· Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga...

152
KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN MONETER, DAN LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

Transcript of  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga...

Page 1:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN MONETER,DAN LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

Page 2:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya
Page 3:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya
Page 4:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

BAB IV

KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN MONETER DAN LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

A. PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional secara berencana, upaya pembangunan bertahap yang telah dilaksanakan sejak Repe-lita I sampai dengan tahun kedua Repelita IV ini tetap menjadi-kan pemantapan stabilitas nasional sebagai aspek yang tak ter-pisahkan dari aspek pertumbuhan dan pemerataan, sebagaimana terkandung di dalam Trilogi Pembangunan. Meskipun demikian, sejak akhir tahun keempat Repelita III sampai dengan tahun ang-garan 1985/86, perkembangan yang sangat tidak menentu daripada perekonomian dunia telah memperbesar adanya unsur ketidakpasti-an, yang seandainya tidak diadakan langkah-langkah penyesuaian yang mendasar, dapat mengurangi hasil guna upaya pembangunan serta kelangsungan pembangunan itu sendiri. Perkembangan ekono-mi dunia sangat mempengaruhi perekonomian dalam negeri karena sifat keterbukaan perekonomian kita, sebagaimana tercermin pada peranan yang cukup besar daripada ekspor, impor dan sektor luar negeri pada umumnya di dalam perekonomian nasional, peranan penerimaan dari minyak dan gas alam di dalam penerimaan anggar-an negara serta pelaksanaan sistem devisa bebas dengan kurs yang mengambang. Pelaksanaan APBN tahun 1985/86, dipengaruhi oleh ketidaktentuan perekonomian dunia melalui merosotnya harga minyak mentah di pasar spot dunia, yang kemudian mempengaruhi harga ekspor minyak mentah dan pada waktunya menekan harga ekspor gas alam, dan akhirnya pada penerimaan negara. Tanpa adanya prakarsa yang tepat dan dini di bidang kebijaksanaan keuangan negara dan moneter, dampak dari perkembangan yang mendadak khususnya pada triwulan keempat tahun 1985/86 secara potensial dapat mengganggu momentum kesinambungan upaya yang telah dibina sejak Repelita I.

Suatu segi penting di dalam Repelita IV seperti juga halnya di dalam tiga Repelita sebelumnya sejak tahun 1969/70, adalah adanya suatu kerangka rasional untuk dapat secara dini mengan-tisipasi arah perkembangan perekonomian dunia, khususnya yang menyangkut perkiraan arah perkembangan periode jangka me-nengah yang akan datang dari harga ekspor minyak mentah dengan

IV/3

Page 5:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

dampaknya di bidang keuangan negara serta di bidang neraca pem-bayaran dan perkembangan moneter dalam negeri. Berdasarkan an-tisipasi perkembangan ini maka sejak masa menjelang awal pelak-sanaan Repelita IV telah diikhtiarkan langkah-langkah mendasar untuk menyempurnakan sarana kebijaksanaan di bidang keuangan negara dan moneter serta neraca pembayaran. Langkah-langkah tersebut bukan saja merupakan tindakan penyesuaian yang tepat dalam menghadapi ketidaktentuan tersebut, tetapi juga merupakan upaya untuk memantapkan landasan kebijaksanaan bagi usaha-usaha pembangunan selanjutnya.

Dalam pelaksanaan tahun anggaran 1985/86, berkat perubahan mendasar di bidang perpajakan dan langkah-langkah untuk mem-pertajam prioritas pembangunan maka realisasi APBN tidak jauh berbeda dari yang direncanakan, yaitu hanya satu persen di ba-wah jumlah yang semula dianggarkan. Realisasi anggaran pengelu-aran mencapai jumlah sebesar Rp 22.824,6 milyar sedangkan jumlah anggaran pendapatan mencapai Rp 22.825,4 milyar. Disi-plin fiskal yang diikuti dalam pelaksanaan prinsip anggaran berimbang dan dinamis telah memungkinkan terpeliharanya kesta-bilan moneter dan harga di dalam negeri, meskipun dalam tahun anggaran 1985/86 ini, telah terjadi penurunan harga ekspor mi-nyak mentah secara tajam dan mendadak.

Realisasi jumlah penerimaan dalam negeri tahun 1985/86 men-capai Rp 19.252,8 milyar, dan dengan jumlah pengeluaran rutin sebesar Rp 11.951,5 milyar telah dapat memperbesar peranan tabungan pemerintah menjadi 67,2% dibanding dengan peranannya sebesar 65,1% dari jumlah dana pembangunan pada realisasi tahun 1984/85. Jumlah pengeluaran pembangunan termasuk bantuan pro-yek, dengan demikian dapat mencapai Rp 10.873,1 milyar. Jumlah pengeluaran pembangunan ini masih lebih tinggi daripada reali-sasinya sebesar Rp 9.951,9 milyar dalam pelaksanaan tahun 1984/85 dan sebesar Rp 9.899,2 milyar pada tahun terakhir Repe-lita III.

Ringkasan realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara dalam periode 1983/84-1985/86 dapat diikuti pada Tabel IV-1 dan Grafik IV-1.

Seperti halnya dengan kebijaksanaan di bidang keuangan ne-gara maka kebijaksanaan moneter dalam tahun 1985/86 juga tetap dilandaskan pada Trilogi Pembangunan. Apabila kebijaksanaan keuangan negara menganut prinsip anggaran pendapatan dan belan-ja negara yang berimbang dan dinamis maka kebijaksanaan moneter dalam tahun kedua Repelita IV ini tetap berpegang kepada

IV/4

Page 6:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 1

RINGKASAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA,1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

1983/84 Repelita IVUraian (Tahun Akhir

Repelita III) 1984/85 1985/86

Penerimaan Dalam Negeri 14.432,7 15.905,5 19.252,8

Pengeluaran Rutin 8 .411,8 9 .429,0 11 .951,5

Tabungan Pemerintah 6.020,9 6.476,5 7.301,3

Dana Bantuan Luar Negeri 3.882,4 3.478,0 3.572,6

(Bantuan Program) (14,9) (69,3) ( 69,2)

(Bantuan Proyek) (3.867,5) (3.408,7) (3.503,4)

Dana Pembangunan 9.903,3 9.954,5 10.873,9

Pengeluaran Pembangunan 9 .899,2 9 .951,9 10 .873,1

Surplus (+)/Defisit (-) + 4,1 + 2,6 + 0,8

IV/5

Page 7:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

GRAFIK IV — 1RINGKASAN REALISASI AN66ARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA,

1983/84 — 1985/86

Page 8:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

prinsip pemeliharaan keseimbangan moneter. Sejalan dengan lang-kah penyempurnaan mendasar di bidang keuangan negara juga telah dilaksanakan upaya penyesuaian mendasar di bidang moneter atas dasar praperkiraan di dalam Repelita IV mengenai perkembangan lingkungan pembangunan maupun sebagai tanggapan lebih lanjut atas perkembangan yang terjadi. Pada tahun 1985/86 langkah-langkah tersebut terutama menyangkut perkembangan berbagai sa-rana moneter untuk meningkatkan efisiensi upaya pengerahan ser-ta penyaluran tabungan masyarakat, sebagai tindak lanjut dari-pada langkah-langkah yang telah dimulai bulan Juni tahun 1983. Peningkatan tabungan masyarakat bersama dengan tabungan peme-rintah, adalah penting untuk terus memperbesar jumlah dan pe-ranan tabungan dalam negeri, terutama di dalam keadaan dimana dana luar negeri telah menjadi semakin langka.

Pelaksanaanprinsip keseimbangan moneter dalam tahun 1985/ 86, tercermin pada tercapainya laju pertumbuhan jumlah uang beredar sebesar 16,5% ketika laju inflasi mencapai tingkat se-besar 5,7% sedangkan dalam tahun 1984/85 masing-masing adalah sebesar 11,6% dan 3,6%. Semakin besarnya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah, terutama merupakan hasil kebijaksa-naan moneter yang aktif dan yang sejalan dengan arah kebijaksa-naan fiskal dalam kerangka pelaksanaan Repelita IV, sesuai de-ngan amanat GBHN.

B. KEUANGAN NEGARA

1. Penerimaan Dalam Negeri

Dalam tahun anggaran 1985/86, realisasi penerimaan dalam negeri, khususnya penerimaan dalam negeri di luar migas, menun-jukkan perkembangan yang lebih cerah meskipun pada masa yang bersamaan situasi penerimaan dari minyak bumi dan gas alam ter-utama sejak triwulan terakhir dari tahun anggaran ini menunjuk-kan perkembangan yang kurang menguntungkan dibanding dengan yang diperkirakan semula.

Agar dapat diciptakan landasan pembangunan yang semakin ko-koh serta semakin tanggap terhadap perkembangan keadaan agar menjamin terlaksananya pembangunan secara berkesinambungan, ma-ka sejak awal Repelita IV telah diberlakukan sistem perpajakan baru yang lebih sesuai dengan tingkat kemajuan yang telah dica-pai dan dengan Jenis permasalahan yang harus dihadapi dewasa ini. Keberhasilan daripada pembaharuan dasar kebijaksanaan di bidang perpajakan ini, mulai terlihat dengan nyata dari reali-sasi jumlah penerimaan dalam negeri dan dari perkembangan kom-

IV/7

Page 9:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

ponen-komponennya di dalam pelaksanaan tahun anggaran 1985/ 86.

Pada tahun kedua pelaksanaan Repelita IV, realisasi peneri-maan dalam negeri, mencapai jumlah Rp 19.252,8 milyar, suatu peningkatan sebesar 21,0% terhadap realisasinya di dalam tahun 1984/85 dan 3,1% lebih tinggi dibanding dengan jumlah yang di-perkirakan di dalam APBN 1985/86. Peningkatan dalam jumlah pe-nerimaan dalam negeri ini dapat terjadi meskipun kenaikan dalam penerimaan dari minyak bumi dan gas alam hanya sebesar 6,9%, yang berarti lebih rendah daripada laju pertumbuhannya di dalam pelaksanaan tahun 1984/85 dan tahun 1983/84 yaitu masing-masing sebesar 9,6% dan 16,5%. Realisasi jumlah penerimaan dalam negeri tahun 1985/86 ini juga merupakan suatu kenaikan jika dibandingkan dengan jumlah yang direncanakan di dalam APBN 1985/86 meskipun realisasi komponen penerimaan dari minyak dan gas alam sebesar Rp 11.144,4 milyar dalam tahun yang sa-ma merupakan suatu penurunan terhadap jumlahnya sebesar Rp 11.159,7 milyar yang direncanakan di dalam APBN. Perkembang-an realisasi seperti ini merupakan suatu hal yang baru pertama kali terjadi di dalam sejarah pelaksanaan APBN sejak akhir Repelita I, ketika pertumbuhan jumlah penerimaan dalam negeri umumnya sejalan dan sebagian besar ditentukan oleh pertumbuhan penerimaan dari minyak bumi dan gas alam. Perkembangan baru di dalam realisasi APBN ini tidak terjadi dengan sendirinya tetapi merupakan suatu perwujudan daripada amanat yang tertuang di dalam GBHN yang menghendaki diadakannya pembaharuan pada sistem perpajakan yang berlaku dengan sistem yang memberi kepercayaan kepada subyek pajak untuk melaksanakan kewajibannya serta meme-nuhi haknya di bidang perpajakan. Karenanya, menjelang dan sejak awal Repelita IV telah disahkan serta dilaksanakan se-rangkaian Undang-undang di bidang perpajakan, yaitu Undang-undang Nomor 6, 7 dan 8 Tahun 1983, serta terakhir dalam masa pelaksanaan tahun anggaran 1985/86 adalah Undang-undang Nomor 12 dan Nomor 13 Tahun 1985.

Pelaksanaan daripada serangkaian Undang-undang tersebut be-serta peraturan-peraturan pelaksanaanya selanjutnya telah memberikan landasan yang lebih mantap bagi upaya untuk semakin meningkatkan saham penerimaan dalam negeri dari sumber-sumber non-migas yang juga merupakan suatu sasaran penting yang ter-cantum di dalam Repelita IV. Perwujudannya yang nyata mulai terlihat pada perkembangan penerimaan di luar minyak dan gas alam dalam pelaksanaan tahun anggaran kedua Repelita IV ini, yang meningkat dari Rp 5.475,6 milyar dalam tahun 1984/85 menjadi Rp 8.108,4 milyar dalam tahun 1985/86, yang berarti suatu laju pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar 48,1% bila

IV/8

Page 10:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

dibanding dengan laju pertumbuhannya yang hanya sebesar 11,5% dan 15,6% masing-masing dalam tahun pertama Repelita IV dan da-lam tahun terakhir Repelita III. Keberhasilan berbagai langkah kebijaksanaan di bidang perpajakan tersebut mempunyai makna yang penting lagi, mengingat bahwa pertumbuhan yang tinggi dari penerimaan di luar minyak bumi dan gas alam tersebut terjadi pada waktu laju pertumbuhan penerimaan dari minyak bumi dan gas alam hanya sebesar 6,9% dalam tahun anggaran 1985/86. Dengan demikian, laju pertumbuhan jumlah penerimaan dalam negeri sebe-sar 21,0% dalam tahun 1985/86 terhadap realisasi dalam tahun sebelumnya telah tercapai terutama oleh karena berbagai langkah kebijaksanaan perpajakan yang memang telah secara sadar dia-rahkan kepada peningkatan peranan penerimaan di luar migas se-bagai suatu sasaran penting dari Repelita IV dalam pelaksanaan amanat yang terkandung di dalam GBHN. Perkembangan realisasi penerimaan dalam negeri dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1985/86 dapat dilihat pada Tabel IV-2 dan Grafik IV-2.

a. Penerimaan dari Minyak Bumi dan Gas Alam

Selama pelaksanaan tahun anggaran 1985/86, harga minyak mentah di pasaran dunia mengalami penurunan yang cukup besar dan sampai dengan akhir Maret 1986 belum juga nampak mencapai tingkat kewajarannya. Jika dalam APBN 1985/86 perkiraan tentang jumlah penerimaan dari minyak bumi dan gas alam, sebesar Rp 11.159,7 milyar didasarkan atas harga rata-rata US$ 29,50 per barrel, maka sejak triwulan terakhir dari pelaksanaan tahun kedua Repelita IV tersebut, perkembangan harga minyak mentah di pasaran dunia menjadi serba tidak menentu, dan telah menurun sampai di bawah US$ 15,- per barrel. Walaupun demikian, telah diambil sikap luwes untuk menempuh berbagai langkah kebijaksa-naan pengaman yang dimungkinkan di dalam mekanisme pelaksanaan rencana operasional tahunan. Langkah kebijaksanaan tersebut ternyata telah mampu untuk paling tidak meredam dampak negatif dari perkembangan perekonomian dunia terhadap pelaksanaan tahun kedua Repelita IV ini. Khususnya dalam hal ini, untuk dapat mengimbangi dampak negatif dari penurunan yang tajam pada harga ekspor minyak mentah, yang akhirnya juga mempengaruhi harga ekspor gas alam, maka telah diambil beberapa langkah penting seperti dicapainya penyelesaian tagihan atas kewajiban per-usahaan-perusahaan minyak dari tahun-tahun sebelum 1985/86, serta ditempuhnya kebijaksanaan untuk membiarkan kurs rupiah terhadap mata uang US$ mengambang ketingkatnya yang wajar. Dengan berbagai langkah kebijaksanaan tersebut maka realisasi penerimaan minyak bumi dan gas alam dalam tahun 1985/86 berada hanya sebesar 0,14% di bawah jumlah perkiraan APBN 1985/86, dan

IV/9

Page 11:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 2

PENERIMAAN DALAM NEGERI,1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

1983/84 Repelita IVJenis Penerimaan (Tahun Akhir

Repelita I I I ) 1984/85 1985/86

1. Penerimaan minyakbumi dan gas alam 9.520,2 10.429,9 11.144,4

2. Penerimaan di luarminyak bumi dangas alam 4.912,5 5.475,6 8.108,4

Jumlah : 14.432,7 15.905,5 19.252,8

IV/10

Page 12:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

GRAFIK IV - 2 PENERIMAAN DALAM NEGERI.

1983/84 - 1985/86

Penerisaan diluarminyak bumi dan

gas alas

Peneriaaan minyak bumi dan gas alas

108.4

Page 13:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

IV/12

Page 14:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

R E P E L I T A IV

Page 15:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

bahkan meningkat sebesar 6,9% dan 17,1% bila dibanding dengan realisasi masing-masing tahun 1984/85 dan 1983/84.

Dalam periode tahun anggaran 1983/84-1985/86, sumber pene-rimaan dari gas alam mempunyai saham yang semakin lebih besar di dalam jumlah penerimaan dari migas. Realisasi penerimaan da-ri gas alam tahun 1985/86 dibanding dengan realisasi tahun ter-akhir Repelita III, merupakan suatu peningkatan sebesar 70,1%, sedangkan penerimaan dari minyak bumi untuk periode yang sama mengalami kenaikan hanya sebesar 10,9%. Hal ini adalah sesuai dengan sasaran kebijaksanaan untuk secara minimal mempertahan-kan daerah pasar gas alam yang telah diperoleh dengan mengusa-hakan volume penjualan yang semakin besar sambil terus mengupa-yakan daerah pasar gas alam yang baru. Hal tersebut juga dida-sari oleh kenyataan bahwa cadangan yang tersedia dibanding de-ngan jumlah produksi yang dapat dipasarkan adalah jauh lebih besar untuk gas alam daripada untuk minyak mentah. Perkembangan penerimaan dari minyak bumi dan gas alam selama pelaksanaan tahun anggaran 1983/84 - 1985/86 dapat dilihat pada Tabel IV-3 dan Grafik IV-3.

b. Penerimaan di luar Minyak Bumi dan Gas Alam

Pertumbuhan sebesar 48,1% dari sumber penerimaan di luar minyak bumi dan gas alam dalam pelaksanaan tahun anggaran 1985/86 dibanding dengan jumlah realisasinya di dalam tahun se-belumnya, merupakan suatu hasil nyata dari langkah peletakan landasan serta berbagai kebijaksanaan tindak lanjutnya sejak awal pelaksanaan Repelita IV untuk memperbaharui sistem per-pajakan. Dalam tahun 1985/86, pelaksanaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, telah lebih tertuju kepa-da upaya pengkokohan serta pemantapan lembaga penyelenggaraan-nya agar dapat terus menggerakkan peran serta semua lapisan subyek pajaknya. Pelaksanaan tahun anggaran kedua Repelita IV ini, juga ditandai oleh mulai diberlakukannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yang semula di-tangguhkan pelaksanaannya sampai selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 1986. Selain itu, sejak 1 Januari 1986 juga telah di-sahkan serta mulai diberlakukan Undang-undang Nomor 12 dan 13, masing-masing tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan tentang Bea Meterai.

Mengingat bahwa di dalam kerangka perwujudan kebijaksanaan fiskal, segi perpajakan tidak hanya bertujuan untuk meningkat-kan jumlah penerimaan negara, maka perkembangan jumlah peneri-

IV/12

Page 16:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 3

PENERIMAAN MINYAK BUMI DAN GAS ALAM,1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

1983/84 Repelita IVJenis Penerimaan (Tahun Akhir 1984/85 1985/86

Repelita I I I )

1. Penerimaan dariminyak bumi 8.522,2 8.937,0 9.447,1

2. Penerimaan darigas alam 998,0 1.492,9 1.697,3

Jumlah : 9.520,2 10.429,9 11.144,4

IV/13

Page 17:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

6RAFIK IV — 3PENERIMAAN DARI MINYAK BUMI DAN GAS ALAM.

1983/84 — 1985/86

Penerimaan dari

gas alam

Penerimaan dari minyak

bumi

10000

9447.

IV/14

Page 18:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

maan di luar minyak bumi dan gas alam tahun 1985/86, juga ter-kait dengan perkembangan dari beberapa sektor ekonomi yang mem-punyai pengaruh yang strategis terhadap usaha pencapaian stabi-litas, pertumbuhan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Da-lam hal ini, perkembangan jumlah penerimaan dari pajak ekspor serta bea masuk dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1985/86 mencerminkan langkah kebijaksanaan untuk dapat memberi arah ke-pada pertumbuhan ekspor dan impor, agar dapat secara optimal menunjang pencapaian sasaran Trilogi Pembangunan.

Realisasi jumlah maupun komposisi penerimaan di luar minyak bumi dan gas alam dalam tahun 1985/86, juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemberian kesempatan untuk mengajukan pengampunan pajak, yang masa berakhirnya telah ditangguhkan sampai dengan 30 Juni 1985, agar para wajib pajak dapat menyampaikan laporan yang benar tentang obyek pajak kekayaannya. Di lain pihak, para petugas perpajakan juga telah secara intensif melaksanakan upa-ya penyuluhan kepada masyarakat tentang berbagai hal yang me-nyangkut pelaksanaan Undang-undang Perpajakan yang baru terse-but beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Dalam pada itu, kenaikan yang tinggi pada penerimaan di lu-ar minyak bumi dan gas alam, yang mencapai Rp 8.108,4 milyar dalam tahun 1985/86 lebih banyak tertumpu kepada penerimaan pa-jak pertambahan nilai/pajak penjualan atas barang mewah, pajak lain-lain serta penerimaan bukan pajak. Pertumbuhan dari sum-ber-sumber penerimaan di luar ketiga jenis penerimaan tersebut terhadap realisasi 1984/85 adalah lebih rendah, yaitu berkisar antara -44,5% untuk pajak ekspor sampai +8,1% untuk cukai, dibanding dengan laju pertumbuhan dari +50,4% untuk pajak lain-nya sampai +165,0% untuk pajak pertambahan nilai.

Dalam pada itu, perlu dikemukakan bahwa realisasi yang le-bih rendah pada masing-masing jenis penerimaan di luar pajak pertambahan nilai, pajak lainnya dan bukan pajak, selama pelak-sanaan tahun anggaran 1985/86, pada dasarnya bukan mencerminkan upaya perpajakan yang menurun ataupun kurang tanggapnya badan-badan yang berwenang untuk mengambil berbagai langkah kebijaksanaan untuk terus giat mendorong semua jenis penerimaan di luar migas. Tetapi hal itu sebenarnya merupakan hasil dari berbagai tindakan serta langkah kebijaksanaan yang mempunyai ruang lingkup sasaran yang lebih luas daripada sekedar mening-katkan jenis penerimaannya dan mempunyai liputan jangka waktu yang lebih jauh daripada tahun anggaran 1985/86 saja. Di satu pihak, dasar pertimbangan yang lebih luas tersebut, menyangkut berbagai prakarsa dan proses yang diadakan dalam rangka me-

IV/15

Page 19:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

lembagakan sendi-sendi sistem perpajakan yang sehat dan lang-geng, yang kesemuanya memerlukan jangka waktu yang lebih pan-jang agar dapat terselenggara dengan baik. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah berbagai kebijaksanaan yang telah diambil dalam tahun 1985/86 di bidang pajak penghasilan dan di bidang Pajak Bumi dan Bangunan. Di lain pihak, pertimbangannya yang lebih luas menyangkut pengaturan susunan langkah-langkah ke-bijaksanaan yang jenis-jenisnya tergantung pada berbagai masa-lah khusus yang perlu ditanggapi sesuai dengan keadaan, agar tidak membahayakan pencapaian sasaran strategis kegiatan pem-bangunan. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah berbagai kebijaksanaan yang telah diambil dalam tahun anggaran 1985/86 di bidang pajak ekspor dan bea masuk. Rendahnya peneri-maan dari pajak ekspor dilatarbelakangi oleh upaya untuk men-dorong kegiatan ekspor dalam keadaan perekonomian dunia yang diliputi oleh suasana yang proteksionis alas barang barang hasil industri serta terus merendahnya harga-harga komoditi primer, sedangkan maka kurang tingginya penerimaan dari bea ma-suk dipengaruhi oleh urgensi daripada upaya untuk mengarahkan impor kepada barang-barang modal dan esensiil yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri. Baik dalam hal pajak ekspor maupun bea masuk, pertimbangan-pertimbangan tersebut menjurus kepada perlunya tingkat tarif yang sangat rendah sampai dengan 0%. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan lagi bahwa tingkat pertum-buhan pajak ekspor dan bea masuk dalam tahun 1985/86 tidak bisa dianggap sebagai petunjuk yang pasti bagi kecenderungan perkembangannya di masa yang akan datang, karena hal ini sangat dipengaruhi oleh suasana ketidaktentuan di bidang perdagangan internasional. Dalam pada itu, meskipun pelaksanaan kebijaksa-naan Pajak Penghasilan dan PBB dalam tahun 1985/86 dan tahun 1984/85 masih diliputi oleh tahap pelembagaannya, dapat diha-rapkan bahwa dalam jangka panjang jenis-jenis penerimaan ini sewajarnya akan dapat mempunyai saham yang cukup berarti di da-lam sumber dana pembiayaan kegiatan pembangunan. Secara umum dapat digaris bawahi bahwa dalam pelaksanaan tahun anggaran 1985/86, telah tercapai suatu tahap sasaran penting untuk tetap meningkatkan jumlah penerimaan dalam negeri yang ditekankan ke-pada penerimaan di luar minyak bumi dan gas alam. Sesuai dengan perkembangan nanti, maka komposisi jenis-jenis penerimaan di luar migas yang tercapai dalam tahun 1985/86 ini masih dapat berubah di tahun-tahun yang akan datang untuk akhirnya menuju kepada struktur penerimaan dalam negeri yang lebih mapan. Per-kembangan jumlah serta perincian jenis penerimaan dalam negeri dalam periode 1983/84 -1985/86, dapat dilihat pada Tabel IV-4 dan Grafik IV-4.

IV/16

Page 20:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 4

PENERIMAAN DI LUAR MINYAK BUMI DAN GAS ALAM,1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

1983/84 Repelita IVJenis Penerimaan (Tahun Akhir 1984/85 1985/86

Repelita III)

1. Pajak Penghasilan 1.932,3 2.121,0 2.313,0

2. Pajak Pertambahan Nilail) 830,6 878,0 2.326,7

3. Bea Masuk 557,0 530,1 607,3

4. Cukai 773,2 872,6 943,7

5. Pajak Ekspor 104,0 91,0 50,5

6. Pajak Lainnya 2) 64,0 138,4 208,2

7. Ipeda/PBB 2) 132,4 157,2 167,5

8. Penerimaan Bukan Pajak 519,0 687,3 1.491,5

Jumlah : 4.912,5 5.475,6 8.108,4

1) Sejak tahun anggaran 1985/86, Undang-undang tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, mulai diberlakukan, sehingga jumlah penerimaan yang semula berasal dari PPn dan PPn Impor diganti oleh PPN dan PPn Atas Barang Mewah.

2) Mulai tanggal 1 Januari 1986, Ipeda dan Pajak Kekayaan diganti oleh Pa- jak Bumi dan Bangunan.

IV/17

Page 21:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

6RAFIK IV — 4PENERIMAAN DI LUAR MINYAK BUMI DAN GAS ALAM.

1983/84 – 1985/86

Pajak Penghasilan

ESSSSSS3

Pajak Pertambahan

Ni la i

Bea Masuk

C u k a iE n C Z )

Pajak Ekspor

Pajak Lainnya

Ipeda/PBS

IV/18

Page 22:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

Dalam tahun 1985/86, realisasi jumlah penerimaan dari pajak penghasilan mencapai Rp 2.313,0 milyar, yang merupakan suatu peningkatan sebesar 9,1% terhadap realisasinya dalam tahun 1984/85 yaitu sebesar Rp 2.121,0 milyar. Realisasi dalam tahun 1984/85 itu sendiri dibandingkan dengan realisasi jumlah ekui-valennya pada tahun akhir Repelita III, menunjukkan pula suatu peningkatan, yaitu sebesar 9,8%. Dengan keadaan perekonomian dalam negeri yang belum pulih karena pengaruh kelesuan pereko-nomian dunia, perkembangan pajak penghasilan tidak menunjukkan adanya perubahan-perubahan besar selama dua tahun pertama pe-laksanaan Repelita IV ini. Hal ini, seperti disebut di atas, sebenarnya lebih mencerminkan pertimbangan untuk mengutamakan pematangan landasan yang kokoh dalam permulaan pelaksanaan jenis pajak yang mengandung berbagai segi yang masih serba baru bagi masyarakat luas. Kebijaksanaan perpajakan yang menyangkut Pajak Penghasilan dalam tahun 1985/86 maupun tahun 1984/85 secara sadar tidak semata-mata menekankan pada sasaran yang menyangkut sekedar segi jumlahnya, tetapi juga pada upaya yang telah diikhtiarkan sejak awal Repelita IV, untuk mencapai sa-saran jangka panjang terciptanya sistem perpajakan yang sesuai dengan spa yang diamanatkan di dalam GBHN.

Dengan tujuan tersebut berbagai kebijaksanaan di bidang pa-jak penghasilan yang telah dilaksanakan pada tahun 1985/86 an-tara lain menyangkut usaha untuk memperluas jumlah wajib pajak yang mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) serta langkah-langkah untuk menjamin bahwa para wajib pajak menyampaikan la-poran dengan data yang benar. Hal ini terwujud melalui penye-lenggaraan berbagai usaha penyuluhan dan perpanjangan masa ber-akhirnya kesempatan untuk mengajukan pengampunan pajak sampai dengan 30 Juni 1985. Selama pelaksanaan dari kebijaksanaan ini telah diperjelas maksud utama daripada kesempatan untuk menga-jukan pengampunan pajak ini, dengan menekankan bahwa laporan yang diberikan oleh mereka yang telah mengajukan, tidak akan dijadikan dasar untuk dikenakan tuntutan pidana dan kekayaan yang dilaporkan itu akan dibebaskan dari tuntutan fiskal. Juga sesuai dengan tujuan untuk mengutamakan peletakan yang kokoh kokoh dari sendi-sendi sistem perpajakan yang baru ini, maka dalam tahun anggaran 1985/86, tarif Pajak Penghasilan sebesar 15%, 25% dan 35% serta jumlah PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pa-jak), yang ditentukan untuk tahun yang terdahulu, masih tetap diberlakukan dalam pelaksanaan tahun anggaran kedua Repe-lita.

Tahun 1985/86 juga ditandai oleh mulai diberlakukannya Un-dang-undang tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

IV/19

Page 23:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Dalam rangka upaya untuk menciptakan sistem perpajakan yang dapat menghasilkan jumlah yang semakin meningkat dari penerimaan dalam negeri di luar migas, maka Pajak Pertambahan Nilai mengandung unsur-unsur penyederhanaan struktur tarif serta kejelasan dan kepastian ruang lingkup obyek pajaknya. Selama tahun 1985/86 tetap di-berlakukan tarif tunggal sebesar 10% untuk PPN serta tambahan tarif sebesar 20% yang khusus berlaku untuk barang mewah yang terkena pajak penjualan termaksud. Realisasi jumlah penerimaan dari jenis pajak yang baru ini mencapai Rp 2.326,7 milyar dalam tahun 1985/86, yang merupakan suatu peningkatan sebesar 39,6% terhadap jumlah yang diperkirakan di dalam APBNnya. Dibanding-kan dengan realisasi jumlah ekuivalen jenis penerimaan ini da-lam tahun 1984/85, maka penerimaan sejumlah Rp 2.326,7. milyar tersebut merupakan suatu peningkatan sebesar Rp 1.448,7 milyar atau kenaikan sebesar 165,0%.

Penerimaan dari bea masuk dalam tahun 1985/86 mencapai jum-lah sebesar Rp 607,3 milyar atau meningkat dengan 14,6% terha-dap realisasinya pada tahun sebelumnya. Dibandingkan dengan jumlah yang direncanakan di dalam APBN maka hasil pelaksanaan sebesar Rp 607,3 milyar tersebut merupakan suatu penurunan. Lebih rendahnya jumlah penerimaan dari bea masuk ini juga ter-jadi pada realisasi tahun 1984/85 terhadap realisasi tahun 1983/84, yang menyangkut suatu penurunan sebesar Rp 26,9 mil-yar. Penurunan hasil penerimaan dari perdagangan luar negeri ini berkaitan dengan upaya untuk mendorong pertumbuhan berbagai jenis industri yang berorientasi kepada ekspor melalui pemberi-an keringanan serta pembebasan bea masuk untuk berbagai kompo-nen bahan baku dan barang modal yang diimpornya. Hal ini dilak-sanakan melalui kebijaksanaan penurunan struktur tarif bea ma-suk yang tadinya berkisar antara 0 sampai dengan 200% menjadi 0 sampai dengan 60%, yang mulai berlaku sejak 1 April 1985.

Penerimaan cukai dalam tahun 1985/86 mencapai Rp 943,7 mil-yar atau suatu peningkatan sebesar 8,1% terhadap realisasinya dalam tahun anggaran sebelumnya. Laju pertumbuhan ini adalah lebih rendah daripada 12,9% yang tercapai dalam tahun 1984/85 dan juga lebih rendah dari kenaikan sebesar 24,7% yang dihasil-kan dalam tahun terakhir Repelita III. Perkembangan ini juga mencerminkan bahwa cukai juga mempunyai fungsi pengatur atas produksi dan konsumsi gula, tembakau dan alkohol sulingan di samping peranannya sebagai sumber penerimaan dalam negeri di luar minyak dan gas alam. Khususnya di dalam pelaksanaan tahun anggaran 1985/86, kebijaksanaan di bidang penerimaan cukai mengupayakan agar dampak gabungan dari pengenaan cukai dan pa-

IV/20

Page 24:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

jak pertambahan nilai, yang baru untuk pertama kali diberlaku-kan sejak 1 April 1985, tetap akan menjamin pelaksanaan yang optimal dari fungsi fiskal masing-masing di dalam Trilogi Pem-bangunan. Dalam hubungan ini, telah ditetapkan bahwa mulai de-ngan 1 April 1985, terhadap hasil tembakau kena cukai, pajak pertambahan nilai dikenakan atas 85% dari harga jual yang tercantum pada„pita cukai. Selanjutnya, agar tidak terlalu mem-bebani pengusaha hasil tembakau, maka tarif cukai tembakau te-lah diturunkan secara merata sebesar 2,5% dari tingkat yang berlaku sebelumnya. Sedangkan untuk memelihara kestabilan harga pada tingkat yang sesuai dengan daya beli masyarakat dan seka-ligus menjamin pendapatan petani tebu pada tingkat yang wajar, maka sejak 1 April 1985 telah diberlakukan dasar pemungutan cu-kai gula yang telah disesuaikan, menjadi Rp 42.500,-, Rp 42,350,- dan Rp 42.200,- per kuintal untuk masing-masing je-nis SHS I, SHS II dan HS I. Karena kegiatan industri gula pada dasarnya menyangkut proses produksi yang terintegrasi, maka diberlakukannya pajak pertambahan nilai tanpa kompensasi atau keringanan pada pengenaan cukainya akan menimbulkan beban yang terlalu berat bagi wajib cukai gula. Atas pertimbangan ini, ditetapkan bahwa terhitung sejak dilaksanakannya Pajak Pertam-bahan Nilai ini, maka atas pengenaan cukai gula sebesar 10,0%, hanya yang 4,0% wajib dilunasi oleh penanggungnya.

Dalam hal pajak ekspor, dapat dikemukakan bahwa realisasi penerimaannya pada tahun 1985/86 hanya mencapai Rp 50,5 milyar, dan jumlah ini adalah Rp 51,2 milyar lebih rendah dari yang di-anggarkan dalam APBN. Jumlah realisasi ini juga merupakan suatu penurunan terhadap hasil pelaksanaan tahun sebelumnya yang mencapai jumlah Rp 91,0 milyar. Perkembangan ini adalah sesuai dengan arah kebijaksanaan untuk mempertahankan serta mendorong kegiatan ekspor. Dalam hubungan ini, untuk mengimbangi kecende-rungan menurunnya harga-harga komoditi primer di pasaran inter-nasional, telah diberikan keringanan pajak ekspor atas beberapa komoditi seperti biji inti sawit dan minyak kelapa, melalui pe-nurunan tarifnya dari 5% menjadi 0%.

Penerimaan dari pajak lainnya dalam tahun 1985/86 mencapai jumlah sebesar Rp 208,3 milyar, yang jika dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya, menunjukkan peningkatan sebesar 50,4%. Tingkat pertumbuhan ini telah melampaui perkiraan semu-la, meskipun hasil yang telah dicapai ini pada hakekatnya men-cerminkan tanggapan masyarakat atas ketetapan untuk menangguh-kan masa berakhirnya pemberian kesempatan pengampunan pajak sampai dengan akhir triwulan pertama tahun anggaran 1985/86. Penerimaan dari pajak lain, yang sebelumnya terdiri dari pene-

IV/21

Page 25:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

rimaan pajak kekayaan, bea meterai dan bea lelang, dalam pelak-sanaan tahun anggaran 1985/86 ini juga mencakup penerimaan da-lam bentuk uang tebusan pengampunan pajak. Sementara itu, per-kembangan penerimaan dari bea meterai dalam tahun 1985/86, di-pengaruhi oleh kebijaksanaan penyesuaian tarip bea meterai agar tercapai struktur tarif yang lebih sederhana dan lebih realis-tis. Mulai tanggal 1 Maret 1985 telah diberlakukan ketentuan tarif meterai yang baru, yang antara lain mengatur bahwa nilai meterai atas kwitansi/tanda bukti pembayaran dinaikkan dari Rp 10,- menjadi Rp 100,-. Di samping itu ditetapkan pula bahwa nilai kwitansi terendah yang terkena bea meterai menjadi Rp 50.000,0 sedangkan sebelumnya, kwitansi yang bernilai di atas Rp 5.000,0 sudah terkena jenis pajak ini. Kemudian, sejak tanggal 1 Januari tahun 1986, telah diberlakukan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai, yang menetapkan hanya dua jenis tarif, yaitu sebesar Rp 500,- untuk jenis dokumen tertentu yang menyangkut nilai di atas Rp 100.000,- sampai de-ngan Rp 1.000.000,- dan sebesar Rp 1.000,- untuk yang bernilai di atas Rp 1.000.000,- .

Mulai dengan triwulan keempat dari pelaksanaan tahun ang-garan 1985/86, jenis penerimaan yang semula dipungut dari Ipeda dan Pajak Kekayaan, diganti oleh jenis penerimaan dari Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam hal ini, perincian penerimaan di luar migas yang tercantum sejumlah Rp 167,5 milyar, sebenarnya meru-pakan gabungan dari penerimaan Ipeda, Pajak Kekayaan dan Pajak Bumi dan Bangunan. Dengan demikian, realisasi jumlah penerimaan tersebut dalam tahun 1985/86, belum dapat menunjukkan kapasitas pajak dari masing-masing jenis penerimaan ini, baik di dalam perinciannya sebelum 1 Januari 1986 maupun dalam strukturnya setelah diberlakukannya Undang-undang tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Diharapkan bahwa pelaksanaan PBB setelah tahun 1985/86 ini, akan semakin mencerminkan kapasitas pajaknya meng-ingat struktur tarifnya serta landasan peraturannya menjadi jauh lebih sederhana dan mudah dimengerti daripada yang berlaku terhadap obyek pajak yang digantikannya. Selain itu, peranan obyek pajak kekayaan di dalam sistem lama, khususnya sebelum dilaksanakannya Pajak Penghasilan, hanya untuk melengkapi peni-laian obyek pajak pendapatan. Lagipula, berbagai peraturan yang berlaku terhadap obyek pajak kekayaan tersebut, saling tumpang tindih, yang kesemuanya telah mempersulit administrasinya dan merupakan sumber ketidakpastian bagi para wajib pajak. Pember-lakuan Undang-undang tentang PBB, yang menggabungkan obyek pajak kekayaan dengan obyek Ipeda, dengan struktur tarif dan landasan peraturan yang sederhana, diharapkan akan dapat meng-atasi masalah rendahnya efisiensi sistem pemungutan yang lama

IV/22

Page 26:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

serta sekaligus dapat mengembangkan kepercayaan subyek pajak kepada sistem pajak yang baru ini, sesuai dengan amanat yang telah dituangkan di dalam GBHN dan termuat di dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Di samping itu, seperti halnya dengan Ipeda, maka wewenang pemungutan serta penggunaan penerimaan dari PBB diletakkan pada Dati I yang bersangkutan. Tetapi berbeda dengan Ipeda, maka wewenang pemungutan atas sumber penerimaan dari PBB mempunyai liputan dasar pajak yang lebih luas karena juga mencakup dasar pajak dari pajak kekayaan. Bahkan ruang lingkup dari pengertian yang terkandung di dalam PBB juga mengkonsolidasikan berbagai unsur penerimaan yang hak pemungutannya memang dari semula be-rada pada pemerintah daerah, walaupun administrasi pemungutan-nya terpecah-pecah sehingga efisiensi pajaknya relatif rendah. Jenis-jenis pungutan daerah termaksud, mempunyai dasar hukum berbagai peraturan, seperti Ordonansi Pajak Rumah Tangga tahun 1908 dan Ordonansi Verponding Indonesia tahun 1928, yang kese-muanya melalui Undang-undang Nomor 12 Tahun 1986 telah ditetap-kan menjadi tidak berlaku lagi.

Dengan demikian, pengesahan serta mulai berlakunya Undang-undang Nomor 12 Tahun 1986 tentang PBB sejak triwulan keempat dari pelaksanaan APBN tahun 1985/86 ini, diharapkan akan membe-rikan manfaat ganda kepada sasaran jangka tahunan maupun tuju- an jangka panjang, di dalam kerangka Trilogi Pembangunan. Sub-yek pajak akan mempunyai kepercayaan yang lebih besar lagi ke-pada sistem perpajakan, karena pelaksanaan PBB pada hakekatnya merupakan suatu langkah mendasar untuk secara efektif mengatasi kekaburan serta tumpang tindihnya berbagai peraturan perpajakan yang menyangkut obyek dan subyeknya. Hal ini akan menciptakan kejelasan dan kepastian yang semakin besar untuk selanjutnya lebih mempertebal lagi kepercayaan yang dipunyai subyek pajak kepada sistem perpajakan yang telah diperbaharui ini.

Tak kurang pentingnya adalah arti daripada pelaksanaan PBB ini bagi Pemerintah Daerah. Dengan mulai diberlakukannya PBB, maka biaya administrasi perpajakan akan menjadi lebih rendah karena telah dikonsolidasikannya berbagai jenis pungutan. Se-lanjutnya, diberlakukannya PBB bukan saja menyatukan dan mem-perluas wewenang Pemda untuk meningkatkan efisiensi pemungutan-nya, tetapi yang lebih penting lags juga akan memperbesar jum-lah penerimaannya dari sumber pajak kekayaan, yang sebelumnya dipungut Pemerintah Pusat. Dengan demikian, pelaksanaan PBB se-kaligus juga lebih memantapkan lagi hubungan perimbangan ke-uangan antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah

IV/23

Page 27:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

dalam kesatuan dan persatuan bangsa dan negara. Pemerataan kegiatan pembangunan ke daerah melalui pelaksanaan PBB dalam tahun kedua Repelita IV ini, sekali lagi menunjukkan betapa terkaitnya upaya pemerataan, stabilitas nasional dan pertumbuh-an di dalam pemeliharaan proses kesinambungan kegiatan pemba-ngunan sejak mulai dilaksanakannya Repelita I. Kalau pada tahap awal masalah perimbangan keuangan masih memerlukan proses per-musyawaratan yang mendapat perhatian khusus, maka dalam pelak-sanaan tahap pembangunan lima tahun yang keempat ini, proses pemantapan hubungan perimbangan tersebut telah dapat menjadi suatu peristiwa rutin yang berlalu dengan sendirinya.

Penerimaan bukan pajak dalam pelaksanaan tahun anggaran 1985/86, juga mencatat laju pertumbuhan yang sangat tinggi di-banding dengan laju pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya. Realisasi penerimaan bukan pajak dalam tahun 1985/86 mencapai Rp 1.491,5 milyar, yang merupakan kenaikan sebesar 117,0% dari tahun sebelumnya. Dalam jumlah realisasi tersebut, bagian peme-rintah atas laba badan usaha negara mempunyai peranan yang cu-kup besar dan mencapai jumlah sebesar Rp 625,0 milyar, se-dangkan jumlah penerimaan yang berasal dari departemen dan lem-baga pemerintah lainnya mencapai Rp 306,0 milyar. Berbagai ke-bijaksanaan yang telah dilakukan untuk meningkatkan jumlah pe-nerimaan dari sumber bukan pajak ini, pada dasarnya merupakan kelanjutan serta penyempurnaan daripada upaya yang telah di-lakukan tahun-tahun sebelumnya. Langkah-langkah tersebut antara lain adalah usaha untuk memperbaiki manajemen dari badan usaha milik negara dan ditingkatkannya upaya intensifikasi serta eks-tensifikasi pemungutannya. Kesemuanya ini diharapkan akan sema-kin meningkat peranan penerimaan dalam negeri di luar minyak bumi dan gas alam sebagai sumber dana pembangunan.

2. Pengeluaran Rutin

Pada dasarnya sasaran pokok kebijaksanaan pengeluaran rutin dalam tahun 1985/86 diarahkan untuk mendukung kegiatan aparatur Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, melayani masyarakat dan memelihara hasil-hasil pembangunan. Dengan makin berkem-bangnya tingkat pembangunan, maka pengeluaran rutinpun makin meningkat. Kebijaksanaan pengeluaran rutin ini juga diarahkan untuk meningkatkan tabungan Pemerintah yang dilaksanakan mela-lui pengendalian pengeluaran rutin serta pengurangan secara bertahap pemberian berbagai subsidi dengan tetap mempertahankan mutu pelayanan Pemerintah serta pengamanan kekayaan negara.

Peningkatan tabungan Pemerintah dimungkinkan dengan adanya

IV/24

Page 28:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

usaha-usaha penghematan serta pengarahan pengeluaran rutin. Jika dalam tahun 1983/84 tabungan Pemerintah dapat membiayai sebesar 60,8% dari seluruh anggaran pembangunan, maka dalam tahun 1984/85 persentase ini meningkat menjadi 65,1% dan dalam tahun 1985/86 meningkat lagi menjadi 67,2%. Hal ini menunjang kebijaksanaan keuangan negara yang menempatkan APBN sebagai sa-rana pokok dalam pelaksanaan pembangunan dengan berbagai sasar-annya, termasuk stabilisasi ekonomi.

Pengeluaran rutin dalam tahun 1983/84 berjumlah sebesar Rp 8.411,8 milyar, kemudian meningkat dengan 12,1% dalam tahun 1984/85 menjadi Rp 9.429,0 milyar dan meningkat lagi dengan 26,8% dalam tahun 1985/86 sehingga mencapai jumlah Rp 11.951,5 milyar. Perkembangan realisasi pengeluaran rutin untuk tahun 1985/86 dan dua tahun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel IV-5 dan Grafik IV-5.

Peningkatan pengeluaran tersebut antara lain diperlukan un-tuk menunjang kebijaksanaan penyempurnaan aparatur Pemerintah agar lebih efisien dan efektif lagi. Hal ini tercermin pada realisasi belanja pegawai yang pada tahun 1983/84 berjumlah Rp 2.757,0 milyar, pada tahun 1984/85 meningkat menjadi Rp 3.046,8 milyar dan meningkat lagi menjadi Rp 4.018,3 milyar pada tahun 1985/86. Perkembangan belanja pegawai dapat diikuti pada Tabel IV-6 .

Dalam tahun 1985/86 realisasi belanja barang mengalami pe-ningkatan pula, seirama dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan. Di dalam usaha penghematan belanja barang maka atas dasar Keppres no 30 Tahun 1984 telah diatur tata cara pe-ngendalian dan pengkoordinasian pelaksanaan pemborongan, pem-bentukan tim pengendali pengadaan barang/peralatan jasa kebu-tuhan pemerintah pada tingkat Departemen/Lembaga. Selain itu, sesuai dengan pedoman pelaksanaan APBN yang dimuat di dalam Keppres No.29 Tahun 1984, maka pelaksanaan belanja barang makin diarahkan untuk menunjang perluasan kesempatan kerja dan peng-gunaan produksi dalam negeri, serta meningkatkan peranserta go-longan ekonomi lemah dalam kegiatan pembangunan. Realisasi belanja barang dalam tahun 1985/86 mencapai jumlah Rp 1.367,1 milyar yang berarti meningkat sebesar Rp 184,3 milyar atau 15,6% dari realisasi tahun sebelumnya. Dalam tahun 1983/84 re-alisasi belanja barang adalah sebesar Rp 1.057,1 milyar.

Sementara itu pengeluaran subsidi daerah otonom ditujukan untuk membantu biaya kegiatan rutin pemerintah daerah, terutama dalam rangka memenuhi pembayaran gaji dan tunjangan beras pada

IV/25

Page 29:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 5

PENGELUARAN RUTIN, 1983/84 - 1985/86(dalam milyar rupiah)

1983/84 Repelita IVJenis Pengeluaran (Akhir Re-

pelita III)1984/85 1985/86

1. Belanja Pegawai 2.757,0 3.046,8 4.018,3

2. Belanja Barang 1.057,1 1.182,8 1.367,1a. Dalam Negeri (1.007,0) (1.134,2) (1.309,5)b. Luar Negeri (50,1) (48,6) (57,6)

3. Subsidi Daerah Otonom 1.547,0 1.883,3 2.489,0a. Irian Jaya (41,5) (-) (-)b. Daerah Lainnya (1.505,5) (1.883,3) (2.489,0)

4. Bunga dan Cicilan Hutang 2.102,6 2.776,5 3.323,1a. Dalam Negeri (29,8) (39,3) (20,0)b. Luar Negeri (2.072,8) (2.737,2) (3.303,1)

5. Lain-lainl) 948,1 539,5 754,02)

Jumlah : 8.411,8 9.428,9 11.951,5

1) Termasuk subsidi BBM2) Termasuk restitusi pajak

IV/26

Page 30:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya
Page 31:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya
Page 32:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

pegawai daerah otonom. Oleh karena itu setiap kebijaksanaan be-lanja pegawai akan mempengaruhi besarnya subsidi daerah oto-nom. Di samping itu dengan makin meningkatnya kegiatan pemba-ngunan khususnya pembangunan Inpres Sekolah Dasar dan Puskes-mas, besarnya subsidi daerah otonom makin meningkat pula, karena di dalamnya tertampung juga pembiayaan untuk gaji dan tunjangan beras guru-guru Sekolah Dasar Inpres dan tenaga medis Puskes-mas. Selain itu didalam pos ini juga termasuk pembiayaan untuk gaji lurah dan perangkatnya, tunjangan pamong desa daerah minus serta biaya penggantian Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) SD kelas I sampai dengan kelas VI yang telah dihapuskan. Dengan demikian pengeluaran subsidi daerah otonom yang pada tahun 1983/84 mencapai Rp 1.547,0 milyar, telah meningkat menjadi Rp1.883.3 milyar pada tahun 1984/85, sehingga mencapai Rp.2.489,0 milyar pada pelaksanaan tahun anggaran 1985/86.

Pembayaran bunga dan cicilan hutang dalam tahun 1985/86 mencapai Rp 3.323,1 milyar, yang berarti meningkat sebesar Rp 546,6 milyar atau 19,77 dari realisasi tahun 1984/85. Pem-bayaran bunga dan cicilan hutang sebesar Rp 3.325,1 milyar ter-sebut terdiri dari pembayaran bunga dan cicilan hutang dalam negeri sebesar Rp 20,0 milyar dan pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri sebesar Rp 3.303,1 milyar.

Realisasi lain-lain pengeluaran rutin dalam tahun 1985/86 mencapai jumlah sebesar Rp 754,0 milyar yang berarti meningkat sebesar Rp 214,4 milyar atau 39,7% dari realisasi tahun 1984/85. Jumlah realisasi pengeluaran rutin sebesar Rp 754,0 milyar tersebut terdiri dari Rp 374,2 milyar untuk subsidi ba-han bakar minyak, Rp 40,0 milyar untuk biaya Pemilu, Rp 299,8 milyar untuk pembayaran kembali setoran (restitusi) pajak, dan Rp 40,0 milyar untuk biaya surat menyurat, giro pos, bebas porto dll. Realisasi subsidi BBM dari tahun ke tahun mengalami penurunan, dari sebesar Rp 928,1 milyar pada tahun 1983/84 menjadi Rp 374,2 milyar dalam tahun 1985/86. Hal ini diakibat-kan oleh adanya penurunan biaya produksi pengadaan BBM dalam negeri sehubungan dengan peningkatan efisiensi serta adanya penurunan harga minyak mentah di pasaran internasional pada tahun-tahun ini.

3. Dana Pembangunan

Walaupun jumlah pembiayaan kegiatan pembangunan terus me-ningkat, dana bantuan luar negeri masih tetap berperan hanya sebagai pelengkap di dalam dana pembangunan. Tabungan Pemerin-

IV/

Page 33:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

tah adalah selisih antara penerimaan dalam negeri dengan penge-luaran rutin, sedangkan dana bantuan luar negeri terdiri dari nilai lawan bantuan program dan nilai lawan bantuan proyek.

Dalam hal dana dari luar negeri, telah tetap diupayakan agar syarat-syaratnya selunak mungkin sehingga akan tetap sesu-ai dengan kemampuan kita untuk melunasinya dikemudian hari. Di lain pihak, juga terus diupayakan langkah-langkah untuk me-ningkatkan efisiensi serta hasil guna daripada dana luar negeri yang jumlahnya telah disalurkan dalam pembiayaan proyek-proyek pembangunan yang telah diprioritaskan.

Jumlah dana pembangunan dalam tahun 1985/86 mencapai Rp 10.873,9 milyar, yaitu meningkat sebesar Rp 919,4 milyar atau 9,27 dari jumlah yang di capai dalam tahun 1984/85. Jumlah tersebut terdiri dari tabungan pemerintah sebesar Rp 7.301,3 milyar dan dana bantuan luar negeri sebesar Rp 3.572,6 milyar.

Sementara itu tabungan pemerintah yang pada tahun 1983/84 mencapai jumlah sebesar Rp 6.020,9 milyar, meningkat menjadi Rp 6.476,5 milyar pada tahun 1984/85 dan kemudian meningkat lagi menjadi Rp 7.301,3 milyar pada tahun 1985/86. Tabungan Pemerintah tersebut makin meningkat peranannya dalam membiayai pembangunan. Bila dalam tahun 1983/84 jumlahnya merupakan 60,87 dari seluruh dana pembangunan, maka dalam tahun 1984/85 bagian-nya telah meningkat menjadi 65,1 7, dan dalam tahun 1985/86 me -

ningkat lagi menjadi 67,27. Dengan demikian peranan dana bantu-an luar negeri telah semakin menurun, dari 39,2 7 pada tahun 1983/84 menjadi 34,9 7 pada tahun 1984/85 dan menjadi 32,8% pada tahun 1985/86.

Perkembangan realisasi dana pembangunan, tabungan pemerin-tah dan dana bantuan luar negeri untuk tahun 1985/86 dan dua tahun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel IV-7 dan Grafik IV-6.

4. Pengeluaran Pembangunan

Situasi perekonomian dunia yang kurang menentu akhir-akhir ini telah menuntut Pemerintah dan masyarakat untuk bekerja le-bih keras agar program - program pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan tercipta keadaan yang mantap untuk melanjut-kan pembangunan tahap selanjutnya.

Di bidang pengeluaran. pembangunan ditempuh kebijaksanaan baru dalam sistem pengelolaan sisa anggaran pembangunan (SIAP). Sampai dengan pelaksanaan tahun anggaran 1984/85, bila dalam

IV/30

Page 34:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 7PERKEMBANGAN DANA PEMBANGUNAN, TABUNGAN PEMERINTAH

DAN DANA BANTUAN LUAR NEGERI,1983/84 - 1985/86

Tahun Jumlah Dana Tabungan Dana Bantuan

1984/85 9.954,5 (100%) 6.476,5 (65,1%)

3.478,0 (34,9%)

1985/86 10.873,9 (100%) 7.301,3 (67,2%)

3.572,6 (32,8%)

Anggaran Pembangunan Pemerintah Luar Negeri

IV/31

Page 35:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

GRAFIK IV — 6PERKEMBANGAN DANA PEMBANGUNAN. TABUNGAN

PEMERINTAHDAN DANA BANTUAN LUAR NEGERI.

1983/84 — 1985/86

Page 36:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

suatu anggaran terjadi SIAP maka sisa anggaran tersebut di-tambahkan kepada APBN tahun anggaran berikutnya. Dalam sistem yang baru, SIAP tahun anggaran 1985/86 tidak lagi ditambahkan melainkan langsung menjadi bagian di dalam APBN tahun 1986/87. Sistem yang baru ini dimaksudkan agar pemimpin proyek lebih terdorong lagi untuk menyelesaikan proyek yang bersangkutan di dalam tahun anggaran yang telah dijadwalkan semula. Hal ini di-harapkan akan dapat meningkatkan daya serap masing-masing pro-yek dan secara kumulatif akan tercapai peningkatan kegiatan pembangunan. Realisasi pengeluaran pembangunan termasuk bantuan proyek pada pelaksanaan tahun kedua Repelita IV, mencapai jum-lah sebesar Rp 10.873,1 milyar. Dibandingkan dengan realisa-sinya sebesar Rp 9.951,9 milyar dalam tahun sebelumnya, jumlah tersebut merupakan suatu peningkatan sebesar Rp 921,2 milyar dan bila dibandingkan dengan realisasi tahun 1983/84, merupakan peningkatan sebesar Rp 973,9 milyar atau 9,87.

Dengan anggaran sebesar Rp 10.873,1 milyar yang terdiri da-ri pembiayaan rupiah sebesar Rp 7.369,7 milyar dan bantuan proyek sebesar Rp 3.503,4 milyar, telah berhasil diselesaikan berbagai program pembangunan sektoral dan regional. Perkem-bangan realisasi jumlah pengeluaran pembangunan termasuk bantu-an proyek dalam periode dari tahun 1983/84 sampai dengan 1985/86 dapat diikuti pada Tabel IV-8 dan Grafik IV-7. Penge-luaran pembangunan dalam tahun-1985/86 tersebut secara sektoral digunakan antara lain untuk membiayai program-program pembangu-nan di sektor pertanian dan pengairan, sektor perhubungan dan pariwisata, sektor pendidikan, sektor pertambangan dan energi serta sektor pembangunan daerah, desa dan kota dengan jumlah pengeluaran masing-masing sebesar Rp 1.137,5 milyar, Rp 1.484,3 milyar, Rp 1.412,9 milyar, Rp 1.673,1 milyar dan Rp 849,9 milyar. Sesuai dengan Trilogi Pembangunan, maka penggunaan dana di lima sektor pembangunan ekonomi tersebut ditujukan untuk me-ningkatkan kesejahteraan yang makin merata bagi seluruh rakyat yang berarti pula memperkokoh ketahanan nasional. Pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan pengairan adalah sebesar Rp 1.137,5 milyar, berarti suatu penurunan sebesar 33,17 bila dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya. Namun diban-dingkan dengan realisasi tahun 1983/84 sebesar Rp 912,9 milyar, jumlah tersebut masih menunjukkan peningkatan sebesar 24,67. Penurunan pengeluaran di sektor pertanian dalam tahun 1985/86 terutama disebabkan subsidi pupuk yang tidak direalisasikan se-luruhuya, sedangkan penurunan yang terjadi di sektor pengairan terutama disebabkan realisasi penarikan bantuan luar negeri yang lebih rendah dari yang direncanakan semula. Realisasi pengeluaran pembangunan pada sektor perhubungan dan pariwisata

IV/33

Page 37:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV -.8

PENGELUARAN MENURUT SEKTOR DAN SUB SEKTOR,1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

IV/34

Page 38:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

(LANJUTAN TABEL IV – 8)

Page 39:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

G R A F I K IV - 7PENGELUARAN PEMBANGUNAN,

1 9 8 3 / 8 4 - 1 9 6 5 / 8 6

Page 40:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

dalam tahun 1985/86 adalah sebesar Rp 1.484,3 milyar. Dalam realisasi tersebut telah dilaksanakan usaha-usaha untuk mening-katkan berbagai prasarana angkutan dan perhubungan, baik di da-rat, Laut maupun udara serta pembangunan pos dan telekomuni-kasi, termasuk di dalamnya usaha peningkatan dan pengembangan jasa meteorologi dan geofisika untuk menunjang keselamatan masyarakat pada umumnya, keselamatan pelayaran dan penerbangan pada khususnya serta untuk kepentingan pembangunan di berbagai sektor. Demikian pula pembangunan pariwisata terus ditingkatkan melalui kebijaksanaan terpadu antara lain berupa peningkatan kegiatan promosi dan pendidikan kepariwisataan, penyediaan sarana dan prasarana serta peningkatan mutu dan kelancaran pe-layaran. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 1.428,3 milyar, maka telah terjadi peningkatan sebe-sar Rp 56,0 milyar atau 3,97.

Pada sektor pendidikan, generasi muda, kebudayaan nasional dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat kenaikan pengeluaran sebesar 14,87 dari alokasi tahun sebelumnya sebesar Rp 1.231,0 milyar pada tahun 1984/85 dan Rp 1.412,9 milyar pada tahun 1985/86. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 1983/84 sebesar Rp 1.032,1 milyar, jumlah tersebut merupakan peningkat-an sebesar Rp 380,8 milyar atau 36,97.

Sementara itu, realisasi pengeluaran sektor pertambangan dan energi dalam tahun anggaran 1985/86 adalah sebesar Rp 673,1 milyar, berarti terjadi peningkatan sebesar 45,87 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu Rp 1.147,7 milyar. Pengeluaran tersebut dipergunakan untuk meningkatkan produksi dan eksploi-tasi kekayaan alam berupa sumber mineral dan energi. Demikian juga pembangunan tenaga listrik untuk kesejahteraan masyarakat desa dan kota serta kegiatan produksi khususnya industri, terus dilanjutkan dan ditingkatkan.

Realisasi pengeluaran pembangunan di sektor pembangunan daerah, desa dan kota dalam tahun 1985/86 adalah Rp 849,9 mil-yar berarti terjadi peningkatan sebesar Rp 59,1 milyar diban-dingkan dengan realisasi tahun 1984/85 dan kenaikan sebesar Rp 101,2 milyar dibandingkan dengan tahun 1983/84.

Perkembangan jumlah pengeluaran pembangunan di luar bantuan proyek dapat juga diikuti berdasarkan kelompok jenis pembiaya-annya. Realisasi pembiayaan melalui Departemen/Lembaga tahun 1985/86 adalah Rp 992,1 milyar lebih tinggi dari realisasi ta-hun 1984/85 dan Rp 1.246,9 milyar lebih tinggi dari realisasi tahun 1983/84. Pembiayaan ini merupakan anggaran yang disedia-

IV/37

Page 41:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

kan untuk pembangunan sektoral dan dikelola melalui Departemen/ Lembaga.

Pembiayaan pembangunan bagi daerah dalam tahun 1985/86 men-capai jumlah Rp 1.502,6 milyar yang merupakan suatu penurunan sebesar 1,5% dibandingkan tahun 1984/85 sebesar Rp 1.526,2 milyar. Pengeluaran pembangunan bagi daerah ini merupakan ban-tuan yang diberikan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan potensi dan pri-oritas daerah masing-masing. Pembiayaan pembangunan bagi Daerah ini berbentuk program-program Inpres, Ipeda dan bantuan untuk Timor Timur.

Bantuan pembangunan (Inpres) desa yang diberikan sejak awal Repelita I, diberikan untuk mendorong dan mengarahkan usaha swadaya gotong-royong masyarakat dalam membangun desanya. Dalam tahun 1985/86 jumlah bantuan adalah Rp 98,6 milyar, dalam tahun sebelumnya adalah Rp 92,8 milyar sedangkan dalam tahun 1983/84 adalah Rp 91,6 milyar. Peningkatan tersebut disebabkan karena bertambahnya jumlah desa serta ditingkatkannya bantuan per desa. Dalam tahun 1983/84 dan tahun 1984/85 jumlah bantuan per desa adalah Rp 1,25 juta termasuk di dalamnya dana untuk kegiatan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebesar Rp 250.000,-. Dalam tahun 1985/86 jumlah bantuan tersebut di-tingkatkan menjadi Rp 1,35 juta per desa dan di dalamnya ter-masuk dana kegiatan PKK sebesar Rp 250.000,-.

Bantuan pembangunan (Inpres) Kabupaten/Kotamadya yang di-berikan sejak 1970/71, dalam tahun 1985/86 realisasinya men-capai Rp 188,6 milyar, sedangkan dalam tahun 1984/85 dan 1983/84 masing-masing mencapai Rp 194,6 milyar dan Rp 194,1 milyar. Jumlah dan alokasi bantuan ini didasarkan atas jumlah maupun penyebaran penduduk di masing-masing Dati II, yang dapat diikuti dari perkembangan jumlah bantuan per jiwa dan jumlah bantuan minimum yang telah ditetapkan sampai dengan tahun 1985/86. Pada tahun 1985/86 bantuan ini ditetapkan sebesar Rp 1.250,0 per jiwa dan bantuan minimum yang diberikan adalah Rp 170,0 juta per Kabupaten. Tahun sebelumnya jumlah bantuan ini ditetapkan sebesar Rp 1.150,- per jiwa, di mana bantuan minimumnya adalah sebesar Rp 160,0 juta per Kabupaten.

Selanjutnya dalam rangka meningkatkan keselarasan pemba-ngunan sektoral dan regional, serta memeratakan hasil-hasil pembangunan dan untuk meningkatkan keserasian laju pertumbuhan antar daerah serta meningkatkan peranserta daerah dalam pemba-ngunan, diberikan pula bantuan pembangunan (Inpres) Dati I yang

IV/38

Page 42:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

ditetapkan dan diarahkan penggunaannya. Bantuan yang ditetap-kan, digunakan untuk perbaikan jalan dan jembatan, perbaikan dan peningkatan irigasi, serta biaya eksploitasi dan peme-liharaan pengairan. Sedangkan bantuan yang diarahkan, digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang meningkatkan taraf hidup rakyat serta untuk mengembangkan daerah minus dan daerah kri-tis. Dalam tahun 1985/86, jumlah realisasi Inpres Dati I menca-pai Rp 287,3 milyar, dengan bantuan minimumnya sebesar Rp 10,0 milyar dan bantuan maksimumnya sebesar Rp 12,0 milyar untuk tiap propinsi. Dalam tahun 1984/85 dan tahun 1983/84, bantuan yang diberikan mencapai Rp 253,0 milyar setiap tahunnya dengan bantuan minimum Rp 9,0 milyar dan bantuan maksimum Rp 11,0 mil-yar untuk tiap propinsi.

Program bantuan pembangunan (Inpres) Sekolah Dasar bertuju-an untuk memperluas kesempatan belajar dalam rangka program wajib belajar, terutama untuk anak usia sekolah pada pendidikan dasar yang berada di pedesaan, daerah terpencil, daerah trans-migrasi dan pemukiman baru. Dalam tahun 1985/86 realisasi pro-gram ini adalah sebesar Rp 526,1 milyar, sedangkan sebelumnya yaitu tahun 1984/85 dan tahun 1983/84 masing-masing adalah sebesar Rp 572,0 milyar dan Rp 549,3 milyar. Bantuan ini diwu-judkan antara lain dalam bentuk pembangunan dan rehabilitasi gedung-gedung sekolah Dasar, pembangunan ruang kelas baru, pembangunan rumah kepala sekolah dan guru, sarana olah raga, serta penyediaan buku bacaan baik bagi Sekolah Dasar Negeri, swasta maupun madrasah ibtidaiyah.

Sebagaimana halnya dalam Repelita III, Inpres sarana kese-hatan dalam Repelita IV tetap diutamakan pada peningkatan pela-yanan kesehatan dan perbaikan gizi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah baik di desa maupun di kota. Bila dalam tahun 1984/85 dan 1983/84 bantuan tersebut masing-masing sebe-sar Rp 64,6.milyar dan Rp 87,3 milyar maka dalam tahun 1985/86 pemberian bantuan ditingkatkan menjadi Rp 110,6 milyar yang an-tara lain digunakan untuk obat-obatan, pembangunan Puskesmas baru dan Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling serta rumah dokter dan paramedis serta rehabilitasi Puskesmas dan Puskesmas pembantu. Bantuan tersebut juga dipergunakan untuk pengadaan air bersih pedesaan.

Sementara itu dalam rangka membantu para. pedagang kecil go-longan ekonomi lemah yang sebagian besar berpenghasilan rendah, melalui bantuan pembangunan dan pemugaran (Inpres) pasar dibe-rikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk menyediakan tempat berjualan /pasar dengan sewa semurah mungkin. Dalam tahun

IV/39

Page 43:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

1985/86 bantuan Inpres Pasar yang diberikan mencapai jumlah se-besar Rp 4,4 milyar, sedangkan dalam tahun 1984/85 dan tahun 1983/84 jumlah bantuan tersebut masing-masing sebesar Rp 25,5 milyar dan Rp 10,6 milyar.

Selanjutnya untuk menyelamatkan kelestarian sumber-sumber alam, tanah, hutan dan air diberikan bantuan (Inpres) peng-hijauan dan reboisasi. Kegiatan penghijauan meliputi penanaman tanaman tahunan, pembuatan hutan rakyat, pembuatan bangunan pencegah erosi dan percontohan pertanian terpadu yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan aparatur Pemerintah desa serta berbagai lembaga yang ads di desa. Dalam tahun anggaran 1985/86 realisasi bantuan program penghijauan ini mencapai Rp 42,5 milyar sedangkan dalam tahun 1984/85 dan 1983/84 realisasinya masing-masing mencapai Rp 61,2 milyar dan Rp 59,4 milyar.

Inpres prasarana jalan merupakan bantuan yang dipergunakan Dati I untuk membuka serta meluaskan jaringan hubungan antara berbagai lokasi produksi hasil pertanian dengan tempat pemasar-annya. Realisasi jumlah bantuan Inpres ini pada tahun 1985/86 mencapai Rp 70,1 milyar sedangkan dalam tahun 1984/85 dan 1983/84 masing-masing mencapai Rp 101,1 milyar dan Rp 64,6 milyar.

Bantuan pembangunan untuk daerah Timor Timur yang merupakan propinsi termuda di Indonesia, digunakan untuk membiayai berba-gai kegiatan pembangunan, terutama pada sektor pendidikan, kesehatan dan sektor pemerintahan. Dalam tahun 1984/85 dan 1983/84 bantuan yang diberikan masing-masing adalah sebesar Rp 4,2 milyar dan Rp 5,2 milyar, sedangkan realisasinya dalam tahun 1985/86 telah mencapai Rp 6,9 milyar.

Pembiayaan pembangunan daerah melalui dana Ipeda, dalam tahun 1985/86 mencapai kenaikan sebesar 26,57 dibandingkan dengan realisasi tahun 1983/84. Dengan mulai diberlakukannya Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sejak 1 Januari 1986 yang lalu, maka dana pembangunan yang tadinya berasal dari Ipeda akan digantikan oleh dana yang bersumber dari PBB.

Pembiayaan pembangunan lainnya terdiri dari subsidi pupuk, penyertaan modal Pemerintah dan anggaran lain-lain pengeluaran pembangunan. Anggaran penyertaan modal Pemerintah diadakan dalam rangka peningkatan laju pembangunan melalui pengembangan dunia usaha dan juga peningkatan produktivitas berbagai sektor pembangunan antara lain proyek Otorita Pengembangan Industri

IV/40

Page 44:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

P.Batam, BTN /KPR Perumnas, PT. Tambang Batubara Ombilin, PT. Pal Indonesia, PT. Inka serta PT. Pindad. Sedangkan lain-lain pengeluaran pembangunan dalam tahun 1985/86 antara lain diper-gunakan untuk membiayai Sertifikat Ekspor, Proyek Keluarga Berencana, dana tanaman ekspor/PIR, prasarana bis kota, Proyek air minum daerah dan pengembangan statistik. Sementara itu pe-nyertaan modal Pemerintah dalam tahun 1985/86 adalah sebesar Rp 412,3 milyar yang merupakan peningkatan sebesar 22,77 di-bandingkan tahun 1984/85, sedangkan realisasi tahun 1983/84 adalah Rp 591,7 milyar. Pemberian subsidi pupuk pada hakekatnya bertujuan untuk mendukung program swasembada pangan. Dengan diberikannya jenis subsidi ini, maka harga pupuk telah dapat disesuaikan dengan struktur biaya petani produsen. Realisasi subsidi pupuk tersebut dalam tahun 1985/86 adalah Rp 477,1 milyar yang berarti bila dibandingkan dengan jumlahnya dalam tahun 1984/85 menunjukkan penurunan sebesar 34,8% yang terutama disebabkan adanya tindakan efisiensi biaya produksi, sedangkan dalam tahun 1983/84 realisasi subsidi pupuk mencapai Rp 324,2 milyar. Lain-lain pengeluaran pembangunan telah meningkat sebesar 7,67 dan 13,97 bila hasil pelaksanaannya dalam tahun 1985/86 dibandingkan dengan jumlah yang telah direalisasi pada tahun 1984/85 dan 1983/84. Perkembangan pelaksanaan jumlah pe-ngeluaran pembangunan di luar bantuan proyek, menurut jenis pembiayaan yang dilakukan melalui Departemen/Lembaga, pem-biayaan untuk pembangunan daerah serta jenis pembiayaan lain-nya, dalam periode 1983/84 sampai dengan tahun 1985/86 dapat diikuti pada Tabel IV-9, sedangkan perkembangannya menurut sektor dan sub-sektor dapat dilihat pada Tabel IV-10. Realisasi jumlah bantuan proyek menurut sektor dan sub-sektor selama, tiga tahun anggaran yang sama, dapat diikuti pada Tabel IV-11 serta Grafik IV-9.

C. PERKEMBANGAN MONETER

1. Kebijaksanaan Moneter

Perekonomian Indonesia selama dua tahun pertama Repelita IV masih dihadapi beberapa masalah yang bersumber dari perkem-bangan perekonomian dunia, antara lain berbentuk suasana protek-sionis dalam perdagangan internasional, menurunnya harga ekspor minyak bumi dan komoditi ekspor utama lainnya. Berbagai langkah untuk mengatasi dampak yang tidak menguntungkan dari sektor luar negeri tersebut telah diupayakan melalui berbagai kebijak-sanaan mendasar yang terutama ditujukan untuk mengurangi keter-gantungan pada penerimaan migas sebagai sumber dana pembangun-

IV/41

Page 45:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 9

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI LUAR BANTUAN PROYEK,

1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

1983/84 Repelita IVNo. Jenis Pembiayaan (Akhir Re- 1984/85 1985 /86

pelita III)

1. Pembiayaan Departemen/Lembaga 3.219,6 3.474,4 4 .466 ,5

2. Pembiayaan Pembangunan bagi Daerah 1 .447 ,5 1 .526 ,2 1 .502 ,6a. Bantuan Pembangunan Desa (91,6) (92,8) ( 98,6)b. Bantuan Pembangunan Kabupaten/

Kotamadya (194 ,1 ) (194,6) (188 ,6 )c. Bantuan Pembangunan Dati I ( 2 5 3 , 0 ) (253,0) (287,3)d. Irian Jayae. Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar (549,3) (572,0) ( 5 2 6 , 1 )f. Bantuan Pembangunan Kesehatan/

PUSKESMAS (87,3) (64,6) (110 ,6 )g. Bantuan Pembangunan dan

Pemugaran Pasar (10 ,6 ) (25.5) 4 ,4 )h. Bantuan Penghijauan (59 ,4 ) (61 ,2 ) 42,5)i. Bantuan Penunjangan jalan

dan Jembatan Kabupaten (64,6) (101,1) ( 70 ,1 )J. Timor Timur (5,2) (4,2) ( 6,9)k. Ipeda (132,4) (157 ,2 ) (167 ,5 )

3. Pembiayaan lainnya 1 .364 ,6 1.542,6 1 .400 ,6a. Subsidi Pupuk (324 ,2 ) (731 ,6 ) (477 ,1 )b. Penyertaan Modal Pemerintah (591 ,7 ) (336,1) (412 ,3 )c. Lain-lain (448 ,7 ) (474,9) (511 ,2 )

Jumlah : 6.031,7 6.543,2 7.369,7

IV/42

Page 46:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

GRAFIK IV - 8PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI LUAR BANTUAN PROYEK,

1963/84 - 1985/86

Page 47:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya
Page 48:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV – 10

REALISASI PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI LUAR BANTUAN PROYEK,1983/4 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

IV/44

Page 49:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

(LANJUTAN TABEL IV – 10)

IV/45

Page 50:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV – 11RAEALISASI BANTUAN PROYEK MENURUT SEKTOR DAN SUB SEKTOR,

1983/84 – 1985/86(dalam milyar rupiah)

IV/46

Page 51:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

(lanjutan tabel IV – 11)

IV/47

Page 52:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

IV/48

Page 53:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

an. Di dalam sektor moneter hal ini dilakukan melalui Kebijak-sanaan Moneter 1 Juni 1983, yang pada dasarnya merupakan tin-dakan deregulasi dalam bidang perbankan untuk meningkatkan pengerahan dana masyarakat sebagai sumber dana pemberian kredit perbankan.

Kebijaksanaan moneter dalam tahun 1985/86 merupakan tindak lanjut dari Kebijaksanaan Moneter 1 Juni 1983 dan dilaksanakan melalui langkah-langkah penyempurnaan dari berbagai sarana mo-neter dalam upaya penyesuaian jumlah uang beredar, pengerahan dana perbankan, pengarahan kredit perbankan serta pengembangan dan pembinaan kelembagaan moneter. Kebijaksanaan tersebut tetap diarahkan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang wajar dengan memperhatikan kestabilan ekonomi, perluasan kesem-patan kerja dan pemerataan, melalui upaya peningkatan mobilisa-si dan penyaluran dana masyarakat. Untuk lebih menjamin terca-painya sasaran ini, maka senantiasa diberikan pengarahan serta bimbingan dari otoritas moneter.

Melalui penyediaan Fasilitas Diskonto serta penyempurnaan dalam pelaksanaan operasi pasar terbuka, Bank Indonesia telah dapat memberikan pengarahan secara tidak langsung dan sekaligus lebih memungkinkan lembaga perbankan untuk mengoptimalkan manajemen harian dananya. Makin berhasil gunanya sarana moneter ini terlihat dari perkembangan jumlah volume dan nilai transak-si SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan SBPU (Surat Berharga Pa-sar Uang) sejak penerbitannya masing-masing pada tanggal 1 Pe-bruari 1984 dan 1 Pebruari 1985.

Sementara itu, dalam usaha untuk menurunkan tingkat suku bunga guna ikut memacu kegiatan ekonomi, maka otoritas moneter, khususnya Bank Indonesia telah mengadakan langkah-langkah untuk mendorong penurunan suku bunga perbankan melalui sarana SBI, SBPU dan Fasilitas Diskonto. Secara berturut-turut pada bulan Mei, Juli dan Agustus 1985 suku bunga SBPU dan Fasilitas Dis-konto telah diturunkan dari 20,57 menjadi 19,07, 18,07 dan kemudian 17,07. Penurunan suku bunga tersebut secara tidak langsung telah mendorong penurunan suku bunga deposito, sehing-ga dalam beberapa bulan pada pertengahan tahun 1985/86 besarnya penurunan suku bunga deposito telah mencapai 4,07 sampai 6,0%. Mengingat masih terdapatnya dana yang berasal dari deposito la-ma dengan suku bunga tinggi yang hanya secara berangsur-angsur dapat digantikan oleh dana dari deposito baru dengan suku bunga rendah, maka dampak dari penurunan suku bunga dana tersebut terhadap menurunnya suku bunga kredit juga. akan berjalan seca-ra berangsur-angsur. Selanjutnya dengan diturunkannya suku bu-

IV/49

Page 54:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

nga SBPU dan deposito tersebut telah menyebabkan adanya penu-runan suku bunga kredit. Dalam pada itu suku bunga deposito yang menurun ternyata tidak menurunkan jumlah deposito justru sebaliknya telah terjadi peningkatan yang cukup besar. Semen-tara itu jumlah pemberian kredit perbankan, termasuk kredit kepada golongan ekonomi lemah, juga terus berkembang.

Dalam triwulan keempat 1985/86 perkembangan moneter juga ditandai oleh adanya gejolak pembelian yang tak beralasan sub-stantif di Bursa Valuta Asing. Menguatnya beberapa nilai mata uang asing di berbagai pusat pasar uang internasional setelah pertemuan negara-negara Kelompok 5 akhir September 1985 dan semakin menurunnya harga ekspor minyak bumi telah menimbulkan spekulasi di kalangan masyarakat mengenai kemungkinan dilaku-kannya penyesuaian nilai tukar rupiah. Sebagai akibatnya, per-mintaan terhadap mata uang asing mengalami kenaikan yang cukup tinggi, dan pada gilirannya menyebabkan terjadinya penurunan dalam likuiditas rupiah. Gejolak spekulatif ini segera mereda ketika ternyata bahwa Bank Indonesia mampu melayani setiap per-mintaan akan mata uang asing tersebut. Bahwa gejolak tersebut kurang beralasan disadari kembali dari posisi cadangan devisa kita yang cukup kuat serta tetap rendahnya laju inflasi dalam negeri, yang ditopang oleh tetap ditempuhnya kebijaksanaan moneter maupun fiskal yang sehat dan berlandasan kokoh.

Dapat ditambahkan bahwa keberhasilan kebijaksanaan moneter dalam tahun 1985/86 untuk dapat mengupayakan tingkat suku bunga kredit yang lebih rendah dan dapat meredakan gejolak di bursa valuta asing juga berkaitan dengan dilaksanakannya imbauan ke-pada perbankan serta diberikannya penjelasan kepada kalangan masyarakat.

2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar dan Faktor-faktor Penyebab Perubahnya

Kebijaksanaan moneter dengan berbagai aspeknya seperti di-kemukakan diatas telah membawa hasil tetap terkendalinya jumlah uang beredar sehingga tidak mengganggu kestabilan. Pada waktu yang sama perkembangan jumlah uang beredar juga tetap dapat me-menuhi kebutuhan peningkatan likuiditas sesuai dengan kegiatan ekonomi masyarakat.

Tabel IV-12 dan Grafik IV-10 menggambarkan perbandingan antara tingkat kenaikan jumlah uang beredar dengan tingkat kenaikan harga selama periode tahun 1983 - 1985/86. Dari tabel tersebut terlihat bahwa dalam tahun 1985/86 persentase kenaikan

IV/50

Page 55:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 12PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT KENAIKAN HARGA DENGAN

TINGKAT PERTAMBAHAN JUMLAH UANG BEREDAR,1983 - 1985/86

Tingkat Tingkat Tingkat Pertambahan Tingkat Pertambahan

Tahun Kenaikan Jumlah Uang Tahun Kenaikan Jumlah UangTakwim Harga (%) Beredar (%) Anggaran Harga (%) Beredar (%)

1983 11,5 6 , 3 1983/84

1984 8,8 13,4 1984/95

1985 4,3 23,8 1985/86

12,6

3,6

5,7

9 , 2

11,6

16,5

IV/51

Page 56:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

GRAFIK IV — 10PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT KENAIKAN HARGA DENGAN

TINGKAT PERTAMBAHAN JUMLAH UANG BEREDAR,1983/84 — 1 9 8 5 / 8 6

Page 57:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

jumlah uang beredar adalah lebih besar dibandingkan dengan per-sentase kenaikan harga. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian be-sar dari pertambahan jumlah uang beredar telah digunakan untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan produksi. Seka-ligus hal ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah yang tetap mantap.

Tabel IV-13 dan Grafik IV-11 memberikan gambaran tentang jumlah dan komposisi uang beredar selama periode tahun 1983/84 -1985/86. Dari tabel tersebut nampak bahwa jumlah uang beredar meningkat dari Rp 8.988,4 milyar pada tahun 1984/85 menjadi Rp 10.475,4 milyar pada tahun 1985/86. Dengan demikian berarti bahwa jumlah uang beredar telah meningkat sebesar 11,6% dan 16,5% masing-masing pada tahun 1984/85 dan tahun 1985/86. Dari tabel tersebut tercermin juga peranan uang giral, yang pada ta-hun 1984/85 sebesar 58% telah mengalami penurunan menjadi 52% dalam tahun 1985/86. Menurunnya peranan uang giral tersebut an-tara lain berkaitan erat dengan penarikan rekening giro oleh perusahaan-perusahaan pemerintah untuk pembayaran pajak yang terhutang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah uang bere-dar dapat dilihat pada Tabel IV-14. Dari tabel ini terlihat bahwa dalam tahun 1984/85 sektor aktiva luar negeri memberikan pengaruh menambah (ekspansif) terhadap uang beredar sebesar Rp 2.349,7 milyar, sedangkan dalam tahun 1985/86 sektor terse-but mempunyai dampak mengurang (kontraktif) sebesar Rp 179,9 milyar. Pengaruh mengurang dari aktiva luar negeri ini mencer-minkan menurunnya surplus neraca pembayaran, terutama sebagai akibat menurunnya penerimaan devisa dari ekspor minyak.

Dalam tahun 1985/86 sektor Pemerintah menimbulkan pengaruh menambah sebesar Rp 2.393,4 milyar dibandingkan dengan pengaruh mengurang sebesar Rp 2.409,4 milyar dalam tahun 1984/85. Penga-ruh menambah dari sektor Pemerintah tersebut selain berkaitan erat dengan menurunnya penerimaan Pemerintah yang berasal dari Pajak Penghasilan migas juga disebabkan oleh adanya beberapa pengeluaran yang telah dilaksanakan oleh sektor Pemerintah un-tuk melunasi jumlah hutang berbagai badan usaha milik negara kepada perbankan.

Kegiatan sektor perusahaan juga sangat penting sebagai faktor yang menyebabkan perubahan pada jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah uang beredar yang berasal dari sektor ini dalam tahun 1985/86 mencapai Rp 3.831,6 milyar dibandingkan dengan Rp 3.465,3 milyar pada tahun 1984/85. Kenaikan tersebut

IV/53

Page 58:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 13

PERK94BANGAN JUMLAH UANG BEREDAR,

1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

Akhir Jumlah Uang Kartal Uang Giral Mutasi Persentase PerubahanTahun/Triwulan/ Uang Uang

Bulan Beredar Jumlah % Jumlah % Beredar Tahun/ BulanTriwulan

1983/84 8.054,7 3.553,5 (44) 4.501.2 (56) + 675,3 + 9,2

1984/85 8.988,4 3.785.2 (42) 5.203.2 (58) + 933,7 + 11,6

Triwulan I 8.182,9 4.046,7 (49) 4.136,2 (51) + 128,2 + 1,6

Triwulan II 7.961.4 3.640,7 (46) 4.320,7 (54) - 221,5 - 2,7

Triwulan III 8.581.3 3.712.4 (43) 4.868,9 (57) + 619,9 + 7,8

Triwulan IV 8.988,4 3.785,2 (42) 5.203.2 (58) + 407,1 + 4,7

1985/86 10.475.4 5.044,6 (48) 5.430,8 (52) +1.487,0 + 16,5

April 8.773,7 3.800,8 (43) 4.972,9 (57 - 214,7 - 2,4

Mei 9.127.3 4.014,8 (44) 5.112,5 (56) + 353,6 + 4,0

Juni 9.427,7 4.276,3 (45) 5.151,4 (55) + 300,4 + 3,3

Triwulan I + 439,3 + 4,9

Juli 9.060,5 4.139,3 (46) 4.921,2 (54) - 367,2 - 3,9

Agustus 9.317,4 4.276.3 (46) 5.041,1 (54) + 256,9 + 2;8

September 9.413,8 4.267,6 (46) 5.146,2 (54) + 96,4 + 1,0

Triwulan I1 - 13,9 - 0,2

Oktober 9.390,7 4.343,6 (46) 5.047,1 (54) - 23,1 - 0,3

Nopember 9.546,8 4.389.7 (46) 5.157,1 (54) + 156,1 + 1,7

Desember 10.103,6 4.439,8 (44) 5.663,8 (56) + 556,8 + 5,8

Triwulan III + 689,8 + 7,3

Januari 9.912,7 4.420,3 (45) 5.492,4 (55) - 190,9 - 1,9

Pebruari 10.037.1 4.645,8 (46) 5.391.3 (54) + 124,4 + 1,3

Maret 10.475,4 5.044,6 (48) 5.430,8 (52) + 438,3 + 4,4

Triwulan IV + 371,8 + 3,7

IV/54

Page 59:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

G R A F I K IV - 11

PERKEMBANGAN JUMLAH UAN6 BEREDAR.1983/84 - 1985/86

Page 60:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

terutama terjadi karena meningkatnya pemberian kredit perbankan dan tagihan lainnya berupa wesel dan promes.

Sementara itu, walaupun terjadi penurunan dalam tingkat su-ku bunga deposito, uang kuasi yang sebagian besar terdiri dari deposito berjangka dan tabungan menunjukkan kenaikan sebesar Rp 3.233,8 milyar dibandingkan dengan Rp 2.755,2 milyar pada tahun sebelumnya. Kenaikan yang cukup pesat tersebut telah me-nyebabkan lebih cepatnya kenaikan likuiditas perekonomian (M2).

Sektor lain-lain yang terutama terdiri dari rekening modal, cadangan dan labs, serta jaminan impor mencatat pengaruh mengu-rang terhadap jumlah uang beredar sebesar Rp 1.324,3 milyar dibandingkan dengan pengaruh menambah sebesar Rp 283,2 milyar pada tahun 1984/85.

3. Dana Perbankan

a. Kebijaksanaan Dana Perbankan

Kebijaksanaan pengerahan dana perbankan selama dua tahun pelaksanaan Repelita IV tetap dititik beratkan pada usaha-usaha untuk meningkatkan pengerahan tabungan masyarakat sebagai suatu sumber pembiayaan pembangunan yang semakin berperanan. Langkah-langkah yang telah diambil di bidang pengerahan dana perb-ankan selama tahun 1985/86 merupakan kelanjutan dari kebi-jaksanaan yang ditempuh pada tahun-tahun sebelumnya, khususnya sejak 1 Juni 1983. Sehubungan dengan itu telah dilaksanakan berbagai upaya untuk mendorong pengerahan dana melalui pengem-bangan kelembagaan, pemberian keringanan perpajakan, dan pe-nyempurnaan ketentuan-ketentuan yang menunjang perkembangan pasar uang dan modal. Pemberian kebebasan untuk menetapkan suku bunga deposito telah mendorong lembaga perbankan untuk lebih meningkatkan pengerahan dana dari masyarakat. Selain ini, pe-laksanaan pemungutan Pajak Penghasilan atas bunga deposito berjangka dan tabungan milik penduduk, baik dalam rupiah maupun valuta asing, masih tetap ditangguhkan.

Dalam rangka meningkatkan perkembangan pasar uang dan seka-ligus memberikan alternatif penanaman sementara bagi dana bank yang belum disalurkan dalam bentuk pemberian kredit, maka frekuensi penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) telah di-tingkatkan dari 3 kali seminggu menjadi setiap hari kerja. Se-lanjutnya, untuk mendorong pengembangan pasar sekunder SBI, ke-pada perbankan diberi kesempatan untuk mendiskontokan SBI. ke

IV/57

Page 61:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

lembaga keuangan yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk berfungsi sebagai lembaga surat-surat berharga. Sementara itu SBI berjangka waktu 15 hari tidak diterbitkan lagi. Kepada bank-bank juga diberi kesempatan untuk menerbitkan dan memper-dagangkan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) serta mendiskonto ulang ke Bank Indonesia atau ke lembaga keuangan yang telah di-tunjuk untuk menjadi lembaga perdagangan surat-surat berharga tersebut di atas. Kebijaksanaan lain lagi untuk mendorong per-kembangan pasar uang adalah langkah menaikkan batas tertinggi bagi suatu bank untuk memperoleh dana dari pasar uang antar bank, yaitu dari 7,5% menjadi 15,0% dari dana dalam rupiah yang dapat dihimpun bank yang bersangkutan.

Di bidang pasar modal telah dikeluarkan berbagai ketentuan yang bertujuan untuk menyederhanakan peraturan-peraturan di bidang emisi efek, lembaga penunjang pasar modal serta per-dagangan efek. Di bidang emisi efek, telah diseragamkan ketentuan tentang besarnya permodalan bagi perusahaan, badan usaha, bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), baik untuk emisi saham maupun emisi obligasi dengan ketentuan minimal modal disetor penuh Rp 200 juta. Di samping itu jumlah minimal nilai emisi ditetapkan sama, yaitu Rp 100 juta yang berlaku bagi semua emiten yang memenuhi syarat. Guna lebih memperlancar perdagangan efek, Pemerintah telah memberikan kesempatan kepada bank-bank dan LKBB untuk bertindak sebagai penjamin emisi efek (underwriter). Masih dalam rangka penyempurnaan pasar modal ini dimungkinkan pula pendirian suatu biro administrasi efek yang bertugas membantu emiten dan penjamin emisi dalam pelak-sanaan dan penyelesaian emisi efek serta pemindahan hak atas efek.

b. Perkembangan Dana Perbankan

Tabel IV-15 memperlihatkan perkembangan dana perbankan yang terdiri atas giro, deposito dan tabungan, baik dalam rupiah maupun valuta asing. Jumlah dana perbankan yang pada akhir tahun 1983/84 mencapai Rp 13.337,1 milyar telah meningkat menjadi Rp 20.842,9 milyar pada akhir tahun 1985/86. Hal ini berarti bahwa dana yang dapat dikerahkan selama dua tahun pertama Repelita IV telah meningkat 56,3% atau rata-rata 25,0% setahun. Kenaikan tersebut terjadi atas jumlah giro yang me-ningkat dengan rata-rata 5,3% setahun sehingga posisinya menca-pai Rp 7.040,7 milyar. Jumlah deposito dan tabungan masing-masing meningkat dengan rata-rata 40,8% dan 37,8% setahun, sehingga jumlahnya menjadi Rp 12.590,4 milyar dan Rp 1.211,8 milyar pada akhir Maret 1986. Kenaikan dana perbankan yang cu-IV/58

Page 62:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 15

PERKEMBANGAN DANA PERBANKAN DALAM RUPIAH DAN1983/84- 1985/86

(dalam milyar rupiah)

Persentasekenaikan

Akhir Tahun/Giro Deposito 2) Tabungan 3) Jumlah Kenaikan

Triwulan/Bulan Tahun/Triwulan Bulan

1983/84 6.350,4 6.348,8 637,9 13.337,1 +3.146,3 +30,9

1984/85 7.187,7 8.726,0 774,1 16.687,8 +3.350,7 +25,1

Triwulan I 6.243.6 6.886,8 688,3 13.818,7 +481,6 +3,6

Triwulan II 6.800,6 7,266,9 638,3 14.705,8 +887,1 +6,4

Triwulan III 6.965,6 7.778,9 753,7 15.498,2 +792,4 +5,4

Triwulan IV 7.187,7 8.726,0 774,1 16.687,8 +1.189,6 +7,7

1985/86 7.040,7 12.590,4 1.211,8 20.842,9 +4.155,1 +24,9

April 6.455,7 9.663,4 826,4 16.945.5 +257,7 +1,5

M e i 6,452,4 9.800,4 868,1 17,120,9 +175,4 +1,0

Juni 6,644,1 9.973,9 846,9 17.464,9 +344,0 + 4,7 +2,0

Juli 6.545.0 10.461,9 854,8 17.861,7 +396,8 +2,3

Agustus 6.545,3 10.776,3 853,9 18.175,5 +313,8 +1,8

September 6,779,6 11.030,6 865,8 18.676,0 +500,5 + 6,9 +2,8

Oktober 6.809,4 11.446,8 929,8 19.186,0 +510,0 +2,7

Nopember 6,865,1 11.706,3 967,3 19.538,7 +352,7 +1,8

Desember 7.427,5 11.726,6 1.020,3 20.174,4 +635.7 + 8,0 +3,3

Januari 7.229.2 12,200,2 1.070,8 20.500.2 +325,8 +1,6

Pebruari 6.829,5 12.397,1 1.141,9 20.368,5 -131,7 -0,6

Maret 7.040,7 12.590,4 1.211,8 20.842,9 +474.4 + 3,3 +2.3

1) Terdiri atas dana bank-bank umum, bank pembangunan dan bank-bank tabungan termasuk dana milik Pemerintah Pusat den bukan penduduk

2) Termasuk sertifikat deposito3) Terdiri atas Tabanas/Taska dan tabungan lainnya seperti setoran Ongkos Naik Haji

IV/59

Page 63:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

kup menggembirakan tersebut berkaitan dengan kebijaksanaan suku bunga, ditangguhkannya pajak atas bunga deposito, mantapnya nilai mata uang rupiah, tingkat inflasi dalam negeri yang relatif rendah dan cadangan devisa yang cukup kuat.

Dilihat dari kelompok bank, deposito yang dihimpun oleh bank-bank pemerintah dalam dua tahun pertama Repelita IV, meningkat dengan rata-rata 40,07 setahun dan yang dihimpun oleh bank swasta nasional meningkat dengan 55,27 setahun sedangkan dana deposito pada kelompok bank asing mengalami kenaikan yang relatif kecil, yaitu rata-rata 21,07 setahun.

Tabungan yang terdiri dari Tabanas, Taska dan tabungan Ongkos Naik Haji (ONH) serta tabungan lainnya selama dua tahun pertama Repelita IV telah berkembang dengan cukup menggembirakan. Tabungan tersebut yang pada tahun 1984/85 berjumlah Rp 774,1 milyar telah meningkat menjadi Rp 1.211,8 milyar pada tahun 1985/86. Hal ini berarti bahwa tabungan telah meningkat sebesar 21,47 dan 56,57 masing-masing pada tahun 1984/85 dan 1985/86.

Di samping Tabanas dan Taska juga tetap diadakan bentuk ta-bungan lain melalui pelaksanaan urusan haji, yaitu tabungan Ongkos Naik Haji (ONH). Tabungan ONH merupakan angsuran ongkos untuk naik haji yang disetorkan pada bank, dengan pemberian diskonto terhadap setoran ONH yang dilakukan lebih awal. Bank yang ditunjuk sebagai penerima setoran ONH adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia 1946 dan Bank Ekspor Impor Indonesia beserta seluruh kantor cabangnya di Indonesia. Pada tahun 1985/86 Bank penerima ONH ditambah dengan 2 bank, yakni Bank Bumi Daya dan Bank Dagang Negara. Jumlah tabungan ONH selama tahun 1984/85 adalah Rp.108,1 milyar dengan 34.554 calon jemaah, sedangkan dalam tahun 1985/86 jumlah ONH mencapai Rp 113,7 milyar dengan 35.401 calon jemaah.

C. Perkembangan Deposito Berjangka, Tabanas dan Taska

Perkembangan deposito rupiah perbankan dapat dilihat pada Tabel IV-16 dan Grafik IV-12. Perkembangan deposito rupiah menunjukkan peningkatan yang pesat, yaitu sebesar 33,2% dan 38,9% pada masing-masing tahun 1984/85 dan tahun 1985/86, sehingga mencapai Rp 9.088,9 milyar pada akhir Maret 1986. Ditinjau dari jangka waktunya, peranan deposito berjangka 24 bulan terhadap deposito keseluruhan masih tetap kecil. Sedangkan deposito berjangka lainnya peranannya semakin meningkat terutama deposito berjangka waktu 12 bulan dan 3 bulan. Peranan deposito ber-

IV/60

Page 64:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV – 16PERKEMBANGAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PERBANKAN

MENURUT JANGKA WAKTU,¹)1983/84 – 1985/86

IV/61

Page 65:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

GRAFIK IV - 12PERKEMBANGAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH

PERBANKAN, MENURUT JANGKA WAKTU,1983/84 - 1985/86

Page 66:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

jangka waktu 12 bulan dan 3 bulan yang pada akhir Maret 1984 hanya sebesar 33,0% dan 12,9%, meningkat menjadi 47,5% dan 14,7% pada akhir Maret 1986.

Tabanas dan Taska bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan menabung dikalangan masyarakat. Sebagai hasil dari usaha penge-rahan Tabanas, hingga akhir Maret 1986 jumlah Tabanas mencapai Rp 1.059,0 milyar. Hal ini berarti bahwa Tabanas telah mening-kat dengan 84,0% selama dua tahun pertama Repelita IV, atau naik rata-rata 37,9% setahun. Jumlah penabung juga mengalami peningkatan sehingga pada akhir Maret 1986 mencapai 15.051.000 penabung. Sejalan dengan itu bank yang ditunjuk sebagai bank penyelenggara Tabanas/Taska telah bertambah sebanyak 5 bank sehingga menjadi 64 bank pada akhir Maret 1986. Pada akhir Maret 1986 jumlah nilai dan penabung Taska mencapai Rp 24 juta dengan 17.954 penabung. Perkembangan Tabanas dan Taska dapat diikuti pada Tabel IV-17.

d. Sertifikat Deposito

Penerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang.

Sejak dikeluarkannya ketentuan penerbitan sertifikat depo-sito bagi bank umum dan bank pembangunan pada bulan Oktober 1984, minat bank-bank swasta nasional untuk menerbitkan serti-fikat deposito meningkat. Selama periode tahun 1983/84-1985/86 telah terdapat 6 bank swasta nasional yang menerbitkan sertifi-kat deposito, sehingga bank-bank yang menerbitkan sertifikat deposito terdiri atas 5 bank pemerintah, 11 bank asing dan 6 bank swasta nasional. Walaupun jumlah bank penerbitnya bertam-bah, nilai sertifikat deposito terus menurun dari Rp 444,8 mil-yar pada tahun 1984/85 menjadi Rp 242,8 milyar pada tahun 1985/86. Penurunan tersebut disebabkan antara lain oleh adanya penurunan suku bunga sertifikat deposito. Perkembangan serti-fikat deposito dapat diikuti pada Tabel IV-18.

4. Perkreditan

a. Kebijaksanaan Perkreditan

Kebijaksanaan perkreditan dalam pelaksanaan tahun kedua Re-lita IV tetap mengupayakan keterkaitan yang seimbang dari Tri-logi Pembangunan. Hal ini dilakukan melalui langkah-langkah tindak lanjut kebijaksanaan 1 Juni 1983 untuk menyempurnakan

IV/63

Page 67:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 17

PERKEMBANGAN TABANAS DAN TASKA,*)

1983/84 - 1985/86TABANAS T A S K A J u m l a h

AkhirTahun/Triwulan/

BulanPenabung

Posisi(jutarupiah)

PenabungPosisi(jutarupiah)

PenabungPosisi(Jutarupiah)

1983/84 11.474.295 575.672 17.263 357 11.491.558 576.029

1984/85 12.984.237 699.312 16.893 566 13.001.130 699.878

Triwulan I 11.054.840 581.050 19.301 1.296 11.074.141 582.346

Triwulan II 12.032.517 592.633 17.628 659 12.050.145 593.292

Triwulan III 12.424.913 669.598 16.362 452 12.441.275 670.050

Triwulan IV 12.984.237 699.312 16.893 566 13.001.130 699.878

1985/86 15.033.046 1.059.018 17.954 424 15.051.000 1.059.442

April 13.115.200 720.394 16.546 487 13.131.746 720.881

Mei 13.189.741 725.161 13.249 507 13.202.990 725.668

Juni 13.208.339 725.458 13.540 308 13.221.879 725.766

Juli 13.562.714 743.102 13.313 338 13.576.027 743.440

Agustus 13.616.391 764.101 15.476 437 13.631.867 764.538

September 14.021.167 793.846 17.082 370 14.038.249 794.216

Oktober 14.069.848 837.018 17.589 383 14.087.437 837.401

Nopember 14.294.986 875.907 18.443 342 14.313.429 876.249

Desember 14.71 1.697 935.621 18.068 357 14.729.765 935.978

Januari 14.718.956 990.412 17.676 356 14.736.632 990.768

Pebruari 14.952.397 1.034.348 17.842 352 14.970.239 1.034.700

Maret 15.033.046 1.059.018 17.954 424 15.051.000 1.059.442

•) Meliputi TABANAS dan TASKA pada Bank-Bank Umum Pemerintah, Bank Tabungan dan Bank Swasta Nasional penyelenggara TABANAS/TASKA. Program TABANAS/TASKA ini dimulai penyelenggaraannya dalam tahun 1971.

IV/64

Page 68:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 18

PERKEMBANGAN SERTIFIKAT DEPOSITO BANK-BANK*),1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

Tahun/Triwulan/ DalamPenjualan Pelunasan Peredaran

1983/84 1.766,0 1.491,8 376,3

1984/85 1.532,5 1.464,0 444,8

April - Juni 532,7 607,2 301,8

Juli - September 203,0 280,8 224,0

Oktober - Desember 154,3 247,9 130,4

Januari - Maret 642,5 328,1 444,8

1985/86 2.162,0 2.364,0 242,8

April 476,8 457,9 463,7

Mei 223,6 200,9 486,4

Juni 230,9 195,0 522,3

Juli 294,6 259,9 557,0

Agustus 255,0 229,5 582,5

September 241,2 233,7 59010

Oktober 174,8 294,8 470,0

Nopember 58,5 177,2 351,3

Desember 55,9 86,2 321,0

Januari 63,3 118,8 265,5

Pebruari 37,1 44,2 258,4

Maret 50,3 65,9 242,8

*) Termasuk sertifikat deposito antar bank

IV/65

Page 69:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

kegiatan penyaluran dana masyarakat oleh lembaga perbankan dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dalam tahun 1985/86, penye-lenggaraan fungsi Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), sebagai sa-rana penyaluran dana jangka pendek bagi bank-bank untuk meng-atur likuiditas harian aktiva lancarnya telah diupayakan agar dapat diperluas lagi. Dalam rangka menunjang perkembangan eks-por komoditi di luar migas, Bank Indonesia telah menetapkan serangkaian ketentuan mengenai perluasan penggunaan kredit ekspor. Menurut ketentuan tersebut perusahaan-perusahaan Pena-naman Modal Asing/Joint Venture (PMA/JV), dimungkinkan untuk dapat memanfaatkan kredit ekspor dengan suku bunga rendah. Sebelumnya, selain lembaga perbankan juga Lembaga Keuangan Bukan Bank telah diperkenankan untuk menyalurkan kredit ekspor ini.

Untuk memperbesar sumber penerimaan devisa serta lebih menghemat penggunaannya dan sekaligus meningkatkan kemampuan bersaing dari perusahaan jasa-jasa dalam negeri, dalam tahun 1985/86 telah diberikan kesempatan yang lebih luas kepada kon-traktor nasional, khususnya yang telah memenangkan tender inter-nasional, untuk dapat memanfaatkan fasilitas kredit dengan suku bunga rendah.

Dalam usaha mendorong kegiatan pengusaha golongan ekonomi lemah, maka telah terus diusahakan penyempurnaan ketentuan KIK/KMKP, antara lain yang menyangkut ketentuan suku bunga kredit likuiditas KMKP, tuntutan ganti rugi dan penyelesaian perselisihan pertanggungan KIK/KMKP.

Sejalan dengan usaha untuk meningkatkan produksi pangan pe-ranan KUD di bidang perkreditan terus ditingkatkan. Dalam tahun 1985/86 telah dilakukan penyempurnaan ketentuan tentang kredit Usaha Tani melalui KUD untuk intensifikasi padi dan palawija. Dalam rangka pengembangan permodalan KUD Serta untuk meningkat-kan taraf hidup petani kecil dan nelayan, Pemerintah telah menetapkan BRI sebagai bank pemberi kredit kepada koperasi yang berstatus KUD/PUSKUD. Selanjutnya untuk daerah-daerah di mana belum terdapat kantor BRI, penyediaan kredit dapat dilakukan oleh bank-bank lainnya setelah berkonsultasi dengan Bank Indo-nesia atau BRI. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memeratakan pe-nyebaran kredit.

b. Jumlah dan Arah Penggunaan Kredit

Selama periode tahun 1985/86 kredit perbankan telah berkem-bang menjadi Rp 22.430 milyar atau meningkat dengan 16,0%

IV/66

Page 70:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

dibandingkan kenaikan 19,8% dalam tahun 1984/85. Persentase ke-naikan kredit yang menurun tersebut disebabkan karena melemah-nya permintaan akan kredit dari dunia usaha di berbagai sektor khususnya sektor perindustrian dan jasa-jasa. Dalam Tabel IV-19 dapat dilihat perkembangan kredit menurut sektor perbankan se-lama periode 1983/84-1985/86. Tingkat kenaikan jumlah kredit melalui bank-bank umum Pemerintah mencapai 12,7%, dibandingkan dengan 31,5% pada tahun sebelumnya, sehingga jumlahnya mencapai Rp 15.239 milyar pada akhir Maret 1986. Kenaikan yang cukup pe-sat dalam tahun 1984/85, berkaitan erat dengan adanya pengalih-an ke bank umum Pemerintah atas kredit Bulog dan Pertamina yang sebelumnya diberikan langsung oleh Bank Indonesia. Sebagai akibatnya kredit langsung Bank Indonesia menurun dengan 59,1% menjadi Rp 938 milyar dalam tahun 1984/85. Pada akhir tahun 1985/86 kredit langsung Bank Indonesia sedikit meningkat menja-di Rp 998 milyar, tetapi masih merupakan suatu penurunan tajam terhadap posisinya sebesar Rp 2.292 milyar pada akhir tahun 1983/84. Perkembangan ini adalah sejalan dengan rangkaian tindak lanjut yang telah ditempuh sejak diadakannya penyesuaian mendasar dalam upaya penyempurnaan kebijaksaan moneter tanggal 1 Juni 1983. Pengalihan kredit Bank Indonesia serta penurunan tajam dari posisi kredit langsungnya mencerminkan hasil upaya yang sadar untuk lebih meningkatkan lagi pengkhususan tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Pengkhususan Bank Indone-sia sebagai pengarah kebijaksanaan perkreditan perbankan yang semakin efektif disatu pihak dan peningkatan peran serta lemba-ga lembaga keuangan penyalur perkreditan yang diaturnya, lebih lanjut ditunjukkan oleh bertambahnya jumlah kredit yang disa-lurkan bank umum swasta nasional dan bank pembangunan daerah dalam tahun 1985/86. Jumlah tersebut mencapai kenaikan sebesar 34,3% setahun terhadap posisinya pada akhir tahun 1984/85, sehingga menjadi Rp 5.123,0 milyar pada akhir Maret 1986. Sementara itu, jumlah kredit yang disalurkan bank-bank asing naik dengan 0,8% sehingga mencapai posisi sebesar Rp 1.070,0 milyar pada akhir tahun 1985/86.

Dalam pada itu peranan bank umum Pemerintah dalam jumlah kredit perbankan sedikit menurun, yakni sebesar 67,9% pada akhir tahun 1985/86 dibanding dengan 69,9% pada akhir tahun sebelumnya. Meskipun demikian, penurunan ini telah lebih dari diimbangi oleh peningkatan peranan bank-bank umum swasta nasio-nal dan bank pembangunan daerah dari 19,7% dalam tahun 1984/85 menjadi 22,8 % dalam tahun 1985/86. Peranan bank asing pada akhir tahun 1985/86 adalah sebesar 4,8% dari keseluruhan per-kreditan yang telah disalurkan lembaga-perbankan.

IV/67

Page 71:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 19

PERKEMBANGAN KREDITl) MENURUT SEKTOR PERBANKAN,1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

Akhir Bank-bank Bank-bank Persentase Kenaikan

Tahun/Triwulan/ Bank Bank-bank Swasta Asing/ TahunBulan Indonesia Pemerintah²) Nasional Campuran Jumlah Kenaikan Triwulan Bulan

1983/84 2.292 10.283 2.583 977 16.135 +2.430 +17,7

1984/85 938 13.522 3.814 1.062 19.336 +3.201 +19,8

Triwulan I 895 12.107 2.917 1.039 16.958 +823 +5,1

Triwulan II 906 12.773 3.269 1.095 18.043 +1.085 +6,4

Triwulan III 870 13.345 3.552 1.046 18.813 +770 +4,3

Triwulan IV 938 13.522 3.814 1.062 19.336 +523 +2,8

1985/86 998 15.239 5.123 1.070 22.430 +3.094 +16,0

April 780 13.612 3.885 1.037 19.314 -22 -0,1

M e i 810 13.926 3.958 1.018 19.712 +398 +2,1

J u n i 829 14.242 4.067 1.053 20.191 +479 +4.4 +2,4

J u 1 i 828 14.482 4.098 1.013 20.421 +230 +1,1

Agustus 860 14.651 4.242 1.050 20.803 +382 +1,9

September 879 14.862 4.335 1.012 21.088 +285 +4,4 +1,4

Oktober 902 14.975 4.378 1.007 21.262 +174 +0,8

Nopember 915 15.215 4.518 1.044 21.692 +430 +2,0

Desember 964 15.374 4.746 1.073 22.157 +465 +5,1 +2,1

Januari 967 15.473 4.804 1.084 22.348 +191 +0,9

Pebruari 1.002 15.591 4.982 1.085 22.660 +312 +1,4

Maret 998 15.239 5.123 1.070 22.430 -230 +1,2 -110

1) Kredit dalam rupiah, maupun valuta asing, termasuk Kredit Investasi,KIK dan KMKP tetapi tidak termasuk kredit enter bank Serta kreditkepada Pemerintah Pusat, bukan penduduk dan nilai lawan bantuan proyek

2) Termasuk kredit yang dibiayai oleh kredit likuiditas Bank Indonesia

IV/68

Page 72:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

Apabila diperhatikan perkembangan kredit menurut sektor ekonomi, maka kredit produksi terutama digunakan untuk mem-biayai produksi pertanian seperti tanaman pangan dan tanaman perkebunan (karet rakyat, kelapa sawit) dan kehutanan. Di bi-dang perindustrian, kredit terutama digunakan untuk industri makanan/minuman, industri kayu dan hasil-hasilnya, industri kertas dan percetakan. Selama periode tahun 1984/85-1985/86 kredit untuk sektor produksi naik dengan 12,97 sehingga menjadiRp 9.721 milyar pada akhir Maret 1986. Kredit untuk sektor perdagangan dalam periode yang sama berkembang menjadi Rp 7.159 milyar atau naik dengan 15,47. Kredit di sektor ini terutama digunakan untuk membiayai pengolahan dan perdagangan barang-barang ekspor.

Kredit untuk sektor lain-lain termasuk jasa-jasa digunakan untuk keperluan penerangan/listrik, pembangunan perumahan se-derhana, jasa-jasa dunia usaha serta penyediaan air bersih. Kredit sektor lain-lain tersebut hingga akhir Maret 1986 ber-jumlah Rp 5.550 milyar dengan kenaikan sebesar 22,87. Perkem-bangan kredit perbankan menurut sektor ekonomi dapat dilihat pada Tabel IV-20 dan Grafik IV-13.

c. Kredit Investasi, KIK/KMKP, Kredit Candak Kulak, Kredit Umum Pedesaan, Kredit Perumahan Rakyat dan Lain-lainnya

Pemberian kredit investasi (kredit jangka menengah/panjang) telah dilaksanakan oleh bank-bank Pemerintah sejak tahun per-tama Repelita I. Dalam perkembangannya, kredit investasi di-golongkan ke dalam dua jenis, yaitu kredit investasi dengan prioritas tinggi sampai dengan Rp 75 juta dan kredit investasi bukan prioritas. Untuk kredit investasi prioritas, suku bunga-nya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 12% setahun. Untuk kredit bukan prioritas suku bunganya ditetapkan oleh Bank Pe-laksana. Untuk kredit investasi di atas Rp 2 milyar, suku bunganya ditentukan oleh Bapindo. Sementara itu untuk KIK/KMKP, Kredit Ekspor, Kredit Candak Kulak (KCK), kredit koperasi dan kredit prioritas lainnya, rata-rata suku bunganya adalah 12% setahun. Perkembangan suku bunga kredit prioritas dapat dilihat pada Tabel IV-26.

Sektor ekonomi yang dapat dibiayai dengan fasilitas kredit investasi meliputi bidang-bidang pertanian, pertambangan, per-industrian, perdagangan, jasa-jasa dan lain-lain. Sejalan de-ngan pelaksanaan tahap-tahap pembangunan, berbagai langkah dan kebijaksanaan penyempurnaan di bidang kredit investasi terus

IV/69

Page 73:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 20

PERKEMBANGAN KREDIT¹)MENURUT SEKTOR EKONOMI,1983/84 - 1985/86(dalam milyar rupiah)

Persentase Kenaikan( % )

AkhirTahun/Triwulan/

BulanProduksi2) Perdagangan3) Lain-lain4) Jumlah Kenaikan

TahunTriwulan Bulan

1983/84 7.115 5.297 3.723 16.135 +2.430 +17,7

1984/85 8.613 6.204 4.519 19.336 +3,201 +19,8

Triwulan I 7.443 5.888 3.627 16.958 +823 +5,1Triwulan II 7.745 6.227 4.071 18.043 +1.085 +6,4Triwulan III 8.210 6.334 4.269 18.813 +770 +4,3Triwulan IV 8.613 6.204 4.519 19.336 +523 +2,8

1985/86 9.721 7.159 5.550 22.430 +3.094 +16,0

Apri12) 8.596 6.292 4.426 19.314 -22 -0,1M e i 8.658 6.483 4.571 19.712 +398 +2,1J u n i 8.912 6.572 4.707 20.191 +479 +4,4 +2,4J u 1 i 8.955 6.760 4.706 20.421 +230 +1,1Agustus 9.012 6.989 4.802 20.803 +382 +1,9September 9.064 7.130 4.874 21.088 +285 +4,4 +1,4Oktober 9.047 7.208 5.007 21.262 +174 +0,8Nopember 9.350 7.202 5.140. 21.692 +430 +2,0Desember 9.506 7.255 5.396 22.157 +465 +5,1 +2,1Januari 9.727 7.157 5.464 22.348 +191 +0,9Pebruari 9.922 7.278 5.460 22.660 +312 +1,4Maret 9.721 7.159 5.550 22.430 -230 +1,2 -1,0

1) Kredit dalam rupiah maupun valuta asing, termasuk Kredit Investasi, KIK dan KMKP, tetapi tidak termasuk kredit enter bank Serta kredit kepada Pemerintah Pusat dan bukan penduduk

2) Termasuk produksi barang-barang hasil pertanian, pertambangan (sejak April 1985 termasuk Pertamina) dan Perindustrian

3) Terdiri dari kredit ekspor, kredit impor dan kredit perdagangan dalam negeri

4) Terdiri dari kredit Pertamina, (sejak April 1985 kredit Pertamina termasuk sektor pertambangan/produksi), jasa-jasa dan lain-lain

IV/70

Page 74:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

GRAFIK IV-13PERKEMBANGAN KREDIT PERBANKAN DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING.

MENURUT SEKTOR EKONOMI.1983/84 — 1985/86

Page 75:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

dilakukan terutama agar. kredit investasi semakin banyak diman-faatkan oleh golongan ekonomi lemah serta untuk kegiatan pro-duktif yang banyak menyerap tenaga kerja. Sampai dengan akhir Maret 1986, jumlah kredit investasi yang disetujui men-capai jumlah sebesar Rp 6.808 milyar tidak termasuk di dalamnya kredit investasi dalam valuta asing. Keseluruhan jumlah kredit tersebut disalurkan untuk kegiatan di bidang pertanian sebesar Rp 1.527 milyar, bidang industri sebesar Rp 3.437 milyar, bidang pertambangan sebesar Rp 232 milyar, bidang perdagangan sebesar Rp 300 milyar, bidang jasa-jasa sebesar Rp 1.280 mil-yar, dan bidang lain-lain sebesar Rp 32 milyar. Jika dibanding-kan dengan posisinya pada akhir Maret 1985 sebesar Rp 5.712 milyar, maka selama periode tahun 1985/86 telah terjadi pening-katan dalam pemberian kredit investasi sebesar 19,2%. Pemberi-an kredit investasi menurut sektor ekonomi dapat diikuti pada Tabel IV-21 dan Grafik IV-14.

Program kredit untuk golongan ekonomi lemah merupakan program pemerataan di bidang perkreditan dengan maksud mening-katkan kemampuan berusaha bagi pengusaha kecil. Untuk maksud tersebut Pemerintah menyediakan bantuan fasilitas kredit dengan persyaratan yang ringan, seperti suku bunga yang rendah serta bagian pembiayaan sendiri yang relatif kecil. Jenis kredit yang telah disediakan dalam tahun sebelumnya adalah KIK/KMKP, Kredit Mini/Midi, Kredit Umum Pedesaan, Kredit Candak Kulak, Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Guru, dan Kredit Mahasiswa. Jenis- jenis kredit lain yang diberikan Bank Indonesia melalui bank pelaksana meliputi kredit modal kerja dalam rangka Keppres 29/1984, kredit sampai dengan Rp 75 juta, serta kredit usaha tani melalui KUD untuk intensifikasi padi/palawija.

Program pemberian Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) yang diselenggarakan sejak akhir 1973 dan ditujukan untuk mendorong kegiatan usaha pengusaha kecil, telah mengalami beberapa penyempurnaan, baik dalam hal volume kreditnya, suku bunga dan jangka waktu kreditnya. Pada awal dilaksanakannya program KIK, maksimum kredit ditetapkan sebesar Rp 5 juta setiap nasabah dengan suku bunga 12% setahun serta jangka waktu kredit 5 tahun. Berdasarkan ketentuan 1 Juni 1983, jumlah plafond KIK menjadi maksimum Rp 15 juta tanpa adanya suplesi, dengan suku bunga 12% setahun dan jangka waktu 10 tahun, termasuk masa tenggang maksimum 4 tahun. Dalam per-kembangannya ketentuan-ketentuan mengenai KMKP mengalami per-ubahan pula. Semula persyaratan kreditnya ditetapkan dengan maksimum Rp 5 juta setiap nasabah dengan bunga 15 % setahun dan dengan jangka waktu maksimum 3 tahun, yang dapat diperpanjang

IV/72

Page 76:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV – 21PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI MENURUT SEKTOR EKONOMI,*)

1983/84 – 1985/85(dalam milyar rupiah)

Page 77:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

G R A F I K I V - 1 4PEKEMBANGAN JUMLAH PERSETUJUAN DAN REALISASI KREDIT INVESTASI.

1983/84 - 1889/80

Page 78:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya
Page 79:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

apabila jangka waktu tersebut telah berakhir. Sejak 1 Juni 1983, jumlah maksimum kreditnya dinaikkan menjadi Rp 15 juta, tanpa tambahan plafond, dengan suku bunga 12% setahun, jangka waktu tetap 3 tahun namun setiap saat dapat diperpanjang.

Dilihat dari perkembangannya, jumlah KIK dan KMKP yang di-setujui selalu menunjukkan peningkatan. Permohonan KIK dan KMKP yang disetujui sampai akhir Maret 1986 adalah sebesar Rp 3.923 milyar untuk 2.325 ribu pemohon. Dengan demikian selama tahun 1985/86, telah terjadi peningkatan sebesar 22,4% untuk kredit dan 11,2% untuk pemohon. Posisi KIK dan KMKP sampai akhir Maret 1986 masing-masing adalah sebesar Rp 326 milyar dan Rp 889 milyar. Perkembangan KIK dan KMKP dapat diikuti pada Ta-bel IV-22.

Pemberian Kredit Mini dan Kredit Midi yang diselenggarakan untuk membantu para petani dan pengusaha kecil di pedesaan, sampai akhir Maret 1986 mencapai jumlah Rp 13,8 milyar dengan jumlah nasabah sebanyak 131 ribu orang. Sampai dengan akhir tahun 1985/86 posisi jumlah Kredit Mini dan Midi mengalami penurunan sebesar Rp 56,2 milyar terhadap posisinya sebesar Rp 70,0 milyar pada akhir bulan Maret 1984 atau menurun 80,3%. Penurunan tersebut, adalah sesuai dengan arah kebijaksanaan untuk mengalihkan penyaluran Kredit Mini dan Midi kepada pro-gram Kredit Umum Pedesaan (Kupedes). Posisi Kredit Mini dan Midi akan dengan sendirinya menurun terus karena hanya meng-gambarkan jumlah pengembalian pinjaman sedangkan jumlah kredit baru dialihkan ke program Kupedes. Program Kredit Umum Pedesaan diselenggarakan sejak Januari 1984. Sasarannya adalah untuk me-ngembangkan/meningkatkan usaha-usaha kecil di pedesaan. Besar-nya kredit yang dapat diberikan kepada seorang nasabah adalah minimum Rp 25 ribu dan maksimum Rp 1 juta, dengan suku bunga untuk Kupedes investasi sebesar 1,0% sebulan, atau 1,5% sebulan bila terjadi penunggakan, dan dengan jangka waktu kredit maksi-mum 3 tahun. Sedang untuk suku bunga Kupedes modal kerja adalah 1,5% sebulan, atau 2,0% sebulan bila ada tunggakan, dan dengan jangka waktu kredit maksimum 2 tahun. Sampai dengan akhir Maret 1986, posisi Kupedes telah mencapai Rp 260,1 milyar atau suatu peningkatan sebesar 82,4% bila dibandingkan dengan posisinya pada akhir bulan Maret 1985. Perkembangan Kredit Mini, Kredit Midi dan Kupedes dapat diikuti pada Tabel IV-23, IV-24 dan IV-25.

Dalam rangka menunjang kelancaran kebijaksanaan Pemerintah untuk membantu pengusaha golongan ekonomi lemah, PT. Askrindo menyediakan sarana jaminan/pertanggungan atas kredit yang di-

Page 80:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV -22PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI KECIL DAN KREDIT MODAL KERJA PERMANEN,

1983/84 – 1985/86(dalam milyar rupiah)

IV/76

Page 81:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV – 23PERKEMBANGAN KREDIT MINI,*)

1983/84 – 1985/86(dalam milyar rupiah)

IV/77

Page 82:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 24

PERKEMBANGAN KREDIT MIDI,*) 1983/84 - 1985/86

IV/78

Page 83:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

GRAFIK IV – 15PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI KECIL, KREDIT MODAL KERJA PERMANEN

DAN KREDIT MINI & MIDI1983/84 – 1985/86

Page 84:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya
Page 85:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 25

KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES),*)1984 - Maret 1986

(dalam milyar rupiah)

Tahun/Bulan Investasi Eksploitasi Jumlah

1984 :Januari 0,3 2,6 2,9Pebruari 0,6 11,6 12,2Maret 0,6 30,1 30,7April 1,5 43,9 45,4M e i 1,2 57,4 58,6J u n i 1,7 66,4 68,1J u 1 i 2,2 73,1 75,3Agustus 2,9 79,8 82,7September 4,0 84,6 88,6Oktober 5,0 88,2 93,2Nopember 6,4 97,1 103,5Desember 6,2 104,5 110,7

1985 :Januari 6,4 111,9 118,3Pebruari 6,8 121,6 128,4Maret 7,2 135,4 142,6April 7,5 147,8 155,3M e i 8,5 162,7 171,2J u n i 8,8 171,3 ]80,1J u 1 i 8,9 177,4 186,3Agustus 9,0 185,0 194,0September 9,2 191,2 200,4Oktober 9,3 199,8 209,1Nopember 9,6 211,1 220,7Desember 9,8 219,2 229,0

1986 :Januari 919 227,4 237,3Pebruari 10,2 240,1 250,3Maret 10,4 249,7 260,1

*) Kredit Umum Pedesaan diberikan mulai 30 Januari 1984

IV/80

Page 86:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

berikan. Sebagian besar kredit dengan prioritas tinggi yang di-salurkan oleh perbankan secara otomatis dijamin oleh PT. As-krindo, begitu pula kewajiban menanggung kredit macet merupakan tanggung jawab dan beban lembaga ini. Selain itu dalam usaha mengembangkan kegiatan para pengusaha kecil, PT. Bahana sejak tahun 1974 telah pula memberikan bantuan kepada 45 perusahaan baik dalam bentuk penyertaan saham, pemberian kredit jangka menengah/panjang maupun kredit jangka pendek.

Untuk tujuan pemerataan serta perluasan kesempatan kerja masyarakat pedesaan dan kota-kota kecamatan di samping untuk pengembangan fungsi perkreditan Koperasi Unit Desa (KUD), maka sejak tahun 1976 Pemerintah telah menyelenggarakan Program Kredit Candak Kulak (KCK). Pada awal pelaksanaan KCK, maksimum kredit yang diberikan adalah sebesar Rp.15 ribu untuk kemudian sejak bulan Juli 1982 maksimum kreditnya dinaikkan menjadi Rp 30 ribu untuk setiap nasabah. Sampai akhir Maret 1986 jumlah KCK yang diberikan mencapai Rp 212 milyar dengan jumlah peminjam sebanyak 15 juta nasabah. Kredit ini disalurkan oleh Bank Rakyat Indonesia melalui 5.481 KUD yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain pemberian berbagai kredit tersebut di atas, sejak tahun 1976 telah diselenggarakan pro-gram Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang disalurkan oleh Bank Tabungan Negara. Pemberian KPR melalui BTN untuk rumah yang dibangun Perum Perumnas dan KPR yang disalurkan melalui PT. Papan Sejahtera untuk rumah bukan Perumnas, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Terhitung sejak 9 September 1985 berlaku kebijaksanaan baru bahwa penyediaan dana KPR dilakukan secara terpadu antara alokasi penyediaan dana berasal dari Penyertaan Modal Pemerintah (PMP), kredit likuiditas BI, pinjaman dari Bank Dunia dan dana BIN. Posisi KPR sampai akhir Maret 1986 telah mencapai Rp 1.236 milyar.

Selain itu, berbagai jenis kredit lainnya untuk membantu pengusaha golongan ekonomi lemah seperti Kredit Modal Kerja dalam rangka Keppres No. 29/1984, Kredit Modal Kerja sampai Rp 75, juta, Kredit Mahasiswa dan lain-lain juga mengalami peningkatan. Sampai akhir Maret 1986 jumlah keseluruhan kredit yang disediakan bagi pengusaha ekonomi lemah meliputi Rp 5.339 milyar atau meningkat 18,47 dari data akhir Maret 1985.

5. Suku Bunga

Arah kebijaksanaan suku bunga kredit maupun suku bunga dana perbankan, khususnya sejak 1 Juni 1983 sampai akhir tahun kedua pelaksanaan Repelita IV, tidak mengalami perubahan.

IV/81

Page 87:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

Apabila pada akhir Maret 1985 tingkat bunga kredit bank-bank umum Pemerintah berkisar antara 157 dan 247 setahun dan bank-bank swasta nasional berkisar antara 217 dan 43,27, maka pada akhir Maret 1986 suku bunga kredit sedikit menurun menjadi 157 sampai 217 bagi bank-bank umum Pemerintah dan 177 sampai 367 bagi bank-bank swasta nasional. Suku bunga kredit investasi yang pada akhir Maret 1985 berkisar antara 157 dan 247 setahun, pada akhir Maret 1986 mengalami penurunan menjadi 157 sampai 217 setahun. Perkembangan suku bunga yang berlaku untuk kredit prioritas dapat diikuti pada Tabel IV-26.

Sebagaimana diketahui sejak bank-bank Pemerintah diberi kebebasan untuk menetapkan sendiri suku bunga depositonya se-hingga terjadi persaingan yang cukup ketat dikalangan perbankan dalam usaha menarik dana dari masyarakat. Karenanya, suku bunga deposito yang ditawarkan lembaga perbankan cenderung untuk terus meningkat. Menyadari akan tingginya tingkat suku bunga riil tersebut, maka dalam semester pertama tahun 1985/86, oto-ritas moneter telah memprakarsai upaya agar terjadi penurunan suku bunga. Untuk itu Bank Indonesia telah menurunkan tingkat suku bunga diskonto ulang SBPU dari 20,5% menjadi 17,0%, tingkat diskonto fasilitas diskonto Bank Indonesia dari 21,0% menjadi 18,5% dan SBI dari 16,0% menjadi 14,0%. Langkah-langkah tersebut telah dapat mendorong terjadinya penurunan suku bunga deposito berjangka bank-bank sekitar tiga persen sehingga men-jadi 12,5% sampai 19,0% setahun pada akhir Maret 1986. Sehu-bungan dengan itu suku bunga yang berlaku bagi kelompok bank Pemerintah untuk jangka waktu 1 bulan sampai dengan 24 bulan berkisar antara 13,0% dan 15,0%. Adapun suku bunga yang berlaku bagi kelompok bank swasta nasional untuk jangka waktu 1 bulan sampai dengan 24 bulan berkisar antara 12,5% dan 19,0% seta-hun. Untuk kelompok bank asing yang hanya menghimpun deposito berjangka waktu sampai dengan 12 bulan, suku bunganya berkisar antara 13,0% dan 16,5% setahun.

Suku bunga Tabanas dan Taska tidak mengalami perubahan yai-tu Tabanas 15% setahun untuk saldo tabungan sampai dengan Rp 1,0 juta dan 12% untuk saldo tabungan di atas Rp 1,0 juta. Suku bunga Taska besarnya tetap 9% setahun untuk Taska yang diangsur penuh selama 1 tahun, namun apabila ditarik sebelum jatuh waktu suku bunganya hanya 6,0% setahun.

6. Perkembangan Harga

Di samping berbagai langkah yang dimaksudkan untuk tetap

IV/82

Page 88:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABELSUKU BUNGA KREDIT PRIORITAS TINGGI¹)

1 JUNI 1983

IV/83

Page 89:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

memelihara keseimbangan moneter, maka upaya lain untuk memeli-hara kestabilan ekonomi adalah melalui berbagai langkah untuk menjamin agar pengadaan dan penyaluran barang-barang kebutuhan pokok di seluruh penjuru tanah air senantiasa memadai, sesuai dengan kebutuhan. Sasaran langkah kebijaksanaan ini adalah un-tuk menjaga agar harga kebutuhan pokok senantiasa berada dalam jangkauan daya beli masyarakat. Keberhasilan dari langkah-langkah untuk mempertahankan kestabilan ekonomi selama ini bisa dilihat dari terkendalinya laju inflasi yang ditunjukkan oleh perkembangan Indeks Harga Konsumen serta terkendalinya tingkat harga dari 9 macam kebutuhan pokok yang ditunjukkan oleh per-kembangan indeksnya di 17 ibu kota propinsi.

Dalam tahun 1984/85, laju inflasi berhasil dimantapkan pada tingkat sebesar 3,6%, suatu perkembangan yang menunjukkan tekad dan kemampuan untuk terus mempertahankan stabilitas na-sional. Peningkatan sebesar 3,6% tersebut disertai oleh ter-jadinya tingkat kenaikan yang lebih tinggi pada kelompok aneka barang dan jasa, yaitu sebesar 7,8%. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan tarip jasa dokter dan naiknya harga obat bebas/ tanpa resep, serta kenaikan harga bahan dan alat tulis ber-hubung dengan melonjaknya kebutuhan dalam memasuki tahun ajaran baru pada bulan Juli 1984. Peningkatan sebesar 7,8% pada kelom-pok aneka barang dan jasa ini juga berkaitan dengan adanya penyesuaian tarip angkutan dalam bulan April 1984. Laju inflasi yang rendah, sebesar 3,6% tersebut, juga dapat dicapai ketika kelompok makanan, perumahan dan sandang masing-masing naik se-besar 1,8%, 3,6% dan 2,7%.

Perkembangan harga dalam tahun 1985/86 menunjukkan kenaikan sebesar 5,7%, yang masih rendah dibandingkan dengan rata-rata laju inflasi setahun selama periode sebelum pelaksanaan Repeli-ta IV. Kenaikan sebesar 5,7% ini, disebabkan oleh adanya pe-ningkatan harga-harga pada kelompok makanan sebesar 6,1%, pada kelompok perumahan yang naik sebesar 6,4%, pada kelompok sandang 3,4% dan sebesar 5,0% pada kelompok aneka barang dan jasa. Dalam pelaksanaan tahun kedua Repelita IV, perkembangan harga pada kelompok perumahan berhubungan dengan tingkat kenaikan sebesar 11,0% yang terjadi pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air. Sedang kenaikan sebesar 6,1% pada kelompok makanan berhubungan dengan kenaikan yang terjadi pada sub-kelompok minuman tak beralkohol, seperti kopi, sebesar 14,8%, pada sub-kelompok kacang-kacangan sebesar 12,2% dan pada sub-kelompok ikan diawetkan sebesar 9,4%.

Kenaikan sebesar 5,0% yang terjadi pada kelompok aneka ba-

IV/84

Page 90:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

rang dan jasa dalam tahun 1985/86 berkaitan erat dengan kenaik-an tingkat harga-harga pada subkelompok pendidikan sebesar 8,0% dan pada subkelompok rekreasi dan olah raga sebesar 8,9% pada tahun yang sama. Peningkatan pada masing-masing subkelom-pok ini berhubungan dengan perkembangan musiman yang setiap tahunnya terjadi antara bulan Mei dan Juli, bertepatan dengan melonjaknya kesibukan masyarakat dalam memasuki tahun ajaran baru dan dalam mengisi masa liburannya. Perkembangan harga-harga pada subkelompok transpor dalam tahun 1985/86 menunjuk-kan kenaikan sebesar 4,7%, dibanding dengan perkembangannya se-besar 10,6% pada tahun sebelumnya.

Perkembangan dari tingkat harga umum yang naik sebesar 5,7% di tahun 1985/86 dapat juga diikuti dari perkembangan bulanan-nya sepanjang tahun anggaran. Mulai dengan bulan April, telah tercatat suatu kenaikan sebesar 2,5%, yang merupakan tingkat kenaikan bulanan tertinggi untuk periode sampai dengan Maret 1986. Bulan April 1985 juga bertepatan dengan mulai diberlaku-kannya Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jenis pajak baru ini telah diper-kirakan tidak akan mempunyai pengaruh yang berarti pada perkem-bangan IHK sepanjang tahun kecuali pada bulan pertama di-berlakukannya Pengaruh penyesuaian atas PPN ini tercermin pada kenaikan harga dalam bulan April pada kelompok perumahan se-besar 4,67, yang subkelompoknya yaitu bahan bakar, penerangan dan air mengalami kenaikan yang relatif tinggi sebesar 10,26% dibanding dengan rata-rata kenaikan sebulan yang kurang dari 0,1% pada subkelompok ini selama sebelas bulan berikutnya sampai dengan Maret 1986. Laju inflasi sebesar 4,6% dalam bulan April ini menyumbang 71,7% dari jumlah kenaikan indeks harga kelompok perumahan yang mencapai 6,4% selama tahun anggaran 1985/86.

Dalam bulan Mei, kenaikan harga umum kembali merendah pada tingkat 0,4%. Perkembangan ini dipengaruhi oleh terjadinya pe-nurunan yang relatif besar pada laju peningkatan harga-harga dari beberapa kelompok dibandingkan dengan tingkat kenaikannya masing-masing dalam bulan April. Khususnya, laju kenaikan pada kelompok makanan telah menurun dari 1,5% menjadi kurang dari 0,1%, pada kelompok perumahan dari 4,6% menjadi 0,3% dan pada aneka barang dan jasa dari 2,2% menjadi 0,7%, meskipun di da-lamnya, subkelompok rekreasi dan olah raga menunjukkan pening-katan dari laju kenaikannya sebesar 0,9% dalam bulan April men-jadi 3,9% pada bulan Mei.

Pada bulan Juni, kenaikan indeks umum adalah sebesar 0,9%

IV/85

Page 91:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

yang meskipun telah lebih rendah terhadap perkembangannya pada bulan April, masih lebih tinggi dibanding dengan laju inflasi dalam bulan sebelumnya. Perkembangan harga dalam bulan Juni ini bertepatan dengan kegiatan masyarakat menyambut hari Lebaran, ketika kelompok makanan mempunyai peranan besar dalam kenaikan harga. Indeks kelompok makanan naik sebesar 2,0% yang terutama disebabkan oleh kenaikan sebesar 5,0%, 6,4% dan 6,1% masing-ma-sing subkelompok daging dan hasil-hasilnya, subkelompok te- lur, susu dan hasil-hasilnya serta subkelompok bumbu-bumbu- an, sedangkan subkelompok padi-padian masih menunjukkan penu-runan sejak bulan Maret 1986.

Dalam bulan Juli, terjadi penurunan pada indeks umum sebe-sar -0,1 %, ketika kelompok makanan, yang pada bulan Juni, mem-beri pengaruh menaik, telah berbalik arah dan mempunyai penga-ruh menurun. Selama bulan ini indeks kelompok makanan menurun sebesar -1.0 %, sedangkan indeks kelompok perumahan dan kelom-pok aneka barang dan jasa menunjukkan kenaikan yang lebih besar daripada bulan sebelumnya.

Penurunan tingkat harga umum kembali terjadi dalam bulan Agustus sebesar -0,1%, bersamaan dengan terjadinya musim panen bawang dan cabe yang mengakibatkan harga bahan makanan ini me-rosot di berbagai daerah.

Pengaruh menurun panen tanaman bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran masih cukup besar pada perkembangan indeks umum, yang turun sekitar -0,2% dalam bulan September. Penurunan ini terjadi walaupun harga-harga di dalam subkelompok padi-padian seperti beras dan di dalam subkelompok kacang-kacangan masih meningkat, terutama karena pengaruh perkembangannya pada bulan sebelumnya.

Pada bulan Oktober terjadi kenaikan indeks umum sebesar 0,1%. Kenaikan ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan pada indeks kelompok perumahan dan kelompok aneka barang dan jasa masing-masing sebesar 0,4% dan 0,3%, meskipun kelompok makanan masih menunjukkan penurunan sejak bulan Juli.

Dalam bulan Nopember kenaikan harga beras sebesar 0,3% mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan indeks umum yang naik 0,3%. Pada, bulan Desember, terjadi kenaikan harga karena pengaruh faktor musiman, khususnya melonjaknya permintaan akan barang dan jasa pada saat masyarakat menyambut hari Natal dan Tahun Baru 1986. Kenaikan yang menonjol terjadi pada harga telur, daging sapi, biskuit dan kopi bubuk, tetapi

IV/86

Page 92:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

semuanya secara bersamaan mempunyai peranan kurang dari 0,3% didalam kenaikan harga umum.

Dalam bulan Januari 1986, perkembangan indeks harga umum menunjukkan suatu peningkatan sebesar 1,3%. Perkembangan harga umum ini terutama bersumber dari kenaikan sebesar 3,0% pada kelompok makanan, yang pada gilirannya disebabkan oleh kenaikan yang dialami pada subkelompok padi-padian (4,9%), ikan segar (3,2%), ikan diawetkan (3,8%) dan minuman tidak beralkohol (10,4%).

Bahwa stabilitas perekonomian dapat terus dipelihara oleh ketahanan landasannya yang telah semakin kokoh sejak Repelita I terlihat ketika melonjaknya indeks harga umum sebesar 1,3% da-lam bulan Januari tidak berkelanjutan ke bulan dan periode berikutnya. Pada bulan Pebruari tingkat kenaikan harga umum se-gera menjadi lebih mantap pada tingkat sebesar 0,7% ataupun telah menjadi setengahnya saja dari laju kenaikan bulan yang terdahulu. Kokohnya kapasitas produksi dalam negeri, terutama yang menyangkut produksi bahan pangan, ditunjukkan lebih lanjut pada bulan Maret ketika indeks harga umum menurun sebesar -0,4%, yang bertepatan pula dengan tibanya masa panen secara serempak di berbagai daerah.

Selama pelaksanaan tahun kedua Repelita IV ini, tingkat ke-naikan harga umum di bawah 5,7% dialami di 7 ibu kota propinsi sedang Denpasar kembali dicatat sebagai kota dengan tingkat ke-naikan tertinggi (11,3%). Jayapura dalam tahun ini merupakan kota dengan inflasi yang terendah (2,0%), sedangkan kota Ambon merupakan satu-satunya kota yang mengalami penurunan (-2,9%).

Perkembangan Indeks Harga Konsumen Indonesia tahun 1983/84 hingga tahun 1985/86 dapat diikuti pada Tabel IV-27 dan Grafik Perincian perkembangannya menurut kelompok barang dalam periode yang sama dapat dilihat pada Tabel IV-28 dan Grafik Perincian perkembangannya di 17 ibu kota propinsi dapat diikuti pada Tabel IV-29.

Dalam tahun 1983/84, perkembangan harga sembilan macam bahan pokok di 17 ibukota propinsi menunjukkan peningkatan rata-rata 14,8% setahun. Dalam tahun pertama Repelita IV, ter-jadi penurunan yang berkisar antara -0,6% dan -4,9% di 11 kota, sedang di 6 kota lainnya telah terjadi peningkatan dengan ke-naikan tertinggi di Jayapura (5,7%) dan terendah di Padang (1,7%). Berlainan dengan perkembangannya pada tahun 1984/85, maka dalam tahun 1985/86 telah terjadi peningkatan indeks 9

IV/87

Page 93:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV - 27

PERSENTASE KENAIKAN HARGA DI INDONESIA,1983 - 1985/86

Tahun % Kenaikan Tahun % Kenaikan

1983 11,5 1983/84 12,6

1984 8,8 1984/85 3,6

1985 4,3 1985/86 5,7

IV/88

Page 94:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

6RAFIK IV - 16PERSENTASE KENAIKAN HARGA DI INDONESIA,

1953 - 1965/66

Page 95:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya
Page 96:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

TABEL IV -28

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN INDONESIA(DI 17 IBUKOTA PROPINSI), 1) MENURUT KELOMPOK BARANG,

1983/84 - 1985/86

2Aneka Indeks Kenaikan Indeks Umum (%)

Tahun/Bulan Makanan Perumahan Sandang Barang Umumdan Jasa Tahun/Triwulan Bulan

1983/84 220,54 263,88 215,14 229,77 233,42 +12,6

1984/85 224,34 273,47 221,08 248,07 242,07 + 3,6

Juni 232,52 287,11 225,74 255,49 238,69 + 2,2

September 228,07 288,07 227,46 258,40 238,98 + 0,1

Desember 226,35 269,99 220,58 246,54 241,63 + 1,1

Maret 224,34 273,47 221,08 248,07 242,07 + 0,2

1985/86 238,23 291,15 228,68 260,58 256,07 + 5,7

April 227,77 285,95 222,52 253,62 248,13 + 2,5

M e i 227,91 286,85 224,35 255,37 249,02 + 0,4

Juni 232,52 287,11 225,74 225,49 251,23 + 3,8 + 0,9

Juli 230,24 228,49 226,99 256,47 250,94 - 0,1

Agustus 228,88 288,45 227,04 258,27 250,76 - 0,1

September 228,07 288,07 227,32 258,40 250,38 - 0,3 - 0,2

Oktober 227,46 289,31 227,46 259,12 250,59 + 0,1

Nopember 228,85 289,20 227,68 259,45 251,24 + 0,3

Desember 230,89 289,36 228,03 259,67 252,20 + 0,7 + 0,4

Januari 237,74 290,15 228,17 260,06 255,39 + 1,3

Pebruari 241,11 291,08 228,48 260,56 257,18 + 0,7

Maret 238,23 291,15 228,68 260,58 256,07 + 1,5 - 0,4

1). Dengan tahun dasar April 1977 - Maret 1978 = 100 dan mulai digunakan April 1979.2). Angka pembulatan

IV/90

Page 97:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

G R A F I K - I V – 17INDEKS HARGA KONSUMEN INDONESIA (DI V IBUKOTA PROPINSI)

1983/84 – 1985/86

Page 98:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya
Page 99:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

macam bahan pokok di setiap 17 ibu kota propinsi, meskipun de-ngan persentase kenaikan yang berbeda dari satu kota ke kota lainnya. Beberapa kota yang kenaikannya di atas rata-rata 7,4% untuk ke-17 kota tersebut adalah Bandung (14,0%), Semarang (11,1%) dan Pontianak (10,4%), sedangkan kota-kota Jayapura (2,4%), Medan (2,5%) dan Menado (3,9%) dicatat mengalami ke-naikan tingkat harga 9 macam bahan pokoknya yang berada di ba-wah rata-rata 7,4% tersebut.

Perkembangan indeks sembilan macam bahan pokok di 17 ibu-kota propinsi dapat diikuti pada Tabel IV-30.

D. PERKEMBANGAN LEMBAGA PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

Kebijaksanaan dalam rangka pembinaan lembaga perbankan dan lembaga keuangan lainnya selama tahun 1985/86 tetap diarahkan kepada terciptanya sistem keuangan yang efektif dan efisien di-dalam pengerahan dana masyarakat maupun penggunaannya untuk membiayai kegiatan pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut usaha-usaha yang telah dilaksanakan seperti pemberian bantuan teknis kepada bank-bank pembangunan daerah, perluasan kliring lokal dan penunjukan bank untuk menerbitkan jaminan dalam rangka pelaksanaan Keppres No.29 Tahun 1984, tetap dilanjutkan.

Kebijaksanaan yang dilaksanakan dalam tahun 1985/86 meli-puti langkah-langkah untuk memperluas kantor cabang bank devisa dalam rangka usaha untuk menggalakkan ekspor non migas, penyu-sunan rencana penyempurnaan sistem penyelenggaraan kliring, penyempurnaan tata kerja bank umum koperasi dan usaha-usaha untuk lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap per-bankan.

Dalam rangka usaha untuk menggalakkan ekspor non migas da-lam tahun 1985/86 kepada bank-bank devisa swasta nasional diberi kesempatan untuk memperluas kantor cabangnya. Menurut ketentuan baru bank devisa swasta nasional dapat meningkatkan kantor cabangnya menjadi cabang bank devisa sebanyak dua setengah kali dari jumlah bank yang menggabungkan diri (merger) dengan bank yang bersangkutan.

Dalam usaha lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat ter-hadap sektor perbankan khususnya bank-bank swasta nasional, Bank Indonesia terus berusaha untuk membantu bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan solvabilitas.

IV/93

Page 100:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya
Page 101:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

Untuk lebih memperluas dan memperlancar lalu lintas pem-bayaran giral antar bank serta lembaga keuangan bukan bank di Jakarta, maka direncanakan untuk menerapkan suatu sistem pe-nyelenggaraan kliring yang diotomatisasikan. Sampai akhir Maret 1986 terdapat 29 tempat penyelenggaraan kliring di seluruh In-donesia.

Penyempurnaan tata kerja Bank Umum Koperasi berhasil di-laksanakan melalui Surat Keputusan Bersama Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koperasi tanggal 5 Pebruari 1986 yang mengatur pendirian bank, modal bank, perlengkapan keorganisasi-an serta pengawasan dan pembinaannya.

Sehubungan dengan jaminan dalam rangka Keppres 29 Tahun 1984, jumlah bank yang ditunjuk menyalurkan jaminan bank sampai akhir Maret 1986 adalah 87 bank. Dalam rangka bantuan teknis kepada BPD, maka seluruh BPD telah dapat menyelesaikan buku pe-doman kerja. Buku pedoman kerja berisi petunjuk tentang pelak-sanaan, rencana dalam organisasi, manajemen, perkreditan, pe-ngerahan dana dan lain-lain.

Jumlah bank yang meliputi bank umum, bank pembangunan dan bank tabungan selama periode tahun 1984/85 - 1985/86, mengalami penurunan yaitu dari 116 bank menjadi 115 bank. Penurunan ter-sebut terjadi karena adanya penggabungan usaha oleh bank swasta nasional. Jumlah kantor bank yang terdiri dari kantor pusat, kantor cabang dan kantor cabang pembantu yang dalam tahun 1984/85 sebanyak 1.397 kantor telah meningkat menjadi 1.462 kantor pada tahun 1985/86. Bank perkreditan rakyat yang terdiri dari bank desa, lumbung desa, bank pasar dan bank pegawai yang berjumlah 5.832 dalam tahun 1984/85 mengalami penurunan dalam tahun 1985/86 sehingga menjadi 5.819 pada akhir Maret 1986.

Perkembangan usaha perbankan, dilihat dari jumlah aktiva, pengerahan dana dan kegiatan penyaluran perkreditan tetap me-nunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Posisi ketiga komponen tersebut dalam tahun 1985/86 masing-masing meningkat dengan 20,97, 24,87 dan 16,77, sehingga berjumlah Rp 34.870 milyar, Rp 22.943 milyar dan Rp 21.576 milyar pada akhir Maret 1986.

Untuk lebih meningkatkan peranan LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank) dalam perdagangan surat-surat berharga, Bank Indo-nesia masih memberikan fasilitas diskonto ulang sampai dengan Januari 1985. Bersamaan dengan dikeluarkannya SBPU, maka fasi-

IV/95

Page 102:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

litas diskonto ulang tersebut dihapuskan. Selanjutnya dalam rangka memperlancar transaksi SBPU di pasar uang, untuk tahap pertama ditunjuk sebuah LKBB yang bertindak sebagai lembaga "securities". Tugas lembaga tersebut adalah memperdagangkan surat-surat berharga yang diterbitkan oleh Bank/LKBB ataupun nasabah dari lembaga-lembaga keuangan. Selanjutnya surat-surat berharga tersebut oleh lembaga "securities" tertunjuk, dapat didiskonto ulangkan kepada Bank Indonesia. Sampai akhir Maret 1986 jumlah perusahaan LKBB sebanyak 20 buah, terdiri atas 3 bush LKBB jenis pembiayaan pembangunan, 9 buah jenis investasi dan 7 bush kantor perwakilan LKBB, serta 1 buah LKBB jenis pem-biayaan pemilikan rumah. Jumlah aktiva seluruh LKBB meningkat menjadi Rp.2.031,2 milyar, dan jumlah dana yang dihimpun sebesar Rp.1.844,8 milyar.

Perkembangan sektor perasuransian yang terdiri dari peru-sahaan asuransi sosial, asuransi jiwa dan asuransi kerugian/re-asuransi cukup menggembirakan. Hal ini mengingat terdapatnya pertambahan jumlah perusahaan asuransi, peningkatan jumlah premi dan penanaman dana yang terhimpun oleh seluruh perusahaan asuransi yang senantiasa mengalami perkembangan yang cukup berarti.

Dalam tahun 1985/86 jumlah perusahaan asuransi bertambah dengan 5 buah sehingga menjadi 91 bush. Jumlah produksi premi yang dapat dihimpun asuransi jiwa, asuransi sosial dan kerugian serta reasuransi tahun 1984 mencapai Rp 900,7 milyar. Sedangkan penanaman dana (investasi dana) dalam tahun 1984 untuk ketiga bidang asuransi tersebut adalah Rp 1.208,9 milyar atau naik 347 dari tahun sebelumnya.

Kegiatan perusahaan leasing dilaksanakan dengan cara menye-diakan barang-barang modal bagi perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Apabila jangka waktu berakhir, perusahaan-perusahaan pemakai modal (lessee) mempunyai hak pilih untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing. Perusahaan leasing tidak diperkenankan menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, tabungan ataupun memberikan pinjaman uang, mengeluarkan jaminan, serta melakukan usaha perbankan lainnya.

Dalam usaha untuk mengembangkan industri dalam negeri, barang yang disewakan oleh perusahaan leasing diutamakan berasal dari produksi dalam negeri. Kegiatan usaha leasing dalam pembiayaan pembangunan semakin meningkat, seperti tercermin

IV/96

Page 103:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

pada bertambahnya jumlah perusahaan leasing dan modal disetor serta nilai kontrak yang ditutup. Sampai akhir 1985 jumlah perusahaan leasing adalah 72 perusahaan dibandingkan 'dengan 47 perusahaan pada akhir tahun 1984. Dalam pada itu nilai kon-trak yang ditutup pada tahun 1985 mencapai Rp.471,9 milyar dibandingkan dengan Rp 436,8 milyar pada tahun sebelumnya. Per-

lu dikemukakan bahwa kontrak tersebut terutama digunakan untuk pembiayaan sektor industri, pengangkutan dan perkantoran serta konstruksi. Berdasarkan pemilikan, perusahaan leasing terdiri dari perusahaan negara, perusahaan swasta nasional dan perusa-haan gabungan.

Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian bertujuan untuk mem-beri pinjaman kepada mereka yang berpenghasilan rendah. Guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka batas tertinggi yang dapat dipinjamkan oleh Perjan ini dinaikkan dari Rp 100.000,- menjadi Rp 200.000,- untuk setiap peminjam. Adapun jangka waktu pembayaran bagi pinjaman yang berjumlah antara Rp 1.500,- s/d Rp 20.000,- adalah maksimum 180 hari dengan bunga 3,0% sebulan. Bagi pinjaman yang berjumlah di atas Rp 20.000,- s/d Rp 200.000,- jangka waktu pembayarannya dite-tapkan 90 hari dan dikenakan bunga 4,0% per bulan.

Dalam tahun 1985/86, jumlah kantor cabang Pegadaian di se-luruh Indonesia adalah 474 buah. Kegiatan usaha Perjan Pega-daian dari tahun ke tahun semakin meningkat seperti tercermin pada meningkatnya jumlah pemberian pinjaman dan nasabah. Sampai akhir Maret 1986 jumlah pinjaman adalah sebesar Rp 275 milyar, yang disalurkan ke pada 1.567.320 nasabah.

Perkembangan kegiatan pasar modal juga memperlihatkan ke-majuan yang semakin meningkat, baik dilihat dari segi fungsinya dalam penyediaan dana untuk pembiayaan pembangunan, maupun dari segi perkembangannya sebagai lembaga keuangan, yang dikhususkan dalam kegiatan penerbitan serta perdagangan surat-surat ber-harga berjangka panjang.

Jumlah perusahaan yang memasarkan saham dan obligasi mela-lui pasar modal dalam tahun 1985/86 bertambah sehingga menjadi 27 perusahaan. Jumlah tersebut dalam waktu dekat akan bertam-bah lags dengan akan dilaksanakannya emisi obligasi dari bebe-rapa badan usaha, seperti Perum Listrik Negara, dan Perum Tele-komunikasi. Dengan demikian, sampai akhir Desember 1985 jumlah perusahaan yang telah memasarkan sahamnya melalui pasar modal menjadi 24 buah dengan jumlah saham sebanyak 58,0 juta saham yang bernilai Rp 132 milyar. Selain dari penerbitan saham, da-

IV/97

Page 104:  · Web viewPenerbitan sertifikat deposito selain sebagai usaha untuk menghimpun dana, juga diadakan untuk meningkatkan perdagangan surat-surat berharga di pasar uang. Sejak dikeluarkannya

lam tahun 1985/86 melalui pasar modal telah dijual penerbitan obligasi, sehingga seluruh penerbitan obligasi menjadi 276,9 ribu lembar dengan nilai Rp 354,6 milyar. Dengan demikian, jumlah dana yang dapat dihimpun dari masyarakat melalui pasar modal telah mencapai Rp 486,6 milyar pada akhir Desember 1985.

Untuk menunjang pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemilikan saham, maka saham perusahaan yang dibeli oleh PT. Danareksa melalui pasar modal dijadikan sertifikat saham dan sertifikat dana. Sampai akhir Maret 1986, jumlah setifikat yang telah diterbitkan oleh PT. Danareksa meliputi 15.420.300 ser-tifikat dengan nilai Rp 152.329 juta.

N/98