kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam...

85
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja Dekonsentrasi Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip- prinsip good governace sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah : 1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; 2) meningkatnya pengendalian penyakit; 3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; 4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehaan; 5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta 6) meningkatkan resvonsivitas sistem kesehatan. Berakhirnya pelaksanaan tugas tahun 2016 yang merupakan awal tahun implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik 1 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Transcript of kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam...

Page 1: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja

Dekonsentrasi Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governace sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah : 1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; 2) meningkatnya pengendalian penyakit; 3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; 4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehaan; 5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta 6) meningkatkan resvonsivitas sistem kesehatan. Berakhirnya pelaksanaan tugas tahun 2016 yang merupakan awal tahun implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, yang mempunyai visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Pembangunan Kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional : 1) Pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) Pilar Penguatan Pelayanan Kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis resiko. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan unit yang sangat berperan dalam mewujudkan pilar pertama dalam “Program Indonesia Sehat”.

1 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 2: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja.

Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dalam mendukung kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil capaian indikator kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada di lingkungan Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat di tahun 2018.

Perjanjian kinerja yang ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan terdiri dari 6 Kegiatan dan 28 Indikator Kinerja Kegiatan.

B. Maksud dan TujuanPenyusunan laporan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

dalam mendukung penyusunan laporan kinerja Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2018 dalam mencapai target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat oleh Pejabat yang bertanggung Jawab.

C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi1. Visi dan Misi

Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu :

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

2 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 3: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat

dan berbasiskan kepentingan nasional, serta7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Visi dan Misi tersebut diterjemahan dalam sembilan agenda prioritas yang dikenal dengan NAWACITA yang ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpecaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakkan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpecaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik8. Melakukan revolusi karakter bangsa9. Memperteguh ke Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

2. TujuanTerlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di

Lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat dalam rangka terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna agar meningkatnya status kesehatan masyarakat.

3. Nilai-NilaiGuna mewujudkan visi dan misi serta rencana strategis pembangunan

kesehatan, Ditjen Kesehatan Masyarakat menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam Renstra Kementerian Kesehatan antara lain :

a. Pro Rakyat;b. Inklusif;c. Responsif;d. Efektif;e. Bersih.

4. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat

3 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 4: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan.

Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2015-2019 meliputi :a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,

dan Lanjut Usia yang Bekualitas.b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat;c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan;d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

5. Sasaran Ditjen Kesehatan MasyarakatSasaran Direktorat Kesehatan Masyarakat, adalah meningkatnya ketersediaan

dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat.

6. Indikator KinerjaIndikator Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat yaitu :a. Persentase Ibu Bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF);b. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)c. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan.

D. Tugas Pokok dan FungsiSesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kesehatan, tugas pokok Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas, Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak;

4 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 5: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak;

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;

6. Pelaksanaan administrasi Diirektorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, dan7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Fungsi tersebut dilaknakan oleh organisasi dengan susunan :a. Sekretariat Direktorat Jenderal;b. Direktorat Kesehatan Keluarga;c. Direktorat Kesehatan Lingkungan;d. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga;e. Direktorat Gizi Masyarakat; danf. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Disamping Direktorat teknis di pusat, Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat membina beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah, antara lain :

1. Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) Bandung;2. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) Makasar;3. Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) Palembang.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dalam hal ini Bidang Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu Satuan Kerja Dekonsentrasi Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, tugas pokoknya adalah :

1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga, gizi masyarakat serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;

2. Pelaksanaan kebijakan operasional di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga, gizi masyarakat serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;

3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan  keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;

5 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 6: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan keluarga,  kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat serta promosi   kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

E. Potensi dan PermasalahanPotensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input dalam

menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan.Saat ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan

sudah cukup baik, akan tetapi Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil dengan komplikasi dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan, perdarahan post partum, serta penyebab karena lain-lain juga semangkin meningkat. Penyebab dan komplikasi kematian ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu memeriksa kelainan pada ibu hamil sedini mungkin.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, TB, HIV, Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua > 35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 orang). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda ( < 20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin.

Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum memadai. Demikian juga secara kuantitas, jumlah fasyankes primer dan rujukan mampu memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal meningkat namun belum diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Peningkatan Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil terutama pada masa remaja, calon pengantin menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan AKB.

Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Sebanyak 11,2%,

6 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 7: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pneumonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan setempat.

Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah untuk mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis, karena pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta berdaya ungkit lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib Puskesmas. Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang menjangkau remaja di sekolah dan di luar sekolah. Prioritas Program UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi dan deteksi dini penyakit tidak menular. Salah satu inovasi yang dikembangkan UKS saat ini adalah pengembangan model sekolah sehat.

Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja, penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-45 tahun. Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar sejak awal faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja adalah mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan kelompok pekerja rentan seperti Nelayan, TKI, dan Pekerja Perempuan.

Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi dengan masalah stunting. Stunting terjada karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan polah asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan seorang anak adalah masalah kritis yang menentukan masalah depannya. Yang menjadi masalah, lelwat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati. Untuk mengatasi stunting, masyaraka tperlu dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan

7 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 8: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

stunting, maka Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi hinggan anak berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik) tetap juga oleh sektor di Luar Kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

F. Sistematika

Sistematika penulisan Laporan Kinerja Direktoral Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut : Ringkasan Eksekutif Kata Pengantar Daftar Isi BAB I

Penjelasan umum organisasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (Stragegic issued) yang sedang dihadapi organisasi.

BAB IIMenjelaskan uraian ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat tahun 2019

BAB IIIPenyajian capaian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut : membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini; membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan; analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.

BAB IVPenutup, pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

LAMPIRAN Formulir PK : Pengukuran Kinerja

8 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 9: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

BAB IIPERENCANAAN KINERJA

A. Perjanjian KinerjaPerjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan telah

ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan untuk mewujudkan target kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.

Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2019 yang telah ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan berisi Indikator Kinerja Kegiatan Program Kesehatan Masyarakat.

B. Indikator Kinerja Program Kesehatan MasyarakatDalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, program kesehatan masyarakat memiliki kegiatan-kegiatan yang diukur melalui 3 indikator sebagai berikut : 1. Persentase Ibu Bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF);2. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)3. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan.

Cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan persalinan sesuai standar yang dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan (PF). Indikator PF menjadi penting karena penyebab keamtian ibu di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh karena perdarahan dan infeksi pada saat persalinan, yang seharusnya dapat dicegah bila ibu mendapatkan pelayanan persalinan sesuai dengan standar di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurunkan angka kematian ibu merupakan bagian dari kesepakatan global terhadap pembangunan kesehatan berkelanjutan (SDGs)

Cakupan ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) menggambarkan permasalahan gizi ibu hamil yang disebabkan karena kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, dan dapat berdampak terhadap kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan.

Cakupan kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan menggambarkan bahwa kontribusi lingkungan yang sehat sebagai faktor

9 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 10: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

determinan terbesar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan teori Bloom.

Ketiga indikator diatas diharapkan dapat menjadi daya ungkit terhadap keberhasilan dalam pencapaian program kesehatan masyarakat. Berikut indikator program/kegiatan bidang kesehatan masyarakat menurut perjanjian kinerja tahun 2019.

Tabel 1. Indikator Program/Kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019

No Program/Kegiatan Indikator Program/Kegiatan

Target Nasional

Target Provinsi

Capaian/Realisasi

1 Pembinaan Gizi Masyarakat

Persentase ibu hamil KEK yang mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

95 % 95 % 100 %

2 Pembinaan Gizi Masyarakat

Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Ekslusif.

50 % 50 % 57,79 %

3 Pembinaan Gizi Masyarakat

Persentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama kehamilan.

98 % 98 % 94,39 %

4 Pembinaan Gizi Masyarakat

Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan.

90 % 50 % 99,54 %

5 Pembinaan Gizi Masyarakat

Persentase remaja putri yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD).

30 % 50 % 33,95 %

6 Pembinaan Gizi Masyarakat

Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

50 % 47 % 83,51 %

7 Pembinaan Kesehatan Keluarga

Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal empat kali (K4).

80 % 90 % 95,24 %

8 Pembinaan Kesehatan Keluarga

Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)

90 % 92 % 95,45 %

9 Pembinaan Kesehatan Keluarga

Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1

70 % 72 % 88,24%

10 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 11: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

10 Pembinaan Kesehatan Keluarga

Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10

60 % 69 % 85,29%

11 Pembinaan Kesehatan Keluarga

Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja

45 % 47 % 71%

12 Pembinaan Kesehatan Keluarga

Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil

90 % 92 % 100 %

13 Pembinaan Kesehatan Keluarga

Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

100 % 100 % 100 %

14 Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI

730 unit 340 unit 341 unit

15 Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar.

100 % 100 % 100 %

16 Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

80 % 80 % 82%

17 Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

60 % 80 % 68,91 %

18 Penyehatan Lingkungan

Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan.

50 % 50 % 11 %

19 Penyehatan Lingkungan

Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (kumulatif).

45000 45000 24444

20 Penyehatan Lingkungan

Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai

36 % 36 % 25 %

11 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 12: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

standar

21 Penyehatan Lingkungan

Persentase Tempat- tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

58 % 58 % 74,78 %

22 Penyehatan Lingkungan

Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan

32 % 10 % 38,02 %

23 Penyehatan Lingkungan

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

386 kab 3 kab 6 kab

24 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Persentase Desa yang memanfaatkan dana Desa 10% untuk UKBM

50 % 50 % 75,02 %

25 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS

80 % 80 % 76,47%

26 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR- nya untuk program kesehatan

20 1 17

27 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan

15 2 9

28 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat

Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

94 % 93 % 97,53 %

BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA

12 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 13: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

A. Capaian Kinerja OrganisasiPerkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya

memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahaan yang baik di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran.

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengukuran pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.1. Indikator Kinerja Utama (Kinerja Program)

Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Kementerian Kesehatan dengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Prevalensi Stunting.

a. Jumlah Kematian IbuAnalisa Capaian Kinerja

Jumlah kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 berdasarkan laporan rutin Kesehatan Keluarga berjumlah 105 kasus, lebih rendah dari target sebesar 118 kasus. Kejadian kematian ibu di Kabupaten/Kota berkisar antara 1 - 18 kasus. Kasus kematian ibu tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuasin (18 kasus), kemudian diikuti oleh Kabupaten Musi Banyuasin (12 kasus), Kabupaten Muaraenim (12 kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada gambar 3.1.

Adapun penyebab kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 terbanyak adalah perdarahan (36,19%), Hipertensi dalam kehamilan (26.67%), Infeksi (28,43%), Gangguan Sistem Pembuluh Darah (32,14%), Gangguan Metabolik (22,11%) dan penyebab lain-lain (23,81%). Jumlah kematian ibu terlihat kecenderungan menurun, meskipun terjadi peningkatan signifikan pada kematian ibu yang disebabkan perdarahan dan infeksi dibandingkan tahun 2018. Kabupaten yang termasuk banyak jumlah kasus kematian ibu yaitu Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan hasil kajian dan laporan bahwa sebagian ibu hamil tidak mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan, kurangnya kewaspadaaan petugas dalam deteksi dini pada bumil dan ANC belum

13 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 14: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

sesuai standar dan pengambilan keputusan untuk merujuk terlambat dari keluarga.

Trend kematian ibu dalam 5 tahun terakhir di provinsi Sumatera Selatan telah mengalami penurunan namun belum signifikan krn pernah terjadi fluktuasi pada tahun 2018 (120 kasus) walaupun menurun di tahun 2019 (105 kasus).

Gambar 3.1 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019

Gambar 3.2. Trend Jumlah Kematian Ibu dari tahun 2015 - 2019Provinsi Sumatera Selatan

Analisa Kegagalan

14 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 15: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Menurut Prof. Endang L Achadi, Kematian ibu disebabkan oleh komplikasi kebidanan yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu. Sementara kejadian komplikasi kebidanan (kehamilan/persalinan) hanya sekitar 15%, selebihnya (85%) kehamilan/persalinan terjadi normal.Sebagian besar komplikasi kebidanan tidak dapat diprediksi, artinya setiap kehamilan berisiko.

Tingginya Jumlah Kematian Ibu dipengaruhi oleh kondisi :1) Ketersediaan data yang akurat,

Ketidak-tersediaannya data yang akurat, berimplikasi pada tidak diketahuinya besaran masalah yang sesungguhnya sehingga tidak bisa memonitor dan mengevaluasi keberhasilan/kegagalan program. AKI yang masih tinggi dan tidak turun, apakah memang tidak turun atau naik, atau karena datanya yang tidak tersedia atau tidak akurat.

2) Efektivitas Program. Fakta-fakta berikut ini memperlihatkan kondisi efektivitas program (paparan prof. Endang pada Rakerkesnas 2019) :

70,15% Bidan tinggal di desa; 64,86% Bidan di Desa yang mempunyai Kit; Bidan di Desa yang mampu Gawat Darurat Obstentri Neonatal

10,80%; Bidan di Desa yang telah dilatih APN baru sekitar 46,63%; Puskesmas Perawatan mampu PONED baru sekitar 47,4%; Puskesmas mampu PONED yang tersedia MgSO4 baru sekitar

42,63% Berdasarkan hasil studi di Banten tahun 2006, ada sekitar 100

kematian ibu disebabkan keterlambatan; dan 45% dari keterlambatan tersebut karena terlambat dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan SP2010 - Litbangkes 2012 bahwa sekitar 49,7%-75,3% kematian ibu terjadi di RS pemerintah dan swasta.

Berdasarkan rifaskes 2011, bahwa hanya 21% RS Pemerintah yang memenuhi kriteria umum PONEK;

Ada sekitar 52,7% RSU Pemerintah dengan Dokter telah terlatih PONEK;

Ada sekitar 50,4% RSU Pemerintah dengan Bidan telah dilatih PONEK;

Studi di Banten memperlihatkan bahwa 44% terlambat mendapatkan pelayanan di RS.

Analisa Keberhasilan

15 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 16: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Faktor yang mendukung keberhasilan penurunan AKI, adalah sebagai berikut :1. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, melalui 3 pilar

yaitu Penerapan Paradigma Sehat, Penguatan Layanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional;

2. Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan RS) sehingga ada peningkatan mutu pelayanan;

3. Adanya sertifikasi tenaga kesehatan sebagai legalisasi untuk memberikan pelayanan kesehatan;

Alternatif SolusiSesuai dengan Rekomendasi yang disampaikan oleh Prof. Endang

pada Rakerkesnas 2019, berapa prioritas yang harus dilakukan yaitu :1. Perioritas Pertama, Perlunya menjamin kesinambungan pelayanan

kebidanan selam 24 jam 7 hari, mulai tingkat pelayanan pertama, pelayanan rujukan sampai RS Rujukan, hal ini memerlukan dukungan Pemerintah Daerah :

a. Ketersediaan SDM yang kompeten di setiap tingkat pelayanan;b. Kebijakan tentang standar pelayanan yang jelas termasuk

perencanaan pelatihan SDM;c. Kebijakan tentang sistem rujukan efektif yang jelas (Langsung ke

RS Rujukan pada kasus darurat) dan transportasi;d. Ketersediaan Sarana dan Prasarana termasuk Darah.

2. Perioritas Kedua, meningkatkan kualitas pelayanan pada masa nifas :a. Ibu maternal, pada hari 8-24 pasca salin;b. Neonatal, pada hari 2-7 pasca lahir.

3. Perioritas Ketiga, meningkatkan kualitas pelayanan ANC, baik untuk pendeteksian dan pencegahan penyebab kematian maternal langsung maupun tidak langsung (Termasuk malaria).

4. Perioritas Keempat, ditujukan kepada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Menurunkan anemia dan status gizi kurus (wasting) sebelum kehamilannya untuk mencegah komplikasi kebidanan, prematur dan BBLR.

5. Perioritas Khusus, menjamin ketersediaan data melalui pengukuran data pada tingkat kabupaten/kota dengan metoda yang terbukti mencakup jumlah kematian maksimal.

b. Jumlah Kematian BayiAnalisa Capaian Kinerja

16 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 17: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 berdasarkan laporan rutin Kesehatan Keluarga berjumlah 509 kasus, terjadi peningkatan sebanyak 42 kasus dari tahun 2018. Jumlah Kasus Kematian Bayi Tahun 2019 melebihi target RPJMD 2019 yaitu sebesar 477. Kabupaten Banyuasin salah satu penyumbang kasus terbanyak. Beberapa faktor penyebab kematian bayi yaitu bumil risiko tidak seluruhnya melahirkan di RS, persalinan bukan di fasyankes, proses rujukan belum optimal karena akses/ jarak dan waktu tempuh, diagnosis bayi yang buruk, dan kelainan bawaan

Jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuasin (57 kasus), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (56 kasus), Kabupaten OKU (53 Kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2.1. Jumlah Kematian Bayi menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019

Penyebab kematian bayi dibagi berdasarkan masa neonatal (< 28

hari) dan post neonatal. Penyebab kematian bayi pada masa neonatal pada tahun 2019 adalah BBLR (155 kasus), Asfiksia (116 kasus), Tetanus Neonatorum (7 kasus), Sepsis (9 kasus), kelainan bawaan (29 kasus) dan penyeban lainnya (105 kasus). Sedangkan penyebab kematian bayi pada masa post neonatal adalah Diare (24 kasus), Pneomonia (10 kasus), Kelainan Sistem Pencernaan (1 kasus), Kelainan Saraf (1 kasus), Malaria (0 kasus), dan penyebab lainnya (51 kasus). Kematian neonatal 87% terjadi pada usia perinatal.

17 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 18: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Penyebab kematian usia post neonatal tertinggi adalah diare (66%) dan pneumonia (28%) yang seharusnya kasus tersebut bisa dicegah terjadinya kematian dengan deteksi dini tanda bahaya dan penanganan bayi dan balita sakit menggunakan MTBM dan MTBS.

Analisa KegagalanBeberapa kondisi yang mempengaruhi kematian bayi terutama

kematian neonatal adalah :1) Periode Pra Hamil : terjadi anemia, atau status gizi kurus/gemuk, maka

pada saat memasuki kehamilan akan mengakibatkan anemia, status gizi kurus/gemuk.

2) Periode Kehamilan : terjadi anemia, atau kurus/gemuk, pertambahan berat badan hamil rendah, atau tidak imunisasi TT, maka akan mengakibatkan BBLR, Pramature, bayi lahir dengan defisiensi besi mengakibatkan anemia di usia 4 bulan dan IQ turun 12 poin, kemudian risiko tetanus.

3) Periode Saat Persalinan - 24 jam Post Partum : terjadi kualitas pelayanan persalinan rendah, ada komplikasi, kualitas pelayanan neonatal rendah dan kualitas pelayanan BBLR dan Prematur rendah akan mengakibatkan asfiksia, hipotermia atau infeksi pada bayi.

4) Periode hari ke 2-7 dan hari ke 8-27 : terjadi kualitas pelayanan neonatal rendah seperti asupan yang tidak adequat, lemah dalam pencegahan dan penanganan infeksi, mengakibatkan infeksi dan kekurangan zat gizi.

Alternatif Solusi

Keberhasilan penurunan angka kematian bayi dan neonatal adalah dengan memperkecil atau menghilangkan faktor-faktor risiko yaitu :1) Peningkatan cakupan TTD bagi remaja putri 2) Peningkatan konsumsi sayur-sayuran3) Pelayanan ANC berkualitas yaitu 10T terpenuhi4) Peningkatan Kualitas Pelayanan Persalinan dan Pasca Salin5) Orientasi dan pelatihan bagi tenaga kesehatan (bidan dan dokter)

2. Indikator Kinerja Kegiatan a. Pembinaan Gizi Masyarakat

1) Persentase ibu hamil kurang energi kronik yang mendapatkan makanan tambahan.Analisa Capaian Kinerja

18 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 19: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Bumil KEK di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 berjumlah 18.849 orang (6,54 % dari 176.027 ibu hamil tahun 2019). Jika dilihat menurut kabupaten/kota, semua kabupaten/kota berada diatas 5% sebagai ambang batas permasalahan kesehatan masyarakat (WHO). Hanya 3 (tiga) kabupaten yang memiliki Bumil KEK dibawag 5 % yaitu Pagar Alam (2,08%), OKU Timur (2,33%) dan Banyuasin (4,96%).

Gambar 3.3. Prevalensi Bumil KEK menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Persentase ibu hamil kurang energi kronik yang mendapatkan makanan tambahan tahun 2019 mencapai 97,9 % melampaui dari target 80%. Sebagian besar kabupaten/kota telah mencapai 100%. Bumil KEK yang mendapatkan makanan tambahan terendah kabupaten Empat Lawang (91,66%) dan Kabupaten Lahat (91,77%).

Gambar 3.4. Cakupan Bumil KEK yang mendapat PMT menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

19 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 20: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Analisa KegagalanMenurut Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2010), batas ambang

masalah kesehatan masyarakat untuk ibu hamil dengan risiko KEK adalah < 5%, sementara hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka 17,3% untuk prevalensi ibu hamil KEK, dan lebih tinggi dari tahun 2017 (14,8%). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk Sumatera Selatan masih mempunyai masalah kesehatan masyarakat kategori sedang (10-19%) untuk masalah ibu hamil dengan risiko KEK. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi ini adalah :1) lebih dari setengah jumlah bumil di Indonesia masih mengalami

defisit konsumsi energi. Hal ini tergambarkan dari hasil Survei Diet Total (SDT) tahun 2014, yang menunjukkan sebanyak 52,2% ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi < 70% angka yang dianjurkan. Data ini diperkuat dengan hasil PSG (2016), dimana sebanyak 53,9% ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi < 70% angka yang dianjurkan.

2) Masih ada kabupaten/kota dengan kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil KEK yang belum mencapai 100% di tahun 2018.Beberapa kabupaten/kota yang belum mencapai 100% Bumil KEK

yang mendapatkan PMT disebabkan oleh beberapa faktor :1) Kurangnya kepatuhan tenaga kesehatan (pengelola gizi) dalam

melaporkan cakupan Pemberian PMT Bagi Bumil KEK.2) Belum meratanya ketersediaan tenaga gizi

Analisa Keberhasilan

20 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 21: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Sementara itu, secara program kegiatan, keberhasilan capaian program didukung oleh beberapa kondisi yaitu : 1) Rata-rata konsumsi Kalori dan Protein per Kapita per Hari

Berdasarkan hasil Susenas, rata-rata konsumsi kalori dan protein per kapita per hari menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013, konsumsi kalori per kapita per hari sebesar 1.835,58 Kal, meningkat menjadi 2.136,13 Kal pada tahun 2017.Begitupun konsumsi protein per kapita per hari, tahun 2013 sebesar 52,76 gram, dan meningkat di tahun 2017 menjadi 62,16 gram.Unicef (1998) mengungkapkan bahwa status gizi seseorang dipengaruhi langsung oleh asupan makanan dan penyakit infeksi. Fakta bahwa konsumsi kalori dan protein per kapita per hari meningkat sejak tahun 2013, secara langsung berpengaruh juga kepada status gizi masyarakat termasuk ibu hamil.Peningkatan konsumsi kalori dan protein per kapita per hari masyarakat Indonesia, didukung juga dengan meningkatnya rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk kelompok barang makanan. Pada tahun 2013, pengeluaran untuk kelompok barang makanan sebesar 48,9% per bulan, dan meningkat menjadi 50,8% per bulan di tahun 2017 (BPS, 2018 dalam Lakip Ditjen Kesmas, 2018)

2) Kegiatan kelas ibu hamilKelas ibu hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok. Melalui kelas ibu hamil diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku ibu dalam hal kehamilan. Dalam kegiatan ini pengetahuan tentang gizi dan konseling dapat diberikan untuk ibu hamil terutama ibu hamil yang berisiko.Data laporan rutin Direktorat Kesehatan Keluarga menunjukkan, puskesmas yang menyelenggarakan kelas ibu hamil meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2017, sebesar 92,98% puskesmas sudah melaksanakan kelas ibu hamil dan meningkat menjadi 95,03% di tahun 2018. Sehingga dapat diasumsikan bahwa semakin banyak ibu hamil yang meningkat pengetahuan gizinya. (Laporan rutin Dit.Kesga per tanggal 25 Januari 2019 dalam Lakip Ditjen Kesmas 2018).

3) Penyelenggaraan kegiatan pelayanan antenatal di puskesmas (ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali)

21 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 22: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Kegiatan ini merupakan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan minimal 4 kali, sesuai dengan ketetapan waktu kunjungan. Melalui kegiatan ini diharapkan ibu hamil dapat dideteksi secara dini adanya masalah, gangguan atau kelainan dalam kehamilannya, dan dilakukan penanganan secara cepat dan tepat.Pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan memberikan pelayanan antenatal secara lengkap, salah satunya adalah nilai status gizi dengan cara mengukur LILA. Pada tahun 2017, sebanyak 86,35% sudah mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama masa kehamilannya, dan meningkat menjadi 87,05% di tahun 2018 (Laporan rutin Dit.Kesga per tanggal 25 Januari 2019 dalam Lakip Ditjen Kesmas tahun 2018).

4) Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP).GP2SP merupakan upaya pemerintah, masyarakat maupun pengusaha untuk menggalang dan berperan serta, guna meningkatkan kepedulian dalam upaya memperbaiki kesehatan dan status gizi pekerja perempuan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kualitas generasi penerus. Kegiatan utama GP2SP diantaranya adalah perusahaan penyediakan ruang ASI, mengadakan kelas ibu hamil, cek kesehatan secara berkala dan memperhatikan gizi pekerja hamil dan menyusui di tempat kerja. Pada tahun 2018, dari 3.041 perusahaan dengan pekerja perempuan lebih dari 100 orang, sudah sekitar 448 (14,7%), naik sekitar 2% dari tahun sebelumnya, perusahaan yang sudah melaksanakan GP2SP.

Alternatif SolusiDalam mengatasi hambatan pencapaian kinerja, Bidang Kesmas

pada tahun 2020 akan melakukan :1. Konseling ibu tentang gizi seimbang bagi ibu hamil yang terintegrasi

di kelas ibu.2. Penyuluhan tentang MT untuk ibu hamil KEK, dengan

memanfaatkan pangan lokal, sehingga tidak tergantung kepada pangan jadi atau pangan pabrikan.

3. Pendidikan gizi seimbang dan konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri, dalam rangka meningkatkan status kesehatan remaja putri yang merupakan calon ibu.

22 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 23: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

2) Persentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD)

Analisa Capaian Kinerja Cakupan Pemberian TTD pada ibu hamil (Fe3) di Sumatera

Selatan pada tahun 2019 mencapai 94,39% meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya (92,81%), namun belum mencapai target 2019 yang ditetapkan sebesar 98%. 3 kabupaten terendah persentase ibu hamil yang mendapatkan TTD menurut kabupaten/kota adalah OKU (87,08%), OKU Selatan (88,06%) dan Musi Rawas Utara (88,06%) sedangkan persentase tertinggi dicapai oleh Kota Prabumulih (99,37%) seperti terlihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5. Cakupan Bumil yang mendapatkan TTD menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Sementara itu, kasus ibu hamil anemia di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 7,26 %. Ibu hamil anemia di kabupaten/kota berada pada rentang 0,16 - 61,02%, dimana kasus tertinggi terjadi di kabupaten PALI (61.02%) yang dapat dilihat pada gambar. 3.6.

Gambar 3.6. Persentase Bumil Anemia menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

23 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 24: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Analisa KegagalanCapaian kinerja Ibu Hamil yang mendapatkan TTD belum mencapai target 95% dipengaruhi oleh beberapa kondisi sebagai berikut :1) Rendahnya kepatuhan Ibu Hamil dalam mengkonsumsi TTD, hal ini

disebabkan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang manfaat mengkonsumsi TTD untuk kesehatan ibu dan bayinya termasuk lemah pengawasan dari keluarga termasuk suami.Hal ini didukung oleh hasil Riskesdas 2018, bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi TTD < 90 butir hanya 61,9%, dan TTD 90 butir atau lebih hanya 38,1%. Faktor lain kurangnya kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi TTD karena efek sampingnya berupa rasa mual dan faeces berwarna hitam.

2) Terbatasnya ketersediaan TTD di beberapa kabupaten/kota.Hal ini didukung dari hasil Riskesdas 2018, ibu hamil yang mendapatkan TTD hanya 73,2%. Dari 73,2% tersebut, Ibu hamil yang mendapatkan TTD 90 butir lebih hanya 24%, TTD < 90 butir sekitar 76%.

3) Kurang lengkapnya penjelasan/penyuluhan tentang TTD kepada Bumil oleh tenaga kesehatan.

Analisa KeberhasilanFaktor yang mendukung keberhasilan pencapaian kinerja kegiatan,

adalah dipengaruhi oleh kondisi :

24 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 25: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

1) Droping TTD dari Kementerian Kesehatan ke Daerah, disamping ada daerah kabupaten/kota yang juga menganggarkan untuk penyediaan TTD.

2) Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil oleh setiap puskesmas3) Pelayanan ANC terpadu berkualitas.

Alternatif Solusi1) Memastikan setiap ibu hamil terdata, dan secara dini memeriksakan

kehamilannya. Hal ini bisa melibatkan peran serta masyarakat

(kader), membuat kebijakan di tingkat desa, meningkatkan

pengetahuan dan kepedulian suami.

2) Memastikan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil diikuti oleh setiap ibu

hamil, termasuk kualitas pelaksanaan kelas ibu hamil yang tidak

hanya adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang gizi dan

pentingnya konsumsi ttd, juga adanya kesadaran dan kemauan untuk

mengkonsumsi TTD. Indikatornya perlu dirubah dari Puskesmas

yang melaksanakan kelas ibu hamil menjadi Persentase Ibu Hamil

yang mengikuti Kelas Ibu Hamil.

3) Memastikan ketersediaan TTD disetiap fasilitas kesehatan

4) Pelaksanaan ANC terpadu dan berkualitas.

3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif

Analisa Capaian Kinerja

Cakupan bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI

Eksklusif tahun 2019 Provinsi Sumatera Selatan mencapai 57,79%

melampaui target yang ditetapkan sebesar 47%. Capaian menurut

kabupaten/kota berkisar antara 25,31% - 80,89%, dimana cakupan

terendah adalah Kabupaten OKU (25,31%) dan tertinggi dicapai oleh

Kota Palembang (80.89%) seperti terlihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7. Persentase Bayi usia kurang 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif menurut kabupaten/kota Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2019

25 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 26: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Analisa Kegagalan

Beberapa faktor yang mempengaruhi masih rendahnya cakupan

bayi umur 0-6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif adalah :

1. Petugas kesehatan kurang memberikan edukasi kepada Ibu dan

Keluarga terkait pentingnya ASI Eksklusif

2. Susu Formula masih gencar dipromosikan

3. Tradisi masyarakat yang memberikan makanan saat bayi baru lahir.

4. Belum semua RS terapkan 10 LMKM (Langkah Menunju

Keberhasilan Menyusui)

5. Belum semua bayi memperoleh IMD

6. Jumlah konselor menyusui masih sedikit

7. Belum semua kantor dan fasilitas umum membuat ruang menyusui

Alternatif Solusi

1. Meningkatkan KIE yang efektif dan terukur kepada Masyarakat

2. Menyusun dan menerapkan kebijakan terkait dengan promosi susu

formula

3. Meningkatkan jumlah dan peran konselor ASI

4. Meningkatkan kepatuhan petugas di rumah sakit dalam menerapkan

10 LMKM

5. Memastikan semua bayi baru lahir memperoleh IMD.

26 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 27: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

4) Persentase bayi baru lahir mendapat inisiasi menyusui dini (IMD)

Analisa Capaian Kinerja

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah memberikan ASI segera

setelah bayi dilahirkan,biasanya dalam waktu 30 menit sampai satu jam

setelah bayi lahir. Berdasarkan laporan rutin yang disampaikan dari

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan tahun

2019, Cakupan IMD Provinsi Sumatera Selatan sebesar 86,40 %,

dengan rentang antara 31,75% - 100 %. Posisi tiga cakupan tertinggi

dicapai oleh Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin dan Musi Rawas

sebesar masing-masing 100%. Sementara tiga kabupaten/kota yang

mencapai cakupan IMD terendah adalah Kabupaten OKU (31,75%).

Cakupan IMD per kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun

2018 dapat dilihat pada gambar 3.8.

Gambar 3.8. Persentase Bayi baru lahir yang mendapatkan IMD menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Analisa KegagalanCakupan IMD pada bayi baru lahir masih rendah kemungkinan

dipengaruhi oleh beberapa kondisi, yaitu :

27 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 28: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

1) Belum ada dukungan regulasi yang mengatur tentang IMD 2) Kepatuhan Tenaga Kesehatan yang melaksanakan pelayanan

persalinan masih kurang untuk pelaksanaan IMD sesuai standar3) Kurangnya pengetahuan petugas tentang Pelakasnaan IMD4) Pengetahuan Orang tua / Keluarga masih rendah terkait dengan

IMD.

Alternatif Solusi1) Menyusun regulasi tentang IMD2) Meningkatkan kepatuhan petugas dalam melakukan IMD melalui

5) Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

Analisa Capaian KinerjaCakupan balita kurus yang mendapatkan makanan tambahan di

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 telah mencapai 99,540%, dengan rentang 94,05% - 100% telah dicapai oleh 17 kabupaten/kota. Ada 2 (dua) kabupaten yang belum dapat mencapai 100% yaitu Kabupaten Empat Lawang (94,05), Ogan Ilir (96,93%) dan Lahat (98.81) seperti terlihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9. Persentase Balita Kurus yang mendapat makanan tambahan menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun

2019

Analisa Kegagalan

28 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 29: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

1) Timbul rasa bosan pada Balita, karena mengkonsumsi PMT.2) Tidak tepat sasaran (bukan dimakan oleh Balita Kurus)3) Tenaga Kesehatan kurang memberikan penjelasan secara detail

tentang pentingnya konsumsi PMT bagi Balita Kurus

Analisa KeberhasilanAdanya droping PMT dari Kementerian Kesehatan secara terus

menerus, sehingga tidak akan terjadi kekurangan.

Alternatif Solusi1) Meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya gizi (keluarga sadar

gizi) dan pemberian makanan bayi dan anak.2) Meningkatkan pemantauan tumbuh kembang anak, tidak hanya oleh

petugas kesehatan, tapi juga harus terlibat aktif keluarga dan masyarakat.

6) Persentase remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

Analisa Capaian Kinerja Cakupan Remaja Putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 sebanyak 33,95%, sementara capaian menurut kabupaten/kota berkisar antara 5,96% - 75,82%. Tiga Kabupaten yang mencapai cakupan tertinggi adalah Kabupaten PALI (75,82%), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (73,01%) dan Kota Prabumulih (67,37%). Sedangkan capaian terendah terjadi di Kabupaten Mura Utara (5,96%) seperti yang tampak pada gambar 3.10.

Gambar 3.10. Persentase Remaja Putri yang Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2019

29 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 30: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Analisa KegagalanMasih rendahnya Cakupan Remaja Putri mendapat Tablet Tambah

Darah (TTD) dipengaruhi oleh beberapa kondisi yaitu :1) Kurang tersedianya TTD untuk remaja putri, penyediaan TTD yang ada

belum mencukupi karena dibagi dengan TTD untuk ibu hamil.2) Kebanyakan remaja putri tidak minum TTD, walaupun sudah

mendapatkan TTD dengan alasan efek mual.3) TTD saat ini belum diformulasikan khusus untuk remaja putri, tapi lebih

diformulasikan untuk di konsumi Ibu Hamil.4) Kurangnya promosi tentang Pentingnya TTD untuk Remaja Putri.

Alternatif Solusi1) Peningkatan Kegiatan UKS di setiap sekolah besinergi dengan kegiatan

Gizi, untuk memastikan setiap anak sekolah remaja putri meminum TTD dan mendapatkan penyuluhan tentang pentingnya gizi dan pola makan yang benar dan seimbang.

2) Peningkatan upaya sadar gizi keluarga melalui kerjasama lintas sektor.

b. Pembinaan Kesehatan Keluarga1) Persentase Ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)

Persalinan di fasilitas kesehatan merupakan indikator di Renstra 2015-2019. Pada Renstra sebelumnya lebih dikenal dengan “persalinan olen Nakes” (Pn). Perubahan indikator ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir dalam kerangka penurunan AKI dan AKB. Apabila setiap ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, maka ketika terjadi

30 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 31: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

komplikasi dan atau kegawatdaruratan maternal neonatal dapat segera ditangani oleh tim yang kompeten dengan fasilitas medis yang sesuai dengan standar. Dengan komitmen ini maka akses ibu hamil dan bersalin terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu menjadi sasaran penting dalam mencapai sasaran Renstra “meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi”. Dengan tujuan akhir adalah setiap ibu bersalin mendapat pelayanan sesuai standar sehingga kematian ibu dapat diturunkan.

Pertolongan persalinan merupakan proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Capaian program persalinan di fasyankes (PF) diukur dari jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan sesuai standar oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin dalam setahun dikali 100%.

Pada tahun 2017 hasil midterm review Renstra Kementerian Kesehatan yaitu indikator dan target pada Renstra tidak boleh berubah tetapi definisi operasional berubah sesuai dengan tupoksi Kementerian Kesehatan. Perubahan terjadi pada indikator PF dengan definsi operasional jumlah kabupaten/kota yang melaporkan pelaksanaan pelayanan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan tepat waktu.

Analisa Capaian Kinerja Cakupan Ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 90,93% belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 87%, sedangkan cakupan Ibu Bersalin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan per kabupaten/kota tahun 2019 berkisar antara 69,57% - 90,93% Cakupan tertinggi terjadi di Kota Palembang (99,26%) dan cakupan terendah dicapai oleh Kabupaten Muratara (69,57%). Berdasarkan target RPJMD tahun 2019, Provinsi Sumatera Selatan sudah di atas target rata-rata untuk persentase Persalinan di fasyankes. Namun, masih ada Kabupaten yang rendah cakupan pertolongan persalinan di fasyankes yaitu Kab. Muratara (69,57%). Salah satu penyebabnya ialah Perilaku/ tradisi masyarakat, (lebih memilih bersalin dengan dukun dan di rumah). Lebih terperinci capaian per kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.11. Persentase Ibu Bersalin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (PF) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2019

31 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 32: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Analisa KegagalanCakupan Ibu Bersalin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dipengaruhi oleh beberapa kondisi antara lain :1) Persalinan masih banyak ditolong oleh Bidan Di Desa di Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes) atau Polindes, sementara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2016 pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa jenis fasilitas pelayanan kesehatan terdiri a) tempat praktek mandiri tenaga kesehatan; b) pusat kesehatan masyarakat; c) klinik; d) rumah sakit; e) apotek; f) unit transfusi darah; g) laboratorium kesehatan; h) optical; i) fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum; dan j) fasilitas pelayanan kesehatan tradisional, sehingga berdasarkan hal tersebut poskesdes tidak termasuk salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan. Poskesdes adalah salah satu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat, dengan Bidan atau Perawat sebagai tenaga inti yang memberikan pelayanan kesehatan.

2) Kualitas ANC yang masih rendah, sebagai akibat dari kurangnya kompetensi bidan dalam P4K atau rendahnya kepatuhan bidan dalam pelaksanaan ANC berkualitas atau tidak memadainya sarana prasarana (partus set).

Alternatif Solusi1) Peningkatan faskes yang mampu memberikan pertolongan persalinan

terstandar.2) Peningkatan kualitas tenaga kesehatan dan kepatuhan dalam

pertolongan persalinan

32 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 33: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

2) Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)Analisa Capaian Kinerja

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 95,45% diatas target yang ditetapkan tahun 2019 yaitu 92%. Capaian menurut kabupaten/kota berada pada rentang 84,97% - 100%. Cakupan terendah terjadi di Kota Palembang (84,97%) dan Kabupaten PALI (86,43%). Penyebab cakupan rendah karena BBL tersebut meninggal sebanyak 5 org pd usia ‹ 48 jam (sebelum mendapatkan KN1). Secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.12.

Gambar 3.12. Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

3) Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)

Analisis Capaian Kinerja Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke

empat (K4) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 95,24%, masih belum mencapai target yang ditetapkan tahun 2019 sebesar 100%. Capaian kabupaten/kota pada rentang 85,54% - 99,37%. cakupan tertinggi (99,37%) dicapai oleh Kota Prabumulih sedangkan cakupan terendah dicapai oleh Kabupaten OKU Selatan (85,54%). Rendahnya cakupan K4 disebabkan karena kurang patuhnya petugas kesehatan thd standar pelayanan antenatal terpadu, perilaku masyarakat yang belum memahami pentingnya kunjungan kehamilan, akses ke fasyankes sebagian sulit dijangkau, pelayanan yang tidak terlaporkan, bumil

33 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 34: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

melakukan pelayanan di luar wilayah. Secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.13.

Gambar 3.13. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan Antenatal ke Empat (K4) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2019

Alternatif Solusi

1) Upaya pendataan ibu hamil melibatkan peran aktif masyarakat untuk memastikan setiap ibu hamil terdata dan memeriksakan kehamilan sedini mungkin.

2) Mengupayakan ada kebijakan di tingkat desa terkait pendataan ibu hamil dan pemeriksaan kehamilan sejak awal kehamilan

4) Persentase puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1Analisa Capaian Kinerja

Cakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 88,24% masih belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 100%. Capaian Cakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 menurut kabupaten/kota berada pada rentang 62,50% - 100%, dimana cakupan tertinggi (100%) dicapai oleh 3 (tiga) kabupaten/kota, sedangkan capaian terendah terjadi di kabupaten Musirawas Utara (62,50%). Secara rinci capaian menurun kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar 3.14.

34 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 35: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Gambar 3.14. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan untuk Peserta Didik Kelas 1 menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

5) Persentase puskesmas yang melakukan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10Analisa Capaian Kinerja

Cakupan puskesmas yang melakukan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10 Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 85,29 %, telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 56%. Capain Cakupan puskesmas yang melakukan penjaring kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10 di kabupaten/kota berada pada rentang 25,20% - 100%, dimana cakupan tertinggi dicapai oleh Kabupaten Muratara, Ogan Ilir dan Kabupaten OKU (masing-masing 100%), sedangkan cakupan terendah dicapai oleh Kabupaten Empat Lawang (60%). Secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.15.

Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan untuk peserta didik sudah di atas target provinsi. Namun, masih ada kabupaten yang rendah. Salah satu penyebab dikarenakan petugas belum memahami teknis penjaringan yang benar, dan tidak tersedia dana yg cukup di Puskesmas maupun sekolah untuk melakukan penjaringan kesehatan di setiap sekolah pada wilayah kerjanya.

Gambar 3.15. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan untuk Peserta Didik Kelas 7 dan 10 menurut

kabupaten/kota

35 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 36: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

6) Persentase puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja.Analisa Capaian Kinerja

Cakupan puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 71% telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 47%. Cakupan yang dicapai oleh kabupaten/kota berada pada rentang 17,86% - 100%. Cakupan tertinggi (100%) dicapai oleh 5 (lima) kabupaten, yaitu Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Empat Lawang, OKU dan Kabupaten OKI, sedangkan cakupan terendah dicapai oleh Kabupaten Banyuasin (17,86%) dan Kabupaten Lahat (48,48%). Secara rinci capaian per kabupaten/kota dapat di lihat pada gambar 3.16.

Gambar 3.16. Persentase Puskesmas yang Menyelenggaraan Kegiatan Kesehatan Remaja menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2019

36 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 37: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

7) Persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamilAnalisa Capaian Kinerja

Cakupan Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 100 % telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 92%. Cakupan yang dicapai Kabupaten/Kota 100%. Secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.17.

Gambar 3.17. Persentase Puskesmas yang Kelas Ibu Hamil menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

8) Persentase puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)Analisa Capaian Kinerja

37 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 38: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Cakupan puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4) di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 telah mencapai 100% sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Gambar 3.18. Persentase Puskesmas yang Melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga1) Persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja

dasar

Analisa Capaian Kinerja

Cakupan puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 82% masih belum

mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 84%. Cakupan yang

dicapai kabupaten/kota berada pada rentang 32% - 100%, dimana

cakupan tertinggi (100%) dicapai oleh 6 (enam) kabupaten yaitu kota

Lubuk Linggau, Kota Prabumulih, Kabupaten Muratara, Kabupaten

Musi Banyuasin dan Kabupaten Pali. Sedangkan cakupan terendah

dicapai oleh Kabupaten OKU Selatan (32%) selengkapnya dapat dilihat

secara rinci pada gambar 3.19.

38 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 39: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Gambar 3.19. Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan

Kesehatan Kerja Dasar menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

2) Persentase Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja Puskesmas

Analisa Capaian Kinerja

Cakupan Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja puskesmas di

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 51%. Belum bisa

memenuhi dengan indikator yang ditetapkan oleh Direktorat Kesehatan

Kerja dan Olahraga yaitu Jumlah Pos UKK yang terbentuk di Daerah

PPI/TPI, karena untuk Sumatera Selatan Daerah PPI/TPI belum

terdata/menjadi sasaran.

Cakupan Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja puskesmas yang

dicapai kabupaten/kota berada pada rentang 0- 257%, dimana capaian

tertinggi (257%) ada di kabupaten Pali, sedangkan Pos UKK yang belum

terbentuk terjadi di Kabupaten OKU Selatan. Target setiap puskesmas

membentuk 1 pos UKK, realisasinya ada beberapa puskesmas yg

membentuk lebih dari 1 pos UKK sehingga capaian lebih dari 100%.

Secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.20.

Gambar 3.20. Persentase Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja Puskesmas menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2019

39 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 40: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

3) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya.Analisa Capaian Kinerja

Cakupan puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 68,91% masih belum mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 76%. Capaian menurut kabupaten/kota berada pada rentang 0% - 100%, dimana capaian terendah terjadi di Kota Pagar Alam dan Kabupaten Musirawas sama sekali belum melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.21.

Gambar 3.21. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Kesehatan Olahraga pada Masyarakat di Wilayah Kerjanya

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

4) Persentase Jama’ah Haji yang diperiksa Kebugarannya Analisa Capaian Kinerja

40 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 41: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Cakupan Jama’ah Haji yang diperiksa kebugarannya di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 86 %, sedangkan menurut kabupaten/kota cakupan jama’ah haji yang diperiksa kebugarannya berkisar antara 0% - 100%. Cakupan terendah dicapai oleh Kota Pagar Alam, Kabupaten OKU Selatan dan Kabupaten Musi Rawas. Secara rinci capaian cakupan Jema’ah Haji yang diperiksa kebugarannya dapat dilihat pada gambar 3.22.

Gambar 3.22. Persentase Jema’ah Haji yang diperiksa Kebugarannya menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2019

d. Penyehatan Lingkungan1) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat)Analisa Capaian Kinerja

Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 1.870 dari 2.526 desa/kelurahan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Daerah kabupaten/kota yang telah mencapai 100% desa ODF adalah Kota Pagar Alam dan Kabupaten Pali.

Cakupan desa yang melaksanakan STBM pilar 1 yaitu Stop BAB Sembarangan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 74,03% secara rinci dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 3.23 dan 3.24.

41 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 42: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Tabel 2 : Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

No Kabupaten/KotaJumlah

Desa/KelDesa STBM %

1 Kota Palembang 107 1 0.93

2 Kota Prabumulih 37 8 21.62

3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00

4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33

5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78

6 Penukal Abab Lematang Ilir 75 75 100.00

7 Empat Lawang 156 119 76.28

8 Ogan Komering Ulu 157 128 81.53

9 Ogan Komering Ulu Selatan 259 151 58.30

10 Ogan Komering Ulu Timur 322 159 49.38

11 Musi Banyuasin 243 176 72.43

12 Musi Rawas 199 193 96.98

13 Lahat 376 197 52.39

14 Ogan Ilir 241 223 92.53

15 Muara Enim 255 228 89.41

16 Banyu Asin 304 253 83.22

17 Ogan Komering Ilir 327 290 88.69

Sumatera Selatan 2,526 1,870 74.03

Gambar 3.23. Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Gambar 3.24. Persentase Desa/Kelurahan Stop BABS (SBS) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

42 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 43: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

2) Persentase Sarana Air Minum yang dilakukan pengawasanAnalisa Capaian Kinerja

Cakupan sarana air minum yang dilakukan pengawasan di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 26,84 %, sedangkan menurut kabupaten/kota cakupan sarana air minum yang dilakukan pengawasan berkisar antara 0% - 100%. Cakupan terendah dicapai oleh Kota Pagar Alam, Kabupaten OKU Timur, Kabupaten OKU Selatan dan Kabupaten Musi Rawas. Secara rinci capaian cakupan sarana air minum yang dilakukan pengawasan dapat dilihat pada gambar 3.25.

Gambar 3.25. Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2019

43 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 44: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

3) Persentase Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat

kesehatan

Analisa Capaian Kinerja

Cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan di

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 74,78 %,

sedangkan menurut kabupaten/kota cakupan tempat-tempat umum yang

memenuhi syarat kesehatan berkisar antara 10,6 % - 100%. Cakupan

tertinggi dicapai oleh Kabupaten PALI sedangkan cakupan terendah

dicapai oleh Kabupaten Musi Rawas. Secara rinci capaian tempat-

tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan dapat dilihat pada

gambar 3.26.

Gambar 3.26. Persentase Tempat-tempat Umum yang Memenuhi

Syarat Keseharan menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2019

4) Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai

standar

Analisa Capaian Kinerja

Cakupan RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai

standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 25 %,

sedangkan menurut kabupaten/kota cakupan RS yang melakukan 44 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 45: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

pengelolaan limbah medis sesuai standar berkisar antara 0 % - 100%.

Cakupan tertinggi dicapai oleh Kabupaten OKU Selatan sedangkan RS

Kabupaten/Kota yang belum melakukan pengelolaan limbah medis

sesuai standar adalah Pagar Alam, Palembang, Musi Rawas Utara,

PALI, Empat Lawang, OKU Timur, Musi Banyuasin, Musi Rawas,

Lahat, Muara Enim dan OKI. Secara rinci capaian RS yang melakukan

pengelolaan limbah medis sesuai standar dapat dilihat pada gambar

3.27.

Gambar 3.27. Persentase RS yang Melakukan Pengelolaan Limbah

Medis Sesuai Standar menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2019

5) Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi

syarat kesehatan

Analisa Capaian Kinerja

Cakupan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi

syarat kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019

mencapai 38,02 %, sedangkan menurut kabupaten/kota cakupan

Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan

45 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 46: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

berkisar antara 0 % - 88%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Kota Lubuk

Linggau (87,83%), Kabupaten Muratara (67%) dan Kabupaten OKI

(63%) sedangkan Kabupaten/Kota yang belum memiliki Tempat

Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan adalah

Kota Pagar Alam, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.28.

Gambar 3.28. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang

Memenuhi Syarat Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2019

6) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan

sehat

Analisa Capaian Kinerja

Cakupan jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan

kawasan sehat di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 hanya 6

(enam) kabupaten/kota yaitu Palembang, Lubuk Linggau, Ogan Ilir,

Musi Banyuasin, Musi Rawas dan OKU. Terdapat 11 (sebelas)

kabupaten/kota lainnya yang belum menyelenggarakan tatanan

kawasan sehat dapat dilihat pada gambar 3.28.

46 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 47: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Gambar 3.29. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2019

e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat1) Persentase Kab/Kota yang memiliki kebijakan PHBS

Analisa Capaian KinerjaCakupan Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS di

Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan tahun 2019 baru mencapai 76,47%, yakni 13 dari 17 Kabupaten/Kota sebagaimana dijelaskan oleh tabel 3.

Tabel 3 : Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

NO Kab/KotaBentuk

KebijakanNomor dan

TanggalJudul Kebijakan

1 OKU Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada2 OKI Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada3 Muara Enim Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun

2019Kawasan Tanpa Rokok

Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2019

Implementasi Komunikasi Perubahan Perilaku Masyarakat Untuk Mencegah Stunting

4 Lahat Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

47 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 48: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

5 Musi Rawas Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada6 Musi

BanyuasinPeraturan Bupati Nomor 24

(Tanggal 11 Februari 2019)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

7 Banyuasin Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan

Nomor 090/200/Kes/2019 (Tanggal 25 Januari

Kesiap Siagaan peningkatan Kasus DBD

Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun 2019 (Tanggal 27 Februari 2019)

Revitalisasi Posyandu

Peraturan Bupati Nomor 116 Tahun 2019 (Tanggal 12 Agustus 2019)

Pembinaan PHBS

8 OKU Selatan Peraturan Bupati Nomor 518/KPTS/DINKES/2019 (Tanggal 7 November 2019)

Pengukuhan Duta Cegah Stunting Kab. OKU Selatan Tahun 2019

9 OKU Timur Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2019

Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Bupati Nomor 19 Tahun 2019

Pencanangan dan Komitmen Penanganan Stunting

Peraturan Bupati Nomor 26 Tahun 2019

Revitalisasi Posyandu di Kabupaten OKU Timur

Keputusan Bupati Nomor 280 Tahun 2019

Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pos Pelayanan Terpadu Tingkat Kabupaten OKU Timur

10 Ogan Ilir Surat Edaran Bupati

Nomor 440/1725/II/KES/2019 (Tanggal 28 Januari 2019)

Antisipasi terjangkitnya penyakit akibat musim penghujan, peningkatan PHBS

Surat Edaran Bupati

Nomor 440/1729/II/KES/2019 (Tanggal 28 Januari 2019)

Kewaspadaan Penyakit DBD

Surat Keputusan Bupati

Nomor 223/kep/dinkes/2019 (Tanggal 18

Forum Komunikasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

48 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 49: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

April 2019) (GERMAS)Surat Edaran Bupati

Nomor 050/214/Bappeda-II/2019 (Tanggal 17 Mei 2019)

Penyediaan fasilitas ruang menyusui di seluruh OPD dan UPTD di lingkungan Pemkab Ogan Ilir

Empat Lawang Surat Keputusan Bupati

Nomor 440/192/kep/tahun/2019

Pembentukan Forum Kelompok Kerja Operasional Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Kabupaten Empat Lawang

Surat Keputusan Bupati

Nomor 188.45/191/kep/kes/tahun/2019

Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu

Surat Keputusan Bupati

Nomor 400/125/kpts/dinkes/2019

Pembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan Upaya Kelola Lingkungan /Upaya Pengelolaan Lingkungan Pusat Kesehatan Masyarakat

12 PALI Peraturan Bupati Nomor 486/KTPS/DINKES/KESMAS-I/2019 (Tanggal 17 November 2019)

Pengukuhan Duta Cegah Stunting Kab.PALI Tahun 2019

Peraturan Bupati Nomor 23/KPTS/DINKES/P2PII/2019 (Tanggal 03 Januari 2019)

Peraturan Bupati Penukal Abab Lematang Ilir Nomor 23/KPTS/DINKES/P2PII/2019 tentang Pembentukan Tim Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji Tingkat Puskesmas, Rumah Sakit dan Petugas Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan Kab.PALI Tahun 2019

Peraturan Bupati Nomor 136/KPTS/DINKES/P2PIII/201

Peraturan Bupati Penukal Abab Lematang Ilir Nomor

49 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 50: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

9 (Tanggal 01 Februari 2019)

136/KPTS/DINKES/P2PIII/2019 Tim Panitia Gebyar Visual dengan Asam Asetat dan Kanker Payudara Kab.PALI Tahun 2019

Nomor 162/KTPS/DINKES/P2PIII/2019 (Tanggal 06 Februari 2019)

Peraturan Bupati Penukal Abab Lematang Ilir Tim Gerakan Nasional Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia diwilayah Kab.PALI Tahun 2019

Nomor 163/KTPS/DINKES/P2P111/2019 (Tanggal 06 Februari 2019)

Peraturan Bupati Penukal Abab Lematang Ilir Nomor 163/KPTS/DINKES/P2PIII/2019 tentang Pembentukan Tim Petugas Pemeriksaan Inveksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan Cunical Beast Examination (CBE) Kab.PALI Tahun 2019

Muratara Surat Edaran Bupati

Nomor 440/521/DINKES/KL/2019

Gerakan Bawa Botol Minum Sendiri

Palembang Peraturan Walikota Palembang

Nomor 14 Tahun 2019 (Tanggal 18 Januari 2019)

Menjaga kelestarian lingkungan, menjaga kualitas air sungai perlu dilaksanakan Gotong Royong

SK Walikota Palembang

Nomor 236.a/KPTS/DINKES/2019

Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue Tingkat Kota Palembang

15 Prabumulih Arahan Walikota 12 Febuari 2019 Melakukan PHBS di Rumah Tangga

16 Pagar Alam Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada17 Lubuk Linggau Keputusan Wali

Kota

Nomor 374/KPTS/Kes/2019

Penetapan Duta cegah stunting Lubuk

50 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 51: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Linggau

2) Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBMAnalisa Capaian Kinerja

Cakupan desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 mencapai 75,62%. Kota Palembang, Kota Pagar Alam dan Kota Prabumulih tidak memiliki dana desa. Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten OKU Selatan memiliki dana desa tapi belum termanfaatkan untuk UKBM.

Gambar 3.29. Persentase Desa yang Memanfaatkan Dana Desa 10% untuk UKBM menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2019

3) Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatanAnalisa Capaian Kinerja Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 17 perusahaan sebagaimana dalam tabel 4.

Tabel 4 : Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan menurut kabupaten/kota menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

No Prov/Kab/Kota Nama Mitra Kegiatan

51 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 52: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

1 OKU Tidak Ada Tidak Ada

2Ogan Komering Ilir

1 PT. Tania Selatan

2 PT. Sampoerna

3 PT. WILMAR

3 Muara Enim 1 PT. Bukit AsamKegiatan pelatihan dan pembinaan Anggota Saka Bakti Husada Cabang Kabupaten Muara Enim

Kegiatan Bantuan Baju Kader Posyandu di Wilayah Puskesmas Muara Enim

2Bank Sumsel Babel Cab. Muara Enim

Kegiatan pelatihan dan pembinaan Anggota Saka Bakti Husada Cabang Kabupaten Muara Enim

4 Lahat Tidak Ada Tidak Ada

5 Musi Rawas Tidak Ada Tidak Ada

6 Musi Banyuasin 1 PT. CONOCO PHILIPS Bantuan Gedung Posyandu

7 Banyuasin 1Bank Sumsel Babel Cabang Pangkalan Balai

Sponsor Peringatan HKN

2 BPJS Cabang Banyuasin Sponsor Peringatan HKN

3 PT. Sinar Sosro Palembang Sponsor Peringatan HKN

4PT. Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group)

Sponsor Peringatan HKN

8 Oku Selatan Tidak Ada Tidak Ada

9 Oku Timur Tidak Ada Tidak Ada

10 Ogan Ilir 1 PT. JavaBantuan 100 butir untuk posyandu di desa Lubuk Bandung Payaraman

2 PT. PTPN VII Cinta manisPosyandu Binaan di Desa Ketiau Kec. Lubuk Keliat

11 Empat Lawang Tidak Ada Tidak Ada

12 Pali 1 PT. Bukit Asam1 Unit Ambulance untuk Puskesmas Tanah Abang

13 Muratara 1 PT. Bara Sentosa LestariFasilitas cek GDS, Asam Urat dan Kolesterol

UKS KIT

PMT BALITA

Kegiatan Donor Darah

14 Palembang

Forum CSR dikelola langsung oleh Pemkot Palembang melalui Bappeda

15 Prabumulih 1 PT. PERTAMINA ASSET Program Kemitraan Bina Lingkungan dalam rangka

52 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 53: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

IIpenerapan CSR-PKBL yang partisipatif, transparan dan akuntabel

2 PT. PegadaianFasilitasi Pembentukan Posyandu Ramah Anak di Puskesmas

3 PT. WINROFasilitasi Sarana Kegiatan Pemeriksaan PTM di Puskesmas

16 Pagar Alam Tidak Ada Tidak Ada

17 Lubuk Linggau 1 CV. ACC BersaudaraKegiatan Pemberdayaan masyarakat dalam inovasi satgas paras

JUMLAH CSR

4) Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan.Analisa Capaian Kinerja

Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 9 (sembilan) ormas. Kabupaten/Kota yang ormasnya belum memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan adalah OKU, OKI, Lahat, Musirawas, Banyuasin, 4 Lawang, Muratara dan Pagar Alam. Sedangkan ormas di kabupaten/kota yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan tergambar dalam tabel 5.

Tabel 5 : Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung kesehatan menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

No Prov/Kab/Kota Nama Organisasi Kemasyarkatan

1 Provinsi Sumatera Selatan

1 Ikatan Perempuan Positif Indonesia Sumsel

2 PD Ikatan Bidan Indonesi Sumsel

3 DP Aisyiyah Sumsel

4 Forum Kader Posyandu Indonesia Sumsel

5 Yayasan Intan Maharani Sumsel

6 DPW. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumsel

7 Universitas Islam Negeri Raden Fatah

8 PERSAKMI Sumsel

9 Perhimpunan Keluarga Berencana Sumsel

2 Ogan Komering Ulu Tidak Ada

53 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 54: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

3 Ogan Komering Ilir Tidak Ada

4 Muara Enim 1 PKK Kabupaten Muara Enim

2 Saka Bakti Husada

5 Lahat Tidak Ada

6 Musi Rawas Tidak Ada

7 Musi Banyuasin 1 Karang Taruna Kecamatan Sanga Desa

8 Banyuasin Tidak Ada

9 Oku Selatan 1 Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI)

10 Oku Timur Tidak Ada

11 Ogan Ilir 1 Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI)

2 PD Aisyiyah Ogan Ilir

12 Empat Lawang Tidak Ada

13 Pali 1 TP-PKK Kab. PALI

14 Muratara Tidak Ada

15 Palembang 1 Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI)

16 Prabumulih 1 TB Care Aisyah

17 Pagar Alam Tidak Ada

18 Lubuk Linggau 1 PKK

f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

1) Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat.

Analisa Capaian Kinerja Capaian realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan

pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 97,53% telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 93%.

B. Realisasi Anggaran

54 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 55: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

BAB IVPENUTUP

55 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 56: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

Kesimpulan

1. Pembinaan Gizi Masyarakata. Cakupan ibu hamil kurang energi kronik yang mendapatkan makanan

tambahan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 97,9% telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 95 %, sedangkan Prevalensi Bumil KEK pada tahun 2019 sebesar 3,98 %.

b. Cakupan Pemberian TTD pada ibu hamil (Fe3) di Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 94,39% masih belum mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 98%.

c. Cakupan bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif tahun 2019 Provinsi Sumatera Selatan mencapai 57,79% melampaui target yang ditetapkan sebesar 50 %.

d. Cakupan IMD Provinsi Sumatera Selatan sebesar 86,40 % telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 47 %.

e. Cakupan balita kurus yang mendapatkan makanan tambahan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 99,54%, telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 50 %.

f. Cakupan Remaja Putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 33,95 %, masih belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 50 %.

2. Pembinaan Kesehatan Keluargaa. Cakupan Ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 90,93% telah mencapai target yang ditetapkan sebesar 90 %.

b. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 95,45% masih dibawah target yang ditetapkan tahun 2019 yaitu 92%.

c. Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4 Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 95,24%, telah mencapai target yang ditetapkan tahun 2019 sebesar 90 %.

d. Cakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 88,24% telah mencapai target yang ditetapkan sebesar 72 %.

e. Cakupan puskesmas yang melakukan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10 Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 85,29 %, telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 69 %.

56 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 57: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

f. Cakupan puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 71 % telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 47%.

g. Cakupan Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 100 % telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 92 %.

h. Cakupan puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4) di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 telah mencapai 100% sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahragaa. Cakupan puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar di

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 82% masih telah mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 80%.

b. Cakupan Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 51 %. Belum bisa memenuhi dengan indikator yang ditetapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga yaitu Jumlah Pos UKK yang terbentuk di Daerah PPI/TPI, karena untuk Sumatera Selatan Daerah PPI/TPI belum terdata/menjadi sasaran.

c. Cakupan puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 68,91% masih belum mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 80 %.

d. Cakupan Jama’ah Haji yang diperiksa kebugarannya di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 86 %.

4. Penyehatan Lingkungana. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM di Provinsi Sumatera

Selatan pada tahun 2019 mencapai 2.353 dari 3.161 desa/kelurahan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan

b. Persentase Sarana Air Minum yang dilakukan pengawasan tahun 2019 mencapai 26,84% belum mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 50 %.

c. Persentase Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2019 mencapai 74,78 % telah mencapai target nasional yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 58 %.

d. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar tahun 2019 sebesar 25 % masih belum mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 36 %.

57 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019

Page 58: kemkes.go.id · Web view1 Kota Palembang 107 1 0.93 2 Kota Prabumulih 37 8 21.62 3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00 4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33 5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78 6 Penukal

e. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2019 sebesar 38,62 % telah mencapai target nasional yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 32 %.

f. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat di tahun 2019 sebanyak 6 Kabupaten/Kota telah melampaui target provinsi sebeanyak 3 Kabupaten/Kota.

5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakata. Cakupan Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS di Provinsi

Sumatera Selatan sampai dengan tahun 2019 baru mencapai 76,47 % masih belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 80%.

b. Cakupan desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 75,02 % telah melampaui target yang ditetapkan 50%.

c. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 17 perusahaan dari target 1 perusahaan.

d. Jumlah organisasi kemasyarakat yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan mencapai 9 organisasi dari target 2 organisasi kemasyarakatan.

6. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kesehatan masyarakat.a. Capaian realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan

pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 97,53% telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 93%.

58 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2019