widanarto.files.wordpress.com€¦  · Web viewPenyediaan informasi yang baik ini menjadi salah...

30
BAB IV INFORMASI Apakah sebenamya informasi itu? Apakah kegunaan informasi itu? Kapan kita membutuhkan informasi? Siapa yang menyediakan informasi? Pertanyaan seperti ini kadang tidak pernah kita sadari. Atau bahkan kita tidak pernah menyadari apa informasi itu walaupun kita sering mengucapkan kata informasi. Sepanjang hari kita, tanpa disadari, bergelut dengan informasi. Waktu kita kuliah, kita mendengarkan informasi dan kadang kita mengkonfrrmasikan pengetahuan yang kita miliki dengan informasi yang diberikan oleh dosen. Sambil minum teh hangat di pagi atau sore hari, kita mendengarkan berita dari radio maupun dari televisi. Kadang kita juga sering mendengarkan gosip-gosip yang berkembang di antara kita baik dari kalangan mahasiswa, masyarakat, selebritis, sampai politikus. Banyak informasi yang setiap hari masuk dalam telin~a. Tetapi hanya sedikit saja informasi yang diserap oleh otak, dan otak kita diminta untuk selalu mengingat informasi penting. Dengan demikian ada informasi yang berguna dan ada informasi yang tidak berguna. Agar informasi berguna bagi kita maka informasi harus memiliki karakteristik - karakteristik sehubungan dengan pengambilan keputusan. Secara umum informasi mempunyai karakteristik -karakteristik sebagai berikut: 1. Relevan (informasi hams relevan dengan situasi dan kondisi) 2. Tepat waktu ( informasi yang berguna hams cepat 3. Akurat ( informasi mempunyai tuntutan keakurasian) Lihatlah sepanjang jalan Solo dari Prambanan sampai Tugu. Di sepanjang jalan tersebut ada banyak wamng makan yang berhubungan dengan ayam. Ayam Mbok Berek, ayam Suharti, Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya. Dari sisi wamng

Transcript of widanarto.files.wordpress.com€¦  · Web viewPenyediaan informasi yang baik ini menjadi salah...

BAB IV

INFORMASI

Apakah sebenamya informasi itu? Apakah kegunaan informasi itu? Kapan kita membutuhkan informasi? Siapa yang menyediakan informasi? Pertanyaan seperti ini kadang tidak pernah kita sadari. Atau bahkan kita tidak pernah menyadari apa informasi itu walaupun kita sering mengucapkan kata informasi. Sepanjang hari kita, tanpa disadari, bergelut dengan informasi. Waktu kita kuliah, kita mendengarkan informasi dan kadang kita mengkonfrrmasikan pengetahuan yang kita miliki dengan informasi yang diberikan oleh dosen. Sambil minum teh hangat di pagi atau sore hari, kita mendengarkan berita dari radio maupun dari televisi. Kadang kita juga sering mendengarkan gosip-gosip yang berkembang di antara kita baik dari kalangan mahasiswa, masyarakat, selebritis, sampai politikus.

Banyak informasi yang setiap hari masuk dalam telin~a. Tetapi hanya sedikit saja informasi yang diserap oleh otak, dan otak kita diminta untuk selalu mengingat informasi penting. Dengan demikian ada informasi yang berguna dan ada informasi yang tidak berguna. Agar informasi berguna bagi kita maka informasi harus memiliki karakteristik -karakteristik sehubungan dengan pengambilan keputusan. Secara umum informasi mempunyai karakteristik -karakteristik sebagai berikut:

1. Relevan ((informasi hams relevan dengan situasi dan kondisi)

2. Tepat waktu (( informasi yang berguna hams cepat

3. Akurat (( informasi mempunyai tuntutan keakurasian)

Lihatlah sepanjang jalan Solo dari Prambanan sampai Tugu. Di sepanjang jalan tersebut ada banyak wamng makan yang berhubungan dengan ayam. Ayam Mbok Berek, ayam Suharti, Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya. Dari sisi wamng makan yang berhubungan dengan ayam, sebenamya Daerah Istimewa Y ogyakarta sudah memasuki pasar global. Persaingan antar rumah makan sudah terj adi. Dengan demikian perlu kiat-kiat khusus untuk memenangkan persaingan. Dalam persaingan, informasi yang diperlukan hams akurat, agar keputusan yang diambil tepat.

Gambar I: Sifat Informasi

Keadaan

Akibat

Changes: Perubahan dunia semakin cepat. (Uni Soviet, Aceh, Timor Timur, dsb)

Uncertainty

Global Market:

1. WTO

2. GATT

3. Free Trade, dsb

Tuntutan Akurasi

Komunikasi Global

1. Telepon

2. Televisi

3. Internet, dsb

Speed

(Based on interview with Idaman Andarmasoko, 1999)

Dalam sistem pengendalian manajemen, informasi memiliki karakteristik -karakteristik sebagai berikut (Anthony, dkk, 1992):

1. Mengurangi ketidakpastian mengenai tindakan yang akan dilakukan atau meyakinkan pengambil keputusan tentang tindakan yang terdahulu yang pemah diambil.

2. Informasi berfungsi sebagai penyadar ( informasi menciptakan peluang

3. Informasi berfungsi sebagai suatu fungsi evaluasi ( seberapa jauh tindakan yang direncanakan dan hasil telah dicapai

Berdasarkan karakteristik sistem informasi di atas, maka informasi yang disajikan bagi manajemen maupun pengambil keputusan yang lain harus sesuai dengan keputusan yang akan diambil. Hal ini analogi dengan orang yang sakit kepala tetapi dia minum Haiping (obat susut perut) atau mengoles kulit kaki dengan Kalpanax (obat anti jamur). Penyediaan informasi yang baik ini menjadi salah satu tugas dari unit sistem informasi yang dimiliki oleh perusahaan. Unit sistem informasi perlu merancang sebuah sistem yang benar -benar dapat mengakomodasi informasi-informasi yang ada yang berhubungan dengan pengambilan keputusan.

Sama seperti makhluk hidup, informasi mengalami suatu siklus yang tiada terputus. Siklus tersebut diawali dari fakta yang kemudian dicatat. Fakta yang dicatat ini membentuk sekumpulan data. Data-data tersebut kemudian diolah yang kemudian membentuk informasi. Informasi yang diperoleh tersebut digunakan untuk pengambilan keputusan yang kemudian menghasilkan keputusan. Keputusan yang telah diambil tersebut kemudian dilaksanakan. Pelaksanaan keputusan tertentu akan memberikan kejadian-kejadian yang bam dalam masyarakat. Kejadian bam tersebut kemudian diamati. Kejadian yang diamati tersebut disebut fakta. Dan seterusnya. Hal ini dapat ditunjukkan pada diagram berikut:

Kegunaan informasi

Kita juga pernah merasa bangga apabila kita memiliki informasi sedangkan orang lain tidak memiliki informasi. Apabila kita ditanya oleh orang lain berkaitan dengan informasi yang kita miliki, kita sering merasa enggan kalau mau memberikan informasi yang kita miliki. Informasi yang kita miliki

Dalam pengendalian manajemen, informasi digunakan untuk merencanakan, mengkoordinasi dan mengevaluasi. Dalam hal ini informasi bisa dalam berbagai bentuk tergantung pada situasi, lingkungan, perilaku yang diinginkan, serta biaya dan nilai informasi.

Tabel 1· Analisis Informasi

Bidang

Data

Informasi

Makna

Keputusan

Finance

Bukti

Jurnal

dsb

Informasi laporan keuangan yang terdiri dari:

· Laporan neraca

· Laporan laba rugi

· Laporan perubahan modal

· Catatan atas laporan keuangan

· Solvable

· Likuid

· Rentable

· dsb

· Pailit atau tidak

· Merger atau tidak

· dsb

Ilmiah Akademik Kuantitatif (Statistik)

Hasil angka (dari kuesioner)

· Rho

· Chi square

· T

· W

· F, dsb

· Kelompok berbeda

· Ada hubungan

· Ada pengaruh

· dsb

· Tolak hipotesis

· Terima hipotesis

Pemasaran

Catatan penjualan selama periode tertentu

· Indeks musim

· Variasi musim

· Tren penjualan

· dsb

· Perilaku pasar

· Kecenderungan pasar

· dsb

Rencana strategic pemasaran

Portofolio

Transaksi perusahaan yang listing di bursa efek

· harga saham

· kebijakan pemerintah

· situasi politik

· ROI

· ROE

· dsb

· Invest atau tidak

· Beli saham atau tidak

(Based on interview with Idaman Andarmasoko, 1999)

Suplemen:

PRIVATE[ Artikel-Artikel: Upaya Penanggulangan Korupsi di Indonesia ]

Teknologi Informasi dalam Penciptaan Masyarakat Indonesia yang Transparan Oleh: Arief Hamdani Gunawan - RisTI, PT. Telekomunikasi Indonesia & Dr. Richard A. Hutagaol - Universitas Advent Indonesia email: [email protected]

…dari sudut pandang masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, hanya ada dua nama yang betul-betul pantas untuk menyandang gelar futuris sejati, yaitu Joyoboyo dan John Naisbitt. Joyoboyo dikenal melalui tulisan-tulisannya mengenai masa depan Indonesia, yang sampai detik ini (dipercaya) belum pernah meleset, sedangkan John Naisbitt terkenal karena kemampuannya memprediksi secara jitu trend dunia melalui bukunya yang terdahulu, Mengatrends 2000. Ia sudah biasa mengenali trend utama dengan makin beragamnya globalisasi ekonomi, maka inovasi teknologi dan kebangkitan kekuatan budaya makin berpengaruh dalam kehidupan kita.

Hentakan perubahan yang baru, yaitu kenyataan bahwa dengan makin terintegrasinya dunia secara ekonomi, maka pelaku-pelaku ekonomi menjadi semakin banyak jumlahnya, semakin kecil ukurannya dan semakin penting. Tidak lama lagi ekonomi global akan tumbuh bersamaan dengan makin menciutnya ukuran perusahaan-perusahaan. Semakin besar ekonomi dunia, semakin kuat perusahaan kecil.

Seperti kita diketahui, paradoks adalah suatu pernyataan atau rumusan yang terlihat seakan-akan bertolakbelakang atau tidak masuk akal (absurd), namun kenyataannya sungguh-sungguh logis dan benar. Dalam dunia arsitektur, paradoks yang terkenal adalah : 'Lebih sedikit adalah lebih banyak'. Semakin sedikit Anda menghias gedung, semakin anggunlah gedung tersebut.

Dari banyak paradoks dalam perubahan dunia yang dramatis, satu-satunya yang merangkum berbagai perubahan saat ini dan merupakan titik berat perhatian buku ini adalah : 'Semakin besar ekonomi dunia, semakin kuat perusahaan kecil'.

Selain trend dunia mengacu pada kebebasan politik dan swatantra (self-rule), terjadi pula pembentukan persekutuan ekonomi. Sementara dunia dari segi ekonomi semakin terintegrasi, pelaku-pelaku ekonomi menjadi semakin banyak, semakin kecil dan semakin penting. Ekonomi global kian berkembang, bersamaaan dengan kian mencuatnya ukuran perusahaan.

Dunia bisnis setiap saat harus berhadapan dan berurusan dengan paradoks-paradoks – suatu daya tarik-menarik antara kebutuhan sentralisasi dan desentralisasi, hasrat yang berbarengan apakah menjadi pemimpin atau pengikut, sebagai pelaku dalam tim atau perorangan. Meskipun demikian paradoks-paradoks tetap menjadi piranti yang ampuh untuk memahami atau setidak-tidaknya menjadi salah satu tujuan memicu pemikiran yang segar.

Dalam bisnis, perusahaan raksasa seperti IBM, Philips, dan GM harus memecah diri menjadi perusahaan-perusahaan kecil, otonom, dan berwirausaha agar dapat bertahan hidup.

Dari tahun 40-an sampai pertengahan 80-an, perusahaan-perusahaan besar dan prinsip economies of scale berjaya. Akan tetapi kini hanya perusahaan-perusahaan kecil dan sedang (SMEs, small and medium enterpreuners) atau perusahaan besar yang sudah merombak diri menjadi jaringan wirausaha – yang akan bertahan hidup. Beberapa fakta yang terjadi :

· 50% ekspor AS dan Jerman ditopang dari industri kecil yang hanya mengerahkan kurang dari 19 karyawan.

· Perusahaan dengan 500 karyawan atau lebih hanya menyokong 7% dari ekspor AS.

· Hanya 10% dari pengusaha AS sekarang tercatat dalam Fortune 500, turun dari 20% pada tahun 1970.

· 90% kegiatan ekonomi AS di manapun adalah perusahaan-perusahaan berukuran kecil dan menengah.

Para wirausahawan - perorangan - membentuk ekonomi global yang besar.

Perombakan ulang - penciptaan struktur baru perusahaan berupa jaringan unit-unit yang otonom – sekarang sedang meggejala, karena hal tersebut merupakan cara terbaik untuk bertahan hidup. Apa yang dilakukan oleh banyak perusahaan-perusahaan pada saat ini disebut sebagai "efek ODD", yaitu outsourcing, delayering, dan deconstruction. Hasilnya adalah pengecilan yang radikal.

Pengecilan (downsizing), rekayasa ulang (reengineering), penciptaan jaringan organisasi, maupun yang paling mutakhir – perusahaan virtual, semuanya merupakan hal yang sama. Perusahaan harus membongkar birokrasi untuk dapat bertahan hidup, sambil berusaha menemukan ukuran yang pas agar sinergis, fleksibel dalam pasar, dan terlebih lagi, cepat bertindak.

Perusahaan besar dunia yang paling banyak mengalami perombakan adalah Asea Brown Boveri, sebuah kelompok power-engineering terbesar di dunia. Pendapatan tahunan dari 1.200 perusahaan melampaui 30 milliar dollar, di mana masing-masing perusahaan rata-rata karyawannya hanya 200 orang. CEO, Percy Barnevik mengatakan, "Kami terus berkembang sekaligus juga menyusut. Kita bukanlah sebuah bisnis global, tetapi sekumpulan usaha bisnis lokal dengan koordinasi yang sangat global". Kondisi yang sempurna.

Jack Welch dari General Electric juga merampingkan perusahaannya. Selama 11 tahun sampai tahun 1992, karyawannya telah dikurangi 100.000 orang sehingga menjadi 268.000. Selama 11 tahun tersebut, penjualan tahunan menanjak dari $27 milliar menjadi $62 milliar pada tahun 1992, dan pendapatan bersih naik dari $1,5 milliar menjadi $4,7 milliar.

Sama halnya, Paul Allaire, direktur Xerox mengemukakan rekayasa ulang radikal apa yang disebutnya 'arsitektur organisasional' perusahaaan, "Kami mencoba memanfaatkan keunggulan perusahaaan kecil yang berupa kecepatan pemasaran, pengambilan keputusan, dan pemangkasan birokrasi."

Louis Gerstner, CEO IBM, juga memikirkan soal perombakan ulang. Ia mengatakan, "Tantangan kami di IBM adalah bagaimana menggabungkan atribut di perusahaan kecil seperti kegesitan, kecepatan, dan kepekaan pada langganan - dengan keunggulan matra perusahaan besar seperti berlimpahnya dana untuk penelitian dan pengembangan."

Beberapa tahun lagi, semua perusahaan besar akan mulai merasakan betapa sulitnya bersaing dan pada umumnya prestasinya akan berkurang dibanding perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, lebih gesit dan lebih inovatif. Adanya gagasan bahwa perusahaan multinasional akan menguasai bisnis dunia dalam persaingan ekonomi global bisa salah besar.

Makin besar dan terbuka ekonomi dunia, makin kuat dominasi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah.

Keadaan sudah berubah dari economies of scale menjadi diseconomies of scale – dari 'lebih besar lebih baik' menjadi 'lebih besar lebih buruk' karena tidak efisien, makan biaya, birokrasi sia-sia, kurang fleksibel, dan kini, hancur. Itulah paradoks yang terjadi bersamaan dengan dimulainya konteks global. Makin kecil dan gesit sebuah perusahaan, ia makin menguasai banyak bidang lain.

Kecenderungan kuat lain dalam komunitas bisnis global adalah aliansi strategis. Merger dan pengambil-alihan perusahaan antar negara sudah mulai banyak berkurang.

Kita telah mengetahui adanya persaingan. Satu desakan kerjasama yang baru, aliansi strategis, tidak lain adalah untuk meraup 'bagian kue', dengan menyetujui untuk bekerjasama dengan pesaing terkuat yang tetap bercokol. Pada pertengahan tahun 1993, pabrik mobil terbesar nomor dua di Jepang, Nissan, melakukan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, setuju untuk membeli perangkat kendaraan dari pemasok kelompok pesaing bebuyutannya, Toyota, yang merupakan pabrik mobil Jepang terbesar.

Pada saat yang sama di AS, US West menanamkan modal senilai $2,5 miliar di Time Warner's cable dan proyek hiburan malam dalam aliansi strategis untuk sama-sama memanfaatkan peluang yang menjanjikan dari revolusi telekomunikasi interaktif.

Sebagian besar aliansi strategis bersifat internasional dengan perusahaan telekomunikasi dan otomotif berada di garis depan. Oleh karenanya, kini hampir mustahil rasanya membeli kendaraan yang bukan produk jaringan 'keroyokan' (strategic alliances) tersebut.

Persekutuan ini diciptakan setiap hari sebagai bagian proses perubahan menuju pasar tunggal dunia di mana akan makin sulit menandai nasionalitas suatu produk atau perusahaan. Milton Friedman baru-baru ini megemukakan pandangannya bahwa saat ini 'memungkinkan untuk memproduksi produk di mana saja, oleh perusahaan berlokasi di mana saja, dijual kemana saja.' Menariknya, hal ini dilakukan melalui jaringan aliansi strategis.

Salah satu alasan yang masuk akal mengapa aliansi berkembang: karena perusahaan ingin menghindar untuk menjadi lebih besar. Membentuk suatu aliansi dan bukannya merger atau akuisisi berarti mendapatkan tenaga tambahan tanpa memperbesar ukuran.

Ketika ekonomi global menjadi lebih besar, ceruk pasar akan makin mengecil.

Kondisi yang serupa dengan perubahan segala hal menjadi unit-unit yang lebih ramping dan otonom adalah perubahan dari komputer mainframe menjadi PC, di mana PC terjalin bersama-sama dalam sistem.

'Tribalisme' (sukuisme) muncul lagi dalam kosakata di tahun 1993, dan konotasinya cenderung negatif menyeruak atas masalah pecahnya Yugoslavia.

Kendati tragedi Yugoslavia meletus, kita juga menyaksikan lahirnya negara baru yang lebih damai dan sukses – 'perceraian secara damai' Cekoslovakia menjadi dua negara berdaulat.

Kita tentu berhasrat menyelaraskan antara tribalisme dan universal. Kini, demokrasi dan revolusi dalam telekomunikasi (yang menyebarkan slogan-slogan demokrasi dan tekanan kemendesakannya) telah mengakibatkan tuntutan keselarasan antara tribalisme dan universal pada tingkatan baru.

Hal ini ditandai dengan timbulnya 'suku-suku virtual' atau 'suku-suku elektronik'. Sebagai contoh, ahli-ahli fisika partikel mengelompokkan diri dengan perantaraan komputer, telepon genggam dan pertemuan langsung. Bahasa mereka pun tentu berlainan. Hal itu tak akan berlangsung lama sampai kita semua memilik nomor telepon pribadi yang tetap dan semua hubungan telepon terjadi secara lokal. Ikatan yang lebih besar.

E-mail juga pencetus pengelompokan. Jaringan elektronik membuat kita makin mengelompok, di lain pihak juga semakin membuat kita mendunia.

Ada satu bangsa modern dan adidaya ekonomi yang masih menjalankan fungsi tak ubahnya seperti sebuah suku. Bangsa itu adalah Jepang. Corak budaya yang teramat homogen ini telah menjalankan pola pikir yang luar biasa secara global selama bertahun tahun. Berpikir lokal, bertindak global.

Komputer memungkinkan mengatur dan melacak perkembangan keruwetan, kompleksitas penanganan beragam satuan-satuan kecil bagi perusahaan dan dunia.

Barangkali masih lama untuk mencapai jumlah 1.000 negara di dunia ini, namun jumlah yang mendekati angka tersebut akan terpenuhi pada pertengahan abad mendatang. Makin gencar demokrasi, maka jumlah negara di dunia akan terus bertambah.

Panitia Olimpiade Atlanta 1996, jauh hari telah memperkirakan jumlah peserta sekitar 200 negara. Di awal abad mendatang jumlah negara di dunia akan ada sekitar 300 negara.

Pada tahun 1954 negara anggota PBB berjumlah 51 negara. Tahun 1960 jumlahnya menjadi 100 negara dan pada permulaan 1984 menjadi 159 negara.

Selama 30 bulan dari awal 1991 sampai pertengahan 1993 saja, telah bertambah 25 negara.

Dengan merebaknya perkembangan demokrasi di dunia, masyarakat – suku-suku bangsa – mencari peluang untuk swatantra (self-rule), suatu pilar bagi demokrasi.

Meningkatnya tribalisme harus dikaitkan dengan revolusi telekomunikasi karena telah memperjelas banyak hal sehingga setiap orang dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di mana saja.

Pecahnya suatu negara (secara artifisial disebut penyatuan kembali) ke dalam wujud kesatuan suku atau nasional dipandang sama menguntungkan seperti halnya pemilahan perusahaan. Pemilahan melenyapkan penggandaan dan keborosan, memangkas birokrasi, membangkitkan motivasi dan pertanggungjawaban serta memberikan otonomi di tingkat paling dasar seperti pada perusahaan.

Demokrasi melanda dunia dan dunia menerapkannya melalui sistem telekomunikasi global. Zaman Baru adalah satu swatantra bagi masyarakat seluruh dunia yang berhubungan satu sama lain lewat jaringan PC. Tambah satu paradoks lagi.

Beberapa dasawarsa lagi, akan lebih mudah mengikuti perkembangan 1.000 negara serta jaringan global dibandingkan mengikuti perkembangan 100 negara pada dua dasawarsa yang lalu.

Kita sedang menuju ke dunia yang terdiri dari 1.000 negara karena :

· Banyak masyarakat suku-suku baru ingin mandiri dan setiap hari menyaksikan orang lain sudah mandiri atau sedang menuju ke arah itu. Seseorang yang memiliki kompetensi yang rendah akan menjadi pecundang dan sebaliknya banyak raja kecil yang akan muncul untuk orang-orang yang mempunyai kompetensi yang tinggi.

· Negara kesatuan sudah sekarat, bukan karena negara kesatuan dikelompokkan dalam kategori lebih besar menjadi negara kaya, tetapi karena memecah menjadi bagian lebih kecil, lebih efisien sebagaimana halnya perusahaan besar.

· Revolusi telekomunikasi bukan hanya membawa arus dahsyat menuju kemandirian demokrasi, namun juga memantau dan memperjelas karakter serta hakikat prosesnya. Telekomunikasi modern juga memungkinkan menunjang kerjasama yang luar biasa antar masyarakat, perusahaan dan negara. Kita saksikan satu lagi paradoks. Karena ekonomi global semakin membesar, maka negara-negara yang mengambil peran akan semakin mengecil. Tanpa telekomunikasi maka informasi tidak dapat ada, dan tanpa informasi maka semua kegiatan akan berhenti. Pengetahuan akan telekomunikasi dan informasi sangatlah penting.

Kita hidup di masa perubahan dahsyat, kebangkitan baru, suatu masa di mana banyak hal akan tumbang. Krisis dalam kepemimpinan politik yang kita saksikan saat ini adalah krisis dari masa sebelumnya, aturan yang dibuat—demokrasi perwakilan—tidak relevan lagi.

Karena posisi kita saat ini ingin mengetahui apa yang harus diketahui begitu orang lain juga tahu, termasuk mereka yang bertindak dan mewakili kita, maka kita tidak mesti mempunyai semacam perwakilan seperti itu lagi. Sebenarnya kita tidak perlu 'diperankan oleh orang lain' dengan pengetahuan dan informasi untuk membuat keputusan bagi kita. Kita memiliki informasi dan pengetahuan yang sama dan kitalah 'tokohnya'. Satu-satunya hal yang mewakili adalah rakyat yang tidak mempunyai cukup pengetahuan tentang budaya lembaga pemerintah dan kebanyakan budaya tersebut anti-demokrasi dan adaptasinya buruk.

Gagasan bahwa pemerintah pusat adalah bagian yang terpenting dari pemerintahan sudah bulukan. Massa yang akan datang adalah kebebasan gagasan demokrasi, demokrasi yang mengutamakan pelanggan yang langsung memecahkan persoalan (issues), menghilangkan sistem perwakilan.

Negara-negara barat sedang mengalami 'krisis politik' karena pemimpin-pemimpin politik yang handal mengundurkan diri. Dan, itulah gejala yang umum terjadi di negara-negara Barat.

Dunia saat ini adalah soal mengenai pribadi orang per orang, bukan negara (state). Dunia saat ini adalah soal mengenai swapraja (self organization), sebagaimana organisasi telah mengalami perubahan menuju swakelola.

Hal yang harus dilakukan adalah pembagian kekuasaan, artinya perubahan dari negara menjadi urusan pribadi orang per orang, dari vertikal menjadi horisontal, dari hirarki menjadi jaringan kerja.

Politik menjadi semakin kurang penting dalam kehidupan masyarakat dengan makin mandiri hidupnya. Kekuasaan mengalir ke segala arah, tak dapat diramalkan, sedikit kisruh, berantakan, tak teratur rapi seperti hirarki, dari susunan atas-bawah (top-down).

Yang memberikan kekuasaan adalah revolusi telekomunikasi. Telekomunikasi merupakan kekuatan pendorong yang secara bersamaan menciptakan ekonomi global yang sangat besar di mana pelaku-pelakunya semakin kecil ukurannya namun semakin besar pengaruhnya.

Telekomunikasi menyediakan prasarana yang dibutuhkan oleh setiap industri dan setiap perusahaan untuk bersaing dalam pasar yang benar-benar terbuka. Bisnis telekomunikasi akan terus berlipat ganda dengan terwujudnya interkonektivitas (kesalingterhubungan) global.

Dalam prosesnya, industri telekomunikasi – telepon, televisi, komputer, dan piranti elektronik – akan memasuki periode perkembangan pesat yang tidak beraturan tapi penuh daya cipta (creative chaos).

Ada empat gagasan besar yang sedang mewujud:

1. Konvergensi (pembauran) teknologi — Karena telepon, komputer, dan televisi masing-masing dibekali kemampuan dua teknologi lainnya, maka akan berkembang susunan baru yang hebat, yaitu hibrida telepon–komputer–televisi. Pengenalan sistem komunikasi personal ke pasar terbuka akan dibarengi oleh perubahan dalam fokus untuk industri telekomunikasi dari pemecahan masalah bisnis dengan teknologi ke arah pemberian kekuasaan kepada individu yang disertai peningkatan kemampuan mereka untuk melakukan komunikasi. Akan terjadi perubahan dari yang business-driven ke arah individual-driven. Teknologi merupakan suatu kunci utama bagi manusia agar dapat 'hidup' di masa yang akan datang.

2. Aliansi Strategis — Aliansi strategis yang ada dibentuk untuk memenuhi kebutuhan era informasi yang berorientasi konsumen. Perusahaan industri dan wirausaha yang baru menanjak bermitra dengan kecepatan luar biasa, sadar sepenuhnya bahwa tak satu perusahaan pun – dan tak satu negara pun – dapat sendirian menjadi pemain yang berhasil dalam percaturan global. Tanpa adanya aliansi semua organisasi tidak akan bertahan. Terlebih di dalam kolaborasi untuk pembangunan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Pembentukan jaringan global — Menjelang revolusi telekomunikasi sedang dijalankan usaha-usaha untuk menciptakan jaringan telekomunikasi global tanpa batas dari jaringan-jaringan yang akan memungkinkan setiap orang di dunia berhubungan dengan orang lain dari dan ke mana saja di atas planet Bumi secara real-time, mengubah selamanya cara kita bekerja, cara bertindak, dan cara memandang sesama warga jaringan global. Komunitas jaringan global yang mempunyai kompetensi inilah yang akan menjadi komunitas pemegang peranan di dalam 'sistem' di dunia.

4. Telekomputer pribadi untuk semua orang — Secara bertahap, pada akhirnya setiap orang di kantor atau di rumah akan mempunyai telekomputer (mungkin di dalam dompet atau saku) yang digunakan untuk mengirimkan informasi dalam bentuk suara, data, citra, text, ataupun video. Kemampuan akan komputer merupakan suatu hal yang bukan lagi suatu nilai tambah bagi masyarakat dewasa ini, tetapi sudah menjadi suatu kemampuan minimum yang harus dimiliki.

Aturan baru ini didasarkan pada harapan atas tingkah laku dan sikap kita sendiri. Kembali kita mengambil hikmah dari pelajar, pekerja, maupun perusahaan kecil dalam menciptakan aturan baru di dalam tatanan ekonomi global yang sedang merebak.

Dengan ditayangkannya peristiwa-peristiwa dunia secara rutin di ruang keluarga kita, tidak seorangpun dari kita dapat berpura-pura tidak mengetahui tentang perubahan atas standar etika masyarakat. Teknologi komunikasi memudahkan setiap individu maupun masyarakat mengakses dengan cepat segala jenis informasi. Hal ini membawa konsekuensi harus adanya tanggungjawab.

Mari kita coba untuk mencoba di dalam ikut ambil bagian untuk sedikit bertanggung jawab siapakah untuk mengatasi perubahan yang terjadi. Mari kita berusaha menyiapkan kompetensi masyarakat khususnya manusia Indonesia untuk mampu beradaptasi.

Berbicara mengenai manusia Indonesia, dapat dikatakan bahwa pengusaha kecil, menengah dan koperasi di indonesia merupakan sasaran pokok yang harus dibina dan didorong agar memanfaatkan perdagangan elektronik ini dengan melihat posisinya yang amat strategis, antara lain : populasinya yang mencapai 2,1 juta unit usaha yang relatif tahan terhadap resesi ekonomi dan memiliki daya saing untuk menghasilkan produk di pasaran global.

Entrepreneur dengan investasi yang tidak terlalu besar (Usaha Kecil Menengah) dapat memulai usahanya dengan lebih mudah dengan mengakses internet untuk dapat menjangkau pelanggan di seluruh dunia. Beberapa perusahan Indonesia misalnya menjadi anggota ProNetLink untuk mempromosikan produk-produk mereka pada layanan e-commerce. E-Commerce dalam pengertian the business internet adalah bagaimana memanfaatkan internet untuk membangun hubungan lebih dekat dengan pelanggan dan rekanan bisnis. Berjualan produk di internet hanyalah salah satu bentuk e-commerce. Internet akan mengubah cara pembelian dan pemasaran. Konsumen akan dapat berbelanja dari rumahnya masing-masing untuk segala jenis produk dari manufaktur maupun retail dari seluruh dunia. Mereka akan dapat melihat produk-produk yang diinginkan melalaui komputer atau televisinya, mengakses informasi tentang produk yang diinginkan, dan akhirnya memesan dan membayar produk yang dipilih.

Dalam kaitan upaya-upaya pemulihan ekonomi, kita senantiasa harus proaktif memberdayakan kelompok usaha kecil menengah yang mempunyai keterbatasan modal, sumber daya manusia dan keahlian sehingga mereka dapat berperan dalam perdagangan global yang akan datang.

Berbagai usaha dan upaya telah dan terus dilakukan baik oleh pemerintah maupun sektor swasta untuk pemberdayaan UKMK dalam pemanfaatan perdagangan elektronik ini antara lain pengembangan kemampuan SDM UKMK dibidang pemanfaatan teknologi informasi melalui Technical Assostance and Training Program (TATP) yang pengelolahnya ditangani oleh Deperindag dengan bantuan Bank Dunia. Pemasyarakatan teleshoping dengan pemanfataan fasilitas Trade Point yang dipersiapkan UNCTAD; wahana informasi bisnis oleh KADIN melalui KADINnet; dan lain-lain.

Beberapa aspek yang perlu segera ditindaklanjuti berkenaan dengan perdagangan elektronika oleh pemerintah dan swasta adalah : Pertama , kebutuhan akan perangkat keras infrastruktur untuk menyalurkan lalulintas informasi transaksi tersebut, oleh karena itu Indonesia perlu mengembangkan National Information Infrastructure, karena tanpa infrastruktur tersebut kita tidak dapat segera optimal memeanfaatkan peluang-peluang bisnis yang berkembang dengan cepat di dalam Global Information Infrastructure untuk memperluas jaringan perdagangan pengusaha nasional. Yang kedua Perlu diantisipasi adalah kebutuhan akan perangkat lunak infrastruktur yang antara lain berupa tingkat keamanan dan legalitas yang akan menjamin traskasi bisnis. Dalam hal perangkat lunak untuk dapat mewujudkan terciptanyatransaksi elektronikyang dapat memenuhi kriteria aman (secure) dan kwalitas yang dapat dipercaya (reliable)serta didukung oleh aspek legalitas. Untuk ini diperlukan hukum dan perundang-undangan yang dikenal sebagai Cyber Law yang meliputi antara lain: Digital Signature; Computer Crimes; IPR (Intelectual Property Right). Hal ketiga adalah Akses Pasar yang bertujuan untuk menghilankan hal-hal yang menghambat pelaksanaan transfer teknologi informasi seperti tingginya biaya telekomunikasi.

Era perdagangan dimasa mendatang nantinya akan merupakan information based economy era yang akan sangat bergatung pada infastruktur informasi nasional (NII) di setiap negara dalam mengantisipasi bentuk perdagangan global. Dalam hal ini e-commerce dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional setiap negara.

Pertumbuhan internet yang semakin besar akan membuat potensial e-commerce semakin menjanjikan, dan dapat mengubah bisnis tradisional dan consumer life menjadi internet based electronic transactions.

Beberapa isu dalam hal ini yang perlu segera direalisasikan didalam waktu dekat ini dibidang e-commerce adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan joint team. Khususnya untuk Indonesia dibentuk e-commerce framework yang terdiri atas atas pemerintahan berama-sama pihak-pihak terkait untuk melaksanakan e-commerce pilot projects agar bisa diperoleh common platform diantara tim seperti dalam menghadapi peluang dan tantangan e-commerce. Pembentukan badan ini merupakan strategi untuk lebih mendorong pertumbuhan market information, legal frameworks, cyber laws, international cooperation, dan lain-lain.

2. Pemberdayaan kepada unit-unit usaha kecil menengah diseluruh wilayah Indonesia yang berpotensi tinggi untuk pasar global untuk menjual produk-produk unggulan daerahnya agar dapat diberikan insentif yang mendorong ke arah perdagangan elektronik.

3. Pemerintahan sebaiknya menyediakan lingkungan yang secured dan save dibidang e-commerce disebabkan semakin besarnya ke-tergantungan pengguna terhadap sistem komputer dan open networks dalam cyberspace transaction.

4. Sistem e-commerce yang akan dibangun harus mempunyai wawasan dan dasar global ditinjau dari semua sisi (multi dimension).

Buah pikiran di atas mudah-mudahan dapat membantu menggerakan kembali roda perekonomian nasional kita secara bersih dan profesional.

E-commecrce harus berjalan secara professional pada bisnis dotcom di Indonesia. Bisnis dotcom memiliki 4 model usaha. Pertama, penghasilan dari iklan banner. Kedua, berasal dari transaksi e-commerce. Ketiga, menjual lisensi franchising. Keempat, menjual content kepada pihak lain.

Hanya dunia cyber dapat membuat suatu transaksi menjadi cepat dan transparan. Dotcom dapat menjadi suatu jalan keluar, namun bagi suatu perusahaan dotcom juga diharuskan mempunyai daya tahan yang luar biasa karena segalanya transparan. Oleh karenanya kini untuk menilai sebuah perusahaan dotcom, maka mau tidak mau yang harus dinilai adalah bagaimana bisnis utama perusahaan tersebut. Baik tidaknya bisnis utaman dan basis pemasukan akan mempengaruhi nilai tersebut.

Kini cara menilai sebuah perusahaan dotcom adalah dengan pemasukan nyatanya. Apabila sebuah perusahaan tidak ada pemasukan, maka perusahaan tersebut tidak mempunyai nilai!

Bisnis lewat Internet di Indonesia sebaiknya berfokus pada konsep B2B karena kecenderungan pasar B2C di Indonesia yang masih lemah. Seperti yang diketahui bahwa keadaan bisnis B2C dunia, terutama di Amerika Serikat, juga mengalami penurunan yang diakibatkan jumlah perusahaan yang terjun ke dalam fokus bisnis tersebut mengalami peningkatan yang tinggi sementara peningkatan pangsa pasarnya hanya sedikit saja. Hal ini dapat dilihat dari harga saham-saham perusahaan teknologi yang berjatuhan di bursa NASDAQ yang diakibatkan ketidakpercayaan investor akan masa depan perusahaan-perusahaan teknologi yang berfokus pada B2C.

Penyebab utamanya mungkin karena selama ini banyak orang yang terbuai dengan kejayaan Amazon.com, padahal pasar B2C memerlukan sasaran pasar yang jelas serta strategi jangka panjang yang baik. Dan saat ini di Indonesia, banyak perusahaan-perusahaan teknologi berbasis Internet menggarap hal yang sama, dan dikuatirkan peristiwa bangkrutnya perusahaan Internet yang berbasis B2C di Amerika Serikat akan terjadi juga di Indonesia. Seiring dengan perubahan global dunia, dimana pasar akan semakin berkembang, tingkat kompetisi yang tinggi, maka pemenang persaingan tersebut akan mengambil keuntungan lebih banyak dibanding lainnya, ungkap Taylor. Taylor menambahkan bahwa pasar B2C di Indonesia kurang dapat diandalkan sebagai sumber pemasukan bagi perusahaan teknologi, karena pangsa pasarnya sangat kecil dan terbatas serta tersegmentasi pada kelompok-kelompok tertentu saja. Sementara itu, pasar B2B yang lebih besar kurang digarap oleh perusahaan-perusahaan teknologi yang ada. Ditambah dengan banyaknya kendala yang harus dihadapi dalam melakukan kegiatan bisnis berbasis teknologi seperti monopoli dan tingginya tarif telekomunikasi, tidak adanya peraturan yang membahas teknologi informasi, serta sedikitnya dukungan dari pemerintah. Dalam penjelasannya lebih lanjut, Taylor mengungkapkan bahwa sebenarnya pasar bisnis teknologi Indonesia saat ini tengah berkembang, terutama untuk bisnis B2B. Beberapa faktor yang dapat dijadikan sasaran bisnis antara lain: Tingkat laju ekspor dan impor yang tinggi, rantai suplai yang kompleks dan tidak efisien, biaya interaksi yang besar (terutama bila berhadapan dengan badan pemerintahan, KKN), masih sedikit uang yang diinvestasikan pada EDI (Electronic Data Interchange), dan kalangan bisnis lebih mudah mengadopsi teknologi baru dibanding masyarakat biasa. Untuk itu diharapkan perusahaan teknologi Indonesia sesegera mungkin melakukan evaluasi strategi dan rencananya di masa depan, dimana bisnis B2B lebih diutamakan agar dapat maju lebih dahulu sebelum pesaing lainnya masuk. Taylor menambahkan agar mereka bersiap diri dalam transparansi harga/biaya layanan serta menghadapi tingkat persaingan yang tinggi. Selain itu, perusahaan tersebut harus mendorong pelanggan dan supplier-nya untuk masuk ke dalam jaringan Internet.

Perkembangan Internet yang diwarnai juga dengan perkembangan perangkat lunak sangat mendorong munculnya new economy. Berbicara mengenai perkembangan software, open source menjadi suatu jawaban saat ini, karena evolusi Open Source ini berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, lisensi GPL (GNU Public License) telah menjadi salah satu standar distribusi software dunia yang cukup dominan. GPL merupakan suatu lisensi yang menjaga agar suatu software yang dibuat dan didistribusikan secara open akan selamanya open. Lisensi ini membolehkan semua orang menggunakan software yang didistribusikan secara terbuka tanpa dikenakan kewajiban finansial. Pada banyak kasus, pemakai software hanya dianjurkan untuk mendaftarkan pemakaiannya pada pembuat software. Kekuatan utama GPL sebenarnya adalah batasan yang dikenakannya pada pemakai software terbuka tersebut. GPL membolehkan pengguna memodifikasi software yang diambilnya sesuka hati; dengan syarat, software yang dihasilkan dari pengembangan tersebut akan tetap dibuka untuk umum seperti halnya software asalnya. Jika software saja sebagai suatu tool dapat bersifat open, sangat mungkin semua rules juga.

Peranan new economy di Indonesia hingga kini (pertengahan tahun 2000) masih sangat rendah. Untuk meningkatkannya, maka peranan pemerintah sebagai penentu kebijakan sangat diperlukan. Pendekatan yang dapat dilakukan antara lain dengan: merangsang inovasi, menjamin keamanan online dan mengembangkan kesempatan. Untuk merangsang inovasi, yang utama adalah diperlukan adanya perlindungan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektula (HaKI). Dalam pengembangan kesempatan, peranan pemerintah dibutuhkan untuk melakukan edukasi mengenai ekonomi baru kepada masyarakat. Selain itu diharapkan akses ke sumber teknologi bisa lebih dibuka lebar.

Dalam dunia perdagangan keberadaan broker, perantara, makelar dan semacamnya sudah lazim dalam upaya memperlancar arus pertukaran barang dan jasa. Melalui jasa para broker pihak penjual dan pembeli dapat dijembatani. Kalau kita menilik lebih jauh operasi para broker dapat ditarik kesimpulan fungsi utama para broker adalah mempertemukan dua kepentingan yaitu kepentingan penjual dan pembeli yang terkadang, dan kebanyakan , masih terpisahkan oleh dimensi ruang dan waktu serta kesempatan yang ada. Melalui jasa para brokerlah seseorang dapat lebih mudah menjual atau membeli barang atau jasa dibanding harus mencari sendiri di mana penjual atau pembeli berada. E-Commerce Indonesia benar-benar telah terwujud dan asumsi badai krismon dapat segera di atasi. E-Commerce merupakan suatu bentuk elektronisasi atau digitalisasi berbagai bentuk proses jual beli dan berbagai bentuk transaksi bisnis lainnya. Definisi proses jual beli dan transaksi bisnis lain di sini di mata produsen meliputi mengiklankan produk, menawarkan servis, memberikan cara transaksi online dengan Online Payment Systems yang baik, akses informasi secara online (seperti online seminar dan teletraining) serta beberapa aktifitas lain. Sedangkan di mata konsumen E-Commerce servis dapat berupa melihat produk, membandingkan servis yang ditawarkan, membandingkan kenyamanan Online Payment Systems-nya, membandingkan harga dan berbagai aktifitas lain yang digunakan untuk melakukan pembelian. Kecenderungan yang ada E-Commerce ini dikembangkan berbasis internet, khususnya Web Interactive.

Internet merupakan suatu penemuan dalam sejarah manusia yang memiliki potensi untuk melakukan banyak perubahan, cara bekerja, cara belajar, cara bermain dan cara berbisnis. Internet juga memberikan beragam kesan, kadang membuat orang frustasi, menghibur, membantu pekerjaan dan sebagainya. Seperti kata Andy Groove, Internet telah mentransformasikan industri Teknologi Informasi dari suatu kumpulan oligopoli menjadi suatu ekosistem yang beragam. Menjadikan hal yang terpenting bukannya lagi teknologi yang dimiliki tetapi bagaimana cara bekerja sama dengan pemain lain (Schlender, 1999).

Perkembangan internet yang sangat cepat jauh dari prediksi para pakar atau perintis awalnya akan semakin cepat seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi sebagai teknologi abad baru. Salah satu bagian dari dinamisasi internet adalah e-commerce atau elektronik commercial (perdagangan elektronik).

Internet merupakan cara termudah suatu perusahaan untuk masuk ke era pasar global. Begitu identitas perusahaan telah ditampilkan dalam bentuk home page di internet, maka akan dapat diakses oleh seluruh pengunjung di seluruh penjuru dunia.

Aksioma tersebut telah melahirkan suatu sikap simultan untuk beramai-ramai mendaftarkan situs/ homepage-nya di internet. Padahal untuk dapat sukses dalam dunia bisnis maya ini masih membutuhkan sejumlah langkah penting lainnya beserta konsekuensi-konsekuensi yang ada.

Di sisi lain perkembangan e-commerce ternyata telah memberi dampak bagi pergeseran paradigma atau konsep bisnis dan manajemen. Terjadi reformatting pada aspek-aspek manajemen yang dikenal selama ini, terutama pada aspek perencanaan (planning) dan organizing (pendelegasian/ keorganisasian).

Pengertian E-Commerce akan didekati dengan pengertian: "penggunaan media interaktif pada jaringan internet untuk tujuan promosi dan transaksi produk atau jasa". Perkembangan Teknologi Komputer dan Teknologi Informasi telah memungkinkan penjual/pemasar berinteraksi satu lawan satu melalui media komputer atau televisi dengan calon pembeli tanpa harus memperhatikan lokasi masing-masing pihak. Pasar yang terbentuk memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan pasar yang selama ini kita kenal (kita sebut market space sebagai lawan dari market place).

Menurut Data Computer Industry Almanac, perkiraan jumlah perkiraan pengguna Internet di akhir tahun 2000 (tabel-1) :

Region

Jumlah orang (juta)

Per 1000 orang

Amerika utara

148,7

479,1

Eropa barat

86,6

217,5

Asia Pasifik

57,6

16,6

Amerika selatan/tengah

10,8

21,1

Eropa Timur

9,5

32,7

Timur tengah/Afrika

7,5

7,2

Negara pengguna internet terbesar hingga saat ini adalah Amerika Serikat, disusul oleh Jerman, Inggris dan Prancis (tabel-2). Dengan asumsi jumlah penduduk 250 juta jiwa, peningkatan akses internet negara tsb mengalami peningkatan cukup drastis dari tahun 1994 ke 1995., sekitar 15% menjadi 22% dari total penduduk. Peningkatan ini sejalan dengan berlipat duanya jumlah komputer yang terhubung ke jaringan internet.

Akses internet oleh PC (tabel-2) :

Negara

Jumlah Rumah Tangga yang terhubung dengan internet (%)

Biaya akses internet

(20 jam per-minggu)

Amerika Serikat

25

US $ 30

Jerman

10

US $ 65

Inggris

10

US $ 55

Prancis

4

US $ 50

Jumlah orang yang terhubung ke internet tahun 1995 sebesar 14.000 orang atau sekitar 0,007% dari jumlah total penduduk. Data dari CIC/MARS menyebutkan bahwa tahun 1999 pengguna internet terdaftar mencapai 320.363 (terdiri dari 242.224 pribadi dan 78.139 kantor). Diperkirakan 4 tahun kemudian (tahun 2003) akan mencapai 739.363 (591.046 pribadi dan 148.526 kantor). Bila satu account digunakan oleh tiga orang maka diperkirakan pada tahun 2003 jumlah orang yang terhubung ke dunia internet mencapai 2,2 juta orang.

Dalam masyarakat Indonesia kehadiran Teknologi Informasi terjadi seakan-akan secara serentak padahal masyarakatnya belum sepenuhnya sadar akan teknologi informasi. Sebagian masyarakat masih hidup dalam alam agraris (bahkan pra agraris), sebagian masih hidup dalam masyrakat industri, dan mungkin hanya segelintir orang yang sadar akan teknologi informasi. Dan masyarakat yang sadar akan teknologi informasi juga beragam tidak semuanya dapat menggunakannya untuk mendukung usaha-usahanya. Di sisi lain tantangan perangkat keras seperti komputer dan jaringan telepon juga masih membutuhkan jawaban. Seiring dengan perbaikan ekonomi Nasional, maka jalan panjang masih terbentang bagi perkembangan pemakaian internet dan optimasi potensi e-commerce menuju masyarakat yang sejahtera.

Semakin konvergennya perkembangan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi dewasa ini, telah mengakibatkan semakin beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) fasilitas telekomunikasi yang ada, serta semakin canggihnya produk-produk teknologi informasi yang mampu mengintegrasikan semua media informasi. Ditengah globalisasi komunikasi yang semakin terpadu (global communication network) dengan semakin populernya Internet seakan telah membuat dunia semakin menciut (shrinking the world) dan semakin memudarkan batas-batas negara berikut kedaulatan dan tatananan masyarakatnya. Ironisnya, dinamika masyarakat Indonesia yang masih baru tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat industri dan masyarakat Informasi, seolah masih tampak prematur untuk mengiringi perkembangan teknologi tersebut.

Pola dinamika masyarakat Indonesia seakan masih bergerak tak beraturan ditengah keinginan untuk mereformasi semua bidang kehidupannya ketimbang suatu pemikiran yang handal untuk merumuskan suatu kebijakan ataupun pengaturan yang tepat untuk itu. Meskipun masyarakat telah banyak menggunakan produk-produk teknologi informasi dan jasa telekomunikasi dalam kehidupannya, namun bangsa Indonesia secara garis besar masih meraba-raba dalam mencari suatu kebijakan publik dalam membangun suatu infrastruktur yang handal (National Information Infrastructure) dalam menghadapi infrastruktur informasi global (Global Information Infrastructure).

Komputer sebagai alat bantu manusia dengan didukung perkembangan teknologi informasi telah membantu akses ke dalam jaringan jaringan publik (public network) dalam melakukan pemindahan data dan informasi. Dengan kemampuan komputer dan akses yang semakin berkembang maka transaksi perniagaan pun dilakukan di dalam jaringan komunikasi tersebut.

Di tengah krisis ekonomi global yang melanda Asia (yand sudah hampir selesai) pada umumnya, maka electronic commerce dapat dipandang sebagai salah satu modus perdagangan global baru yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk menyeimbangkan neraca perdagangan luar negri. Dengan perkataan lain Indonesia dan negara-negara Asia harus dapat memanfaatkan aplikasi e-commerce ini untuk mempromosikan produk lokal kepada konsumen global, mengefisienkan manajemen marketing dan jalur suplainya, disamping meningkatkan transparansi proses bisnis untuk mengembalikan kepercayaan investor asing.

Masalah utamanya adalah bagaimana menumbuhkan lingkungan yang kondusif untuk perkembangan e-commerce di Asia, maupun di Indonesia secara khusus. Untuk itu diperlukan strategi makro untuk menetapkan arah dan kebijakan global untuk pengembangan e-commerce untuk memberdayakan ekonomi masyarakat, dan juga strategi mikro bagi perusahaan agar segera dapat memanfaatkan modus perdagangan baru untuk mempertahankan eksistensi dan mengembangkan usahanya.

Strategi makro e-commerce

1. Peningkatan peran pemerintah sebagai katalisator pengembangan e-commerce. Di beberapa negara Asia yang telah menerapkan e-commerce, pemerintah adalah penggerak utama yang merangsang berkembangnya e-commerce. Beberapa kiat penting yang dapat diambil oleh pemerintah antara lain:

Lebih dahulu menerapkan e-government sebagai model penerapan e-commerce, sehingga membangun kepercayaan sektor swasta untuk ikut berpartisipasi

Membentuk komite nasional, yang anggotanya juga melibatkan sektor swasta, yang secara khusus diberi wewenang untuk merumuskan berbagai kebijaksanaan strategis dan pola kerja (framework) hukum yang dapat mendukung pengembangan e-commerce. Berbagai kebijaksanaan tersebut harus memperhatikan norma-norma internasional yang berlaku dan menjamin kerja sama internasional dan interoperabilitas sistem untuk menjamin kesinambungan e-commerce

Komite Nasional tersebut akan membentuk suatu badan eksekutif yang akan mengimplementasikan, mempromosikan, membangun kompetensi SDM, dan menganalisis dampak e-commerce yang diimplementasikan berdasarkan rekomendasi komite nasional.

2. Mengembangkan infrastruktur telekomunikasi yang diperlukan, lembaga sertifikasi keamanan transaksi, dan peraturan hukum

3. Memberdayakan swasta, khsususnya Usaha Kecil dan Menengah sebagai komponen utama pengembangan e-commerce

4. Mengidentifikasikan dan membantu perusahaan-perusahaan yang akan menjadi perintis implementasi e-commerce. Pada gilirannya perusahaan perintis tersebut diharapkan akan menjadi pendorong bagi perusahaan sejenis dan sektor industri lainnya untuk ikut terjun ke e-commerce

5. Menerapkan e-commerce di bidang-bidang penting pemerintahan untuk menjamin transparansi dan terciptanya iklim kompetisi yang sehat

Strategi mikro e-commerce

1. Mulailah dengan meninjau kembali sifat produk yang akan dipasarkan, target konsumen yang disasar dan peran perusahaan dalam rantai pasokan.

Produk yang dapat didigitalkan seperti perangkat lunak, informasi, asuransi, musik, memiliki peluang yang sangat besar di pasar internet.

Produk yang tidak dapat didijitalkan dapat memanfaatkan internet dengan mendigitalkan proses bisnis dalam perdagangan, mulai dari penyajian informasi produk, pemilihan produk, pelayanan kastamer, reservasi dll. Riset pasar di Amerika menunjukkan bahwa produk-produk pariwisata menduduki peringkat kedua setelah produk perangkat lunak dalam pangsa pasar e-commerce B2C.

Posisi perantara dapat terancam dalam era bisnis dijital, karena e-commerce dapat memotong mata rantai perantara sehingga produsen dapat langsung berhubungan dengan konsumennya. Untuk itu perantara harus dapat beradaptasi dengan model bisnis internet dengan melibatkan diri sebagai penyedia informasi (infomediary atau inter-NET-mediary), yang mengambil keuntungan dengan menyediakan nilai tambah kepada konsumen, diantaranya dengan menyediakan banyak informasi produk dari berbagai produsen kepada para konsumen.

Memahami perilaku konsumen juga akan menentukan kesuksesan strategi bisnis internet. Kesan canggih dari internet dianggap membatasi konsumen pada segmen tertentu saja.

2. Mulai dengan aplikasi B2C e-commerce yang sederhana:

Kembangkan website perusahaan secara off-line untuk promosi produk kemudian daftarkan kepada penyedia jasa internet.

Kelola komunikasi dan interaksi dengan konsumen melalui berbagai kanal mulai dari e-mail, fax, sampai ke telepon.

Transaksi sederhana namun cukup aman dapat dimulai melalui bank transfer. Tahap selanjutnya buka account dengan penerbit kartu kredit yang dapat melakuan otorisasi online.

Saat ini penyedia jasa e-commerce (Commerce service provider), mulai tumbuh dengan baik dan menyediakan layanan yang dapat dimanfaatkan untuk membangun sistem e-commerce yang sederhana, lengkap dengan sistem transaksi pembayaran, namun cukup efektif dengan biaya yang relatif murah. Penyedia jasa e-commerce ini dapat menjembatani keterbatasan akses teknologi bagi pelaku bisnis.

Teknologi internet commerce memungkinkan produsen membentuk hubungan langsung yang spesifik dengan pelanggannya, sehingga profil pelanggan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk memelihara hubungan dengan pelanggan tersebut.

3. Memanfaatkan dua pendekatan marketing untuk mengoptimalkan pemanfaatan internet:

Push approach; Mengiklankan produk di berbagai web favorit, membentuk komunitas pengguna produk, kelompok diskusi dll.

Pull approach; Memanfaatkan data historis transaksi, masukan dari konsumen untuk mengembangkan produk dan penyediaan ston produk yang efisien.

4. Untuk dapat memanfaatkan sebesar-besarnya internet untuk efisiensi maka produsen harus mentransformasikan dirinya menjadi e-company dengan dukungan intranet dan manajemen alur kerja dijital yang terintegrasi.

a. Integrasikan back-end proses internal perusahaan dengan memanfaatkan intranet workflow.

b. Identifikasikan mata rantai suplai yang menyebabkan biaya distribusi yang tinggi

c. Sasar industri yang dapat mensuplai kebutuhan dan gunakan internet untuk mempublikasikan permintaan penawaran harga.

Yang melatarbelakangi pertumbuhan pesat dari e-commerce ini adalah kenyataan bahwa membangun suatu komunitas elektronik membutuhkan biaya yang relatif lebih murah dari yang lainnya. Namun kesuksesan implementasi e-commerce tergantung pada dukungan back-end dan front-end serta kombinasi kekuatan teknik security baik hardware maupun software.

Lahirnya e-commerce (sangat diharpkan) membantu pulihnya perekonomian di Indonesia dengan menciptakan masyarakat yang lebih professional. Di samping pengetahuan teknologi, local content juga merupakan factor untuk untuk dapat berkompetisi di dunia cyber ini. Penciptaan aturan main sangat penting dalam menghadapi implementasi teknologi di segala bidang, apakah dengan ini akan menciptakan masyarakat yang sejahtera atau akan dapat menyengsarakan sebagian dari kita. Akhir kata saya inign menyampaikan dua pembanding untuk kita pikirkan;

· Proteksi (atau adanya ketidakberesan) terhadap harga beras, bank nasional, harga bensin apakah siap dicabut untuk menghadapi dunia cyber yang tanpa batas?

· Penghasilan dari pajak atau proteksi (trahadap harga dan pasar), terhadap transaksi akan mendekati 0 untuk transaksi yang mungkin dilalukan melalui dunia cyber akankah menjadi suatu kenyataan atau suatu hal yang akan dilarang?

Oleh : Arief Hamdani Gunawan & Richard A. Hutagaol

Bandung, Oktober 2000

Latihan

1. Apa perbedaan antara berita, informasi, dan gossip?

2. Gambarlah siklus informasi!

3. Jelaskan peranan informasi dalam system pengendalian manajemen?

4. Indentifikasilah informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan dalam beberapa bidang kehidupan!

Informasi

Pengambilan keputusan

Obeservasi

Amati

Decision Making

Keputusan

SIM

data

Olah

Informasi

Catat

Fakta

Kejadian

Amati

(Based on interview with Idaman Andarmasoko, 1999)

Controllership