Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia
description
Transcript of Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia
-
MAKALAH
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
OLEH:
JUNAINA TANJUNG
NIM: 140502143
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
-
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia dengan
sebaik-baiknya.
Pada makalah ini penulis berusaha untuk menyajikan sebuah tulisan secara singkat
mengenai konsep wawasan nusantara sebagai bagian dari geopolitik Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha mengumpulkan dari berbagai
sumber baik dari buku maupun sumber dari internet.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam
penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesiakan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat.
Terima kasih.
-
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Tujuan .............................................................................................................. 2
1.3. Manfaat ............................................................................................................ 2
Bab 2 Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia ................................................. 3
2.1. Pengertian, Hakikat, dan Kedudukan Wawasan Nusantara ............................. 3
2.2. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia ......................................... 4
2.3. Perwujudan Wawasan Nusantara ..................................................................... 7
Bab 3 Penutup ..................................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 15
3.2. Saran................................................................................................................. 15
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 16
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Secara konsepsional, wawasan nusantara (Wawasan) merupakan wawasan
nasionalnya bangsa Indonesia. Perumusan wawasan nasional bangsa Indonesia
yang selanjutnya disebut Wawasan Nusantara, itu merupakan salah satu konsepsi
politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Wawasan Nusantara sebagai
wawasan nasionalnya bangsa Indonesia dibangun atas pandangan geopolitik
bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan pada konstelasi lingkungan tempat
tinggalnya yang menghasilkan konsepsi Wawasan Nusantara. Jadi Wawasan
Nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.
Konsep Geopolitik merupakan ilmu penyelenggaraan negara yang setiap
kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat
tinggal suatu bangsa. Negara Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan sekaligus
kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi yang strategis
dan kaya akan sumber daya alam. Sementara kelemahannya ialah terletak pada
wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu
bangsa dan tanah air, sebagaimana yang telah diperjuangkan oleh para pendiri
negara ini. Dalam hal ini bangsa Indonesia perlu memiliki prinsip-prinsip dasar
sebagai pedoman agar tidak terombang-ambing dalam memperjuangkan
kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.
Salah satu pedoman bangsa Indonesia adalah wawasan nasional yang berpijak
pada wujud wilayah nusantara sehingga disebut dengan wawasan nusantara.
Kepentingan nasional yang mendasar bagi bangsa Indonesia adalah upaya
menjamin persatuan dan kesatuan wilayah, bangsa, dan segenap aspek kehidupan
nasionalnya. Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana
menjadikan bangsa dan wilayah ini senantiasa satu dan utuh. Kepentingan nasional
itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan nasional maupun visi
nasional.
-
2
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, hakikat, dan kedudukan Wawasan Nusantara.
2. Untuk mengetahui pengertian Geoplitik.
3. Untuk mengetahui Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia.
4. Untuk mengetahui Perwujudan Wawasan Nusantara.
1.3. Manfaat
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis
sendiri dan bagi pembaca lainnya serta menambah wawasan dalam bidang karya
ilmiah.
-
3
BAB 2
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
2.1. Pengertian, Hakikat, dan Kedudukan Wawasan Nusantara
2.1.1. Pengertian Wawasan Nusantara
Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan
Nusantara. Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa jawa) yang berarti
pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan adalah pandangan,
tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan
cara melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau
kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi
Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, ian yaitu
benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra Hindia dan Pasifik.
Berdasarkan pengertian modern, kata nusantara digunakan sebagai pengganti
nama Indonesia.
Sedangkan terminologis, Wawasan menurut beberapa pendapat sebagai berikut:
a. Menurut prof. Wan Usman, Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan
semua aspek kehidupan yang beragam.
b. Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi tap.
MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999, yaitu cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan
bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehipan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, secara sederhana wawasan nusantara
berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya.
-
4
2.1.2. Hakikat Wawasan Nusantara
Kita memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan satu
kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan dan kesatuan wilayah
nasional. Dengan kata lain, hakikat Wawasan Nusantara adalah persatuan bangsa
dan kesatuan wilayah.
Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat Wawasan Nusantara diwujudkan
dengan menyatakan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi,
social budaya, dan pertahanan keamanan.
2.1.3. Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Wawasan nasional
merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa
Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa yang
satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula. Kedudukan Wawasan Nusantara
sebagai salah satu konsepsi ketatanegaran Republik Indonesia.
2.2. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia
2.2.1. Geopolitik sebagai Ilmu Bumi Politik
Geopolitik secara etimologi berasal dari bahasa yunani, yaitu Geo yang
berarti bumi dan tidak lepas dari pengaruh letak serta kondisi geografis bumi yang
menjadi wilayah hidup. Geopolitik dimaknai sebagai penyelenggaraan Negara yang
setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau
tempat tinggal suatu bangsa.
Istilah geopolitik pertama kali diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu
bumi politik (political geography) yang kemudian diperluas oleh Rudolf Kjellen
menjadi geographical politic, disingkat geopolitik.
Teori-Teori Geopolitik :
a. Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844-1904), berpendapat bahwa negara itu
seperti organisme yang hidup. Pertumbuhan Negara mirip dengan pertumbuhan
organisme yang memerlukan ruang hidup (lebensraum) yang cukup agar dapat
-
5
tumbuh dengan subur. Makin luas ruang hiduo maka Negara akan semakin
bertahan, kuat, dan maju. Teori ini dikenal sebagai teori organisme atau teori
biologis.
b. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen (1864-1922), Negara adalah satuan dan sistem
politik yang menyeluruh yang meliputi bidang geopolitik, ekonomi politik ,
demo politik social politik, dan krato politik. Negara sebagai organisme yang
hidup dan intelektual harus mampu mempertahankan dan mengembangkan
dirinya dengan melakukan ekspansi.
c. Teori Geopolitik Karl Haushofer (1896-1946), melanjutkan pandangan Ratzel
dan Kjellen terutama pandangan tentang lebensraum dan paham
ekspansionisme. Jika jumlah penduduk suatu wilayah Negara semakin banyak
sehingga tidak sebanding lagi dengan luas wilayah, maka Negara tersebut harus
berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup bagi warga Negara.
Untuk mencapai maksud tersebut, Negara harus mengusahakan :
Autarki, yaitu cita-cita untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bergantung
pada Negara lain.
Wilayah-wilayah yang dikuasai (pan-regional), yaitu:
a) Pan Amerika sebagai perserikatan wilayah dengan Amerika Serikat
sebagai pemimpinnya.
b) Pan Asia Timur, mencakup bagian timur Benua Asia, Australia dan
wilayah kepulauan dimana Jepang sebagai penguasa.
c) Pan Rusia India yang mencakup wilayah Asia Barat, Eropa Timur, dan
rusia yang dikuasai Rusia.
d) Pan Eropa Afrika mencakup Eropa Barat , tidak termasuk Inggris dan
Rusia dikuasai oleh jerman.
Teori geopolitik Karl Haushofer ini dipraktikkan oleh Nazi Jerman
dibawah pimpinan Hittler sehingga menimbulkan perang dunia dua.
d. Teori Geopolitik Halford Mackinder (1861-1947), mempunyai konsepsi
geopolitik yang lebih strategik, yaitu dengan penguasaan daerah-daerah
jantung dunia, sehingga pendapatnya dikenal dengan teori daerah Jantung.
Barang siapa menguasai daerah jantung (Eropa Timur dan Rusia) maka ia
-
6
akan menguasai pulau dunia (Eropa, Asia, dan Afrika)yang pada akhirnya akan
menguasai dunia. Berdasarkan hal ini muncullah konsep Wawasan Benua atau
konsep kekuatan di darat.
e. Teori Geopolitik Alfred Tayer Mahan (1840-1914),mengembangkan lebih
lanjut konsepsi geopolitik dengan memperhatikan perlunya memamfaatkan
serta mempertahankan sumber daya laut termasuk akses ke laut. Sehingga, tidak
hanya pembangunan armada laut saja yang diperlukan, namun lebih luas juga
membangun kekuatan maritim. Berdasarkan hal tersebut, muncul konsep
Wawasa Bahari atau konsep kekuatan di laut. Barang siapa menguasai lautan
akan menguasai kekayaan dunia.
f. Teori Geopolitik Guilio Douhet(1869-1930), William Mitche(1878-1939),
Saversky dan JFC Fuller, mempunyai pendapat lain dibandingkan dengan para
pendahulunya. Keduanya melihat kekuatan dirgantara lebih berperan dalam
memenangkan peperangan melawan musuh. Untuk itu mereka berkesimpulan
bahwa membangun armada atau angkatan udara lebih menguntungkan sebab
angkatan udara memungkinkan beroperasi sendiri tanpa di Bantu oleh angkatan
lainnya. Disamping itu, angkatan udara dapat menghancurkan musuh di
kandang itu sendiri. Berdasarkan hal ini maka muncullah konsep Wawasan
Dirgantara (konsep kekuatan di udara).
g. Teori Geopolitik Nicholas J.Spijkman (1879-1936), terkenal dengan teori
Daerah Batas. Dalam teorinya, ia membagi dunia dalam empat wilayah :
Pivot area, mencakup wilayah daerah jantung.
Offshore continent land, mencakup wilayah pantai benua Eropa-Asia.
Oceanic Belt, mencakup wilayah pulau di luar Eropa-Asia, Afrika selatan
New World, mencakup wilayah Amerika.
Atas pembagian dunia menladi empat wilayah ini, Spijkman memandang
diperlunya kekuatan kombinasi dari Angkatan-angkatan Perang untuk dapat
menguasai wilayah-wilayah yang dimaksud. Pandangannya ini menghasilkan
teori Garis Batas (Rimland) yang dinamakan Wawasan Kombinasi.
-
7
2.2.2. Paham Geopolitik Bangsa Indonesia
Paham geopolitik bangsa Indonesia terumuskan dalam konsepsi Wawasan
Nusantara. Bagi bangsa Indonesia, geopolitik merupakan pandangan baru dalam
mempertimbangkan faktor-faktor geografis wilayah Negara untuk mencapai tujuan
nasionalnya. Untuk Indonesia, geopolitik adalah kebijakan dalam rangka mencapai
tujuan nasional dengan memamfaatkan keuntungan letak geografis Negara
berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang kondisi geografis tersebut.
Secara geografis, Indonesia memiliki ciri khas, yakni diapit dua samudra dan
dua benua serta terletak dibawah orbit Geostationary Satellite Orbit (GSO). Dan
Indonesia bisa bisa disebut sebagai Benua Maritim Indonesia. Wilayah Negara
Indonesia tersebut dituangkan secara yuridis formal dalam Pasal 25A UUD 1945
Amandemen IV. Atas dasar itulah Indonesia mengembangkan paham geopolitik
nasionalnya, yaitu Wawasan Nusantara. Dan secara historis, wilayah Indonesia
sebelumnya adalah wilayah bekas jajahan Belanda yang dulunya disebut Hindia
Belanda.
Berdasarkan fakta geografis dan sejarah inilah, wilayah Indonesia beserta apa
yang ada di dalamnya dipandang sebagai satu kesatuan. Pandangan atau Wawasan
nasional Indonesia ini dinamakan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara
sebagai konsepsi geopolitik bangsa Indonesia.
2.3. Perwujudan Wawasan Nusantara
2.3.1. Perumusan Wawasan Nusantara
Konsepsi Wawasan Nusantara dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan, yaitu dalam ketetapan MPR mengenai GBHN. Secara berturut-turut
ketentuan tersebut adalah :
1. Tap MPR No. IV \ MPR \ 1973
2. Tap MPR No. IV \ MPR \ 1978
3. Tap MPR No. II \ MPR \ 1983
4. Tap MPR No. II \ MPR \ 1988
5. Tap MPR No. II \ MPR \ 1993
6. Tap MPR No. II \ MPR \ 1998
-
8
Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Wawasan dalam
penyelenggaraan pembangunan nasional dalam mencapai Tujuan Pembangunan
Nasional adalah Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara adalah wawasan
nasional yang bersumber dari pancasila dan UUD 1945.
Hakikat dari wawasan nusantara adalah kesatuan bangsa dan keutuhan
wilayah Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia tersebut mencakup :
1. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik
2. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
3. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya
4. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan Keamanan
Masing-masing cakupan arti dari Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai
Satu Kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan Keamanan
(POLEKSOSBUDHANKAM) tersebut tercantum dalam GBHN.
GBHN terakhir yang memuat rumusan mengenai Wawasan Nusantara adalah
GBHN 1998 yaitu dalam Ketetapan MPR No. II \ MPR \ 1998. Pada GBHN 1999
sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR No. IV \ MPR \ 1999 tidak lagi
ditemukan rumusan mengenai Wawasan Nusantara.
Pada masa sekarang ini, dengan tidak adanya lagi GBHN, rumusan Wawasan
Nusantara menjadi tidak ada. Meski demikian sebagai konsepsi politik
ketatanegaraan Republik Indonesia, wilayah Indonesia yang berciri nusantara
kiranya tetap dipertahankan. Hal ini tertuang dalam Pasal 25A UUD 1945
Amandemen IV yang berbunyi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
sebuah Negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas
dan hak-haknya ditetapkan dangan Undang-Undang. Undang-Undang yang
mengatur hal ini adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia.
-
9
2.3.2. Dasar Pemikiran Wawasan Nasional Indonesia
Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman
kekuasaan bangsa Indonesia yang berdasarkan falsafah pancasila dan oleh
pandangan geopolitik Indonesia yang berdasarkan pemikiran kewilayahan dan
kehidupan bangsa Indonesia. Karena dasar pemikiran wawasan nasional Indonesia
terdiri atas dasar pemikiran berdasarkan filsafat, kewilayahan, sosial budaya, dan
kesejarahan.
a) Dasar Pemikirian berdasarkan Falsafah Pancasila
Manusia Indonesia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri,
akhlak, dan daya pikir; sadar akan keberadaannya yang serba terhubung dengan
sesamanya, lingkungannya, alam semesta, dan Penciptanya, yang menumbuhkan
cipta, karsa, dan karya untuk mempertahankan eksistensinya. Nilai-nilai Pancasila
tercakup dalam penggalian dan pengembangan Wawasan Nusantara
(Wawasantara).
Sila Ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa
- Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Hormat menghormati antar pemeluk agama dan toleransi
- Kebebasan beragama
Sila Ke-2 : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Memberi hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga negara dalam
menerapkan HAM
Sila Ke-3 : Persatuan Indonesia
- Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara namun tidak mematikan
kepentingan individu, golongan, dan suku.
Sila Ke-4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
- Keputusan diusahakan melalui musyawarah untuk mufakat, namun tidak
menutup kemungkinan voting.
Sila Ke-5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
-
10
- Mengakui dan menghargai hak warga negara untuk mencapai kesejahteraan
namun tidak merugikan kepentingan orang lain.
Wawasan Nasional Indonesia menghendaki tercapainya persatuan dan kesatuan,
namun tidak menghilangkan sifat, ciri, dan karakter kebinekaan.
b) Pemikiran berdasarkan Aspek Kewilayahan Nusantara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pengaruh geografi terhadap sikap dan
tatalaku negara yang bersangkutan merupakan suatu fenomena yang mutlak
diperhitungkan.
1) Hukum Laut
Dalam hukum laut internasional dikenal dua konsep yang bertentangan, yaitu:
Res Nullius, yang menyatakan bahwa laut tidak ada yang mem-punyainya, dan
oleh karena itu dapat dimiliki tiap-tiap negara.
Res Communis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia dan
karena itu tidak dapat dimiliki tiap-tiap negara.
Hugo de Groot (Belanda) dalam bukunya Mare Liberium menyatakan bahwa laut
bebas untuk semua bangsa. Grotius dalam bukunya De Jure Belli Ac Pasis (1625),
mengakui laut sepanjang pantai suata negara dapat dimiliki sejauh yang dapat
dikuasai darat. Cornelis van Bynkershosk dalam bukunya De Dominio Maris Di
sertatio menyatakan bahwa penguasaan dari darat itu berada sejauh yang dapat
dikuasai oleh meriam dari darat, pada waktu itu diperkirakan sejauh 3 mil.
2) Deklarasi Juanda
Kondisi objektif geografis Nusantara merupakan untaian ribuan pulau, terbentang
di khatulistiwa berada pada posisi silang yang strategis. Wilayah Indonesia pada
saat Proklamasi Kemerdekaan masih mengikuti hukum laut Territoriale Zee en
Maritieme Kringen Ordonantie (TZEMKO) tahun 1939, dimana lebar laut wilayah
Indonesia 3 Mil dari pantai tiap pulau. Hal ini tidak terjamin kesatuan wilayah
NKRI.
Pada tanggal 13 Desember 1957 diumumkanlah Deklarasi Juanda yang berbunyi
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah menyatakan bahwa
-
11
segala perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang
termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah
bagian yang wajar daripada wilayah daratan negara Indonesia dan dengan demikian
bagian daripada perairan pedalaman atau nasional berada di bawah kedaulatan
mutlak negara Indonesia. Lalu lintas dalam di perairan pedalaman bagi kapal-kapal
asing dijamin selama tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan
keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan territorial (yang lebarnya 12
mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada
pulau-pulau negara Indonesia .
Tujuan inti dari deklarasi juanda antara lain adalah :
Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan RI yang utuh dan bulat
Penentuan batas-batas wilayah negara Indonesia disesuaikan dengan asas
Negara kepualauan (Archipelagic State Principles)
Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamaan
NKRI
Deklarasi Juanda ini dikukuhkan dengan UU no.4/Prp/1960, yang menyatakan :
Laut wilayah Indonesia 12 mil diukur dari pangkal lurus (Straight Base
Line)
Semua kepulauan dan laut yang terletak diantaranya harus dianggap sebagai
suatu kesatuan. Akibat dari UU tsb wilayah RI berubah luasnya dari 2 juta
KM2 menjadi 5 juta KM2 yang terdiri atas + 65% wilayah laut dan + 35%
wilayah darat. Wilayah darat terdiri dari 17.508 pulau pulau besar dan kecil
dimana baru 6044 yang diberi nama.
Melalui Konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional Tahun 1982, pokok
pokok asas Negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam konvensi PBB tentang
hukum laut, yaitu United Nation Convention on the Law of the Sea 1982
(UNCLOS). Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU no.17 tahun 1985,
tanggal 31 Desember 1985. Menurut UNCLOS hak Negara kepulauan :
-
12
Laut Teritorial : Wilayah laut selebar 12 mil dari garis pangkal, dihitung
waktu air surut.
Laut Dalam : semua jenis perairan yang ada di pedalaman wilayah Negara
Zona tambahan : wilayah laut sebesar 24 mil untuk pengawasan bea cukai,
saniter, dan sebagainya.
Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh pada upaya pemanfaatan laut bagi
kepentingan kesejahteraan :
17 Februari 1969 dikeluarkanlah Deklarasi Landas Kontinen yang isinya
menyatakan bahwa Negara Indonesia mempunyai penguasaan dan
yurisdiksi yang eksklusif atas kekayaan mineral dan kekayaan lainnya
dalam dasar laut dan tanah didalamnya dan dilandas kontinen Indonesia
21 Maret 1980 diumumkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, yang
lebarnya 200 mil diukur dari pangkal laut wilayah Indonesia, dimana
dinyatakan hak Indonesia atas segala sumber daya alam di lautan termasuk
dibawah permukaan, didalam laut dan dibawahnya, serta segala kegiatan
eksploitasi , dan penelitian di ZEE indonesia.
Perjuangan penegakan kedaulatan di dirgantara, Indonesia memanfaatkan batas
GSO (Geo Stationary Orbit) yang merupakan ketinggian + 36.000 KM, yang
merupakan batas ketinggian wilayah Indonesia di udara (Ps. 30 UU No. 20/1982).
3) Hukum Ruang Udara/Dirgantara
Hukum udara bersumber dari hukum internasional, Ps. 38 A(1) Statuta
International Court of Justice menyatakan tentang :
Konvensi/traktat/perjanjian internasional
Hukum kebiasaan internasional
Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh Negara-negara
Ajaran/pendapat para sarjana terkemuka ahli hokum internasional
Hukum udara adalah perangkat kaidah tentang matra udara yang dikaitkan dengan
batas yurisdiksi negara. Perkembangan hukum udara dimulai ketika Perang Dunia
I berakhir. Pada saat itu negara dihadapkan pada:
Perlu penegasan konsep kedaulatan ruang udara, dan
-
13
Perlu memperketat pertahanan negara melalui control ruang udara
Akhirnya dicapai suatu kesepakatan :
Demi keselamatan penerbangan perlu ditetapkan standardisasi internasional
yang berkaitan dengan prosedur teknis penerbangan (navigasi) udara.
Menegaskan prinsip kedaulatan yang utuh dan penuh dari negara-negara
atas ruang udara diatas wilayah nasional suatu negara, dilangsungkan
jaringan penerbangan sipil internasional secara aman, tertib, teratur, dan
nyaman.
c) Pemikiran Berdasarkan Aspek Sosial Budaya
Budaya merupakan hasil kekuatan budi manusia, lengkapnya ialah cipta, rasa,
dan karya. Budaya dilahirkan dari hubungan antar manusia yang membentuk pola
pikir, pola sikap, dan pola tindak yang merangsang hubungan sosial di antara
anggotanya.
Cipta, karsa, dan karya sangat dipengaruhi oleh lingkungan alamiah tempat
manusia hidup. Itulah sebabnya bangsa Indonesia yang mempunyai ruang hidup
dengan kondisinya yang masing-masing membentuk karakter bangsa yang berbeda,
dari segi etnis, alam, dan pendidikan. Heterogenitas karakter bangsa, secara budaya
meliputi:
Sistem religi/ keagamaan
Sistem masyarakt / organisasi
Sistem pengetahuan
Sistem keserasian / budaya dalam arti sempit
Sistem mata pencaharian / ekonomi, dan
Sistem teknologi dan peralatan
Kebudayaan yang merupakan warisan, memaksa generasi berikutnya untuk
menerima dan memelihara norma-norma. Penerimaan ada yang bersifat emosional
yang mengikat secara kuat dan sensitif sehingga dapat memicu konflik sosial, ras,
antar golongan (SARA) secara tidak rasional. Keterikatan masyarakat dan
daerahnya juga dapat membentuk sentimen daerah yang sering dijadikan perisai
terhadap ketidakmampuan individu dalam menghadapi perubahan yang dianggap
mengancam eksistensi budayanya. Jika penerimaan secara emosional ini terus
-
14
dikembangkan, konflik konflik akan bereskalasi menjadi konflik antar daerah yang
bersifat nasional. Untuk itulah diperlukan rekayasa sosial dalam pembangunan
karakter nasional (national and character building), yaitu Wawasan Nusantara
yang dilandasi Bhineka Tunggal Ika.
d) Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa didasarkan atas latar belakang sejarahnya. Indonesia
diawali dari negara-negara kerajaan tradisional, misalnya Sriwijaya dan Majapahit.
Rumusan filsafah negaranya belum jelas. Yang ada baru slogan yang ditulis Mpu
Tantular : Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa.
Nuansa kebangsaan mulai muncul sejak tahun 1900-an ditandai oleh lahirnya
konsep baru dan modern (dasar dan tujuannya berbeda dengan konsep lama).
Penjajahan menimbulkan penderitaan dan kepahitan, namun menimbulkan
semangat senasib sepenanggungan. Diawali oleh Budi Oetomo (20-5-1908) yang
disenut dengan Kebangkitan Nasional yang menimbulkanwawasan kebangsaan
Indonesia, yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda tanggal 28-10-1928. Proklamasi
Kemerdekaan 17-8-1945 Indonesia mulai menegara.
Wilayah NKRI masih berdasarkan warisan kolonial Belanda, yaitu batas
wilayah perairan berdasarkan Teritoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie
tahun 1939 ialah selebar 3 mil dari garis pangkal tiap pulau. Melalui proses
perjuangan yang panjang (28 tahun) Indonesia berhasil mengubah batas wilayah
perairan, yaitu 12 mil dari pantai pulau-pulau terluar (Deklarasi Juanda 13 Des
1957). Dengan demikian terwujudlah kesatuan wilayah RI yang disebutkan dengan
istilah Konsepsi Nusantara, terdiri atas kata Nusa = pulau dan Antara, yaitu
yang terletak di antara dua benua dan dua samudera. Konsepsi Nusantara
mengilhami Angkatan-angkatan dalam tubuh TNI untuk mengembangkan
wawasan berdasarkan mantranya:
Angkatan Darat mengembangkan Wawasan Benua;
Angkatan Laut mengembangkan Wawasan Bahari;
Angkatan Udara mengembangkan Wawasan Dirgantara.
-
15
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara sederhana wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia
terhadap diri dan lingkungannya. Kita memandang bangsa Indonesia dengan
Nusantara merupakan satu kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan Nusantara adalah
keutuhan dan kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat
Wawasan Nusantara adalah persatuan bangsa dan kesatuan wilayah. Wawasan
Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Wawasan nasional merupakan visi
bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai
dengan konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa yang satu dengan
wilayah yang satu dan utuh pula. Kedudukan Wawasan Nusantara sebagai salah
satu konsepsi ketatanegaran Republik Indonesia. Berdasarkan fakta geografis dan
sejarah, wilayah Indonesia beserta apa yang ada di dalamnya dipandang sebagai
satu kesatuan. Pandangan atau Wawasan nasional Indonesia ini dinamakan
Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi geopolitik bangsa
Indonesia.
3.2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis
sendiri dan bagi pembaca lainnya serta menambah wawasan dalam bidang karya
ilmiah.
-
16
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati, Dian. 2014. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia. Diunduh dari:
http://tiekawati.wordpress.com/2014/03/15/wawasan-nusantara-sebagai-
geopolitik-indonesia/. [Diakses tamggal: 30 Oktober 2014].
Elistifani, Trisca Mia. 2013. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia. Diunduh
dari: http://triscamiaa-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-79604-Pendidikan%20
KewarganegaraanWawasan%20Nusantara%20sebagai%20Geopolitik%20Indones
ia.html.
Fauzi, Achmad. 2003. Pancasila, Tinjauan Konteks Sejarah, Filsafat Ideologi Nasional
dan Ketatanegaraan Republik Indonesia, Malang: PT. Danar Jaya Brawijaya
University Press.
Ketaren, Nurlela. 2008. Bahan Ajar Kewarganegaraan. Medan: Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Nasution, Adnan Buyung. 1995. Aspirasi Pemerintah Konstitusional di Indonesia, Jakarta:
Grafitti.
Suryo AB. 2013. Wawasan Nusantara: Konsep Geopolitik Indonesia. Dinduh dari:
http://jurnalmaritim.com/2013/16/272/wawasan-nusantara-konsep-geopolitik-
indonesia. [Diakses tamggal: 30 Oktober 2014].