wbc-edisi-maret-2015
-
Upload
hermaz-wibisono -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of wbc-edisi-maret-2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
1/64
1Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
7 7 D1 2 6 2 4 8D D69
Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
ISSN 0126-2
Laporan Utama5 46 Travel Notes18 OpiniEva Maulina Aritonang
Tapal Batas ProfesionalismeTarget cukai yang setiap tahun pasti naik,selalu dapat dipenuhi Direktorat JenderalBea dan Cukai (DJBC).
Menggapai Sunrisedi Puncak Ungaran
Tantangan Terbesar DJBC Saat Ini,Kenaikan Target Cukai 20 Persen
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
2/64
2 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
IKLAN IMLEKIKLAN IMLEKNyepi
20152015201520152015201520152015TAHUN BARU
SAKA 1937
SELAMAT HARI RAYA
NYEPI
KELUARGA BESAR DIREKTORAT JENDERAL
BEA DAN CUKAI MENGUCAPKAN
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
3/64
3Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Kepercayaan pemerintah kepada DJBC
untuk terus meningkatkan penerimaan
negara dari cukai hasil tembakau, bukan
hanya menjadikan penerimaan cukai
sebagai penerimaan negara terbesar ketiga setelah
pajak dan migas, namun juga mengharuskan DJBC
untuk mengoptimalkan kinerja dengan bekerja
keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas dalam memenuhi target cukai yang ditentukan.
Sebelumnya, untuk tahun 2015 target cukai ditetapkan Rp120 triliun, namun setelah
adanya perubahan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBNP), target
cukai dinaikan signifikan menjadi Rp145 triliun atau naik sebesar 20 persen. Untuk
memenuhi target penerimaan tersebut, DJBC telah membuat beberapa usulan
terkait dengan pokok-pokok kebijakan cukai. Apa sajakah usulan tersebut? Lalu,
apakah upaya dan program kebijakan yang akan dijalankan DJBC terkait dengan
peningkatan target penerimaan cukai? Jawaban atas pertanyaan di atas dapat kita
gali di rubrik Laporan Utama Majalah Warta Bea Cukai edisi Maret ini yang mengupas
capaian penerimaan kepabeanan dan cukai tahun 2014 serta target penerimaan
tahun 2015.Selain bahasan mengenai penerimaan DJBC di rubrik Laporan Utama, beragam
informasi kepabeanan lainnya kami bagikan kepada Anda melalui rubrik Berbagi
Pengetahuan yang membahas tentang incoterms yaitu kumpulan istilah yang dibuat
untuk menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan
internasional, di mana dijelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang
berhubungan dengan pengiriman barang. Juga ulasan profil KPPBC TMP C Entikong,
yang merupakan salah satu kantor pelayanan di bawah wilayah kerja Kantor Wilayah
DJBC Kalimantan Bagian Barat dan berada di Perbatasan Indonesia-Malaysia, yang
bisa Anda baca di rubric Profil Kantor. Ulasan kantor ini menjadi menarik karena
mengangkat kisah perubahan-perubahan yang terus dilakukan KPPBC TMP C
Entikong dalam melakukan pengawasan dan pelayanan terhadap masyarakat di
tengah sulitnya kondisi yang ada.Tak melulu bicarakan hal kepabeanan dan cukai, Majalah WBC juga hadirkan
liputan akan eksotisme tempat wisata alam di Indonesia yang akan membuat Anda
berdecak kagum. Terangkum dalam sebuah catatan pendakian Gunung Ungaran
yang merupakan salah satu gunung berapi di Jawa Tengah, yang terkenal dengan
pemandangannya yang istimewa. Ikuti kisah pendakian gunung setinggi 2.050 meter
di atas permukaan laut yang memiliki tiga puncak ini di rubrik Travel Notes.
Perbaikan demi perbaikan akan selalu kami tingkatkan, namun kritik yang
membangun, saran, dan kontribusi nyata para pembaca adalah hal yang tetap kami
butuhkan.
Selamat membaca!
Pemimpin RedaksiHaryo Limanseto
Dari Redaksi
Majalah Warta Bea dan Cukai diterbitkan oleh Subdirektorat Humas dan Penyuluhan, DirektoratPenerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai – KementarianKeuangan Republik Indonesia
Redaksi menerima kiriman foto, artikel dan surat untuk keperluan konten majalah ini.Setiap pengiriman dialamatkan melalui surat elektronik ke [email protected] [email protected] dengan disertai identitas lengkap pengirim dan nomor teleponyang dapat dihubungi. Agar menuliskan nama kolom dalam subyek surat elektronik.
ALAMAT REDAKSIKantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jl. Jend. Ahmad Yani (By Pass) Jakarta Timur Telp: (021) 478 60504, (021) 478 65608, (021) 489 0308 ext. 820-821-822
Fax: (021) 489 2353e-Mail : [email protected] dan [email protected]
PELINDUNGDIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAIIr. Agung Kuswandono, MA
PENASEHATSEKRETARIS DITJEND BEA DAN CUKAIIr. Rubiyanto, MA
DIREKTUR TEKNIS KEPABEANANDrs. Kushari Suprianto, MM,MC
DIREKTUR CUKAIIr. Muhammad Purwantoro, MA
DIREKTUR FASILITAS KEPABEANANHeru Pambudi, SE, LLM
DIREKTUR AUDIT-
DIREKTUR P2Muhammad Sigit, Ak,MBA
DIREKTUR IKCKukuh Sumardonol Basuki, SE,MSC
DIREKTUR KEPABEANANINTERNASIONALIr. Decy Arifinsjah,MA
KEPALA PUSKIIr. Oentarto Wibowo,MPA
KEPALA PUSDIKLAT BEA DAN CUKAIIr. Agus Hermawan, MA
TENAGA PENGKAJI BIDANG
PELAYANAN DAN PENERIMAAN KCOza Olavia SSi,Apt,MSi
TENAGA PENGKAJI BIDANGPENGEMBANGAN KAPASITAS DANKINERJAORGANISASI KCNirwala Dwi Heryanto, SE, MSi
PENGARAH
DIREKTUR PPKC-
PEMIMPIN REDAKSIKasubdit Humas dan PenyuluhanHaryo Limanseto, S.Sos, MSi
WAKIL PEMIMPIN REDAKSIArief Rahman Hakim, Rinto SetiawanRicky M. Hanafie
REDAKTUROkke Ferdiansyah, Putu Gian Aryanti,Isro’ah laeli Rahmawati, Intania RizaFebrianti, Wahyudin, Yella Meisha Indika,Muparrih
FOTOGRAFERAbdur Razaq Aghni, Fardhani HamiputriWahyu Valti Raja Monang
SEKRETARIATFirsti Masdiani, Indah Widaryanti
Terbit Sejak 25 April 1968Izin DEPPEN No. 1331/SK/Dirjen-G/STI/&@ Tanggal 20 Juni 1972
ISSN 0126-2483
3Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
4/64
4 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Opini
18 TAPAL BATASPROFESIONALISME
Laporan Utama Direktorat/ Pusat
5 Tantangan Terbesar DJBC SaatIni, Kenaikan Target Cukai 20Persen
9 Tarif Cukai Naik Bukan BerartiPenerimaan Cukai Ikut Naik
Profil Kantor
13 AADC (Ada Apa Dengan bCentikong)...
20 Courtesy Visit Pengurus WPBCke Redaksi WBC
21 DEFISIT ANGGARAN JADI 1,9PERSEN PADA APBN-P 2015
22 MOU DJBC & DITJENKEPENDUDUKAN DANPENCATATAN SIPIL
24 Pembukaan Diklat Kesamaptaandan Diklat Perwira Kapal Negara
16 Warna-Warni Dokumen
Galeri Foto Sisi Pegawai
26 MURSIDAH Bekerja Dengan Hati Nurani
50 Bea Cukai Menjawab
46 Travel Notes
48 Event
51 Berbagi Pengetahuan
52 Hobi dan Komunitas
54 Ruang Kesehatan
55 Feature
62 Sejarah
31 PRESS CONFERENCE KANTOR PELAYANAN UTAMA
BEA DAN CUKAI TIPE B BATAM
32 KPPBC Tipe Pratama MaduraTerapkan CK.1 Online
34 KPPBC TMP C Bengkulu
Memantapkan Eksistensidan Sinergi
37 SHIA Customs CustomerAwards 2015
38 Cofee Morning KPU TanjungPriok dengan Instansi Terkaitdan Komunitas Pers
40 KNOWLEDGE SHARINGSINERGI KPPBC TMP A BEKASIDENGAN KPU BC TG PRIOK
41 SOSIALISASI TUPOKSI DJBCSERTA PERATURAN KEPABEAN-AN DAN CUKAI DI SELURUHINDONESIA
Seputar Bea Cukai
27 PENEGAHAN BARANGLARANGAN PEMBATASAN
OLEH BEA DAN CUKAI
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
5/64
5Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Tantangan Terbesar DJBC Saat Ini,Kenaikan Target Cukai 20 Persen
Laporan Utama
Target cukai yang setiap
tahun pasti naik, selalu
dapat dipenuhi Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC). Upaya pemenuhan target
ini tentunya akan dilakukan
dengan banyak cara, mulai dari
melakukan pengawasan yang
ketat, operasi pasar yang gencar
dilakukan, hingga kenaikan
tarif cukai, baik hasil tembakau
maupun minuman mengandungetil alhokol.
Dengan upaya tersebut,
target cukai yang dibebankan
kepada DJBC tidak saja terpenuhi,
tetapi surplus hingga beberapa
miliar rupiah. Ini suatu prestasi
yang sangat menggembirakan
karena kinerja seluruh jajaran
DJBC dalam mengoptimalkan
penerimaan negara dapat
terwujud dengan baik.
Kepercayaan pemerintah kepada
DJBC untuk terus meningkatkan
penerimaan negara dari cukai
hasil tembakau menjadikan
penerimaan cukai sebagai
penerimaan negara terbesar
ketiga setelah pajak dan migas.
Tanggung jawab penerimaan
cukai kali ini rupanya di luar
perkiraan dari DJBC, jika
sebelumnya untuk tahun 2015
target cukai ditetapkan Rp120triliun, namun setelah adanya
perubahan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
(APBNP), target cukai dinaikan
sangat signifikan, menjadi Rp145
triliun atau naik sebesar 20
persen. Suatu angka yang sangat
fantastis pastinya karena selama
ini belum pernah ada kenaikan
sebesar itu, dan waktu yang
dimiliki DJBC tinggal sepuluh
Target cukai yang setiap tahun pasti naik, selalu dapat dipenuhiDirektorat Jenderal Bea
dan Cukai (DJBC). Upayapemenuhan target initentunya akan dilakukandengan banyak cara,mulai dari melakukan
pengawasan yang ketat,operasi pasar yanggencar dilakukan, hinggakenaikan tarif cukai, baikhasil tembakau maupun
minuman mengandung etilalhokol.
5
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
6/64
6 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Laporan Utama
bulan lagi untuk dapat memenuhi
target tersebut. Lalu apa yang akan
dilakukan DJBC dengan target
tersebut?
Untuk memenuhi target
penerimaan yang cukup tinggi,
DJBC telah membuat beberapa
usulan terkait dengan pokok-
pokok kebijakan cukai. Antara lain
melakukan optimalisasi penerimaan
negara di bidang cukai, mengingat
rata-rata kenaikan tarif cukai selama
lima tahun terakhir sebesar 11,7
persen. Dengan perincian tahun
2010 naik 16,0 persen, tahun 2011
naik 6,0 persen, tahun 2012 naik
16,3 persen, tahun 2013 naik 8,5
persen, dan tahun 2014 tidak ada
kenaikan tarif. Tidak adanya kenaikantarif cukai lebih dikarenakan mulai
diberlakukannya pajak rokok sebesar
10 persen dari cukai hasil tembakau.
Usulan lainya adalah
menyederhanakan struktur
tarif cukai hasil tembakau yaitu
penggabungan layer 2 dengan layer
1 pada SKM golongan I, dengan
pertimbangan masing-masing layer
mempunyai tingkat elastisitas harga
yang hampir sama (inelastis positif)
dan layer tersebut diisi oleh pabrikanyang sama. Selain itu juga dilakukan
penggabungan layer 3 dengan layer
2 pada SKT golongan II, dengan
pertimbangan masing-masing layer
mempunyai tingkat elastisitas harga
yang relatif sama dan rata-rata
harga jual eceran yang hampir sama
(selisihnya tidak berbeda secara
signifikan) serta didominasi oleh
pabrik yang sama. Dalam usulan
penyederhanaan tarif cukai ini juga
disebutkan kalau struktur tarif cukai
dibagi menjadi dua belas layer untukjenis SKM, SKT, dan SPM.
Sementara itu, dalam usulan
kebijakan cukai juga mencakup
masalah perlindungan terhadap
pengusaha pabrik kecil, berupa
memecah strata produksi golongan
III menjadi SKT golongan IIIA dan
IIIB, dimana mayoritas pabrik SKT
golongan III (kurang lebih 430
pabrik) jumlah produksinya tidak
lebih dari 25 juta batang.
Postur APBN tahun 2015
membutuhkan biaya yang
tinggi sehingga semua target
penerimaan pun mengalami
kenaikan yang cukup signifkan.
Susiwijono
Staf Ahli Bidang Organisasi,Birokrasi, dan Teknologi Informasi
Kementerian Keuangan
Postur APBN yang Besar
Usulan tersebut merupakan
upaya DJBC untuk menjalankan
kebijakan cukai yang telah
ditetapkan pemerintah, khususnya
dengan adanya kenaikan target yang
cukup signifikan. Mungkin upaya ini
masih belum optimal namun segala
opsi akan dilakukan DJBC agar target
cukai dapat terpenuhi walaupun
pada akhirnya opsi kenaikan cukai
kembali akan diterapkan.
Sementara itu menurut Staf Ahli
Bidang Organisasi, Birokrasi, dan
Teknologi Informasi Kementerian
Keuangan, Susiwijono, yang saat
diwawancarai masih menjabat
sebagai Direktur Penerimaan danPeraturan Kepabeanan dan Cukai
(PPKC) DJBC, kenaikan target cukai
pada APBNP tahun 2015 sangat
signifikan dan baru terjadi pada kali
ini. Jika sebelumnya kenaikan hanya
beberapa pesen saja, kini mencapai
20 persen dan ini membutuhkan
kerja keras dari seluruh jajaran
DJBC untuk dapat memenuhi target
penerimaan cukai tersebut.
“Untuk tahun 2015 ini target
cukai pada APBNP ditetapkansebesar Rp145.739.900.000.000 yang
perinciannya untuk hasil tembakau
sebesar Rp138.550.772.000.000
untuk Etil Alkohol (EA) sebesar
Rp165.482.800.000 dan Minuman
Mengandung Etil Alkohol (MMEA)
sebesar Rp7.023.645.200. Kenaikan
ini sangat tinggi dibanding tahun
2014 yang hanya Rp117 triliun dan
dapat terealisasi sebesar Rp118
triliun. Perlu upaya yang lebih untuk
dapat memenuhi target tersebut,”
ujar Susiwijono.Masih menurut Susiwijono,
memang jumlah hasil tembakau
selalu meningkat setiap tahunnya
hingga mencapai 354,93 miliar
batang di tahun 2014. Namun
demikian, dari sisi pertumbuhan
cenderung mengalami penurunan,
terakhir pertumbuhannya hanya 3,8
persen lebih rendah dari rata-rata
pertumbuhan lima tahun terakhir
(5,8 persen). Hal yang sama juga
Rapat Paripurna: DPR telah mensahkan APBN sehingga
terjadi pada tingkat pemesanan pita
cukai yang mengalami penurunan di
tahun 2014 sebesar 0,4 persen atau
turun sekitar 1,37 miliar batang dari
tahun sebelumnya.
6 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
7/64
7Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
“Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya penurunan
produksi hasil tembakau, antara lain
penurunan produksi SKT sebagai
dampak pergeseran pola konsumsi
rokok dari SKT ke SKM. Semakin
maraknya peredaran rokok ilegal
(data dari PSEKP UGM). Beban
perpajakan yang harus dibayar oleh
pengusaha bertambah dengan
adanya pajak rokok sebesar
10 persen dari nilai cukai yang
dibayarkan. Ditambah lagi dengan
adanya kebijakan pengendalian
konsumsi rokok oleh pemerintah,”
tutur Susiwijono.
Kini pertanyaannya dengan
kondisi demikian target penerimaan
cukai justru dinaikan, bagaimanapemerintah melihat beban
yang cukup berat untuk industri
rokok dan memutuskan untuk
menaikan pajak cukainya. Menurut
Susiwijono, postur APBN tahun 2015
membutuhkan anggaran yang sangat
tinggi sehingga membutuhkan
pemasukan yang juga tinggi bukan
hanya dari kepabeanan dan cukai
saja tapi juga dari semua sektor
pajak. Sehingga pembebanan target
menjadi cukup tinggi.
Diungkapkan oleh Susiwijono,
diperlukan upaya yang ekstra keras
untuk memenuhi target cukai, karena
dalam sepuluh bulan kedepan masih
akan terdapat beberapa kendala.
Di awal tahun, tarif cukai baru naik
sebesar 8,72 persen, namun dari
angka ini secara proposional dibagi
untuk golongan I tentu kenaikannya
sangat tinggi atau sebesar 10,44
persen. Golongan II dan III sebesar
7,77 persen. Melihat hal tersebut
DJBC dinilai sudah profesional baik
dari sisi keadilan dan perlindungan
untuk industri kecil. Kenaikan yang
cukup berjenjang pun sudah adil,
namun dengan upaya yang telah baik
tersebut, kemungkinan pencapaian
target hanya sebesar Rp139 triliundan masih terdapat jenjang sekitar
tujuh triliun.
Dengan masih adanya selisih
tersebut tentunya pilihan yang
dapat diambil adalah kenaikan tarif
cukai lagi, padahal awal tahun tarif
cukai baru saja dinaikan. Begitu
juga dengan MMEA di mana siklus
kenaikan tarifnya dilakukan empat
tahun sekali dan tahun ini baru
dinaikan, pastinya akan dinaikan
kembali untuk dapat memenuhi
target cukai tersebut. “Kenaikan
tarif cukai sesuai dengan amanat
Undang-Undang Cukai pada pasal 5
harus memenuhi beberapa aspek, di
antaranya sudah memenuhi aspirasi
pengusaha, sudah memenuhi aspek
pertumbuhan industri, dan disahkan
oleh DPR. Hal yang perlu diperhatikan
adalah industri tembakau ini
merupakan industri yang potensial,
baik dari sisi penerimaan pajak
maupun dari sisi tenaga kerja,”
tambahnya.
Begitu juga dengan kebijakan
penundaan yang selama ini
diberikan kepada pengusaha yang
dapat dilakukan selama dua bulan,
kini pengusaha tembakau hanya
dibatasi untuk penundaan hingga31 Desember. Sehingga penundaan
yang dilakukan mulai Januari akan
ditutup pada akhir tahun saja, tidak
bisa dibayar pada tahun berikutnya
seperti yang selama ini dijalani oleh
pengusaha barang kena cukai.
Pelanggaran Cukai
Dalam upaya pencapaian target
penerimaan cukai, di samping opsi
kenaikan tarif cukai, DJBC akan
Laporan Utama
Banyak pelanggaran
cukai yang menyebabkan
target tidak terpenuhi.
Elan Satriawan
Wakil Ketua Pusat Studi Ekonomidan Kebijakan Publik Universitas
Gajah Mada (PSEKP UGM)
rimaan cukai naik sebesar 20 persen
7Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
8/64
8 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
tetap harus diatasi agar pelanggaran
dapat ditekan dan kebocoran
penerimaan negara bisa didapat
dengan penuh, termasuk memberikan
insentif untuk pengusaha yang taat
akan aturan” tuturnya.
Terkait dengan tarif cukai,
Elan mengatakan cukai adalah
instrumen untuk mengendalikan
konsumsi rokok, untuk itu hasil
dari penerimaan cukai harus
dikembalikan untuk mengatasi efek
dari konsumsi rokok. “Semakin
tinggi tarif cukai maka perbandingan
harga produksi dan harga jual
semakin tinggi, bagi pelanggar cukai
keuntungan ini tentunya semakin
tinggi, hal ini juga tidak lain karena
rokok adalah produk inelastisnaiknya berapa saja permintaannya
tetap tinggi.”
Namun demikian, tidak serta
merta kenaikan tarif cukai menjadi
penyebab kenaikan pelanggaran
cukai. Banyak unsur yang
menyebabkan terjadinya pelanggaran
cukai. Untuk itu pihak Bea Cukai
pun harus sigap untuk melakukan
pencegahan agar tidak timbul
pelanggaran yang lebih marak lagi.
“Ada event-event tertentuyang harus dipahami oleh petugas
Bea Cukai di mana pelanggaran
cukai menjadi tinggi, yaitu saat
panen, pemilu, dan pilkada. Pada
event-event itu biasanya orang
banyak membutuhkan rokok
untuk membayar atau membagi-
bagikan kepada orang lain. Kondisi
inilah yang sering dimanfaatkan
oleh pabrikan rokok nakal dengan
memproduksi rokok tanpa pita cukai
atau rokok polos,” ungkap Elan.
Ditanya soal kemungkinanpencapaian target penerimaan
cukai, Elan mengaku sulit untuk
terpenuhi dengan target yang cukup
tinggi tersebut. Namun demikian
masih banyak cara yang perlu
dilakukan secara fokus dan konsisten
agar pelanggaran cukai dapat
diminimalisir, sehingga pemenuhan
target dapat terbantu. Untuk
itu, pentingnya langkah konkret
dari pihak DJBC untuk melakukan
tetap melakukan beberapa upaya
di bidang pengawasan dan audit
untuk pencegahan peredaran rokok
ilegal. Mengenai peredaran rokok
ilegal ini, Wakil Ketua Pusat Studi
Ekonomi dan Kebijakan Publik
Universitas Gajah Mada (PSEKP
UGM), Elan Satriawan menengarai
masih banyak pelanggaran yang
menyebabkan pemenuhan target
cukai sulit tercapai. Banyaknya
pelanggaran ini dipaparkan melalui
hasil penelitiannya selama 3 kali
yaitu tahun 2010, 2012, dan 2014.
Dari data itu diketahui kalau jumlah
pelanggaran cukai tidak surut
melainkan bertambah banyak.
Selama tiga kali penelitian yang
dilakukannya, kenaikan pelanggarancukai selalu naik 2 persen, dan
data terakhir tahun 2014 mencapai
11 persen. Adapun kategori
pelanggaran yang paling utama dari
cukai ini adalah masalah personalisasi
atau jual beli pita cukai yang bukan
peruntukannya.
“Pelanggaran yang banyak kami
temui adalah personalisasi dimana pita
cukai untuk pabrik A digunakan oleh
pabrik B, ini memang menguntungkan
perusahaan namun merugikan negaradari sektor penerimaan. Selama ini
kami sudah memberikan masukan
yang sekiranya dapat menekan
angka pelanggaran tersebut, dan jika
pihak yang berwenang fokus pada
masukkan yang kami berikan tentunya
akan menekan angka pelanggran dan
menambah pemasukan negara,” ujar
Elan.
Masih menurut Elan, selama ini
sebenarnya DJBC sudah menjalankan
tugas dan fungsinya dengan baik,
namun demikian ada keterbatasanyang dimiliki DJBC untuk melakukan
itu semua. Selain itu, para pembuat
kebijakan juga harus memberikan
insentif kepada pihak pabrikan yang
sudah menjalankan aturan dengan
baik. “Fungsi intelijen Bea Cukai telah
efektif memetakan pabrikan yang
berpotensi melakukan pelanggaran.
Tapi karena kompleksitas di lapangan
yang begitu sulit sehingga petugas
pun kadang kewalahan, namun ini
pencegahan dan penindakan
terhadap pelangaran cukai agar
target yang dibebankan cukup tingi
ini dapat terpenuhi.
Dengan beban target yang tinggi
tersebut, tentunya masyarakat
berharap kinerja DJBC terus
meningkat, di samping pemerintah
membuat beberapa kebijakan
yang saling menguntungkan agar
pemenuhan target tercapai dan
industri dapat berjalan lancar.
Karena, tanpa kebijakan yang saling
memihak pastinya beban target tidak
akan terpenuhi.
Waktu sepuluh bulan bukanlah
waktu yang lama untuk mewujudkan
target Rp145 triliun, harus banyak
opsi yang dibuat DJBC untukmencapai angka tersebut. Kendati
opsi kenaikan tarif cukai masih
dipertimbangkan dan membutuhkan
perhitungan yang sangat matang
untuk mengeluarkan angka
prosentase kenaikan tersebut.
Karena, untuk menyesuaikan
kenaikan tarif pihak industri rokok
pun harus membutuhkan waktu
enam bulan untuk menyesuaikannya.
Jadi jangan sampai kenaikan tarif
yang baru dilakukan awal tahundan ditambah di akhir tahun justru
membuat industri hasil tembakau
kolaps dan pemerintah akan sulit
menggantikan industri yang mampu
memenuhi angka Rp145 triliun
tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh
Susiwijono, industri hasil tembakau
terlepas dari kontroversi kesehatan,
ibarat cerita ayam bertelur emas,
untuk dapat terus bertelur emas
pastinya ayam tersebut harus dirawat
dengan baik, bukan sebaliknyamemaksa ayam untuk terus bertelur
dengan berbagai cara yang pada
akhirnya justru akan membuat mati
ayam tersebut. Artinya, kita tidak
ingin industri yang cukup potensial
di negeri ini hilang begitu saja
hanya gara-gara ingin mendapatkan
setoran pajak yang tinggi namun
mengesampingkan kelangsungan
hidup industri tersebut.
(Supriyadi)
Laporan Utama
8 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
9/64
9Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Laporan Utama
Tarif Cukai Naik
Cukai Ikut Naik
Tahun ini Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai (DJBC)
dibebani penerimaan negara
dari sektor cukai dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan (APBNP) sebesar
Rp145 triliun, atau naik 20 persen dari
target sebelumnya Rp126 triliun.
Kenaikan yang cukup signifikan
ini tentunya membutuhkan
kerja keras dari seluruh jajaran
DJBC agar target penerimaan itu
dapat tercapai. Selain itu, upaya
peningkatan pencegahan dan
penindakan pelanggaran di bidang
cukai perlu menjadi prioritas utama
agar kebocoran penerimaan negara
tidak terjadi dan industri barang kena
cukai dapat tumbuh dengan baik.
Lalu upaya dan program
kebijakan apa saja yang akan
dijalankan DJBC terkait dengan
Bukan Berarti Penerimaan
peningkatan target penerimaan
yang besar ini? Menurut Direktur
Cukai, Muhammad Purwantoro,
ada beberapa hal yang menjadi
perhatian penting untuk pencapaiantarget cukai tersebut, di antaranya
menjaga ketaatan terhadap
peraturan atas semua kegiatan
yang berkaitan dengan barang
kena cukai (BKC), baik itu kegiatan
pengusaha pabrik, importasi,
tempat penyimpanan, tempat
penjualan eceran, serta peredaran
barang kena cukai. Termasuk variasi
kegiatan di berbagai tempat yang
dapat mengancam kebocoran
Target penerimaan cukai tahun 2015 merupakan
target yang paling berat dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya
9Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Laporan Utama
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
10/64
10 Volume 47, Nomor 3, Maret 201510
Laporan UtamaLaporan Utama
penerimaan cukai juga perlu
diawasi.
“Jadi selain mencegah masuknya
BKC ilegal ke pasar, kegiatan
pemberantasan BKC ilegal juga
harus dilakukan lebih serius dan
terus menerus. Kedua, monitoring
kepatuhan pengusaha barang
kena cukai terkait pencatatan
dan pembukuan dan monitoring
peredaran barang kena cukai
ditempat eceran. Ketiga, kebijakan
di bidang cukai yang lebih baik
di antaranya penyempurnaan
ketentuan penundaan pembayaran
cukai, evaluasi pelaksanaan
penyempurnaan ketentuan
mengenai peredaran BKC di
kawasan bebas, dan evaluasikebijakan tarif cukai,” ungkap
Purwantoro.
Lebih lanjut Purwantoro
menambahkan, untuk pencapaian
target penerimaan cukai tahun
2015 dari sisi kebijakan di bidang
cukai tidak cukup hanya dengan
mengandalkan kenaikan tarif cukai
hasil tembakau sebesar rata-rata 8,7
persen, harus ada kebijakan lain yang
mendukung.
“Yang menjadi perhatian kamisaat ini adalah tingkat penyelesaian
piutang cukai hasil tembakau. Pada
2014, rata-rata tingkat penyelesaian
piutang cukai masih di bawah 90
persen. Pada 2015, angkanya harus
diupayakan di atas 97 persen.
Untuk itu, selain diperlukan
penyempurnaan kebijakan
penundaan pembayaran cukai,
kehati-hatian dalam pemberian
kemudahan penundaan pembayaran
cukai dan tindak lanjut atas piutang
cukai perlu mendapat perhatiankhusus,” paparnya.
Target yang besar tersebut
pastinya membutuhkan kerja
keras untuk memenuhinya, karena
kendala yang akan dihadapi pun
pastinya akan banyak. Seperti pada
tahun 2014 lalu, jumlah produksi
hasil tembakau memang masih
meningkat. Namun, sejak lima tahun
terakhir tingkat pertumbuhannya
cenderung menurun. Situasi produksi
hasil tembakau di 2015 diperkirakan
hampir sama dengan 2014.
Penurunan produksi hasil
tembakau ini disebabkan oleh
banyak faktor, di antaranya
adalah keberhasilan pemerintah
dalam mengedukasi masyarakat
terhadap bahaya merokok sehingga
konsumsinya berkurang. Tentu
ini sesuatu yang positif. Faktor
lainnya adalah semakin maraknya
barang hasil tembakau ilegal di
pasaran, situasi ini tentu akan sangat
berpengaruh pada pemenuhan
target penerimaan cukai.
Sementara itu, untuk Minuman
Mengandung Etil Alkohol (MMEA),
pada 2014 yang lalu produksinyabahkan sudah mengalami
penurunan. Pemberlakukan
peraturan Menteri Perdagangan
baru-baru ini yang melarang
penjualan minuman keras di
minimarket diperkirakan akan
semakin mempengaruhi tingkat
konsumsi MMEA di 2015, dan tentu
saja sangat berpengaruh terhadap
penerimaan cukai.
Masih terkait dengan MMEA,
pada 2014 tarif MMEA dan Etil
Alkohol (EA) mengalami kenaikan
rata-rata sebesar 11,66 persen.
Data yang ada menunjukan bahwa
pertumbuhan produksi bayar MMEA
di tahun 2014 dibanding 2013 turun
sebesar 2,43 persen atau 7,66 juta
liter. Oleh karena itu, rencana untuk
kembali menaikan tarif cukai MMEA
tahun ini masih perlu dikaji.
“Kebijakan yang diambil dalam
rangka pencapaian target cukai dari
EA dan MMEA di tahun ini adalah
peningkatan pengawasan, baik
pengawasan produksi, peredaran,
dan penjualan EA dan MMEA.
Dengan demikian, diharapkan jumlah
produksi MMEA dapat lebih baik dari
tahun sebelumnya, yang artinya akanmeningkatkan potensi penerimaan
cukai,” tutur Purwantoro.
Lalu bagaimana dengan para
pengusaha, apakah mereka mampu
untuk memenuhi target penerimaan
ini? Menurut Purwantoro, posisi
pelaku industri bukan bagaimana
memenuhi target penerimaan
cukai, karena jumlah produksi dan
pelunasan cukai sangat bergantung
pada permintaan pasar. Jika
permintaan pasar meningkat, makaproduksi dan pelunasan pita cukai
juga akan meningkat. Sebaliknya, jika
permintaan pasar cenderung stagnan
atau bahkan menurun, maka produksi
dan pelunasan cukai juga kondisinya
sama. “Para pelaku industri tentunya
mengharapkan agar pemerintah
dalam menentukan besaran tarif
cukai masih memberikan ruang untuk
tumbuh,” katanya.
Untuk dapat memenuhi target
penerimaan yang besar tentunya
harus diimbangi dengan kerja kerasyang besar pula, karena sebenarnya
menaikan tarif cukai bukanlah
jaminan bahwa penerimaan akan
serta merta ikut naik sebesar tingkat
kenaikan tarif cukainya. Pada
keadaan tertentu, situasinya boleh
jadi malah sebaliknya. Ada banyak
faktor yang mesti dipertimbangkan.
Dengan tarif cukai yang tinggi,
maka pertumbuhan konsumsi BKC
tentu cenderung akan lebih rendah.
Dari sisi kebijakan cukai,pencapaian target cukai
2015 tidak cukup dengan
mengandalkan kenaikan tarif.
Muhammad Purwantoro
Direktur Cukai
10 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
11/64
11Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Laporan Utama
Jadi dalam memutuskan perlu
tidaknya tarif cukai dinaikan dan
berapa tingkat kenaikannya harus
memperhitungkan seberapa besar
pengaruhnya terhadap permintaan
atas BKC tersebut di pasar. Lebih
jauh dengan kenaikan tarif cukai,
DJBC juga harus mengatisipasi
kemungkinan lebih maraknya
BKC ilegal karena harganya yang
lebih murah. Jadi opsi menaikan
tarif cukai bukanlah sesuatu yang
sederhana.
“Khusus untuk hasil tembakau,
dalam menyusun kebijakan tarif
cukai hasil tembakau sangat penting
untuk memperhatikan pertimbangan
dari kementerian teknis terkait
seperti perindustrian, tenaga kerja,pertanian, dan tentu saja kesehatan,
serta kelompok masyarakat, baik
yang anti tembakau maupun yang
sebaliknya,” kata Purwantoro.
Lebih lanjut Purwantoro
menjelaskan, sebelum memutuskan
perlu tidaknya kenaikan tarif cukai
lagi untuk tahun 2015, pihaknya
masih melakukan evaluasi terlebih
dahulu, dan diharapkan sebelum
semester I hasilnya sudah lebih jelas
arahnya. “Sementara itu, untuk
kesiapan di tahun 2016 sebelum
target penerimaan cukai ditetapkan,
tentu lebih dahulu akan dikaji secara
matang. Target cukai yang akan
ditetapkan tentu akan didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan
yang objektif sehingga tetap menarik
untuk diperjuangkan oleh DJBC”.
Upaya pengambilan kebijakan
yang tepat masih harus dibarengi
dengan optimalisasi pengawasan.
Menyikapi hal tersebut, Direktur
Penindakan dan Penyidikan (P2),
Muhammad Sigit mengatakan
hasil tembakau merupakan unsur
penyumbang penerimaan cukai
terbesar. Untuk itu pengawasan
hasil tembakau juga harus diperketatkarena kebocoran penerimaan cukai
dari sektor ini dapat berdampak
serius bagi kinerja pencapaian
penerimaan cukai. Rencana
kegiatan pengawasan terhadap
hasil tembakau akan dilakukan dari
alur produksinya, distribusi sampai
dengan peredarannya.
Secara garis besar kegiatan
pengawasan yang akan dilakukan
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Optimalisasi perekaman dan
updating data aplikasi profiling
PPIHT (Pengusaha Pabrik dan
Importir Hasil Tembakau);
2. Peningkatan pengawasan
Hasil tembakau merupakan
penyumbang penerimaan
cukai terbesar untuk itu
pengawasannya harus
diperketat.
Muhammad Sigit
Direktur Penindakandan Penyidikan (P2)
11Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
12/64
12 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Laporan Utama
pabrik hasil tembakau yang
tidak memiliki ijin produksi atau
melakukan produksi BKC tidak
sesuai ketentuan;
3. Peningkatan pengawasan jalur
distribusi hasil tembakau illegal,
baik pada pelabuhan antar
pulau/penyeberangan maupun
pengusaha jasa titipan/ ekspedisi;
4. Pengawasan peredaran hasil
tembakau khusus kawasan bebas;
dan
5. Peningkatan pengawasan dan
operasi pasar pada daerah
peredaran hasil tembakau ilegal.
“Upaya antisipasi yang dilakukan
Direktorat P2 adalah dengan terus
melakukan pengawasan secaraefektif dan berkesinambungan
dengan memaksimalkan fungsi
intelijen, penindakan, dan
penyidikan mulai dari produksi,
importasi, distribusi, sampai dengan
peredaran,” ujar Sigit.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa
karateristik pengawasan cukai
yang berbeda dari pengawasan
kepabeanan terkait dengan lokasi
kegiatan di bidang cukai yang berada
di tengah masyarakat, bukan beradadi kawasan pabean yang sepenuhnya
berada dalam pengawasan bea cukai
menjadi kesulitan sendiri. Terlebih
dengan fakta bahwa jumlah pegawai
di kantor pelayanan di daerah belum
memadai, dengan stakeholder
puluhan pabrik rokok yang berada
dalam wilayah pengawasannya.
Belum lagi pihak DJBC
menghadapi tantangan berupa
kurangnya peran serta masyarakat
dalam penegakan aturan. “Untuk
dapat melakukan penindakanterhadap pabrik rokok diperlukan
effort yang kuat, mengingat warga
setempat akan berusaha menutupi
informasi tersebut, karena apabila
pabrik rokok tersebut ditindak dan
dicabut maka mata pencaharian
mereka juga hilang,” kata Sigit.
Untuk itu dalam setiap
melakukan penindakan, Direktorat
P2 selalu bekerja sama dengan
unit pengawasan pada instansi
vertikal DJBC, dalam mengawasi
peredaran barang kena cukai. Selain
itu, Direktorat P2 juga melakukan
kerja sama dengan instansi terkait,
misalnya TNI/Polri karena operasi
penindakan di bidang cukai lebihsering terjadi di peredaran bebas
atau di luar kawasan pabean, dan
kerja sama dengan BP Batam dalam
hal penindakan dilakukan di wilayah
FTZ.
Dengan koordinasi dan sinergi
yang baik tentunya semua kendala di
lapangan secara terori dapat diatasi
dengan baik. Untuk itu, dengan
pengawasan yang semakin ketat dan
kebijakan yang memberikan ruang
untuk industri tumbuh, maka target
yang ditetapkan sebesar Rp145 triliun
dapat terpenuhi dengan baik bahkan
dapat surplus seperti tahun-tahun
sebelumnya.
Kini tinggal bagaimana DJBCmelakukan terobosan dan kerjasama
yang baik tersebut agar beban target
yang dirasa sangat berat ini dapat
dilalui dengan baik. Kerja keras dan
semangat dari seluruh jajaran DJBC
kini kembali diuji dengan target
penerimaan, semoga apa yang sudah
dikerjakan akan membuahkan hasil
yang maksimal khususnya pada
pemenuhan target penerimaan cukai.
(Supriyadi)
12 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
13/64
13Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Profl Kantor
Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai
Tipe Madya Pabean CEntikong (KPPBC TMP
C Entikong) merupakan salah
satu kantor pelayanan di bawah
wilayah kerja Kantor Wilayah DJBC
Kalimantan Bagian Barat yang
berada di Perbatasan Indonesia –
Malaysia. KPPBC TMP C Entikong
memiliki tupoksi yaitu melakukan
pengawasan serta memberikan
pelayanan terhadap masyarakat di
Kecematan Entikong dan Kecamatan
Sekayam yang merupakan wilayahkerja dari KPPBC TMP C Entikong.
KPPBC TMP C Entikong
memiliki Visi – Misi dan Moto dalam
menjalankan tugasnya di perbatasan.
Visi, yaitu Unggul dalam Pelayanan
dan Pengawasan di Perbatasan. Misi,
yaitu Memberikan Pelayanan dan
Perlindungan Kepada masyarakat di
Perbatasan. Adapun Moto kami yaitu
BATAS yang merupakan singkatan
dari Better Attitude and Service.
Seiring waktu berjalan, dan sesuai
dengan amanah yang diberikankepada kami maka penataan
kegiatan di Pos Pemeriksaan Lintas
Batas (PPLB) Entikong/Border
Entikong dan kantor mulai kami
lakukan agar sesuai aturan/ketentuan
yang berlaku. Penataan kami lakukan
dengan mengambil falsafah jawa
yang mengatakan “Alon – Alon, Asal
Kelakon”, dimana makna yang kami
dapat dari pepatah tersebut adalah
semua hasil akhir, tujuan, maupun
itu, pada sekitar bulan Juli 2014
bertepatan dengan Ramadhan
1435 H, telah dilaksanakan kegiatan
pemberian materi motivasi yang
dilakukan Kepala KPPBC TMP C
Entikong. Alhamdulillah.. pemberian
materi motivasi kepada seluruh
pegawai dapat membakar semangat
dan motivasi pegawai dalam
memberikan pelayanan sesuai aturankepada masyarakat di perbatasan.
Selain masalah motivasi kerja,
hal lainnya yang juga sangat penting
adalah terkait jumlah SDM yang
dimiliki KPPBC TMP C Entikong dalam
menjalankan tugas kesehariannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah
SDM saat itu yaitu sekitar 40 orang
pegawai menjadikan KPPBC TMP C
Entikong belum bisa memberikan
pelayanan dan pengawasan yang
Ada yang tahu tentang “Bea Cukai Entikong” ?
Mungkin kebanyakan orang masih samar – samar mendengar kata “Entikong”.
Penasaran ? mau tahu cerita sekilas tentang Bea Cukai Entikong.
Let me tell you the story...
Foto bersama dengan instansi penegak hukum lainnya di Pos Pemeriksaan Lintas BatasEntikong-Sarawak
AADC(Ada Apa Dengan bC entikong)...
cita – cita membutuhkan proses atau
tahapan untuk dilaksanakan. Jadi,
tidak perlu tugas yang kita emban
dilaksanakan dengan terburu –
buru karena semua hal mempunyai
tahapan masing – masing.
Kami memahami bahwa
penataan yang akan dilakukan di
PPLB/Border Entikong tidak akan
berarti jika penataan SDM/parapelaku di lapangan yaitu dalam hal
ini adalah para pegawai KPPBC TMP
C Entikong tidak terlebih dahulu
dilakukan pembinaan. Pembinaan
dirasakan sangat perlu dilakukan
dikarenakan kondisi mentalitas dan
semangat pegawai KPPBC TMP
C Entikong saat itu dalam kondisi
yang memprihatinkan dikarenakan
banyaknya masalah hukum yang
dialami pegawai. Oleh karena
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
14/64
14 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
ini, pembuatan KILB selain wajib
memenuhi persyaratan administrasi
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 188/
PMK.04/2010, maka kehadiran sang
pemilik KILB saat pembuatan dan
pengambilan KILB menjadi salah
satu yang wajib untuk dipenuhi oleh
para pengguna jasa. KILB, sebagaisalah satu fasilitas yang khusus
ada di perbatasan, memiliki nilai
yang strategis untuk diperhatikan.
Oleh karena itu, tidak jarang kami
memberikan sosialisasi dengan
cara jemput bola yaitu dengan
mendatangi beberapa desa di
wilayah Kecamatan Entikong seperti
Desa Engkahan, Desa Balai Karangan,
dan Desa Kenaman bahkan ke desa
yang secara geografis sangat sulit
untuk dijangkau karena letaknya di
pedalaman yaitu seperti Desa PalaPasang dan Desa Suruh Tembawang.
Tidak lupa juga kami mengundang
instansi lain seperti Imigrasi
dan Kepolisian untuk ikut serta
melakukan sosialisasi di beberapa
desa tersebut.
Dalam hal pengawasan atas
kegiatan di PPLB Entikong juga telah
dilakukan penataan. Pengawasan
atas pelayanan pemasukan barang
dengan KILB, pengawasan pada
arus kendaraan mobil wisata dan
bus antar negara terus dilakukan
pembenahan. Sering kami
melakukan penindakan berupa
penangkapan atas barang yang
dimasukkan tidak sesuai dengan
ketentuan/aturan yang ada. Alhasil,
penerobosan paksa oleh kendaraan-
kendaraan yang membawa barangtidak sesuai ketentuan merupakan
hal yang beberapa kali kami alami.
Bahkan, beberapa kali kantor kami
didemo disertai teriakan – teriakan
dan ancaman oleh masyarakat yang
memasukkan barang tidak sesuai
ketentuan. Namun, hal seperti ini
tidak akan membuat kami menyerah
begitu saja, malah semakin
membakar semangat dan totalitas
kami dalam bekerja dan mengabdi.
Kejadian – kejadian seperti
penerobosan paksa di PPLB/BorderEntikong maupun demonstrasi
yang menjurus pada anarkisme,
tidak dipungkiri dapat memberikan
dampak pada kami berupa rasa
jenuh dan lelah. Tapi, hal ini tentu
saja tidaklah pernah menyurutkan
semangat yang berkobar di hati
kami. Dalam menghadapi rasa
jenuh dan lelah setelah usai bekerja,
kami biasa meluangkan waktu
untuk hiburan berupa kegiatan
Profl Kantor
maksimal kepada pengguna jasa.
Oleh karena itu, pada tanggal 29
September 2014 KPPBC TMP C
Entikong menerima tambahan
pegawai sekitar 30 orang. Tambahan
jumlah pegawai ini sekaligus
menjadi bukti nyata akan dukungan
dari Kantor Pusat DJBC dalam
penataan yang dilakukan KPPBC
TMP C Entikong pada PPLB/Border
Entikong yang tentu saja menambah
semangat seluruh jajaran di KPPBC
TMP C Entikong dalam mewujudkan
cita-cita Bea Cukai Entikong yang
lebih baik.
Seiring pembinaan kepada
pegawai yang terus dilakukan,
koordinasi dan komunikasi dengan
cara mendekatkan diri denganmasyarakat maupun instansi lain juga
dilakukan karena kami memahami
bahwa kami tidak bekerja sendiri
dalam melayani masyarakat/
pengguna jasa di Border Entikong.
Kepada masyarakat, telah terjalin
hubungan yang baik antara KPPBC
TMP C Entikong dengan Dewan
Adat Dayak (DAD) dan Majelis Adat
Budaya Melayu (MABM) Kecamatan
Entikong. Kepada instansi lain,
hubungan dan koordinasi yang baikjuga terjalin dengan rekan-rekan
di CIQ yaitu Imigrasi dan Karantina
serta tentu saja aparat penegak
hukum meliputi Polres Sanggau,
Polsek Entikong, Kejaksaan Negeri
Sanggau Cabang Entikong dan
Satgas Pamtas Yonif Linud 501/BY.
Dalam hal pelayanan atas
kegiatan ekspor dan impor kepada
pengguna jasa, telah dilakukan
penataan di lapangan. Saat ini,
kegiatan ekspor telah dilakukan
sesuai ketentuan PerdirjenNomor PER-32/BC/2014, yaitu
diantaranya bahwa eksportir yang
akan melakukan kegiatan ekspor
diwajibkan memiliki NIK. Selain itu,
atas barang yang akan diekspor pun
dilakukan pengawasan atas kegiatan
pemuatan ke sarana pengangkut.
Dalam kegiatan importasi dengan
KILB (Kartu Identitas Lintas Batas),
penataan dalam pembuatan
KILB juga sudah dilakukan. Saat
Kepala KPPBC TMP C Entikong sedang memberikan penjelasan kepada Presiden Republik Indonesia pada saat kunjungan ke TemPemeriksaan Layanan KILB.
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
15/64
15Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Profl Kantor
olahraga yang membutuhkan
sebuah kebersamaan seperti futsal,
bulutangkis, dan tenis meja. Dalam
acara olahraga ini, kami dapat saling
berbagi pengalaman, cerita, dan
canda – tawa dimana semua ini dapat
memupuk jiwa korsa dan sinergi
antar pegawai.
Dalam upaya memenuhi
kebutuhan spiritual pegawai
yang sebagian besar muslim,
KPPBC TMP C Entikong juga telah
membentuk sebuah organisasi yang
bersifat keagamaan, yaitu Dewan
Kemakmuran Musholla (DKM)
Baitul Taslim. Beberapa kegiatan
yang sudah berjalan diantaranya
adalah Sholat Fardhu Berjama’ah,
Kegiatan Pembacaan Hadits TiapHari, Yasinan tiap Malam Jum’at, dan
Mading Musholla adalah beberapa
kegiatan yang sudah terlaksana
secara rutin. Satu kegiatan yang rutin
berjalan setiap bulannya merupakan
kerjasama antara DKM Baitul Taslim
dengan Unit Kepatuhan Internal dan
Penyuluhan KPPBC TMP C Entikong
yaitu berupa Program Bintal/Kajian
Bulanan sebagai sebuah program
yang bertujuan menjaga integritas
dan moralitas pegawai KPPBC TMP CEntikong. Dengan aktifnya kegiatan
di musholla, diharapkan kejenuhan
dan kelelahan dalam bertugas
akan terobati selain melalui wadah
olahraga.
Pada Januari 2015, dalam
rangka memperingati Hari Pabean
Internasional ke-63, KPPBC TMP C
Entikong mengadakan turnamen
futsal antar instansi yang berada di
Kecamatan Entikong. Turnamen ini
diikuti oleh beberapa instansi seperti
Kepolisian Sektor Entikong, SatgasPamtas Yonif Linud 501/BY, Kantor
Imigrasi Kelas II Entikong, Kejaksaan
Negeri Sanggau Cabang Entikong,
Stasiun Karantina Pertanian Kelas
I Entikong, Stasiun Karantina Ikan
Kelas II Entikong, Koramil Entikong,
Tim BAIS, BIN Kabupaten Sanggau,
dan UP3LB Entikong. Dalam laga
final yang mempertemukan Tim Bea
Cukai Entikong dan Tim Kepolisian
Sektor Entikong dan setelah melalui
pertandingan yang sengit, Tim
Bea Cukai Entikong hanya mampu
meraih juara ke-2. Meskipun tidak
bisa menjuarai turnamen, kami tetap
bangga atas kerja keras Tim Bea
Cukai Entikong yang gigih dan solid
dalam upaya meraih gelar juara.
Sebagai bagian dari Peringatan
Hari Pabean Internasional ke-63,
KPPBC TMP C Entikong mengadakan
Malam Puncak Peringatan Hari
Pabean Internasional ke-63. Pada
Malam Puncak ini, selain kami
memberikan hadiah kepada para
juara atas berbagai pertandingan
yang telah diadakan, kami menggelar
pula “Entikong Customs Award”.
Pada acara “Entikong Customs
Award” ini disampaikan beberapapenganugerahan meliputi The Best
Stakeholder Of The Year 2014, The
Honored One Of The Year 2014, dan
Favorite Employee. Acara ini dihadiri
oleh seluruh pegawai Bea Cukai
Entikong dan pimpinan/perwakilan
dari instansi-instansi di lingkungan
Kecamatan Entikong.
Beberapa hari setelah
memperingati Hari Pabean
Internasional ke-63, KPPBC TMP C
Entikong membentuk sebuah TimEkspedisi yang akan menuju sebuah
lokasi alam Air Terjun 7 Tingkat
yang oleh warga sekitar sering
disebut sebagai Pal 28. Nama Tim
Ekspedisi tersebut adalah Water
Seven Expedition Team. Dengan
mengendarai 2 mobil Ford Ranger
dan 5 sepeda motor, kami siap
menaklukkan medan berat menuju
lokasi alam Air Terjun 7 Tingkat.
Dalam perjalanan menuju lokasi
alam Air Terjun 7 Tingkat, terjadi
beberapa kali hambatan dikarenakanmedan jalan yang dilalui sedang
tidak bersahabat akibat hujan pada
hari sebelumnya. Akibatnya, salah
satu anggota Tim Ekspedisi terjatuh
di tengah perjalanan sehingga
tidak mampu untuk melanjutkan
perjalanan dengan mengendarai
sepeda motor.
Sesampainya di lokasi alam Air
Terjun 7 Tingkat, kami semua merasa
takjub akan Kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa. Begitu indah alam ciptaan-
Nya.. sehingga mampu membuat
pandangan ini terpana dan lidah ini
berucap ‘Masya Allah’.. Sungguh
luar biasa indah lokasi alam Air
Terjun 7 Tingkat sehingga terbayar
sudah setiap keringat dan tenaga
yang tercurah serta rasa lelah yang
menopang tubuh selama perjalanan
menuju Air Terjun 7 Tingkat.
Dalam perkembangannya,
sebagai bagian dari kesadaran kami
bahwa penataan di PPLB/Border
Entikong ke arah yang semakin baik
membutuhkan kerjasama banyak
pihak, maka dengan dukungan
Kantor Pusat DJBC dan Kanwil DJBC
Kalbagbar, kami terus melakukan
upaya agar penataan di BorderEntikong menjadi perhatian banyak
pihak terkait. Artinya, semua instansi/
pihak terkait harus bersinergi
mewujudkan Border Entikong yang
modern . Akhirnya, upaya itupun
membuahkan hasil ketika penataan
di Perbatasan Entikong saat ini telah
menjadi perhatian banyak pihak.
Hal ini dibuktikan dengan adanya
kunjungan dari Pimpinan MPR,
Gubernur Kalbar, hingga Menteri
Pekerjaan Umum. Puncaknya, padatanggal 21 Januari 2015, Presiden
Joko Widodo beserta rombongan
pun telah meninjau PPLB Entikong/
Border Entikong.
Pada akhirnya, segala puja
dan puji hanya kami haturkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan hidayah-Nya. Pada
tanggal 26 Januari 2015, dalam
rangka Hari Pabean Internasional
yang Ke-63, bertempat di Kantor
Pusat DJBC, Kepala KPPBC TMP
C Entikong menerima PiagamPenghargaan dari WCO (World
Custom Organization) yang diberikan
langsung oleh Menteri Keuangan
Republik Indonesia. Sungguh sebuah
kebanggaan atas segala upaya yang
telah kami lakukan selama ini, dan
kami akan terus berusaha mengabdi
dan melayani bangsa di Perbatasan
Indonesia – Malaysia Entikong untuk
menjadi yang lebih baik. Semangat
BATAS.....!!!!!!
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
16/64
16 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
FOTOGRAFER: ARDO HADYAN
16 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
17/64
17Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Galeri Foto
Black and White Consult FOTORAFER: ARDO HADYAN
FOTOGRAFER: DENI JULIANSYAH, BALIKPAPAN
17Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
18/64
18 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Opini
TAPAL BATASPROFESIONALISME
Oleh : EVA MAULINA ARITONANG
“Kita semua berdiri di Tapal
batas, di Garda terdepan
lalu lintas ekspor dan
impor! Kita memiliki tugas
dan fungsi yang vital! Nyawa
taruhannya! Don’t ever think, that
you’ll be safe in here! Kita bukan
PNS kebanyakan, kita Bea Cukai!”.
Kalimat tersebut masih terngiangjelas ketika seorang perwakilan dari
Direktorat Kepabeanan Internasional
memberikan materi pada kegiatan
On The Job Training CCPNS tahun
2013. Saat itu, semua CCPNS terlihat
bersemangat, khas anak muda yang
masih idealis.
Hingga kabar mengenai mutasi
ke daerah terpencil, tindakan
penyelewengan dengan alasan
perekonomian keluarga yang sering
sekali dikemukan, mulai mematahkan
semangat para calon bea cukai ini.Berangkat dari harapan orangtua
yang mulai renta dan bermimpi
anaknya menjadi PNS jujur yang
menjadi tulang punggung keluarga,
seakan musnah. Ditambah kabar
mengenai gaji yang akan dirapel
setelah enam bulan mengabdi sebagai
CCPNS menambah kemelut “apakah
pilihan untuk bergabung dengan bea
dan cukai adalah jalan yang benar dan
sudah digariskan TUHAN?”.
hidup di Jakarta, masih membuahkan
hutang dimana-mana.
Satu demi satu para sahabat yang
berjuang bersama, mulai menghilang
bermutasi ke daerah-daerah
yang tidak pernah dibayangkan.
Semangat makin menurun justru
pada tahap yang hampir mendekati
pengurangan huruf “C” yanghanya tinggal sendiri didepan
huruf P-N-S. Semua perasaan yang
bercampur, mengaduk-ngaduk tapal
batas pertahanan. Hingga hari itu
pertemuan dengan seorang pegawai
di Bandara Husein Sastranegara
merubah semuanya.
“Saya mah kerja baru dua
tahun” jelasnya malu-malu.
Semua yang duduk dihadapannya
tak percaya. Perawakan bu Ami
memang masih terlihat seperti
seorang gadis. Jika melihat posturtubuhnya yang langsing dan ideal,
memang tidak akan ada yang
percaya bahwa ibu dari dua orang
anak ini telah berumur 56 tahun.
“Maksudnya 2 tahun lagi saya
pensiun” tambahnya malu-malu
disela perbincangan.
Pertemuan yang terjadi di
kala itu adalah untuk melakukan
sosialisasi sistem Billing-Online
dalam membantu pembayaran
Keagungan Bea dan Cukai
mulai dinaungkan kembali, fungsi
utamanya mulai dibeberkan.
“Sebagai Bea Cukai, kita siap
mengembangkan tugas sebagai
Trade facilitator, Industrial Assistance,
Revenue Collector dan Community
Protector ” tambah perwakilan
Kepabeanan Internasionaltersebut. Penjelasan itu, terdengar
begitu “keren” ditelinga dengan
penggunaan bahasa inggris
didalamnya. Semangat para CCPNS
kembali membara, “sepertinya takdir
TUHAN kali ini tidak meleset, saya
berada ditempat yang membawa saya
ke kasta yang lebih elegan”.
Bekerja beberapa bulan di
kantor pusat Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai dibawah Kementrian
Keuangan, menjadi kabar yang
menjanjikan bagi keluarga dikampung halaman. Banyak saudara
yang tadinya menghilang, tiba-
tiba datang mendekatkan anak
perempuannya untuk dijadikan
calon istri dengan bayangan tinggal
di Jakarta dengan gaji suami yang
tinggi. Kasta benar-benar meningkat.
Namun, dari hati kecil terdalam
kewajiban membuat orangtua
bahagia belumlah teratasi. Gaji yang
tak seberapa sebagai uang tunggu
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
19/64
19Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
barang impor berdasarkan Custom
Declaration. Ibu Ami dengan cekatan
mengambil posisi didepan monitor
CRT (Cathode Ray Tube) gendut
dengan model “jadul” yang cuma
satu-satunya di ruang kantor seluas
kurang lebih 3x3m itu. Jauh dari
monitor jaman terbaru dengan
model LCD (Liquid Crystal Display)
yang banyak beredar di kantor pusat
bahkan didepan meja kerja kita
sekarang.
Ibu Ami yang bertugas sebagai
pemeriksa barang, dengan cepat
menghidupkan komputer, membuka
link ceisa.customs.go.id/SSOService,
login dan langsung memilih menu
BillingOnline. Beliau cukup kristis
dan banyak bertanya dibandingkandengan pegawai lainnya yang bahkan
masih agak takut menggunakan
komputer.
“Saya mah kan gak ngerti
teknologi, jadi mumpung ada yang
ngajarin...boleh yah bantuin saya
sekalian belajar” pinta bu Ami
setelah sebelumnya mengantarkan
kami melakukan survey mesin ATM
yang terkoneksi dengan sistem MPN
(Modul Penerimaan Negara).
Ibu Ami yang berdandan sangatsederhana ini mengikuti setiap
instruksi dan menghapalkannya
dengan baik. Tak peduli internet
yang hanya ditopang dengan sebuah
modem pinjaman, mouse yang sudah
tidak terlalu sinkron dan loading
komputer yang mulai “lemot”, bu
Ami tetap tersenyum dan terus
mendesak minta diajarkan lagi-dan-
lagi. Untuk sebuah keterbatasan
tersebut, mungkin kita semua
tidak akan kuat dan segera rehat
diruang makan untuk sekedarminum kopi menenangkan diri,
tapi bu Ami dengan profesionalnya
tetap teguh belajar diumurnya yang
sudah hampir renta ini. Seakan
menunjukkan bahwa tidak ada kata
terlambat untuk belajar bahkan
sampai ke liang lahat.
Kisah bu Ami, tidak sampai
disitu. Disela-sela training terdapat
pesawat yang landing dari Malaysia.
Bu Ami langsung sigap berdiri
didepan mesin pemeriksa barang
bawaan penumpang (x-ray) bersiap
melakukan pembongkaran koper.
Travel Bag berjenis Polo Classic besar
yang terisi penuh tiba-tiba diangkat
dan dibongkarnya hanya dengan
menggunakan kedua tangannya
yang mungil. Mungkin kita yang
berumur lebih muda dibanding bu
Ami, belum tentu bisa melakukan
hal yang sama dengan beliau. Tak
terbayang bagaimana bu Ami bekerja
sehari-hari dengan jumlah jadwal
pesawat setiap harinya.
Disela-sela training , bu Ami
sempat berkisah mengenai
keluarganya. Bu Ami adalah tulang
punggung keluarga dengan anak-
anak yang sedang berkuliah dan
suami yang sudah pensiun. Suamibu Ami adalah pensiunan dari PT
Dirgantara Indonesia yang letak
kantornya hanya berjarak beberapa
puluh meter dari bilik kecil di Bandara
tempat bu Ami bekerja. Bu Ami
tidak menjelaskan posisi pekerjaan
suaminya di perusahaan industri
pesawat terbang yang pertama dan
satu-satunya di Indonesia itu.
Tapi dari kisah hidupnya,
kita dapat menebak bagaimana
perjuangan bu Ami dalam
membesarkan anak-anak dan tetap
teguh berdiri sebagai istri serta
sebagai bea cukai sejatinya. Dengan
gaji berdasarkan golongan 3b-nya
ditambah hasil pensiun suaminya,
entah bagaimana bu Ami mengelola
sistem keuangannya.
Dari sana, semua yang hadir
menyadari sesuatu bahwa bekerja
bukanlah melulu soal mencari uang,
tapi soal passion, soal profesionalitas.
Semua pegawai bea cukai memiliki
masalahnya dengan tingkat kesulitan
yang berbeda-beda. Tapi bu Ami
mengajarkan sesuatu yang lain.
Bu Ami mengajarkan bagaimana
bekerja dengan ikhlas, bekerja
dengan profesional, bekerja denganhati. Beliau mengajarkan kita satu
hal bahwa “Dalam Profesionalisme
tidak pernah ada Tapal Batas”
dengan senyumnya yang tidak
pernah berhenti mengembang
dalam melayani masyarakat dan
negara. Disaat usia yang memintanya
menikmati masa tua bersama suami,
anak, cucu dan rumah yang nyaman
baginya.
Dari sana, kalimat dari perwakilan
Direktorat Kepabeanan Internasionalhampir setahun yang lalu terdengar
jelas kembali. “Kita semua berdiri
di Tapal batas, di Garda terdepan
lalu lintas ekspor dan impor! Kita
memiliki tugas dan fungsi yang
vital! Nyawa taruhannya! Don’t ever
think, that you’ll be safe in here! Kita
bukan PNS kebanyakan, kita Bea
Cukai!”. Safe disana bukan berarti
aman dari segala resiko kerja tapi
juga mengingatkan kita bahwa
menjadi Bea dan Cukai butuh sebuah
perjuangan yang jauh dari rasanyaman.
Kalimat beliau tersebut bukan
hanya menjadi doktrin dan kenangan
on the job training . Sudah saatnya
kalimat itu kita tanamkan dalam hati,
bahwa peran kita tidaklah ringan
namun apakah itu akan menjadi
senjata kita untuk mundur, melarikan
diri dari profesionalitas diri yang
setiap saat akan diuji?atau kita akan
menauladani bu Ami?
Opini
Kita semua berdiri di
Tapal batas, di Garda
terdepan lalu lintas
ekspor dan impor! Kita memiliki tugas
dan fungsi yang vital!
Nyawa taruhannya!
Don’t ever think,
that you’ll be safe in
here! Kita bukan PNS
kebanyakan, kita Bea
Cukai!
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
20/64
20 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Bertempat di ruang rapat
Subdit Humas dan
Penyuluhan, pada 18
Februari 2015 berlangsung
pertemuan silaturahim antara
Pimpinan Redaksi Majalah WartaPurnawirawan Bea Cukai (WPBC)
beserta jajarannya dengan Pimpinan
Redaksi Majalah WBC. Acara yang
sekaligus forum silaturahim antara
para pegawai Bea dan Cukai yang
telah pensiun dengan pegawai
Bea dan Cukai yang masih aktif
berlangsung secara kekeluargaan.
Dalam courtesy visit (kunjungan
resmi) ke Redaksi WBC, rombongan
WPBC diterima oleh Pimred WBC
sekaligus Kasubdit Humas danPenyuluhan DJBC, Haryo Limanseto
didampingi Kepala Seksi Publikasi
dan Dokumentasi, Arief Rahman
Hakim, dan Redaktur WBC, Muparrih,
dan Yella M.
Dalam acara tersebut, Pimred
WPBC, Suwito Marsam yang
didampingi beberapa mantan
pejabat Bea dan Cukai antara lain
Eddy Setyo dan Wirawan Sahli
(Wakil Pimred WPBC), Rochmadi
(Bendahara), serta Enny Yunainah
(staf redaksi) menyampaikantujuan kedatangan WPBC untuk
bersilaturahim menjalin komunikasi
melalui WPBC dan WBC juga saling
mengenalkan diri. Kesempatan
ini juga digunakan untuk
mensosialisasikan keberadaan WPBC
dan organisasi-organisasi pensiunan
Bea Cukai, antara lain Persatuan
Pensiunan Bea dan Cukai (PPBC),
Yayasan Kesejahteraan Bhakti Tugas
(YKBT) dan PT Buana Tirta, yang
masing-masing profilnya akan diulas
dalam edisi WBC mendatang.
WPBC yang terbit pertama
kali pada 1 Oktober 2007
awalnya berupa buletin (Buletin
Purnawirawan Bea Cukai).Kemudian sejak tahun 2007, dibantu
konsultan dari salah satu personil
WBC, Ariessuryantini, WPBC yang
dikomandani Suwito Marsam,
meningkatkan buletin menjadi
majalah Warta Purnawirawan Bea
Cukai. WPBC pun terbit secara
periodik dua bulan sekali.
“Kebetulan misi WPBC sebagai
alat komunikasi dan informasi antar
para pensiunan DJBC sekaligus
komunikasi dan informasi antarapara pensiunan dengan rekan-
rekan yang masih aktif. Hal itulah
yang akan kami coba untuk digali
pada kesempatan ini, karena para
pensiunan bea cukai notabene
awalnya juga sebagai pegawai bea
cukai,” papar Suwito Marsam yang
menyatakan untuk menyambung
informasi tentang kebeacukaian
kepada para pensiunan, WPBC
menyajikan Rubrik BC Terkini
berisi perkembangan terkini
Bea Cukai, sehingga pensiunantidak ketinggalan berita instansi
tempatnya dulu mengabdi.
Sedangkan Pimred WBC, Haryo
Limanseto yang juga menjabat
sebagai Kasubdit Humas dan
Penyuluhan menyatakan rasa
terima kasihnya atas kedatangan
dan masukan-masukan yang telah
disampaikan sebelumnya oleh para
pengurus WPBC. Di kesempatan
itu juga disampaikan bahwa WBC
akan memberikan ruang mengenai
kegiatan-kegiatan organisasi
pensiunan Bea Cukai yang ada dan
akan mengupas organisasi yang ada
di lingkungan pensiunan Bea Cukai.
Haryo juga menjelaskanmengenai posisi WBC saat ini yang
ada di bawah Subdit Humas dan
secara ex officio Kasubdit Humas dan
Penyuluhan adalah Pimpinan Redaksi
WBC. Dikemukakan juga bahwa
pembiayaan WBC saat ini tidak
lagi memungut biaya dari pegawai
melainkan menggunakan dana DIPA
Kementerian Keuangan.
“Komunikasi ini harus terjalin,
intinya kami senang dengan kegiatan
ini dan untuk ke depan, karenaini menjadi sarana kami untuk
mengetahui informasi mengenai
pensiunan. Ini awal yang baik,
kekompakan di Bea Cukai dari yang
aktif sampai yang pensiun masih
terjalin dengan baik,” tutur Haryo.
Seksi Publikasi dan Dokumentasi,
Arif Rahman Hakim yang juga
salah satu Wakil Pimred WBC juga
menyampaikan terima kasihnya dan
merasa suatu kehormatan telah
dikunjungi para seniornya. “Antara
senior dan junior tidak terputushubungan. Untuk kerjasama rubrik
kebetulan ada rubrik hobi dan
komunitas bisa mengupas komunitas
yang dimiliki para pensiunan Bea
Cukai.” Kegiatan courtesy visit
diakhiri dengan berfoto bersama
untuk selanjutnya mengunjungi
museum DJBC dan melihat-lihat
benda-benda bersejarah yang
tersimpan di dalam museum.
(Ariessuryantini)
Courtesy VisitPengurus WPBC ke Redaksi WBC
Direktorat & Pusat
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
21/64
21Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
M
enteri Keuangan
(Menkeu) Bambang
Brodjonegoro
menyelenggarakankonferensi pers mengenai pokok-
pokok perubahan APBN tahun
anggaran 2015 di Aula Djuanda,
Gedung Kementerian Keuangan,
Jakarta, Selasa (17/2/2015).
Dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) yang telah disahkan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
pada Jumat (13/2) lalu, pemerintah
menargetkan dapat menekan defisit
anggaran hingga 1,9 persen dari
Produk Domestik Bruto (PDB), atausebesar Rp222,5 triliun. Angka tersebut
mengalami penurunan sebesar Rp23,4
triliun jika dibandingkan target defisit
anggaran dalam APBN 2015 yang
sebesar Rp245,9 triliun, atau 2,21
persen dari PDB. Pemerintah berharap,
penurunan target defisit anggaran
tersebut dapat memberikan efek
positif bagi perekonomian Indonesia
Penurun target defisit anggaran
tersebut tidak lepas dari postur
pendapatan dan belanja negara
yang ditetapkan dalam APBN-P 2015.
“Postur APBN-P dimana pendapatan
negara dan hibah sebesar Rp1.761,6triliun, belanja negara Rp1.984,1
triliun,” ungkap Menkeu. Ia merinci,
anggaran belanja tersebut terdiri atas
belanja pemerintah pusat sebesar
Rp1.319,5 triliun dan transfer ke
daerah, termasuk dana desa sebesar
Rp664,6 triliun.
Selain itu penurunan tersebut
terutama disebabkan oleh turunnya
Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP). Pendapatan negara total itu
turun dibandingkan APBN 2015, turun
sebesar hampir Rp32 triliun, yangterutama berasal dari penurunan
PNBP yang hampir mencapai Rp141,3
triliun.
“Yang baru dalam APBN-P 2015
adalah komitmen pemerintah baru
untuk melaksanakan pertumbuhan
yang berkualitas, mengurangi
kesenjangan antar tingkat
pendapatan di dalam masyarakat,
dan juga untuk memperbaiki
kualitas manusia Indonesia, sehingga
bersama DPR kita sepakat untuk
memasukkan target pembangunan,”
jelas Menteri Keuangan Bambang
Brodjonegoro.Sementara itu, terjadi peningkatan
pada target penerimaan negara dari
sektor perpajakan, yang meliputi
pajak, bea, dan cukai. Dalam APBN-P
2015, penerimaan perpajakan
ditargetkan sebesar Rp1.489,3
triliun. Angka tersebut meningkat
Rp109,3 triliun dibanding target
penerimaan perpajakan dalam APBN
2015 yang sebesar Rp1.380 triliun.
“Peningkatan perpajakan itu Rp109,3
triliun, sehingga total penerimaan
perpajakan dari pajak, bea, dan cukaiadalah Rp1.489,3 triliun,” katanya.
Komitmen lain pemerintah baru
yakni mengurangi kesenjangan
antar tingkat pendapatan, dan
memperbaiki kualitas manusia
Indonesia. Pemerintah juga
menetapkan target pertumbuhan
ekonomi yang terukur. Target tersebut
antara lain, kemiskinan ditetapkan di
10,3%, pengangguran 5.6%, ini ratio
0,4 Index Pembangunan Manusia
DEFISIT ANGGARAN JADI
1,9 PERSEN PADA APBN-P 2015
Direktorat & Pusat
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
22/64
22 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Direktorat & Pusat
Pada hari Rabu, 25 Februari
2015 dilaksanakan acara
penandatanganan
Perjanjian Kerja Sama atau
Memorandum of Understanding
(MoU) antara Direktorat Bea dan
Cukai dan Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Catatan Sipiltentang Pemanfaatan Nomor Induk
Kependudukan Kependudukan
(NIK), data kependudukan, dan
Kartu Tanda Penduduk Elektronik
(e-KTP) dalam Layanan Lingkup
Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Hal tersebut dilakukan
sebagai upaya mengefektifkan
fungsi dan peran DJBC dan Ditjen
Kependudukan dan Pencatatan
Sipil dengan mewujudkan
MOU DJBC & DITJEN KEPENDUDUKANDAN PENCATATAN SIPIL
69,4. Hal baru lainnya adalah subsidi
BBM (Bahan Bakar Minyak) tidak lagimendominasi alokasi subsidi dalam
APBN-P 2015.
Tidak hanya menkeu, konferensi
pers ini juga dihadiri seluruh pejabat
eselon I ruang lingkup Kementerian
Keuangan, antara lain Sekretrais
Jenderal Kiagus Ahmad Badaruddin,
Dirjen Anggaran
Askolani, Kepala BadanKebijakan Fiskal (BKF)
Suahasil Nazara, Dirjen
Perbendaharaan
Marwanto
Harjowiryono, Dirjen
Kekayaan Negara
Hadiyanto, Kepala
BPPK Sumiyati, dan Inspektur
Jenderal Vicentius Sony Loho.
Lebih lanjut Menkeu menegaskan
bahwa bukan kepada perubahan
asumsinya. “Ini adalah pemerintahan
baru yang tidak ikut menyusun APBN
2015 sehingga diperlukan APBN
perubahan di mana kita memasukkan
visi misi prioritas pemerintahan
baru,” kata Bambang.
22 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
23/64
23Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Direktorat & Pusat
c. Repersif/penegakan hukum
1. DJBC berharap dapat
melakukan validasi dan
verifikasi pelaku pelanggaran
di bidang kepabeanan dan
cukai dengan berbasiskan data
kependudukan.“Dengan pemanfaatan data NIK,
data kependudukan, dan e-KTP,
diharapkan kedua belah pihak
dapat mengefektifkan registrasi
pelaku kepabenanan dan sistem
registrasi pengusaha kena cukai
dengan menggunakan NIK dan/
atau e-KTP, validasi dan verifikasi
dalam rangka penegakan hukum
di bidang kepabeanan dan cukai
dengan menggunakan NIK dan/atau
e-KTP, pembaharuan data demografi
pelaku kegiatan kepabeanan danpengusaha kena cukai dalam
sistem registrasi kepabeanan dan
cukai dengan menggunakan data
kependudukan yang berbasikan
NIK, dan perencanaan program
pengembangan profiling dan
targeting pelawat lintas batas
dengan menggunakan data agregat
kependudukan,” ujar Agung.
Gagasan kerja sama
mamanfaatkan data kependudukan
23Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
iklim usaha dan investasi yang
kondusif melalui penyerdehanaan
prosedur kepabeanan sehingga
dapat mendukung peningkatan
pertumbuhan industri.
Dalam sambutannya Dirjen Bea
dan Cukai, Agung Kuswandono,menjelaskan dengan adanya
Perjanjian Kerja Sama ini, DJBC akan
memanfaatkan data kependudukan
untuk mengoptimalkan fungsi
pengawasan di bidang kepabeanan
dan cukai, dengan tahapan:
a. Preemtif
DJBC akan memanfaatkan data
kependudukan dalam tahapan
registerasi pelaku kegiatan
di bidang kepabeanan dan
registerasi Barang Kena Cukai
(BKC)
b. Preventif
1. Cleansing data serta pemetaan
pelaku kegiatan kepabeanan
dan pengusaha BKC
- Data pelaku di bidang
kepabeanan saat ini
berjumlah sekitar 39.000
entitas (baik sebagai
personal maupun badan
usaha), sedangkan data
pelaku di bidang cukai saat
ini berjumlah sekitar 8.977
entitas.
- Pada beberapa kasus,
berdasarkan hasil
penyelidikan (penelitian)
dan penyidikan diketahuibahwa penanggungjawab
perusahaan eksportir dan
importir adalah fiktif, baik
berupa nama seseorang
itu yang fiktif atau bahkan
penyidik DJBC alamat
seseorang dalam KTP
adalah fiktif.
- Dengan data kependudukan,
DJBC akan melakukan
cleansing atau pembaharuan
data demografi pelaku
kegiatan kepabeanan danpengusaha BKC sebagai
upaya untuk memvalidasi
dan sekaligus memfilter
dalam rangka menekan
pelanggaran di bidang
kepabeanan dan cukai.
2. Pengembangan sistem
profiling dan targeting
pelawat lintas batas dengan
menggunakan data agregat
kependudukan
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
24/64
24 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
sebenarnya berawal dari
pembahasan pada Rapat Koordinasi
Tim Pelaksana Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang (PP TPPU) yang
berdasar Undang-undang Nomor
8 tahun 2010 tentang PP TPPU,
dan Nota Kesepahaman antara
Kementerian Dalam Negeri dengan
Kementerian Keuangan bulan Januari
2011 tentang Kerjasama Kemanfaatan
Nomor Induk Kependudukan dan
KTP Elektronik dalam Lingkup
Kementerian Keuangan. Berdasarkan
Undang Undang tersebut DJBC
diberikan tanggung jawab
untuk melakukan pengawasan
pembawaan uang tunai lintas batas
dan melakukan penyidikan TPPU.DJBC memandang arti penting
kerjasama pemanfaatan data
kependudukan tidak hanya sekedar
untuk mendukung pelaksanaan tugas
dalam rezim Anti Money Laundry
(AML), tetapi juga bermanfaat dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi DJBC
di bidang pelayanan dan pengawasan
kepabeanan dan cukai.
Selama perjanjian berlaku, DJBC
akan mendapatkan bimbingan
teknis dan pendampingan teknis
dalam pemanfaatan data-data
dari Ditjen Kependudukan dan
Pencatatan Sipil. DJBC dapat pula
mengakses data-data terbatas,
serta menggunakan perangkat
tertentu dalam pendampingan
Ditjen Kependudukan dan
Pencatatan Sipil.
(Desi A Prawitasari)
Direktorat & Pusat
Pusdiklat Bea dan Cukai
menyelenggarakan dua
diklat secara bersamaan
yaitu Diklat Teknis Umum
Kesamaptaan Angkatan II dan Diklat
Perwira Kapal Negara Bea dan CukaiTingkat I. Upacara pembukaan kedua
diklat tersebut langsung dipimpin
oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai,
Agung Kuswandono, dilaksanakan
pada 16 Februari 2015 bertempat
di lapangan upacara Pusdiklat Bea
dan Cukai. Hadir dalam upacara
pembukaan diklat tersebut, Kepala
Pusdiklat Bea dan Cukai, Agus
Hermawan, Kepala Kanwil DJBC
Khusus Kepri, Hary Budi Wicaksono
Pembukaan Diklat Kesamaptaandan Diklat Perwira Kapal Negara
dan Kabid P2, Evy Suhartantyo,
Kepala Pangsarop Bea Cukai
Tanjung Balai Karimun, Bier Budy
Kismulyanto dan Seksi Nautika, Asep
Ridwan Ruswandi, Kepala Bagian
Kepegawaian DJBC, Efrizal danbeberapa pejabat dari Kementerian
Perhubungan dan para pengajar dari
Pusdiklat.
DTU Kesamaptaan II T.A. 2015
menjadi diklat yang sangat krusial
untuk kepegawaian DJBC yang
sangat membutuhkan pegawai-
pegawai yang memiliki kondisi
fisik dan mental yang kuat serta
tangguh untuk dapat menjaga
keamanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di bidang keuangan
negara khususnya kepabeanan dan
cukai. Dalam diklat ini, fisik dan
mental peserta menjadi sasaran
utama. Selama diklat peserta
akan mendapat materi pelajaranperaturan baris-berbaris, peraturan
penghormatan, tata upacara militer,
navigasi darat, santiaji, integritas dan
gratifikasi, dan materi lainnya. Diklat
ini bertujuan untuk membentuk
watak, integritas, loyalitas,
kepribadian, tutur kata, sikap
tingkah laku, kerjasama, kedisiplinan,
ketahanan mental dan fisik yang
baik, serta jiwa korsa pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
25/64
25Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Direktorat & Pusat
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan
Cukai, juga dalam rangka pendidikan
dasar sumber daya manusia DJBC
yang menjadi armada patroli laut
DJBC.
Mengenai pelaksanaan kegiatan,
DTU Kesamaptaan diselenggarakanmulai tanggal 16 Februari-20 Maret
2015 dengan jumlah keseluruhan
276 jam latihan dan seluruh peserta
diasramakan di Pusdiklat Bea dan
Cukai. Diklat ini diikuti oleh 120
orang pegawai DJBC yang ditunjuk
melalui Surat Sekretaris Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai Nomor
S.302/BC.1/ UP.6/2015, tanggal 29
Januari 2015. Sedangkan untuk
Diklat Perwira Kapal Negara Bea dan
Cukai Tk. I diselenggarakan mulai
tanggal 16 Februari-28 November
2015 dengan jumlah keseluruhan
1.478 jam latihan, diklat ini diikuti
oleh enam puluh orang pegawai
DJBC, sesuai dengan penunjukan
Surat Sekretaris Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai Nomor S.360/BC.1/
UP.6/ 2015, tanggal 04 Februari2015. Proses pembelajaran kedua
diklat tersebut mengambil tempat
di Pusdiklat Bea dan Cukai, Balai
Pendidikan dan Pelatihan Ilmu
Pelayaran di Tangerang dan Tanjung
Balai Karimun.
Tenaga pengajar pada diklat ini
adalah pejabat atau pegawai DJBC,
pejabat dari Direktorat Jenderal
Pengelolaan, Pembiayaan, dan
Resiko Kementerian Keuangan,
pengajar dari BP2IP Tangerang,
serta pelatih dari Kopassus TNIAngkatan Darat. Bagi para siswa
Diklat Kesamaptaan yang lulus
akan mendapatkan sertifikat dari
Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan. Sedangkan lulusan diklat
Perwira Kapal Negara Bea dan Cukai
Tk. I sertifikat akan diberikan oleh
Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut , Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia.
(Ariessuryantini)
guna menunjang pelaksanaan tugas.
Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan awak kapal yang mampu
memelihara, mengendalikan, dan
mengoperasikan kapal patroli
dengan baik dan benar, maka
dilaksanakanlah Diklat Perwira KapalNegara Tingkat I yang merupakan
diklat kerja sama langsung antara
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
dan Kementerian Perhubungan,
yang secara khusus dimintakan
bantuan dalam mengisi materi diklat
ini. Diklat Perwira Kapal ini selain
bertujuan untuk melahirkan pegawai
DJBC yang memiliki kemampuan
memelihara, mengendalikan, dan
mengoperasikan Kapal Patroli di
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
26/64
26 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Sisi Pegawai
Bahkan Tatang Yuliono
sebagai Kepala Kantor
yang baru beberapa bulan
bertugas di kantor ini tidak
sungkan-sungkan memberikan
pujian atas semangat dan integri-tas Mursidah dalam melaksanakan
tugas. ”Kadang kita merasa malu,
kita pulang ibu Mursidah masih di
kantor, dan pagi-pagi kita belum
datang dia juga sudah ada dikan-
tor,” kata Tatang memberikan
apresiasi kepada bawahannya
yang ramah dan murah senyum itu.
Ibu dari satu putra yang juga
menjadi pegawai Bea Cukai itu me-
rasa kantor adalah rumahnya yang
kedua, karena memang tempattinggalnya tidak jauh dari kantor.
Walaupun dia bertugas di Bea
Cukai Bontang sejak tahun 1987
sampai sekarang, pada waktu itu
pindah dari Bea Cukai Samarinda
ikut almarhum suaminya yang juga
pegawai Bea Cukai, dia tetap me-
rasa senang dan tidak terbebani.
Pegawai muda silih berganti, tetapi
Mursidah tetap bisa menyesuai-
kan diri dan bekerja sama dengan
pegawai maupun atasan baru.
”Yang penting kita bekerja denganhati nurani dan jangan neko-neko,”
tuturnya.
Hajah yang santun dan bersa-
haja ini membandingkan pegawai
dulu dan sekarang jauh berbeda.
”Dulu kita hanya mengandalkan
mesin ketik, tetapi sekarang semua
surat menyurat dan alat komuni-
kasi pakai teknologi tinggi, seperti
internet dan HP (handphone),”
ujarnya.
Untuk itulah Mursidah tidak
mau ketinggalan dengan yang
muda-muda, dia belajar terus men-
gikuti perkembangan pekerjaan
sesuai zaman dan masanya. Dalam
hal mengoperasikan komputer,internet, website dan media sosial
lainnya, Mursidah sudah mahir
dan tidak gaptek, malah dia sering
mengajari pegawai maupun
stakeholder dalam hal pekerjaan.
Padahal di tempat lain sering kita
jumpai pegawai seusia Mursidah
merasa enggan dan sulit untuk
memperlajari komputer dan dunia
maya lainnya. Tetapi tidak demikian
untuk Mursidah, sekarang dia ma-
lah mengajari pegawai yang lebihmuda untuk transfer regenerasi.
Selain sebagai pejabat manifes
yang menangani masalah manifest,
Mursidah juga memberikan eduka-
si kepada pegawai lainnya karena
dia cukup sabar. Kalau ada yang
salah dia ajari pelan-pelan. Karena
sikap, perilaku, dan tindakan dalam
pelaksanaan tugas yang pada
umumnya menunjukkan kerajinan,
ketaatan, kedisiplinan, kejujuran,
sikap responsif terhadap segala pe-
nugasan, dan bertanggung jawabatas penyelesaian tugas dengan
baik dan tepat waktu, maka tidak
salah jika Mursidah yang sudah me-
nyandang Penata Muda Tk.I / IIIb
itu mendapat penghargaan sebagai
pegawai kategori pengabdian kerja
terbaik di Bontang pada 4 Februari
2014 yang diberikan Kepala Kantor
R.M. Agus Ekawidjaja pada waktu
itu.
Piter
Ibu berusia 50 tahun ini memiliki semangat dan tanggung jawab kerja yang boleh
diacungi jempol, tidak mau kalah dengan pegawai yang muda, ia bekerja diatas rata-
rata. Mursidah tidak merasa terbebani jika harus masuk kantor pagi sebelum jam kerja
atau sampai tengah malam kalau memang ada pekerjaan yang perlu diselesaikan,
pokoknya siap 24 jam. Dia diterima sebagai pegawai Bea Cukai golongan satu pada
tahun 1983 dari lulusan SMP, sekarang menjabat sebagai Kepala Subseksi Administrasi
Manifest Penerimaan dan Jaminan di KPPBC TMP C Bontang.
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
27/64
27Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
MINUMAN MENGANDUNG ETILALKOHOL
Sinergi dan koordinasi antara
KPPBC TMP C Tarakan dan Satuan
Polisi Air (Satpolair) Polres Tarakan
berhasil menggagalkan upaya
pemasukan Minuman Mengandung
Etil Alkohol (MMEA) ilegal berbagaimerek asal Malaysia ke dalam daerah
pabean Indonesia. Penegahan
tersebut dilakukan terhadap KM
RENTAL di perairan Temanga,
Bulungan Provinsi Kalimantan Utara
pada hari Kamis, 22 Januari 2015
sekitar pukul 10.00 WITA. Kapal
tersebut mengangkut muatan
barang impor berupa MMEA
sebanyak 215 dus asal Tawau,
Malaysia yang dimuat di perahu
kecil dari perairan Sungai Bajau,Kabupaten Nunukan menuju Tanjung
Selor tanpa dilengkapi daftar
muatan kapal (manifest) dengan
modus overshipment. Sampai
dengan selesainya pemeriksaan oleh
penyidik, nahkoda kapal tidak dapat
menunjukan dokumen kepabeanan
maupun dokumen yang sah dari
institusi yang berwenang.
Barang bukti berupa MMEA
jenis Whisky berbagai merk itu
rata-rata berkadar alkohol 30 hingga
43 persen dengan total sebanyak3.360 botol. Terdiri dari merek Red
Bull sebanyak 65 dus yang isinya
keseluruhan berjumlah 780 botol
@700ml dan 780 botol @175ml,
merek Mountain Chevas sebanyak
50 dus yang isi totalnya 600 botol
@600ml, dan merek Labour 100
dus yang total isinya mencapai
1200 botol @500ml. Barang bukti
tersebut sudah diamankan dan
proses perkara sampai dengan
PENEGAHAN BARANG
LARANGAN PEMBATASAN OLEH
BEA DAN CUKAI
sekarang dalam tahap penyidikan
oleh penyidik KPPBC TMP C Tarakan,
sedangkan terhadap tersangka saatini dititipkan ke Lapas Kota Tarakan.
Atas kegiatan dan kejadian
tersebut, pelaku yang berinisial K
dianggap melakukan pelanggaran
tindak pidana penyelundupan di
bidang impor yang diatur dalam
pasal 102 huruf a UU Nomor 17 Tahun
2006 tentang Perubahan UU No.10
Tahun 1995 tentang kepabeanan
dan diancam dengan penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun, dan pidana denda palingsedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Selain itu, pelaku juga melanggar
Keputusan Menteri Perdagangan RI
No. 20/M-DAG/per/4/2014 tentang
Pengendalian dan Pengawasan
Terhadap Pengadaan, Peredaran,
dan Penjualan Minuman Beralkohol
sebagaimana diubah dengan
Keputusan Menteri Perdagangan RI
nomor 72/M-DAG/PER/10/2014 Pasal
5 ayat (1) yang mengatur bahwa
“Pengadaan Minuman Beralkoholasal impor dilakukan oleh perusahaan
yang telah memiliki penetapan
sebagai IT-MB dari Menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang perdagangan”
dan pasal 8 ayat (1) yang menyatakan
“Alokasi Impor Minuman Beralkohol
sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat
(6) diberikan oleh Menteri IT-MB
dalam bentuk persetujuan impor”.
Dalam pasal 1 angka 4 Peraturan
Menteri tersebut, disebutkan
bahwa Importir Terdaftar MinumanBeralkohol adalah perusahaan yang
mendapatkan penetapan untuk
melakukan kegiatan Impor Minuman
Beralkohol.
BALPRESS
Selasa, 24 Februari 2015
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan
Cukai Tipe B Pantoloan mengadakan
press release terhadap tangkapan
Seputar Bea Cukai
27Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
-
8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015
28/64
28 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015
Seputar Bea Cukai
balpress yang berhasil digagalkan
pada awal tahun ini. Press release
yang dibuka Kakanwil DJBC Sulawesi,
Robert Leonard Marbun ini dihadiri
oleh perwakilan dari Depperindag
Sulawesi Tenggara, Kepolisian Palu,
Kejaksaan Negeri Palu, dan Kasubdit
Penindakan Direktorat P2 dari kantor
pusat serta jajarannya.
Operasi patroli laut Kanwil
DJBC Sulawesi dengan Kapal
Patroli BC 9005 berhasil melakukan
penegahan di sekitar perairan
laut Sulawesi terhadap KLM Putri
Tanjung bebendera Indonesia yan