ririsusanti19.files.wordpress.com · Web viewPenulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada...
Transcript of ririsusanti19.files.wordpress.com · Web viewPenulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada...
MASJID MENARA KUDUS(Sebagai Akulturasi
Budaya Realigi)
Oleh:Riri Susanti
X Akuntansi 1
SMK NEGERI 2 PURWAKARTAJln. Jend A Yani No.98 Purwakarta
2014
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesgnaikandengan judul ”Masjid Menara Kudus (sebagai Akulturasi budaya Realigi)”. Makalah ini dibuat dalam memenuhi tugasyang diberikan oleh Drs. Hengki Ardasarta guru sejarah Indonesia. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikanrasa terimakasih terutama kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan support dan perhatiannya.2. Teman-teman X Akuntansi 1 yanng selalu memberikan semangat
dan dukungan kepada penulis.3. Serta semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalh ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kriyik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalh ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah inibisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan bagi pembca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah jugalah semuanya kita kembalikan.
Purwakarta, 19 Maret 2014
Penulis,
Riri Susanti
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
Bab 1 Pendahuluan
a. Latar Belakang................................................................................. ivb. Rumusan Masalah............................................................................ vc. Tujuan............................................................................................... vd. Manfaat............................................................................................ v
Bab 2 Isi
a. Sejarah Masjid Kudus...................................................................... 1b. Masjid Menata Kudus sebagai Simbol Akulturasi.......................... 2c. Perihal masjid.................................................................................. 3d. Keunikan Menara Mesjid................................................................. 4e. Arsitektur Mesjid.............................................................................. 6f. makam Sunan Kudus........................................................................ 8
Bab 3 Penutup
Daftar Pustaka............................................................................................. 9
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Nama masjid ini adalah Masjid al-Agsa atau al-Manar. Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus adalah putera R. Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung. la adalah salah seorang dari sembilan wali (wali songo) yang menyiarkan agama Islam di Jawa. Semasa hidupnya Sunan Kudus mengajarkan agama Islam di sekitar daerah Kudus. la juga terkenal dengan keahliannya dalam ilmu agama, terutama dalam ilmu tauhid, usul fiqih, hadits, sastra, dan ilmu fiqih. Oleh sebab itu beliau digelari “waliyyul ilmi”(orang yang sangat ahli dalam ilmu agama). Menurut riwayat, beliau juga termasuk salah seorang pujangga yang mengarang cerita-cerita pendek yang berisi,filsafat serta berjiwa agama. Ja’far shadiq adalah salah satu tokoh ulama terkenal di Indonesiadalam perkembangan dan penyebaran agama Isla, terutama dalam penyebaran ilmu fiqih. Yang menjadi daerah opersinya adalahdaerah pesisir utara, yaitu : Gresik, Tuban, Ampel (Surabaya), Cirebon dan Banten. Sunan Kudus adalah salah satu anggota Wali Songo dan diantara ke sembilan Wali, hanya beliaulah yang terkenal sebagai ”Wali Ilmu”, beliau juga menjadi iman syiah yang ke-6. Tiap tahun atau pada tanggal 10 asyura, di Kudus diadakan upacara penggantian kelambu makam Sunan Kudus yang di sebut dengan”Buka Luwur” dan perlu kita perhatikan bahwa da perbedaan ciri-ciri khusus dinatara daerah satu dengan lainnya pendidikan dan tingkah laku, para pedagang-pedagang secara perseoramgan meluas dan semarak seperti perkembangan islam di dunia. Ja’far shadiq atau sunan kudus memilki banyak karomah kesholehan dan kezuhudannya). Dalam setiap argument tau ide pastinya ada beberapa alasan, dianatan alasan tersebut adalah :1. Penulis karya tulis ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti tugas akhir semester.2. Penuis ingin mengetahui tentang sejarah masjid Kudus, serta
benda peninggalannya.
iv
II. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat pada karya tulis ini adalah sebagai berikut:1. Bagaiman sebenarnya sejarah Masjid Kudus?2. Apa saja yang menjadi akulturasi budaya di Masjid Kudus?3. Mengapa keaslian Masjid tidak diubah hingga sekarang?
III. Manfaat
Manfaat dari pembuatan karya tulis tentang masjid kudus ini diantanya adalah:1. Sebagai pembelajaran dan pengetahuan mengenai masjid kudus2. Dijadika acuan untuk terus memberikan doronga agar selalu
mempertahankan keaslian masjid3. Memberikan motivasi agar lebih baik untuk kedepannya dalam
mengerjakan karya tulis lainnya.
IV. Tujuan
Dalam penulisan karya tulis ini bertujuan sebagai berikut:1. Agar pembaca mengetahui sejarah masjid kudus2. Untuk mengetahui benda-benda akulturasi peninggalan masjid
Kudus3. Agar pembaca mengetahui bahwa Sunan Kudus adalah salah
Wali terkenal di pulau Jawa4. Mengetahui Arsitektur masjid Kudus.
v
BAB II
ISI
A. SEJARAH MASJID KUDUS
Latar SejarahMasjid Kudus diperkirakan didirikan pada tahun 956 H
atau 1537 M oleh Ja’far Shodiq atau yang dikenal dengan sebutan Sunan
Kudus. Perkiraan ini didasarkan pada inskripsi yang terdapat di atas
mihrab. Selain itu, disebutkan pula bahwa nama masjid ini adalah
Masjid al-Agsa atau al-Manar. Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus adalah
putera R. Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung. la adalah salah
seorang dari sembilan wali (wali songo) yang menyiarkan agama Islam
di Jawa. Semasa hidupnya Sunan Kudus mengajarkan agama Islam di
sekitar daerah Kudus. la juga terkenal dengan keahliannya dalam ilmu
agama, terutama dalam ilmu tauhid, usul fiqih, hadits, sastra, dan ilmu
fiqih. Oleh sebab itu beliau digelari “waliyyul ilmi”(orang yang sangat
ahli dalam ilmu agama). Menurut riwayat, beliau juga termasuk salah
seorang pujangga yang mengarang cerita-cerita pendek yang
berisi,filsafat serta berjiwa agama. Menunit cerita rakyat, asal-usul nama
Kudus bermula ketika Sunan Kudus pergi naik haji sambil maiuntut
ilmu di tanah Arab. Pada suatu hari, di tanah Arab berjangkit suatu
wabah penyakit yang membahayakan. Namun berkat jasa Sunan Kudus,
wabah penyakit tersebut dapat dilenyapkan. Oleh karena itu, seorang
Amir di sana berkenan untuk memberikan suatu hadiah kepada beliau,
akan tetapi beliau menolak, namun untuk kenang-kenangan beliau hanya
meminta sebuah batu. Batu tersebut katanya berasal dari kota Baitulmak
atau Jerussalem. Untuk itu, maka sebagai peringatan kepada kota
dimana Ja’far Shodiq hidup serta bertempat tinggal diberi nama
“kudus”. Masjid Kudus pemah mengalami beberapa kali perbaikan yaitu
tahun
1
2
1918-1919 berupa pembongkaran masjid. Tahun 1933 perluasan
serambi depan masjid, tahun 1960 perbaikan atap ruangan masjid.
Selanjutnya tahun 1977-1980 dilakukan pemugaran oleh Sasana
Budaya.(F.N sumber masjid kuno ditjen kebudayaan depdikbud)
B. MASJID MENARA KUDUS – SIMBOL AKULTURASI RELIGI
Masjid Kudus terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota/Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Masjid Kudus berada di tengah pemukiman pandudk dan terletak di tanah datar, batas yang memisahkan masjid dengan lingkungan sekitarnya adalah di sebelah utara, selatan dan barat berbatasan dengan pemukiman penduduk, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan jalan raya.
Meskipun kudus sering diidentikkan sebagai kota kretek, namun masyarakatnya lebih bangga menjadikan Masjid menara kudus sebagai simbol atau ikon kota kudus. Masyarakat kudus sangat bangga terhadap masjid peninggalan Syekh Jafar Sodiq ini.
3
C. PERIHAL MASJID
Masjid ini didirikan pada tahun 1549 M atau 956 H. pendirinya adalah syekh jafar sodiq yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus. Batu pertama yang diletakan untuk membuat masjid ini didatangkan dari baitul maqdis atau palestina. Sejarah berdirinya masjid menara kudus terbukti sangat jelas dengan prasasti berbahasa arab yang menerangka empat hal yaitu masjid berdiri pada tahun 956H, pendirinya ja’far sodiq, bernama al aqsa, dan di daerah al-quds.
Sayangnya, tulisan pada inskripsi itu sudah sulit dibaca karena banyak huruf yang rusak. Konon, batu inskripsi itulah yang dibawa oleh Sunan Kudus dari Yerusalem. Lebarnya 30 sentimeter dan panjangnya 46 sentimeter.
Batu Menara yang di bawa oleh Sunan Kudus dimulai kisahnya ketika beliau berada di Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Wabah penyakit kudis tiba-tiba merajalela di tanah suci itu. Segala upaya pencegahan telah dilakukan, namun tidak ada hasilnya. Akhirnya, Amir (penguasa) Makkah meminta Syekh Ja’far Shadiq turun tangan mencegah wabah penyakit yang kian hari kian mengganas.
Singkat cerita, Syekh Ja’far Shadiq berhasil menghentikan merebaknya penyakit kudis itu. Amir Makkah kemudian bermaksud memberinya hadiah, namun beliau menolak. Beliau hanya meminta jika berada di Palestina agar
4
diizinkan mengambil sebuah batu dari Bait Al-Maqdis. Amir Makkah pun mengizinkan. Ketika pulang ke Jawa, Syekh Ja’far Shadiq membawa batu itu dan dijadikan batu pertama dalam pembangunan masjid yang diberi nama Masjid Al-Aqsa.
D.KEUNIKAN MENARA MASJID
Gambar 1.2
Denys Lombard pernah menulis bahwa Kota Kudus mengambil nama dari Al-Quds, nama lain dari Yerusalem yang artinya kota suci. Di kota inilah Masjid Menara Kudus berdiri. Keberadaannya melambangkan secara visual peralihan kepercayaan masyarakat dari Hindu-Buddha ke Islam.
Kalau dicermati secara saksama, bentuk menara masjid sangat mirip dengan candi. Banyak pengamat memberikan komentar seputar bentuk menara yang unik itu. Ada yang mengatakan bentuknya mirip dengan candi-candi di Jawa Timur pada masa Majapahit dengan penambahan beberapa bagian sesuai dengan fungsinya.
5
Ada pula yang berpendapat, beberapa gapura di sekitar menara yang bentuknya mirip bangunan kulkul di Bali, mengindikasikan menara itu tidakhanya dipengaruhi candi-candi di Jawa Timur. Di dalam kulkul terdapat kentungan yang dipukul untuk menyampaikan informasi kepada penduduk sekitar.
Gambar 1.3 Tangga menara kudus
Hal yang sama juga terdapat di Menara Kudus. Di bagian atas menara ini, diletakkan bedug dan kentungan yang dipukul sebagai tanda datangnya waktu-waktu tertentu. Pendapat yang kedua ini menegaskan bahwa Menara Kudus terpengaruh oleh arsitektur Hindu Bali.
Ada elemen lain yang membuat bangunan berbentuk candi itu bertambah unik, yaitu bagian kepala menara yang berbentuk atap tumpang atau tajuk dari kayu jati dengan empat saka guru yang menopangnya. Itu adalah atap khas rumah Jawa-Hindu yang setelah diadaptasi oleh ajaran Islam mengandung makna iman, Islam, dan ihsan.
Memang, akulturasi religi sangat kental terlihat. Sunan Kudus, melakukan dakwah Islam secara bijaksana (hikmah). Hasil dakwahnya sangat luar biasa.
6
Penduduk setempat yang dahulunya pemeluk taat ajaran Hindu-Buddha, beralih memeluk ajaran tauhid (Islam). Kunci sukses Sunan Kudus terletak pada kemampuannya melakukan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang sudah punya budaya mapan.
Islamisasi masyarakat Kudus diwarnai dengan pencampuran warisan budaya Hindu-Buddha dengan nilai-nilai Islam. Di samping melestarikan tradisi-tradisi, Sunan Kudus juga memelihara simbol-simbol budaya lama. Tujuannya agar nilai-nilai Islam dapat diterima masyarakat tanpa menimbulkan gejolak sosial.
E. ARSITEKTUR MASJID
Gambar 1.4 Bangunan Menara
Bangunan menara, sebagai salah satu elemen yang menonjol, mengadopsi model bangunan ibadah umat Hindu dan Budha. Bangunan menara, tersusun dari batu bata dengan bagian kepala menara berbentuk atap tumpang atau tajuk dari kayu jati dengan empat saka guru. Dibagian atas menara, diletakkan bedug dan kentongan sebagai pertanda waktu dan even tertentu. Nah, di Kudus dikenal tradisi “dandangan”, sebuah tradisi menandai.
7
diawalinya puasa Ramadhan dan pada saat itulah bedug dan kentongan itu dibunyikan.
Tidak hanya sampai disitu, dilingkungan masjid Menara Kudus, terdapat gapura yang mirip dengan bangunan candi, yang tersusun dari batu bata
tanpa semen, yang merupakan ciri khas candi di Jawa Timur. Ada juga tempat wudlu yang berupa pancuran yang berjumlah delapan dengan arca yang diletakkan diatasnya, konon mengadaptasi dari keyakinan Budha, “Delapan jalan kebenaran” atau “Asta Sanghika Marga”. Tidak hanya menara, bangunan-bangunan di sekeliling masjid juga
Gambar 1.5 Bentuk Tempat Wudhu
banyak yang mirip dengan bangunan candi. Gapura di depan masjid yang tersusun dari batu bata tanpa semen tidak lain merupakan ciri khas candi di Jawa Timur. Ada juga pancuran untuk wudhu yang berjumlah delapan. Di atas pancuran itu diletakkan arca. Jumlah delapan pancuran, konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni ‘Delapan Jalan Kebenaran’ atau Asta Sanghika Marga.
8
F. Makam Sunan Kudus
Beliau adalah sunan Kudus yang bernama asli Syehk Ja’far Shodiq. Beliau pula yang menjadi salah satu dari amggota Wali Songo sebagai penyebar Islam di Tanah Jawa. Sosok Sunan Kudus begitu sentral dalam kehidupan masyarakat Kudus dan sekitarnya. Kesentralan itu terwujud dikarenakan Sunan Kudus telah memberikan pondasi pengajaran keagamaan dan kebudayaan yang toleran sehingga sekatang makam beliau yang berdekatan dengan menara Kudus selalu ramai diziarahi oleh masyarakat. Selain itu, hal tersebut sebagai bukti bahwa ajaran toleransi Sunan Kudus tak lekang oleh zaman dan justru semakin relevan ditengah arus radikalisme dan fundamentalisme beragama yang semakin marak ini.
BAB 3PENUTUP
Daftar Pustaka
http//:www.google.com
9