Shaff 4)

10. Orang-orang yang tidak suka mengeluarkan kata² yang keji, berpikir mandiri, sabar dan rajin melakukan sholat malam.

Imam Al-Baqir as berkata; ”Sesungguhnya ALLAH mencintai orang yang (apabila) bersenda gurau tidak mengeluarkan katakata yang keji, yang berpikir mandiri, selalu bersabar (apabila) sendirian, dan suka melakukan shalat malam.”

11. Orangorang yang hatinya senantiasa sedih namun tetap bersyukur kepada Allah SWT.

Imam Ali Zainal 'Abidin as berkata; ”Sesungguhnya ALLAH mencintai setiap hati yang selalu merasa sedih, dan setiap hamba yang selalu bersyukur.”

12. Orang-orang yang memiliki sifat malu (AL-HAYA') dan santun (AL-HALIM).

Rasulullah SAW bersabda; ”Sesungguhnya ALLAH mencintai orang yang memiliki sifat malu, orang yang senantiasa santun, orang yang selalu menjaga kesucian dirinya (‘afif) , dan orang yang enggan berbuat keji." (H.R. Muta’afiffah)

13. Orang-orang yang rajin sholat malam, bersedekah, dan tidak takut mati di jalan Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda; ”Tiga macam orang yang Allah mencintai mereka yakni mereka yang senantiasa bangun di malam hari (untuk mengerjakan shalat malam) lalu membaca;

"Kitab Allah (Al-Qur’an), mereka yang senang bersedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikannya dari tangan kirinya, dan mereka yang mengalahkan dan mengusir musuhnya dalam perang sementara kawan²nya menyerahkan diri kepada musuh.” (H.R. Muslim)

14. Orangorang yang saling mencintai di jalan Allah, bersilaturahiim dan bertawakkal kepada Allah SWT.

Di dalam hadits Mi’raj diriwayatkan bahwa Allah telah berfirman;

”Wahai Muhammad! Wajib bagi-Ku mencintai orang-orang yang saling mencintai di jalan-Ku, dan wajib bagi-Ku mencintai orang-orang yang saling berkasih sayang di jalan-Ku, dan wajib bagi-Ku mencintai orang-orang yang suka bersilaturrahim di jalan-Ku, dan wajib bagi-Ku mencintai orang-orang yang senantiasa bertawakkal kepada-Ku.”

15. Orang-orang yang mencintai amal yang diwajibkan kepadanya.

Allah SWT Berfirman; ”Tiada yang lebih Aku cintai dari seorang hamba-KU daripada kecintaan sang hamba kepada apa yang telah Aku wajibkan baginya.”

16. Orang-orang yang mampu meredam kemarahannya dengan santun.

Rasulullah SAW bersabda; ”Wajiblah kecintaan Allah atas orang yang marah tetapi ia mampu meredam kemarahannya dengan santun.” (HR. Muslim)

17. Orang² yang banyak mengingat mati.

Rasulullah saw bersabda; ”Barangsiapa yang banyak mengingat kematian niscaya ALLAH mencintainya.” (HR. Muslim)

18. Orang-orang yang mencintai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya.

Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW; ”Aku ingin sekali menjadi orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.”

Page 117: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Rasulullah saw pun bersabda (berkata); ”Cintailah apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, dan bencilah apa yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya."

SubhanAllah...Adakah diantara kita sahabat termasuk salah satunya? Yuk tulis InsyaAllh di kolom komentarJangan lupa share.

5 Golongan yang Mendapat Cinta Allah

REPUBLIKA.CO.ID, Allah menginformasikan dalam Alquran tentang golongan orang yang dicintai-Nya. Mereka dicintai Allah karena iman, takwa, dan ketaatan dalam menjalankan perintah agama serta sikap dan perilaku yang baik kepada sesama manusia dan makhluk lain.

Pertama, orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Bagi Muslim, yang paling dicintai adalah Allah dan Rasul-Nya (al mahabbatul ula). Kecintaan kepada keduanya merupakan tolok ukur mencintai yang lain, seperti istri, suami, anak, keluarga, harta, pangkat, dan jabatan.

Cinta kepada Allah memotivasi untuk menjalankan semua perintah-Nya dengan ridha. Allah berfirman, ''Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS 3: 31).

Kedua, orang-orang yang berbuat adil (muqsithin). Adil berarti melakukan suatu perbuatan dengan tidak menzalimi orang lain dan diri sendiri. Adil juga berarti melaksanakan kewajiban sesuai ketentuan dan menerima hak sebagai imbalan. Keadilan harus ditegakkan dalam semua aspek kehidupan manusia, baik sosial, politik, ekonomi, maupun hukum.

Allah berfirman, ''Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka, jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikit pun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.'' (QS 5: 42).

Ketiga, berlaku sabar (shabirin). Sabar yang sempurna terwujud manakala seseorang tunduk sepenuhnya tanpa syarat kepada kehendak Allah. Allah berfirman, ''Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.'' (QS 3: 146).

Keempat, orang-orang yang bertawakal (mutawakilin). Tawakal adalah menyerahkan apa yang telah dilakukan kepada Allah. Sikap ini muncul karena keyakinan bahwa apa saja yang diperbuat manusia, hasilnya tidak bisa dipastikan. Allah berfirman, ''Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.'' (QS 3: 159).

Kelima, orang-orang yang menyucikan diri (mutathohhirin). Setiap Muslim dilatih selalu suci secara fisik dengan bersuci dari hadas besar dan kecil ketika akan shalat. Kebiasaan ini diharapkan memberikan pengaruh positif untuk bersih diri dan lingkungan. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.'' (QS 2: 222).

Sikap dan perilaku golongan yang dicintai Allah ini harus dicontoh dalam kehidupan. Sebab, sikap dan perilaku itu membawa kemaslahatan bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Tiga Golongan Hamba yang Paling Allah Suka, Siapa Saja?

BincangSyariah.Com – Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim yang berasal dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt bila mencintai hamba-Nya memanggil Jibril seraya berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia.’” Rasulullah bersabda, “Maka, Jibril pun mencintai si fulan.” Lalu, Jibril menyeru semua penduduk langit, “Sesungguhnya Allah mencintai si fulan.” Nabi bersabda, “Maka, si fulan dicintai penduduk langit dan dia pun diterima oleh penduduk bumi.”

Quraish Shihab menjelaskasn dalam tafsirnya, agar disukai oleh Allah setiap hamba berlomba-lomba untuk melakukan amal saleh yang Allah suka, seperti melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal itu akan membuat Allah mencintai hamba tersebut dan memberikannya pahala, yaitu melalui pemberian karunia dan pemaafan kesalahan-kesalahannya. Sebagaimana dalam firman Allah berikut ini

ون كنتم إن قل ه تحب بعوني الل ه يحببكم فات ه ذنوبكم لكم ويغفر الل رحيم غفور والل

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Ali Imran: 31)

Abu Laist Samarqandi menyebutkan dalam kitab Tanbihul Ghafilin, terdapat tiga golongan hamba yang paling Allah suka, dan Allah akan lebih suka lagi jika mereka melakukan hal berikut ini

Pertama, Allah menyukai orang yang bertakwa dan lebih suka lagi terhadap anak muda yang bertakwa. Rasulullah menyembutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, bahwa pemuda yang tumbuh dalam ketaatan untuk beribadah termasuk satu dari tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan di hari kiamat kelak.

Kedua, Allah sangat menyukai orang yang dermawan dan lebih suka lagi terhadap orang yang tetap dermawan meskipun dia miskin. Sebab Allah benar-benar menyukai hamba-Nya yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit. (QS. Ali Imran; 134)

Ketiga, Allah sangat menyukai orang yang rendah hati dan lebih suka lagi terhadap orang yang tetap rendah hati meskipun dia kaya. Itu menunjukkan bahwa hamba tersebut jauh dari sikap sombong sebab ia sadar bahwa segala sesuatu yang dia miliki hanyalah titipan dari Allah Swt semata.

Page 118: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Demikian tiga golongan hamba yang paling Allah suka, semoga kita termasuk dalam golongan tersebut. Amiin.

Wallahu’alam

Golongan yang Dicintai Allah dalam Alquran

Alquran merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada manusia sebagai petunjuk jalan menuju kebenaran. Tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya, begitu pula tidak ada pertentangan sedikit pun di sana. Barang siapa yang mendalaminya dan mengamalkannya akan beruntung dan barang siapa yang menjauhinya akan celaka. Keberuntungan itu diperoleh karena terdapat penjelasan yang gamblang tentang golongan mana saja yang akan dirahmati dan golongan yang dilaknati. Terlebih, saat ini adalah bulan Ramadan, bulan diturunkannya Alquran.

Salah satu penjelasan Alquran yang terpenting adalah mengenai golongan yang dicintai Allah. Golongan yang dicintai Allah ini adalah golongan yang beruntung di dunia dan akhirat. Merekalah yang akan mendapatkan pertolongan dari segala kesulitan, kabar gembira dan segala kesedihan, keamanan dari segala ketakutan dan kepastian dari setiap keraguan.

Siapakah mereka? Mari kita kupas satu per satu.

Pertama, orang yang bersabar. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153 yang artinya,"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Allah mencintai orang yang bersabar, karena merekalah yang membuktikan cinta dan pengorbanan yang tulus untuk Allah ta’ala. Mereka pulalah orang yang lulus dari segala ujian yang mengadang. Allah berfirman,“Allah mencintai orang yang bersabar, karena merekalah yang membuktikan cinta dan pengorbanan yang tulus untuk Allah ta’ala, mereka pulalah orang yang lulus dari segala ujian yang mengadang.”

Tidak mudah untuk lulus dari segala cobaan dan ujian keimanan yang Allah syaratkan. Tak heran jika mereka yang lulus adalah mereka yang dicintai oleh Allah SWT. Lalu bagaimanakah kita bisa mencapai level kesabaran ini?

Ketahuilah bahwa kesabaran adalah bagaikan lautan tak bertepi, sungai tak berujung. Maka, jika ada orang yang mengatakan kesabaran saya sudah habis, maka itulah batas kesabaran yang dia ciptakan sendiri. Atau ada yang mengatakan, saya sudah bersabar, dan kesabaran itu ada batasnya. Orang itu keliru, karena ujung kesabaran itu tidak akan pernah ada hingga kita sendiri yang menciptakannya.

Golongan yang kedua adalah orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman yang artinya,“…Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertakwa.” (QS Attaubah : 07)

Alquran memberikan definisi yang jelas tentang ciri mereka, yaitu mereka yang beriman dengan yang gaib, mendirikan salat, beriman terhadap agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab sebelumnya, menginfakkan sebagian harta mereka serta meyakini akan adanya hari kiamat, seperti yang didefinisikan di QS Al-Baqarah ayat 3 dan 4. Itulah ciri-ciri orang yang bertakwa yang dicintai oleh Allah SWT.

Golongan yang ketiga adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesuai firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 13 yang artinya,“…Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Orang yang berbuat baik adalah golongan yang dicintai oleh Allah. Dalam ayat itu disebutkan bahwa memaafkan, termasuk perbuatan baik yang dicintai Allah SWT. At-Tabari di dalam kitabnya menjelaskan perbuatan baik adalah mereka yang menjaga diri dari terjerumus ke dalam larangan-larangan Allah dan berupaya sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik dalam menjalankan perintah-perintahNya, menegakkan kewajiban terhadapNya.

Perbuatan baik sendiri tidak terbatas pada ibadah-ibadah mahdah, akan tetapi banyak sekali kebaikan yang bisa dilakukan oleh seorang hamba yang mengharapkan ridhaNya. Karena, setiap gerak dan langkah seseorang bisa bernilai kebaikan jika diniatkan untuk jalan Allah dan percaya bahwa Allah mengawasinya setiap saat.

Contoh kecil adalah menyingkirkan paku di jalan, perbuatan ini sangat mulia karena menyelamatkan orang dari kemungkinan tertusuk atau terluka dan masih banyak lagi kebaikan-kebaikan yang lainnya. Bukankah diperintahkahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan? Maka, mari kita sama-sama niatkan segala gerak-gerik kita untuk ibadah kepadaNya, sehingga Allah sayang dan cinta kepada kita.

Seiring sejalan dengan amal kebaikan kita yang kita persembahkan, hiasilah hidup kita dengan ketakwaan paripurna dalam menjalankan syariatNya dengan dibingkai unsur-unsur kesabaran dalam menjalani segala ujian yang diberikan. Semoga Allah menganugerahi kita sifat-sifat orang yang bertakwa, sesuai tujuan dalam berpuasa yang sebenarnya, yaitu meraih predikat takwa. Wallahu a’lam bisshowab.

Apa Itu Shalat Sunah Mutlak?

Pertanyaan:

Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ustadz, saya mau Tanya. Apa yang dimaksud dengan shalat sunat mutlak? Kapan pelaksanaannya dan apakah amalannya sama dengan shalat sunnat rowatib?

Jazakallahu khoiron.

Dari: Dharwan

Jawaban:

Page 119: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Macam-macam Shalat Sunah

Shalat sunah ada dua macam: mutlak dan muqayad

Shalat sunah muqayad adalah shalat sunah yang dianjurkan untuk dilakukan pada waktu tertentu atau pada keadaan tertentu. Seperti tahiyatul masjid, dua rakaat seusai wudhu, shalat sunah rawatib, dst.

Sedangkan shalat sunah mutlak: semua shalat sunah yang dilakukan tanpa terikat waktu, sebab tertentu, maupun jumlah rakaat tertentu. Sehingga boleh dilakukan kapanpun, di manapun, dengan jumlah rakaat berapapun, selama tidak dilakukan di waktu atau tempat yang terlarang untuk shalat (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 27:154).

Hukum Shalat Sunah Mutlak

Shalat sunah mutlak, dianjurkan untuk banyak dilakukan setiap waktu, siang maupun malam, selain waktu larangan untuk shalat. Waktu terlarang tersebut adalah:

Setelah subuh sampai matahari terbit.

Ketika matahari tepat berada di atas kepala, hingga condong sedikit kebarat.

Ketika matahari sudah menguning setelah asar, hingga matahari terbenam.

Allah berfirman,

ينفقون رزقناهم ومما وطمعا خوفا هم رب يدعون المضاجع عن جنوبهم تتجافى

“Punggung-punggung mereka jauh dari tempat tidur, karena beribadah kepada Allah, dengan penuh rasa takut dan rasa harap. Mereka juga menginfakkan sebagian dari rezeki yang Aku berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajdah: 16)

Keutamaan Shalat Sunah Mutlak

Dari Rabi’ah bin Ka’b al-Aslami radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

Aku pernah tidur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku layani beliau dengan menyiapkan air wudhu beliau dan kebutuhan beliau. Setelah usai, beliau bersabda: “Mintalah sesuatu.” Aku menjawab: ‘Aku ingin bisa bersama anda di surga.’ Beliau bersabda: “Yang selain itu?” ‘Hanya itu.’ Kataku. Kemudian beliau bersabda,

جود الس بكثرة نفسك على ي فأعن

“Jika demikian, bantulah aku untuk mewujudkan harapanmu dengan memperbanyak sujud.” (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan figur yang pandai berterima kasih kepada orang lain. Sehingga ketika ada orang yang melayani beliau, beliau tidak ingin itu menjadi utang budi bagi beliau. Sebagai wujud rasa terima kasih, beliau menawarkan kepada Rabi’ah yang telah membantunya, agar meminta sesuatu sebagai upahnya. Namun sang sahabat menginginkan agar upahnya berupa surga, bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Untuk mewujudkan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta agar Rabi’ah memperbanyak sujud, dalam arti memperbanyak shalat sunah. Karena seseorang bisa melakukan sujud sebanyak-banyaknya dengan rajin shalat sunah mutlak.

Dalam hadis yang lain, dari Ma’dan bin Abi Thalhah al-Ya’mari mengatakan,

Saya pernah bertemu Tsauban, budak yang dibebaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku pun bertanya kepadanya, ‘Tolong ceritakan kepadaku, amalan apa yang bisa menjadi sebab Allah memasukkanku ke dalam surga?’ Dalam riwayat yang lain: ‘Sampaikan kepadaku amalan yang paling dicintai Allah?’ Tsauban pun terdiam. Kemduian aku mengulangi pertanyaanku tiga kali. Setelah itu beliau menjawab, ‘Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau menjawab:

خطيئة بها عنك وحط درجة، بها الله رفعك إلا سجدة تسجد، لا ك فإن جود، الس بكثرة عليك

“Perbanyaklah bersujud. Karena tidaklah kamu bersujud sekali, kecuali Allah akan mengangkat satu derajat untukmu dan menghapus satu kesalahan darimu.” (HR. Muslim).

Tingkat keutamaan

Pada penjelasan sebelumnya, telah disebutkan bahwa shalat sunah ada 2: shalat sunah mutlak dan shalat sunah muqayad. Semua shalat sunah ini, tingkatannya berbeda-beda. Berikut rinciannya:

Shalat sunah muqayad, lebih utama dibandingkan shalat sunah mutlak. Meskipun shalat sunah muqayad ini dilakukan di siang hari.

Shalat sunah mutlak yang dilakukan di malam hari, lebih utama dibandingkan shalat sunah mutlak yang dilakukan di siang hari.

Page 120: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Sebagai contoh, orang yang mengerjakan shalat sunah mutlak antara maghrib dan isya, lebih utama dibandingkan orang yang mengerjakan shalat sunah mutlak antara zuhur dan asar.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يل الل جوف في الصلاة المكتوبة الصلاة بعد الصلاة أفضل

“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat sunah yang dikerjakan di malam hari.” (HR. Muslim)

Shalat sunah mutlak yang dikerjakan di sepertiga malam terakhir, lebih utama dibandingkan shalat sunah mutlak di awal malam. Karena sepertiga malam terakhir adalah waktu mustajab untuk berdoa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

: ومن فأعطيه، يسألني ومن له، فأستجيب يدعوني من فيقول الآخر، يل الل ثلث يبقى حين الدنيا، ماء الس إلى ليلة كل وتعالى تبارك نا رب ينزلله فأغفر يستغفرني

“Tuhan kita Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, turun setiap malam ke langit dunia, ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Kemudian Dia berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan aku ampuni.” (HR. Muslim)

Demikian yang dikabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wajib kita imani sebagaimana yang beliau sampaikan. Allah turun ke langit dunia, dengan cara yang sesuai kebesaran dan keagungannya, dan tidak boleh kita khayalkan.

Shalat sunah yang dilakukan di rumah, lebih utama dibandingkan shalat sunah yang dikerjakan di masjid.

المكتوبة إلا بيته في المرء صلاة الصلاة أفضل إن

“Sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalat yang dilakukan seseorang di rumahnya, kecuali shalat wajib .” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tata Cara Shalat Sunah Mutlak

Shalat sunah mutlak tata caranya sama dengan shalat biasa. Tidak ada bacaan khusus, maupun doa khusus. Sama persis seperti shalat pada umumnya.

Untuk bilangan rakaatnya, bisa dikerjakan dua rakaat salam – dua rakaat salam. Bisa diulang-ulang dengan jumlah yang tidak terbatas.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Bagaimana cara shalat di malam hari?’ Beliau menjawab:

يت صل قد ما لك توتر بواحدة، فأوتر الصبح خشيت فإذا مثنى، مثنى

“Dua rakaat-dua rakaat, dan jika kamu khawatir nabrak subuh, kerjakanlah witir satu rakaat, sebagai pengganjil untuk semua shalat yang telah anda kerjakan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Untuk shalat sunah mutlak yang dikerjakan siang hari, bisa juga dikerjakan empat rakaat dengan salam sekali, tanpa duduk tasyahud awal.

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

Tata Cara Pengerjaan Shalat Sunnah Mutlak

Berbeda dengan shalat fardhu yang sifatnya ketat, yakni telah ditetapkan waktu, jumlah rakaat, serta berbagai macam persyaratannya, pada shalat sunnah ada sebuah shalat yang tidak memiliki keketatan semacam itu, namun memiliki banyak keleluasaan, yakni shalat sunnah mutlak.

Secara definitif, shalat sunnah mutlak ini dimaknai sebagai shalat sunnah yang dapat dilakukan tanpa memerlukan sebab tertentu dan kapan saja bisa dilakukan kecuali pada waktu-waktu tertentu yang dilarang untuk dikerjakannya. Waktu-waktu tersebut ialah:

1. Sesudah shalat shubuh2. Ketika matahari terbit hingga naik sepenggalah3. Saat matahari tepat dipuncaknya (zenith), hingga ia mulai condong4. Sesudah ashar sampai matahari terbenam5. Ketika matahari terbenam hingga sempurna terbenamnya

Untuk niatnya, ketika kita melakukan shalat sunnah mutlak, cukup dengan niat: usholli, “saya niat salat”, sudah cukup dan sah. Sedangkan untuk jumlah rakaatnya, tidak ada batasan sama sekali, artinya kita diperbolehkan shalat sunnah mutlak berapa rakaat-pun.

Sedangkan untuk sistematikanya, sebagian ulama berpendapat bahwa sebaiknya shalat sunnah mutlak dilakukan dengan seri dua rakaat-salam. Artinya, anda takbiratul ihram sambil niat shalat, mengerjakan shalat dua rakaat kemudian salam. Jika ingin menambah, anda takbiratul ihram lagi dan seterusnya tanpa ada batasan berapa pun jumlah shalat yang ingin anda lakukan.

Page 121: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Islami.co dihidupi oleh jaringan penulis dan tim editor yang butuh dukungan untuk bisa menulis secara rutin. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan artikel atau video yang mengedukasi publik dengan ajaran Islam yang ramah, toleran dan mencerahkan, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan kami.

Niat Salat Sunah Mutlak

BincangSyariah.Com – Salat sunah mutlak adalah salat sunah yang dilakukan tanpa terikat waktu tertentu atau sebab kejadian tertentu. Ini adalah salat yang bisa dikerjakan sebanyak apapun oleh umat muslim.

Dalam fiqih, secara umum salat dibagi dua; pertama muqayyad dan kedua mutlak. Yang dimaksud salat sunah muqayyad adalah salat sunah yang dianjurkan untuk dilakukan pada waktu tertentu atau sebab kejadian tertentu. Misalnya, salat Duha dianjurkan dilakukan pada waktu Duha, atau salat Kusuf karena sebab terjadinya gerhana.

Berdasarkan penjelasan tadi, salat sunah mutlak boleh dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu waktu tertentu dan sebab kejadian tertentu dengan tanpa batasan jumlah rakaat, selama bukan waktu-waktu terlarang salat.

Adapun niat salat sunah mutlak sebagai berikut;

ة اصلى تعالى لله ركعتين سن

Usholli sunnatan rok’ataini lillahi ta’ala

“Aku niat salat sunah dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

APA ITU SHOLAT SUNNAH MUTLAK?

Macam-Macam Sholat Sunnah: Mutlak dan Muqayyad

Sholat sunnah itu ada dua macam:Sholat Sunnah Mutlak (Sunnah Muthlaqah)

1. Sholat Sunnah Mutlak yaitu semua sholat sunnah yang dilakukan TANPA terikat (terkait) dengan waktu, sebab tertentu, maupun jumlah rakaat tertentu. Sehingga sholat jenis ini boleh dilakukan kapan pun, di mana pun, dengan jumlah rakaat berapa pun, selama tidak dilakukan di waktu atau tempat yang terlarang untuk sholat (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 27:154). Sholat ini dilakukan dua rakaat tanpa ada batas maksimal jumlah rakaatnya dan dapat dilakukan di siang maupun malam hari.

Hukum Sholat Sunnah Mutlak adalah dianjurkan untuk banyak dilakukan di setiap waktu, siang maupun malam, selain waktu larangan untuk sholat. Waktu terlarang tersebut adalah:

a. Setelah menunaikan sholat Subuh sampai matahari terlihat naik setinggi satu atau dua tombak (kira-kira satu atau dua meter) dari permukaan tanah. Matahari mulai berposisi demikian kira-kira 15 menit setelah terbitnya.

b. Ketika matahari tepat berada di tengah langit (di atas kepala), sejenak sebelum masuk waktu Zuhur, hingga condong sedikit ke Barat. Posisi matahari tepat di atas kepala ini dapat diketahui dari tidak adanya bayangan dari sebuah benda yang berdiri tegak, bayangan lurus benda tersebut ke arah Utara atau lurus ke arah Selatan.

c. Setelah matahari berwarna kekuningan sampai terbenamnya.

2. Sholat Sunnah Muqayyad (Sunnah Muqayyadah- Yang Terkait)

Sholat Sunnah Muqayyad adalah sholat sunnah yang dianjurkan, terkait dengan waktu tertentu atau keadaan tertentu, seperti sholat Dhuha (setelah matahari terlihat naik lebih dari dua tombak sampai sebelum posisi matahari tepat di tengah langit) atau sholat Witir (setelah menunaikan sholat ‘Isya’ sampai sebelum masuk waktu Subuh), atau . Termasuk dari jenis Sholat Sunnah Muqayyad ini adalah sholat sunnah yang terkait dengan sebab tertentu, seperti sholat Tahiyyatul Masjid saat masuk masjid –menurut pendapat yang mengatakan sunnah-, sholat dua rakaat setelah wudhu, sholat Gerhana –menurut yang berpendapat sunnah-, dan sholat sunnah Rawatib.Faidah Menunaikan Sholat SunnahSholat sunnah dan ibadah sunnah lainnya memiliki faidah besar, yaitu menutupi kekurangan yang ada pada sholat atau ibadah wajib.Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (artinya): “Sesungguhnya (amalan) yang pertama kali dihitung dari seorang Muslim pada Hari Kiamat adalah sholat Fardhu (Wajib). Apabila nilai sholat Fardhunya sempurna, maka sempurna pula balasannya. Namun apabila tidak sempurna, maka dikatakan: Lihatlah! Apakah orang ini memiliki perhitungan sholat sunnah? Apabila ia memiliki perhitungan sholat sunnah, maka kekurangan pada sholat wajibnya akan disempurnakan oleh sholat sunnahnya. Selanjutnya berlaku demikian pada seluruh amalan wajib lainnya.” [H.R Ibnu Majah. Lihat Abu Dawud, an Nasa’i, dan at-Tirmidzi. Hadis ini dishahihkan asy-Syaikh al-Albani].Dengan demikian tidak sepantasnya kita meremehkan ibadah-ibadah sunnah, setelah dapat menunaikan ibadah-ibadah wajib. Terlebih, sangat besar kemungkinan – kalau tidak dikatakan mesti – ibadah wajib kita masih jauh dari nilai sempurna, baik secara lahir maupun batin.Tingkat KeutamaanPada penjelasan sebelumnya, telah disebutkan bahwa sholat sunnah ada dua macam: Sholat Sunnah Mutlak dan sholat sunnah Muqayyad. Semua sholat sunnah ini tingkatannya berbeda-beda. Berikut rinciannya:– Sholat sunnah Muqayyad lebih utama dibandingkan Sholat Sunnah Mutlak, meskipun sholat sunnah Muqayyad ini dilakukan di siang hari.– Sholat Sunnah Mutlak yang dilakukan di malam hari, lebih utama dibandingkan Sholat Sunnah Mutlak yang dilakukan di siang hari.Sebagai contoh, orang yang mengerjakan Sholat Sunnah Mutlak antara Maghrib dan Isya, lebih utama dibandingkan orang yang mengerjakan Sholat Sunnah Mutlak Antara Zuhur dan Ashar.Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

Page 122: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

الصلاة أفضل يل جوف في الصلاة المكتوبة الصلاة بعد الل

“Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat sunnah yang dikerjakan di malam hari.” (HR. Muslim)– Sholat Sunnah Mutlak yang dikerjakan di sepertiga malam terakhir, lebih utama dibandingkan Sholat Sunnah Mutlak di awal malam, karena sepertiga malam terakhir adalah waktu mustajab untuk berdoa.Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

نا ينزل ماء إلى ليلة كل وتعالى تبارك رب يل ثلث يبقى حين الدنيا، الس ومن فأعطيه، يسألني ومن له، فأستجيب يدعوني من: فيقول الآخر، الل له فأغفر يستغفرني

“Tuhan kita Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, turun setiap malam ke langit dunia, ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Kemudian Dia berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan aku ampuni.” (HR. Muslim)Demikian yang dikabarkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang wajib kita imani, sebagaimana yang beliau صلى الله عليه وسلم sampaikan. Allah turun ke langit dunia, dengan cara yang sesuai kebesaran dan keagungannya, dan tidak boleh kita khayalkan.– Sholat sunnah yang dilakukan di rumah, lebih utama dibandingkan sholat sunnah yang dikerjakan di masjid.

الصلاة أفضل إن المكتوبة إلا بيته في المرء صلاة

“Sesungguhnya sholat yang paling utama adalah sholat yang dilakukan seseorang di rumahnya, kecuali sholat wajib.” (HR. Bukhari dan Muslim)Tata Cara Sholat Sunnah Mutlak

Sholat Sunnah Mutlak tata caranya sama dengan sholat biasa. Tidak ada bacaan khusus, maupun doa khusus. Sama persis seperti sholat pada umumnya.

Untuk bilangan rakaatnya, bisa dikerjakan dua rakaat salam – dua rakaat salam. Bisa diulang-ulang dengan jumlah yang tidak terbatas. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (artinya): “Sholat malam dan siang hari itu (dilakukan) dua rakaat dua rakaat.” [H.R Abu Dawud dan at-Tirmidzi. Dishahihkan asy-Syaikh al-Albani].Untuk Sholat Sunnah Mutlak yang dikerjakan siang hari, bisa juga dikerjakan empat rakaat dengan salam sekali, tanpa duduk Tasyahud Awal.Allahu a’lam

SHOLAT SUNNAH MUTLAK.

Sholat berdasarkan penyebab pelaksanaannya terbagi menjadi 2, yaitu sholat muayyan/ muqoyyad dengan sholat muthlaq. Sholat muayyan adalah sholat yang memiliki sebab tertentu seperti tahiyyatul masjid karena masuk ke masjid, sholat qobliyah Subuh yang terkait dengan waktu sebelum pelaksanaan sholat Subuh, dan lain sebagainya. Sedangkan sholat sunnah mutlak adalah sholat sunnah yang tidak terkait dengan sebab tertentu. Kapan saja seseorang ingin sholat, ia bisa sholat. Selama tidak berada di waktu yang terlarang sholat. Waktu-waktu Terlarang Melakukan Sholat (Mutlak). Ada 3 waktu terlarang melakukan sholat sunnah mutlak, yaitu: 1 ⃣ . Setelah sholat Subuh hingga matahari naik setinggi tombak (sekitar 15 menit setelah terbit matahari). تطلع حتى الصلاة عن أقصر ثم الصبح صلاة صل

مس ترتفع حتى الش ? Lakukanlah sholat Subuh kemudian tahanlah dari sholat hingga matahari terbit hingga naik (waktu Dhuha)(H.R Muslim dari Amr bin Abasah). مس حاجب طلع إذا ترتفع حتى الصلاة فأخروا الش ? Jika terbit matahari, akhirkanlah sholat hingga matahari naik (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar). 2 ⃣ . Matahari tepat berada di tengah langit hingga tergelincir (masuk waktu Dzhuhur).

ه رسول كان ساعات ثلاث : يقول الجهني عامر بن عقبة عن ه صلى الل م عليه الل يقوم وحين… موتانا فيهن نقبر أن أو فيهن نصلي أن ينهانا وسل مس تميل حتى الظهيرة قائم الش ? Dari Uqbah bin Amir al-Juhaniy beliau berkata: 3 waktu yang Rasulullah shollallahu alaihi wasallam

melarang kami untuk sholat padanya atau mengubur mayit kami…(salah satunya) saat matahari tepat berada di tengah hingga matahari condong (ke barat) (H.R Muslim). 3 ⃣ . Setelah sholat Ashar hingga matahari tenggelam. صلاة ولا مس تغيب حتى العصر بعد الش ? Tidak ada sholat setelah (sholat) Ashar hingga matahari tenggelam (H.R al-Bukhari dari Abu Said al-Khudry). ~~~~~~~~~~~~~~~~ ? Dikutip dari Buku ” FIQH BERSUCI DAN SHOLAT SESUAI TUNTUNAN NABI “ ▶ Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.

Niat Sholat Sunah Muthlak dan Tata Cara Mengerjakannya

Niat Sholat Sunah Muthlak- Pada kesempataan kali ini kami akan berbagi mengenai lafadz niat shalat muthlak dan tata cara mengerjakannya, apa yang dimaksud dengan shalat Muthlak ?. Shalat sunnah Muthlak (Muthlaq) adalah salat sunah yang boleh dikerjakan pada waktu kapan aja dan tanpa harus ada sebab tertentu, kecuali pada waktu yang dilarang untuk mengerjakan shalat sunnah. misalnya seperti shalat dhuha yang hanya boleh dikerjakan pada waktu dhuha atau shalat sunah hajat yang dikerjakan apabila seseorang memiliki sebuah hajat tertentu atau keinginan agar dapat terkabul.

Shalat sunah mutlak yaitu shalat sunah yang tidak bersebab, bukan karena masuk kedalam masjid, bukan karena shalat Qabliyah atau Ba'diyah shalat fardhu dan lain sebagainnya. Shalat ini semata-mata shalat sunhah muthlak, kapan dan dimana saja dapat mengerjakan shalat ini asal jangan di waktu haram. baca juga : Niat shalat rawatib qabliyah dan ba'diyah lengkap

Waktu Yang Diharamkan Untuk Mengerjakan Shalat Sunnah

Berikut ini adalah waktu-waktu yang diharamkan untuk mengerjakan shalat sunnah, yaitu:

1. Waktu saat matahari sedang terbit, sehingga naik satu tombak atau lembing.2. Ketika matahari sedang tepat di puncak ketinggiannya hingga tergelincir. kecuali pada hari Jum'at ketika orang masuk masjid

untuk mengerjakan shalat Tahiyyatul Masjid.3. Sesudah shalat Ashar sampai tergelincirnya matahari.4. Sesudah shalat Subuh hingga terbit matahari agak tinggi.5. Ketika matahari sedang terbenam sampai sempurna terbenamnya.

Niat dan Tata Cara Mengerjakan Shalat Sunnah Muthlak

Lafadz Niat Shalat Sunnah Muthlak

Page 123: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

ة اصلى اكبر الله. تعالى لله ركعتين سن

Ushalli sunnatar rak'ataini lillaahi ta'aalaa. Allaahu akbar

Artinya : "Aku niat shalat sunnah dua rakaat karena Allah Ta'ala. Allaahu akbar."

Mengenai tata cara mengerjakan shalat sunnah muthlak caranya sama seperti mengerjakan shalat sunnah pada umumnya. untuk lafadz niatnya seperti yang sudah disampaikan diatas. mengenai banyaknya jumlah rakaat shalat sunnah muthlak tidak terbatas, berapa saja boleh asalkan sanggup mengerjakannya. dan untuk tiap-tiap dua rakaat diakhiri dengan satu salam. Baca juga : Niaat shalat hajat lengkap dengan artinya

Demikianlah mengenai niat shalat sunnah muthlak dan tata cara mengerjakannya, semoga bisa bermanfaat.

Shalat Dua Raka’at Setelah Thawaf, Thawaf Jauh Dari Ka’bah, Mengusap Rukun Yamani Dengan IsyaratSHALAT DUA RAKAAT SETELAH THAWAF CUKUP SEBAGAI GANTI SHALAT TAHIYATUL MASJID

OlehSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

PertanyaanSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Jika saya ihram umrah atau haji dan saya telah masuk Masjidil Haram, apakah saya harus shalat dua rakat tahiyatul masjid ataukah saya langsung thawaf .?

JawabanSesuai syari’at Islam bagi orang yang masuk Masjidil Haram baik untuk haji atau umrah adalah memuali thawaf dan cukup baginya dua

putaran thawaf pengganti shalat dua raka’at tahiyatul masjid. Demikian itu dikecualikan jika ada udzur syar’i yang menghambat dari tahwaf ketika masuk Masjidil Haram, maka yang dilakukan adalah shalat dua rakaat tahiyyatul masjid kemudian thawaf jika hal itu dapat

dilakukannya. Demikian jika seseorang masuk Masjidil Haram ketika telah iqamat shalat, maka dia shalat bersama manusia kemudian thawaf setelah selesai shalat.

THAWAF JAUH DARI KA’BAH

OlehSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

PertanyaanSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa hukum thawaf di belakang maqam Ibrahim atau di belakang sumur zamzam ?

JawabanTidak mengapa thawaf seperti itu. Bahkan walaupun seseorang thawaf di serambi masjid, maka demikian itu cukup baginya. Tapi thawaf pada tempat yang semakin dekat kepada Ka’bah adalah yang utama, dan jika di sana ada keleluasaan dan tidak berdesak-desakan lalu orang mendekat Ka’bah maka demikian itu adalah utama. Tapi jika mendekat Ka’bah terasa berat bagi seseorang lalu dia thawaf jauh dari Ka’bah maka tiada dosa dalam demikian itu.

THAWAF DI DALAM HIJIR ISMAIL

OlehSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

PertanyaanSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Seseorang thawaf di dalam hijir Ismail lalu sa’i dan tahallul ihram, kemudian dia pulang ke rumahnya dan menggauli istrinya, apakah dia berdosa dalam demikian itu ?

JawabanUmrah orang tersebut batal karena thawafnya tidak benar. Maka dia wajib mengulangi thawaf, sa’i dan memotong rambut (tahallul) dan wajib membayar dam dengan menyembelih kambing di Mekkah, sebab kesalahannya menggauli istri sebelum merampungkan umrah sedangkan thawafnya di dalam hijir Ismail tidak benar. Seharusnya dia thawaf di luar hijir Isma’il sehingga sempurna umrahnya. Kemudian dia melakukan umrah lain yang benar dengan ihram di miqat ketika dia ihram umrah pertama. Inilah yang wajib dilakukan karena dia telah merusak umrahnya dengan menggauli istri.

MENGUSAP RUKUN YAMANI DENGAN MENGISYARATKAN KEPADANYA

OlehSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

PertanyaanSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa hukum mengusap atau mengisyaratkan tangan kepada sudut Ka’bah bagian barat daya (Rukun Yamani) ketika thawaf, dan berapa kali takbir yang diucapkan ketika berada pada keuda rukun tersebut .?

JawabanBagi orang yang thawaf disunnahkan mengusap Hajar Aswad dan Rukun Yamani dalam setiap putaran thawaf, bahkan disunnahkan mencium Hajar Aswad secara khusus dalam setiap putaran disertai mengusapnya hingga akhir putaran jika mudah dilakukan. Tapi jika berat dilakukan karena berdesak-desakan maka menjadi makruh hukumnya. Sebagaimana juga disunnahkan mengisyaratkan Hajar Aswad dengan tangan atau dengan tongkat seraya membaca takbir. Adapun untuk Rukun Yamani, maka sepengetahuan kami tidak terdapat dalil yang menunjukkan diperintahkannya mengisyaratkan tangan kepadanya, tapi hanya mengusapnya dengan tangan kanan jika mampu melakukan dan tidak mecium tanganya, dan mengatakan “Bismillah, Allahu Akbar” atau “Allahu Akbar”. Tapi jika untuk mengusap Rukun Yamani sangat merepotkan maka tidak boleh dipaksakan untuk mengusapnya, tapi cukup melintasinya ketika thawaf dengan tanpa

Page 124: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

mengisyaratkan tangan atau takbir karena tidak terdapat dalil dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya tentang demikian itu seperti telah saya jelaskan dalam kitab saya, “At-Tahqiq wal Idhah li Katsir min Masail al Haj wal Umrah wa Ziyarah”.

Adapun tentang jumlah hitungan ketika membaca takbir maka cukup sekali. Sebab saya tidak mengetahui dalil syar’i yang menunjukkan pengulangan membaca takbir. Dan hendaknya dalam semua putaran thawaf membaca do’a-do;a dan berbagai dzikir yang dapat dilakukan dengan diakhiri do’a yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu do’a yang masyhur.Rabbana atinaa fii ad-dunyaa hasanah, wafil -akhiarati hasanah waqinaa ‘adzaabannar

“Ya Allah berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka”Perlu diketahui bahwa semua dzikir dan do’a dalam thawaf dan sa’i adalah sunnah, bukan wajib.[Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah oleh Ulama-Ulama Saudi Arabia, Penyusun Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musnad, terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’i, hal. 148-153, Penerjemah H.Asmuni Solihan Zamaksyari Lc

Thawaf adalah aktivitas mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh putaran dan merupakan amalan yang dilakukan baik ketika melaksanakan haji maupun umrah. Thawaf dilakukan di masjidil haram saja, sesudah melakukan thawaf jemaah haji dan umrah direkomendasikan untuk melakukan Shalat Sunat Setelah Thawaf. Shalat sunnat ini hukumnya adalah sunat muakad di mana sangat dianjurkan sekali untuk dikerjakan.

Cara Melaksanakan Solat Sunat Tawaf

Apabila selesai berwudhuk, lakukanlah Solat Sunat Ihram dua rakaat dengan berniat kerana ingin meraih keredhaan Allah وتعال سبحانه semata-mata. disunatkan untuk membaca surah al-Ikhlas dan al-Kaafiruun setelah al-Fatihah.

… بي عن ه صلى الن م عليه الل كان وسل كعتين في يقرأ ه هو قل الر ها يا أحدوقل الل الكافرون أي .

Artinya:…Bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca dalam solat dua rakaat (Solat Tawaf) Qul huwallahu Ahad dan Qulyaa ayyuhal kaafiruun… – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab al-Hajj, no: 1218..

Lafaz dan niat Solat Sunat Tawaf ialah:

Ringkasan Tatacara Mengerjakan Solat Tawaf.

Rakaat Pertama Shalat Sunat Setelah Thawaf

1. Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Tawaf2. Takbiratul Ihram3. Doa Iftitah4. Membaca surah al-Fatihah5. Membaca Surah al-Qur’an6. Rukuk7. Iktidal8. Sujud9. Duduk antara dua sujud10. Sujud kali kedua11. Bangun untuk rakaat kedua

Rakaat Kedua Shalat Sunat Setelah Thawaf

1. Ulang seperti rakaat pada pertama dari nombor (4) hingga (10)2. Duduk untuk tahiyyat akhir3. Memberi salam ke kanan dan ke kiri

DOA SELEPAS SOLAT TAWAF

Setelah selesai melakukan Ibadah Tawaf dan solat sunat, bacalah apa-apa doa yang baik di tempat solat tersebut, sekurang-kurangnya doa ringkas berikut:~

Ayo Berlibur ke tempat wisata favorit dan menjelajahi tempat-tempat eksotik nan indah bersama amicaletravel. Tersedia produk-produk perjalanan wisata ke banyak lokasi wisata terkenal di seluruh dunia.

Hubungi kantor kami di : Jalan Cut mutia no 9 Gondangdia Sofyan Hotel Betawi Lt.2, DKI Jakarta, 10330 Telp./Fax : +62-21-3190-7615 Email : [email protected]

Page 125: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Shalat Setelah Thawaf Boleh di Hotel ?

Setelah thawaf, kita akan melaksanakan shalat di belakang maqam ibrahim. menurut teman saya, kita bisa mengerjakan di antara kabah dan maqam ibrahim, tapi karena tempat terbatas jadi pengerjaannya persis di belakang maqam ibrahim. benarkah demikian? mohon penjelasannya

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Ulama sepakat bahwa shalat sunah setelah thawaf dianjurkan untuk dikerjakan di belakang maqam Ibrahim. Dan ini berlaku jika memungkinkan, tanpa mengganggu orang lain atau aman dari gangguan orang lain.

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menceritakan,

الصفا إلى والسلام الصلاة عليه خرج ثم ركعتين، المقام خلف وصلى سبعا، بالبيت فطاف – وسلم عليه الله صلى – النبي قدم

“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di masjid, beliau langsung thawaf di ka’bah 7 kali, lalu shalat 2 rakaat di belakang maqam. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar masjid menuju shafa.” (HR. Bukhari 395 & Muslim 1233).

Namun para ulama berbeda pendapat, mengenai batasan tempat pelaksanaan shalat setelah thawaf.

Pertama, shalat setelah thawaf bisa dikerjakan di manapun dan tidak disyaratkan harus dikerjakan di tempat tertentu. Bahkan boleh dikerjakan di luar tanah haram. Atau bahkan bisa ditunda dan dikerjakan ketika kembali ke daerahnya.

Ini merupakan pendapat Abu Hanifah, as-Syafii, dan Ahmad. Hanya saja, Imam as-Syafii menganjurkan siapa yang mengakhirkan shalat ini hingga kembali ke rumah, agar dia membayar dam.

Ibnu Abidin –ulama Hanafiyah – menjelaskan tentang tempat shalat setelah thawaf,

ويكره ، جاز وطنه إلى الرجوع بعد ولو ، الحرم خارج صلاها ولو ، بدم تجبر لم تركها فلو ، تفوت ولا مكان ولا بزمان تختص ولا: اللباب وفي

Dapat kitab al-Lubab; “Tidak harus dilakukan di waktu tertentu atau tempat tertentu, tidak ada denda jika tidak dilaksanakan. Jika ditinggalkan, tidak harus membayar dam. Jika dikerjakan di luar tanah haram, bahkan meskipun setelah kembali ke daerahnya, hukumnya boleh, meskipun makruh. (Hasyiyah Ibnu Abidin, 2/499).

An-Nawawi mengatakan,

لاواجبة مستحبة الدم واراقة قال دما وأراق صلاهما وطنه إلى رجع حتى يصلهما لم فان الشافعي قال

As-Syafii mengatakan, Jika tidak sempat mengerjakan shalat sunah setelah thawaf sampai dia kembali ke daerahnya, maka dia boleh mengerjakanya, dan membayar dam. Beliau mengatakan, membayar dam di sini hukumnya anjuran dan tidak wajib. (al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 8/53).

Kedua, Boleh dikerjakan di manapun dengan syarat, belum batal wudhunya sejak selesai thawaf

Jika dia telah pulang ke daerahnya, boleh dia kerjakan shalat sunah thawaf, namun dianjurkan mengirim sejumlah uang untuk digunakan bayar dam (hadyu). Ini merupakan pendapat Imam Malik.

Keterangan Imam Malik ,

وضوءه ينتقض لم ما ويجزئانه الحل في فليركعهما ، الحل إلى خرج وإن صلاته يؤخر أن بأس فلا الصلاة إبان غير في بالبيت طاف إن

Jika orang thawaf di Ka’bah…, tidak masalah mengakhirkan shalat sunah setelahnya, meskipun keluar dari tanah haram. Dia bisa shalat di luar tanah haram, dan itu sah, selama wudhunya belum batal. (al-Mudawanah, 1/426).

Ketiga, harus dikerjakan di dalam tanah haram, meskipun di luar masjid.

Jika dikerjakan di luar tanah haram, maka shalatnya tidak sah. Ini merupakan pendapat Sufyan at-Tsauri. Dan menurut riwayat lain, Sufyan at-Tsauri mempersyaratkan bahwa shalat sunah ini harus dikerjakan di belakang maqam ibrahim.

An-Nawawi mengatakan,

الحرم من شاء حيث يصليهما أنه : الثوري سفيان عن المنذر ابن ونقل . المقام خلف إلا تصح لا الصلاة هذه أن : الثورى سفيان عن أصحابنا نقل

Para ulama madzhab kami menukil keterangan dari Sufyan at-Tsauri bahwa shalat ini tidak sal kecuali jika dikerjakan di belakang maqam Ibrahim. (al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 8/62).

InsyaaAllah pendapat yang lebih mendekati adalah pendapat mayoritas ulama, bahwa shalat ini boleh dikerjakan dikerjakan walau di luar tanah haram. Dan tidak disyaratkan harus tidak batal dari wudhu ketika thawaf. Karena shalat ini tidak harus dilakukan bersambung dengan thawaf.

Page 126: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Diantara dalil yang mendukung pendapat ini adalah hadis dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Mekah dan hendak keluar, Ummu Salamah belum melakukan thawaf, dan juga hendak keluar Mekah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أقيمت إذا اس ، بعيرك على فطوفى الصبح صلاة يصلون والن

Ketika iqamah shalat subuh dikumandangkan, lakukanlah thawaf di atas ontamu, ketika orang sedang melakukan shalat.

Ummu Salamah-pun melakukan saran ini dan beliau tidak sempat shalat sunah setelah thawaf , hingga beliau keluar dari tanah haram. (HR. Bukhari 1626 dan Nasai 2939).

Hadis ini dalil paling tegas, bahwa shalat sunah setelah thawaf tidak disyaratkan harus dikerjakan di luar tanah haram atau di dalam masjid, atau di belakang maqam Ibrahim.

Dalil kedua, praktek Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu. Al-Bukhari mengatakan,

طوى بذي الركعتـين صلى حتى فركب الصبح بعد عمر وطاف

Umar melakukan thawaf setelah subuh, lalu beliau naik kendaraan dan melakukan shalat sunah setelah thawaf di Dzi Tuwa. (HR. Bukhari secara muallaq)

Satu tempat di Mekah ke arah Tan’’im.

Karena itu, bagi jamaah yang tidak memungkinkan shalat sunah setelah thawaf di belakang maqam, dia bisa shalat di tempat manapun di masjidil haram. Jika tidak memungkinkan, bisa shalat di luar masjidil haram, atau di hotel.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Shalat Sunah di Hijir Ismail

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Heri Ruslan

Setiap kali menunaikan thawaf sunah, Riko Noviantoro selalu menyempatkan diri shalat di Hijir Ismail. Tak mudah untuk memasuki bagian lingkaran yang berada di dekat Ka’bah dari sebelah utara itu, karena setiap jamaah berlomba-lomba untuk shalat sunah di dalamnya.

‘’Tentu sangat bahagia bisa shalat sunah di Hijir Ismail,’’ ujar pria asal Tangerang Selatan, Banten itu. Betapa tidak. Hijir Ismail adalah bagian dari Ka’bah. Karenanya, shalat sunah di Hijr Ismail sama seperti shalat di dalam Baitullah.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Aisyah ingin shalat di dalam Ka’bah. Ia lalu menarik Rasulullah dengan kedua tangannya agar diajak masuk ke dalam Baitullah. Lalu Nabi SAW bersabda, ‘’Shalatlah di dalam hijir jika memang engkau ingin memasuki Baitullah, sebab dia adalah bagian Baitullah.’’

Setelah menunaikan shalat sunah, jamaah haji dari berbagai negara memanjatkan doa di tempat itu. Mereka duduk bersimpuh. Tak sedikit dari mereka yang berdoa sembari menangis bahkan ada pula yang histeris, terutama jamaah asal Turki, Pakistan, dan India.

Jamaah tak bisa berlama-lama shalat dan berdoa di Hijir Ismail. Antreannya cukup banyak. Saya baru sekali shalat sunah di Hijir Ismail seusai thawaf. Untuk bisa shalat di tempat yang spesial itu, saya harus menunggu jamaah lain yang selesai shalat dan berdoa.

Alhamdulillah, saya bisa shalat di bawah pancuran emas. Seusai shalat dua rakaat dan berdoa, saya segera bangkit karena jamaah lain menunggu. Di dalam Hijir Ismail saya sempat memeluk Ka’bah yang begitu harum.

Subhanallah, saya tak pernah membayangkan bisa memeluk Baitullah, Ka’bah. Doa-doa pun saya panjatkan kepada Pemilik Baitullah di dalam Hijir Ismail. Hijir Ismail adalah tempat yang juga selalu dikunjungi Rasulullah SAW.

Jabir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menunaikan thawaf di sekeliling Ka’bah dan menunaikan shalat di Maqam Ibrahim, kemudian berwitir di hijir, lalu mendatangi zamzam dan minum di situ, serta mengguyur kepala dan wajahnya.

Setiap shalat lima waktu tiba, Hijir Ismail akan dikosongkan. Askar – polisi Masjidil Haram – akan memasang pita pembatas agar jamaah haji tak masuk ke wilayah Hijir Ismail. Menurut Atiq bin Ghaits al-Biladi, tak seorang pun dibolehkan shalat fardu di dalam hijir.

Hal yang sama berlaku bagi jamaah yang thawaf. ‘’Tidak sah thawafnya jika seorang jamaah melintas Hijr Ismail, kecuali melalui bagian belakangnya.’’

Soal keutamaan Hijir Ismail, Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkata bahwa Nabi Ismail AS mengadu kepa Allah SWT tentang panasnya kota Makkah. Kemudian, Allah SWT berfirman kepadanya, ‘’Sesungguhnya Aku membukakan untukmu sebuah pintu dari surga. Di hijir itu mengalir roh darinya kepadamu hingga hari kiamat.’’

Menurut Atiq, di tempat itulah Ismail AS tutup usia. Sehingga, ada yang berpendapat di tempat itu – di antara mizab (pancuran air) hingga pintu hijir sebelah barat – terdapat kuburan Nabi Ismail.

Konon, Abdullah bin Zubair pernah menggali hijir, lalu dia menemukan sebuah wadah yang terbuat dari batu hijau. Ia lalu bertanya kepada kaum Quraisy mengenai benda itu dan tak seorang pun mengetahuinya.

Page 127: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Zubair mengirimkan utusan untuk menanyakan temuan itu kepada Abdullah bin Sofwan. Kepada utusan itu, Abdullah bin Sofwan berkata, ‘’Ini adalah kuburan Ismali, maka janganlah kamu mengusiknya. Ibnu Zubair pun lalu membiarkannya.

Ibnu Abi Najih berkata, ‘’Di dalam hijir itu terdapat sebuh batu yang terpendam. Di atas batu itu terdapat tulisan ‘para penghuninya diberkahi di dalam air dan susu’.‘’ Selan itu, Ishaq berkata, ‘’Kuburan Ismail dan ibunya Hajar terdapat dalam hijir.’’ (Al-Azraqy: I/313).

Subhanallah, setiap tempat di sekeliling Ka’bah ternyata penuh dengan keutamaan dan nilai sejarah.

Sunnah Umroh – Shalat Sunnah Setelah Thawaf

Assalamualaikum sahabat Mazq Tour – Biro Jasa Umroh dan Umroh Plus. Di artikel yang lampau kami telah suguhkan kepada Anda serba-serbi tatanan umroh termasuk salah satu nya thawaf.

Kali ini di tulisan yang semoga bermanfaat ini kami sajikan kembali satu sunnah yang harus Anda hidupkan saat selesai thawaf yaitu Shalat Sunnah Setelah Thawaf. Shalat ini menurut jumhur ‘ulama hukumnya adalah sunat muakad. Lalu bagaimana cara melaksanakan solat sunat tawaf ini ? Berikut panduannya :

1. Niat

رکعتين الطواف سنة أصلي تعالى ہ������لل

Usholii sunnatat thowafi rok’ataini lillahi ta’aala

Artinya : Aku sholat sunat tawaf dua rakaat karena Allah Ta’ala

2. Bacaan sunnah setelah Fatihah

Proses solat tawaf tidak beda dengan solat sunnah 2 rakaat lainnya namun disunatkan untuk membaca surah al-Ikhlas dan al-Kaafiruun setelah al-Fatihah sesuai hadist Nabi SAW berikut ini :

كان وسلم عليه الله صلى النبي عن كعتين في يقرأ الر

الكافرون أيها يا أحدوقل الله هو قل

Artinya : Bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca dalam solat dua rakaat (Solat Tawaf) Qul huwallahu Ahad dan Qulyaa ayyuhal kaafiruun… – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab al-Hajj, no: 1218.

3. Bacaan setelah solat tawaf

وبيتك والمسجدالحرام الحرام بالدك هذا اللهم

Artinya : Ya Allah, Kota ini adalah Tanah HaramMu, Masjidil Haram dan RumahMu

Demikianlah artikel mengenai shalat sunnah tawaf yang bisa kami sajikan untuk Anda. Semoga menjadi ladang amal untuk kita semua. Bagikan artikel ini jika Anda suka dan merasa artikel ini menjadi lebih bermanfaat untuk masyarakat luas.

Tata Cara Mengerjakan Shalat sunah ihram dan shalat sesudah thawaf

Apabila kita sedang menjalankan ibadah haji ke Mekkah, maka ada dua macam shalat sunat yang hanya dapat dikerjakan di tempat itu, yaitu shalat sunat sebelum ihram dan shalat sunat sesudah thawaf.

Niat shalat sunat sebelum ihram

ة اصلى قبل سن الا تعالى ÷لل ركعتين حرام

Ushalli sunnatan qablal ihraami rak’ataini lillaahi ta’aalaa.

“Saya niat shalat sunat sebelum ihram dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Niat shalat sunat sesudah thawaf

ة اصلى الى‘ت لله ركعتين بعدالطواف سن

Ushalli sunnatan ba’dath thawwaafi rak’ataini lillaahi ta’ala.

“Saya niat shalat sunat sesudah thawaf dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Cara mengerjakannya ialah dengan munfarid (sendirian). Usahakan shalat sunat ini dikerjakan selagi dapat mengerjakan ibadah haji. sebab tidak ada kesempatan lain untuk mengerjakan, kecuali di Mekkah. Karena itu hukumnya sunat muakkad.

Apa yang dimaksud dengan ihram dan thawaf?

Ihram artinya berniat mengerjakan haji di tempat yang telah ditentukan dan waktu yang telah ditentukan. Ihram termasuk rukun haji. adapun shalat sunat ihram ialah shalat sunat yang dikerjakan sebelum berihram.

Page 128: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Menurut Ibnu Abbas, Rasulullah ketika sampai di Migat beliau mandi dan memakai pakaian, setelah beliau sampai di Dzul Hulaifah beliau mengerjakan shalat, setelah itu barulah Nabi mengerjakan ihram.

Thawaf artinya mengelilingi Ka’bah. Thawaf ifadhah ialah termasuk rukun haji. mengelilingi Ka’bah itu sebanyak 7 kali putaran dimulai dari Hajar Aswad (batu hitam), dan Ka’bah berada di sebelah kirinya orang yang thawaf.

Bacaan shalat sunat thawaf, pada rakaat pertama setelah membaca Al Fatihah ialah surat Al Kafirun, dan pada rakaat kedua surat Al Ikhlas.

Thawaf adalah aktivitas mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh putaran dan merupakan amalan yang dilakukan baik ketika melaksanakan haji maupun umrah. Thawaf dilakukan di masjidil haram saja, sesudah melakukan thawaf jemaah haji dan umrah direkomendasikan untuk melakukan Shalat Sunat Setelah Thawaf. Shalat sunnat ini hukumnya adalah sunat muakad di mana sangat dianjurkan sekali untuk dikerjakan.

Cara Melaksanakan Solat Sunat Tawaf

Apabila selesai berwudhuk, lakukanlah Solat Sunat Ihram dua rakaat dengan berniat kerana ingin meraih keredhaan Allah وتعال سبحانه semata-mata. disunatkan untuk membaca surah al-Ikhlas dan al-Kaafiruun setelah al-Fatihah.

… بي عن ه صلى الن م عليه الل كان وسل كعتين في يقرأ ه هو قل الر ها يا أحدوقل الل الكافرون أي .

Artinya:…Bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca dalam solat dua rakaat (Solat Tawaf) Qul huwallahu Ahad dan Qulyaa ayyuhal kaafiruun… – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab al-Hajj, no: 1218..

Lafaz dan niat Solat Sunat Tawaf ialah:

Ringkasan Tatacara Mengerjakan Solat Tawaf.

Rakaat Pertama Shalat Sunat Setelah Thawaf

1. Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Tawaf2. Takbiratul Ihram3. Doa Iftitah4. Membaca surah al-Fatihah5. Membaca Surah al-Qur’an6. Rukuk7. Iktidal8. Sujud9. Duduk antara dua sujud10. Sujud kali kedua11. Bangun untuk rakaat kedua

Rakaat Kedua Shalat Sunat Setelah Thawaf

1. Ulang seperti rakaat pada pertama dari nombor (4) hingga (10)2. Duduk untuk tahiyyat akhir3. Memberi salam ke kanan dan ke kiri

DOA SELEPAS SOLAT TAWAF

Setelah selesai melakukan Ibadah Tawaf dan solat sunat, bacalah apa-apa doa yang baik di tempat solat tersebut, sekurang-kurangnya doa ringkas berikut:~

Ayo Berlibur ke tempat wisata favorit dan menjelajahi tempat-tempat eksotik nan indah bersama amicaletravel. Tersedia produk-produk perjalanan wisata ke banyak lokasi wisata terkenal di seluruh dunia.

Hubungi kantor kami di : Jalan Cut mutia no 9 Gondangdia Sofyan Hotel Betawi Lt.2, DKI Jakarta, 10330 Telp./Fax : +62-21-3190-7615 Email : [email protected]

Page 129: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Tata Cara Ibadah Umroh Lengkap Sesuai Sunnah, Beserta Doa, Bacaan dan Hikmahnya

Setiap muslim harus mengetahui tata cara ibadah umroh lengkap sesuai sunnah, beserta doa, bacaan dan keistimewaannya. Karena tujuan umroh adalah beribadah kepada Allah SWT.

Dream - Berlakunya sistem kuota membuat antrean untuk menjalankan ibadah haji menjadi semakin lama. Karena itu, ibadah umroh menjadi pilihan alternatif bagi mereka yang belum berkesempatan berhaji ke Tanah Suci.

Jika dilihat sekilas, tata cara umroh sedikit berbeda dari ibadah haji. Perbedaan tata cara umroh dari haji adalah pada waktu dan tempat pelaksanaan ibadah.

Dalam tata cara umroh, jamaah melaksanakan beberapa ritual ibadah di kota Mekah, khususnya di Masjidil Haram. Mereka bisa mengerjakan ibadah umroh sewaktu-waktu, setiap hari, setiap bulan, setiap tahun, kecuali waktu-waktu yang dilarang.

Sedangkan untuk ibadah haji, hanya dapat dilaksanakan pada beberapa hari antara tanggal 1 Syawal hingga 13 Dzulhijjah.

Selain itu, ada beberapa perbedaan masalah tempat ketika melakukan ibadah umroh dan haji. Dalam tata cara umroh, tidak ada syariat wukuf dan mabit (tinggal/menetap).

Jadi, dalam tata cara umroh, jamaah tidak perlu pergi ke Arafah, Mina dan Muzdalifah. Sementara untuk jamaah haji, mereka harus mengunjungi ketiga tempat tersebut karena termasuk rukun dan wajib haji.

Dari segi jumlah dan jenis ibadah, juga ada perbedaan. Dalam tata cara umroh hanya melakukan ihram dan niat, thawaf, sai serta tahallul. Yakni jika telah selesai sai maka melakukan tahallul dengan menggunting rambut atau mencukur gundul.

Sementara itu, ibadah haji adalah ibadah umroh (ihram dan niat, thawaf, sai serta tahallul) ditambah dengan wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumroh dan mabit di Mina.

Dari segi waktu, pelaksanaan umroh dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari Arafah yaitu tanggal 10 Zulhijjah dan hari-hari Tasyrik yaitu tanggal 11,12,13 Zulhijjah.

Jadi, inti dari proses ibadah haji adalah wukuf di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah selepas matahari tergelincir sampai Magrib. Apabila hal itu tidak dilakukan maka seseorang tidak dapat dikatakan sudah berhaji.

Sedangkan tata cara umroh intinya hanya melakukan thawaf dan sai. Keduanya didahului dengan memakai pakaian ihram di miqat (tempat) yang telah ditentukan dan diakhiri dengan tahallul (bercukur).

Setiap muslim harus mengetahui tata cara ibadah umroh lengkap sesuai sunnah, beserta doa, bacaan dan keistimewaannya. Karena tujuan umroh adalah beribadah kepada Allah dengan mengikuti syarat dan rukun tertentu.

Seperti halnya sholat yang dimulai dengan niat dan diakhiri dengan salam, rangkaian tata cara umroh juga diawali dengan berihram (niat umroh) dan diakhiri dengan bertahallul (mencukur sebagian rambut).

Tata cara ibadah umroh lengkap sesuai sunnah, beserta doa, bacaan dan keistimewaannya

Tata cara pelaksanaan umroh

Tata cara pelaksanaan umroh dimulai dengan membaca niat dan memakai pakaian ihram dari miqat-miqat yang telah ditentukan. Miqat adalah garis start seorang jamaah yang hendak melakukan ibadah umroh.

Dengan kata lain miqat adalah tempat berihram (niat umroh) dan masuknya seseorang ke dalam pelaksanaan umroh yang akan dilakukan.

1. Dari bandara menuju miqat Masjid Dzulhulaifah atau lebih dikenal Abyar 'Ali.

Di miqat yang terletak di Madinah ini, para jamaah melakukan persiapan sebelum ihram, mulai dengan mandi, mengenakan pakaian ihram, berwudhu dan mengerjakan sholat sunnah ihram 2 rakaat.

Setelah itu niat mengerjakan ibadah umroh dengan membaca bacaan niat umroh yaitu Labbaikallahumma 'umratan. Yang artinya 'Aku sambut panggilanMu ya Allah untuk menjalankan umroh'.

2. Setelah mengenakan pakaian ihram, seorang jamaah umroh dilarang untuk melakukan hal-hal yang sudah ditentukan syariat.

Bagi pria, dilarang:

memakai pakaian biasa memakai alas kaki yang menutupi mata kaki menutup kepala dengan peci, topi, dan sebagainya

Bagi wanita, dilarang:

memakai kaos tangan menutup muka

Bagi pria dan wanita, dilarang:

Page 130: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

memakai wangi-wangian memotong kuku, mencukur atau mencabut rambut/bulu memburu atau mematikan binatang apa pun menikah, menikahkan atau meminang wanita untuk dinikahi bermesraan atau berhubungan intim mencaci, bertengkar atau mengeluarkan kata-kata kotor memotong tanaman di sekitar Mekah

3. Menuju Masjidil Haram di Mekah

Dalam perjalanan, memperbanyak bacaan kalimat talbiyah yang selalu diucapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika umroh dan haji.

LABBAIK ALLAHUMMA LABBAIK. LABBAIK LAA SYARIKA LAKA LABBAIK. INNAL HAMDA WAN NI’MATA LAKA WAL MULK LAA SYARIKA LAK

Artinya:

" Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu"

Akhir waktu membaca talbiyah untuk umroh adalah saat akan memulai thawaf.

4. Melakukan thawaf.

Sebelum masuk Masjidil Haram, jamaah dianjurkan berwudhu terlebih dahulu. Jamaah boleh masuk Masjidil Haram lewat pintu mana saja, tapi dianjurkan mengikuti contoh Rasulullah SAW yang masuk melalui pintu Babus Salam atau Bani Syaibah.

Saat masuk Masjidil Haram, disarankan untuk mengucap doa BISMILLAH WASH SHOLATU WAS SALAMU ‘ALA RASULULLAH. ALLAHUMMAFTAHLI ABWABA RAHMATIKA

Artinya: Dengan nama Allah, shalawat dan salam untuk Rasulullah. Ya Allah bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.

Setelah itu turun dan terus menuju tempat thawaf (mataf). Jamaah mulai thawaf dari garis lurus (area dekat Hajar Aswad) antara pintu Kabah dan tanda lampu hijau di lantai atas Masjidil Haram.

Di sini jamaah diberi pilihan antara lain:

Taqbil yaitu mencium Hajar Aswad Istilam dan Taqbil yaitu mengusap, meraba, dan mencium Hajar Aswad Istilam yaitu mengusap Hajar Aswad dengan tangan atau sesuatu benda yang kita pegang, kemudian benda tersebut dicium, atau Melambaikan tangan atau benda yang kita pegang 3 kali, tidak dicium tapi mengucapkan Bismillah, Allahu Akbar (Dengan nama

Allah, Allah Maha Besar)

Salah satu pilihan ritual ini dilakukan setiap kali melewati Hajar Aswad dan Rukun Yamani pada putaran satu sampai tujuh. Jika tidak mampu mencium Hajar Aswad dan Rukun Yamani karena alasan keamanan akibat banyaknya jamaah yang umroh, maka bisa memilih istilam dengan tangan atau benda, atau hanya melambaikan tangan atau benda yang kita pegang.

Pada putaran 1-3 jamaah pria dianjurkan untuk lari-lari kecil. Sedangkan pada putaran 4-7 dengan jalan biasa. Sementara untuk tata cara umroh wanita tidak ada lari-lari kecil saat melakukan thawaf.

Sepanjang thawaf, membaca doa saat berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad. Doa saat thawaf yang selalu dibaca oleh Rasulullah SAW adalah doa sapu jagad, yaitu:

RABBANA ATINA FIDDUNYA HASANATAN WA FIL AKHIRATI HASANATA WA QINA ‘ADZABANAR

Artinya:

" Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka."

5. Sholat 2 rakaat di depan Maqom Ibrahim

Maqom Ibrahim bukanlah kuburan dan tidak pula tempat yang terkait dengan kuburan lain. Namun di tempat itu Nabi Ibrahim pernah berdiri dalam rangka membangun Kabah. Rakaat pertama membaca surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al-Kaafiruun. Rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al-Ikhlas.

6. Beristirahat sejenak dan minum air zam-zam.

Sebelum minum air zam-zam, membaca doa:

ALLAHUMMA INNI ASALUKA 'ILMAN NAFI'AN WA RISQON WAASI'AN WA SYIFAA'AN MIN KULLI DAA'IN WA SAQOMIN BI ROMHATIKA YA ARHAMAR ROHIMIIN

Artinya:

Page 131: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

" Ya Allah, aku mohon padaMu ilmu pengetahuan yang bermanfaat, rezeki yang luas dan kesembuhan dari segala penyakit."

7. Melakukan sai antara Safa dan Marwah 7 kali bolak balik.

Sai dimulai dari Safa ke Marwah yang dihitung sebagai satu kali perjalanan. Jadi, Safa ke Marwah 1, Marwah ke Safa 2, dan seterusnya. Sai berakhir di Marwah. Sai dikerjakan dengan berjalan, tapi pada batas di antara 2 lampu hijau, berlari-lari kecil.

Sai ini merupakan penghargaan Allah SWT kepada istri Nabi Ibrahim. Saat itu istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar, bolak-balik antara Safa dan Marwah sebanyak 7 kali dalam rangka mencari air untuk minum putra beliau yaitu Nabi Ismail.

8. Melakukan tahallul

Tahallul adalah akhir dari pelaksanaan ibadah umroh yang ditandai dengan bercukur. Untuk laki-laki lebih baik dicukur sampai gundul, tapi jika tidak sampai gundul tak mengapa. Sedangkan untuk tata cara umroh wanita hanya dicukur ala kadarnya.

Dengan melakukan tahallul, maka sudah sempurna tata cara ibadah umroh lengkap sesuai sunnah.

2 dari 2 halaman

Keistimewaan ibadah umroh

Meski bukan yang utama, ibadah umroh tak kalah istimewanya dengan haji. Agar lebih memahami, berikut Dream berikan ulasan mengenai 6 keistimewaan ibadah umroh.

1. Ibadah umroh yang satu kepada umroh berikutnya adalah Kaffaroh atau penghapus dosa

Allah SWT akan menghapus dosa-dosa kita di antara pelaksanaan umroh yang satu dengan umroh berikutnya. Sederhananya begini, bila 5 atau 10 tahun lalu kita sudah melaksanakan umroh, tahun berikutnya berkesempatan untuk melakukan umroh, maka dosa-dosa di antara kedua waktu umroh tersebut akan diampuni Allah SWT.

2. Umroh adalah jihad bagi para wanita dan orang yang lemah

Para ibu dan kaum wanita umumnya serta mereka yang lemah fisik pada masa Rasulullah SAW, tak bisa ikut berjihad atau berperang. Namun mereka masih mendapatkan fadillah pahala jihad dengan cara melaksanakan ibadah umroh.

3. Jemaah umroh adalah tamu-tamu Allah yang doanya dikabulkan

Ibadah haji dan umroh menjadi istimewa karena orang yang datang ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah tersebut adalah tamu Allah SWT. Begitulah biasa disebut dan memang Rasulullah SAW menyebutkannya demikian. Jemaah haji dan umroh adalah tamu undangan Allah SWT sehingga apa yang diminta sang tamu akan dikabulkan oleh-Nya. Ini adalah bentuk keistimewaan yang paling istimewa.

4. Wafat saat menjalankan ibadah umroh pahalanya dicatat sampai hari kiamat

Keutamaan orang-orang yang wafat dalam perjalanan untuk melaksanakan ibadah haji dan umroh, serta keutamaan orang yang wafat dalam keadaan berihram (di tengah pelaksanaan ibadah haji dan umroh) adalah mendapatkan anugerah pahalanya dicatat sampai hari kiamat. Semuanya termaktub jelas dalam hadits.

5. Ibadah umroh bisa menghilangkan kefakiran

Bila kita melihat saudara kita yang setelah pulang dari haji atau umroh maka terlihat kehidupannya semakin baik, rezekinya mengalir terus dan keluarganya bertambah berkah, itulah salah satu fadillah ibadah tersebut. Seluruh biaya yang digunakan untuk berangkat haji dan umroh akan diganti oleh Allah SWT dengan berlipat-lipat.

6. Fadillah pahala satu kali umroh dengan sholat dua rakaat di Masjid Quba

Sholat di Masjid Quba memiliki keutamaan tersendiri. Menurut Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu bin Sahl bin Hunaif RA, ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: " Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba, lalu ia sholat di dalamnya, maka baginya pahala seperti pahala umroh." (HR. Tirmizi no. 298, Ibnu Majah no. 1401)

Masjid Quba ini terletak di luar kota Madinah. Jadi, mengingat fadillah sholat di Masjid Quba yang sangat besar, maka bila kita sudah berada di Madinah dalam rangka menjalankan ibadah umroh atau haji, jangan sampai lupa melakukan sholat di Masjid Quba.

Dirangkum dari berbagai sumber.

Tata Cara Melaksanakan Sunnah Ihram

Ihram merupakan tanda kesiapan seseorang melakukan haji dan umrah. Dengan melaksanakan ihram berarti seseorang telah memantapkan niatnya, menggunakan pakaian ihram yang sesuai standar syariat, siap melakukan seluruh rangkaian ibadah haji maupun umrah, dan siap meninggalkan hal-hal yang diharamkan dalam kondisi dia sebagai muhrim.

Disarikan dari Imam Abu Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf al-Fairuzzabadi al-Syairazi dalam Al- Muhadzdzab fi Fiqh al-Imam al-Syafi’i (Damaskus: Dar al-Qalam, 1992), inilah beberapa kesunnahan yang selayaknya dilakukan oleh seseorang yang sedang ihram:

Page 132: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Pertama, mandi ihram. Kesunnahan mandi ihram ini berlaku bagi sesiapapun yang sedang melaksanakan ihram. Sebagaimana kita tahu, ibadah haji dan umrah tidak mensyaratkan batasan usia dan kesucian, oleh karena itu, bisa dilakukan oleh anak kecil maupun dewasa, lelaki maupun perempuan, bahkan meskipun ia sedang dalam kondisi haid maupun nifas.

Kedua, memakai wewangian sesudah mandi dan sesaat sebelum berniat ihram. Sebagaimana kita tahu, bahwa ketika seseorang telah berniat ihram, maka di antara yang diharamkan baginya ialah memakai wewangian. Oleh karena itu, syariat menganjurkan anda untuk memakai wewangian sebelum niat.

Ketiga, menggunakan pakaian ihram yang berwarna putih, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan para Sahabat.

Keempat, shalat sunnah ihram sebanyak dua rakaaat, dengan niat salat sunnah ihram, dimana di rakaat pertama sunnah membaca surat al-kafirun dan rakaat kedua membaca surat al-ikhlas.

Teknisnya, bagi anda, para jamaah haji yang berangkat gelombang pertama, yakni yang singgah ke Madinah dulu sebelum menuju Makkah, maka ketika akan berangkat ke Makkah, sebaiknya anda melakukan semua kesunnahan ihram di Madinah. Mandi ihram, berwewangian, memakai pakaian ihram, dan salat sunnah ihram semuanya dilakukan di Madinah.

Jika bis yang anda tumpangi telah melewati daerah Birr Ali, maka anda diwajibkan niat haji maupun umrah. Pilihan untuk melakukan kesunnahan ihram di Madinah ini adalah untuk mengantisipasi karena terkadang supir tidak berhenti di Birr Ali dengan berbagai macam alasan.

Jika ternyata supir menghentikan bis nya dan anda bisa singgah di Birr Ali, maka jika anda menghendaki untuk mandi lagi, berwewangian lagi, memakai pakaian ihram lagi, dan salat sunnah lagi, itu diperbolehkan sebagai bentuk tajdid, dan semua kesunnahan yang sudah anda lakukan di Madinah tetap diberi pahala sunnah mutlak.

Jangan lupa, sebaiknya pakaian ihram anda taruh di tas tentengan yang bisa anda bawa kemana-mana dan terjangkau. Jangan taruh pakaian ihram di dalam koper, karena koper dibawa didalam truk yang tentu saja tidak terjangkau oleh anda.

Bagi anda para jamaah haji yang berangkat gelombang pertama, yakni yang turun di Jeddah, kemudian ke Makkah dan langsung melaksanakan umroh haji, maka, sekali lagi, taruh pakaian ihram di dalam tas yang terjangkau oleh anda.

Jangan taruh di di koper. Anda sebaiknya melakukan mandi ihram, berwewangian, memakai pakaian ihram dan salat sunnah ihram ketika masih berada di embarkasi haji, dalam arti ketika anda masih berada di Indonesia.

Selanjutnya, ketika anda berada di dalam pesawat dan merasa kedinginan, anda masih boleh menggunakan jaket, kaus kaki, ataupun pakaian hangat lainnya, selama anda belum niat. Ketika terdengar pengumuman bahwa pesawat akan melewati Yalamlam, yang merupakan miqat makani bagi jamaah haji dari Indonesia, maka anda harus melepaskan semua jaket, kaus kaki, dan pakaian berjahit lainnya yang anda pakai, khususnya bagi laki-laki, dan anda niat ihram.

Jika anda kedinginan, harap bersabar, karena perjalanan pun Cuma sebentar lagi akan sampai, yakni sekitar 10 menit lagi anda akan sampai di bandara Jeddah.

Islami.co dihidupi oleh jaringan penulis dan tim editor yang butuh dukungan untuk bisa menulis secara rutin. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan artikel atau video yang mengedukasi publik dengan ajaran Islam yang ramah, toleran dan mencerahkan, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan kami.

Sunnah Umroh – Shalat Sunnah Setelah Thawaf

Assalamualaikum sahabat Mazq Tour – Biro Jasa Umroh dan Umroh Plus. Di artikel yang lampau kami telah suguhkan kepada Anda serba-serbi tatanan umroh termasuk salah satu nya thawaf.

Kali ini di tulisan yang semoga bermanfaat ini kami sajikan kembali satu sunnah yang harus Anda hidupkan saat selesai thawaf yaitu Shalat Sunnah Setelah Thawaf. Shalat ini menurut jumhur ‘ulama hukumnya adalah sunat muakad. Lalu bagaimana cara melaksanakan solat sunat tawaf ini ? Berikut panduannya :

1. Niat

رکعتين الطواف سنة أصلي تعالى ہ������لل

Usholii sunnatat thowafi rok’ataini lillahi ta’aala

Artinya : Aku sholat sunat tawaf dua rakaat karena Allah Ta’ala

2. Bacaan sunnah setelah Fatihah

Proses solat tawaf tidak beda dengan solat sunnah 2 rakaat lainnya namun disunatkan untuk membaca surah al-Ikhlas dan al-Kaafiruun setelah al-Fatihah sesuai hadist Nabi SAW berikut ini :

كان وسلم عليه الله صلى النبي عن كعتين في يقرأ الر

الكافرون أيها يا أحدوقل الله هو قل

Artinya : Bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca dalam solat dua rakaat (Solat Tawaf) Qul huwallahu Ahad dan Qulyaa ayyuhal kaafiruun… – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab al-Hajj, no: 1218.

Page 133: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

3. Bacaan setelah solat tawaf

وبيتك والمسجدالحرام الحرام بالدك هذا اللهم

Artinya : Ya Allah, Kota ini adalah Tanah HaramMu, Masjidil Haram dan RumahMu

Demikianlah artikel mengenai shalat sunnah tawaf yang bisa kami sajikan untuk Anda. Semoga menjadi ladang amal untuk kita semua. Bagikan artikel ini jika Anda suka dan merasa artikel ini menjadi lebih bermanfaat untuk masyarakat luas.

Shalat Sunah di Hijir Ismail

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Heri Ruslan

Setiap kali menunaikan thawaf sunah, Riko Noviantoro selalu menyempatkan diri shalat di Hijir Ismail. Tak mudah untuk memasuki bagian lingkaran yang berada di dekat Ka’bah dari sebelah utara itu, karena setiap jamaah berlomba-lomba untuk shalat sunah di dalamnya.

‘’Tentu sangat bahagia bisa shalat sunah di Hijir Ismail,’’ ujar pria asal Tangerang Selatan, Banten itu. Betapa tidak. Hijir Ismail adalah bagian dari Ka’bah. Karenanya, shalat sunah di Hijr Ismail sama seperti shalat di dalam Baitullah.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Aisyah ingin shalat di dalam Ka’bah. Ia lalu menarik Rasulullah dengan kedua tangannya agar diajak masuk ke dalam Baitullah. Lalu Nabi SAW bersabda, ‘’Shalatlah di dalam hijir jika memang engkau ingin memasuki Baitullah, sebab dia adalah bagian Baitullah.’’

Setelah menunaikan shalat sunah, jamaah haji dari berbagai negara memanjatkan doa di tempat itu. Mereka duduk bersimpuh. Tak sedikit dari mereka yang berdoa sembari menangis bahkan ada pula yang histeris, terutama jamaah asal Turki, Pakistan, dan India.

Jamaah tak bisa berlama-lama shalat dan berdoa di Hijir Ismail. Antreannya cukup banyak. Saya baru sekali shalat sunah di Hijir Ismail seusai thawaf. Untuk bisa shalat di tempat yang spesial itu, saya harus menunggu jamaah lain yang selesai shalat dan berdoa.

Alhamdulillah, saya bisa shalat di bawah pancuran emas. Seusai shalat dua rakaat dan berdoa, saya segera bangkit karena jamaah lain menunggu. Di dalam Hijir Ismail saya sempat memeluk Ka’bah yang begitu harum.

Subhanallah, saya tak pernah membayangkan bisa memeluk Baitullah, Ka’bah. Doa-doa pun saya panjatkan kepada Pemilik Baitullah di dalam Hijir Ismail. Hijir Ismail adalah tempat yang juga selalu dikunjungi Rasulullah SAW.

Jabir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menunaikan thawaf di sekeliling Ka’bah dan menunaikan shalat di Maqam Ibrahim, kemudian berwitir di hijir, lalu mendatangi zamzam dan minum di situ, serta mengguyur kepala dan wajahnya.

Setiap shalat lima waktu tiba, Hijir Ismail akan dikosongkan. Askar – polisi Masjidil Haram – akan memasang pita pembatas agar jamaah haji tak masuk ke wilayah Hijir Ismail. Menurut Atiq bin Ghaits al-Biladi, tak seorang pun dibolehkan shalat fardu di dalam hijir.

Hal yang sama berlaku bagi jamaah yang thawaf. ‘’Tidak sah thawafnya jika seorang jamaah melintas Hijr Ismail, kecuali melalui bagian belakangnya.’’

Soal keutamaan Hijir Ismail, Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkata bahwa Nabi Ismail AS mengadu kepa Allah SWT tentang panasnya kota Makkah. Kemudian, Allah SWT berfirman kepadanya, ‘’Sesungguhnya Aku membukakan untukmu sebuah pintu dari surga. Di hijir itu mengalir roh darinya kepadamu hingga hari kiamat.’’

Menurut Atiq, di tempat itulah Ismail AS tutup usia. Sehingga, ada yang berpendapat di tempat itu – di antara mizab (pancuran air) hingga pintu hijir sebelah barat – terdapat kuburan Nabi Ismail.

Konon, Abdullah bin Zubair pernah menggali hijir, lalu dia menemukan sebuah wadah yang terbuat dari batu hijau. Ia lalu bertanya kepada kaum Quraisy mengenai benda itu dan tak seorang pun mengetahuinya.

Zubair mengirimkan utusan untuk menanyakan temuan itu kepada Abdullah bin Sofwan. Kepada utusan itu, Abdullah bin Sofwan berkata, ‘’Ini adalah kuburan Ismali, maka janganlah kamu mengusiknya. Ibnu Zubair pun lalu membiarkannya.

Ibnu Abi Najih berkata, ‘’Di dalam hijir itu terdapat sebuh batu yang terpendam. Di atas batu itu terdapat tulisan ‘para penghuninya diberkahi di dalam air dan susu’.‘’ Selan itu, Ishaq berkata, ‘’Kuburan Ismail dan ibunya Hajar terdapat dalam hijir.’’ (Al-Azraqy: I/313).

Subhanallah, setiap tempat di sekeliling Ka’bah ternyata penuh dengan keutamaan dan nilai sejarah.

Rebutlah Shalat di Maqam Ibrahim dan Hijir Ismai

Petugas di sekeliling Masjidil Haram, yang dikenal dengan sebutan Askar, tergolong tegas dalam mengatur calon jemaah haji dari mancanegara dalam menjalankan ibadah.

Dalam melaksanakan tugas, Askar tak kenal kompromi. Namun mereka tetap mengindahkan kepentingan jemaah dalam beribadah, mengatur jemaah berdoa di tempat-tempat yang dimuliakan Allah, seperti mencium Hajar Aswad, shalat di Hijir Ismail dan Maqam Ibrahim.

Page 134: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Rupaya, Askar ternyata sangat sopan. Ketika di luar tugas, mereka sangat senang bila mendapat ucapan Asalamualaiukum dan, apa lagi, disalami warga Indonesia. Baik calon haji maupun tenaga musiman (Timus) setempat.

"Indonesia bagus," komentar seorang Askar berjenggot lebat dan mengenakan baret coklat tua.

Tapi, pemandangan sikap protes kerap muncul dari jemaah negara terdekat Saudi Arabia, seperti Mesir dan Turki, saat berebut shalat di Maqam Ibrahim dan Hijir Ismail karena memang di kedua tempat itu menjadi tempat agung dan diyakini bagi umat muslim doanya akan dikabulkan Allah.

Pemandangan berdesakan untuk shalat selalu saja terjadi, namun tidak memunculkan ketersinggungan antarsesama jemaah. Apa lagi marah yang kemudian disusul adu jotos seperti di lapangan sepakbola di tanah air.

Sesama jemaah memahami, tak akan menyakiti jemaah lainnya. Persoalannya, bagi orang Asia -- seperti Indonesia -- berbadan pendek. Selalu saja "kecentet" dan mengalah tatkala masuk kawasan Hijir Ismail di sisi Kabah. Demikian pula tatkala hendak shalat di Maqam Ibrahim yang jaraknya hanya sekitar 14,5 meter dari Hajar Aswad, tak jauh dengan letak pintu Ka’bah.

Meski menghadapi kesulitan, toh nyatanya banyak orang bisa sholat di Maqam Ibrahim dan Hijir Ismail. Apa sebabnya, secara logika, memang karena kemampuan Askar mengatur hal itu. Namun tidak demikian dengan kebanyakan orang Indonesia. Mereka mampu sholat dekat Baitullah atau Ka’bah sesungguhnya karena ridho Allah semata.

"Semua kan tergantung amal perbuatan seseorang," celoteh seorang jemaah asal Palembang, Abdullah, tatkala membicarakan suksesnya shalat di kedua tempat tersebut.

Maqam Ibrahim

Al maqam berarti telapak kaki berpijak. Maqam Ibrahim, dalam beberapa literatur dijelaskan merupakan batu yang dibawa Nabi Ismail yang digunakan untuk berdiri Nabi Ibrahim ketika membangun Kabah.

Di atas batu itulah Nabi Ibrahim membangun Ka’bah dengan tangannya sendiri, yang batu-batuannya dibawa Ismail.

Keutamaan Maqam Ibrahim, antara lain sebagai tempat shalat. Rasullallah, tatkala melaksanakan haji, setiba di Ka’bah langsung mencium Hajar Aswad. Lantas, berlari-lari kecil tiga putaran, dan selebihnya empat putaran berjalan biasa.

Lalu, Nabi Muhammad SAW ke Maqam Ibrahim dan berdoa: Dan, jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Maqam Ibrahim, sesuai dengan Sabda Rasullallah adalah batu dari surga seperti halnya Hajar Aswad. Karena itu, siapa yang shalat di belakangnya doanya akan dikabulkan.

Maqam Ibrahim pun menjadi perhatian para pemimpin umat Muslim dunia. Dahulu, Maqam Ibrahim diletakkan dalam sebuah bangunan lemari perak yang pada bagian atas dibuatkan peti dengan ukuran 6 x 3 meter.

Bangunan ini mempersulit orang yang thawaf, sehingga Rabihah Alam Islami (Organisasi Persatuan Dunia Islam) mengusulkan untuk menghilangkan bangunan itu. Kemudian diganti dengan dibuatkan penutup dari kaca diletakkan di atas Maqam Ibrahim. Hal ini terjadi pada 1387 H/1867 M.

Penyempurnaan kemudian dilanjutkan Raja Fahd ibn Abdul Aziz dengan memperbaharui kotak tersebut dengan dilapisi kaca bening setebal 10 mm antipanas. Penyempurnaan selesai pada 1418 H.

Hijir Ismail

Mengenai Hijir Ismail, yang juga diniatkan banyak calon haji untuk sholat di situ, merupakan bangunan setengah lingkaran di sisi Ka’bah. Ketika dilakukan renovasi di zaman Quraisy, separuh lingkaran terpotong sehingga dinamai juga Hathim, yaitu yang terpotong.

Di situ Ibrahim menjadikan sebagai rumah kecil dari batang pepohonan yang diperuntukkan bagi Ismail dan ibunya, Hajar. Ini menunjukkan Hijir Ismail bukan bagian dari Ka’bah. Sedangkan bagian lain yang terpotong dan dimasukkan oleh Quraisy ketika merenovasi Kabah adalah bagian dari Ka’bah, dengan lebar 3 meter.

Karena itu, bagi jemaah haji Indonesia harus tahu betul mengenai hal ini. Sebab, tak sah thawaf seseorang kecuali di belakang Hijir Ismail. (ant/sir)

Mekkah, NU Online

Petugas di sekeliling Masjidil Haram, yang dikenal dengan sebutan Askar, tergolong tegas dalam mengatur calon jemaah haji dari mancanegara dalam menjalankan ibadah.

Dalam melaksanakan tugas, Askar tak kenal kompromi. Namun mereka tetap mengindahkan kepentingan jemaah dalam beribadah, mengatur jemaah berdoa di tempat-tempat yang dimuliakan Allah, seperti mencium Hajar Aswad, shalat di Hijir Ismail dan Maqam Ibrahim.

Rupaya, Askar ternyata sangat sopan. Ketika di luar tugas, mereka sangat senang bila mendapat ucapan Asalamualaiukum dan, apa lagi, disalami warga Indonesia. Baik calon haji maupun tenaga musiman (Timus) setempat.

"Indonesia bagus," komentar seorang Askar berjenggot lebat dan mengenakan baret coklat tua.

Page 135: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Tapi, pemandangan sikap protes kerap muncul dari jemaah negara terdekat Saudi Arabia, seperti Mesir dan Turki, saat berebut shalat di Maqam Ibrahim dan Hijir Ismail karena memang di kedua tempat itu menjadi tempat agung dan diyakini bagi umat muslim doanya akan dikabulkan Allah.

Pemandangan berdesakan untuk shalat selalu saja terjadi, namun tidak memunculkan ketersinggungan antarsesama jemaah. Apa lagi marah yang kemudian disusul adu jotos seperti di lapangan sepakbola di tanah air.

Sesama jemaah memahami, tak akan menyakiti jemaah lainnya. Persoalannya, bagi orang Asia -- seperti Indonesia -- berbadan pendek. Selalu saja "kecentet" dan mengalah tatkala masuk kawasan Hijir Ismail di sisi Kabah. Demikian pula tatkala hendak shalat di Maqam Ibrahim yang jaraknya hanya sekitar 14,5 meter dari Hajar Aswad, tak jauh dengan letak pintu Ka’bah.

Meski menghadapi kesulitan, toh nyatanya banyak orang bisa sholat di Maqam Ibrahim dan Hijir Ismail. Apa sebabnya, secara logika, memang karena kemampuan Askar mengatur hal itu. Namun tidak demikian dengan kebanyakan orang Indonesia. Mereka mampu sholat dekat Baitullah atau Ka’bah sesungguhnya karena ridho Allah semata.

"Semua kan tergantung amal perbuatan seseorang," celoteh seorang jemaah asal Palembang, Abdullah, tatkala membicarakan suksesnya shalat di kedua tempat tersebut.

Maqam Ibrahim

Al maqam berarti telapak kaki berpijak. Maqam Ibrahim, dalam beberapa literatur dijelaskan merupakan batu yang dibawa Nabi Ismail yang digunakan untuk berdiri Nabi Ibrahim ketika membangun Kabah.

Di atas batu itulah Nabi Ibrahim membangun Ka’bah dengan tangannya sendiri, yang batu-batuannya dibawa Ismail.

Keutamaan Maqam Ibrahim, antara lain sebagai tempat shalat. Rasullallah, tatkala melaksanakan haji, setiba di Ka’bah langsung mencium Hajar Aswad. Lantas, berlari-lari kecil tiga putaran, dan selebihnya empat putaran berjalan biasa.

Lalu, Nabi Muhammad SAW ke Maqam Ibrahim dan berdoa: Dan, jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Maqam Ibrahim, sesuai dengan Sabda Rasullallah adalah batu dari surga seperti halnya Hajar Aswad. Karena itu, siapa yang shalat di belakangnya doanya akan dikabulkan.

Maqam Ibrahim pun menjadi perhatian para pemimpin umat Muslim dunia. Dahulu, Maqam Ibrahim diletakkan dalam sebuah bangunan lemari perak yang pada bagian atas dibuatkan peti dengan ukuran 6 x 3 meter.

Bangunan ini mempersulit orang yang thawaf, sehingga Rabihah Alam Islami (Organisasi Persatuan Dunia Islam) mengusulkan untuk menghilangkan bangunan itu. Kemudian diganti dengan dibuatkan penutup dari kaca diletakkan di atas Maqam Ibrahim. Hal ini terjadi pada 1387 H/1867 M.

Penyempurnaan kemudian dilanjutkan Raja Fahd ibn Abdul Aziz dengan memperbaharui kotak tersebut dengan dilapisi kaca bening setebal 10 mm antipanas. Penyempurnaan selesai pada 1418 H.

Hijir Ismail

Mengenai Hijir Ismail, yang juga diniatkan banyak calon haji untuk sholat di situ, merupakan bangunan setengah lingkaran di sisi Ka’bah. Ketika dilakukan renovasi di zaman Quraisy, separuh lingkaran terpotong sehingga dinamai juga Hathim, yaitu yang terpotong.

Di situ Ibrahim menjadikan sebagai rumah kecil dari batang pepohonan yang diperuntukkan bagi Ismail dan ibunya, Hajar. Ini menunjukkan Hijir Ismail bukan bagian dari Ka’bah. Sedangkan bagian lain yang terpotong dan dimasukkan oleh Quraisy ketika merenovasi Kabah adalah bagian dari Ka’bah, dengan lebar 3 meter.

Karena itu, bagi jemaah haji Indonesia harus tahu betul mengenai hal ini. Sebab, tak sah thawaf seseorang kecuali di belakang Hijir Ismail. (ant/sir)

Makna Ketupat yang Belum Banyak Diketahui, Begini Asal Usulnya

Salah satu yang dipersiapkan dan ditunggu-tunggu saat hari raya adalah hidangan makanannya. Terdapat sajian khas saat lebaran khususnya di Indonesia, mulai dari makanan ringan hingga makanan utama.

Nah, untuk sajian makanan utama yang biasa disantap adalah ketupat. Biasanya, ketupat dihidangkan bersama opor ayam, sambal goreng ati, semur daging, dan beberapa makanan lainnya. Menjadi salah satu panganan yang wajib dimakan saat lebaran, apakah kamu tahu asal usul dari ketupat ini?

Ya, di antara beberapa orang ternyata masih ada yang belum mengetahui makna ketupat. Untuk itu, berikut ini Liputan6.com telah merangkum beberapa penjelasan tentang makna ketupat yang perlu diketahui. Telah dirangkum dari berbagai sumber, ini makna ketupat yang memiliki cerita sejarah yang panjang, Sabtu (8/6/2019)

Sejarah Ketupat

Ketupat memang tidak terlepas dari hari raya Idul Fitri atau lebaran. Di setiap momen mengucapkan selamat Idul Fitri selalu tertera dua gambar ketupat bahkan lebih. Munculnya ketupat di setiap hari perayaan ini perrtama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga.

Page 136: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Pada abad ke-15 Kanjeng Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai salah satu simbol untuk perayaan hari raya Idul Fitri umat Islam sejak pemerintahan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah. Sunan Kalijaga ini membudayakan dua kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat.

Bada kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada hari yang disebut bada kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.

Nah, selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Kemudian ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambing kebersamaan.

Secara umum, ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Selain di Indonesia, ketupat bisa dijumpai di beberapa Negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina sendiri juga dapat dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman yang berbeda.

3 dari 4 halaman

Makna Ketupat

Di dalam filosofi Jawa, makna ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas raya lebaran saja. Melainkan makna lebaran disini lebih khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.

Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Ngaku lepat ini merupakan tradisi sungkeman yang menjadi implementasi mengakui kesalahan (ngaku lepat) bagi orang Jawa. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudidaya hingga kini.

Pada tradisi sungkeman ini mengajarkan akan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan, dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua.

Sedangkan laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran. Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Arti dari masing-masing kata ini adalah:

Lebaran memiliki makna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Kata ini berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

Luberan memiliki makna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Leburan memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kamu akan melebur habis. Karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Sedangkan laburan adalah labor atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya adalah agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

4 dari 4 halaman

Filosofi KetupatKetupat / Sumber: iStockphoto

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia

Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.

2. Kesucian hati

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).

Itu tadi makna ketupat, arti serta filosofi dari ketupat. Ini menunjukkan betapa besarnya peran para Wali dalam memperkenalkan agama Islam ddengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar, seperti tradisi lebaran dan hidangan ketupat ketupat yang telah menjadi tradisi dan budaya hingga kini.

Page 137: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dibalik Makna Ketupat

TEGAL – Hari Raya Idul Fitri tidak lepas dari sebuah tradisi menikmati Ketupat. Dengan campuran Opor Ayam, Sambel gorong kentang yang membuat momen lebaran bersama keluarga makin akrab. Tidak banyak yang tahu bahwa ketupat memiliki makna yang sangat melekat dengan Hari Raya Idul Fitri. Dengan bahan baku beras yang dimaksukan pada selengong daun kelapa yang kemudian dimasak.

Kanjeng Sunan Kalijaga adalah orang pertama yang memperkenalkan ketupat pada masyarakat Jawa. Ia kemudian membudidayakan tradisi dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat (dimulai seminggu setelah hari Lebaran).

Pada hari Kupat Bakda, setiap keluarga di Jawa akan menenun bungkus ketupat dari daun kelapa, diisi dengan beras lalu dimasak. Setelah itu ketupat akan diberikan kepada keluarga dengan generasi yang lebih tua sebagai simbol kebersamaan.

Menurut filosofi Jawa, ketupat bukan hanya santapan khas Lebaran, namun memiliki arti khusus. Ketupat atau Kupat dalam bahasa Jawa adalah singkatan dari Ngaku Lepat atau Laku papat. Kata “Ngaku Lepat” memiliki arti mengakui kesalahan, sementara itu Ngaku Lepat berarti kamu memiliki pengetahuan yang tepat bagi masyarakat Jawa

Tradisi sungkeman yang sampai sekarang masih dilakukan bermula dari Ngaku Lepat. Sungkeman mengajarkan pentingnya rasa hormat kepada orang tua, kerendahan hati, ketulusan dan pengampunan dari orang lain, terutama orang tua.

Sementara itu Laku Papat memili arti empat tindakan dalam tradisi Lebaran yaitu lebaran, luberan, leburan dan laburan.

Setelah mengetahui sejarahnya, kita beralih ke filosofinya. Filosofi dari ketupat ini diketahui ada 4. Pertama adalah mencerminkan kesalahan manusia. Hal ini dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat di mana belum tentu semua orang bisa membuatnya dengan mudah.

Yang kedua adalah kemurnian hati. Setelah ketupat dipotong, akan terlihat nasi putih yang dianalogikan sebagai kebersihan dan kemurnian hati seseorang setelah minta maaf atas kesalahan yang mereka lakukan.

Ketiga adalah cerminan kesempurnaan. Bentuk ketupat yang sempurna terhubung dengan kemenangan kaum Muslim setelah melewati puasa selama sebulan dan akhirnya menginjak Lebaran.

Lalu yang terakhir adalah permintaan maaf. Ketupat biasanya disajikan dengan menu lain yang menggunakan bahan santan, karena itu dalam bahasa Jawa diucapkan “Kupat Santen” Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten. Yang artinya adalah “Saya punya kesalahan, saya minta maaf”. (Sumber:Jadiberita.com). (S.Mu’min)

Sejarah Ketupat: Kenapa Ketupat Selalu Ada Setiap Lebaran?

Sejarah ketupat sampai bisa jadi makanan khas saat lebaran tiba ternyata sangat menarik, lho. Penasaran asalnya dari mana?

Menjelang lebaran, salah satu hal yang pasti selalu disiapkan adalah ketupat. Penganan unik yang satu ini seolah sangat erat kaitannya dengan lebaran ya, Squad. Tapi, tahukah kamu gimana sejarahnya ketupat bisa jadi makanan khas lebaran? Yuk kita kenalan dulu sebelum bersiap menenggelamkannya ke kuah opor!

Menurut Hermanus Johannes de Graaf, seorang sejarawan Belanda yang mengkhususkan diri menulis sejarah Jawa, dalam karya tulisnya Malay Annual, ketupat yang terbuat dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa muda itu pertama kali muncul di Tanah Jawa sejak abad ke-15, pada masa pemerintahan Kerajaan Demak.

Oh iya, sudah tahu dong Squad sejarah mengenai Kerajaan Demak? Wah, kalau belum tahu, coba deh langganan fitur ruangbelajar. Kamu akan belajar sejarah dengan video animasi yang menarik dan tentunya bisa banyak menambah wawasanmu.

Jadi kala itu, adalah Sunan Kalijaga yang memperkenalkan ketupat pertama kali dalam rangka untuk berdakwah menyebarkan agama Islam ke Tanah Jawa yang notabene "sulit di-Islamkan" karena masyarakat Jawa sudah punya sistem kepercayaan sendiri yang dikenal sebagai Kejawen.

Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan budaya. Ketupat merupakan salah satunya yang dipilih karena dianggap bisa dekat dengan kebudayaan masyarakat Jawa saat itu.

Berkat ketupat, penyebaran agama Islam pun akhirnya bisa diterima luas, banyak yang pada akhirnya memeluk agama Islam.

Nah, filosofi ketupat sendiri begitu dalam lho, Squad.

Page 138: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Mulai dari penggunaan daun kelapa muda sebagai bungkusnya saja sudah menggetarkan hati. Ya gimana nggak, daun kelapa muda yang dalam bahasa Jawa disebut juga sebagai janur merupakan akronim dari "Jannah Nur" atau "Cahaya Surga".

Nggak cuma itu, janur juga kadang dianggap merupakan akronim dari "Jatining Nur", atau yang dalam bahasa Jawa memiliki arti "hari nurani". Filosofinya, saat lebaran, kita harus membersihkan hati dari segala macam hal negatif sehingga bisa kembali ke fitri, kembali suci dengan saling memaafkan.

Selain itu, pembuatan ketupat yang harus dianyam dengan rumit itu juga punya makna tersendiri. Kerumitan anyaman ketupat menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan tali silaturahmi. Sementara itu, beras dimaknai sebagai nafsu duniawi.

Nggak ketinggalan, bentuk segi empat ketupat yang begitu khas menggambarkan prinsip "kiblat papat, limo pancer (empat arah, satu pusat)", yang memiliki makna "ke mana pun manusia melangkah, pasti akan kembali pada Allah".

Bentuknya yang punya empat sisi itu juga melambangkan empat macam nafsu dasar manusia, yaitu amarah (emosi), lawamah (lapar dan haus), sufiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang bagus atau indah), dan muthmainah (memaksa diri). Keempat nafsu dasar ini dikendalikan saat puasa. Dengan memakan ketupat saat lebaran, seseorang sudah dianggap mampu menahan nafsunya.

Secara keseluruhan, ketupat memiliki makna sebagai nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.

Wah, berat juga maknanya ya, Squad! Sejak disebarkan oleh Sunan Kalijaga, tradisi membuat ketupat saat lebaran pun terus dilakukan hingga saat ini. Bahkan nggak hanya masyarakat Jawa saja yang membuat ketupat, tetapi juga masyarakat di luar Jawa.

Itu dia Squad sejarah ketupat sampai akhirnya bisa menjadi makanan khas ketika lebaran di Indonesia. Sudah siap makan ketupat berapa ikat nih di lebaran kali ini?

Diperkenalkan Sunan Kalijaga, Ternyata Ketupat Adalah Singkatan

PADA hari raya Idulfitri, tidak lengkap rasanya jika Anda tidak menyediakan ketupat sebagai makanan hidangan. Ketupat merupakan salah satu panganan khas saat Lebaran dan biasanya disajikan dengan opor ayam maupun hidangan bersantan lainnya.

Ketupat atau yang dalam tradisi Sunda dan Jawa diesebut kupat sangat identik dengan Idulfitri meski kadang pula diasosiasikan dengan perayaan Iduladha.

Di mana ada ucapan selamat Idulfitri, hampir bisa dipastikan tertera gambar ketupat. Penyajian ketupat pada hari raya ternyata menyimpan banyak makna.

Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan masyarakat Jawa dengan ketupat. Sunan Kalijaga membudayakan pelaksanaan 2 meomen waktu yang disebut bakda yaitu bakda Lebaran dan bakda kupat.

’Ngaku lepat’ artinya mengakui kesalahan dan ’laku papat’ artinya empat tindakan. Selain itu, ketupat juga memiliki filosofi lainnya yaitu:

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia

Hal itu bisa terlihat dari rumitnya bungkusan atau anyaman ketupat.

2. Kesucian hati

Setelah ketupat dibuka, akan terlihat nasi putih. Hal itu mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal itu dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa Ramadan dan akhirnya merayakan Idulfitri.

4. Simbol permohonan maaf

Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, dalam pantun Jawa kadang disebutka “kupa santen“ yang artinya ’Kulo lepat nyuwun ngapunten (Saya salah mohon maaf).

Itulah makna serta filosofi dari ketupat. Betapa besar peran para wali dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar seperti tradisi Lebaran dan hidangan ketupat yang telah mengakar hingga saat ini.***

Ternyata Ketupat Punya Filosofi Hidup yang Sarat Makna, Lho!

Ketupat tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Di mana ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Tradisi ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, menjadikan ketupat sebagai simbol perayaan hari raya umat Islam sejak

Page 139: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

masa pemerintahan Demak dibawah kepemimpinan Raden Patah di awal abad ke-15. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran.

Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim. Berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih muda.

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Selain memiliki makna, ketupat pun memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya. Seperti dilansir dari islamidia.com, 4 filosofi yang terkandung dari ketupat adalah :

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.goodnewsfromindonesia.id

Dari rumitnya cara membungkus ketupat mencerminkan beragam kesalahan manusia.

2. Kesucian hati.Lanjutkan membaca artikel di bawah

Isi ketupat

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan.

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Saling memaafkan

Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “ KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf). Santan atau santen bagi orang Jawa sebagai “pangapunten” atau memaafkan.

Makna di Balik Ketupat yang Berbentuk Persegi Empat... Aswab Nanda Prattama Kompas.com - 01/06/2019, 18:52 WIB Ketupat adalah hidangan khas pada Hari Raya Lebaran di Indonesia Ketupat adalah hidangan khas pada Hari Raya Lebaran di Indonesia(Shutterstock) KOMPAS.com - Salah satu hidangan yang ada di meja makan saat Lebaran adalah ketupat atau kupat. Makanan ini biasanya dikonsumsi dengan cara dipadukan bersama makanan lain, terutama sayuran berkuah. Kombinasi kedua makanan ini tersebut memiliki cita rasa tersendiri. Selain memiliki rasa yang enak dan banyak "digandrungi" pecinta kuliner saat Lebaran, ada makna tersendiri mengenai ketupat, baik itu bentuk ataupun penyebutannya. Sejarawan dari Universitas Padjajaran Bandung, Fadly Rahman, mengungkapkan bahwa pada dasarya bentuk ketupat yang persegi empat dikaitkan pada bahasa Austronesia. "Kupat kalau dalam bahasa Austronesia turunan dari kata 'epat' yang artinya empat. Kalau kita melihat ketupat, bentuknya persegi dan memiliki empat sudut," kata Fadly saat dihubungi Kompas.com pada 30 Mei 2019. Baca juga: Tuntutan Batin hingga Kembali ke Udik, Beragam Makna Mudik Lebaran Kalau diperhatikan secara saksama, kebanyakan ketupat memang memiliki bentuk persegi empat. Walaupun, banyak juga yang dimodifikasi dengan bentuk lain. Empat sisi dari ketupat ini ternyata juga memiliki makna lain. Menurut Fadly, ada pendapat yang mengatakan bahwa empat sudut berhubungan dengan empat penjuru masa angin. Namun, pendapat ini mengacu pada pra-Islam. Pada masa Islam, Sunan Kalijaga memberikan sentuhan makna lain. Empat sisi ketupat direpresentasikan dengan Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan. Semua ini berhubungan dengan sikap manusia. Lebaran berarti pintu ampun yang dibuka lebar terhadap kesalahan orang lain. Luberan berarti melimpahi, memberi sedekah pada orang yang membutuhkan. Leburan berarti melebur dosa yang dilalui selama satu tahun. Adapun, Laburan yakni menyucikan diri, putih kembali layaknya bayi. Baca juga: Sejarah dan Tradisi Makan Ketupat Saat Lebaran... Penggunaan janur Ketupat adalah salah satu hidangan khas Lebaran di Indonesia Ketupat adalah salah satu hidangan khas Lebaran di Indonesia(Shutterstock) Meski lekat dengan Lebaran, keberadaan ketupat sebenarnya sudah ada jauh sebelum masa penyebaran agama Islam di nusantara. Ini karena nyiur (daun kelapa yang merupakan bahan janur) dan beras sebagai sumber daya alam sudah dimanfaatkan sebagai makanan masyarakat nusantara di zaman Hindu Buddha. Maka dari itu, ketupat sebagai simbol untuk mewujudkan rasa syukur terhadap hasil panen yang telah dilakukan sebelumnya. Namun, biasanya masyarakat pada masa itu menggunakan warna janur yang tak sembarangan. "Masyarakat agraria terutama pesisir menggunakan janur yang berwarna kuning kehijauan," ucap Fadly. Fadly menambahkan bahwa warna kuning kehijauan memiliki makna sebagai meminta perlindungan Tuhan kepada umat (masa sebelum Islam). Sampai sekarang pemilihan warna janur masih berlaku, walaupun tak harus sama persis. Adapun, sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rojil mengatakan bahwa janur juga sering dihubungkan dengan bahasa Arab terutama ja'nur. "Kalo janur seingat saya dulu mengaji berasal dari bahasa Arab 'ja'anur' yang berarti datangnya cahaya. Janur juga diartikan sejatinya nur (cahaya). Sementara segi empat dikaitkan simbol yang mirip bentuk hati," kata Rojil saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/5/2019) Jika ditarik garis lurus, orang Jawa yang sering menghubungkan dengan istilah"otak-atik gathuk" berhasil menerjemahkan filosofi tersebut. Pemaknaan ketupat dengan ditutup janur ibarat hati yang dibungkus oleh cahaya sejati. Artinya, hati yang dibungkus dengan cahaya selalu bersih apalagi ketika momen Lebaran datang maka hati harus selalu suci. Selain menggunakan ketupat dan janur, ternyata ada opsi lain untuk menggantikan ketupat saat Lebaran. "Kalau saat ini bisa saja diganti lontong (daun pisang), tapi kalo lontong kan mudah ditemukan sehari-hari tak sebagai wujud bertemunya budaya seperi ketupat," ucap Rojil.

Ternyata ini asal muasal ketupat!

Diposting pada 6 June 2019 oleh admin | Dilihat: 46 kali

Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam selepas Perang Badar pada 17 Ramadhan Tahun ke-2 Hijiriyah.

Page 140: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan pasukan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa.

Dari sinilah lahirnya ungkapan “Minal ‘Aidin wal Faizin” yang lengkapnya ungkapan doa kaum Muslim saat itu: Allahummaj ‘alna minal ‘aidin walfaizin — Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (dari Perang Badar) dan mendapatkan kemenangan.

Idul Fitri, yang dalam Bahasa Arab bermakna ‘Kembali kepada Fitrah’, di Indonesia disebut juga Lebaran. Apa sih arti kata ‘Lebaran’? Kata Lebaran tidak akan pernah kamu temukan dalam kamus Bahasa Arab mana pun. Sebab, kata ini bukan kata serapan atau terjemahan dari lidah orang Timur Tengah.

Bagi masyarakat Jawa, lebaran konon berasal dari kata ‘wis’ dan ‘bar’. Wis berarti sudah, sementara bar merupakan kependekan dari kata ‘lebar’ yang berarti selesai. Jadi wis bar artinya sudah selesai. Ada juga yang mengaitkan imbuhan ‘an’ pada kata lebaran seperti penggunaan ‘an’ pada kata dasar ‘bubar’ yang berkonotasi jamak, diucapkan menjadi bubaran. Ada juga yang menyebut idul fitri dengan istilah bodho, yg berasal dari kata bakda, artinya setelah.

Sementara, menurut MA Salmun, istilah lebaran sudah digunakan oleh Wali Songo saat menyebarkan Islam di tanah Jawa. Lebaran kala itu ternyata berasal dari tradisi Hindu. Kata itu bermakna ‘selesai’, ‘usai’, atau ‘habis’, yang menandakan habisnya masa melaksanakan ibadah puasa.

Dalam perayaan Idul Fitri, tentunya di situ ada satu hal yang tidak pernah pisah dari perayaan Ketupat Lebaran. Istilah tersebut telah menjamur di semua kalangan umat Islam terutama di pulau Jawa.

Kupat = Ngaku Lepat

Ketupat atau kupat sangatlah identik dengan Hari Raya Idul Fitri. Buktinya saja di mana ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Apakah ketupat ini hanya sekedar pelengkap hari raya saja ataukah ada sesuatu makna di dalamnya?

Adalah Kanjeng Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada hari yang disebut BAKDA KUPAT tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.

Ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat ada juga yang bilang Laku Papat.Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.

Laku papat artinya empat tindakan.

Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa.Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini.Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua.

Hidangan Ketupat Lebaran

Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran.Empat tindakan tersebut adalah:1. Lebaran.2. Luberan.3. Leburan.4. Laburan.

LebaranLebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

LuberanBermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

LeburanMaknanya adalah habis dan melebur.

Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

LaburanBerasal dari kata labur atau kapur.

Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Nah, itulah arti kata ketupat yang sebenarnya.

Selanjutnya kita akan mencoba membahas filosofi dari ketupat itu sendiri.

Page 141: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Filosofi Ketupat:

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.2. Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat ini.

2. Kesucian hati.

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan.

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).

Demikian penjelasan singkat mengenai asal usul ketupat dan akulturasi budaya yang terjadi Indonesia, semoga bermanfaat.

Lebaran identik dengan ketupat, Ternyata ini Maknanya

PADA hari Lebaran, di mana-mana kita jumpai sajian makanan yang disebut ketupat. Dalam acara syawalan di berbagai tempat, baik di lingkungan trah, RT, RW, dusun, desa, maupun kantor juga tidak lepas dari sajian makanan ketupat.

Biasanya disajikan dengan opor. Di balik sajian makanan ketupat dalam rangka lebaran, terdapat makna filosofi ketupat dan lebaran.

Makna Ketupat

Dalam filosofi Jawa, ketupat mengandung berbagai makna. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari ngaku lepat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Dalam masyarakat Jawa, terdapat tradisi sungkeman yang merupakan implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan). Sungkeman merupakan implementasi dari ajaran hormat kepada orangtua, dengan bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan.

Dalam etika Jawa, Frans Magnis Suseno menyatakan bahwa sikap hormat merupakan salah satu etika Jawa yang utama, yang merupakan pandangan hidup orang Jawa, bahwa orang hidup harus tepa selira dan menerapkan unggah-ungguh (tata krama dan sopan santun).

Bentuk ketupat persegi empat mencerminkan prinsip kiblat papat lima pancer, yang bermakna ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah. Kiblat papat diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu amarah nafsu emosional, aluamah nafsu serakah, supiah nafsu yang selalu menginginkan serba indah, dan mutmainah nafsu yang terlalu mengutamakan kebajikan. Keempat nafsu ini ditaklukkan dengan berpuasa, lima pancer. Makna lain ketupat adalah tergambar dalam struktur ketupat yang kompleks, yang mencerminkan beragam kesalahan manusia lebur pada hari lebaran. Ketupat dibuat dari janur yang berarti sejatine nur (cahaya) yang melambangkan kondisi manusia dalam keadaan suci setelah mendapatkan pencerahan (cahaya) selama bulan Ramadan. Setelah ketupat dibuka, akan terlihat nasi putih yang mencerminkan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

Ketupat biasanya disajikan dengan kuah bersantan, yang dalam sastra Jawa dijadikan pantun atau parikan : Kupat duduhe santen, menawi lepat nyuwun pangapunten (ketupat kuahnya santan, kalau ada kesalahan mohon dimaafkan). Tradisi penyajian makanan ketupat, konon digunakan Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan ketupat.

Asimilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islam, ketupat menjadi makanan yang selalu ada pada lebaran atau Idul Fitri.

Makna Lebaran Istilah lebaran dalam tulisan ini merujuk pada tradisi dalam masyarakat Jawa yang menyebut Hari Raya Idul Fitri dengan Lebaran. Selain kata lebaran, kata yang hampir sama bunyinya dan memiliki makna yang berdekatan adalah kata luberan, leburan, lan laburan.

Lebaran bermakna usai atau selesai, menandakan selesainya waktu puasa dan menginjak hari Raya Idul Fitri. Orang Jawa menyebut dengan kata riyaya, maksudnya adalah hari besar, hari kemenangan umat Islam setelah menahan hawa nafsu dengan menunaikan ibadah puasa. Selain itu, orang Jawa juga menggunakan kata ba’- da yang bermakna sesudah atau tahapan setelah menjalankan ibadah puasa.

Kata luberan bermakna meluber atau melimpah, sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum yang kurang mampu. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib yang dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia yang membutuhkan. Kata leburan bermakna habis dan lebur, maksudnya pada hari lebaran, dosa dan kesalahan kita telah dilebur dengan saling bersilaturahim dan saling meminta maaf.

Kata laburan berasal dari kata labur atau kapur, yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin.

Berdasarkan uraian ketupat dan lebaran di atas, makna filosofi ketupat dan lebaran tidak lepas dari makna utama Idul Fitri, yaitu kembali ke kesucian, sebagaimana bayi yang baru lahir dalam keadaan suci tanpa kesalahan. Kembali fitri karena dosa-dosanya yang lalu telah diampuni oleh Allah SWT dengan menjalankan ibadah puasa Ramadan beserta ibadah sunahnya. Demikian juga dosa kepada sesama juga telah dilebur dengan saling meminta maaf. (*)

Terbuat dari Anyaman Janur, Ini Lo Filosofi dari Ketupat

Page 142: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Di balik bentuknya yang unik dan rasanya yang khas, ternyata ketupat memiliki banyak makna filosofi di dalamnya. Dimulai dari bahan yang digunakan untuk membuat ketupat, yaitu janur.

Menurut filosofi dari masyakat Jawa, janur merupakan singkatan dari frasa "sejatine nur" yang melambangkan seluruh manusia berada dalam kondisi yang bersih dan suci setelah melaksanakan ibadah puasa. Selain itu, menurut mereka janur memiliki kekuatan magis sebagai suatu benda yang dapat menolak bala.

Alasan itulah yang menyebabkan beberapa orang menggantungkan ketupat di depan pintu rumah mereka, sebagai salah satu upaya permohonan kepada Allah swt. agar dijauhkan dari malapetaka.

Anyaman ketupat yang cukup rumit memiliki arti bahwa hidup manusia dipenuhi dengan rintangan dan lika-liku. Bentuk segi empat yang ada pada ketupat, menggambarkan empat jenis nafsu dunia.

Empat nafsu tersebut adalah nafsu emosi, nafsu untuk memuaskah rasa lapar, nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah dan nafsu untuk memaksa diri.

Seseorang yang memakan ketupat, digambarkan sebagai orang yang telah bisa mengendalikan keempat nafsu tersebut setelah melaksanakan ibadah puasa.

2 dari 2 halaman

Filosofi Isi Ketupat

Isi ketupat yang berupa beras, menggambarkan harapan agar kehidupan dipenuhi dengan kemakmuran. Isi ketupat yang berwarna putih itu juga menggambarkan permohonan maaf atas segala kesalahan sekaligus harapan agar kehidupan yang dimiliki bisa seputih isi ketupat tersebut.

Biasanya, ketupat dimakan dengan berbagai sayur yang memiliki bahan dasar santan. Di dalam filosofinya, santan memiliki arti pangapunten yang berarti memohon maaf atas berbagai kesalahan yang dilakukan.

Selain itu, ada juga istilah seperti "Mangan kupat nganggo santen, menawi lepat nyuwun pangapunten". Istilah tersebut memiliki arti, "Memakan ketupat dengan santan, jika ada kesalahan mohon dimaafkan". Jika disimpulkan, ketupat itu sendiri memiliki beberapa filosofi khusus.

Filosofi tersebut diantaranya adalah mencerminkan beragam kesalahan manusia, kesucian hati, dan kesempurnaan.

Tradisi yang disebarkan oleh Sunan Kalijaga di pulau Jawa ini, telah menjadi sebuah simbol khusus yang dijalankan secara turun temurun hingga sekarang. Meskipun saat itu ketupat dianggap sebagai makanan yang sakral, tetapi seiring berkembangnya budaya akhirnya kesakralan tersebut dapat dihilangkan.

Itulah beberapa filosofi yang mendasari lahirnya bentuk dari sebuah ketupat. Jika dilihat dari filosofi tersebut, tak heran jika ketupat memang sangat cocok dimakan pada saat lebaran dan berkumpul dengan keluarga.

Tahu Gak Sih? Ternyata Ini Asal Usul Ketupat yang Sering Jadi Menu Lebaran

Bagaimana puasa kalian? lancar atau bolong-bolong?

Setelah berpuasa selama satu bulan penuh umat muslim di seluruh dunia akan menyambut datangnya hari kemenangan, Idul Fitri.

Idul Fitri tentunya identik dengan berkumpul bersama keluarga, saling maaf memaafkan antar sesama umat manusia dan pastinya makan-makan enak, horee!

Di segala penjuru dunia bagi umat muslim yang merayakan Idul Fitri tentu mempunyai makanan khas saat menyambut Idul Fitri.

Di Indonesia ada makanan yang wajib ada saat lebaran tiba yakni Ketupat.

Ketupat atau Kupat adalah hidangan khas Indonesia berbahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (Janur).

Ketupat banyak ditemui saat perayaan lebaran dan lima hari sesudahnya.

Nah, sekarang bagaimana asal usul ada ketupat di Indonesia?

Tahu Gak Sih? Ternyata Ini Asal Usul Ketupat yang Sering Jadi Menu Lebaran

Ketupat dalam bentuk seperti sekarang sudah ada pada zaman Hindu-Buddha di Nusantara yang digunakan oleh jemaatnya untuk upacara keagamaan dan ritual ibadah.

Dalam filosofi Jawa kata ketupat kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.

Ngaku Lepat artinya mengakui kesalahan yang diperbuat.

Sedangkan Laku Papat artinya empat tindakan.

Page 143: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Tradisi sungkeman dalam lebaran juga berhubungan erat dalam filosofi ketupatyang diibaratkan meminta maaf dan mengakui kesalahn dalam bertindak.

Filosofi ketupat ini kemudian pada abad ke-15 tepat saat Islam berkembang di Nusantara, Sunan Kalijaga menggunakan ketupat sebagai upaya dakwahnya menggunakan filosofi Jawa berbaur nilai keislaman kepada masyarakat.

Dakwah sunan Kalijaga menggunakan ketupat ini efektif dan dijadikan makanan khas saat lebaran.

Nah, sudahkah tersedia anyaman kerupat di rumah kalian? jangan khawatir jika belum bisa menganyamnya, berikut ada sedikit tips simpel menganyam ketupat.

Sejarah, Makna dan Filosofi Ketupat dalam Tradisi Lebaran

Makna Ketupat

Arti dan Makna Filosofi Ketupat di Tanah Jawa

ketupat tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Dalam perayaan Idul Fitri, tentunya di situ ada satu hal yang tidak pernah pisah dari perayaan Ketupat Lebaran. Istilah tersebut telah menjamur di semua kalangan umat Islam terutama di pulau Jawa.

Ketupat atau kupat sangatlah identik dengan Hari Raya Idul Fitri. Buktinya saja di mana ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Apakah ketupat ini hanya sekedar pelengkap hari raya saja ataukah ada sesuatu makna di dalamnya?

Ketupat

Sejarah Ketupat.

Adalah Kanjeng Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada hari yang disebut BAKDA KUPAT tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.

Setelah selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Arti Kata Ketupat

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.

Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku Lepat

Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa.Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini.Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua.

Laku Papat

Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran.Empat tindakan tersebut adalah:1. Lebaran.2. Luberan.3. Leburan.4. Laburan.

Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan

LebaranLebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

LuberanBermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

LeburanMaknanya adalah habis dan melebur.Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

LaburanBerasal dari kata labur atau kapur.

Page 144: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Nah, itulah arti kata ketupat yang sebenarnya.Selanjutnya kita akan mencoba membahas filosofi dari ketupat itu sendiri.

Filosofi Ketupat:1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat ini.

2. Kesucian hati.Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan.Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).

Itulah makna, arti serta filosofi dari ketupat.

Betapa besar peran para Wali dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar, seperti tradisi lebaran dan hidangan ketupat yang telah menjadi tradisi dan budaya hingga saat ini.

Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), katupat kandangan (Banjar), Grabag (kabupaten Magelang), kupat glabet (Kota Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan Katupa), lotek, serta gado-gado yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai satai, meskipun lontong lebih umum.

Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.[1]

Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut 7 (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut 6. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Di antara beberapa kalangan di Pulau Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Ada masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa, sepasar) sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat.

Di pulau Bali, ketupat (di sana disebut kipat) sering dipersembahkan sebagai sesajian upacara. Selain untuk sesaji, di Bali ketupat dijual keliling untuk makanan tambahan yang setaraf dengan bakso, terutama penjual makanan ini banyak dijumpai di Pantai Kuta dengan didorong keliling di sana.

Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Dari berbagai sumber.

Filosofi Ketupat dan Lepet Warisan Walisanga

DutaIslam.Com - Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa tentang filosofi ketupat. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupatan, dimulai seminggu sesudah lebaran.

Arti kata ketupat

Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat merupakan kependekan dari ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku lepat (mengaku salah)

Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.

Laku papat Laku empat ada dalam tradisi kupatan, yakni: 1). Lebaran (sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa), 2). Luberan (meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin dalam kewajiban pengeluaran zakat fitrah), 3). Leburan (sudah habis dan lebur. Dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain, 4). Laburan (berasal dari

Page 145: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya).

Asal kata janur

Janur, diambil dari bahasa Arab "Ja'a Nur" (telah datang cahaya). Adapaun bentuk fisik kupat yang segi empat adalah ibarat hati manusia. Saat orang sudah mengakui kesalahannya, maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki. Kenapa? Karena hatinya sudah dibungkus cahaya (Ja'a Nur).

Asal kata lepet

Lepet = silep kang rapet. Mari kita kubur/tutup yang rapat. Jadi setelah mengaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.

Dari sini, kita semakin mengetahui betapa besar peran para walisanga dalam memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat awam di Jawa waktu itu yang tidak paham bahasa Arab. Inilah cara dakwah yang mengajak, tanpa harus menginjak pemahaman atau kebodohan masyarakat. [dutaislam.com/ ab]

Filosofi di balik ketupat: ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (lebaran, luberan, leburan, laburan)

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan dan laku papat artinya empat tindakan:

Ngaku Lepat

Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini.

Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua.

Laku PapatLaku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran. Empat tindakan tersebut adalah:1. Lebaran.2. Luberan.3. Leburan.4. Laburan.Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan

LebaranLebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

LuberanBermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

LeburanMaknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

LaburanBerasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.Nah, itulah arti kata ketupat yang sebenarnya.Selanjutnya kita akan mencoba membahas filosofi dari ketupat itu sendiri.Filosofi Ketupat:

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat ini.

2. Kesucian hati.Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan.Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPAT SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).Kiriman Mbak Tati, Lavender Ribbon Cancer Support Group.

Ternyata dibalik ketupat yang demikian sederhana, dan di balik kata lebaran yang sering kita gunakan untuk melambangkan Iedul Fitri dan Iedul Adha (lebaran haji), terdapat filosofi yang begitu dalam.

Page 146: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Semoga kita pun dapat menyelami, menghayati dan mengamalkan seluruh filosofi itu dalam memaknai perayaan Iedul Fitri kali ini.

Pertanyaannya:Kenapa penting memaknai Iedul Fitri dengan filosofi ketupat di atas?Khusus untuk anda, apa yang dapat menjadi lebih baik dalam hidup anda dengan menggunakan filosofi ini untuk lebaran kali ini?Sejarah, Makna dan Filosofi Ketupat dalam Tradisi LebaranArti dan Makna Filosofi Ketupat di Tanah JawaKetupat tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Dalam perayaan Idul Fitri, tentunya di situ ada satu hal yang tidak pernah pisah dari perayaan Ketupat Lebaran. Istilah tersebut telah menjamur di semua kalangan umat Islam terutama di pulau Jawa.

Ketupat atau kupat sangatlah identik dengan Hari Raya Idul Fitri. Buktinya saja di mana ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Apakah ketupat ini hanya sekedar pelengkap hari raya saja ataukah ada sesuatu makna di dalamnya?

Ketupat

Sejarah Ketupat

Adalah Kanjeng Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada hari yang disebut BAKDA KUPAT tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.

Setelah selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Arti Kata Ketupat

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku LepatTradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua.

Laku PapatLaku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran.Empat tindakan tersebut adalah:1. Lebaran.2. Luberan.3. Leburan.4. Laburan.

Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan

LebaranLebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

LuberanBermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

LeburanMaknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

LaburanBerasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Nah, itulah arti kata ketupat yang sebenarnya. Selanjutnya kita akan mencoba membahas filosofi dari ketupat itu sendiri.

Filosofi Ketupat:1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.

Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat ini.

2. Kesucian hati.

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan.

Page 147: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).

Itulah makna, arti serta filosofi dari ketupat. Betapa besar peran para Wali dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar, seperti tradisi lebaran dan hidangan ketupat yang telah menjadi tradisi dan budaya hingga saat ini.

Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), katupat kandangan (Banjar), Grabag (kabupaten Magelang), kupat glabet (Kota Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan Katupa), lotek, serta gado-gado yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai satai, meskipun lontong lebih umum.

Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.

Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut 7 (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut 6. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Di antara beberapa kalangan di Pulau Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Ada masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa, sepasar) sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat.

Di pulau Bali, ketupat (di sana disebut kipat) sering dipersembahkan sebagai sesajian upacara. Selain untuk sesaji, di Bali ketupat dijual keliling untuk makanan tambahan yang setaraf dengan bakso, terutama penjual makanan ini banyak dijumpai di Pantai Kuta dengan didorong keliling di sana.

Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Arti dan Makna Filosofi Ketupat di Tanah Jawa

Ketupat tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Dalam perayaan Idul Fitri, tentunya di situ ada satu hal yang tidak pernah pisah dari perayaan Ketupat Lebaran. Istilah tersebut telah menjamur di semua kalangan umat Islam terutama di pulau Jawa.

Ketupat atau kupat sangatlah identik dengan Hari Raya Idul Fitri. Buktinya saja di mana ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Apakah ketupat ini hanya sekedar pelengkap hari raya saja ataukah ada sesuatu makna di dalamnya?

Ketupat

Sejarah Ketupat

Adalah Kanjeng Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada hari yang disebut BAKDA KUPAT tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.

Setelah selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Arti Kata Ketupat

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku LepatTradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua.

Laku PapatLaku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran.Empat tindakan tersebut adalah:1. Lebaran.2. Luberan.

Page 148: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

3. Leburan.4. Laburan.

Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan

LebaranLebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

LuberanBermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

LeburanMaknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

LaburanBerasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Nah, itulah arti kata ketupat yang sebenarnya. Selanjutnya kita akan mencoba membahas filosofi dari ketupat itu sendiri.

Filosofi Ketupat:1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat ini.

2. Kesucian hati.Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan.Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).

Itulah makna, arti serta filosofi dari ketupat. Betapa besar peran para Wali dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar, seperti tradisi lebaran dan hidangan ketupat yang telah menjadi tradisi dan budaya hingga saat ini.

Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), katupat kandangan (Banjar), Grabag (kabupaten Magelang), kupat glabet (Kota Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan Katupa), lotek, serta gado-gado yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai satai, meskipun lontong lebih umum.

Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.

Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut 7 (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut 6. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Di antara beberapa kalangan di Pulau Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Ada masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa, sepasar) sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat.

Di pulau Bali, ketupat (di sana disebut kipat) sering dipersembahkan sebagai sesajian upacara. Selain untuk sesaji, di Bali ketupat dijual keliling untuk makanan tambahan yang setaraf dengan bakso, terutama penjual makanan ini banyak dijumpai di Pantai Kuta dengan didorong keliling di sana.

Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Sumber: karyacerdas.wordpress.com

Page 149: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Filosofi Ketupat Ngaku Lepat dan Meminta Maaf

Ketupat atau kupat ( Sunda-red) merupakan sebuah hidangan khas Indonesia berbahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur) atau kadang-kadang dari daun palma yang lain.

Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran sampai 5 hari berikutnya ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Tradisi ketupat (kupat) Lebaran menurut cerita merupakan simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa Ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan Kalijaga saat mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat.

Asimilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada saat umat Islam merayakan Lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya Lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.

Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku Lepat : Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua.

Laku Papat : Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran.

Empat tindakan tersebut adalah:

1. Lebaran.2. Luberan.3. Leburan.4. Laburan.

Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan

Lebaran : Bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

Luberan : Bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang Lebaran hal wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Leburan : Maknanya , habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Laburan : Berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air atau pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Filosofi Ketupat:

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.

Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat ini.

2. Kesucian hati.

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan.

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

Page 150: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa disebut “KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf). (E-001) ***

Diperkenalkan Sunan Kalijaga, Ternyata Ketupat Adalah Singkatan

PADA hari raya Idulfitri, tidak lengkap rasanya jika Anda tidak menyediakan ketupat sebagai makanan hidangan. Ketupat merupakan salah satu panganan khas saat Lebaran dan biasanya disajikan dengan opor ayam maupun hidangan bersantan lainnya.

Ketupat atau yang dalam tradisi Sunda dan Jawa diesebut kupat sangat identik dengan Idulfitri meski kadang pula diasosiasikan dengan perayaan Iduladha.

Di mana ada ucapan selamat Idulfitri, hampir bisa dipastikan tertera gambar ketupat. Penyajian ketupat pada hari raya ternyata menyimpan banyak makna.

Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan masyarakat Jawa dengan ketupat. Sunan Kalijaga membudayakan pelaksanaan 2 meomen waktu yang disebut bakda yaitu bakda Lebaran dan bakda kupat.

’Ngaku lepat’ artinya mengakui kesalahan dan ’laku papat’ artinya empat tindakan. Selain itu, ketupat juga memiliki filosofi lainnya yaitu:

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia

Hal itu bisa terlihat dari rumitnya bungkusan atau anyaman ketupat.

2. Kesucian hati

Setelah ketupat dibuka, akan terlihat nasi putih. Hal itu mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal itu dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa Ramadan dan akhirnya merayakan Idulfitri.

4. Simbol permohonan maaf

Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, dalam pantun Jawa kadang disebutka “kupa santen“ yang artinya ’Kulo lepat nyuwun ngapunten (Saya salah mohon maaf).

Itulah makna serta filosofi dari ketupat. Betapa besar peran para wali dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar seperti tradisi Lebaran dan hidangan ketupat yang telah mengakar hingga saat ini.***

Lima Makna dan Filosofi Ketupat

Oleh

Tebuireng Online [M. Abror Rosyidin]

-

11 Juni 2019

Page 151: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Oleh: M. Minahul Asna*

Setelah satu bulan penuh kita melaksanakan puasa Ramadan dalam adat Jawa, ada istilah bakda dua , bakda lebaran dan bakda kupat. Bakda dalam bahasa arab berasal dari kata بعد yaitu berarti setelah. Jadi Bakda Lebaran adalah Hari Raya Idul Fitri dimana seluruh umat Islam diharamkan untuk Puasa. Bakda Kupat adalah hari raya orang yang melaksanakan puasa Syawal selama enam hari. Nah kali ini kita akan membahas tentang istilah kupatan.

Siapa orang Jawa yang tak mengenal kupatan. Kupat merupakan semacam wadah berbentuk kotak unik berbahan janur yang dianyam sedemikian rupa. Untuk membuatnya memang gampang-gampang susah dan pastinya perlu ketelatenan.

Istilah Kupatan pertama kali dibuat oleh seorang anggota dewan Walisongo, Raden Mas Said atau Sunan Kalijaga sebagai bentuk hari raya untuk orang-orang yang melaksanakan puasa Syawal selama enam hari. Seperti kebudayaan-kebudayaan Jawa Islam lain, kupatan memiliki nilai-nilai filosofis.

Kupatan memiliki arti ngaku lepat, yaitu mengakui kesalahan. Semua manusia pasti punya kesalahan dan sebaik-baiknya orang adalah mereka yang mau mengakui kesalahannya. Selain itu dari seluruh komponennya kupat memiliki arti lagi. Mari kita bahas satu persatu.

Majalah Tebuireng

Dimulai dari bahannya yaitu janur. Janur menurut filosofis Jawa merupakan kepanjangan dari sejatine nur yang melambangkan seluruh manusia berada dalam kondisi yang bersih dan suci setelah menlaksanakan ibadah puasa. Selain itu, juga menurut orang Jawa, Janur memiliki kekuatan magis sebagai tolak bala. Karena itu banyak juga yang menggantungkan kupat di depan pintu rumah mereka sebagai tawasul agar jauh dari bala.

Dan selanjutnya dari anyaman kupat yang sangat rumit memiliki arti bahwa hidup manusia itu juga penuh dengan liku-liku, pasti ada kesalahan di dalamnya. Kupat juga memiliki bentuk segi empat yang menggambarkan empat jenis nafsu dunia yaitu al amarah, yakni nafsu emosional; al lawwamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar; supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah; dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri. Dan orang yang memakan kupat menggambarkan pula telah bisa mengendalikan keempat nafsu tersebut setelah melaksanakan ibadah puasa.

Mengenal Penyakit Terbesar Umat

Selanjutnya, isi ketupat yang berbahan beras sebagai bentuk harapan agar kehidupannya dipenuhi dengan kemakmuran. Selain itu saat kita membelah ketupat, kita akan menjumpai warna putih yang mencerminkan kita memohon maaf atas segala kesalahan dan juga berharap bisa seputih isi kupat tersebut.

Terakhir, dari cara memakan ketupat yaitu dengan sayur cecek dan lain sebagainya, terkhusus biasanya berbahan santen. Santen berarti juga pangapunten, yaitu memohon maaf atas kesalahan. Dari itu ada istilah “Mangan kupat nganggo santen. Menawi lepat, nyuwun pangapunten (makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan”.

Page 152: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Demikian arti filosofis kupatan, tradisi yang diajarkan Sunan Kalijaga. Tradisi semcacam itu harus dilakukan dengan sebijak mungkin agar tidak disalahgunakan menuju kesyikiran, tetapi tetap dilestarikan sebagai bagian dari syiar Islam Indonesia yang berciri khas akulturasi budaya. Mari kita lestarikan bersama tradisi tersebut agar anak-anak kita dapat merasakannya juga kelak.

*Disarikan dari berbagai sumber

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari

Ternyata Ketupat Punya Filosofi Hidup yang Sarat Makna, Lho!

Ketupat tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Di mana ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Tradisi ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, menjadikan ketupat sebagai simbol perayaan hari raya umat Islam sejak masa pemerintahan Demak dibawah kepemimpinan Raden Patah di awal abad ke-15. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran.

Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim. Berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih muda.

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Selain memiliki makna, ketupat pun memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya. Seperti dilansir dari islamidia.com, 4 filosofi yang terkandung dari ketupat adalah :

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.goodnewsfromindonesia.id

Dari rumitnya cara membungkus ketupat mencerminkan beragam kesalahan manusia.

2. Kesucian hati.Lanjutkan membaca artikel di bawah

Isi ketupat

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan.eyeem.com

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Saling memaafkan.www.berbagionline.com

Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “ KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf). Santan atau santen bagi orang Jawa sebagai “pangapunten” atau memaafkan.

Dua Jenis Zakat yang Wajib Ditunaikan

Di depan telah dijelaskan dasar-dasar kewajiban zakat. Di dalam fiqih, zakat wajib dibagi menjadi dua macam. Pertama, zakat nafs (badan) atau yang lebih dikenal dengan zakat fitrah. Dalam suatu hadits disebutkan:

ه رسول فرض ه صلى الل م عليه الل اس على رمضان من الفطر زكاة وسل من أنثى أو ذكر عبد أو حر كل على شعير من صاعا أو تمر من صاعا الن المسلمين

“Baginda Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam mewajibkan zakat fitrah di bulan Ramadhan kepada manusia yaitu satu sha’ dari kurma atau satu sha’ dari gandum kepada setiap orang merdeka, budak laki-laki atau orang perempuan dari kaum Muslimin.” (HR. Bukhari Muslim)

Dengan demikian, zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk bahan makanan pokok di daerah setempat. Dalam konteks Indonesia, satu sha’ setara dengan sekitar dua setengah kilogram beras per orang (ada yang berpendapat 2,7 kilogram).

(Baca juga: Hukum Zakat Fitrah dalam Bentuk Uang)

Kedua, zakal mal. Secara umum aset zakat mal meliputi hewan ternak, emas dan perak, bahan makanan pokok, buah-buahan, dan mal tijarah (aset perdagangan). Syekh an-Nawawi Banten berkata:

وأما-- قال أن إلى -- والغنم والبقر والإبل والعنب والنخل والزروع والفضة الذهب وهي المال أجناس من أصناف ثمانية في واجبة وهي مال وزكاة منهما تكون إنما وهي بقيمتها، تتعلق زكاتها لأن والفضة للذهب ترجع فهي التجارة عروض

“Zakat mal wajib di dalam delapan jenis harta. Yaitu, emas, perak, hasil pertanian (bahan makanan pokok), kurma, anggur, unta, sapi, kambing ... Sedangkan aset perdagangan dikembalikan pada golongan emas dan perak karena zakatnya terkait dengan kalkulasinya dan

Page 153: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

kalkulasinya tidak lain dengan menggunakan emas dan perak.”(Syekh an-Nawawi Banten, Nihayatz Zain, Surabaya, al-Haramain, cetakan pertama, halaman: 168)

Namun kemudian menurut beberapa ulama kotemporer, aset zakat juga memasukkan uang (bank note/al-auraq al-maliyah), hasil profesi, atau hadiah yang diterima oleh seseorang sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Wahbah az-Zuhaili di dalam al-Fiqh al-Islami, Syekh Yusuf al-Qardawi di dalam Fiqhuz Zakah, Syekh Abdurrahman al-Juzairi di dalam al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, dan yang lainnya. Pendapat ini berpedoman pada beberapa riwayat ulama, di antaranya:

1. Riwayat dari Ibn Abbas

يستفيد حين يزكيه قال المال يستفيد الرجل في عباس ابن عن

“Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas tentang seseorang yang memperoleh harta, (lalu) Ibn ‘Abbas berkata: ‘(Hendaknya) ia menzakatinya pada saat memperolehnya.’.” (HR. Ahmad ibn Hanbal)

2. Riwayat dari Ibn Mas’ud

زكاة منها يأخذ صغارثم زبل في العطاء يعطينا مسعود ابن الله عبد كان: قال يريم بن هبيرة عن

“Diriwayatkan dari Habirah ibn Yarim, ia berkata: ‘Abdullah ibn Mas’ud memberi kami suatu pemberian di dalam keranjang kecil, kemudian beliau mengambil zakat dari pemberian-pemberian tersebut.” (HR. Abu Ishaq dan Sufyan ats-Tsauri)

3. Riwayat dari Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz

لأصحابها خرجت إذا الأعطية من الزكاة يأخذ وكان الزكاة، منها أخذ المظالم رد وإذا الزكاة، منها أخذ عمالته الرجل أعطى إذا كان أنه عبيد أبو ذكر

“Abu ‘Ubaid menyebutkan bahwa sesungguhnya Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz memberi upah seorang pekerja, maka beliau mengambil zakat darinya, ketika mengembalikan madhalim (harta yang diambil secara zalim), maka beliau mengambil zakat darinya, dan beliau mengambil zakat dari ‘athiyah (pemberian-pemberian) saat dibagikan pada pemiliknya.” (Yusuf al-Qardawi, Fiqhuz Zakah, Beirut, Dar al-Fikr, jilid I, halaman: 431)

Begitulah sekilas penjelasan global tentang pembagian zakat yang wajib dibayarkan. Insyaallah, selanjutnya akan dijelaskan lebih detail dan terperinci terkait satu persatu harta yang wajib dizakati.

Wallahu a’lam.

Zakat: Definisi, Sejarah, dan Hikmahnya

Definisi Zakat

Kata zakat ditinjau dari sisi bahasa arab memiliki beberapa makna, di antaranya berkembang, berkah, banyaknya kebaikan, menyucikan dan memuji. Sedangkan dalam istilah fiqih, zakat memiliki arti sejumlah harta tertentu yang diambil dari harta tertentu dan wajib diserahkan kepada golongan tertentu (mustahiqqin).

Zakat dijadikan nama untuk harta yang diserahkan tersebut, sebab harta yang dizakati akan berkembang dan bertambah. Syekh Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Hishni berkata:

الآخذ ودعاء إخراجها ببركة ينمو المال لأن بذلك وسميت

“Disebut zakat karena harta yang dizakati akan berkembang sebab berkah membayar zakat dan doa orang yang menerima.” (Syekh Taqiyyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Hishni, Kifayatul Akhyar, Surabaya, al-Haramain, cetakan kedua, 2002, halaman 104)

Allah berfirman:

ه وجه تريدون زكاة من آتيتم وما المضعفون هم فأولئك الل

Artinya: “Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan pahalanya.” (QS. Ar-Ruum : 39)

Sejarah

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang kapan zakat diwajibkan. Di dalam kitab Hasyiyah al-Jamal dijelaskan bahwa Zakat mal mulai diwajibkan di bulan Sya’ban tahun kedua hijriah bersamaan dengan zakat fitri. Ada yang berpendapat bahwa zakat diwajibkan sebelum baginda Nabi hijrah ke Madinah.

Namun, menurut pendapat yang masyhur di kalangan para pakar hadits, zakat mal diwajibkan pada bulan Syawal tahun kedua hijriah sedangkan zakat fitri diwajibkan dua hari sebelum hari raya Idul Fitri setelah diwajibkannya puasa Ramadhan. (Sulaiman al-Jamal, Hasyiyah al-Jamal ala al-Minhaj, Beirut, Dar al-Fikr, cetakan kedua, 2003, jilid dua, halaman 96)

Hikmah Zakat

Tidak diragukan lagi betapa besar hikmah di balik kewajiban zakat. Hikmahnya begitu tampak jelas bagi siapa pun yang mau merenungkannya. Di antara hikmah zakat yang paling nampak jelas adalah mengentaskan kemiskinan. Di dalam kitab Syarh Yaqut an-Nafis fi Madhab Idris, Habib Muhammad bin Ahmad Bin Umar asy-Syathiri menjelaskan sebagian dari hikmah di balik kewajiban zakat.

الصحيح وجهها على ووزعت الزكاة أخرجت ولو والتراحم، التعاطف شأنها فمن أكثر، العصر هذا في وتبدو وظاهرة فمعروفة الزكاة حكمة أما الفقراء يكفي ما الأغنياء أموال في جعل ربنا لأن. أبدا فقير الأرض وجه على بقي لما الشرعي

Page 154: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Artinya: “Adapun hikmah zakat, maka sudah diketahui dan tampak jelas. Dan semakin tampak di masa sekarang. Termasuk dampak positif dari zakat akan terjalin kasih sayang dan saling mengasihi. Seandainya zakat dibayarkan dan dibagikan sesuai dengan cara yang benar secara syar’i, niscaya selamanya di muka bumi tidak akan ada orang yang miskin. Karena sesungguhnya di dalam harta para orang kaya, Tuhan kita, Allah Swt telah menetapkan sebagian hak yang bisa mencukupi para faqir.” (Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri, Syarh Yaqut an-Nafis, Beirut, Dar al-Minhaj, cetakan ketiga tahun 2011, halaman : 259)

Sungguh benar apa yang telah beliau sampaikan ini. Seandainya kita kira-kirakan jumlah kaum Muslimin di dunia ini kurang lebih satu miliar. Coba kita melihat pada zakat fitri saja. Ukuran zakat fitri yang wajib dikeluarkan oleh setiap orang Muslim adalah satu sho’ (kurang lebih 2,8 kg). Dan zakat fitri wajib dibayar oleh setiap orang yang memiliki makanan pokok yang lebih untuk sehari semalam di Hari Raya Idul Fitri. Seandainya kita kira-kirakan uang yang dihasilkan dari setiap sho’ kurang lebih Rp25.000, lalu berapa yang dihasilkan dari kelipatannya dengan jumlah orang islam yang wajib membayar zakat? Bayangkan saja betapa banyaknya!

Belum lagi zakat tijarah (perdagangan). Berapa banyak para pedagang Muslim yang memiliki aset dagang ratusan juta atau bahkan miliyaran rupiah. Jika masing-masing dari mereka mengeluarkan zakat 2,5 persen, maka betapa banyak zakat yang terkumpul.

Kemudian di dalam Islam masih ada lagi kewajiban zakat pertanian, zakat peternakan, zakat emas dan perak, dan zakat pertambangan. Dan perlu diingat bahwa semua zakat-zakat ini wajib dibayarkan setiap tahun.

Syariat juga telah mengajarkan bagaimana cara membagi zakat yang benar. Jika orang yang akan diberi zakat dinilai ahli berdagang, maka ia diberi modal untuk berdagang. Jika ahli bertani, maka diberi modal pertanian. Jika ahli dalam keilmuan, maka diberi bekal untuk mencari ilmu agar bermanfaat bagi orang banyak. Jika kreatif dalam membuat usaha, maka diberi modal untuk membuka usaha. Dan jika tidak ahli mengembangkan harta, maka diberi harta yang bisa dimanfaatkan seperti sawah yang bisa disewakan dan seterusnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam kitab-kitab mu’tabarah, di antaranya di dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab (Lihat Imam an-Nawawi, Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Beirut, Dar al-Fikr, cetakan kedua, 2001, jilid keenam, halaman : 194)

Kita lihat bagaimana Allah menata dan mengatur sedemikian rupa agar manusia di muka bumi ini menjadi baik dan sejahtera. Namun sayangnya, mungkin karena kurangnya pengetahuan terhadap aturan yang benar di dalam mengelola zakat, atau faktor lain, hingga seakan zakat tidak begitu mewarnai dalam kehidupan perekonomian kaum Muslimin.

Wallahu a’lam.

(Moh. Sibromulisi)

Beberapa Hal yang Membuat Seseorang Wajib Zakat

Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فقرائكم في فأردها أغنيائكم من الصدقة آخذ أن أمرت

“Aku diperintahkan mengambil zakat dari orang-orang kaya kalian kemudian aku berikan kepada orang-orang faqir dari kalian” (HR. Bukhari Muslim)

Dalam hadits ini ditegaskan bahwa orang kaya wajib membayar zakat yang kemudian diberikan kepada orang-orang fakir. Namun tidak semua orang kaya wajib membayar zakat. Lalu siapa saja orang kaya yang wajib membayar zakat? Berikut ini penjelasan terkait orang-orang yang wajib membayar zakat.

Zakat hanya wajib dibayar oleh orang-orang yang memenuhi kriteria wajib zakat. Di dalam kitab Syarh al-Yaqut an-Nafis fi Mazhab Ibn Idris (asy-Syafi’i) Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri berkata:

الوجود وتيقن والتعين، الملك، وتمام والحرية، الإسلام، : خمسة المال زكاة وجوب شروط

“Syarat-syarat wajib zakat ada lima, yaitu Islam, merdeka, kepemilikan sempurna, pemiliknya tertentu, sang pemilik wujud secara yakin.”(Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri, Syarh al-Yaqut an-Nafis, Beirut, Dar al-Minhaj, cetakan ketiga tahun 2011, halaman : 260)

Dalam kitab tersebut ditegaskan bahwa syarat wajib zakat ada lima.

1. Islam. Maka zakat tidak wajib bagi orang kafir sejak lahir. Walaupun demikian, akan tetapi orang kafir kelak di akhirat tetap diberi siksaan sebab tidak membayar zakat. (Lihat Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri, Syarh al-Yaqut an-Nafis, Beirut, Dar al-Minhaj, cetakan ketiga, tahun 2011, halaman 259).

Sedangkan untuk orang murtad, status hartanya ditangguhkan hingga ia kembali Islam. Jika sampai meninggal dunia tidak kembali Islam, maka status hartanya adalah harta fai’ (harta yang diperoleh pemerintah Muslim dari orang kafir bukan melalui peperangan) dan jelaslah bahwa sebenarnya kepemilikannya telah hilang sejak ia murtad. Jika kembali Islam, maka dia dituntut untuk mengeluarkan (melunasi utang) zakat selama masa murtadnya. (Habib Hasan bin Ahmad al-Kaaf, Taqrirat as-Sadidah, Yaman, Dar al-Mirats an-Nabawi, cetakan pertama, 2013, halaman 397)

2. Merdeka. Zakat tidak wajib bagi budak. Adapun budak Muba’ad (sebagian dirinya berstatus merdeka dan sebagian yang lain berstatus budak), maka wajib mengeluarkan zakat dari harta yang ia miliki dengan status merdeka yang terdapat pada dirinya. (Habib Hasan bin Ahmad al-Kaaf, Taqrirat as-Sadidah, Yaman, Dar al-Mirats an-Nabawi, cetakan pertama, 2013, halaman 397)

3. Kepemilikan harta berstatus tertentu. Tidak wajib mengeluarkan zakat dari harta yang diwakafkan kepada jihah ammah seperti diwakafkan pada para faqir miskin. Sedangkan harta yang diwakafkan kepada orang tertentu seperti pohon kurma yang diwakafkan kepada Zaid, maka hasilnya harus dizakati jika mencapai satu nishab. (Habib Hasan bin Ahmad al-Kaaf, Taqrirat as-Sadidah, Yaman, Dar al-Mirats an-Nabawi, cetakan pertama, 2013, halaman 397)

Page 155: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

4. Kepemilikannya sempurna. Maksudnya dimiliki dengan sempurna. Maka zakat tidak wajib bagi budak mukattab (budak yang mencicil kepada majikannya agar bebas dari status budak) karena status kepemilikannya lemah.

5. Sang pemilik wujud secara yakin. artinya, zakat tidak wajib dikeluarkan dari harta yang diwakafkan kepada janin yang masih berada dalam kandungan karena tidak diyakini wujudnya/hidupnya. (Habib Hasan bin Ahmad al-Kaaf, Taqrirat as-Sadidah, Yaman, Dar al-Mirats an-Nabawi, cetakan pertama, 2013, halaman 397)

Itulah lima kriteria yang menyebabkan seseorang wajib membayar zakat. Sedangkan baligh dan berakal bukanlah termasuk dari syarat wajib zakat. Sehingga, hartanya anak kecil atau orang gila yang sudah mencapai nishab wajib dizakati. Adapun yang mengeluarkan zakat dari harta keduanya adalah walinya. (Habib Hasan bin Ahmad al-Kaaf, Taqrirat as-Sadidah, Yaman, Dar al-Mirats an-Nabawi, cetakan pertama, 2013, halaman 397)

Adapun orang yang memiliki tanggungan utang, para ulama berbeda pendapat. Menurut pendapat yang kuat dalam mazhab Syafi’i, tanggungan utang walaupun banyak tidak dapat mencegah kewajiban zakat. Sedangkan menurut mazhab Hanbali, kewajiban zakat gugur ketika seseorang memiliki utang yang tidak bisa terlunasi kecuali dengan harta yang dizakati; tidak ada harta lain di luar kebutuhan pokok (sandang, pangan dan papan) yang bisa digunakan untuk melunasinya; atau jika pelunasan utang tersebut dilakukan bisa mengurangi ukuran nishab. Ketentuan ini berlakuu baik utang tersebut telah jatuh tempo ataupun belum. (Manshur bin Yunus al-Bahuti, Kasyaf al-Qina’, Beirut, Dar al-Fikr, cetakan kedua, 2003, jilid 2 halaman 202)

Wallahu a’lam.

(Moh. Sibromulisi)

Ulasan tentang Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslin sebagai santunan kepada orang-orang miskin, tanda berakhirnya bulan Ramadhan sebagai pembersih dari hal-hal yang mengotori puasa.

Kewajiban membayar zakat fitrah bersamaan dengan disyariatkan puasa Ramadhan, yaitu pada tahun kedua Hijriغah. Kewajiban membayar zakat fitrah dibebankan kepada setiap muslim dan muslimah, baligh atau belum, kaya atau tidak, dengan ketentuan bahwa ia masih hidup pada malam hari raya dan memiliki kelebihan dari kebutuhan pokoknya untuk sehari .<>

Zakat fitrah ini dibayarkan maksimal sebelum shalat ‘Idul Fitri. Ketentuan zakat fitrah tersebut didasarkan pada hadist Rasulullah SAW :

الفطر زكاة وسلم عليه الله صلى الله رسول فرض تمر، من صاعا على شعير، من أوصاعا ، العبد من والكبير والصغير والأنثى، والذكر والحر س خروج قبل تؤدى أن بها وأمر المسلمين، الصلاة إلى النا

Artinya : “Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat Fitrah sebanyak satu sha’ kurma atau gandum atas oaring muslim baik budak dan orang biasa, laki-laki dan wamita, anak-anak dan orang dewasa, beliau memberitahukan membayar zakat Fitrah sebelum berangkat (ke masjid) ‘Idul Fitri” (HR Bukhari dan Muslim)

Mustahik Zakat

Ada 8 golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq) baik zakat fitrah atau zakat harta, yaitu sesuai dengan firman Allah SWT :

ما فة عليها والعاملين والمساكين للفقراء الصدقات إن قاب وفي قلوبهم والمؤل بيل وابن الله سبيل وفي والغارمين الر والله الله من فريضة الس حكيم عليم

Artinya : “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .”(QS. At-taubah : 60)

Delapan golongan yang berhak menerima zakat sesuai ayat di atas adalah :

1. Orang Fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

2. Orang Miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.

3. Pengurus Zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpilkan dan membagikan zakat.

4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

5. Memerdekakan Budak: mancakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

6. Orang yang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

7. Orang yang berjuang di jalan Allah (Sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufassirin ada yang berpendapat bahwa fi sabilillah itu mancakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

8. Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil) yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

Ketentuan-Ketentuan Zakat Fitrah

1. Besarnya zakat Fitrah adalah 1 sha’ yaitu 2176 gram atau 2,2 Kg beras atau makanan pokok. Dalam prakteknya jumlah ini digenapkan menjadi 2,5 Kg, karena untuk kehati-hatian. Hal ini dianggap baik oleh para ulama.

Page 156: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

2. Menurut madzhab hanafi, diperbolehkan mengeluarkan zakat Fitrah dengan uang seharga ukuran itu, jika dianggap lebih bermanfaat bagi mustahik.

3. Waktu mengeluarkan zakat Fitrah adalah sejak awal bulan puasa Ramadhan hingga sebelum shalat ‘Idul Fitri maka dianggap sedekah sunah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

أداها ومن مقبولة زكاة فهي الصلاة قبل أداها فمن الصدقات من صدقة فهي الصلاة بعد

Artinya : “Barang siapa mengeluarkan (zakat Fitrah) sebelum shalat (‘Idul Fitri), maka zakatnya sah. Barang siapa mengeluarkannya setelah shalat maka dianggap sedekah sunah.” (HR. Ibnu Majah)

4. Zakat Fitrah boleh dikeluarkan langsung kepada mustahik atau dibayarkan melalui amil zakat.

5. Amil atau panitia zakat Fitrah boleh membagikan zakat kepada mustahik setelah shalat ‘Idul Fitri karena uzur syar'i.

6. Jika terjadi perbedaan Hari Raya, maka panitia zakat Fitrah yang berhari raya terlebih dahulu tidak boleh menerima zakat Fitrah setelah mereka mengerjakan shalat ‘Idul Fitri.

7. Panitia Zakat Fitrah hendaknya mendoakan kepada orang yang membayar zakat, agar ibadahnya selama Ramadhan diterima dan mendapat pahala. Doa yang sering dibaca oleh yang menerima zakat, diantaranya:

طهورا لك وجعله أبقيت فيما وبارك أعطيت فيما الله آجرك

Artinya : “Semoga Allah SWT memberikan pahala kepadamu atas apa saja yang telah Allah memberi berkah kepadamu atas semua yang masih ada padamu dan mudah-mudahan Allah menjadikan kesucian bagimu.”

Adapun orang-orang yang tidak boleh menerima zakat ada dua golongan:1. Anak cucu keluarga Rasulullah SAW2. Sanak Famili orang yang berzakat, yaitu bapak, kakek, istri, anak, cucu, dan lain-lain.

KH A. Nuril HudaKetua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)

Cara Menghitung Zakat Profesi

Zakat penghasilan atau zakat profesi (al-mal al-mustafad) adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendirian maupun bersama dengan orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) halal yang memenuhi nisab (batas minimum untuk wajib zakat). Contohmya adalah pejabat, pegawai negeri atau swasta, dokter, konsultan, advokat, dosen, makelar, seniman dan sejenisnya.

Hukum zakat penghasilan berbeda pendapat antar ulama fiqih. Mayoritas ulama mazhab empat tidak mewajibkan zakat penghasilan pada saat menerima kecuali sudah mencapai nisab dan sudah sampai setahun (haul), namun para ulama mutaakhirin seperti Syekh Abdurrahman Hasan, Syekh Muhammad Abu Zahro, Syekh Abdul Wahhab Khallaf, Syekh Yusuf Al Qardlowi, Syekh Wahbah Az-Zuhaili, hasil kajian majma' fiqh dan fatwa MUI nomor 3 tahun 2003 menegaskan bahwa zakat penghasilan itu hukumnya wajib.

Hal ini mengacu pada pendapat sebagian sahabat (Ibnu Abbas, Ibnu Masud dan Mu'awiyah), Tabiin (Az-Zuhri, Al-Hasan Al-Bashri, dan Makhul) juga pendapat Umar bin Abdul Aziz dan beberapa ulama fiqh lainnya. (Al-fiqh Al-Islami wa ‘Adillatuh, 2/866)

Juga berdasarkan firman Allah SWT: "... Ambilah olehmu zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka..." (QS. At-Taubah 9:103) dan firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik..." (QS. Al-Baqarah. 2:267)

Juga berdasarkan sebuah hadits sahih riwayat Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Keluarkanlah olehmu sekalian zakat dari harta kamu sekalian," dan hadits dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW bersabda: "Sedekah hanyalah dikelaurkan dari kelebihan/kebutuhan. tangan atas lebih baik daripada tangan dibawah. mulailah (dalam membelanjakan harta) dengan orang yang menjadi tanggung jawabmu." ( HR. Ahmad)

Dan juga bisa dijadikan bahan pertimbangan apa yang dijelaskan oleh penulis terkenal dari Mesir, Muhammad Ghazali dalam bukunya Al-Islam wal Audl' Aliqtishadiya: "Sangat tidak logis kalau tidak mewajibkan zakat kepada kalangan profesional seperti dokter yang penghasilannya sebulan bisa melebihi penghasilan petani setahun."

Jika kita mengikuti pendapat ulama yang mewajibkan zakat penghasilan, lalu bagaimana cara mengeluarkannya? Dikeluarkan penghasilan kotor (bruto) atau penghasilan bersih (neto)? Ada tiga wacana tentang bruto atau neto seperti berikut ini.

Bruto atau Neto

Dalam buku fiqih zakat karya DR Yusuf Qaradlawi. bab zakat profesi dan penghasilan, dijelaskan tentang cara mengeluarkan zakat penghasilan. Kalau kita klasifikasi ada tiga wacana:

1. Pengeluaran bruto, yaitu mengeluarkan zakat penghasilan kotor. Artinya, zakat penghasilan yang mencapai nisab 85 gr emas dalam jumlah setahun, dikeluarkan 2,5 % langsung ketika menerima sebelum dikurangi apapun. Jadi kalau dapat gaji atau honor dan penghasilan lainnya dalam sebulan mencapai 2 juta rupiah x 12 bulan = 24 juta, berarti dikeluarkan langsung 2,5 dari 2 juta tiap buan = 50 ribu atau dibayar di akhir tahun = 600 ribu.

Hal ini juga berdasarkan pendapat Az-Zuhri dan 'Auza'i, beliau menjelaskan: "Bila seorang memperoleh penghasilan dan ingin membelanjakannya sebelum bulan wajib zakat datang, maka hendaknya ia segera mengeluarkan zakat itu terlebih dahulu dari

Page 157: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

membelanjakannya" (Ibnu Abi Syaibah, Al-mushannif, 4/30). Dan juga menqiyaskan dengan beberapa harta zakat yang langsung dikeluarkan tanpa dikurangi apapun, seperti zakat ternak, emas perak, ma'dzan dan rikaz.

2. Dipotong operasional kerja, yaitu setelah menerima penghasilan gaji atau honor yang mencapai nisab, maka dipotong dahulu dengan biaya operasional kerja. Contohnya, seorang yang mendapat gaji 2 juta rupiah sebulan, dikurangi biaya transport dan konsumsi harian di tempat kerja sebanyak 500 ribu, sisanya 1.500.000. maka zakatnya dikeluarkan 2,5 dari 1.500.000= 37.500,-

Hal ini dianalogikan dengan zakat hasil bumi dan kurma serta sejenisnya. Bahwa biaya dikeluarkan lebih dahulu baru zakat dikeluarkan dari sisanya. Itu adalah pendapat Imam Atho' dan lain-lain dari itu zakat hasil bumi ada perbedaan persentase zakat antara yang diairi dengan hujan yaitu 10% dan melalui irigasi 5%. 3. Pengeluaran neto atau zakat bersih, yaitu mengeluarkan zakat dari harta yang masih mencapai nisab setelah dikurangi untuk kebutuhan pokok sehari-hari, baik pangan, papan, hutang dan kebutuhan pokok lainnya untuk keperluan dirinya, keluarga dan yang menjadi tanggungannya. Jika penghasilan setelah dikurangi kebutuhan pokok masih mencapai nisab, maka wajib zakat, akan tetapi kalau tidak mencapai nisab ya tidak wajib zakat, karena dia bukan termasuk muzakki (orang yang wajib zakat) bahkan menjadi mustahiq (orang yang berhak menerima zakat)karena sudah menjadi miskin dengan tidak cukupnya penghasilan terhadap kebutuhan pokok sehari-hari.

Hal ini berdasarkan hadits riwayat imam Al-Bukhari dari Hakim bin Hizam bahwa Rasulullah SAW bersabda: ".... dan paling baiknya zakat itu dikeluarkan dari kelebihan kebutuhan...". (lihat: DR Yusuf Al-Qaradlawi. Fiqh Zakat, 486)

Kesimpulan, seorang yang mendapatkan penghasilan halal dan mencapai nisab (85 gr emas) wajib mengeluarkan zakat 2,5 %, boleh dikeluarkan setiap bulan atau di akhir tahun. Sebaiknya zakat dikeluarkan dari penghasilan kotor sebelum dikurangi kebutuhan yang lain. Ini lebih afdlal (utama) karena khawatir ada harta yang wajib zakat tapi tapi tidak dizakati, tentu akan mendapatkan adzab Allah baik di dunia dan di akhirat. Juga penjelasan Ibnu Rusd bahwa zakat itu ta’bbudi (pengabdian kepada Allah SWT) bukan hanya sekedar hak mustahiq. Tapi ada juga sebagian pendapat ulama membolehkan sebelum dikeluarkan zakat dikurangi dahulu biaya operasional kerja atau kebutuhan pokok sehari-hari.

Semoga dengan zakat, harta menjadi bersih, berkembang, berkah, bermanfaat dan menyelamatkan pemiliknya dari siksa Allah SWT. Amiin ya mujibas sa`ilin.

H Abdurrahman Navis Lc Wakil Katib Syuriyah PWNU Jawa Timur

Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada Kamis, 23 Agustus 2007 pukul 13:59 Redaksi mengunggahnya dengan perbaikan minor.

Zakat untuk Pemberdayaan dan Zakat Profesi

Al-Qur'an dalam surat At-Taubah ayat 60 menerangkan bahwa zakat harus di berikan kepada asnaf delapan, yaitu faqir, miskin, amil, muallaf, memerdekakan budak, orang yang punya hutang, ibnu sabil dan sabilillah).

دقات إنما قاب وفي قلوبهم والمؤلفة عليها والعاملين والمساكين للفقراء الص بيل وابن الله سبيل وفي والغارمين الر السحكيم عليم والله ����� الله من فريضة �����

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana

Akan tetapi, perkembangan yang ada di masyarakat sekarang ini memunculkan berbagai macam program pemberdayaan ekonomi umat yang menggunakan dana zakat misalnya untuk memberi pinjaman kepada pedagang kecil, penambahan modal usaha mikro dan lain sebagainya.

Hal ini seolah bertentangan dengan ketentuan Surat At-Taubah ayat 60 di atas, padahal tidak demikian. Karena pada dasarnya penggunaan dana zakat untuk pemberdayaan hanyalah merupakan pengembangan sistem distribusi dan pernorganisaian yang lebih efektif. Dalam pandangan fiqih hal ini boleh saja dilakukan asalkan sudah mendapat persetujuan dari mustahik. Sebagaimana diputuskan oleh Bahtsul Masail Diniyyah Nahdlatul Ulama pada Muktamar ke – 28 di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Jogjakarta dengan dasar Al-Majmu' Syarh Muhadzdzab.

اعي يجوز ولا للس ف أن للإمام ولا رشد أهل الفقراء لأن أهلها إلى يوصلها حتى الفرائض من عنده يحصل فيما يتصر لا عليهم يوالى ف يجوز فلا إذنهم بغير مالهم في التصر

Bagi petugas penarik zakat dan penguasa tidak boleh mengelola harta zakat yang mereka dapat, sehingga menyampaikannya kepada yang berhak. Sebab, para fakir adalah golongan orang-orang cakap yang tidak dikuasai orang lain. Maka tidak boleh mengelola harta mereka tanpa seizinnya.

sedangkan tentang zakat profesi, Sebagai pekerja kita wajib mengeluarkan zakat profesi kita kalau sudah mencapai nisab (kadar harta yang mewajibkan berzakat).Jadi, begitu dapat gaji atau penghasilan kita setiap bulan, maka harus langsung zakatnya dikeluarkan. Sedangkan usaha misalnya berdagang kalau sudah setahun dan sudah ada satu nisab dagang dan pegawai adalah 85 gram mas murni, maka wajib mengeluarkan zakatnya 2,5%.

Page 158: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dasar hukum zakat profesi, para ulama berbeda pendapat tentang dasar hukum zakat profesi. Ada yang mengatakan bahwa dasar hukumnya adalah mal mustafad (pendapatan dari hasil kerja), dan ada pula yang mengatakan bahwa dasar hukumnya adalah qiyas (dianalogikan) kepada zakat pertanian dan buah-buahan.Tapi pendapat yang pertama adalah lebih tepat karena lebih sesuai dengan realita dengan dalil sebagai berikut:Firman Allah:

ا كسبتم ما طيبات من أنفقوا آمنوا الذين أيها يا الأرض من لكم أخرجنا ومم

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian yang baik-baik dari hasil usahamu dan hasil-hasil yang kami keluarkan dari bumi” (QS. Al-Baqarah: 267).

Perlu dicatat, bahwa zakat itu tidak boleh diberikan kepada orang kaya (selain amil) dan orang yang kuat dan sehat sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:“Tidaklah shadaqah (zakat) itu dihalalkan bagi orang kaya dan tidak pula bagi orang sehat dan kuat” (HR. Lima Imam Hadits dan Imam Turmudzi). Wallahu a’lam bishwab (Sumber: Konsultasi Zakat LAZIZNU dalam Nucare yang diasuh oleh KH. Syaifuddin Amsir / Red. Ulil H)

Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada Kamis, 02 Agustus 2013 pukul 09:00. Redaksi mengunggahnya ulang dengan melakukan perbaikan minor

Fasal Zakat Profesi

Assalamu'alaikum. Ustadz saya mau bertanya. Saya bekerja tiap bulan gajian. Apakah ada zakatnya? Ketentuaannya bagaimana? Kalau ada zakatnya dikasihkan kemana? (Ahmad Fathoni, Jakarta)

Wa'alaikum salam wr. wb. Penanya yang terhormat, semoga kita semua selalu mendapatkan rahmat Allah swt dan selalu mendapatkan hidayah-Nya.<> Bahwa persoalan zakat gaji memang tidak diketemukan penjelasannya dalam ketentuan fiqih klasik. Ketiadaan keterangan dalam ketentuan fiqh klasik bukan berarti bahwa gaji tidak wajib dizakati. Para ulama seperti Syekh Muhammad al-Ghazali, Dr. Yusuf al-Qaradlawi telah melakukan upaya untuk memecahkan persoalan ini dengan mencari cantolan atau rujukan dalam fiqh klasik. Misalnya, ijtihad yang dilakukan Syaikh Muhammad al-Ghazali bahwa orang yang bekerja dengan penghasilan yang melebihi petani wajib mengeluarkan zakat penghasilannya. Ini berarti, zakatnya gaji diqiyaskan dengan zakatnya pertanian.

ح دخل عن يقل لا دخله من إن كاة عليه تجب الذي الفلا انع، والمهندس، والمحامي، فالطبيب، زكاة؛ يخرج أن يجب الز والص كاة، عليهم تجب وأشباههم والموظفين المحترفين وطوائف --الكبير دخلهم من تخرج أن ولابد الز الإسلام الغزالي، محمد

118. ص ،1 ج، الأولى، الطبعة النهضة، دار-مصر الإقتصادية، وأوضاعنا

“Sesungguhnya orang yang pemasukkannya tidak kurang dari petani yang diwajibkan zakat, maka ia wajib mengeluarkan zakat. Karenanya, dokter, pengacara, insinyur, pengrajin, para pekerja professional, karyawan, dan sejenisnya, wajib zakat atas mereka. Dan zakatnya harus dikeluarkan dari pendapatan mereka yang besar”. (Muhammad al-Ghazali, al-Islam wa Audla’una al-Iqtishadiyyah, )

Pandangan ini setidaknya didasari atas dua alasan. Pertama adalah keumumam firman Allah swt:

الذين أيها يا آمنوا -- كسبتم ما طيبات من أنفقوا 267:البقرة

“Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 267)

Kedua, secara rasional, Islam telah mewajibkan zakat atas petani. Jika petani saja yang penghasilannya lebih rendah dari mereka diwajibkan zakat, apalagi mereka yang penghasilannya lebih tinggi dari petani.

Sedangkan Dr. Yusuf al-Qardlawi sampai pada kesimpulan bahwa gaji atau pendapatan yang diterima dari setiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu yang halal wajib dizakati. Hal ini disamakan dengan zakat al-mal al-mustafad (harta yang diperoleh seorang muslim melalui satu jenis proses kepemilikan yang baru dan halal).

حيح الفقهي فالتكييف --مستفاد مال أنه الكسب لهذا الص /ه1393 ،3 ط، الرسالة، مؤسسة-بيروت الزكاة، فقه القرضاوي، يوسف 490. ص ،1 ج، م، 1983

“Zakat diambil dari gaji atau sejenisnya. Sedang cantolan fiqhnya yang sahih terhadap penghasilan ini adalah mal mustafad (harta perolehan)” (Yusuf al-Qaradlawi, Fiqh az-Zakat, Bairut-Mu`assah ar-Risalah, cet ke-3, 1393 H/1983 M, juz, 1, h. 490)

Sedangkan mengenai nishab gaji adalah sama dengan nishabnya uang. Demikian ini karena banyak orang yang memperoleh gaji dan pendapatan dalam bentuk uang, karenanya yang paling baik adalah menentapkan nishab gaji berdasarkan nishab uang yang setara dengan nilai 85 gram emas. Dan zakat tersebut diambil dari gaji atau pendapat bersih. Dalam soal zakat gaji tidak disyaratkan adanya haul, tetapi zakatnya harus ditunaikan ketika gaji itu diterima sebesar 2,5 %.

القول اخترنا قد كنا وإذا...الذهب من جراما 85 قيمته بما حددناه وقد, هنا المعتبر هو النقود نصاب يكون أن ذلك من وأولى واتب بزكاة حه فالذي ونحوها والأجور الر كاة تأخذ ألا نرج افي "من إلا الز ... الص كراتب المستفاد المال أن إختاره فالذي"

ة المهن ذوي من وغيرهم والمحامي الطبيب ودخل والمهندس العامل وأجر الموظف المستغل المال رأس وكإيراد الحر يارات التجارة غير فى فن كالس كاة لوجوب يشترط لا ونحوها اللهو ودور والفنادق والمطابع والطائرات والس مرور فيه الز

،517 ،513. ص ،1 ج، م، 1983/ه1393 ،3 ط، الرسالة، مؤسسة-بيروت الزكاة، فقه القرضاوي، يوسف ((يقبضه حين يزكيه بل حول 505(

“Yang paling utama dari semua itu adalah bahwa nishab uang merupakan yang mu’tabar (yang dijadikan patokan) dalam konteks ini (nishab gaji atau pendapatan). Dan kami telah menentukan nilainya setara dengan nilai 85 gram emas…..Dan ketika kami telah memilih pendapat (yang mewajibkan) zakar gaji, upah dan sejenisnya, maka pendapat yang kami kuatkan adalah bahwa zakatnya tidak diambil

Page 159: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

kecuali dari pendapatan bersih…. Maka pendapat yang saya pilih bahwa harta perolehan seperti gaji pegawai, gaji karyawan, insyinyur, dokter, pengacara dan yang lainnya yang mengerjakan profesi tertentu dan juga seperti pendapatan yang diperoleh modal yang investasikan di luar sektor perdangan seperti kendaraan, kapal laut, kapal terbang, percetakan, perhotelan, tempat hiburan dan yang lain, itu tidak disyaratkan bagi kewajiabn zakatnya adanya haul, tetapi zakat dikeluarkan ketika ia menerimanya (gaji)” (Yusuf al-Qaradlawi, Fiqh az-Zakat, Bairut-Mu’assah ar-Risalah, cet ke-3, 1393 H/1983 M, juz, 1, h. 513, 517, 505)

Kenyataan yang ada para pemerintah dan perusahaan mengatur gaji pegawainya beradasarkan ukuran tahun, meskipun dibayarkan perbulan karena kebutuhan pegawai yang mendesak. Berdasarkan hal itu zakat penghasilan bersih seorang pegawai dan golongan profesi dapat diambil dalam setahun penuh, jika pendapatan bersih mencapai satu nishab.

Dari penjelasan di atas setidak dapat ditarik gambaran sebagai berikut. Jika pendapatan bersih seorang pekerja selama setahun seperti dokter atau karyawan sebuah perusahaan atau pegawai pemerintahan mencapai nishab yang telah ditentukan maka ia wajib mengeluarkan zakatnya. Sedang zakatnya dikeluarkan ketika menerima pendapatan tersebut. Contohnya jika seseorang selama setahun memperoleh pendapatan bersih sekitar 48 juta, dengan asumsi ia menerima pendapatan bersih setiap bulan 4 juta. Maka ia harus mengeluarkan zakat setiap bulannya 2,5 % dari 4 juta tersebut, yaitu sebesar 100 ribu. Jadi selama setahun ia mengeluarkan zakat sebesar 1,2 juta.

Selanjutnya mengenai zakat gaji tersebut bisa langsung diberikan kepada golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana firman Allah swt:

دقات إنما قاب وفي قلوبهم والمؤلفة عليها والعاملين والمساكين للفقراء الص بيل وابن الله سبيل وفي والغارمين الر الس 60: التوبة--حكيم عليم والله الله من فريضة

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S. At-Taubah [9]: 60)

Atau bisa melalui lembaga zakat yang terpecaya seperti LAZISNU (Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama). Dan semoga dengan berzakat, harta anda menjadi bersih dan barakah. Amin. (Mahbub Ma’afi Ramdlan)

Assalamu'alaikum. Ustadz saya mau bertanya. Saya bekerja tiap bulan gajian. Apakah ada zakatnya? Ketentuaannya bagaimana? Kalau ada zakatnya dikasihkan kemana? (Ahmad Fathoni, Jakarta)

Wa'alaikum salam wr. wb. Penanya yang terhormat, semoga kita semua selalu mendapatkan rahmat Allah swt dan selalu mendapatkan hidayah-Nya.<> Bahwa persoalan zakat gaji memang tidak diketemukan penjelasannya dalam ketentuan fiqih klasik. Ketiadaan keterangan dalam ketentuan fiqh klasik bukan berarti bahwa gaji tidak wajib dizakati. Para ulama seperti Syekh Muhammad al-Ghazali, Dr. Yusuf al-Qaradlawi telah melakukan upaya untuk memecahkan persoalan ini dengan mencari cantolan atau rujukan dalam fiqh klasik. Misalnya, ijtihad yang dilakukan Syaikh Muhammad al-Ghazali bahwa orang yang bekerja dengan penghasilan yang melebihi petani wajib mengeluarkan zakat penghasilannya. Ini berarti, zakatnya gaji diqiyaskan dengan zakatnya pertanian.

ح دخل عن يقل لا دخله من إن كاة عليه تجب الذي الفلا انع، والمهندس، والمحامي، فالطبيب، زكاة؛ يخرج أن يجب الز والص كاة، عليهم تجب وأشباههم والموظفين المحترفين وطوائف --الكبير دخلهم من تخرج أن ولابد الز الإسلام الغزالي، محمد

118. ص ،1 ج، الأولى، الطبعة النهضة، دار-مصر الإقتصادية، وأوضاعنا

“Sesungguhnya orang yang pemasukkannya tidak kurang dari petani yang diwajibkan zakat, maka ia wajib mengeluarkan zakat. Karenanya, dokter, pengacara, insinyur, pengrajin, para pekerja professional, karyawan, dan sejenisnya, wajib zakat atas mereka. Dan zakatnya harus dikeluarkan dari pendapatan mereka yang besar”. (Muhammad al-Ghazali, al-Islam wa Audla’una al-Iqtishadiyyah, )

Pandangan ini setidaknya didasari atas dua alasan. Pertama adalah keumumam firman Allah swt:

الذين أيها يا آمنوا -- كسبتم ما طيبات من أنفقوا 267:البقرة

“Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 267)

Kedua, secara rasional, Islam telah mewajibkan zakat atas petani. Jika petani saja yang penghasilannya lebih rendah dari mereka diwajibkan zakat, apalagi mereka yang penghasilannya lebih tinggi dari petani.

Sedangkan Dr. Yusuf al-Qardlawi sampai pada kesimpulan bahwa gaji atau pendapatan yang diterima dari setiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu yang halal wajib dizakati. Hal ini disamakan dengan zakat al-mal al-mustafad (harta yang diperoleh seorang muslim melalui satu jenis proses kepemilikan yang baru dan halal).

حيح الفقهي فالتكييف --مستفاد مال أنه الكسب لهذا الص /ه1393 ،3 ط، الرسالة، مؤسسة-بيروت الزكاة، فقه القرضاوي، يوسف 490. ص ،1 ج، م، 1983

“Zakat diambil dari gaji atau sejenisnya. Sedang cantolan fiqhnya yang sahih terhadap penghasilan ini adalah mal mustafad (harta perolehan)” (Yusuf al-Qaradlawi, Fiqh az-Zakat, Bairut-Mu`assah ar-Risalah, cet ke-3, 1393 H/1983 M, juz, 1, h. 490)

Sedangkan mengenai nishab gaji adalah sama dengan nishabnya uang. Demikian ini karena banyak orang yang memperoleh gaji dan pendapatan dalam bentuk uang, karenanya yang paling baik adalah menentapkan nishab gaji berdasarkan nishab uang yang setara dengan nilai 85 gram emas. Dan zakat tersebut diambil dari gaji atau pendapat bersih. Dalam soal zakat gaji tidak disyaratkan adanya haul, tetapi zakatnya harus ditunaikan ketika gaji itu diterima sebesar 2,5 %.

القول اخترنا قد كنا وإذا...الذهب من جراما 85 قيمته بما حددناه وقد, هنا المعتبر هو النقود نصاب يكون أن ذلك من وأولى واتب بزكاة حه فالذي ونحوها والأجور الر كاة تأخذ ألا نرج افي "من إلا الز ... الص كراتب المستفاد المال أن إختاره فالذي"

ة المهن ذوي من وغيرهم والمحامي الطبيب ودخل والمهندس العامل وأجر الموظف المستغل المال رأس وكإيراد الحر يارات التجارة غير فى فن كالس كاة لوجوب يشترط لا ونحوها اللهو ودور والفنادق والمطابع والطائرات والس مرور فيه الز

Page 160: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

،517 ،513. ص ،1 ج، م، 1983/ه1393 ،3 ط، الرسالة، مؤسسة-بيروت الزكاة، فقه القرضاوي، يوسف ((يقبضه حين يزكيه بل حول 505(

“Yang paling utama dari semua itu adalah bahwa nishab uang merupakan yang mu’tabar (yang dijadikan patokan) dalam konteks ini (nishab gaji atau pendapatan). Dan kami telah menentukan nilainya setara dengan nilai 85 gram emas…..Dan ketika kami telah memilih pendapat (yang mewajibkan) zakar gaji, upah dan sejenisnya, maka pendapat yang kami kuatkan adalah bahwa zakatnya tidak diambil kecuali dari pendapatan bersih…. Maka pendapat yang saya pilih bahwa harta perolehan seperti gaji pegawai, gaji karyawan, insyinyur, dokter, pengacara dan yang lainnya yang mengerjakan profesi tertentu dan juga seperti pendapatan yang diperoleh modal yang investasikan di luar sektor perdangan seperti kendaraan, kapal laut, kapal terbang, percetakan, perhotelan, tempat hiburan dan yang lain, itu tidak disyaratkan bagi kewajiabn zakatnya adanya haul, tetapi zakat dikeluarkan ketika ia menerimanya (gaji)” (Yusuf al-Qaradlawi, Fiqh az-Zakat, Bairut-Mu’assah ar-Risalah, cet ke-3, 1393 H/1983 M, juz, 1, h. 513, 517, 505)

Kenyataan yang ada para pemerintah dan perusahaan mengatur gaji pegawainya beradasarkan ukuran tahun, meskipun dibayarkan perbulan karena kebutuhan pegawai yang mendesak. Berdasarkan hal itu zakat penghasilan bersih seorang pegawai dan golongan profesi dapat diambil dalam setahun penuh, jika pendapatan bersih mencapai satu nishab.

Dari penjelasan di atas setidak dapat ditarik gambaran sebagai berikut. Jika pendapatan bersih seorang pekerja selama setahun seperti dokter atau karyawan sebuah perusahaan atau pegawai pemerintahan mencapai nishab yang telah ditentukan maka ia wajib mengeluarkan zakatnya. Sedang zakatnya dikeluarkan ketika menerima pendapatan tersebut. Contohnya jika seseorang selama setahun memperoleh pendapatan bersih sekitar 48 juta, dengan asumsi ia menerima pendapatan bersih setiap bulan 4 juta. Maka ia harus mengeluarkan zakat setiap bulannya 2,5 % dari 4 juta tersebut, yaitu sebesar 100 ribu. Jadi selama setahun ia mengeluarkan zakat sebesar 1,2 juta.

Selanjutnya mengenai zakat gaji tersebut bisa langsung diberikan kepada golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana firman Allah swt:

دقات إنما قاب وفي قلوبهم والمؤلفة عليها والعاملين والمساكين للفقراء الص بيل وابن الله سبيل وفي والغارمين الر الس 60: التوبة--حكيم عليم والله الله من فريضة

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S. At-Taubah [9]: 60)

Atau bisa melalui lembaga zakat yang terpecaya seperti LAZISNU (Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama). Dan semoga dengan berzakat, harta anda menjadi bersih dan barakah. Amin. (Mahbub Ma’afi Ramdlan)

Ketentuan Zakat Uang Simpanan

Uang yang disimpan, entah di bawah tempat tidur atau di bank, alias tidak diputar untuk modal usaha tetap wajib dikeluarkan zakatnya jika telah mencapai nisab atau jumlah tertentu sehingga wajib zakat (senilai harga 85 gram emas murni).

Zakat uang simpanan dikeluarkan setiap tahun, selama jumlah uang masih mencapai satu nisab, dipersamakan dengan emas dan perak yang setiap tahunnya bisa berubah nilainya. (Keputusan Muktamar ke-8 Nahdlatul Ulama di Jakarta, tanggal 12 Muharram 1352 H./ 7 Mei 1933 M.)

<>

Hal ini didasarkan pada keterangan dalam kitab Bajuri-Fathul Qorib Juz I dan Bujairimi-Iqna’, bahwa pada benda-benda tambang yang berpotensi untuk tetap mempunyai nilai tambah seperti emas dan perak wajib dizakati selama barangnya masih ada dan mencapai satu nisab. Sementara pada biji-bijian zakatnya hanya setahun sekali saja walaupun biji-bijian tetap ada selama beberapa tahun.

Tahun pertama pengeluaran zakat dihitung setelah seseorang menyimpan uangnya selama satu tahun. Tahun kedua dihitung setelah melewati satu tahun dari tahun pertama, begitu seterusnya. Besarnya zakat yang dikeluarkan tiap tahunnya adalah 2,5 persen, sama dengan zakat barang dagangan.

Jika asumsi harga emas murni hari ini adalah Rp150.000,- per gramnya maka nisab zakat uang simpanan adalah 85 gram emas murni x Rp150.000,- = Rp12.750.000,-. Zakat yang dikeluarkan = 2,5 % x jumlah uang simpanan.

Misalnya seorang menyimpan uang pada tanggal 29 Desember 2005 sejumlah Rp50.000.000,- Pada tanggal 29 Desember 2005 uang simpanan berjumlah Rp45.000.000,- (masih satu nishab) maka zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 % X Rp45.000.000,- = Rp1.125.000,-.

Jika pada tahun berikutnya uang simpanan masih mencapai satu nishab (berdasarkan perhitungan harga emas murni waktu itu) maka tetap wajib dikeluarkan zakatnya seperti pada perhitungan di atas.

Sebagai catatan, seorang muslim tidak diperkenankan untuk melakukan trik tertentu agar tidak mengeluarkan zakat. Misalnya membelanjakan uangnya habis-habisan menjelang satu tahun kepemilikan hartanya sehingga kurang dari satu nisab. Orang seperti ini disebut sebagai orang yang bakhil, atau dalam bahasa fiqih yang tegas disebut sebagai orang yang ingkar terhadap perintah Allah SWT. (nam*)

Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada Kamis, 05 Oktober 2006 pukul 13:22 Redaksi mengunggahnya ulang dengan melakukan perbaikan minor

Page 161: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Uang yang disimpan, entah di bawah tempat tidur atau di bank, alias tidak diputar untuk modal usaha tetap wajib dikeluarkan zakatnya jika telah mencapai nisab atau jumlah tertentu sehingga wajib zakat (senilai harga 85 gram emas murni).

Zakat uang simpanan dikeluarkan setiap tahun, selama jumlah uang masih mencapai satu nisab, dipersamakan dengan emas dan perak yang setiap tahunnya bisa berubah nilainya. (Keputusan Muktamar ke-8 Nahdlatul Ulama di Jakarta, tanggal 12 Muharram 1352 H./ 7 Mei 1933 M.)

<>

Hal ini didasarkan pada keterangan dalam kitab Bajuri-Fathul Qorib Juz I dan Bujairimi-Iqna’, bahwa pada benda-benda tambang yang berpotensi untuk tetap mempunyai nilai tambah seperti emas dan perak wajib dizakati selama barangnya masih ada dan mencapai satu nisab. Sementara pada biji-bijian zakatnya hanya setahun sekali saja walaupun biji-bijian tetap ada selama beberapa tahun.

Tahun pertama pengeluaran zakat dihitung setelah seseorang menyimpan uangnya selama satu tahun. Tahun kedua dihitung setelah melewati satu tahun dari tahun pertama, begitu seterusnya. Besarnya zakat yang dikeluarkan tiap tahunnya adalah 2,5 persen, sama dengan zakat barang dagangan.

Jika asumsi harga emas murni hari ini adalah Rp150.000,- per gramnya maka nisab zakat uang simpanan adalah 85 gram emas murni x Rp150.000,- = Rp12.750.000,-. Zakat yang dikeluarkan = 2,5 % x jumlah uang simpanan.

Misalnya seorang menyimpan uang pada tanggal 29 Desember 2005 sejumlah Rp50.000.000,- Pada tanggal 29 Desember 2005 uang simpanan berjumlah Rp45.000.000,- (masih satu nishab) maka zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 % X Rp45.000.000,- = Rp1.125.000,-.

Jika pada tahun berikutnya uang simpanan masih mencapai satu nishab (berdasarkan perhitungan harga emas murni waktu itu) maka tetap wajib dikeluarkan zakatnya seperti pada perhitungan di atas.

Sebagai catatan, seorang muslim tidak diperkenankan untuk melakukan trik tertentu agar tidak mengeluarkan zakat. Misalnya membelanjakan uangnya habis-habisan menjelang satu tahun kepemilikan hartanya sehingga kurang dari satu nisab. Orang seperti ini disebut sebagai orang yang bakhil, atau dalam bahasa fiqih yang tegas disebut sebagai orang yang ingkar terhadap perintah Allah SWT. (nam*)

Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada Kamis, 05 Oktober 2006 pukul 13:22 Redaksi mengunggahnya ulang dengan melakukan perbaikan minor

Apa Beda Zakat, Infak, Shadaqah dan Wakaf Uang

Asalamu’alaikum Kiai. Apakah perbedaan antara zakat, infak dan shadaqah itu? Mengingat LAZISNU dan beberapa lembaga membedakan istilah ini. Untuk siapa semua itu diwajibkan atau disunnahkan? Kepada siapa penyalurannya?<> Satu lagi soal waqaf uang, mohon dijelaskan juga dan apa bedanya dengan tiga hal di atas? Terimakasih atas penjelasannya. Salam Takzim dari Lampung. (Ahmad Riduwan)

Jawaban

Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Dalam kesempatan ini kami akan menjelaskan tentang infak, zakat, dan shadaqah. Sedang mengenai wakaf uang, insya Allah akan kami jelaskan pada kesempatan lain.

Infak adalah menggunakan atau membelanjakan harta-benda untuk pelbagai kebaikan, seperti untuk pergi haji, umrah, menafkahi keluarga, menunaikan zakat, dan lain sebagainya. Oleh karena itu orang yang menghambur-hamburkan atau yang menyia-nyiakan harta bendanya tidak bisa disebut munfiq (orang yang berinfak). Pengertian Infak ini sebagaimana dikemukakan Imam Fakhruddin ar-Razi:

إنه المضيع في يقال لا فلذلك ، المصالح وجوه إلى المال صرف هو الإنفاق أن واعلم

“Ketahuilah bahwa Infak adalah membelanjakan harta-benda untuk hal-hal yang mengandung kemaslahatan. Oleh karena itu orang yang menyia-nyiakan harta bendanya tidak bisa disebut sebagai munfiq (orang yang berInfak). (Fakhruddin ar-Razi, Mafatih al-Ghaib, Bairut-Daru Ihya` at-Turats al-‘Arabi, tt, juz, 5, h. 293).

Salanjutnya shadaqah, menurut ar-Raghib al-Ishfani adalah harta benda yang dikeluarkan orang dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

كاة القربة وجه على ماله من الإنسان يخرجه ما دقة لكن ، كالز ع تقال الأصل في الص كاة ، به للمتطو للواجب والز

Page 162: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

“Shadaqah adalah harta-benda yang dikeluarkan orang dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Namun pada dasarnya shadaqah itu digunakan untuk sesuatu yang disunnahkan, sedang zakat untuk sesuatu yang diwajibkan”. (Abdurra’uf am-Manawi, at-Tauqif fi Muhimmat at-Ta’arif, Bairut-Dar al-Fikr, cet ke-1, 1410 H, h. 453)

Sedangkan zakat merupakan salah satu rukun Islam dan wajib ditunaikan jika sudah memenuhi ketentuan-ketentuannya. Para ulama mendefiniskan zakat sebagai berikut:

مخصوصة لأصناف صرفه يجب مخصوص مال من مخصوص لقدر اسم

“Zakat adalah sebuah nama untuk menyebutkan kadar harta tertentu yang didistribusikan kepada kelompok tertentu pula dengan pelbagai syarat-syaratnya”. (Muhammad al-Khatib asy-Syarbini, Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifati Alfazh al-Minhaj, Bairut-Dar al-Fikr, tt, juz, 1, h. 368)

Dari penjelasan di atas setidaknya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Bahwa Infak itu lebih umum karena mencakup juga shadaqah dan zakat. Sedangkan shadaqah adalah apa yang diberikan oleh seseorang dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, dan tercakup di dalamnya adalah zakat.

Bedanya, zakat itu merupakan shadaqah wajib yang diambil dari harta yang tertentu seperti emas, perak (atau harta simpanan), dan binatang ternak. Disamping itu zakat diberikan kepada kalangan tertentu yang jumlahnya delapan (al-ashnaf ats-tsamaniyah), dan pada waktu tertentu juga.

Dengan kata lain, shadaqah itu ada dua. Yang pertama adalah shadaqah wajib yang disebut zakat. Kedua adalah shadaqah tathawwu` atau shadaqah sunnah. Shadaqah tathawwu` tidak harus diberikan ke delapan golongan yang wajib menerima zakat. Namun kata shadaqah kemudian lebih digunakan untuk shadaqah tathawwu` untuk membedakan dengan istilah zakat.

Hal lain yang juga membedakan shadaqah tathawwu` adalah shadaqah tathawwu` lebih utama diberikan secara diam-diam, sedangkan zakat lebih utama diberikan secara terbuka, agar bisa menjadi taulan bagi yang lainnya.

ع صدقة في الإخفاء أن على الإجماع وغيره الطبري نقل الفرض صدقة في والإعلان ، أفضل التطو

“Imam ath-Thabari dan ulama lainnya telah menukil ijma’ bahwa diam-diam dalam memberikan shadaqah tathawwu` itu lebih utama, dan memperlihatkan dalam memberikan shadaqah wajib (zakat) itu lebih utama”. (Wizarah al-Awqaf wa asy-Syu`un al-Islamiyah Kuwait, al-Mausuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Bairut-Dar as-Salasil, cet ke-2, 1404 H, juz, 2, h. 287).

Demikian penjelasan singkat ini semoga bisa bermanfaat. Jadi kesimpulan sekaligus saran kami begini: Belanjakan harta benda Anda untuk hal-hal yang membawa kemaslahatan (Infak), tunaikan kewajiban zakat jika sudah terpenuhi semua ketentuannya, dan jika ada rezeki lebih bersedekahlah dengan cara diam-diam agar terhindar dari riya. (Mahbub Ma’afi Ramdlan)

Bayar Zakat Online Lebih Mudah Dengan BukaZakat

Mau bayar zakat penghasilan dengan proses yang mudah dan aman? Yuk bayar zakat penghasilan dengan BukaZakat hanya di Bukalapak. Sebagai situs belanja online terpercaya, kini Bukalapak menyediakan fitur baru yang mempermudah Anda untuk membayar zakat penghasilan setiap bulannya. Bukalapak menyediakan berbagai macam kebutuhan Anda dan menjadikan segala aktivitas Anda lebih cepat dan praktis dengan menyediakan fitur lainnya seperti fitur pembelian pulsa, fitur beli paket data, fitur beli tiket pesawat dan kereta hingga pembayaran listrik prabayar online di Bukalapak. Anda akan mendapatkan pengalaman belanja online yang menyenangkan dengan menggunakan sistem pembayaran yang aman dan mudah dengan belanja online di Bukalapak.

Harus Anda ketahui, zakat adalah suatu kewajiban bagi semua umat yang mampu untuk berbagi. Bagi umat muslim, zakat sendiri memiliki beberapa jenis zakat seperti zakat fitrah, zakat penghasilan, zakat harta, zakat fidyah dan masih banyak lagi. Salah satu zakat yang tak boleh Anda lupakan adalah zakat penghasilan yang harus dikeluarkan sebesar 2.5% setiap bulannya. Apabila penghasilan Anda sebesar Rp5.000.000 maka zakat penghasilan yang harus Anda keluarkan setiap bulannya adalah sebesar 2.5% x Rp5.000.000 = Rp125.000.

Bagi Anda yang ingin membayar zakat penghasilan setiap bulannya, kini Bukalapak menyediakan fitur BukaZakat sehingga Anda bisa membayar zakat penghasilan setiap bulannya dengan aman. Dengan membayar zakat melalui BukaZakat, Anda bisa memilih lembaga zakat terpercaya di antaranya Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, NU Care Lazisnu, Baznas, dan ACT. Anda bisa membayar zakat dengan nominal yang Anda inginkan dan juga memilih salah satu lembaga zakat terpercaya tersebut. Pembayaran zakat pun tersedia berbagai macam metode pembayaran, yakni pembayaran dengan transfer bank, BukaDompet, pembayaran di Indomaret, Alfamart dan juga Pos Indonesia.

Jenis Zakat yang Bisa Anda Bayarkan

Bagi Anda yang ingin mengeluarkan zakat penghasilan, sudah saatnya untuk menggunakan zakat online yang tersedia di Bukalapak. Bagi seorang muslim yang mampu secara ekonomi, wajib hukumnya untuk menyisihkan sebagian harta yang dimilikinya untuk orang-orang yang berhak menerima. Hukum zakat sendiri adalah wajib jika Anda mampu dan telah mencapai batas nisab. Berikut syarat seseorang yang sudah wajib membayar zakat:

Islam Merdeka Berakal dan baligh Hartanya memenuhi nisab

Nisab adalah batas terendah yang ditetapkan dalam Islam dan menjadi dasar untuk menentukan kewajiban berzakat. Berikut syarat-syarat nisab:

Page 163: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Harta yang dizakati merupakan harta di luar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang seperti pakaian, makanan, kendaraan, tempat tinggal dan lainnya.

Harta yang hendak Anda zakatkan telah berjalan selama 1 tahun (haul) dari hari kepemilikan nisab.

Cara Bayar Zakat Penghasilan Online dengan BukaZakat melalui Bukalapak

Mau bayar zakat penghasilan lebih mudah dengan sistem pembayaran yang aman dan mudah? Ayo mulai zakat di BukaZakat melalui Bukalapak sekarang juga! Bukalapak menyediakan berbagai macam fitur untuk memudahkan segala aktivitas Anda, salah satunya adalah BukaZakat. Bukalapak mempermudah proses zakat Anda dengan menyediakan fitur BukaZakat yang sangat mudah pengaplikasiannya. Berikut cara bayar zakat penghasilan online di BukaZakat melalui Bukalapak:

Masuk ke fitur BukaZakat dan jika Anda masih belum mengerti cara menghitung zakat, tersedia Kalkulator Zakat yang akan membantu besar zakat penghasilan yang harus Anda bayarkan.

Setelah menghitung besaran zakat penghasilan yang harus Anda keluarkan, masukkan nominal zakat Anda (minimum Rp10.000). Pilih lembaga zakat yang akan menerima zakat Anda, di antaranya ada Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, NU Care Lazisnu, Baznas,

dan ACT. Anda bisa mengisi Nama Lengkap atau sebagai Anonim untuk pemberian zakat Anda. Lalu pilih dan klik Bayar Zakat Muncul detail transaksi yang harus Anda bayarkan dengan menggunakan berbagai macam sistem pembayaran seperti transfer

bank, BukaDompet, dan pembayaran langsung di Alfamart, Indomaret dan Pos Indonesia.

Jadi tunggu apalagi? Mau bayar zakat penghasilan dengan mudah dan aman? Yuk mulai sekarang bayar zakat melalui BukaZakat di Bukalapak. Bukalapak adalah situs belanja online yang memberikan berbagai macam fitur yang akan mempermudah Anda. Jadi tunggu apalagi? Buka aja Bukalapak!

Uang Simpanan, Apakah Kena Kewajiban Zakat?

Rabu, 13 Juni 2018 20:00 Zakat

Bagikan

Banyak masuk atensi kepada penulis beberapa hari terakhir yang menanyakan seputar zakat uang. Beberapa dari penanya ingin diberitahu tentang apakah uang simpanan mereka termasuk yang wajib dikenai zakat apa tidak. Kali ini pengkaji akan mencoba mengupas masalah ini dengan menimbang segi teori uang yang pernah kita kupas sebelumnya dalam forum ini.

Pertama yang harus kita perhatikan adalah bahwa kewajiban zakāt māl adalah berlaku pada harta yang tersimpan ( kanzun) yang terdiri atas emas dan perak. Ayat yang menjelaskan hal ini adalah QS at-Taubah ayat 34: “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak kemudian ia tidak menafkahkannya di jalan Allah (mengeluarkan zakatnya), maka berilah kabar gembira terhadap mereka akan azab yang teramat pedih.”

Page 164: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Kita bicara tentang emas dan perak. Ada dua jenis emas dan perak yang saat ini beredar di masyarakat, yaitu pertama berupa emas murni yang biasanya berwujud emas batangan, dan kedua berupa emas yang dicetak. Untuk emas yang dicetak umumnya disebut sebagai huliyyin mubāh, yaitu perhiasan mubah. Ada kalanya emas yang ada dalam bentuk cetak ini berupa kalung, cincin, atau berupa mata uang seperti dinar dan dirham.

Nishab dari huliyyin mubah ini adalah 20 mitsqāl, setara dengan 20 dinar, atau kurang lebih 425 gram. Sementara nishab emas murni adalah setara 85 gram. Masing-masing dari emas murni dan emas yang dicetak ini wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% (rub’u al-‘ushr). Untuk nishab perak dalam bentuk huliyyin mubah, adalah sama dengan 200 dirham atau setara dengan kadar 2.975 gram. Adapun bila dalam bentuk perak murni (batangan), maka nishabnya setara dengan ukuran timbangan 595 gram. Zakat yang wajib dikeluarkan dari perak ini juga sama yaitu 2,5%-nya. Catatan yang perlu diperhatikan dari keberadaan zakat emas dan perak tadi adalah bahwa keduanya telah disimpan (kanzun) selama kurang lebih 1 tahun, baik dalam bentuk batangan murni atau dalam bentuk cetak (Lihat KH. Afifuddin Muhadjir, Fathu al-Mudjīb al-Qarīb fi hilli Alfādhi al-Taqrīb, Situbondo: Ibrahimy Press, 2014, hal. 48).

Lantas apa hubungannya keberadaan emas dan perak ini dengan uang? Jawabnya adalah hubungannya sangat erat. Mengapa? Karena sejarah mata uang di dunia ini erat hubungannya dengan emas dan perak. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih klasik pun juga disebutkan adanya relasi antara mata uang dengan emas dan perak. Bahkan dalam Keputusan Muktamar ke-8 Nahdlatul Ulama di Jakarta, tanggal 12 Muharram 1352 H./ 7 Mei 1933 M juga menyamakan kedudukan uang ini sama dengan emas dan perak. Namun menilik dari tahun dihasilkannya keputusan, keputusan ini tidak bisa disalahkan karena memang pada tahun itu kedudukan uang masih memiliki simpanan berupa cadangan emas yang terletak di Bank Indonesia.

Baca: Sejarah Mata Uang Logam dan Uang Kertas

Pasca dihasilkannya keputusan Muktamar NU yang ke-8 ini berlaku hukum bahwa setiap uang yang disimpan oleh masyarakat, adalah bernilai cadangan emas dan perak. Karena ia bernilai cadangan emas, maka bila uang tersebut disimpan selama satu tahun, baik disimpan sendiri atau disimpan di bank, dengan catatan yaitu asal tidak dipergunakan sama sekali, maka dari uang ini berlaku nishab zakat.

Nishab ini ditentukan kadarnya berdasar nishab emas dan perak murni. Bila dalam 1 gram emas murni bernilai 500 ribu (misalnya), maka harga 85 gram emas adalah setara dengan Rp42.500.000. Dengan demikian, zakat yang wajib dikeluarkan adalah menjadi sebesar 2,5%-nya sehingga bernilai Rp1.062.000. Arti lain dari hal ini adalah, setiap masyarakat yang memiliki uang simpanan sebesar Rp. 42.500.000 adalah sudah setara dengan memiliki 85 gram emas sehingga wajib dikeluarkan zakatnya.

Keberadaan uang ini adalah baik yang disimpan sendiri maupun yang disimpan dalam unit niaga seperti perbankan dan lembaga/tempat penyimpanan lainnya. Akan tetapi, keputusan ini adalah berlaku ketika mata uang masih memiliki simpanan cadangan emas di bank, yaitu tepatnya era sebelum tahun 1970-an. Lantas bagaimana dengan uang dewasa ini?

Seiring dengan perkembangan zaman, kedudukan mata uang telah berubah. Negara sekarang memakai jenis mata uang fiat yang mana nilainya tidak ditentukan berdasarkan cadangan emas yang tersimpan, melainkan ia ditentukan berdasarkan hasil neraca perdagangan. Makna uang sudah bergeser menjadi makna niaga karena setiap satuan mata uang ditentukan nilainya dari hasil perniagaan. Syarat dari niaga (tijarah) adalah perputaran mata uang di unit niaga dan adanya ‘urudlu al-tijarah (modal niaga). Oleh karena itu, untuk mata uang yang tidak berada dalam satuan unit niaga ini, maka uang tersebut tidak bisa disebut mengalami perputaran. Lantas, dimanakah letak unit niaganya?

Baca: Mata Uang Fiat dan Unsur Penyusunnya

Suatu misal, ada orang yang menyimpan uang secara konvensional yaitu menyimpan uang secara klasik di rumah. Selama satu tahun uang tersebut tidak dipakai untuk suatu jenis usaha tertentu, maka secara tidak langsung uang masyarakat seperti ini disebut tidak mengalami perputaran. Karena tidak mengalami perputaran, maka tidak ada yang disebut 'urudlu al-tijarah (modal niaga). Padahal, keberadaan 'urudlu al-tijarah inilah yang menjadi dasar utama ditetapkannya zakat, yakni zakat tijarah (zakat niaga).

Berbeda halnya bila uang masyarakat disimpan di bank. Sebagaimana yang dahulu juga kita bahas bahwa pada dasarnya uang yang disimpan di bank dalam bentuk deposito dan reksadana adalah diawali dengan akad serah terima modal antara nasabah dengan perbankan sebagai wakil nasabah untuk menyalurkan ke unit niaga yang aman bagi dana nasabah. Oleh karena itu, uang yang dititipkan ke bank oleh nasabah bisa disebut sebagai urudlu al-tijarah, karena ada unsur serah terima modal tersebut. Karena adanya unsur serah terima modal, maka berlaku pula hukum zakat niaga sebesar 2,5% bilamana uang tersebut telah mencapai haul (satu tahun).

Sebagai ilustrasi misalnya Pak Ahmad mendepositokan uangnya sebesar 10 juta rupiah pada 5 Syawal 1438 H. Pada saat kalender sudah menunjuk 5 Syawal 1439 H, ternyata uang Pak Ahmad telah mencapai 12 juta rupiah. Berapakah zakat yang harus dikeluarkan oleh Pak Ahmad? Jawabnya adalah dengan mendasarkan pada hitungan urudlu al-tijarah sebesar 10 juta maka dihitung bahwa besarnya zakat Pak Ahmad adalah sebesar 250 ribu rupiah. Hal ini tentu tidak berlaku bilamana Pak Ahmad menyimpan uang tersebut di rumah sendiri, karena uang sebesar 10 juta tidak mengalami perputaran dalam unit niaga.

Page 165: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Semoga uraian singkat ini bisa menghapus silang sengkarut soal apakah uang simpanan dan tabungan wajib dikeluarkan zakatnya apa tidak. Sebagai garis besar jawabnya adalah apakah uang tersebut dipergunakan dalam unit niaga atau tidak. Bila dipergunakan, maka wajib dikeluarkan zakatnya, dan bila tidak digunakan dan hanya disimpan sendiri, maka tidak wajib dikeluarkan. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Muhammad Syamsudin, Pegiat Kajian Fiqih Terapan dan Pengasuh PP Hasan Jufri Putri, P. Bawean

Banyak masuk atensi kepada penulis beberapa hari terakhir yang menanyakan seputar zakat uang. Beberapa dari penanya ingin diberitahu tentang apakah uang simpanan mereka termasuk yang wajib dikenai zakat apa tidak. Kali ini pengkaji akan mencoba mengupas masalah ini dengan menimbang segi teori uang yang pernah kita kupas sebelumnya dalam forum ini.

Pertama yang harus kita perhatikan adalah bahwa kewajiban zakāt māl adalah berlaku pada harta yang tersimpan ( kanzun) yang terdiri atas emas dan perak. Ayat yang menjelaskan hal ini adalah QS at-Taubah ayat 34: “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak kemudian ia tidak menafkahkannya di jalan Allah (mengeluarkan zakatnya), maka berilah kabar gembira terhadap mereka akan azab yang teramat pedih.”

Kita bicara tentang emas dan perak. Ada dua jenis emas dan perak yang saat ini beredar di masyarakat, yaitu pertama berupa emas murni yang biasanya berwujud emas batangan, dan kedua berupa emas yang dicetak. Untuk emas yang dicetak umumnya disebut sebagai huliyyin mubāh, yaitu perhiasan mubah. Ada kalanya emas yang ada dalam bentuk cetak ini berupa kalung, cincin, atau berupa mata uang seperti dinar dan dirham.

Nishab dari huliyyin mubah ini adalah 20 mitsqāl, setara dengan 20 dinar, atau kurang lebih 425 gram. Sementara nishab emas murni adalah setara 85 gram. Masing-masing dari emas murni dan emas yang dicetak ini wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% (rub’u al-‘ushr). Untuk nishab perak dalam bentuk huliyyin mubah, adalah sama dengan 200 dirham atau setara dengan kadar 2.975 gram. Adapun bila dalam bentuk perak murni (batangan), maka nishabnya setara dengan ukuran timbangan 595 gram. Zakat yang wajib dikeluarkan dari perak ini juga sama yaitu 2,5%-nya. Catatan yang perlu diperhatikan dari keberadaan zakat emas dan perak tadi adalah bahwa keduanya telah disimpan (kanzun) selama kurang lebih 1 tahun, baik dalam bentuk batangan murni atau dalam bentuk cetak (Lihat KH. Afifuddin Muhadjir, Fathu al-Mudjīb al-Qarīb fi hilli Alfādhi al-Taqrīb, Situbondo: Ibrahimy Press, 2014, hal. 48).

Lantas apa hubungannya keberadaan emas dan perak ini dengan uang? Jawabnya adalah hubungannya sangat erat. Mengapa? Karena sejarah mata uang di dunia ini erat hubungannya dengan emas dan perak. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih klasik pun juga disebutkan

Page 166: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

adanya relasi antara mata uang dengan emas dan perak. Bahkan dalam Keputusan Muktamar ke-8 Nahdlatul Ulama di Jakarta, tanggal 12 Muharram 1352 H./ 7 Mei 1933 M juga menyamakan kedudukan uang ini sama dengan emas dan perak. Namun menilik dari tahun dihasilkannya keputusan, keputusan ini tidak bisa disalahkan karena memang pada tahun itu kedudukan uang masih memiliki simpanan berupa cadangan emas yang terletak di Bank Indonesia.

Baca: Sejarah Mata Uang Logam dan Uang Kertas

Pasca dihasilkannya keputusan Muktamar NU yang ke-8 ini berlaku hukum bahwa setiap uang yang disimpan oleh masyarakat, adalah bernilai cadangan emas dan perak. Karena ia bernilai cadangan emas, maka bila uang tersebut disimpan selama satu tahun, baik disimpan sendiri atau disimpan di bank, dengan catatan yaitu asal tidak dipergunakan sama sekali, maka dari uang ini berlaku nishab zakat.

Nishab ini ditentukan kadarnya berdasar nishab emas dan perak murni. Bila dalam 1 gram emas murni bernilai 500 ribu (misalnya), maka harga 85 gram emas adalah setara dengan Rp42.500.000. Dengan demikian, zakat yang wajib dikeluarkan adalah menjadi sebesar 2,5%-nya sehingga bernilai Rp1.062.000. Arti lain dari hal ini adalah, setiap masyarakat yang memiliki uang simpanan sebesar Rp. 42.500.000 adalah sudah setara dengan memiliki 85 gram emas sehingga wajib dikeluarkan zakatnya.

Keberadaan uang ini adalah baik yang disimpan sendiri maupun yang disimpan dalam unit niaga seperti perbankan dan lembaga/tempat penyimpanan lainnya. Akan tetapi, keputusan ini adalah berlaku ketika mata uang masih memiliki simpanan cadangan emas di bank, yaitu tepatnya era sebelum tahun 1970-an. Lantas bagaimana dengan uang dewasa ini?

Seiring dengan perkembangan zaman, kedudukan mata uang telah berubah. Negara sekarang memakai jenis mata uang fiat yang mana nilainya tidak ditentukan berdasarkan cadangan emas yang tersimpan, melainkan ia ditentukan berdasarkan hasil neraca perdagangan. Makna uang sudah bergeser menjadi makna niaga karena setiap satuan mata uang ditentukan nilainya dari hasil perniagaan. Syarat dari niaga (tijarah) adalah perputaran mata uang di unit niaga dan adanya ‘urudlu al-tijarah (modal niaga). Oleh karena itu, untuk mata uang yang tidak berada dalam satuan unit niaga ini, maka uang tersebut tidak bisa disebut mengalami perputaran. Lantas, dimanakah letak unit niaganya?

Baca: Mata Uang Fiat dan Unsur Penyusunnya

Suatu misal, ada orang yang menyimpan uang secara konvensional yaitu menyimpan uang secara klasik di rumah. Selama satu tahun uang tersebut tidak dipakai untuk suatu jenis usaha tertentu, maka secara tidak langsung uang masyarakat seperti ini disebut tidak mengalami perputaran. Karena tidak mengalami perputaran, maka tidak ada yang disebut 'urudlu al-tijarah (modal niaga). Padahal, keberadaan 'urudlu al-tijarah inilah yang menjadi dasar utama ditetapkannya zakat, yakni zakat tijarah (zakat niaga).

Berbeda halnya bila uang masyarakat disimpan di bank. Sebagaimana yang dahulu juga kita bahas bahwa pada dasarnya uang yang disimpan di bank dalam bentuk deposito dan reksadana adalah diawali dengan akad serah terima modal antara nasabah dengan perbankan sebagai wakil nasabah untuk menyalurkan ke unit niaga yang aman bagi dana nasabah. Oleh karena itu, uang yang dititipkan ke bank oleh nasabah bisa disebut sebagai urudlu al-tijarah, karena ada unsur serah terima modal tersebut. Karena adanya unsur serah terima modal, maka berlaku pula hukum zakat niaga sebesar 2,5% bilamana uang tersebut telah mencapai haul (satu tahun).

Sebagai ilustrasi misalnya Pak Ahmad mendepositokan uangnya sebesar 10 juta rupiah pada 5 Syawal 1438 H. Pada saat kalender sudah menunjuk 5 Syawal 1439 H, ternyata uang Pak Ahmad telah mencapai 12 juta rupiah. Berapakah zakat yang harus dikeluarkan oleh Pak Ahmad? Jawabnya adalah dengan mendasarkan pada hitungan urudlu al-tijarah sebesar 10 juta maka dihitung bahwa besarnya zakat Pak Ahmad adalah sebesar 250 ribu rupiah. Hal ini tentu tidak berlaku bilamana Pak Ahmad menyimpan uang tersebut di rumah sendiri, karena uang sebesar 10 juta tidak mengalami perputaran dalam unit niaga.

Semoga uraian singkat ini bisa menghapus silang sengkarut soal apakah uang simpanan dan tabungan wajib dikeluarkan zakatnya apa tidak. Sebagai garis besar jawabnya adalah apakah uang tersebut dipergunakan dalam unit niaga atau tidak. Bila dipergunakan, maka wajib dikeluarkan zakatnya, dan bila tidak digunakan dan hanya disimpan sendiri, maka tidak wajib dikeluarkan. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Muhammad Syamsudin, Pegiat Kajian Fiqih Terapan dan Pengasuh PP Hasan Jufri Putri, P. Bawean

Page 167: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Banyak masuk atensi kepada penulis beberapa hari terakhir yang menanyakan seputar zakat uang. Beberapa dari penanya ingin diberitahu tentang apakah uang simpanan mereka termasuk yang wajib dikenai zakat apa tidak. Kali ini pengkaji akan mencoba mengupas masalah ini dengan menimbang segi teori uang yang pernah kita kupas sebelumnya dalam forum ini.

Pertama yang harus kita perhatikan adalah bahwa kewajiban zakāt māl adalah berlaku pada harta yang tersimpan ( kanzun) yang terdiri atas emas dan perak. Ayat yang menjelaskan hal ini adalah QS at-Taubah ayat 34: “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak kemudian ia tidak menafkahkannya di jalan Allah (mengeluarkan zakatnya), maka berilah kabar gembira terhadap mereka akan azab yang teramat pedih.”

Kita bicara tentang emas dan perak. Ada dua jenis emas dan perak yang saat ini beredar di masyarakat, yaitu pertama berupa emas murni yang biasanya berwujud emas batangan, dan kedua berupa emas yang dicetak. Untuk emas yang dicetak umumnya disebut sebagai huliyyin mubāh, yaitu perhiasan mubah. Ada kalanya emas yang ada dalam bentuk cetak ini berupa kalung, cincin, atau berupa mata uang seperti dinar dan dirham.

Nishab dari huliyyin mubah ini adalah 20 mitsqāl, setara dengan 20 dinar, atau kurang lebih 425 gram. Sementara nishab emas murni adalah setara 85 gram. Masing-masing dari emas murni dan emas yang dicetak ini wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% (rub’u al-‘ushr). Untuk nishab perak dalam bentuk huliyyin mubah, adalah sama dengan 200 dirham atau setara dengan kadar 2.975 gram. Adapun bila dalam bentuk perak murni (batangan), maka nishabnya setara dengan ukuran timbangan 595 gram. Zakat yang wajib dikeluarkan dari perak ini juga sama yaitu 2,5%-nya. Catatan yang perlu diperhatikan dari keberadaan zakat emas dan perak tadi adalah bahwa keduanya telah disimpan (kanzun) selama kurang lebih 1 tahun, baik dalam bentuk batangan murni atau dalam bentuk cetak (Lihat KH. Afifuddin Muhadjir, Fathu al-Mudjīb al-Qarīb fi hilli Alfādhi al-Taqrīb, Situbondo: Ibrahimy Press, 2014, hal. 48).

Lantas apa hubungannya keberadaan emas dan perak ini dengan uang? Jawabnya adalah hubungannya sangat erat. Mengapa? Karena sejarah mata uang di dunia ini erat hubungannya dengan emas dan perak. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih klasik pun juga disebutkan adanya relasi antara mata uang dengan emas dan perak. Bahkan dalam Keputusan Muktamar ke-8 Nahdlatul Ulama di Jakarta, tanggal 12 Muharram 1352 H./ 7 Mei 1933 M juga menyamakan kedudukan uang ini sama dengan emas dan perak. Namun menilik dari tahun dihasilkannya keputusan, keputusan ini tidak bisa disalahkan karena memang pada tahun itu kedudukan uang masih memiliki simpanan berupa cadangan emas yang terletak di Bank Indonesia.

Baca: Sejarah Mata Uang Logam dan Uang Kertas

Pasca dihasilkannya keputusan Muktamar NU yang ke-8 ini berlaku hukum bahwa setiap uang yang disimpan oleh masyarakat, adalah bernilai cadangan emas dan perak. Karena ia bernilai cadangan emas, maka bila uang tersebut disimpan selama satu tahun, baik disimpan sendiri atau disimpan di bank, dengan catatan yaitu asal tidak dipergunakan sama sekali, maka dari uang ini berlaku nishab zakat.

Nishab ini ditentukan kadarnya berdasar nishab emas dan perak murni. Bila dalam 1 gram emas murni bernilai 500 ribu (misalnya), maka harga 85 gram emas adalah setara dengan Rp42.500.000. Dengan demikian, zakat yang wajib dikeluarkan adalah menjadi sebesar 2,5%-nya sehingga bernilai Rp1.062.000. Arti lain dari hal ini adalah, setiap masyarakat yang memiliki uang simpanan sebesar Rp. 42.500.000 adalah sudah setara dengan memiliki 85 gram emas sehingga wajib dikeluarkan zakatnya.

Keberadaan uang ini adalah baik yang disimpan sendiri maupun yang disimpan dalam unit niaga seperti perbankan dan lembaga/tempat penyimpanan lainnya. Akan tetapi, keputusan ini adalah berlaku ketika mata uang masih memiliki simpanan cadangan emas di bank, yaitu tepatnya era sebelum tahun 1970-an. Lantas bagaimana dengan uang dewasa ini?

Seiring dengan perkembangan zaman, kedudukan mata uang telah berubah. Negara sekarang memakai jenis mata uang fiat yang mana nilainya tidak ditentukan berdasarkan cadangan emas yang tersimpan, melainkan ia ditentukan berdasarkan hasil neraca perdagangan. Makna uang sudah bergeser menjadi makna niaga karena setiap satuan mata uang ditentukan nilainya dari hasil perniagaan. Syarat dari niaga (tijarah) adalah perputaran mata uang di unit niaga dan adanya ‘urudlu al-tijarah (modal niaga). Oleh karena itu, untuk mata uang yang tidak berada dalam satuan unit niaga ini, maka uang tersebut tidak bisa disebut mengalami perputaran. Lantas, dimanakah letak unit niaganya?

Baca: Mata Uang Fiat dan Unsur Penyusunnya

Suatu misal, ada orang yang menyimpan uang secara konvensional yaitu menyimpan uang secara klasik di rumah. Selama satu tahun uang tersebut tidak dipakai untuk suatu jenis usaha tertentu, maka secara tidak langsung uang masyarakat seperti ini disebut tidak mengalami perputaran. Karena tidak mengalami perputaran, maka tidak ada yang disebut 'urudlu al-tijarah (modal niaga). Padahal, keberadaan 'urudlu al-tijarah inilah yang menjadi dasar utama ditetapkannya zakat, yakni zakat tijarah (zakat niaga).

Berbeda halnya bila uang masyarakat disimpan di bank. Sebagaimana yang dahulu juga kita bahas bahwa pada dasarnya uang yang disimpan di bank dalam bentuk deposito dan reksadana adalah diawali dengan akad serah terima modal antara nasabah dengan perbankan sebagai wakil nasabah untuk menyalurkan ke unit niaga yang aman bagi dana nasabah. Oleh karena itu, uang yang dititipkan ke bank oleh nasabah bisa disebut sebagai urudlu al-tijarah, karena ada unsur serah terima modal tersebut. Karena adanya unsur serah terima modal, maka berlaku pula hukum zakat niaga sebesar 2,5% bilamana uang tersebut telah mencapai haul (satu tahun).

Page 168: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Sebagai ilustrasi misalnya Pak Ahmad mendepositokan uangnya sebesar 10 juta rupiah pada 5 Syawal 1438 H. Pada saat kalender sudah menunjuk 5 Syawal 1439 H, ternyata uang Pak Ahmad telah mencapai 12 juta rupiah. Berapakah zakat yang harus dikeluarkan oleh Pak Ahmad? Jawabnya adalah dengan mendasarkan pada hitungan urudlu al-tijarah sebesar 10 juta maka dihitung bahwa besarnya zakat Pak Ahmad adalah sebesar 250 ribu rupiah. Hal ini tentu tidak berlaku bilamana Pak Ahmad menyimpan uang tersebut di rumah sendiri, karena uang sebesar 10 juta tidak mengalami perputaran dalam unit niaga.

Semoga uraian singkat ini bisa menghapus silang sengkarut soal apakah uang simpanan dan tabungan wajib dikeluarkan zakatnya apa tidak. Sebagai garis besar jawabnya adalah apakah uang tersebut dipergunakan dalam unit niaga atau tidak. Bila dipergunakan, maka wajib dikeluarkan zakatnya, dan bila tidak digunakan dan hanya disimpan sendiri, maka tidak wajib dikeluarkan. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Muhammad Syamsudin, Pegiat Kajian Fiqih Terapan dan Pengasuh PP Hasan Jufri Putri, P. Bawean

Ketentuan Zakat Uang Simpanan

Uang yang disimpan, entah di bawah tempat tidur atau di bank, alias tidak diputar untuk modal usaha tetap wajib dikeluarkan zakatnya jika telah mencapai nisab atau jumlah tertentu sehingga wajib zakat (senilai harga 85 gram emas murni).

Zakat uang simpanan dikeluarkan setiap tahun, selama jumlah uang masih mencapai satu nisab, dipersamakan dengan emas dan perak yang setiap tahunnya bisa berubah nilainya. (Keputusan Muktamar ke-8 Nahdlatul Ulama di Jakarta, tanggal 12 Muharram 1352 H./ 7 Mei 1933 M.)

<>

Hal ini didasarkan pada keterangan dalam kitab Bajuri-Fathul Qorib Juz I dan Bujairimi-Iqna’, bahwa pada benda-benda tambang yang berpotensi untuk tetap mempunyai nilai tambah seperti emas dan perak wajib dizakati selama barangnya masih ada dan mencapai satu nisab. Sementara pada biji-bijian zakatnya hanya setahun sekali saja walaupun biji-bijian tetap ada selama beberapa tahun.

Tahun pertama pengeluaran zakat dihitung setelah seseorang menyimpan uangnya selama satu tahun. Tahun kedua dihitung setelah melewati satu tahun dari tahun pertama, begitu seterusnya. Besarnya zakat yang dikeluarkan tiap tahunnya adalah 2,5 persen, sama dengan zakat barang dagangan.

Jika asumsi harga emas murni hari ini adalah Rp150.000,- per gramnya maka nisab zakat uang simpanan adalah 85 gram emas murni x Rp150.000,- = Rp12.750.000,-. Zakat yang dikeluarkan = 2,5 % x jumlah uang simpanan.

Misalnya seorang menyimpan uang pada tanggal 29 Desember 2005 sejumlah Rp50.000.000,- Pada tanggal 29 Desember 2005 uang simpanan berjumlah Rp45.000.000,- (masih satu nishab) maka zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 % X Rp45.000.000,- = Rp1.125.000,-.

Jika pada tahun berikutnya uang simpanan masih mencapai satu nishab (berdasarkan perhitungan harga emas murni waktu itu) maka tetap wajib dikeluarkan zakatnya seperti pada perhitungan di atas.

Sebagai catatan, seorang muslim tidak diperkenankan untuk melakukan trik tertentu agar tidak mengeluarkan zakat. Misalnya membelanjakan uangnya habis-habisan menjelang satu tahun kepemilikan hartanya sehingga kurang dari satu nisab. Orang seperti ini disebut sebagai orang yang bakhil, atau dalam bahasa fiqih yang tegas disebut sebagai orang yang ingkar terhadap perintah Allah SWT. (nam*)

Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada Kamis, 05 Oktober 2006 pukul 13:22 Redaksi mengunggahnya ulang dengan melakukan perbaikan minor

Zakat Pendapatan Simpanan, Apakah Tabungan Perlu Dikeluarkan Zakatnya?

Pertanyaan:

Assalamu’laikumwarahmatullahiwabarakatuh

Ustadz, saya ingin bertanya. Istri saya setiap bulan mengeluarkan zakat pendapatan simpanan, dan dari pendapatan tersebut disisakan untuk menabung di salah satu bank syariah di indonesia. Pertanyaan saya adalah apakah tabungan istri saya tersebut wajib dikeluarkan zakatnya lagi?

Baca Juga: Penjelasan tentang Zakat Fitrah

Istri saya telah bertanya kepada 2 lembaga amil zakat dan jawabanya berbeda yaitu 1 amil mengatakan tidak perlu, dan 1 amil mengatakan perlu? Karena hal tersebut, saya dan istri saya menjadi ragu Oleh karena itu, saya ingin tahu pendapat dari Ustadz sebagai pendapat selanjutnya. Jika memang kami perlu mengeluarkan zakat pendapatan simpanan tersebut, bagaimana dasar hukumnya dalam Islam sendiri?

Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Page 169: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Jawaban:

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sebenarnya perbedaan pendapat ini tidak perlu ada, apabila tidak ada ijtihad tentang zakat penghasilan.

Sebagaimana kita ketahui, zakat penghasilan seperti gaji, honor, upah dan sejenisnya merupakan bentuk zakat yang di masa lalu belum ditetapkan. Zakat penghasilan baru ditetapkan di masa sekarang ini melalui ijtihad para ulama besar di abad ini.

Sebagai sebuah ijtihad, tentu saja melahirkan pro dan kontra. Yang tidak setuju dengan adanya zakat penghasilan berprinsip bahwa zakat itu bagian dari ibadah ritual, sehingga harus didasari dengan dalil-dalil yang qath’i dan tegas. Dan kitab-kitab hadits atau pun fiqih klasik sama sekali tidak pernah menyinggung tentang kewajiban zakat penghasilan ini.

Lalu apa hubungannya dengan jawaban 2 lembaga zakat yang berbeda?

Begini, lembaga zakat yang mengatakan tidak ada lagi zakat untuk uang tabungan melandaskan ijtihadnya dengan logika bahwa zakat tidak perlu dibayarkan dua kali untuk harta yang sama. Karena pemilik uang sudah bayar zakat penghasilan, maka uang itu tidak perlu lagi dibayarkan zakatnya sebagai zakat tabungan.

Sedangkan lembaga amil yang mewajibkan zakat lagi, berprinsip bahwa semua jenis dan bentu harta ada zakatnya. Ketika menerima sebagai gaji, wajib dikeluarkan zakatnya. Dan ketika disimpan menjadi tabungan lalu terkumpul hinngga mencapai nishab dan haul, wajib lagi dizakatkan.

Nah, seandainya tidak ada zakat penghasilan, tentu tidak perlu ada perbedaan pendapat ini. Karena yang dizakatkan tinggal satu saja, yaitu zakat uang tabungan.

Jadi Mana Yang Benar?

Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan salah satu pendapat. Keduanya berangkat dari ijtihad yang kuat.

Yang mengatakan harus ada zakat tabungan lagi di luar zakat penghasilan berangkat dari logika bahwa tiap jenis harta zakat ada ketentuan zakatnya. Misalnya seseorang bertani dan mendapatkan panen yang melebihi nisab. Maka dia harus berzakat sesuai dengan ketentuan.

Lalu dari hasil panen yang dijualnya itu, dia membeli beberapa ekor sapi untuk diternakkan. Apabila telah memenuhi nishab dan haulnya, petani yang kini punya profesi sampingan sebagai peternak itu tetap wajib berzakat atas harta ternaknya.

Mengapa demikian?

Karena ternak miliknya itu telah memenuhi syarat baginya untuk wajib mengeluarkan zakat. Meski sumber permodalannya dari hasil panen yang sudah dikurangi untuk berzakat.

Kesimpulan:

Kedua pendapat di atas lagi-lagi adalah hadsil ijtihad yang didapat dari berbagai dalil. Terkadang hasil ijtihad bisa sama dengan sesama para ahli ijtihad yang lain, tetapi tidak jarang hasilnya berbeda-beda.

Baca Juga: Daftar Lembaga Amil Zakat di Indonesia

Perbedaan pandangan itu biasanya lahir karena berbagai sebab. Yang utama di antaranya karena perbedaan sudut pandang, juga karena perbedaan metodologi pengambilan kesimpulan hukum, bahkan tidak jarang perbedaan itu terjadi karena perbedaan dalam menetapkan keshahihan suatu hadits, juga ketika menetapkan kekhususan dan keumumannya.

Buat kita yang awam, hasil ijtihad yang mana saja boleh kita pilih dan suatu ketika boleh saja kita tinggalkan. Sebab boleh jadi ulama yang mengeluarkan hasil ijtihad itu sendiri suatu ketika akan mengoreksi kembali pendapatnya.

Dan hal itu hukumnya sah-sah saja.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Zakat TabunganSetiap muslim yang memiliki tabungan, terhitung mencapai satu tahun dan nilainya setara dengan 85 gr emas, maka wajib mengeluarkan zakat.

Uang Simpanan

Uang simpanan dikeluarkan zakatnya dikarenakan, dari sifat hartanya uang simpanan termasuk ke dalam 3 kriteria harta atau maal, yaitu:

1. Uang simpanan mempunyai nilai ekonomi yaitu nilai tukar.

Page 170: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

2. Uang simpanan disukai semua orang bahkan banyak yang memerlukannya.

3. Uang simpanan yang dizakati adalah yang dibenarkan pemanfatannya secara syar’i.

Bahkan karena uang simpanan itu merupakan surplus maka lebih layak dikenakan zakat dibandingkan dengan hasil penghasilan yang bisa jadi surplus bisa juga tidak.

Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir bila telah mencapai nisab dan berjalan selama 1 tahun. Besarnya nisab senilai 85 gram emas. Kadar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%. Apabila uang simpanannya di bank konvensional, ketika akan membayar zakat, maka sisihkan terlebih dahulu bunga banknya karena bunga bank termasuk riba yang diharamkan. Dan apabila uang simpanannya di bank syariah, bagi hasil termasuk dalam komponen yang dihitung dalam penghitungan zakatnya karena bagi hasil bukan bunga bank yang diharamkan.

Contoh:

Bapak Iwan adalah seorang karyawan sebuah perusahaan besar di salah satu kota besar di Indonesia, membuka rekening tabungannya pada awal Januari 2013 sebesar Rp50.000.000,- pada tanggal 24 Januari ia menyimpan lagi sebanyak Rp5.000.000,- kemudian dua hari setelah itu ia menyimpan kembali sebanyak Rp2.000.000,-Pada bulan Maret, ia mengambil untuk sebuah keperluan sebesar Rp5.000.000,- lalu mulai bulan April sampai bulan Desember ia menyisihkan uangnya untuk ditabung setiap bulannya sebesar Rp2.500.000,-. Berapa zakat yang dibayarkan karyawan tersebut? Asumsi harga emas adalah Rp500.000,-/gram.

Jawab:

Ketentuan zakat uang simpanan

Zakat uang simpanan dianalogikan dengan zakat emas nisabnya adalah 85 gram emas, jika asumsi harga emas adalah Rp500.000,-/gram maka nisabnya 85 x 500.000 = Rp42.500.000,--

Tarif atau kadarnya 2,5%. Haul 1 tahun

Uang simpanan karyawan tersebut pada saat haul sebesar :

1. Saldo awal bulan Januari 2013 Rp 60.000.000,-

2. Menabung pada 24 Januari Rp 5.000.000,-

3. Menabung pada 26 Januari Rp 2.000.000,-

4. Diambil pada bulan Maret Rp 5.000.000,-

5. Dari April-Desember Rp 2.500.000,- x 9 = Rp 22.500.000,-

Penghitungan zakatnya adalah:

(60.000.000 + 5.000.000 + 2.000.000 + 22.500.000) – 5.000.000 = 84.500.000

Uang simpanan bapak Iwan sudah melebih nisab dan haulnya, sehingga wajib membayar zakat uang simpanan. Penghitungan zakatnya adalah 74.500.000 x 2,5% = 2.112.500

Deposito atau Saham

Ketentuan zakat Deposito :

a. Penghitungan zakat deposito, pendekatannya adalah dengan zakat peniagaan, karena seseorang yang menyimpan uangnya sebagai deposito atau saham sudah berniat untuk mendapatkan keuntungan. Dan niat mendapatkan keuntungan adalah salah satu syarat dalam zakat perniagaan.

b. Nisabnya setara dengan 85 gr emas

c. Cukup haul 1 tahun

d. Dari sumber yang halal (bunga bank tidak dihitung), jadi hanya deposito syariah saja yang dapat dibayarkan zakatnya.

Cara penghitungannya:

Page 171: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Nilai pokok deposito atau saham + bagi hasil x 2,5%

Contoh zakat Deposito

Seseorang yang memiliki deposito Rp100.000.000 dengan bagi hasil selama setahun adalah Rp12.500.000,-. Maka zakatnya adalah Rp 100.000.000 + 12.500.000 x 2.5 % = Rp2.812.500,-

Contoh zakat saham

Bapak H. Anton Santoso memiliki 500.000 lembar saham PT. SIK. Harga nominal Rp5000,-per lembar. Pada akhir tahun buku tiap lembar saham memperoleh deviden Rp300.-, berapa zakat saham Bapak. H. Anton?

Jawab:

Nilai saham: (500.000 x Rp5.000) = Rp2.500.000.000

Deviden (500.000 x Rp 300) = Rp150.000.000

Jumlah total = Rp2.650.000.000

Cara menghiitungnya :

Nilai saham + deviden x 2,5%

Jaddi 2.500.000.000 + 150.000.000 = Rp2.650.000.000 x 2,5% = Rp66.250.000

Kewajiban Zakat Dari uang Tabungan

Rosa Imantoro – Sabtu, 3 Ramadhan 1431 H / 14 Agustus 2010 17:17 WIB

Berita Terkait

Zakat Atas Deposito Uang yang disimpan di bank untuk beli rumah, Perlu zakat? Bolehkah Zakat bulanan untuk adik sendiri?? Zakat Tabungan Dari Pengahasilan Bulanan Yang Telah Dizakati Zakat Terhadap Gaji Yang Dikredit

Assallamu’allaikum Wr.Wb,

Saya seorang suami dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta, sedang menunggu kelahiran anak pertama. Penghasilan saya per bulan sekitar 3 Juta rupiah. Alhamdulillah, Istri seorang ibu rumah tangga.

Kami keluarga baru, sampai saat ini belum memiliki rumah. Rencana menengah kami adalah untuk membayar DP rumah, yang biayanya kami cicil tiap bulan.

Di tiap akhir bulan, sisa dana yang bisa kami kumpulkan untuk menabung (Alhamdulillah) sekitar 250.000 – 300.000 Rupiah, bahkan terkadang tidak ada.

Apakah dari dana tersisa yang kami gunakan untuk tabungan DP rumah tersebut, wajib di kenakan zakat ?

Jika wajib, berapa porsentasenya ? dan bagaimana perhitungan porsentasenya ?

Mohon informasinya Ustadz. Jazzakumullah Khoir.

Wassallamu’allaikum Wr.Wb

Wa’alaikum salam wr. wb. Terima kasih atas pertanyaan Bapak Iman yang baik.Selamat menunggu kelahiran anak pertama bapak, semoga lahir dalam keadaan sehat walafiat.

Menurut ulama kontemporer bahwa zakat profesi wajib ditunaikan bisa menggunakan perhitungan brutto (dikeluarkan zakatnya 2.5% diambil dari total gaji/penghasilan kotor perbulan atau ditunaikan zakatnya sebelum dipotong pengeluaran/kebutuhan) dengan syarat bahwa zakat tersebut dikeluarkan minimal cukup nisab (batas minimal berzakat) dengan menggunakan qias syabah (dua qias/analogi) pertama analogi zakat pertanian 520 Kg beras x @4000 per Kg = Rp. 2.080.000. Analogi ini ditunaikan saat mendapatkan panen/hasil/gaji. Kedua adapun persentasenya menggunakan analogi emas 2,5%. Berarti gaji bapak Iman melebihi nishab Rp. 3000.000 x 2,5% = Rp. 75.000,- (wajib zakat yang dikeluarkan)

Dalil adanya kewajiban zakat tabungan/deposito Allah SWT mengecam orang yang sudah waktunya berzakat kemudian enggan berzakat dengan firman-Nya: “…dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (termasuk tabungan/deposito) dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah (9): 34) Rasulullah mengecam bagi orang yang enggan berzakat sebagaimana dalam sabdanya: “Tiadalah bagi pemilik simpanan (termasuk emas/tabungan) yang tidak menunaikan zakatnya, kecuali dibakar diatasnya di neraka jahanam” (HR. Bukhori)

Apakah dari dana tersisa wajib di kenakan zakat? Menurut Yusuf Al-Qardhawi jika kita sudah berzakat dari gaji tiap bulan, dan masih ada sisa dana/harta simpanan berupa tabungan yang disimpan tiap bulan sebesar Rp. 250.000 – Rp. 300.000 dan lambat laun sudah cukup

Page 172: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

nishab 85 gram emas (setara dengan uang Rp. 25.500.000,- hasil dari kali 85 gram emas x Rp. 300.000,- pergram) maka wajib zakat. Jika tidak cukup nishab maka tidak wajib zakat, sebab harta yang disimpan dalam tabungan selama setahun Rp. 300.000,- menjadi Rp. 3.600.000,-

Contoh Simulasi Perhitungan zakat Tabungan Bapak Iman: A. PemasukanTabungan tahun 2012 Pak Abdullah Rp. 30.000.000,- B. NishabNishab senilai emas 85 gram (harga emas sekarang @se-gram Rp. 300.000) = Rp. 25.500.000,-C. Zakatkah?Berdasarkan simulasi data pemasukan Pak Iman tersebut, berarti bapak wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5% dikalikan jumlah total tabungan cukup haul. Jadi, zakat yang dikeluarkan sebesar: 2,5% x Rp. 30.000.000,- = Rp. 750.000,- Sebaliknya jika total saldo tabungan bapak Iman tahun berikutnya 2010 Rp. 3600.000 maka tidak wajib zakat (sebab tidak cukup nishab senilai emas 85 gram= Rp. 25.500.000,-)

Menurut ulama fiqh zakat tabungan juga harus memperhatikan apakah harta yang disimpan dalam bentuk tabungan tersebut sudah lewat satu tahun (haul) atau belum. Jika belum cukup haul maka tidak wajib zakat. Dengan kata lain, bahwa pemilikan yang berada di tangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas bulan Qomariyah. Menurut Yusuf Al-Qaradhawy, persyaratan setahun ini dapat dimasukkan harta simpanan seperti tabungan, emas, dan perhiasan. Harta tersebut yang disimpan di dalam bank, maka wajib dizakati setiap tahun sesuai dengan saldo yang ada jika mencapai nishab sebesar 2,5% (tahun Hijriyah) atau 2,575% (tahun Masehi).

Sebab dalam Islam setiap harta wajib dizakati setiap tahunnya. Sebagaimana Sabda Rasulullah yang Artinya: “Tidak wajib membayar zakat sampai sudah berlalu satu tahun” (HR. Abu Dawud) "Bila engkau memiliki 20 dinar emas dan sudah mencapai satu tahun maka zakatnya setengah dinar (2,5%)". (HR Ahmad).

Dahulu, Rasulullah telah mewajibkan zakat emas dan perak, padahal Rasulullah pun tahu bahwa emas dan perak yang mereka miliki adalah dari hasil usaha mereka seperti perdagangan. Jika kita berfikiran bahwa kita tidak wajib mengeluarkan zakat emas/simpanan/tabungan dengan alasan bahwa kita sudah mengeluarkan zakat penghasilan kita, tentu Rasulullah pun tidak akan mewajibkan zakat emas dan perak, karena tentu zakat emas dan perak sendiri berasal dari hasil usaha mereka yang hasil usaha merekapun Rasulullah memerintahkan untuk dikeluarkan zakatnya. Contoh lain yang semisal dengannya adalah seseorang yang mempunyai tabungan yang sudah dikeluarkan zakatnya, apabila dari tabungan tersebut tahun berikutnya cukup nishab maka wajib atasnya berzakat 2,5%.

Al-hasil, berdasarkan penjelasan tersebut uang sisa gajian/pendapatan lainnya yang sudah dizakati kemudian disimpan dalam bentuk tabungan jika sudah satu tahun (haul) dan cukup nishab maka wajib zakat dengan persentase 2,5%.Demikian semoga dapat dipahami. Waallahu A’lam.

Menghitung Zakat Tabungan Kompas.com - 24/08/2010, 10:34 WIB Tanya: Jika punya tabungan di bank, sampai batas berapa terkena wajib zakat mal? dan bagaimana cara menghitung nilai zakat yang harus dibayarkan? (Nawawi Yusron) wa alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakaatuh semoga selalu dalam naungan rahmat Allah ta’ala Dalil diwajibkannya kita mengeluarkan zakat simpanan termasuk tabungan di bank adalah Firman Allah QS At-Taubah Ayat:34-35. Dalam hadis juga di sebutkan: "Tiadalah bagi pemilik simpanan (termasuk emas/tabungan) yang tidak menunaikan zakatnya, kecuali dibakar di atasnya di neraka jahanam? (HR Bukhori) Jadi, berapa batas terkena wajib zakat mal? Terkena wajib zakat mal bila tabungan tersebut telah memenuhi syarat sebagai berikut: 1) disimpan dan milik penuh oleh seorang Muslim sudah sampai setahun, 2) tidak berutang, 3) cukup nisab, yakni setara nilainya dengan 85 gram emas, kalau nilai emas satu gram hari ini @Rp 362.000 x 85 gr berarti tabungan yang sudah mencapai 30.770.000 harus mengeluarkan zakatnya 2,5 persen. Hitungannya: 2,5 persen x 30.770.000 = 769.250 berarti zakatnya: Rp 769.250 Bila tabungan saudara sebesar Rp 37.000.000, berarti telah wajib zakat karena sudah lebih dari nisab zakat 85 gr emas. Zakatnya 2,5 persen dari Rp 37.000.000 adalah sebesar Rp 925.000. Demikian, wallahuta’ala a’lamu. (Tim Dompet Dhuafa)

Jenis Zakat yang Mesti Anda Keluarkan dan Rumus Menghitungnya

Edited by Cermati.com • 6 Juni 2018

Seorang muslim yang mampu secara ekonomi wajib menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, baik melalui panitia zakat maupun didistribusikan sendiri. Hukum zakat adalah wajib bila mampu secara finansial dan telah mencapai batas minimal bayar zakat atau nisab. Jika seseorang memenuhi syarat berikut ini maka wajib hukumnya untuk mengeluarkan zakat:

1. Islam  

2. Merdeka  

3. Berakal dan baligh  

4. Hartanya memenuhi nisab  

Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya!

Nisab adalah batas terendah yang telah ditetapkan secara syar’i yang menjadi pedoman untuk menentukan kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memiliki harta dan telah mencapai ukuran tersebut. Syarat-syarat nisab adalah:

Page 173: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

1. Harta yang akan dizakati di luar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan alat yang digunakan untuk mata pencaharian.

2. Harta yang akan dizakati telah berjalan selama 1 tahun (haul), terhitung dari hari kepemilikan nisab. Kecuali zakat pertanian dan buah-buahan yang diambil ketika panen, serta zakat harta karun yang diambil ketika menemukannya. Sehingga, kalau nisab tersebut berkurang pada satu ketika dari haul, maka terputuslah hitungan haul. Dan kalau sempurna lagi nisab tersebut, maka dimulai lagi perhitungannya.

Misalnya: nisab tercapai pada bulan Muharram, lalu bulan Rajab pada tahun itu ternyata hartanya berkurang dari nisabnya, maka terhapuslah perhitungan nisabnya. Kemudian pada bulan Ramadhan tahun itu, hartanya bertambah hingga mencapai nisab, maka dimulai lagi perhitungan pertama dari bulan Ramadhan tersebut. Demikian seterusnya sampai mencapai 1 tahun sempurna, lalu dikeluarkannya zakatnya.

Rumus Perhitungan Zakat

Tercatat, ada beberapa jenis zakat yang mesti Anda keluarkan. Apa saja zakat-zakat tersebut? Lalu bagaimana perhitungannya? Simak pembahasannya berikut.

1. Rumus Perhitungan Zakat Fitrah

Zakat Fitrah Bisa Berupa Beras

Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras di pasaran per liter. Contoh: Harga beras di pasar rata-rata Rp10.000,- per liter, maka zakat fitrah yang harus dibayar per orang sebesar Rp35.000,-. Jika dihitung dari segi berat, maka Zakat Fitrah per orang = 2,5 kg x harga beras di pasaran per kilogram.

2. Rumus Perhitungan Zakat Profesi/Pekerjaan

Sisihkan Gaji

Ada 3 cara menghitung zakat profesi/pekerjaan:

1. Diqiaskan dengan zakat uang sepenuhnya,2. Diqiaskan dengan zakat hasil tani sepenuhnya,3. Memakai qias kemiripan dengan zakat uang dan hasil tani.

Zakat Tabungan

By

Konsultasi Syariah

-

Feb 25, 2013

6883

Page 174: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Zakat Tabungan

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Mohon penjelasan untuk :

1. Ada kewajiban kita untuk zakat atau tidak terhadap ‘Uang’ yang telah disetor ke DEPAG untuk biaya haji?

2. Bagaimana zakatnya jika seseorang punya harta (uang, emas) yang telah mencapai nisob dan haul akan tetapi orang tersebut mempunyai utang [yang pengembalian diangsur perbulanya dan akan baru lunas 4 tahun kedepan. Dan kalau dihitung-hitung sampai 4 tahun kedepan (angsuranXbulan) jumlahnya adalah jauh lebih besar dari harta (uang,emas) yang dimilikinya saat ini]?

Jazakallah Khairan

Dari: Anto

Jawaban:

Wa’alaikumussalam

Sudah menjadi fitroh manusia, dihiasi rasa cinta pada harta. Bukan sebuah sifat tercela bila mereka cinta harta yang dia miliki atau bersemangat untuk mencari penghasilan yang lebih. Yang menjadi masalah adalah cinta harta yang melampaui batas kewajaran secara syariat. Seperti, cinta harta yang diwarnai sikap tamak, rakus, serakah, kikir, dan berat untuk berinfak di jalan Allah.

Allah berfirman, yang artinya:

“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih.” (Q.S. At-Taubah: 34)

Ayat tersebut tidak mencela orang yang menyimpan hartanya atau memiliki tabungan. Akan tetapi, yang dilarang adalah bila tidak dikeluarkan sebagian harta tersebut, kewajiban zakat yang telah ditentukan Allah, seperti nafkah di jalan Allah.

Salah satu bentuk kewajiban yang harus ditunaikan terhadap harta simpanan adalah zakat, jika terpenuhi beberapa syarat tertentu, diantaranya:

1. Harta simpanan berupa Emas, perak dan mata uang.

2. Harta tersebut adalah harta milik pribadi dan dimiliki secara sempurna.

3. Jumlahnya sudah mencapai nishob. Nishob emas: 85 gr emas murni, nishob perak: 595 gr perak murni, dan nishob mata uang: seharga 85 gram emas murni).

4. Jumlah tersebut sudah tersimpan selama satu tahun Hijriyah. Masa ini disebut dengan haul.

Bila sudah terpenuhi beberapa persyaratan di atas maka wajib mengeluarkan zakat 2,5 % dari total harta setiap tahun Hijriyah. (Lihat Majalah Pengusaha Muslim edisi 22 dalam rubrik Zakat, judul: Uang Kertas Tidak Perlu Dizakati).

Selanjutnya, dalam kajian kali ini, kami akan mengupas beberapa jenis tabungan dan aturan zakatnya. Namun sebelumnya, perlu kami sampaikan, bahwa bukanlah maksud kami dengan tulisan ini, menganjurkan para pembaca untuk beramai-ramai menjadi nasabah Bank. Apalagi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari bunganya yang notabene adalah riba.

Pembahasan zakat tabungan di bank dilatar belakangi fenomena yang ada di masyarakat, bahwa untuk menyimpan dana dalam jumlah besar, hampir semua orang mempercayakannya ke bank. Sementara tabungan berupa celengan hanya dilakukan sebagai ajang latihan di usia dini, yang nantinya apabila terkumpul jumlah yang cukup besar, uang tabungan tersebut akan disimpan juga ke bank demi keamanan.

1. Tabungan di Bank.

Tabungan di Bank dapat berupa Giro, Tabungan biasa maupun deposito. Semua jenis tabungan ini wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah terpenuhi syarat dan ketentuan di atas.

Alasan wajibnya zakat untuk tabungan di Bank, karena Nasabah tetap mempunyai kepemilikan yang sempurna atas uang yang dia simpan dalam rekening tabungannya. Dalam arti, nasabah bebas melakukan penyetoran dan penarikan di rekeningnya.

Bagaimana dengan deposito, bukankah nasabah tidak bisa menarik uangnya sebelum jatuh tempo?

Memang benar demikian, tapi bukan berarti uang itu hilang. Nasabah sangat yakin uangnya akan kembali dengan lengkap pada waktu yang tepat setelah jatuh tempo.

Kalaupun ada yang menyamakan ‘deposito’ dengan piutang selama jangka waktu tertentu, maka bisa kita jawab:

Ulama telah membahas apakah piutang wajib dizakati atau tidak? Padahal uang tersebut tidak ada di tangan? Pendapat yang rajih (kuat) dalam masalah ini, bahwa piutang tersebut tetap wajib dizakati. Karena secara hukum, uang itu masih miliknya, meskipun secara fisik uang

Page 175: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

itu ada di tangan orang lain. Untuk itu, lebih diwajibkan lagi, jika piutang tersebut dipinjamkan pada orang yang dipastikan mampu melunasinya setelah berakhirnya jatuh tempo.

2. Tabungan Haji

Tabungan Haji adalah salah satu fasilitas simpanan yang disediakan oleh hampir seluruh bank di Indonesia. Tabungan ini bertujuan untuk memudahkan para nasabah yang ingin menunaikan haji untuk pelunasan BPIH (Biaya Pelaksanaan Ibadah Haji). Bahkan, saat ini, Depag tidak menerima setoran BPIH kecuali dari tabungan haji bank yang telah ditunjuk oleh pemerintah.

Perbedaan tabungan haji dengan tabungan sebelumnya adalah pada tabungan haji, nasabah tidak boleh melakukan penarikan dana tabungannya. Karena, dana tersebut sejatinya digunakan untuk membiayai pelaksanaan ibadah haji. Bahkan, secara otomatis akan dipakai untuk membiayai setoran pokok (biaya pengambilan nomor kursi) yang nilainya kurang lebih 25 juta rupiah.

Apabila nasabah meninggal dunia, tabungan tersebut masih bisa berpindak ke tangan ahli waris, namun bukan dalam bentuk nominal, melainkan hak untuk mendapatkan nomor kursi calon haji.

Ditinjau dari perbedaan ini, maka dapat disimpulkan bahwa tabungan haji tidak terkena wajib zakat, walaupun tabungannya sudah mencapai nishob dan tersimpan selama bertahun-tahun selama masa penantian dipanggil menjadi calon jamaah haji. Hal ini dikarenakan, salah satu syarat wajib zakat, tidak ada. Yaitu: kepemilikan yang sempurna. Dengan bukti, tabungan haji tidak dapat ditarik tunai sesuai kehendak nasabah. Manfaat yang didapat nasabah hanyalah berupa jasa pelaksanaan ibadah haji, sehingga tabungannya pada hakikatnya untuk membeli jasa, bukan menyimpan dana tunai.

3. Tabungan Pensiun

Tabungan ini telah menjadi buah bibir kalangan PNS. Bahkan, tidak jarang orang termotivasi untuk menjadi PNS dengan tujuan memperoleh tabungan ini.

Hakikat dari tabungan ini adalah sejumlah dana yang diperoleh oleh seorang pegawai, dari instansinya ketika ia mengakhiri masa kerjanya. Tabungan tersebut sebenarnya bukan mutlak hadiah instansi kepada mantan pegawainya. Namun, merupakan hasil kumpulan potongan tertentu dari gaji bulanannya ditambah dengan konpensasi akhir masa kerja yang diberikan oleh instansinya. Seorang pegawai telah mengabdi selama 20 tahun, otomatis gaji bulanannya selama masa itu terpotong dalam jumlah tertentu sebagai tabungan pensiunnya kelak.

Fenomena ini meninggalkan satu pertanyaan, ketika seseorang telah pensiun dan menerima tabungan pensiun dalam jumlah yang melebihi nishob, apakah dia wajib langsung mengeluarkan zakat, begitu pertama kali ia menerima tabungan pensiun tersebut?

Jawabannya adalah belum wajib, harus menunggu terpenuhinya haul (disimpan setahun). Karena, tabungan tersebut baru mutlak menjadi miliknya saat dia pensiun. Sedangkan sebelumnya, uang tersebut masih di bawah kepemilikan dan wewenang instansi. Pegawai tidak berhak memiliki uang tersebut apalagi mengambilnya.

Hanya saja, dia harus mulai menghitung haul sejak pertama dia terima tabungan tersebut. Selanjutnya, tahun depan baru dizakati. Begitu juga tahun-tahun berikutnya selama nominalnya masih mencapai nishob.

4. Deposit box

Tabungan jenis ini beda dengan sebelumnya. Bila sebelumnya tabungan berupa uang tunai yang bisa digunakan oleh bank untuk dipinjamkan ke orang lain atau digunakan oleh bank untuk transaksi komersial, tabungan dalam deposit box biasanya berupa benda-benda berharga selain uang (walaupun terkadang ada yang menyimpan uang tunai). Manfaat yang didapat nasabah adalah untuk mendapat jaminan keamanan. Semua pihak, termasuk bank tidak diperkanankan mengutak-atik isi dari deposit box tersebut, karena kuncinya dipegang oleh nasabah. Sedangkan yang berhak mengambilnya hanya pihak nasabah.

Apakah benda yang dititipkan di deposit box wajib dizakati? Ini tergantung dari jenis barang yang disimpan. Apabila barang tersebut adalah benda yang wajib dizakati seperti emas, perak dan uang kertas, maka pemilik harus menunaikan zakatnya jika telah terpenuhi syarat-syaratnya.

Akan tetapi, bila barang simpanannya berupa benda yang tidak wajib dizakati seperti intan, permata, berlian dll, maka tidak dikeluarkan zakatnya sama sekali.

Keterangan di atas adalah cuplikan artikel karya Ustad Muhammad Yassir, Lc. Pengajar STDI Imam Syafi’i Jember. Artikel ini diterbitkan oleh Majalah Pengusaha Muslim edisi 24, yang secara khusus membahas halal-haram produk-produk bank.

Baru Tahu Ternyata Uang Tabungan Harus Dizakati

Tweet

Mon 7 July 2014 05:43 | Zakat | 23.649 views | Kirim Pertanyaan : [email protected]

Pertanyaan : Assalamu 'alaikum warahmatullah.

Pak Ustadz yg saya hormati..

Melalui Rumah Fiqih, saya baru tahu kalau tabungan itu harus dizakati. Saya mulai menabung sejak 8 Maret 2007 sampai saat ini masih br'jalan. Pertanyaan saya:

1. Bagaimana cara menghitung kewajiban zakat yg telah bertahun-tahun saya lalaikan? Tolong berikan langkah-langkahnya pak.

Page 176: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

2. Harga emas kapankah yang digunakan untuk menghitung nishabnya? Apakah harga emas pada tgl 8 Maret 2007 (pada saat pertama kali saya mulai menabung) atau kapan?

3. Kapankah sebenarnya perhitungan dimulai? Apakah pada 8 Maret 2008 (setahun setelah saya mulai menabung) baru hitung nisabnya? Atau gimana pak?

Mohon bantuan secepatnya pak ustadz.

Jazakallahu Khairan.

Fulanah-Jkt

Jawaban : Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sebenarnya yang Allah wajibkan berzakat adalah orang yang memiliki dan menimbun emas dan perak. Adapun zakat uang kertas yang di tabungan sendiri tidak ada dalil secara langsung yang menyebutkan kewajibannya.

Namun harus dicatat bahwa di masa lalu yang namanya uang itu tidak lain adalah emas dan perak, bukan uang kertas seperti yang kita kenal di zaman sekarang. Maka intinya adalah zakat uang yang ditimbun, tetapi Al-Quran menyebutnya dalam wujud fisiknya, yaitu emas dan perak.

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini :

ذين والفضة الذهب يكنزون وال رهم الله سبيل في ينفقونها ولا بعذاب فبش أليم

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (QS. At-Taubah : 34)

م نار في عليها يحمى يوم لأنفسكم كنزتم ما هـذا وظهورهم وجنوبهم جباههم بها فتكوى جهن تكنزون كنتم ما فذوقوا

Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".(QS. At-Taubah : 35)

Meski yang tertulis pada ayat di atas adalah kewajiban zakat atas emas dan perak, namun seluruh ulama sepakat bahwa emas dan perak yang dimaksud pada ayat di atas adalah emas yang berfungsi sebagai uang atau alat tukar, yaitu dinar dan dirham.

Sedangkan emas yang berbentuk perhiasan yang dikenakan oleh para wanita, justru tidak termasuk dalam kriteria yang wajib dikeluarkan zakatnya.

Ketika zaman berganti dan orang sudah tidak lagi menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar, para ulama sepakat bahwa uang yang berfungsi sebagai alat tukar apabila disimpan atau ditimbun, maka wajib diperlakukan sebagaimana emas dan perak.

Dari situlah kemudian kita diwajibkan membayar zakat uang tabungan, dengan selalu mengacu kepada nilai emas dan perak dalam semua sisinya.

Nisab Uang Tabungan = Nisab Emas

Dalam menetukan nisab zakat uang tabungan, kita mengacu langsung kepada nisab emas. Nisab emas adalah 85 gram, maka kewajiban kita atas uang tabungan hanya apabila uang kita bisa untuk membeli emas seberat 85 gram di waktu itu.

Katakanlah pada 8 Maret 2007 itu harga emas 400 ribu rupiah per gram, maka nisabnya saat itu dengan mudah bisa kita hitung. Nisabnya adalah 85 gram x 400 ribu = 34 juta rupiah.

Bila saat itu jumlah uang tabungan Anda belum melewati angka tersebut, maka belum ada kewajiban apa-apa. Tetapi apabila pada tanggal tersebut uang Anda menembus angka tersebut bahkan lebih besar jumlahnya, uang Anda sudah termasuk uang yang kena kewajiban zakat.

Tetapi membayar zakatnya belum wajib, karena harus melewati masa kepemilikan selama setahun (haul). Jadi catat saja dulu tanggal. Tetapi hitung-hitungan haulnya harus sesuai dengan hitungan tahun qamariyah.

Waktu Membayar Zakat

Harus dicatat baik-baik bahwa hitungan setahun itu tidak mengikuti hitungan tahun masehi melainkan ikut hitungan tahun hijriyah. Katakanlah jumlah uang anda tembus melewati nilai 34 juta pada 8 Maret 2007, maka tanggal jatuh tempo bayar zakat anda adalah setahun kemudian menurut hitugan tahun hijriyah.

Sedikit agak repot memang, karena nyaris kita tidak pernah menggunakan kalender hijriyah. Tetapi sebenarnya tidak terlalu sulit. Anda bisa cari ribuan software gratis di internet untuk melakukan konversi tanggal. Saya coba lakukan dan ketemu bahwa 27 Maret 2007 jatuh pada tanggal 19 Safar 1428 hijriyah.

Dari situ bisa diketahui kapan jatuh tempo zakat uang tabungan Anda, yaitu setahun kemudian jatuh pada tanggal 19 Safar 1439 hijriyah. Tinggal cari tahu, kapankah tanggal tersebut jatuh menurut kalender masehi yang kita kenal.

Page 177: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Sekarang kita gunakan sofware yang sama, kali ini konversi dari hijriyah ke masehi. Ternyata tanggal 19 Safar 1439 hijriyah jatuh pada tanggal 26 Feburari 2008 masehi. Pada hari itulah Anda wajib membayar zakat atas uang tabungan Anda, yaitu bila jumlah nilai uang tabungan Anda masih di atas 34 juta. Atau lebih tepatnya bila uang tabungan Anda masih bisa untuk membeli 85 gram emas.

Mungkin saja selama setahun harga emas mengalami kenaikan atau penurunan. Tetapi hitung saja dan konversikan sesuai dengan fluktuasi harga emas. Intinya, nilai tabungan itu setara dengan 85 gram emas.

Berapa besarnya?

Besar uang zakat yang harus Anda keluarkan 2,5% dari total uang tabungan. Bila uang tabungan Anda pada hari itu katakanlah 34 juta, maka 2,5%-nya adalah 850 ribu rupiah.

Apakah Tahun Depan Harus Bayar Zakat Lagi?

Tergantung apakah nilai uang Anda masih setara dengan nisab emas atau tidak. Ada dua kemungkinan, bisa saja harga emasnya naik dan turun, dan bisa juga jumlah uang tabungan Anda naik atau berkurang.

Maka Anda harus selalu mengukur nilai keduanya, nilai batas nisab dan nilai uang Anda sendiri.

Anggaplah setahun kemudian 1 gram emas naik harganya menjadi 450 ribu, maka nisab emas tahun itu adalah 38.250.000 rupiah. Periksa uang tabungan Anda tahun itu, apakah jumlahnya menembus harga 85 gram emas alias 38.250.000 rupiah atau tidak. Kalau melebihi, berarti anda wajib bayar zakat. Tetapi kalau tidak sampai segitu tabungan Anda, berarti Anda tidak wajib keluarkan zakatnya.

Jadi intinya, nisab Anda harus selalu disesuaikan dengan harga emas saat itu. Lalu bikin perhitungan untuk zakat tiap tahunnya. Mudah sekali bukan?

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc., MA

Baru Tahu Ternyata Uang Tabungan Harus Dizakati

Tweet

Mon 7 July 2014 05:43 | Zakat | 23.650 views | Kirim Pertanyaan : [email protected]

Pertanyaan : Assalamu 'alaikum warahmatullah.

Pak Ustadz yg saya hormati..

Melalui Rumah Fiqih, saya baru tahu kalau tabungan itu harus dizakati. Saya mulai menabung sejak 8 Maret 2007 sampai saat ini masih br'jalan. Pertanyaan saya:

1. Bagaimana cara menghitung kewajiban zakat yg telah bertahun-tahun saya lalaikan? Tolong berikan langkah-langkahnya pak. 2. Harga emas kapankah yang digunakan untuk menghitung nishabnya? Apakah harga emas pada tgl 8 Maret 2007 (pada saat

pertama kali saya mulai menabung) atau kapan? 3. Kapankah sebenarnya perhitungan dimulai? Apakah pada 8 Maret 2008 (setahun setelah saya mulai menabung) baru hitung

nisabnya? Atau gimana pak?

Mohon bantuan secepatnya pak ustadz.

Jazakallahu Khairan.

Fulanah-Jkt

Jawaban : Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sebenarnya yang Allah wajibkan berzakat adalah orang yang memiliki dan menimbun emas dan perak. Adapun zakat uang kertas yang di tabungan sendiri tidak ada dalil secara langsung yang menyebutkan kewajibannya.

Namun harus dicatat bahwa di masa lalu yang namanya uang itu tidak lain adalah emas dan perak, bukan uang kertas seperti yang kita kenal di zaman sekarang. Maka intinya adalah zakat uang yang ditimbun, tetapi Al-Quran menyebutnya dalam wujud fisiknya, yaitu emas dan perak.

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini :

ذين والفضة الذهب يكنزون وال رهم الله سبيل في ينفقونها ولا بعذاب فبش أليم

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (QS. At-Taubah : 34)

م نار في عليها يحمى يوم لأنفسكم كنزتم ما هـذا وظهورهم وجنوبهم جباههم بها فتكوى جهن تكنزون كنتم ما فذوقوا

Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".(QS. At-Taubah : 35)

Page 178: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Meski yang tertulis pada ayat di atas adalah kewajiban zakat atas emas dan perak, namun seluruh ulama sepakat bahwa emas dan perak yang dimaksud pada ayat di atas adalah emas yang berfungsi sebagai uang atau alat tukar, yaitu dinar dan dirham.

Sedangkan emas yang berbentuk perhiasan yang dikenakan oleh para wanita, justru tidak termasuk dalam kriteria yang wajib dikeluarkan zakatnya.

Ketika zaman berganti dan orang sudah tidak lagi menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar, para ulama sepakat bahwa uang yang berfungsi sebagai alat tukar apabila disimpan atau ditimbun, maka wajib diperlakukan sebagaimana emas dan perak.

Dari situlah kemudian kita diwajibkan membayar zakat uang tabungan, dengan selalu mengacu kepada nilai emas dan perak dalam semua sisinya.

Nisab Uang Tabungan = Nisab Emas

Dalam menetukan nisab zakat uang tabungan, kita mengacu langsung kepada nisab emas. Nisab emas adalah 85 gram, maka kewajiban kita atas uang tabungan hanya apabila uang kita bisa untuk membeli emas seberat 85 gram di waktu itu.

Katakanlah pada 8 Maret 2007 itu harga emas 400 ribu rupiah per gram, maka nisabnya saat itu dengan mudah bisa kita hitung. Nisabnya adalah 85 gram x 400 ribu = 34 juta rupiah.

Bila saat itu jumlah uang tabungan Anda belum melewati angka tersebut, maka belum ada kewajiban apa-apa. Tetapi apabila pada tanggal tersebut uang Anda menembus angka tersebut bahkan lebih besar jumlahnya, uang Anda sudah termasuk uang yang kena kewajiban zakat.

Tetapi membayar zakatnya belum wajib, karena harus melewati masa kepemilikan selama setahun (haul). Jadi catat saja dulu tanggal. Tetapi hitung-hitungan haulnya harus sesuai dengan hitungan tahun qamariyah.

Waktu Membayar Zakat

Harus dicatat baik-baik bahwa hitungan setahun itu tidak mengikuti hitungan tahun masehi melainkan ikut hitungan tahun hijriyah. Katakanlah jumlah uang anda tembus melewati nilai 34 juta pada 8 Maret 2007, maka tanggal jatuh tempo bayar zakat anda adalah setahun kemudian menurut hitugan tahun hijriyah.

Sedikit agak repot memang, karena nyaris kita tidak pernah menggunakan kalender hijriyah. Tetapi sebenarnya tidak terlalu sulit. Anda bisa cari ribuan software gratis di internet untuk melakukan konversi tanggal. Saya coba lakukan dan ketemu bahwa 27 Maret 2007 jatuh pada tanggal 19 Safar 1428 hijriyah.

Dari situ bisa diketahui kapan jatuh tempo zakat uang tabungan Anda, yaitu setahun kemudian jatuh pada tanggal 19 Safar 1439 hijriyah. Tinggal cari tahu, kapankah tanggal tersebut jatuh menurut kalender masehi yang kita kenal.

Sekarang kita gunakan sofware yang sama, kali ini konversi dari hijriyah ke masehi. Ternyata tanggal 19 Safar 1439 hijriyah jatuh pada tanggal 26 Feburari 2008 masehi. Pada hari itulah Anda wajib membayar zakat atas uang tabungan Anda, yaitu bila jumlah nilai uang tabungan Anda masih di atas 34 juta. Atau lebih tepatnya bila uang tabungan Anda masih bisa untuk membeli 85 gram emas.

Mungkin saja selama setahun harga emas mengalami kenaikan atau penurunan. Tetapi hitung saja dan konversikan sesuai dengan fluktuasi harga emas. Intinya, nilai tabungan itu setara dengan 85 gram emas.

Berapa besarnya?

Besar uang zakat yang harus Anda keluarkan 2,5% dari total uang tabungan. Bila uang tabungan Anda pada hari itu katakanlah 34 juta, maka 2,5%-nya adalah 850 ribu rupiah.

Apakah Tahun Depan Harus Bayar Zakat Lagi?

Tergantung apakah nilai uang Anda masih setara dengan nisab emas atau tidak. Ada dua kemungkinan, bisa saja harga emasnya naik dan turun, dan bisa juga jumlah uang tabungan Anda naik atau berkurang.

Maka Anda harus selalu mengukur nilai keduanya, nilai batas nisab dan nilai uang Anda sendiri.

Anggaplah setahun kemudian 1 gram emas naik harganya menjadi 450 ribu, maka nisab emas tahun itu adalah 38.250.000 rupiah. Periksa uang tabungan Anda tahun itu, apakah jumlahnya menembus harga 85 gram emas alias 38.250.000 rupiah atau tidak. Kalau melebihi, berarti anda wajib bayar zakat. Tetapi kalau tidak sampai segitu tabungan Anda, berarti Anda tidak wajib keluarkan zakatnya.

Jadi intinya, nisab Anda harus selalu disesuaikan dengan harga emas saat itu. Lalu bikin perhitungan untuk zakat tiap tahunnya. Mudah sekali bukan?

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc., MA

Zakat Tabungan

Salah satu kewajiban yang harus ditunaikan terhadap harta simpanan adalah zakat, jika terpenuhi syarat-syarat tertentu. Berikut penjelasan mengenai beberapa jenis tabungan yang harus dizakati.

Oleh Muhammad Yassir, Lc.*)

Page 179: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Cinta harta pada manusia menjadi masalah bila melampaui batas kewajaran secara syariat. Misalnya disertai sikap tamak, rakus, serakah, kikir dan berat untuk berinfak di jalan Allah. Allah berfirman, yang artinya,

“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah: 34)

Ayat tersebut memang tidak mencela orang yang menyimpan harta atau memiliki tabungan. Yang dilarang bila harta tidak ditunaikan zakatnya, seperti nafkah di jalan Allah.

Salah satu kewajiban yang harus ditunaikan terhadap harta simpanan adalah zakat, jika terpenuhi beberapa syarat tertentu, di antaranya:

1. Harta simpanan itu berupa emas, perak dan mata uang.2. Harta milik pribadi dan dimiliki secara sempurna.3. Jumlahnya sudah mencapai nishob (nishob emas: 85 gram emas murni, nishob perak 595 gram perak murni, dan nishob mata

uang seharga 85 gram emas murni).4. Jumlah tersebut sudah tersimpan selama satu tahun hijriah. Masa ini disebut dengan haul.

Bila sudah terpenuhi persyaratannya, wajib dikeluarkan zakat sebesar 2,5 persen dari total harta setiap tahun hijriah (simak Majalah Pengusaha Muslim edisi No. 22 rubrik Zakat, judul: Uang Kertas Tidak Perlu Dizakati).

Kajian ini mengupas beberapa jenis tabungan dan aturan zakatnya. Tentu maksudnya bukan menganjurkan beramai-ramai menabung di bank. Apalagi untuk memperoleh keuntungan berupa bunga bank yang sudah jelas riba. Namun karena anggapan sebagian masyarakat bahwa bank adalah tempat menyimpan uang dalam jumlah besar, sedangkan menyimpan uang di celengan di rumah hanya latihan menabung, yang setelah terkumpul cukup banyak, uang nya biasanya juga ditabung di bank, demi keamanan.

1. Simpanan di Bank

Simpanan di bank dapat berupa giro, tabungan dan deposito. Semua jenis simpanan di bank ini wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah terpenuhi syaratnya. Hal ini karena sang empunya tabungan tetap memiliki secara sempurna atas uang simpanannya—bebas menyetor dan menarik uang miliknya di rekening simpanan di bank.

Deposito dizakati, bukankah pemiliknya tidak bisa mencairkan uangnya sebelum jatuh tempo? Benar, tapi bukan berarti uang itu hilang. Uang deposito akan kembali utuh saat jatuh tempo. Kalau pun ada yang menyamakannya dengan piutang selama jangka waktu tertentu, apakah menurut ulama piutang itu wajib dizakati atau tidak, padahal uang itu belum ada di tangan?

Pendapat yang rajih (kuat) menyebutkan tetap wajib dizakati. Secara hukum, uang itu masih milik sang empunya, meskipun secara fisik ada di tangan orang lain. Lebih diwajibkan lagi jika piutang tersebut dipinjamkan kepada orang yang dipastikan mampu melunasinya setelah jatuh tempo.

2. Tabungan Haji

Hampir semua bank di Indonesia melayani simpanan dalam bentuk tabungan haji. Tabungan ini dananya disediakan untuk biaya menunaikan ibadah haji; untuk melunasi BPIH (Biaya Pelaksanaan Ibadah Haji). Kementerian Agama tidak lagi langsung menerima setoran BPIH, tapi setoran tabungan haji di bank yang ditunjuk pemerintah.

Tabungan haji sekarang menjadi simpanan berjangka yang tidak boleh dicairkan pemiliknya sebelum waktunya (jatuh tempo). Sejatinya, tabungan ini memang untuk membiayai pelaksanaan ibadah haji. Bahkan sebagai setoran pokok (biaya pengambilan nomor kursi) yang nilainya saat ini sekitar Rp 25 juta. Apabila penabungnya meninggal dunia, tabungan ini bisa dipindahtangankan ke ahli warisnya, namun tidak bisa dinominalkan, melainkan jadi hak mendapatkan nomor kursi calon haji.

Karena itu tabungan haji tidak terkena wajib zakat. Ini walaupun tabungannya sudah mencapai nishob dan tersimpan bertahun-tahun selama masa penantian dipanggil menjadi calon jamaah haji. Tabungan haji tidak memenuhi salah satu syarat wajib dizakati. Yakni syarat “kepemilikan yang sempurna”, antara lainkarea tidak dapat ditarik tunai sesuai kehendak pemiliknya. Manfaat tabungan ini adalah jasa pelaksanaan ibadah haji, sehingga hakikatnya untuk membeli jasa, bukan penyimpan dana tunai.

3. Tabungan Pensiun

Hakikat tabungan pensiun adalah sejumlah dana yang diperoleh pegawai dari tempat kerjanya yang diterima di akhir masa kerjanya. Tabungan ini bukan hadiah dari tempat kerja, namun akumulasi dana yang diambil dari sebagian gaji sang pegawai plus kompensasi dari instansinya.

Apakah tabungan ini wajib dizakati langsung begitu sang pegawai menerimanya? Belum wajib. Harus menunggu terpenuhinya haul (disimpan setahun). Tabungan ini baru mutlak menjadi milik sang pegawai saat dia pensiun. Sedangkan sebelumnya, uang tabungan masih milik dan jadi wewenang tempat kerjanya, dan tidak dapat diambil oleh sang pegawai. Hanya saja harus mulai dihitung haul-nya sejak pertama menerima tabungan tersebut. Selanjutnya, tahun depan dizakati. Begitu juga tahun-tahun berikutnya, selama nominalnya masih mencapai nishob.

4. Deposit box

Tabungan jenis ini berbeda dengan jenis tabungan yang dijelaskan sebelumnya, yang berupa uang tunai dan dipinjamkan bank ke pihak lain atau untuk transaksi komersial. Tabungan yang disimpan dalam (save) deposit box biasanya benda-benda berharga selain uang (walaupun kadang isinya uang tunai). Manfaatnya adalah jaminan keamanan. Bank dan pemilk isi save deposite box tidak diperkenankan mengutak-atiknya. Kuncinya dipegang nasabah, dan dia pula yang berhak mengambilnya.

Page 180: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Apakah benda yang dititipkan di save deposit box di bank wajib dizakati? Ini tergantung jenis barang yang disimpan. Apabila benda-benda yang wajib dizakati seperti emas, perak dan uang kertas, harus ditunaikan zakatnya jika telah terpenuhi syarat-syaratnya. Bila bukan, seperti intan, permata, berlian dll, tidak ada kewajiban zakatya.

5. Tabungan Amal

Maksudnya tabungan yang disediakan lembaga tertentu untuk menggalang dana dari para dermawan kemudian disalurkan dalam bentuk bantuan sosial kepada orang yang membutuhkan. Hakikatnya, lembaga mana pun yang menyediakan tabungan ini hanya berperan sebagai pemegang amanah menyalurkannya, dan bukan memilikinya, yang berarti tidak berhak memiliki atau menggunakannya untuk kepentingan lembaga.

Tabungan amal tidak terkena wajib zakat, karena tabungan ini bukan milik pribadi seseorang. Tabungan ini tak ubahnya celengan yang menampung kucuran dana dari para dermawan dan sukarelawan. Di samping itu, tabungan ini dibuka untuk umum, bukan untuk kepentingan pribadi pemegang tabungan.

Bentuk tabungan yang hampir sama dengan tabungan amal antara lain:

Simpanan baitul mal, yang di zaman sekarang lebih tepat disebut pendapatan daerah/negara. Dana yayasan atau sekolah, yang diambil dari iuran siswa untuk kepentingan sekolah. Iuran harian atau bulanan yang dikumpulkan dari sebagian masyarakat pedesaan. Dana ini biasanya digunakan untuk membantu

anggota masyarakat yang membutuhkan bantuan seperti pengobatan, persalinan, pemakaman, dll.

Wallahu a’lam bis showab.***

*) Penulis adalah staf pengajar STDI Imam Syafi’i, Jember

Pull Quote:

1. Simpanan di bank dapat berupa giro, tabungan dan deposito. Semua jenis tabungan di bank ini wajib dikeluarkan zakatnya.2. Tabungan haji tidak terkena wajib zakat, walaupun sudah mencapai nishob dan tersimpan selama bertahun-tahun.3. Barang yang disimpan di save deposit box wajib dizakati? Tergantung jenis atau bentuknya.4. Tabungan amal tidak terkena wajib zakat, karena bukan milik pribadi seseorang.

Boks: Tabungan Apa yang Dizakati?

1. Syarat wajib zakat harta simpanan ada empat: (1) Berupa emas, perak, atau uang; (2) Harta tersebut menjadi milik peribadi; (3) Dimiliki secara sempurna, sehingga pemilik bisa menggunakannya sesuai kehendaknya; dan (4) Mencapai nishob: 85 gram emas, dan tersimpan selama setahun hijriyah (haul).

2. Zakat tabungan dianalogikan dengan zakat piutang. Zakat piutang ada dua: (1) Piutang yang mungkin diharapkan bisa dibayar—piutang jenis ini masuk hitungan wajib zakat; dan (2) Piutang yang tidak diharapkan bisa dibayar—piutang jenis ini tidak masuk hitungan wajib zakat.

3. Dengan menimbang persyaratan di atas, hukum zakat tabungan sbb:

1. Simpanan di bank berupa tabungan dan giro, wajib dizakati, karena keduanya harta milik pribadi dan kepemilikannya sempurna.

2. Deposito wajib dizakati, meski tidak bisa diambil sebelum jatuh tempo, tapi harta ini tetap hak milik nasabah sepenuhnya, dan memungkinkan untuk dibayar bank setelah jatuh tempo.

3. Tabungan haji tidak wajib dizakati, karena uang yang disetorkan tidak lagi menjadi miliknya, tetapi untuk biaya pelaksanakan haji.

4. Tabungan pensiun: yang sudah diterima wajib zakat jika sudah mencapai nishob dan terpenuhi haul; yang belum diterima tidak wajib zakat, karena belum menjadi milik pensiunan.

5. Deposit box, jika isinya emas, perak atau uang, wajib dizakati; jika isinya intan, permata, dll, tidak dizakati.6. Tabungan amal tidak wajib dizakati karena berbentuk dana sosial dan bukan milik perorangan.

2. Uang Simpanan, Apakah Kena Kewajiban Zakat?3. Banyak masuk atensi kepada penulis beberapa hari terakhir yang menanyakan seputar zakat uang. Beberapa dari penanya ingin

diberitahu tentang apakah uang simpanan mereka termasuk yang wajib dikenai zakat apa tidak. Kali ini pengkaji akan mencoba mengupas masalah ini dengan menimbang segi teori uang yang pernah kita kupas sebelumnya dalam forum ini.

4.5. Pertama yang harus kita perhatikan adalah bahwa kewajiban zakāt māl adalah berlaku pada harta yang tersimpan ( kanzun) yang

terdiri atas emas dan perak. Ayat yang menjelaskan hal ini adalah QS at-Taubah ayat 34: “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak kemudian ia tidak menafkahkannya di jalan Allah (mengeluarkan zakatnya), maka berilah kabar gembira terhadap mereka akan azab yang teramat pedih.”

6.7. Kita bicara tentang emas dan perak. Ada dua jenis emas dan perak yang saat ini beredar di masyarakat, yaitu pertama berupa

emas murni yang biasanya berwujud emas batangan, dan kedua berupa emas yang dicetak. Untuk emas yang dicetak umumnya disebut sebagai huliyyin mubāh, yaitu perhiasan mubah. Ada kalanya emas yang ada dalam bentuk cetak ini berupa kalung, cincin, atau berupa mata uang seperti dinar dan dirham.

8.9. Nishab dari huliyyin mubah ini adalah 20 mitsqāl, setara dengan 20 dinar, atau kurang lebih 425 gram. Sementara nishab emas

murni adalah setara 85 gram. Masing-masing dari emas murni dan emas yang dicetak ini wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% (rub’u al-‘ushr). Untuk nishab perak dalam bentuk huliyyin mubah, adalah sama dengan 200 dirham atau setara dengan kadar 2.975 gram. Adapun bila dalam bentuk perak murni (batangan), maka nishabnya setara dengan ukuran timbangan 595 gram. Zakat yang wajib dikeluarkan dari perak ini juga sama yaitu 2,5%-nya. Catatan yang perlu diperhatikan dari keberadaan zakat emas dan perak tadi adalah bahwa keduanya telah disimpan (kanzun) selama kurang lebih 1 tahun, baik dalam bentuk batangan murni atau dalam bentuk cetak (Lihat KH. Afifuddin Muhadjir, Fathu al-Mudjīb al-Qarīb fi hilli Alfādhi al-Taqrīb, Situbondo: Ibrahimy Press, 2014, hal. 48).

Page 181: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

10.11. Lantas apa hubungannya keberadaan emas dan perak ini dengan uang? Jawabnya adalah hubungannya sangat erat. Mengapa?

Karena sejarah mata uang di dunia ini erat hubungannya dengan emas dan perak. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih klasik pun juga disebutkan adanya relasi antara mata uang dengan emas dan perak. Bahkan dalam Keputusan Muktamar ke-8 Nahdlatul Ulama di Jakarta, tanggal 12 Muharram 1352 H./ 7 Mei 1933 M juga menyamakan kedudukan uang ini sama dengan emas dan perak. Namun menilik dari tahun dihasilkannya keputusan, keputusan ini tidak bisa disalahkan karena memang pada tahun itu kedudukan uang masih memiliki simpanan berupa cadangan emas yang terletak di Bank Indonesia.

12.13. Baca: Sejarah Mata Uang Logam dan Uang Kertas14. Pasca dihasilkannya keputusan Muktamar NU yang ke-8 ini berlaku hukum bahwa setiap uang yang disimpan oleh masyarakat,

adalah bernilai cadangan emas dan perak. Karena ia bernilai cadangan emas, maka bila uang tersebut disimpan selama satu tahun, baik disimpan sendiri atau disimpan di bank, dengan catatan yaitu asal tidak dipergunakan sama sekali, maka dari uang ini berlaku nishab zakat.

15.16. Nishab ini ditentukan kadarnya berdasar nishab emas dan perak murni. Bila dalam 1 gram emas murni bernilai 500 ribu

(misalnya), maka harga 85 gram emas adalah setara dengan Rp42.500.000. Dengan demikian, zakat yang wajib dikeluarkan adalah menjadi sebesar 2,5%-nya sehingga bernilai Rp1.062.000. Arti lain dari hal ini adalah, setiap masyarakat yang memiliki uang simpanan sebesar Rp. 42.500.000 adalah sudah setara dengan memiliki 85 gram emas sehingga wajib dikeluarkan zakatnya.

17.18. Keberadaan uang ini adalah baik yang disimpan sendiri maupun yang disimpan dalam unit niaga seperti perbankan dan

lembaga/tempat penyimpanan lainnya. Akan tetapi, keputusan ini adalah berlaku ketika mata uang masih memiliki simpanan cadangan emas di bank, yaitu tepatnya era sebelum tahun 1970-an. Lantas bagaimana dengan uang dewasa ini?

19.20. Seiring dengan perkembangan zaman, kedudukan mata uang telah berubah. Negara sekarang memakai jenis mata uang fiat yang

mana nilainya tidak ditentukan berdasarkan cadangan emas yang tersimpan, melainkan ia ditentukan berdasarkan hasil neraca perdagangan. Makna uang sudah bergeser menjadi makna niaga karena setiap satuan mata uang ditentukan nilainya dari hasil perniagaan. Syarat dari niaga (tijarah) adalah perputaran mata uang di unit niaga dan adanya ‘urudlu al-tijarah (modal niaga). Oleh karena itu, untuk mata uang yang tidak berada dalam satuan unit niaga ini, maka uang tersebut tidak bisa disebut mengalami perputaran. Lantas, dimanakah letak unit niaganya?

21.22. Baca: Mata Uang Fiat dan Unsur Penyusunnya23. Suatu misal, ada orang yang menyimpan uang secara konvensional yaitu menyimpan uang secara klasik di rumah. Selama satu

tahun uang tersebut tidak dipakai untuk suatu jenis usaha tertentu, maka secara tidak langsung uang masyarakat seperti ini disebut tidak mengalami perputaran. Karena tidak mengalami perputaran, maka tidak ada yang disebut 'urudlu al-tijarah (modal niaga). Padahal, keberadaan 'urudlu al-tijarah inilah yang menjadi dasar utama ditetapkannya zakat, yakni zakat tijarah (zakat niaga).

24.25. Berbeda halnya bila uang masyarakat disimpan di bank. Sebagaimana yang dahulu juga kita bahas bahwa pada dasarnya uang

yang disimpan di bank dalam bentuk deposito dan reksadana adalah diawali dengan akad serah terima modal antara nasabah dengan perbankan sebagai wakil nasabah untuk menyalurkan ke unit niaga yang aman bagi dana nasabah. Oleh karena itu, uang yang dititipkan ke bank oleh nasabah bisa disebut sebagai urudlu al-tijarah, karena ada unsur serah terima modal tersebut. Karena adanya unsur serah terima modal, maka berlaku pula hukum zakat niaga sebesar 2,5% bilamana uang tersebut telah mencapai haul (satu tahun).

26.27. Sebagai ilustrasi misalnya Pak Ahmad mendepositokan uangnya sebesar 10 juta rupiah pada 5 Syawal 1438 H. Pada saat kalender

sudah menunjuk 5 Syawal 1439 H, ternyata uang Pak Ahmad telah mencapai 12 juta rupiah. Berapakah zakat yang harus dikeluarkan oleh Pak Ahmad? Jawabnya adalah dengan mendasarkan pada hitungan urudlu al-tijarah sebesar 10 juta maka dihitung bahwa besarnya zakat Pak Ahmad adalah sebesar 250 ribu rupiah. Hal ini tentu tidak berlaku bilamana Pak Ahmad menyimpan uang tersebut di rumah sendiri, karena uang sebesar 10 juta tidak mengalami perputaran dalam unit niaga.

28.29. Semoga uraian singkat ini bisa menghapus silang sengkarut soal apakah uang simpanan dan tabungan wajib dikeluarkan zakatnya

apa tidak. Sebagai garis besar jawabnya adalah apakah uang tersebut dipergunakan dalam unit niaga atau tidak. Bila dipergunakan, maka wajib dikeluarkan zakatnya, dan bila tidak digunakan dan hanya disimpan sendiri, maka tidak wajib dikeluarkan. Wallahu a’lam bi al-shawab.

30.31.32. Muhammad Syamsudin, Pegiat Kajian Fiqih Terapan dan Pengasuh PP Hasan Jufri Putri, P. Bawean33. Ketentuan Zakat Uang Simpanan34. Uang yang disimpan, entah di bawah tempat tidur atau di bank, alias tidak diputar untuk modal usaha tetap wajib dikeluarkan

zakatnya jika telah mencapai nisab atau jumlah tertentu sehingga wajib zakat (senilai harga 85 gram emas murni).35. Zakat uang simpanan dikeluarkan setiap tahun, selama jumlah uang masih mencapai satu nisab, dipersamakan dengan emas dan

perak yang setiap tahunnya bisa berubah nilainya. (Keputusan Muktamar ke-8 Nahdlatul Ulama di Jakarta, tanggal 12 Muharram 1352 H./ 7 Mei 1933 M.)

36. <>37. Hal ini didasarkan pada keterangan dalam kitab Bajuri-Fathul Qorib Juz I dan Bujairimi-Iqna’, bahwa pada benda-benda tambang

yang berpotensi untuk tetap mempunyai nilai tambah seperti emas dan perak wajib dizakati selama barangnya masih ada dan mencapai satu nisab. Sementara pada biji-bijian zakatnya hanya setahun sekali saja walaupun biji-bijian tetap ada selama beberapa tahun.

38. Tahun pertama pengeluaran zakat dihitung setelah seseorang menyimpan uangnya selama satu tahun. Tahun kedua dihitung setelah melewati satu tahun dari tahun pertama, begitu seterusnya. Besarnya zakat yang dikeluarkan tiap tahunnya adalah 2,5 persen, sama dengan zakat barang dagangan.

39. Jika asumsi harga emas murni hari ini adalah Rp150.000,- per gramnya maka nisab zakat uang simpanan adalah 85 gram emas murni x Rp150.000,- = Rp12.750.000,-. Zakat yang dikeluarkan = 2,5 % x jumlah uang simpanan.

40. Misalnya seorang menyimpan uang pada tanggal 29 Desember 2005 sejumlah Rp50.000.000,- Pada tanggal 29 Desember 2005 uang simpanan berjumlah Rp45.000.000,- (masih satu nishab) maka zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 % X Rp45.000.000,- = Rp1.125.000,-.

41. Jika pada tahun berikutnya uang simpanan masih mencapai satu nishab (berdasarkan perhitungan harga emas murni waktu itu) maka tetap wajib dikeluarkan zakatnya seperti pada perhitungan di atas.

Page 182: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

42. Sebagai catatan, seorang muslim tidak diperkenankan untuk melakukan trik tertentu agar tidak mengeluarkan zakat. Misalnya membelanjakan uangnya habis-habisan menjelang satu tahun kepemilikan hartanya sehingga kurang dari satu nisab. Orang seperti ini disebut sebagai orang yang bakhil, atau dalam bahasa fiqih yang tegas disebut sebagai orang yang ingkar terhadap perintah Allah SWT. (nam*)

43.44. Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada Kamis, 05 Oktober 2006 pukul 13:22 Redaksi mengunggahnya ulang

dengan melakukan perbaikan minor

Zakat TabunganSetiap muslim yang memiliki tabungan, terhitung mencapai satu tahun dan nilainya setara dengan 85 gr emas, maka wajib mengeluarkan zakat.

Uang Simpanan

Uang simpanan dikeluarkan zakatnya dikarenakan, dari sifat hartanya uang simpanan termasuk ke dalam 3 kriteria harta atau maal, yaitu:

1. Uang simpanan mempunyai nilai ekonomi yaitu nilai tukar.

2. Uang simpanan disukai semua orang bahkan banyak yang memerlukannya.

3. Uang simpanan yang dizakati adalah yang dibenarkan pemanfatannya secara syar’i.

Bahkan karena uang simpanan itu merupakan surplus maka lebih layak dikenakan zakat dibandingkan dengan hasil penghasilan yang bisa jadi surplus bisa juga tidak.

Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir bila telah mencapai nisab dan berjalan selama 1 tahun. Besarnya nisab senilai 85 gram emas. Kadar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%. Apabila uang simpanannya di bank konvensional, ketika akan membayar zakat, maka sisihkan terlebih dahulu bunga banknya karena bunga bank termasuk riba yang diharamkan. Dan apabila uang simpanannya di bank syariah, bagi hasil termasuk dalam komponen yang dihitung dalam penghitungan zakatnya karena bagi hasil bukan bunga bank yang diharamkan.

Contoh:

Bapak Iwan adalah seorang karyawan sebuah perusahaan besar di salah satu kota besar di Indonesia, membuka rekening tabungannya pada awal Januari 2013 sebesar Rp50.000.000,- pada tanggal 24 Januari ia menyimpan lagi sebanyak Rp5.000.000,- kemudian dua hari setelah itu ia menyimpan kembali sebanyak Rp2.000.000,-Pada bulan Maret, ia mengambil untuk sebuah keperluan sebesar Rp5.000.000,- lalu mulai bulan April sampai bulan Desember ia menyisihkan uangnya untuk ditabung setiap bulannya sebesar Rp2.500.000,-. Berapa zakat yang dibayarkan karyawan tersebut? Asumsi harga emas adalah Rp500.000,-/gram.

Jawab:

Ketentuan zakat uang simpanan

Zakat uang simpanan dianalogikan dengan zakat emas nisabnya adalah 85 gram emas, jika asumsi harga emas adalah Rp500.000,-/gram maka nisabnya 85 x 500.000 = Rp42.500.000,--

Tarif atau kadarnya 2,5%. Haul 1 tahun

Uang simpanan karyawan tersebut pada saat haul sebesar :

1. Saldo awal bulan Januari 2013 Rp 60.000.000,-

2. Menabung pada 24 Januari Rp 5.000.000,-

3. Menabung pada 26 Januari Rp 2.000.000,-

4. Diambil pada bulan Maret Rp 5.000.000,-

5. Dari April-Desember Rp 2.500.000,- x 9 = Rp 22.500.000,-

Penghitungan zakatnya adalah:

(60.000.000 + 5.000.000 + 2.000.000 + 22.500.000) – 5.000.000 = 84.500.000

Page 183: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Uang simpanan bapak Iwan sudah melebih nisab dan haulnya, sehingga wajib membayar zakat uang simpanan. Penghitungan zakatnya adalah 74.500.000 x 2,5% = 2.112.500

Deposito atau Saham

Ketentuan zakat Deposito :

a. Penghitungan zakat deposito, pendekatannya adalah dengan zakat peniagaan, karena seseorang yang menyimpan uangnya sebagai deposito atau saham sudah berniat untuk mendapatkan keuntungan. Dan niat mendapatkan keuntungan adalah salah satu syarat dalam zakat perniagaan.

b. Nisabnya setara dengan 85 gr emas

c. Cukup haul 1 tahun

d. Dari sumber yang halal (bunga bank tidak dihitung), jadi hanya deposito syariah saja yang dapat dibayarkan zakatnya.

Cara penghitungannya:

Nilai pokok deposito atau saham + bagi hasil x 2,5%

Contoh zakat Deposito

Seseorang yang memiliki deposito Rp100.000.000 dengan bagi hasil selama setahun adalah Rp12.500.000,-. Maka zakatnya adalah Rp 100.000.000 + 12.500.000 x 2.5 % = Rp2.812.500,-

Contoh zakat saham

Bapak H. Anton Santoso memiliki 500.000 lembar saham PT. SIK. Harga nominal Rp5000,-per lembar. Pada akhir tahun buku tiap lembar saham memperoleh deviden Rp300.-, berapa zakat saham Bapak. H. Anton?

Jawab:

Nilai saham: (500.000 x Rp5.000) = Rp2.500.000.000

Deviden (500.000 x Rp 300) = Rp150.000.000

Jumlah total = Rp2.650.000.000

Cara menghiitungnya :

Nilai saham + deviden x 2,5%

Jaddi 2.500.000.000 + 150.000.000 = Rp2.650.000.000 x 2,5% = Rp66.250.000

Zakat Pendapatan Simpanan, Apakah Tabungan Perlu Dikeluarkan Zakatnya?

Page 184: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Pertanyaan:

Assalamu’laikumwarahmatullahiwabarakatuh

Ustadz, saya ingin bertanya. Istri saya setiap bulan mengeluarkan zakat pendapatan simpanan, dan dari pendapatan tersebut disisakan untuk menabung di salah satu bank syariah di indonesia. Pertanyaan saya adalah apakah tabungan istri saya tersebut wajib dikeluarkan zakatnya lagi?

Baca Juga: Penjelasan tentang Zakat Fitrah

Istri saya telah bertanya kepada 2 lembaga amil zakat dan jawabanya berbeda yaitu 1 amil mengatakan tidak perlu, dan 1 amil mengatakan perlu? Karena hal tersebut, saya dan istri saya menjadi ragu Oleh karena itu, saya ingin tahu pendapat dari Ustadz sebagai pendapat selanjutnya. Jika memang kami perlu mengeluarkan zakat pendapatan simpanan tersebut, bagaimana dasar hukumnya dalam Islam sendiri?

Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Jawaban:

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sebenarnya perbedaan pendapat ini tidak perlu ada, apabila tidak ada ijtihad tentang zakat penghasilan.

Sebagaimana kita ketahui, zakat penghasilan seperti gaji, honor, upah dan sejenisnya merupakan bentuk zakat yang di masa lalu belum ditetapkan. Zakat penghasilan baru ditetapkan di masa sekarang ini melalui ijtihad para ulama besar di abad ini.

Sebagai sebuah ijtihad, tentu saja melahirkan pro dan kontra. Yang tidak setuju dengan adanya zakat penghasilan berprinsip bahwa zakat itu bagian dari ibadah ritual, sehingga harus didasari dengan dalil-dalil yang qath’i dan tegas. Dan kitab-kitab hadits atau pun fiqih klasik sama sekali tidak pernah menyinggung tentang kewajiban zakat penghasilan ini.

Lalu apa hubungannya dengan jawaban 2 lembaga zakat yang berbeda?

Page 185: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Begini, lembaga zakat yang mengatakan tidak ada lagi zakat untuk uang tabungan melandaskan ijtihadnya dengan logika bahwa zakat tidak perlu dibayarkan dua kali untuk harta yang sama. Karena pemilik uang sudah bayar zakat penghasilan, maka uang itu tidak perlu lagi dibayarkan zakatnya sebagai zakat tabungan.

Sedangkan lembaga amil yang mewajibkan zakat lagi, berprinsip bahwa semua jenis dan bentu harta ada zakatnya. Ketika menerima sebagai gaji, wajib dikeluarkan zakatnya. Dan ketika disimpan menjadi tabungan lalu terkumpul hinngga mencapai nishab dan haul, wajib lagi dizakatkan.

Nah, seandainya tidak ada zakat penghasilan, tentu tidak perlu ada perbedaan pendapat ini. Karena yang dizakatkan tinggal satu saja, yaitu zakat uang tabungan.

Jadi Mana Yang Benar?

Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan salah satu pendapat. Keduanya berangkat dari ijtihad yang kuat.

Yang mengatakan harus ada zakat tabungan lagi di luar zakat penghasilan berangkat dari logika bahwa tiap jenis harta zakat ada ketentuan zakatnya. Misalnya seseorang bertani dan mendapatkan panen yang melebihi nisab. Maka dia harus berzakat sesuai dengan ketentuan.

Lalu dari hasil panen yang dijualnya itu, dia membeli beberapa ekor sapi untuk diternakkan. Apabila telah memenuhi nishab dan haulnya, petani yang kini punya profesi sampingan sebagai peternak itu tetap wajib berzakat atas harta ternaknya.

Mengapa demikian?

Karena ternak miliknya itu telah memenuhi syarat baginya untuk wajib mengeluarkan zakat. Meski sumber permodalannya dari hasil panen yang sudah dikurangi untuk berzakat.

Kesimpulan:

Kedua pendapat di atas lagi-lagi adalah hadsil ijtihad yang didapat dari berbagai dalil. Terkadang hasil ijtihad bisa sama dengan sesama para ahli ijtihad yang lain, tetapi tidak jarang hasilnya berbeda-beda.

Baca Juga: Daftar Lembaga Amil Zakat di Indonesia

Perbedaan pandangan itu biasanya lahir karena berbagai sebab. Yang utama di antaranya karena perbedaan sudut pandang, juga karena perbedaan metodologi pengambilan kesimpulan hukum, bahkan tidak jarang perbedaan itu terjadi karena perbedaan dalam menetapkan keshahihan suatu hadits, juga ketika menetapkan kekhususan dan keumumannya.

Buat kita yang awam, hasil ijtihad yang mana saja boleh kita pilih dan suatu ketika boleh saja kita tinggalkan. Sebab boleh jadi ulama yang mengeluarkan hasil ijtihad itu sendiri suatu ketika akan mengoreksi kembali pendapatnya.

Dan hal itu hukumnya sah-sah saja.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Pertanyaan:

Assalamu’laikumwarahmatullahiwabarakatuh

Ustadz, saya ingin bertanya. Istri saya setiap bulan mengeluarkan zakat pendapatan simpanan, dan dari pendapatan tersebut disisakan untuk menabung di salah satu bank syariah di indonesia. Pertanyaan saya adalah apakah tabungan istri saya tersebut wajib dikeluarkan zakatnya lagi?

Baca Juga: Penjelasan tentang Zakat Fitrah

Istri saya telah bertanya kepada 2 lembaga amil zakat dan jawabanya berbeda yaitu 1 amil mengatakan tidak perlu, dan 1 amil mengatakan perlu? Karena hal tersebut, saya dan istri saya menjadi ragu Oleh karena itu, saya ingin tahu pendapat dari Ustadz sebagai pendapat selanjutnya. Jika memang kami perlu mengeluarkan zakat pendapatan simpanan tersebut, bagaimana dasar hukumnya dalam Islam sendiri?

Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Jawaban:

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sebenarnya perbedaan pendapat ini tidak perlu ada, apabila tidak ada ijtihad tentang zakat penghasilan.

Sebagaimana kita ketahui, zakat penghasilan seperti gaji, honor, upah dan sejenisnya merupakan bentuk zakat yang di masa lalu belum ditetapkan. Zakat penghasilan baru ditetapkan di masa sekarang ini melalui ijtihad para ulama besar di abad ini.

Page 186: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Sebagai sebuah ijtihad, tentu saja melahirkan pro dan kontra. Yang tidak setuju dengan adanya zakat penghasilan berprinsip bahwa zakat itu bagian dari ibadah ritual, sehingga harus didasari dengan dalil-dalil yang qath’i dan tegas. Dan kitab-kitab hadits atau pun fiqih klasik sama sekali tidak pernah menyinggung tentang kewajiban zakat penghasilan ini.

Lalu apa hubungannya dengan jawaban 2 lembaga zakat yang berbeda?

Begini, lembaga zakat yang mengatakan tidak ada lagi zakat untuk uang tabungan melandaskan ijtihadnya dengan logika bahwa zakat tidak perlu dibayarkan dua kali untuk harta yang sama. Karena pemilik uang sudah bayar zakat penghasilan, maka uang itu tidak perlu lagi dibayarkan zakatnya sebagai zakat tabungan.

Sedangkan lembaga amil yang mewajibkan zakat lagi, berprinsip bahwa semua jenis dan bentu harta ada zakatnya. Ketika menerima sebagai gaji, wajib dikeluarkan zakatnya. Dan ketika disimpan menjadi tabungan lalu terkumpul hinngga mencapai nishab dan haul, wajib lagi dizakatkan.

Nah, seandainya tidak ada zakat penghasilan, tentu tidak perlu ada perbedaan pendapat ini. Karena yang dizakatkan tinggal satu saja, yaitu zakat uang tabungan.

Jadi Mana Yang Benar?

Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan salah satu pendapat. Keduanya berangkat dari ijtihad yang kuat.

Yang mengatakan harus ada zakat tabungan lagi di luar zakat penghasilan berangkat dari logika bahwa tiap jenis harta zakat ada ketentuan zakatnya. Misalnya seseorang bertani dan mendapatkan panen yang melebihi nisab. Maka dia harus berzakat sesuai dengan ketentuan.

Lalu dari hasil panen yang dijualnya itu, dia membeli beberapa ekor sapi untuk diternakkan. Apabila telah memenuhi nishab dan haulnya, petani yang kini punya profesi sampingan sebagai peternak itu tetap wajib berzakat atas harta ternaknya.

Mengapa demikian?

Karena ternak miliknya itu telah memenuhi syarat baginya untuk wajib mengeluarkan zakat. Meski sumber permodalannya dari hasil panen yang sudah dikurangi untuk berzakat.

Kesimpulan:

Kedua pendapat di atas lagi-lagi adalah hadsil ijtihad yang didapat dari berbagai dalil. Terkadang hasil ijtihad bisa sama dengan sesama para ahli ijtihad yang lain, tetapi tidak jarang hasilnya berbeda-beda.

Baca Juga: Daftar Lembaga Amil Zakat di Indonesia

Perbedaan pandangan itu biasanya lahir karena berbagai sebab. Yang utama di antaranya karena perbedaan sudut pandang, juga karena perbedaan metodologi pengambilan kesimpulan hukum, bahkan tidak jarang perbedaan itu terjadi karena perbedaan dalam menetapkan keshahihan suatu hadits, juga ketika menetapkan kekhususan dan keumumannya.

Buat kita yang awam, hasil ijtihad yang mana saja boleh kita pilih dan suatu ketika boleh saja kita tinggalkan. Sebab boleh jadi ulama yang mengeluarkan hasil ijtihad itu sendiri suatu ketika akan mengoreksi kembali pendapatnya.

Dan hal itu hukumnya sah-sah saja.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

KHUTBAH JUM’AT DAN MATERI CERAMAH HALAL BI HALAL Oleh ; Muhammad Ridwan Jalil, Sag, M.Pd.I

KHUTBAH JUM’AT DAN MATERI CERAMAH HALAL BI HALAL

Oleh ; Muhammad Ridwan Jalil, Sag, M.Pd.I

Page 187: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

ه الحمد لل وعـده صدق وحده واعز ونصرعبده الأحزاب وهزم جنده وحده

ان أشهد إله لا الله إلا محمدا ان وأشهد ورسوله عبده

هم م صل الل م وصحبه آله وعلى محمد على وبارك وسل أما. كثيرا تسليما وسل بعد

: تعالى الله فقال الله، بتقوى أوصيكم الله، عباد فيا ها ذين ياأي قوا ءامنوا ال تقاته حق الله ات تموتن ولا .مسلمون وأنتم إلا

Jamaah jumat yg berbahagia

Ramadhan sudah berlalu, kini masing-masing kaum muslimin muslimat, dituntut untuk mengaplikasikan setiap amalan yang sudah ia latih dalam momentum ramadhan yang barusan berlalu, Ibadah puasa ditruskan dengan Puasa sunnah Syawal, senin kamis, dan puasa Nabi Daud. Sholat Taraweh diteruskan dengan sholat tahajjud. Tadarus Al-Quran diteruskan tilawah qur’an setiap saat. Memberi buka puasa diteruskan dengan sedekah setiap hari. Sabar dalam puasa diteruskan dengan selalu menjaga emosional setiap hari, intinya mari kita hidupkan amalan-amalan Ramadhan di sebelas bulan kedepan, agar TC Ramadhan yang sudah kita ikuti selama sebulan kemaren tidak sia-sia.

Memang Ramadhan berlalu, orang mu’min itu ada yang untung ada yang rugi karena tidak mendapat apa-apa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Buya hamka dalam buku Tasawuf Moderen;

“Pada suatu masa, Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya hendak berangkat menaklukkan suatu daerah. Pagi hari sebelum berangkat, Iskandar Zulkarnain berpesan kepada pasukannya:"Dalam perjalanan, nanti malam kita akan melintasi sungai. Ambillah apa pun yang terinjak yang ada di sungai itu. "Ketika malam tiba dan pasukan Iskandar Zulkarnain melintasi sungai, ada 3 golongan prajurit. Golongan yang pertama tidak mengambil apa pun yang terinjak di sungai karena yakin itu hanya batu. Golongan yang kedua mengambil alakadarnya yang terinjak di sungai, sekedar mengikuti perintah raja. Yang ketiga mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan kepayahan meneruskan perjalanan karena penuhnya bawaan.

Setelah melanjutkan perjalanan dan tiba pagi hari, Iskandar Zulkarnain bertanya kepada pasukannya, apa yang kalian dapatkan semalam? Ketika para prajurit memeriksa tasnya, ternyata isinya intan berlian. Prajurit yang tidak mengambil apa-apa sangat menyesalinya. Prajurit yang mengambil ala kadarnya ada perasaan senang bercampur penyesalan. Prajurit yang sungguh-sungguh mengambil merasa sangat bahagia.

Kaum Muslimin yg berbahagia

Kita sadari bahwa Ramadhan yang baru berlalu di dalamnya banyak sekali keberkahan. Dan kita memiliki 3 pilihan.

Pertama; Melewati Ramadhan tanpa mengambil keberkahannya sedikit pun.(ini amat rugi) kedua; melewati Ramadhan dengan mengambil keberkahan ala kadarnya.(ini orang setengah rugi) ketiga; Atau melewati Ramadhan dengan bersungguh-sungguh mengambil keberkahannya,(nah..inilah orang yang beruntung) Nabi bersabda;

:

له يغفر أن قبل انسلخ ثم رمضان عليه دخل رجل أنف ورغم

"Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya." (HR. al-Tirmidzi)

Kaum Muslimin yg berbahagia.

Sekarang kita masih dalam suasana Halal Bi halal, dimana-mana kaum muslimin muslimat melaksanakan acara halal bihalal. Dan acara Halal bihalal ini selalu dilatar belakangi keinginan untuk membersikan dari kesalah dan dosa kepada sesama. Kerena dosa kepada Allah sudah Allah ampuni melalui rangkain Ibadah Puasa yang sudah dilaksnakan selama sebulan; ini kita yakini berdasarkan Hadits Nabi; , “Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah SWT telah mewajibkan ibadah puasa Ramadhan, dan disunahkan untuk melakukan salat sunah, maka barang siapa mengerjakannya karena iman dan melakukan intropeksi, makan dia keluar dari dosa dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan’. Artinya dosa kita kepada allah sudah kita lebur dengan Ramadhan, Namun dosa kekapada sesama belum selesai.

Kekhilafan di antara sesama kita hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan di antara kita. Inilah otoritas Allah yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka sendiri dapat saling memaafkan, sebagaimana hadits Nabi “Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham (hari kiamat), di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu” (HR. Bukhari). Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia pemaaf. Sebagaimana Firman Allah;

ألا وليصفحوا وليعفوا ون ه يغفر أن تحب ه لكم الل رحيم غفور والل

”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?, Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nur:22).

Kaum Muslimin yg berbahagia.

Page 188: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Meminta dan memberi maaf tidaklah dikuhususkan pada hari Raya Idul fitri saja, sebenarnya kapan saja kita boleh memberi dan meminta maaf, terutama setelah melakukan kesalahan, segera meminta maaf itu lebih baik., Namun dihari baik bulan baik, saat orang sedang bergebira merayakan hari raya Idul fitri, tentu orang akan dengan mudah memaafkan, karena nuansa lebaran membuat hati seseorang terbuka lebar untuk memaafkan kekasalahan orang lain. Dan juga dorongan ingin benar-benar kembali kepada kesucian, maka orang tidak ingin lagi ada yang merusak kesucian dirinya dari noda dan dosa, baik dosa habluminallah maupun dosa habluminanas.

Lalu kepada siapa lebih dulu kita minta maaf?.... Setidaknya ada tiga golongan. Melalui sebuah hadits: “Suatu hari, selesai melaksakan shalat Idul fitri. Para sahabat mendengar Rasul mengucapkan Aamiin sampai tiga kali. Aamiin,,,Aamiin,,,Aamiin. Sahabat heran, koq Rasul tak ada yang berdoa,kok Aamiin sampai tiga kali. Lalu mereka bertanya,” Ya Rasul, ada apa? Kok Aamiin sampai tiga kali, kenapa?” Kalian tak tahu? tidak ya Rasul! Barusan selesai shalat, turun malaikat Jibril kepada saya. Lalu beliau bilang,” Ya Muhammad, saya mau berdoa kepada Allah, mau kau meng-Aamiinkan?” silahkan Jibril. Berdoalah malaikat Jibril;

Yang pertama doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, pada hari ini 1 Syawal (ketika itu), saya bermohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya, anak yang durhaka kepada Ibu-Bapaknya”. Rasulullah mengucapkan,”Aamiin”.

Yang kedua doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, pada hari ini 1 Syawal (ketika itu), saya bermohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya isteri yang durhaka kepada suaminya”. Aamiin...kata Rasul.

Yang ketiga doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, hari ini 1 Syawal saya mohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya Muslim yang tidak mau memaafkan sesama saudaranya Muslim”. Rasulullah mengucapkan “Aamiin”.

Kaum Muslimin yg berbahagia.

Karna kesibukan kita kesana keari bersilaturrahim, dan karena keterbatasan waktu dan fisik kita sehingga tidak semua keluarga , tetangga dan kolega dapat kita kunjungi untuk kita bersalaman, untuk itu acara halal bi halal adalah solusi bagi kita untuk kita meminta dan memberi maaf, memperbaiki hubungan yang sudah membeku agar bisa mencair kembali seperti sedia kala. Untuk itu marilah kita manfaatkan moment Halal bi halal ini dengan sebaik-baiknya agar kita benar-benar kembali kepada fitrah(kesucian) kita. Amin.

Dari uraian yang saya sampaikan ini, mari kita masuk kepada kesimpulan.

Pertama, dalam nuansa ‘Idul Fitri dan halal bi halal kita hari ini. Mari kita tumbuhkan semangat saling menghargai, saling mencintai, keutuhan dan kedamaian. Mintalah ridho kepada Ibu-Bapak, suami kepada Isteri, isteri kepada suami dan memaafkan sesama saudara kita muslim. Agar kita benar-benar kembali kepada fitrah.

Yang kedua, kita mohon kepada Allah agar kita dipertemukan lagi dengan Ramadhan yang akan datang, Karena tak ada jaminan kita akan bertemu Ramadhan lagi. Kita mohon kepada Allah agar diberikan umur yang panjang dalam taat kepada Allah. Bukan panjang umur dalam dosa. Kalau panjang umur Cuma ngumpulkan dosa, itu malah lebih merupakan azab, ketimbang nikmat.

Yang ketiga, Ramadhan adalah bulan latihan. Namun bukan hanya sekedar latihan tapi juga praktek sekaligus. Dengan pertimbangan; Petinju masuk latihan, keluar latihan tinjunya makin hebat. PSSI masuk latihan, keluar latihan bawa gaya bolanya makin hebat. Penyanyi masuk latihan, keluar latihan nyanyinya makin bagus. Sebaliknya kalau latihan tiap hari, main kalah terus, orang kan mikir,” Buat apa latihan, main kalah terus?” Ini sebulan penuh ni kita latihan, supaya keluar Ramadhan, kita menang di sebelas bulan yang akan datang.

القرآن في ولكم لي الله بارك اكم نفعني و الكريم ذكر و الأيات من فيه بما وإي ل الحكيم ي وتقب ه تلاوته ومنكم من ميع هو إن العليم الس

Makna Historis dan Filosofis Halal Bihalal

Jumat, 30 Juni 2017 13:01 Opini

Bagikan

Ilustrasi.

Oleh Fathoni Ahmad

Ijtihad para ulama pesantren dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memang patut di acungi jempol. Terutama ketika bangsa Indonesia terancam perpecahan dan disintegrasi antar-anak bangsa sendiri. Perhatian para kiai memang begitu besar terhadap kerharmonisan kehidupan bangsa selama ini. Dasar negara Pancasila salah satu buah pikir para ulama yang menautkan nilai-nilai kental religiusitas sebagai pondasi persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia.

Page 189: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Pun setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tahun 1945, namun justru ancaman pemberontakan dan disintegrasi bangsa muncul di mana-mana, antara lain pemberontakan yang dilakukan DI/TII dan PKI di Madiun pada tahun 1948. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi mengungkapkan gagasan salah seorang Pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) menggelar halal bihalal untuk seluruh tokoh bangsa atas permintaan Bung Karno.

Dari riwayat yang diceritakan Kiai Masdar itu, pada tahun 1948 yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.

Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahim. Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahim kan biasa, saya ingin istilah yang lain".

"Itu gampang,” kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahim nanti kita pakai istilah halal bihalal,” jelas Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahim yang diberi judul halal bihalal dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah istilah halal bihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi bangsa Indonesia pasca-lebaran hingga kini.

Begitu mendalam perhatian seorang Kiai Wahab Chasbullah untuk menyatukan seluruh komponen bangsa yang saat itu sedang dalam konfik politik yang berpotensi memecah belah bangsa. Hingga secara filosofis pun, Kiai Wahab sampai memikirkan istilah yang tepat untuk menggantikan istilah silaturrahim yang menurut Bung Karno terdengar biasa sehingga kemungkinan akan ditanggapi biasa juga oleh para tokoh yang sedang berkonflik tersebut.

Kini, halal bihalal yang dipraktikkan oleh umat Islam Indonesia lebih dari sekadar memaknai silaturrahim. Tujuan utama Kiai Wahab untuk menyatukan para tokoh bangsa yang sedang berkonflik menuntut pula para individu yang mempunyai salah dan dosa untuk meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti dengan hati dan dada yang lapang. Begitu pun dengan orang yang dimintai maaf agar secara lapang dada pula memberikan maaf sehingga maaf-memaafkan mewujudkan Idul Fitri itu sendiri, yaitu kembali pada jiwa yang suci tanpa noda bekas luka di hati.

Dengan demikian, ditegaskan bahwa bukan memaafkan namanya jika masih tersisa bekas luka di hati dan jika masih ada dendam yang membara dalam hatinya. Boleh jadi ketika itu apa yang dilakukannya baru sampai pada tahap menahan amarah. Artinya, jika manusia mampu berusaha menghilangkan segala noda atau bekas luka di hatinya, maka dia baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain atas kesalahannya.

Oleh karena itu, syariat secara prinsip mengajarkan bahwa seseorang yang memohon maaf atas kesalahnnya kepada orang lain agar terlebih dahulu menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, serta memohon maaf sambil mengembalikan hak yang pernah diambilnya. Kalau berupa materi, maka materinya dikembalikan, dan kalau bukan materi, maka kesalahan yang dilakukan itu dijelaskan kepada yang dimohonkan maafnya.

Istilah khas Indonesia

Para pakar selama ini tidak menemukan dalam Al-Qur’an atau Hadis sebuah penjelasan tentang halal bihalal. Istilah itu memang khas Indonesia. Bahkan boleh jadi pengertiannya akan kabur di kalangan bukan bangsa Indonesia, walaupun mungkin yang bersangkutan paham ajaran agama dan bahasa Arab. Mengapa? Karena istilah tersebut juga muncul secara historis dan filosofis oleh Kiai Wahab untuk menyatukan bangsa Indonesia yang sedang dilanda konflik saudara sehingga harus menyajikan bungkus baru yang menarik agar mereka mau berkumpul dan menyatu saling maaf-memaafkan.

Terkait dengan makna yang terkandung dalam istilah halal bihalal, Pakar Tafsir Al-Qur’an asal Indonesia Muhammad Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an, 1999) menjelaskan sejumlah aspek untuk memahami istilah yang digagas Kiai Wahab Chasbullah tersebut. Pertama, dari segi hukum. Halal yang oleh para ulama dipertentangkan dengan kata haram, apabila diucapkan dalam konteks halal bihalal akan memberikan kesan bahwa acara tersebut mereka yang melakukannya akan terbebas dari dosa.

Dengan demikian, halal bihalal menurut tinjauan hukum menjadikan sikap kita yang tadinya haram atau yang tadinya berdosa menjadi halal atau tidak berdosa lagi. Ini tentu baru tercapai apabila persyaratan lain yang ditetapkan oleh hukum terpenuhi oleh pelaku halal bihalal, seperti secara lapang dada saling maaf-memaafkan.

Page 190: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Masih dalam tinjauan hukum. Menurut para pakar hukum, istilah halal mencakup pula apa yang dinamakan makruh. Di sini timbul pertanyaan, “Apakah yang dimaksud dengan istilah halal bihalal menurut tinjauan hukum itu adalah adanya hubungan yang halal, walaupun di dalamnya terdapat sesuatu yang makruh?

Secara terminologis, kata makruh berarti sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam bahasa hukum, makruh adalah suatu perbuatan yang tidak dianjurkan oleh agama, walaupun jika dilakukan tidak mengakibatkan dosa, dan dengan meninggalkan perbuatan itu, pelaku akan mendapatkan ganjaran atau pahala. Atas dasar pertimbangan terakhir ini, Quraish Shihab tidak cenderung memahami kata halal dalam istilah khas Indonesia itu (halal bihalal), dengan pengertian atau tinjauan hukum. Sebab, pengertian hukum tidak mendukung terciptanya hubungan harmonis antarsesama.

Kedua, tinjauan bahasa atau linguistik. Kata halal dari segi bahasa terambil dari kata halla atau halala yang mempunyai berbaga bentuk dan makna sesuai rangkaian kalimatnya. Makna-makna tersebut antara lain, menyelesaikan problem atau kesulitan atau meluruskan benang kusut atau mencairkan yang membeku atau melepaskan ikatan yang membelenggu.

Dengan demikian, jika kita memahami kata halal bihalal dari tinjauan kebahasaan ini, seorang akan memahami tujuan menyambung apa-apa yang tadinya putus menjadi tersambung kembali. Hal ini dimugnkinkan jika para pelaku menginginkan halal bihalal sebagai instrumen silaturrahim untuk saling maaf-memaafkan sehingga seseorang menemukan hakikat Idul Fitri.

Ketiga, tinjauan Qur’ani. Halal yang dituntut adalah halal yang thayyib, yang baik lagi menyenangkan. Dengan kata lain, Al-Qur’an menuntut agar setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap Muslim harus merupakan sesuatu yang baik dan menyenangkan bagi semua pihak. Inilah yang menjadi sebab mengapa Al-Qur’an tidak hanya menuntut seseorang untuk memaafkan orang lain, tetapi juga lebih dari itu yakni berbuat baik terhadap orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.

Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesan bahwa halal bihalal menuntut pelaku yang terlibat di dalamnya agar menyambungkan hubungan yang putus, mewujudkan keharmonisan dari sebuah konflik, serta berbuat baik secara berkelanjutan. Kesan yang berupaya diejawantahkan Kiai Wahab Chasbullah di atas lebih dari sekadar saling memaafkan, tetapi mampu menciptakan kondisi di mana persatuan di antara anak bangsa tercipta untuk peneguhan negara. Sebab itu, halal bihalal lebih dari sekadar ritus keagamaan, tetapi juga kemanusiaan, kebangsaan, dan tradisi yang positif. Wallahu ‘alam bisshowab.

Penulis adalah Pengajar di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.

Ilustrasi.

Oleh Fathoni Ahmad

Ijtihad para ulama pesantren dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memang patut di acungi jempol. Terutama ketika bangsa Indonesia terancam perpecahan dan disintegrasi antar-anak bangsa sendiri. Perhatian para kiai memang begitu besar terhadap kerharmonisan kehidupan bangsa selama ini. Dasar negara Pancasila salah satu buah pikir para ulama yang menautkan nilai-nilai kental religiusitas sebagai pondasi persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia.

Pun setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tahun 1945, namun justru ancaman pemberontakan dan disintegrasi bangsa muncul di mana-mana, antara lain pemberontakan yang dilakukan DI/TII dan PKI di Madiun pada tahun 1948. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi mengungkapkan gagasan salah seorang Pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) menggelar halal bihalal untuk seluruh tokoh bangsa atas permintaan Bung Karno.

Dari riwayat yang diceritakan Kiai Masdar itu, pada tahun 1948 yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.

Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahim. Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahim kan biasa, saya ingin istilah yang lain".

"Itu gampang,” kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahim nanti kita pakai istilah halal bihalal,” jelas Kiai Wahab.

Page 191: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahim yang diberi judul halal bihalal dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah istilah halal bihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi bangsa Indonesia pasca-lebaran hingga kini.

Begitu mendalam perhatian seorang Kiai Wahab Chasbullah untuk menyatukan seluruh komponen bangsa yang saat itu sedang dalam konfik politik yang berpotensi memecah belah bangsa. Hingga secara filosofis pun, Kiai Wahab sampai memikirkan istilah yang tepat untuk menggantikan istilah silaturrahim yang menurut Bung Karno terdengar biasa sehingga kemungkinan akan ditanggapi biasa juga oleh para tokoh yang sedang berkonflik tersebut.

Kini, halal bihalal yang dipraktikkan oleh umat Islam Indonesia lebih dari sekadar memaknai silaturrahim. Tujuan utama Kiai Wahab untuk menyatukan para tokoh bangsa yang sedang berkonflik menuntut pula para individu yang mempunyai salah dan dosa untuk meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti dengan hati dan dada yang lapang. Begitu pun dengan orang yang dimintai maaf agar secara lapang dada pula memberikan maaf sehingga maaf-memaafkan mewujudkan Idul Fitri itu sendiri, yaitu kembali pada jiwa yang suci tanpa noda bekas luka di hati.

Dengan demikian, ditegaskan bahwa bukan memaafkan namanya jika masih tersisa bekas luka di hati dan jika masih ada dendam yang membara dalam hatinya. Boleh jadi ketika itu apa yang dilakukannya baru sampai pada tahap menahan amarah. Artinya, jika manusia mampu berusaha menghilangkan segala noda atau bekas luka di hatinya, maka dia baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain atas kesalahannya.

Oleh karena itu, syariat secara prinsip mengajarkan bahwa seseorang yang memohon maaf atas kesalahnnya kepada orang lain agar terlebih dahulu menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, serta memohon maaf sambil mengembalikan hak yang pernah diambilnya. Kalau berupa materi, maka materinya dikembalikan, dan kalau bukan materi, maka kesalahan yang dilakukan itu dijelaskan kepada yang dimohonkan maafnya.

Istilah khas Indonesia

Para pakar selama ini tidak menemukan dalam Al-Qur’an atau Hadis sebuah penjelasan tentang halal bihalal. Istilah itu memang khas Indonesia. Bahkan boleh jadi pengertiannya akan kabur di kalangan bukan bangsa Indonesia, walaupun mungkin yang bersangkutan paham ajaran agama dan bahasa Arab. Mengapa? Karena istilah tersebut juga muncul secara historis dan filosofis oleh Kiai Wahab untuk menyatukan bangsa Indonesia yang sedang dilanda konflik saudara sehingga harus menyajikan bungkus baru yang menarik agar mereka mau berkumpul dan menyatu saling maaf-memaafkan.

Terkait dengan makna yang terkandung dalam istilah halal bihalal, Pakar Tafsir Al-Qur’an asal Indonesia Muhammad Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an, 1999) menjelaskan sejumlah aspek untuk memahami istilah yang digagas Kiai Wahab Chasbullah tersebut. Pertama, dari segi hukum. Halal yang oleh para ulama dipertentangkan dengan kata haram, apabila diucapkan dalam konteks halal bihalal akan memberikan kesan bahwa acara tersebut mereka yang melakukannya akan terbebas dari dosa.

Dengan demikian, halal bihalal menurut tinjauan hukum menjadikan sikap kita yang tadinya haram atau yang tadinya berdosa menjadi halal atau tidak berdosa lagi. Ini tentu baru tercapai apabila persyaratan lain yang ditetapkan oleh hukum terpenuhi oleh pelaku halal bihalal, seperti secara lapang dada saling maaf-memaafkan.

Masih dalam tinjauan hukum. Menurut para pakar hukum, istilah halal mencakup pula apa yang dinamakan makruh. Di sini timbul pertanyaan, “Apakah yang dimaksud dengan istilah halal bihalal menurut tinjauan hukum itu adalah adanya hubungan yang halal, walaupun di dalamnya terdapat sesuatu yang makruh?

Secara terminologis, kata makruh berarti sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam bahasa hukum, makruh adalah suatu perbuatan yang tidak dianjurkan oleh agama, walaupun jika dilakukan tidak mengakibatkan dosa, dan dengan meninggalkan perbuatan itu, pelaku akan mendapatkan ganjaran atau pahala. Atas dasar pertimbangan terakhir ini, Quraish Shihab tidak cenderung memahami kata halal dalam istilah khas Indonesia itu (halal bihalal), dengan pengertian atau tinjauan hukum. Sebab, pengertian hukum tidak mendukung terciptanya hubungan harmonis antarsesama.

Kedua, tinjauan bahasa atau linguistik. Kata halal dari segi bahasa terambil dari kata halla atau halala yang mempunyai berbaga bentuk dan makna sesuai rangkaian kalimatnya. Makna-makna tersebut antara lain, menyelesaikan problem atau kesulitan atau meluruskan benang kusut atau mencairkan yang membeku atau melepaskan ikatan yang membelenggu.

Page 192: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dengan demikian, jika kita memahami kata halal bihalal dari tinjauan kebahasaan ini, seorang akan memahami tujuan menyambung apa-apa yang tadinya putus menjadi tersambung kembali. Hal ini dimugnkinkan jika para pelaku menginginkan halal bihalal sebagai instrumen silaturrahim untuk saling maaf-memaafkan sehingga seseorang menemukan hakikat Idul Fitri.

Ketiga, tinjauan Qur’ani. Halal yang dituntut adalah halal yang thayyib, yang baik lagi menyenangkan. Dengan kata lain, Al-Qur’an menuntut agar setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap Muslim harus merupakan sesuatu yang baik dan menyenangkan bagi semua pihak. Inilah yang menjadi sebab mengapa Al-Qur’an tidak hanya menuntut seseorang untuk memaafkan orang lain, tetapi juga lebih dari itu yakni berbuat baik terhadap orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.

Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesan bahwa halal bihalal menuntut pelaku yang terlibat di dalamnya agar menyambungkan hubungan yang putus, mewujudkan keharmonisan dari sebuah konflik, serta berbuat baik secara berkelanjutan. Kesan yang berupaya diejawantahkan Kiai Wahab Chasbullah di atas lebih dari sekadar saling memaafkan, tetapi mampu menciptakan kondisi di mana persatuan di antara anak bangsa tercipta untuk peneguhan negara. Sebab itu, halal bihalal lebih dari sekadar ritus keagamaan, tetapi juga kemanusiaan, kebangsaan, dan tradisi yang positif. Wallahu ‘alam bisshowab.

Penulis adalah Pengajar di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.

Ilustrasi.

Oleh Fathoni Ahmad

Ijtihad para ulama pesantren dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memang patut di acungi jempol. Terutama ketika bangsa Indonesia terancam perpecahan dan disintegrasi antar-anak bangsa sendiri. Perhatian para kiai memang begitu besar terhadap kerharmonisan kehidupan bangsa selama ini. Dasar negara Pancasila salah satu buah pikir para ulama yang menautkan nilai-nilai kental religiusitas sebagai pondasi persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia.

Pun setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tahun 1945, namun justru ancaman pemberontakan dan disintegrasi bangsa muncul di mana-mana, antara lain pemberontakan yang dilakukan DI/TII dan PKI di Madiun pada tahun 1948. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi mengungkapkan gagasan salah seorang Pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) menggelar halal bihalal untuk seluruh tokoh bangsa atas permintaan Bung Karno.

Dari riwayat yang diceritakan Kiai Masdar itu, pada tahun 1948 yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.

Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahim. Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahim kan biasa, saya ingin istilah yang lain".

"Itu gampang,” kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahim nanti kita pakai istilah halal bihalal,” jelas Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahim yang diberi judul halal bihalal dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah istilah halal bihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi bangsa Indonesia pasca-lebaran hingga kini.

Begitu mendalam perhatian seorang Kiai Wahab Chasbullah untuk menyatukan seluruh komponen bangsa yang saat itu sedang dalam konfik politik yang berpotensi memecah belah bangsa. Hingga secara filosofis pun, Kiai Wahab sampai memikirkan istilah yang tepat untuk menggantikan istilah silaturrahim yang menurut Bung Karno terdengar biasa sehingga kemungkinan akan ditanggapi biasa juga oleh para tokoh yang sedang berkonflik tersebut.

Kini, halal bihalal yang dipraktikkan oleh umat Islam Indonesia lebih dari sekadar memaknai silaturrahim. Tujuan utama Kiai Wahab untuk menyatukan para tokoh bangsa yang sedang berkonflik menuntut pula para individu yang mempunyai salah dan dosa untuk meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti dengan hati dan dada yang lapang. Begitu pun dengan orang yang dimintai maaf agar secara lapang dada pula memberikan maaf sehingga maaf-memaafkan mewujudkan Idul Fitri itu sendiri, yaitu kembali pada jiwa yang suci tanpa noda bekas luka di hati.

Page 193: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dengan demikian, ditegaskan bahwa bukan memaafkan namanya jika masih tersisa bekas luka di hati dan jika masih ada dendam yang membara dalam hatinya. Boleh jadi ketika itu apa yang dilakukannya baru sampai pada tahap menahan amarah. Artinya, jika manusia mampu berusaha menghilangkan segala noda atau bekas luka di hatinya, maka dia baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain atas kesalahannya.

Oleh karena itu, syariat secara prinsip mengajarkan bahwa seseorang yang memohon maaf atas kesalahnnya kepada orang lain agar terlebih dahulu menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, serta memohon maaf sambil mengembalikan hak yang pernah diambilnya. Kalau berupa materi, maka materinya dikembalikan, dan kalau bukan materi, maka kesalahan yang dilakukan itu dijelaskan kepada yang dimohonkan maafnya.

Istilah khas Indonesia

Para pakar selama ini tidak menemukan dalam Al-Qur’an atau Hadis sebuah penjelasan tentang halal bihalal. Istilah itu memang khas Indonesia. Bahkan boleh jadi pengertiannya akan kabur di kalangan bukan bangsa Indonesia, walaupun mungkin yang bersangkutan paham ajaran agama dan bahasa Arab. Mengapa? Karena istilah tersebut juga muncul secara historis dan filosofis oleh Kiai Wahab untuk menyatukan bangsa Indonesia yang sedang dilanda konflik saudara sehingga harus menyajikan bungkus baru yang menarik agar mereka mau berkumpul dan menyatu saling maaf-memaafkan.

Terkait dengan makna yang terkandung dalam istilah halal bihalal, Pakar Tafsir Al-Qur’an asal Indonesia Muhammad Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an, 1999) menjelaskan sejumlah aspek untuk memahami istilah yang digagas Kiai Wahab Chasbullah tersebut. Pertama, dari segi hukum. Halal yang oleh para ulama dipertentangkan dengan kata haram, apabila diucapkan dalam konteks halal bihalal akan memberikan kesan bahwa acara tersebut mereka yang melakukannya akan terbebas dari dosa.

Dengan demikian, halal bihalal menurut tinjauan hukum menjadikan sikap kita yang tadinya haram atau yang tadinya berdosa menjadi halal atau tidak berdosa lagi. Ini tentu baru tercapai apabila persyaratan lain yang ditetapkan oleh hukum terpenuhi oleh pelaku halal bihalal, seperti secara lapang dada saling maaf-memaafkan.

Masih dalam tinjauan hukum. Menurut para pakar hukum, istilah halal mencakup pula apa yang dinamakan makruh. Di sini timbul pertanyaan, “Apakah yang dimaksud dengan istilah halal bihalal menurut tinjauan hukum itu adalah adanya hubungan yang halal, walaupun di dalamnya terdapat sesuatu yang makruh?

Secara terminologis, kata makruh berarti sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam bahasa hukum, makruh adalah suatu perbuatan yang tidak dianjurkan oleh agama, walaupun jika dilakukan tidak mengakibatkan dosa, dan dengan meninggalkan perbuatan itu, pelaku akan mendapatkan ganjaran atau pahala. Atas dasar pertimbangan terakhir ini, Quraish Shihab tidak cenderung memahami kata halal dalam istilah khas Indonesia itu (halal bihalal), dengan pengertian atau tinjauan hukum. Sebab, pengertian hukum tidak mendukung terciptanya hubungan harmonis antarsesama.

Kedua, tinjauan bahasa atau linguistik. Kata halal dari segi bahasa terambil dari kata halla atau halala yang mempunyai berbaga bentuk dan makna sesuai rangkaian kalimatnya. Makna-makna tersebut antara lain, menyelesaikan problem atau kesulitan atau meluruskan benang kusut atau mencairkan yang membeku atau melepaskan ikatan yang membelenggu.

Dengan demikian, jika kita memahami kata halal bihalal dari tinjauan kebahasaan ini, seorang akan memahami tujuan menyambung apa-apa yang tadinya putus menjadi tersambung kembali. Hal ini dimugnkinkan jika para pelaku menginginkan halal bihalal sebagai instrumen silaturrahim untuk saling maaf-memaafkan sehingga seseorang menemukan hakikat Idul Fitri.

Ketiga, tinjauan Qur’ani. Halal yang dituntut adalah halal yang thayyib, yang baik lagi menyenangkan. Dengan kata lain, Al-Qur’an menuntut agar setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap Muslim harus merupakan sesuatu yang baik dan menyenangkan bagi semua pihak. Inilah yang menjadi sebab mengapa Al-Qur’an tidak hanya menuntut seseorang untuk memaafkan orang lain, tetapi juga lebih dari itu yakni berbuat baik terhadap orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.

Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesan bahwa halal bihalal menuntut pelaku yang terlibat di dalamnya agar menyambungkan hubungan yang putus, mewujudkan keharmonisan dari sebuah konflik, serta berbuat baik secara berkelanjutan. Kesan yang berupaya diejawantahkan Kiai Wahab Chasbullah di atas lebih dari sekadar saling memaafkan, tetapi mampu menciptakan kondisi di mana persatuan di antara anak bangsa tercipta untuk peneguhan negara. Sebab itu, halal bihalal lebih dari sekadar ritus keagamaan, tetapi juga kemanusiaan, kebangsaan, dan tradisi yang positif. Wallahu ‘alam bisshowab.

Penulis adalah Pengajar di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.

Makna Historis dan Filosofis Halal Bihalal

Page 194: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Jumat, 30 Juni 2017 13:01 Opini

Bagikan

Ilustrasi.

Oleh Fathoni Ahmad

Ijtihad para ulama pesantren dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memang patut di acungi jempol. Terutama ketika bangsa Indonesia terancam perpecahan dan disintegrasi antar-anak bangsa sendiri. Perhatian para kiai memang begitu besar terhadap kerharmonisan kehidupan bangsa selama ini. Dasar negara Pancasila salah satu buah pikir para ulama yang menautkan nilai-nilai kental religiusitas sebagai pondasi persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia.

Pun setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tahun 1945, namun justru ancaman pemberontakan dan disintegrasi bangsa muncul di mana-mana, antara lain pemberontakan yang dilakukan DI/TII dan PKI di Madiun pada tahun 1948. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi mengungkapkan gagasan salah seorang Pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) menggelar halal bihalal untuk seluruh tokoh bangsa atas permintaan Bung Karno.

Dari riwayat yang diceritakan Kiai Masdar itu, pada tahun 1948 yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.

Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahim. Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahim kan biasa, saya ingin istilah yang lain".

"Itu gampang,” kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahim nanti kita pakai istilah halal bihalal,” jelas Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahim yang diberi judul halal bihalal dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah istilah halal bihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi bangsa Indonesia pasca-lebaran hingga kini.

Begitu mendalam perhatian seorang Kiai Wahab Chasbullah untuk menyatukan seluruh komponen bangsa yang saat itu sedang dalam konfik politik yang berpotensi memecah belah bangsa. Hingga secara filosofis pun, Kiai Wahab sampai memikirkan istilah yang tepat untuk menggantikan istilah silaturrahim yang menurut Bung Karno terdengar biasa sehingga kemungkinan akan ditanggapi biasa juga oleh para tokoh yang sedang berkonflik tersebut.

Page 195: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Kini, halal bihalal yang dipraktikkan oleh umat Islam Indonesia lebih dari sekadar memaknai silaturrahim. Tujuan utama Kiai Wahab untuk menyatukan para tokoh bangsa yang sedang berkonflik menuntut pula para individu yang mempunyai salah dan dosa untuk meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti dengan hati dan dada yang lapang. Begitu pun dengan orang yang dimintai maaf agar secara lapang dada pula memberikan maaf sehingga maaf-memaafkan mewujudkan Idul Fitri itu sendiri, yaitu kembali pada jiwa yang suci tanpa noda bekas luka di hati.

Dengan demikian, ditegaskan bahwa bukan memaafkan namanya jika masih tersisa bekas luka di hati dan jika masih ada dendam yang membara dalam hatinya. Boleh jadi ketika itu apa yang dilakukannya baru sampai pada tahap menahan amarah. Artinya, jika manusia mampu berusaha menghilangkan segala noda atau bekas luka di hatinya, maka dia baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain atas kesalahannya.

Oleh karena itu, syariat secara prinsip mengajarkan bahwa seseorang yang memohon maaf atas kesalahnnya kepada orang lain agar terlebih dahulu menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, serta memohon maaf sambil mengembalikan hak yang pernah diambilnya. Kalau berupa materi, maka materinya dikembalikan, dan kalau bukan materi, maka kesalahan yang dilakukan itu dijelaskan kepada yang dimohonkan maafnya.

Istilah khas Indonesia

Para pakar selama ini tidak menemukan dalam Al-Qur’an atau Hadis sebuah penjelasan tentang halal bihalal. Istilah itu memang khas Indonesia. Bahkan boleh jadi pengertiannya akan kabur di kalangan bukan bangsa Indonesia, walaupun mungkin yang bersangkutan paham ajaran agama dan bahasa Arab. Mengapa? Karena istilah tersebut juga muncul secara historis dan filosofis oleh Kiai Wahab untuk menyatukan bangsa Indonesia yang sedang dilanda konflik saudara sehingga harus menyajikan bungkus baru yang menarik agar mereka mau berkumpul dan menyatu saling maaf-memaafkan.

Terkait dengan makna yang terkandung dalam istilah halal bihalal, Pakar Tafsir Al-Qur’an asal Indonesia Muhammad Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an, 1999) menjelaskan sejumlah aspek untuk memahami istilah yang digagas Kiai Wahab Chasbullah tersebut. Pertama, dari segi hukum. Halal yang oleh para ulama dipertentangkan dengan kata haram, apabila diucapkan dalam konteks halal bihalal akan memberikan kesan bahwa acara tersebut mereka yang melakukannya akan terbebas dari dosa.

Dengan demikian, halal bihalal menurut tinjauan hukum menjadikan sikap kita yang tadinya haram atau yang tadinya berdosa menjadi halal atau tidak berdosa lagi. Ini tentu baru tercapai apabila persyaratan lain yang ditetapkan oleh hukum terpenuhi oleh pelaku halal bihalal, seperti secara lapang dada saling maaf-memaafkan.

Masih dalam tinjauan hukum. Menurut para pakar hukum, istilah halal mencakup pula apa yang dinamakan makruh. Di sini timbul pertanyaan, “Apakah yang dimaksud dengan istilah halal bihalal menurut tinjauan hukum itu adalah adanya hubungan yang halal, walaupun di dalamnya terdapat sesuatu yang makruh?

Secara terminologis, kata makruh berarti sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam bahasa hukum, makruh adalah suatu perbuatan yang tidak dianjurkan oleh agama, walaupun jika dilakukan tidak mengakibatkan dosa, dan dengan meninggalkan perbuatan itu, pelaku akan mendapatkan ganjaran atau pahala. Atas dasar pertimbangan terakhir ini, Quraish Shihab tidak cenderung memahami kata halal dalam istilah khas Indonesia itu (halal bihalal), dengan pengertian atau tinjauan hukum. Sebab, pengertian hukum tidak mendukung terciptanya hubungan harmonis antarsesama.

Kedua, tinjauan bahasa atau linguistik. Kata halal dari segi bahasa terambil dari kata halla atau halala yang mempunyai berbaga bentuk dan makna sesuai rangkaian kalimatnya. Makna-makna tersebut antara lain, menyelesaikan problem atau kesulitan atau meluruskan benang kusut atau mencairkan yang membeku atau melepaskan ikatan yang membelenggu.

Dengan demikian, jika kita memahami kata halal bihalal dari tinjauan kebahasaan ini, seorang akan memahami tujuan menyambung apa-apa yang tadinya putus menjadi tersambung kembali. Hal ini dimugnkinkan jika para pelaku menginginkan halal bihalal sebagai instrumen silaturrahim untuk saling maaf-memaafkan sehingga seseorang menemukan hakikat Idul Fitri.

Ketiga, tinjauan Qur’ani. Halal yang dituntut adalah halal yang thayyib, yang baik lagi menyenangkan. Dengan kata lain, Al-Qur’an menuntut agar setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap Muslim harus merupakan sesuatu yang baik dan menyenangkan bagi semua pihak. Inilah yang menjadi sebab mengapa Al-Qur’an tidak hanya menuntut seseorang untuk memaafkan orang lain, tetapi juga lebih dari itu yakni berbuat baik terhadap orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.

Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesan bahwa halal bihalal menuntut pelaku yang terlibat di dalamnya agar menyambungkan hubungan yang putus, mewujudkan keharmonisan dari sebuah konflik, serta berbuat baik secara berkelanjutan. Kesan yang berupaya diejawantahkan Kiai Wahab Chasbullah di atas lebih dari sekadar saling memaafkan, tetapi mampu menciptakan kondisi di mana

Page 196: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

persatuan di antara anak bangsa tercipta untuk peneguhan negara. Sebab itu, halal bihalal lebih dari sekadar ritus keagamaan, tetapi juga kemanusiaan, kebangsaan, dan tradisi yang positif. Wallahu ‘alam bisshowab.

Penulis adalah Pengajar di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.

Ilustrasi.

Oleh Fathoni Ahmad

Ijtihad para ulama pesantren dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memang patut di acungi jempol. Terutama ketika bangsa Indonesia terancam perpecahan dan disintegrasi antar-anak bangsa sendiri. Perhatian para kiai memang begitu besar terhadap kerharmonisan kehidupan bangsa selama ini. Dasar negara Pancasila salah satu buah pikir para ulama yang menautkan nilai-nilai kental religiusitas sebagai pondasi persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia.

Pun setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tahun 1945, namun justru ancaman pemberontakan dan disintegrasi bangsa muncul di mana-mana, antara lain pemberontakan yang dilakukan DI/TII dan PKI di Madiun pada tahun 1948. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi mengungkapkan gagasan salah seorang Pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) menggelar halal bihalal untuk seluruh tokoh bangsa atas permintaan Bung Karno.

Dari riwayat yang diceritakan Kiai Masdar itu, pada tahun 1948 yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.

Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahim. Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahim kan biasa, saya ingin istilah yang lain".

"Itu gampang,” kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahim nanti kita pakai istilah halal bihalal,” jelas Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahim yang diberi judul halal bihalal dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah istilah halal bihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi bangsa Indonesia pasca-lebaran hingga kini.

Begitu mendalam perhatian seorang Kiai Wahab Chasbullah untuk menyatukan seluruh komponen bangsa yang saat itu sedang dalam konfik politik yang berpotensi memecah belah bangsa. Hingga secara filosofis pun, Kiai Wahab sampai memikirkan istilah yang tepat untuk

Page 197: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

menggantikan istilah silaturrahim yang menurut Bung Karno terdengar biasa sehingga kemungkinan akan ditanggapi biasa juga oleh para tokoh yang sedang berkonflik tersebut.

Kini, halal bihalal yang dipraktikkan oleh umat Islam Indonesia lebih dari sekadar memaknai silaturrahim. Tujuan utama Kiai Wahab untuk menyatukan para tokoh bangsa yang sedang berkonflik menuntut pula para individu yang mempunyai salah dan dosa untuk meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti dengan hati dan dada yang lapang. Begitu pun dengan orang yang dimintai maaf agar secara lapang dada pula memberikan maaf sehingga maaf-memaafkan mewujudkan Idul Fitri itu sendiri, yaitu kembali pada jiwa yang suci tanpa noda bekas luka di hati.

Dengan demikian, ditegaskan bahwa bukan memaafkan namanya jika masih tersisa bekas luka di hati dan jika masih ada dendam yang membara dalam hatinya. Boleh jadi ketika itu apa yang dilakukannya baru sampai pada tahap menahan amarah. Artinya, jika manusia mampu berusaha menghilangkan segala noda atau bekas luka di hatinya, maka dia baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain atas kesalahannya.

Oleh karena itu, syariat secara prinsip mengajarkan bahwa seseorang yang memohon maaf atas kesalahnnya kepada orang lain agar terlebih dahulu menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, serta memohon maaf sambil mengembalikan hak yang pernah diambilnya. Kalau berupa materi, maka materinya dikembalikan, dan kalau bukan materi, maka kesalahan yang dilakukan itu dijelaskan kepada yang dimohonkan maafnya.

Istilah khas Indonesia

Para pakar selama ini tidak menemukan dalam Al-Qur’an atau Hadis sebuah penjelasan tentang halal bihalal. Istilah itu memang khas Indonesia. Bahkan boleh jadi pengertiannya akan kabur di kalangan bukan bangsa Indonesia, walaupun mungkin yang bersangkutan paham ajaran agama dan bahasa Arab. Mengapa? Karena istilah tersebut juga muncul secara historis dan filosofis oleh Kiai Wahab untuk menyatukan bangsa Indonesia yang sedang dilanda konflik saudara sehingga harus menyajikan bungkus baru yang menarik agar mereka mau berkumpul dan menyatu saling maaf-memaafkan.

Terkait dengan makna yang terkandung dalam istilah halal bihalal, Pakar Tafsir Al-Qur’an asal Indonesia Muhammad Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an, 1999) menjelaskan sejumlah aspek untuk memahami istilah yang digagas Kiai Wahab Chasbullah tersebut. Pertama, dari segi hukum. Halal yang oleh para ulama dipertentangkan dengan kata haram, apabila diucapkan dalam konteks halal bihalal akan memberikan kesan bahwa acara tersebut mereka yang melakukannya akan terbebas dari dosa.

Dengan demikian, halal bihalal menurut tinjauan hukum menjadikan sikap kita yang tadinya haram atau yang tadinya berdosa menjadi halal atau tidak berdosa lagi. Ini tentu baru tercapai apabila persyaratan lain yang ditetapkan oleh hukum terpenuhi oleh pelaku halal bihalal, seperti secara lapang dada saling maaf-memaafkan.

Masih dalam tinjauan hukum. Menurut para pakar hukum, istilah halal mencakup pula apa yang dinamakan makruh. Di sini timbul pertanyaan, “Apakah yang dimaksud dengan istilah halal bihalal menurut tinjauan hukum itu adalah adanya hubungan yang halal, walaupun di dalamnya terdapat sesuatu yang makruh?

Secara terminologis, kata makruh berarti sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam bahasa hukum, makruh adalah suatu perbuatan yang tidak dianjurkan oleh agama, walaupun jika dilakukan tidak mengakibatkan dosa, dan dengan meninggalkan perbuatan itu, pelaku akan mendapatkan ganjaran atau pahala. Atas dasar pertimbangan terakhir ini, Quraish Shihab tidak cenderung memahami kata halal dalam istilah khas Indonesia itu (halal bihalal), dengan pengertian atau tinjauan hukum. Sebab, pengertian hukum tidak mendukung terciptanya hubungan harmonis antarsesama.

Kedua, tinjauan bahasa atau linguistik. Kata halal dari segi bahasa terambil dari kata halla atau halala yang mempunyai berbaga bentuk dan makna sesuai rangkaian kalimatnya. Makna-makna tersebut antara lain, menyelesaikan problem atau kesulitan atau meluruskan benang kusut atau mencairkan yang membeku atau melepaskan ikatan yang membelenggu.

Dengan demikian, jika kita memahami kata halal bihalal dari tinjauan kebahasaan ini, seorang akan memahami tujuan menyambung apa-apa yang tadinya putus menjadi tersambung kembali. Hal ini dimugnkinkan jika para pelaku menginginkan halal bihalal sebagai instrumen silaturrahim untuk saling maaf-memaafkan sehingga seseorang menemukan hakikat Idul Fitri.

Ketiga, tinjauan Qur’ani. Halal yang dituntut adalah halal yang thayyib, yang baik lagi menyenangkan. Dengan kata lain, Al-Qur’an menuntut agar setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap Muslim harus merupakan sesuatu yang baik dan menyenangkan bagi semua pihak. Inilah yang menjadi sebab mengapa Al-Qur’an tidak hanya menuntut seseorang untuk memaafkan orang lain, tetapi juga lebih dari itu yakni berbuat baik terhadap orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.

Page 198: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesan bahwa halal bihalal menuntut pelaku yang terlibat di dalamnya agar menyambungkan hubungan yang putus, mewujudkan keharmonisan dari sebuah konflik, serta berbuat baik secara berkelanjutan. Kesan yang berupaya diejawantahkan Kiai Wahab Chasbullah di atas lebih dari sekadar saling memaafkan, tetapi mampu menciptakan kondisi di mana persatuan di antara anak bangsa tercipta untuk peneguhan negara. Sebab itu, halal bihalal lebih dari sekadar ritus keagamaan, tetapi juga kemanusiaan, kebangsaan, dan tradisi yang positif. Wallahu ‘alam bisshowab.

Penulis adalah Pengajar di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.

Ilustrasi.

Oleh Fathoni Ahmad

Ijtihad para ulama pesantren dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memang patut di acungi jempol. Terutama ketika bangsa Indonesia terancam perpecahan dan disintegrasi antar-anak bangsa sendiri. Perhatian para kiai memang begitu besar terhadap kerharmonisan kehidupan bangsa selama ini. Dasar negara Pancasila salah satu buah pikir para ulama yang menautkan nilai-nilai kental religiusitas sebagai pondasi persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia.

Pun setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tahun 1945, namun justru ancaman pemberontakan dan disintegrasi bangsa muncul di mana-mana, antara lain pemberontakan yang dilakukan DI/TII dan PKI di Madiun pada tahun 1948. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi mengungkapkan gagasan salah seorang Pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) menggelar halal bihalal untuk seluruh tokoh bangsa atas permintaan Bung Karno.

Dari riwayat yang diceritakan Kiai Masdar itu, pada tahun 1948 yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.

Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahim. Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahim kan biasa, saya ingin istilah yang lain".

"Itu gampang,” kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahim nanti kita pakai istilah halal bihalal,” jelas Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahim yang diberi judul halal bihalal dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah istilah halal bihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi bangsa Indonesia pasca-lebaran hingga kini.

Begitu mendalam perhatian seorang Kiai Wahab Chasbullah untuk menyatukan seluruh komponen bangsa yang saat itu sedang dalam konfik politik yang berpotensi memecah belah bangsa. Hingga secara filosofis pun, Kiai Wahab sampai memikirkan istilah yang tepat untuk menggantikan istilah silaturrahim yang menurut Bung Karno terdengar biasa sehingga kemungkinan akan ditanggapi biasa juga oleh para tokoh yang sedang berkonflik tersebut.

Kini, halal bihalal yang dipraktikkan oleh umat Islam Indonesia lebih dari sekadar memaknai silaturrahim. Tujuan utama Kiai Wahab untuk menyatukan para tokoh bangsa yang sedang berkonflik menuntut pula para individu yang mempunyai salah dan dosa untuk meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti dengan hati dan dada yang lapang. Begitu pun dengan orang yang dimintai maaf agar secara lapang dada pula memberikan maaf sehingga maaf-memaafkan mewujudkan Idul Fitri itu sendiri, yaitu kembali pada jiwa yang suci tanpa noda bekas luka di hati.

Dengan demikian, ditegaskan bahwa bukan memaafkan namanya jika masih tersisa bekas luka di hati dan jika masih ada dendam yang membara dalam hatinya. Boleh jadi ketika itu apa yang dilakukannya baru sampai pada tahap menahan amarah. Artinya, jika manusia mampu berusaha menghilangkan segala noda atau bekas luka di hatinya, maka dia baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain atas kesalahannya.

Oleh karena itu, syariat secara prinsip mengajarkan bahwa seseorang yang memohon maaf atas kesalahnnya kepada orang lain agar terlebih dahulu menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, serta memohon maaf sambil mengembalikan hak yang

Page 199: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

pernah diambilnya. Kalau berupa materi, maka materinya dikembalikan, dan kalau bukan materi, maka kesalahan yang dilakukan itu dijelaskan kepada yang dimohonkan maafnya.

Istilah khas Indonesia

Para pakar selama ini tidak menemukan dalam Al-Qur’an atau Hadis sebuah penjelasan tentang halal bihalal. Istilah itu memang khas Indonesia. Bahkan boleh jadi pengertiannya akan kabur di kalangan bukan bangsa Indonesia, walaupun mungkin yang bersangkutan paham ajaran agama dan bahasa Arab. Mengapa? Karena istilah tersebut juga muncul secara historis dan filosofis oleh Kiai Wahab untuk menyatukan bangsa Indonesia yang sedang dilanda konflik saudara sehingga harus menyajikan bungkus baru yang menarik agar mereka mau berkumpul dan menyatu saling maaf-memaafkan.

Terkait dengan makna yang terkandung dalam istilah halal bihalal, Pakar Tafsir Al-Qur’an asal Indonesia Muhammad Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an, 1999) menjelaskan sejumlah aspek untuk memahami istilah yang digagas Kiai Wahab Chasbullah tersebut. Pertama, dari segi hukum. Halal yang oleh para ulama dipertentangkan dengan kata haram, apabila diucapkan dalam konteks halal bihalal akan memberikan kesan bahwa acara tersebut mereka yang melakukannya akan terbebas dari dosa.

Dengan demikian, halal bihalal menurut tinjauan hukum menjadikan sikap kita yang tadinya haram atau yang tadinya berdosa menjadi halal atau tidak berdosa lagi. Ini tentu baru tercapai apabila persyaratan lain yang ditetapkan oleh hukum terpenuhi oleh pelaku halal bihalal, seperti secara lapang dada saling maaf-memaafkan.

Masih dalam tinjauan hukum. Menurut para pakar hukum, istilah halal mencakup pula apa yang dinamakan makruh. Di sini timbul pertanyaan, “Apakah yang dimaksud dengan istilah halal bihalal menurut tinjauan hukum itu adalah adanya hubungan yang halal, walaupun di dalamnya terdapat sesuatu yang makruh?

Secara terminologis, kata makruh berarti sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam bahasa hukum, makruh adalah suatu perbuatan yang tidak dianjurkan oleh agama, walaupun jika dilakukan tidak mengakibatkan dosa, dan dengan meninggalkan perbuatan itu, pelaku akan mendapatkan ganjaran atau pahala. Atas dasar pertimbangan terakhir ini, Quraish Shihab tidak cenderung memahami kata halal dalam istilah khas Indonesia itu (halal bihalal), dengan pengertian atau tinjauan hukum. Sebab, pengertian hukum tidak mendukung terciptanya hubungan harmonis antarsesama.

Kedua, tinjauan bahasa atau linguistik. Kata halal dari segi bahasa terambil dari kata halla atau halala yang mempunyai berbaga bentuk dan makna sesuai rangkaian kalimatnya. Makna-makna tersebut antara lain, menyelesaikan problem atau kesulitan atau meluruskan benang kusut atau mencairkan yang membeku atau melepaskan ikatan yang membelenggu.

Dengan demikian, jika kita memahami kata halal bihalal dari tinjauan kebahasaan ini, seorang akan memahami tujuan menyambung apa-apa yang tadinya putus menjadi tersambung kembali. Hal ini dimugnkinkan jika para pelaku menginginkan halal bihalal sebagai instrumen silaturrahim untuk saling maaf-memaafkan sehingga seseorang menemukan hakikat Idul Fitri.

Ketiga, tinjauan Qur’ani. Halal yang dituntut adalah halal yang thayyib, yang baik lagi menyenangkan. Dengan kata lain, Al-Qur’an menuntut agar setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap Muslim harus merupakan sesuatu yang baik dan menyenangkan bagi semua pihak. Inilah yang menjadi sebab mengapa Al-Qur’an tidak hanya menuntut seseorang untuk memaafkan orang lain, tetapi juga lebih dari itu yakni berbuat baik terhadap orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.

Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesan bahwa halal bihalal menuntut pelaku yang terlibat di dalamnya agar menyambungkan hubungan yang putus, mewujudkan keharmonisan dari sebuah konflik, serta berbuat baik secara berkelanjutan. Kesan yang berupaya diejawantahkan Kiai Wahab Chasbullah di atas lebih dari sekadar saling memaafkan, tetapi mampu menciptakan kondisi di mana persatuan di antara anak bangsa tercipta untuk peneguhan negara. Sebab itu, halal bihalal lebih dari sekadar ritus keagamaan, tetapi juga kemanusiaan, kebangsaan, dan tradisi yang positif. Wallahu ‘alam bisshowab.

Penulis adalah Pengajar di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.

Khutbah Jumat: Silaturahmi Halal Bihalal

Posted by Sajadah Muslim on Thursday, 29 June 2017 MUKKADIMAH Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia

Page 200: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Puji dan syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya kemudian mengembalikannya kepada bentuk yang paling hina melainkan yang beriman dan beramal shaleh.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta kepada sekalian sahabat dan keluarganya. Kemudian dari pada itu marilah kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT agar kita mendapat magfirah dan ridha-Nya.

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia Sesudah kita melaksanakan ibadah puasa yang berakhir dengan shalat idul fitri, maka bulan syawal ini adalah sebagai bulan silaturahmi dan berhalal bihalal, bermaaf-maafan dan kemudian tingkatkan ukhuwah Islamiah, bahkan ukhuwah wathaniah. Ukhuwah wathaniah adalah ukhuwah antar sesama sebangsa dan setanah air.

Masalah silaturahmi atau halal bihalal dapat kita lihat gambarannya, dalam surat Al-Imran ayat 133-134:

"Dan syurga yang lebarnya sama dengan langit dan bumi yang dipersiapkan bagi orang-orang yang bertaqwa yaitu orang-orang yang membelanjakan hartanya baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya. Dan memaafkan kesalahan orang dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan". Bila kita perhatikan ayat ini, maka orang-orang yang bertaqwa itu ada empat cirinya :

1. Membelanjakan hartanya dijalan Allah baik dalam keadaan lapang maupun sempit.2. Mampu menahan amarahnya atau dalam kalimat yang lain, dapat mengendalikan diri.3. Memberi maaf kepada orang lain.4. Berbuat amal saleh yang kongkrit.

Dalam kitab Durratun Nashihin ada disebutkan suatu riwayat tentang ayat ini. Salah seorang sahabat yang bemama Maimun Bin Mahran adalah seorang yang kaya. Pada suatu hari ia makan siang, ketika pembantunya membawa lauk yang berkuah dengan tidak disengaja lauk itu tertumpa mengenai bajunya, sehingga ia marah. Pembantunya menghafal ayat ini lalu berkata kepada tuannya: Dalam ayat AI-Quran Allah berfirman bahwa orang yang bertaqwa itu adalah orang yang dapat menahan amarahnya. Maimun lalu menjawab saya tidak marah. Pembantunya berkata lagi bahwa orang yang bertaqwa itu memaafkan kesalahan sesamanya manusia. Maimun menjawab bahwa saya telah memaafkan kamu. Dan pada akhirnya ayat tadi Allah berfirman : “Dan Allah SWT mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Lalu Maimun berkata : saya sekarang memerdekakan kamu dan maimun memberikan modal usaha kepada pembantunya itu.

Bila kita perhatikan kisah ini banyak hikmah dan manfaat yang dapat kita ambil antara lain:

Bila ada saudara kita yang kelihatan akan berbuat kesalahan seperti marah, kita beri peringatan dengan halus. Dalam Al-Quran surat Az-Zaariyat ayat 55 Allah SWT berfirman :

"Dan tetaplah beri peringatan, karena peringatan itu bermanfaat kepada orang-orang yang beriman”. Sukses yang dicapai oleh pembantu Maimun karena caranya yang sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran Surah An-Nahl ayat 125 :

"Ajaklah manusia kejalan tuhanmu dengan hikmah dan dengan nasihat yang baik, dan berdialoglah dengan cara yang sebaikbaiknya.” Maimun bin Mahran adalah tokoh panutan dalam mengamalkan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2 :

"Dan bertolong-tolonglah kamu bidang sosial dan taqwa, dan jangan bertolong-tolongan dalam dosa dan permusuhan". Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia Memang sifat lembut dalam bergaul adalah sifat yang disenangi oleh manusia dan dicintai oleh Allah SWT.

Dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Thabrani, beliau bersabda :

"Sesungguhnya yang paling dicintai oleh Allah yang Maha Mulia dan Agung adalah orang yang lembut dan melembutkan dan

Page 201: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung adalah orang yang mondar-mandir mengadu domba dan mencerai beraikan diantara orang-orang yang bersaudara". Nabi kita Muhammad SAW diperingati oleh Allah SWT, dalam surah Ali Imran ayat 159 dengan firman-Nya:

"Dan sekiranya engkau bersifat keras dan berhati kasar, maka manusia pasti manusia akan menjauhkan diri dari sekelilingmu". Kesuksesan Nabi kita Muhammad SAW banyak ditentukan oleh karena beliau itu bersifat lemah lembut dan mendamaikan sahabatnya yang berselisih. Prinsip dasar persaudaraan dalam Islam terdapat dalam AI-Hujurat Ayat 10 :

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara, maka damaikanlah diantara saudara-saudaramu. Dan takutlah kepada Allah, mudah-mudahan kamu dirahmati oleh Allah”. Jadi dalam ayat ini ada perintah untuk mendamaikan saudarasaudara kita yang berselisih. Bila perintah, maka hukumnya wajib.

Dalam usaha dan upaya mendamaikan orang berselisih, Rasulullah memberikan dispensasi untuk berbahasa diplomasi, dalam sebuah Haditsnya yang diriwayatkan Oleh Bukhari Muslim, beliau bersabda :

"Bukanlah pembohong orang yang mendamaikan diantara manusia, maka tumbuhlah kebaikan dan mereka berdamai, maksudnya saling bicara antar satu sama lain". Jadi dalam Hadits ini kita diperbolehkan berbohong untuk mendamaikan teman-teman kita yang silaturahminya terganggu, maksudnya berbohong disini adalah bahasa Si A yang berselisih dengan Si B, bahasa mereka kita perhalus, lalu kita sampaikan secara timbal balik.

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Yang Berbahagia

Dengan jalan demikian, kitapun telah melaksanakan perintah Rasulullah yang lain, sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:

"Dan menjadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT".

Pada akhirnya marilah kita sekalian dalam bulan Syawal ini bersilaturrahmi dan berhalal bil halal, saling menziarahi dan saling memaafkan, sehingga maghfirah dan Ridha Allah tercurah kepada kita sekalian, Amin Rabbal alamin.

PENUTUP

Oleh Drs. KH. Marwan Aidid

PENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG

ك سبيل إلى ادع تي وجادلهم الحسنة والموعظة بالحكمة رب ك إن أحسن هي بال بالمهتدين أعلم وهو سبيله عن ضل بمن أعلم هو رب

Selasa, 04 Juli 2017

Khutbah Jumat Halal bi Halal 2017 PESAN SPIRITUAL HALAL BI HALAL

Oleh: Mursana, M.Ag

أن أشهد. الكافرون كره ولو كله الدين على ليظهره الحق ودين بالهدى رسوله أرسل الذي لله الحمد إله لا وأشهد الله إلادا أن لاة. ورسوله عبده محم لام والص د نبينا على والس إلى بإحسان تبعهم ومن وصحبه آله وعلى وسلم عليه الله صلى محم

: تعالى الله قال .الله بتقوى ونفسي أوصيكم. الله أرشدكم الجمعة، جماعة .الدين يوم يا حق الله اتقوا ءامنوا الذين أيها تقاته تموتن ولا سلمون وأنتم إلا .م

Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Sudah menjadi tradisi umat Islam Indonesia khususnya di Cirebon, apabila selesai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan disempurnakan dengan zakat fitrah dan ditutup tanggal 1 Syawal dengan sholat ‘Idul Fitri dilanjutkan dengan acara halal bi halal. Acara ini dilaksanakan oleh sebagian besar umat Islam; mulai dari kalangan pejabat, birokrat tingkat atas sampai tingkat bawah, dan masyarakat umum. Biasanya acara ini berlangsung sampai akhir bulan Syawal. Modelnyapun bermacam-macam; ada yang mengundang muballigh, ada yang mengundang artis, bahkan ada yang kumpul-kumpul biasa sambil ngobrol ngalor ngidul dan makan bersama antar keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar, lalu ditutup dengan salam-salaman; saling maaf memaafkan antar peserta halal bi halal. Yang pasti dalam acara tersebut terlihat suasana kekeluargaan, persaudaraan dan keakraban. Seolah-olah antar peserta tidak punya beban masalah apapun.

Kalau kita perhatikan, Halal bi halal adalah kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata halal, diapit oleh satu huruf (kata penghubung) ba’ yang dibaca bi. Kalau kata majemuk tersebut diartikan seperti yang ditemukan dalam kamus besar bahasa Indonesia, yakni “acara ma’af memaafkan pada hari lebaran,” maka dalam halal bi halal terdapat unsur silaturrahim. Istilah kata tersebut berasal dari bahasa Arab, namun dalam masyarakat Arab Timur Tengah sebenarnya istilah itu tidak dikenal. Yang ada adalah istilah silaturrahim. Halal bi halal adalah hasil kreasi umat Islam Indonesia sendiri dan telah menjadi perbendaharaan kata keagamaan serta telah melembaga di kalangan umat Islam Indonesia. Namun istilah itu tidak ada yang tahu, sejak kapan, dimana asal usulnya, dan apa latar belakang istilah tersebut.

Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Kenapa kita perlu Halal bi Halal ?

Manusia adalah makhluk yang sering salah dan lupa, seperti dikatakan dalam pepatah Arab, “Al-Insaanu Mahalul Khatha’ wan Nisyaan”.

Page 202: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Karena manusia tempatnya salah dan lupa, maka kadang-kadang ia menyakiti perasaan orang lain. Orang yang disakiti boleh jadi ia akan marah, dan bila marah telah menyelinap dalam hati seseorang, maka orang yang telah menyebabkan orang lain itu menjadi marah, laksana telah memutuskan hubungan persaudaraan dan hubungan kasih sayang sesama manusia atau dengan kata lain telah memutuskan silaturrahim yang tidak dibenarkan oleh ajaran Islam. Sebagaimana Rasulullah SAW. pernah mengancam orang-orang yang memutuskan silaturrahim, قاطع الجنة يدخل لا “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim”. (HR. Bukhori dan Muslim). Oleh karena itu tradisi halal bi halal perlu dilestarikan di Cirebon dengan alasan sebagai berikut:

Pertama : Halal bi halal sebagai wadah silaturrahim. Menurut Quraish Shihab, silaturrahim adalah kata majemuk yang diambil dari kata bahasa Arab; Shilat dan rahim. Kata shilat berakar dari kata washl yang berarti “menyambung” dan “menghimpun”. Ini berarti hanya yang terputus dan yang terserak yang dituju oleh shilat itu. Sedangkan kata Rahim pada mulanya berarti “kasih sayang”, kemudian berkembang sehingga berarti pula “peranakan” (kandungan), karena anak yang dikandung selalu mendapatkan curahan kasih sayang. Jadi silaturrahim adalah suatu aktifitas untuk saling menghubungkan atau menyambungkan tali persaudaraan/ kekeluargaan, sehingga menimbulkan kasih sayang seperti menyayangi anak kandung.

Banyak sekali hadits Rasulullah SAW. yang menganjurkan umat Islam agar gemar bersilaturrahim, diantaranya adalah Rasulullah SAW. bersabda :

وأن, رزقه في عليه يبسط أن أحب من رحمه فليصل, أثره في له ينسأ

“Barang siapa yang menginginkan dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka bersilaturrahimlah” . (HR. Bukhori). Hadits ini mengisyaratkan bahwa: 1) Sesulit apapun rizki kita, asal mau bersilaturrahim, Allah pasti akan membukaan jalan keluarnya. Allah SWT akan memberi rizki orang tersebut dengan tidak disangka-sangka. Rizki itu bisa melalui orang yang disilaturrahimi atau mungkin dari tetangga/masyarakat sekitar dan bisa jadi dari tetangga jauh. Yang namanya rizki bukan hanya uang, bisa juga berbentuk materi yang lain seperti pakaian, kendaraan, perhiasan atau mungkin makanan. Atau bisa juga rizki itu berbentuk kesehatan jiwa dan raga. Semua anugrah Allah untuk manusia itu disebut rizki. 2) Orang yang bersilaturrahim akan dipanjangkan umurnya. Maksudnya orang yang sedang dililit masalah kehidupan yang sangat berat, sehinga dia psimis atau putus asa dalam menghadapi kenyataan hidup, setelah bersilaturrahim ada yang memberi spirit/nasehat, sehingga dia kembali semangat dalam hidup, seolah-olah dia hidup kembali.

Kedua : Halal bi halal sebagai wadah untuk saling memaafkan antar sesama. Saling memaafkan antar sesama merupakan sikap yang dianjurkan oleh Allah SWT. sebab dengan sikap tersebut, sikap dendam dan rasa marah dapat dihilangkan. Sifat dendam dan marah itulah sesungguhnya yang sering menyebabkan terjadinya berbagai tindak kekerasan dan kekejaman. Oleh karena itu dengan mengedepankan sikap saling memaafkan (meminta dan memberi maaf), perbuatan tidak terpuji itu bisa dihindari. Memang diakui bahwa tidak semua dendam dan marah itu timbul akibat seseorang enggan meminta dan memberi maaf, tetapi yang jelas sikap enggan meminta dan memberi maaf dapat menimbulkan dendam dan marah seseorang. Selain itu, sikap saling memaafkan merupakan ciri orang yang taqwa. Oleh karenanya, orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain, nilai kepribadian dan ketaqwaannya sangat luhur. Itulah sebabnya sifat seperti itu senantiasa dimiliki oleh para Nabi dan Rasul Allah, para sahabat utama Nabi Muhammad SAW, para ahli sufi dan orang-orang sholeh. Sikap tersebut juga ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW yang memberi maaf kepada penduduk Mekkah yang dulu memusuhi dakwahnya, menyiksa dan mengusirnya. Dengan sikap inilah satu persatu penduduk Mekkah masuk ke dalam Islam, hingga akhirnya seluruh penduduk Mekkah masuk Islam dengan berbondong bondong. Demikian pula beliau senantiasa meminta maaf kepada para sahabatnya dan umatnya, walaupun mereka mengakui bahwa beliau tidak pernah berbuat salah terhadap mereka. Menjelang akhir hayatnya, beliau mengumumkan dihadapan para sahabatnya bahwa beliau meminta maaf kepada mereka dan menyampaikan kepada mereka bahwa siapa-siapa yang merasa disakiti atau tersinggung selama dalam kepemimpinannya agar mereka mengemukakannya dan mempersilahkan untuk menuntut balas kepada beliau. Maka pada akhir hayatnya beliau tidak meninggalkan kesalahan sama sekali bahkan beliau meninggal dengan penuh keharuman dan ditengah-tengah kecintaan umat yang amat dalam. Sikap pemaaf Rasulullah SAW. Juga diteladani oleh para sahabatnya dan orang-orang sholeh. Dalam hal sikap saling memaafkan, Allah SWT berfirman : الغيظ والكاظمين

المحسنين يحب والله الناس عن والعافين ”dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S. Ali ‘Imran:134).

Ayat ini menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, yang berarti sikap suka memberi dan meminta maaf/saling memaafkan adalah termasuk sikap orang yang bertaqwa. Namun yang masih kita prihatinkan hingga sekarang ini adalah ternyata masih banyak orang yang enggan memberi maaf atas kesalahan yang diperbuat oleh orang lain, walaupun orang tersebut sudah bertaubat dan meminta maaf. Juga masih banyak orang yang tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya kepada orang lain. Padahal jelas-jelas bahwa kesalahannya itu dilakukan olehnya. Akibat sikap enggan memberi dan meminta maaf itu, maka sifat-sifat dendam, marah, dan benci ada di masyarakat kita itu timbul akibat keengganan tersebut sulit dihilangkan. Akhirnya sifat-sifat tersebut merusak tali persaudaraan. Oleh karena itu melalui halal bi halal, mari buka dan lapangkan dada kita untuk saling memaafkan, hilangkan egoisme yang lainnya. Sesungguhnya sifat-sifat egoisme itu akan merendahkan dirinya, bukan sebaliknya. Sebaik-baiknya orang adalah oarng yang selalu merasa dirinya banyak salah, walaupun dia tidak melakukan perbuatan tersebut. Memang kalau menuruti dorongan nafsu bahwa meminta maaf itu berat, bahkan memberi maaf lebih berat lagi. Tetapi karena dorongan nurani, dorongan yang dipancarkan oleh Illahi, maka mau tidak mau, bisa tidak bisa, kita harus bisa membiasakan suatu sikap saling memaafkan antar sesama.

Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Dengan demikian tradisi halal bi halal di Indonesia harus selalu dilestarikan. Kesan bahwa halal bi halal itu ajang untuk pamer kemewahan, hura-hura, bahkan sambil mabuk-mabukan, harus dihilangkan. Halal bi halal merupakan tradisi yang suci yang lahir dari masyarakat muslim Indonesia, yang didalamnya ada silaturrahim dan sikap saling memaafkan. Kedua sikap tersebut merupakan ajaram Islam yang wajib dijunjung tinggi oleh umat Islam khususnya di Cirebon.

والذكر الآيات من فيه بما وإياكم ونفعني العظيم، القرآن في ولكم لي الله بارك خير وأنت وارحم اغفر رب وقل. الحكيماحمين الر

Khutbah kedua diserahkan kepada Khatib masing-masing

Khutbah Idul Fitri: Melestarikan Tradisi Halal Bi Halal

admin-Khutbah-1,518 views

Page 203: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Khutbah Idul Fitri: Melestarikan Tradisi Halal Bi Halal. Halal Bi Halal merupakan tradisi umat Islam dalam hal saling memberi pemaafan pada saat hari raya Idul Fitri. Di dalamnya terkandung ajaran silaturrahmi, menyambung tali persaudaraan.

Tradisi Halal Bi Halal memiliki dasar hukum yang kuat jika dihubungkan dengan ajaran menyambung silaturrahmi dan saling memaafkan yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Tradisi Halal Bi Halal sendiri memang khas Indonesia, ini menjadi bagian dari perwujudan Islam Nusantara.

Berikut ini Khutbah Idul Fitri: Melestarikan Tradisi Halal Bi Halal selengkapnya.

الحمد ولله أكبر الله الله إلا إله لا أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله

فهو الله يهده من أعمالنا وسيئات أنفسنا شرور من بالله ونعوذ اليه ونتوب نستغفره و نستعينه و نحمده وحده، لله الحمد مرشدا وليا له تجد فلن يضلله ومن المهتد .

أن أشهد اله لا وحده الله الا دا أن وأشهد له شريك لا ورسوله عبده محم –

د سيدنا على وسلم صل اللهم – ا. القيامة يوم إلى بإحسان لهم والتابعين واصحابه اله وعلى محم بعد أم

تقاته حق الله إتقوا الحاضرون أيها فيا – تموتن ولا يطان من بالله أعوذ تعالى الله وقال. مسلمون وأنتم إلا الش جيم يا الر تساءلون الذي الله واتقوا ونساء كثيرا رجالا منهما وبث زوجها منها وخلق واحدة نفس من خلقكم الذي ربكم اتقوا الناس أيها

رقيبا عليكم كان الله إن والأرحام به

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Seiring perayaan Idul Fitri pagi ini, pertama sekali kami ucapkan….

وعافية بخير وأنتم عام وكل والفائزين العائدين من; ومنكم منا الله تقبل :

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima seluruh amal ibadah Kita selama bulan Ramadhan yang telah kita lalui: Puasa Kita, Tarawih Kita, Shodaqah Kita, Doa dan Dzikir Kita, Zakat Fitrah Kita, Takbir dan Tahmid Kita sehingga Kita termasuk orang-orang yang kembali ke Fitrah, termasuk orang-orang yang beruntung dan mendapatkan kebaikan sepanjang tahun yang akan datang.

Marilah Kita senantiasa bertakwa kepada Allah Swt yang telah menciptakan Kita dari jiwa yang satu. Ketahuilah bahwa dari jiwa yang satu, Allah Swt menciptakan pasangannya, kemudian memperkembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya dari jiwa yang satu itulah Kita berasal.

Takutlah kepada Allah, tempat Kita memohon segala yang kalian butuhkan dan yang nama-Nya Kita sebut dalam setiap urusan. Dan Peliharalah tali silaturahmi dan janganlah Kita putuskan hubungan silaturahmi itu, baik yang dekat maupun yang jauh. Sesungguhnya Allah selalu mengawasi diri Kita. Tidak ada satu pun urusan Kita yang tersembunyi dari-Nya. Dan Allah akan membalas itu semua, Insya Allah.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Memelihara tali silaturrahmi merupakan ajaran Allah Swt. Kita pasti akan mendapatkan banyak manfaatnya jika secara terus menerus memeliharanya; memelihara dari ancaman kerengganan, keretakan hingga keterputusan tali silaturrahmi. Semua bisa saja terjadi jika kita lalai karena disibukkan dengan urusan-urusan duniawi.

Alhamdulillah Kita memiliki tradisi Halal bi Halal, yang berlaku di masyarakat kita setelah Idul Fitri tiba. Dan kita tahu, Halal Bi Halal –baik di tingkat keluarga maupun perkantoran sudah lazim dilaksanakan – di sana, sangat memancarkan nuansa silaturrahmi / persaudaraan yang damai dan indah.

له كانت فإن درهم ولا دينار ثم وليس يؤخذ أن قبل فاستحله فجاءه مال أو عرض في مظلمة عنده لأخيه كانت عبدا الله رحم لوا حسنات له تكن لم وإن حسناته من أخذ حسنات سيئاتهم من عليه حم

“Allah merahmati seseorang yang ketika ia mempunyai perbuatan salah dengan sesamanya, baik kesalahan itu berkenan dengan harta benda, ia datang kepadanya untuk meminta dihalalkan kesalahanya itu, sebelum dicabut nyawanya. Sebab, disana ( di akhirat) tidak ada dinar dan dirham untuk ganti rugi dari pelanggaranya itu sehingga apabila ia mempunyai mal amal kebaikan maka pahala kebaikan-kebaikanya itu diambil untuk membayar ganti rugi darinya. Dan jika ia tidak mempunyai amal kebaikan maka orang yang dirugikan hak-haknya akan membebankan kejelekan (dosa-dosa) mereka kepadanya.”(HR. Imam At Turmudzi dari sahabat Abu Hurairah / Sunan At-Turmudzi, Hadits no. 2.343; Nadharah an-Nur, II, hlm.41; Al-Fath Al-Kabir, II, hlm. 133).

Page 204: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

الحمد ولله أكبر الله أكبر الله أكبر الله

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Hadits tersebut di atas bisa Kita jadikan Hujjah yang tegas untuk pelaksanaan halal bi halal. Ada juga hadits yang kandungan isinya menyatakan pentingnya halal bi halal, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, berikut ini:

أخذ صالح عمل له كان إن درهم ولا دينار يكون لا أن قبل اليوم منه فليتحلله شيء أو عرضه من لأخيه مظلمة له كانت من عليه فحمل صاحبه سيئات من أخذ حسنات له يكن لم وإن مظلمته بقدر منه

“barang siapa mempunyai perbuatan yang merugikan terhadap seseorang, baik mengenai kehormatanya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia meminta halal darinya pada hari ini (dalam kehidupan dunia); sebelum datang kiamat dimana tidak ada lagi dinar dan dirham (untuk menebus ganti rugi dari pelanggaran hak ). Dalam keadaan itu, jika ia mempunyai amal saleh, akan diambil darinya sebesar pelanggaran yang ia lakukan. Dan jika ia sudah tidak mempunyai kebaikan lagi, akan diambilah amalan jelek dari kawanya itu lalu dipikulkan atau dibebankan atasnya.”(HR. Imam Bukhari dari sahabat Abu Hurairah / Shahih Bukhari, hadits no.2.269; Musnad, Hadits No. 10.169).

Syaikh Abdur Rahim Ath-Thahthawi, dalam kitabnya Hidayah Al-Bari ( Jilid II, hlm. 225), menjelaskan Syarah hadits di atas dengan mengatakan : “Al-‘Irdh (kehormatan) adalah harga diri seseorang, baik yang ada pada dirinya sendiri, maupun pada orang tuanya dan nenek moyangnya, ataupun ada pada anak cucu keturunanya. Lafal tahallul ( yatahallah) maksudnya adalah membebaskan tanggungan atau beban dosa. Jadi bukan berati menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Lafal al-yauma (hari ini) maksdunya hari hari dalam kehidupan di dunia.”

Jika dalam HR. Imam At-Turmudzi diungkapkan dengan lafal fatahallahu yang artinya “lalu ia meminta maaf kepadanya dari pelanggaran (dosanya)” maka dalam Hadis Riwayat Imam Bukhari dinyatakan dengan ungkapan falyatahallahu yang artinya “maka minta maaflah kepadanya”.

Dari kata istihalla dan yatahallal yang berakar kata halal inilah terbentuknya kata halal bi halal. Istilah ini artinya secara harfiah ialah maaf dengan maaf. Maksudnya, permintaan maaf dari seseorang, dan setelah diberi maaf, lalu pihak yang memberi maaf itu ganti meminta maaf pula kepada orang tersebut. Atau dengan lebih jelas : saling meminta dan memberi maaf diantara dua orang. Atau maaf dibalas dengan maaf.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Ada sementara orang yang mempersoalkan bahwa susunan kata halal bi halal itu bukan susunan bahasa Arab, dan halal bi halal itu hanyalah adat atau tradisi jawa yang sudah meng-Indonesia; bukan perintah Agama. Benarkah demikian?

Tentang istilah, anadaikata halal bi halal bukan susunan bahasa Arab yang benar dan fasih, tentulah tidak menjadi soal, sebab itu hanya penamaan saja, sedangkan secara arti sudah dijelaskan dalam hadist shahih diatas.

Kita tahu, ada Shalat dinamakan Shalat Tarawih yang artinya Shalat Istirahat. Padahal, Shalat itu suatu perbuatan dan pengucapan lafal lafal tertentu; mengapa disebut istirahat ? itulah penamaan istilah bagi suatu kegiatan atau rangkaian perbuatan. Padahal sebenarnya “istirahat”nya itu sudah berada diluar Shalat, yaitu setelah dua kali salam lalu istirahat sebentar, kemudian meneruskan Shalat lagi.

Bila kita simak dalam Al Quran maupun Hadits, susunan ungkapan yang sejenis dengan lafal halal bi halal juga bisa Kita temukan. Didalam Surat Al Maidah :45, ada beberapa susunan yang jelas bunyinya :

¨ ن بالأذن والأذن بالأنف والأنف بالعين والعين بالنفس النفس أن ن والس بالس ….

(Hukuman qishash adalah) “jiwa dibalas jiwa”, “mata dibalas mata”, “hidung dibalas dengan hidung”, telinga dibalas dengan telinga”, dan “gigi dibalas dengan gigi pula”.

الحمد ولله أكبر الله أكبر الله أكبر الله

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dalam ayat diatas ada lafal an-nafsu bi an-nafsi, al-‘ainu bi al-‘aini, al-udzunu bi al-udzuni, dan as-sinnu bi as-sinni. Demikian pula, istilah halal bi halal juga bisa disebut secara utuh, yakni : al-halalu bi al-halali, yang artinya “pemaafan dibalas dengan pemaafan”.

Tidak hanya dalam Al Quran, didalam hadits pun ada ungkapan yang susunanya sama dengan susunan kata halal bi halal. Misalnya, hadits riwayat Imam Muslim berikut :

بيد يدا بسواء سواء بمثل مثلا بالملح والملح

“penukaran garam dengan garam, sejenisnya dengan sejenisnya, sama ukuranya dengan yang sama ukuranya pula, dan tangan dengan tangan (penyerahan disambut dengan penerimaan)”. (HR. Imam Muslim / Subul as-Salam, III, hlm.37 )

Bentuk susunan al-milhu bi al-milhi, mitslan bi mitslin, sawaan bi sawain, yadan bi yadin, semuanya sama bentuknya dengan susunan kata halal bi halal. Lalu apalagi yang mau dipermasalahkan? Apa bahasa Al Quran dan hadits masih dinilai tidak fasih karena susunannya sewazan den setipe dengan halal bi halal?.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Page 205: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Permasalahan yang lain, halal bi halal tradisi (adat istiadat) apa bukan? kebudayaan apa bukan? Apa yang sudah diperintahkan Agama Islam dengan jelas bukanlah adat istiadat lagi namanya. Juga bukan kebudayaan. Adat istiadat dan kebudayaan sumbernya adalah pemikiran manusia dan bersifat kedaerahan saja.

Kalau orang Indonesia membuat Masjid menghadap ke timur, menguburkan jenazah membujur ke utara dengan kafan selalu putih itu bukan adat istiadat dan bukan kebudayaan, tetapi berdasarkan tuntunan islam. Walaupun jika orang mencari dalil yang memerintahkan mengubur jenazah membujur ke utara pasti tidak akan mendapatkan. Sebab, perintah Agama adalah mengubur mayat dengan menghadapkan ke Ka’bah yang menjadi kiblat Umat Islam dikala hidupnya dan dikala matinya.

Sekarang, kita perhatikan tuntunan hadits, bagaimana cara melakukan halal bi halal. Kemudian, kita bandingkan dengan praktik pelaksanaan halal bi halal yang dilaksanakan umat islam (dalam bentuk yang asli).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Cara halal bi halal menurut tuntunan hadits : Pertama, seseorang yang merasa mempunyai kesalahan dengan kawanya, hendaklah ia mendatangi kawanya itu, lalu meminta maaf kepadanya atas kesalahan yang diperbuatnya. Baik kesalahan itu menyangkut urusan harga diri, kehormatan, harta benda, maupun bentuk kesalahan lain.

Kedua, Halal bi halal itu ia lakukan mumpung masih hidup di dunia, agar setelah di akhirat kelak pahala kebaikanya tidak diambil kawanya itu sebagai ganti rugi melanggar haknya ketika di dunia. Bahkan, kalau ia tidak mempunyai kebaikan, atau semula punya tetapi sudah habis diambil orang-orang yang ketika di dunia hak-haknya ia rugikan, ia akan dibebani dosa-dosa mereka.

Praktik halal bi halal dalam masyarakat : Seseorang datang kerumah saudara, sanak famili, tetangga yang muslim, dan kenalan-kenalanya. Ia datang menyampaikan maksudnya, yaitu menyatakan bahwa ia mempunyai kesalahan, melanggar hak-hak adami kepada orang yang didatangi itu, baik dengan disengaja maupun tidak. Dan untuk itu, ia memohon dengan hormat agar dosa-dosa dan kesalahan terhadapnya itu dimaafkan. Dan sesudah yang didatangi itu menyatakan memberi maaf, sebaliknya, ia pun merasa punya banyak kesalahan terhadap tamunya. Untuk itu, ia juga memohon kepadanya agar kesalahan dan dosa-dosanya itu dimaafkan.

Kedua, sebagai tuan rumah, ia berusaha memuliakan tamunya, menjamu dengan apa yang ada tersedia. Setelah merasa cukup, sang tamu akan memohon pamit untuk meneruskan halal bi halal kepada teman dan tetangga yang lain.

الحمد ولله أكبر الله أكبر الله أكبر الله

Alangkah indahnya bentuk asli halal bi halal yang telah mereka praktikan. Dan ternyata, sepenuhnya merupakan tuntunan Islam yang benar. Perbedaan yang terlihat ialah ; di dalam hadits di atas permintaan maaf hanya dari satu pihak, yaitu orang yang sengaja datang untuk meminta maaf. Oleh karena itu, ungkapannya falyatahalhu atau fastahallahu.

Sedangkan dalam praktik dimasyarakat, setelah orang yang didatangi memberi maaf, lalu ganti ia yang meminta maaf. Dan, orang yang datang itu pun memaafkan. Oleh karena itu, ungkapannya adalah halal bi halal; pemaafan diimbangi dengan pemaafan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Mengapa halal bi halal dilaksankan pada bulan syawal ? Hadits tentang halal bi halal diatas memang tidak menyebutkan waktu tertentu, kapan dilakukanya halal bi halal. Juga tidak menyebutkan bulan syawal sebagai bulan ber halal bi halal. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam at-Turmudzi disebutkan : qabla an yu’khadza, yang artinya, halal bi halal itu hendaklah dilaksankan sebelum datangnya kematian, sebelum dicabutnya nyawa. Begitulah, Imam al-Manawi mengartikan lafal qabla an yu’khadza.

Sedangkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari di atas juga hanya disebutkan al-yauma yang artinya “pada hari ini” ; maksudnya dalam kehidupan di dunia ini. Berdasarkan kenyataan tersebut maka waktu halal bi halal adalah longgar dan seseorang bebas menentukan.

Adapun pemilihan dan penentuan dari pelaksanaan halal bi halal pada bulan syawal adalah didasarkan pada petunjuk hadits yang menyatakan bahwa dosa hamba kepada Tuhannya terjadi karena hamba melanggar hak-hak Allah, misalnya karena tidak melaksanakan perintah Allah. Dosa macam ini, kalau Allah mau, akan mengampuninya. Dosa hamba kepada sesamanya terjadi karena hamba itu tidak melaksanakan hak-hak manusia (hak adami). Tentang dosa yang tidak ada pernyataan memaafkan maka akan di qishash, diselesaikan urusanya di akhirat. ( Mukhtar al-Hadits karya Sayyid Ahmad al-Hasyimi, hlm.90).

Bahwa orang yang berpuasa Ramadhan dengan dasar keimanan dan keikhlasan karena Allah semata-mata, dosanya yang sudah-sudah akan diampuni Allah. Yaitu dosa yang terjadi karena pelanggaran terhadap hak-hak Allah.)sesuai dengan hadits;

ذنبه من تقدم ما له غفر واحتسابا إيمانا رمضان صام من

“barang siapa berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala niscaya diampunilah dosa-dosanya yang telah terdahulu .” (HR.Imam Bukhari dari sahabat Abu Hurairah / Shahih Bukhari, Hadits no.1.768 dan Shahih Muslim,Hadits no.760)

حسن أدب من أفضل نحل من ولدا والد نحل ما

“tidak ada pemberian orangtua kepada anaknya yang lebih baik daripada akhlak (budi pekerti) yang bagus.” (HR.Imam Ahmad, at-Turmudzi)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Jadi, dipilihnya halal bi halal secara umum pada bulan syawal bertujuan agar dosa-dosa kita yang berpuasa dan berhari raya itu benar benar terhapus semuanya, baik dosa yang berkaitan dengan hak Allah maupun dosa yang berkaitan dengan hak adami. Sehingga, kita benar-benar dapat disebut ber-‘Idul Fitri yang artinya “kembali menjadi suci” yang dalam hadits diungkapkan dengan redaksi kayaumi waladathu ummuhu : seperti keadaan ketika dilahirkan ibunya, tidak mempunyai dosa apa-apa.

Page 206: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Jelasnya, dengan berpuasa Ramadhan yang dilandasi keimanan dan keikhlasan, dosa-dosa kita kepada Allah diampuni, sedangkan dengan ber-halal bi halal, dosa kita terhadap sesama juga diampuni.

الحمد ولله أكبر الله أكبر الله أكبر الله

Kemudian, untuk menutup dan melengkapi Khutbah tentang halal bi halal ini, mari kita renungkan sabda Rasulullah Saw :

من فينا قالواالمفلس المفلس ما أتدرون قال سلم و عليه الله صلى الله رسول أن له درهم لا الله ل رسو قال متاع ولا يي من المفلس وسلم عليه هذا وقذف هذا شتم قد ويأتي وزكاته وصيامه بصلاته القيامة يوم يأتي من أم دم وسفك هذا مال واكلا خطاياهم من أحذ عليه ما يقضى أن قبل حسناته فنيت فإن حسناته من وهذا حسناته من هذا فيعطى هذا وضرب هذا

النار في طرح ثم عليه فطرحت

Rasulullah bersabda : “hai sahabat-sahabatku, tahukah kalian, siapa yang disebut orang bangkrut (jatuh pailit) itu ? “ mereka menjawab : “orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang sudah tidak mempunyai uang, juga tidak mempunyai barang-barang dagangan lagi.” Sabda Rasul : “yang disebut Orang yang bangkrut diantara Umatku ialah Orang yang datang kepada Allah pada Hari Kiamat kelak dengan membawa pahala Shalat, pahala Puasa, dan pahala Zakat, namun disamping itu ia juga datang dengan membawa dosa mencaci maki orang, dosa menuduh orang lain berzina, dosa memakan harta orang, dosa menumpahkan darah (membunuh orang), dan dosa memukul orang. Maka, ditegakkanlah keadilan dengan cara : kepada si fulan ( yang didzalimi) diberikan pahala kebaikan (orang yang mendzalimi). Jika pahala dari amal-amal kebaikanya sudah habis sebelum dapat terlunasi tanggunyanya maka orang-orang yang tidak kebagian pahala kebaikan darinya mengambil dosa mereka, lalu, karena banyaknya dosa-dosa yang dipikulkan kepadanya, ia dilemparkan kedalam neraka .”(HR.ImamMuslim, Ahmad, dan at-Turmudzi dari sahabat Abu Hurairah / Shahih Muslim, Haditrs no.2.581 ; Musnad Ahmad, Hadits no. 8.487 ; dan Sunan at-Turmudzi, hadits no.2.342).

Oleh karena itu, seseorang harus berhati-hati, jangan merasa rajin beribadah, shalat, puasa, zakat dan lain-lain, lalu meremehkan dosa-dosanya terhadap sesama, tidak mau ber-halal bi halal, tidak mau meminta maaf kepada sesamanya.

الحمد ولله أكبر الله أكبر الله أكبر الله

Menghilangkan dosa yang terjadi diantara sesama manusia (dosa atas hak adami) lebih sulit daripada menghilangkan dosa yang terjadi antara manusia dengan Allah. Sebab, berbeda dengan mausia, Allah adalah Maha Pengampun dan kapan saja seseorang bisa langsung memohon ampunan. Tentu saja dengan dipenuhi syarat-syaratnya. Dan ingatlah, besarnya pahala ibadah tidak bisa menghapus atau mengurangi dosa seseorang terhadap sesama manusia.

الحين عباده زمرة فى وإياكم وأدخلنا. والفائزين العائدين من وإياكم الله جعلنا يطان من بالله اعوذ. الص الش جيم بسم. الر الحياة تؤثرون بل. فصلى ربه اسم وذكر. تزكى من أفلح قد : الرحيم الرحمن الله لى الله بارك . وأبقى خير والآخرة. الدنيا

ميع هو إنه تلاوته ومنكم منى وتقبل. الحكيم الذكر من فيه بما وإياكم ونفعنى. العظيم القرآن فى ولكم وقل. العليم الس احمين خير وأنت وارحم اغفر رب الر .

KHUTBAH Ke-2

أصيلا و بكرة الله وسبحان كثيرا لله والحمد كبيرا اكبر الله×) 4 (اكبر الله×) 3 (اكبر الله اله لا ولله اكبر الله اكبر واللله الله الا كر احسانه على لله الحمد. الحمد ان واشهد. وامتنانه توفيقه على له والش اله لا وحده والله الله الا تعظيما له له شريك لا دا سيدنا ان واشهد لشأنه د سيدنا على صل اللهم رضوانه الى الداعى ورسوله عبده محم وسلم واصحابه اله وعلى محم

كثيرا تسليما .

ا بعد ام ا وانتهوا امر فيما اتقواالله الناس ايها فيا بامر امركم الله ان واعلموا.وزجر نهى عم ئكته بملآ وثنى بنفسه فيه بدأ سيدنا على صل اللهم. تسليما وسلموا عليه صلوا آمنوا الذين ايها يآ النبى على يصلون ئكته وملآ الله ان تعالى وقال بقدسه د آل وعلى وسلم عليه الله صلى محم د سيدنا بين وملآئكة ورسلك انبيآئك وعلى محم الخلفاء عن اللهم وارض المقر

اشدين حابة بقية وعن وعلى بكروعمروعثمان ابى الر عنا وارض الدين يوم الى باحسان لهم التابعين وتابعي والتابعين الص احمين ارحم يا برحمتك معهم الر .

وأذل والمسلمين الاسلام اعز اللهم والاموات منهم الاحيآء والمسلمات والمسلمين والمؤمنات للمؤمنين اغفر اللهم رك دية عبادك وانصر والمشركين الش ر المسلمين خذل من واخذل الدين نصر من وانصر الموح واعل الدين اعداء ودم لازل والوباء البلاء عنا ادفع اللهم. الدين يوم الى كلماتك بلدنا عن بطن وما منها ظهر ما والمحن الفتنة وسوء والمحن والز

ة اندونيسيا ة المسلمين البلدان وسائر خآص ربنا. العالمين رب يا عآم ربنا. النار عذاب وقنا حسنة الآخرة وفى حسنة الدنيا فى آتنا الخاسرين من لنكونن وترحمنا لنا تغفر لم انفسناوان ظلمنا .

رون لعلكم يعظكم والبغي والمنكر الفحشآء عن وينهى القربى ذى وإيتآء والاحسان بالعدل يأمرنا الله ان ! عبادالله تذك اكبر الله ولذكر يزدكم نعمه على واشكروه يذكركم العظيم واذكرواالله

KHUTBAH JUM'AT PASCA LEBARAN 2013

Written By Unknown on Jumat, 09 Agustus 2013 | 01.38

Jum'at Kliwon 09.08.2013

Di Masjid Al-Mawaddah Bengkulu

Khotib Ust. Syaiful Rohman

KHUTBAH I

المبعوث ورسوله عبده محمدا ان واشهد, له لاشريك وحده الاالله لااله ان اشهد, الاسلام دين الى وهدانا انعمنا الذى الحمدلله لعلكم وطاعته الله بتقوى ونفسي اوصيكم, فياعبادالله.... بعد اما, الكرام وصحبه اله وعلى سيدنامحمد على وسلم صل اللهم, للعالم رحمة

.تفلحون

Page 207: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Sidang sholat jum’ah yang berbahagia!

Marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Alloh SWT, dengan taqwa yang sesungguhnya, yakni melaksanakan semua perintah-perintah Alloh serta menjauhi segala larangannya.

Alhamdulillah di dikesempatan ini kita sudah memasuki di bulan syawal, bulan ke-sepuluh dari tahun hijriyah, bulan syawal adalah bulan yang mengandung tuntutan agar manusia meningkatkan segala amal ibadah nya, karena kata Syawal itu sendiri mempunyai arti berkembang atau tumbuh atau meningkat.

Kalau selama bulan ramadlon kita semua sudah melaksanakan segala tuntunan Alloh, dengan berpuasa satu bulan penuh, sholat teraweh, membaca Al-Quran, sedekah dan amal2 sholih lainnya, berarti kita telah membakar dosa, membakar noda, kita telah menggilas habis-habisan segala nafsu syaithoniyyah.

Sidang sholat jum’ah yang berbahagia!

Sekiranya manusia sudah mampu menjalin hubungan baik kepada Alloh, dalam artian segala dosa dan noda sudah kita selesaikan, kemudian di lanjutkan dengan menjalin hubungan yang harmonis terhadap sesama manusia, antara lain lewat halal bihalal, anjang sana, bersilaturrohim pada sanak family, dengan berjabat tangan serta saling maaf memaafkan, berarti kita sudah menjadi manusia yang fitri, yang berarti suci, bersih, dari dosa dan noda kita kepada Alloh maupun kepada sesama manusia, seperti waktu kita baru lahir dari kandungan ibu kita masing-masing.

Sidang solat jumat yang berbahagia

Dalam suasana yang masih lebaran ini marilah sekiranya kita saling brsilaturrohim, anjangsana maaf-memaafkan, agar kita diberi keberkahan usia dan dimudahkan rezekinya oleh Alloh, sesuai dg sabda Nabi:

ه من أو ، رزقه له يبسط أن سر البخاري رواه . رحمه فليصل أثره في له ينسأ

Barang siapa yang ingin rizkinya diluaskan dan umurnya dipanjangkan maka bersilaturrahimlah

Sidang sholat jum’ah yang berbahagia!

Maka inilah saatnya kita mengisi kesucian hati kita ini dengan amal sholih, kita tingkatkan hubungan kita dengan sesame manusia, kita tingkatkan ukhwah islamiyah dengan cara saling bersilaturrohim, saling maaf-memaafkan antara sesame, kita tingkatkan hubungan kita kepada Alloh, kita tingkatkan amal ibadah kita, kita tingkatkan sholat jamaah kita, kita tingkatkan iman serta taqwa kita, dan selalu kita memohon kepada Alloh agar kita mendapat akhiran yang khusnul khotimah , amin ya robal alamin.

الشيطان من بالله أعوذ جيم والفائزين العائدين من وإياكم الله جعلنا ، فصلى ربه اسم وذكر تزكى من أفلح قد الر

الحين عباده في وإياكم وأدخلنا احمين خير وأنت وارحم اغفر رب وقل الص حيم الغفور هو إنه واستغفروه الر الر

KHUTBAH II

الكافرون كره ولو كله دين على ليظهره الحق ودين بالهدى رسوله ارسل الذى الحمدلله

ورسوله عبده محمدا ان واشهد له لاشريك وحده الاالله لااله ان اشهد

!امابعد. اجمعين واصحابه اله وعلى محمد سيدنا على وبارك وسلم صل اللهم

إن, العظيم كتابه فى تعالى فقال, عباده من بالمؤمنين وأيه بملائكته وثنى بنفسه بداء بأمر امركم الله إن, اتقوالله فياايهاالناس اله وعلى محمد سيدنا على وبارك وسلم صل اللهم, تسليما وسلموا عليه صلوا أمنوا ياايهاالذين النبى على يصلون وملائكته الله

يوم الى بإحسان تبعهم ومن التابعين وتابع والتابعين وعلي وعثمان وعمر بكر ابى سيدنا الخلفاءالراشدين اربعة وعلى واصحابهالراحمين ياارحم برحمتك الدين

ياقضي الدعوات مجيب قريب سميع إنك والأموات منهم الأحياء والمؤمنات والمؤمنين والمسلمات للمسلمين اغفر اللهم. وما ماظهر فواخش النوروجنبنا الى الظلمات من ونجنا السلام واهدناالسبل بيننا دات واصلح قلوبنا بين الف اللهم ,الحاجات

منا تقبل ربنا اللهم .الرحيم التواب انت انك علينا وتب وتلاميذنا وذرياتنا وازواجنا وقلوبنا وابصارنا ئنا اسما فى لنا وبارك بطنعنا وقيامنا وصيامنا صلاتنا عنا وتخش عباده في وإياكم وأدخلنا والفائزين العائدين من وإياكم الله جعلناو ،وتعبدنا وتضر

الحين الص

.عذابالنار وقنا حسنة الأخرة وفى حسنة الدنيا فى اتنا ربنا

فاذكروالله, تذكرون لعلكم يعظكم والبغي والمنكر الفحساء عن وينهى القربى ذى وإيتاء والإحسان بالعدل يأمر الله إن, عباداللهأكبر ولذكرالله يزدكم نعمه على واشكروه يذكركم العظيم

KHUTBAH JUMAT

Page 208: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

SYAWAL, BULAN PENINGKATAN KUALITAS

شوال شهر فى نعمه على لله الحمد الكريم . رضاه وأتبع أطاعه من على المنعم ذى. هواه واتبع خالفه ممن ألمنـتقم مااظهره يعلم ال وما العبد عباده بأرزاق المتكفل. اخفاه منهم احدا يترق فلا كثيرا حمدا وتعالى سبحانه احمده. ينساه ولا الحمد يستحق اذلا اه الا . اي أن أشهد اله لا الله إلا وحده , له شريك لا محمدا أن وأشهد هم. ورسوله عبده م و صل الل دنا على سل الى تبعه ومن به واصحا اله وعلى محمد سي اما. القيامة يوم :بعد

رحيل قرب, الله بتقوى ونفسى اوصيكم فىطغيا وانتم الاهوال دفت وترا. عاكفون المعاص على وانتم الآجال وانقضت. غافلون الطاعة عن وانتم اليطان من بالله أعوذ الكريم، كتابه في تعالى الله فقال. تعمهون نهم الش جيم QS 3 Ali 'Imron ayat 159( :الر

Jamaah Jum'at yang berbahagia Memasuki bulan syawal pada siang ini, mari, terlebih dulu menghaturkan syukur kehadirat Allah Swt. Menyadari serta mensyukuri secara mendalam atas berbagai rohmat dan nikmat yang telah diberikan pada kita. Hingga pada siang yang berbahagia ini, ternyata kita masih diberi kesempatan menapaki bulan pasca ramadhan, yang di dalamnya tersirat berbagai macam makna peningkatan. Rasa syukur yang sekaligus dibarengi dengan meningkatkan iman dan taqwa, meningkatkan ibadah, meningkatkan kesungguhan, serta meningkatkan segalanya dari pada tahun-tahun sebelumnya.

Jamaah Jumat yang berbahagiaSesuai dengan namanya, syawal, yang artinya peningkatan. Adalah salah satu bulan yang menuntut pelaluinya meningkatkan segala kebaikan. Hal demikian tentunya merupakan sebuah implikasi yang sangat logis. Sebab, setelah sebulan lamanya ditempa atau digodog dengan puasa ramadhan, malam harinya memperbanyak sholat-sholat sunat, qiyamul lail, tadarus, belajar dan tafakkur, maupun ibadah-ibadah lainnya, maka otomatisasi peningkatan kualitas kebaikan tentunya mampu berjalan dengan sendirinya.Tidak lupa, senyampang masih dalam suasana Idul Fitri, kita tingkatkan pula rasa saling memaafkan pada sesama. Sebagaimana tradisi masyarakat kita yang membudaya dengan istilah halal-bihalal. Saling membersihkan dosa dan kesalahan pada sesama. Diawali dari pengakuan yang tulus bahwa hamba ini adalah tempatnya salah dan dosa. Sehingga implikasinya, terhadap sesamanya pun tentu banyak salah dosanya. Karenanya, menjadi kebutuhan yang sangat pentinglah untuk meminta maaf dan saling memaafkan pada sesama. Kontradiksinya, merupakan suatu ironi-lah, atau bahkan kelewat batas-lah, bila kita tidak membuka diri dari rasa salah dan dosa pada sesama. Sebab cap/stempel dari Tuhan bahwa manusia itu tempatnya salah dan dosa telah terlekat kuat dan tidak bisa dihindari.

Jamaah Jumat RahimakumullahDi dalam mengarungi bulan syawal ini, sedikitnya 5 hal yang perlu ada peningkatan kualitas dan perhatian seksama. Pertama, tentang niatan menjalani berbagai aktifitas. Aktifitas apapun yang dijalani saat ini, niatannya adalah karena Allah, untuk Allah, dan demi Allah. Semata-mata demi menjalankan perintah Tuhan dan utusan-Nya. Contoh kecilnya adalah tentang niatan belajar. Bila tahun kemarin niatan belajarnya belum/bukan karena Allah, semisal demi meraih nilai tinggi dan prestasi, atau karena takut sangsi, atau takut tergusur peringkatnya, atau bahkan karena takut pada guru/orang tuanya, maka dibulan syawal ini perlu ditingkatkan. Niatan belajarnya adalah semata-mata karena Allah dan utusan-Nya. Bukan lagi karena hal-hal yang lain.Demikian pula bekerja dan beraktifitasnya, bila tahun kemarin niatannya masih tercampur aduk, semisal demi mencukupi kebutuhan, atau karena gengsi harga diri, atau karena tuntutan profesionalisme, maka di bulan ini ditingkatkan niatannya. Yaitu semata-mata menjalankan perintah Allah dan utusan-Nya. Profesional karena Allah, demi Allah, dan merupakan kebutuhan rohani yang wajib dijalani.

Jamaah Jumah yang berbahagiaHal kedua yang perlu peningkatan kualitasnya adalah beribadah dan kinerjanya, baik dalam belajar, bekerja, maupun aktifitas lain. Bila kemarin beribadahnya pada skala 5 misalnya, maka pada bulan ini ditingkatkan menjadi skala 6 atau lebih. Yang bermula dari skala 7 maka lebih ditingkatkan lagi. Demikian pula pada belajar atau bekerjanya. Bila kemarin masih belum rutin, bolong-bolong, atau karena sukur ingat, maka ditingkatkan untuk lebih rutin dan kontinyu. Memenuhi Sabda Nabi Saw

ه إلى الأعمال أحب إن قل وإن دام ما اللSesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit (HR. Bukhari dan Muslim).

Hal ketiga adalah peningkatan kecerdasan mengelola masalah. Aktifitas apapun yang dijalani, tentu ada masalah didalamnya. Baik dari yang sederhana sampai yang sangat ruwet, perlu disikapi dengan sebijaksana mungkin. Kebiasaan yang cupet, mudah menyerah, atau mudah salah paham perlu dikikis habis dengan belajar lapang dada, nglenggono, dan menyelesaikannya dari berbagai sudut pandang, pemikiran luas, dan jiwa dewasa. Sebab semua masalah itu pasti ada penyelesaiannya. Berbanding lurus dengan usaha, pikiran luas, dan tentunya hidayah Tuhan sebagai kuncinya.Demikian pula ketika ditimpa masalah yang menyusahkan maupun yang menyenangkan. Keduanya perlu disikapi dengan jiwa arif dan bijaksana. Sebab, keduanya adalah sama-sama masalahnya. Ada efek kejut yang tak terduga dibalik kejadiannya. Yang tentunya akan berpengaruh terhadap konsentrasi dan tingkat keimanan.

Jamaah Jumah yang berbahagiaHal keempat yang perlu peningkatan kualitasnya adalah kebersamaan dan musyawarahan. Bagaikan kompaknya lima jari dalam mengangkat beban. Baik yang ringan sedang maupun yang berat, kelimanya kompak dan seia sekata mengangkatnya. Tidak membeda-bedakan ukuran bebannya, maupun tugas fungsi tujuannya. Demikian pula ketika beban yang diangkat adalah berupa masalah. Kelimanya aktif dalam mengangkat, urun ide pemikiran, hingga memecahkannya secara bersama. Tidak ada pembedaan yang besar maupun yang kecil, yang panjang maupun yang pendek, yang atasan maupun bawahan. Kesemuanya berperan sesuai dengan tingkat mampu dan daya

Page 209: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

pikir masing-masing. Refleksinya, alangkah indahnya, alangkah sejuk dan damainya bila segala aktifitas mampu memerankan kebersamaannya lima jari, yang setiap hari tanpa disadari telah diterapkan.

Sidang Jumat yang berbahagiaHal kelima yang perlu peningkatan kualitasnya adalah pengetahuan pemahaman sekaligus realisasi jiwa ro’in (jiwa pemimpin atau pendidik). Setiap diri adalah pendidik (kullukum ro’in) dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa-bagaimana yang telah dididikkan pada sesamanya. Karena itu, yang telah memahami dan meyakini jiwa pendidik, perlu meningkatkan daya praktis-realis pada sesama. Tanpa terbatasi ruang dan media, ia perlu ditingkatkan seluas-luasnya. Melalui berbagai jalur, berbagai sarana, berbagai situasi dan kondisi, maupun berbagai golongan yang ada dalam lapisan masyarakat, jiwa ro’in dapat ditularkan. Sementara yang belum mampu memahami dan meyakini, perlu mengetahui lebih dahulu bahwa diri ini adalah pendidik. Perlu memahami bahwa saya yang sekarang memang tidak bisa apa-apa ini adalah pendidik. Bila sekarang belum mampu mendidik, maka perlu memahami pada saatnya nanti pasti akan jadi pendidik pula. Minimal jadi pendidik keluarganya, syukur bage mampu mendidik sesama yang lebih luas. Memenuhi perintah-Nya ballighu ’anni walau aayat. Sampaikan apa yang kamu ketahui walau hanya satu ayat. Walaupun satu kata, atau bahkan satu titik, kalau ternyata berguna dan bermanfaat pada sesama, maka perlu disampaikan.

Sidang Jumat yang berbahagiaDari kelima hal yang perlu perhatian peningkatan kualitasnya di bulan syawal ini, bila direnungi secara mendalam, masih banyak hal lain yang menuntut peningkatan kualitasnya. Selanjutnya bersyukur secara mendalam bahwa hanya karena rohmat Allah-lah kita mampu memahami dan menyelaminya. Hanya karena rohmat Allah pula kita mampu merealisasikannya, dengan berlaku lemah lembut, pemikiran yang meluas, dan jiwa yang lapang dada. Sebagaimana firman-Nya: (QS 3 Ali 'Imron ayat 159

اكم الله جعلنا ـ اكم وادخلنـا. الامنين ئزين الفا من واي ـ احمين خيرا وانت وارحم اغفر رب وقل. الصـالحـين عبـاده زمرة فى واي .الر

Khutbah II

ذي لله الحمد يل جعل ال هار الل ر ان اراد لمن خلفة والن . شكورا اواراد يذك لااله ان اشهد الله الا . له لاشريك وحده محمدا ان واشهد ,ورسوله عبدههم, وسراجامنيرا,بشيراونذيرا العالمين الى ارسله ,اجمعين وصحبه اله وعلى محمد ورسولك عبدك على صل الل ها, امابعد قواالله, الحاضرون اي ولاتموتن تقاته حق ات قواواذكرو جميعا الله واعتصموابحبل. مسلمون وانتم الا .عليكم نعمةالله ولاتفرهم دنامحمدوعلى صل الل دنامحمد اله علىسي هم. العالمين رب لله والحمد, سي منهم الاحياء والمؤمنات والمؤمنين والمسلمات للمسلمين اغفر الل

ك, والاموات هم. قدير شيئ كل على ان الى كلمتك واعل, المسلمين خذل من واخذل نصرالدين من انصر الل .الدين يومهم ب الل ت القلوب يامقل هم, دينك قلوبناعلى ثب .اليقين بهداية قلوبنا ونو العارفين كفتوح قلوبنا افتح اللك اللهم تى وعلى سرى تعلم ان ك سؤلي واعطني حاجاتي واقض رات معذو فاقبل ني ك والاخرة والدنيا الدين فى نفسي مافي تعلم فان كل على انا ادفع اللهم. قدير شيء يح عون والطا والامراض والوبآء البلآء من عن لزلة والر يل والبرق والز الماء والس يطان والانس الجن وفتن والدم والش

ك والمنكر الفخشآء وجميع هذا اجعل رب اللهم. قدير شيء كل على ان البلد با رزقا اهله وارزق امنا ونيسى اند ف اللهم. حسنا طي كما بينهم الفت ماامر جرين والمها الانصار بين ال اراد اذا ه ان رلي صدري اشرحلي رب فيكون كن له يقول ان شيأ يفقه لسان من عقدة واحلل امري ويس. العالمين رب لله والحمد.قولي

كم يعظكم والبغى والمنكر الفحشاء عن وينهى القربى ذى وايتاء والاحسان بالعدل يأمر الله ان عبادالله رون لعل .. اكبر ولذكرالله تذك

HALAL BI HALAL

لام وبركاته ورحمةالله عليكم السجنده . عبده ونصر . وعده صدق الذي لله الحمد لاة .وحده الاحزاب وهزم . واعز لام والص و آله وعلى . الله رسول على والس

ة لاحول . له ومو اصحابه ا . بالله إلا ولاقو بعد أم

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur mutlak hanya milik Allah swt. Yang telah memberikan kenikmatan kepada kita, khususnya nikmat iman dan Islam serta kesehatan, yang mana tidak pernah sedetikpun Allah berhenti memberikan nikmatnya kepada kita semua. Khususnya hari ini, kita telah berada dibulan Syawal 1434 H. Yang mana satu bulan penuh kita telah dilatih dan dibiasakan dengan amalan-amalan dibulan suci Ramadhan, mudah-mudahan hari ini, kita benar-benar kembali kepada fitrah (suci, bersih, putih), seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. Aamiin.

Shalawat beriring salam, semoga selalu tercurahkan kepada sosok seorang rasul utusan Allah yang ma’sum (terpelihara dari dosa dan kesalahan), rasul yang sangat mencintai umatnya dan mudah memaafkan sesamanya, rasul yang insya Allah akan memberikan syafa’at kepada kita di hari kemudian, beliaulah baginda Nabi besar Muhammad saw. Juga kepada keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya yang tetap istiqamah dalam menjalankan sunnahnya hingga pada hari semua amal akan diperhitungkan.

Bapak/Ibu, Saudara hadirin yang saya hormati..................

Pada hari ini, oleh adat dan budaya kita Indonesia; setelah beberapa hari kita meninggalkan bulan suci ramadhan, kita lalu mengadakan semacam kebiasaan yang sangat baik menurut saya, yaitu acara Halal Bi Halal. Dari mana asal kata ini ? Halal bi Halal adalah bahasa Arab, yang di Arab sendiri gak di pakei. بحلال حلال Gak ada orang Arab punya tradisi ini. Ini bahasa Arab yang di Indonesiakan. “Halal dengan Halal”. Maksudnya apa itu ? Kemarin kau saya tempeleng, itu haram. Sekarang tolong halalkan, tolong maafkan, saling memaaf-maafkan. Mari kita lihat, asal-usul sejarahnya Halal bi Halal ini.

Puasa, bertujuan memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Agar sebagai manusia, kita bisa kembali ke fitrah (suci, bersih) seperti bayi baru dilahirkan oleh ibunya. Puncaknya adalah idul fitri (hari raya, kembali kepada fitrah), itu puncak. Jalan menuju puncak tidak lurus dan bertabur bunga. Jalan menuju puncak; menanjak, menurun, banyak onak dan duri. Itu yang kita laksanakan ibadah Ramadhan. Kita puasa disiang hari menahan lapar yang melilit perut, padahal disekitar kita banyak makanan. Menahan haus yang mencekik tenggorokan padahal disekeliling kita banyak minuman. Kenapa dan mau apa ? Oh, kita mau kembali ke fitrah. Malam kita shalat taraweh, tadarus Al-Quran, kita tunaikan zakat. Kenapa? Kita mau Idul Fitri (kembali suci, kembali bersih, kembali putih).

Kalau soal lebaran mah bu,,,siapa aja...lebaraaaan. Mau puasa atau gak puasa, lebaran. Mau ibadah Ramadhan atau tidak ibadah Ramadhan, lebaran. Lebaran udah menjadi tradisi ditengah masyarakat kita, udah menjadi milik nasional. Tapi idul Fitri, hanya untuk orang yang melaksanakan puasa dengan benar.

Nah, dengan melaksanakan ramadhan, kita berharap baik hubungan kita dengan Allah. Tapi kita manusia, (zoon politicon), kita tidak cuma berhubungan dengan Allah, kita juga berhubungan dengan sesama manusia. Dosa kepada Allah, kita tobat langsung kepadanya. Tapi dosa kepada sesama manusia, Allah belum akan memberi maaf sebelum kita meminta maaf kepada yang bersangkutan. Ini lah perlunya

Page 210: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Halal bi Halal, saling maaf-memaafkan. Setelah Ramadhan, kita mengadakan yang namanya Silaturahmi, dalam konteks menyempurnakan ibadah kita.

Kenapa kita harus saling maaf-memaafkan? Begini; Suatu hari ketika kumpul dengan para sahabatnya, Rasulullah bertanya,” اتدرنا المفلس؟ من “ Saudara-saudara, tahu gak kamu siapa orang yang bangkrut?” Orang yang sial. Sial dangkalan. Tahu sial dangkalan? Kecebur

ke sumur ketiban ember, itu sial dangkalan namanya. “Kamu tahu orang yang bangkrut itu siapa?” Macam-macam jawaban sahabat. “Oh, Rasul orang yang bangkrut itu kalau lebaran kagak bisa mudik. Oh, bukan. Ada juga sahabat yang menjawab : له درحم لا من فينا المفلس

متاع ولا “Yang bangkrut orang yang kagak punya duit ya Rasul”. Bengong aja. Udah kaya’ ayam makan karet. Bangkrut itu. Mau ngapa-ngapain gak bisa. Apalagi mau lebaran kaya’ begini, siapa yang punya duit, raja. Yang gak punya duit silahkan selamat ngelamun. Orang punya duit sama orang yang gak punya duit pak, jangankan gaya hidupnya; gaya jalannya aja, beda tuh.

Kata rasul,”bukan”. Lalu Rasulullah menjawab,” امتي من المفلس إن ”orang yang bangkrut dari golongan umatku,,,umatku. Rasul bukan bicara Yahudi, bukan Nasrani, bukan majusi. Umatku, siapa? أتى من القيامة يوم ي orang yang datang besok dihari kiamat menghadap Allah بصلاة dengan membawa pahala shalatnya, karena dia tukang shalat. Lapor Tuhan, ini pahala shalat saya; yang wajib, yang rawatib, yang tarawehnya ni, (yang 11, yang 21, yang 43) kaya’ Brazil, macam-macamlah. و صيام dia juga datang bawa pahala puasanya. Yang Ramadhannya, yang 6 hari Syawalnya, yang senin-kamisnya, setor. bawa pahala zakat, karena waktu di dunia dia وزكاة tukang zakat, ahli sedekah. Sayang kata Nabi, di satu pihak bawa pahala kebaikan, dilain pihak bawa kesalahan, bawa dosa. Kenapa?

قدشتاماهذا وياتى dia datang bawa dosa karena pernah mencaci-maki orang. ماهذا واكل pernah makan harta orang dengan cara yang zalim. ماهذا شفكت و pernah mengalirkan darah orang dengan cara yang tidak benar. هذا وقزف pernah fitnah orang dengan cara yang zalim. Kalau ini yang terjadi bagaimana nasibnya kata Nabi? Lagi enak dia setor. Tuhan, ini pahala shalat saya; yang wajibnya, yang rawatibnya, yang tarawehnya ni Tuhan. Datang orang ujuk-ujuk. “Sebentar Tuhan!” Apa mas? Wong dari jawa ini. “Dia memang ahli shalat,Tuhan”. Tapi saya pernah dicaci-maki sama dia, dicorengkan arang ke dahi saya, remuk hati saya. Di dunia saya gak bisa membalas karena dia orang berpangkat Tuhan”. Benar ni orang kau caci-maki?” Benar Tuhan. Pahala shalat elo, kasih ke dia! Kasih.

Tuhan, ini pahala puasa saya; Yang Ramadhannya, yang 6 hari Syawalnya, yang senin-kamisnya, setor tuhan. Datang lagi orang,”Sebentar Tuhan!” di dunia dia memang rajin puasa, tapi dia pernah makan harta saya secara zalim Tuhan, sertifikat saya digadaiin sama dia,habis anak cucu saya kelaparan. ”benar?” benar Tuhan. “Pahala puasa elo, kasih ke dia. Kasih! Yaa,,tapi.?! Kasiiiih...!! bures.

Tuhan, ini pahala zakat saya. Datang lagi orang. Sebentar Tuhan, dia memang tukang zakat. Tapi korupsinya lebih gede Tuhan.”Benar?” benar Tuhan. “Kasih pahala zakat elo ke dia!” (dikasih nya dikit-dikit), “Kasiiiihh...!!

حسناته فإنفنيت kalau pahala kebaikannya udah habis. قضى ان قبل ماعليه ي sebelum nutup kesalahan yang dia kerjain sesama manusia, خطايهم اخذمن diambillah dosa-dosa orang yang dia fitnah, dia caci-maki, dia makan hartanya secara zalim, عليه فترحت kemudian di kasih ke dia.

Ni bangkrut ni. Pahala dipretelin, dosa dikasih. Ibarat orang dagang; Modal habis, tagihan hutang datang terus. ار واخذات الن akhirnya dia diserahkan kepada neraka. Na’udzu....!! Kenapa? Orang ini hanya baik hubungannya kepada Allah, tapi tidak baik hubungannya kepada sesama manusia. Ini lah pentingnya upaya kita melakukan silaturahmi, Halal bi Halal, maaf-memaafkan antara sesama manusia. Kalau dosa kepada Allah dengan puasa Ramadhan Insya Allah ذنبه من تقدم ما غفرله إيماناوحتسابا رمضان صوم من Siapa yang berpuasa Ramadhan kerana iman kepada Allah maka diampuni semua dosanya yang telah lalu. Dosa kepada Allah.

Sedangkan kita tidak hanya berdosa kepada Allah, tapi juga kepada sesama manusia. Kepada Allah kita tobat langsung kepadanya. Kepada sesama manusia, Allah belum akan memberikan maaf sebelum kita meminta maaf pada yang bersangkutan. Dosa kepada Allah kita tobat langsung kepadanya. Gak bisa, saudara dosa sama Allah ngaku di depan saya. Lalu saya bilang,” Dosamu udah diampunin”. Enak bener. Langsung kepada-Nya.Tapi dosa kepada sesama manusia, Allah belum akan memberikan ampun kalau kita belum meminta maaf kepada yang bersangkutan.

Maka sering diajarkan oleh ulama kita. Kalau dosa kepada Allah syarat tobatnya tiga; nyesel, janji gak ngulangi, tinggalkan perbuatan dosa. Jadi kalau saudara meninggalkan shalat, syarat tobatnya; nyesel, berjanji tidak akan meninggalkan shalat, dan meninggalkan perbuatan meninggalkan shalat.

Tapi kalau dosa kepada sesama manusia, syarat tobatnya empat; yang tiga tadi tambah satu. Kalau dia menyangkut hak manusia, kembalikan haknya. Misalnya, saudara nyolong sendal,itu dosa. Syarat tobatnya empat; nyesal, berjanji gak bakal nyolong sendal lagi, yang ketiga tinggalkan perbuatan nyolong, yang keempat sendal orang pulangin.

Ini menyangkut حق الآدم (hak-hak manusia). Harus dikembalikan hak orang. Gak bisa,”Ya Allah saya tobat gak akan nyolong sendal lagi”. Tapi sendal orang dibekap terus gak dipulang-pulangin. Itu belum selesai urusannya. Karena itu dosa korupsi, tobatnya repot pak. Hei....yang berniat mau korupsi saya ingatkan ni,”Tobatnya susah korupsi itu”. Karena menyangkut hak rakyat. Kalau kita meninggalkan sholat, meninggalkan puasa, kita langsung tobat kepada Allah. Tapi korupsi, ni yang mau niat korupsi habis lebaran, korupsi itu tobatnya repot mas. Menyangkut hak orang banyak.

Nah, dalam rangkaian kita kembali kepada fitrah. Pertama, Hablum minallah nya kita perbaiki. Itu sudah kita laksanakan dengan ibadah Ramadhan. Yang kedua selesai Ramadhan, melangkah Hablum Minannas, seperti Halal bi Halal yang kita laksanakan sekarang ini, yaitu Silaturahmi, saling maaf-memaafkan. Kepada siapa yang paling utama kita meminta maaf ? Setidaknya ada tiga golongan. Melalui sebuah hadits:

Suatu hari, selesai melaksakan shalat Idul fitri. Para sahabat mendengar Rasul mengucapkan Aamiin sampai tiga kali. Aamiin,,,Aamiin,,,Aamiin. Sahabat heran, koq Rasul gak ada yang berdoa, gak ada angin, agak ada hujan, Aamiin sampai tiga kali. Lalu mereka bertanya,” Ya Rasul, ada apa? Koq Aamiin sampai tiga kali, kenapa?” Kalian gak tahu? Gak Tahu! Barusan selesai shalat, turun malaikat Jibril kepada saya. Lalu beliau bilang,” Ya Muhammad, saya mau berdoa kepada Allah, mau kau meng-Aamiinkan?” silahkan Jibril. Berdoalah malaikat Jibril, Rasulullah meng-Aamiinkan.

Kalau sudah malaikat Jibril lah yang berdoa, lalu Rasulullah yang meng-Aamiinkan, apa iya doa itu meleset? Yang sering meleset kan doa kita. Yang doa Jibril, yang Aamiin Rasul, waahh,,,ini Mbah nya manjur pak. Apa isi doanya? Tiga macam permoohonan, maka Rasul tiga kali mengucapkan Aamiin.

Page 211: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Yang pertama doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, pada hari ini 1 Syawal (ketika itu), saya bermohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya, anak yang durhaka kepada Ibu-Bapaknya”. Rasulullah mengucapkan,”Aamiin”. Belum tentu setiap kita orang tua kan? Tapi pasti setiap kita adalah anak. Ini barangkali yang merangsang kita untuk mudik lebaran, sesibuk-sibuknya di Jakarta masih pengen pulang ketemu orang tua, sungkem sama Ibu-Bapak.

Bapak yang pergi pagi pulang sore, peras keringat banting tulang, kepanasan, kehujanan mencari nafkah membesarkan kita. Ibu yang melahirkan kita dalam keadaan antara hidup dan mati. Sakit, pedih, bagai ditarik kulit dari dagingnya; bersatu keringat, air mata dan darah, dilahirkannya kita. Setelah sedikit jadi orang, sering lupa kacang akan kulitnya. Sehingga boleh jadi orang bilang, ”Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah”. Maka setelah selesai shalat ‘Id, hal pertama yang harus kita lakukan silaturahmi; minta ridhonya, minta maafnya, tidak lain adalah Ibu dan Bapak kita.

Biarlah anak itu berkedudukan tinggi, berharta banyak, berpengetahuan luas. Tapi kalau sudah durhaka kepada Ibu-Bapak, kurang ajar sama Ibu-Bapak, didoakan oleh Malaikat Jibril dan di-Aamiinkan pula oleh Rasul supaya puasa dan ibadahnya, jangan diterima oleh Allah swt.

Oleh karena itu, teman-teman dan para sahabat saya semuanya. Yuk..!! Bayangin wajah orang tua kita masing-masing. Terutama emak kita. Emak kita itu, semua harta kumpulin ! Gak sanggung nebus jasa emak. Ya..!! ya..!! Semua harta kumpulin ! Gak sanggup tu nebus jasa emak. Emak mu, emak kita, emak semua kita ni; Mulai ngidamin kita udah kita siksa ni emak ni.Muntah tiap jam, Uuwee’...uuwee’... Itu muntah kering Pak. Gak ada yang dikeluarin, sakit perut. Namanya orang ngidam.

Yang dipengenin yang gak musim. Hamilnya makin lama makin besar, makin besar makin berat, kemana-mana dibawa. Belum pernah ditaroh barang sebentar. Enam bulan makin sulit, tujuh bulan kelelahan, delapan bulan tersiksa, tidur serba salah. Mau dibalas pakai apa? Kumpulin semua harta! Gak sanggung nebus jasa emak. Delapan bulan, tidur serba sulit. Jalan kaya’ tentara bawa peluru, telentang kaya’ gundukan pasir, tengkurep takut meletus. Laa haula walaa quwwata illa billah.

Puncaknya saat melahirkan. Pilihan emak cuma dua; kalau gak hidup...?! Allaahu Akbar. Mau dibalas pakai apa? Kalau gak hidup? Mati..! bagai ditarik kulit dari dagingnya, bersatu airmata, keringat, dan darah. Menjerit kesakitan. Ya bu...!! Ya bu...!! Sakit kan?! Sakit. Kita laki-laki belum pernah merasakan hal seperti itu. “Isteri mau melahirkan bingung ya bingung, tapi masih bisa ngerokok”. Namanya penanam modal.

Ketika kita brol kita lahir, emak masih berlumuran darah, senyum; ”Alhamdulillah anakku selamat”. Yaa..!! masih berlumuran darah. Gak ada emak begitu brol anaknya keluar terus ditunjuk, ”gara-gara elo sialan !”. Gak ada. Mau dibalas pakai apa jasa emak ini?Sejak kita lahir sampai baligh, apa kerjaan kita? Ngurangin kesenangan emak. Tidurnya kurang,kenapa? Jagain kita. Ya ..!! Mau dibalas pakai apa? Anak sakit, emak lebih parah. Emak lagi makan enak-enak, kita e’e’ dipangkuannya, apa marah emak? Enggak,,,Malah dia bilang,” ooohh,,,anak gua taenya cakep banget”. Tae cakep?!

Emak kalau sudah nimang anak, Ya Allah bahasanya bagus. Ditimang anaknya,”anak raja-anak raja”. Ya Allah anak raja kita, padahal item korengan. Anak raja. Gak ada emak nimang anaknya jujur,”anak tukang ojek”. Anak raja katanya. Oleh karena itu, teman-teman dan para sahabat saya semuanya, jangan durhaka kepada kepada kedua orang tua, terutama ibu kita.

Kalau orang dosa karena syirik, azabnya diakhirat. Kalau orang dosa karena meninggalkan shalat, azabnya diakhirat. Tapi kalau orang durhaka kepada orang tua, dunia saja sudah dibanjirin. Azab dunianya sudah ditandain, apalagi akhirat nanti. Makanya Rasulullah ketika ditanya,” Ya rasul, siapa orang yang harus saya taati didunia ini?” Rasulullah menjawab,” Ibumu. “Setelah itu siapa lagi ya Rasul?” Ibumu. “Kemudian siapa lagi ya Rasul?” Ibumu. “Lalu siapa lagi ya Rasul?’’ Bapak. Ibumu,,,Ibumu,,,Ibumu,,,,. Ibu tiga kali disebutkan. Bapak?! Satu kali. Ibu..?! tiga. Bapak...?! satu. Satu bapak,,,,?! Jadi kerok begini ngitungnya, gimana sih? Salah. Bapak mah mau nyari untung terus nih.

Oleh karena itu, hal pertama yang harus kita dahulukan bersilaturahmi adalah anak terhadap orang tuanya. Ada berapa orang tua kita? Setidaknya ada empat:

Pertama: orang tua yang menyebabkan kita terlahir ke alam ini (Emak/Bapak) اللهYang الله kedua: orang tua yang mempercayakan anaknya kepada kita (mertua). Mertua tu Cuma istilah, jangan perbedaan istilah

menyebabkan perbedaan sikap. Asal mertuanya datang dia bilang sama isterinya,” Hei...Emak elo tuh..!” Mak elo katanya. Emang bukan emak elo juge?Perbedaan istilah jangan menyebabkan perbedaan sikap. Orang tua yang mempercayakan anaknya kepada kita (mertua) adalah orang tua kita juga. Bayangin anaknya yang dia lahirin, bulat-bulat diserahin kita. Anaknya yang dia asuh dengan keringat, air mata, diserahin kita. Bulat-bulat terima utuh kita. Gak ngerawatin dari kecil, gak ngelahirin, diserahin. Orang tua yang mempercayakan anaknya kepada kita (mertua)

Yang ketiga: orang tua yang ikut mengasuh dan mencurahkan kasih sayangnya kepada kita (orang tua angkat). Itu juga utamakan اللهDan yang الله keempat: orang tua yang mendidik kita, ngajar kita, guru-guru kita, guru-guru ngaji di kampung kita, itu utamakan. Itu

utamakan!Ada guru saya tu (sekarang udah meninggal) yang ngajarkan saya dulu hijaiyyah : ا إ ا = A I U. م ت م = Ma Ta Mu. ت ب =Bu Ta. Matamu Buta. Itu yang sampai sekarang masih ngajar kaya’ begitu. Tapi itu yang saya utamakan, itu yang saya silaturahmi. Karena bagaimanapun, beliau sudah berjasa dalam kehidupan ini.

Bapak/Ibu, Saudara hadirin yang saya hormati..................

Yang kedua doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, pada hari ini 1 Syawal (ketika itu), saya bermohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya isteri yang durhaka kepada suaminya”. Aamiin...kata Rasul.

Kedengaran bu?! Ada ibu-ibu tanya,”Pak, kalau suami yang durhaka sama isterinya bagaimana?” Aha,,haditsnya gak menjelaskan itu bu. Ya bukannya mau menang sendiri. Yang jelas suami itu pemimpin dalam rumah tangga, dan akan dimintakan tanggung jawab tentantang isterinya. Nah, isteri suargo manut, neroko katut. Diakhirat nanti yang akan ditanya habis-habisan tentang rumah tangga adalah suami bukan isteri.

Ketika pulang Isra’ Mi’raj saja, Rasul bercerita: “Aku diperlihatkan neraka”. Neraka ya Rasul?! “Iya”. Lalu?! “ Aku lihat isinya koq kebanyakan perempuan?” Perempuan?! “Perempuan”. Laki bagaimana?! “Laki juga tidak sedikit, Cuma kebanyakan perempuan”.

Page 212: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Ya Rasul, apa mereka gak shalat? “Shalat”. Apa mereka gak ngaji? “Oh, rajin mereka dari suaminya”. Kenapa banyak mereka disana?! Rasulullah senyum dan menjawab: العسير يكفرن هن “Umumnya perempuan kurang bisa terima kasih sama suaminya”. Ini penyakit turunan. Woi,,,ngaku woi...!!

Hadirin yang saya hormati............

Bahwa dalam rumah tangga kita sering punya kekhilafan,iya. Bahwa dalam rumah tangga kita punya kekurangan, memang. Bahwa dalam rumah tangga kita sering salah, tentu. Tapi disitulah Al-Qur’an berpesan: كم لبث هن هن لباث وانتم ل ل suami-isteri adalah ibarat pakaian”. Subhanallah Al-Quran. Indah bahasanya, santun kalimatnya, dalam filsafatnya. Coba, Al-Qurran dengan aktif dan cantik mengibaratkan suami-isteri ibarat pakaian. Kenapa pakaian? Ayo kita lihat!

Pertama, pakaian itu kan kebanggaan. Saya bangga pakai peci, saya bangga pakai sarung. Kalau suami-isteri ibarat pakaian, kita ini Pak jadilah suami yang dibanggakan isteri. Ibu...bu...bu....!! Jadilah isteri yang dibanggakan oleh suami. Ya bu...!! Ya Pak...!! Sebab kalau sudah ada kebanggaan itu akan muncul respek ( rasa menghormati), kalau udah ada respek ( rasa menghormati) akan mudah membentuk pengertian. Kalau sudah mudah membentuk pengertian akan lebih mudah untuk mencari ketenangan. Tapi kalau gak ada rasa kebanggaan, hilanglah rasa hormat. “Apaan gua nyesal punya laki kaya’ elo..!!” ”Kalau tahu begini mah gua nyesal”. Itu udah gak ada rasa bangga. Ketika rasa bangga hilang,rasa hormat runtuh. Ketika rasa hormat itu runtuh, akan sulit mencari saling pengertian. Bu...!! Pakaian itu kebanggaan.

Yang kedua, ha ini penting. Tugas utama pakaian kan nutup aurat tuh. Tugas utama pakaian nutup aurat. Jangan di balik ini ! Model nomor 27, merek nomor 200, trendi nomor 117. Tugas utama pakaian tu nutup aurat. Jangan sampai seperti yang disampaikan Nabi: “Nanti diakhirat akan ada dua golongan manusia , jangankan masuk surga baunya pun gak dapat”. Baunya,,,,gak dapat. Apalagi surganya. Salah satunya....salah satunya نسآء ”perempuan”. Perempuan...!! Perempuan, yang bagaimana? راس . مميلت مآئلت عاريت كاسيت نسآء

المائلت البخت مت اسن ك هن perempuan yang berpakaian tapi telanjang. عاريت كاسيت berpakaian tapi telanjang. Nah itu tadi; yang dikejar model, yang dikejar merek, yang dikejar harga, yang dikejar trendi, nutup aurat atau tidak nomor 200, aurat kemana-mana.

Berpakaian tapi telanjang. مآئلت dia cenderung kepada pakaian seperti itu. مميلت menarik perhatian orang banyak, terkenal راس المائلت البخت مت اسن ك هن kepalanya di tata kaya’ punggung unta. Model apa tahu itu rambut kaya’ punggung unta? Udah ribet kita

ngeliatnya. Ini yang ة لايدخل يجرحها ولم الجن jangankan surga,baunya gak dapat. Na’udzu...!!

Tugas utama pakaian itu nutup aurat. Kalau suami-isteri ibarat pakaian, artinya sesama suami-isteri harus saling menutupi kekurangan masing-masing. Ya bu ya...!! Jangan kekurangan suaminya diceritain di tempat arisan. “Ah, suamiku payah”. Atau kekurangan isteri diceritain ditempat makan. “Mas, bini elo gimana mas?” Ah, payah. “Kan bini Mas cantik?” Cantik sih cantik, tidurnya tu ileran. Kan jadi gak nutup aurat namanya.

Sebab kalau tidak, isteri kita berbuat seenaknya suami juga yang kebagian gak benarnya. “Oh, itu bu anu itu”. Kenapa Mas? “Yang dipakai sih gak mahal, Cuma serasi, baik ngeliatnya, auratnya tertutup, bagus pakaiannya”. Ah, dia kan isterinya Mas bejo itu. Nah, mas Beji itu juga kebagian baiknya toh. Tapi isteri kita semaunya, ya suami dapat juga gak baiknya.

Sebaliknya seorang isteri juga begitu. Pandai menyenangkan hati suaminya. Memberikan sugesti, dorongan, semangat. Suami pulang dagang rugi,” itulah bang romantikanya dagang, sekali-kali rugi. Insya Allah besok untungnya lebih besar”. Suami kan jadi plong, tenaaang. Jangan sudah pulang dagang rugi, sampai rumah bini kaya’ petasan Parung. “Dasar elo laki goblok, dagang aja rugi”. Suami kena penyakit yang namanya broken home. Bu...Bu...broken home. Itu penyakit gak betah dirumah. Kalau ibu suaminya udah kena penyakit broken home (gak betah di rumah), artinya ibu siap-siap dimadu. Nah, supaya tidak dimadu, bikin betah suaminya dirumah . “Sudah Pak !” Terus ?! “Tapi kawin juga”. Nasib. Owh,,namanya nasib mau diapain. Becanda bu, jangan dipikirin.

Bapak/Ibu saudara hadirin yang saya hormati............... Itulah yang kedua, yang didoakan oleh malaiakat Jibril. Seorang isteri yang durhaka kepada suaminya. Seorang isteri yang membangkan perintah suaminya, yang tidak taat kepada suaminya. Tapi ingat ! seorang isteri hanya wajib taat selama perintah itu tidak untuk mendurhakai Allah. Misalnya kata suaminya,” sudah lah gak usah pakai Jilbab, pakai Jilbab tu kaya’ nenek-nenek!” Beritahulah suaminya baik-baik,” Pak, pakai jilbab ini perintah Allah, ada dalam Al-Quran Surat An-Nur ayat 31 dan Al-Ahzab ayat 59. Tapi jika perintah itu baik, maka isteri wajib taat.

Bu,,,bu,,,!! Kata Nabi begini : ة دخلة إلا تراضم عن وزوجها مادت رئتن من اي الجن Kalau ada perempuan meninggal dunia, suaminya ridho kepadanya, maka perempuan itu Insya Allah surga”. Artinya bu,,,bu..!! Artinya : kalau ada perempuan meninggal dunia, suaminya tidak ridho kepadanya, pintu surga belum dibukakan Allah, sampai suaminya ridho kepadanya.

Bu...Artinya bu, Artinya : Kalau surga dibawah telapak kaki Ibu, maka surga Ibu kuncinya ditangan suaminya. Artinya Bu,,,Artinya : Mulai hari ini baik-baiklah sama bapaknya anak-anak. Supaya apa? Supaya kunci gak hilang. Cuma pak, dalam Islam ada demokrasi. Isteri wajib taat, iya. Tapi suami tidak boleh sewenang-wenang. Ha,,itu demokrasi dalam rumah tangga. Cantik toh?! Isteri wajib taat, tapi suami tidak boleh sewenang-wenang. Kenapa? Karena dalam Fiqh isteri itu المنفعة ملك yang harus dipelihara, dijaga, dilindungi dan disayang. Bukan diperlakukan seenak’e dewe. Maka setelah shalat ‘Id bersimpuhlah isteri meminta maaf dan minta ridho kepada suaminya, dan suaminya memaafkan isterinya.

Saling maaf-memaafkan. Ha...kata “saling” ini, jangan merasa ada yang paling benar. Saling ! Jangan mentang-mentang suami,”Haa..elo, tahu elo ye ?” Minta maaf elo ama gua lo”. Jangan dong !! Jangan dong !! Saling memaafkan.

Saya pernah sampaikan, kalau dua orang Islam bertemu, yang terbaik yang lebih dulu memberi salam. Yang terbaik yang lebih dulu meminta maaf, dan yang lebih dulu memberi maaf. Memang, memberi maaf jauh lebih sulit daripada meminta maaf. Kalau minta maaf mah gampang,”Maafin gue ye..udeh. Tapi memberi maaf, itukan kan dalam posisi diatas. Orang lagi perlu sama kita, kita kasih. Itu dahsyat.

Gak ada gengsi tuh..!! Gua kan tuaan, elo dong...Eh, yang mulain itu yang terbaik. Saya ulangi, yang mulain itu yang terbaik. “Sayakan lebih senior !” Gak ada senioritas dalam agama, dihadapan Allah tu gak ada yang senioritas. Yang terbaik yang lebih dulu meminta maaf, dan yang lebih dulu memberi maaf. Bu...bu...yang terbaik yang lebih dulu meminta maaf.

Bapak/Ibu, saudara hadirin yang saya Hormati...........................................

Page 213: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Yang ketiga doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, hari ini 1 Syawal saya mohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya Muslim yang tidak mau memaafkan sesama saudaranya Muslim”. Rasulullah mengucapkan “Aamiin”. Tadi saya katakan, memaafkan lebih berat daripada meminta maaf. Tapi memberi maaf lebih mulia daripada meminta maaf. Dan Rasulullah memberikan contoh itu kepada kita.

Suatu hari, ketika sedang tidur diluar masjid Madinah, datang orang kafir bernama Da’sur. Udah lama ngincar kapan Muhammad sendirian. Melihat Nabi tidur sendirian, dia samperin; cabut pedang, “Muhammad ! kemarin banyak temanmu, boleh jadi kau bertingkah. Sekarang kau sendiri, kalau saya tebas batang lehermu, siapa yang tolong kamu?

Yang di gertak Nabi. Tenang aja beliau bangun dari duduk, “Allah yang akan tolong saya,Da’sur”. “Allah !! akan tolong saya”. Ni, kalimat Allah kalau diucapkan oleh orang yang hatinya bersih, pengaruhnya lain Pak. Kita mau nyopet aja bismillah dulu, gimana manjur.

Ini kalimat Allah diucapkan oleh orang yang hatinya bersih, menggetarkan jiwa, jiwanya dan jiwa orang lain. Da’sur gemetar itu. Keringat dingin bercucuran, pedang jatuh ke tanah. Diambil sama Nabi tu Pedang. Da’sur! Kalau saya tebas batang lehermu sekarang, siapa yang tolong kamu?! Gak ade Muhammad. Gak ada, tadi becande itu Muhammad. Jangan diambil hati deh, becande”. Ini Da’sur pedangmu, jangan ulangi lagi”.

Begitu mudah Rasulullah memaafkan orang yang nyata-nyata mau menghabisi nyawanya, dan inilah yang perlu kita jadikan contoh dalam rangka halal bi halal ini. Supaya tidak hanya baik hubungan kita kepada Allah, tapi juga baik hubungan kita kepada sesama manusia.

Ada satu hal penting yang ingin saya sampaikan disini. Bahwa silaturahmi yang sesungguhnya, yang hakiki bukan sekedar بوجح وجح bukan muka ketemu muka. Tapi بقلب قلب hati ketemu hati. Kalau muka ketemu muka, itu silaturahmi semu, sementara, habis maafan dua hari lebaran marahan lagi. Itu nanti masuk ke dalam golongan bangkrut itu tadi.

Jadi kalau hari ini kita berniat untuk silaturahmi, bersilaturahmi lah secara total. Muka ketemu muka, hati bertemu hati. Jangan bermain minyak diatas air, pepat diluar pancung didalam, menggunting dalam lipatan,manis kalau berhadapan balik belakang lain bicara. Bukan silaturahmi seperti ini yang kita inginkan.

Disamping itu ada sebuah peringatan keras dan ancaman dari Rasulullah saw. Berliau bersabda: القياة إليهمايوم لاينظرالله,إسنان Besok diakhirat, ada dua golongan manusia yang tidak akan dipandang oleh Allah”. Na’udzu....!! Coba, kemalangan apa yang lebih besar selain kalau Allah sudah berpaling dari kita. Kemalangan apa yang lebih dahsyat, lebih malang, selain kalau Allah sudah berpaling dari kita. Mertua aja melengos kita bingung. Allah berpaling dari kita, ini kemalangan yang luar biasa.

Dua golongan diakhirat kelak tidak akan dipandang oleh Allah. Siapa mereka? Pertama, رحيم قطع orang yang suka memutuskan silaturahmi. Orang yang demen bener sama marah, sama tetangganya. Sakit kepalanya kalau gak marah seharian. Senang kalau punya musuh. Orang yang suka memutuskan silaturahmi, besok dikahirat tidak akan dipandang oleh Allah swt. Yang kedua ; tetangga جآئرش yang jahat dengan tetangganya. Tidak pernah aman tetangga sebelahnya, baik dari gangguan lidah atau anggota badan yang lain. Oleh karena itu, momentum ‘Idul Fitri mengembalikan kehangatan yang hilang, mengembalikan keharmonisan yang lenyap, mendekatkan yang jauh dan merekatkan yang retak diantara kita.

Apa yang menjadi target kita dari sini ? Memperbaiki Hablum Minallah, dan itu sudah kita kerjakan dengan ibadah Ramadhan, dan akan kita tumbuh kembangkan terus. Dengan silaturahmi, kita berharap memperbaiki Hablum Minannas (hubungan antar sesama manusia). Sengaja atau tidak, terpaksa atau terbiasa, kecil atau besar. Setiap kita, pasti punya kesalahan. Jika tidak kepada Allah, namun pasti kepada sesama manusia.

Orang-orang sufi mengajarkan : الإستغفر ولاكبائرمع,الإستمرار صغائرمع لا .“Tidak ada dosa kecil kalau ditumpuk terus-menerus, dan tidak ada dosa besar kalau tiap hari digempur dengan istighfar”. Sebesar apapun dosa itu, kalau tiap hari kita gempur dengan istighfar, luluh juga dia. Sekecil apapun dosa itu, kalau kita tumpuk tiap hari menggunung juga lama-lama.

Inilah saatnya, kita saling memaafkan diantara sesama kita. Agar baik hubungan kita dengan Allah, dan baik juga hubungan kita dengan sesama manusia. Ibadah kita tidak rusak, dan kitapun tidak akan termasuk orang yang bangkrut di akhirat kelak. Karena apa? Kita pandai menjaga dua silaturahmi ini ; Hablum Minallah dan Hablum Minannas.

Bahkan Rasulullah sendiri mengajarkan kita mencari nilai tambah : عمن وعف,حرمك واعطمن, قطعك سلمن Bersilaturahmilah“.ظلمك kau kepada orang yang marah denganmu sekalipun. Orang marah kepada kita, kita datang melaksanakan silaturahmi. Itu lah nilai tambah. Kalau baik sama orang yang baik kan drow saja. Memang harusnya begitu. Bersilaturahmilah kau dengan orang marah kepadamu.

حرمك واعطمن berikan orang yang pelit kepadamu. Dia pelit sama kita, kita datang ke rumahnya silaturahmi bawa kue, bawa buah. Itu nilai tambah. Cuma kadang yang terjadi lain. “Elo pelit, gua pelitin lagi”. Elo marah, gua lebih marah lagi. Agama nyari nilai tambah tu.

ظلمك عمن وعف maafkan orang yang berlaku zalim kepadamu.

Bapak/Ibu, saudara hadirin yang saya Hormati...........................................

Dari uraian yang saya sampaikan ini, mari kita masuk kepada kesimpulan.

Pertama, dalam nuansa ‘Idul Fitri dan halal bi halal kita hari ini. Mari kita tumbuhkan semangat saling menghargai, saling mencintai, keutuhan dan kedamaian. Mintalah ridho kepada Ibu-Bapak, suami kepada Isteri, isteri kepada suami dan memaafkan sesama saudara kita muslim. Agar kita benar-benar kembali kepada fitrah.

Yang kedua, kita mohon kepada Allah agar kita dipertemukan lagi dengan Ramadhan yang akan datang, Aamiin. Kenapa? Gak mau? Kendor amat Aamiinnya. Aamiin..!! Karena gak ada jaminan kita akan bertemu Ramadhan lagi. Kita mohon kepada Allah agar diberikan umur yang panjang dalam taat kepada Allah. Bukan panjang umur dalam dosa. Kalau panjang umur Cuma ngumpulin dosa, itu malah lebih merupakan azab lo Pak, ketimbang nikmat.

Karena begini; ada orang tu kalau dia mancing ikan, itu kan pakai umpan. Begitu dimakan, kan gak langsung ditarik tuh. Ulur dulu. Sampai mata pancingan nyangkut yakin di leher ikan, baru diangkat ke atas. Nyampai diatas kan digebukin tu ikan. Ada orang lo yang dikasih hidup model ikan. Dikasih umpan, dinikmati, tapi akhirnya digebukin. Itu namanya dalam agama disebut إستجراج diberikan tapi

Page 214: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

untuk diambule. Gini; anak kita naik pohon rambutan. Kita bilang, “Hei...naik terus,,teruuuuussss...!! saya yakin tu anak bakalan turun Pak. Padahal disuruh naik terus, tapi karena nadanya beda, turun tu anak. Panjang umur dalam taat.

Yang ketiga, Ramadhan adalah bulan latihan. Namun bukan hanya sekedar latihan tapi juga praktek sekaligus. Dengan pertimbangan; Petinju masuk latihan, keluar latihan tinjunya makin hebat. PSSI masuk latihan, keluar latihan bawa gaya bolanya makin hebat. Penyanyi masuk latihan, keluar latihan nyanyinya makin bagus. Sebaliknya kalau latihan tiap hari, main kalah terus, orang kan mikir,” Buat apa lo latihan, main kalah terus?” Ini sebulan penuh ni kita latihan, supaya keluar Ramadhan, kita menang di sebelas bulan yang akan datang.

Bapak/Ibu, saudara hadirin yang saya Hormati...........................................

Banyak bicara, tentu banyak salah dan banyak khilaf. Apalagi jika jika statusnya adalah ceramah. Maka pada kesempatan ini, Saya Hatoli Salman As-Sambasi beserta seluruh keluarga dan sanak saudara, mengucapkan ;

والفائزين الآعدين منبخير وانتم عام كل

SELAMAT IDUL FITRIMohon Maaf Lahir & Bathin

Insya Allah, kita bisa jumpa lagi pada kesempatan yang yang belum ditentukan.

بتقوالله واياي اوصيكملام وبركاته ورحمةالله عليكم والس

Created By : Hatoli Salman

Tiga Amal Saleh yang Paling Dicintai Allah

Penulis

Neneng Maghfiro

-

23 November 2018

4

11990

BincangSyariah.Com – Banyak riwayat hadis tentang fadhail amal yang menjelaskan tentang amalan yang paling dicintai Allah. Namun para ulama hadis berkata bahwa jawaban Rasulullah dalam hadis-hadis tersebut disesuaikan dengan sang penanya.

Dalam hadis yang akan dibahas kali ini sang penanya adalah Abdullah Ibnu Mas’ud, beliau adalah simbol ketakwaan, kehati-hatian dan kesucian diri. Kepada sahabat yang menjadi salah satu dari empat sahabat penjaga Alquran ini, apa jawaban Nabi tentang amal yang paling dicintai Allah kepada beliau?

Dalam riwayat berikut dikatakan

”,وقتها على الصلاة: “قال الله؟ إلى أحب العمل أي وسلم عليه الله صلى النبي سألت: قال عنه الله رضي مسعود بن الله عبد عن”,الله سبيل في الجهاد: “قال أي؟ ثم: قلت”, الوالدين بر: “قال أي؟ ثم: قلت

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud ra berkata, ‘Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Saw tentang amalan yang paling disukai Allah Swt? beliau menjawab, Shalat pada waktunya. Kemudian apa? Kataku, beliau menjawab, “berbuat baik kepada kedua orangtua”. Kemudian apa? Kataku lagi. Beliau menjawab, “jihad fi sabilillah”. (HR. Bukhari&Muslim)

Amalan-amalan yang dibahas dalam hadis ini adalah khusus tentang amal badaniyah atau yang dikerjakan anggota badan kita dan terlihat secara kasat mata. Sebab amalan hati yang paling disukai Allah tentu adalah iman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya.

Ibnu Daqiq al-‘Id menjelaskan dalam kitab Ihkamu al-Ahkam mengenai makna tentang tiga amalan yang paling disukai Allah Swt dalam hadis ini.

Amalan pertama yang sangat dicintai Allah adalah Shalat. Berdasarkan hadis ini para ahli Fiqih mengatakan bahwa ibadah yang paling utama adalah shalat.

Maksud Shalat pada waktunya bukan mengacu pada ketentuan awal waktu atau akhir waktu shalat. Akan tetapi yang ditekankan adalah menjaga agar jangan sampai shalat di luar waktunya dan jangan sampai meninggalkannya. Sebab Shalat merupakan amalan pertama yang akan dipertanyakan pertanggungjawabannya di padang mahsyar.

Baca Juga : Meninggal dalam Keadaan Punya Utang Puasa Ramadhan, Apakah Ahli Waris Harus Mengqadhanya?

Namun pendapat lain mengatakan bahwa maksud shalat ‘ala waqtiha adalah menyegerakan shalat di awal waktu sebab shalat di awal waktu memiliki keutamaan tersendiri bagi yang mengerjakannya.

Page 215: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Amalan kedua yang paling dicintai Allah adalah berbakti kepada kedua orangtua. Dalam riwayat lain pernah kita dengar ada seorang sahabat yang ingin berjihad tapi dicegah oleh Rasulullah karena ia memiliki orangtua yang perlu dia jaga.

Pada hadis ini Rasul secara langsung menyebutkan berbakti kepada orangtua sebelum jihad itu adalah pertanda betapa agungnya martabat orangtua, sehingga menyakitinya tidak diragukan lagi merupakan dosa besar.

Amalan ketiga adalah jihad di jalan Allah. Kedudukan jihad dalam agama islam sangat agung, namun sayang banyak yang salah mempersepsikan makna jihad. Menurut Imam Ibnu Daqiq, jihad lebih utama dibandingkan amal lainnya sebab jihad adalah wasilah atau perantara yang dengannya akan tercapai tujuan mulia. Jadi jihad menjadi sesuatu amalan yang agung jika hal yang dituju sejalan dengan nilai-nilai yang diajarankan dalam Islam.

BincangSyariah.Com dikelola oleh jaringan penulis dan tim redaksi yang butuh dukungan untuk bisa menulis secara rutin. Jika kamu merasa kehadiran Bincangsyariah bermanfaat, dukung kami dengan cara download aplikasi Sahabat Berkah. Klik di sini untuk download aplikasinya. Semoga berkah.

malan Yang Paling Dicintai Allah

AMALAN YANG PALING DICINTAI ALLÂH[1]

يباني عمرو أبي عن – مسعود بن الله عبد دار إلى بيده وأشار – الدار هذه صاحب حدثني : قال – إياس بن سعد واسمه –الشلاة : قال ؟ الله إلى أحب العمل أي – : وسلم عليه الله صلى – النبي سألت : قال – عنه الله رضي ثم : قلت . وقتها على الص

– وسلم عليه الله صلى – الله رسول بهن حدثني : قال , الله سبيل في الجهاد : قال ؟ أي ثم : قلت , الوالدين بر : قال ؟ أيلزادني استزدته ولو

Dari Abu Amr asy-Syaibâni –namanya Sa’d bin Iyâs- berkata, “Pemilik rumah ini telah menceritakan kepadaku –sambil menunjuk rumah Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu dengan tangannya, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allâh?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku (Abdullah bin Mas’ud) mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada dua orang tua.” Aku bertanya lagi, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allâh.”

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Itu semua telah diceritakan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadaku, sekiranya aku menambah (pertanyaanku), pasti Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menambah (jawaban Beliau) kepadaku.”

PERAWI HADITSAbu Amr Sa’d bin Iyâs Asy-Syaibâni Abu Amr mendapati masa hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (mendapati kemunculan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada masa awal dakwah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , namun dia baru masuk Islam setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat). Ia berkata, “Aku ingat bahwa aku mendengar kemunculan seorang Nabi di Tihâmah, sedangkan ketika itu aku menggembala unta keluargaku di Kâzhimah.”

Abu Amr ini adalah seorang tabi’i mukhadhram[2]. Imam Muslim menghitung tabi’i mukhadhram itu berjumlah 20 orang, namun beliau melupakan sekelompok lainnya; di antaranya al-Ahnaf bin Qais dan Abu Muslim al-Khaulâni.

Abu Amr hidup 120 tahun. Dia rahimahullah mengajarkan al-Quran di Masjid Agung (al-Masjid al-A’zham). Âshim bin Bahdalah membaca dan mengkaji al-Quran kepadanya.

Abu Amr adalah seorang yang telah disepakati ketsiqahannya. Ibnu Hibbân berkata, tampaknya ia wafat pada tahun 101 H. Sedangkan Abu Umar (Ibnu Abdil Barr) berkata ia meninggal tahun 95. Adz-Dzahabi berkata, “Ada yang mengatakan ia meninggal tahun 98.”

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu Beliau adalah Abu Abdirrahman al-Hudzali Radhiyallahu anhu , salah seorang as-sâbiqûnal awwalûn (yang mula-mula masuk Islam). Ia adalah sekutu dari Bani Zuhrah. Ibundanya Ummu Abdillah binti Abd dari bani Hudzail juga. Beliau Radhiyallahu anhu turut serta dalam perang Badr dan peperangan lainnya. Dia yang membunuh Abu Jahl pada perang Badr[3]. Ia turut serta dalam dua hijrah (ke Habasyah dan Madinah); mendapati shalat ke arah dua kiblat.

Beliau masuk Islam sebelum Umar Radhiyallahu anhu . At-Thabrâni meriwayatkan darinya bahwa ia berkata, “Aku dapati diriku ini orang keenam yang masuk Islam, (di mana ketika itu) tidak ada Muslim di atas muka bumi ini selain kami.”

Dia adalah pemegang rahasia Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yang mengurusi urusan kasur, siwak, terompah dan bersuci Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaksikan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu sebagai penghuni surga yang disebutkan dalam rangkaian sepuluh orang yang dijamin masuk surga dalam hadits hasan yang diriwayatkan Abu Umar dalam kitabnya al-Istî’âb.[4]

Beliau termasuk yang menghimpun al-Quran pada masa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan salah seorang dari empat Sahabat yang kaum Muslimin diperintahkan untuk mengambil al-Qur’an dari mereka. Empat Sahabat ini selain Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu adalah Mu’adz, Ubayy, dan yang keempat Sâlim Maula Abi Hudzaifah Radhiyallahu anhum.

Beliau Radhiyallahu anhu berperawakan pendek dan kurus; di mana kaum lelaki yang berperawakan tinggi kala duduk hampir sama dengan dia padahal ia dalam posisi berdiri. Rambutnya sampai pada cuping telinganya. Dan beliau tidak merubah warna rambut ubannya. Beliau mempunyai dua betis yang kecil. Ilmunya banyak, jiwanya penuh dengan kedalaman ilmu; dan mempunyai kedudukan tinggi. Beliau mempunyai berbagai fatwa dan juga mempunyai qira’ah al-Quran yang menyendiri dari lainnya sebagaimana yang sudah diketahui.

Page 216: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Beliau Radhiyallahu anhu berkata, “Sungguh, aku adalah orang yang paling alim tentang Kitabullah, dan aku bukanlah Sahabat yang terbaik. Tidak ada satu surat pun, tidak juga satu ayat dalam Kitabullah, melainkan aku tahu dalam hal apa itu diturunkan, dan kapan turunnya.” Dan tidak ada seorang pun yang mengingkari Ibnu Mas’ud dalam ucapannya ini.

Riwayatnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada 848 hadits; di mana al-Bukhâri dan Muslim menyepakati 64 hadits dari jumlah tersebut. Sedangkan yang hanya diriwayatkan oleh al-Bukhâri tanpa Muslim berjumlah 21 hadits, sementara yang hanya diriwayatkan Imam Muslim tanpa imam al-Bukhâri berjumlah 35 hadits. Ada sekelompok kalangan Sahabat dan tabiin yang meriwayatkan hadits darinya.

Beliau Radhiyallahu anhu meninggal pada 32 H. Ada yang mengatakan tahun 33, ada pula yang mengatakan 36 H, dalam usia 60 lebih. Abu ad-Dardâ’ berkata, “Sepeninggalnya, ia tidak meninggalkan orang yang sekaliber dengannya.” Ia dimakamkan di Baqi’, ada yang mengatakan di Kufah. Az-Zubair yang menshalatkan jenazahnya (yang menjadi imamnya) sesuai dengan wasiat yang ditujukan kepadanya. Ada yang mengatakan yang menshalatkannya adalah Utsman Radhiyallahu anhu , ada lagi yang mengatakan Ammâr.

FAWA’ID HADITS1.Ucapan perawi:

عنه الله رضي مسعود بن الله عبد دار إلى بيده وأشار – الدار هذه صاحب حدثني

Pemilik rumah ini telah menceritakan kepadaku –sambil memberikan isyarat kearah rumah Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu dengan tangannya

Disimpulkan dari ucapan ini, bahwa isyarat sudah cukup sehingga tidak perlu lagi menyebut nama secara tegas. Isyarat sama dengan penyebutan nama secara terang, bila menunjuk pada obyek yang ditunjuk sehingga terbedakannya dari yang lainnya. Bahkan bisa saja untuk memahamkan sesuatu, isyarat lebih mengena dan lebih mendalam daripada menyebut nama dengan jelas. Karena isyarat tertuju (secara khusus) pada apa yang ditunjukkan oleh tangan yang menunjuk, sedangkan isim ‘alam (nama) mungkin saja ada unsur kesamaan dengan obyek lainnya. Oleh karena itu –wallâhu a’lam– sebagian pakar nahwu (Gramatika Bahasa Arab) berpendapat bahwa isim isyârah (ini, itu dan yang semisalnya) itu lebih tinggi tingkat ma’rifahnya daripada isim ‘alam (lebih spesifik dalam menentukan -mendefinitifkan- sesuatu benda). Meskipun yang rajih (lebih kuat) adalah pendapat kebalikannya.

2. Pertanyaan yang diajukan adalah tentang mencari amalan yang paling utama, yang dilontarkan untuk menggelorakan semangat dalam mengamalkannya dan menjaganya. Karena seorang hamba diperintahkan untuk menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, sehingga apa yang lebih utama harus ia dahulukan daripada amalan yang utama, dalam rangka meraih derajat yang tinggi.

3. Kata amalan (a’mâl, jamak dari ‘amal), bisa diungkapkan untuk menyebut amalan hati dan amalan anggota badan. Yang dimaksudkan di sini adalah amalan hati[5] dan amalan badan; yang mana pertanyaan tersebut direspon dengan jawaban “shalat pada waktunya”. Dan secara otomatis, niat pun menjadi kelaziman dari tuntutan amalan tersebut, bukan karena maksud khusus dari hadits tersebut. Berkenaan dengan amalan hati, ada amalan yang utama, ada pula yang lebih utama; seperti iman misalnya, di mana ini telah ditandaskan dalam berbagai hadits yang shahih. Di antaranya hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang amalan apakah yang paling utama?

ماذا ثم قيل ورسوله بالله إيمان قال أفضل الأعمال أي وسلم عليه الله صلى النبي سئل قال عنه الله رضي هريرة أبي عنمبرور حج قال ماذا ثم قيل الله سبيل في جهاد قال

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang amalan apakah yang paling utama? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iman kepada Allâh dan Rasul-Nya.” Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya kembali, “Lalu apa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Haji yang mabrur.”[6] Yang dimaksudkan dengan amalan-amalan dalam hadits ini adalah amalan badan dan hati.

4. Ucapan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

لاة وقتها على الص

Shalat pada waktunya

Dalam ucapan ini tidak ada isyarat yang menunjukkan bahwa shalat di awal waktu lebih baik atau lebih utama daripada waktu yang lain. Namun yang dimaksudkan di sini adalah berhati-hati agar tidak melakukan ibadah shalat diluar waktu yang telah disyariatkan. Namun demikian, memang disebutkan dalam sebuah riwayat shahih dari Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibbân serta al-Hâkim yang datang dengan bunyi redaksi:

لاة وقتها لأول الص

shalat pada awal waktunya.

Ini jelas dan tegas menunjukkan keutamaan menunaikan shalat pada awal waktunya. Adapun yang kami sebutkan di atas, yaitu bahwa dalam hadits tersebut tidak ada isyarat yang menunjukkan bahwa shalat di awal waktu lebih utama, ini adalah ucapan Syaikh Taqiyyuddin (yaitu Ibnu Daqîq al-Îd). Namun membawa hadits ini pada makna tersebut, yaitu memberi peringatan agar jangan mengerjakan shalat di luar waktunya, ini hal yang perlu ditinjau ulang. Mengingat perbuatan tersebut adalah perbuatan haram. Juga kata ‘alâ mengandung makna isti’lâ’ (menunjukkan tinggi). Maka maksudnya adalah menunaikan shalat pada awal waktunya.

5. Perlu diketahui bahwa hadits-hadits yang ada, berbeda-beda tentang amalan yang paling utama dan berbeda urut-urutannya. Dalam hadits ini, shalat didahulukan, lalu berbakti kepada dua orang tua dan berikutnya jihad.

Page 217: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang disinggung sebelumnya, iman kepada Allâh Azza wa Jalla lebih didahulukan, lalu jihad, kemudian haji mabrur. Sedangkan dalam hadits Abu Dzarr Radhiyallahu anhu iman dan Jihad dikedepankan[7]; sedangkan dalam hadits Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhuma[8]:

الطعام تطعم قال خير الإسلام أي وسلم عليه الله صلى النبي سأل رجلا أن عنهما الله رضي عمرو بن الله عبد عن وتقرألام تعرف لم ومن عرفت من على الس

Dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhuma bahwa seorang lelaki bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “(Amalan) Islam apa yang paling baik?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau memberi makan, mengucapkan salam kepada yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.”

Dalam hadits Abu Musa dan Abdullah bin Amr [9] : “(Amalan) Islam apa yang paling baik?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “(amalan) di mana orang-orang Muslim lainnya selamat dari lidah dan tangannya.”

Dan telah shahih dari hadits Utsman Radhiyallahu anhu :[10]

وعلمه القرآن تعلم من خيركم

Yang paling baik di antara kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.

Dan berbagai hadits lainnya.

Untuk mengkompromikan berbagai hadits tersebut, ada yang mengatakan bahwa itu merupakan jawaban yang ditujukan khusus untuk penanya tertentu, dengan melihat pada keadaan, atau waktunya. Atau dilihat dari sisi keumuman keadaan atau keumuman waktu tersebut; atau dilihat dari sisi keadaan orang yang menjadi sasaran ucapan tersebut (mukhâthab) atau keadaan orang-orang yang seperti keadaan mereka. Sekiranya hal itu ditujukan kepada seorang pemberani, tentulah akan dijawab dengan jihad; Atau ditujukan kepada seorang kaya, tentu akan dijawab dengan sedekah; atau ditujukan kepada seorang penakut yang fakir, tentu akan dijawab dengan amal kebajikan atau dzikir; Atau ditujukan kepada orang yang cerdas, tentu akan dijawab dengan (mencari) ilmu; atau ditujukan kepada orang yang perangainya keras, tentu akan dijawab dengan: janganlah engkau marah. Dan seperti itulah disesuaikan dengan semua keadaan manusia.

Bisa saja amalan yang paling utama bagi seseorang berbeda dengan amalan paling utama bagi orang lain, sesuai dengan maslahat yang sesuai dengan waktu, keadaan ataupun person individunya.

Al-Halîmi menyebutkan dari syaikhnya; al-Allâmah Abu Bakr al-Qaffâl asy-Syâsyi al-Kabîr (wafat 365 H), di mana ia berkomentar tentang gurunya tersebut: ia adalah orang paling alim yang pernah aku jumpai dari kalangan Ulama masanya; ia mengkompromikan berbagai hadits tersebut dengan dua metode:

(a). Seperti yang telah disebutkan di muka. Ia berkata, “Kadang dikatakan: hal yang paling baik adalah ini misalnya, namun bukan berarti itu adalah yang terbaik dari semua perkara dari segala sisinya, dalam semua keadaan, atau bagi semua orang, namun maksudnya dalam keadaan tertentu, dan yang semisalnya. Ia mengambil dalil penguat dengan beberapa hadits. Di antaranya adalah dari Ibnu Abbâs c bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Haji bagi orang yang belum berhaji lebih utama daripada 40 peperangan; sedangkan satu peperangan bagi yang sudah haji, itu lebih utama daripada 40 haji.”[11]

(b). Atau bisa saja maksudnya adalah (bahwa amalan tersebut) di antara amalan yang paling utama, di antara amalan terbaik, atau di antara orang terbaik di antara kalian adalah yang melakukan ini dan itu. Huruf min (yang juga mengandung makna sebagian, meskipun) dihapuskan dari redaksi kalimat, namun maknanya tetap masih dipakai. Seperti bila dikatakan: min a’qal an-nâs wa afdhalihim (maksudnya ia adalah di antara orang yang paling cerdas dan paling utama). Di antara yang menunjukkan makna ini adalah sabda Nabi:

لأهله خيركم خيركم

Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik untuk keluarganya.”[12]

Dan sudah maklum adanya, bahwa itu bukan berarti ia orang terbaik secara mutlak. Maka menurut metode ini, iman merupakan amalan yang paling utama secara mutlak; sedangkan amalan lainnya sama; yaitu bahwa amalan tersebut di antara amalan atau keadaan yang paling utama; untuk kemudian keutamaan sebagian amalan tersebut atas amalan lainnya bisa diketahui dengan berbagai dalil yang menunjukkannya; dan ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan dan personalnya.

6. Dalam hadits ini, berbakti kepada kedua orang tua (birr al-wâlidain) didahulukan daripada jihad. Ini menunjukkan betapa besar perkara bakti kepada mereka. Dan tidak disangsikan lagi, bahwa menyakiti dua orang tua adalah hal terlarang dan diharamkan.

Kata al-Birru (berbuat baik, berbakti) adalah kebalikan dari ‘Uqûq (durhaka). Ahli Bahasa Arab mengatakan: ucapan barartu wâlidi; abarruhu birran; anâ barrun atau bârrun bihi mengandung arti aku berbakti dan berbuat baik kepada orang tuaku.

Birrul wâlidain adalah berbuat baik kepada keduanya, melakukan hal yang bagus kepada keduanya, serta melakukan hal yang membuat mereka senang. Berbuat baik kepada teman mereka, juga termasuk dalam cakupan bakti kepada dua orang tua. Ini seperti yang ditegaskan dalam hadits shahih:

جل يصل أن البر أبر من إن أبيه ود أهل الر

Sesungguhnya di antara perbuatan bajik yang paling baik adalah seseorang menyambung persaudaraan dengan orang dekat ayahnya.[13]

Mengenai firman Allâh,

ولوالديك لي اشكر أن

Page 218: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu… [Luqmân/ 31: 14]

Sufyân bin Uyainah rahimahullah berkata, “Barangsiapa menunaikan shalat fardhu yang lima, sungguh ia telah bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla . Dan barangsiapa berdoa untuk kedua orang tuanya seusai shalat, maka sungguh ia telah bersyukur (berterima kasih) kepada mereka.”

7. Jihad terbagi menjadi dua kategori, jihad yang fardhu ‘ain (kewajiban yang dituntut dari setiap individu), dan yang fardhu kifâyah (dituntut dari semua mukallaf, namun bila sudah ditunaikan sebagian kaum Muslimin yang menukupi kebutuhan, maka kewajiban ini gugur dari yang lainnya).

Jihad yang fardhu ‘ain lebih didahulukan daripada hak dua orang tua. Sedangkan jihad yang fardhu kifâyah, tidak diperbolehkan kecuali dengan seizin dua orang tua bila kepentingan dua orang tua yang wajib menjadi terlantar karenanya. Dan inilah hukum untuk semua amalan yang terkadang menjadi wajib ‘aini dan terkadang menjadi wajib kifa’i bila terkait dengan orang tua.

Sedangkan dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang sudah disinggung di muka, ibadah jihad lebih didahulukan daripada ibadah haji dengan menggunakan kata tsumma. Kata ini ditetapkan untuk menunjuk makna urutan (tartîb). Kata tsumma di sini menunjuk pada makna urutan dalam penyebutan (littartîb fî adz-dzikr); seperti dalam firman Allâh:

رقبة فك ﴾١٢﴿ العقبة ما أدراك وما ﴾١١﴿ العقبة اقتحم فلا

Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar; Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, (Al-Balad/ 90: 11-13); sampai pada firman-Nya:

بر وتواصوا آمنوا الذين من كان ثم بالمرحمة وتواصوا بالص

Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman… [Al-Balad/ 90: 17].

Dan tentunya sudah dimaklumi bahwa yang dimaksudkan dalam ayat di atas adalah bukan urutan dalam perbuatan (yang dimaksudkan bukan ia membebaskan budak, memberikan makan, baru kemudian ia menjadi orang beriman, namun tsumma di sini hanya untuk urutan penyebutan saja, bukan urutan waktu). Seorang penyair mengatakan,

جده ذلك قبل ساد قد ثم … أبوه ساد ثم ساد لمن قل

Katakanlah kepada orang yang telah berkuasa, juga telah berkuasa ayahnya…. pun telah berkuasa pula sebelum itu kakeknya

(bukan diartikan kemudian berkuasa pula ayahnya, kemudian sebelum itu berkuasa pula kakeknya)

Mengenai didahulukannya jihad sebelum haji dalam hadits di atas, al-Qadhi Iyâdh memberi jawaban, bahwa itu ketika awal masa Islam. Kala itu, ikut jihad lebih utama; berbeda dengan keadaan sekarang ini.

Yang dimaksud dengan jihad adalah jihad yang harus dilakukan oleh individu pada waktu penyerangan atau mobilisasi perang; maka itu lebih didahulukan daripada haji; karena di dalamnya terkandung kemaslahatan umum bagi kaum Muslimin.

Dan perlu untuk diketahui, bahwa ibadah itu terbagi dalam dua kategori:

Ada ibadah yang esensi dari ibadah tersebut memang menjadi tujuan. Ada ibadah yang menjadi perantara (wasîlah) untuk amalan ibadah lainnya. Dan keutamaan wasîlah sesuai dengan amalan yang

menjadi tujuan dari wasîlah Jihad adalah wasîlah untuk memproklamirkan iman dan menyebarkannya, serta memadamkan dan mengenyahkan kekufuran. Maka keutamaannya pun menjadi agung karena agungnya maksud dari jihad tersebut yaitu Iman.

CATATAN:Yang tampak kuat mengenai urutan amalan-amalan tersebut adalah –wallâhu a’lam– bahwa iman merupakan amalan yang paling utama, kemudian shalat, mengingat ia adalah indikasi terbesar dari suatu keimanan; kemudian puasa, lalu haji, setelah itu jihad, dan kemudian zakat. Kalau menurut qiyâs (analogi), seharusnya jihad berada setelah Iman. Karena jihad adalah wasîlah menuju diproklamirkannya Iman. Dan memang jihad telah datang dalam riwayat di mana disebutkan bersamaan dalam urutan Iman; yaitu: “Iman kepada Allâh dan jihad di jalan-Nya.” Sedangkan bakti (kepada orang tua) didahulukan atas jihad dalam hadits yang kita bahas di atas, untuk menunjukkan betapa agung kedudukannya.

Al-Qarâfi menegaskan bahwa haji lebih utama daripada jihad, seperti yang telah kami sebutkan. Karena haji menjadi tuntutan semua individu mukallaf (yaitu bagi yang mampu); berbeda dengan jihad yang menjadi tuntutan sebagian mukallaf saja. Juga karena maslahat jihad tidak berulang-ulang, berbeda dengan kemaslahatan haji.

Dua Faidah Berharga Terkait Jihad:A. Jihad mencakup hak Allâh, hak Rasul-Nya dan hak kaum Muslimin.1. Adapun terkait hak Allâh, karena jihad menghapuskan kekufuran dari hati dan lisan, serta menghancurkan tempat-tempatnya.2. Syahadat dengan mempersaksikan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa risalah-Nya, dan menyambut seruan dakwah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .3. Membela kaum Muslimin, anak-anak, istri dan harta mereka, serta mendapatkan ghanîmah untuk mereka serta memperoleh kemenangan atas musuh.

B. Shalat juga kombinasi dari hak Allâh, seperti niat, takbir dan lainnya; dan hak Rasul seperti bersaksi bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pembawa risalah-Nya; serta hak anak Adam, yaitu doa (mendoakan mereka).

C. Faidah ketiga: Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkan bakti kepada orang tua pada urutan kedua setelah Shalat; seperti halnya juga disebutkan dalam urutan kedua pada firman-Nya,

Page 219: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

إحسانا وبالوالدين ����� شيئا به تشركوا ولا الله واعبدوا

Beribadahlah kepada Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, [An-Nisâ’/ 4: 36]

Juga dalam firman-Nya,

ولوالديك لي اشكر أن

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu… [Luqmân/ 31: 14]

8. Ucapan perawi:

وسلم عليه الله صلى – الله رسول بهن حدثني

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan itu semua kepadaku

Seolah-olah itu adalah penetapan dan penegasan atas apa yang telah disebutkan (di awal hadits). Karena tidak diragukan bahwa lafaz yang pertama (awal hadits) memberikan makna bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan hal tersebut kepadanya. Dan ini adalah level tahammul (keadaan seorang perawi menerima atau mendapatkan suatu hadits dari gurunya) yang paling tinggi.

9. Ucapan perawi:

لزادني استزدته ولو

Sekiranya aku meminta tambahan (menambah pertanyaan), pastilah Beliau akan memberi jawaban tambahan

Ini mengenai perawi, sekiranya meminta tambahan, bisa saja makna yang ia maksudkan adalah meminta tambahan amalan dari jenis yang disebut dalam pertanyaannya, yaitu tingkatan-tingkatan amalan yang lebih utama dan keutamaan sebagian amalan atas amalan lainnya. Juga mungkin juga makna lain, yaitu meminta tambahan berbagai perkara amalan yang dibutuhkannya secara mutlak. Ini menunjukkan betapa luas ilmu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Namun Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukannya karena khawatir terlalu berpanjang lebar.

10. Di dalam hadits ini terdapat pelajaran perlunya bertanya tentang ilmu dan berbagai tingkatan ilmu terkait keutamaannya.

11. Dari hadits ini bisa disimpulkan bolehnya mengulangi pertanyaan dan permintaan fatwa tentang berbagai permasalahan pada satu waktu bersamaan.

12. Disimpulkan juga betapa tinggi kedudukan seorang alim dan kesabarannya terhadap orang yang bertanya.

13. Disimpulkan pula keutamaan shalat pada waktunya, dan awal waktunya lebih utama sebagaimana yang telah disebut di muka. Sedangkan para ahli ra’yi menyelisihi hal ini. Mereka mengatakan bahwa mengakhirkannya hingga akhir waktu itu lebih utama, kecuali bagi orang berhaji; di mana ia mengawalkan Shalat Shubuh pada saat masih gelap pada hari nahr (Idul Adha) di Muzdalifah.

14. Disimpulkan bahwa shalat adalah amalan yang paling utama.

15. Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua, dan itu lebih utama dari Jihad dengan memperhatikan syarat-syaratnya.

16. Keutamaan Jihad.

17. Disimpulkan pula harus didahulukannya amalan yang paling penting, kemudian hal penting sesuai dengan level urgensinya.

18. Terdapat catatan bagi penuntut ilmu untuk merealisasikan (dan meneliti) ilmu dan cara mengambilnya.

19. Di dalamnya menunjukkan kedudukan penuntut ilmu di sisi para guru dan kaum cendikia, agar ilmunya diambil dengan penuh penerimaan dan lapang dada serta dengan penuh ketepatan.

Wallâhu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XXI/1438H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]_______Footnote[1] Diadaptasikan dari Al-I’lâm bi Fawâ’id Umdatil Ahkâm 2/ 212 karya Imam Ibnul Mulaqqin dengan sedikit perubahan.[2] Mukhadhram adalah orang yang mendapati masa jahiliyyah dan masa hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun dia baru masuk Islam setelah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat; atau masuk Islam pada saat beliau masih hidup, namun tidak berjumpa dengan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .[3] Yaitu setelah perang berakhir, Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapa yang berkenan memeriksa, apa yang diperbuat Abu Jahl?” Lalu para sahabat berpencar mencarinya, dan Ibnu Mas’ud pun mendapati Abu Jahl yang masih ada padanya sisa-sisa akhir nyawanya, bahkan terjadi dialog antara keduanya (pen).[4] Ketika para sahabat berada di Hira’, Beliau menyebut 10 orang yang dijanjikan Surga: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Az-Zubair, Abdurrahman Bin Auf, Sa’d Bin Malik, Sa’id Bin Zaid, dan Abdullah Bin Mas’ud; semoga Allâh meridhai mereka. Al-Istî’âb 1/ 593. Dalam riwayat-riwayat yang biasa dikenal, Ibnu Mas’ud tidak disebutkan bersama mereka, yang disebutkan adalah Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah.

Page 220: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

[5] Dalam Ihkâm al-Ahkâm hal 165 dikatakan: amalan di sini (dalam hadits di atas), tampaknya dibawa pada makna amalan-amalan badan, seperti yang dikatakan para fuqaha (ahli fiqh): ibadah badan yang paling utama adalah Shalat. Lihat juga Hâsyiyah Ash-Shan’âni atas Ihkâm al-Ahkâm 2/ 7.[6] HR. Al-Bukhâri dalam al-Îmân bab Mân Qâla: al-Îmân Huwal ‘Amal. Juga dalam al-Hajj al-Mabrûr. Dan Muslim dalam al-Îmân bab Kaunil Îmân Billâh Ta’ala Afdhalul A’mâl.[7] Al-Bukhâri dalam al-‘Itqu, Muslim dalam al-Îmân Billâh Ta’ala Afdhalul A’mâl.[8] Al-Bukhâri al-Îmân bab Ith’âm ath-Tha’âm Minal Islâm no 12.[9] Al-Bukhâri al-Îmân bab Ayyul Islâm Afdhal no 11.[10] Al-Bukhâri dalam Fadhâ’il al-QURÂN bab Khairukum Man Ta’allamal Qurân, Abu Daud 1452, At-Turmudzi 2909.[11] Lihat Dha’îf al-Jâmi’ 2689; dan hadits ini lemah. Ada hadits-hadits lain yang senada, namun Syaikh Al-Albâni menilainya dha’if. Dha’îf al-Jâmi’ 2691, 4666.[12] At-Tirmidzi dan ad-Dârimi dari Aisyah, dan Ibnu Mâjah dari Ibnu Abbâs. al-Albâni berkata dalam (Takhrîj) Misykât al-Mashâbîh 2/971, isnadnya shahih.[13] Shahîh Muslim 2552.

Read more https://almanhaj.or.id/9604-amalan-yang-paling-dicintai-allah.html

Ini Amalan yang Paling Dicintai Allah

Miftahuzzakiyah

20 Oktober 2018 12364

Share Tweet

Menjadi seorang hamba yang dicintai Allah SWT adalah dambaan semua muslim. Belajar mendalami ilmu agama, ilmu pendidikan, ilmu sosial, mengerjakan sunnah Nabi SAW dan memperbaiki akhlak. Berbagai usaha kebaikan tersebut dilakukan dengan niat Allah ridha dan menerima amal baik kita. Sehingga menjadi hamba pilihan Allah SWT.

Beberapa Hadis menjelaskan perihal amalan-amalan yang paling dicintai Allah SWT. Namun, perlu kita ketahui satu Hadis ini yang memuat amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT. Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda:

ه إلى الاعمال احب قل وإن ادومها تعالى الل

“Amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah amalan yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun hanya sedikit” (HR. Muslim)

Misalnya, membiasakan untuk melakukan salat dhuha setiap hari, walaupun hanya dua raka’at. Salat dhuha dapat dilakukan sampai delapan raka’at, namun akan menjadi lebih dicintai oleh Allah SWT jika dilakukan setiap hari walaupun hanya dengan dua raka’at, daripada delapan raka’at salat duha yang dikerjakan dengan tidak dawwam (tidak setiap hari).

Amalan yang sedikit dan dikerjakan secara terus-menerus (istiqomah) akan menjadi amalan rutinitas yang dibiasakan. Bahkan, jika seorang hamba tidak mengerjakan amalan rutinitas tersebut hatinya menolak, gundah dan terasa ada yang kurang. Ilat atau sebab dicintainya amalan sedikit yang dilakukan secara terus-menerus ini adalah dari segi istiqomahnya. Karena jumlah yang sedikit kemudian dikumpulkan setiap hari maka akan menjadi menumpuk. Berbeda halnya dengan jumlah yang banyak namun jarang dikumpulkan.

Jika dilihat berdasarkan macam atau jenis amalan (nau’), maka amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah amalan yang wajib daripada yang sunnah. Sedangkan, dalam hal ini dilihat dari aspek sifatnya, karakteristiknya. Dalam suatu riwayat menarasikan kisah Zainab, salah satu istri Nabi SAW, yang memanjangkan tali di antara dua tiang untuk menjadi sandaran saat bangun malam, jika lelah maka tali itu menjadi tempat untuk istirahat bersandar sebentar. Hal tersebut dilakukan supaya selalu terbangun untuk melaksanakan salat malam setiap hari. Kemudian Rasulullah SAW menanggapinya dengan bersabda bahwa amalan yang dilakukan secara terus-menerus dan dibiasakan maka akan lebih dicintai oleh Allah SWT daripada amalan baik yang dilakukan menunggu waktu-waktu tertentu kemudian ditinggalkan dan tidak dilakukan lagi di waktu berikutnya.

Beberapa ulama berpendapat terkait Hadis di atas bahwa seorang hamba yang melakukan suatu amalan, kemudian ia meninggalkan amalan tersebut, artinya tidak dikerjakan lagi maka hal tersebut bagaikan seseorang yang datang hanya untuk pergi. Ulama juga menambahkan bahwa hal semacam itu seperti orang yang hapal al-Qur’an kemudian ia lupa maka baginya peringatan besar. Terlihat sepele, namun memiliki dampak yang besar.

Rasulullah SAW menekankan hal ini dengan bersabda “Wahai manusia, kerjakanlah amalan yang kamu mampu lakukan, karena sesungguhnya Allah SWT tidak akan bosan sampai kamu merasa bosan, dan ketahuilah bahwa amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah amalan yang dikerjakan secara dawwam (terus-menerus) walaupun hanya sedikit”. Sayyidah Aisyah juga pernah ditanya oleh sahabat “Apakah Rasulullah SAW memiliki hari-hari tertentu untuk mengerjakan amal salih?” Sayyidah Aisyah menjawab, “Tidak, amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW semuanya dikerjakan secara dawwam.

Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa keluarga Rasulullah SAW selalu melakukan amalan dan menjadikan amalan tersebut sebagai amalan rutinitas (mendawwamkan amalan). Oleh sebab itu, mari bersama-sama dekatkan hati, diri dan jiwa ini kepada Pemilik alam semesta dengan menta’ati Allah SWT dan meneladani apa yang dikerjakan dan dicontohkan oleh Rasul-Nya.

Page 221: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Mulai untuk mengerjakan amalan baik secara terus-menerus, istiqomah, walaupun hanya sedikit. Seperti menjadwalkan untuk selalu salat malam, witir, dhuha, membaca al-Qur’an, bersedekah, mengerjakan salat sunnah rawatib dengan rutin, setiap harinya. Selain itu, mencoba membiasakan untuk salat tepat waktu dan berpuasa sunnah. Sehingga jiwa kita akan merasa selalu membutuhkan kedekatan dengan Allah SWT dan menjadikan dunia sebagai lahan menanam amal baik sebanyak-banyaknya sebagai bekal perjalanan ke akhirat. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat rahmat Allah SWT.

Islami.co dihidupi oleh jaringan penulis dan tim editor yang butuh dukungan untuk bisa menulis secara rutin. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan artikel atau video yang mengedukasi publik dengan ajaran Islam yang ramah, toleran dan mencerahkan, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan kami.

7 Amalan yang Paling Dicintai Allah SWT

By Saefullah DS On Mar 8, 2018

0

Share

Allah SWT tentunya menyukai setiap amalan-amalan baik yang manusia perbuat. Itu menandakan bahwa manusia tersebut telah beriman juga bertaqwa kepada sang pencipta. Namun ada beberapa amalan manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT.

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda ketika ada seorang laki-laki yang datang padanya dan bertanya: “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling dicintai oleh Allah? Dan apa amalan yang paling dicintai oleh Allah?” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun bersabda:

على يدخله سرور وجل عز الله إلى الأعمال وأحب للناس أنفعهم تعالى الله إلى الناس أحب يطرد أو دينا عنه يقضي أو كربة عنه يكشف أو مسلم عورته الله ستر غضبه كف ومن شهرا ) المدينة مسجد يعني ( المسجد هذا في أعتكف أن من إلي أحب حاجة في أخ مع أمشي ولأن جوعا عنه

رجاء قلبه الله ملأ أمضاه يمضيه أن شاء ولو غيظه كظم ومن حتى حاجة في أخيه مع مشى ومن القيامة يوم تزول يوم قدمه الله أثبت له تتهيأ الأقدام

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk manusia. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada ber-i’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan lamanya. Dan siapa yang menahan marahnya maka Allah akan tutupi auratnya. Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia bisa menumpahkannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan di hari kiamat. Dan barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai ia memenuhi kebutuhannya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya di hari ketika banyak kaki-kaki terpeleset ke api neraka.” (HR. Ath Thabrani 6/139, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2/575).

Berdasarkan hadits di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada tiga amal baik yang sangat Allah cintai.

Pertama, Jadilah Orang yang Bermanfaat

Salah satu amalan yang sangat dicintai Allah SWT adalah menjadi muslim yang bermanfaat bagi muslim lainnya. Ini menunjukan bahwa agama Islam mengajarkan agar kita agar gemar memberikan manfaat kepada orang lain. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda: “tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah” (HR. Bukhari 1429, Muslim 1033).

Kedua, Senangkan Hati Saudaramu

Dalam kutipan hadits di atas, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati saudaramu”.

Ketika melihat saudara kita sedang bersedih, atau sakit, hendaknya kita berusaha gembirakan hatinya juga mengingatkan agar semakin bersabar dengan sakitnya.

Dalam riwayat At Tirmidzi juga Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “barangsiapa yang menghilangkan salah satu kesulitan seorang mukmin maka Allah kelak akan hilangkan salah satu kesulitannya pada hari kiamat”. Siapa di antara kita yang tidak ingin dihilangkan kesulitannya di hari kiamat? Karena kesulitan di hari kiamat lebih dahsyat dan lebih keras. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Manusia berkata: “Kapankah hari kiamat itu (terjadi)?” Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: “Ke manakah tempat melarikan diri?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!”(QS. Al Qiyamah: 7-11).

Ketiga, Beri Makan Orang yang Sedang Kelaparan

Seorang mukmin jangan sampai membiarkan tetangga atau saudaranya merasakan kelaparan. Terkadang karena sikap kurang peduli, banyak orang kaya yang membiarkan tetangga atau saudaranya kelaparan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan kesenjangan sosial dalam bermasyarakat.

Keempat, Bantulah Orang yang Terbelit Hutang

Dahulu, ada seorang laki-laki yang suka berbaik hati memberikan hutangan kepada orang lain. Kemudian ia berkata kepada pelayannya, “wahai pelayan coba kamu lihat, adakah diantara mereka yang sulit membayar hutang? Jika ada bebaskan saja hutangnya”. Maka kata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tentang lelaki ini, pada hari kiamat Allah akan berkata kepadanya, “Aku lebih berhak kepadanya dari engkau, wahai Malaikat bebaskan ia dari api neraka” (HR. Muslim 1560).

Page 222: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Begitu besarnya pahala bagi orang yang suka membebaskan kesulitan saudaranya dari hutang. Bahkan Allah SWT akan membebaskannya dari adzab api neraka pada hari kiamat.

Kelima, Membantu Orang lain Bernilai Pahala Besar

Siapa yang di antara kita yang pernah i’tikaf di masjid Nabawi sebulan lamanya? Mungkin tidak ada. Ternyata, jika kita berjalan bersama saudara yang sedang kesusahan untuk memenuhi kebutuhannya, itu lebih mempunyai pahala yang lebih besar dari i’tikaf di masjid Nabawi. Padahal, kata para ulama, i’tikaf yang paling utama di antaranya di masjid Nabawi. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram” (HR. Bukhari-Muslim).

Hal itu menunjukkan bahwa Islam selalu mengajarkan kepada kita untuk bersikap dermawan dan berjiwa sosial serta selalu memperhatikan keadaan saudara kita.

Keenam, Menahan Amarah

Dalam keadaan marah atau emosi, kita seringkali berbuat sesuatu yang tidak terkontrol, sehingga menjatuhkan martabat pelakunya. Rasululah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia bisa menumpahkannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan di hari kiamat”. Seorang raja yang menahan marah kepada bawahannya padahal ia mampu untuk melakukannya, maka Allah akan panggil dia di hari kiamat dan Allah akan pilihkan bagi dia bidadari-bidadari surga ia inginkan.

Ketujuh, Keutamaan Membantu Orang Lain Hingga Tuntas

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda tentang amalan yang dicintai Allah, “Dan barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai ia memenuhi kebutuhannya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya di hari ketika banyak kaki-kaki terpeleset ke api neraka.” Ini menceritakan bahwa saat melewati jembatan shirath di akhirat, banyak kaki yang tergelincir dan terpeleset ke dalam api neraka. Maka orang yang berjalan bersama saudaranya, membantunya sampai memenuhi kebutuhannya, Allah akan kokohkan kakinya melewati jembatan shirath tersebut sehingga ia tidak tergelincir.

Demikianlah tujuh amalan baik yang paling Allah cintai. Jika ingin dicintai Allah dan selamat di dunia dan akhirat, Hendaknya kita selalu berusaha melakukan amalan baik tersebut. []

Sumber: Muslim.or.id

Inilah Tiga Amalan yang Paling Dicintai Allah SWT, Satu di Antaranya Berbakti Kepada Orangtua

Jumat, 5 Januari 2018 13:20

youtube

Ustad Abdul Somad

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Ustad Abdul Somad dalam tausiahnya mengatakan suatu hari Abdullah bin Mas’ud radliyallahu’anhu bertanya kepada Rasulullah SAW.

Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah? Rasulullah bersabda: Sholat tepat pada waktunya.

Kemudian apalagi? Rasulullah bersabda: Berbuat baik kepada kedua orang tua.

Laki-laki itu bertanya lagi, kemudian apalagi? Rasulullah bersabda: Jihad di jalan Allah. (Hr. Bukhari)

Baca: Ingin Masalah Selesai? Berdoalah Pada Hari Jumat, Waktu Mustajab Untuk Berdoa, Ini Waktu Tepatnya

Page 223: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Kutipan hadits tersebut mengungkapkan Allah SWT menyukai tiga amalan yang dilakukan oleh umatnya.

1. Salat tepat waktu

Ibnu Hajar mengatakan bahwa semua shalat itu berat bagi orang munafik sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,

كسالى وهم إلا الصلاة يأتون ولا

“Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas” (QS. At Taubah: 54). Akan tetapi, shalat ‘Isya dan shalat Shubuh lebih berat bagi orang munafik karena rasa malas yang menyebabkan enggan melakukannya. Karena shalat ‘Isya adalah waktu di mana orang-orang bersitirahat, sedangkan waktu Shubuh adalah waktu nikmatnya tidur. (Fathul Bari, 2: 141).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ولو لأتوهما والصبح العتمة في ما يعلمون ولو حبوا

“Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada shala Isya’ dan shalat Shubuh, tentu mereka akan mendatanginya sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437)

Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ليس ولو لأتوهما فيهما ما يعلمون ولو ، والعشاء الفجر صلاة من المنافقين على أثقل صلاة حبوا

“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657).

2. Berbakti kepada orangtua

Allah Ta’ala berfirman,

ك وقضى اه إلا تعبدوا ألا رب إحسانا وبالوالدين إي

Halaman selanjutnya

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra’: 23)

Dalam beberapa ayat, Allah selalu menggandengkan amalan berbakti pada orang tua dengan mentauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Di antaranya disebutkan dalam ayat,

م ما أتل تعالوا قل كم حر إحسانا وبالوالدين شيئا به تشركوا ألا عليكم رب

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa.” (QS. Al-An’am: 151)

Allah mengingatkan bagaimanakah jasa orang tua terutama ibu dalam membesarkan kita,

أن أوزعني رب قال سنة أربعين وبلغ أشده بلغ إذا حتى شهرا ثلاثون وفصاله وحمله كرها ووضعته كرها أمه حملته إحسانا بوالديه الإنسان ووصيناتي نعمتك أشكر تي في لي وأصلح ترضاه صالحا أعمل وأن والدي وعلى علي أنعمت ال ي ي ذر ي إليك تبت إن المسلمين من وإن

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” (QS. Al-Ahqaf: 15)

3. Jihad di Jalan Allah SWT

Perintah untuk jihad jelas difirmankan Allah dalam surah Al-Hajj ayat ke 78, “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.”

Tidak mudah bagi seorang manusia merelakan sebagian yang ia miliki untuk diberikan pada jalan Allah, maka dengan itu ianya menjadi salah satu amalan yang dicintai oleh Allah.

Bahkan para syuhada jelas dijamin surganya kelak di akhirat seperti dilansir hijazz.id.

Banyak Bicara, Banyak Bertanya dan Menghamburkan Harta

Ada tiga hal yang Allah ridhai dan tiga hal yang Allah benci. Kali ini kita kaji tiga hal yang Allah benci: banyak bicara, banyak bertanya, dan menghamburkan harta.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Page 224: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

ه إن تعبدوه أن لكم فيرضى ثلاثا لكم ويكره ثلاثا لكم يرضى الل ه بحبل تعتصموا وأن شيئا به تشركوا ولا جميعا الل قوا ولا وقال قيل لكم ويكره تفرؤال وكثرة المال وإضاعة الس

“Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal dan membenci tiga hal bagi kalian. Dia meridhai kalian untuk menyembah-Nya, dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, serta berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah dan tidak berpecah belah. Dia pun membenci tiga hal bagi kalian, menceritakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya, dan membuang-buang harta.” (HR. Muslim no. 1715)

Ada tiga hal yang Allah benci sebagaimana dalam hadits:

Qila wa qaal. Banyak bertanya. Menghamburkan harta.

Qila wa Qaal

Maksudnya adalah perkataan yang tidak ada manfaat. Ini yang sering jadi bahan pembicaraan di warung kopi. Katanya ada berita seperti ini dan seperti itu. Namun asal usulnya tidak jelas.

Sebagaimana dinukil dari Ibnu Battol, Imam Malik berkata,

من الإكثار وهو اس قول نحو والإرجاف، الكلام فيما والخوض كذا، ومنع كذا فلان أعطى: الن يعنى لا

“Banyak bicara dan menyebar berita yang membuat orang ketakutan. Seperti dengan mengatakan, “Si fulan memberi ini dan tidak mendapat ini.” Begitu pula maksudnya adalah menceburkan diri dalam sesuatu yang tidak manfaat.” (Syarh Ibn Battol, 12: 48)

Ibnu Hajar mengatakan bahwa yang dimaksud adalah,

عنه حكايته يكره مما كذا عنه وقيل كذا فلان قال يقال كما عنها والبحث الناس أقاويل حكاية

“Menceritakan perkataan orang banyak, lalu membahasnya. Juga bisa dikatakan seperti seseorang berkata bahwa si fulan berkata seperti ini atau seperti itu dan sebenarnya hal itu tidak disukai sebagai bahan cerita.” (Fath Al-Bari, 11: 306-307)

Imam Nawawi menyatakan,

فاتهم أحوالهم من يعني لا ما وحكايات ، الناس أخبار في الخوض وتصر

“Yang dimaksud adalah menceburkan diri dalam berita-berita yang dibicarakan orang, dalam hal yang tidak manfaat yang membicarakan aktivitas atau gerak-gerik orang lain.” (Syarh Shahih Muslim, 12: 11)

Larangan ini sama dengan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meninggalkan hal yang diharamkan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

حسن من ما تركه المرء إسلام يعنيه لا

“Di antara tanda kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Majah no. 3976. Imam Nawawi menghasankan hadits ini dalam Al-Arba’in An-Nawawiyah)

Banyak Bertanya

Yang dimaksud adalah banyak bertanya pada sesuatu yang tidak terjadi atau sesuatu yang tidak dibutuhkan.

Juga bisa bermakna, sual yang dimaksud dalam hadits adalah meminta-minta atau mengemis. Sehingga maknanya adalah dilarang meminta-minta atau mengemis harta orang lain. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 12: 11)

Perlu diketahui bahwa profesi pengemis benar-benar dicela dalam berbagai hadits.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

جل يزال ما اس يسأل الر مزعة وجهه فى ليس القيامة يوم يأتى حتى الن لحم

“Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.” (HR. Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1040)

Dari Hubsyi bin Junadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ما فقر غير من سأل من الجمر يأكل فكأن

Page 225: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan bara api.” (HR. Ahmad 4: 165. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lain)

Dari Samurah bin Jundub, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المسألة كد جل بها يكد جل يسأل أن إلا وجهه الر لا أمر في أو سلطانا الر منه بد

“Meminta-minta adalah seperti seseorang mencakar wajahnya sendiri kecuali jika ia meminta-minta pada penguasa atau pada perkara yang benar-benar ia butuh.” (HR. An-Nasa’i no. 2600, Tirmidzi no. 681, dan Ahmad 5: 19. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Intinya, sebagaimana kata Imam Al-Qurthubi yang dimaksud dengan kats-ratu as-sual adalah:

Banyak mengemis harta. Banyak bertanya masalah fikih pada hal yang belum terjadi. Dulu para ulama tidak menyukai hal ini dan mereka menganggap hal

itu menyusah-nyusahkan diri. Banyak bertanya yang tidak manfaat mengenai keadaan orang lain yang tujuannya hanya ingin mengorek aib orang lain dan

menelusuri kejelekannya.

Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa seluruh makna tersebut bisa dipakai. (Al-Mufhim li Maa Asykala min Talkhis Kitab Muslim, 5: 164, dinukil dari Kunuz Riyadh Ash-Shalihin, 21: 132)

Menghamburkan Harta

Allah Ta’ala berfirman,

ه تسرفوا ولا واشربوا وكلوا المسرفين يحب لا إن

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)

Yang dimaksud dengan idha’ah al-maal (menghamburkan harta) adalah menyalurkan harta bukan pada jalan yang syar’i dan tujuannya adalah untuk memusnahkan harta. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 12: 11)

Menghamburkan harta dilarang baik pada harta yang jumlahnya sedikit atau banyak. Karena harta disebut maal, maksudnya adalah sesuatu yang dimiliki. Jika yang dimiliki adalah sesuatu yang nilainya hanya satu dirham, maka tidak boleh dibuang begitu saja di tengah lautan. Menghamburkan seperti itu diharamkan.

Termasuk pula dalam idha’atul adalah jika harta semacam itu dilarang disalurkan untuk jalan kebaikan, atau malah disalurkan untuk maksiat pada Allah. Hal semacam ini tidak ada khilaf (selisih pendapat) di kalangan para ulama. (Demikian perkataan Imam Al-Qurthubi dalam Al-Mufhim li Maa Asykala min Talkhis Kitab Muslim, 5: 164, dinukil dari Kunuz Riyadh Ash-Shalihin, 21: 134)

Sifat Berlebih-lebihan dan Menyia-nyiakan Nikmat

dimasmis | Thursday, March 29, 2012

Di antara gejala-gejala Taraf (kemewahan) ialah Israf (berlebih-lebihan). Israf artinya berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta serta menghambur-hamburkannya untuk hal-hal yang tak perlu, sehingga menghalang-halangi orang yang berhak memakainya. Sebagai akibat dari perbuatan ini, maka kemelaratan dan kemiskinan akan melanda golongan orang-orang yang hidup sederhana, terutama rakyat jelata yang berpenghasilan kecil. Dari meratanya kemiskinan ini akan timbul rasa dengki dan iri hati dari kalangan rakyat jelata terhadap orang-orang kaya, sehingga segala bentuk kejahatan tumbuh subur.

Islam berpandangan bahwa harta kekayaan yang dimiliki setiap individu adalah milik masyarakat. Karena pada asalnya harta tersebut adalah milik Allah, kemudian dititipkan kepada manusia, agar dimanfaatkan olehnya dan oleh orang-orang yang berada di sekitarnya untuk tujuan kebajikan.

Hal inilah yang telah dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam ayat-ayat berikut : “Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu”. (Q.S. 24 : 33). “Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya”. (Q.S. 57 : 7).

Berlebih-lebihannya orang kaya dalam membelanjakan harta serta menghambur-hamburkan uangnya untuk hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama, berarti merusak keadaan masyarakat secara keseluruhan. Karena harta adalah tulang punggung bagi masyarakat dan sumber kekuatan mereka. Dengan harta, bisa didirikan pabrik-pabrik yang mampu menampung tenaga kerja. Dengan harta, tanah bisa digarap untuk pertanian. Dengan harta suatu bangsa dapat memperoleh guna melindungi mereka, dan lain sebagainya yang bisa meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Page 226: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Oleh karena itu, Islam memerintahkan agar para penguasa mengawasi cara pembelanjaan rakyat, jangan sampai menghambur-hamburkan uang yang akan mengakibatkan kesengsaraan masyarakat. Allah mensifati orang yang suka menghambur-hamburkan hartanya sebagai orang yang safih(idiot); di samping kekayaannya harus diatur sedemikian rupa.

Allah telah berfirman : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”. (QS. 4 : 5).

Kesimpulan ayat tersebut mengandung dua pengertian. Pertama harta orang yang belum sempurna akalnya ialah harta umat. Yang kedua harta tersebut tidak boleh diserahkan kepadanya seluruhnya dan pembelanjaannya harus diatur.

Gejala berlebih-lebihan ini sekarang sudah menjadi model bagi segenap lapisan masyarakat yang terdiri dari golongan orang-orang kaya atau orang-orang kelas menengah.

Dalam kelas tinggi, kejadian penghambur-hamburan ini sering kita baca di harian-harian. Salah satu di antaranya ialah apa yang diceritakan oleh Harian ‘An-Nahar’ Lebanon tanggal 31-12-1974 yang isi beritanya sebagai berikut :

“Seorang lelaki yang memakai setelan jas warna gelap mengalami kekalahan judi sebanyak sejuta dollar selama semalam. Dan tiga orang lainnya mengalami kekalahan pula sebanyak lebih dari tiga orang lainnya mengalami kekalahan pula sebanyak lebih dari sejuta dollar dalam masa lima hari. Selain kekalahan yang mereka derita mereka juga membelanjakan uangnya secara berhamburan. Mereka itu adalah orang-orang kaya Arab. Morris Jeffer, direktur kasino Hotel Grand memberi komentar, bahwa selama dua belas tahun sejak berdirinya kasino ini, saya sering kali melihat orang-orang yang menghambur-hamburkan uang mereka di tempat ini. Tetapi, tak ada seorang pun di antara mereka yang seperti orang-orang Arab dalam hal berjudi dan menghambur-hamburkan uang”.

Apabila kami terangkan kasus-kasus yang menyangkut seluk beluk orang kaya Arab, maka ceritanya akan berkepanjangan. Kami kira hal ini tidak usah diterangkan secara panjang lebar karena semua orang sudah memakluminya.

Dalam golongan kelas menengah, gejala penghamburan ini sudah merata pula. Kebanyakan harta mereka dibelanjakan untuk membeli peralatan rumah tangga yang harganya amat mahal, karena kemampuan mereka terbatas terpaksa membelinya dengan cara kredit. Kehidupan masa sekarang telah dipenuhi dengan berbagai macam kemewahan. Akibatnya ialah uang dihambur-hamburkan untuk membeli hal-hal yang tidak perlu. Setiap pemuda sekarang yang hendak melangsungkan perkawinan dibebani syarat-syarat berat dari pihak orang tua calon istri. Sedangkan ia tidak mampu untuk memenuhi permintaannya itu. Dan ibu-ibu rumah tangga, sekarang banyak yang meminta hal-hal di luar kemampuan suami karena terpengaruh oleh tetangga-tetangganya atau memang atas keinginan mereka sendiri. Sehingga timbullah problema-problema sosial. Hal ini terjadi di kala sang suami terpaksa harus menempuh cara lain agar bisa memenuhi permintaan seperti berjudi, menyuap atau terkadang korupsi. Tentu saja hal ini akan menyebabkan rusaknya masyarakat, dan bisa menyeret pelakunya ke meja pengadilan atau diusir dari pekerjaannya.

Mengingat akibat-akibatnya yang membahayakan, maka Islam melarang berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan harta di jalan yang tak perlu sekali.

Allah telah berfirman : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. 7 : 31).

Rasulullah bersabda :

)البخارى رواه (السؤال وكثرة المال وإضاعة, وقال قيل : ثلاثا لكم كره الله ان

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai kalian dalam tiga hal : omong kosong, menghambur-hamburkan harta dan banyak bertanya”( Hadits riwayat Bukhari).

Islam pun menganggap terlalu boros adalah perbuatan yang berdosa karena akan mengakibatkan ingkar terhadap nikmat Allah, Allah telah berfirman :

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan dan syetan itu adalah sangat ingkar terhadap Tuhannya”. (QS. 17 : 27).

Page 227: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang suka menghambur-hamburkan harta adalah saudara syetan. Karena perbuatan memboroskan harta itu adalah ciri khas perbuatan syetan. Oleh karena syetan juga ingkar terhadap Tuhannya, maka orang-orang yang meniru perbuatannya termasuk salah satu di antara mereka. Ayat tadi merupakan kecaman terhadap perbuatan menghambur-hamburkan uang.

Adab Terhadap Orang Tua

Written By Tim Redaksi on Rabu, April 22, 2009 | 4/22/2009Ulasan Kajian Akhlak

Kamis, 02 April 2009

Pukul 18.00

--Hadits pertama--

á ه رسول عن عنه الله رضي سعيد بن المغيرة وعن ه إن: ( قال وسلم عليه الله صلى الل م الل , الأمهات عقوق عليكم حر ,وهات ومنعا, البنات ووأد ؤال وكثرة, وقال قيل لكم وكره فق )المال وإضاعة الس عليه مت

Artinya :

Dari Al-Mughirah Ibnu Syu'bah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menahan dan menuntut; dan Dia tidak suka kalian banyak bicara, banyak bertanya, dan menghambur-hamburkan harta." Muttafaq Alaihi.

Keterangan hadits :

Didalam hadits ini, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyampaikan apa-apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, yaitu :

1. Menyakiti Ibu Dikhususkan kepada ibu, dengan dua alasan :

a. Karena ibu adalah wanita dan wanita itu lemah

b. Kemudian besarnya hak dari seorang ibu.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat Luqman ayat yang ke-14, yang artinya : “…dan bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang tuamu dan hanya kepadakulah engkau akan kembali”

Dalam surat ini Allah Subhanahu wa ta’ala mensejajarkan hak diri-Nya dengan hak kedua orang tua. Hal ini menunjukan betapa besar hak kedua orang tua, terutama ibu.

Sebagaiman hadits :

Bahaz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbuat kebaikan?. Beliau bersabda: "Ibumu." Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: "Ibumu." Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: "Ibumu." Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: "Ayahmu, lalu yang lebih dekat, kemudian yang lebih dekat." Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits hasan menurut Tirmidzi.

Didalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan juga Imam Muslim Rosullulah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam juga menyampaikan :

Dari Abi Bakrah, bahwasannya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “ Tidaklah aku ingin kabarkan kepadamu tentang dosa-dosa besar, yang pertama, yaitu menyekutukan Alloh dan yang kedua yaitu menyakiti kedua orang tua”

Page 228: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

2. Mengubur anak wanita hidup-hidup.

Hal ini merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sebagian orang arab pada waktu itu. Mereka melakukan hal tersebut karana rasa malu dan takut akan kemiskinan.

3. Menahan segala sesuatu yang wajib untuk ditunaikan.

Menahan disini bisa berarti menahan masalah harta, ucapan (nasihat) maupun dalam masalah perbuatan.

4. Kilaa wa kolaa (katanya)

Dalam hal ini kilaa wa kolaa berarti menyampaikan sebuah berita tapi sumber dari berita yang disampaikan tidak jelas, hanya sekedar dari kata-kata orang lain saja.

5. Banyak meminta atau bertanya

Meminta, dalam hal ini yang dibenci oleh Allah adalah banyak meminta dalam masalah harta atau terlalu banyak meminta bantuan terhadap orang lain sehingga banyak bergantung kepada orang lain yang menyebabkan ketergantungan kepada Allah menjadi kecil.

Bertanya, dalam hal ini yang dibenci oleh Allah, adalah banyak bertanya dengan hal-hal yang belum terjadi. Seperti dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalahm surat Al Maidah ayat 51, yang artinya : “wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian terlalu banyak bertanya, jika itu dijelaskan kepada kalian maka hal itu akan memberatkan diri kalian sendiri”

Dan sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Sa’ad bin Abi Waqos, bahwasannya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “ orang yang paling besar kejahatannya kepada kaum muslimin yaitu orang yang bertanya tentang sesuatu padahal hal tersebut tidak diharamkan, kemudian hal tersebut diharamkan karena pertanyaannya tersebut”

6. Menyia-nyiakan harta

Yang dimaksud menyia-nyiakanharta disini adalah membelanjakan harta baik yang bersifat duniawiah atau diniah yang tidak diperbolehkan dalam masalah syari. Seperti firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat Al Israa ayat yang ke 27, yang artinya : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkat kepada Tuhannya”

Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa membimbing kita untuk senantiasa istiqomah menjalankan syariat-syariat-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Wallohua‘lam bisawwab [ ]

Tiga Amal Saleh yang Paling Dicintai Allah

Penulis

Neneng Maghfiro

-

23 November 2018

4

11993

Page 229: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

BincangSyariah.Com – Banyak riwayat hadis tentang fadhail amal yang menjelaskan tentang amalan yang paling dicintai Allah. Namun para ulama hadis berkata bahwa jawaban Rasulullah dalam hadis-hadis tersebut disesuaikan dengan sang penanya.

Dalam hadis yang akan dibahas kali ini sang penanya adalah Abdullah Ibnu Mas’ud, beliau adalah simbol ketakwaan, kehati-hatian dan kesucian diri. Kepada sahabat yang menjadi salah satu dari empat sahabat penjaga Alquran ini, apa jawaban Nabi tentang amal yang paling dicintai Allah kepada beliau?

Dalam riwayat berikut dikatakan

”,وقتها على الصلاة: “قال الله؟ إلى أحب العمل أي وسلم عليه الله صلى النبي سألت: قال عنه الله رضي مسعود بن الله عبد عن”,الله سبيل في الجهاد: “قال أي؟ ثم: قلت”, الوالدين بر: “قال أي؟ ثم: قلت

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud ra berkata, ‘Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Saw tentang amalan yang paling disukai Allah Swt? beliau menjawab, Shalat pada waktunya. Kemudian apa? Kataku, beliau menjawab, “berbuat baik kepada kedua orangtua”. Kemudian apa? Kataku lagi. Beliau menjawab, “jihad fi sabilillah”. (HR. Bukhari&Muslim)

Amalan-amalan yang dibahas dalam hadis ini adalah khusus tentang amal badaniyah atau yang dikerjakan anggota badan kita dan terlihat secara kasat mata. Sebab amalan hati yang paling disukai Allah tentu adalah iman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya.

Ibnu Daqiq al-‘Id menjelaskan dalam kitab Ihkamu al-Ahkam mengenai makna tentang tiga amalan yang paling disukai Allah Swt dalam hadis ini.

Amalan pertama yang sangat dicintai Allah adalah Shalat. Berdasarkan hadis ini para ahli Fiqih mengatakan bahwa ibadah yang paling utama adalah shalat.

Maksud Shalat pada waktunya bukan mengacu pada ketentuan awal waktu atau akhir waktu shalat. Akan tetapi yang ditekankan adalah menjaga agar jangan sampai shalat di luar waktunya dan jangan sampai meninggalkannya. Sebab Shalat merupakan amalan pertama yang akan dipertanyakan pertanggungjawabannya di padang mahsyar.

Baca Juga : Meninggal dalam Keadaan Punya Utang Puasa Ramadhan, Apakah Ahli Waris Harus Mengqadhanya?

Namun pendapat lain mengatakan bahwa maksud shalat ‘ala waqtiha adalah menyegerakan shalat di awal waktu sebab shalat di awal waktu memiliki keutamaan tersendiri bagi yang mengerjakannya.

Amalan kedua yang paling dicintai Allah adalah berbakti kepada kedua orangtua. Dalam riwayat lain pernah kita dengar ada seorang sahabat yang ingin berjihad tapi dicegah oleh Rasulullah karena ia memiliki orangtua yang perlu dia jaga.

Pada hadis ini Rasul secara langsung menyebutkan berbakti kepada orangtua sebelum jihad itu adalah pertanda betapa agungnya martabat orangtua, sehingga menyakitinya tidak diragukan lagi merupakan dosa besar.

Amalan ketiga adalah jihad di jalan Allah. Kedudukan jihad dalam agama islam sangat agung, namun sayang banyak yang salah mempersepsikan makna jihad. Menurut Imam Ibnu Daqiq, jihad lebih utama dibandingkan amal lainnya sebab jihad adalah wasilah atau perantara yang dengannya akan tercapai tujuan mulia. Jadi jihad menjadi sesuatu amalan yang agung jika hal yang dituju sejalan dengan nilai-nilai yang diajarankan dalam Islam.

Ini Amalan yang Paling Dicintai Allah

Miftahuzzakiyah

20 Oktober 2018 12364

Share Tweet

Menjadi seorang hamba yang dicintai Allah SWT adalah dambaan semua muslim. Belajar mendalami ilmu agama, ilmu pendidikan, ilmu sosial, mengerjakan sunnah Nabi SAW dan memperbaiki akhlak. Berbagai usaha kebaikan tersebut dilakukan dengan niat Allah ridha dan menerima amal baik kita. Sehingga menjadi hamba pilihan Allah SWT.

Beberapa Hadis menjelaskan perihal amalan-amalan yang paling dicintai Allah SWT. Namun, perlu kita ketahui satu Hadis ini yang memuat amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT. Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda:

ه إلى الاعمال احب قل وإن ادومها تعالى الل

“Amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah amalan yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun hanya sedikit” (HR. Muslim)

Page 230: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Misalnya, membiasakan untuk melakukan salat dhuha setiap hari, walaupun hanya dua raka’at. Salat dhuha dapat dilakukan sampai delapan raka’at, namun akan menjadi lebih dicintai oleh Allah SWT jika dilakukan setiap hari walaupun hanya dengan dua raka’at, daripada delapan raka’at salat duha yang dikerjakan dengan tidak dawwam (tidak setiap hari).

Amalan yang sedikit dan dikerjakan secara terus-menerus (istiqomah) akan menjadi amalan rutinitas yang dibiasakan. Bahkan, jika seorang hamba tidak mengerjakan amalan rutinitas tersebut hatinya menolak, gundah dan terasa ada yang kurang. Ilat atau sebab dicintainya amalan sedikit yang dilakukan secara terus-menerus ini adalah dari segi istiqomahnya. Karena jumlah yang sedikit kemudian dikumpulkan setiap hari maka akan menjadi menumpuk. Berbeda halnya dengan jumlah yang banyak namun jarang dikumpulkan.

Jika dilihat berdasarkan macam atau jenis amalan (nau’), maka amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah amalan yang wajib daripada yang sunnah. Sedangkan, dalam hal ini dilihat dari aspek sifatnya, karakteristiknya. Dalam suatu riwayat menarasikan kisah Zainab, salah satu istri Nabi SAW, yang memanjangkan tali di antara dua tiang untuk menjadi sandaran saat bangun malam, jika lelah maka tali itu menjadi tempat untuk istirahat bersandar sebentar. Hal tersebut dilakukan supaya selalu terbangun untuk melaksanakan salat malam setiap hari. Kemudian Rasulullah SAW menanggapinya dengan bersabda bahwa amalan yang dilakukan secara terus-menerus dan dibiasakan maka akan lebih dicintai oleh Allah SWT daripada amalan baik yang dilakukan menunggu waktu-waktu tertentu kemudian ditinggalkan dan tidak dilakukan lagi di waktu berikutnya.

Beberapa ulama berpendapat terkait Hadis di atas bahwa seorang hamba yang melakukan suatu amalan, kemudian ia meninggalkan amalan tersebut, artinya tidak dikerjakan lagi maka hal tersebut bagaikan seseorang yang datang hanya untuk pergi. Ulama juga menambahkan bahwa hal semacam itu seperti orang yang hapal al-Qur’an kemudian ia lupa maka baginya peringatan besar. Terlihat sepele, namun memiliki dampak yang besar.

Rasulullah SAW menekankan hal ini dengan bersabda “Wahai manusia, kerjakanlah amalan yang kamu mampu lakukan, karena sesungguhnya Allah SWT tidak akan bosan sampai kamu merasa bosan, dan ketahuilah bahwa amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah amalan yang dikerjakan secara dawwam (terus-menerus) walaupun hanya sedikit”. Sayyidah Aisyah juga pernah ditanya oleh sahabat “Apakah Rasulullah SAW memiliki hari-hari tertentu untuk mengerjakan amal salih?” Sayyidah Aisyah menjawab, “Tidak, amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW semuanya dikerjakan secara dawwam.

Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa keluarga Rasulullah SAW selalu melakukan amalan dan menjadikan amalan tersebut sebagai amalan rutinitas (mendawwamkan amalan). Oleh sebab itu, mari bersama-sama dekatkan hati, diri dan jiwa ini kepada Pemilik alam semesta dengan menta’ati Allah SWT dan meneladani apa yang dikerjakan dan dicontohkan oleh Rasul-Nya.

Mulai untuk mengerjakan amalan baik secara terus-menerus, istiqomah, walaupun hanya sedikit. Seperti menjadwalkan untuk selalu salat malam, witir, dhuha, membaca al-Qur’an, bersedekah, mengerjakan salat sunnah rawatib dengan rutin, setiap harinya. Selain itu, mencoba membiasakan untuk salat tepat waktu dan berpuasa sunnah. Sehingga jiwa kita akan merasa selalu membutuhkan kedekatan dengan Allah SWT dan menjadikan dunia sebagai lahan menanam amal baik sebanyak-banyaknya sebagai bekal perjalanan ke akhirat. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat rahmat Allah SWT.

Islami.co dihidupi oleh jaringan penulis dan tim editor yang butuh dukungan untuk bisa menulis secara rutin. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan artikel atau video yang mengedukasi publik dengan ajaran Islam yang ramah, toleran dan mencerahkan, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan kami.

Golongan yang Dicintai Allah dalam Alquran

Alquran merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada manusia sebagai petunjuk jalan menuju kebenaran. Tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya, begitu pula tidak ada pertentangan sedikit pun di sana. Barang siapa yang mendalaminya dan mengamalkannya akan beruntung dan barang siapa yang menjauhinya akan celaka. Keberuntungan itu diperoleh karena terdapat penjelasan yang gamblang tentang golongan mana saja yang akan dirahmati dan golongan yang dilaknati. Terlebih, saat ini adalah bulan Ramadan, bulan diturunkannya Alquran.

Salah satu penjelasan Alquran yang terpenting adalah mengenai golongan yang dicintai Allah. Golongan yang dicintai Allah ini adalah golongan yang beruntung di dunia dan akhirat. Merekalah yang akan mendapatkan pertolongan dari segala kesulitan, kabar gembira dan segala kesedihan, keamanan dari segala ketakutan dan kepastian dari setiap keraguan.

Siapakah mereka? Mari kita kupas satu per satu.

Pertama, orang yang bersabar. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153 yang artinya,"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Allah mencintai orang yang bersabar, karena merekalah yang membuktikan cinta dan pengorbanan yang tulus untuk Allah ta’ala. Mereka pulalah orang yang lulus dari segala ujian yang mengadang. Allah berfirman,“Allah mencintai orang yang bersabar, karena merekalah yang membuktikan cinta dan pengorbanan yang tulus untuk Allah ta’ala, mereka pulalah orang yang lulus dari segala ujian yang mengadang.”

Tidak mudah untuk lulus dari segala cobaan dan ujian keimanan yang Allah syaratkan. Tak heran jika mereka yang lulus adalah mereka yang dicintai oleh Allah SWT. Lalu bagaimanakah kita bisa mencapai level kesabaran ini?

Ketahuilah bahwa kesabaran adalah bagaikan lautan tak bertepi, sungai tak berujung. Maka, jika ada orang yang mengatakan kesabaran saya sudah habis, maka itulah batas kesabaran yang dia ciptakan sendiri. Atau ada yang mengatakan, saya sudah bersabar, dan kesabaran itu ada batasnya. Orang itu keliru, karena ujung kesabaran itu tidak akan pernah ada hingga kita sendiri yang menciptakannya.

Golongan yang kedua adalah orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman yang artinya,“…Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertakwa.” (QS Attaubah : 07)

Alquran memberikan definisi yang jelas tentang ciri mereka, yaitu mereka yang beriman dengan yang gaib, mendirikan salat, beriman terhadap agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab sebelumnya, menginfakkan sebagian harta mereka serta

Page 231: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

meyakini akan adanya hari kiamat, seperti yang didefinisikan di QS Al-Baqarah ayat 3 dan 4. Itulah ciri-ciri orang yang bertakwa yang dicintai oleh Allah SWT.

Golongan yang ketiga adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesuai firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 13 yang artinya,“…Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Orang yang berbuat baik adalah golongan yang dicintai oleh Allah. Dalam ayat itu disebutkan bahwa memaafkan, termasuk perbuatan baik yang dicintai Allah SWT. At-Tabari di dalam kitabnya menjelaskan perbuatan baik adalah mereka yang menjaga diri dari terjerumus ke dalam larangan-larangan Allah dan berupaya sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik dalam menjalankan perintah-perintahNya, menegakkan kewajiban terhadapNya.

Perbuatan baik sendiri tidak terbatas pada ibadah-ibadah mahdah, akan tetapi banyak sekali kebaikan yang bisa dilakukan oleh seorang hamba yang mengharapkan ridhaNya. Karena, setiap gerak dan langkah seseorang bisa bernilai kebaikan jika diniatkan untuk jalan Allah dan percaya bahwa Allah mengawasinya setiap saat.

Contoh kecil adalah menyingkirkan paku di jalan, perbuatan ini sangat mulia karena menyelamatkan orang dari kemungkinan tertusuk atau terluka dan masih banyak lagi kebaikan-kebaikan yang lainnya. Bukankah diperintahkahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan? Maka, mari kita sama-sama niatkan segala gerak-gerik kita untuk ibadah kepadaNya, sehingga Allah sayang dan cinta kepada kita.

Seiring sejalan dengan amal kebaikan kita yang kita persembahkan, hiasilah hidup kita dengan ketakwaan paripurna dalam menjalankan syariatNya dengan dibingkai unsur-unsur kesabaran dalam menjalani segala ujian yang diberikan. Semoga Allah menganugerahi kita sifat-sifat orang yang bertakwa, sesuai tujuan dalam berpuasa yang sebenarnya, yaitu meraih predikat takwa. Wallahu a’lam bisshowab.

9 Golongan yang Dicintai Allah dalam Al-Qur’an

Dalam urusan cinta kepada sesama manusia, kadang saat seseorang itu mencintai, ada yang dibalas dengan cinta namun ada pula yang menjadi cinta sepihak yaitu bertepuk sebelah tangan.

Namun saat mencintai sang Maha Cinta , Allah Swt. Maka cinta tersebut tidak akan ditolak. Pun saat berharap hanya kepada – Nya , maka inilah hal paling tepat untuk dilakukan.

Alangkah indahnya saat kita merasakan manis nya mencintai dan dicintai Allah Swt. Semua yang dilalui akan terasa nikmat dan berwarna.

Jadi , sekarang waktu yang tepat berusaha menjadi orang-orang yang dicintai Allah Swt.

Didalam Al Qur’an telah dijelaskan beberapa golongan yang dicintai oleh Allah. Siapa sajakah, diantaranya sebagai berikut :

1. At-Tawwabin(Orang-orang yang bertaubat)

Tempatnya salah dan lupa , itulah manusia. Dan Allah akan tetap cinta terhadap manusia yang berbuat salah, asalkan mereka mau bertaubat. Menyesali dan meminta diampunkan segala dosa yang telah diperbuat.

ساء فاعتزلوا أذى هو قل المحيض عن ويسألونك ى تقربوهن ولا المحيض في الن ه أمركم حيث من فأتوهن تطهرن فإذا يطهرن حت الله إن الل ابين يحب رين ويحب التو المتطه

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Al Baqarah:222)

2. Al-Mutathahhirin(Orang-orang yang menyucikan diri atau berwudhu)

Kebersihan sebagian dari iman. Manusia dikatakan beriman ketika memiliki salah satunya hati yang bersih. Dalam islam untuk masalah kebersihan sangat diperhatikan, buktinya saja saat kita akan menjalankan ibadah, shalat misalnya. kita diwajibkan untuk bersih badanm pakaian dan tempat.

ه إن وابين يحب الل المتطهرين ويحب الت

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.(QS. Al Baqarah:222)

3. Al-Muqsithin(Orang-orang yang adil)

Sulit sekali untuk bersikap adil. Oleh karena itu Allah menghargai manusia yang mampu berbuat adil.

الون للكذب سماعون حت أك وك فلن عنهم تعرض وإن عنهم أعرض أو بينهم فاحكم جاءوك فإن للس بينهم فاحكم حكمت وإن شيئا يضر المقسطين يحب الله إن بالقسط

Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.(QS. Al Maidah:42)

Baca juga :

Page 232: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Karena Hanya Kepada-Nya

Yuk Bentuk Kebiasaan Baik

4. Al-Muttaqin(Orang-orang yang bertaqwa)

Allah akan memuliakan hambanya yang bertakwa, yaitu orang-orang yang selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

قى بعهده أوفى من بلى ه فإن وات قين يحب الل المت

(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.(QS. Ali Imran :76)

5. Al-Muhsinin(Orang-orang yang berbuat kebaikan)

Allah mencintai hambanya yang senantiasa berbuat baik kepada siapa saja, baik kepada sesama muslim, non muslim maupun baik kepada makhluk lain binatang misalnya.

ذين اء في ينفقون ال ر اء الس اس عن والعافين الغيظ والكاظمين والضر ه الن المحسنين يحب والل

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. Ali Imran:134)

6. Orang-orang yang bertawakal

ه من رحمة فبما ل عزمت فإذا الأمر في وشاورهم لهم واستغفر عنهم فاعف حولك من لانفضوا القلب غليظ فظا كنت ولو لهم لنت الل على فتوك ه ه إن الل لين يحب الل المتوك

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS. Ali Imran:159)

7. Ash-Shabirin(Orang-orang yang sabar)

ن ون معه قاتل نبي من وكأي ي ه سبيل في أصابهم لما وهنوا فما كثير رب ه استكانوا وما ضعفوا وما الل الصابرين يحب والل

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.(QS. Ali Imran:146)

8. Al-Mujahidin(Orang-orang yang berjihad dijalan Allah)

ه إن ذين يحب الل هم صفا سبيله في يقاتلون ال مرصوص بنيان كأن

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.(QS. Ash-Shaff:4)

9. Orang-orang yang mengikuti Rasulullah

ون كنتم إن قل ه تحب بعوني الل ه يحببكم فات ه ذنوبكم لكم ويغفر الل رحيم غفور والل

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Ali Imran:31)

Sumber :

Delapan Manusia yang Dicintai Allah dalam Al-Qur’an

Read more http://wahdahjakarta.com/delapan-manusia-yang-dicintai-allah-dalam-al-quran/

Page 233: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Delapan Manusia yang Dicintai Allah dalam Al-Qur’an

Diantara sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Al-Mahabbah (cinta), yakni Allah mencintai hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa serta perbuatan dan amal shaleh yang dilakukan hamba-hamba-Nya. Dalam ayat Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang mengabarkan tentang orang-orang yang dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Tulisan ini menerangkan tentang delapan golongan manusia yang dicintai oleh Allah Ta’ala sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an.

Pertama, Al-Muhsinun (Orang-orang yang Berbuat Baik)

Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik , sebagaimana diterangkan dalam lima ayat, yakni Surat Al-Baqarah ayat 196, Surat Ali Imran ayat 134 dan ayat 148, serta Surat Al-Maidah ayat 13 dan 93;

ه إن وأحسنوا ٢:١٩٥ [المحسنين يحب الل

“dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (Qs. Al-Baqarah:195).

ه ٣:١٣٤ [المحسنين يحب والل

Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs. Ali Imran:134).

ه فآتاهم ه الآخرة ثواب وحسن الدنيا ثواب الل ٣:١٤٨ [المحسنين يحب والل

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Qs. Ali Imran:148).

Kedua, At-Tawwabun (Orang-orang yang Bertaubat), sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 222;

ه إن ابين يحب الل ٢:٢٢٢ [المتطهرين ويحب التو

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Qs. Al-Baqarah:222).

Ketiga, Al-Mutathahhirun (Orang-orang yang Senantiasa Bersuci)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 222;

ساء فاعتزلوا أذى هو قل المحيض عن ويسألونك ى تقربوهن ولا المحيض في الن ه أمركم حيث من فأتوهن تطهرن فإذا يطهرن حت ه إن الل الل وابين يحب ]٢:٢٢٢ [المتطهرين ويحب الت

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Qs. Al-Baqarah:222).

Kempat, Al-Muttaqun (Orang-orang Bertaqwa), Sebagaimana diterangkan dalam surat Ali Imran ayat 76 dan At-Taubah ayat 4 dan 7;

قى بعهده أوفى من بلى ه فإن وات قين يحب الل ]٣:٧٦ [المت

(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (Qs. Ali Imran:76)

ه إن قين يحب الل ]٩:٤ [المت

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”. (Qs. At-Taubah:4).

للمشركين يكون كيف عهد ه عند الل ذين إلا رسوله وعند عاهدتم ال المسجد عند ه إن لهم فاستقيموا لكم استقاموا فما الحرام قين يحب الل [المت٩:٧

“Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa’’. (Qs. At-Taubah:7).

Kelima, Ash-Shabirun (Orang-orang yang Bersabar), Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 146;

Page 234: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

ن ون معه قاتل نبي من وكأي ي ه سبيل في أصابهم لما وهنوا فما كثير رب ه استكانوا وما ضعفوا وما الل ٣:١٤٦ [الصابرين يحب والل

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Qs. Ali Imran:146).

Keenam, Al-Mutawakkilun (Orang-orang yang Bertawakkal), Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Imran ayat 159;

ل عزمت فإذا ه على فتوك ه إن الل لين يحب الل ٣:١٥٩ [المتوك

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Qs. Ali Imran:159).

Ketujuh, Al-Muqsithun (Orang-orang yang Bersikap dan Berbuat Adil), Sebagaimana dalam surat Al-Maidah ayat 42, Al-Hujurat ayat 9, dan Al-Mumtahanah ayat 8;

ه إن بالقسط بينهم فاحكم حكمت وإن ٥:٤٢ [المقسطين يحب الل

“Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil”. (Qs. Al-Maidah:42).

تي فقاتلوا الأخرى على إحداهما بغت فإن بينهما فأصلحوا اقتتلوا المؤمنين من طائفتان وإن ى تبغي ال ه أمر إلى تفيء حت فأصلحوا فاءت فإن الل ه إن وأقسطوا بالعدل بينهما ٤٩:٩ [المقسطين يحب الل

“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Qs. Al-Hujurat:49).

ه ينهاكم لا ذين عن الل وهم أن دياركم من يخرجوكم ولم الدين في يقاتلوكم لم ال ه إن إليهم وتقسطوا تبر ٦٠:٨ [المقسطين يحب الل

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Qs. Al-Mumtahanah:8).

Kedelapan, Orang-orang yang Berjuang di Jalan Allah dengan Rapi dan Teratur. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ash-Shaf ayat 4;

ه إن ذين يحب الل هم صفا سبيله في يقاتلون ال ٦١:٤ [مرصوص بنيان كأن [

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Qs. Ash-Shaf:4).

Jika ingin dicintai Allah Ta’ala hendaknya seseorang menghiasi diri dengan sifat-sifat mulia yang disebutkan di atas, seperti Taqwa, Tawakkal, Sabar, Ihsan (senantiasa berbuat baik), selalu bertaubat (tawwab), senantiasa mensucirkan diri (tathhir), dan berjuang di jalan Allah secara tertib, teratur dan dalam barisan yang rapi. Ja’alanallahu wa iyyakum in ahbabihi Subhanhu. Amin. [sym].

Ini Sembilan Golongan Orang yang Dicintai Allah

Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman dan sauri tauladan dalam kehidupannya.

REPUBLIKA.CO.ID, Merasakan cinta tentu membuat setiap orang lebih bahagia, terlebih jika perasaan cinta itu berasal dari orang yang dikagumi. Begitu besarnya efek cinta, membuat setiap orang ingin merasakannya. Namun, cinta nyatanya bukan hanya berasal dari makhluk saja, melainkan juga Penciptanya, yakni Allah SWT.

Dalam Alquran, terdapat sembilan golongan yang berhak mendapatkan cinta dari Sang Khalik. Sebagai makhluk yang tidak luput dari kesalahan, sudah sepatutnya manusia selalu bertaubat dan meminta ampun kepada tuhannya. Bukan hanya untuk mengikis tumpukan kesalahan dan dosa yang menggunung, melainkan juga untuk mendapatkan cinta dari Sang Pemilik Hati.

Setiap orang tentu menyukai kebersihan, bukan hanya dapat mendatangkan banyak manfaat bagi dirinya, melainkan juga orang sekitarnya. Bahkan Allah SWT juga menjadikan Islam sebagai agama yang sangat peduli dengan kebersihan dan menyukai keindahan. Dalam surah al-Baqarah ayat 22, Allah mengatakan, dengan jelas tentang kecintaannya pada orang-orang yang senantiasa bertaubat (At-Tawwabin) dan orang yang menyukai kebersihan (Mutathahhirin), yang berbunyi: "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri'.

Berlaku adil, bukanlah hal yang mudah dilakukan maka Allah sangat mengapresiasi makhluknya yang mampu bersifat adil. Dalam surah al-maidah ayat 42, Allah SWT secara jelas mengungkapkan kecintaannya kepada orang-orang yang mampu memutuskan suatu perkara dengan adil, dan mampu menghargai orang lain. Dalam firmannya, Allah berkata, "Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil. Sesungghunya Allah menyukai orang-orang yang adil".

Selain adil, Allah SWT juga menyukai orang-orang yang bertakwa dan senantiasa menjalani segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Seperti yang tertulis dalam surat Ali Imrah ayat 76, yang artinya "(Bukan demikian) sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat) nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa".

Page 235: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Terbiasa berprilaku baik, dengan senantiasa memaafkan dan tidak menanamkan sifat dengki tentu akan membuahkan rasa cinta dari orang-orang sekitar, begitu juga rasa cinta dari sang pencipta. Dalam ajaran islam, Allah SWT selalu menanmkan kepada makhluk-nya untuk senantiasa menebar kebaikan di muka bumi. Tak hanya untuk sesama muslim, namun juga seluruh manusia. Dalam Alquran, Allah juga menjanjikan cinta kepada siapa saja yang mampu berbuat baik kepada sesama.

"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan," (Ali Imran: 134).

Penjelasan tentang kriteria orang-orang yang berhak mendapatkan cinta dari penciptanya juga diterangkan di ayat-ayat selanjutnya dalam surat Ali Imran, seperti dalam ayat 159 tentang kecintaan Allah pada orang-orang yang senantiasa bertawakal. Dan dalam ayat 146 tentang kecintaan Allah pada orang-orang yang senantiasa bersabar pada segala masalah dan ujian kehidupan. Serta kecintaan Allah pada orang-orang yang menjadikan kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman dan sauri tauladan dalam kehidupannya.

10 Golongan Hamba yang Dicintai Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW mengemukakan, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai Fulan, maka cintailah ia’. Kemudian Jibril mencintai orang itu dan berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia’ Penghuni langit pun akhirnya mencintai orang itu. Setelah itu kecintaannya diteruskan kepada penghuni bumi.” (HR Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).

Terkait hadits tersebut, Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustadz Muhammad Arifin Ilham mengajak kaum Muslimin untuk mengenali di antara hamba-hamba Allah yang dicintai Allah. “Paling tidak ada 10 golongan hamba Allah yang dicintai oleh Allah,” ujar Ustadz Arifin Ilham kepada Republika.co.id, Senin (13/3/2017).

Ustadz Arifin lalu mengajak kaum Muslimin untuk mengenali di antara hamba-hamba Allah yang dicintai Allah tersebut.

Pertama, hamba Allah yang hobinya ibadah, dermawan dan berbuat baik karena Allah. "Dan Allah mencintai hamba-hamba yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 134).

Kedua, hamba Allah yang sungguh-sungguh bertakwa, takut sekali maksiat. “Maka sungguh, Allah mencintai hamba hamba-Nya yang bertakwa.” (QS Ali Imran: 76).

Ketiga, hamba Allah yang sungguh-sungguh bertaubat, tidak pernah mengulangi maksiatnya lagi. “Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang bertobat dan menyukai hamba-Nya yang menyucikan diri.” (QS Al-Baqarah: 222).

Keempat, hamba Allah yang sabar dari berbagai macam ujian. “Dan Allah mencintai hamba hambaNya yang sabar.” (QS Ali Imran: 146).

Kelima, hamba Allah yang tawakkal setelah ikhtiar dan doa maksimal. “Sungguh, Allah mencintai hambaNya yang bertawakal.” (QS Ali Imran 159).

Keenam, hamba Allah yang menegakkan keadilan. “Sesungguhnya Allah menyukai hamba hamba yang adil.” (QS Al-Ma’idah: 42).

Ketujuh, hamba Allah yang berjihad di jalan Allah. “Sesungguhnya Allah mencintai hamba hamba-Nya yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS Shaff: 4).

Kedelapan, hamba Allah yang suka kebersihan. “Allah menyukai hamba hamba-Nya yang bersih.” (QS At-Taubah: 108).

Kesembilan, hamba Allah yang menghidupkan Sunnah Rasul-Nya. "Katakanlah kalau kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasulullah) niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa dosa kalian..." (QS Ali Imran: 31).

Kesepuluh, hamba Allah yang senang shalat malam. "Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwa kamu berdiri shalat malam kurang dari 2/3 malam, atau ½ malam atau sepertiga demikian pula segololongan dari orang-orang yang bersamamu.“ (QS Al Muzammil:20)

Mudah-mudahan kita termasuk minimal salah satu dari 10 golongan di atas.

8 Golongan yang Dicintai Allah

Khazanahalquran.com – Didalam Al-Qur’an, beberapa kali Allah swt menggunakan kata يحب yang artinya “Mencintai”. Ada beberapa golongan yang mendapat kemuliaan menjadi kekasih Allah swt, siapakah mereka? Apakah kita sudah termasuk dalam golongan orang yang dicintai Allah?

1. Orang yang Baik

١٣٤ -المحسنين يحب والله -

“Dan Allah Mencintai orang yang berbuat kebaikan”(Ali Imran 134)

2. Orang yang Bertakwa

٧٦ -المتقين يحب الله فإن -

Page 236: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

“Maka sungguh, Allah Mencintai orang-orang yang bertakwa.”(Ali Imran 76)

3. Orang yang Bertaubat

ابين يحب الله إن رين ويحب التو ٢٢٢ -المتطه -

“Sungguh, Allah Menyukai orang yang tobat dan Menyukai orang yang menyucikan diri.”(Al-Baqarah 222)

4. Orang yang Sabar

ابرين يحب والله ١٤٦ -الص -

“Dan Allah Mencintai orang-orang yang sabar.”(Ali Imran 146)

5. Orang yang Bertawakal

١٥٩ -المتوكلين يحب الله إن -

“Sungguh, Allah Mencintai orang yang bertawakal.”(Ali Imran 159)

6. Orang yang Adil

٤٢ -المقسطين يحب الله إن -

“Sesungguhnya Allah Menyukai orang-orang yang adil.”(Al-Ma’idah 42)

7. Orang yang Berjihad di jalan Allah

رصوص بنيان كأنهم صفا سبيله في يقاتلون الذين يحب الله إن ٤ -م -

“Sesungguhnya Allah Mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

(Shaff 4)

8. Orang yang Bersih

رين يحب والله ١٠٨ -المطه -

“Allah Menyukai orang-orang yang bersih.”(At-Taubah 108)

8 golongan diatas adalah orang-orang yang dicintai Allah swt. Pada ayat lainnya kita akan menemukan golongan manusia yang dibenci oleh Allah. Siapakah mereka?

Temukan Jawabannya dalam 14 Golongan yang Dibenci Allah.

Inilah Ciri-Ciri Manusia yang Dicintai Allah Terdapat dalam Al-Qur’an

HIJAZ.ID S[tps_header][/tps_header]etiap hamba Allah Subhanallahu wa Ta’alla menginginkan dirinya dicintai oleh Sang Pencipta. Hamba mana yang tidak berharap akan rahmat dan ampunan-Nya. Setiap hamba yang dicintai Allah Subhanallahu wa Ta’alla maka sudah pasti dengan mudah meraih ridha-Nya, diberikan ampunan-Nya, dikabul do’a-Nya, lebih lagi mendapat surga-Nya di akhirat kelak.

Untuk meraih harapan dicintai Allah tersebut, setiap umat Islam melakukan berbagai macam cara yang diperintahkan-Nya, dan tak lupa menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari setiap larangan-Nya.

Page 237: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Setelah berusaha dan tetap istiqomah untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Mari kita cari tahu apakah kita termasuk kedalam ciri-ciri atau golongan orang yang dicintai oleh Allah.

Berikut ini ciri-ciri dan golongan orang yang dicintai Allah.

Dicintai Penduduk Langit dan Bumi

Sabda Rasulullah: “Bila Allah mencintai seorang hamba maka Dia menyeru Jibril: Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia, maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril menyeru penduduk langit: Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah ia, maka merekapun mencintainya, lalu ditentukan baginya sikap menerima (dan cinta dari penduduk) dibumi”. (HR Bukhari).

Selalu Dijauhkan dari Fitnah Dunia

Qatadah bin Nu’man berkata: “Bila Allah mencintai seseorang maka Dia menghalanginya dari (fitnah) dunia”. (HR Al-Hakim).

Baca Juga : Memahami Makna Toleransi dalam Islam yang Bukan Integrasi

Senang Bertaubat

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri”. (QS Al-Baqarah: 222)

Senantiasa Sabar dalam Ujian dan Cobaan

“Bila Allah mencintai suatu kaum maka Dia memberikan mereka ujian (dengan berbagai musibah)”. (HR Ahmad).

“Orang-orang yang sabar ALLAH menyukai orang-orang yang sabar.”(Ali ‘Imran [3]: 146)

Senantiasa Menjaga Kesucian Diri

… Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]: 222)

Adil sebagai Pemimpin

… sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang adil. (QS. Al-Maa’idah [5]: 42)

Istiqomah dalam Takwa

… maka sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Imran [3]: 76)

Senantiasa Berbuat Baik

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. ALLAH menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali ‘Imran [3]: 134)

Senantiasa Berserah Diri pada Allah

“Orang-orang yang bertawakal kepada Allah Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-NYA. (QS. Ali ‘Imran [3]: 159)

Senantiasa mengikuti Rasul

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai ALLAH, ikutilah aku, niscaya ALLAH mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Ali ‘Imran[3]:31)

Jihad fi Sabilillah

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-NYA dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.(QS. Ash-Shaff [61]: 4)

Menjaga Lisan dan Rajin Ibadah

Imam al-Baqir as berkata, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang yang (apabila) bersenda gurau tidak mengeluarkan kata-kata yang keji, yang berpikir mandiri, selalu bersabar (apabila) sendirian, dan suka melakukan shalat malam”

Senantiasa Muhasabah Diri dan Bersyukur

Imam Ali Zainal ‘Abidin as berkata, ”Sesungguhnya Allah mencintai setiap hati yang selalu merasa sedih, dan setiap hamba yang selalu bersyukur”

Page 238: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Memelihara Sifat Malu dan Berakhlak Mulia

Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang yang memiliki sifat malu, orang yang senantiasa santun, orang yang selalu menjaga kesucian dirinya (‘afif) , dan orang yang enggan berbuat keji (muta’afiffah)”

Gemar Bersedekah

Rasulullah saw bersabda, ”Tiga macam orang yang Allah ‘Azza wa Jalla mencintai mereka yakni mereka yang senantiasa bangun di malam hari (untuk mengerjakan shalat malam) lalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an), mereka yang senang bersedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikannya dari tangan kirinya, dan mereka yang mengalahkan dan mengusir musuhnya dalam perang sementara kawan-kawannya menyerahkan diri kepada musuh”

Senantiasa Menjaga Tali Silaturahmi

Di dalam hadits Mi’raj diriwayatkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, ”Wahai Muhammad! Wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling mencintai di jalan-KU, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling berkasih sayang di jalan-KU, dan wajib bagi-Ku mencintai orang-orang yang suka bersilatur-rahim di jalan-Ku, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang senantiasa bertawakkal kepada-KU…”

Mencintai Perintah Allah

Allah Tabaraka Ta’ala berfirman, ”Tiada yang lebih Aku cintai dari seorang hamba-KU daripada kecintaan sang hamba kepada apa yang telah Aku wajibkan baginya”

Mampu Menahan Amarah

Rasulullah saw bersabda, ”Wajiblah kecintaan ALLAH atas orang yang marah tetapi ia mampu meredam kemarahannya dengan santun”

Senantiasa Mengingat Kematian

Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa yang banyak mengingat kematian niscaya Allah mencintainya”

Mencintai Perintah Allah, dan Membeci Segala Hal yang Haram

Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw, ”Aku ingin sekali menjadi orang yang dicintai Allah dan Rasul-NYA”.

Rasulullah saw pun berkata, ”Cintailah apa yang dicintai Allah dan Rasul-NYA, dan bencilah apa yang dibenci oleh Allah dan Rasul-NYA”

Mudah-mudahan kita termasuk di dalam golongan yang dicintai Allah SWT.

Wallahu A’lam Bisshowab

Amalan Yang Paling Dicintai Allah

AMALAN YANG PALING DICINTAI ALLÂH[1]

يباني عمرو أبي عن – مسعود بن الله عبد دار إلى بيده وأشار – الدار هذه صاحب حدثني : قال – إياس بن سعد واسمه –الشلاة : قال ؟ الله إلى أحب العمل أي – : وسلم عليه الله صلى – النبي سألت : قال – عنه الله رضي ثم : قلت . وقتها على الص

– وسلم عليه الله صلى – الله رسول بهن حدثني : قال , الله سبيل في الجهاد : قال ؟ أي ثم : قلت , الوالدين بر : قال ؟ أيلزادني استزدته ولو

Dari Abu Amr asy-Syaibâni –namanya Sa’d bin Iyâs- berkata, “Pemilik rumah ini telah menceritakan kepadaku –sambil menunjuk rumah Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu dengan tangannya, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allâh?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku (Abdullah bin Mas’ud) mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada dua orang tua.” Aku bertanya lagi, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allâh.”

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Itu semua telah diceritakan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadaku, sekiranya aku menambah (pertanyaanku), pasti Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menambah (jawaban Beliau) kepadaku.”

PERAWI HADITSAbu Amr Sa’d bin Iyâs Asy-Syaibâni Abu Amr mendapati masa hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (mendapati kemunculan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada masa awal dakwah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , namun dia baru masuk Islam setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat). Ia berkata, “Aku ingat bahwa aku mendengar kemunculan seorang Nabi di Tihâmah, sedangkan ketika itu aku menggembala unta keluargaku di Kâzhimah.”

Abu Amr ini adalah seorang tabi’i mukhadhram[2]. Imam Muslim menghitung tabi’i mukhadhram itu berjumlah 20 orang, namun beliau melupakan sekelompok lainnya; di antaranya al-Ahnaf bin Qais dan Abu Muslim al-Khaulâni.

Abu Amr hidup 120 tahun. Dia rahimahullah mengajarkan al-Quran di Masjid Agung (al-Masjid al-A’zham). Âshim bin Bahdalah membaca dan mengkaji al-Quran kepadanya.

Abu Amr adalah seorang yang telah disepakati ketsiqahannya. Ibnu Hibbân berkata, tampaknya ia wafat pada tahun 101 H. Sedangkan Abu Umar (Ibnu Abdil Barr) berkata ia meninggal tahun 95. Adz-Dzahabi berkata, “Ada yang mengatakan ia meninggal tahun 98.”

Page 239: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu Beliau adalah Abu Abdirrahman al-Hudzali Radhiyallahu anhu , salah seorang as-sâbiqûnal awwalûn (yang mula-mula masuk Islam). Ia adalah sekutu dari Bani Zuhrah. Ibundanya Ummu Abdillah binti Abd dari bani Hudzail juga. Beliau Radhiyallahu anhu turut serta dalam perang Badr dan peperangan lainnya. Dia yang membunuh Abu Jahl pada perang Badr[3]. Ia turut serta dalam dua hijrah (ke Habasyah dan Madinah); mendapati shalat ke arah dua kiblat.

Beliau masuk Islam sebelum Umar Radhiyallahu anhu . At-Thabrâni meriwayatkan darinya bahwa ia berkata, “Aku dapati diriku ini orang keenam yang masuk Islam, (di mana ketika itu) tidak ada Muslim di atas muka bumi ini selain kami.”

Dia adalah pemegang rahasia Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yang mengurusi urusan kasur, siwak, terompah dan bersuci Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaksikan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu sebagai penghuni surga yang disebutkan dalam rangkaian sepuluh orang yang dijamin masuk surga dalam hadits hasan yang diriwayatkan Abu Umar dalam kitabnya al-Istî’âb.[4]

Beliau termasuk yang menghimpun al-Quran pada masa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan salah seorang dari empat Sahabat yang kaum Muslimin diperintahkan untuk mengambil al-Qur’an dari mereka. Empat Sahabat ini selain Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu adalah Mu’adz, Ubayy, dan yang keempat Sâlim Maula Abi Hudzaifah Radhiyallahu anhum.

Beliau Radhiyallahu anhu berperawakan pendek dan kurus; di mana kaum lelaki yang berperawakan tinggi kala duduk hampir sama dengan dia padahal ia dalam posisi berdiri. Rambutnya sampai pada cuping telinganya. Dan beliau tidak merubah warna rambut ubannya. Beliau mempunyai dua betis yang kecil. Ilmunya banyak, jiwanya penuh dengan kedalaman ilmu; dan mempunyai kedudukan tinggi. Beliau mempunyai berbagai fatwa dan juga mempunyai qira’ah al-Quran yang menyendiri dari lainnya sebagaimana yang sudah diketahui.

Beliau Radhiyallahu anhu berkata, “Sungguh, aku adalah orang yang paling alim tentang Kitabullah, dan aku bukanlah Sahabat yang terbaik. Tidak ada satu surat pun, tidak juga satu ayat dalam Kitabullah, melainkan aku tahu dalam hal apa itu diturunkan, dan kapan turunnya.” Dan tidak ada seorang pun yang mengingkari Ibnu Mas’ud dalam ucapannya ini.

Riwayatnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada 848 hadits; di mana al-Bukhâri dan Muslim menyepakati 64 hadits dari jumlah tersebut. Sedangkan yang hanya diriwayatkan oleh al-Bukhâri tanpa Muslim berjumlah 21 hadits, sementara yang hanya diriwayatkan Imam Muslim tanpa imam al-Bukhâri berjumlah 35 hadits. Ada sekelompok kalangan Sahabat dan tabiin yang meriwayatkan hadits darinya.

Beliau Radhiyallahu anhu meninggal pada 32 H. Ada yang mengatakan tahun 33, ada pula yang mengatakan 36 H, dalam usia 60 lebih. Abu ad-Dardâ’ berkata, “Sepeninggalnya, ia tidak meninggalkan orang yang sekaliber dengannya.” Ia dimakamkan di Baqi’, ada yang mengatakan di Kufah. Az-Zubair yang menshalatkan jenazahnya (yang menjadi imamnya) sesuai dengan wasiat yang ditujukan kepadanya. Ada yang mengatakan yang menshalatkannya adalah Utsman Radhiyallahu anhu , ada lagi yang mengatakan Ammâr.

FAWA’ID HADITS1.Ucapan perawi:

عنه الله رضي مسعود بن الله عبد دار إلى بيده وأشار – الدار هذه صاحب حدثني

Pemilik rumah ini telah menceritakan kepadaku –sambil memberikan isyarat kearah rumah Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu dengan tangannya

Disimpulkan dari ucapan ini, bahwa isyarat sudah cukup sehingga tidak perlu lagi menyebut nama secara tegas. Isyarat sama dengan penyebutan nama secara terang, bila menunjuk pada obyek yang ditunjuk sehingga terbedakannya dari yang lainnya. Bahkan bisa saja untuk memahamkan sesuatu, isyarat lebih mengena dan lebih mendalam daripada menyebut nama dengan jelas. Karena isyarat tertuju (secara khusus) pada apa yang ditunjukkan oleh tangan yang menunjuk, sedangkan isim ‘alam (nama) mungkin saja ada unsur kesamaan dengan obyek lainnya. Oleh karena itu –wallâhu a’lam– sebagian pakar nahwu (Gramatika Bahasa Arab) berpendapat bahwa isim isyârah (ini, itu dan yang semisalnya) itu lebih tinggi tingkat ma’rifahnya daripada isim ‘alam (lebih spesifik dalam menentukan -mendefinitifkan- sesuatu benda). Meskipun yang rajih (lebih kuat) adalah pendapat kebalikannya.

2. Pertanyaan yang diajukan adalah tentang mencari amalan yang paling utama, yang dilontarkan untuk menggelorakan semangat dalam mengamalkannya dan menjaganya. Karena seorang hamba diperintahkan untuk menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, sehingga apa yang lebih utama harus ia dahulukan daripada amalan yang utama, dalam rangka meraih derajat yang tinggi.

3. Kata amalan (a’mâl, jamak dari ‘amal), bisa diungkapkan untuk menyebut amalan hati dan amalan anggota badan. Yang dimaksudkan di sini adalah amalan hati[5] dan amalan badan; yang mana pertanyaan tersebut direspon dengan jawaban “shalat pada waktunya”. Dan secara otomatis, niat pun menjadi kelaziman dari tuntutan amalan tersebut, bukan karena maksud khusus dari hadits tersebut. Berkenaan dengan amalan hati, ada amalan yang utama, ada pula yang lebih utama; seperti iman misalnya, di mana ini telah ditandaskan dalam berbagai hadits yang shahih. Di antaranya hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang amalan apakah yang paling utama?

ماذا ثم قيل ورسوله بالله إيمان قال أفضل الأعمال أي وسلم عليه الله صلى النبي سئل قال عنه الله رضي هريرة أبي عنمبرور حج قال ماذا ثم قيل الله سبيل في جهاد قال

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang amalan apakah yang paling utama? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iman kepada Allâh dan Rasul-Nya.” Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya kembali, “Lalu apa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Haji yang mabrur.”[6] Yang dimaksudkan dengan amalan-amalan dalam hadits ini adalah amalan badan dan hati.

4. Ucapan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

لاة وقتها على الص

Page 240: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Shalat pada waktunya

Dalam ucapan ini tidak ada isyarat yang menunjukkan bahwa shalat di awal waktu lebih baik atau lebih utama daripada waktu yang lain. Namun yang dimaksudkan di sini adalah berhati-hati agar tidak melakukan ibadah shalat diluar waktu yang telah disyariatkan. Namun demikian, memang disebutkan dalam sebuah riwayat shahih dari Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibbân serta al-Hâkim yang datang dengan bunyi redaksi:

لاة وقتها لأول الص

shalat pada awal waktunya.

Ini jelas dan tegas menunjukkan keutamaan menunaikan shalat pada awal waktunya. Adapun yang kami sebutkan di atas, yaitu bahwa dalam hadits tersebut tidak ada isyarat yang menunjukkan bahwa shalat di awal waktu lebih utama, ini adalah ucapan Syaikh Taqiyyuddin (yaitu Ibnu Daqîq al-Îd). Namun membawa hadits ini pada makna tersebut, yaitu memberi peringatan agar jangan mengerjakan shalat di luar waktunya, ini hal yang perlu ditinjau ulang. Mengingat perbuatan tersebut adalah perbuatan haram. Juga kata ‘alâ mengandung makna isti’lâ’ (menunjukkan tinggi). Maka maksudnya adalah menunaikan shalat pada awal waktunya.

5. Perlu diketahui bahwa hadits-hadits yang ada, berbeda-beda tentang amalan yang paling utama dan berbeda urut-urutannya. Dalam hadits ini, shalat didahulukan, lalu berbakti kepada dua orang tua dan berikutnya jihad.

Dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang disinggung sebelumnya, iman kepada Allâh Azza wa Jalla lebih didahulukan, lalu jihad, kemudian haji mabrur. Sedangkan dalam hadits Abu Dzarr Radhiyallahu anhu iman dan Jihad dikedepankan[7]; sedangkan dalam hadits Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhuma[8]:

الطعام تطعم قال خير الإسلام أي وسلم عليه الله صلى النبي سأل رجلا أن عنهما الله رضي عمرو بن الله عبد عن وتقرألام تعرف لم ومن عرفت من على الس

Dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhuma bahwa seorang lelaki bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “(Amalan) Islam apa yang paling baik?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau memberi makan, mengucapkan salam kepada yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.”

Dalam hadits Abu Musa dan Abdullah bin Amr [9] : “(Amalan) Islam apa yang paling baik?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “(amalan) di mana orang-orang Muslim lainnya selamat dari lidah dan tangannya.”

Dan telah shahih dari hadits Utsman Radhiyallahu anhu :[10]

وعلمه القرآن تعلم من خيركم

Yang paling baik di antara kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.

Dan berbagai hadits lainnya.

Untuk mengkompromikan berbagai hadits tersebut, ada yang mengatakan bahwa itu merupakan jawaban yang ditujukan khusus untuk penanya tertentu, dengan melihat pada keadaan, atau waktunya. Atau dilihat dari sisi keumuman keadaan atau keumuman waktu tersebut; atau dilihat dari sisi keadaan orang yang menjadi sasaran ucapan tersebut (mukhâthab) atau keadaan orang-orang yang seperti keadaan mereka. Sekiranya hal itu ditujukan kepada seorang pemberani, tentulah akan dijawab dengan jihad; Atau ditujukan kepada seorang kaya, tentu akan dijawab dengan sedekah; atau ditujukan kepada seorang penakut yang fakir, tentu akan dijawab dengan amal kebajikan atau dzikir; Atau ditujukan kepada orang yang cerdas, tentu akan dijawab dengan (mencari) ilmu; atau ditujukan kepada orang yang perangainya keras, tentu akan dijawab dengan: janganlah engkau marah. Dan seperti itulah disesuaikan dengan semua keadaan manusia.

Bisa saja amalan yang paling utama bagi seseorang berbeda dengan amalan paling utama bagi orang lain, sesuai dengan maslahat yang sesuai dengan waktu, keadaan ataupun person individunya.

Al-Halîmi menyebutkan dari syaikhnya; al-Allâmah Abu Bakr al-Qaffâl asy-Syâsyi al-Kabîr (wafat 365 H), di mana ia berkomentar tentang gurunya tersebut: ia adalah orang paling alim yang pernah aku jumpai dari kalangan Ulama masanya; ia mengkompromikan berbagai hadits tersebut dengan dua metode:

(a). Seperti yang telah disebutkan di muka. Ia berkata, “Kadang dikatakan: hal yang paling baik adalah ini misalnya, namun bukan berarti itu adalah yang terbaik dari semua perkara dari segala sisinya, dalam semua keadaan, atau bagi semua orang, namun maksudnya dalam keadaan tertentu, dan yang semisalnya. Ia mengambil dalil penguat dengan beberapa hadits. Di antaranya adalah dari Ibnu Abbâs c bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Haji bagi orang yang belum berhaji lebih utama daripada 40 peperangan; sedangkan satu peperangan bagi yang sudah haji, itu lebih utama daripada 40 haji.”[11]

(b). Atau bisa saja maksudnya adalah (bahwa amalan tersebut) di antara amalan yang paling utama, di antara amalan terbaik, atau di antara orang terbaik di antara kalian adalah yang melakukan ini dan itu. Huruf min (yang juga mengandung makna sebagian, meskipun) dihapuskan dari redaksi kalimat, namun maknanya tetap masih dipakai. Seperti bila dikatakan: min a’qal an-nâs wa afdhalihim (maksudnya ia adalah di antara orang yang paling cerdas dan paling utama). Di antara yang menunjukkan makna ini adalah sabda Nabi:

لأهله خيركم خيركم

Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik untuk keluarganya.”[12]

Dan sudah maklum adanya, bahwa itu bukan berarti ia orang terbaik secara mutlak. Maka menurut metode ini, iman merupakan amalan yang paling utama secara mutlak; sedangkan amalan lainnya sama; yaitu bahwa amalan tersebut di antara amalan atau keadaan yang

Page 241: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

paling utama; untuk kemudian keutamaan sebagian amalan tersebut atas amalan lainnya bisa diketahui dengan berbagai dalil yang menunjukkannya; dan ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan dan personalnya.

6. Dalam hadits ini, berbakti kepada kedua orang tua (birr al-wâlidain) didahulukan daripada jihad. Ini menunjukkan betapa besar perkara bakti kepada mereka. Dan tidak disangsikan lagi, bahwa menyakiti dua orang tua adalah hal terlarang dan diharamkan.

Kata al-Birru (berbuat baik, berbakti) adalah kebalikan dari ‘Uqûq (durhaka). Ahli Bahasa Arab mengatakan: ucapan barartu wâlidi; abarruhu birran; anâ barrun atau bârrun bihi mengandung arti aku berbakti dan berbuat baik kepada orang tuaku.

Birrul wâlidain adalah berbuat baik kepada keduanya, melakukan hal yang bagus kepada keduanya, serta melakukan hal yang membuat mereka senang. Berbuat baik kepada teman mereka, juga termasuk dalam cakupan bakti kepada dua orang tua. Ini seperti yang ditegaskan dalam hadits shahih:

جل يصل أن البر أبر من إن أبيه ود أهل الر

Sesungguhnya di antara perbuatan bajik yang paling baik adalah seseorang menyambung persaudaraan dengan orang dekat ayahnya.[13]

Mengenai firman Allâh,

ولوالديك لي اشكر أن

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu… [Luqmân/ 31: 14]

Sufyân bin Uyainah rahimahullah berkata, “Barangsiapa menunaikan shalat fardhu yang lima, sungguh ia telah bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla . Dan barangsiapa berdoa untuk kedua orang tuanya seusai shalat, maka sungguh ia telah bersyukur (berterima kasih) kepada mereka.”

7. Jihad terbagi menjadi dua kategori, jihad yang fardhu ‘ain (kewajiban yang dituntut dari setiap individu), dan yang fardhu kifâyah (dituntut dari semua mukallaf, namun bila sudah ditunaikan sebagian kaum Muslimin yang menukupi kebutuhan, maka kewajiban ini gugur dari yang lainnya).

Jihad yang fardhu ‘ain lebih didahulukan daripada hak dua orang tua. Sedangkan jihad yang fardhu kifâyah, tidak diperbolehkan kecuali dengan seizin dua orang tua bila kepentingan dua orang tua yang wajib menjadi terlantar karenanya. Dan inilah hukum untuk semua amalan yang terkadang menjadi wajib ‘aini dan terkadang menjadi wajib kifa’i bila terkait dengan orang tua.

Sedangkan dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang sudah disinggung di muka, ibadah jihad lebih didahulukan daripada ibadah haji dengan menggunakan kata tsumma. Kata ini ditetapkan untuk menunjuk makna urutan (tartîb). Kata tsumma di sini menunjuk pada makna urutan dalam penyebutan (littartîb fî adz-dzikr); seperti dalam firman Allâh:

رقبة فك ﴾١٢﴿ العقبة ما أدراك وما ﴾١١﴿ العقبة اقتحم فلا

Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar; Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, (Al-Balad/ 90: 11-13); sampai pada firman-Nya:

بر وتواصوا آمنوا الذين من كان ثم بالمرحمة وتواصوا بالص

Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman… [Al-Balad/ 90: 17].

Dan tentunya sudah dimaklumi bahwa yang dimaksudkan dalam ayat di atas adalah bukan urutan dalam perbuatan (yang dimaksudkan bukan ia membebaskan budak, memberikan makan, baru kemudian ia menjadi orang beriman, namun tsumma di sini hanya untuk urutan penyebutan saja, bukan urutan waktu). Seorang penyair mengatakan,

جده ذلك قبل ساد قد ثم … أبوه ساد ثم ساد لمن قل

Katakanlah kepada orang yang telah berkuasa, juga telah berkuasa ayahnya…. pun telah berkuasa pula sebelum itu kakeknya

(bukan diartikan kemudian berkuasa pula ayahnya, kemudian sebelum itu berkuasa pula kakeknya)

Mengenai didahulukannya jihad sebelum haji dalam hadits di atas, al-Qadhi Iyâdh memberi jawaban, bahwa itu ketika awal masa Islam. Kala itu, ikut jihad lebih utama; berbeda dengan keadaan sekarang ini.

Yang dimaksud dengan jihad adalah jihad yang harus dilakukan oleh individu pada waktu penyerangan atau mobilisasi perang; maka itu lebih didahulukan daripada haji; karena di dalamnya terkandung kemaslahatan umum bagi kaum Muslimin.

Dan perlu untuk diketahui, bahwa ibadah itu terbagi dalam dua kategori:

Ada ibadah yang esensi dari ibadah tersebut memang menjadi tujuan. Ada ibadah yang menjadi perantara (wasîlah) untuk amalan ibadah lainnya. Dan keutamaan wasîlah sesuai dengan amalan yang

menjadi tujuan dari wasîlah Jihad adalah wasîlah untuk memproklamirkan iman dan menyebarkannya, serta memadamkan dan mengenyahkan kekufuran. Maka keutamaannya pun menjadi agung karena agungnya maksud dari jihad tersebut yaitu Iman.

CATATAN:Yang tampak kuat mengenai urutan amalan-amalan tersebut adalah –wallâhu a’lam– bahwa iman merupakan amalan yang paling utama, kemudian shalat, mengingat ia adalah indikasi terbesar dari suatu keimanan; kemudian puasa, lalu haji, setelah itu jihad, dan kemudian

Page 242: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

zakat. Kalau menurut qiyâs (analogi), seharusnya jihad berada setelah Iman. Karena jihad adalah wasîlah menuju diproklamirkannya Iman. Dan memang jihad telah datang dalam riwayat di mana disebutkan bersamaan dalam urutan Iman; yaitu: “Iman kepada Allâh dan jihad di jalan-Nya.” Sedangkan bakti (kepada orang tua) didahulukan atas jihad dalam hadits yang kita bahas di atas, untuk menunjukkan betapa agung kedudukannya.

Al-Qarâfi menegaskan bahwa haji lebih utama daripada jihad, seperti yang telah kami sebutkan. Karena haji menjadi tuntutan semua individu mukallaf (yaitu bagi yang mampu); berbeda dengan jihad yang menjadi tuntutan sebagian mukallaf saja. Juga karena maslahat jihad tidak berulang-ulang, berbeda dengan kemaslahatan haji.

Dua Faidah Berharga Terkait Jihad:A. Jihad mencakup hak Allâh, hak Rasul-Nya dan hak kaum Muslimin.1. Adapun terkait hak Allâh, karena jihad menghapuskan kekufuran dari hati dan lisan, serta menghancurkan tempat-tempatnya.2. Syahadat dengan mempersaksikan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa risalah-Nya, dan menyambut seruan dakwah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .3. Membela kaum Muslimin, anak-anak, istri dan harta mereka, serta mendapatkan ghanîmah untuk mereka serta memperoleh kemenangan atas musuh.

B. Shalat juga kombinasi dari hak Allâh, seperti niat, takbir dan lainnya; dan hak Rasul seperti bersaksi bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pembawa risalah-Nya; serta hak anak Adam, yaitu doa (mendoakan mereka).

C. Faidah ketiga: Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkan bakti kepada orang tua pada urutan kedua setelah Shalat; seperti halnya juga disebutkan dalam urutan kedua pada firman-Nya,

إحسانا وبالوالدين ����� شيئا به تشركوا ولا الله واعبدوا

Beribadahlah kepada Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, [An-Nisâ’/ 4: 36]

Juga dalam firman-Nya,

ولوالديك لي اشكر أن

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu… [Luqmân/ 31: 14]

8. Ucapan perawi:

وسلم عليه الله صلى – الله رسول بهن حدثني

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan itu semua kepadaku

Seolah-olah itu adalah penetapan dan penegasan atas apa yang telah disebutkan (di awal hadits). Karena tidak diragukan bahwa lafaz yang pertama (awal hadits) memberikan makna bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan hal tersebut kepadanya. Dan ini adalah level tahammul (keadaan seorang perawi menerima atau mendapatkan suatu hadits dari gurunya) yang paling tinggi.

9. Ucapan perawi:

لزادني استزدته ولو

Sekiranya aku meminta tambahan (menambah pertanyaan), pastilah Beliau akan memberi jawaban tambahan

Ini mengenai perawi, sekiranya meminta tambahan, bisa saja makna yang ia maksudkan adalah meminta tambahan amalan dari jenis yang disebut dalam pertanyaannya, yaitu tingkatan-tingkatan amalan yang lebih utama dan keutamaan sebagian amalan atas amalan lainnya. Juga mungkin juga makna lain, yaitu meminta tambahan berbagai perkara amalan yang dibutuhkannya secara mutlak. Ini menunjukkan betapa luas ilmu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Namun Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukannya karena khawatir terlalu berpanjang lebar.

10. Di dalam hadits ini terdapat pelajaran perlunya bertanya tentang ilmu dan berbagai tingkatan ilmu terkait keutamaannya.

11. Dari hadits ini bisa disimpulkan bolehnya mengulangi pertanyaan dan permintaan fatwa tentang berbagai permasalahan pada satu waktu bersamaan.

12. Disimpulkan juga betapa tinggi kedudukan seorang alim dan kesabarannya terhadap orang yang bertanya.

13. Disimpulkan pula keutamaan shalat pada waktunya, dan awal waktunya lebih utama sebagaimana yang telah disebut di muka. Sedangkan para ahli ra’yi menyelisihi hal ini. Mereka mengatakan bahwa mengakhirkannya hingga akhir waktu itu lebih utama, kecuali bagi orang berhaji; di mana ia mengawalkan Shalat Shubuh pada saat masih gelap pada hari nahr (Idul Adha) di Muzdalifah.

14. Disimpulkan bahwa shalat adalah amalan yang paling utama.

15. Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua, dan itu lebih utama dari Jihad dengan memperhatikan syarat-syaratnya.

16. Keutamaan Jihad.

17. Disimpulkan pula harus didahulukannya amalan yang paling penting, kemudian hal penting sesuai dengan level urgensinya.

Page 243: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

18. Terdapat catatan bagi penuntut ilmu untuk merealisasikan (dan meneliti) ilmu dan cara mengambilnya.

19. Di dalamnya menunjukkan kedudukan penuntut ilmu di sisi para guru dan kaum cendikia, agar ilmunya diambil dengan penuh penerimaan dan lapang dada serta dengan penuh ketepatan.

Wallâhu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XXI/1438H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]_______Footnote[1] Diadaptasikan dari Al-I’lâm bi Fawâ’id Umdatil Ahkâm 2/ 212 karya Imam Ibnul Mulaqqin dengan sedikit perubahan.[2] Mukhadhram adalah orang yang mendapati masa jahiliyyah dan masa hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun dia baru masuk Islam setelah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat; atau masuk Islam pada saat beliau masih hidup, namun tidak berjumpa dengan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .[3] Yaitu setelah perang berakhir, Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapa yang berkenan memeriksa, apa yang diperbuat Abu Jahl?” Lalu para sahabat berpencar mencarinya, dan Ibnu Mas’ud pun mendapati Abu Jahl yang masih ada padanya sisa-sisa akhir nyawanya, bahkan terjadi dialog antara keduanya (pen).[4] Ketika para sahabat berada di Hira’, Beliau menyebut 10 orang yang dijanjikan Surga: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Az-Zubair, Abdurrahman Bin Auf, Sa’d Bin Malik, Sa’id Bin Zaid, dan Abdullah Bin Mas’ud; semoga Allâh meridhai mereka. Al-Istî’âb 1/ 593. Dalam riwayat-riwayat yang biasa dikenal, Ibnu Mas’ud tidak disebutkan bersama mereka, yang disebutkan adalah Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah.[5] Dalam Ihkâm al-Ahkâm hal 165 dikatakan: amalan di sini (dalam hadits di atas), tampaknya dibawa pada makna amalan-amalan badan, seperti yang dikatakan para fuqaha (ahli fiqh): ibadah badan yang paling utama adalah Shalat. Lihat juga Hâsyiyah Ash-Shan’âni atas Ihkâm al-Ahkâm 2/ 7.[6] HR. Al-Bukhâri dalam al-Îmân bab Mân Qâla: al-Îmân Huwal ‘Amal. Juga dalam al-Hajj al-Mabrûr. Dan Muslim dalam al-Îmân bab Kaunil Îmân Billâh Ta’ala Afdhalul A’mâl.[7] Al-Bukhâri dalam al-‘Itqu, Muslim dalam al-Îmân Billâh Ta’ala Afdhalul A’mâl.[8] Al-Bukhâri al-Îmân bab Ith’âm ath-Tha’âm Minal Islâm no 12.[9] Al-Bukhâri al-Îmân bab Ayyul Islâm Afdhal no 11.[10] Al-Bukhâri dalam Fadhâ’il al-QURÂN bab Khairukum Man Ta’allamal Qurân, Abu Daud 1452, At-Turmudzi 2909.[11] Lihat Dha’îf al-Jâmi’ 2689; dan hadits ini lemah. Ada hadits-hadits lain yang senada, namun Syaikh Al-Albâni menilainya dha’if. Dha’îf al-Jâmi’ 2691, 4666.[12] At-Tirmidzi dan ad-Dârimi dari Aisyah, dan Ibnu Mâjah dari Ibnu Abbâs. al-Albâni berkata dalam (Takhrîj) Misykât al-Mashâbîh 2/971, isnadnya shahih.[13] Shahîh Muslim 2552.

3 Tingkatan Orang Berpuasa Menurut Imam Al-Ghazali

DALAM bahasa Arab puasa itu disebut “as-Shiyaam” atau “as-Shaum” yang berarti “menahan”. Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh Syeikh Al-Imam Al-‘Alim Al-Allamah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’i dalam kitabnya “Fathul Qarib” bahwa berpuasa adalah menahan dari segala hal yang membatalkan puasa dengan niat tertentu pada seluruh atau tiap-tiap hari yang dapat dibuat berpuasa oleh orang-orang Islam yang sehat, dan suci dari haid dan nifas.

Allah berfirman dalam QS al-Baqarah, 183: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa seperti juga yang telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah, 183). Ayat tersebut merupakan landasan syariah bagi puasa Ramadan. Ayat tersebut berisikan tentang seruan Allah Swt kepada orang-orang beriman untuk berpuasa.

Setelah kita mengetahui pengertian dan hukum puasa ramadhan maka kita juga harus tahu Tingkatan Orang Berpuasa, Mengutip pesan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin Puasa memiliki tiga tingkat. Yakni puasanya orang awam, puasanya orang khusus dan puasa khusus buat orang khusus.

Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menerangkan tingkatan dalam berpuasa. Shaumul umum, shaumul khusus, dan shaumul khususil khusus. Ketiganya bagaikan tingkatan tangga yang manarik orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus.

Pertama, Puasa orang awam (orang kebanyakan), Puasa orang awam adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat. Tingkatan puasa ini menurut Al-Ghazali adalah tingkatan puasa yang paling rendah, kenapa? Karena dalam puasa ini hanyalah menahan dari makan, minum, dan hubungan suami istri Kalau puasanya hanya karena menahan makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami isteri di siang hari, maka kata Rasulullah Saw puasa orang ini termasuk puasa yang merugi yaitu berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala melainkan sedikit. Hal ini lah yang diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw dengan sabdanya: “banyak orang berpuasa tapi tidak mendapatka pahala berpuasa, yang ia dapatkan hanya lapar dan dahaga.”

Kedua, Puasanya orang khusus adalah selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa,” tulis Imam Ghazali.

Maka puasa ini sering disebutnya dengan puasa para Shalihin (orang-orang saleh). Menurut Al- Ghazali, seseorang tidak akan mencapai kesempurnaan dalam tinkatan puasa kedua ini kecuali harus melewati enam hal sebagai prasayaratnya, yaitu menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan. Menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri. Menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah serta membaca Al-Quran. Menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik. Mencegah anggota tubuh yang lain dari perbuatan dosa. Tidak berlebih-lebihan dalam berbuka, sampai perutnya penuh makanan. Hatinya senantiasa diliputi rasa cemas (khauf) dan harap (raja) karena tidak diketahui apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah.

Ketiga, Puasa khususnya orang yang khusus adalah puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT. Puasa khusus yang lebih khusus lagi yaitu, di samping hal di

Page 244: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

atas adalah puasa hati dari segala keinginan hina dan segala pikiran duniawi, serta mencegah memikirkan apa-apa selain Allah Swt (shaum al-Qalbi ‘an al-Himam ad-Duniyati wa al-Ifkaar al-Dannyuwiyati wakaffahu ‘ammaa siwa Allaah bi al-Kulliyati). Menurut Al-Ghazali, tingkatan puasa yang ketiga ini adalah tingkatan puasanya para nabi , Shiddiqqiin, dan Muqarrabin. []

Tiga Jenis Tingkatan Puasa Menurut Imam Al Ghazali

Koran SINDO, Jurnalis · Sabtu 11 Mei 2019 06:28 WIB

PUASA Ramadan sudah memasuki hari keenam. Masih tersedia banyak waktu untuk memperbanyak amal ibadah di bulan yang penuh berkah dan dilipat gandakan pahala ini. Mumpung masih banyak waktu, mari berinstropeksi diri dengan belajar tingkatan puasa.

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis MA menjelaskan puasa adalah Al Imsak, menahan diri dari tidak makan, minum dan hubungan suami-istri semata-mata karena Allah SWT. “Oleh karena itu, kita berlatih di bulan Ramadan dan latihan ini ada tingkatannya,” ujarnya.

Dia menambahkan, Imam Al Ghazali menyebut ada tiga tingkatan bagi orang yang sedang melaksanakan iba dah puasa. Yang pertama adalah puasa awam, di mana kita berpuasa hanya meninggalkan makan, minum, dan hubungan intim tanpa ada rasa keimanan. Semata-mata hanya melak sanakan kewajiban.

Kedua, puasanya orang yang khos atau istimewa, di mana orang berpuasa tidak hanya meninggalkan makan, minum dan hubungan intim, tetapi dia juga meninggalkan dari perbuatan buruknya sehingga dia berpuasa dari kemungkaran, berpuasa dari kemaksiatan.

Ketiga, Al Ghazali menyebutnya dengan khowasul khowas, puasa yang sangat istimewa. “Puasa ini adalah tidak makan, tidak minum, tidak hubungan suami dan istri, meninggalkan kemaksiatan, meninggalkan kemungkaran, dan secara bersamaan dia tidak mengharap kecuali dari ridha Allah SWT,” ucapnya.

Tingkatan paling tinggi inilah tingkatan yang diharapkan dari puasa kita sehingga pada saat menyelesaikan ibadah puasa kembali pada kefitrahan kita. Karena kita lepas dari mungkar, kita lepas dari maksiat dan kita kembali kepada kefitrahan kita yang suci dan bersih kepada Allah SWT.

“Mudah-mudahan puasa kita diterima oleh Allah SWT dan bisa melaksanakan ibadah puasa khowasul khowas,” harapnya.

Keutamaan Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah pada Waktu Malam

Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu malam, maka ia akan diberi kecukupan. Sebagian ulama ada yang mengatakan, ia dijauhkan dari gangguan setan. Ada juga yang mengatakan, ia dijauhkan dari penyakit. Ada juga ulama yang menyatakan bahwa dua ayat tersebut sudah mencukupi dari shalat malam. Benarkah?

Dua ayat tersebut,

Allah Ta’ala berfirman,

سول آمن ه من إليه أنزل بما الر ه آمن كل والمؤمنون رب ق لا ورسله وكتبه وملائكته بالل نا غفرانك وأطعنا سمعنا وقالوا رسله من أحد بين نفر ربف لا) 285 (المصير وإليك ه يكل نا اكتسبت ما وعليها كسبت ما لها وسعها إلا نفسا الل نا أخطأنا أو نسينا إن تؤاخذنا لا رب كما إصرا علينا تحمل ولا رب

ذين على حملته نا قبلنا من ال ا واعف به لنا طاقة لا ما تحملنا ولا رب على فانصرنا مولانا أنت وارحمنا لنا واغفر عن )286 (الكافرين القوم

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 285-286)

Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من كفتاه ليلة فى البقرة سورة آخر من بالآيتين قرأ

“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Hadits di atas menunjukkan tentang keutamaan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, maka Allah akan memberikan kecukupan baginya untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan

Page 245: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

membaca ayat tersebut imannya akan diperbaharui karena di dalam ayat tersebut ada sikap pasrah kepada Allah Ta’ala. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut bisa sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat do’a untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat. Lihat bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401.

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa makna hadits bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam. Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Al-Qur’an. Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan dengan membaca ayat tersebut. Atau bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula do’a kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Mu’allim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).

Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya –menurut sebagian ulama- adalah ia sudah dicukupkan dari shalat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti shalat malam. Ada juga ulama yang menyampaikan makna bahwa ia dijauhkan dari gangguan setan atau dijauhkan dari segala macam penyakit. Semua makna tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadits. Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, “Ketahuilah para ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan. Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam do’a karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat.” (Ahkam Al-Qur’an Al-Karim, 2: 540-541).

Semoga bisa mengamalkan untuk membaca dua ayat terakhir Al-Baqarah ini mulai dari malam ini. Semoga kita meraih kebaikan dan keberkahan. Semoga Allah memberi taufik.

Referensi:

Ahkam Al-Qur’an Al Karim. Cetakan pertama tahun 1428 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madarul Wathan.

Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.

Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadhis Shalihin. Cetakan pertama tahun 1430 H. Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Kunuz Riyadhis Sholihin. Cetakan pertama tahun 1430 H. Prof. Dr. Hamad bin Nashir bin ‘Abdurrahman Al-‘Ammar. Penerbit Dar Kunuz Isybiliyya.

Nuzhah Al-Muttaqin. Cetakan pertama tahun 1432 H. Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dkk. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.

Mau Selalu Diberi Kecukupan? Coba Pahami Dua Ayat Terakhir Al Baqarah

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM- Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu malam, maka ia akan diberi kecukupan.

Tidak sedikit ulama yang mengatakan, ia dijauhkan dari gangguan setan. Ada juga yang mengatakan, ia dijauhkan dari penyakit.

Ada juga ulama yang menyatakan bahwa dua ayat tersebut sudah mencukupi dari shalat malam. Benarkah?

Dua ayat tersebut, Allah Ta’ala berfirman,

سول آمن ه من إليه أنزل بما الر ه آمن كل والمؤمنون رب ق لا ورسله وكتبه وملائكته بالل نا غفرانك وأطعنا سمعنا وقالوا رسله من أحد بين نفر ربف لا) 285( المصير وإليك ه يكل نا اكتسبت ما وعليها كسبت ما لها وسعها إلا نفسا الل نا أخطأنا أو نسينا إن تؤاخذنا لا رب كما إصرا علينا تحمل ولا رب

ذين على حملته نا قبلنا من ال ا واعف به لنا طاقة لا ما تحملنا ولا رب على فانصرنا مولانا أنت وارحمنا لنا واغفر عن )286 (الكافرين القوم

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.

(Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 285-286)

Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من كفتاه ليلة فى البقرة سورة آخر من بالآيتين قرأ

“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Page 246: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Hadits di atas menunjukkan tentang keutamaan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah maka Allah akan memberikan kecukupan baginya untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan.

Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan membaca ayat tersebut imannya akan diperbaharui karena di dalam ayat tersebut ada sikap pasrah kepada Allah Ta’ala.

Ada pula ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut bisa sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat do’a untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat. Ini bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401.

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa makna hadits bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam.

Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Al-Qur’an. Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan dengan membaca ayat tersebut.

Bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula do’a kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Mu’allim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).

Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya. Menurut sebagian ulama- adalah ia sudah dicukupkan dari shalat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti shalat malam.

Ada juga ulama yang menyampaikan makna bahwa ia dijauhkan dari gangguan setan atau dijauhkan dari segala macam penyakit.

Semua makna tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadits (dibahas Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, “Ketahuilah para ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan.”

Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam do’a karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat.” (Ahkam Al-Qur’an Al-Karim, 2: 540-541).

Semoga bisa mengamalkan untuk membaca dua ayat terakhir Al-Baqarah ini mulai dari malam ini. (Muh Abduh Tuasikal/Rumaysho.com)

Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah Pada Waktu Malam Terbebas dari Gangguan Jin?

HIJAZ.ID Membaca Al-Quran merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan. Satu huruf yang dibaca, menyumbang begitu banyak pahala. Lalu, benarkah jika membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah pada waktu malam membuat yang membacanya terbebas dari gangguan jin?

Berikut ini penjelasan dari Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal. Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu malam, maka ia akan diberi kecukupan. Sebagian ulama ada yang mengatakan, ia dijauhkan dari gangguan setan. Ada juga yang mengatakan, ia dijauhkan dari penyakit. Ada juga ulama yang menyatakan bahwa dua ayat tersebut sudah mencukupi dari shalat malam. Benarkah?

Dua ayat tersebut,

Allah Ta’ala berfirman,

سول آمن ه من إليه أنزل بما الر ه آمن كل والمؤمنون رب ق لا ورسله وكتبه وملائكته بالل نا غفرانك وأطعنا سمعنا وقالوا رسله من أحد بين نفر ربف لا) 285 (المصير وإليك ه يكل نا اكتسبت ما وعليها كسبت ما لها وسعها إلا نفسا الل نا أخطأنا أو نسينا إن تؤاخذنا لا رب كما إصرا علينا تحمل ولا ربذين على حملته نا قبلنا من ال ا واعف به لنا طاقة لا ما تحملنا ولا رب على فانصرنا مولانا أنت وارحمنا لنا واغفر عن )286 (الكافرين القوم

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 285-286)

Baca Juga : Memegang Al-Qur’an Terjemah Ketika Haid, Apa Hukumnya?

Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من كفتاه ليلة فى البقرة سورة آخر من بالآيتين قرأ

“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Page 247: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Hadits di atas menunjukkan tentang keutamaan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, maka Allah akan memberikan kecukupan baginya untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan membaca ayat tersebut imannya akan diperbaharui karena di dalam ayat tersebut ada sikap pasrah kepada Allah Ta’ala. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut bisa sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat do’a untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat. Lihat bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401.

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa makna hadits bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam. Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Al-Qur’an. Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan dengan membaca ayat tersebut. Atau bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula do’a kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Mu’allim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).

Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya –menurut sebagian ulama- adalah ia sudah dicukupkan dari shalat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti shalat malam. Ada juga ulama yang menyampaikan makna bahwa ia dijauhkan dari gangguan setan atau dijauhkan dari segala macam penyakit. Semua makna tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadits. Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, “Ketahuilah para ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan. Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam do’a karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat.” (Ahkam Al-Qur’an Al-Karim, 2: 540-541).

Wallahu a’lam bish shawab.

Malam

Dibalik Dua Ayat Terakhir Al Baqarah Dibaca Setiap Malam

Unknown 4 tahun lalu 0 Komentar Print

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda :

من كفتاه ليلة فى البقرة سورة آخر من بالآيتين قرأ

“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan". (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

QS. Al Baqarah : 285-286 (alquranmulia.wordpress.com)

(Mediaislamia.com) --- Besar kecil datanganya rezeki kepada setiap umat muslim memang sudah takdir Allah SWT yang mengatur. Namun menurut Rasullulah SAW ada dua ayat di dalam Alquran yang jika dibaca setiap malam akan memberikan kelancaran dan kecukupan rezeki bagi yang membacanya.

Rasullulah SAW bersabda :

"Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada malam hari, niscahya ia tercukupi." (HR. Bukhara dan Muslim)

Dalam penerangannya bahwa makna tercukupi dalam hadis diatas adalah tercukupi kebutuhan di dunia dan akhirat serta terhidar dari segala keburukan.

Page 248: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dalam hadis yang lainnya, yang diriwayatkan Imam Muslim, yang berisi, "Rasulullah SAW dikaruniai tiga hal; diberi shalat lima waktu, diberi ujung (akhir) surat al-Baqarah…"

Irwansyah saat baca Al-Qur'an (pekanews.com)

Hadis ini pula yang yang dicantumkan oleh Imam Ibnu Katsir saat menjelaskan keutamaan dua ayat terakhir surat Al Baqarah di dalam tafsirnya.

Allah SWT berfirman dalam dua ayat terakhir surat Al Baqarah :

“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan),’Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan,’Kami dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdoa),’Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):”Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 285 286)

Ingin Hidup Kecukupan, Baca Dua Ayat Terakhir Al-Baqarah Malam Hari

SIAPA yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu malam, maka ia akan diberi kecukupan. Sebagian ulama ada yang mengatakan, ia dijauhkan dari gangguan setan.

Ada juga yang mengatakan, ia dijauhkan dari penyakit. Ada juga ulama yang menyatakan bahwa dua ayat tersebut sudah mencukupi dari salat malam. Benarkah?

Dua ayat tersebut, Allah Taala berfirman,

"Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 285-286)

Disebutkan dalam hadis dari Abu Masud Al-Badri radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

"Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan." (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Hadis di atas menunjukkan tentang keutamaan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, maka Allah akan memberikan kecukupan baginya untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan membaca ayat tersebut imannya akan diperbaharui karena di dalam ayat tersebut ada sikap pasrah kepada Allah Taala. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut bisa sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat doa untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat. Lihat bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401.

Page 249: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa makna hadits bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam. Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Alquran.

Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan dengan membaca ayat tersebut. Atau bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula doa kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Muallim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).

Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya menurut sebagian ulama- adalah ia sudah dicukupkan dari shalat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti shalat malam. Ada juga ulama yang menyampaikan makna bahwa ia dijauhkan dari gangguan setan atau dijauhkan dari segala macam penyakit. Semua makna tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadits. Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, "Ketahuilah para ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan. Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam doa karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat." (Ahkam Al-Quran Al-Karim, 2: 540-541).

Semoga bisa mengamalkan untuk membaca dua ayat terakhir Al-Baqarah ini mulai dari malam ini. Semoga kita meraih kebaikan dan keberkahan. Semoga Allah memberi taufik. [rumaysho]

Faedah dari Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah (2)

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.”

Sebelumnya telah dibahas faedah dari dua ayat terakhir surat Al Baqarah. Namun yang baru dikaji adalah ayat 285. Sekarang kita bahas ayat 286.

Allah Ta’ala berfirman,

سول آمن ه من إليه أنزل بما الر ه آمن كل والمؤمنون رب ق لا ورسله وكتبه وملائكته بالل نا غفرانك وأطعنا سمعنا وقالوا رسله من أحد بين نفر ربف لا) 285 (المصير وإليك ه يكل نا اكتسبت ما وعليها كسبت ما لها وسعها إلا نفسا الل نا أخطأنا أو نسينا إن تؤاخذنا لا رب كما إصرا علينا تحمل ولا رب

ذين على حملته نا قبلنا من ال ا واعف به لنا طاقة لا ما تحملنا ولا رب على فانصرنا مولانا أنت وارحمنا لنا واغفر عن )286 (الكافرين القوم

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 285-286)

Maksud Ayat Secara Global

Ayat di atas maksudnya adalah manusia tidak akan diberi beban kecuali sesuai kemampuannya. Inilah bentuk kelemahlembutan dan bentuk berbuat baik Allah pada hamba-Nya.

Ketika turut ayat sebelumnya,

ه به يحاسبكم تخفوه أو أنفسكم في ما تبدوا وإن الل

“Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.” (QS. Al-Baqarah: 284). Ketika para sahabat mendengar ayat ini, mereka merasa berat dan susah karena segala yang terbetik dalam hati akan dihisab atau diperhitungkan. Namun ayat 286 ini menjawabnya. Allah tidaklah membebankan sesuatu kecuali sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Sedangkan sesuatu yang tidak mungkin manusia cegah seperti sesuatu yang terbetik dalam hati tentu tidak jadi beban baginya.

Allah akan membalas orang yang berbuat baik dan membalas yang berbuat jelek.

Kemudian Allah akan memberi petunjuk pada manusia untuk meminta pada-Nya dalam do’a,

نا نا أخطأنا أو نسينا إن تؤاخذنا لا رب ذين على حملته كما إصرا علينا تحمل ولا رب نا قبلنا من ال ا واعف به لنا طاقة لا ما تحملنا ولا رب لنا واغفر عن على فانصرنا مولانا أنت وارحمنا الكافرين القوم

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

Do’a di atas kita rinci satu per satu.

Page 250: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Doa pertama:

نا أخطأنا أو نسينا إن تؤاخذنا لا رب

Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.

Maksudnya: Kita meminta pada Allah supaya tidak disiksa karena lupa atau keliru. Lupa (nisyan) adalah setelah adanya ilmu. Sedangkan keliru (khotho’) adalah ketika belum mengetahui ilmu. Khotho’ yang dimaksud dalam doa pertama adalah tidak tahu.

Disebutkan dalam hadits,

ه إن أمتى عن وضع الل سيان الخطأ عليه استكرهوا وما والن

“Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku ketika ia keliru, lupa atau dipaksa.” (HR. Ibnu Majah no. 2045. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Doa kedua:

نا ذين على حملته كما إصرا علينا تحمل ولا رب قبلنا من ال

Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.

Maksudnya: Kita meminta pada Allah supaya tidak dibebani dengan beban yang berat seperti yang dialami oleh orang Yahudi dan Nashrani yang ada sebelum umat Islam.

Contohnya: Umat sebelum Islam ketika tidak ada air, mereka tidaklah shalat. Mereka tidak diperintahkan mengganti dengan tayamum. Yang ada, mereka masih punya kewajiban untuk menanggung shalat tersebut. Jika sebulan penuh tidak dapat air, lalu mendapatinya setelah itu, maka shalat-shalat yang ada tadi harus diqadha’. Ini sungguh berat. Sedangkan pada umat Muhammad, ketika tidak mendapati air seperti itu, maka diganti dengan tayamum sebagaimana disebutkan dalam ayat,

فتيمموا ماء تجدوا فلم صعيدا با منه وأيديكم بوجوهكم فامسحوا طي

“Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.” (QS. Al Maidah: 6)

Begitu pula umat sebelum Islam tidaklah boleh mengerjakan shalat di sembarang tempat. Mereka harus shalat di tempat yang khusus seperti gereja, atau di tempat yang disebut bai’, atau shawami’. Ini sungguh berat. Sedangkan pada umat Islam, tempat mana pun bisa dijadikan tempat untuk shalat selain kamar mandi dan daerah pekuburan. Disebutkan dalam hadits,

وطهورا مسجدا الأرض لى وجعلت

“Dianugerahkan untukku tanah sebagai masjid (tempat shalat) dan untuk bersuci.” (HR. Bukhari no. 438)

Tentang tata cara tayamum disebutkan dalam riwayat berikut dari hadits ‘Ammar bin Yasir berikut ini,

ى فقال الخطاب بن عمر إلى رجل جاء ا تذكر أما الخطاب بن لعمر ياسر بن عمار فقال . الماء أصب فلم أجنبت إن ا أن أنت فأما وأنت أنا سفر فى كنيت فتمعكت أنا وأما ، تصل فلم بى فذكرت ، فصل بى فقال – وسلم عليه الله صلى – للن ما – » وسلم عليه الله صلى – الن « .هكذا يكفيك كان إن

بى فضرب وكفيه وجهه بهما مسح ثم فيهما ونفخ ، الأرض بكفيه – وسلم عليه الله صلى – الن

Ada seseorang mendatangi ‘Umar bin Al-Khattab, ia berkata, “Aku junub dan tidak bisa menggunakan air.” ‘Ammar bin Yasir lalu berkata pada ‘Umar bin Khattab mengenai kejadian ia dahulu, “Aku dahulu berada dalam safar. Aku dan engkau sama-sama tidak boleh shalat. Adapun aku kala itu mengguling-gulingkan badanku ke tanah, lalu aku shalat. Aku pun menyebutkan kelakuanku tadi pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda, “Cukup bagimu melakukan seperti ini.” Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dengan menepuk kedua telapak tangannya ke tanah, lalu beliau tiup kedua telapak tangan tersebut, kemudian beliau mengusap wajah dan kedua telapak tangannya. (HR. Bukhari no. 338 dan Muslim no. 368)

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

ضربة الأرض بيديه ضرب ثم مال مسح ثم واحدة ووجهه كفيه وظاهر اليمين على الش

“Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menepuk kedua telapak tangannya ke tanah dengan sekali tepukan, kemudian beliau usap tangan kiri atas tangan kanan, lalu beliau usap punggung kedua telapak tangannya, dan mengusap wajahnya.”

Doa ketiga:

نا ا واعف به لنا طاقة لا ما تحملنا ولا رب على فانصرنا مولانا أنت وارحمنا لنا واغفر عن الكافرين القوم

Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

Maksudnya: Kita meminta supaya tidak diberi beban yang tidak mampu kita memikulnya. Perkara semacam itu sebenarnya kita punya pilihan. Adapun perkara yang manusia tidak punya pilihan di dalamnya misalnya diberikan sakit dan semacamnya, jika beban tersebut menimpanya, maka ia akan diberi pahala dan akan menghapuskan dosa-dosanya yang telah lalu.

Page 251: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dalam doa tersebut juga kita minta:

Wa’fu ‘anna yaitu maafkanlah atas kekurangan dalam kita menjalankan yang wajib. Waghfirlanaa yaitu ampunilah karena kita telah terjerumus dalam perkara yang haram. Warhamnaa yaitu rahmatilah dengan memberikan taufik untuk terus bisa istiqamah.

Tiga hal yang diminta itu berarti berharap supaya dimaafkan karena lalai dari yang wajib, supaya diampuni karena terjerumus dalam maksiat dan supaya dirahmati dengan terus diberikan keteguhan (keistiqamahan).

Kemudian di akhir doa tersebut disebutkan bahwa Allah itu mawlaa, artinya Allahlah yang mengurus urusan kita, Allahlah tempat kita kembali dan Allahlah penolong kita. Lalu kita meminta tolong pada doa tersebut supaya dijauhkan dari penindasan orang kafir.

Faedah dari Ayat di Atas

1- Rahmat Allah begitu besar karena Allah tidaklah membebani kecuali yang manusia mampu memikulnya.

2- Dari ayat ini, para ulama membuat suatu kaedah fiqhiyyah yang begitu ma’ruf,

العجز مع واجب لا

“Tidak ada kewajiban ketika tidak mampu.”

Contoh:

Ketika seseorang tidak mampu bersuci dengan air karena sakit atau lumpuh atau tidak mendapati air atau khawatir sakit, bersuci tersebut beralih pada tayamum. Kalau tidak mampu tayamum karena tidak mendapati debu atau tanah untuk bertayamum, maka ketika itu ia shalat dalam keadaan tidak berwudhu dan bertayamum karena tidak ada kewajiban kala tidak mampu.

Jika seseorang shalat sedangkan didapati najis pada pakaiannya dan tidak diperoleh pakaian pengganti, najisnya pun tidak dapat dihilangkan pada pakaian, ia tetap shalat dalam keadaan berpakaian najis seperti itu. Shalatnya tidak perlu diulangi. Menjauhi najis ketika shalat adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan. Namun kewajiban tersebut gugur ketika tidak mampu dipenuhi.

Ketika seseorang shalat, wajib menghadap kiblat. Ketika sakit, ia tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang mampu mengarahkan tubuhnya kea rah kiblat. Keadaan seperti itu mengakibatkan menghadap kiblat menjadi gugur. Orang seperti itu shalat sesuai dengan keadaannya kala itu.

Ketika shalat tidak mampu dilakukan dalam keadaan berdiri, maka ketika itu boleh beralih ke posisi duduk. Jika tidak mampu duduk, maka beralih ke posisi berbaring ke sisi kanan atau kiri dengan menghadap kiblat. Ketika ruku’ dan sujud bisa dengan isyarat kepala. Namun saat itu tidak cukup dengan isyarat jari sebagaimana diyakini sebagian orang awam.

Ketika seseorang tidak mampu membaca Al-Fatihah dan belum mengenalnya, maka gugur kewajiban membaca Al-Fatihah. Wajib sebagai penggantinya adalah membaca dzikir dengan tahmid, takbir dan tahlil.

Jika wajib menunaikan zakat dan ketika itu tidak ada nuqud (uang tunai) dan tidak mampu membeli barang yang nanti dijadikan harta zakat, saat itu zakat tersebut boleh ditunda sampai mampu membeli barang tersebut.

Puasa Ramadhan itu wajib, namun saat ini dan seterusnya tidak mampu menunaikannya karena ketidakmampuan, sebagai gantinya adalah dengan menunaikan fidyah. Fidyah yang dikeluarkan adalah memberi makan pada orang miskin dari setiap puasa yang ditinggalkan. Jika tidak mampu menunaikan fidyah, jadilah gugur kewajiban tersebut.

Jika seseorang tidak punya kemampuan untuk berhaji, maka gugurlah kewajiban untuk berhaji.

3- Manusia berbeda-beda dalam memenuhi kewajiban. Ada yang mampu menunaikannya dan ada yang tidak mampu. Orang yang pertama menjadi wajib untuknya, berbeda dengan orang kedua.

4- Setiap orang yang beramal shalih, ia akan memperoleh balasannya. Termasuk pula seseorang mendapatkan balasan karena mengajak orang lain melakukan kebaikan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فاعله أجر مثل فله خير على دل من

“Siapa yang memberi petunjuk dalam kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala dari orang yang melakukan kebaikan tersebut.” (HR. Muslim no. 1893)

5- Setiap orang yang melakukan maksiat, maka ia akan memperoleh balasannya. Sebagaimana disebutkan dalam ayat yang lain,

من اكتسب ما منهم امرئ لكل الإثم

“Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.” (QS. An-Nur: 11). Baik dosa tersebut dilakukan langsung atau menjadi petunjuk pada sesuatu yang haram. Jika menjadi petunjuk pada sesuatu yang haram, maka berarti ia mendapat bagian dari yang haram tersebut. Namun ini berbeda dengan orang yang menunjukkan pada kebaikan. Kalau orang yang menunjukkan pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan kebaikan yang semisal. Sedangkan orang yang mencontohkan pada kejelekan akan mendapatkan bagian dari dosa.

6- Karena dalam do’a disebut ‘rabbanaa’, ini menunjukkan adanya penetapan sifat Rabb atau sifat rububiyyah bagi Allah. Yang dimaksud meyakini sifat rububiyyah Allah adalah meyakini Allah sebagai pencipta, pemberi rezeki dan pengatur alam semesta.

7- Di antara adab do’a adalah memanggil Allah dengan nama Allah yang mulia yaitu Rabb. Oleh karena itu, mayoritas do’a dalam Al-Qur’an dimulai dengan panggilan Rabb.

8- Orang yang lupa dan keliru (tidak punya ilmu), maka diangkat dosa dari dirinya. Namun ada beberapa kewajiban yang ketika lupa atau keliru harus diqadha’ namun tidak disematkan dosa padanya ketika melakukannya.

Contoh:

Page 252: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Orang yang berwudhu, lantas ia lupa mengusap kepala, lalu tetap shalat dalam keadaan seperti itu. Saat lupa semacam itu, ia tidak berdosa walau ia berwudhu dengan wudhu yang tidak sah. Akan tetapi, ia harus mengulangi wudhunya, juga harus mengulangi shalatnya. Jadi yang terangkat hanyalah dosanya. Namun kewajibannya tidaklah gugur.

Ada orang yang tidak ingat shalat sama sekali karena kesibukan. Ia tidak mendapatkan dosa. Namun shalat tersebut tidaklah gugur, tetap harus dikerjakan.

Jika seseorang salam sebelum sempurnanya shalat dalam keadaan lupa, maka ia tidaklah berdosa. Namun ia punya tugas untuk menyempurnakan shalat tersebut.

Jika seseorang berpuasa lalu makan dalam keadaan lupa, maka dimaafkan. Ia boleh tetap melanjutkan puasanya.

Pembahasan ini insya Allah akan bersambung pada serial ketiga. Semoga bermanfaat.

Referensi:

Ahkam Al-Qur’an Al Karim. Cetakan pertama tahun 1428 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madarul Wathan.

Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Tafsir As-Sa’di. Cetakan ketiga tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar Risalah.

KEUTAMAAN 3 AYAT TERAKHIR SURAH AL BAQARAH

www.rajaparkir.com

ARTINYA

"Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.[284]

“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan),’Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan,’Kami dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdoa),’Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali, [285]’

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):”Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada

Page 253: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.[286]”

Keutamaannya apa ?

Hadist-hadist berikut menjawab tentang keutamaan 3 ayat terakhir surah Al baqarah tersebut :

1. Dari Ibnu Abbas ra. Dia berkata, “Pada saat Jibril duduk bersama Nabi saw. Tiba-tiba beliau mendengar suara gemuruh dari atas beliau, maka beliau pun menengadahkan kepalanya keatas. Jibril berkata, ‘Itu adalah suara pintu dari langit. Hari ini pintu tersebut dibuka dan pintu itu tidak pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini. Kemudian turunlah malaikat dari langit’ Jibril berkata, ‘Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, dan ia tidak pernah turun sama sekali kecuali pada hari ini’. Selanjutnya malaikat itu memberi salam dan berkata, ‘Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, dan dua cahaya itu tidak pernah diberikan kepada Nabi sebelum kamu. Dua cahaya itu adalah surat Al Fatihah dan ayat-ayat terakhir dari surat Al Baqarah. Tidak satupun huruf yang engkau baca darinya melainkan akan dikabulkan (permintaan yang terkandung padanya)’.” (HR. Muslim).2. Dari An-Nu’man bin Basyir ra.dari Nabi saw. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menulis kitab dua ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di dalamnya Allah menurunkan dua ayat yang menutup surat Al Baqarah. Tidaklah kedua ayat tersebut dibaca dalam sebuah rumah selama tiga hari, melainkan syetan tidak akan mampu mendekatinya.” (HR. Tirmidzi). Tirmidzi menilai hadits ini Hasan Di riwayatkan juga oleh An-Nasa’i, Ibnu Hibban dan Al Hakim, tetapi redaksi Al Hakim adalah, “Dan tidaklah dua ayat tersebut dibaca dalam sebuah rumah, melainkan syaitan tidak akan sanggup untuk mendekatinya selama tiga malam.” Menurut Al Hakim hadits ini Shahih, sesuai syarat Muslim.

3. Dari Abu Mas’ud Al Badri ra. Bahwa Nabi saw. Bersabda, “Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada suatu malam, niscaya dua ayat itu akan mencukupinya.” (HR. Bukhari-Muslim). Maksud dari sabda beliau, “Niscaya dua ayat itu akan mencukupinya” adalah mencukupinya dari shalat malam di malam tersebut. Pendapat lain mengatakan: niscaya dua ayat itu menjadi penangkal dari syetan di malam itu. Ada juga pendapat lain yang mengatakan: dijaga dari segala bencana. Pendapat yang lainnya: dicukupkan dengan keutamaan dan pahala. Wallahu A’lam.

4. Diriwayatkan Dari Abu Mas’ud ra. dia berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa membaca dua ayat di akhir surat Al-Baqarah dalam satu malam, maka cukuplah dua ayat tersebut sebagai penyebab perlindungan Allah kepadanya.” (HR. Bukhari, Muslim).

3. Bersabda Nabi saw., “Barangsiapa membaca dua ayat akhir-akhir surat Al Baqarah pada malam hari, niscaya keduanya akan memelihara dia (dari bencana).” (HR. Abu Dawud).

4. Dari Abu Dzar ra. Berkata Nabi saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menutup surat Al Baqarah dengan dua ayat yang diberikan padaku dari pembendaharaan dibawah arsy, maka pelajarilah olehmu dan ajarkan pada isteri dan anak-anakmu, sebab ia sebagai shalat, dan bacaan serta do’a.” (HR. Al Hakim).

5. Dari Al-Rabik bin Abdullah Al Kala’iy, berkata, “Seorang lelaki berkata, Wahai Rasulullah saw. ayat manakah yang ada di dalam Al Qur’an yang paling agung?” Rasulullah saw. menjawab, “Ayat Kursi.” Lelaki itu bertanya lagi, “Ayat manakah di dalam Al Qur’an yang anda suka untuk anda dapatkan dan umat anda?” Rasulullah saw. menjawab, “Akhir surat Al Baqarah, karena dia berasal dari gedung rahmat yang berada di bawah Arsy Allah swt. Dan dia mencakup semua kebaikan di dunia dan akhirat.” (HR.Darimi).

Keutamaan Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah yang Istimewa

Dua ayat terakhir surat Al Baqarah jika diamalkan dengan membacanya pada waktu malam hari, maka Allah akan menjanjikan kehidupan yang berkecukupan kepada para umatnya. Selain itu banyak pendapat yang dituturkan oleh para ulama bahwa mengamalkan dua ayat tersebut bisa terhindar dari gangguan setan, terhindar dari berabagai macam penyakit, sudah bisa memenuhi kebutuhan dari sholat malam.

ads

Di dalam hadits Rasulullah juga menunjukkan mengenai keutamaan dari dua ayat terakhir surat Al Baqarah. Berikut penjelasan dari sabda Rasulullah Saw :

“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Manfaat Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah

Di antara banyak orang masih banyak yang belum memahami ayat yang berada pada urutan kedua paling akhir dari surat Al Baqarah. Kebanyakan hanya membacanya saja, namun tidak tau apa makna penting yang ada di dalamnya. Dua ayat terakhir pada surat Al Baqarah bisa anda pahami dan pelajari maknanya sebagai berikut :

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah : 285)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami

Page 254: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah : 286)

Dalam doa tersebut sangat jelas terdapat beberapa permintaan kepada Allah Swt :

Wa’fu ‘anna yaitu maafkanlah atas kekurangan dalam kita menjalankan yang wajib. Waghfirlanaa yaitu ampunilah karena kita telah terjerumus dalam perkara yang haram. Warhamnaa yaitu rahmatilah dengan memberikan taufik untuk terus bisa istiqamah.

Di bawah ini juga terdapat penjelasan dan ulasan dari berbagai ulama mengenai keutamaan dari dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah, yuk simak bersama – sama!

Para ulama menuturkan mengenai siapa yang membaca, kemudian mengamalkannya pada bagian dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah, maka Allah telah menjanjikan kepadanya akan memberikan segala kecukupan baginya terhadap berbagai urusan di dunia atau pun urusan di akhiratnya.

Selain itu ia juga akan dijauhkan dari segala kejelekan yang mungkin datang tanpa diketahui sebelumnya. Ada pendapat dari ulama lainnya yang menuturkan bahwa apabila membaca, kemudian mengamalkan ayat tersebut, maka imannya akan menjadi baru lagi karena akibat dari kandungan di dalam ayat tersebut yang menunjukkan sikap pasrah dan berserah diri kepada Allah Ta’ala.

Pendapat lain dari ulama yang menjelaskan bahwa pada kedua ayat tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pengganti dari berbagai aktivitas – aktivitas dzikir sehari – hari karena kandungan di dalam kedua ayat itu sudah dilengkapi dengan do’a yang pada dasarnya meminta kebaikan untuk kehidupan di dunia dan juga di akhirat. (Lihat bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401).

Pernyataan dar Al-Qadhi ‘Iyadh mengenai makna dari dua ayat terakhir surat Al Baqarah di dalam hadits menyebutkan bahwa dengan membaca, kemudian mengamalkan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan bias digunakan untuk mencukupkan dari shalat malam.

Atau pun bisa dikatakan bahwa orang yang membacanya, kemudian mengamalkannya maka dinilai seperti menggantungkan seluruh hatinya pada Al-Qur’an. Bisa juga disebutkan maknanya mereka akan terlindungi dari berbagai gangguan setan apabila membaca, kemudian mengamalkan ayat tersebut.

Selanjutnya bisa jadi apabila membaca, kemudian mengamalkan dua ayat tersebut akan memperoleh suatu pahala yang jumlahnya besar karena makna di dalam keduan ayat itu terdapat suatu pelajaran mengenai hal – hal yang bersangkutan dengan tingkatan keimanan, kepasrahan diri dan keikhlasan, ketaatan kepada Allah sebagai hambanya dan juga menjelaskan pula mengenai do’a – do’a kebaikan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ikmal Al-Mu’allim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).

Imam Nawawi sendiri menjelaskan mengenai makna dari dua ayat terakhir surat Al Baqarah bahwa yang dimaksudkan adalah Allah akan memberikan berbagai kecukupan padanya . Namun pendapat dari sebagian ulama ialah mereka sudah dicukupkan dari aktivitas shalat malam. Maksudnya disini bisa jadi digunakan sebagai pengganti ibadah shalat malam.

Lalu pendapat ulama ulama lainnya menjelaskan mengenai makna dari dua ayat terakhir surat Al Baqarah bahwa mereka yang membaca, kemudian mengamalkan maka akan dijauhkan dari segala macam gangguan setan atau pun bisa juga dijauhkan dari berbagai macam penyakit yang mungkin bisa dating kapan saja.

Semua makna yang sudah dijelaskan tersebut menurut pernyataan dari Imam Nawawi bisa mewakili dari semua makna dan maksud secara keseluruhan dari hadits. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menuturkan mengenai hal – hal yang berkaitan tentang keutamaan dua ayat terakhir surat Al Baqarah tersebut pada saat dibaca di malam hari, berikut ini ulasan jelasnya :

“Ketahuilah para ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan. Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam do’a karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat.” (Ahkam Al-Qur’an Al-Karim, 2 : 540-541).

Dua ayat ini juga terdapat faedah yang dapat kita pelajari dan pahami :

Pada saat ada seseorang tidak bisa melakukan proses bersuci dengan menggunakan air karena diakibatkan oleh sakit seperti misalnya terkena lumpuh, sulit mendapatkan air, khawatir sakit karena terkena air, maka diperbolehkan untuk bersuci dengan cara lain yakni tayamum. Apabila tidak bisa juga melakukan tayamum karena diakibatkan sulit mendapatkan debu atau pun tanah yang digunakan bertayamum, maka pada saat itu mereka yang sholat dalam kondisi tidak bersuci (wudhu atau tayamum), berarti tidak berkewajiban karena mereka tidak mampu.

Apabila seseorang sedang shalat tanpa disengaja terkena najis pada beberapa bagian pakaiannya, kemudian sulit mendapatkan pakaian untuk ganti, najisnya tidak bisa dibersihkan pula, dan mereka tetap melaksanakan shalat dalam kondisi berpakaian yang terdapat najisnya, maka sholatnya tidak perlu diulangi lagi. Karena secara tidak langsung kewajiban tersebut akan gugur selama tidak bisa terpenuhi.

Pada saat seseorang melaksanakan shalat, tentunya wajib menghadap ke kiblat. Pada saat sakit, mereka tidak bisa menghadap ke kiblat dan juga tidak ada yang bisa membantu mengarahkan anggota tubuhnya ke arah kiblat. Secara tidak langsung kondisi semacam itu akan menyebabkan kewajiban menghadap ke arah kiblat menjadi gugur.

Pada saat melaksanakan shalat, tapi tidak bisa melaksanakan dalam kondisi berdiri, maka pada saat itu juga diperbolehkan menggantinya dengan posisi duduk. Apabila duduk tetap tidak bisa, maka diperbolehkan menggantinya

Page 255: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

dengan posisi berbaring ke bagian kanan atau pun bagian kiri menghadap ke arah kiblat. Kemudian melakukan ruku’ dan juga sujud bisa dengan menggunakan isyarat kepala.

Pada saat seseorang tidak bisa membaca surat Al-Fatihah dan juga belum tau, maka kewajiban membaca surat Al-Fatihah akan gugur dengan sendirinya. Diwajibkan membaca dzikir dengan tahmid, takbir dan juga tahlil untuk menggantikannya.

Jika sudah masuk kategori wajib melaksanakan zakat dan pada saat itu tidak ada uang tunai dan tidak bisa membeli suatu barang yang selanjutnya akan digunakan sebagai harta zakat, maka pada saat itu zakat tersebut diperbolehkan untuk ditunda, dalam jangka waktu sampai mereka bisa membeli barang tersebut.

Dapat diambil kesimpulan bahwa artikel mengenai dua ayat terakhir surat Al Baqarah di atas yang diulas secara detail dan dikemas dengan menarik, diharapkan bias membantu memudahkan dalam mempelajari serta memahaminya lebih dalam lagi.

Sehingga nantinya mungkin bias dijadikan sebagai bahan referensi yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dan menambah wawasan bagi anda. Sampai disini dulu ya artikel kali yang membahas mengenai dua ayat terakhir surat Al Baqarah. Semoga bisa bermanfaat bagi anda dan terima kasih sudah meluangkan sedikit waktu untuk membaca artikel saya ini.

Keutamaan Membaca Dan Merenungkan Surat Al-Baqarah

KEUTAMAAN MEMBACA DAN MERENUNGKAN SURAT AL-BAQARAH

Oleh

Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MA

أخذها فإن البقرة سورة اقرؤوا: يقول وسلم عليه الله صلى الله رسول سمعت :قال عنه الله رضي الباهلي أمامة أبي عنمسلم رواه البطلة يستطيعها ولا حسرة وتركها بركة

Dari Abu Umâmah al-Bâhili Radhiyallahu anhu dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bacalah surah al-Baqarah, karena sesungguhnya selalu menetapinya mendatangkan keberkahan, sedangkan meninggalkannya akan mengakibatkan penyesalan, dan para tukang sihir tidak akan mampu melakukannya. [HR. Muslim][1]

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan membaca dan merenungkan surah al-Baqarah, sehingga Imam an-Nawawi rahimahullah mencantumkan hadits ini dalam bab: Keutamaan Membaca al-Qur’an Dan Membaca Surah al-Baqarah.[2]

Faidah Hadits

Beberapa mutiara faidah yang dapat kita ambil dari hadits ini:

Yang dimaksud dengan selalu menetapi surah ini adalah merutinkan membacanya, memahami kandungan dan mengamalkannya [3].

Arti ‘meninggalkannya akan mengakibatkan penyesalan’ adalah penyesalan dan kerugian karena luputnya pahala dan keutamaan yang agung dengan selalu menetapinya.[4]

Adapun makna ‘para tukang sihir tidak akan mampu melakukannya’ yaitu mereka tidak akan mampu menghafal surah ini, atau mereka tidak akan mampu mengganggu orang yang selalu membacanya.[5]

Kata al-bathalah (para pelaku kebatilan atau kerusakan) dalam hadits ini artinya adalah para pelaku sihir, sebagaimana yang ditafsirkan oleh salah seorang rawi hadits ini,[6] dan penafsiran ini benar, karena mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat syirik dan kerusakan di muka bumi.

Diantara Keutamaan Surah al-Baqarah

Dalam hadits-hadits shahih yang lain banyak dijelaskan keutamaan surah al-Baqarah atau keutamaan ayat-ayat tertentu di dalam surah ini, diantaranya:

1. Menjauhkan rumah dan anggota keluarga dari keburukan dan tipu daya setan.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يطان إن مقابر بيوتكم تجعلوا لا الذي البيت من ينفر الش البقرة سورة فيه تقرأ

Janganlah kamu menjadikan rumahmu (seperti) kuburan (dengan tidak pernah mengerjakan shalat dan membaca al-Qur’an di dalamnya), sesungguhnya syaitan akan lari dari rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqarah[7]

Dalam lafazh riwayat at-Tirmidzi: “…Sesungguhnya syaitan tidak akan masuk ke rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqarah” [8]

2. Di dalam surah ini terdapat ayat al-Kursi yang merupakan ayat paling agung dalam al-Qur’an.

Dari Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu beliau berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (kepadaku):

الله قلت قال أعظم معك الله كتاب من آية أي أتدري المنذر أبا يا إله لا وقال صدري في فضرب قال القيوم الحي هو إلاالمنذر أبا العلم ليهنك والله

Wahai Abul Mundzir, apakah kamu mengetahui ayat apakah yang paling agung dalam a-Qur’an yang ada padamu (yang kamu hafal)?”. Maka aku berkata: “(Ayat al-Kursi) Allah tidak ada sembahan yang benar kecuali Dia Yang Maha Hidup lagi Berdiri sendiri dan

Page 256: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

menegakkan makhluk-Nya…” (al-Baqarah: 255). Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menepuk dadaku dan bersabda: “Demi Allah, ilmu akan menjadi kesenangan bagimu, wahai Abul Mundzir!” [9].

3. Dua ayat terakhir dari surah ini merupakan sebab dicukupkannya seorang hamba dari segala keburukan dan dimudahkan baginya banyak kebaikan [10].

Dari Abu Mas’ud al-Badri Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كفتاه ليلة في قرأهما من البقرة سورة آخر من الآيتان

Dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah, barangsiapa yang membacanya di malam hari maka dua ayat tersebut akan mencukupi baginya” [11].

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]_______Footnote

[1] HSR Muslim (no. 804).

[2] Kitab “Syarhu shahiih muslim” (6/89).

[3] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (2/63).

[4] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (2/63).

[5] Lihat kitab “Tafsir Ibni Katsir” (1/57).

[6] Lihat kitab “Shahih Muslim” (1/553).

[7] HSR Muslim (no. 780).

[8] HR at-Tirmidzi (5/157), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.

[9] HSR Muslim (no. 810).

3 AYAT TERAKHIR SURAT AL BAQARAH

lillaahi maa fii

al

ssamaawaati wamaa fii

a

l-ardhi wa-in tubduu maa fii anfusikum aw tukhfuuhu yuhaasibkum bihi

al

laahufayaghfiru liman yasyaau wayu'adzdzibu man yasyaau wa

al

laahu 'alaa kulli syay-in qadiir

un.

(284)

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

aamana

al

rrasuulu bimaa unzila ilayhi min rabbihi wa

a

lmu/minuuna kullun aamana bi

al

Page 257: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

laahi wamalaa-ikatihi wakutubihiwarusulihi laa nufarriqu bayna ahadin min rusulihi waqaaluu sami'naa wa-atha'naa ghufraanaka rabbanaa wa-ilayka

a

lmashiir

u.

(285)

Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yangberiman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Merekamengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan merekamengatakan: "Kami dengar dan kami ta'at." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulahtempat kembali."

laa yukallifu

al

laahu nafsan illaa wus'ahaa lahaa maa kasabat wa'alayhaa maa iktasabat rabbanaa laa tu-aakhidznaa innasiinaa aw akhtha/naa rabbanaa walaa tahmil 'alaynaa ishran kamaa hamaltahu 'alaa

al

ladziina min qablinaa rabbanaawalaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bihi wa

u

'fu 'annaa wa

i

ghfir lanaa wa

i

rhamnaa anta mawlaanaa fa

u

nshurnaa'alaa

a

lqawmi

a

lkaafiriin

a.

(286)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yangdiusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlahEngkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanyang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkankepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

Trusted by over 1 million members

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions!

Start Free Trial

Cancel Anytime.

SURAT YASIN AYAT 9

waja'alnaa min bayni aydiihim saddan wamin khalfihim saddan fa-aghsyaynaahum fahum laa yubshiruun

a.

(9)

Page 258: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) merekasehingga mereka tidak dapat melihat.Insyaallah berkhasiat untuk:

Lindungi rumah dari pencuri - baca dan tiup ditiap-tiap penjuru rumah

Lindungi diri dari dianiaya

Bagi perlindungan diri dan rumah dikala tidur

Baca Ayat 9

Fatihah

Ayat Kursi (seluruhnya masing

2

3 kali)

SURAT YASIN AYAT 76

falaa yahzunka qawluhum innaa na'lamu maa yusirruuna wamaa yu'linuun

a. (

76)

Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan danapa yang mereka nyatakan.Insyaallah berkhasiat untuk:

Bila rasa sedih

Untuk menenangkan hati

Gosok jantung sambil baca

SURAT AL WAQIAH

Biasakanlah membaca surat AL WAQI’AH (minimal satu minggu sekali pada malam Jum’at)

Pada ayat-

ayat tertentu surat AL WAQI’AH

bacalah sebanyak 21 kali; ayat 32, 33, dan 89

Page 259: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Setelah selesai membaca surat AL WAQI’AH bacalah doa ini sebanyak 7 kali;“ALLAHUMMA YASSIRLII RIZQII HALALAN TOYYIBAN WAJMA’ BAINII WA BAINAHU MIN HALALIKA WAJ’ALHU NASIIBIIFILHALALI YA DZALJALALI WAL IKROM

Mau Selalu Diberi Kecukupan? Coba Pahami Dua Ayat Terakhir Al Baqarah

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM- Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu malam, maka ia akan diberi kecukupan.

Tidak sedikit ulama yang mengatakan, ia dijauhkan dari gangguan setan. Ada juga yang mengatakan, ia dijauhkan dari penyakit.

Ada juga ulama yang menyatakan bahwa dua ayat tersebut sudah mencukupi dari shalat malam. Benarkah?

Dua ayat tersebut, Allah Ta’ala berfirman,

سول آمن ه من إليه أنزل بما الر ه آمن كل والمؤمنون رب ق لا ورسله وكتبه وملائكته بالل نا غفرانك وأطعنا سمعنا وقالوا رسله من أحد بين نفر ربف لا) 285 (المصير وإليك ه يكل نا اكتسبت ما وعليها كسبت ما لها وسعها إلا نفسا الل نا أخطأنا أو نسينا إن تؤاخذنا لا رب كما إصرا علينا تحمل ولا رب

ذين على حملته نا قبلنا من ال ا واعف به لنا طاقة لا ما تحملنا ولا رب على فانصرنا مولانا أنت وارحمنا لنا واغفر عن )286 (الكافرين القوم

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.

(Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 285-286)

Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من كفتاه ليلة فى البقرة سورة آخر من بالآيتين قرأ

“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Hadits di atas menunjukkan tentang keutamaan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah maka Allah akan memberikan kecukupan baginya untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan.

Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan membaca ayat tersebut imannya akan diperbaharui karena di dalam ayat tersebut ada sikap pasrah kepada Allah Ta’ala.

Ada pula ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut bisa sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat do’a untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat. Ini bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401.

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa makna hadits bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam.

Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Al-Qur’an. Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan dengan membaca ayat tersebut.

Bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula do’a kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Mu’allim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).

Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya. Menurut sebagian ulama- adalah ia sudah dicukupkan dari shalat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti shalat malam.

Ada juga ulama yang menyampaikan makna bahwa ia dijauhkan dari gangguan setan atau dijauhkan dari segala macam penyakit.

Semua makna tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadits (dibahas Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, “Ketahuilah para ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan.”

Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam do’a karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat.” (Ahkam Al-Qur’an Al-Karim, 2: 540-541).

Page 260: emilanakhosy.files.wordpress.com · Web viewPENYULUH AGAMA ISLAM KECAMATAN DUKUPUNTANG . ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

Semoga bisa mengamalkan untuk membaca dua ayat terakhir Al-Baqarah ini mulai dari malam ini. (Muh Abduh Tuasikal/Rumaysho.com)