bichange.org · Web viewNama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin...
Transcript of bichange.org · Web viewNama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin...
Meneladani Kisah Khadijah Perempuan Istimewa Rasulullah SAWmelalui Nilai Nilai Strategis Bank Indonesia
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”
(QS Al-Ahzab : 21). Nabi Muhammad SAW merupakan suri tauladan yang baik.
Beliau mewariskan teladan kepada istri-istri dan anak beliau salah satunya kepada
istri beliau yang sangat beliau cintai yaitu Khadijah r.a. Keteladanan berasal dari kata
“teladan” yang berarti sesuatu atau prilaku yang patut ditiru atau di contoh. Dalam
bahasa arab disebut dengan “uswatun hasanah” yang berarti cara hidup yang di
ridhoi oleh Allah SWT, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Jadi yang
dimaksud dengan keteladanan dalam arti “uswatun hasanah” adalah suatu cara
mendidik, membimbing dengan menggunakan contoh yang baik yang diridhoi oleh
Allah SWT sebagaimana yang telah dicerminkan oleh perilaku Rasulullah SAW
dalam bermasyarakat dan bernegara.
Banyak perempuan mulia disekitar Rasulullah SAW baik dari kalangan
kerabat maupun shababiyah namun Penulis tertarik untuk menulis artikel mengenai
Siti Khadijah sang Ummul Mukminin karena jasa beliau telah menyinari hidup Rasul
dan dapat dijadikan teladan bagi seluruh perempuan di muka bumi ini. Karakter dari
Khadijah dapat kita jadikan wawasan untuk menghadapi era globalisasi saat ini.
Teladan beliau sangat melekat dengan Nilai Nilai Strategis Bank Indonesia. Dalam
Pogram BI Religi berupa Tausiyah Pimpinan Satker yang dibawakan oleh Pimpinan
Satker Perempuan, Ayahanda GBI mengatakan, “Pimpinan Satker Perempuan
merupakan Khadijah era modern”, In Syaa Allah pimpinan satker Perempuan BI dan
seluruh pegawai Perempuan BI merupakan cerminan Siti Khadijah yang cerdas,
patuh, salehah dan murah hati.
Rasulullah SAW bersabda: ''Sebaik-baik Perempuan di alam semesta ada
empat orang. Mereka adalah Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim istri Firaun,
Khadijah, dan Fatimah.” (HR Ahmad).
Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza
bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin
Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy
lahir pada tahun 68 Sebelum Hijrah atau bertepatan dengan tahun 555 Masehi. Dari
bundanya ia belajar kelembutan dan suka memberi. Dari ayahnya ia mewarisi
kepandaian berkuda berhitung dan aritmetika. Nasihat ayahnya yang selalu diingat
baik-baik oleh Khadijah adalah : “Bersabar itu bukan hanya sebatas bertahan terhadap segala rintangan. Tapi sabar adalah tidak membalas kejelekan, meski mampu melakukannya.”
Tahun 575 Masehi, ibunda Siti Khadijah meninggal dunia. 10 tahun kemudian,
ayahnya meninggal dunia. Ayahnya meninggal dalam perang Pijar. Menjadi yatim-
piatu beserta harta warisan yang berlimpah membuat Siti Khadijah bertekad untuk
melanjutkan usaha sang Ayah. Siang hari ia sibuk mengurusi usaha, malamnya ia
curahkan segala perhatian dan kasih sayang untuk adik-adiknya.
Pernikahan dengan RasulullahMuhammad bin Abdullah. Pemuda itu menjadi buah bibir warga Mekkah
karena kejujurannya. Tak heran julukan Al-Amin tersemat pada pemuda itu. Nabi
SAW awalnya adalah pegawai Khadijah yang memimpin rombongan dagang menuju
Suriah. Melalui perantara Nafisah binti Muniyah, Siti Khadijah mengungkapkan
keinginannya untuk bisa mengenal lebih dekat dengan Muhammad bin Abdullah.
Gayung bersambut pemuda yang sempat mengatakan belum mampu
menikah, langsung menyatakan “Aku bersedia jika dia bersedia.” Ketika Nafisah binti
Muniyah mengatakan Siti Khadijah binti Khuwailid memenuhi kriteria sebagai istrimu.
Dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad bin ‘Abdullah menikahi Siti
Khadijah binti Khuwailid. Wali dari Siti Khadijah diwakili oleh pamannya yang
bernama Amr bin Asad, sedang dari pihak Muhammad bin Abdullah oleh Abu Thalib
dan Hamzah.
Allah Azza wa Jalla menganugerahi pasangan sempurna ini enam orang
anak, yaitu: Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Siti Fatimah.
Kedua anak lelaki meninggal ketika masih bayi.
Menjelang KerasulanMekkah sebelum datang Islam, sungguh penuh dengan kejahiliyahan.
Berbagai tindak kejahatan dan perbuatan keji menjadi kebiasaan penduduknya.
Mabuk-mabukan, membunuh anak-anak perempuan mereka, perang antar suku,
menyembah berhala menjadi trend saat itu. Hal ini membuat Rasulullah yang waktu
itu belum diangkat menjadi Rasul, menjadi risau. Ketika itu Rasul menginjak usia 35
tahun. Beliau sering pergi ke gua Hira untuk ikhtila’ atau menyendiri. Beliau
melakukan ikhtila’ di gua untuk beberapa malam sampai Allah SWT menurunkan
wahyu yang pertama melalui malaikat Jibril pada malam ke-17 Ramadhan.
Menurut riwayat yang valid, yaitu dari Baihaqi. Bahwa setelah kejadian itu,
wahyu dihentikan sementara selama enam bulan. Tentang kedatangan Jibril yang
kedua, Baihaqi meriwayatkan sebuah riwayat dari Jabir bin Abdillah, ia berkata :“Aku
mendengar Rasulullah SAW berbicara tentang terhentinya wahyu. Beliau berkata
kepadaku: “Di saat aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit.
Ketika kepala kuangkat , ternyata Malaikat yang datang kepadaku di gua
Hira”, kulihat sedang duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku segera pulang
menemui istriku dan kukakatan kepadanya,“ Selimutilah aku , selimutilah aku,
selimutilah aku!”
Allah kemudian berfirman :“ Hai orang yang berselimut. Bangunlah dan
berilah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan
perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah.” (QS Al Muddatsir 1-7)
Sejak itu wahyu mulai diturunkan secara kontinyu.
Perempuan Pertama yang masuk IslamAhmad dan Thabrani meriwayatkan dari Masruq dari Siti Aisyah r.a:
“Rasulullah hampir tidak pernah keluar rumah tanpa menyebut Siti Khadijah dan
memujinya. Pada suatu hari, Rasulullah menyebutnya dan timbullah
kecemburuanku. Lalu aku (Siti Aisyah) berkata kepada Rasulullah: “Bukankah dia
hanya seorang yang sudah tua dan Allah SWT telah mengganti untuk kakanda
orang yang lebih baik darinya?”
Mendengar hal itu, Rasulullah marah dan kemudian bersabda: “Demi Allah!
Allah tidak pernah menggantikan yang lebih baik darinya. Dia beriman ketika orang-
orang ingkar, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia
membelaku dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku, dan aku dikaruniai
Allah anak darinya, sementara aku tidak dikaruniai anak dari istri-istriku yang lain.”
Subhanallah!
Itulah seorang Siti Khadijah!
Menjelang WafatSetelah turun wahyu yang kedua, Rasulullah mulai mendakwahkan risalah
Islam. Dakwah yang beliau lakukan di tiga tahun pertama adalah dakwah siriyyah
atau dakwah secara sembunyi-sembunyi. Setelah itu turun lagi wahyu dari Allah
SWT yang menyerukan kepada Nabi SAW untuk berdakwah secara terang-terangan.
Sungguh berat rintangan yang Rasulullah hadapi manakala beliau
mendakwahkan Islam kepada kaum Quraisy secara terang-terangan. Masyarakat
Mekah mengupayakan berbagai cara untuk menghadang dakwah Rasulullah dan
sahabat. Dari penyiksaan, pengusiran, pemboikotan, dan pembunuhan.
Usia yang semakin tua, tubuh yang lemah,ditambah dengan pemboikotan
kaum kafir Quraisy, membuat kondisi Siti Khadijah semakin lemah. Tapi itu tidak
membuat keimanannya berkurang. Menjelang usianya yang ke 65 tahun, atau tiga
tahun sebelum hijrah Nabi, Siti Khadijah menutup mata menghadap Rabbnya. Telah
pergi teman sejati Rasul dalam hidup untuk menemui Rabb. Rasulullah menyebut
tahun meninggalnya Siti Khadijah sebagai Am al-Huzn “tahun kesedihan”.
Dari kisah Siti Khadijah tersebut terdapat nilai-nilai yang dapat kita teladani
khususnya dikatikan dengan perilaku nilai NNS yaitu Trust and Integrity dan Coordination and Team Work. Trust and Integrity. Jujur dan Rendah Hati, merupakan nilai-nilai yang didasari
oleh nilai-nilai moral dan etika. Jujur dan Rendah Hati adalah nilai yang mutlak
dimiliki oleh Siti Khadijah. Jujur, dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah ash
shidqu atau shiddiq, memiliki arti nyata atau berkata benar. Artinya, kejujuran
merupakan bentuk kesesuaian antara ucapan dan perbuatan atau antara informasi
dan kenyataan. Lebih jauh lagi, kejujuran berarti bebas dari kecurangan, mengikuti
aturan yang berlaku dan kelurusan hati. Allah mewajibkan kita untuk berbicara jujur,
yang tercermin dalam firman Allah di surat Al An’am ayat 152 yang artinya, "Apabila
kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu) dan penuhilah janji
Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat’.
Khadijah sangat amanah atas harta warisan yang ditinggalkan orang tuanya.
Kata “amanah” artinya dipercaya atau terpercaya. Menjadi yatim-piatu beserta harta
warisan yang berlimpah bagi sebagian manusia bisa menjadikan diri terlena dan
berfoya-foya. Namun tidak demikian dengan Siti Khadijah. Di usia yang sangat muda
Siti Khadijah tidak hanya bertindak menjadi pemimpin keluarga yaitu menjadi tulang
punggung bagi adik-adiknya namun menjadi pemimpin usaha perniagaan kain milik
ayah nya dengan mengurus beberapa pegawai, mengelola keuanggan dan
mengecek barang-barang yang keluar masuk. Tak heran Khadijah menjadi
perempuan pengusaha sukses di Mekah. Gelar lain yang tersemat pada nama
Khadijah adalah Sayyidah Nisa’Quraisy, yaitu pemuka perempuan Quraisy. Khadijah
selalu berbuat sesuai dengan isi hatinya, tidak ada yang berbeda. Apa yang terlihat
dari dirinya begitu pula yang tersimpan di hatinya.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang tawadhu’ karena Allah, maka Allah akan
mengangkat (derajat) nya (di dunia dan akhirat), dan siapa yang sombong maka
Allah akan merendahkannya.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ibnu Mandah dan
imam Abu Nu’aim dari sahabat Aus bin Khauli r.a. Tawadhu' yaitu perilaku manusia
yang mempunyai watak rendah hati, tidak sombong, tidak angkuh. Tumbuh di
tengah-tengah keluarga yang terpandang dan bergelimang harta, tidak menjadikan
Siti Khadijah sebagai sosok yang sombong. Justru keistimewaan yang ada pada
dirinya membuatnya rendah hati. Khadijah juga terkenal dengan sifat
kedermawanannya. Tempat tinggalnya yang bagaikan istana disediakannya untuk
menampung perempuan-perempuan miskin dan orang-orang yang butuh
perlindungan. Khadijah tidak pernah memandang apakah orang itu miskin atau
berharta banyak. Khadijah berbuat baik melalui harta dan sikapnya hal ini sesuai
dengan perintah Allah yang tercantum dalam (QS Adz-Dzaariyaat [51]: 19), “Bahwa
dalam setiap harta terdapat hak orang lain (orang yang meminta-minta
dan orang yang tidak meminta-minta). Dan seungguhnya Allah telah mewajibkan
kaum Muslimin untuk mengeluarkan zakat yang diambil dari mereka yang kaya lalu
diser ahkan kepada fakir miskin dari mereka”.
Dalam Islam, Istikhamah diterjemahkan sebagai taat azas, berarti sikap teguh
pendirian dan selalu konsekuen. Allah SWT berfirman dalam surat Hud ayat 112,
"Maka istiqomahlah (tetaplah kamu pada jalan yang benar), sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan
janganlah kamu melampaui batas.” Taat azas dan konsisten adalah sikap Siti
Khadijah yang mencerminkan perilaku lainnya dalam NNS Trust and Integrity. Siti
Khadijah adalah orang yang pertama kali beriman dan mengimani Rasulullah tanpa
ada keraguan sedikitpun, bahkan keislamannya pun tidak ada celanya dan
diterapkan secara konsisten sampai beliau meninggal. Bukan saja karena yang
menyampaikan risalah itu adalah suaminya, tapi beliau menerima risalah itu semata-
mata karena iman kepada Allah SWT.
Coordination and Teamwork. Sinergi yang berkesinambungan antara
Khadijah dan Rasul merupakan kolaborasi yang sangat indah. Coordination and
Teamwork dalam Islam dapat diartikan sebagai bentuk kerjasama atau saling tolong
menolong dalam melakukan suatu pekerjaan yang baik atau sesuai syariat
Islam. Sebagaimana terkandung dalam Alquran surat Al-Maidah ayat 2 : “Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
Berkomitmen dan kolaboratif merupakan perilaku dari nilai dari NNS ini.
Sejak di alam rahim, ketika Allah meniupkan ruh, Allah telah bertanya dalam surah
Al-A’raf ayat 172, “Apakah Aku ini Tuhanmu, dan Mereka menjawab: Betul Engkau
Tuhanku, kami bersaksi”. Artinya, sejak saat itu setiap manusia telah memiliki
komitmen dengan Allah sebagai hambanya yang akan taat dan patuh dengan ajaran-
Nya. Seperti hal nya Khadijah yang selalu berkomitmen untuk terus mendukung
Rasul baik ketika awal masa kerasulan maupun masa dakwah yang penuh dengan
tantangan.
Dimulai pada saat awal kerasulan, Khadijah mendukung sepenuhnya yang
dilakukan oleh Rasulullah. Disaat Rasulullah memiliki kecenderungan untuk beruzlah
dan berikhtila’ di gua Hira, Siti Khadijah mendukung dengan menyediakan dan
menyiapkan bekal untuk Rasulullah. Ketika Rasul menerima wahyu pertama, dalam
sebuah hadis yang dikumpulkan Imam Bukhari, Aisyah RA menceritakan Rasul
khawatir dari gangguan Jin ketika menerima wahyu pertama, dengan kecerdasannya
Khadijah menenangkan Rasul dan berkata: ''Tidak! Bergembiralah! Demi Allah, Allah
sama sekali tidak akan membuatmu kecewa”. Disaat Rasulullah susah hati karena
penentangan kaumnya, Siti Khadijah tampil sebagai penenang hati dan pendorong
semangat.
Kolaborasi yang dilakukan Rasul dan Khadijah dalam penyebaran agama
Islam, dilakukan dengan penuh keikhlasan. Ketika Rasulullah membutuhkan dana
untuk dakwah Islam, tanpa ragu Siti Khadijah memberikan seluruh harta
kekayaannya untuk diinfakkan di jalan Allah SWT. Khadijah pun membantu Rasul
berdakwah, mengajak dan memperingatkan. Pertama, dimulai dari orang-orang yang
berada di rumahnya, anak-anaknya, dan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Khadijah melakukannya atas dasar saling percaya dan saling menghargai.
PenutupRasulullah bersabda: ”Perempuan dinikahi karena empat hal: karena
hartanya, karena kedudukannya, karena kecatikannya, dan karena agamanya. Maka
pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu.” (HR Muslim).
Khadijah adalah sebuah contoh perempuan yang sempurna. Lahir dari
keluarga yang terhormat, memiliki kecantikan yang diakui seluruh penduduk Mekah,
bahkan sukses sebagai Pengusaha di Mekah. Siti Khadijah memberikan seluruh
yang dimilikinya untuk kejayaan Islam, mulai dari harta, cinta, dan nyawa.
Semoga kita bisa meneladani Siti Khadijah dan nilai-nilai trust and integrity
dan coordination and team work yang telah diwariskan oleh Khadijah walaupun
mungkin secara kualitas apa yang kita lakukan tidak akan bisa sebanding dengan
Siti Khadijah. Wallahu A’lam Bissawab.
REFERENSI
Alatas, Alwi (2020): Sirah Nabawiyah: Dakwah di Makkah Hingga Hijrah: Program
kelas Throwback Sirah Nabawiyah 17 Oktober-5 Desember 2020.
Eraslan, Sibel (2019): Khadijah, Ketika Rahasia Mim Tersingkap. Jakarta. Kaysa
Media.
Hitti, Philip (2018): History of Arabs. Jakarta. Zaman
Irawati, Irma dan Wylvera (2016): Cantiknya Akhlak Khadijah. Jakarta. Adibintang
https://rumaysho.com/16638-faedah-sirah-nabi-keutamaan-khadijah.html
https://islami.co/khadijah-binti-khuwailid/
https://www.republika.co.id/berita/q61htm440/gua-hira-saksi-bisu-kerasulan-
muhammad-saw
Khan, Saniyasnain (2016): 365 Prophet Muhammad Stories India. Goodword Books.
Al-Quran dan Hadits.
Biodata Penulis
Nama : Lia Nezliani
NIP : 14363
Jabatan : Manajer
Satuan Kerja : DSSK
No HP : 08157026668
Alasan utama mengikuti lomba ini.
Saya membelikan buku berjudul “Cantiknya Akhlak Khadijah” untuk anak perempuan saya di ulang tahunnya ke-10. Buku ini saya beli ketika mengikuti pengajian Al Jannah di BI dan penulisnya adalah salah satu istri pegawai BI. Karena anak saya belum terlalu banyak mengerti kosa kata bahasa Indonesia yang sedikit baku, (sekolah anak saya berbasis bahasa Inggris) saya menceritakan seluruh isi buku tersebut kepada anak saya menggunakan versi bahasa Inggris semampu saya. Masya Allah banyak sekali pelajaran dan ilmu yang saya dapat, dan rasanya saya baru mengenali Siti Khadijah pertama kali selama saya hidup secara cukup lengkap. Secara garis besar buku tersebut menceritakan bagaimana beliau menjadi perempuan mulia, anak yang taat pada orang tua, mengikuti kaidah agama, taat dan patuh pada suami (sesuai dengan yang diajarkan Al-Quran dan Hadits), berani, cerdas dan dermawan. Rasanya dari buku tersebut seluruh perilaku Khadijah mengandung seluruh perilaku nilai-nilai NNS BI. Hal-hal yang tentu secara pribadi ingin sekali saya teladani dan in syaa allah menjadi teladan pula oleh anak-anak perempuan saya. Di era saat ini, sangat banyak perempuan yang sukses berkarir dan membesarkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang sukses. Namun perempuan yang mulia di mata suami, mampu menahan ego, bisa menempatkan diri ketika sudah di rumah, patuh dan memuliakan suami adalah hal besar yang rasanya perlu kita terus cari ilmu nya. Salah satunya adalah dengan meneladani Siti Khadijah perempuan yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
Semua ketentuan yang telah Allah tetapkan di atas sama sekali bukan bertujuan membatasi ruang gerak para wanita, merendahkan harkat dan
martabatnya, sebagaimana yang didengungkan oleh orang-orang kafir tentang ajaran Islam. Semua itu adalah syariat Allah yang sarat dengan hikmah. Dan hikmah dari melaksanakan dengan tulus semua ketetapan Allah di atas adalah berlangsungnya bahtera rumah tangga yang harmonis dan penuh dengan kenyamanan. Ketaatan pada suami pun dibatasi dalam perkara yang baik saja dan sesuai dengan kemampuan. Dan ketika rumah tangga nyaman, Ibu pun bekerja dengan tenang dan bahkan dapat berkarir dengan sangat baik karena kolaborasi antara Istri dan Suami menjadi sangat harmonis. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk saya pribadi dan seluruh perempuan salehah di Bank Indonesia Aamiin.