WAYANG

download WAYANG

of 12

description

WAYANG

Transcript of WAYANG

ABIMANYU dikenal pula dengan nama : Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pangalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Abimanyu adalah putra Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa dengan Dewi Sumbadra, putri Prabu Basudewa, raja Negara Mandura dengan Dewi Badrahini. Abimanyu mempunyaai 13 orang saudara lain ibu, yaitu : Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu merupakan makhluk kekasih Dewata. Sejak dalam kandungan Abimanyu telah mendapat Wahyu Hidayat, yang mempunyai daya : mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa Abimanyu mendapat Wahyu Cakraningrat, suatu wahyu yang dapat menurunkan raja-raja besar. Abimanyu mempunyai sifat dan perwatakan; halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan ia mendapat ajaran dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat ajaran dari kakeknya, Bagawan Abiyasa. Abimanyu tinggal di kesatrian Plangkawati, setelah dapat mengalahkan Prabu Jayamurcita. Abimanyu mempunyai dua orang isteri, yaitu : 1. Dewi Siti Sundari, putri Prabu Kresna , Raja Negara Dwarawati dengan Dewi Pratiwi, dan 2. Dewi Utari, putri Prabu Matswapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata, dan berputra Parikesit. Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuda oleh gada Kyai Glinggang milik Jayadrata, satria Banakeling.

Semar Cirebon

SEMAR (BETARA ISMAYA)Semar (Betara Ismaya) seorang Dewa, saudara Betara Manikmaya (Guru), anak Sang Hyang Tunggal.Sang Hyang Tunggal menganggap Semarlah yang tua dan meramalkan dia takkan bisa bergaul dengan para Dewa dan bertitah, supaya ia tinggal di dunia untuk mengasuh keturunan Dewa-dewa yang berwujud dan bersifat manusia. Sesudah Semar tinggal di Marcapada (dunia), berobahlah parasnya yang elok menjad sangat jelek Segala tanda kejelekan pada tubuh manusia terdapat pada Semar, sehingga Semar dianggap sebagai manusia biasa saja.Semar selalu mengikuti dan mengemong keturunan Dewa yang bernama Pendawa. Semar berwatak sabar, pengasih, penyayang dan tak pernah susah. Tetapi kalau dia sudah marah, tak ada seorang pun yang bisa mencegahnya dan Dewa-dewa pun dianggapnya lebih rendah daripada telapak kakinya. Tanda-tanda pada waktu ia marah ialah bercucurnya air matanya, mengalir dengan derasnya ingusnya dan keluar tak berhenti-berhentinya kentutnya, selagi ia berteriak-teriak kepada Dewa, meminta kembali kebagusan rupanya.Semar selalu merendahkan diri terhadap anak-anak asuhannya dan berbahasa lemah-lembut sebagaimana layaknya seorang hamba, bila bercakap-cakap dengan tuannya. Tetapi jika bergaul dengan para Dewa, ia bersikap seperti menghadapi orang-orang sejajarnya.Semar beristrikan Dewi Kanastren dan mempunyai sepuluh orang anak yang semuanya adalah Dewa.Semar melambangkan akhlak manusia sesejati-sejatinya.Semar bermata rembesan (sakit mata), berhidung nyunti (seperti umbi selederi), bibir bawah mulutnya agak panjang, berjambul, berpusar burut, bergelang, kedua tangannya bisa digerakkan, tetapi selalu dibelakangkan. Berpantat besar menjolok ke belakang.Semar cengeng, gampang menangis. Kalau ksatria yang diiringkannya menghadapi bahaya, menangislah ia, tetapi menangisnya berlagu dengan menggunakan wangsalan, berkata-kata samar-samar dan mengandung arti seperti misalnya dalam kata-kata: roning mlinjo (nama daun mlinjo ialah aso). Lalu kata-kata roning mlinjo tadi disambung dengan katakata: sampun sayah nyuwun ngaso, sudah penat mohon mengaso.Pada waktu menangis menghadapi bahaya, berkataiah Semar sebagai berikut: Lae bapa benderaku, mangga Raden sami nyenthe jurang, senthe jurang berati: kajar, sebangsa tales yang tumbuh di jurang. Dan disambunglah kata-kata tersebut dengan: Mangga Raden sami lumajar yang berarti. Marilah, Raden kita lan bersama-sama.Di dalam lakon Srikandi berguru memanah, pada suatu ketika Arjuna keliru mendukung Dewi Wara Sumbadra yang sedang marah, karena dikiranya Sumbadra adalah Srikandi dan waktu itu Arjuna sedang tergila-gila pada Srikandi. Salah bopong ini menyebabkan murkanya Sumbadra dan berkatalah ia kepada Anjuna, Ayo lekas, pulangkan badanku ke Dwarawati. Datangku ke sini dulu lantaran kamu. Aku tak tergesa-gesa menyerahkan badanku kepadamu, orang Madukara dan hanya menyerahkannya karena kamu menjemputnya.Peristiwa ini terjadi karena Semar, sebab Semarlah yang membenitahukan tempat Srikandi kepada Sumbadra. Lalu pada gilirannya marahlah Arjuna pada Semar dan sesudah Semar kena marah Arjuna, berkatalah dia, Selagi Raden yang berpenglihatan terang bisa berbuat keliru, lebih-lebih hamba yang bermata kabur, tentu lebih berkemungkinan untuk berbuat salah.Demikianlah sekedar gambaran mengenai tingkah laku Raden Arjuna.Sekarang pun peristiwa seperti ini bisa terjadi juga.Sewaktu dimainkan di waktu sore, wayang Semar yang digunakan ialah yang mukanya dan seluruh badannya bercat prada dan sewaktu dimainkan menjelang pagi yang digunakan ialah wayang yang mukanya bercat putih dan badannya bercat hitam. Di mana Semar dimainkan bersama dengan kedua orang anaknya, Gareng dan Petruk, maka Semar berwanda: 1. Gilut, 2. Dunuk, 3. Watu, 4. Mega, 5. Dukun, 6. Miling, dan 7. Brebes.Konon Semar yang berwanda demikian adalah karangan Sri Sultan Agung di Mataram.Adapun Semar yang dimainkan dengan Bagong, berwanda Brebes dan Jetung.

ANOMAN

ANOMANAnoman kera berbulu putih seperti kapas. Ia adalah anak Betara Guru dengan Dewi Anjani, seorang putri bermuka dan bertangan kera.Anoman juga bernama: 1. Maruti, karena mempunyai angin, seperti juga Raden Wrekodara dan oleh karenanya Anoman disebut juga saudara Wrekodara yang berkesaktian angin; 2. Ramadayapati, berarti yang diaku anak oleh Sri Rama; 3. Bayutanaya, berarti yang diaku anak Betara Bayu; 4. Kapiwara, berarti pendeta kera; dan 5. Anjaniputra, putra Dewi Anjani.Bermula Anoman hidup pada jaman Sri Rama, membela Sri Ramapada waktu kehilangan permaisurinya, Dewi Sinta,yang dicuri oleh raja raksasa Prabu Dasamuka dari negara Alengka. Anoman mendapat titah dari Sri Rama untuk menemui Dewi Sinta yang disembunyikan oleh Dasamuka di Alengka di sebuah taman bernama Taman Arga Soka. Anoman berhasil membawa kembali Dewi Sinta ke hadapan Sri Rama. Setibanya di Alengka, Anoman membakar istana Alengka hingga habis menjadi abu. Besarlah pembelaan Anoman bagi Sri Rama. Anoman berusia sampai lanjut.Sehabis jaman Sri Rama, tiba jaman Pendawa, pada jaman mana Anoman mengasuh kelima Pendawa dan bertempat kediaman sebagai pendeta kera di Kendalisada. Anoman selalu menjadi tempat bertanya orang perihal yang sulit-sulit, karena dianggap sebagai pendeta yang waspada.Anoman bermata plelengan putih, berhidung dan bermulut kera. Bersanggul kadal menek bersambung dengan ekornya yang memanjang dari bawah hingga menutupi sanggulnya dan dihiasi dengan gelang. Bergelang, berpontoh, dan berkeroncong. Berkuku pancanaka seperti Wrekodara. Berkaki kera. Berkain poleng seperti Wrekodara bentuk raton lengkap tak bertopong. Cat muka dan seluruh tubuhnya putih, menandakan bahwa ia kera ulas putih.Tingkah laku Anoman pada waktu melaksanakan titah Sri Rama mencari Dewi Sinta, diceritakan sebagai berikut:JawaAnoman melumpat sampun, prapteng witing nagasari,mulat mangandap katingal, wanodya yu kuru aking,gelung rusak awor lemah, kang iga-iga kaeksi.IndonesiaAnoman telah meloncat, tiba di pohon nagasari,memandang ke bawah tertampak seorang putri kurus kering, sanggul rusak terkena tanah, terlihatlah tulang rusuknya. Ucapan ini dikenal secara meluas di dalam masyarakat Jawa.ANTASENA

ANTASENA adalah Putra Bima/Werkudara, salah satu dari lima satria Pandawa, dengan Dewi Urangayu, putri Hyang Mintuna (Dewa ikan air tawar) di Kisiknarmada. Antasena mempunyai 2 (dua) orang saudara seayah lain ibu, yaitu : Antareja, putra Dewi Nagagini, dan Gatotkaca, putra Dewi Arimbi. Sejak kecil Anantasena tinggal bersama ibu dan kakeknya di Kisiknarmada. Seluruh badannya berkulit sisik ikan/udang hingga kebal terhadap senjata. Antasena dapat hidup di darat dan di dalam air. Antasena mempunyai kesaktian berupa sungut sakti, mahluk apapun yang tersentuh dan terkena bisa-nya akan menemui kematian. Antasena juga memiliki pusaka Cupu Madusena, yang dapat mengembalikan kematian di luar takdir. Antasena juga tidak dapat mati selama masih bersinggungan dengan air atau uap air. Antasena berwatak jujur, terus terang, bersahaja, berani kerena membela kebenaran, tidak pernah berdusta. Setelah dewasa, Antasena menjadi raja di negara Dasarsamodra, bekas negaranya Prabu Ganggatrimuka yang mati terbunuh dalam peperangan. Antasena meninggal sebelum perang Bharatayuda. Antasena mati moksa (lenyap dengan seluruh raganya) atas kehendak/kekuasaan Sang Hyang Wenang.RADEN ANTASENARaden Antasena putra Wrekodara yang tertua dari perkawinannya dengan Dewi Nagagini, putri Hyang Antaboga, Dewa ular di Saptapratala.Antasena juga bernama Antareja dan terhitung sebangsa Dewa. Ia bisa hidup di dalam bumi dan terbang di angkasa. Tetapi ia tetap tinggal di dalam bumi dan hanya ke luar bila perlu.Antasena lebih sakti daripada ayahnya. Kesaktiannya yang luar biasa ialah kemampuannya untuk menyembur sebagai ular dan semburannya itu berbisa sekali. Jika dijilatnya jejak kaki seseorang, matilah orang itu.Karena mampu melihat jauh ke depan, Sri Kresna bertipu halus dan memerintahkan kepada Antasena, supaya menjilat jejaknya sendiri dan tewaslah Antasena. Kresna berbuat demikian, oleh karena kalau dia dibiarkan hidup, kelak takkan ada yang bisa menandingi Antasena di dalam perang Baratayuda.Raden Antasena bermata telengan, berhidung dempak, berkumis, berjenggot, berambut terurai bentuk polos. Berjamang dengan garuda membelakang dan bersunting kembang kluwih. Berkalung bulan sabit, bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Berkain katongan, bercelana cindai.Arjuna Solo

ARJUNA Adalah putra Prabu Pandudewanata, raja negara Astinapura dengan Dewi Kunti/Dewi Prita putri Prabu Basukunti, raja negara Mandura. Arjuna merupakan anak ke-tiga dari lima bersaudara satu ayah, yang dikenal dengan nama Pandawa. Dua saudara satu ibu adalah Puntadewa dan Bima/Werkudara. Sedangkan dua saudara lain ibu, putra Pandu dengan Dewi Madrim adalah Nakula dan Sadewa. Arjuna seorang satria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi Pandita di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Arjunadijadikan jago kadewatan membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Kaindran bergelar Prabu Karitin dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain ; Gendewa ( dari Bathara Indra ), Panah Ardadadali ( dari Bathara Kuwera ), Panah Cundamanik ( dari Bathara Narada ). Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain ; Keris Kiai Kalanadah, Panah Sangkali ( dari Resi Durna ), Panah Candranila, Panah Sirsha, Keris Kiai Sarotama, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni ( diberikan pada Abimanyu ), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak Jayengkaton ( pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani ) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama.