· Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun...

93
PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

Transcript of  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun...

Page 1:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

Page 2:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,
Page 3:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

BAB V

PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI A.

PENDAHULUAN

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus tersedia secara memadai, adil dan merata. Pembangunan pangan dan gizi masyarakat, merupakan bagian dari upaya untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indo nesia, yang merupakan amanat konstitusi. Pembangunan pangan diarahkan untuk mengembangkan sistem pangan nasional yang andal secara terkait dan terpadu dengan upaya perbaikan gizi pada tingkat rumah tangga dan perseorangan dalam rangka mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

V/3

Page 4:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Sejak awal kemerdekaan perhatian telah diberikan pada masalah pangan dan gizi. Perhatian tersebut antara lain diwujudkan melalui pembentukan berbagai lembaga yang menangani masalah pangan dan gizi, yang merupakan langkah strategis dalam rangka meletakkan dasar bagi pembangunan pangan dan perbaikan gizi selanjutnya.

Pada periode 1945 - 1950 pengadaan. beras dikuasai oleh dua pihak, yaitu Pemerintah R.I. dan Penguasa Belanda. Pemerintah R.I. membentuk Djawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) dalam Kementerian Kemakmuran Rakyat, dan Penguasa Belanda membentuk Jajasan Voedingsmiddelenfonds (VMF). Untuk. mengawasi keadaan gizi rakyat Penguasa Belanda memiliki lembaga yang disebut Instituut Volksvoedings (IVV). Setelah penyerahan kedaulatan pada tahun 1950, Jajasan VMF dilebur ke dalam PMR menjadi Jajasan Bahan Makanan (BAMA), sedangkan IVV menjadi Lembaga Makanan Rakyat (LMR). LMR ini merintis berbagai program gizi nasional berupa penyuluhan gizi, pendidikan tenaga gizi, dan penanggulangan masalah gizi. Slogan "Empat Sehat Lima Sempurna" yang dikenal luas di kalangan anak-anak sekolah adalah salah satu media penyuluhan gizi yang diciptakan oleh LMR pada tahun 1950. Pada perkembangan selanjutnya BAMA diubah menjadi Jajasan Urusan Bahan Makanan (JUBM) yang diberi wewenang sebagai lembaga tunggal untuk pengadaan beras nasional. Untuk menyelaraskan kebijaksanaan pangan dan gizi dibentuk Badan Perbaikan Makanan Rakyat yang kemudian ditingkatkan menjadi Dewan Makanan Rakyat.

Untuk menghadapi kekurangan pangan, kelaparan dan kekurangan gizi yang dikenal dengan "busung lapar", pada awal tahun 1960 dilancarkan program diversifikasi pangan dengan gerakan "Operasi Makmur" sebagai upaya untuk meningkatkan produksi pangan bukan beras. Gerakan ini didukung dengan penyuluhan gizi yang pada waktu itu disebut sebagai gerakan "Operasi Buta Gizi".

V/4

Page 5:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Gerakan penyuluhan gizi ini kemudian dikembangkan menjadi program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga yang dikenal sampai sekarang dengan UPGK.

Pada tahun 1965 tatkala terjadi pemberontakan G-30-S/PKI, kondisi perekonomian Indonesia berada pada titik yang paling suram. Persedian beras sangat tipis dan pemerintah tidak memiliki devisa untuk mengimpor beras sehingga harga beras sangat tinggi dan mempengaruhi tingkat inflasi yang mencapai 635 persen. Hasil pengadaan beras dalam negeri pada tahun 1965 hanya 313,3 ribu ton, lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 1962, 1963, dan 1964 yang masing-masing mencapai 519,7 ribu ton, 442,6 ribu ton, dan 341,5 ribu ton. Sedangkan pengadaan beras melalui impor pada tahun 1965 hanya mencapai sekitar 200 ribu ton atau seperlima dari rata-rata impor beberapa tahun sebelumnya. Keadaan ini memicu terjadinya krisis beras dan kenaikan harga barang dan kebutuhan pokok yang sangat meresahkan masyarakat sehingga mendorong terjadinya se-rangkaian demonstrasi pada awal 1966 yang terutama digerakkan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI). Demonstrasi ini menguman-dangkan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura), yaitu pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), perombakan Kabinet Dwikora, dan penu-runan harga.

Pangan beras merupakan komoditas strategis dan memiliki pengaruh besar terhadap stabilitas ekonomi dan tingkat inflasi. Oleh karena itu pemerintah Orde Baru memberi perhatian dan prioritas terhadap pengadaan dan penyediaan beras bagi penduduk Indonesia yang jumlahnya besar dan tersebar luas. Pada tahun 1966 dibentuk Komando Logistik Nasional (KOLOGNAS) untuk memenuhi kebutuh-an logistik pemerintah dan rakyat. Meskipun KOLOGNAS telah berdiri, pengadaan beras melalui impor masih sulit dilakukan. Berda-

V/5

Page 6:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

sarkan KEPPRESKAB No. 114/U/KEP pada bulan Mei 1967 diben-tuk Badan Urusan Logistik (BULOG). Tugas pokok BULOG adalah menyelenggarakan koordinasi penyediaan dan penyaluran bahan pokok serta penyediaan dan penyaluran beras bagi pegawai negeri dan ABRI. Melalui Keppres Nomor 11 Tahun 1969, tugas pokok ini disempurnakan, yaitu membantu usaha stabilisasi harga 9 bahan pokok; menggerakkan usaha perdagangan, pengolahan, pergudangan, dan standardisasi kualitas beras; serta melakukan koordinasi pelaksa-naan penyediaan dan penyaluran komoditas non beras dalam rangka stabilisasi harga pada umumnya.

Kebijaksanaan yang amat mendasar dalam masa Orde Baru di bidang pangan adalah upaya untuk meningkatkan produksi menuju tercapainya swasembada pangan, melalui berbagai program. Pro-gram-program peningkatan produksi pangan tersebut didukung oleh kebijaksanaan harga pangan. Kebijaksanaan harga pangan, terutama beras, ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani dan sekaligus merangsang peningkatan produksi serta melindungi konsumen dengan menetapkan harga dasar (floor price) dan harga batas tertinggi (ceiling pr ice ) yang didukung dengan cadangan penyangga (buffer stock). Harga dasar dipertahankan dengan menyerap kelebihan suplai gabah atau beras di pasaran, sedangkan harga batas tertinggi dijaga melalui penyaluran beras ke pasaran umum (operasi pasar). Ketetapan mengenai harga-harga tersebut ditinjau secara berkala, sesuai dengan perkembangan perekonomian. Di samping penataan kelembagaan, juga disempurnakan berbagai perangkat peraturan dan mekanisme operasional menuju kebijaksanaan harga yang berorientasi pasar dengan senantiasa memperhatikan kepentingan produsen dan konsumen. Dalam rangka itu antara lain mulai tahun 1969 Menteri Perdagangan telah menghapuskan Surat Ijin Perdagangan Antar Pulau (SIPAP) dan Surat Ijin Simpan (SIS) yang berlaku sejak tahun 1948.

V/6

Page 7:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Kebijaksanaan harga serta ketersediaan pangan khususnya beras amat penting artinya, karena peran pangan dalam perekonomian khususnya dalam mempengaruhi laju inflasi amatlah besar.

Untuk perencanaan pengadaan pangan yang dikaitkan dengan perbaikan gizi secara menyeluruh, pada awal Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) diselenggarakan "Workshop on Food" oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan National Academy of Sciences dari Amerika Serikat. Pada repelita-repelita selanjutnya, "workshop" tersebut diselenggarakan dalam bentuk Widyakarya Pangan dan Gizi oleh LIPI. Selanjutnya kegiatan ini menjadi dasar pula untuk merumuskan kebijaksanaan diversifikasi konsumsi pangan.

Masalah pangan teramat penting bukan hanya dari sisi konsumsi tetapi juga dari sisi produksi. Sebagian besar rakyat Indonesia hidup di sektor pertanian, dimana pertanian pangan khususnya beras masih berperan besar. Oleh karena itu maka kebijaksanaan swasembada beras dilaksanakan dengan senantiasa memperhatikan sisi konsumen maupun petani produsen.

Upaya mencapai swasembada beras tersebut dilaksanakan secara terpadu terutama melalui program nasional bimbingan masal (Bimas), yang berintikan Panca Usaha berupa penggunaan bibit unggul, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, perbaikan pengolahan lahan, dan pengaturan tata air irigasi. Dengan makin meningkatnya kesadaran petani untuk menerapkan teknologi anjuran, dikembangkan program intensifikasi masal (Inmas) tanpa bantuan kredit murah. Penerapan teknologi Panca Usaha selanjutnya dikembangkan dan ditingkatkan dalam bentuk intensifikasi umum (Inmum), intensifikasi khusus (Insus), dan Supra Insus. Berkat berbagai usaha tersebut, akhirnya swasembada beras dapat tercapai pada tahun 1984.

V/7

Page 8:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Mengingat penduduk Indonesia yang jumlahnya besar tercapainya swasembada beras bukan prestasi yang kecil. Dunia internasional mengakuinya, seperti tercermin dalam pemberian penghargaan oleh FAO kepada Presiden Soeharto di Roma pada tahun 1985. Dampak nyata dari swasembada pangan beras adalah meningkatnya pendapatan petani, dan terpenuhinya kebutuhan pangan serta meningkatnya kuali-tas gizi masyarakat. Swasembada pangan juga menghasilkan peng-hematan devisa negara, dan memantapkan stabilitas ekonomi nasional.

Sampai dengan Repelita V kemantapan swasembada pangan beras dapat terus dipertahankan. Bahkan penyediaan pangan lainnya yang berasal dari palawija, hortikultura, peternakan dan perikanan juga turut meningkat. Pada akhir PJP I, disamping pengadaan dan harga beras yang makin stabil, keadaan pangan dan gizi penduduk juga semakin baik. Jika pada tahun 1968 andil beras dalam inflasi menca-pai 15,03 persen (point) dari laju inflasi umum sebesar 85,1 persen (point), maka selama Repelita V andil beras berkisar rata-rata 0,38 persen (point) dari rata-rata inflasi umum sebesar 8,29 persen (point). Ketersediaan beras meningkat dari rata-rata 96,47 kilogram per orang per tahun pada tahun 1968 menjadi 148,85 kilogram per orang per tahun pada tahun 1994. Ketersediaan pangan yang cukup tersebut menjadikan Indonesia tergolong sebagai negara berkembang yang memiliki ketahanan pangan yang mantap berdasarkan penilaian Badan Pangan Dunia (FAO). Persediaan energi rata-rata juga meningkat dari 2.035 kilokalori per orang per hari menjadi 2.933 kilokalori per orang per hari pada kurun waktu yang sama. Keadaan gizi rakyat juga semakin baik, yang dicerminkan antara lain dengan berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5. kilogram dan tinggi badan anak sekolah bertambah rata-rata 2,3 centimeter. Sementara itu kebutaan akibat kekurangan vitamin A telah tertanggulangi.

V/8

Page 9:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Hasil-hasil pembangunan di bidang pangan dan perbaikan gizi yang telah dicapai dalam PJP I merupakan modal dan landasan bagi pembangunan tahap berikutnya, yakni PJP II, diawali dengan Repelita VI.

B. PANGAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan pangan pada Repelita VI adalah makin mantapnya ketahanan pangan yang dicirikan oleh terpeliharanya kemantapan swasembada pangan secara dinamis. Artinya secara keseluruhan selama Repelita VI swasembada pangan, khususnya beras, dapat dipelihara dan dipenuhi dengan produksi dalam negeri. Apabila pada tahun tertentu karena kondisi objektif persediaan beras di dalam negeri tidak mencukupi, dimungkinkan untuk impor beras. Sebaliknya, dalam keadaan berlebih dimungkinkan untuk ekspor. Dalam hubungan ini, ketersediaan berbagai komoditas pangan akan meningkat. Selain itu, ketersediaan energi, baik yang berasal dari karbohidrat maupun dari protein hewani juga meningkat.

Untuk mencapai sasaran tersebut, upaya yang dilakukan dalam Repelita VI adalah meningkatkan ketahanan pangan, yang meliputi peningkatan produksi, daya beli masyarakat, distribusi dan peningkatan kemampuan penyediaan pangan serta terkoordinasinya kebijaksanaan harga; mendorong diversifikasi konsumsi pangan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola pangan yang beraneka ragam untuk meningkatkan gizinya; meningkatkan keamanan pangan untuk melindungi masyarakat dari pangan yang berbahaya untuk kesehatan dan bertentangan dengan keyakinan; dan mengembangkan kelembagaan pangan yang efektif

V/9

Page 10:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

dan efisien dengan meningkatkan keterpaduan, koordinasi, dan kerja sama lembaga-lembaga yang terkait dalam pembangunan pangan, antara pemerintah dan masyarakat, dan antarkelompok masyarakat.

Untuk mencapai sasaran dan melaksanakan kebijaksanaan ter-sebut di atas ditetapkan beberapa program pokok dan program pe-nunjang. Program pokok meliputi program pemantapan swasembada pangan dan program diversifikasi pangan. Sedangkan program penunjang meliputi program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan pangan; program penelitian dan pengembangan pangan; program pengembangan kelembagaan pangan; dan program perbaikan gizi.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Secara umum pelaksanaan pembangunan pangan tahun pertama Repelita VI merupakan kelanjutan, peningkatan, perluasan dan pembaharuan dari pelaksanaan repelita-repelita sebelumnya. Aspek pembaharuan ini tercermin dengan bergesernya dimensi pangan dari tingkat kecukupan nasional ke tingkat kecukupan rumahtangga, dari pangan beras ke aneka jenis pangan, dan dari karbohidrat ke protein, mineral dan vitamin.

Pada tahun pertama Repelita VI akibat bencana banjir dan kekeringan, ketersediaan pangan beras mengalami sedikit penurunan. Namun ketersediaan beberapa komoditas pangan non beras, terutama daging, susu, dan ikan meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Besarnya skor mutu pangan pada tahun 1994 mencapai 71,10, meningkat dibandingkan tahun 1993 sebesar 70,99 (label V-14). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas konsumsi pangan rakyat semakin baik dengan mutu gizi yang semakin meningkat.

V/10

Page 11:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Pembangunan pangan dalam tahun 1994/95 sebagai tahun pertama Repelita VI dilaksanakan dalam program berikut ini.

a. Program Pokok

1) Program Pemantapan Swasembada Pangan

Program ini bertujuan untuk memelihara kemantapan swa-sembada pangan melalui peningkatan ketahanan pangan dan efisiensi sistem distribusi pangan disertai usaha intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian pangan, serta peningkatan nilai tambah. Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan yang dilaksanakan antara lain meliputi penerapan kebijaksanaan harga dasar gabah, penerapan harga batas tertinggi beras, dan pemantapan sarana penyangga pangan yang efisien.

(a) Harga Dasar

Harga dasar gabah kelompok kualitas gabah kering panen (GKP), gabah kering simpan (GKS), dan gabah kering giling (GKG) masing-masing ditingkatkan dari Rp 260,-; Rp 305,-; Rp 360,- per kilogram pada tahun 1993/94 menjadi Rp 285,-; Rp 340,-; Rp 400,- per kilogram pada tahun 1994/95 atau masing-masing meningkat sekitar 9,6 persen, 11,5 persen, dan 11,1 persen (Tabel V-1). Peningkatan harga dasar gabah tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani.

Untuk mempertahankan harga dasar, upaya pengadaan pangan dari dalam negeri melalui pembelian gabah dan beras tetap dilakukan. Pada tahun 1994/95 pembelian gabah dan beras oleh pemerintah melalui operasi pengadaan dalam negeri sampai dengan akhir Maret

V/11

Page 12:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

1995 menurun sekitar 44,4 persen dibandingkan dengan pengadaan gabah dan beras tahun sebelumnya, yaitu dari 1.726 ribu ton setara beras pada tahun 1993/94 menjadi 960,1 ribu ton setara beras pada tahun 1994/95. Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya produksi padi tahun 1994 sebesar 3,2 persen dibandingkan tahun 1993 sebagai akibat bencana banjir dan kekeringan. Harga beras terutama kualitas medium telah meningkat lebih cepat dan lebih awal, yaitu dari rata-rata Rp 636,- per kilogram pada bulan Juni 1994 menjadi Rp 684,- per kilogram pada bulan Juli 1994. Untuk mengatasi dampak yang diakibatkan banjir dan kekeringan tersebut telah ditempuh upaya khusus peningkatan produksi melalui peningkatan mutu intensifikasi, rehabilitasi jaringan irigasi desa, dan intensifikasi areal transmigrasi serta tumpang sari padi gogo pada areal perkebunan. Disamping itu dalam tahun 1994/95 dilakukan pengadaan beras dari luar negeri, baik melalui pengembalian pinjaman maupun pembelian impor sebesar 1.798 ribu ton.

Pengadaan gabah dan beras pada dasarnya berasal dari daerah produsen utama, yang terdiri atas Jawa Barat (10,8 persen), Jawa Tengah (17,4 persen), Jawa Timur (31,5 persen) dan Sulawesi Selatan (17,8 persen). Selain itu ada beberapa daerah di luar Jawa, antara lain Aceh, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Barat, yang telah berkembang menjadi daerah produsen baru serta memberikan sumbangan terhadap pengadaan pangan nasional, yang pada tahun pertama Repelita VI masing-masing mencapai sebesar 5,1 persen, 3,4 persen, dan 3,3 persen (label V-2).

Perkembangan harga rata-rata gabah di perdesaan umumnya menunjukkan kecenderungan yang meningkat dan selalu berada di atas harga dasar yang ditetapkan (Tabel V-3). Tingkat harga rata-rata tersebut menunjukkan bahwa gabah yang dihasilkan dan dijual oleh petani telah memperoleh harga yang wajar. Keadaan ini mampu

V/12

Page 13:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

mendorong petani untuk meningkatkan produksi dan menerapkan teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas.

Perbedaan harga rata-rata gabah antarmusim di daerah perdesaan pada tahun 1994/95 lebih besar dari pada perbedaan harga rata-rata pada tahun 1993/94 (Tabel V-4). Kondisi ini mencerminkan keadaan panen dan produksi pada tahun 1994/95 yang kurang menggembira-kan dibandingkan tahun 1993/94. Perkembangan harga rata-rata gabah tersebut mempunyai pengaruh terhadap harga rata-rata beras antarmusim di daerah perkotaan (Tabel V-5). Dalam tahun 1994/95 perbedaan harga beras antarmusim di perkotaan mencapai 13,16 persen, sedangkan dalam tahun 1993/94 perbedaan tersebut hanya 5,59 persen.

(b) Harga Batas Tertinggi

Perkembangan harga rata-rata beras di beberapa kota penting dari tahun 1968 sampai dengan tahun pertama Repelita VI dapat dilihat dalam Tabel V-6. Pada tahun 1994/95 harga rata-rata beras jenis medium di kota Jakarta menunjukkan tingkat harga yang relatif tinggi terutama periode Januari-Maret yang berkisar antara Rp 900,- sampai dengan Rp 1.000,- per kilogram. Sementara itu perbedaan harga beras antara kota-kota penting mengalami peningkatan dari 20,0 persen pada tahun 1993/94 menjadi 33,0 persen pada tahun 1994/95 (label V-7).

Harga batas tertinggi beras di daerah surplus, daerah swasembada, dan daerah defisit pada tahun 1994/95 masing-masing naik sebesar 12,9 persen; 12,7 persen; dan 12,5 persen dibandingkan dengan harga pada tahun 1993/94 (Tabel V-8). Daerah surplus meliputi seluruh Jawa, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Daerah swasembada meliputi seluruh Sumatera (kecuali Riau dan

V/13

Page 14:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Bengkulu), Kalimantan Selatan, Bali dan Sulawesi Tengah. Sedangkan daerah lainnya tergolong daerah defisit.

Jumlah penyaluran beras sampai dengan akhir bulan Maret 1994/95 meningkat sekitar 3,5 persen dibandingkan jumlah tahun sebelumnya, yaitu dari 2.769 ribu ton pada tahun 1993/94 menjadi 2.865 ribu ton pada tahun 1994/95 (Tabel V-9). Peningkatan jumlah penyaluran beras pada tahun 1994/95 terutama disebabkan oleh besarnya penyaluran untuk pasaran umum (operasi pasar) yang mencapai 1.043 ribu ton atau naik sebesar 150,7 persen dibandingkan dengan penyaluran operasi pasar tahun 1993/94. Penyaluran beras untuk operasi pasar yang sangat besar pada tahun 1994/95 tersebut merupakan upaya mengendalikan harga beras pada tingkat konsumen yang cenderung meningkat karena berkurangnya suplai beras dalam negeri akibat pengaruh penurunan produksi padi tahun 1994 sebesar 3,2 persen.

(c) Sarana Penyangga

Pembelian beras dalam negeri untuk stok penyangga pemerintah pada tahun 1994/95 menurun sekitar 44,4 persen dibandingkan dengan pembelian tahun sebelumnya, yaitu menurun dari 1.726 ribu ton pada tahun 1993/94 menjadi 960,1 ribu ton pada tahun 1994/95. Dengan pengadaan dalam negeri sebesar 960,1 ribu ton dan stok awal sebesar 758 ribu ton, maka jumlah stok yang dikuasai pemerintah menjadi sebesar 1.718,1 ribu ton. Jumlah stok tersebut diperkirakan tidak dapat memenuhi kebutuhan penyaluran untuk tahun bersangkut-an. Oleh karena itu untuk mengamankan stok penyangga telah dilaksanakan impor yang dalam tahun 1994/95 mencapai 1.798 ribu ton. Dengan demikian jumlah stok total mencapai 3.516,1 ribu ton, sedangkan total kebutuhan penyalurannya sebesar 2.865 ribu ton (Tabel V-9).

V/14

Page 15:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Dalam rangka mendukung kebijaksanaan stok penyangga dimasa lalu telah dibangun sejumlah prasarana pergudangan terutama di daerah pusat produksi, pusat konsumsi dan transito di pelabuhan. Sejak tahun 1991/92 pemerintah tidal( lagi membangun gudang baru, namun untuk menjamin kualitas dan kuantitas stok pangan, rehabilitasi gudang tetap dilaksanakan. Saat ini jumlah gudang gabah/beras di seluruh Indonesia mencapai 1.547 unit dengan kapasitas 3.516 ribu ton (Tabel V-10).

(d) Impor dan Penyaluran Gandum

Pada tahun 1994/95 penyaluran gandum meningkat sebesar 22,7 persen bila dibandingkan dengan penyaluran tahun sebelumnya, yaitu dari 2.678 ribu ton pada tahun 1993/94 menjadi 3.285 ribu ton pada tahun 1994/95. Sejalan dengan itu, impor gandum meningkat 23,0 persen, yaitu dari 2.782 ribu ton pada tahun 1993/94 menjadi 3.423 ribu ton pada tahun 1994/95 (Tabel V-11).

Peningkatan permintaan gandum yang besar tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan pendapatan dan mobilitas masyarakat yang semakin mengutamakan segi kepraktisan dalam penyediaan pangan serta peningkatan kebutuhan untuk industri pengolahan pangan.

(e) Pengadaan dan Penyaluran Gula Pasir

Pengadaan gula pasir dalam negeri pada tahun 1994/95 menurun sekitar 0,3 persen dibandingkan dengan pengadaan pada tahun sebelumnya, yaitu dari 2.346 ribu ton pada tahun 1993/94 menjadi 2.339 ribu ton pada tahun 1994/95. Penurunan tersebut disebabkan terutama oleh produksi tebu yang kurang baik akibat kemarau panjang.

V/15

Page 16:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Untuk mengimbangi penurunan produksi dan peningkatan permintaan gula pasir pada tahun 1994/95 dilakukan impor sebanyak 153 ribu ton. Jumlah impor tersebut lebih rendah 7,3 persen dibandingkan dengan impor pada tahun 1993/94 yang mencapai 165 ribu ton. Hal ini dimungkinkan karena stok yang dikuasai pada awal tahun 1994/95 cukup besar, yaitu 664 ribu ton. Sementara itu realisasi penyaluran gula pasir pada tahun 1994/95 adalah sebesar 2.950 ribu ton, atau meningkat 10,2 persen dibandingkan dengan penyaluran pada tahun 1993/94 sebesar 2.678 ribu ton.

2) Program Diversifikasi Pangan

Program ini bertujuan untuk menggali dan meningkatkan penye-diaan berbagai komoditas pangan sehingga terjadi penganekaragaman konsumsi pangan oleh masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai kegiatan, antara lain peningkatan usaha diversifikasi pangan baik diversifikasi horizontal maupun diversifikasi vertikal. Diversifikasi secara horizontal dilaksanakan melalui pemanfaatan sumber daya yang beraneka ragam sehingga penyediaan pangan non beras dan sumber protein cukup tersedia. Sementara itu diversifikasi secara vertikal dilaksanakan melalui pengembangan berbagai hasil olahan pangan.

Untuk menilai keadaan konsumsi pangan baik jumlah, mutu maupun keragaman dan keseimbangan antarkelompok pangan digunakan pola pangan harapan (PPH). PPH dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan target konsumsi pangan pada masa yang akan datang. Pada tahun 1994/95 telah disusun PPH nasional dan dimulai penyusunan PPH regional. Untuk menganalisis situasi ketersediaan pangan yang siap dikonsumsi digunakan neraca bahan makanan (NBM).

V/16

Page 17:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Perkembangan diversifikasi pangan dapat dilihat dari ketersediaan pangan per kapita per hari. Ketersediaan beras per kapita per tahun pada tahun 1994 menurun sekitar 0,9 persen dibandingkan dengan ketersediaan beras pada tahun sebelumnya, yaitu menurun dari 150,2 kilogram pada tahun 1993 menjadi 148,9 kilogram pada tahun 1994 sebagai akibat banjir dan kekeringan. Namun demikian, pada tahun 1994 ketersediaan daging, susu, dan ikan per kapita per tahun meningkat masing-masing 5,1 persen; 8,3 persen; dan 6,0 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Tabel V-12). Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pangan selain beras semakin meningkat. Bila dilihat dari rata-rata ketersediaan energi dan protein, peningkatan ketersediaan bahan pangan telah melebihi angka kecukupan yang dianjurkan sebesar 2.500 kilokalori dan 55 gram protein. Pada tahun 1994 ketersediaan energi dan protein masing-masing sebesar 2.933 kilokalori per kapita per hari dan 67,10 gram per kapita per hari, atau meningkat masing-masing sekitar 1,2 persen dan 1,7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Tabel V-13).

Situasi ketersediaan pangan juga dapat diukur dengan menggunakan skor PPH. Pada tahun 1994 dicapai skor PPH sebesar 71,10 yang berarti meningkat dibandingkan dengan skor PPH pada tahun 1993 sebesar 70,99 (Tabel V-14). Hal ini menunjukkan proporsi ketersediaan pangan semakin baik menuju ke arah ketersediaan pangan dengan mutu gizi yang seimbang.

Di samping kajian NBM dan PPH, pada tahun 1994/95 dilakukan pula kegiatan pemanfaatan pekarangan serta gerakan sadar pangan dan gizi (GSPG). Pada tahun 1994/95 telah diberikan bantuan paket teknologi pemanfaatan pekarangan sebanyak 25 ribu paket untuk 1.100 kelompok wanita tani (KWT) dan penyediaan paket pembinaan kebun sekolah dasar pada 307 sekolah dasar di 27 propinsi. Kegiatan

V/17

Page 18:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

GSPG dilaksanakan melalui penyuluhan dan penyebarluasan informasi diversifikasi pangan dan gizi baik secara kunjungan dan tatap muka kepada anggota KWT maupun menggunakan multi media (media cetak dan media elektronik).

b. Program Penunjang

1) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Pangan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani dan nelayan, produsen pangan olahan, pedagang kecil dan menengah di bidang pangan. Program ini ditujukan juga untuk mengembangkan kemampuan petugas pemerintah di bidang analisis harga, produksi, distribusi dan perdagangan serta pengolahan pangan. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain meliputi pelatihan dan penyuluhan di bidang pangan.

Pada tahun 1994/95 telah dilaksanakan pelatihan dan penyuluhan pangan dan gizi bagi 100 orang pendidik sekolah dasar dan menengah, pelatihan 100 orang pedagang makanan jajanan, 189 orang pelatih teknis di tingkat propinsi, 760 orang petugas penyuluhan, dan pelatihan 810 orang kader pangan dan gizi. Kegiatan tersebut telah meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat maupun aparatur pemerintah.

Dalam rangka menggali dan mengembangkan makanan tradisional, pemerintah melaksanakan Gerakan Memasyarakatkan Aku Cinta Makanan Indonesia (GEMA ACMI) yang merupakan tindak lanjut dari peringatan Hari Pangan Sedunia ke XII tahun 1994 di Jakarta. Pelaksanaan kegiatan GEMA ACMI bertujuan untuk menggali kekayaan makanan dan pangan Indonesia serta membudayakan masyarakat untuk lebih menikmati dan mencintai

V/18

Page 19:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

makanan Indonesia. Pada tahun 1994/95 telah dihasilkan pedoman umum GEMA ACMI yang disusun berdasarkan kajian di lima propinsi, yaitu: D.I. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, D.I. Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.

2) Program Penelitian dan Pengembangan Pangan

Program ini bertujuan untuk mengembangkan informasi di bidang pangan dan meningkatkan pemanfaatan, penguasaan, dan penerapan teknologi pangan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi antara lain pengembangan teknologi dan sistem informasi untuk pengambilan keputusan dalam rangka operasionalisasi penerapan kebijaksanaan pangan yang lebih terpadu, sehingga berbagai masalah pangan yang terjadi dapat diatasi secara dini. Hal ini dilaksanakan dengan membangun sistem informasi pangan secara terpadu (SIPADU) antarsektor yang terkait dengan pembangunan pangan. Untuk mendukung industri pengolahan pangan telah dilaksanakan pengembangan teknologi dan penyediaan informasi di bidang pangan.

Pada tahun 1994/95 telah dimulai pembangunan pusat pengkajian mutu pangan dan pusat pengkajian olahan kedele di Bekasi. Pembangunan pusat-pusat ini dimaksudkan untuk : (1) menghasilkan model-model proses pangan olahan dan produk unggulan yang layak dikembangkan baik secara teknis maupun secara ekonomis yang dapat dikembangkan oleh pengusaha kecil dan menengah; (2) menyediakan fasilitas pelatihan bagi aparat pemerintah, perguruan tinggi, dan dunia usaha di bidang pangan olahan; (3) menyebarluaskan informasi teknologi proses pangan olahan kepada masyarakat; dan (4) memberikan layanan jasa konsultasi bagi dunia usaha di bidang pangan.

V/19

Page 20:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

3) Program Pengembangan Kelembagaan Pangan

Program ini bertujuan untuk mengembangkan sistem koordinasi upaya penyediaan pangan dan meningkatkan efisiensi pelayanan kelembagaan pangan untuk mendorong investasi di bidang produksi dan industri pengolahan pangan. Kegiatannya meliputi antara lain mengembangkan perangkat hukum, dan meningkatkan peranan koperasi dalam produksi dan sistem distribusi pangan.

Memasuki awal Repelita VI dibentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pangan (MENPANGAN). Tugas pokoknya adalah menangani hal-hal yang berkaitan dengan masalah pangan, dengan menyeleng-garakan fungsi-fungsi perumusan kebijaksanaan di bidang ketersediaan pangan, keamanan pangan, stabilisasi harga pangan, dan peningkatan mutu pangan.

Pada tahun pertama Repelita VI telah dilakukan berbagai kegiatan pengembangan kelembagaan pangan, antara lain penyusunan Rancangan Undang-Undang Pangan. Pada tahun 1994/95 telah disusun Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Pangan yang telah dibicarakan dalam Tim Antar Departemen terkait.

Rancangan Undang-Undang Pangan disusun dengan tujuan, antara lain : (1) memberikan perlindungan kepada konsumen dan produsen serta menciptakan adanya kepastian hukum tentang kegiatan usaha di bidang pangan dan hak konsumen terhadap konsumsi pangan yang sehat, aman, dan halal agar tercapai peningkatan kualitas SDM; (2) meningkatkan perdagangan pangan baik dalam negeri maupun luar negeri dengan mendorong sistem perdagangan yang jujur sekaligus dapat meningkatkan citra pangan secara nasional; dan (3) memberikan kerangka bagi semua peraturan perundangan yang diperlukan dan be lum d i a tu r da l am pe ra tu ran yang ada se r ta member ikan

V/20

Page 21:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V — 1HARGA DASAR GABAH DI TINGKAT KUD 1)

1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95

(Rp/Kg)

Awal Repelita V

Repelita VINo. Jenis Harga Dasar PJP

—I(1968)

1989190 1990/91 1991/92 1992/93

1993/94

2) 1994/953)

1. Gabah Kering Panen 175,0 190,0 210,0 245,0 260,0 285,0

2. Gabah Kering Simpan 210,0 230,0 250,0 290,0 305,0 340;0

3. Gabah Kering Giling 20,9 250,0 270,0 295,0 340,0 360,0 400,0

1) Berlaku mulai 1 Pebruari s/d 31 Desember2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

V/21

Page 22:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

T A B E L V - 2HASIL PEMBELIAN GABAH DAN B R A S DALAM NEGERI 1)

MENURUT DAERAH TINGKAT I1968,1989/90 - 1993/94, 1994/95

(ton antara beras)Awal Repelita V Repelita VI

No. Daerah Tk I /Propinsi

PIP-I(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 2) 1994/953)

1. DKI Jakarta 12.000 63.823. 13.076 2.773 12.963 0 1212. Jawa Barat 173.728 392.695 170.745 286.525 420.249 143.744 103.7403. Jawa Tengah 108.814 325.354 202.592 295.596 352.097 265.817 167.4564. DI Yogyakarta 4.741 30.673 27.876 22.857 33.704 33.631 15.5425. Jawa Timur 195.124 762.217 464.255 608.836 806.077 664.612 302.0116. DI Aceh 5.127 23.605 22.991 39.586 49.821 92.992 49.3127. Sumatera Barat - 7.868 8.651 7.077 5.839 17.297 3.5728. Sumatera Utara 19.888 3.227 459 11.126 16.308 46.751 17.7749. Riau - 115 541 188 487 754 52

10. Jambi - 3.098 3.676 9.332 14.229 9:377 89211. Sumatera Selatan 181 29.795 29.637 45.467 84.369 18.732 32.34512. Bengkulu 4.750 5.108 5.936 13.021 4.766 013. Lampung 27.160 53.546 15.661 62267 61.781 43.260 12.98014. Kalimantan Tengah - 1.902 0 0 847 1.072 48415. Kalimantan Selatan 3.752 15.292 4.492 7.784 23.215 31651 9.18816. Kalimantan Barat - 2.420 7 36 161 112 9517. Kalimantan Timur - 278 231 0 1.008 1.197 99118. Sulawesi Utara - 971 50 2.019 1.434 2.721 87519. Sulawesi Tengah - 10.766 15.284 17.665 32.792 15.947 6.83420. Sulawesi Tenggara - 7.974 8.550 12.024 19.428 14.091 7.04121. Sulawesi Selatan 44.059 300.096 257.477 212.854 316.194 250.694 171.20122. Bali 950 35.195 13.965 15.178 17.496 33.382 15.37623. NTB 2.055 91.457 62.371 66.946 75.467 51.742 31.57324. NTT - 9.460 4.766 4.899 11.010 5.355 4.55425. Irian Jaya - L62$ 0 2.022 1.454 2.573 5.19926. Timor Timur - 926 713 931 1.182 1.128 74727. Maluku - 196 290 314 150 495 152

Jumlah 597.579 2.179.327 1.333.464 1.740.238 2.372.783 1.725.893 960.107

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

V/22

Page 23:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V - 3PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA GABAH 1)

DI PEDESAAN INDONESIA1968, 1989/90 - 1993/94,1994/95

(Rp/Kg)

AwalNo. B u l a n P IP - I

Repelita V Repelita VI

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/942) 1994/95 3)

1. A p r i l - 258,20 336,18 332,00 379,00 344,00 384,21

2. M e i - 258,00 299,00 300,55 394,00 362,00 389,47

3. J u n i - 268,00 275,00 296,11 339,00 366,00 427,63

4. J u 1 i - 265,50 282,00 301,65 349,40 0,004)

469,74

5. A g u s t us - 263,00 304,50 343,80 330,00 0,004)

465,39

6. S e p t e m b e r - 273,40 301,00 378,18 353,00 347,00 460,66

7. 0 k t o b e r - 315,00 318,67 351,56 353,00 345,00 492,63

8. N o p e m b e r - 293,75 326,00 363,76 330,00 345,00 510,39

9. D e s e m b e r - 307,67 361,33 357,11 345,00 345,00 529,34

10. J a n u a r i - 299,00 337,00 401,95 345,00 416,00 626,32

11. P e b r u a r i - 313,57 329,40 404,44 363,00 0,004)

626,00

12. M a r e t - 278,33 333,00 365,00 357,68 350,00 506,58

1) Gabah Kering giling. Namun sejak bulan Maret 1986 pencatatan dilakukan dalam bentukGabah Kering Panen lalu dikonversikan menjadi Gabah Kering Giling dengan menggunakankoefisien berupa persentase harga dasar Gabah Kering Giling terhadap realisasi harga rata-rataSari Gabah Kering Panen selama musim panen (April, Mei, Juni) dalam tahun yang bersangkutan.

2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Tidak ada transaksi

V/23

Page 24:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V—4PERBEDAAN ANTARA HARGA RATA—RATA GABAH DI MUSIM PANEN 1)DENGAN MUSIM PACEKLIK DI DAERAH PEDESAAN

1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95(Rp/Kg)

No.Awal

U r a i a n PJP—I(1968)

Repelita V Repelita VI

1994/95 3)1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 2)

1. Harga rata—ratamusim panen (Mei,Juni, Juli) - 263,83 285,41 299,44 405,83 364,00 428,95

2. Harga rata—ratamusim paceklik(December, Januari,Februari) - 306,75 342,57 387,83 404,00 381,00 586,30

3. Perbedaan dalampersen terhadapharga musim paceklik - 13,99% 16,69% 22,79% -0,45% 4,46% 26,84%

1)Pencatatan dilakukan dalam bentuk Gabah Kering Panen lalu dikonversikan menjadi Gabah Kering Giling dengan menggunakan koefisien berupa persentase harga dasar Gabah Kering Giling terhadap realisasi harga rata—rata Gabah Kering Panen selama musim panen (April, Mei, Juni) dalam tahun yang bersangkutan.

2)Angka diperbaiki.3)Angka sementara.

V/24

Page 25:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V — 5PERBEDAAN HARGA RATA—RATA BERAS DI MUSIM PANEN

DAN MUSIM PACEKLIK DI BEBERAPA KOTA PENTING1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95

(Rp/kg)

No. U r a i a nAwalPIP—I(1968)

Repelita V Repelita VI

1994/95 1)1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94

1. Harga rata—ratamusim panen (Mei,Juni, Juli) 44,93 465,80 522,94 547,65 606,78 580,70 648,33

2. Harga rata—ratamusim paceklik(Desember, Januari,Februari) 50,15 497,56 547,20. 590,73 612,35, 613,16 733,63

3 Perbedaan dalampersen terhadapharga musim paceklik 11,62% 6,82% 4,64% 7,87% 0,92% 5,59% 13,16%

1) Angka sementara

V/25

Page 26:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V – 6HARGA RATA – RATA TERTIMBANG BERAS BULANAN1)

DIBEBERAPA KOTA PENTING1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) Beras jenis Medium

V/26

Page 27:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

(Lanjutan Tabel V – 6)

2) Angka diperbaiki

V/27

Page 28:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

(Lanjutan Tabel V – 6)

3) Angka sementara

V/28

Page 29:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V-7PERBANDINGAN A N T A R A HARGA BERAS TERTINGGI DAN TERENDAH

DENGAN HARGA R A T A - R A T A DI BEBERAPA KOTA PENTING1968,1989/90 - 1993/94,1994/95

(Rp/kg)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

V/29

Page 30:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V – 8HARGA BATAS TERTINGGI BERAS

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(Rp/Kg)

1) Angka sementara

V/30

Page 31:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V — 9JUMLAH PENYALURAN BERAS 1)

1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95(ribu ton)

Awal Repelita V Repelita VINo. Sasaran Penyaluran PJP—I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93. 1993/94 2) 1994/95 3)

1. Golongan Anggaran 697 1.536 1389 1.618 1.574 1.665 1.683

2. PN / PNP 28 153 94 83 62 92 86

3. Pasaran Umum 80 57 188 472 70 416 1.043

4. Ekspor/Pinjaman — — — — 131 596 53

Jumlah 805 1.746 1.871 2.173 1.837 2.769 2.865

1)Angka tahunan2)Angka diperbaiki3)Angka sementara

V/31

Page 32:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL. V — 10JUMLAH GUDANG GABAH BERAS DI JAKARTA DAN DI DAERAH—DAERAH 1)

1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95

1) Angka kumulatif sejak tahun 1974/75 2) Angka sementara

V/32

AwalNo. Daerah Satuan PIP—

I (196

Repelita V

1989/90 1990/911991/92 19921931993/94

1. DKI Jakarta— Gudang— Kapasitas

unit ribu ton

2. Daerah—daerah Lain— Gudang unit — Kapasitas

135,0 135,0. 104,0 104,0 104,0472,5 472,5 371,0 371,0 371,0

1.311,01.311,0 1.443,0 1.443,0 1.443,0

2.876,52.876,5 3.145,0 3.145,0 3.145,0

Repelita VI

1994/95 2)

104,0 371,

1.443,0 3.145

1.547,0 3.516

3. Jumlah - Gudang

- Kapasitasunit ribu ton

Page 33:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V — 11

IMPOR DAN PENYALURAN GANDUM 1)1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95

(ribu ton)

1)Angka

tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

V/33

No. U r a i a nAwal PJP—I

Repelita V Repelita VI

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/942) 1994/95 3)

1. Stok awal - 238 349 254 290 258 362

2. Impor 367 1.773 1.692 2.318 2.332 2.782 3.423

Jumlah tersedia 367 2.011 2.041 2.572 2.622 3.040 3.785

3. Penyaluran -1.661 1.787 2.282 2.364 2.678 3.285

4. Stok akhir. - 350 254 290 258 362 500

Page 34:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V - 12KETERSEDIAAN BEBERAPA KOMODITI PANGAN

PENTING PER KAPITA PER TAHUN1968, 1989 – 1993, 1994

(Kg/Kapita/Tahun)

1) Angka sementara

V/34

Page 35:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V – 13BANYAKNYA ENERGI DAN PROTEIN YANG TERSEDIA

UNTUK DIKONSUMSI BERDASARKAN KELOMPOK JENIS BAHAN MAKANAN 1968,1989 – 1993,1994

1) Angka sementaraKeterangan :Energi dalam Kkal/Kapita/HariProtein dalam Gram/Kapita/Hari

V/35

Page 36:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V – 14PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN PANGAN DIUKUR

DENGAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH)1968, 1993, 1994

No.Awal

Jenis Komoditi PJP—IAkhir

Repelita VAwal

Repelita VI(1968) (1993) (1994)

1. Padi—padian 33,07 31,70 31,96

2. Umbi—umbian 6,98 3,67 3,26

3. Buah biji berminyak 0,88 2,35 2,28

4. Kacang—kacangan 7,27 11,45 11,52

5. Pangan hewani 4,62 6,00 6,21

6. Minyak dan lemak 4,77 9,18 8,86

7. Gula 2,68 2,22 2,51

8. Sayuran & buah—buahan 4,13 4,42 4,50

Total 64,40 70,99 71,10

V/36

Page 37:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

kemungkinan menampung semua permasalahan pangan di masa depan seperti penggunaan bioteknologi dan teknologi maju lainnya.

Dalam rangka peningkatan sistem ketahanan pangan nasional, kelembagaan terus dimantapkan dengan melakukan penyempurnaan konsep pembinaan lumbung pangan yang dikelola masyarakat serta pembangunan dan pengelolaan hutan cadangan pangan.

4) Program Perbaikan Gizi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat. Pada tahun 1994/95 telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan perbaikan gizi keluarga yang dikaitkan dengan pemanfaatan pekarangan secara intensif dan terpadu. Analisis keadaan gizi kelompok sasaran telah dijadikan sebagai masukan bagi perencanaan bantuan paket teknologi pemanfaatan pekarangan. Secara makro hasil kajian NBM dan PPH dijadikan sebagai acuan bagi perencanaan produksi dan penyediaan pangan. Uraian lengkap dari program perbaikan gizi disajikan di sub-bab berikut.

C. PERBAIKAN GIZI

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran perbaikan gizi pada Repelita VI adalah tercapainya konsumsi rata-rata karbohidrat dan protein per orang per hari sebesar 2.150 kilokalori dan 46,2 gram protein. Untuk itu, di masyarakat tersedia pangan yang cukup dengan mutu gizi rata-rata per orang per hari 2.500 kilokalori dan 55 gram protein. Guna memenuhi pedoman umum gizi seimbang, dari 55 gram protein tersebut, 15 gram berasal dari protein hewani yang terdiri atas 9 gram protein ikan dan 6 gram

V/37

Page 38:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

protein yang berasal dari ternak. Sasaran lain adalah menurunnya prevalensi empat masalah gizi-kurang, yaitu gangguan akibat kurang iodium (GAKI), anemia gizi besi (AGB), kurang vitamin A (KVA), dan kurang energi dan protein (KEP) antara 25 persen sampai 75 persen dari keadaan pada akhir PJP I terutama pada wanita pranikah, wanita hamil, wanita menyusui, bayi, balita, dan anak sekolah, khususnya SD.

Sasaran tersebut dicapai dengan meningkatkan penyuluhan gizi masyarakat; meningkatkan upaya penanggulangan gangguan akibat kekurangan iodium, anemia gizi besi pada wanita hamil, kurang vitamin A, dan kurang energi dan protein; meningkatkan produktivitas dan efisiensi upaya perbaikan gizi; meningkatkan kegiatan penelitian. unggulan di bidang pangan dan gizi; dan meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam upaya perbaikan gizi masyarakat.

Upaya perbaikan gizi dalam Repelita VI dilaksanakan melalui satu program pokok, yaitu program perbaikan gizi, yang ditunjang oleh program pendidikan dan pelatihan gizi; program pengawasan makanan dan minuman; program penelitian dan pengembangan gizi; dan program diversifikasi pangan, serta program pembangunan lainnya di sektor pendidikan, kependudukan dan keluarga sejahtera, agama, industri, dan perdagangan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Program perbaikan gizi pada tahun pertama Repelita VI (1994/95) yang merupakan kelanjutan, perluasan dan peningkatan pelaksanaan dari Repelita sebelumnya, mengupayakan untuk membuat keadaan g iz i masya raka t men jad i l eb ih ba ik da r i keadaan

V/38

Page 39:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

sebelumnya. Upaya itu dilakukan dengan peningkatan cakupan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan program perbaikan gizi.

a. Program Pokok

Upaya perbaikan gizi dilaksanakan melalui satu program pokok yaitu program perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat, dan dilaksanakan melalui kegiatan (1) penyuluhan gizi masyarakat; (2) usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK); (3) usaha perbaikan gizi institusi (UPGI); (4) upaya fortifikasi bahan pangan, dan (5) peningkatan penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG).

1) Penyuluhan gizi masyarakat

Kegiatan ini bertujuan untuk memasyarakatkan pengetahuan gizi secara luas, guna menanamkan sikap dan perilaku yang mendukung kebiasaan hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang bermutu gizi seimbang bagi seluruh keluarga dan masyarakat baik di perkotaan maupun di perdesaan. Untuk meningkatkan kebiasaan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan memasyarakatkan penganekaragaman konsumsi pangan, dan melestarikan serta mengembangkan keanekaragaman makanan tradisional, serta memasyarakatkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Kegiatan penyuluhan gizi masyarakat dilaksanakan melalui ceramah-ceramah umum, pameran, berbagai perlombaan di desa yang didukung oleh penyampaian pesan-pesan dan informasi melalui media masa cetak dan elektronik serta media tradisional.

Pada tahun 1994/95 telah disusun konsep buku pedoman yaitu pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang berisikan 13 pesan-pesan penting untuk masyarakat luas mengenai cara membiasakan diri untuk

V/39

Page 40:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

memilih dan mengonsumsi makanan bernilai gizi seimbang yang tidak membahayakan kesehatan. Sebelum disebarluaskan kepada masyarakat, pada tahun 1994/95 PUGS disebarkan secara terbatas kepada petugas penyuluh gizi baik yang berasal dari pemerintah maupun swasta. Sejalan dengan itu telah diadakan pelatihan pemanfaatan PUGS kepada 52 orang yang akan menjalankan dan mengembangkan penyuluhan gizi dari kalangan pemerintah dan masyarakat.

2) Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

UPGK adalah gerakan sadar gizi yang bertujuan memacu masyarakat terutama di perdesaan agar mampu mencukupi kebutuhan gizinya melalui pemanfaatan aneka ragam pangan sesuai kemampuan ekonomi keluarga dan lingkungan setempat. Melalui UPGK diharapkan terjadi peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga, serta masyarakat semakin aktif berperan untuk menanggulangi masalah kekurangan gizi. Sasarannya adalah seluruh anggota keluarga di perdesaan terutama wanita pranikah, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan anak balita. Kegiatan UPGK meliputi penyuluhan gizi masyarakat perdesaan, pelayanan gizi di posyandu, dan peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan.

Pada tahun 1994/95 telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan secara teratur pada 30 ribu orang kader dari kelompok masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang sangat potensial untuk menye -barluaskan penyuluhan gizi di perdesaan adalah kelompok wanita pengajian dan organisasi wanita keagamaan yang melaksanakan kegiatan kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan ibu dan anak (KHPPIA) di bawah binaan Departemen Agama dan Departemen Kesehatan. Sampai dengan tahun 1994/95 secara

V/40

Page 41:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

keseluruhan telah dibina sebanyak 82.943 kelompok KHPPIA dari seluruh Indonesia. Selain itu, pada tahun 1994/95 melalui kelompok petani dan nelayan dilatih 100 kontak tani nelayan andalan (KTNA) untuk menyebarluaskan penyuluhan gizi kepada kelompok tani binaannya masing-masing di seluruh propinsi.

Pelayanan gizi di posyandu merupakan salah satu kegiatan UPGK yang bertujuan untuk melayani gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita, yang dilaksanakan oleh para kader PKK atau kader gizi dengan dibantu oleh tenaga teknis kesehatan. posyandu dikelola oleh lembaga kemasyarakatan setempat terutama oleh PKK dengan pembinaan dari berbagai sektor terutama sektor kesehatan dan keluarga berencana (KB). Jumlah posyandu yang melakukan kegiatan pelayanan gizi telah meningkat dari 244.843 buah pada tahun 1993/94 menjadi 250.262 buah pada tahun 1994/95. Sedangkan cakupannya meningkat dari 24.484.300 anak menjadi 25.026.200 anak balita pada periode tersebut (Tabel V-15).

Kegiatan pelayanan gizi di posyandu meliputi pemantauan tumbuh kembang anak melalui penimbangan berat badan anak secara teratur dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS), penyuluhan gizi ibu dan anak, pemberian kapsul vitamin A kepada anak balita, pemberian tablet besi kepada ibu hamil, dan pemberian kapsul iodium kepada penduduk yang tinggal di daerah endemik. Dalam penyuluhan gizi ditekankan pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi, dan pemberian makanan tambahan pendamping ASI.

Dalam rangka penanggulangan gangguan akibat kurang iodium (GAKI), mulai tahun 1992/93 untuk daerah rawan GAKI dibagikan kapsul iodium kepada ibu hamil melalui posyandu dan kepada anak sekolah dasar melalui sekolahnya masing-masing. Pada tahun 1994/95 tercatat sebanyak 12,4 juta penduduk yang memperoleh kapsul iodium

V/41

Page 42:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

atau 1,4 juta orang lebih banyak dari cakupan tahun 1993/94 (Tabel V-16). Pemberian kapsul iodium merupakan pengganti dari suntikan preparat iodium yang pada waktu-waktu sebelumnya telah diberikan melalui puskesmas. Penanggulangan GAKI dengan pemberian kapsul iodium diharapkan ditunjang dengan pemakaian garam beriodium oleh masyarakat dalam konsumsinya sehari-hari. Untuk itu pada tahun 1994/95 upaya produksi, distribusi dan pengawasan garam beriodium lebih ditingkatkan dengan diterbitkannya Keppres No.69 tahun 1994 tentang pengadaan garam beriodium. Disamping itu pada tahun 1994/95 telah dilakukan penelitian ekonomi dan perdagangan garam untuk mendukung upaya iodisasi garam secara menyeluruh.

Dalam rangka menanggulangi masalah anemia gizi besi (AGB), pada tahun 1994/95 cakupan pemberian tablet besi bagi ibu hamil yang berisiko tinggi ditingkatkan dari 2,2 juta ibu hamil pada tahun 1993/94 menjadi sekitar 2,5 juta ibu hamil (label V-16). Pemberian tablet besi ini juga dilakukan melalui posyandu dan diutamakan bagi ibu-ibu hamil yang tinggal di desa tertinggal. Untuk mempermudah masyarakat mendapatkan tablet besi secara mandiri disediakan tablet besi pada pos obat desa (POD) dan warung-warung yang ada di perdesaan. Untuk menanggulangi AGB pada anak balita, pada tahun 1994/95 dilakukan uji coba pemberian sirup besi bagi anak balita. Oleh karena efektivitas jangka panjang penanggulangan AGB sangat tergantung pada peningkatan konsumsi bahan pangan yang kaya akan zat besi, maka pemberian tablet besi didukung oleh kegiatan penyuluhan gizi yang dilaksanakan secara intensif.

Dalam hal penanggulangan kurang vitamin A (KVA), Indonesia telah berhasil menanggulangi masalah kebutaan akibat kurang vitamin A. Sejak 1992 kebutaan akibat kurang vitamin A bukan lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Atas keberhasilan tersebut, pada tahun 1994 Presiden Soeharto mendapat penghargaan

V/42

Page 43:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Hellen Keler International. Dalam rangka mempertahankan dan melestarikan keberhasilan penanggulangan kebutaan akibat KVA, dalam tahun 1994/95 pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi kepada anak balita dan ibu nifas terus dilanjutkan. Pada tahun 1994/95 cakupan pemberian kapsul vitamin A mencapai 11,8 juta anak balita. Cakupan tersebut lebih kecil dari cakupan pada tahun 1993/94, sebanyak 13,7 juta anak (Tabel V-16), oleh karena jumlah anak balita yang memerlukan tambahan vitamin A diperkirakan makin berkurang. Selain itu cakupan tahun 1994/95 lebih diarahkan untuk anak balita di desa tertinggal. Seperti halnya dalam Repelita V, pemberian kapsul vitamin A dilaksanakan dua kali setahun pada bulan vitamin A yaitu setiap bulan Februari dan bulan Agustus. Sebagaimana halnya dengan penanggulangan AGB untuk meningkatkan penanggulangan KVA dilakukan juga penyuluhan gizi guna memasyarakatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A seperti sayur-sayuran hijau dan buah-buahan terutama bagi anak balita.

Dalam rangka terus mengupayakan penurunan prevalensi kurang energi protein (KEP) pada balita, melalui penyuluhan dan pelayanan gizi di posyandu, pada tahun 1994/95 dengan swadaya masyarakat digalakkan pemberian makanan tambahan pendamping ASI untuk bayi dan makanan anak balita dengan menggunakan tempe dan ikan sebagai sumber protein. Selain itu digalakkan pula keterpaduan antara upaya intensifikasi pemanfaatan pekarangan dengan kegiatan penyuluhan gizi dan pemberian makanan tambahan di posyandu.

Kegiatan ketiga dari UPGK adalah pemanfaatan lahan pekarangan. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong keluarga tani, terutama petani miskin, agar lebih produktif memanfaatkan lahan pekarangannya guna memperbaiki konsumsi pangan dan menambah pendapatan keluarga.

V/43

Page 44:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Sektor pertanian yang mendukung kegiatan UPGK dalam pemanfaatan lahan pekarangan dilaksanakan dengan memberikan sarana produksi yang merupakan bagian dari paket penyuluhan gizi kepada keluarga petani sasaran dan kepada sekolah-sekolah dasar (SD) tertentu. Pada tahun 1994/95 telah diberikan sarana produksi sebanyak 25.000 paket untuk 25 ribu kepala keluarga melalui 1.100 kelompok wanita tani (KWT) termasuk KWT di daerah transmigrasi dan desa tertinggal. Selain itu diberikan juga paket untuk kebun sekolah pada 307 SD di 718 desa dan 212 kecamatan dari 100 kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada tahun 1993/94 kegiatan ini Baru dilaksanakan dengan pendistribusian kurang lebih 18.000 paket untuk 18.000 kepala keluarga melalui 900 KWT (Tabel V - 15). Khusus untuk pemberian paket kebun sekolah, pada tahun 1994/95 jumlahnya sedikit lebih berkurang dari tahun 1993/94 karena adanya penajaman prioritas sekolah yang diberi paket. Sebagai bagian dari penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan pekarangan, kepada KWT diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang cara-cara pengolahan dan penyimpanan bahan makanan sehingga tahan lama dengan tetap bernilai gizi.

3) Usaha Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)

UPGI adalah upaya pembinaan dan peningkatan keadaan gizi kelompok masyarakat di suatu lembaga atau institusi seperti sekolah, pusat pelatihan olahraga, rumah sakit, pabrik, perusahaan, lembaga pemasyarakatan, dan panti perawatan.

UPGI bertujuan untuk memacu peningkatan produktivitas kerja buruh, prestasi belajar anak didik dan prestasi olahraga, mempercepat penyembuhan, dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan kelompok yang bernaung pada lembaga yang bersangkutan. Sasaran-

V/44

Page 45:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

nya secara langsung adalah pemilik institusi, pengelola maupun pelaksana pelayanan gizi. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pekerja pabrik, anak sekolah, penderita di institusi kesehatan, transmigran, olahragawan, warga di panti sosial, calon jemaah haji, dan warga binaan di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan lainnya. Pelaksanaan kegiatan UPGI dilakukan dalam bentuk pembinaan teknis, pelatihan gizi, penyuluhan gizi, dan intervensi gizi.

Untuk meningkatkan keadaan kesehatan dan prestasi anak sekolah dasar terutama di desa-desa miskin dan tertinggal, pada tahun 1994/95 dilanjutkan dan ditingkatkan kegiatan pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) yang dimulai pada tahun 1993/94. Dengan paket PMT-AS, kepada semua murid SD yang terpilih diberi -kan makanan jajanan yang mengandung 200-300 kilokalori selama 160 hari dalam 1 tahun. Agar dampak PMT-AS ini nyata bagi perbaikan kesehatan dan keadaan gizi anak, selain diberi makanan jajanan kepada anak-anak SD diberikan juga obat cacing 2 kali dan pil besi sebanyak 90 tablet dalam setahun. Pada tahun 1994/95 dilakukan kegiatan PMT-AS bagi sekitar 42,3 ribu orang anak di 891 buah SD di desa-desa miskin yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan orang tua murid dan masyarakat setempat. Jumlah anak yang tercakup dalam kegiatan PMT-AS tersebut lebih dari empat kali lipat dibandingkan jumlah tahun 1993/94 yaitu 10,2 ribu orang anak di 78 SD. Hasil evaluasi sementara menyimpulkan bahwa PMT-AS telah berhasil meningkatkan keadaan gizi anak sekolah, yang ditunjukkan antara lain dengan meningkatnya berat badan dan tinggi badan anak, menurunnya prevalensi cacingan dari 67 persen menjadi 40 persen, dan meningkatnya prestasi belajar.

V/45

Page 46:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Kegiatan UPGI di institusi lainnya, diberikan berupa pelatihan penyelenggaraan makanan masal yang sehat terhadap 375 orang pengelola makanan di pusat pelatihan olah raga, pabrik, lembaga pemasyarakatan, panti sosial, jasa boga, dan pondok pesantren di 9 kota.

4) Upaya Fortifikasi Bahan Pangan

Upaya fortifikasi bahan pangan adalah upaya memperkaya mutu gizi bahan makanan dengan menambahkan zat gizi tertentu yang dibutuhkan masyarakat untuk menanggulangi masalah gizi yang masih menjadi masalah gizi masyarakat. Dalam Repelita VI direncanakan untuk menggalakkan dan memperluas upaya fortifikasi garam dengan iodium, melanjutkan uji coba fortifikasi vitamin A dan zat besi, yang dilaksanakan bekerja sama dengan dunia usaha terutama di sektor industri. Pada tahun 1994/95 telah dikeluarkan Keppres No. 69 tahun 1994 tentang pengharusan iodisasi garam, sehingga semua garam yang beredar sudah mengandung iodium. Untuk merintis pelaksanaan Keppres tersebut, pada tahun 1994/95 antara lain dilakukan penyusunan konsep peraturan untuk memberlakukan standar nasional Indonesia (SNI) untuk kualitas garam dan kualitas garam beriodium, serta membentuk komite nasional mengenai garam. Oleh karena upaya iodisasi garam erat kaitannya dengan kegiatan produksi dan perdagangan garam, maka pada tahun 1994/95 dilakukan penelitian ekonomi dan perdagangan garam. Selain itu, pada tahun 1994/95 juga diuji coba fortifikasi vitamin A pada beras di NTT. Sementara itu mengenai fortifikasi zat besi pada jamu sedang dalam tahap penjajakan dengan industri jamu.

V/46

Page 47:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

5) Peningkatan Penerapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

Sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) adalah suatu kegiatan pemantauan perkembangan keadaan gizi masyarakat, yang bertujuan untuk (a) memberikan isyarat dini tentang kemungkinan timbulnya kekurangan pangan yang terjadi di suatu wilayah atau daerah tertentu; (b) menyediakan informasi tentang perkembangan penyediaan dan konsumsi pangan serta keadaan gizi masyarakat yang berguna bagi perencanaan, pengelolaan dan evaluasi program pangan dan gizi di daerah; dan (c) meningkatkan kemampuan daerah dalam memecahkan masalah pangan dan gizi berdasarkan keadaan setempat.

Mulai tahun 1994/95 SKPG dibagi atas tiga sistem yaitu sistem kewaspadaan produksi dan penyediaan pangan (SKPP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian; sistem kewaspadaan distribusi pangan (SKDP) yang dilaksanakan oleh BULOG; dan sistem kewaspadaan konsumsi pangan dan status gizi (SKKG) yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan. Ketiga sistem tersebut dikoordinir oleh Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dan digunakan sebagai dasar bagi perencanaan, pengelolaan dan evaluasi program pangan dan perbaikan gizi.

Pada tahun 1994/95 telah tersusun kebijaksanaan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis SKPP sebagai acuan pelaksanaan SKPP. Selanjutnya telah dilaksanakan pula studi pembuatan peta wilayah rawan pangan, yaitu di lokasi perbatasan, daerah terpencil dan lokasi bencana alam, yang dimulai di propinsi Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya. Pembuatan peta ini bertujuan untuk menggambarkan situasi produksi dan konsumsi makanan pokok, serta merupakan alat untuk merencanakan produksi pangan di setiap kabupaten.

V/47

Page 48:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Kegiatan SKKG yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan meliputi pemantauan status gizi balita sekali setahun, pengukuran tinggi badan anak baru masuk sekolah, pemantauan konsumsi gizi masyarakat tingkat kecamatan, dan pemantapan jaringan informasi pangan dan gizi.

Pemantauan status gizi (PSG) terbagi atas dua, yaitu pertama adalah dengan memadukan pengumpulan data tentang status gizi anak balita ke dalam kegiatan SUSENAS yang dilakukan oleh BPS, untuk memberikan gambaran keadaan gizi anak balita di tingkat nasional dan propinsi. Kedua, kegiatan PSG tingkat kecamatan yang dilakukan melalui pengumpulan dan pengolahan data di tingkat posyandu (PSG-Posyandu) sehingga memberikan gambaran keadaan gizi anak balita tingkat desa sampai dengan tingkat kabupaten.

PSG sebagai bagian dari SUSENAS dilaksanakan sekali dalam tiga tahun, kecuali pada tahun 1986 dan 1987 yang merupakan uji coba. Hasilnya hanya memberikan gambaran keadaan gizi anak balita secara nasional. Pengumpulan dan pengolahan data PSG-SUSENAS telah dilakukan sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1986, 1987, 1989, dan tahun 1992. Data berikutnya akan dikumpulkan dan diolah pada SUSENAS tahun 1995.

Pada tahun 1994/95 PSG dipusatkan untuk data tingkat desa dan kabupaten dengan mengumpulkan data dari posyandu, dan telah dilaksanakan di seluruh Indonesia. Untuk itu telah terdata berat badan 25 juta anak balita dari 250 ribu posyandu. Hasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram.

V/48

Page 49:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

Di samping PSG Posyandu, pada tahun 1994/95 dilakukan pula pengukuran tinggi badan anak baru sekolah (TBABS) yang mencakup 18.224 sekolah dasar dan madrasah di seluruh Indonesia. Dari pengukuran TBABS ini diketahui bahwa secara umum tinggi badan anak laki-laki baru masuk sekolah adalah rata-rata 114,9 cm dan perempuan 114,0 cm. Berdasarkan baku rujukan (NCHS - WHO) pencapaian tinggi anak laki-laki dan anak perempuan baru mencapai 91 persen dan 90,6 persen dari standar normal, yang berarti bahwa secara nasional status gizi anak masih perlu ditingkatkan. Pada umumnya anak yang tinggal di perkotaan mempunyai tinggi badan yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tinggal di perdesaan. Hal tersebut terkait dengan lebih tingginya prevalensi gangguan pertumbuhan pada anak sekolah di perdesaan daripada anak di perkotaan, yaitu masing-masing 32 persen dan 18 persen.

Sebagai bagian dari kegiatan SKKG, pada tahun 1994/95 telah dimantapkan jaringan informasi pangan dan gizi (JIPG). Jaringan ini merupakan kerjasama antar pusat informasi dari Departemen Kesehat-an, Departemen Pertanian, Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, Bulog, lembaga-lembaga penelitian, BPS dan universitas, mengenai pangan dan gizi di tingkat nasional dan propinsi. Kegiatannya adalah untuk saling memberikan data atau informasi tentang pangan dan gizi untuk berbagai keperluan, terutama untuk penyusunan kebijaksanaan, perencanaan dan penyusunan program pangan dan gizi.

Selama ini kegiatan JIPG masih di tingkat nasional, tetapi pada tahun 1994/95 telah dilaksanakan persiapan pengembangan JIPG di tingkat propinsi. Selain itu telah diterbitkan dan disebarkan 3 jenis buku Info Pangan dan Gizi, Lembar Berita JIPG, dan buku Pedoman JIPG sebanyak 18.000 eksemplar. Buku-buku tersebut disebarluaskan kepada Pemerintah Daerah, pengelola program di pusat dan daerah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

V/49

Page 50:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

b. Program Penunjang

1) Program Pendidikan dan Pelatihan Gizi

Pendidikan dan pelatihan gizi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga gizi yang bermutu melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga profesional gizi pada jenjang D-1; jenjang D-3 dari Akademi Gizi; dan pendidikan sarjana dan pascasarjana melalui lembaga universitas di dalam maupun di luar negeri. Untuk pendidikan D-3 pada tahun 1994/95 terdapat penambahan 2 Akademi Gizi dari tahun 1993/94 di Sulawesi Tenggara dan Irian Jaya, sehingga secara keseluruhan pada tahun 1994/95 terdapat 19 buah Akademi Gizi dengan jumlah mahasiswa sekitar 2.160 orang. Untuk pendidikan D-1 gizi, mulai tahun 1994/95 secara bertahap diadakan perubahan status Sekolah Pembantu Ahli Gizi (SPAG) menjadi Akademi Gizi yang khusus mendidik D-1.

2) Program Pengawasan Makanan dan Minuman

Kegiatan pengawasan makanan dan minuman bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap produksi dan peredaran makanan yang tidak memenuhi syarat terutama dari segi keamanan karena pencemaran dan bahan berbahaya, mutu, nilai gizi, dan kehalalannya.

Kegiatan pembinaan dan pengawasan terutama dilakukan terhadap kebersihan makanan, penggunaan jenis bahan tertentu yang ditambahkan ke dalam makanan, dan pemberian label pada bungkus makanan termasuk pencantuman informasi kandungan zat gizi dan tanda halal. Untuk itu pada tahun 1994/95 mulai dilakukan kegiatan penyusunan Undang-Undang Pangan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, yang pembahasannya sudah pada tingkat pembahasan

V/50

Page 51:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

naskah akademik. Selain itu pada tahun 1994/95 juga telah dilaksanakan pembinaan dan pelatihan terhadap 368 orang petugas pengawasan makanan dan 615 pengelola makanan di berbagai daerah.

3) Program Penelitian dan Pengembangan Gizi

Pada Repelita VI kegiatan penelitian dan pengembangan gizi diarahkan untuk meningkatkan mutu dan jenis penelitian menjadi penelitian atau riset unggulan di bidang gizi. Penelitian diarahkan terutama mengenai (a) perubahan pola pangan dan dampaknya pada perubahan pola penyakit dan keadaan gizi penduduk, (b) dampak lingkungan, toksin alami, dan timbulnya zat anti gizi dalam pangan terhadap kesehatan, dan (c) keamanan penggunaan bahan tambahan makanan (BTM) dan kemasan produknya di industri pangan, jasa boga, dan makanan jajanan.

Pada tahun 1994/95 oleh Departemen Kesehatan telah dilaksanakan penelitian dampak fortifikasi mie dengan vitamin A dan zat besi. Selain itu melalui riset unggulan terpadu (RUT), telah dilaksanakan 3 buah penelitian, yaitu: (1) identifikasi makanan dari berbagai daerah di Indonesia berdasarkan komposisi zat gizi untuk menunjang program penanggulangan masalah gizi ganda; (2) kaji tindak model komunikasi, informasi dan edukasi terpadu untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi pangan dan gizi keluarga petani lahan marginal; dan (3) intervensi gizi pada ibu-ibu golongan masyarakat miskin sejak prakonsepsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilahirkan.

4) Program Diversifikasi Pangan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan penyediaan berbagai komoditas pangan melalui peningkatan produksi berbagai bahan

V/51

Page 52:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

pangan sehingga tercapai penganekaragaman konsumsi pangan oleh masyarakat. Peningkatan produksi pangan tersebut meliputi pangan sumber karbohidrat, dan sumber protein, baik nabati maupun hewani, serta sayuran dan buah-buahan. Program ini dilaksanakan oleh sektor pertanian yang didukung oleh sektor kesehatan terutama dalam kegiatan UPGK.

V/52

Page 53:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V — 15KEGIATAN USAHA PERBAIKAN GIZI KELUARGA

1969/70,1989/90— 1993/94, 1994/95Awal

PJP—IRepelita V Repelita VI

No. Uraian1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94

1. Pelayanan Gizi Posyandu : 1)a. Propinsi

8 27 27 27 27 27 27b. Kabupaten 39 298 298 301 301 301 301c. Kecamatan 239 3.567 3.567 3.567 3.680 3.680 3.680d. Desa 1.582 56.288 58.829 60.798 61.766 61.766 61.766e. Jumlah Posyandu — 230.607 234.480 238.078 241.236 244.843 250.262f. Anak Balita yang tercakup — 20.398.120 20.699.120 23.807.000 24.123.600 24.484.300 25.026200

2. Pemanfaatan Lahan Pekarangan :a. Propinsi

_— — 17 23 27 27

b. Kabupaten - — — 45 56 76 100c. Kecamatan - — — 90 125 165 212d. Desa - — — 346 446 598 718e. Jumlah Kelompok Wanita Tani (KWT)

- — — 695 785 900 1.100f. Jumlah Paket KWT - — — 16.000 18.000 18.000 25.100g. Jumlah Paket Kebun Sekolah (SD) - — — — — 331 307

1) Angka kumulatif sejak Repelita I

V/53

Page 54:  · Web viewHasil sementara menunjukkan bahwa berat badan anak balita dalam kurun waktu 14 tahun antara tahun 1978 dan 1992 meningkat rata-rata 0,5 kilogram. Di samping PSG Posyandu,

TABEL V — 16PELAKSANAAN PENCEGAHAN GONDOK ENDEMIK, ANEMIA GIZI, DAN KEKURANGAN VITAMIN A

1969/70, 1989/90 — 1993/94, 1994/95

Awal Repelita VINo. Uraian Satuan PJP—I

(1969/70) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. Pencegahan Gondok Endemik :— Penyuntikan Lipiodol penduduk 300.000 671.604 2.177.340 2.245.803 —1) -- Kapsul Iodium penduduk — — — — 8.600.000 11.015:305 12.449.412

— Pemantauan Medis propinsi 25 4 5 5 5 _2)

desa — 12 15 15 15 _2)

2. Pencegahan Anemia Gizi :— Distribusi Tablet Besi ibu hamil 652.750 2.003.229 2.110.500 2.500.000 1.428.500 2.200.000 3) 2.490.000

Melalui UPGK

3. Pencegahan Kekurangan Vitamin A :— Distribusi Kapsul Vitamin A anak balita 290.000 6.703.330 10.597.800 7.208.945 13.417.000 13.730.000 11.796.293

1) Mulai tahun 1992/93 penyuntikan lipiodol diganti dengan pemberian kapsul indium2) Kegiatan tidak dilakukan lagi3) Angka diperbaiki

V/54