karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan...

24
TUGAS PENYAKIT TROPIK PENYAKIT ZIKA KELOMPOK 7 1. Marya Yenita Sitohang 25010113120022 2. Wahyuni C. Sinaga 25010113120048 3. Rofida Ulinnuha 25010113120077 4. Norma Dewi Suryani 25010113120106 5. Wiwin Rahma Dhiana 25010113120116 6. Diana Kusmi Tridiantari 25010113120181 7. Istiqomah 25010113120198 Kelas Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik

Transcript of karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan...

Page 1: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

TUGAS PENYAKIT TROPIK

PENYAKIT ZIKA

KELOMPOK 7

1. Marya Yenita Sitohang 25010113120022

2. Wahyuni C. Sinaga 25010113120048

3. Rofida Ulinnuha 25010113120077

4. Norma Dewi Suryani 25010113120106

5. Wiwin Rahma Dhiana 25010113120116

6. Diana Kusmi Tridiantari 25010113120181

7. Istiqomah 25010113120198

Kelas Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

Page 2: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Zika (Zika) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Zika yang menyebar ke

orang terutama melalui gigitan terinfeksi Aedes spesies nyamuk. Gejala yang paling umum

dari Zika adalah demam, ruam, nyeri sendi, dan konjungtivitis (mata merah). Virus Zika

pertama ditemukan pada seekor monyet resus di hutan Zika, Ugandapadatahun 1947. Virus

Zika kemudian ditemukan kembali pada nyamuk spesies Aedes Africanus di hutan yang

sama pada tahun 1948 dan pada manusia di Nigeria pada tahun 1954.Studi serologi dan

isolasi strain ZIKV menunjukkan bahwa virus ini memiliki lebar distribusi geografis,

termasuk timur dan barat Afrika, selatan dan selatan-timur Asia, dan Mikronesia. Sejak kasus

manusia pertama Zika terdeteksi dan sejak itu, wabah Zika telah dilaporkan di Afrika tropis,

Asia Tenggara, dan Kepulauan Pasifik. Wabah zika mungkin telah terjadi di banyak lokasi.

Sebelum tahun 2007, setidaknya 14 kasus Zika telah didokumentasikan.

Pada tahun 2015, virus ini kembali merebak yang mana di Brazil telah dikonfirmasi 404

kasus. Jumlah itu meningkat dari waktu ke waktu. Kementerian Kesehatan Brasil

menyebutkan terdapat 76 kematian pada bayi yang diduga disebabkan microcephaly, baik

dalam kandungan maupun sesaat setelah dilahirkan. Microcephaly diduga terkait dengan

virus Zika. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai penyakit yang terkaitdengan virus

Zika di Amerika Latin pada akhir tahun 2015 hingga Januari 2016 telah menimbulkan

keadaan darurat kesehatan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, WHO mengumumkan Status

Darurat Kesehatan Internasional.

1.2 Tujuan

a. Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan penyakit zika secara

komprehensif.

b. Tujuan khusus penulisan makalah ini antara lain :

1. Untuk mengidentifikasi penyakit zika secara epidemiologi

2. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit zika

3. Untuk mengetahui patogenesis penyakit zika

Page 3: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

4. Untuk mengetahui diagnosis penyakit zika

5. Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian penyakit zika

1.3 Manfaat

a. Bagi penulis: dapat mengetahui, menganalisis hasil tulisan dan dapat menambah

wawasan tentang penyakit zika.

b. Bagi masyarakat: dapat menambah wawasan tentang bagaimana penularan penyakit

zika sehingga dapat mengupayakan pencegahan terhadap penyakit tersebut.

c. Bagi pemerintah: dapat dijadikan sebagai bahan untuk penyuluhan serta pencegahan

dan pengendalian penyakit zika

d. Bagi FKM: dapat dijadikan sebagai bahan referensi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. EPIDEMIOLOGI VIRUS ZIKA

Pada manusia, virus Zika tidak menimbulkan kesakitan yang berat serta sangat jarang

menimbulkan kematian, oleh karena itu banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka telah

terinfeksi. Tidak ada pengobatan khusus atau vaksin yang tersedia hingga saat ini. Sedangkan

bentuk terbaik pencegahan dilakukan dengan perlindungan terhadap gigitan nyamuk. Penyakit

ini pertama kali diketahui pada rhesus sentinel monyet yang ditempatkan di platform pohon di

Hutan Zika Uganda pada tahun 1947, survey penduduk Uganda menemukan prevalensi kejadian

sebesar 6,1%. tahun 1952 adaalah tahun dimana kasus Zika pada manusia pertama kali

terdeteksi, dan sejak saat itu pula wabah Zika telah banyak dilaporkan di Afrika tropis, Asia

Tenggara, dan Kepulauan Pasifik. Pada tahun 2007, wabah pertama virus Zika terjadi besar-

besaran dimana sebanyak 185 kasus dikonfirmasi dan dilaporkan di Kepulauan Yap Negara

Federasi Mikronesia (Federated States of Micronesia). Sebanyak 108 kasus dikonfirmasi dengan

PCR (Polymerase Chain Reaction) atau uji serologi dan dicurigai pula terdapat 72 kasus

tambahan. Adapun mengenai pengenalan dan penularan di Pulau Yap sendiri masih belumjelas,

kemungkinan pengenalan terjadi melalui nyamuk yang terinfeksi pada manusia viraemic dengan

Page 4: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

strain yang berhubungan dengan orang-orang yang tinggal di Asia Tenggara. Kasus ini

merupakan pertama kalinya demam Zika telah dilaporkan di luar Afrika dan Asia. Sebelum

tahun 2007, setidaknya 14 kasus Zika telah didokumentasikan, meskipun kasus lainnya

kemungkinan besar akan terjadi dan tidak dilaporkan. Karena gejala Zika mirip dengan banyak

penyakit lainnya, banyak kasus mungkin tidak terdeteksi dan dilaporkan.

Pada Mei 2015, Pan American Health Organization (PAHO) mengeluarkan peringatan

mengenai konfirmasi infeksi virus Zika di Brazil. Di Brazil teramati terjadinya peningkatan

infeksi virus Zika pada masyarakat dan terjadinya peningkatan bayi lahir dengan microcephaly.

Beberapa lembaga penelitian disana menumukan bukti hubungan Virus Zika dan microcephaly.

Namun, penyelidikan lebih lanjut diperlukan sebelum memahami hubungan antara microcephaly

pada bayi dan virus Zika. Selanjutnya Zika juga dilaporkan muncul di wilayah Amerika Selatan

dan menyebabkan penyebaran yang cepat di seluruh Amerika Selatan dan Tengah, hingga

mencapai Meksiko pada November 2015.

CDC kemudian mengeluarkan peringatan perjalanan pada 15 Januari 2016 yang

menghimbau wanita hamil untuk mempertimbangkan menunda perjalanan ke negara-negara

berikut, yakni: Brazil, Kolombia, El Salvador, Guyana Prancis, Guatemala, Haiti, Honduras,

Martinique, Meksiko, Panama, Paraguay, Suriname, Venezuela, dan Commonwealth of Puerto

Rico. Akhirnya pada tanggal 1 Februari 2016, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi

menyatakan virus Zika dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi keprihatinan

internasional (PHEIC). Adapun transmisi lokal telah dilaporkan di banyak negara dan wilayah

lainnya, virus Zika kemungkinan akan terus menyebar ke daerah baru. Menurut laporan WHO,

antara 1 Januari 2007 dan 17 Februari 2016, terdapat total 48 negara dan teritori melaporkan

penularan virus Zika, termasuk negara dan wilayah yang memberikan bukti langsung dari

transmisi lokal. Di antara 48 negara dan wilayah, Aruba dan Bonaire adalah wilayah terbaru

dalam pelaporan transmisi ini.

Penyebab penyakit Zika (Zika disease) ataupun demam Zika (Zika fever) adalah virus

Zika. Virus Zika termasuk dalam garis Flavivirus kelompok Arbovirus bagian dari virus RNA.

Yang masih berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab penyakit dengue/demam

berdarah. Virus Zika disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes yang terinfeksi. Nyamuk

ini menjadi terinfeksi setelah menggigit penderita yang telah memiliki virus tersebut. Nyamuk

Page 5: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

ini sangat aktif di siang hari dan hidup serta berkembang biak di dalam maupun luar ruangan

yang dekatdengan manusia, terutama di area yang terdapat genangan air.

(Virus Zika) (Aedes aegypti, vektor virus Zika)

2.2. Manifestasi Klinis Zika

Pada pasien yang terinfeksi virus Zika 80% sering tanpa gejala dan berpotensi menjadi

sumber penularan (Muso, et al. 2014). Masa inkubasi berkisar antara 3-12 hari. Tanda-tanda

utamanya hampir sama dengan DBD, seperti demam dalam jangka waktu 2-7 hari, namun

demam pada DBD cenderung lebih tinggi yaitu bisa > 400C sedangkan pada Zika bisa < 380C.

Demam tersebut diikuti dengan timbulnya ruam makolobular, sakit kepala, arthralgia, nyeri otot

dan sendi, konjungtivitis serta edema pada kaki dan tangan. Infeksi virus Zika tidak memberikan

gejala mual dan muntah seperti pada DBD (Chang, et al. 2016). Munculnya ruam makolobular

dialami oleh lebih dari 90 % pasien. Pada beberapa kasus juga dilaporkan terjadi gangguan saraf

dan komplikasi autoimun. Pada kondisi tubuh yang baik penyakit ini dapat sembuh dalam 7-12

hari tanpa pengobatan medis. Penderita bahkan tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi Zika.

Penderita jarang mengalami gejala klinis berat yang hingga butuh rawat inap atau bahkan

kematian.

Pada beberapa hasil kajian menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara infeksi

virus Zika dengan kejadian microcephaly pada janin. Microcephaly ditandai dengan lingkar

kepala janin yang lebih kecil dari rata-rata lingkar kepala janin normal yang sesuai dengan

umurnya. Kecilnya ukuran lingkar kepala ini terjadi akibat otak janin tidak berkembang

Page 6: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

sebagaimana seharusnya. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan kepala serta bangunan

didalamnya terhambat (Oliveira., et al. 2016). Hal ini juga menyebabkan gangguan intelektual

dan cacat secara fisik. Data dari Departemen Kesehatan Brasil menunjukkan bahwa terdapat

4180 laporan kasus microcephaly yang berhubungan dengan virus Zika. (Chang, et al. 2016).

Persamaan serta perbedaan gejala dan tanda infeksi virus Zika dan DBD.

Zika DBD

a. Demam

b. Sakit kepala

c. Muncul bintik merah

d. Nyeri otot dan sendi

e. Tidak menunjukkan mual dan

muntah

f. Konjungtivitis

g. Tidak menunjukkan penurunan

trombosit, hanya penurunan

leukosit

h. Sembuh sendiri (7-12 hari)

i. Komplikasi : microcephaly pada

bayi

a. Demam (cenderung lebih tinggi)

b. Sakit kepala

c. Timbul ruam kulit sampai perdarahan

masif

d. Nyeri otot dan sendi

e. Mual dan muntah

f. Tidak menimbulkan konjungtivitis

g. Dapat menyebabkan kematian karena

perdarahan hebat (hemorrhagic)

h. Komplikasi : Encephalitis, gagal ginjal

akut, perdarahan hebat

2.3. PATOGENESIS VIRUS ZIKA

Virus Zika masuk ke sel manusia melalui arthropoda arbovirus, salah satunya adalah

dengan melalui nyamuk. Jenis nyamuk yang dapat membawa virus Zika adalah nyamuk genus

Aedes termasuk Aedes africanus, Aedes apicoargenteus, Aedes leuteocephalus, Aedes aegypti,

Aedes vitattus dan Aedes Furcifer. Virus Zika termasuk dalam golongan genus flavivirus,

sehingga patogenesis dari virus Zika hampir sama dengan virus dengue atau demam berdarah.

Beberapa sumber menyatakan bahwa virus Zika dapat menular ke manusia melalui transfusi

darah, transmisi perinatal dan transmisi seksual.

Patogenesis virus Zika berawal ketika nyamuk Aedes betina yang membawa virus Zika

menggigit manusia, kemudian virus masuk ke tubuh manusia. Setelah masuk ke tubuh manusia,

Page 7: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

virus Zika akan menginfeksi sel dendritik pada daerah dimana nyamuk menyuntikkan virus Zika.

Kemudian diikuti penyebaran ke kelanjar getah bening dan aliran darah. Seperti pada kelompok

flavivirus lainnya, virus mengalami siklus replikasi dengan empat tahap, yaitu terjemahan RNA

genomik menjadi protein virus, replikasi RNA virus, berkumpulnya partikel virus di retikulum

endoplasma dan pelepasan virion. Replikasi virus Zika terjadi pada sitoplasma, akan tetapi

antigen virus Zika telah ditemukan dalam inti sel yang terinfeksi.

Gejala dari infeksi virus Zika biasanya muncul 3-11 hari setelah gigitan nyamuk yang

membawa virus, meskipun periode viremic masih belum dipastikan. Infeksi virus Zika dapat

terkait dengan pengembangan kepala yang kecil dan kerusakan otak pada bayi baru lahir atau

mikrosefali. Penelitian yang dilakukan di Brasil pada September 2015 juga menyebutkan bahwa

ada hubungan antara infeksi virus Zika dengan kejadian mikrosefali dan bayi lahir cacat. Karena

ada peningkatan kasus mikrosefali di daerah yang mengalami wabah Zika, dan adanya

peningkatan munculnya gejala klinis pada ibu hamil selama awal kehamilan. Hal tersebut

dibuktikan dengan ditemukannya RNA Zika pada sampel cairan ketuban dari dua ibu hamil yang

janinnya didiagnosis mikrosefali. Waktu paling berbahaya diperkirakan selama trimester pertama

kehamilan. Akan tetapi para ahli belum dapat memastikan bagaimana virus memasuki plasenta

dan menyebabkan gangguan perkembangan otak pada janin.

2.4. DIAGNOSA VIRUS ZIKA

Gejala Zika mirip dengan demam berdarah dan chikungunya, penyakit menyebar melalui

nyamuk yang sama yaitu aedes yang menularkan Zika.Untuk menghindai kesalahan diagnosis

yaitu dengan tes darah untuk mencari Zika atau virus lainnya seperti demam berdarah dan

chikungunya. Ketika gejala, infeksi virus Zika biasanya seperti sindrom influenza, sering keliru

dengan infeksi arboviral lain seperti demam berdarah atau chikungunya. Diagnosis dikonfirmasi

diberikan dengan RT - PCR, yang secara khusus mendeteksi virus selama viremia. Dalam

ELISA tes serologi dapat memastikan adanya Zika IgM dan flaviviruses IgG, dimana spesifisitas

ditentukan oleh seroneutralisation.

Beberapa metode dapat digunakan untuk diagnosis , seperti virus deteksi asam nukleat,

solasi virusi dan uji serologis. Diagnosis dengan serologi sulit karena virus dapat crossreact

dengan flaviviruses lainnya. Dengan demikian, deteksi asam nukleat virus tetap disukai.

Selanjutnya pengujian diagnostik untuk virus zika dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

Page 8: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

1. Reverse reaksi berantai transcriptase - polymerase (RT - PCR) untuk RNA virus dalam

serum dikumpulkan ≤7 hari setelah onset penyakit.

2. Serologi untuk IgM dan antibodi dalam serum dikumpulkan ≥4 hari setelah onset penyakit.

3. Plaque uji reduksi netralisasi (PRNT) untuk kenaikan ≥4 kali lipat antibodi penetral virus -

spesifik paired sera.

4. Immunohistochemical (IHC) pewarnaan untuk antigen virus atau RT - PCR pada jaringan

tetaperologi Cross- Reaksi dengan flaviviruses Lain.

5. Zika virus serologi (IgM) dapat menjadi positif karena antibodi terhadap flaviviruses terkait

(misal : Dengue dan virus demam kuning).

6. Neralisasi tes antibodi dapat membedakan antara antibodi bereaksi silang di

flavivirusinfections primer.

7. Sulit untuk membedakan menginfeksi virus pada orang yang sebelumnya terinfeksi atau

divaksinasi terhadap flavivirus terkait penyedia.

8. Healthcare harus bekerja dengan negara bagian dan lokal departemen kesehatan untuk

memastikan hasil tes diinterpretasikan dengan benar.

Berdasarkan gambaran klinis yang khas, diagnosis untuk infeksi virus Zika adalah luas.

Selain dengue, pertimbangan lainnya termasuk leptospirosis, malaria, Rickettsia, kelompok A

Streptococcus, rubella, campak, dan Parvovirus Enterovirus, Adenovirus, dan infeksi Alphavirus

(misalnya , Chikungunya , Mayaro , Ross River , Barmah Forest , O'nyong - nyong , dan virus

Sindbis). Diagnosis awal didasarkan pada gambaran klinis pasien, tempat dan tanggal perjalanan,

dan kegiatan. Diagnosis laboratorium umumnya dilakukan dengan pengujian serum atau plasma

untuk mendeteksi virus, asam nukleat virus, atau virus - spesifik immunoglobulin M, dan

antibodi. Diagnosa serologi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

1. Jenis sampel : serum (dikumpulkan pada tabung kering , 5 sampai 7 cc bila memungkinkan)

atau urine.

Page 9: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

Gejala akibat ZIKV infeksi biasanya cenderung ringan, gejala awal bisa luput dari

perhatian, mengurangi kesempatan untuk mengambil sampel. Meskipun periode viremic

masih belum ditetapkan sepenuhnya, RNA virus telah terdeteksi dalam serum hingga hari ke

10 setelah timbulnya gejala ZIKV RNA juga telah terdeteksi dalam urin selama jangka

dalam fase akut yang berarti yang bisa menjadi sampel alternatif untuk

dipertimbangkan.Namun, karena studi lebih lanjut diperlukan, dianjurkan bahwa sampel

serum diambil selama 5 hari pertama setelah timbulnya gejala .

2. Jenis sampel: serum (dikumpulkan pada tabung kering)

ZIKV spesifik antibodi IgM dapat dideteksi dengan ELISA atau tes imunofluoresensi

pada spesimen serum dari hari 5 setelah timbulnya gejala. Karena serum tunggal pada fase

akut adalah dugaan, disarankan bahwa sampel kedua diambil 1-2 minggu setelah sampel

pertama untuk menunjukkan serokonversi (negatif ke positif) atau peningkatan empat kali

lipat pada titer antibodi (dengan tes kuantitatif) .

Interpretasi dari tes serologi sangat penting untuk diagnosis ZIKV. Pada infeksi primer

(infeksi pertama dengan flavivirus: a) telah menunjukkan bahwa antibodi reaksi silang minimal

dengan lainnya virus terkait genetik. Namun, telah menunjukkan bahwa individu dengan riwayat

infeksi dari flaviviruses lainnya (terutama dengue, demam kuning dan West Nile) dapat terjadi

reaksi silang dalam tes ini. Meskipun netralisasi dengan reduksi plak (PRNT) menawarkan

kekhususan yang lebih besar dalam mendeteksi antibodi (IgG), cross-reaksi juga telah

didokumentasikan; pada kenyataannya, beberapa pasien dengan riwayat infeksi oleh flaviviruses

lainnya telah menunjukkan peningkatan hingga empat kali lipat dalam menetralisir titer antibodi

bila terinfeksi ZIKV.

Laboratorium untuk Pengujian Diagnostik

1. Tidak ada tes diagnostik yang tersedia secara komersial

2. Pengujian dilakukan pada CDC dan beberapa departemen kesehatan negara

3. CDC bekerja untuk memperluas tes diagnostik laboratorium di negara-negara

4. Penyedia layanan kesehatan harus menghubungi departemen kesehatan negara mereka

untukmemfasilitasi pengujian diagnostik

Laboratorium Virus Zika untuk Pengujian Bayi

Page 10: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

Direkomendasikan untuk :

1. Bayi dengan microcephaly atau kalsifikasi intrakranial yang lahir dari ibu yang

melakukan perjalanan ke atau tinggal di daerah dengan transmisi virus Zika saat hamil

2. Bayi lahir dari ibu dengan hasil tes positif atau tidak meyakinkan untuk infeksi virus Zika

Rekomendasi Pengujian Zika Virus untuk Bayi

1. RNA virus -Zika (RT - PCR), IgM, dan antibodi

2. Dengue Virus IgM dan antibodi Spesimen – Clinical

3. Serum (Tali pusar atau langsung, dalam waktu 2 hari lahir jika mungkin)

Cairan -Cerebrospinal, jika diperoleh untuk penelitian lain

4. Consider evaluasi histopatologis (plasenta dan tali pusat)

Virus immunohistochemicalstaining - Zika (jaringan tetap)

virus -Zika RT - PCR ( jaringan tetap dan beku )

5. Tambahan, jika belum dilakukan, serum uji ibu

virus -Zika IgM dan antibodi

Berikut gambar alur proses spesimen :

2.5. PENCEGAHAN DAN TINDAKAN PENGENDALIAN

Page 11: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

Menurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian

diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah penularan

jika efektif. Strategi Manajemen Terpadu untuk Pencegahan dan Pengendalian Dengue (IMS -

Dengue) memberikan dasar untuk kesiapan virus Zika. Dalam situasi saat ini, intensifikasi

pencegahan dan pengendalian IMS-dengue yang luas dianjurkan. Rekomendasi ini meliputi:

1. Partisipasi lintas sektor dan kolaborasi di semua tingkat pemerintahan dan kesehatan,

pendidikan, lingkungan, pembangunan sosial dan sektor pariwisata.

2. Partisipasi organisasi non-pemerintah (LSM) dan organisasi swasta; Menjaga komunikasi

risiko dan mobilisasi bagi seluruh masyarakat.

Pengendalian nyamuk adalah satu-satunya ukuran yang dapat mengganggu transmisi

vektor ditanggung virus seperti demam berdarah, chikungunya, dan Zika. Elemen-elemen kunci

dari program pengendalian vektor yang seharusnya memandu respon yaitu seperti di bawah ini.

1. Manajemen Vector terpadu (IVM)

Sebuah program kontrol dengue dan vektor chikungunya yang efektif dan operasional

memberikan dasar untuk persiapan yang memadai terhadap virus Zika, karena virus ini

ditularkan oleh nyamuk yang sama, Ae. Aegypti. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menerapkan

dan mengintensifkan pengawasan dan langkah-langkah pengendalian vector. dikembangkan

untuk demam berdarah dan chikungunya sebagai bagian dari Vektor Manajemen Terpadu (IVM).

Untuk memastikan keberhasilannya, adalah penting untuk menyertakan partisipasi lintas

sektoral dan kolaborasi di semua tingkat pemerintahan, termasuk kesehatan, pendidikan,

lingkungan, sosial, pembangunan dan sektor pariwisata. IVM juga bergantung pada dukungan

dari organisasi non-pemerintah (LSM) dan organisasi swasta. saluran komunikasi harus tetap

terbuka dan partisipasi masyarakat harus dimobilisasi. Hal ini penting untuk memberikan

informasi yang jelas dan kualitas informasi kepada masyarakat tentang penyakit ini melalui

kampanye komunikasi.

Mengingat luasnya distribusi Ae. aegypti dan Ae. albopictus di Amerika, langkah-

langkah pencegahan dan pengendalian harus ditujukan untuk mengurangi kepadatan vektor, dan

memperoleh penerimaan dan kolaborasi dari masyarakat untuk mengadopsi langkah-langkah

Page 12: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

tersebut. Pencegahan dan pengendalian tindakan oleh otoritas nasional harus mencakup sebagai

berikut:

1. Memperkuat pengelolaan lingkungan dan menghilangkan situs vektor berkembang biak

dalam rumah tangga dan area umum (mis, taman, sekolah, pemakaman, dll) untuk

mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vektor dan kontak manusia dengan

vektor nyamuk

2. Menyelenggarakan kampanye sanitasi massa untuk penghapusan daerah

perkembangbiakan, khususnya di daerah-daerah di mana pengumpulan sampah rutin

telah terganggu

3. Menerapkan langkah-langkah pengendalian daerah perkembangbiakan melalui metode

fisik, biologi dan kimia saat melibatkan keluarga dan masyarakat secara aktif.

4. Mengidentifikasi daerah penularan berisiko tinggi (risiko stratifikasi), dan

memprioritaskan tempat di mana orang berkumpul (misalnya, sekolah, terminal

transportasi, rumah sakit, pusat kesehatan, dll) Nyamuk harus dihilangkan dengan radius

minimal 400 meter dari sekitar tempat-tempat ini.

5. Di daerah di mana kasus asli atau diimpor dari demam berdarah, chikungunya, dan / atau

virus Zika terdeteksi, disarankan untuk menggunakan pengobatan adulticide (terutama

melalui penyemprotan), untuk menghilangkan nyamuk dewasa yang terinfeksi dan

mengganggu transmisi. Hal ini penting untuk memperhitungkan bahwa tindakan ini luar

biasa dan hanya efektif bila dilakukan oleh tenaga terlatih mengikuti pedoman teknis

secara internasional dan ketika dilakukan bersama-sama dengan tindakan yang diusulkan

lainnya, seperti dijelaskan di atas. Penyemprotan adalah cara utama untuk secara intensif

mengganggu transmisi dan mendapatkan waktu untuk menggabungkan penghapusan

daerah perkembangbiakan larva.

6. Memilih insektisida yang tepat (sesuai dengan rekomendasi PAHO / WHO),

memverifikasi label produk dan formula, dan mempertimbangkan kerentanan populasi

nyamuk terhadap insektisida

7. Memelihara dan menggunakan peralatan penyemprotan dengan cara yang tepat dan

memperhatikan persediaan insektisida

8. Memastikan pemantauan intensif (misalnya, kontrol kualitas) dari operator lapangan baik

selama kontrol dan pengobatan larva insektisida dewasa (pengasapan).

Page 13: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

Tindakan terpadu (simultan atau terkoordinasi) untuk pengendalian vektor (misalnya,

adulticide dan kontrol larva oleh tenaga terlatih, ditambah dengan sanitasi dan promosi tindakan

masyarakat) sangat penting untuk mencapai dampak besar dalam jumlah waktu yang singkat.

Orang yang terlibat dalam pengendalian vector melalui penggunaan bahan kimia harus memakai

alat pelindung diri yang sesuai. Ini adalah tanggung jawab program pengendalian vektor untuk

memasok peralatan ini untuk stafnya, untuk memantau penggunaannya, dan memiliki cukup

persediaan simpanan di bawah kondisi yang sesuai.

2. Pencegahan Pribadi

Hal ini penting bagi pasien yang terinfeksi dengue, chikungunya atau virus Zika untuk

meminimalkan kontak dengan vektor. Langkah ini membantu mencegah penyebaran virus dan

karena penyakit. Pasien, anggota rumah tangga, dan masyarakat, harus dididik tentang risiko

penularan kepada orang lain dan cara untuk meminimalkan risiko ini dengan mengurangi

populasi vektor dan kontak manusia-vektor. Langkah-langkah pencegahan pribadi ini juga

efektif dalam mencegah penularan virus kepada orang-orang yang sehat. Tindakan berikut ini

dianjurkan untuk meminimalkan kontak vektor-pasien:

1. Pasien harus beristirahat di bawah kelambu, diperlakukan dengan atau tanpa insektisida.

2. Pasien dan anggota lain dari rumah tangga harus memakai pakaian yang menutupi kaki

dan tangannya.

3. Terapkan penolak yang mengandung DEET, IR3535 atau Icaridin untuk kulit yang

terkena atau pakaian; penggunaannya harus benar-benar sesuai dengan petunjuk yang

tertera pada label produk.

4. Gunakan kasa yang terbuat dari kawat seperti jaring-jaring pada pintu dan jendela.

3. Pencegahan pada Wisatawan (traveler)

Sebelum keberangkatan petugas kesehatan harus menyarankan wisatawan yang menuju

ke negara manapun yang tercatat dengan kejadian demam berdarah, chikungunya, dan / atau

Zika virus untuk mengambil tindakan yang melindungi diri dari gigitan nyamuk, seperti

menggunakan penolak, mengenakan pakaian yang sesuai dengan meminimalkan paparan kulit,

dan menggunakan insektisida atau jaring. Hal ini juga penting untuk menginformasikan

wisatawan gejala demam berdarah, chikungunya, dan virus Zika, agar mereka mengidentifikasi

Page 14: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

segera selama perjalanan. Saran ini akan disampaikan melalui layanan kedokteran wisata, klinik,

halaman web kesehatan wisata dari Departemen Kesehatan atau halaman web pemerintah terkait

lainnya.

Saat mengunjungi tempat-tempat dengan dengue, chikungunya dan / atau transmisi virus

Zika, wisatawan disarankan untuk:

1. Mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan

menggunakan lotion nyamuk atau mengenakan pakaian tepat yang meminimalkan

paparan kulit.

2. Hindari daerah penuh nyamuk.

3. Gunakan jaring dan / atau insektisida.

4. Kenali gejala demam berdarah, chikungunya, dan virus Zika, dan mencari perawatan

kesehatan profesional jika gejala-gejala tersebut terjadi.

Setelah kembali dari tempat-tempat dengan dengue, chikungunya dan / atau transmisi

virus Zika, wisatawan disarankan untuk menghubungi dokter jika mencurigai mereka memiliki

demam berdarah, chikungunya, atau virus Zika setelah kembali ke rumah.

Di Indonesia strategi yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan mengoptimalkan

penggunaan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ada. Masing-masing subsistem bekerja

sama guna antisipasi penyebaran virus Zika. Subsistem tersebut antara lain upaya kesehatan;

penelitian dan pengembangan kesehatan; pembiayaan kesehatan; sumber daya manusia

kesehatan; sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; manajemen, informasi dan regulasi

kesehatan; dan pemberdayaan masyarakat. Subsistem yang dapat dilakukan adalah :

1. Pengoptimalan SKN dalam mendeteksi, menilai, melaporkan, merespons, dan

menginformasikan penyebaran virus Zika juga dapat dilakukan dengan meningkatkan peran

SDM Kesehatan. Upaya mengoptimalkan SKN juga dilihat dari upaya kesehatan. Rumah

sakit ataupun fasilitas kesehatan lainnya dapat terbuka memberikan sampel darah pasien

DBD guna pemeriksaan virus Zika. Hal ini penting guna deteksi dini penyebaran dan

pemetaan persebaran kasus Zika. Pemeriksaan dilakukan di bawah pengawasan pemerintah

guna melindungi hak kekayaan keanekaragaman hayati milik Indonesia.

2. Penelitian dan pengembangan dari sampel yang ada untuk dibuatkan vaksin.

3. Memberdayakan masyarakat untuk mandiri berperilaku hidup bersih dan

sehat.Memberdayakan masyarakat untuk melakukan gerakan 3M yakni menguras, menutup,

Page 15: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

dan mengubur tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes

aegypti. Selain itu, dilakukan upaya sosialisasi seperti penggunaan obat pembunuh larva

nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk, penggunaan pakaian panjang dan tertutup,

penggunaan kelambu saat tidur dan penggunaan kawat kassa anti nyamuk (Rahmi

Yuningsih, 2016).

Referensi :

Algorithm for Zika virus diagnosis, National Institute of Virology, Pune

Aryal, Sagar. 2015. Zika Virus- Structure, Genome, Symptoms, Transmission, Pathogenesis,

Diagnosis. Diakses pada http://www.microbiologyinfo.com/zika-virus-structure-

genome-symptoms-transmission-pathogenesis-diagnosis/ tanggal 01 Maret 2016.

Clinician Outreach and Communication Activity (COCA) Call January 26, 2016. Office of

Public Health Preparedness and Response Division of Emergency Operations. CDC

Giri, Dhurba. 2016. Zika Virus : Structure, Epidemiology, Pathogenesis, Symptoms, Laboratory

Diagnosis and Prevention. Diakses pada http://laboratoryinfo.com/zika-virus-structure-

epidemiology-pathogenesis-symptoms-laboratory-diagnosis-and-prevention/ tanggal 01

Maret 2016.

Hamel, Radolphe, et al. 2016. Zika Virus: Epidemiology, clinical features and host- virus

interaction. Institut Pasteur Micobesa and Infection. Diakses pada

http://dx.doi.org/10.1016/j.micinf.2016.03.009

Howard Zucker, MD, JD. Zika Virus Clinicians. NYS Commissioner of Health.Newyork state

university. February 1, 2016.

Massachusetts Department of Public Health | Bureau of Infectious Disease | 305 South.

Musso D; Nilles EJ dan Cao-Lormeau VM. 2014Rapid spread of emerging Zika virus in the

Pacific area. No. 20

New Jersey Department of Health: http://www.nj.gov/health diakses tanggal 1 April 2016.

Oliveira, AS.,dkk. 2016. Zika virus intrauterine infection causes fetal brain abnormality and

microcephaly: tip of the iceberg? Ultrasound Obstet Gynecol. Vol 47. Hal 6-7

WHO Collaborating Center: National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases,

Division of Vector-Borne Diseases, Arboviral Diseases Branch, Centers for Disease

Control and Prevention (CDC). Washington D.C. United States of America

Page 16: karyatulisilmiah.com · Web viewMenurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah

WHO dan PAHO . Epidemiological Update Iililt Zika Virus Infection Iirifti. Amerika. 2015

Yuningsih, Rahmi. Mewaspadai Ancaman Virus Zika Di Indonesia. Jakarta : Bidang

Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. 2016.

Zanluca, Camila & Claudia Nunes. 2016. Zika Virus – On Overview. Institut Pasteur Micobesa

and Infection. Diakses pada http://dx.doi.org/10.1016/j.micinf.2016.03.003