· Web viewdan pelestarian alam telah mendapat perhatian yang besar. Sampai dengan akhir Repelita...
Transcript of · Web viewdan pelestarian alam telah mendapat perhatian yang besar. Sampai dengan akhir Repelita...
BAB 9
PERTANIAN DAN PENGAIRAN
BAB 9
PERTANIAN DAN PENGAIRAN
I. PENDAHULUANBerdasarkan Garis-garis Besar Haluan Negara dalam Repe-
lita IV pembangunan pertanian dalam arti luas akan terus di-
tingkatkan dengan tujuan meningkatkan produksi pertanian
guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam
negeri serta meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan pe-
tani, memperluas kesempatan kerja, mendorong pemerataan ke-
sempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah, serta me-
ningkatkan kegiatan transmigrasi. Dengan demikian sektor per-
tanian akan makin kuat sebagai pendukung perkembangan Indus-
tri dalam rangka mencapai perekonomian yang semakin seimbang.
Selanjutnya Garis-garis Besar Haluan Negara juga menen-
tukan agar pembangunan pertanian yang mencakup pertanian ta-
naman pangan, perikanan, per ternakan, perkebunan dan kehutan-
an lebih ditingkatkan melalui usaha-usaha intensifikasi, eks-
tensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi, secara terpadu,
serasi dan merata dengan tetap memelihara kelestarian sumber
alam dan lingkungan hidup. Di samping itu peningkatan produk-
si pangan seperti beras dan palawija, termasuk usaha pening-
katan penanganan pasca panen, serta produksi pangan yang ber-
asal dari hortikultura, perkebunan , peternakan dan perikan-
an, bertujuan untuk memantapkan swasembada pangan dan seka-
ligus memperbaiki mutu makanan, khususnya dengan memperbesar
penyediaan protein nabati dan hewani. Peningkatan produksi
395
pangan juga diarahkan untuk memperbaiki taraf hidup petani, memperluas kesempatan kerja dan menjamin penyediaan pangan untuk masyarakat pada tingkat harga yang layak bagi petani produsen maupun konsumen.
Selain itu Garis-garis Besar Haluan Negara juga menetap- kan bahwa peningkatan produksi perkebunan, kehutanan, per- ikanan dan peternakan di samping untuk meningkatkan perluasan lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan rakyat, juga ber-tujuan untuk menunjang pembangunan industri serta meningkat- kan ekspor. Peningkatan produksi perikanan dilaksanakan de- ngan sekaligus memperbaiki kehidupan nelayan dan memajukan desa-desa pantai. Selanjutnya akan ditingkatkan pemanfaatan Zona Ekonomi Eksklusif.
Di samping memanfaatkan hasil hutan untuk pembangunan, Garis-garis Besar Haluan Negara menentukan agar perhatian pe- nuh tetap diberikan kepada pembinaan hutan sebagai sumber alam. Dalam rangka itu akan dilanjutkan usaha-usaha peningka- tan penertiban penebangan hutan, penanaman kembali hutan-hu- tan yang rusak serta konversi sebagian hutan alam menjadi hu- tan buatan yang menghasilkan kayu untuk energi dan industri. Selanjutnya pengelolaan hutan akan ditingkatkan dan disempur-nakan agar memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada rakyat. Produksi hasil hutan akan ditingkatkan melalui usaha pening-katan efisiensi pengusahaan hutan, pemanfaatan limbah serta jenis kayu dan hasil hutan yang belum diusahakan, dan pening-katan mutu kawasan hutan. Dalam hubungan ini tetap di perha-tikan peranan hutan sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja bagi penduduk sekitarnya. Hal ini akan lebih meningkat- kan rasa tanggung-jawab masyarakat untuk membina kelestarian hutan.
396
Selain itu sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara
dalam pembangunan pertanian akan diperhatikan rehabilitasi
tanah kritis untuk memulihkan kembali dan mempertahankan ke-
suburan tanah, sumber air, hutan, dan sumber alam lainnya.
Rehabilitasi tanah kritis tersebut akan disertai dengan usaha
peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian
sumber alam sehingga masyarakat ikut serta secara aktif dalam
pelaksanaannya. Di samping usaha rehabilitasi tanah-tanah
kritis antara lain melalui reboisasi dan penghijauan, akan
terus dilanjutkan usaha pencegahan timbulnya tanah kritis ba-
ru. Untuk keperluan itu di samping penyempurnaan cara penge-
lolaan hutan, akan ditingkatkan pengendalian perladangan ber-
pindah, sedang di tanah pertanian perlu ditingkatkan kegiatan
penyuluhan, percontohan, dan sebagainya.
Pembangunan pertanian harus merupakan usaha yang terpadu
dengan pembangunan daerah dan pedesaan. Dalam hubungan ini
khusus mengenai masalah tanah GBHN menetapkan agar dilanjut-
kan dan ditingkatkan langkah-langkah untuk mengendalikan se-
cara efektif masalah penggunaan, penguasaan, pemilikan, dan
pengalihan hak atas tanah, sehingga benar-benar sesuai dengan
asas adil dan merata. Dalam hubungan akan dicegah penga-
lihan hak atas tanah yang menjurus pada pemilikan tanah yang
melebihi ketentuan yang berlaku. Di samping itu akan diusaha-
kan untuk mencegah pembagian tanah yang sangat kecil, agar
manfaat penggunaan tanah tidak makin berkurang.
Untuk menunjang pembangunan pertanian akan diteruskan
dan disempurnakan usaha penyuluhan dan pendidikan pertanian;
juga akan dilanjutkan perbaikan dan perluasan prasarana, pem-
bukaan lahan baru, penyediaan sarana produksi, penyediaan dan
397
kemudahan kredit dengan syarat yang memadai, serta penelitian
dan pemilihan teknologi pertanian yang tepat, yang disebarkan
keseluruh daerah dan masyarakat petani.
Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, di samping pem-
binaan dan pengendalian yang dilakukan oleh Pemerintah, akan
makin ditingkatkan keikutsertaan petani/nelayan melalui ke-
lompok-kelompok tani/nelayan dan koperasi-koperasi unit desa;
sedangkan perusahaan pertanian yang besar didorong agar dapat
membantu pengembangan usaha pertanian rakyat.
Selanjutnya akan ditingkatkan pengembangan sistem pema-
saran yang menjamin harga yang layak bagi petani produsen
maupun konsumen dengan mengikut sertakan koperasi unit desa.
Peranan pengairan dalam pembangunan pada umumnya dan
pembangunan pertanian pada khususnya adalah sangat penting.
Karena itu, sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara da-
lam Repelita IV pembangunan pengairan akan dilanjutkan dan
diarahkan untuk menyediakan air irigasi yang cukup, mengaman-
kan areal produksi dari kerusakan akibat banjir dan mendukung
pembukaan dan pemanfaatan areal pertanian baru dalam rangka
peningkatan produksi pangan. Di samping itu pembangunan pe-
ngairan juga ditujukan untuk mengembangkan, mengatur dan men-
jaga kelestarian sumber-sumber air, menunjang penyediaan air
untuk kesejahteraan masyarakat serta mendukung pembangunan
industri dan kelistrikan.
Pembangunan pengairan yang dilakukan dengan jalan pem-
buatan jaringan baru, rehabilitasi, pemeliharaan dan peman-
faatan jaringan-jaringan yang ada, pengembangan daerah rawa
serta penyelamatan hutan, tanah dan air akan diteruskan dan
398
ditingkatkan, khususnya di daerah-daerah yang dapat mening-katkan produksi dalam waktu pendek. Dalam hubungan ini masya-rakat petani akan didorong untuk memanfaatkan air irigasi yang tersedia itu dengan mencetak sawah-sawah baru, pertamba- kan dan perkolaman di samping mengintensifkan pengairan sa- wah-sawah yang telah ada. Di samping itu akan lebih diting-katkan kegiatan pengembangan air tanah khususnya di daerah-daerah pertanian kering dan rawan.
Selain itu untuk memanfaatkan jaringan pengairan yang ada secara optimal maka jaringan tersier dan kwarter akan te- rus dikembangkan. Selanjutnya akan ditingkatkan kesadaran, kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam usaha-usaha pe-meliharaan saluran dan bangunan pengairan serta pengaturan air secara lebih efisien, antara lain dengan membina dan me-ngembangkan kelompok-kelompok tani pemakai air.
Kebijaksanaan pembangunan pertanian dan pengairan dia- rahkan untuk mengusahakan pembangunan yang makin seimbang an-tara pembangunan sub sektor pertanian dan pembangunan sub sek- tor pengairan dimana pengairan berfungsi sebagai penunjang terhadap pertanian. Demikian pula diusahakan adanya keseimba-ngan pembangunan didalam sub sektor pertanian sendiri. Dalam hubungan ini unsur-unsur yang masih tertinggal di masing-ma- sing bagian, seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan akan lebih memperoleh perhatian, se-perti pengembangan produksi palawija, hortikultura, perikanan lepas pantai dalam rangka pemanfaatan Zona Ekonomi Eksklusif.
Dalam pembangunan pengairan diusahakan pula keseimbangan pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai sektor pembangunan
399
dimana kebutuhan untuk sektor-sektor di luar pertanian bagi daerah-daerah tertentu sudah jauh meningkat.
Dalam pada itu juga akan diusahakan bahwa perkembangan dalam bidang produksi pertanian akan diimbangi pula oleh pe-ngembangan bidang pemasaran serta pengembangan industri pe-ngolahan basil pertanian.
Untuk periode Repelita IV nilai tambah riel sektor per-tanian diperkirakan akan meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sekitar 3,0% per tahun. Perlu dikemukakan bahwa di-dalam perhitungan nilai tambah sektor-sektor ekonomi, nilai tambah beberapa produk seperti beras, gula, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, kayu olahan, kayu lapis, dan beberapa produk lainnya, diperhitungkan bukan di dalam sektor per- tanian melainkan di dalam sektor industri.
II. KEADAAN DAN MASALAH
A. PERTANIAN1. Keadaan Pertanian
Bertitik tolak pada masalah-masalah pokok yang dihadapi sewaktu memasuki Repelita III, dan berdasarkan kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan pertanian yang digariskan da- lam Repelita III akan diuraikan berbagai hasil yang telah di-capai dalam pembangunan pertanian.
a. Perkembangan Peningkatan Produksi Pangan.
Produksi hasil-hasil pertanian terpenting selama Repelita III secara keseluruhan menunjukkan perkembangan yang cukup
400
baik, seperti tampak pada Tabel 9 - 1.
Selama Repelita III peningkatan produksi beras setiap ta-
hun adalah 6,1%. Meningkatnya produksi beras ini terutama di-
sebabkan oleh meningkatnya hasil rata-rata beras per ha. Pe-
ningkatan tersebut antara lain diwujudkan oleh diselenggara-
kannya Intensifikasi Khusus (Insus) dan Operasi Khusus
(Opsus).
Peranan Insus dan Opsus tersebut menyebabkan penggunaan
benih Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), penggunaan pupuk
dan penggunaan pestisida menjadi bertambah tinggi dan meluas.
Hasil rata-rata beras per ha pada akhir Repelita II sebesar
1,96 ton, pada akhir Repelita III menjadi 2,57 ton atau
rata-rata setiap tahunnya meningkat sebesar 7%.
Produksi palawija baik jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan
kacang tanah selama Repelita III menunjukkan kenaikan. Kenai-
kan tersebut terutama disebabkan oleh naiknya luas panen.
Selama Repelita III, produksi perikanan mengalami pening-
katan 5,3% setiap tahun, dengan kenaikan produksi perikanan
laut dan darat masing-masing sebesar 5,2% dan 5,6% setiap ta-
hun. Meningkatnya produksi perikanan laut terutama berasal
dari hasil-hasil usaha motorisasi perikanan rakyat dan berkem-
bangnya perusahaan-perusahaan perikanan besar yang mengguna-
kan alat-alat penangkapan ikan modern. Sedangkan peningkatan
produksi perikanan darat terutama bersumber dari hasil usaha
intensifikasi budi daya tambak.
Produksi daging, telur dan susu juga mengalami peningkat-
an, tanpa penurunan populasi ternak. Produksi daging setiap
tahun naik 7,3%, telur 17,4% dan susu 17,2%. Naiknya produksi
401
TABEL 9 - 1
PRODUKSI BEB0RAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING,1978 - 1983(ribu ton)
.
Jenis hasil 1978 1979 1980 19811) 19822) 19835)Kenaikan
1. Boras 7) 17.525 17.872 20.163 22.286 23.191 23.462 6,1
2. Jagung 4.029 3.606 3.991 4.509 3.207 5.180 9,2
3. Ubi kayo 12.902 13.751 13.726 13.301 12.676 13.219 0,6
4. Ubi jalar 2.083 2.194 2.079 2.094 1.897 2.231 1,8
5. Kedelai 617 680 653 704 513 580 0
6. Kacang tanah 446 424 470 475 434 477 1,6
7. Ikan laut 1.227 1.318 1.395 1.408 1.490 1.527,7 5,2
8. Ikan darat 420 430 455 506 530 552,2 5,6
9. Daging 475 486 571 596 629 671 7,3
10. Telur 151 164 259 275 297 316 17,4
11. Susu 3) 62 72 78 86 117 135 17,2
12. Karet 884 898 1.002 1.046 861 1.01.7 3,6
13. Kelapa sawit/minyak 7) 532 642 701 748 874 972 12,9
14. Kelapa/kopra 1.575 1.582 1.759 1.812 1.736 1.628 0,8
15. Intl sawit 94 108 126 135 146 165 11,9
16. Kopi 223 228 285 295 266 234 1,8
17. T e h 91 125 106 110 92 111 6,0
18. Cengkeh 21,2 35,2 39,2 40,2 31 32 12,1
19. Lada 46 47 37 39 38 32 -6,4
20. Tembakau 81 87 116 118 117 122 9,2
21. Gula tebu 7) 1.516 1.601 1.831 1.700 1.861 2.164 7,7
22. Kapas 0,5 0,6 6 10 19,8 7,0 204,0
23. Kayu bulat4) 31.094 29.509 25.818 23.332 22.748 26.480 -2,7
24. Kayu olahan 6) 7) 7.000 9.286 10.644 12.978 13.596 15.890 14,5
25. Kayu lapis 6) 7) 975 1.435 2.332 3.963 6.020 7.590 52,6
1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Dalam juta liter4) Dalam ribu m35) Angka ramalan. Untuk padi/beras dan palawija ramalan III6) Dalam ribu m3 r.e. (round wood equivalent).7) Dalam perhitungan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi, nilai tambah produk ini diperhitungkan di dalam sektor industri.
402
daging dan telur ayam antara lain disebabkan oleh perkemba-
ng an yang pesat dari perusahaan-perusahaan besar peternakan.
Sedangkan naiknya produksi susu sebagai akibat bertambahnya
populasi sapi perah. Pada tahun-tahun selama Repelita II, me-
ningkatnya produksi daging mengakibatkan menurunnya populasi
ternak, sedangkan pada Repelita III meskipun produksi daging
terns meningkat, populasi ternak tidak menurun karena impor
bibit ternak.
Produksi perkebunan selama Repelita III rata-rata setiap
tahun juga menunjukkan kenaikan. Minyak kelapa sawit setiap
tahun naik 12,9%, inti sawit 11,9%, teh 6%, gula tebu 7,7%
dan kopi 1,8%. Peningkatan produksi gula tebu telah berhasil
menurunkan kebutuhan impor gula pada tahun-tahun terakhir Re-
pelita III. Peningkatan produksi hasil-hasil perkebunan ter-
sebut merupakan hasil perluasan areal dan peningkatan produk-
tivitas, terutama dari hasil perkebunan-perkebunan besar.
b. Perkembangan Hasil-hasil Pertanian Untuk Bahan Indus- tri dan Untuk Ekspor.
Hasil-hasil pertanian untuk bahan industri dalam negeri
maupun untuk ekspor terdiri dari kelompok bahan makanan dan
minuman baik hasil tanaman pangan, perikanan, peternakan mau-
pun perkebunan, dan kelompok bukan bahan makanan, terutama hasil
dari perkebunan seperti karet dan hasil peternakan se-
perti kulit.
Sebagaimana telah ditunjuk kan pada Tabel 9 - 1, di antara
produksi hasil pertanian untuk bahan industri dalam negeri
dan untuk ekspor, hanya lada yang mengalami penurunan produk-
si.
403
Ekspor hasil-hasil pertanian selama Repelita III kurang
memberikan perkembangan yang cukup baik, hal ini karena ada-
nya resesi ekonomi dunia yang, membuat lemahnya permintaan
akan komoditi ekspor hasil-hasil pertanian pada tahun-tahun
terakhir Repelita III.
Meskipun produksi kayu bulat mengalami penurunan dalam
Repelita III, produksi kayu olahan dalam waktu yang sama bah-
kan meningkat dengan 14,5% per tahun dan kayu lapis meningkat
dengan 52,6% per tahun.
c. Pelestarian Sumber Daya AlamDalam rangka usaha pemulihan tanah kritis serta pengem-
bangan hutan rakyat yang dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan
bahan bakar di daerah pedesaan, usaha-usaha reboisasi dan
penghijauan dalam Repelita III telah ditingkatkan. Di samping
itu, penetapan sebagai daerah asal transmigran pada daerah-
daerah ber bukit-bukit di Jawa yang mempunyai daya dukung alam
yang semakin merosot karena pertambahan penduduknya, merupa-
kan usaha-usaha tidak langsung terhadap pelestarian sumber
daya alam. Dengan demikian usaha-usaha intensifikasi dan di-
versifikasi pada lahan-lahan kering dalam rangka meningkat-
kan produksi palawija dengan disertai pula usaha sengkedan
merupakan salah satu cara lain untuk melestarikan sumber daya
alam, dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani-petani la-
han kering.
Selama Repelita III, penghijauan di lahan milik petani
meliputi areal seluas 645 ribu ha, reboisasi seluas 700 ribu
ha dan rehabilitasi areal bekas tebangan seluas 272 ribu ha.
Di samping usaha pemulihan kelestarian sumber daya alam
seperti tersebut di atas, juga usaha-usaha perlindungan hutan
404
dan pelestarian alam telah mendapat perhatian yang besar.
Sampai dengan akhir Repelita III, kawasan konservasi sumber
daya alam telah mencapai luas 12,2 juta ha yang berupa suaka
margasatwa, cagar alam, taman burung, taman wisata, taman
laut dan taman nasional. Taman nasional yang telah ditetapkan
dan telah mulai dikembangkan dalam Repelita III adalah seba-
nyak 16 lokasi dengan luas seluruhnya 4,48 juta ha. Di sam-
ping itu juga telah ditetapkan 30,4 juta ha hutan lindung
sebagai pengatur tata air, pencegah bahaya banjir dan erosi,
untuk mempertahankan kesuburan tanah, dan keseimbangan ling-
kungan hidup.
d. Pendapatan Petani/Nelayan, Perluasan Kesempatan Kerja
serta Pemasaran Hasil dan Sarana Pertanian.
Tujuan pembangunan pertanian bukan saja untuk meningkat-
kan produksi pertanian pangan dan meningkatkan ekspor, mela-
inkan juga untuk meningkatkan pendapatan sebagian terbesar
rakyat dalam rangka peningkatan harkat dan martabat rakyat
pedesaan yang mata pencaharian utamanya adalah dari kegiatan
pertanian. Usaha peningkatan produksi pertanian yang dilaksa-
nakan melalui program intensifikasi, perluasan areal serta
rehabilitasi dan peremajaan tanaman tahunan dengan penerapan
sistem perkebunan inti rakyat, juga akan meningkatkan penda-
patan petani di samping memperluas kesempatan kerja di daerah
pedesaan.
Fluktuasi harga padi dan beras, harga dari sarana produk-
si seperti pupuk dan pestisida tidak setinggi yang pernah di-
alami pada tahun-tahun sebelum Repelita III. Pemasaran hasil-
basil produksi pertanian seperti padi dan beras sudah dapat
ditanggulangi dengan dikembangkannya Koperasi Unit Desa. Wa-
405
laupun demikian fluktuasi harga yang tinggi bagi hasil per-
tanian lainnya, seperti hasil palawija dan hortikultura, sam-
pai dewasa ini belum sepenuhnya dapat diatasi.
e. Prasarana dan Lembaga Pertanian.
Prasarana dan lembaga pertanian sangat penting peranannya
dalam menunjang pembangunan pertanian. Usaha-usaha untuk me-
nyempurnakan prasarana dan kelembagaan pertanian, yang sudah
dimulai sejak Repelita I, dan selama Repelita III terus di-
tingkatkan.
Jumlah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) ditingkatkan dari
sebanyak 167 unit pada akhir Repelita II, menjadi 1.321 unit
pada tahun keempat Repelita III. Dengan penambahan jumlah BPP
tersebut penyelenggaraan kursus tani, petak percontohan, usa-
ha pertanian percontohan dapat dilaksanakan secara lebih ter-
atur. Di samping melalui penyuluhan-penyuluhan lapangan, sia-
ran-siaran pertanian melalui media massa telah ditingkatkan
pula. Demikian pula Penyuluh Pertanian Lapangan yang pada
akhir Repelita II berjumlah 8.311 orang, dewasa ini telah
mencapai 13.353 orang. Dalam Repelita III telah ada penyuluh
Pertanian Madya yang jumlahnya pada akhir Repelita III telah
mencapai 2.684 orang. Penyuluh Pertanian Spesialis jumlahnya
meningkat dari 300 orang, pada akhir Repelita II menjadi 567
orang pada tahun keempat Repelita III. Jumlah prasarana dan
tenaga penyuluh peternakan juga telah ditingkatkan. Sampai
tahun terakhir Repelita III jumlah laboratorium diagnostik
telah mencapai 312 unit, sedangkan pada akhir Repelita II ba-
ru mencapai 205 unit. Tenaga Penyuluh Peternakan Spesialis
telah ditambah dari 293 orang pada akhir Repelita II menjadi
368 orang, tenaga Penyuluh Peternakan Lapangan dan demonstra-
406
tor dari 463 orang menjadi sejumlah 936 orang dan tenaga vak-
sinator dari 1.025 orang menjadi sebanyak 1.130 orang. Dalam
usaha menunjang peningkatan usaha perikanan rakyat terutama
dalam memasarkan produksi nelayan telah dibangun dan direha-
bilitasi sejumlah pelabuhan perikanan. Sampai dengan akhir
Repelita III telah dibangun pelabuhan perikanan sebanyak 24
buah dan Pangkalan Pendaratan Ikan sebanyak 147 buah, sedang-
kan selama Repelita II Pelabuhan Perikanan baru yang dibangun
adalah sebanyak 17 buah dan Pangkalan Pendaratan Ikan seba-
nyak 133 buah .
Guna mendukung usaha pemantapan pemasaran hasil-hasil
pertanian khususnya di daerah pedesaan, Koperasi Unit Desa
telah membangun gudang pangan. Dengan adanya gudang-gudang
pangan tersebut, penyaluran hasil-hasil pertanian khususnya
beras menjadi lebih efisien. Di samping itu KUD membeli atau
menampung tebu dari para petani, khususnya para petani yang
melaksanakan intensifikasi tebu dalam rangka Tebu Rakyat In-
tensifikasi.
Peningkatan pembangunan prasarana jalan terutama jalan-
jalan desa dan kabupaten telah memperlancar pemasaran hasil-
hasil pertanian ke pasaran umum dan menunjang peningkatan
produksi pertanian. Di daerah-daerah terpencil telah dibangun
jalan-jalan penunjang bantuan Inpres yang tujuannya juga un-
tuk memperlancar jaringan tata niaga hasil pertanian.
2. Masalah-masalah Pokok Pertanian
Meskipun selama Repelita III sudah banyak sasaran-sasaran
dari pembangunan pertanian yang telah dicapai, namun masih
terdapat masalah-masalah yang dalam Repelita III belum dapat
sepenuhnya dipecahkan. Di samping itu, dalam kurun waktu yang
407
sama timbul pula masalah-masalah baru yang perlu memperoleh
penanganan.
Masalah-masalah pokok pertanian dewasa ini meliputi: (1)
mempertahankan peningkatan produksi beras dan peningkatan
produksi pangan lainnya; (2) peningkatan produksi hasil-hasil
pertanian dalam menunjang industri, ekspor, dan substitusi
impor; (3) kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hi-
dup;(4) pemasaran hasil dan sarana produksi; (5) ketenaga
kerjaan di sub sektor pertanian; (6) kelembagaan.
a. Masalah Mempertahankan Peningkatan Produksi Beras dan Peningkatan Produksi Pangan Lainnya.
Dengan meningkatnya produksi beras rata-rata per tahun
sebesar 6,1% dalam Repelita III, sasaran Repelita III telah
dilampaui pada tahun ketiga Repelita III. Peningkatan produk- si beras ini terutama disebabkan oleh dilaksanakannya Inten-
sifikasi Khusus (Insus) dan Operasi Khusus (Opsus) yang mulai
diperkenalkan masing-masing pada Musim Tanam 1979 dan 1980/81.
Masalah yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan ha-
sil-hasil yang telah dicapai tersebut di samping meningkatkan
intensifikasi lahan kering dalam rangka peningkatan produksi
palawija dan hortikultura yang sampai saat ini belum menun-
jukkan hasil-hasil yang memuaskan. Sedangkan Opsus yang jang-
kauannya adalah wilayah-wilayah yang selama ini terisolir te-
tapi memiliki potensi produksi pangan yang cukup tinggi masih
harus diperluas tanpa harus mengabaikan usaha-usaha peningka-
tan produksi palawija dan hortikultura, terutama di lahan
kering.
Di samping padi, produksi palawija dan hortikultura mem-
punyai peranan penting sebagai sumber bahan makanan dan seba-
408
gai sumber pendapatan petani, terutama petani-petani di lahan
kering dan wilayah yang tidak terkena jangkauan jaringan iri-
gasi. Usaha peningkatan produksi palawija dalam memantapkan
swasembada pangan, menghadapi masalah teknis agronomis, dis-
tribusi dan pemasaran. Dalam hal ini, pelayanan angkutan dan
sistem tata niaga sangat diperlukan guna merangsang petani
dalam usaha meningkatkan produksinya.
Dalam hal produksi hasil-hasil peternakan, permasalahan-
nya berkisar pada terbatasnya penyediaan makanan hijauan,
kualitas dan kuantitas bibit ternak, penyaluran dan harga sa-
rana produksi serta masalah penanganan pasca panen.
Dalam hal perikanan, masalah kelestarian sumber daya ha-
yati terutama pada perairan pantai yang ber penduduk padat se-
perti pantai utara Jawa, pantai Selat Malaka dan pantai barat
Sulawesi Selatan sudah mulai kritis. Di lain pihak terdapat
beberapa wilayah perairan yang sumber daya hayatinya baru se-
bagian kecil saja yang dimanfaatkan.
b. Masalah Peningkatan Produksi Hasil-hasil Pertanian dalam Menunjang Industri, Ekspor dan Substitusi Impor.
Pengembangan industri pertanian akan mempertinggi nilai
tambah dan mutu komoditi ekspor hasil pertanian. Masalah yang
dihadapi dalam hal ini adalah bahwa barang ekspor hasil per-
tanian tersebut masih terbatas pada jenis komoditi tertentu,
seperti; karet, minyak kelapa sawit, teh, ikan dan udang.
Di samping itu karena terbatasnya permodalan, dan kurang-
nya ketrampilan dan pengetahuan para produsen dalam penangan-
an pasca panen, mutu hasil komoditi pertanian ekspor yang di-
409
pasarkan tersebut kurang memadai. Sarana pengangkutan yang
kurang dan tingginya biaya pengangkutan menyebabkan tingginya
biaya pemasaran. Dengan demikian komoditi-komoditi tersebut
kurang dapat bersaing di luar negeri.
Permasalahan yang masih belum terpecahkan dalam rangka
usaha peningkatan produksi kehutanan adalah pengendalian pe-
ngusahaan dan pengamanan hutan yang belum efektif yang erat
sekali kaitannya dengan usaha menjaga kelestarian alam.
c. Masalah Kelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
Masalah gangguan kelestarian sumber daya alam dan ling-
kungan hidup semakin meluas sehingga mempengaruhi pembangunan
pertanian. Masalah tersebut disebabkan antara lain oleh pesat-
nya pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan industri yang
kurang terkendali. Bertambahnya jumlah penduduk di daerah pe-
desaan menyebabkan sempitnya luas usaha tani yang mengakibat-
kan penggunaan lahan pertanian yang tidak seimbang dengan da-
ya dukung alamnya, sehingga menimbulkan erosi yang bertambah
besar.
Daerah hutan yang berdekatan dengan daerah pemukiman pen-
duduk sering pula terganggu kelestariannya karena adanya
penebangan-penebangan hutan, baik secara liar maupun setengah
liar. Demikian pula penebangan kayu hutan oleh para pengusaha
hutan yang dilakukan tanpa mengikuti teknik penebangan yang
sudah digariskan, dan penanaman kembali yang tidak teratur
masih saja terjadi.
Penangkapan ikan yang semena-mena dapat mengakibatkan pula
timbulnya "over fishing". Di samping itu penggunaan pera-
latan seperti bahan peledak, racun dan listrik serta penggu-
410
naan mata jaring yang terlalu kecil juga dapat merusak keles-
tarian sumber perikanan. Tambahan pula penebangan hutan bakau
di pantai yang tidak terkendali dapat merusak tempat berpijak
atau bertelurnya ikan dari perairan di dekatnya. Selanjutnya
penggunaan obat pemberantas hama dan bahan pengawet yang in-
tensif serta kurang sempurnanya pembuangan limbah industri,
dan bahan buangan lainnya dapat mengakibatkan terganggunya
keseimbangan biologis alam dan usaha-usaha perikanan di tam-
bak, perairan umum dan di sawah.
Indonesia memang terkenal dengan flora dan faunanya yang
beraneka ragam, tetapi perburuan satwa liar dan pengambilan
tumbuhan liar yang semena-mena tanpa dibatasi akan menyebab-
kan kepunahan satwa dan tumbuhan liar tersebut.
d. Masalah Pemasaran Hasil dan Sarana Produksi
Semakin meningkatnya produksi pertanian telah menimbulkan
pula masalah pemasaran hasil dan sarana produksi pertanian.
Konsistensi penanganan kedua hal tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kesinambungan peningkatan produksi pertanian.
Bagian yang diterima petani dari hasil pertanian yang dipa-
sarkan masih tetap rendah sebagai akibat lemahnya posisi
petani dalam pemasaran hasil. Rendahnya bagian harga yang
diterima petani tersebut akan menghambat usaha peningkatan
produksi dan peningkatan pendapatannya. Di samping itu masih
ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi rendahnya bagian
harga yang diterima petani seperti biaya pengangkutan yang
tinggi, yang sekarang sebagian sudah dapat diatasi karena
prasarana dan sarana angkutan yang lebih memadai dan telah
berfungsinya KUD.
411
Dalam pemasaran hasil hutan khususnya kayu dan hasil-ha-
sil pengolahannya masih belum dapat diatasi masalah tata nia-
ga yang tidak efisien akibat adanya mata rantai tata niaga
yang panjang. Dalam Repelita III masalah ini sudah mulai di-
tangani dengan diadakannya persiapan untuk membangun pusat
perkayuan atau terminal kayu di pusat-pusat produksi dan
konsumsi yang strategis.
e. Masalah Ketenaga Kerjaan di Sub Sektor Pertanian.
Masalah ketenaga-kerjaan di sub sektor pertanian, pada
umumnya berkaitan erat dengan masalah-masalah kesenjangan
kependudukan antara perkotaan dengan pedesaan serta perim-
bangan kegiatan usaha antara sektor pertanian dengan sektor-
sektor lain seperti industri dan jasa-jasa.
Pengalihan tenaga kerja dari sub sektor pertanian yang
sudah sangat padat ke sektor lain yang cukup produktif akan
dapat mengatasi kelebihan tekanan tenaga kerja pertanian di
daerah padat penduduk. Perkembangan industri rumah tangga dan
kerajinan dan kegiatan perdagangan di pedesaan, di samping
transmigrasi diharapkan dapat lebih meningkat lagi. Hal ini
akan membantu memperluas lapangan kerja dan mengurangi
tekanan penduduk di pedesaan.
Dalam pengusahaan hutan, penyerapan tenaga kerja Indone-
sia, khususnya tenaga trampil dan ahli belum mencapai jumlah
yang optimal. Pendidikan ketrampilan dan keahlian untuk bi-
dang kerja pengusahaan hutan akan ditingkatkan agar dapat
membantu peningkatan penyerapan tenaga kerja tersebut.
412
f. Masalah Kelembagaan
Faktor kelembagaan turut menentukan keberhasilan pemba-
ngunan di sektor pertanian. Lembaga-lembaga pelayanan masya-
rakat seperti lembaga penyuluhan akan dapat lebih berfungsi
jika didorong oleh lembaga ekonomi seperti perbankan, KUD dan
lembaga-lembaga pemasaran.
Aparatur dan kelembagaan di sektor pertanian yang diba-
ngun oleh Pemerintah sudah jauh lebih baik dari pada aparatur
dan kelembagaan di sektor lainnya di pedesaan. Ketidak seim-
bangan dalam perkembangan kelembagaan dari berbagai sektor di
daerah pedesaan akan menghambat efektivitas dari lembaga-lem-
baga yang sudah ada dan sudah berkembang. Karena itu koordi-
nasi yang lebih baik di antara lembaga-lembaga pelayanan yang
sudah ada dan juga gerak dan langkah yang serasi antara lem-
baga-lembaga pelayanan dengan lembaga-lembaga ekonomi di dae-
rah pedesaan merupakan masalah yang memerlukan perhatian da-
lam Repelita IV.
Kelompok tani/nelayan merupakan media penyuluhan yang
efektif, yang dapat membantu tugas dan fungsi lembaga pela-
yanan milik pemerintah. Pembentukan kelompok-kelompok tani
selain merupakan sarana penyuluhan, juga merupakan persiapan
untuk berkoperasi.
B. PENGAIRAN
1. Keadaan Pengairan
Pembangunan pengairan selama Repelita III yang juga me-
rupakan kelanjutan Repelita-Repelita sebelumnya ditujukan ter-
413
utama untuk menunjang peningkatan produksi pangan, di samping
menunjang kegiatan pembangunan sektor lain seperti penyediaan
air baku untuk rumah tangga, industri dan kelistrikan, serta
pengamanan areal produksi dan pemukiman dari bahaya banjir.
Usaha-usaha tersebut dilaksanakan melalui perbaikan dan pe-
ningkatan kemampuan jaringan irigasi, pembangunan irigasi ba-
ru, pengembangan lahan rawa dan rawa pasang surut untuk men-
dukung perluasan lahan pertanian, serta usaha pengaturan dan
pengamanan sungai dan gunung berapi untuk pengendalian banjir.
Kegiatan perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi sela-
ma Repelita III mencakup areal seluas 407.531 ha. Selama Re-
pelita I dan II hasil dari kegiatan perbaikan dan peningkatan
jaringan irigasi mencapai seluas 1,4 juta ha. Dengan demiki-
an selama tiga Repelita kegiatan tersebut sudah mencapai luas
1,8 juta ha yang sebagian besar dilaksanakan di pulau Jawa,
Lampung, Sulawesi Selatan dan beberapa propinsi lainnya. Da-
lam periode yang sama pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi
baru memberi tambahan areal pertanian yang memiliki fasilitas
irigasi seluas 482.525 ha, yang sebelumnya merupakan lahan
sawah tadah hujan atau lahan pertanian baru yang memerlukan
pencetakan sawah. Selama Repelita III sawah yang dapat di cetak
seluas sekitar 170.000 ha.
Untuk memanfaatkan prasarana irigasi yang ada secara op-
timal melalui pembagian air yang lebih baik dan merata sesuai
kebutuhan dan pola tanam, dilaksanakan rehabilitasi dan pem-
bangunan jaringan tersier seluas 1.853.619 ha, yang jauh le-
bih luas dari sasaran dalam Repelita III yaitu seluas 600.000
ha. Pencapaian kegiatan tersebut yang jauh lebih luas dari
sasaran semula karena tidak hanya dalam rangka melengkapi ha-
414
sil pelaksanaan perbaikan irigasi dan pembangunan irigasi ba-
ru selama Repelita III tetapi juga melengkapi dan menyempur-
nakan hasil-hasil pelaksanaan Repelita-Repelita sebelumnya.
Bersamaan dengan itu dilaksanakan pula pembentukan serta pem-
binaan organisasi petani pemakai air guna meningkatkan kemam-
puan dan kesadaran para petani dalam pengelolaan dan pemeli-
haraan prasarana irigasi secara optimal di tingkat usaha tani.
Usaha memanfaatkan lahan rawa baik rawa pasang surut mau-
pun bukan pasang surut, untuk pertanian sekaligus dikaitkan
dengan program transmigrasi. Selama Repelita III telah dapat
direklamasi rawa pasang surut dan rawa bukan pasang surut se-
luas 465.286 ha, sekitar dua per tiga diantaranya merupakan
lahan potensial untuk pertanian. Untuk mengamankan daerah pe-
mukiman dan pusat-pusat produksi dari ancaman bencana banjir
dan lahar gunung berapi dilaksanakan kegiatan pengaturan, pe-
ngamanan sungai, pembuatan sistem drainase pencegah genangan
air, serta pembuatan "check dam" dan kantong lahar, yang se-
kaligus dikaitkan pula dengan pengembangan pemanfaatan sungai
yang mencakup seluas 710.188 ha.
Bersamaan dengan kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan
pembangunan waduk-waduk guna menanggulangi kekurangan air pa-
da musim kemarau yang antara lain dikaitkan pula dengan kegi-
atan sektor lain seperti kelistrikan, serta pengendalian ban-
jir. Waduk besar yang sudah diselesaikan antara lain waduk
serbaguna Gajah Mungkur di Wonogiri Jawa Tengah, waduk Widas
di Jawa Timur, waduk Way Rarem di Lampung dan Batu Jai di
Lombok.
Usaha pemanfaatan air tanah di daerah-daerah kering dan
langka air permukaan guna kebutuhan pertanian dan rumah tangga
415
telah dikembangkan di berbagai tempat di Jawa, Madura, Bali
dan Nusa Tenggara.
Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut
serta mempersiapkan pembangunan-pembangunan pengairan pada
waktu-waktu yang akan datang dilaksanakan berbagai kegiatan
penelitian, penyelidikan dan perencanaan antara lain: (1) me-
nyusun pola pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber air;
(2) pemasangan dan observasi serta analisa data instalasi ja-
ringan hidrologi dan hidrometri; (3) penelitian aspek hidro-
lika bangunan air, sedimentasi, ekosistem lingkungan tata
air, serta monitoring dan pengendalian kualitas air.
2. Masalah-masalah Pokok Pengairan
Selama periode pelaksanaan Repelita III beberapa permasa-
lahan yang timbul dan yang belum sepenuhnya dapat ditanggula-
ngi, yang akan menjadi perhatian dalam Repelita IV, diantara-
nya adalah: (1) perluasan jaringan irigasi dalam rangka per-
luasan lahan pertanian belum dapat diikuti sepenuhnya oleh
kegiatan pencetakan sawah karena berbagai sebab, mengakibat-
kan sebagian prasarana irigasi belum dapat dimanfaatkan; (2)
eksploitasi dan pemeliharaan prasarana irigasi yang memadai
sangat diperlukan untuk menjaga tetap berfungsinya prasarana
irigasi sesuai dengan masa pelayanan yang direncanakan. Dalam
hubungan ini diusahakan agar penggunaan dana eksploitasi dan
pemeliharaan yang terbatas jumlahnya dapat lebih efektif di-
sertai peningkatan peranserta yang lebih aktif dari masyara-
kat pemakai air; (3) kriteria yang menyangkut berbagai per-
syaratan teknis dan non teknis dalam pemilihan lokasi yang
merupakan kendala pelaksanaan pembangunan seperti status
416
lahan, kondisi lahan untuk pertanian, tersedianya tenaga pe-
tani untuk pemanfaatan irigasi, serta hal-hal lain yang me-
nyangkut keterpaduan dengan berbagai kegiatan lainnya; (4)
usaha-usaha pemanfaatan sumber-sumber air untuk kepentingan
berbagai sektor pembangunan masih belum sepenuhnya dapat di-
rencanakan dan dilaksanakan secara terpadu. Dalam pada itu
upaya penyediaan air dihadapkan kepada masalah-masalah ke-
terbatasan potensi sumber air dan semakin meningkatnya kebu-
tuhan air untuk berbagai sektor pembangunan.
I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
A. PERTANIAN
Pembangunan pertanian dalam Repelita IV merupakan kelan-jutan dan peningkatan dari pembangunan pertanian dalam Repe-
lita III. Dalam hubungan ini, pertama-tama akan diusahakan
memecahkan masalah-masalah yang dalam Repelita III telah di-
tangani tetapi belum dapat sepenuhnya dipecahkan, dan masa-
lah-masalah baru yang timbul dalam proses pembangunan. Dalam
kaitannya dengan usaha meningkatkan keserasian dan keseim-
bangan pembangunan di sub sektor pertanian, perhatian utama
akan diarahkan untuk meningkatkan pembangunan pada unsur-un-
sur yang relatif masih ketinggalan seperti dalam pembangunan
pertanian tanaman pangan, di samping terus meningkatkan pro-
duksi padi. Dalam hubungan ini perhatian utama akan diarahkan
pada peningkatan produksi palawija dan hortikultura di lahan-
lahan kering. Dalam perikanan, di samping memanfaatkan per-
airan pantai, perhatian utama akan ditujukan pula untuk pe-
manfaatan perairan di dalam Zona Ekonomi Eksklusif.
417
Dengan peningkatan berbagai komoditi pangan, baik sumber
karbohidrat maupun protein nabati dan hewani, diusahakan pula tercapainya penganekaragaman konsumsi yang makin seimbang
dan serasi. Kesemuanya akan dilaksanakan secara terpadu untuk
mencapai tujuan akhir, yaitu meningkatkan kemampuan ekonomi
dan kesejahteraan lahir dan bathin yang adil dan merata se-
suai dengan sasaran-sasaran pembangunan yang digariskan dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara.
Sesuai dengan kemampuan yang sudah ada, dan potensi dari
sumber daya alam, dan sumber daya manusia serta teknologi
yang tersedia, pembangunan pertanian yang merupakan titik be-
rat dalam pembangunan ekonomi, bertujuan : (1) memantapkan
swasembada pangan agar pangan cukup tersedia dan tersebar
merata dengan harga yang stabil dan terjangkau oleh rakyat
banyak; (2) meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi ke-
butuhan industri dalam negeri serta meningkatkan ekspor, baik
komoditi ekspor tradisional maupun komoditi ekspor yang baru
yang harus dikembangkan serta peningkatan produksi komoditi-
komoditi yang masih di impor; (3) memperluas kesempatan kerja
di sub sektor pertanian sejalan dengan usaha peningkatan ke-
mampuan teknologi yang padat karya, yang mudah diserap, dite-
rapkan dan dipelihara dalam pemanfaatan sumber daya alam de-
ngan tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya ser-
ta lingkungan hidupnya. Usaha memperluas kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha tani dilakukan pula melalui program
transmigrasi dan pemukiman kembali; (4) mendorong pemerataan
kesempatan berusaha di antara para petani, nelayan, pekebun,
peternak dengan meningkatkan penyuluhan dan latihan, penye-
baran sarana produksi, perkreditan, informasi pasar dan per-
418
baikan prasarana perhubungan dan komunikasi; (5) mendorong
perusahaan-perusahaan pertanian yang besar agar membantu pe-
ngembangan usaha pertanian rakyat dengan sistem perusahaan
inti rakyat baik dalam teknologi pertaniannya, penyediaan sa-
rana bibit/benih yang unggul dan baik, pengolahan maupun pe-
masaran hasilnya. Perluasan usaha pertanian dengan memanfaat-
kan daerah-daerah padang alang-alang dengan sistem perusahaan
inti rakyat, sekaligus merupakan usaha memulihkan kembali ke-
suburan tanah. Khusus dalam perikanan perluasan usaha dikait-
kan dengan pemanfaatan Zona Ekonomi Eksklusif.
Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tersebut dikaitkan dengan usaha-usaha pe-
ngelolaan kelestarian sumber daya alam. Kegiatan-kegiatan pe-
ngelolaan kelestarian sumber daya alam serta lingkungan hi-
dup, meliputi usaha-usaha pengawetan sumber-sumber daya alam
dan akibat sampingan penggunaan sumber-sumber daya yang ber-
sangkutan pada lingkungan hidup baik terhadap sumber daya
alam itu sendiri maupun terhadap lingkungan hidup manusia.
Usaha-usaha tersebut dilakukan baik dalam tata cara bertanam
dan berusaha tani sengkedan dan sebagainya maupun dalam mere-
habilitasi tanah-tanah kritis (reboisasi dan penghijauan). Upaya
rehabilitasi lahan kritis yang ada dan upaya pencegahan
dan pengawasan timbulnya lahan kritis baru akan dilaksanakan
secara seimbang. Upaya pelestarian alam dalam hubungannya de-
ngan sumber daya alam laut, dilakukan dengan cara menetapkan
kawasan konservasi sumber daya alam laut.
Pemanfaatan sumber daya alam untuk berbagai keperluan di-
lakukan atas dasar: (1) daya-guna dan hasil-guna yang optimum
dalam batas-batas kelestarian yang mungkin dicapai; (2) tidak
419
mengurangi kemampuan dan kelestarian sumber alam lain yang
berkaitan dalam suatu ekosistem; dan (3) memberikan kemung-
kinan untuk mempunyai pilihan penggunaan bagi pembangunan di
masa depan.
Upaya untuk mengendalikan perladangan berpindah yang ba-
nyak mengakibatkan kerugian terhadap pelestarian sumber daya
alam yang sekaligus dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat peladang yang bersangkutan akan mendapat perhatian
khusus. Di samping itu, pengawasan para pengusaha hutan dalam
cara-cara penebangan yang baik dan pelaksanaan penanaman kem-
bali hutan bekas tebangan dan areal KPH yang kurang produktif
akan lebih ditingkatkan.
Dalam mencapai sasaran-sasaran tersebut maka pembangunan
pertanian akan dilakukan melalui intensifikasi, diversifika-
si, rehabilitasi dan ekstensifikasi serta perencanaan, penga-
turan dan pengawasan yang lebih baik. Baik usaha intensifika-
si, diversifikasi maupun rehabilitasi dilakukan secara terpa-
du dengan usaha-usaha pengadaan sarana produksi, pemasaran
dan pengolahan hasil serta pengadaan kredit baik untuk pro-
duksi, pemasaran maupun pengolahannya, dengan mengikut serta-
kan koperasi dan perusahaan-perusahaan agribisnis. Usaha eks-
tensifikasi dilakukan dalam rangka rehabilitasi lahan kritis
atau pencegahan tumbuhnya lahan kritis baru, dan dilaksanakan
terpadu dengan usaha transmigrasi atau permukiman baru dari
peladang-peladang yang berpindah-pindah. Usaha intensifikasi,
diversifikasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi dilaksanakan
secara usaha terpadu dengan pembangunan daerah dan pedesaan.
Pelaksanaan pembangunan pertanian tidak saja dilakukan di
daerah yang mempunyai potensi tinggi tetapi juga di daerah-
420
daerah yang rawan baik dari segi sosial ekonomi maupun keta-
hanan nasional, dan tidak saja di daerah dengan prasarana
yang baik tetapi juga di daerah dengan prasarana yang belum
sempurna.
Dengan memperhatikan pengelolaan kelestarian sumber daya
alam, pemanfaatan sumber daya alam semaksimal mungkin dan
perluasan kesempatan kerja, maka usaha-usaha pokok intensifi-
kasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang pa-
da dasarnya sudah dimulai dalam Repelita I dan II serta di-
tingkatkan dan disempurnakan selama Repelita III akan dikem-
bangkan dalam Repelita IV. Dalam kaitannya dengan usaha-usaha
pemanfaatan tenaga kerja, khususnya di daerah padat penduduk
akan dihindari penggunaan teknologi mekanik dalam proses pe-
ngolahan tanah. Kekurangan tenaga kerja dalam waktu-waktu
tertentu diusahakan untuk dapat dipenuhi melalui penyaluran
dan pemanfaatan tenaga kerja dari daerah yang berlebihan
tenaga kerja. Akan diusahakan pula agar semua petani, peter-
nak, petani kebun dan nelayan memperoleh kesempatan yang sama
untuk melaksanakan intensifikasi tersebut. Sesuai dengan yang
telah dilaksanakan dalam Repelita III, usaha-usaha intensifi-
kasi akan dilakukan di semua sub sektor pertanian. Usaha in-
tensifikasi dalam bidang kehutanan terutama diarahkan pada in-
tensifikasi pengolahan hasil-hasil hutan, pemanfaatan hasil-
hasil sampingan, intensifikasi dalam rehabilitasi dan pemulih-
an bekas tebangan serta pembangunan hutan tanaman industri
dan hutan serba guna.
Dalam rangka pemanfaatan lahan hutan untuk perluasan areal
pertanian akan diperhatikan pencegahan pemborosan sumber daya
alam hutan dengan cara mengarahkan ekstensifikasi pertanian
421
di lahan hutan yang tidak produktif, dan kayu bekas tebangan
areal hutan yang akan di konversi secara berdaya guna dan ber-
hasilguna.
Usaha memantapkan swasembada pangan dilakukan melalui pe-
ningkatan intensifikasi, diversifikasi dan ekstensifikasi,
baik di lahan basah maupun di lahan kering. Penanganan terha-
dap lahan kering yang selama ini masih belum ditangani secara
mantap dalam Repelita IV akan memperoleh perhatian utama.
Atas dasar itu, usaha intensifikasi, diversifikasi dan eks-
tensifikasi pada padi gogo, palawija, hortikultura, perkebun-
an dan peternakan akan memperoleh perhatian utama. Di samping
itu usaha intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk tu-
juan-tujuan produktif terutama ditujukan pada pekarangan milik
petani kecil dan buruh tani. Peningkatan kegiatan-kegiatan
tersebut selain untuk meningkatkan produktivitas lahan dan te-
naga kerja, juga bertujuan menunjang peningkatan penganekara-
gaman produksi pangan dalam rangka penganekaragaman konsumsi
pangan dan perbaikan mutu makanan rakyat.
Peningkatan produksi perikanan dari hasil tambak dan per-
airan pantai dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kehidupan
nelayan serta memajukan desa pantai. Pengembangan perikanan
lepas pantai diarahkan pada pengembangan perusahaan-perusaha-
an perikanan dengan kapal-kapal penangkapan ikan ukuran be-
sar, sekaligus dalam usaha pemanfaatan Zona Ekonomi Eksklusif.
Kelompok-kelompok tani yang dibina dalam rangka penyuluh-
an pertanian akan diarahkan agar menjadi inti dari keanggota-
an koperasi-koperasi unit desa. Sedangkan peranserta perusa-
haan-perusahaan pertanian besar dalam mengembangkan usaha
422
pertanian rakyat akan ditingkatkan melalui pengembangan PIR
serta pengembangan agribisnis, sekaligus menyempurnakan sis-
tem pemasaran dalam pengumpulan hasil dan pengolahan hasil
pertanian di mana KUD akan diikut sertakan.
Penggunaan tanah akan dikendalikan secara efektif sehing-
ga sesuai dengan daya dukung dari sumber daya alamnya. Peng-
gunaan tanah pertanian dengan prasarana irigasi untuk tujuan-
tujuan non pertanian akan dibatasi. Penguasaan dan pemilikan
tanah tanpa digunakan atau dimanfaatkan secara produktif dan
tidak dipelihara akan ditertibkan. Pemilikan tanah dan peng-
alihan hak atas tanah yang mengarah pada perluasan pemilikan
yang melebihi ketentuan yang berlaku atau pembagian tanah
yang sangat kecil akan dicegah. Demikian pula pengalihan hak
atas tanah untuk tujuan-tujuan spekulatif akan ditertibkan.
Dalam hubungan ini akan ditinjau kembali jangka berlaku-
nya Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hak Guna Usaha (HGU) se-
hingga dapat memberikan jaminan yang lebih mantap bagi peng-
usaha yang akan melakukan investasi dalam bidang kehutanan,
perkebunan, peternakan dan tanaman pangan. Areal Hak Pengusa-
haan Hutan (HPH) akan dikembangkan menjadi unit-unit pengusa-
haan hutan dengan pengelolaan intensif melalui perencanaan
pengusahaan yang mantap. Selain itu akan dikembangkan pula
Hak Pengusahaan Hutan Tanaman meliputi hak dan kewajiban mem-
bangun hutan tanaman, memelihara dan memungut hasilnya.
Dalam menunjang pembangunan pertanian akan ditingkatkan
penyediaan berbagai sarana produksi pertanian dan pengolahan
hasil-hasil pertanian akan ditingkatkan dengan mengembangkan
usaha-usaha jasa dan agribisnis serta penyediaan dan kemudah-
an kredit di daerah produksi. Dalam memenuhi kebutuhan akan
423
tenaga-tenaga trampil di bidang jasa dan agribisnis akan di-tingkatkan pendidikan dan latihan-latihan tingkat rendah mau-
pun menengah. Dalam rangka pemilihan teknologi tepat guna di
bidang agribisnis, penelitian dalam bidang ini akan diting-
katkan dan hasilnya disebar ke seluruh daerah dan masyarakat
petani serta pengusaha-pengusaha agribisnis.
Dalam rangka usaha-usaha peningkatan produksi pertanian
usaha-usaha pemerataan pertumbuhan ekonomi harus tetap dijaga
agar serasi dan seimbang. Untuk menunjang laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia selama Repelita IV sebesar 5% per tahun,
pertumbuhan produksi dari sektor pertanian sedikitnya harus
mencapai peningkatan sebesar 3% per tahun.
Untuk memenuhi sasaran-sasaran tersebut diperlukan dana
investasi yang cukup besar yang berasal dari tabungan Peme-
rintah dan swasta. Tabungan Pemerintah akan diarahkan penggu-
naannya terutama untuk kegiatan-kegiatan yang erat hubungan-
nya dengan segi pemerataan. Peranan investasi dari dunia usa-
ha swasta akan lebih didorong dari tahun-tahun yang sudah.
Dalam rangka mendorong dan menggairahkan dunia usaha di
sektor pertanian, baik materi maupun prosedur perizinan akan
disederhanakan. Demikian pula berbagai pungutan yang menye-
babkan tingginya biaya produksi dan tata niaga, akan ditinjau
kembali untuk dihapuskan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan terse-
but diharapkan dapat memperlancar dan meningkatkan efisiensi
pengembangan usaha di sektor pertanian.
Selanjutnya kebijaksanaan dan langkah-langkah untuk ma-
sing-masing golongan komoditi pertanian akan diuraikan di ba-
wah ini.
424
1. Tanaman Pangan
Dalam Repelita IV pembangunan produksi pertanian tanaman
pangan akan lebih ditingkatkan dan lebih terpadu, serta sera-
si dan sejalan dengan usaha memelihara kelestarian alam dan
lingkungan hidup.
Usaha intensifikasi akan dilakukan melalui langkah-lang-
kah sebagai berikut: (a) memperluas dan meningkatkan mutu dan
areal Intensifikasi Khusus (INSUS), (b) melaksanakan intensi-
fikasi, diversifikasi dan rehabilitasi dengan Operasi Khusus
(Opsus) pada lahan - lahan marginal dan daerah-daerah minus,
(c) memperluas dan meningkatkan mutu dan areal intensifikasi
serta diversifikasi pada lahan tadah hujan dan lahan kering,
memperluas dan meningkatkan mutu dan areal intensifikasi
padi, palawija dan hortikultura pada daerah baru (hasil per-
luasan areal pencetakan sawah dan transmigrasi). Dalam menun-
jang usaha-usaha tersebut akan dilakukan pengembangan hasil
teknologi baru dan teknologi terapan dengan melaksanakan pe-
ngujian dan demonstrasi-demonstrasi. Usaha perluasan areal
pertanian baru akan dilakukan pula melalui PIR tanaman pangan
dengan mengikut sertakan perusahaan-perusahaan besar swasta
nasional dalam pengembangan pertanian rakyat di sekitarnya.Kegiatan pembukaan tanah-tanah pertanian baru dari lahan
kering, terutama untuk komoditi hortikultura, palawija dan
gogo, dan pembukaan areal perkebunan tanaman pangan khususnya
perkebunan hortikultura dan palawija, baik dalam rangka pemu-
kiman baru maupun transmigrasi akan ditingkatkan. Dalam hu-
bungan ini sejak dimulainya pemukiman baru akan dipersiapkan
pengadaan atau pembentukan catur sarana pertanian, seperti
425
lembaga-lembaga yang berfungsi menyediakan sarana produksi
dan lembaga-lembaga desa lainnya.
Untuk daerah yang penyediaan tenaga kerjanya terbatas,
penggunaan teknologi mekanis yang tepat guna akan dikembang-
kan bukan saja dalam proses pembukaan tanah, tetapi juga da-
lam usaha tani tanaman pangan komersial.
Dalam mendorong usaha perluasan tanah pertanian baru ter-
sebut, pengembangan prasarana dan penataan kembali pengusaha-
an dan penggunaan tanah mutlak diperlukan. Dalam hubungan ini
salah satu kebijaksanaan yang akan ditempuh dalam Repelita IV
adalah penyederhanaan memperoleh Hak Guna Usaha. Karena itu,
baik perencanaan maupun pelaksanaannya akan dilaksanakan seca-
ra terpadu dengan program-program sektor lain.
Pelaksanaan intensifikasi pada lahan kering baik pada ta-
naman palawija (jagung, ubi kayu, kedelai, kacang tanah) mau-
pun pada sayuran (bawang merah dan putih, tomat, lombok, ken-
tang) dan pada tanaman buah-buahan (jeruk, nanas, pisang)
akan selalu dikaitkan dengan usaha-usaha konservasi tanah dan
air serta usaha-usaha penghijauan kembali. Pelaksanaan usaha-
usaha tersebut juga diarahkan untuk meningkatkan produksi ko-
moditi pangan yang masih diimpor (bawang merah dan putih),
untuk di ekspor (kentang), dan mendukung agro industri/penga-
lengan (lombok, tomat, jeruk nanas) serta peningkatan gizi.
Selain itu pada lahan kering akan dilaksanakan pula usaha di-
versifikasi sebagai pengaturan tanaman yang merupakan "tum-
pang sari" antar tanaman kacang-kacangan dan atau sayuran
yang berfungsi sebagai salah satu usaha konservasi tanah, pe-
nganekaragaman pola konsumsi pangan dan usaha perbaikan gizi.
Dalam usaha melaksanakan rehabilitasi daerah kritis dan tanah
426
yang potensial kritis akan ditingkatkan dan dikembangkan
sistem sengkedan dan "strip cropping" dengan tanaman pangan.
Sedangkan dalam usaha-usaha penghijauan akan ditingkatkan
penggunaan tanaman buah-buahan.
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam perlindungan
tanaman untuk menyelamatkan produksi pangan adalah dengan
memperluas dan meningkatkan mutu dan areal pengendalian hama
terpadu dengan meningkatkan peranserta petani dan masyarakat.
Dalam hal ini, di samping penggunaan benih yang tahan terha-
dap hama penyakit juga dilakukan pengaturan pergiliran tanam-
an, serta penggunaan pestisida.
Untuk dapat mengamati secara cermat terhadap kemungkinan
timbulnya serangan atau eksplosi hama dan penyakit, sistem
dan sarana kegiatan pemberantasan hama dan penyakit akan di-
sempurnakan. Brigade Proteksi Tanaman yang berfungsi sebagai
unit penumpasan eksplosi hama dan penyakit akan disempurna-
kan, khususnya di daerah-daerah yang sering mengalami se-
rangan berat hama dan penyakit. Di samping itu, organisasi
pemberantasan hama di antara para petani sendiri akan disem-
purnakan dan ditingkatkan sehingga dapat berfungsi lebih
efektif.
Dalam rangka peningkatan produksi dan mutu palawija, di
samping langkah-langkah untuk mendorong peningkatan intensi-
fikasi, ekstensifikasi dan usaha diversifikasi akan diusaha-
kan Pula perluasan pasar dan penanganan masalah-masalah pasca
panennya. Peningkatan produksi palawija akan diprioritaskan
pada jagung, ubikayu, kedelai dan kacang tanah. Peningkatan
produksi sayuran-sayuran dan buah-buahan, akan lebih disesuai-
427
kan dengan permintaan pasaran. Untuk memudahkan pemasaran
hasil maka pemilihan lokasi produksi akan diprioritaskan pada
daerah-daerah di sekitar kota besar yang merupakan konsumen
sayur-sayuran dan buah-buahan terbanyak. Pemilihan lokasi
tersebut disesuaikan pula dengan persyaratan-persyaratan tek-
nologi tepat guna dan diserasikan dengan usaha-usaha penam-
bahan pendapatan dari petani-petani kecil. Dalam hubungan ini
akan dilaksanakan juga pengembangan teknologi makanan dan pe-
ngembangan industri pengolahan yang diintegrasikan dengan
program sektor lain.
Untuk menunjang usaha-usaha tersebut, kegiatan penyuluhan
akan ditingkatkan melalui pengembangan ketrampilan penyuluh.
Di samping itu peranan kontak tani, wanita tani dan pemuda
tani, yang telah mendapat bimbingan secara intensif dari pe-
nyuluh-penyuluh pertanian akan ditingkatkan pula. Untuk itu
akan diadakan dan ditingkatkan kursus-kursus tani agar mereka
dapat mengenal dan memanfaatkan teknologi baru di bidang per-
tanian, termasuk cara-cara penyimpanan dan pemanfaatan hasil-
hasil pertanian. Untuk meningkatkan daya-guna lahan dan tena-
ga keluarga tani yang ada, dalam kaitannya dengan usaha per-
baikan gizi keluarga, akan ditingkatkan pemanfaatan tanaman
pekarangan, serta usaha peternakan dan perikanan keluarga,
terutama bagi golongan petani kecil dan buruh tani.
Dalam rangka kegiatan penyuluhan oleh para Penyuluh Per-
tanian Lapangan, di antaranya dilaksanakan berbagai bentuk
percontohan dan latihan bagi petani. Para Penyuluh Pertanian
Spesialis akan melaksanakan berbagai pengujian untuk memperoleh
hasil teknologi terapan yang sesuai dengan kondisi daerah
kerjanya.
428
Usaha penyuluhan pertanian pangan akan dilakukan sama in-
tensifnya, baik di daerah yang berpotensi tinggi maupun di
daerah minus, ataupun daerah-daerah perluasan yang baru.
Kebutuhan benih/bibit akan dipenuhi secara optimal dengan
tetap menyediakan fasilitas kelembagaannya dan meningkatkan
peranan dari pada penangkar benih. Untuk menunjang usaha ini,
usaha penelitian dalam memperoleh jenis unggul akan diting-
katkan disertai usaha-usaha peningkatan pengawasan dan serti-
fikasinya. Balai-balai benih akan bertugas untuk mengindenti-
fikasi dan mengembangkan benih varietas unggul yang sesuai
dengan daerahnya serta untuk memprodusir benih unggul dari
berbagai tanaman lain. Selanjutnya pengawasan mutu dan ser-
tifikasi benih akan ditingkatkan dengan jalan pengembangan
balai pengawasan dari sertifikasi benih.
Pengadaan dan penggunaan pupuk merupakan faktor yang sa-
ngat menentukan hasil-hasil yang dapat dicapai dalam usaha
peningkatan produksi dan pendapatan petani. Karena itu kegi-
atan-kegiatan dalam rangka pengadaan dan penyaluran pupuk
untuk petani akan lebih ditingkatkan agar para petani dapat
menggunakan pupuk dengan optimal, baik secara teknis maupun
ekonomis. Di samping pupuk buatan, penggunaan pupuk organis
akan ditingkatkan melalui pemanfaatan kotoran ternak, sampah
dan perluasan pemakaian pupuk hijau.
Penggunaan pestisida untuk usaha-usaha perlindungan ta-
naman dan peningkatan ketahanan lingkungan dalam rangka me-
nunjang produksi akan terus disempurnakan agar lebih efektif.
Sistem pengadaan dan penyaluran pestisida juga akan disempur-
nakan dengan meningkatkan pengawasan terhadap peredaran, pe-
nyimpanan dan penggunaan pestisida.
429
Pengembangan pengairan pedesaan akan terus dikembangkan
melalui usaha-usaha penyuluhan khususnya dalam bidang penge-
lolaan air tingkat usaha tani serta memberikan bantuan dalam
bidang survai dan design sekaligus meningkatkan pengembangan
partisipasi para petani pemakai air.
2. Peternakan
Dalam Repelita IV usaha intensifikasi peternakan mencakup
untuk semua jenis ternak. Usaha ini akan dilakukan dengan ca-
ra Panca Usaha Ternak terutama di daerah-daerah sentra pro-
duksi, peningkatan jumlah dan mutu ternak yang sudah ada me-
lalui impor bibit ternak, kawin suntik dan penyebaran pejan-
tan unggul. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan manajemen
dan penyediaan makanan ternak, skala usaha peternakan dan ke-
mampuan berproduksi melalui penyediaan kredit dan penyuluhan.
Dalam rangka peningkatan pengadaan bibit ternak, pusat-
pusat pembibitan ternak untuk memproduksi bibit ternak unggul
serta anak-anak dari bibit ternak unggul asal impor terus
dikembangkan. Pada saat ini baru dapat dihasilkan semen beku
untuk sapi dan kerbau. Dalam Repelita IV akan dikembangkan
pula produksi dan penggunaan semen beku ternak lainnya.
Usaha diversifikasi peternakan ditujukan untuk menambah
pendapatan dan kesempatan kerja dengan memanfaatkan tanah-ta-
nah pekarangan dan tegalan serta limbah pertanian yang masih
tersedia untuk aneka ternak yang produktif. Usaha tersebut
akan dilakukan dengan cara penyediaan bibit aneka ternak, dan
menggali serta memperkenalkan jenis-jenis ternak yang belum
lazim tetapi mempunyai prospek yang baik. Penyediaan hijauan
makanan ternak dalam rangka mengembangkan konsep hutan tegal-
430
an akan ditingkatkan pula terutama dalam usaha aneka ternak
tersebut.
Usaha ekstensifikasi peternakan akan dikembangkan pada
lahan padang alang-alang di luar Jawa dengan pembangunan la-
han penggembalaan yang dikaitkan dengan usaha penyebaran pe-
ternakan dengan pola PIR. Usaha ini dikaitkan juga dengan pe-
ngembangan daerah-daerah transmigrasi, pemukiman kembali,
serta perluasan areal tanaman pangan.
Usaha rehabilitasi dilakukan terhadap wilayah yang terke-
na wabah penyakit menular atau bencana lain yang menyebabkan
mundurnya kemampuan wilayah atau usaha keluarga, sehingga me-
reka bisa mengusahakan kembali peternakannya.
Dalam Repelita IV usaha untuk meningkatkan partisipasi
pengusaha swasta dalam usaha peternakan akan ditingkatkan.
Perusahaan peternakan komersial yang telah maju diharapkan
dapat berfungsi sebagai inti atau pusat pembinaan dan pengem-
bangan usaha peternakan di sekitarnya. Perusahaan skala besar
diarahkan agar berfungsi sebagai sumber bibit dan teknologi
peternakan, serta sumber makanan ternak bagi perkembangan
peternakan rakyat di sekitarnya.
Penyediaan makanan ternak merupakan masalah dalam usaha
pengembangan peternakan. Untuk mengatasi hal tersebut akan
ditingkatkan pengembangan pembibitan hijauan makanan ternak.
Perluasan penyebaran bibit hijauan di daerah-daerah akan di-
lakukan melalui balai pembibitan dan kebun penangkar bibit
untuk kemudian disebarkan kepada petani peternak yang memer-
lukannya. Peningkatan penyediaan makanan ternak yang bergizi
dengan memanfaatkan limbah basil pertanian yang tersedia dan
431
mudah diperoleh seperti jerami padi, jerami jagung, daun te-bu, jerami kacang tanah dan sebagainya akan dikembangkan de-ngan mendorong pengusaha-pengusaha agribisnis dalam mengusa-hakan industri-industri makanan ternak. Kelebihan dari kebu-
tuhan dalam negeri akan hasil industri makanan ternak merupa-kan komoditi ekspor yang baik. Di samping itu penggunaan ha-sil palawija seperti jagung dan ubi kayu untuk makanan ter- nak konsentrat dapat mendorong usaha peningkatan produksi pa-lawija.
Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit, peng-adaan obat-obatan dan vaksin akan ditingkatkan terus melalui perbaikan/penyempurnaan sistem produksi dan pengembangan unit-unit produksi yang ada. Peranan perusahaan swasta dalam pro-duksi obat-obatan dan vaksin diharapkan akan lebih meningkat.
Dalam mencapai sasaran-sasaran tersebut penyuluhan kepada para petani akan ditingkatkan. Peningkatan penyuluhan terse-but akan dilaksanakan melalui peningkatan penyediaan sarana penyuluhan, penyelenggaraan petak-petak percontohan dan kegi-atan kontak tani yang mendapat bimbingan secara intensif dari para penyuluh.
Selanjutnya untuk merangsang peternak agar lebih giat berproduksi, pembinaan pemasaran ternak serta pengadaan dan pemasaran sarana produksi serta lembaga-lembaga ekonomi desa, termasuk koperasi akan ditingkatkan.
Usaha pengembangan ternak potong seperti sapi dan kerbau akan ditempuh melalui intensifikasi dan peternakan inti rak-yat. Usaha ini akan diadakan melalui perbaikan mutu melalui seleksi, kastrasi dan kawin suntik, pengamanan ternak dan pe-
432
ngembangan kegiatan pembibitan ternak dan pembibitan hijauan
makanan tenak unggul.
Di daerah-daerah yang jarang penduduk akan dikembangkan
peternakan inti yang bersifat kecil dan menengah. Usaha pe-
ternakan inti ini dikaitkan dengan pengembangan perusahaan
negara atau perusahaan pembibitan/pabrik makanan ternak atau
industri pengolahan hasil, sehingga usaha peternakan inti
tersebut dapat merupakan sumber bibit dan rerumputan unggul
serta sumber teknologi bagi peternak di sekitarnya.
Komoditi ternak kecil seperti kambing, domba dan babi
akan dikembangkan di daerah pedesaan yang relatif pemilikan
tanahnya kecil. Pengembangan ternak kecil ini dilakukan de-
ngan cara pendekatan usaha tani terpadu melalui kegiatan pe-
nyuluhan, perbaikan mutu ternak dan pengembangan sumber bi-
bit, pengamanan ternak dan peningkatan pengadaan bahan makan-
an ternak terutama hijauan makanan ternak. Dengan adanya usa-
ha tersebut dapat merupakan usaha yang menguntungkan sebagai
penambah penghasilan para petani kecil.
Peternakan ayam dengan skala menengah dan besar akan dia-
rahkan usahanya sebagai peternakan inti, sehingga dapat meru-
pakan perusahaan-perusahaan yang berfungsi sebagai sumber bi-
bit ayam dan dapat turut serta mengadakan penyuluhan kepada
peternak ayam rakyat di sekitarnya. Di samping itu, peternakan-
peternakan inti diarahkan pula untuk merintis meningkat-
kan ekspor ternak.
Usaha ekstensifikasi ternak unggas di daerah pedesaan di
luar ruang lingkup peternakan inti akan ditingkatkan melalui
kegiatan penyuluhan, perbaikan mutu ayam bukan ras ke arah
433
ayam pedaging dengan cara persilangan, vaksinasi massal dan
upaya untuk membiasakan melakukan vaksinasi ayam secara rutin
atas dasar swadaya dan dana dari masyarakat petani sendiri.
Untuk daerah-daerah pertanian yang cocok untuk pemeliha-
raan itik, akan dikembangkan peternakan itik.
Intensifikasi ternak perah sapi dan kambing akan dikem-
bangkan dengan sistem panca usaha. Integrasi peternak produ-
sen dengan industri pengolahan susu melalui koperasi merupa-
kan langkah yang akan ditempuh dalam pengembangan usaha sapi perah.
Pembinaan dan peningkatan mutu sapi perah yang sudah ada
akan dilakukan melalui kawin suntik, pembinaan penyediaan ma-
kanan ternak, khususnya hijauan makanan ternak, pembinaan ma-
najemen dan pengawasan ternak dan hygiene susu.
Pengembangan aneka ternak seperti kelinci, burung dara,
kalkun, angsa dan burung puyuh, akan dilanjutkan dalam Repe-
lita IV dalam rangka menunjang peningkatan gizi dan penda-
patan masyarakat pedesaan yang tergolong miskin.
3. Perikanan
Pembangunan perikanan dalam Repelita IV akan tetap diarah-
kan guna peningkatan pendapatan nelayan/petani ikan, perbaik-
an gizi rakyat dan peningkatan ekspor dengan tetap memperta-hankan kelestarian sumber serta memanfaatkan Zona Ekonomi
Eksklusif.
Pembangunan perikanan bertujuan untuk meningkatkan penda-
patan nelayan/petani ikan dengan meningkatkan produktivitas-
nya memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Ha-
434
sil dari peningkatan produksi ini, di samping memenuhi kebu-
tuhan protein hewani, juga untuk meningkatkan devisa negara
melalui peningkatan ekspor dan penekanan impor.
Dalam menunjang usaha intensifikasi, ekstensifikasi, di-
versifikasi dan rehabilitasi akan ditingkatkan pengadaan sa-
rana pemasaran perikanan serta prasarana-prasarana pelabuhan
perikanan dan jaringan irigasi untuk pertambakan. Usaha inten-
sifikasi diarahkan untuk mencapai produktivitas yang optimal,
dengan memperhatikan sumber daya perikanan. Ekstensifikasi
diarahkan untuk memperlancar usaha penangkapan di wilayah
perairan pantai dan lepas pantai serta samudera yang potensi
sumbernya masih tinggi. Diversifikasi usaha perikanan di
perairan pantai dilakukan dengan jalan modernisasi peralatan
penangkapan secara bertahap yang dikembangkan melalui kopera-
si nelayan dalam rangka pengembangan desa pantai.Ekstensifikasi budi daya ikan diarahkan pada komoditi
yang mempunyai pemasaran yang baik di luar negeri maupun di
dalam negeri. Dalam rangka memperbaiki gizi masyarakat akan
dikembangkan usaha aneka ikan, dan ikan yang harganya terjang-
kau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
Pembinaan pemasaran hasil perikanan diarahkan pada perba-
ikan jenis dan mutu hasil, perbaikan sarana dan prasarana
serta perbaikan sistem dan organisasi pemasaran yang mendu-
kung kegiatan produksi, serta peningkatan sistem informasi
pasar.
Usaha mempertahankan dan meningkatkan sumber daya per-
ikanan, diprioritaskan pada daerah perairan pantai dan per-
airan umum yang kritis, termasuk penjagaan terhadap keseim-
435
bangan hutan bakau sebagai daerah pertumbuhan dan pemijahan
nener dan benur. Daerah yang kritis dan padat nelayan atau
petani ikan akan ditetapkan sebagai daerah asal transmigrasi
nelayan/petani ikan. Dalam menangani kelestarian sumber-sum-
ber perikanan di perairan umum akan dilakukan penelitian kem-
bali mengenai sumber daya perikanan. Pengaruh negatif terha-
dap lingkungan hidup dan kelestarian sumber, seperti penggu-
naan bahan peledak, pemakaian listrik, racun, pengambilan ba-
tu karang dan hutan bakau akan dicegah melalui peningkatan
pengawasan dan kesadaran serta disiplin masyarakat. Untuk
mencegah terjadinya wabah penyakit/hama, kegiatan-kegiatan
karantina akan ditingkatkan.
a. Perikanan Laut
Dalam Repelita IV usaha penangkapan ikan diarahkan pada
rasionalisasi pemanfaatan sumber daya alam laut dengan ting-
kat produktivitas yang optimal. Beberapa perairan pantai yang
sudah padat tangkap akan dibatasi hanya untuk nelayan tradi-
sional, dan sekaligus diusahakan untuk menyebarkan nelayan
tradisional ke perairan lepas pantai dan samudera atau ke
perairan pantai lainnya yang masih potensial. Pengembangan
perikanan pantai di daerah yang masih potensial sumbernya
akan diusahakan melalui motorisasi dan modernisasi alat tang-
kap dari para nelayan tradisional.
Pengembangan perikanan lepas pantai diarahkan ke daerah-
daerah bagian utara, barat dan timur Sumatera termasuk per-
airan Natuna/Anambas, selatan dan utara Jawa dan seluruh per-
airan di Indonesia bagian timur, yang dikaitkan dengan penam-
bahan kapal motor berukuran di atas 10 GT dengan alat tang-
436
kap yang produktif. Adapun dalam pengembangan perikanan samu-
dera akan dikembangkan jenis kapal-kapal penangkap yang ber-
ukuran 60 GP ke atas dengan menggunakan alat tangkap yang
sesuai.
Dalam meningkatkan kemampuan para nelayan tradisional,
kegiatan bimbingan dan latihan-latihan ketrampilan para nela-
yan dalam menggunakan bahan, alat tangkap yang baru akan te-
rus ditingkatkan dan dilaksanakan secara terpadu dengan kegi-
atan perkreditan dan perbaikan pemasarannya. Dalam hubungan
ini pembangunan dan rehabilitasi prasarana-prasarana perikan-
an, seperti pelabuhan atau tempat pendaratan ikan yang di-
lengkapi antara lain dengan dermaga, tempat pelelangan dan
penyediaan air bersih akan dilanjutkan dan disempurnakan. Pi-
hak swasta akan di dorong untuk membangun prasarana penunjang
lainnya terutama yang bersifat komersial seperti pabrik es,
kamar pendingin dan unit pengolahan hasil.
Mengingat hasil-hasil perikanan merupakan komoditi yang
cepat membusuk, maka para nelayan juga akan mendapat bimbing-
an dalam penyimpanan dan pengolahan hasil dalam rangka menye-
suaikan macam dan mutu hasil dengan permintaan pasar. Di sam-
ping itu, perbaikan atau penyempurnaan lembaga pemasaran yang
sangat erat hubungannya dengan usaha peningkatan produksi se-
perti sistem pelelangan, sistem pelayanan pengumpulan hasil
di daerah produksi, sistem pelayanan pemasaran ke daerah kon-sumen akan lebih ditingkatkan dengan meningkatkan peranan ko-
perasi. Peranan perusahaan-perusahaan besar dalam mengolah
dan memasarkan hasil nelayan tradisional akan dikembangkan
melalui sistem perusahaan inti.
437
b. Budidaya Perikanan Darat
Pola kegiatan usaha budidaya perikanan darat, hampir sama
dengan usaha pertanian pangan. Usaha budidaya ini adalah beru-
pa pemeliharaan ikan/udang baik di kolam maupun di tambak air
payau, pemeliharaan ikan di sawah dan pemeliharaan ikan di
perairan umum.
Usaha intensifikasi perikanan dalam Repelita IV akan le-
bih ditingkatkan lagi dengan menggunakan teknologi baru, pema-
kaian pupuk dan insektisida, penggunaan bibit ikan/udang yang
bermutu dan penentuan sistem pengairan yang teratur.
Khusus dalam usaha budidaya di kolam air tawar pemberian
makanan tambahan yang sudah mulai dilaksanakan oleh para pe-
tani ikan akan terus disempurnakan. Untuk pengetrapan tekno-
logi baru ini maka kegiatan bimbingan dan percontohan usaha
serta latihan-latihan ketrampilan petani ikan akan lebih di-
sempurnakan lagi termasuk untuk para penyuluhnya sendiri.
Dalam rangka meningkatkan penyediaan benih ikan, peran
serta petani, swasta diharapkan lebih besar lagi. Khusus da-
lam rangka perbaikan gizi jenis-jenis ikan yang akan disebar luaskan adalah jenis-jenis ikan yang murah dan mudah dikem-
bangkan dengan ongkos produksi yang rendah.
Pengadaan bibit untuk budidaya ikan/udang di air payau
atau di tambak, akan ditingkatkan pula. Selain itu, dalam
rangka intensifikasi dan ekstensifikasi usaha pertambakan,
normalisasi saluran tambak dan pembangunan saluran tambak ba-
ru, akan terus dilanjutkan. Dalam hubungannya dengan eksten-
sifikasi tambak, peran serta pihak swasta sebagai inti dalam
438
pengembangan pertambakan rakyat akan ditingkatkan dalam
lingkup Tambak Inti Rakyat.
Kegiatan pengadaan bibit dan makanan tambahan maupun usa-
ha budidaya perikanan, dan pembuatan tambak atau kolam akan
dilakukan dengan peningkatan pembinaan terhadap para pengusa-
ha dan petani ikan termasuk penyediaan kredit dengan persya-
ratan yang wajar. Di samping itu dalam rangka lebih mening-
katkan lagi produksi perikanan darat terutama dari hasil tam-
bak, akan dilakukan perluasan di luar Jawa yang dikaitkan de-
ngan program transmigrasi petani tambak.
Usaha perikanan di perairan umum (di danau, sungai, wa-
duk-waduk dan lain-lain) sifatnya mendekati usaha penangkapan
ikan di laut. Yang berbeda adalah cara pengelolaan dengan pe-
ngadaan keramba atau kurungan ikan di perairan umum. Kegiatan
ini akan diperluas dan diintensifkan.
Di beberapa perairan umum yang persediaan ikannya sudah
kurang akan dilakukan penebaran ikan dengan pembangunan Balai
Benih Ikan di sekitarnya. Di samping itu untuk kelestarian
sumber perikanan akan diadakan tempat pengembang biakan ikan.
Untuk menjaga kelestarian sumber-sumber perikanan di per-
airan umum pengawasan serta penindakan terhadap perusakan hu-
tan mangrove dan terumbu karang, pencemaran perairan seperti
limbah industri, bahan kimia racun dan bahan peledak serta
listrik dan tanaman pengganggu seperti eceng gondok akan
ditingkatkan.
Dengan makin bertambah luasnya areal persawahan yang ber-
irigasi maka potensi budidaya perikanan di sawah juga menjadi
makin besar. Untuk memanfaatkan potensi tersebut maka peng-
439
adaan benih untuk perikanan di sawah akan ditingkatkan. Usaha
ini akan dikaitkan dengan perluasan pembenihan ikan oleh pe-
tani ikan di samping Balai-Balai Benih yang ada.
4. PerkebunanPelaksanaan pembangunan perkebunan dalam Repelita IV, me-
rupakan kelanjutan dan peningkatan dari usaha-usaha yang di-
laksanakan dalam Repelita III, yaitu meningkatkan produksi
dalam rangka memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan me-
ningkatkan ekspor. Usaha-usaha tersebut dilaksanakan melalui
kegiatan-kegiatan ekstensifikasi, rehabilitasi atau peremaja-
an kebun-kebun intensifikasi dan diversifikasi serta pema-
saran hasil.
Kegiatan perluasan tanaman perkebunan seperti tanaman ka-
ret, kelapa sawit, kelapa (kelapa hybrida dan kelapa dalam)
dan tebu akan dilaksanakan pada padang alang-alang, hutan
yang tidak produktif tetapi yang berpotensi tinggi untuk ta-
naman perkebunan, daerah transmigrasi dan pemukiman kembali.
Usaha intensifikasi dilakukan pada tanaman yang sudah ada se-
perti tebu di Jawa, kapas di Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan, tem-
bakau di Jawa, cengkeh di hampir seluruh daerah dengan me-
ningkatkan teknologi budidaya tanaman perkebunan dengan peng-
gunaan sarana pertanian yang lengkap serta pengendalian hama
penyakit dan gulma secara terpadu.
Usaha rehabilitasi perkebunan terutama tanaman karet dan
kelapa akan ditingkatkan dan diperluas dengan menggunakan
klon-klon dan bibit unggul, terutama pada perkebunan rakyat
dengan diberi bimbingan teknis disertai penyediaan kredit
440
yang diperlukan, seperti untuk pembelian sarana produksi, un-
tuk pembiayaan pembukaan tanah dan pemeliharaannya. Untuk itu
kegiatan usaha-usaha dari petani perkebunan rakyat tersebut
diarahkan kepada usaha berkelompok melalui sistem perkopera-
sian.
Untuk mendorong pengembangan perkebunan besar swasta,
akan ditingkatkan kegiatan pembinaan organisasi manajemen dan
teknologi. Perkebunan besar swasta yang terlantar dan tidak
diusahakan secara baik oleh pengusahanya serta tidak melaksa-
nakan peremajaan akan ditinjau kembali hak guna usahanya. Di-
samping itu peranan swasta akan diperluas dengan memberikan
kesempatan menanamkan modalnya dalam usaha perkebunan. Pena-
naman modal tersebut dapat dalam bentuk pembangunan kebun,
pengolahan hasil dan pemasaran hasil. Perusahaan-perusahaan
perkebunan besar milik negara dan swasta yang sudah berkem-
bang baik, diarahkan untuk turut membina perkebunan rakyat di
sekitarnya melalui sistem perkebunan inti rakyat (PIR). Dalam
sistem ini kegiatan perkebunan terhadap perkebunan rakyat di-
lakukan secara menyeluruh yang meliputi penyediaan bibit yang
unggul dan baik, bimbingan dalam penanaman, pemeliharaan ta-
naman, pemetikan hasil, fasilitas pengolahan dan pemasaran
yang dimiliki perkebunan inti agar dimanfaatkan juga untuk
hasil perkebunan rakyat.
Pemanfaatan fasilitas pengolahan dan pemasaran dari per-
kebunan inti dimaksudkan pula untuk meningkatkan efisiensi
pengolahan dan pemasaran hasil-hasil perkebunan rakyat dalam
rangka memperluas pasarannya di luar negeri. Dengan demikian
diharapkan terjadinya perkembangan yang menyeluruh dalam bi-
dang perkebunan, baik perkebunan besar maupun perkebunan rak-
yat.
441
Untuk meningkatkan produktivitas tanah-tanah perkebunan
rakyat dan meningkatkan pendapatan petani pekebun, kegiatan
diversifikasi akan terus ditingkatkan baik diversifikasi de-
ngan tanaman perkebunan itu sendiri seperti kopi, coklat, la-
da, panili, kapok dan sebagainya, juga diversifikasi dengan
tanaman pangan dan peternakan.
Untuk mempercepat usaha perluasan perkebunan dari perusa-
haan-perusahaan perkebunan besar, perusahaan-perusahaan ter-
sebut dapat bekerja sama dengan modal asing dalam bentuk per-
usahaan patungan (joint venture). Perluasan areal perkebunan-
perkebunan besar tersebut akan diarahkan agar sekaligus men-
jadi perkebunan inti sehingga akan menghasilkan perluasan
perkebunan rakyat pula. Macam budidaya yang diprioritaskan
dalam kegiatan perluasan areal perkebunan di luar Jawa ter-
utama adalah tebu, karet, kelapa, kelapa sawit, dan kapas.
5. Kehutanan
Pembangunan kehutanan dalam Repelita IV merupakan kelan-
jutan dan peningkatan dari Repelita III. Kebijaksanaan dan
langkah utama yang akan dikembangkan dalam Repelita IV ada-
lah: (1) pengembangan tataguna hutan untuk menjamin kepastian
usaha di bidang kehutanan; (2) pembinaan hutan rakyat di luar
kawasan hutan; (3) peningkatan produksi hutan baik bahan mau-
pun jasa melalui rehabilitasi kawasan hutan, intensifikasi
pengelolaan hutan dan efisiensi penggunaan kawasan dan peng-
olahan hasil hutan; (4) peningkatan ekspor hasil hutan dalam
bentuk bahan jadi dan penghentian ekspor kayu bulat; (5) pe-
ngembangan hasil hutan ikutan seperti rotan, tengkawang, su-
tera alam, obat-obatan dan getah; (6) pengembangan penyediaan
442
bahan baku kayu dan hasil hutan lainnya bagi pengolahan dalam
negeri; (7) pembinaan hutan sosial untuk keperluan masyarakat
sekitar hutan; (8) penyediaan energi biomasa bagi masyarakat
pedesaan; (9) pengembangan ilmu dan teknologi dalam usaha pe-
lestarian dan pemanfaatan hutan hujan tropika; (10) pening-
katan produksi jasa perlindungan dan pariwisata dari kawasan
hutan, dan (11) pembinaan pelestarian alam.
Dalam hubungan dengan tataguna hutan maka akan dikembang-
kan usaha untuk mengukuhkan kawasan hutan tetap seluas 113
juta ha dan menataguna kawasan tersebut menjadi kawasan pe-
lestarian alam 18,7 juta ha, hutan lindung dan hutan produksi
terbatas masing-masing seluas 30,4 juta ha dan hutan produksi
tetap seluas 33,6 juta ha. Hutan yang akan diubah statusnya
menjadi areal penggunaan lain seluas 30,1 juta ha akan segera
dikelola dan diatur pengubahan statusnya secara bertahap de-
ngan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan kemantap-
an keadaan pasaran hasil hutan serta mencegah pemborosan
penggunaan sumber-daya hutan. Penataan kawasan hutan produksi
akan dikaitkan dengan pengembangan Hak Pengusahaan Hutan da-
lam unit-unit usaha yang didasarkan atas pengembangan keles-
tarian hasil. Bagian terbesar dari usaha tersebut adalah pe-
nataan batas kawasan terutama di Sumatera, Kalimantan, Sula-
wesi, Maluku, Irian Jaya dan kepulauan Nusa Tenggara.
Pengembangan pengelolaan hutan juga akan ditingkatkan di
luar kawasan hutan negara yang meliputi pengembangan hutan
rakyat. Dalam hubungan dengan itu areal yang diperuntukkan
sebagai hutan dalam pembukaan areal transmigrasi akan dibina
dan dikelola bersama masyarakat agar mampu memberikan hasil
yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.
443
Pengembangan hutan rakyat ini diarahkan kepada usaha pening-
katan kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan penduduk
setempat dan sedapat mungkin dikaitkan pula dengan pengem-
bangan industri perkayuan dan industri hasil hutan lainnya.
Hutan rakyat dengan hasil utama rotan akan dikembangkan seba-
gai prioritas di daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Su-
lawesi Tenggara. Sutera alam akan dikembangkan di Sulawesi
Selatan dan beberapa tempat lain. Begitu juga usaha lebah ma-
du, tengkawang, getah, damar, arang dan lain-lain akan dikem-
bangkan pula.
Oleh karena permintaan akan hasil hutan makin bertambah
besar dengan kenaikan rata-rata setiap tahun sebesar 8,5%, ma-
ka usaha peningkatan produktivitas hutan harus segera dilaksa-
nakan. Untuk keperluan tersebut rehabilitasi hutan produksi
di Jawa akan ditingkatkan dan intensifikasi pengelolaannya
akan dikembangkan. Sedangkan pengelolaan hutan tropika basah
di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, Irian Jaya akan
lebih diintensifkan. Seluas kurang lebih 950.000 ha kawasan
hutan produksi dalam areal Hak Pengusahaan Hutan akan direha-
bilitasi selama Repelita IV. Produktivitas kawasan hutan pro-
duksi pada umumnya akan ditingkatkan melalui usaha pemeliha-
raan, pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan yang lebih
intensif dan lebih beranekaragam.
Untuk meningkatkan jasa perlindungan dan pariwisata, be-
berapa taman nasional seperti Leuser-Langkat, Bukit Barisan
Selatan, Ujung Kulon, G. Gede-Pangrango, Baluran, Meru Betiri,
Ijen-Yang, Bali Barat dan Komodo akan dikembangkan. Sedangkan
444
kawasan hutan lindung dan suaka alam lainnya akan ditingkat-
kan usaha pelestariannya.
Produksi kayu bulat akan ditingkatkan melalui efisiensi
pengusahaan hutan pada areal yang dibebani Hak Pengusahaan
Hutan. Produksi tersebut akan dipergunakan untuk meningkatkan
produksi kayu olahan, kayu lapis, pulp dan kertas di dalam
negeri. Dalam rangka peningkatan nilai tambah produksi kayu
bulat serta menciptakan lapangan kerja dan sekaligus mening-
katkan usaha kelestarian kekayaan alam kita, maka mulai tahun
1985 ekspor kayu bulat akan di hentikan dan selanjutnya seluruh
produksi kayu bulat akan diolah di dalam negeri.
Dengan kebijaksanaan itu maka ekspor kayu olahan dan kayu
lapis akan dapat ditingkatkan dalam Repelita IV.
Produksi kayu olahan untuk keperluan industri konstruksi,
industri peralatan rumah tangga dan lain-lain di dalam negeri
akan meningkat, demikian pula produksi kayu lapis yang dise-
diakan untuk keperluan dalam negeri. Peningkatan ini akan di-
usahakan dalam rangka peningkatan ekspor hasil hutan yang be-
rupa barang jadi dan setengah jadi, dan dengan demikian
meningkatkan peranan ekspor non-migas.
Produksi hasil hutan lain yang akan dikembangkan dan di-
tingkatkan dalam Repelita IV adalah hasil hutan ikutan seper-
ti rotan, tengkawang, getah, arang dan lain-lain. Dengan pe-
ngembangan sumber hasil hutan tersebut, intensifikasi dan
pembinaan di pusat-pusat produksi peningkatan produksi terse-
but akan dapat dicapai.
Produksi hutan rakyat akan tetap merupakan sumber bahan
baku penting bagi industri konstruksi sederhana di daerah pe-
445
desaan dan akan dikembangkan terus melalui pembinaan hutan
rakyat dari segi pembinaan bibit, bimbingan teknis pemeliha-
raan dan pengelolaan hutan serta pengolahan hasilnya. Pola
hutan rakyat juga akan dikembangkan untuk meningkatkan pro-
duksi rotan, sutera alam, getah, lebah madu, arang dan lain-
lain.
Dalam kawasan hutan produksi tetap dan produksi terbatas
akan dikembangkan suatu pola hutan kemasyarakatan yang meru-
pakan penganekaragaman penggunaan tanah dan ruang dalam ka-
wasan untuk memberikan hasil yang lebih beranekaragam bagi
kepentingan masyarakat setempat terutama di lokasi-lokasi
yang penduduknya padat dengan tingkat pengangguran yang ting-
gi atau penghasilan yang rendah. Pola ini akan dikembangkan
di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara dan Sula-
wesi Selatan. Hutan rakyat untuk mengembangkan produksi energi
biomasa bagi kepentingan rakyat di pedesaan akan terus dikem-
bangkan pula dalam Repelita IV.
Untuk mengembangkan produksi rotan di Kalimantan dan Su-
lawesi maka badan usaha milik negara di bidang kehutanan akan
dikembangkan agar dapat membimbing dan memasarkan hasil rotan
dari hutan rakyat dengan pembinaan unit-unit usaha hutan ro-
tan sebagai intinya. Produksi tengkawang akan dikembangkan di
Kalimantan Barat dengan pola yang serupa.
Bagi industri kertas di Jawa akan dikembangkan hutan rak-
yat dengan jenis albizia dan jenis cepat tumbuh lainnya de-
ngan intensifikasi dan ekstensifikasi. Selama ini jenis albi-
zia merupakan hasil sampingan dari usaha pertanian lahan ke-
ring atau perkebunan. Pola pengusahaan lahan dengan campuran
446
tanaman seperti ini akan dibina lebih baik sehingga hasilnya
dapat ditingkatkan.
Usaha penghijauan lahan kritis di luar kawasan hutan akan
diteruskan pula melalui kegiatan pembuatan dan pengendali,
sengkedan, petak percontohan usaha tani pelestarian sumber
daya alam, penanaman tanaman tahunan dan rumput serta kegia-
tan penunjang lainnya. Usaha ini merupakan suatu upaya untuk
mengembangkan usaha swadaya masyarakat petani dalam melesta-
rikan kemampuan produksi lahan garapannya dan memperbaiki
sistem tata-air dalam daerah aliran sungai yang penting. Da-
lam kegiatan penghijauan peranserta masyarakat akan lebih di-
tingkatkan lagi pembinaannya.
Kegiatan reboisasi dan penghijauan merupakan sebagian da-
ri upaya penyelamatan hutan, tanah dan air untuk melindungi
investasi pembangunan yang tinggi terhadap bahaya kerusakan
karena banjir, kekeringan dan pelumpuran dan untuk memperbaiki
penyediaan sumber daya air bagi berbagai keperluan dan memper-
baiki kesuburan tanah yang makin berkurang karena erosi dan
pemiskinan hara. Kegiatan reboisasi dan penghijauan tersebut
akan meliputi 36 daerah aliran sungai di Jawa, Sumatera, Ka-
limantan, Sulawesi, Bali, dan kepulauan Nusa Tenggara.
Untuk menjamin kelestarian peningkatan produksi dari ka-
wasan hutan maka hutan tanaman baru akan mulai dibentuk dan
intensifikasi pengusahaan areal Hak Pengusahaan Hutan akan
lebih ditingkatkan dengan penerapan sistem tebang pilih Indo-
nesia yang lebih sederhana dan mudah dikendalikan dan diawasi.
Agar supaya penyediaan hasil hutan bagi keperluan pemba-
ngunan dapat berjalan lancar maka sistem distribusi hasil hu-
447
tan baik untuk keperluan dalam negeri maupun untuk ekspor
akan ditingkatkan. Untuk keperluan peningkatan arus kayu yang
masuk ke Jawa dari Sumatera dan Kalimantan akan dibangun pula
pusat perkayuan di Jawa dan Kalimantan. Fasilitas ekspor akan
dikembangkan pula di wilayah Indonesia bagian timur. Sebagai
tahap pertama akan dibangun pusat pendaratan kayu di Marunda,
Jakarta, yang akan mampu menangani pendaratan kayu sebesar
2,6 juta m3 setiap tahun. Pemasukan kayu dari luar Jawa ke
Jawa pada akhir Repelita IV diperkirakan akan naik menjadi
8,0 juta m3 setara kayu bulat. Pendidikan dan latihan bagi
para pedagang kayu akan dikembangkan terus agar mampu mening-
katkan usahanya dan bersamaan dengan itu pembinaan iklim
usaha yang lebih baik akan dikembangkan pula. Dalam hubungan
dengan itu usaha pembinaan standardisasi hasil akan mulai
dikembangkan pula.
Pengamanan kawasan hutan produksi, hutan lindung dan sua-
ka akan ditingkatkan dari dikaitkan sekaligus dengan usaha
transmigrasi, pemukiman kembali para peladang berpindah, dan
usaha pembangunan daerah penyangga di sekeliling kawasan hu-
tan. Dalam usaha tersebut di atas akan diperhatikan agar para
perusak hutan yang terpaksa melakukan perusakan karena tiada-
nya lapangan kerja dapat dipindahkan ketempat lain yang me-
mungkinkan mereka memperoleh lapangan kerja dan penghasilan
yang lebih baik.
Usaha pelestarian alam akan terus dikembangkan dalam ben-
tuk pengembangan taman nasional, suaka alam, taman wisata,
hutan lindung, dan penyelamatan jenis langka baik flora mau-
pun fauna. Dalam hubungan ini pengembangan interaksi yang se-
hat antara manusia dengan alam akan diteruskan dan dikembang-
448
kan dalam suatu sistem pengelolaan wilayah ekosistem yang me-
nyeluruh di dalam taman-taman nasional. Dalam Repelita IV di-
harapkan dapat dikukuhkan 7 juta ha kawasan pelestarian alam
perairan dan 15 buah taman nasional yang baru. Sementara itu
27.000 kepala keluarga peladang berpindah akan dimukimkan
kembali ke dalam pemukiman dengan usaha tani yang menetap.
Usaha-usaha tersebut di atas akan ditunjang oleh pengem-
bangan tenaga kerja dan teknologi di bidang kehutanan baik di
dalam usaha peningkatan produksi, pembinaan kawasan hutan,
penatagunaan hutan, pengolahan hasil hutan, perdagangan hasil
hutan, pelestarian alam dan penyelamatan hutan.
Penelitian hutan hujan tropika akan dikembangkan terus
agar teknologi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembang-
an hutan serta teknologi pemanfaatannya dapat dikuasai dengan
cepat. Pusat penelitian hutan hujan tropika akan dikembangkan
di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Irian
Jaya dan Nusa Tenggara Timur. Sementara itu akan diteruskan
pengembangan pusat penelitian kehutanan yang berada di Bogor,
Jawa Barat. Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan
penguasaan teknologi permudaan hutan, teknologi pengelolaan
hutan tropis campuran, teknologi pelestarian hasil, teknologi
pengolahan hasil hutan yang efisien, teknologi peningkatan
produktivitas hutan tropika dan teknologi pengelolaan taman
nasional akan diprioritaskan dalam Repelita IV. Pengembangan
teknologi terapan untuk mendukung usaha reboisasi dan penghi-
jauan, pengolahan hasil hutan dan lain-lain akan dikembangkan
terus.
Untuk mendukung usaha-usaha tersebut maka pendidikan dan
latihan akan dikembangkan. Dalam Repelita IV akan dikembang-
449
kan pusat pendidikan dan latihan di Jawa Barat (Bogor, Gu-
nungwalat, Sukabumi, Kadipaten), Yogyakarta (Gunungkidul),
Sulawesi Selatan (Ujungpandang), Kalimantan Timur (Samarin-
da), Sumatera Utara (Pematang Siantar), Riau (Pakanbaru) dan
di Irian Jaya (Manokwari). Untuk memenuhi kebutuhan tenaga
ahli akan terus dikembangkan pendidikan tinggi tingkat uni-
versitas di beberapa perguruan tinggi yang sudah ada. Di Su-
matera yang belum mempunyai pendidikan tingkat universitas
dalam keahlian kehutanan akan dirintis pula pendidikan dalam
ilmu-ilmu kehutanan.
6. Penelitian Pertanian
Dalam menunjang usaha-usaha meningkatkan produksi hasil-
hasil pertanian dan menjaga kelestarian sumber-sumber alam
peranan penelitian pertanian sangat besar artinya. Karenanya
usaha penelitian dalam rangka menggali dan memanfaatkan serta
menjaga kelestarian sumber daya alam ditingkatkan, termasuk
penelitian untuk menemukan varietas-varietas unggul yang se-
suai dengan keadaan lingkungan serta pelestarian dan pemanfa-
atan plasma nuftah pertanian.
Demikian pula penelitian dalam rangka pemilihan teknologi
tepat guna yang dapat menampung tenaga kerja dan meningkatkan
produktivitas usaha taninya, termasuk masalah sosio ekonomi
yang dapat memberikan alternatif yang lebih luas bagi petani
untuk berusaha dengan 1ebih efisien, akan ditingkatkan pula.
Penelitian pertanian tanaman pangan dan hortikultura baik
di lahan basah maupun di lahan kering terutama diprioritaskan
pada pemulihan tanaman padi, palawija dan hortikultura, pene-
litian mengenai penggunaan faktor-faktor produksi yang lebih
450
efektif dan efisien dan penelitian tentang hama dan penyakit
serta penelitian pola tanam dan "multiple cropping". Di bi-
dang peternakan akan lebih diprioritaskan penelitian mengenai
pemuliaan ternak, penyakit-penyakit hewan dalam usaha mening-
katkan produksi per satuan ternak dan penelitian tentang pro-
duksi dan mutu makanan ternak baik hijauan makanan ternak
maupun pemanfaatan limbah pertanian dan industri sebagai ma-
kanan ternak serta pengolahan hasil peternakan. Penelitian di
bidang perikanan ditujukan untuk memperoleh teknologi tepat
guna baik di bidang budi daya maupun penangkapan termasuk
pasca panen dan menyelidiki sumber-sumber budi daya dan pe-
nangkapan, termasuk pemanfaatan Zone Ekonomi Eksklusif serta
mendapatkan bibit ikan berdaya mampu produksi tinggi, mudah
berkembang biak serta tahan penyakit. Di bidang perkebunan
penelitian diprioritaskan pada penelitian perluasan areal ta-
naman perkebunan, hama dan penyakit dan penelitian perluasan
areal tanaman perkebunan di padang alang-alang serta mengenai
pemulihan tanaman-tanaman perkebunan dan menemukan klon-klon
dari jenis varietas yang unggul serta penelitian pengolahan
hasil-hasil perkebunan.
Penelitian sumber daya alam pertanian akan meliputi in-
ventarisasi, pemetaan, sistem pengendalian dan pengolahan
sumber daya alam, pemanfaatan dan pelestarian plasma nuftah
pertanian serta pemanfaatan limbah pertanian. Penelitian so-
sial ekonomi akan meliputi penelitian mengenai sistem bagi
hasil, sistem pemasaran, termasuk kaitannya dengan stabilisa-
si harga dan asuransi pertanian serta pengolahan hasil, pene-
litian dampak penggunaan teknologi dan penelitian tentang e-
konomi produksi serta kesempatan kerja pada sektor pertanian.
451
Selanjutnya akan dilakukan kegiatan penyiapan data dan infor-masi yang diperlukan untuk perumusan kebijaksanaan operasio-nal.
Agar hasil-hasil penelitian tersebut langsung dapat di-manfaatkan oleh para petani dan para pengusaha pertanian la-innya, penyaluran dari hasil-hasil penelitian tersebut akan disempurnakan dengan memperbaiki dan meningkatkan koordinasi antara lembaga penelitian, lembaga penyuluhan dan antar depar-temen.
7. Pendidikan dan Latihan Pertanian
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan pertanian, yang mencakup antara lain peningkatan produksi dan pendapatan petani nelayan, perluasan kesempatan kerja dan peningkatan devisa, diperlukan petugas-petugas pertanian yang memadai, baik jumlah maupun mutunya.
Usaha untuk mendapatkan petugas pertanian tersebut di atas, dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan pertanian di Sekolah-sekolah Pertanian Pembangunan dan kegiatan latihan, pertanian yang terutama dilakukan di Balai-balai Latihan Per-tanian, di Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan, dan Pendidikan. Latihan Ahli Usaha Perikanan.
Pendidikan pertanian bersifat pendidikan pembangunan, yaitu pendidikan yang mampu mendorong perubahan sikap mental, keberanian merintis jalan baru dan mampu menggerakkan pemba-ngunan pertanian di daerah sekitarnya. Dalam Repelita IV dari 140 SPP diharapkan dapat dihasilkan tammatan sebanyak 40.000 orang.
Penyelenggaraan kegiatan latihan pertanian ditujukan un-
452
tuk menghasilkan petugas pertanian yang berpengetahuan luas,
cakap, trampil, berdedikasi tinggi dan mampu memancarkan pem-
baharuan di bidang pertanian. Hal ini dicapai melalui kegiat-
an melatih petugas pertanian yang ada.
Prioritas latihan petugas pertanian akan diberikan kepada
para petugas penyuluh agar dapat memancarkan dan menciptakan
pembaharuan, serta petugas teknis yang mampu meningkatkan dan
memperlancar kegiatan agribisnis pasca panen.
Untuk meningkatkan jumlah dan mutu petugas yang di latih,
maka secara teratur jumlah dan mutu pelatih akan terus di-
tingkatkan. Untuk memenuhi tujuan tersebut mutu dan kemampuan
Balai-balai Pertanian akan terus ditingkatkan, sehingga sela-
lu sesuai dengan kebutuhan pembangunan pertanian.
8. Pembinaan Usaha AgribisnisSebagian besar dari usaha pertanian dilakukan oleh petani
kecil sebagai usaha keluarga. Di bidang perkebunan, di sam-
ping usaha perkebunan rakyat, sudah sejak lama terdapat per-
usahaan-perusahaan perkebunan yang besar, baik milik negara
maupun swasta. Sejak Repelita I, perusahaan-perusahaan besar
di bidang peternakan, perikanan laut dan kehutanan mulai
berkembang dengan pesat. Sebaliknya perusahaan perkebunan
swasta, pada periode yang sama, kurang menunjukkan perkem-
bangan yang pesat. Keadaan ini terjadi pula pada bidang tana-
man pangan.
Dalam rangka pemerataan pembangunan, sejak Repelita II
telah dikembangkan pembangunan pertanian dengan sistem Peru-
sahaan Inti Rakyat (PIR) yang dimulai di bidang perkebunan
di mana terdapat banyak perusahaan-perusahaan perkebunan mi-
453
lik negara dengan teknologi, pengelolaan dan segi finansial
yang jauh lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan di
bidang pertanian lainnya. Pada Repelita III, sistem PIR dimu-
lai di bidang perikanan laut dengan intinya perusahaan-peru-
sahaan milik negara dan di bidang peternakan dirintis pengi-
kutsertaan perusahaan-perusahaan swasta sebagai inti dari pe-
ternakan rakyat.
Dalam Repelita IV, sistem PIR akan diperluas dan diting-
katkan di semua bidang pertanian, termasuk pada bidang tanam-
an pangan, terutama dalam usaha pengembangan hortikultura dan
budidaya tambak.
Dalam sistem PIR ini usaha pembangunan pertanian rakyat
dilakukan dengan mengikut sertakan perusahaan-perusahaan be-
sar yang sudah kuat, di bidang agribisnis. Pengikutsertaan
perusahaan-perusahaan tersebut, baik badan usaha milik negara
maupun swasta, di samping dalam rangka keseimbangan pengem-
bangan swasta, koperasi dan Badan Usaha Milik Negara, juga
agar terdapat keseimbangan dan keserasian pengembangan antara
golongan ekonomi lemah dan golongan ekonomi bukan lemah. Pe-rusahaan-perusahaan besar tersebut dalam hubungan ini dapat
berperan sebagai "development agent" baik secara horizontal
maupun secara vertikal. Secara horizontal mereka turut me-
ngembangkan proses produksi pertanian rakyat dan secara ver-tikal, mengkaitkan pembangunan pertanian dengan pembangunan
industri, khususnya agro industri. Dengan demikian, pertum-
buhan produksi pertanian dan agro industrinya akan didorong
dengan meningkatkan peranserta pengusaha-pengusaha kecil/petani
dengan koperasinya, pengusaha menengah maupun besar da-
454
lam pelaksanaan pembangunan pertanian dengan lebih mengem-
bangkan swadaya, prakarsa dan partisipasi swasta.
Pengembangan dunia usaha tersebut akan dilaksanakan mela-
lui bimbingan organisasi dan manajemen, pembinaan kewiraswas-
taan, penyempurnaan kebijaksanaan permodalan dan perkreditan,
fiskal dan moneter, pengaturan dan penyederhanaan perizinan,
termasuk izin Hak Guna Usaha, penyebaran teknologi dan penye-
baran kegiatan usaha ke daerah-daerah.
Usaha pertanian swasta akan dikembangkan untuk memanfaat-
kan potensi sumber daya alam yang belum tergali, khususnya di
luar Jawa. Kepada usaha swasta nasional akan diberikan fasi-
litas-fasilitas lain dan Hak Guna Usaha sesuai dengan peratur-
an dan ketentuan yang berlaku.
Agar ada keserasian dalam perkembangan, pengusaha golong-
an ekonomi lemah khususnya petani dan nelayan, dengan peng-
usaha-pengusaha yang bermodal besar, akan dicegah kemungkinan
pengusaha yang bermodal besar itu merugikan petani/nelayan
kecil dan pengusaha kecil. Dengan sistem PIR, usaha swasta
besar ini diarahkan agar dapat berfungsi sebagai pusat pe-
ngembangan dari usaha-usaha tani dan pengusaha kecil di seke-
lilingnya, baik dalam penerapan teknologi maupun dalam pema-
saran dan pengolahan hasilnya. Bagi produsen dan penyalur sa-
rana dan alat-alat pertanian akan dianjurkan agar secara
efektif melaksanakan percobaan dan penyuluhan mengenai tata
cara penggunaannya. Penyalur alat-alat pertanian akan diha-
ruskan melatih tenaga-tenaga operator dan pemeliharaannya.
Khususnya dalam pengerahan dana perkreditan, kebijaksana-
an yang telah dilaksanakan dalam Repelita III akan ditingkat-
455
kan dan disempurnakan. Kredit intensifikasi untuk segala ma-
cam komoditi pertanian akan disediakan, sedangkan persyarat-
annya akan disesuaikan dengan kebutuhan dan ketentuan yang
berlaku. Dalam perkreditan bagi petani/nelayan kecil dan pe-
ngusaha kecil segala permasalahannya akan diusahakan untuk
dipecahkan dan diselesaikan agar kesempatan memperoleh kredit
bagi golongan ekonomi lemah lebih di perluas.
B. PENGAIRAN
Sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara pembangunan pengairan dalam rangka usaha
pemanfaatan air dan pengembangan sumber-sumber air diarahkan
untuk menunjang tujuan-tujuan pembangunan nasional, khususnya
menunjang pembangunan pertanian. Pembangunan pengairan dalam
Repelita IV pada hakekatnya merupakan kelanjutan pelaksanaan
selama Repelita III, dan Repelita-Repelita sebelumnya, yakni
penyediaan air irigasi baik di daerah pertanian yang ada mau-
pun di areal pertanian baru termasuk areal pertambakan, menga-
mankan daerah pemukiman dan areal produksi dari kerusakan aki-
bat bencana banjir dan lahar gunung berapi, serta menunjang
penyediaan air baku untuk kesejahteraan masyarakat, kebutuhan
industri dan kelistrikan.
Dalam hubungannya dengan usaha untuk memberi, menseimbang-
kan dan menserasikan pembangunan sub sektor pengairan dengan
berbagai macam kebutuhan untuk pertanian dan non pertanian,
maka akan ditempuh kebijaksanaan untuk mengusahakan pemenuhan
kebutuhan air untuk berbagai sektor pembangunan di mana di satu
pihak terdapat keterbatasan kemampuan, lingkungan hidup,
serta potensi sumber-sumber air yang tersedia, dan dipihak
456
lainnya terdapat peningkatan kebutuhan air untuk sektor-sektor
di luar sektor pertanian seperti penyediaan air baku untuk
kebutuhan rumah tangga di pusat-pusat pemukiman/kota-kota be-
sar, kebutuhan industri serta penggelontoran saluran pembuang
dan sungai di kota. Dalam hubungan ini usaha pengembangan dan
pemanfaatan sumber-sumber air akan dilaksanakan berdasarkan
prioritas kebutuhan yaitu untuk daerah pemukiman/kota-kota
besar dan wilayah pengembangan industri, pengembangan sumber-
sumber air diutamakan untuk penyediaan air baku kebutuhan pen-
duduk dan industri, sedangkan di daerah-daerah/pusat-pusat
pengembangan pertanian akan diarahkan untuk meningkatkan pe-
nyediaan air irigasi.
Kegiatan pertanian khususnya pertanian pangan pada saat
ini sebagian besar masih di pulau Jawa, karena dua pertiga
dari luas lahan usaha pertanian pangan di Indonesia terletak
di pulau Jawa, demikian pula dengan produksinya. Sejalan dengan
perkembangan kegiatan berbagai sektor, dan tekanan pe-
ningkatan jumlah penduduk, telah mengakibatkan lahan pertani-
an yang dapat diusahakan semakin menyempit, sedangkan usaha
memperluas lahan pertanian di Jawa dihadapkan kepada keterba-
tasan potensi lahan yang dapat diusahakan. Di lain pihak usaha
meningkatkan produksi pangan dalam rangka persiapan tinggal
landas menuju swasembada pangan memerlukan dukungan perluasan
lahan pertanian.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas untuk mendu-
kung kebijaksanaan peningkatan produksi pangan, kebijaksanaan
yang ditempuh dalam pembangunan pengairan adalah mengutamakan
penyelesaian kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat mening-
katkan intensitas tanam dan perluasan areal tanam. Kegiatan
457
pembangunan pengairan di Jawa akan lebih dititik beratkan ke-
pada usaha perbaikan dan peningkatan kemampuan jaringan iriga-
si dan melengkapi sawah tadah hujan dengan jaringan irigasi,
yang diharapkan dapat meningkatkan intensitas tanam. Usaha
perluasan irigasi reklamasi rawa untuk mendukung perluasan
lahan pertanian yang dikaitkan pula dengan program transmi-
grasi diarahkan ke luar Jawa, diutamakan kepada areal-areal
pertanian yang dapat segera berproduksi, dan dapat menjangkau
dan menyebar ke daerah-daerah terpencil.
Di samping untuk mendukung peningkatan produksi pangan
khususnya padi dan palawija, dalam rangka peningkatan produk-
si pangan lainnya seperti perikanan dalam pelaksanaan pemba-
ngunan pengairan juga akan memperhatikan potensi untuk per-
ikanan terutama dalam usaha rehabilitasi maupun perluasan
tambak perikanan.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka usa-
ha mencapai tujuan tersebut di atas mencakup perbaikan dan
peningkatan irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru serta
pengembangan daerah rawa, baik untuk tanaman pangan maupun
perikanan, pengaturan dan pengamanan sungai yang dikaitkan pu-
la dengan usaha pemanfaatannya, serta pengaturan dari pengen-
dalian lahar gunung berapi. Untuk mendukung kegiatan tersebut
akan dilanjutkan usaha peningkatan dan kemampuan dan keteram-
pilan tenaga-tenaga perencana dan pelaksana, yang ditunjang
pula dengan kegiatan-kegiatan penelitian, survei, penyelidik-
an, serta perencanaan pemanfaatan dan pengembangan sumber-
sumber air.
Untuk menjamin pemanfaatan prasarana pengairan yang se-
458
baik-baiknya, maka usaha perluasan irigasi dan reklamasi rawa
akan diarahkan kepada lahan-lahan pertanian yang petaninya
sudah biasa dan berhasrat bersawah dan berusaha tambak. Di
samping itu akan diutamakan lokasi-lokasi yang sudah memiliki
prasarana penunjang seperti jalan yang memadai untuk jaminan
peningkatan produksi serta pemasaran hasilnya. Pemilihan loka-
si-lokasi tersebut didasarkan atas kenyataan bahwa pemanfaat-
an jaringan irigasi baru sangat bergantung dari kesediaan dan
hasrat petani untuk mencetak sawah dan tambak. Untuk melancar-
kan usaha pencetakan sawah dan tambak, akan diberikan kemudah-
an kepada petani dalam mengusahakan sertifikat tanah, kredit
pencetakan sawah dan tambak, serta akan dilakukan penyederha-
naan prosedur, pengaturan lokasi pelaksanaan yang serasi anta-
ra kegiatan pengembangan irigasi dengan pencetakan sawah dan
tambak.
Jaringan irigasi yang dibangun dilengkapi dengan jaringan
tersier yang dapat lebih memudahkan pengaturan pembagian air
irigasi sesuai dengan kebutuhan dan pola tanam, yang diikuti
pula dengan pembentukan dan pembinaan organisasi petani pema-
kai air untuk meningkatkan peranserta dan kemampuan para pe-
tani dalam pengelolaan dan pemeliharaan irigasi di tingkat
usaha tani.
Wilayah-wilayah pertanian kering dan rawan yang langka air
permukaan yang sampai dewasa ini belum banyak ditangani dalam
segi pengadaan airnya dalam Repelita IV akan lebih diperhati-
kan, baik untuk pertanian maupun untuk kebutuhan rumah tang-
ga. Usaha tersebut diantaranya dilakukan dengan pengembangan
dan pemanfaatan air tanah.
Prasarana pengairan yang sudah diperbaiki dan dibangun,
459
menuntut perhatian yang semakin besar dalam eksploitasi dan
pemeliharaan agar prasarana tersebut tetap dapat berfungsi
dengan baik. Dalam hubungan ini akan diusahakan untuk mening-
katkan peranserta para petani pemakai air dalam kegiatan-ke-
giatan eksploitasi dan pemeliharaan.
Usaha pengendalian banjir serta penanggulangan terhadap
ancaman banjir lahar gunung berapi terus dilanjutkan melalui
pekerjaan-pekerjaan persungaian, yang dikaitkan dengan usaha-
usaha pemanfaatan dan pengembangan sumber-sumber air yang
mendukung berbagai kegiatan pembangunan nasional. Untuk itu
akan dilanjutkan pembangunan waduk-waduk dan prasarana peng-
airan lainnya terutama guna menanggulangi kekurangan air pada
musim kemarau untuk kebutuhan air minum, pertanian, serta pe-
nyediaan air kebutuhan industri dan kelistrikan, penggelon-
toran saluran pembuang dan sungai di kota dalam rangka penye-
hatan lingkungan pemukiman, dan pengendalian banjir.
Mengenai penggunaan air baku baik untuk kepentingan iriga-
si, industri, kelistrikan maupun untuk penyediaan air bersih
bagi penduduk kota dan desa akan diusahakan peningkatan kemam-
puan pengelolaan sumber air yang melalui perencanaan pengem-
bangan dan pemanfaatan sumber air yang teratur dan serasi, di-
sesuaikan dengan kebutuhan berbagai sektor pembangunan dan
potensi sumber-sumber air yang tersedia dan dapat dikembangkan.
Langkah-langkah ini juga akan ditunjang dengan usaha-usaha
penelitian dan peningkatan kemampuan pelaksanaan pembangunan
pengairan.
460
IV. PROGRAM-PROGRAM
A. PERTANIANLangkah-langkah dan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut
di atas dilaksanakan melalui lima program sesuai dengan
program-program dalam Repelita-Repelita sebelumnya seperti :
1. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan
2. Program Peningkatan Produksi Peternakan
3. Program Peningkatan Produksi Perikanan
4. Program Peningkatan Produksi Perkebunan
5. Program Peningkatan Produksi Kehutanan.
Di samping itu untuk memperlancar pelaksanaan kelima
program pokok tersebut akan dilaksanakan juga program pe-
nunjang dari sektor lain antara lain Program Pendidikan
Pertanian dan Pengairan, Program Penelitian Pertanian dan
Pengairan dan Program Transmigrasi.
1. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan.
Kegiatan-kegiatan utama dalam program ini, baik dalam
rangka intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi maupun eks-
tensifikasi, di samping penyuluhan dan Bimas, adalah perbe-
nihan, perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit serta
pencetakan sawah. Kegiatan utama dalam perbenihan adalah pe-
ngadaan, pengujian dan penyebaran serta pengawasannya dengan
tujuan meningkatkan penggunaan benih varietas unggul. Kegiat-
an pengadaan meliputi kegiatan pengadaan benih dasar oleh
Lembaga Penelitian, perbanyakan benih pokok oleh Kebun Bibit
Sentral, Balai Benih dan Perum Sang Hyang Sri, sedang perba-
nyakan benih sebar bagi para petani dilakukan oleh Balai Be-
461
nib, Kebun Bibit Desa dan penangkar benih Swasta dan atau Ko-
perasi.
Untuk menunjang kegiatan-kegiatan pengadaan benih di dae-
rah-daerah sentra produksi yang baru akan dibangun Balai-balai
Benih atau dengan mengikut sertakan Perum Sang Hyang Sri.
Bimbingan dan penyuluhan dalam perbenihan dilakukan ter-
hadap penangkar maupun petani dan terhadap pemerintahan desa
dalam pengelolaan Kebun Benih Desa. Peranan Perum Sang Hyang
Sri akan lebih dikembangkan lagi dengan pembentukan cabang-
cabang di daerah-daerah sentra produksi, terutama untuk meng-
hasilkan benih pokok dan benih sebar.
Pengawasan mutu benih dilakukan oleh para inspektur be-
nih. Untuk benih, khususnya benih padi, yang lulus dari peng-awasan dan ujian diberi sertifikat. Balai Sertifikasi Benih
merupakan pusat kegiatan pengawasan mutu benih, berfungsi se-
bagai tempat pemberian sertifikasi dan tempat penataran petu-
gas-petugasnya.
Proteksi tanaman dan pemberantasan hama penyakit, merupa-
kan kegiatan utama lainnya dalam usaha-usaha intensifikasi.
Kegiatan pemberantasan hama penyakit merupakan kewajiban pe-
tani, baik berupa tindakan-tindakan pengamanan sebelum adanya
serangan maupun tindakan-tindakan pemberantasan setelah ter-
jadi serangan. Bantuan Pemerintah diberikan jika terjadi eks-
plosi hama dan penyakit. Untuk meningkatkan kemampuan Peme-
rintah bila terjadi eksplosi hama dan penyakit, Satuan Udara
Pertanian dan Brigade Proteksi Tanaman akan disempurnakan. Di
samping itu unit-unit pengamatan dan laboratorium-laboratori-
um hama penyakit, pengujian dan pengawasan terhadap obat-
462
obatan pemberantasan hama penyakit akan ditingkatkan dan di-
sempurnakan. Penyuluhan dalam kegiatan-kegiatan perlindungan
dan pemberantasan terhadap hama dan penyakit ditujukan ter-
utama kepada petani.
Penggunaan pupuk akan lebih ditingkatkan lagi terutama
pada lahan-lahan kering untuk tanaman palawija dan hortikul-
tura, sedangkan jenisnya akan disesuaikan dengan jenis tanam-
an dan kondisi tanah. Dalam hubungan ini kegiatan konservasi
tanah pada usaha tani lahan kering akan lebih dikembangkan.
Untuk itu, kegiatan-kegiatan percobaan dan pengujian pemupuk-
an oleh para PPS akan ditingkatkan. Selain itu pola bercocok
tanam yang lebih sesuai dengan benih dan perlindungan terha-
dap hama penyakit secara biologis serta pemupukan yang opti-
mal, pada tingkat usaha tani, akan lebih dikembangkan. Guna
membina dan mengkoordinasikan kegiatan pengujian dan demplot-
demplot, telah dikembangkan Balai Penyuluhan Pertanian yang
berfungsi sebagai jembatan penghubung antara penelitian dan
penyuluhan, dan tempat ini merupakan "home base" para PPL.
Untuk memanfaatkan air pengairan secara optimal, pemben-
tukan dan kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) akan
lebih ditingkatkan lagi, termasuk penyuluhan tentang pemba-
ngunan saluran tersier dan kwarter, pencetakan sawah-sawah
baru serta tata guna air pada tingkat usaha tani.
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan pertanian dalam berpan-
ca usaha akan ditingkatkan melalui pendekatan kelompok serta
pembinaan terhadap para Kontak Tani dan kelompok-kelompok ta-
ni dengan cara Intensifikasi Khusus (Insus). Adapun untuk da-
erah-daerah yang masih rawan pangan akan dilakukan secara
Operasi Khusus (Opsus).
463
Di samping para kontak tani kepada kaum wanita akan di-
adakan dan ditingkatkan kursus-kursus teknologi di bidang
produksi, cara-cara penyimpanan dan pemanfaatan hasil-hasil
pertanian untuk perbaikan gizi keluarga, termasuk pemanfaatan
tanaman pekarangan, peternakan, perikanan dan lain sebagainya.
Kegiatan perluasan areal (ekstensifikasi) erat kaitannya
dengan perluasan irigasi baru dan kegiatan pencetakan sawah.
Kegiatan perluasan areal baru dengan memanfaatkan tanah ke-
ring, padang alang-alang serta daerah pasang surut, sawah ta-
dah hujan serta tegalan dikaitkan dengan program transmigrasi
dan pemukiman kembali penduduk serta pengembangan perkebunan
inti tanaman pangan. Di daerah-daerah baru tersebut dileng-
kapi dengan berbagai perangkat institusi pelayanan pertanian
agar dalam waktu singkat para transmigran dapat di ikut ser-
takan dalam intensifikasi.
Penggunaan alat-alat dan mesin pertanian akan dilaksana-
kan secara selektif mengingat keragaman kondisi fisik dan so-
sial ekonomi setempat. Untuk itu akan dilakukan evaluasi dan
uji lapang terhadap penggunaan alat dan mesin tertentu, sebe-
lum digunakan secara luas.
Dari kegiatan-kegiatan intensifikasi, diversifikasi dan
ekstensifikasi tersebut di atas, baik luas intensifikasi ta-
naman pangan maupun hasil rata-rata per hektarnya, selama Re-
pelita IV diperkirakan akan meningkat. Dalam Repelita IV akan
diusahakan pencetakan sawah sekitar 350.000 ha.
Produksi beras diharapkan terus meningkat dari 23.462 ri-
bu ton beras dalam tahun 1983, pada akhir Repelita IV diper-
kirakan akan mencapai 28.624 ribu ton beras. Perkiraan pro-
464
duksi beras pada akhir Repelita IV (1988) tersebut diperoleh
dari perkiraan luas panen sebesar 9.726 ribu ha, dari hasil
rata-rata per ha sebesar 2,94 ton beras per ha (Tabel 9 - 2).
Pertumbuhan program tanaman pangan secara keseluruhan
yang terdiri dari beras, palawija, sayuran dan buah-buahan
diperkirakan sedikit-dikitnya sama dengan Repelita III, yakni
kira-kira 3% per tahun. Dalam pada itu diusahakan agar per-
tumbuhan dari beberapa komoditi palawija seperti kedelai dan
kacang tanah lebih tinggi dari pada selama Repelita III. De-
mikian pula beberapa komoditi sayuran dan buah-buahan seperti bawang merah dan bawang putih serta jeruk.
2. Program Peningkatan Produksi Peternakan
Dalam program peningkatan produksi peternakan kegiatan
utamanya adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit, peng-
adaan dan penyebaran bibit unggul ternak atau unggas serta
hijauan makanan ternak yang dikaitkan dengan pembinaan pro-
duksi dan teknik produksi peternakan dan penyuluhan atau bim-
bingan kepada peternak. Di samping itu pengembangan fasilitas
pemasaran dan pengolahan dilakukan dalam rangka pengembangan
koperasi.
Untuk menekan kematian ternak serendah mungkin, pengamanan
ternak akan dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberan-
tasan penyakit tersebar di seluruh propinsi. Untuk ini akan
diberikan bantuan obat-obatan dan vaksin kepada peternakan
rakyat kecil. Di samping itu diusahakan agar peternak dapat
mencegah dan memberantas penyakit dengan swadaya sendiri.
Bantuan obat-obatan dan vaksin hanya diberikan bila terjadi
eksplosi penyakit menular. Selanjutnya produksi obat-obatan
465
TAPEL9- 2
PERKIRAAN LUAS PANEN, RATA-RATA HASIL PER HA DAN PRODUKSI BERAS, 1)1984 - 1988
1984 1985 1986 1987 1988
1. a. Luas panen seluruhnya (ribu ha) 9.179 9.360 9.548 9.637 9.726
b. Luas panen intensifikasi (ribu ha) 7.747 8.073 8.402 8.865 9.240
- Insus 4.402 5.022 5.832 6.521 7.211
- Inmum 3.345 3.051 2.570 2.344 2.029
c. Non intensifikasi 1.432 1.287 1.146 772 486
2. a. Hasil rata-rata per ha (kwintal) 26,91 27,54 28,14 28,78 29,43
b. Hasil rata-rata per haIntensifikasi (kwintal) 28,95 29,44 29,87 29,94 30,21
- Insus 32,39 32,50 32,60 32,68 32,73
- Inmum 24,41 24,40 23,66 22,34 21,24
c. Non intensifikasi 15,89 15,66 15,46 15,42 15,31
3. a. Produksi seluruhx,a2)(ribu ton) 24.701 25.781 26.867 27.736 28.624
b. Produksi Intensifikasi (ribu ton) 22.425 23.766 25.095 26.546 27.913
- Insus 14.260 16.321 19.014 21.310 23.603
- Inmum 8.165 7.445 6.081 5.236 4.310
c. Non intensifikasi 2.276 2.015 1.772 1 .190 711
1) Dalam perhitungan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi, nilai tambah padi diperhitungkan di sektor pertanian sedang nilai tambah beras diperhitungkan di sektor industri.
2) Laju pertumbuhan produksi setiap tahun selama Repelita IV rata-rata 4%.
466
(Lanjutan Grafik 9 - 1)
(kwintal)
1984 1985 1968 1987 19881984 1985 1986 1987 1988
Hasil r a t a - r a t a per ha i n t e n s i f i k a s i
29,87 29,94 30,21
468
(Lanjutan Grafik 9 - 1)
Produksi_bcras seluruhnya
26.867
469
dan vaksin akan ditingkatkan melalui penyediaan fasilitas kredit. Demikian pula sistem dan pengorganisasian pengamanan ternak akan disempurnakan. Selain itu mutu dan jumlah vaksi-nator akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk membina dan memperbaiki mutu genetik ternak akan terus ditingkatkan kegiatan Inseminasi Buatan (I.B) dengan meningkatkan produksi frozen semen dari pejantan unggul yang mempunyai mutu genetik yang baik di Lembang (Jawa Barat) dan Singosari (Jawa Timur). Selain peningkatan jumlah frozen se- men, untuk berhasilnya usaha I.B. tersebut, akan ditingkatkan pula ketrampilan para petugas Inseminator yakni dengan meng-adakan kursus-kursus inseminator dan penyuluhan lapangan.
Untuk memperbaiki mutu karkas ternak, akan ditingkatkan pembinaan mutu genetik ternak dan pembinaan makanan ternak melalui penyediaan bibit hijauan makanan ternak yang sesuai dengan kondisi lingkungan di daerah masing-masing. Dalam hu-bungan ini akan ditingkatkan Pusat-pusat Pembibitan Legume.
Hijauan Makanan Ternak, terutama di sentral-sentral pro-duksi ternak, yaitu di Cisarua (Jawa Barat), Baturaden (Jawa Tengah), Indrapuri (D.I. Aceh), Siborong-borong (Sumatera Utara), Sembawa (Sumatera Selatan) dan Serading (Nusa Tengga- ra Barat). Bibit tersebut akan diperbanyak di kebun-kebun pe-nangkar yang kemudian disebarkan kepada peternak untuk dita- nam pada masing-masing tanahnya. Di samping itu untuk meman-faatkan tanah-tanah perkebunan dan atau kehutanan sebagai sumber makanan hijauan usaha-usaha perkebunan/kehutanan akan dilakukan secara terpadu dengan usaha pengadaan hijauan ma- kanan ternak.
470
Selanjutnya untuk mendorong partisipasi sektor swasta da- lam kegiatan perkembangan peternakan rakyat dengan sistem Pe-rusahaan Inti Rakyat, akan dibantu dengan penyediaan kredit dari perbankan.
Dalam hubungannya dengan perluasan usaha peternakan di luar Jawa, prosedur memperoleh Hak Guna Usaha untuk padang rumput, akan disederhanakan.
Sejalan dengan kegiatan-kegiatan tersebut di atas, akan ditingkatkan tenaga teknis yang trampil dan tenaga penyuluh yang baik. Untuk itu pembangunan sarana penyuluhan seperti demplot dan pembinaan organisasi peternak akan terus diting-katkan dan disempurnakan. Demikian pula penyuluh pertanian lapangan (PPL), penyuluh pertanian spesialis (PPS) dan kontak tani, akan ditingkatkan baik mutu maupun jumlahnya, khususnya di daerah-daerah sentral produksi.
Diharapkan dari kebijaksanaan tersebut di atas maka popu-lasi ternak sapi dan kerbau masing-masing meningkat dengan 1,2% dan 1,0%. Ternak lainnya seperti domba dan kambing, dalam Repelita IV diharapkan masing-masing naik dengan 3% se- tiap tahunnya. Populasi sapi perah diharapkan naik dengan 14,4% setiap tahun. Sedangkan ayam bukan ras dan itik akan meningkat masing-masing dengan 5,2% dan 6,4%, dan ayam ras sebesar 7,1% setiap tahunnya. Dengan perkembangan populasi tersebut pertumbuhan program peternakan selama Repelita IV diharapkan sedikit-dikitnya sebesar 2,1% per tahun.
3. Program Peningkatan Produksi Perikanan.
Kegiatan utama dari program ini antara lain : (1) penga- daan sarana dan prasarana perikanan; (2) pembinaan usaha pe-
471
rikanan; (3) pembinaan sumber-sumber hayati perikanan; (4) pengembangan teknik produksi dan pasca panen dan (5) pembina-an mutu hasil-hasil perikanan.
Pengadaan prasarana perikanan ditujukan untuk menyediakan fasilitas prasarana untuk menunjang kegiatan berproduksi dan pemasaran ikan dari para nelayan dan petani ikan. Bagi usaha penangkapan, khususnya penangkapan ikan laut, prasarana yang dikembangkan adalah pusat pendaratan ikan atau pelabuhan pe-rikanan. Prasarana tersebut antara lain berupa dermaga, tang-gul penahan gelombang, pemeliharaan alur-alur pelayaran kapal ikan dan pengerukan sungai, tempat pelelangan ikan dan penye-diaan air bersih. Karena tempat pendaratan ikan ini akan ber-fungsi sebagai pusat pengembangan usaha perikanan, sekaligus pusat penyebaran informasi perikanan, maka dalam peningkatan dan pengembangannya akan diperhatikan selain persyaratan tek-nis juga persyaratan-persyaratan sosial ekonomi, dan peranan-nya dalam pembangunan wilayah khususnya pembangunan desa-desa pantai.
Dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelabuhan per-ikanan dalam Repelita IV akan dibangun beberapa pelabuhan pe-rikanan baik dalam rangka menunjang pembangunan desa pantai maupun dalam rangka peningkatan pemanfaatan "Zone Ekonomi Eksklusif 200 mile". Pembangunan dari prasarana perikanan te-rutama akan dilakukan di daerah-daerah potensial tinggi, di-antaranya di daerah-daerah Indonesia bagian timur. Sedangkan terhadap pelabuhan perikanan yang sudah ada akan lebih di-tingkatkan lagi pemanfaatannya.
Dalam usaha budidaya perikanan (perikanan tambak dan ko-lam) pembangunan sarana dan prasarananya antara lain berupa
472
pembangunan dan rehabilitasi balai-balai benih ikan/udang dan
saluran-saluran irigasi untuk usaha pertambakan dan perkolam-
an. Usaha perluasan pertambakan diantaranya akan dilakukan
melalui Inti Tambak Rakyat di daerah-daerah yang potensial
baru antara lain seperti Jawa, dimulai di Jawa Barat, Sulawe-
si, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan.
Pengembangan usaha peningkatan budidaya ikan di perairan
umum akan dikembangkan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi dan Irian Jaya.
Pembinaan perikanan yang pada dasarnya adalah penyuluhan,
terutama sekali diarahkan untuk membantu petani ikan dan per-
usahaan-perusahaan perikanan memperoleh pengetahuan baik tek-
nis maupun ekonomis agar usahanya dapat berkembang. Dalam
pembinaan ini prioritas utama ditujukan kepada para nelayan
dan petani ikan serta para pengolah hasil-hasil perikanan
tradisional. Pembinaan dilaksanakan melalui penyebaran infor-
masi teknologi perikanan, pengajaran kecakapan dan ketrampil-
an, pemberian bimbingan dan bantuan teknis, pemberian percon
tohan teknis dan pemberian konsultasi/rekomendasi. Dalam me-
ningkatkan kedudukan ekonomi dari para nelayan dan petani
ikan, diarahkan agar diantara mereka dapat dilakukan usaha
secara bersama-sama melalui usaha koperasi.
Pengembangan teknik produksi dan pasca panen merupakan
mata rantai penghubung antara kegiatan penelitian perikanan
dan pembinaan serta penyuluhan nelayan dan petani ikan, de-
ngan melaksanakan pengujian dan percobaan teknik berproduksi
tepatguna yang terjangkau oleh kemampuan teknologi dan pem-
biayaan perikanan rakyat.
473
Untuk meningkatkan mutu hasil perikanan baik untuk ekspor maupun untuk konsumsi dalam negeri kepada para nelayan dan pengusaha pengolahan akan diberikan penyuluhan tentang cara- cara penanganan pengolahan, pengawetan, pembungkusan dan pe-nyimpanan ikan serta pengangkutan.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan pertumbuhan dari program perikanan akan meningkat sedikit-dikitnya sebesar 2,4% per tahun.
4. Program Peningkatan Produksi Perkebunan.
Baik dalam rangka intensifikasi, ekstensifikasi, rehabi-litasi maupun diversifikasi, kegiatan utama program ini meli- puti antara lain penyuluhan, pengadaan sarana produksi dan pemberantasan hama penyakit tanaman.
Usaha intensifikasi dan rehabilitasi terutama untuk budi-daya tanaman tembakau, tebu, kapas, serat, kelapa, kopi, teh, cengkeh, dan lada. Intensifikasi tembakau akan dilakukan ter-utama di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara. Da-erah intensifikasi kopi terutama di Jawa, Bali, Lampung, Su-matera Selatan, Bengkulu. Intensifikasi lada diutamakan di Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, D.I. Aceh, Kali-mantan Barat. Intensifikasi kelapa tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Usaha ekstensifikasi dan peremajaan terutama dilaksanakan melalui sistem Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan unit pelaksa- na proyek (UPP) misalnya untuk budidaya tanaman karet, kelapa sawit, kelapa (hybrida dan kelapa dalam) tebu dan kapas. Per-luasan tanaman karet diutamakan pada daerah-daerah Sumatera,
474
Kalimantan. Kelapa sawit akan diperluas antara lain di dae-
rah-daerah Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya. Kelapa ter-
utama akan diperluas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Malu-
ku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Sedangkan perluasan tanaman
tebu terutama di daerah-daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sula-
wesi Selatan, Timor Timur dan Irian Jaya. Kapas akan diperlu-
as di daerah bagian timur seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dan
daerah lainnya yang dimungkinkan untuk kapas.
Perkiraan luas areal intensifikasi dan rehabilitasi pada
akhir Repelita IV antara lain adalah : tembakau 100.000 ha,
tebu 367.000 ha, kapas 175.000 ha, tanaman serat 48.000 ha,
dan lada 10.000 ha.
Perkiraan perluasan areal pada akhir Repelita IV antara
lain : karet seluas 648.000 ha, kelapa sawit 480.000 ha, ke-
lapa 346.000 ha, tebu 115.000 ha, dan kapas 75.000 ha.
Sebagai hasil dari usaha-usaha yang telah dilaksanakan
dalam Repelita sebelumnya diharapkan selama Repelita IV per-
tumbuhan program perkebunan akan lebih tinggi dari pada sela-
ma Repelita III yakni sedikit-dikitnya sebesar 3,7% per tahun.
Peningkatan tersebut terutama akan diperoleh dari komoditi
kelapa sawit, karet dan kelapa.
5. Program Peningkatan Produksi Kehutanan.
Program ini bertujuan untuk (1) meningkatkan produktivi-
tas kawasan hutan dan hutan rakyat baik berupa bahan maupun
jasa; (2) meningkatan kesempatan kerja dan kesempatan berusa-
ha di bidang kehutanan; (3) meningkatkan penghasilan devisa
475
dari berbagai ekspor basil hutan dan jasa; (4) meningkatkan penyediaan hasil hutan bagi keperluan pembangunan di dalam negeri; (5) mengembangkan intensifikasi pengusahaan hutan, keanekaragaman hasil hutan dan pembinaan usaha peningkatan mutu hasil hutan.
Dalam program ini diharapkan dapat direhabilitasi kawasan hutan di Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Lampung agar mampu meningkatkan produktivitasnya pada Repeli- ta VI. Sasaran kegiatan ini meliputi kawasan hutan seluas 950.000 ha yang merupakan hutan produksi tetap. Di samping itu dilakukan juga intensifikasi hutan dengan menggunakan sistem hutan tanaman serbaguna dengan campuran berbagai la- pisan tajuk. Usaha pengendalian kerusakan hutan produksi akan ditingkatkan pula melalui usaha peningkatan peranserta masya-rakat di sekitar kawasan hutan. Di samping kawasan hutan pro-duksi yang dikuasai negara tersebut diatas juga akan dikem-bangkan usaha pembinaan produksi hutan rakyat agar produkti-vitasnya tidak menurun dan bahkan diusahakan agar meningkat dengan pembinaan di bidang bibit dan teknik penanaman, peme-liharaan tegakan dan pengolahan hasil serta pemasarannya.
Di samping hasil hutan berupa kayu akan dikembangkan pula produksi rotan, damar dan getah, tengkawang, arang, sutera alam, dan lain-lain.
Selama tahun-tahun terakhir Repelita III produksi kayu bulat menunjukkan kecenderungan naik meskipun kegiatan ekspor dibatasi dengan ketat. Kenaikan produksi kayu bulat tersebut diharapkan akan terus dapat dikembangkan selama Repelita IV. Selama Repelita IV produksi kayu bulat ini diharapkan naik
476
sedikitnya sebesar 7,0% setiap tahun melalui usaha peningkat-
an efisiensi pemungutan hasil. Produksi rotan, sutera alam,
tengkawang, dan getah serta damar akan dinaikkan pula melalui
pembinaan pusat-pusat produksinya dan penanaman baru. Dalam
Repelita IV produksinya diperkirakan naik sebesar 6,5% setiap
tahun. Pusat produksi tengkawang akan dikembangkan di Kali-
mantan Barat, sedangkan pusat produksi rotan yang akan dikem-
bangkan adalah di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Ka-
limantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Su-
lawesi Tengah. Pusat produksi sutera alam yang akan dikem-
bangkan adalah di Sulawesi Selatan sebagai usaha lanjutan di
atas secara menyeluruh akan dapat dinaikkan sebesar 6,6% se-
tiap tahun. Dalam kaitan dengan peningkatan produksi hasil
hutan tersebut akan ditingkatkan pula pembinaan badan usaha
milik negara di bidang kehutanan untuk mengelola hutan hujan
tropika, hutan tanaman, dan unit-unit usaha rotan dan tengka-
wang. Badan usaha milik negara tersebut diharapkan dapat men-
dorong peningkatan produksi rotan dan lain-lain yang diusaha-
kan oleh masyarakat. Dalam upaya peningkatan produksi kehutan-
an akan dikembangkan usaha-usaha pemanfaatan limbah, peningka-
tan efisiensi pengolahan hasil, peningkatan efisiensi pengo-
lahan kawasan hutan dan peningkatan mutu kawasan hutan.
Ekspor kayu bulat pada tahun 1985 diharapkan dapat dihen-
tikan sama sekali, sedangkan ekspor kayu olahan dan kayu la-
pis diusahakan untuk terus meningkat. Ekspor rotan diharapkan
juga dapat dikembangkan terus dalam bentuk bahan jadi (Tabel
9-3).
Untuk meningkatkan produksi hutan di Jawa dan Bali, usaha
intensifikasi pengelolaan hutan akan dikembangkan, sedangkan
477
TABEL 9 - 3PERKIRAAN PRODUKSI BASIL MA'AM1984/85 - 1988/89
Satuan 1984/8 1985/8 1986/8 1987/ 1988/
LajuPertumbuhan
per Tahun
( t )
1. Produksi Kayu Bulat (ribu m³) 28.500
30.500 32.600 34.900
37.500
7,1Gelondongan
2. Produksi Basil Hutan (ribu ton) 240 260 280 290 310 6,6Ikutan
478
di Sumatera dan Kalimantan diusahakan untuk dikembangkan
suatu pola pengusahaan hutan yang lebih mantap yang menjamin
kelestarian produksi.
Di Jawa dan Kalimantan akan dikembangkan pembangunan pu-
sat-pusat perkayuan untuk menjamin kemantapan distribusi kayu
dan pembinaan mutu hasil hutan. Tahap pertama akan dikembang-
kan pusat pendaratan kayu di Marunda (DKI Jakarta) yang di-
harapkan dapat menampung 2,6 juta m3 kayu bulat setahun. Di
samping itu akan dipertimbangkan pula pembangunan fasilitas
ekspor kayu di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan
Irian Jaya.
Untuk mencegah penurunan mutu hutan-hutan produksi maka pada
Repelita IV akan dikembangkan usaha untuk pengendalian
perladangan berpindah dan pembentukan daerah penyangga di se-
kitar hutan produksi untuk memberikan kesempatan kepada ma-
syarakat memperoleh hasil hutan yang diperlukan secara lesta-
ri. Di Jawa dan Bali usaha pengamanan hutan akan lebih di-
tingkatkan melalui pembinaan hutan kemasyarakatan bersama-sa-
ma dengan masyarakat sekitar hutan. Di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya pengendalian kegiatan Hak Pe-
ngusahaan Hutan (HPH) akan lebih ditingkatkan agar kelestari-
an hasil dapat dipertahankan. Sistem Tebang Pilih Indonesia
(TPI) akan dikembangkan lebih lanjut agar penerapan di lapang-
an dapat dengan mudah diikuti dan dikendalikan.
Di samping produksi bahan yang berupa kayu dan hasil hu- tan lainnya, produksi jasa perlindungan, jasa pariwisata, dan lapangan kerja baru akan terus dikembangkan. Untuk keperluan
tersebut rehabilitasi hutan lindung dan taman wisata akan le-
bih dikembangkan lagi. Pembangunan taman nasional Leuser-
479
i
Langkat, Bukit Barisan Selatan, Ujung Kulon, Meru Betiri, Baluran, Ijen-Yang, Bali Barat, Komodi, G. Gede-Pangrango, Tangkuban Perahu dan lainnya, akan diteruskan dan lebih di-tingkatkan. Kegiatan ini dikaitkan dengan usaha pembangunan daerah tujuan wisata.
Program ini juga akan mengembangkan produksi energi bio-masa bagi masyarakat pedesaan di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan serta Sumatera Utara. Di samping itu pengembangan produksi lebah madu, rumput makanan ternak, umbi-umbian dan bahan obat-obatan ditingkatkan dalam pola hu- tan kemasyarakatan.
Program ini ditunjang pula oleh program penyelamatan hu-tan, tanah dan air, program pendidikan dan latihan, program penelitian, program pembinaan sumber alam dan lingkungan hi- dup, program transmigrasi, program pengembangan dunia usaha dan lain-lain.
6. Program-program Penunjang dari Sektor lain
Di samping program-program utama tersebut, sub sektor pertanian ditunjang oleh program-program dari sektor-sektor lain. Program-program tersebut antara lain :
(1) Program Pendidikan dan Latihan Pertanian.
Guna meningkatkan berbagai kegiatan dalam rangka intensi-fikasi, diversifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi perta-nian dalam program peningkatan produksi hasil-hasil pertanian diperlukan tenaga petugas pertanian yang memadai, baik jum-lahnya maupun mutunya dengan penyelenggaraan berbagai macam latihan dan kursus ketrampilan pertanian. Untuk memenuhi ke-
480
perluan tersebut, jumlah dan mutu Sekolah Pertanian Pemba-
ngunan (SPP) baik milik Pemerintah maupun milik Swasta akan
ditingkatkan. Selanjutnya peranan SPP dalam pembangunan per-
tanian akan ditingkatkan, bukan hanya dalam menyediakan tena-
ga tamatan saja melainkan juga dalam melancarkan dan membina
masyarakat sekitarnya dalam peningkatan produktivitas perta-
nian. Selama Repelita IV jumlah SPP akan ditingkatkan seba-
nyak 38 unit, berarti akan menghasilkan lulusan SPP sebanyak
40.000 orang.
Pembangunan pertanian memerlukan petugas yang berpengeta-
huan luas, cakap dan trampil. Prioritas latihan petugas per-
tanian akan diberikan kepada petugas-petugas yang menangani
kegiatan-kegiatan prioritas dari program-program pokok maupun
program-program penunjang dari pembangunan pertanian.
Untuk meningkatkan jumlah dan mutu petugas yang dilatih,
maka Balai Latihan Petugas Pertanian yang ada akan diperguna-
kan secara efektif dan ditingkatkan mutunya. Selama Repelita
IV, diharapkan sebanyak 90.000 orang petugas pertanian dapat
dilatih.
Untuk menunjang pembangunan bidang kehutanan yang membu-
tuhkan tenaga menengah yang trampil yang cukup banyak dalam
Repelita IV akan dibangun dan ditingkatkan pelaksanaan pendi-
dikan Sekolah Kejuruan Kehutanan tingkat Menengah Atas. Se-
lain itu akan ditingkatkan pula Balai Latihan Kehutanan yang
ada serta ditambah dengan dua Balai Latihan yang baru di Nusa
Tenggara Timur dan Irian Jaya.
(2) Program Penelitian Pertanian dan Pengairan.
Penelitian pertanian yang dilaksanakan mencakup komoditi
481
tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan, peternakan dan
penelitian bidang masalah lintas sektoral, seperti agro eko-
nomi, sumber daya alam yang terangkum dalam berbagai kegiatan
penelitian.
Dalam rangka pengembangan produksi tanaman pangan, dan
hortikultura pada lahan sawah, lahan kering, pasang surut,
rawa dataran rendah dan dataran tinggi, kegiatan akan diprio-
ritaskan pada : (1) penelitian untuk menemukan varietas ung-
gul baru dengan produktivitas tinggi, umur pendek, tahan ter-
hadap hama dan penyakit utama, toleran terhadap tekanan ling-
kungan serta tahan terhadap penyimpanan; (2) penelitian hama
dan penyakit; (3) penelitian teknologi pasca panen; (4) pene-litian teknologi pengolahan penggunaan alat dan mesin perta-
nian untuk kegiatan pra dan pasca panen; (5) penelitian untuk
mengidentifikasi potensi sumber daya alam untuk pengembangan
produksi tanaman di lahan kering, pasang surut , rawa serta
lahan kritis.
Penelitian bidang peternakan dalam usaha meningkatkan
produksi dan pengembangan peternakan meliputi kegiatan-ke-
giatan : (1) penelitian potensi dan pengembangan peternakan
di berbagai wilayah yang potensial tinggi di wilayah lahan
kering; (2) penelitian pemulihan ternak terutama ternak ber-
produksi cepat dalam meningkatkan produksi susu, telur dan
daging serta dalam rangka penggunaan ternak sebagai sumber
tenaga kerja, pupuk dari energi; (3) penelitian teknologi pe-
ngawetan dan pengolahan hasil ternak; (4) penelitian peningkatan
produksi hijauan makanan ternak dan pemanfaatan limbah pertanian
dan industri sebagai makanan ternak, dan (5) pene-
litian kesehatan ternak.
482
Penelitian dalam rangka pengembangan produksi perikanan meliputi : (1) pemuliaan ikan berdaya mampu produksi tinggi, mudah berkembang biak dan tahan penyakit; (2) peningkatan teknik pembenihan ikan dan jasad akuatik non ikan seperti udang, kodok, kerang dan rumput laut; (3) penelitian teknolo- gi budi daya ikan jasad akuatik non ikan di air tawar, payau, perikanan pantai dan laut serta budidaya ikan terpadu dengan komoditi non perikanan; (4) pengendalian hama dan penyakit ikan dan jasad akuatik non ikan; (5) pencapaian daerah baru yang potensial untuk budi daya ikan; (6) pencarian daerah- daerah baru penangkapan ikan yang potensial dalam rangka pe-manfaatan Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE); (7) perbaikan tekno- logi penangkapan ikan, dan (8) teknologi pasca panen hasil perikanan.
Penelitian tanaman perkebunan meliputi kegiatan-kegiatan: (1) penemuan varietas unggul, benih hibrida dan penelitian kultur jaringan; (2) teknologi benih (cara pengadaan, penyim-panan dan perbanyakan); (3) pengendalian bulma, hama dan pe-nyakit; (4) pengelolaan tanaman (jarak tanam, pemupukan dan hubungan variable iklim dan produksi); (5) pola tanam; (6) metode pra panen, panen dan pasca panen; (7) perluasan areal tanaman perkebunan dan (8) teknologi pengolahan bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi pada berbagai komoditi untuk meningkatkan nilai basil komoditi, kesejahteraan petani serta pemanfaatan tenaga petani.
Penelitian bidang kehutanan meliputi : (1) penelitian un- tuk menunjang inventarisasi dan pengukuhan hutan; (2) peneli- tian identifikasi dan teknologi konservasi sumber daya alam; (3) penelitian reboisasi dan penghijauan; (4) penelitian ane-
483
ka guna hutan dan pengembangan hutan serba guna; (5) peneli-
tian perlindungan dan pengamanan hutan; (6) penelitian penge-
lolaan dan pengembangan daerah aliran sungai (DAS); (7) pene-
litian pengendalian perladangan berpindah; (8) penelitian pe-
ngembangan hasil hutan non kayu, dan (9) penelitian energi
biomasa.
(3) Program Transmigrasi.
Dalam program yang menunjang transmigrasi kegiatan pokok-
nya adalah menyediakan sarana produksi pertanian dan sarana
penyuluhan pertanian bagi para transmigran. Persiapan lahan
bagi transmigrasi akan dilaksanakan sesuai dengan pengemba-
ngan ekstensifikasi pertanian. Pola pengembangan pertanian di
daerah transmigrasi akan didasarkan pada hasil-hasil-peneli-
tian dan pengembangan pertanian.
B. PENGAIRAN
Dalam Sub Sektor Pengairan program yang langsung menunjang
peningkatan produksi pertanian, terdiri dari: (1) pro-gram
perbaikan dan pemeliharaan jaringan pengairan; (2) pro-gram
pembangunan jaringan irigasi. dan (3) program pengembangan
daerah rawa.
Di samping program-program tersebut terdapat beberapa
program dari sub sektor lain yang bersifat menunjang secara
langsung program sub sektor pengairan.
1. Program Perbaikan dan Pemeliharaan Jaringan
Pengairan.
Usaha-usaha perbaikan dan pemeliharaan prasarana peng-
484
airan dimaksudkan untuk mengembalikan dan meningkatkan kemam-
puan pelayanan jaringan pengairan dalam penyediaan air iriga-
si, serta menjaga tingkat pelayanan jaringan yang sudah ada
sesuai dengan yang direncanakan terutama dalam rangka menun-
jang kegiatan intensifikasi pertanian pangan termasuk usaha
pengembangan perikanan tambak. Usaha-usaha tersebut dilaksa-
nakan dengan perbaikan dan penggantian saluran dan bangunan
air, perbaikan waduk dan bendungan, pengamanan bangunan peng-
airan yang sudah dalam kondisi kritis, serta tambahan saluran
dan bangunan irigasi termasuk tersier agar air irigasi dapat
dimanfaatkan lebih merata dan efektif di tingkat usaha tani.
Mengingat bahwa program perbaikan jaringan pengairan ter-
utama berada di Jawa yang berpenduduk padat di mana terdapat
berbagai pembangunan sektor lain seperti prasarana jalan, pe-
mukiman dan sebagainya yang akan menggunakan lahan berpeng-
airan, dalam waktu yang akan datang, penentuan jaringan-ja-
ringan pengairan yang akan direhabilitasi akan memperhitung-
kan pula perkiraan penggunaan-penggunaan lahan untuk keperlu-
an di luar sektor pertanian. Di lain pihak terdapat suatu ke-
bijaksanaan dalam pertanahan dimana akan sangat dibatasi peng-
gunaan-penggunaan lahan pertanian yang subur dan beririgasi
untuk tujuan-tujuan sektor-sektor di luar sektor pertanian.Untuk menjaga agar jaringan pengairan yang sudah diper-
baiki dapat tetap berfungsi dan dimanfaatkan sebaik-baiknya
diperlukan usaha pemeliharaan dan pengelolaan yang memadai.
Dalam kaitan usaha tersebut, melalui program ini akan dilak-
sanakan kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan waduk-waduk dan
jaringan pengairan yang besar-besar. Di samping itu untuk me-
ningkatkan partisipasi petani dalam usaha pemeliharaan ja-
ringan pengairan diusahakan melibatkan sedini mungkin para
485
petani dan lembaga-lembaga lain yang menerima manfaat air irigasi serta instansi-instansi yang berkepentingan dalam ke-giatan-kegiatan perbaikan jaringan pengairan.
Dalam hubungan dengan usaha pelestarian fungsi jaringan pengairan tersebut baik dari segi sumber-sumber air maupun pengamanan saluran dan bangunan air terhadap kerusakan akibat banjir dan pelumpuran/sedimentasi, diperlukan dukungan dari sektor-sektor lain yang berkaitan dengan usaha-usaha memper-baiki kemampuan dan kondisi wilayah sungai bagian hulu dalam fungsinya sebagai daerah penangkap hujan dan sumber air serta mengurangi kerusakan lahan akibat erosi. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup penghijauan dan reboisasi dan kegiatan-ke-giatan konservasi tanah dengan peranserta aktif dari penduduk di wilayah tersebut.
Usaha perbaikan jaringan irigasi dalam Repelita IV di-rencanakan sekitar 360.000 ha yang selain mengembalikan ke-mampuan jaringan irigasi juga sekaligus meningkatkan intensi- tas tanam. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain dilaksana- kan didaerah-daerah Jati luhur, Cirebon dan Rentang sekitar 49.000 ha, di daerah Pemali Comal dan Semarang Barat 19.000 ha, di daerah Pemali Comal dan Semarang barat 19.000 ha, di daerah Madiun, Kediri dan daerah Jawa Timur lainnya 65.000 ha, di Aceh Utara dan Barat 20.000 ha, di daerah Simalungun Sumatera Utara 44.000 ha, di daerah Way Sekampung - Lampung Tengah 27.000 ha, di Sulawesi Selatan 55.000 ha, daerah Lom- bok - Sumbawa 18.000 ha, Flores dan daerah-daerah lainnya di berbagai propinsi.
2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi
Pembangunan jaringan irigasi diarahkan untuk menunjang
486
perluasan areal pertanian dan juga untuk menunjang intensifi-
kasi pertanian. Kegiatan pembangunan irigasi dalam menunjang
perluasan sawah beririgasi mencakup areal yang semula merupa-
kan sawah tadah hujan, lahan pertanian tanah kering atau lahan
bekas perkebunan, serta lahan-lahan baru yang sebelumnya meru-
pakan padang alang-alang, dan semak belukar.
Pembangunan jaringan irigasi dalam rangka menunjang per-
luasan areal pertanian akan diarahkan di luar Jawa, di daerah
transmigrasi dan daerah-daerah yang petaninya sudah biasa dan
berhasrat bersawah, serta bersedia mencetak sawah untuk lahan
yang sebelumnya bukan sawah agar jaringan irigasi tersebut
kelak dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kriteria lain dalam
penentuan lokasi adalah: kecocokan tanah untuk pertanian ter-
utama padi, kualitas air, status tanah, fasilitas prasarana
lain seperti jalan untuk kemudahan usaha, sarana produksi dan
pemasaran hasil, serta perencanaan dengan memperhatikan ke-
mungkinan potensi untuk pertanian lainnya seperti untuk per-
ikanan tambak.
Dalam merencanakan sesuatu jaringan irigasi baru, ter-
utama di daerah-daerah tertentu dimana berkembang pula pemba-
ngunan di sektor lain seperti pemukiman, perindustrian, per-
tambangan dan sebagainya, penyediaan air yang akan dimanfaat-
kan untuk pertanian akan susah memperhitungkan kebutuhan-kebu-
tuhan untuk sektor lain. Kebijaksanaan ini, terutama akan le-
bih ditonjolkan agar terdapat keseimbangan antara persediaan
dan pemanfaatan air dengan berbagai kebutuhan yang ada di ber-
bagai sektor. Pemenuhan kebutuhan air untuk sektor di luar
pertanian masih sangat ketinggalan.
Jaringan irigasi yang akan dibangun dalam Repelita IV
487
direncanakan mencakup areal seluas 600.000 ha dan jaringan
tersier seluas 720.000 ha, yang terdiri dari: (a) Pembangun-
an jaringan irigasi sedang dan kecil yang tersebar dan men-
jangkau daerah-daerah terpencil hampir di semua propinsi,
dengan biaya relatif murah dan dapat segera berfungsi. (b)
Pengembangan irigasi khusus yang pada umumnya merupakan pem-
bangunan irigasi besar yang memerlukan pengamanan dan pelak-
sanaan secara khusus, serta pada beberapa jaringan irigasi
dilengkapi dengan waduk-waduk besar untuk menjamin penyediaan
air terutama pada musim kemarau. Kegiatan-kegiatan tersebut
yang sebagian besar lanjutan dari Repelita III antara lain di-
laksanakan di daerah Teluk Lada dan Banten Selatan dan Suka-
bumi Jawa Barat sekitar 20.000 ha, di daerah Kedu Selatan dan
Sidareja Jawa Tengah sekitar 34.000 ha, di daerah Krueng Jrue
(Aceh Besar), Krueng Baro (Aceh Pidie) dan daerah Jambu Aye-
Arakundo 28.000 ha, di daerah Batang Gadis (Tapanuli Selatan)
dan Namu Sira-Sira sekitar 9.000 ha, di daerah Pasaman, Sawah-
lunto dan Sijunjung Sumatera Barat 15.000 ha, di daerah Beli-
tang - Komering 16.000 ha, Way Rarem Lampung Utara 9.000 ha,
Riam Kanan Kalimantan Selatan 4.000 ha, di daerah Dumoga (Boo-
lang Mongondow) Sulawesi Utara 4.000 ha, di daerah Parigi-Poso
15.000 ha, di daerah Luwu dan Sanrego (Bone) Sulawesi Selatan
18.000 ha, Wawotobi (Kendari - Kolaka) Sulawesi Tenggara
8.000 ha, di seluruh Bali 16.000 ha, pembangunan embung-em-
bung (waduk lapangan) di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tengga-
ra Timur, di daerah Prafi, Genyem di Irian Jaya. (c) Usaha
pengembangan air tanah di daerah-daerah rawan dan langka air
permukanan untuk pertanian dan juga penambahan keperluan ru-
mah tangga akan dikembangkan di daerah-daerah Pati, Gemolong
dan Klaten Selatan di Jawa Tengah, Yogyakarta Selatan, di Bo-
488
jonegoro, Lamongan, Madura di Jawa Timur, Bali, Lombok, Flo-
res dan beberapa daerah lainnya yang mencakup areal sekitar
36.000 ha.
3. Program Pengembangan Daerah Rawa
Usaha perluasan areal pertanian juga dikembangkan dengan
memanfaatkan lahan rawa pasang surut dan rawa bukan pasang
surut yang dikaitkan pula dengan kegiatan transmigrasi dan
pemukiman penduduk, yang dilaksanakan dengan mengadakan rek-
lamasi lahan rawa berupa pembuatan saluran dan bangunan drai-
nase, sehingga daerah rawa yang tidak produktif dapat dikem-
bangkan menjadi daerah pusat-pusat produksi pertanian baru.
Jaringan drainase pasang surut yang sudah dibangun dalam
rangka pembukaan lahan rawa sifatnya masih sederhana dan me-
rupakan tahap pertama yang masih memerlukan penyempurnaan.
Untuk itu juga akan dilaksanakan peningkatan kondisi dan me-
lengkapi prasarana tersebut agar dapat berfungsi dengan baik.
Dalam Repelita IV akan dilaksanakan reklamasi rawa pa-
sang surut dan rawa bukan pasang surut masing-masing seluas
310.000 ha dan 150.000 ha di daerah-daerah Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Sela-
tan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan dan Irian Jaya.
4. Program-program Penunjang dari Sektor Lain
Beberapa program yang termasuk sub sektor lain yang ber-
sifat menunjang program-program sub sektor pengairan di anta-
ranya adalah :
489
(1) Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air
Di dalam program ini pembangunan pengairan melalui ke-
giatan persungaian ditujukan untuk mengamankan daerah produk-
si pertanian, daerah pemukiman serta jalur-jalur pengangkutan
terhadap gangguan bencana banjir. Oleh sebab itu sungai-sungai
yang menjadi sumber air untuk jaringan irigasi yang ada perlu
diamankan, dengan melakukan kegiatan-kegiatan pelurusan alir-
an, sudetan, pembuatan saluran banjir, pembuatan tanggul, per-
kuatan dan perlindungan tebing, pembuatan saluran banjir dan
lain-lain.
Pembangunan waduk-waduk di samping untuk pencegahan ban-
jir juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi, air
minum, pembangkit listrik tenaga air dan manfaat lainnya se-
perti pertanian, pariwisata dan lain-lain termasuk dalam pro-
gram ini. Dalam Repelita IV waduk-waduk besar yang akan dapat
diselesaikan antara lain: (a) Waduk Wadas Lintang di daerah
Kedu Jawa Tengah yang mampu menyediakan air untuk sekitar
31.000 ha, pengendalian banjir untuk daerah Mawas, pembangkit
tenaga listrik 16 MW, serta untuk penyediaan air domestik.
(b) Waduk Wonorejo di daerah Tulungagung Jawa Timur yang di-
rencanakan dapat mengairi sawah 9.000 ha, tambahan penyediaan
air untuk daerah Surabaya pada musim kering 8 m3/dt., tenaga
listrik 2,5 MW dan pengendalian banjir. Selain waduk-waduk
besar juga telah diselesaikan waduk-waduk kecil yang lebih
bersifat untuk penyediaan air irigasi tersebar di berbagai
propinsi.
Di samping waduk-waduk tersebut di atas, dalam Repeli-
ta IV dimulai pembangunan waduk-waduk besar antara lain: (a)
waduk Kedung Ombo di Grobokan Jawa Tengah yang direncanakan
490
untuk menambah penyediaan air irigasi seluas 53.000 ha, pe-
ngendalian banjir dan juga untuk pembangkit tenaga listrik;
(b) waduk Jati gede di kabupaten Sumedang Jawa Barat di daerah
aliran sungai Cimanuk yang direncanakan untuk meningkatkan
jaminan penyediaan air irigasi di daerah Rentang sekitar
90.000 ha, pembangkit tenaga listrik sekitar 175 MW dan juga
untuk pengendalian banjir. Selain waduk-waduk besar tersebut
juga dikembangkan waduk-waduk kecil terutama dalam rangka pe-
nyediaan air irigasi tersebar di berbagai propinsi.
Di samping pengamanan sungai yang tersebar di propinsi-
propinsi juga dilanjutkan penanganan sungai-sungai besar dan
yang secara khusus seperti Cimanuk, Bengawan Solo, Brantas,
Arakundo, Sei Ular dan Bah Bolon. Usaha pengendalian banjir di
kota-kota besar seperti Jakarta dan kota-kota lainnya serta
penanggulangan bencana alam akibat lahar gunung berapi yang
termasuk dalam program ini. Dalam Repelita IV usaha tersebut
diperkirakan akan meliputi areal seluas 500.000 ha.
(2) Program Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup.
Dalam rangka pelestarian dan pengembangan sumber-sumber
air bagi keperluan pertanian, air minum, perkotaan dan Indus-
tri serta ketenagaan, melalui program ini dilaksanakan berba-
gai kegiatan inventarisasi kebutuhan air dan kualitas air,
monitor dan evaluasi tingkat erosi dan pelumpuran serta inven-
tarisasi sumber-sumber air yang dapat dikembangkan dan perlu
usaha-usaha pelestariannya.
(3) Program Penelitian Pertanian dan Pengairan.
Melalui program ini sebagai dasar perencanaan pengembang-
an sumber air dilaksanakan kegiatan-kegiatan penyusunan ren-
491
cana induk pengembangan sumber air, perencanaan pengembangan
wilayah sungai dan lingkungan pengairan, serta penelitian ke-
adaan danau-danau dan waduk-waduk.Dalam hubungan dengan kegiatan-kegiatan tersebut di atas
dilaksanakan pemasangan dan observasi instalasi jaringan hi-
drologi dan hidrometeorologi yang dikaitkan dengan jaringan
Hidrologi Nasional. Di samping itu juga dilaksanakan peneliti-
an dan penyelidikan yang mencakup segi-segi hidrologi, geohi-
drologi dan hidrokimia, serta hidrolika bangunan pengairan.
(4) Program Pendidikan dan Latihan Pengairan.
Mengingat peranan pengairan dalam Repelita IV cukup be-
sar dan hasil pembangunan pengairan terus meningkat, serta
kemajuan ilmu dan teknologi di bidang pengairan, maka melalui
program ini akan dilaksanakan latihan-latihan yang menghasil-
kan tenaga-tenaga teknis yang trampil, tenaga pengawas lapang-
an, tenaga penanggulangan akibat bencana alam gunung berapi,
dan mempersiapkan tenaga-tenaga eksploitasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi yang sudah berfungsi.
492
TA8EL 9 - 4
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT,1984/85 - 1988/89
(dalam jutaan rupiah)
PERTANIAN DAN PENGAIRAN
1984/85 1984/85-1988/89No. Kole SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran
Pembangunan)(AnggaranPembangunan)
01 SEKTOR PERTANIAN DAN PENGAIRAN 1.401.713,7 10.014.300,0
01.1 Sub Sektor Pertanian 883.401,7 5.346.300,0-- ----- ----- ------
01.1.01 Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan 537.150,7 2.966.318,0
01.1.02 Program Peningkatan Produksi Peternakan 44.109,0 316.857,6
01.1.03 Program Peningkatan Produksi Perikanan 50.945,2 351.520,5
01.1.04 Program Peningkatan Produksi Perkebunan 246.248,1 1.674.486,4
01.1.05 Program Peningkatan Produksi Kehutanan 4.948,7 37.117,5
01.2 Sub Sektor Pengairan 518.312,0 4.668.000,0------- ----- ------
01.2.01 Program Perbaikan dan Peningkatan I r igas i 170.947,7 1.265.015,2
01.2.02 Program Pembangunan Jaringan I r igas i Baru 310.664,2 3.131.403,6
01.2.03 Program Pembangunan Daerah Rawa 36.700,1 271.581,2
493